tag:theconversation.com,2011:/es/topics/pengobatan-kanker-52491/articlespengobatan kanker – The Conversation2023-07-03T23:21:00Ztag:theconversation.com,2011:article/2084602023-07-03T23:21:00Z2023-07-03T23:21:00ZPerawatan paliatif pasien kanker di rumah kurang dukungan, apa yang harus pemerintah lakukan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/535110/original/file-20230701-15-tht509.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Suami mendukung istrinya yang sakit.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.freepik.com/free-photo/husband-supporting-sick-wife_2910739.htm#query=cucu%20merawat%20nenek%20sakit&position=49&from_view=search&track=ais">Rawpixel/Freepik</a></span></figcaption></figure><p>Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan tingkat kematian tertinggi di Indonesia. Data <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">Global Burden of Cancer Study tahun 2020</a> mencatat jumlah kasus baru penyakit kanker di Indonesia mencapai hampir 400 ribu kasus. </p>
<p>Tiga jenis <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">kanker di Indonesia dengan peningkatan kasus tertinggi</a> adalah kanker payudara (16,6%), serviks (9,2%), dan paru-paru (8,8%). </p>
<p>Kebutuhan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960977622000741">pasien kanker</a> selama menjalani pengobatan sangat beragam, seperti obat-obatan, tindakan penanganan atau terapi, dan kontrol rutin. Mereka juga perlu <a href="https://docs.google.com/presentation/d/16EJE671wGOwSvsYLNItLE1s7ZlTNjPWP/edit#slide=id.p1">perawatan paliatif</a> selama berada di rumah, dan dukungan rumah singgah untuk pasien dari luar daerah saat berobat di kota-kota besar seperti Jakarta. </p>
<p>Perawatan paliatif merupakan perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang kemungkinan sembuhnya kecil.</p>
<p>Masalahnya adalah cakupan <a href="https://docs.google.com/presentation/d/16EJE671wGOwSvsYLNItLE1s7ZlTNjPWP/edit#slide=id.p1">perawatan paliatif</a> di Indonesia masih sangat rendah, yakni 1% dari total pasien terminal.</p>
<p>Penelitian terbaru <a href="https://theprakarsa.org/konsekuensi-finansial-pengobatan-kanker-di-indonesia-studi-kasus-penderita-kanker-di-ibu-kota-jakarta/">kami, yang akan terbit akhir bulan ini, menunjukkan</a> bahwa ketahanan pasien kanker dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga, komunitas, dan lingkungan kerja. </p>
<p>Temuan lapangan dalam penelitian ini membuktikan bahwa keluarga menjadi sosok utama untuk mendukung dan mendampingi pasien kanker selama dan setelah proses pengobatan. </p>
<h2>Risiko kanker makin tinggi, tapi kebijakan belum akomodatif</h2>
<p>Peningkatan risiko <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2515569/#:%7E:text=The%20fact%20that%20only%205,major%20opportunities%20for%20preventing%20cancer.">penyakit kanker sekitar 90-95% disebabkan</a> oleh gaya hidup tidak sehat. </p>
<p>Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, obesitas, infeksi virus, dan lingkungan yang terkontaminasi oleh polutan merupakan faktor-faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan penyakit kanker. </p>
<p>Peningkatan polutan dalam udara akibat perubahan iklim juga meningkatkan risiko penduduk dunia terkena penyakit kanker. Faktanya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9853937/">2,6 miliar penduduk negara miskin</a> dan berkembang tidak memiliki akses pada bahan bakar nonfosil, sehingga peningkatan risiko kanker akibat paparan polusi udara juga bertambah. </p>
<p>Peningkatan <a href="https://www.cancer.gov/types/lung/hp/non-small-cell-lung-treatment-pdq#_37_toc">polusi udara</a> juga diprediksi akan meningkatkan risiko penyakit kanker paru-paru dan risiko kematian pada pasien <a href="https://aacrjournals.org/cebp/article/28/4/751/71913/Particulate-Matter-and-Traffic-Related-Exposures">kanker payudara</a> stadium awal secara khusus. </p>
<p>Selama ini, upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan rendahnya cakupan perawatan paliatif ini belum menyasar pada perawatan paliatif berbasis rumah (<em>homebase palliative care</em>). Absennya kebijakan mengenai perawatan paliatif yang dilakukan oleh keluarga di rumah membuat kebutuhan atas pelatihan perawatan paliatif bagi keluarga pasien terabaikan. </p>
<p>Struktur penduduk di Indonesia juga akan mengalami penuaan dan jumlahnya akan meningkat tajam akibat bonus demografi saat ini. Sehingga kesiapan perawat, keluarga, dan tenaga profesional dalam melaksanakan perawatan paliatif harus diperhatikan.</p>
<p>Sayangnya <a href="https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2017/08/PEDOMAN_NASIONAL_PROGRAM_PALIATIF_KANKER.pdf">perawatan paliatif di Indonesia</a> masih berfokus pada perawatan paliatif berbasis rumah sakit. </p>
<p>Kebijakan khusus perawatan paliatif hanya diatur dalam <a href="http://pdk3mi.org/file/download/KMK%20No.%20812%20Th%202007%20ttg%20Kebijakan%20paliatif.pdf">keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 812 Tahun 2007 tentang kebijakan paliatif</a>. Kebijakan ini hanya berfokus pada pelaksanaan perawatan paliatif yang dilakukan oleh dokter, perawat, tenaga kesehatan, dan tenaga terkait lainnya. Keluarga pasien masih diposisikan sebagai sasaran dari perawatan paliatif. </p>
<p>Padahal, perawatan yang dilakukan oleh keluarga selama pasien melakukan pengobatan dapat dikategorikan sebagai <em>homebase palliative care</em>. </p>
<h2>Perawat yang tidak dibayar</h2>
<p>Riset <a href="https://theprakarsa.org/konsekuensi-finansial-pengobatan-kanker-di-indonesia-studi-kasus-penderita-kanker-di-ibu-kota-jakarta/">kami menunjukkan</a> bahwa keluarga merupakan bagian dari tim perawatan karena ikut membantu dan mengawasi pemberian obat. Mereka juga mengelola efek samping, melaporkan masalah pasien, dan memberikan bantuan perawatan diri serta hal-hal lain.</p>
<p>Mereka dikategorikan sebagai perawat dari keluarga atau perawat informal yang tidak dibayar dalam memberikan perawatan pada pasien kanker. </p>
<p>Model <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30665063/">trayektori kesakitan <em>(illness trajectory)</em></a> yang digunakan dalam riset ini menangkap bagaimana dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologis pasien kanker.</p>
<p>Dukungan dari keluarga membuat pasien kanker mampu melewati setiap stadium pengobatan sesuai dengan jenis kankernya. Oleh karena itu, perawatan berbasis rumah sangat penting bagi pasien karena proses pradiagnosis hingga pascadiagnosis diakui memberatkan fisik dan psikis pasien serta keluarganya. </p>
<p>Selain absennya kebijakan mengenai <em>homebased palliative care</em>, modul pelatihan untuk perawat keluarga informal juga belum tersedia, sehingga kebutuhan atas pelatihan perawatan paliatif bagi keluarga belum terjawab. </p>
<p>Data persebaran perawatan paliatif yang dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) atau rumah sakit juga tidak dapat ditemukan. Hanya terdapat satu rumah sakit rujukan kanker nasional yang mempublikasikan data perawatan paliatif berbasis fasilitas kesehatan. Sehingga perawatan paliatif di fasilitas kesehatan belum bisa teridentifikasi dengan jelas. </p>
<h2>Belajar dari Australia</h2>
<p>Australia merupakan salah satu negara yang memiliki <a href="https://www.mja.com.au/journal/2003/179/6/home-based-support-palliative-care-families-challenges-and-recommendations">tren pertumbuhan praktik perawatan paliatif di rumah</a> bagi pasien dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan.</p>
<p>Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk optimalisasi penyelenggaraan perawatan paliatif berbasis rumah adalah kompleksitas perawatan dan peningkatan keterampilan perawat dari keluarga untuk mengatasi gejala pasien. Juga tanggung jawab mereka terhadap kebutuhan fisik dan psikologis pasien, dan dinamika hubungan antara perawat dan pasien. </p>
<p>Perawat dari keluarga juga akan terdampak secara fisik, emosional, finansial, dan sosial saat merawat pasien kanker di rumah. Beban sosial seperti keterbatasan waktu untuk diri sendiri, perubahan rutinitas, dan berkurangnya waktu senggang dialami oleh perawat keluarga.</p>
<p>Oleh karena itu, penerapan praktik perawatan paliatif berbasis rumah wajib memberikan dukungan kebijakan bagi perawat dari aspek psikososial, kesehatan, dan pekerjaan. Dukungan ini dapat diwujudkan dengan perluasan manfaat program jaminan kesehatan nasional bagi keluarga pasien kanker. </p>
<p>Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten atau kota perlu mengembangkan kebijakan dan program yang mengintegrasikan perawatan paliatif untuk seluruh pasien kanker di seluruh jenjang fasilitas kesehatan dengan perawatan paliatif berbasis rumah.</p>
<p>Integrasi ini dapat memberikan edukasi pada perawat keluarga apa yang perlu dilakukan saat proses pradiagnosis, selama pengobatan, dan pascapengobatan pasien kanker. Peningkatan kualitas hidup pasien kanker dan keluarganya juga bisa terjamin bila integrasi ini dilakukan sesuai dengan praktik baik yang sudah ada sebelumnya. </p>
<p>Satu catatan penting bagi pemerintah bahwa rekomendasi mengenai optimalisasi peran keluarga untuk melaksanakan perawatan paliatif berbasis di rumah tidak dapat dicapai tanpa dukungan pemerintah. </p>
