tag:theconversation.com,2011:/es/topics/pisa-43609/articlesPISA – The Conversation2021-11-25T09:38:20Ztag:theconversation.com,2011:article/1712332021-11-25T09:38:20Z2021-11-25T09:38:20ZBagaimana memperbaiki pengajaran literasi, numerasi, dan sains di era pasca Ujian Nasional<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/433901/original/file-20211125-21-1cgv44n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-orange-round-ball-4778676/">(Pexels/Cottonbro)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Pemerintah Indonesia tahun lalu meniadakan Ujian Nasional (UN) dan menggantinya dengan <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/tanya-jawab/tanya-jawab-ujian-nasional">Asesmen Kompetensi</a> yang menguji literasi, numerasi, dan sains.</p>
<p>Ketiga aspek ini merupakan <a href="https://www.ncver.edu.au/research-and-statistics/publications/all-publications/adult-literacy-and-numeracy-research-and-future-strategy">pilar-pilar penting</a> dalam kompetensi pembelajaran murid, dan banyak dipakai sebagai indikator capaian dalam tes global seperti <a href="https://theconversation.com/skor-siswa-indonesia-dalam-penilaian-global-pisa-melorot-kualitas-guru-dan-disparitas-mutu-penyebab-utama-128310"><em>Program for International Students Assessment</em> (PISA)</a>.</p>
<p>Di sisi lain, berakhirnya UN juga berarti arah pembelajaran murid <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/tanya-jawab/tanya-jawab-ujian-nasional">kembali ke tangan guru</a> – termasuk mengembangkan kemampuan siswa dalam ketiga aspek tersebut. </p>
<p>Guru, sekolah, dan pemerintah tidak bisa lagi mengandalkan cara lama yang fokus meraih skor tinggi dalam ujian. Misalnya, budaya <a href="https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2017.v7.i3.p283-291"><em>drill and practice</em></a>, di mana murid harus menggarap latihan ujian berkali-kali sampai mampu menjawab soal dengan baik, sudah tidak relevan lagi di era pasca UN.</p>
<p>Kebijakan pendidikan dan metode mengajar seperti apa yang tepat bagi guru di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan literasi, numerasi, dan sains?</p>
<h2>Menanamkan literasi: stimulasi sejak dini dan penggunaan bahasa ibu</h2>
<p>Berdasarkan <a href="https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/480">riset tahun 2020</a>, dua kunci menumbuhkan literasi pada anak adalah pengalaman dan waktu.</p>
<p>Artinya, pendidik punya peran penting untuk mulai menanamkan kemampuan ini sejak level sekolah dasar (SD), terutama kelas 1, 2, dan 3.</p>
<p>Mereka bisa menstimulasi kemampuan bahasa anak dengan merancang <a href="https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/480/pdf">beragam kegiatan</a> – rutin membaca buku cerita, membedah pesan dan isinya, atau mengembangkan kosakata melalui permainan dan kartu – dan bereksperimen dengan berbagai teknik seiring mereka lebih berpengalaman.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/model-literasi-yang-bermanfaat-untuk-indonesia-bukan-sekadar-melek-huruf-82508">Model literasi yang bermanfaat untuk Indonesia: bukan sekadar melek huruf</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sayangnya, mayoritas guru dalam studi tersebut baru melakukannya 5-10 menit setiap hari. Idealnya, guru bisa melibatkan murid lebih dari 20 menit dalam kegiatan khusus literasi.</p>
<p>Selain itu, literasi tidak terikat hanya pada satu mata pelajaran tertentu, tapi mencerminkan kemampuan murid memahami dan mengkritisi informasi di berbagai materi pembelajaran.</p>
<p>Di sini, <a href="https://psycnet.apa.org/record/2001-10039-002">beberapa ahli</a> mengatakan bahwa jenis bahasa yang digunakan dalam berbagai materi sangat penting.</p>
<p>Masyarakat kerap ingin mengajarkan bahasa Inggris kepada anak, dan bahasa Inggris juga merupakan <a href="https://doi.org/10.1080/03057260008560156">bahasa utama komunikasi sains</a>, tapi menggunakannya di fase awal sekolah dapat berimbas pada capaian pembelajaran. Belajar dengan bahasa pertama, dalam hal ini bahasa Indonesia, memudahkan mereka memahami materi dan mengembangkan kemampuan numerasi dan sains.</p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500690601072964">Dalam studinya</a>, peneliti pendidikan Mei-Hung Chiu, misalnya, mengatakan sebaiknya siswa diperkenalkan dengan terminologi sains (dalam fisika, kimia, dan biologi), hanya setelah memperoleh pemahaman tersebut dalam bahasa ibunya. </p>
<p>Sebaliknya, sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar sejak jenjang awal juga bukan hal yang ideal.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1002/sce.3730480411">Studi kasus di Filipina</a> yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar utama, menunjukkan bahwa murid kerap kebingungan memahami konsep matematika dan sains jika belum diperkenalkan dalam bahasa ibu.</p>
<p>Filipina bahkan berada pada urutan terakhir untuk skor literasi, numerasi, dan sains dalam peringkat <a href="https://www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm">PISA tahun 2018</a>, serta kerap <a href="https://doi.org/10.1007/BF03026717">menoreh capaian sains yang buruk</a> berdasarkan berbagai riset.</p>
<h2>Mengembangkan numerasi: mata uang dan kebijakan seleksi guru matematika</h2>
<p>Dalam teknik mengajar, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/1034912X.2018.1535109">studi tahun 2019</a> dari peneliti Amerika Serikat (AS) menyarankan hitungan berbasis mata uang sebagai cara yang baik dalam meningkatkan kemampuan numerasi.</p>
<p>Selain mudah menggunakan bilangan tersebut dalam soal matematika, ini juga bisa jadi lebih menarik bagi murid karena tidak memakai angka-angka abstrak melainkan sesuatu yang dekat dengan kehidupan mereka.</p>
<p>AS memiliki mata uang 1 USD, Taiwan memiliki 1 TWD, Jepang memiliki 1 Yen, Malaysia memiliki 1 Ringgit, dan Singapura memiliki 1 SGD. Di negara-negara tersebut, siswa bisa belajar soal seperti 15 + 34 dengan latar transaksi mata uang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Penulis menggunakan koin dari mata uang TWD saat mengajar murid di Taiwan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Dadan Sumardani)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meski demikian, satuan terendah mata uang Indonesia yang paling umum digunakan dimulai dari Rp 1.000 – siswa hanya bisa belajar 15.000 + 34.000 yang merupakan pelajaran numerasi lanjutan – sehingga metode ini mungkin lebih cocok untuk jenjang sekolah menengah (SMP dan SMA).</p>
<p>Selain itu, kebijakan terkait guru juga <a href="https://hulondalo.id/cuma-butuh-3-semester-penyetaraan-guru-sd-paud-sarjana-tidak-linier/">sangat memengaruhi kualitas pengajaran numerasi</a>. Misalnya, pemerintah saat ini melarang lulusan jurusan pendidikan Matematika untuk mengajar di jenjang SD.</p>
<p>Melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 dan Permendikbud Nomor 46 Tahun 2016, guru Pendidikan Dasar harus merupakan <a href="https://fin.co.id/2020/03/19/guru-sd-wajib-lulusan-pgsd/">lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)</a> – kecuali mereka memenuhi persyaratan yang lebih sulit yakni penyetaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama sekitar 2 tahun.</p>
<p>Padahal, saat ini jurusan PGSD termasuk rumpun sosial atau sosial-humaniora dalam seleksi perguruan tinggi, di mana hanya lulusan ilmu sosial (IPS) yang boleh mengikuti atau harus melalui ujian sosiologi, geografi, dan ekonomi.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.33086/ehdj.v5i1.1456">Tim peneliti dari Surabaya</a> menemukan bahwa skor numerasi guru SD sangat buruk, karena input dari jurusan PGSD yang memang tidak relevan untuk mendukung pengajaran numerasi.</p>
<p>Pemerintah <a href="https://hulondalo.id/cuma-butuh-3-semester-penyetaraan-guru-sd-paud-sarjana-tidak-linier/">harus segera membenahi sistem seleksi guru</a> dan membuka pintu bagi lulusan pendidikan matematika supaya guru di jenjang SD memiliki kemampuan pengajaran numerasi yang kuat.</p>
<h2>Mengajarkan sains: pembelajaran interaktif di taman ilmiah</h2>
<p>Untuk pengajaran sains, Indonesia bisa berkaca dari Jepang yang merupakan <a href="https://www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm">salah satu negara yang baik</a> dalam capaian sains.</p>
