tag:theconversation.com,2011:/es/topics/sains-42058/articlesSains – The Conversation2024-03-08T05:49:45Ztag:theconversation.com,2011:article/2238322024-03-08T05:49:45Z2024-03-08T05:49:45ZFilosofi kimia dan apa yang dapat diceritakannya tentang kehidupan, alam semesta, dan segalanya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/576318/original/image-20160510-20731-1pf8nwv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pertanyaan besar.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Filsafat mengajukan beberapa pertanyaan mendasar dan menyingkap. Apa itu? Mengapa kita melakukannya? Apa yang dapat dicapai? Sebagai titik awal, kata “filsafat” berasal dari bahasa Yunani yang berarti kecintaan pada kebijaksanaan. Para penekun filsafat akan berusaha memahami dunia di sekitar mereka. Dengan begitu, para filsuf sedikit mirip dengan ilmuwan. </p>
<p>Namun, ilmu pengetahuan merupakan subjek yang cukup luas, sehingga memerlukan <a href="http://journal.philsci.org/">cabang filsafatnya sendiri</a>. Jika kita dapat memecah penyelidikan ilmiah ke dalam berbagai subjek, mengapa tidak melakukan hal yang sama dengan filsafatnya? </p>
<p>Inilah yang telah terjadi dengan perkembangan <a href="http://plato.stanford.edu/entries/chemistry/">Filsafat Kimia</a>, sebuah bidang penyelidikan filosofis yang relatif muda dan khusus. Bidang ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan unik dan menarik mengenai jenis pengetahuan yang diperoleh dalam sains, dan pemahaman tentang alam kita.</p>
<p>Beberapa perbincangan dalam filsafat kimia menyangkut isu-isu yang berkaitan erat dengan filsafat sains. Ide-ide penjelasan, hukum alam, dan realisme diselidiki dengan menggunakan teori, konsep, metode, dan alat eksperimental kimia yang spesifik. </p>
<p>Kedengarannya rumit, dan terkadang memang begitu. Namun, mengkaji teori-teori ilmiah seperti mekanika kuantum dari sudut pandang yang berfokus pada kimia dapat membantu memperluas pemahaman kita tentang ide-ide saintifik. Apa sebenarnya molekul itu? Apa maksudnya “ikatan kimia”? Dapatkah kita memprediksi dan menjelaskan perilaku materi kimia dalam mekanika kuantum?</p>
<p>Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan besar yang, berkat pendekatan filsuf, dapat mengurai asumsi dan aturan hingga ke akar-akarnya.</p>
<p>Dan pertanyaan-pertanyaan filosofis ini tidak hanya menarik bagi para filsuf ilmu pengetahuan, tetapi juga para ilmuwan. Jawabannya berimbas langsung pada otonomi ilmu pengetahuan, dan kesatuan alam. Sebagai contoh, dapat dikatakan bahwa subjek kimia berbeda dan independen dari subjek fisika, dan melibatkan konsep-konsep yang berpengaruh pada realitas. </p>
<p>Sama seperti individu yang terdiri dari jutaan sel yang secara kesluruhan menunjukkan ciri dan sifat unik, molekul dan ikatan kimia adalah entitas nyata yang layak diselidiki secara terpisah dari elektron dan inti yang menyusunnya. Ini adalah isu-isu yang menciptakan <a href="http://www.bristol.ac.uk/arts/events/2016/may/history-philosophy-chemistry.html">perdebatan sengit</a> di antara para filsuf kimia dan yang memiliki implikasi penting bagi pandangan kita tentang pentingnya ilmu pengetahuan, dan pandangan kita tentang alam.</p>
<p>Kimia pun memiliki metode dan model yang unik. Sebagai bidang studi, kimia dianggap sebagai disiplin ilmu yang sangat berbeda dengan fisika, karena lebih banyak didasarkan pada penggunaan metode empiris untuk mencapai penjelasan dan prediksi. </p>
<p>Berbeda dengan fisika, yang sebagian besar dibahas melalui bahasa matematika, kimia telah mengembangkan bahasa yang berbeda yang diatur dan disusun dalam <a href="https://theconversation.com/the-race-to-find-even-more-new-elements-to-add-to-the-periodic-table-52747">tabel periodik</a>. Kimia juga menggunakan representasi visual yang unik dari struktur molekul untuk memahami dan menjelaskan perbedaan struktur yang rumit berikut sifat-sifat kimiawi suatu zat. Praktik dan teori kimia yang unik membuat ilmu ini layak mendapatkan penyelidikan filosofis tersendiri. </p>
<h2>Diskusi dasar</h2>
<p>Para filsuf kimia juga meneliti fitur-fitur penentu yang digunakan para ahli kimia untuk membedakan dan mengelompokkan materi ke dalam zat, elemen, senyawa, dan campuran. Aspek penting dari hal ini adalah penyelidikan peran tabel periodik yang mengklasifikasikan dan mengelompokkan unsur-unsur dalam hal kesamaan sifat kimia tertentu. </p>
<p>Penyelidikan historis tentang bagaimana klasifikasi tersebut berubah dari waktu ke waktu dan jenis temuan-temuan apa saja yang berkontribusi, berperan penting dalam diskusi ini. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/121887/original/image-20160510-20727-149jhpa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/121887/original/image-20160510-20727-149jhpa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/121887/original/image-20160510-20727-149jhpa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/121887/original/image-20160510-20727-149jhpa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/121887/original/image-20160510-20727-149jhpa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/121887/original/image-20160510-20727-149jhpa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/121887/original/image-20160510-20727-149jhpa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Rumus Sokrates.</span>
<span class="attribution"><span class="source">shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Faktanya, kita salah apabila mengabaikan pentingnya sejarah kimia terhadap penyelidikan filosofis dalam bidang ini. Persepsi tentang konsep kimia, seperti atom, telah berubah secara signifikan sejak dulu berkat kemajuan dalam eksperimen kimia dan fisika. </p>
<p>Filsafat kimia adalah bidang penyelidikan filosofis yang telah berkembang selama 20 tahun terakhir menjadi bidang yang berbeda dan <a href="http://www.hyle.org/">terpisah</a>. Selama kimia ada sebagai disiplin ilmu yang terpisah untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan dan menggunakan alat yang unik, filsafat kimia akan terus menyelidiki implikasi filosofis dari kegiatan semacam itu. </p>
<p><a href="http://www.bristol.ac.uk/arts/events/2016/may/history-philosophy-chemistry.html">Pengajuan pertanyaan tentang sains dan bahan kimia</a> jelas terkait dengan pengajuan pertanyaan tentang alam semesta—dan pemahaman tempat kita di dalamnya—adalah formula dari semua penyelidikan filosofis.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/223832/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Vanessa Seifert menerima dana dari Darwin Trust of Edinburgh Postgraduate Studentship.</span></em></p>Apakah ada rumusnya?Vanessa Seifert, Honorary Visiting Fellow, University of BristolLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2185002024-01-09T08:49:03Z2024-01-09T08:49:03ZKenapa ada ‘bintang jatuh’?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/561443/original/file-20190204-193217-1a5ol9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1005%2C0%2C4402%2C2772&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Buatlah permintaan!</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/view-mt-fuji-motosuko-lake-japan-668177194?src=J28nEgguDRbMy_0oj-kaRA-2-91">Shuttershock</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apa yang membuat bintang jatuh? – Katelyn, usia 7 tahun, Adelaide.</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Hai Katelyn, </p>
<p>Terima kasih telah mengajukan pertanyaan yang luar biasa.</p>
<p>Saya yakin kamu pernah melihat ke langit malam dan melihat banyak bintang. Bintang-bintang itu indah, bukan? Setiap bintang adalah bola gas yang sangat besar dan bercahaya, seperti Matahari. Bintang-bintang terlihat jauh lebih kecil dan lebih redup daripada Matahari karena letaknya yang sangat jauh.</p>
<p>Terlepas dari namanya, bintang jatuh bukanlah bintang. Bintang jatuh adalah petualang-petualang angkasa yang secara tidak sengaja masuk ke langit dan tersedot ke arah kita oleh gravitasi Bumi.</p>
<p>Mari kita lihat perjalanan salah satu petualang ini. Saya akan memanggilnya Gemma.</p>
<p>Suatu ketika ada setitik debu kecil - debu luar angkasa - bernama Gemma. Selama bertahun-tahun ia menghabiskan waktunya dengan berkelana tanpa beban di luar angkasa dan menari-nari mengelilingi planet-planet dan bintang-bintang. </p>
<p>Suatu hari, Gemma melihat cahaya di kejauhan. “Apa itu?”, dia bertanya-tanya dalam hati. Ketika ia mendekat, ia melihat pemandangan indah sebuah planet biru yang menggantung di angkasa seperti kelereng, diselimuti oleh warna biru dan putih yang berputar-putar. “Wow, itu planet Bumi,” katanya dalam hati. “Seperti yang pernah saya baca di buku saya!” (Dalam cerita ini, bintik-bintik debu luar angkasa membaca buku seperti kamu dan saya).</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=628&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=628&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/257444/original/file-20190206-174867-12j6bca.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=628&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gemma, apa itu kamu?</span>
<span class="attribution"><span class="source">Ralph Arvesen/Flickr</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setelah menghabiskan waktu begitu lama melayang-layang di kegelapan angkasa, Gemma merasakan ketertarikan yang aneh terhadap gangguan baru yang indah ini. </p>
<p>Bukan hanya daya tarik Bumi. Rasanya seperti ada kekuatan tak terlihat yang membawanya perlahan-lahan mendekat dan mendekat ke bola cahaya yang terang ini.</p>
<h2>Gaya tarik gravitasi</h2>
<p>Ketika Gemma terbang mendekat, dia menyadari bahwa dia ditarik ke arah Bumi oleh gaya gravitasi. “Saya pernah membaca tentang hal ini di buku-buku saya,” pikirnya, sambil mengingat bahwa gravitasi adalah kekuatan yang sama yang membuat manusia tetap berdiri di Bumi dan bukannya melayang. Semakin besar sebuah planet, semakin kuat gravitasinya.</p>
<p>Saat dia mendekati planet itu, Gemma bisa melihat garis lautan dan awan serta matahari yang berkilauan di atas air yang berkilauan. </p>
<p>Tiba-tiba, ia menyadari kegelapan angkasa berubah menjadi langit biru yang indah. Dia telah memasuki atmosfer Bumi! Dia telah membaca bahwa atmosfer adalah selimut udara yang tebal, setebal lebih dari 100 kilometer yang menyelimuti permukaan planet kita dan memungkinkan semua hewan dan manusia untuk bernapas.</p>
<p>Saat ia menghirup udara, Gemma merasakan dinginnya ruang angkasa mereda. Dia mulai merasa hangat seperti hari di musim panas. Saat dia berdesak-desakan dan memantul di udara seperti pesawat terbang, dia mulai memancarkan energi dan cahaya yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. “Ini pasti gesekan, membuat saya hangat - seperti gesekan ketika saya menggosokkan kedua tangan saya!” pikirnya dalam hati. Banyak gesekan bisa membuat sesuatu bersinar, dan Gemma mulai bersinar semakin terang.</p>
<p>Saat kecepatannya meningkat, Gemma merasa seperti berada di atas roller coaster. “Wheeeeeeee!!!” teriaknya penuh semangat, saat ia melesat ke arah planet biru, bersinar seperti bintang yang indah dan terang. </p>
<p>Semua anak di Bumi mendongak dan sangat gembira melihat Gemma, si bintang jatuh dari luar angkasa, meluncur turun untuk bergabung dengan mereka di Bumi. Gemma juga sama bersemangatnya melihat mereka, dan memiliki teman baru di planet Bumi yang indah ini. </p>
<p>Lain kali kalau kalian melihat bintang jatuh, sapa Gemma!</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/218500/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lisa Harvey-Smith menerima dana dari Pemerintah Persemakmuran melalui hibah sebagai Duta Besar Women in STEM Pemerintah Australia. </span></em></p>Bintang jatuh bukanlah bintang. Bintang jatuh adalah petualang ruang angkasa yang secara tidak sengaja mengembara di langit dan tersedot ke arah kita oleh gravitasi Bumi.Lisa Harvey-Smith, Australian Government Women in STEM Ambassador, Professor of Practice, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2180562024-01-04T08:22:01Z2024-01-04T08:22:01ZFakta lain dari data PISA 2022: kesenjangan pendidikan antara desa dan kota di Indonesia<p><a href="https://www.oecd.org/education/curriculum-reform-efe8a48c-en.htm"><em>Organisation for Economic Co-operation and Development</em> (OECD)</a>, organisasi internasional dari 38 negara yang berkomitmen pada demokrasi dan ekonomi, merilis publikasi terbaru dari <em>Programme for International Student Assessment</em> <a href="https://www.oecd.org/pisa/">(PISA) 2022</a> awal Desember lalu.</p>
<p>Nadiem Anwar Makarim, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui akun instagram pribadinya merespons rilis tersebut dengan menekankan prestasi <a href="https://www.instagram.com/p/C0fTcagBEjn/">Indonesia yang berhasil naik 5 hingga 6 peringkat</a>. <a href="https://www.oecd-ilibrary.org/education/pisa-2022-results-volume-i_53f23881-en">Literasi membaca naik 5 peringkat, literasi matematika naik 5 peringkat, dan literasi sains naik 6 peringkat</a>.</p>
<p>Namun, paparan dari Nadiem Makarim hanya mengambil yang baik-baiknya saja (<em>cherry picking</em>). Padahal, penting juga untuk melihat bagaimana hasil PISA tersebut menggambarkan situasi pendidikan Indonesia saat ini.</p>
<p>Penulis, akademisi yang salah satu fokus risetnya adalah kesenjangan pendidikan, menganalisis <a href="https://www.oecd.org/pisa/data/">dataset mentah PISA 2022</a>. Tidak seperti data <a href="https://anbk.kemdikbud.go.id/">Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) milik Kemdikbudristek</a>, dataset mentah PISA milik OECD dipublikasikan dalam laman websitenya, sehingga seluruh pihak dapat menggunakan data tersebut untuk melakukan analisis lebih lanjut, selain analisis-analisis yang telah OECD lakukan dalam laporan mereka.</p>
<p>Hasil analisis menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan pendidikan di Indonesia antara daerah rural dan daerah urban yang mempengaruhi capaian pembelajaran.</p>
<h2>Capaian berdasarkan geografi sekolah</h2>
<p>Berdasarkan grafik 1 di atas, kelompok geografi sekolah yang paling rendah pada literasi matematika adalah sekolah-sekolah yang termasuk pada kategori <em>village, hamlet or rural area</em> (daerah pedesaan berpenduduk kurang dari 3.000 jiwa) dengan skor 341,94. Skor ini berada di level 1b atau di bawah level 2, yang dianggap sebagai kecakapan minimum.</p>
<p>Artinya, <a href="https://www.oecd.org/publication/pisa-2022-results/">anak sekolah usia 15 tahun (atau 3 SMP) yang berada di kelompok geografi ini hanya mampu melakukan penghitungan sederhana dengan bilangan bulat, mengikuti instruksi yang ditentukan dengan jelas, yang didefinisikan dalam teks singkat dan tata kalimat yang sederhana</a>.</p>
<p>Konsisten dengan temuan sebelumnya, murid-murid yang berada di sekolah dengan kategori <em>village, hamlet or rural</em> area adalah kelompok yang memperoleh skor paling rendah pada uji literasi membaca. Kelompok ini hanya memperoleh skor 343,05 (level 1a).</p>
<p>Murid-murid yang berada di <a href="https://www.oecd.org/publication/pisa-2022-results/">level 1a dapat memahami arti harfiah dari kalimat atau paragraf pendek, serta dapat mengenali tema utama atau tujuan penulis dalam sebuah teks tentang topik yang sudah dikenal, dan membuat hubungan sederhana antara beberapa informasi yang berdekatan, atau antara informasi yang diberikan atau berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya</a>. Namun, mereka akan mengalami kesulitan dalam menafsirkan makna suatu teks jika informasinya tidak eksplisit atau ketika teks tersebut memuat beberapa informasi pengecoh.</p>
<p>Skor ini berbeda secara signifikan jika dibandingkan dengan kelompok-kelompok geografi lainnya, terutama dengan sekolah-sekolah yang berada pada geografi <em>large city</em> (kota besar dengan jumlah penduduk 1.000.000 hingga 10.000.000 jiwa).</p>
<p>Hasil tes yang diperoleh dari literasi sains juga menunjukkan bahwa sampel yang berada di sekolah dengan geografi <em>village, hamlet or rural</em> merupakan kelompok yang memiliki skor rata-rata literasi sains paling rendah (366,56 atau level 1a) jika dibandingkan dengan kelompok geografi sekolah lainnya. </p>
<p>Siswa-siswi ini <a href="https://www.oecd.org/publication/pisa-2022-results/">hanya mampu menggunakan informasi dasar serta pengetahuan sesuai prosedur untuk mengenali atau mengidentifikasi penjelasan fenomena ilmiah sederhana</a>.</p>
<p>Skor ini memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik dengan skor literasi sains yang diperoleh dari sampel yang berada pada kelompok geografi lainnya, dengan jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa.</p>
<h2>Temuan lainnya</h2>
<p>Selain <em>student questionnaire</em>, PISA juga menyediakan <em>school questionnaire</em>. Kuesioner ini diisi oleh pihak sekolah (bisa guru maupun kepala sekolah) guna menggambarkan keadaan sekolah-sekolah yang menjadi sampel.</p>
<p>Analisis terhadap data persepsi guru mengenai hambatan yang mereka temui selama pembelajaran berlangsung (<em>instruction hindered section</em>), yang tersedia pada <em>school questionnaire</em>, menunjukkan fakta-fakta berikut:</p>
<p><strong>1. Pentingnya pemerataan jumlah guru</strong></p>
<p>Guru-guru yang mengajar di daerah terpencil mengaku kesulitan dalam melakukan pengajaran yang efektif karena sekolah mengalami <a href="https://daerah.sindonews.com/read/1063603/717/sumatera-utara-kekurangan-12000-guru-terutama-daerah-terpencil-1680530669">kekurangan guru jika dibandingkan dengan jumlah murid</a>.</p>
<p>Dampak hal ini, yang terjadi adalah beban kerja guru berlebih. Guru terpaksa harus mengajar dengan jumlah jam yang melebihi kewajiban mereka (24 jam per minggu), bahkan harus mengajar mata pelajaran di luar bidang keahliannya.</p>
<p>Oleh karena itu, pemerintah perlu membuka lebih banyak lowongan untuk guru-guru di sekolah terpencil, dan tentu saja membuat regulasi agar guru-guru tersebut tidak menjadikan status Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diperoleh dari sekolah tersebut sebagai batu loncatan untuk pindah ke sekolah yang terletak di perkotaan.</p>
<p><strong>2. Kurangnya infrastruktur fisik di sekolah pedesaan</strong></p>
<p>Analisis dataset PISA 2022 juga menemukan bahwa mayoritas guru di pedesaan mengaku jika sekolah tempat mereka mengajar mengalami kekurangan dalam ketersediaan infrastruktur fisik, seperti bangunan, lapangan olahraga, pendingin ruangan, pencahayaan, hingga sistem pengeras suara.</p>
<p>Ketiadaan infrastuktur-infrastruktur fisik ini dapat menghambat proses belajar mengajar. Menyediakan bangunan yang bersirkulasi udara baik, atau memasang pendingin ruangan di kelas-kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kenyamanan belajar, yang dampaknya adalah memberikan lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan hasil belajar siswa.</p>
<p><strong>3. Perlunya perbaikan dan peremajaan infrastruktur fisik yang telah tersedia</strong></p>
<p>Banyak guru-guru yang mengajar di daerah terpencil mengaku bahwa proses pembelajaran yang mereka lakukan mengalami kesulitan diakibatkan oleh <a href="https://www.cnbcindonesia.com/research/20230502113207-128-433664/potret-suram-pendidikan-ri-60-sekolah-sd-rusak">buruknya keadaan infrastruktur fisik yang telah ada</a>. </p>
<p>Selain membangun, pemerintah perlu menjamin terawatnya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah.</p>
<p><strong>4. Pengadaan sumber daya digital</strong></p>
<p>Di era digital saat ini, ketersediaan perangkat digital di sekolah merupakan hal yang penting untuk menunjang proses pembelajaran. Namun, berdasarkan data PISA 2022, mayoritas guru yang berada di daerah terpencil mengaku kekurangan ketersediaan perangkat-perangkat digital, seperti desktop atau laptop, akses internet, <em>learning management systems</em>, hingga platform pembelajaran di sekolah. </p>
<p>Ketersediaan perangkat-perangkat ini adalah kebutuhan mutlak, karena telah banyak <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/2331186X.2023.2174726">riset yang membuktikan</a> bahwa keberadaan perangkat digital mampu meningkatkan kualitas belajar siswa.</p>
<p>Tentu saja, masih banyak hal lain yang perlu diselesaikan jika ingin memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Sebut saja perbaikan <a href="https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/02/kesejahteraan-guru-belum-terjamin-pelaksanaan-kurikulum-merdeka-belajar-masih-meragukan">kesejahteraan guru</a>, <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2022/09/05/sertifikasi-guru-yang-membelenggu-tapi-dinantikan">revisi sistem Pendidikan Profesi Guru (PPG)</a>, hingga menjamin agar siswa tidak memikirkan <a href="https://projectmultatuli.org/underprivileged-gen-z-kampung-kota-jakarta-putus-sekolah-jadi-pekerja-anak-dan-penanggung-hidup-keluarga/">mencari nafkah untuk membantu keluarga ketika berada di luar jam sekolah</a>.</p>
<h2>Kesenjangan desa dan kota</h2>
<p>Hasil analisis yang telah dipaparkan di atas bisa menjadi langkah awal untuk melihat hasil PISA 2022 secara lebih kritis, agar keberhasilan yang dikabarkan tidak fokus pada peringkat saja.</p>
<p>Pierre Bourdieu, sosiolog pendidikan asal Prancis, pernah menyebutkan bahwa:</p>
<blockquote>
<p>“Praktik seseorang dihasilkan dari hubungan antara habitus dan posisinya dalam sebuah masyarakat (dalam bentuk kapital), pada kondisi arena sosial tempat ia berada.”</p>
</blockquote>
<p>Artinya, <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/016344378000200305">habitus dan tempat seseorang berpijak secara tidak sadar mereproduksi kesenjangan kelas yang sudah ada pada sistem masyarakat melalui skema budaya yang didasarkan pada sistem formal</a>.</p>
<p>Dalam konteks tulisan ini, ketimpangan sosial antara desa dan kota direproduksi di sekolah-sekolah dan melahirkan kesenjangan pendidikan yang mendorong masyarakat melakukan urbanisasi, <a href="https://www.kompas.id/baca/nusantara/2023/05/03/pindah-ke-kota-untuk-perbaiki-hidup">memilih pindah dari desa ke kota</a>.</p>
<p>Namun, urbanisasi bukan jawaban atas persoalan tersebut. Perpindahan masyarakat dari desa ke kota justru berpeluang <a href="https://projectmultatuli.org/kelas-pekerja-ibu-kota-pergi-gelap-pulang-gelap-menghadapi-pelecehan-di-perjalanan-demi-uang-lemburan/">menciptakan persoalan baru</a>. </p>
<p>Lagipula, penyediaan pendidikan yang berkualitas dan merata, seharusnya tetap menjadi tanggung jawab pemerintah terlepas dari letak geografi sekolah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/218056/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Reza Aditia tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Rilis terbaru hasil PISA 2022 awal Desember lalu membuat banyak pihak bergembira karena adanya kenaikan peringkat. Namun benarkah pendidikan di Indonesia sudah benar-benar terbebas dari masalah?Reza Aditia, PhD student, Eötvös Loránd UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2096042023-07-12T08:40:44Z2023-07-12T08:40:44ZPemerintah Indonesia mengekang riset lingkungan yang tidak disukainya, tindakan ini berbahaya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536989/original/file-20230712-15-6xjlvf.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Shutterstock</span> </figcaption></figure><p>September tahun lalu, pemerintah Indonesia melarang beberapa ilmuwan terkemuka untuk meneliti di hutan tropisnya yang sangat luas. Kebanyakan mereka sudah meneliti topik ini sejak puluhan tahun silam.</p>
<p>Alasannya, sebagian besar karena menerbitkan riset yang menyatakan bahwa populasi orangutan kalimantan dalam bahaya. Mereka juga menuliskan <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2022/09/14/orangutan-conservation-needs-agreement-on-data-and-trends.html">artikel opini</a> yang menyanggah <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2022/09/26/forestry-ministry-responds.html">klaim pemerintah seputar pulihnya populasi orangutan</a>. </p>
<p>Kegiatan para peneliti ini jelas membikin berang seseorang yang berkuasa. Tak butuh waktu lama, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan menerbitkan surat yang menuduh para peneliti tersebut menulis dengan “itikad buruk” yang dapat “mendiskreditkan” pemerintah. Walhasil mereka <a href="https://news.mongabay.com/2022/10/as-indonesia-paints-rosy-picture-for-orangutans-scientists-ask-wheres-the-data/">tidak boleh lagi masuk ke hutan untuk meneliti</a>. </p>
<p>Saya bersama kolega menerbitkan <a href="https://www.cell.com/current-biology/fulltext/S0960-9822(23)00550-X">hasil riset</a> yang menelaah risiko tentang ulah pemerintah Indonesia ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="deforestasi Indonesia" src="https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536710/original/file-20230711-19-tn2pnk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Deforestasi masih terjadi di Indonesia, tapi angkanya terus menurun.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mengkhawatirkan nan mengejutkan</h2>
<p>Reaksi pemerintah Indonesia adalah sinyal yang mengkhawatirkan. </p>
<p>Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang spektakuler. Hutan tropisnya juga merupakan <a href="https://rainforests.mongabay.com/amazon/countries.html">salah satu yang terluas di dunia</a>.</p>
<p>Populasi dan pertumbuhan ekonomi negara kepulauan ini terus menggeliat. Sayangnya, tren tersebut telah mengorbankan keutuhan alam Indonesia <a href="https://rainforests.mongabay.com/deforestation/2000/Indonesia.htm">sejak beberapa dekade silam</a>.</p>
<p>Di sisi lain, aksi pemerintah juga mengejutkan. Sejak beberapa tahun, angka pembabatan hutan jauh berkurang hingga dua per tiga dari sebelumnya. Pemerintah juga <a href="https://www.reuters.com/world/asia-pacific/indonesia-cites-deforestation-decline-stricter-controls-2023-06-26/">agresif</a> mengatasi pembalakan liar, pembakaran hutan, dan perambahan untuk perkebunan. Pencapaian ini luar biasa.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/empat-masalah-tentang-kebakaran-hutan-yang-bisa-mengganjal-target-emisi-indonesia-2030-193550">Empat masalah tentang kebakaran hutan yang bisa mengganjal target emisi Indonesia 2030</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jadi, apa alasan sikap keras pemerintah terhadap para peneliti? Ini kemungkinan terjadi karena Indonesia sudah mencatatkan pencapaian yang positif di bidang lingkungan. Para penguasa menginginkan prestasi mereka diakui, bukan dikritik.</p>
<p>Sikap adil dari peneliti dan pengakuan mereka tentang kemajuan yang terjadi memang penting. Namun, hal yang jauh lebih pokok adalah bagaimana pemerintah menghormati kerja-kerja para ilmuwan, meskipun hasilnya bukanlah sesuatu yang mereka (pemerintah) ingin dengar. </p>
<p>Aksi represif ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Tiga tahun lalu, peneliti David Gaveau dideportasi dari Indonesia setelah <a href="https://theconversation.com/alternative-data-setting-the-record-straight-on-the-scale-of-indonesias-2019-fires-173593">menayangkan perkiraan</a> angka kebakaran hutan yang lebih besar dari versi pemerintah. </p>
<p>Bagi peneliti lokal dan luar negeri, tekanan ini sangat terasa. Banyak dari mereka yang curhat kepada saya ataupun kawan-kawan. Mereka merasa dipaksa untuk menerbitkan berita baik, atau setidaknya menghindari penyiaran berita buruk.</p>
<h2>Pemerintah harus terbuka terhadap kritik yang benar</h2>
<p>Pelaku konservasi dan peneliti sudah lama menentang <a href="https://www.philstar.com/headlines/2022/09/29/2213088/philippines-still-deadliest-country-asia-environmentalists-global-witness#:%7E:text=According%20to%20a%20report%20by,%2C%20and%20Nicaragua%20(15).">pengekangan ataupun kekerasan</a> di negara-negara berkembang pemilik hutan yang luas <a href="https://www.globalwitness.org/en/press-releases/global-witness-reports-227-land-and-environmental-activists-murdered-single-year-worst-figure-record/">seperti</a> Brazil, Colombia, Filipina, dan Republik Demokratik Kongo. </p>
<p>Upaya mereka dilakukan karena ada tekanan besar yang mengancam keberadaan hutan. Permintaan ataupun perkembangan ekonomi kerap mengarah pada eksploitasi rimba-rimba yang tersisa.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-angka-kebakaran-hutan-2019-jauh-lebih-besar-dibanding-data-pemerintah-174787">Riset: angka kebakaran hutan 2019 jauh lebih besar dibanding data pemerintah</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Penurunan deforestasi menunjukkan pengelolaan hutan Indonesia dalam beberapa hal memang <a href="https://www.globalforestwatch.org/dashboards/country/IDN/?category=summary&location=WyJjb3VudHJ5IiwiSUROIl0%3D&map=eyJkYXRhc2V0cyI6W3sib3BhY2l0eSI6MC43LCJ2aXNpYmlsaXR5Ijp0cnVlLCJkYXRhc2V0IjoicHJpbWFyeS1mb3Jlc3RzIiwibGF5ZXJzIjpbInByaW1hcnktZm9yZXN0cy0yMDAxIl19LHsiZGF0YXNldCI6InBvbGl0aWNhbC1ib3VuZGFyaWVzIiwibGF5ZXJzIjpbImRpc3B1dGVkLXBvbGl0aWNhbC1ib3VuZGFyaWVzIiwicG9saXRpY2FsLWJvdW5kYXJpZXMiXSwiYm91bmRhcnkiOnRydWUsIm9wYWNpdHkiOjEsInZpc2liaWxpdHkiOnRydWV9LHsiZGF0YXNldCI6InRyZWUtY292ZXItbG9zcyIsImxheWVycyI6WyJ0cmVlLWNvdmVyLWxvc3MiXSwib3BhY2l0eSI6MSwidmlzaWJpbGl0eSI6dHJ1ZSwicGFyYW1zIjp7InRocmVzaG9sZCI6MzAsInZpc2liaWxpdHkiOnRydWUsImFkbV9sZXZlbCI6ImFkbTAifX1dfQ%3D%3D&showMap=true">membaik</a>. Namun, masih ada beberapa aspek yang patut menjadi perhatian.</p>
<p>Dalam beberapa dekade terakhir, banyak hutan telah dibabat dan diubah menjadi perkebunan kelapa sawit dan bubur kayu. Perburuan mineral penting yang mendukung transisi hijau, seperti nikel, <a href="https://news.mongabay.com/2023/06/red-floods-near-giant-indonesia-nickel-mine-blight-farms-and-fishing-grounds/">turut merusak</a> perikanan dan sungai.</p>
<p>Ada juga pembangunan jalan yang terus meningkat di seluruh Indonesia. </p>
<p>Infrastruktur jalan seperti duri yang menerobos masuk ke alam raya. Ketika jalan terbangun, hutan-hutan dapat terambah seperti ikan yang dikuliti. Buldoser, gergaji mesin, hingga peralatan pertambangan dapat masuk. Akibatnya <a href="https://www.cell.com/trends/ecology-evolution/fulltext/S0169-5347(09)00206-7?_returnURL=https%3A%2F%2Flinkinghub.elsevier.com%2Fretrieve%2Fpii%2FS0169534709002067%3Fshowall%3Dtrue">amat merusak</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="jalan kebun sawit" src="https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536713/original/file-20230711-23-a38esp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ketika jalan masuk ke dalam hutan, jauh lebih mudah untuk mengubahnya menjadi perkebunan atau menebangnya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selama beberapa dekade, Indonesia terus menerus dilanda <a href="https://news.mongabay.com/2020/12/indonesias-five-most-consequential-environmental-stories-of-2020/">bencana lingkungan</a>, mulai dari kehilangan hutan yang masif hingga asap mematikan dari terbakarnya tumbuhan.</p>
<p>Untuk mencegah bencana serupa tidak terjadi, Indonesia membutuhkan komunitas sains yang dinamis, terbuka, dan terbebas dari kekangan pemerintah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209604/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bill Laurance menerima dana dari berbagai organisasi ilmiah dan filantropi. Dia adalah direktur Center for Tropical Environmental and Sustainability Science di James Cook University di Cairns, Australia. Dia juga mendirikan dan mengarahkan ALERT (the Alliance of Leading Environmental Researchers & Thinkers) sebuah kelompok advokasi sains dan konservasi.
