Menu Close

Laporan terbaru IPCC: kita sebenarnya sudah memiliki alat penangkal krisis iklim, saatnya tancap gas

Shutterstock.

Bagian kedua dari serial laporan asesmen iklim keenam IPCC. Baca juga tulisan pertama di sini.

Umat manusia masih punya waktu untuk mencegah bencana pemanasan global. Menurut Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), kita sudah memiliki berbagai perangkat untuk mengatasi krisis ini. Harganya murah pula.

Laporan asesmen iklim keenam (AR6) hasil kelompok kerja atau working group III telah merancang jalan yang pas untuk memangkas separuh emisi global pada 2030 mendatang. Dokumen yang digarap para ilmuwan dari berbagai belahan dunia ini berbasiskan laporan inventarisasi aksi-aksi iklim global.

Prediksi IPCC dalam laporan ini cukup menggembirakan ketimbang hasil asesmen sebelumnya. Sebab, langkah-langkah mitigasi yang termuat dalam laporan terbaru ini memungkinkan untuk dilakukan, berkat ongkos teknologi bersih yang sudah jauh menurun.

Namun, teknologi saja tak cukup. Kita membutuhkan kebijakan lanjutan agar penurunan emisi besar-besaran bisa menjadi kenyataan.

Dalam laporan IPCC terbaru, kami menyumbang kepakaran masing-masing. Dalam artikel ini, kami menggarisbawahi bagaimana langkah pengurangan emisi yang terbaik hingga 2030 mendatang. Tulisan juga menelaah dampak potensialnya.

letters on blocks reading climate change/chance
Umat manusia masih punya waktu untuk menahan bencana pemanasan global. Shutterstock

Kerahkan segala daya dan upaya

  • Frank Jotzo, penulis utama Bab 13 AR6 WG III: Kebijakan dan lembaga

IPCC mengidentifikasi pengurangan emisi sangat bisa dilakukan sektor energi listrik bersih, agrikultur, kehutanan, serta alih fungsi lahan. Setelah itu semua diselesaikan, sektor industri dan transportasi bisa mulai berbenah.

Seiring dengan berubahnya kebutuhan konsumen, sektor bangunan, perkotaan, serta sektor produksi lainnya juga dapat berkontribusi untuk mengurangi emisi.

Biaya pemangkasan emisi untuk separuh dari sektor-sektor di atas juga cukup murah, hanya US$ 20 atau sekitar Rp 286 ribu.

IPCC memang tidak melakukan asesmen per negara. Tapi negara seperti Australia, misalnya, memiliki peluang yang besar.

Di Australia, transisi menuju listrik yang lebih bersih tengah berjalan. Tahap selanjutnya adalah dekarbonisasi sektor industri dan transportasi. Teknologi-teknologi yang bermunculan seperti ‘baja hijau’ dan hidrogen merupakan salah satu prospek industri bersih yang menjanjikan untuk pasar ekspor.

Penggunaan bahan bakar fosil akan memasuki masa senjanya, begitu pula dengan pemakaian batu bara yang terus menurun.

Negara yang memiliki lahan yang luas seperti Australia juga berpeluang besar untuk menyerap CO2 dari atmosfer melalui tumbuhan. Metode penyerapan CO2 secara kimiawi pun tampaknya bisa dilakukan pada masa depan.

Karena itulah, IPCC menyatakan negara-negara perlu menyiapkan paket kebijakan yang komprehensif agar pengurangan emisi yang tajam bukan mimpi semata.

IPCC juga menggarisbawahi pajak karbon dan skema perdagangan emisi merupakan kebijakan yang efektif. Regulasi lainnya, misalnya yang sokongan penelitian dan pengembangan teknologi mutakhir dan penghapusan subsidi bahan bakar fosil juga sangat bermanfaat untuk kelangsungan bumi.

Laporan ini juga menekankan kebutuhan kita untuk terus berinovasi dan menggalang pendanaan besar-besaran untuk aksi iklim.

Semua ini membutuhkan kebijakan pembangunan yang berkelanjutan, merata, dan melibatkan seluruh kelompok masyarakat. Harapannya, aksi-aksi iklim dapat menjadi gerakan arus utama, ditopang partisipasi aktif dari pelaku usaha.

Intinya, pesan dari IPCC adalah pemerintah negara-negara harus mengeluarkan seluruh daya dan upaya untuk menghadang perubahan iklim. Peluangnya sudah di mana-mana, perangkatnya juga sudah banyak tersedia.

industrial scene at sunset
Kita membutuhkan kebijakan yang komprehensif untuk pemangkasan emisi besar-besaran. J. David Ake/AP

Sumbangan dari sistem pangan

  • Annette Cowie, penulis utama Bab 12: Pandangan lintas sektor

Agar peluang mempertahankan suhu bumi sebesar 1,5°C semakin besar, maka dunia harus memasuki net zero alias keadaan impas emisi (kondisi emisi yang dikeluarkan dengan yang diserap di permukaan sama besar) pada 2050.

Sektor pertanian merupakan kontributor besar dalam emisi global. Meski begitu, laporan terbaru IPCC menyatakan peran vital sektor lahan untuk mencapai net zero melalui penyerapan dan penyimpanan CO2 di pohon-pohon, dan manajemen pengelolaan karbon di tanah. Penggunaan biochar atau bahan padat kaya karbon juga cukup menjanjikan.

