Menu Close
Kawasan Konservasi Hutan Kerangas di Belitung Timur. (Pemkab Belitung Timur)

Apa itu hutan kerangas? ekosistem rapuh yang jadi ‘surga’ tanaman obat

Pulau Belitung di bagian barat Indonesia dikenal sebagai salah satu pulau penghasil timah – dan belakangan terkenal karena keindahan pantainya. Namun, pulau ini juga memiliki kekayaan yang jarang diketahui oleh masyarakat, yaitu hutan kerangas.

Hutan kerangas merupakan ekosistem hutan yang unik, karena tumbuh di lingkungan yang ekstrem berupa tanah asam. Dalam buku Tropical Rainforest of the Far East karya T.C. Whitmore, kondisi ini terjadi karena tanah di hutan kerangas tersusun dari tanah podsol dan tanah pasir kuarsa, dengan karakteristik miskin hara dan pH yang rendah. Menurut pendapat masyarakat setempat, yang juga didukung hasil penelitian Fakhrurrazi tahun 2002 (unpublished), hutan kerangas tumbuh di atas “tana teraja” yakni apabila terdegradasi akan sulit dikembalikan seperti semula.

Sama dengan kawasan rawa, gambut, ataupun karst, hutan kerangas merupakan salah satu tipe ekosistem yang dilindungi. Selain di Belitung, kawasan hutan ini pun hanya dapat dijumpai di Pulau Bangka dan Kalimantan.

Selain terkait ekosistem, perlindungan hutan kerangas juga dibutuhkan untuk menjaga akses masyarakat terhadap obat-obatan tradisional. Penelitian yang saya lakukan menemukan beberapa tumbuhan di hutan ini menjadi obat-obatan yang digunakan masyarakat secara turun-temurun.

Hutan kerangas.

Potensi tumbuhan obat lokal

Keanekaragaman tumbuhan di hutan kerangas menjadi sumber tanaman obat tradisional masyarakat lokal di Pulau Belitung.

Misalnya di Desa Kelubi -– desa yang berada sekitar hutan kerangas di Pulau Belitung bagian timur. Masyarakat sekitar hutan masih memanfaatkan tumbuhan dari hutan sebagai obat tradisional dari hutan kerangas. Hasil penelitian saya menunjukkan, ada hampir 100 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat.

Beberapa tumbuhan obat tersebut adalah dari kelompok liana berkayu yang dikenal masyarakat Kelubi dengan istilah “akar”. Akar banar (Smilax barbata), misalnya, dimanfaatkan sebagai obat maag. Masyarakat terbiasa merebus bagian berkayu akar banar yang merambat di pohon-pohon dan meminum air rebusannya.

Masyarakat juga memanfaatkan kulit batang bagian dalam tumbuhan jemang (Rhodamnia cinerea) sebagai param (pelumur) yang dipercaya menyembuhkan luka luar seperti lecet atau luka bakar.

Buah lepang (Curculigo latifolia)

Ada juga daun dari tumbuhan keleta’an (Melastoma polyanthum) yang direbus untuk dipakai menjadi obat sakit gigi. Beberapa jenis kantong semar (Nepenthes spp.) pun memiliki air dari kantongnya untuk dimanfaatkan sebagai obat mata.

Sedangkan buah dari tumbuhan lepang (Curculigo latifolia) biasa dikonsumsi warga untuk menghilangkan rasa pahit di lidah ketika sakit. Hal ini karena rasa manis yang berasal dari buah matangnya yang melekat lama di lidah.

Simplisia akar kayu bau (Artabotrys suaveolens)

Berdasarkan wawancara saya dengan masyarakat, beberapa jenis tumbuhan seperti kedindiman (Syzygium incarnatum), mencukaan (Lepisanthes amoena), dan prepat (Combretocarpus rotundatus) turut digunakan untuk membantu pemulihan pascamelahirkan.

