tag:theconversation.com,2011:/nz/topics/anak-krakatau-44115/articlesAnak Krakatau – The Conversation2019-01-08T08:45:44Ztag:theconversation.com,2011:article/1093712019-01-08T08:45:44Z2019-01-08T08:45:44ZMengapa Gunung Anak Krakatau masih berbahaya–ini penjelasan vulkanolog<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/252612/original/file-20190107-32130-rv6gby.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Letusan Anak Krakatau menyebabkan tanah longsor bawah laut dan tsunami yang melanda Jawa dan Sumatra.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/Pictures-Of-The-Week-Photo-Gallery/9f79d72a31af4f47bcaf1731f9585436/2/0">Nurul Hidayat/Bisnis Indonesia via AP</a></span></figcaption></figure><p>Pada 22 Desember 2018 pukul 21.03 WIB, sebuah bongkah seluas 64 hektare dari gunung api Anak Krakatau di Selat Sunda longsor di lautan setelah erupsi. Longsoran ini menciptakan tsunami yang menghantam wilayah pesisir di Jawa dan Sumatra, <a href="https://ahacentre.org/flash-update/flash-update-no-05-sunda-strait-tsunami-29-december-2018/">menewaskan setidaknya 426 orang dan melukai 7.202 orang</a>. </p>
<p>Data satelit dan rekaman helikopter yang diambil pada 23 Desember mengonfirmasi bahwa bagian sektor barat daya dari gunung api tersebut telah ambruk ke laut. Dalam <a href="http://vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/aktivitas-gunungapi/2572-pers-rilis-aktivitas-gunung-anak-krakatau-28-desember-2018">sebuah laporan 29 Desember</a>, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan bahwa tinggi Anak Krakatau turun dari 338 meter di atas permukaan laut ke 110 meter.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=723&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252192/original/file-20181231-47307-x3qm1k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=909&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Suatu simulasi peristiwa gunung berapi menunjukkan potensi gelombang 15 meter atau lebih secara lokal (merah) yang berasal dari situs Anak Krakatau.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1144/SP361.7">Giachetti et al. (2012)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saya dan kolega saya menerbitkan <a href="https://doi.org/10.1144/SP361.7">satu riset pada 2012</a> yang meneliti bahaya yang ditimbulkan situs ini dan menemukan bahwa, meski sangat sulit untuk memperkirakan jika dan kapan Anak Krakatau akan runtuh sebagian, karakteristik gelombang yang dihasilkan oleh peristiwa semacam ini tidak sepenuhnya tidak dapat diprediksi.</p>
<h2>Dipicu longsoran</h2>
<p>Meski sebagian besar tsunami memiliki asal-usul seismik (misalnya, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2004_Indian_Ocean_earthquake_and_tsunami">tsunami di Aceh pada 2004</a> dan tsunami di Tohuku Jepang <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/2011_T%C5%8Dhoku_earthquake_and_tsunami">pada 2011</a>), mereka juga dapat dipicu oleh fenomena yang terkait dengan letusan gunung berapi besar.</p>
<p>Tsunami yang disebabkan gunung berapi dapat dipicu oleh ledakan bawah laut atau oleh aliran piroklastik yang besar—campuran panas gas vulkanik, abu dan balok yang bergerak dengan kecepatan puluhan kilometer per jam–jika mereka masuk ke dalam badan air. Penyebab lainnya adalah ketika sebuah kawah besar terbentuk karena runtuhnya atap kamar magma–sebuah reservoir besar batuan panas di bawah permukaan bumi–setelah letusan.</p>
<p>Di Anak Krakatau, massa besar yang meluncur dengan cepat yang menghantam air menyebabkan tsunami. Jenis peristiwa ini biasanya sulit diprediksi karena sebagian besar massa yang meluncur berada di bawah permukaan air.</p>
<p>Tanah longsor vulkanik ini dapat menyebabkan tsunami besar. Tsunami yang dipicu oleh tanah longsor mirip dengan apa yang terjadi di Anak Krakatau yang terjadi pada Desember 2002 ketika 17 juta meter kubik (600 juta kaki kubik) material vulkanik dari gunung api <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2007JB005172">Stromboli</a>, di Italia, memicu gelombang setinggi 8 meter. </p>
<p>Baru-baru ini pada Juni 2017, gelombang setinggi 100 meter dipicu oleh tanah longsor <a href="https://www.nature.com/news/huge-landslide-triggered-rare-greenland-mega-tsunami-1.22374">45 juta meter kubik</a> di <a href="https://www.nature.com/news/huge-landslide-triggered-rare-greenland-mega-tsunami-1.22374">Karrat Fjord</a> di Greenland menyebabkan naiknya gelombang air laut secara cepat yang mendatangkan malapetaka dan menewaskan empat orang di desa nelayan Nuugaatsiaq yang terletak sekitar 20 km dari lokasi keruntuhan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=320&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=320&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252190/original/file-20181231-47295-1jnu3jv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=320&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar satelit diambil pada 20 Agustus (kiri) dan 24 Desember (kanan) yang menunjukkan perubahan topografi Anak Krakatau (dalam lingkaran merah) sebelum dan sesudah letusan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.gsi.go.jp/cais/topic181225-index-e.html">Geospatial Information Authority of Japan</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kedua tsunami ini memiliki sedikit kematian korban karena terjadi di lokasi yang relatif terisolasi (Karrat Fjord) atau selama periode tanpa aktivitas wisata (Stromboli). Ini jelas tidak terjadi di Anak Krakatau pada 22 Desember.</p>
