Menu Close
AAP/Tolga Akmen

Kapan kita harus khawatir tentang flu burung? Saat mulai menular dari manusia ke manusia – tapi belum ada bukti bahwa itu terjadi

Flu burung menimbulkan kekhawatiran yang semakin besar dalam beberapa bulan terakhir. Sejak Oktober 2021, ratusan juta unggas telah mati karena virus tersebut. Ini adalah wabah global terbesar dari penyakit tersebut.

Minggu lalu, seorang anak berusia 11 tahun di Kamboja meninggal karena flu burung. Hal ini memicu kekhawatiran tentang penyebaran virus dari burung liar dan unggas ke manusia. Tapi, kasus yang kami lihat di Kamboja adalah jenis flu burung yang berbeda dengan yang menyebabkan kematian unggas secara masif di seluruh dunia.

Meski sebagian kecil orang menjadi sakit saat bersentuhan dengan unggas yang terinfeksi, tidak ada bukti bahwa galur (strain) tersebut telah menyebar dari manusia ke manusia.


Read more: Apa itu limpahan virus? Wabah flu burung tekankan perlunya deteksi dini untuk cegah pandemi besar berikutnya


Apa itu flu burung?

Banyak jenis flu burung secara alami beredar di antara burung liar. Ini umumnya adalah virus flu burung dengan patogen rendah (LPAI), yang biasanya menyebabkan sedikit atau bahkan tidak ada tanda-tanda penyakit.

Namun, beberapa virus masuk kategori flu burung dengan patogen tinggi (HPAI).Ini adalah kasus virus yang menyebabkan wabah flu burung secara global.

Virus flu burung juga dikategorikan berdasarkan subtipe (dengan kombinasi angka H dan N, di sini H5N1) serta klad (kelompok taksonomi yang punya nenek moyang sama) yang spesifik dalam subtipe H5 (setara dengan varian SARS-CoV-2). Yang saat ini kami khawatirkan adalah H5N1 klad 2.3.4.4b.

Galur flu burung saat ini muncul pada 2020/2021, dan menyebar dengan cepat hingga menyebabkan wabah di Eropa dan Asia. Virus menyebar ke Amerika Utara pada Desember 2021, menyebabkan wabah pada burung liar dan unggas.

Roosters in Cambodia
Galur flu burung saat ini telah menyebar dengan cepat di kalangan unggas. EPA/Keith Serey

Virus tersebut kemudian memasuki Amerika Selatan pada Desember 2022, dengan wabah dahsyat di antara burung liar dan mamalia laut.

Hanya Australia dan Antartika yang belum terdampak.

Bagaimana bisa sampai ke manusia?

Virus yang menyebabkan flu burung adalah spesies yang sama yang menyebabkan influenza musiman pada manusia, flu babi, flu kuda, dan flu anjing, walaupun juga mengandung berbagai subtipe dan galur yang berbeda.

Namun, virus mampu melompat antarspesies. Ini disebut “tumpahan atau limpahan (spillover)”. Kami melihat galur influenza manusia pada babi Australia, misalnya, dan beberapa galur influenza anjing yang berasal dari kuda. Ada juga bukti bahwa galur flu manusia muncul dari unggas.

Para ilmuwan prihatin dengan banyaknya peristiwa limpahan dari jenis flu burung ini. Kasus telah terdeteksi di antara mamalia laut di Peru dan New England di Amerika Serikat (AS), rubah liar, sigung, berang-berang, kucing hutan, beruang, dan rakun di Amerika Utara dan negara lain, serta cerpelai yang dibudidayakan di Spanyol.

Apa yang terjadi di Kamboja?

Pekan lalu, seorang anak dengan H5N1 meninggal di provinsi Prey Veng, Kamboja. Dari 12 kontak yang teridentifikasi, hanya satu yang dinyatakan positif: salah satu orang tua anak tersebut, yang saat ini tidak menunjukkan gejala.

Kedua infeksi tersebut tampaknya disebabkan oleh paparan unggas yang terinfeksi, yang ditemukan di properti keluarga tersebut. Kemungkinan besar tidak akan terjadi penularan dari manusia ke manusia.

Pengurutan genetik (genetic sequencing) secara cepat menunjukkan bahwa virus flu burung tersebut berasal dari garis keturunan yang umum ditemukan di Kamboja (2.3.2.1c), dan berbeda dari garis keturunan klad 2.3.4.4b yang kini menyebabkan kekhawatiran secara global.

