tag:theconversation.com,2011:/fr/topics/kekerasan-43963/articlesKekerasan – The Conversation2024-03-18T18:30:05Ztag:theconversation.com,2011:article/2184342024-03-18T18:30:05Z2024-03-18T18:30:05ZDampak penyebaran teror: bagaimana ketakutan mengubah pikiran kita<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/561254/original/file-20231027-22-97tdqw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=44%2C26%2C2950%2C1967&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/es/image-photo/palestinians-evacuate-wounded-after-israeli-airstrike-2374214011">Anas-Mohammed/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Pada Mei 1097, tentara salib melemparkan kepala-kepala tahanan yang dipenggal ke atas tembok Nicaea, Turki. Tujuan dari aksi ini adalah untuk meneror para pembela dan menaklukkan kota. Dan tampaknya berhasil, karena pada 19 Juni di tahun yang sama mereka berhasil merebut kota tersebut. </p>
<p>Penyebaran teror untuk keuntungan taktis atau strategis oleh suatu negara, kelompok politik, militer, dan agama telah terjadi secara konstan sepanjang sejarah manusia. Dunia abad ke-21 tidak dihuni oleh manusia yang lebih baik, hanya manusia yang lebih canggih.</p>
<p>Melanjutkan sejarah di Nicaea, hanya mereka yang tinggal di sepanjang tembok kota yang terkejut saat melihat kepala manusia dilempar ke udara. Penduduk kota-kota dekat Nicaea tidak menerima berita tentang peristiwa pengepungan yang mengerikan itu hingga berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian. Dan tentu saja, mereka hanya mendengar cerita tentang apa yang telah terjadi, tanpa gambar atau video yang bisa menggambarkan secara tepat apa yang terjadi selama pengepungan. Kekuatan untuk menyebarkan teror pada abad ke-11 sangat terbatas.</p>
<p>Di dunia saat ini, berkembangnya teknologi komunikasi memungkinkan kita semua untuk mengetahui informasi secara <em>real-time</em> dan hampir tidak mungkin dihindari. Seperti yang terjadi saat ini, penyebaran dengan gambar-gambar dan video pembantaian di Palestina, atau serangan-serangan teroris yang mengerikan dalam beberapa dekade terakhir, atau konflik-konflik yang akan terjadi ke depannya.</p>
<p>Lebih buruk lagi, perusahaan media harus bersaing di pasar yang ketat untuk mendapatkan audiens dan klik, dan mereka tahu bahwa rasa takut dan sensasionalisme adalah cara ampuh untuk menarik perhatian audiens.</p>
<h2>Gambar yang dapat menyebabkan tubuh kita mengeluarkan banyak kortisol</h2>
<p>Baru-baru ini, konsekuensi psikologis dari fenomena seperti “terpapar berita secara terus menerus” (<a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23020743/"><em>berita yang berlebihan</em></a> atau “<a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0263276415619220">menyaksikan kejadian traumatis</a>” telah mulai diteliti.</p>
<p><a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/2167702619858300">Menyaksikan situasi ekstrem</a>, seperti pembunuhan seseorang, meskipun hanya melalui layar ponsel, akan mengaktifkan cabang simpatik dari sistem saraf otonom. Tubuh kita merespons dengan mengeluarkan serangkaian hormon seperti adrenalin, noradrenalin, dan kortisol-hormon stres yang terkenal-ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini melintasi darah dan masuk ke dalam otak kita. </p>
<p>Dengan beredarnya hormon-hormon tersebut di arteri kita, fisiologi kita berubah: detak jantung dan tekanan darah kita meningkat untuk melawan atau melarikan diri dari rangsangan yang mengancam atau situasi kehilangan. Ini adalah perubahan adaptif jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang dan kronis, seperti yang telah diketahui selama beberapa dekade, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1074742711000517?casa_token=5-q-dRG0f1wAAAAA:0At9mnlLk3N2NIc45qFM3zvn-J6mlaawgoyUBsYjqz1Fj9-assL69HzULDlk4X9xWq3C7vugXA">hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius</a>.</p>
<p>Dan apa efek dari paparan terus-menerus terhadap rangsangan yang mengancam pada otak kita, dan apakah kita berisiko mengalami perubahan cara berpikir?</p>
<h2>Memori yang buruk dan kurangnya kontrol</h2>
<p>Kita telah mengetahui selama beberapa tahun bahwa, baik pada manusia maupun hewan, stres yang terus menerus menghasilkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27862513/">perubahan sistemik di otak kita</a>. Di bawah stres akut, ingatan yang bergantung pada hipokampus terhambat dan kontrol yang diberikan oleh korteks prefrontal juga dibatalkan. Pada saat yang sama, emosi kita mengutamakan pemicuan kebiasaan dan rutinitas melalui wilayah yang disebut dorsal striatum, yang diatur oleh amigdala alias pusat rasa takut.</p>
<p>Perubahan ini masuk akal karena pada prinsipnya, perubahan ini dimaksudkan untuk membantu kita mengatasi situasi stres tertentu dalam jangka pendek. Ketika dihadapkan pada ancaman, kebutuhan yang mendesak adalah bereaksi dengan cepat dan tidak membutuhkan waktu bagi memori untuk mengingat kembali situasi terkait untuk menganalisis faktor-faktor kontekstual. Namun, jika diabadikan, hal ini dapat menyebabkan konsekuensi kognitif yang serius dalam jangka menengah dan panjang.</p>
<p>Intinya, apa yang terjadi dengan stres kronis adalah bahwa hal itu menghalangi berfungsinya memori dan pembelajaran kita, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27862513/">yang pada dasarnya mempengaruhi</a> kekhususan, fleksibilitas, dan rekonsolidasi memori.</p>
<p><strong>1. Kekhususan</strong> Informasi yang diproses dalam situasi yang penuh tekanan lebih abstrak dan kurang kontekstual. Perhatian dipersempit untuk memprioritaskan bagian-bagian penting dari peristiwa yang membuat stres dan hanya memproses informasi yang penting.</p>
<p><strong>2. Fleksibilitas</strong> Stres secara virtual menghilangkan kemampuan untuk mengintegrasikan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Stres juga membatasi penggunaan skema sebelumnya untuk memproses rangsangan yang kita terima melalui indera kita dengan lebih baik. Hal ini mencegah kita untuk mentransfer informasi yang telah diperoleh sebelumnya ke konteks terkini. Katakanlah, di bawah tekanan, kita tidak dapat memanfaatkan akumulasi pengalaman secara efektif.</p>
<p><strong>3. Rekonsolidasi</strong> Memori kita tidak kaku, tetapi membantu kita beradaptasi dengan kondisi kontekstual yang baru dan memfasilitasi pembelajaran. Proses memperbarui dan menstabilkan kembali ingatan kita disebut rekonsolidasi. Namun, stres menghambat pembaruan, dan dengan demikian rekonstruksi jejak ingatan kita dengan mengintegrasikan informasi baru.</p>
<p>Jika perubahan sistemik dalam proses psikologis kita ini diabadikan di sebagian besar populasi - dan paparan yang terus menerus terhadap adegan kekerasan membantu - <a href="https://www.nature.com/articles/npjscilearn201611">pengambilan keputusan politik dan sosial yang rasional oleh warga negara dan para pemimpin mereka akan terhambat</a>. </p>
<p>Dan kebangkitan populisme, polarisasi, peningkatan konflik kekerasan dan, akibatnya, krisis demokrasi liberal dapat diperburuk oleh ketidakmampuan untuk menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang kita secara rasional dan dalam jangka panjang.</p>
<p>Karena ketika kepala kita pusing, mustahil untuk membuat keputusan yang logis. Mungkin itu sebabnya mereka dilemparkan kepada kita.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Spanyol</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/218434/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Francisco Javier Saavedra Macías tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Setiap kali ada peristiwa kekerasan, kita disajikan gambar-gambar yang mengerikan. Apa dampaknya terhadap pikiran kita?Francisco Javier Saavedra Macías, Profesor Titular departamento de Psicología Experimental, Universidad de SevillaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2009392023-03-02T04:31:09Z2023-03-02T04:31:09ZKasus penganiayaan oleh Mario Dandy: mengapa kekerasan remaja makin sering terjadi?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/512895/original/file-20230301-16-7p68rk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe style="border-radius:12px" src="https://open.spotify.com/embed/episode/3sbOYkgO1GZmuMeCALETRx?utm_source=generator&theme=0" width="100%" height="152" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture" loading="lazy"></iframe>
<p><a href="https://nasional.tempo.co/read/1695542/kasus-penganiayaan-oleh-mario-dandy-satriyo-ini-kronologi-lengkap-dan-motifnya">Kasus penganiayaan</a> yang dilakukan oleh Mario Dandy terhadap David ramai menjadi sorotan publik. Akibat penganiayaan tersebut, korban sampai mengalami koma karena luka yang cukup serius di bagian otak.</p>
<p>Kejadian ini bermula ketika Mario menerima laporan bahwa David berperilaku kurang baik terhadap pacarnya. Mario lantas mengajak beberapa temannya untuk mengeroyok David hingga terkapar.</p>
<p>Kasus ini sudah ditangani oleh pihak kepolisian dan Mario dijerat dengan Pasal 76C Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak juncto Pasal 80 UU nomor 35 tahun 2004 tentang perubahan atas <a href="https://news.detik.com/berita/d-6585328/ini-isi-pasal-351-tentang-penganiayaan-berat-yang-jerat-mario-dandy">UU nomor 23 tahun 2022 tentang Perlindungan Anak subsider Pasal 351 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)</a> tentang penganiayaan berat dengan ancaman lima tahun penjara.</p>
<p>Mengapa kekerasan remaja masih sering terjadi di Indonesia?</p>
<p>Dalam episode terbaru SuarAkademia kali ini, kami berbincang dengan Sutarimah Ampuni, Kepala Unit Center for Life Span Development Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.</p>
<p>Menurut Ampuni, tindak kekerasan yang dilakukan oleh Mario ini termasuk dalam kategori <em><a href="https://www.sciencedirect.com/topics/psychology/antisocial-behavior">antisocial behaviour</a></em>, sebuah perilaku ketika seseorang tidak mempertimbangkan norma dan melanggar hak orang lain. </p>
<p><em>Antisocial behaviour</em> ini muncul karena beberapa penyebab, salah satunya adalah pola asuh orang tua yang tidak memperhatikan pertumbuhan emosional anak sejak kecil sehingga membuat anak kurang memiliki sifat empati. Ampuni juga menyebut ketergantungan terhadap <em>gadget</em> yang berlebih membuat seorang anak bisa menjadi individu yang kurang peka terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.</p>
<p>Untuk mencegah semakin banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja, Ampuni mengatakan peran orang tua dalam mengajarkan anak mengenai empati, memberikan contoh dalam pemecahan masalah dengan orang lain, dan cara interaksi dengan lingkungan sosial menjadi sangat penting untuk membentuk karakter anak sehingga tidak berperilaku buruk.</p>
<p>Simak obrolan lengkapnya hanya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/200939/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy terhadap David ramai menjadi sorotan publik. Akibat penganiayaan tersebut, korban sampai mengalami koma karena luka yang cukup serius di bagian otak…Muammar Syarif, Podcast ProducerLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1974062023-01-13T04:25:32Z2023-01-13T04:25:32ZRiset di Bandung dan Padang: mayoritas korban kekerasan seksual berusia 10-19 tahun, pelaku kenal korban, dan lambat dilaporkan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/504197/original/file-20230112-27936-50xlpy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kampanye hentikan pelecehan seksual di Stasiun Manggarai, Jakarta, 22 Desember 2022, saat memperingati Hari Ibu.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1671708614&getcod=dom">ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc</a></span></figcaption></figure><p>Kasus <a href="https://merdekadarikekerasan.kemdikbud.go.id/kekerasan-seksual/#:%7E:text=Kekerasan%20Seksual%20adalah%20setiap%20perbuatan,mengganggu%20kesehatan%20reproduksi%20seseorang%20dan">kekerasan seksual</a> makin sering diberitakan oleh media massa. Makin banyak korban berani bersuara dan menuntut keadilan. </p>
<p>Di media massa, tindakan pidana itu kerap ditulis dalam banyak istilah seperti pencabulan, pelecehan, sodomi, pemerkosaan, dan berbagai istilah lain yang mengindikasikan ada pemaksaan, ancaman, intimidasi, dan relasi kuasa yang tidak seimbang antara pelaku dan korban dalam konteks hubungan seksual. </p>
<p>Pertanyaannya: bagaimana sebenarnya karakteristik kasus kekerasan seksual, termasuk korban, pelaku, dan waktu, dari sudut pandang medis? Dan bagaimana pula reaksi korban dan keluarganya terhadap masalah serius ini?</p>
<p><a href="https://www.researchgate.net/publication/343552209_Karakteristik_Kasus_Kekerasan_Seksual_di_Rumah_Sakit_Tipe_A_di_Jawa_Barat_dan_Sumatera_Barat">Riset saya</a> – berdasarkan data 150 rekam medis korban kekerasan seksual yang diperiksa di Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat dan RSUP Djamil Padang, Sumatera Barat – menunjukkan bahwa mayoritas korban berusia 10-19 tahun, pelaku orang dekat yang dikenal oleh korban, waktu kejadian siang hari, dan kasusnya kerap kali terlambat dilaporkan ke penegak hukum dan petugas kesehatan. </p>
<p>Data riset ini saya ambil dari rekam medis kasus korban kekerasan seksual selama periode 2014-2018 yang berkunjung ke rumah sakit tersebut untuk mendapatkan layanan <a href="https://www.halodoc.com/artikel/kenali-perbedaan-dokter-forensik-dan-medikolegal">medikolegal</a>, yakni layanan terkait kasus hukum yang memerlukan evaluasi medis independen dan kesaksian ahli. </p>
<p>Mengetahui karakteristik kasus kekerasan seksual yang diperiksa di rumah sakit akan membantu kita untuk penegakan hukum, pemulihan korban, dan pencegahan kejahatan serupa terulang ke depan. </p>
<h2>Karakter kasus kekerasan seksual</h2>
<p>Riset ini menunjukkan lebih dari 80% korban kekerasan seksual merupakan perempuan, belum menikah, dan didominasi oleh kelompok anak-anak dan remaja dengan kelompok usia terbanyak 10-19 tahun di RSUP Djamil Padang. </p>
<p>Lebih mengejutkan, korban kekerasan seksual yang diperiksa di RSUP Hasan Sadikin Bandung berusia lebih muda, yakni pada kelompok usia 0-9 tahun. </p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa anak berpotensi lebih besar menjadi korban kekerasan seksual dibandingkan usia dewasa. Di samping lebih rendahnya pengetahuan tentang kekerasan seksual pada anak, persepsi ini dikaitkan dengan kerentanan mental anak yang lebih mudah diberikan ancaman, paksaan maupun bujuk rayu. </p>
<p>Anak-anak sering kali tidak memiliki keberanian untuk menolak, apalagi jika pelaku merupakan orang yang ia kenal.</p>
<p>Masyarakat perlu menyadari bahwa sebagian besar pelaku kekerasan seksual bukan hanya sekadar orang yang dikenal namun juga dipercaya oleh korban, misalnya pacar, tetangga, guru bahkan ayah kandung sendiri. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/derita-anak-pekerja-migran-ditinggalkan-orang-tua-menjadi-korban-kekerasan-seksual-190210">Derita anak pekerja migran: ditinggalkan orang tua, menjadi korban kekerasan seksual</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika diamati menurut waktu kejadian, kekerasan seksual dapat terjadi kapan saja, bahkan sebagian besar korban-korban kekerasan seksual di kedua rumah sakit utama ini, mengalami peristiwa kekerasan seksual pada siang hari. </p>
<p>Data riset menunjukkan kasus kekerasan seksual lebih banyak terjadi pada siang hari (51%) dibanding malam hari (38%). Temuan ini berbeda dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32454301/">data kekerasan seksual di Jerman</a> yang menyatakan 60% kekerasan seksual terjadi pada malam hari. </p>
<p>Tempat-tempat privat seperti rumah, kos, atau hotel lebih sering dijadikan tempat beraksi bagi pelaku dibandingkan tempat-tempat umum.</p>
<p>Temuan lainnya adalah sebagian besar korban kekerasan seksual baru datang memeriksakan diri dalam rentang lebih dari 24 jam hingga 1 minggu setelah peristiwa kekerasan seksual. Kondisi ini mungkin dapat mewakili kondisi di rumah sakit lainnya di Indonesia yakni korban cenderung tidak segera melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya. </p>
<p>Tanpa disadari, keterlambatan pemeriksaan ini mengakibatkan hilangnya peluang untuk mendapatkan bukti kekerasan seksual secara medis. Hal ini berujung pada lemahnya penuntutan terhadap pelaku di ranah pidana.</p>
<p>Tidak dapat dimungkiri bahwa faktor budaya masyarakat Indonesia menjadi penyebab utama keterlambatan ini. Adanya stigma negatif, terbukanya aib, rasa malu, dan takut dikucilkan, sering kali menjadi alasan bagi para korban dan keluarganya mengurungkan niatnya melaporkan kekerasan seksual yang dialami.</p>
<p>Kita harus merangkul korban kekerasan seksual agar mereka kuat menghadapi masalah ini dan kita bantu mencari keadilan melalui pelaporan ke polisi dan pemeriksaan medis untuk bukti di pengadilan. </p>
<h2>Perlu penanganan yang tepat dan cepat</h2>
<p>Peristiwa kekerasan seksual dapat menimbulkan dampak psikologis terutama pada korban anak. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi pihak berkepentingan.</p>
<p>Gangguan stres, depresi, dan kecemasan pascatrauma yang dialami korban, dapat berujung pada ide bunuh diri atau bahkan korban dapat menjadi pelaku kriminal di kemudian hari.</p>
<p>Mengingat dampak yang cukup besar tersebut, penanganan korban kekerasan seksual harus dilakukan secara multidisiplin (kolaborasi dokter forensik, psikolog, hukum), sehingga kebutuhan korban dapat terpenuhi secara holistik dan terintegrasi, baik kebutuhan medis, psiko-sosial dan medikolegal.</p>
<p>Tidak hanya mengutamakan kompetensi pemeriksaan medis, namun juga mengutamakan pengumpulan dan menjaga keutuhan barang bukti. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pakar-menjawab-kenapa-banyak-korban-kekerasan-seksual-malah-minta-maaf-atau-menarik-laporannya-177460">Pakar Menjawab: kenapa banyak korban kekerasan seksual malah minta maaf atau menarik laporannya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Penanganan korban kekerasan seksual yang tepat, cepat dan terarah akan sangat membantu dalam memahami bagaimana terjadinya luka dan apakah luka tersebut sesuai dengan riwayat kronologis yang disampaikan korban.</p>
<p>Secara hukum, penyelesaian kasus kekerasan seksual di Indonesia telah diatur dalam <a href="https://www.hukumonline.com/klinik/a/delik-aduan-lt4f9bb33933005">KUHP</a>, <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38723/uu-no-35-tahun-2014">Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak,</a>, <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/40597/uu-no-23-tahun-2004">UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)</a> dan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/207944/uu-no-12-tahun-2022#:%7E:text=UU%20ini%20mengatur%20mengenai%20Pencegahan,seksual%20dapat%20terlaksana%20dengan%20efektif.">UU No. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual</a>. </p>
<p>Kementerian Kesehatan Indonesia telah <a href="https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/Algoritma%20Tatalaksana%20Yankes%20Bagi%20Korban%20Kekerasan%20Seksual.pdf">membuat panduan tata laksana korban kekerasan seksual bagi pelayanan Kesehatan</a>.</p>
<p>Selain itu, kita perlu meningkatkan peran Pusat pelayanan Terpadu (PPT) atau Pusat Krisis Terpadu (PKT) di level provinsi dan kabupaten dan kota sebagai unit khusus pelayanan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk kekerasan seksual. </p>
<p>Konsep pelayanan terpadu ini mengutamakan layanan 24 jam yang multidisiplin (kerja tim) dan komprehensif dengan memperhatikan kebutuhan korban. Jenis pelayanan mencakup pemeriksaan fisik, penanganan luka-luka fisik, penanganan gangguan psikologis akut, penanganan untuk pencegahan penyakit menular seksual dan HIV, pelayanan kesehatan reproduksi, pelayanan medikolegal, konseling psikososial (untuk semua tipe rumah sakit), dan konseling hukum (terutama untuk rumah sakit tipe A yang memiliki jangkauan pelayanan lebih luas). </p>
<h2>Tantangan</h2>
<p>Salah satu kendala saat ini adalah baru beberapa rumah sakit di Indonesia yang pembiayaan layanan korban kekerasan seksual dijamin oleh pemerintah daerah (digratiskan), sementara masih ada yang dibebankan kepada pihak korban. Pemeriksaan untuk forensik <a href="https://theconversation.com/cermin-kasus-brigadir-yosua-dan-stadion-kanjuruhan-siapa-yang-menanggung-biaya-pemeriksaan-forensik-189701">biasanya ditanggung oleh kepolisian</a>.</p>
<p>Selain itu, kasus yang dapat ditangani dengan baik hanya pada kasus yang dilaporkan ke polisi. Sementara masih banyak kasus kekerasan seksual di masyarakat yang belum terjaring, baik karena ketidaktahuan ataupun menutupi aib.</p>
<p>Kita berharap UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual dapat meningkatkan efektivitas penanggulangan kekerasan seksual. Di level pendidikan tinggi,
<a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/188450/permendikbud-no-30-tahun-2021">Peraturan Menteri Pendidikan No. 30 Tahun 2021 </a> mewajibkan setiap perguruan tinggi membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di lingkungan kampus. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/permendikbudristek-ppks-apa-manfaatnya-bagi-pemberantasan-kekerasan-seksual-di-kampus-172698">Permendikbudristek PPKS: apa manfaatnya bagi pemberantasan kekerasan seksual di kampus?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Edukasi kesehatan reproduksi dan pencegahan kekerasan seksual pada anak di rumah maupun sekolah, membiasakan anak menceritakan aktivitasnya kepada orang tua, pengawasan dan kontrol lingkungan sosial anak, menjadi beberapa upaya preventif terjadinya kekerasan seksual. </p>
<p>Kita perlu meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat baik secara langsung ataupun melalui media sosial tentang kekerasan seksual agar lebih banyak pihak yang berani melapor (<em>speak up</em>) akan kekerasan seksual yang diketahuinya. </p>
<p>Media skrining berupa motode atau aplikasi ramah anak perlu kita kembangkan untuk digunakan di sekolah-sekolah, sebagai bentuk deteksi dini bagi pihak sekolah dalam mengenali anak-anak yang berisiko menjadi korban kekerasan seksual. Media ini diharapkan dapat dipakai secara rutin di sekolah, untuk memandu guru mengenali anak-anak yang berisiko mengalami kekerasan seksual.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197406/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Noverika Windasari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sebagian besar pelaku kekerasan seksual bukan hanya sekedar orang yang dikenal tapi juga dipercaya oleh korban seperti pacar, tetangga, guru bahkan ayah kandung sendiri.Noverika Windasari, Dosen Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1879772022-08-16T18:01:38Z2022-08-16T18:01:38ZTNI dan Polisi mengajar murid di sekolah-sekolah Papua: efektif atau menumbuhkan trauma?<p><em>Artikel ini kami terbitkan dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada 17 Agustus</em>.</p>
<hr>
<p>Kasus <a href="https://regional.kompas.com/read/2021/04/10/053800978/2-guru-tewas-ditembak-3-sekolah-dibakar-dan-1-kepsek-sempat-diculik-kkb-ini?page=all">kematian guru dan juga pembakaran sekolah</a> selama beberapa tahun terakhir di Papua akibat serangan kelompok bersenjata menyebabkan <a href="https://www.metrotvnews.com/play/bmRCy7BA-trauma-serangan-kkb-guru-warga-kiwirok-minta-dievakuasi-ke-jayapura">trauma di antara para guru</a>.</p>
<p>Trauma ini bahkan menyebabkan banyak guru tersebut <a href="https://www.beritasatu.com/nasional/919323/tak-ada-guru-belasan-ribu-anak-di-intan-jaya-terancam-putus-sekolah">enggan berangkat mengajar</a>. Banyak murid di Papua pun menjadi terancam putus sekolah.</p>
<p>Untuk mengatasinya, pemerintah menerjunkan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/articles/cw0pg56gn8ro">Tentara Nasional Indonesia (TNI)</a> dan juga <a href="https://www.suara.com/news/2022/01/18/183911/operasi-damai-cartenz-tni-polri-beri-pelatihan-bertani-hingga-belajar-mengajar-di-papua">Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)</a> ke sekolah-sekolah untuk mengajar murid dengan mengenakan <a href="https://www.kompas.tv/article/287379/sejumlah-polisi-jadi-guru-dadakan-untuk-anak-anak-di-papua">atribut seragam lengkap dan topi adat</a>. Mereka juga <a href="https://e-kompas.id/viral-senangnya-anak-anak-di-papua-ke-sekolah-naik-truk-polisi-e-kompas-id-nasional/">menjemput anak-anak ke sekolah</a> dengan kendaraan patroli.</p>
<p>Ada yang setuju dan <a href="https://portalnawacita.com/satgas-yonif-126-kc-perkuat-tenaga-pendidik-di-perbatasan-papua/">mengapresiasi kehadiran aparat keamanan</a> di sektor pendidikan, mengingat sulitnya medan di dataran tinggi Papua dan juga rawannya konflik antara kelompok bersenjata.</p>
<p>Namun ada juga yang tidak setuju. Ketidaksetujuan tersebut, misalnya, terlihat dengan kedatangan orang tua ke sekolah yang <a href="https://regional.kompas.com/read/2021/02/20/12591901/polisi-jadi-guru-dadakan-turun-ke-kampung-mengajar-anak-anak-di-papua?page=all">menolak anaknya diajar oleh polisi</a>. Ada juga demo penolakan karena tidak sesuai dengan pendekatan <a href="https://jubi.co.id/disdik-diminta-setop-libatkan-tni-menjadi-guru/">pengajaran yang diterapkan kurikulum pendidikan Indonesia</a>, maupun kritik bahwa kehadiran aparat keamanan di sekolah akan <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220120203752-12-749326/sekolah-diduduki-polisi-pelajar-di-yahukimo-papua-gelar-demo">mengganggu aktivitas belajar mengajar</a>.</p>
<p>Pihak gereja pun <a href="https://www.suara.com/news/2021/04/21/144834/gereja-minta-komisi-ham-pbb-investigasi-soal-tni-jadi-guru-di-sekolah-papua">menyatakan ketidaksetujuan</a> karena dianggap dapat memicu rasa trauma pada anak-anak.</p>
<p>Tepatkah kehadiran TNI dan POLRI dalam sektor pendidikan?</p>
<h2>‘Fobia loreng’ dan trauma pada anak-anak</h2>
<p>Di Papua, ada stereotip yang melekat pada aparat keamanan. Peneliti antropologi Sophie Chao menyebutnya sebagai ‘<a href="https://www.researchgate.net/publication/301622391_From_'Stone_Age'_to_'Real-Time'_Exploring_Papuan_Temporalities_Mobilities_and_Religiosities_S_Martin_and_J_MunroCanberra_Australian_National_University_Press_2015_xiii_270_pp_ISBN_9781925022421_Print_">fobia loreng</a>’. </p>
<p>Fobia ini merujuk pada ketakutan di kalangan orang Papua ketika melihat aparat keamanan, khususnya TNI yang berseragam loreng. Ini terbentuk karena anggapan orang-orang Papua bahwa <a href="https://www.researchgate.net/publication/301622391_From_'Stone_Age'_to_'Real-Time'_Exploring_Papuan_Temporalities_Mobilities_and_Religiosities_S_Martin_and_J_MunroCanberra_Australian_National_University_Press_2015_xiii_270_pp_ISBN_9781925022421_Print_">aparat keamanan identik dengan kebrutalan dan kekerasan</a>.</p>
<p>Selama ini, misalnya, aparat keamanan <a href="https://theconversation.com/cara-hentikan-konflik-di-papua-stop-kekerasan-122144">diduga kerap melakukan tindakan kekerasan</a> terhadap siapapun yang <a href="https://theconversation.com/memahami-akar-masalah-papua-dan-penyelesaiannya-jangan-gegabah-87785">dianggap 'makar’</a> terhadap negara <a href="https://www.researchgate.net/publication/301622391_From_'Stone_Age'_to_'Real-Time'_Exploring_Papuan_Temporalities_Mobilities_and_Religiosities_S_Martin_and_J_MunroCanberra_Australian_National_University_Press_2015_xiii_270_pp_ISBN_9781925022421_Print_">tanpa melalui proses pembuktian</a>. Kekerasan ini kerap menuai korban orang asli Papua yang seringkali adalah petani dan penduduk dataran tinggi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/cara-hentikan-konflik-di-papua-stop-kekerasan-122144">Cara hentikan konflik di Papua: Stop kekerasan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>TNI pun telah mengeluarkan program <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190131203800-20-365559/tni-gelar-operasi-psikologi-di-papua-cegah-fobia-loreng">‘operasi psikologi’ dan ‘operasi teritorial’</a> untuk meredam fobia loreng ini dengan melakukan <a href="https://indonesiabangsaku.com/hadapi-kkb-tni-semua-kita-turuti-asal-jangan-minta-merdeka/">pendekatan psikologis dan membuka komunikasi terbuka</a> dengan masyarakat Papua, serta lebih mendengarkan aspirasi mereka – selama tidak menyerukan kemerdekaan dari Indonesia. Namun, hinga kini penulis belum menemukan penelitian tentang efektivitas program ini. </p>
<p>Saya memperkirakan bahwa fobia loreng ini pun <a href="https://jubi.co.id/mereka-trauma-dan-takut-melihat-tentara-datang-ke-sekolah-mereka/">diwariskan pada anak-anak</a> di Papua.</p>
<p>Menurut penelitian tahun 2016 di Amerika Serikat (AS), semenjak usia 5 tahun, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00221546.2004.11772266">anak-anak itu sudah menyerap stereotip negatif</a> yang melekat pada kelompok lain. Besar kemungkinan, anak-anak di Papua pun akan menginternalisasi ‘fobia loreng’ dari keluarga atau orang-orang sekitar yang pernah menyaksikan atau menjadi korban. </p>
<p>Padahal, teori bioekologis dalam perkembangan manusia yang dikemukakan oleh <a href="https://www.childhelp.org/wp-content/uploads/2015/07/Bronfenbrenner-U.-and-P.-Morris-2006-The-Bioecological-Model-of-Human-Development.pdf">peneliti psikologi Urie Bronfenbrenner dan Pamela Moris</a> menjelaskan bahwa kondisi lingkungan yang rawan konflik menyebabkan trauma pada anak-anak. Ini juga berakibat pada disfungsi perkembangan mereka.</p>