<p>Pemerintah wajib hadir untuk mendukung sistem perawatan paliatif di Indonesia dapat berjalan dengan baik dan paripurna. Sehingga proses perawatan bagi pasien kanker bukan hanya menjadi tanggung jawab perawat keluarga dan tenaga kesehatan saja, tapi juga tanggung jawab negara. </p>
<p>Namun, pentingnya transformasi perawatan paliatif di Indonesia belum terefleksikan dalam muatan <a href="https://news.detik.com/berita/d-6797153/ruu-kesehatan-belum-disahkan-juga-oleh-dpr-ternyata-ini-alasannya">Rancangan Undang-Undang Kesehatan</a> yang sedang dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208460/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Aqilatul Layyinah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Optimalisasi peran keluarga untuk melaksanakan perawatan paliatif berbasis di rumah tidak dapat dicapai tanpa dukungan pemerintah.Aqilatul Layyinah, Peneliti kebijakan sosial, The PrakarsaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1923532022-10-13T01:59:29Z2022-10-13T01:59:29ZHadiah Nobel: bagaimana kimia klik dan kimia bioorthogonal mengubah industri farmasi dan material<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/489353/original/file-20221012-13-e2appg.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kimia klik menggabungkan molekul dengan mereaksikan azida dengan siklooktyne.</span> <span class="attribution"><span class="source">Boris Zhitkov/Moment via Getty Images</span></span></figcaption></figure><p><em><a href="https://www.nobelprize.org/prizes/chemistry/2022/press-release/">Hadiah Nobel Kimia 2022</a> diberikan kepada ilmuwan Carolyn R. Bertozzi, Morten Meldal dan K. Barry Sharpless untuk pengembangan mereka klik kimia</em> (click chemistry) <em>dan kimia bioorthogonal.</em></p>
<p><em>Teknik ini telah digunakan di sejumlah sektor, termasuk <a href="https://www.statnews.com/sponsor/2021/12/22/it-takes-two-the-future-of-click-chemistry-therapeutics/">memberikan perawatan</a> yang dapat membunuh sel kanker tanpa mengganggu sel sehat serta secara berkelanjutan dan cepat memproduksi polimer dalam jumlah besar untuk bahan-bahan bangunan. Satu obat berbasis kimia klik saat ini sedang menjalani <a href="https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04106492">uji klinis fase 2</a>. Bertozzi adalah penasihat ilmiah dari perusahaan yang mengembangkan obat tersebut.</em></p>
<p><em>Kami bertanya kepada kandidat Ph.D. kimia <a href="https://scholar.google.com/citations?user=HaxobcoAAAAJ&hl=en">Heyang (Peter) Zhang</a> dari <a href="http://lin.chem.buffalo.edu">Lin Lab</a> di University at Buffalo untuk berbicara tentang bagaimana teknik ini muncul dalam penelitiannya sendiri dan bagaimana mereka telah mengubah bidangnya dan industri lainnya.</em></p>
<h2>1. Bagaimana cara kerja kimia klik dan bioortogonal?</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/s43586-021-00028-z">Kimia klik (<em>click chemistry</em></a>, seperti namanya, adalah cara membangun molekul seperti menyatukan balok-balok Lego. Dibutuhkan dua molekul untuk meng-klik, sehingga peneliti menyebut masing-masing sebagai mitra klik.</p>
<p>K. Barry Sharpless dan Morten Meldal secara independen atau terpisah menemukan bahwa <a href="https://ehs.stanford.edu/reference/information-azide-compounds">azida</a>, suatu molekul berenergi tinggi dengan tiga nitrogen yang terikat bersama, dan <a href="https://www.angelo.edu/faculty/kboudrea/molecule_gallery/03_alkynes/00_alkynes.htm">alkuna</a>, suatu molekul yang relatif <em>inert</em> (zat yang tidak reaktif secara kimia) dan langka secara alami dengan dua karbon yang terikat rangkap tiga bersama-sama, adalah mitra klik yang hebat dengan <a href="https://doi.org/10.1021/cr0783479">menggunakan katalis tembaga</a>. </p>
<p>Mereka menemukan bahwa katalis tembaga dapat menyatukan dua bagian tersebut dalam pengaturan optimal. Sebelum teknik ini, para peneliti tidak memiliki cara untuk membuat molekul baru dengan cepat dan tepat dalam kondisi yang dapat diakses, seperti menggunakan air sebagai pelarut pada suhu kamar.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Diagram of click chemistry reaction" src="https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dengan menggabungkan azida dengan siklooktyne, kimia bioorthogonal memungkinkan peneliti untuk menggabungkan molekul dengan cepat tanpa mengganggu sel lainnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Clickscheme.png">Cliu89/Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ahli biologi kimia dengan cepat menyadari bahwa reaksi klik dapat menjadi cara yang fantastis untuk menyelidiki sistem kehidupan seperti sel, karena mereka menghasilkan sedikit atau tidak ada produk sampingan beracun dan dapat terjadi dengan cepat. Namun, katalis tembaga itu sendiri beracun bagi sistem kehidupan.</p>
<p>Carolyn Bertozzi menemukan solusi untuk masalah ini dengan <a href="https://doi.org/10.1021/ja044996f">menghilangkan katalis tembaga dari reaksi</a>. Dia melakukan ini dengan menempatkan alkuna ke dalam struktur cincin, yang mendorong terjadinya reaksi menggunakan regangan cincin yang dihasilkan dari molekul yang dipaksa ke dalam bentuk siklus. Reaksi bioorthogonal ini, atau reaksi yang terjadi “sejajar” dengan lingkungan kimia sel, dapat terjadi dalam sel tanpa mengganggu kimia normalnya.</p>
<h2>2. Bagaimana Anda menggunakan kimia ini dalam pekerjaan Anda?</h2>
<p>Dalam <a href="https://youtu.be/-Ch3VJhIbH4">sebuah wawancara</a>, Carolyn Bertozzi menyatakan bahwa langkah selanjutnya untuk kimia bioortogonal adalah menemukan reaksi dan aplikasi baru untuk menerapkannya. Penelitian lab kami berfokus tepat pada hal itu.</p>
<p>Rekan-rekan saya dan saya menerapkan teknik ini untuk melacak molekul yang menarik perhatian kami karena mereka berperilaku secara alami di dalam sel. Dalam suatu sel hidup, kami dapat <a href="https://doi.org/10.1021/jacs.8b00126">menambahkan satu uji coba ke reseptor</a> yang berperan dalam sejumlah proses seluler (berhubungan dengan sel).</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/wI7pEqRM3mM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Carolyn Bertozzi adalah salah satu pemenang Hadiah Nobel Kimia 2022.</span></figcaption>
</figure>
<p>Untuk menemukan reaksi baru, lab kami telah menghabiskan 15 tahun terakhir untuk <a href="https://doi.org/10.1002/cbic.202200175">mendorong seberapa cepat reaksi bioorthogonal dapat berjalan</a>. Kecepatan itu penting karena banyak molekul dalam organisme hidup yang hadir dalam konsentrasi rendah, dan menggunakan terlalu banyak bahan kimia yang diperlukan untuk reaksi dapat menjadi racun bagi sel. Semakin cepat reaksi, semakin sedikit reaksi samping yang tidak diinginkan.</p>
<p>Kami mempelopori cara lain untuk mencapai reaksi klik dan bioortogonal dengan lebih cepat. Alih-alih menggunakan azida dan alkuna seperti yang dilakukan para pemenang Hadiah Nobel pada awalnya, kami menggunakan dua molekul lain yang bergabung bersama ketika cahaya menyinari mereka. </p>
<p>Dengan teknik ini, kami dapat menambahkan molekul ke permukaan sel hidup dalam <a href="https://doi.org/10.1021/jacs.1c10354">sedikitnya 15 detik</a>. Kami kemudian dapat mengamati bagaimana struktur tertentu pada sel berfungsi di lingkungan alaminya, atau mendeteksi bagaimana perubahannya saat terpapar obat atau zat lain. Peneliti kemudian dapat lebih mudah menguji bagaimana sel bereaksi terhadap pengobatan potensial.</p>
<p>Saat ini, kami sedang mengembangkan metode baru untuk memicu reaksi ini tanpa cahaya. Kami secara aktif bekerja menggunakan kimia bioorthogonal untuk meningkatkan pencitraan PET (<em>polyethylene terephthalate</em>) untuk menyaring dan memantau tumor.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Digram yang menggambarkan obat kanker " src="https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kimia bioorthogonal dapat digunakan untuk obat kanker ‘klik untuk melepaskan’.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1038/s41467-018-03880-y">Rossin 2018 (Nature Communications)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Mengapa teknik ini sangat penting untuk bidang Anda?</h2>
<p>Sebelum kimia klik dan bioorthogonal, tidak ada cara untuk memvisualisasikan molekul dalam sel hidup dalam keadaan alaminya.</p>
<p>Sebagai analogi, bayangkan Anda perlu menemukan uang dolar tertentu dengan nomor seri 01234567. Itu akan menjadi tugas yang mengerikan. Ini akan mengharuskan Anda untuk melewati setiap dolar yang bisa Anda dapatkan dan memverifikasi apakah nomor seri yang Anda cari.</p>
<p>Melacak molekul dalam tubuh kita sama sulitnya, jika tidak lebih sulit. Karena lingkungan biologis begitu kompleks, sebelumnya tidak mungkin menambahkan suatu uji coba hanya pada molekul yang diinginkan tanpa secara tidak sengaja menandai sesuatu yang lain, atau lebih buruk lagi, mengubah kimia normal sel. Namun, dengan reaksi bioortogonal, para peneliti pada dasarnya dapat menambahkan pelacak GPS ke molekul tanpa mempengaruhi bagian sel lainnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192353/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Heyang (Peter) Zhang works in Lin's lab at the University at Buffalo.