</span></em></p>Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah memangkas laju deforestasi. Itulah mengapa aksi pengekangan terbaru terhadap para peneliti di negeri ini sangat mengejutkan.Bill Laurance, Distinguished Research Professor and Australian Laureate, James Cook UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2021332023-03-22T05:09:26Z2023-03-22T05:09:26ZPakar berikan 7 tips untuk merasa bahagia di tempat kerja<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/516326/original/file-20230320-22-cepj83.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">bahagia di tempat kerja</span> </figcaption></figure><p>Bekerja adalah sesuatu yang mayoritas dari kita lakukan meskipun hal itu tidak selalu menyenangkan. Entah itu karena jam kerja yang panjang, tugas-tugas yang melelahkan, atau hanya rutinitas yang berulang-ulang setiap hari, pekerjaan terkadang menjadi sesuatu yang harus kita lakukan, bukan yang ingin kita lakukan. </p>
<p>Namun, mengingat rata-rata orang akan menghabiskan <a href="https://www.forbes.com/2010/03/04/happiness-work-resilience-forbes-woman-well-being-satisfaction.html?sh=4521c887126a">90.000 jam dalam seumur hidupnya di tempat kerja</a>, maka masuk akal untuk mencoba menikmatinya selagi kita bisa. Jadi, apa yang bisa kita lakukan agar lebih merasa bahagia di tempat kerja dan mengurangi stres? </p>
<p>Saya adalah kepala peneliti dalam <a href="https://www.wiley.com/en-gb/Mental+Capital+and+Wellbeing-p-9781405185912">proyek pemerintah</a> yang meneliti bagaimana kesejahteraan dan ketahanan emosional kita bisa berubah sepanjang hidup. </p>
<p>Sebagai bagian dari proyek ini, tim saya dengan bantuan dari lembaga <em>think-tank</em> Inggris <a href="https://neweconomics.org/"><em>New Economics Foundation</em></a>, mengidentifikasi beberapa hal yang dapat mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan serta kebahagiaan - yang semuanya dapat diterapkan di tempat kerja.</p>
<p>Apa saja?</p>
<h2>1. <em>Be active</em></h2>
<p><a href="https://www.mdpi.com/1660-4601/17/13/4817/htm">Melakukan olahraga dan aktivitas fisik lainnya</a> memang tidak akan membuat masalah atau stres kita hilang, tetapi akan mengurangi intensitas emosional dan memberikan ruang bagi mental kita untuk memecahkan masalah - serta membuat kita tetap bugar secara fisik. </p>
<p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10902-018-9976-0?platform=hootsuite&error=cookies_not_supported&code=a592bab8-77e7-45db-8299-6661718e8da4">Banyak penelitian</a> yang menunjukkan manfaat positif dari olahraga. Jadi, mengapa kita tidak mengisi hari kerja kita dengan melakukan <a href="https://www.nhs.uk/live-well/exercise/exercise-guidelines/physical-activity-guidelines-for-adults-aged-19-to-64/">aktivitas fisik</a>?</p>
<p>Berjalan kaki dari dan ke tempat kerja adalah cara yang bagus untuk menciptakan jeda dari hari kerja. Jika tidak memungkinkan melakukannya, kita bisa coba turun dari bus lebih awal, membuat waktu makan siang kita lebih aktif, atau mungkin mengikuti kelas olahraga sebelum mulai bekerja.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seorang wanita melakukan gerakan plank di kelas yoga." src="https://images.theconversation.com/files/515176/original/file-20230314-22-6v996v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515176/original/file-20230314-22-6v996v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515176/original/file-20230314-22-6v996v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515176/original/file-20230314-22-6v996v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515176/original/file-20230314-22-6v996v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515176/original/file-20230314-22-6v996v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515176/original/file-20230314-22-6v996v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Cobalah kelas olahraga saat makan siang untuk mengubah suasana.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/woman-in-black-tank-top-and-black-leggings-doing-push-ups-8436690/">Pexels/Yan Krukau</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2. Interaksi dengan orang lain</h2>
<p>Jika kamu mencoba berbagai kuisioner tentang <a href="https://www.pursuit-of-happiness.org/science-of-happiness/measuring-happiness/">skala kebahagiaan</a>, sebagian besar pasti menempatkan <a href="http://ghwbpr-2019.s3.amazonaws.com/UAE/GH19_Ch6.pdf">berelasi</a> dengan orang lain dalam urutan teratas daftar ini. </p>
<p>Selama pandemi, banyak orang yang merasa mentalnya terganggu karena kurangnya kontak sosial. Sejatinya, dukungan yang baik dari <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0956797619898826?journalCode=pssa">teman dan keluarga</a> dapat meminimalkan masalah pekerjaan dan membantumu melihat segala sesuatunya dari sisi yang berbeda. </p>
<p>Ada baiknya juga untuk mengenal rekan kerjamu. Semakin banyak investasimu dalam hubungan di tempat kerja, maka kamu akan merasa <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0033354919878434">lebih menikmati</a> hari-harimu. </p>
<p>Membantu rekan kerja dan orang lain dalam hidupmu juga dapat meningkatkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140197117300507">kepercayaan diri</a> dan memberimu rasa memiliki tujuan yang sangat penting untuk <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0956797619849666?casa_token=zHOv_GeDvXkAAAAA%3Ah-vgfibn2aME4gV0QakcXFN0_Oa5xns5X6ZGG9IhrsriAjGmqHEkxOQ9PwZCNqatYFxZvs4z8A&journalCode=pssa">kesejahteraan dan kepuasan diri</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Three women walking at work." src="https://images.theconversation.com/files/515177/original/file-20230314-3349-mnk1jl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515177/original/file-20230314-3349-mnk1jl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515177/original/file-20230314-3349-mnk1jl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515177/original/file-20230314-3349-mnk1jl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515177/original/file-20230314-3349-mnk1jl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515177/original/file-20230314-3349-mnk1jl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515177/original/file-20230314-3349-mnk1jl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kenalilah kolegamu, kamu mungkin akan menemukan kenyamanan dari interaksi tersebut.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/diverse-successful-businesswomen-smiling-and-walking-together-in-modern-workplace-6457562/">Pexels/Alexander Suhorucov</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Pelajari keterampilan baru</h2>
<p>Menjaga diri agar tetap <a href="https://www.scientificamerican.com/article/physical-and-mental-exercises-keep-you-smart/">aktif secara kognitif</a> sangat penting untuk kesejahteraan psikologis dan mentalmu serta dapat memberi kamu peluang baru dalam hal pengembangan karier. Jadi, cobalah untuk terus belajar - ikuti kursus, kembangkan keterampilan baru atau pelajari hobi baru, semuanya akan bermanfaat.</p>
<p>Memiliki kesibukan di luar pekerjaan juga penting untuk kesehatan emosional dan mental. Inggris, misalnya, merupakan negara dengan <a href="https://www.tuc.org.uk/news/british-workers-putting-longest-hours-eu-tuc-analysis-finds">jam kerja terpanjang di Eropa</a>. Masyarakatnya seringkali tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan hal-hal yang mereka sukai. Jangan bekerja terlalu lama. Dan pastikan kamu meluangkan waktu untuk bersosialisasi, berolahraga, dan melakukan aktivitas yang kamu anggap menyenangkan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seorang wanita menggantungkan bunga di toko" src="https://images.theconversation.com/files/515178/original/file-20230314-2482-v7ut18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515178/original/file-20230314-2482-v7ut18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515178/original/file-20230314-2482-v7ut18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515178/original/file-20230314-2482-v7ut18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515178/original/file-20230314-2482-v7ut18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515178/original/file-20230314-2482-v7ut18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515178/original/file-20230314-2482-v7ut18.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Hobi baru bahkan bisa membawamu ke jalur karier yang baru.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/through-glass-of-cheerful-florists-creating-cozy-counter-in-floristry-store-5414337/">Pexels/Amina Filkins</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Hidup di saat ini</h2>
<p>Ini adalah tentang “hidup untuk saat ini” daripada untuk masa lalu atau melihat terlalu jauh ke depan. Nikmati hidupmu di saat ini dan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/17439760.2019.1651888?casa_token=BgnPI1MYoM4AAAAA%3AHqFldsOEsSQ7sb35iz9R3sGXiwItSEJGCW69yuw3-nbIty80lMCWkmUEdZ4y4JpIkntvj8zTcw&journalCode=rpos20">kamu akan lebih menghargai</a> hidup. Banyak sekali <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0191332">penelitian</a> mengenai aspek positif dari <a href="https://theconversation.com/mindfulness-is-not-a-waste-of-time-it-can-help-treat-depression-59100"><em>mindfulness</em></a> dan bagaimana hal ini dapat membantu kesehatan mental.</p>
<p>Kamu juga tidak perlu duduk berjam-jam untuk bermeditasi. Mencoba untuk “hidup di saat ini” adalah tentang membawa pikiranmu kembali ke momen di saat sekarang. <a href="https://www.nhs.uk/mental-health/self-help/tips-and-support/mindfulness/">Pendekatan yang lebih <em>mindful</em></a> terhadap kehidupan adalah sesuatu yang dapat kita praktikkan kapan saja sepanjang hari, ini hanya tentang menyadari dan memperhatikan lingkungan sekitar kita - seperti pemandangan, suara, dan bau di sekitar kita. Kita bisa melakukan ini saat sedang berjalan, saat rapat, atau saat membuat secangkir teh.</p>
<h2>5. Mengenali hal-hal positif</h2>
<p>“Hidup untuk saat ini” juga membantumu mengenali hal-hal positif <a href="https://ggsc.berkeley.edu/images/uploads/GGSC-JTF_White_Paper-Gratitude-FINAL.pdf?_ga=2.245695623.2060952378.1676481192-1952323121.1676481192">dalam hidup</a> - memungkinkan kamu untuk menjadi orang dengan ‘<a href="https://www.health.harvard.edu/healthbeat/giving-thanks-can-make-you-happier">gelas setengah penuh</a>’, bukan orang dengan 'gelas setengah kosong’. </p>
<p>Terimalah bahwa ada beberapa hal di tempat kerja atau dalam kehidupan yang tidak dapat kamu ubah. Fokuslah saja pada hal-hal yang dapat kamu kendalikan. Ingatkan dirimu untuk bersyukur atas <a href="https://baycrest.echoontario.ca/wp-content/uploads/2021/05/Positive-Psychology-Progress-Empirical-Validation-of-Interventions.pdf">hal-hal positif dalam hidupmu</a>.</p>
<h2>6. Hindari kebiasaan yang tidak sehat</h2>
<p>Mengingat apa yang kita ketahui tentang konsekuensi jangka panjangnya, menggunakan alkohol, kopi serta merokok secara berlebihan sebagai strategi mengatasi stres kerja justru akan memberikan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3621324/">dampak negatif</a> pada kebahagiaan, bahkan jika hal tersebut terlihat seperti memberikan semangat yang cepat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seorang pria bekerja dari rumah dengan laptop." src="https://images.theconversation.com/files/515180/original/file-20230314-3872-7cur6o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515180/original/file-20230314-3872-7cur6o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515180/original/file-20230314-3872-7cur6o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515180/original/file-20230314-3872-7cur6o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515180/original/file-20230314-3872-7cur6o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515180/original/file-20230314-3872-7cur6o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515180/original/file-20230314-3872-7cur6o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Menemukan hal positif dari berbagai hal dapat membantumu menikmati waktu yang dihabiskan untuk rapat di Zoom, alih-alih membencinya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/man-using-a-laptop-5198239/">Pexels/Tima Miroshnichenko</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>7. Bekerja lebih cerdas, bukan lebih lama</h2>
<p>Buat skala prioritas atas <a href="https://hbswk.hbs.edu/archive/productivity-means-working-smarter-not-longer">beban kerja kamu selama jam kerja</a>, sehingga kamu akan memiliki lebih banyak waktu luang untuk melakukan hal-hal yang kamu sukai. Sadarilah bahwa agenda kerja kamu akan selalu penuh, jadi berkonsentrasilah pada hal-hal yang penting terlebih dahulu. </p>
<p>Semakin kamu bisa mengendalikan kehidupan kerjamu dan mendapatkan keseimbangan yang kamu butuhkan, semakin besar kemungkinan kamu akan lebih bahagia di tempat kerja.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/202133/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Cary Cooper tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Rata-rata orang akan menghabiskan 90.000 jam seumur hidupnya di tempat kerja, jadi kamu sebaiknya mencoba untuk menikmatinya.Cary Cooper, Professor of Organisational Psychology and Health, University of ManchesterLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2010962023-03-10T01:42:43Z2023-03-10T01:42:43ZBagaimana cara lebah berpikir?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/513349/original/file-20230303-28-13egdn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lebah jpg</span> </figcaption></figure><p>Pada awal karier di bidang penelitian saya sekitar 15 tahun yang lalu, setiap pendapat bahwa seekor lebah, atau hewan tak bertulang belakang apa pun, memiliki pikirannya sendiri atau bahwa mereka dapat memahami dunia dengan cara yang rumit dan beragam akan pasti disambut dengan ejekan. Seperti yang diutarakan oleh Lars Chittka dalam bab bab awal <a href="https://press.princeton.edu/books/hardcover/9780691180472/the-mind-of-a-bee"><em>The Mind of a Bee</em></a> (Pikiran Lebah), atribusi emosi dan pengalaman manusia pada lebah dipandang sebagai kenaifan dan ketidaktahuan, dengan kata lain, Antropomorfisme adalah bukan hal yang populer.</p>
<p>Pemilik hewan peliharaan secara penuh melihat emosi pada hewan mereka, tetapi otak sederhana seekor lebah pasti tidak dapat mengalami realitas yang kompleks seperti manusia. Mereka terlalu sederhana dan robotik, bukan?</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=906&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=906&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=906&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1138&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1138&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/479813/original/file-20220818-1579-ok5ass.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1138&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Lars Chittka telah meneliti lebah madu selama 30 tahun terakhir. <em>The Mind of a Bee</em> adalah kumpulan cerita penelitiannya. Buku ini juga menampilkan tokoh-tokoh penelitian berpengaruh lainnya dalam penelitian lebah dan memberikan perspektif historis tentang dasar dari banyaknya penelitian perilaku yang telah dibuat di masa kini. </p>
<p>Kebanyakan orang sudah lama ingin tahu tentang perilaku lebah. Banyak pertanyaan yang diajukan pada tahun 1800-an yang masih ada hingga saat ini. Walaupun “cerita” Chittka yang disusun dengan indah dan menawan tidak selalu menyajikan hasil penelitian yang baru, dengan membacanya saja membuat diri saya tergoda oleh pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Misalnya, bagaimana lebah memutuskan siapa yang tinggal dan siapa yang pergi ketika satu koloni terbentuk?</p>
<h2>Dunia seekor lebah</h2>
<p>Buku ini dibuka dengan sebuah tantangan untuk memasukkan dirimu dalam dunia sebuah lebah. </p>
<p>Pengalaman sebuah lebah madu tentang dunia merupakan hal yang sangat asing bagi kita sendiri dan ini membuat usaha untuk memahami serta menelitinya menjadi sebuah tantangan yang tidak bisa diremehkan. Memang, ketika kita melihat kesulitan yang dihadapi oleh para peneliti, merupakan hal yang dapat dimengerti jika kita menyimpulkan bahwa pengalaman sebuah lebah sebagai hal yang sederhana dan robotik. </p>
<p>Pertama-tama, bayangkan diri kamu sebagai seekor lebah. Kamu memiliki sayap yang memungkinkan untuk melakukan penerbangan. Penglihatanmu sudah tidak tajam bahkan lebih buruk dari kakekmu dengan gelasnya yang berisi soda, namun kamu melihat sesuatu dengan lebih cepat. Hidupmu dialami pada garis waktu yang lebih cepat dan apa yang dulunya terlihat sebagai suatu film sekarang lebih seperti serangkaian gambar dalam tayangan salindia.</p>
<p>Antena yang menonjol dari kepalamu berfungsi sebagai tangan, telinga, lidah, dan juga hidung, semuanya jadi satu. Kamu akan dapat mengetahui apakah lebah lain telah mengunjungi bunga sebelum kamu dari ladang yang berisi ratusan bunga dengan aromanya masing masing dan bunga yang kamu temukan dengan cara mengikuti petunjuk yang kamu rasakan dari sesama lebah yang menari untukmu di dalam sarang hitam pekat yang mungkin berjarak sepuluh kilometer dari posisimu.</p>
<p>Chittka kemudian mengajak kita untuk membayangkan <em>kehidupan</em> lebah. Setelah keluar dari sarang untuk pertama kalinya, kamu harus mempelajari lokasinya melalui serangkaian penerbangan yang dimana hal ini merupakan perilaku normal yang dilakukan hewan berkoloni lainnya seperti semut dan tawon. Kegagalan untuk mengetahui posisi sarang sama saja dengan kematian. </p>
<p>Setelah berhasil mengingat lokasi sarangmu, kemudian kamu harus berhasil menavigasi jalan ke dan dari berbagai tambalan kaya sumber daya seefisien mungkin, mempelajari lokasi baru, mengetahui waktu bunga tertentu melepaskan nektar mereka, dan teknik yang diperlukan untuk memanipulasi bunga lain agar melepaskan nektarnya. </p>
<p>Sejauh ini, hal hal yang telah disebutkan di atas terdengar instingtif dan merupakan respons dasar terhadap kelaparan. Namun Chittka menyajikan penelitian tambahan - baik yang bersifat lama dan baru - yang memberikan wawasan tentang keterampilan kognitif seekor lebah. Kita belajar bahwa lebah dapat menghitung. Mereka dapat mempelajari aturan dan mengkategorikan bunga. Merekapun dapat belajar dari lebah lain mengenai tidak hanya bunga mana yang bermanfaat tetapi juga bagaimana cara mengaksesnya.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/exsrX6qsKkA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Salah satu eksperimen favorit saya mungkin jatuh kepada video yang mempublikasikan kumpulan lebah yang mendorong bola ke dalam lubang untuk mendapatkan hadiah. Keterampilan ini dapat dipelajari oleh lebah pengamat dan yang benar-benar menarik adalah ketrampilan tersebut dapat ditingkatkan. Lebah pengamat dapat menyelesaikan tugas dengan cara lebih kepada meniru tujuan atau hasil akhir daripada meniru teknik secara kaku, hal ini menunjukkan pemahaman tentang apa tugas dan hasil yang diinginkan.</p>
<p>Lalu kemudian kapan sebenarnya seekor lebah perlu untuk mendorong sebuah bola masuk ke dalam suatu lubang agar dihadiahi nektar? </p>
<p>Sebagaimana yang ditunjukkan secara tepat oleh Chittka, pertanyaan yang kita ajukan untuk memahami pemikiran lebah harus memiliki relevansi biologis agar masuk akal. Artinya, kita perlu memahami apa yang penting bagi kelangsungan hidup lebah, apa yang penting dalam keberadaan mereka, dan membingkai pertanyaan kita tentang kecerdasan dan kehidupan di sekitar aspek itu. Jika kita mengajukan pertanyaan yang salah, kita tidak akan pernah sepenuhnya memahami jawabannya seperti meminta ikan untuk memanjat pohon dan merasa kurang dengan hasilnya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=802&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=802&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=802&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1007&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1007&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/480260/original/file-20220822-18038-tcb5ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1007&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lars Chittka.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikimedia commons</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kesadaran dan emosi</h2>
<p>Bagian terbaik dalam buku ini terdapat pada perkembangan cerita yang cerdik pada bab terakhirnya di mana pada bagian ini membuat kita semakin sulit untuk menolak ide bahwa seekor lebah mempunyai <em>pikiran</em>. </p>
<p>Walaupun untuk membuktikan sebuah organisme lain mempunyai suatu kesadaraan merupakan sebuah hal yang tidak mungkin, riset yang dilakukan oleh Chittkan telah menghasilkan sebuah argumen yang menarik. Dari pikiran seekor lebah, kita bisa mengetahui bahwa mereka dapat merasakan emosi dan rasa sakit, mempunyai kemampuan metakognisi (kemampuan mengetahu suatu hal) serta menunjukan perbedaan diri dalam kemampuan mereka untuk belajar dengan cepat dan lambat. Seekor lebah sadar terhadap tubuh dan hasil dari aksi-aksi yang mereka lakukan, hal ini terlihat dari penggunaan alat alat yang sebelumnya hanya digunakan oleh manusia; primata; dan keluarga burung <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Corvidae">Corvidae</a>.</p>
<p>Tanpa kamu percaya apakah lebah punya pikiran atau tidak, secara global pun telah terdapat perubahan dalam <a href="https://besjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/2041-210X.13208">penelitian-penelitian yang ada yang mengungkapkan bahwa para hewan tidak bertulang belakang terlihat lebih “hidup” di dunia ini</a>. </p>
<p>Persetujuan secara etis diperlukan dalam penelitian mengenai hewan tidak bertulang belakang seperti krustasea dan sefalopoda, hal lain seperti pernyataan penanganan secara etis terhadap hewan tidak bertulang belakang lainnya juga diperlukan dalam manuskrip beberapa jurnal. Bukan sebuah hal yang mengundang ejekan lagi untuk menganggap bahwa hewan tidak bertulang belakang seperti lebah memiliki kemungkinan untuk memiliki pengalaman yang banyak dalam hidupnya, tetapi hal ini sebaliknya menciptakan ruang yang tidak nyaman bagi peneliti serangga, yang mungkin tidak ingin menghadapi realitas eksperimen mereka. </p>
<p>Kita telah menganggap remeh kecerdasan seekor lebah dan beberapa spesies “bawahan” lainnya secara cukup lama, ini adalah waktu kita untuk memperhatikannya. Chittka menunjukkan kepada kita bahwa lebah mempunyai suatu hal penting bagi sebuah pikiran yaitu representasi ruang, mereka bisa belajar dengan melakukan observasi, dan mereka dapat menggunakan alat alat sederhana. Lebah telah mendemonstrasikan memori yang fleksibel mengenai hal hal yang mau mereka capai, sebuah kemampuan untuk mencari solusi dan kesadaran akan hal yang mungkin terjadi dari aksi-aksi mereka. </p>
<p>Berbagai eksperimen telah menunjukan terhadap kita bahwa lebah memanifestasikan keadaan emosional mereka dalam wujud hadiah dan hukuman. Walaupun keadaan biologis serta pengalaman mereka terhadap dunia sangat berbeda dengan kita, merupakan suatu hal yang masuk akal untuk percaya bahwa memang benar mereka memiliki kemampuan untuk hidup di dunia ini yang selama ini kita anggap hanya tersedia untuk manusia. </p>
<p>Ditulis pada saat yang sembrono dan dipenuhi dengan keingintahuan, <em>The Mind of a Bee</em> adalah buku yang bagus. Walaupun beberapa orang mungkin tidak siap untuk menginvestasikan perasaan mereka terhadap hal yang sederhana seperti seekor lebah, buku ini akan memberikan pertanyaan “kenapa tidak?” Seperti yang Chittka katakan secara elegan baru baru ini “Kita adalah makhluk yang berpikir, menderita, dan penikmat di dunia yang juga berisi mahluk yang menderita dan penikmat dengan pikiran dan persepsi yang berbeda</p>
<p>Dengan kenyataan itu, saya melihat dunia dengan cara yang berbeda.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201096/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Eliza Middleton menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p>Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa otak lebah ternyata lebih rumit dari yang kita kiraEliza Middleton, Biodiversity Management Officer, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1942622022-11-15T05:21:07Z2022-11-15T05:21:07ZIlmuwan dunia serukan 4 rekomendasi sebagai tindak lanjut G20 2022 di Bali<p>Seiring bertambah <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">parahnya krisis iklim</a>, dan setelah <a href="https://theconversation.com/covid-19-recovery-some-economies-will-take-longer-to-rebound-this-is-bad-for-everyone-162023">diporak-porandakan COVID-19</a>, dunia makin menyadari pentingya kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global. Namun, meski <a href="https://theconversation.com/tiga-model-solusi-atasi-kerentanan-kesehatan-dunia-yang-makin-kompleks-dan-lintas-disiplin-191349">berdampak luas dan saling terkait</a>, hingga kini masih sedikit solusi efektif dan kolaboratif berbasis sains dari negara-negara dunia untuk mengatasi dua tantangan tersebut.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/g20-tersulit-dalam-sejarah-mampukah-indonesia-mengakhiri-konferensi-internasional-ini-dengan-sukses-194028">Peran Indonesia pada G20 tahun ini</a> menjadi momentum yang strategis bagi pemerintah bersama komunitas sains Indonesia dan dunia untuk memimpin upaya ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-2022-bali-memahami-istilah-penting-dan-tujuan-berkumpulnya-kepala-negara-ekonomi-terbesar-di-dunia-194342">G20 2022 Bali: memahami istilah penting dan tujuan berkumpulnya kepala negara ekonomi terbesar di dunia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada tahun ini, misalnya, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama <a href="https://s20indonesia.org"><em>Science20</em> (S20)</a> – salah satu kelompok keterlibatan (<em>engagement group</em>) G20 – yang kepemimpinannya tahun ini dipegang <a href="https://aipi.or.id">Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)</a>.</p>
<p>Lewat rangkaian forum resmi antara komunitas sains anggota G20, kami para ilmuwan S20 menerbitkan rekomendasi kebijakan kesehatan dan iklim global yang kami tuangkan dalam <a href="https://www.science.org.au/files/userfiles/about/documents/s20-communique-final-22-sept-2022.pdf">Deklarasi S20</a> (<em>S20 Communique</em>).</p>
<p>Ada beberapa hal yang kami rekomendasikan untuk menjadi prioritas para pemimpin negara G20. Ini termasuk membangun sistem kesehatan global, memperkuat sains dan teknologi multidisiplin, hingga memperkuat kesinambungan riset dan kebijakan untuk iklim, pandemi, dan ekonomi.</p>
<p>Sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, bagaimana Indonesia dapat mendorong komunitas internasional mewujudkan agenda penting tersebut?</p>
<p>Saya bersama para ilmuwan S20 merekomendasikan setidaknya 4 langkah yang bisa dilakukan oleh Indonesia dengan melibatkan negara dan komunitas sains global.</p>
<p><strong>1. Tegaskan komitmen terhadap kebijakan berbasis sains</strong></p>
<p>Dalam gelaran G20, Indonesia perlu mengajak para pemimpin negara untuk berkomitmen melaksanakan rekomendasi ilmuwan dalam Deklarasi S20. KTT G20 pada pertengahan November ini menjadi momentum yang tepat untuk menegaskan komitmen ini.</p>
<p>Tanpa komitmen bersama, buah pikir dan kesepakatan para ilmuwan dunia yang terkumpul selama proses panjang G20 hanya akan menjadi sekedar formalitas dan pernyataan hampa.</p>
<p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga harus menghentikan tren antisains yang <a href="https://theconversation.com/data-bicara-setidaknya-64-dosen-mahasiswa-dan-individu-lain-jadi-korban-pelanggaran-kebebasan-akademik-selama-2019-2022-193722">banyak terjadi</a> di era pemerintahannya – dari <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200822183537-20-538156/akun-epidemiolog-pandu-riono-diretas-dunia-akademis-terancam">represi kritik terhadap penanganan pandemi</a> hingga <a href="https://theconversation.com/dari-pencekalan-hingga-deportasi-ilmuwan-mengapa-represi-antisains-menteri-siti-nurbaya-terus-menguat-191082">pencekalan peneliti lingkungan</a>. </p>
<p>Apalagi di tengah peringatan keras para peneliti akan parahnya krisis iklim di <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">Konferensi Iklim PBB (COP27)</a> belum lama ini, ditambah pengalaman COVID-19, menjadi syarat mutlak bagi Indonesia dan negara dunia untuk menempatkan sains dalam perumusan kebijakan kesehatan dan iklim.</p>
<p><strong>2. Dorong sistem kesehatan dunia yang tahan krisis</strong></p>
<p>Seperti yang kami tuangkan dalam Deklarasi S20, pandemi COVID-19 telah menjadi alarm bahwa infrastruktur kesehatan kita – dari level nasional hingga global – <a href="https://theconversation.com/we-were-on-a-global-panel-looking-at-the-staggering-costs-of-covid-17-7m-deaths-and-counting-here-are-11-ways-to-stop-history-repeating-itself-190658">masih cukup rapuh</a>. </p>
<p>Ketergantungan pada kebijakan yang reaktif, ketimbang pencegahan dan kesiapan global, telah membuat banyak negara gagal membendung krisis kesehatan global.</p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia perlu mendorong negara G20 dan komunitas sains internasional untuk memastikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkoordinasikan sistem kesehatan global yang resilien terhadap ancaman kesehatan dunia.</p>
<p>Beberapa inisatif kesehatan global – termasuk <a href="https://www.who.int/news/item/17-10-2022-one-health-joint-plan-of-action-launched-to-address-health-threats-to-humans--animals--plants-and-environment"><em>‘One Health’ Joint Plan of Action</em></a> gagasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lain yang berupaya melawan ancaman kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan secara terintegrasi – kini mulai mempertimbangkan hal di atas. Prinsip-prinsip Deklarasi S20 bisa memperkuat inisiatif semacam itu dan menjadi landasan untuk inisiatif WHO lainnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-sektor-kesehatan-4-strategi-memperkuat-respons-warga-untuk-melawan-pandemi-masa-depan-183375">G20 Sektor Kesehatan: 4 strategi memperkuat respons warga untuk melawan pandemi masa depan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>WHO juga wajib memetakan pusat-pusat unggulan riset kesehatan setiap negara dan memastikan terjadinya keterhubungan di antara sistem kesehatan tersebut. Selama pandemi, misalnya, kita mulai melihat beragam kerja sama yang krusial dalam membendung COVID-19 – dari <a href="https://theconversation.com/sains-terbuka-mendorong-riset-global-untuk-hadapi-coronavirus-mengapa-peran-indonesia-minim-131615">pembagian data genom virus</a> via bank genetik hingga <a href="https://myhealth.ucsd.edu/Coronavirus/134,263">kolaborasi pembuatan vaksin</a>.</p>
<p>Dengan prinsip-prinsip Deklarasi S20 lainnya seperti sistem “alarm pandemi” global, kemudahan akses data terbuka antara beragam insitusi riset, dan rantai pasok vaksin dan obat yang lebih siap, harapannya setiap negara bisa merespons krisis dengan lebih cepat di tingkat lokal.</p>
<p><strong>3. Bangun ekonomi pascapandemi secara berkelanjutan</strong></p>
<p>Langkah ketiga yang harus dilakukan Indonesia bersama para pemimpin dunia, terutama dalam membangun ketahanan iklim global, adalah menekankan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi G20 selepas COVID-19.</p>
<p>Para pemimpin dunia perlu menggencarkan <a href="https://theconversation.com/negara-maju-harus-ambil-peran-lebih-banyak-dalam-perubahan-iklim-122214">komitmen mereka masing-masing</a> – misalnya seperti yang tertuang dalam dokumen komitmen iklim (<a href="https://theconversation.com/kesepakatan-cop26-glasgow-memuat-4-poin-penting-apakah-aksi-iklim-indonesia-sudah-sesuai-jalur-172206"><em>Nationally Determined Contribution</em></a>, atau NDC) tiap negara – untuk memastikan pemangkasan emisi karbon dan transisi hijau dalam aktivitas ekonomi yang spesifik pada situasi lokal. </p>
<p>Penekanan krisis iklim sebagai ancaman eksistensial, sebagaimana tertuang dalam Deklarasi S20, harus menjadi pengingat kembali bagi Indonesia dan pimpinan G20 atas target-target yang sebelumnya sudah tertuang dalam <a href="https://theconversation.com/apa-itu-cop27-ini-penjelasan-istilah-istilah-rumit-dalam-konferensi-iklim-tahunan-dunia-193744">Perjanjian Paris</a> dan <a href="https://sdgs.un.org/goals">Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)</a>. </p>
<p>Slogan yang diusung Indonesia dan negara G20 tahun ini, misalnya, yakni “Pulih Bersama, Lebih Kuat,” sulit tercapai jika dalam upaya mendongkrak produktivitas dan membangun infrastruktur, pembuat kebijakan tidak berupaya meraih emisi bebas karbon (<em>net-zero</em>).</p>
<p><strong>4. Membangun jaringan pendanaan riset kesehatan dan iklim yang multidisiplin</strong></p>