<p>Selain sangat memperhatikan <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-662-44986-8_2">kualitas pendidikan sejak dini</a>, sekolah di Jepang juga banyak mengajarkan sains di <a href="https://www.learntechlib.org/p/209558">berbagai fasilitas sains</a>.</p>
<p>Contohnya dapat berupa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/1098-237X(200009)84:5%3C658::AID-SCE6%3E3.0.CO;2-A">kunjungan ke museum sains</a>, <a href="https://goo.gl/maps/MbBFnD2UeSmcu12s8">planetarium</a>, <a href="https://ppiptek.brin.go.id/">Pusat Peragaan IPTEK (PP-IPTEK)</a>, atau festival sains di sekolah.</p>
<p>Fasilitas yang baik mungkin tidak mengubah praktik pendidikan secara drastis, tapi membantu mendorong pengajaran sains yang interaktif dan <a href="https://doi.org/10.1080/0140528810030203">merangsang kognisi</a>.</p>
<p>Berdasarkan studi di Prancis, pendidikan sains harus mencakup berbagai kegiatan di mana siswa berpartisipasi dalam pengamatan fenomena ilmiah secara langsung – <a href="https://doi.org/10.1080/0140528810030203">fasilitas sains</a> adalah salah satu cara terbaik melakukan ini.</p>
<p>Di Indonesia ada beberapa fasilitas sains yang bisa dikunjungi, meski jumlahnya tidak terlalu banyak.</p>
<p>Misalnya, di Jakarta ada empat museum sains: Planetarium Jakarta, PP-IPTEK, Museum Listrik dan Energi Baru, dan Sky World. Di Bandung ada Puspa Iptek Sundial, di Surabaya ada The Bagong Adventure Human Body Museum, dan di Yogyakarta ada Taman Pintar Science Park.</p>
<p>Alternatif lain yang dapat dilakukan dengan lebih mudah adalah belajar di laboratorium sains sekolah dengan memanfaatkan momentum kejadian alam – seperti gerhana, banjir, bulan purnama, dan fenomena lainnya.</p>
<h2>Melangkah ke depan</h2>
<p>Beberapa hal di atas – dari penggunaan mata uang, reformasi sistem seleksi guru, sampai kolaborasi dengan taman ilmiah – adalah cara-cara yang bisa dipraktikkan dan diamati oleh guru, sekolah, maupun pemerintah dalam mendorong pengajaran literasi, numerasi, dan sains yang lebih kuat di Indonesia.</p>
<p>Tapi, kita tentu membutuhkan analisis dan riset yang lebih mendalam mengenai metode mengajar dan kebijakan inovatif lainnya.</p>
<p>Peneliti pendidikan di Indonesia, misalnya, dapat belajar dari <a href="http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/deltapi/article/view/115">kurikulum di berbagai negara</a> dan membedah kelebihan dan kekurangannya dalam memfasilitasi pembelajaran siswa dalam ketiga aspek tersebut.</p>
<p>Yang jelas, kita tidak bisa lagi mengandalkan paradigma pendidikan di era UN. Sistem pendidikan di Indonesia harus beralih pada kebijakan dan metode pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan siswa dan menanamkan kemampuan literasi, numerasi, dan sains secara optimal.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/171233/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dadan Sumardani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Setelah ditiadakannya UN, kebijakan pendidikan dan metode mengajar seperti apa yang tepat bagi guru di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan literasi, numerasi, dan sains?Dadan Sumardani, Researcher in Science Education, National Chiayi UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1584252021-04-10T10:15:55Z2021-04-10T10:15:55ZTutupnya sekolah menyebabkan ‘learning loss’ dan memperlebar ketimpangan antara siswa kaya dan miskin<p>Minggu lalu, pemerintah mengumumkan <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/03/dorong-akselerasi-ptm-pemerintah-umumkan-skb-empat-menteri">Surat Keputusan Bersama (SKB) dari empat kementerian</a> yang membolehkan sekolah kembali buka <a href="https://www.suara.com/news/2021/03/30/133902/skb-4-menteri-putuskan-buka-sekolah-dengan-prokes-ketat-mulai-juli-2021">mulai Juli 2021</a> seiring target rampungnya vaksinasi guru.</p>
<p>Bahkan pemerintah membolehkan sekolah yang sudah memberikan vaksin pada semua tenaga pengajarnya untuk mengadakan kelas tatap muka sekarang juga, tentu dengan <a href="https://news.detik.com/berita/d-5513792/5-poin-penting-terkait-pembukaan-sekolah-tatap-muka-terbatas-pada-juli-2021/2">persetujuan orang tua murid</a>.</p>
<p>Meskipun demikian, masih ada guru serta kelompok masyarakat yang <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210330182814-20-624019/guru-respons-skb-4-menteri-sekolah-belum-siap-tatap-muka">ragu dengan rencana ini</a> akibat masih adanya temuan <a href="https://tekno.tempo.co/read/1421397/anak-positif-covid-19-di-indonesia-74-ribu-kasus-3-ribuan-klaster-sekolah/full&view=ok">kasus COVID-19 di lingkungan sekolah</a>.</p>
<p>Namun, kita perlu mengingat bahwa penutupan sekolah selama setahun ini memperparah hilangnya capaian belajar (“<em>learning loss</em>”) murid terutama bagi mereka yang berasal dari kelompok rentan. </p>
<p>Jika dibiarkan, hal ini berpotensi mengancam masa depan anak-anak dari kelompok rentan dan juga mempertajam kesenjangan.</p>
<h2>Hilangnya capaian belajar</h2>
<p><a href="https://www.edglossary.org/learning-loss/"><em>Learning loss</em></a> adalah hilangnya pengetahuan atau keterampilan pelajar dari apa yang sebelumnya sudah dipelajari atau dikuasai.</p>
<p>Kehilangan ini umumnya diukur untuk mengetahui dampak penutupan sekolah. Berbagai penelitian sebelumnya, misalnya, mengukur <em>learning loss</em> akibat <a href="https://riseprogramme.org/sites/default/files/publications/RISE_WP-039_Adrabi_Daniels_Das_0.pdf">bencana</a>, <a href="https://www.brookings.edu/research/summer-learning-loss-what-is-it-and-what-can-we-do-about-it/">libur sekolah</a>, maupun <a href="https://www.the74million.org/article/aldeman-what-a-wave-of-teacher-strikes-in-argentina-can-teach-us-about-learning-disruptions-degree-attainment-higher-unemployment-lower-earnings/">mogok sekolah</a>. </p>
<p>Bank Dunia <a href="http://documents1.worldbank.org/curated/en/184651597383628008/pdf/Main-Report.pdf">memperkirakan</a> tutupnya sekolah selama delapan bulan di Indonesia akibat pandemi COVID-19 bisa menghapus kembali kemampuan membaca pelajar – setara dengan setengah tahun proses pembelajaran.</p>
<p>Ini pun terjadi di negara yang relatif maju. Di Belgia, <a href="https://osf.io/preprints/socarxiv/ve4z7/download">studi</a> menunjukkan dua bulan penutupan sekolah karena pandemi menyebabkan pelajar kehilangan hasil belajar yang setara dengan 1,5 bulan proses pembelajaran di sekolah.</p>
<h2>Dampak terburuk <em>learning loss</em>: mempertajam ketimpangan antar murid</h2>
<p>Meskipun terjadi pada banyak pelajar, fenomena ini lebih umum terjadi pada anak-anak dari kelompok rentan.</p>
<p>Selama pandemi, anak dari kelompok ekonomi menengah ke-bawah dan dengan level pendidikan orang tua rendah <a href="https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-gap-akses-online-belajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534">memiliki kesempatan belajar lebih sedikit</a> dibanding kelompok anak lainnya karena berbagai keterbatasan di antaranya <a href="http://sdgcenter.unpad.ac.id/pencapaian-agenda-pendidikan-berkualitas-untuk-semua-sdg-4-di-tengah-disrupsi-pandemi-covid-19/">fasilitas pembelajaran</a> seperti koneksi internet dan komputer.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-gap-akses-online-belajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534">Survei kami</a> di empat provinsi pada tahun lalu menunjukkan hanya sekitar 28% anak yang bisa belajar dengan media daring.</p>
<p>Di daerah yang relatif berkembang seperti Jawa Timur angkanya bisa sampai 40%, namun di daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), pembelajaran daring masing-masing kurang dari 10% dan 5%.</p>
<p>Oleh karena itu, penutupan sekolah dapat memperparah kerentanan kelompok pelajar yang padahal sudah rentan terlebih dahulu sebelum pandemi.</p>
<p>Ketertinggalan hasil belajar antara kelompok pelajar kaya dan miskin di Indonesia <a href="http://documents1.worldbank.org/curated/en/184651597383628008/pdf/Main-Report.pdf">diprediksi</a> juga makin meningkat dari 1,4 tahun menjadi 1,6 tahun proses pembelajaran akibat empat bulan penutupan sekolah.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=503&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=503&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=503&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=632&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=632&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/394330/original/file-20210409-21-b6f1wm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=632&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sumber:</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://documents1.worldbank.org/curated/en/184651597383628008/pdf/Main-Report.pdf">Yarrow, Masood, dan Afkar (World Bank, 2020)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain ketimpangan kelas ekonomi, kesenjangan juga terlihat antara pelajar laki-laki dan perempuan.</p>