<p><a href="https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1230675.pdf">Sebuah kajian pada tahun 2015</a> juga menyebutkan bahwa trauma berdampak negatif pada perilaku dan pembelajaran siswa.</p>
<p><a href="http://www.cpcnetwork.org/wp-content/uploads/2017/03/Alexander-Boothby-Wessells-Education-and-Protection-of-Children-and-Youth.pdf">Dampak psikososial</a> yang muncul akibat kehilangan sanak saudara maupun kerusakan akibat konflik bersenjata bisa berakibat pada gangguan emosi, perilaku, dan memori anak.</p>
<h2>Memberikan rasa aman pada murid di Papua</h2>
<p>Patut disayangkan bahwa sektor pendidikan menjadi korban dalam konflik di Papua. Sekolah terbakar, guru trauma, dan murid-murid pun takut.</p>
<p>Apabila infrastruktur pendidikan aman, kesejahteraan guru terjamin, dan anak-anak bebas dari rasa takut, maka generasi muda di Papua pun akan lebih <a href="https://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/how-yemens-deteriorating-education-sector-may-prolong-conflict">terlibat dalam pembangunan sumber daya manusia</a>. Hal ini juga dapat menjauhkan mereka dari kemungkinan bergabung dalam kelompok bersenjata.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-negara-masih-absen-dalam-pendidikan-di-papua-dari-ketimpangan-guru-hingga-salah-manajemen-beasiswa-175062">Riset: negara masih absen dalam pendidikan di Papua, dari ketimpangan guru hingga salah manajemen beasiswa</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Strategi menerjunkan TNI dan POLRI untuk mengajar anak di Papua ini, menurut saya, layaknya menutupi luka yang telah bernanah dengan plester. Luka itu mungkin bisa tertutup, tetapi tidak benar-benar sembuh. Kita perlu membersihkan luka itu sampai ke akarnya agar benar-benar sembuh.</p>
<p>Oleh karena itu, penting sekali bagi <a href="http://www.cpcnetwork.org/wp-content/uploads/2017/03/Alexander-Boothby-Wessells-Education-and-Protection-of-Children-and-Youth.pdf">anak-anak untuk memperoleh rasa aman</a> di dalam sekolah dengan guru-guru yang sudah terlatih untuk mendukung perkembangan anak. Pendidikan harus bersifat netral, tidak mengisi ruang untuk ketegangan konflik.</p>
<p>Menurut saya, pendekatan yang lebih tepat adalah menyediakan guru yang telah mendapatkan <a href="https://www.creducation.net/resources/Training_Teachers_in_Armed_Conflict_Intervention_Supplement.pdf">pelatihan khusus untuk zona rawan konflik</a>. Hal ini akan membantu siswa mengatasi rasa trauma. </p>
<p>Selain itu, Papua juga memerlukan ruang dialog yang inklusif untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan. Dunia pendidikan Indonesia – dan pada akhirnya anak-anak kita – tidak boleh lagi menjadi korban.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/187977/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Uning Musthofiyah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Di tengah konflik berkepanjangan di Papua, tepatkah keputusan pemerintah menerjunkan TNI dan POLRI untuk mengajar di sekolah-sekolah?Uning Musthofiyah, PhD Researcher, Te Herenga Waka — Victoria University of WellingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1754292022-01-21T06:45:44Z2022-01-21T06:45:44ZMembongkar fenomena “klitih” di kota pelajar: benarkah kini #YogyaTidakAman?<iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/3KfkCp49AxzfCDB1aDRwmb?utm_source=generator" width="100%" height="232" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture"></iframe>
<p>Aksi kekerasan jalanan menggunakan senjata tajam, atau yang kerap disebut <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/28/141500565/apa-itu-klitih-aksi-kriminalitas-jalanan-remaja-di-yogyakarta-?page=all">“<em>klitih</em>”</a> di Yogyakarta, kembali ramai terjadi di kota pelajar pada awal tahun ini.</p>
<p>Sejumlah akun di Twitter, misalnya, mengungkapkan <a href="https://twitter.com/numpangngopii/status/1475435522772267010?s=20">pengalaman mereka menjadi korban <em>klitih</em></a> saat berkendara pada malam hari.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1475435522772267010"}"></div></p>
<p>Maraknya kasus <em>klitih</em> di Yogyakarta bahkan sempat membuat tagar <a href="https://twitter.com/search?q=%23YogyaTidakAman">#YogyaTidakAman</a> menjadi salah satu topik teratas di Twitter Indonesia. </p>
<p>Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (Polda DIY) mencatat kenaikan tren <em>klitih</em> menjadi <a href="https://yogyakarta.kompas.com/read/2021/12/29/171516678/tahun-2021-ada-58-laporan-kejahatan-jalanan-di-diy-pelaku-paling-banyak?page=all">58 kasus pada 2021</a>, dari yang sebelumnya 52 kasus pada 2020.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1477244582668627970"}"></div></p>
<p><a href="https://twitter.com/Puthutea/status/1475642349149515777?s=20">Beberapa pihak</a> juga <a href="https://mojok.co/pojokan/klitih-jogja-ancaman-untuk-citra-jogja-yang-sudah-tergores/">mengkritik Gubernur DIY</a> yang dianggap tidak serius menangani masalah yang <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/28/141500565/apa-itu-klitih-aksi-kriminalitas-jalanan-remaja-di-yogyakarta-?page=all">telah lama terjadi</a> di Yogyakarta ini.</p>
<p>Sri Sultan Hamengku Buwono X belum lama ini mengeluhkan <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211229131058-20-740032/sri-sultan-buka-suara-soal-yogya-darurat-klitih">tantangan pendanaan</a> dalam penanganan <em>klitih</em> hingga kekhawatiran <a href="https://yogyakarta.kompas.com/read/2021/12/31/072051178/sultan-hb-x-berharap-maraknya-klitih-tak-pengaruhi-sektor-pariwisata?page=all">menurunnya tingkat pariwisata</a> di Yogyakarta.</p>
<p>Untuk membongkar fenomena <em>klitih</em>, dalam episode <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=80e5e4463ee94ce2">podcast SuarAkademia</a> kali ini, kami ngobrol dengan Elanto Wijoyono dari Combine Resource Institution (CRI), lembaga yang mengkaji jaringan informasi dan komunikasi berbasis komunitas di Yogyakarta.</p>
<p>Joyo menjelaskan sejarah kekerasan jalanan di Yogyakarta, belum efektifnya respons pemerintah dan kepolisian daerah dalam menangani <em>klitih</em>, hingga dinamika ekonomi dan pembangunan yang turut berkontribusi pada keresahan sosial di kota tersebut.</p>
<p>Simak episodenya di <a href="https://open.spotify.com/episode/3KfkCp49AxzfCDB1aDRwmb?si=fe3a9a1992474f35">SuarAkademia</a> – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi dan peneliti.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/175429/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Dalam episode SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan Elanto Wijoyono dari Combine Resource Institution (CRI) tentang fenomena "klitih" atau kekerasan jalanan di Yogyakarta.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1727152022-01-17T03:58:14Z2022-01-17T03:58:14ZDari Tarantino hingga Squid Game: mengapa adegan kekerasan amat dinikmati banyak orang?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/434146/original/file-20211126-25-1tsrtf5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=17%2C5%2C3817%2C2149&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apakah itu masokisme?</span> </figcaption></figure><p>Pada Oktober 2021, <a href="https://www.theguardian.com/tv-and-radio/2021/oct/13/squid-game-is-netflixs-biggest-debut-hit-reaching-111m-viewers-worldwide">lebih dari 100 juta orang</a> menyaksikan film penuh darah Squid Game di Netflix. </p>
<p>Pembahasan mengenai dampak buruk atas kekerasan yang dimunculkan di layar bagi kita semua telah dipelajari secara luas. <a href="https://psycnet.apa.org/record/2015-29260-002">Konsesus publik menganggap</a> tontonan semacam ini berdampak negatif. Tapi, pertanyaan mengenai <em>mengapa</em> kita gemar menyaksikan adegan kekerasan di suatu layar belum mendapatkan perhatian lebih.</p>
<p>Kematian, darah, dan kekerasan selalu menarik perhatian. Warga Romawi Kuno berbondong-bondong menghadiri <a href="https://doi.org/10.1002/(SICI)1234-981X(199710)5:4%3C401::AID-EURO205%3E3.0.CO;2-C">pembantaian di Colosseum</a>. Beberapa abad setelahnya, <a href="https://oxford.universitypressscholarship.com/view/10.1093/acprof:oso/9780199592692.001.0001/acprof-9780199592692">eksekusi publik menjadi <em>box-office</em></a>. </p>
<p>Di era modern, sutradara Quentin Tarantino meyakini bahwa “Dalam perfilman, kekerasan itu keren. Saya menyukainya.” </p>
<p>Banyak dari kita tampaknya setuju dengannya. </p>
<p>Sebuah studi menemukan <a href="https://pediatrics.aappublications.org/content/133/1/71">sekitar 90% film yang berpendapatan tinggi menampilkan adegan</a> karakter utama yang terlibat dalam kekerasan. </p>
<p>Kebanyakan orang Amerika Serikat (AS) pun <a href="https://psycnet.apa.org/record/2018-58515-001">menikmati film horor</a> dan menontonnya beberapa kali dalam setahun. </p>
<h2>Siapa penonton adegan kekerasan?</h2>
<p>Beberapa orang memang cenderung menyukai adegan kekerasan yang ditampilkan dalam media. Misalnya, populasi lelaki yang agresif dan memiliki sedikit empati, <a href="https://doi.org/10.1207/S1532785XMEP0702_5">cenderung dapat menikmati adegan kekerasan</a>. </p>
<p>Ada juga ciri-ciri kepribadian tertentu yang memang menyukai kekerasan. Seorang ekstrovert, yang mencari kesenangan, maupun orang yang lebih terbuka terhadap pengalaman estetik juga <a href="https://doi.org/10.1207/S1532785XMEP0704_5">lebih suka menonton film kekerasan</a>. </p>
<p>Sebaliknya, orang-orang dengan tingkat keramahan yang tinggi - memiliki kerendahan hati dan simpati terhadap orang lain - cenderung <a href="https://doi.org/10.1207/S1532785XMEP0704_5">kurang menyukai adegan kekerasan</a>.</p>
<h2>Kenapa kecenderungan itu terjadi?</h2>
<p>Ada satu teori yang menyebutkan bahwa menonton kekerasan adalah suatu bentuk katarsis, menguras kelebihan agresif kita. Tapi gagasan ini <a href="https://www.mdpi.com/2075-4698/3/4/491">tidak didukung oleh bukti yang sahih</a>. </p>
<p>Ketika seseorang yang sedang marah menonton konten kekerasan, mereka <a href="https://www.routledge.com/Media-Entertainment-The-Psychology-of-Its-Appeal/Zillmann-Vorderer/p/book/9780805833256">malah cenderung semakin marah</a>. </p>
<p>Penelitian terbaru yang mempelajari film horor menunjukkan kemungkinan ada tiga kategori orang yang menikmati menonton kekerasan. Masing-masing memiliki alasan tersendiri. </p>
<p>Satu kelompok dijuluki sebagai “<a href="https://psyarxiv.com/sdxe6/">pecandu adrenalin</a>”. Para pencari sensasi ini menginginkan pengalaman baru dan intens, dan kerap <a href="https://doi.org/10.1207/S1532785XMEP0702_5">mendapat kepuasan</a> dari menonton kekerasan. Bagian dari kelompok ini mungkin adalah orang-orang yang suka melihat orang lain menderita. Para orang-orang sadis yang senang merasakan penderitaan orang lain <a href="https://theconversation.com/from-psychopaths-to-everyday-sadists-why-do-humans-harm-the-harmless-144017">lebih dari biasanya</a>, dan menikmatinya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-ungkap-narasi-film-pengkhianatan-g30s-tetap-kuat-bagaimana-literasi-film-bisa-mengubahnya-142161">Riset ungkap narasi film "Pengkhianatan G30S" tetap kuat - bagaimana literasi film bisa mengubahnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kelompok lain menikmati pertunjukan kekerasan karena mereka merasa mempelajari sesuatu dari tontonan itu. Dalam penelitian horror, orang-orang semacam itu disebut sebagai “<a href="https://psyarxiv.com/sdxe6/">white knucklers</a>”. </p>
<p>Seperti para pecandu adrenalin, mereka merasakan emosi yang kuat dari menonton film horor. Tapi, mereka tidak menyukai emosi tersebut. Perasaan itu bisa ditoleransi karena adegan tersebut membantu mereka belajar sesuatu perihal bertahan hidup.</p>
<p>Nah, sensasi itu juga terkait <a href="https://digitalcommons.wcupa.edu/musichtc_facpub/26">masokisme jinak</a>: kenikmatan akan pengalaman yang menyakitkan dan tidak menyenangkan – namun masih aman. Jika kita dapat menoleransi beberapa rasa sakit, kita mungkin akan mendapatkan sesuatu. Senada dengan bagaima komedi yang “cringe” <a href="https://tidsskrift.dk/lev/article/view/104693">dapat mengajari kita keterampilan sosial</a>, menonton kekerasan dapat mengajari kita keterampilan bertahan hidup.</p>
<p>Kelompok terakhir tampaknya mendapatkan kedua manfaat tersebut. Mereka menikmati sensasi sekaligus mempelajari sesuatu dari adegan kekerasan. Dalam genre horor, orang-orang seperti itu disebut “<a href="https://psyarxiv.com/sdxe6/"><em>dark copers</em></a>”. </p>
<p>Gagasan bahwa orang-orang senang menonton kekerasan ‘yang aman’ di suatu layar karena dapat mengajari mereka sesuatu disebut “<a href="https://doi.org/10.1037/ebs0000152">teori simulasi ancaman</a>”. Hal ini berdasarkan pengamatan bahwa orang-orang yang nampak tertarik menonton kekerasan (orang-orang muda yang agresif) juga kemungkinan besar akan menghadapi atau menyebarkan kekerasan tersebut.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A scene from Squid Game." src="https://images.theconversation.com/files/427996/original/file-20211022-15-m8hoz4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/427996/original/file-20211022-15-m8hoz4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/427996/original/file-20211022-15-m8hoz4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/427996/original/file-20211022-15-m8hoz4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/427996/original/file-20211022-15-m8hoz4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=481&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/427996/original/file-20211022-15-m8hoz4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=481&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/427996/original/file-20211022-15-m8hoz4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=481&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Adegan dari Squid Game: permainan lampu merah, lampu hijau.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Netflix</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Menyaksikan kekerasan dari sofa yang nyaman bisa jadi merupakan langkah persiapan diri kita menghadapi dunia yang penuh kekerasan dan berbahaya. Kekerasan, dengan begitu, menjadi menarik untuk alasan yang baik. </p>
<p>Menariknya, sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa penggemar horor dan adegan-adegan mengerikan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0191886920305882">lebih tangguh secara psikologis</a> selama pandemi COVID-19.</p>
<h2>Apakah ini benar-benar kekerasan yang kita sukai?</h2>
<p>Ada sejumlah alasan untuk mempertimbangkan kembali: apakah kita benar-benar menyukai kekerasan? </p>
<p>Misalnya, <a href="https://doi.org/10.1080/08934210500084198">sebuah penelitian mengkaji</a> tayangan film <a href="https://www.imdb.com/title/tt0106977/">The Fugitive</a> – yang dirilis pada 1993 – kepada dua kelompok. Satu kelompok diperlihatkan film yang belum diedit, sementara yang lain melihat versi yang telah diedit. </p>
<p>Ternyata, kedua kelompok sama-sama menyukai film tersebut.</p>
<p>Temuan ini didukung oleh penelitian lain yang juga menemukan bahwa penghapusan adegan kekerasan <a href="https://doi.org/10.1080/0022549909598417">tidak mengurangi tingkat kesukaan seseorang terhadap suatu film</a>. Bahkan ada bukti bahwa orang lebih <a href="https://academic.oup.com/hcr/article-abstract/35/3/442/4107507">menikmati film tanpa adegan kekerasan</a> dibanding film dengan adegan kekerasan.</p>
<p>Banyak orang mungkin menikmati sesuatu yang terkait dengan kekerasan, ketimbang kekerasan itu sendiri. Misalnya, kekerasan menciptakan <a href="https://doi.org/10.1111/jcom.12112">ketegangan dan kekhawatiran</a>. Kedua hal tersebut yang bisa jadi <a href="https://doi.org/10.1080/08838150701626446">membuat sebagian orang tertarik</a>.</p>
<p>Kemungkinan lain adalah orang-orang cenderung menikmati <a href="http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.1087.404&rep=rep1&type=pdf">film laga dan bukan tayangan kekerasan</a>. </p>
<p>Menonton adegan kekerasan juga dapat memicu <a href="https://doi.org/10.1111/jcom.12112">pembuatan makna</a> dalam proses pencarian makna dalam hidup kita. Menyaksikan tayangan kekerasan juga memungkinkan kita untuk <a href="https://doi.org/10.1111/jcom.12112">merefleksikan kondisi manusia</a>, sebuah pengalaman yang kita hargai.</p>
<p>Ada juga “<a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/9781405186407.wbiece049">teori pengalihan keseruan</a>” yang menunjukkan bahwa menonton adegan kekerasan membuat kita bergairah, perasaan yang bertahan sampai akhir pertunjukan, sehingga terasa lebih menyenangkan. </p>
<p>Sementara, “<a href="https://doi.org/10.1080/08838151.2011.570826">hipotesis buah terlarang</a>” menganggap, karena kekerasan dianggap terlarang, menontonnya menjadi hal yang mengasyikkan. Buktinya, label peringatan film justru <a href="https://psycnet.apa.org/record/1996-06304-002">meningkatkan minat orang</a> menyaksikan adegan kekerasan.</p>
<p>Akhirnya, mungkin yang dinikmati adalah menyaksikan karakter jahat mendapat hukuman yang pantas, bukan kekerasannya itu sendiri. Memang, setiap kali orang memberikan hukuman pada pelaku kesalahan, <a href="https://www.science.org/doi/abs/10.1126/science.1100735">pusat kepuasan di bagian otak mereka</a> menyala meriah. </p>
<p>Meski demikian, <a href="https://academic.oup.com/hcr/article-abstract/35/3/442/4107507">kurang dari setengah kekerasan</a> muncul di TV melibatkan tokoh baik melakukan kekerasan pada tokoh jahat.</p>
<h2>Motif politik?</h2>
<p>Sejumlah teori di atas menunjukkan bahwa industri media mungkin menampilkan adegan kekerasan yang sebenarnya <a href="https://doi.org/10.1080/08838151.2011.570826">tidak diinginkan atau dibutuhkan</a> oleh mayoritas kita. </p>
<p>Karena itu, kita mesti pula meninjau: apa ada tekanan korporat, politik, atau ideologis yang mungkin mendorong mereka untuk memunculkan tayangan kekerasan di layar secara global?</p>
<p>Misalnya, pemerintah AS memiliki kepentingan dan <a href="https://theconversation.com/washington-dcs-role-behind-the-scenes-in-hollywood-goes-deeper-than-you%20-pikir-80587">pengaruh yang signifikan atas Hollywood</a>. </p>
<p>Gambaran-gambaran kekerasan dapat <a href="https://doi.org/10.1177/0896920517739093">mendorong kuta menyetujui</a> kebijakan pemerintah, sekaligus mendorong kita untuk mendukung <a href="https://doi.org/10.1080%20/10509208.2015.1086614">legitimasi kekuasaan dan kekerasan oleh negara</a>. </p>
<p>Adegan-adegan itu pun dapat <a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/78912/manufacturing-consent-by-edward-s-herman-and-noam-chomsky/">menggiring kita untuk menentukan siapakah kelompok yang layak menjadi “korban”</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/wiro-sableng-kebangkitan-genre-silat-indonesia-104607">_Wiro Sableng_: kebangkitan genre silat Indonesia?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Patut dicatat, pesan-pesan yang disampaikan melalui kekerasan di layar dapat membuat kita terputus dengan kenyataan. <a href="https://stevenpinker.com/publications/better-angels-our-nature">Ketika angka kriminalitas menurun</a>, <a href="https://publisher.abc-clio.com/9780313015977/">adegan kekerasan di layar</a> justru dapat membuat kita berpikir bahwa kejahatan semakin meningkat. </p>
<p>Film-film juga berbohong. Hampir 90% tindakan kekerasan dalam film <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1071054/">tidak menunjukkan dampak fisik yang realistis</a> bagi korban. Film pun mampu <a href="https://doi.org/10.18357/ijcyfs101201918809">menyamarkan realitas kekerasan laki-laki</a> terhadap perempuan dan anak-anak.</p>
<p>Pakar politik AS, <a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/84573/the-clash-of-civilizations-and-the-remaking-of-world-order-by-samuel-p-huntington/">Samuel Huntington pernah menulis:</a> “Negara-negara Barat memenangkan dunia bukan dengan keunggulan ide-idenya … melainkan dengan keunggulannya dalam menerapkan kekerasan terorganisir. Orang Barat sering melupakan fakta bahwa orang non-Barat tidak pernah melakukannya.” </p>
<p>Kita harus selalu menyadari bagaimana adegan kekerasan pura-pura di layar justru menimbulkan kekerasan di dunia nyata.</p>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/172715/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Simon McCarthy-Jones menerima dana dari the Irish Research Council.</span></em></p>Kita mungkin tidak tertarik pada film dengan unsur kekerasan sebanyak yang orang pikirkan.Simon McCarthy-Jones, Associate Professor in Clinical Psychology and Neuropsychology, Trinity College DublinLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1700222021-12-21T03:24:15Z2021-12-21T03:24:15ZMeneliti kekerasan secara beretika? Yuk, bisa yuk!<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/438378/original/file-20211220-48933-13xpejc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=35%2C0%2C4000%2C2664&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">M Risyal Hidayat/Antara Foto</span></span></figcaption></figure><p>“Permisi, boleh minta waktu untuk wawancara survei?” </p>
<p>Kalau kita pernah didatangi petugas survei ke rumah, kalimat semacam itu mungkin kita dengar. </p>
<p>Bila kita setuju wawancara, petugas survei biasanya memulai dengan bertanya tentang kondisi rumah tangga, pendidikan, dan pekerjaan. Tapi jika kemudian petugas menanyakan hal sensitif, seperti pengalaman kekerasan, masihkah kita bersedia menjawab?</p>
<p>Dalam satu dekade terakhir, Indonesia semakin sering mengumpulkan data kekerasan terhadap anak (KTA) melalui survei. </p>
<p>Ada <a href="https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/0e33f-skta-2013.pdf">Survei Kekerasan terhadap Anak (SKTA) pada 2013</a>, <a href="https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/slider/49b98-infografis-snphar-2018.pdf">Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2018</a>, dan <a href="https://www.kpai.go.id/publikasi/ada-246-aduan-di-kpai-soal-belajar-daring-siswa-keluhkan-tugas-menumpuk-kuota">SKTA daring Komisi Perlindungan Anak Indonesia 2020</a>. Survei serupa akan ada lagi tahun ini.</p>
<p>Meski ada kebutuhan data, survei Kekerasan terhadap Anak (KTA) memiliki beban etika penelitian yang berat. Oleh karena itu, proses perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan survei KTA tidak boleh setengah-setengah.</p>
<h2>Tuntutan dan beban survei</h2>
<p>Survei KTA adalah salah satu jenis <a href="https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2014/11/Measuring-Violence-against-Children-%E2%80%93-Inventory-and-assessment-of-quantitative-studies.pdf">penelitian yang paling kompleks untuk diselenggarakan</a>, mulai dari perumusan pertanyaan, pengumpulan data, hingga analisis. </p>
<p>Peneliti perlu membangun kepercayaan antara pewawancara dengan responden. Kuncinya ada pada etika penelitian. Jika peneliti gagal menjaga etika penelitian, maka responden akan enggan menceritakan pengalamannya atau menolak berpartisipasi. </p>
<p>Ini akan menimbulkan salah satu jenis <em>response error</em> (kesalahan dalam mengumpulkan jawaban) yang khas dalam penelitian tentang kekerasan, yaitu <em>underreporting</em>, atau kejadian yang dilaporkan lebih sedikit daripada kejadian sebenarnya. <a href="https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2014/11/Measuring-Violence-against-Children-%E2%80%93-Inventory-and-assessment-of-quantitative-studies.pdf">Jenis <em>error</em> ini akan berdampak pada akurasi data penelitian</a>.</p>
<p>Penelitian tentang pengalaman kekerasan juga berisiko mengungkap insiden traumatis, yang mungkin pernah atau masih dialami responden. Akibatnya, responden dapat terpicu merasakan emosi negatif, seperti cemas, takut, sedih, atau marah. <a href="https://data.unicef.org/wp-content/uploads/2015/12/EPDRCLitReview_193.pdf">Risiko jadi semakin besar jika pelaku kekerasan adalah orang terdekat</a>. </p>
<p>Data memang penting dalam penyusunan kebijakan. Namun, dalam penanganan KTA, data survei seharusnya menjadi bagian dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6158784/">sistem surveilans</a> yang lebih besar, bersama dengan data laporan kasus.</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6158784/">Survei KTA dapat diulang jika survei tersebut merupakan satu-satunya sumber data kekerasan</a>. Perlu pertimbangan juga berapa rentang waktu ideal antara survei yang satu dengan yang lainnya.</p>
<p>Karena tuntutan dan beban tersebut, sebelum memutuskan untuk melakukan survei KTA, peneliti perlu menjawab empat poin berikut.</p>
<h2>1. Apakah data sekunder sudah tersedia dan cukup untuk penelitian tanpa harus mengumpulkan data baru?</h2>
<p>Dengan banyaknya survei di Indonesia, ada kemungkinan satu rumah tangga berkali-kali diwawancarai. Kondisi ini bisa menyebabkan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0038038508094573?casa_token=V8Bw6j29eOQAAAAA:Yx82-gUyIJiuROl7w6DXkwfnIa6_DqJ1T1mSp9ZYnNUN3oUg8lAkpT_XS_ylJuW0VCm8k-r1q1Q9fBo"><em>research fatigue</em></a>, atau kelelahan akibat terlalu sering disurvei. Akibatnya, responden bisa menolak atau enggan berpartisipasi, yang berpengaruh terhadap kualitas data.</p>
<p>Sebelum mengumpulkan data survei, peneliti perlu mengecek apakah tersedia data sekunder, atau data yang sudah dikumpulkan, yang bisa menjadi sumber informasi untuk menjawab pertanyaan penelitian. </p>
<p>Tujuan penelitian mungkin saja bisa terjawab oleh data layanan atau data dari survei sebelumnya. Tren kekerasan, baik nasional maupun per wilayah, pada dasarnya telah digambarkan dengan data dari laporan kekerasan (seperti <a href="https://kekerasan.kemenpppa.go.id/">SIMFONI PPA</a>) atau data layanan swasta. </p>
<p>Meski data laporan kekerasan berasal dari layanan yang jumlahnya masih terbatas, namun datanya tersedia secara <em>real-time</em> dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja layanan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesia-darurat-data-kekerasan-terhadap-anak-159146">Indonesia darurat (data) kekerasan terhadap anak</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>2. Apakah riset kekerasan terhadap anak akan menimbulkan risiko yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang anak dapatkan?</h2>
<p>Ada beberapa etika yang harus dijunjung tinggi saat melakukan penelitian dengan anak maupun orang dewasa. </p>
<p>Salah satunya, kepentingan dan manfaat dari survei harus <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/088626000015007004">lebih besar dari risiko yang muncul</a>.</p>
<p>Survei KTA memiliki <a href="https://data.unicef.org/resources/measuring-violence-against-children-inventory-and-assessment-of-quantitative-studies-publication/">risiko bahaya yang cukup tinggi</a>, baik untuk responden atau pewawancara. Misalnya, jika responden masih mengalami kekerasan dan pelakunya tinggal serumah. </p>
<p>Saat merancang desain riset KTA, peneliti perlu jujur dan kritis mengidentifikasi potensi risiko. Niat baik saja tidak cukup mengurangi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S014521341930167X">dampak buruk terhadap responden atau peneliti.</a>.</p>
<p>Pertimbangan risiko pertama adalah usia responden. Risiko untuk anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Implikasinya, mitigasi risiko juga akan berbeda. Keterlibatan dalam riset KTA dapat memicu ketidaknyamanan, stres, atau reaksi trauma, apalagi pada anak yang belum mampu mengelola emosi.</p>
<p>Dalam wawancara, petugas survei juga bisa mengalami trauma sekunder yang disebut dengan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2059799120926085"><em>vicarious trauma</em></a>, yang timbul dari empati peneliti. </p>
<p>Ingat juga bahwa risiko survei mungkin bergantung pada norma yang berlaku di lingkungan tempat tinggal responden. Tim peneliti dapat melakukan konsultasi dengan perwakilan masyarakat di berbagai lokasi survei mengenai konteks lokal.</p>
<h2>3. Apakah layanan tersedia untuk merespons kebutuhan anak atau responden selama proses pengumpulan data?</h2>
<p>Saat pengumpulan data, peneliti mungkin menemukan banyak responden yang butuh layanan rujukan tapi kesulitan mengakses. </p>
<p>Jika responden bersedia, peneliti perlu menghubungkan responden dengan layanan. Peneliti juga perlu menyiapkan referensi layanan, seperti fasilitas kesehatan, psikososial, dan/atau hukum. Saat ini, baru <a href="https://nasional.kompas.com/read/2021/06/16/15402771/menteri-pppa-dorong-pemerintah-daerah-bentuk-uptd-ppa">134 kabupaten/kota (dari 514 total kabupaten di Indonesia) yang punya unit layanan pemerintah untuk merespons kasus kekerasan perempuan dan anak (UPTD PPA)</a>. </p>
<p>Sebagai alternatif, peneliti bisa membentuk tim <em>ad hoc</em> berupa pos aduan di tingkat kelurahan/desa yang khusus bekerja selama survei. Tim ini adalah perwakilan dari masyarakat yang dilatih untuk merespons kasus dan menghubungkan korban ke layanan terdekat, khusus untuk daerah yang jauh dari layanan rujukan.</p>
<p>Layanan darurat itu juga dapat menjadi rintisan untuk layanan jangka panjang.</p>