<p>Mencegah, mengantisipasi, dan merespons tantangan kompleks seperti pandemi dan perubahan iklim membutuhkan pendekatan multisektor dan <a href="https://theconversation.com/the-one-health-concept-must-prevail-to-allow-us-to-prevent-pandemics-148378">multidisiplin</a>. Namun, pendanaan riset di tingkat negara G20 maupun global cenderung belum banyak menarget inisiatif riset – terutama kesehatan, energi, dan iklim – yang lintas disiplin. </p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia melalui AIPI sebagai pimpinan S20 tahun ini dapat mendorong terbentuknya konsorsium dan sistem pendanaan riset multidisiplin di antara ilmuwan negara G20 maupun lebih luas, terutama yang bertujuan untuk mendukung mitigasi krisis iklim dan kesiapan pandemi.</p>
<p>Ini penting karena pembuatan kebijakan iklim dan pandemi memerlukan <a href="https://theconversation.com/why-science-needs-the-humanities-to-solve-climate-change-113832">perspektif ilmu sosial dan humaniora</a> agar tetap inklusif dan menjamin tidak ada satupun <a href="https://minorityrights.org/wp-content/uploads/old-site-downloads/download-524-The-Impact-of-Climate-Change-on-Minorities-and-Indigenous-Peoples.pdf">orang yang tertinggal</a>.</p>
<p>Berbagi dukungan finansial, pengetahuan, dan teknologi – tentu disertai dengan prinsip keterbukaan dan akses data – juga menjadi langkah wajib untuk mendukung agenda riset multidisiplin dalam isu kesehatan dan iklim.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194262/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Berry Juliandi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Di gelaran G20 2022, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama para ilmuwan dunia. Berikut 4 rekomendasi kami untuk Indonesia dan negara-negara dunia.Berry Juliandi, Dean, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1925532022-10-22T05:36:07Z2022-10-22T05:36:07ZMenjawab miskonsepsi tentang “dekolonisasi sains”: mengapa pembebasan riset dari dominasi Barat bukanlah sikap anti-ilmiah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/490841/original/file-20221020-1690-byjykg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/_YzGQvASeMk">(Unsplash/Prateek Katyal)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Wacana “<a href="https://theconversation.com/decolonise-science-time-to-end-another-imperial-era-89189">dekolonisasi sains</a>” makin berkembang di kalangan akademisi negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk membebaskan agenda riset mereka dari dominasi Barat (“eurosentrisme”).</p>
<p>Dalam <a href="https://theconversation.com/dekolonisasi-sains-pentingnya-memerdekakan-ilmu-pengetahuan-dari-ketergantungan-pada-dunia-barat-178540">artikel saya</a> di <em>The Conversation Indonesia</em> (TCID) awal tahun ini, saya menjelaskan bagaimana konsep ini penting bagi peneliti Indonesia, terutama di rumpun ilmu sosial, untuk melepaskan diri dari narasi ilmiah yang cenderung kolonialis. Ini juga jadi momen penting bagi mereka untuk mengangkat wawasan lokal ke dalam agenda riset.</p>
<p>Meski demikian, wacana dekolonisasi sains masih mendapat kritik dari beberapa peneliti.</p>
<p>Dalam <a href="https://theconversation.com/menjawab-ketidakjelasan-agenda-dekolonisasi-ilmiah-benarkah-pendidikan-sains-di-indonesia-dijajah-pemikiran-barat-180871">salah satu artikel di TCID</a>, misalnya, seorang rekan akademisi Indonesia melayangkan kritik terhadap analisis saya sebelumnya.</p>
<p>Sang penulis menjabarkan beberapa argumen utama: 1) wacana membebaskan sains dari dominasi Barat bisa memicu sikap anti-ilmiah, serta 2) dunia pendidikan dan kurikulum Indonesia mengadopsi sains yang berangkat dari tradisi lokal maupun budaya global sehingga tak serta merta eurosentris.</p>
<p>Bagi saya, tidak ada satu pun mazhab atau konsep yang perlu dibela secara mutlak, terlebih dalam ilmu sosial yang bergerak sangat cair. Dekolonisasi sains pun demikian. </p>
<p>Hanya saja, kita perlu pahami dulu mengapa gerakan dekolonisasi sains <a href="https://www.wiley.com/en-us/Colonialism+and+Modern+Social+Theory-p-9781509541294">dianggap bermanfaat oleh pelaku sains</a>, terutama mereka di negara berkembang dan yang berkutat dalam ilmu sosial.</p>
<p>Meski artikel sanggahan tersebut mengajukan kritik yang valid dan berguna untuk memperdalam diskusi, saya perlu menunjukkan satu-dua kekeliruan yang menyertai kritik tersebut.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dekolonisasi-sains-pentingnya-memerdekakan-ilmu-pengetahuan-dari-ketergantungan-pada-dunia-barat-178540">Dekolonisasi sains: pentingnya memerdekakan ilmu pengetahuan dari ketergantungan pada dunia Barat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Dekolonisasi tidak anti-sains</h2>
<p>Satu kritik terhadap dekolonisasi sains berbunyi bahwa lepas dari <a href="https://theconversation.com/how-controversial-racist-research-opens-door-for-a-decolonisation-drive-117870">pengaruh Barat</a> – sebagai penghasil teori sains utama di era modern – sama dengan menanggalkan prinsip sains dan metode ilmiah.</p>
<p>Saya ingin merespons ini dengan mengajak kita menyadari, sebagaimana telah disampaikan banyak akademisi, bahwa penyebaran sains secara global adalah <a href="https://theconversation.com/decolonise-science-time-to-end-another-imperial-era-89189">efek samping dari penjajahan, kolonisalisme, dan imperialisme</a>.</p>
<p>Hal ini mengakibatkan sains tersebut senantiasa erat dengan persoalan kuasa.</p>
<p>Di sini, dominasi negara imperialis kerap meminggirkan pemikiran alternatif dan konteks lokal. Pelaku sains non-Barat seakan hanya merupakan objek pengetahuan yang tak punya otoritas untuk menyelediki diri sendiri.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/bagaimana-perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-masa-penjajahan-melupakan-peran-orang-pribumi-141774">Sepanjang sejarah</a>, alih-alih mendapat manfaat dari kolaborasi internasional, mereka sering berujung sekadar sebagai <a href="https://theconversation.com/riset-gaya-helikopter-siapa-yang-untung-dari-riset-internasional-di-indonesia-102166">“pengamat”, “pembantu”</a>, atau bahkan hanya dilibatkan dalam riset agar <a href="https://www.gicnetwork.be/silent-voices-publications/">terlihat “inklusif” saja</a>.</p>
<p>Di artikel saya sebelumnya, saya juga memberi contoh bagaimana watak kolonialis ini muncul – dari pandangan dalam ilmu sosial yang cenderung rasis dan <a href="https://theconversation.com/how-controversial-racist-research-opens-door-for-a-decolonisation-drive-117870">menggambarkan orang non-kulit putih</a> sebagai pihak yang tidak cerdas, hingga penamaan fauna dan flora dalam riset biologi di Indonesia yang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09502386.2020.1780281">menyingkirkan wawasan suku-suku lokal</a>.</p>
<p>Pada akhirnya, dekolonisasi sains bukanlah menolak metode ilmiah itu sendiri, melainkan mengajak untuk mempertanyakan sifat kolonialis yang terbawa dalam penyebaran sains dari negara Barat maupun kolaborasi ilmiah dengan negara berkembang.</p>
<h2>Peran penting dekolonisasi dalam riset dan pendidikan tinggi</h2>
<p>Kritik lain adalah anggapan bahwa sistem pendidikan yang berbasis sains modern, secara keseluruhan harus dirombak ulang hanya karena kita setuju dengan perspektif dekolonisasi.</p>
<p>Dalam artikel di atas yang mengkritik dekolonisasi, misalnya, sang penulis membela pendidikan di Indonesia.</p>
<p>Ia berargumen bahwa sistem pendidikan kita tidaklah didominasi Barat karena berakar pada tradisi sebelum masa kolonial (dari <a href="http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/viewFile/4168/2253">politik etis Belanda</a> hingga wawasan Ki Hajar Dewantara), serta mengadopsi budaya sains global (seperti <a href="https://www.degruyter.com/document/doi/10.31826/9781463232405/pdf#page=189">matematika lintas era</a> termasuk <a href="https://books.google.com.au/books?hl=en&lr=&id=Boc0JjGRPF0C&oi=fnd&pg=PR7&dq=renaissance+and+islam+science&ots=WxnC9xSia1&sig=4uSMwcAorlcqBlbwzSlIqhwozd8#v=onepage&q=renaissance%20and%20islam%20science&f=false">zaman keemasan Islam</a>, India, Cina dan Barat).</p>
<p>Menurut saya, kurikulum di jenjang sekolah sedikit berbeda konteks. Muatan pendidikan dari SD hingga SMA berbicara penyampaian sains dasar dan universal, yang memang perlu dipahami semua pelajar.</p>
<p>Dekolonisasi, di sisi lain, lebih menyangkut kurikulum di pendidikan tinggi yang mulai memasuki tataran pengetahuan yang lebih kritis.</p>
<p>Di dunia Barat seperti Inggris Raya (UK), berbagai kurikulum universitas <a href="https://www.keele.ac.uk/equalitydiversity/equalityframeworksandactivities/equalityawardsandreports/equalityawards/raceequalitycharter/keeledecolonisingthecurriculumnetwork/#keele-manifesto-for-decolonising-the-curriculum">mulai mengalami dekolonisasi</a> – misalnya dengan <a href="https://www.timeshighereducation.com/campus/decolonising-curriculum-how-do-i-get-started">mendiversifikasi literatur</a> dari akademisi non-Barat hingga banyak memakai metode riset yang lebih <a href="https://sites.google.com/sheffield.ac.uk/coloniality-in-research">mengangkat suara subjek dari negara dunia Selatan</a> – sebagai upaya menyeimbangkan perspektif sains dari berbagai budaya.</p>
<p>Ketika mereka mulai memberi ruang lebih besar pagi ilmuwan non-Barat dalam silabus mereka sendiri, mengapa kita tidak melihat relevansinya dengan kurikulum (pendidikan tinggi) di tanah air? </p>
<p>Dekolonisasi sains tidak pernah menganggap bahwa seluruh konten pendidikan yang selama ini kita kenal harus ditanggalkan, atau sains yang kita pelajari di sekolah seolah-olah tidak memiliki manfaat.</p>
<p>Pengusung dekolonisasi tetap memegang teguh prinsip sains sebagai landasan penting bagi semua pelajar dan peneliti.</p>
<p>Namun, di saat yang sama, pengusung dekolonisasi percaya bahwa nalar kritis kita bisa (dan harus) menggugat berbagai narasi sains yang tak selalu mencerminkan realita di masyarakat atau yang lahir dari kolonialisme – termasuk relasi kuasa dalam riset.</p>
<p>Ini mengapa dekolonisasi harus dipahami sebagai upaya yang sifatnya lebih dari sekadar ‘anti-Barat’.</p>
<p>Sekadar menyebutkan pengaruh sistem pendidikan abad terdahulu atau terjebak nostalgia sains yang berlandaskan identitas keagamaan atau sejarah masa lalu, tidaklah cukup.</p>
<h2>Bahaya menganaktirikan pengetahuan yang bersumber dari konteks lokal</h2>
<p>Selain itu, pengkritik dekolonisasi sains juga mempertanyakan sejauh mana batasan dari dekolonisasi.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/menjawab-ketidakjelasan-agenda-dekolonisasi-ilmiah-benarkah-pendidikan-sains-di-indonesia-dijajah-pemikiran-barat-180871">Mereka bertanya</a>, misalnya, apakah wacana dekolonisasi ini akan sampai menghapus dominasi Bahasa Indonesia dalam kurikulum yang “menjajah” bahasa daerah?</p>
<p>Jawaban singkatnya, ‘bisa’ – pelestarian bahasa lokal adalah salah satu cara. Namun, poin utamanya tak melulu tentang bahasa yang dipakai dalam pendidikan atau riset, melainkan bagaimana wawasan lokal atau peneliti lokal bisa mendapat porsi yang penting dalam khasanah pengetahuan dan sains.</p>
<p>Satu contoh yang cenderung sensitif namun bisa menjadi titik awal dekolonisasi pengetahuan di Indonesia adalah isu Papua.</p>
<p>Bagi banyak pihak, upaya untuk membicarakan Papua dengan melibatkan orang Papua tidak sering dilakukan karena <a href="https://papua.lipi.go.id/2021/08/can-the-victims-speak-locality-in-conflict-resolution-in-papua/">terlampau politis</a>. Padahal, agenda dekolonisasi sains persis bermain di titik itu: berani mengakui bahwa sains sarat dengan kandungan politis dan narasi kolonial – termasuk kentalnya <a href="https://indoprogress.com/2020/12/7-buku-soal-papua-yang-dilarang-indonesia-tetapi-penting-dibaca-didiskusikan/">dominasi sejarah versi negara</a> yang menyingkirkan perspektif peneliti Papua.</p>
<p>Selain itu, semakin banyak kita bisa <a href="https://theconversation.com/bukan-salju-tapi-jamu-saatnya-kita-melibatkan-wawasan-lokal-dalam-pembelajaran-sains-di-indonesia-186769">menyertakan studi atau riset lokal ke dalam silabus</a>, semakin mudah mahasiswa merefleksikan bahan kuliah mereka dengan realita keseharian. </p>
<p>Kesadaran ini tidak hanya berlangsung dalam ilmu sosial. Seni pun, misalnya studi musik, semakin berupaya untuk <a href="https://www.researchgate.net/publication/339236086_We_Are_All_Musicologists_Now_or_the_End_of_Ethnomusicology">menghapus dikotomi (pembedaan) antara “musik etnik” dan “musik modern”</a>.</p>
<p>Untuk menyukseskan upaya ini, para peneliti dan dosen musik tak bisa hanya terus mempelajari ‘kanon klasik’ atau teori musik <em>mainstream</em> (arus utama). Jika mereka tak memperluas cakrawala ilmiah dengan mempelajari wawasan musik lokal, mereka akan senantiasa terjebak pada apa yang dianggap benar sejak era penjajahan.</p>
<p>Inilah tujuan awal dekolonisasi sains, agar pengetahuan lokal tidak ditempatkan lebih rendah dari teori besar ala Barat yang sering kita rujuk. Kita bisa memulai ini dengan memperbanyak arsip kita terlebih dahulu: mengajak ilmuwan di Indonesia untuk mempublikasikan riset yang mengandung wawasan lokal. </p>
<p>Berdasarkan studi <a href="http://www.scielo.org.za/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S2223-03862020000200019">sejarah</a>, <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1473095213499216?casa_token=vRDZGZwcihkAAAAA%3Aq71tV86Ycq-JxwZ3KYUrUxDQUaHRMg1xJ9locUXcC09Yh02-55ml2GSEgmeWd0qPj2pbVtTJCUrt0g">sosiologi</a>, dan <a href="https://nycstandswithstandingrock.files.wordpress.com/2016/10/linda-tuhiwai-smith-decolonizing-methodologies-research-and-indigenous-peoples.pdf">antropologi</a>, pandangan sains yang eurosentris pun bisa berbahaya karena menutupi narasi lokal yang tidak pernah terangkat.</p>
<p>Sebagian besar pengurus Fakultas Ilmu Sosial di Indonesia yang saya ketahui juga belum menyadari betapa politisnya pengaruh literatur terhadap cakrawala mahasiswa. Cara berpikirnya masih terpaku pada apa yang dianggap ‘kanon klasik’ dan teori besar. Perspektif seperti ini sudah kedaluwarsa. </p>
<p>Dengan demikian, agenda dekolonisasi sains –- yang menurut saya masih sangat terbuka – mungkin hanya terlihat jelas bagi mereka yang bisa melihat bahwa pengetahuan ilmiah yang ada masih bias dan sangat terbatas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192553/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fajri Siregar tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dekolonisasi sains bukanlah menolak metode ilmiah, melainkan mengajak kita mempertanyakan sifat kolonialis yang terbawa dalam penyebaran sains dari negara Barat.Fajri Siregar, PhD Candidate, University of AmsterdamLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1920362022-10-07T07:20:00Z2022-10-07T07:20:00ZBerikut analisis filsuf ilmu pengetahuan tentang mengapa kita harus percaya sains<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/488505/original/file-20221006-7794-foygpz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Banyak dari kita menerima bahwa sains adalah panduan yang dapat diandalkan untuk hal-hal yang harus kita percayai – tetapi tidak semua dari kita percaya sains.</p>
<p>Ketidakpercayaan terhadap sains telah menyebabkan skeptisisme seputar beberapa masalah penting, mulai dari penolakan perubahan iklim hingga keraguan terhadap vaksin selama pandemi COVID. Kebanyakan dari kita mungkin cenderung untuk mengabaikan skeptisisme seperti itu dan mengganggapnya tidak beralasan. Namun, hal ini menimbulkan pertanyaan: mengapa kita harus mempercayai sains?</p>
<p>Sebagai seorang filsuf dengan fokus pada filsafat ilmu pengetahuan, saya sangat tertarik dengan pertanyaan ini. Ternyata, mendalami karya para pemikir hebat dapat membantu menjawabnya.</p>
<h2>Argumen umum</h2>
<p>Satu pemikiran yang mungkin muncul di benak kita adalah kita harus mempercayai para ilmuwan karena mereka mengatakan kebenaran.</p>
<p>Namun, ada masalah dengan ini. Salah satunya adalah pertanyaan jika yang dikatakan seorang ilmuwan, pada kenyataannya, merupakan kebenaran. Orang yang skeptis akan menunjukkan bahwa ilmuwan hanyalah manusia dan <a href="https://www.scientificamerican.com/article/if-you-say-science-is-right-youre-wrong/">rentan membuat kesalahan</a>.</p>
<p>Jika kita melihat sejarah sains, kita juga menemukan bahwa yang diyakini para ilmuwan di masa lalu sering kali salah. Ini menunjukkan bahwa yang diyakini para ilmuwan sekarang mungkin suatu hari nanti ternyata salah. Ada saat-saat dalam sejarah ketika orang mengira bahwa merkuri dapat <a href="https://pharmaceutical-journal.com/article/opinion/syphilis-and-the-use-of-mercury">mengobati</a> sifilis, dan bahwa <a href="https://www.britannica.com/topic/phrenology">benjolan pada</a> tengkorak seseorang dapat mengungkapkan karakter orang tersebut.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=113%2C46%2C3337%2C2250&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Model kepala dengan tanda-tanda frenologi" src="https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=113%2C46%2C3337%2C2250&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/484991/original/file-20220916-16-cffhqt.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Frenologi merupakan pseudosains populer di abad ke-19 yang mengklaim bahwa benjolan di tengkorak dapat mengungkapkan sifat mental seseorang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hal menggiurkan lain yang menyarankan bahwa kita harus mempercayai sains adalah karena sains didasarkan pada “fakta dan logika”.</p>
<p>Walaupun mungkin benar, sayangnya klaim ini tidak banyak membantu dalam membujuk seseorang yang cenderung menolak perkataan ilmuwan untuk percaya sains. Kedua belah pihak yang berselisih akan mengklaim bahwa mereka memiliki fakta; orang-orang yang <a href="https://www.crikey.com.au/2009/04/29/climate-myths-andrew-bolts-claims-scientifically-tested/">menyangkal</a> perubahan iklim mengatakan bahwa pemanasan global hanyalah sebuah “teori.”</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/vaccine-hesitancy-why-doing-your-own-research-doesnt-work-but-reason-alone-wont-change-minds-169814">Vaccine hesitancy: Why ‘doing your own research’ doesn’t work, but reason alone won’t change minds</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Metode Karl Popper dan metode ilmiahnya</h2>
<p>Salah satu jawaban berpengaruh atas pertanyaan mengapa kita harus mempercayai para ilmuwan adalah karena mereka menggunakan metode ilmiah. Hal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan: apakah metode ilmiah itu?</p>
<p>Laporan paling terkenal mungkin datang dari filsuf sains <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Karl_Popper">Karl Popper</a>, yang telah mempengaruhi <a href="https://ui.adsabs.harvard.edu/abs/1991FoPh...21.1357J/abstract">fisikawan matematika</a> pemenang Medali Einstein dan pemenang Penghargaan Nobel dalam bidang <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rsnr.2013.0022">biologi</a> dan <a href="https://www.innovation-intelligence.com/bios/john-carew-eccles">fisiologi dan kedokteran</a>.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Potret hitam putih Karl Popper" src="https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=769&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=769&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=769&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=966&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=966&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/484995/original/file-20220916-12-x8yc3w.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=966&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Karl Popper (1902-1994), yang berdarah Inggris dan Austria, adalah salah satu filsuf sains paling berpengaruh di abad ke-20.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikimedia</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://view.officeapps.live.com/op/view.aspx?src=https%3A%2F%2Ffacelab.org%2Fdebruine%2FTeaching%2FMeth_A%2Ffiles%2F2009%2FPopper_1957.doc&wdOrigin=BROWSELINK">Menurut Popper</a>, sains berkembang melalui proses yang ia sebut “dugaan dan sanggahan.” Para ilmuwan dihadapkan dengan beberapa pertanyaan dan menawarkan kemungkinan jawaban. Jawaban ini merupakan sebuah dugaan karena tidak diketahui apakah itu benar atau salah, setidaknya pada awalnya. </p>
<p>Popper mengatakan bahwa para ilmuwan kemudian melakukan yang terbaik untuk membantah dugaan ini, atau membuktikan bahwa dugaan tersebut salah. Biasanya dugaan akan disangkal, ditolak, dan diganti dengan yang lebih baik. Ini juga akan diuji, dan akhirnya diganti dengan yang lebih baik. Dengan cara inilah sains berkembang.</p>
<p>Terkadang proses ini dapat menjadi sangat lambat. Sebagai bagian dari teori relativitas umumnya, Albert Einstein memprediksi keberadaan gelombang gravitasi lebih dari 100 tahun yang lalu. Namun, baru pada tahun 2015 para ilmuwan berhasil <a href="https://www.ligo.caltech.edu/news/ligo20160211">mengamatinya</a>.</p>
<p>Bagi Popper, inti dari metode ilmiah adalah upaya untuk menyanggah atau menyangkal teori, yang disebut “prinsip falsifikasi.” Jika para ilmuwan belum mampu menyangkal sebuah teori dalam jangka waktu yang lama meski telah berusaha sebaik mungkin, maka dalam terminologi Popper, teori tersebut telah “dikoroborasi”.</p>
<p>Ini menunjukkan kemungkinan jawaban atas pertanyaan mengapa kita harus mempercayai yang dikatakan para ilmuwan. Itu karena, terlepas dari upaya terbaiknya, mereka tidak dapat menyangkal bahwa gagasan yang mereka katakan itu benar.</p>
<h2>Mayoritas menentukan</h2>
<p>Baru-baru ini, jawaban atas pertanyaan tersebut diartikulasikan lebih lanjut dalam sebuah <a href="https://press.princeton.edu/books/hardcover/9780691179001/why-trust-science">buku</a> oleh sejarawan sains Naomi Oreskes. Oreskes mengakui pentingnya peran untuk menyangkal teori yang disebutkan Popper, tetapi juga menekankan elemen sosial dan konsensual dari praktek ilmiah.</p>
<p>Menurut Oreskes, kita memiliki alasan untuk mempercayai sains karena, atau sejauh, ada konsensus di antara komunitas sains (yang relevan) mengenai kebenaran suatu klaim – saat komunitas ilmiah yang sama telah melakukan yang terbaik untuk menyangkalnya, dan gagal.</p>
<p>Berikut ini adalah gambaran singkat tentang proses yang umumnya dilalui oleh sebuah ide ilmiah sebelum muncul konsensus yang membenarkan ide tersebut.</p>
<p>Seorang ilmuwan mungkin memberikan makalah tentang beberapa ide kepada rekan kerjanya yang kemudian mendiskusikan makalah tersebut. Salah satu tujuan dari diskusi ini adalah untuk menemukan sesuatu yang salah dengannya. Jika makalah lulus tes, ilmuwan dapat menulis makalah penelaahan sejawat tentang ide yang sama. Makalah akan diterbitkan setelah dianggap cukup pantas oleh seorang peninjau.</p>
<p>Orang-orang lain kemudian dapat melakukan tes eksperimental pada ide tersebut. Jika melewati jumlah yang cukup ini, konsensus akan menunjukkan bahwa ide ini benar.</p>
<p>Sebuah contoh bagus dari teori yang mengalami transisi seperti ini adalah teori pemanasan global dan dampak manusia terhadapnya. Pada awal tahun 1896, peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer Bumi <a href="https://www.rsc.org/images/Arrhenius1896_tcm18-173546.pdf">dapat menyebabkan</a> pemanasan global telah diajukan.</p>
<p>Pada awal abad ke-20, muncul teori lain yang mengatakan bahwa tidak hanya telah terjadi, tetapi karbon dioksida yang dilepaskan dari aktivitas manusia (yaitu pembakaran bahan bakar fosil) dapat mempercepat pemanasan global. Meski teori ini mendapatkan beberapa dukungan, sebagian besar ilmuwan tetap <a href="https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/distributed/C/bo8670161.html">tidak yakin</a>.</p>
<p>Namun, sepanjang separuh abad ke-20 dan abad ke-21, teori perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia telah berhasil melewati pengujian berkelanjutan, sehingga satu meta-studi baru-baru ini menemukan lebih dari 99% komunitas ilmiah yang relevan telah <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/ac2966">menerima kenyataanya</a>. Ini mungkin mulai sebagai hipotesis belaka, kemudian berhasil melewati pengujian selama lebih dari seratus tahun, dan sekarang telah diterima secara hampir universal.</p>
<h2>Garis bawahnya</h2>
<p>Ini tidak berarti kita harus menerima semua yang dikatakan para ilmuwan secara tidak kritis. Tentu saja ada perbedaan antara satu ilmuwan atau kelompok kecil yang terisolasi yang mengatakan suatu hal, lalu ada konsensus dalam komunitas ilmiah bahwa hal tersebut benar.</p>
<p>Tentu saja, karena berbagai alasan, termasuk alasan praktis, alasan finasial, dan lainnya – para ilmuwan mungkin tidak melakukan yang terbaik untuk menyangkal beberapa ide. Bahkan, jika para ilmuwan telah berulang kali mencoba dan gagal untuk menyangkal teori yang diberikan, sejarah sains menunjukkan bahwa di masa depan, teori tersebut mungkin akan salah ketika ada bukti baru yang terungkap.</p>
<p>Jadi, kapan kita harus mempercayai sains? Pandangan yang muncul dari Popper, Oreskes, dan penulis-penulis lain di bidang ini menunjukkan bahwa kita memiliki alasan yang baik, tetapi mungkin salah, untuk mempercayai yang dikatakan para ilmuwan ketika ada konsensus yang membenarkan ide itu, terlepas dari upaya terbaik mereka untuk menyangkal suatu gagasan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-what-is-the-most-important-thing-a-scientist-needs-177226">Curious Kids: what is the most important thing a scientist needs?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192036/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>John Wright tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Para ilmuwan tidak selalu benar, dan bukti baru selalu bisa muncul untuk menyangkal sebuah teori. Namun, filsafat membantu menjelaskan alasan bagi kita untuk mempercayai sains.John Wright, Adjunct Research Fellow in Philosophy, La Trobe UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1914562022-09-30T06:55:48Z2022-09-30T06:55:48ZCurious Kids: Bagaimana cara semut melawan grativasi dan merayap di dinding?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/487082/original/file-20220928-16-g56kch.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Berjalan secara vertikal – atau bahkan terbalik – merupakan hal yang mudah bagi semut.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/climbing-up-a-wall-royalty-free-image/175996454">pecchio/iStock via Getty Images Plus</a></span></figcaption></figure><hr>
<blockquote>
<p><strong>Bagaimana semut melawan grativasi dan merayap di dinding? – Ethan, umur 9, Dallas, Texas, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Saat saya pertama kali memulai pekerjaan <a href="https://scholar.google.com/citations?user=hrO-baMAAAAJ&hl=en&oi=ao">sebagai ahli biologi</a> di University of South Florida, Amerika Serikat, saya mengendarai mobil Jeep saya ke lapangan berumput, menggali gundukan semut api, dan menggunakan sekop untuk memasukannya ke ember lima galon. Seketika, ribuan semut dengan bebas keluar dari tanah dan naik ke dinding ember. Untungnya saya memegang tutup ember. </p>
<p>Bagaimana semut dengan sangat mudah merayap di dinding, langit-langit, dan permukaan lainnya? <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&view_op=list_works&gmla=AJsN-F7sTTsnLhAu39Zwg-90iH0Hwx9849J-UEbRISOmCR2ouYfcOp2_o8P0yqau7y64vL6XeYU3LFJ-RpqacVDz2Q8Qln7xBQ&user=hrO-baMAAAAJ">Saya telah mempelajari semut selama 30 tahun</a>, dan kemampuan merayap mereka selalu membuat saya takjub. </p>
<p>Semut pekerja – <a href="https://theconversation.com/six-amazing-facts-you-need-to-know-about-ants-100478">yang semuanya betina</a> – memiliki <a href="https://doi.org/10.1007/s00114-006-0194-y">seperangkat alat cakat, tulang belakang, dan bulu</a> yang mengesankan dan bantalan lengket di kaki mereka yang memungkinkan mereka untuk memanjat hampir semua permukaan. </p>
<h2>Tangan manusia lawan kaki semut</h2>
<p>Untuk memahami kaki semut, sebaiknya kita membandingkannya dengan tangan manusia. Tangan kamu memiliki satu bagian yang luas, yaitu telapak tangan dengan empat jari dan ibu jari yang berlawanan. Setiap jari memiliki tiga bagian, sedangkan ibu jari hanya memiliki dua bagian. Kuku yang keras tumbuh dari ujung jari dan ibu jari kamu. </p>
<p>Manusia memiliki dua tangan – semut memiliki enam kaki. Kaki semut mirip dengan tangan manusia, tetapi mereka lebih kompleks, dengan tambahan beberapa bagian-bagian yang terlihat aneh untuk menyempurnakannya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Tampilan mikroskopis kaki semut, dengan bagian-bagian yang diberi nomor" src="https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/479207/original/file-20220815-14662-uvsojl.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tampilan satu kaki semut yang beruas-ruas dari jarak dekat. Setiap kaki dilapisi dengan alat runcing yang membantu mencengkeram hampir semua permukaan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Deby Cassill</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kaki semut memiliki lima bagian bersendi, dengan bagian ujung yang memiliki sepasang cakar. Cakarnya berbentuk seperti cakar kucing dan dapat mencengkeram permukaan tidak rata di dinding. Setiap bagian kaki juga memiliki tulang runcing dan rambut tebal dan tipis yang memberikan daya penarik tambahan dengan menempel pada lubang mikroskopis pada permukaan bertekstur seperti kulit kayu. Cakar dan tulang runcing memiliki manfaat tambahan untuk melindungi kaki semut dari permukaan yang panas dan benda tajam, seperti halnya kaki manusia yang dilindungi oleh sepatu.</p>
<p>Namun, ciri yang benar-benar membedakan tangan manusia dari kaki semut adalah bantalan lengket yang dapat mengembang, yang disebut arolia.</p>
<h2>Kaki yang lengket</h2>
<p><a href="https://pubs.rsc.org/en/content/articlehtml/2011/sm/c1sm06269g">Arolia terletak di antara cakar di ujung setiap kaki semut</a>. Bantalan seperti balon ini memungkinkan semut melawan gravitasi dan merayap di langit-langit atau permukaan yang sangat keras seperti kaca.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Tampilan mikroskopis kaki semut api. Bagian ujungnya menunjukkan dua cakar yang ditarik dan memperlihatkan struktur seperti bantal yang mengembang." src="https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/478782/original/file-20220811-27-lrnm6e.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Bantalan tempel yang dapat mengembang membawa <em>cling</em>.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Deby Cassill</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika seekor semut berjalan di dinding atau langit-langit, gravitasi menyebabkan cakarnya berayun lebar dan menarik ke belakang. Pada saat yang sama, otot-otot kak semut memompa cairan ke bantalan di ujung kakinya, menyebabkannya mengembang. <a href="https://bugunderglass.com/do-insects-have-blood/">Cairan tubuh ini disebut hemolimfa</a>, yaitu cairan lengket yang mirip dengan darah manusia yang beredar di seluruh tubuh semut.</p>
<p>Setelah hemolimfa memompa bantalan, sebagian darinya bocor ke luar bantalan, sehingga semut dapat menempel di dinding atau langit-langit. Namun, ketika seekor semut mengangkat kakinya, otot-otot kakinya berkontraksi dan menyedot sebagian besar cairan kembali ke bantalan dan kemudian kembali ke kaki. Dengan cara ini, darah semut digunakan berulang kali – dipompa dari kaki ke bantalan, lalu dihisap kembali ke kaki – sehingga tidak ada yang tertinggal.</p>
<figure>
<img src="https://cdn.theconversation.com/static_files/files/2250/ezgif.com-gif-maker.gif?1660317974">
<figcaption><span class="Kaki semut bergerak di atas kaca. Atas perkenan Deby Cassill.">Kaki semut bergerak di atas kaca. Atas izin Deby Cassill.</span></figcaption>
</figure>
<p>Semut merupakan hewan yang sangat ringan, hal itu mengakibatkan enam bantalan yang lengket cukup untuk menahan mereka melawan tarikan gravitasi di permukaan apapun. Bahkan, di saat berada di bawah tanah yang menjadi rumah mereka, <a href="https://doi.org/10.1007/s00114-006-0194-y">semut menggunakan bantalan lengket untuk tidur di langit-langit</a>. Dengan tidur di langit-langit, semut menghindari semut-semut lain yang sibuk bergerak di lantai rumah mereka.</p>
<h2>Gaya berjalan yang unik</h2>
<p>Saat kamu berjalan dan bergerak maju, kaki kiri dan kanan kamu bergerak secara bergantikan, dengan satu kaki menginjak tanah sementara kaki yang lain berada di udara. Semut juga menggerakkan kaki mereka secara bergantian, dengan tiga di permukaan dan tiga di udara sekaligus.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/lduoLbm0_IU?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Simulasi komputer yang menunjukkan gaya berjalan semut yang unik. Dibuat oleh Shihui Guo.</span></figcaption>
</figure>
<p>Pola berjalan semut <a href="https://doi.org/10.1242/jeb.156.1.215">terbilang unik jika dibandingkan dengan serangga berkaki enam lainnya</a>. Pada semut, kaki kiri depan dan belakang berada di tanah dengan kaki kanan tengah, sedangkan kaki kanan depan dan belakang serta kaki kiri tengah berada di udara. Kemudian mereka bergantian. Kamu dapat mencoba meniru pola tiga bagian ini dengan menggunakan tiga jari di masing-masing tangan.</p>
<p>Jika setelah ini kamu melihat semut merayap di dinding, perhatikan baik-baik dan kamu mungkin akan menyaksikan betapa menariknya hal ini. </p>
<hr>
<p>_Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin dikembangkan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.
Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</p>
<ul>
<li><p>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></p></li>
<li><p>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</p></li>
<li><p>DM melalui Instagram [@conversationIDN]_(https://www.instagram.com/conversationIDN/)</p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/191456/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Deby Cassill tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kaki semut memiliki berbagai alat – mulai dari bantalan lengket yang dapat ditarik sampai cakar hingga duri dan bulu khusus – memungkinkan melawan gravitasi dan mencengkeram hampir semua permukaan.Deby Cassill, Associate Professor of Integrative Biology, University of South FloridaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1881522022-08-25T07:23:36Z2022-08-25T07:23:36ZIlmuwan rajin men-Tweet, apakah selalu akurat? Kita perlu perhatikan 12 indikator kualitas komunikasi sains ke publik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/481010/original/file-20220825-2760-4t8j0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Media sosial merupakan medium komunikasi sains yang perlu dimasuki oleh para ilmuwan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-iphone-showing-social-networks-folder-607812/">Tracy Le Blanc/Pexels</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 sejak awal 2020 semakin membuat ilmuwan mempunyai peran penting dalam komunikasi sains untuk menjelaskan masalah sains secara akurat. Peranan mereka kian besar dalam menghadapi isu kesehatan global. </p>
<p>Namun seringkali komunikasi sains yang dilakukan oleh ilmuwan memicu pertentangan publik. Bahkan tidak sedikit yang menyisakan informasi yang tidak tepat (<em>misleading</em>) bagi masyarakat awam.</p>
<p>Contoh terbaru pertentangan dan informasi yang tidak tepat ini dapat ditemukan pada kasus artikel opini Eric Feigl-Ding dan koleganya berjudul <em><a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/2022/07/07/monkeypox-pandemic-who-emergency-covid/">Let’s call monkeypox what it is: A pandemic</a></em> di <em>The Washington Post</em>, 7 Juli 2022. </p>
<p>Dalam artikel ini, Eric, seorang epidemiolog dan pendiri <a href="https://www.worldhealthnetwork.global/">the World Health Network (WHN)</a>, menyatakan wabah cacar monyet telah berkembang menjadi pandemi pada saat itu. Akun Twitter WHN juga merilis informasi sensasional dan menimbulkan kepanikan (perdebatan) di <a href="https://twitter.com/TheWHN/status/1539776725466238976?s=20&t=u3BhFhrA7CATnslHeEdGSg">Twitter</a> bahwa wabah cacar monyet jadi pandemi pada 23 Juni.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1539776725466238976"}"></div></p>
<p><a href="https://twitter.com/gabbystern/status/1545416505462083589?s=20&t=S6hSE3VKmpURpKP4g-NLZQ">Gabby Stren, Direktur Komunikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),</a> pada 8 Juli membantah langsung informasi Eric via Twitter bahwa status cacar monyet versi Eric itu kurang akurat. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1545416505462083589"}"></div></p>
<p>Kendati pada akhirnya WHO merilis <a href="https://www.who.int/news/item/23-07-2022-second-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-(ihr)-emergency-committee-regarding-the-multi-country-outbreak-of-monkeypox">pernyataan darurat kesehatan internasional (PHEIC) atau pandemi pada 23 Juli 2022</a> untuk cacar monyet, namun hingga artikel Eric dan cuitan WHN dipublikasikan infeksi cacar monyet belum dideklarasikan sebagai pandemi. Status PHEIC juga disematkan pada penyakit COVID-19 pada Maret 2020. </p>
<p>Para ilmuwan perlu memikirkan kualitas komunikasi sains sebelum mereka men-<em>tweet</em> suatu informasi agar tidak melahirkan kebingungan di kalangan awam. Apalagi soal informasi kesehatan yang terkait langsung dengan kesehatan individual dan masyarakat. </p>
<p>Sebuah <a href="https://doi.org/10.22323/2.20030206"><em>paper</em></a> yang disusun oleh para pemangku kepentingan komunikasi sains yaitu peneliti, jurnalis sains, komunikator sains, pembuat keputusan sains, dan masyarakat awam telah mengembangkan sebuah kerangka kerja (<em>framework)</em> untuk indikator kualitas komunikasi sains.
Hasil kegiatan ini dikumpulkan ke dalam tiga dimensi utama dan 12 kerangka indikator kualitas komunikasi sains. </p>
<h2>Kualitas konten sains di belantara media sosial</h2>
<p>Situasi sosial media yang menjadi medium utama distribusi komunikasi sains saat ini dipenuhi oleh <a href="https://questproject.eu/download/presentation-toolkit-for-science-communication-on-social-media-pdf/?wpdmdl=18343&refresh=648c73db9727a1686926299">tiga isu utama</a> yaitu disintermediasi, infodemi, dan polarisasi. Tiga hal ini yang mempengaruhi bagaimana komunikasi sains diterima oleh masyarakat. </p>
<p><em>Pertama</em>, disintermediasi, yaitu saat semua orang dapat menjadi apa saja tanpa batas yang jelas. Kondisi ini dipengaruhi oleh ekosistem media yang berkembang pesat sejak era media sosial. </p>
<p>Aktor lama dalam pemberitaan sains yang biasanya didominasi oleh ilmuwan, jurnalis sains, dan lembaga ilmu pengetahuan dalam era sosial media melahirkan <a href="https://doi.org/10.1007/978-3-662-59466-7_3">aktor baru</a> dari beragam latar belakang yang lebih luas.</p>
<p>Pada era pandemi, siapa pun dapat terlibat dalam komunikasi sains tanpa harus memenuhi seleksi tertentu melalui media sosial. Dalam kasus Eric, walau dia adalah epidemiolog, dia tidak tepat mengomentari pandemi penyakit menular, sesuatu di luar kajian risetnya yang lebih banyak berfokus pada penyakit tidak menular seperti obesitas, nutrisi, dan pencegahan kanker.</p>
<p><em>Kedua,</em> kondisi ini seringkali melahirkan infodemi, yakni <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2021.10.031">banjir informasi yang tidak akurat</a>.</p>
<p>Kasus cuitan Eric tentang cacar monyet bukan yang pertama terjadi. Sejak cuitan pertamanya Januari 2020, Eric dijuluki sebagai “<a href="https://www.science.org/content/article/studying-fighting-misinformation-top-scientific-priority-biologist-argues">pencari perhatian yang mengkhawatirkan</a>”. Isi cuitannya tentang artikel ilmiah pracetak (<em>pre-print</em>) yang terbit pada 31 Januari 2020 mengklaim bahwa <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.01.30.927871v1">SARS-CoV-2 (penyebab COVID-19)</a> merupakan virus buatan yang direkayasa menggunakan virus HIV. </p>
<p>Temuan tersebut memicu teori konspirasi bahwa virus baru itu mungkin merupakan senjata biologis dan menjadi kontroversi besar. Walau pada akhirnya artikel ilmiah pracetak ini ditarik beberapa hari setelahnya dan cuitan Eric kemudian <a href="https://undark.org/2020/11/25/complicated-rise-of-eric-feigl-ding/">dihapus</a>, namun unggahan tersebut telah tersebar luas. Hingga saat ini Eric mendapatkan jutaan pengikut setidaknya mencapai 7,2 juta.</p>
<p>Di tengah sedikitnya bukti dan masih gelapnya informasi yang memadai tentang COVID-19 saat itu, cuitan Eric menjadi rujukan masyarakat awam. <a href="https://www.science.org/content/article/studying-fighting-misinformation-top-scientific-priority-biologist-argues">Beberapa ilmuwan</a> mengkritik bahwa cuitan dan <em>thread</em> Eric seringkali tidak akurat, sensasional dan hiperbolik, serta tidak cermat menelaah artikel ilmiah yang belum direview oleh ilmuwan sejawat.</p>
<p><em>Ketiga</em>, keadaan ini lebih jauh lagi berdampak pada polarisasi yang berkembang pada masyarakat karena <a href="https://doi.org/10.1177/0963662521989193">perbedaan sikap dan pandangan ideologi</a> yang bertentangan dengan konsensus ilmiah.</p>
<h2>Aktor baru munculkan tantangan baru</h2>
<p>Lahirnya aktor-aktor baru dalam komunikasi sains menjadi tantangan tersendiri bagi ilmuwan dan akademisi. Mereka perlu membekali kemampuan lebih menghadapi disrupsi ekosistem media baru dan situasi yang penuh ketidakpastian merespons isu krisis kesehatan global. </p>
<p>Peran peneliti dalam komunikasi sains ini tidak hanya berperan menggambarkan berbagai praktik yang mentransmisikan ide, metode, pengetahuan, dan penelitian ilmiah kepada audiens non-ahli dengan cara yang dapat diakses, dimengerti, atau berguna. Namun, karena komunikasi sains ini bersifat multidisiplin, maka dibutuhkan kesadaran bagi peneliti untuk mengetahui keterbatasannya dan membuka celah bagi bidang ilmu yang lain untuk berkolaborasi. </p>
<p>Dalam proses transmisi pengetahuan sains pada awam, ilmuwan perlu memperhatikan kualitas komunikasi sains. </p>
<p>Wacana kualitas ini menonjol sejak diskusi publik ramai membahas tentang topik yang mempunyai dampak sosial yang tinggi seperti perubahan iklim, keraguan vaksinasi atau pandemi COVID-19 yang sedang terjadi hingga kini. </p>
<p>Munculnya media sosial dapat membantu. Namun, keterbatasan bukti ilmiah yang dinamis dalam jurnalisme sains menjadi pertaruhan besar dalam produksi <a href="https://doi.org/10.22323/2.20030206">konten komunikasi sains yang berkualitas dan akurat</a>.</p>
<p>Jurnalis sains Arko Olesk dan koleganya di <a href="https://questproject.eu/">QUEST (Quality and Effectiveness in Science and Technology communication)</a> merumuskan dua belas indikator kualitas sains dalam tiga dimensi: (1) dimensi kepercayaan dan kecermatan ilmiah, (2) gaya penyampaian pesan, dan (3) koneksi dengan masyarakat. Selengkapnya ada di tabel di bawah ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=511&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/481247/original/file-20220826-10437-pcsxy9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=643&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://questproject.eu/social-media-improving-science-communication-by-the-tools-of-science/">QUEST</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Dimensi kepercayaan dan kecermatan ilmiah</strong> menekankan bahwa komunikasi sains sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan publik pada sumber informasi dan media komunikasi. Audiens dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang mempunyai tingkat kepercayaan informasi dan sumber yang akurat. </p>
<p>Indikator dari dimensi ini adalah acuan sumber informasi diambil dari rujukan ilmiah yang faktual, seimbang, dan transparan.</p>
<p><strong>Gaya penyampaian pesan</strong> berfokus pada bagaimana konten ilmiah disajikan, dapat dipahami, menarik dan mempunyai interaksi yang bermakna bagi publik. </p>
<p>Tantangan pada dimensi ini terletak pada bagaimana ilmuwan dapat menyeimbangkan upaya untuk menarik perhatian publik tanpa mengorbankan nilai objektivitas, transparansi, dan kaidah ilmiah yang dapat dipercaya. Dimensi ini meliputi kejelasan pesan, koherensi dan kontekstualisasi pesan, daya tarik dan pikat untuk mendekatkan audiens pada topik sains yang lebih kompleks, dan interaksi dengan audiens dengan cara dialogis dan umpan balik. </p>
<p><strong>Koneksi dengan masyarakat</strong> menunjukkan kemampuan komunikasi ilmuwan untuk berkontribusi dalam perubahan positif serta sebagai perantara informasi ilmiah bagi masyarakat. </p>
<p>Dimensi ini meliputi target dan tujuan yang jelas, berdampak pada perubahan sosial maupun individu, dan berhubungan dengan fenomena sehari-hari atau peristiwa terkini. Selain itu, ilmuwan bertanggung jawab terhadap informasi ilmiah yang disampaikan mempunyai sisi kontroversial dan berimplikasi pada standar etika ilmiah untuk menghindari kerusakan dan disinformasi publik.</p>
<p>Beberapa dimensi kualitas komunikasi sains yang dijabarkan dalam dua belas indikator ini dapat membantu para ilmuwan untuk melakukan komunikasi sains kepada publik. Kita berharap itu akan membantu masyarakat untuk memahami sains sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.</p>
<p>Yang paling penting ilmuwan dapat mendorong budaya kritis masyarakat dalam merespons situasi lingkungan sekitar untuk membentuk keputusan individu yang lebih baik berdasarkan sains yang akurat dan kredibel.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/188152/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ilham Akhsanu Ridlo tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Wacana kualitas sains ini menonjol sejak diskusi publik ramai membahas tentang topik yang mempunyai dampak sosial yang tinggi seperti perubahan iklim, keraguan vaksinasi atau pandemi COVID-19.Ilham Akhsanu Ridlo, Adjunct assistant professor in Faculty of Public Health, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1889472022-08-19T03:53:28Z2022-08-19T03:53:28ZSeperti apa bentuk molekul?<blockquote>
<p><strong>Seperti apa bentuk molekul?? – Justice B., umur 6, Wimberley, Texas, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<p>Molekul adalah kumpulan atom yang terikat bersama. Molekul membentuk hampir segala sesuatu di sekitarmu seperti kulit kamu, kursi kamu, bahkan makanan kamu.</p>
<p>Mereka bervariasi dalam ukuran, tetapi sangat kecil. Kamu tidak dapat melihat molekul individu dengan mata sendiri atau bahkan mikroskop. Ukurannya 100.000 kali lebih kecil dari <a href="https://hypertextbook.com/facts/1999/BrianLey.shtml">lebar sehelai rambut</a>.</p>
<p>Molekul terkecil terbuat dari dua atom yang saling menempel, sedangkan <a href="https://doi.org/10.1126/science.270.5244.1905-a">molekul besar</a> dapat berupa kombinasi 100.000 atom atau lebih. Sebuah molekul dapat menjadi pengulangan dari atom yang sama, seperti molekul oksigen yang kita hirup, atau dapat terdiri dari berbagai atom, seperti molekul gula yang terbuat dari karbon, oksigen, dan hidrogen.</p>
<p>Tapi seperti apa bentuk molekul? Semuanya dimulai dari blok bangunan mereka: atom.</p>
<h2>Berbeda tapi saling tarik-menarik</h2>
<p><a href="https://education.jlab.org/atomtour/">Partikel materi yang membentuk atom</a> tidak semuanya sama. Mereka dapat memiliki muatan positif, muatan negatif, atau tanpa muatan. Para ilmuwan menyebutnya proton, elektron, dan neutron.</p>
<figure>
<img src="https://cdn.theconversation.com/static_files/files/2147/A%CC%81tomo_de_Oro.gif?1656372844">
<figcaption> <span class="caption">Sebuah atom emas memiliki pusat padat yang terbuat dari 79 proton dan 118 neutron, dengan awan 79 elektron yang lebih menyebar di sekitarnya. Ilustrasi yang dibuat oleh Galarza Creador.</span></figcaption>
</figure>
<p>Neutron tanpa muatan dan proton dengan muatan positif membentuk pusat atom yang berat. Elektron bermuatan negatif mengelilingi pusat kecil ini.</p>
<p>Saat atom saling mendekat untuk berpotensi bergabung dan membuat molekul, elektron negatif di satu atom tertarik ke proton positif di atom lain, dan sebaliknya. Kedua atom saling menyesuaikan diri.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A diagram showing a round single atom, top. Below are two atoms stretched into oval shapes, with the positive part of one drawn to the negative part of the other." src="https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=270&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=270&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=270&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=340&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=340&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471509/original/file-20220629-17-tyb14b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=340&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ketika sebuah atom sendirian, elektron negatif yang mengelilingi pusatnya simetris. Saat dua atom mendekat, elektron negatif dari satu atom bergerak menuju pusat positif atom lainnya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Christine Helms</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kamu bisa membandingkannya seperti sedang mencoba memilih tempat duduk di kelas. Ada beberapa aturan yang harus diikuti. Misalnya, kamu harus tinggal di kelas dan tidak bisa duduk di atas seseorang. Mengikuti aturan tersebut, kamu mungkin akan mencoba untuk duduk di sebelah temanmu dan menjauhi musuhmu. Menemukan posisi sempurna agar semua orang di kelas senang sama dengan menemukan posisi sempurna atom dalam molekul. Kadang-kadang, atom tidak dapat menemukan pengaturan yang sesuai sehingga tidak ada molekul yang terbentuk.</p>
<h2>Melihat yang tak terlihat</h2>
<p>Jika molekul terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang atau bahkan mikroskop yang kuat, bagaimana bisa para ilmuwan melihatnya? Jawabannya adalah mereka telah mengembangkan alat khusus untuk bisa melakukannya.</p>
<p>Salah satu alat menggunakan sinar-X, yang mungkin kamu tau karena dokter menggunakannya untuk melihat tulang di tubuh pasienya. <a href="https://theconversation.com/curious-kids-how-do-x-rays-see-inside-you-85895">X-ray adalah jenis cahaya yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia</a>, <a href="https://www.amnh.org/research/natural-science-collections-conservation/general-conservation/preventive-conservation/light-ultraviolet-and-infrared">seperti ultraviolet atau cahaya inframerah</a>.</p>
<p>Ketika para ilmuwan <a href="https://www.sciencemuseum.org.uk/objects-and-stories/chemistry/x-ray-crystallography-revealing-our-molecular-world">menembak sinar-X pada molekul</a>, beberapa terpental. Para ilmuwan dapat merekam sinar-X yang memantul ini dan menggunakan polanya untuk mencari tahu seperti apa molekul individu itu.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A scattering of black dots on a white background." src="https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471249/original/file-20220627-22-lv4r5v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sinar-X yang memantul dari atom dalam molekul protein membentuk titik-titik hitam pada gambar di atas. Lokasi titik-titik ini memberi tahu para ilmuwan bagaimana atom disusun dalam molekul.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Lysozym_diffraction.png">Del45/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada tahun 1912, salah satu <a href="https://doi.org/10.1038/491186a">molekul pertama yang terlihat adalah garam</a> (NaCl) – molekul yang membentuk bahan yang kita semua tahu dan sukai yaitu kentang goreng.</p>
<p>Para ilmuwan telah menemukan metode lain untuk melihat molekul juga. Mirip dengan bagaimana elektron mengubah perilakunya ketika dua atom saling berdekatan, pusat atom juga dapat mengubah perilakunya. Teknik yang disebut <a href="https://www.jeol.co.jp/en/products/nmr/basics.html">resonansi magnetik nuklir</a> mendeteksi perubahan pada pusat atom dan menggunakannya sebagai petunjuk untuk menentukan atom apa itu dekat.</p>
<p><a href="https://www.parksystems.com/medias/nano-academy/how-afm-works">Mikroskop gaya atom</a> bekerja seperti papan loncat tipis yang bergetar saat kamu berjalan dan melompat di atasnya. Tapi papan loncat ini sangat kecil, sangat kecil sehingga muatan negatif di ujungnya akan membengkokkannya ke arah pusat positif atom. Memindahkan papan loncat ini dan mengamati bagaimana ia membengkok dapat menunjukkan lokasi atom dalam sebuah molekul.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/8gCf1sEn0UU?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Animasi yang menunjukkan cara kerja mikroskop gaya atom.</span></figcaption>
</figure>
<p>Satu lagi teknik yang dikembangkan para ilmuwan untuk melihat molekul disebut <a href="https://cryoem.slac.stanford.edu/what-is-cryo-em">mikroskop <em>cyro-electron</em></a>. Pertama, para ilmuwan membekukan molekul ke suhu yang jauh lebih dingin daripada salju atau es. Kemudian mereka menembakkan elektron ke molekul dan mengumpulkan elektron yang melewatinya untuk membuat gambar. <a href="https://theconversation.com/chilled-proteins-and-3-d-images-the-cryo-electron-microscopy-technology-that-just-won-a-nobel-prize-85229">Teknik ini menang</a> <a href="https://www.nobelprize.org/prizes/chemistry/2017/press-release/">hadiah nobel pada tahun 2017</a> </p>
<h2>Berbagai bentuk dan ukuran</h2>
<p>Jadi seperti apa molekul itu? Mereka terdiri dari kelompok atom, dengan pusat yang mengandung sebagian besar materi, sedangkan sisanya sebagian besar adalah ruang kosong. Setiap atom memiliki posisi tertentu di mana ia merasa bahagia, seperti siswa di kelas itu.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Side by side diagram of a flat molecule and a round molecule." src="https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=315&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=315&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=315&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=396&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=396&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471674/original/file-20220629-21-45b5zt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=396&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Diagram atom-atom penyusun molekul benzena, kiri, dan fullerena, kanan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Buckminsterfullerene-perspective-3D-balls.png">Jynto (left) Benjah-bmm27 (right)/Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setiap molekul berbeda – beberapa benar-benar berbeda. Misalnya, <em>benzena</em> berbentuk datar seperti pancake, sedangkan <em>fullerene</em> berbentuk bulat seperti bola. <a href="http://www.chemspider.com/Chemical-Structure.10338857.html"><em>Penguinone</em></a> dapat digambar agar terlihat seperti penguin, sementara molekul lain tampak benar-benar acak. Tetapi posisi atom dalam molekul tidak pernah acak.</p>
<p>Sementara para ilmuwan tahu seperti apa bentuk molekul, ada beberapa yang masih kami coba cari tahu. Mengetahui jawaban ini dapat mengarah pada temuan bahan dan
<a href="https://www.mdpi.com/1422-0067/20/11/2783/html">obat-obatan baru</a>.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/188947/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Christine Helms tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Seorang fisikawan menjelaskan bagaimana atom menyusun dirinya menjadi molekul – dan bagaimana para ilmuwan dapat menggambarkan potongan-potongan kecil materi yang membentuk segala sesuatu di sekitarmuChristine Helms, Associate Professor of Physics, University of RichmondLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1887782022-08-19T03:53:25Z2022-08-19T03:53:25ZKapan ikan muncul pertama kali di Bumi – dan bagaimana para ilmuwan mengetahuinya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/479269/original/file-20220816-18-m56deh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Rekonstruksi _Haikouichthys ercaicunensis_ berdasarkan bukti fosil.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Haikouichthys_3d.png">Talifero/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Kapan ikan muncul di Bumi? Ratusan juta tahun yang lalu adalah waktu yang lama sekali. – Josh, umur 11, Ephrata, Pennsylvania, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/46965">Fosil tertua yang menyerupai ikan</a> muncul antara 518 juta dan 530 juta tahun yang lalu. Ditemukan di Cina dan disebut <em>Haikouichthys</em>, hewan ini memiliki panjang sekitar satu inci (2,5 cm) dan memiliki
<a href="https://doi.org/10.1038/nature01264">kepala dengan tujuh hingga delapan celah di dasarnya yang tampak seperti insang</a>. Mereka juga punya <a href="https://doi.org/10.1038/nature01264">tulang belakang yang berbeda dikelilingi oleh otot</a> </p>
<p>Tapi ada alasan mengapa <em>Haikouichthys</em> tidak menyerupai ikan modern. Misalnya, <a href="https://www.science.org/content/article/fossils-give-glimpse-old-mother-lamprey">mereka tidak memiliki rahang</a>. Sebaliknya, mulut mereka adalah lubang seperti kerucut yang mirip dengan yang terlihat di <a href="https://nhpbs.org/wild/Agnatha.asp"><em>hagfish</em> dan <em>lamprey</em> modern</a>. Mereka juga <a href="https://doi.org/10.1038/nature01264">tampaknya tidak memiliki sirip samping</a>.</p>
<p>Meskipun <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=id&user=w4GYLBMAAAAJ">ilmuwan seperti saya</a> tidak ada untuk melihat sendiri apa yang terjadi di Bumi waktu itu, kami menggunakan petunjuk geologis untuk mencari tahu hewan apa yang hidup saat ini. Inilah cara kami mengetahui masa hidup dari fosil seperti <em>Haikouichthys</em>.</p>
<h2>Mengukur dalam jutaan</h2>
<p>Untuk mengetahui kapan ikan pertama kali muncul di Bumi, kamu memerlukan cara untuk mengukur interval waktu yang sangat lama. Jam mengukur interval pendek, seperti detik, menit, dan jam. Kalender mengukur interval yang lebih panjang, seperti hari, bulan, dan tahun. Apa yang dapat kamu gunakan untuk mengukur jutaan tahun lalu?</p>
<p><a href="https://cosmosmagazine.com/earth/earth-sciences/what-is-radiometric-dating/">Penanggalan radiometrik</a> adalah metode yang digunakan para ilmuwan untuk menghitung perjalanan waktu dalam jutaan tahun. Untuk menentukan usia batuan dan fosil, para ilmuwan mengukur jenis atom penyusunnya.</p>
<p>Kamu mungkin tahu bahwa atom adalah penyusun <a href="https://theconversation.com/what-do-molecules-look-like-184892">molekul, yang membentuk segala sesuatu di sekitar Anda</a> – rumput, semen, bahkan udara. Meskipun sebagian besar atom sangat stabil, <a href="https://kids.britannica.com/kids/article/radioactivity/399579">beberapa, disebut atom radioaktif, tidak stabil</a>. Selama periode waktu yang lama, mereka secara spontan terurai menjadi atom yang lebih stabil.</p>
<p>Uranium adalah salah satu dari atom radioaktif ini. <a href="https://kids.kiddle.co/Uranium">Ini terurai sangat lambat menjadi timbal</a>. Baik uranium maupun atom timbal dapat ditemukan <a href="https://kids.kiddle.co/Pitchblende">secara alami dalam batuan dan mineral</a> dalam jumlah yang sangat, sangat rendah.</p>
<p>Fisikawan nuklir telah menghitung bahwa dibutuhkan <a href="https://www.livescience.com/39773-facts-about-uranium.html">700 juta tahun untuk satu pon uranium</a> untuk terurai menjadi setengah pon timbal. Tingkat peluruhan ini terjadi pada tingkat yang dapat diprediksi sehingga para ilmuwan dapat menggunakannya untuk menghitung dengan cukup akurat berapa umur batuan dan fosil.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Foto hitam putih pria dalam gaun gaya lama duduk di depan sebuah alat yang rumit." src="https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=431&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=431&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=431&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=542&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=542&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471720/original/file-20220629-22-xaw89m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=542&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ernest Rutherford di Universitas McGill, 1905.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ernest_Rutherford_1905.jpg">Unknown, published in 1939 in 'Rutherford: being the life and letters of the Rt. Hon. Lord Rutherford'/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ide penanggalan radiometrik pertama kali muncul dari <a href="https://library.si.edu/digital-library/book/radioactivit00ruth">seorang ilmuwan Selandia Baru bernama Ernest Rutherford</a> pada tahun 1904. Idenya adalah untuk mengukur jumlah atom uranium dan memimpin atom dalam batu dan membandingkannya. Dia meramalkan bahwa batu yang lebih tua akan memiliki lebih banyak timbal dan lebih sedikit uranium daripada batu yang lebih muda.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A graph illustrating how proportion of unstable atoms in a substance decreases while the proportion of stable atoms increases over time." src="https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/471722/original/file-20220629-22-7oc2sa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Atom yang tidak stabil berubah menjadi atom stabil dari waktu ke waktu dengan kecepatan yang stabil dan dapat diprediksi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://oceanexplorer.noaa.gov/edu/learning/player/lesson15/l15_la1.html">NOAA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://www.pbs.org/wgbh/aso/databank/entries/do07ra.html">Ilmuwan Amerika Bertram Boltwood</a> menguji ide Rutherford, dan <a href="https://www.lindahall.org/about/news/scientist-of-the-day/bertram-boltwood">mengukur jumlah uranium dan timbal dalam batuan yang berbeda</a> dikumpulkan dari seluruh dunia.</p>
<p>Setelah batu terbentuk, tidak ada elemen baru yang ditambahkan ke dalamnya. Jadi, para ilmuwan dapat menghitung berapa banyak uranium yang berasal dari batu itu dengan menambahkan apa yang tersisa ke jumlah timbal yang ada sekarang, berkat proses peluruhan radioaktif. Kemudian, karena mereka tahu persis berapa lama waktu yang dibutuhkan uranium untuk terurai menjadi timbal, mereka dapat mengetahui usia batu tersebut. Boltwood membuktikan bahwa ide Rutherford berhasil dalam menciptakan bidang penanggalan radiometrik pada tahun 1907.</p>
<h2>Proses penemuan fosil <em>Haikouichthys</em></h2>
<p><a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/fossil">Fosil pada dasarnya adalah batu</a>. Jadi para ilmuwan dapat menggunakan penanggalan radiometrik untuk memperkirakan berapa lama organisme yang meninggalkan jejak fosil hidup di Bumi.</p>
<p>Hewan meninggalkan jejak fosil hanya dalam keadaan khusus. Agar <em>Haikouichthys</em> menjadi fosil, mayat mereka harus tenggelam ke dasar air dan ditutupi dengan sedimen sebelum mikroorganisme dapat menguraikannya. Kemudian, mineral dalam sedimen akan meresap ke dalam <em>Haikouichthys</em> agar sisa-sisanya menjadi fosil.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A close-up photograph of a Haikouichthys fossil with 'eye' and 'V shaped myomere' labeled." src="https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=273&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=273&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=273&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=343&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=343&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/472572/original/file-20220705-4393-thhnx8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=343&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Spesimen <em>Haikouichthys</em> yang hampir lengkap dengan mata dan serat otot berbentuk zigzag yang disebut miomer terlihat. Ini adalah salah satu dari banyak <em>Haikouichthys</em> fosil yang ditemukan di China.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Dr. and Prof. Degan Shu, Shannxi Key Laborotory of Early Life and Envionment Department of Geology, Northwest University</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hasil radiometrik dari fosil <em>Haikouichthys</em> menunjukkan bahwa hewan ini <a href="https://doi.org/10.1038/46965">berenang di perairan Bumi antara 518 juta dan 530 juta tahun yang lalu</a> – dan mungkin lebih lama lagi.</p>