<p>Di Ghana, <a href="https://www.educ.cam.ac.uk/centres/real/publications/Using%20educational%20transitions%20to%20estimate%20learning%20loss%20due%20to%20Covid-19%20school%20closures.pdf">studi</a> menemukan bahwa di antara anak-anak dengan hasil belajar rendah selama pandemi, anak perempuan memiliki kemungkinan lebih kecil daripada anak laki-laki untuk bisa mengejar ketertinggalan mereka. </p>
<p>Ini terjadi karena <a href="https://www.savethechildren.org/content/dam/usa/reports/ed-cp/global-girlhood-report-2020.pdf">besarnya tuntutan</a> bagi siswa perempuan untuk membantu orang tua, yang membuat waktu belajar mereka lebih lebih terbatas.</p>
<p><em>Learning loss</em> pun berpotensi mengancam prospek anak di masa mendatang.</p>
<p>Riset yang <a href="https://www.econstor.eu/bitstream/10419/217486/1/GLO-DP-0548.pdf">menghitung</a> data dari negara maju, berkembang, dan tertinggal memprediksi <em>learning loss</em> akibat penutupan sekolah selama satu tahun akan mengakibatkan kehilangan sekitar 15% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dari sebuah negara. </p>
<p>Di Indonesia, jika dikalkulasi per individu, <em>learning loss</em> bisa membuat pelajar <a href="http://documents1.worldbank.org/curated/en/184651597383628008/pdf/Main-Report.pdf">kehilangan pendapatan</a> sebesar Rp 7 juta setiap tahunnya ketika mereka sudah bekerja.</p>
<p>Untuk pelajar dari kelompok ekonomi rentan, kehilangan pendapatan per tahun bisa 14% lebih besar dibandingkan dengan pelajar dari kelompok ekonomi lebih tinggi.</p>
<p>Akibatnya, peluang anak dari kelompok rentan untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka di masa depan akan semakin menantang.</p>
<h2>Belajar tatap muka harus fokus memulihkan <em>learning loss</em> pada pelajar rentan</h2>
<p>Selain menjamin keselamatan siswa dengan pelaksanaan protokol kesehatan, bukanya kembali sekolah harus fokus mengatasi dampak buruk akibat hilangnya capaian belajar.</p>
<p>Sekolah perlu melakukan adaptasi pembelajaran dan kurikulum ketika buka kembali mengingat terjadi kehilangan capaian belajar yang tidak sama antar kelompok murid.</p>
<p>Di sini, sekolah harus mendorong guru melakukan <a href="https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5524780/kisah-perjuangan-guru-di-pelosok-kalimantan-utara-cegah-learning-loss/1">“asesmen formatif”</a> – penilaian yang memetakan ulang <a href="https://rise.smeru.or.id/id/publikasi/memulihkan-penurunan-kemampuan-siswa-saat-sekolah-di-indonesia-dibuka-kembali-pedoman-bagi">level kemampuan murid</a>. Melalui penilaian ini, proses pembelajaran bisa berjalan lebih sesuai dengan kebutuhan belajar anak didik terutama setelah satu tahun sekolah tutup.</p>
<p>Selanjutnya, mengingat belajar tatap muka dalam waktu dekat juga masih akan dilakukan secara terbatas dan bertahap, penting bagi sekolah untuk lebih erat menggandeng orang tua. </p>
<p>Studi yang dilakukan di Botswana menunjukkan keterlibatan orang tua berpotensi <a href="https://ideas.repec.org/p/csa/wpaper/2020-13.html">memulihkan kehilangan capaian belajar</a> hingga sebesar 52%.</p>
<p>Tidak semua orang tua memang ada di posisi untuk mendampingi anak belajar. Sebagian anak bisa jadi tidak hidup dengan orang tua, atau sebagian orang tua mungkin memiliki waktu terbatas karena harus bekerja.</p>
<p>Di sini, pelibatan masyarakat – misalnya melalui Taman Baca Masyarakat <a href="https://kaltara.tribunnews.com/2020/10/08/atasi-problem-pendidikan-di-malinau-kala-pandemi-covid-19-wahyudi-taman-baca-masyarakat-solusinya">(TBM)</a> – bisa mengantisipasi hal ini. Pembukaan kelas-kelas di taman baca bisa dilakukan untuk membantu pelajar yang kesulitan belajar, tentunya dengan tetap mempertimbangkan keselamatan dan keamanan anak di luar rumah.</p>
<p>Berbagai langkah ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan hanya oleh sekolah. Tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah daerah dan pusat, baik melalui pendanaan maupun pendampingan, sekolah serta orang tua akan sangat kesulitan. </p>
<p>Kekhawatiran publik tentang dampak kesehatan yang muncul akibat pembukaan sekolah bisa dipahami dan penting untuk dipertimbangkan – orang tua pasti menginginkan anak mereka untuk belajar dengan nyaman dan aman.</p>
<p>Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja sama memastikan belajar tatap muka berjalan secara aman, dengan memprioritaskan kesehatan anak, baik fisik maupun <a href="https://tirto.id/stres-burnout-jenuh-problem-siswa-belajar-daring-selama-covid-19-f3ZZ">psikologis</a>, dan mencegah dampak <em>learning loss</em> yang sudah terjadi akibat penutupan sekolah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158425/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Senza Arsendy adalah peneliti di INOVASI, program kerja sama pendidikan antara pemerintah Indonesia dan Australia yang dikelola oleh Palladium International.
Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan INOVASI maupun afiliasinya.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>George Adam Sukoco adalah peneliti di INOVASI, program kerja sama pendidikan antara pemerintah Indonesia dan Australia yang dikelola oleh Palladium International.
Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan INOVASI maupun afiliasinya.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Hana Martha adalah peneliti di INOVASI, program kerja sama pendidikan antara pemerintah Indonesia dan Australia yang dikelola oleh Palladium International.
Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan INOVASI maupun afiliasinya.</span></em></p>Tutupnya sekolah selama setahun memperparah hilangnya hasil belajar (“learning loss”) murid terutama yang berasal dari kelompok rentan. Ini bisa mempertajam kesenjangan dan mengancam masa depan mereka.Senza Arsendy, Research and Learning Specialist, Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI)George Adam Sukoco, Monitoring and Evaluation Specialist, Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI)Hana Martha, Monitoring Evaluation Research Learning Officer, Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1444982020-08-21T08:51:51Z2020-08-21T08:51:51ZKB, vaksinasi, dan SD Inpres telah bantu Indonesia kurangi kemiskinan selama 75 tahun, tapi tantangan ke depan masih banyak<p>Mengentaskan kemiskinan merupakan salah satu prioritas negara untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur sesuai dengan dasar negara Undang-Undang Dasar 1945.</p>
<p>Bank Dunia mengatakan Indonesia telah berusaha mengurangi kemiskinan dengan <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161018095014-78-166193/bank-dunia-kesehatan-dan-pendidikan-senjata-tebas-kemiskinan">layanan Pendidikan dan Kesehatan sejak dini</a>.</p>
<p>Selama 75 tahun merdeka, angka kemiskinan Indonesia telah mengalami penurunan yang signifikan berkat kemajuan di sektor pendidikan dan kesehatan. </p>
<p>Kemiskinan tertinggi terjadi pada 1970. Saat itu <a href="https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/31/101342926/membandingkan-angka-kemiskinan-dari-era-soeharto-hingga-jokowi">60% dari jumlah total penduduk masuk kategori miskin atau sekitar. 70 juta jiwa</a>. Angka kemiskinan turun pertama kali di bawah 10% dari total populasi pada bulan Maret 2018, pada waktu itu kemiskinan mencapai <a href="https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/31/101342926/membandingkan-angka-kemiskinan-dari-era-soeharto-hingga-jokowi">9,82% dengan 25,95 juta penduduk miskin</a>.</p>
<p>Dengan pendidikan, seseorang bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan keahlian sehingga memiliki kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. </p>
<p>Sementara dengan layanan kesehatan yang lebih baik, anak yang memiliki nutrisi cukup akan terhindar dari <a href="https://lifestyle.kompas.com/read/2017/02/08/100300123/mengenal.stunting.dan.efeknya.pada.pertumbuhan.anak?page=all">stunting</a> atau kekurangan gizi yang membuat anak tumbuh kerdil. Masyarakat yang sehat tentunya akan memiliki lebih banyak kemampuan untuk produktif dan memiliki penghasilan lebih tinggi.</p>