<p>Jika layanan, baik yang sudah ada atau <em>ad hoc</em>, tidak tersedia atau tidak berkualitas, maka penulis perlu mempertimbangkan ulang untuk mengumpulkan data di wilayah tersebut.</p>
<h2>4. Apakah peneliti sudah menyiapkan rencana analisis dan tindak lanjut dari hasil survei?</h2>
<p>Peneliti bertanggung jawab mempublikasikan temuan, baik kepada populasi yang diteliti, maupun kepada pembuat kebijakan dan publik secara umum. Ini dimulai dengan menyusun rencana analisis dan rencana pemanfaatan data, dengan mempertimbangkan keragaman konteks sesuai lokasi penelitian. </p>
<p>Data kekerasan tidak dapat dilihat sebagai angka saja. Pembuat kebijakan perlu memahami konteks yang melatarbelakangi munculnya kekerasan agar layanan bisa efektif dan berkualitas. </p>
<p>Belajar dari pengalaman Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja, data yang kaya tidak akan berguna jika analisis dan publikasinya setengah jalan. Peneliti juga perlu melihat kesesuaian antara data survei dengan sumber data lain yang sudah ada.</p>
<p>Data administrasi layanan bisa memberi informasi tentang jumlah kasus yang dilaporkan, cakupan layanan, dan respons layanan terhadap kasus. Data survei dan data administrasi layanan bisa disandingkan untuk analisis yang komprehensif.</p>
<p>Peneliti mungkin menemukan kesenjangan hasil antara kedua jenis data, misalnya angka kekerasan jauh lebih tinggi pada survei daripada di data layanan. Temuan seperti ini bisa menjadi evaluasi untuk kedua data.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/melindungi-anak-anak-dan-remaja-dari-kekerasan-di-media-133794">Melindungi anak-anak dan remaja dari kekerasan di media</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Niat baik tidak cukup</h2>
<p>Survei nasional didanai APBN. Maka, sudah sepantasnya publik mendapat akses atas data tersebut sebagai bentuk akuntabilitas; terlebih karena subyek penelitiannya adalah masyarakat. </p>
<p>Perlu mekanisme agar publik bisa mengakses data seperti survei nasional lainnya, contohnya SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dan Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). Akses terbuka terhadap data survei akan membuka kesempatan bagi para peneliti untuk bersama-sama menganalisis dan memberi masukan pada kebijakan. Seperti halnya publikasi ilmiah, <em>peer review</em>, atau tinjauan oleh sesama peneliti, adalah proses esensial untuk menghasilkan interpretasi data berkualitas. </p>
<p>Peneliti dan pembuat kebijakan punya tanggung jawab moral kepada para responden yang telah bersedia berbagi cerita mereka, termasuk risiko trauma yang mereka hadapi. </p>
<p>Survei KTA harus mengutamakan kepentingan anak sebagai subjek di atas kepentingan penelitian.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/170022/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Survei Kekerasan terhadap Anak memiliki beban etika penelitian yang berat. Proses perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan survei KTA tidak boleh setengah-setengah.Windy Liem, Researcher Advocacy & Associate, PUSKAPAAndrea Andjaringtyas Adhi, Lead for Social Inclusion and Protection, PUSKAPAPutri K. Amanda, Head of Programs, PUSKAPALicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1719582021-11-19T05:34:07Z2021-11-19T05:34:07ZBagaimana rancangan produk teknologi dapat membantu mengurangi ‘stalking’ dan kekerasan rumah tangga<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/432802/original/file-20211119-16-1emd326.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C1961%2C1278&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Dragana Gordic / Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Teknologi telepon pintar dan online kerap digunakan <a href="https://eprints.qut.edu.au/199781/1/V1_Briefing_Paper_template.pdf">para pelaku kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga</a> untuk memaksa, mengendalikan, dan membatasi kebebasan para korban dan penyintas.</p>
<p>Penguntitan (<em>stalking</em>) menggunakan teknologi dan penggunaan identitas media sosial palsu semakin sering ditemukan dalam kasus-kasus <a href="https://www.coroners.nsw.gov.au/content/dam/dcj/ctsd/coronerscourt/documents/reports/2017-2019_DVDRT_Report.pdf">pembunuhan dalam rumah tangga dan kekerasan keluarga</a>.</p>
<p>Di negara saya, Australia, ada dua lembaga yang berusaha mengurangi kekerasan yang dibantu oleh teknologi: <a href="https://wesnet.org.au/">WESNET</a> dan <a href="https://www.esafety.gov.au/women/domestic-family-violence">eSafety Commissioner</a>. Keduanya menyediakan pelatihan bagi penyedia advokasi dan praktisi, dan juga menyediakan sumber daya untuk para korban dan penyintas. WEST juga menyediakan <a href="https://wesnet.org.au/ourwork/telstra/">telepon pengganti</a>.</p>
<p>Upaya kedua lembaga ini - dan juga keamanan orang-orang yang mengalami kekerasan - terhambat oleh produk dan layanan teknologi yang tidak memikirkan keamanan pengguna sejak awal. Penyedia platform dan industri teknologi dapat melakukan banyak hal untuk mengurangi bahaya dengan menyiapkan keamanan pengguna sedari awal sebuah produk dirancang.</p>
<h2>Menciptakan risiko</h2>
<p>Saat ini, perusahaan teknologi besar seringkali merancang dan mengelola alat dan media digital tanpa menghiraukan kerentanan pengguna.</p>
<p><a href="https://support.google.com/adspolicy/answer/9726908?hl=en&ref_topic=29265">Hingga tahun 2020</a>, Google membolehkan <a href="https://www.techsafety.org/spyware-and-stalkerware-phone-surveillance">spyware dan stalkerware</a> - software yang dirancang untuk bisa dipasang diam-diam pada sebuah smartphone untuk memonitor dan merekam foto, video, teks, panggilan dan informasi lain - diiklankan di platform itu. Google akhirnya melarang iklan-iklan itu setelah banyak bukti menunjukkan bahwa software semacam digunakan dalam <a href="https://nyuscholars.nyu.edu/en/publications/the-spyware-used-in-intimate-partner-violence">kekerasan oleh orang yang memiliki hubungan intim</a>.</p>
<p>Pada April 2021, Apple meluncurkan sebuah alat seukuran koin bernama AirTags yang dimaksudkan untuk membantu orang melacak barang-barang milik mereka dengan teknologi sinyal Bluetooth. Setelah menerima kritikan karena menimbulkan risiko keamanan serius karena <a href="https://www.macobserver.com/news/airtags-pose-domestic-abuse-risk-leading-nonprofit-warns/">memungkinkan terjadinya <em>stalking</em></a>, Apple <a href="https://www.bbc.com/news/technology-57351554">memperbaharui alat itu</a> agar mengeluarkan bunyi secara acak jika berada jauh dari telepon pemilik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/431414/original/file-20211111-21-1fafwyu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=467&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">AirTags Aplle mendapat fitur keamanan tambahan setelah menerima kritikan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Jack Skeens/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kacamata pintar Facebook juga mendapat kecaman terkait <a href="https://theconversation.com/can-facebooks-smart-glasses-be-smart-about-security-and-privacy-170002">privasi</a>, sperti yang terjadi dengan <a href="https://mashable.com/article/snapchat-spectacles-privacy-safety">Spectacles milik Snapchat</a> dan <a href="https://www.wired.com/story/google-glass-reasonable-expectation-of-privacy/">Google Glass</a>. Kacamata itu memiliki kamera dan microphone yang memungkin perekaman secara diam-diam.</p>
<p>Facebook berkonsultasi dengan beberapa kelompok termasuk jaringan anti kekerasan dalam rumah tangga National Network to End Domestic Violence dalam upaya untuk “berinovasi secara bertanggung jawab”, namun tetap ada kekhawatiran risiko keamanan pada kacamata tersebut.</p>
<h2>Menyadari situasi dan ancaman pada pengguna</h2>
<p>Konsep keamanan siber tradisional fokus pada “ancaman dari orang asing”. Namun, untuk mengurangi dan memerangi kekerasan digital domestik dalam rumah tangga dan keluarga, kita memerlukan model “ancaman dari orang dekat”.</p>
<p>Pasangan dan keluarga dapat meminta akses pada alat-alat. Mereka bisa terhubung pada akun online atau mampu menebak password, karena memiliki hubungan dekat dengan pemilik akun.</p>
<p>Dalam konteks ini, teknologi yang mampu mengawasi dan merekam dapat digunakan untuk mengekang dan mengancam korban dan penyintas secara berbahaya, dalam kehidupan sehari-hari.</p>
<p>Memahami dan mencari cara untuk mengurangi risiko dari pelaku kekerasan menuntut paltform dan industri untuk berpikir proaktif tentang bagaimana teknologi dapat disalahgunakan atau menjadi senjata.</p>
<h2>Safety by Design</h2>
<p>Di Australia, inisiatif <a href="https://www.esafety.gov.au/sites/default/files/2019-10/SBD%20-%20Quick%20guide.pdf">Safety by Design</a> oleh eSafety Commissioner bertujuan untuk membuat keamanan pengguna menjadi prioritas dalam perancangan, pengembangan, dan peluncuran produk dan layanan online. Inisiatif ini didasarkan pada tiga prinsip dasar.</p>
<p>Pertama, penyedia jasa bertanggung jawab menjadikan keamanan pengguna sebagai prioritas utama. Ini artinya platform dan perusahaan berupaya untuk mengantisipasi bagaimana produk mereka dapat digunakan untuk, meningkatkan, atau mendorong terjadinya kekerasan. Dengan demikian, tanggung jawab keamanan tidak hanya ada pada pengguna.</p>
<p>Kedua, pengguna harus memiliki kemampuan dan otonomi untuk membuat keputusan demi kepentingan mereka. Platform dan penyedia jasa harus berkomunikasi dan berkonsultasi dengan para pengguna, termasuk dengan kelompok-kelompok yang beragam dan rentan, untuk memastikan bahwa layanan mereka bisa diakses dan bermanfaat untuk semua orang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=394&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=394&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/431417/original/file-20211111-25-1jfylzm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=394&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">‘Safety by design’ membuat keamanan pengguna sebagai prioritas dalam perancangan produk dan layanan baru.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Prinsip ketiga adalah transparansi dan akuntabilitas tentang pengoperasian dan tujuan-tujuan keamanan. Ini juga membantu pengguna mengatasi masalah-masalah keamanan.</p>
<p>Prinsip-prinsip ini telah mulai mendapat dukungan dari perusahaan-perusahaan teknologi. Tahun lalu, IBM mengeluarkan panduan untun “<a href="https://www.ibm.com/blogs/policy/wp-content/uploads/2020/05/CoerciveControlResistantDesign.pdf">rancangan yang tahan terhadap kendali koersif</a>”.</p>
<p>Pendekatan-pendekatan efektif juga perlu mengikutkan pemahaman bagaimana bentuk-bentuk opresi struktural atau sistemik yang saling berkaitan atau beririsan mempengaruhi pengalaman individu dengan teknologi dan dapat memperdalam kesenjangan sosial. </p>
<p>Untuk mewujudkan tujuan-tujuan “safety by design” atau rancangan yang tahan terhadap kendali koersif, kita perlu meninjau ulang tidak hanya kebijakan tapi juga praktik-praktik platform dan industri yang muncul seiring.</p>
<p>eSafety telah meluncurkan <a href="https://www.esafety.gov.au/about-us/safety-by-design/assessment-tools">alat-alat asesmen Safety by Design</a> untuk memperbaiki dan berinovasi berdasarkan penerapan yang baik dan sumber daya dan format-format yang dibuat berdasarkan bukti.</p>
<p>Platform dan industri memiliki peran penting dalam mengatasi desain terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan keluarga. Mereka perlu berbuat lebih banyak dalam lingkup ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/171958/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bridget Harris menerima dana dari The Australian Research Council. Dia sebelumnya melakukan penelitian untuk eSafety Commissioner dan terlibat dalam riset dengan WESNET.</span></em></p>Penyedia platform dan industri teknologi dapat melakukan banyak hal untuk mengurangi bahaya dengan menyiapkan keamanan pengguna sedari awal sebuah produk dirancang.Bridget Harris, Associate professor, Queensland University of TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1711202021-11-16T06:18:56Z2021-11-16T06:18:56ZApakah menyiksa hewan bisa kena hukuman pidana?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/431652/original/file-20211112-27-129x8na.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Warga menggendong kucing peliharaannya saat bakti sosial pelayanan kesehatan hewan di kantor Badan Keswadayaan Masyarakat di Bogor, Jawa Barat.</span> <span class="attribution"><span class="source">Arif Firmansyah/Antara Foto</span></span></figcaption></figure><p>Kisah Canon, seekor anjing yang <a href="https://regional.kompas.com/read/2021/10/24/193900078/viral-kisah-canon-anjing-di-aceh-singkil-yang-mati-usai-ditangkap-satpol-pp?page=all">mati setelah ditangkap aparat setempat</a> untuk dipindahkan dari Pulau Banyak ke daratan Aceh Singkil, Aceh, mendapat banyak perhatian publik belum lama ini.</p>
<p>Pemindahan anjing itu oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) berkaitan dengan peraturan di tujuan wisata halal yang tidak mengizinkan keberadaan anjing di tempat itu. </p>
<p>Ada dugaan Canon mati karena kehabisan nafas dalam pemindahan menggunakan keranjang yang tertutup. Satpol PP setempat menyatakan pemindahan itu sudah sesuai prosedur dan anjing itu diduga mati karena stress. </p>
<p>Kisah Tayo, seekor kucing peliharan yang dicuri dan dijagal di Medan, memiliki ujung yang berbeda dengan Canon. </p>
<p>Si penjagal kucing Tayo, Rafeles Simanjuntak, mendapat hukuman <a href="https://medan.kompas.com/read/2021/09/01/175436478/pria-di-medan-yang-viral-jagal-kucing-tayo-divonis-2-tahun-6-bulan-penjara?page=all">2,5 tahun penjara</a> karena terbukti mencuri dan membunuh hewan peliharaan orang lain.</p>
<p>Aturan melindungi hewan dan menghukum orang yang menyiksa binatang sudah ada di Indonesia, tapi penerapannya belum maksimal.</p>
<h2>Nomor satu dalam konten penyiksaan hewan</h2>
<p>Kisah Canon dan Tayo seakan menegaskan predikat ‘juara dunia’ untuk Indonesia dalam konten penyiksaan hewan.</p>
<p>Laporan <a href="https://8db0f3ba-2353-4948-8498-b09d7964c3a5.filesusr.com/ugd/2dec39_b0a6a0ae309346e3a02e3aa0a33f792f.pdf">Asia for Animals Coalition (AfA)</a> tahun ini, Indonesia menempati pada peringkat 1 untuk wilayah yang terbanyak baik dalam pembuatan maupun pengunggahan konten kekejaman terhadap hewan di media sosial. </p>
<p>AfA mengkaji 5.480 konten penyiksaan hewan yang berhasil didokumentasikan dari YouTube, Facebook dan Tiktok. Dari jumlah ini, 1.626 konten dibuat di Indonesia dan 1.569 konten diunggah di Indonesia.</p>
<p>Kasus penyiksaan terhadap hewan merupakan fenomena global. </p>
<p>Di tingkat dunia, pada 2019 Perserikatan Bangsa-Bangsa mengusulkan konvensi kesehatan dan perlindungan hewan (<a href="https://www.uncahp.org/">United Nations Convention on Animal Health and Protection (UNCAHP)</a>). </p>
<p>Usulan konvensi ini sudah ada sejak 1988 lewat inisiatif International Convention for the Protection of Animals (ICAP). Pada 2005, <a href="https://www.worldanimalprotection.ca/sites/default/files/media/ca_-_en_files/case_for_a_udaw_tcm22-8305.pdf">Universal Declaration on Animal Welfare (UDAW)</a> diusulkan untuk menjadi kesepakatan di PBB.</p>
<p>UNCAHP ini menjadi salah satu solusi untuk menghadapi tantangan dalam perlindungan hewan dan kesehatan global yang dihadapi dunia. Apakah Indonesia sudah memenuhi konvensi ini?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/hewan-juga-berhak-sehat-dan-aman-dari-covid-19-sayang-kebijakan-di-indonesia-belum-memadai-169537">Hewan juga berhak sehat dan aman dari COVID-19, sayang kebijakan di Indonesia belum memadai</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Aturan perlindungan hewan</h2>
<p>Indonesia telah memiliki sejumlah regulasi untuk menjamin kesejahteraan dan perlindungan terhadap hewan di Indonesia.</p>
<p>Pasal 302 dan Pasal 540 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (<a href="https://jdih.mahkamahagung.go.id/index.php/hukum-acara/4.-Hukum-Acara/Kitab-Undang-Undang-Hukum/">KUHP</a>), misalnya. </p>
<p>Pada Pasal 302 mengatur bahwa seseorang yang melakukan penganiayaan kepada hewan (baik ringan maupun berat) dapat dipidana maksimal 9 bulan dan denda maksimal Rp 400 ribu rupiah. Penganiayaan ringan dalam pasal tersebut adalah tindakan yang dengan sengaja dilakukan untuk menyakiti atau melukai hewan atau merugikan kesehatannya. </p>
<p>Penganiayaan berat adalah jika tindakan mengakibatkan hewan sakit lebih dari seminggu, cacat, menderita luka berat, atau mati. </p>
<p>Pasal 540 mengatur bahwa seseorang dapat dipidana paling lama 14 hari dengan denda maksimal sebanyak Rp 200 ribu jika menggunakan hewan untuk bekerja di luar kemampuannya; menggunakan hewan untuk pekerjaan dengan cara yang menyakitkan hewan; menggunakan hewan yang cacat/hamil maupun menyusui/ kudisan/ luka untuk pekerjaan; mengangkut atau menyuruh hewan tanpa diberi makan atau minuman.</p>
<p>Salah satu pasal dalam <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38634/uu-no-18-tahun-2009">Undang-Undang (UU) No. 18 tahun 2009</a> dan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38801">UU No. 41 tahun 2014</a> tentang peternakan dan kesehatan hewan mengatur bahwa setiap orang dilarang untuk menganiaya dan/atau menyalahgunakan hewan yang mengakibatkan hewan menjadi cacat dan/atau tidak produktif. </p>
<p>Pada UU ini ditekankan bahwa pemerintah (baik pusat maupun daerah) memiliki bagian dalam menjamin perlindungan hewan. Hukuman yang dapat dijatuhkan adalah pidana kurungan paling singkat 1 bulan dan paling lama 3 bulan serta denda paling sedikit Rp 1 juta rupiah dan paling banyak Rp 3 juta.</p>
<p><a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5310">Peraturan Pemerintah (PP) No. 95 tahun 2012</a> tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan juga menjamin kesejahteraan hewan dengan menerapkan prinsip kebebasan hewan. </p>
<p>Kebebasan ini adalah bebas dari rasa lapar dan haus; bebas dari rasa sakit, cidera dan luka; bebas dari ketidaknyamanan, penganiayaan dan penyalahgunaan; dan bebas untuk mengepresikan perilaku alaminya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/penjelasan-di-balik-foto-orangutan-yang-viral-menolong-atau-minta-makan-133804">Penjelasan di balik foto orangutan yang viral: menolong atau minta makan?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Belum efektif</h2>
<p>Jelas, bahwa ada regulasi yang mengatur bahwa orang yang melakukan penyiksaan terhadap hewan dapat dipidana. </p>
<p>Penerapan regulasi dengan baik tentunya dapat menghapus tindakan penyiksaan terhadap hewan. </p>
<p>Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah aturan-aturan ini telah berhasil untuk diterapkan? </p>
<p>Menurut Doni Herdaru Tona, pendiri Animal Defender Indonesia (ADI) yang juga terlibat dalam advokasi kasus Tayo di atas, aturan hukum bagi penyiksa hewan masih terlalu ringan. </p>
<p>Aturan dan ancaman hukuman yang ringan tidak dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku penyiksaan hewan. Terlebih lagi, menurut Doni, para aparat penegak hukum masih “meremehkan” laporan terkait penyiksaan hewan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/171120/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nanda Oktaviani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Aturan melindungi hewan dan menghukum orang yang menyiksa binatang sudah ada di Indonesia, tapi penerapannya belum maksimal.Nanda Oktaviani, Peneliti, Indonesia Judicial Research Society Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1641682021-07-08T11:03:50Z2021-07-08T11:03:50ZWacana blokir PUBG karena alasan “kekerasan”: apa kata sains tentang dampak video game?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/410330/original/file-20210708-13-y4mxxu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">antarafoto pajak untuk game online dr</span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/2KF4ZNQxxFO0HLtWZngrmg?theme=0" width="100%" height="152" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Akhir bulan lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mempertimbangkan <a href="https://www.antaranews.com/berita/2231634/kominfo-pertimbangkan-permintaan-blokir-pubg">memblokir beberapa <em>game online</em></a> termasuk permainan baku tembak seperti <em>Player Unknown’s Battlegrounds</em> (PUBG), dan permainan arena tempur seperti <em>Mobile Legends</em>.</p>
<p>Niatan tersebut muncul setelah Kominfo menerima pengaduan bupati di Provinsi Bengkulu yang mengatakan <em>game</em> tersebut <a href="https://www.antaranews.com/berita/2231634/kominfo-pertimbangkan-permintaan-blokir-pubg">berdampak negatif</a> terhadap tumbuh kembang anak.</p>
<p>Hal ini menambah daftar panjang wacana pemerintah untuk mencoba membatasi akses masyarakat terhadap <em>game online</em>.</p>
<p>Pada tahun 2019, misalnya, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh <a href="https://theconversation.com/wacana-fatwa-haram-pubg-adalah-reaksi-berlebihan-yang-minim-landasan-ilmiah-peneliti-121510">memberikan fatwa haram</a> terhadap PUBG karena dianggap <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/06/20/15462891/5-fakta-pubg-haram-di-aceh-sarankan-untuk-diblokir-hingga-ancam-simbol-agama?page=1">memicu kebrutalan pada anak-anak dan dapat melecehkan simbol-simbol Islam</a> – disusul keinginan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerapkan fatwa itu secara nasional. </p>
<p>Tapi, benarkah <em>video game</em> menimbulkan perilaku kekerasan? Dan apakah pengaturan game di Indonesia oleh pemerintah via pemblokiran adalah kebijakan yang efektif?</p>
<p>Untuk menjawabnya, di episode terbaru SuarAkademia, kami berbicara dengan <a href="https://hws.academia.edu/iskandarzulkarnain">Iskandar Zulkarnain</a>, peneliti budaya <em>game</em> global dari Hobart and William Smith Colleges di New York, Amerika Serikat (AS).</p>
<p>Iskandar, atau yang lebih akrab dipanggil “Izul” ini, menjelaskan tentang sejarah kepanikan moral pemerintah terhadap media baru dari masa ke masa, riset-riset tentang hubungan <em>game</em> dan kekerasan, serta membandingkan regulasi <em>game</em> di berbagai negara.</p>
<p>Simak episode lengkapnya di <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=PIac0HSuTMilM3B_L_pIPA&dl_branch=1">podcast SuarAkademia</a> - ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/164168/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Apakah video game berdampak negatif pada perkembangan anak? Di episode ini, kami ngobrol dengan Iskandar Zulkarnain, peneliti budaya game dari Hobart & William Smith Colleges di Amerika Serikat (AS).Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1591462021-06-17T05:30:32Z2021-06-17T05:30:32ZIndonesia darurat (data) kekerasan terhadap anak<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/403983/original/file-20210602-16-vs6m76.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C282%2C2573%2C1706&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Widodo S Jusuf/Antara Foto</span></span></figcaption></figure><p>Kita sering mendengar pernyataan Indonesia darurat kekerasan terhadap anak. Ungkapan ini umumnya kita <a href="https://kominfo.go.id/content/detail/5272/indonesia-daruratkekerasan-pada-anak/0/sorotan_media">dengar</a> pada sekitar peringatan Hari Anak Nasional atau Hari Ibu dari <a href="https://nasional.kompas.com/read/2016/05/10/18200551/Jokowi.Putuskan.Kekerasan.Seksual.terhadap.Anak.Kejahatan.Luar.Biasa?page=all">mulut pejabat negara</a>.</p>
<p>Apa arti darurat di sini? Apakah Indonesia negara yang tidak aman untuk ditinggali anak-anak? Sebelum terburu-buru panik apalagi berencana pindah negara, ada baiknya kita telaah lagi apa yang menjadi dasar pernyataan tersebut. </p>
<p>Apa buktinya jika Indonesia berada dalam keadaan darurat kekerasan terhadap anak?
Salah satu cara mengetahuinya adalah dengan menilik data kekerasan yang Indonesia miliki.</p>
<p>Sayangnya, data kekerasan yang kita miliki di Indonesia masih jauh dari sempurna dan tidak cukup untuk menjadi acuan kebijakan. </p>
<h2>Dua jenis data yang ada</h2>
<p>Ada dua jenis data kekerasan terhadap anak yang menjadi acuan pengambil kebijakan di Indonesia. </p>
<p>Pertama adalah data survei nasional untuk mengetahui besaran kasus kekerasan terhadap anak, faktor risiko, dan akses masyarakat terhadap layanan penanganan kasus. </p>
<p>Indonesia telah dua kali mengumpulkan data survei nasional kekerasan terhadap anak, <a href="https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/0e33f-skta-2013.pdf">pada 2013</a> dan <a href="https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/slider/49b98-infografis-snphar-2018.pdf">2018</a>. <a href="https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3032/kemen-pppa-dan-bps-bahas-persiapan-sphpn-snphar-dan-ipa-tahun-2021">Kabarnya</a> survei sejenis akan diselenggarakan kembali tahun ini.</p>
<p>Kedua adalah data laporan kasus yang dikumpulkan oleh penyedia layanan respons kasus. Salah satunya adalah SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) yang diinisiasi oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).</p>
<p>Apa perbedaan kedua data tersebut, dan mengapa kita perlu keduanya?</p>
<p>Data laporan kasus dapat digunakan kapan pun oleh pengambil kebijakan karena data ini terus diperbaharui seiring dengan laporan yang masuk. Di sisi lain, tidak perlu biaya tambahan untuk mengumpulkan data seperti survei. </p>
<p>Melalui data ini, kita juga bisa melihat perubahan tren pelaporan kasus dari waktu ke waktu. </p>
<p>Misalnya, saat pandemi COVID-19, berbagai literatur memperkirakan <a href="https://theconversation.com/angka-kdrt-di-indonesia-meningkat-sejak-pandemi-covid-19-penyebab-dan-cara-mengatasinya-144001">peningkatan kekerasan dalam rumah tangga</a> (KDRT) karena kebijakan yang membatasi ruang gerak anak dan perempuan. </p>
<p>Namun, jika data laporan kasus tiba-tiba menurun, maka bisa diasumsikan banyak kasus tidak terlaporkan selama masa pandemi. Salah satu penyebabnya mungkin karena layanan yang tutup atau sulit diakses karena keterbatasan ruang gerak akibat pembatasan sosial.</p>
<p>Sementara itu, data survei nasional akan memberi kita gambaran situasi kasus yang tidak terlaporkan ke layanan, sekaligus alasan korban tidak melapor. </p>
<p>Data survei menggunakan metode pengambilan sampel statistik yang mampu mewakili populasi masyarakat dan memberikan analisis yang tidak mampu ditangkap oleh data laporan kasus. </p>
<p>Melalui survei, kita juga bisa mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan kasus kekerasan yang berguna untuk pencegahan kasus di masa depan. </p>
<p>Namun, karena biayanya cukup besar dan prosesnya rumit, maka survei kekerasan terhadap anak tidak dilaksanakan setiap tahun. </p>
<p>Kesimpulannya, kedua data dapat melengkapi satu sama lain, jika datanya akurat dan digunakan dengan tepat. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tantangan-dalam-pengungkapan-dan-penanganan-kasus-kejahatan-seksual-pada-setahun-pandemi-covid-19-159828">Tantangan dalam pengungkapan dan penanganan kasus kejahatan seksual pada setahun pandemi COVID-19</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Publikasi data setengah matang</h2>
<p>Meski pemerintah sudah merampungkan survei kekerasan terhadap anak pada 2018, namun sampai sekarang publikasinya masih terbatas. </p>
<p>Informasi publik dari hasil survei tersebut hanya berbentuk <a href="https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/slider/49b98-infografis-snphar-2018.pdf">infografis</a> dan <a href="https://sidiaperka.kemenpppa.go.id/wp-content/uploads/2019/11/rev3__Slide-Infografis-SNPHAR-2018ZZ.pdf">presentasi</a>, alih-alih laporan lengkap. </p>
<p>Jika kita lihat isinya, informasi yang diberikan masih deskriptif, seputar karakteristik korban dan pelaku, lokasi kejadian, dan akses pada layanan. </p>
<p>Padahal, jika kita melihat komponen yang diteliti dalam survei, ada banyak informasi yang bisa digali, seperti faktor risiko, kondisi kesehatan mental korban, dan kualitas respons layanan. </p>
<p>Lalu, bagaimana informasi terbatas itu akhirnya digunakan untuk merencanakan kebijakan? Apakah prevalensi (proporsi kasus di populasi masyarakat) saja cukup? Padahal melakukan survei yang melibatkan <a href="https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/slider/49b98-infografis-snphar-2018.pdf">11 ribu rumah tangga di 32 provinsi</a> tentu tidak murah dan tidak mudah.</p>
<p>Harapan untuk punya data survei kekerasan yang bisa dimanfaatkan oleh publik mungkin hanya sebatas angan-angan peneliti seperti kami. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=286&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=286&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=286&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=359&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=359&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/405611/original/file-20210610-25-17dxpif.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=359&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah cuplikan dari infografis Survei Nasional Pengalaman Hidup.
