Menu Close
Penelitian partisipatif anak melibatkan anak secara aktif dalam seluruh prosesnya dan bukan hanya sebagai objek yang diteliti. Yannis H/Unsplash, CC BY-SA

Merancang metode yang tepat untuk penelitian yang melibatkan anak

Tulisan ini merupakan artikel terakhir dari serial dua artikel yang membahas etika, peluang, dan tantangan untuk melibatkan anak dalam penelitian.

Para peneliti yang mengeksplorasi kehidupan anak melalui riset perlu secara cermat merancang penelitian agar anak dapat mengartikulasikan pendapat dan pengalaman mereka secara bermakna.

Penelitian partisipatif anak melibatkan anak secara aktif dalam seluruh prosesnya dan bukan hanya sebagai objek yang diteliti. Hal ini memerlukan pendekatan dan metodologi yang tepat. Pendekatan yang paling umum digunakan dalam penelitian partisipatif anak adalah pendekatan yang berpusat pada pengalaman hidup dan pandangan anak.

Peneliti bisa mengajak anak menggambar, mengambil foto, merekam cerita dalam video, membuat skenario, dan memerankan berbagai peran atau adegan dalam permainan peran (role play) untuk menggali perspektif anak. Pada era digital saat ini peneliti juga bisa mengeksplorasi berbagai metode melalui media daring.

Kami menyusun buku pegangan mengenai “Partisipasi Anak dalam Penelitian di Indonesia”. Para peneliti anak bisa merujuk pada buku ini untuk merancang metode yang tepat dan etis dalam penelitian partisipatif anak.


Read more: Bagaimana melibatkan anak-anak secara bermakna dalam penelitian?


Memilih metode riset

Peneliti dapat menggabungkan berbagai metode dan merancang jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kondisi anak. Peneliti juga harus memastikan bahwa dengan metode apa pun anak-anak dapat terlindungi dan menikmati prosesnya, dengan tetap menjunjung keabsahan penelitian dan ketelitian data.

Seperti halnya orang dewasa, peneliti dapat melibatkan anak-anak dalam semua jenis metode, mulai dari kuesioner hingga metode berbasis aksi.

Peneliti perlu mempertimbangkan berbagai hal terkait responden anak yang ingin diajak bekerja sama, termasuk identitas mereka. Hal ini mencakup status sosial ekonomi, konteks budaya, dan status disabilitas atau non-disabilitas.

Jika metode tidak tepat, responden bisa merasa tidak nyaman dan tidak ingin melanjutkan partisipasi mereka. Selain itu metode yang salah berisiko membuat temuan yang dihasilkan tidak secara utuh mewakili pengalaman hidup dan pandangan kelompok anak yang menjadi subjek penelitian.

Metode apa pun yang dipilih, peneliti harus memastikan anak-anak akan terlindungi dan dapat menikmati keterlibatan mereka dalam penelitian tersebut, tanpa mengorbankan keabsahan penelitian dan ketelitian data.

Peneliti juga memastikan bahwa semua anak yang memenuhi syarat sebagai partisipan memiliki kesempatan yang sama tanpa memandang jenis kelamin, etnis, kondisi abilitas/disabilitas, tingkat literasi, partisipasi sekolah, atau kondisi spesifik lainnya.

Merencanakan dan merancang penelitian

Melibatkan anak sedini mungkin dalam tahapan penelitian akan sangat bermanfaat.

Dengan melibatkan anak sejak awal proses, anak akan memperoleh “rasa memiliki” dalam penelitian kita. Keterlibatan awal akan membantu mempertahankan ketertarikan anak di sepanjang tahap-tahap penelitian.

Anak dapat terlibat mulai dari mendiskusikan tujuan, mengidentifikasi topik dan merencanakan penelitian, serta mengembangkan dan menyempurnakan instrumen pengumpulan data.

Partisipasi anak secara bermakna juga dapat diwujudkan dalam tahap mengumpulkan data dan mengevaluasi proses di lapangan, analisis dan validasi data, hingga tahap diseminasi.

Cara yang umum untuk melibatkan anak dalam merancang metode dan alat untuk mengumpulkan data adalah dengan mengujicobakan teknik terhadap sekelompok anak dan meminta umpan balik mereka.

Tahap persiapan dan kerja lapangan

Pada tahap persiapan, termasuk pengumpulan data, salah satu hal terpenting adalah memilih partisipan anak yang sesuai, dengan mempertimbangkan kapasitas atau kemampuan berkembang anak.

Ada beberapa cara untuk menentukan kapasitas anak, antara lain berkonsultasi dengan pengasuh, guru, saudara kandung, atau teman sebaya anak. Peneliti juga dapat mengamati perilaku anak di lingkungan alaminya, dan berbicara santai dengan anak tersebut sebelum perekrutan.