<h2>Umur bumi sama dengan 24 jam perhari</h2>
<p>Para ilmuwan, menggunakan penanggalan radiometrik, <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/how-did-scientists-calculate-age-earth">memperkirakan Bumi itu sendiri berusia 4,5 miliar tahun</a>. Untuk waktu yang lama di Bumi, tidak ada kehidupan sama sekali. Kemudian mikroorganisme seperti bakteri muncul. Baru-baru ini saja tumbuhan dan hewan mulai hidup di Bumi</p>
<p>Padahal, jika kamu menganggap usia Bumi sampai sekarang sebagai hari 24 jam, ternyata <em>Haikouichthys</em> hidup 2 jam dan 45 menit sebelum hari kiamat. <a href="https://australian.museum/learn/science/human-evolution/hominid-and-hominin-whats-the-difference/">Hewan mirip manusia</a> muncul lebih baru di Bumi – sekitar <a href="https://www.smithsonianmag.com/science-nature/the-human-familys-earliest-ancestors-7372974/">5 juta hingga 7 juta tahun yang lalu </a> – hanya beberapa menit sebelumnya.</p>
<p>Apakah <em>Haikouichthys</em> adalah ikan pertama atau tidak masih kontroversial. Ada sangat sedikit fosil mirip ikan lain dari periode waktu yang sama. Tapi ahli paleontologi terus menggali. Siapa tahu, mungkin dalam beberapa tahun mereka akan menemukan hewan mirip ikan yang bahkan lebih tua yang akan menggantikan <em>Haikouichthys</em> sebagai makhluk mirip ikan tertua.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/188778/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Isaac Skromne menerima dana dari National Science Foundation dan National Institute of Health.</span></em></p>Seorang ahli biologi menjelaskan bagaimana para peneliti menentukan usia fosil purba berkat proses fisik yang disebut peluruhan radioaktif.Isaac Skromne, Assistant Professor of Biology, University of RichmondLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1867692022-07-31T12:09:15Z2022-07-31T12:09:15ZBukan salju, tapi jamu: saatnya kita melibatkan wawasan lokal dalam pembelajaran sains di Indonesia<p>Sampai saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi cenderung <a href="https://theconversation.com/dekolonisasi-sains-pentingnya-memerdekakan-ilmu-pengetahuan-dari-ketergantungan-pada-dunia-barat-178540">berkiblat pada dunia Barat</a>. Pengaruh ini pun dapat kita rasakan dalam kurikulum pendidikan, termasuk dalam pembelajaran sains (Kimia, Fisika, dan Biologi) di sekolah maupun perguruan tinggi.</p>
<p>Dalam pembelajaran, seringkali contoh peristiwa atau fenomena sains diambil dari konteks dunia Barat.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=732&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=732&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=732&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=920&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=920&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/476650/original/file-20220729-4556-ffc3a4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=920&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Penggunaan contoh fenomena salju dalam pelajaran Kimia bisa jadi bukan cara terbaik untuk mengajarkan penurunan titik beku pada murid-murid di Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Pexels/Karolina Grabowska)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Misalnya, dalam pelajaran Kimia, bidang yang saya ajar dan teliti, guru dan dosen kerap mengajarkan <a href="http://repositori.kemdikbud.go.id/20275/1/Kelas%20XII_Kimia_KD%203.1.pdf">sifat koligatif larutan</a> (terkait berubahnya titik didih dan beku) dengan mencontohkan aktivitas menabur garam ke jalanan ketika salju turun. Garam menyebabkan air atau salju membeku pada suhu yang lebih rendah sehingga akan lebih mudah mencair.</p>
<p>Aktivitas menaburkan garam ini tentu tidak akan terjadi di negara tropis seperti Indonesia. Alih-alih memberi contoh kontekstual, ini bisa membuat siswa semakin sulit membayangkan apa yang sedang mereka pelajari.</p>
<p>Permasalahan ini ternyata tak hanya terjadi di Indonesia atau negera-negara non-Barat. Di Amerika Serikat (AS) saja, sebagai negara yang multi-etnis, perspektif pembelajaran yang terlalu ‘kebaratan’ bisa <a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.jchemed.1c00480">menimbulkan kesulitan pada murid yang berlatar belakang non-Barat</a>, sehingga tetap kesulitan menghubungkannya dengan budaya dan pengalaman hidup.</p>
<p><a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.jchemed.0c00233">Beberapa penelitian</a> telah mencoba mengintegrasikan budaya populer dalam pembelajaran kimia. Media seperti film, komik, K-pop, atau anime, tentu dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa atau mahasiswa. Mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran bisa membuatnya jadi menarik dan mudah dikenali (<em>relatable</em>).</p>
<p>Contohnya adalah materi kimia unsur atau sistem periodik unsur. Pada pembelajaran materi ini, <a href="https://pubs.acs.org/doi/10.1021/acs.jchemed.8b00206">siswa ditantang dengan pertanyaan tentang ‘vibranium’</a>, unsur fiktif yang ada di komik dan film Marvel.</p>
<p>Tapi, bagaimana dengan budaya lokal? Bisakah ini diterapkan juga dalam pembelajaran? </p>
<h2>Menempatkan ‘<em>indigenous knowledge</em>’ dalam pendidikan</h2>
<p>Budaya lokal adalah keseharian para siswa. Mengintegrasikannya dalam pembelajaran akan membuat mereka lebih mudah mengaitkan materi di kelas dengan pengalaman hidup mereka. Pada akhirnya, ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih kontekstual.</p>
<p>Sebenarnya, sudah ada banyak <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/2110/1/012026/pdf">penelitian dan eksplorasi budaya lokal</a> yang bisa dikaitkan dengan fenomena sains – kerangka ini kerap disebut <a href="https://link.springer.com/referenceworkentry/10.1007/978-94-007-2150-0_362">‘etnosains’</a>. Hasil eksplorasi ini kemudian bisa kita terapkan di tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi.</p>
<p>Etnosains (<em>ethnoscience</em>) berasal dari konsep ‘<em>ethno</em>’ (bangsa atau budaya bangsa) dan ‘<em>science</em>’ (pengetahuan). Kita bisa mengartikannya sebagai pengetahuan yang dimiliki suatu bangsa, suku bangsa, atau kelompok sosial tertentu sehingga menjadi bentuk kearifan lokal. </p>
<p>Etnosains mengacu pada sistem pengetahuan yang khas dari budaya tertentu yang sering kita sebut sebagai pengetahuan asli (<em>indigenous knowledge</em>).</p>
<p>Salah satu contoh pengetahuan asli masyarakat adalah pada <a href="https://theconversation.com/mencari-potensi-obat-anti-kolesterol-dari-gambir-yang-bisa-dipakai-seperti-gel-185875">berbagai pemanfaatan tanaman untuk pengobatan</a>. Atau, pemanfaatan tanaman seperti <a href="https://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1209">umbi gadung, sambiloto, dan akar tuba</a>, sebagai pestisida alami untuk pengendalian hama. </p>
<p>Selain itu, etnosains juga dapat kita temui pada <a href="http://eprints.undip.ac.id/8088/">pemanfaatan daun dan biji mimba</a> (<em>Azadirachta indica</em>) sebagai pembasmi larva <em>Aedes aegypti</em>.</p>
<p>Setiap unsur aktivitas atau proses yang terjadi pada contoh-contoh budaya tersebut dapat kita eksplorasi dan kaitkan dengan konsep, prinsip, hukum, atau teori dalam sains. Selain membuat pembelajaran menjadi kontekstual, cara ini sekaligus melestarikan budaya yang ada di masyarakat kepada para siswa.</p>
<p>Beberapa riset pun telah menjelaskan manfaat integrasi etnosains dalam pembelajaran. Di antaranya, berperan dalam <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1742-6596/983/1/012170/meta">meningkatkan pemahaman budaya murid (<em>cultural awareness</em>)</a> hingga penanaman kemampuan <a href="https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii/article/view/21754">berpikir kritis, kreatif, dan analitis, dan kontekstual</a>.</p>
<h2>Dari pembuatan jamu hingga pembersihan keris</h2>
<p>Kebiasaan masyarakat, adat istiadat, atau budaya lokal dapat menjadi media belajar yang unik dan menyenangkan.</p>
<p>Dalam pembelajaran Kimia, pengetahuan asli masyarakat mulai banyak dikenalkan baik di sekolah menengah maupun di perguruan tinggi.</p>
<p>Misalnya, <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11422-021-10067-3">proses pembuatan jamu tradisional</a> bisa menjadi contoh dalam pengajaran materi tentang pemisahan campuran. Pembuatan jamu melibatkan proses ekstraksi pelarut, penyaringan, atau pengendapan yang merupakan teknik-teknik dalam pemisahan campuran.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=296&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=296&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=296&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=371&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=371&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/476651/original/file-20220729-20-32i4uk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=371&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Proses pemisahan campuran dalam pembuatan jamu bisa jadi studi kasus pembelajaran Kimia bagi murid.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Murid dan mahasiswa dapat mengamati proses pembuatan jamu dan menganalisis penggunaan pelarut yang sesuai, guna mendapatkan ekstrak yang kaya akan bahan aktif atau ekstrak dengan rendemen (<em>chemical yield</em>) yang tinggi.</p>
<p>Contoh lain adalah pada pembelajaran mengenai zat aditif (bahan tambahan) makanan. Siswa dapat mengenal zat aditif alami dan buatan, sumber-sumber alami yang dapat dijadikan zat aditif, misalnya sebagai pewarna, penyedap, atau pengawet makanan.</p>
<p>Aktivitas <a href="https://mediaindonesia.com/galleries/detail_galleries/20874-jamasan-keris"><em>jamasan</em> atau pembersihan pusaka</a> dalam budaya Jawa, juga dapat kita kaitkan dengan pengenalan konsep reduksi dan oksidasi (redoks). Konsep redoks dalam kimia muncul dalam proses pencucian keris yang terbuat dari logam dengan bahan-bahan alami. Misalnya, penggunaan air jeruk nipis yang bersifat asam untuk menghilangkan karat.</p>
<p>Proses <em>jamasan</em> juga menggunakan <em>warangan</em>, yaitu larutan yang mengandung arsenik, untuk memunculkan kembali <em>pamor</em> (motif) pada keris. Karena larutan ini beracun, mahasiswa bisa kita tantang untuk mencari pengganti arsenik pada prosesi <em>jamasan</em>.</p>
<h2>Mulai mengajar dengan lebih kontekstual</h2>
<p>Guru dan dosen bisa mulai menggunakan pendekatan ini dalam pembelajaran sains.</p>
<p>Untuk memulainya, guru terlebih dahulu mengeksplorasi dan merekonstruksi budaya yang ingin mereka terapkan. Dari sini, mereka bisa mengetahui konsep-konsep sains apa saja yang dapat muncul. Setelah itu, guru dapat menetapkannya untuk diintegrasikan pada pembelajaran yang terkait.</p>
<p>Berdasarkan <a href="https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/33498416/Innovations-in-Science-and-Technology-Education-with-cover-page-v2.pdf?Expires=1659114520&Signature=dxYHwrb%7EfA3QijoCDAaO1aoH9ujY5I-vtx9N0Eq3RLKOtIECzApECqBHTiO5xanJ95ErA-YA6EDor27mrrSOJTPCxi%7EP3rb9LBFCubMRTw1P0lG-FmNKnx0cYvWjqgswqjeIqUdbMJpeeMkffrPkHSsH6URQ2yJ-9L0OSA3puXGo16JKSO4aV1SnHk-RJd3ldRXOUIzj11dZKCmOpMkDTYEBRGBRzodGQPsjUSyfOj2-zBoYR-%7E0K0WuOK3VSPY8tVQOadDSlKMkzPRphrRm3j%7EW9NWClzfk5Y--BNydFUWAakS%7EMef762IYqKVNcmMwUFMkNHHNDbFjzX%7ELWZJyAQ__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA">hasil-hasil penelitian</a>, integrasi budaya lokal dalam pembelajaran dapat membantu mengkonstruksi konsep sains modern dengan tetap mempertahankan kearifan lokal.</p>
<p>Ada banyak hal dalam kebudayaan Indonesia yang bisa kita gunakan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan menarik – tanpa harus mengandalkan fenomena salju atau semesta Marvel.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/186769/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penggunaan contoh fenomena salju dalam pelajaran Kimia bisa jadi bukan cara terbaik untuk mengajarkan penurunan titik beku pada murid-murid di Indonesia.Mohammad Alauhdin, Lecturer in Chemistry, Universitas Negeri SemarangWoro Sumarni, Profesor of Science Education, Universitas Negeri SemarangLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1857972022-06-29T03:42:21Z2022-06-29T03:42:21ZCurious Kids: apa yang akan terjadi jika seseorang bergerak dengan kecepatan dua kali kecepatan cahaya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/470772/original/file-20220624-13-z278xy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>*<em>Saya ingin tahu tentang apa yang akan terjadi jika, secara hipotetis, seseorang bergerak dengan kecepatan dua kali kecepatan cahaya? – Devanshi, umur 13, Mumbai, India *</em></p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<p>Halo Devanshi! Terima kasih atas pertanyaanmu</p>
<p>Sejauh yang kita tahu, tidak mungkin seseorang bergerak dengan kecepatan dua kali kecepatan cahaya. Faktanya, tidak mungkin objek apapun dengan jenis massa yang kita miliki bisa bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya.</p>
<p>Namun, untuk partikel aneh tertentu, perjalanan dengan kecepatan dua kali kecepatan cahaya dimungkinkan – dan mungkin mengirim partikel tersebut kembali ke masa lalu.</p>
<h2>Batas kecepatan universal</h2>
<p>Salah satu teori fisika terbaik kami saat ini adalah <a href="https://theconversation.com/from-newton-to-einstein-the-origins-of-general-relativity-50013">teori relativitas</a>, yang dikembangkan oleh Albert Einstein . Menurut teori ini, kecepatan cahaya beroperasi berlaku sebagai batas kecepatan universal untuk segala sesuatu yang bermassa.</p>
<p>Secara khusus, relativitas memberi tahu kita bahwa tidak ada sesuatu pun yang bermassa dapat berakselerasi melebihi kecepatan cahaya.</p>
<p>Untuk mempercepat suatu benda bermassa, kita harus menambahkan energi. Semakin cepat kita ingin benda itu pergi, semakin banyak energi yang kita perlukan.</p>
<p>Persamaan relativitas memberi tahu kita bahwa benda apa pun dengan massa – terlepas dari berapa besar massanya – akan membutuhkan energi dalam jumlah tak terbatas untuk dipercepat hingga kecepatan cahaya.</p>
<p>Tetapi semua sumber energi yang kita ketahui terbatas: mereka terbatas dalam beberapa hal.</p>
<p>Memang, masuk akal bahwa semesta hanya memiliki sejumlah energi yang terbatas. Itu berarti tidak ada cukup energi di alam semesta untuk mempercepat sesuatu dengan massa hingga kecepatan cahaya.</p>
<p>Karena kita memiliki massa, jangan berharap untuk melakukan perjalanan dua kali kecepatan cahaya dalam waktu dekat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Blue beams of light rushing past signify a fast moving object going through space" src="https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463866/original/file-20220518-16-dnqcm3.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Menurut Einstein, tidak ada benda besar seperti benda atau manusia yang bisa berakselerasi lebih cepat dari kecepatan cahaya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2><em>Tachyons</em></h2>
<p>Batas kecepatan universal ini berlaku untuk apa pun dengan apa yang kita sebut dengan “massa biasa”.</p>
<p>Namun, ada partikel hipotetis yang disebut <a href="https://www.space.com/tachyons-facts-about-particles#"><em>tachyon</em></a> dengan jenis massa khusus yang disebut “massa imajiner”.</p>
<p>Tidak ada bukti bahwa <em>tachyon</em> ada. Tetapi menurut relativitas, kemungkinan keberadaan mereka tidak dapat dikesampingkan.</p>
<p>Jika memang ada, <em>tachyon</em> harus selalu bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya. Sama seperti sesuatu dengan massa biasa tidak dapat dipercepat melewati kecepatan cahaya, <em>tachyon</em> tidak dapat diperlambat hingga di bawah kecepatan cahaya.</p>
<p>Beberapa fisikawan percaya bahwa jika <em>tachyon</em> ada, mereka akan terus bergerak mundur dalam waktu. Inilah sebabnya mengapa <em>tachyon</em> dikaitkan dengan perjalanan waktu di banyak buku dan film fiksi ilmiah.</p>
<p>Ada gagasan bahwa suatu hari nanti kita dapat memanfaatkan <em>tachyon</em> untuk <a href="https://theconversation.com/curious-kids-is-time-travel-possible-for-humans-140703">membangun mesin waktu</a>. Tapi untuk saat ini masih menjadi mimpi yang jauh, karena kami tidak memiliki kemampuan untuk mendeteksi potensi <em>tachyon</em>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-is-time-travel-possible-for-humans-140703">Curious Kids: is time travel possible for humans?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Jalan pintas?</h2>
<p>Ini sangat mengecewakan kita tidak bisa melakukan perjalanan lebih cepat dari kecepatan cahaya. Bintang terdekat kita, selain Matahari, berjarak 4,35 tahun cahaya. Jadi, bepergian dengan kecepatan cahaya, dibutuhkan lebih dari empat tahun untuk sampai ke sana.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/most-distant-star-to-date-spotted-but-how-much-further-back-in-time-could-we-see-180623#:%7E:text=The%20Hubble%20Space%20Telescope%20has,be%20able%20to%20see%20it.">Bintang terjauh</a> yang pernah kami deteksi berjarak 28 miliar tahun cahaya. Jadi, kita bisa menyerah untuk bisa memetakan seluruh semesta.</p>
<p>Meskipun demikian, relativitas memungkinkan keberadaan “<a href="https://theconversation.com/curious-kids-how-do-wormholes-work-90627">lubang cacing</a>.</p>
<p>Lubang cacing adalah jalan pintas antara dua titik di ruang angkasa. Sementara sebuah bintang mungkin berjarak 4,5 tahun cahaya secara normal, mungkin hanya berjarak beberapa jam melalui lubang cacing.</p>
<p>Jika memang ada lubang cacing, mereka akan membiarkan kita menempuh jarak yang sangat jauh dalam waktu yang sangat singkat – memungkinkan kita untuk mencapai jangkauan terjauh alam semesta dalam satu masa hidup.</p>
<p>Sayangnya, seperti <em>tachyon</em>, lubang cacing tetap sepenuhnya hipotetis.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Illustration showing a hypothetical wormhole open in space, bending spacetime around it." src="https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463871/original/file-20220518-21-25ek7a.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">kamu dapat menganggap lubang cacing sebagai terowongan dengan dua ujung yang membuka ke titik yang berbeda dalam ruang-waktu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kemungkinan aneh</h2>
<p>Terlepas dari kenyataan bahwa kita tidak dapat benar-benar melakukan perjalanan lebih cepat daripada cahaya, kita masih dapat mencoba membayangkan bagaimana rasanya melakukannya.</p>
<p>Dengan berpikir seperti ini, kita terlibat dalam ”<a href="https://www.reddit.com/r/bigbangtheory/comments/7e0m9j/lets_play_the_counterfactual_game/">pemikiran kontrafaktual</a>“. Kita diajak untuk mempertimbangkan apa yang akan atau mungkin terjadi jika kenyataan berbeda dalam beberapa hal.</p>
<p>Ada banyak kemungkinan berbeda yang dapat kita pertimbangkan, masing-masing dengan seperangkat prinsip fisik yang berbeda.</p>
<p>Jadi kita tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang akan terjadi jika kita bisa melakukan perjalanan lebih cepat dari cahaya. Paling-paling, kita bisa menebak apa yang <em>mungkin</em> terjadi. Akankah kita mulai melakukan perjalanan kembali ke masa lalu, seperti yang menurut beberapa ilmuwan mungkin dilakukan oleh <em>tachyon</em>?</p>
<p>Saya akan menyerahkannya kepada imajinasimu untuk bisa menemukan beberapa ide!</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/185797/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sam Baron menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p>Ada jenis partikel khusus yang disebut ‘tachyon’ yang harus bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya. Tapi inilah masalahnya – kami tidak dapat membuktikan bahwa tachyon itu ada.Sam Baron, Associate Professor, Philosophy of Science, Australian Catholic UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1808712022-06-07T11:39:17Z2022-06-07T11:39:17ZMenjawab ketidakjelasan agenda dekolonisasi ilmiah: benarkah pendidikan sains di Indonesia ‘dijajah’ pemikiran Barat?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/467453/original/file-20220607-12-q4t923.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/Oaqk7qqNh_c">(Unsplash/Patrick Tomasso)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Belakangan ini muncul <a href="https://theconversation.com/dekolonisasi-sains-pentingnya-memerdekakan-ilmu-pengetahuan-dari-ketergantungan-pada-dunia-barat-178540">wacana ‘dekolonisasi sains’</a> atau gerakan membebaskan Indonesia dari dominasi sains dan <a href="https://theconversation.com/pemeringkatan-kampus-praktik-imperialisme-budaya-yang-menjebak-perguruan-tinggi-dalam-perlombaan-kosong-178536">pendidikan</a> yang dianggap ‘eurosentris’, atau berkiblat pada dunia Barat.</p>
<p>Dominasi itu dianggap sebagai bagian dari <a href="https://theconversation.com/pemeringkatan-kampus-praktik-imperialisme-budaya-yang-menjebak-perguruan-tinggi-dalam-perlombaan-kosong-178536">imperialisme kultural</a> atau penjajahan budaya. Kritik terhadap imperialisme kultural memiliki akar dari beberapa <a href="https://www.jstor.org/stable/pdf/10.18772/22019083351.8.pdf?refreqid=excelsior%3A731567121e5cd66103d29c0c1a410548&ab_segments=&origin=">paham</a> seperti pascamodernisme, orientalisme, bahkan relativisme.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dekolonisasi-sains-pentingnya-memerdekakan-ilmu-pengetahuan-dari-ketergantungan-pada-dunia-barat-178540">Dekolonisasi sains: pentingnya memerdekakan ilmu pengetahuan dari ketergantungan pada dunia Barat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Secara umum, paham-paham ini menentang adanya superioritas sistem pengetahuan – dalam hal ini yang muncul dari Barat atau yang seringkali dianggap memuat pengetahuan yang tidak inklusif.</p>
<p>Dengan janji bahwa dekolonisasi <a href="https://theconversation.com/dekolonisasi-sains-pentingnya-memerdekakan-ilmu-pengetahuan-dari-ketergantungan-pada-dunia-barat-178540">tidak menolak</a> ‘sains Barat’, pengusung dekolonisasi menuntut penempatan wawasan ilmiah dari dunia non-Barat dalam derajat yang sama dan setara dalam produksi pengetahuan global.</p>
<p>Dekolonisasi memang memiliki potensi mendorong pencarian pengetahuan yang mengandung wawasan lokal di Indonesia.</p>
<p>Tapi, menurut saya, proyek dekolonisasi harus lebih dulu memperjelas konsep-konsep yang diajukannya. Pasalnya, ada banyak hal yang sebenarnya sudah dilakukan oleh internal sains itu sendiri supaya lebih inklusif, seperti <a href="https://www.jstor.org/stable/4236431?seq=2">demokratisasi sains</a>, <a href="https://www.apa.org/monitor/2022/01/special-open-science">keterbukaan</a>, dan <a href="https://sciencebusiness.net/news-byte/international-science-collaboration-rise-and-it-leads-increased-productivity">kolaborasi internasional</a>.</p>
<p>Jika tidak, banyak potensi buruk yang bisa muncul karena kesalahpahaman agenda ini.</p>
<p>Stigma negatif yang disematkan pada ‘sains Barat’ dapat melemahkan kepercayaan pada pengetahuan ilmiah maupun upaya pencarian solusi terhadap permasalahan utama yang dihadapi dunia pendidikan.</p>
<h2>Benarkah ‘dijajah’ pemikiran Barat?</h2>
<p><a href="https://gh.bmj.com/content/6/11/e006964">Agenda dekolonisasi sains</a> selama ini mengusung beberapa argumen yang menurut saya <a href="https://www.timeshighereducation.com/blog/what-does-decolonising-curriculum-actually-mean">kurang rinci</a>. Berikut beberapa contohnya:</p>
<p><strong>Pertama</strong>, ada anggapan “Indonesia harus didekolonisasi dari pendidikan Barat”.</p>
<p>Tanggapan saya, kita harus memperjelas dulu apakah memang pendidikan Barat itu dominan dalam konteks Indonesia. Bentuk institusi pendidikan yang terorganisasi dan didanai penguasa serta warga, sudah ada sejak masa pra-kolonial dalam <a href="https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/kordinat/article/viewFile/6442/3940">pendidikan Islam</a> di kerajaan Islam, <a href="http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/JA/article/viewFile/4168/2253">pendidikan politik etis Belanda</a>, dan pasca kemerdekaan.</p>
<p>Pandangan Ki Hajar Dewantara memiliki <a href="https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/60349341/PEMIKIRAN_PENDIDIKAN_KI._HAJAR_DEWANTARA_DAN_RELEVANSINYA_DENGAN_KURIKULUM_1320190820-101998-z8zpfi-with-cover-page-v2.pdf?Expires=1649335040&Signature=Z8%7Ee0T4FWHs%7Eot-N7too2y8sOjxUyzRPcdahiKm6z6LxUe0dciHnomEjuKWjyqvWfmqYizCzgu8sgP4ZooK5D-7wugfNpHSH4E12R2R8p%7E9VD3OqgJwdrM5q50WId5lY0nYN0U2kgGawgUaWSMy4KK7T22AU2Mq3Y-n84Pyc6OdE-8qzWS-qF6UpQTeLYq9424zIc9yLU6rFLbdzRg%7EE3%7E4slC9APeB0sQ-S6V2ifsB2RYXRTWioEs5Fd4bpxbirdWJZ7UMDIsSgg8Zw1Bl809mS4mPBWUjyxQ3vfeB0t6tJw5zcCCTLXS-dJEKPAfxqxH-AAhdqz%7E8l9CL1vcxe%7EA__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA">peran besar</a> dalam filosofi pendidikan Indonesia. Unsur ke-Indonesiaan, misalnya, <a href="http://194.59.165.171/index.php/CC/article/download/79/101">masih kental</a> dalam pengenalan ideologi Pancasila di setiap kompetensi Inti Kurikulum 2013.</p>
<p><a href="https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pip/article/viewFile/6895/4712">Muatan lokal</a> juga diperkenalkan sebagai sesuatu yang sangat vital. Negara <a href="https://www.ksi-indonesia.org/old/in/news/detail/pentingnya-peran-keujruen-blang-bagi-masyarakat-tani-cerita-mendorong-pengelolaan-persawahan-berbasis-pengetahuan-lokal-di-aceh">mendorong hal ini</a> secara sistematis, termasuk melalui penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.</p>
<p>Dari semua penghargaan terhadap budaya ini, dekolonisasi pendidikan harus memperjelas celah mana yang akan diisinya.</p>
<p>Apakah termasuk dekolonisasi kurikulum dari dominasi Bahasa Indonesia yang ‘menjajah’ bahasa daerah?</p>
<p><strong>Kedua</strong>, kritik terkait konten kurikulum.</p>
<p>Sains yang saat ini ada di dalam kurikulum Indonesia bukanlah dominasi mutlak Eropa. Sains empiris khas Abad Pencerahan tidak murni ditelurkan di dunia Barat, tapi merupakan <a href="https://books.google.com.au/books?hl=en&lr=&id=Boc0JjGRPF0C&oi=fnd&pg=PR7&dq=renaissance+and+islam+science&ots=WxnC9xSia1&sig=4uSMwcAorlcqBlbwzSlIqhwozd8">kontribusi</a> juga dari zaman <a href="https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ854295.pdf">keemasan Islam</a>, pengetahuan Cina, dan yang lainnya.</p>
<p>Matematika yang kita kenal saat ini lahir dari <a href="https://www.degruyter.com/document/doi/10.31826/9781463232405/pdf#page=189">pemikiran lintas era</a> dari para ilmuwan Islam, Mesopotamia, Mesir Kuno, India, Cina, dan Barat. Inilah yang telah masuk ke dalam pendidikan Indonesia. Dekolonisasi pendidikan Indonesia harus memperjelas arah gerakannya dalam rumpun bidang yang mana.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/467459/original/file-20220607-14-ixu43j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Matematika yang kita kenal saat ini lahir dari dari para ilmuwan Islam, Mesopotamia, Mesir Kuno, India, Cina, dan Barat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Flickr/Jimmy Baikovicius)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Ketiga</strong>, dekolonisasi mengusulkan bahwa pengetahuan lokal harus diberikan kesempatan yang sama agar tidak terpinggirkan dan ikut berada dalam tataran yang sama dengan sains Barat.</p>
<p>Di mata saya, peran penting teori dari Barat merupakan konsekuensi dari manfaat dan kemampuan teori-teori tersebut untuk bertahan. Ketahanan teori (termasuk metode ilmiah) ini lalu dianggap tepat untuk Indonesia, bukan atas dasar ketimpangan kuasa.</p>
<p>Dalam banyak kasus, metode ilmiah berkolaborasi, menjelaskan, mengadopsi, dan secara umum melengkapi pengetahuan lokal.</p>
<p>Kulit pohon dedalu telah lama digunakan sebagai analgesik (pereda rasa sakit) sejak 3500 tahun yang lalu. Akan tetapi, dengan metode ilmiah dan eksperimen pengetahuan, hal ini dimanfaatkan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/bjh.14520">menjadi aspirin</a> dan sampai sejauh ini menjadi obat paling banyak digunakan di seluruh dunia. </p>
<p>Fakta bahwa kulit pohon telah lama digunakan masyarakat tradisional adalah sesuatu yang <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/bjh.14520">diakui</a> dan tidak dihilangkan, tapi dilengkapi dan diperbaiki. </p>
<p>Selain itu, telah banyak contoh <a href="https://www.cambridge.org/core/books/abs/decolonisation-in-universities/on-the-politics-of-decolonisation-knowledge-authority-and-the-settled-curriculum/4A165FE51DAC0E90686A4F534EB8F844">kolaborasi</a> ilmuwan Barat dan non-Barat <a href="https://youtu.be/BFZdQAb80Ww">berkolaborasi</a> dalam tataran yang setara ataupun yang dipimpin oleh ilmuwan non-Barat. </p>
<p><strong>Keempat</strong>, ada seruan bahwa Indonesia harus bergabung dalam gerbong atau tren dekolonisasi sains.</p>
<p>Tanggapan saya, Indonesia tidak harus terburu-buru masuk dalam wacana dekolonisasi ini. Meski telah dicoba, upaya-upaya dekolonisasi kurikulum <a href="https://youtu.be/BFZdQAb80Ww">banyak yang berguguran</a> karena sangat sulit diterapkan sehingga wujudnya kebanyakan hanya dalam <a href="https://youtu.be/BFZdQAb80Ww?t=2491">tataran teoretis</a>. Hal ini banyak terjadi di Afrika. </p>
<p>Yang berhasil adalah perangkulan yang berjalan secara organik dan kolaboratif antara para pemikir pendidikan di Indonesia dan ahli-ahli dari lembaga pendidikan terkemuka.</p>
<h2>Dominasi tidak serta merta berarti imperialisme</h2>
<p>Artinya, dalam pendidikan sains modern, tidak ada istilah ‘sains Barat’.</p>
<p>Label sains Barat muncul dalam wacana panjang <a href="https://www.jstor.org/stable/pdf/3182970.pdf?casa_token=Og2vNM0B6EcAAAAA:RCw-JcVc-d6sz3ZLl1jDxYfiRulc9KOP68245IDEmsIicrqCtzOa0j7QMlhgVh4xLEIKmuI99-vInfkX_c1XS7I84quqBCfy8KyjSYaKqDBAGLe_0D">perang sains</a> yang merambah ke ruang-ruang publik. Di sini, ‘dominasi’ tidaklah sama dengan ‘imperialisme’, sesuatu yang memiliki konotasi negatif.</p>
<p>Dominasi sains seperti metode ilmiah, teori-teori dasar ekonomi, ataupun prosedur eksperimen masih tetap mendominasi sejak kolonialisme berhasil karena pihak yang mengadopsinya <a href="https://www.britannica.com/topic/agency-political-theory">memilihnya secara sadar</a> dengan mempertimbangkan manfaat sains. Agensi inilah yang membuatnya menjadi dominan.</p>
<p>Agensi yang sama juga dimiliki oleh pihak manapun untuk menanggalkannya. Seperti yang kita lihat, alih-alih ditanggalkan, sains malah semakin menjadi patokan sebagai cara mengungkap kebenaran ilmiah sebagaimana yang terjadi di banyak negara. </p>
<p>Mengatakan bahwa pilihan ini terjadi secara imperialistik sama dengan menolak adanya kebebasan masyarakat ilmiah untuk memilih. </p>