<h2>Keberhasilan program di sektor kesehatan</h2>
<p>Sudirman Nasir, peneliti senior dari fakultas Kesehatan Publik di Universitas Hassanudin di Sulawesi Selatan mengatakan dua program Kesehatan pemerintah yang paling sukses dan penting adalah Keluarga Berencana (KB) dan juga vaksinasi.</p>
<pre class="highlight plaintext"><code>1. Keluarga Berencana (KB)
</code></pre>
<p><a href="https://www.kompas.com/skola/read/2020/08/11/141500569/kb-salah-satu-usaha-pemerintah-untuk-menekan-tingkat-pertumbuhan-penduduk?page=all">Keluarga berencana</a> adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran, di Indonesia sendiri program ini sudah dirintis oleh <a href="https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2697855/program-kb-nasional-indonesia-dahulu-kini-amp-nanti">para ahli kandungan sejak tahun 1950an</a>.</p>
<p>“Cakupan KB yang meningkat telah membuat keluarga menjadi lebih sehat, kematian ibu dan anak berkurang, dan membuat banyak keluarga lebih sejahtera dan produktif,” ujar Sudirman.</p>
<p>Survei terbaru dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan jumlah anak dari perempuan di Indonesia telah mengalami penurunan 0,2 poin <a href="https://mediaindonesia.com/read/detail/231397-bkkbn-terus-berupaya-capai-target-renstra-2015-2019">menjadi 2,4 per wanita di tahun 2017 dibanding angka 2012</a>.</p>
<p>Keberhasilan program KB menurut mantan wakil presiden, Jusuf Kalla, telah membuat jumlah penduduk usia kerja menjadi lebih banyak daripada usia yang tidak bekerja, atau yang sering dinamakan <a href="https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/pnhhbh368/jk-sebut-bonus-demografi-karena-keberhasilan-program-kb">bonus demografi</a>.</p>
<p>Menurut Direktur Bill & Melinda Gates Institution, Jose Oying Rimon, jumlah anak yang lebih sedikit akan <a href="https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/2697855/program-kb-nasional-indonesia-dahulu-kini-amp-nanti">meningkatkan jumlah usia produktif dan membuat pembangunan suatu negara lebih berkelanjutan</a>. </p>
<p>“Tantangannya di era desentralisasi ini adalah membuat komitmen pemerintah daerah tetap kuat mendukung program KB,” kata Sudirman.</p>
<pre class="highlight plaintext"><code>2. Vaksinasi
</code></pre>
<p>Vaksinasi atau imunisasi telah berperan besar mencegah banyak penyakit, kecacatan dan kematian prematur. Tentunya dengan kondisi sehat, seseorang akan mampu menjadi lebih produktif dan mampu mendapatkan pendapatan yang maksimal.</p>
<p><a href="https://www.kemkes.go.id/article/print/18011500006/inilah-upaya-negara-melindungi-generasi-bangsa-dari-ancaman-penyakit-berbahaya.html">Kementerian Kesehatan</a> mencatat bahwa sejarah imunisasi di Indonesia dimulai dengan imunisasi cacar pada tahun 1956. Imunisasi di Indonesia dikembangkan melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang secara resmi dimulai di 55 Puskesmas pada tahun 1977, meliputi pemberian vaksin kekebalan terhadap empat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), yaitu TBC, difteri, pertusis, dan tetanus. </p>
<p>Saat ini program nasional Imunisasi berkembang dengan menambah 5 lagi PD3I yang dapat dilindungi yaitu Campak, Polio, Hepatitis B.</p>
<p>Data terbaru pemerintah menunjukkan cakupan imunisasi dasar lengkap Indonesia pada tahun 2018 baru <a href="https://health.grid.id/read/351705362/hari-imunisasi-dunia-12-anak-indonesia-belum-imunisasi-lengkap?page=all#:%7E:text=Selama%20ini%2C%20di%20Indonesia%20imunisasi,akan%20ditambah%20menjadi%2013%20vaksin.">mencapai 87,8%</a>. Ini berartinya masih ada 12% atau sekitar 400 ribu anak Indonesia belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap.</p>
<p>Menurut Sudirman, imbauan penggunaan vaksin saat ini harus terus diperkuat karena cakupan vaksinasi yang belum optimal akibat munculnya kelompok <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200627170720-192-518185/kelompok-anti-vaksin-makin-giat-di-medsos-saat-pandemi">anti vaksin</a> dan kondisi pandemi COVID-19 karena terbatasnya mobilitas. </p>
<p>“Vaksin adalah hasil pengembangan sains dan teknologi pencegahan yang sangat baik dan terbukti mengurangi kejadian penyakit, kecacatan dan kematian. Ini tentu juga berperan besar meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Sudirman.</p>
<h2>Program Pendidikan</h2>
<p>Program pendidikan yang paling sukses di Indonesia adalah program Sekolah Dasar Instruksi Presiden (Inpres), terang Daniel Suryadarma, peneliti utama dari Lembaga riset SMERU.</p>
<p>Program SD Inpres dilaksanakan sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 10 Tahun 1973 dengan membangun fasilitas pendidikan untuk memperluas kesempatan belajar masyarakat</p>
<p>Sepanjang periode 1973-1979, pemerintah membangun sebanyak <a href="https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5e9a4e5ecf275/sd-inpres%20mendunia-berkat-penerima-nobel">61,8 ribu sekolah</a>, termasuk penyediaan guru dan kepala sekolah, buku pelajaran, perpustakaan, dan air bersih. </p>
<p>“Program ini secara signifikan meningkatkan tingkat pendidikan. Dan hasil dari meningkatnya pendidikan ini adalah peningkatan pendapatan,” Kata Daniel.</p>
<p>Menurut Daniel, tantangan ke depan bagi pendidikan adalah memastikan bahwa penuntasan Sekolah Menengah Atas (SMA) bisa tercapai.</p>
<p>Berdasarkan data BPS per Februari 2019, dari <a href="https://www.cnbcindonesia.com/market/20190614153137-17-78468/sri-mulyani-sebut-59-pekerja-lulusan-smp-fakta-lebih-ngenes">129,3 juta orang yang bekerja di Indonesia, sebanyak 75,37 juta jiwa (setara 58,26%) merupakan lulusan SMP atau di bawahnya</a>.</p>
<p>Masalah lain dalam pendidikan Indonesia adalah kualitas pendidikan yang masih rendah dan tidak ada peningkatan. </p>
<p>Hal ini bisa ditunjukkan oleh hasil <em>Programme for International Student Assessment</em> (PISA) yang masih rendah. PISA bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan dengan mengukur kinerja siswa di pendidikan menengah, terutama pada tiga bidang utama, yaitu matematika, sains, dan literasi. </p>
<p>Menurut penilaian PISA pada tahun lalu, untuk kemampuan yang dasar saja seperti membaca <a href="https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaru-indonesia-ini-5-pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?page=all">Indonesia hanya mempunyai skor 371</a>. Ini sangat jauh jika dibandingkan peringkat pertama yang diraih Cina dengan skor 555.</p>
<p>Untuk mencetak cukup banyak orang-orang yang berkemampuan tinggi, akses dan kualitas pendidikan tinggi dan pendidikan kejuruan harus ditingkatkan. </p>
<p>“Kalau mau mencetak orang-orang yang sehat dan pintar, investasi pemerintah harus ditingkatkan dan dimulai dari semasa di dalam kandungan,” Ujar Daniel.</p>
<h2>Tantangan ke depan</h2>
<p>Di samping keberhasilan program pendidikan dan kesehatan dalam membantu pengentasan kemiskinan, Indonesia masih mengalami banyak tantangan. Salah satu yang terjadi saat ini adalah pandemi COVID-19.</p>
<p>Pandemi telah mengganggu perekonomian sehingga jumlah orang miskin di Indonesia per Maret telah mengalami kenaikan ke <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200715121015-532-524894/penduduk-miskin-ri-membengkak-jadi-2642-juta-karena-corona">26,42 juta orang atau 9,78%</a> dari total populasi, dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 25,14 juta orang atau 9,41% dari populasi yang mencapai lebih dari 260 juta orang.</p>
<p>Pemerintah sendiri menargetkan dapat menurunkan tingkat kemiskinan menjadi <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4894228/wapres-hingga-sri-mulyani-kumpul-bahas-target-kemiskinan-65">6,5 - 7% pada tahun 2024</a>. </p>
<p>Menurut Ridho Al Izzati, peneliti lain dari Smeru, target pemerintah tersebut akan sulit untuk tercapai.</p>
<p>“Sulit untuk dicapai karena kondisi kemiskinan Indonesia di 2020 diperparah oleh krisis yang diakibatkan oleh pandemi,” tutur Ridho.</p>
<p>Selain itu masih banyak tantangan lain, seperti tingkat kemiskinan yang sudah rendah sehingga pengambil kebijakan sulit menemukan orang miskin dan tingginya tingkat kerentanan terhadap kemiskinan. </p>
<p>Ke depannya, kemajuan sektor pendidikan tetap adalah modal utama untuk keluar dari kemiskinan.
