tag:theconversation.com,2011:/id/topics/obesitas-43670/articlesObesitas – The Conversation2024-02-20T02:53:07Ztag:theconversation.com,2011:article/2238332024-02-20T02:53:07Z2024-02-20T02:53:07ZIndeks massa tubuh mungkin bukan indikator kesehatan terbaik - bagaimana cara memperbaikinya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/576319/original/file-20200729-35-6qp3du.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C0%2C4243%2C2828&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">BMI dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/severely-overweight-person-weighing-herself-himself-666692917">Christian Delbert/ Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Indeks massa tubuh atau BMI telah lama menjadi standar untuk mengukur kesehatan. Rumus sederhana ini digunakan secara luas untuk mengklasifikasikan apakah berat badan kita berada dalam kisaran “sehat” untuk tinggi badan kita. BMI memberikan perkiraan risiko penyakit seseorang secara keseluruhan, dan digunakan di seluruh dunia untuk mengukur obesitas. </p>
<p>Namun, BMI telah dikritik karena tidak akurat dalam memperkirakan lemak tubuh dan tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang kesehatan seseorang. Penelitian juga menunjukkan bahwa mengandalkan BMI saja untuk memprediksi risiko masalah kesehatan seseorang dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2877506/">menyesatkan</a>.</p>
<p>Rumus untuk menghitung BMI <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17890752/">pertama kali ditemukan pada tahun 1832</a> oleh ahli matematika dan astronom Belgia, Adolphe Quetelet. Untuk <a href="https://www.nhs.uk/live-well/healthy-weight/bmi-calculator/">menghitungnya</a>, kamu membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat (kg/m2). Pada orang dewasa, BMI <a href="https://www.euro.who.int/en/health-topics/disease-prevention/nutrition/a-healthy-lifestyle/body-mass-index-bmi">dikategorikan sebagai berikut</a>:</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="kategori BMI" src="https://images.theconversation.com/files/349366/original/file-20200724-25-osy3a3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/349366/original/file-20200724-25-osy3a3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=304&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/349366/original/file-20200724-25-osy3a3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=304&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/349366/original/file-20200724-25-osy3a3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=304&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/349366/original/file-20200724-25-osy3a3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=382&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/349366/original/file-20200724-25-osy3a3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=382&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/349366/original/file-20200724-25-osy3a3.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=382&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kategori BMI untuk menentukan status berat badan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Sarah Sauchelli Toran and Karen Coulman</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>BMI adalah cara yang cepat, mudah, dan murah untuk mendiagnosis kelebihan berat badan atau obesitas yang hanya membutuhkan pengukuran berat dan tinggi badan. Obesitas membawa <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(11)60814-3/fulltext">peningkatan risiko penyakit</a>, termasuk penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Oleh karena itu, BMI dapat mengidentifikasi mereka yang memiliki risiko lebih besar terkena masalah kesehatan. Kadang-kadang juga digunakan untuk membuat keputusan tentang siapa yang mendapatkan <a href="https://online.boneandjoint.org.uk/doi/abs/10.1302/0301-620X.98B6.38072?journalCode=bjj&">perawatan tertentu</a>, dan untuk mengevaluasi seberapa efektif <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/Nejmoa1108660">upaya penurunan berat badan</a>. </p>
<p>Namun, BMI saja tidak memberikan gambaran lengkap mengenai risiko kesehatan seseorang, karena BMI hanya mengukur ukuran tubuh - bukan penyakit atau kesehatan. BMI sebenarnya tidak mengukur lemak tubuh, <a href="https://www.karger.com/Article/FullText/471488">elemen kunci ketika menentukan risiko kesehatan</a>. Meskipun BMI memberikan <a href="https://www-sciencedirect-com.bris.idm.oclc.org/science/article/pii/S026156141000004X">indikasi kasar</a> lemak tubuh, BMI tidak membedakan antara berat badan yang berasal dari <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5894968/">lemak dan otot</a>.</p>
<p>Atlet berperforma tinggi - seperti pemain rugby atau pelari cepat - akan diklasifikasikan sebagai “kelebihan berat badan” atau “obesitas” berdasarkan BMI mereka karena massa otot yang lebih besar. Melihat BMI saja akan membuat para atlet terlihat memiliki risiko yang sama terhadap masalah kesehatan yang sama dengan seseorang yang kelebihan berat badan - meskipun penelitian menunjukkan bahwa orang yang aktif memiliki kolesterol, tekanan darah, dan kadar gula darah yang lebih baik daripada <a href="https://care.diabetesjournals.org/content/39/11/2065">seseorang yang tidak aktif</a>.</p>
<p>BMI juga tidak memberi tahu kita apa pun tentang di mana lemak tubuh didistribusikan. Lemak tubuh yang tersimpan di sekitar perut (bentuk “apel”) memiliki <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007%2F978-3-319-48382-5_1">risiko kesehatan yang lebih besar</a> daripada lemak tubuh yang tersimpan di sekitar pinggul. Bentuk “apel” ini dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan berkembangnya <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fcvm.2020.00022/full">sindrom metabolik</a>. Ini adalah kombinasi dari kondisi terkait - seperti tekanan darah tinggi, glukosa darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi - yang semuanya meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.</p>
<p>Kategori BMI juga <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1038/oby.2009.472">agak sewenang-wenang</a>. Sebuah penelitian terhadap 13.601 orang dewasa menunjukkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2877506/">prevalensi obesitas</a> jauh lebih rendah ketika mendefinisikan obesitas dengan menggunakan BMI, bukan persentase lemak tubuh. Dengan menggunakan kategori BMI, lebih sedikit orang yang ditemukan mengalami obesitas - meskipun banyak orang yang didiagnosis seperti itu karena persentase lemak tubuhnya. </p>
<p>Kategori-kategori ini bahkan mungkin kurang akurat dalam memprediksi risiko kesehatan pada orang-orang dari latar belakang etnis minoritas dan kelompok usia yang lebih tua. Sebagai contoh, orang Asia memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673603152683?via%3Dihub">risiko yang lebih besar</a> untuk terkena diabetes tipe 2 dan penyakit jantung pada BMI yang lebih rendah daripada orang kulit putih. Hal ini mungkin disebabkan oleh persentase lemak tubuh yang lebih tinggi pada BMI yang sama, dan/atau kecenderungan yang lebih besar untuk menyimpan lemak di sekitar perut.</p>
<p>Penelitian juga menunjukkan bahwa pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas, memiliki BMI dalam kategori “kelebihan berat badan” tidak terkait dengan risiko kematian yang lebih besar, sedangkan ketika <a href="https://academic.oup.com/ajcn/article/99/4/875/4637868">BMI di bawah 23</a> maka itu berbahaya. Jadi, rentang normal mungkin tidak bekerja dengan baik untuk memprediksi risiko kesehatan pada orang tua. </p>
<p>Seseorang juga dapat memiliki BMI “normal” tetapi memiliki peningkatan risiko <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4750380/">penyakit jantung dan diabetes tipe 2</a>, tergantung pada faktor-faktor seperti tekanan darah atau distribusi lemak tubuh. Mengukur lingkar pinggang dan persentase lemak tubuh mungkin lebih berguna dalam kasus tersebut.</p>
<p>Indikator status kesehatan yang dapat diandalkan, terjangkau, dan akurat adalah penting. BMI mudah diukur dan memberikan perkiraan kasar risiko penyakit. Namun, meskipun ini merupakan titik awal yang baik, BMI perlu digunakan bersama dengan pengukuran lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang risiko kesehatan seseorang yang unik. Faktor gaya hidup (seperti merokok, aktivitas fisik, pola makan dan tingkat stres), serta tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol darah harus dipertimbangkan bersama dengan BMI untuk menentukan risiko kesehatan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="mengukur lingkar pinggang" src="https://images.theconversation.com/files/350147/original/file-20200729-29-bsnd9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/350147/original/file-20200729-29-bsnd9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/350147/original/file-20200729-29-bsnd9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/350147/original/file-20200729-29-bsnd9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/350147/original/file-20200729-29-bsnd9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/350147/original/file-20200729-29-bsnd9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/350147/original/file-20200729-29-bsnd9v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mengukur lingkar pinggang dapat memperkirakan lemak tubuh dalam beberapa kasus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/doctor-uses-tape-measure-waist-fat-1495015724">Athitat Shinagowin/ Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pengukuran pinggang (seperti lingkar pinggang dan rasio pinggang-pinggul) dapat memperkirakan lemak tubuh bagian perut - tetapi pengukuran ini sulit dilakukan dan <a href="https://www.hsph.harvard.edu/obesity-prevention-source/obesity-definition/how-to-measure-body-fatness/">kurang akurat</a> pada orang dengan BMI lebih tinggi dari 35. Alat yang memecah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2769821/">komposisi tubuh</a> - seperti <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/bioelectrical-impedance-analysis">analisis impedansi bioelektrik</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8838836/">absorptiometri sinar-X energi ganda</a> - bekerja lebih baik. Namun, alat ini bisa sangat mahal, memakan waktu, dan rumit untuk digunakan - dan tidak praktis untuk digunakan sehari-hari oleh dokter.</p>
<p><a href="http://www.drsharma.ca/wp-content/uploads/edmonton-obesity-staging-system-staging-tool.pdf">Alat penanda</a> dapat memberikan penilaian yang lebih sesuai untuk risiko kesehatan dan <a href="https://www.cmaj.ca/content/183/14/E1059.full">kematian dini</a> pada orang yang hidup dengan obesitas. Ini adalah <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/j.1758-8111.2011.00017.x">sistem penilaian</a> yang memperhitungkan kesehatan metabolik, fisik, dan psikologis untuk mengklasifikasikan risiko kesehatan. Sistem ini dirancang untuk digunakan bersama dengan BMI untuk mengidentifikasi orang-orang yang paling diuntungkan melalui manajemen berat badan. </p>
<p>Meskipun BMI menyediakan alat yang mudah dan sederhana untuk memahami risiko penyakit, BMI tidak memberikan gambaran yang lengkap atau sepenuhnya akurat tentang segala sesuatu yang memengaruhi kesehatan kita. Menggunakan alat ukur lain di samping BMI dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai kesehatan dan risiko penyakit - dan juga dapat membantu memandu keputusan mengenai intervensi kesehatan terbaik yang dapat digunakan untuk seseorang.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/223833/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Karen Coulman menerima dana dari National Institute for Health Research.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Sarah Sauchelli Toran menerima dana dari National Institute for Health Research.</span></em></p>Kategori BMI tidak memberikan gambaran lengkap tentang risiko kesehatan seseorang.Karen Coulman, Research Fellow and Obesity Specialist Dietitian, University of BristolSarah Sauchelli Toran, Senior Research Associate, University of BristolLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2084622023-07-31T03:49:55Z2023-07-31T03:49:55ZObesitas di Indonesia tinggi: minuman manis kemasan mengintai sejak kanak-kanak<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/540086/original/file-20230731-113388-olv52k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas memindahkan orang dengan obesitas, Cipto Raharjo, 45 tahun dengan berat 200 kg, ke atas truk pemadam kebakaran saat evakuasi untuk dirawat di RSUD Kota Tangerang, Banten, 4 Juli 2023.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1688480413&getcod=dom">ANTARA FOTO/Fauzan/tom</a></span></figcaption></figure><p>Dalam beberapa bulan terakhir, kita sering mendengar cerita dari media massa tentang beberapa <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230720122118-20-975589/pria-obesitas-200-kg-asal-tangerang-meninggal-di-rscm">orang dewasa</a> yang obesitas <a href="https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6786006/pria-obesitas-300-kg-meninggal-di-rscm-dokter-sebut-alami-syok-septik">meninggal lebih cepat</a> dibandingkan rata-rata <a href="https://www.bps.go.id/indicator/40/501/1/angka-harapan-hidup-ahh-menurut-provinsi-dan-jenis-kelamin.html">usia harapan hidup orang Indonesia</a>. </p>
<p>Ibarat gunung es, kasus-kasus yang muncul ke permukaan itu hanya sebagian kecil dari jumlah kasus riil obesitas dan dampak buruknya bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. </p>
<p>Data <a href="https://www.unicef.org/indonesia/media/15581/file/Analisis%20Lanskap%20Kelebihan%20Berat%20Badan%20dan%20Obesitas%20di%20Indonesia.pdf">pemerintah yang diolah oleh UNICEF menunjukkan pada 2018</a>, 1 dari 5 anak usia sekolah (20% atau 7,6 juta), 1 dari 7 remaja (14,8%, atau 3,3 juta) dan 1 dari 3 orang dewasa (35,5%, atau 64,4 juta) di Indonesia hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Jumlah ini sangat besar dan dapat berujung pada kerugian yang besar pula.</p>
<p>Obesitas merupakan faktor risiko tinggi untuk berapa penyakit tidak menular dan <a href="https://theconversation.com/obesitas-pada-anak-anak-naik-dramatis-dan-konsekuensi-kesehatannya-besar-terkadang-seumur-hidup-207997">kerap kali konsekuensinya seumur hidup, seperti terkena penyakit diabetes,</a> <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27550974/">jantung koroner, stroke, dan sebagainya</a>. Penyakit-penyakit tersebut cenderung menurunkan produktivitas dan menghabiskan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1109345">biaya tinggi</a> dalam pengobatannya. </p>
<p>Penyebab obesitas atau peningkatan berat badan yang tidak sehat ini cukup kompleks, utamanya karena konsumsi kalori harian berlebih yang terjadi secara terus menerus. Salah satunya melalui konsumsi minuman manis berlebih.</p>
<h2>Risetnya belum banyak di Indonesia</h2>
<p>Bahaya yang mengintai di balik minuman manis dalam kemasan sering kali luput dari perhatian banyak pihak. Peredaran produk minuman manis ini semakin meningkat dengan harga terjangkau bahkan bagi anak-anak. </p>
<p>Minuman manis yang murah meriah dan gampang diperoleh meningkatkan konsumsi minuman manis pada anak dan remaja yang merupakan salah satu faktor <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27550974/">pemicu obesitas</a>. </p>
<p>Beberapa studi di negara lain seperti Australia, <a href="http://fizz.org.nz/pdf/research/16%20The%20Story%20of%20FiZZ.pdf">Selandia Baru</a>, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28135184/">Amerika</a>, Inggris, Belanda, dan <a href="https://nutritionj.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12937-016-0225-2">negara Eropa lainnya</a> menyebutkan bahwa anak dan remaja mengonsumsi minuman manis lebih banyak daripada kelompok umur lainnya. </p>
<p><a href="https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5532">Riset di Indonesia</a> juga menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis di Indonesia cukup tinggi, memakan 67% dari total pengeluaran rumah tangga. Selain itu, setidaknya 2 dari 3 anak usia 3 tahun di Indonesia mengonsumsi satu minuman manis per hari. </p>
<p>Di beberapa daerah di Jakarta Timur dan Bandung, konsumsi minuman manis pada remaja mencapai 20% dari total kalori yang dikonsumsi, melebihi anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya 10% per hari. <a href="https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5532">Riset tersebut</a> juga mengindikasikan adanya hubungan antara konsumsi minuman manis berlebih pada anak dan remaja Indonesia terhadap peningkatan kejadian obesitas pada orang dewasa. </p>
<p>Sayangnya, belum banyak penelitian di Indonesia yang mengkaji hubungan antara frekuensi mengonsumsi minuman manis pada anak-anak dengan kejadian obesitas dan penyakit tidak menular. </p>
<p>Oleh karena itu, saya melakukan <a href="https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/view/75801">kajian literatur</a> terhadap riset di berbagai negara tentang dampak kesehatan dari mengonsumsi minuman manis dalam kemasan pada anak-anak. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi minuman manis berlebih dapat menyebabkan obesitas, gejala hipertensi, risiko penyakit jantung, dan diabetes melitus.</p>
<p>Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas ini cenderung mengalami obesitas pula pada masa dewasanya. Kondisi ini membuat mereka rentan pada berbagai masalah kesehatan yang merugikan karena menurunkan produktivitas, meningkatkan kemiskinan, dan meningkatkan risiko kematian. </p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25928992/">Beberapa studi</a> bahkan menyebutkan bahwa bahaya konsumsi berlebih dari produk minuman manis ini dapat disandingkan dengan bahaya merokok yang memerlukan perhatian serius.</p>
<h2>Anak-anak dikepung minuman manis</h2>
<p>Negara dan keluarga berperan untuk memenuhi hak-hak anak dan menciptakan lingkungan yang membuat anak merasa terlindungi dan bertumbuh dengan baik. </p>
<p>Setiap anak seharusnya memiliki akses yang sama dalam pendidikan, mengenyam bangku sekolah, berada di lingkungan keluarga yang aman dan nyaman bagi tumbuh kembangnya.</p>
<p>Masalahnya adalah di lingkungan sekolah dan rumah anak-anak justru terpapar dan mudah mengakses minuman dan makanan manis dalam kemasan, baik olahan industri besar maupun olahan rumah tangga. Minuman manis dalam kemasan saat ini sangat mudah ditemui di mana pun, dengan jenis dan rasa yang semakin beragam. </p>
<p>Minuman manis juga mudah dibeli di lingkungan wisata saat anak-anak berlibur, tempat bermain dan lingkungan umum lainnya. </p>
<p>Harganya sangat terjangkau bahkan bagi anak-anak. Minuman manis dalam kemasan dijual dengan harga yang relatif sangat murah, mulai dari Rp 1.000.</p>
<p>Membeli minuman manis dinilai lebih menguntungkan dibandingkan hanya air mineral biasa. Dengan harga yang sama, kita bisa melepas dahaga sekaligus mendapatkan rasa manis yang menyenangkan, tidak seperti air mineral yang rasanya cenderung tawar. </p>
<p>Kita sebagai orang dewasa terkadang berpikir demikian, apalagi anak-anak dan remaja yang cenderung memiliki ‘lidah manis’ (<em>sweet tongue</em>) sehingga secara alami akan memilih minuman manis dibandingkan yang tawar.</p>
<p>Bedanya, orang dewasa cenderung mengetahui dampak negatif dari kandungan gula tambahan dari produk minuman manis sehingga pilihan yang diambil sudah berbekal pengetahuan yang cukup. </p>
<p>Sayangnya, anak-anak cenderung belum memahami dampak buruk dari konsumsi produk minuman manis secara berlebihan. Padahal mereka berhak mengetahui konsekuensi dari pilihan yang mereka ambil, termasuk saat memilih untuk mengonsumsi minuman manis.</p>
<h2>Lalu apa yang harus dilakukan?</h2>
<p>Pemenuhan hak anak untuk mengetahui dampak buruk dari konsumsi minuman manis berlebih menjadi penting dalam upaya peningkatan kesehatan mereka di masa mendatang. Tidak hanya <em>stunting</em> (kurang gizi) yang merusak masa depan anak, tetapi juga berat badan berlebih yang tidak sehat.</p>
<p>Dampak dari konsumsi minuman manis berlebih memang tidak langsung terlihat saat itu juga. Peningkatan berat badan yang tidak sehat serta kondisi kesehatan yang memburuk terjadi secara perlahan dan cenderung tidak terlihat sehingga sering diabaikan. Namun demikian kita perlu berupaya mencegah konsumsi minuman manis yang berlebihan pada anak.</p>
<p>Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman anak terkait dampak buruk dari mengonsumsi gula secara berlebihan. </p>
<p>Upaya ini dapat dilakukan secara kreatif dengan menggunakan media berupa poster, video, <em>storytelling</em>, permainan, dan sebagainya. </p>
<p>Selain itu, lingkungan juga memiliki peran penting dalam ‘melindungi’ anak dari bahaya konsumsi produk minuman manis berlebih. Budaya makan dalam keluarga, ketersediaan minuman manis di rumah, pengetahuan dan persepsi orang tua tentang dampak minuman manis serta <a href="https://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/article/view/5532">kondisi sosial ekonomi orang tua</a> ditemukan berhubungan dengan konsumsi minuman manis dalam kemasan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28495478/">pada anak-anak dan remaja</a>. </p>
<p>Selain lingkungan keluarga dan rumah, pemerintah perlu memikirkan <a href="https://theconversation.com/minuman-manis-tak-sehat-mengepung-remaja-indonesia-saatnya-pemerintah-tarik-cukai-gula-144370">cukai gula</a> untuk mengendalikan konsumsi produk manis. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25928992/">Bahkan beberapa negara maju</a> telah menerapkan pajak yang cukup tinggi pada produk minuman manis seperti halnya pada rokok. </p>
<p>Kita perlu mengupayakan adanya tanda peringatan kandungan gula tambahan pada kemasan minuman tersebut, seperti halnya pada kemasan rokok. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4232169/">Infografis</a> yang menunjukkan keamanan kadar gula dalam minuman terbukti membuat anak dan remaja memilih pilihan minuman yang lebih sehat. Infografis ini dapat diletakkan di kemasan minuman maupun kulkas atau rak tempat minuman dijual.</p>
<p>Secara alami, anak-anak memang akan memilih minuman manis dibandingkan dengan air mineral biasa. </p>
<p>Namun demikian, kita semua memiliki kewajiban untuk memenuhi hak mereka dalam memiliki pemahaman terkait bahaya mengonsumsi minuman manis berlebih. </p>
<p>Kita harus mengupayakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat yang akan berdampak baik pada kualitas hidup mereka ke depan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208462/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marya Yenita Sitohang tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tidak hanya stunting atau kurang gizi yang merusak masa depan anak, tetapi juga peningkatan berat badan yang tidak sehat atau obesitas.Marya Yenita Sitohang, Peneliti Kesehatan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2079972023-06-20T09:39:45Z2023-06-20T09:39:45ZObesitas pada anak-anak naik dramatis, dan konsekuensi kesehatannya besar - terkadang seumur hidup<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/532892/original/file-20230620-23-b5ym4j.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mengetahui cara berbicara dengan anak-anak tentang makan sehat adalah kuncinya.</span> <span class="attribution"><span class="source">MI PHAM/Unsplash</span></span></figcaption></figure><p>Dalam dua dekade terakhir, <a href="https://doi.org/10.1542/peds.2021-053708">anak-anak menjadi lebih gemuk</a> dan mengalami obesitas pada usia yang lebih muda. Sebuah laporan pada 2020 menemukan bahwa <a href="https://www.cdc.gov/obesity/data/childhood.html#">14,7 juta</a> anak-anak dan remaja di Amerika Serikat (AS) hidup dengan obesitas.</p>
<p>Karena <a href="https://childhoodobesityfoundation.ca/what-is-childhood-obesity/complications-childhood-obesity/">obesitas adalah sebuah faktor risiko yang diketahui</a> sebagai <a href="https://www.mayoclinic.org/%20disease-conditions/childhood-obesity/symptoms-causes/syc-20354827">masalah kesehatan serius</a>, <a href="https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7037a3.htm">peningkatannya yang pesat selama pandemi COVID-19</a> menjadi peringatan keras.</p>
<p>Tanpa intervensi, banyak remaja yang obesitas <a href="https://doi.org/10.1111/obr.12334">akan tetap obesitas</a> saat dewasa. Bahkan beberapa anak akan mengalami masalah kesehatan yang serius sejak sebelum usia remaja.</p>
<p>Untuk mengatasi masalah ini, pada awal tahun 2023, American Academy of Pediatrics merilis <a href="https://www.aap.org/en/news-room/news-releases/aap/2023/american-academy-of-pediatrics-issues-its-first-comprehensive-guideline-on-evaluating-treating-children-and-adolescents-with-obesity/">pedoman manajemen obesitas baru</a> yang pertama dalam 15 tahun.</p>
<p>Saya seorang <a href="https://www.scvmc.org/find-provider-result?field_specialties_target_id=536&field_spoken_language_target_id=All&title=&field_gender_target_id=All&sort_bef_combine=field_last_name_value_ASC">ahli gastroenterologi pediatrik (gangguan pencernaan anak</a> yang merawat pasien anak di rumah sakit umum terbesar di California, AS, dan saya menyaksikan adanya tren yang jelas selama 2 dekade terakhir. </p>
<p>Pada awal-awal praktik, saya hanya sesekali melihat seorang anak dengan komplikasi obesitas; sekarang saya melihat banyak kasus serupa setiap bulan. Beberapa dari anak-anak ini mengalami obesitas parah dan sebagian dari mereka mengalami komplikasi kesehatan yang memerlukan penanganan dari berbagai dokter spesialis.</p>
<p>Pengamatan ini yang melatarbelakangi laporan saya untuk <a href="https://centerforhealthjournalism.org/2023/03/06/pandemic-made-childhood-obesity-even-worse-how-can-we-help-children-most-risk">California Health Equity Fellowship</a> di University of Southern California.</p>
<p>Penting untuk diperhatikan bahwa tidak semua anak yang kelebihan berat badan berarti tidak sehat. Namun, bukti menunjukkan bahwa obesitas, terutama obesitas berat, membutuhkan pengkajian lebih lanjut.</p>
<h2>Bagaimana mengukur obesitas</h2>
<p><a href="https://www.who.int/health-topics/obesity#tab=tab_1">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan obesitas</a> sebagai “penumpukan lemak abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko bagi kesehatan”.</p>
<p>Mengukur komposisi lemak memerlukan peralatan khusus yang tidak tersedia di klinik biasa. Oleh karena itu, sebagian besar dokter menggunakan ukuran tubuh untuk mengukur obesitas.</p>
<p>Salah satu metode yang digunakan adalah Indeks Massa Tubuh, atau BMI, perhitungan berdasarkan tinggi dan berat badan anak dibandingkan dengan teman sebaya yang usia dan jenis kelaminnya sama. BMI tidak mengukur lemak tubuh, tetapi <a href="https://www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/index.html">BMI yang tinggi</a> dianggap berkorelasi dengan total lemak tubuh.</p>
<p>Menurut <a href="https://doi.org/10.1542/peds.2022-060640">American Academy of Pediatrics</a>, seorang anak memenuhi syarat kelebihan berat badan <a href="https://www.cdc.gov/growthcharts/clinical_charts.htm">jika BMI-nya antara persentil ke-85 dan ke-95</a>. Obesitas didefinisikan sebagai <a href="https://www.cdc.gov/obesity/basics/childhood-defining.html">BMI di atas persentil ke-95</a>.</p>
<p>Cara lain untuk mendeteksi obesitas adalah melalui ukuran <a href="https://www.nccor.org/nccor-tools/a-guide-to-methods-for-assessing-childhood-obesity/">lingkar pinggang dan ketebalan lipatan kulit</a>, tetapi metode ini kurang umum digunakan.</p>
<p>Karena banyak anak yang melampaui batas grafik pertumbuhan yang ada, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada 2022 memperkenalkan <a href="https://www.cdc.gov/growthcharts/extended-bmi.htm">perpanjangan grafik pertumbuhan</a> untuk obesitas berat. Obesitas parah terjadi ketika seorang anak mencapai persentil ke-120 atau memiliki BMI lebih dari 35. Misalnya, anak laki-laki berusia 6 tahun dengan tinggi 48 inci dan berat 110 pon akan memenuhi kriteria obesitas berat karena BMI-nya adalah persentil ke-139.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1161/cir.0b013e3182a5cfb3">Obesitas parah</a> meningkatkan risiko penyakit hati, penyakit kardiovaskular, dan masalah metabolisme seperti diabetes. Pada 2016, hampir <a href="https://doi.org/10.1542%2Fpeds.2017-3459">8% anak usia 2 hingga 19 tahun mengalami obesitas parah</a>.</p>
<p>Masalah kesehatan lain yang terkait dengan obesitas parah termasuk <a href="https://doi.org/10.1155%2F2012%2F134202">gangguan pernapasan saat tidur (<em>obstructive sleep apnea</em>)</a>, <a href="https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases-%20-conditions/slipped-capital-femoral-epiphysis-scfe">masalah tulang dan persendian</a> yang dapat menyebabkan radang sendi (artritis) dini, <a href="https://doi.org/10.5527%2Fwjn.v4.i2.223">tekanan darah tinggi</a> dan <a href="https://doi.org/10.1159/000492826">penyakit ginjal</a>. Banyak dari masalah ini terjadi bersamaan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/ZpbZ33Dc53E?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Semakin banyak anak yang mengidap penyakit yang secara tradisional hanya terlihat pada orang dewasa.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Bagaimana obesitas memengaruhi hati</h2>
<p>Penyakit hati yang terkait dengan obesitas disebut <a href="https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-disease/nafld-nash-children#">penyakit hati berlemak non-alkohol</a>. Untuk menyimpan kelebihan lemak dan gula makanan, sel-sel hati diisi dengan lemak. Kelebihan karbohidrat khususnya diproses menjadi zat yang mirip dengan <a href="https://doi.org/10.3945%2Fan.112.002998">produk pemecahan alkohol</a>. Di bawah mikroskop, perlemakan hati anak-anak terlihat mirip dengan hati dengan kerusakan akibat alkohol.</p>
<p>Kadang-kadang anak dengan perlemakan hati tidak mengalami obesitas; namun, <a href="https://doi.org/10.1002/cld.1027">faktor risiko terbesar untuk perlemakan hati</a> adalah obesitas. Pada BMI yang sama, anak Hispanik dan Asia lebih rentan terhadap penyakit hati berlemak dibandingkan anak kulit hitam dan putih. Pengurangan berat badan atau mengurangi konsumsi fruktosa, gula alami dan bahan tambahan makanan yang umum - bahkan tanpa penurunan berat badan yang signifikan – dapat memperbaiki perlemakan hati.</p>
<p>Perlemakan hati adalah penyakit hati kronis yang paling umum pada anak-anak dan orang dewasa. Di California Selatan, <a href="https://doi.org/10.1542%2Fpeds.2020-0771">perlemakan hati anak berlipat ganda</a> dari 2009 hingga 2018. Penyakit ini dapat berkembang pesat pada anak-anak, dan <a href="https://doi.org/10.1136/gut.2008.171280">beberapa akan mengalami jaringan parut hati</a> setelah hanya beberapa tahun.</p>
<p>Meskipun beberapa anak saat ini memerlukan transplantasi hati untuk perlemakan hati, itu adalah <a href="https://doi.org/10.1097/mcg.00000000000000925">alasan yang paling cepat meningkat untuk transplantasi pada dewasa muda</a>. Perlemakan hati adalah alasan paling umum kedua untuk transplantasi hati di AS, dan akan menjadi <a href="https://liverfoundation.org/about-your-liver/facts-about-liver-disease%20/penyakit-lemak-hati/">penyebab utama di masa mendatang</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A light micrograph image of fatty liver, with large vacuoles of triglyceride fat accumulated inside liver cells." src="https://images.theconversation.com/files/524456/original/file-20230504-17-zbul98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/524456/original/file-20230504-17-zbul98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/524456/original/file-20230504-17-zbul98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/524456/original/file-20230504-17-zbul98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/524456/original/file-20230504-17-zbul98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/524456/original/file-20230504-17-zbul98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/524456/original/file-20230504-17-zbul98.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar mikrograf ringan dari hati berlemak, dengan vakuola besar lemak trigliserida di dalam sel hati.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/light-micrograph-of-a-fatty-liver-royalty-free-image/851075118?phrase=fatty+liver&adppopup=true">Dr_Microbe/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kaitan antara obesitas dan diabetes</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/S2213-8587(14)70032-4">Hati berlemak atau perlemakan hati berpengaruh</a> dalam <a href="https://www.nhlbi.nih.gov/health/metabolic-syndrome">sindrom metabolik</a>, sekelompok kondisi yang mengelompok bersama dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes.</p>
