tag:theconversation.com,2011:/es/topics/kanker-44379/articlesKanker – The Conversation2023-07-10T04:44:12Ztag:theconversation.com,2011:article/2091352023-07-10T04:44:12Z2023-07-10T04:44:12ZAspartam: pemanis populer dapat diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogen oleh WHO – tapi tak ada alasan untuk panik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536328/original/file-20230707-27-ls0670.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">MMD Creative/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Menurut <a href="https://www.reuters.com/business/healthcare-pharmaceuticals/whos-cancer-research-agency-say-aspartame-sweetener-possible-carcinogen-sources-2023-06-29/">laporan</a>, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), bagian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), akan menyatakan pemanis buatan aspartam sebagai “mungkin karsinogenik bagi manusia”.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26377607/">Aspartam</a> kira-kira <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0308814685901190">200 kali lebih manis</a> daripada gula dan merupakan salah satu pemanis buatan yang paling umum digunakan. Asparta terutama dipakai dalam makanan dan minuman “rendah kalori” atau “diet”, tetapi juga terkandung dalam berbagai macam produk termasuk minuman, es krim, permen karet, kembang gula, saus, dan makanan ringan.</p>
<p>Kita belum memiliki informasi lebih lanjut tentang bukti apa yang akan menjadi dasar klasifikasi baru ini oleh IARC, tetapi WHO akan menerbitkan data lengkapnya <a href="https://monographs.iarc.who.int/wp-content/%20uploads/2023/06/Meeting134-QA-June2023.pdf">pada 14 Juli</a>.</p>
<p>Meskipun dapat dipahami bahwa laporan seperti ini menimbulkan kekhawatiran, pada tahap ini tidak ada alasan untuk panik.</p>
<p>Aspartam pertama kali disetujui untuk digunakan oleh Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) <a href="https://efsa.onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.2903/j.efsa.2013.3496">pada 1974</a>, dan sejak saat itu sudah ada klaim yang dibuat tentang efek potensial pada kesehatan.</p>
<p>Seiring waktu, aspartam tidak hanya dikaitkan dengan kanker, tetapi juga dengan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0116212">kondisi lain</a> seperti <em><a href="https://www.nhs.uk/conditions/multiple-sclerosis/#:%7E:text=Multiple%20sclerosis%20(MS)%20is%20a,it%20can%20occasionally%20be%20mild.">multiple sclerosis</a></em> (gangguan saraf pada mata, otak, dan tulang belakang), kebutaan, kejang, kehilangan ingatan, depresi, kecemasan, cacat lahir, dan kematian.</p>
<p>Namun, evaluasi yang kerap dilakukan oleh badan pengatur seperti <a href="https://apps.who.int/food-additives-contaminants-jecfa-database/Home/Chemical/62">WHO</a>, FDA, dan <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/pub/3496">Otoritas Keamanan Pangan Eropa </a> (EFSA) tidak menemukan bukti yang mendukung pernyataan ini.</p>
<p>Sejauh ini, semua regulator telah sepakat bahwa aman bagi seseorang untuk mengonsumsi <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsajournal/pub/3496">40 mg aspartam</a> per kilogram berat badannya per hari. Itu sekitar 2,8 g untuk orang dewasa dengan berat 70 kg – dan jauh lebih banyak daripada yang dikonsumsi kebanyakan orang.</p>
<h2>Apa sebenarnya arti ‘kemungkinan karsinogenik’?</h2>
<p>Keamanan bahan tambahan makanan <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/topics/topic/food-additive-re-evaluations">dievaluasi ulang secara rutin</a>. Ini penting karena bukti baru dapat muncul, terutama dengan pengembangan berbagai metode untuk menilai dampak kesehatan dari zat aditif.</p>
<p>Tahun ini, aspartam telah dievaluasi ulang oleh dua badan WHO: Badan International untuk Penelitian Kanker (<a href="https://www.iarc.who.int/">IARC</a>) dan Komite Ahli Bersama FAO/WHO untuk Pangan Adiktif atau Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (<a href="https://www.who.int/groups/joint-fao-who-expert-committee-on-food-additives-(jecfa)">JECFA</a>).</p>
<p>Kedua badan memiliki <a href="https://monographs.iarc.who.int/wp-content/uploads/2023/06/Meeting134-QA-June2023.pdf">variabel penilaian yang sangat berbeda</a>. IARC melihat bahaya dan JECFA berisiko. Perbedaan ini penting. Misalnya, sinar matahari berbahaya karena dapat menyebabkan kanker kulit, tetapi risikonya bergantung pada waktu yang dihabiskan di bawah sinar matahari dan penggunaan tabir surya.</p>
<p>Tugas IARC adalah menyelidiki kemungkinan penyebab kanker dan mengidentifikasi bahayanya. Dalam <a href="https://monographs.iarc.who.int/">laporannya</a> (disebut monograf), mereka meninjau semua bukti yang tersedia dan mengklasifikasikan bahaya ke dalam salah satu dari <a href="https://www.iarc.who.int/wp-content/uploads/2023/06/IARC_MONO_classification_2023_updated.png">empat kategori</a>:</p>
<ul>
<li>Kelompok 1: karsinogenik pada manusia (bukti yang cukup untuk kanker pada manusia)</li>
<li>Kelompok 2a: kemungkinan karsinogenik pada manusia (bukti terbatas pada manusia, cukup bukti pada hewan)</li>
<li>Kelompok 2b: kemungkinan karsinogenik pada manusia (bukti terbatas pada manusia, bukti tidak cukup pada hewan)</li>
<li>Kelompok 3: tidak dapat diklasifikasikan (tidak cukup bukti pada manusia atau hewan).</li>
</ul>
<p>Aspartam dilaporkan akan diklasifikasikan ke dalam kelompok 2b. Ini berbagi kategori ini dengan daun lidah buaya, radiasi elektromagnetik, obat jantung <a href="https://bnf.nice.org.uk/drugs/digoxin/">digoxin</a>, dan asap knalpot mesin, <a href="https://www.bbc.com/future/article/20230630-aspartame-what-else-is-possibly-cancerous">di antara banyak hal lainnya</a>. Untuk semua bahaya ini, ada beberapa data terbatas yang menunjukkan bahwa mereka dapat menyebabkan kanker – tetapi tidak ada yang meyakinkan.</p>
<p>Kategori ini bisa membingungkan, karena hanya merujuk pada kekuatan bukti bahwa sesuatu dapat menyebabkan kanker, bukan tingkat risikonya. Kelompok 1 misalnya termasuk merokok, alkohol, <a href="https://theconversation.com/not-all-processed-meats-carry-the-same-cancer-risk-64622">daging olahan</a>, plutonium, dan sinar matahari. Ada bukti yang meyakinkan bahwa masing-masing dapat menyebabkan kanker.</p>
<p>Tetapi risiko sebenarnya sangat berbeda dan bergantung pada jumlah dan eksposur. Misalnya, plutonium dan merokok sebaiknya dihindari, tetapi tidak ada alasan untuk menghindari daging olahan atau alkohol sepenuhnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A hand holds a cigarette." src="https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/535511/original/file-20230704-29-7padyv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Merokok diketahui menyebabkan kanker.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/harmful-habit-hand-holding-cigarette-smoke-1885761310">Oakland Images/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun IARC menilai bahayanya, tugas JECFA adalah menilai risikonya dan membuat rekomendasi tentang <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/37578/9241542705-eng.%20pdf">asupan harian yang dapat diterima</a>.</p>
<p>Penilaian mereka juga akan dipublikasikan pada 14 Juli, tapi belum ada indikasi di laporan media apa yang akan dikatakannya. Asupan harian yang dapat diterima mungkin akan tetap pada 40 mg per kilogram berat badan, atau mungkin dikurangi. Tanpa memiliki akses ke data, tidak mungkin diprediksi.</p>
<h2>Bukti sejauh ini</h2>
<p>Tinjauan terakhir tentang keamanan aspartam <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/press/news/131210">dilakukan oleh Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA)</a> pada 2013. Tinjauan ini tidak menemukan bukti baru bahwa aspartam menyebabkan kanker dan dikonfirmasi ulasan sebelumnya oleh regulator lain.</p>
<p>Salah satu senyawa yang menarik adalah <a href="https://www.efsa.europa.eu/en/efsjournal/pub/3496">metanol</a>, yang terbentuk di usus saat aspartam dipecah dan diubah menjadi formaldehida oleh tubuh manusia. Formaldehida dikenal sebagai karsinogen (kelompok 1). Namun, jumlah yang terbentuk setelah konsumsi aspartam jauh lebih rendah daripada yang dihasilkan tubuh secara alami.</p>
<p>Sementara itu, ada beberapa data dari studi Prancis, yang meminta partisipan untuk memberikan informasi tentang pola makan mereka dan mengikutinya selama beberapa tahun setelahnya. Penelitian ini menyarankan konsumsi aspartam yang tinggi <a href="https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1003950">meningkatkan risiko kanker</a>.</p>
<p>Namun, hasilnya sulit ditafsirkan karena obesitas adalah <a href="https://www.wcrf.org/diet-activity-and-cancer/risk-factors/obesity-weight-gain-and-cancer">faktor risiko independen</a> untuk kanker dan orang yang obesitas sering menggunakan pemanis. Juga sulit untuk memperkirakan asupan aspartam secara akurat <a href="https://theconversation.com/a-whole-new-way-of-doing-nutrition-research-148352">hanya dari data diet</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/artificial-sweeteners-linked-to-diabetes-and-obesity-95314">Artificial sweeteners linked to diabetes and obesity</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kemungkinan penilaian yang akan datang akan mencakup data ini dan karenanya memberikan perkiraan risiko aspartam yang lebih baik. Sampai saat itu, tidak ada alasan untuk khawatir. </p>
<p>Aspartam telah diteliti sejak lama dan klasifikasi “kemungkinan karsinogenik” menunjukkan bahwa tidak mungkin akan ada perubahan besar dalam penilaian atau implikasinya bagi konsumen.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209135/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gunter Kuhnle has received research funding from Mars, Inc.</span></em></p>Meskipun IARC menilai bahayanya, tugas JECFA adalah menilai risikonya dan membuat rekomendasi tentang asupan harian yang dapat diterima.Gunter Kuhnle, Professor of Nutrition and Food Science, University of ReadingLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2084602023-07-03T23:21:00Z2023-07-03T23:21:00ZPerawatan paliatif pasien kanker di rumah kurang dukungan, apa yang harus pemerintah lakukan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/535110/original/file-20230701-15-tht509.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Suami mendukung istrinya yang sakit.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.freepik.com/free-photo/husband-supporting-sick-wife_2910739.htm#query=cucu%20merawat%20nenek%20sakit&position=49&from_view=search&track=ais">Rawpixel/Freepik</a></span></figcaption></figure><p>Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan tingkat kematian tertinggi di Indonesia. Data <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">Global Burden of Cancer Study tahun 2020</a> mencatat jumlah kasus baru penyakit kanker di Indonesia mencapai hampir 400 ribu kasus. </p>
<p>Tiga jenis <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">kanker di Indonesia dengan peningkatan kasus tertinggi</a> adalah kanker payudara (16,6%), serviks (9,2%), dan paru-paru (8,8%). </p>
<p>Kebutuhan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960977622000741">pasien kanker</a> selama menjalani pengobatan sangat beragam, seperti obat-obatan, tindakan penanganan atau terapi, dan kontrol rutin. Mereka juga perlu <a href="https://docs.google.com/presentation/d/16EJE671wGOwSvsYLNItLE1s7ZlTNjPWP/edit#slide=id.p1">perawatan paliatif</a> selama berada di rumah, dan dukungan rumah singgah untuk pasien dari luar daerah saat berobat di kota-kota besar seperti Jakarta. </p>
<p>Perawatan paliatif merupakan perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang kemungkinan sembuhnya kecil.</p>
<p>Masalahnya adalah cakupan <a href="https://docs.google.com/presentation/d/16EJE671wGOwSvsYLNItLE1s7ZlTNjPWP/edit#slide=id.p1">perawatan paliatif</a> di Indonesia masih sangat rendah, yakni 1% dari total pasien terminal.</p>
<p>Penelitian terbaru <a href="https://theprakarsa.org/konsekuensi-finansial-pengobatan-kanker-di-indonesia-studi-kasus-penderita-kanker-di-ibu-kota-jakarta/">kami, yang akan terbit akhir bulan ini, menunjukkan</a> bahwa ketahanan pasien kanker dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga, komunitas, dan lingkungan kerja. </p>
<p>Temuan lapangan dalam penelitian ini membuktikan bahwa keluarga menjadi sosok utama untuk mendukung dan mendampingi pasien kanker selama dan setelah proses pengobatan. </p>
<h2>Risiko kanker makin tinggi, tapi kebijakan belum akomodatif</h2>
<p>Peningkatan risiko <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2515569/#:%7E:text=The%20fact%20that%20only%205,major%20opportunities%20for%20preventing%20cancer.">penyakit kanker sekitar 90-95% disebabkan</a> oleh gaya hidup tidak sehat. </p>
<p>Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas, infeksi virus, dan lingkungan yang terkontaminasi oleh polutan merupakan faktor-faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan penyakit kanker. </p>
<p>Peningkatan polutan dalam udara akibat perubahan iklim juga meningkatkan risiko penduduk dunia terkena penyakit kanker. Faktanya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9853937/">2,6 miliar penduduk negara miskin</a> dan berkembang tidak memiliki akses pada bahan bakar nonfosil, sehingga peningkatan risiko kanker akibat paparan polusi udara juga bertambah. </p>
<p>Peningkatan <a href="https://www.cancer.gov/types/lung/hp/non-small-cell-lung-treatment-pdq#_37_toc">polusi udara</a> juga diprediksi akan meningkatkan risiko penyakit kanker paru-paru dan risiko kematian pada pasien <a href="https://aacrjournals.org/cebp/article/28/4/751/71913/Particulate-Matter-and-Traffic-Related-Exposures">kanker payudara</a> stadium awal secara khusus. </p>
<p>Selama ini, upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya cakupan perawatan paliatif ini belum menyasar pada perawatan paliatif berbasis rumah (<em>homebase palliative care</em>). Absennya kebijakan mengenai perawatan paliatif yang dilakukan oleh keluarga di rumah membuat kebutuhan atas pelatihan perawatan paliatif bagi keluarga pasien terabaikan. </p>
<p>Struktur penduduk di Indonesia juga akan mengalami penuaan dan jumlahnya akan meningkat tajam akibat bonus demografi saat ini. Sehingga kesiapan perawat, keluarga, dan tenaga profesional dalam melaksanakan perawatan paliatif harus diperhatikan.</p>
<p>Sayangnya <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2017/08/PEDOMAN_NASIONAL_PROGRAM_PALIATIF_KANKER.pdf">perawatan paliatif di Indonesia</a> masih berfokus pada perawatan paliatif berbasis rumah sakit. </p>
<p>Kebijakan khusus perawatan paliatif hanya diatur dalam <a href="http://pdk3mi.org/file/download/KMK%20No.%20812%20Th%202007%20ttg%20Kebijakan%20paliatif.pdf">keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 812 Tahun 2007 tentang kebijakan paliatif</a>. Kebijakan ini hanya berfokus pada pelaksanaan perawatan paliatif yang dilakukan oleh dokter, perawat, tenaga kesehatan, dan tenaga terkait lainnya. Keluarga pasien masih diposisikan sebagai sasaran dari perawatan paliatif. </p>
<p>Padahal, perawatan yang dilakukan oleh keluarga selama pasien melakukan pengobatan dapat dikategorikan sebagai <em>homebase palliative care</em>. </p>
<h2>Perawat yang tidak dibayar</h2>
<p>Riset <a href="https://theprakarsa.org/konsekuensi-finansial-pengobatan-kanker-di-indonesia-studi-kasus-penderita-kanker-di-ibu-kota-jakarta/">kami menunjukkan</a> bahwa keluarga merupakan bagian dari tim perawatan karena ikut membantu dan mengawasi pemberian obat. Mereka juga mengelola efek samping, melaporkan masalah pasien, dan memberikan bantuan perawatan diri serta hal-hal lain.</p>
<p>Mereka dikategorikan sebagai perawat dari keluarga atau perawat informal yang tidak dibayar dalam memberikan perawatan pada pasien kanker. </p>
<p>Model <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30665063/">trayektori kesakitan <em>(illness trajectory)</em></a> yang digunakan dalam riset ini menangkap bagaimana dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologis pasien kanker.</p>
<p>Dukungan dari keluarga membuat pasien kanker mampu melewati setiap stadium pengobatan sesuai dengan jenis kankernya. Oleh karena itu, perawatan berbasis rumah sangat penting bagi pasien karena proses pradiagnosis hingga pascadiagnosis diakui memberatkan fisik dan psikis pasien serta keluarganya. </p>
<p>Selain absennya kebijakan mengenai <em>homebased palliative care</em>, modul pelatihan untuk perawat keluarga informal juga belum tersedia, sehingga kebutuhan atas pelatihan perawatan paliatif bagi keluarga belum terjawab. </p>
<p>Data persebaran perawatan paliatif yang dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) atau rumah sakit juga tidak dapat ditemukan. Hanya terdapat satu rumah sakit rujukan kanker nasional yang mempublikasikan data perawatan paliatif berbasis fasilitas kesehatan. Sehingga perawatan paliatif di fasilitas kesehatan belum bisa teridentifikasi dengan jelas. </p>
<h2>Belajar dari Australia</h2>
<p>Australia merupakan salah satu negara yang memiliki <a href="https://www.mja.com.au/journal/2003/179/6/home-based-support-palliative-care-families-challenges-and-recommendations">tren pertumbuhan praktik perawatan paliatif di rumah</a> bagi pasien dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.</p>
<p>Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk optimalisasi penyelenggaraan perawatan paliatif berbasis rumah adalah kompleksitas perawatan dan peningkatan keterampilan perawat dari keluarga untuk mengatasi gejala pasien. Juga tanggung jawab mereka terhadap kebutuhan fisik dan psikologis pasien, dan dinamika hubungan antara perawat dan pasien. </p>
<p>Perawat dari keluarga juga akan terdampak secara fisik, emosional, finansial, dan sosial saat merawat pasien kanker di rumah. Beban sosial seperti keterbatasan waktu untuk diri sendiri, perubahan rutinitas, dan berkurangnya waktu senggang dialami oleh perawat keluarga.</p>
<p>Oleh karena itu, penerapan praktik perawatan paliatif berbasis rumah wajib memberikan dukungan kebijakan bagi perawat dari aspek psikososial, kesehatan, dan pekerjaan. Dukungan ini dapat diwujudkan dengan perluasan manfaat program jaminan kesehatan nasional bagi keluarga pasien kanker. </p>
<p>Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten atau kota perlu mengembangkan kebijakan dan program yang mengintegrasikan perawatan paliatif untuk seluruh pasien kanker di seluruh jenjang fasilitas kesehatan dengan perawatan paliatif berbasis rumah.</p>
<p>Integrasi ini dapat memberikan edukasi pada perawat keluarga apa yang perlu dilakukan saat proses pradiagnosis, selama pengobatan, dan pascapengobatan pasien kanker. Peningkatan kualitas hidup pasien kanker dan keluarganya juga bisa terjamin bila integrasi ini dilakukan sesuai dengan praktik baik yang sudah ada sebelumnya. </p>
<p>Satu catatan penting bagi pemerintah bahwa rekomendasi mengenai optimalisasi peran keluarga untuk melaksanakan perawatan paliatif berbasis di rumah tidak dapat dicapai tanpa dukungan pemerintah. </p>
<p>Pemerintah wajib hadir untuk mendukung sistem perawatan paliatif di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan paripurna. Sehingga proses perawatan bagi pasien kanker bukan hanya menjadi tanggung jawab perawat keluarga dan tenaga kesehatan saja, tapi juga tanggung jawab negara. </p>
<p>Namun, pentingnya transformasi perawatan paliatif di Indonesia belum terefleksikan dalam muatan <a href="https://news.detik.com/berita/d-6797153/ruu-kesehatan-belum-disahkan-juga-oleh-dpr-ternyata-ini-alasannya">Rancangan Undang-Undang Kesehatan</a> yang sedang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208460/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Aqilatul Layyinah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Optimalisasi peran keluarga untuk melaksanakan perawatan paliatif berbasis di rumah tidak dapat dicapai tanpa dukungan pemerintah.Aqilatul Layyinah, Peneliti kebijakan sosial, The PrakarsaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2063492023-05-30T02:57:31Z2023-05-30T02:57:31ZBahaya oral seks, faktor terdepan dari kanker tenggorokan di Amerika Serikat dan Inggris<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/528011/original/file-20230524-19144-jf0wl6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kanker orofaring kini telah menjadi lebih umum daripada kanker serviks di Amerika Serikat dan Inggris.</span> </figcaption></figure><p>Selama dua dekade terakhir telah terjadi peningkatan pesat kasus kanker tenggorokan di Barat sampai-sampai ada yang menyebutnya sebagai <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3294514/pdf/10-0452_finalS.pdf">suatu epidemi</a>. Hal ini disebabkan oleh peningkatan besar pada jenis kanker tenggorokan tertentu yang disebut kanker orofaringeal (area amandel dan bagian belakang tenggorokan). </p>
<p>Penyebab utama kanker ini adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3294514/pdf/10-0452_finalS.pdf">human papillomavirus (HPV)</a> yang juga merupakan penyebab utama kanker serviks. Kanker orofaring kini telah menjadi lebih banyak ditemukan daripada kanker serviks di Amerika Serikat dan Inggris.</p>
<p>HPV ditularkan secara seksual. Untuk kanker orofaring, faktor risiko utama adalah jumlah pasangan seksual seumur hidup, terutama dalam melakukan seks oral. Mereka yang memiliki enam atau lebih pasangan seks oral seumur hidup memiliki kemungkinan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/nejmoa065497">8,5</a> kali lebih besar untuk terkena kanker orofaring dibandingkan mereka yang tidak melakukan seks oral.</p>
<p>Studi mengenai tren perilaku menunjukkan bahwa seks oral <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3901667/pdf/pone.0086023.pdf">sangat lazim di beberapa negara</a>. Dalam sebuah penelitian yang saya dan kolega lakukan terhadap hampir 1.000 orang yang menjalani tonsilektomi (pengangkatan amandel) karena alasan non-kanker di Inggris, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6763631/pdf/ciy1081.pdf">80% orang dewasa melaporkan pernah melakukan seks oral pada suatu waktu dalam hidup mereka</a>. Namun, untungnya, hanya sebagian kecil dari mereka yang terkena kanker orofaring. Mengapa demikian masih belum jelas.</p>
<p>Teori yang berlaku adalah bahwa sebagian besar dari kita terkena infeksi HPV dan mampu membersihkannya sepenuhnya. Namun, sejumlah kecil orang tidak dapat menyingkirkan infeksi tersebut mungkin karena adanya cacat pada aspek tertentu dari sistem kekebalan tubuh mereka. Pada pasien-pasien ini, virus dapat bereplikasi secara terus menerus dan seiring waktu berintegrasi secara acak ke dalam DNA inang, beberapa di antaranya dapat menyebabkan sel inang menjadi kanker.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Graphic showing cancer in the oropharynx" src="https://images.theconversation.com/files/522308/original/file-20230421-2957-le0097.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/522308/original/file-20230421-2957-le0097.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/522308/original/file-20230421-2957-le0097.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/522308/original/file-20230421-2957-le0097.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/522308/original/file-20230421-2957-le0097.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/522308/original/file-20230421-2957-le0097.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/522308/original/file-20230421-2957-le0097.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Orofaring adalah bagian tengah tenggorokan (faring).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.scientificanimations.com/wiki-images/">Scientific Animations/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Vaksinasi HPV pada anak perempuan telah diterapkan di banyak negara untuk mencegah kanker serviks. Sekarang ada peningkatan meski belum ada bukti <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6763631/pdf/ciy1081.pdf">tidak langsung</a> bahwa vaksinasi ini mungkin juga efektif dalam mencegah infeksi HPV di mulut. </p>
<p>Ada juga beberapa bukti yang menunjukkan bahwa anak laki-laki juga terlindungi oleh kebebalan kawanan (<em><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6763631/pdf/ciy1081.pdf">herd immunity </a></em>) <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2749588">di negara-negara</a> yang memiliki cakupan vaksin yang tinggi pada anak perempuan (lebih dari 85%). Secara keseluruhan, hal ini diharapkan dapat menurunkan angka kejadian kanker orofaring dalam beberapa dekade ke depan.</p>
<p>Hal ini baik dan bagus dari sudut pandang kesehatan masyarakat, tapi bagus hanya jika cakupan di antara anak perempuan tinggi - lebih dari 85%, dan hanya jika seseorang tetap berada di dalam “kawanan” yang tercakup. Namun, hal ini tidak menjamin perlindungan pada tingkat individu - dan terutama pada era perjalanan internasional saat ini - jika, misalnya, seseorang berhubungan seks dengan seseorang dari negara yang cakupan vaksinasinya rendah. </p>
<p>Vaksin ini tentu saja tidak memberikan perlindungan di negara-negara yang cakupan vaksin untuk anak perempuannya rendah, misalnya di <a href="https://progressreport.cancer.gov/prevention/hpv_immunization">Amerika Serikat (AS). Di sana hanya 54,3%</a> remaja berusia 13 hingga 15 tahun yang telah menerima dua atau tiga dosis vaksinasi HPV pada 2020.</p>
<h2>Anak laki-laki harus dapat vaksin HPV juga</h2>
<p>Hal ini membuat beberapa negara, termasuk Inggris, Australia, dan Amerika Serikat, memperluas rekomendasi nasional mereka untuk vaksinasi HPV agar mencakup anak laki-laki - yang dinamakan sebagai sebuah kebijakan vaksinasi netral gender.</p>
<p>Namun, memiliki kebijakan vaksinasi universal tidak menjamin cakupan vaksinasi. Ada proporsi yang signifikan dari beberapa populasi yang menentang vaksinasi HPV karena kekhawatiran tentang keamanan, kebutuhan, atau, yang lebih jarang terjadi, karena kekhawatiran tentang mendorong pergaulan bebas. </p>
<p>Paradoksnya, ada <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/fullarticle/384405">beberapa bukti</a> dari studi populasi bahwa, mungkin dalam upaya untuk menjauhkan diri dari hubungan seksual penetrasi, orang dewasa muda mungkin melakukan seks oral sebagai gantinya, setidaknya pada awalnya. </p>
<p>Pandemi virus corona (COVID-19) juga membawa tantangan tersendiri. Pertama, menjangkau kaum muda di sekolah-sekolah tidak mungkin dilakukan selama beberapa waktu. Kedua, telah terjadi peningkatan tren keraguan terhadap vaksin secara umum, atau sikap “anti-vaksin” di banyak negara yang juga dapat berkontribusi pada penurunan penyerapan vaksin.</p>
<p>Seperti biasa, ketika berurusan dengan populasi dan perilaku, tidak ada yang sederhana atau mudah.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/206349/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hisham Mehanna menerima dana dari Cancer Research Uk, National Institute for Health Research and MRC, dan Astra Zeneca, GSK, serta GSK Bio. Dia merupakan konsultan dari Oracle Trust yang merupakan badan amal advokasi penderita penyakit kepala dan leher. Dia berkonsultasi dengan MSD dan Merck</span></em></p>Kanker orofaring kini telah menjadi lebih umum daripada kanker serviks di Amerika Serikat dan Inggris. Penyebabnya adalah oral seks.Hisham Mehanna, Professor, Institute of Cancer and Genomic Sciences, University of BirminghamLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2004682023-03-03T08:06:49Z2023-03-03T08:06:49ZStudi: efek buruk duduk terlalu lama bisa dihindari<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/512153/original/file-20230224-421-xbycv0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para peneliti telah lama mengetahui bahwa duduk terlalu lama merupakan kebiasaan yang tidak sehat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/business-man-working-on-computer-royalty-free-image/475967873?phrase=sitting%20at%20desk&adppopup=true">Morsa Images/Digital Vision via Getty Images</a></span></figcaption></figure><h2>Gagasan besarnya</h2>
<p>Untuk mengurangi efek kesehatan yang berbahaya dari duduk terlalu lama, lakukan jalan kaki ringan selama lima menit setiap setengah jam. Itulah temuan kunci dari <a href="https://journals.lww.com/acsm-msse/Abstract/9900/Breaking_Up_Prolonged_Sitting_to_Improve.200.aspx">sebuah studi baru</a> yang saya publikasikan bersama rekan saya dalam jurnal <em>Medicine & Science in Sports & Exercise</em>.</p>
<p>Kami meminta 11 orang usia paruh baya dan lanjut usia yang sehat untuk duduk di lab kami selama delapan jam – yang merupakan representasi hari kerja normal – selama lima hari terpisah. Pada salah satu hari tersebut, peserta duduk selama delapan jam penuh dengan hanya istirahat sejenak untuk menggunakan kamar mandi. Di hari-hari lainnya, kami menguji sejumlah strategi berbeda dengan meminta seseorang dengan berjalan ringan sesekali. Misalnya, pada suatu hari, peserta berjalan selama satu menit setiap setengah jam. Di hari lain, mereka berjalan selama lima menit setiap jam.</p>
<p>Tujuan kami adalah untuk menemukan jumlah jalan kaki paling sedikit yang dapat dilakukan seseorang untuk mengimbangi efek kesehatan yang berbahaya dari duduk dalam waktu yang lama. Secara khusus, kami mengukur perubahan kadar gula darah dan tekanan darah, dua <a href="https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.109.192703">faktor risiko penyakit jantung</a> yang penting.</p>
<p>Kami menemukan bahwa jalan kaki ringan selama lima menit setiap setengah jam adalah satu-satunya strategi yang menurunkan kadar gula darah secara substansial dibandingkan dengan duduk sepanjang hari. Secara khusus, jalan kaki lima menit setiap setengah jam mengurangi lonjakan gula darah setelah makan sebesar hampir 60%.</p>
<p>Strategi tersebut juga menurunkan tekanan darah empat hingga lima poin dibandingkan dengan duduk sepanjang hari. Namun, berjalan lebih pendek dan lebih jarang juga meningkatkan tekanan darah. Bahkan, hanya berjalan ringan satu menit setiap jam mengurangi tekanan darah hingga lima poin.</p>
<p>Selain pada kesehatan fisik, istirahat dengan jalan kaki juga memiliki manfaat pada kesehatan mental. Selama penelitian, kami meminta peserta untuk menilai kondisi mental mereka dengan menggunakan kuesioner. Kami menemukan bahwa dibandingkan dengan duduk dalam waktu yang panjang, jalan kaki ringan selama lima menit setiap setengah jam mengurangi rasa lelah, membuat suasana hati peserta menjadi lebih baik, dan membantu mereka merasa lebih berenergi. Kami juga menemukan bahwa jalan kaki satu kali setiap jam sudah cukup untuk meningkatkan suasana hati dan mengurangi rasa lelah.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/iOqLwftSffE?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Bersamaan dengan jalan kaki singkat yang dilakukan secara sering, jalan kaki panjang setiap hari dapat menambah usia hidup.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Mengapa efek buruk duduk terlalu lama perlu diatasi?</h2>
<p>Orang-orang yang duduk selama berjam-jam berisiko mengalami penyakit kronis, <a href="https://doi.org/10.1249/MSS.0000000000001935">termasuk diabetes, penyakit jantung, demensia, dan beberapa jenis kanker</a> dengan tingkat yang jauh lebih tinggi daripada orang yang beraktivitas sepanjang hari. Gaya hidup yang tidak aktif bergerak juga menempatkan orang pada risiko <a href="https://www.acpjournals.org/doi/full/10.7326/M17-0212">kematian dini</a> yang jauh lebih besar. Akan tetapi, hanya berolahraga setiap hari mungkin tidak cukup untuk membalikkan <a href="http://dx.doi.org/10.1136/bjsports-2020-102345">efek kesehatan yang berbahaya dari duduk terlalu lama</a>.</p>
<p>Karena kemajuan teknologi, jumlah waktu yang dihabiskan orang dewasa di negara industri seperti Amerika Serikat untuk duduk <a href="https://doi.org/10.1146/annurev.publhealth.26.021304.144437">terus meningkat selama beberapa dekade</a>. Banyak orang dewasa saat ini menghabiskan sebagian besar hari mereka dengan duduk. Masalah ini semakin memburuk sejak <a href="http://dx.doi.org/10.1136/bmjsem-2020-000960">awal pandemi COVID-19</a>. Dengan migrasi ke pekerjaan yang lebih jauh, orang cenderung tidak berani keluar rumah akhir-akhir ini. Dengan demikian, strategi untuk memerangi masalah kesehatan masyarakat abad ke-21 yang terus berkembang sangat diperlukan.</p>
<p>Pedoman saat ini merekomendasikan bahwa <a href="https://doi.org/10.1001/jama.2018.14854">orang dewasa harus “lebih sedikit duduk, lebih banyak bergerak</a>”. Namun, rekomendasi ini tidak memberikan saran atau strategi khusus untuk seberapa sering dan berapa lama mereka harus bergerak.</p>
<p>Riset kami menyediakan strategi yang sederhana dan terjangkau: Berjalan kaki ringan selama lima menit setiap setengah jam. Jika kamu memiliki pekerjaan atau gaya hidup yang mengharuskan kamu untuk duduk dalam waktu lama, perubahan perilaku ini dapat mengurangi risiko kesehatan yang mungkin timbul akibat duduk.</p>
<p>Studi kami juga menawarkan panduan yang jelas kepada pemberi kerja tentang cara mendorong tempat kerja agar lebih sehat. Meskipun tampaknya berlawanan dengan intuisi, berjalan kaki secara teratur sebenarnya dapat membantu pekerja menjadi lebih produktif daripada bekerja tanpa henti.</p>
<h2>Yang masih belum diketahui</h2>
<p>Studi kami terutama berfokus pada istirahat dengan berjalan kaki secara teratur dengan intensitas ringan. Beberapa strategi berjalan – misalnya, jalan ringan satu menit setiap jam – tidak menurunkan kadar gula darah. Kami tidak tahu apakah jalan kaki yang lebih intens akan memberikan manfaat kesehatan.</p>
<h2>Apa selanjutnya</h2>
<p>Saat ini kami sedang menguji lebih dari 25 strategi berbeda untuk mengimbangi bahaya kesehatan dari duduk terlalu lama. Banyak orang dewasa memiliki pekerjaan, seperti mengemudikan truk atau taksi, di mana mereka tidak dapat berjalan kaki setiap setengah jam. Menemukan strategi alternatif yang menghasilkan hasil yang sebanding dapat memberi masyarakat beberapa opsi berbeda. Pada akhirnya, ini akan memungkinkan mereka untuk memilih strategi yang paling sesuai dengan mereka dan gaya hidup mereka.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/200468/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Keith Diaz menerima dana dari National Institutes of Health.</span></em></p>Berjalan singkat yang dilakukan dengan sering sepanjang hari adalah kunci untuk membantu mencegah efek berbahaya dari gaya hidup yang tidak aktif.Keith Diaz, Associate Professor of Behavioral Medicine, Columbia UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2008322023-03-01T10:15:33Z2023-03-01T10:15:33ZBerusia 50 tahun? Berikut ini 4 hal yang dapat Anda lakukan untuk tingkatkan kesehatan dan kesejahteraan Anda<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/512710/original/file-20230228-3261-bxrw27.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Berusia 50 tahun bisa menjadi waktu terbaik Anda – tapi itu juga berarti beradaptasi dengan tantangan baru. </span> <span class="attribution"><span class="source">monkeybusinessimages/iStock melalui Getty Images Plus</span></span></figcaption></figure><p>Ketika bola dijatuhkan pada Malam Tahun Baru untuk menandai awal 2023, saya menyadari fakta bahwa saya akan berusia 50 tahun.</p>
<p>Umur yang menyentuh dekade baru merupakan waktu yang tepat untuk berhenti sejenak dan merenungkan kehidupan kita, <a href="https://theconversation.com/midlife-isnt-a-crisis-but-sleep-stress-and-happiness-feel-a-little-different-after-35-or-whenever-middle-age-actually-begins-173131">terutama saat mencapai usia paruh baya</a>. Untuk laki-laki Amerika berusia 50 tahun, harapan hidup rata-rata yang tersisa <a href="https://www.cdc.gov/nchs/data/vsrr/vsrr023.pdf">adalah 28 tahun lagi; untuk perempuan 32 tahun</a>.</p>
<p>Sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=87v4Nk4AAAAJ&hl=en">profesor kesehatan masyarakat</a> yang ahli dalam promosi kesehatan, saya mulai memikirkan hal-hal yang dapat dilakukan dalam usia penting ini untuk meningkatkan peluang hidup sehat selama beberapa dekade mendatang.</p>