Namun, sektor ini memerlukan perhatian lebih karena banyak sekolah yang ditutup karena pandemi COVID-19.</p>
<p>“Kuncinya adalah untuk memastikan tidak terjadi ketertinggalan yang permanen. Bisa dalam hal putus sekolah, tapi yang sama pentingnya adalah anak-anak yang kembali ke sekolah tidak kemudian terus ketinggalan dalam hal kemampuan,” ujar Daniel.</p>
<p>Sementara untuk kesehatan, tantangan terbesar dan terpenting adalah untuk mendapatkan vaksin untuk COVID-19 yang akan mengurangi penyebaran dan kematian akibat wabah ini.</p>
<p>“Vaksin untuk COVID-19 akan sekaligus mengurangi kerugian ekonomi dan sosial akibat pandemi itu,” kata Sudirman.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/144498/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Berbagai program pendidikan dan kesehatan dari pemerintah telah membuat masyarakat lebih produktif dan mengurangi angka kemiskinan.Yessar Rosendar, Business + Economy (Indonesian edition)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1283102019-12-06T07:19:13Z2019-12-06T07:19:13ZSkor siswa Indonesia dalam penilaian global PISA melorot, kualitas guru dan disparitas mutu penyebab utama<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/305472/original/file-20191205-38988-1hv7rhc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para siswa SMP membaca koran secara bersamaan di Batang, Jawa Tengah, 19 November 2019.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/middle-school-junior-high-students-compactly-1564934491">Onyengradar/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Skor kompetensi siswa Indonesia dalam membaca, matematika, dan sains pada <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/tanggapi-hasil-pisa-2018-mendikbud-ini-jadi-masukan-berharga">2018</a> lebih rendah dibanding pengukuran serupa <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-indonesia-mengalami-peningkatan">tiga tahun sebelumnya</a>. Alih-alih menanjak, bahkan nilai kemampuan membaca tahun lalu setara dengan <a href="https://www.oecd.org/education/school/programmeforinternationalstudentassessmentpisa/33690591.pdf">capaian tahun 2000</a>.</p>
<p>Kabar buruk ini datang setelah pada 3 Desember lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis hasil <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/tanggapi-hasil-pisa-2018-mendikbud-ini-jadi-masukan-berharga">Program Penilaian Pelajar Internasional (<em>Programme for International Students Assessment</em>, PISA) 2018</a>. </p>
<p>Hasil dari pengukuran global untuk siswa berusia 15 tahun itu menunjukkan bahwa <a href="http://www.oecd.org/pisa/PISA-results_ENGLISH.png">rata-rata skor siswa Indonesia</a> adalah 371 dalam membaca, matematika 379, dan sains 396. Capaian skor tersebut <a href="https://qz.com/1759506/pisa-2018-results-the-best-and-worst-students-in-the-world/">di bawah rerata 79 negara-negara peserta PISA</a>, yakni 487 untuk kemampuan membaca, dan 489 untuk kemampuan matematika dan sains.</p>
<p>Dalam <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-indonesia-mengalami-peningkatan">PISA sebelumnya, tahun 2015</a>, siswa Indonesia mencatatkan rata-rata yang lebih tinggi untuk semua bidang yaitu 397, 386, dan 403 untuk kemampuan membaca, matematika, dan sains. </p>
<p>Mengapa hasil penilaian siswa Indonesia pada studi global yang diselenggarakan tiga tahun sekali itu justru melorot signifikan? Hasil buruk kemampuan literasi siswa pada PISA 2018 cukup mengagetkan banyak pihak, terutama karena terjadi setelah digalakkan <a href="http://repositori.kemdikbud.go.id/8612/1/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf">Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sejak 2016</a>. </p>
<p>Dari laporan PISA diketahui bahwa rendahnya kualitas guru dan disparitas mutu pendidikan di Indonesia diduga sebagai penyebab utama buruknya kemampuan literasi siswa secara umum. Penyebab lainnya, saya kira Gerakan Literasi Sekolah gagal mendongkrak kualitas literasi siswa.</p>
<h2>Model tes PISA</h2>
<p>PISA merupakan suatu studi global dalam penilaian kompetensi siswa berusia 15 tahun dalam bidang matematika, sains, dan membaca. Tes yang diselenggarakan oleh Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) ini diikuti oleh 79 negara, dari negara maju dan berkembang. Model soal tesnya sama untuk setiap negara peserta. Soal-soal ini diterjemahkan ke bahasa masing-masing negara.</p>
<p>Tes ini tidak bertujuan untuk menilai penguasaan siswa akan konten kurikulum, melainkan untuk mempelajari apakah siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari dalam situasi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. </p>
<p>Indonesia telah berpartisipasi dalam tes PISA sejak tahun 2000. Dalam tes ini, kemampuan siswa dalam setiap bidang disebut dengan kemampuan literasi membaca, literasi matematika, dan literasi sains. </p>
<p>Penilaian ini digelar setiap tiga tahun sekali, dengan fokus yang berbeda-beda setiap pelaksanaannya. Hasil PISA yang baru saja dirilis tersebut merupakan hasil dari studi PISA tahun 2018, dengan fokus pada kemampuan literasi membaca. </p>
<h2>Literasi rendah</h2>
<p>Hasil PISA 2018 menunjukkan bahwa 70% siswa Indonesia tidak mampu mencapai level 2 pada <em>framework</em> PISA. Hasil siswa Indonesia sangat mengkhawatirkan. Padahal, secara rata-rata hanya sekitar 23% siswa di 79 negara peserta PISA yang tidak mampu menguasai kemampuan membaca level 2. </p>
<p><a href="https://datacatalog.worldbank.org/pisa-male-15-year-olds-reading-proficiency-level-level-2">Soal-soal pada level 2 PISA</a> mengharapkan siswa dapat menentukan ide utama dalam teks, mencari hubungan berbagai informasi dalam teks, dan menentukan kesimpulan sederhana dari teks bacaan. </p>
<p>Tingkat literasi yang rendah merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa karena sebagian besar keterampilan dan pengetahuan yang lebih mutakhir diperoleh melalui kegiatan membaca. Masyarakat pembaca yang terampil - mampu membaca, memahami, mengevaluasi, dan menyaring informasi - akan dapat menuai manfaat sebesar-besarnya dari sumber bacaan. </p>
<p>Literasi rendah berkontribusi terhadap <a href="https://theconversation.com/yang-harus-dilakukan-untuk-meningkatkan-tingkat-literasi-indonesia-83781">rendahnya produktivitas negara</a>, yaitu jumlah <em>output</em> yang dihasilkan negara tersebut dalam suatu periode. </p>
<p>Produktivitas yang rendah akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita, yaitu tingkat pendapatan semua orang di sebuah negara jika terdistribusi secara merata. Literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan.</p>
<p>Hasil studi <a href="http://www.rise.smeru.or.id/en/event/did-we-really-learn-math-school">program RISE–The SMERU Research Institute</a> memprediksi bahwa rerata kemampuan membaca siswa Indonesia hanya akan setara dengan rata-rata kemampuan siswa di negara OECD pada 2090, bila tidak ada upaya serius memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. </p>
<h2>Guru yang hambat belajar</h2>
<p>Salah satu aspek yang dipelajari dalam studi PISA untuk menjelaskan capaian belajar siswa adalah kualitas guru. Studi PISA mendapatkan informasi dari kepala sekolah dari sekolah-sekolah yang siswanya berpartisipasi dalam PISA mengenai karakteristik guru yang menghambat siswa belajar. </p>
<p>Hasil studi PISA 2018 menunjukkan setidaknya ada lima kualitas guru di Indonesia yang dianggap dapat menghambat belajar, yaitu:</p>
<ol>
<li>Guru tidak memahami kebutuhan belajar siswa.</li>
<li>Guru sering tidak hadir.</li>
<li>Guru cenderung menolak perubahan.</li>
<li>Guru tidak mempersiapkan pembelajaran dengan baik.</li>
<li>Guru tidak fleksibel dalam proses pembelajaran. </li>
</ol>
<p>PISA diujikan untuk siswa usia 15 tahun, yaitu ketika mereka berada di kelas 3 SMP atau awal SMA. Capaian siswa dalam PISA merupakan akumulasi belajar sejak tingkat pendidikan dasar. Permasalahan kualitas guru ini tidak terlepas dari rendahnya kompetensi yang dimiliki guru pada satuan pendidikan dasar dan menengah. </p>
<p>Hasil <a href="https://theconversation.com/rapor-kompetensi-guru-sd-indonesia-merah-dan-upaya-pemerintah-untuk-meningkatkannya-belum-tepat-120287">studi saya dan kolega menemukan bahwa hanya 12% guru sekolah dasar</a> yang merasa menguasai materi pengajaran literasi membaca dan 21% yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran matematika. </p>
<p>Penggalakkan <a href="https://nasional.tempo.co/read/870509/gerakan-literasi-sekolah-wujudkan-nawa-cita">Gerakan Literasi Sekolah yang diharapkan dapat mewujudkan Nawa Cita Presiden Joko Widodo</a> tampaknya sulit mencapai target jika tanpa dibarengi dengan mendongkrak kompetensi guru yang tepat dalam memfasilitasi pembelajaran literasi. </p>
<h2>Disparitas mutu pendidikan</h2>
<p>Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa ada peningkatan akses pendidikan yang signifikan di Indonesia dengan ditandai <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas">naiknya persentase penduduk usia 15 tahun yang bersekolah</a>. Namun, peningkatan akses ini belum dibarengi dengan peningkatan kualitas.</p>