<h2>Anak Krakatau</h2>
<p>Bagian dunia ini berpengalaman dengan gunung berapi yang merusak. Pada 26-28 Agustus 1883, <a href="https://pubs.giss.nasa.gov/abs/se02000x.html">gunung api Krakatau</a> mengalami salah satu letusan gunung berapi terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah manusia, menghasilkan 15 meter (50 kaki) gelombang tsunami dan menyebabkan lebih dari 35.000 korban tewas di sepanjang pantai Selat Sunda di Indonesia.</p>
<p>Hampir 45 tahun setelah letusan dahsyat pada 1883 ini, Anak Krakatau muncul dari laut di lokasi yang sama dengan bekas Krakatau, dan tumbuh mencapai sekitar 338 meter (1.108 kaki), ketinggian maksimumnya pada Desember 22, 2018.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=259&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=259&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=259&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=325&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=325&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252191/original/file-20181231-47298-1tsklfd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=325&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">(a) Penampang Anak Krakatau dan kaldera letusan 1883. Bekas lokasi longsor yang digunakan untuk model digambar dalam warna hitam. Itu dihadapkan ke barat daya, membatasi volume yang runtuh sekitar 0,28 kilometer kubik. (B) Topografi sebelum tanah longsor disimulasikan. Kaldera yang dihasilkan dari letusan Krakatau 1883 jelas terlihat, demikian juga Anak Krakatau, yang dibangun di sisi timur laut kaldera ini. (c) Topografi setelah tanah longsor yang disimulasikan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1144/SP361.7">Giachetti et al. (2012).</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Banyak tsunami yang terjadi selama letusan 1883. Bagaimana mereka dihasilkan masih diperdebatkan oleh ahli vulkanologi, karena beberapa proses vulkanik mungkin telah berlangsung secara berturut-turut atau bersama-sama.</p>
<p>Saya meneliti masalah ini pada 2011 dengan rekan-rekan saya <a href="http://lmv.uca.fr/paris-raphael/">Raphaël Paris</a> dan <a href="http://lmv.uca.fr/kelfoun-karim-2/">Karim Kelfoun</a> dari Université Clermont Auvergne di Prancis, dan <a href="http://tau.ac.id/staff-member/dr-ir-budianto-ontowirjo-msc/">Budianto Ontowirjo</a> dari Universitas Tanri Abeng di Indonesia. Namun, waktu singkat yang tersisa dalam <em>fellowhsip postdoctoral</em> saya membuat saya beralih arah dari ledakan abad ke-19 untuk fokus pada Anak Krakatau. Pada 2012, kami menerbitkan sebuah makalah berjudul <a href="Http://sp.lyellcollection.org/content/361/1/79">“Bahaya Tsunami terkait Keruntuhan Sisi Gunung Api Anak Krakatau, Selat Sunda, Indonesia.”</a></p>
<p>Penelitian ini dimulai dengan pengamatan bahwa Anak Krakatau sebagian terbangun di atas dinding kawah yang curam akibat letusan Krakatau 1883. Karena itu kami bertanya pada diri sendiri, “bagaimana jika bagian dari gunung berapi ini runtuh ke laut?” </p>
<p>Untuk menjawab pertanyaan ini, kami secara numerik mensimulasikan destabilisasi sebagian besar gunung berapi Anak Krakatau ke arah barat daya secara tiba-tiba, dan selanjutnya pembentukan serta perambatan tsunami. Kami menunjukkan hasil yang memproyeksikan waktu kedatangan dan amplitudo gelombang yang dihasilkan, di Selat Sunda dan di pantai Jawa dan Sumatra.</p>
<p>Ketika memodelkan tsunami yang dipicu oleh tanah longsor, beberapa asumsi perlu dibuat mengenai volume dan bentuk tanah longsor, cara ia runtuh (dalam sekali ambrol versus dalam beberapa kegagalan), atau cara perambatannya. Dalam studi itu, kami membayangkan “suatu skenario kasus terburuk” dengan volume 0,28 kilometer kubik material vulkanik yang runtuh–setara dengan sekitar 270 bangunan Empire State New York.</p>
<p>Kami memperkirakan bahwa semua pantai di sekitar Selat Sunda berpotensi terkena gelombang lebih dari 1 meter kurang dari 1 jam setelah kejadian. Sayangnya, tampaknya temuan kami tidak jauh dari apa yang terjadi pada 22 Desember: Waktu kedatangan dan amplitudo gelombang yang teramati berada dalam kisaran simulasi kami, dan <a href="https://www.dropbox.com/s/ky5rb4kmi7bgmfd/Anak_Krakatau_v1.pdf?dl=0">ahli kelautan Stephan Grilli dan rekannya </a> memperkirakan bahwa 0,2 kilometer kubik tanah benar-benar runtuh.</p>
