Meski ada banyak upaya kesehatan masyarakat intensif untuk menghentikan pandemi COVID-19, munculnya subvarian XBB.1.5 SARS-CoV-2 yang sangat mudah menular, sangat kebal obat, dan sangat kebal terhadap sistem kekebalan tubuh membuat komunitas global cemas.
Berikut ini hal-hal yang disering ditanyakan (frequently asked question, FAQ) terkait XBB.1.5.
Apa itu XBB.1.5?
Dalam konvensi penamaan untuk silsilah SARS-CoV-2, awalan “X” menunjukkan silsilah yang muncul melalui rekombinasi (penggabungan) genetik antara dua atau lebih subvarian.
Silsilah XBB muncul setelah koinfeksi (infeksi bersamaan) alamiah inang manusia dengan dua subvarian Omicron, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75. Itu pertama kali diidentifikasi oleh otoritas kesehatan masyarakat di India pada musim panas 2022. XBB.1.5 adalah keturunan langsung, atau lebih tepatnya, “cucu kelima” dari subvarian XBB asli.
Apa perbedaan XBB.1.5 dengan Omicron?
XBB.1.5 adalah salah satu dari banyak subvarian Omicron yang diwaspadai, yang muncul di kancah pandemi global sejak awal gelombang Omicron pertama pada November 2021. Berbeda dengan turunan lain dari varian Omicron asli (dikenal sebagai B.1.1.529), XBB.1.5 adalah subvarian mosaik yang akarnya bisa ditelusuri ke dua garis keturunan subvarian Omicron.
Di antara subvarian Omicron SARS-CoV-2 hingga kini, XBB.1.5 bisa dibilang paling kaya secara genetik dan paling menular.
Di mana XBB.1.5 banyak menyebar?
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), XBB.1.5 beredar di setidaknya 38 negara, dengan prevalensi tertinggi di Amerika Serikat, yang menyumbang sekitar 43% kasus COVID-19 secara nasional. Di AS, terdapat variasi geografis yang luas dalam proporsi kasus yang disebabkan oleh XBB.1.5, mulai dari 7% di Midwest hingga lebih dari 70% di New England.
XBB.1.5 juga telah dilaporkan secara resmi oleh lembaga pemerintah di Australia, Kanada, Uni Eropa, Jepang, Kuwait, Rusia, Singapura, Afrika Selatan, dan Inggris Raya. Data pengawasan real-time mengungkapkan bahwa XBB.1.5 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan kemungkinan akan menjadi subvarian dominan berikutnya.
XBB.1.5 juga telah dideteksi dalam sistem air limbah kota di Amerika Serikat, Eropa dan tempat lainnya.
Seberapa besar kemungkinan XBB.1.5 menyebabkan penyakit serius?
Data tentang kemampuan XBB.1.5 untuk menyebabkan penyakit serius masih terbatas. Namun, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), XBB.1.5 tidak memiliki mutasi spesifik yang membuatnya lebih berbahaya daripada subvarian nenek moyangnya.
Meskipun demikian, XBB.1.5 dianggap sama-sama mampu menyebabkan penyakit serius pada lansia dan orang dengan gangguan kekebalan dibandingkan dengan subvarian Omicron yang menjadi perhatian sebelumnya.
Apakah vaksin mRNA saat ini efektif melawan XBB.1.5?
XBB.1.5 dan XBB.1 adalah subvarian Omicron dengan kemampuan menghindari kekebalan tubuh terbesar. Oleh karena itu, salah satu isu paling kontroversial seputar XBB.1.5 berkaitan dengan tingkat perlindungan yang diberikan oleh vaksin mRNA yang tersedia saat ini, termasuk formulasi penguat (booster) bivalen terbaru.
Para peneliti dari University of Texas menunjukkan bahwa vaksin penguat mRNA generasi pertama dan bivalen yang mengandung BA.5 menghasilkan respons antibodi penawar yang lemah terhadap XBB. 1.5. Sebuah laporan (belum ditinjau oleh rekan sejawat) dari para peneliti di Cleveland Clinic menemukan bahwa vaksin bivalen hanya menunjukkan keefektifan rendah (30%) pada orang non-lansia yang sehat ketika varian-varian dalam vaksin itu cocok dengan yang beredar di masyarakat.
Selain itu, beberapa ahli percaya pemberian penguat (booster) bivalen untuk pencegahan penyakit COVID-19 pada individu muda yang sehat tidak dibenarkan secara medis atau tak hemat biaya.
Sebaliknya, pakar kesehatan masyarakat dari Atlanta, Georgia dan Stanford, California melaporkan bahwa meski aktivitas antibodi penawar dari vaksin penguat bivalen terhadap XBB.1.5 adalah 12 hingga 26 kali lebih kecil dari aktivitas antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 tipe liar (asli), vaksin bivalen masih berkinerja lebih baik daripada vaksin monovalen terhadap XBB.1.5.
Namun, peneliti dari Universitas Columbia di New York menemukan bahwa tingkat antibodi penawar setelah penguatan bivalen adalah 155 kali lipat lebih rendah terhadap XBB.1.5 dibandingkan ke level terhadap virus tipe liar setelah penguatan monovalen.
Hal ini menunjukkan bahwa baik vaksin penguat monovalen maupun bivalen tidak dapat diandalkan untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap XBB.1.5.
Bagaimana cara melindungi diri Anda dari XBB.1.5?
Evolusi cepat SARS-CoV-2 terus menimbulkan tantangan bagi pengelolaan penyakit COVID-19 menggunakan agen pencegahan dan terapeutik yang tersedia. Sebagai catatan, semua antibodi monoklonal yang tersedia saat ini menargetkan protein S SARS-CoV-2 dianggap tidak efektif melawan XBB.1.5.
Obat antivirus seperti remdesivir dan Paxlovid dapat dipertimbangkan untuk pengobatan pasien terinfeksi yang memenuhi syarat yang berisiko tinggi berkembang menjadi penyakit parah.
Kewaspadaan pengendalian infeksi standar termasuk masker dalam ruangan, jarak sosial, dan sering mencuci tangan adalah tindakan efektif yang dapat digunakan untuk perlindungan pribadi dan populasi terhadap XBB.1.5 dan subvarian lain yang diwaspadai.
Meski penguat (booster) bivalen dapat dipertimbangkan untuk lansia, gangguan sistem imun, dan individu yang menghindari risiko lainnya, keefektifannya dalam mencegah penyakit COVID-19 akibat XBB.1.5 masih belum pasti.
Mengapa XBB.1.5 dijuluki ‘Kraken’?
Beberapa ilmuwan telah membuat nama panggilan yang diakui secara tidak resmi untuk XBB.1.5 dan subvarian SARS-CoV-2 lainnya yang diwaspadai, dengan alasan bahwa mereka lebih mudah diingat daripada penunjukan alfanumerik generik.
Label ‘Kraken’ untuk XBB.1.5 saat ini sedang digemari di situs media sosial dan outlet berita, dan julukan ‘Gryphon’ dan ‘Hippogryph’ telah digunakan untuk menunjukkan masing-masing subvarian leluhur XBB dan XBB.1. Kraken mengacu pada monster laut atau cumi-cumi raksasa dari mitologi Skandinavia, Gryphon (atau Griffin) mengacu pada makhluk legendaris yang merupakan hibrida dari seekor elang dan singa, sedangkan Hippogryph (atau Hippogriff) adalah hewan fiktif hibrida dari seekor Gryphon dan kuda.
Terlepas dari kegunaan potensial mereka sebagai alat bantu ingatan, penggunaan nama panggilan atau akronim dalam diskusi ilmiah formal harus dihindari.