Anak dan Remaja tahun 2018.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/slider/49b98-infografis-snphar-2018.pdf">SNPHAR 2018</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/melindungi-anak-anak-dan-remaja-dari-kekerasan-di-media-133794">Melindungi anak-anak dan remaja dari kekerasan di media</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Data terpecah-pecah dan belum lengkap</h2>
<p>Selain KPPPA, ada lembaga lain yang juga merespons kasus, seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Komnas Perlindungan Anak, atau yayasan swasta. </p>
<p>Idealnya, semua data laporan kasus dikumpulkan terpusat agar kasus dapat terpantau dan layanan dievaluasi dengan standar yang sama. </p>
<p>Nyatanya, data yang kita miliki saat ini masih tersebar di berbagai layanan pemerintah dan swasta. Ironisnya, data survei 2018 menemukan bahwa hanya satu dari tiga responden survei yang tahu ada layanan rujukan kekerasan.</p>
<p>Data laporan kasus juga belum mencakup jenis kekerasan yang terjadi secara daring, seperti cyber-bullying, padahal <a href="https://www.atlantis-press.com/proceedings/icoie-20/125948032">risikonya terus meningkat</a> seiring dengan meningkatnya penggunaan gawai, apalagi di masa pandemi.</p>
<h2>Dilema peneliti</h2>
<p>Di luar masalah publikasi dan kelengkapan data, kami sebagai peneliti tidak terlalu suka dengan metode survei nasional untuk penelitian bertopik sensitif. Ini mungkin terdengar aneh.</p>
<p>Survei dengan topik sensitif seperti kekerasan terhadap anak bukanlah tanpa risiko. Peneliti kemungkinan besar akan menemukan kasus-kasus kekerasan yang tidak terlaporkan pada responden atau subjek penelitian.</p>
<p>Jika menemui kasus seperti itu, maka sesuai dengan etika penelitian, peneliti wajib memberikan informasi mengenai layanan bantuan yang bisa diakses responden.</p>
<p>Tapi layanan rujukan yang tersedia saat ini belum merata dan sering kali sulit diakses. </p>
<p>Menurut <a href="https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/view/151">data pemerintah</a>, pada 2020 tersedia 37 Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) di level kabupaten/kota yang bertugas untuk merespons kasus kekerasan perempuan dan anak. Jumlah ini tentu tidak cukup untuk melayani 514 kabupaten/kota di Indonesia. </p>
<p>Padahal, layanan seharusnya berada sedekat mungkin dengan tempat tinggal masyarakat yang membutuhkan. </p>
<p>Kondisi ini cukup berbahaya karena artinya peneliti akan mengungkap kasus-kasus yang tidak terlaporkan, namun tidak berdaya untuk membantu responden mengakses layanan. </p>
<p>Apalagi, survei sensitif seperti KTA berisiko menimbulkan reaksi psikologis, seperti efek trauma terhadap kasus yang pernah dialami atau rasa ketakutan karena kasus masih terjadi.</p>
<p>Sehingga, tidak bijak jika peneliti meninggalkan responden dalam kondisi yang tidak stabil dan tidak memberikan opsi layanan profesional yang dapat diakses. </p>
<p>Sulit memastikan etika survei kekerasan nasional yang baik, karena akses masyarakat terhadap layanan masih terbatas. Kalau pun ada, jenis layanan masih beragam dan tidak saling terhubung. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-korban-perkosaan-sedarah-sulit-melapor-dan-keluar-dari-tindakan-kekerasan-132589">Mengapa korban perkosaan sedarah sulit melapor dan keluar dari tindakan kekerasan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa yang perlu pemerintah lakukan</h2>
<p>Pertama, pemerintah perlu mempublikasikan laporan secara utuh. </p>
<p>Sungguh rugi jika kita memiliki kekayaan data dari survei nasional yang kompleks, tapi informasi yang dibagikan ke publik masih sangat sedikit. Padahal data tersebut akan dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh berbagai pihak, misalnya menjadi acuan program organisasi masyarakat. </p>
<p>Kami para peneliti juga akan memiliki kesempatan menganalisis lebih lanjut data mentah dari survei tersebut, dan memberikan rekomendasi bagi kebijakan.</p>
<p>Kedua, perbaiki kualitas dan keterhubungan data laporan. </p>
<p>Jika data antar-layanan, baik milik pemerintah maupun masyarakat saling terhubung secara konsisten, maka kita akan memiliki gambaran kasus kekerasan yang utuh. </p>
<p>Peneliti atau organisasi yang bergerak di isu kekerasan terhadap anak juga akan mengacu pada data yang sama, sehingga penelitian atau program intervensi akan lebih tepat sasaran dan terukur.</p>
<p>Ketiga, untuk memitigasi risiko survei kekerasan terhadap anak, kita perlu memiliki layanan rujukan kekerasan yang tersedia dan mudah dijangkau di tiap lokasi survei. </p>
<p>Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat setempat untuk menyediakan layanan yang cepat tanggap sepanjang survei berlangsung. </p>
<p>Layanan tersebut juga tidak harus bersifat permanen, misalnya dapat berupa pos-pos aduan di tingkat kelurahan/desa yang dibentuk khusus dalam rangka survei.</p>
<p>Petugas pos adalah perwakilan dari masyarakat yang dilatih secara khusus untuk dapat merespons kasus yang menghubungkan korban ke layanan terdekat. </p>
<p>Layanan darurat tersebut juga dapat menjadi rintisan untuk layanan yang lebih jangka panjang. Jika kebutuhan layanan rujukan KTA tidak dapat terpenuhi, maka ada baiknya survei ditunda hingga layanan siap.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/159146/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Data kekerasan terhadap anak masih belum terpublikasi dengan baik. Data dari berbagai institusi juga masih tersebar-sebar.Windy Liem, Researcher on Child Protection, PUSKAPAAndrea Andjaringtyas Adhi, Lead for Social Inclusion and Protection, PUSKAPAPutri K. Amanda, Head of Programs, PUSKAPALicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1599142021-05-11T06:26:35Z2021-05-11T06:26:35ZRiset ungkap pemangku kepentingan dan publik mendukung pencegahan kekerasan seksual<p>Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual kembali masuk <a href="https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/32239/t/Paripurna+DPR+Sepakati+33+RUU+Prolegnas+Prioritas+2021">Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas</a> di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tahun ini.</p>
<p>RUU ini - pertama kali diusulkan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) <a href="https://www.medcom.id/foto/grafis/8N0j6Pwk-perdebatan-pembahasan-ruu-pks-dan-darurat-kekerasan-seksual-di-indonesia">pada 2012</a> - sempat masuk Prolegnas Prioritas 2020, tapi kemudian dikeluarkan dengan alasan pembahasan yang “<a href="https://nasional.kompas.com/read/2020/07/05/22540701/ruu-pks-ditarik-dari-prolegnas-prioritas-di-saat-tingginya-kasus-kekerasan?page=all">agak sulit</a>”. </p>
<p>Hingga kini pun, berbagai kelompok masyarakat sipil masih mempertanyakan <a href="https://tirto.id/mempertanyakan-keseriusan-dan-komitmen-dpr-mengesahkan-ruu-pks-gbDm">keseriusan dan komitmen DPR</a> terhadap pencegahan kekerasan seksual. </p>
<p>Komnas Perempuan mencatat sepanjang 2020 terdapat <a href="https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/catahu-2020-komnas-perempuan-lembar-fakta-dan-poin-kunci-5-maret-2021">2.945</a> kasus kekerasan seksual terhadap perempuan di ranah publik dan pribadi. </p>
<p>Komnas Perempuan menyebutkan bahwa pelaporan kasus menurun karena pada 2020 karena tidak semua lembaga mengembalikan kuesioner kepada mereka, walau selama pandemi Komnas mengirim kuesioner secara daring.</p>
<p>Sebelumnya, komnas mencatat <a href="https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/webOld/file/pdf_file/2020/Lembar%20Fakta%20dan%20Temuan%20Kunci%20Catatan%20Tahunan%20(%20CATAHU)%202020.pdf">4.898 kasus</a> serupa terjadi pada 2019, dan 5.509 kasus pada 2018.</p>
<p><a href="http://ijrs.or.id/mayoritas-perkara-kekerasan-seksual-tidak-memperoleh-penyelesaian/">Mayoritas</a> perkara kekerasan seksual tidak memperoleh penyelesaian, antara lain karena di Indonesia belum mengenali ragam bentuk kekerasan seksual - misalnya <a href="https://theconversation.com/kekerasan-seksual-di-internet-meningkat-selama-pandemi-dan-sasar-anak-muda-kenali-bentuknya-dan-apa-yang-bisa-dilakukan-152230">kekerasan seksual di internet</a>.</p>
<p><a href="https://www.infid.org/publication/read/laporan-studi-kualitatif-INFID">Dua</a> <a href="https://www.infid.org/publication/read/laporan-studi-kuantitatif-INFID">penelitian</a> terbaru kami menunjukkan bahwa secara umum, para pemangku kepentingan mendukung perlunya undang-undang yang mengatur pencegahan kekerasan seksual. </p>
<p>Masyarakat luas juga mendukung perlunya aturan itu, namun sebagian besar mereka tidak tahu adanya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang sedang dibahas. </p>
<p>Padahal, RUU ini mengatur hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya. Maka penting bagi pemerintah, DPR, dan semua pihak untuk memperbaiki strategi komunikasi, kampanye, dan advokasi.</p>
<h2>Dukungan pemangku kepentingan</h2>
<p>Kami meneliti sikap dan pandangan pemangku kepentingan terkait RUU Pencegahan Kekerasan Seksual dan Undang-undang tentang Perkawinan (UUP) pada 2019 yang menetapkan usia minimal perkawinan bagi perempuan menjadi 19 tahun.</p>
<p>Kami melakukan diskusi kelompok dan wawancara pada pada 106 narasumber yang mewakili beragam kementerian, lembaga, organisasi masyarakat sipil, profesi, dan usia pada Februari – Mei 2020.</p>
<p>Diskusi kelompok terfokus dilakukan bersama 38 pemangku kepentingan yang mewakili lembaga penyedia layanan publik, kelompok muda, organisasi keagamaan dan penghayat kepercayaan, lembaga swadaya masyarakat, wartawan, serta kepolisian.</p>
<p>Wawancara kami lakukan pada 69 narasumber di Aceh, Sumatera Barat, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.</p>
<p>Ada tiga kelompok berbeda pandangan di antara para pemangku kepentingan yang kami temukan. </p>
<p>Pertama, mereka yang melihat bahwa RUU Pencegahan Kekerasan Seksual dan revisi UUP berdampak <em>langsung</em> pada kesetaraan gender; kedua, mereka yang melihat kedua aturan itu berdampak <em>tidak langsung</em>; dan ketiga, mereka yang berpandangan bahwa kedua aturan itu <em>tidak serta-merta berkontribusi</em> mewujudkan kesetaraan gender.</p>
<p>Secara umum, berbagai lembaga penyedia layanan publik, kelompok muda, dan kelompok penyintas dan keluarganya, memberikan dukungan tinggi dan ingin terlibat dalam RUU ini. Terlibat di sini, misalnya, dengan ikut memberi masukan membangun terhadap materi RUU, atau terlibat dalam membagikan informasi dan sosialisasi.</p>
<p>Dukungan dari berbagai lembaga penyedia layanan publik, misalnya, berkaitan erat dengan pandangan mereka bahwa ada kebutuhan segera untuk melakukan perubahan sistem hukum untuk mengatasi beragam hambatan dalam menangani kasus-kasus kekerasan seksual. </p>
<p>Hambatan itu antara lain belum terbangun keterpaduan penanganan, minimnya sinergi antar layanan hukum, dan rapuhnya aturan hukum kekerasan seksual.</p>
<p>Sebagian narasumber dari organisasi keagamaan dan penghayat kepercayaan, tokoh-tokoh agama, serta organisasi masyarakat sipil mengungkapkan persetujuan bahwa penanganan permasalahan kekerasan seksual yang lebih baik perlu dilakukan lewat penyempurnaan sistem hukum. </p>
<p>Bagi narasumber dari organisasi keagamaan dan penghayat kepercayaan, misalnya, dukungan terhadap RUU Pencegahan Kekerasan Seksual didasarkan pada prinsip universal bahwa kekerasan seksual adalah perbuatan yang tidak dibenarkan dalam prinsip agama dan kepercayaan manapun. </p>
<h2>Pemahaman masyarakat</h2>
<p>Untuk mencari tahu respons dan sikap masyarakat, kami melakukan survei lewat telepon pada 2.210 responden secara merata di 34 provinsi pada Mei – Juli 2020.</p>
<p>Beberapa temuan utama kami menunjukkan bahwa, mayoritas responden (70,5%) mendukung adanya pengaturan terkait perlindungan dari kekerasan seksual. Namun, sebagian besar mereka yang mendukung mengatakan tidak pernah mendengar soal RUU Pencegahan Kekerasan Seksual.</p>
<p>Kami juga menemukan bahwa sebagian besar responden (71.8%) pernah
mengalami kekerasan seksual, baik pada diri sendiri, pada anggota keluarga ataupun pada orang lain yang dikenalnya. Mereka juga menyatakan bahwa korban kekerasan
seksual tidak hanya perempuan, tetapi juga laki-laki. </p>
<p>Temuan lain dari survei ini, mayoritas responden yang pernah mengalami kekerasan seksual tidak melaporkan kasusnya dengan alasan takut (33.3%), malu (29.0%), tidak tahu melapor ke mana (23.5%), dan bahkan merasa bersalah (18.5%).</p>
<p>Temuan survei juga menunjukkan bahwa ada anggapan di masyarakat bahwa kekerasan seksual terjadi karena kesalahan korban - misalnya karena mengenakan pakaian terbuka (69,7%) - dan bahwa kekerasan atau pelecehan seksual lebih wajar dialami perempuan ketimbang laki-laki (62,8%).</p>
<h2>Pengaturan lebih baik</h2>
<p>Berbagai sikap dan pandangan para pemangku kepentingan dan masyarakat umum penting menjadi masukan karena mereka mengharapkan RUU Pencegahan Kekerasan Seksual dapat menanggapi permasalahan dan memberikan pengaturan yang belum ada.</p>
<p>Dalam masalah budaya hukum, misalnya, RUU ini dapat mengatur respons sistem hukum dalam pelaporan kasus kekerasan seksual, isu <em>consent</em> (persetujuan) perempuan dalam kasus kekerasan seksual, dan penggunaan riwayat seksual.</p>
<p>Terkait substansi hukum, undang-undang (UU) baru diharapkan dapat mengisi kelemahan dan kekosongan hukum dalam pengaturan kekerasan seksual, adanya aturan hukum yang merugikan korban, dan kelemahan hukum yang ada untuk melindungi korban.</p>
<p>UU Pencegahan Kekerasan Seksual juga nantinya dapat mengatur koordinasi dan sinergi lebih baik antar layanan, keterbukaan informasi perkembangan perkara
di instansi penegak hukum, penyediaan dukungan pemulihan korban, dan kebutuhan dukungan anggaran untuk bantuan hukum dan pemulihan korban. </p>
<h2>Yang perlu dilakukan</h2>
<p>Berdasarkan temuan-temuan kami, ada hal-hal penting untuk segera dilakukan, berikut sebagian di antaranya.</p>
<p><em>Pertama</em>, pemerintah dan DPR perlu segera membahas dan mengesahkan RUU Pencegahan Kekerasan Seksual. </p>
<p>Penolakan dari sebagian masyarakat perlu dipahami sebagai akibat belum ada pemahaman atau informasi yang baik.</p>
<p><em>Kedua</em>, terkait pemberian informasi, pemerintah harus mengambil peran aktif dan strategis. </p>
<p>Pemerintah perlu memastikan adanya mekanisme pencegahan kekerasan seksual dengan memberikan informasi yang benar terkait kekerasan seksual, terutama melalui jalur
pendidikan dengan memanfaatkan media massa dan media sosial.</p>
<p><em>Ketiga</em>, lembaga bantuan hukum, lembaga penyedia layanan dan lembaga
pendampingan lain perlu memperluas sosialisasi layanannya. </p>
<p>Ini agar masyarakat mampu bertindak lebih cepat ketika terjadi kekerasan seksual, dan dapat memeroleh penanganan dan pendampingan yang lebih baik.</p>
<p><em>Keeempat</em>, aparat penegak hukum khususnya kepolisian, perlu meningkatkan layanan
kepolisian yang humanis dalam menerima laporan. </p>
<p>Misalnya, dengan menggunakan ruang pelayanan khusus yang lebih baik, menyediakan petugas atau penyidik yang memahami keadilan gender, tidak menyalahkan korban, tidak menanyakan riwayat seksual korban, merujuk korban untuk mendapatkan visum dan pendampingan, dan memberikan perlindungan atas keamanan korban.</p>
<p>Dalam kekerasan seksual, siapa pun dapat menjadi korban. Hadirnya undang-undang yang mengatur kekerasan seksual secara lebih menyeluruh akan memberi manfaat bagi semua orang, laki-laki atau perempuan.</p>
<p>World Economic Forum (WEF) melaporkan kesenjangan gender di Indonesia <a href="https://www.weforum.org/reports/global-gender-gap-report-2006">cenderung</a> <a href="https://www.weforum.org/reports/gender-gap-2020-report-100-years-pay-equality">memburuk</a>. Penghapusan atau pengurangan kekerasan seksual akan berkontribusi besar terhadap upaya pencapaian kesetaraan gender di Indonesia.</p>
<hr>
<p><em>Berikan dukungan Anda pada Rancangan UU Pencegahan Kekerasan Seksual dengan menandatangani petisi <a href="https://www.change.org/SahkanRUUP-KS">ini</a>.</em></p>
<p><em>Artikel ini terbit berkat kerja sama The Conversation Indonesia dan <a href="https://www.infid.org/">International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/159914/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pemangku kepentingan dan masyarakat mendukung UU yang mengatur pencegahan kekerasan seksual. Namun sebagian besar masyarakat tidak tahu adanya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang sedang dibahas.Tatat, Program Manager, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)Intan Kusumaning Tiyas, Program Assistant Inequality, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)Megawati, Program Officer, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1583032021-04-20T08:24:09Z2021-04-20T08:24:09ZRUU Penghapusan Kekerasan Seksual masuk prioritas DPR, tapi masyarakat masih memiliki pemahaman berbeda-beda<p>Sudah lebih dari satu dekade sejak Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mengusulkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual <a href="https://www.medcom.id/foto/grafis/8N0j6Pwk-perdebatan-pembahasan-ruu-pks-dan-darurat-kekerasan-seksual-di-indonesia">pertama kali pada 2012</a>. </p>
<p>Selama itu pula, RUU ini menghadapi berbagai hambatan, antara lain dikeluarkan dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas 2020, penolakan dari publik, hingga akhirnya masuk kembali dalam <a href="https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/32239/t/Paripurna+DPR+Sepakati+33+RUU+Prolegnas+Prioritas+2021">Prolegnas Prioritas 2021</a> di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).</p>
<p>Ini bukan berarti perjalanan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual sudah mendekati akhir. Berbagai pihak masih menganggap RUU ini <a href="https://www.vice.com/id/article/xgzexq/naskah-ruu-pks-dibahas-kembali-oleh-dpr-dikritik-fraksi-pks">terlalu liberal dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, ajaran agama, atau budaya ketimuran</a>. </p>
<p>Padahal RUU ini dapat menjadi salah satu pengaturan untuk memastikan adanya akses keadilan bagi korban kekerasan seksual di Indonesia. </p>
<p>Survei <a href="http://ijrs.or.id/wp-content/uploads/2020/12/Laporan-Studi-Kuantitatif-INFID-IJRS.pdf">International NGO Forum Indonesia (INFID) dan Indonesia Judicial Research Society (IJRS)</a> menemukan bahwa walau sebagian besar masyarakat mendukung RUU ini, tidak sedikit yang belum memahami isinya secara utuh. Tidak sedikit pula yang memiliki persepsi salah.</p>
<h2>Beda pemahaman</h2>
<p>INFID dan IJRS melakukan survei melalui telepon pada Juli 2020 kepada 2.210 responden di seluruh wilayah Indonesia. </p>
<p>Kami menemukan bahwa sebagian besar (70.5%) responden setuju bahwa RUU Penghapusan Kekerasan Seksual perlu untuk segera diberlakukan. </p>
<p>Lebih lanjut, lebih dari setengah (57.3%) responden menyebutkan pernah mengalami kekerasan seksual baik pada dirinya sendiri, keluarga, ataupun orang yang dikenalnya. Dua pertiga responden yang menyebutkan ini adalah perempuan, sepertiga lainnya laki-laki.</p>
<p>Namun, walau mengalami kekerasan seksual, mereka memutuskan untuk tidak melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya dengan alasan takut (33.3%), malu (29.0%), tidak tahu melapor ke mana (23.5%) dan bahkan merasa bersalah (18.5%). </p>
<p>Hal ini juga sejalan dengan hasil temuan survei yang menunjukkan bahwa ada anggapan di masyarakat bahwa kekerasan seksual terjadi karena korban genit (71.5%), suka berfoto dengan pakaian seksi (53,7%), tidak bisa menjaga dirinya sendiri (51.2%) dan alasan-alasan lainnya yang cenderung menyalahkan korban. </p>
<p>Belum lagi kejadian-kejadian saat korban yang memutuskan untuk melaporkan kekerasan seksual yang dialami justru mendapat hukuman pidana. Ini antara lain yang terjadi pada <a href="https://tirto.id/cotr">kasus Baiq Nuril</a> - mantan tenaga honorer sekolah menengah yang menyebarkan konten bermuatan asusila yang dikirim atasannya di Nusa Tenggara Barat, atau <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45058277">remaja korban perkosaan yang melakukan aborsi</a> di Jambi. </p>
<p>Tidak hanya di masyarakat, aparat penegak hukum juga <a href="https://magdalene.co/story/93-persen-penyintas-tak-laporkan-pemerkosaan-yang-dialami-survei">kerap menyalahkan korban</a>, padahal mereka adalah salah satu garda terdepan dalam pelaporan kekerasan seksual di Indonesia.</p>
<p>Temuan-temuan di atas menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki pengetahuan minim tentang isu kekerasan seksual, terutama terkait jaminan perlindungan bagi korban kekerasan seksual. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-penolakan-kubu-islam-konservatif-terhadap-ruu-pks-salah-kaprah-112366">Mengapa penolakan kubu Islam konservatif terhadap RUU PKS salah kaprah?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Fokus pada akses keadilan</h2>
<p>Tugas besar dalam mendorong RUU Penghapusan Kekerasan Seksual adalah menjawab persoalan terkait perlindungan korban, penanganan dan pencegahan kekerasan seksual, serta sosialisasi informasi RUU itu sendiri. </p>
<p>Namun, pembahasan yang ada dan berkembang di masyarakat saat ini justru lebih mengarah kepada aspek <a href="https://www.alinea.id/nasional/agama-alasan-pks-kritik-ruu-penghapusan-kekerasan-seksual-b1Xbg9h44">agama dan moral</a>, seperti RUU ini melegalkan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT); memperbolehkan zina; dan lain sebagainya, dan bukan pada akses keadilan. </p>
<p>Yang perlu menjadi pusat perhatian dalam RUU ini adalah, antara lain apakah pengaturan ini dapat memastikan perlindungan bagi korban yang ingin melapor, adanya penanganan yang memperhatikan kebutuhan atau kepentingan korban dan juga pelaku, serta pencegahan kekerasan seksual dengan keterbukaan informasi dan edukasi secara masif kepada publik. </p>
<p>Maka, sebelum RUU ini disahkan, penting bagi DPR dan Komnas Perempuan untuk mengembalikan diskusi pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual ke tujuan yang sesungguhnya yaitu memastikan adanya akses keadilan dalam perkara kekerasan seksual. </p>
<p>Kita juga perlu mendorong masyarakat sipil yang bergerak di isu hak-hak perempuan untuk melakukan edukasi dalam hal pencegahan kekerasan seksual yang selama ini masih dianggap tidak penting dan tabu. </p>
<p>Edukasi dapat dilakukan di sektor pendidikan dan juga memanfaatkan media sosial antara lain dengan menyebarluaskan informasi soal substansi RUU, cara melapor apabila menjadi korban kekerasan seksual, dan soal Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi.</p>
<p>Edukasi perlu dilakukan dengan memastikan bahwa informasi yang diberikan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, tidak bersifat memaksa ataupun agresif, dan dilakukan lewat agen-agen sosialisasi yang ramah serta dekat kepada masyarakat. </p>
<p>Agen-agen sosialisasi ini dapat berupa tokoh agama, komunitas di masyarakat (kelompok pengajian, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), paralegal komunitas dan sebagainya) ataupun aparat setempat seperti perangkat RT, RW, dan kepala desa.</p>
<p>Pemberdayaan agen-agen ini penting karena selain dapat meningkatkan kapasitas mereka, ini juga dapat memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dilakukan dengan cara yang paling ramah dan mudah dipahami masyarakat. </p>
<p>Hal ini tentu sejalan dengan konsep <em>legal empowerement</em> yang juga merupakan dasar dari pendekatan akses terhadap keadilan itu sendiri.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/158303/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arsa Ilmi Budiarti terafiliasi dengan Indonesia Judicial Research Society (IJRS)</span></em></p>Sebagian besar masyarakat mendukung RUU ini, tapi tidak sedikit juga yang belum memahami isinya secara utuh.Arsa Ilmi Budiarti, Peneliti, Indonesia Judicial Research Society Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1472532020-10-26T09:35:40Z2020-10-26T09:35:40ZRiset tunjukkan trauma perundungan yang dialami anak saat kecil terbawa hingga dewasa: studi kasus di Aceh<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/362793/original/file-20201011-15-1lpedmq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Anak-anak dari kelompok rentan banyak menjadi korban perundungan yang dampak buruknya berlanjut hingga mereka dewasa.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/cav7lCUelTw">(Unsplash/Duangphorn Wiriya)</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10826-019-01502-9">Riset</a> menunjukkan <em>bullying</em> atau perundungan menimbulkan depresi, stres, dan bahkan <a href="https://pediatrics.aappublications.org/content/115/2/357.short">kecenderungan bunuh diri</a> yang lebih tinggi pada anak muda.</p>
<p>Pada tahun 2019, Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) menemukan <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/12/12/pisa-murid-korban-bully-di-indonesia-tertinggi-kelima-di-dunia">41,1% pelajar Indonesia</a> pernah mengalami perundungan - angka tertinggi kelima di dunia.</p>
<p>Indonesia belum lama ini kembali dihebohkan dengan kasus <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-62257471">perundungan terhadap anak kelas 5 sekolah dasar (SD) di Tasikmalaya, Jawa Barat</a>, yang dipaksa oleh rekan-rekan sepermainannya untuk menyetubuhi seekor kucing. Karena videonya beredar, anak tersebut depresi dan akhirnya meninggal dunia.</p>
<p>Sebelumnya, pada 2020, ada juga <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4161425/5-hal-terkait-bunuh-diri-pelajar-di-jakarta-timur">kasus bunuh diri pelajar sekolah menengah pertama (SMP)</a> berusia 14 tahun di Jakarta yang diduga mengalami perundungan verbal di sekolah.</p>
<p>Selain menimbulkan dampak psikis dan kecenderungan bunuh diri, <a href="https://www.journal.fdi.or.id/index.php/jaspt/article/view/535">penelitian saya</a> di Aceh yang terbit pada 2021 menunjukkan bahwa trauma perundungan yang anak alami ketika kecil berdampak negatif terhadap kondisi psikis mereka secara jangka panjang - bahkan belasan tahun kemudian ketika menjadi mahasiswa.</p>
<p>Studi tersebut juga mengindikasikan bahwa sebagian besar anak yang mengalami perundungan berasal dari kelompok agama, ras, atau etnis minoritas.</p>
<p>Institusi sekolah harus turut terlibat dalam pencegahan perudungan yang paling banyak terjadi di tingkat SD.</p>
<h2>Perundungan masa kecil bertahan hingga dewasa</h2>
<p>Riset saya menggunakan metode kualitatif yang melakukan <a href="https://www.oxfordhandbooks.com/view/10.1093/oxfordhb/9780199811755.001.0001/oxfordhb-9780199811755-e-032">wawancara mendalam</a> dengan lima mahasiswa (18-25 tahun) dari dua universitas di Aceh. </p>
<p>Temuan utamanya adalah trauma perundungan dari kecil akan terus dibawa hingga masa dewasa. Padahal, <a href="http://www.jim.unsyiah.ac.id/pgsd/article/view/1802">penelitian lain</a> mengatakan pelajar di Indonesia sudah mulai mengalami perundungan sejak mereka berada di kelas empat SD.</p>
<p>Hampir seluruh responden dalam studi saya mengaku tidak memiliki ruang untuk menyelesaikan masalah perundungan yang mereka alami. Mereka tumbuh besar dengan memendam pesimisme, ketakutan, serta trauma karena takut bercerita dan khawatir disalahkan, baik oleh guru maupun orang tua. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bahaya-ide-bunuh-diri-pada-remaja-bila-terlambat-ditangani-107585">Bahaya ide bunuh diri pada remaja bila terlambat ditangani</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Beberapa responden bahkan mengaku pernah memiliki pikiran bunuh diri. </p>
<p>Ini senada dengan survei dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menemukan <a href="https://kumparan.com/millennial/survei-1-dari-20-remaja-indonesia-punya-keinginan-bunuh-diri-1sSawE442SO">setidaknya seperlima kasus percobaan bunuh diri di Indonesia</a> diakibatkan oleh perundungan.</p>
<p>Responden yang berasal dari golongan ekonomi atas bisa mengakses bantuan profesional dari psikolog, sementara yang tidak, harus menghadapinya sendirian. Padahal, Badan Pusat Statistik pada Maret 2020 mencatat ada <a href="http://humas.acehprov.go.id/data-bps-aceh-bukan-lagi-daerah-termiskin-di-sumatera/">14,99 persen</a> atau 814,91 ribu penduduk miskin Aceh. </p>
<p>Hal ini diperparah oleh sulitnya mencari organisasi yang menyediakan konseling sukarela bagi korban perundungan di Aceh.</p>
<p>Meskipun belum ada datanya, pengalaman saya selama meneliti di Aceh mengindikasikan jumlah layanan konseling di provinsi ini - maupun di daerah lain di Indonesia - masih sangat minim. Di kota besar pun, banyak layanan <a href="https://www.intothelightid.org/wp-content/uploads/2019/12/Database-Layanan-Kesmen-CIMSA-SCOPH-Pijar-Psikologi-Into-The-Light-Indonesia-IYHPS.pdf">terpusat di rumah sakit</a> dan berbayar.</p>
<p>Berbagai permasalahan psikis akibat perudungan yang tidak terselesaikan pada masa anak-anak di level anak mempengaruhi kondisi dan pandangan hidup ketika mereka menjadi dewasa.</p>
<p>Responden saya menceritakan bagaimana perisakan dan perundungan semasa sekolah membuat mereka menjadi individu yang minder, kesulitan beradaptasi, dan kehilangan kepercayaan kepada teman sebaya saat berinteraksi di kampus.</p>
<h2>Profil perundungan terbanyak ketika SD adalah diskriminasi etnis</h2>
<p>Trauma saat dewasa yang disebabkan perundungan masa kecil mencerminkan perlunya identifikasi jenis perundungan seperti apa yang banyak terjadi di level SD.</p>
<p>Studi saya, misalnya, juga menemukan bahwa perundungan yang dominan saat kecil bisa berbasis intoleransi karena perbedaan etnis dan agama. </p>
<p>Provinsi Aceh sendiri terdiri atas 23 kabupaten dengan 13 suku yang memiliki 10 <a href="https://aceh.tribunnews.com/2017/12/19/revitalisasi-bahasa-daerah-di-aceh">bahasa daerah</a>. Walaupun mayoritas dihuni oleh <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Aceh">suku Aceh (70%)</a>, beberapa kabupaten lain, seperti Aceh Tengah dan Bener Meriah, menjadi tempat tinggal mayoritas suku Gayo.</p>
<p>Ketika salah satu responden berasal dari suku Aceh pindah ke Aceh Tengah, ia menjadi target perundungan kerena membawa identitas kultural yang berbeda dan <a href="https://www.thoughtco.com/what-is-cultural-capital-do-i-have-it-3026374">modal budaya</a> yang minim untuk beradaptasi di tempat yang baru - termasuk keterbatasan berbahasa Gayo yang secara umum lebih dipakai sebagai bahasa pergaulan.</p>
<p>Perundungan yang terjadi akibat perbedaan ini dapat diawali dengan serangan verbal, misalnya penyamaan korban dengan binatang seperti “<em>asu</em>” (anjing) dan penghinaan terhadap kondisi fisik korban. Pada akhirnya, perundungan dapat mengalami eskalasi menjadi penganiayaan fisik.</p>
<p>Selain etnis, perbedaan agama juga menjadi bahan perundungan.</p>
<p>Contohnya warga Kristen di <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-50471436">Aceh Singkil</a> - suatu fenomena yang juga <a href="https://theconversation.com/jakarta-dan-yogyakarta-demokratis-tapi-intoleran-mengapa-ini-bisa-terjadi-di-indonesia-116576">tercermin secara nasional</a>.</p>
<h2>Apa yang bisa dilakukan</h2>