<h2>Banyak PR yang terlupakan</h2>
<p>Sebelum dekolonisasi, pendidikan Indonesia sebelumnya harus dibebaskan dari semangat yang antagonistik atau sinis terhadap dunia Barat.</p>
<p>Ada banyak tugas yang belum selesai, seperti memperbaiki kemampuan literasi dan numerasi – dua hal yang merupakan pendorong utama munculnya literasi kritis dan cara berpikir metodologis dan rasional.</p>
<p>Alih-alih hanya fokus pada pemahaman yang tidak jelas dari proyek dekolonisasi, pendidikan Indonesia harus melakukan ‘dedogmatisasi’ (lepas dari cara mendidik yang kolot dan satu arah) dan ‘demistifikasi’ (lepas dari nilai-nilai mistis atau non-ilmiah) dalam pendidikan sains. Ini penting agar wawasan keilmuan dapat berkembang, baik dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.</p>
<p>Di luar negeri, banyak pihak berupaya mempengaruhi komunitasnya menggunakan argumen non-ilmiah.</p>
<p>Bahkan, penolakan sains Barat, dan kadang dengan semangat dekolonisasi, digunakan untuk mendorong <a href="https://blogs.bmj.com/bmjgh/2021/03/20/global-health-diplomacy-failures-in-the-covid-19-era-surviving-denialism-and-corruption-in-sub-saharan-africa/">penolakan pada vaksin</a>. Hal ini juga bisa kita lihat dalam penyebaran misinformasi dan diinformasi yang bahkan masih beredar di perguruan tinggi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/profesor-pun-bisa-kena-hoaks-selain-pembumian-sains-budaya-rasionalitas-juga-harus-jadi-fokus-utama-pendidikan-tinggi-182037">Profesor pun bisa kena hoaks: selain pembumian sains, budaya rasionalitas juga harus jadi fokus utama pendidikan tinggi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain itu, kurikulum di perguruan tinggi Indonesia masih mengandung banyak mata kuliah yang sifatnya ideologis dan tidak relevan dengan bidang ilmu tersebut.</p>
<p>Dekolonisasi adalah obat yang memang dapat memberikan solusi – tapi hanya jika ada pengekangan pada pengetahuan lokal.</p>
<p>Tapi kenyataannya, sesuai pemikiran ilmuwan Soviet bernama <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/(SICI)1098-237X(199601)80:1%3C35::AID-SCE3%3E3.0.CO;2-3">Lev Vygotsky</a>, pengetahuan ekologis keseharian tentang pengelolaan air di sebuah komunitas adat, misalnya, bisa saja menjadi konsep ilmiah yang sahih jika melewati proses tinjauan sejawat dan metode ilmiah yang benar. </p>
<p>Demokratisasi pengetahuan ini tidak harus dilakukan melalui wacana antagonistik Barat dan non-Barat, atau penjajah dan terjajah.</p>
<p>Untuk menjadi energi yang dapat membawa kebaikan dan kesetaraan, dekolonisasi sains harus memperjelas arah gerakannya sehingga tidak malah menjadi kontra-produktif terhadap upaya memajukan pendidikan sains di Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/180871/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ahmad Junaidi sedang menerima beasiswa dari Australia Awards Scholarship untuk studi doktoralnya</span></em></p>Belakangan ini muncul wacana dekolonisasi sains untuk membebaskan Indonesia dari dominasi sains dan pendidikan yang dianggap Eurosentris. Benarkah pendidikan sains Indonesia ‘dijajah’ pemikiran Barat?Ahmad Junaidi, Lecturer (Universitas Mataram) , PhD Candidate, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1836032022-05-24T08:28:02Z2022-05-24T08:28:02ZCurious Kids: Apakah ahli gunung berapi (vulkanologi) meninggal karena meneliti gunung berapi dari dekat?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/464666/original/file-20220522-25530-b7mhuw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi aktif untuk mengamati letusan dan mengumpulkan sampel lava dan abu.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/monusco/13845573423/in/photolist-aq16Ln-5z5QEG-aeSgN1-7SNEQ-6PCKD5-7VGbsu-n6u1ga-n6vQaq-n6tP6M-n6tY1v-n6vSAC-n6tRfr-n6ubBa-iutm6t-qu4YpS-7VPwZH-fmhyQA-5KoDkh-oCjX1c-7Y8DJP-vAkbf-vAjXR-7Ucr8K-q7aKQk-bnKXb5-bAGLMV-4WvhpC-bkM4x6">Flickr/MONUSCO Photos</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apakah ahli gunung berapi (vulkanologi) meninggal karena meneliti gunung berapi dari jarak dekat? – Tobias, umur 5, Malmsbury, Australia</strong></p>
</blockquote>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<p>Gunung berapi menunjukkan kepada kita sekilas tentang apa yang ada di bawah bumi. Mereka juga menunjukkan kepada kita betapa kuatnya alam. Mempelajari gunung berapi memang mengasyikkan, tetapi juga bisa berbahaya.</p>
<p>Menurut perhitungan saya – berdasarkan berbagai laporan media dan data – ada sekitar 31 ahli vulkanologi yang meninggal ketika mereka meneliti gunung berapi selama 60 tahun terakhir.</p>
<p>Ini merupakan peristiwa tragis bagi keluarga dan rekan kerja mereka. Periode dengan ilmuwan gunung berapi paling banyak terbunuh adalah antara 1991 dan 1993: yakni sebanyak 12 orang vulkanologi tewas dalam empat letusan terpisah.</p>
<p>Dua dari letusan ini merupakan letusan yang paling terkenal: satu pada tahun 1991 ketika Gunung Unzen, Jepang meletus, dan satu lagi pada tahun 1993 di Galeras, Kolombia.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182041/original/file-20170815-32006-zisf01.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lava dapat mencapai suhu setinggi 1200˚C.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/ztjackson/3241111818/in/photolist-5WpxCf-aPSwi2-aPUaTK-ptEoev-e3bk2i-aPT15Z-fnaT1-e1dqcm-5rNzWh-5Ynn8F-RJaicK-64foU6-b2x3qv-EpTsV-oR2jFe-U3RfhA-HYEMo-9rhHXY-9uGbh2-JiJGSz-dYMAvK-UJTppq-qoSXNi-q3DExU-9WDg-dWh6YB-4AxrTX-LMfoG-9rhNKA-6kkdhk-9rhNnC-4pZCNS-w7eCV-aCMBP2-y4rFv-bsi6RJ-g9gBrM-2G5vHz-4KRaa-dsSuC-2TXgZf-SnRLqx-89j9V9-vgyL1-5YspQb-LMpyk-5Yo9Dn-5G7mF5-9iXz3E-SY4Ky1">Flickr/Zach Jackson</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-do-sharks-sneeze-77399">Curious Kids: Do sharks sneeze?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada letusan Gunung Unzen, kubah lava lengket yang terdiri dari batuan cair panas dengan kristal dan gas muncul di puncuk guning. Ketika kubah tumbuh sangat tinggi, itu menjadi tidak stabil dan runtuh. Hal ini menyebabkan aliran besar potongan-potongan kubah yang bercampur dengan gas panas berjalan sangat cepat menuruni gunung. Ini disebut aliran piroklastik.</p>
<p>Dua ahli vulkanologi terkenal yang membuat video menarik tentang letusan gunung berapi yaitu pasangan suami istri <a href="http://volcano.oregonstate.edu/who-were-maurice-and-katia-krafft-how-did-they-die">Maurice dan Katia Krafft</a>, yang terjebak dan terbunuh oleh aliran piroklastik di Gunung Unzen.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/c5CAyaRIW8s?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Letusan di Galeras adalah salah satu yang paling kuat yang pernah dialaminya dalam lima tahun. Namun, tidak ada yang melihatnya datang. Pada saat itu, 70 ahli vulkanologi berada di gunung untuk mempelajarinya sebagai bagian dari konferensi yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait bahaya gunung berapi.</p>
<p>Sayangnya, gunung meletus dengan ledakan besar ketika dua ilmuwan itu berada di kawah dan akibatnya mereka meninggal. Empat lainnya tewas oleh balok balistik, yang disebut bom, yang menghantam mereka seperti bola meriam. Seorang yang selamat, Dr. Stanley Williams, yang juga terkena dampak parah selama ledakan, menulis sebuah <a href="https://www.goodreads.com/book/show/1132925.Surviving_Galeras">buku</a> tentang hal itu.</p>
<hr>
<p><strong><em>Read more: <a href="https://theconversation.com/curious-kids-how-do-satellites-get-back-to-earth-82447_">Curious Kids: How do satellites get back to Earth?</a></em></strong></p>
<hr>
<p>Tetapi apakah <em>sebagian besar</em> ahli vulkanologi mati karena mempelajari gunung berapi dari jarak dekat? Jawabannya tidak.</p>
<p>Ada lebih dari 2.000 orang di seluruh dunia yang mempelajari gunung berapi dan kebanyakan dari mereka harus mendekati gunung berapi dari waktu ke waktu, tetapi hanya 31 yang tewas dalam pekerjaan selama 60 tahun terakhir.</p>
<p>Memang tidak aman untuk mendaki gunung berapi apa pun, tetapi selama kamu menghargai fenomena gunung berapi dan mengawasi setiap ada tanda-tanda letusan, kamu pasti selamat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/182044/original/file-20170815-5720-mofaqt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Para ilmuwan memperkirakan bahwa ada sekitar 1500 gunung berapi aktif di seluruh dunia saat ini. Setiap minggu 12 sekali mereka meletus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/41812768@N07/15145861552/in/photolist-p5ouY1-jGU39-dn9NdU-U1poau-kbLscV-6baYUz-Ti3nAd-eKeHuT-q1JVY6-m5HQvf-b33DWk-NNTPoc-dn9KJt-kbLZeH-krd9pK-FPCNpk-4j9JR4-6ye4Tf-X5xoZU-p5aUzr-6v9tGK-qbzgoo-pJwgyN-r32jNT-oMVXL7-7SveVM-dPbqY5-5mi5G-r9VGEf-p5aVp2-XmjftP-oMVGCv-6yrdq2-dQZFX2-krfeAb-pJztm1-b33DGg-CPL9Cd-iKMN2v-pJu3sc-X6WiPz-i1fiS2-pJxv5T-dgCMEu-8hZoeX-i5AZCk-8xnvWR-jQtex-b9xv1P-p3oz65">Flickr/peterhartree</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183603/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jozua van Otterloo adalah anggota Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi (IAVCEI). </span></em></p>Ahli vulkanologi mempelajari pembentukan dan letusan gunung berapi - jelas merupakan salah satu pekerjaan paling menarik. Namun, itu juga bisa sangat berbahaya.Jozua van Otterloo, Assistant Lecturer in Volcanology, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1785372022-03-08T05:33:54Z2022-03-08T05:33:54Z“Bukan lagi bidang laki-laki”: kiprah ilmuwan perempuan Indonesia dalam memajukan ilmu tanah<p>Kiprah perempuan dalam dunia sains selama ini kerap menemui adanya “tembok kaca” yang menghambat mereka untuk memiliki pengaruh yang bermakna.</p>
<p>Di ranah yang secara tradisional didominasi oleh laki-laki ini, misalnya, ilmuwan perempuan seringkali kesulitan <a href="https://theconversation.com/sepak-terjang-peneliti-muda-indonesia-berkembang-pesat-tapi-masih-terbentur-banyak-tantangan-174408">meraih posisi kepemimpinan</a> atau terlibat dalam <a href="https://theconversation.com/menghancurkan-tembok-kaca-yang-menghalangi-perempuan-dalam-sains-internasional-141127">kolaborasi riset internasional</a>.</p>
<p>Untuk mendalami hal ini, kami melakukan studi tentang peranan ilmuwan perempuan dalam ilmu tanah – bidang yang digeluti tim penulis – melalui survei pada akademisi di universitas dan pusat penelitian di Indonesia. Hasil studi tersebut terbit di jurnal ilmiah internasional <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S266700622200017X"><em>Soil Security</em></a> pada edisi Maret 2022. </p>
<p>Sampai akhir tahun 1990-an, tim penulis mengamati bagaimana bidang ilmu tanah sering dianggap sebagai bidang yang “berat” bagi perempuan secara fisik dan mental. Jumlah mahasiswi yang menempuh pendidikan tinggi dalam bidang ilmu tanah kala itu juga masih sangat sedikit, rata-rata kurang dari 5% dari total jumlah mahasiswa.</p>
<p>Penelitian saat itu umumnya fokus pada survei tanah untuk pembukaan lahan pertanian dan transmigrasi di Sumatera dan Kalimantan. Pekerjaan fisik seperti ini sangat mempengaruhi persepsi ilmuwan atau calon ilmuwan perempuan yang hendak berkiprah di bidang ini.</p>
<h2>Perubahan tren pada generasi muda</h2>
<p>Survei kami di 27 kampus negeri di Indonesia menemukan bahwa selama 2016-2021, jumlah mahasiswa baru pada program yang terkait dengan ilmu tanah meningkat menjadi sekitar 1.700 mahasiswa baru per tahun dibanding sekitar 1000 mahasiswa di tahun 2014. </p>
<p>Yang lebih menggembirakan, persentase mahasiswi juga meningkat setiap tahun dari rerata 45% di tahun 2014 dan mencapai 55% pada 2020.</p>
<p>Peningkatan ini mencerminkan adanya pergeseran fokus penelitian ilmu tanah. </p>
<p>Sejak 20 tahun lalu, topik riset ilmu tanah berkembang dari survei tanah ke peningkatan produksi pangan dan kelestarian lingkungan. Seiring perkembangan teknologi informasi, penelitian tidak harus di lapangan, tapi bisa dikerjakan di rumah kaca, laboratorium, dan komputer. Ini membuat akses bidang ilmu tanah menjadi lebih ramah bagi ilmuwan perempuan.</p>
<h2>Bukan lagi bidang laki-laki</h2>
<p>Kabar baik lainnya, kami mendapatkan data bahwa di beberapa pusat riset pertanian, jumlah staf perempuan mengimbangi staf laki-laki.</p>
<p>Misalnya, ini terlihat di <a href="https://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id/ind/">Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian</a> di Kementerian Pertanian. Mulai tahun 2019, lembaga ini dipimpin oleh Dr. Husnain, seorang peneliti perempuan di bidang ilmu tanah.</p>
<p>Kami juga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2667006222000168">menginventarisasi</a> makalah yang terbit dalam seminar nasional ilmu tanah selama 20 tahun terakhir. Data tersebut mengungkap adanya kesetaraan jumlah antara peneliti perempuan dan laki-laki.</p>
<p>Ini membuktikan bahwa ilmu tanah bukan lagi bidang yang hanya bisa dikerjakan oleh ilmuwan laki-laki. </p>
<p>Survei kami pun mengungkap bahwa mahasiswa tidak menganggap gender sebagai masalah dalam dunia sains. Mereka memandang bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama, dan penghargaan harus diberikan berdasarkan kapasitas dan kinerja.</p>
<h2>Masih banyak pekerjaan rumah di universitas</h2>
<p>Sayangnya, peningkatan jumlah mahasiswi dan perubahan sikap terhadap ilmu tanah ternyata tidak dibarengi dengan meningkatnya dosen perempuan. Jumlah dosen perempuan dalam ilmu tanah tetap berada pada kisaran 30% dan tidak ada perubahan sejak 10 tahun lalu.</p>
<p>Data kami juga mengungkap bahwa dosen perempuan memiliki kesempatan yang lebih rendah dibandingkan dosen laki-laki dalam mendapatkan gelar S3 (doktor). Dosen perempuan dalam ilmu tanah bergelar doktor hanya 16%, sedangkan dosen laki-laki mencapai 42%.</p>
<p>Guru Besar Ilmu Tanah perempuan pertama di Indonesia – yakni <a href="http://tanah.faperta.unand.ac.id/index.php?option=com_k2&view=item&id=62:profesor-perempuan-pertama-nurhayati-hakim-bidang-ilmu-tanah-akhiri-masa-bakti&Itemid=333">Prof. Nurhajati Hakim</a> di Universitas Andalas – pun baru ditetapkan guru besar pada 1990.</p>
<p>Saat ini, jumlah profesor ilmu tanah perempuan hanya 3% dibanding profesor laki-laki yang mencapai 12%. Dosen perempuan juga lebih sedikit menduduki posisi kepemimpinan di lingkup pendidikan tinggi (jabatan tertinggi mereka adalah Dekan, Wakil Dekan, Direktur Pascasarjana, dan Wakil Rektor). </p>
<p>Data ini menunjukkan adanya hambatan karir secara struktural bagi para akademisi perempuan di kampus-kampus Indonesia. Kendala ini berkaitan dengan nilai-nilai sosial, budaya, maupun hambatan organisasi.</p>
<p>Pemerintah Indonesia sebenarnya telah berupaya memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sejak tahun 2000. Namun, setelah 20 tahun, hasilnya belum banyak terlihat di lingkup pendidikan tinggi.</p>
<p>Menjaga <a href="https://theconversation.com/riset-dalam-dunia-akademik-perempuan-indonesia-menanggung-beban-terbesar-selama-pandemi-155136">keseimbangan antara karier dan kehidupan keluarga</a> juga merupakan tantangan bagi sebagian besar dosen perempuan. Dalam survei kami, banyak akademisi perempuan cenderung memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan.</p>
<p>Dalam budaya tertentu di beberapa daerah, perempuan tidak terbiasa berbicara tentang ambisi mereka untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Dalam organisasi pun, peran kepemimpinan masih banyak diberikan kepada laki-laki sehingga ilmuwan perempuan kurang terwakili dalam posisi kepemimpinan organisasi akademik. </p>
<h2>Menuju kesetaraan gender</h2>
<p>Menutup kesenjangan gender dalam dunia sains membutuhkan kebijakan yang inklusif, serta komitmen dan pemahaman yang jelas dari semua pihak yang terlibat.</p>
<p>Peneliti ilmu tanah kini tidak bisa lagi sekadar fokus meningkatkan produksi pangan, tapi juga harus mengamati <a href="https://theconversation.com/pemanasan-global-dan-pembangunan-bisa-menghentikan-peran-lahan-gambut-menjaga-karbon-keluar-dari-atmosfer-152681">perubahan iklim</a>, <a href="https://theconversation.com/riset-kebun-sawit-baru-menghasilkan-emisi-dua-kali-lipat-dibanding-kebun-lama-131333">gas rumah kaca</a>, mikroba tanah, <a href="https://theconversation.com/bencana-di-batu-bagaimana-perubahan-iklim-dan-kerusakan-kawasan-hulu-sungai-memperparah-risiko-banjir-bandang-172052">kerusakan tanah</a> dan lingkungan. Hal ini menuntut adanya kerja sama lintas disiplin ilmu maupun demografi untuk menjawab tantangan pengelolaan tanah yang berkelanjutan.</p>
<p>Komunitas akademik yang mempunyai keseimbangan gender dan inklusi beragam suku dan budaya akan menghasilkan tim yang lebih produktif serta inovasi ilmiah yang lebih besar.</p>
<p>Oleh karena itu, kita perlu terus mendukung ilmuwan perempuan Indonesia untuk memiliki peran dan kesempatan yang lebih besar dalam memajukan pendidikan ilmu tanah. Pada akhirnya, ini akan meningkatkan peluang penelitian serta pengelolaan pertanian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.</p>
<p>Selama ini ilmu tanah dan pertanian di Indonesia berfokus untuk meningkatkan kebutuhan pangan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (<a href="https://www.sdg2030indonesia.org/page/8-apa-itu"><em>Sustainable Development Goal</em></a>, atau SDG).</p>
<p>Namun, selain kebutuhan pangan, ada juga 16 SDG lainnya termasuk kesehatan, kesetaraan gender, jaminan pendapatan, perlindungan terhadap bencana, dan perubahan iklim. Semakin beragam para akademisi, akan semakin besar kemungkinan semua aspek pembangunan berkelanjutan ini dapat dicapai.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/178537/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian kami tentang peranan ilmuwan perempuan dalam ilmu tanah menunjukkan bahwa bidang ini bukan lagi hanya bidang milik laki-laki.Dian Fiantis, Professor of Soil Science, Universitas AndalasAnne Nurbaity, Soil Biology, Soil Science, Universitas PadjadjaranBudiman Minasny, Professor in Soil-Landscape Modelling, University of SydneySri Rahayu Utami, Professor in Soil Geochemistry, Universitas BrawijayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1786062022-03-07T06:18:14Z2022-03-07T06:18:14ZCurious Kids: Apa ada kehidupan di galaksi lain?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450194/original/file-20220306-83249-1eo0w30.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">file l j</span> </figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<blockquote>
<p><strong>Apakah ada kehidupan di galaksi lain? – Annabel, umur 6, Turramura, Australia</strong> </p>
</blockquote>
<hr>
<p>Itu pertanyaan yang fantastis, Annabel. Seorang ilmuwan sangat ingin menjawabnya. Jawaban singkatnya adalah kita sama sekali tidak tahu. Banyak orang menduga pasti ada kehidupan di luar Bumi, tapi kita belum menemukan buktinya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-what-plants-could-grow-in-the-goldilocks-zone-of-space-76918">Curious Kids: What plants could grow in the Goldilocks zone of space?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Fakta bahwa kita belum menemukan kehidupan di tempat lain, tidak berarti kehidupan itu tidak ada. Mencari kehidupan sangat sulit, bahkan di tata surya, jadi bisa jadi ada kehidupan yang sangat dekat. Kita hanya belum menemukannya.</p>
<p>Saya menduga bahwa mungkin ada kehidupan di tempat lain di semesta dan alasannya adalah karena begitu luasnya alam semesta ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-why-do-stars-twinkle-81188">Curious Kids: Why do stars twinkle?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Di tata surya kita saja, banyak tempat di mana kehidupan bisa berlangsung</h2>
<p>Mari kita pergi tur alam semesta, mulai dari<a href="https://solarsystem.nasa.gov/"> tata surya</a>, tempat di mana kita tinggal</p>
<p>Saat mempelajari tata surya di sekolah, kamu belajar bahwa ada delapan planet yang ada
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/mercury/overview/">Merkurius</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/venus/overview">Venus</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/earth/overview/">Bumi</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/mars/overview/">Mars</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/jupiter/overview/">Jupiter</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/jupiter/overview/">Saturnus</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/uranus/overview/">Uranus</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/planets/neptune/overview/">Neptunus</a>, dan hanya itu saja.</p>
<p>Faktanya, tata surya memiliki begitu banyak objek. Kita mengetahui ratusan ribu <a href="https://solarsystem.nasa.gov/small-bodies/asteroids/overview">asteroid</a> , dan berpikir mungkin ada lebih dari sepuluh triliun <a href="https://solarsystem.nasa.gov/small-bodies/comets/overview">komet</a> yang berada di sekitar Matahari, hampir setengah jalan ke bintang terdekat. Sepuluh triliun adalah 10,000,000,000,000. Itu banyak sekali komet, semuanya terbuat dari es dan debu!</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/239274/original/file-20181004-52695-1qeg3rh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Komet McNaught adalah salah satu dari sekitar sepuluh triliun bola salju kotor, semuanya mengelilingi Matahari.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ESO/Sebastian Deiries</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dari sekian banyak objek di tata surya, menurut kami tempat terbaik untuk mencari kehidupan adalah <a href="https://theconversation.com/water-water-everywhere-in-our-solar-system-but-what-does-that-mean-for-life-76315">tempat yang memiliki air</a>
atau pernah memilikinya di masa lalu. Mengapa? Nah, di Bumi, di mana pun kita menemukan air, kita menemukan kehidupan, jadi tampaknya wajar untuk mencari di mana ada air.</p>
<p>Mars adalah target utama kami, dan kita terus <a href="https://mars.nasa.gov/programmissions/missions/">mengirim pesawat luar angkasa</a> untuk mencoba mencari tahu apakah pernah ada kehidupan di sana.</p>
<p>Tetapi ada semakin banyak target lain untuk mencari kehidupan, salah satunya bulan yang mengorbit planet raksasa yang memiliki lautan yang luas, terkubur jauh di bawah tanah.</p>
<p>Di sekitar Jupiter, kita tahu bahwa <a href="https://solarsystem.nasa.gov/moons/jupiter-moons/europa/in-depth/">Europa</a>
<a href="https://solarsystem.nasa.gov/moons/%20jupiter-moons/ganymede/in-depth/">Ganymede</a> dan <a href="https://solarsystem.nasa.gov/moons/jupiter-moons/callisto/in-depth/">Callisto</a>
memiliki lautan, yang masing-masing memiliki lebih banyak air daripada Bumi. Bulan Saturnus juga memiliki lautan dengan <a href="https://solarsystem.nasa.gov/moons/saturn-moons/enceladus/in-depth/">Enceladus</a> yang ukurannya kecil mungkin merupakan tempat paling mengejutkan di mana air juga ditemukan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=867&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=867&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=867&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1089&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1089&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/239087/original/file-20181003-719-11q5upj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1089&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Bulan Saturnus Enceladus – target mengejutkan dalam pencarian kehidupan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">NASA/JPL/Space Science Institute</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi, di tata surya kita saja, ada banyak tempat yang menurut kami bisa ada kehidupan dan kita sibuk mencari tahu apakah itu mungkin</p>
<h2>Alam semesta yang penuh dengan planet</h2>
<p>Tapi tata surya hanyalah salah satu dari sejumlah besar sistem planet. Matahari adalah salah satu dari sekitar 400 miliar bintang di galaksi kita,
<a href="https://imagine.gsfc.nasa.gov/science/objects/milkyway1.html">Bima Sakti</a> yang memiliki 400.000.000.000 bintang. Dan sejak saya masih kecil, kita telah belajar bahwa hampir setiap bintang memiliki sekumpulan planet.</p>
<p>Apa artinya ini? Nah, jika kita menebak bahwa setiap bintang memiliki delapan planet (seperti Matahari), maka jika ada 400.000.000.000 bintang di galaksi, akan ada 3,2 triliun planet (3.200.000.000, yang merupakan 200 miliar kelompok tata surya)</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/239275/original/file-20181004-52695-dat4el.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kita sekarang tahu bahwa setiap bintang memiliki planet - jadi mungkin ada 3,2 triliun dunia di luar sana di galaksi kita - banyak ruang bagi kehidupan!</span>
<span class="attribution"><span class="source">ESO/M. Kornmesser</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Itu merupakan angka yang fantastis di mana kita bisa mencari kehidupan. </p>
<h2>Alam Semesta yang penuh dengan galaksi</h2>
<p>Tapi itu masih baru permulaan. Galaksi kita, Bima Sakti, adalah satu “kota” bintang yang kesemuanya berkumpul bersama.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=548&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=548&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=548&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=688&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=688&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/239276/original/file-20181004-52672-1glp4s0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=688&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ketika Teleskop Luar Angkasa Hubble menatap bagian langit yang ‘kosong’, ia melihat galaksi di mana-mana – hanya sebagian kecil dari semua yang tersebar di alam semesta!</span>
<span class="attribution"><span class="source">NASA, ESA, H. Teplitz and M. Rafelski (IPAC/Caltech), A. Koekemoer (STScI), R. Windhorst (Arizona State University), and Z. Levay (STScI)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi ada lebih banyak galaksi di luar sana. Faktanya, para ilmuwan berpikir bahwa mungkin ada 3,2 septillion (3.200,000,000,000,000,000,000,000,000,000) planet, hanya sebagian kecil alam semesta yang bisa kita lihat.</p>
<p>Berapa besar angka itu? Itu berarti ada lebih dari satu juta planet di alam semesta untuk <em>setiap butir pasir di planet kita</em>.</p>
<h2>Apa artinya bagi kehidupan?</h2>
<p>Dengan begitu banyak planet, sulit untuk membayangkan bahwa tidak ada kehidupan di luar Bumi. Ada begitu banyak tempat yang bisa memiliki kehidupan sehingga saya, secara pribadi, berpikir pasti ada sejumlah besar planet berpenghuni di seluruh alam semesta. Mungkin miliaran, triliunan, atau bahkan kuadriliun!</p>
<p>Tapi apakah kita akan pernah tahu?</p>
<p>Saya benar-benar ingin berpikir begitu tetapi ruangnya sangat besar, dan pencariannya akan sangat sulit. Jika kita menemukan kehidupan dalam waktu dekat, saya bertaruh kita akan menemukannya di dekat sini, di suatu tempat di tata surya kita.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami</em>.</p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><em>mengirimkan email ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></li>
<li><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></li>
<li><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></li>
</ul><img src="https://counter.theconversation.com/content/178606/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jonti Horner tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mungkin ada lebih dari satu juta planet di alam semesta untuk setiap butir pasir di Bumi. Itu banyak sekali planetnya. Dugaan saya adalah bahwa mungkin ada kehidupan di tempat lain di Semesta.Jonti Horner, Professor (Astrophysics), University of Southern QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1785402022-03-06T03:43:15Z2022-03-06T03:43:15ZDekolonisasi sains: pentingnya memerdekakan ilmu pengetahuan dari ketergantungan pada dunia Barat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450015/original/file-20220304-21-zx9407.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Produksi pengetahuan yang terjadi di berbagai negara berkembang selama ini banyak berkiblat pada perspektif kolonial.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/AdmO8NNe9gU">(Unsplash/Jean Beller)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Di komunitas akademik global, ada pandangan bahwa ilmuwan Indonesia menyerap perkembangan sains layaknya mengikuti sebuah tren belaka.</p>
<p>Ini terlihat dalam ilmu sosial dan humaniora. Perkembangan teori di lingkup global kerap jadi acuan akademisi Indonesia dalam pengajaran, penelitian, dan bahkan sebagai bahan obrolan antara sesama akademisi.</p>
<p>Pada <a href="https://perpustakaan.setneg.go.id/index.php?p=show_detail&id=10391">periode 1990-an</a>, misalnya, semua ilmuwan tergelitik untuk bicara <em>postmodernism</em> (sikap kritis dan skeptis terhadap wawasan ilmu modern). Sementara pada <a href="https://perpustakaan.setneg.go.id/index.php?p=show_detail&id=10391">dekade 2000-an</a>, perspektif <em>cultural studies</em> (membedah politik dan sejarah dari beragam budaya yang ada saat ini) menjadi juara setelah menurunnya popularitas teori sosial lainnya.</p>
<p>Ajakan untuk lepas dari tradisi “ikut-ikutan” ini sebenarnya sudah muncul sejak puluhan tahun yang lalu.</p>
<p>Pada 1986, ilmuwan politik Muhammad Rusli Karim via Harian Kompas menjelaskan pentingnya ilmuwan Indonesia mencari teorinya sendiri. Sastrawan dan sosiolog Ignas Kleden pun berupaya memperkenalkan wacana <a href="https://bersiasat.id/ini-pikiran-kami/">“indigenisasi”</a> (pembumian wawasan adat di Indonesia) terhadap ilmu sosial.</p>
<p>Ide-ide tersebut sayangnya hanya terdengar sayup di tengah dominasi ilmu sosial global yang pro-pembangunan. </p>
<p>Dewasa ini, ada momentum baru bagi komunitas akademik Indonesia untuk melepaskan diri dari ketergantungan teori asing, yakni melalui gerakan “<a href="https://theconversation.com/decolonise-science-time-to-end-another-imperial-era-89189">dekolonisasi sains</a>” (dekolonisasi pengetahuan).</p>
<p>Meski belum banyak diadopsi oleh ilmuwan Indonesia, dekolonisasi sains menawarkan pijakan penting supaya dunia pendidikan tinggi dan dan sains di Indonesia bisa menemukan suaranya sendiri.</p>
<h2>Memerdekakan sains dari watak kolonialis</h2>
<p>Dekolonisasi sains adalah ajakan keluar dari dominasi produksi pengetahuan yang berkiblat pada negara kolonial – lebih khususnya <a href="https://theconversation.com/how-controversial-racist-research-opens-door-for-a-decolonisation-drive-117870">dunia Barat (eurosentrisme)</a> – agar muncul lebih banyak ruang ilmiah bagi akademisi di penjuru dunia lain.</p>
<p>Dalam pandangan dekolonisasi, ilmu pengetahuan kini terpusat di peradaban Barat, sementara pelaku sains dari wilayah yang mereka jajah selalu hanya jadi objek pengetahuan.</p>
