Belakangan ini, topik deja vu muncul di ranah sains. Para peneliti pun mulai melakukan eksperimen untuk menjelaskan deja vu. Jadi, apa penyebab deja vu?
Mata Anda dapat mengungkapkan lebih banyak hal dari yang Anda pikirkan.
True Touch Lifestyle/Shutterstock
Mengkhawatirkan berapa banyak orang yang percaya ide-ide palsu melewatkan bahaya yang sebenarnya – bahwa orang tetap dapat dipengaruhi oleh ide-ide tersebut terlepas mereka percaya atau tidak.
Penelitian eksperimental baru mengungkap gaya berjejaring sosial yang berbeda antara individu, dan ini berkaitan dengan persepsi hubungan sosial yang berbeda.
Teknologi justru bisa jadi batu sandungan bagi upaya orang-orang untuk mencari kesamaan dan jalan tengah.
(Johanna Svennberg/iStock via Getty Images)
Jan Feld, Te Herenga Waka — Victoria University of Wellington; Anne Ardila Brenøe, University of Zurich et Thomas Dudek, Te Herenga Waka — Victoria University of Wellington
Peneliti memiliki pendapat berbeda mengenai pengaruh tmbuh dengan saudara perempuan atau laki-laki pada kita saat dewasa. Penelitian baru dengan mahadata berupaya untuk menyelesaikan argumen tersebut.
Banyak dari kita punya beragam kebiasaan destruktif yang justru menghambat kita untuk memiliki hubungan asmara yang sehat dan berjangka panjang. Apa yang bisa kita lakukan untuk berhenti melakukannya?
Narsisisme di kalangan kaum muda tak hanya berupa aktivitas keranjingan swafoto, tapi juga bisa muncul dalam bentuk ekspresi atau terkadang fanatisme kelompok keagamaan.
Berbasis bukti dan mudah dibaca adalah dua kriteria penting.
JGI/Tom Grill/Tetra images via Getty Images
Menjadi orang tua bisa jadi rumit, dan banyak yang beralih ke panduan pengasuhan anak untuk mendapatkan bantuan dalam mencari tahu apa yang harus dilakukan dengan tips dari ahli di bidangnya.
Istilah atau tagar ‘#healing’ semakin populer di kalangan anak muda dan netizen Indonesia untuk menggambarkan jalan-jalan atau mengunggah foto liburan di media sosial.