<p>Dalam sebuah wawancara telepon, Dr. Barry Reiner, seorang ahli endokrin pediatrik, menyuarakan keprihatinannya kepada saya tentang obesitas dan diabetes.</p>
<p>“Saat saya memulai praktik, saya belum pernah mendengar tentang diabetes tipe 2 pada anak-anak,” kata Reiner. “Sekarang, bergantung pada bagian AS mana, antara seperempat dan sepertiga dari kasus baru diabetes adalah tipe 2.”</p>
<p><a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/type-1-diabetes/symptoms-causes/syc-20353011">Diabetes tipe 1</a> adalah penyakit autoimun yang sebelumnya disebut diabetes pada remaja. Sebaliknya, <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/type-2-diabetes/symptoms-causes/syc-20351193">diabetes tipe 2</a> secara historis dianggap sebagai penyakit orang dewasa.</p>
<p>Namun, diabetes tipe 2 kini meningkat pada anak-anak, dan obesitas adalah <a href="https://www.endocrine.org/news-and-advocacy/news-room/2017/childhood-obesity-quadruples-risk-%20dari-berkembang-diabetes%20tipe-2">faktor risiko utama</a>. Sementara kedua jenis diabetes memiliki pengaruh genetik dan gaya hidup, tipe 2 lebih dapat dimodifikasi melalui diet dan olahraga.</p>
<p>Pada 2060, jumlah orang di bawah 20 tahun dengan diabetes tipe 2 akan <a href="https://doi.org/10.2337/dc22-0945">meningkat sebesar 700%</a>. Anak kulit hitam, Latin, Asia, Kepulauan Pasifik, dan penduduk Asli Amerika/Alaska akan memiliki lebih banyak diagnosis diabetes tipe 2 daripada anak kulit putih.</p>
<p>“Keparahan diabetes tipe 2 pada anak-anak diremehkan,” kata Reiner. Dia menambahkan bahwa banyak orang mengungkapkan kesalahpahaman bahwa diabetes tipe 2 adalah penyakit yang ringan dan lambat.</p>
<p>Reiner menunjuk ke sebuah penelitian penting yang menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 yang didapat pada masa kanak-kanak <a href="https://www.adameetingnews.org/live-updates/session-coverage/today2-study-youth-onset-type-2-diabetes-more-severe-than-adult-onset-disease">dapat berkembang pesat</a>. Sejak 10 hingga 12 tahun setelah diagnosis masa kanak-kanak mereka, pasien mengalami kerusakan saraf, masalah ginjal, dan kerusakan penglihatan. Pada 15 tahun setelah diagnosis, pada usia rata-rata 27 tahun, hampir <a href="https://doi.org/10.1056/NEJMoa2100165">70% pasien memiliki tekanan darah tinggi</a>.</p>
<p>Sebagian besar pasien memiliki lebih dari satu komplikasi. Meski jarang, beberapa pasien mengalami serangan jantung dan <em>stroke</em>. Ketika orang yang mengidap diabetes sejak masa kanak-kanak hamil, 24% dari mereka melahirkan bayi prematur, lebih dari <a href="https://www.marchofdimes.org/peristats/reports/united-states/prematurity-profile#">2 kali lipat angka pada populasi umum</a>.</p>
<h2>Kesehatan jantung</h2>
<p>Perubahan kardiovaskular yang terkait dengan obesitas dan obesitas berat juga dapat meningkatkan kemungkinan anak terkena serangan jantung dan <em>stroke</em> seumur hidup. </p>
<p>Membawa beban ekstra pada usia 6 hingga 7 tahun dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, kolesterol, dan kekakuan arteri pada <a href="https://doi.org/10.1542/peds.2019-3666">usia 11 hingga 12 tahun</a>. Obesitas <a href="https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehv089">mengubah struktur jantung</a>, membuat otot menebal dan mengembang.</p>
<p>Meski masih jarang, lebih banyak orang berusia 20-an, 30-an, dan 40-an <a href="https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.119.024156">mengalami stroke</a> dan <a href="https://www.acc.org/about%20-acc/press-releases/2019/03/07/08/45/heart-attacks-increasingly-common-in-young-adults">serangan jantung</a> dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Meskipun banyak faktor yang dapat menyebabkan serangan jantung dan <em>stroke</em>, obesitas menambah risiko tersebut.</p>
<h2>Berfokus pada kesehatan, bukan berat badan</h2>
<p>Venus Kalami, ahli diet terdaftar, menjelaskan pada saya tentang pengaruh lingkungan dan masyarakat terhadap obesitas pada masa kanak-kanak.</p>
<p>“Makanan, pola makan, gaya hidup, dan berat badan seringkali merupakan proksi dari sesuatu yang lebih besar yang terjadi dalam hidup seseorang,” kata Kalami.</p>
<p>Faktor-faktor di luar kendali anak, termasuk <a href="https://med.stanford.edu/news/all-news/2018/04/pediatric-obesity-depression-connected-in-the-brain.html">depresi</a>, <a href="https://doi.org/10.1542/peds.2021-055571">akses ke makanan sehat</a> dan <a href="https://doi.org/10.1210/endrev/bnac005">lingkungan yang dapat dilalui dengan berjalan kaki</a>, berkontribusi terhadap obesitas.</p>
<p>Orang tua mungkin bertanya-tanya bagaimana membantu anak-anak tanpa membuat mereka merasa malu atau bersalah.</p>
<p>Pertama, percakapan tentang berat badan dan makanan harus sesuai usia. “Anak usia 6 tahun tidak perlu memikirkan berat badannya,” kata Kalami. Dia menambahkan bahwa bahkan praremaja dan remaja tidak boleh fokus pada berat badan mereka, meskipun mereka mungkin sudah melakukannya.</p>
<p>Bahkan <a href="https://doi.org/10.1542/peds.2016-1649">godaan “baik hati”</a> berbahaya. Hindari pembicaraan diet, dan alih-alih mendiskusikan kesehatan. Kalami merekomendasikan agar orang dewasa menjelaskan bagaimana kebiasaan sehat dapat meningkatkan suasana hati, fokus, atau kinerja anak-anak dalam aktivitas favorit mereka.</p>
<p>“Seorang anak berusia 12 tahun tidak selalu tahu apa yang sehat,” kata Kalami. “Bantu mereka memilih apa yang tersedia dan membuat pilihan terbaik, yang mungkin bukan pilihan yang sempurna.”</p>
<p>Dia menambahkan pembicaraan berat apa pun, baik kritik atau pujian untuk penurunan berat badan, bisa menjadi bumerang. Memuji seorang anak karena penurunan berat badannya dapat memperkuat siklus negatif gangguan makan. Sebaliknya, dukunglah kesehatan anak yang lebih baik dengan pilihan yang baik.</p>
<p>Dr. Muneeza Mirza, seorang dokter anak, merekomendasikan agar orang tua mencontohkan perilaku sehat.</p>
<p>“Perubahan harus dilakukan oleh seluruh keluarga,” kata Mirza. “Itu seharusnya tidak dianggap sebagai hukuman untuk si anak.”</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207997/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Christine Nguyen tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Menurut American Academy of Pediatrics, seorang anak memenuhi syarat kelebihan berat badan jika BMI-nya antara persentil ke-85 dan ke-95.Christine Nguyen, 2023 California Health Equity Fellow, University of Southern CaliforniaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2052272023-05-19T08:47:15Z2023-05-19T08:47:15ZRiset: nafsu makan menurun ketika melihat orang lain makan junk food<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/524875/original/file-20230508-21-clv9kv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kalau kamu ingin menurunkan berat badan. Lihatlah gambar ini, karena ia bisa menekan nafsu makan junk food.</span> </figcaption></figure><p>Suatu malam, di rumah. Anda sedang duduk dengan nyaman di sofa sambil menonton acara TV favoritmu. Sebuah iklan muncul, menampilkan burger yang lezat dengan segala kelezatannya. Kamera memperbesar setiap bahan: salad yang renyah; daging yang empuk; saus yang kental dan lembut; kentang goreng yang renyah, dan satu orang yang sedang menikmati berbagai rasa yang lezat ini. Anda mungkin berpikir bahwa diet Anda akan gagal. Namun kami berpendapat lain.</p>
<p>Dalam serangkaian penelitian yang diterbitkan dalam <a href="https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/07439156211019035">Journal of Public Policy & Marketing</a>, kami menemukan bahwa iklan yang menunjukkan orang makan <em>junk food</em> mendorong orang yang sedang berdiet untuk makan lebih sedikit. Meskipun hal ini mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya mengenai <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0006899306000102"><em>mental imagery</em> (citra mental)</a>. </p>
<p>Penelitian terbaru menunjukkan bahwa membayangkan diri kita melakukan suatu tindakan atau mengalami emosi dapat mengaktifkan jaringan saraf yang serupa dengan jaringan saraf yang terkait dengan kinerja atau pengalaman yang sebenarnya.</p>
<h2>Apa yang terjadi saat kita membayangkan diri kita sedang makan?</h2>
<p>Gambaran yang kita lihat sepanjang hidup kita memiliki kekuatan untuk membentuk pengalaman kita hingga tingkat yang luar biasa. Menurut <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1053811904005208">studi <em>neuroimage</em></a>, hanya dengan melihat seseorang yang dipukul oleh palu akan menyalakan jaringan saraf di otak kita yang berhubungan dengan rasa sakit. Akibatnya, gambar-gambar ini akan memicu emosi dan perilaku yang konsisten dengan perasaan sakit.</p>
<p>Efek tersebut juga meluas ke konsumsi makanan. Bidang citra konsumsi mengacu pada gambar-gambar yang kaya akan konsumsi makanan - misalnya, <a href="https://www.youtube.com/watch?v=99Aain-xwEk">sebuah iklan</a> yang menunjukkan gambar <em>close-up</em> pizza dan seseorang yang memakannya. <a href="https://academic.oup.com/jcr/article-abstract/38/3/578/1809949">Beberapa penelitian</a> bahkan mengindikasikan bahwa <em>consumption imagery</em> (citra konsumsi) dapat menyebabkan orang salah mengingat bahwa mereka telah memakan makanan yang dipajang.</p>
<p>Mengapa hal ini penting? Hal ini penting karena hanya dengan berpikir bahwa kita telah makan sesuatu dapat membuat kita merasa kenyang. Pada 2010, <a href="https://www.science.org/doi/abs/10.1126/science.1195701">peneliti meminta</a> orang-orang untuk membayangkan diri mereka makan 3 atau 30 cokelat M&M. Mereka kemudian memberikan semangkuk permen untuk dimakan. Orang-orang yang membayangkan diri mereka makan 30 cokelat berbentuk kancing akhirnya merasa kenyang dan makan lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang membayangkan hanya makan 3. </p>
<p>Dengan penelitian kami, kami memutuskan untuk membawa pertanyaan ini ke tingkat selanjutnya dan menguji apakah efeknya berlaku ketika orang melihat orang lain makan di sebuah iklan.</p>
<h2>Jika Anda sedang berdiet dengan melihat seseorang makan, akan membuat Anda makan lebih sedikit</h2>
<p>Kami mengundang 132 mahasiswa yang sedang berdiet di laboratorium kami di Grenoble Ecole de Management untuk menonton sebuah iklan. Setengah dari mereka melihat <a href="https://www.youtube.com/watch?v=CruCJnnyfoE">iklan M&M</a> yang penuh dengan citra konsumsi: permen, warna, dan orang yang memakannya. Separuh mahasiswa lainnya melihat iklan dengan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=SMFtRuXIotk">dua animasi M&M</a> di supermarket, tanpa citra konsumsi. </p>
<p>Kami kemudian memberikan setiap siswa secangkir M&M seberat 70 gram dan meminta mereka untuk memakannya sepuasnya. Di antara para siswa, mereka yang melihat iklan M&M’s yang mengandung citra konsumsi makan lebih sedikit permen daripada mereka yang tidak melihat iklan tersebut.</p>
<p>Kami menindaklanjuti penelitian ini dengan penelitian lain yang melibatkan 130 siswa yang melihat <a href="https://www.youtube.com/watch?v=FAfTSlpU80Q">iklan hamburger</a>. Dari kelompok sukarelawan, setengahnya diminta untuk membayangkan diri mereka makan hamburger, dan setengahnya lagi diminta untuk membayangkan merekamnya. Para siswa kemudian menerima sekantong perak berisi biskuit stik berlapis cokelat untuk dimakan. Mereka yang menonton iklan dan membayangkan makan hamburger memakan biskuit berlapis cokelat lebih sedikit daripada mereka yang hanya membayangkan filmnya.</p>
<p>Kedua penelitian tersebut merupakan bukti bahwa hanya dengan melihat seseorang makan <em>junk food</em> atau <em>junk food</em> saja sudah cukup untuk membuat orang yang sedang berdiet untuk tidak memakannya, setidaknya untuk sementara waktu.</p>
<h2>Bagaimana kampanye diet dapat membantu Anda makan lebih sedikit?</h2>
<p>Dalam penelitian berikutnya, kami menguji apakah kami dapat menggunakan temuan ini untuk mempromosikan pola makan sehat. Kami memprediksi bahwa kampanye promosi makan sehat yang menekankan pada citra konsumsi yang tidak sehat akan memiliki efek yang lebih kuat pada pelaku diet. Kami merancang empat iklan untuk mendorong pola makan sehat:</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="iklan bisa menurunkan nafsu makan" src="https://images.theconversation.com/files/523011/original/file-20230426-652-u13v67.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/523011/original/file-20230426-652-u13v67.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/523011/original/file-20230426-652-u13v67.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/523011/original/file-20230426-652-u13v67.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/523011/original/file-20230426-652-u13v67.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/523011/original/file-20230426-652-u13v67.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/523011/original/file-20230426-652-u13v67.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Credit: Mia Birau and Carolina O.C. Werle.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-center ">
<img alt="iklan bisa menurunkan nafsu makan" src="https://images.theconversation.com/files/523010/original/file-20230426-14-1y9j6v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/523010/original/file-20230426-14-1y9j6v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/523010/original/file-20230426-14-1y9j6v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/523010/original/file-20230426-14-1y9j6v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=314&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/523010/original/file-20230426-14-1y9j6v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/523010/original/file-20230426-14-1y9j6v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/523010/original/file-20230426-14-1y9j6v.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=395&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Credit: Mia Birau and Carolina O.C. Werle.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Secara keseluruhan, 594 orang dewasa Amerika direkrut untuk berpartisipasi dalam studi online kami. Setiap peserta dipilih secara acak untuk melihat salah satu dari empat iklan. Kami kemudian meminta mereka untuk </p>
<blockquote>
<p>“Bayangkan Anda akan makan camilan dan Anda membuka sekantong keripik. Ada 20 keripik di dalam kantong. Berapa banyak keripik kentang yang akan Anda makan SEKARANG?” </p>
</blockquote>
<p>Orang-orang yang melihat kampanye yang mengharuskan mereka membayangkan diri mereka melahap kentang goreng mengindikasikan keinginan untuk makan lebih sedikit keripik dibandingkan mereka yang terpapar kampanye kentang goreng tanpa citra konsumsi. Mereka yang membayangkan diri mereka makan apel lebih cenderung menyerah pada keripik kentang daripada mereka yang membayangkan diri mereka makan kentang goreng.</p>
<p>Hasil ini bertentangan dengan praktik kebijakan publik saat ini yang bertujuan untuk mempromosikan pola makan sehat dengan mengandalkan <a href="https://www.gov.uk/government/news/campaign-launched-to-help-public-get-healthy-this-summer">gambar makanan bergizi</a>. Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa kampanye makan sehat harus menyertakan dan menggambarkan konsumsi makanan yang tidak sehat. Memang, para pelaku diet yang membayangkan diri mereka makan <em>junk food</em> secara sadar mengasosiasikannya dengan kegagalan untuk mencapai tujuan penurunan berat badan mereka. </p>
<h2>Apa kesimpulan yang bisa diambil untuk Anda?</h2>
<p>Saat ini orang-orang semakin memprioritaskan <a href="https://www.theinspiredhomeshow.com/blog/consumers-prioritize-health-and-wellness-for-2023/">kesehatan dan kesejahteraan</a> mereka. Jika kamu adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menetapkan diet dan pola makan yang lebih sehat sebagai <a href="https://civicscience.com/what-will-americans-resolve-to-change-in-2023/">resolusi nomor 1</a> untuk tahun 2023, saran kami untukmu adalah tahan keinginan untuk menutup mata ketika iklan yang tampaknya menggoda muncul. </p>
<p>Sebaliknya, libatkan diri Anda sepenuhnya dengan iklan tersebut, bayangkan bibir Anda menjangkau makanan yang dilarang. Menurut penelitian, cara ini dapat mengurangi kebiasaan makan Anda yang tidak sehat.</p>
<hr>
<p>_Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggrisdari Universitas Bina Nusantara _</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/205227/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sains menunjukkan bahwa ada cara yang lebih efektif dan kontraintuitif untuk menjauhkan orang dari junk food: menurunkan nafsu makan.Birau Mia, Associate Professor of Marketing, EM Lyon Business SchoolCarolina O.C. Werle, Professor of Marketing, Grenoble École de Management (GEM)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1982402023-01-30T04:57:09Z2023-01-30T04:57:09ZDapatkah kamu kelebihan berat badan dan sehat? Pertanyaan kontroversial yang kini terjawab<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/506747/original/file-20230127-14-9d8eb9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Olahraga teratur 30 menit selama lima hari dalam seminggu penting untuk menjaga kesehatan dan menurunkan berat badan.
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Salah satu pertanyaan paling kontroversial yang diajukan dalam komunitas kesehatan saat ini adalah apakah Anda bisa kelebihan berat badan (obesitas) dan sehat.</p>
<p>Pertanyaan ini - kadang-kadang dibingkai dengan istilah “<em>fat but fit</em>” (gemuk tapi bugar) - telah menyibukkan para peneliti medis selama beberapa dekade, memicu banyak penelitian baik yang mendukung maupun menyanggah konsep tersebut.</p>
<p>Perdebatan berkisar pada apakah orang yang kelebihan berat badan atau obesitas yang aktif secara fisik masih dapat dianggap sehat secara metabolik – yaitu, mereka memiliki tekanan darah, kolesterol, dan kadar insulin yang baik.</p>
<p>Sebagai ahli kesehatan dan ahli obesitas, jawaban saya atas pertanyaan ini seringkali mengejutkan: Saya yakin seseorang memang bisa kelebihan berat badan dan sehat. Inilah alasannya.</p>
<h2>1. Berat badan dan kesehatan tidak berkorelasi sempurna</h2>
<p>Seperti yang saya bahas dalam artikel saya tentang <a href="https://theconversation.com/using-bmi-to-measure-your-health-is-nonsense-heres-why-180412">Body Mass Index (Indeks Masa Tubuh)</a> (BMI), berat badan seseorang tidak selalu menceritakan kisah lengkap tentang kesehatan mereka.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/using-bmi-to-measure-your-health-is-nonsense-heres-why-180412">Using BMI to measure your health is nonsense. Here's why</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski kelebihan berat badan meningkatkan risiko seseorang terhadap berbagai <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/article-abstract/648604">masalah kesehatan</a> - termasuk penyakit jantung, stroke, diabetes, dan beberapa jenis kanker - <a href="https://academic.oup.com/jcem/article/95/4/1777/2597063?login=true">banyak studi</a> telah menunjukkan bahwa risiko penyakit seseorang tidak terkait dengan berat badan, tapi dengan lemak tubuh dan distribusinya di dalam tubuh.</p>
<p>Meskipun kalkulator BMI memberikan titik awal untuk menilai lemak tubuh, BMI bukanlah ukuran kesehatan yang akurat karena tidak menjelaskan di mana lemak didistribusikan dalam tubuh.</p>
<p>Orang dengan jumlah lemak visceral yang tinggi – sejenis lemak yang sangat tidak sehat yang disimpan di sekitar perut, dekat dengan organ-organ – memiliki <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/%20j.1464-5491.2011.03503.x">risiko penyakit yang lebih tinggi</a> daripada orang yang menyimpan lemak tubuh di sekitar pinggul.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Woman in workout gear" src="https://images.theconversation.com/files/463526/original/file-20220517-12-w60awt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463526/original/file-20220517-12-w60awt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463526/original/file-20220517-12-w60awt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463526/original/file-20220517-12-w60awt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463526/original/file-20220517-12-w60awt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463526/original/file-20220517-12-w60awt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463526/original/file-20220517-12-w60awt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Jika Anda sehat secara fisik dan tidak memiliki lemak visceral dalam jumlah tinggi, kategori berat Anda mungkin kurang penting.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penting juga untuk diingat bahwa otot jauh lebih padat daripada lemak – hal lain yang tidak dapat diukur oleh BMI.</p>
<p>Oleh karena itu, jika kalkulator BMI mengklasifikasikan Anda sebagai kelebihan berat badan atau obesitas, tapi secara fisik Anda bugar, memiliki pola makan dan gaya hidup yang sehat, dan lemak tersimpan di sekitar pinggul Anda, Anda mungkin lebih sehat daripada seseorang dengan BMI dalam kisaran “normal” jika mereka tidak berolahraga atau makan makanan seimbang.</p>
<h2>2. Berat dan kebugaran juga tidak berhubungan sempurna</h2>
<p>Kita telah dikondisikan untuk percaya bahwa kelebihan berat badan secara langsung dikaitkan dengan keadaan tidak sehat. Tapi ketidakaktifan, bukan berat badan kita, yang secara langsung mempengaruhi tingkat kebugaran kita.</p>
<p>Memang, <a href="https://academic.oup.com/eurheartj/article/34/5/389/481217">banyak penelitian</a> telah menggunakan pengujian olahraga untuk menunjukkan bahwa beberapa orang yang kelebihan berat badan dan obesitas memiliki tingkat kebugaran dan kekuatan kardiovaskular yang tinggi. Perbedaannya? Orang-orang ini terlibat dalam aktivitas fisik secara teratur.</p>
<p><a href="https://ijbnpa.biomedcentral.com/articles/10.1186/1479-5868-7-47">Olahraga teratur</a> akan meningkatkan kebugaran Anda, berapa pun berat badan Anda. Sayangnya, <a href="https://www.health.gov.au/health-topics/physical-activity-and-exercise/about-physical-activity-and-exercise">lebih dari separuh</a> penduduk Australia, misalnya, bahkan tidak melakukan olahraga 30 menit yang dibutuhkan lima hari seminggu agar tetap sehat dan hidup, apalagi membantu mereka mengatur berat badan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-baru-soal-penurunan-berat-badan-waktu-anda-makan-makanan-terbanyak-miliki-sedikit-efek-190437">Riset baru soal penurunan berat badan: waktu Anda makan makanan terbanyak miliki sedikit efek</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>3. Gaya hidup lebih penting daripada angka di timbangan</h2>
<p>Ini mungkin terdengar jelas, tapi perilaku sehat – bukan berat badan – membuat kita sehat.</p>
<p>Meski memahami dan mengelola hubungan antara berat badan dan kesehatan kita itu penting, kita juga perlu mengingat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesehatan yang baik. Yang teratas di antaranya adalah cukup berolahraga, makan makanan yang sehat dan seimbang, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas tidur kita.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Woman stretching" src="https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463537/original/file-20220517-17-umj8ik.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Olahraga yang cukup, makan makanan yang sehat dan seimbang, mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur kita merupakan bagian integral untuk menjaga kesehatan yang baik.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Cara menjadi sehat dengan berat badan berapa pun</h2>
<p>Anda dapat melakukan beberapa hal sederhana saat ini untuk mendukung kesehatan Anda secara keseluruhan, berapa pun berat badan Anda.</p>
<p><strong>Variasikan rutinitas olahraga Anda</strong></p>
<p>Tidak dapat disangkal bahwa olahraga memiliki manfaat kesehatan yang sangat besar. Selain meningkatkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1402378/">kesehatan jantung</a>, aktivitas rutin meningkatkan kekuatan dan mobilitas otot, mengurangi tingkat stres, serta meningkatkan kualitas tidur dan energi.</p>
<p>Untuk mendorong lebih banyak olahraga, lakukan sesuatu yang Anda sukai, apa pun itu. Tapi pastikan untuk memasukkan variasi, karena melakukan rutinitas yang sama setiap hari adalah cara yang pasti untuk membuat Anda bosan dan menghindari aktivitas, dan juga dapat mempersulit pencapaian tujuan Anda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ketika-berat-kita-berkurang-ke-mana-larinya-lemak-tubuh-yang-kita-buang-93790">Ketika berat kita berkurang, ke mana larinya lemak tubuh yang kita buang?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Penting juga untuk mencari cara untuk memasukkan aktivitas insidental ke dalam rutinitas harian Anda. Gaya hidup kita yang tidak banyak bergerak benar-benar membunuh kita. Para ahli menyatakan seminggu tidak aktif secara fisik memiliki dampak kesehatan yang setara dengan <a href="https://bjsm.bmj.com/content/bjsports/44/6/395.full%20.pdf">merokok 20 batang rokok</a>.</p>
<p>Memperkenalkan lebih banyak aktivitas bisa sesederhana menaiki tangga daripada <em>lift</em>, memarkir mobil sedikit lebih jauh dari tujuan kita, atau mematikan robot penyedot debu dan mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tangga.</p>
<p><strong>Tingkatkan kualitas tidur Anda</strong></p>
<p>Mendapatkan tujuh hingga sembilan jam tidur yang direkomendasikan yang kita butuhkan setiap malam akan sangat bermanfaat bagi kesehatan Anda. </p>
<p>Kabar baiknya adalah mudah untuk meningkatkan kualitas tidur Anda secara dramatis dengan mengambil langkah-langkah sederhana untuk mendukung kebersihan tidur yang baik. Mulailah dengan aturan “tidak ada <a href="https://www.healthline.com/health/what-is-blue-light">sinar biru</a> setelah senja”, matikan perangkat elektronik Anda lebih awal untuk meningkatkan sekresi hormon pemicu tidur seperti melatonin.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Man going for a hike" src="https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/463535/original/file-20220517-26-yju1hl.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Temukan olahraga yang Anda sukai - seperti mendaki alam.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Latih kembali otak Anda untuk mengelola stres</strong></p>
<p>Stres akan berdampak buruk bagi kesehatan Anda, seringkali mendorong kebiasaan makan yang tidak sehat dan berkontribusi terhadap kondisi kronis seperti tekanan darah tinggi.</p>
<p>Berlawanan dengan kepercayaan umum, <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-1-60327-343-5_34">alkohol</a> bukanlah cara yang baik untuk mengatasi stres! Sebaliknya, lakukan aktivitas yang lebih bermanfaat untuk menghilangkan stres, seperti olahraga dan meditasi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bahaya-makanan-ultra-proses-tidak-hanya-bernilai-gizi-rendah-tapi-juga-tingkatkan-risiko-penyakit-192318">Bahaya makanan 'ultra proses': tidak hanya bernilai gizi rendah tapi juga tingkatkan risiko penyakit</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Penting dicatat</h2>
<p>Berat badan Anda penting dalam hal tingkat kesehatan Anda secara keseluruhan. Itu bukan <em>satu-satunya</em> hal yang penting, dan tidak <em>selalu</em> diperlukan untuk mencapai definisi kategori “berat badan yang sehat”.</p>
<p>Kita semua harus terlibat dalam kebiasaan gaya hidup yang lebih sehat – berapa pun berat badan kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198240/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dr Nick Fuller works for the University of Sydney and has received external funding for projects relating to the treatment of overweight and obesity. He is the author and founder of the Interval Weight Loss program.</span></em></p>Cukup berolahraga, makan makanan yang sehat dan seimbang, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas tidur kita adalah resep hidup sehat. Turunkan berat badan juga.Nick Fuller, Charles Perkins Centre Research Program Leader, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1981562023-01-20T02:31:01Z2023-01-20T02:31:01ZLima kilo terakhir sungguh sulit diturunkan: kenapa begitu dan apa yang bisa dilakukan untuk sukses diet<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/505280/original/file-20230119-19-yqnz7f.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penuhi sarapan Anda dan kurangi porsi makan malam Anda.</span> <span class="attribution"><span class="source">Farhad Ibrahimzade/unsplash, CC BY-SA</span></span></figcaption></figure><p>Siapa pun yang pernah mencoba menurunkan berat badan akan terbiasa dengan sembilan kata yang membuat frustrasi: lima kilo terakhir adalah yang paling sulit diturunkan (<em>the last five kilos are the hardest to lose</em>).</p>
<p>Anda baru saja akan mencapai target berat badan Anda, tapi tiba-tiba timbangan tidak bergerak – meski Anda masih mengikuti diet sehat, kebiasaan gaya hidup, dan rencana olahraga yang sama.</p>
<p>Ada dasar ilmiah mengapa pengurangan beberapa kilo terakhir itu sulit. Ini disebut plato penurunan berat badan atau berat yang tidak bisa diturunkan lagi (<em>weight-loss plateau</em>). Namun, sebelum Anda mencari salah satu program yang menjanjikan di Google, inilah beberapa informasi penting tentang terjadinya lima kilo terakhir, dan lima cara sederhana untuk menyelesaikannya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/these-4-diets-are-trending-we-looked-at-the-science-or-lack-of-it-behind-each-one-136045">These 4 diets are trending. We looked at the science (or lack of it) behind each one</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Memahami dataran tinggi penurunan berat badan</h2>
<p>Plato penurunan berat badan merupakan bagian dari siklus alamiah.</p>
<p>Jika tubuh Anda mendeteksi sesuatu yang mengancam kelangsungannya, maka <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25896063/">respons fisiologis akan muncul secara otomatis dalam rangka melindungi tubuh dari ancaman</a>.</p>
<p>Jadi, saat kita menyesuaikan pola makan dan mengurangi asupan kalori, tubuh kita mencatat bahwa berat badan kita turun dan percaya bahwa berat badan kita terancam. Tubuh pun membuat penyesuaian dengan mengurangi laju metabolisme dan membakar lebih sedikit energi untuk memperlambat laju penurunan berat badan kita.</p>
<p>Tubuh juga mengeluarkan hormon nafsu makan (ghrelin) yang lebih tinggi. Hormon ini meningkatkan rasa lapar, demi mempertahankan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26042199/">simpanan lemak</a>.</p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa plato ini mulai menurun pada tiga dan enam bulan berat badan, dan setelah itu biasanya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17904936/">berat badan kembali naik</a>. Sedangkan bagi mereka yang berniat menurunkan berat badan dalam jumlah besar, plato akan terjadi jauh sebelum lima kilo terakhir.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Kaki di timbangan" src="https://images.theconversation.com/files/500945/original/file-20221214-5419-bqi4g7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500945/original/file-20221214-5419-bqi4g7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500945/original/file-20221214-5419-bqi4g7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500945/original/file-20221214-5419-bqi4g7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500945/original/file-20221214-5419-bqi4g7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500945/original/file-20221214-5419-bqi4g7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500945/original/file-20221214-5419-bqi4g7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penelitian telah menunjukkan penurunan berat badan mulai sulit diturunkan lagi antara tiga dan enam bulan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">i yunmai/unsplash</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Suatu plato penurunan berat badan bisa sulit dipatahkan. Berapapun target Anda, terjadinya plato menandakan pendekatan Anda yang sebelumnya sukses untuk menurunkan berat badan perlu diubah.</p>
<p>Inilah yang dapat Anda lakukan.</p>
