Menu Close
Sekumpulan ikan (Acanthurus triostegus) terlihat berenang di karang mati setelah gelombang panas tahun 2015-16. (Kevin Bruce, Author provided

Gelombang panas laut membahayakan ikan terumbu karang, bahkan sebelum karang itu mati

Dengan begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh laut saat ini, terumbu karang merupakan pertahanan bagi keanekaragaman hayati laut.

Ribuan spesies ikan berbagai macam bentuk dan ukuran menghuni ekosistem yang berwarna, kompleks, dan menguntungkan secara ekonomi ini.

Namun, laut yang semakin menghangat dapat membahayakan mereka.

Sejak terjadi coral bleaching atau pemutihan karang pertama yang menghancurkan terumbu di akhir tahun 1990-an, ilmuwan telah berusaha untuk mendokumentasikan efek dari fenomena ini.

Kematian terumbu karang akibat pemutihan yang sangat parah mengubah kehidupan ikan-ikan yang berada di daerah tersebut: jumlah ikan pemakan karang menurun, sedangkan pemakan alga meningkat karena cepat berkembang biak.

Lalu, apa yang terjadi pada ikan saat cuaca sangat panas, yaitu ketika suhu air naik, tapi karang belum memutih dan mati? Belum banyak ilmuwan yang mencoba menjawab pertanyaan ini.

Studi terbaru kami yang terbit di Ecological Applications meneliti ikan-ikan terumbu karang pada sebelum, saat, dan sesudah El Niño 2015-16 di Kiritimati, sebuah atol di Laut Pasifik yang merupakan bagian dari negara Kiribati.

Penelitian kami menunjukkan bahwa kenaikan suhu laut jangka pendek menyebabkan dampak yang mematikan bagi ikan terumbu karang dan komunitas lokal yang bergantung kepada mereka.

Memanaskan atol terbesar di dunia

Kiritimati, atau Pulau Natal, adalah atol (gugusan karang yang berbentuk cincin) terbesar di dunia berdasarkan massa daratan.

Jarak bandara utama terdekat lebih dari 2.000 kilometer di Hawai'i. Masyarakat yang tinggal di Kiritimati sangat bergantung pada ikan karang sebagai sumber pangan dan penghasilan mereka.

Terumbu karang yang sehat di Kiritimati sebelum peristiwa El Niño tahun 2015–16. (Kristina Tietjen), Author provided

Ketika El Niño tahun 2015–16 menghancurkan terumbu karang di seluruh dunia, dampaknya sangat terasa bagi penduduk Kiritimati.

Kenaikan suhu selama 10 bulan berturut-turut, menyebabkan lebih dari 80% kematian karang di sekitar pulau. Sebelum ini terjadi, komunitas ikan lokal juga sudah mengalami perubahan.

Ikan karang yang stres

Akibat tertekan karena panas, populasi ikan karang di sekitar atol menyusut hingga setengahnya dalam waktu 2 bulan.

Jumlah spesies ikan juga menurun, bahkan beberapa spesies menghilang. Lima spesies, termasuk ikan Kepe Panah (Chaetodon trifascialis) yang khusus memakan karang hidup, tidak lagi terlihat.

Setahun setelah gelombang panas, kami menemukan hal yang mengejutkan bahwa total biomassa dan jumlah ikan karang telah pulih, hampir pada tingkat yang sama dengan sebelum terjadi panas.

Pertanyaan berikutnya: Apa yang sebenarnya terjadi selama periode panas yang panjang tersebut?

Ikan buntal, Arothron meleagris, satu dari banyak spesies ikan karang di Kirimati yang jumlahnya menurun selama gelombang panas. (Sean Dimoff), Author provided

Gelombang panas memang dapat menurunkan kesehatan, bahkan kematian, pada ikan karang.

Kami berpendapat banyak ikan yang menghilang kemudian mencari tempat perlindungan di karang yang lebih dalam dan dingin di sekitar pulau saat gelombang panas terjadi.

Saat panas mereda, mereka pun kembali ke daerah lebih dangkal.

Namun, proses pemulihan ini tidak sama di seluruh dunia. Situs terumbu karang di atol terdekat pedesaan tidak pulih sepenuhnya dibandingkan dengan yang jauh dari manusia.

Ini karena terumbu karang pada atol di dekat pedesaan sudah rusak terlebih dahulu karena pengerukan pasir, perikanan, dan polusi. Sebaliknya, yang jauh dari perumahan manusia lebih sehat bahkan sebelum gelombang panas terjadi.

Ini menunjukkan bahwa perlindungan lingkungan di tingkat lokal dapat membantu karang menjadi lebih tangguh terhadap kerusakan akibat pemanasan laut yang parah.

Walaupun ikan tidak tertarik dengan daerah yang panas, namun terumbu karang yang sehat dapat menarik perhatian mereka untuk kembali.

Kesempatan di masa depan

Jika ikan karang kembali setelah panas usai, apakah hilannya mereka dalam jangka pendek merupakan suatu persoalan besar?

Mengingat bahwa kelangsungan hidup jutaan orang di penjuru dunia bergantung pada ikan karang laut tropis, kami percaya jawaban dari pertanyaan ini adalah iya.

Terumbu karang yang sehat di daerah Kiritimati, sebelum gelombang panas. (Kieran Cox), Author provided

Dampak dari perubahan iklim terhadap terumbu karang diprediksikan akan bertambah buruk dalam beberapa dekade mendatang.

Mempelajari dampak dari tekanan panas saat ini merupakan kesempatan yang baik bagi masa depan. Ini akan memberikan gambaran atas konsekuensi pemanasan laut yang lebih parah, dan akan sering terjadi.

Dengan memahami bagaimana populasi ikan bereaksi terhadap kenaikan suhu air laut, kita juga dapat memprediksi sekaligus mengurangi dampak dari pemanasan air laut terhadap komunitas yang sangat bergantung pada terumbu, seperti yang ada di Kiritimati.

Dalam ranah penelitian terumbu karang, sebagian besar studi pada tekanan panas baru-baru ini berfokus pada hubungan dengan pemutihan karang dan efek tidak langsung dari pemutihan karang terhadap ikan yang hidup di karang tersebut.

Namun, terumbu karang bukan satu-satunya mahluk yang terdampak dari tekanan panas.

Kita mungkin berisiko kehilangan tidak hanya karang tetapi juga ikan-ikan karang yang sangat penting, kecuali kita ikut membatasi dampak perubahan iklim secara global.


Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris


Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di sini.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 181,000 academics and researchers from 4,921 institutions.

Register now