tag:theconversation.com,2011:/nz/topics/gambut-92994/articlesgambut – The Conversation2023-04-04T06:48:28Ztag:theconversation.com,2011:article/2032302023-04-04T06:48:28Z2023-04-04T06:48:28Z1001 alasan untuk peduli terhadap lahan gambut<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/519190/original/file-20230404-27-omaerx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><p>Indonesia berperan penting menjaga ekosistem global, terutama ekosistem gambut yang memiliki manfaat yang beragam. Dalam hal ini, <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/17/luas-lahan-gambut-indonesia-terbesar-di-asia-tenggara">Indonesia menjadi negara kedua dengan lahan gambut terluas di dunia</a> sekitar 20 juta hektar. </p>
<p>Keberadaan lahan gambut memberikan banyak manfaat bagi manusia, salah satunya sebagai tempat menanam sagu yang menjadi sumber pangan masyarakat sekitar. Selain itu, gambut juga memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 dalam jumlah yang sangat besar, untuk menyeimbangkan emisi gas rumah kaca di atmosfer Bumi. </p>
<p>Sayangnya, hingga saat ini banyak lahan gambut yang rusak dan terbakar. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove menyatakan hanya 4,02 juta hektare atau <a href="https://betahita.id/news/detail/7805/gambut-rusak-sangat-berat-di-indonesia-luasnya-206-935-hektare.html?v=1658709796">16% dari total luas kawasan gambut Indonesia yang masih dalam kondisi baik</a>. Sisanya rusak ringan hingga sangat berat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kehilangan-gambut-berarti-kehilangan-aset-indonesia-berusia-13-ribu-tahun-199182">Kehilangan gambut berarti kehilangan aset Indonesia berusia 13 ribu tahun</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Untuk membahas betapa pentingnya kita peduli terhadap keberadaan gambut, kami berbincang dengan Wahyu Perdana, juru kampanye dari <a href="https://pantaugambut.id/">Pantau Gambut</a>, sebuah organisasi non pemerintah yang berfokus pada riset, advokasi, dan kampanye untuk perlindungan dan kelestarian lahan gambut di Indonesia.</p>
<p>Dengarkan obrolan lengkap tentang sumber daya alam, energi terbarukan, dan dampak sosial & ekonomi akibat perubahan iklim dalam siniar (<em>podcast</em>) Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203230/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Indonesia berperan penting menjaga ekosistem global, terutama ekosistem gambut yang memiliki manfaat yang beragam. Dalam hal ini, Indonesia menjadi negara kedua dengan lahan gambut terluas di dunia sekitar…Muammar Syarif, Podcast ProducerLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1990002023-02-03T02:50:40Z2023-02-03T02:50:40ZIndustri sawit ingkari komitmen antideforestasi, bagaimana menuntut pertanggungjawaban mereka?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/507519/original/file-20230201-19-p2b9a1.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Nanang Sudjana/CIFOR</span></span></figcaption></figure><p>Pada 2013, sejumlah perusahaan besar sektor sawit <a href="https://www.proforest.net/fileadmin/uploads/proforest/Documents/Publications/infonote_04_introndpe.pdf">merilis komitmen</a> antideforestasi dan perusakan kawasan gambut melalui kebijakan <em>No Deforestation, No Peat, No Exploitation (NDPE)</em>. </p>
<p>Sayangnya, laporan terbaru dari organisasi nirlaba <a href="https://earthqualizer.org/news-and-publications/outstanding-debt">Earthqualizer</a> menunjukkan bahwa komitmen belum terpenuhi. Laporan ini mengungkapkan industri sawit masih melakukan deforestasi dan perusakan gambut seluas 440 ribu hektare <a href="https://web.archive.org/web/20110427084411/http://www.dgcl.interieur.gouv.fr/sections/a_votre_service/lu_pour_vous/les_grandes_metropol/downloadFile/attachedFile/metropolislondres.pdf?nocache=1254397828.63">(setara tujuh kali lipat dari luas wilayah Jakarta)</a> selama 2016-2021 di Indonesia. Kerusakan serupa juga terjadi di Malaysia dan Papua Nugini seluas 210 ribu hektare. Earthqualizer menjumlahkan angka ini menjadi 877 ribu hektar, karena bobot dua kali lipat untuk pembukaan lahan gambut yang lebih kaya karbon.</p>
<p>Sekitar 116 grup perusahaan bertanggung jawab terhadap perusakan hutan dan gambut masing-masing sekitar seribu hektare. Sementara, terdapat 25 grup perusahaan yang masing-masing berkontribusi jauh lebih besar – sekitar 7-35 ribu hektare.</p>
<p>Pelanggaran terhadap komitmen antideforestasi tersebut semestinya diikuti <a href="https://www.proforest.net/fileadmin/uploads/proforest/Documents/Publications/infonote_04_introndpe.pdf">sanksi pembekuan transaksi</a> dari perusahaan pembeli sawit (termasuk pengolah, perusahaan perniagaan, dan perusahaan produk konsumen) kepada perusahaan perkebunan. Sayangnya, komitmen ini belum sepenuhnya berjalan, sehingga transaksi sawit hasil deforestasi masih saja terjadi.</p>