<p>Sejak tanah longsor terjadi itu, telah terjadi <a href="http://www.geologyin.com/2014/05/a-surtseyan-eruption.html">letusan Surtseyan</a> terus menerus. Ini melibatkan interaksi eksplosif antara magma gunung berapi dan air di sekitarnya, yang membentuk kembali Anak Krakatau karena terus perlahan meluncur ke barat daya.</p>
<p>Indonesia tetap waspada. Para <a href="https://www.nbcnews.com/news/world/indonesia-high-alert-new-tsunami-volcano-rumbles-n952221">pejabat terus memperingatkan</a> tentang potensi lebih banyak tsunami. Sementara menunggu, ada baiknya kembali merujuk ke riset yang telah melihat potensi bahaya yang disebabkan oleh gunung berapi.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari edisi Bahasa Inggris oleh Ahmad Nurhasim.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109371/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Thomas Giachetti receives funding from the US Nation Science Foundation.</span></em></p>Di Anak Krakatau, massa besar yang meluncur dengan cepat yang menghantam air menyebabkan tsunami. Jenis peristiwa ini biasanya sulit diprediksi.Thomas Giachetti, Assistant Professor of Earth Sciences, University of OregonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1093322019-01-04T08:09:47Z2019-01-04T08:09:47ZDampak erupsi Gunung Anak Krakatau pada biodiversitas dan tanah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/252356/original/file-20190103-32142-1tstweu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Lampung, 21 Oktober 2018.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/eruption-son-krakatoa-anak-krakatau-mountain-1265843071?src=QUJ1i--Ybt9fZUR37iViAQ-1-7">Arief Adhari/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Aktivitas vulkanik <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181231002758-199-357400/bmkg-paparkan-kronologi-tsunami-selat-sunda">Gunung Anak Krakatau</a> yang memicu terjadinya tsunami di Selat Sunda menyebabkan setidaknya <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46684200">430 korban tewas</a> di kawasan pantai Banten dan Lampung pada 22 Desember 2018.</p>
<p>Indikasi aktivitas Anak Krakatau sebagai penyebab gelombang pasang dahsyat tersebut ditunjukkan oleh perubahan tubuh Anak Krakatau akibat erupsi ini. Sebelum tsunami <a href="https://twitter.com/Sutopo_PN/status/1078661984277585920">tinggi Anak Krakatau </a> mencapai 338 meter, setelah tsunami tinggal 110 m. Volume Anak Krakatau berkurang sekitar 70-80%.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=474&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=474&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=474&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi lokasi erupsi Anak Krakatau di peta di Selat Sunda, 22 Desember 2018.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/illustration-anak-krakatau-child-krakatoa-volcano-1265983849?src=pxaUbS6oYTaar_A94W-TzQ-1-6">Hani Santosa/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di luar urusan bencana tersebut, gunung Anak Krakatau, yang terletak di tengah lautan, merupakan lokasi penelitian yang sangat menarik bagi para peneliti internasional. Area Anak Krakatau menjadi laboratorium hidup dan saksi dimulainya proses kehidupan. Pertumbuhan gunung baru dan dimulainya siklus flora dan fauna di sana menarik minat para peneliti botani, biologi, zoologi, geologi, ekologi, dan pedologi (geologi tanah). </p>
<p>Di balik dahsyatnya erupsi gunung, material yang dikeluarkannya merupakan bahan induk dari tanah. Dari material vulkanis ini seiring dengan waktu akan berkembang menjadi tanah yang subur. </p>
<p>Aktivitas vulkanik Krakatau Purba dapat ditelusuri hingga <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11200-008-0031-1">pada 416 Masehi</a> yang dipercaya memicu gempa vulkanik dan tsunami. <a href="https://www.researchgate.net/publication/23624756_The_1883_eruption_of_Krakatau">Erupsi Krakatau yang begitu dahsyat pada 1883</a> telah memusnahkan seluruh biodiversitas di Pulau Rakata, Panjang, Sertung, bahkan Pulau Sibesi, Lampung, yang berada 19 kilometer di utara. Saat itu permukaan tanah di pulau-pulau tersebut tertutup abu vulkanis dan mencapai <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00445-014-0814-x">3 meter</a> di Sibesi. Abu vulkanis Krakatau melapisi pesisir barat laut dan selatan Lampung. </p>
<p>Kala itu, volume material vulkanis yang dikeluarkan mencapai 25 kilometer kubik yang menutupi kawasan seluas 1,1 juta kilometer persegi. Ini termasuk material vulkanis yang menumpuk setinggi 40 meter di dasar laut. Terlempar dan jatuhnya kembali material vulkanis ini menyebabkan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Krakatau">tsunami di Selat Sunda </a>pada masa itu. </p>