<p>Setelah meninjau literatur tentang penuaan yang sehat, saya mengidentifikasi empat hal yang makin penting saat kamu berusia 50 tahun. Hal-hal ini di luar saran kesehatan umum yang bermanfaat pada usia berapa pun, seperti <a href="https://theconversation.com/kick-up-your-heels-ballroom-dancing-offers-benefits-to-the-aging-brain-and-could-help-stave-off-dementia-194969">tetap aktif</a>, <a href="https://theconversation.com/ultra-processed-foods-like-cookies-chips-frozen-meals-and-fast-food-may-contribute-to-cognitive-decline-196560">makan dengan baik</a> dan <a href="https://theconversation.com/better-sleep-for-kids-starts-with-better-sleep-for-parents-especially-after-holiday-disruptions-to-routines-196110">cukup tidur</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/F5rDA5k3R4c?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Seorang reporter TV sedang periksa kolonoskopi.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Lakukan pemeriksaan kolonoskopi</h2>
<p>Upaya mendorong setiap orang untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi tentu saja bukan nasihat yang menyenangkan. Namun, itu salah satu saran yang paling penting. </p>
<p>The American Cancer Society memperkirakan bahwa akan ada lebih dari 105.000 kasus baru kanker usus besar, lebih dari 45.000 kasus baru kanker dubur, dan <a href="https://www.cancer.org/cancer%20/colon-rectal-cancer/about/key-statistics.html">lebih dari 50.000 kematian akibat kanker kolorektal (kanker usus besar) pada 2023 saja</a>.</p>
<p>Hal ini menjadikan kanker kolorektal <a href="https://seer.cancer.gov/statfacts/html/common.html#">penyebab utama kedua kematian terkait kanker</a> untuk laki-laki dan perempuan.</p>
<p>Kabar baiknya, <a href="https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-cancer/detection-diagnosis-staging/survival-rates.html">tingkat kelangsungan atau ketahanan hidup akan tinggi</a> jika kanker terdeteksi dini, sebelum menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tingkat kelangsungan hidup berisiko turun drastis jika kanker ditemukan pada tahap selanjutnya.</p>
<p><a href="https://www.niddk.nih.gov/health-information/diagnostic-tests/colonoscopy">Pemeriksaan kolonoskopi</a> adalah prosedur rawat inap rutin yang mencakup <a href="https://theconversation.com/colonoscopy-is-still-the-most-recommended-screening-for-colorectal-cancer-despite-conflicting-headlines-and-flawed-interpretations-of-a-new-study-192374">pemeriksaan rektum dan usus besar</a> dan membutuhkan sedasi (pembiusan) atau anestesi.</p>
<p>Selain mendeteksi kanker atau polip yang berpotensi ganas, dokter juga dapat mendeteksi jaringan bengkak dan bisul. Hal ini mungkin mengindikasikan potensi masalah sehingga membutuhkan pemantauan yang lebih sering.</p>
<p>Untuk orang yang berisiko rendah terkena kanker kolorektal, ada <a href="https://www.health.harvard.edu/blog/colon-cancer-screening-decisions-whats-the-best-option-and-when%20-202206152762">tes yang kurang invasif</a> yang dapat dilakukan di rumah, <a href="https://www.healthline.com/health/cologuard">seperti Cologuard</a>. Tes ini melibatkan pengumpulan dan pengiriman sampel kotoran ke laboratorium. Pilihan ini harus didiskusikan dengan dokter untuk mengetahui skrining mana yang terbaik untukmu.</p>
<p>Pada 2021, Gugus Tugas Layanan Pencegahan Amerika Serikat, sebuah panel pakar nasional, mengubah rekomendasinya untuk memulai skrining kanker kolorektal <a href="https://doi.org/10.1001/jama.2021.6238">dari usia 50 hingga 45 tahun</a> untuk orang dengan risiko rendah. Akibatnya, <a href="https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-cancer/detection-diagnosis-staging/screening-coverage-laws.html">perusahaan asuransi diwajibkan</a> untuk menanggung biaya pemeriksaan siapa pun yang berusia 45 tahun atau lebih.</p>
<p>Orang yang berisiko tinggi <a href="https://www.uspreventiveservicestaskforce.org/uspstf/recommendation/colorectal-cancer-screening">harus melakukan skrining lebih awal</a>. <a href="https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal-cancer/detection-diagnosis-staging/acs-recommendations.html">Risiko tinggi</a> didefinisikan sebagai riwayat keluarga kanker kolorektal atau diagnosis <a href="https://www.cdc.gov/ibd/what-is-IBD.ht">penyakit radang usus</a>. </p>
<p>Kanker kolorektal juga dapat terjadi pada orang yang lebih muda; misalnya, bintang “Black Panther”, aktor Chadwick Boseman, <a href="https://www.nytimes.com/2020/08/28/movies/chadwick-boseman-dead.%20html">meninggal karena kanker usus besar pada usia 43 tahun</a> pada 2020.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A photograph of a Black man wearing a tuxedo and bow tie." src="https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/510691/original/file-20230216-28-8dde3u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Aktor Chadwick Boseman di NAACP Image Awards 2016 di Pasadena, California. Boseman meninggal karena kanker usus besar pada 2020 saat berusia 43 tahun.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/actor-chadwick-boseman-poses-in-the-press-room-at-the-47th-news-photo/508687706?phrase=chadwick%20boseman&adppopup=true">Jason LaVeris/Film Magic via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Dapatkan vaksin herpes zoster</h2>
<p>Bagi banyak orang yang tumbuh pada 1970-an dan 1980-an, terkena cacar air merupakan hal yang wajar. Saya memiliki kasus yang sangat parah sekitar ulang tahun ke-10 saya.</p>
<p>Setelah kamu terkena cacar air, <a href="https://theconversation.com/chickenpox-and-shingles-virus-lying-dormant-in-your-neurons-can-reactivate-and-increase-your-risk-%20of-stroke-new-research-identified-a-potential-culprit-194627">virus akan tidak aktif (<em>dormant</em>)</a> di tubuh selama sisa hidupmu. Namun, virus itu <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/shingles/symptoms-causes/syc-20353054">dapat muncul kembali sebagai herpes zoster</a>.</p>
<p>Meski herpes zoster biasanya tidak mengancam jiwa, virus ini dapat menyebabkan ruam dan bisa sangat menyakitkan. Terkena herpes zoster juga <a href="https://doi.org/10.1093/infdis/jiac405">sangat meningkatkan risiko terkena stroke</a> pada tahun berikutnya.</p>
<p>Kabar baiknya, vaksin herpes zoster sangat efektif. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan <a href="https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/shingles/public/shingrix/index.html">orang dewasa berusia 50 tahun ke atas mendapatkan rejimen dua suntikan</a>, dengan interval dua hingga enam bulan, yang 97% efektif mencegah herpes zoster.</p>
<h2>Tingkatkan tabungan pensiun, cari banyak diskon</h2>
<p>Masa pensiun mungkin masih lama, tapi <a href="https://news.gallup.com/poll/394943/retiring-planning-retire-later.aspx">rata-rata usia pensiun</a> di Amerika Serikat pada 2022 adalah 61 tahun. Studi yang sama menemukan bahwa rata-rata orang mengira mereka akan pensiun pada usia 66 tahun.</p>
<p>Bagi siapa pun yang lahir setelah 1960, tunjangan pensiun penuh <a href="https://www.ssa.gov/benefits/retirement/planner/agereduction.html">tidak diberikan sampai usia 67</a>, menyisakan jarak enam tahun antara usia 67 tahun dan usia pensiun rata-rata (61 tahun).</p>
<p>Pensiun lebih awal dari yang telah kamu rencanakan dapat terjadi karena berbagai alasan, tapi yang tidak disengaja, seperti kehilangan pekerjaan, cedera, atau sakit, dapat menjadi tekanan finansial. Aturan umumnya adalah Anda membutuhkan sekitar <a href="https://www.aarp.org/retirement/planning-for-retirement/info-2020/how-much-money-do-you%20-need-to-retire.html">80% dari pendapatan sebelum pensiun</a> agar nyaman secara finansial saat pensiun. Ini terdiri dari semua sumber pendapatan, termasuk tunjangan Jaminan Sosial, pensiun dan investasi.</p>
<p>Jika Anda terlambat menabung, Internal Revenue Service (lembaga pengumpul pajak pendapatan di Amerika Serikat) membolehkan Anda <a href="https://www.irs.gov/retirement-plans/plan-participant-employee/retirement-topics-%20catch-up-contributions">memberikan kontribusi tambahan</a> mulai tahun Anda menginjak usia 50 tahun. Karyawan yang berusia 50 tahun atau lebih dengan skema pembagian keuntungan model <a href="https://www.irs.gov/retirement-plans/401k-plans#:%7E:text=A%20401(k)%20is%20a,can%20contribute%20to%20employees'%20accounts.">a 401(k</a>, <a href="https://www.irs.gov/retirement-plans/irc-403b-tax-sheltered-annuity-plans#:%7E:text=A%20403(b)">403(b)</a>, atau <a href="https://www.irs.gov/retirement-plans/irc-457b-deferred-compensation-plans">457(b)</a> yang memberikan ontribusi tambahan sebesar US$7.500 setahun. </p>
<p>Uang ini tumbuh bebas pajak dan membantu menyediakan bantalan ekstra saat Anda pensiun. Pada usia 50 tahun, tambahan $1.000 per tahun juga dapat disumbangkan untuk <a href="https://www.irs.gov/retirement-plans/plan-participant-employee/retirement-topics-ira-%20batas%20kontribusi">akun pensiun individu dan akun Roth IRA</a>.</p>
<p>Cara lain untuk berhemat: banyak hotel, restoran, dan gerai ritel menawarkan diskon untuk orang sepuh mulai usia 50 tahun.</p>
<p>Anda dapat menemukan diskon yang andal dan terkini dengan bergabung dalam <a href="https://www.aarp.org/membership/benefits/all-offers-a-z/?intcmp=GLOBAL-HDR-LNK-CLK-BENEFITS%20-UXDIA">AARP</a>. Organisasi nirlaba ini mengadvokasi orang berusia 50 tahun ke atas. Keanggotaan di bawah $20 per tahun dan memberikan ratusan diskon.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/8G51OpWo0QI?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Tantangan-tantangan saat mencapai 50 tahun.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Bereskan dokumen Anda</h2>
<p>Meskipun banyak orang-orang berusia 50-an dan lebih masih memiliki dekade terbaik pada masa depan mereka, sangat penting untuk mempersiapkan hal yang tidak terduga – pada usia berapa pun. <a href="https://www.statista.com/statistics/241572/death-rate-by-age-and-sex-in-the-us/">Tingkat kematian untuk orang berusia 55 hingga 64 tahun dua kali lipat</a> dari mereka usia 45 sampai 54.</p>
<p>Ini adalah waktu yang tepat untuk memutuskan bagaimana kamu ingin urusanmu ditangani. Menurut National Institute on Aging, urusan ini termasuk <a href="https://www.nia.nih.gov/health/getting-your-affairs-order">surat wasiat, wasiat perawatan medis yang diinginkan atau tidak diinginkan untuk tetap hidup (<em>living will</em>), dan surat kuasa yang tahan lama</a>.</p>
<p>Sebuah surat wasiat menjelaskan bagaimana distribusi aset keuangan setelah kematianmu. Namun, <a href="https://theconversation.com/68-of-americans-do-not-have-a-will-137686">kebanyakan orang Amerika tidak memiliki surat wasiat</a>. Ada beberapa <a href="https://theconversation.com/online-tools-put-will-writing-in-reach-for-most-people-but-theyre-not-the-end-of-%20the-line-for-producing-a-legally-binding-document-173569">perangkat online untuk membantu penulisan surat wasiat</a> dan <a href="https://theconversation.com/want-to-do-more-for-your-favorite-charity-consider-a-planned-gift-138241">warisan</a> yang dapat mempermudah proses ini.</p>
<p><a href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/consumer-health/in-depth/living-wills/art-20046303"><em>Living will</em></a> menunjukkan jenis perawatan yang kamu inginkan atau tidak inginkan jika kamu tidak dapat mengkomunikasikan preferensimu. </p>
<p><a href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/consumer-health/in-depth/living-wills/art-20046303">Surat kuasa yang tahan lama</a> adalah dokumen yang memungkinkan seseorang yang kamu tunjuk membuat keputusan perawatan kesehatan untukmu jika kamu tidak bisa. Ini berbeda dengan surat kuasa umum, yang berakhir jika kamu tidak lagi dapat mengambil keputusan sendiri.</p>
<p>Ini mungkin tampak seperti daftar hal-hal yang harus dilakukan yang memakan waktu, tapi memecahnya menjadi tugas-tugas terpisah membuatnya lebih mudah dikelola. Sejauh ini, saya telah menambah tabungan pensiun saya dan menjadwalkan kolonoskopi saya – meskipun saya terlambat lima tahun untuk itu, berdasarkan rekomendasi baru.</p>
<p>Saya akan menyelesaikan sisanya pada akhir tahun – dan jika kamu berusia 50 tahun atau hanya merencanakan kehidupan mendatang, saya harap kamu juga melakukannya. Memang, tidak semuanya menyenangkan, tapi semua yang ada di daftar periksa ini akan menambah keamanan pada tahun-tahun kamu, dan mungkin bertahun-tahun dalam hidupmu.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/200832/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jay Maddock tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mendorong setiap orang untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi tentu saja bukan nasihat yang paling menyenangkan, tapi itu salah satu yang paling penting.Jay Maddock, Professor of Public Health, Texas A&M UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1987752023-02-03T08:01:55Z2023-02-03T08:01:55ZEvaluasi pencegahan kanker di Indonesia: banyak peraturan dan aksi tapi tidak terbuka soal capaian program<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508025/original/file-20230203-26-7racqb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan menyiapkan alat Radioterapi Linear Accelerator, (LINAC) Elekta Versa HD di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, 6 Januari 2023, untuk menangani penyakit kanker.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1672998312&getcod=dom"> ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Kanker Sedunia, 4 Februari</em>.</p>
<p>Angka kejadian dan kematian akibat kanker meningkat dengan cepat secara global meski terdapat kemajuan dan inovasi dalam upaya pencegahan dan pengobatan kanker. </p>
<p>Tiga jenis kanker dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33538338/">angka kejadian tertinggi di dunia pada 2020</a> adalah kanker payudara, paru-paru, dan kolorektal (usus besar dan rektum). Kanker paru-paru menjadi penyebab utama kematian dalam kluster kanker. </p>
<p>Pertumbuhan populasi, kenaikan angka harapan hidup sehingga terjadi pertumbuhan populasi berusia tua (<a href="https://theconversation.com/seperlima-penduduk-indonesia-berusia-60-tahun-pada-2045-bagaimana-kebijakan-mengantisipasi-penuaan-populasi-196951">di atas 60 tahun</a>), gaya hidup, serta perkembangan sosial dan ekonomi, semuanya berkontribusi terhadap meningkatnya beban kanker, terutama di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27522007/">negara berpenghasilan rendah dan menengah</a> termasuk Indonesia. </p>
<p>Menurut data terbaru dari <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">Globocan untuk tahun 2020</a>, ada 141,1 kasus kanker baru per 100.000 orang di Indonesia, dan terdapat 85,1 kematian akibat kanker per 100.000 orang. </p>
<p>Kanker adalah penyebab kematian terbesar dari penyakit tidak menular, kedua setelah penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Data WHO menunjukkan <a href="https://www.who.int/publications/m/item/noncommunicable-diseases-idn-country-profile-2018">18,6% dari 686.532 kematian dini</a> di Indonesia pada 2016 adalah akibat penyakit tidak menular.</p>
<p>Riset <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01438-6/fulltext">terbaru</a> menemukan bahwa 44,4% kematian akibat kanker secara global pada 2019 disebabkan oleh estimasi faktor risiko, yang meliputi faktor risiko lingkungan, perilaku, dan metabolisme. Faktor risiko itu bisa dicegah dengan kebijakan dan perubahan perilaku. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kanker-yang-membunuh-faktor-risiko-lingkungan-dan-gaya-hidup-lebih-dominan-ketimbang-genetik-111517">Kanker yang membunuh: faktor risiko lingkungan dan gaya hidup lebih dominan ketimbang genetik</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kita perlu melihat capaian Indonesia dalam proses penanggulangan kanker nasional, beserta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mempercepat tercapainya sasaran strategis. Ada banyak peraturan teknis dan aksi dari pemerintah untuk mencegah kanker tapi capaian programnya tidak terbuka.</p>
<h2>Pencegahan adalah kunci</h2>
<p>Hari Kanker Sedunia kali ini mengusung kampanye tiga tahun (2022-2024) dengan slogan “<a href="https://www.worldcancerday.org/about/2022-2024-world-cancer-day-campaign"><em>Close the Care Gap</em></a>”. Kampanye ini meliputi upaya memahami masalah ketimpangan akses layanan kanker di seluruh dunia, menyatukan suara dan mengambil langkah aksi, serta menyuarakan suara publik kepada pihak pemangku kebijakan. </p>
<p>Upaya preventif atau pencegahan penyakit bertujuan untuk mengurangi risiko penyakit, memperlambat perkembangan, dan mencegah kematian dini. Tataran ilmu kesehatan masyarakat mengkategorikan upaya preventif sebagai <a href="https://www.taylorfrancis.com/books/mono/10.1201/9781315154657/donaldsons-essential-public-health-liam-donaldson-paul-rutter">pencegahan primer, sekunder, dan tersier</a>. </p>
<p>Pencegahan primer mengubah lingkungan atau perilaku individu untuk menghindari penyakit. Pencegahan sekunder menargetkan individu tanpa gejala untuk menghentikan perkembangan penyakit. Tindakan pencegahan tersier mengelola penyakit dan meningkatkan kualitas hidup melalui tata laksana berkualitas untuk mengurangi kecacatan dan komplikasi. </p>
<p>Telah diketahui bahwa pencegahan primer penyakit kronis, seperti kanker, adalah <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/259232/WHO-NMH-NVI-17.9-eng.pdf">strategi kesehatan masyarakat yang paling hemat biaya</a>. Strategi pencegahan primer meliputi berhenti merokok, mengubah pola makan (misalnya, mengurangi konsumsi daging merah dan membatasi makanan berlemak), dan mempromosikan aktivitas fisik. </p>
<p>Mengubah variabel gaya hidup yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker (seperti olahraga, berhenti merokok, dan nutrisi) dan obat-obatan protektif (seperti vaksinasi) adalah <a href="https://apps.who.int/iris/handle/10665/94384">pendekatan utama lainnya dalam upaya pencegahan kanker</a>. </p>
<p>Meski telah diketahui sejumlah strategi pencegahan primer yang efektif, strategi tersebut belum diadopsi secara luas. Sangat penting untuk para pemangku kebijakan menyadari bahwa pencegahan primer memerlukan perubahan yang lebih luas dalam tata kelola sosial, ekonomi, politik, lingkungan, dan budaya daripada hanya mengubah perilaku individu. </p>
<p>Jelas bahwa tindakan kolaboratif multisektoral yang menangani faktor sosial ekonomi penentu penyakit yang mendasari, tumpang tindih, dan saling terkait diperlukan. Kemampuan dan sumber daya yang memadai juga diperlukan, selain dukungan publik terhadap kebijakan tersebut.</p>
<p>Sebuah <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01438-6/fulltext">riset terbaru</a> menyoroti bahwa sebagian besar beban kanker secara global memiliki potensi untuk untuk dicegah melalui intervensi yang ditujukan untuk mengurangi paparan faktor risiko kanker yang telah diketahui (pencegahan primer). </p>
<p>Selain itu, upaya pengurangan risiko kanker tersebut harus dilakukan bersama dengan strategi pengendalian kanker yang komprehensif. Hal ini mencakup upaya untuk mendukung skrining dan diagnosis dini (pencegahan sekunder) serta tata laksana yang efektif dan berkualitas (pencegahan tersier).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sebuah-tes-darah-mutakhir-mampu-mendeteksi-delapan-jenis-kanker-sejak-stadium-dini-90550">Sebuah tes darah mutakhir mampu mendeteksi delapan jenis kanker sejak stadium dini</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Peraturan cegah kanker</h2>
<p>Indonesia memiliki sejumlah peraturan teknis untuk mencegah penyakit kanker. </p>
<p><a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._34_ttg_Penanggulangan_Kanker_Payudara_dan_Leher_Rahim_.pdf">Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2015</a> dan <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._29_ttg_Penanggulangan_Kanker_Payudara_dan_Kanker_Leher_Rahim_.pdf">Nomor 29 Tahun 2017</a> mengatur program penanggulangan nasional untuk kanker payudara dan leher rahim, dua jenis kanker yang sering dijumpai di Indonesia. Peraturan ini untuk mengatasi beban kanker yang meningkat. </p>
<p>Tujuan utama program ini meliputi promosi kesehatan—khususnya, keterlibatan masyarakat dalam upaya pencegahan primer dan langkah-langkah pencegahan sekunder, seperti perluasan skrining dan diagnosis dini. Juga perbaikan sistem rujukan di antara fasilitas kesehatan primer. </p>
<p>Ada pula <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-14-2017_ttg_Komite_Penanggulangan_Kanker_Nasional_.pdf">Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/14/2017 tentang Komite Penanggulangan Kanker Indonesia</a>. Keputusan ini menjadi dasar pembentukan Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) yang memiliki masa kerja hingga Desember 2019. KPKN mempunyai tugas membantu Kementerian Kesehatan dalam menyusun dan melaksanakan Rencana Aksi Penanggulangan Kanker Nasional. </p>
<p>Upaya ini diikuti dengan diberlakukannya registrasi kanker berbasis populasi di 14 provinsi, dengan <a href="https://rskgm.ui.ac.id/wp-content/uploads/2021/03/028.-kmk4102016.pdf">cakupan 14% dari seluruh populasi</a> dan memungkinkan mengumpulkan data kejadian kanker nasional. </p>
<p>Hal ini sejalan dengan Rencana Aksi Penanggulangan Kanker Nasional yang berisi <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/KMK_No._HK_.01_.07-MENKES-14-2017_ttg_Komite_Penanggulangan_Kanker_Nasional_.pdf">13 sasaran strategis</a>. Sasaran itu mencakup peningkatan jumlah fasilitas layanan kesehatan terstandarisasi, sumber daya manusia terlatih, kualitas pemberian layanan kesehatan, keselamatan pasien, serta teknologi dan sumber daya di seluruh penyediaan perawatan kanker. </p>
<p>Penyusunan <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/pedoman-teknis-pengendalian-kanker-payudara-kanker-leher-rahim">Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim</a> merupakan langkah baik dalam upaya penanggulangan kanker di Indonesia. Ini dapat menjadi contoh dalam proses penyusunan pedoman penanggulangan kanker yang komprehensif untuk semua jenis kanker. </p>
<p><a href="https://www.harikankersedunia.com/download/7.%20Pedoman%20Strategi%20&%20Langkah%20Aksi%20Pengembangan%20Registrasi%20Kanker%20Berbasis%20Populasi.pdf">Pedoman Strategi dan Langkah Aksi Pengembangan Registrasi Kanker Berbasis Populasi</a> juga telah disusun untuk membantu melengkapi perbendaharaan pengetahuan serta asupan teknis bagi para pembuat kebijakan dan pengelola program. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/9-faktor-yang-pengaruhi-perempuan-cepat-lambat-deteksi-awal-kanker-payudara-150470">9 faktor yang pengaruhi perempuan cepat-lambat deteksi awal kanker payudara</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Capaian indikator tak transparan</h2>
<p>Pemerintah dan peneliti perlu menganalisis dan menginterpretasikan data kanker berbasis populasi. Hal ini dapat mendukung aksi di tingkat populasi yang bertujuan dalam mengurangi beban kanker.</p>
<p>Salah satu masalahnya adalah hingga artikel ini ditulis, penulis tidak dapat mengakses laporan capaian indikator keberhasilan program pencegahan kanker di Indonesia karena tidak dibuka bagi publik. Padahal, publik juga diharapkan ikut berperan dalam proses pengawasan implementasi dan evaluasi guna menjamin bahwa kegiatan yang dilakukan selaras dengan kepentingan masyarakat.</p>
<p>Selain itu, sebuah riset yang mengeksplorasi <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/10732748211053464#bibr9-10732748211053464">tren penelitian kanker di Indonesia</a> menemukan kurangnya keragaman dan cakupan studi terkait kanker di Indonesia. Riset dasar menjadi jenis riset yang paling banyak dieksplorasi di Indonesia dan berpusat utamanya di Jawa.</p>
<p>Kita butuh lebih banyak riset tentang layanan kesehatan, kebijakan, kesehatan masyarakat, dan riset implementasi, serta dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Riset ini juga menyoroti adanya peluang penguatan kapasitas penelitian dalam negeri dengan cara kolaborasi internasional untuk mendukung organisasi penelitian di Indonesia. </p>
<p>Untuk mencapai hal ini, peneliti butuh akses terhadap data yang terbuka lebar bagi peneliti-peneliti kanker dari seluruh dunia. </p>
<p>Sudah saatnya Indonesia terbuka dan menghilangkan pembatasan akses penelitian bagi peneliti internasional serta tidak lagi melihatnya sebagai upaya mendominasi wajah riset Indonesia. </p>
<p>Pemerintah Indonesia dapat belajar dari keahlian yang dimiliki peneliti internasional, dengan misalnya mewajibkan keterlibatan seorang Indonesia dalam substansi penelitian dan dalam posisi yang setara. Riset ini penting untuk mengevaluasi dan merekomendasikan kebijakan untuk mencegah kanker yang lebih tepat sasaran terhadap populasi Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198775/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Melani Ratih Mahanani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pencegahan primer kanker adalah strategi kesehatan masyarakat yang hemat biaya. Namun, harus dilakukan bersama dengan strategi yang komprehensif (mencakup pencegahan sekunder dan tersier).Melani Ratih Mahanani, PhD Researcher in Epidemiology, Heidelberg Institute of Global Health, Germany, University of HeidelbergLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1978882023-01-16T09:31:04Z2023-01-16T09:31:04ZParasit pada anjing dapat membantu melawan kanker yang tidak dapat disembuhkan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504558/original/file-20230115-22-1o7e2h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Diidentifikasi pada anjing jenis boxer pada tahun 1984, parasit _Neospora caninum_ tidak berbahaya bagi manusia, tetapi terbukti efektif melawan sel tumor pada tikus.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Kanker adalah <a href="https://www.who.int/health-topics/cancer">penyebab kematian kedua di dunia</a> setelah <a href="https://ourworldindata.org/causes-of-death#what-do-people-die-from">penyakit kardiovaskular</a>. Keseriusan penyakit ini terletak pada keragaman mereka – beberapa jenis kanker dapat diobati secara efektif dengan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi, sementara jenis yang menunjukkan respons yang buruk atau sama sekali tidak menunjukkan respons. Oleh karena itu, meningkatkan cara pengobatan kanker merupakan tantangan besar.</p>
<p>Selama beberapa tahun, pengembangan imunoterapi – perawatan yang menggunakan berbagai komponen sistem kekebalan untuk melawan tumor – telah memberikan harapan. Beberapa menggunakan virus yang dimodifikasi, tetapi ini dapat mengakibatkan efek yang buruk bagi pasien.</p>
<p>Untuk mengatasi masalah ini, tim kami mempelajari kemungkinan menggunakan mikroorganisme <em>Neospora caninum</em>. Parasit ini ditemukan pada anjing dan tidak berbahaya bagi manusia. Hasil pertama dari penelitian kami, yang diperoleh pada tikus, sangat menggembirakan.</p>
<h2>Imunoterapi pertama: hasil positif</h2>
<p>Kemoterapi dan radioterapi mencegah multiplikasi sel tumor tetapi juga menyerang sel non-kanker, sehingga memiliki efek samping yang serius. Sebaliknya, imunoterapi merangsang sistem kekebalan pasien untuk menyerang sel kanker. Imunoterapi menggunakan berbagai strategi, mulai dari penggunaan antibodi yang menargetkan sel kanker atau yang mencegahnya menonaktifkan sistem kekebalan (dikenal sebagai <a href="https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/immune-checkpoint-inhibitor">sistem yang menghambat yang berasal dari imunitas seseorang</a>), hingga penggunaan mikroorganisme hidup yang menginduksi respons imun yang kuat untuk menghancurkan sel tumor.</p>
<p>Pendekatan imunoterapi telah digunakan sejak tahun 2001 untuk mengobati melanoma: pengembangan pos pemeriksaan imun pertama yang menghambat antibodi telah membantu lebih dari <a href="https://doi.org/10.1016/S1470-2045(16)30366-7">53,6% pasien yang dirawat untuk bertahan hidup selama dua tahun</a>. Pada tahun 2015, kemajuan lain dalam pengelolaan melanoma menghasilkan tingkat <a href="https://doi.org/10.1016/j.critrevonc.2022.103705">pengecilan tumor dan peningkatan kelangsungan hidup</a>. Ini didasarkan pada penggunaan virus herpes yang dimodifikasi untuk berkembang biak dalam sel tumor dan menyebabkan kematiannya.</p>
<p>Imunoterapi dapat menjadi kunci untuk mengobati kanker yang saat ini tidak dapat disembuhkan. Contohnya termasuk glioblastoma, kanker otak serius dengan kelangsungan hidup rata-rata <a href="http://dx.doi.org/10%E2%80%8B.15586/codon.glioblastoma.2017.ch8">15 bulan</a> setelah diagnosis, dan kanker pankreas, yang memiliki kelangsungan hidup rata-rata <a href="https://pancreatica.org/pancreatic-cancer/pancreatic-cancer-prognosis/">8 bulan</a>.</p>
<h2>Mikroorganisme sebagai harapan terapi baru?</h2>
<p><em>N. caninum</em> adalah parasit bersel tunggal yang dapat menyebabkan penyakit saraf parah dan kematian janin pada beberapa hewan, termasuk <a href="https://www.msdvetmanual.com/generalized-conditions/neosporosis/neosporosis-in-animals">sapi dan anjing</a>. Namun, parasit ini sama sekali tidak berbahaya bagi manusia dan sebagian besar hewan pengerat, yang mungkin dikarenakan perbedaan respons imun. Pada saat yang sama, <em>N. caninum</em> mampu berkembang biak <em>in vitro</em> dalam sel asal manusia atau tikus.</p>
<p>Layaknya virus-virus yang digunakan dalam imunoterapi, <em>N. caninum</em> dapat menghancurkan sel yang diinfeksi dan menginduksi <a href="https://doi.org/10.1006/expr.1996.4110">respons imun yang kuat</a>. Kedua karakteristik ini menjadikannya kandidat yang baik untuk imunoterapi antitumor.</p>
<p>Dengan pengetahuan ini, kami memutuskan untuk menguji kemampuannya dalam mengobati tikus untuk kanker timus (kelenjar yang terletak di bagian atas dada) yang disebut <a href="https://theoncologist.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1634/theoncologist.11-8-887">timoma</a>. Kanker jenis ini sebagian besar diobati dengan pembedahan pada manusia. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kemanjuran antikanker <em>N. caninum</em> sebelum mengujinya pada kanker yang kebal terhadap pengobatan yang ada.</p>
<p>Hasil pengujian kami, yang diterbitkan dalam <em>Journal for ImmunoTherapy of Cancer</em>, menunjukkan bahwa, pada tikus, <em>N. caninum</em> dapat mengontrol perkembangan tumor <a href="https://jitc.bmj.com/content/8/2/e001242">hingga regresi penuh</a>. Hasil ini diperoleh tidak hanya setelah mikroorganisme (yang tidak dimodifikasi) dimasukkan langsung ke tumor, tetapi juga dari jauh.</p>
<h2>Tiga mekanisme untuk mengendalikan perkembangan tumor</h2>
<p><em>N. canium</em> mampu mengontrol perkembangan tumor dengan tiga cara berbeda. Pertama, parasit ini dapat menghancurkan sel kanker secara langsung. Empat hari setelah perawatan, <a href="https://www.genome.gov/genetics-glossary/Vacuole">vakuola</a> (kompartemen kecil di dalam sel) yang berisi <em>N. caninum</em> diamati pada sel tumor. Dibentuk oleh mikroorganisme, kompartemen memungkinkannya berkembang biak di dalam sel inang sambil dilindungi dari degradasi. Setelah tahap penggandaan, sel yang diberi parasit akan dihancurkan.</p>
<p>Pengamatan vakuola dalam tumor tersebut menunjukkan bahwa <em>N. caninum</em> memang mampu berkembang biak dalam sel kanker dan kemudian menghancurkannya. <em>N. caninum</em> telah terdeteksi di sel lain, tetapi tanpa bertahan atau menyebabkan kerusakan.</p>
<p>Cara kedua yang dilakukan <em>N. caninum</em> untuk mengontrol perkembangan tumor adalah melalui stimulasi respons imun seluler. Respons ini ditandai dengan molekul peradangan tingkat tinggi serta perekrutan sel kekebalan yang khusus untuk menghancurkan sel kanker, terlepas dari apakah mereka terinfeksi <em>N. caninum</em> atau tidak. Sel-sel ini adalah sitotoksik <a href="https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/t-lymphocyte">limfosit T</a> dan <a href="https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/natural-killer-cell">sel pembunuh alami</a> (NK), dengan kekhususannya dalam menghasilkan protein yang mendegradasi membran sel, yang menyebabkan kerusakan sel kanker.</p>
<p>Terakhir, <em>N. caninum</em> mempengaruhi perkembangan tumor melalui pemrograman ulang lingkungan mikro tumor. Tumor tumbuh sebagian karena mampu “menenangkan” sistem kekebalan. Ini membentuk apa yang disebut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6200899/">lingkungan mikro imunosupresif</a>, yang mendukung perkembangan mereka. Tumor melakukannya dengan memproduksi molekul seperti VEGF (<em>vascular endothelial growth factor</em>), yaitu protein yang terlibat dalam pembentukan pembuluh darah yang membawa nutrisi ke tumor, dan PD-L1 (<em>programmed death-Ligand 1</em>), yang mencegah kematian sel yang menunjukkan keberadaan molekul ini dengan kuat.</p>
<p>Namun, setelah perawatan dengan <em>N. caninum</em>, kedua molekul ini diproduksi pada tingkat yang lebih rendah di dalam tumor. Penurunan konsentrasi ini memungkin pemograman ulang lingkungan mikro tumor agar dapat berpartisipasi dalam menghilangkan sel kanker.</p>
<h2>Hasil awal yang menjanjikan</h2>
<p>Percobaan pada tikus menunjukkan hasil-hasil awal tetapi sangat menggembirakan. Mereka menunjukkan bahwa <em>N. caninum</em> berpotensi menjadi kandidat yang baik untuk memperkaya persenjataan imunoterapi.</p>
<p>Menggunakan mikroorganisme untuk mengobati kanker adalah sebuah pertaruhan karena berpotensi untuk berkembang biak di dalam sel. Namun, pada akhir percobaan kami, <em>N. caninum</em> tidak lagi terdeteksi pada tikus yang dirawat. Meskipun manusia tidak rentan terhadap infeksi <em>N. caninum</em>, eliminasinya oleh sistem kekebalan harus dikonfirmasi sebelum dapat digunakan untuk terapi. Setelah menunjukkan kemanjurannya dalam model kanker jinak, langkah selanjutnya adalah mempelajari sifat antikanker <em>N. caninum</em> pada kanker yang sulit diobati.</p>
<hr>
<p>_Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris._s.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197888/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian baru menemukan bahwa parasit yang pertama kali diidentifikasi pada anjing dapat membantu merangsang sistem kekebalan tubuh manusia untuk menyerang sel tumor kanker.Arthur Battistoni, Doctorant, équipe BioMAP UMR ISP 1282, Université de ToursFrançoise Debierre-Grockiego, Enseignant chercheur, Université de ToursLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1923532022-10-13T01:59:29Z2022-10-13T01:59:29ZHadiah Nobel: bagaimana kimia klik dan kimia bioorthogonal mengubah industri farmasi dan material<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/489353/original/file-20221012-13-e2appg.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kimia klik menggabungkan molekul dengan mereaksikan azida dengan siklooktyne.</span> <span class="attribution"><span class="source">Boris Zhitkov/Moment via Getty Images</span></span></figcaption></figure><p><em><a href="https://www.nobelprize.org/prizes/chemistry/2022/press-release/">Hadiah Nobel Kimia 2022</a> diberikan kepada ilmuwan Carolyn R. Bertozzi, Morten Meldal dan K. Barry Sharpless untuk pengembangan mereka klik kimia</em> (click chemistry) <em>dan kimia bioorthogonal.</em></p>
<p><em>Teknik ini telah digunakan di sejumlah sektor, termasuk <a href="https://www.statnews.com/sponsor/2021/12/22/it-takes-two-the-future-of-click-chemistry-therapeutics/">memberikan perawatan</a> yang dapat membunuh sel kanker tanpa mengganggu sel sehat serta secara berkelanjutan dan cepat memproduksi polimer dalam jumlah besar untuk bahan-bahan bangunan. Satu obat berbasis kimia klik saat ini sedang menjalani <a href="https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04106492">uji klinis fase 2</a>. Bertozzi adalah penasihat ilmiah dari perusahaan yang mengembangkan obat tersebut.</em></p>
<p><em>Kami bertanya kepada kandidat Ph.D. kimia <a href="https://scholar.google.com/citations?user=HaxobcoAAAAJ&hl=en">Heyang (Peter) Zhang</a> dari <a href="http://lin.chem.buffalo.edu">Lin Lab</a> di University at Buffalo untuk berbicara tentang bagaimana teknik ini muncul dalam penelitiannya sendiri dan bagaimana mereka telah mengubah bidangnya dan industri lainnya.</em></p>