Dari hasil eksplorasi saya, masyarakat juga menyebutkan jenis-jenis tumbuhan seperti kelumpang (Sterculia gilva), gelam (Malaleuca leucadendron), dan itap (Sterculia rubiginosa) yang berguna untuk mengobati kelompok penyakit sistem ketahanan tubuh, misalnya demam, masuk angin, dan panas dalam.

Banyaknya jumlah tumbuhan obat tradisional ini juga mendukung aktivitas perekonomian masyarakat lokal. Sebagian mereka juga menjual simplisia (bahan baku) dari tumbuhan obat dalam kemasan sederhana.

Keanekaragaman tumbuhan dalam budaya daerah

Berbagai informasi tumbuhan yang ada di hutan kerangas “dicatat” dan diwariskan secara turun-temurun dalam lirik lagu tradisional Belitung yang berjudul “Kayu Kayan” dan “Bua Utan”. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lokal telah berinteraksi sangat erat dengan sumber daya tumbuhan di sekitarnya sejak dahulu.

Berikut ini lirik lagu masyarakat setempat yang berjudul “Kayu Kayan”. Lagu ini memuat nama-nama tumbuhan kayu hutan yang bermanfaat sebagai kayu bakar, obat, tali pengikat serta informasi tempat tumbuh dari tumbuhan tersebut.

Padang kerangas.

Jemang, samak, pelawan, kayu marak detunu (Jemang, samak, pelawan, kayu yang marak bila dibakar) Mendiraman, mensirak, kayu banyak berabu (Mendiraman, mensirak, kayu yang banyak abunya) Nyato, seruk, pelempang, kayu urang beramu (Nyato, seruk, pelempang, kayu untuk bahan bangunan) Medang lubang bedare kayu ubat desedu (Medang lubang bergetah, kayu untuk obat yang diseduh) Bakau, nyire teruntum kayu tumbo de sungai (Bakau, nyire teruntum kayu yang tumbuh di sungai) Renggadaian berumbun kayu tumbo de amau (Renggadaian berumbun kayu yang tumbuh di rawa air tawar) Akar ijau berebat idang urang mengikat (Akar ijau berebat untuk mengikat) Semue nye ku sebut agar mudah de ingat (Semuanya ku sebut agar mudah diiingat)_

Lagu daerah yang kedua berjudul “Bua Utan”. Lagu ini menyebutkan berbagai macam jenis buah yang dapat dimakan yang tumbuh di hutan.

Kawan-kawan banyak ragam bua bang utan (Kawan-kawan banyak ragam buah di hutan) Bua kayu, bua akar, bua la rutan (Buah kayu, buah akar, buah rotan) Sepat kelat masam manis kuang demakan (Sepat, kelat, asam manis bisa dimakan) Cube dengar benar-benar kan kusebutkan (Coba dengar benar-benar akan ku sebutkan) Rukam, kiras, jemang, rangkas, keremuntingan (Rukam, kiras, jemang, rangkas, keremuntingan) Kandis, melak, tungking kijang, bua sisilan (Kandis, melak, tungking kijang, bua sisilan) Kelinsutan, kelincakan, kelebantuian (Kelinsutan, kelincakan, kelebantuian) Usa ragu usa takut silekan makan (Jangan ragu jangan takut silakan makan)_

Buah-buahan yang tercantum dalam lagu di atas juga merupakan sumber makanan bagi satwa liar seperti kijang, pelanduk, rusa, dan burung-burung. Buah-buah hutan tersebut kebanyakan dari kelompok jambu-jambuan dengan rasa sepat, asam, dan manis.

Hutan kerangas yang dibuka untuk diambil pasir kuarsanya.

Pentingnya hutan kerangas

Meski berstatus dilindungi, kawasan hutan kerangas tak lepas dari ancaman perambahan oleh aktivitas perkebunan, dan pembangunan infrastruktur yang akan mengancam ekosistem hutan.

Selain itu, hutan kerangas juga terancam karena pengerukan tanah untuk pertambangan pasir kuarsa.

Para ilmuwan dapat melakukan penelitian lanjutan seputar efektivitas tumbuhan obat dari hutan kerangas. Tujuannya menambah kesahihan upaya konservasi ekosistem ini.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now