</span></em></p>Sebelum kimia klik dan bioorthogonal, tidak ada cara untuk memvisualisasikan molekul dalam sel hidup dalam keadaan alaminya.Heyang (Peter) Zhang, PhD Candidate in Chemistry, University at BuffaloLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1391952020-06-16T10:05:57Z2020-06-16T10:05:57ZSeberapa besar penderita kanker berisiko terinfeksi COVID-19?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/342114/original/file-20200616-23261-dpkz48.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mencuci tangan dengan sabun merupakan aktivitas penting untuk mencegah penularan virus corona yang menempel di tangan. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/kediri-indonesia-april-9-2020-bar-1726311094">Hermawanandik/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 memberikan dampak pada seluruh aspek kehidupan sehari-hari termasuk pada layanan kesehatan penderita kanker. </p>
<p>Ketiadaan vaksin dan obat menjadikan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/06/04/12593231/masuk-zona-hijau-alasan-psbb-jakarta-dilonggarkan-dan-masuk-masa-transisi">walau kini mulai dilonggarkan</a>, krusial untuk dilaksanakan saat ini sebagai upaya mencegah terpuruknya sistem kesehatan di Indonesia. </p>
<p>Masalahnya, upaya tersebut dapat menghambat pelayanan pada pasien kanker di Indonesia karena mereka takut terinfeksi virus SARS-CoV-2 saat berkunjung ke rumah sakit dan bertemu tenaga kesehatan. </p>
<p>Pada saat bersamaan, sistem kesehatan melemah karena mayoritas sumber daya kesehatan dicurahkan untuk menangani pasien COVID-19 yang jumlahnya terus meningkat. Kemungkinan lebih buruk bisa terjadi karena kita belum tahu kapan wabah ini berakhir. </p>
<p>Padahal, keterlambatan diagnosis dan terapi dalam kasus kanker dapat menimbulkan penyebaran ke jaringan atau organ tubuh lain. Beberapa tumor jaringan padat yang ganas (seperti kanker paru dan kanker pankreas) serta kanker darah (seperti leukemia akut) <a href="https://annals.org/aim/fullarticle/2764022">membutuhkan diagnosis dan pengobatan sesegera mungkin</a>.</p>
<p>Walau wabah COVID-19 di Indonesia memasuki bulan keempat, Kementerian Kesehatan belum menerbitkan panduan ihwal pengambilan keputusan tata laksana pada setiap jenis kanker yang ditujukan untuk tenaga medis pada masa pandemi ini. Panduan untuk penyakit lain <a href="http://www.stoptb.org/assets/documents/COVID/Protocol%20for%20TB%20Services%20During%20Covid-19%20Pandemic_2nd%20Ed.pdf">seperti pelayanan Tuberkulosis telah diterbitkan</a>.</p>
<p>Selain penting bagi tenaga kesehatan, panduan yang berisi edukasi bagi para pasien/<em>survivor</em> kanker di Indonesia juga sangat diperlukan. Apalagi angka kejadian penyakit kanker begitu besar, <a href="https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf">mencapai 136,2 orang</a> dari 100.000 penduduk di Indonesia pada 2018.</p>
<p>Yang mengkhawatirkan, menurut <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">data Kementerian Kesehatan </a>, prevalensi kanker di Indonesia naik dari 1,4 per 1000 penduduk (tahun 2013) menjadi 1,8 per 1000 penduduk (2018).</p>
<h2>Faktor risiko COVID-19 pada penderita kanker</h2>
<p>Hingga saat ini belum terdapat bukti kuat bahwa kanker meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19. </p>
<p>Sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/32066541">penelitian di Cina menunjukkan sebanyak 18 pasien kanker (1% dari 1590 orang yang diteliti) </a> memiliki risiko lebih tinggi mengalami perburukan penyakit dari COVID-19 yang ditunjukkan dengan peningkatan kebutuhan dirawat di <em>Intensive Care Unit</em> (ICU) dan penggunaan mesin bantu nafas atau ventilator.</p>
<p>Perlu dicatat bahwa jumlah pasien kanker dalam riset tersebut sangat sedikit (1% dari 1590 sampel) dan hanya 4 dari 18 pasien kanker tersebut yang sedang dalam pengobatan kanker. Selain itu, rata-rata usia yang berbeda pada pasien dengan kanker versus pasien non-kanker (63,1 vs. 48,7 tahun) seolah-olah memberikan kesan bahwa pasien mengalami komplikasi akibat umur yang telah diketahui berperan dalam meningkatkan risiko terinfeksi penyakit COVID-19 dan bukan akibat kanker yang diderita. </p>
<p>Selain itu, 12 dari 18 pasien tersebut tidak memiliki riwayat terapi kanker dalam 1 tahun terakhir dan mereka memiliki riwayat merokok yang lebih lama dibandingkan dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7130057/,%20https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7129735/">pasien non-kanker dalam penelitian tersebut</a>.</p>
<p>Lalu bagaimana dengan pasien kanker yang sedang atau baru-baru ini mendapat terapi kanker, seperti kemoterapi, yang mengganggu sistem imun tubuh? </p>
<p>Hingga saat tulisan ini dibuat, belum terdapat bukti ilmiah terkait hal ini. Dengan demikian, hubungan antara risiko COVID-19 pada penderita dan <em>survivor</em> kanker masih belum jelas. </p>
<p>Selain itu, risiko tersebut sangat dipengaruhi oleh umur, tipe kanker, jenis terapi yang diterima, rentang waktu setelah terapi terakhir, serta penyakit penyerta lain yang dimiliki.</p>
<h2>Pasien kanker terhambat dapat pengobatan</h2>
<p>Tenaga medis, alat pelindung diri (APD), kapasitas ICU, dan ventilator yang <a href="https://theconversation.com/pertengahan-mei-indonesia-terancam-krisis-tempat-tidur-icu-ventilator-dan-apd-karena-kasus-covid-19-bisa-melewati-50-000-135442">terbatas di Indonesia</a>, ditambah dengan adanya pandemi COVID-19, semakin menghambat akses layanan bagi pasien/<em>survivor</em> kanker.</p>
<p>Akibatnya, terjadi gangguan terhadap kunjungan pemantauan, operasi, kemoterapi, serta radiasi bagi pasien lama/<em>survivor</em>, serta keterlambatan diagnosis bagi pasien baru.</p>
<p>Selain itu, pasien/<em>survivor</em> kanker biasanya mendapatkan jadwal untuk pemeriksaan darah dan pencitraan secara rutin untuk mendeteksi adanya potensi kekambuhan.</p>
<p>Sebagai salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pemantauan dan pengobatan secara rutin, adanya PSBB menunjukkan pentingnya edukasi terhadap pencegahan infeksi COVID-19 yang dapat dilakukan penderita kanker serta orang yang merawat di rumah, serta untuk mencegah terjadinya perburukan penyakit kanker yang diderita.</p>
<p>Kementerian Kesehatan dan rumah sakit harus memastikan bahwa seluruh fasilitas kesehatan yang melayani kasus kanker di Indonesia menjamin pelayanan kesehatan yang merata.</p>
<h2>Upaya yang dapat dilakukan tenaga kesehatan</h2>
<p>Hal yang kini paling mendesak adalah Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi kesehatan harus segera membuat panduan untuk penanganan kanker selama masa pandemi COVID-19 bagi seluruh fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani kasus kanker di Indonesia untuk menjamin pelayanan kesehatan yang merata.</p>
<p>Panduan itu harus menjawab: adakah pasien yang harus ditunda perawatannya? Bagaimana proses pemantauan kondisi para <em>survivor</em> kanker? Bagaimana tata laksana COVID-19 pada penderita kanker?</p>
<p><a href="https://www.facs.org/-/media/files/covid19/acs_triage_and_management_elective_cancer_surgery_during_acute_and_recovery_phases.ashx">American College of Surgeons</a> serta <a href="https://www.esmo.org/guidelines/cancer-patient-management-during-the-covid-19-pandemic">European Society for Medical Oncology</a>, misalnya, telah mengeluarkan panduan yang bertujuan untuk memandu para dokter bedah onkologi dalam melakukan <em>triage</em> (pengelompokan pasien berdasarkan berat-ringannya penyakit) dan pengambilan keputusan tata laksana pada setiap jenis kanker.</p>
<p>Panduan terkait komunikasi berbasis daring antara dokter dan pasien serta berbasis <em>case by case</em> adalah salah satu poin relevan yang dapat diimplementasikan di Indonesia. Dokter harus melakukan penilaian sesuai dengan kondisi masing-masing pasien. Hal ini bertujuan untuk menyaring hanya kasus kegawatdaruratan yang memerlukan kunjungan ke rumah sakit dan mengurangi risiko tertular COVID-19.</p>
<p>Dibutuhkan adanya penilaian dari dokter untuk menentukan apakah pemeriksaan secara langsung, pemantauan efek samping pengobatan, dan tata laksana dapat ditunda atau tidak.</p>
<p>Dalam situasi pandemi, tenaga medis harus tetap selalu berpikir dan bertindak secara ilmiah serta berbasis bukti. Selain itu, segala jenis studi ilmiah terkait kanker dan COVID-19 di Indonesia harus dipublikasikan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran serta dasar pengambilan kebijakan.</p>
<h2>Upaya bagi pasien</h2>
<p>Bagi pasien/<em>survivor</em> kanker dan orang yang merawat di rumah, upaya <a href="https://www.esmo.org/for-patients/patient-guides/cancer-care-during-the-covid-19-pandemic">pencegahan penyakit COVID-19</a> dapat dilakukan dengan mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik. Langkah ini perlu dilakukan setelah beraktivitas di luar rumah, sesudah menerima barang dari luar rumah, serta sebelum memasak dan makan.</p>
<p>Selalu menggunakan masker, <a href="https://theconversation.com/penggunaan-masker-bisa-picu-rasa-aman-palsu-waspadai-risiko-penularan-covid-19-dalam-normal-baru-139196">sesuai anjuran Badan Kesehatan Dunia (WHO</a>), khususnya saat keluar rumah. Ikuti anjuran pemerintah untuk melakukan PSBB.</p>
<p>Konsultasikan dengan dokter Anda apakah perlu untuk dilakukan <em>self-isolation</em> yang berarti larangan untuk keluar rumah sama sekali. Upaya pencegahan ini harus berdasar pada penilaian dokter yang merawat dan sesuai dengan risiko masing-masing. </p>
<p>Bagi pasien yang sedang menjalani atau baru-baru ini menerima kemoterapi, pasien harus secara lebih disiplin dalam mencegah penularan COVID-19. Ini penting karena ada kemungkinan peningkatan risiko tertular COVID-19 akibat salah satu efek samping terapi yang melemahkan sistem imun, meski bukti ilmiahnya masih <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7174983/">terbatas</a>.</p>
<p>Untuk mencegah penyakit kanker makin memburuk, penderita kanker dan orang yang merawat di rumah harus selalu menaati protokol pengobatan di rumah. Mereka juga harus memperhatikan adanya perburukan gejala atau munculnya gejala baru. </p>
<p>Jika keadaan memburuk, segera lapor ke dokter bedah onkologi yang merawat melalui telepon atau media komunikasi daring yang tersedia. </p>
<p>Terlepas dari semua hal di atas, percepatan dalam penanganan COVID-19 selalu harus menjadi prioritas utama pemerintah tanpa mengabaikan penanganan penyakit lain sebagai upaya pencegahan munculnya beban penyakit tambahan di Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/139195/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Melani Ratih Mahanani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Hingga saat ini belum terdapat bukti kuat bahwa kanker meningkatkan risiko terinfeksi COVID-19.Melani Ratih Mahanani, PhD Researcher in Epidemiology, Heidelberg Institute of Global Health, Germany, University of HeidelbergLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1296202020-01-15T07:12:14Z2020-01-15T07:12:14ZAncaman kanker ginjal: gejalanya tak tampak dan cara mendeteksinya lebih awal<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/309399/original/file-20200110-97171-1wn0ozo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi kanker ginjal dalam tiga dimensi.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/cancer-kidney-3d-illustration-showing-presence-1015817638">Kateryna Kon/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Akhir Desember lalu, penyanyi muda Indonesia <a href="https://www.kompas.com/hype/read/2019/12/20/162344166/vidi-aldiano-ceritakan-awal-mula-divonis-kanker-ginjal">Vidi Aldiano mengumumkan dia terkena kanker ginjal stadium 3</a> dan telah menjalani operasi ginjal di Singapura. Kini dia mengandalkan satu ginjal setelah kanker di ginjal kirinya dioperasi.</p>