Ini bukan laporan pertama tentang limpahan ke manusia. Baru-baru ini seorang anak di Ekuador terinfeksi 2.3.4.4b, kemungkinan besar berasal dari unggas yang sakit. Kasus manusia akibat klad 2.3.4.4 telah terjadi di Rusia, Cina, Inggris Raya, Amerika Serikat, Spanyol, dan Vietnam. Sejauh ini, semua kasus pada manusia terjadi pada orang yang terpapar unggas yang terinfeksi.

Peristiwa limpahan seperti ini terjadi saat manusia bersentuhan dengan unggas yang sakit. Untungnya, peristiwa limpahan tidak sering menyebabkan penularan virus dari manusia ke manusia.

Namun, jika virus mengembangkan kemampuan untuk menyebar di inang baru, wabah (dan bahkan pandemi) dapat terjadi. Para ilmuwan giat memantau setiap potensi bukti bahwa flu burung telah beradaptasi dan menyebar di antara mamalia, termasuk manusia.


Read more: Bird flu continues to spread in mammals – what this means for humans and wildlife


Mengapa (dan bagaimana) virus berpindah inang?

Sebagai bagian dari evolusi alaminya, beberapa virus sangat pandai “melompat” ke inang baru (zoonosis). Misalnya, baik mpox (dulu disebut monkeypox atau cacar monyet) maupun SARS-CoV-2 merupakan virus zoonosis.

Diperkirakan bahwa mpox secara alami menginfeksi hewan pengerat seperti tikus dan hamster. Mpox menyebar ke manusia setiap beberapa tahun, termasuk limpahan tahun lalu yang berlanjut menjadi wabah yang meluas dan berkelanjutan.

Kami menduga garis keturunan leluhur SARS-CoV-2 beredar di antara populasi kelelawar sebelum akhirnya menyebar ke manusia. SARS-CoV-2 mungkin telah menginfeksi inang perantara sebelum melompat ke populasi manusia, mengambil beberapa mutasi unggul yang membantunya menyebar dengan cepat pada manusia. Beberapa hewan telah diduga sebagai inang perantara potensial, termasuk cerpelai dan trenggiling.

Sementara dua panel teratas sedang terjadi, dan ada kecurigaan bahwa panel ketiga telah terjadi, panel bawah adalah jenis evolusi yang kita ingin menghindari dengan flu burung. Ash Porter

Berdasarkan pengawasan genomik, kasus flu burung pada mamalia hampir selalu mengandung mutasi yang sama. Ada kekhawatiran bahwa mutasi lebih lanjut dapat muncul ketika bersirkulasi di inang perantara yang memungkinkan virus untuk menularkan lebih baik antar mamalia. Ini termasuk limpahan di peternakan cerpelai; para peneliti mencurigai adanya penularan dari cerpelai ke cerpelai.

Hingga saat ini, risiko penularan flu burung dari manusia ke manusia tetap rendah. Tapi, mengingat musang (yang berkerabat dengan cerpelai) adalah salah satu kandidat hewan yang menyebabkan infeksi influenza pada manusia, jika penularan dari cerpelai ke cerpelai terjadi di peternakan di Spanyol, penularan dari manusia ke manusia menjadi masuk akal.

Apa yang mungkin terjadi selanjutnya?

Perubahan iklim dan urbanisasi telah mendorong manusia dan satwa liar lebih dekat. Ini berarti ada lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan hewan yang terinfeksi.

Sejarah pandemi influenza yang disebabkan oleh virus dengan kombinasi gen influenza A babi, unggas, dan manusia menunjukkan bahwa kita memerlukan pengawasan yang konsisten dan berkelanjutan terhadap virus influenza A, khususnya di peternakan dan juga di antara populasi hewan liar dan penangkaran.

Instansi pemerintah dan peneliti di seluruh dunia secara aktif tengah bekerja untuk memperkuat deteksi, tanggapan, dan pengawasan genom wabah flu burung pada unggas dan mamalia. Pengurutan dan pengawasan genom dapat membantu memberi tahu kita tentang lokasi penyebaran virus, dan bagaimana virus beradaptasi dengan inang baru.

Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan merekomendasikan menghindari kontak langsung dengan burung liar, unggas, dan hewan liar yang sakit atau mati, dan melaporkan wabah ke otoritas lokal.


Read more: Bird flu: domestic chicken keepers could be putting themselves – and others – at risk


This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now