Harus dipastikan bahwa partisipan siap secara emosional dan psikologis untuk dapat terlibat secara aktif dalam penelitian selama kegiatan ini.

Selain itu, bekerja bersama anak-anak juga membutuhkan kreativitas tersendiri. Peneliti harus siap jika nantinya perlu memodifikasi metode agar sesuai dengan kapasitas anak, serta memperluas atau membatasi ruang lingkup kelayakan anak sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian selama tahap pengumpulan data ini.

Dalam tahap pengumpulan data di lapangan, peneliti sebaiknya meluangkan waktu untuk memperkenalkan diri terlebih dulu, membangun hubungan baik, dan mendapatkan kepercayaan awal serta memastikan peserta dan wali/orangtua memahami penelitian dan keterlibatan mereka sebelum akhirnya meminta persetujuan (informed consent).

Sebelum peneliti dapat mendekati anak, mereka harus menjelaskan maksud dan tujuan mereka kepada berbagai lapisan gatekeeper di sekeliling anak-anak.

Kepercayaan adalah hal yang penting sebagai dasar untuk penelitian dengan anak. Peneliti perlu belajar bagaimana membawa diri di hadapan gatekeeper yang berbeda dan memperoleh kepercayaan dari semua pihak yang terlibat dalam penelitian.

Pengelolaan dan kerahasiaan data

Di setiap tahapan penelitian, penting untuk selalu menjaga kerahasiaan responden dan orang lain yang terlibat. Terlebih ketika riset kita mengumpulkan informasi pribadi sensitif dari anak-anak yang mewakili kelompok masyarakat yang paling lemah.

Peneliti harus mencegah kebocoran informasi yang dapat mengungkap identitas anak ke publik, sebab hal ini dapat mengancam keselamatan dan kesejahteraan anak.

Peneliti perlu memastikan bahwa cara meng-input, mengkategorikan, menyimpan, membagikan, menganalisis, dan menyebarluaskan data tidak melanggar perjanjian kerahasiaan yang telah disepakati dan tidak mengancam keselamatan siapa pun.

Perlu diketahui pula siapa saja yang berhak mengakses data anak. Yang jelas, peneliti utama memiliki akses langsung kepada informasi sensitif tentang anak, kemudian tim perlu memutuskan pihak mana saja mana yang perlu memiliki akses ke data dengan batasan yang mungkin saja perlu dibedakan.

Ada kalanya pihak-pihak di luar tim penelitian perlu memiliki akses ke informasi pribadi responden misalnya dalam kasus responden anak yang dirujuk ke pekerja sosial. Staf lain yang terlibat dalam penelitian, seperti pewawancara, juru bahasa, pengemudi, perantara budaya, atau staf administrasi juga mungkin perlu mengakses informasi anak untuk melakukan tindak lanjut.

Umumnya, orang tua, pengasuh, atau pihak-pihak yang menjadi bagian dari jaringan sosial anak, tidak boleh memiliki akses untuk melihat respons anak dalam penelitian karena dapat membahayakan responden.

Semua staf peneliti dapat diminta untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan yang membatasi data apa saja yang dapat dan tidak dapat dibagikan, serta dengan siapa dan dalam keadaan bagaimana data tertentu dapat dibagikan.

Analisis data dan diseminasi hasil penelitian

Keputusan untuk melibatkan anak dalam analisis data harus dipertimbangkan sejak awal penelitian karena hal ini berdampak pada waktu dan sumber daya yang diperlukan.

Melibatkan anak dalam analisis atau interpretasi data juga akan bergantung pada sifat penelitian dan minat anak untuk ikut serta dalam tahap ini. Hak-hak, kerahasiaan, dan keselamatan anak perlu dijaga saat melibatkan anak dalam analisis data.

Dalam tahapan diseminasi, melibatkan anak dalam diseminasi dimulai dengan mendiskusikan kapan dan bagaimana peneliti dapat mengkomunikasikan temuan mereka kepada anak-anak secara efektif, termasuk apa yang harus dilakukan dengan informasi sensitif dan konten pribadi.

Partisipasi anak dalam menyampaikan temuan kepada khalayak yang lebih luas serta keuntungan dan risiko yang mungkin timbul dari bentuk partisipasi khusus ini.

Intinya, pada seluruh tahapan kegiatan, peneliti perlu memperhatikan pengalaman dan mendengarkan suara anak untuk bisa memahami dan mengembangkan metode penelitian yang sesuai dengan kapasitas dan minat mereka.


Buku pegangan “Partisipasi Anak dalam Penelitian di Indonesia” diproduksi PUSKAPA dengan dukungan UNICEF Indonesia dan CPC Learning Network at Columbia University. Buku tersebut dapat diunduh di sini.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now