SMERU is an independent institution for research and public policy studies which professionally and proactively provides accurate and timely information, as well as objective analysis on various socioeconomic and poverty issues considered most urgent and relevant for the people of Indonesia.
The institute has been at the forefront of the research effort to highlight the impact of government programs and policies, and has actively published and reported its research findings. The work expanded to include other areas of applied and economic research that are of fundamental importance to contemporary development issues.
Indonesian researchers developed an Indian-inspired toolkit to assess literacy and numeracy among elementary-level students. The results were worrying.
Akademisi mengatakan pendisiplinan semi-militer dan standardisasi adalah penyebab masih maraknya praktek perpeloncoan. Harus ada perubahan fokus pendidikan menjadi pembangunan aspek kemanusiaan.
Rencana peletakan urusan pemuda di bawah Kementerian Pendidikan dapat menyebabkan tidak optimalnya pembangunan pemuda karena kompleksnya masalah kepemudaan.
Elza Samantha Elmira, SMERU Research Institute and Ridho Al Izzati, SMERU Research Institute
Anak-anak yang stunting cenderung memiliki capaian pendidikan yang lebih rendah, pendapatan yang lebih rendah dan kemungkinan untuk jatuh dalam kemiskinan yang lebih besar.
Hanya 12% guru sekolah dasar yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran literasi baca tulis dan 21% yang menganggap dirinya menguasai materi pengajaran matematika.
Dyan Widyaningsih, SMERU Research Institute and Elza Samantha Elmira, SMERU Research Institute
Tabu dan nilai-nilai patriarki di masyarakat berkontribusi dalam mempengaruhi pengambilan keputusan oleh perempuan untuk melakukan atau tidak melakukan tes deteksi kanker serviks.
Pemerataan melalui PPDB zonasi seharusnya dilakukan secara bertahap dan diiringi oleh dukungan kepada guru berupa pelatihan dan instrumen pembelajaran yang tepat.
Rencana pemerintah kurang matang karena logika di balik dua alasan yang dipakai untuk memindahkan ibu kota ke luar Jakarta–pemerataan dan daya dukung Jakarta–masih lemah.
Disrupsi digital merupakan salah satu tantangan terbesar yang bisa diberdayakan untuk sebuah lompatan kuantum guna membentuk kemakmuran berlipat pada masa depan.