<p>Tes PISA yang diselenggarakan tahun lalu merepresentasikan 85% penduduk Indonesia usia 15 tahun, sedangkan PISA 2003, misalnya, hanya merepresentasikan 46% penduduk Indonesia di kelompok usia tersebut. Pada 2018, 399 satuan pendidikan dengan 12.098 peserta didik yang mengikuti PISA. Setiap provinsi ada perwakilan sampel. </p>
<p>Peningkatan keterwakilan ini dianggap sebagai salah satu hal yang dianggap dapat menjelaskan penurunan capaian siswa dalam PISA 2018. </p>
<p>Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-saatnya-tingkatkan-kualitas">mengatakan</a> naiknya jumlah keterwakilan dalam PISA 2018 dan ketidakmerataan kualitas pendidikan nasional diduga mempengaruhi hasil akhir tes PISA. Skor siswa di daerah yang kualitas pendidikannya belum baik “berkontribusi terhadap rendahnya” skor rata-rata nasional.</p>
<p>Misalnya, siswa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI Jakarta memiliki skor rata-rata 411 dan 410 dalam kemampuan membaca. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa DIY dan DKI dinilai setara dengan kemampuan membaca siswa di Malaysia dan Brunei Darussalam. Sedangkan siswa di daerah lain di Indonesia menunjukkan kemampuan membaca yang jauh lebih rendah, dengan skor rata-rata nasional hanya 371. </p>
<p>Hasil yang cukup baik di DIY, khususnya di Kota Yogyakarta, dapat dijelaskan oleh adanya berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan partisipasi aktif dari masyarakat untuk mendukung Gerakan Literasi Sekolah melalui kegiatan perpustakaan keliling dan budaya literasi membaca yang baik di masyarakat.</p>
<h2>Gerakan Literasi Sekolah</h2>
<p><a href="http://repositori.kemdikbud.go.id/8612/1/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf">Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dimulai pada 2016</a> dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa usia sekolah. Lewat gerakan ini, banyak pojok literasi dan panggung literasi yang diadakan di sekolah. Gerakan ini didukung pula dengan pengadaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di luar sekolah. </p>
<p>Dari hasil PISA 2018, belum terlihat efektivitas GLS maupun TBM dalam menaikkan kemampuan literasi membaca. Hal ini disebabkan, antara lain, <a href="https://www.inovasi.or.id/id/story/membangun-gerakan-literasi-nasional-kekuatan-sebuah-buku-bacaan-yang-bagus/">buku bacaan belum sesuai dengan usia dan minat siswa</a> serta minimnya dukungan orang tua dan masyarakat dalam menumbuhkan budaya membaca. </p>
<p>GLS juga menyasar literasi dalam bidang <a href="https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2019/04/4.-Seri-Manual-GLS_Literasi-Numerasi-dalam-Pengembangan-Klub-STEAM-dan-Wirausaha-di-Sekolah.pdf">numerasi dan sains</a>. Dalam penguatan dua bidang ini, sayangnya Kementerian Pendidikan hanya menyarankan gerakan ekstrakurikuler, seperti klub matematika dan sains di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Umumnya klub ini diikuti oleh sebagian kecil siswa yang sudah memiliki minat dan bakat dalam bidang tersebut.</p>
<p>Banyak dari siswa yang mengikuti klub matematika dan sains ini kemudian dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan olimpiade sains. Padahal, perbaikan atas permasalahan rendahnya kompetensi siswa dalam literasi matematika dan sains harusnya menyasar siswa usia sekolah secara umum melalui penguatan kegiatan pembelajaran di ruang kelas. </p>
<h2>Keluar dari kubangan masalah</h2>
<p>Dengan adanya diagnosis kompetensi siswa Indonesia dari survei PISA, perlu ditindak lanjuti dengan meningkatkan kualitas guru, mengurangi disparitas pendidikan, dan menjalankan berbagai program pendidikan secara sistematis dan menyeluruh. </p>
<p>Sistem <a href="https://theconversation.com/rapor-kompetensi-guru-sd-indonesia-merah-dan-upaya-pemerintah-untuk-meningkatkannya-belum-tepat-120287">pendidikan dan pelatihan guru</a>, serta sistem penempatan dan perekrutan guru merupakan dua hal yang sudah darurat untuk segera diperbaiki. </p>
<p>Selain itu, sistem penilaian dan kurikulum yang selama ini menjadi panduan utama guru dalam mengajar perlu juga ditinjau ulang agar tidak semakin mengarahkan mereka menjadi guru yang menghambat belajar. </p>
<p>Partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat dalam menumbuhkan budaya belajar juga diperlukan untuk mensinergikan program-program ini. Perlu komitmen semua pihak dalam menyukseskan program pemerintah seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS), agar tidak sekadar menjadi slogan. </p>
<p>Seperti kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, impian untuk dapat memiliki capaian rerata setara negara-negara OECD dalam PISA hanya dapat diwujudkan dengan <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/pentingnya-kerja-sama-semua-elemen-pendidikan">optimisme untuk bekerja keras dari semua pihak</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/128310/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Shintia Revina tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan. Hasil PISA memberikan diagnosis masalah pendidikan,Shintia Revina, Peneliti, SMERU Research InstituteLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/979992018-07-02T09:14:44Z2018-07-02T09:14:44ZKualitas buruk pelajar Indonesia akibat proses belajar tidak tuntas. Apa yang bisa dilakukan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/225291/original/file-20180628-112601-k96fcw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTUzMDIwMjM5NSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNjcxMzIzMjk3IiwiayI6InBob3RvLzY3MTMyMzI5Ny9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJPOHFKc0FOYVVITjJ6TlJhbmttTTJzeGNXTEkiXQ%2Fshutterstock_671323297.jpg&pi=41133566&m=671323297&src=lGfj3NUdkIvElO7R6-jS2Q-1-0">MR.Yanukit/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Keberhasilan pelajar Indonesia <a href="https://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-perwakilan/Pages/Indonesia-Raih-Medali-Emas-dan-Perunggu-pada-Olimpiade-Sains-Internasional-2018-di-Beograd-Serbia.aspx">menjuarai berbagai olimpiade sains internasional</a> merupakan <a href="https://www.antaranews.com/berita/649831/pelajar-indonesia-raih-tujuh-medali-olimpiade-sains-di-prancis">berita</a> yang menggembirakan. </p>
<p>Di luar meja kompetisi, hasil tes internasional seperti <a href="https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf">Programme for International Student Assessment (PISA) 2015</a>, yang menempatkan pelajar Indonesia pada peringkat ke-62 dari 70 negara menjadi kabar menyedihkan. Sejak mengikuti tes ini pada 2003, Indonesia tidak mengalami kemajuan berarti. </p>
<p>Betapa tidak, 75% murid Indonesia, misalnya, gagal mencapai kemampuan dasar matematika, meski selama lima belas tahun terakhir alokasi <a href="https://theconversation.com/guru-makin-sejahtera-di-era-desentralisasi-tapi-tidak-berdampak-pada-kualitas-pendidikan-86000">anggaran negara untuk pendidikan</a> meningkat berlipat ganda dan bisa disebut <a href="http://econweb.ucsd.edu/%7Ekamurali/papers/Working%20Papers/Double%20for%20Nothing%20(NBER%20WP%2021806).pdf"><em>double for nothing</em></a>.</p>
<p>Sementara itu, Vietnam, begitu mengikuti PISA pada 2012 langsung masuk kelompok 20 teratas dan pada 2015 melaju ke posisi delapan. Padahal, negara ini baru bersatu pada 1976 setelah mengalami <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Vietnam">perang</a> dengan korban jiwa warga sipil tidak kurang dari sejuta orang dan mengakibatkan eksodus penduduk besar-besaran. Selain itu, sejak beberapa tahun lalu, Singapura, Korea Selatan, dan Jepang selalu berada di kelompok peringkat teratas peserta PISA. </p>
<p>Di dalam negeri, <a href="https://edukasi.kompas.com/read/2018/05/02/21162211/peringatan-hardiknas-diwarnai-anjloknya-nilai-un-sma-jawa-timur">hasil ujian nasional tingkat sekolah menengah atas di Jawa Timur baru-baru ini, misalnya, menjadi sorotan</a> karena persentase siswa yang mendapat nilai di bawah 55 mencapai 78,8%. Sedangkan standar kompetensi minimal adalah <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/05/un-perbaikan-diselenggarakan-bulan-juli-ini-ketentuannya">55</a>. Ini artinya nilai mayoritas siswa di bawah standar.</p>
<h2>Pembelajaran tuntas</h2>
<p>Berdasarkan sebuah <a href="http://www.smeru.or.id/id/content/inovasi-studi-diagnostik-tentang-pendidikan-di-daerah-di-indonesia">hasil penelitian pendidikan pada 2016 yang penulis ikuti</a> dan hasil sementara riset kami yang sedang berjalan dalam <a href="http://www.smeru.or.id/en/content/research-improving-systems-education-rise-project-%E2%80%98evaluating-how-teacher-reforms">Research on Improving Systems of Education (RISE)</a> mengindikasikan bahwa salah satu penyebab rendahnya kualitas pengajaran di Indonesia berkaitan dengan “<a href="https://www.jstor.org/stable/pdf/3443431.pdf?seq=1#page_scan_tab_contents">pembelajaran tuntas</a>.” Pembelajaran tuntas adalah proses belajar mengajar yang mengisyaratkan murid menguasai secara baik seluruh standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) setiap mata pelajaran.</p>