<p>Walau erupsi kala itu terjadi di kawasan tropis, dampaknya dirasakan seluruh dunia, berupa <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10584-016-1648-7">turunnya suhu global</a> dan <a href="https://www.nature.com/news/2008/080311/full/news.2008.665.html">kegelapan</a> melanda hingga Eropa. Beberapa tahun berikutnya, terjadi anomali cuaca seperti turunnya salju di Cina pada musim panas. Redupnya sinar matahari menyebabkan laju foto sintesis tanaman pertanian terhambat yang berakibat gagal panen di Eropa.</p>
<h2>Kondisi tanah</h2>
<p>Kepulauan Krakatau di Selat Sunda merupakan puncak-puncak dari gunung api yang kakinya menapak di dasar laut. Ada Pulau Rakata, Sertung, dan Panjang yang dulu dipercaya merupakan satu kesatuan di sana. Kemudian Gunung Anak Krakatau lahir <a href="https://tekno.tempo.co/read/1119119/gunung-anak-krakatau-kian-tinggi-ini-penjelasan-ilmiahnya/full&view=ok">pada 1930</a>. Gunung tersebut mengalami siklus lahir, tumbuh, hancur, tumbuh dan begitu seterusnya.</p>
<p>Pada April 2015, saya memimpin <a href="http://scholar.unand.ac.id/36599/">para peneliti ilmu tanah dari Universitas Andalas</a> mengadakan survei di Pulau Rakata, Panjang, Anak Krakatau, dan Sibesi. Di tiap lokasi, kami mengambil tanah sampai kedalaman tertentu dan dianalisis tanahnya di laboratorium. Ternyata kadar SiO2 (silika) dari sampel yang diambil berkisar antara 52-75% dan kadar SiO2 tertinggi ditemukan pada sampel Rakata dan Sibesi. Silika termasuk unsur hara mikro dan dibutuhkan untuk membantu metabolisme tanaman dan membantu tanaman mengatasi keadaan kekeringan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=349&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=349&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=349&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=438&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=438&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=438&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lokasi penelitian tanah di Kepulauan Krakatau, April 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kadar belerang tertinggi didapatkan pada sampel Anak Krakatau diikuti oleh sampel dari Panjang, Rakata dan Sibesi. Belerang diperlukan tanaman untuk pembentukan enzim dan protein. </p>
<p>Kadar unsur hara makro yang diperlukan tananaman untuk tumbuh antara lain kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K) dan fosfor (P). Kalsium dari sampel Anak Krakatau lebih tinggi dibandingkan sampel lainnya mencapai 6,4%, Mg 5%, K 2% dan P 1%. Hal ini memberikan indikasi material Anak Krakatau lebih baru dibandingkan dengan yang lainnya. Tingginya kadar unsur hara makro esensial ini berarti kebutuhan tanaman tersedia secara alami dan tidak diperlukan penambahan dengan pupuk anorganik. </p>
<p>Kalsium dibutuhkan tanaman untk memicu reaksi pada titik-titik tumbuh tanaman seperti pada pucuk daun dan ujung akar. Jika tanaman kekurangan kalsium maka pertumbuhannya terhambat. Magnesium berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau khlorofil dan sebagai aktivator beberapa enzim tanaman, </p>
<p>Sampel Anak Krakatau juga memiliki indeks pelapukan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan sampel dari Panjang, Rakata, dan Sibesi. Indeks pelapukan yang masih rendah memberikan indikasi proses pelapukan mineral primer masih pada tahap awal dan masih banyak cadangan unsur hara makro tersimpan pada tanah. </p>
<p>Kadar karbon organik tertinggi didapatkan pada tanah dari Sibesi yang mencapai 4,28% diikuti sampel dari Rakata, Panjang dan Anak Krakatau yang paling sedikit hanya 0,14%. Tanah Sibesi yang mempunyai bahan organik tanah yang lebih tinggi berarti ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman lebih banyak dibandingkan tanah di 3 pulau lainnya.</p>
<p>Kadar karbon organik ini berasal dari hasil pelapukan bahan organik seperti dari akar, dedaunan dan mikroorganisme yang ada di tanah. Kadar bahan organik akan bertambah seiring waktu dan meningkatnya proses suksesi tanaman.</p>
<p>Interaksi dari organisme yang ada di tanah akan meningkatkan kesuburan tanah. Material hasil erupsi merupakan material anorganik. Jika telah terjadi revegetasi (tumbuhnya tanaman lagi) di lapisan abu vulkanis, maka bertambah material organik pada material anorganik abu vulkanis yang dibutuhkan tanaman. Proses pengayakan unsur hara ini berlangsung secara bertahap. </p>
<p>Tanah di Kepuluauan Krakatau masih tergolong muda dan termasuk ordo Entisols jika menggunakan sistem Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff-USDA). Entisols merupakan tanah yang baru terbentuk dan hanya memiliki lapisan tanah atas berhumus yang tipis. Tekstur tanah masih kasar, didominasi butiran pasir, mempunyai kandungan glas vulkan yang tinggi (>30%). Ini berarti tanah mempunyai cadangan mineral primer yang tinggi dan ketika mineral primer melapuk akan dikeluarkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.</p>
