Menu Close
April 15, 2019, 19:34 malam.: Notre-Dame de Paris terbakar. Leighton Kille, CC BY-SA

Membangun kembali Notre-Dame de Paris yang terbakar

Pada malam 15 April 2019, di Paris, banyak orang merasakan emosi yang dalam.

“Notre Dame terbakar, seluruh Prancis menangis, seluruh dunia menangis,” kata Uskup Agung Paris Michel Aupetit. “Ini mengerikan, menakutkan, menyakitkan, tragedi, mimpi buruk.”

“Tempat ini menyentuh bagi semua orang. Ketika Anda memasuki katedral ini, ia masuk ke dalam diri Anda,” kata Anne Hidalgo, Walikota Paris, di depan bangunan yang terbakar.

“Kami akan bangun kembali,” kata Rektor Notre Dame, “kami akan bangun kembali.”

Pada hari itu, tingkat kehancuran menakjubkan. Puncak menara katredal tersebut setinggi 93 meter telah runtuh, dua pertiga atapnya hancur dan bagian interiornya rusak parah. Namun berkat upaya dari 500 petugas pemadam kebakaran, struktur katedral “dapat diselamatkan” secara keseluruhan, menurut Jean-Claude Gallet, komandan Brigade Pemadam Kebakaran Paris. Dua menara dengan lonceng besar masih berdiri dan harta-harta tak ternilai milik katedral selamat.

Sekitar pukul 07.20 malam tanggal 15 April 2019, asap dari katedral yang terbakar mengaburkan matahari. Jennifer Gallé, CC BY

Emosi yang luar biasa

Dari semua monumen bersejarah dunia, Notre-Dame de Paris adalah salah satu “bintang pujaan”: sejarahnya yang unik, arsitekturnya yang luar biasa dan artefak-artefak terkenal menarik jutaan pengunjung ke Paris. Memang, katedral ini dapat digambarkan sebagai sumber daya yang tak banyak tandingannya.

Notre-Dame de Paris adalah tempat ibadah Kristen dan Katolik yang pertama dan terpenting, sejak hampir 1.000 tahun yang lalu. Katedral ini merupakan permata seni Gotik dengan harta yang tak terhitung jumlahnya, termasuk jendela kaca patri yang bercahaya, mahkota duri dan tunik Saint Louis, dan organ paduan suara. Secara kolektif katedral ini diklasifikasikan sebagai Situs Warisan Dunia Unesco.

Sebagai “putri tertua gereja” di Prancis, Notre Dame adalah simbol budaya dan nasional, dan telah menyaksikan sebagian besar sejarah Prancis: semua raja Prancis telah memasuki katedral ini dan Napoleon memahkotai dirinya sebagai kaisar di sana. Di sini, pemakaman Charles de Gaulle, Georges Pompidou dan François Mitterrand dilangsungkan.

_ Penobatan Napoleon_, oleh Jacques-Louis David, 1808. Museum Louvre. Wikipedia

Jutaan orang yang belum pernah ke Paris telah menghirup udara di dalam katedral dengan membaca novel terkenal karya Victor Hugo. Meski dalam bahasa Inggris novelnya lebih dikenal sebagai The Hunchback of Notre-Dame atau Si Bongkok dari Notre-Dame, judul aslinya, Notre-Dame de Paris, menempatkan katedral di muka judul dan narasinya. Hugo menyampaikan visi romantis katedral, serta bagian yang menggambarkan api yang terjadi hanya dalam imajinasi pembaca:

“Semua mata menuju puncak gereja. Mereka melihat di sana pemandangan yang luar biasa. Di puncak galeri tertinggi, lebih tinggi dari jendela pusat, ada nyala api besar menjulang di antara dua menara dengan pusaran bunga api, nyala api yang luas, tidak teratur, dan geram. ”

Puncak menara Notre-Dame de Paris terbakar. Guillaume Levrier, CC BY

Sebagai konsekuensi langsung dari sejarah, arsitektur, dan seni Notre Dame lalu posisinya dalam budaya dan sastra, katedral ini merupakan monumen terkemuka di Eropa, dengan sekitar 14 juta pengunjung pada tahun 2018. Katedral ini adalah salah satu “aset utama” Perancis, atau yang disebut dengan “katedral dari seluruh katedral”.

Situs Warisan Dunia ini membangkitkan emosi dan emosi ini mengungkapkan nilai-nilai bersama. Pada wajah semua orang yang berkumpul di depan Notre Dame, pesan-pesan dari para pemimpin dunia, dan kiriman pesan di media sosial, emosi itu tersirat. Posisi Notre Dame dalam imajinasi kolektif dan pengaruh dunia tidak dapat disangkal.

