Menu Close

Kenaikan suhu udara bisa timbulkan serangan jantung. Ini penjelasan ahli

Paruh pertama tahun 2019 merupakan yang terpanas dan musim panas mendatang dikabarkan akan lebih panas. Chayathorn Lertpanyaroj/Shutterstock

Artikel ini adalah bagian dari [Covering Climate Now], sebuah kolaborasi global melibatkan lebih dari 250 outlet berita untuk memperkuat liputan tentang iklim.

Pemanasan global terjadi dengan cepat akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca. Suhu di Australia menghangat sekitar 1°C sejak 1910, dengan perkiraan peningkatan suhu global sebesar 3-5°C pada abad ini.

Kondisi di Australia tersebut melampaui kurva suhu global. Suhu harian rata-rata di negara kami mencapai 21,8 °C, lebih panas 13,7°C dari rata-rata global 8,1°C.

Panas ekstrem (di atas 35°C pada siang hari dan di atas 20°C pada malam hari) kini lebih kerap terjadi di Australia, meningkat menjadi sekitar 12%, dari sekitar 2% di sepanjang waktu antara tahun 1951 dan 1980.

Jadi, apa dampak suhu tinggi pada tubuh kita? Dan, seberapa besar panas yang bisa ditoleransi oleh tubuh dan cara hidup kita?

Lebih panas di masa depan

Musim panas di Australia rentang waktu 2018-2019 tercatat 2,14°C lebih panas dibandingkan pada tahun 1961-1990.

Ini memecahkan rekor terpanas yang terjadi di tahun 2012-2013 dengan selisih yang jauh, termasuk mencatatkan suhu terpanas selama lima hari berturut-turut dengan rata-rata suhu nasional maksimum di atas 40°C.

Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.


Read more: The reality of living with 50℃ temperatures in our major cities


Paruh pertama tahun 2019 setara adalah peringkat kedua terpanas yang tercatat dalam rekor dunia, dan juga Australia.

Badan Meteorologi Australia (BOM) telah memperingatkan bahwa musim panas tahun ini akan lebih panas dari sebelumnya.

Angin yang berasal dari utara yang panas dan kering, yang melintasi New South Wales dan Queensland yang sedang dilanda kekeringan mempunyai kapasitas untuk menghadirkan panas yang terik dan risiko kebakaran ekstrem bagi negara-negara di bagian selatan, dan tampaknya sedikit kelegaan bagi mereka yang mengalami kekeringan.

Beberapa orang Australia di pedesaan sudah terpapar dengan panas mencapai suhu 50°C, dan kota-kota besar di selatan Australia akan mengalami hal yang sama dalam puluhan tahun mendatang.

Bagaimana tubuh kita mengatur panas

Sama halnya dengan kebanyakan mamalia dan burung, manusia adalah endoterm (berdarah panas), yang berarti suhu operasi internal optimal manusia (sekitar 36,8°C +/− 0,5) sedikit mungkin dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Dengan hanya duduk diam di dalam ruangan bersuhu udara sekitar 22°C, kita secara pasif menghasilkan tambahan 15°C untuk menjaga suhu tubuh kita sekitar 37°C.

Bahkan, ketika suhu udara 37°C, metabolisme kita masih terus menghasilkan suhu panas tambahan. Panas berlebih di dalam tubuh ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui penguapan keringat dari kulit kita.

Suhu inti optimal manusia adalah 36,8°C. Slaohome/Shutterstock

Suhu dan gradien kelembaban antara permukaan kulit dan lapisan batas udara turut memengaruhi tingkat pertukaran panas.

Ketika udara sekitar panas dan lembab, maka pelepasan panas menjadi lambat, kita akhirnya menyimpan panas tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.

Itulah mengapa udara yang panas dan kering lebih bisa ditolerir daripada udara yang panas dan lembab, karena udara kering bisa dengan cepat menyerap keringat.

Hembusan angin dapat menyegarkan karena menghilangkan lapisan batas udara jenuh yang bersentuhan langsung dengan kulit dan memungkinkan udara yang lebih kering sehingga mempercepat penguapan dan pelepasan panas.

Apa yang terjadi ketika kita kepanasan?

Paparan panas berpotensi mematikan jika tubuh manusia tidak bisa menghilangkan panas berlebih untuk tetap berada pada suhu inti yang aman.

Ketika suhu inti tubuh kita mencapai 38,5°C, sebagian dari kita akan merasa kelelahan. Dan, gejala-gejala yang timbul akibat naiknya suhu inti tubuh juga meningkat hingga melampaui batas aman bagi organ-organ penting kita: jantung, otak, dan ginjal.

Sama seperti telur dalam microwave, protein dalam tubuh kita berubah ketika terkena panas.