<h2>Kolonisasi dan suksesi biota</h2>
<p>Lalu, bagaimana corak vegetasi di kawasan gunung tersebut setelah berkali-kali disapu oleh lava dan awan panas yang membawa abu vulkanis? Terdapat perbedaan yang signifikan antara vegetasi yang dijumpai di Pulau Rakata, Sertung, dan Panjang dari penelitian <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/BF00039928">Tagawa dkk</a> pada 1982. <em>Neonauclea calycina</em> (Bengkal Batu) mendominasi di Rakata. </p>
<p>Di Pulau Rakata ditemukan <em>Timonius compressicaulis</em> (pohon Binasi) dan <em>Dysoxylum caulostachyum</em> (pohon Kedoya) yang tidak ditemukan sebelumnya. Hasil penelitian <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2FBF02348418">para ahli zoologi dan botani E.R. Schmidt dan rekan-rekannya</a> pada 1993 menunjukkan ada pertambahan satu sampai tiga spesies tanaman dari tahun 1982 yaitu 7 spesies di Rakata, di Sertung ada 3, di Panjang 4 (bertambah 3) dan di Anak Krakatau 4 (bertambah 3).</p>
<p>Kecuali Anak Krakatau, tiga pulau lainnya sudah didominasi oleh vegetasi hutan sekunder sedangkan Anak Krakatau masih berupa rerumputan dan Casuarina atau cemara laut. </p>
<p>Bila letusan Krakatau pada 1883 menghanguskan seluruh keanekaragaman hayati di pulau tersebut, dari manakah datangnya pepohonan itu? Pepohonan di Rakata, Panjang dan Sertung dipercaya berasal dari benih tanaman yang ada di bawah tanah yang tertimbun abu vulkanis. Ketika tebal abu vulkanis berkurang akibat tercuci air hujan, seiring waktu muncul tunas-tunas baru dari beberapa tanaman yang sebelumnya dorman di bawah lapisan abu vulkanis.</p>
<p>Siklus vegetasi Anak Krakatau diyakini bermula dari awal yaitu tanaman satu sel seperti alga biru-hijau, lumut kerak, rerumputan seperti yang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00103624.2016.1208755">kami temukan dalam riset</a> pada percobaan dengan abu vulkanis dari Gunung Talang Sumatra Barat. Sedangkan untuk cemara laut, bibitnya bisa berasal dari pulau lain yang terbawa ombak sampai ke pantai anak Krakatau.</p>
<p>Anggrek <em>Cymbidium finlaysonianum</em>, <em>Spathoglottis plicata</em> dan <em>Arundina graminifolia</em> ditemukan tumbuh di dinding jurang terjal Pulau Panjang pada 1896 atau 13 tahun setelah erupsi 1883. Setahun setelah itu ditemukan juga di Rakata. <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwikqPTb1dDfAhWYiXAKHc9vBD8QFjACegQIBhAC&url=http%3A%2F%2Fciteseerx.ist.psu.edu%2Fviewdoc%2Fdownload%3Fdoi%3D10.1.1.524.5914%26rep%3Drep1%26type%3Dpdf&usg=AOvVaw0DyDXtEu3J8f8Dz-QILYF0">Sebuah penelitian menyimpulkan</a> sampai 1998 tercatat ada 40 spesies anggrek yang ditemukan di Kepulauan Krakatau.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/BF00177235">Fauna yang ditemukan di Rakata, Sertung, dan Panjang</a> pada awal 1980 mencapai 109 spesies yang terdiri dari 47 jenis burung, 17 reptil, 19 jenis kelelawar dan 6 <em>non-volant mammals</em> (mamalia daratan). Adapun fauna yang ditemukan para peneliti itu di Anak Krakatau berupa burung dan kupu-kupu.</p>
<p>Adapun aktivitas pertanian di <a href="https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sebesi">Pulau Sibesi</a> dimulai <a href="https://www.amazon.com/Krakatau-Destruction-Reassembly-Island-Ecosystem/dp/0674505727">1890</a> oleh keluarga Djamaluddin dengan menanam pohon kelapa yang bibitnya dibawa dari Lampung. Setelah itu Sibesi menjadi salah satu sentra produksi kelapa dan kopra di Provinsi Lampung. </p>
<p>Pada awal 2008 kakao ditanam juga di sini dan produktivitasnya tergolong tinggi. Ketika kami survei ke Sibesi pada April 2015, pohon pisang banyak ditanam penduduk. Hampir setengah dari kapal yang akan berangkat ke Kalianda Lampung berisi buah pisang.</p>
<p>Sedangkan fauna di Kepulauan Krakatau diawali dengan datangnya burung dan kelelawar. Mereka akan datang setelah tumbuhnya vegetasi. Fauna yang lain datang dengan cara berenang dari pulau terdekat, terbawa arus laut atau dari kapal-kapal yang singgah ke sana.</p>
<h2>Efek abu vulkanis ke laut</h2>
<p>Abu vulkanis Anak Krakatau yang jatuh di laut mempunyai dampak terhadap ekosistem laut. Sayangnya belum ditemukan laporan penelitian yang membahas tentang ini. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0377027307001606">Flaathen dan Gislason, peneliti Islandia, melaporkan</a> terjadi penambahan unsur hara untuk pertumbuhan plankton yaitu besi (Fe) dan flour (F) pada air laut di sekitar Gunung Hekla Islandia ketika erupsi pada 1991 dan 2000. <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2006GL027522">Peneliti Jerman Svend Duggen dan koleganya</a> melaporkan bahwa terjadi peningkatan produktivitas biota laut setelah partikel abu vulkanis jatuh ke laut. </p>