Presiden Prancis Emmanuel Macron, berbicara di depan katedral yang masih menyala jam 11:30 malam, menyatakan:

“Notre-Dame de Paris adalah tempat kami, sejarah kami, sastra kami, imajinasi kami, tempat di mana kami telah menjalani semua momen besar kami […]. [Notre-Dame] ada dalam begitu banyak buku dan lukisan […] Bahkan bagi mereka yang belum pernah ke sana, ini adalah kisah kami.

Monumen semacam itu mendorong kita untuk mengidentifikasi dengan bangunan itu secara emosional. Mereka adalah batu kunci identitas nasional, dan bahkan membantu hubungan dengan negara-negara lain.

Reaksi getir terhadap kebakaran katedral ini memadukan sentimentalisme, nostalgia, dan nasionalisme dengan cara yang sangat terkait dengan masa lalu, sebagaimana dihubungkan oleh sejarawan David Lowenthal dalam studinya The Past is a Foreign Country.

Rekonstruksi kreatif

Melanjutkan pidatonya di depan katedral, Presiden Prancis Macron dengan tegas mengatakan:

"Kita telah membangun katedral ini dan selama berabad-abad kita mengembangkannya dan membuatnya semakin baik. Jadi saya katakan kepada Anda malam ini: kita akan membangun kembali katedral ini, kita semua bersama-sama […]. Kita akan membangun kembali Notre Dame.”

Menjelang malam 15 April dan sampai hari berikutnya, upaya luar biasa mulai dilakukan: Presiden Prancis meluncurkan upaya donasi nasional, Unesco menjanjikan dukungannya dan walikota kota-kota besar dan kecil di seluruh Prancis bersatu. Keluarga-keluarga kaya raya Arnault dan Pinault berjanji untuk menyumbangkan total 300 juta euro untuk restorasi di masa depan, dan ribuan orang telah menjanjikan dukungan mereka.

Sebelum proses perbaikan katedral dapat dipetakan, perlu dilakukan penilaian serius tentang bagaimana kehancuran tragis monumen yang tak ternilai itu bisa terjadi. Pasa saat kebakaran terjadi katedral sedang mengalami renovasi, dan ini menimbulkan pertanyaan tentang persyaratan untuk bekerja pada monumen bersejarah, dan juga tingkat sumber daya yang dialokasikan. Sejarawan seni seperti Alexandre Gady dan Didier Rykner telah menyatakan bahwa kebakaran dapat dan seharusnya dihindari. Mereka menyatakan bahwa bahkan jika Notre Dame “diperbaiki”, kita sudah “kehilangan” katedral.

Sudah hampir pasti bahwa katedral tidak dapat dibangun kembali persis seperti sebelumnya. Kebakaran bermula dari dalam atap yang saat itu sedang diperbaiki. Kerangka kayu ek berasal dari abad ke-13, yang menurut para ahli, mereproduksinya akan membutuhkan 1.300 pohon ek. Salah satu alternatif adalah menggunakan teknik-teknik inovatif, seperti yang dilakukan arsitek Henri Deneux ketika dia membangun kembali Katedral Reims setelah hampir hancur selama Perang Dunia Pertama.

Katedral Reims pada tahun 1914. Wikipedia, anonim.

Monumen pada umumnya dan monumen keagamaan pada khususnya memang rapuh. Dan Notre Dame selamat berabad-abad selamat dari periode pergolakan besar dalam sejarah Prancis, dan tidak tersentuh oleh pemboman maupun kebakaran yang signifikan yang merupakan ancaman konstan sebelum penemuan penangkal petir tahun 1752. Hingga 15 April, katedral Notre Dame sangat terpelihara, dan jutaan pengunjung membayar kontribusi setiap tahun. Namun risiko yang tak terbayangkan masih tetap ada.

“Sudah menjadi sifat kita untuk berduka ketika kita melihat sejarah hilang–tetapi juga dalam sifat kita untuk membangun kembali untuk besok, sekuat yang kita bisa,” kata mantan presiden AS Barack Obama pada malam kebakaran. Notre-Dame de Paris adalah jantung kota Paris dan negara Prancis, dan inspirasi bagi dunia. Kita semua adalah pembangun katedral, masyarakat sekuler yang disatukan oleh ikatan suci.

Sebelum kebakaran, selama, dan setelah. Leighton Kille, CC BY

Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Prodita Sabarini.

This article was originally published in French

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,400 academics and researchers from 4,942 institutions.

Register now