<h2>1. Tinjau kembali tujuan penurunan berat badan Anda</h2>
<p>Hal pertama dan paling penting yang mungkin perlu Anda ubah saat mencapai plato penurunan berat badan adalah definisi Anda tentang berat badan yang sehat.</p>
<p>Tanyakan pada diri Anda: apa yang istimewa dari berat yang sedang saya coba capai?</p>
<p>Banyak orang menggunakan indeks massa tubuh (BMI) untuk menetapkan tujuan penurunan berat badan mereka. Namun, angka pada timbangan – dan skor yang dihasilkan saat Anda memasukkan berat dan tinggi badan ke dalam kalkulator BMI – <a href="https://theconversation.com/using-bmi-to-measure-your-health-is-nonsense-heres-why-180412">tidak masuk akal</a>. Itu tidak mencerminkan arti sebenarnya tentang berat badan yang sehat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/using-bmi-to-measure-your-health-is-nonsense-heres-why-180412">Using BMI to measure your health is nonsense. Here's why</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kondisi itu terjadi karena karena kalkulator BMI melewatkan dua ukuran yang lebih berarti: persentase dan distribusi lemak tubuh.</p>
<p>Jika Anda telah berolahraga secara teratur sebagai bagian dari rencana penurunan berat badan, maka Anda akan mendapatkan otot, atau meningkatkan rasio otot-ke-lemak Anda. Sementara, otot lebih berat daripada lemak tubuh, sehingga mempengaruhi angka pada timbangan.</p>
<p>Anda juga mungkin telah mengubah tempat penyimpanan lemak di tubuh Anda, sehingga mengurangi jumlah <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1464-5491.2011.03503.x">lemak tidak sehat</a> di sekitar perut, dekat dengan organ, sehingga <a href="https://academic.oup.com/jcem/article/95/4/1777/2597063?login=false">mengurangi risiko penyakit</a>.</p>
<p>Jadi, ambillah pita pengukur, periksa seberapa pas pakaian Anda, dan pikirkan bagaimana perasaan Anda untuk memastikan apakah Anda benar-benar perlu menurunkan beberapa kilo terakhir itu. Bekerjalah menuju lingkar pinggang sekitar 80 cm untuk perempuan dan sekitar 90-94 cm untuk laki-laki.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Salad in a bowl" src="https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=444&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=444&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=444&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=559&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=559&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500946/original/file-20221214-16-7n01ee.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=559&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tinjau kembali tujuan penurunan berat badan Anda.</span>
<span class="attribution"><span class="source">farhad ibrahimzade/unsplash</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2. Fokus pada ukuran makanan sepanjang hari</h2>
<p>Mode saat ini adalah diet puasa (<em>intermittent fasting</em>), berpuasa selama beberapa waktu. Sialnya, sarapan adalah yang pertama dihapus dari menu untuk memotong kalori dari diet dan mempersingkat waktu makan sepanjang hari. Padahal, yang penting adalah kapan dan seberapa banyak Anda makan. Sarapan pun terbukti menjadi waktu makan yang paling penting.</p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32073608/">Studi penelitian terkontrol</a> menunjukkan bahwa sarapan adalah waktu terbaik bagi tubuh Anda untuk menggunakan kalori yang Anda masukkan. Faktanya, tubuh membakar kalori dari makanan dua setengah kali lebih efisien pada pagi hari dibandingkan dengan malam hari. Alih-alih mengurangi jendela makan Anda, penuhi sarapan Anda dan kurangi porsi makan malam Anda.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/what-are-fasting-diets-and-do-they-help-you-lose-weight-76644">What are 'fasting' diets and do they help you lose weight?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>3. Pertimbangkan lebih banyak olahraga untuk membangun kekuatan</h2>
<p>Mengandalkan diet saja untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi otot bersama dengan lemak tubuh. Ini memperlambat metabolisme Anda, dan mempersulit penurunan berat badan dalam jangka panjang.</p>
<p>Aktivitas fisik apa pun akan sangat membantu mempertahankan massa otot Anda. Penting bagi Anda untuk menggabungkan beberapa hari latihan membangun kekuatan dalam rutinitas olahraga mingguan Anda. Latihan menggunakan beban tubuh – seperti <em>push-up, pull-up, plank</em>, dan <em>air squat</em> (jongkok di udara) – sama efektifnya dengan mengangkat beban di gym.</p>
<h2>4. Tinjau asupan makanan Anda</h2>
<p>Saat Anda menurunkan berat badan, tubuh Anda membutuhkan lebih sedikit bahan bakar, jadi meninjau dan menyesuaikan asupan kalori Anda sangat penting saat Anda mencapai dataran tinggi penurunan berat badan.</p>
<p>Secara umum, Anda perlu mengkonsumsi <a href="https://www.niddk.nih.gov/bwp">kalori 10% lebih sedikit</a> saat Anda mengurangi berat badan sebesar 10%, hanya untuk mempertahankan berat badan baru. Alih-alih mengurangi makan atau kelaparan, Anda harus berfokus pada makanan padat nutrisi dan menyimpan camilan maupun makanan lainnya hanya sekali sepekan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/whats-this-longevity-diet-and-will-it-really-make-you-live-longer-189140">What's this 'longevity' diet, and will it really make you live longer?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>5. Periksa stres Anda</h2>
<p>Stres akan menggagalkan kesuksesan penurunan berat badan Anda. Stres meningkatkan produksi kortisol tubuh Anda, meningkatkan penyimpanan lemak dan memicu mengidam makanan yang tidak sehat.</p>
<p>Jenis manajemen stres terbaik adalah olahraga. Untuk mendorong lebih banyak olahraga, lakukan sesuatu yang Anda sukai, apa pun itu. Tapi pastikan untuk memasukkan variasi, karena melakukan rutinitas yang sama setiap hari akan membosankan dan menghindari aktivitas, dan juga dapat mempersulit pencapaian tujuan Anda.</p>
<h2>Hal yang perlu diingat</h2>
<p>Plato penurunan berat badan membuat frustrasi dan dapat menggagalkan upaya diet Anda.</p>
<p>Memahami mengapa plato terjadi, memastikan target penurunan berat badan yang realistis, dan mengikuti langkah-langkah di atas akan membuat Anda kembali ke jalur benar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/hoping-to-get-in-shape-for-summer-ditch-the-fads-in-favour-of-a-diet-more-likely-to-stick-122648">Hoping to get in shape for summer? Ditch the fads in favour of a diet more likely to stick</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/198156/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dr Nick Fuller works for the University of Sydney and has received external funding for projects relating to the treatment of overweight and obesity. He is the author and founder of the Interval Weight Loss program.</span></em></p>Sarapan adalah waktu terbaik bagi tubuh Anda untuk menggunakan kalori yang Anda masukkan.Nick Fuller, Charles Perkins Centre Research Program Leader, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1923182022-10-13T06:19:59Z2022-10-13T06:19:59ZBahaya makanan ‘ultra proses’: tidak hanya bernilai gizi rendah tapi juga tingkatkan risiko penyakit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/489334/original/file-20221012-3949-rnqnes.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Banyak produk makanan sehari-hari adalah makanan ultra proses.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/top-view-various-kids-cereals-colorful-158083484">Jiri Hera/ Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Di beberapa negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada, makanan olahan pabrik yang dibuat secara massal dan dijual dalam bentuk kemasan atau yang dikenal dengan sebutan makanan ‘ultra proses" saat ini menyumbang <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30744710/">50% atau lebih</a> dari total kalori yang dikonsumsi manusia. Hal ini mengkhawatirkan, mengingat makanan ultra proses telah dikaitkan dengan sejumlah kondisi kesehatan, termasuk risiko <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33167080/">obesitas</a> yang lebih besar dan berbagai penyakit kronis, seperti <a href="https://nutritionj.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12937-020-00604-1">penyakit kardiovaskular</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35896436/">demensia</a>.</p>
<p>Makanan ultra proses adalah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30744710/">racikan dari berbagai bahan industri</a> (seperti pengemulsi, pengental, dan perasa buatan) yang diolah menjadi produk makanan melalui serangkaian proses di pabrik.</p>
<p>Minuman-minuman manis dan banyak sereal sarapan merupakan makanan ultra proses. Selain itu, produk-produk inovasi yang lebih baru juga termasuk makanan ultra proses, seperti yang disebut <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2213453019301144,">burger “berbasis nabati”</a> yang biasanya terbuat dari isolat protein dan bahan kimia lainnya untuk membuat produk menyajikan rasa yang enak.</p>
<p>Proses produksi yang intens yang digunakan untuk menghasilkan makanan ultra proses menghancurkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35067754/">struktur alami</a> bahan makanan dan menghilangkan banyak nutrisi bermanfaat, termasuk serat, vitamin, mineral, dan kandungan kimia.</p>
<p>Banyak dari kita menyadari bahwa makanan ultra proses berbahaya bagi kesehatan kita. Namun, belum jelas jika makanan ini berbahaya hanya karena memiliki nilai gizi yang buruk. Saat ini, dua penelitian baru menunjukkan bahwa gizi buruk mungkin tidak cukup untuk menjelaskan risiko kesehatan makanan ultra proses. Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor lain mungkin diperlukan untuk sepenuhnya menjelaskan risiko kesehatan tersebut.</p>
<h2>Penyebab peradangan</h2>
<p><a href="https://www.bmj.com/content/378/bmj-2022-070688">Studi pertama</a> mengamati lebih dari 20.000 orang dewasa di Italia dalam kondisi sehat dan menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi makanan ultra proses dalam jumlah tertinggi memiliki peningkatan risiko kematian dini karena sebab apapun. <a href="https://www.bmj.com/content/378/bmj-2021-068921">Studi kedua</a>, yang mengamati lebih dari 50.000 profesional kesehatan laki-laki di Amerika Serikat, menemukan konsumsi tinggi makanan ultra proses dikaitkan dengan risiko kanker usus besar yang lebih besar.</p>
<p>Yang paling menarik dari studi ini adalah bahwa risiko kesehatan dari konsumsi makanan yang tinggi dalam makanan ultra proses tetap ada bahkan setelah mereka memperhitungkan kualitas gizi yang buruk dari makanan mereka. Ini menunjukkan bahwa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8747015/">faktor lain</a> berkontribusi terhadap bahaya yang disebabkan oleh makanan ultra proses.</p>
<p>Ini juga menunjukkan bahwa mendapatkan nutrisi yang tepat dari makanan lain dalam pola makan mungkin tidak cukup untuk menghilangkan risiko penyakit yang timbul akibat mengonsumsi makanan ultra proses. Demikian pula, upaya industri makanan untuk meningkatkan nilai gizi makanan ultra proses dengan menambahkan beberapa vitamin mungkin mengesampingkan masalah yang lebih mendasar pada makanan ini.</p>
<p>Lalu, faktor apa yang dapat menjelaskan mengapa makanan ultra proses sangat berbahaya bagi kesehatan kita?</p>
<p>Studi di Italia menemukan bahwa penanda peradangan – seperti jumlah sel darah putih yang lebih tinggi – lebih tinggi pada kelompok yang paling banyak mengonsumsi makanan ultra proses. Tubuh kita dapat memicu respons peradangan karena sejumlah alasan – misalnya, jika kita terkena flu atau terluka. Tubuh merespons dengan mengirimkan sinyal ke sel kekebalan tubuh kita (seperti sel darah putih) untuk menyerang patogen yang menyerang (seperti bakteri atau virus).</p>
<p>Umumnya, respons peradangan kita akan sembuh dengan cukup cepat, tetapi beberapa orang mungkin mengalami peradangan kronis di seluruh tubuh mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengalami jaringan tubuh yang rusak dan rentan terhadap banyak penyakit kronis, seperti <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25859884/">kanker</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28744020/">penyakit kardiovaskular</a>.</p>
<p>Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa pola makan yang buruk dapat meningkatkan risiko peradangan dalam tubuh, dan ini terkait dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28744020/">risiko penyakit kronis yang lebih tinggi</a>. Mengingat bahwa tanda-tanda peradangan terlihat pada peserta penelitian di Italia yang makan makanan ultra-olahan paling banyak, ini dapat menunjukkan bahwa peradangan dapat berkontribusi pada meningkatnya risiko penyakit akibat makanan ultra proses. Beberapa bahan tambahan makanan yang umum dalam makanan ultra proses (seperti pengemulsi dan pemanis buatan) juga meningkatkan peradangan di usus dengan menyebabkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29899036/">perubahan pada mikrobioma usus</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seseorang minum segelas cola." src="https://images.theconversation.com/files/483264/original/file-20220907-4832-n40bjw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/483264/original/file-20220907-4832-n40bjw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/483264/original/file-20220907-4832-n40bjw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/483264/original/file-20220907-4832-n40bjw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/483264/original/file-20220907-4832-n40bjw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/483264/original/file-20220907-4832-n40bjw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/483264/original/file-20220907-4832-n40bjw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Produk makanan ultra proses bahkan dapat mengubah mikrobioma usus kita.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/woman-drinking-glass-cola-ice-619622795">nednapa/ Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa peneliti telah berteori bahwa makanan ultra proses meningkatkan risiko peradangan karena tubuh mengenali mereka sebagai benda asing – seperti bakteri yang menyerang. Akibatnya, tubuh melakukan respons peradangan, yang dijuluki “<a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24939238/">demam makanan cepat saji</a>.” Sebagai hasilnya, ini meningkatkan risiko peradangan di seluruh tubuh.</p>
<p>Meskipun penelitian kanker usus besar di Amerika Serikat tidak menyimpulkan bahwa peradangan meningkat pada laki-laki yang paling banyak mengonsumsi makanan ultra proses, peradangan sangat terkait dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27821485/">peningkatan risiko kanker usus besar</a>.</p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa mekanisme lain – seperti <a href="https://www.bmj.com/content/378/bmj-2022-070688">gangguan fungsi ginjal</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19502515/">racun dalam kemasan</a> – juga dapat menjelaskan mengapa makanan ultra proses menyebabkan begitu banyak masalah kesehatan yang berbahaya.</p>
<p>Karena respons terhadap peradangan terprogram dalam tubuh kita, cara terbaik untuk mencegah hal ini terjadi adalah dengan tidak mengonsumsi makanan ultra proses sama sekali. Beberapa pola makan berbasis nabati yang kaya akan makanan alami yang tidak diproses (seperti <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36039924/">diet Mediterania</a>) juga telah terbukti mengurangi peradangan. Ini mungkin juga menjelaskan mengapa pola makan berbasis nabati yang bebas dari makanan ultra proses dapat membantu menangkal penyakit kronis. Namun, saat ini belum diketahui sejauh mana diet anti-inflamasi dapat membantu melawan efek makanan ultra proses.</p>
<p>Mengurangi asupan makanan ultra proses mungkin sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan makanan ultra proses dirancang untuk menjadi sangat enak – dan ditambah dengan strategi pemasaran persuasif, ini dapat membuat makanan ultra proses sulit untuk ditolak oleh bagi <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33153827/">sebagian orang</a>.</p>
<p>Makanan-makanan ini juga tidak diberi label ultra proses pada kemasannya. Cara terbaik untuk mengidentifikasi makanan ultra proses adalah dengan melihat bahan-bahannya. Biasanya, hal-hal seperti pengemulsi, pengental, isolat protein, dan produk yang terdengar seperti industri lainnya adalah tanda bahwa itu adalah makanan ultra proses. Namun, membuat makanan dengan menggunakan makanan alami dari awal adalah cara terbaik untuk menghindari bahaya makanan ultra proses.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192318/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Richard Hoffman adalah penulis tiga buku tentang diet Mediterania: The Mediterranean Diet: Health and Science (2011), More Healthy Years - Why a Mediterranean Diet is the best for you and for the planet (2020), dan Implementing the Mediterranean diet (2022) ).</span></em></p>Lebih dari setengah total jumlah kalori yang dikonsumsi di Inggris berasal dari produk makanan ultra proses.Richard Hoffman, Associate lecturer, Nutritional Biochemistry, University of HertfordshireLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1551282021-05-03T07:33:05Z2021-05-03T07:33:05ZRiset: bagaimana bakteri di tempe justru untuk tingkatkan kesehatan dan cegah diare<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/397713/original/file-20210429-15-7pox8e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Santri Pesantren Sirajussa'adah Depok memproduksi tempe, 23 Maret 2021. Per bungkus dijual Rp 6.000. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1616490901">ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa</a></span></figcaption></figure><p>Tempe salah satu produk makanan super (<em>superfood</em>) lokal yang murah dan jadi makanan sehari-hari orang Indonesia menarik minat peneliti internasional. </p>
<p>Beberapa riset menunjukkan bahwa <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10068-015-0191-z">mengkonsumsi tempe secara rutin mungkin dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh</a> dan melindungi sistem pencernaan sehingga <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/british-journal-of-nutrition/article/effect-of-processed-and-fermented-soyabeans-on-net-absorption-in-enterotoxigenic-escherichia-coliinfected-piglet-small-intestine/EB677B796ACD35812F7C62B227775D0A">bisa mencegah diare</a>.</p>
<p>Riset saya menemukan bahwa <a href="https://www.researchgate.net/publication/351264526_Positive_correlation_between_the_number_of_bacteria_in_soybean_tempeh_with_the_bioactivity_of_its_extract_against_enterotoxigenic_Escherichia_coli_ETEC_adhesion_to_eukaryotic_cells">jumlah bakteri pada tempe berkorelasi positif dengan kemampuan tempe dalam mencegah diare</a>. Bakteri pada tempe, dengan jumlah dan kondisi tertentu memberikan manfaat kesehatan pada tempe. </p>
<h2>Bakteri pada tempe</h2>
<p>Tempe adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi kacang-kacangan (kedelai) yang menggunakan jamur atau ragi tempe.</p>
<p>Penelitian di Indonesia yang berpusat pada pengembangan tempe sebagai produk makanan fungsional yang punya tambahan manfaat kesehatan sebagian besar fokus pada dua faktor utama, yaitu modifikasi bahan baku kacang kedelai atau optimalisasi ragi tempe. </p>
<p>Akan tetapi, satu faktor yang sangat berperan dalam fermentasi tempe, yakni bakteri yang ada pada tempe, kini mulai menjadi primadona utama dalam dunia riset mengingat perannya dalam meningkatkan manfaat kesehatan tempe.</p>
<p>Bakteri adalah mikroorganisme yang juga dapat ditemukan pada tempe. <a href="https://search.proquest.com/openview/3f3215155d25710e689a070f5c3cb922/1?pq-origsite=gscholar&cbl=816390">Populasi bakteri pada tempe didominasi oleh kelompok bakteri asam laktat</a>, kelompok bakteri yang sama berperan dalam pembuatan yogurt dan keju. </p>
<p>Walaupun demikian, beberapa jenis bakteri lain dapat ditemukan dan memiliki peranannya masing-masing.</p>
<p><a href="http://wprim.whocc.org.cn/admin/article/articleDetail?WPRIMID=629122&articleId=629122">Pada umumnya, jumlah bakteri pada tempe meningkat selama proses perendaman kedelai.</a> Peningkatan jumlah bakteri asam laktat menyebabkan pengasaman kacang kedelai sehingga menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. </p>
<p>Hal ini membantu untuk mencegah pembusukan kacang kedelai selama proses fermentasi.</p>
<p><a href="https://jurnal.permi.or.id/index.php/mionline/article/view/26">Keberadaan bakteri di dalamnya dapat mempengaruhi karakteristik cita rasa tempe.</a> Rasa pahit pada tempe, misalnya, telah dipengaruhi oleh aktivitas bakteri yang memecah protein pada kedelai. </p>
<p>Pemecahan protein kedelai menghasilkan meningkatnya asam amino yang lebih mudah diserap oleh tubuh dan juga menyebabkan rasa pahit pada tempe.</p>
<h2>Cegah diare dan obesitas</h2>
<p>Tempe pada umumnya tidak dikonsumsi dalam kondisi mentah. </p>
<p>Sebelum dimakan, tempe digoreng atau direbus. Karena itu, tidak seperti produk fermentasi lain seperti yogurt dan kimchi, bakteri pada tempe tidak bersifat sebagai probiotik atau bakteri baik yang dapat hidup di pencernaan. </p>
<p>Walau tidak bersifat sebagai probiotik, keberadaan bakteri pada tempe dapat memberikan pengaruh positif pada kesehatan.</p>
<p>Tempe sebagai makanan para-probiotik (jasad dari bakteri baik yang dapat memberikan manfaat kesehatan) juga <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/0395/80ddeb7242ca4e5575164a48e621e1c4921d.pdf">mampu meningkatkan bakteri <em>Akkermansia muciniphila</em> dalam sistem pencernaan.</a> </p>
<p>Sebuah riset menyatakan keberadaan bakteri <em>A. muciniphila</em> <a href="https://www.pnas.org/content/110/22/9066?fbclid=IwAR3r5zu_FsdVMJnjduSI7SKpB1kqSjcoqMOJ8uvoMnvnXQn5xeFIravqJII">memiliki korelasi positif dengan penurunan risiko obesitas.</a> Temuan ini mengindikasikan bahwa tempe dapat menjadi produk makanan yang mampu mencegah terjadinya obesitas.</p>
<p><a href="https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf101379y">Riset lainnya menyatakan</a> tempe dapat mencegah diare karena mengandung senyawa oligosakarida bioaktif hasil pemecahan karbohidrat oleh jamur tempe. Oligosakarida bioaktif tersebut dapat berikatan dengan bakteri pembawa penyakit sehingga menghambat penempelan bakteri tersebut pada usus.</p>
<p>Hasil riset kami <a href="https://www.researchgate.net/publication/351264526_Positive_correlation_between_the_number_of_bacteria_in_soybean_tempeh_with_the_bioactivity_of_its_extract_against_enterotoxigenic_Escherichia_coli_ETEC_adhesion_to_eukaryotic_cells">juga menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada tempe punya hubungan positif dengan kemampuan tempe dalam mencegah diare.</a> </p>
<p>Ada dua mekanisme untuk menjelaskan korelasi ini.</p>
<p>Pertama, bakteri dapat membantu jamur tempe dalam memecah karbohidrat untuk menghasilkan karbohidrat pendek yang dapat mengikat bakteri penyebab penyakit. </p>
<p>Kedua, beberapa jenis bakteri khususnya bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa extracellular polysaccharide (EPS) atau karbohidrat yang dihasilkan oleh bakteri. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0144861715012151">Senyawa EPS telah dilaporkan mampu mengikat bakteri patogen</a>.</p>
<h2>Satunya vitamin B12 di vegetarian</h2>
<p>Kontribusi bakteri pada tempe yang paling terkenal adalah <a href="https://aem.asm.org/content/60/5/1495.short">kemampuan bakteri menghasilkan vitamin B12.</a> Hal ini menyebabkan tempe satu-satunya makanan vegetarian yang mengandung vitamin B12, sesuatu yang sebelumnya hanya bisa ditemukan pada sumber hewani.</p>
<p>Mempertimbangkan peranan vitamin B12 dalam pembentukan dan menjaga sistem saraf, <a href="https://www.karger.com/Article/Abstract/510563">sebuah riset menyatakan tempe juga diketahui mampu meningkatkan fungsi kognitif khususnya pada lansia.</a>. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan tempe dalam meningkatkan fungsi kognitif terlihat lebih signifikan pada tempe yang kaya akan bakteri.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10068-015-0191-z">Penelitian lain menemukan</a> bahwa ‘jasad’ bakteri pada tempe dapat meningkatkan antibodi immunoglobulin A (IgA) pada sistem pencernaan. </p>
<p>Antibodi IgA merupakan pertahanan garis depan tubuh kita yang dihasilkan pada membran mukosa seperti pada permukaan usus dan saluran pernapasan. Proses ini menyerupai mekanisme vaksinasi, yakni fragmen bakteri dapat ‘melatih’ sistem imun tubuh kita. </p>
<p><a href="https://stm.sciencemag.org/content/13/577/eabd2223?utm_source=TrendMD&utm_medium=cpc&utm_campaign=TrendMD_1">Mempertimbangkan IgA adalah salah satu antibodi yang dapat berperan dalam menghambat infeksi virus corona</a>, maka konsumsi tempe yang rutin mungkin dapat membantu meningkatkan sistem imun tubuh kita.</p>
<p>Walau demikian, masih perlu riset lanjutan untuk mendapatkan bukti peranan tempe dalam membantu mencegahan infeksi SARS-CoV-2.</p>
<h2>Kita perlu lebih banyak riset</h2>
<p>Banyak sekali peran bakteri terhadap fungsionalitas tempe. Mungkin saja masih banyak sekali peranan bakteri yang belum kita ketahui. </p>
<p>Oleh karena itu, kita perlu riset lebih banyak lagi mengenai bakteri pada tempe seperti halnya dengan jenis bahan baku kacang-kacangan dan ragi tempe. </p>
<p>Mungkin saja ke depan kita perlu mempertimbangkan bakteri sebagai komponen ragi tempe untuk menghasilkan tempe dengan manfaat kesehatan tertentu.</p>
<p>Jadi, ketimbang melirik produk <em>makanan super</em> dari luar negeri yang harganya mahal, lebih baik kini Anda membeli tempe secara rutin dan mengkonsumsinya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/155128/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Theodorus Eko Pramudito menerima dana dari Indonesia Toray Science Foundation untuk membiayai penelitian yang dilakukan dan disitasi di dalam artikel ini.</span></em></p>Banyak sekali peran bakteri terhadap fungsionalitas tempe. Mungkin saja masih banyak sekali peranan bakteri yang belum kita ketahui.Theodorus Eko Pramudito, Lecturer in Food Biotechnology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1489922021-01-13T03:23:19Z2021-01-13T03:23:19ZObesitas mengancam selama pandemi: kurangi makan gorengan dan manis, periksa kadar lemak dalam tubuh<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/378204/original/file-20210112-23-17houfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Warga bersepeda melintasi kawasan Bundaran HI, Jakarta, 3 Januari 2021. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1609653904">ANTARA FOTO/ Reno Esnir/aww</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 hampir setahun terakhir telah mengubah gaya hidup masyarakat di seluruh dunia. Salah satunya, kita menjadi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031771/">kurang bergerak fisik</a> karena lebih banyak beraktivitas di rumah dan mungkin juga lebih banyak <em>ngemil</em> dibanding pada masa sebelum pandemi. </p>
<p>Keadaan ini bakal menjadi “<a href="https://theconversation.com/bahaya-bom-waktu-di-balik-psbb-covid-19-mengapa-penyakit-kronis-mungkin-naik-setelah-krisis-kesehatan-138216">bom waktu</a>” yang akan mempengaruhi kesehatan kita setelah era pandemi. </p>
<p>Meski rajin berolahraga, banyak orang suka mengkonsumsi makanan yang digoreng, tinggi kandungan lemak serta garam, disertai dengan <a href="https://theconversation.com/minuman-manis-tak-sehat-mengepung-remaja-indonesia-saatnya-pemerintah-tarik-cukai-gula-144370">minuman yang manis</a> dan bersoda. </p>
<p>Kelompok makanan dan minuman sejenis ini memiliki kandungan kalori yang tinggi dan umumnya dikonsumsi dalam porsi yang besar agar dapat menimbulkan rasa kenyang. Kebiasaan makan yang tidak sehat ini sangat mudah untuk meningkatkan kadar lemak di dalam tubuh. </p>
<p>Makanan yang terlalu gurih (tinggi garam dan MSG), seperti keripik kentang dan kentang goreng (French fries), membuat orang cenderung mengkonsumsi makanan tersebut secara berlebihan dan terus menerus.</p>
<p>Sebuah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21331068/">riset dari University of North Carolina Amerika Serikat</a> menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak yang dikonsumsi terus menerus dapat meningkatkan asupan kalori tubuh secara berlebihan. Hal ini berujung pada obesitas karena terjadi peningkatan lemak tubuh.</p>
<p>Karena itu, untuk mengecek derajat kesehatan seseorang tidak cukup hanya mengukur <a href="https://hellosehat.com/cek-kesehatan/kalkulator-bmi/">Indeks Massa Tubuh</a> tapi juga kadar lemak dalam tubuh. </p>
<h2>Makan tak sehat berdampak penyakit</h2>
<p>Pola makan yang tidak sehat dan ketidaktahuan masyarakat akan pemahaman komposisi tubuh membuat penyakit kanker, jantung, stroke, dan liver menjadi penyakit yang umum menyerang secara mendadak. </p>
<p>Penyakit-penyakit ini seolah-olah mendadak muncul karena tidak menimbulkan gejala awal. Dampaknya, penanganannya sering kali terlambat.</p>
<p><a href="https://www.researchgate.net/profile/Giovanni_Targher/publication/281313503_Progression_of_non-alcoholic_fatty_liver_disease_to_diabetes_cardiovascular_disease_or_cirrhosis/links/55e4592b08aecb1a7cca8f84.pdf">Satu riset</a> di Inggris dan Amerika Serikat menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan sirosis hati tahap akhir, jika membiarkan penumpukkan lemak pada organ dalam tubuh, khususnya hati, yang umum terjadi pada penderita obesitas. </p>
<p>Risiko penyakit ini juga meningkat pada orang-orang yang mengkonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.</p>
<p>Masalahnya, dalam konteks mencegah penyakit-penyakit berbahaya tersebut, wawasan tenaga pendidik, tenaga medis, dan masyarakat masih minim terkait pemahaman nutrisi dan komposisi berat badan manusia. </p>
<p>Umumnya, menjaga nilai <a href="https://www.nhlbi.nih.gov/health/educational/lose_wt/BMI/bmicalc.htm">Indeks Massa Tubuh (BMI) </a> pada kisaran 20-25 kg per meter persegi sudah dinilai cukup untuk menjadi parameter status kesehatan. Padahal, <a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/820BA0E5D204E5DD5C6AFF1E795C5616/S0954422412000054a.pdf/excess-body-fat-in-obese-and-normal-weight-subjects.pdf">data BMI ini tidak cukup akurat dalam menjamin</a> seseorang agar dapat terhindar dari berbagai penyakit mematikan seperti stroke, serangan jantung, dan sirosis hati. </p>
<p>Suatu <a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/820BA0E5D204E5DD5C6AFF1E795C5616/S0954422412000054a.pdf/excess-body-fat-in-obese-and-normal-weight-subjects.pdf">penelitian dari Universitas Cambridge</a> membuktikan adanya penumpukkan lemak tubuh yang tinggi pada sekelompok laki-laki dengan nilai BMI normal. Mereka memiliki nilai BMI 24 kg/m2 (normal) tapi persentase total lemak tubuh mereka beragam mulai dari 7,8% (rendah) hingga 38,3% (sangat tinggi).</p>
<h2>Tak cukup hanya BMI</h2>
<p>Parameter kesehatan lain yang perlu diukur selain BMI adalah persentase lemak tubuh, yang terbagi atas lemak subkutan dan lemak viseral (visceral).</p>
<p>Lemak subkutan adalah jaringan lemak yang terletak di bawah kulit dan tersebar di seluruh tubuh. Sedangkan lemak viseral adalah jaringan lemak yang menumpuk di antara organ tubuh dalam (gambar perbedaan lemak subkutan dan visceral di bawah).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/378215/original/file-20210112-23-p4f9hb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378215/original/file-20210112-23-p4f9hb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=331&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378215/original/file-20210112-23-p4f9hb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=331&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378215/original/file-20210112-23-p4f9hb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=331&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378215/original/file-20210112-23-p4f9hb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=416&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378215/original/file-20210112-23-p4f9hb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=416&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378215/original/file-20210112-23-p4f9hb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=416&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Komposisi lemak di tubuh.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebuah penelitian dari <a href="https://www.researchgate.net/profile/Osama_Hamdy/publication/5630451_Metabolic_Obesity_The_Paradox_Between_Visceral_and_Subcutaneous_Fat/links/598142bba6fdccb310ff2283/Metabolic-Obesity-The-Paradox-Between-Visceral-and-Subcutaneous-Fat.pdf">Universitas di Massachusetts</a> secara jelas menunjukkan tingginya parameter lemak viseral dan total massa lemak dalam tubuh berkorelasi dengan obesitas dan pola makan yang tidak sehat. Lemak visceral yang baik 0-95 cm2, sementara persentase total lemak tubuh yang ideal < 20% untuk laki-laki dan < 30% untuk perempuan. </p>