<p>SK adalah pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan yang diharapkan dicapai murid dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. KD merupakan penjabaran dari standar kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus dicapai murid sebagai gambaran nyata penguasaannya atas standar kompetensi.</p>
<p>Perbedaan kondisi antar sekolah dan kualitas antar guru bervariasi dengan jarak ketimpangan besar. Oleh karena itu, sekolah, khususnya guru, boleh menentukan batas ketuntasan minimal KD yang masuk akal dan wajar sesuai kondisi masing-masing. Makin jauh penetapan batas angka ketuntasan belajar minimal di bawah 100%, makin besar kemungkinan murid untuk tidak menguasai berbagai KD suatu mata pelajaran. </p>
<p>Berdasarkan wawancara penulis dengan beberapa pengawas sekolah di beberapa daerah di Indonesia, ada kesepakatan umum mengenai angka batas ketuntasan belajar minimal adalah 75% untuk individu dan 85% untuk kelompok. Angka kesepakatan ini masih mengandung risiko dalam memastikan ketuntasan murid menguasai SK ilmu pengetahuan. Padahal, masih ada sekolah yang menetapkan angka batas ketuntasan belajar minimal di bawah 75%. </p>
<p>Untuk mendiagnosis hasil pembelajaran tuntas, guru perlu mengevaluasi secara teratur atas setiap KD yang selesai diajarkan. Murid yang berhasil menuntaskan pembelajaran bisa melanjutkan ke KD berikutnya dan bahkan dapat mengikuti kegiatan pengayaan. Sementara itu, murid yang gagal perlu mengikuti kegiatan ulangan perbaikan atas materi pelajaran dan bahkan perlu memperbaiki cara belajar. Hasil diagnosis proses pembelajaran dapat pula membantu guru memperbaiki cara mengajar dan melengkapi bahan pelajaran. Strategi pembelajaran tuntas menuntut baik murid maupun guru menjadi pembelajar mandiri. </p>
<h2>Benarkah perlu ratusan tahun?</h2>
<p>Bagi sekolah dan guru yang terbiasa dengan proses pengajaran konvensional, tentu sulit mengerjakan strategi pembelajaran tuntas. Ketuntasan belajar menghendaki sekolah dan guru melakukan banyak kegiatan yang memerlukan dukungan penguasaan berbagai keahlian, seperti filosofis, tujuan, dan materi kurikulum, menilai kemampuan murid berdasarkan bukti, dan membantu memperbaiki hasil belajar murid. </p>
<p>Tanpa keahlian tersebut, beberapa langkah persyaratan pembelajaran tuntas kerap kali terbengkalai. Misalnya, guru tidak selalu membuat perencanaan satuan pembelajaran secara lengkap dan menyeluruh. Hasil ujian tidak dianalisis, sementara hasil pembelajaran tidak tuntas dibiarkan tanpa ulangan perbaikan. </p>
<p>Padahal, ketidaktuntasan belajar dalam menguasai KD di bagian pelajaran tertentu, kalau tidak lebih dulu mengikuti ulangan perbaikan akan menyulitkan murid menguasai KD berikutnya. Makin banyak ketidaktuntasan belajar yang dibiarkan, hampir dapat dipastikan akan membuat hasil pembelajaran rendah. Situasi ini makin diperparah oleh kenyataan bahwa di dalam kelas guru memperlakukan murid sebagai kelompok homogen. Padahal, kemampuan memahami pelajaran dan cara belajar setiap anak berbeda. </p>
<p>Hasil pembelajaran akan makin sukar meningkat manakala sekolah dan guru tidak mencermati ketuntasan belajar. Apalagi kalau dikaitkan dengan kenyataan bahwa sebagian besar dari sekitar 3 juta guru tidak lulus <a href="http://info-menarik.net/hasil-ukg-kemendikbud-tahun-201">uji kompetensi guru (UKG)</a>. Selama pendidikan di Indonesia tidak cukup memberikan perhatian untuk memastikan adanya proses pembelajaran tuntas, maka upaya memperbaiki hasil pengajaran sulit tercapai. </p>
<p>Kegagalan pendidikan menuntaskan pembelajaran Matematika, Bahasa, dan Pengetahuan Alam selama ini, pada hakikatnya juga menggambarkan kegagalan melaksanakan pendidikan karakter. Kalau karakter seperti kerja keras, perilaku kolektif dan sosial, sifat jujur dalam melaksanakan ujian berhasil dididikkan, maka materi pelajaran akan lebih mudah diajarkan. </p>
<p>Menurut <a href="http://headfoundation.org/2017/07/05/education-in-indonesia-literacy-is-the-key-to-learning/">Lant Pritchett, Direktur Research on Improving Systems of Education (RISE)</a>, dengan laju perkembangan mutu pengajaran selama ini, Indonesia memerlukan ratusan tahun untuk menyamai skor negara peserta PISA peringkat tertinggi. Namun, sepanjang persyaratan mutu pembelajaran tuntas dipenuhi, maka dalam waktu satu tahun dapat <a href="https://www.oecd-ilibrary.org/docserver/9789264266490-en.pdf?expires=1528875352&id=id&accname=guest&checksum=21590B43BD423C1AC74A2F098D8CBE5F">meningkatkan poin sebesar 48</a>. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/QcALN/3/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" width="100%" height="700"></iframe>
<p>Gambar di atas menunjukkan posisi hasil PISA Indonesia terhadap seluruh negara peserta yang dilakukan pada siswa usia 15 tahun. Skor 410 merupakan batas bawah penguasaan pengetahuan dasar, yaitu dapat secara sederhana menerapkan kemampuan prosedural ke kehidupan sehari-hari. </p>
<h2>Belajar tuntas sebuah kemewahan?</h2>
<p>Mereka yang menjadi juara olimpiade sains internasional adalah murid yang mendapat kesempatan dan fasilitas mewah dalam menjalani pembelajaran secara tuntas. Dengan kemewahan seperti itu, semua murid, termasuk kaum disabilitas (seperti tunarungu, tunanetra, tunawicara) pun dapat mencapai hasil pembelajaran optimal. Dalam kenyataannya, masih banyak murid Indonesia yang memperoleh layanan pembelajaran tidak tuntas yang menyebabkan hasilnya rendah. </p>
<p>Anak sekolah sekarang ketika dewasa kelak akan berhadapan dengan perubahan kehidupan global yang cepat. Misalnya diperkirakan<a href="https://www.theatlantic.com/technology/archive/2011/08/project-classroom-transforming-our-schools-for-the-future/244182"> 65% ragam pekerjaan sekarang</a> telah tergantikan oleh jenis pekerjaan baru yang kini belum terbayangkan. Kalau murid Indonesia tidak mampu berkompetisi dalam berbagai tes internasional, maka di masa depan mayoritas mereka akan terpinggirkan dari pergaulan global. Mereka dapat menjadi warga kelas dua di negeri sendiri.</p>
<p>Pendidikan dan pengajaran merupakan penentu utama masa depan kesejahteraan bangsa. Sekelompok kecil orang yang berhasil mengikuti pembelajaran secara tuntas yang di antaranya bahkan menjadi pemenang olimpiade sains internasional bisa saja berhasil membangun Indonesia. Akan tetapi, manakala sebagian besar penduduk “mengidap” pembelajaran tidak tuntas, maka pantas untuk mengkhawatirkan terjadinya situasi ketimpangan sosial-ekonomi parah yang berkepanjangan. </p>
<p>Padahal, kemerdekaan Indonesia bertujuan membuka ruang bagi setiap rakyat untuk mengembangkan diri agar dapat menikmati kemakmuran bersama. Namun bagaimana pun, sikap optimis harus terus dipupuk seperti peribahasa mengajarkan, “Tak ada kusut yang tak bisa diurai.”</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/97999/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Syaikhu Usman terlibat dalam Research on Improving Systems of Education (RISE) di Indonesia dari 2017 sampai 2022 yang didanai oleh United Kingdom Department for International Development (DFID) dan Department of Foreign Affairs and Trade of the Australian Government (DFAT).</span></em></p>Makin banyak ketidaktuntasan belajar yang dibiarkan, hampir dapat dipastikan akan membuat hasil pembelajaran rendah. Menang olimpiade sains internasional, tapi terpuruk tes PISA.Syaikhu Usman, Senior Researcher, SMERU Research InstituteLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/837812017-09-22T10:49:00Z2017-09-22T10:49:00ZYang harus dilakukan untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/186948/original/file-20170921-10657-1gnpkpq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Di Indonesia, hanya 13,1% populasi yang membaca surat kabar. Dan di Jakarta hanya 5,4% populasi bisa menangkap informasi dari teks yang panjang. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat literasi anak-anak dan orang dewasa di Indonesia sangat rendah. </p>
<p>Kemampuan membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand berdasarkan hasil <a href="https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf">tes PISA</a> (<em>The Programme for International Student Assessment</em>) yang dirilis Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2016. </p>
<p>Sementara 70% orang dewasa di Jakarta hanya memiliki kemampuan memahami informasi dari tulisan pendek, tapi kesulitan untuk memahami informasi dari tulisan yang lebih panjang dan kompleks. Dan 86% orang dewasa di Jakarta hanya dapat menyelesaikan persoalan aritmetika yang membutuhkan satu langkah, tapi kesulitan menyelesaikan perhitungan yang membutuhkan beberapa langkah. </p>
<p>Data ini disimpulkan dari hasil penilaian PIAAC (<em>The Programme for the International Assessment of Adult Competencies</em>), tes kompetensi sukarela untuk orang dewasa yang berusia 16 tahun ke atas. </p>
<p>Rendahnya literasi merupakan masalah mendasar yang memiliki dampak sangat luas bagi kemajuan bangsa. Literasi rendah berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas bangsa. Ini berujung pada rendahnya pertumbuhan dan akhirnya berdampak terhadap rendahnya tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan per kapita. </p>