<p>Unsur hara esensial seperti P (fosfor), Fe (besi), Zn (seng), Ni (nikel) dan tembaga (Cu) meningkat setelah abu vulkanis berada di laut 1-2 jam. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan oleh fitoplankton. Fitoplankton merupakan makanan utama ikan yang ada di laut. Dalam konteks Anak Krakatau, dibutuhkan riset tentang dampak abu vulkanis terhadap biota laut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109332/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dian Fiantis menerima dana dari Kemenristek Dikti pada 2015 dan 2016 untuk penelitian tentang potensi dan eksplorasi material piroklastik serta interaksinya dengan limbah organik untuk pemanfaatan dan pemulihan lahan pertanian dan ekonomi rakyat setelah erupsi gunung api.
</span></em></p>Karena keunikannya itu, area Anak Krakatau menjadi laboratorium hidup dan saksi dimulainya proses kehidupan.Dian Fiantis, Professor of Soil Science, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/849172017-10-06T09:38:47Z2017-10-06T09:38:47ZMenghitung badak Jawa tak mudah—tapi itu langkah pertama untuk menyelamatkannya dari kepunahan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/188349/original/file-20171002-12149-1vp0417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Badak Jawa adalah salah satu mamalia paling langka di dunia. </span> <span class="attribution"><span class="source">WWF-ID/Sugeng Hendratmo</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Badak Jawa (<em>Rhinoceros sondaicus</em>) hanya dapat ditemukan di ujung paling barat Pulau Jawa, di habitat hutan hujan tropis di Taman Nasional Ujung Kulon di Pandeglang, Banten. Dahulu tidak demikian. Memang ada banyak spesies yang secara alamiah wilayah jelajahnya tak luas, tapi badak Jawa dahulu mendiami sebagian besar Asia Tenggara. </p>
<p>Kini perubahan lanskap, hilangnya habitat, dan perburuan telah mengurangi jumlah mereka menjadi sangat sedikit. Badak Jawa yang terakhir diketahui ada di <a href="https://doi.org/10.1016/j.biocon.2014.03.014">daratan Asia</a> dibunuh pada 2009. Sekarang badak Jawa terdaftar sebagai binatang yang <a href="http://www.iucnredlist.org/details/19495/0">terancam punah </a> oleh International Union for the Conservation of Nature (IUCN), organisasi internasional di bidang konservasi alam. </p>
<p>Meningkatkan populasi binatang liar yang jumlahnya sudah sangat sedikit amatlah sulit. Populasi dengan jumlah kecil tumbuh sangat lambat bahkan dalam kondisi terbaik. Penurunan jumlah hewan yang kecil saja karena perburuan, penyakit atau faktor lain, merepresentasikan proporsi yang relatif besar dari keseluruhan populasi. </p>
<p>Menghitung jumlah populasi yang kecil dan mencatat karakter distribusi mereka secara tepat juga sangat sulit. Sering, informasi kritis ini tidak diketahui dengan baik, yang membuat ilmuwan kesulitan untuk menelusuri populasi dan mengevaluasi apakah tindakan mereka memiliki dampak positif. Meski demikian, ilmuwan dan pemerintah Indonesia sedang menyiapkan rencana untuk menyelamatkan spesies yang dalam bahaya kepunahan ini. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/171367/original/file-20170529-25219-a2z38u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/171367/original/file-20170529-25219-a2z38u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=268&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/171367/original/file-20170529-25219-a2z38u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=268&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/171367/original/file-20170529-25219-a2z38u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=268&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/171367/original/file-20170529-25219-a2z38u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=336&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/171367/original/file-20170529-25219-a2z38u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=336&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/171367/original/file-20170529-25219-a2z38u.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=336&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Peta Pulau Jawa. Taman Nasional Ujung Kulon di Banten ada di ujung sebelah kiri bagian barat.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Java_region_map.png">Burnesedays/Wikipedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mengapa menghitung badak begitu sulit</h2>
<p>Garis keturunan badak telah bertahan selama 50 juta tahun melalui periode es dan serangan binatang purba, seperti <a href="http://prehistoric-fauna.com/Hemicyon">“anjing-beruang” (<em>Hemicyon sansaniensis</em>)</a>. Badak memegang peran penting dalam struktur ekosistem. Badak Jawa menciptakan habitat yang unik di dalam hutan hujan dengan menyebarkan benih, menciptakan kubangan lumpur, dan membuang tanaman yang tumbuh di bawah bayang-bayang kanopi hutan hujan (<em>understory plants</em>) dalam jumlah yang besar. Kehilangan badak Jawa berarti hutan akan berkurang sifat keragamannya. </p>