<p>Penyakit <a href="https://www.researchgate.net/profile/Osama_Hamdy/publication/5630451_Metabolic_Obesity_The_Paradox_Between_Visceral_and_Subcutaneous_Fat/links/598142bba6fdccb310ff2283/Metabolic-Obesity-The-Paradox-Between-Visceral-and-Subcutaneous-Fat.pdf">seperti diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, dan jantung koroner umum terjadi pada orang dengan tingkat lemak viseral yang tinggi</a>.</p>
<p>Selain itu, masih <a href="https://academic.oup.com/edrv/article-pdf/21/6/697/8860797/edrv0697.pdf">banyak riset yang telah membuktikan</a> bahaya dari penumpukan lemak viseral yang berlebihan ini. Mulai dari hipertensi, <a href="https://www.alodokter.com/hiperkolesterolemia">hiperkolesterolemia (kadar kolesterol tinggi)</a>, <a href="https://www.alodokter.com/trigliserida">trigliserida tinggi</a>, diabetes, dan obesitas hingga pembentukkan <a href="https://www.jstage.jst.go.jp/article/circj/70/11/70_11_1437/_pdf">radikal bebas dalam tubuh sebagai pemicu kanker</a>.</p>
<h2>Cek komposisi lemak di tubuh</h2>
<p>Kanker hati dan sirosis hati merupakan penyakit mematikan yang tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Ini menjadi salah satu penyakit yang kerap terjadi akibat tingginya lemak viseral tubuh. </p>
<p>Hal itu telah dibuktikan <a href="http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.970.3717&rep=rep1&type=pdf">melalui sebuah penelitian di Jepang.</a> Pasien pada stadium akhir penyakit ini sudah sulit disembuhkan dan harus dilakukan tindakan transplantasi hati. </p>
<p>Untuk itu, pengukuran komposisi tubuh manusia menjadi hal yang penting dilakukan saat ini. Alat pengukur komposisi tubuh yang sudah digunakan secara luas menggunakan <a href="https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/48658616/ijcn-2-1-1.pdf?1473302432=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DAnalysis_of_Body_Composition_A_Critical.pdf&Expires=1610439893&Signature=Vy%7E3zr9gFfdajhFS8VW8KllbMycNdLYzt1jCKhaomvrTeCOQqU8Ksd4hWeXou-a1Goe3kr8eD4O66s4Bq882BQZYzacqCnzhleghiYw6l-dknD90DttvRjsZ7SbEdoPgZ76WgfQTVCOoEl%7E8JnrteSAv%7Ei5yg16a6E26fiRAWrvsJk-MBpnL-lq8hOyjvWJ00QHma%7EtSH1HrFY-BkNmlxKyjqQH-avoHc%7E2IPTbp%7E1s3aBxD1QP7cZ-CV6zST2xOJnSnIMtHEgHV-0cQ7FZSBy9UR2vEqxM2%7EPvzN8VCCQupBSGeV-%7E8c5xVUtzZLxr3pcc1WinBsdr2MR3FylcK1w__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA">prinsip konduktor dan isolator dari arus listrik lemah</a>. Arus listrik akan melaju lebih cepat pada komponen tubuh yang larut air seperti protein, mineral, cairan tubuh, dan karbohidrat, namun akan melaju lebih lambat pada lemak tubuh. </p>
<p>Berdasarkan prinsip kerja alat ini, komposisi tubuh manusia, yang terbagi menjadi <a href="https://www.academia.edu/download/49631271/Composition_of_the_ESPEN_Working_Group._20161015-6344-fme6sf.pdf">komponen lemak (lemak viseral dan subkutan) dan komponen bukan lemak</a>, dapat terukur dengan akurat. Lemak viseral yang baik 0-95 cm2 baik untuk laki-laki dan perempuan, persentase total lemak tubuh < 20% untuk laki-laki, dan < 30% untuk perempuan.</p>
<p>Alat <a href="https://inbodyusa.com/general/what-is-body-composition/">Body Composition Analysis</a>, alat untuk mengukur komposisi lemak, ini dapat dibeli <a href="https://www.tokopedia.com/mitraalkesindo/body-fat-monitor-omron-hbf214-karada-scan-hbf-214?src=topads">secara online dengan harga di bawah Rp 1 juta</a>.</p>
<p>Dengan mengetahui tingkat lemak visceral dan % total lemak tubuh, kita dapat mengatur dan mengubah pola hidup kita menjadi lebih sehat. Misalnya, ketika terukur nilai lemak viseral yang tinggi dalam tubuh (>95 cm2) maka kita dapat memutuskan untuk lebih mengurangi makanan berlemak dan berolahraga. Nilai lemak viseral dan % total lemak tubuh yang selalu terkontrol, dapat membantu kita terhindar dari berbagai risiko penyakit yang mematikan pada masa mendatang.</p>
<p>Pengukuran lemak tubuh juga dapat dilihat secara langsung dengan cara melihat pada cermin bagian tubuh tertentu. Gejala penumpukan lemak berlebih pada laki-laki dapat terlihat jelas pada bagian dada dengan istilah <em><a href="https://www.alomedika.com/penyakit/endocrinology/gynecomastia">gynecomastia</a></em>. Bila mulai terlihat pada tubuh Anda, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5240059/">maka program penurunan berat badan harus Anda jalani</a>.</p>
<p>Untuk perempuan, gejala penumpukkan lemak dapat dilihat dengan mengukur lingkar perut dan pinggul sebagai <a href="https://www.nature.com/articles/0801787">area penumpukkan lemak yang umum terjadi</a>. Perbandingan lingkar perut dan pinggul ini juga dapat menjadi parameter sederhana, yang dapat diukur untuk mengetahui tingkat penumpukkan lemak yang terjadi pada tubuh. Ini merupakan cara mengukur selain dengan menimbang berat badan atau melihat bentuk badan di depan cermin. </p>
<h2>Lakukan hal sederhana bisa mengubah hidup Anda</h2>
<p>Gaya hidup sehat sudah menjadi keharusan. </p>
<p>Kita harus membiasakan hidup sehat sejak dini agar dapat menikmati masa tua dengan bahagia bersama orang tercinta. </p>
<p>Kita perlu batasi gula, garam, dan lemak, serta mengatur jumlah kalori. Kita harus perhatikan ukuran nutrisi suatu produk pangan dan mengurangi porsi untuk makanan olahan yang digoreng, berlemak, dan manis. </p>
<p>Walau ada pembatasan sosial di luar rumah karena pandemi, kita harus rutin olahraga - minimal 30 menit, 3-4 kali seminggu. </p>
<p>Perbanyak minum air putih agar dapat menahan lapar dan makan berlebihan ditambah dengan istirahat yang cukup 7-8 jam setiap hari.</p>
<p>Dengan memperhatikan hal itu, kita tetap bisa tetap sehat selama pandemi dan setelah wabah global ini berakhir.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148992/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dionysius Subali tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Olahraga yang rutin minimal 30 menit, 3-4 kali seminggu. Perbanyak minum air putih agar dapat menahan lapar dan makan berlebihan ditambah dengan istirahat yang cukup 7-8 jam setiap hari.Dionysius Subali, Lecturer at the Faculty of Biotechnology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1449442020-09-03T09:20:52Z2020-09-03T09:20:52ZObesitas berisiko terinfeksi COVID-19: mengapa Indonesia harus batasi akses makanan tidak sehat?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/356227/original/file-20200903-14-ysms4q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Industri makanan dan minuman memiliki peran besar dalam meningkatkan jumlah orang obesitas karena produknya mengandung gula tinggi dan minim serat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/top-view-photo-of-food-3023476/"> Caleb Oquendo/pexels.com</a></span></figcaption></figure><p>Orang-orang yang kelebihan berat badan berisiko lebih tinggi terinfeksi COVID-19. Ini merupakan peringatan bagi masyarakat dan pemerintah di tengah gencarnya promosi makanan dan minuman tidak sehat melalui media massa dan media sosial.</p>
<p>Berbagai jurnal ilmiah seperti <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)31067-9/fulltext"><em>The Lancet</em></a> dan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/wmh3.361"><em>World Medical and Health Policy</em></a> baru-baru ini menekankan pentingnya penanganan obesitas dalam mitigasi kebijakan COVID-19. </p>
<p>Risiko itu diketahui dari berbagai kajian sistematis dan meta-analisis terbaru yang dilakukan setelah muncul COVID-19. Riset tersebut menemukan hubungan erat antara obesitas dan COVID-19. Salah satu <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.04.08.20057794v1">studi besar di Amerika Serikat</a> terhadap lebih dari 4.000 pasien COVID-19 mengidentifikasi obesitas sebagai risiko utama yang mempermudah infeksi virus corona pada orang yang kelebihan lemak di badan. </p>
<p>Studi pada <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32120458/">112 pasien COVID-19 di Cina</a> menemukan 15 dari 17 pasien yang meninggal memiliki obesitas. Sementara itu, <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/oby.22831">studi lain di Prancis</a> menemukan setengah dari pasien COVID di Kota Lille merupakan orang-orang yang kelebihan berat badan.</p>
<p>Temuan risiko obesitas ini menambah daftar panjang faktor yang memberat kemungkinan terinfeksi COVID-19. </p>
<p>Pada awal pandemi COVID-19, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyatakan penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes melitus, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung sebagai <a href="https://www.euro.who.int/en/health-topics/disease-prevention/nutrition/news/news/2020/6/prevention-and-control-of-ncds-at-core-of-covid-19-response">faktor risiko</a> memburuknya diagnosis dan komplikasi COVID-19. </p>
<p>Untuk mengurangi obesitas, dan demikian dapat menurunkan risiko infeksi virus corona, pemerintah Indonesia tidak cukup hanya dengan kampanye dan edukasi gaya hidup sehat. Pemerintah juga harus membatasi akses makanan dan minuman yang tidak sehat di masyarakat dengan pendekatan struktural, termasuk mempersempit ruang promosi produk makanan dan minuman tinggi gula. </p>
<p>Berbagai <a href="https://www.gov.uk/government/news/new-obesity-strategy-unveiled-as-country-urged-to-lose-weight-to-beat-coronavirus-covid-19-and-protect-the-nhs">negara di dunia</a> telah mengeluarkan pedoman dan rekomendasi nasional mengenai obesitas sebagai bagian dari kebijakan penanganan COVID-19, dengan strategi terbaru yang lebih dari sekadar kampanye hidup sehat. </p>
<h2>Strategi penanganan obesitas di tengah pandemi COVID-19</h2>
<p>Menjadi gemuk bukan hanya faktor individual, tapi juga pengaruh dari gencarnya promosi industri makanan dan mudahnya akses makanan dan minuman yang tidak sehat di masyarakat. Selain itu, obesitas juga merupakan “dampak” dari makin habisnya taman-taman kota dan ruang olahraga publik, karena diubah jadi ruang komersial, yang sebelumnya dipakai warga untuk olahraga. </p>
<p>Sebelum COVID-19 muncul, sedikit sekali riset yang menghubungkan obesitas dan penyakit menular.</p>
<p>Satu <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0091743519300775">studi di Inggris dan Skotlandia</a> mencatat adanya hubungan antara obesitas dan tingkat kematian dari penyakit menular secara umum. Satu <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1258/ebm.2010.010227">studi lain</a> menunjukkan bahwa obesitas dikaitkan dengan meningkatnya inflamasi yang memperburuk respons imunitas tubuh akan infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit. </p>
<p>Tapi keadaan telah berubah cepat karena COVID-19. Jelas ada <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/oby.22831">hubungan kelebihan lemak di tubuh dan risiko terinfeksi virus corona</a>. </p>
<p>Sejak Juli 2020, misalnya, <a href="https://www.gov.uk/government/news/new-obesity-strategy-unveiled-as-country-urged-to-lose-weight-to-beat-coronavirus-covid-19-and-protect-the-nhs">pemerintah Inggris</a> melarang iklan online dan televisi untuk produk makanan yang tinggi lemak, gula, dan garam sebelum pukul 9 malam. </p>
<p>Pemerintah di sana juga mewajibkan restoran, kafe, dan penyedia makanan yang dibawa pulang untuk menampilkan jumlah kalori makanan di buku menu, dan melarang penjualan ‘Beli 1 Gratis 1’ untuk produk makanan tidak sehat. </p>
<p>Sejak Juni 2020, <a href="https://congresotabasco.gob.mx/boletin/aprueba-lxiii-legislatura-eliminar-venta-y-distribucion-de-comida-chatarra-y-bebidas-azucaradas-a-menores-de-edad/">parlemen Kota Tabasco</a> di Meksiko melarang distribusi penjualan dan donasi makanan dan minuman tidak sehat kepada anak-anak. Kota Tabasco juga melarang penempatan mesin penjual otomatis minuman berpemanis di pusat kesehatan dan pendidikan.</p>
<p><a href="https://twitter.com/CongresoOaxLXIV/status/1291080496303222786">Pemerintah Kota Oaxaca</a>, juga di Meksiko, melarang penjualan makanan cepat saji untuk anak di bawah 18 tahun dan menerapkan pelabelan tidak direkomendasikan untuk anak-anak di kemasan minuman berpemanis. </p>
<p>Sementara itu, <a href="https://msan.gouvernement.lu/dam-assets/covid-19/csmi/CSMI-recommandation-personnes-vulnerables-COVID-19-20200425.pdf">pemerintah Luxembourg</a> mengidentifikasi mereka yang punya Indeks Massa Tubuh (BMI) di atas 40 secara klinis masuk kelompok rentan dan menerapkan pedoman bagaimana mereka dapat tetap bekerja dengan aman. Pemerintah di sana menekankan perusahaan dan pemberi kerja untuk memberikan proteksi khusus bagi pekerja yang mengalami obesitas.</p>
<p>Kebijakan itu masuk akal karena sebuah riset di 68 negara (miskin, berkembang dan maju) <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/cob.12357">menunjukkan sistem kesehatan secara umum</a> belum dapat mengelola pasien dengan obesitas tinggi. Sebagai contoh, tidak semua unit operasi di rumah sakit memiliki tempat tidur dan alat transportasi khusus, serta keterbatasan inkubasi dan pencitraan medis. </p>
<p>Penanganan obesitas pun seharusnya dimasukkan dalam inti penanganan COVID-19.</p>
<h2>Industri makanan dan minuman pendorong obesitas</h2>
<p>Pandemi COVID-19 telah membuka lebih luas fakta tingginya <a href="https://www.nybooks.com/articles/2020/06/11/covid-19-sickness-food-supply/">kerentanan dan ketimpangan akses pangan</a> di masyarakat di berbagai belahan dunia. </p>
<p>Akar penyebab mendalam pada epidemi obesitas bisa dilacak pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7347484/">sistem agrikultur</a> yang mendorong produksi makanan olahan dengan harga murah serta agresifnya industri pangan transnasional yang mengeksploitasi pandemi COVID-19 untuk mempromosikan makanan dan minuman tidak sehat. </p>
<p>Mereka semakin mudah diakses melalui teknologi pesan antar <a href="https://food.grab.com/id/id/">seperti Grabfood</a> dan bahkan <a href="https://www.instagram.com/p/B-_guzvlLQK/">mendistribusikan produk gratis yang rendah gizi untuk pekerja kesehatan dan pegawai kunci</a> lainnya di rumah sakit. </p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/B-_guzvlLQK","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<p>Pembatasan sosial untuk menurunkan risiko penularan COVID-19 turut mengurangi kesempatan masyarakat, terutama mereka di daerah urban, untuk beraktivitas fisik. Taman hijau untuk hidup sehat telah diubah menjadi pusat perbelanjaan. </p>
<p>Kesenjangan dan belum meratanya akses kesehatan, ditambah dengan <a href="https://theconversation.com/riset-dari-kuningan-harga-rokok-naik-manjur-turunkan-konsumsi-rokok-remaja-92601">rendahnya harga tembakau</a>, menyebabkan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak memiliki kemudahan dalam mengakses gaya hidup sehat. </p>
<p>Karena itu, narasi penanganan obesitas yang kerap dikampanyekan oleh pemerintah Indonesia, melalui <a href="http://promkes.kemkes.go.id/kampanye-gerakan-tekan-angka-obesitas-di-provinsi-sumatera-utara">pendidikan dan informasi untuk mendorong masyarakat hidup sehat</a>, perlu didesain ulang mengingat lingkungan tempat masyarakat beraktivitas telah membentuk pola konsumsi tidak sehat. </p>
<p>Narasi “sederhana” bahwa obesitas sebagai akibat gaya hidup tidak cukup untuk membuat perubahan dan menyebabkan stigma buruk terhadap orang dengan obesitas.</p>
<h2>Lapar akan perubahan struktural</h2>
<p>Angka obesitas di Indonesia <a href="http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas">meningkat dari 14,8 persen penduduk pada 2013 menjadi 21,8 persen (2018)</a>. Dengan pola aktivitas yang berubah karena COVID-19, pemerintah sebaiknya menggunakan kesempatan ini untuk mengeluarkan kebijakan khusus penanganan obesitas sebagai bagian dari penanganan COVID-19. </p>
<p>Kementerian Kesehatan perlu menanamkan bahwa obesitas adalah urusan semua orang. Dengan demikian terbuka peluang bekerja sama dengan berbagai kementerian untuk menerapkan kebijakan kuat yang menyasar perubahan struktural di masyarakat. Selain terkait penanganan COVID-19, adanya pembatasan yang lebih kuat untuk menekan tingkat obesitas akan turut pula menekan pengeluaran BPJS Kesehatan dalam jangka panjang.</p>
<p>Pemerintah <a href="https://theconversation.com/minuman-manis-tak-sehat-mengepung-remaja-indonesia-saatnya-pemerintah-tarik-cukai-gula-144370">perlu menarik cukai dari makanan dan minuman berpemanis</a> untuk menurunkan angka obesitas dan diabetes. Kebijakan penambahan label dengan logo STOP dan peringatan rekomendasi untuk anak yang memudahkan publik untuk memahami konten dari produk makanan dan minuman tidak sehat, <a href="https://gestion.pe/peru/octogonos-enfermedades-generar-consumir-exceso-alimentos-advertencias-271017-noticia/">seperti di Peru</a>, juga perlu diberlakukan. </p>
<p><a href="https://ec.europa.eu/food/sites/food/files/safety/docs/labelling-nutrition_fop-report-2020-207_en.pdf">Kebijakan Uni Eropa</a> dengan penambahan <a href="https://www.foodnavigator.com/Article/2016/09/20/UK-traffic-light-labelling-should-be-mandatory-LGA#:%7E:text=Traffic%20light%20labelling%20scores%20different,moderate%2C%20and%20green%20for%20healthy.&text=It%20would%20give%20consumers%20at,said%20in%20a%20press%20statement.">label lampu lalu lintas di setiap kemasan makanan dan minuman</a> juga bisa diadopsi oleh pemerintah Indonesia. Dalam label itu, warna merah untuk kandungan garam, gula, dan lemak yang tinggi; kuning untuk kandungan sedang, dan warna hijau untuk makanan bebas gula, garam, dan lemak.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/356054/original/file-20200902-22-1va377o.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/356054/original/file-20200902-22-1va377o.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/356054/original/file-20200902-22-1va377o.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/356054/original/file-20200902-22-1va377o.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/356054/original/file-20200902-22-1va377o.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=408&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/356054/original/file-20200902-22-1va377o.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=408&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/356054/original/file-20200902-22-1va377o.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=408&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Contoh rambu lalu lintas untuk mengecek nutrisi makanan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di Asia, sejak 2016, <a href="https://policydatabase.wcrf.org/">pemerintah Taiwan</a> melarang iklan, kampanye, dan pemasaran makanan tidak sehat di media televisi dan digital mulai pukul 5-9 malam. Mereka juga melarang penggunaan kartun dan promosi mainan gratis dalam penjualan makanan dan minuman tidak sehat, seperti yang telah diterapkan di Chile. </p>
<p>Sejauh ini, pemerintah Indonesia masih membolehkan restoran untuk menggunakan kampanye kartun dan mainan gratis - kebijakan ini juga terkait erat dengan kerusakan lingkungan akibat meningkatnya sampah plastik. </p>
<p>Sebagai contoh, Burger King Indonesia memberikan <a href="https://www.facebook.com/burgerkingindonesia/photos/a.10152488720806284/10157993838976284/?type=3&theater">promosi mainan gratis</a> sebagai bagian dari perayaan Hari Anak Nasional Juli lalu, walau Indonesia telah meratifikasi <a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1990/kp36-1990.pdf">Konvensi PBB tentang Hak Anak </a> <a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1990/kp36-1990.pdf">sejak 1990</a> yang menjamin hak kesehatan pada anak. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/355996/original/file-20200902-16-undvuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/355996/original/file-20200902-16-undvuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=298&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/355996/original/file-20200902-16-undvuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=298&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/355996/original/file-20200902-16-undvuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=298&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/355996/original/file-20200902-16-undvuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=374&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/355996/original/file-20200902-16-undvuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=374&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/355996/original/file-20200902-16-undvuu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=374&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Promosi makan berkadar gula tinggi pada Hari Anak Nasional.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebagai bagian dari cepatnya perubahan teknologi yang memudahkan adanya sistem pesan antarmakanan ke rumah, diperlukan adanya pengaturan informasi kalori dan kandungan nutrisi makanan di buku menu restoran, serta di aplikasi pesan antar. </p>
<p>Sejak 2014, seluruh restoran dan pusat makanan di Amerika Serikat yang memiliki lebih dari 20 lokasi <a href="https://www.federalregister.gov/documents/2014/12/01/2014-27833/food-labeling-nutrition-labeling-of-standard-menu-items-in-restaurants-and-similar-retail-food">wajib menampilkan informasi kalori dan kandungan nutrisi</a> baik secara fisik maupun digital. Mengingat semakin populernya aplikasi <em>food delivery</em> di Indonesia, pemerintah sebaiknya segera menerapkan kebijakan ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/356308/original/file-20200903-24-pg7wpt.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/356308/original/file-20200903-24-pg7wpt.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=715&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/356308/original/file-20200903-24-pg7wpt.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=715&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/356308/original/file-20200903-24-pg7wpt.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=715&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/356308/original/file-20200903-24-pg7wpt.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=898&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/356308/original/file-20200903-24-pg7wpt.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=898&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/356308/original/file-20200903-24-pg7wpt.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=898&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Contoh informasi jumlah kalori di aplikasi pesan antar Grubhub di Amerika Serikat.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Terakhir, pemerintah dapat menetapkan adanya pembatasan pajangan makanan tidak sehat di super market. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5120526/">Studi di Denmark</a> tentang perubahan perilaku konsumen menunjukkan bahwa saat permen dan cemilan manis lainnya digantikan oleh air mineral, buah, dan cemilan sehat, terdapat peningkatan respons positif dari konsumen. </p>
<p>Peningkatan status kesehatan masyarakat membutuhkan pilihan dan kemauan politik karena krisis kesehatan tidak dapat dicegah hanya dengan perubahan gaya hidup, tapi juga perubahan struktural. </p>
<p>Di berbagai negara di atas, inisiasi kebijakan diikuti penolakan dan lobi keras dari industri makanan. Namun, pada akhirnya kebijakan pencegahan obesitas telah mendorong perusahaan menyusun ulang konten ratusan jenis produk, pengurangan sodium di produk makanan, dan penggantian pemanis sebagaimana berkaca pada hasil di berbagai negara. </p>
<p>Pemerintah harus dapat membentuk pola struktur masyarakat yang memiliki kemudahan akses untuk menjalani hidup sehat, apalagi di tengah wabah COVID-19 yang belum tahu kapan berakhirnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/144944/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Citta Widagdo tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Peningkatan status kesehatan masyarakat membutuhkan pilihan dan kemauan politik karena krisis kesehatan tidak dapat dicegah hanya dengan perubahan gaya hidup, tapi juga perubahan struktural.Citta Widagdo, Doctoral Researcher in Public Health Law, University of BirminghamLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1443702020-08-19T08:50:52Z2020-08-19T08:50:52ZMinuman manis tak sehat mengepung remaja Indonesia: saatnya pemerintah tarik cukai gula<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/353588/original/file-20200819-43015-4n45zz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Minuman yang mengandung gula tinggi berpengaruh buruk pada kesehatan remaja dan Anda.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/variety-of-drinks-3230214/">Ian Panelo/Pexels.com</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini bagian dari rangkaian tulisan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.</em></p>
<hr>
<p>Seperempat penduduk Indonesia merupakan remaja <a href="https://lifestyle.okezone.com/read/2017/10/25/196/1802143/wow-jumlah-remaja-indonesia-66-3-juta-jiwa-kekuatan-atau-kelemahan">berusia 10-24 tahun</a>. Dalam beberapa dekade ke depan, mereka akan tumbuh menjadi dewasa usia produktif yang menggerakkan perekonomian negara. </p>
<p>Namun, dengan pola <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/149782/9789241549028_eng.pdf?sequence=1">konsumsi gula yang telah melewati batas rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a>, para remaja tersebut saat dewasa berisiko terkena diabetes melitus dan obesitas sehingga kurang produktif pada masa depan. </p>
<p>Walau bangsa Indonesia secara politik telah merdeka 75 tahun, kita belum sepenuhnya merdeka dari “kepungan” makanan dan minuman manis yang bisa merusak kesehatan. </p>
<p>Penting bagi kita dan pemerintah untuk memastikan bahwa remaja-remaja Indonesia memiliki kehidupan yang sehat dan produktif setelah mereka dewasa. Remaja mulai banyak mendapat kebebasan dalam memilih makanan dan minuman terutama di luar rumah, sehingga perlu dikembangkan suatu upaya yang lebih mudah bagi mereka untuk membuat pilihan yang lebih sehat.</p>
<p>Masalahnya, upaya itu tidak mudah karena industri makanan dan minuman menyasar para remaja sebagai konsumen saat ini dan masa depan. </p>
<p>Riset saya <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/31A08F918DCDF8DBD4629B38CFCEEA88/S136898001600094Xa.pdf/foodchoice_motives_of_adolescents_in_jakarta_indonesia_the_roles_of_gender_and_family_income.pdf&sa=D&ust=1597224940770000&usg=AFQjCNGQR99k7-KTqQmmWyvSUBy-pGAqfw">pada remaja dengan sampel 681 siswa di beberapa SMP negeri di Jakarta pada 2014</a> menemukan bahwa remaja dari keluarga yang kurang mampu akan lebih memilih makanan atau minuman berdasarkan harga dan kemudahan akses ketimbang nilai kesehatan dari makan atau minuman tersebut. </p>
<p>Riset ini memperkuat temuan <a href="https://academic.oup.com/jn/article/133/3/841S/4688019">beberapa</a> <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanpub/article/PIIS2468-2667(19)30105-7/fulltext">penelitian</a> sebelumnya yang telah melaporkan bahwa harga makanan atau minuman merupakan hal utama dalam pemilihan makanan atau minuman. <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/3/12/e004277">Riset lain</a> juga menyebutkan bahwa pada umumnya makanan atau minuman yang sehat cenderung lebih mahal dari makanan atau minuman yang tidak sehat. </p>
<p>Karena itu, rencana pemerintah Indonesia <a href="https://ekonomi.bisnis.com/read/20200219/259/1203366/minuman-manis-kemasan-bakal-kena-cukai-rp1.500-per-liter">mengenakan cukai minuman manis Rp 1.500 per liter</a> untuk mengurangi risiko diabetes melitus dan obesitas pada remaja merupakan langkah yang tepat dan layak kita dukung.</p>
<h2>Minuman manis yang berbahaya</h2>
<p>Di Indonesia, saat cuaca panas, minuman dingin manis mudah dibeli di mana saja, di penjual jalanan, warung di pinggir jalan, sampai supermarket kelas atas. </p>
<p>Kita dapat dengan mudah menemukan minuman manis di kantin-kantin sekolah dasar hingga menengah atas, bahkan universitas. Alternatif dari minuman sejenis ini biasanya hanya air mineral saja dengan harga yang bahkan kadang lebih mahal dari minuman manis tersebut. </p>
<p>Banyak minuman dalam kemasan seperti jus, kopi, dan teh serta <em>sports drink</em> tidak baik untuk kesehatan karena umumnya <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.cdc.gov/nutrition/data-statistics/sugar-sweetened-beverages-intake.html&sa=D&ust=1597224940771000&usg=AFQjCNHTYuaI6LRTa2N1GWpFvsY_3Bcvww">ditambahi gula</a> seperti gula pasir, gula merah, <em>corn syrup</em>, fruktusa, glukosa, laktosa, dan madu oleh perusahaan yang memproduksinya. </p>
<p>Kalori yang didapatkan dari minuman-minuman ini tidak memiliki nilai gizi dan tidak dapat memberikan rasa kenyang seperti makanan padat pada umumnya. </p>
<p>Oleh karena itu, konsumsi minuman dengan gula tambahan dapat berakibat pada kenaikan berat badan yang tidak sehat. </p>
<p><a href="https://www.google.com/url?q=https://www.who.int/elena/titles/ssbs_childhood_obesity/en/&sa=D&ust=1597224940762000&usg=AFQjCNGVdf1l0XixdS4JfcAaF9SOyf9FWw">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan</a> agar konsumsi minuman dengan gula tambahan dikurangi untuk membantu mengurangi risiko obesitas pada masa kanak-kanak. </p>
<h2>Pola makan masa remaja berdampak pada kesehatan pada usia dewasa</h2>
<p>Masa remaja merupakan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1753-4887.1981.tb06736.x">masa mereka mulai punya kendali utuh</a> akan apa, di mana, dan kapan mereka makan atau minum. </p>
<p>Pada masa ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4717879/">pola makan terbentuk dan cenderung tidak berubah sampai dewasa</a>. Pada masa ini pula <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1753-4887.1981.tb06736.x">remaja mulai banyak mengkonsumsi makanan dan minuman di luar rumah</a>.</p>
<p>Kebiasaan yang dibangun remaja saat membuat pilihan makanan menentukan kebiasaan makan mereka pada masa mendatang.</p>
<p>Remaja berpotensi mengkonsumsi asupan makanan yang tidak tepat, yang dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti pertumbuhan fisik dan kapasitas intelektual yang berkurang. Asupan makanan yang tidak tepat juga dapat mempengaruhi risiko terjadinya sejumlah gangguan kesehatan, seperti kekurangan zat besi, gizi kurang, dan obesitas. </p>
<p>Remaja yang mengalami kelebihan berat badan <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM197607012950102">dapat meningkatkan risiko mereka mengidap diabetes pada saat dewasa</a>. </p>
<h2>Kenaikan diabetes dan obesitas di populasi Indonesia</h2>
<p>Pada awal 2020, pemerintah menyampaikan rencana untuk <a href="https://www.google.com/url?q=https://sains.kompas.com/read/2020/02/19/162942023/sri-mulyani-ingin-minuman-manis-dikenakan-cukai-ini-kata-who?page%3Dall&sa=D&ust=1597224940757000&usg=AFQjCNGA7xl8cGrHhzus-1_OmYqITvcaYw">menarik cukai dari minuman manis</a>. </p>
<p>Rencana yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani ini berangkat dari kekhawatiran pemerintah akan tingginya angka kasus diabetes melitus dan obesitas di Indonesia. </p>
<p>Persentase diabetes melitus <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada 2018</a>, sedangkan persentase obesitas pada periode yang sama <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">naik dari 14,8% menjadi 21,8%</a>. </p>
<iframe title="Kenaikan persentase diabetes melitus dan obesitas di Indonesia (2013-2018) " aria-label="chart" id="datawrapper-chart-o7BbM" src="https://datawrapper.dwcdn.net/o7BbM/1/" scrolling="no" frameborder="0" style="width: 0; min-width: 100% !important; border: none;" height="600" width="100%"></iframe>
<p>Jika melihat kecenderungan tersebut, maka diabetes melitus dan obesitas akan terus meningkat. Diabetes melitus dan obesitas adalah dua dari sekian banyak penyakit tidak menular. </p>
<p>Dua penyakit tidak menular ini dilaporkan ikut berkontribusi pada <a href="https://www.google.com/url?q=http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases&sa=D&ust=1597224940774000&usg=AFQjCNEnH-lYxZndiBsl5KEPqbbDYQORCw">sebanyak 40 juta kematian per tahunnya</a> secara global. </p>