<p>Literasi rendah juga berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan. </p>
<p>Perlu ada upaya-upaya khusus dari pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia. </p>
<h2>Solusi mengatasi masalah literasi</h2>
<p>Untuk mengatasi masalah rendahnya tingkat literasi di Indonesia, ada beberapa upaya yang dapat dan perlu dilakukan, antara lain: </p>
<ul>
<li>Merekrut dan meningkatkan kualitas guru sejalan dengan Kesepakatan Muscat (<em>Muscat Agreement</em>), sebuah perjanjian yang disepakati pada 2014 oleh delegasi pertemuan <em>Global Education for All</em> yang diselenggarakan UNESCO di Muscat, Oman. Salah satu targetnya adalah: semua negara memastikan bahwa pada 2030, seluruh pelajar dididik oleh guru-guru yang memenuhi kualifikasi, terlatih secara profesional, memiliki motivasi, dan mendapatkan dukungan. </li>
</ul>
<ul>
<li><p>Mengatasi masalah gizi sedini mungkin. Peningkatan anggaran pendidikan tanpa perbaikan gizi anak ternyata tidak berdampak terhadap peningkatan kecerdasan dan prestasi belajar–ditandai oleh peningkatan nilai PISA yang tidak signifikan. Karena itu alokasi anggaran pendidikan yang cukup besar (untuk tahun 2018 sebesar <a href="http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/17/075330626/anggaran-pendidikan-rp-441-triliun-jangan-ada-lagi-cerita-kelas-bocor">Rp441 triliun</a>) sebagian perlu dialihkan untuk program perbaikan gizi melalui penyediaan makanan tambahan di sekolah mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai sekolah menengah atas.</p></li>
<li><p>Membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan terutama penyediaan listrik, perpustakaan, lab komputer dan akses terhadap internet serta peningkatan infrastruktur ICT yang saat ini tertinggal di ASEAN.</p></li>
<li><p>Memasukkan kembali buku bacaan wajib ke dalam kurikulum. Untuk menjamin ketersediaan buku bacaan bermutu, maka fungsi penerbit milik negara Balai Pustaka perlu dikembalikan ke posisi sebelumnya sebagai penerbit dan penyedia buku bacaan bermutu bagi sekolah-sekolah.</p></li>
</ul>
<h2>Kemampuan literasi di Indonesia</h2>
<p>Peningkatan anggaran pendidikan yang dilakukan pemerintah Indonesia telah berhasil meningkatkan angka partisipasi sekolah anak-anak berumur 13-15 tahun dari 81,01% pada tahun 2003 menjadi 94,7% pada tahun 2016.</p>
<p>Namun, melihat hasil penilaian PISA, dapat disimpulkan bahwa peningkatan anggaran pendidikan di Indonesia belum berhasil meningkatkan kemampuan literasi anak-anak Indonesia.</p>
<p>Pada 2014-2015, Indonesia secara sukarela juga mengikuti PIAAC yang diselenggarakan oleh OECD. Penilaian PIAAC ini meliputi literasi, kemampuan angka dan kemampuan memecahkan masalah. </p>
<p>Berdasarkan laporan berjudul “<a href="https://www.oecd.org/skills/piaac/Skills-Matter-Jakarta-Indonesia.pdf"><em>Skills Matter</em></a>” yang dirilis OECD pada tahun 2016, berdasarkan tes PIAAC, tingkat literasi orang dewasa Indonesia berada pada posisi terendah dari 40 negara yang mengikuti program ini.</p>
<p>Tes PIAAC, menemukan bahwa hanya 1% orang dewasa di Jakarta yang memiliki tingkat literasi yang memadai (Level 4 dan 5). Orang dewasa dengan tingkat literasi level 4 dan 5 dari tes PIAAC, dapat mengintegrasikan, menafsirkan, dan mensintesis informasi dari teks yang panjang yang mengandung informasi yang bertentangan atau kondisional. Dan hanya 5.4% orang dewasa di Jakarta memiliki tingkat literasi pada level 3, yaitu dapat menemukan informasi dari teks yang panjang. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/apakah-panggilan-jiwa-guru-bisa-memperbaiki-kualitas-pembelajaran-di-sekolah-87727">Apakah ‘panggilan jiwa’ guru bisa memperbaiki kualitas pembelajaran di sekolah?</a></em></p>
<hr>
<p>Selain itu, pada tahun 2016, Central Connecticut State University merilis hasil “<a href="http://www.ccsu.edu/wmln/"><em>The World Most Literate Nation Study</em></a>”. Studi ini selain menggunakan hasil penilaian PISA juga menambahkan ketersediaan dan ukuran perpustakaan serta akses terhadap informasi. Dari 61 negara yang diteliti, Indonesia berada pada posisi ke-60 di atas Botswana. Untuk kawasan ASEAN posisi Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. </p>
<h2>Mengapa tingkat literasi Indonesia rendah?</h2>
<p>Kualitas pendidikan yang rendah menyebabkan rendahnya kualitas lulusan pada tingkat pendidikan primer, sekunder, maupun pendidikan tinggi. Ini merupakan faktor utama rendahnya tingkat literasi. </p>
<p>Kualitas lulusan antara lain ditentukan oleh kualitas atau kompetensi guru. Hasil uji kompetensi guru pada tahun 2015 hanya mencapai nilai rata-rata 53,02% dan kompetensi calon guru hanya mencapai 44%. Kualitas guru di Indonesia masih jauh dari memadai.</p>
<p>Gizi juga merupakan faktor kendala dalam mengatasi masalah rendahnya literasi. Prevalensi balita yang mengalami kekurangan gizi dan tubuh pendek (<em>stunting</em>) pada tahun 2010 masing-masing mencapai 17,9% dan 35,6%. </p>
<p>Pada tahun 2013 kekurangan gizi mencapai 17,8% dan prevalensi tubuh pendek bahkan naik menjadi 36,8%. Dalam masalah gizi ini Indonesia termasuk 36 negara di dunia yang berkontribusi terhadap 90% masalah gizi dunia.</p>
<p>Selanjutnya faktor infrastruktur pendidikan–seperti ketersediaan listrik, lab komputer dan akses terhadap internet, serta perpustakaan–ikut menyumbang dalam penanganan masalah rendahnya literasi. </p>
<p>Infrastruktur pendidikan Indonesia tertinggal dibandingkan beberapa negara ASEAN. Ketersediaan listrik dan laboratorium komputer berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Akses terhadap internet di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dan Indonesia berada di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam dalam hal teknologi komunikasi informasi.</p>
<p>Terakhir faktor rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia. Menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) sampai 2015 pembaca surat kabar hanya 13,1%, sementara penonton televisi mencapai 91,5%. </p>
<p>Rendahnya minat membaca ini antara lain terjadi sejak kemerdekaan akibat dihapuskannya secara bertahap buku bacaan wajib di sekolah. </p>
<p>Dulu di era sebelum kemerdekaan pelajar AMS (sekolah setara SMA untuk pribumi di zaman pendudukan Belanda) diwajibkan membaca 25 judul buku dan pelajar HBS (sekolah setara SMA untuk anak Eropa dan bangsawan pribumi) sebanyak 15 judul buku.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/semangat-membaca-di-pelosok-menantang-anggapan-minat-baca-rendah-82023">Semangat membaca di pelosok menantang anggapan minat baca rendah</a></em></p>
<hr>
<h2>Dampak literasi rendah</h2>
<p>Berdasarkan laporan UNESCO yang berjudul “<a href="http://www.unesco.org/new/en/media-services/single-view/news/the_social_and_economic_impact_of_illiteracy_analytical_mod/"><em>The Social and Economic Impact of Illiteracy</em></a>” yang dirilis pada tahun 2010, tingkat literasi rendah mengakibatkan kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan, kehilangan proses pendidikan baik pada tingkat individu maupun pada tingkat sosial dan terbatasnya hak advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik.</p>
<p>Literasi rendah juga, menurut UNESCO, menimbulkan dampak antara. Misalnya, tingginya kecelakaan kerja dan tingginya prevalensi sakit akibat pekerjaan. </p>
<p>Dampak antara literasi rendah juga muncul dalam persoalan kesehatan masyarakat, karena masyarakat dengan literasi rendah juga umumnya memiliki kesadaran rendah akan kebersihan makanan dan gizi buruk dan memiliki perilaku seksual berisiko tinggi. Akibatnya, prevalensi penyakit seksual, kehamilan, aborsi, kelahiran, kematian tinggi. </p>
<p>Literasi rendah juga berdampak pada tingginya angka putus sekolah dan pengangguran yang berdampak pada rendahnya kepercayaan diri. Orang dengan tingkat literasi rendah sulit menjadi mandiri atau berdaya, dan tergantung secara ekonomi pada pada keluarga, kerabat, dan negara. </p>
<p>Kriminalitas, penyalahgunaan obat dan alkohol, serta kemiskinan dan kesenjangan, juga merupakan dampak dari rendahnya tingkat literasi.</p>
<p>Berdasarkan laporan Bank Dunia tingginya kesenjangan di Indonesia saat ini sebagian besar disebabkan kesenjangan keterampilan (<em>skill gap</em>) yang tentunya terjadi karena rendahnya tingkat literasi.</p>
<p>Tanpa melakukan upaya perbaikan terhadap tingkat literasi akan sangat sulit bagi Indonesia untuk dapat menurunkan angka kemiskinan dan menurunkan tingkat kesenjangan. </p>
<p>Oleh karena itu kunci dalam meningkatkan produktivitas bangsa dan menurunkan angka kemiskinan serta menurunkan tingkat kesenjangan terletak pada keberhasilan kita dalam mengatasi masalah literasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/83781/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chairil Abdini tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perlu ada upaya-upaya khusus dari pemerintah untuk meningkatkan tingkat literasi Indonesia.Chairil Abdini, Lecturer in Public Policy and Decision Analysis, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.