Menu Close

Kemampuan beradaptasi adalah kunci pengusaha UKM bisa sukses di Indonesia

Seorang penjual lemang di sela menunaikan shalat Ashar sambil menunggu pembeli di kawasan Jalan Gatot Subroto Medan, Sumatera Utara, Selasa (5/5/2020). Pemerintah menyiapkan dua skema pemberian stimulus bagi usaha mikro kecil menengah ( UMKM) yang terdampak COVID-19, yakni melalui mekanisme moneter diberikan kepada usaha yang masih bisa bertahan dan bantuan sosial diberikan kepada UMKM di sektor mikro dan ultramikro yang sudah tidak bisa berjualan. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/hp. Antara Foto

Di tengah pandemi COVID-19 di mana dunia usaha terdampak karena roda perekonomian yang terhenti, seorang pengusaha UKM harus mampu berinovasi serta beradaptasi agar usahanya tetap bisa bertahan.

Menurut International Labour Organization, sekitar 70% usaha kecil dan menengah di Indonesia harus berhenti beroperasi. Berhentinya roda ekonomi juga membuat para pengusaha baik besar dan kecil akhirnya mengorbankan karyawan. Sebanyak 3,05 juta orang pekerja di Indonesia telah terdampak (PHK dan dirumahkan) sejak merebaknya coronavirus.

Salah satu riset kami mempelajari tentang keterampilan apa yang dibutuhkan oleh para pengusaha agar bisa menjadi lebih handal. Riset ini mengaitkan dua jenis keterampilan kognitif dengan produktivitas kewirausahaan di Indonesia.

Keterampilan kognitif adalah kapasitas untuk belajar dan mengolah informasi baru, kemampuan untuk memproses dan mengartikulasikan pengetahuan yang diperoleh, dan kemudian menghubungkan dan menerapkannya pada informasi yang sebelumnya diperoleh. Ilmuwan bidang psikologi Raymond Cattell mengkategorikan keterampilan kognitif dalam dua kelompok yaitu Fluid intelligence dan Crystallized intelligence.

Fluid intelligence adalah kapasitas untuk berpikir secara logis dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru yang sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan biologis dan relatif tidak dipengaruhi oleh pengalaman belajar sebelumnya.

Sedangkan Crystallized intelligence adalah kemampuan untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui pendidikan dan interaksi dengan lingkungan.

Hasilnya dari studi kami, fluid intelligence lebih dibutuhkan karena berkaitan dengan kemampuan seorang pengusaha untuk berpikir logis dan beradaptasi.

Pengusaha yang handal sangat penting, karena di Indonesia terdapat sekitar 64 juta usaha kecil dan menengah (UKM) yang berkontribusi pada 60% Produk Domestik Bruto negara dan menyerap 97% angkatan kerja.

Sejumlah pelaku UMKM melayani pembeli dengan sistem ‘Drive Thru’ di kampung Ramadhan cegah COVID-19 Medan, Sumatera Utara, Selasa (5/5/2020). Kegiatan Kampung Ramadhan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sumut tersebut merupakan salah satu pemberian stimulus kepada para pelaku UMKM dalam upaya memulihkan perekonomian akibat dampak pandemi virus COVID-19. ANTARA FOTO/Septianda Perdana/hp. Antara Foto

Bagaimana fluid intelligence lebih penting

Menggunakan data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) yang dikumpulkan tahun 2007 dan 2014, kami mengukur crystallized intelligence dengan skor tes matematika dan fluid intelligence dengan skor tes Raven’s progressive matrices yang merupakan pengukuran terhadap kemampuan penalaran induktif.

Kedua jenis keterampilan ini dikaitkan dengan produktivitas usaha rumah tangga nonpertanian di Indonesia yang dilihat dari laba dan jumlah aset usaha.

Kami membagi sampel usaha rumah tangga nonpertanian di survei tersebut ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipe keterampilan utama yang digunakan.

Kelompok pertama adalah sektor yang banyak menggunakan keterampilan fisik seperti pertambangan dan penggalian serta konstruksi.