<h2>1. Bagaimana cara kerja kimia klik dan bioortogonal?</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/s43586-021-00028-z">Kimia klik (<em>click chemistry</em></a>, seperti namanya, adalah cara membangun molekul seperti menyatukan balok-balok Lego. Dibutuhkan dua molekul untuk meng-klik, sehingga peneliti menyebut masing-masing sebagai mitra klik.</p>
<p>K. Barry Sharpless dan Morten Meldal secara independen atau terpisah menemukan bahwa <a href="https://ehs.stanford.edu/reference/information-azide-compounds">azida</a>, suatu molekul berenergi tinggi dengan tiga nitrogen yang terikat bersama, dan <a href="https://www.angelo.edu/faculty/kboudrea/molecule_gallery/03_alkynes/00_alkynes.htm">alkuna</a>, suatu molekul yang relatif <em>inert</em> (zat yang tidak reaktif secara kimia) dan langka secara alami dengan dua karbon yang terikat rangkap tiga bersama-sama, adalah mitra klik yang hebat dengan <a href="https://doi.org/10.1021/cr0783479">menggunakan katalis tembaga</a>. </p>
<p>Mereka menemukan bahwa katalis tembaga dapat menyatukan dua bagian tersebut dalam pengaturan optimal. Sebelum teknik ini, para peneliti tidak memiliki cara untuk membuat molekul baru dengan cepat dan tepat dalam kondisi yang dapat diakses, seperti menggunakan air sebagai pelarut pada suhu kamar.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Diagram of click chemistry reaction" src="https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dengan menggabungkan azida dengan siklooktyne, kimia bioorthogonal memungkinkan peneliti untuk menggabungkan molekul dengan cepat tanpa mengganggu sel lainnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Clickscheme.png">Cliu89/Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ahli biologi kimia dengan cepat menyadari bahwa reaksi klik dapat menjadi cara yang fantastis untuk menyelidiki sistem kehidupan seperti sel, karena mereka menghasilkan sedikit atau tidak ada produk sampingan beracun dan dapat terjadi dengan cepat. Namun, katalis tembaga itu sendiri beracun bagi sistem kehidupan.</p>
<p>Carolyn Bertozzi menemukan solusi untuk masalah ini dengan <a href="https://doi.org/10.1021/ja044996f">menghilangkan katalis tembaga dari reaksi</a>. Dia melakukan ini dengan menempatkan alkuna ke dalam struktur cincin, yang mendorong terjadinya reaksi menggunakan regangan cincin yang dihasilkan dari molekul yang dipaksa ke dalam bentuk siklus. Reaksi bioorthogonal ini, atau reaksi yang terjadi “sejajar” dengan lingkungan kimia sel, dapat terjadi dalam sel tanpa mengganggu kimia normalnya.</p>
<h2>2. Bagaimana Anda menggunakan kimia ini dalam pekerjaan Anda?</h2>
<p>Dalam <a href="https://youtu.be/-Ch3VJhIbH4">sebuah wawancara</a>, Carolyn Bertozzi menyatakan bahwa langkah selanjutnya untuk kimia bioortogonal adalah menemukan reaksi dan aplikasi baru untuk menerapkannya. Penelitian lab kami berfokus tepat pada hal itu.</p>
<p>Rekan-rekan saya dan saya menerapkan teknik ini untuk melacak molekul yang menarik perhatian kami karena mereka berperilaku secara alami di dalam sel. Dalam suatu sel hidup, kami dapat <a href="https://doi.org/10.1021/jacs.8b00126">menambahkan satu uji coba ke reseptor</a> yang berperan dalam sejumlah proses seluler (berhubungan dengan sel).</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/wI7pEqRM3mM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Carolyn Bertozzi adalah salah satu pemenang Hadiah Nobel Kimia 2022.</span></figcaption>
</figure>
<p>Untuk menemukan reaksi baru, lab kami telah menghabiskan 15 tahun terakhir untuk <a href="https://doi.org/10.1002/cbic.202200175">mendorong seberapa cepat reaksi bioorthogonal dapat berjalan</a>. Kecepatan itu penting karena banyak molekul dalam organisme hidup yang hadir dalam konsentrasi rendah, dan menggunakan terlalu banyak bahan kimia yang diperlukan untuk reaksi dapat menjadi racun bagi sel. Semakin cepat reaksi, semakin sedikit reaksi samping yang tidak diinginkan.</p>
<p>Kami mempelopori cara lain untuk mencapai reaksi klik dan bioortogonal dengan lebih cepat. Alih-alih menggunakan azida dan alkuna seperti yang dilakukan para pemenang Hadiah Nobel pada awalnya, kami menggunakan dua molekul lain yang bergabung bersama ketika cahaya menyinari mereka. </p>
<p>Dengan teknik ini, kami dapat menambahkan molekul ke permukaan sel hidup dalam <a href="https://doi.org/10.1021/jacs.1c10354">sedikitnya 15 detik</a>. Kami kemudian dapat mengamati bagaimana struktur tertentu pada sel berfungsi di lingkungan alaminya, atau mendeteksi bagaimana perubahannya saat terpapar obat atau zat lain. Peneliti kemudian dapat lebih mudah menguji bagaimana sel bereaksi terhadap pengobatan potensial.</p>
<p>Saat ini, kami sedang mengembangkan metode baru untuk memicu reaksi ini tanpa cahaya. Kami secara aktif bekerja menggunakan kimia bioorthogonal untuk meningkatkan pencitraan PET (<em>polyethylene terephthalate</em>) untuk menyaring dan memantau tumor.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Digram yang menggambarkan obat kanker " src="https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kimia bioorthogonal dapat digunakan untuk obat kanker ‘klik untuk melepaskan’.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1038/s41467-018-03880-y">Rossin 2018 (Nature Communications)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Mengapa teknik ini sangat penting untuk bidang Anda?</h2>
<p>Sebelum kimia klik dan bioorthogonal, tidak ada cara untuk memvisualisasikan molekul dalam sel hidup dalam keadaan alaminya.</p>
<p>Sebagai analogi, bayangkan Anda perlu menemukan uang dolar tertentu dengan nomor seri 01234567. Itu akan menjadi tugas yang mengerikan. Ini akan mengharuskan Anda untuk melewati setiap dolar yang bisa Anda dapatkan dan memverifikasi apakah nomor seri yang Anda cari.</p>
<p>Melacak molekul dalam tubuh kita sama sulitnya, jika tidak lebih sulit. Karena lingkungan biologis begitu kompleks, sebelumnya tidak mungkin menambahkan suatu uji coba hanya pada molekul yang diinginkan tanpa secara tidak sengaja menandai sesuatu yang lain, atau lebih buruk lagi, mengubah kimia normal sel. Namun, dengan reaksi bioortogonal, para peneliti pada dasarnya dapat menambahkan pelacak GPS ke molekul tanpa mempengaruhi bagian sel lainnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192353/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Heyang (Peter) Zhang works in Lin's lab at the University at Buffalo.
</span></em></p>Sebelum kimia klik dan bioorthogonal, tidak ada cara untuk memvisualisasikan molekul dalam sel hidup dalam keadaan alaminya.Heyang (Peter) Zhang, PhD Candidate in Chemistry, University at BuffaloLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1810622022-04-12T07:44:18Z2022-04-12T07:44:18ZLada hitam: sehat atau tidak?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/457619/original/file-20220412-19-1dsxrm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Khunaoy/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Semua orang tahu bahwa mengkonsumsi terlalu banyak garam tidak baik untuk kesehatan. Tapi tidak ada yang pernah menyebutkan dampak potensial dari bumbu lain di wadah bumbu kecil di meja makan: lada hitam. Sejauh mana pengaruhnya bagi kesehatan?</p>
<p>Selama berabad-abad, orang-orang telah berpikir bahwa lada hitam berperan dalam kesehatan. Lada hitam, buah kering dari pohon anggur <em>Piper nigrum</em>, telah menjadi bagian dari pengobatan tradisional <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23768180/">India (Ayurveda) selama ribuan tahun</a>. Praktisi Ayurveda percaya bahwa lada hitam memiliki sifat “<a href="https://www.joyfulbelly.com/Ayurveda/ingredient/Black-Pepper/22">karminatif</a>” - yaitu, meredakan perut kembung. Selain itu, dalam pengobatan tradisional Tiongkok, lada hitam digunakan untuk <a href="https://www.mccormickscienceinstitute.com/content/msi/assets/Singeltary%20Nutr%20Today%2045,43,2010.pdf">mengobati epilepsi</a>.</p>
<p>Ilmu pengetahuan modern menunjukkan bahwa lada hitam memang bermanfaat bagi kesehatan. Peran ini berasal dari alkaloid yang disebut piperin – bahan kimia yang memberi lada rasa pedas, dan antioksidan kuat.</p>
<p>Antioksidan adalah molekul-molekul yang membersihkan zat berbahaya yang disebut “radikal bebas”. Pola makan yang tidak sehat, terlalu banyak terpapar sinar matahari, alkohol, dan merokok bisa meningkatkan jumlah radikal bebas dalam tubuh Anda. Kelebihan molekul yang tidak stabil ini dapat merusak sel, membuat orang menua lebih cepat dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, radang sendi, asma, dan diabetes.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A very sunburned man." src="https://images.theconversation.com/files/456150/original/file-20220404-23-ejsitr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/456150/original/file-20220404-23-ejsitr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/456150/original/file-20220404-23-ejsitr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/456150/original/file-20220404-23-ejsitr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/456150/original/file-20220404-23-ejsitr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/456150/original/file-20220404-23-ejsitr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/456150/original/file-20220404-23-ejsitr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sinar ultraviolet matahari meningkatkan jumlah radikal bebas dalam tubuh kita.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/man-serious-expression-after-getting-sunburned-1136142470">AJR_photo/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Studi laboratorium pada hewan dan sel telah menunjukkan bahwa piperin dapat melawan radikal bebas. Dalam <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1179/135100004225004742">satu penelitian</a>, tikus dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, dengan beberapa tikus diberi diet normal dan tikus lainnya diberi diet tinggi lemak. Satu kelompok tikus diberi diet tinggi lemak yang dilengkapi dengan lada hitam dan kelompok tikus lainnya diberi makan diet tinggi lemak yang dilengkapi dengan piperin.</p>
<p>Tikus yang diberi diet tinggi lemak yang dilengkapi dengan lada hitam atau piperin memiliki tanda kerusakan radikal bebas yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tikus yang hanya diberi diet tinggi lemak. Memang, tanda kerusakan radikal bebas mereka sebanding dengan tikus yang diberi diet normal.</p>
<p>Piperin juga bersifat anti-inflamasi. Peradangan kronis terkait dengan berbagai penyakit, termasuk penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis. Sekali lagi, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa piperin mengurangi <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19327174/">peradangan dan nyeri</a> pada tikus dengan radang sendi.</p>
<p>Lada hitam juga dapat membantu tubuh menyerap senyawa bermanfaat tertentu dengan lebih baik. Misalnya adalah resveratrol - zat antioksidan yang ditemukan dalam anggur merah, buah beri, dan kacang tanah. Studi menunjukkan bahwa resveratrol <a href="https://www.webmd.com/heart-disease/resveratrol-supplements">dapat melindungi</a> penyakit jantung, kanker, Alzheimer, dan diabetes.</p>
<p>Kendati begitu, resveratrol cenderung pecah sebelum usus dapat menyerapnya ke dalam aliran darah. Nah, lada hitam didapati bisa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3295233/">meningkatkan “bioavailabilitas” resveratrol</a>. Dengan kata lain, resveratrol lebih banyak tersedia bagi tubuh untuk digunakan.</p>
<p>Lada hitam juga dapat meningkatkan penyerapan kurkumin, yang merupakan bahan aktif dalam bumbu kunyit – anti-inflamasi yang populer. Para ilmuwan menemukan bahwa mengkonsumsi 20mg piperin dengan 2g kurkumin meningkatkan ketersediaan kurkumin pada manusia <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3535097/">sebesar 2.000%</a>.</p>
<p>Penelitian lain menunjukkan bahwa lada hitam dapat <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S027153179900007X#:%7E:text=Supplementation%20with%20beta%2Dcarotene%20%20plus%20piperine%20for%2014%2Ddays%20diproduksi,%20dengan%20beta%2Dcarotene%20plus%20placebo.">meningkatkan penyerapan beta-karoten</a>, senyawa yang ditemukan dalam sayuran dan buah-buahan yang diubah tubuh menjadi vitamin A. Beta-karoten berfungsi sebagai antioksidan kuat yang dapat melawan kerusakan sel. Penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi 15mg beta-karoten dengan 5mg piperin sangat meningkatkan kadar beta-karoten dalam darah dibandingkan dengan mengkonsumsi beta-karoten saja.</p>
<h2>Piperin dan kanker</h2>
<p>Lada hitam juga memiliki sifat melawan kanker. Studi melalui tabung reaksi menemukan bahwa piperin mengurangi reproduksi <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23870999/">payudara</a>, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30575945/">prostat</a>, dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24819444/">sel kanker usus besar</a> dan mendorong sel kanker untuk mati.</p>
<p>Para peneliti <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24692724/">membandingkan 55 senyawa</a> dari berbagai rempah-rempah dan menemukan bahwa piperin adalah kandungan yang paling efektif untuk meningkatkan efektivitas pengobatan khusus untuk kanker payudara ‘triple-negatif’ – jenis kanker yang paling agresif.</p>
<p>Piperin juga menunjukkan efek yang menjanjikan dalam meminimalkan resistensi multiobat dalam sel kanker, yang berpotensi mengurangi efektivitas kemoterapi.</p>
<p>Namun, saya perlu menyampaikan peringatan. Semua hal di atas cukup tidak pasti, karena sebagian besar penelitian dilakukan pada kultur sel atau hewan. Eksperimen semacam ini pun tidak selalu “bisa diterjemahkan atau diterapkan” ke manusia. </p>
<p>Meski begitu, Anda tetap bisa meyakini bahwa penambahan beberapa butir lada ke makanan tidak berbahaya – bahkan bisa jadi bermanfaat bagi kesehatan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/181062/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Laura Brown tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Piperin juga menunjukkan efek yang menjanjikan dalam meminimalkan resistensi multiobat dalam sel kanker, yang berpotensi mengurangi efektivitas kemoterapi.Laura Brown, Senior Lecturer in Nutrition, Food, and Health Sciences, Teesside UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1682712021-11-03T06:24:20Z2021-11-03T06:24:20ZBagaimana obat nuklir dapat mengobati kanker prostat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/428472/original/file-20211026-19-14nctyd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/sign-display-business-money-8016907/">Photo by Anna Tarazevich from Pexels</a></span></figcaption></figure><p>Kanker prostat telah menjadi <a href="https://lifestyle.kompas.com/read/2021/05/09/162342620/waspada-5-jenis-kanker-yang-paling-mematikan-bagi-pria?page=all">salah satu penyakit tidak menular paling mematikan</a> di kalangan laki-laki. </p>
<p>Ada <a href="https://gco.iarc.fr/today/online-analysis-pie?v=2020&mode=cancer&mode_population=continents&population=900&populations=900&key=total&sex=0&cancer=39&type=0&statistic=5&prevalence=0&population_group=0&ages_group%5B%5D=0&ages_group%5B%5D=17&nb_items=7&group_cancer=1&include_nmsc=1&include_nmsc_other=1&half_pie=0&donut=0">sekitar 1,4 juta kasus baru kanker prostat</a> di seluruh dunia pada 2020. Di Indonesia, ada sekitar <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">13.000 kasus baru kanker protastat</a> dan kematian karena kanker tersebut mencapai sekitar 4.800 kasus. Di negeri ini, usia rata-rata penderita kanker prostat adalah<a href="http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKProstat.pdf"> 67,18 tahun.</a></p>
<p>Masalahnya, sekitar <a href="https://www.merdeka.com/sehat/kenali-kanker-prostat-penyakit-kanker-dengan-jumlah-penderita-keempat-terbanyak.html">60% orang datang</a> untuk berobat ketika sudah pada stadium tinggi (stadium 4) atau stadium lanjut. Sehingga harapan hidup pasien penderita penyakit kanker prostat ini semakin kecil. </p>
<p><a href="https://kilasbadannegara.kompas.com/badan-tenaga-nuklir-nasional/read/2020/10/21/14070271/pimpin-prn-batan-gandeng-beberapa-stakeholder-kembangkan-radioisotop-dan">Penelitian kami</a>, yang termasuk dalam Prioritas Riset Nasional (PRN), mengembangkan suatu obat nuklir yang spesifik untuk mendeteksi dan mengobati kanker prostat yaitu obat nuklir injeksi Lutesium-177-Prostate Specific Membrane Antigen-617 (Lu-177-PSMA-617). Pada permukaan sel kanker prostat ditemukan suatu protein yang jumlahnya banyak bernama <a href="https://www.mskcc.org/news/psma-new-target-prostate-cancer-treatment">PSMA</a>. Protein PSMA ini digunakan sebagai target dalam pengobatan kanker prostat. </p>
<p>Salah satu kelebihan obat nuklir ini adalah cairan injeksi hanya akan mengobati sel-sel kanker prostat, tanpa mengakibatkan efek berbahaya pada sel-sel sehat atau normal. </p>
<h2>Kelemahan pengobatan kanker konvensional</h2>
<p>Risiko seseorang bisa terkena kanker prostat akan meningkat saat laki-laki berusia 45 tahun ke atas dengan <a href="https://kumparan.com/kumparansains/mengenal-kanker-prostat-kanker-dengan-kasus-terbanyak-ke-4-di-dunia-1rbjpCz2CyW">riwayat kanker prostat</a> di keluarganya dan <a href="https://www.tribunnews.com/kesehatan/2021/02/18/meski-tinggi-angka-penderita-kanker-prostat-di-indonesia-masih-di-bawah-eropa-dan-amerika">faktor genetik</a>.</p>
<p>Dari data statistik penyakit kanker terbitan <a href="https://gco.iarc.fr/today/online-analysis-pie?v=2020&mode=cancer&mode_population=continents&population=900&populations=900&key=total&sex=0&cancer=39&type=0&statistic=5&prevalence=0&population_group=0&ages_group%5B%5D=0&ages_group%5B%5D=17&nb_items=7&group_cancer=1&include_nmsc=1&include_nmsc_other=1&half_pie=0&donut=0">Global Cancer Statistics</a>, kanker prostat tercatat sebagai kanker dengan jumlah kasus terbanyak keempat di seluruh dunia. Kanker jenis ini banyak diderita oleh kaum laki-laki dengan urutan kedua setelah kanker paru. </p>
<p>Angka ini menunjukkan bahwa banyak jiwa yang akan diselamatkan dengan adanya suatu metoda deteksi dini dan pengobatan penyakit yang spesifik dan efektif. </p>
<p>Selain dapat mengobati, <a href="https://jnm.snmjournals.org/content/57/8/1170">obat nuklir</a> ini merupakan metode spesifik dan sensitif untuk mendeteksi kanker prostat karena kanker prostat yang menyebar di dalam tubuh berukuran sangat kecil dan sulit untuk dideteksi. Obat nuklir ini mampu mendeteksi kanker prostat ini dan memberikan hasil yang lebih akurat.</p>
<p>Deteksi penyakit kanker prostat biasanya terdiri dari pemeriksaan kadar protein PSA, rektal digital (<em>digital rectal examination</em>) dan USG (<em>ultrasonography</em>). </p>
<p>Pemeriksaan atau tes darah dilakukan dengan memeriksa kadar protein PSA (prostate specific antigen) di laboratorium. Pemeriksaan rektal digital biasanya dengan colok dubur. USG transrektal atau USG melalui anus biasanya dilakukan dokter jika hasil dari dua tes lainnya, PSA dan rektal digital, menunjukkan hasil yang menjurus kepada kanker prostat.</p>
<p>Pengobatan kanker prostat ini biasanya adalah kemoterapi, operasi, dan radiasi. Metode-metode pengobatan ini diketahui merupakan cara pengobatan yang konvensional dan pilihan utama untuk membunuh sel kanker. </p>
<p>Namun, ketiga jenis pengobatan ini memiliki efek samping dan bahaya terhadap bagian (jaringan) tubuh yang sehat. </p>
<p>Kemoterapi adalah jenis terapi untuk mengobati kanker, dengan menggunakan obat-obatan, yang bisa mematikan sel kanker pasien penderita kanker. </p>
<p>Kemoterapi biasanya terdapat dalam beberapa bentuk, seperti pil atau cairan yang bisa langsung ditelan, cairan infus, hingga suntikan. Namun, pengobatan dengan metode ini <a href="https://www.sehatq.com/artikel/digunakan-untuk-obati-kanker-ini-8-efek-samping-kemoterapi">tidak dapat membedakan</a> antara sel kanker dan sel sehat.</p>
<h2>Obat nuklir sebagai solusi</h2>
<p>Obat nuklir Lu-177-PSMA-617 ini terdiri dari molekul kecil peptida PSMA-617 dan radioisotop Lu-177. Peptida PSMA-617 ini dapat menarget dan berikatan dengan protein PSMA di permukaan sel kanker prostat. Sedangkan radioisotop Lu-177 memiliki sifat nuklir yaitu memancarkan partikel beta minus(β-) yang sifat radiasinya menghasilkan efek terapi yang dapat merusak atau membunuh sel kanker. </p>
<p>Selain itu, Lu-177 memancarkan foton atau sinar gamma (γ) yang dapat dimanfaatkan untuk diagnosa melalui pencitraan (menghasilkan suatu gambar) di bidang kedokteran nuklir yaitu <a href="https://linksehat.com/artikel/spect-scan"><em>Single-Photon Emission Computed Tomography</em> (SPECT)</a>.</p>
<p>Bagaimana mekanisme Lu-177-PSMA-617 di dalam tubuh setelah diberikan ke pasien kanker prostat secara penyuntikan melalui pembuluh darah vena? </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/426648/original/file-20211015-18-vkb3ab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/426648/original/file-20211015-18-vkb3ab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=319&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/426648/original/file-20211015-18-vkb3ab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=319&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/426648/original/file-20211015-18-vkb3ab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=319&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/426648/original/file-20211015-18-vkb3ab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=401&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/426648/original/file-20211015-18-vkb3ab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=401&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/426648/original/file-20211015-18-vkb3ab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=401&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mekanisme Lu PSMA.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ibarat kunci dan gembok, peptida PSMA-617 sebagai kunci hanya dapat berikatan kuat dengan gemboknya yaitu protein <a href="https://www.webmd.com/prostate-cancer/prostate-cancer-psma-detect">PSMA</a> yang jumlahnya banyak ditemukan pada kanker prostat. </p>
<p>Struktur molekul PSMA-617 memungkinkan untuk mengikat atau menggandeng radioisotop Lu-177. Sehingga, radioisotop Lu-177 yang terikat PSMA-617 hanya akan menghancurkan dan mematikan sel kanker prostat saja melalui pancaran radiasinya. </p>
<p>Posisi Lu-177-PSMA-617 di dalam tubuh juga dapat dimonitor dengan teknik <em>scan</em> atau pencitraan nuklir SPECT.</p>
<h2>Tantangan dan rekomendasi</h2>
<p>Salah satu kendala terbesarnya adalah <a href="https://www.businesswire.com/news/home/20200302005435/en/ITM-expands-PSMA-617-supply-agreement-for-no-carrier-added-Lutetium-177">obat nuklir Lutesium-177-PSMA-617</a> ini di Indonesia hanya dapat didapatkan melalui <a href="https://www.novartis.com/news/media-releases/novartis-reports-positive-health-related-quality-life-data-177lu-psma-617-radioligand-therapy-patients-advanced-prostate-cancer-esmo-2021">impor</a>. </p>
<p>Hanya sedikit rumah sakit seperti <a href="https://www.siloamhospitals.com/en/informasi-siloam/artikel/pemeriksaan-psma-targeted-imaging-untuk-pasien-kanker-prostat">Rumah Sakit Siloam</a> yang memberikan pelayanan pemeriksaan <em>PSMA-targeted imaging</em> untuk pasien kanker prostat.</p>
<p>Oleh karena itu, kami dari Pusat Riset Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka-Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRTRR-BRIN) meneliti dan mengembangkan obat nuklir PSMA ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan produk impor.</p>
<p>Hasil dari penelitian ini dapat memproduksi obat nuklir Lu-177-PSMA-617 untuk pasien penderita kanker prostat di Indonesia sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan dan angka harapan hidup masyarakat Indonesia.</p>
<p>Kementerian Kesehatan dan fakultas kedokteran perlu meningkatkan pengetahuan para dokter dan masyarakat mengenai manfaat dari obat nuklir ini untuk mendeteksi dan terapi kanker prostat. Rumah sakit perlu mengadopsi metode obat nuklir ini untuk meningkatkan tingkat kesembuhan dalam pengobatan kanker prostat.</p>
<hr>
<p><em>Penulis adalah alumni pelatihan The Conversation bekerja sama dengan Research and Innovation in Science and Technology Project (RISET-Pro) Badan Riset dan Inovasi Nasional.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168271/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tim riset ini mendapat dana dari Program DIPA BATAN dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.</span></em></p>Salah satu kelebihan obat nuklir adalah cairan injeksi hanya akan mengobati sel-sel kanker prostat, tanpa mengakibatkan efek berbahaya pada sel-sel sehat atau normal.Rien Ritawidya, Peneliti di Bidang Teknologi Radiofarmasi, Alumni RISET-Pro, National Nuclear Energy Agency (BATAN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1504702021-10-26T01:03:29Z2021-10-26T01:03:29Z9 faktor yang pengaruhi perempuan cepat-lambat deteksi awal kanker payudara<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/387938/original/file-20210305-15-gdx2mn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/pink-ribbons-on-pink-surface-3900427/">Photo by Anna Shvets from Pexels</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Kanker Payudara Sedunia 26 Oktober.</em></p>
<p>Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami oleh perempuan di dunia. Di Indonesia, kanker payudara menempati peringkat pertama di antara jenis kanker lain, dan <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">turut menyumbang 11% angka kematian akibat kanker</a>.</p>
<p>Masalahnya, seperti kebanyakan di negara berkembang lainnya, hasil perawatan medis pada pasien kanker payudara kurang menggembirakan. Banyak kasus berakhir dengan kematian karena diagnosis dan pengobatannya terlambat. </p>
<p>Sebuah riset <a href="http://www.inaactamedica.org/archives/2008/19153424.pdf">di rumah sakit kanker di Jakarta dengan data kasus kanker pada 1998-2002 menyimpulkan</a> bahwa sebagian besar (60-70%) penderita kanker payudara mendatangi layanan kesehatan ketika telah berada pada stadium lanjut dan terindikasi sel kanker telah menyebar pada organ tubuh lain. </p>
<p>Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perempuan datang lebih cepat atau lambat ke layanan kesehatan. <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/08870446.2020.1841765">Riset kualitatif kami dengan sampel 23 penyintas kanker payudara di Surabaya</a> menunjukkan ada sembilan faktor yang mempengaruhi keputusan mereka untuk mendatangi atau tidak mendatangi layanan kesehatan lebih awal. Salah satunya, tingginya pendidikan perempuan tidak menjamin bahwa mereka memiliki pengetahuan yang memadai terkait kanker payudara. </p>
<h2>Tiga bulan yang menentukan</h2>
<p>Riset kami mengeksplorasi variabel apa saja yang mempengaruhi keputusan responden untuk mendatangi layanan kesehatan lebih awal untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan medis. Interval tiga bulan antara waktu pertama kali muncul gejala kanker payudara dan waktu konsultasi medis pertama kali disebut presentasi awal, dan merupakan masa krusial. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2150175/">Penelitian sebelumnya</a> mengindikasikan bahwa konsultasi medis lebih dari tiga bulan setelah pertama kali gejala kanker payudara muncul berhubungan dengan <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(99)02143-1/fulltext">rendahnya usia harapan hidup</a>. Beberapa studi sebelumnya mencatat bahwa variabel demografis, psikososial, dan budaya terkait dengan presentasi awal kanker payudara. </p>
<p>Riset kami merujuk <em>Theory of Planned Behavior</em> (TPB) untuk memahami pengaruh variabel psikososial terhadap perilaku presentasi awal. Presentasi awal meliputi deteksi dini melalui Pemeriksaan Payudara Sendiri (<a href="https://www.alodokter.com/periksa-payudara-sendiri-sadari-sebelum-terlambat">SADARI</a>) dan melakukan pemeriksaan medis ketika mengalami gejala kanker payudara.</p>
<p>Menurut <a href="https://www.dphu.org/uploads/attachements/books/books_4931_0.pdf">konsep TPB</a>, faktor yang berpengaruh secara langsung terhadap suatu perilaku sehat adalah niat untuk melakukan perilaku sehat tersebut. Niat dibentuk oleh sikap terhadap perilaku (positif atau negatif), norma subjektif (persepsi orang-orang terdekat), serta persepsi kontrol perilaku yang dimiliki (mudah atau sulit). </p>
<h2>Profil responden</h2>
<p>Mayoritas responden dalam riset ini adalah perempuan yang telah menikah (82,6%), lulusan perguruan tinggi (69,56%), bekerja sebagai pegawai swasta (56,52%) dan memiliki status sosial ekonomi yang cukup tinggi dengan pendapatan per bulan di atas Rp 10 juta (56,52%). </p>
<p>Kebanyakan partisipan didiagnosis dengan kanker payudara stadium I dan II (69,56%), tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker (78,26%), dan memiliki asuransi kesehatan (52,17%). </p>
<p>Sebagian besar responden menunjukkan adanya gejala sebelum mendapatkan diagnosis dengan kanker payudara. Hanya dua responden yang tidak menunjukkan gejala tapi melakukan mamografi dan didiagnosis mengidap kanker payudara berdasarkan hasil mamografi tersebut.</p>
<p>Sembilan faktor yang mempengaruhi perilaku perilaku deteksi dini kanker payudara dapat dipilah jadi dua kelompok besar: faktor internal dan eksternal. </p>
<h2>Faktor internal</h2>
<p><strong>1. Pengetahuan terkait kanker payudara</strong> </p>
<p>Beberapa responden menunjukkan pemahaman yang terbatas terkait kanker payudara: gejala, keparahan, stadium, faktor resiko, perawatan medis dan alur perawatan kanker payudara. </p>
<p>Rendahnya pengetahuan ini berdampak pada kurangnya kesadaran bahwa mereka rentan menderita kanker payudara, serta seberapa parah penyakit ini dapat terjadi. Hal ini pada akhirnya berdampak negatif terhadap presentasi awal kanker payudara. </p>
<p>Memperhatikan bahwa sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan yang cukup tinggi tapi kurang memiliki pengetahuan yang memadai tentang kanker payudara, maka muncul dugaan pada populasi dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah kemungkinan pengetahuan terhadap kanker payudara akan semakin rendah pula.</p>
<p><strong>2. Persepsi kontrol perilaku</strong></p>
<p>Responden mengindikasikan bahwa sebelum didiagnosis dengan kanker payudara, mereka yakin mampu melakukan SADARI dan pergi ke dokter ketika menemukan sesuatu yang tidak normal pada payudara mereka. Hal tersebut merupakan faktor yang dapat mendorong munculnya presentasi awal. </p>
<p>Walau demikian, beberapa responden mengindikasikan bahwa mereka tidak tahu harus pergi ke mana. Apakah pergi ke puskesmas, dokter umum, atau dokter spesialis tertentu. Atau apa yang harus mereka lakukan ketika menemukan gejala kanker payudara.</p>
<p><strong>3. Riwayat kesehatan sebelumnya dan persepsi risiko</strong></p>
<p>Perempuan yang memiliki riwayat sakit, baik terkait dengan payudara maupun tidak, memiliki kesadaran yang lebih tinggi atas abnormalitas yang terjadi pada payudara mereka. </p>
<p>Pada responden yang memiliki persepsi bahwa ia memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita kanker payudara, maka kecenderungan untuk melakukan pemeriksaan medis lebih awal pun meningkat. </p>
<p>Hanya tiga responden yang melaporkan bahwa sebelum didiagnosis dengan kanker payudara, mereka merasa tidak berisiko karena tidak memiliki faktor genetika.</p>
<p><strong>4. Sikap dan kepercayaan</strong></p>
<p>Sebagian besar responden memperlihatkan sikap yang positif terhadap konsultasi medis dan SADARI, yang mendorong mereka untuk menunjukkan presentasi kanker payudara secara awal. </p>
<p>Beberapa kepercayaan negatif tentang kanker payudara juga diungkapkan oleh responden. Misalnya, kanker payudara sangat menakutkan dan mematikan, tabu untuk dibicarakan, seseorang sebaiknya tidak berpikir mengenai suatu penyakit tertentu supaya tidak terjangkit penyakit tersebut. Ada juga kepercayaan lainnya seperti kanker payudara adalah kutukan atau hukuman, dan secara umum masyarakat berpikir bahwa risiko mereka untuk menderita kanker payudara cukup rendah.</p>
<p>Kombinasi sikap terhadap kanker payudara yang negatif, kepercayaan tradisional yang tidak relevan, dan rendahnya pengetahuan terkait gejala dan faktor risiko kanker payudara bisa jadi membuat sebagian perempuan berpikir kanker payudara merupakan penyakit yang serius, namun sulit disembuhkan, yang menambahkan risiko untuk tidak melakukan presentasi dini.</p>
<h2>Faktor eksternal</h2>
<p><strong>1. Norma subjektif</strong></p>
<p>Mayoritas responden mengindikasikan bahwa individu yang mereka anggap dekat dan penting (misal: suami, orang tua, teman dekat, anak) mendorong mereka untuk mengikuti pemeriksaan medis ketika ia menemukan gejala kanker. Hal ini juga berpengaruh terhadap perilaku deteksi dini kanker payudara. </p>
<p>Jika responden mempersepsikan bahwa lingkungan sosial mereka melakukan praktik deteksi dini kanker payudara (misal SADARI), maka mereka cenderung akan melakukan hal tersebut. Berlaku pula sebaliknya.</p>
<p><strong>2. Memiliki prioritas lain</strong></p>
<p>Responden mengisyaratkan bahwa presentasi dini sangat terkait dengan kegiatan rutin sehari-hari mereka. Ketika mereka memiliki prioritas lain, seperti pengasuhan anak, pekerjaan atau kesibukan keluarga, maka hal tersebut berpeluang untuk menunda perilaku SADARI atau pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan medis.</p>
<p><strong>3. Dukungan instrumental</strong></p>
<p>Responden penelitian menyebutkan bahwa ketika mereka mendapatkan bantuan dari orang lain, misalnya membuatkan janji atau menemani pergi ke dokter, maka presentasi awal memiliki peluang besar untuk terjadi. </p>
<p>Tempat kerja juga dapat memfasilitasi tersedianya dukungan instrumental. Misalnya, salah seorang responden menjelaskan bahwa ia melakukan pemeriksaan payudara karena tempat ia bekerja menyediakan fasilitas pemeriksaan payudara oleh tenaga medis di kantor.</p>
<p><strong>4. Faktor penyedia layanan kesehatan</strong></p>
<p>Menurut beberapa responden, ketika mereka merasa bahwa layanan kesehatan dapat dengan mudah dijangkau, misalnya jarak dekat atau transportasi mudah diakses, atau kemudahan dalam membuat jadwal kunjungan, maka kecenderungan periksa lebih awal akan meningkat. </p>
<p>Selain itu, responden melaporkan bahwa keputusan untuk memeriksakan diri ketika merasakan gejala yang muncul juga dipengaruhi oleh status penyedia layanan kesehatan, yang membuat mereka merasa nyaman dan aman. Misalnya, sudah kenal dengan dokter yang memeriksa, dokternya perempuan, atau dokter yang sudah terkenal memiliki reputasi dan kompetensi yang baik.</p>
<p><strong>5. Isu finansial</strong></p>
<p>Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki status sosial ekonomi yang cukup baik, akibatnya isu finansial tidak menjadi hambatan pada upaya presentasi awal.</p>
<p>Dengan melihat latar belakang status sosial ekonomi responden, temuan ini tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas. Misalnya, pada populasi dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah. </p>
<p>Lain hal, temuan ini mengindikasikan bahwa presentasi awal dan pengobatan medis kanker payudara kebanyakan hanya mampu diakses atau dijangkau oleh pasien dengan status sosial ekonomi yang tinggi. </p>
<h2>Rekomendasi</h2>
<p>Kami merekomendasikan bahwa kegiatan promosi kesehatan kanker payudara sebaiknya tidak hanya menyampaikan informasi terkait kanker payudara dan gejalanya. Perlu juga upaya untuk meningkatkan persepsi risiko terhadap kanker payudara, dan meningkatkan keterampilan untuk mengenali anatomi payudara normal dan tidak normal. </p>
<p>Edukasi tidak hanya diberikan pada perempuan tapi juga melibatkan lingkungan sosial seperti suami dan atau keluarga menjadi penting untuk dilibatkan.</p>
<p>Hasil penelitian juga mengindikasikan pentingnya layanan kesehatan yang mudah diakses dengan biaya terjangkau, khususnya bagi masyarakat pada kelompok sosial ekonomi menengah ke bawah atau hidup jauh dari pusat kota, untuk meningkatkan presentasi dini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150470/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Triana Kesuma Dewi menerima dana riset dari Kementerian Riset dan Teknologi pada 2019 untuk riset ini.