<p>Penyakit ini diketahui saat Oktober tahun lalu Vidi <a href="https://www.kompas.com/hype/read/2019/12/21/091100766/vidi-aldiano-ungkap-awal-divonis-kanker-hingga-sempat-depresi?page=all">kehilangan suara</a>, lalu dokter mendeteksi dia mengidap tekanan darah tinggi (hipertensi). Pengecekan medis berikutnya baru menemukan ada kanker di ginjalnya. </p>
<p>Kanker ginjal adalah jenis kanker yang tidak memiliki gejala dini dan variasi gejala yang <a href="https://books.google.co.id/books?id=VraStw2m7kAC&pg=PA276&lpg=PA276&dq=Yarbro.,+Wujcik.,+Gobel,+2011+renal+cancer&source=bl&ots=PxLZIpIoOw&sig=ACfU3U1hJxWLQAuCZVzsHXE7vHAnWlCjUw&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjBztGLnsvmAhXDcn0KHeDLDAUQ6AEwAHoECAgQAQ#v=onepage&q=Yarbro.%2C%20Wujcik.%2C%20Gobel%2C%202011%20renal%20cancer&f=false">muncul kadang tidak berhubungan dengan ginjal</a>.</p>
<p>Seringkali gejala yang dirasakan pasien kanker ginjal adalah <a href="https://www.amazon.co.uk/Handbook-Urology-Flexicover-Medical-Handbooks/dp/0199696136">demam, anemia, lesu, penurunan nafsu makan, hipertensi, hiperkalsemia (kelebihan kalsium), dan gangguan fungsi hati</a>. </p>
<p>Sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19955672">riset di India, yang mempelajari catatan pasien kanker selama delapan tahun, dari 2000 sampai 2008</a>, menunjukkan dari 235 pasien yang memeriksakan diri ke dokter memunculkan gejala: 48% membawa keluhan <a href="https://www.alodokter.com/hematuria">kencing darah</a>, 31,9% nyeri panggul, dan 14,5% punya masalah di sisi panggul.</p>
<p>Sekitar 20-40% kanker ginjal ditemukan saat pemeriksaan fisik rutin atau <a href="https://www.amazon.co.uk/Handbook-Urology-Flexicover-Medical-Handbooks/dp/0199696136">sebab lainnya dan tanpa gejala terasa oleh pasien</a>. Hal ini yang menyebabkan kebanyakan pasien kanker ginjal baru berobat pada stadium akhir atau <a href="https://www.alodokter.com/metastasis-penyebaran-sel-kanker-yang-sulit-dikendalikan">saat sel kanker telah menyebar</a> ke jaringan organ lain.</p>
<p>Karena itu, mendeteksi sejak dini dan menghindari faktor risiko merupakan upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terkena kanker ginjal.</p>
<h2>Faktor risiko</h2>
<p>Vidi merupakan salah satu dari <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj84L6ymoPnAhW07HMBHfmLAJ0QFjAAegQIBhAC&url=https%3A%2F%2Fgco.iarc.fr%2Ftoday%2Fdata%2Ffactsheets%2Fpopulations%2F360-indonesia-fact-sheets.pdf&usg=AOvVaw2CxCbX3oRrh0RQ7oChc0Be">sembilan dari 100.000 orang</a> prevalensi penderita kanker ginjal di Indonesia. </p>
<p>Menurut Badan Kesehatan Dunia, pada 2018 kanker ginjal menduduki peringkat ke-20 dari seluruh angka kejadian <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj84L6ymoPnAhW07HMBHfmLAJ0QFjAAegQIBhAC&url=https%3A%2F%2Fgco.iarc.fr%2Ftoday%2Fdata%2Ffactsheets%2Fpopulations%2F360-indonesia-fact-sheets.pdf&usg=AOvVaw2CxCbX3oRrh0RQ7oChc0Be">di Indonesia dengan 2.112 kasus baru dan tercatat 1.225 orang meninggal</a> karena penyakit ini. </p>
<p>Butuh biaya besar untuk merawat pasien kanker ginjal. Seorang <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20190609110635-259-401848/video-hitung-hitung-biaya-pengobatan-kanker">pasien kanker menghabiskan biaya pengobatan</a> sedikitnya <a href="https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-1982101/yki-biaya-pengobatan-kanker-rata-rata-rp-100-jutabulan">Rp100 juta</a> per tahun. </p>
<p>Ada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29779672">3 faktor risiko terbesar</a> dari gaya hidup yang menyebabkan kanker ginjal yaitu merokok, obesitas, dan hipertensi. Dalam kasus Vidi, tampaknya karena hipertensi, karena <a href="https://seleb.tempo.co/read/799429/vidi-aldiano-dukung-harga-rokok-mahal/full&view=ok">dia bukan perokok</a>.</p>
<p>Hasil <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">penelitian terhadap pasien kanker ginjal</a> menunjukkan perokok berisiko dua sampai tiga kali lebih tinggi menderita kanker ginjal dibandingkan yang tidak merokok. Risiko ini juga ikut meningkat dengan banyaknya jumlah rokok dan lamanya tahunan merokok. Risiko akan menurun jika berhenti merokok.</p>
<p>Rokok berefek karsinogen dengan mekanisme yang hampir sama dengan kanker lainnya. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16184476">Rokok dapat menyebabkan mutasi pada p53</a> yakni protein pencegah terjadinya kanker.</p>
<p>Terkait kelebihan berat badan, sebuah hasil penelitian menyatakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">obesitas 40% ditemukan pada pasien kanker ginjal di Amerika Serikat</a> dan 30% di Eropa. Hal ini menjadi dasar estimasi dari risiko kanker ginjal yang dihubungkan dengan obesitas.<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25422180">Hasil penelitian di Jepang juga</a> menemukan obesitas memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian dan kematian akibat kanker ginjal. </p>
<p>Faktor lainnya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2872592/">studi di Jepang berkesimpulan</a> terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kanker ginjal. Hipertensi merupakan penyebab kematian pada penderita kanker ginjal. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">Diabetes mellitus dan penyakit ginjal</a> lainnya juga merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker ginjal dan meningkatkan risiko kematian pasien kanker ginjal.</p>
<p>Penelitian <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2872592/">Masakazu Washio and Mitsuru Mori (2009) dari Jepang</a> tentang faktor risiko kanker ginjal di Jepang menunjukkan minum teh hitam dengan frekuensi 3 cangkir per hari berisiko menyebabkan kanker ginjal. </p>
<p>Bahan kimia <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Akrilamida">Akrilamida</a> yang digunakan dalam produksi perekat (lem), kertas, dan kosmetik <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">bersifat karsinogen</a>. Akrilamida secara alami diproduksi saat makanan yang kaya pati, seperti olahan tepung yang dimasak pada suhu yang tinggi yang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3012455/">dibakar atau digoreng</a>.</p>
<p>Timbulnya kanker ginjal juga berkaitan dengan perubahan genetik. Pada kanker ginjal, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30565301">95% kasus memiliki perubahan pada lengan pendek kromosom nomor 3 </a> sehingga dapat terjadi mutasi gen. Hal ini juga yang menjadi faktor pencetus <a href="https://ghr.nlm.nih.gov/condition/von-hippel-lindau-syndrome">penyakit VHL (Von Hippel-Lindau)</a> (penyakit genetik yang menyebabkan pertumbuhan tumor dan kista di dalam tubuh).</p>
<h2>Pentingnya deteksi awal</h2>
<p>Kanker ginjal merupakan salah satu jenis kanker yang terjadi pada organ ginjal. Bila terlambat dideteksi, <a href="https://theconversation.com/6-hal-tentang-kanker-perlu-anda-ketahui-dari-sel-bunuh-diri-mirip-kepiting-hingga-rambut-rontok-setelah-kemo-122046">sel kanker bisa menyebar ke organ lain</a> dan meningkatkan risiko. Karena itu, pendeteksian dini di stadium awal adalah jalan terbaik untuk mengurangi risiko terburuk. </p>
<p><a href="https://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookID=508">Deteksi dan <em>screening</em> cepat kanker ginjal</a> dapat dilakukan dengan pemeriksaan pencitraan, termasuk <a href="https://www.alodokter.com/lebih-jauh-tentang-usg">USG (ultrasound)</a>, <a href="https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/neurology-and-neuro-surgery/ct-scan">CT (computed tomography)</a> dan <a href="https://www.alodokter.com/mri-dapat-membantu-identifikasi-penyakit">MRI (magnetic resonance imaging)</a>. </p>
<p>Skrining radioisotop, seperti <a href="https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/neurology-and-neuro-surgery/pet-scan">PET (positron emission tomography)</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12353252"><em>targeted imaging</em></a>, digunakan untuk menilai penyebaran sel kanker ke organ lain seperti di tulang atau hati.</p>
<p>Pasien yang datang dengan kondisi kanker yang belum menyebar biasanya akan mendapatkan pembedahan bahkan sampai terapi transplantasi ginjal. Dalam masa pemulihan pasien akan cenderung <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28138130">mengalami kelemahan dalam aktifitas geraknya</a>. Jika dibiarkan tanpa perubahan pola hidup dalam beraktivitas fisik pasien sangat berbahaya karena dapat berlanjut pada risiko penyakit kardiovaskuler seperti <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28138130">serangan jantung dan stroke</a>. </p>
<p>Selain itu, 30% dari pasien setelah operasi akan berkembang ke kondisi <a href="https://www.alodokter.com/metastasis-penyebaran-sel-kanker-yang-sulit-dikendalikan">metastasis</a> alias sel menyebar dalam kurun waktu 16-23 bulan dan pasien memiliki <a href="http://lib.ui.ac.id/detail?id=20417330&lokasi=lokal#parentHorizontalTab1">tingkat tahan hidup selama lima tahun sebesar 10%</a>. Pasien yang tidak mengalami kondisi metastasis memiliki <a href="http://lib.ui.ac.id/detail?id=20417330&lokasi=lokal#parentHorizontalTab1">ketahanan hidup lima tahun di atas 90%</a>.</p>
<h2>Olahraga dan hindari gula berlebihan</h2>
<p>Pasien sangat dianjurkan untuk latihan fisik untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot serta <a href="http://reps-id.com/meningkatkan-kapasitas-aerobik/">kapasitas aerobik</a>. Selain latihan fisik, pengaturan pola makan adalah bagian penting dari perubahan gaya hidup. Tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi, mempertahankan fungsi ginjal, mencegah terjadinya obesitas, <a href="https://www.alodokter.com/diabetes-tipe-2">diabetes tipe 2</a> dan <a href="https://www.alodokter.com/hiperkolesterolemia">hiperkolesterolimia</a>.</p>
<p>Pasien perlu mengatur pola makan mengurangi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28915863">asupan garam,gandum, sayuran dan buah buahan dan makanan berlemak</a>. Minuman kaya gula seperti <em>softdrink</em>, minuman olahan susu, dan jus buah harus dibatasi. Untuk meningkatkan massa otot, pasien perlu <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28915863">mengkonsumsi makanan atau minuman berprotein</a>.</p>
<p>Selain menghindari gaya hidup penyebab kanker ginjal, langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, terutama yang <a href="https://www.honestdocs.id/vitamin-a-c-dan-e">mengandung vitamin A, C dan E</a>.</p>