<p>Riset saya sendiri baru di daerah Aceh, dan perlu penelitian tambahan untuk melihat tren serupa pada daerah lain di Indonesia. </p>
<p>Namun dengan melihat masalah perundungan di Aceh, pemerintah perlu melakukan intervensi serius untuk menangani perundungan dan diskriminasi di level SD di tingkat nasional.</p>
<p><a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51168802">Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)</a>, misalnya, pada awal tahun ini mencatat mayoritas sekolah di Indonesia bahkan tidak memiliki sistem pencegahan dan pengaduan perundungan yang terpadu. Padahal, hal tersebut telah diatur di <a href="http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/permendikbud_82_15.pdf">Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (permendikbud) Tahun 2015</a> tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan.</p>
<p>Berbagai riset yang ada merekomendasikan beberapa cara: </p>
<p><strong>Pertama</strong>, <a href="https://www.neliti.com/publications/239210/primary-school-teachers-self-efficacy-in-handling-school-bullying-a-case-study">pemberdayaan guru</a> dengan mengikutsertakan mereka dalam pelatihan anti-perundungan.</p>
<p>Tanpa adanya pembekalan kompetensi tersebut, sulit bagi guru untuk bereaksi terhadap kejadian perundungan secara sensitif.</p>
<p>Riset menunjukkan pola pikir guru yang salah terkait perundungan dapat mengarah pada <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00098655.2012.677075">budaya menyalahkan korban</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/peran-penting-guru-bk-dalam-mendeteksi-depresi-pada-remaja-102923">Peran penting guru BK dalam mendeteksi depresi pada remaja</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain memberdayakan guru kelas yang menghabiskan waktu lebih banyak bersama siswa, sekolah juga dapat <a href="http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903271986011-DEDI_HERDIANA_HAFID/Presentation_rambu-rambu_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf">memberdayakan staf Bimbingan Konseling (BK)</a>. </p>
<p>Berbagai akademisi, misalnya, mengusulkan <a href="https://theconversation.com/peran-penting-guru-bk-dalam-mendeteksi-depresi-pada-remaja-102923">pemberdayaan staf BK</a> agar dapat mendeteksi gejala depresi pada siswa.</p>
<p><strong>Kedua</strong>, sekolah harus bisa mengidentifikasi siswa yang rentan menjadi penindas dan korban, terutama mereka yang berasal dari kelompok rentan dan minoritas.</p>
<p>Pimpinan sekolah, misalnya, dapat menerapkan pendataan siswa berdasarkan kelompok etnis, suku, dan agama.</p>
<p><a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0042085918783821">Beberapa akademisi</a> mengatakan hal ini bisa membantu pimpinan sekolah untuk memahami penyebab masalah perudungan. Data tersebut juga berperan sebagai basis untuk membuat <a href="https://www.tolerance.org/magazine/fall-2009/colorblindness-the-new-racism">kebijakan anti-diskriminasi</a> di lingkungan sekolah.</p>
<p>Lebih jauh lagi, <a href="https://www.ero.govt.nz/assets/Uploads/Bullying-Prevention-and-Response-in-New-Zealand-Schools-May-2019.pdf">banyak sekolah di Selandia Baru</a> bahkan memiliki sistem pendataan, sistem pengawasan kasus perundungan, dan survei berkala terhadap kesejahteraan psikis warga sekolah. Mereka juga mengadakan kelompok diskusi terfokus dengan siswa dan orang tua untuk merumuskan pendekatan anti-perundungan.</p>
<p>Di level pengambil kebijakan, pemerintah sebenarnya sudah mengatur kebijakan anti-perundungan pada Permendikbud Tahun 2015.</p>
<p>Namun, kita perlu mengingat juga bahwa selama ini pemerintah masih memberikan teladan yang buruk. Pemerintah masih saja melanggengkan <a href="http://www.jurnal-maarifinstitute.org/index.php/maarif/article/view/20/14">diskriminasi struktural</a>, atau diam saja terhadap diskriminasi atau persekusi atas <a href="https://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/view/20424/15042">minoritas agama</a>, gender, dan ras di Indonesia.</p>
<p>Publik harus memahami bahwa perundungan tidak terjadi dalam semalam, namun merupakan puncak gunung es dari bagaimana negara memperlakukan kaum minoritas dan kelompok rentan lain, yang pada akhirnya dicontoh oleh generasi muda semenjak di SD.</p>
<hr>
<p><em>CATATAN EDITOR: Artikel ini kami perbarui pada Juli 2022 untuk menambahkan detail tentang kasus terbaru terkait perundungan anak di Tasikmalaya, Jawa Barat.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/147253/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Muhammad Haekal tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Riset saya di Aceh menunjukkan trauma yang dialami amak ketika kecil bertahan hingga dewasa.Muhammad Haekal, Lecturer, Universitas Islam Negeri Ar-RaniryLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1417882020-07-30T03:34:55Z2020-07-30T03:34:55ZApa yang membuat orang menjadi preman?<p>Bulan lalu, kepolisian <a href="https://metro.tempo.co/read/1356409/rumah-john-kei-di-bekasi-dijaga-ketat-polisi-bersenjata/full&view=ok">menggerebek dan menangkap</a> John Refra Kei di rumahnya di Kota Bekasi, Jawa Barat, bersama dengan puluhan anak buahnya usai keributan di Tangerang, Banten, yang diwarnai penembakan, penganiayaan dan perusakan.</p>
<p>Publik sudah mengenal <a href="https://tirto.id/john-kei-tiga-dekade-sepak-terjang-di-dunia-preman-politik-fKL2">keterlibatan</a> John Kei dalam dunia preman. Insiden itu menambah panjang catatan sejarah Indonesia terkait premanisme.</p>
<p>Karakteristik preman (sering juga disebut ‘jago’ atau ‘jawara’) sudah diketahui sejak <a href="https://repub.eur.nl/pub/6327">masa penjajahan Belanda</a>.</p>
<p>Bentrok berdarah yang melibatkan kelompok preman kerap terjadi. Sejarah <a href="https://majalah.tempo.co/read/investigasi/135105/geng-reman-van-jakarta">mencatat</a> pertikaian besar melibatkan preman, misalnya, kelompok pimpinan Hercules, Ucu Kambing, dan Lulung. </p>
<p>Karena sifat premanisme yang tidak terlihat dan tersembunyi (laten), peristiwa serupa berpotensi berulang di waktu yang akan datang. </p>
<p>Apa itu premanisme, dan mengapa orang-orang terlibat di dalamnya? </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-polisi-cenderung-menggunakan-tindakan-represif-untuk-menyelesaikan-masalah-140769">Mengapa polisi cenderung menggunakan tindakan represif untuk menyelesaikan masalah?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Preman dan uang</h2>
<p>Preman merupakan istilah untuk menyebut individu yang aktivitas kesehariannya melakukan perampokan atau pemerasan. </p>
<p>Terminologi ini pada awalnya cenderung <a href="https://regional.kompas.com/read/2013/04/10/14281610/siapakah.yang.pantas.disebut.preman">bias kelas</a> karena hanya digunakan dalam melabel perbuatan bramacorah (penjahat berulang) kelas bawah atau maling-maling kecil yang biasa melakukan <a href="https://poskota.co.id/2020/4/28/kejahatan-naik-10-persen-pmj-siapkan-tim-khusus-anti-begal-dan-preman">aksi kejahatannya di jalanan</a>.</p>
<p>Kekerasan preman secara berkelompok umumnya disebabkan karena benturan kepentingan usaha dengan <a href="https://books.google.co.id/books?id=ItMoxQEACAAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q=preman&f=false">nilai rupiah yang tidak sedikit</a>. </p>
<p>Dalam teks-teks akademis, istilah untuk preman yang sering digunakan antara lain adalah <a href="https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=PkwTBwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=gangster+crime&ots=1zkMcaarC_&sig=7djoF0e0pgc3dff_-vYmnuwrDb0&redir_esc=y#v=onepage&q=gangster%20crime&f=false">“gangster”</a> , <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0170840616655484">“bandit”</a>, <a href="https://eprints.keele.ac.uk/3806/">“mafia”</a>, dan <a href="https://products.abc-clio.com/abc-cliocorporate/product.aspx?pc=A2263C">“kelompok kriminal terorganisasi” (<em>organized crime</em>)</a>. </p>
<p>Perbedaan antara istilah-istilah tersebut memang cenderung longgar.</p>
<p>Konsep <em>organized crime</em> kemudian <a href="https://books.google.co.id/books?id=UQU_b2oRJjoC&printsec=frontcover&dq=Theft+on+Nations+Crissey&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjG_o6gvcHqAhXU7XMBHfPwDSkQ6AEwAHoECAUQAg#v=snippet&q=illegal%20business&f=false">dibatasi</a> pada sifat pelaku yang berkelompok, berorientasi profit, serta adanya unsur aktivitas utama sebagai penyedia barang atau jasa ilegal.</p>
<p>Menurut Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan (United Nations Office on Drugs zand Crime, UNODC) suatu kelompok kriminal layak disebut <a href="https://www.unodc.org/pdf/crime/publications/Pilot_survey.pdf"><em>organized crime</em></a> bila memenuhi lima kriteria.</p>
<p>Kriteria itu adalah berorientasi pada keuntungan usaha; telah terorganisasi dalam periode yang lama; kerap menggunakan kekerasan dan menyuap aparat; mendapatkan keuntungan yang besar dari penyediaan jasa atau barang ilegal; dan melakukan perluasan bisnis jahat ke sektor bisnis formal.</p>
<p><em>Organized crime</em> umumnya melakukan ekspansi ke sektor bisnis formal untuk <a href="https://www.int-comp.org/media/1997/ocp-full-report.pdf">memudahkan penyamaran</a> saat melakukan pengiriman dan penyelundupan barang/jasa ilegal. </p>
<p>Ekspansi ke sektor legal juga akan memudahkan <em>organized crime</em> dalam mendapatkan bahan baku produk yang akan dijual kembali. Misalnya, bagi kelompok yang memproduksi narkoba, identitas palsu sebagai perusahaan bidang farmasi atau kesehatan akan memudahkan kelompok itu dalam memperoleh bahan baku narkoba.</p>
<p>Ekspansi ke sektor bisnis sah juga dilakukan sebagai bentuk diversifikasi usaha. <a href="https://allthatsinteresting.com/yakuza-history">Yakuza</a> - kelompok <em>organized crime</em> tertua di Jepang - misalnya, melakukan berbagai aktivitas <a href="https://www.fticonsulting-asia.com/insights/journals/the-yakuza-from-tattoos-to-business-cards">bisnis legal</a> mulai dari properti, konstruksi, hiburan, hingga bisnis asuransi. </p>
<p>Preman dan <em>organized crime</em> bisa juga dilihat secara bukan sebagai dua fenomena yang berbeda, namun sebagai bagian dari <a href="https://books.google.co.id/books?id=F2DXWFgDDC4C">fase pertumbuhan</a> kelompok.</p>
<p>Suatu kelompok <em>organized crime</em> yang solid dan berpengaruh lazimnya berawal dari kelompok geng dengan jumlah anggota terbatas dan awalnya hanya melakukan kejahatan-kejahatan ringan. </p>
<p>Pada awalnya, bisnis utama yang dilakukan oleh kelompok-kelompok preman di kota besar Indonesia adalah penjagaan keamanan suatu kawasan tertentu seperti lahan parkir, tempat hiburan, dan pasar. </p>
<p>Dalam perkembangannya, sebagian individu yang bergabung dalam kelompok preman direkrut ke dalam bisnis jasa penagihan utang. </p>
<p>Individu-individu tersebut dianggap mampu untuk membantu industri perbankan atau perusahaan kredit dalam menagih para debitur yang telat atau tidak membayar tagihan utang. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/lAeAO51aVKA?wmode=transparent&start=623" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Inside Indonesia’s Notorious Debt Collecting Industry: The Debtfathers.</span></figcaption>
</figure>
<p>Meskipun aktivitas penagihan utang itu legal, beberapa laporan menyebutkan adanya <a href="https://www.youtube.com/watch?v=lAeAO51aVKA&t=623s">penyimpangan</a> karena mereka kerap menggunakan <a href="https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5e2922945a5b2/menagih-utang-dengan-cara-intimidasi-pelajaran-penting-dari-dua-putusan-pengadilan/">cara-cara intimidatif</a>. </p>
<p>Aktivitas penagihan utang dengan cara-cara preman bukan hanya fenomena di Jakarta. </p>
<p>Praktik kekerasan dalam penagihan utang, misalnya terjadi di <a href="https://www.liputan6.com/regional/read/3229890/menunggak-tagihan-motor-debt-collector-cabuli-konsumen">Surabaya</a>, Jawa Timur, bulan lalu dengan korban pengemudi ojek <em>online</em>. </p>
<p>Peristiwa serupa juga pernah terjadi di Palembang, Sumatra Selatan, ketika penagih utang <a href="https://www.motorplus-online.com/read/252038658/debt-collector-todongkan-pistol-ke-penunggak-kreditan-bikin-warga-ketakutan-motor-korban-nyaris-dirampas">menodongkan pistol</a> kepada seorang warga yang menunggak pembayaran angsuran kredit sepeda motor selama dua bulan. </p>
<p>Bisnis-bisnis para preman memiliki konsumen sendiri meskipun sebagian risikonya adalah hilangnya rasa aman publik. </p>
<h2>Karir kriminal</h2>
<p>Motivasi seseorang untuk bergabung dalam kelompok preman umumnya didasari dengan pertimbangan rasional. </p>
<p>Tujuan utamanya adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi. </p>
<p>Keterlibatan seseorang dalam bisnis kriminal adalah pemenuhan materi dan tidak pernah benar-benar dilatari oleh <a href="https://books.google.co.id/books?id=kXrr5s4XT3IC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false">faktor ideologi atau keyakinan tertentu</a>.</p>
<p>Sama halnya dengan proses meningkatkan karir di dunia legal, para preman perlu melakukan sejumlah pencapaian tertentu untuk meraih posisi puncak dalam karir kriminalnya. </p>
<p>Mereka menganut dua prinsip kunci: menyelesaikan tugas dan menunjukan <a href="https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S0047235202001344?token=29CA74BD04E3C6F138E8BC316B515AF2A058BB99CD38DBDA9EB3526B65503DD9677563EEDF726DEC34027D395B1EA41F">loyalitas</a>.</p>
<p>Penggunaan kekerasan yang dilakukan oleh anggota kelompok kriminal merupakan salah satu cara “naik pangkat”. </p>
<p>Aktor-aktor dalam bisnis kriminal menjadikan momen-momen bentrok kekerasan sebagai ujian kenaikan kelas. </p>
<p>Di mata negara, apabila seorang preman terlibat dalam tindak kekerasan, maka ia akan didakwa melanggar hukum dan diberikan sanksi. </p>
<p>Namun bagi atasan dan kelompoknya, melakukan kekerasan adalah simbol keberanian dan loyalitas. </p>
<p>Dalam bisnis kriminal, seorang justru akan lebih dihormati ketika ia pernah menjalani hukuman atas cara-cara kekerasan yang pernah ia lakukan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesia-harus-kurangi-pengiriman-orang-ke-penjara-dan-terapkan-keadilan-restoratif-106801">Indonesia harus kurangi pengiriman orang ke penjara dan terapkan keadilan restoratif</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Atribut kultural</h2>
<p>Latar belakang etnis dan budaya juga memiliki peran tersendiri dalam premanisme. </p>
<p>Atribut kultural seperti etnis, bahasa, dan kebiasaan seringkali menjadi prasyarat keanggotaan seseorang dalam suatu kelompok kriminal, sekaligus mempengaruhi keberhasilan karirnya dalam dunia kejahatan.</p>
<p>Secara teknis, kesamaan atribut-atribut kultur akan memudahkan dan mempercepat proses sosialisasi nilai-nilai di dalam kelompok kriminal. </p>
<p>Sebab itulah, klaster kelompok kriminal di kota-kota besar Indonesia secara alamiah terbentuk <a href="https://majalah.tempo.co/read/nasional/77643/bom-preman-meledakkan-sara">berdasarkan etnis</a>. </p>
<p>Dimensi kultural ini juga lekat dalam konteks bisnis kriminal di Amerika Serikat (AS). </p>
<p>Cosa Nostra misalnya, salah satu kelompok kriminal terbesar di AS, mensyaratkan keanggotaan intinya harus seorang yang berasal dari <a href="https://products.abc-clio.com/abc-cliocorporate/product.aspx?pc=A2263C">keturunan</a> <a href="https://www.history.com/topics/crime/origins-of-the-mafia">Sicilia</a>.</p>
<p>Di Indonesia, hubungan kultural antar-individu dalam kelompok kriminal membuat persoalan premanisme menjadi kian kompleks. </p>
<p>Benturan antar-kelompok kriminal karena alasan-alasan material dapat disulut menjadi konflik antar-etnis. </p>
<h2>Masalah kesejahteraan</h2>
<p>Motivasi kuat para individu untuk meraih keuntungan material ditambah faktor kultural dalam kelompok kriminal membuat bisnis preman mengakar di tengah keseharian masyarakat. </p>
<p>Kita tidak bisa melihat masalah premanisme ini secara sebagian-sebagian.</p>
<p>Kekeliruan dalam melihat akar persoalan premanisme akan menimbulkan bencana yang lebih besar dibanding premanisme itu sendiri. </p>
<p>Pemerintah Indonesia di masa lalu diduga pernah menerapkan kebijakan yang keliru dalam mengatasi premanisme. </p>
<p>Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia (HAM) pada 2012 merilis <a href="https://lama.elsam.or.id/downloads/553556_Ringkasan_eksekutif_Petrus_(New).pdf">laporan</a> atas insiden penembakan misterius (disingkat menjadi petrus) yang dilakukan institusi keamanan terhadap orang-orang dengan ciri-ciri preman.</p>
<p>Jumlah korban meninggal akibat penembakan yang berlangsung pada rentang waktu 1982-1985 adalah 167 orang. </p>
<p>Negara tidak boleh kalah dengan preman. Namun negara tidak boleh pula merespons premanisme dengan cara-cara preman. </p>
<p>Penegakan hukum terhadap tindakan premanisme yang telah berjalan perlu terus dilakukan, namun tidak cukup sampai di sana. </p>
<p>Dalam penangkapan bulan lalu, John Kei diduga kembali terlibat dalam aktivitas kriminal setelah <a href="https://kumparan.com/kumparannews/rekam-jejak-john-kei-dunia-kekerasan-masuk-penjara-tobat-kini-ditangkap-lagi-1tf0a8pg7Yn">berulang kali masuk penjara</a>. </p>
<p>Ini adalah salah satu indikator tidak efektifnya penanganan premanisme yang tidak menyeluruh. </p>
<p>Pemerintah perlu menanggulangi premanisme secara komprehensif dengan melihat masalah ini sebagai masalah kesejahteraan. </p>
<p><em>Pertama</em>, pemerintah harus memulai dari penyelenggaraan pendidikan yang merata dengan kualitas maksimal dan akses seluas-luasnya. </p>
<p>Dengan demikian, anak-anak muda di seluruh Indonesia dapat menjangkau dan terlibat dalam proses pendidikan yang mengembangkan diri dan potensinya secara optimal. </p>
<p><em>Kedua</em>, pemerintah perlu serius dalam menciptakan lapangan kerja yang terdistribusi secara merata. </p>
<p>Apabila anak-anak muda dapat berkarya secara sah dan produktif, mereka tidak perlu pindah ke kota untuk mengajukan diri menjadi bagian dari kelompok John atau kelompok-kelompok preman lainnya.</p>
<p>Mengabaikan persoalan laten ini artinya menciptakan iklim yang kondusif bagi kelompok-kelompok preman untuk tumbuh menjadi kelompok <em>organized crime</em> yang mapan. </p>
<hr>
<p><em>Ikuti perkembangan terbaru seputar isu politik dan masyarakat selama sepekan terakhir. Daftarkan email Anda di <a href="http://theconversation.com/id/newsletters/catatan-mingguan-65">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/141788/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bhakti Eko Nugroho tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bentrok yang melibatkan kelompok John Kei bukanlah kasus yang pertama kali. Peristiwa itu adalah fenomena gunung es dari permasalahan preman yang bersifat laten.Bhakti Eko Nugroho, Staf Pengajar Departemen Kriminologi, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1413022020-07-03T10:04:37Z2020-07-03T10:04:37ZJebakan SARA dalam praktik rasisme terhadap warga Papua<p>Pertengahan Juni lalu, Pengadilan Negeri Balikpapan <a href="https://www.thejakartapost.com/amp/news/2020/06/17/papuan-protesters-sentenced-to-less-than-one-year-for-treason-amid-calls-to-drop-charges.html?__twitter_impression=true">menjatuhkan hukuman penjara kepada tujuh tahanan</a> politik asal Papua dengan dakwaan makar karena terlibat demonstrasi anti-rasisme di Papua pada Agustus 2019.</p>
<p>Hal yang sama terjadi kepada enam OAP yang ditangkap karena melakukan aksi protes anti-rasisme di depan Istana Kepresidenan; tiga mahasiswa OAP di Manokwari, Papua Barat; delapan aktivis OAP di Jayapura, Papua; dan banyak <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191003091734-20-436281/surat-terbuka-amnesty-untuk-jokowi-bebaskan-22-aktivis-papua">lainnya</a>. </p>
<p>Sejak lama, segala bentuk aksi protes warga Papua kerap diasosiasikan dengan separatisme. Akibatnya mereka sering dibungkam atas nama persatuan. </p>
<p>Padahal, aksi protes warga Papua bukan hanya tentang eksploitasi ekonomi atau tuntutan penentuan nasib sendiri saja, tapi ada juga dimensi rasisme yang nyata terwujud dalam <a href="https://tirto.id/betapa-sulitnya-menjadi-papua-eg56">kehidupan sehari-hari</a> tetapi sering kali dilupakan.</p>
<p>OAP, misalnya, sering mendapat cap sebagai pembuat onar dan pemabuk. </p>
<p>Tetapi mengapa masyarakat Indonesia cenderung menutup mata terhadap tuntutan anti-rasisme warga Papua dan hanya fokus pada masalah separatisme saja?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/membandingkan-gerakan-black-lives-matter-di-amerika-dan-papuan-lives-matter-di-indonesia-apa-yang-sama-apa-yang-beda-140069">Membandingkan gerakan Black Lives Matter di Amerika dan Papuan Lives Matter di Indonesia: apa yang sama, apa yang beda?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Jebakan SARA</h2>
<p>Masyarakat Indonesia melakukan bias rasial secara terbuka terhadap OAP, namun jarang membicarakan soal rasisme.</p>
<p>Pasalnya, masyarakat Indonesia sudah ‘terlatih’ untuk menjauhi perbincangan terkait SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan) yang dianggap sensitif. </p>
<p>“Jangan membawa-bawa SARA!” adalah kalimat yang berulang digunakan jika diskusi sudah mulai mengarah ke perbedaan identitas.</p>
<p>Istilah SARA <a href="https://kolom.tempo.co/read/1192533/simpang-siur-golongan-dalam-sara/full&view=ok">pertama kali dipopulerkan oleh Sudomo</a>, Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban pada masa Soeharto tahun 1980-an. </p>
<p>SARA kerap disebut-sebut sebagai sumber konflik yang mengancam stabilitas sosial politik pada era itu. </p>
<p>Mengutip ahli sejarah Taufik Abdullah dalam tulisan di harian Kompas pada Maret 1997, konsep SARA mengandung pengertian konflik horizontal yang dimotori oleh “suku, agama, dan ras”, dan konflik vertikal yang bersumber pada perbedaan “ekonomi-politik” antar golongan. </p>
<p>Timbul pandangan bahwa SARA ialah “biang kerok” konflik-konflik sosial, sehingga pembicaraan mengenai unsur-unsur tersebut harus dihindari demi keharmonisan. </p>
<p><a href="https://www.eastwestcenter.org/sites/default/files/private/PS014.pdf">Persepsi negatif juga disematkan pada</a> karakterisitik perawakan fisik OAP yang berbeda dari masyarakat Indonesia non-Papua. </p>
<p>Pemikiran ini tentu <a href="https://jurnal.ugm.ac.id/jsp/article/view/11170/8410">problematis</a>, sebab kemajemukan masyarakat Indonesia dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu didiskusikan lebih lanjut karena sudah diterima sebagai takdir bangsa. Sementara, membicarakan perbedaan tersebut dianggap menciptakan perpecahan.</p>
<p>Konsekuensinya, perbincangan mengenai rasisme di Papua sering kali dihindari dan bahkan dilarang. </p>
<p>Padahal, rasisme di Papua tidak dapat dibongkar tanpa membuka ruang diskusi mengenai perbedaan SARA secara menyeluruh dan substantif. </p>
<p>Mendewakan narasi persatuan tanpa mengakui adanya rasisme yang dipelihara oleh negara dan masyarakat membuat kita abai terhadap ketidakadilan sistemik yang telah menghilangkan kesetaraan bagi OAP. </p>
<p>Sebaliknya, menutup kesempatan untuk memperbincangkannya secara komprehensif akan mengecilkan terwujudnya keadilan sosial yang inklusif - keadilan yang justru akan melanggengkan persatuan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/enam-alasan-mengapa-orang-papua-menolak-pemekaran-126790">Enam alasan mengapa orang Papua menolak pemekaran</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Rasisme struktural</h2>
<p>Rasisme terhadap masyarakat Papua merupakan refleksi dari rasisme struktural yang mengakar dalam sejarah. </p>
<p>Sejak masa kolonial Hindia Belanda, OAP tidak memiliki posisi yang setara dengan orang Indonesia non-Papua. </p>
<p>Hal ini karena penjajah enggan menugaskan warga Belanda di tanah Papua sehingga sebagian besar jabatan pemerintahan kolonial diserahkan kepada orang Indonesia-non Papua - OAP menyebut mereka ‘<a href="https://www.lowyinstitute.org/sites/default/files/pubfiles/McGibbon,_Pitfalls_of_Papua_1.pdf">amberi</a>’. </p>
<p>Masyarakat asli Papua lalu menganggap amberi adalah <a href="https://www.rsc.ox.ac.uk/files/files-1/wp42-dynamics-conflict-displacement-papua-2007.pdf#page=33">kaki tangan pemerintah kolonial</a>. </p>
<p>Sementara, OAP yang memiliki kulit gelap, ditempatkan sebagai masyarakat primitif dan tidak kompeten untuk mewakili kelompoknya sendiri. </p>
<p>Secara institusional, OAP <a href="https://www.eastwestcenter.org/publications/constructing-papuan-nationalism-history-ethnicity-and-adaptation">tersingkir</a> dari pemerintahan di tanahnya. </p>
<p>Hal ini memupuk perasaan <a href="https://www.rsc.ox.ac.uk/files/files-1/wp42-dynamics-conflict-displacement-papua-2007.pdf#page=33">superioritas amberi </a> atas OAP yang termanifestasi melalui buruknya perlakuan amberi kepada OAP. </p>
<p>Struktur yang berakar pada rasisme ini kemudian dipelihara untuk mempertahankan relasi kuasa pasca Kemerdekaan, yaitu sebagai proyek integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). </p>
<p>Identitas dan budaya Papua yang berbeda diasimilasi paksa untuk menjadi bagian ‘bangsa.’ </p>
<p>Di titik ini, rasisme menyokong proyek politik negara untuk menciptakan citra spesifik tentang Indonesia; sebuah citra yang tidak memperhitungkan identitas serta suara OAP di dalamnya. </p>
<p>Implikasinya, pembangunan nasional yang Jawa-sentris menjadikan Papua tertinggal serta dimiskinkan di tengah eksploitasi sumber daya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pilpres-dan-depolitisasi-papua-113185">Pilpres dan depolitisasi Papua</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Toleran saja tidak cukup</h2>
<p>Banyak resep untuk menangani konflik di Papua, mulai dari dialog hingga pembangunan infrastruktur. Tetapi, semua upaya itu harus berangkat dari semangat bersolidaritas yang anti-rasis.</p>
<p>Dalam masalah rasisme, menjadi toleran atau non-rasis saja tidak cukup, sebab, sekadar menerima perbedaan belum tentu menjamin kesetaraan.</p>
<p>Langkah paling penting untuk dilakukan adalah aktif mendengarkan suara dan pengalaman OAP itu sendiri. </p>
<p>Terdengar mudah, tapi nyatanya, narasi “NKRI harga mati!” yang seringkali disuarakan oleh masyarakat non-Papua - secara sengaja maupun tidak, mengubur kegelisahan OAP tanpa memberi kesempatan untuk memahaminya. </p>
<p>Kami pun menyadari penuh posisi kami sebagai non-Papua. Tulisan ini tidak bermaksud untuk bicara di atas OAP, subjek yang paling berhak bersuara mengenai opresi yang dialaminya.</p>
<p>Sulit bagi kelompok minoritas untuk bebas dari opresi jika dalam bermasyarakat, kelompok mayoritas masih aktif memelihara atau membiarkan narasi rasis beredar. Sementara, sistem yang ada sudah terlebih dahulu merugikan OAP. </p>
<p>Suka atau tidak suka, masyarakat Indonesia yang diuntungkan oleh sistem yang rasis ini, harus menyadari privilesenya, menggunakannya untuk melawan praktik rasisme sehari-hari, mengedukasi diri, dan menyebarkan informasi yang tidak melulu mengantagoniskan OAP. </p>
<p>Rasisme langgeng hingga hari ini bukan hanya karena aktor politik sengaja memeliharanya, tetapi juga karena kita berdiam diri dan tidak sadar telah membiarkannya menggurita.</p>
<hr>
<p><em>Ikuti perkembangan terbaru seputar isu politik dan masyarakat selama sepekan terakhir. Daftarkan email Anda di <a href="http://theconversation.com/id/newsletters/catatan-mingguan-65">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/141302/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengapa masyarakat Indonesia cenderung menutup mata terhadap tuntutan anti-rasisme warga Papua dan hanya fokus pada masalah separatisme saja?Heidira Witri Hadayani, Research Assistant under FISIPOL UGM & Research Associate of Center for Digital Society UGM, Universitas Gadjah Mada Sonya Teresa, Research Assistant under Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Gadjah Mada, Universitas Gadjah Mada Tantri Fricilla Ginting, Researcher in Faculty of Social and Political Sciences Universitas Gadjah Mada, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1405572020-06-12T08:55:10Z2020-06-12T08:55:10ZKenapa demo kerap berakhir bentrok dan kerusuhan?<p>Beberapa minggu terakhir kita telah melihat protes terjadi di Amerika Serikat (AS) atas <a href="https://abcnews.go.com/US/timeline-impact-george-floyds-death-minneapolis/story?id=70999322">kematian orang kulit hitam George Floyd</a> karena dianiaya oleh seorang polisi berkulit putih.</p>
<p>Walau ribuan orang telah berkumpul untuk mengekspresikan kemarahan mereka secara damai, beberapa demonstran telah menoda upaya ini dengan <a href="https://www.bbc.com/news/world-us-canada-52921418">vandalisme dan bentrokan dengan polisi</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/polisi-yang-menyerang-petugas-medis-saat-kerusuhan-harus-dihukum-karena-langgar-ham-dan-ancam-nyawa-banyak-orang-124751">Polisi yang menyerang petugas medis saat kerusuhan harus dihukum karena langgar HAM dan ancam nyawa banyak orang</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0146167213510525">Penelitian</a> telah menunjukkan bahwa orang umumnya melihat protes yang konfrontatif sebagai tindakan yang tidak berdasar dan tidak efektif.</p>
<p>Lalu mengapa beberapa protes berubah menjadi kekerasan? Dan apa yang mendorong orang turun ke jalan?</p>
<h2>Mengapa sebagian protes berubah menjadi kekerasan?</h2>
<p>Penelitian menunjukan orang-orang yang siap menggunakan kekerasan dalam konfrontasi kemungkinan berbeda <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/10463283.2015.1094265">secara psikologis</a> dari mereka yang tidak. </p>
<p>Orang-orang yang siap menggunakan kekerasan lebih cenderung untuk mengungkapkan <a href="https://psycnet.apa.org/record/2011-07958-001">perasaan marah</a> pada orang-orang yang berbeda pandangan politik dengan mereka, yang mereka anggap bertanggung jawab atas suatu kegagalan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/339720/original/file-20200604-67364-1qken5e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/339720/original/file-20200604-67364-1qken5e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/339720/original/file-20200604-67364-1qken5e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/339720/original/file-20200604-67364-1qken5e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/339720/original/file-20200604-67364-1qken5e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/339720/original/file-20200604-67364-1qken5e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/339720/original/file-20200604-67364-1qken5e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Orang-orang yang menggunakan kekerasan selama unjuk rasa lebih cenderung merasa marah terhadap otoritas yang mereka anggap bertanggung jawab.</span>
<span class="attribution"><span class="source">TNS/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di AS, <a href="https://www.nytimes.com/2020/05/31/opinion/george-floyd-protests.html">beberapa pengamat</a> mengatakan bahwa kekerasan di jalan-jalan berakar dari rasa putus asa yang dalam dan rasa ketidakberdayaan karena perubahan tidak kunjung terjadi.</p>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/2011-07958-001">Penelitian psikologis</a> menawarkan beberapa bukti untuk analisis ini. Saat orang-orang tidak yakin bahwa aspirasi mereka kepada pihak berwenang akan didengar, mereka mungkin lebih cenderung menggunakan metode protes yang keras.</p>