</span></em></p>Edukasi tidak hanya perlu diberikan pada perempuan, lingkungan sosial seperti suami dan atau keluarga pun penting untuk dilibatkanTriana Kesuma Dewi, Lecturer and Researcher, Faculty of Psychology, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1457122020-10-01T02:07:50Z2020-10-01T02:07:50ZProgram screening kanker serviks di Indonesia terhenti karena COVID-19, risiko kematian perempuan makin tinggi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/360239/original/file-20200928-20-3vvw7d.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin kanker serviks kepada siswa kelas 4 dalam Bulan Imunisasi Anak Sekolah di SDN 8 Sumerta, Denpasar, Bali, 14 Agustus 2020.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1597387802">ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/pras</a></span></figcaption></figure><p>Sebelum wabah COVID-19, setiap hari <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">50 perempuan di Indonesia meninggal</a> akibat kanker serviks. Kanker reproduksi perempuan ini paling mematikan di negeri ini karena kerap kali terlambat dideteksi dan diobati. </p>
<p>Padahal, pertumbuhan sel-sel kanker di leher rahim ini dapat dicegah dengan <a href="https://www.alodokter.com/kenali-apa-itu-vaksin-hpv">vaksinasi Human Papillomavirus (HPV)</a> dan dapat diobati jika terdiagnosis pada stadium awal.</p>
<p>Kini risiko kematian akibat kanker ini kemungkinan meningkat karena sejumlah layanan kesehatan untuk mendeteksi kanker serviks dihentikan dan dikurangi kapasitasnya guna menekan risiko penularan virus corona. Akses perempuan ke layanan kesehatan makin sulit dan dampaknya pendeteksian kanker makin lambat dan pengobatannya juga terhambat. </p>
<p>Riset kami, tim dari Pusat Kesehatan Reproduksi Universitas Gadjah Mada dan Nossal Institute for Global Health the University of Melbourne, menunjukkan meski terdapat upaya mempertahankan pelayanan pengobatan kanker serviks di Jakarta selama tujuh bulan terakhir sejak wabah COVID, jumlah pasien yang mencari pengobatan menurun karena kesulitan mengakses pengobatan, pembatasan perjalanan dan kekhawatiran tertular COVID-19. </p>
<p>Yayasan Kanker Indonesia dan sejumlah rumah sakit, misalnya, yang menjadi responden riset ini, terpaksa mengurangi kapasitas layanan pendeteksian kanker dan layanan vaksinasi HPV.</p>
<h2>Layanan berkurang drastis</h2>
<p>Riset ini merupakan bagian dari penelitian kerja sama empat tahun (2018-2022) tentang pengalaman perempuan yang terkena kanker serviks dan respons Indonesia terhadap pengendalian kanker serviks.</p>
<p>Selama pandemi, tim peneliti telah mewawancarai 23 responden secara daring dari sektor kesehatan dan organisasi komunitas di Jakarta. </p>
<p>Jauh sebelum serangan COVID-19, masalah utama upaya pencegahan kanker serviks di Indonesia, sama seperti kebanyakan negara di Asia (kecuali Malaysia dan Bhutan), adalah vaksinasi HPV belum menjadi program imunisasi nasional. Biaya vaksinasi HPV relatif mahal – sekitar Rp 1 juta per suntik. Masalah harga ini menjadikan vaksinasi tersebut sulit dijangkau oleh kebanyakan perempuan Indonesia.</p>
<p>Indonesia memiliki program nasional penapisan (<em>screening</em>) kanker serviks dengan target perempuan usia 30-50 tahun. Namun, pada 2014-2018, total target populasi yang <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf">melakukan penapisan masih kurang dari 8%</a>, jauh dari target penapisan dari total perempuan usia 30-50 tahun sebesar 50%.</p>
<p>Wabah COVID menyebabkan keadaan bertambah buruk. </p>
<p>Setelah pemerintah pusat menyatakan COVID-19 sebagai <a href="https://bnpb.go.id/berita/presiden-tetapkan-covid19-sebagai-bencana-nasional">bencana nasional pada pertengahan April</a>, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Jakarta menghentikan aktivitas klinik selama tiga bulan sejak pertengahan Maret. Ini berarti layanan vaksinasi HPV dan penapisan kanker serviks menjadi tidak tersedia. </p>
<p>Selain itu, lebih dari dua per tiga anggaran tahunan pemerintah provinsi untuk kegiatan YKI Jakarta dihilangkan. Akibatnya, staf YKI Jakarta yang berjumlah sekitar 30 orang harus dipangkas setengahnya dan kuota <em>pap smear</em> gratis tahunan dikurangi dari 4.000 menjadi 1.000 pemeriksaan saja. </p>
<p>Layanan kunjungan rumah (<em>home care</em>) untuk perawatan paliatif, perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang kankernya tidak bisa disembuhkan (stadium 4), juga ditangguhkan sampai pemberitahuan lebih lanjut. </p>
<p>Setelah buka kembali pada Juni, jam operasional klinik YKI berkurang drastis, dari lima menjadi dua kali seminggu. Layanan penapisan massal juga dihentikan sampai waktu yang belum ditentukan. </p>
<p>Setelah tahun 2020, keberlanjutan yayasan kanker terbesar dan tertua di Indonesia ini masih belum jelas. </p>
<p>Temuan lainnya, pada Maret dan April terjadi penurunan kapasitas operasi histerektomi radikal (prosedur yang direkomendasikan untuk penderita kanker serviks stadium awal) di rumah sakit rujukan di Jakarta.</p>
<p>Saat kegiatan operasi dibuka kembali pada Juni, waktu tunggu operasi menjadi lebih lama karena penumpukan jadwal. Pada kanker serviks, penundaan pengobatan selama dua bulan dapat memperburuk kondisi penyakit dan menurunkan peluang bertahan hidup.</p>
<p>Memang tak melulu muram. Klinik vaksinasi HPV swasta yang memiliki beberapa cabang di Jakarta Pusat yang terlibat dalam penelitian kami dengan cepat berhasil membuat perubahan layanan dengan menerapkan pelayanan kesehatan dengan melakukan kunjungan ke rumah (<em>home visit</em>) dan mempertahankan jumlah pasien pada masa pandemi ini. </p>
<p>Namun, kebanyakan pelanggan klinik ini adalah kelas menengah-atas karena biaya layanan yang relatif tinggi.</p>
<p>Rumah singgah yang biasanya menawarkan akomodasi sederhana untuk pasien kanker dari luar Jakarta harus menolak pasien baru akibat aturan pembatasan sosial. Ini menghambat pengobatan pasien dari provinsi lain yang tidak mempunyai kerabat atau tidak mampu membiayai akomodasi selama di Jakarta.</p>
<p>Di level nasional, <a href="https://lifestyle.bisnis.com/read/20180301/106/744751/vaksin-hpv-diharapkan-jadi-program-nasional-tahun-depan">program percontohan untuk vaksinasi HPV berbasis sekolah</a> yang telah aktif dicanangkan di lima provinsi juga berhenti karena kurangnya anggaran.</p>
<p>Akibatnya, <a href="https://www.suara.com/health/2019/12/16/152311/program-percontohan-vaksinasi-hpv-anak-sekolah-kian-di-ujung-tanduk?page=all">ada sekitar 120.000 anak perempuan yang diperkirakan akan melewatkan dosis kedua vaksinasi HPV</a> dan tidak terlindungi terhadap infeksi HPV. Jika vaksinasi HPV tidak segera menjadi prioritas anggaran, dampak penghentian program vaksinasi akan terasa sampai generasi mendatang. </p>
<h2>Memanfaatkan teknologi, tapi tidak menjangkau perempuan miskin</h2>
<p>YKI Jakarta telah mengalihkan layanan perawatan paliatifnya ke metode <em>telemedicine</em>. Penggunaan teknologi dalam memberikan pelayanan kesehatan sangat penting di Indonesia karena Indonesia diyakini memiliki <a href="https://mediaindonesia.com/read/detail/333367-indeks-kematian-tenaga-medis-indonesia-terburuk-di-dunia">angka kematian tenaga kesehatan tertinggi</a> akibat COVID-19 di dunia. </p>
<p>Seperti yang terjadi secara global, kegiatan edukasi kesehatan telah beralih secara daring. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak seminar daring berfokus pada pencegahan kanker serviks dan deteksi dini untuk umum. Mereka yang memiliki smartphone, tablet atau komputer dan koneksi internet dapat mengikuti kegiatan tersebut dengan mudah - sesuatu yang sebelumnya sulit dilakukan karena lokasi dan logistik. </p>
<p>Sayangnya, perempuan miskin yang paling rentan terhadap infeksi HPV dan kanker serviks kebanyakan tidak memiliki akses internet dan perangkat yang mendukung teknologi ini sehingga kecil kemungkinan bisa mengikuti kegiatan tersebut.</p>
<p>Pembatasan sosial membuat akses pengobatan kanker serviks menjadi lebih sulit pada awal pandemi. Pilihan moda transportasi terjangkau, seperti ojek online belum dapat diakses dengan mudah dan biaya taksi atau sewa mobil masih sulit dijangkau banyak perempuan. </p>
<p>Banyaknya rumah sakit di Indonesia yang tidak mempunyai fasilitas radioterapi mengharuskan pasien untuk dirujuk ke rumah sakit rujukan. Sistem ini sudah menjadi penghalang untuk mengakses pengobatan, dan semakin dipersulit oleh keharusan pasien melakukan tes COVID-19 sebelum bepergian.</p>
<p>Selain itu, karena kekebalan tubuh pasien kanker terganggu, pasien mungkin akan menghindari fasilitas kesehatan karena takut tertular COVID-19. Beberapa rumah sakit rujukan mengamati terjadinya penurunan jumlah pasien kanker yang datang untuk menjalani kemoterapi dan radioterapi.</p>
<p>Meski waktu berakhirnya pandemi tidak dapat diprediksi, tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan, juga kita, perlu mendorong dan mendukung pasien dengan kanker progresif untuk tetap mendapatkan terapi yang diperlukan. </p>
<h2>Masa depan pencegahan kanker serviks belum jelas</h2>
<p>Masa depan <a href="https://theconversation.com/pentingnya-libatkan-suami-dalam-mencegah-kanker-leher-rahim-pada-perempuan-indonesia-119654">pencegahan kanker serviks</a> melalui program penapisan di Indonesia masih belum jelas. Jika penapisan tidak menjadi prioritas, maka akan semakin sedikit perempuan yang terdiagnosis lebih awal, dan tingkat kelangsungan hidup akan menurun.</p>
<p>Langkah pemerintah mengalihkan <a href="https://tirto.id/pemerintah-alihkan-rp353-t-anggaran-kesehatan-pen-untuk-bansos-f44n">anggaran dari satu sektor ke sektor lain</a>, ketimbang meningkatkan dana yang dikhususkan untuk mengatasi jejak kesehatan COVID-19, kemungkinan bisa menjadi bencana bagi perempuan penderita kanker ginekologi. </p>
<p>Karena itu, kami mendorong pemangku kebijakan untuk fokus terhadap dampak kesehatan jangka panjang dan lebih luas dari COVID-19 sehingga dapat mengurangi jejak kesehatan akibat pandemi pada masyarakat Indonesia. </p>
<p>Dampak pandemi COVID-19 semestinya tidak hanya dilihat dari jumlah kematian akibat terjangkit virus, tapi dari total kematian yang terjadi menyusul respons pemerintah terhadap pandemi dan dampak sosial ekonomi pada kesehatan terhadap kanker. </p>
<p>Mengelola dampak pandemi terhadap penyakit kronis tidak menular seperti kanker sangat penting untuk mengurangi <a href="https://hcldr.wordpress.com/2020/04/07/the-pandemics-4th-wave/">jejak kesehatan pandemi secara menyeluruh</a> akibat COVID-19. </p>
<hr>
<p><em>Henny Andrie Putri, dokter di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, dan Miranda Rachellina, dokter di Yayasan Kanker Indonesia Jakarta, berkontribusi dalam riset dan penulisan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/145712/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Linda Rae Bennett menerima dana dari Australian Research Council Discovery Project Program untuk penelitian ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ardhina Ramania, Belinda Rina Marie Spagnoletti, dan Hanum Atikasari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meski waktu berakhirnya pandemi tidak dapat diprediksi, kita perlu mendorong dan mendukung pasien dengan kanker progresif untuk tetap mendapatkan terapi yang diperlukan.Belinda Rina Marie Spagnoletti, Research Fellow in Sexual & Reproductive Health, Nossal Institute for Global Health, The University of MelbourneArdhina Ramania, Research Assistant, Center for Reproductive Health, Universitas Gadjah Mada Hanum Atikasari, Research Assistant at Nossal Institute for Global Health, The University of MelbourneLinda Rae Bennett, Associate Professor of medical anthropologist, Nossal Institute for Global Health, Melbourne School for Population and Global Health, The University of MelbourneLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1391952020-06-16T10:05:57Z2020-06-16T10:05:57ZSeberapa besar penderita kanker berisiko terinfeksi COVID-19?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/342114/original/file-20200616-23261-dpkz48.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mencuci tangan dengan sabun merupakan aktivitas penting untuk mencegah penularan virus corona yang menempel di tangan. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/kediri-indonesia-april-9-2020-bar-1726311094">Hermawanandik/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan sehari-hari termasuk pada layanan kesehatan penderita kanker. </p>
<p>Ketiadaan vaksin dan obat menjadikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/04/12593231/masuk-zona-hijau-alasan-psbb-jakarta-dilonggarkan-dan-masuk-masa-transisi">walau kini mulai dilonggarkan</a>, krusial untuk dilaksanakan saat ini sebagai upaya mencegah terpuruknya sistem kesehatan di Indonesia. </p>
<p>Masalahnya, upaya tersebut dapat menghambat pelayanan pada pasien kanker di Indonesia karena mereka takut terinfeksi virus SARS-CoV-2 saat berkunjung ke rumah sakit dan bertemu tenaga kesehatan. </p>
<p>Pada saat bersamaan, sistem kesehatan melemah karena mayoritas sumber daya kesehatan dicurahkan untuk menangani pasien COVID-19 yang jumlahnya terus meningkat. Kemungkinan lebih buruk bisa terjadi karena kita belum tahu kapan wabah ini berakhir. </p>
<p>Padahal, keterlambatan diagnosis dan terapi dalam kasus kanker dapat menimbulkan penyebaran ke jaringan atau organ tubuh lain. Beberapa tumor jaringan padat yang ganas (seperti kanker paru dan kanker pankreas) serta kanker darah (seperti leukemia akut) <a href="https://annals.org/aim/fullarticle/2764022">membutuhkan diagnosis dan pengobatan sesegera mungkin</a>.</p>
<p>Walau wabah COVID-19 di Indonesia memasuki bulan keempat, Kementerian Kesehatan belum menerbitkan panduan ihwal pengambilan keputusan tata laksana pada setiap jenis kanker yang ditujukan untuk tenaga medis pada masa pandemi ini. Panduan untuk penyakit lain <a href="http://www.stoptb.org/assets/documents/COVID/Protocol%20for%20TB%20Services%20During%20Covid-19%20Pandemic_2nd%20Ed.pdf">seperti pelayanan Tuberkulosis telah diterbitkan</a>.</p>
<p>Selain penting bagi tenaga kesehatan, panduan yang berisi edukasi bagi para pasien/<em>survivor</em> kanker di Indonesia juga sangat diperlukan. Apalagi angka kejadian penyakit kanker begitu besar, <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">mencapai 136,2 orang</a> dari 100.000 penduduk di Indonesia pada 2018.</p>
<p>Yang mengkhawatirkan, menurut <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">data Kementerian Kesehatan </a>, prevalensi kanker di Indonesia naik dari 1,4 per 1000 penduduk (tahun 2013) menjadi 1,8 per 1000 penduduk (2018).</p>
<h2>Faktor risiko COVID-19 pada penderita kanker</h2>
<p>Hingga saat ini belum terdapat bukti kuat bahwa kanker meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19. </p>
<p>Sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32066541">penelitian di Cina menunjukkan sebanyak 18 pasien kanker (1% dari 1590 orang yang diteliti) </a> memiliki risiko lebih tinggi mengalami perburukan penyakit dari COVID-19 yang ditunjukkan dengan peningkatan kebutuhan dirawat di <em>Intensive Care Unit</em> (ICU) dan penggunaan mesin bantu nafas atau ventilator.</p>
<p>Perlu dicatat bahwa jumlah pasien kanker dalam riset tersebut sangat sedikit (1% dari 1590 sampel) dan hanya 4 dari 18 pasien kanker tersebut yang sedang dalam pengobatan kanker. Selain itu, rata-rata usia yang berbeda pada pasien dengan kanker versus pasien non-kanker (63,1 vs. 48,7 tahun) seolah-olah memberikan kesan bahwa pasien mengalami komplikasi akibat umur yang telah diketahui berperan dalam meningkatkan risiko terinfeksi penyakit COVID-19 dan bukan akibat kanker yang diderita. </p>
<p>Selain itu, 12 dari 18 pasien tersebut tidak memiliki riwayat terapi kanker dalam 1 tahun terakhir dan mereka memiliki riwayat merokok yang lebih lama dibandingkan dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7130057/,%20https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7129735/">pasien non-kanker dalam penelitian tersebut</a>.</p>
<p>Lalu bagaimana dengan pasien kanker yang sedang atau baru-baru ini mendapat terapi kanker, seperti kemoterapi, yang mengganggu sistem imun tubuh? </p>
<p>Hingga saat tulisan ini dibuat, belum terdapat bukti ilmiah terkait hal ini. Dengan demikian, hubungan antara risiko COVID-19 pada penderita dan <em>survivor</em> kanker masih belum jelas. </p>
<p>Selain itu, risiko tersebut sangat dipengaruhi oleh umur, tipe kanker, jenis terapi yang diterima, rentang waktu setelah terapi terakhir, serta penyakit penyerta lain yang dimiliki.</p>
<h2>Pasien kanker terhambat dapat pengobatan</h2>
<p>Tenaga medis, alat pelindung diri (APD), kapasitas ICU, dan ventilator yang <a href="https://theconversation.com/pertengahan-mei-indonesia-terancam-krisis-tempat-tidur-icu-ventilator-dan-apd-karena-kasus-covid-19-bisa-melewati-50-000-135442">terbatas di Indonesia</a>, ditambah dengan adanya pandemi COVID-19, semakin menghambat akses layanan bagi pasien/<em>survivor</em> kanker.</p>
<p>Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kunjungan pemantauan, operasi, kemoterapi, serta radiasi bagi pasien lama/<em>survivor</em>, serta keterlambatan diagnosis bagi pasien baru.</p>
<p>Selain itu, pasien/<em>survivor</em> kanker biasanya mendapatkan jadwal untuk pemeriksaan darah dan pencitraan secara rutin untuk mendeteksi adanya potensi kekambuhan.</p>
<p>Sebagai salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pemantauan dan pengobatan secara rutin, adanya PSBB menunjukkan pentingnya edukasi terhadap pencegahan infeksi COVID-19 yang dapat dilakukan penderita kanker serta orang yang merawat di rumah, serta untuk mencegah terjadinya perburukan penyakit kanker yang diderita.</p>
<p>Kementerian Kesehatan dan rumah sakit harus memastikan bahwa seluruh fasilitas kesehatan yang melayani kasus kanker di Indonesia menjamin pelayanan kesehatan yang merata.</p>
<h2>Upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan</h2>
<p>Hal yang kini paling mendesak adalah Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi kesehatan harus segera membuat panduan untuk penanganan kanker selama masa pandemi COVID-19 bagi seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani kasus kanker di Indonesia untuk menjamin pelayanan kesehatan yang merata.</p>
<p>Panduan itu harus menjawab: adakah pasien yang harus ditunda perawatannya? Bagaimana proses pemantauan kondisi para <em>survivor</em> kanker? Bagaimana tata laksana COVID-19 pada penderita kanker?</p>
<p><a href="https://www.facs.org/-/media/files/covid19/acs_triage_and_management_elective_cancer_surgery_during_acute_and_recovery_phases.ashx">American College of Surgeons</a> serta <a href="https://www.esmo.org/guidelines/cancer-patient-management-during-the-covid-19-pandemic">European Society for Medical Oncology</a>, misalnya, telah mengeluarkan panduan yang bertujuan untuk memandu para dokter bedah onkologi dalam melakukan <em>triage</em> (pengelompokan pasien berdasarkan berat-ringannya penyakit) dan pengambilan keputusan tata laksana pada setiap jenis kanker.</p>
<p>Panduan terkait komunikasi berbasis daring antara dokter dan pasien serta berbasis <em>case by case</em> adalah salah satu poin relevan yang dapat diimplementasikan di Indonesia. Dokter harus melakukan penilaian sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Hal ini bertujuan untuk menyaring hanya kasus kegawatdaruratan yang memerlukan kunjungan ke rumah sakit dan mengurangi risiko tertular COVID-19.</p>
<p>Dibutuhkan adanya penilaian dari dokter untuk menentukan apakah pemeriksaan secara langsung, pemantauan efek samping pengobatan, dan tata laksana dapat ditunda atau tidak.</p>
<p>Dalam situasi pandemi, tenaga medis harus tetap selalu berpikir dan bertindak secara ilmiah serta berbasis bukti. Selain itu, segala jenis studi ilmiah terkait kanker dan COVID-19 di Indonesia harus dipublikasikan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran serta dasar pengambilan kebijakan.</p>
<h2>Upaya bagi pasien</h2>
<p>Bagi pasien/<em>survivor</em> kanker dan orang yang merawat di rumah, upaya <a href="https://www.esmo.org/for-patients/patient-guides/cancer-care-during-the-covid-19-pandemic">pencegahan penyakit COVID-19</a> dapat dilakukan dengan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Langkah ini perlu dilakukan setelah beraktivitas di luar rumah, sesudah menerima barang dari luar rumah, serta sebelum memasak dan makan.</p>
<p>Selalu menggunakan masker, <a href="https://theconversation.com/penggunaan-masker-bisa-picu-rasa-aman-palsu-waspadai-risiko-penularan-covid-19-dalam-normal-baru-139196">sesuai anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO</a>), khususnya saat keluar rumah. Ikuti anjuran pemerintah untuk melakukan PSBB.</p>
<p>Konsultasikan dengan dokter Anda apakah perlu untuk dilakukan <em>self-isolation</em> yang berarti larangan untuk keluar rumah sama sekali. Upaya pencegahan ini harus berdasar pada penilaian dokter yang merawat dan sesuai dengan risiko masing-masing. </p>
<p>Bagi pasien yang sedang menjalani atau baru-baru ini menerima kemoterapi, pasien harus secara lebih disiplin dalam mencegah penularan COVID-19. Ini penting karena ada kemungkinan peningkatan risiko tertular COVID-19 akibat salah satu efek samping terapi yang melemahkan sistem imun, meski bukti ilmiahnya masih <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7174983/">terbatas</a>.</p>
<p>Untuk mencegah penyakit kanker makin memburuk, penderita kanker dan orang yang merawat di rumah harus selalu menaati protokol pengobatan di rumah. Mereka juga harus memperhatikan adanya perburukan gejala atau munculnya gejala baru. </p>
<p>Jika keadaan memburuk, segera lapor ke dokter bedah onkologi yang merawat melalui telepon atau media komunikasi daring yang tersedia. </p>
<p>Terlepas dari semua hal di atas, percepatan dalam penanganan COVID-19 selalu harus menjadi prioritas utama pemerintah tanpa mengabaikan penanganan penyakit lain sebagai upaya pencegahan munculnya beban penyakit tambahan di Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/139195/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Melani Ratih Mahanani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Hingga saat ini belum terdapat bukti kuat bahwa kanker meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19.Melani Ratih Mahanani, PhD Researcher in Epidemiology, Heidelberg Institute of Global Health, Germany, University of HeidelbergLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1321892020-02-28T10:11:59Z2020-02-28T10:11:59ZKontaminasi radioaktif di Serpong mirip kasus di Korea dan Brasil, bagaimana level bahayanya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/317559/original/file-20200227-24676-1jmg49d.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para petugas Batan mengambil sampel tanah yang terpapar zat radioaktif di Perumahan Batan Indah Serpong Tangerang Selatan, 25 Februari 2020.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/pressreleases/6313-clean-up-memasuki-hari-ke-11">BATAN</a></span></figcaption></figure><p>Hampir dua pekan terakhir ini <a href="http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/pressreleases/6319-hari-ke-12-proses-coring-dilanjutkan">sejumlah petugas Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) membersihkan area yang terpapar zat radioaktif</a> di lahan kompleks Perumahan Batan Indah Serpong Tangerang Selatan.</p>
<p>Kepolisian kini menyelidiki <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4187711/pemilik-radioaktif-yang-ditemukan-brimob-di-tangsel-adalah-pegawai-batan">seorang pegawai Batan yang tinggal di perumahan itu</a> yang diduga menyimpan zat radioaktif secara ilegal. </p>
<p>Petugas hampir selesai menggali dan memindahkan tanah yang terpapar zat radioaktif Cesium 137 (Cs-137), zat yang digunakan di dunia industri untuk mengukur ketebalan kertas dan plat baja dan radioterapi serta untuk radioterapi kanker prostat di dunia medis. Cesium 137 yang mereka temukan berbentuk serpihan dan bercampur dengan tanah. </p>
<p>Penemuan ini membuat waswas akan dampak paparan radiasi terhadap kesehatan.