<p>Namun bagi kondisi kanker ginjal yang sudah metastasis sangat perlu dirawat dengan pendekatan <a href="https://theconversation.com/merawat-pasien-kanker-stadium-lanjut-di-rumah-lebih-baik-daripada-di-rumah-sakit-123771">perawatan paliatif</a> atau pelayanan kesehatan berfokus pada <a href="https://books.google.co.id/books?id=sLjwAwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Medical-surgical+Nursing+;+concepts+%26+practice&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiXtaPuvszmAhXZbn0KHZdkD84Q6AEINzAB#v=onepage&q=Medical-surgical%20Nursing%20%3B%20concepts%20%26%20practice&f=false">meringkankan gejala yang dirasakan pasien</a>, dan bukan untuk memberikan kesembuhan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129620/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Boby Febri Kisdianto menerima dana dari LPPM Unand. </span></em></p>Penyanyi muda Indonesia Vidi Aldiano yang terkena kanker ginjal kini mengandalkan satu ginjal setelah kanker di ginjal kirinya dioperasi.Boby Febri Krisdianto, Nursing Lecturer, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1294572020-01-10T04:24:15Z2020-01-10T04:24:15ZResistensi antibiotik dan kanker: 6 tempat mengejutkan bagi ilmuwan yang mencari obat baru<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/309387/original/file-20200110-80132-vyrb67.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Semut pemotong daun Tetraponera.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-tetraponera-rufonigra-arboreal-bicolored-ant-1111251950">Phattipol/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Para ilmuwan baru-baru ini mengumumkan penemuan antibiotik baru yang diproduksi oleh bakteri yang hidup di dalam nematoda (cacing gelang). Meski molekul ini membutuhkan analisis lebih lanjut, temuan ini, <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1791-1">yang telah dipublikasikan di Nature</a>, membawa harapan untuk memerangi <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1791-1">resistansi antibiotik</a> atau antimikroba yang merupakan kemampuan tumbuh bakteri menular atau bakteri yang mematikan untuk bertahan dari pengobatan. </p>
<p>Beberapa nematoda yang hidup di tanah mengandung bakteri (<em>Photorrabdus khanii</em>) yang hidup di dalam usus untuk membantu mereka saat memakan larva serangga. Untuk membunuh dan memakan larva dalam jumlah besar, nematoda <em>P khanii</em> melepaskan molekul <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1791-1"><em>darobactin</em></a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306200/original/file-20191210-95159-hybflr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Nematoda muncul dari larva ngengat yang mati.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Entomopathogenic_nematode_(Heterorhabditis_bacteriophora_)_Poinar,_1975.jpg">Peggy Greb</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Para peneliti menemukan bahwa senyawa ini juga sangat efektif melawan sekelompok bakteri lain yang bertanggung jawab atas infeksi yang sulit diobati. Menariknya, molekul bekerja tanpa perlu melintasi dinding sel luar bakteri yang menjadi hambatan bagi banyak senyawa lainnya. Mereka juga menemukan bahwa tampaknya bakteri yang secara spontan mengembangkan resistansi terhadap <em>darobactin</em> kehilangan kemampuan untuk menginfeksi inang mereka.</p>
<p>Penelitian ini berharap senyawa <em>darobactin</em> dapat menjadi obat baru yang efektif. Dalam hal ini, nematoda yang menjadi tempat tinggal <em>P khanii</em> akan bergabung ke dalam daftar yang terus berkembang dari sumber antibiotik baru dan obat antikanker. </p>
<p>Berikut beberapa tempat lainnya yang berpotensi menyimpan obat baru:</p>
<h2>Dasar laut Bahama</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306301/original/file-20191211-95111-1txvbr1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dasar laut Bahama.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/group-starfish-underwater-near-coral-reef-144850168">Damsea</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena telah banyak obat yang ditemukan di tanah, para peneliti juga menghabiskan banyak waktu menjelajahi dasar laut untuk mencari senyawa baru. Sebuah survei sedimen laut dari Bahama, negara kepulauan di Karibia, pada akhir 1980-an, menghasilkan beberapa bakteri yang berpotensi menarik. Tapi butuh lebih dari satu dekade untuk menetapkan bahwa senyawa baru ini mewakili spesies baru yang berbeda, <em>Salinsipora tropica</em>. </p>
<p>Para peneliti di University of California San Diego, kemudian mengidentifikasi bahwa bakteri tersebut memproduksi molekul yang disebut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2814440/">salinisporamide A</a>. Mereke menemukan bahwa senyawa ini menghambat degradasi protein dalam berbagai jenis sel kanker dan menyebabkan mereka mati. Perusahaan Nereus Pharmaceuticals telah mengubah senyawa ini menjadi obat anti kanker bernama Marizomib, yang telah mencapai fase tiga dalam uji klinis untuk kanker darah myeloma dan kanker otak glioblastoma. </p>
<h2>Gurun Acatama yang sangat gersang</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306203/original/file-20191210-95111-zfa1ea.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gurun Atacama di Chili.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/chile-atacama-desert-bolivia-4388206/">Grebmot/Pixabay</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gurun Atacama di Amerika Selatan telah menarik perhatian para peneliti karena karakteristik unik spesies yang berkembang di sana, meskipun dalam kondisi yang tidak ramah dijadikan habitat. Kekeringan sangat parah dikombinasikan dengan tingkat radiasi ultraviolet yang tinggi, serta unsur-unsur beracun dan karbon tanah yang langka menciptakan lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan tanah di Mars. Hanya mikroorganisme yang telah mengembangkan mekanisme untuk menghadapi kondisi ekstrem ini yang dapat bertahan hidup.</p>
<p>Para peneliti di Inggris dan Chili telah bekerja bertahun-tahun mendalami bakteri yang ditemukan di Gurun Atacama untuk mengidentifikasi beberapa senyawa antibiotik, seperti <a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.joc.5b01878">chaxapeptins</a> dan chaxalactins. Eksperimen telah menunjukkan bahwa beberapa molekul ini dapat membunuh mikroba seperti E. coli dan ragi <em>Candida albicans</em> yang menyebabkan jamur serta dapat membatasi kemampuan sel kanker untuk menyerang jaringan. </p>
<h2>Semut pemotong daun</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306147/original/file-20191210-95149-13a9xa6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Semut pemotong daun Tetraponera.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.antwiki.org/wiki/File:Tetraponera_penzigi_Dino_Martins.jpg">Dino Martins</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Semut dan serangga lainnya mempraktikkan fungikultura, yang berarti mereka membantu jamur tumbuh untuk menggunakannya sebagai bahan makanan atau bahan bangunan. Para peneliti di Inggris dan Afrika Selatan, yang mempelajari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23417898">hubungan simbiotik</a> semut-jamur, menemukan bahwa hubungan ini juga dapat mencakup bakteri. Untuk melindungi diri dan makanan mereka dari infeksi, semut pemotong daun mendukung keberlangsungan hidup bakteri penghasil antibiotik. </p>
<p>Secara khusus, mereka menemukan bahwa bakteri <em>Streptomyce formicae KY5</em> menghasilkan <a href="https://pubs.rsc.org/en/content/articlepdf/2017/sc/c6sc04265a">formicamycins</a>. Senyawa-senyawa ini dapat membunuh mikroba menular yang resistan terhadap antibiotik umum seperti <em>Staphylococcus aureus</em> (MRSA) yang resistan terhadap methicilin. </p>
<p>Terlebih lagi, eksperimen menyatakan bahwa mikroba ini mengalami kesulitan yang lebih besar untuk mengembangkan resistansi terhadap formicamcyin daripada senyawa lain. Namun, terlepas dari potensi besar untuk pengembangan obat terapeutik, belum ada uji klinis yang menguji formicamcyin yang telah dimulai.</p>
<h2>Hidung manusia</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306205/original/file-20191210-95173-60cxj1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Berkat hidung Anda.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/nose-nostrils-nose-hairs-blackheads-2790325/">derneuemann/Pixabay</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hidung kita penuh dengan kehidupan dan penelitian ilmuwan Jerman yang mempelajari apa yang benar-benar hidup di sana mengarah pada penemuan bahwa bakteri <a><em>Staphylococcus lugdunensi</em></a> sangat baik menghentikan beberapa spesies yang kebal antibiotik untuk tumbuh. Ini membuat hidung menjadi salah satu garis pertahanan pertama tubuh dalam melawan mikroba di udara yang berbahaya.</p>
<p>Eksperimen dengan tikus telah mengungkapkan bahwa <em>S. lugdunensis</em> menghasilkan senyawa yang disebut <em>lugdunin</em> yang mencegah infeksi MRSA. Meskipun pengembangan obat terapeutik masih dalam tahap awal, <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-019-10646-7">hasil</a> sejauh ini telah mengkonfirmasi potensi <em>lugdunin</em> untuk mengobati infeksi kulit.</p>
<h2>Darah komodo</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=426&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306317/original/file-20191211-95159-1dcn3wq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=535&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Komodo.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/komodo-dragon-largest-lizard-world-walks-116793451">Anna Kucherova/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain mengambil senyawa antibiotik secara langsung dari alam, para ilmuwan juga dapat mensintesis senyawa buatan dari laboratorium. Pada 2017, para peneliti di Amerika Serikat mengidentifikasi senyawa dengan aktivitas antibiotik pada darah komodo. Mereka kemudian merancang versi sintetis yang dimodifikasi bernama DRGN-1 yang bahkan lebih efektif daripada senyawa asli.</p>
<p>DRGN-1 dapat sangat berguna jika dikembangkan menjadi agen terapi karena mengurangi jumlah bakteri sekaligus mempercepat penyembuhan luka. Meski pengembangannya masih dalam tahap awal, <a href="https://www.nature.com/articles/s41522-017-0017-2">percobaan ini</a> yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa versi sintetis ini layak untuk dikembangkan.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129457/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Karena telah banyak obat yang ditemukan di tanah, para peneliti juga menghabiskan banyak waktu menjelajahi dasar laut untuk mencari senyawa baru, termasuk di sedimen laut Bahama.Linamaria Pintor Escobar, PhD student in Natural Products Discovery, Edge Hill UniversityAlba Iglesias Vilches, PhD Candidate, Synthetic Biology of Natural Products, Newcastle UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1220462019-08-30T02:03:11Z2019-08-30T02:03:11Z6 hal tentang kanker perlu Anda ketahui: dari sel bunuh diri, mirip kepiting hingga rambut rontok setelah kemo<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/290402/original/file-20190901-166009-13qqik6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sel kanker digambar dalam tiga dimensi. Ilustrasi. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NzMyNzE5NiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNTI3NTE2MTgyIiwiayI6InBob3RvLzUyNzUxNjE4Mi9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJMeFNKUEdlVVo4Nk1udXlscVUvQWtqN05OcUkiXQ%2Fshutterstock_527516182.jpg&pi=33421636&m=527516182">Jovan Vitanovski/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kabar mengenai temuan baru obat kanker dari tanaman, seperti berita mengenai penemuan khasiat <a href="https://poskaltim.com/akar-bajakah-antar-dua-putri-kalteng-raih-penghargaan-di-korsel/">batang bajakah</a> atau khasiat <a href="https://hellosehat.com/hidup-sehat/daun-sirsak-obat-kanker/">rebusan pucuk daun sirsak</a> <a href="https://www.liputan6.com/health/read/3599684/8-manfaat-daun-sirsak-yang-sudah-direbus-untuk-kesehatan">sebagai obat kanker</a> selalu menjadi perhatian masyarakat dan media karena penyakit ini menyebabkan kematian di Indonesia <a href="https://www.liputan6.com/health/read/4043285/kematian-akibat-kanker-tinggi-menkes-nila-ingatkan-cerdik?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.co.id%2F">lebih dari 200 ribu jiwa per tahun</a>. Biaya pengobatan penyakit tidak menular ini sungguh mahal, tapi peluang sembuhnya kecil.</p>
