Menu Close

Menelusuri jejak Pamatan, kota yang hilang setelah letusan Gunung Samalas di Pulau Lombok

Puncak Gunung Rinjani terlihat dari Kecamatan Suela di Pulau Lombok. Dulu kala, Pamatan terletak di sebuah kaki gunung api di pulau ini. Ahmad Subaidi/Antara Foto

Pamatan adalah sebuah kota di Pulau Lombok yang kemungkinan hilang akibat letusan gunung api pada abad ke-13. Lokasi persis kota ini sampai saat ini belum ditemukan.

Temuan ini bermula dari hasil penelitian yang dipublikasikan tahun 2013, yang berhasil mengungkap misteri letusan besar tujuh abad silam.

Hasil eksplorasi dengan berbagai pendekatan studi telah menyimpulkan bahwa letusan tersebut berasal dari gunung api yang ada di Pulau Lombok, yaitu Samalas.

Nama gunung ini tercatat dalam Naskah Babad Lombok. Naskah ini juga juga telah digunakan untuk merekonstruksi terbentuknya kaldera Gunung Rinjani.

Hilangnya kota Pamatan memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi di Pompeii, Italia, sehingga dijuluki sebagai “Pompeii in the far east”.

Sampai saat ini belum ada kesimpulan akhir di mana tepatnya lokasi kota Pamatan pada abad ke-13.

Saya dan rekan-rekan peneliti dari University of Paris 1 dan Universitas Gadjah Mada mencoba kembali menelusuri lokasi kota Pamatan melalui interpretasi Babad Lombok, dengan analisis spasial menggunakan pendekatan geografis.

Kota Pamatan dalam Babad Lombok

Dalam Babad Lombok - yang dialihaksarakan dan diterjemahkan oleh Lalu Gde Suparman pada 1994, Pamatan adalah negeri baru yang dibangun dari penduduk yang bermigrasi dari Desa Lae. Desa ini diduga berada di ujung timur-laut Lombok.

Pamatan digambarkan memiliki bangunan benteng kota, jalanan yang besar dan ramai, taman kota, balai pertemuan, serta banyak rumah-rumah penduduk.

Kota ini berada pada lahan yang subur, dengan banyak hasil pertanian dan perkebunan yang bermacam-macam seperti padi, jagung, timun, semangka, dan berbagai jenis sayuran.

Hasil perikanan seperti ikan, kepiting, tiram, dan rumput laut juga digambarkan melimpah.

Hasil bumi dan laut yang berlimpah menjadikan Pamatan sebuah kota perdagangan, bahkan orang dari Bajo dari Sulawesi pun berdatangan untuk ikut berdagang.

Babad Lombok menceritakan bahwa penduduk Pamatan mencapai sepuluh ribu orang dan hidup sejahtera di wilayah yang berada di kaki gunung.

Beberapa bait terjemahan Babad Lombok yang menggambarkan lanskap kota Pamatan.

Berdasarkan bait-bait yang menceritakan kondisi kota Pamatan saat itu, kita dapat menginterpretasi kondisi fisik lokasi Pamatan.

Yang pertama adalah tanah yang subur. Melihat kondisi geologi Lombok yang banyak terbentuk dari batuan gunung api, tanah subur yang dimaksud mungkin adalah tanah dari material produk gunung api.

Jenis tanah ini lebih subur dibandingkan degan tanah dari pelapukan batuan gampingan seperti yang ada di wilayah pegunungan Lombok selatan.

Tanah yang subur umumnya berada pada bagian lereng bawah sampai lereng kaki gunung api karena tanah sudah berkembang cukup tebal.

Jenis tanaman yang disebutkan juga merupakan jenis tanaman pada lahan berlereng rendah. Hal ini sesuai dengan catatan Babad bahwa kota Pamatan berada di kaki gunung.

Selain subur, wilayah tersebut adalah wilayah yang memiliki banyak sumber daya air, baik sungai, mata air, maupun air tanah.

Yang menjadi pertanyaan adalah gunung apa yang dimaksud dan di lereng sebelah mana?

Indikasi lain yang dapat merujuk pada lokasi Pamatan adalah adanya hasil perikanan laut dan hubungan perdagangan antarpulau.

Ini tentu menggambarkan bahwa Pamatan adalah kota pesisir yang mungkin memiliki pelabuhan yang cukup besar untuk kapal-kapal bersandar.

Pertanyaan selanjutnya adalah kota ini berada di pesisir Lombok sebelah mana?


Read more: Apakah gempa di Lombok bisa pengaruhi aktivitas gunung api di sekitarnya?


Di mana persisnya?

Dalam merekonstruksi letak kota Pamatan, kami menggunakan beberapa asumsi.