Masyarakat mungkin teringat bencana kecelakaan reaktor nuklir di <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_Chernobyl">Chernobyl, Uni Soviet pada 1986</a> atau <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_nuklir_Fukushima_Daiichi">Fukushima, Jepang pada 2011</a>. Setelah kecelaan itu, radiasi di Chernobyl dikaitkan dengan <a href="https://www.who.int/ionizing_radiation/chernobyl/backgrounder/en/">kasus penyakit leukemia dan kanker tiroid</a> yang menimpa penduduk sekitar.</p>
<p>Namun, potensi efek radiasi dari sumber radioaktif di Serpong tidak bisa kita bandingkan dengan bencana kecelakaan reaktor nuklir tersebut. Radiasi di Chernobhyl dan Fukushima terkait dengan pencemaran radioaktif akibat kecelakaan reaktor nuklir. Sedangkan radiasi di Serpong akibat kontaminasi sumber radioaktif, bukan dari kecelakaan reaktor.</p>
<p>Kasus di Serpong ini mirip kasus di Seoul, Korea Selatan pada 2011, ketika petugas survei lingkungan di sana menemukan paparan radioaktif di sebuah jalan raya sekitar pemukiman, dan Goiania, Brasil, pada 1987 ketika sepasang pencuri memindahkan sumber radiasi Cs-137 dari klinik radioterapi.</p>
<p>Sejumlah riset atas kasus di <a href="https://phys.org/news/2011-11-seoul-roads-repaved-radioactivity.html">Korea Selatan</a> dan <a href="https://periodicos.unichristus.edu.br/jhbs/article/view/2429">Brasil</a> menunjukkan paparan radiasi dari radioaktif dalam kadar rendah tidak membahayakan kesehatan orang-orang yang terpapar. Namun dibutuhkan monitoring lebih lanjut pada penduduk yang terpapar radiasi.</p>
<h2>Belajar dari Korea dan Brasil</h2>
<p>Dalam kasus Seoul pada 2011, terdapat paparan radiasi dengan laju dosis 2,5 mikrosievert per jam di sebuah jalan yang lebarnya 5-6 meter dan panjang 90-200 meter. Sievert adalah laju dosis per satuan waktu. Saat itu, seorang petugas survei lingkungan yang sedang membawa detektor radioaktif menemukan kasus paparan radiokatif ini. </p>
<p>Penelitian lebih lanjut atas kasus ini <a href="https://phys.org/news/2011-11-seoul-roads-repaved-radioactivity.html">menunjukkan radiasi berasal dari kontaminasi Cesium 137 yang terkandung dalam aspal</a> yang digunakan di jalan tersebut.</p>
<p>Sebuah <a href="https://jkms.org/search.php?where=aview&id=10.3346/jkms.2018.33.e58&code=0063JKMS&vmode=PUBREADER">riset dari kelompok ilmuwan Korea yang menyelidiki status kesehatan masyarakat di area penemuan paparan radiasi tidak menemukan peningkatan kasus penyakit</a> yang terkait dengan dosis radiasi yang ditimbulkan. Hanya terjadi ketakutan dari kasus tersebut. Namun para peneliti Korea ini merekomendasikan perlunya monitoring lebih lanjut pada penduduk yang terpapar radiasi tersebut. </p>
<p>Adapun di <a href="https://www-pub.iaea.org/MTCD/publications/PDF/Pub815_web.pdf">Goiania, Brasil, sebanyak 96 gram Cesium 137</a> tercecer di daerah 3000 meter persegi. Pencuri mungkin tidak tahu bahwa materi yang mereka curi memuat bahan radioaktif.</p>
<p>Sekitar 30 tahun pengamatan pasca insiden di Brasil, riset terbaru <a href="https://periodicos.unichristus.edu.br/jhbs/article/view/2429">Maria Paula Curado dan koleganya dari Universitas Negeri Rio de Janeiro</a> menunjukkan tidak menemukan perbedaan tingkat kasus kanker pada korban kontaminasi radioaktif dibanding masyarakat yang tidak terpapar. Para peneliti tersebut mengamati lima kasus kanker: esophagus, prostat, kandung kemih, dan kanker payudara. </p>
<p>Mereka mengelompokkan subjek penelitian ini menjadi dua kategori. Orang-orang yang terpapar langsung radiasi dan menunjukkan sindrom radiasi akut dan luka lokal akibat radiasi masuk kategori pertama. Sementara, mereka yang tidak menunjukkan sindrom tersebut tapi menerima paparan radiasi masuk kategori dua. </p>
<p>Yang menarik, para peneliti tidak menemukan perbedaan yang mencolok tingkat insiden kanker pada dua kelompok populasi tersebut. Kanker yang mereka derita tidak terkait dengan radiasi dari kontaminasi radioaktif. </p>
<h2>Radiasi di Serpong</h2>
<p>Dalam kasus Serpong, Batan telah <a href="http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/pressreleases/6307-hasil-pengecekan-wbc-telah-diumumkan">memeriksa sembilan warga kompleks Perumahan Batan yang diduga kuat terkontaminasi radioaktif dengan Whole Body Counting alias scan radioaktif seluruh tubuh</a>. Dua orang terdeteksi positif terkontaminasi Cs-37. </p>
<p>Dosis radiasi yang mengenai mereka adalah 0,05 dan 0,12 milisievert per tahun. Dosis ini lebih rendah dibanding dosis maksimal paparan nuklir yang dianggap aman bagi manusia yang ditetapkan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebesar 1 milisievert per tahun, <a href="https://www.iaea.org/sites/default/files/publications/magazines/bulletin/bull36-2/36202040211.pdf">sesuai dengan aturan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)</a>. </p>
<p>Cesium 137 memancarkan <a href="https://www.epa.gov/radiation/radionuclide-basics-cesium-137">radiasi gamma dan beta</a>. Gamma daya tembusnya besar tapi daya rusaknya kecil pada jaringan biologis. Sementara, beta daya tembusnya kecil tapi daya rusaknya besar. Di Serpong, Cesium itu memancarkan dua radiasi ini.</p>
<p>Cs-137 memiliki waktu paruh <a href="http://www.batan.go.id/ensiklopedi/08/01/01/04/08-01-01-04.html">30 tahun</a>. Ini berarti zat radioaktif ini butuh waktu 30 tahun untuk meluruh hingga aktivitasnya menjadi setengah dari aktivitas mula-mula. Zat ini tidak diperjualbelikan secara bebas.</p>
<p>Dalam kasus di Serpong, belum dapat dipastikan kapan mulai adanya sumber radiasi tersebut berada di kawasan perumahan. Satu hal yang pasti bahwa paparan radiasi ini diketahui oleh petugas BAPETEN saat memantau radiasi pada 30-31 Januari 2020. Saat ditemukan Cesium 137 ini sudah bercampur dengan tanah, tidak berbentuk cairan atau lempeng, sehingga sulit diketahui berapa banyak sebenarnya Cesium yang dibuang atau tercecer di lokasi tersebut.</p>
<h2>Radiasi eksternal dan internal</h2>
<p>Ada dua jenis paparan radiasi radioaktif: radiasi eksternal dan internal. </p>
<p>Radiasi eksternal bersumber dari luar tubuh manusia seperti secara sengaja pada orang yang dipotret dengan rontgen sinar X atau secara tidak sengaja ada orang yang melewati zona paparan radiasi seperti kasus Serpong saat ini. </p>
<p>Sedangkan paparan radiasi internal atau kontaminasi internal bersumber dari radioaktif yang masuk ke dalam tubuh manusia. Misalnya pada orang mengkomsumsi air, makanan, dan buah-buahan yang mengandung radio aktif. </p>
<p>Paparan zat radioaktif Cesium 137 di atas ambang batas dan dalam jangka lama dapat menyebabkan kanker. Mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi radioaktif sangat berbahaya. Jika <a href="https://www.epa.gov/radiation/radionuclide-basics-cesium-137">seseorang mengkonsumsi bahan yang mengandung Cesium 137, radioaktifnya dapat terkumpul di otot dan berpeluang menimbulkan kanker</a>. </p>
<p>Dalam kasus di Serpong, paparan radiasi yang dapat terjadi adalah paparan eksternal bagi penduduk yang melewati area ditemukannya sumber radioaktif Cs-137. Juga ada kemungkinan kontaminasi internal bagi warga yang mengkonsumsi air atau sayuran yang tumbuh pada area yang terkontaminasi tersebut. </p>
<p>Menurut data laju dosis setelah pembersihan tanah hingga <a href="https://www.republika.co.id/berita/daerah/jabodetabek-nasional/20/02/19/q5y8vh384-bapeten-paparan-radiasi-di-perumahan-batan-indah-kian-turun">19 Februari 2020</a>, jika warga berada satu meter dari zona yang diberi garis polisi ia bisa terpapar radiasi dengan laju dosis penyerapan radiasi 1 mikrosievert per jam. </p>
<p>Bagi orang yang berada di titik laju dosis tertinggi selama satu jam pada 16 Februari ia akan mendapat paparan radiasi eksternal setara 9 mikrosievert (0,09 millisievert). Jika dikonversikan <a href="https://www.translatorscafe.com/unit-converter/en-US/radiation/24-22/microsievert/hour-millisievert/year/">setahun setara 78,894 milisievert</a>.</p>
<p>Jika terus dibersihkan, dosis paparan di lokasi tersebut akan terus berkurang sehingga paparan radiasi eksternal yang diterima warga juga akan menurun. </p>
<p>Orang yang terpapar radiasi dosis tinggi secara eksternal dapat dimonitor dengan alat dosimeter fisika atau dosimeter biologi dengan mengamati kerusakan kromosom tertentu pada darah orang untuk mengetahui level dosisnya.</p>
<h2>Ada juga radiasi dari alam</h2>
<p>Selain radiasi akibat manusia, ada beberapa lokasi di dunia yang terkena <a href="https://www.clinicaloncologyonline.net/article/S0936-6555(16)00010-8/fulltex">paparan radiasi alam dari permukaan atau kulit Bumi</a>. Hal ini bisa terjadi karena lokasinya mengandung radioaktif yang berasal dari pancaran kulit Bumi.</p>
<p>Penduduk yang tinggal <a href="http://aerb.mindspacetech.com/images/PDF/image/4_Background_Radiation1.pdf">di Kerala dan Madras, India, menerima paparan radiasi alam sebesar 15 milisievert per tahun</a>. Lalu sebagian penduduk di Brasil dan Sudan terkena radiasi alam hingga 40 milisievert per tahun. Sedangkan rata rata dosis paparan radiasi alam adalah 2 milisievert per tahun. </p>
<p>Sampai saat ini pada penduduk yang tinggal di daerah yang terkena radiasi alam tinggi ini, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6613150/#">menurut penelitian</a>, belum ditemukan kasus kanker yang signifikan dibanding dengan kasus yang sama dengan masyarakat umum yang tidak terkena radiasi alam. </p>
<p>Hasil riset <a href="https://journals.lww.com/health-physics/Abstract/2018/08000/Evidence_for_Adaptive_Response_in_a_Molecular.5.aspx">terbaru dari para ilmuwan Cina di kawasan terkena radiasi alam di Yangjiang Cina</a> menunjukkan, walau ditemukan sejumlah parameter biologis pertanda terkena paparan radiasi alam seperti perubahan kromosom, tubuh manusia ternyata mampu beradaptasi terhadap paparan radiasi dosis tertentu ini. </p>
<p>Jika kita merujuk pada kasus yang hampir identik dengan kejadian di Korea Selatan dan Brasil, kita boleh agak lega bahwa tidak ada perbedaan signifikan atas potensi potensi kanker yang mungkin timbul pada masyarakat yang terkena paparan radiasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132189/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Iin Kurnia tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dalam kasus di Serpong, paparan radiasi yang dapat terjadi adalah paparan eksternal bagi penduduk yang melewati area ditemukannya sumber radioaktif Cs-137.Iin Kurnia, Peneliti Biologi Radiasi di Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, National Nuclear Energy Agency (BATAN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1296202020-01-15T07:12:14Z2020-01-15T07:12:14ZAncaman kanker ginjal: gejalanya tak tampak dan cara mendeteksinya lebih awal<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/309399/original/file-20200110-97171-1wn0ozo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi kanker ginjal dalam tiga dimensi.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/cancer-kidney-3d-illustration-showing-presence-1015817638">Kateryna Kon/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Akhir Desember lalu, penyanyi muda Indonesia <a href="https://www.kompas.com/hype/read/2019/12/20/162344166/vidi-aldiano-ceritakan-awal-mula-divonis-kanker-ginjal">Vidi Aldiano mengumumkan dia terkena kanker ginjal stadium 3</a> dan telah menjalani operasi ginjal di Singapura. Kini dia mengandalkan satu ginjal setelah kanker di ginjal kirinya dioperasi.</p>
<p>Penyakit ini diketahui saat Oktober tahun lalu Vidi <a href="https://www.kompas.com/hype/read/2019/12/21/091100766/vidi-aldiano-ungkap-awal-divonis-kanker-hingga-sempat-depresi?page=all">kehilangan suara</a>, lalu dokter mendeteksi dia mengidap tekanan darah tinggi (hipertensi). Pengecekan medis berikutnya baru menemukan ada kanker di ginjalnya. </p>
<p>Kanker ginjal adalah jenis kanker yang tidak memiliki gejala dini dan variasi gejala yang <a href="https://books.google.co.id/books?id=VraStw2m7kAC&pg=PA276&lpg=PA276&dq=Yarbro.,+Wujcik.,+Gobel,+2011+renal+cancer&source=bl&ots=PxLZIpIoOw&sig=ACfU3U1hJxWLQAuCZVzsHXE7vHAnWlCjUw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjBztGLnsvmAhXDcn0KHeDLDAUQ6AEwAHoECAgQAQ#v=onepage&q=Yarbro.%2C%20Wujcik.%2C%20Gobel%2C%202011%20renal%20cancer&f=false">muncul kadang tidak berhubungan dengan ginjal</a>.</p>
<p>Seringkali gejala yang dirasakan pasien kanker ginjal adalah <a href="https://www.amazon.co.uk/Handbook-Urology-Flexicover-Medical-Handbooks/dp/0199696136">demam, anemia, lesu, penurunan nafsu makan, hipertensi, hiperkalsemia (kelebihan kalsium), dan gangguan fungsi hati</a>. </p>
<p>Sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19955672">riset di India, yang mempelajari catatan pasien kanker selama delapan tahun, dari 2000 sampai 2008</a>, menunjukkan dari 235 pasien yang memeriksakan diri ke dokter memunculkan gejala: 48% membawa keluhan <a href="https://www.alodokter.com/hematuria">kencing darah</a>, 31,9% nyeri panggul, dan 14,5% punya masalah di sisi panggul.</p>
<p>Sekitar 20-40% kanker ginjal ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin atau <a href="https://www.amazon.co.uk/Handbook-Urology-Flexicover-Medical-Handbooks/dp/0199696136">sebab lainnya dan tanpa gejala terasa oleh pasien</a>. Hal ini yang menyebabkan kebanyakan pasien kanker ginjal baru berobat pada stadium akhir atau <a href="https://www.alodokter.com/metastasis-penyebaran-sel-kanker-yang-sulit-dikendalikan">saat sel kanker telah menyebar</a> ke jaringan organ lain.</p>
<p>Karena itu, mendeteksi sejak dini dan menghindari faktor risiko merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terkena kanker ginjal.</p>
<h2>Faktor risiko</h2>
<p>Vidi merupakan salah satu dari <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj84L6ymoPnAhW07HMBHfmLAJ0QFjAAegQIBhAC&url=https%3A%2F%2Fgco.iarc.fr%2Ftoday%2Fdata%2Ffactsheets%2Fpopulations%2F360-indonesia-fact-sheets.pdf&usg=AOvVaw2CxCbX3oRrh0RQ7oChc0Be">sembilan dari 100.000 orang</a> prevalensi penderita kanker ginjal di Indonesia. </p>
<p>Menurut Badan Kesehatan Dunia, pada 2018 kanker ginjal menduduki peringkat ke-20 dari seluruh angka kejadian <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj84L6ymoPnAhW07HMBHfmLAJ0QFjAAegQIBhAC&url=https%3A%2F%2Fgco.iarc.fr%2Ftoday%2Fdata%2Ffactsheets%2Fpopulations%2F360-indonesia-fact-sheets.pdf&usg=AOvVaw2CxCbX3oRrh0RQ7oChc0Be">di Indonesia dengan 2.112 kasus baru dan tercatat 1.225 orang meninggal</a> karena penyakit ini. </p>
<p>Butuh biaya besar untuk merawat pasien kanker ginjal. Seorang <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190609110635-259-401848/video-hitung-hitung-biaya-pengobatan-kanker">pasien kanker menghabiskan biaya pengobatan</a> sedikitnya <a href="https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-1982101/yki-biaya-pengobatan-kanker-rata-rata-rp-100-jutabulan">Rp100 juta</a> per tahun. </p>
<p>Ada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29779672">3 faktor risiko terbesar</a> dari gaya hidup yang menyebabkan kanker ginjal yaitu merokok, obesitas, dan hipertensi. Dalam kasus Vidi, tampaknya karena hipertensi, karena <a href="https://seleb.tempo.co/read/799429/vidi-aldiano-dukung-harga-rokok-mahal/full&view=ok">dia bukan perokok</a>.</p>
<p>Hasil <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">penelitian terhadap pasien kanker ginjal</a> menunjukkan perokok berisiko dua sampai tiga kali lebih tinggi menderita kanker ginjal dibandingkan yang tidak merokok. Risiko ini juga ikut meningkat dengan banyaknya jumlah rokok dan lamanya tahunan merokok. Risiko akan menurun jika berhenti merokok.</p>
<p>Rokok berefek karsinogen dengan mekanisme yang hampir sama dengan kanker lainnya. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16184476">Rokok dapat menyebabkan mutasi pada p53</a> yakni protein pencegah terjadinya kanker.</p>
<p>Terkait kelebihan berat badan, sebuah hasil penelitian menyatakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">obesitas 40% ditemukan pada pasien kanker ginjal di Amerika Serikat</a> dan 30% di Eropa. Hal ini menjadi dasar estimasi dari risiko kanker ginjal yang dihubungkan dengan obesitas.<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25422180">Hasil penelitian di Jepang juga</a> menemukan obesitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian dan kematian akibat kanker ginjal. </p>
<p>Faktor lainnya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2872592/">studi di Jepang berkesimpulan</a> terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kanker ginjal. Hipertensi merupakan penyebab kematian pada penderita kanker ginjal. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">Diabetes mellitus dan penyakit ginjal</a> lainnya juga merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker ginjal dan meningkatkan risiko kematian pasien kanker ginjal.</p>
<p>Penelitian <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2872592/">Masakazu Washio and Mitsuru Mori (2009) dari Jepang</a> tentang faktor risiko kanker ginjal di Jepang menunjukkan minum teh hitam dengan frekuensi 3 cangkir per hari berisiko menyebabkan kanker ginjal. </p>
<p>Bahan kimia <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Akrilamida">Akrilamida</a> yang digunakan dalam produksi perekat (lem), kertas, dan kosmetik <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">bersifat karsinogen</a>. Akrilamida secara alami diproduksi saat makanan yang kaya pati, seperti olahan tepung yang dimasak pada suhu yang tinggi yang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">dibakar atau digoreng</a>.</p>
<p>Timbulnya kanker ginjal juga berkaitan dengan perubahan genetik. Pada kanker ginjal, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30565301">95% kasus memiliki perubahan pada lengan pendek kromosom nomor 3 </a> sehingga dapat terjadi mutasi gen. Hal ini juga yang menjadi faktor pencetus <a href="https://ghr.nlm.nih.gov/condition/von-hippel-lindau-syndrome">penyakit VHL (Von Hippel-Lindau)</a> (penyakit genetik yang menyebabkan pertumbuhan tumor dan kista di dalam tubuh).</p>
<h2>Pentingnya deteksi awal</h2>
<p>Kanker ginjal merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada organ ginjal. Bila terlambat dideteksi, <a href="https://theconversation.com/6-hal-tentang-kanker-perlu-anda-ketahui-dari-sel-bunuh-diri-mirip-kepiting-hingga-rambut-rontok-setelah-kemo-122046">sel kanker bisa menyebar ke organ lain</a> dan meningkatkan risiko. Karena itu, pendeteksian dini di stadium awal adalah jalan terbaik untuk mengurangi risiko terburuk. </p>
<p><a href="https://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookID=508">Deteksi dan <em>screening</em> cepat kanker ginjal</a> dapat dilakukan dengan pemeriksaan pencitraan, termasuk <a href="https://www.alodokter.com/lebih-jauh-tentang-usg">USG (ultrasound)</a>, <a href="https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/neurology-and-neuro-surgery/ct-scan">CT (computed tomography)</a> dan <a href="https://www.alodokter.com/mri-dapat-membantu-identifikasi-penyakit">MRI (magnetic resonance imaging)</a>. </p>
<p>Skrining radioisotop, seperti <a href="https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/neurology-and-neuro-surgery/pet-scan">PET (positron emission tomography)</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12353252"><em>targeted imaging</em></a>, digunakan untuk menilai penyebaran sel kanker ke organ lain seperti di tulang atau hati.</p>
<p>Pasien yang datang dengan kondisi kanker yang belum menyebar biasanya akan mendapatkan pembedahan bahkan sampai terapi transplantasi ginjal. Dalam masa pemulihan pasien akan cenderung <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28138130">mengalami kelemahan dalam aktifitas geraknya</a>. Jika dibiarkan tanpa perubahan pola hidup dalam beraktivitas fisik pasien sangat berbahaya karena dapat berlanjut pada risiko penyakit kardiovaskuler seperti <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28138130">serangan jantung dan stroke</a>. </p>
<p>Selain itu, 30% dari pasien setelah operasi akan berkembang ke kondisi <a href="https://www.alodokter.com/metastasis-penyebaran-sel-kanker-yang-sulit-dikendalikan">metastasis</a> alias sel menyebar dalam kurun waktu 16-23 bulan dan pasien memiliki <a href="http://lib.ui.ac.id/detail?id=20417330&lokasi=lokal#parentHorizontalTab1">tingkat tahan hidup selama lima tahun sebesar 10%</a>. Pasien yang tidak mengalami kondisi metastasis memiliki <a href="http://lib.ui.ac.id/detail?id=20417330&lokasi=lokal#parentHorizontalTab1">ketahanan hidup lima tahun di atas 90%</a>.</p>
<h2>Olahraga dan hindari gula berlebihan</h2>
<p>Pasien sangat dianjurkan untuk latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot serta <a href="http://reps-id.com/meningkatkan-kapasitas-aerobik/">kapasitas aerobik</a>. Selain latihan fisik, pengaturan pola makan adalah bagian penting dari perubahan gaya hidup. Tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi, mempertahankan fungsi ginjal, mencegah terjadinya obesitas, <a href="https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-2">diabetes tipe 2</a> dan <a href="https://www.alodokter.com/hiperkolesterolemia">hiperkolesterolimia</a>.</p>
<p>Pasien perlu mengatur pola makan mengurangi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28915863">asupan garam,gandum, sayuran dan buah buahan dan makanan berlemak</a>. Minuman kaya gula seperti <em>softdrink</em>, minuman olahan susu, dan jus buah harus dibatasi. Untuk meningkatkan massa otot, pasien perlu <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28915863">mengkonsumsi makanan atau minuman berprotein</a>.</p>
<p>Selain menghindari gaya hidup penyebab kanker ginjal, langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, terutama yang <a href="https://www.honestdocs.id/vitamin-a-c-dan-e">mengandung vitamin A, C dan E</a>.</p>
<p>Namun bagi kondisi kanker ginjal yang sudah metastasis sangat perlu dirawat dengan pendekatan <a href="https://theconversation.com/merawat-pasien-kanker-stadium-lanjut-di-rumah-lebih-baik-daripada-di-rumah-sakit-123771">perawatan paliatif</a> atau pelayanan kesehatan berfokus pada <a href="https://books.google.co.id/books?id=sLjwAwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Medical-surgical+Nursing+;+concepts+%26+practice&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiXtaPuvszmAhXZbn0KHZdkD84Q6AEINzAB#v=onepage&q=Medical-surgical%20Nursing%20%3B%20concepts%20%26%20practice&f=false">meringkankan gejala yang dirasakan pasien</a>, dan bukan untuk memberikan kesembuhan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129620/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Boby Febri Kisdianto menerima dana dari LPPM Unand. </span></em></p>Penyanyi muda Indonesia Vidi Aldiano yang terkena kanker ginjal kini mengandalkan satu ginjal setelah kanker di ginjal kirinya dioperasi.Boby Febri Krisdianto, Nursing Lecturer, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1294572020-01-10T04:24:15Z2020-01-10T04:24:15ZResistensi antibiotik dan kanker: 6 tempat mengejutkan bagi ilmuwan yang mencari obat baru<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/309387/original/file-20200110-80132-vyrb67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Semut pemotong daun Tetraponera.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-tetraponera-rufonigra-arboreal-bicolored-ant-1111251950">Phattipol/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Para ilmuwan baru-baru ini mengumumkan penemuan antibiotik baru yang diproduksi oleh bakteri yang hidup di dalam nematoda (cacing gelang). Meski molekul ini membutuhkan analisis lebih lanjut, temuan ini, <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1791-1">yang telah dipublikasikan di Nature</a>, membawa harapan untuk memerangi <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1791-1">resistansi antibiotik</a> atau antimikroba yang merupakan kemampuan tumbuh bakteri menular atau bakteri yang mematikan untuk bertahan dari pengobatan. </p>
<p>Beberapa nematoda yang hidup di tanah mengandung bakteri (<em>Photorrabdus khanii</em>) yang hidup di dalam usus untuk membantu mereka saat memakan larva serangga. Untuk membunuh dan memakan larva dalam jumlah besar, nematoda <em>P khanii</em> melepaskan molekul <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1791-1"><em>darobactin</em></a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Nematoda muncul dari larva ngengat yang mati.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Entomopathogenic_nematode_(Heterorhabditis_bacteriophora_)_Poinar,_1975.jpg">Peggy Greb</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Para peneliti menemukan bahwa senyawa ini juga sangat efektif melawan sekelompok bakteri lain yang bertanggung jawab atas infeksi yang sulit diobati. Menariknya, molekul bekerja tanpa perlu melintasi dinding sel luar bakteri yang menjadi hambatan bagi banyak senyawa lainnya. Mereka juga menemukan bahwa tampaknya bakteri yang secara spontan mengembangkan resistansi terhadap <em>darobactin</em> kehilangan kemampuan untuk menginfeksi inang mereka.</p>
<p>Penelitian ini berharap senyawa <em>darobactin</em> dapat menjadi obat baru yang efektif. Dalam hal ini, nematoda yang menjadi tempat tinggal <em>P khanii</em> akan bergabung ke dalam daftar yang terus berkembang dari sumber antibiotik baru dan obat antikanker. </p>
<p>Berikut beberapa tempat lainnya yang berpotensi menyimpan obat baru:</p>
<h2>Dasar laut Bahama</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dasar laut Bahama.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/group-starfish-underwater-near-coral-reef-144850168">Damsea</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena telah banyak obat yang ditemukan di tanah, para peneliti juga menghabiskan banyak waktu menjelajahi dasar laut untuk mencari senyawa baru. Sebuah survei sedimen laut dari Bahama, negara kepulauan di Karibia, pada akhir 1980-an, menghasilkan beberapa bakteri yang berpotensi menarik. Tapi butuh lebih dari satu dekade untuk menetapkan bahwa senyawa baru ini mewakili spesies baru yang berbeda, <em>Salinsipora tropica</em>. </p>
<p>Para peneliti di University of California San Diego, kemudian mengidentifikasi bahwa bakteri tersebut memproduksi molekul yang disebut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2814440/">salinisporamide A</a>. Mereke menemukan bahwa senyawa ini menghambat degradasi protein dalam berbagai jenis sel kanker dan menyebabkan mereka mati. Perusahaan Nereus Pharmaceuticals telah mengubah senyawa ini menjadi obat anti kanker bernama Marizomib, yang telah mencapai fase tiga dalam uji klinis untuk kanker darah myeloma dan kanker otak glioblastoma. </p>
<h2>Gurun Acatama yang sangat gersang</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gurun Atacama di Chili.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/chile-atacama-desert-bolivia-4388206/">Grebmot/Pixabay</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gurun Atacama di Amerika Selatan telah menarik perhatian para peneliti karena karakteristik unik spesies yang berkembang di sana, meskipun dalam kondisi yang tidak ramah dijadikan habitat. Kekeringan sangat parah dikombinasikan dengan tingkat radiasi ultraviolet yang tinggi, serta unsur-unsur beracun dan karbon tanah yang langka menciptakan lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan tanah di Mars. Hanya mikroorganisme yang telah mengembangkan mekanisme untuk menghadapi kondisi ekstrem ini yang dapat bertahan hidup.</p>
<p>Para peneliti di Inggris dan Chili telah bekerja bertahun-tahun mendalami bakteri yang ditemukan di Gurun Atacama untuk mengidentifikasi beberapa senyawa antibiotik, seperti <a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.joc.5b01878">chaxapeptins</a> dan chaxalactins. Eksperimen telah menunjukkan bahwa beberapa molekul ini dapat membunuh mikroba seperti E. coli dan ragi <em>Candida albicans</em> yang menyebabkan jamur serta dapat membatasi kemampuan sel kanker untuk menyerang jaringan. </p>
<h2>Semut pemotong daun</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Semut pemotong daun Tetraponera.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.antwiki.org/wiki/File:Tetraponera_penzigi_Dino_Martins.jpg">Dino Martins</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Semut dan serangga lainnya mempraktikkan fungikultura, yang berarti mereka membantu jamur tumbuh untuk menggunakannya sebagai bahan makanan atau bahan bangunan. Para peneliti di Inggris dan Afrika Selatan, yang mempelajari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23417898">hubungan simbiotik</a> semut-jamur, menemukan bahwa hubungan ini juga dapat mencakup bakteri. Untuk melindungi diri dan makanan mereka dari infeksi, semut pemotong daun mendukung keberlangsungan hidup bakteri penghasil antibiotik. </p>
<p>Secara khusus, mereka menemukan bahwa bakteri <em>Streptomyce formicae KY5</em> menghasilkan <a href="https://pubs.rsc.org/en/content/articlepdf/2017/sc/c6sc04265a">formicamycins</a>. Senyawa-senyawa ini dapat membunuh mikroba menular yang resistan terhadap antibiotik umum seperti <em>Staphylococcus aureus</em> (MRSA) yang resistan terhadap methicilin. </p>
<p>Terlebih lagi, eksperimen menyatakan bahwa mikroba ini mengalami kesulitan yang lebih besar untuk mengembangkan resistansi terhadap formicamcyin daripada senyawa lain. Namun, terlepas dari potensi besar untuk pengembangan obat terapeutik, belum ada uji klinis yang menguji formicamcyin yang telah dimulai.</p>
<h2>Hidung manusia</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Berkat hidung Anda.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/nose-nostrils-nose-hairs-blackheads-2790325/">derneuemann/Pixabay</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hidung kita penuh dengan kehidupan dan penelitian ilmuwan Jerman yang mempelajari apa yang benar-benar hidup di sana mengarah pada penemuan bahwa bakteri <a><em>Staphylococcus lugdunensi</em></a> sangat baik menghentikan beberapa spesies yang kebal antibiotik untuk tumbuh. Ini membuat hidung menjadi salah satu garis pertahanan pertama tubuh dalam melawan mikroba di udara yang berbahaya.</p>
<p>Eksperimen dengan tikus telah mengungkapkan bahwa <em>S. lugdunensis</em> menghasilkan senyawa yang disebut <em>lugdunin</em> yang mencegah infeksi MRSA. Meskipun pengembangan obat terapeutik masih dalam tahap awal, <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-019-10646-7">hasil</a> sejauh ini telah mengkonfirmasi potensi <em>lugdunin</em> untuk mengobati infeksi kulit.</p>
<h2>Darah komodo</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Komodo.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/komodo-dragon-largest-lizard-world-walks-116793451">Anna Kucherova/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain mengambil senyawa antibiotik secara langsung dari alam, para ilmuwan juga dapat mensintesis senyawa buatan dari laboratorium. Pada 2017, para peneliti di Amerika Serikat mengidentifikasi senyawa dengan aktivitas antibiotik pada darah komodo. Mereka kemudian merancang versi sintetis yang dimodifikasi bernama DRGN-1 yang bahkan lebih efektif daripada senyawa asli.</p>