<p>Kebanyakan dari penyakit-penyakit <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673617323668&sa=D&ust=1597224940761000&usg=AFQjCNF48DlRnrLyCjAjSKWs2XJ2u14KWg">tidak menular ini dapat dicegah</a> dengan perilaku hidup sehat seperti tidak merokok, banyak beraktivitas fisik, dan pola makan yang sehat.</p>
<p>Badan Kesehatan Dunia juga menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi gula, khususnya dalam bentuk minuman dengan tambahan gula, berhubungan dengan kenaikan berat badan pada anak-anak dan orang dewasa. </p>
<p>Negara-negara yang dikategorikan berpendapatan rendah dan menengah, seperti Indonesia, mengalami peningkatan <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.who.int/elena/bbc/ssbs_childhood_obesity/en/&sa=D&ust=1597224940767000&usg=AFQjCNEoetk696rHUS_mXlnHJv5e_VfXqw">konsumsi minuman yang diberi gula tambahan</a> akibat dari promosi produk-produk ini secara masif. Kebanyakan target promosi dari produk-produk ini adalah anak-anak dan remaja. </p>
<p>Mengendalikan diabetes melitus dan obesitas dengan cara menarik cukai pada minuman manis merupakan satu langkah yang benar. Dengan adanya cukai ini, sehingga harganya lebih mahal, diharapkan konsumen terutama remaja, akan membuat pilihan yang lebih sehat secara tidak langsung. Produsen juga seharusnya tidak akan dirugikan jika menyesuaikan dengan batasan gula yang diberlakukan. </p>
<p>Hal ini sudah terbukti pada suatu penelitian di Inggris. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1570677X19302606">Riset ini</a> menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya cukai pada minuman ringan, omset produsen minuman ringan di Inggris tidak anjlok. </p>
<p>Hal ini artinya produsen-produsen minuman ringan di Inggris dapat menyesuaikan produk mereka dengan mengurangi kadar gula pada produk-produknya. Masyarakat pun tetap membeli minuman-minuman “manis” ini hanya dengan kadar gula yang lebih aman. <a href="https://www.gov.uk/government/news/soft-drinks-industry-levy-comes-into-effect">Cukai yang diberlakukan di Inggris</a> adalah 24 penny (£0.24) per liter minuman jika mengandung 8 gram gula per 100 mililiter dan 18 penny (£0.18) per liter jika mengandung 5-8 gram gula per 100 mililiter.</p>
<h2>Intervensi kesehatan menurut status sosial</h2>
<p>Dalam <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/31A08F918DCDF8DBD4629B38CFCEEA88/S136898001600094Xa.pdf/foodchoice_motives_of_adolescents_in_jakarta_indonesia_the_roles_of_gender_and_family_income.pdf&sa=D&ust=1597224940770000&usg=AFQjCNGQR99k7-KTqQmmWyvSUBy-pGAqfw">riset tahun 2014</a> saya juga menemukan bahwa remaja dari kalangan menengah ke atas pun memiliki hambatan tersendiri untuk memilih makanan dan minuman yang sehat. </p>
<p>Remaja dari keluarga kelompok ini pun tampaknya memandang kesehatan tidak lebih penting daripada remaja dari keluarga menengah ke bawah. </p>
<p>Temuan ini sejalan dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3798095/">penelitian sebelumnya</a> yang menunjukkan adanya hubungan positif antara status sosial ekonomi dan indeks massa tubuh (IMT) di negara berkembang. </p>
<p>Di negara-negara berkembang, makanan dan minuman yang tidak sehat dipandang sebagai barang mewah, apalagi bagi kelompok masyarakat yang status sosial ekonominya sedang bergerak naik. </p>
<p>Dalam perencanaan upaya intervensi kesehatan harus sesuai dengan status sosial ekonomi kelompok sasaran. Intervensi gizi untuk remaja dari kelompok status sosial ekonomi rendah harus mencakup dukungan keuangan untuk membeli makanan yang lebih sehat. Dukungan ini tidak semerta-merta harus berbentuk bantuan tunai atau bentuk bantuan pemberian makanan yang sehat seperti program makan siang di sekolah. Dukungan ini dapat berupa cukai pada minuman manis, seperti ide pemerintah. </p>
<p>Sedangkan intervensi gizi bagi remaja dari kelompok status sosial ekonomi menengah ke atas harus mencakup pendidikan gizi yang mendorong mereka untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang lebih sehat. Kita juga perlu merancang citra makanan sehat menjadi lebih menarik, seperti membingkai makanan sehat sebagai barang mewah dan kekinian.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/144370/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rizka Maulida tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jika minuman dengan kadar gula tinggi harganya lebih mahal, maka menjadi kurang menarik untuk dibeli.Rizka Maulida, PhD researcher in behavioural epidemiology and urban health, University of CambridgeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1282322019-12-05T03:20:25Z2019-12-05T03:20:25ZRiset: obesitas menaikkan risiko disabilitas pada usia lanjut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/305129/original/file-20191204-70167-qqnh06.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C5%2C997%2C660&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Temuan riset yang baru saja diterbitkan di jurnal kesehatan internasional _Obesity Research & Clinical Practice_ ini berasal dari studi atas 11.753 orang tua berusia 50 tahun ke atas di Purworejo, Jawa Tengah. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p><em>Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian artikel untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember.</em></p>
<hr>
<p>Peneliti sudah lama berusaha mencari hubungan antara obesitas dan risiko disabilitas. Beberapa penelitian di negara lain seperti <a href="https://doi.org/10.1038/oby.2007.532">Spanyol </a>, <a href="https://doi.org/10.1186/1475-2891-13-81">Amerika Serikat</a>, dan <a href="https://doi.org/10.1017/S1368980016003505">Brasil</a> menunjukkan bahwa besarnya lingkar pinggang dapat memperbesar risiko seseorang menjadi penyandang disabilitas. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1016/j.orcp.2019.07.004">Penelitian terbaru kami menunjukkan</a> bahwa orang yang gemuk memiliki risiko lebih besar menjadi penyandang disabilitas ketika mereka lanjut usia.</p>
<p>Temuan riset yang baru saja diterbitkan di jurnal kesehatan internasional <em>Obesity Research & Clinical Practice</em> ini berasal dari studi atas 11.753 orang tua berusia 50 tahun ke atas di Purworejo, Jawa Tengah. </p>
<h2>Tentang riset</h2>
<p>Pada 2007, kami dan tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan Umeå University di Swedia mengumpulkan data tentang tingkat obesitas 11.753 responden dengan cara mengukur besar lingkar pinggang mereka. Berdasarkan <a href="https://apps.who.int/iris/handle/10665/44583">standar WHO</a>, seorang laki-laki dinyatakan obesitas ketika lingkar pinggangnya lebih dari 90 sentimeter, sedangkan untuk perempuan lebih dari 80 cm. </p>
<p>Pada tahun tersebut, kami juga mengukur tingkat disabilitas masing-masing responden dengan menggunakan kuisioner yang dikembangkan oleh <a href="https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=h9fhLNiaRTgC&oi=fnd&pg=PR1&ots=6rOZacbwHx&sig=AqhA1a1CXc9dWTvIeaaAdhe_IiI&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false">WHO</a>. </p>
<p>Pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner tersebut mengukur kesulitan yang dialami dalam 30 hari terakhir, untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti mobilitas, perawatan diri, komunikasi, interaksi dengan orang sekitar, dan partisipasi di tengah-tengah masyarakat. </p>
<p>Contoh pertanyaan yang diberikan seperti: “Secara keseluruhan dalam 30 hari terakhir, seberapa berat kesulitan yang Anda alami dengan perawatan diri, misalnya mandi atau berpakaian sendiri?”. Respons terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dijumlahkan dan lalu diberi skala mulai dari 0 hingga 100. Skala 0 menunjukkan tidak ada disabilitas dan 100 mewakili disabilitas penuh atau ekstrim. </p>
<p>Selain itu, kami juga mengumpulkan informasi terkait latar belakang sosial, tingkat sosial-ekonomi, dan kondisi penyakit kronis.</p>
<p>Pada 2010, kami kembali mendatangi responden yang sama lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sama dan mengukur besar lingkar pinggang mereka. Kami mendapatkan kembali data dari 8.089 responden (sebagian dari mereka sudah meninggal). </p>
<p>Setelah membandingkan data tahun 2007 dengan 2010, kami menemukan bahwa responden yang gemuk, yang mengalami peningkatan lingkar pinggang, memiliki risiko lebih besar untuk menjadi penyandang disabilitas. </p>
<h2>Kondisi ekonomi</h2>
<p>Temuan kami juga menunjukkan bahwa disabilitas lebih rentan diderita oleh responden dengan tingkat sosial-ekonomi rendah. </p>
<p>Temuan ini mendukung <a href="https://doi.org/10.3390/ijerph16010116">penelitian kami sebelumnya</a> yang menunjukkan hubungan antara obesitas dan risiko kesehatan dan kematian pada usia lanjut dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi orang tersebut. </p>
<p>Penelitian kami tersebut menunjukkan bahwa walaupun masalah obesitas perut lebih lekat dialami oleh mereka yang hidup makmur, masalah kesehatan dan kematian akibat obesitas perut lebih banyak terjadi di kalangan penduduk miskin. </p>
<p>Temuan ini memperkaya riset-riset sebelumnya tentang obesitas. </p>
<p><a href="https://dx.doi.org/10.1186%2Fs12939-017-0708-6">Studi sebelumnya</a> memang menunjukkan angka obesitas lebih banyak dialami oleh mereka dengan tingkat sosial-ekonomi tinggi. Meskipun demikian, <a href="https://doi.org/10.1016/j.ehb.2017.09.005">penelitian lain</a> yang menganalisis data dari kehidupan rumah tangga Indonesia atau <em>Indonesian Family Life Survey</em> pada 2017 menunjukkan bahwa kasus obesitas di Indonesia juga meningkat pada masyarakat dengan tingkat sosial-ekonomi rendah.</p>
<h2>Apa yang bisa dilakukan?</h2>
<p>Dalam satu dekade terakhir, semakin banyak orang gemuk di Indonesia. Di Indonesia, dari tahun 1993 hingga 2007 <a href="http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1677456">angka obesitas</a> telah meningkat dari 14% menjadi 31% pada perempuan dan dari 8,5% menjadi 17% pada laki-laki berusia 45 tahun ke atas. </p>
<p>Berdasarkan temuan penelitian kami, angka tersebut bisa meningkatkan jumlah penyandang disabilitas pada kelompok lanjut usia. Sayangnya belum ada data yang akurat tentang jumlah penyandang disabilitas pada kelompok umur manula.</p>
<p>Hasil temuan kami juga merekomendasikan perlunya strategi yang berbeda dalam mengatasi obesitas dan disabilitas pada tiap tingkat sosial-ekonomi. </p>
<p>Untuk masyarakat dengan sosial-ekonomi menengah ke atas, strategi promosi kesehatan sebaiknya berfokus pada pengurangan lingkar pinggang untuk mengurangi tingkat disabilitas. </p>
<p>Sementara itu bagi masyarakat dengan sosial-ekonomi menengah ke bawah, mempertahankan asupan gizi yang cukup mungkin lebih penting untuk mencegah disabilitas. Strategi khusus seperti konsultasi gizi, untuk memastikan asupan nutrisi yang memadai, juga harus diberikan untuk mencegah kejadian kekurangan gizi pada kelompok dengan sosial-ekonomi menengah ke bawah.</p>
<p>Selain menjaga berat badan, kita juga sangat perlu menjaga lingkar pinggang kita. Besarnya lingkar pinggang menunjukkan penumpukan lemak di dalam perut yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme. </p>
<p>Gangguan metabolisme inilah yang selanjutnya dapat menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit kronis seperti diabetes dan jantung.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/128232/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span><a href="mailto:nawi.ng@umu.se">nawi.ng@umu.se</a> menerima dana dari Swedish Research Council untuk penelitian kesehatan orang tua. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Cahya Utamie Pujilestari tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian terbaru kami menunjukkan bahwa orang yang gemuk memiliki risiko lebih besar menjadi penyandang disabilitas ketika mereka lanjut usia.Cahya Utamie Pujilestari, Postgraduate researcher of Epidemiology and Global Health, Umeå UniversityNawi Ng, Professor of Epidemiology and Global Health, Umeå UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1203482019-08-11T15:48:25Z2019-08-11T15:48:25ZWaspada! Riset tunjukkan paparan polusi cahaya pada malam hari dapat picu obesitas dan kanker<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/287488/original/file-20190809-144862-inbqji.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Terpapar cahaya dari layar laptop pada malam hari dalam jangka lama bisa berdampak buruk pada kesehatan tubuh.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU2NTM2Mjc0NSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTM3Njg4MTQyNyIsImsiOiJwaG90by8xMzc2ODgxNDI3L21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIkdnL05Ndk1iSmJvZ3NmOXBDV29NNEVQYmJ4TSJd%2Fshutterstock_1376881427.jpg&pi=33421636&m=1376881427&src=w3DFZxPJaHrbGjMVHvioiQ-1-82">Igorstevanovic/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kita sudah kerap mendengar dan merasakan <a href="https://theconversation.com/pencemaran-sungai-jakarta-dan-solusinya-bukan-sekadar-waring-100783">polusi air</a>, <a href="https://theconversation.com/selain-buruk-bagi-kesehatan-polusi-udara-juga-dapat-meningkatkan-angka-kejahatan-di-sebuah-kota-96355">udara</a>, <a href="https://theconversation.com/limbah-tanah-air-dan-udara-dapat-diubah-menjadi-sesuatu-yang-bermanfaat-117013">tanah atau suara</a>, tapi mungkin masih sedikit asing dengan polusi cahaya. </p>
<p>Kendati tidak populer, dampak polusi cahaya terhadap kesehatan kita sama mengerikannya dengan dampak polusi lainnya. Setiap malam mungkin kita terpapar polusi cahaya walau kita kurang menyadarinya.</p>
<p>Sebuah <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamainternalmedicine/fullarticle/2735446">riset di Amerika Serikat selama 6 tahun dengan partisipan sekitar 43 ribu perempuan sehat</a> menemukan bahwa sekitar 71% dari mereka yang terpapar cahaya lampu dan layar televisi ketika tidur pada malam hari mengalami obesitas. </p>
<p>Penelitian <a href="https://ehp.niehs.nih.gov/doi/10.1289/EHP1837">di Spanyol</a> yang melibatkan partisipan sekitar 2.600 perempuan dewasa (dengan komposisi 47% pengidap <a href="https://www.breastcancer.org/symptoms/understand_bc/what_is_bc">kanker payudara</a> dan 53% sehat) dan sekitar 1.500 laki-laki dewasa (41% pengidap <a href="https://www.cancer.org/cancer/prostate-cancer.html">kanker prostat</a> dan 59% lelaki sehat), menemukan bahwa hampir seluruh (>90%) dari perempuan yang mengidap kanker payudara dan lelaki yang menderita kanker prostat adalah mereka yang banyak terdedah paparan cahaya artifisial baik di dalam maupun di luar ruangan pada malam hari.</p>
<p>Selain kedua jenis kanker tersebut, menurut para peneliti, kanker usus dan anus (<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4874655/">colorectal</a>) juga paling sering muncul akibat polusi cahaya. </p>
<p>Walaupun paparan cahaya pada malam hari berlebihan sangat berbahaya, ada cara mudah mengurangi risiko terkena penyakit kanker dan obesitas: kurangi kena cahaya pada malam hari dan tidurlah dalam kegelapan.</p>
<h2>Bahaya cahaya artifisial: pekerja malam paling berisiko</h2>
<p>Organisasi internasional anti polusi cahaya <a href="https://www.darksky.org/light-pollution/">The International Dark-Sky Association (IDA)</a> mendefinisikan polusi cahaya sebagai keadaan saat <a href="https://www.maximumyield.com/definition/2126/artificial-light">cahaya artifisial</a> tersedia dalam intensitas berlebih atau keberadaannya tidak dibutuhkan dalam skala ruang dan waktu tertentu. </p>
<p>Cahaya artifisial dapat berasal dari lampu listrik atau <a href="https://edition.cnn.com/2019/05/16/health/blue-light-led-health-effects-bn-trnd/index.html">LCD</a> <em>handphone</em>, televisi, dan laptop atau alat elektronik sejenis.</p>
<p>Siapa yang paling rentan terdampak polusi cahaya?</p>
<p>Kehadiran cahaya artifisial adalah bagian tak terpisahkan dari peradaban modern, terutama bagi kaum urban dan generasi milenial. </p>
<p>Akan tetapi, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5647832/">berdasarkan penelitian</a>, di antara semua kalangan, para pekerja yang jam kerjanya malam hari paling berisiko terdampak polusi ini. Tak tanggung-tanggung, polusi cahaya terbukti memicu obesitas dan kanker. </p>
<h2>Cahaya pengaruhi metabolisme tubuh</h2>
<p>Secara alami, sejak bulan-bulan pertama kelahiran, ritme kerja sistem tubuh kita telah teradaptasi untuk menyelaraskan diri dengan ritme terang-gelap bumi yang merupakan konsekuensi timbul-tenggelamnya matahari. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=507&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=507&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=507&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=637&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=637&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/284055/original/file-20190715-173347-1icthjj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=637&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Jam biologis tubuh bisa kacau bila terpapar cahaya berlebihan pada malam hari.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://figshare.com/articles/Orasi_Ilmiah_Aktivasi_Saraf-Saraf_Pengendali_Makan_di_Hipotalamus_Untuk_Mencegah_Obesitas_dan_Diabetes_Melitus_Neuronal_Activation_of_Hypothalamic_Feeding_Centers_to_Prevent_Obesity_and_Diabetes_Melitus_/6553832">Author provided</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tubuh kita yang sebelumnya berada dalam kegelapan rahim ibu selanjutnya akan memiliki pola ritme siang-malam yang teratur, tetap, dan berulang setiap 24 jam yang dikenal dengan <a href="https://www.sleepfoundation.org/articles/what-circadian-rhythm">ritme sirkadian</a>. </p>
<p>Terbentuknya ritme tersebut dimediasi oleh adanya saraf penghubung antara mata dan pengatur <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/biological-clock">ritme biologis</a> tubuh yang terdapat di <a href="https://nba.uth.tmc.edu/neuroscience/m/s4/chapter01.html">kelenjar hipotalamus </a> di dasar otak yang dikenal dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3762864/"> pusat jam biologis utama (<em>the master clock</em>)</a>.</p>
<p>Pusat jam biologis ini tersusun atas kumpulan saraf yang sangat peka terhadap sinyal terang-gelap dari mata. Sebagian saraf akan aktif dalam kondisi terang, sementara sebagian saraf lainnya hanya dapat beraktivitas dalam kondisi gelap. </p>
<p>Silih bergantinya aktivitas saraf-saraf tersebut selama periode siang dan malam akan menghasilkan sistem sinyal perintah listrik dan kimiawi yang mendikte jam kerja setiap sel penyusun tubuh kita. </p>
<p>Ringkasnya, keteraturan perputaran jam kerja miliaran sel tubuh kita selalu tunduk patuh mengikuti komando perputaran pusat jam biologis utama di hipotalamus. Sedangkan perputaran jam biologis utama bergantung seutuhnya kepada informasi terang-gelap dari mata.</p>
<p>Lalu, apa yang akan terjadi jika sepanjang malam tubuh kita, bukan hanya mata, terpapar cahaya? </p>
<p>Bila itu terjadi atau Anda lakukan, artinya Anda telah mengirimkan informasi perihal terang-gelap yang kacau kepada pusat jam biologis utama yang akan segera disebarkan ke setiap sel di sekujur tubuh kita. Konsekuensinya, sel-sel akan dipaksa untuk beraktifitas di luar jam “tayangnya”. </p>
<h2>Dampak pada obesitas</h2>
<p>Bagaimana keadaan seperti ini dapat memicu munculnya obesitas dan kanker di tubuh kita?</p>
<p>Sistem-sistem yang terlibat dalam pengaturan keseimbangan energi tubuh kita juga berjalan di bawah kendali pusat jam biologis utama dengan sangat ketat.</p>
<p>Dalam keadaan siklus terang-gelap normal, laju pembakaran energi tubuh akan meningkat drastis pada siang hari dan secara bersamaan, hasrat makan muncul lebih menggebu sehingga sumber energi yang akan dibakar juga tetap tersedia. </p>
<p>Sistem pencernaan pun siaga penuh sementara <a href="https://www.diapedia.org/metabolism-and-hormones/5104085111">hormon-hormon</a> pemacu aktivitas sel tubuh akan diproduksi dalam kadar lebih tinggi. Dalam keadaan gelap pada malam hari, pola kerja sistem fisiologis untuk pembakaran energi, pencernaan, dan <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/metabolic-hormone">hormon metabolik</a> menurun drastis. </p>
<p>Ketika terjadi kekacauan sinyal terang-gelap di luar tubuh, maka sistem pengaturan keseimbangan energi tersebut juga akan bermasalah karena ritme jam biologis yang memerintahnya telah terganggu. Maka, laju pembakaran energi akan menurun drastis di siang hari, sedangkan nafsu makan menjadi merajalela pada malam hari. </p>
<p>Konsekuensinya, energi yang masuk ke dalam tubuh hanya ditimbun, sementara porsi dan frekuensi makan kian bertambah. </p>
<p>Hasilnya mudah ditebak: bobot tubuh kita akan bertambah berat dengan tumpukan lemak semakin banyak. Bila hal ini berlangsung terus menerus tubuh akan mengidap obesitas.</p>
<h2>Serangan kanker</h2>
<p>Para ahli telah mengemukakan beberapa teori untuk menjelaskan mekanisme kontribusi polusi cahaya terhadap perkembangan kanker.</p>
<p>Salah satu yang telah dibuktikan adalah cahaya malam hari mengacaukan kinerja pusat jam biologis utama yang selanjutnya akan berdampak pada penghambatan produksi hormon yang juga dihasilkan di otak yaitu <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rstb.2014.0121">melatonin</a>. </p>
<p>Kelenjar berbentuk buah pinus (<a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/319882.php">kelenjar pineal</a>) yang terdapat di otak kita, di bawah kendali pusat jam biologis, akan memproduksi melatonin dalam suasana gelap. Sedangkan sinyal cahaya, terlebih cahaya artifisial, walau dalam intensitas rendah dan tempo sangat pendek sekalipun akan menghambat produksinya. </p>
<p>Menurut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5412427/">ahli kesehatan</a>, melatonin memainkan peranan kunci dalam mengontrol kenormalan proses pembelahan sel di payudara, saluran pencernaan dan kelenjar prostat. </p>
<p>Dalam kondisi kekurangan melatonin, proses pembelahan sel pada tempat-tempat tersebut menjadi tak terkendali yang menjadi karakteristik kanker. </p>
<p>Hormon melatonin juga berperan penting dalam mengatur produksi dan kinerja hormon seks <a href="https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/coping/physically/sex-hormone-symptoms/sex-hormones">estrogen dan testosteron</a>. Kedua hormon tersebut, jika diproduksi dalam kadar berlebih, akan menjadi promotor utama perkembangan sel-sel kanker. </p>
<p>Hal lain yang juga tidak bisa diabaikan adalah fakta bahwa kondisi tubuh yang obesitas menjadi sarang empuk untuk pertumbuhan kanker.</p>
<h2>Bagaimana mencegahnya?</h2>
<p>Kabar baiknya, polusi cahaya dapat dicegah dan diminimalkan dampaknya dengan mudah. </p>
<p>Upaya pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi paparan cahaya pada malam hari. </p>
<p>Biasakan diri tidur dalam kegelapan atau jika belum sanggup, maka pakailah lampu dengan intensitas paling redup.</p>
<p>Jauhkan sumber cahaya LCD dan sejenisnya dari tempat tidur. Bisa pula gunakan filter [cahaya biru] baik dalam bentuk filter fisik seperti lensa maupun aplikasi <em>software</em> yang terinstal pada alat-alat elektronik karena <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4734149/">spektrum ini yang paling merusak</a> di antara semua spektrum cahaya yang ada. </p>
<p>Perbaiki pola hidup: stop gaya hidup “kelelawar”, rutinlah berolahraga, dan <a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/301506.php">perkaya asupan nutrisi berantioksidan</a> tinggi.</p>
<p>Dan jangan lupa menghangatkan tubuh minimal 30 menit dengan paparan cahaya matahari pagi setiap harinya. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/sdfe/pdf/download/eid/1-s2.0-S0278591904001413/first-page-pdf">Mentari pagi telah terbukti</a> dapat memulihkan kekacauan pada pusat jam biologis, menekan perkembangan obesitas dan memacu produksi melatonin lebih tinggi pada malam hari.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120348/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putra Santoso tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kabar baiknya, polusi cahaya dapat dicegah dan diminimalkan dampaknya dengan mudah. Upaya pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi paparan cahaya pada malam hari.Putra Santoso, Assistant Professor in Physiology at Biology Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences Andalas University, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1185222019-06-12T04:14:10Z2019-06-12T04:14:10ZBukti kuat akhirnya muncul: Makanan yang banyak diolah sebabkan kenaikan berat badan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/278664/original/file-20190610-52771-o9jet2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C0%2C995%2C637&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/191566283?src=rUOWgxwA6RHl4LyMQwoJ-Q-1-0&size=medium_jpg">Darryl Brooks/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kita tahu kalau kita sebaiknya mengurangi makan <em>junk food</em>, seperti keripik, pizza, dan minuman manis, karena kandungan kalorinya tinggi. Makanan yang <a href="https://www.heartandstroke.ca/articles/what-is-ultra-processed-food">melalui banyak proses pengolahan</a>“ mengandung gula dan lemak yang tinggi. </p>
<p>Tapi, apa cuma itu alasan makanan-makanan tersebut membuat berat badan meningkat? Sebuah <a href="https://www.cell.com/cell-metabolism/fulltext/S1550-4131%20(19)%2030248-7">percobaan baru</a> dari National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat menunjukkan ada hal lain di makanan tersebut, bukan kalori saja.</p>
<p>Riset <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29071481">telah menemukan</a> hubungan antara <em>junk food</em> dan kenaikkan berat badan, tapi hubungan ini belum pernah diselidiki dengan sebuah uji coba terkontrol secara acak (RCT), standar tertinggi dari studi klinis.</p>
<p>Dalam RCT yang dilakukan NIH, 20 orang dewasa berusia sekitar 30 tahun secara acak ditugaskan untuk memakan makanan olahan atau memakan makanan yang tidak diolah (sedikit sekali melalui proses pemasakan), keduanya dikonsumsi tiga kali sehari sebagai makanan utama plus camilan sepanjang hari. Peserta boleh makan sebanyak yang mereka mau. </p>
<p>Setelah dua minggu, mereka beralih ke kondisi diet yang lain selama dua minggu. Jenis studi silang ini meningkatkan reliabilitas hasil karena setiap orang mengambil bagian dalam kedua kelompok penelitian. Studi ini menemukan bahwa, rata-rata, partisipan makan 500 kalori lebih banyak per hari ketika mengonsumsi makanan olahan, dibandingkan dengan ketika mengonsumsi makanan yang tidak diolah. Dan pada kelompok yang makan makanan olahan, berat badan mereka bertambah hampir satu kilogram.</p>
<p>Meskipun kita tahu bahwa makanan olahan dapat membuat kita ketagihan, para peserta melaporkan bahwa mereka merasa dua diet tersebut sama-sama enak, tanpa adanya kesadaran memiliki nafsu makan yang lebih besar untuk makanan olahan dibandingkan makanan yang tidak diolah, walaupun terbukti mengonsumsi lebih dari 500 kalori lebih banyak per hari ketika dalam makan makanan olahan.</p>
<p>Konsumsi berlebihan makanan olahan yang tanpa disadari ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21094194">sering dikaitkan dengan ngemil</a>. Namun dalam penelitian ini, sebagian besar kelebihan kalori dikonsumsi saat sarapan dan makan siang, bukan sebagai makanan ringan.</p>
<h2>Makan perlahan, bukan makan cepat (saji)</h2>
<p>Petunjuk penting mengapa makanan olahan menyebabkan konsumsi kalori yang lebih besar adalah karena partisipan melahap makanan olahan lebih cepat, sehingga mengkonsumsi lebih banyak kalori per menit. Ini dapat menyebabkan asupan kalori berlebih sebelum sinyal tubuh untuk menunjukkan kenyang atau kenyang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20351697">punya waktu untuk bereaksi</a>.</p>
<p>Sebuah faktor penting dalam makanan tidak diolah yang membuat rasa kenyang adalah serat makanan. Sebagian besar makanan yang melalui banyak proses pengolahan mengandung sedikit serat (sebagian besar atau semuanya hilang selama pembuatannya) sehingga lebih mudah untuk dimakan dengan cepat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/274621/original/file-20190515-60549-1a1jlwn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/274621/original/file-20190515-60549-1a1jlwn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/274621/original/file-20190515-60549-1a1jlwn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/274621/original/file-20190515-60549-1a1jlwn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/274621/original/file-20190515-60549-1a1jlwn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/274621/original/file-20190515-60549-1a1jlwn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/274621/original/file-20190515-60549-1a1jlwn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Serat penting untuk merasa kenyang.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/126705143?src=Wvrf-_WOO9iX44b8vLlPJQ-1-1&size=medium_jpg">Robyn Mackenzie/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mengantisipasi hal ini, para peneliti NIH menyamakan kandungan serat pada kedua diet mereka dengan menambahkan suplemen serat ke dalam diet kelompok yang makan makanan olahan. Akan tetapi, suplemen serat tidak sama dengan serat dalam makanan yang tidak diolah.</p>
<p>Serat dalam makanan tidak diolah adalah bagian integral dari struktur makanan, atau nama lainnya, matriks makanan. Matriks makanan yang utuh memperlambat kecepatan kita mengonsumsi kalori. Sebagai contoh, kita membutuhkan waktu yang jauh lebih lama untuk mengunyah jeruk utuh dengan matriks makanannya yang utuh dibandingkan menelan kalori setara dengan minum jus jeruk.</p>
<p>Pesan menarik yang muncul dari penelitian ini <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3973680/">dan penelitian lain</a> yaitu untuk mengatur asupan kalori, kita harus mempertahankan struktur makanan, seperti matriks makanan alami dari makanan yang tidak diolah. Hal ini memaksa kita makan lebih lambat. Ini memberi waktu untuk mekanisme tubuh yang menyebabkan rasa kenyang diaktifkan sebelum makan terlalu banyak. Mekanisme ini tidak jalan pada pola makan makanan olahan karena matriks makanan telah hilang selama proses pembuatannya.</p>
<p>Mencoba menikmati makanan tidak diolah yang dimakan perlahan dapat menjadi sebuah tantangan berat bagi banyak orang. Namun, pentingnya waktu makan yang terencana adalah pendekatan yang dipertahankan dengan kuat di beberapa negara seperti Prancis. Di sana menu-menu kecil dihidangkan secara bertahap sehingga menjamin cara makan yang lebih santai dan juga nyaman. Hal ini juga bisa menjadi penangkal utama untuk kenaikan berat badan yang disebabkan oleh makanan olahan yang dikonsumsi dengan cepat.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/118522/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Richard Hoffman tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Makanan olahan menyebabkan konsumsi kalori yang lebih besar karena membuat kita makan lebih cepat, sehingga mengkonsumsi lebih banyak kalori per menit.Richard Hoffman, Lecturer in Nutritional Biochemistry, University of HertfordshireLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1157702019-04-24T09:07:12Z2019-04-24T09:07:12ZPindah ke Jakarta meningkatkan obesitas dan risiko diabetes melitus<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/270428/original/file-20190423-175535-1soz4pr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Cegalkah obesitas dengan mengukur indeks massa tubuh (BMI) secara teratur.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/doctor-measuring-waist-patients-checking-body-653895376?src=oVL8U85wq4oLgArhhsYFrw-1-99">Bangkoke/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Tinggal di Jakarta “menyumbang” timbunan lemak lebih banyak dalam tubuh individu dan berpotensi meningkatkan risiko <a href="http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-12/20440387-S-PDF-Fitriyani.pdf">diabetes melitus</a>. Gaya hidup urban, seperti konsumsi makanan cepat saji yang berkalori tinggi dan lebih banyak menghabiskan waktu duduk di depan komputer, diduga kuat menjadi pemicu kegemukan. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41598-018-25092-6">Riset saya pada 2013-2015 menunjukkan</a> tiap satu tahun tinggal di Jakarta indeks massa tubuh seseorang meningkat 0,15 kilogram/meter persegi. Bila rata-rata tinggi badan laki-laki di Indonesia 160 sentimeter, maka berat badan naik sebesar 0,4 kg/tahun. Selain itu, tinggal di perkotaan dikaitkan dengan peningkatan kegemukan di daerah perut (obesitas sentral). Tinggal di kota menambah lingkar perut rata-rata 0,5 sentimeter per tahun. </p>