<p>Dengan demikian, “kita”, para ilmuwan negara non-Barat, tidak memiliki otoritas untuk menyelediki diri sendiri, apalagi mengangkat derajat pengetahuan yang barangkali sudah tersedia dari berbagai abad terdahulu di komunitas yang kita kenal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-masa-penjajahan-melupakan-peran-orang-pribumi-141774">Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan pada masa penjajahan melupakan peran orang pribumi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Bahkan, pandangan sains yang berwatak kolonialis ini <a href="https://theconversation.com/how-controversial-racist-research-opens-door-for-a-decolonisation-drive-117870">seringkali bersifat rasis</a> – seperti menggambarkan orang “kulit berwarna” atau masyarakat negara Selatan sebagai pihak yang tidak cerdas atau abnormal.</p>
<p>Upaya untuk lepas dari dominasi ini, khususnya di pendidikan tinggi, sudah dimulai sejak munculnya <a href="https://www.wiley.com/en-us/Colonialism+and+Modern+Social+Theory-p-9781509541294">gerakan dekolonisasi pada dekade 1960</a> di Afrika Timur.</p>
<p>Dekolonisasi sains pada era saat ini merupakan bagian dari gerakan emansipatif (pembebasan) yang lebih luas. Misalnya, ini juga didorong oleh gerakan sosial lain di luar universitas yang menyuarakan hak asasi manusia (HAM) dan keadilan sosial – dari Black Lives Matter hingga #Metoo. </p>
<p>Tapi, hal yang paling penting dari dekolonisasi sains adalah upaya untuk keluar dari kemutlakan sains yang lahir dari proses penjajahan.</p>
<p>Setidaknya, ini adalah tujuan besar para ilmuwan yang mendorong wacana dekolonisasi. Sebagian besar dari penulis tersebut berasal dari Amerika Latin, Asia Selatan, dan juga Afrika.</p>
<h2>Dekolonisasi sains di Indonesia</h2>
<p>Sayangnya, hampir tidak ada ilmuwan sosial dari Indonesia yang turut meramaikan diskursus tersebut.</p>
<p>Hal ini cukup ironis. Ilmuwan sosial <a href="https://www.e-ir.info/2017/01/21/interview-walter-mignolopart-2-key-concepts/">Walter Mignolo</a>, misalnya, menekankan bagaimana Indonesia pernah punya peran besar dalam dekolonisasi politik global, yakni melalui Konferensi Asia Afrika.</p>
<p>Indonesia senantiasa mendukung upaya memerdekakan negara terjajah, tapi tidak banyak ilmuwan sosial kita melakukannya dalam ranah teori sosial.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=388&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=388&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=388&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=487&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=487&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/450180/original/file-20220306-40369-2thve0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=487&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Indonesia pernah punya peran besar dalam dekolonisasi politik global, yakni melalui Konferensi Asia Afrika. Tapi, tidak banyak ilmuwan sosial kita melakukannya dalam ranah teori sosial.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Delegations_held_a_Plenary_Meeting_of_the_Economic_Section_during_the_A-A_Conference_in_Merdeka_Building,_Bandung,_on_April_20th_1955.jpg">(Wikimedia Commons)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Alasan atas kelangkaan ini terkait erat dengan <a href="https://theconversation.com/hiruk-pikuk-bahaya-komunis-sampai-kapan-84658">pemberangusan literatur kiri atau Marxisme</a> yang terjadi sejak 1965. Kekuasaan Orde Baru ini menjadi alasan besar mengapa pemikiran pascakolonial, dekolonial, atau bahkan Marxisme tidak memiliki pijakan yang kuat dalam ilmu sosial-humaniora Indonesia.</p>
<p>Padahal, kita bisa melihat jejak-jejak lensa kolonial dalam sains di Indonesia – tidak hanya pada ilmu sosial tapi juga ilmu alam.</p>
<p>Ilmu eksakta seperti biologi dan kedokteran perlu membuka diri dengan pertama-tama mempertanyakan asal-usul seluruh fondasi ilmiahnya, terutama yang relevan dengan konteks Indonesia.</p>
<p>Peneliti biologi Sabhrina Gita Aninta, misalnya, menjelaskan bias perspektif Barat yang seakan <a href="https://medium.com/open-science-indonesia/tentang-membebaskan-sains-dari-kolonialisme-ec2d8b756196">“kaget” saat meneliti biodiversitas di wilayah ekuator</a> yang begitu kaya. Bahkan, beberapa akademisi juga mempertanyakan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09502386.2020.1780281">penamaan fauna seperti orang utan</a> yang prosesnya sarat dengan politik imperialis dan menyingkirkan wawasan Suku Dayak Iban di Kalimantan.</p>
<p>Indonesia masih menjadi rumah bagi untaian wawasan lokal yang belum kita kenali dan beri nama. Beda halnya dengan para rekan sejawat di Amerika Latin, yang berhasil melunturkan ketergantungan pada pengetahuan Barat sembari merayakan pengetahuan lokal yang mereka miliki.</p>
<p>Gagasan soal “<a href="https://pluriverse.eutenika.org"><em>pluriverse</em></a>”, yakni kumpulan wawasan yang berupaya menantang narasi pembangunan global yang sarat kepentingan bisnis dan <em>greenwashing</em> (klaim ramah lingkungan yang menyesatkan), misalnya, adalah contoh pengetahuan tandingan yang mulai populer dan diterima komunitas ilmiah global.</p>
<p>Upaya seperti ini bisa jadi inspirasi bagi ilmuwan Indonesia untuk mencoba berpikir dengan semangat dekolonisasi.</p>
<h2>Meraih derajat yang sama</h2>
<p>Selama ini, ada kejemuan di antara ilmuwan Indonesia terhadap dominasi teori yang ada. Ini kemudian mendorong mereka untuk mengikuti tren revolusi keilmuan – seringkali yang berkiblat pada dunia Barat.</p>
<p>Tapi, bisa jadi kecenderungan tersebut bersumber dari rasa inferioritas ilmuwan Indonesia yang sulit memaparkan gagasannya tanpa ditopang teori yang mereka rasa cukup “keren”.</p>
<p>Faktor ini justru semakin memperkuat dominasi pengetahuan Barat.</p>
<p>Dalam artikelnya, sosiolog <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03906701.2020.1776919">Leon Moosavi</a> mengingatkan para akademisi agar tidak sekadar “anut grubyuk” (ikut-ikutan), dan harus segera menunggangi gerbong dekolonisasi karena sedang ramai dinaiki oleh semua orang.</p>
<p>Persoalannya di Indonesia justru terbalik karena gerbong tersebut sepi senyap, meski kereta sudah menunggu lama untuk meluncur. </p>
<p>Catatan penting lainnya adalah bahwa dekolonisasi sains bukan hanya soal kebijakan. Sudah terlalu banyak persoalan dalam ranah sains di Indonesia yang semuanya ingin dijawab dengan <a href="https://theconversation.com/malapetaka-penelitian-berideologi-mengapa-ilmu-pengetahuan-alam-harus-bebas-dari-kekangan-politis-170106">“kebijakan”</a>. Tidak demikian halnya dengan dekolonisasi sains – ini adalah persoalan tradisi akademik.</p>
<p>Dekolonisasi sains berangkat dari kemauan untuk melihat ke dalam disiplin ilmu masing-masing dan bertanya soal ada tidaknya kemungkinan untuk melakukan pencarian kebenaran tanpa harus bergantung pada pemikiran ilmuwan Barat.</p>
<p>Salah satu pemikir dekolonisasi, Gurminder Bhambra, mengingatkan bahwa dekolonisasi <a href="https://www.wiley.com/en-us/Colonialism+and+Modern+Social+Theory-p-9781509541294">bukan berarti menolak teori Barat</a> – tujuannya tidak pernah demikian.</p>
<p>Yang lebih tepat adalah perlunya menempatkan teori atau wawasan ilmiah dari dunia Selatan dalam derajat yang sama dan setara dalam produksi pengetahuan global. Hal ini yang pada akhirnya secara perlahan harus menjadi tujuan ilmuwan Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/178540/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fajri Siregar penerima beasiswa LPDP untuk studi doktoralnya. </span></em></p>Dekolonisasi sains menawarkan pijakan penting supaya dunia pendidikan tinggi dan dan sains di Indonesia bisa berhenti berkiblat pada dunia Barat dan menemukan suaranya sendiri.Fajri Siregar, PhD Candidate, University of AmsterdamLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1775252022-02-24T08:30:26Z2022-02-24T08:30:26ZBagaimana mengajari anak-anak tentang perubahan iklim dan menginspirasi mereka untuk mengambil tindakan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/447811/original/file-20220222-15-1hpbi99.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><p>Anak-anak dan remaja tahu bahwa perubahan iklim mengubah kehidupan, pola lingkungan, dan masa depan.</p>
<p>Perubahan iklim yang disebabkan manusia telah mengubah intensitas kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem, dan telah berkontribusi pada naiknya <a href="https://www.undrr.org/publication/human-cost-disasters-overview-last-20-years-2000-2019">jumlah kasus bencana yang datang tiba tiba selama 20 tahun terakhir</a>, yang mengakibatkan kerugian ekonomi secara signifikan. </p>
<p>Pada tahun 2021, <a href="https://changingclimate.ca/national-issues/">banyak orang di Kanada</a> mengalami dampak akibat perubahan iklim termasuk banjir besar, tanah longsor, kebakaran hutan, pencairan <em>permafrost</em> (ibun abadi) dan juga badai</p>
<p>Kami telah meneliti pemahaman mengenai <a href="https://doi.org/10.3390/ijerph18094573">perubahan iklim yang berhubungan dengan remaja dan anak-anak </a>serta kesehatan mental mereka. Fokus kami adalah mempelajari cara terbaik untuk membekali kaum muda dalam menghadapi perubahan iklim dan membayangkan masa depan mereka di tengah berbagai tantangan sosial.</p>
<p>Sementara seluruh komunitas global tidak menyangkal efek perubahan iklim, efek ini juga menimbulkan <a href="https://yaleclimateconnections.org/2020/07/what-is-climate-justice/">dampak yang tidak proporsional</a> pada orang-orang akan mengalami masalah sosial, struktural, ketidakadilan dan marginalisasi.</p>
<p>Temuan penelitian awal yang kami lakukan telah mengidentifikasi pentingnya bergerak di luar pendekatan kurikuler yang biasa dilakukan di sekolah.</p>
<p>Kami berharap dapat membantu mengembangkan cara-cara inovatif untuk mengajar anak-anak dan remaja tentang perubahan iklim dengan cara yang melibatkan informasi tentang <a href="https://doi.org/10.1080/13504622.2020.1828288">informasi trauma</a> dan berupaya untuk membangun ketahanan pada anak-anak dan remaja. Hal ini berhubungan erat dengan upaya untuk menghubungkan pendekatan ilmiah dengan metode berbasis seni.</p>
<p>Kami juga telah memulai proses wawancara dengan para pengajar dari British Columbia di Kanda dan meninjau kurikulum provinsi untuk menilai apa yang mereka lakukan sehubungan dengan pendidikan perubahan iklim, dan apa yang dapat ditingkatkan dari kurikulum.</p>
<h2>Masalah keadilan antargenerasi</h2>
<p>Perubahan iklim adalah masalah keadilan sosial dan antargenerasi yang secara tidak proporsional berdampak pada anak-anak dan remaja, yang telah <a href="https://doi.org/10.1177/1476750319829209">menghadapi masalah ini secara turun-temurun</a> </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/what-striking-education-workers-and-climate-activists-have-in-common-125533">What striking education workers and climate activists have in common</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pemuda dan anak-anak juga memiliki kebutuhan unik dalam proses adaptasi, mitigasi, dan pemulihan iklim, mengingat <a href="https://doi.org/10.1111/cdep.12342">dampak perubahan iklim bagi mereka</a>. <a href="https://fridaysforfuture.org">Anak-anak juga ingin terlibat secara aktif dalam menanggapi perubahan iklim</a> ,tetapi sering kali tidak diberi kesempatan — dan ketika mereka bertindak, upaya mereka kurang diakui</p>
<p>Pemuda merasa bahwa orang dewasa tidak mengambil tindakan substansial terhadap perubahan iklim dan ketika suara mereka tidak terdengar, menjadikan para pemuda ini <a href="https://doi.org/10.1038/s41558-018-0092-2">kehilangan harapan untuk masa depan mereka</a>. Hal ini khususnya terjadi ketika berita tentang potensi bencana dan juga hoaksnya menguasai jagad media, media sosial dan juga lingkungan sosial di sekitar mereka.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/students-become-school-boiler-room-sleuths-to-assess-climate-change-risks-123336">Students become school boiler-room sleuths to assess climate change risks</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Dampak perubahan iklim, serta reaksi remaja dan anak-anak terhadapnya, menjadi perhatian bagi para<a href="https://doi.org/10.17269/s41997-019-00263-8">pengajar</a> orang tua atau wali , dan <a href="https://cape.ca/wp-content/uploads/2019/05/Climate-Change-Toolkit-for-Health-Professionals-Updated-April-2019-2.pdf">penyedia layanan kesehatan</a>. Bagaimana kita berkomunikasi tentang perubahan iklim dan membayangkan kemungkinan tanggapan sosial terhadap krisis bersama ini memiliki dampak yang bertahan lama pada anak-anak dan remaja saat ini.</p>
<h2>Kebutuhan akan ‘harapan yang membumi</h2>
<p>Untuk perkembangan dan kesejahteraan mereka, anak-anak membutuhkan informasi <a href="https://eric.ed.gov/?id=EJ997146">yang memperlihatkan realitas meresahkan yang kita alami namun juga membekali mereka dengan tidakan yang dapat mengubah hal itu</a> </p>
<p>Berdasarkan pemikiran psikolog Lee Daniel Kravetz, kami pikir ini bisa disebut menawarkan harapan <a href="https://optionb.org/advice/steps-to-grounded-hope">yang membumi tentang bagaimana cara melihat secara realistis mengenai keadaan sambil menumbuhkan harapan dengan membangun kepercayaan kita pada kemampuan yang kita miliki agar dapat berperan dalam masa depan yang lebih baik</a>. Sehubungan dengan perubahan iklim, pendekatan ini akan mendorong kaum muda untuk belajar bagaimana mengidentifikasi dan terhubung dengan kekuatan dan aset komunitas mereka untuk membangun solusi yang berkelanjutan.</p>
<p>Organisasi ini dapat<a href="https://doi.org/10.1080/13504622.2017.1360842"> melawan keputus asaan akibat krisis iklim</a>. Penting agar lembaga ini dapat dibina dengan cara menghubungkan pendekatan ilmiah dan seni. <a href="https://doi.org/10.1007/s10584-020-02804-4">Untuk anak- anak dan remaja, cara ini dianggap ampuh dan mudah diakses </a> Metode ini akan mempengaruhi tidak hanya bagaimana mereka berpikir dan masa depan mereka namun juga cara kreatif mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/stem-learning-should-engage-students-minds-hands-and-hearts-140008">STEM learning should engage students' minds, hands and hearts</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Tanggapan terhadap perubahan iklim</h2>
<p>Pemuda memiliki beragam reaksi terhadap dampak krisis iklim terhadap masa depan mereka. Reaksi ini termasuk<a href="https://doi.org/10.1016/j.joclim.2021.100047">tanggapan yang memicu stres atau rasa cemas</a> yang berdampak negatif kepada kemampuan mereka untuk fokus dan bersosialisasi; dan membuat mereka merasa seperti masa depan berada di luar kendali mereka. Hal ini membuat mereka tidak lagi memiliki prioritas utama untuk merencanakan masa depan (seperti melanjutkan ke pendidikan tinggi) <a href="https://www.mdpi.com/2225-1154/9/10/146">untuk membuat komitmen untuk melakukan aksi terkait perubahan iklim</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/career-guidance-for-kids-is-our-best-hope-for-climate-change-108823">Career guidance for kids is our best hope for climate change</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/j.geoforum.2020.11.006">Pengajar berperan penting dalam membantu anak-anak dan remaja untuk mengelola stres </a>
mengenai masa depan serta tetap terkoneksi satu sama lain dengan saling peduli. Memperhatikan hal-hal ini sangat penting ketika situasi menjadi sulit</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A woman rustles a child's hair as she holds a child-made sign that says 'systems change, not climate change.'" src="https://images.theconversation.com/files/442517/original/file-20220125-19-15w99cu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/442517/original/file-20220125-19-15w99cu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/442517/original/file-20220125-19-15w99cu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/442517/original/file-20220125-19-15w99cu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/442517/original/file-20220125-19-15w99cu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/442517/original/file-20220125-19-15w99cu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/442517/original/file-20220125-19-15w99cu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Belajar untuk tetap terhubung melalui hubungan dengan cara saling peduli sangat penting dalam menavigasi perubahan iklim.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(AP Photo/David Cliff)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pendekatan berbasis trauma ##</h2>
<p>Selain stres, beberapa anak dan remaja menemukan bahwa dampak perubahan iklim juga bersifat traumatis. Pusat Informasi Trauma Manitoba di Kanada mendefinisikan trauma sebagai “sebuah pengalaman, atau pengalaman berulang yang <a href="https://trauma-informed.ca/wp-content/uploads/2013/10/Trauma-informed_Toolkit.pdf">sepenuhnya menguasai kemmapuan individu untuk mengatasi emosi atau mengintegrasikan ide yang ditimbulkan dari pengalaman itu.</a> Penelitian juga menunjukkan bahwa jika kita berbicara pada anak-anak mengenai perubahan iklim dengan <a href="https://trauma-informed.ca/wp-content/uploads/2013/10/Trauma-informed_Toolkit.pdf">pendekatan trauma</a> akan membantu mereka dalam membangun ketahanan mental mereka.</p>
<p>Dokumen Kementerian Pendidikan Kanada yang menawarkan prinsip dan strategi utama mempromosikan kesehatan mental di sekolah mencatat bahwa mengambil lensa trauma-informasi berarti ”<a href="https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/education/administration/kindergarten-to-grade-12/key-principles-and-strategies-for-k-12-mental-health-promotion.pdf">menghubungkan pengalaman trauma masalah lalu dan saat ini dalam semua aspek kehidupan sekolah mereka.</a> </p>
<p>Dari pedoman kurikulum hingga pendekatan pengajaran, sekolah harus berusaha beroperasi untuk sadar akan cara-cara khusus secara historis dan budaya bahwa siswa rentan terhadap trauma iklim dan bentuk trauma lain yang dihasilkan dari bentuk-bentuk ketidakadilan dan marginalisasi.</p>
<h2>Peluang hidup</h2>
<p>Pandemi COVID-19 telah menyoroti cara-cara di mana terjadi perubahan signifikan pada dunia sosial anak-anak melalui misalnya kampanye <a href="https://theconversation.com/child-and-youth-mental-health-problems-have-doubled-during-covid-19-162750">jaga jarak </a> yang berkepanjangan serta <a href="https://thehub.ca/2022-01-06/canada-needs-a-plan-for-kids-hurt-by-school-closures-experts-say/">penutupan sekolah</a>, <a href="https://www.ssc.wisc.edu/%7Ewright/Found-c2.PDF">yang pada akhirnya dapat mengubah perkembangan anak dan prospek pencapaian pendidikan mereka</a> dan peluang hidup mereka. Peluang ini dimiliki orang ketika berbagi
<a href="https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.4324/9780429494642-24/class-structure-advanced-societies-anthony-giddens">'barang’ ekonomi atau budaya yang diciptakan secara sosial … dalam masyarakat tertentu</a> seperti yang dijelaskan oleh sosiolog Anthony Giddens.</p>
<p>Peristiwa cuaca ekstrem menimbulkan pergolakan pribadi dan sosial yang serupa, bersama dengan dampak signifikan terhadap lingkungan alam, masyarakat, dan infrastruktur yang dibangun. Namun, melibatkan anak-anak (dengan cara yang sesuai dengan usia mereka) dalam membuat perubahan dapat meningkatkan daya tahan di era krisis iklim.</p>
<p>Kami berharap dapat terus memahami cara-cara yang diajarkan oleh para pengajar dan orang tua tentang perubahan iklim dengan cara membangun ketahanan, dan wawasan apa yang dapat dihasilkan untuk masa depan pendidikan perubahan iklim.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/177525/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Maya Gislason menerima dana dari Michael Smith Health Research BC, Community Engagement Initiative SFU, dan Social Sciences and Humanities Research Council untuk pekerjaan ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Angel M. Kennedy tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Beberapa anak dan remaja menganggap dampak perubahan iklim itu traumatis. Mengambil pendekatan trauma-informasi untuk pendidikan dapat memelihara ketahanan.Maya K. Gislason, Assistant Professor, Faculty of Health Sciences, Simon Fraser UniversityAngel M. Kennedy, PhD Student, Faculty of Health Sciences, Simon Fraser UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1712332021-11-25T09:38:20Z2021-11-25T09:38:20ZBagaimana memperbaiki pengajaran literasi, numerasi, dan sains di era pasca Ujian Nasional<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/433901/original/file-20211125-21-1cgv44n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-orange-round-ball-4778676/">(Pexels/Cottonbro)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Pemerintah Indonesia tahun lalu meniadakan Ujian Nasional (UN) dan menggantinya dengan <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/tanya-jawab/tanya-jawab-ujian-nasional">Asesmen Kompetensi</a> yang menguji literasi, numerasi, dan sains.</p>
<p>Ketiga aspek ini merupakan <a href="https://www.ncver.edu.au/research-and-statistics/publications/all-publications/adult-literacy-and-numeracy-research-and-future-strategy">pilar-pilar penting</a> dalam kompetensi pembelajaran murid, dan banyak dipakai sebagai indikator capaian dalam tes global seperti <a href="https://theconversation.com/skor-siswa-indonesia-dalam-penilaian-global-pisa-melorot-kualitas-guru-dan-disparitas-mutu-penyebab-utama-128310"><em>Program for International Students Assessment</em> (PISA)</a>.</p>
<p>Di sisi lain, berakhirnya UN juga berarti arah pembelajaran murid <a href="https://www.kemdikbud.go.id/main/tanya-jawab/tanya-jawab-ujian-nasional">kembali ke tangan guru</a> – termasuk mengembangkan kemampuan siswa dalam ketiga aspek tersebut. </p>
<p>Guru, sekolah, dan pemerintah tidak bisa lagi mengandalkan cara lama yang fokus meraih skor tinggi dalam ujian. Misalnya, budaya <a href="https://doi.org/10.24246/j.scholaria.2017.v7.i3.p283-291"><em>drill and practice</em></a>, di mana murid harus menggarap latihan ujian berkali-kali sampai mampu menjawab soal dengan baik, sudah tidak relevan lagi di era pasca UN.</p>
<p>Kebijakan pendidikan dan metode mengajar seperti apa yang tepat bagi guru di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan literasi, numerasi, dan sains?</p>
<h2>Menanamkan literasi: stimulasi sejak dini dan penggunaan bahasa ibu</h2>
<p>Berdasarkan <a href="https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/480">riset tahun 2020</a>, dua kunci menumbuhkan literasi pada anak adalah pengalaman dan waktu.</p>
<p>Artinya, pendidik punya peran penting untuk mulai menanamkan kemampuan ini sejak level sekolah dasar (SD), terutama kelas 1, 2, dan 3.</p>
<p>Mereka bisa menstimulasi kemampuan bahasa anak dengan merancang <a href="https://www.obsesi.or.id/index.php/obsesi/article/view/480/pdf">beragam kegiatan</a> – rutin membaca buku cerita, membedah pesan dan isinya, atau mengembangkan kosakata melalui permainan dan kartu – dan bereksperimen dengan berbagai teknik seiring mereka lebih berpengalaman.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/model-literasi-yang-bermanfaat-untuk-indonesia-bukan-sekadar-melek-huruf-82508">Model literasi yang bermanfaat untuk Indonesia: bukan sekadar melek huruf</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sayangnya, mayoritas guru dalam studi tersebut baru melakukannya 5-10 menit setiap hari. Idealnya, guru bisa melibatkan murid lebih dari 20 menit dalam kegiatan khusus literasi.</p>
<p>Selain itu, literasi tidak terikat hanya pada satu mata pelajaran tertentu, tapi mencerminkan kemampuan murid memahami dan mengkritisi informasi di berbagai materi pembelajaran.</p>
<p>Di sini, <a href="https://psycnet.apa.org/record/2001-10039-002">beberapa ahli</a> mengatakan bahwa jenis bahasa yang digunakan dalam berbagai materi sangat penting.</p>
<p>Masyarakat kerap ingin mengajarkan bahasa Inggris kepada anak, dan bahasa Inggris juga merupakan <a href="https://doi.org/10.1080/03057260008560156">bahasa utama komunikasi sains</a>, tapi menggunakannya di fase awal sekolah dapat berimbas pada capaian pembelajaran. Belajar dengan bahasa pertama, dalam hal ini bahasa Indonesia, memudahkan mereka memahami materi dan mengembangkan kemampuan numerasi dan sains.</p>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500690601072964">Dalam studinya</a>, peneliti pendidikan Mei-Hung Chiu, misalnya, mengatakan sebaiknya siswa diperkenalkan dengan terminologi sains (dalam fisika, kimia, dan biologi), hanya setelah memperoleh pemahaman tersebut dalam bahasa ibunya. </p>
<p>Sebaliknya, sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar sejak jenjang awal juga bukan hal yang ideal.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1002/sce.3730480411">Studi kasus di Filipina</a> yang menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar utama, menunjukkan bahwa murid kerap kebingungan memahami konsep matematika dan sains jika belum diperkenalkan dalam bahasa ibu.</p>
<p>Filipina bahkan berada pada urutan terakhir untuk skor literasi, numerasi, dan sains dalam peringkat <a href="https://www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm">PISA tahun 2018</a>, serta kerap <a href="https://doi.org/10.1007/BF03026717">menoreh capaian sains yang buruk</a> berdasarkan berbagai riset.</p>
<h2>Mengembangkan numerasi: mata uang dan kebijakan seleksi guru matematika</h2>
<p>Dalam teknik mengajar, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/1034912X.2018.1535109">studi tahun 2019</a> dari peneliti Amerika Serikat (AS) menyarankan hitungan berbasis mata uang sebagai cara yang baik dalam meningkatkan kemampuan numerasi.</p>
<p>Selain mudah menggunakan bilangan tersebut dalam soal matematika, ini juga bisa jadi lebih menarik bagi murid karena tidak memakai angka-angka abstrak melainkan sesuatu yang dekat dengan kehidupan mereka.</p>
<p>AS memiliki mata uang 1 USD, Taiwan memiliki 1 TWD, Jepang memiliki 1 Yen, Malaysia memiliki 1 Ringgit, dan Singapura memiliki 1 SGD. Di negara-negara tersebut, siswa bisa belajar soal seperti 15 + 34 dengan latar transaksi mata uang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/433897/original/file-20211125-25-1ax9mv4.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Penulis menggunakan koin dari mata uang TWD saat mengajar murid di Taiwan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Dadan Sumardani)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meski demikian, satuan terendah mata uang Indonesia yang paling umum digunakan dimulai dari Rp 1.000 – siswa hanya bisa belajar 15.000 + 34.000 yang merupakan pelajaran numerasi lanjutan – sehingga metode ini mungkin lebih cocok untuk jenjang sekolah menengah (SMP dan SMA).</p>
<p>Selain itu, kebijakan terkait guru juga <a href="https://hulondalo.id/cuma-butuh-3-semester-penyetaraan-guru-sd-paud-sarjana-tidak-linier/">sangat memengaruhi kualitas pengajaran numerasi</a>. Misalnya, pemerintah saat ini melarang lulusan jurusan pendidikan Matematika untuk mengajar di jenjang SD.</p>
<p>Melalui Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 dan Permendikbud Nomor 46 Tahun 2016, guru Pendidikan Dasar harus merupakan <a href="https://fin.co.id/2020/03/19/guru-sd-wajib-lulusan-pgsd/">lulusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)</a> – kecuali mereka memenuhi persyaratan yang lebih sulit yakni penyetaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG) selama sekitar 2 tahun.</p>
<p>Padahal, saat ini jurusan PGSD termasuk rumpun sosial atau sosial-humaniora dalam seleksi perguruan tinggi, di mana hanya lulusan ilmu sosial (IPS) yang boleh mengikuti atau harus melalui ujian sosiologi, geografi, dan ekonomi.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.33086/ehdj.v5i1.1456">Tim peneliti dari Surabaya</a> menemukan bahwa skor numerasi guru SD sangat buruk, karena input dari jurusan PGSD yang memang tidak relevan untuk mendukung pengajaran numerasi.</p>
<p>Pemerintah <a href="https://hulondalo.id/cuma-butuh-3-semester-penyetaraan-guru-sd-paud-sarjana-tidak-linier/">harus segera membenahi sistem seleksi guru</a> dan membuka pintu bagi lulusan pendidikan matematika supaya guru di jenjang SD memiliki kemampuan pengajaran numerasi yang kuat.</p>
<h2>Mengajarkan sains: pembelajaran interaktif di taman ilmiah</h2>
<p>Untuk pengajaran sains, Indonesia bisa berkaca dari Jepang yang merupakan <a href="https://www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm">salah satu negara yang baik</a> dalam capaian sains.</p>
<p>Selain sangat memperhatikan <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-662-44986-8_2">kualitas pendidikan sejak dini</a>, sekolah di Jepang juga banyak mengajarkan sains di <a href="https://www.learntechlib.org/p/209558">berbagai fasilitas sains</a>.</p>
<p>Contohnya dapat berupa <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/1098-237X(200009)84:5%3C658::AID-SCE6%3E3.0.CO;2-A">kunjungan ke museum sains</a>, <a href="https://goo.gl/maps/MbBFnD2UeSmcu12s8">planetarium</a>, <a href="https://ppiptek.brin.go.id/">Pusat Peragaan IPTEK (PP-IPTEK)</a>, atau festival sains di sekolah.</p>
<p>Fasilitas yang baik mungkin tidak mengubah praktik pendidikan secara drastis, tapi membantu mendorong pengajaran sains yang interaktif dan <a href="https://doi.org/10.1080/0140528810030203">merangsang kognisi</a>.</p>
<p>Berdasarkan studi di Prancis, pendidikan sains harus mencakup berbagai kegiatan di mana siswa berpartisipasi dalam pengamatan fenomena ilmiah secara langsung – <a href="https://doi.org/10.1080/0140528810030203">fasilitas sains</a> adalah salah satu cara terbaik melakukan ini.</p>
<p>Di Indonesia ada beberapa fasilitas sains yang bisa dikunjungi, meski jumlahnya tidak terlalu banyak.</p>
<p>Misalnya, di Jakarta ada empat museum sains: Planetarium Jakarta, PP-IPTEK, Museum Listrik dan Energi Baru, dan Sky World. Di Bandung ada Puspa Iptek Sundial, di Surabaya ada The Bagong Adventure Human Body Museum, dan di Yogyakarta ada Taman Pintar Science Park.</p>
<p>Alternatif lain yang dapat dilakukan dengan lebih mudah adalah belajar di laboratorium sains sekolah dengan memanfaatkan momentum kejadian alam – seperti gerhana, banjir, bulan purnama, dan fenomena lainnya.</p>
<h2>Melangkah ke depan</h2>
<p>Beberapa hal di atas – dari penggunaan mata uang, reformasi sistem seleksi guru, sampai kolaborasi dengan taman ilmiah – adalah cara-cara yang bisa dipraktikkan dan diamati oleh guru, sekolah, maupun pemerintah dalam mendorong pengajaran literasi, numerasi, dan sains yang lebih kuat di Indonesia.</p>