<p>Meski hampir seabad lamanya penelitian tentang badak telah dilakukan, pengetahuan kita soal badak Jawa tetap relatif sedikit. Pada 1937, estimasi pertama soal populasi badak di Ujung Kulon adalah antara <a href="http://www.rhinoresourcecenter.com/index.php?s=1&act=pdfviewer&id=1354686368&folderit=135">20 hingga 25</a> ekor. Sejak itu, setidaknya 36 survei populasi untuk menghitung jumlah badak telah dilakukan, tapi sebagian besar gagal menghasilkan data yang tepercaya untuk jumlah seluruh populasi atau untuk menyediakan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mendorong pola penyebaran mereka di dalam taman nasional. </p>
<p>Badak Jawa mengembara di wilayah hutan hujan yang padat, berawa-rawa, dan luas. Peneliti jarang melihat mereka. Kami malah menemukan jejak dan kotoran. Ini membantu kami memahami habitat tempat badak hidup. Namun, jejak dan kotoran bukan indikator yang baik untuk ukuran populasi. Para ilmuwan sempat mencoba menempatkan perangkap kamera untuk menangkap gambar badak, tapi tanpa gambar dengan kualitas tinggi sulit untuk membedakan antara badak satu dan badak lainnya. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/zfRT6cnBevg?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Video badak Jawa dari perangkap kamera di Taman Nasional Ujung Kulon, Pandeglang, Banten.</span></figcaption>
</figure>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/perdagangan-ilegal-kura-kura-mengapa-saya-menyimpan-rahasia-86683">Perdagangan ilegal kura-kura: mengapa saya menyimpan rahasia</a></em></p>
<hr>
<p>Selama empat tahun terakhir, saya bekerja sebagai penasihat sains. Saya bekerja bersama peneliti dan ahli biologi dari <a href="http://www.wwf.or.id/">World Wide Fund For Nature Indonesia</a> dan <a href="https://www.worldwildlife.org/">Amerika Serikat</a>, ahli biologi Taman Nasional Ujung Kulon, <a href="https://www.globalwildlife.org/">Global Wildlife Conservation</a>, dan lembaga swadaya masyarakat <a href="http://badak.or.id/">YABI</a> untuk menciptakan strategi pemantauan badak Jawa yang bernas dan akurat. </p>
<p>Bergerak dari usaha-usaha yang sudah dilakukan di masa lalu, rekan-rekan saya mengembangkan pendekatan sistematis untuk menempatkan perangkap kamera di wilayah habitat badak di Taman Nasional Ujung Kulon. Ahli biologi lapangan masuk ke wilayah hutan hujan yang sangat rimbun untuk memasang kamera di 178 lokasi. Setiap kamera diatur untuk merekam klip video berkualitas tinggi dari binatang apa pun yang lewat. Biasanya, ahli biologi jarang beruntung melihat satu saja dari badak-badak ini. Namun, kerja keras menjaga kamera beroperasi selama satu tahun berhasil mengumpulkan 36.104 klip video, 1.660 di antaranya mengandung klip video badak. </p>
<p>Dalam proyek ini, peran saya adalah mengembangkan metode statistik yang bernas bersama para ahli biologi. Menggunakan data video kami menggunakan metode statistik ini untuk menghasilkan estimasi ukuran populasi dan penyebaran. Namun, pertama-tama kami harus memastikan bahwa satu per satu badak yang terekam di video dapat diidentifikasi secara pasti.</p>
<p>Kami membentuk tiga tim yang independen dari satu sama lain untuk mengidentifikasi badak dan membandingkan hasilnya. Ini menjadi proses identifikasi multi-langkah yang menggunakan ciri morfologi, seperti jenis kelamin, bentuk dan posisi cula, lipatan kulit di sekitar mata, lipatan kulit di leher, dan bekas luka. </p>
<p>Sesudah kami dapat mengenali badak satu per satu, kami bisa hitung berapa kali kami melihat badak tertentu dan di mana lokasinya. Menggunakan model statistik, kami masukkan data untuk memperkirakan pergerakan badak, ukuran populasi, dan distribusi spasial. Kami menjelaskan perkembangan dan penemuan kami di <a href="http://dx.doi.org/10.1111/conl.12366">artikel ilmiah yang diterbitkan di jurnal Conservation Letters</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/164977/original/image-20170412-26706-jpwqhp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/164977/original/image-20170412-26706-jpwqhp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/164977/original/image-20170412-26706-jpwqhp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/164977/original/image-20170412-26706-jpwqhp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/164977/original/image-20170412-26706-jpwqhp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/164977/original/image-20170412-26706-jpwqhp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/164977/original/image-20170412-26706-jpwqhp.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Foto perangkap-kamera badak Jawa dari Taman Nasional Ujung Kulon Banten.</span>