<p>Walau tanaman tertentu bisa dipakai sebagai bahan obat, bahan tersebut harus melalui <a href="https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/find-a-clinical-trial/what-clinical-trials-are/phases-of-clinical-trials">rangkaian penelitian yang intensif dan panjang</a>. Setelah <a href="https://theconversation.com/mengapa-kita-perlu-kritis-dan-berhati-hati-dengan-heboh-obat-kanker-dari-bajakah-122045">dianggap aman dan manfaatnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah </a>, baru bahan tersebut bisa diproduksi dan dipasarkan sebagai obat secara komersial.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/UopUxkeC4Ls?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Apa itu kanker?</span></figcaption>
</figure>
<p>Untuk memahami lebih jauh, tulisan ini akan menjelaskan tentang kanker, sebuah penyakit yang <a href="http://theconversation.com/kanker-yang-membunuh-faktor-risiko-lingkungan-dan-gaya-hidup-lebih-dominan-ketimbang-genetik-111517">dipicu mayoritas oleh gaya hidup dan pengaruh lingkungan tak sehat</a>. </p>
<h2>1. Triliunan sel di tubuh membelah diri</h2>
<p>Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali. </p>
<p><a href="https://bscb.org/learning-resources/softcell-e-learning/cell-structure-and-function/">Sel merupakan bagian terkecil dari tubuh</a>. Seluruh bagian tubuh kita secara individual terdiri dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23829164">setidaknya 37 triliun sel</a>. </p>
<p>Setiap sel merupakan “tubuh” sendiri. Mereka bisa menghasilkan energi, mengatur ‘rumah'nya sendiri, membuang sampah, mempertahankan diri, membelah diri, dan kalau rusak atau sudah tua mereka bunuh diri. </p>
<p>Pada awalnya, pada saat baru terjadi pembuahan di kandungan ibu, <a href="https://embryo.asu.edu/pages/embryonic-differentiation-animals">sel dapat tumbuh menjadi sel apa saja</a>. Sel-sel bisa menjadi sel kulit, sel saraf, sel otot, sel tulang dan bagian tubuh lainnya.</p>
<p>Setelah mendapat tugas menjadi sel tertentu, sel akan mempunyai ingatan. Sel tersebut akan membelah diri. Hasil pembelahan ini akan menghasilkan sel dengan tugas yang sama. Instruksi yang kompleks dari otak mengatur pembelahan sel sehingga tidak berlebihan dan sesuai dengan tugasnya. Contohnya, sel yang bertugas menjadi <a href="https://www.hematology.org/Patients/Basics/">sel darah</a>, akan membelah diri menjadi sel-sel darah lagi. Pembelahan dirinya diatur sesuai kebutuhan. Tak lebih. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/289039/original/file-20190822-170910-p2ohnn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sel-sel pertahanan tubuh menjaga agar sel kanker tidak menyebar.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NjQ5MjYxNiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTQxMjk5NDk0IiwiayI6InBob3RvLzE0MTI5OTQ5NC9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJyOEhyMGU2QkRESnVabEcxK3IxVkxsd2p3NWMiXQ%2Fshutterstock_141299494.jpg&pi=33421636&m=141299494&src=SBO3l2VW38c15qiG8XN_sw-1-16">Jovan Vitanovski/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sel darah merah, misalnya, karena tugasnya hanya transportasi, mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh, tantangannya tidak besar, maka kerusakannya juga dapat diprediksi. Kira-kira sel tersebut dalam 3-4 bulan akan rusak, sehingga kecepatan pembelahan diri bakal sel darah merah diatur untuk menggantikan sel yang rusak secara kontinu.</p>
<p>Sel darah putih bertugas menjaga tubuh dari serangan benda asing. Pada saat tidak ada “musuh”, seperti misalnya bakteri atau virus, maka bakal sel darah putih membelah diri dengan lambat. Begitu datang musuh, produksinya meningkat cepat, karena harus membunuh musuh dengan segera. </p>
<h2>2. Sel secara reguler bunuh diri</h2>
<p>Sekali-sekali, hasil pembelahan diri sel mengalami masalah, tidak sesuai dengan kebutuhan. Pada keadaaan ini sel melakukan “quality control” sendiri, sel akan mengenali jika <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2117903/">hasil pembelahan sel tidak sesuai dengan pola dasarnya</a>. Kalau tidak sesuai, maka sel rusak itu harus dibuang, dimatikan sendiri. Sel-sel rusak ini bunuh diri sendiri. </p>
<p>Setiap saat ada saja kejadian salah produksi dalam tubuh kita, tapi kita tidak pernah menyadarinya, karena tubuh punya program yang berjalan secara otomatis.</p>
<p>Suatu saat <a href="https://www.cancerprogressreport.org/Pages/cpr18-understanding-cancer-development.aspx">program “bunuh diri sel” ini bisa gagal</a>. Dalam kasus ini, sel-sel yang “salah produksi” tidak terdeteksi sehingga tidak musnah. Sebaliknya, sel-sel ini berkembang biak dengan mempertahankan kesalahannya, inilah yang kemudian kita sebut kanker.</p>
<h2>3. Bentuknya seperti kepiting dan “bisa jalan-jalan”</h2>
<p>Pada tahap awal jumlah sel “cacat produksi” tersebut hanya sedikit. </p>
<p>Misalnya pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3069504/">kanker payudara</a>. Awalnya, saat diraba tidak terasa ada kelainan, beberapa waktu kemudian teraba benjolan sebesar biji kedelai, makin besar lagi jadi sebesar kelereng. Lalu makin membesar sehingga sebesar telur ayam. (Karena itu, bagi perempuan biasakan periksa payudara sendiri tiap bulan agar cepat diketahui jika ada kelainan dan kemudian diobati.) </p>
<p>Pada saat sel rusak ini sebesar biji kedelai, kumpulan sel cacat produksi ini masih bisa “duduk manis” berdampingan dengan sel-sel normal. </p>
<p>Karena sel ini cacat, mereka tidak akan membelah diri sesuai kebutuhan (karena sesungguhnya memang tidak dibutuhkan). Sel-sel rusak ini membelah diri tidak terkendali. Pembuluh darah merasakan di daerah 'sana’ ada kebutuhan nutrisi yang sangat besar, maka dibuatlah “jalan tol” berupa pembuluh darah ke lokasi tersebut. </p>
<p>Setelah mendapat kucuran oksigen dan nutrisi yang lancar, maka mereka membelah diri makin cepat dan makin cepat. Sel cacat yang tadinya bisa berdampingan dengan sel normal, sekarang butuh tempat lebih luas. Sel-sel yang normal mulai terdesak. Akibat <a href="https://www.nature.com/articles/onc2013304">adanya pembuluh darah yang memberikan pasokan makanan</a>, maka sel-sel kanker mulai tumbuh menjulurkan kaki-kakinya makin jauh. Bentuknya mirip kepiting yang berkaki banyak.</p>
<p>(Karena penampakan kaki-kaki yang menjulur itulah maka kelainan ini disebut kanker. <a href="https://www.omicsonline.org/history-of-cancer-ancient-and-modern-treatment-methods-1948-5956.100000e2.php?aid=273">Kanker (<em>cancer</em>)</a>, sebenarnya adalah nama binatang, kepiting dalam bahasa Indonesia). </p>
<p>Pada fase berikutnya sel-sel rusak ini makin besar dan sel yang menghalangi (misalnya kulit) dilibas. Sel-sel kanker tumbuh, sedangkan sel kulit menyerah sehingga muncul luka akibat serangan sel-sel kanker terhadap sel kulit. </p>
<p>Kadang-kadang <a href="https://www.cancer.gov/types/metastatic-cancer">ada sel rusak yang lepas dan ikut dalam peredaran darah</a> atau pembuluh limfe. Sel-sel tersebut berjalan-jalan terbawa aliran, menyebar, kemudian tersangkut di daerah paru-paru, tulang, otak, hati, atau di tempat lain. Lalu mereka membelah diri dan secara perlahan mengambil alih tempat sel-sel normal. </p>
<h2>4. Kelas kanker</h2>
<p>Kita kerap mendengar kelas kanker mulai dari stadium satu hingga empat. Disebut <a href="https://www.cancer.ca/en/cancer-information/cancer-101/what-is-cancer/stage-and-grade/staging/?region=on">stadium 1</a> jika sel-sel rusak itu masih kecil dan bisa duduk manis berdampingan dengan sel normal. </p>
<p>Kalau sel rusak mulai menggeser posisi sel normal, kira-kira masuk stadium 2. Jika sel rusak mulai mendesak jaringan lain yang normal, maka itu stadium 3. </p>
<p>Kanker disebut stadium 4 bila sel rusak itu sudah beredar ke tempat lain, seperti misalnya sel-sel kanker payudara yang berjalan-jalan dan kemudian berkembang biak di paru-paru atau di tulang.</p>
<h2>5. Pemicu</h2>
<p><a href="https://www.cancer.org/cancer/cancer-causes.html">Ada banyak pemicu kanker</a>, seperti bahan beracun dalam rokok, sinar matahari, bahan pengawet makanan, pewarna dan perasa buatan, luka yang terus menerus terjadi, infeksi virus, bahan kimia berbahaya, dan lain-lain. </p>
<p>Pada dasarnya semua bahan atau kejadian itu membuat sel rusak dan ada upaya dari tubuh untuk memperbaiki kerusakan tersebut. Namun karena kerusakan berjalan terus, maka perbaikan dilakukan lebih cepat, makin cepat, sampai kemudian sel kehilangan kemampuannya mendeteksi adanya sel rusak. </p>
<p><a href="https://www.alodokter.com/9-kandungan-rokok-yang-berefek-mengerikan-untuk-tubuh">Senyawa racun dalam asap rokok</a>, misalnya, akan menyebabkan kerusakan sel-sel paru. Awalnya sel-sel rusak ini akan memperbaiki diri, tapi karena racunnya terus menerus datang dari hisapan pencandu rokok, maka pada suatu saat tubuh gagal mendeteksi kerusakan sel. Pada titik ini, mulailah terjadi perkembangan sel kanker.</p>
<p>Proses rusak-perbaikan-rusak-perbaikan-rusak-rusak-perbaikan-perbaikan berjalan dalam waktu yang lama, bertahun-tahun. Karena itu, “diperlukan” konsumsi rokok atau bahan lain yang berbahaya bertahun-tahun untuk dapat menyebabkan kanker. </p>
<p>Mengkonsumsi makanan berpengawet selama beberapa hari tidak akan menimbulkan gejala kanker, tapi dengan konsumsinya dalam jangka panjang, risiko kanker harus kita hadapi.</p>
<p>Tidak bisa dimungkiri bahwa <a href="https://www.ykaki.or.id/index.php/mengenai-kanker-pada-anak/gejala-dan-tanda-tandanya">kanker juga bisa terjadi pada anak-anak</a>. Prosesnya agak berbeda dengan kanker pada dewasa. Kanker pada anak biasanya terjadi karena adanya kelainan bawaan yang membuat sel lebih sering gagal mendeteksi sel rusak. </p>
<h2>6. Pengobatan: dampaknya rambut kepala rontok</h2>
<p><a href="https://www.cancer.gov/about-cancer/treatment/types">Pengobatan kanker</a> biasanya ditujukan pada upaya menghilangkan sel-sel cacat produksi tadi. Kalau mereka masih kecil dan terisolasi, tinggal diambil (operasi), biasanya dilanjutkan dengan kemoterapi untuk memastikan sel-sel yang kecil tidak terlihat yang mungkin tersisa bisa dihilangkan. </p>
<p>Kalau kankernya berukuran besar sekali, biasanya diradiasi. Tujuannya untuk membunuh sel-sel yang berkembang di bagian luar. Bila ukuran kanker sudah mengecil baru dioperasi dan dilanjutkan kemoterapi. Jika sel rusak sudah menjalar ke mana-mana, sulit mengejarnya. Pada tahap ini biasanya dokter menyerah, tidak berupaya membunuh kanker secara menyeluruh. Sekadarnya saja untuk membuat pasien nyaman.</p>
<p>Karena sel kanker merupakan sel ‘bandel’ yang mampu melepaskan diri dari program mematikan sel, maka kalau ada obat yang bisa membunuh sel kanker mestinya obat itu juga akan membunuh sel-sel yang normal. Itu yang terjadi dengan kemoterapi, sel-sel normal ikut terbunuh, misalnya sel-sel akar rambut. Karena itu, <a href="https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/chemotherapy/in-depth/hair-loss/art-20046920">setelah dikemo biasanya rambut kepala pasien rontok</a>.</p>