<p>Dalam keadaan ini, orang menjadi “<a href="https://spssi.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/josi.12126">nekad</a>”.</p>
<h2>Tindakan represif dapat menyebabkan kekerasan</h2>
<p>Namun, ada elemen kunci lain. Perasaan marah dan tidak berdaya tidak muncul begitu saja; perasaan ini muncul dari interaksi nyata orang-orang dan kelompok.</p>
<p>Kita tahu dari penelitian selama puluhan tahun tentang <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0963662516639872">cara-cara polisi dan kerumunan</a> bahwa kekerasan dan perlakuan kasar dari polisi adalah penyebab utama adanya kekerasan dalam protes. </p>
<p>Pengalaman semacam itu membuat orang <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1348/014466600164642">mengubah pemahaman mereka</a> terhadap tujuan berunjuk rasa.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/demonstran-tidak-tahu-isu-apa-yang-sebenarnya-mendorong-individu-berpartisipasi-dalam-unjuk-rasa-124280">'Demonstran tidak tahu isu': apa yang sebenarnya mendorong individu berpartisipasi dalam unjuk rasa?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selama sepekan terakhir, orang-orang AS yang awalnya menggunakan hak konstitusional mereka untuk melakukan protes secara damai telah menyadari bahwa mereka sekarang menjadi <a href="https://www.theguardian.com/us-news/2020/jun/01/donald-trump-protests-george-floyd-dominate">musuh negara</a> dan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0146167211407076">pembangkang di negara sendiri</a>. </p>
<p>Dalam situasi ini, tindakan berunjuk rasa tiba-tiba memiliki <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1368430217712835?icid=int.sj-full-text.similar-articles.1">makna yang jauh lebih luas</a>.</p>
<h2>Para pengunjuk rasa dapat mengubah taktik mereka</h2>
<p>Orang akan merasa marah bila keselamatan dan keyakinan mereka diabaikan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/339946/original/file-20200605-67377-wk99jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/339946/original/file-20200605-67377-wk99jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/339946/original/file-20200605-67377-wk99jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/339946/original/file-20200605-67377-wk99jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=383&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/339946/original/file-20200605-67377-wk99jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=481&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/339946/original/file-20200605-67377-wk99jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=481&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/339946/original/file-20200605-67377-wk99jv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=481&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tindakan represif dari polisi dapat menjadi penyebab terjadinya kekerasan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">TNS/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi, meski orang cenderung berpikir bahwa unjuk rasa protes itu tidak berguna, penelitian kami di pada pengunjuk rasa di Australia pada 2012 menunjukan bahwa pendapat terhadap kegunaan berunjuk rasa bisa <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0146167213510525">berubah</a> ketika orang-orang melihat adanya figur otoritas yang korup dan tidak bermoral yang terlibat.</p>
<p>Dengan kata lain, pengunjuk rasa biasa mungkin akan melihat tindak kekerasan lebih dapat diterima jika negara menanggapi dengan cara-cara yang tampaknya tidak adil dan tidak proporsional.</p>
<h2>Mengapa orang memutuskan untuk protes?</h2>
<p>Siapa yang bisa membayangkan bahwa kita akan menyaksikan gerakan solidaritas global berskala besar di tengah pandemi yang mematikan?</p>
<p><a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ejsp.2380">Peristiwa-peristiwa tertentu berfungsi sebagai titik kritis</a> dalam gerakan sosial. </p>
<p>Aktivis AS <a href="https://www.biography.com/activist/rosa-parks">Rosa Parks</a>, yang terkenal karena menolak untuk memberikan tempat duduk kepada seorang kulit putih di sebuah bus pada 1955, menginspirasi perlawanan massa terhadap kebijakan rasis saat itu.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/339724/original/file-20200604-67372-1ebdfjn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/339724/original/file-20200604-67372-1ebdfjn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/339724/original/file-20200604-67372-1ebdfjn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/339724/original/file-20200604-67372-1ebdfjn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/339724/original/file-20200604-67372-1ebdfjn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/339724/original/file-20200604-67372-1ebdfjn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/339724/original/file-20200604-67372-1ebdfjn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Orang-orang protes karena mereka yakin bisa membuat perbedaan dengan bertindak bersama .</span>
<span class="attribution"><span class="source">Alive Coverage/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di Tunisia, <a href="https://www.theguardian.com/world/2011/jan/20/tunisian-fruit-seller-mohammed-bouazizi">penjual buah Mohamed Bouazizi</a> membakar dirinya sebagai reaksi atas korupsi dan pelecehan polisi pada Desember 2010; tindakannya disiarkan ke seluruh dunia, menjadi pemicu <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/pops.12060">protes massal yang menyebabkan <em>Arab Spring</em></a>. </p>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/2008-08177-005">Penelitian menunjukkan</a> bahwa orang-orang memutuskan berunjuk rasa karena mereka merasa marah atas ketidakadilan yang dilakukan terhadap kelompok yang penting bagi mereka dan karena yakin bahwa mereka dapat membuat perbedaan dengan bertindak secara kolektif.</p>
<p>Lebih penting lagi, pada abad ke-21 ini, peristiwa tertentu dan reaksi kita terhadap peristiwa itu dapat disiarkan secara daring dan <a href="https://books.google.com.au/books?hl=en&lr=&id=MzDOCQAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq=castells+networks+of+outrage+and+hope&ots=BZanfUfCZB&sig=ZGJKaz8lTzJSisGIhVG3DTi7tZo#v=onepage&q=castells%20networks%20of%20outrage%20and%20hope&f=false">dibagikan pada jutaan orang</a> di seluruh dunia dalam hitungan jam.</p>
<h2>Interaksi online dapat menghasilkan kemarahan dan tujuan bersama</h2>
<p>Interaksi <em>online ini</em> <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ejsp.2094">lebih dari sekadar omongan kosong</a>. Penelitian menunjukkan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0956797617741107">interaksi <em>online</em> tentang ketidakadilan</a> dapat menjadi sarana membangun dan mempertahankan niat untuk berunjuk rasa.</p>
<p>Seiring orang-orang berinteraksi secara <em>online</em>, mereka menghasilkan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0963721417719319">rasa kemarahan bersama</a>, serta keyakinan bahwa jika <a href="https://psycnet.apa.org/record/2008-08177-005">“kita” bertindak bersama</a>, kita bisa membuat perubahan.</p>
<p>Penelitian telah secara khusus menunjukkan bahwa orang yang berinteraksi secara <em>online</em> tentang pembunuhan polisi terhadap orang kulit hitam <a href="http://www.munmund.net/pubs/BLM_ICWSM16.pdf">lebih mungkin untuk ikut unjuk rasa</a>, terutama jika mereka tinggal di daerah dengan tingkat pembunuhan polisi terhadap orang kulit hitam tinggi. </p>
<p>Pihak berwenang harus memperhatikan: reaksi keras dari polisi dapat memancing respons yang lebih keras dari para pengunjuk rasa yang damai.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/membandingkan-gerakan-black-lives-matter-di-amerika-dan-papuan-lives-matter-di-indonesia-apa-yang-sama-apa-yang-beda-140069">Membandingkan gerakan Black Lives Matter di Amerika dan Papuan Lives Matter di Indonesia: apa yang sama, apa yang beda?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan oleh Agradhira Nandi Wardhana dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140557/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Emma Thomas menerima dana dari Australian Research Council dan the Defence Science and Technology Group.</span></em></p>Perilaku polisi dan psikologi kelompok berperan dalam unjuk rasa yang berujung kekerasan.Emma Thomas, Associate professor, Flinders UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1392232020-06-03T03:11:20Z2020-06-03T03:11:20ZPenelitian baru petakan kekerasan dalam konflik yang terlupakan di Papua Barat<p>Pemerintah Indonesia <a href="https://www.abc.net.au/news/2019-12-27/indonesia-to-revive-truth-and-reconciliation-commission/11829594">baru-baru ini</a> mengatakan sedang mempertimbangkan untuk menyelidiki pembunuhan ratusan ribu orang saat pembersihan “anti-komunis” pada 1965 di bawah presiden otoriter Soeharto. </p>
<p>Jika penyelidikan benar dilakukan, maka ini akan menandakan sebuah perubahan dalam kegagalan lama pemerintah untuk mengatasi kekejaman pada masa lalu. Tidak jelas apakah pemerintah akan memasukkan tindakan-tindakan brutal lainnya yang diduga dilakukan oleh rezim Indonesia di wilayah Papua Barat. </p>
<p>Pengamat-pengamat konflik Papua memperkirakan antara <a href="https://books.google.com.au/books?id=dgjUDwAAQBAJ&pg=PT20&lpg=PT20&dq=between+100,000+and+500,000+deaths+in+west+papua&source=bl&ots=lH03wnVNyS&sig=ACfU3U31j7U44k6ELRLYSvT-n93hkJew6g&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwiZv-Co8_XpAhWiyjgGHRXTCPsQ6AEwCXoECAcQAQ#v=onepage&q=between%20100%2C000%20and%20500%2C000%20deaths%20in%20west%20papua&f=false">100.000 hingga 500.000</a> orang Papua Barat telah terbunuh sejak Indonesia mengambil alih Papua Barat pada 1960-an.</p>
<p>Jumlah pembunuhan memuncak pada 1970-an, namun angka ini meningkat lagi karena aktivisme baru untuk kemerdekaan di wilayah itu. Pada September 2019, <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/sep/28/i-feel-like-im-dying-west-papua-witnesses-unrest-indonesia-police">sebanyak 41 orang terbunuh</a> dalam bentrokan dengan pasukan keamanan dan <a href="https://www.newmandala.org/increasing-inroads-in-west-papua/">milisi yang terinspirasi oleh kelompok jihadis</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/MfgVCJntLBA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Bentrokan antara pasukan keamanan dan tentara Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah meningkat sejak Januari, dan menurut kelompok penggiat hak asasi manusia <a href="https://www.humanrightspapua.org/images/docs/Human%20Rights%20Update%20West%20Papua%20April%202020.pdf">telah</a> mengakibatkan setidaknya lima kematian. Setidaknya <a href="https://eng.jubi.co.id/a-shooting-victim-killed-in-mimika-was-a-student-of-umn-tangerang-selatan/">dua warga sipil lainnya tewas</a> pada insiden berbeda.</p>
<p>Kekerasan terbaru dipicu oleh <a href="https://theconversation.com/lets-talk-more-about-racism-in-indonesia-123019">serangan rasial terhadap mahasiswa Papua</a> di Pulau Jawa tahun lalu yang mendorong ribuan orang Papua memprotes pemerintah. Aksi protes memperoleh <a href="https://insidestory.org.au/this-is-the-next-east-timor/">perhatian baru media</a> pada pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut dan perjuangan selama puluhan tahun untuk otonomi.</p>
<p>Namun, karena media internasional telah dilarang memasuki Papua Barat, konflik yang lebih luas hanya mendapat sedikit perhatian dari dunia luar. <a href="https://www.abc.net.au/news/2020-05-12/west-papua-secret-war-with-indonesia-for-independence/12227966">Laporan bulan lalu dalam program ABC’s Foreign Correspondent</a> di Australia adalah sebuah pengecualian yang langka.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riots-in-west-papua-why-indonesia-needs-to-answer-for-its-broken-promises-122127">Riots in West Papua: why Indonesia needs to answer for its broken promises</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Proyek baru untuk memetakan kekejaman masa lalu</h2>
<p>Akhir tahun lalu, kami memulai proyek untuk memetakan kekerasan yang terjadi di Papua Barat di bawah pendudukan Indonesia.</p>
<p>Proyek ini sebagian ini terinspirasi dari <a href="https://www.theguardian.com/australia-news/ng-interactive/2019/mar/04/massacre-map-australia-the-killing-times-frontier-wars">proyek pemetaan pembantaian</a> penduduk asli Australia yang dilakukan oleh Guardian dan University of Newcastle, dan pemetaan <a href="https://www.piac.asn.au/2019/05/14/tides-of-violence-mapping-the-conflict-from-1983-to-2009/">kekerasan di Sri Lanka</a> oleh Public Interest Advocacy Centre’s. </p>
<p>Tujuan kami adalah membawa perhatian baru pada krisis berkepanjangan di Papua Barat. Kami berharap bahwa dengan menunjukkan tingkat kekerasan yang dilakukan negara selama beberapa dekade, kami dapat mendorong pengawasan internasional yang akhirnya mengarah pada intervensi di Timor Timur.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/will-australia-take-a-stand-on-west-papua-18953">Will Australia take a stand on West Papua?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Peta tersebut hanya mendokumentasikan beberapa pembantaian yang telah terjadi di Papua Barat sejak 1970-an, karena kondisi di wilayah tersebut menyulitkan untuk secara akurat mencatat dan memverifikasi kematian. Tantangan lain termasuk kurangnya sumber daya untuk pencatatan, perpindahan internal dan properti yang sering dihancurkan, dan ketakutan untuk melaporkan kematian. Korban-korban lain menghilang, dan tubuh mereka tidak pernah ditemukan.</p>
<p>Kami juga menemukan kelangkaan data dari tahun 1990-an hingga 2010-an, sebagian karena sedikit wartawan yang melaporkan insiden selama periode ini.</p>
<p>Untuk keperluan proyek kami, kami sangat bergantung pada reportase oleh <a href="http://www.humanrights.asia/">Komisi Hak Asasi Manusia Asia</a> dan <a href="https://www.humanrightspapua.org/">Koalisi Internasional untuk Papua</a> (keduanya memiliki koneksi kuat di Papua Barat), serta penelitian oleh <a href="https://www.amazon.com/Indonesias-Secret-War-Guerilla-Struggle/dp/0868615196">sejarawan Robin Osborne</a>, <a href="http://www.biak-tribunal.org/wp-content/uploads/2014/09/Names-Without-Graves_Elsham-Papua-English.pdf">lembaga swadaya masyarakat untuk hak asasi manusia Papua ELSHAM</a>, LSM hak asasi manusia Indonesia <a href="https://www.tapol.org/publications/west-papua-obliteration-people">TAPOL</a> dan <a href="https://www.freewestpapua.org/wp-content/uploads/2016/04/West_Papua_final_report.pdf">laporan komprehensif</a> oleh akademisi di Yale Law School yang diterbitkan pada 2004. </p>
<p>Di antara <a href="https://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=5030&context=sspapers">serangan terbaru</a> adalah penyiksaan dan pembunuhan sejumlah pengunjuk rasa di Pulau Biak pada 1998, <a href="https://www.theguardian.com/world/2013/dec/13/west-papuans-tortured-killed-and-dumped-at-sea-tribunal-hears">menurut pengadilan warga</a> di Sydney. Beberapa <a href="https://www.freewestpapua.org/2013/07/07/protest-and-memorial-for-the-biak-massacre/">perkiraan</a> menyebutkan jumlah korban tewas mungkin mencapai sekitar 200 orang.</p>
<hr>
<p><iframe id="A1wkw" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/A1wkw/11/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<hr>
<p>Meskipun jauh dari selesai, proyek pemetaan kami mengungkapkan beberapa tren.</p>
<ul>
<li><p>Mayoritas pembantaian telah terjadi di dataran tinggi Papua Barat, wilayah dengan <a href="https://apjjf.org/2017/02/Elmslie.html">rasio tertinggi antara pribumi dengan non-pribumi Papua Barat</a>.</p></li>
<li><p>Banyak pembunuhan dilakukan ketika orang Papua secara damai berdemonstrasi untuk kemerdekaan dari Indonesia.</p></li>
<li><p>Mengingat jumlah pasukan yang dikirim ke Papua Barat dan jenis senjata yang mereka miliki, pemerintah Indonesia <a href="https://www.tapol.org/sites/default/files/sites/default/files/pdfs/NeglectedGenocideAHRC.pdf">seharusnya memiliki pengetahuan penuh</a> tentang tingkat kehancuran yang disebabkan oleh serangan pasukan keamanan dan kelompok-kelompok milisi. (Pasukan keamanan Indonesia umumnya dikenal berada di luar kendali pemerintah)</p></li>
<li><p>Pada sebagian besar pembunuhan, para pelaku tidak pernah dimintai pertanggungjawaban oleh pemerintah.</p></li>
</ul>
<p>Pemerintah <a href="https://www.abc.net.au/foreign/the-war-next-door/12239998">mengklaim</a> Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Indonesia sedang melakukan penyelidikan atas beberapa insiden yang lebih baru, meskipun <a href="https://www.indoleft.org/news/2020-03-20/concern-bloody-paniai-case-will-stall-after-ago-returns-investigation-dossier.html">ada kekhawatiran</a> komisi ini tidak memiliki kekuatan yang memadai dan pemerintah sebelumnya enggan untuk <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2020/02/17/palace-denies-2014-papua-killings-constitute-gross-human-rights-violation.html">menerima temuan</a> dari pelanggaran. </p>
<h2>Mengapa dunia tetap diam?</h2>
<p>Baik Australia dan Selandia Baru ragu-ragu untuk campur tangan dalam krisis HAM di kawasan ini terutama ketika Indonesia terlibat.</p>
<p>Pada 2006, Australia menandatangani <a href="https://www.dfat.gov.au/geo/indonesia/Pages/agreement-between-the-republic-of-indonesia-and-australia-on-the-framework-for-security-cooperation">Lombok Treaty</a>, yang meyakinkan pemerintah Indonesia bahwa Australia akan menghormati kedaulatan negara Indonesia dan tidak mendukung “gerakan separatis”.</p>
<p>Namun, Australia - dan seluruh dunia akhirnya - ikut bertindak saat <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/aug/30/east-timor-indonesias-invasion-and-the-long-road-to-independence">referendum kemerdekaan di Timor Timur</a> pada 1999.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/334980/original/file-20200514-77239-5h2l02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/334980/original/file-20200514-77239-5h2l02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/334980/original/file-20200514-77239-5h2l02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/334980/original/file-20200514-77239-5h2l02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/334980/original/file-20200514-77239-5h2l02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/334980/original/file-20200514-77239-5h2l02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/334980/original/file-20200514-77239-5h2l02.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pasukan Australia bertugas di perbatasan Timor Timur/Timor Barat dengan pasukan penjaga perdamaian PBB pada 2000.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Dean Lewins/AAP</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam <a href="https://www.harpercollins.com.au/9780730499640/lazarus-rising/">memoarnya</a>, mantan Perdana Menteri Australia John Howard menyebut kemerdekaan Timor Timur sebagai salah satu pencapaian kuncinya. Namun, saat menjabat, ia menunjukkan <a href="https://www.smh.com.au/politics/federal/howard-government-resisted-taking-1500-east-timorese-at-gravest-risk-20191219-p53lh2.html">sangat sedikit keinginan untuk mendukung kemerdekaan Timor Timur</a> dan tidak ingin mengganggu Indonesia.</p>
<p>Perubahan sebagian besar adalah hasil intervensi diplomatik di tingkat internasional oleh <a href="https://www.youtube.com/watch?v=TWEzSJYvHOE">Presiden Amerika Serikat Bill Clinton</a>, di samping penurunan Polisi Federal Australia (AFP) yang bekerja sebagai polisi sipil tak bersenjata untuk misi PBB di Timor Timur sebelum akhirnya memperoleh referendum.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/334890/original/file-20200514-167781-gdxrb5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/334890/original/file-20200514-167781-gdxrb5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=896&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/334890/original/file-20200514-167781-gdxrb5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=896&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/334890/original/file-20200514-167781-gdxrb5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=896&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/334890/original/file-20200514-167781-gdxrb5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1126&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/334890/original/file-20200514-167781-gdxrb5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1126&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/334890/original/file-20200514-167781-gdxrb5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1126&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penulis Jaime Swift bertugas di Timor Timur pada tahun 2006.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Liputan media memainkan peran penting dalam membujuk dunia untuk mengambil tindakan. Di Papua Barat, media tidak memiliki efek yang sama.</p>
<p>Ini sebagian karena apa yang dipelajari pasukan keamanan Indonesia dari Timor Timur tentang bagaimana mengendalikan media. Pemerintah Indonesia telah sering memotong layanan internet di Papua Barat, memberlakukan larangan penuh terhadap jurnalis asing, dan menolak permintaan dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia.</p>
<p>Meskipun demikian, rekaman <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/sep/02/west-papua-students-reportedly-shot-by-militias-as-video-of-soldiers-firing-on-crowds-emerges">video kekerasan</a> terus bocor.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1093800046821167105"}"></div></p>
<p>Dengan tidak adanya liputan media yang luas, <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/sep/17/australia-refuses-to-rule-out-handing-over-sydney-lawyer-who-advocates-for-west-papuans-to-indonesia">aktivis pro-demokrasi Papua dan pendukung mereka</a> telah menyerukan penyelidikan hak asasi manusia yang disetujui PBB. Ada juga dukungan signifikan dari para pembela HAM di Indonesia untuk penyelidikan semacam itu.</p>
<p>Karena Indonesia sekarang <a href="https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/with-un-human-rights-council-seat-indonesia-has-choice">duduk</a> di Dewan HAM PBB, Indonesia harus sepenuhnya mendukung langkah seperti itu. Namun, <a href="http://www.internationalaffairs.org.au/australianoutlook/indonesian-elections-role-of-military/">militer tetap memiliki pengaruh yang cukup besar</a> di negara ini, dan meminta para perwira yang diduga melanggar hak asasi manusia untuk bertanggung jawab secara politis sulit dilakukan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/joko-widodo-looks-set-to-win-the-indonesia-election-now-the-real-power-struggle-begins-115626">Joko Widodo looks set to win the Indonesia election. Now, the real power struggle begins</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Bahkan, Presiden Joko “Jokowi” Widodo tahun lalu menunjuk Prabowo Subianto sebagai <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/oct/23/indonesia-joko-widodo-appoints-arch-rival-as-defence-minister-prabowo-subianto">menteri pertahanan</a>. Prabowo telah dituduh <a href="https://www.theguardian.com/world/2019/oct/23/indonesia-joko-widodo-appoints-arch-rival-as-defence-minister-prabowo-subianto">melakukan pelanggaran hak asasi manusia</a>.</p>
<p>Dengan tantangan-tantangan ini, apa yang dibutuhkan dunia untuk menunjukan keberanian moral yang cukup untuk memaksa perubahan di Papua Barat?</p>
<p>Sebagai anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Indonesia perlu bertindak benar dengan mengakhiri larangan media di Papua Barat, mendukung penyelidikan independen PBB, dan mengadili pejabat yang bertanggung jawab atas tindakan kekerasan.</p>
<p>Jika Indonesia tidak mengambil tindakan ini, maka tekanan diplomatik dari dunia akan diperlukan.</p>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan oleh Agradhira Nandi Wardhana dari Bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/139223/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Camellia Webb-Gannon menerima dana dari Australian Research Council. Ia terafiliasi dengan West Papua Project di University of Wollongong.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Jaime Swift terafiliasi dengan Tim Pemulihan Cranfield dan Identifikasi Korban Konflik. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Michael Westaway menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Nathan Wright terafiliasi dengan University of Cambridge. </span></em></p>Untuk menarik perhatian pada konflik baru di Papua Barat, peneliti Australia menengok puluhan tahun ke belakang untuk mendokumentasikan insiden kekerasan dalam proyek pemetaan baru.Camellia Webb-Gannon, Lecturer, University of WollongongJaime Swift, DPhil (PhD) candidate, University of OxfordMichael Westaway, Australian Research Council Future Fellow, Archaeology, School of Social Science, The University of QueenslandNathan Wright, Research Fellow, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1337942020-03-18T09:47:17Z2020-03-18T09:47:17ZMelindungi anak-anak dan remaja dari kekerasan di media<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/321228/original/file-20200318-37392-mm12xj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Pixabay.com</span></span></figcaption></figure><p>Maret ini, selain berita tentang virus COVID-19, kabar yang banyak diberitakan media adalah remaja perempuan 15 tahun, NF, yang <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/09/07435691/8-fakta-pembunuhan-sadis-di-sawah-besar-pelaku-menyerahkan-diri-dan">membunuh</a> seorang gadis kecil berumur 5 tahun pada 5 Maret lalu.</p>
<p>Publik dikejutkan pertama kali karena pelaku pembunuhan masih belia. Apa yang disampaikan oleh polisi kemudian membuat publik semakin terhenyak. NF disebut membunuh dengan sadar, mengaku tidak menyesal, dan merasa puas dengan perbuatannya. <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/03/13/07283531/dalami-kejiwaan-remaja-pembunuh-balita-di-sawah-besar-tim-dokter-minta?page=all">Polisi saat ini masih memeriksa kejiwaan NF</a>. </p>
<p>Salah satu hal yang banyak diulas media adalah pengakuan NF kepada polisi bahwa ia membunuh karena terpengaruh film dan <em>game</em>. Ini sesuatu yang harus menjadi perhatian serius bagi siapa pun yang memiliki kepedulian terhadap perlindungan anak dari media.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kpi-awasi-netflix-dan-youtube-langkah-kembali-ke-orde-baru-yang-tidak-perlu-bila-ada-literasi-media-121939">KPI awasi Netflix dan YouTube: Langkah kembali ke Orde Baru yang tidak perlu bila ada literasi media</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kekerasan dalam media</h2>
<p>Media yang disebutkan menginspirasi NF untuk membunuh adalah <a href="https://tirto.id/sempat-gambar-slender-man-pelaku-nf-dites-kejiwaan-di-rs-polri-eDQo">film dan game Chucky dan Slender Man</a>. Keduanya bergenre horor dengan kandungan kekerasan yang kental. </p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=893&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=893&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=893&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1122&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1122&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/320975/original/file-20200317-60932-159l788.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1122&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Poster salah satu film Chucky, <em>Childs Play 2</em> yang dirilis pada 1990.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Universal Pictures</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Chucky adalah salah satu ikon fiksi horor terkenal dan digambarkan sebagai pembunuh berantai yang arwahnya menghuni boneka. Tak hanya berbentuk film, Chucky juga berbentuk <em>game</em>. </p>
<p>Dalam film maupun <em>game</em>, sang boneka melakukan kekejaman yang intens. Film Chucky mendapatkan klasifikasi <a href="https://tirto.id/film-joker-bahaya-adegan-kekerasan-untuk-kesehatan-mental-anak-ejli">R <em>(Restricted)</em></a>, yang berarti anak berusia di bawah 17 memerlukan pendamping orang tua atau wali dewasa untuk menontonnya. </p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/320978/original/file-20200317-60932-10dmnjq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Salah satu penggambaran Slender Man.</span>
<span class="attribution"><a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Slender Man adalah karakter fiksi berbentuk sosok pria tanpa wajah dengan badan tipis tinggi, memiliki tentakel, mengenakan baju hitam dengan dasi merah. </p>
<p>Karakter ini muncul pertama kali pada 2009, berasal dari <em>meme</em> internet di forum online <a href="https://tirto.id/mengenal-tokoh-slender-man-yang-menjadi-ikon-remaja-pembunuh-balita-eEh7">Something Awful</a>. Ia dikisahkan suka menculik atau melukai orang, terutama anak-anak. Sosok ini menyukai jalan berkabut dan daerah berhutan untuk menyembunyikan dirinya. Ia juga mencari korban tidak berdaya yang akan dihipnotisnya. Kontennya muram dan mencekam. </p>
<p>Slender Man menjadi ikon <a href="https://mashable.com/article/slender-man-scary-fears-millennial-digital-age/">populer di kalangan milenial</a>, bahkan dikatakan sebagai manifestasi dari generasi yang merasa dilupakan, tidak pernah terdengar, dan merasa tidak pasti. </p>
<p>Nama Slender Man bukan sekali ini saja tercatat dalam kasus pembunuhan. Sosok ini pernah disebut dalam insiden mengerikan yang terjadi di <a href="https://news.detik.com/berita/d-4930356/tentang-slenderman-karakter-fiksi-di-balik-aksi-keji-nf">Waukesha, Wisconsin, Amerika Serikat (AS) pada 2014</a>. </p>
<p>Saat itu, dua anak berusia 12 tahun mengajak teman mereka ke hutan dan kemudian menikamnya belasan kali. Kedua pelaku meyakini Slender Man menyuruh mereka. Keduanya percaya, jika mereka tidak melakukannya, Slender Man akan membahayakan keluarga mereka. Pada kasus ini, untungnya korban selamat. </p>
<p>Kasus kekejaman lain yang diinspirasikan oleh Slender Man terjadi di <a href="https://www.thescottishsun.co.uk/news/scottish-news/3910333/aaron-campbell-alesha-macphail-murderer-killer-slender-man-court/">Skotlandia pada 2019</a>. Pelakunya seorang remaja pria 16 tahun yang memperkosa dan membunuh seorang gadis 6 tahun. </p>
<p>Kajian literatur banyak memberi perhatian pada efek konten kekerasan di media kepada anak. Aksi kekerasan yang dilakukan anak dalam kehidupan nyata akibat pengaruh media menimbulkan perdebatan dan kekhawatiran publik. </p>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/2008-10558-011">Barbara Wilson</a>, pengajar dan peneliti sosial dan psikologi di University of Illinois, AS, menyebut bahwa kekhawatiran publik atas kekerasan media sering dipicu oleh insiden-insiden agresi kaum muda. </p>