Asumsi yang pertama adalah kota ini terletak di kaki lereng gunung. Gunung yang dimaksud mungkin adalah salah satu gunung api yang ada pada waktu yaitu Gunung Samalas atau Rinjani.

Asumsi yang kedua adalah lokasi di wilayah pesisir. Pulau Lombok adalah pulau yang tidak terlalu besar sehingga wilayah pesisir yang dimaksud bisa di pesisir bagian utara, barat, dan timur.

Pesisir bagian selatan tidak mencirikan deskripsi yang ada dalam Babad, karena pesisir bagian selatan jauh dari gunung api dan merupakan wilayah pesisir berbukit.

Merujuk pada Babad Lombok, saat terjadi letusan Samalas banyak rumah kota Pamatan yang hanyut sampai ke laut.

Ini menunjukkan bahwa kota Pamatan menjadi jalur aliran material letusan (pyroclastic density current atau PDC). Sehingga, kemungkinan letak Pamatan ada di wilayah pesisir yang terkena aliran letusan Samalas.

Bekas galian tambang batu apung pada wilayah endapan PDC.

Asumsi selanjutnya adalah dengan melihat respons penduduk Pamatan saat terjadi bencana Samalas.

Babad menceritakan ada penduduk yang naik ke atas bukit (menghindari aliran PDC, lahar dan sejenisnya). Ada juga yang menyelamatkan diri menggunakan perahu; ini menguatkan asumsi bahwa Pamatan adalah kota pesisir.

Dalam Babad juga disebutkan desa-desa lokasi tempat warga Pamatan menyelamatkan diri. Nama-nama desa tersebut antara lain Leneng (Lenek), Jeringo, Samulia, Borok, Bandar, Pepumba, Pasalun, Serowok, Pilin, Ranggi, Sembalun, Pajang, Pundung, Buak Bakang, Tana Bea’, Lembuak, Bebidas, Kembang Kekrang, Langko dan Pejanggik.

Nama-nama tersebut mungkin sudah mengalami perubahan. Namun informasi nama tempat (toponimi) dari Peta Rupa Bumi Indonesia dapat menjadi petunjuk informasi keberadaan desa-desa tersebut. Perlu dicatat, posisi desa saat itu mungkin berbeda dengan sekarang walau memiliki kemiripan nama.

Terjemahan Babad Lombok yang menceritakan proses terkuburnya kota Pamatan dan evakuasi penduduk pada saat terjadi letusan.

Saat ini beberapa artefak telah ditemukan yang diduga terkubur saat letusan Samalas, seperti di Tanak Beak dan Aik Berik. Lokasi tersebut juga cukup representatif sesuai dengan karakteristik yang diceritakan Babad.

Namun dari hasil analisis geografis, ada juga potensi bahwa Pamatan berada di sebelah timur.

Seperti ditunjukkan oleh lingkaran merah dalam gambar, posisi Pamatan bisa berada di sebelah timur ataupun barat.

Rekonstruksi geografi kemungkinan posisi kota Pamatan pada abad ke-13. Author provided

Posisi ini cukup sesuai dengan catatan dalam Babad dan memenuhi beberapa kriteria:

  1. Berada di lereng kaki gunung. Sebenarnya posisi hasil rekonstruksi tidak tepat pada lereng kaki. Lokasi kota ada pada dataran kaki Gunung Samalas, namun berada di lereng kaki gunung api tua (tersier) Gunung Punikan dan Gunung Nangi.
  2. Berada dekat dengan perbukitan yang bisa digunakan untuk mengungsi.
  3. Berada di wilayah pesisir. Namun, material PDC mungkin telah mengubah bentuk garis pantai zaman dulu.
  4. Berada dekat laut yang memungkinkan penduduknya mengungsi menggunakan perahu dan kapal, atau mengungsi ke desa-desa lain yang ada di wilayah selatan dan timur Pamatan.

Read more: Bagaimana kita bisa tahu gunung berapi akan meletus?


Perlu ditelusuri lebih lanjut

Hasil rekonstruksi ini belum memberikan kesimpulan pasti letak Pamatan. Ini adalah temuan awal berdasarkan perspektif geografis dari interpretasi naskah Babad Lombok.

Selain itu pemetaan nama-nama desa dalam Babad juga hanya berdasarkan informasi toponimi dari peta saat ini.

Analisis historis pada nama-nama desa tersebut mungkin menyimpulkan posisi yang berbeda. Beberapa artefak yang telah ditemukan juga akan sangat berguna dalam lanjutan penelusuran kota ini.

Penelitian ini masih terus berlanjut dan perlu adanya tambahan analisis dari pendekatan arkeologis dan historis yang lebih komprehensif. Penyelidikan bawah permukaan dengan pendekatan geofisika juga akan sangat membantu mengungkap keberadaan Pamatan.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 180,900 academics and researchers from 4,919 institutions.

Register now