<p>Untuk mengurangi kerusakan pada sel-sel normal, para ahli sudah membuat obat kemo yang spesifik untuk sel-sel tertentu saja. <a href="https://www.cancer.gov/news-events/cancer-currents-blog/2019/cancer-immunotherapy-investigating-side-effects">Obat kemo yang baru sudah tidak membuat mual</a> dan tidak membuat rambut terlalu rontok.</p>
<p>Jadi kalau ada obat kanker yang diklaim dapat membunuh semua jenis kanker, kita harus mengkhawatirkan bahwa efek sampingnya akan sangat luar biasa.</p>
<p>Kalau ada yang menyatakan ada obat anti kanker yang dapat <em>mencegah</em> semua jenis kanker, mungkin lebih dapat dipercaya. Karena mungkin mekanisme kerjanya adalah meningkatkan kemampuan tubuh untuk mencegah terjadinya produksi sel-sel cacat. Bisa juga obat ini meningkatkan kemampuan tubuh untuk mendeteksi sel-sel cacat produksi dan memperkuat kemampuan tubuh untuk membunuh sel cacat produksi, sebelum sel-sel cacat itu menjadi kanker.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122046/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yulia Sofiatin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kalau ada obat kanker yang diklaim dapat membunuh semua jenis kanker, kita harus mengkhawatirkan bahwa efek sampingnya akan sangat luar biasa.Yulia Sofiatin, Lecturer of Epidemiology dan Biostatistics, Departement of Societal Health, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/996062018-07-17T11:02:27Z2018-07-17T11:02:27ZMenghancurkan tumor dengan emas<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/226673/original/file-20180709-122259-tcla8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C4%2C923%2C525&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bagian tumor yang diamati dengan mikroskop optik. Dua bentuk putih dengan batas coklat adalah pembuluh darah. Di dalamnya, nanopartikel emas menumpuk di dinding mereka. </span> <span class="attribution"><span class="source">Mariana Varna-Pannerec (ESPCI), </span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Emas adalah barang yang berharga, yang dapat digunakan untuk membuat perhiasan, tapi dapat juga untuk memerangi kanker. Beberapa uji klinis yang dilakukan di Amerika Serikat telah merawat pasiennya menggunakan nanopartikel emas. </p>
<p>Pada dasarnya emas adalah logam berwarna kuning, tidak bereaksi secara kimiawi, non-korosi, yang menjadikannya sebagai material mulia yang nilainya tidak pernah menurun. Emas sangat mudah dibentuk, sehingga menjadi material favorit untuk dijadikan perhiasan.</p>
<p>Dalam skala nano-metrik – yakni, sepersejuta meter – emas memiliki sifat luar biasa lainnya. Pada skala ini, partikel emas dapat memiliki berbagai macam warna tergantung bentuk dan ukurannya. Emas telah digunakan sejak zaman kuno untuk memberi warna pada kaca dan gerabah. Misalnya, rona rubi yang sangat kuat. Ketika cahaya menerangi nano-partikel emas, elektron konduksi logam tertarik oleh gelombang cahaya dan mulai berosilasi. Osilasi ini sangat kuat untuk warna tertentu dalam spektrum cahaya. Inilah yang disebut resonansi. </p>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/168084/original/file-20170505-21030-xq8txp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/168084/original/file-20170505-21030-xq8txp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/168084/original/file-20170505-21030-xq8txp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/168084/original/file-20170505-21030-xq8txp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/168084/original/file-20170505-21030-xq8txp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/168084/original/file-20170505-21030-xq8txp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/168084/original/file-20170505-21030-xq8txp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Cangkir Romawi Lycurgue, dari abad ke-4. Ketika diterangi dari dalam, warna rubi yang indah muncul, berasal dari nanopartikel emas dan perak yang terkandung dalam kaca.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://britishmuseum.tumblr.com/post/120689869617/the-lycurgus-cup">Trustees of the British Museum</a></span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-left ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/168083/original/file-20170505-21007-17v3uey.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/168083/original/file-20170505-21007-17v3uey.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=931&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/168083/original/file-20170505-21007-17v3uey.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=931&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/168083/original/file-20170505-21007-17v3uey.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=931&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/168083/original/file-20170505-21007-17v3uey.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1169&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/168083/original/file-20170505-21007-17v3uey.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1169&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/168083/original/file-20170505-21007-17v3uey.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1169&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ini adalah cangkir ya sama, tanpa diberi pencahayaan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://britishmuseum.tumblr.com/post/120689869617/the-lycurgus-cup">Trustees of the British Museum.</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dengan mengubah bentuk atau ukuran dari nanopartikel, maka memungkinkan kita dapat memilih frekuensi resonansi yang memiliki interaksi terkuat dengan cahaya. Nanopartikel tersebut kemudian menunjukkan reaksi seperti antena kecil yang sangat efektif, dan meski sangat kecil dan tipis mereka dapat memberikan warna-warna cerah pada kaca patri.</p>
<p>Salah satu reaksi dari interaksi yang kuat dengan cahaya adalah memanasnya nanopartikel. Benda luar biasa ini adalah alasan di balik penggunaannya untuk terapi kanker jenis baru. Gagasan ini dapat menghancurkan tumor dengan <em>photothermia</em> - dengan kata lain, memanaskan tumor dengan nanopartikel emas yang dipaparkan pada cahaya. </p>
<p>Pasien yang dirawat dengan cara ini pertama-tama disuntik dengan nanopartikel emas ke dalam aliran darah mereka melalui infus. Karena emas merupakan unsur yang kompatibel secara biologis, emas tidak berbahaya bagi kesehatan ketika masih dalam konsentrasi yang digunakan dalam terapi, <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s13404-013-0115-8">sebagaimana dibuktikan oleh penelitian kami pada tikus</a>. Namun, tidak semua pertanyaan telah diselesaikan mengenai <a href="http://www.pnas.org/content/113/47/13318.abstract?sid=9ef8659f-a200-4263-9612-746a7aabc623">penerapan baru ini</a>. Nanopartikel emas tidak terdeteksi oleh sistem pertahanan kekebalan tubuh tikus. Skala nanometrik mereka artinya seratus kali lebih kecil sari sel, memungkinkan mereka untuk bergerak bebas melalui sistem darah dan memasuki tumor. </p>
<p>Mereka harus terkonsentrasi di dalam tumor, banyak di antaranya sangat tervaskularisasi - mereka secara alami mendapatkan jaringan pembuluh darah yang memungkinkan mereka untuk tumbuh. Dengan menggunakan jalur ini, nanopartikel dengan mudah menempel di dalam tumor. Struktur pembuluh darah yang berubah di dalam tumor membuat tumos lebih mudah menyerap, sehingga memfasilitasi penyimpanan nanopartikel yang banyak. </p>
<p>Tumor yang telah terlapisi oleh nanopartikel emas kemudian dipaparkan dengan cahaya, tujuannya agar tumor tersebut menjadi panas dan hancur. Pada tahapan ini, tantangannya dua kali lipat. Ketika cahaya harus masuk ke dalam tubuh dan sampai pada tumor, jaringan yang sehat tidak boleh ikut terpanaskan. Oleh karena itu, pilihan frekuensi adalah sangat penting. Nanopartikel harus terpanaskan pada frekuensi resonasi yang sesuai, tapi memastikan bahwa jaringan tanpa nanopartikel tidak menyerap cahaya juga penting.</p>
<p>Meskipun tubuh kita menyerap cahaya yang merupakan bagian dari spektrum cahaya (yaitu, semua warna pelangi), ini tidak terjadi pada inframerah. Kita bisa melihat ini hanya dengan meletakkan tangan di atas cahaya putih yang kuat. Hanya warna merah, pada tepi inframerah, yang bisa bergerak melalui tangan kita.</p>
<p>Kisaran spektrum dalam cahaya inframerah juga sering disebut “therapeutic window” - kisaran yang dapat digunakan dalam perawatan medis. Pada spektrum yang dapat terlihat, cahaya akan diserap oleh hemoglobin, sementara cahaya yang lebih mendekati kisaran inframerah lebih mudah terserap oleh air yang ada di dalam tubuh kita. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/167972/original/file-20170504-21608-9d8ee7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/167972/original/file-20170504-21608-9d8ee7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=192&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/167972/original/file-20170504-21608-9d8ee7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=192&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/167972/original/file-20170504-21608-9d8ee7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=192&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/167972/original/file-20170504-21608-9d8ee7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=241&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/167972/original/file-20170504-21608-9d8ee7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=241&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/167972/original/file-20170504-21608-9d8ee7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=241&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Nanopartikel emas disuntikkan ke tikus yang memiliki tumor. Lima jam kemudian, bagian-bagian tumor diperiksa melalui mikroskop optik (yang di tengah). Kita bisa melihat nanopartikel emas</span>
<span class="attribution"><span class="source">Mariana Varna-Pannerec (ESPCI)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Nanopartikel dengan bentuk yang spesifik</h2>
<p>Dengan mengubah-ubah bentuk nanopartikel, kita mungkin dapat menyesuaikan resonansi mereka sehingga berada di kisaran <em>infrared therapeutic window</em>. Sebagai contoh, ini dilakukan pada nanopartikel dengan inti silika dan cangkang emas, untuk <em>nanorod</em> emas, atau untuk <em>nano-cages</em> yang berbentuk seperti batu berpori. Studi pra-klinis (pada hewan) telah memungkinkan kami untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3473940/#b32">menguji keamanan dan keefektifan dari berbagai bentuk nanopartikel</a>.</p>
<p>Dalam spektrum terapeutik, cahaya akan menembus tubuh kita, tapi tubuh kita tidak sepenuhnya transparan. Cahaya yang mencuat dari sisi lain masih sangat menyebar di dalam jaringan tubuh. Misalnya, seseorang tidak dapat melihat tulang dengan cara ini, seperti yang Anda lakukan dengan X-ray. Ini juga sulit untuk memfokuskan sinar cahaya dari luar tubuh kepada tumor, sebab cahaya harus bergerak melalui jaringan yang sehat untuk mencapainya.</p>
<p>Oleh karena itu biasanya (dalam penelitian binatang) untuk memanaskan tumor maka cahaya dipaparkan lebih dekat dengan tumor, dengan memasukkan jarum melalui kulit, melekatkannya kepada laser inframerah. Sehingga, cahaya menjadi lebih kuat di area yang ditarget. </p>