Kelompok kedua adalah sektor yang banyak menggunakan konsentrasi dan komputer seperti transportasi dan komunikasi, industri pengolahan, dan jasa.

Kelompok ketiga adalah sektor yang mengutamakan keterampilan bersosialisasi dengan banyak orang seperti sektor penjualan, asuransi, dan keuangan.

Hasil studi kami menunjukkan fluid intelligence memiliki peranan yang lebih penting dalam menentukan keberhasilan sebuah bisnis. Peningkatan fluid intelligence sebesar satu standar deviasi akan menaikkan laba sebesar 5,7% dan nilai bisnis sebesar 7%.

Kami tidak menemukan bukti bahwa crystallized intelligence berdampak pada kinerja bisnis, kecuali pada sektor-sektor usaha yang tergolong pada kelompok kedua yakni sektor yang sangat membutuhkan konsentrasi tinggi atau banyak menggunakan komputer.

Peningkatan satu standar deviasi pada crystallized intelligence akan menaikkan laba sebesar 9,2% pada bisnis yang tergolong sektor tersebut.

Implikasinya, crystallized intelligence akan mendatangkan keuntungan yang lebih tinggi jika seorang pengusaha menjalankan bisnis pada sektor yang sangat membutuhkan pengetahuan.

Temuan kami menunjukkan bahwa bagi pelaku usaha rumah tangga nonpertanian di Indonesia, kemampuan untuk memecahkan masalah dan beradaptasi dengan perubahan berperan lebih besar dalam menentukan produktivitas bisnis dibandingkan pengetahuan yang diperoleh melalui sekolah, seperti matematika.

Untuk lebih memahami temuan ini, mari bayangkan pelaku usaha mikro seperti pemilik warung kelontong yang biasa kita jumpai di sekitar tempat tinggal kita. Jenis usaha seperti ini tidak membutuhkan sistem pembukuan yang rumit sehingga kemampuan matematika dasar sudah cukup untuk menunjang usahanya.

Pemilik warung dapat meningkatkan keuntungannya sehari-hari jika ia menyesuaikan dagangannya dengan preferensi dan profil pembeli yang sering berkunjung ke warung tersebut. Dengan menjual lebih banyak barang yang sering dibeli oleh pelanggan warung, pemilik warung dapat mencapai laba yang lebih tinggi.

Alasan mengapa fluid intelligence lebih penting

Terdapat beberapa hal yang dapat menjelaskan temuan kami.

Dalam konteks usaha mikro di negara berkembang seperti Indonesia, kemampuan memecahkan masalah dan beradaptasi terhadap perubahan berperan lebih besar dalam produktivitas usaha karena lingkungan ekonomi kerap berubah dan kerangka hukum belum sepenuhnya mengatur tentang usaha mikro.

Mayoritas dari kelompok usaha ini bermodal rendah dan menggunakan teknologi sederhana serta padat karya, sehingga pengetahuan seperti yang diperoleh dari bangku sekolah tidak menawarkan keuntungan lebih dibandingkan kemampuan untuk beradaptasi dalam merespon perubahan.

Dalam hal implikasi kebijakan, mengingat bahwa fluid intelligence ditentukan sejak lahir, tampaknya program pelatihan tidak akan menjadi alat yang efektif untuk mendukung sebagian besar pengusaha di Indonesia menjadi lebih produktif.

Sebaliknya, temuan kami menunjukkan perlunya pembuat kebijakan untuk berinvestasi di bidang kesehatan khususnya nutrisi sejak bayi berada dalam kandungan.

Pemerintah perlu lebih memperhatikan asupan nutrisi untuk ibu dan anak selama 1000 hari pertama kehidupan dengan harapan meningkatkan fluid intelligence dari anak-anak tersebut.

Di samping itu, informasi terkait keterampilan yang diperlukan dalam sektor tertentu harus tersedia bagi individu yang memasuki pasar tenaga kerja untuk mengurangi ketidakcocokan keterampilan dan pekerjaan. Individu dengan crystallized intelligence lebih tinggi sebaiknya didorong untuk bekerja pada sektor-sektor yang membutuhkan keterampilan tersebut.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,300 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now