<p>DRGN-1 dapat sangat berguna jika dikembangkan menjadi agen terapi karena mengurangi jumlah bakteri sekaligus mempercepat penyembuhan luka. Meski pengembangannya masih dalam tahap awal, <a href="https://www.nature.com/articles/s41522-017-0017-2">percobaan ini</a> yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa versi sintetis ini layak untuk dikembangkan.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129457/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Karena telah banyak obat yang ditemukan di tanah, para peneliti juga menghabiskan banyak waktu menjelajahi dasar laut untuk mencari senyawa baru, termasuk di sedimen laut Bahama.Linamaria Pintor Escobar, PhD student in Natural Products Discovery, Edge Hill UniversityAlba Iglesias Vilches, PhD Candidate, Synthetic Biology of Natural Products, Newcastle UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1291452019-12-20T09:49:01Z2019-12-20T09:49:01ZMengapa satwa langka rentan punah? Begini kata genetika<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/307862/original/file-20191219-11904-1kbralu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Badak Sumatra makin langka karena ancaman penyakit kanker.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/badak-sumatra-yang-semakin-langka-142458823">Sofyan Efendi?Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kematian satwa langka begitu menyesakkan dada. Iman, badak Sumatra betina terakhir di Malaysia, akhirnya mati akhir November lalu <a href="https://news.detik.com/internasional/d-4796417/iman-mati-badak-sumatera-punah-di-malaysia">setelah sekian lama mengidap kanker</a>. </p>
<p>Iman adalah badak kedua yang mati karena kanker dalam beberapa tahun belakangan, setelah <a href="https://www.mongabay.co.id/2017/06/23/kanker-itu-merenggut-kehidupan-puntung-untuk-selamanya/">Puntung, badak Sumatra betina di Sabah, yang harus disuntik mati karena kanker juga</a>.</p>
<p>Kanker hanyalah satu dari banyak kelainan sel mematikan yang muncul akibat mutasi yang bersifat merusak fungsi sel dalam populasi satwa liar. <a href="https://www.independent.co.uk/news/world/asia/lions-tigers-traditional-chinese-medicine-asia-big-cats-deformed-vietnam-a8996096.html">Kelainan bentuk wajah dan alat gerak</a> atau <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2009/04/090402171440.htm">tulang belakang</a>, juga dapat menurunkan peluang hidup satwa terancam punah.</p>
<p>Selain <a href="https://mediaindonesia.com/read/detail/205010-translokasi-salah-satu-upaya-penyelamatan-klhk-untuk-lutung-jawa">translokasi (pemindahan satwa ke habitat yang layak)</a> dan penangkaran, teknologi modifikasi genom dapat mengatasi masalah penyakit genetik pada satwa liar. Meski peluang teknologi genomik tampak menjanjikan, riset lebih dalam diperlukan untuk memahami dinamika genom makhluk hidup dan mengumpulkan lebih banyak bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.</p>
<h2>Penyebab kepunahan</h2>
<p>Selain <a href="https://theconversation.com/why-is-the-illicit-rhino-horn-trade-escalating-76265">perburuan ilegal</a>, banyak penyakit genetik mematikan yang dapat menyebabkan kepunahan pada satwa liar yang terlanjur memiliki populasi berukuran kecil. Kurangnya alternatif pasangan kawin baik di alam maupun penangkaran meningkatkan kecenderungan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/vert-earth-46094965">perkawinan sekerabat</a>. Karena kerabat cenderung memiliki komposisi genetik serupa, perkawinan sekerabat menurunkan variasi genetik yang diperlukan untuk memperluas <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ece3.3317">spektrum kerja sistem imun tubuh</a>.</p>
<p>Terakumulasinya mutasi berbahaya akibat perkawinan sekerabat juga dapat menurunkan tingkat harapan hidup suatu populasi. Bagaimana ini bisa terjadi? </p>
<p>Untuk sebagian besar hewan bertulang belakang, termasuk manusia, fungsi tubuh sangat bergantung kepada gen-gen yang membawa informasi yang diperlukan untuk menjaga sel tetap sehat. Gen biasanya memiliki dua salinan di dalam sel, dan setiap salinan dapat memiliki variasi. Variasi dalam salinan gen ini <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Alel">disebut alel</a>. </p>
<p>Alel-alel ini dapat mengalami mutasi yang merusak fungsi sel. Ketika satu salinan mengalami mutasi dan salinan lain tidak, gen tersebut biasanya masih dapat berfungsi. Ketika perkawinan sekerabat terjadi, peluang bertemunya dua salinan yang membawa mutasi yang mengganggu fungsi gen semakin besar.</p>
<h2>Mutasi berbahaya</h2>
<p>Mutasi-mutasi gen yang merusak biasanya dapat terkumpul dalam suatu populasi karena tidak berhasil dieleminasi oleh seleksi alam. Seleksi alam tidak dapat bekerja karena fungsi tubuh tidak langsung terganggu. Dengan demikian, mutasi tersebut berpeluang besar diturunkan ke generasi selanjutnya. Jika tidak ada variasi baru dan perkawinan sekerabat terus terjadi, mutasi-mutasi berbahaya ini dapat terkumpul sampai taraf yang mematikan. </p>
<p>Analisis terhadap genom <em>mammoth</em> berbulu (<em>Mammuthus primigenius</em>), kerabat gajah yang sudah punah pada Zaman Es, menunjukkan bahwa individu terakhir spesies ini <a href="https://journals.plos.org/plosgenetics/article?id=10.1371/journal.pgen.1006601">menyimpan banyak mutasi berbahaya</a> sebelum akhirnya mati.</p>
<p>Analisis genomik terhadap hewan-hewan terancam punah semisal <a href="https://genomebiology.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13059-015-0837-4">cheetah Afrika (<em>Acinonyx jubatus</em>)</a>, <a href="https://www.nature.com/articles/s41559-017-0375-4">serigala abu-abu (<em>Canis lupus</em>)</a>, dan <a href="https://blogs.biomedcentral.com/on-biology/2014/12/12/how-can-conservation-genomics-help-the-recovery-of-the-most-endangered-species/">burung ibis endemik Jepang (<em>Nipponia nippon</em>)</a> juga menunjukkan tren yang serupa.</p>
<h2>Upaya translokasi</h2>
<p>Untuk mengatasi masalah mutasi gen berbahaya, kita dapat melakukan translokasi, yaitu penambahan individu baru ke dalam populasi yang terancam punah. Individu baru ini berasal dari populasi yang berbeda sehingga diharapkan membawa varian genetik yang berbeda untuk melarutkan mutasi berbahaya dalam populasi kecil. </p>
<p>Dalam sebagian besar kasus, kesintasan populasi spesies <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/mec.13139">meningkat akibat upaya ini</a>. </p>
<p>Salah satu upaya translokasi yang berhasil dan kerap menjadi percontohan di seluruh dunia adalah <a href="https://www.nature.com/articles/news050815-7">translokasi singa gunung (<em>Puma concolor coryi</em>)</a> yang berlangsung di Amerika Serikat. Pada 1990, hanya ada beberapa puluh singa gunung di Florida dengan banyak kelainan dan penyakit. Setelah translokasi singa gunung dari Texas dilakukan <a href="https://myfwc.com/wildlifehabitats/wildlife/panther/genetics/">pada 1995</a>, ukuran populasi singa gunung Florida meningkat menjadi setidaknya <a href="https://science.sciencemag.org/content/329/5999/1641">95 individu delapan tahun kemudian</a>.</p>
<p>Sayangnya, keberadaan individu baru dari populasi dengan komposisi genetik berbeda tidak selalu berujung kepada kesintasan populasi. Individu serigala abu-abu dari Kanada yang masuk sendiri ke Taman Nasional Isle Royale, Amerika Serikat, pada 1997, misalnya, <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rspb.2011.0261">cenderung kawin dengan satu kelompok serigala abu-abu saja</a>. Dampaknya, populasi serigala abu-abu di taman nasional tersebut kembali mengalami penurunan variasi genetik. Sejak saat itu, populasi serigala abu-abu di Isle Royale terus mengalami penurunan kesintasan hingga <a href="https://academic.oup.com/jhered/article-abstract/108/2/120/2667696">pada 2015 ditemukan hanya tiga individu serigala yang saling berkerabat</a>.</p>
<p>Upaya translokasi, meskipun cukup menjanjikan, perlu dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan sejarah genetik populasi asal individu. Program pertukaran individu spesies antarnegara dengan pengawasan rutin terhadap kondisi kesehatan dan genetik individu dapat menjaga stok variasi genetik satwa untuk keperluan penangkaran. <a href="https://www.actionindonesiagsmp.org/why">Action Indonesia Global Species Management Plan</a> adalah contoh kolaborasi yang telah berlangsung dengan banyak kebun binatang internasional untuk menjaga kesintasan anoa, babirusa, dan banteng.</p>
<h2>Modifikasi genom</h2>
<p>Teknologi modifikasi genom digadang-gadang dapat menghilangkan mutasi berbahaya dan membantu konservasi hewan terancam punah. Penyuntingan genom mulai dilirik sebagai sebuah opsi untuk <a href="https://reviverestore.org/projects/black-footed-ferret/">menyelamatkan populasi terakhir musang berkaki hitam</a> (<em>Mustela nigripes</em>) di Amerika dari penyakit mematikan dan <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmicb.2017.01220/full">meningkatkan ketahanan alga simbion terumbu karang</a> terhadap <a href="https://www.mongabay.co.id/2016/06/03/ancaman-kematian-terumbu-karang-itu-nyata-sedang-terjadi-di-perairan-lombok/">pemutihan karang</a>. Beberapa peneliti bahkan sudah <a href="https://www.scientificamerican.com/article/harnessing-the-power-of-gene-drives-to-save-wildlife/">gatal dengan usulan</a> untuk menyelamatkan spesies terancam punah lainnya melalui kontrol gen (<em>gene drive</em>).</p>
<p>Teknologi modifikasi genom telah berhasil diterapkan kepada <a href="https://www.nature.com/news/first-monkeys-with-customized-mutations-born-1.14611">monyet</a>, <a href="https://grist.org/article/gene-editing-could-help-save-the-planet-if-scientists-can-avoid-the-typos/">sapi</a>, dan <a href="https://www.sciencemag.org/news/2016/10/brazil-will-release-billions-lab-grown-mosquitoes-combat-infectious-disease-will-it">nyamuk</a> dalam kondisi laboratorium untuk keperluan medis dan agrikultur. Namun, bagaimana gen baru yang dimasukkan akan memengaruhi populasi generasi selanjutnya <a href="https://www.sciencemag.org/news/2019/09/study-dna-spread-genetically-modified-mosquitoes-prompts-backlash">belum dapat diprediksi dengan tepat</a>. </p>
<p>Penelitian lebih lanjut terhadap dinamika genom makhluk hidup masih diperlukan untuk memastikan keberhasilan penggunaan teknologi modifikasi genom. Regulasi juga perlu <a href="https://theconversation.com/genetically-modifying-mosquitoes-to-control-the-spread-of-disease-carries-unknown-risks-123862">memandu implementasi teknologi tersebut</a> agar tidak membahayakan ekosistem.</p>
<h2>Perlu adaptasi regulasi juga</h2>
<p>Apa perlu kita bertindak sejauh itu untuk <a href="https://www.vox.com/future-perfect/2018/11/21/18103851/future-perfect-podcast-endangered-species-ferret-crispr">menjaga dan melindungi suatu spesies agar tidak punah</a>? Kemajuan peradaban manusia bergantung kepada seberapa berani kita mendorong batas ilmu pengetahuan; konservasi dan genetika tidak terkecuali.</p>
<p>Namun, kemajuan teknologi yang pesat membutuhkan adaptasi regulasi yang sama cepat. Rencana penangkaran badak Sumatra di Malaysia tahun ini yang telah didukung banyak informasi genetik, misalnya, dapat gagal hanya karena <a href="https://news.mongabay.com/2019/10/sumatran-rhino-breeding-indonesia-malaysia-endangered-extinction/">lamanya birokrasi di Indonesia</a>. </p>
<p>Informasi genetik bukan informasi sapu jagad dalam konservasi satwa liar. Kita tetap harus menjaga habitat mereka dari kerusakan dan melindungi mereka dari eksploitasi berlebih. Inventarisasi informasi genetik satwa liar adalah salah satu aspek yang perlu diseriusi untuk meningkatkan efektivitas konservasi, terutama yang terkait translokasi dan penangkaran.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129145/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sabhrina Aninta menerima beasiswa studi PhD dari Queen Mary University of London. Sembari melangsungkan studi doktoral, ia aktif dalam Tambora Muda Indonesia, jaringan konservasionis muda Indonesia. </span></em></p>Ilmu tentang genomik satwa liar dan teknologi terkait dapat membantu konservasi hewan terancam punah. Namun, kemajuan teknologi tidak akan berhasil tanpa kemajuan regulasi.Sabhrina Gita Aninta, Postgraduate Research Student, Queen Mary University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1272492019-12-13T09:15:47Z2019-12-13T09:15:47ZRiset: Hanya 44 persen perempuan periksa sendiri tanda kanker payudara, apa penyebabnya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/306258/original/file-20191211-95135-3anaqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemeriksaan kanker payudara lebih dini meningkatkan peluang penyembuhannya dengan terapi yang tepat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/hands-joined-circle-holding-breast-cancer-153061814?src=71ab64b8-3873-415c-96f4-66dacc5b0a4c-1-38&studio=1">ESB Professional/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Mayoritas penderita kanker payudara di Indonesia baru mendatangi pusat layanan kesehatan ketika sudah berada pada stadium lanjut, yang berakibat pada menurunnya peluang untuk sembuh. Padahal, kanker ini memiliki peluang untuk disembuhkan ketika pasien didiagnosis pada stadium awal dan segera mendapatkan perawatan yang tepat. </p>
<p>Jauh sebelum mencapai stadium empat, sebenarnya perempuan dapat memeriksa sendiri lebih dini kemungkinan adanya indikasi kanker payudara. </p>
<p>Riset terbaru saya dan kolega, dengan sampel 1.967 perempuan berusia 20-60 tahun di Surabaya, diterbitkan baru-baru ini di <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-019-7951-2">BMC Public Health</a>, menunjukkan kurang dari separuh (44%) responden pernah mempraktikan <a href="https://www.alodokter.com/periksa-payudara-sendiri-sadari-sebelum-terlambat">Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)</a> dalam setahun terakhir. Faktor psikologis sangat berpengaruh pada jenis pemeriksaan ini.</p>
<p>Angka tersebut tidak terlalu menggembirakan, tapi masih tergolong cukup baik bila dibandingkan dengan rerata di negara-negara Asia Tenggara, misalnya <a href="http://journal.waocp.org/article_29969_5bd2b8213ada173110d636ab8d8375fc.pdf">Thailand (23,5%) atau Filipina (36,9%)</a>.</p>
<p>Hasil riset ini menjelaskan bahwa perilaku sehat dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap suatu penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit tersebut. Hampir 33% variasi perilaku memeriksa payudara sendiri dipengaruhi oleh komponen model kepercayaan kesehatan.</p>
<h2>Faktor-faktor yang berpengaruh</h2>
<p>Responden dalam penelitian ini sebagian besar menikah (72,3%), berpendidikan SMA atau lebih (53,4%), tidak memiliki riwayat kanker payudara (98,4%) dan tidak memiliki riwayat keluarga dengan kanker (89.3%). </p>
<p>Riset menggunakan jumlah sampel yang cukup besar dan representatif sehingga memungkinkan generalisasi pada populasi yang lebih luas.</p>
<p>Hasil riset kami mengindikasikan kepercayaan dan persepsi individu akan mempengaruhi perilaku sehat mereka. Ketika individu mempersepsikan diri mereka berisiko terpapar suatu penyakit, mereka akan mempraktikkan perilaku sehat yang diperlukan untuk menghindari penyakit tersebut.</p>
<p>Konsep <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Health_belief_model">Health Belief Model (HBM) Rosenstock</a> menyebutkan ada 6 komponen yang mempengaruhi perilaku sehat individu: </p>
<ol>
<li><p>Persepsi akan kerentanan yang meliputi persepsi individu terhadap seberapa besar peluang ia akan terjangkit suatu penyakit.</p></li>
<li><p>Persepsi akan keparahan, yang menunjukkan sejauh mana keparahan dan dampak yang diakibatkan ketika individu mengalami suatu penyakit. </p></li>
<li><p>Persepsi akan manfaat, yakni sejauh mana individu memandang perilaku sehat yang dilakukan akan memberikan dampak positif terhadap status kesehatannya.</p></li>
<li><p>Persepsi akan hambatan, menggambarkan sejauh mana individu menilai besaran kendala yang dihadapi untuk melakukan perilaku sehat.</p></li>
<li><p>Isyarat untuk melakukan tindakan, menunjukkan pemicu baik dari dalam diri maupun luar individu yang memicu munculnya perilaku sehat.</p></li>
<li><p><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Efikasi_diri">Efikasi diri</a>, yakni seberapa besar rasa percaya diri individu untuk melakukan perilaku sehat. </p></li>
</ol>
<p>Dalam riset kami tampak bahwa praktik Sadari berhubungan dengan tingginya persepsi individu akan manfaat Sadari (3) dan efikasi dirinya untuk melakukan perilaku tersebut (6).</p>
<p>Artinya, partisipan menilai bahwa manfaat untuk memeriksa payudara sendiri cukup besar untuk meningkatkan status kesehatannya, yaitu dapat mendeteksi lebih awal ketika ada ketidaknormalan pada payudara dan mendapatkan pengobatan yang tepat lebih awal. Mereka cenderung mempraktikkan Sadari dibandingkan dengan kelompok yang memiliki persepsi manfaat yang lebih rendah. </p>
<p>Selain itu, perempuan yang memiliki keyakinan diri untuk melakukan Sadari dengan benar dan yakin mampu mengenali bila terdapat abnormalitas pada payudaranya, juga menunjukkan kecenderungan untuk melakukan Sadari. </p>
<p>Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa praktik Sadari berkorelasi dengan persepsi akan hambatan (4) yang dirasakan oleh individu. Mereka yang menilai bahwa memeriksa diri sendiri hanya menghabiskan waktu, merasa malu atau ketakutan akan menemukan penyakit, maka mereka cenderung tidak mau memeriksa diri mereka sendiri. Setiap kenaikan 1 poin persepsi hambatan akan menurunkan peluang praktik pemeriksaan sendiri sebesar 0,93.</p>
<h2>Bias optimisme</h2>
<p>Secara teoritis, isyarat untuk melakukan tindakan (5) merupakan komponen HBM yang berkolerasi positif dengan munculnya perilaku sehat. Namun, dalam penelitian ini, kami menemukan sebaliknya. Individu yang memiliki isyarat kesehatan yang tinggi cenderung tidak mempraktikkan perilaku Sadari. </p>
<p>Riset ini mengukur isyarat kesehatan dengan menanyakan pada responden perilaku kesehatan positif secara umum (apakah mereka minum vitamin, melakukan pemeriksaan medis secara rutin, dan rajin berolah raga). </p>
<p>Dalam konteks ini, kami menduga bahwa bagi responden yang menunjukkan level perilaku sehat umum yang tinggi, optimisme kesehatan mereka berkembang menjadi optimisme yang tidak realistis, yang kami sebut sebagai bias optimisme.</p>
<p>Maksudnya, individu tidak merasa rentan terkena suatu penyakit karena secara umum mereka telah berperilaku sehat. Individu yang memiliki optimisme yang tidak realistis cenderung menganggap bahwa dirinya tidak rentan menderita suatu penyakit jika dibanding orang lain. </p>
<p>Hasil penelitian lainnya yang cukup kontradiktif dengan teori, kami mendapati bahwa persepsi terhadap kerentanan (1) dan keparahan (2) suatu penyakit ternyata tidak mempengaruhi keputusan individu untuk memeriksa payudara sendiri. Fakta ini dapat dijelaskan dengan beberapa kemungkinan berikut: </p>
<p><em>Pertama</em>, kemungkinan partisipan tidak punya pengetahuan yang cukup akan kerentanannya terhadap kanker payudara serta sejauh mana keparahan kanker ini yang berdampak pada aspek fisik, psikologi, dan sosial penderita dan keluarganya. </p>
<p><em>Kedua</em>, partisipan barangkali menginterpretasikan bahwa terdiagnosis kanker payudara merupakan “takdir Tuhan” sehingga perilaku preventif dianggap tidak relevan.</p>
<p>Ketiga, teori <em>fear arousal</em> mengindikasikan bahwa dengan memikirkan kerentanan dan keparahan kanker payudara merupakan ancaman bagi individu yang dapat memunculkan rasa takut. Ketika individu merasa tidak memiliki sumber daya untuk mengatasi rasa takut tersebut, maka hal tersebut hanya akan memunculkan rasa takut yang berkelanjutan tanpa menghasilkan perubahan perilaku. </p>
<h2>Manfaat periksa lebih awal</h2>
<p>Kanker payudara, menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), menjadi <a href="http://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">salah satu penyebab kematian tertinggi pada perempuan di Indonesia</a>. Di seluruh wilayah Indonesia, kanker payudara menempati peringkat pertama kasus kanker terbanyak (16,7% dari seluruh jenis kanker) dan peringkat kedua penyebab kematian akibat kanker (11%) pada 2018.</p>
<p><a href="https://promkes.net/2019/03/03/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas-2018/">Riset Kesehatan Dasar 2018</a> menunjukkan sebagian besar pasien kanker payudara berusia 35 tahun ke atas. Mereka berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang bervariasi dan kebanyakan berasal dari daerah perkotaan.</p>
<p>Gerakan memeriksa payudara sendiri, <a href="http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Panduan-Program-Nasional-Gerakan-Pencegahan-dan-Deteksi-Dini-Kanker-Kanker-Leher-Rahim-dan-Kanker-Payudara-21-April-2015.pdf">yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan sejak 2015</a>, secara rutin merupakan salah satu strategi untuk mencapai deteksi dini kanker payudara. Strategi ini penting di negara-negara berkembang yang memiliki keterbatasan sumber daya dan akses pada layanan kesehatan terutama untuk skrining kanker payudara seperti mamografi dan USG.</p>
<p>Walau pemeriksaan sendiri <a href="https://www.who.int/cancer/publications/cancer_early_diagnosis/en/">tidak lagi direkomendasikan sebagai strategi utama deteksi dini oleh WHO</a>, negara-negara berkembang masih banyak berharap pada strategi ini. Riset <a href="http://www.smj.org.sg/sites/default/files/4903/4903a8.pdf">di Singapura</a> menunjukkan praktik Sadari secara rutin diasosiasikan dengan identifikasi kanker payudara pada stadium awal sehingga mengurangi angka kematian. </p>
<p>Pemeriksaan payudara sendiri merupakan cara mudah, murah, dan tak perlu bantuan tenaga medis untuk deteksi dini kanker payudara. Namun perlu dicatat bahwa deteksi dini kanker payudara - seperti praktik Sadari- harus segera diikuti dengan pemeriksaan medis oleh tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosis dan terapi medis yang efektif.</p>
<p>Dalam konteks ini, mendeteksi kanker payudara secara dini pun menjadi cukup penting bagi kesembuhan pasien sehingga dapat mencegah kematian akibat kanker payudara.</p>
<h2>Rekomendasi</h2>
<p>Promosi kesehatan yang menjelaskan ihwal kanker payudara, gejala-gejalanya, cara pencegahannya, juga tingkat risiko dan kemungkinan bisa disembuhkan, perlu terus dikampanyekan lebih besar melalui beragam medium. </p>
<p>Langkah ini diharapkan dapat melawan pengaruh kultural seperti stigma negatif atau sikap pasrah “takdir Tuhan” terhadap kanker payudara yang dapat menghambat terbentuknya perilaku deteksi dini.</p>
<p>Menyadarkan pentingnya pemeriksaan payudara sendiri, dengan fokus pada manfaatnya, dengan menggunakan konteks dan budaya lokal kemungkinan besar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Ekspresi keengganan (misalnya karena merasa malu) tetap perlu diperhatikan dengan melibatkan fasilitator perempuan dalam mengedukasi masyarakat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127249/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Triana Kesuma Dewi menerima dana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk melakukan penelitian ini.</span></em></p>Menyadarkan pentingnya pemeriksaan payudara sendiri, dengan fokus pada manfaatnya, dengan menggunakan konteks dan budaya lokal kemungkinan besar lebih mudah diterima oleh masyarakat.Triana Kesuma Dewi, Lecturer and Researcher, Faculty of Psychology, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1266102019-11-08T05:01:31Z2019-11-08T05:01:31ZLari dapat membantu kita hidup lebih lama, tapi lari lebih banyak belum tentu lebih baik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/300828/original/file-20191108-10910-1yt5fav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/active-healthy-runner-jogging-outdoor-woman-1505794598">Nutthaseth Van</a></span></figcaption></figure><p>Lari itu gratis, tidak perlu alat dan bisa melihat pemandangan indah - tidak heran lari menjadi salah satu olahraga paling populer di dunia.</p>
<p>Jumlah pelari rekreasional di Australia berlipat ganda dari tahun <a href="https://www.abs.gov.au/AUSSTATS/subscriber.nsf/log?openagent&41770_2005-06.pdf&4177.0&Publication&A36EC2C4EAD3937BCA257281001ADA51&0&2005-06&14.02.2007&Latest">2006</a> ke <a href="https://www.abs.gov.au/AUSSTATS/subscriber.nsf/log?openagent&41770do001_201314.xls&4177.0&Data%20Cubes&C7DF0B6E60E19B6FCA257DEF001141C2&0&2013-14&18.02.2015&Latest">2014</a>. Saat ini lebih dari 1,35 juta orang Australia (7,4%) berlari untuk rekreasi dan olah raga.</p>
<p>Penelitian kami, yang terbit di <a href="http://bjsm.bmj.com/lookup/doi/10.1136/bjsports-2018-100493">British Journal of Sports Medicine</a>, menunjukkan bahwa lari dapat secara signifikan meningkatkan kesehatan dan mengurangi resiko kematian setiap saat. </p>
<p>Dan kita tidak perlu lari cepat atau jauh untuk memperoleh manfaatnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/health-check-do-we-lose-gains-from-exercise-as-our-bodies-get-used-to-it-82311">Health Check: do we lose gains from exercise as our bodies get used to it?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Penelitian kami</h2>
<p>Riset sebelumnya telah menemukan bahwa lari <a href="https://www.mayoclinicproceedings.org/article/S0025-6196(15)00621-7/fulltext">mengurangi risiko</a> obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, difabilitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker. </p>
<p>Lari juga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25568330">meningkatkan</a> ketahanan aerobik, fungsi jantung, keseimbangan, dan metabolisme.</p>
<p>Hal-hal ini adalah komponen penting dalam kesehatan kita secara keseluruhan. Jadi, tentu masuk akal bila lari dikaitkan dengan peningkatan usia hidup. Tapi bukti-bukti ilmiah yang ada tidak konsisten mendukung kaitan ini.</p>
<p>Kajian kami meringkas hasil 14 studi individual pada hubungan antara lari atau jogging dengan risiko kematian akibat berbagai sebab, penyakit jantung, dan kanker.</p>
<p>Kami mengumpulkan data lebih dari 230.000 peserta penelitian, 10% di antaranya pelari. Penelitian-penelitian ini melacak kesehatan para peserta selama 5,5 hingga 35 tahun. Selama periode penelitian ini, 29.951 peserta meninggal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/which-sports-are-best-for-health-and-long-life-67636">Which sports are best for health and long life?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sewaktu kami mengumpulkan data dari penelitian, kami menemukan pelari memiliki risiko 27% lebih rendah terhadap kematian yang disebabkan oleh apa pun selama periode penelitian dibanding non-pelari.</p>
<p>Secara spesifik, lari dikaitkan dengan penurunan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 30% dan akibat kanker sebesar 23%.</p>
<h2>Lebih banyak belum tentu lebih baik</h2>
<p>Kami menemukan bahwa berlari sekali seminggu, atau 50 menit dalam seminggu, sudah dapat mengurangi risiko kematian kapan saja. Manfaat ini sepertinya tidak bertambah atau berkurang dengan seiring peningkatan porsi lari.</p>
<p>Ini kabar baik bagi mereka yang tidak punya banyak waktu untuk berolahraga. Tapi temuan ini juga sebaiknya tidak menghambat mereka yang senang berlari lebih lama dan lebih sering. Kami menemukan bahwa pelari “garis keras” (misalnya, rutin lari tiap hari atau empat jam dalam seminggu) memperoleh manfaat kesehatan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300017/original/file-20191104-88372-3givb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300017/original/file-20191104-88372-3givb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300017/original/file-20191104-88372-3givb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300017/original/file-20191104-88372-3givb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300017/original/file-20191104-88372-3givb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300017/original/file-20191104-88372-3givb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300017/original/file-20191104-88372-3givb0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Berlarilah dengan kecepatan dan jarak yang nyaman bagi Anda.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/tying-sports-shoe-93871717">Ekapong</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Manfaat juga tidak meningkat dengan peningkatan kecepatan lari. Kami menemukan bahwa berlari dengan kecepatan antara 8 dan 13 kilometer per jam manfaatnya sama. Tampaknya berlari dengan kecepatan “yang paling nyaman untuk kita” adalah yang terbaik untuk kesehatan.</p>
<h2>Tapi ingat, ada risikonya juga</h2>
<p>Lari dapat mengakibatkan cedera akibat penggunaan berlebih (<em>overuse</em>). Cedera ini terjadi karena tekanan mekanis yang berulang-ulang pada jaringan tubuh tanpa waktu penyembuhan yang cukup. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24809248">Riwayat cedera</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11479190">durasi aktivits yang lebih lama</a> meningkatkan risiko.</p>
<p>Kita bisa <a href="http://sma.org.au/resources-advice/injury-fact-sheets/">meminimalkan risiko</a> dengan menghindari jalur lari yang tidak rata atau keras, alas kaki yang sesuai, dan tidak meningkatkan laju atau durasi lari tiba-tiba.</p>
<p>Selalu ada risiko <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21788587">kematian mendadak saat olahraga</a>, tapi ini sangat jarang terjadi.</p>
<p>Yang penting, kami menemukan bahwa manfaat lari jauh lebih besar dari risiko yang dikaitkan. Durasi pendek dan kecepatan rendah saat berlari akan menurunkan risiko.</p>
<h2>Saran bagi pemula</h2>
<p>Mulailah pelan dan secara bertahap meningkatkan laju, durasi, dan frekuensi mingguan. Targetkan untuk berlari 50 menit setiap minggunya atau lebih, dan berlari pada kecepatan yang nyaman. Pertahankan semangat, tapi jangan sampai lari hingga kehabisan tenaga.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/health-check-how-to-start-exercising-if-youre-out-of-shape-114437">Health Check: how to start exercising if you're out of shape</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Manfaatnya akan sama, tidak peduli apakah kita lari dalam satu sesi atau dibagi dalam beberapa sesi dalam seminggu.</p>
<p>Kalau tidak suka lari sendiri, cobalah bergabung dengan komunitas lari atau ikut kegiatan lari. Lari dalam kelompok dapat meningkatkan motivasi dan menjadi sarana sosial yang menyenangkan.</p>
<p>Memulai lari bisa jadi berat, tapi bukannya sangat berat. Kalau tidak suka lari, jangan dipaksa; ada lebih dari 800 <a href="https://www.topendsports.com/sport/list/index.ht">olahraga menarik</a> lainnya. <a href="https://theconversation.com/which-sports-are-best-for-health-and-long-life-67636">Banyak olahraga lain</a> (seperti renang, tenis, sepeda, dan aerobik) memiliki manfaat sebanding dengan yang kami temukan pada lari.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/126610/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Željko Pedišić tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kita tidak perlu lari cepat atau jauh untuk memperoleh manfaat signifikan.Željko Pedišić, Associate Professor, Victoria UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1245852019-10-08T12:48:18Z2019-10-08T12:48:18ZLima hewan yang bisa membantu kita melawan penyakit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/295356/original/file-20191003-49383-1uyrcuf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Jangan khawatir.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/1177757560?src=GySalNUaeuaTHBVgp9NZVg-1-74&studio=1&size=medium_jpg">Fdzoru/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Sebagai manusia, kita mungkin merasa beruntung tentang nasib evolusi kita. Kita hidup lebih lama dibandingkan banyak hewan lain, dan rentang hidup kita <a href="https://www.scientificamerican.com/article/why-humans-live-so-long1/">terus meningkat</a> berkat diet yang lebih baik, kemajuan di bidang kedokteran, dan peningkatan kesehatan masyarakat. Tapi upaya kita untuk mengalahkan penuaan dan penyakit-penyakit yang menyertainya terus berlanjut.</p>