<p>Wilson menyatakan tak terhitung contoh kekerasan yang sering dilakukan oleh pelaku yang semakin muda yang telah menimbulkan kontroversi mengenai peran yang mungkin dimainkan media dalam mendorong perilaku agresif. Misalnya, kasus penikaman di <a href="http://clevelandbanner.com/stories/slenderman-and-his-impact-on-a-generation,85024">Waukesha</a> membuka perdebatan tentang tanggung jawab internet dan penggunaan internet oleh anak. </p>
<p>Kasus lain yang ramai diperbincangkan publik adalah pengaruh <em>game</em> kekerasan saat terjadi kasus pembunuhan massal oleh dua siswa di sekolah menengah Columbine, AS, pada 1999. Setelah penembakan itu, polisi menemukan rekaman video dari salah seorang pembunuh dengan senapan yang disebutnya “Arlene”, dinamai sesuai karakter dalam <em>game</em> <a href="https://psycnet.apa.org/record/2008-10558-011">Doom</a>. </p>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/2008-10558-011">Wilson</a> mengatakan bahwa kajian literatur mendukung kesimpulan bahwa kekerasan media berkontribusi terhadap sikap dan perilaku agresif serta desensitisasi dan efek ketakutan. </p>
<p>Lebih jauh, konten kekerasan di media diteorikan berpotensi membuat si pemakai media menjadi tumpul perasaannya terhadap empati dan rasa sakit yang dirasakan orang lain. Inilah yang disebut sebagai <em>“compassion fatigue”</em> <a href="https://books.google.com/books/about/High_Tech_high_Touch.html?id=fQ_bAAAAMAAJ">oleh Sissela Bok</a>, <a href="https://www.aapss.org/fellow/sissela-bok/">seorang filsuf dan etisis</a> asal AS.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/penelitian-orang-miskin-cenderung-mengirim-anak-perempuan-mereka-ke-madrasah-133147">Penelitian: orang miskin cenderung mengirim anak perempuan mereka ke madrasah</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Literasi media untuk anak</h2>
<p>Kasus NF kembali mengingatkan kita pada dampak media kekerasan bagi anak. Kekerasan lazim menjadi konten bagi media hiburan dan banyak di antaranya dikonsumsi anak atau remaja dengan bebasnya. </p>
<p>Muatan kekerasan berlimpah di internet. Data yang ditunjukkan pakar media <a href="https://books.google.co.id/books?id=LWg6giVEEGkC&printsec=frontcover&dq=sonia+livingstone+children+and+the+internet&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjsp8rHw57oAhUP73MBHea8BM0Q6AEIKTAA#v=onepage&q=sonia%20livingstone%20children%20and%20the%20internet&f=false">Sonia Livingstone</a> menyimpulkan bahwa 1 dari 3 anak melihat muatan kekerasan dan kebencian di internet. </p>
<p>Dalam membicarakan dampak media kita memang tidak dapat menyamaratakan efeknya pada semua anak. Efek itu dapat saja bersifat <em>conditional</em> (tergantung keadaan), tergantung juga pada faktor-faktor lainnya.</p>
<p>Namun harus diingat bahwa potensi anak untuk terpengaruh media itu besar. Mengingat anak adalah kelompok usia yang belum kritis, maka ia rentan terpengaruh isi media. </p>
<p>Dalam konteks inilah maka menjadi penting sekali bagi anak untuk memiliki kemampuan literasi media. Art Silverblatt, profesor komunikasi dan jurnalistik di Webster University, AS, <a href="https://books.google.co.id/books/about/Media_Literacy.html?id=jKlIPgAACAAJ&redir_esc=y">menyatakan</a> bahwa literasi media antara lain adalah keterampilan berpikir kritis yang memungkinkan khalayak untuk menilai isi media dan adanya kesadaran mengenai dampak media. </p>
<p>Dengan keterampilan ini, anak dapat menyaring isi media yang dikonsumsinya dan menangkal efek negatif media. Keterampilan literasi media (termasuk juga literasi media digital) dapat diberikan oleh orangtua sejak anak usia dini.</p>
<p>Misalnya, orangtua dapat menanamkan “<a href="https://books.google.co.id/books/about/The_Media_Diet_for_Kids.html?id=Hz5iPgAACAAJ&source=kp_book_description&redir_esc=y">diet media</a>” sedari anak kecil. </p>
<p>Diet media mencakup tiga langkah: membatasi waktu konsumsi media anak (maksimal dua jam sehari untuk menikmati hiburan dari layar), memilih konten media yang sehat bagi anak (untuk memastikan waktu penggunaan media oleh anak benar-benar berkualitas), dan mendorong aktivitas yang menjauhkan anak dari media (seperti bermain dan mengembangkan hobi atau minat anak). </p>
<p><a href="https://books.google.co.id/books/about/The_Media_Diet_for_Kids.html?id=Hz5iPgAACAAJ&source=kp_book_description&redir_esc=y">Diet media</a> di masa kecil dapat menghentikan konsumsi media yang berlebihan dan menetapkan keseimbangan media yang sehat bagi anak. Anak pun akan mampu mengontrol peran media saat tumbuh remaja. </p>
<p>Literasi media, yang membuat anak dapat kritis menilai konten media dan sadar mengenai dampak media, adalah kecakapan yang dapat diajarkan di rumah maupun sekolah. Bahkan orangtua dan guru dapat berkolaborasi untuk menumbuhkan kecakapan ini. </p>
<p>Dari kasus NF ini, para orangtua dan guru dapat belajar bahwa mereka pun harus memiliki kecakapan literasi media yang memadai, agar tidak terjadi penyalahgunaan media oleh anak.</p>
<p><em>Marsha Vanessa ikut berkontribusi dalam penerbitan artikel ini</em></p>
<hr>
<p>Ikuti perkembangan terbaru seputar isu politik dan masyarakat selama sepekan terakhir. Daftarkan email Anda di <a href="http://theconversation.com/id/newsletters/catatan-mingguan-65">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/133794/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nina Mutmainnah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Keterampilan literasi media adalah salah satu upaya melindungi anak dari konten kekerasan di berbagai media.Nina Mutmainnah, Lecturer, Department of Communication, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1279962019-12-02T04:38:54Z2019-12-02T04:38:54ZPenemu paling mematikan di dunia: Mikhail Kalashnikov dan AK-47 ciptaannya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/304207/original/file-20191128-178114-1d2nkfq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=54%2C9%2C1907%2C1268&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sang penemu dan senjata ciptaannya.</span> <span class="attribution"><span class="source">Vladimir Vyatkin/AP</span></span></figcaption></figure><p>Apa senjata paling mematikan pada abad ke-20?</p>
<p>Mungkin yang pertama terpikir adalah <a href="http://www.atomicarchive.com/Docs/MED/med_chp10.shtml">bom atom</a> yang diperkirakan telah membunuh 200.000 orang saat Amerika Serikat (AS) menjatuhkan dua bom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang pada 1945.</p>
<p>Namun ada satu senjata lain yang telah membunuh lebih banyak orang - jumlahnya hingga <a href="https://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/northamerica/usa/11714558/AK-47-Kalashnikov-The-firearm-which-has-killed-more-people-than-any-other.html">jutaan</a>, yaitu senapan serbu Kalshnikov, atau lebih dikenal sebagai AK-47.</p>
<p>Senjata ini awalnya dikembangkan secara rahasia untuk militer Uni Soviet; hingga kini diperkirakan <a href="http://www-wds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/2007/04/13/000016406_20070413145045/Rendered/PDF/wps4202.pdf">100 juta</a> AK-47 dan variannya telah diproduksi. Senjata ini kini dapat ditemukan di seluruh dunia, termasuk di tangan warga sipil AS - pada 2012, mereka membeli AK-47 sama banyaknya dengan polisi dan militer Rusia. Sebagai seorang dokter, saya telah menyaksikan kehancuran yang bisa dihasilkan senjata ini pada tubuh manusia.</p>
<h2>Temuan Kalashnikov</h2>
<p>Desainer senjata Rusia <a href="https://www.britannica.com/biography/Mikhail-Timofeyevich-Kalashnikov">Mikhail Kalashnikov</a> menemukan senjata ini di pertengahan abad ke-20. Lahir 10 November 1919, Kalashnikov adalah seorang mekanik tank di militer Soviet selama Perang Dunia II. Ia terluka dalam invasi Jerman di Uni Soviet pada 1941.</p>
<p>Setelah menyaksikan sendiri keunggulan tempur senjata api tentara Jerman, Kalashnikov memutuskan untuk mengembangkan senjata yang lebih baik. Selama masih di militer, ia menghasilkan beberapa rancangan yang kalah dari rancangan pesaing sebelum akhirnya menghasilkan AK-47 yang pertama.</p>
<p>AK-47, temuan terbaik Kalashnikov, adalah kepanjangan dari Automat Kalshnikova 1947, tahun senjata itu diproduksi pertama kali.</p>
<p>Pada 1949, AK-47 menjadi senapan serbu Angkatan Darat Soviet. Senjata ini kemudian diadopsi negara lain dalam Pakta Warsawa, dengan cepat menyebar ke seluruh dunia dan menjadi simbol revolusi di pelosok dunia seperti Vietnam, Afghanistan, Kolombia dan Mozambik - AK-47 bahkan ada di bendera Mozambik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300728/original/file-20191107-10905-1cd3k2b.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Bendera Mozambik berisi sebuah AK-47 dengan bayonet, melambangkan pertahanan dan kewaspadaan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Flag_of_Mozambique.svg">Wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sepanjang hidupnya, Kalashnikov terus memperbaiki desain klasik senjata ini. Pada 1959, <a href="https://modernfirearms.net/en/assault-rifles/russia-assault-rifles/ak-47-akm-eng">AKM</a> mulai diproduksi. AKM menggunakan <em>receiver</em> (bagian badan senapan yang berisi mekanisme penembakan) berbahan logam yang dicetak mesin (<em>stamping</em>) sehingga lebih ringan dan murah. Ia juga mengembangkan <a href="https://weaponsystems.net/weaponsystem/AA06%20-%20PK.html">senapan mesin PK</a>. Modifikasi AK-47 masih diproduksi di negara-negara di seluruh dunia.</p>
<h2>Kelebihan dan jumlah melimpah AK-47</h2>
<p>Mengapa AK-47 adalah senapan yang demikian <a href="https://www.militarytimes.com/off-duty/gearscout/2017/12/12/how-the-ak-47-became-the-weapon-of-the-century/">revolusioner</a>?</p>
<p>Senapan ini relatif mudah untuk diproduksi, pendek dan ringan, dan mudah digunakan, dan punya sedikit <em>recoil</em> (hentakan yang disebabkan oleh senjata api ketika ditembakan). Senapan ini juga legendaris karena <a href="https://www.hodder.co.uk/titles/michael-hodges/ak47-the-story-of-the-peoples-gun/9781848947696/">keandalannya</a> dalam kondisi berat dari hutan belantara yang basah hingga badai pasir Timur Tengah, dalam dingin dan panas ekstrim.</p>
<p>Proses perawatannya juga mudah. Piston gas yang besar dan ada keleluasaan jarak pada bagian-bagian mekaniknya membuat senapan ini tidak mudah macet.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300781/original/file-20191107-10961-opbm8v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">AP.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/Watchf-AP-I-KHM-APHS328122-Cambodian-Guns/d2e237a3595a4612bd3b5476ed0e78f1/4/0">Serdadu Kamboja membawa senapan Ak-47 pada 1970.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kalashnikov senang <a href="https://www.cbsnews.com/news/ak-47-inventor-says-conscience-is-clear/">menyombongkan</a> keunggulan senapannya atas senapan M-16 AS. “Selama Perang Vietnam,” kata dia dalam wawancara pada 2007, “Serdadu Amerika membuang M-16 mereka dan mengambil AK-47 dan peluru dari tentara Vietnam yang tewas. Saya dengar tentara Amerika juga cukup sering menggunakan AK-47 di Irak.”</p>
<p>Senjata yang jumlahnya paling besar di dunia ini juga cocok digunakan untuk <a href="https://www.tampabay.com/news/perspective/the-tools-of-modern-terror-how-the-ak-47-and-the-ar-15-evolved-into-rifles/2289290/">kejahatan dan terorisme</a>. Penyandera yang menyerbu area Olimpiade di Munich, Jerman, pada 1972 menggunakan senapan Kalashnikov, pelaku penembakan massal di AS juga menggunakan versi semi-otomatis senapan ini dalam kejadian di Stockton, California, dan Dallas.</p>
<p>Militer AS juga telah mendistribusikan senjata ini dalam konflik di Afghanistan dan Irak. Dengan masa pakai 20 hingga 40 tahun, senapan AK mudah dipindahkan dan digunakan kembali.</p>
<p>Kini, harga secara global bisa mencapai ratusan dolar AS, tapi beberapa AK-47 bisa dibeli dengan harga hingga US$50 (sekitar Rp 700 ribu). Produksi besar di seluruh dunia, terutama di negara dengan biaya buruh rendah, telah <a href="http://mentalfloss.com/article/27455/what-made-ak-47-so-popular">menekan harga</a> senapan AK.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300782/original/file-20191107-10910-16bus06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Patung Kalashnikov memegang senapan kenamaannya berdiri di Moskow.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/APTOPIX-Russia-Kalashnikov-Monument/9c353bc07374464b8a5e3a4d3f602d38/7/0">AP Photo/Pavel Golovkin</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Warisan Kalashnikov</h2>
<p>Atas jerih payahnya, <a href="https://www.rferl.org/a/kalashnikov/25210057.html">Uni Soviet</a> menganugerahi Kalashnikov Hadiah Stalin, Bintang Merah, dan Ordo Lenin.</p>
<p>Kalashnikov <a href="https://www.theguardian.com/world/2013/dec/23/mikhail-kalashnikov">meninggal</a> sebagai <a href="https://www.nytimes.com/2017/09/19/world/europe/moscow-kalashnikov-statue.html">pahlawan nasional</a> pada 2013 dalam usia 94 tahun.</p>
<p>Dalam sebagian besar hidupnya, Kalashnikov menepis upaya untuk membuat dia merasa bersalah atas jumlah pembunuhan dan luka-luka yang besar akibat temuan dia. Dia bersikukuh senapan itu dikembangkan untuk pertahanan diri, bukan untuk menyerang.</p>
<p>Saat seorang <a href="https://www.spokesman.com/stories/2007/jul/07/inventor-of-the-ak-47-still-not-losing-any-sleep/">reporter bertanya pada 2007</a> apakah ia tidak gundah dan bisa tidur nyenyak di malam hari, dia menjawab “Saya tidur nyenyak. Para politikuslah yang bersalah karena gagal mencapai kesepakatan dan menggunakan kekerasan.”</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/300785/original/file-20191107-10940-oigl5h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=434&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">AK-47 telah menjadi simbol dan senjata, sebagaimana terlihat dalam perhiasan bertatah berlian milik seorang buronan narkoba di Meksiko ini.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/AP-I-MEX-MO102-MEXICO-NARCO-JEWELRY/dc8b0bc381e0da11af9f0014c2589dfb/1/0">AP Photo/Dario Lopez Mills</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, menjelang akhir hayatnya, Kalashnikov sepertinya mengalami perubahan dalam sanubarinya. Ia menulis surat kepada Kepala Gereja Ortodoks Rusia, yang berbunyi “Rasa sakit dalam jiwa saya tidak tertahankan. Saya terus bertanya pada diri sendiri sebuah pertanyaan yang tak kunjung terjawab: Jika senapan serbu saya mengambil nyawa orang, itu berarti saya bertanggung jawab atas kematian mereka.”</p>
<p>Itu adalah pertanyaan abadi: Apa yang membunuh? Pistol, atau mereka yang menggunakannya? Dia menutup surat itu dengan menulis “seorang hamba Tuhan, sang perancang Mikhail Kalashnikov.”</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127996/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Richard Gunderman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Seratus tahun yang lalu, penemu senjata paling mematikan abad ke-20 lahir di Rusia. Kini lebih dari 100 juta senapan rancangannya telah dibuat dan digunakan di seluruh dunia.Richard Gunderman, Chancellor's Professor of Medicine, Liberal Arts, and Philanthropy, Indiana UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1247512019-10-08T04:31:42Z2019-10-08T04:31:42ZPolisi yang menyerang petugas medis saat kerusuhan harus dihukum karena langgar HAM dan ancam nyawa banyak orang<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/295763/original/file-20191007-121060-7svsr6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/yogyakarta-indonesia-08-18-2019-indonesian-1481906369?src=qrVlNRygraNaDI4VInSvsw-1-2">Gratsias Adhi Hermawan/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Sejumlah anggota Korps Brigade Mobil Kepolisian menganiaya beberapa petugas <a href="https://nasional.republika.co.id/berita/pyfp0g409/pmi-oknum-brimob-buka-paksa-ambulans-dan-pukuli-tim-medis">medis Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta</a> saat staf medis menolong korban kerusuhan dalam unjuk rasa yang menentang sejumlah rancangan undang-undang di Pejompongan, Jakarta Pusat akhir September lalu. </p>
<p>Tindakan kekerasan, siapa pun pelakunya, terhadap petugas medis, pasien, fasilitas kesehatan, dan ambulans selama konflik bersenjata maupun gangguan sipil bertentangan dengan perlindungan masyarakat sipil dan hak azasi manusia yang diatur dalam <a href="https://blogs.icrc.org/indonesia/konvensi-jenewa-tahun-1949/">Konvensi Jenewa 1949</a>. </p>
<p>Indonesia juga sudah meratifikasi <a href="https://kemlu.go.id/portal/id/read/40/halaman_list_lainnya/indonesia-dan-hak-asasi-manusia">konvensi tersebut </a> dan mengeluarkan peraturan terkait, salah satunya <a href="https://icjr.or.id/peraturan-kapolri-no-8-tahun-2009-tentang-implementasi-prinsip-dan-standar-hak-asasi-manusia-dalam-penyelenggaraan-tugas-kepolisian-negara-republik-indonesia/">Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 8 Tahun 2009</a> tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian.</p>
<p>Karena dasar hukum tersebut, pelaku kekerasan terhadap petugas medis harus dihukum. </p>
<p>Penyerangan terhadap petugas medis di tengah kerusuhan tidak bisa dibiarkan karena bisa mengancam nyawa para korban kerusuhan, baik dari masyarakat sipil maupun polisi yang bertugas, yang membutuhkan pertolongan darurat. </p>
<h2>Pelanggaran berulang kali di Indonesia</h2>
<p>Di tengah kerusuhan akibat gangguan sipil, petugas medis akan menolong korban yang terluka, baik dari pemrotes maupun polisi-tentara yang bertugas. Mereka juga akan menolong anggota masyarakat yang terluka saat mereka melintas atau terjebak di tengah kerusuhan.</p>
<p>Karena itu, saat terjadi demonstrasi dan gangguan sipil, aparat penegak hukum, tentara, dan masyarakat harus menghentikan dan mencegah terjadinya kekerasan terhadap petugas medis baik dari lembaga kemanusiaan yang terkenal seperti Palang Merah maupun lembaga kemanusiaan lokal yang kurang dikenal, yang biasanya dibentuk oleh masyarakat lokal dan komunitas agama. </p>
<p>Sayangnya, serangan polisi terhadap petugas medis yang terjadi pada bulan September lalu bukan yang pertama terdengar di Indonesia. </p>
<p>Pada Mei lalu polisi juga menyerang petugas medis di <a href="https://metro.tempo.co/read/1208460/rusuh-22-mei-tenaga-medis-dompet-dhuafa-dipukul-polisi">ambulans Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa</a> yang tengah berkeliling mencari korban kerusuhan dalam unjuk rasa memprotes pengumuman hasil pemilihan umum. Saat itu, memang benar bahwa di lokasi yang berbeda polisi menemukan batu dalam <a href="https://metro.tempo.co/read/1209402/eksklusif-cerita-staf-gerindra-soal-ambulans-bawa-batu-22-mei/full&view=ok">mobil ambulans milik Partai Gerindra </a> dan <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2019/09/16/20240241/jaksa-kerusuhan-22-mei-ambulans-gerindra-jadi-kamuflase-untuk-simpan-batu?page=all">pembawa mobil tersebut kini diadili</a>. </p>
<p>Tampaknya ini dijadikan dasar kecurigaan terhadap mobil ambulans di tengah kerusuhan termasuk ambulans PMI baru-baru ini. Sebenarnya tak hanya polisi pelaku kekerasan terhadap petugas medis. </p>
<p>Pada waktu yang hampir bersamaan akhir September lalu, <a href="https://kabar24.bisnis.com/read/20190925/15/1152418/rusuh-wamena-dokter-soeko-marsetiyo-akhirnya-meninggal-jumlah-korban-meninggal-jadi-30-orang">kerusuhan yang melibatkan masyarakat di Wamena Papua merenggut nyawa dokter Soeko Marsetiyo</a>, yang telah bertugas di sana 15 tahun terakhir. </p>
<h2>Norma international</h2>
<p>Norma hukum internasional yang dapat dijadikan rujukan dalam melihat masalah ini adalah <a href="https://blogs.icrc.org/indonesia/konvensi-jenewa-tahun-1949/">Konvensi Jenewa 1949</a>, yang telah diratifikasi mayoritas negara di dunia termasuk Indonesia. </p>
<p>Salah satu bagian penting konvensi ini bertujuan untuk memastikan bahwa orang sakit dan terluka, dari bangsa apa pun dia berasal dan kemana pun dia berpihak dalam konflik, harus ditolong. Oleh karena itu, para petugas penolong memiliki imunitas dari hukuman karena tindakan pertolongan mereka. </p>
<p>Pembaharuan Konvensi Jenewa 1949 memberikan penekanan bahwa orang yang terluka dan sakit dalam konflik bersenjata tidak boleh ditinggalkan tanpa pertolongan dan perawatan medis. Dengan demikian petugas medis yang merawat atau menyediakan transportasi orang sakit atau luka tersebut harus dihormati dan dilindungi dalam segala situasi. Petugas medis yang dimaksud bukan hanya dokter, tapi juga perawat, bidan, petugas farmasi, termasuk mahasiswa kedokteran/kesehatan meski belum lulus.</p>
<p>Pada Mei 2016, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi No. 2286 yang mengutuk penyerangan dan ancaman terhadap orang terluka dan sakit, petugas medis, dan petugas kemanusiaan yang bertugas menjalankan tugas. Dalam hal ini termasuk orang-orang yang menyediakan transportasi dan peralatan untuk kepentingan tersebut, juga rumah sakit dan fasilitas medis lainnya. </p>
<p>Resolusi ini didukung oleh lebih dari 80 negara dan menekankan agar negara-negara tersebut membangun kerangka hukum di tingkat nasional untuk menjamin resolusi tersebut dijalankan, termasuk Indonesia. </p>
<p>Sayangnya setelah tiga tahun resolusi tersebut, <a href="https://publicspace.who.int/sites/ssa/SitePages/PublicDashboard.aspx">jumlah petugas medis yang tewas akibat tindakan represif justru meningkat</a>. </p>
<h2>Serangan global terhadap petugas medis</h2>
<p>Indonesia bukan satu-satunya negara tempat terjadinya pelecehan tenaga medis oleh aparat penegak hukum.</p>
<p>Sebuah laporan dari <a href="https://reliefweb.int/report/world/violence-front-line-attacks-health-care-2017">Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (Amerika Serikat) dan University of Essex (Inggris) tahun 2018</a> menunjukkan kasus pelecehan hingga kriminalisasi tenaga medis yang tengah memberi pertolongan di tengah konflik bersenjata dan gangguan sipil juga terjadi di negara-negara yang tengah mengalami perang atau konflik bersenjata. </p>
<p>Petugas medis dan fasilitas kesehatan diserang tak hanya di area konflik seperti di Afganistan, Iraq, dan Syria, tapi juga di negara-negara yang mengalami gangguan sipil bersifat lokal seperti Bahrain, Kolombia, Mesir, Peru, Inggris, dan Amerika Serikat.</p>
<p>Laporan tersebut mengindikasikan dalam beberapa tahun terakhir seiring meningkatnya kekhawatiran tindakan terorisme, terjadi juga peningkatan tindak kekerasan aparat penegak hukum terhadap tenaga medis. </p>
<p>Walaupun negara-negara tersebut telah mengadopsi berbagai norma hukum internasional yang menjamin imunitas tenaga medis yang tengah bertugas dalam situasi konflik. Hal ini juga menunjukkan tindakan represif terhadap tenaga medis semakin menjadi kekhawatiran komunitas internasional.</p>
<p>Tahun ini <a href="https://publicspace.who.int/sites/ssa/SitePages/PublicDashboard.aspx">ada 765 serangan terhadap petugas medis di 10 negara</a> yang dilanda konflik bersenjata dan menewaskan 167 petugas kesehatan. Angka yang tewas itu lebih banyak dibanding tahun lalu, 156 petugas.</p>
<p>Serangan terhadap petugas medis juga terjadi di area wabah penyakit. Misalnya, <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/311780/WHO-WHE-EMO-2019.3-eng.pdf?ua=1">delapan petugas medis yang menangani wabah Ebola di Afrika Barat tewas</a> akibat serangan masyarakat yang ketakutan terhadap penanganan wabah di sana. </p>
<p>Ada banyak <a href="https://www.who.int/hac/techguidance/attacks_on_health_care_q_a/en/">bentuk serangan terhadap petugas kesehatan </a> meliputi:
kekerasan dengan senjata berat, kekerasan dengan senjata individu, menghalangi pemberian perawatan, kekerasan psikologis (intimidasi dan ancaman), dan militerisasi aset perawatan kesehatan. </p>
<p>Tindakan lainnya, penyerangan tanpa senjata, serangan pakai agen kimia,
penghapusan aset perawatan kesehatan, pembakaran, kekerasan seksual, pencarian bersenjata atau kekerasan dan penculikan, penangkapan, penahanan petugas kesehatan atau pasien.</p>
<p>Masalahnya, contoh di beberapa negara, seperti <a href="https://reliefweb.int/report/world/violence-front-line-attacks-health-care-2017">dalam laporan Johns Hopkins Bloomberg School</a>, memperlihatkan bahwa tindakan pertolongan tenaga medis yang didasarkan pada etika kedokteran, yaitu memberi perlakuan sama pada semua orang, termasuk menolong demonstran atau anggota milisi bersenjata yang menentang pemerintah justru dilihat sebagai “kejahatan”. </p>
<p>Polisi dan tentara seringkali bertindakan represif karena mereka menganggap tim medis turut melawan pemerintah atau membantu pihak yang melawan pemerintah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124751/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yoni Syukriani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pelaku kekerasan terhadap petugas medis harus dihukum untuk memenuhi asas keadilan, menjadi pembelajaran dan tidak diulang pada masa depan.Yoni Syukriani, Dosen bidang Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal dan bidang Bioetika Humaniora, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1221442019-08-21T09:21:21Z2019-08-21T09:21:21ZCara hentikan konflik di Papua: Stop kekerasan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/288877/original/file-20190821-170918-fn1gad.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ribuan orang turun ke jalan dalam demonstrasi di Jayapura, Papua, pada 19 Agustus 2019. </span> <span class="attribution"><span class="source">Frans/EPA</span></span></figcaption></figure><p>Rentetan penahanan dan intimidasi terhadap masyarakat Papua yang terjadi <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190819200236-20-422845/kronik-rusuh-papua-dari-malang-menjalar-hingga-makassar">di Malang</a> dan <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190819200236-20-422845/kronik-rusuh-papua-dari-malang-menjalar-hingga-makassar">Surabaya</a>, Jawa Timur, minggu lalu menambah daftar panjang kekerasan terhadap mereka. </p>
<p>Kekerasan di dalam konflik yang menyudutkan masyarakat Papua telah berlarut dan memiliki pola berulang dari waktu ke waktu. <a href="https://nasional.kompas.com/read/2019/02/15/06482101/memutus-mata-rantai-kekerasan-di-papua?page=all">Amnesty Internasional</a> telat mencatat 69 kasus dugaan pembunuhan di Papua sepanjang Januari 2010 hingga Februari 2018. Yang menyedihkan, aparat negara menjadi dua pelaku utama dalam tindak kekerasan – 34 kasus oleh aparat kepolisian dan 23 kasus oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).</p>
<p>Kekerasan – baik langsung maupun struktural – harus segera dihentikan dan perbaikan hubungan pemerintah pusat dengan rakyat Papua yang selama ini timpang harus segera dilakukan jika pemerintah ingin menghilangkan konflik di Papua.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/memahami-akar-masalah-papua-dan-penyelesaiannya-jangan-gegabah-87785">Memahami akar masalah Papua dan penyelesaiannya: jangan gegabah</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mengakhiri konflik</h2>
<p>Christopher Mitchell, sejarawan sekaligus ahli resolusi konflik dari Inggris, mencatat tiga kondisi yang dapat <a href="https://www.palgrave.com/gp/book/9781403945181">membuat konflik berakhir</a>: hilangnya sikap negatif serta perseteruan, tidak berlakunya isu yang menjadi sengketa, dan berhentinya perilaku koersif dan kekerasan. </p>
<p>Ketiga kondisi ini mencerminkan adanya penghentian kekerasan struktural, kultural, dan langsung, yang menjadi pekerjaan utama untuk dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik. </p>
<p>SETARA Institute, dalam <a href="http://setara-institute.org/en/ambiguitas-politik-ham-di-papua">laporannya</a> mencatat tiga periode penyelesaian konflik Papua oleh pemerintah berdasarkan cara yang digunakan. </p>
<p>Periode pertama antara 1963 dan 1998, dengan pendekatan keamanan dan menjadikan Papua menjadi Daerah Operasi Militer (DOM). Periode kedua antara 1998 dan 2014, melalui kebijakan kesejahteraan yang diwujudkan lewat <a href="http://www.bphn.go.id/data/documents/01uu021.pdf">Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001</a> tentang otonomi khusus Papua. Periode ketiga yaitu sejak 2014 hingga sekarang, melalui penekanan pembangunan sesuai dalam visi Nawacita Presiden Joko “Jokowi” Widodo. </p>
<p>Pada praktiknya ketiga periode masih menjadikan pendekatan keamanan sebagai rujukan yang naasnya disertai dengan berbagai praktik kekerasan dan pelanggaran HAM.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-presiden-jokowi-tak-kunjung-berhasil-merebut-hati-orang-papua-108296">Mengapa Presiden Jokowi tak kunjung berhasil merebut hati orang Papua?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Mengadopsi teori Mitchell, solusi untuk Papua bisa dimulai dengan menghapus sikap perseteruan yang dapat dimulai dengan permintaan maaf kepada masyarakat Papua. <a href="https://www.palgrave.com/gp/book/9781403945181">Permintaan maaf</a> merupakan salah satu obat penyembuh dalam rekonsiliasi. </p>
<p>Masyarakat Indonesia secara keseluruhan perlu meminta maaf karena telah membiarkan kekerasan terjadi kepada saudara sebangsa dan setanah air terjadi. Permintaan maaf dari pemerintah juga harus dilakukan sebagai pengakuan atas kegagalan negara dan langkah awal komitmen berbenah. </p>
<p>Pelaku kekerasan – aparat keamanan, ormas, dan pihak-pihak terkait – harus secara langsung mengakui kesalahan fatal yang mereka lakukan selain juga meminta maaf. </p>
<p>Penertiban perilaku koersif dan penggunaan kekerasan juga harus segera dilakukan. Kepolisian harus menindak tegas aparat yang terlibat dalam kekerasan serta ormas sebagai <a href="https://kumparan.com/setara/dehumanisasi-di-hari-kemanusiaan-internasional-atas-masyarakat-papua-1rhF8rkNbKz#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s">preseden</a> pengurangan tindakan represif sekaligus memastikan tindakan tidak akan terulang (<em>guarantees of non-repetition</em>) di masa depan. </p>
<p>Selain itu, pemerintah harus mengkondisikan agar kekerasan tidak menjalar lebih jauh dan situasi di Papua menjadi kondusif.</p>
<p>Upaya yang dapat dirintis sedini mungkin adalah memulai dialog holistik antara pemerintah pusat dan Papua. </p>
<p>Dialog ini mencakup rencana pembangunan yang tidak terbatas pada infrastruktur fisik, tetapi berpusat pada manusia dengan menerapkan perspektif HAM. </p>
<p>Pembukaan dialog tidak bisa hanya berada pada tataran elit politik pemerintah daerah, tetapi juga melibatkan masyarakat untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan mengingat maraknya <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190207180345-12-367284/korupsi-papua-kpk-tetapkan-anggota-dpr-dan-pejabat-tersangka">praktik korupsi</a> yang terjadi di Papua. </p>
<p>Tentu saja, dialog yang dilakukan harus mengedepankan pendekatan sipil, bukan pendekatan keamanan yang terbukti rawan kekerasan seperti di masa lalu.</p>
<p>Dengan membuka dialog dan mendengarkan aspirasi semua pihak, konflik diharapkan bisa berakhir. </p>
<h2>Keadaan yang tidak boleh terus berlangsung</h2>
<p>Konflik di Papua yang melibatkan kekerasan dimulai sejak <a href="http://setara-institute.org/en/ambiguitas-politik-ham-di-papua/">dekolonisasi</a> ketika pemerintah kolonial Belanda beranjak dari Papua dan Indonesia mulai menapakkan kekuatan melalui militer di sana. </p>