Read more: How heat can make your body melt down from the inside out


Beberapa atlet yang bisa menyesuaikan panas, seperti pembalap sepeda Tour de France, yang mampu mentolerir 40°C dalam periode tertentu, tapi suhu ini bisa mematikan bagi kebanyakan orang.

Sebagai pompa dalam tubuh, jantung berperan untuk mempertahankan tekanan darah. Jantung bertugas mengisi pembuluh darah di seluruh tubuh untuk mengalirkan darah ke organ vital.

Paparan terhadap panas ekstrem secara signifikan memberi beban kerja tambahan pada jantung. Ia harus meningkatkan kekuatan di setiap kontraksi dan mempercepat laju kontraksi per menit (detak jantung Anda).

Jika otot juga bekerja, maka otot juga membutuhkan peningkatan aliran darah.

Jika semua ini terjadi ketika berkeringat yang berujung kepada dehidrasi sehingga menurunkan volume darah, maka jantung harus memompa lebih giat lagi.

Udara kering mudah menyerap keringat dibandingkan dengan udara lembab. Cliplab/Shutterstock

Jantung juga merupakan otot, sehingga memerlukan suplai darah ekstra ketika bekerja dengan keras.

Namun, ketika jantung sedang memompa dengan keras dan cepat, namun gagal memenuhi kebutuhan permintaan, maka bisa terjadi gagal jantung. Banyak kematian akibat panas tercatat sebagai serangan jantung.

Tingkat kebugaran aerobik yang tinggi menawarkan perlindungan terhadap panas, namun para atlet dan orang dewasa yang terlalu memaksakan diri juga bisa mati akibat panas.

Siapa yang lebih beresiko?

Para manula Australia lebih rentan terhadap panas. Usia lanjut umumnya dikaitkan dengan penurunan kebugaran aerobik dan berkurangnya kemampuan untuk mendeteksi rasa haus dan kepanasan.


Read more: To keep heatwaves at bay, aged care residents deserve better quality homes


Obesitas juga meningkatkan kerentanan terhadap panas. Lemak bertindak sebagai lapisan isolasi, serta memberi jantung jaringan pembuluh darah yang lebih luas untuk diisi. Berat berlebih membuat kerja otot untuk menghasilkan panas meningkat.

Obat-obatan tertentu dapat menurunkan batas toleransi panas dalam tubuh kita dengan mengganggu mekanisme alami dalam tubuh yang diperlukan untuk mengatasi panas. Ini termasuk obat-obatan yang membatasi peningkatan detak jantung, menurunkan tekanan darah dengan merelaksasi pembuluh darah, atau mengganggu keringat.

Suhu inti meningkat sekitar setengah derajat selama tahap akhir kehamilan karena hormonal dan peningkatan metabolisme.

Janin dan plasenta yang tumbuh juga menuntut aliran darah tambahan. Janin yang terpapar panas ekstrem dapat memicu kelahiran prematur dan masalah kesehatan seumur hidup, seperti cacat jantung bawaan.

Bisakah kita menyesuaikan diri saja?

Tubuh kita dapat menyesuaikan diri dengan suhu panas, tetapi proses ini ada batasnya. Beberapa suhu terlalu panas bagi jantung, juga bagi keringat untuk memberikan pendinginan yang efektif, terutama jika kita perlu bergerak atau berolahraga.

Kita juga dibatasi oleh kapasitas ginjal guna menghemat air dan elektrolit, serta batas atas jumlah air yang dapat diserap usus manusia.

Keringat berlebih menyebabkan defisit cairan dan elektrolit, dan ketidakseimbangan elektrolit yang dihasilkan dapat mengganggu irama jantung.

Peristiwa kematian massal kini sering ditemui terutama saat terjadi gelombang panas di negara-negara yang memang panas, seperti India dan Pakistan. Ini terjadi ketika panas ekstrem mendekati suhu 50°C, melebihi kapasitas tubuh manusia untuk menjaga kisaran suhu inti yang aman.


Read more: Could we acclimatise to the hotter summers to come?


Gelombang panas akan terjadi lebih parah, lebih sering, dan berlangsung lebih lama. Kita tidak bisa sepenuhnya menjalani hidup di dalam ruangan dengan pendingin udara karena kita butuh keluar rumah untuk bepergian, bekerja, berbelanja, dan membantu kelompok yang lebih rentan. Manusia, hewan, dan sistem sosial kita bergantung pada aktivitas manusia.

Selain itu, dengan suhu 50°C di siang hari, pendingin ruangan akan menghabiskan energi lebih besar untuk menurunkan suhu 25°C dari udara sekitar.

Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,940 institutions.

Register now