<p>Kasus <a href="https://www.alodokter.com/osteoarthritis">osteoartritis (sakit persendian)</a>, misalnya, telah berlipat ganda <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5584421/">sejak pertengahan abad ke-20</a>. Di negara maju, penyakit jantung menyumbang <a href="https://www.cdc.gov/heartdisease/facts.htm">ratusan ribu kematian</a> setiap tahunnya - sekitar <a href="https://www.bhf.org.uk/for-professionals/press-centre/facts-and-figures">satu kematian setiap tiga menit</a>.</p>
<p>Kerajaan hewan mungkin tempat yang tepat untuk mencari cara baru dalam mencegah dan mengobati kondisi ini. DNA kita mungkin sangat mirip <a href="https://www.nature.com/articles/nature04072">dengan simpanse</a> dan hewan lain, tapi ada perbedaan yang mungkin membantu kita membuka cara baru untuk memahami dan mengobati penyakit pada masa depan.</p>
<p>Dan dengan menggunakan teknik <a href="https://ghr.nlm.nih.gov/primer/genomicresearch/genomeediting">penyuntingan gen seperti CRISPR</a>, mungkin saja suatu hari kita bisa menggunakan ilmu yang kita peroleh dari hewan untuk menangani penyakit kita - meski kemungkinan itu masih sangat jauh.</p>
<h2>Simpanse dan penyakit jantung</h2>
<p>Ketika manusia berevolusi, susunan genetik kita juga berubah, sehingga risiko kita terhadap arteri tersumbat meningkat. Ketika risiko ini digabungkan ini dengan mbanyak <a href="https://www.nih.gov/news-events/nih-research-matters/eating-red-meat-daily-triples-heart-disease-related-chemical">asupan daging merah</a> dan makanan lain yang meningkatkan peluang penyakit jantung, maka kita akan menghadapi masalah besar.</p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/early/2019/07/18/1902902116">Penelitian terbaru</a> menunjukkan bahwa meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular disebabkan oleh hilangnya gen tertentu dalam tubuh kita, ini berbeda dengan hewan lain - termasuk sepupu terdekat kita, simpanse. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tikus yang sudah diubah secara genetik - bermutasi genetik yang sama dengan manusia - memiliki risiko terkena serangan jantung dua kali lebih besar dibandingkan tikus normal. Pada masa depan, kita mungkin menggunakan rekayasa genetik untuk mengurangi risiko penyakit jantung. </p>
<h2>Tikus mol telanjang dan kanker</h2>
<p><a href="https://theconversation.com/meet-the-naked-mole-rat-impervious-to-pain-and-cancer-and-lives-ten-times-longer-than-it-should-118809">Tikus mol telanjang</a> mungkin tidak enak dipandang, tapi tikus pengerat ini sangat menarik bagi para ilmuwan karena <a href="https://www.nature.com/articles/nature12234">mereka tidak terkena kanker</a>. Tikus ini juga bisa memberitahu kita tentang umur panjang. Mengingat ukurannya, mereka harusnya hidup dalam jangka waktu yang sama dengan kerabat mereka (sekitar empat tahun), tapi mereka kerap hidup <a href="http://sageke.sciencemag.org/cgi/content/full/2002/21/pe7">tujuh kali lebih lama</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/285168/original/file-20190722-11364-18m7ysl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tampilan bukan segalanya dalam dunia biologi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/779258935?src=uCnyw2zmH-sz3nLtBdDALQ-1-0&studio=1&size=huge_jpg">Neil Bromhall/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hewan pengerat yang jelek ini suatu saat akan terungkap rahasianya oleh para ilmuwan, yang mungkin suatu hari bisa membantu kita dalam pengembangan terapi baru untuk mengalahkan kanker dan penyakit lain yang berkaitan dengan usia.</p>
<h2>Kanguru dan osteoartritis</h2>
<p>Osteoartritis memiliki banyak penyebab, tapi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10983905">obesitas</a>, postur tubuh tidak ideal, dan <a href="https://europepmc.org/abstract/med/7752117">keselarasan sendi yang buruk</a> adalah risiko utamanya. Banyak <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1420-9101.2006.01276.x">primata</a> dan hewan karnivora memiliki masalah persendian yang mirip dengan manusia. Kera besar menunjukkan paling banyak kemiripan penyakit persendian dengan manusia.</p>
<p>Kanguru, di sisi lain, dapat bergerak melompat dengan kecepatan 40 pil per jam dengan sedikit risiko radang sendi hingga usia tua. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0730725X17301303">Struktur tulang rawan yang unik</a> pada lutut memungkinkan mereka untuk menahan perenggangan berulang dan beban akibat pendaratan. </p>
<p><a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/joa.12683">Struktur ligamen</a> juga meningkatkan stabilitas sendi, ini penting agar menjaga kesehatan sendi tetap baik. Penelitian seperti ini dapat membantu menambahkan bahan yang bisa digunakan untuk implan lutut buatan pada manusia.</p>
<h2>Ikan gua dan diabetes</h2>
<p>`
Diabetes adalah masalah kesehatan global dan penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, dan amputasi. Hampir <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diabetes">satu dari sepuluh orang dewasa </a> terkena penyakit ini dan angkanya sudah sangat tinggi. Solusi untuk penyakit ini - jika ada - mungkin berasal dari ikan buta di gua Meksiko.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=410&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/285141/original/file-20190722-11376-z1qeug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ikan gua Meksiko dapat makan sesuka hati mereka.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/224156962?src=fWJfdPazcG2GzmoNLMA2xg-1-1&studio=1&size=medium_jpg">Kuttelvaserova Stuchelova/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ikan kecil ini memakan alga dan mampu makan sebanyak mungkin tanpa terkena masalah. Hal ini karena cara unik mereka dalam beradaptasi untuk bertahan hidup, dengan tidak <a href="https://www.nature.com/articles/nature26136">mengatur gula darah mereka</a>. Ini berarti gejala yang biasanya terlihat pada orang dengan diabetes, seperti memiliki kadar glukosa darah sangat bervariasi, tampaknya bukan masalah bagi ikan ini. Para ilmuwan berharap bahwa dengan memahami lebih lanjut tentang ikan ini, suatu hari kita bisa menemukan pengobatan yang lebih baik untuk penyakit ini.</p>
<h2>Zebra dan bisul</h2>
<p>Dalam lingkungan yang penuh tantangan, kita menjadi lebih sadar akan kesehatan mental kita. Tapi kita sering mengabaikan bagaimana ini dapat mempengaruhi kesehatan fisik kita. Di manusia, pusat pengolahan informasi di otak sering menghubungkan hal-hal sulit yang terjadi dalam hidup kita. </p>
<p>Ini berarti, kita sedang mengalami stres kronis dalam jangka waktu yang lama. Dan hal ini dapat menyebabkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5126869/">radang perut</a>.</p>
<p>Hewan, seperti zebra, biasanya mengalami stres <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/19ee/6e731a091779985321183a9976e2742b99cd.pdf">untuk periode yang lebih pendek</a>, seperti ketika mereka mencari makanan atau mencoba menghindari predator. Mereka jarang mengalami periode stres yang lama. </p>
<p>Tapi penelitian telah menunjukkan bahwa stres berkepanjangan yang dialami hewan, seperti tikus, dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5915631/">menyebabkan tumbuhnya bisul</a>. Ini serupa dengan bisul pada manusia. Ini berfungsi sebagai pengingat yang baik bahwa gaya hidup modern kita yang penuh tuntutan, buruk bagi semua aspek kesehatan kita.</p>
<p>Hubungan antara hewan dan penyakit bukan satu arah. Ada banyak contoh saat kita menggunakan pemahaman penyakit manusia untuk membantu hewan, seperti menggunakan pemahaman kita tentang <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-019-42702-z">klamidia ke koala</a>, yang penyakit ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30681773">dapat menyebabkan infertilitas</a>, kebutaan, dan kematian.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124585/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Adam Taylor is affiliated with the Anatomical Society.</span></em></p>DNA kita mungkin mirip dengan simpanse dan hewan lain, tetapi perbedaan lah yang bisa membantu kita membuka cara baru untuk memahami dan mengobati penyakit di masa depan.Adam Taylor, Director of the Clinical Anatomy Learning Centre and Senior Lecturer, Lancaster UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1241122019-09-25T07:36:09Z2019-09-25T07:36:09ZKebakaran hutan makin mengancam kesehatan penduduk Indonesia: dari iritasi hingga potensi kanker<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/293933/original/file-20190925-51414-9k7zoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Asap tebal dan langit gelap di tengah hari menyelimuti Pekanbaru, Ibu Kota Provinsi Riau, akibat kebakaran hutan dan lahan di sana, 10 September 2019. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2OTQwNTgyOSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTUwMzExMzI0MyIsImsiOiJwaG90by8xNTAzMTEzMjQzL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sImZYMTc5bFRtdkFtTXpuVWx0Q0tOZTk3UFY4ZyJd%2Fshutterstock_1503113243.jpg&pi=33421636&m=1503113243&src=Gpu6hXRyR6RvAoaG-PBZwQ-1-15">Gatot Adri/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Ancaman terhadap kesehatan penduduk di beberapa provinsi di Pulau Kalimantan dan Sumatra makin meningkat dalam beberapa pekan terakhir akibat “serangan” <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49708970">asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan</a> yang terjadi di sebagian dua pulau tersebut. </p>
<p>Dalam 8 bulan terakhir, setidaknya lebih <a href="https://katadata.co.id/berita/2019/09/20/bnpb-catat-328724-hektare-hutan-dan-lahan-terbakar-hingga-agustus">dari 320 ribu hektare</a> – setara dengan hampir lima kali lipat luas daratan Provinsi DKI Jakarta – hutan dan lahan di dua pulau itu membara. </p>
<p>Dampaknya tidak hanya dirasakan di daerah tempat terjadinya kebakaran, tapi juga telah menjangkau hampir seluruh Sumatra hingga <a href="https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190923083051-106-432853/sekolah-malaysia-dibuka-lagi-usai-libur-akibat-kabut-asap">Malaysia dan Singapura</a>. </p>
<p>Asap tebal ini mengakibatkan <a href="https://news.detik.com/berita/d-4701750/sekolah-libur-dampak-asap-karhutla-mendikbud-siswa-belajar-di-rumah">terganggunya aktifitas</a> masyarakat seperti <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49787843">transportasi dan mobilisasi</a> karena jarak pandangan terhambat atau iritasi langsung pada mata. </p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4069031/kabut-asap-lumpuhkan-sekolah-di-pekanbaru">banyak sekolah diliburkan</a> di <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4065170/kabut-asap-siswa-di-pontianak-libur-sekolah-sampai-waktu-tak-ditentukan">wilayah tersebut</a> untuk menghindari dampak buruk yang terjadi pada anak. Meliburkan sekolah merupakan langkah tepat karena asap dari kebakaran ini bisa merusak kesehatan anak-anak. </p>
<p>Sejumlah riset telah membuktikan dengan jelas bahwa asap kebakaran hutan menyebabkan <a href="http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/5372">infeksi saluran pernapasan akut</a>, <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">kekurangan oksigen</a>, <a href="http://arsip.jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/04/85-91-APRIL-VOL_30-NO_2-2010.pdf">asma berat</a>, <a href="https://www.niehs.nih.gov/health/materials/cancer_and_the_environment_508.pdf">pemicu kanker</a>, dan sejumlah penyakit lainnya. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/293948/original/file-20190925-51463-om2ffx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menyelimuti area kota Singapura, Agustus 2019.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2OTQwODEyNiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTUwNDU5Mjg5MSIsImsiOiJwaG90by8xNTA0NTkyODkxL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIklOMzZYaStGbWtqYnJPRU8xZUdwRU0xQmUwZyJd%2Fshutterstock_1504592891.jpg&pi=33421636&m=1504592891&src=Gpu6hXRyR6RvAoaG-PBZwQ-1-1">Hit1912/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Ancaman langsung</h2>
<p>Zat-zat yang terkandung di dalam asap menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Asap kebakaran hutan <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">mengandung tiga komponen</a> utama yang berbahaya bagi kesehatan:</p>
<ol>
<li>Komponen gas seperti karbondioksida (CO2), karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), Sulfur dioksida (SO2), dan lainnya.</li>
<li>Partikel padat yang disebut sebagai <em>particulate matter</em> (PM) yang beterbangan dalam abu asap kebakaran.</li>
<li>Zat kimia sebagai hasil sisa pembakaran seperti <a href="http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/B3/Akrolein.htm">akrolein</a>, <a href="https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/bahaya-formaldehid-penyebab-kanker/">formaldehid</a>, <a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/causes-prevention/risk/substances/benzene">benzene</a>, <a href="http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/POPs/DioksinFuran/dioksinfuran.htm">dioksin</a>, dan lainnya.</li>
</ol>
<p>Komponen tersebut dapat menimbulan dampak yang bersifat langsung (akut) dan yang berlangsung lama (kronis).</p>
<p>Pada kondisi akut, partikel padat dan zat-zat kimia yang terkandung dalam asap menyebabkan iritasi langsung pada mata dan saluran pernafasan. Paparan pada mata dapat menyebabkan mata perih dan berair. </p>
<p>Begitu juga, udara yang dihirup dalam proses pernafasan yang mengandung asap kebakaran hutan, akan menyebabkan <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">iritasi langsung</a> pada tenggorokan dan seluruh saluran pernafasan. Hal ini memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dengan gejala batuk dan sesak nafas. </p>
<p><a href="http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jek/article/view/5372">Penelitian membuktikan</a> bahwa ISPA merupakan gangguan kesehatan utama yang dialami dan dirasakan oleh masyarakat secara langsung akibat paparan asap kebakaran hutan. Gejala sesak nafas tentu diperberat tidak hanya karena iritasi akibat partikel padat yang terdapat pada asap, tapi juga akibat tingginya gas CO2 dan CO.</p>
<p>Dampak langsung terhadap saluran pernafasan telah terlihat nyata dialami oleh masyarakat pada kebakaran hutan saat ini. Berbagai <a href="https://nasional.kompas.com/read/2019/09/23/17522721/hampir-satu-juta-orang-menderita-ispa-akibat-kebakaran-hutan-dan-lahan">media telah melaporkan</a> bahwa asap yang tebal telah menyebabkan hampir satu juta orang di dua pulau lokasi kebakaran terkena infeksi saluran pernafasan.</p>
<p>Riset <a href="http://arsip.jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2012/04/85-91-APRIL-VOL_30-NO_2-2010.pdf">Marice Sihombing dan koleganya (2010) dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan melaporkan bahwa </a> iritasi dan radang saluran pernafasan akibat paparan asap juga mempermudah munculnya serangan asma berat pada orang dengan riwayat asma. </p>
<p>Akibat akut juga dapat disebabkan oleh gas CO yang terhirup pada saat pernafasan akan berdampak langsung terhadap asupan oksigen bagi tubuh. </p>
<p><a href="https://emedicine.medscape.com/article/819987-overview">Karbon monoksida (CO)</a> tersebut diserap melalui kapiler paru, selanjutnya akan mudah berikatan dengan hemoglobin (Hb), membentuk CoHb, yang menghambat suplai oksiden. Hal ini karena karbon monoksida lebih mudah terikat dengan Hb dibandingkan dengan oksigen (O2). </p>
<p><a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">Akibatnya</a> dapat menimbulkan keluhan sakit kepala, mual, bahkan pingsan dalam skala berat.</p>
<h2>Ancaman kronis</h2>
<p>Dalam <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">jangka panjang atau kronis</a>, paparan asap kebakaran hutan dapat menurunkan fungsi paru-paru. </p>
<p>Paparan CO dalam konsentrasi rendah pada waktu lama dapat berdampak pada sistem saraf. Bahkan, di antara zat-zat pada asap pada kebakaran hutan juga bersifat <a href="https://www.niehs.nih.gov/health/materials/cancer_and_the_environment_508.pdf">karsinogenik</a> atau zat yang <a href="https://www.medscape.com/viewarticle/838868">menjadi risiko terjadinya kanker</a>, seperti CO, dioksin, logam berat kadmium, dan lainnya. </p>
<p><a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2011/bn684-2011.pdf">Peraturan Menteri Tenaga Kerja tahun 2011</a> tentang nilai ambang batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja, yang diperkuat oleh <a href="http://web.ipb.ac.id/%7Etml_atsp/test/SNI%2019-0232-2005.pdf">Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk lingkungan kerja sehat</a> menetapkan nilai batas ambang CO2 9.000 mg/m3 (<a href="https://cfpub.epa.gov/ncer_abstracts/index.cfm/fuseaction/display.files/fileID/14285">setara</a> 9 ppm), CO 29 mg/m3 (0,029 ppm), sedangkan CH4 tidak dapat ditoleransi karena dapat menyebabkan sesak dan nafas berhenti.</p>
<p>Riset <a href="http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI/article/view/6483/5011">Ati Dwi Nurhayati dan koleganya (2010) dari Institut Pertanian Bogor</a> menunjukkan kebakaran hutan rawa dan gambut di Pulau Sumatra dan Kalimantan menyebabkan tingginya emisi gas penyebab panas (gas rumah kaca), termasuk karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan metan (CH4). Karbon dioksida (CO2) merupakn gas dengan emisi tertinggi (di atas 10.393-10678 ppm), diikuti oleh CO (1223-2176 ppm) dan CH4 (273-306 ppm).</p>
<p>Kadar gas tersebut di dalam udara tidak sehat jika ditempati dalam waktu lama untuk bekerja dan beraktifitas. </p>
<p>Dampak langsung atau akut terhadap pernafasan dan suplai oksigen tubuh, dan berbagai sistem organ lainnya sangat mungkin terjadi karena kadar gas CO2, CO, atau lainnya jauh melebihi batas normal yang sesuai dengan syarat kesehatan. </p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan: makro dan mikro</h2>
<p>Penyelesaian dan pencegahan terhadap dampak kesehatan dari asap yang mengandung zat-zat berbahaya ini tidak dapat dipisahkan dari akar masalahnya: kebakaran hutan dan lahan.</p>
<p>Memadamkan bara api di hutan dan lahan saat ini dan mencegahnya berulang pada masa depan merupakan upaya ‘kuratif’ <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">primer dan yang paling ampuh</a> untuk mencegah ancaman bagi kesehatan penduduk. </p>
<p>Kita tahu bahwa pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan <a href="https://forestsnews.cifor.org/30905/politik-ekonomi-kebakaran-hutan-dan-asap-di-indonesia?fnl=id">bukan masalah sederhana</a>. Kebakaran hutan dan lahan adalah <a href="http://juliwi.com/published/E0104/Paper0104_47-59.pdf">masalah kompleks</a> yang saling berkaitan dengan <a href="https://forestsnews.cifor.org/58878/debat-panas-pembakaran-lahan-untuk-pertanian-di-indonesia?fnl=id">pertumbuhan ekonomi daerah</a>.</p>
<p>Hutan dan <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4065121/kadishut-kabut-asap-akibat-kebakaran-lahan-gambut-akan-abadi">lahan yang terbakar</a> sebagian besar merupakan <a href="https://gapki.id/news/1822/perkebunan-kelapa-sawit-dalam-fenomena-kebakaran-hutan-dan-lahan">lahan gambut</a> yang sulit dipadamkan apinya.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://pantaugambut.id/pelajari/dampak-kerusakan-lahan-gambut/kebakaran-hutan">faktor iklim dan cuaca</a> pada saat kekeringan juga mempengaruhi munculnya dan beratnya dampak kebakaran hutan dan lahan ini. </p>
<p>Oleh karena itu terjadi <a href="https://gapki.id/news/1813/memahami-dan-mencari-penyebab-kebakaran-hutan-dan-lahan">perdebatan panjang</a> tentang apa dan bagaimana langkah dalam menyelesaikan permasalahan ini.</p>
<p>Tapi cukup jelas bahwa <a href="https://tirto.id/sejarah-kebakaran-hutan-lahan-di-indonesia-terparah-tahun-1997-eijN">bencana asap dan kebakaran lahan</a> adalah sebuah bencana buatan manusia di tanah air ini yang tidak pernah selesai sejak dulu. </p>
<p>Karena itu, seperti <a href="http://jurnal.unpad.ac.id/ijad/article/view/2643">hasil penelitian Febri Yuliani (2011) dari Universitas Padjajaran yang mengambil sampel kebakaran hutan di Rokan Hilir Riau menunjukkan bahwa</a> pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan membutuhkan upaya yang sistematis. Butuh kebijakan yang kuat dengan implementasi yang tegas dalam sistem tata kelola perkebunan dan hutan. </p>
<p>Dalam skala mikro, khususnya bagi masyarakat yang terkena dampak asap kebakaran hutan dan lahan ini, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) telah mengeluarkan panduan <a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">mengatasi atau mengurangi dampak</a> dari asap tersebut.</p>
<p>Upaya primer yang dapat dilakukan adalah meminimalkan paparan terhadap asap, dengan cara mengurangi aktifitas di luar ruangan. Hal ini sangat bisa ditekankan kepada anak-anak agar tidak bermain di luar rumah saat ada bencana ini. </p>
<p>Selain itu, sangat disarankan untuk tidak menambah polusi udara seperti membakar sampah, merokok, dan menyalakan lilin di dalam rumah. Termasuk dalam langkah ini adalah dengan menutup pintu dan jendela rapat-rapat untuk mengurangi polusi masuk ke dalam ruangan. </p>
<p><a href="http://klikpdpi.com/download/2019-pencegahan-dan-penanganan-dampak-kesehatan-akibat-asap-kebakaran-hutan.pdf">Upaya sekunder</a> adalah mendeteksi lebih awal dan pengobatan segera. Jika ada anggota keluarga yang mengalami gelaja-gajala akibat paparan asap, seperti sesak nafas, batuk, sakit kepala yang makin lama makin berat, maka perlu diperiksa dan diobati segera ke dokter.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124112/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hardisman Dasman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penyelesaian atas dampak kesehatan dari asap yang mengandung zat-zat berbahaya tidak dapat dipisahkan dari masalah kebakaran hutan dan lahan, yang merupakan akar permasalahannya.Hardisman Dasman, Associate Professor in Community Medicine and Healthcare Policy, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1237712019-09-24T12:41:46Z2019-09-24T12:41:46ZMerawat pasien kanker stadium lanjut di rumah lebih baik daripada di rumah sakit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/293598/original/file-20190923-54763-1y7e8bf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mengurangi rasa sakit pasien kanker dan merawatnya di rumah bisa memperpanjang umur. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2OTI3MTg0NCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMjgzOTE2MDc1IiwiayI6InBob3RvLzI4MzkxNjA3NS9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJVQTFNeEtFQ05YOXk4UTdlYTd0bnpwZTV6bEUiXQ%2Fshutterstock_283916075.jpg&pi=33421636&m=283916075&src=s3zrdrEi_B3Wu4EBFs-pFA-1-47">Monkey Business Images/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Di negara maju seperti <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3216034/">Inggris</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3316929/">Amerika Serikat</a>, merawat pasien kanker stadium lanjut yang sudah sampai pada tahap tidak bisa diobati lebih umum dilakukan di rumah dibanding di rumah sakit. </p>
<p>Di Indonesia, perawatan serupa, yang dikenal sebagai perawatan paliatif–perawatan yang menekankan pada peningkatan kualitas hidup pasien sebelum kematian–kurang populer. </p>
<p>Kebutuhan pasien kanker stadium lanjut adalah pengendalian nyeri kanker.
<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15829379">Perawatan paliatif berfokus</a> pada perawatan yang membantu pasien mengatasi gejala-gejala dari penyakit kanker seperti nyeri, sesak napas, kelelahan, sembelit, mual, kehilangan nafsu makan, kesulitan tidur, dan depresi. </p>
<p>Namun, sistem asuransi seperti Jaminan Kesehatan Nasional dan rumah sakit kurang mengakomodasi perawatan paliatif. Padahal, jenis perawatan ini bisa menghemat ongkos sekaligus mengurangi penderitaan pasien dan keluarganya sebelum kematian pasien tiba. </p>
<p>Penelitian kualitatif <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31371248">yang saya lakukan baru-baru ini</a> menunjukkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/31371248">ketidaksiapan keluarga dan akses yang terbatas dalam perawatan paliatif</a> merupakan alasan keluarga pasien kanker enggan merawat anggota keluarganya di rumah. </p>
<p>Saya meneliti keluarga <a href="http://www.who.int/cancer/palliative/de%EF%AC%81nition/en/">pasien kanker paliatif</a> di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Saya temukan bahwa akses keluarga pasien terhadap fasilitas pendukung dan perawat atau dokter yang terlatih dalam perawatan paliatif masih terbatas. </p>
<h2>Pentingnya perawatan paliatif</h2>
<p>Sejumlah riset menunjukkan perawatan paliatif terbukti dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22312101">memperpanjang usia pasien kanker</a>.</p>
<p>Riset di Swedia menyatakan saat ini penanganan penyakit kanker pada stadium lanjut lebih <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15540666">ditekankan pada keperawatan paliatif</a>, terutama pada keperawatan paliatif di rumah. </p>
<p>Spesialis perawatan paliatif terdiri dari berbagai profesi: dokter, perawat yang berpengalaman, psikolog dan pekerja sosial. </p>
<p>Dalam <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21478176">pelayanan paliatif</a> diupayakan pasien sedini mungkin terlepas dari penderitaan dan rasa nyeri. Pelayanan paliatif juga mengurangi terapi tindakan medis agresif yang sebenarnya tidak diperlukan. Ini dapat mengurangi stres pasien. </p>
<p>Spesialis perawatan paliatif bekerja tidak hanya ketika pasien kanker berada di rumah sakit, tapi juga ketika <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21478176">pasien sudah pulang ke rumah</a>.</p>
<p>Tempat perawatan tidak lagi berpusat pada bangsal rumah sakit, melainkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3316929/">perawatan berbasis masyarakat dan keluarga</a>. Dalam konsep ini, keluarga merupakan bagian tak terpisahkan dalam merawat pasien karena dukungan keluarga sangat berarti bagi peningkatan kualitas hidup pasien. </p>
<h2>Banyak manfaatnya</h2>
<p>Perawatan paliatif juga membantu pasien untuk berani dan bersemangat menjalani kehidupan mereka sehari-hari. Ada sejumlah alasan mengapa perawatan paliatif di rumah lebih diutamakan daripada membiarkan pasien kanker tetap dirawat di rumah sakit. </p>
<p><em>Pertama</em>, sejumlah riset menunjukkan perawatan paliatif di rumah dapat meningkatkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1079539/">kualitas hidup dan memberikan kenyamanan yang lebih baik</a> daripada perawatan paliatif di rumah sakit. Saat di rumah sakit kenyamanan pasien bersama keluarga berkurang akibat ketatnya peraturan di sana. </p>
<p>Situasi tersebut dapat menyebabkan kondisi psikologi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1079539/">pasien kanker paliatif menjadi tidak nyaman, kesepian, dan depresi</a>. </p>
<p>Bahkan sebuah riset menyatakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1079539/">25% pasien kanker mengalami kecemasan berat sebelum kematian</a>. </p>
<p>Kondisi ketidaknyamanan dan depresi tidak hanya dirasakan pasien, tapi juga oleh keluarga pasien. Sebanyak <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11058971">47% dari keluarga</a> yang anggota keluarganya meninggal di rumah sakit menyatakan mengalami tingkat ketidaknyamanan yang tinggi dalam proses kematiannya.</p>
<p><em>Kedua</em>, efisiensi biaya. Di Indonesia, biaya perawatan setiap pasien kanker di rumah sakit dapat <a href="https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20180429164515-33-12936/mahalnya-biaya-berobat-dari-jatuh-sakit-bisa-jatuh-bangkrut">melebihi Rp100 juta per bulan</a>. Dana sebesar itu dapat lebih efektif dan efisien jika program perawatan paliatif di rumah dapat diberikan. </p>
<p>Sebuah riset di empat rumah sakit publik di New York Amerika Serikat pada 2004-2007 menunjukkan program perawatan paliatif pasien kanker di rumah dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21383364">mengefisienkan biaya sebesar US$6.900 per pasien per tahun </a> dibandingkan dirawat di rumah sakit. </p>
<p>Penghematan ini terjadi karena pasien yang menerima perawatan paliatif di rumah menghabiskan lebih sedikit waktu dalam perawatan intensif. Dana asuransi dari lembaga asuransi nasional AS Medicaid dapat difokuskan pada pembiayaan perawatan paliatif pasien di rumah.</p>
<p><em>Ketiga</em>, menurunkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20973810">risiko penularan infeksi dari pasien lain di rumah sakit (infeksi nosokomial)</a>. Pasien kanker merupakan kelompok yang rentan mengalami <a href="https://www.alodokter.com/memahami-penyebab-neutropenia-dan-cara-mengobatinya">neutropenia</a> atau menurunnya sel darah putih dalam darah. Hal ini terjadi akibat dari proses penyakit kanker, penggunaan kemoterapi dan <a href="https://www.alodokter.com/kortikosteroid">kortikosteroid</a>.</p>
<p>Kondisi tersebut membuat kekebalan tubuh pasien kanker menjadi menurun. Penurunanan kekebalan tubuh dapat menyebabkan penularan infeksi oleh bakteri. </p>
<p>Infeksi pada pasien kanker merupakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15829379">faktor penyebab yang mempercepat kematian</a> pasien kanker di rumah sakit.</p>
<h2>Langkah maju</h2>
<p>Di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20839481">Swedia dan Australia</a> perawatan paliatif di rumah sudah masuk dalam skema asuransi kesehatan nasional. </p>
<p>Sudah saatnya pemerintah mengadopsi koordinasi dan integrasi perawatan paliatif seperti di negara maju. Fokus sistem Jaminan Kesehatan Nasional sebaiknya mulai beralih fokus dari perawatan penyakit kronis seperti kanker di rumah sakit ke perawatan berbasis rumah (<em>home care</em>). </p>
<p>Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada 2018 juga menunjukkan kanker <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">berada di peringkat ketujuh penyakit yang dapat menyebabkan kematian</a>. Kanker <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">serviks, kanker payudara, kanker paru, dan kanker hati</a> merupakan jenis utama kanker penyebab kematian yang tinggi. </p>
<p>Prevalensi penyakit kanker di Indonesia semakin meningkat: dari 1,4 per 1000 penduduk pada 2008-2013 menjadi <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">1,79 per 1000 penduduk</a>.