<p><a href="https://e-journal.usd.ac.id/index.php/JP/article/view/980/759">Rasialisme</a> dan stigmatisasi terhadap masyarakat Papua menyebabkan dehumanisasi yang melanggengkan sikap negatif dan perseteruan. Masyarakat Papua menghadapi rasialisme dan stigmatisasi di Indonesia dengan pandangan bahwa mereka ‘setengah binatang’. </p>
<p>Pandangan ini tampak pada sebutan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/media-49399008">“monyet”</a> yang ditujukan kepada mahasiswa Papua dalam insiden di Surabaya baru-baru ini. Menyebut masyarakat Papua dengan binatang merupakan bentuk dehumanisasi; martabat masyarakat Papua sebagai manusia yang harus dijaga dan dihormati oleh sesama tidak digubris.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jangan-panggil-orang-papua-monyet-ahli-jelaskan-makna-panggilan-hewan-pada-manusia-122058">Jangan panggil orang Papua monyet: Ahli jelaskan makna panggilan hewan pada manusia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pandangan ini kemudian menjadi pembenaran atas tindak kekerasan terhadap masyarakat Papua. <a href="https://e-journal.usd.ac.id/index.php/JP/article/view/980/759">Kekerasan</a> telah hadir dalam sejarah panjang Papua dan menjadi salah satu sumber konflik. </p>
<p>Aparat keamanan, termasuk kepolisian dan TNI, memiliki <a href="https://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/06393.pdf">jejak kekerasan disertai pelanggaran HAM</a> yang mendalam di tanah Papua, terlebih pada masa DOM. </p>
<p>Hingga kini, cara-cara koersif dan kekerasan masih menjadi rujukan penanganan konflik yang melibatkan masyarakat Papua, baik di Papua maupun di luar Papua. Bahkan <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190819060430-20-422545/penyerangan-asrama-papua-di-surabaya-dinilai-langgar-ham">masyarakat sipil–seperti anggota organisasi masyarakat (ormas) pun terlibat</a>. Kekerasan yang dipelihara akan menjadi residu konflik.</p>
<p>Kekerasan langsung memang lekat dengan konflik Papua, tetapi kekerasan struktural juga menjadi masalah mendasar di sini.</p>
<p>Ketimpangan akibat <a href="https://e-journal.usd.ac.id/index.php/JP/article/view/980/759">pembangunan ekonomi dan kegagalan pembangunan</a> menjadi akar konflik yang berlarut di Papua. </p>
<p>Meski kini pemerintahan Jokowi mulai menggalakkan pembangunan di Papua, tetapi pembangunan hanya dimaknai secara fisik dan membiarkan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2018/12/10/17354801/komnas-ham-infrastruktur-papua-maju-tetapi-ada-pelanggaran-ham">pelanggaran HAM</a> terjadi di dalamnya. </p>
<p>Selain itu, hubungan pemerintah pusat dan Papua tidak harmonis karena <a href="https://e-journal.usd.ac.id/index.php/JP/article/view/980/759">ketidakselarasan</a> pemaknaan integrasi dan konstruksi identitas politik di antara keduanya. Papua dan masyarakatnya menyimpan luka sebagai akibat kekerasan struktural ini. </p>
<p><em>Franklin Ronaldo berkontribusi pada penerbitan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122144/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Selma Theofany terafiliasi dengan SETARA Institute Democracy and Peace sebagai peneliti HAM dan perdamaian.</span></em></p>Kekerasan di Papua – baik langsung maupun struktural – harus segera dihentikan dan pemerintah pusat harus memperbaiki hubungn dengan rakyat Papua.Selma Theofany, Researcher, Setara InstituteLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1215102019-08-08T07:52:43Z2019-08-08T07:52:43ZWacana fatwa haram PUBG adalah reaksi berlebihan yang minim landasan ilmiah: peneliti<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/287297/original/file-20190808-144892-1ovlqns.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/gaming-mobile-gaming-pubg-2466541/">Photo by Shivam Maurya from Pexels</a></span></figcaption></figure><p>Pada Juni 2019, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh mengeluarkan <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/06/22/20063701/dpr-aceh-desak-pemerintah-sosialisasikan-fatwa-haram-pubg">fatwa haram</a> terhadap sebuah video gim (<em>video game</em>) baku tembak <em>PlayerUnknown’s Battlegrounds</em> atau yang lebih populer dengan sebutan PUBG.</p>
<p>MPU menilai PUBG bisa <a href="https://regional.kompas.com/read/2019/06/20/15462891/5-fakta-pubg-haram-di-aceh-sarankan-untuk-diblokir-hingga-ancam-simbol-agama?page=1">membangkitkan semangat kebrutalan anak-anak dan berpotensi melecehkan simbol-simbol Islam</a>. </p>
<p>Beberapa minggu kemudian, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun mempertimbangkan <a href="https://www.cnbcindonesia.com/fintech/20190621194524-37-79978/pubg-di-aceh-haram-mui-pertimbangkan-secara-nasional">fatwa haram skala nasional</a> untuk PUBG dan gim baku tembak daring lainnya. </p>
<p>Saya <a href="https://bookshop.iseas.edu.sg/account/downloads/get/17210">meneliti video gim di Indonesia</a> dan melihat sikap MPU dan MUI adalah adalah wujud dari rasa panik dan reaksi berlebihan yang sering terjadi saat sebuah media baru muncul. Reaksi berlebihan ini mendorong mereka untuk mengambil sikap keras meski tidak sesuai dengan bukti ilmiah.</p>
<p>Hal ini terjadi karena belum ada kajian kritis tentang perkembangan video gim di Indonesia dan kaitannya dengan budaya di sekitarnya. </p>
<h2>Panik moral karena media baru</h2>
<p>Jika ditelusuri sejarahnya, rencana pemuka agama untuk mengeluarkan fatwa haram melarang PUBG merupakan respons yang selalu terjadi setiap ada media baru hadir. Hal ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri sejak abad ke-18.</p>
<p>Ketika novel mulai populer di Inggris pada abad ke-18, ragam sastra ini <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1749975515626953">dianggap</a> picisan dan berbahaya bagi moralitas. Karya-karya novel populer awal seperti <a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/261115/pamela-by-samuel-richardson/9780140431407/">Pamela</a> oleh penulis Samuel Richardson pada 1741 dianggap merusak moral masyarakat di masanya.</p>
<p>Di Nusantara, ketika film baru muncul pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial mengkhawatirkan <a href="https://press.princeton.edu/titles/7282.html">efek negatif film Barat</a> pada moralitas kaum pribumi. Pemerintah kolonial kemudian merasa perlu membuat aturan hukum terhadap jenis film yang diputar. </p>
<p>Menurut saya, kepanikan moral terhadap media baru terjadi ketika masyarakat belum sepenuhnya memahami peranan sosial dan budaya media populer tersebut. Mereka melihat media baru dari sisi negatifnya saja, terutama efek terhadap anak-anak dan remaja. </p>
<p>Situasi yang sama terlihat dalam kasus PUBG ini. Ketidaktahuan masyarakat terhadap permainan ini juga karena belum ada kajian kritis terkait video gim di Indonesia.</p>
<h2>Apa itu PUBG</h2>
<p>PUBG adalah pelopor genre <em>battle royale</em> yang sangat populer beberapa tahun belakangan. Genre ini mencampur unsur eksplorasi dan aksi di mana pemain harus bertahan sampai akhir permainan dengan menyingkirkan pemain lain dalam kurun waktu tertentu. </p>
<p>PUBG sendiri bukan gim baku tembak pertama yang masuk ke Indonesia. </p>
<p>Gim seperti seri <em>Counter Strike</em> dan seri <em>Call of Duty</em> sudah lebih lama <a href="https://www.kotakgame.com/berita/detail/12899/Launching-Counter-Strike-Online">masuk</a> dan <a href="https://www.kotakgame.com/berita/detail/1108/Pemain-Call-of-Duty-4-Online-Capai-14-Juta-Orang">populer</a> di Indonesia.</p>
<p>PUBG memperkenalkan inovasi <em>battle royale</em> dalam genre gim baku tembak. PUBG mempopulerkan mekanisme yang memungkinkan hingga 100 pemain bermain bersamaan untuk saling menyingkirkan satu sama lain sampai hanya tersisa satu orang atau satu tim pemenang. </p>
<p>PUBG juga memiliki tampilan yang realistis, <a href="https://in.news.yahoo.com/battle-battle-royales-pubg-vs-123342870.html%5D">berbeda</a> dengan gim <em>Battle Royale</em> lainnya seperti <em>Fortnite</em> ataupun <em>Apex Legends</em> yang menggunakan gaya visual lebih mirip kartun.</p>
<p>Kombinasi mekanisme permainan yang masif dan tampilan visual PUBG inilah yang kemungkinan besar memicu wacana kepanikan moral terkait kekerasan.</p>
<h2>Tidak selalu negatif</h2>
<p>Wacana hubungan gim dan kekerasan sudah muncul sejak awal mula industri ini berkembang. Kepanikan moral terhadap gim <a href="http://gamestudies.org/1201/articles/carly_kocurek">pertama kali</a> dicatat sejarah ketika gim <em>Death Race</em> dirilis di Amerika Serikat pada 1976.</p>
<p>Secara ilmiah hubungan sebab-akibat antara gim dan kekerasan tidak terbukti, ataupun jika ada, bukti yang ditemukan memiliki <a href="https://theconversation.com/its-time-to-end-the-debate-about-video-games-and-violence-91607">bias tertentu</a>. </p>
<p>Akan tetapi, kekerasan dan gim <a href="https://www.foxnews.com/tech/training-simulation-mass-killers-often-share-obsession-with-violent-video-games">hampir selalu dikaitkan</a> dengan peristiwa kekerasan yang terjadi di dunia nyata.</p>
<p>Wacana fatwa haram PUBG disebut berhubungan dengan peristiwa <a href="https://www.bbc.com/indonesia/dunia-47593483">penembakan terhadap jamaah dua mesjid</a> di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret 2019.</p>
<p>PUBG dianggap <a href="https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4476616/mui-jabar-pertimbangkan-fatwa-haram-game-pubg">menginspirasi</a> pelaku penyerangan tersebut dalam melakukan aksinya. </p>
<p>Tentu saja kesimpulan di atas bukan hal yang baru. Respons serupa juga muncul pada kasus-kasus penembakan massal di Amerika Serikat seperti penembakan di <a href="https://www.nytimes.com/1999/04/29/technology/news-watch-game-makers-on-the-defensive-after-the-columbine-shootings.html">Columbine</a>, Colorado pada 1999, penembakan di sekolah dasar <a href="https://www.hollywoodreporter.com/news/sandy-hook-shooter-motivated-by-422271">Sandy Hook</a>, Connecticut pada 2012, dan yang paling baru <a href="https://www.polygon.com/2019/8/5/20754784/el-paso-dayton-mass-shootings-trump-video-games">penembakan</a> di El Paso, Texas dan Dayton, Ohio, pada awal Agustus 2019.</p>
<p>Kesimpulan yang menyesatkan juga dibuat dengan mengaitkan gim pada kecanduan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-rekreasi-dan-apakah-kecanduan-permainan-digital-di-abad-ke-21-100784">Apakah rekreasi dan apakah kecanduan permainan digital di abad ke-21</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Isu kecanduan ini sudah muncul pada 1980-an ketika gim <em>Space Invaders</em> dan sejenisnya dianggap bisa menyebabkan kecanduan dan penyimpangan oleh <a href="https://api.parliament.uk/historic-hansard/commons/1981/may/20/control-of-space-invaders-and-other">salah satu anggota parlemen di Inggris</a>. </p>
<p>Masalah kecanduan gim <a href="https://www.youtube.com/watch?v=jqctG3NnDa0">mengemuka</a> di <a href="https://www.pbs.org/newshour/world/treating-chinas-internet-addicts">media-media</a> arus utama seiring meningkatnya penggunaan internet secara global dan perkembangan berbagai genre gim-gim daring. </p>
<p>Berita-berita terkait ini berseliweran baik di tingkat <a href="https://news.detik.com/berita/3271570/pemuda-di-mojokerto-tewas-saat-main-game-online-polisi-mungkin-kelelahan">lokal</a>, maupun <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171121101805-282-257035/kecanduan-game-pria-china-meninggal-karena-kelelahan">internasional</a>. </p>
<p>Isu ini memuncak ketika kecanduan gim masuk dalam klasifikasi gangguan mental <a href="https://icd.who.int/browse11/l-m/en#/http%3a%2f%2fid.who.int%2ficd%2fentity%2f1448597234">World Health Organization</a>. </p>
<p>Padahal, studi ilmiah tentang kecanduan gim belum bisa memberikan bukti yang definitif atau hanya menunjukkan <a href="https://www.researchgate.net/publication/273952280_Does_video_game_addiction_really_exist">hasil yang terbatas saja</a>. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/who-tetapkan-kecanduan-game-sebagai-gangguan-mental-bagaimana-gamer-indonesia-bisa-sembuh-99029">WHO tetapkan kecanduan game sebagai gangguan mental, bagaimana "gamer" Indonesia bisa sembuh?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Perlunya kajian kritis</h2>
<p>Saya tidak mengatakan video gim sebagai media bersih dan bebas dari hal-hal yang negatif.</p>
<p>Sama seperti media-media lainnya, gim punya masalahnya sendiri, seperti misalnya terkait <a href="http://www.iupress.indiana.edu/product_info.php?products_id=808575">isu ketimpangan dan stereotip representasi ras, gender, serta orientasi seksual</a> dalam penciptaan, penyebaran, dan konsumsi gim di dunia.</p>
<p>Namun, menurut saya masyarakat perlu memperluas pandangan tentang gim sebagai produk budaya secara lebih serius dan tidak hanya dibatasi oleh stigma-stigma yang mengarah kepada kepanikan moral.</p>
<p>Kajian kritis diperlukan agar gim tidak hanya dinilai dari sudut pandang negatif saja. </p>
<p>Dengan kajian kritis, fenomena kecanduan gim di Indonesia seharusnya bisa dilihat secara lebih besar, misalnya kaitannya dengan maraknya pemakaian gawai elektronik lintas generasi serta persaingan penjualan gawai tersebut, atau terbatasnya akses ruang publik untuk keluarga, atau stereotip gim sebagai media untuk anak-anak semata. </p>
<p><em>Video game</em> adalah media ekspresi budaya yang heterogen dan tidak tunggal, maka sudah sewajarnya pula kita mengkaji video gim melalui berbagai macam perspektif dan pendekatan. </p>
<p>Kita tidak perlu terpancing oleh isu kepanikan moral yang landasannya masih dipertanyakan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-anak-anak-perlu-diajarkan-untuk-membangun-jejak-digital-yang-positif-90703">Mengapa anak-anak perlu diajarkan untuk membangun jejak digital yang positif</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/121510/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Iskandar Zulkarnain tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Reaksi berlebihan terjadi karena belum ada kajian serius dan kritis tentang video game Indonesia.Iskandar Zulkarnain, Visiting Assistant Professor in Media and Society, Hobart and William Smith Colleges Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1132922019-03-18T09:28:07Z2019-03-18T09:28:07ZCara-cara atasi fobia Islam di Eropa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/263812/original/file-20190314-28475-1c97wxm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C4%2C995%2C661&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dibutuhkan sebuah narasi baru untuk melawan _Islamophobia_ ini</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/muslim-female-friends-using-mobile-phone-588853601?src=QEqjesdcdpYqU-EhuCQr7w-1-1">Monkey Business Images/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Beberapa penelitian menunjukkan penyebaran fobia Islam (<em>Islamophobia</em>) atau rasa ketakutan atau kebencian akan semua hal yang berbau Islam <a href="http://islamophobiaeurope.com">di berbagai wilayah Eropa</a> dalam beberapa tahun terakhir. Di Inggris, jumlah kejahatan yang berhubungan dengan fobia Islam <a href="https://www.theguardian.com/uk-news/2018/jul/20/record-number-anti-muslim-attacks-reported-uk-2017">mencapai rekor tertinggi pada 2017</a>. Di seluruh <a href="http://hatecrime.osce.org/">wilayah daratan Eropa lainnya</a> juga ditemukan temuan serupa tentang pertumbuhan <em>Islamophobia</em>.</p>
<p>Dalam sebuah <a href="http://cik.leeds.ac.uk">proyek penelitian</a> baru yang mencakup wilayah Eropa baru, saya dan kolega saya merancang <a href="https://cik.leeds.ac.uk/wp-content/uploads/sites/36/2018/09/2018.09.17-Job-44240.01-CIK-Final-Booklet.pdf">kumpulan bahan</a> yang dapat digunakan untuk melawan <em>Islamophobia</em>. Penelitian ini akan merangkum berbagai metode terbaik yang kami lihat telah dimanfaatkan untuk melawan fobia Islam di Eropa.</p>
<p>Dalam setiap diskusi tentang <em>Islamphobia</em>, ada definisi <em>Islamophobia</em> yang mengakui semua bentuk-bentuk <em>Islamophobia</em>, baik yang berupa diskriminasi secara langsung dan bentuk lainnya yang lebih halus dan bernuansa. <a href="https://static1.squarespace.com/static/599c3d2febbd1a90cffdd8a9/t/5bfd1ea3352f531a6170ceee/1543315109493/Islamophobia+Defined.pdf">Definisi</a> yang diterbitkan Parlemen Inggris tentang muslim Inggris pada November 2018 menyatakan “Islamophobia berakar pada rasisme dan merupakan jenis rasisme yang menargetkan muslim atau hal-hal yang berurusan dengan muslim”. Definisi ini menjadi titik awal yang berguna.</p>
<p>Kami memulai riset dengan memeriksa ide-ide <em>Islamophobia</em> yang paling umum yang beredar di delapan negara: Prancis, Belgia, Jerman, Inggris, Republik Ceko, Hongaria, Yunani dan Portugal. Meskipun bahasa dan retorika fobia Islam berbeda di masing-masing negara, pada dasarnya semuanya menganggap orang muslim, praktik-praktik Islam, dan situs-situs Islam seperti masjid atau pusat komunitas, dekat dengan kekerasan dan tidak sesuai dengan pandangan cara hidup orang Eropa. Sebagai contoh, di Prancis, mengenakan jilbab dan menunjukkan identitas sebagai seorang Muslim dipandang oleh beberapa orang bertentangan dengan <a href="http://www.lefigaro.fr/actualite-france/2018/07/27/01016-20180727ARTFIG00053-l-affaire-des-foulards-de-creil-la-republique-laique-face-au-voile-islamique.php">nilai-nilai sekuler Perancis</a> sehingga menjadikan orang tersebut melawan budaya Prancis. </p>
<p>Kami juga menemukan banyak contoh baik dalam menangkal <em>Islamophobia</em>. Misalnya, <a href="https://salaamshalom.org.uk/">proyek antaragama</a> di Jerman yang menyoroti kecocokan budaya antara Muslim dan non-Muslim.</p>
<p>Seni juga digunakan dalam sejumlah kasus di Belgia dan Inggris untuk menantang ide-ide <em>Islamophobia</em>. Komik bernama<a href="http://tuffix.net/"><em>Tuffix</em></a> yang dibuat oleh seorang seniman Jerman bernama Soufeina dan film buatan Inggris tahun 2017, <a href="http://arakancreative.co.uk/freesia-film/">Freesia</a>, menyoroti kontribusi umat Islam dalam masyarakat, dan masalah yang dihadapi banyak Muslim sebagai akibat dari <em>Islamophobia</em>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/F6vL1wpaRZ0?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<h2>Narasi baru</h2>
<p>Berdasarkan analisis kami, perangkat kami menyoroti beberapa strategi spesifik yang bisa melawan <em>Islamophobia</em>. Karena <em>Islamophobia</em> didasarkan pada gagasan bahwa Muslim mengancam cara hidup, nilai-nilai dan budaya Eropa, salah satu cara menantang ide-ide ini adalah dengan menyoroti banyaknya peran sehari-hari yang dilakukan oleh mereka yang beragama Islam di dalam masyarakat. Dan karena kami menemukan bahwa persepsi fobia Islam sering didasarkan pada gagasan bahwa Islam dan Muslim adalah kelompok yang seksis, maka kami menggunakan proyek yang memperjuangkan perempuan Muslim, pekerjaan dan suara mereka sebagai salah satu cara untuk menghancurkan prasangka-prasangka ini.</p>
<p>Perempuan muslim <a href="http://ccib-ctib.be/wp-content/uploads/CCIB_PUBLIC_PDF_RapportChiffresCCIB/CCIB_RapportChiffres2017_Septembre2018.pdf">terkena dampak dari praktek Islamofobia secara tidak proporsional</a>. Mereka tidak hanya dipandang sebagai ancaman bagi Barat, tetapi mereka juga digambarkan sebagai korban dari praktik Islam yang dianggap seksis. Ide-ide yang saling bertolak belakang ini harus dibatalkan dengan narasi baru, yang dibuat oleh perempuan muslim. Ide-ide ini bisa disajikan melalui seni, media, dan budaya populer, untuk menggambarkan keberagaman kehidupan mereka.</p>
<p><em>Islamophobia</em> perlu diamati dengan benar untuk menilai ruang lingkup dan sifat dari fenomena ini. Narasi serta logika yang salah yang digunakan untuk menyerang harus secara efektif didekonstruksi dan ditantang. Narasi informasi yang keliru tentang Islam dan Muslim yang beredar harus dibongkar. Diperlukan rekonstruksi gagasan arus utama seputar Islam dan muslim, yang lebih dekat dengan realitas agama dan praktiknya. Hal ini berarti bahwa gagasan dominan tentang muslim dan Islam yang terdapat dalam budaya populer harus mencerminkan beragam pengalaman sehari-hari mereka.</p>
<p>Semua ini dapat diringkas dengan pendekatan empat langkah: pertama mendefinisikan, dan mendokumentasikan <em>Islamophobia</em>, selanjutnya mendekonstruksi narasinya, dan kemudian merekonstruksi narasi positif dan realistis baru di sekitar umat Islam.</p>
<p>Pendekatan ini meninggalkan pendekatan kontra <em>Islamophobia</em> yang reaktif, seperti cara umat Islam berulang kali mengutuk serangan teror dan berupaya memisahkan tindakan-tindakan semacam itu dari Islam. Dalam melakukan hal ini, sering sekali <a href="https://www.theguardian.com/world/shortcuts/2017/mar/26/muslims-condemn-terrorism-stats">komentar mereka tidak didengar</a> dan malah berisiko menimbulkan asosiasi antara muslim dan kekerasan.</p>
<p>Tujuan utama perlawanan terhadap <em>Islamophobia</em> adalah menciptakan masyarakat yang adil bagi semua orang, yang menghargai dan melindungi kewarganegaraan para anggotanya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/113292/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Proyek _Counter-Islamophobia Kit_ didanai oleh program Komisi Eropa tentang Hak, Kesetaraan dan Kewarganegaraan (JUST / 2015 / RRAC / AG / BEST / 8910)</span></em></p>Para peneliti telah mengumpulkan alat untuk melawan Islamophobia.Amina Easat-Daas, Researcher, Centre for Ethnicity and Racism Studies, University of LeedsLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/869402017-11-09T10:29:06Z2017-11-09T10:29:06ZAustralia dan Indonesia perlu bekerja sama untuk melawan KDRT<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/193429/original/file-20171106-1046-12j07j7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2500%2C1661&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Belajar dari satu sama lain. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Di Bali pada 5 September 2017, seorang pria <a href="http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41251933">memotong kaki istrinya</a> menggunakan golok. Sang korban, Ni Putu Kariani, selamat dari serangan mengerikan tersebut tapi akan menderita cacat seumur hidup. </p>
<p>Sekitar sebulan setelah Putu mengalami serangan, Rachael Anne di Sydney <a href="http://www.news.com.au/national/nsw-act/crime/sydney-woman-in-critical-condition-after-throat-slashing-incident/news-story/8b5d52b381ef0286058e29d246c6e2cd">digorok</a>, diduga pelakunya adalah pasangannya. Seperti Putu, Rachael akan mengalami cacat dalam jangka waktu yang lama. Kita masih belum tahu apakah dia akan menderita lumpuh seluruh badan akibat serangan tersebut. </p>
<p>Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menimpa perempuan baik di Australia maupun Indonesia. Menurut Badan Statistik Australia, <a href="http://media.aomx.com/anrows.org.au/PSS_2016update.pdf">satu dari empat perempuan di Australia</a> pernah menderita kekerasan fisik atau seksual yang dilakukan oleh pasangan. Di Indonesia, <a href="http://www.unfpa.org/news/new-survey-shows-violence-against-women-widespread-indonesia">satu dari tiga</a> perempuan telah mengalami kekerasan fisik atau seksual dalam kehidupan mereka. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/pengabdi-setan-dan-kisah-hantu-perempuan-simbol-adanya-kekerasan-terhadap-perempuan-85417">‘Pengabdi Setan’ dan kisah hantu perempuan: simbol adanya kekerasan terhadap perempuan</a></em></p>
<hr>
<p>Australia dan Indonesia perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah universal ini. Dana bantuan dari Australia semakin sedikit dan mungkin menyulitkan adanya kerja sama di tingkat antarpemerintah. Namun, aktivis di lapangan sebaiknya mengeksplorasi kemungkinan kerja sama untuk belajar dari satu sama lain dalam hal melawan KDRT. </p>
<h2>Menghitung pembunuhan perempuan</h2>
<p>Pada 2016, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) melaporkan ada <a href="https://coconuts.co/jakarta/news/jakarta-cases-violence-women-2016-komnas-perempuan/">13.602 kasus</a> kekerasan terhadap perempuan, kebanyakan KDRT (75%). Namun, angka ini hanya mewakili sebagian dari kekerasan yang terjadi pada 2016 karena pelaporan rendah dan pengumpulan data tidak begitu baik. </p>
<p>Kasus Putu adalah satu dari banyak kejadian KDRT di Indonesia yang dicatat oleh aktivis hak perempuan <a href="https://www.google.com/url?q=http://www.abc.net.au/news/2016-10-27/australian-expat-collecting-indonesian-domestic-violence-data/7968524&sa=D&ust=1509272351580000&usg=AFQjCNEyO4_-5cGH0VyOUs4ARNW8_TM0tQ">Kate Walton</a> dalam inisiatif “<a href="https://www.facebook.com/menghitungpembunuhanperempuan/">Menghitung Pembunuhan Perempuan</a>” (Counting Dead Women). Ia memantau pemberitaan mengenai KDRT untuk menciptakan basis data mengenai kejadian KDRT. Ia juga membagi informasi yang terkumpul ke pemerintah dan LSM untuk meningkatkan kesadaran mengenai isu ini.</p>
<p>Data statistik tepercaya penting untuk melawan kekerasan terhadap perempuan. Namun, menghitung jumlah perempuan yang telah diserang, dilukai, atau dibunuh oleh pasangan hanya satu bagian dari usaha melawan kekerasan. </p>
<h2>Terlalu sedikit dan terlambat</h2>
<p>Pada 2004, Indonesia menetapkan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Undang-Undang ini secara umum mendefinisikan KDRT sebagai kekerasan yang tidak hanya mencakup kekerasan fisik, tapi juga psikis, ekonomi, dan seksual. </p>
<p>Namun, 12 tahun sejak pengesahannya, berbagai halangan untuk menjalankan Undang-Undang tetap ada. Proses hukum yang berbelit, sulitnya mendapatkan bukti medis, dan biaya yang harus dikeluarkan dalam proses pengadilan pidana dan agama dapat menjadi halangan bagi perempuan yang ingin bercerai untuk lari dari KDRT atau yang ingin melaporkan KDRT. </p>
<p>Tingkat pendidikan yang rendah atau kurangnya pemahaman soal hak, hambatan geografis dan ekonomi, dan perilaku atau budaya yang negatif terhadap hak perempuan dalam masyarakat juga membatasi akses terhadap keadilan. Lebih jauh lagi, perempuan yang mengalami KDRT mungkin takut adanya balasan atau stigma dari keluarga atau masyarakat. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/laki-laki-harus-dilibatkan-dalam-memerangi-kekerasan-terhadap-perempuan-85333">Laki-laki harus dilibatkan dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan</a></em></p>
<hr>
<p>Di Indonesia, kebanyakan laporan KDRT ditangani melalui cara-cara non-hukum. Di tingkat lokal, keluarga atau pemimpin masyarakat sering menengahi melalui resolusi konflik tradisional. Ada juga <a href="http://ro.uow.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=1748&context=lhapapers">laporan</a> bahwa polisi sering tidak mengindahkan pengaduan perempuan mengenai KDRT ketimbang menyelidiki terduga pelaku. </p>
<p>Kebanyakan kasus tidak sampai ke pengadilan. Kasus KDRT yang masuk ke meja hijau, kebanyakan diselesaikan di persidangan perceraian, ketimbang pengadilan pidana. </p>
<p>Di tingkat kelembagaan, penanganan KDRT di Indonesia bisa digambarkan sebagai terlalu sedikit dan terlambat. Saat ini, lubang-lubang di kebijakan dan program pemerintah diisi oleh LSM sesuai kemampuan terbaik mereka. </p>
<h2>Pelayanan garda depan</h2>
<p>Program-program untuk korban yang diberikan oleh <a href="http://yayasanpulih.org/en/coming-soon/">Yayasan Pulih</a> di Jakarta dan <a href="http://www.rifka-annisa.org/id/">Rifka Anisa</a> di Yogyakarta menyediakan pelayanan garda depan untuk perempuan Indonesia. Namun, kegiatan berbasis masyarakat untuk korban KDRT sebagian besar mengalami keterbatasan pendanaan. Skala dan kapasitas program-program seperti ini harus diperluas sesegera mungkin. </p>
<p>Pelayanan garda depan di Australia juga terus menerus mengalami <a href="http://www.smh.com.au/comment/the-governments-commitment-to-domestic-violence-funding-is-hollow-20170427-gvtjn0.html">pemotongan pendanaan</a> dan kapasitas yang ada seringkali kewalahan menangani banyaknya perempuan yang membutuhkan bantuan. </p>
<p>Namun, seperti disorot dalam penemuan <a href="http://www.rcfv.com.au/MediaLibraries/RCFamilyViolence/Reports/Final/RCFV-Summary.pdf">Royal Commission into Family Violence (2016)</a>, respons terhadap KDRT di Australia telah meningkat secara signifikan sepanjang dekade terakhir. Meski masih ada kegagalan dan keterbatasan, sistemnya membaik. Saat ini laporan ke polisi mengenai KDRT telah meningkat dan ada kesadaran masyarakat dan lembaga yang lebih besar mengenai dinamika KDRT. </p>
<p>Ada banyak hal yang Indonesia bisa pelajar dari Australia dalam melawan KDRT. Sayangnya, dengan terus menurunnya <a href="https://www.lowyinstitute.org/issues/australian-foreign-aid">dana bantuan Australia</a>, kerja sama dalam hal penanganan KDRT kemungkinan besar tidak akan meningkat di tingkat antarpemerintah. Namun, ada peluang untuk LSM dan aktivis Australia untuk bekerja sama secara langsung dengan LSM Indonesia untuk membantu mengatasi KDRT di tingkat masyarakat. </p>
<p>“Kerja sama” tidak berarti ekspor pengetahuan dan pendekatan Australia terhadap KDRT. Namun, kerja sama bermakna integrasi pengetahuan dari Australia dan Indonesia serta adaptasi pendekatan Australia ke dalam konteks budaya Indonesia. Kate Walton, yang berasal dari Australia, menjelaskan ketika bekerja dalam isu gender di Indonesia, organisasinya harus menimbang beragam elemen, tidak hanya gender tapi isu yang bertautan seperti agama, budaya, geografi, etnis, dan kelas sosial. </p>
<h2>Bagaimana sebaiknya respons kita?</h2>
<p>Perempuan, terlepas dari kekayaan, status sosial, tingkat pendidikan, agama atau etnis, terus menghadapi risiko tinggi KDRT. KDRT tidak hanya berbahaya bagi perempuan secara individual tapi juga memiliki dampak buruk bagi masyarakat Australia dan Indonesia. </p>
<p>Respons kita terhadap kekerasan menentukan kita sebagai sebuah masyarakat. Mungkin lebih mudah untuk memperlakukan kasus-kasus seperti Putu dan Rachael sebagai kasus unik, atau mengecilkan kasus-kasus tersebut sebagai masalah psikologis pelaku kekerasan. Namun itu salah. </p>
<p>KDRT cerminan relasi hubungan yang tak setara antara laki-laki dan perempuan. Struktur sosial patriarkis dan norma-norma gender baik di Australia dan Indonesia melanggengkan kekerasan terhadap perempuan.</p>
<p>Sementara tidak ada jawaban mudah untuk mengatasi KDRT, kerja sama antara Australia dan Indonesia dapat mengisi kurangnya pengetahuan serta meningkatkan kualitas praktik penanganan KDRT di masing-masing negara. </p>
<p>Kolaborasi antara aktivis di tingkat masyarakat memiliki potensi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mencegah dan merespons KDRT. Perempuan dan laki-laki Australia dan Indonesia harus bekerja sama untuk mengakhiri KDRT.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/86940/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Balawyn Jones tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Aktivis hak perempuan dari Australia dan Indonesia harus mengeksplorasi kemungkinan kerja sama untuk belajar dari satu sama lain dalam melawan KDRT.Balawyn Jones, PhD Candidate and Research Fellow, The University of MelbourneLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.