<span class="attribution"><span class="source">WWF-ID</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Yang terpenting, kami berhasil mengestimasi secara cermat populasi badak sebanyak 62 ekor. Kami lihat ada tanda-tanda positif mengenai populasi badak, seperti video badak bayi dan remaja. </p>
<p>Namun, populasi badak tidak menunjukkan tanda-tanda bertumbuh. Populasi badak Jawa secara umum tidak tumbuh dengan cepat. Para betina biasanya mencapai kematangan seksual sesudah mencapai usia tiga atau empat tahun, tapi jantan biasanya tidak mencapai tingkat kedewasaan seksual sampai mereka berusia enam tahun. Betina biasanya hanya memiliki satu anak pada satu waktu dan biasanya tidak melahirkan anak lagi sampai empat atau lima tahun berikutnya. Masa tumbuh janin adalah 16 bulan. </p>
<p>Menggunakan model statistik, kami juga mendapati bahwa badak jantan menjelajah wilayah yang lebih luas dibandingkan betina dan baik jantan maupun betina lebih suka wilayah dengan ketinggian rendah, dan biasanya dekat garis pantai. Mereka hampir seratus persen menghindari wilayah pegunungan di taman nasional. Badak-badak ini juga lebih suka dekat-dekat dengan kubangan lumpur, tempat mereka melumuri kulit mereka sepanjang hari untuk mengatur suhu tubuh, menghindari gigitan serangga, dan menghilangkan parasit. </p>
<h2>Menciptakan rencana konservasi</h2>
<p>Dengan informasi baru ini di tangan kami, kami sedang membantu pemerintah Indonesia dan mitra konservasi pemerintah untuk mengambil langkah-langkah lanjutan untuk melindungi badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon dan mempertahankan spesies tersebut. Penelitian kami menunjukkan badak berisiko menjadi korban tsunami, karena mereka suka habitat yang dekat garis pantai. </p>
<p><a href="http://volcano.si.edu/region.cfm?rn=6">Busur Sunda</a>, wilayah lempeng tektonik bertemu dan secara rutin menyebabkan gempa bumi yang dapat memicu tsunami dekat dengan garis pantai Taman Nasional Ujung Kulon. Di utara taman nasional ada gunung api <a href="http://volcano.oregonstate.edu/krakatau">Anak Krakatau</a> yang sejak 1920 terus tumbuh di dalam kaldera Krakatau, gunung api yang meletus hebat pada 1883, menciptakan tsunami yang membunuh lebih dari 30.000 orang. Anak Krakatau sering meletus dan berpotensi tinggi menghasilkan tsunami. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/171368/original/file-20170529-25222-11eihab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/171368/original/file-20170529-25222-11eihab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=411&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/171368/original/file-20170529-25222-11eihab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=411&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/171368/original/file-20170529-25222-11eihab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=411&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/171368/original/file-20170529-25222-11eihab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/171368/original/file-20170529-25222-11eihab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/171368/original/file-20170529-25222-11eihab.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=516&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gunung Anak Krakatau, 3 Januari 2016.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Anak_Krakatau,_january_2016.jpg">Tyke/Wikipedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Melindungi badak Jawa dari kepunahan akan memerlukan pengembangan populasi tambahan, yang artinya sebagian badak dari Taman Nasional Ujung Kulon perlu dipindahkan. Memindahkan binatang liar merupakan <a href="https://theconversation.com/galapagos-giant-tortoises-make-a-comeback-thanks-to-innovative-conservation-strategies-67591">pendekatan yang umum dilakukan dalam konservasi</a>, meski langkah tersebut mengandung risiko untuk hewan-hewan tersebut. Namun, mengingat risiko kepunahan terhadap badak Jawa sebagai spesies, tidak melakukan apa-apa bukan solusi. </p>
<p>Usaha konservasi ini membutuhkan investasi yang signifikan dan kemitraan lintas pemerintah, LSM, dan universitas. Ahli konservasi dan pemerintah Indonesia sudah mendiskusikan ide pengembangan populasi badak Jawa baru selama berpuluh-puluh tahun. </p>
<p>Penelitian kami menyediakan ketepatan ilmiah yang dapat memastikan kita memiliki informasi demografi dasar yang diperlukan untuk mengambil keputusan ini dan dorongan untuk melangkah tanpa ditunda-tunda.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84917/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Brian Gerber tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Badak Jawa termasuk mamalia yang terancam punah. Mereka tinggal di ujung barat Pulau Jawa di jalur tsunami. Untuk menyelamatkan mereka, populasi baru harus dikembangkan.Brian Gerber, Assistant Professor of Natural Resources Science, University of Rhode IslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.