<p>Indeks massa tubuh dan lingkar perut merupakan penanda adanya penumpukan lemak dalam tubuh, jadi terkait erat dengan obesitas dan risiko diabetes melitus.</p>
<p>Temuan saya itu makin diperkuat oleh hasil <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf">Riset Kesehatan Dasar terbaru yang dirilis akhir 2018</a> lalu. Hasil riset ini sungguh mengejutkan karena setidaknya satu dari tiap tiga orang dewasa (35%) di Indonesia mengalami masalah obesitas (indeks massa tubuh >25 kg/m2). Angka ini meningkat tajam dibanding riset serupa pada 2007 dan 2013, masing-masing sebesar 19% dan 26%. </p>
<p>Sejalan dengan kenaikan angka obesitas, jumlah penduduk dewasa dengan diabetes melitus di Indonesia juga terus menanjak. Saat ini setidaknya satu dari 10 orang dewasa (10,9%) di Indonesia menyandang diabetes melitus. Angka ini naik tajam dari angka sebelumnya pada 2007 (5,7 persen) dan 2013 (6,9%). </p>
<p>Obesitas, kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh, menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan individu seperti diabetes melitus atau kencing manis. <a href="https://lifestyle.kompas.com/read/2016/04/09/150000023/Pengobatan.Diabetes.Habiskan.33.Persen.Biaya.Kesehatan.dari.BPJS">Diabetes melitus</a> merupakan beban yang besar bagi Indonesia karena dikaitkan dengan timbulnya berbagai komplikasi seperti jantung, gagal ginjal, kebutaan, amputasi, dan stroke. Penyakit ini juga dikaitkan dengan beban pembiayaan kesehatan yang tinggi.</p>
<h2>Apakah tinggal di perkotaan lebih sehat?</h2>
<p>Penelitian saya <a href="https://globalizationandhealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1744-8603-9-63">pada 2013 menunjukkan bahwa angka diabetes melitus</a> lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan dari daerah pedesaan. Sebagai kelanjutan riset ini pada 2014 dan 2015 saya membandingkan 154 laki-laki dengan latar belakang genetik dan usia yang sama antara 18-65 tahun yang tinggal di Nangapanda, Ende (Flores, Nusa Tenggara Timur). Dari jumlah itu, sebanyak 105 orang tetap di sana (pedesaan) dan 49 orang pindah dan tinggal di Jakarta lebih dari satu tahun.</p>
<p>Riset ini <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-018-25092-6">mendapatkan hasil</a> bahwa laki-laki yang tinggal di daerah perkotaan memiliki resistensi insulin dan rata-rata kadar gula darah yang lebih tinggi daripada orang yang tinggal di pedesaan. </p>
<p>Pada resistensi insulin, insulin (hormon utama untuk menurunkan kadar gula dalam darah) tidak dapat berfungsi optimal sehingga kadar glukosa darah tinggi dan akhirnya menyebabkan diabetes melitus. Dari temuan ini dapat saya simpulkan bahwa penduduk perkotaan lebih rentan terkena penyakit diabetes melitus dibanding penduduk pedesaan. </p>
<p>Tingginya resistensi insulin pada individu perkotaan ini terkait dengan temuan riset tersebut: bahwa individu perkotaan memiliki rata-rata bobot tubuh yang lebih berat dibanding orang yang tinggal di pedesaan, terutama dalam hal lemak tubuh yang lebih tinggi. </p>
<p>Perbedaan kegemukan dan risiko diabetes antara masyarakat pedesaan dan perkotaan sangat mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam hal gaya hidup antara masyarakat yang tinggal di perkotaan dan pedesaan, terutama terkait perbedaan pola asupan makanan dan aktivitas fisik. Perubahan gaya hidup karena urbanisasi mendorong masyarakat mengurangi aktivitas fisik tapi meningkatkan konsumsi makanan cepat saji yang mengandung lemak, garam, dan kalori dalam kadar tinggi.</p>
<p>Penduduk perkotaan cenderung memiliki waktu lebih banyak duduk di depan komputer dengan mobilitas yang cenderung terbatas. Sedangkan penduduk pedesaan memiliki mobilitas yang lebih banyak dan aktivitas yang lebih berat seperti bertani dan berburu di hutan. Kedua hal ini, yaitu konsumsi makanan berkalori tinggi dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan adanya keseimbangan energi berlebih sehingga disimpan dalam bentuk timbunan lemak di tubuh, yang jika berlebihan akan menyebabkan obesitas dengan berbagai komplikasinya.</p>
<h2>Tinggal di desa bisa cegah obesitas dan diabetes?</h2>
<p>Apakah dengan tinggal di daerah pedesaan akan serta merta melindungi kita dari bahaya obesitas dan diabetes? Jawabannya belum tentu. <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-018-25092-6">Penelitian yang kami lakukan pada 2014-2015 menunjukkan</a> bahwa menjaga pola makan yang sehat merupakan hal yang penting untuk mencegah diabetes melitus.</p>
<p>Kami membandingkan efek pemberian makanan berkalori tinggi dan tinggi kandungan lemaknya (ekstra 1500 kilo kalori) tiga kali sehari dalam jangka 5 hari pada individu yang tinggal di pedesaan dan perkotaan. Kami pilih yang sehat 20 orang di desa dan 20 orang di kota dari 105 laki-laki yang tetap tinggal di Ende Nusa Tenggara Timur dan 49 laki-laki yang pindah ke Jakarta.</p>
<p>Saya mengevaluasi apakah terdapat perbedaan dalam hal kenaikan resistensi insulin. Awalnya saya berpikir bahwa individu yang tinggal di daerah pedesaan akan terlindung dari terjadinya resistensi insulin karena mereka lebih banyak aktif secara fisik. Ternyata hasilnya di luar dugaan. </p>
<p>Pemberian makanan yang tinggi lemak dan jauh di atas kebutuhan harian, bahkan hanya dalam jangka pendek sekali pun, sudah dapat menyebabkan kenaikan resistensi insulin. Ini terjadi tidak hanya pada individu yang tinggal di perkotaan, tapi juga mereka yang tinggal di pedesaan. </p>
<p>Riset ini kembali menegaskan bahwa aspek asupan makanan ini merupakan salah satu aspek penting terjadinya obesitas dan diabetes melitus. Jadi benar apa kata para guru saya di Fakultas Kedokteran UI selama ini, satu hal penting yang bisa kita lakukan untuk mencegah obesitas dan diabetes melitus adalah jamu (jaga mulut). </p>
<h2>Lalu bagaimana cara mencegahnya?</h2>
<p>Ada empat langkah penting untuk mencegah obesitas dan diabetes mellitus: menjaga pola makan yang sehat, terapkan pola hidup aktif, kenali faktor risikonya, dan periksa secara berkala. </p>
<p>Selain menjaga pola hidup sehat dengan pola makan yang sehat dan aktif secara fisik, kita juga perlu meningkatkan kesadaran kita untuk mengenali faktor risiko dan memeriksa secara berkala untuk mengidentifikasi obesitas dan diabetes melitus. </p>
<p>Perlu diingat bahwa hampir tiga dari empat penyandang diabetes melitus di Indonesia tidak mengetahui dirinya menyandang diabetes melitus kalau tidak menjalani pemeriksaan darah. Bila Anda berisiko terkena diabetes melitus seperti memiliki riwayat keluarga kandung dengan diabetes, jarang makan sayur dan buah, jarang beraktivitas fisik, memiliki tekanan darah tinggi, dan kegemukan, maka sebaiknya Anda memeriksakan gula darah puasa dan dua jam setelah makan setidaknya setahun sekali. </p>
<p>Sebenarnya yang juga mudah adalah mengenali adanya kegemukan atau obesitas. Pemeriksaan ini sederhana. Kita bisa hitung indeks massa tubuh (IMT) dengan membagi berat badan (dalam kg) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Angka IMT normal untuk orang Indonesia adalah 18,5-23 kg/m2. Bila di atas itu berarti sudah terjadi kelebihan berat badan dan bila >25 kg/m2 sudah dapat dikatakan mengalami obesitas. </p>
<p>Angka patokan IMT tersebut lebih rendah dibandingkan dengan orang Eropa atau Amerika karena pada orang Indonesia atau kebanyakan orang Asia, diabetes/kencing manis dapat terjadi pada postur tubuh yang lebih ramping sekali pun. </p>
<p>Hal lain yang bisa diukur adalah lingkar perut dengan melingkarkan penggaris kain melalui pusar, angka normalnya adalah <80 cm untuk perempuan dan <90cm untuk laki-laki. Lingkar perut di atas angka tersebut menandakan adanya obesitas sentral yang meningkatkan risiko diabetes melitus dan penyakit lainnya.</p>
<p>Jadi kesehatan tubuh bukan hanya ditentukan tempat di mana Anda tinggal, tapi juga oleh makanan apa yang saja yang masuk ke mulut Anda dan seberapa banyak aktivitas fisik Anda.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/115770/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Pengungkapan Dicky L. Tahapary menerima beasiswa dari Kemenristekdikti Republik Indonesia dan Leiden University untuk program PhD (2013-2017). Penelitian yang disampaikan di artikel ini mendapatkan dana dari SPIN (Scientific Program Indonesia Netherlands) KNAW, Kemenristekdikti Republik Indonesia, dan Universitas Indonesia.</span></em></p>Apakah dengan tinggal di daerah pedesaan akan serta merta melindungi kita dari bahaya obesitas dan diabetes? Jawabannya belum tentu.Dicky L. Tahapary, Lecturer at the Division of Endocrinology and Metabolism, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine. Researcher at The Metabolic, Vascular, and Aging Cluster, The Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI), Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1123532019-02-27T08:37:59Z2019-02-27T08:37:59ZMengapa waktu bermain gadget untuk anak dan remaja harus dibatasi?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/260624/original/file-20190225-26156-1tuufzb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=106%2C57%2C5201%2C3579&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penggunaan gadget dengan intensitas rendah lebih baik untuk anak-anak</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://images.theconversation.com/files/256316/original/file-20190130-108367-xkkbx4.jpg">shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Kekhawatiran tentang jumlah waktu yang dihabiskan oleh anak-anak dan remaja dalam bermain gadget seperti telepon pintar, komputer, televisi, dan video game semakin bertambah. Jumlah <a href="https://www.bbc.co.uk/news/health-46749232">kontroversi</a> mengenai apakah menghabiskan waktu bermain gadget benar-benar berbahaya atau tidak juga semakin banyak.</p>
<p>Sejak 2016, kami (peneliti yang terlibat pada pengembangan pedoman <a href="http://www.csep.ca/view.asp?x=696">gerakan 24 jam untuk anak-anak dan remaja</a>) telah memimpin sejumlah <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-017-4849-8">tinjauan</a> ilmiah tentang <a href="http://www.nrcresearchpress.com/doi/pdf/10.1139/apnm-2015-0630">dampak</a> menonton layar kaca digital dari bayi hingga anak-anak yang memasuki usia dewasa. </p>
<p>Kami memeriksa apakah jumlah penggunaan layar digital dengan tujuan rekreasi (di waktu luang, non-pendidikan) mempengaruhi kesehatan. Pengaruh ini termasuk risiko obesitas, kurang tidur, kebugaran fisik yang rendah, kecemasan dan depresi. Kami juga melihat dampak waktu penggunaan layar digital untuk tujuan rekreasi pada sosial dan emosional serta perkembangan kognitif dan bahasa, kesejahteraan dan nilai di sekolah.</p>
<p>Ulasan ini menunjukkan bahwa menonton layar digital dengan tujuan rekreasi dengan intensitas tinggi, yang kini menjadi sesuatu yang umum pada anak-anak, berpotensi bahaya. Dan ulasan yang sama menunjukkan dengan jelas bahwa bermain gadget dengan tujuan rekreasi dengan intensitas yang lebih rendah lebih baik untuk menghindari obesitas, dan untuk meningkatkan kualitas tidur, kebugaran fisik, dan perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.</p>
<p>Selama tiga tahun terakhir, tinjauan ilmiah ini menghasilkan pedoman berskala nasional di <a href="http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/npra-0-5yrs-brochure">Australia</a>, <a href="https://csepguidelines.ca/early-years-0-4/">Kanada</a>, <a href="https://theconversation.com/heres-how-much-kids-need-to-move-play-and-sleep-in-their-early-years-107024">Afrika Selatan</a>, Inggris, dan secara internasional. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/heres-how-much-kids-need-to-move-play-and-sleep-in-their-early-years-107024">Here's how much kids need to move, play and sleep in their early years</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kami terlibat dalam pengembangan pedoman global untuk anak berusia nol hingga empat tahun untuk <a href="https://www.who.int/end-childhood-obesity/news/public-consultation-2017/en/">Organisasi Kesehatan Dunia</a> (WHO). Semua pedoman ini merekomendasikan bahwa waktu bermain gadget dengan tujuan rekreasi harus dibatasi pada masa bayi, anak-anak, dan remaja.</p>
<h2>Membatasi waktu bermain gadget</h2>
<p>Pedoman dari Kanada, Australia, dan Afrika Selatan merekomendasikan bahwa bermain gadget dengan tujuan rekreasi harus dihindari pada anak di bawah dua tahun. Batasannya sampai satu jam per hari pada anak berusia dua hingga empat tahun, dan dua jam per hari pada anak berusia lima hingga 17 tahun.</p>
<p>Berdasarkan pengalaman kolektif kami dalam mengembangkan pedoman ini, jelas bahwa batasan waktu rekreasi ini diperlukan karena sejumlah alasan.
Pertama, bukti menunjukkan dengan kuat bahwa batasan dibutuhkan. Rekomendasi untuk membatasi menonton layar gadget didasarkan pada penelitian yang menggunakan pendekatan yang <a href="http://www.nrcresearchpress.com/toc/apnm/41/6+%28Suppl.+3%29">diterima secara luas</a> dan <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/supplements/volume-17-supplement-5">berbasis bukti</a>. Pendekatan tersebut meliputi tinjauan sistematis, penilaian kritis terhadap bukti, konsultasi dan tinjauan nasional dan internasional, dan sistem pelaporan yang transparan.</p>
<p>Kedua, bermain gadget dengan tujuan rekreasi dengan intensitas rendah jelas lebih baik. Ada bukti yang mendukung batas waktu tertentu yang direkomendasikan dan dikonsultasikan secara luas oleh kami dengan individu dan orang tua dan keluarga menunjukkan bahwa mereka menganggap bahw membatasi waktu bermain gawai itu bermanfaat.</p>
<p>Ketiga, rekomendasi kami bahwa bermain gadget dengan tujuan rekreasi harus dibatasi konsisten merujuk pada bukti yang dilakukan oleh badan berwenang seperti <a href="https://www.who.int/end-childhood-obesity/publications/echo-report/en/">WHO</a> dan <a href="https://www.wcrf.org/dietandcancer/summary-third-expert-report"><em>World Cancer Research Fund</em></a> (WCRF). Ulasan ini menyoroti peran penting dari main gadget bersifat rekreasi dalam mempengaruhi perkembangan obesitas, kanker, dan masalah penglihatan.</p>
<p>Rekomendasi khusus kami juga konsisten dengan apa yang ditemukan oleh <a href="https://healthychildren.org/English/family-life/Media/Pages/Where-We-Stand-TV-Viewing-Time.aspx"><em>American Academy of Pediatrics</em></a> dan <a href="https://www.cps.ca/en/documents/position/screen-time-and-young-children"><em>Canadian Pediatric Society</em></a>.</p>
<p>Mengambil pendekatan membebaskan waktu yang dihabiskan untuk bermain game pada dasarnya mengabaikan konteks yang lebih luas. Masa kanak-kanak modern ditandai oleh aktivitas fisik yang rendah, duduk berlebihan dan waktu di dalam ruangan. Anak-anak dan remaja juga menderita keterampilan motorik yang buruk, kekurangan penglihatan tingkat tinggi, peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan hipertensi.</p>
<p>Dan ketika bentuk-bentuk baru batasan waktu bermain gadget muncul, diperlukan pendekatan pencegahan–beberapa batasan akan lebih baik jika bahaya yang dapat dihindari jelas bentuknya. </p>
<h2>Butuh waktu untuk bertindak</h2>
<p>Beberapa <a href="https://www.rcpch.ac.uk/resources/health-impacts-screen-time-guide-clinicians-parents">berpendapat</a> bahwa waktu yang dihabiskan untuk bermain gadget seperti “jin keluar dari botol”, artinya keadaan buruk itu telah terjadi. Tapi pendapat ini dikeluarkan oleh mereka yang pesimis. Argumen yang sama bisa dibuat dalam kaitannya dengan pengendalian tembakau, alkohol, dan gula. Tapi sekarang masyarakat sudah menerima bahwa paparan yang tidak terbatas terhadap zat-zat ini tidak menentukan kesehatan masyarakat. Dan kendala-kendala diterima sebagai hal yang penting.</p>
<p>Selain itu, di banyak bagian dunia, para ‘jin’ mungkin belum keluar dari botol. Di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, paparan penggunaan gadget mungkin masih relatif rendah di antara anak-anak.</p>
<p>Ada juga ruang untuk mencegah main gadget yang berlebihan pada bayi dan anak kecil, misalnya bertindak sebelum menjadi kebiasaan buruk, atau setidaknya, kebiasaan tersebut baru terbentuk kemudian di masa kanak-kanak atau remaja.</p>
<p>Kerusakan akibat main gadget dapat bersifat tidak langsung maupun langsung–bermain gadget dengan tujuan rekreasi meningkat seiring bertambahnya usia dan karena itu menggantikan bentuk perilaku duduk di kursi yang lebih menguntungkan seperti membaca. Mainan gadget juga menggeser waktu bermain aktif secara fisik, dan waktu tidur.</p>
<p>Bermain layar digital dengan tujuan rekreasi sepertinya menjadi bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan modern. Tapi bahkan sejak bayi dan anak usia dini, kita semua harus khawatir tentang potensi bahaya – setidaknya sampai ditemukan bukti baru yang kuat yang tidak menunjukkan bahaya. Pendekatan yang paling bijaksana adalah berhati-hati, berusaha untuk mengikuti panduan baru yang mengatakan bahwa waktu main gadget harus dibatasi.</p>
<p><em>Artikel dari bahasa Inggris ini diterjemahkan oleh Ariza Muthia.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/112353/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>John J Reilly menerima dana dari Pemerintah Skotlandia (Chief Scientist Office), WHO, Hannah Foundation, Cunningham Trust, dan Inspiring Scotland</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Anthony (Tony) Okely menerima dana dari Departemen Kesehatan Pemerintah Australia, National Health & Medical Research Council of Australia, dan NSW Department of Health</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Catherine Draper menerima dana dari the British Academy for the Humanities dan Social Sciences. Dia juga mempunyai afiliasi yang diberikan sebagai kehormatan dengan Division of Exercise Science di University of Cape Town </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mark S. Tremblay menerima dana dari Badan Kesehatan Masyarakat Kanada, the Canadian Institutes of Health Research, the Conference Board of Canada, the University of Alberta, the Canadian Society for Exercise Physiology dan ParticipACTION.</span></em></p>Pakar memperingatkan bahwa waktu penggunaan gadget yang berlebihan meningkatkan risiko obesitas, kebugaran fisik yang rendah, kecemasan dan depresi.John J Reilly, Professor of Physical Activity and Public Health Science, University of Strathclyde Anthony Okely, Professor of Physical Development, University of WollongongCatherine Draper, Senior Researcher, University of the WitwatersrandMark S Tremblay, Professor of Pediatrics in the Faculty of Medicine, L’Université d’Ottawa/University of OttawaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1044032018-10-16T06:41:00Z2018-10-16T06:41:00ZPenelitian buktikan diet kilat sangat efektif<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/240371/original/file-20181012-119117-4351ua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C1%2C991%2C664&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Jika Anda pernah mencoba untuk mengurangi berat badan, Anda mungkin pernah mendengar bahwa diet kilat–program diet untuk menurunkan berat badan secara drastis dalam waktu yang singkat–bukanlah cara yang tepat. Meskipun pada awalnya Anda mungkin kehilangan banyak berat badan, Anda tetap tidak dapat menurunkan berat badan, bahkan bisa menjadi lebih berat daripada sebelumnya. Tapi <a href="https://goo.gl/eSckWx">penelitian </a> kami menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu terjadi. </p>
<p>Kebanyakan orang sadar bahwa kelebihan berat badan berakibat buruk bagi kesehatan mereka, jadi tidak mengherankan bahwa sekitar setengah dari <a href="https://goo.gl/BJYV8H">populasi Inggris</a> sedang mencoba menurunkan berat badan. Tetapi banyak orang yang berjuang dengan mengikuti diet tradisional membutuhkan waktu lama untuk mencapai hasil.</p>
<p>Beberapa orang memilih solusi yang lebih cepat dan lebih drastis: diet kilat. Diet ini, atau dikenal sebagai program diet yang mengganti pola konsumsi makanan, secara drastis mengurangi asupan kalori menjadi antara 800-1.200 kalori per hari. (Asupan kalori yang normal untuk seorang wanita adalah 2.000 kalori, dan untuk pria 2.500 kalori.) Orang-orang yang menjalankan diet ini tidak mengonsumsi apa pun kecuali sup, susu cair dan makanan batangan yang diformulasikan secara khusus selama 12 minggu.</p>
<p>Meskipun banyak orang yang menjual produk makanan untuk pola diet kilat ini, program diet ini lebih efektif bila didukung oleh ahli atau konselor gizi terlatih. Dukungan profesional ini membantu para pelaku diet mengembangkan keterampilan untuk mengikuti program dan menjaga berat badan bahkan setelah program selesai.</p>
<p>Namun, di Inggris, dokter tidak cenderung merujuk orang yang ingin menurunkan berat badan ke program ini. Ini karena NICE, badan yang mengevaluasi perawatan untuk NHS, badan pemerintah Inggris yang memberikan layanan kesehatan, tidak merekomendasikan program diet kilat ini, mungkin karena tidak ada cukup bukti untuk mendukungnya. Tetapi studi terbaru menunjukkan bahwa mungkin sudah saatnya bagi NICE untuk mengevaluasi kembali keputusan mereka.</p>
<h2>Saatnya untuk mengevaluasi diet kilat</h2>
<p>Untuk penelitian kami, yang dipublikasikan di Jurnal Medis Inggris, kami merekrut 278 pasien obesitas. Setengahnya secara acak ditugaskan untuk program diet kilat selama 12 minggu, sementara separuh lainnya ditugaskan untuk mengunjungi tenaga kesehatan untuk mendapatkan saran tentang cara menurunkan berat badan (“perawatan biasa”).</p>
<p>Setelah satu tahun, mereka yang menjalankan program diet kilat kehilangan rata-rata 11kg, sementara mereka yang berada di grup perawatan biasa kehilangan rata-rata 3kg. Kami menggunakan alat yang membantu dokter memperkirakan risiko pasien mengalami serangan jantung atau stroke dalam sepuluh tahun ke depan dan orang-orang dalam kelompok yang menjalankan diet kilat telah secara signifikan mengurangi risiko terkena serangan jantung atau stroke.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/238359/original/file-20180927-72336-1ht4bvw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/238359/original/file-20180927-72336-1ht4bvw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=461&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/238359/original/file-20180927-72336-1ht4bvw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=461&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/238359/original/file-20180927-72336-1ht4bvw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=461&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/238359/original/file-20180927-72336-1ht4bvw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=579&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/238359/original/file-20180927-72336-1ht4bvw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=579&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/238359/original/file-20180927-72336-1ht4bvw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=579&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Peserta diet kilat kelihangan rata-rata 11kg dalam 12 minggu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/294403301?src=Zli84AULY86pKtOTHDaxEQ-1-6&size=medium_jpg">Billion Photos/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kelompok yang menjalankan diet kilat juga mengalami perbaikan yang jauh lebih besar dalam kadar glukosa darah daripada kelompok perawatan biasa. Mungkin yang paling penting dari semuanya, peserta dalam kelompok dengan diet kilat melaporkan peningkatan kualitas hidup yang lebih besar daripada orang-orang dalam kelompok perawatan biasa.</p>
<p>Orang yang menjalankan diet kilat lebih banyak melaporkan adanya efek samping, namun efek samping yang serius dialami oleh kedua kelompok. Efek samping yang lebih umum terjadi pada kelompok yang menjalankan diet kilat termasuk sembelit, sakit kepala, kelelahan, dan pusing.</p>
<p>Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa diet kilat adalah cara yang aman dan efektif untuk menurunkan berat badan dalam jumlah besar. Untuk saat ini, program diet kilat tidak tersedia di NHS. Mereka yang tertarik menurunkan berat badan menggunakan program diet kilat harus membayarnya sendiri, yang berarti bahwa banyak orang yang dapat memperoleh manfaat dari perawatan ini mungkin tidak dapat mengaksesnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104403/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nerys M Astbury menerima pendanaan dari Cambridge Weight Plan Uk Ltd </span></em></p>Penelitian terbaru menunjukkan diet kilat itu aman dan efektif.Nerys M Astbury, Senior Researcher - Diet and Obesity, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1043992018-10-08T10:58:32Z2018-10-08T10:58:32ZRiset buktikan orang kurus belum tentu sehat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/239556/original/file-20181006-72124-1sgeu90.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C2%2C1000%2C639&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Jika Anda kurus bukan berarti Anda bisa makan makanan tidak sehat dan bebas dari segala konsekuensinya.</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Menurut <a href="https://www.aihw.gov.au/reports-statistics/behaviours-risk-factors/overweight-obesity/overview">Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia</a>, 63% orang dewasa di Australia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. </p>
<p>Namun, lebih sulit memperkirakan berapa orang yang bisa dikatakan sehat meskipun mereka menjalankan diet yang buruk dan jarang berolahraga. Hal ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang sering kali diabaikan karena seseorang terlihat “sehat”.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ingin-kurangi-lemak-penelitian-terbaru-sarankan-tunda-sarapan-dan-percepat-makan-malam-102574">Ingin kurangi lemak? Penelitian terbaru sarankan tunda sarapan dan percepat makan malam</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Bagaimana kita menilai berat badan yang sehat?</h2>
<p>Data terkait obesitas seringkali memperkirakan jumlah lemak dalam tubuh dengan menggunakan indeks massa tubuh (BMI). Meskipun BMI tidak bisa menunjukkan persentase lemak tubuh dengan tepat, metode penghitungan lemak tubuh dengan hanya menggunakan data berat badan dan tinggi badan seseorang adalah cepat dan mudah. Jika BMI lebih tinggi dari 25, maka seseorang dianggap kelebihan berat badan. Jika nilainya lebih dari 30 maka orang tersebut dianggap mengalami obesitas. Tapi BMI tidak menunjukkan kepada kita seberapa sehat seseorang. </p>
<p>Dengan menggunakan perhitungan berdasarkan gaya hidup, seperti pola diet dan frekuensi olahraga selama setahun terakhir, <a href="https://www.health.qld.gov.au/news-alerts/doh-media-releases/releases/queensland-males-more-likely-to-be-skinny-fat">sebuah penelitian terkini </a> dari Departemen Kesehatan Queensland memperkirakan 23% dari orang yang saat ini tidak mengalami kelebihan berat badan atau obesitas berisiko mengalaminya di masa mendatang. </p>
<p>Angka tersebut mengindikasikan bahwa persentase jumlah individu yang berat badannya dianggap tidak sehat tidak sama dengan jumlah individu dengan gaya hidup yang tidak sehat. Jumlah kelompok yang kedua kemungkinan lebih besar. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/10-strategi-mengurangi-berat-badan-yang-terbukti-berhasil-menurut-penelitian-102505">10 strategi mengurangi berat badan yang terbukti berhasil menurut penelitian</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Jika Anda tidak kelebihan berat badan, apakah gaya hidup yang sehat penting?</h2>
<p>Banyak orang yang berpikir bahwa jika mereka bisa tetap kurus meskipun makan-makanan tidak sehat dan tidak berolahraga, mereka akan tetap baik-baik saja. Tapi, meskipun Anda terlihat sehat di luar, Anda bisa saja mengidap masalah kesehatan sama seperti orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. </p>
<p>Ketika mencoba menebak apa faktor-faktor yang menyebabkan penyakit jantung, stroke atau kanker, kita sering kali berpikir tentang beberapa indikator kesehatan seperti kebiasaan merokok, tingkat kolesterol dan berat badan. Namun pola diet yang buruk dan jarang berolahraga juga meningkatkan risiko <a href="https://www.semanticscholar.org/paper/Global-burden-of-cardiovascular-diseases%3A-part-I%3A-Yusuf-Reddy/40d1288dd45ee8cb7e434393a19379d93b091498">penyakit jantung </a> dan berperan dalam berkembangnya sel-sel <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673605674831?via%3Dihub">kanker</a>.</p>
<p>Jadi meskipun Anda tidak merokok dan tidak gemuk, selama Anda tidak berolahraga dan makan-makanan yang tidak sehat, risiko Anda terkena penyakit jantung meningkat. </p>
<p>Penelitian dalam skala kecil telah dilakukan untuk membandingkan bagaimana pola diet dan frekuensi olahraga berpengaruh pada risiko terkena penyakit jantung pada orang gemuk dan orang kurus tapi tidak sehat. </p>
<p>Namun, sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20124123">penelitian</a> mengukur risiko seseorang yang menjalani gaya hidup yang berbeda setelah mengalami sindrom koroner akut–berkurangnya aliran darah ke jantung secara tiba-tiba. </p>
<p>Penelitian ini menemukan bahwa orang yang menjalankan pola diet yang sehat dan berolahraga mengurangi risiko terkena komplikasi besar (seperti stroke dan kematian) enam bulan setelah mengalami serangan yang pertama kali dibandingkan mereka yang tidak menjalankan pola hidup yang sehat. </p>
<h2>Pola diet yang tidak sehat berakibat buruk bagi badan Anda, tapi bagaimana dengan otak Anda?</h2>
<p>Penelitian terkini juga menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan makanan dengan kadar lemak dan gula yang tinggi akan berpengaruh buruk pada otak Anda, menyebabkan hilangnya memori dan kemampuan belajar. <a href="http://n.neurology.org/content/67/7/1208.long">Beberapa penelitian</a> telah menemukan bahwa obesitas menyebabkan kerusakan pada fungsi kognitif seseorang. Hal ini bisa diukur dengan beberapa tes memori dan pembelajaran, seperti kemampuan mengingat kata-kata yang disebutkan beberapa menit atau jam sebelumnya.</p>
<p>Yang paling utama adalah hubungan antara berat badan dan fungsi kognitif hadir setelah faktor termasuk tingkat pendidikan dan kondisi medis dikendalikan.</p>
<p>Hal khusus yang relevan dalam diskusi ini adalah munculnya semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa kerusakan kognitif yang disebabkan oleh pola diet dapat muncul secara cepat–dalam kurun waktu mingguan bahkan harian. Sebagai contoh, <a href="https://academic.oup.com/ajcn/article/93/4/748/4716920">sebuah penelitian</a> yang dilakukan di Oxford University menunjukkan orang dewasa yang sehat dan menerapkan pola diet dengan kandungan lemak yang tinggi (75% dari asupan energi) selama lima hari mengalami penurunan daya ingat dan mood dibanding kelompok yang menerapkan pola diet dengan kandungan lemak rendah.</p>
<p><a href="http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0172645">Penelitian lain</a> yang dilakukan oleh Macquarie University juga menemukan bahwa konsumsi makanan dengan kandungan lemak dan gula yang tinggi setiap hari atau setidaknya empat hari akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan memori dan belajar seperti yang dialami oleh individu yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. </p>
<p>Temuan-temuan ini menegaskan hasil <a href="http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0956797615608240">penelitian</a> terhadap tikus yang menunjukkan bahwa bentuk memori tertentu bisa rusak hanya karena konsumsi makanan yang mengandung gula dan makanan cepat saji manusia seperti kue dan biskuit. </p>
<p>Berat badan tidak berpengaruh besar baik pada kelompok yang menerapkan pola makan yang sehat dan kelompok dengan pola diet yang buruk. Hal ini menunjukkan konsekuensi dari pola diet yang buruk bisa terjadi bahkan ketika berat badan seseorang tidak terlihat berubah. Penelitian ini menunjukkan bahwa berat badan bukanlah alat prediksi yang terbaik untuk menentukan kesehatan tubuh. </p>