Selain manfaat lingkungan, cara-cara di atas menjadi peluang tambahan bagi petani karena kesuburan tanah yang meningkat dan potensi pendapatan dari perdagangan karbon.

Aspek vital lainnya adalah sistem pangan. Metode produksi dan distribusi pangan kita menyumbang sekitar sepertiga emisi gobal.

Terkait hal ini, laporan IPCC mengemukakan kontribusi individu terhadap iklim juga bisa signifikan melalui penerapan gaya hidup berkelanjutan, pola makan yang sehat, dan mencegah sampah makanan. Kita bisa memulai pola makan kaya pangan nabati, dengan asupan moderat dari daging dan produk berbasis susu.

Emisi langsung dari aktivitas produksi makanan juga bisa diatasi. Misalnya, kotoran hewan ternak dapat diolah menjadi biogas. Bahan makanan alternatif untuk hewan ternak bisa menjadi opsi yang menjanjikan untuk mengurangi emisi metana.

hand holding biochar
Biochar dapat menyimpan karbon dan meningkatkan kesuburan tanah. Shutterstock

Mulailah perhatikan sektor transportasi

  • Peter Newman, koordinator penulis utama dan _Jake Whitehead penulis utama Bab 10 AR6 WG III: Transportasi_

Solusi teknologi untuk mengurangi emisi sektor energi, bangunan, perkotaan, transportasi, bahkan industri, telah tersedia. Salah satu solusinya adalah listrik berbasis panel surya maupun kincir angin – sebagai opsi listrik termurah.

Ada juga teknologi baterai penyimpanan energi, transportasi berbasis listrik, dan teknologi ‘pintar’ yang dapat dipadukan untuk mencapai net zero.

Laporan IPCC menunjukkan, sepuluh tahun belakangan, ongkos panel surya per unitnya sudah turun 85%, kincir angin 55%, dan baterai 85%. Penurunan ini adalah peluang luar biasa dan tak pernah ada sebelumnya untuk dekarbonisasi.

Satu dekade sebelumnya, sektor transportasi selalu menjadi yang terlambat dalam sisi pengurangan emisi. Nah, temuan IPCC menyatakan teknologi saat ini sudah memungkinkan untuk mengubah tren itu. Listrik berbasis energi surya sudah bisa menyalakan mobil, motor, sepeda, bus, bahkan truk.

Kemajuan yang terus berlanjut pada industri baterai dan teknologi pengisian ulang dapat memungkinkan kendaraan truk-truk besar, bahkan pengelolaan jalan tol dapat berbasis listrik.

IPCC turut mengidentifikasi 60 aksi mobilitas pribadi yang dapat mengurangi emisi. Kontributor terbesarnya adalah berjalan kaki, bersepeda, penggunaan transportasi listrik, mengurangi perjalanan udara, hingga mengatur pola makan berbasis nabati.

Patut diingat bahwa teknologi tak bisa menjadi solusi tunggal pengurangan emisi sektor transportasi. Mobilitas di perkotaan harus lebih berorientasi pada transportasi umum, berjalan kaki, maupun bersepeda. Moda transportasi seperti layanan bus [berbasiskan permintaan atau on demand], trem tanpa jalur, dan kereta cepat dapat menyokong mobilitas masyarakat urban.

Pemerintah harus menyiapkan insentif untuk pasokan dan penggunaan sepeda listrik, skuter, mobil, truk, dan bus. Harapannya insentif tersebut dapat memacu individu maupun pelaku usaha untuk mengurangi emisi pribadinya.

Sementara, dekarbonisasi sektor penerbangan, pelayaran, sebagian industri dan sektor pertanian bakal mengandalkan hidrogen hijau yang murah. Ini masih menjadi pekerjaan rumah, bahkan hingga dekade selanjutnya.

Pendanaan pemerintah bukan hanya penting untuk dekarbonisasi sektor transportasi, tapi juga dapat menciptakan peluang ekonomi lanjutan.

Pemerintah juga dapat menyokong penambangan sumber daya mineral yang penting, produksi kendaraan ramah lingkungan, maupun aspek ekonomi sirkular seperti pemakaian kembali (reuse) komponen kendaraan] maupun proses daur ulang kendaraan listrik.

people cycling and walking
Kota-kota mesti memprioritaskan mobilitas berbasis transportasi publik, berjalan kaki, dan bersepeda. Asanka Brendon Ratnayake/AAP

Saatnya tancap gas

Masih banyak potensi global yang belum dioptimalkan untuk mengurangi beban emisi bumi.

Kita mesti mengingat, bahwa peluang pengurangan emisi semakin hari semakin sempit. IPCC menekankan kembali bahwa dunia membutuhkan perubahan mendasar di sistem produksi maupun permintaan barang dan jasa.

Periode business as usual sudah semestinya ditinggalkan. Laporan IPCC membuktikan pandangan tersebut: aksi iklim yang mendesak benar-benar berada di tangan kita.


Arunima Malik, Glen Peters, Jacqueline Peel, Thomas Wiedmann dan Xuemei Bai berkontribusi dalam artikel ini.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 180,900 academics and researchers from 4,919 institutions.

Register now