dari 2013 hingga 2018.</p>
<p>Di tengah makin meningkatkannya jumlah pasien kanker dan defisitnya <a href="https://nasional.republika.co.id/berita/putb2f415/bpjs-kesehatan-diprediksi-tekor-rp-28-triliun">anggaran BPJS Kesehatan </a> dalam beberapa tahun terakhir, perawatan paliatif pasien kanker di rumah merupakan langkah yang layak dijadikan model selain perawatan di rumah sakit. </p>
<p>Langkah ke arah sana bisa dimulai dengan sosialisasi kepada masyarakat betapa pentingnya perawatan pasien kanker di rumah dan menyiapkan fasilitas dan tenaga medis untuk menunjang perawatan tersebut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123771/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Boby Febri Krisdianto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perawatan paliatif membantu pasien kanker untuk berani dan bersemangat menjalani kehidupan mereka sehari-hari.Boby Febri Krisdianto, Nursing Lecturer, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1220462019-08-30T02:03:11Z2019-08-30T02:03:11Z6 hal tentang kanker perlu Anda ketahui: dari sel bunuh diri, mirip kepiting hingga rambut rontok setelah kemo<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/290402/original/file-20190901-166009-13qqik6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sel kanker digambar dalam tiga dimensi. Ilustrasi. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NzMyNzE5NiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNTI3NTE2MTgyIiwiayI6InBob3RvLzUyNzUxNjE4Mi9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJMeFNKUEdlVVo4Nk1udXlscVUvQWtqN05OcUkiXQ%2Fshutterstock_527516182.jpg&pi=33421636&m=527516182">Jovan Vitanovski/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kabar mengenai temuan baru obat kanker dari tanaman, seperti berita mengenai penemuan khasiat <a href="https://poskaltim.com/akar-bajakah-antar-dua-putri-kalteng-raih-penghargaan-di-korsel/">batang bajakah</a> atau khasiat <a href="https://hellosehat.com/hidup-sehat/daun-sirsak-obat-kanker/">rebusan pucuk daun sirsak</a> <a href="https://www.liputan6.com/health/read/3599684/8-manfaat-daun-sirsak-yang-sudah-direbus-untuk-kesehatan">sebagai obat kanker</a> selalu menjadi perhatian masyarakat dan media karena penyakit ini menyebabkan kematian di Indonesia <a href="https://www.liputan6.com/health/read/4043285/kematian-akibat-kanker-tinggi-menkes-nila-ingatkan-cerdik?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2F">lebih dari 200 ribu jiwa per tahun</a>. Biaya pengobatan penyakit tidak menular ini sungguh mahal, tapi peluang sembuhnya kecil.</p>
<p>Walau tanaman tertentu bisa dipakai sebagai bahan obat, bahan tersebut harus melalui <a href="https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/find-a-clinical-trial/what-clinical-trials-are/phases-of-clinical-trials">rangkaian penelitian yang intensif dan panjang</a>. Setelah <a href="https://theconversation.com/mengapa-kita-perlu-kritis-dan-berhati-hati-dengan-heboh-obat-kanker-dari-bajakah-122045">dianggap aman dan manfaatnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah </a>, baru bahan tersebut bisa diproduksi dan dipasarkan sebagai obat secara komersial.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/UopUxkeC4Ls?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Apa itu kanker?</span></figcaption>
</figure>
<p>Untuk memahami lebih jauh, tulisan ini akan menjelaskan tentang kanker, sebuah penyakit yang <a href="http://theconversation.com/kanker-yang-membunuh-faktor-risiko-lingkungan-dan-gaya-hidup-lebih-dominan-ketimbang-genetik-111517">dipicu mayoritas oleh gaya hidup dan pengaruh lingkungan tak sehat</a>. </p>
<h2>1. Triliunan sel di tubuh membelah diri</h2>
<p>Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali. </p>
<p><a href="https://bscb.org/learning-resources/softcell-e-learning/cell-structure-and-function/">Sel merupakan bagian terkecil dari tubuh</a>. Seluruh bagian tubuh kita secara individual terdiri dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23829164">setidaknya 37 triliun sel</a>. </p>
<p>Setiap sel merupakan “tubuh” sendiri. Mereka bisa menghasilkan energi, mengatur ‘rumah'nya sendiri, membuang sampah, mempertahankan diri, membelah diri, dan kalau rusak atau sudah tua mereka bunuh diri. </p>
<p>Pada awalnya, pada saat baru terjadi pembuahan di kandungan ibu, <a href="https://embryo.asu.edu/pages/embryonic-differentiation-animals">sel dapat tumbuh menjadi sel apa saja</a>. Sel-sel bisa menjadi sel kulit, sel saraf, sel otot, sel tulang dan bagian tubuh lainnya.</p>
<p>Setelah mendapat tugas menjadi sel tertentu, sel akan mempunyai ingatan. Sel tersebut akan membelah diri. Hasil pembelahan ini akan menghasilkan sel dengan tugas yang sama. Instruksi yang kompleks dari otak mengatur pembelahan sel sehingga tidak berlebihan dan sesuai dengan tugasnya. Contohnya, sel yang bertugas menjadi <a href="https://www.hematology.org/Patients/Basics/">sel darah</a>, akan membelah diri menjadi sel-sel darah lagi. Pembelahan dirinya diatur sesuai kebutuhan. Tak lebih. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sel-sel pertahanan tubuh menjaga agar sel kanker tidak menyebar.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NjQ5MjYxNiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTQxMjk5NDk0IiwiayI6InBob3RvLzE0MTI5OTQ5NC9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJyOEhyMGU2QkRESnVabEcxK3IxVkxsd2p3NWMiXQ%2Fshutterstock_141299494.jpg&pi=33421636&m=141299494&src=SBO3l2VW38c15qiG8XN_sw-1-16">Jovan Vitanovski/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sel darah merah, misalnya, karena tugasnya hanya transportasi, mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, tantangannya tidak besar, maka kerusakannya juga dapat diprediksi. Kira-kira sel tersebut dalam 3-4 bulan akan rusak, sehingga kecepatan pembelahan diri bakal sel darah merah diatur untuk menggantikan sel yang rusak secara kontinu.</p>
<p>Sel darah putih bertugas menjaga tubuh dari serangan benda asing. Pada saat tidak ada “musuh”, seperti misalnya bakteri atau virus, maka bakal sel darah putih membelah diri dengan lambat. Begitu datang musuh, produksinya meningkat cepat, karena harus membunuh musuh dengan segera. </p>
<h2>2. Sel secara reguler bunuh diri</h2>
<p>Sekali-sekali, hasil pembelahan diri sel mengalami masalah, tidak sesuai dengan kebutuhan. Pada keadaaan ini sel melakukan “quality control” sendiri, sel akan mengenali jika <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2117903/">hasil pembelahan sel tidak sesuai dengan pola dasarnya</a>. Kalau tidak sesuai, maka sel rusak itu harus dibuang, dimatikan sendiri. Sel-sel rusak ini bunuh diri sendiri. </p>
<p>Setiap saat ada saja kejadian salah produksi dalam tubuh kita, tapi kita tidak pernah menyadarinya, karena tubuh punya program yang berjalan secara otomatis.</p>
<p>Suatu saat <a href="https://www.cancerprogressreport.org/Pages/cpr18-understanding-cancer-development.aspx">program “bunuh diri sel” ini bisa gagal</a>. Dalam kasus ini, sel-sel yang “salah produksi” tidak terdeteksi sehingga tidak musnah. Sebaliknya, sel-sel ini berkembang biak dengan mempertahankan kesalahannya, inilah yang kemudian kita sebut kanker.</p>
<h2>3. Bentuknya seperti kepiting dan “bisa jalan-jalan”</h2>
<p>Pada tahap awal jumlah sel “cacat produksi” tersebut hanya sedikit. </p>
<p>Misalnya pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3069504/">kanker payudara</a>. Awalnya, saat diraba tidak terasa ada kelainan, beberapa waktu kemudian teraba benjolan sebesar biji kedelai, makin besar lagi jadi sebesar kelereng. Lalu makin membesar sehingga sebesar telur ayam. (Karena itu, bagi perempuan biasakan periksa payudara sendiri tiap bulan agar cepat diketahui jika ada kelainan dan kemudian diobati.) </p>
<p>Pada saat sel rusak ini sebesar biji kedelai, kumpulan sel cacat produksi ini masih bisa “duduk manis” berdampingan dengan sel-sel normal. </p>
<p>Karena sel ini cacat, mereka tidak akan membelah diri sesuai kebutuhan (karena sesungguhnya memang tidak dibutuhkan). Sel-sel rusak ini membelah diri tidak terkendali. Pembuluh darah merasakan di daerah 'sana’ ada kebutuhan nutrisi yang sangat besar, maka dibuatlah “jalan tol” berupa pembuluh darah ke lokasi tersebut. </p>
<p>Setelah mendapat kucuran oksigen dan nutrisi yang lancar, maka mereka membelah diri makin cepat dan makin cepat. Sel cacat yang tadinya bisa berdampingan dengan sel normal, sekarang butuh tempat lebih luas. Sel-sel yang normal mulai terdesak. Akibat <a href="https://www.nature.com/articles/onc2013304">adanya pembuluh darah yang memberikan pasokan makanan</a>, maka sel-sel kanker mulai tumbuh menjulurkan kaki-kakinya makin jauh. Bentuknya mirip kepiting yang berkaki banyak.</p>
<p>(Karena penampakan kaki-kaki yang menjulur itulah maka kelainan ini disebut kanker. <a href="https://www.omicsonline.org/history-of-cancer-ancient-and-modern-treatment-methods-1948-5956.100000e2.php?aid=273">Kanker (<em>cancer</em>)</a>, sebenarnya adalah nama binatang, kepiting dalam bahasa Indonesia). </p>
<p>Pada fase berikutnya sel-sel rusak ini makin besar dan sel yang menghalangi (misalnya kulit) dilibas. Sel-sel kanker tumbuh, sedangkan sel kulit menyerah sehingga muncul luka akibat serangan sel-sel kanker terhadap sel kulit. </p>
<p>Kadang-kadang <a href="https://www.cancer.gov/types/metastatic-cancer">ada sel rusak yang lepas dan ikut dalam peredaran darah</a> atau pembuluh limfe. Sel-sel tersebut berjalan-jalan terbawa aliran, menyebar, kemudian tersangkut di daerah paru-paru, tulang, otak, hati, atau di tempat lain. Lalu mereka membelah diri dan secara perlahan mengambil alih tempat sel-sel normal. </p>
<h2>4. Kelas kanker</h2>
<p>Kita kerap mendengar kelas kanker mulai dari stadium satu hingga empat. Disebut <a href="https://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-101/what-is-cancer/stage-and-grade/staging/?region=on">stadium 1</a> jika sel-sel rusak itu masih kecil dan bisa duduk manis berdampingan dengan sel normal. </p>
<p>Kalau sel rusak mulai menggeser posisi sel normal, kira-kira masuk stadium 2. Jika sel rusak mulai mendesak jaringan lain yang normal, maka itu stadium 3. </p>
<p>Kanker disebut stadium 4 bila sel rusak itu sudah beredar ke tempat lain, seperti misalnya sel-sel kanker payudara yang berjalan-jalan dan kemudian berkembang biak di paru-paru atau di tulang.</p>
<h2>5. Pemicu</h2>
<p><a href="https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes.html">Ada banyak pemicu kanker</a>, seperti bahan beracun dalam rokok, sinar matahari, bahan pengawet makanan, pewarna dan perasa buatan, luka yang terus menerus terjadi, infeksi virus, bahan kimia berbahaya, dan lain-lain. </p>
<p>Pada dasarnya semua bahan atau kejadian itu membuat sel rusak dan ada upaya dari tubuh untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Namun karena kerusakan berjalan terus, maka perbaikan dilakukan lebih cepat, makin cepat, sampai kemudian sel kehilangan kemampuannya mendeteksi adanya sel rusak. </p>
<p><a href="https://www.alodokter.com/9-kandungan-rokok-yang-berefek-mengerikan-untuk-tubuh">Senyawa racun dalam asap rokok</a>, misalnya, akan menyebabkan kerusakan sel-sel paru. Awalnya sel-sel rusak ini akan memperbaiki diri, tapi karena racunnya terus menerus datang dari hisapan pencandu rokok, maka pada suatu saat tubuh gagal mendeteksi kerusakan sel. Pada titik ini, mulailah terjadi perkembangan sel kanker.</p>
<p>Proses rusak-perbaikan-rusak-perbaikan-rusak-rusak-perbaikan-perbaikan berjalan dalam waktu yang lama, bertahun-tahun. Karena itu, “diperlukan” konsumsi rokok atau bahan lain yang berbahaya bertahun-tahun untuk dapat menyebabkan kanker. </p>
<p>Mengkonsumsi makanan berpengawet selama beberapa hari tidak akan menimbulkan gejala kanker, tapi dengan konsumsinya dalam jangka panjang, risiko kanker harus kita hadapi.</p>
<p>Tidak bisa dimungkiri bahwa <a href="https://www.ykaki.or.id/index.php/mengenai-kanker-pada-anak/gejala-dan-tanda-tandanya">kanker juga bisa terjadi pada anak-anak</a>. Prosesnya agak berbeda dengan kanker pada dewasa. Kanker pada anak biasanya terjadi karena adanya kelainan bawaan yang membuat sel lebih sering gagal mendeteksi sel rusak. </p>
<h2>6. Pengobatan: dampaknya rambut kepala rontok</h2>
<p><a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/types">Pengobatan kanker</a> biasanya ditujukan pada upaya menghilangkan sel-sel cacat produksi tadi. Kalau mereka masih kecil dan terisolasi, tinggal diambil (operasi), biasanya dilanjutkan dengan kemoterapi untuk memastikan sel-sel yang kecil tidak terlihat yang mungkin tersisa bisa dihilangkan. </p>
<p>Kalau kankernya berukuran besar sekali, biasanya diradiasi. Tujuannya untuk membunuh sel-sel yang berkembang di bagian luar. Bila ukuran kanker sudah mengecil baru dioperasi dan dilanjutkan kemoterapi. Jika sel rusak sudah menjalar ke mana-mana, sulit mengejarnya. Pada tahap ini biasanya dokter menyerah, tidak berupaya membunuh kanker secara menyeluruh. Sekadarnya saja untuk membuat pasien nyaman.</p>
<p>Karena sel kanker merupakan sel ‘bandel’ yang mampu melepaskan diri dari program mematikan sel, maka kalau ada obat yang bisa membunuh sel kanker mestinya obat itu juga akan membunuh sel-sel yang normal. Itu yang terjadi dengan kemoterapi, sel-sel normal ikut terbunuh, misalnya sel-sel akar rambut. Karena itu, <a href="https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/chemotherapy/in-depth/hair-loss/art-20046920">setelah dikemo biasanya rambut kepala pasien rontok</a>.</p>
<p>Untuk mengurangi kerusakan pada sel-sel normal, para ahli sudah membuat obat kemo yang spesifik untuk sel-sel tertentu saja. <a href="https://www.cancer.gov/news-events/cancer-currents-blog/2019/cancer-immunotherapy-investigating-side-effects">Obat kemo yang baru sudah tidak membuat mual</a> dan tidak membuat rambut terlalu rontok.</p>
<p>Jadi kalau ada obat kanker yang diklaim dapat membunuh semua jenis kanker, kita harus mengkhawatirkan bahwa efek sampingnya akan sangat luar biasa.</p>
<p>Kalau ada yang menyatakan ada obat anti kanker yang dapat <em>mencegah</em> semua jenis kanker, mungkin lebih dapat dipercaya. Karena mungkin mekanisme kerjanya adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk mencegah terjadinya produksi sel-sel cacat. Bisa juga obat ini meningkatkan kemampuan tubuh untuk mendeteksi sel-sel cacat produksi dan memperkuat kemampuan tubuh untuk membunuh sel cacat produksi, sebelum sel-sel cacat itu menjadi kanker.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122046/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yulia Sofiatin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kalau ada obat kanker yang diklaim dapat membunuh semua jenis kanker, kita harus mengkhawatirkan bahwa efek sampingnya akan sangat luar biasa.Yulia Sofiatin, Lecturer of Epidemiology dan Biostatistics, Departement of Societal Health, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1220452019-08-21T08:54:57Z2019-08-21T08:54:57ZMengapa kita perlu kritis dan berhati-hati dengan heboh ‘obat kanker’ dari bajakah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/288687/original/file-20190820-170910-1vutyz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://fr.wikipedia.org/wiki/Spatholobus">Wikipedia</a></span></figcaption></figure><p>Dalam dua minggu terakhir <a href="https://www.tribunnews.com/regional/2019/08/13/viral-siswi-sma-di-kalteng-temukan-bajakah-obat-kanker-hingga-juara-dunia-ini-cerita-lengkapnya">mayoritas media di Indonesia</a> memberitakan <a href="https://tekno.tempo.co/read/1236417/viral-penemuan-bajakah-ratusan-orang-serbu-sma-2-palangka-raya?TeknoUtama&campaign=TeknoUtama_Click_2">“temuan” pelajar SMA Negeri 2 di Palangkaraya</a> Kalimantan Tengah tentang <a href="https://sains.kompas.com/read/2019/08/16/203300823/5-tanggapan-para-pakar-atas-kontroversi-bajakah-sebagai-obat-kanker?page=all">batang bajakah tampala (<em>Spatholobus littoralis Hassk.</em>) yang disebut-sebut dapat dipakai mengobati kanker</a>.</p>
<p>Pemberitaan “heboh” muncul setelah tiga pelajar dari SMA tersebut menang lomba dan meraih medali emas untuk obat kanker dari alam di <a href="https://innopa.org/world-invention-creativity-olympic-wico-korea/_">World Invention Creativity Olympic (Olimpiade Kreativitas Penemuan Dunia)</a> di Seoul, Korea Selatan akhir Juli lalu. </p>
<p>Mereka berhasil mendapatkan penghargaan tersebut setelah <a href="https://www.tribunnews.com/kesehatan/2019/08/13/cerita-lengkap-3-siswa-sma-dari-palangkaraya-temukan-obat-kanker-dan-jadi-juara-dunia">mempresentasikan riset tentang efek akar kayu bajakah</a> terhadap kanker pada mencit (jenis tikus kecil putih). </p>
<p>Ada dampak sosial dari pemberitaan ini. Kini akar kayu bajakah diburu masyarakat. Serpihannya <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4039085/diklaim-dapat-obati-kanker-tumbuhan-bajakah-di-palangkaraya-diburu-pembeli">dihargai Rp 300 ribu per kilogram</a> dan <a href="https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/15/dianggap-bisa-sembuhkan-kanker-kayu-bajakah-dijual-hingga-rp-2-juta-per-potong">kayunya dijual Rp2 juta per potong</a>. </p>
<p>Sebagian masyarakat langsung meyakini bahwa hasil riset siswa SMA tersebut dapat dijadikan dasar pengobatan dengan akar kayu bajakah. Apalagi setelah ada <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/14/16164721/konsumsi-rebusan-kayu-bajakah-nenek-ini-sembuh-dari-kanker-payudara-stadium?page=all">testimoni dari “pasien kanker” yang mengklaim sembuh setelah minum rebusan akar kayu ini</a>. Pemerintah daerah mengklaim kepemilikan bajakah sebagai aset daerah dan akan <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/15/11481721/pemprov-kalteng-berencana-patenkan-kayu-bajakah-penyembuh-kanker?page=all">mematenkan kayu berkhasiat ini</a>. </p>
<p>Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat penuh harap bahwa kayu bajakah ini bisa menjadi solusi dalam pengobatan kanker, sebuah penyakit yang sampai saat ini <a href="https://gaya.tempo.co/read/1091026/penderita-kanker-minta-bpjs-kesehatan-tanggung-obat-mahal-ini/full&view=ok">pengobatannya mahal</a> dan tingkat keberhasilannya kecil.</p>
<p>Kita perlu berhati-hati dan kritis dalam menyikapi hasil riset dasar terkait medis dan yang punya pengaruh langsung terhadap kehidupan masyarakat. Apalagi terhadap suatu riset yang akan memiliki potensi dampak terhadap suatu penyakit kanker yang prevalensinya di negeri ini <a href="https://www.beritasatu.com/kesehatan/535688/prevalensi-kanker-di-indonesia-meningkat">mencapai 1,79 per 1.000 penduduk</a>.</p>
<h2>Menyikapi hasil riset dasar</h2>
<p>Penelitian siswa SMA 2 Palangkaraya ini disampaikan di sebuah ajang perlombaan hasil-hasil penelitian dan inovasi bagi siswa SMA dan mahasiswa. Pada tahap ini kita harus berbangga bahwa siswa-siswa kita pada level mereka mampu menunjukkan kemampuan dan kreativitasnya, yang bahkan mendapat pengakuan skala internasional.</p>
<p>Forum <a href="https://innopa.org/world-invention-creativity-olympic-wico-korea/"><em>World Invention Creativity Olympic</em> </a> yang ditujukan untuk pelajar adalah tempat mempresentasikan dan memberikan penghargaan pada temuan dan hasil-hasil penelitian tahap awal.</p>
<p>Penelitian pada kayu bajakah tersebut merupakan <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/08/13/11201601/menyingkap-khasiat-kayu-bajakah-tanaman-langka-dari-belantara-hutan-hingga">penelitian yang sangat dasar</a>. Mereka menguji coba pada dua ekor mencit yang telah distimulasi untuk terjadi kanker. Setelah muncul benjolan-benjolan yang disebut sebagai kanker, mencit diberi air rebusan bawang Dayak dan air rebusan bajakah selama lima puluh hari dan dibandingkan efek dari kedua jenis air tersebut.</p>
<p>Hasilnya, menurut riset siswa ini mencit yang diberi air bawang Dayak mati, sedangkan mencit yang diberi air bajakah malah sehat, bahkan bisa berkembang biak. Lalu disimpulkan bahwa kayu bajakah mengandung zat anti-kanker.</p>
<p>Metode dan hasil penelitian ini sangat baik untuk tingkat SMA. Namun secara ilmiah, dalam tingkat dasar pun riset ini belum memenuhi syarat untuk dapat disimpulkan bahwa bajakah mempunyai efek pada sel kanker. Apalagi untuk dapat direkomendasikan sebagai obat yang terukur, perjalanannya masih jauh.</p>
<p>Setidaknya ada dua patokan riset medis yang ditetapkan memenuhi syarat:</p>
<p><strong>Pertama</strong>, <a href="https://www.statistikian.com/2012/08/menghitung-besar-sampel-penelitian.html">jumlah sampel</a>, hanya dua ekor mencit, untuk sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3826013/?report=printable">riset pada hewan uji-coba</a> jelas <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5772820/">tidak memenuhi syarat</a>. </p>
<p>Berdasarkan perhitungan sampel tersebut, jumlah sampel minimal atau pengulangan pada masing-masing kelompok yang dibutuhkan untuk penelitian pada hewan coba ditentukan berdasarkan jumlah kelompok uji. Jika hanya ada dua kelompok uji, seperti penelitian siswa SMA tersebut yang membandingkan antara efek Bajakah dan bawang Dayak sampel minimal adalah 32 ekor hewan coba, dengan masing-masing kelompok 16 ekor. </p>
<p>Jumlah sampel minimal hewan coba pada masing-masing kelompok akan berkurang, jika kelompok yang dibandingkan juga lebih banyak. Misalnya, sampel minimal dibutuhkan 24 ekor hewan coba dengan tiap kelompoknya 8 ekor jika dilakukan pada tiga kelompok percobaan, dan 25 ekor dengan tiap kelompoknya 5 ekor jika dilakukan pada lima kelompok percobaan.</p>
<p>Sebuah penelitian pada tikus putih untuk <a href="http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/906/760">melihat efek biji melinjo terhadap hiperkolesterol pada lima kelompok </a> percobaan, dilakukan pada 25 ekor hewan coba dengan masing-masingnya 5 ekor. <a href="http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/776/632">Penelitian lain untuk melihat efek kunyit dan madu terhadap penyakit tukak lambung</a> yang dibagi menjadi lima variasi dosis, dilakukan pada 30 ekor mencit dengan 6 ekor pada tiap kelompok. </p>
<p><strong>Kedua</strong>, benjolan-benjolan yang tumbuh di mencit itu harus dibuktikan <a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/diagnosis-staging/diagnosis">dengan pemeriksaan lengkap</a> untuk menegakkan diagnosis sebuah kanker. Dalam penelitian pelajar tersebut, benjolan pada tikus tidak dibuktikan apa memang benar perubahan fisik itu merupakan sel kanker. </p>
<p><a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/in-depth/cancer-diagnosis/art-20046459">Pembuktian</a> apakah benjolan tersebut kanker, perlu melalui pemeriksaan <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/diagnosis-treatment/drc-20370594">patologi anatomi</a> (histopatologi) minimal dengan biopsi, sehingga diketahui pula jenis sel kankernya. </p>
<h2>Butuh beberapa tahap</h2>
<p>Suatu bahan/zat dapat direkomendasikan sebagai bahan pengobatan perlu beberapa tahapan penelitian yang mendapatkan hasil yang bermakna. Tahapan tersebut mulai dari penelitian dasar, termasuk penelitian pada hewan coba bahan alam langsung, ekstraksi zat kandungan bahan alamnya, uji efektivitas zat yang terkandung pada hewan coba. </p>
<p>Tahap selanjutnya, zat itu harus <a href="https://www.centerwatch.com/clinical-trials/overview.aspx/">diuji klinis</a> atau uji obat pada manusia, yang terdiri dari empat tahap. <a href="http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art/article/view/66">Uji klinis mencakup</a> tiga tahapan utama, yaitu uji keamanan obat, uji coba efektivitas pada manusia dan mencari dosis yang sesuai, uji efektivitas dan membandingkan dengan pengobatan yang sudah ada. </p>
<p>Lalu, <a href="https://www.fda.gov/patients/drug-development-process/step-3-clinical-research">zat itu juga mesti dilakukan uji klinis tahap keempat</a>, untuk memastikan keamanan dan efektivitas obat pada populasi yang luas setelah produksi dan dipasarkan.</p>
<p>Menjadikan kayu bajakah sebagai obat utama, terutama untuk kanker yang sudah didiagnosis oleh dokter pada stadium lanjut sangat tidak disarankan. </p>
<h2>Model pengobatan kanker</h2>
<p>Dalam medis modern, <a href="https://www.mountelizabeth.com.sg/id/facilities-services/centre-excellence/cancer/cancer-treatment">metode pengobatan kanker</a> dilakukan melalui berbagai cara, antara lain, kemoterapi, operasi pemotongan jaringan kanker, radioterapi, transplantasi sumsum tulang belakang, imunoterapi, dan terapi hormon.</p>
<p><a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/understanding/what-is-cancer">Kanker</a> merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel dalam tubuh yang <a href="http://yayasankankerindonesia.org/apa-itu-kanker">tidak terkontrol dan abnormal</a>. Secara umum, sel kanker yang sangat aktif tumbuh lebih sensitif terhadap <a href="http://jurnal.batan.go.id/index.php/Alara/article/download/1577/1495">radiasi</a> dan zat pada <a href="https://www.cell.com/action/showPdf?pii=S0092-8674%2802%2900625-6">kemoterapi</a>, meski terdapat berbagai variasi sifat tergantung jenis sel kankernya.</p>
<p>Prinsip utama dalam pengobatannya adalah menghentikan atau membunuh sel-sel kanker tersebut, baik melalui <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3298009/">radioterapi</a>, <a href="https://www.medicinejournal.co.uk/article/S1357-3039(07)00349-0/fulltext">kemoterapi</a> maupun metode lain. Pada <a href="https://www.cancer.org/treatment/treatments-and-side-effects/treatment-types/chemotherapy/how-chemotherapy-drugs-work.html">kemoterapi zat tersebut bersifat</a> menghambat kerja DNA dan RNA sel seperti <em>5-fluorouracil</em> dan <em>metotrexate</em>, merusak DNA sel seperti <em>Chlorambucil</em> dan <em>Cisplatin</em>, atau mencegah pembelahan sel seperti <em>Vinblastine</em> dan <em>Vincristine</em>.</p>
<p><a href="https://www.beritasatu.com/nasional/570458/6-zat-dalam-akar-bajakah-yang-diyakini-sembuhkan-kanker-payudara">Zat yang sudah diketahui terdapat pada bajakah</a> adalah senyawa polifenol seperti <em>terpenoid, steroid, tannin, alkonoid, fenolik, saponin</em>. <a href="http://www.groupepolyphenols.com/the-society/why-bother-with-polyphenols/">Senyawa ini</a> juga ada banyak pada <a href="https://hellosehat.com/hidup-sehat/nutrisi/makanan-yang-mengandung-polifenol/">buah dan sayuran</a>. </p>
<p>Senyawa ini bersifat hanya antioksidan dan membantu menjaga keseimbangan metabolisme tubuh, sehingga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5601283/">baik untuk kesehatan</a> tapi belum ditemukan mempunyai sifat antikanker sebagaimana pengobatan standar. </p>
<p>Oleh karena itu, untuk memutuskan bahwa bajakah mempunyai potensi untuk pengabatan kanker perlu penelitan lebih mendalam lagi tentang zat yang berpotensi dan dengan tahapan penelitian ilmiah lebih lanjut.</p>
<h2>Sisi positif</h2>
<p>Sisi positif dari pemberitaan bajakah adalah peneliti terutama bidang kimia bahan alam, farmasi, dan kedokteran mesti menjadikan ini sebagai stimulasi untuk ditindaklanjuti dengan penelitian yang lebih mendalam. </p>
<p>Selain itu, bagi pemerintah ada tiga sisi yang dapat disikapi. Pertama, banyak siswa dan generasi muda yang mempunyai prestasi dan inovasi ilmiah yang perlu mendapatkan dukungan sehingga mereka kelak benar-benar menjadi ilmuwan. </p>
<p>Kedua, <a href="http://lipi.go.id/lipimedia/18-jenis-tanaman-potensi-untuk-bahan-obat/10581">ada banyak bahan alam di negeri ini</a> yang <a href="http://bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/12/Isi_BRIK_Tanaman_Obat.pdf">harus diproteksi dan diteliti</a> dan dikembangkan untuk obat. Untuk dapat digunakan dengan aman dan terukur harus melalui proses beberapa tahap riset dan uji coba berkali-kali sebelum menjadi obat yang diproduksi massal.</p>
<p>Ketiga, penelitian dasar dan terapan mesti mendapat perhatian serius agar kekayaan alam bangsa menjadi lebih berdaya-guna bagi masyarakat ilmiah dan publik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122045/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hardisman Dasman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Untuk memutuskan bahwa bajakah mempunyai potensi untuk pengabatan kanker perlu dilakukan penelitan mendalam tentang zat yang berpotensi serta dengan tahapan penelitian ilmiah lebih lanjut.Hardisman Dasman, Associate Professor in Community Medicine and Healthcare Policy, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1203482019-08-11T15:48:25Z2019-08-11T15:48:25ZWaspada! Riset tunjukkan paparan polusi cahaya pada malam hari dapat picu obesitas dan kanker<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/287488/original/file-20190809-144862-inbqji.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Terpapar cahaya dari layar laptop pada malam hari dalam jangka lama bisa berdampak buruk pada kesehatan tubuh.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NTM2Mjc0NSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTM3Njg4MTQyNyIsImsiOiJwaG90by8xMzc2ODgxNDI3L21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIkdnL05Ndk1iSmJvZ3NmOXBDV29NNEVQYmJ4TSJd%2Fshutterstock_1376881427.jpg&pi=33421636&m=1376881427&src=w3DFZxPJaHrbGjMVHvioiQ-1-82">Igorstevanovic/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kita sudah kerap mendengar dan merasakan <a href="https://theconversation.com/pencemaran-sungai-jakarta-dan-solusinya-bukan-sekadar-waring-100783">polusi air</a>, <a href="https://theconversation.com/selain-buruk-bagi-kesehatan-polusi-udara-juga-dapat-meningkatkan-angka-kejahatan-di-sebuah-kota-96355">udara</a>, <a href="https://theconversation.com/limbah-tanah-air-dan-udara-dapat-diubah-menjadi-sesuatu-yang-bermanfaat-117013">tanah atau suara</a>, tapi mungkin masih sedikit asing dengan polusi cahaya. </p>
<p>Kendati tidak populer, dampak polusi cahaya terhadap kesehatan kita sama mengerikannya dengan dampak polusi lainnya. Setiap malam mungkin kita terpapar polusi cahaya walau kita kurang menyadarinya.</p>
<p>Sebuah <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/fullarticle/2735446">riset di Amerika Serikat selama 6 tahun dengan partisipan sekitar 43 ribu perempuan sehat</a> menemukan bahwa sekitar 71% dari mereka yang terpapar cahaya lampu dan layar televisi ketika tidur pada malam hari mengalami obesitas. </p>
<p>Penelitian <a href="https://ehp.niehs.nih.gov/doi/10.1289/EHP1837">di Spanyol</a> yang melibatkan partisipan sekitar 2.600 perempuan dewasa (dengan komposisi 47% pengidap <a href="https://www.breastcancer.org/symptoms/understand_bc/what_is_bc">kanker payudara</a> dan 53% sehat) dan sekitar 1.500 laki-laki dewasa (41% pengidap <a href="https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer.html">kanker prostat</a> dan 59% lelaki sehat), menemukan bahwa hampir seluruh (>90%) dari perempuan yang mengidap kanker payudara dan lelaki yang menderita kanker prostat adalah mereka yang banyak terdedah paparan cahaya artifisial baik di dalam maupun di luar ruangan pada malam hari.</p>
<p>Selain kedua jenis kanker tersebut, menurut para peneliti, kanker usus dan anus (<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4874655/">colorectal</a>) juga paling sering muncul akibat polusi cahaya. </p>
<p>Walaupun paparan cahaya pada malam hari berlebihan sangat berbahaya, ada cara mudah mengurangi risiko terkena penyakit kanker dan obesitas: kurangi kena cahaya pada malam hari dan tidurlah dalam kegelapan.</p>
<h2>Bahaya cahaya artifisial: pekerja malam paling berisiko</h2>
<p>Organisasi internasional anti polusi cahaya <a href="https://www.darksky.org/light-pollution/">The International Dark-Sky Association (IDA)</a> mendefinisikan polusi cahaya sebagai keadaan saat <a href="https://www.maximumyield.com/definition/2126/artificial-light">cahaya artifisial</a> tersedia dalam intensitas berlebih atau keberadaannya tidak dibutuhkan dalam skala ruang dan waktu tertentu. </p>
<p>Cahaya artifisial dapat berasal dari lampu listrik atau <a href="https://edition.cnn.com/2019/05/16/health/blue-light-led-health-effects-bn-trnd/index.html">LCD</a> <em>handphone</em>, televisi, dan laptop atau alat elektronik sejenis.</p>
<p>Siapa yang paling rentan terdampak polusi cahaya?</p>
<p>Kehadiran cahaya artifisial adalah bagian tak terpisahkan dari peradaban modern, terutama bagi kaum urban dan generasi milenial. </p>
<p>Akan tetapi, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5647832/">berdasarkan penelitian</a>, di antara semua kalangan, para pekerja yang jam kerjanya malam hari paling berisiko terdampak polusi ini. Tak tanggung-tanggung, polusi cahaya terbukti memicu obesitas dan kanker. </p>
<h2>Cahaya pengaruhi metabolisme tubuh</h2>
<p>Secara alami, sejak bulan-bulan pertama kelahiran, ritme kerja sistem tubuh kita telah teradaptasi untuk menyelaraskan diri dengan ritme terang-gelap bumi yang merupakan konsekuensi timbul-tenggelamnya matahari. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=507&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=507&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=507&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=637&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=637&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=637&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Jam biologis tubuh bisa kacau bila terpapar cahaya berlebihan pada malam hari.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://figshare.com/articles/Orasi_Ilmiah_Aktivasi_Saraf-Saraf_Pengendali_Makan_di_Hipotalamus_Untuk_Mencegah_Obesitas_dan_Diabetes_Melitus_Neuronal_Activation_of_Hypothalamic_Feeding_Centers_to_Prevent_Obesity_and_Diabetes_Melitus_/6553832">Author provided</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tubuh kita yang sebelumnya berada dalam kegelapan rahim ibu selanjutnya akan memiliki pola ritme siang-malam yang teratur, tetap, dan berulang setiap 24 jam yang dikenal dengan <a href="https://www.sleepfoundation.org/articles/what-circadian-rhythm">ritme sirkadian</a>. </p>
<p>Terbentuknya ritme tersebut dimediasi oleh adanya saraf penghubung antara mata dan pengatur <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/biological-clock">ritme biologis</a> tubuh yang terdapat di <a href="https://nba.uth.tmc.edu/neuroscience/m/s4/chapter01.html">kelenjar hipotalamus </a> di dasar otak yang dikenal dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3762864/"> pusat jam biologis utama (<em>the master clock</em>)</a>.</p>
<p>Pusat jam biologis ini tersusun atas kumpulan saraf yang sangat peka terhadap sinyal terang-gelap dari mata. Sebagian saraf akan aktif dalam kondisi terang, sementara sebagian saraf lainnya hanya dapat beraktivitas dalam kondisi gelap. </p>
<p>Silih bergantinya aktivitas saraf-saraf tersebut selama periode siang dan malam akan menghasilkan sistem sinyal perintah listrik dan kimiawi yang mendikte jam kerja setiap sel penyusun tubuh kita. </p>
<p>Ringkasnya, keteraturan perputaran jam kerja miliaran sel tubuh kita selalu tunduk patuh mengikuti komando perputaran pusat jam biologis utama di hipotalamus. Sedangkan perputaran jam biologis utama bergantung seutuhnya kepada informasi terang-gelap dari mata.</p>
<p>Lalu, apa yang akan terjadi jika sepanjang malam tubuh kita, bukan hanya mata, terpapar cahaya? </p>
<p>Bila itu terjadi atau Anda lakukan, artinya Anda telah mengirimkan informasi perihal terang-gelap yang kacau kepada pusat jam biologis utama yang akan segera disebarkan ke setiap sel di sekujur tubuh kita. Konsekuensinya, sel-sel akan dipaksa untuk beraktifitas di luar jam “tayangnya”. </p>
<h2>Dampak pada obesitas</h2>
<p>Bagaimana keadaan seperti ini dapat memicu munculnya obesitas dan kanker di tubuh kita?</p>
<p>Sistem-sistem yang terlibat dalam pengaturan keseimbangan energi tubuh kita juga berjalan di bawah kendali pusat jam biologis utama dengan sangat ketat.</p>
<p>Dalam keadaan siklus terang-gelap normal, laju pembakaran energi tubuh akan meningkat drastis pada siang hari dan secara bersamaan, hasrat makan muncul lebih menggebu sehingga sumber energi yang akan dibakar juga tetap tersedia. </p>
<p>Sistem pencernaan pun siaga penuh sementara <a href="https://www.diapedia.org/metabolism-and-hormones/5104085111">hormon-hormon</a> pemacu aktivitas sel tubuh akan diproduksi dalam kadar lebih tinggi. Dalam keadaan gelap pada malam hari, pola kerja sistem fisiologis untuk pembakaran energi, pencernaan, dan <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/metabolic-hormone">hormon metabolik</a> menurun drastis. </p>
<p>Ketika terjadi kekacauan sinyal terang-gelap di luar tubuh, maka sistem pengaturan keseimbangan energi tersebut juga akan bermasalah karena ritme jam biologis yang memerintahnya telah terganggu. Maka, laju pembakaran energi akan menurun drastis di siang hari, sedangkan nafsu makan menjadi merajalela pada malam hari. </p>
<p>Konsekuensinya, energi yang masuk ke dalam tubuh hanya ditimbun, sementara porsi dan frekuensi makan kian bertambah. </p>
<p>Hasilnya mudah ditebak: bobot tubuh kita akan bertambah berat dengan tumpukan lemak semakin banyak. Bila hal ini berlangsung terus menerus tubuh akan mengidap obesitas.</p>
<h2>Serangan kanker</h2>
<p>Para ahli telah mengemukakan beberapa teori untuk menjelaskan mekanisme kontribusi polusi cahaya terhadap perkembangan kanker.</p>
<p>Salah satu yang telah dibuktikan adalah cahaya malam hari mengacaukan kinerja pusat jam biologis utama yang selanjutnya akan berdampak pada penghambatan produksi hormon yang juga dihasilkan di otak yaitu <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rstb.2014.0121">melatonin</a>. </p>
<p>Kelenjar berbentuk buah pinus (<a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/319882.php">kelenjar pineal</a>) yang terdapat di otak kita, di bawah kendali pusat jam biologis, akan memproduksi melatonin dalam suasana gelap. Sedangkan sinyal cahaya, terlebih cahaya artifisial, walau dalam intensitas rendah dan tempo sangat pendek sekalipun akan menghambat produksinya. </p>
<p>Menurut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5412427/">ahli kesehatan</a>, melatonin memainkan peranan kunci dalam mengontrol kenormalan proses pembelahan sel di payudara, saluran pencernaan dan kelenjar prostat. </p>
<p>Dalam kondisi kekurangan melatonin, proses pembelahan sel pada tempat-tempat tersebut menjadi tak terkendali yang menjadi karakteristik kanker. </p>
<p>Hormon melatonin juga berperan penting dalam mengatur produksi dan kinerja hormon seks <a href="https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/coping/physically/sex-hormone-symptoms/sex-hormones">estrogen dan testosteron</a>. Kedua hormon tersebut, jika diproduksi dalam kadar berlebih, akan menjadi promotor utama perkembangan sel-sel kanker. </p>
<p>Hal lain yang juga tidak bisa diabaikan adalah fakta bahwa kondisi tubuh yang obesitas menjadi sarang empuk untuk pertumbuhan kanker.</p>
<h2>Bagaimana mencegahnya?</h2>
<p>Kabar baiknya, polusi cahaya dapat dicegah dan diminimalkan dampaknya dengan mudah. </p>
<p>Upaya pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi paparan cahaya pada malam hari. </p>
<p>Biasakan diri tidur dalam kegelapan atau jika belum sanggup, maka pakailah lampu dengan intensitas paling redup.</p>
<p>Jauhkan sumber cahaya LCD dan sejenisnya dari tempat tidur. Bisa pula gunakan filter [cahaya biru] baik dalam bentuk filter fisik seperti lensa maupun aplikasi <em>software</em> yang terinstal pada alat-alat elektronik karena <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4734149/">spektrum ini yang paling merusak</a> di antara semua spektrum cahaya yang ada. </p>
<p>Perbaiki pola hidup: stop gaya hidup “kelelawar”, rutinlah berolahraga, dan <a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/301506.php">perkaya asupan nutrisi berantioksidan</a> tinggi.</p>
<p>Dan jangan lupa menghangatkan tubuh minimal 30 menit dengan paparan cahaya matahari pagi setiap harinya. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/sdfe/pdf/download/eid/1-s2.0-S0278591904001413/first-page-pdf">Mentari pagi telah terbukti</a> dapat memulihkan kekacauan pada pusat jam biologis, menekan perkembangan obesitas dan memacu produksi melatonin lebih tinggi pada malam hari.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120348/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putra Santoso tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kabar baiknya, polusi cahaya dapat dicegah dan diminimalkan dampaknya dengan mudah. Upaya pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi paparan cahaya pada malam hari.Putra Santoso, Assistant Professor in Physiology at Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences Andalas University, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.