Masing-masing pasangan calon sama-sama memiliki potensi penguatan maupun pelemahan hutan.
L’expertise universitaire, l’exigence journalistique
Articles sur Hutan
Affichage de 1 à 20 de 40 articles
Kami mendukung transisi yang teratur dari ‘penambangan kayu’ ke pengelolaan hutan di daerah tropis. Berikut 5 langkah perbaikan nasib hutan yang bermanfaat bagi iklim, biodiversitas, dan manusia.
Warga lokal membutuhkan peningkatan kemampuan pengolahan hasil hutan dan pemasaran menjadi cuan untuk menopang penghidupan mereka.
Riset menunjukkan masih banyak masyarakat hutan terjebak dalam kemiskinan kronis, hidup terisolasi dalam keadaan memprihatinkan, dan kurang mendapat perhatian pemerintah.
Kita perlu segera mereformasi cara mengukur dan menjual konservasi hutan sebagai cara untuk mengimbangi emisi.
Mulai dari kebijakan untuk mendukung pertanian karbon, hingga mendirikan ‘museum tanah’ setempat, pemerintah perlu berbuat lebih banyak untuk melindungi tanah sehat di Bumi.
REDD+ adalah program PBB untuk melawan deforestasi. Namun, apakah masyarakat lokal dan masyarakat adat telah menerima manfaat yang setara?
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah memangkas laju deforestasi. Itulah mengapa aksi pengekangan terbaru terhadap para peneliti di negeri ini sangat mengejutkan.
Rehabilitasi hutan IKN pada 2022 adalah program “Bandung Bondowoso” karena dikerjakan dengan sangat cepat. Sayangnya, kecepatan penghijauan tak selaras dengan kualitas rehabilitasi.
Kelompok ini penting karena menjadi contoh gerakan ekofeminisme untuk melawan dominasi patriarki yang menjadi sebab perambahan hutan di Provinsi Aceh.
Konferensi Biodiversitas PBB (COP15) di Montreal, Kanada, sudah berakhir. Berikut ini langkah selanjutnya yang perlu dilakukan.
Di Indonesia, perempuan adat tak tinggal diam. Mereka memimpin usaha-usaha warga untuk membela ruang hidup masyarakat.
Pertanyaan ini penting agar kegagalan proyek pertanian skala besar di era Orde Baru tidak terulang. Proyek ini mendegradasi rawa gambut sekaligus memicu kebakaran hebat pada akhir dekade 1990-an.
Program REDD+ memicu sejumlah perbaikan kebijakan hutan Indonesia, tapi masih berjuang untuk memenuhi ‘perubahan transformasional’.
Jika dilihat lebih dalam, program biodiesel dan co-firing PLTU justru berisiko merusak langkah Indonesia memangkas emisi gas rumah kaca.
Secara historis, kebakaran berkali-kali menyumbang emisi karbon yang fantastis. Ada 4 hal yang perlu diperhatikan pemerintah agar rencana pengurangan emisi sektor kehutanan berjalan efektif.
Keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas menjadi sumber tanaman obat tradisional dan kebudayaan masyarakat lokal di Pulau Belitung.
Indonesia memiliki modal besar menangani krisis lingkungan dengan berbekal sumber daya laut, hutan, dan biodiversitas.
Pemerintah terkesan hanya mempedulikan batas-batas wilayah, tanpa mengakui Tanah Papua sebagai ruang hidup masyarakat di dalamnya.
Paradigma bahwa penghijauan sekadar upaya ‘penanaman pohon’ harus diganti menjadi visi untuk memulihkan fungsi hutan.
Les contributeurs les plus fréquents
-
Principal Scientist, Centre for International Forestry Research
-
Senior Research Officer, Center for International Forestry Research – World Agroforestry (CIFOR-ICRAF)
-
PhD student, University of Manchester
-
Chairman, Indonesian Academy of Sciences
-
Professor of Forestry Policy, IPB University
-
Senior Research Fellow in Climate Change Risks, University of Cape Town
-
Senior Fellow at the ASEAN Studies Center, Universitas Gadjah Mada
-
Directeur de recherche, interactions bioculturelles, Institut de recherche pour le développement (IRD)
-
Researcher, Indonesian Center for Law and Policy Studies (PSHK)
-
Senior Lecturer in Urban and Regional Planning, Universitas Diponegoro
-
Researcher, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL)
-
Assistant Professor in International Relations, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
-
Lecturer in Meteorology, Universitas Syiah Kuala
-
Professor, Faculty of Fisheries and Marine Science; Director SDGs Center UNPAD, Universitas Padjadjaran
-
Professor of Conservation Biology, Universitas Indonesia