<p>Kita masih tidak tahu banyak tentang mekanisme bagaimana makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi bisa merusak fungsi kognitif seseorang dalam tempo yang singkat. Satu bentuk mekanisme yang bisa menjelaskan terkait dengan kandungan gula darah dari pola diet yang memakan makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi. Fluktuasi pada kandungan gula darah dapat merusak metabolisme glukosa dan bagaimana insulin bisa memberi sinyal pada otak. </p>
<p>Banyak orang menggunakan badannya yang kurus sebagai alasan untuk makan makanan tidak sehat dan tidak berolahraga. Namun, berat badan bukanlah indikator yang tepat untuk menentukan kesehatan tubuh. Indikator yang lebih baik adalah pola makan Anda. Yang penting bagi kesehatan Anda adalah apa yang ada di tubuh Anda dan memang benar jika Anda adalah apa yang Anda makan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104399/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dominic Tran tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Anda mungkin terlihat kurus, namun jika Anda menerapkan pola diet yang tidak sehat dan jarang berolahraga, maka Anda memiliki risiko kesehatan yang sama dengan mereka yang kelebihan berat badan.Dominic Tran, Postdoctoral Research Associate, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/979942018-06-21T09:40:56Z2018-06-21T09:40:56ZApa betul makan tengah malam bisa bikin gemuk?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/224182/original/file-20180621-137728-1qaod0k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Ada artikel mengatakan, makan pada malam hari itu <a href="https://www.rd.com/health/diet-weight-loss/eating-late-at-night/">bikin gemuk</a>. Tapi ada artikel lain yang bilang, makan pada malam hari <a href="https://www.bornfitness.com/eating-night-not-make-fat/">tidak ada pengaruhnya</a> terhadap berat badan. Mana yang benar?</p>
<p>Pertama-tama, penting diingat bahwa pertambahan berat badan hanya terjadi ketika ada perubahan—baik pada kalori yang dikonsumsi maupun kalori yang dibakar. Semua kalori memang sama, tetapi ada beberapa kondisi di mana kalori makanan dapat mempengaruhi kecenderungan Anda untuk menambah atau mengurangi berat badan,</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kita-menguap-dan-mengapa-menguap-bisa-menular-97086">Mengapa kita menguap dan mengapa menguap bisa menular?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai contoh, setiap makanan memiliki dampak mengenyangkan yang berbeda, sehingga mempengaruhi pilihan makanan kita serta total asupan kalori.</p>
<p>Jika kita merasa kenyang, kita cenderung tidak akan makan camilan atau kudapan. Menu sarapan yang tinggi protein <a href="http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1559827612468687">terbukti</a> mengurangi rasa lapar serta keinginan untuk makan camilan di siang/sore hari.</p>
<p>Makanan yang tinggi protein akan membuat tubuh melepaskan dopamin, sebuah zat kimia yang merangsang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23446906">perasaan senang</a>. Perasaan ini amatlah penting ketika kita makan, karena ia membantu mengatur seberapa banyak makanan yang kita makan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/222142/original/file-20180607-137306-nwn7dg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/222142/original/file-20180607-137306-nwn7dg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/222142/original/file-20180607-137306-nwn7dg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/222142/original/file-20180607-137306-nwn7dg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/222142/original/file-20180607-137306-nwn7dg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/222142/original/file-20180607-137306-nwn7dg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/222142/original/file-20180607-137306-nwn7dg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sarapan tinggi protein dapat membantu kita merasa kenyang lebih lama.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/157326800?src=X-SWbSLdF2kCyWxLBOJE3Q-1-7&size=medium_jpg">MSPhotographic/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain itu, waktu makan juga mempengaruhi dorongan kita <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26653842">untuk aktif secara jasmani</a>. Jika kita makan banyak saat makan malam, kita mungkin merasa berat dan malas bergerak, sehingga kemungkinan membakar kalori pun menurun.</p>
<p>Makan pada malam hari juga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23808897">ada kaitan dengan</a> kenaikan berat badan dan obesitas, sedangkan mengonsumsi sarapan ada kaitannya dengan risiko <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1467-3010.2007.00638">lower risk of obesity</a>. </p>
<p>Ini mendukung teori yang mengatakan, makanan lebih baik dimakan segera ketimbang ditunda. Tapi hal ini tak berlaku bagi semua jenis sarapan. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12897044">Satu studi</a> menunjukkan, orang yang makan daging atau telur saat sarapan (atau keduanya) secara signifikan lebih mungkin memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi, ketimbang orang yang sarapan sereal atau roti.</p>
<p>Budaya yang berbeda-beda juga punya pendekatan pola makan yang berbeda. Di Spanyol, misalnya, orang biasa makan banyak pada siang hari, diikuti tidur siang serta tapas (sepiring kecil makanan) di malam hari.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/makanan-yang-dapat-menurunkan-risiko-penyakit-jantung-87370">Makanan yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24467926">Penelitian</a> oleh University of Murcia di Spanyol menunjukkan bahwa perempuan kegemukan yang makan banyak di siang hari, justru lebih banyak berkurang berat badannya ketimbang mereka yang makan banyak di malam hari. Ini artinya, waktu makan dapat mempengaruhi kegemukan dan keberhasilan upaya pengurangan berat badan.</p>
<p>Anda biasa sarapan penuh, atau secangkir kopi—atau tidak sarapan sama sekali? Jika Anda terbiasa tidak sarapan, maka jika Anda melakukannya belum tentu berat badan Anda langsung berkurang. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26864365">Riset terhadap orang dewasa kegemukan</a> membuktikan bahwa beberapa orang justru bertambah berat badannya ketika melakukan ini.</p>
<p>Kita perlu riset lebih banyak lagi untuk memahami apakah sarapan atau komposisi tertentu (tinggi serat atau tinggi protein) dapat memperbaiki manajemen berat badan, dan mengetahui mekanisme terbaik untuk mencapai hal itu.</p>
<p>Untuk saat ini, anggapan bahwa sarapan itu mengurangi risiko obesitas (dan bahwa makan pada malam hari memicu obesitas) tidaklah sepenuhnya benar karena bukti-bukti yang ada berasal dari studi pengamatan, yang tidak dapat membedakan mana dampak dan mana penyebab.</p>
<p>Jadi, bagi para orang yang biasa sarapan, mungkin saja faktor gaya hidup mereka tidak diperhitungkan dalam studi, (misalnya kegiatan fisik atau apakah mereka merokok), sehingga hasilnya demikian. </p>
<p>Kita perlu mengumpulkan lebih banyak bukti sebelum mendukung atau menolak gagasan bahwa waktu makan adalah penting bagi kesehatan serta berat badan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/enam-hal-yang-bisa-kita-lakukan-untuk-mengurangi-risiko-demensia-94632">Enam hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko demensia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Pipit atau burung hantu?</h2>
<p>Jadi bagaimana kita bisa menilai klaim-klaim seputar waktu makan? Jawaban sebenarnya adalah, tak ada satu pola makan yang cocok untuk semua orang.</p>
<p>Akan ada beberapa orang yang mampu mengontrol berat badan lebih baik dengan sarapan besar, dan ada pula yang dengan porsi makan malam yang besar.</p>
<p>Kita dapat menilai sendiri bias biologis kita.</p>
<p>Apakah Anda seekor burung pipit atau burung hantu? Mengetahui kecenderungan kapan tubuh kita merasa lebih bertenaga—"kronotipe kita"—dapat membantu merencanakan pola makan, tidur, dan bekerja.</p>
<p>Anda bisa mengecek sendiri melalui <a href="http://chronotype.co.uk">kuis online</a> ini.</p>
<p>Ketika kita sudah lebih memahami hubungan antara waktu makan dan metabolisme, kita akan mampu memberi saran pola makan yang lebih akurat, bahwa ini bukan cuma persoalan komposisi gizi, tapi juga waktu makan.</p>
<p>Tetapi sebelumnya, kita perlu lebih banyak riset <em>chrono-nutrition</em> (waktu makan yang terkait ritme sirkadian) untuk melengkapi pengetahuan kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/97994/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alex Johnstone menerima dana dari Medical Research Council, The University of Aberdeen, The Scottish Government, Biological Sciences Research Council, Economic and Social Research Council, Engineering and Physical Sciences Research Council, National Health Service Endowments award, Tennovus Charity, Chief Scientist Office dan European Community. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Peter Morgan menerima dana dari Scottish Government dan the Medical Research Council. Dia juga pernah menerima dana dari BBSRC dan juga industri farmasi. </span></em></p>Kata ahli, jalan masih panjang sebelum kita bisa benar-benar pasti tentang waktu terbaik untuk makan.Alex Johnstone, Personal Chair in Nutrition, The Rowett Institute, University of AberdeenPeter Morgan, Chair professor, University of AberdeenLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/946632018-04-13T09:05:48Z2018-04-13T09:05:48ZJika gula memang buruk bagi kesehatan, mengapa gula dalam buah tidak apa-apa?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/214685/original/file-20180413-540-1u0vmpg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Semua jenis gula akan memberi jumlah kalori yang sama, baik dari buah maupun dari minuman ringan. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/female-hand-holding-banana-on-blue-1040612479?src=Et-jPh8H_ZN8dtYHeL6XYQ-1-6">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><em>Ini adalah tulisan ketiga dari seri tulisan tentang diet bebas gula, perbandingan antara jenis-jenis gula, serta kaitan antara gula dan kesehatan. Baca artikel lain di <a href="https://theconversation.com/au/topics/sugar-2207">sini</a>.</em> </p>
<hr>
<p>Para ahli dan <a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">organisasi kesehatan</a> kerap menyarankan kita mengurangi asupan gula. Tapi di sisi lain, kita juga disarankan makan lebih banyak buah.</p>
<p>Semua jenis gula memang memberi kita jumlah kalori yang sama, baik dari buah-buahan maupun soda atau minuman ringan. Meski demikian, gula yang berbahaya jika terlalu banyak dikonsumsi adalah <a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">“gula bebas”</a>)—bukan gula yang memang secara alami terdapat di dalam buah atau susu.</p>
<h2>Jenis-jenis gula dalam makanan</h2>
<p>Gula dalam makanan dan minuman kita datang dalam beberapa jenis. Molekul gula digolongkan jadi dua: monosakarida (molekul tunggal seperti glukosa dan fruktosa) dan disakarida (struktur yang lebih kompleks seperti sukrosa dan laktosa). </p>
<p>Buah-buahan mengandung gula alami, yang merupakan campuran sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Banyak orang mengira bahwa gula dalam buah-buahan termasuk yang berbahaya bagi kesehatan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-saat-diet-kita-justru-mengidamkan-makanan-tak-sehat-84708">Mengapa saat diet kita justru mengidamkan makanan tak sehat</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Padahal kenyataannya, fruktosa hanya berbahaya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23594708">dalam jumlah berlebihan</a>, dan tidak berbahaya ketika berasal dari buah-buahan. Amat sangat sulit bagi kita untuk mengonsumsi fruktosa berlebihan hanya dengan makan buah.</p>
<p>Kita lebih gampang mengonsumsi gula berlebihan lewat makanan dan minuman yang mengandung “gula bebas”.</p>
<p>Gula bebas punya kandungan yang sama (fruktosa, glukosa, sukrosa), tetapi dalam hal ini mereka telah dilepaskan dari sumber alami mereka (jadi tidak dikonsumsi sebagai bagian alami buah, produk susu, dan beberapa sayuran dan biji-bijian).</p>
<p>Gula yang sengaja ditambahkan oleh pabrik, koki, atau konsumen juga termasuk gula bebas.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/209133/original/file-20180306-146666-10php5o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Yang paling penting adalah sumbernya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Risiko kesehatan datang dari gula bebas, bukan buah-buahan</h2>
<p><a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">Bukti</a> menunjukkan bahwa risiko kesehatan akibat gula, seperti kebusukan gigi dan kenaikan berat badan yang tak sehat, adalah terkait dengan konsumsi gula bebas yang terlalu banyak—bukan akibat mengonsumsi gula yang secara alami terkandung dalam susu atau buah.</p>
<p>Karenanya, kita direkomendasikan untuk membatasi asupan gula bebas agar tidak melebihi <a href="http://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sugars_intake/en/">10% kalori harian</a>. Bagi orang dewasa rata-rata, ini berarti 50g atau sedikit lebih banyak dari kandungan gula dalam sekaleng soda atau minuman ringan. </p>
<p>Diperkirakan, orang Australia mendapatkan <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/by%20Subject/4364.0.55.011%7E2011-12%7EMain%20Features%7EHow%20much%20sugar%20was%20consumed%3f%7E8">60% (65g) asupan gula</a> dari gula bebas. </p>
<p>Makanan yang merupakan sumber gula bebas, seperti jus, minuman ringan, biskuit dan permen, kerap kali mengandung kalori tinggi namun rendah nilai gizi yang lain. Amat mudah mengonsumsi makanan seperti ini ketimbang buah segar, dan mereka juga bisa jadi mengganti makanan bergizi lainnya dalam pola makan.</p>
<p>Ambil contoh sebotol jus buah—untuk mendapatkan kandungan gula yang sama dengan jus ini, kita perlu memakan enam jeruk utuh. Dan karena buahnya sudah dalam bentuk jus, maka ia sudah termasuk dalam batas gula bebas harian.</p>
<p>Kalori yang didapat dari minuman bergula kerap jadi tambahan kalori yang kita dapat dari makanan, sehingga lama-kelamaan menyebabkan kenaikan berat badan.</p>
<p>Memakan buah kering dalam jumlah banyak juga bukanlah ide bagus jika kita sedang membatasi asupan gula. Melalui proses pengeringan, gizi yang ada jadi terkonsentrasi. Aprikot kering, misalnya, mengandung gula enam kali lebih banyak (40g per 100g) ketimbang aprikot segar (6g per 100g).</p>
<h2>Kita perlu makan buah</h2>
<p>Tidak seperti banyak makanan lain yang tinggi kadar gula bebasnya, buah-buahan mengandung beragam gizi yang membantu pola makan seimbang bagi kesehatan.</p>
<p>Misalnya saja, buah merupakan sumber serat yang bagus. Pisang mengandung 20-25% (6g) asupan serat harian yang direkomendasikan. Makan serat yang cukup adalah penting untuk melindungi kita dari <a href="https://www.wcrf.org/sites/default/files/Second-Expert-Report.pdf">kanker usus besar</a>. </p>
<p>Sayangnya, banyak orang dewasa di banyak negara hanya mengonsumsi setengah jumlah yang direkomendasikan <a href="https://www.nrv.gov.au/nutrients/dietary-fibre">setiap hari</a> (25g untuk perempuan Australia dan 30g untuk laki-laki).</p>
<p>Serat dalam buah, yang kerap absen dalam banyak makanan dan minuman yang mengandung gula bebas, juga membantu memberi rasa kenyang, sehingga kita makan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S019566630800620X#bib30">lebih sedikit</a>. Penyebabnya belum jelas, tetapi mungkin ada kaitannya dengan volume makanan (terutama ketika dibandingkan dengan cairan) dan proses mengunyah yang terjadi. </p>
<p>Buah juga merupakan sumber bagus untuk gizi lain seperti kalium, yang membantu menurunkan <a href="https://www.nrv.gov.au/nutrients/potassium">tekanan darah</a>, dan flavonoid, yang dapat menurunkan risiko <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11883-013-0368-y">penyakit jantung</a>.</p>
<p><a href="http://www.bmj.com/content/349/bmj.g4490">Terdapat bukti</a> bahwa memakan buah utuh (baik buah saja maupun dikombinasikan dengan sayuran) <a href="http://www.bmj.com/content/349/bmj.g4490">mengurangi kemungkinan</a> kematian akibat kanker, obesitas dan penyakit jantung.</p>
<p>Meski demikian, hanya sekitar <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/by%20Subject/4364.0.55.001%7E2014-15%7EMain%20Features%7EDaily%20intake%20of%20fruit%20and%20vegetables%7E28">50% orang Australia</a> yang memakan setidaknya dua buah-buahan per hari. </p>
<p>Panduan pola makan di dunia kebanyakan menyarankan memakan buah-buahan dan sayur-mayur, dengan titik berat pada sayuran. Untuk mencoba memakan dua buah-buahan <a href="https://www.eatforhealth.gov.au/food-essentials/five-food-groups/fruit">per hari</a> ingatlah bahwa satu buah-buahan bisa berupa sebuah pisang, apel, jeruk, atau dua buah-buahan yang lebih kecil seperti plum, aprikot, atau semangkok anggur atau berries. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-riset-kesehatan-jarang-mempengaruhi-kebijakan-di-indonesia-90767">Mengapa riset kesehatan jarang mempengaruhi kebijakan di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jadi, cobalah untuk mengonsumsi makanan yang tidak mengandung gula tambahan (atau kalau pun ada, hanya sedikit). Dan minumlah air putih, bukan minuman bergula, ketika kita haus.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/94663/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kacie Dickinson menerima dana sebagai Endeavour Research Fellow dari Australian Government Department of Education and Training dan The Foundation for High Blood Pressure Research.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dalam rangka studi PhD, Jodi Bernstein menerima dana sebagai Fellow di CIHR Collaborative Training Program for Public Health Policy, the CIHR Strategic Training Program in Population Intervention for Chronic Disease Prevention, dan menerima dana dari Ontario Graduate Scholarship. Jodi juga merupakan investigator dalam CIHR Sugars and Health Operating Grant dan Centre for Child Nutrition serta Health Public Policy Collaborative Grant.</span></em></p>Kita sering disarankan untuk mengurangi asupan gula. Tapi jangan berarti berhenti makan buah. Makan buah utuh (bukan jus) itu jauh lebih sehat.Kacie Dickinson, Accredited Practising Dietitian; Lecturer in Nutrition and Dietetics, Flinders UniversityJodi Bernstein, PhD Candidate in Nutritional Sciences, University of TorontoLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/946322018-04-10T09:06:43Z2018-04-10T09:06:43ZEnam hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko demensia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/214047/original/file-20180410-560-yu7o5z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Melatih otak itu penting dalam menghindari risiko demensia.</span> <span class="attribution"><span class="source">rawpixel.com/Unsplash</span></span></figcaption></figure><p>Sebuah populasi yang menua mengakibatkan tumbuhnya jumlah orang yang hidup dengan demensia (sebuah istilah yang mencakup beberapa gejala seperti kerusakan ingatan, kebingungan, dan hilangnya kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari).</p>
<p>Penyakit Alzheimer adalah bentuk demensia <a href="https://www.dementia.org.au/about-dementia/types-of-dementia/alzheimers-disease">paling umum</a>, dan mengakibatkan kemunduran kesehatan otak yang progresif. </p>
<p>Di Australia, 425 ribu orang mengidap <a href="https://www.dementia.org.au/statistics">demensia</a>, yang menjadi penyebab kematian <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/by%20Subject/3303.0%7E2016%7EMain%20Features%7EAustralia's%20leading%20causes%20of%20death,%202016%7E3">nomor dua</a> secara umum, dan nomor satu bagi perempuan. </p>
<p>Risiko utama demensia adalah usia tua. Sekitar 30 persen orang berusia di atas 85 tahun di Australia hidup <a href="https://www.dementia.org.au/statistics">dengan demensia</a>. Selain itu, faktor <a href="http://science.sciencemag.org/content/261/5123/921.long">genetika atau keturunan</a> juga punya andil di awal penyakit, tapi lebih kuat pada jenis demensia yang lebih jarang, seperti penyakit Alzheimer dini (yang menyerang <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/expert-reviews-in-molecular-medicine/article/presenilininteracting-proteins/18AE48632AC07669FF98F9D5069D8C68">pada usia muda</a>).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/penyakit-asam-urat-bukan-peradangan-biasa-mengapa-bisa-nyeri-di-sendi-85732">Penyakit asam urat bukan peradangan biasa, mengapa bisa nyeri di sendi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kita memang tidak bisa mengurangi umur atau profil genetis kita, tetapi untungnya ada beberapa gaya hidup yang bisa diubah untuk menurunkan risiko terkena demensia.</p>
<h2>1. Terlibat dalam kegiatan yang merangsang mental</h2>
<p>Pendidikan adalah penentu penting dalam risiko demensia. Seseorang yang mengecap kurang dari <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1474442206705373">10 tahun pendidikan formal</a> punya peluang lebih besar terkena demensia. Mereka yang tidak lulus <a href="http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(17)31363-6/fulltext">SMP atau sederajat</a> punya risiko paling tinggi.</p>
<p>Tapi jangan panik. Kita masih bisa memperkuat otak kita pada umur berapa pun, melalui prestasi di dunia kerja dan kegiatan bersenang-senang, seperti membaca koran, bermain kartu, atau belajar keahlian atau bahasa baru.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/212881/original/file-20180403-189795-14truua.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Bahkan bermain kartu dapat memperkuat otak kita.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/DYM_vBsosVA">Foto oleh Inês Ferreira dari Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4055506/">latihan berkelompok</a> untuk melatih daya ingat serta strategi memecahkan persoalan dapat meningkatkan fungsi kognitif jangka panjang kita. Tetapi hasil yang sama belum tentu didapati lewat “latihan otak” yang ada di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436397/">program komputer</a> karena kegiatan yang merangsang mental dalam kondisi berkelompok/sosial mungkin juga menyumbang keberhasilan latihan kognitif.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tanpa-tujuh-organ-tubuh-ini-anda-tetap-bisa-hidup-85804">Tanpa tujuh organ tubuh ini, Anda tetap bisa hidup</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>2. Menjaga hubungan sosial</h2>
<p>Hubungan sosial yang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S156816371500046X">lebih sering</a> (misalnya mengunjungi teman atau saudara atau mengobrol di telepon) punya kaitan dengan risiko demensia yang lebih rendah. Sebaliknya, rasa kesepian dapat meningkatkan risiko demensia.</p>
<p>Keterlibatan yang lebih besar dalam kegiatan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3025284/">kelompok atau komunitas</a> juga punya hubungan dengan risiko yang lebih rendah. Yang menarik adalah, jumlah teman tidak terlalu <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S156816371500046X">relevan</a> dibanding frekuensi hubungan dengan orang lain. </p>
<h2>3. Menjaga berat dan kesehatan jantung</h2>
<p>Ada kaitan erat antara kesehatan otak dan jantung. Tekanan darah tinggi dan obesitas, terutama pada usia pertengahan, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3647614/">meningkatkan risiko</a> demensia. </p>
<p>Ketika digabung, dua kondisi ini berperan dalam <a href="http://www.thelancet.com/journals/laneur/article/PIIS1474-4422(11)70072-2/fulltext">lebih dari 12%</a> kasus demensia. </p>
<p>Dalam analisis data terhadap lebih dari 40 ribu pasien, mereka yang mengidap <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22372522">diabetes tipe 2</a> punya kemungkinan dua kali lebih tinggi terkena demensia ketimbang orang yang sehat.</p>
<p>Menjaga atau membalikkan kondisi ini dengan obat-obatan atau diet dan latihan fisik amatlah penting dalam mengurangi risiko demensia.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/212887/original/file-20180403-189804-waow1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Latihan fisik memberi perlindungan pada kesehatan jantung dan diabetes, juga kemunduran kognitif.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/G8OyN_tOIwY">Photo oleh chuttersnap di Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Berlatih lebih sering</h2>
<p>Aktivitas fisik telah terbukti melindungi kita dari <a href="https://health.gov/paguidelines/second-edition/report.aspx">kemunduran kognitif</a>. Dari data yang dikombinasikan dari 33 ribu orang lebih, mereka yang aktif secara fisik punya risiko kemunduran kognitif <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/j.1365-2796.2010.02281.x">38% lebih rendah</a> dibanding mereka yang tidak. </p>
<p>Berapa persisnya jumlah latihan yang cukup untuk menjaga kemampuan kognitif masih <a href="http://bjsm.bmj.com/content/51/8/636">diperdebatkan</a>. Tetapi ulasan studi <a href="http://bjsm.bmj.com/content/52/3/154.long">baru-baru ini</a> yang mempelajari dampak berlatih selama sekurang-kurangnya empat minggu, menyarankan satu sesi latihan harus berlangsung tak kurang dari 45 menit dengan beban sedang hingga tinggi. </p>
<p>Ini artinya kita harus berkonsentrasi betul ketika berlatih, tidak bisa mengobrol. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ketika-berat-kita-berkurang-ke-mana-larinya-lemak-tubuh-yang-kita-buang-93790">Ketika berat kita berkurang, ke mana larinya lemak tubuh yang kita buang?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada umumnya, orang Australia tidak memenuhi target <a href="http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/content/health-pubhlth-strateg-phys-act-guidelines#apaadult">150 menit</a> aktivitas fisik per minggu.</p>
<h2>5. Berhenti merokok</h2>
<p>Merokok berbahaya bagi kesehatan jantung, dan bahan kimia yang terdapat di sebatang rokok memicu peradangan dan perubahan pembuluh otak. </p>
<p>Merokok juga bisa memicu <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11065-007-9035-9">stres oksidatif</a>, yakni rusaknya sel tubuh kita akibat bahan kimia yang disebut radikal bebas. Proses ini punya andil dalam <a href="http://www.alzheimersanddementia.com/article/S1552-5260(14)00137-X/fulltext">pembentukan demensia</a>. </p>
<p>Syukurlah, tingkat merokok di Australia sudah menurun dari <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/mediareleasesbyCatalogue/E6DE72422D16BBB4CA258130001536C2?OpenDocument">28% ke 16%</a> sejak 2001.</p>
<p>Terdapat risiko demensia yang lebih tinggi pada <a href="https://academic.oup.com/aje/article/166/4/367/96440">perokok</a> ketimbang orang yang tidak merokok atau mantan perokok, yang memberi kita alasan untuk meninggalkan rokok sama sekali. </p>
<h2>6. Mencari pertolongan kala depresi</h2>
<p>Sekitar satu juta orang Australia saat ini hidup dengan <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/mf/4326.0">depresi</a>. Ketika kita depresi, beberapa perubahan terjadi <a href="https://www.nature.com/articles/nrneurol.2011.60">dalam otak</a> yang dapat mempengaruhi risiko demensia. Kadar hormon stres kortisol yang tinggi telah dihubungkan dengan penyusutan area otak yang penting bagi memori/ingatan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/212893/original/file-20180403-189830-2zo27n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/212893/original/file-20180403-189830-2zo27n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/212893/original/file-20180403-189830-2zo27n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/212893/original/file-20180403-189830-2zo27n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=355&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/212893/original/file-20180403-189830-2zo27n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/212893/original/file-20180403-189830-2zo27n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/212893/original/file-20180403-189830-2zo27n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=446&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tekanan darah tinggi dapat menaikkan risiko demensia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/w9YHKTK-wLo">Photo oleh rawpixel.com di Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Panyakit yang merusak pembuluh darah juga telah diamati dalam depresi dan demensia. Peneliti mengatakan, stres oksidatif jangka panjang dan peradangan dapat menyumbang andil pada <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0278584616300070">kedua kondisi tersebut</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/masuk-angin-kerokan-saja-82161">Masuk angin? Kerokan saja</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebuah studi yang berlansung selama <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamapsychiatry/article-abstract/2627700?redirect=true">28 tahun</a> terhadap lebih dari 10 ribu orang menemukan bahwa risiko demensia hanya meningkat pada mereka yang mengalami depresi dalam kurun waktu 10 tahun sebelum diagnosis.</p>
<p>Kemungkinannya, depresi di usia lanjut dapat mencerminkan gejala awal demensia.</p>
<p>Kajian lain <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22566581">telah menunjukkan</a> bahwa mengalami depresi sebelum umur 60 meningkatkan risiko demensia, jadi Anda sangat disarankan mencari pertolongan/perawatan ketika depresi.</p>
<h2>Beberapa hal lain yang perlu diingat</h2>
<p>Mengurangi faktor risiko demensia tidak serta-merta menjamin Anda tidak akan terkena demensia. Tetapi pada level populasi, lebih sedikit orang akan terdampak. Perkiraan terbaru mengatakan bahwa maksimum 35 persen dari semua <a href="http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(17)31363-6/fulltext">kasus demensia</a> mungkin disebabkan oleh faktor risiko yang ditulis di atas.</p>
<p>Angka ini juga mencakup perawatan kehilangan pendengaran, meski <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamaotolaryngology/fullarticle/2665726">bukti</a> untuk ini belum terlalu kuat.</p>
<p>Dampak <a href="http://n.neurology.org/content/89/12/1244">gangguan tidur</a> dan <a href="http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(17)31363-6/fulltext">diet</a> terhadap risiko demensia makin dianggap penting, dan akan lebih dipertimbangkan ketika makin banyak lagi bukti yang mengatakan demikian. </p>
<p>Demensia memang kerap dianggap sebagai penyakit orang lanjut usia, tetapi sesungguhnya proses berbahaya bisa terjadi di otak selama <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S235287371500013X">berpuluh-puluh tahun</a> sebelum demensia muncul.</p>
<p>Ini artinya, <em>sekaranglah</em> waktu yang tepat untuk bertindak guna mengurangi risiko demensia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/94632/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Helen Macpherson menerima dana dari National Health and Medical Research Council (NHMRC), the Australian Research Council (ARC) dan Dementia Australia Research Foundation.</span></em></p>Kita memang tidak bisa mengurangi umur atau profil genetis, tetapi untungnya kita bisa mengubah gaya hidup untuk mengurangi risiko demensia.Helen Macpherson, Research Fellow, Institute for Physical Activity and Nutrition, Deakin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/937902018-03-27T08:34:34Z2018-03-27T08:34:34ZKetika berat kita berkurang, ke mana larinya lemak tubuh yang kita buang?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/212159/original/file-20180327-109172-1827z3k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tenang saja, 98 persen ahli kesehatan yang kami survei juga tidak tahu.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Banyak orang tergila-gila dengan “fad diet” yang menjanjikan penurunan berat badan secara singkat, tetapi tak banyak yang tahu bagaimana caranya sekilo lemak lenyap dari tubuh Anda.</p>
<p>Bahkan 150 dokter, ahli diet, dan pelatih pribadi yang kami survei juga menunjukkan <a href="http://www.bmj.com/content/349/bmj.g7257">kesenjangan dalam pengetahuan kesehatan mereka</a>. Sejauh ini kesalahan konsep yang paling lazim adalah lemak berubah menjadi energi. Teori ini bermasalah karena menyalahi hukum kekekalan massa yang berlaku pada semua reaksi kimia.</p>
<p>Sebagian responden mengira lemak berubah menjadi otot (mustahil). Sedangkan sebagian lainnya beranggapan, lemak keluar lewat kotoran. Hanya tiga dari responden kami yang menjawab tepat. </p>
<p>Artinya, 98% profesional kesehatan dalam survei kami tidak bisa menjelaskan cara kerja penurunan berat badan.</p>
