Menu Close

Job-education mismatch”: mengurai akar fenomena salah jurusan di Indonesia

“Job-education mismatch”: mengurai akar fenomena salah jurusan di Indonesia

Akhir tahu lalu, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menyatakan hanya maksimal 20% lulusan perguruan tinggi bekerja sesuai dengan jurusannya.

Pernyataan ini menyusul statistik serupa yang disampaikan Kementerian Ketenagakerjaan pada 2017 lalu yang menyebutkan hanya 37% angkatan kerja yang selaras dengan bidang akademiknya.

Menurut riset, latar belakang pendidikan yang tidak cocok dapat menyebabkan “job-education mismatch” (ketidakcocokan bidang keahlian pekerja) dan semakin menyulitkan masyarakat di negara berkembang untuk naik kelas secara ekonomi.

Ketidakcocokan ini, misalnya, bisa membuat mereka mendapat penghasilan yang lebih rendah dari pekerja lain yang bidangnya selaras.

Riset terbaru di Indonesia menyebutkan bahwa potensi perbedaan penghasilan ini bisa mencapai lebih dari 5%. Bahkan, studi di Bosnia-Herzegovina menyebutkan angkanya mencapai 13-15%.

Bagaimana pola fenomena salah jurusan yang terjadi di Indonesia, dan apa akar penyebabnya dan solusi yang bisa diterapkan di sistem pendidikan?

Untuk menjawabnya, pada episode podcast SuarAkademai kali ini, kami berbicara dengan Carter Bing Andika, mahasiswa S3 di bidang kepemimpinan pendidikan di Universitas Pelita Harapan (UPH).

Carter menjelaskan pola job-education mismatch di berbagai belahan dunia, sesat pikir penjurusan akademik di Indonesia, perbaikan pada sistem bimbingan dan konseling sekolah, hingga pentingnya fleksibilitas bidang akademik di tingkat perguruan tinggi.

Simak lengkapnya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 181,800 academics and researchers from 4,938 institutions.

Register now