<h2>Penelitian yang dilakukan pada kanker di kepala dan pundak</h2>
<p>Di bawah paparan cahaya, nanopartikel emas memanas dan “mematangkan” tumor, sehingga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3808249/">menghancurkan sel-sel kanker di dekatnya</a>. Penelitian yang mendalam menggunakan hewan dengan kanker <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3710584/">otak</a>, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18082199">prostat</a>, dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2827658/">pankreas</a> sebagai modelnya. Uji klinis juga dilakukan di AS pada pasien yang di rawat karena kanker kepala dan leher yang resisten terhadap pengobatan, dan kanker paru-paru dan prostat menggunakan <a href="https://clinicaltrials.gov/ct2/results?term=aurolase&Search=Search">terapi AuroLase</a> (Nanospectra Bioscience).</p>
<p>Kemungkinan lainnya, nanopartikel juga dapat digunakan bukan sebagai senjata untuk melawan tumor tetapi sebagai alat transportasi (disebut juga vektor) untuk mengantarkan molekul – misalnya, obat – ke tujuan mereka. Teknik ini membutuhkan lebih sedikit pemanasan. Pengunaan vektor seharusnya mengurangi racun dari perawatan dengan menargetkan sel-sel kanker dengan lebih baik. </p>
<h2>Strategi kuda Trojan</h2>
<p>Meningkatkan jumlah nanopartikel emas yang masuk kedalam tumor, di atas dan di luar efek dari akumulasi pasif sederhana, menjadi mungkin. Mereka akan bekerja lebih baik ketika ditutupi oleh molekul (anti-bodi) yang secara khusus menempel pada sel kanker, yang mereka kenali melalui protein yang ada di membran sel. Teknik alternatif lainnya mengadopsi strategi, “kuda Trojan”. Strategi menggunakan sejenis sel darah putih, yang disebut <em>microphages</em>, yang kemudian diisi dengan nanopartikel emas untuk menembus ke bagian tumor lebih dalam.</p>
<p><em>Photothermia</em> nanopartikel emas adalah terapi baru dalam pengobatan kanker. Ini sudah digunakan secara eksperimental pada pasien dengan beberapa kanker yang spesifik, meskipun banyak penelitian masih diperlukan sebelum dapat diadopsi lebih luas. Pada masa depan, teknik ini harus menargetkan tumor secara lebih efektif dan eksklusif. Dengan berkembangnya penelitian, terapi ini harus tersedia, di samping perawatan yang ada seperti radioterapi dan kemoterapi, dalam waktu beberapa tahun.</p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/202296/original/file-20180117-53314-hzk3rx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/202296/original/file-20180117-53314-hzk3rx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=121&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/202296/original/file-20180117-53314-hzk3rx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=121&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/202296/original/file-20180117-53314-hzk3rx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=121&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/202296/original/file-20180117-53314-hzk3rx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=152&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/202296/original/file-20180117-53314-hzk3rx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=152&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/202296/original/file-20180117-53314-hzk3rx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=152&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dibentuk pada 2007, Axa Research Fund mendukung lebih dari 500 proyek di seluruh dunia yang dipimpin oleh para peneliti dari 51 negara. Temuan karya Emmanuel Fort dan Axa ESPCI-nya dalam pencitraan biomedis sebagai bagian dari <a href="https://www.axa-research.org/fr/projets/emmanuel-fort">Axa Research Fund</a>._</p>
<p><em>Diterjemahkan dari bahasa Perancis oleh Alice Heathwood untuk <a href="http://www.fastforword.fr/en/">Fast for Word</a></em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/99606/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Emmanuel Fort menerima dana dari AXA Research Fund</span></em></p>Emas bisa digunakan untuk perhiasan dan juga untuk melawan kanker. Beberapa percobaan klinis dengan menggunakan nanopartikel emas untuk pasien kanker di Amerika Serikat sedang dilakukan.Emmanuel Fort, Professeur de ESPCI Paris, Chaire AXA imagerie biomédicale, membre de l'Institut Langevin, spécialiste de l'interaction onde-matière, ESPCI Paris Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/945082018-04-30T14:55:04Z2018-04-30T14:55:04ZBaru, senyawa perak tawarkan terobosan pengobatan kanker<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/214883/original/file-20180415-47416-a2d63z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Terapi kanker dengan senyawa platinum begitu mahal.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/634620716?src=ZGJ148_W2GCSG5b39FqW0A-1-18&size=medium_jpg">CI Photos/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Pengembangan obat kemoterapi untuk mengobati berbagai kanker dipenuhi oleh berbagai tantangan. Salah satu dari dari yang paling sulit adalah <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Toksisitas">toksisitas</a> akut dan jangka panjang dari obat dan efek samping yang parah di hampir semua organ di dalam tubuh.</p>
<p>Dengan tiadanya pengobatan yang ditargetkan untuk masing-masing pasien kanker, ongkologis telah menerima efek samping itu sebagai harga yang harus dibayar untuk mencoba dan mengendalikan satu penyakit yang fatal.</p>
<p>Ini berarti, bersama dengan satu fakta bahwa sel kanker menjadi resistan terhadap obat, membuat pengembangan obat dengan target tertentu sangat diinginkan.</p>
<p>Baru-baru ini, kebanyakan obat kemoterapi telah menargetkan DNA, secara langsung maupun tidak langsung, entah dengan merusak DNA atau mengganggu dengan enzim yang memperbaiki atau membungkus DNA.</p>
<p>Tapi setelah melewati 10 tahun, upaya untuk menemukan alternatif-alternatif telah membuka tempat baru dari riset, dengan satu dari mereka memfokuskan pada penemuan senyawa yang mengaktifkan proses “<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19550425">bunuh diri sel</a>” untuk membunuh kanker sel.</p>
<p>Hal ini telah menjadi area riset kami dalam beberapa tahun. <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10534-017-0051-9">Riset paling baru</a> kami melibatkan pengujian apakah sekelompok senyawa berbasis perak bisa membunuh sel-sel kanker dengan cara ini. Apa yang membuat temuan kami menarik adalah bahwa senyawa itu tampaknya mampu mengatasi pusat energi tersebut (mitokondria) dari sel-sel kanker, mencegahnya tumbuh dan menyebar. </p>
<p>Dan <a href="https://link.springer.com/content/pdf/10.1007%2Fs10534-017-0051-9.pdf">data sementara kami</a>, berbasis pada riset kultur sel manusia dan tikus, menunjukkan bahwa senyawa itu memiliki tingkat toksisitas lebih rendah dibanding setidaknya satu obat kanker kemoterapi di pasar. </p>
<p>Senyawa kami masih membutuhkan uji klinik ekstensif sebelum dapat menjadi tersedia sebagai agen kemoterapi. Tapi temuan kami membuka jalan untuk obat kemoterapi baru yang dapat lebih efektif tapi lebih sedikit toksit, dengan lebih sedikit efek samping.</p>
<p>Ini pertama kalinya bahwa senyawa kami diusulkan sebagai obat kemoterapi - tapi ini bukan satu-satunya yang dapat membunuh sel-sel kanker.</p>
<p>Penemuan kami juga merupakan terobosan karena temuan ini menawarkan suatu janji yang lebih murah bagi pengobatan kanker. Beberapa obat kemoterapi standar industri itu diturunkan dari senyawa berbasis platinum, sehingga membuatnya sangat mahal. Tapi senyawa kami berbasis perak sehingga membuatnya lebih ekonomis.</p>
<h2>Sebuah calon yang menjanjikan</h2>
<p>Sel kanker memiliki satu set properti yang unik yang membuatnya selamat paling akhir. Mereka dapat mengembangkan sinyal pertumbuhan mereka sendiri dan mereka memiliki kemampuan untuk mengesampingkan sinyal yang mengenali mereka untuk menghentikan pertumbuhan. Mereka juga dapat menyerang jaringan dan kemudian menyebar dan memiliki kemampuan tanpa batas untuk bereplikasi. </p>
<p>Sel kanker juga mampu menyerang proses pengendalian secara natural di lokasi sel mati, yang dikenal sebagai apoptosis. Hal ini adalah proses “bunuh diri sel” yang esensial untuk mengendalikan sel. Ketika mereka tidak lagi dibutuhkan, mereka harus diganti karena usia tua atau menjadi berbahaya (ya mereka telah bermutasi), mereka menerima sebuah sinyal untuk mati. Kanker-kanker sel problematik karena mereka resisten terhadap sinyal-sinyal tersebut.</p>
<p>Sebagai bagian dari riset kami, kami menguji berbagai senyawa berbasis perak untuk melihat bagaimana mereka mempengaruhi sel. Satu dari mereka - sebuah perak kompleks fosfin tiosianat (atau UJ3) – menunjukkan potensi besar. </p>
<p>Senyawa ini memiliki kemampuan untuk menginduksi apotosis dalam berbagai macam kanker, termasuk kultur kulit, payudara, esofagus, paru-paru, prostat, hati, serviks, usus besar, pankreas, kelenjar andrenalin, sumsum tulang belakang dan sel darah (leukimia dan limfoma). Senyawa ini juga memiliki efek minimal pada sel normal.</p>
<h2>Kandidat baru</h2>
<p>Obat antikanker yang menjanjikan seharusnya, idealnya, memiliki karakteristik di bawah ini:</p>
<ol>
<li>Mereka harus stabil secara metabolis (dengan kata lain mereka harus aktif untuk periode waktu jangka panjang setelah memasuki tubuh),</li>
<li>Mereka harus tersedia, dengan kata lain dapat diserap ke dalam aliran arah setelah pemberian dan mencapai lokasi tumor, dan</li>
<li>Mereka harus memiliki level toksit rendah untuk memiliki kemungkinan efek samping terendah.</li>
</ol>
<p>Tes sementara pada sel manusia, <em>rat</em>, dan <em>mice</em> membantu kami menetapkan bahwa senyawa tersebut memenuhi karakteristik di atas.</p>
<p>Selain dari senyawa yang terkumpul di dalam tumor dan di dalam darah, tidak ada bukti kerusakan organ pada tikus, bahkan pada dosis yang sangat tinggi, sementara sisa senyawa itu dihilangkan dari tubuh mereka.</p>
<h2>Sebuah alternatif</h2>
<p>Tahap berikutnya adalah meletakkan senyawa tersebut melalui uji kinik pada manusia untuk melihat bagaimana baik mereka bekerja.</p>
<p>Selain menjadi lebih murah karena kami menggunakan perak dan bukan platinum, senyawa-senyawa tersebut relatif mudah dibuat dan dapat disintesis dengan peralatan laboratorium standar. Ini menunjukkan pembuatan skala besar seharusnya lebih mudah. </p>
<p>Kami tetap berharap bahwa senyawa itu akhirnya dapat menyediakan obat untuk kanker yang paling umum. Dan itu dapat menyebabkan pengobatan yang tidak melemahkan pasien.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/94508/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marianne J. Cronjé menerima dana dari National Research Foundation dan Technology Innovation Agency Afrika Selatan.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Reinout Meijboom menerima dana dari National Research Foundation dan Technology Innovation Agency Afrika Selatan.</span></em></p>Temuan kami membuka jalan untuk obat kemoterapi baru yang dapat lebih efektif tapi lebih sedikit toksit, dengan lebih sedikit efek samping.Marianne J. Cronjé, Head of the Department of Biochemistry, University of JohannesburgReinout Meijboom, Head of department inn the Department of Chemistry, University of JohannesburgLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.