<p>Jadi kalau bukan jadi energi, otot atau keluar lewat kotoran, ke mana perginya lemak?</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/gizi-buruk-pada-balita-di-ntt-mengapa-sulit-diakhiri-91841">Gizi buruk pada balita di NTT, mengapa sulit diakhiri?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Fakta-fakta mencerahkan tentang metabolisme lemak</h2>
<p>Jawaban yang tepat adalah lemak diubah menjadi karbon dioksida dan air. </p>
<p>Karbon dioksidanya kita keluarkan ketika bernapas, sedangkan airnya bercampur dalam sirkulasi tubuh sampai ia keluar sebagai urine atau keringat.</p>
<p>Misalkan Anda kehilangan 10 kg lemak, maka persis 8,4 kg akan keluar melalui paru-paru Anda dan 1,6 kg sisanya berubah menjadi air. Dengan kata lain, hampir semua berat yang kita hilangkan dibuang keluar.</p>
<p>Mungkin banyak yang terkejut, tetapi memang nyaris semua yang kita makan bakal keluar lagi lewat paru-paru. Setiap karbohidrat yang Anda cerna dan hampir semua lemak diubah menjadi karbon dioksida dan air. Hal yang sama berlaku bagi alkohol.</p>
<p>Protein juga bernasib yang sama, kecuali sebagian kecil protein yang berubah menjadi urea dan zat padat lainnya, yang Anda keluarkan sebagai kencing.</p>
<p>Satu-satunya benda yang sampai ke usus besar tanpa dicerna dan utuh adalah serat makanan (seperti jagung). Selain itu, bakal terserap ke dalam aliran darah dan organ tubuh itu. Kemudian, mereka tetap di situ sampai kita menguapkannya melalui napas.</p>
<h2>Kilogram yang masuk versus kilogram yang keluar</h2>
<p>Kita semua belajar teori “energi yang masuk setara dengan energi yang keluar” di sekolah menengah. Tetapi energi adalah konsep yang sangat membingungkan, bahkan di kalangan profesional kesehatan dan ilmuwan yang <a href="http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/10408363.2012.712904">mengkaji obesitas</a>.</p>
<p>Alasan kita mendapatkan atau kehilangan berat badan sebetulnya tidak terlalu misterius jika kita juga menghitung semua kilogram, bukan hanya kilojoule atau kalori.</p>
<p>Menurut <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/by%20Subject/4364.0.55.007%7E2011-12%7EMain%20Features%7EMacronutrients%7E703">angka</a> terakhir, orang Australia mengonsumsi 3,5 kg makanan dan minuman setiap hari. Dari jumlah itu, 415 gram adalah makronutrien padat, 23 gram adalah serat dan 3 kg selebihnya adalah air.</p>
<p>Yang tidak dilaporkan dalam angka-angka itu adalah kita juga menghirup lebih dari 600 gram oksigen, dan angka ini tak kalah pentingnya untuk ukuran lingkar pinggang kita.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/206794/original/file-20180216-50530-9yu66f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Berjalan kaki meningkatkan laju metabolisme istirahat kita sebanyak 300%.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/perawat-migran-indonesia-di-jepang-gajinya-tinggi-apakah-mereka-bahagia-90841">Perawat migran Indonesia di Jepang gajinya tinggi, apakah mereka bahagia?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika Anda memasukkan 3,5 kg makanan dan air ke dalam tubuh Anda, plus 600 gram oksigen, maka 4,1 kg yang masuk itu harus dikeluarkan lagi kalau Anda tidak mau berat badan bertambah. </p>
<p>Jika Anda ingin berat badan berkurang, maka lebih dari 4,1 kg yang harus hilang. Bagaimana caranya?</p>
<p>415 gram karbohidrat, lemak, protein, dan alkohol yang setiap hari dikonsumsi sebagian besar orang Australia akan menghasilkan persis 740 gram karbon dioksida plus 280 gram air (sekitar satu cangkir), kurang lebih 35 gram urea dan zat-zat padat lain yang dibuang sebagai urine.</p>
<p>Laju metabolisme istirahat (laju tubuh menggunakan energi ketika tidak sedang bergerak) seseorang dengan bobot sekitar 75 kg menghasilkan kurang lebih 590 karbon dioksida setiap harinya. Tak ada pil atau jamu yang bisa Anda beli untuk menambah angka ini, betapapun <a href="https://theconversation.com/five-supplements-that-claim-to-speed-up-weight-loss-and-what-the-science-says-89856">meyakinkannya klaim yang mungkin Anda dengar</a>. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/makanan-yang-dapat-menurunkan-risiko-penyakit-jantung-87370">Makanan yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tapi tenang, kita ini mengembuskan 200 gram karbon dioksida saat tidur lelap setiap malam, sehingga kita sebenarnya sudah mengeluarkan seperempat target harian bahkan sebelum bangun dari tempat tidur.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=335&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=335&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=335&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=421&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=421&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/206732/original/file-20180216-131000-1uzqxfh.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=421&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Nasib metabolik rata-rata asupan harian makanan, air, dan oksigen orang Australia.</span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Sedikit makan, lebih banyak mengeluarkan</h2>
<p>Kalau memang lemak berubah menjadi karbon dioksida, apakah berarti kita cukup bernapas lebih sering untuk menurukan berat badan? Sayangnya tidak. </p>
<p>Menghirup dan mengembuskan napas lebih dari yang diperlukan (hiperventilasi) hanya akan membuat Anda pusing, atau malah pingsan. Satu-satunya cara meningkatkan jumlah karbon dioksida yang diproduksi tubuh Anda adalah menggerakkan otor-otot Anda.</p>
<p>Tapi kabar baik. Laju metabolisme kita meningkat lebih dari dua kali saat kita berdiri dan berganti-ganti pakaian meningkatkan lebih dari dua kali lipat laju metabolisme. Dengan kata lain, hanya dengan mencobai pakaian selama 24 jam Anda sudah melepas lebih dari 1.200 gram karbon dioksida.</p>
<p>Yang ini lebih realistis: berjalan-jalan meningkatkan tiga kali lipat laju metabolisme Anda, begitu pula <a href="https://sites.google.com/site/compendiumofphysicalactivities/home">memasak, menyedot debu, dan menyapu</a>.</p>
<p>Metabolisme 100 gram lemak mengkonsumsi 290 gram oksigen dan menghasilkan 280 gram karbon dioksida plus 110 gram air. Apa yang Anda makan tidak bisa mengubah angka ini.</p>
<p>Oleh karena itu, untuk menghilangkan 100 gram lemak dari tubuh, Anda harus mengembuskan 280 gram karbon dioksida di samping apa yang Anda produksi dengan menguapkan semua makanan Anda, apa pun itu.</p>
<p>Jika Anda memakan makanan yang menyuplai lebih sedikit “bahan bakar” daripada yang Anda bakar, maka secara efektif berat badan akan berkurang. Dan sekarang Anda sudah mengetahui cara kerjanya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/93790/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ruben Meerman adalah pengarang buku Big Fat Myths: When you lose weight, where does the fat go? (Ebury Books)</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Andrew Brown tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Hampir semua berat badan yang kita kurangi, kita embuskan ke udara.Ruben Meerman, Assistant scientist, UNSW SydneyAndrew Brown, Professor and Head, School of Biotechnology and Biomolecular Sciences, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/850202017-10-05T09:02:09Z2017-10-05T09:02:09ZFakta atau mitos—apakah gula bikin kecanduan?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/188951/original/file-20171005-9753-upw3cz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gula mengaktifkan sistem di otak, sama seperti zat yang membuat kecanduan seperti nikotin dan kokain, Artinya, mengonsumsi gula membuat kita ingin makan lagi dan lagi. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Sebagian dari kita tentu bisa mengatakan bahwa kita suka makan yang manis-manis. Entah itu kue, cokelat, kue kering, permen, atau minuman ringan, dunia kita dipenuhi kesenangan-kesenangan manis nan memikat. Kadang-kadang terlalu sulit untuk menahan diri dari mengonsumsi makanan-makanan tersebut.</p>
<p>Di Australia, penduduknya mengonsumsi rata-rata 60 gram (14 sendok teh) <a href="http://www.news.com.au/lifestyle/health/diet/new-abs-data-reveals-how-much-sugar-australians-really-consume/news-story/979263910569a4c55bb0051551bdce1a">gula pasir (dari tebu) per hari</a>. Konsumsi gula berlebihan adalah kontributor utama <a href="https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/sugar">naiknya tingkat obesitas</a> di Australia dan di seluruh dunia. </p>
<p>Mengonsumsi makanan yang mengandung gula sudah menyatu dengan gaya hidup dan rutinitas kita. Sesendok gula menjadikan kopi Anda terasa lebih enak dan hidangan penutup terasa bagai bagian terbaik makan malam. Jika Anda pernah berusaha mengurangi gula, barangkali Anda tahu betapa sulitnya itu. Bagi sebagian orang hal itu bahkan sama sekali mustahil. Ini menggiring pada pertanyaan: bisakah kita kecanduan gula?</p>
<h2>Gula mengaktifkan sistem imbalan otak</h2>
<p>Makanan manis menarik hasrat kita karena dampak kuat gula terhadap sistem imbalan (<em>reward system</em>) dalam otak yang disebut <a href="http://alcoholrehab.com/addiction-articles/mesolimbic-dopamine-system/">sistem dopamin mesolimbik</a>. Ketika kita menghadapi sesuatu yang layak mendapat imbalan, sel saraf akan melepas zat kimia yang mengirim pesan (<em>neurotransmitter</em>) yang mengandung <a href="https://www.psychologytoday.com/basics/dopamine">dopamin</a> ke sistem.</p>
<p>Narkoba seperti kokain, amfetamin, dan nikotin <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-dopamine-and-is-it-to-blame-for-our-addictions-51268">membajak sistem otak ini</a>. Aktivasi sistem ini menyebabkan peningkatan perasaan imbalan yang dapat menimbulkan rasa sangat membutuhkan atau kecanduan. Dengan demikian narkoba <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15987666">maupun gula</a> mengaktifkan sistem imbalan yang sama di dalam otak, menyebabkan pelepasan dopamin. </p>
<p>Rangkaian kimia ini diaktifkan oleh imbalan dan respons alami yang sangat penting bagi kelangsungan spesies, seperti makan sajian lezat, makanan dengan kandungan energi tinggi, berhubungan seks, dan bergaul secara sosial. Mengaktifkan sistem ini membuat Anda ingin melakukan respons itu lagi, karena rasanya menyenangkan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/157779/original/image-20170221-18630-247pbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sistem otak kita mendorong kita melakukan aktivitas-aktivitas yang akan melanjutkan keberadaan spesies kita—seperti makan makanan berenergi tinggi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kriteria bagi penggunaan zat yang menyebabkan gangguan dalam <a href="https://www.psychiatry.org/psychiatrists/practice/dsm">Panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental</a> (DSM 5) mengutip beragam problem yang timbul ketika kita kecanduan suatu zat. Problem-problem itu meliputi ketagihan, penggunaan terus-menerus walaupun ada konsekuensi negatif, berusaha meninggalkan tetapi tidak bisa, toleransi, dan <em>sakaw</em>. </p>
<p>Walaupun makanan mengandung gula mudah diperoleh, konsumsi berlebihan bisa menimbulkan sejumlah persoalan yang sama dengan kecanduan. Sehingga tampaknya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2235907/">gula mungkin memiliki kualitas adiktif</a>. Tidak ada bukti konkret yang menghubungkan gula dengan sistem kecanduan/ketagihan pada manusia hingga belakangan ini, tetapi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2235907/">berbagai studi dengan menggunakan tikus</a> menunjukkan adanya kemungkinan itu. </p>
<h2>Daya tarik yang manis-manis</h2>
<p>Dopamin memiliki peran penting dalam otak, mengarahkan perhatian kita pada segala sesuatu dalam lingkungan seperti makanan mengundang selera yang terkait dengan perasaan imbalan. Sistem dopamin menjadi aktif mengharapkan rasa kesenangan.</p>
<p>Ini artinya perhatian kita bisa ditarik ke kue dan cokelat ketika kita sebetulnya sedang tidak lapar, membangkitkan keinginan yang kuat. Rutinitas kita bahkan bisa menyebabkan keinginan yang sangat pada gula. Secara tidak sadar kita bisa menginginkan sebatang cokelat atau minuman berkarbonasi di sore hari jika itu merupakan bagian normal dari kebiasaan sehari-hari kita. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/fakta-atau-mitos-apakah-gula-bikin-kecanduan-85020">Makanan yang dapat menurunkan risiko penyakit jantung</a></em></p>
<hr>
<h2>Toleransi gula</h2>
<p>Akivasi berulang-ulang sistem imbalan dopamin, misalnya dengan mengonsumsi banyak makanan mengandung gula, menyebabkan otak beradaptasi dengan seringnya stimulasi sistem imbalan. Ketika kita menikmati makanan-makanan tersebut secara teratur, sistem itu mulai berubah untuk mencegahnya menjadi terstimulasi secara berlebihan. Secara khusus, reseptor-reseptor dopamin mulai melakukan proses <a href="http://www.psychiatrictimes.com/neuropsychiatry/dopamine-receptors-human-brain"><em>downregulation</em> atau pengurangan diri</a>.</p>
<p>Karena reseptor yang harus diikat dopamin menjadi semakin sedikit, maka ketika kemudian kita memakan makanan tersebut, efeknya menjadi tumpul. Semakin banyak gula yang dibutuhkan ketika kita makan selanjutnya untuk mendapatkan perasaan imbalan yang sama. </p>
<p>Ini sama dengan toleransi dalam kecanduan narkoba, dan menyebabkan peningkatan konsumsi. Konsekuensi-konsekuensi negatif dari konsumsi tak terkendali makanan-makanan bergula meliputi pertambahan berat tubuh, gigi berlubang, dan gangguan metabolis termasuk diabetes tipe-2.</p>
<h2>Meninggalkan gula bisa menyebabkan ‘sakaw’</h2>
<p>Gula bisa mencengkeramkan pengaruh kuatnya atas perilaku kita, sehingga sangat sulit menyingkirkannya dari makanan kita. Dan berhenti memakan makanan berkadar gula tinggi secara mendadak menyebabkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12055324">withdrawal effect atau ‘sakaw’</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/157780/original/image-20170221-18635-9xm7p4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gula bisa memicu respons adiktif sama seperti narkotik. .</span>
<span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Lamanya gejala ‘sakaw’ yang sangat tidak mengenakkan menyusul “detoksifikasi” gula bervariasi. Ada orang yang dengan cepat menyesuaikan diri untuk berfungsi tanpa gula, tetapi ada juga orang yang mungkin mengalami keinginan kuat sangat menyiksa dan luar biasa sulit menahan godaan makanan bergula.</p>
<p>Gejala-gejala ketagihan dianggap merupakan faktor-faktor kepekaan individual terhadap gula maupun <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21768998">penyesuaian ulang sistem dopamin</a> terhadap suatu eksistensi tanpa gula. Penurunan sementara tingkat dopamin dipandang menyebabkan banyak gejala psikologis termasuk keinginan luar biasa, terutama bila lingkungan kita penuh dengan godaan yang manis-manis yang harus Anda lawan. </p>
<h2>Mengapa meninggalkan gula?</h2>
<p>Menyingkirkan gula dari makanan Anda barangkali tidak mudah, karena begitu banyak makanan yang diproses (<em>processed food</em>) dan makanan cepat saji menambahkan gula yang tersembunyi dalam komposisinya. Beralih dari gula ke pemanis (Stevia, aspartam, sukralose) bisa menurunkan kalori, tetapi tetap saja mengumpani kecanduan pada yang manis-manis. Sama halnya dengan “pengganti” gula seperti agave, sirup beras, madu, dan fruktosa; mereka tak lebih dari gula yang menyamar, dan mengaktifkan sistem imbalan otak sama cepatnya dengan gula pasir.</p>
<p>Secara fisik, menyingkirkan gula dari makanan Anda bisa <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1467-789X.2003.00102.x/full">membantu menurunkan berat badan</a>, <a href="http://europepmc.org/abstract/med/21916275">mengurangi jerawat</a>, dan bisa menghilangkan kelesuan pukul tiga sore di tempat kerja dan sekolah yang Anda alami. Dan jika Anda mengurangi konsumsi gula, makanan-makanan mengandung gula yang tadinya dikonsumsi berlebihan bisa terasa kelewat manis karena penyesuaian pengecap kemanisan Anda, dan itu sudah cukup untuk menjauhi konsumsi berlebihan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/85020/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Amy Reichelt menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p>Pernah berusaha mengurangi gula? Anda pasti tahu betapa susahnya. Apa benar kita bisa kecanduan gula?Amy Reichelt, Lecturer, ARC DECRA, RMIT UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/847082017-09-29T09:39:00Z2017-09-29T09:39:00ZMengapa saat diet kita justru mengidamkan makanan tak sehat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/187544/original/file-20170926-22303-l1rzir.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/health-unhealth-food-eat-brain-human-587341892"> Lemberg Vector studio/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Setengah dari orang dewasa di Inggris sedang berusaha <a href="http://www.mintel.com/press-centre/social-and-lifestyle/dieting-in-2014-you-are-not-alone">menurunkan berat badan</a> dengan mengendalikan asupan kalori mereka tiap tahun. Tapi sayangnya, menurunkan berat badan tak semudah membalik telapak tangan (atau menolak tawaran biskuit atau memilih makan salad). Bahkan orang-orang yang berhasil menjalani diet pun mengakui bahwa ini hal <a href="http://psycnet.apa.org/psycinfo/2000-13545-001">yang sulit dilakukan</a>. </p>
<p>Walau tekad kita kuat, mengapa diet itu berat? Mengapa rasa lapar itu seolah tidak bisa dikendalikan?</p>
<h2>1. Sinyal kehadiran makanan</h2>
<p>Kita semua pasti pernah mengalami kejadian ini. Ketika kita berjalan melalui lorong penuh makanan di supermarket, atau mencium aroma sesuatu yang lezat, air liur kita sepertinya langsung menetes, tak peduli kandungan kalori atau nutrisi makanan itu. Godaan makanan seperti ini mungkin sulit diabaikan dan bukan hanya ditimbulkan oleh rasa atau bau, tapi juga oleh iklan atau logo makanan.</p>
<p>Ketika lapar, hormon <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22483361">ghrelin merangsang otak</a>, sehingga kita lebih memperhatikan sinyal-sinyal makanan. Para periset juga menemukan bahwa saat lapar, otak kita lebih memberi perhatian pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27693488">sinyal makanan tak sehat</a> (yang tinggi kandungan gula dan lemak). </p>
<p>Dalam beberapa penelitian, para responden diperlihatkan gambar-gambar makanan berkalori tinggi. Hasilnya, sinyal makanan itu menyebabkan <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/british-journal-of-nutrition/article/how-does-food-cue-exposure-lead-to-larger-meal-sizes/03DCA1B1EA16AD75BE809F1B3075E3B4">respons nafsu makan</a> seperti mengidam, meningkatnya air liur, dan keinginan untuk makan.</p>
<p>Semua ini menunjukkan bahwa kehadiran atau pertanda dari makanan berkalori tinggi amat mungkin mempersulit perjuangan orang-orang yang ingin menurunkan berat badan, apalagi jika mereka jadi lapar gara-gara diet itu.</p>
<p>Meski demikian, tubuh kita sebenarnya bisa dilatih untuk mengabaikan godaan makanan. Dalam sebuah penelitian, para responden yang diajarkan cara mengabaikan sinyal makanan berkalori tinggi ternyata <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0195666311004259?via%3Dihub">mengonsumsi kudapan lebih sedikit</a> ketimbang mereka yang dilatih untuk memperhatikan sinyal tersebut.</p>
<h2>2. Makanan terlarang itu lebih menggoda</h2>
<p>Ketika berdiet, kita harus “mengorbankan” makanan-makanan enak dalam rangka mengurangi asupan kalori. Tapi jika diminta menghindari makanan yang kita sukai, menurut peneliti justru kita akan lebih <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0195666311004259">mengidamkannya</a>, ketimbang jika kita tidak dilarang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/179169/original/file-20170721-18090-1pi5o80.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/179169/original/file-20170721-18090-1pi5o80.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/179169/original/file-20170721-18090-1pi5o80.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/179169/original/file-20170721-18090-1pi5o80.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/179169/original/file-20170721-18090-1pi5o80.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/179169/original/file-20170721-18090-1pi5o80.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/179169/original/file-20170721-18090-1pi5o80.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Segigit saja…</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/woman-eating-near-refrigerator-566250478?src=ID7UQByfsleJe4HSCWMdXw-2-24">Andrey_Popov/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada studi lain, para responden penikmat cokelat diminta berhenti makan cokelat selama seminggu. Mereka merasa gambar cokelat dan makanan berkalori tinggi lainnya jadi lebih <a href="http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0085679">memikat</a>. Ketika berhenti makan cokelat, mereka justru semakin ingin melahap makanan berkalori tinggi. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/pola-makan-clean-eating-justru-dapat-merusak-kesehatan-anak-82996">Pola makan ‘clean eating’ justru dapat merusak kesehatan anak</a></em></p>
<hr>
<p>Selain itu, dalam riset yang lain, para responden diminta mencicipi makanan terlarang. Mereka yang kekurangan makanan tak sehat justru akan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18342989">mengonsumsi lebih banyak kalori</a>. </p>
<p>Ketika orang yang berdiet berupaya menghindari makanan yang mereka sukai, respons kognitif dan perilaku mereka justru menciptakan godaan yang lebih kuat.</p>
<h2>3. Efek “ah sudah terlanjur”</h2>
<p>Ketika kita ingin mengurangi berat badan, pilihan makanan kita (dan waktu memakannya) biasanya dibatasi oleh aturan-aturan diet. Nah, aturan diet yang kaku bisa mengundang masalah, karena perilaku makan yang tidak didasarkan pada sinyal psikologis rasa lapar mungkin saja dapat menyebabkan <em>overeating</em> alias <a href="http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.499.7917&rep=rep1&type=pdf">kebanyakan makan</a>. </p>
<p>Ada masalah lain yang menyangkut diet, yakni tak peduli sekecil apa pun kita melanggarnya, diet kita bisa bubar seluruhnya (padahal kita cuma makan sepotong kecil kue, misalnya). Para periset menyebut ini “<a href="https://www.psychologytoday.com/blog/changepower/201111/beware-the-what-the-hell-effect-especially-holidays">what-the-hell effect</a>” yang telah dibuktikan dalam beberapa <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1467-6494.1975.tb00727.x/abstract;jsessionid=26FFE846C3FB21970B47C4E042C1710B.f03t01?userIsAuthenticated=false&deniedAccessCustomisedMessage=">eksperimen laboratorium</a>. </p>
<p>Secara konsisten, beberapa penelitian membuktikan bahwa orang-orang yang sedang berdiet dan memakan kudapan berkalori tinggi (sehingga melanggar diet) justru akan mengonsumsi kalori lebih banyak lagi saat makan, ketimbang mereka yang merasa tidak melanggar aturan diet.</p>
<p>Pada kenyataannya, mengonsumsi beberapa kalori ekstra memang belum tentu berdampak langsung pada diet. Tapi “kegagalan” menjaga diet dapat memiliki dampak psikologis yang lebih besar, seperti memicu rasa bersalah dan stres, yang berujung pada <a href="http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/08870446.2014.960414?scroll=top&needAccess=true">kebanyakan makan</a>. </p>
<p>Jadi apa yang bisa dipelajari dari sini? Diet yang mengharuskan Anda mengikuti aturan kaku atau melarang Anda makanan yang Anda sukai sepertinya lebih bermasalah, karena mereka justru meningkatkan risiko kebanyakan makan. Mungkin lebih berguna jika orang-orang yang berdiet mengakui fakta bahwa manusia itu sudah dari sananya terpikat dengan makanan berkalori tinggi, yang justru lebih menggoda di saat kita sedang lapar. </p>
<p>Meningkatnya angka obesitas membuat makin banyak orang berdiet guna mengurangi berat badan. Namun demikian, tidak ada pola makan yang sempurna dalam menolong kita meraih tujuan kesehatan. Memahami cara kerja otak, dan mengenali dampak psikologis diet mungkin membantu kita <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22023231">mengendalikan diri</a> saat menghadapi godaan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84708/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Heidi Seage tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Memahami cara otak merespons makanan mungkin saja adalah kunci keberhasilan diet kita.Heidi Seage, Lecturer in Psychology, Cardiff Metropolitan UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/845172017-09-22T10:48:58Z2017-09-22T10:48:58ZAngka tidak berdusta: pria memang bertambah gemuk setelah menikah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/187159/original/file-20170922-17267-rif6v3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bagi pria menikah yang ingin menghindari kenaikan indeks massa tubuh, mereka harus memperhatikan motivasi, perilaku, dan kebiasaan makan mereka.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Ketika menikah, biasanya pasangan berjanji untuk setia sehidup-semati. Menemani saat suka dan duka. Tetapi yang jarang mereka ketahui adalah, menikah dapat juga mempengaruhi <em><a href="http://www.nhs.uk/livewell/loseweight/pages/bodymassindex.aspx">body mass index</a></em> atau indeks massa tubuh (IMT). </p>
<p>Pengantin baru mungkin merasakan adanya peningkatan lingkar pinggang. Dan <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953617303349">riset saya</a> menunjukkan, menikah memang membuat pria bertambah gemuk.</p>
<p>Penelitian saya menemukan kaitan antara menikah dan peningkatan berat badan pada pria—yang juga memasukkan faktor kelahiran anak. Rata-rata, pria yang menikah memiliki IMT lebih tinggi daripada yang lajang. Mereka rata-rata lebih berat 1,4 kilogram di timbangan. Tak ada dampak kehamilan istri terhadap IMT pria, tetapi selama beberapa tahun pertama setelah anak lahir, para pria bertambah berat. </p>
<p>Perceraian, di sisi lain, bisa menurunkan berat. Penelitian mencatat pada masa-masa menjelang perceraian dan sesudah perceraian, IMT laki-laki menurun.</p>
<p>Temuan ini mengakhiri kebingungan kita mengenai kemungkinan kaitan antara IMT dan status pernikahan pria. Ada beberapa teori seputar berat badan pria setelah menikah. Temuan saya sepertinya sejalan dengan ide “<a href="http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/019251395016004001"><em>marriage market theory</em></a>” yang mengatakan bahwa pria lajang (yang mencari pasangan hidup) akan lebih berusaha menjaga kebugaran ketimbang pria yang sudah menikah. Ada pula ide lain yang sejalan, “<a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1570677X08000543?via%3Dihub"><em>social obligation theory</em></a>” yang mengatakan bahwa pria makan lebih teratur setelah menikah, dan menghadiri acara-acara sosial yang menghidangkan makanan lezat. </p>
<h2>Persaingan teori</h2>
<p>Mengingat besarnya perhatian publik terhadap obesitas, adalah penting untuk memahami lebih jauh mengenai faktor sosial yang dapat mengakibatkan naik-turunnya berat badan. Perdebatan soal hubungan antara pernikahan dan IMT telah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/labs/articles/28615139/">berlangsung lama</a>, dan ada beberapa pandangan yang saling bertolak belakang mengenai hal ini.</p>
<p>Misalnya, ada <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11150-012-9143-z">beberapa contoh</a> bahwa pasangan yang telah menikah secara umum lebih sehat, karena mendapat manfaat dukungan keluarga dan cenderung tidak terlibat dalam perilaku berisiko. Teori ini dikenal dengan sebutan “<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8816016"><em>marriage protection theory</em></a>”, dan memperkirakan IMT pria menikah justru lebih rendah.</p>
<p>Orang-orang yang menikah juga diperkirakan punya IMT lebih rendah karena “<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8816016"><em>selection theory</em></a>”. Kita semua memilih pasangan hidup berdasarkan sekumpulan karakteristik, termasuk di antaranya adalah seberapa menarik dia. Orang-orang yang bugar lebih <a href="http://www.sciencemag.org/news/2017/01/your-choice-life-partner-no-accident">mungkin dipilih</a> sebagai pasangan hidup. Menurut teori ini, pernikahan tak memiliki dampak pada IMT seseorang, tetapi orang-orang yang memiliki IMT lebih rendah justru lebih mungkin menikah.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/177513/original/file-20170710-29718-1ayakql.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/177513/original/file-20170710-29718-1ayakql.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/177513/original/file-20170710-29718-1ayakql.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/177513/original/file-20170710-29718-1ayakql.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/177513/original/file-20170710-29718-1ayakql.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/177513/original/file-20170710-29718-1ayakql.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/177513/original/file-20170710-29718-1ayakql.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Separuh untukmu, separuh untukku.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/bride-groom-wedding-reception-cutting-cake-323647610?src=66OHGyU4HKM6ISD6GTxCgg-1-70">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di sisi lain, ada beberapa teori yang mengatakan bahwa setelah menikah, orang cenderung “teledor” dan mengalami kenaikan berat badan. Teori “<em>marriage market theory</em>”, misalnya, mengandaikan dunia asmara seperti dunia usaha—kita harus sedikit mempromosikan diri. Teori itu bilang, orang yang melajang dan ingin menikah memiliki motivasi lebih tinggi dan berusaha lebih kuat untuk tetap bugar, ketimbang mereka yang sudah menikah. Tetapi setelah menikah, “tekanan” sebagai jomblo pun hilang, sehingga indeks massa tubuh mereka meningkat. </p>
<p>Teori “<em>social obligation</em>” juga mengatakan bahwa orang-orang yang terikat dalam pernikahan makan lebih teratur (dan lebih berlemak) akibat bertambahnya kehidupan sosial mereka setelah menikah.</p>
<h2>Ganti status, angka di timbangan melonjak</h2>
<p>Dalam rangka memahami semua teori-teori yang ada, saya menganalisis informasi mengenai 8.700 pria heteroseksual di AS sejak 1999 hingga 2013, menggunakan data dari <a href="https://psidonline.isr.umich.edu">Panel Study of Income Dynamics</a>. Di samping variabel sosio-ekonomi yang standar seperti pendidikan, pendapatan, status kerja, dan umur, saya juga berhasil menambahkan perubahan IMT seseorang. </p>
<p>Saya menemukan bahwa pria yang menikah memang memiliki IMT lebih tinggi (setengah poin) dibanding pria yang belum, yang utamanya diakibatkan fluktuasi berat badan sebelum dan sesudah menikah. (Indeks massa tubuh pria juga menurun tepat sebelum dan sesudah bercerai, karena mereka mengubah kebiasaan mereka sesuai “<em>marriage market theory</em>” dan motivasi menjaga ukuran timbangan lagi.)</p>
<p>Temuan saya ini mendukung teori bahwa setelah menikah, kita jadi lebih sering mendatangi acara sosial yang menghidangkan makanan berlemak, atau makan lebih teratur bagi pria.</p>
<p>Secara umum, para ayah dengan anak di bawah umur 19 tahun tidak memiliki IMT lebih tinggi daripada pria yang belum beranak atau para ayah dengan anak lebih tua. Meski demikian, mereka cenderung punya IMT lebih tinggi di tahun-tahun awal setelah kelahiran anak. Para pria yang baru memiliki anak mungkin saja kekurangan waktu untuk berolahraga. Memiliki anak juga mengurangi <a href="http://www.journals.uchicago.edu/doi/abs/10.1086/229613">risiko perceraian</a>, sehingga mereka semakin kehilangan alasan untuk menjaga kebugaran.</p>
<p>Dampak menikah terhadap indeks massa tubuh tidak besar, tapi signifikan secara statistik. Adalah berharga untuk memahami faktor sosial apa yang dapat mempengaruhi naik-turunnya berat badan, terutama hal-hal umum seperti pernikahan dan kelahiran anak. </p>
<p>Menyadari risiko-risiko potensial yang ada dapat membantu kita membuat keputusan dengan informasi lengkap seputar kesehatan. Bagi pria menikah yang ingin menghindari kenaikan indeks massa tubuh, mereka harus memperhatikan betul motivasi, perilaku, dan kebiasaan makan mereka.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84517/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joanna Syrda tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pernikahan rata-rata menambah berat badan para suami sebanyak 1,4 kilogram.Joanna Syrda, Lecturer in Business Economics, University of BathLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.