<p>Tapi, kita tentu membutuhkan analisis dan riset yang lebih mendalam mengenai metode mengajar dan kebijakan inovatif lainnya.</p>
<p>Peneliti pendidikan di Indonesia, misalnya, dapat belajar dari <a href="http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/deltapi/article/view/115">kurikulum di berbagai negara</a> dan membedah kelebihan dan kekurangannya dalam memfasilitasi pembelajaran siswa dalam ketiga aspek tersebut.</p>
<p>Yang jelas, kita tidak bisa lagi mengandalkan paradigma pendidikan di era UN. Sistem pendidikan di Indonesia harus beralih pada kebijakan dan metode pembelajaran yang berpusat pada kebutuhan siswa dan menanamkan kemampuan literasi, numerasi, dan sains secara optimal.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/171233/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dadan Sumardani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Setelah ditiadakannya UN, kebijakan pendidikan dan metode mengajar seperti apa yang tepat bagi guru di Indonesia untuk mengembangkan kemampuan literasi, numerasi, dan sains?Dadan Sumardani, Researcher in Science Education, National Chiayi UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1701062021-10-22T07:35:36Z2021-10-22T07:35:36ZMalapetaka penelitian “berideologi”: mengapa ilmu pengetahuan alam harus bebas dari kekangan politis<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/427971/original/file-20211022-27-latio0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/xtLIgpytpck">(Unsplash/David Matos)</a></span></figcaption></figure><p>Minggu lalu, Presiden Joko Widodo <a href="https://tirto.id/polemik-jokowi-lantik-megawati-jadi-ketua-dewan-pengarah-brin-gknD">mengangkat Megawati Soekarnoputri</a> sebagai Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).</p>
<p><a href="https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt609225ecddc57/nprt/lt51baf490566eb/peraturan-presiden-nomor-33-tahun-2021">Peraturan Presiden tentang BRIN</a> memang mengatur bahwa posisi Ketua Dewan Pengarah BRIN diisi anggota dewan pengarah lembaga yang membina Pancasila – dalam hal ini Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), yang saat ini dipimpin oleh Megawati.</p>
<p>Di sini, Megawati bertugas mengarahkan Kepala BRIN dalam merumuskan kebijakan dan pelaksanaan riset di Indonesia, serta memastikan segala inovasi nasional berpedoman pada nilai Pancasila. </p>
<p>Namun, <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-019-01160-3">berbagai kalangan</a> khawatir ini akan membuka lebar peluang <a href="https://www.science.org/content/article/superagency-may-further-politicize-indonesian-research">politisasi</a> dan <a href="https://theconversation.com/bunuh-diri-penelitian-indonesia-forum-guru-besar-tolak-dewan-pengarah-brin-yang-rawan-dipolitisasi-163044">pengekangan riset</a> nasional.</p>
<p>Lebih jauh lagi, pengarahan riset berbasis ideologi negara juga berpotensi punya dampak khususnya pada ilmu pengetahuan alam – bidang ilmiah yang digeluti penulis.</p>
<p>Sejarah telah menunjukkan dampak fatal yang bisa timbul jika ilmu pengetahuan alam disetir kepentingan ideologi, dari penelitian tentang iklim, kesehatan publik, hingga biologi.</p>
<p>Apa saja risiko tersebut? Dan apakah ideologi punya tempat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama ilmu alam?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bunuh-diri-penelitian-indonesia-forum-guru-besar-tolak-dewan-pengarah-brin-yang-rawan-dipolitisasi-163044">"Bunuh diri penelitian Indonesia": forum guru besar tolak Dewan Pengarah BRIN yang rawan dipolitisasi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Politisasi proses ilmiah sering berakhir buruk</h2>
<p>Ilmu pengetahuan dikembangkan melalui tiga komponen utama: ilmuwan, komunitas ilmiah, dan pustaka ilmiah.</p>
<p>Proses riset oleh ilmuwan terhadap alam lewat riset, misalnya, akan dicatat sebagai ilmu pengetahuan dan menjadi bagian dari pustaka ilmiah apabila mendapat verifikasi dari komunitas ilmiah – contohnya melalui <a href="https://theconversation.com/jalan-evolusi-bibliometrik-indonesia-104781">proses <em>peer review</em> (telaah sejawat)</a> yang ketat untuk masuk ke jurnal ilmiah.</p>
<p>Proses ini menghasilkan pustaka ilmiah yang bersifat netral, bebas-nilai, dan publik.</p>
<p>Apabila proses ini mengalami intervensi ideologi dan politisasi, dampaknya akan fatal bagi kehidupan manusia.</p>
<p>Yang paling ekstrem, misalnya, sejarah mencatat malapetaka yang terjadi saat ideologi membajak ilmu pengetahuan, yakni pada masa kepemimpinan Adolf Hitler di Partai Nazi Jerman saat Perang Dunia II.</p>
<p>Ideologi bahwa ras “Arya” (keturunan Eropa) diciptakan lebih unggul dari ras lain, ditambah pandangan <a href="https://theconversation.com/anti-semitism-is-on-the-rise-75-years-after-the-end-of-the-holocaust-and-second-world-war-132141">antisemitisme (kebencian terhadap keturunan Yahudi)</a>, membuat pemerintahnya menerapkan praktik <a href="https://www.history.com/topics/germany/eugenics">“eugenika”</a> – memperbaiki ras manusia dengan membuang orang-orang yang secara genetik dianggap “cacat”.</p>
<p>Ini menyebabkan terbunuhnya jutaan jiwa akibat pelaksanaan riset genetika yang dipelintir melalui ideologi tersebut.</p>
<p>Contoh yang lebih baru dan relevan, bisa dilihat dalam <a href="https://www.bbc.com/news/world-us-canada-55640427">empat tahun masa kepimpinan Presiden Donald Trump</a> di Amerika Serikat (AS).</p>
<p>Bersama staf pemerintahannya, Trump <a href="https://theconversation.com/the-trump-administration-slanted-science-and-the-environment-4-essential-reads-94711">mengekang banyak penelitian perubahan iklim</a> karena ia tidak mempercayai fenomena tersebut. Ideologi dari Partai Republik yang cenderung pro-industri <a href="https://www.brookings.edu/blog/planetpolicy/2021/05/10/republicans-in-congress-are-out-of-step-with-the-american-public-on-climate/">bisa jadi juga berperan</a> dalam sikap ini.</p>
<p>Trump melakukan hal yang sama ketika komunitas ilmiah AS memperingatkan tentang bahaya COVID-19.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/427977/original/file-20211022-19-1b3zwu8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Saat kepentingan penguasa menyetir arah penelitian, dampaknya sangat buruk terhadap dunia – dari kemanusiaan hingga iklim bumi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/Q1js5z4tKLA">(Unsplash/William Bossen)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bahkan, Trump <a href="https://www.nytimes.com/2019/12/28/climate/trump-administration-war-on-science.html">meremehkan ilmuwan</a> dalam berbagai pertemuan ilmiah, serta menghalangi publikasi data-data ilmiah oleh lembaga resmi pemerintahan jika ia tidak setuju dengan data dan kesimpulan ilmiahnya.</p>
<p>Akibatnya, peran AS dalam penelitian menurun, terutama terkait perubahan iklim. AS juga sangat <a href="https://theconversation.com/how-covid-19-led-to-donald-trumps-defeat-150110">lambat dan kacau</a> dalam penanganan pandemi COVID-19 di AS saat itu.</p>
<p>Berkaca pada beberapa contoh di atas, tidak tertutup kemungkinan hal serupa bisa terjadi di Indonesia.</p>
<p>Saat ini, banyak berlangsung riset yang sebenarnya bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Namun, jika pihak-pihak tertentu menganggapnya tidak sesuai dengan ideologi negara, bisa jadi akan diberangus.</p>
<p>Contohnya adalah penelitian terkait daging hewan sintetis di laboratorium <a href="https://theconversation.com/mengenal-stem-cell-masa-depan-pengobatan-penyakit-152754">berbasis sel punca (<em>stem cells</em>)</a> dan penelitian kloning hewan unggul – seperti yang saat ini sedang dikembangkan di laboratorium kami di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan institusi lainnya di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengenal-stem-cell-masa-depan-pengobatan-penyakit-152754">Mengenal stem cell, masa depan pengobatan penyakit?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Beberapa interpretasi keagamaan, misalnya oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), menganggap bahwa daging berbasis sel <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210927112105-20-699872/munas-nu-fatwakan-daging-berbasis-sel-haram-dikonsumsi">haram dikonsumsi</a>. Kepercayaan religius juga sering menganggap makhluk ciptaan Tuhan tidak boleh dimodifikasi karena semua makhluk telah diciptakan sempurna oleh Tuhan.</p>
<p>Potensi politisasi kepercayaan religius seperti ini bisa menghambat perkembangan penelitian.</p>
<h2>Adakah tempat bagi ideologi?</h2>
<p>Kesalahpahaman seperti di atas bisa timbul akibat kebingungan antara peran ideologi dalam sains, dengan perannya dalam penerapan teknologi.</p>
<p>Penelitian dan transfer hasilnya – yakni ilmu pengetahuan – lewat pendidikan bertahun-tahun membantu ilmuwan mencari prinsip alam yang netral, bebas-nilai, dan publik.</p>
<p>Proses pendidikan dan penanaman etika riset ini melatih moral ilmuwan, sehingga tanpa berpedoman ke ideologi pun, nilai-nilai luhur telah terbenam di dalam proses ini.</p>
<p>Sebaliknya, beda dengan ilmu pengetahuan yang berorientasi netral dan publik, teknologi berorientasi pada efektivitas dan daya saing – mencari solusi untuk masalah hidup manusia, namun sekaligus melayani kepentingan pasar.</p>
<p>Di sinilah ideologi negara bisa punya peran penting, yakni menjadi rambu-rambu penerapan teknologi.</p>
<p>Albert Einstein melalui <a href="https://theconversation.com/awal-mula-dan-takdir-akhir-alam-semesta-152598">Teori Relativitas Umum</a> yang ia gagas pada 1915 – disusul berbagai riset dari komunitas ilmiah yang mengembangkan konsepnya sejak saat itu – berkontribusi pada pustaka ilmiah terkait cara kerja gravitasi, ruang, dan waktu dengan semangat yang netral, bebas-nilai, dan publik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/427978/original/file-20211022-19-13wi2lb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Selama ratusan tahun, berbagai ilmuwan berkontribusi membangun ilmu pengetahuan dengan semangat yang netral dan bebas-nilai.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/g-fm27_BRyQ">(Unsplash/Andrew George)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kini asas pokok dari konsep tersebut digunakan dalam berbagai penerapan teknologi <em>global positioning system</em> (GPS) – dari aplikasi peta seperti Google Maps hingga layanan transportasi seperti Uber atau Grab.</p>
<p>Sayangnya, kompetisi pasar dan peluang ekonomi telah mendorong banyak perusahaan untuk <a href="https://theconversation.com/belajar-dari-gugatan-terhadap-facebook-di-eropa-indonesia-perlu-lembaga-pengawas-independen-dalam-perlindungan-data-pribadi-145929">menyalahgunakan data lokasi dan data pribadi</a> pengguna tanpa persetujuan orang tersebut.</p>
<p>Sila “kemanusiaan” dalam Pancasila bisa jadi landasan untuk memperkuat hak privasi melalui berbagai aturan yang melindungi data pribadi warga dengan ketat – sebagaimana ideologi kebebasan dunia Barat melahirkan <a href="https://www.ftc.gov/enforcement/rules/rulemaking-regulatory-reform-proceedings/childrens-online-privacy-protection-rule">Aturan Perlindungan Privasi Daring Untuk Anak</a> di Amerika Serikat (AS), atau <a href="https://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/PDF/?uri=CELEX:32016R0679">Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR)</a> di Eropa. </p>
<p>Namun, fungsi ini pun berada di level regulasi pasar – bukan di level kebijakan dan pelaksanaan riset – serta bisa diwakili berbagai lembaga negara lainnya.</p>
<p>Sehingga, keberadaan suatu “dewan pengarah” di suatu lembaga riset, apalagi yang berpegang pada ideologi negara, sebenarnya <a href="https://theconversation.com/bunuh-diri-penelitian-indonesia-forum-guru-besar-tolak-dewan-pengarah-brin-yang-rawan-dipolitisasi-163044">bukan hal yang wajar</a>.</p>
<h2>Otonomi ilmiah yang bebas kekangan politis</h2>
<p>Pada akhirnya, bangsa yang sejahtera adalah bangsa yang mempunyai masyarakat industri yang mengandalkan ilmu pengetahuan.</p>
<p>Mereka tahu bahwa teknologi hanya bisa berkembang bila ada inovasi dan pengolahan sumber daya alam yang baik – dua hal yang hanya bisa dicapai dengan pembedahan fakta di laboratorium berdasarkan prinsip alam yang netral dan bebas-nilai.</p>
<p>Dengan demikian, tradisi penelitian yang tidak dikekang justru merupakan penentu daya saing sebuah bangsa.</p>
<p>Jika memang suatu Dewan Pengarah BRIN harus ada, ia justru harus menjamin bahwa otonomi ilmiah tidak boleh mendapat kekangan politis atau dorongan ideologis.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/170106/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sejarah telah menunjukkan dampak fatal yang bisa timbul jika ilmu pengetahuan alam disetir kepentingan ideologi, dari penelitian tentang iklim, kesehatan publik, hingga biologi.Berry Juliandi, Dean, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityBambang Suryobroto, Lecturer in Human Biology, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1697382021-10-12T08:55:09Z2021-10-12T08:55:09ZMenumbuhkan benih sains: mengumpamakan informasi sebagai kebun dalam mengatasi misinformasi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/425880/original/file-20211012-13-2ess3v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3982%2C2521&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pengunjuk rasa menolak kewajiban vaksin di Kosta Rika.</span> <span class="attribution"><span class="source">Jeffrey Arguedas/EPA</span></span></figcaption></figure><p>Lebih dari <a href="https://ourworldindata.org/covid-vaccinations">47%</a> penduduk dunia - dan lebih dari <a href="https://nasional.kontan.co.id/news/indonesia-sudah-menyuntikkan-15243-juta-dosis-vaksin-covid-19-hingga-7-oktober">45%</a> penduduk Indonesia - telah menerima dosis pertama vaksin COVID-19; perlahan kita menuju <em>herd immunity</em>. </p>
<p>Sayangnya, laju yang baik ini dapat terganggu akibat misinformasi terkait vaksin yang membuat sebagian orang <a href="https://theconversation.com/27-penduduk-indonesia-masih-ragu-terhadap-vaksin-covid-19-mengapa-penting-meyakinkan-mereka-150172">enggan divaksin</a>.</p>
<p>Saat kita berusaha mengatasi masalah misinformasi vaksin dan seringkali tidak berhasil. Ini karena keengganan menerima vaksin, seperti halnya semua masalah misinformasi, adalah masalah kompleks. Untuk mengatasinya, kita perlu memikirkan bermacam pengaruh faktor berbeda yang bersifat sistemik dan saling terkait. Kita bisa mengatakan masalah ini <a href="https://theconversation.com/how-to-address-coronavirus-misinformation-spreading-through-messaging-apps-and-email-134310">bersifat ekologis</a>.</p>
<p>Kita hidup di lingkungan informasi yang semakin kompleks dan terpengaruh oleh sistem-sistem dan proses-proses dinamis yang beririsan. Berkebun bisa jadi sebuah perumpamaan yang baik untuk memahami bagaimana misinformasi bisa dilihat sebagai bagian dari <a href="https://mitpress.mit.edu/books/you-are-here">ekosistem informasi</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/27-penduduk-indonesia-masih-ragu-terhadap-vaksin-covid-19-mengapa-penting-meyakinkan-mereka-150172">27% penduduk Indonesia masih ragu terhadap vaksin COVID-19, mengapa penting meyakinkan mereka</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Menabur benih sains vaksin</h2>
<p>Dalam metafora berkebun ini, benih pengetahuan adalah sains soal vaksin. Dan benih ini bisa dipengaruhi berbagai faktor.</p>
<p>Keyakinan dan pengetahuan individu adalah tanah di kebun yang harus subur agar benih bisa mengakar. Di dalam ekologi informasi, tingkat kesuburan tanah untuk menumbuhkan gagasan tentang keamanan dan keefektifan vaksin bergantung pada <a href="https://doi.org/10.1037/xlm0000977">sejarah dan pengalaman individu</a>, <a href="https://doi.org/10.37016/mr-2020-020">pendidikan</a>, <a href="https://coinform.eu/wp-content/uploads/2019/12/Understanding-the-Role-of-Human-Values-in-the-Spread-of-Misinformation.pdf">nilai-nilai yang dianut</a> and <a href="https://doi.org/10.1111/pops.12494">perspektif hidup</a></p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Woman sits with hands over her ears as megaphone, cell phone, 2 laptops, 2 iPads are thrust in her face" src="https://images.theconversation.com/files/404364/original/file-20210603-15-n46u22.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=30%2C0%2C5080%2C3402&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/404364/original/file-20210603-15-n46u22.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/404364/original/file-20210603-15-n46u22.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/404364/original/file-20210603-15-n46u22.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/404364/original/file-20210603-15-n46u22.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/404364/original/file-20210603-15-n46u22.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/404364/original/file-20210603-15-n46u22.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sebagian besar upaya menangkal misinformasi cenderung menyasar individu pengguna informasi atau platform media sosial.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kelompok masyarakat dan hubungan dalam masyarakat adalah pengunjung kebun yang baik atau berbahaya (misalnya serangga yang membantu penyerbukan atau justru hama). Pengunjung ini menentukan apakah tanaman bisa tumbuh dan berkembang. <em>Influencer</em> bisa menjadi serangga baik atau jahat yang bisa <a href="https://doi.org/10.7202/1060911ar">membantu atau menghalangi informasi vaksin</a>.</p>
<p>Peraturan dan kebijakan pemerintah adalah tukang kebun yang membantu menyingkirkan tanaman pengganggu sebelum mengakar di tanah. Kebijakan yang memandu bagaimana media sosial seharusnya <a href="http://doi.org/10.5325/jinfopoli.10.2020.0276">merespon misinformasi</a> atau yang mempengaruhi <a href="https://doi.org/10.1207/s14241250ijmm0802_2">konsolidasi media</a> penting dalam menyingkirkan gulma misinformasi dalam ekologi informasi.</p>
<p>Kebijakan yang <a href="https://doi.org/10.1037/0003-066X.56.6-7.477">memperkuat atau melemahkan pendidikan publik</a> juga berperan. Warga negara perlu memiliki pemahaman yang baik tentang sains dan memiliki akses pada media yang menyediakan informasi terbaik tentang vaksin.</p>
<p>Terakhir, budaya adalah matahari dan hujan yang melingkupi kita semua dan dapat membantu informasi tumbuh subur, atau membuat informasi kering dan rentan terhadap misinformasi. Ide-ide budaya seperti “<a href="https://doi.org/10.1080/21689725.2018.1460215">pasar gagasan</a>” - asumsi bahwa kompetisi informasi selalu membuat gagasan yang paling baik saja yang mampu bertahan - justru dapat menyediakan lahan subur bagi pertumbuhan misinformasi.</p>
<p>Dalam perumpamaan ini, misinformasi adalah spesies perusak. Misinformasi dapat mengakar jika menemukan kondisi yang cocok, dan lalu sulit sekali dihilangkan.</p>
<h2>Mempertimbangkan keseluruhan lingkungan informasi</h2>
<p>Upaya menangkal misinformasi cenderung menyasar <a href="https://theconversation.com/how-canadians-can-use-social-media-to-help-debunk-covid-19-misinformation-155653">individu pengguna informasi atau platform media sosial</a>. Upaya ini berharap orang-orang akan menolak misinformasi ketika mereka menjumpainya, menekankan pada literasi informasi dan digital individu, dan fokus pada perbaikan teknis yang bisa dilakukan oleh platform untuk menghentikan penyebaran misinformasi.</p>
<p>Upaya semacam ini jelas penting, namun tanpa upaya yang berbasis pemerintah dan budaya, maka solusi individual dan platform jadi kurang efektif - kita perlu semua bagian dari ekosistem informasi untuk bergerak bersama.</p>
<p>Kembali pada metafora berkebun tadi, jika kita punya tanah yang baik dan serangga yang berguna, tapi tanpa tukang kebun untuk mencabut gulma, tanpa matahari atau air, benih kita tidak akan tumbuh.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Graphic depicting COVID misinformation. Woman sits in front of big TV man holds sign reading fake news" src="https://images.theconversation.com/files/404368/original/file-20210603-25-13br6y5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/404368/original/file-20210603-25-13br6y5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=420&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/404368/original/file-20210603-25-13br6y5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=420&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/404368/original/file-20210603-25-13br6y5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=420&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/404368/original/file-20210603-25-13br6y5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=528&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/404368/original/file-20210603-25-13br6y5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=528&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/404368/original/file-20210603-25-13br6y5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=528&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Menumbuhkan benih kita</h2>
<p>Apa artinya ini bagi mereka yang mempelajari informasi? Ini artinya riset dan inisiatif yang menyasar psikologi dan keyakinan individu yang menggerakkan informasi harus berlanjut, seiring dengan pendekatan berbasis platform teknologi dan komunitas - misalnya <a href="https://www.scienceupfirst.com/">#ScienceUpFirst</a>, sebuah inisiatif yang mendorong ilmuwan untuk berpartisipasi dalam komunikasi publik tentang karya mereka.</p>
<p>Tapi selain taktik ini, ilmuwan dan komunikator sains yang ingin mengatasi misinformasi vaksin juga perlu melihat intervensi kebijakan dan budaya.</p>
<p>Seperti apa? Di sisi kebijakan, <a href="https://doi.org/10.37016/TASC-2021-03s">pendekatan seluruh masyarakat</a> yang ditawarkan ilmuwan sosial Joan Donovan menunjukkan bahwa kelompok masyarakat sipil dapat melawan misinformasi dengan bekerja sama dengan warga, tenaga kesehatan, dan platform teknologi.</p>
<p>Serupa dengan itu, sudah waktunya ilmuwan bekerja lebih banyak dalam memahami hubungan antara, misalnya, pendanaan sekolah dan misinformasi, atau deregulasi media dan misinformasi. Para jurnalis mengatakan mereka melihat adanya hubungan-hubungan ini, tapi yang paling penting adalah mencari cara untuk mempelajarinya.</p>
<p>Di sisi budaya, kita perlu memikirkan bagaimana kita melakukan pendekatan terhadap kerangka budaya semacam pasar gagasan. Ilmuwan perlu memperjelas peran-peran kerangka semacam ini dalam melindungi misinfomasi yang merusak.</p>
<p>Pembuat kebijakan dan jurnalis perlu membahas kebebasan berpendapat lewat cara-cara yang membuat kita mampu melawan pendapat berbahaya seperti misinformasi dan yang melecehkan. </p>
<p>Upaya ini memerlukan pemahaman dan menemukan cara yang yang lebih baik dalam mengkomunikasikan bagaimana gagasan-gagasan beririsan dengan kekuasaan dan uang - yang sudah berada di luar dikotomi “lebih banyak pendapat itu baik vs kurang pendapat itu buruk”.</p>
<p>Jika perhatian yang diberikan pada elemen individual dan platform diberikan juga pada elemen kebijakan dan kebudayaan terkait ekosistem misinformsi, maka kita akan mampu memastikan bahwa benih komunikasi sains kita akan mendapat cahaya, air, dan perawatan agar bisa subur, dan misinformasi bisa dicabut sebelum sempat berakar.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/169738/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jaigris Hodson menerima dana dari program Social Sciences and Humanities Research Council of Canada (SSHRC) Canada Research Chairs.</span></em></p>Upaya menangkal misinformasi di level individu dan platform perlu dibarengi dengan upaya kebijakan dan kebudayaan.Jaigris Hodson, Associate Professor of Interdisciplinary Studies, Royal Roads UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1537312021-01-26T09:52:08Z2021-01-26T09:52:08ZCurious Kids: Jika Bumi terus berputar, mengapa benda-benda tidak bergerak ke sana kemari?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/380149/original/file-20210122-13-1cjl56r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C368%2C207&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bumi dari Angkasa. Elemen gambar disediakan oleh NASA </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/realistic-earth-planet-rotating-on-axis-1169261308">Volodymyr Goinyk/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Bumi selalu berputar. Setiap hari, kita bersama Bumi berputar atas-bawah dan seterusnya. Kita mungkin juga telah menempuh ribuan kilometer - tepat 40,000 kilometer bila tinggal dekat <a href="https://www.space.com/17638-how-big-is-earth.html">ekuator</a>.</p>
<p>Di garis ekuator, Bumi berputar sekitar <a href="https://www.universetoday.com/26623/how-fast-does-the-earth-rotate/">1.675 kilometer</a> per jam, jauh lebih cepat dari pesawat terbang. </p>
<p>Tapi, jika kita berdiri di Kutub Utara atau di Kutub Selatan, maka yang kita lakukan hanya berputar di tempat. </p>
<p>Ini adalah titik yang menjadi “sumbu” Bumi seperti poros pada roda.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Ilustrasi Bumi dan matahari." src="https://images.theconversation.com/files/371536/original/file-20201126-23-1a4vuy6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/371536/original/file-20201126-23-1a4vuy6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/371536/original/file-20201126-23-1a4vuy6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/371536/original/file-20201126-23-1a4vuy6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/371536/original/file-20201126-23-1a4vuy6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/371536/original/file-20201126-23-1a4vuy6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/371536/original/file-20201126-23-1a4vuy6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bumi berputar pada porosnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-vector/earth-revolving-on-axis-312022463">Jakinnboaz/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bumi berputar pada porosnya satu kali dalam sehari. Inilah sebabnya kita melihat Matahari terbit dari timur, karena Bumi berputar ke arah sana, dan begitu juga kita. </p>
<p>Karena Matahari seperti bergerak di langit, maka kita mengira Matahari berputar mengelilingi Bumi. </p>
<p>Kita <a href="https://explainingscience.org/2017/11/10/geocentric-cosmology/">berpikir seperti ini</a> untuk waktu yang lama. </p>
<p>Namun, sebenarnya Bumi yang berputar mengelilingi Matahari, dan perputaran Bumi pada porosnya membuat posisi Matahari di langit berubah. </p>
<p>Gerakan Bumi ini juga berarti bahwa saat malam yang cerah, kita akan melihat bintang-bintang muncul di timur dan terbenam di barat, sama seperti Matahari terbit dan terbenam di siang hari. </p>
<p>Namun, jika kamu berdiri di Kutub Utara ataupun Kutub Selatan dan melihat ke atas, kamu akan melihat bintang berkeliling di atasmu. </p>
<p>Itu karena poros Bumi menjadi sebuah titik di langit, dan semua benda langit, termasuk bintang-bintang, tampak bergerak mengelilingi titik ini.</p>
<p>Di bagian Utara, ini terjadi sangat dekat dengan bintang bernama Polaris, atau <a href="https://kids.kiddle.co/Polaris_(star)">bintang Utara</a>. </p>
<p>Bintang ini berada dalam rasi bintang bernama Ursa Minor, atau Beruang kecil. Kita juga mudah mencari “<a href="https://earthsky.org/tonight/use-big-dipper-to-find-polaris-the-north-star"><em>the Plough</em></a>”, atau “<em>Big Dipper</em>”, karena rasi ini gampang dilihat dan merupakan bagian dari “<a href="https://earthsky.org/tonight/use-big-dipper-to-find-polaris-the-north-star">Ursa Mayor</a>” atau Beruang besar. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Diagram rasi bintang." src="https://images.theconversation.com/files/371711/original/file-20201127-19-q2tm87.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/371711/original/file-20201127-19-q2tm87.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/371711/original/file-20201127-19-q2tm87.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/371711/original/file-20201127-19-q2tm87.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/371711/original/file-20201127-19-q2tm87.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/371711/original/file-20201127-19-q2tm87.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/371711/original/file-20201127-19-q2tm87.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Polaris dan rasi bintang Ursa Minor dan Ursa Mayor.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/finland-inari-jan-219-big-dipper-1449734558">JoanneJean/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bumi mirip seperti bola raksasa yang bergulir. Bayangkan berdiri di atas bola tersebut. Kita mungkin khawatir bahwa jika tidak terus menggerakkan kaki, maka kita akan terjatuh. </p>
<p>Tetapi, kita tidak jatuh dari Bumi karena gaya gravitasi. Gaya ini menarik kita ke arah tengah Bumi dan menjaga kaki kita tetap kokoh di tanah. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-bagaimana-warna-warna-yang-indah-tercipta-saat-matahari-terbit-dan-terbenam-153637">Curious Kids: bagaimana warna-warna yang indah tercipta saat Matahari terbit dan terbenam?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Inilah kenapa kita menyebut tanah berada “di bawah kita” dan langit “di atas kita.” </p>
<p>Jika seseorang sedang melihat kita dari angkasa, setelah berputar setengah hari, Bumi akan berbalik dan kitapun akan nampak terbalik di mata orang itu. </p>
<p>Tapi bagi kita, tanah terus ada di bawah dan langit tetap di atas. Gravitasi masih menarik kita ke Bumi, jadi kita tidak merasa seperti sedang terbalik.</p>
<p>Kita tidak menyadari Bumi sedang berputar saat melihat benda-benda di sekeliling kita karena benda-benda bergerak bersama kita dengan cara yang sama dan ditarik erat oleh gravitasi. </p>
<p>Bahkan udara bergerak bersama kita saat Bumi berputar. Itu sebabnya walau kita sedang berputar, kita tidak merasakan angin, tidak seperti saat kita bersepeda cepat atau naik roller coaster. </p>
<p>Benda-benda di Bumi bergerak bersama kita saat Bumi berputar dan kita tidak akan merasa pusing, kecuali jika kita sendiri berputar-putar seperti balerina!</p>
<hr>
<p><em>Wiliam Reynold menerjemahkan dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/153731/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jacco van Loon tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bumi berputar pada porosnya setiap hari, tetapi gravitasi membuat kita tetap diam di tempat kita berada.Jacco van Loon, Astrophysicist and Director of Keele Observatory, Keele UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.