<p>Situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sektor sawit untuk berbenah memastikan transformasi bisnis yang tetap menjaga kelestarian hutan dan kawasan gambut. Kita membutuhkan sistem yang lebih ketat untuk mencapai tujuan tersebut, sekaligus menjaga kehidupan jutaan petani yang menggantungkan hidupnya dari perkebunan sawit.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/506025/original/file-20230124-21-b1gbk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/506025/original/file-20230124-21-b1gbk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/506025/original/file-20230124-21-b1gbk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/506025/original/file-20230124-21-b1gbk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/506025/original/file-20230124-21-b1gbk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/506025/original/file-20230124-21-b1gbk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/506025/original/file-20230124-21-b1gbk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pemupukan tanah pada perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Icaro Cooke Vieira/CIFOR</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Memperbaiki implementasi komitmen</h2>
<p>Pada 2019, Presiden Joko Widodo mulai melarang <a href="https://news.mongabay.com/2019/08/indonesia-forest-clearing-ban-is-made-permanent-but-labeled-propaganda/">penggunaan hutan alam</a> untuk perkebunan sawit. Larangan ini diperkuat oleh kebijakan <a href="https://www.reuters.com/business/cop/what-next-after-indonesia-ends-freeze-palm-permits-2021-10-29/">moratorium perkebunan sawit baru selama 2018-2021</a>.</p>
<p>Hasilnya, angka deforestasi jauh <a href="https://earthqualizer.org/news-and-publications/outstanding-debt">melambat selama 2019-2021</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kerusakan-hutan-akibat-sawit-bisa-dipulihkan-melalui-praktik-jangka-benah-apa-itu-177375">Kerusakan hutan akibat sawit bisa dipulihkan melalui praktik "jangka benah", apa itu?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kendati begitu, kebijakan pemerintah semestinya bukanlah langkah tunggal untuk memaksa industri sawit lebih lestari. Perusahaan dalam seluruh rantai pasok sawit juga harus menaati seluruh komitmen dan peraturan yang telah dibuat.</p>
<p>Para perusahaan harus memastikan produk sawit yang diperoleh berasal dari sumber-sumber (perkebunan) yang menerapkan praktik berkelanjutan. Mereka harus memiliki <a href="https://www.theconsumergoodsforum.com/news_updates/forest-positive-coalition-launches-palm-oil-deforestation-monitoring-and-response-framework/">sistem pemantauan yang transparan dengan data yang dapat dipertanggungjawabkan</a>. </p>
<p>Sistem ini juga harus memuat mekanisme respons apabila terjadi pelanggaran, misalnya pembekuan perdagangan, apabila ada perusahaan mitra yang terbukti merusak hutan ataupun gambut dalam rantai pasok mereka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/506030/original/file-20230124-25-aj4s8t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/506030/original/file-20230124-25-aj4s8t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/506030/original/file-20230124-25-aj4s8t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/506030/original/file-20230124-25-aj4s8t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/506030/original/file-20230124-25-aj4s8t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/506030/original/file-20230124-25-aj4s8t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/506030/original/file-20230124-25-aj4s8t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang warga Lubuk Beringin, Zulita, menyadap pohon karet di kebunnya di desa Lubuk Beringin, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Tri Saputro/CIFOR</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kendati begitu, sistem pemantauan ini juga membolehkan para pemasok minyak sawit untuk kembali berniaga selama mereka membuktikan komitmen mereka terhadap praktik berkelanjutan.</p>
<p>Salah satu yang perlu diperkuat adalah komitmen pemulihan hutan. Perusahaan pemasok sawit harus diwajibkan untuk menebus ‘dosa deforestasi’ mereka dengan memiliki dan melaksanakan rencana detail pemulihan hutan, termasuk metode dan jangka waktunya.</p>
<p>Namun, pemulihan lahan bukan sekadar penanaman pohon, melainkan juga perlindungan dan pengelolaan hutan yang telah dipulihkan. Aktivitas ini juga bukan cuma terkait hutan, tapi juga masyarakat di sekitarnya.</p>
<p>Karena itulah, perusahaan sawit harus melibatkan para pihak, terutama masyarakat setempat. Dalam rencana pemulihan ini, perusahaan dapat memasukkan strategi <a href="https://theconversation.com/study-shows-village-forests-in-indonesia-can-protect-the-environment-and-reduce-poverty-128393">peningkatan kesejahteraan masyarakat</a> berbasis hasil hutan bukan kayu, misalnya kopi, ataupun kemiri.</p>
<p>Langkah ini juga sejalan dengan pemenuhan <a href="https://setkab.go.id/en/govt-allocates-12-7-million-hectares-for-social-forestry/">target pemerintah untuk mengadakan perhutanan sosial seluas 12,7 juta hektare.</a></p>
<h2>Keterlibatan semua pihak</h2>
<p>Untuk meyakinkan publik bahwa industri sawit tengah melakukan perbaikan, seluruh pihak dalam rantai pasok sawit mesti berkomitmen untuk memulihkan hutan dan kawasan gambut.</p>
<p>Uang semestinya bukan menjadi persoalan. Sebab, berdasarkan perkiraan lembaga nirlaba The Forest Conservation Fund, ongkos <a href="https://www.youtube.com/watch?v=ZjQ6aWNlMyE&t=3114s">pemulihan 877 ribu hektare hutan hanya mencapai US$ 35 juta per tahun (sekitar Rp 526 miliar)</a>. </p>
<p>Angka itu tergolong kecil jika dibandingkan nilai industri sawit yang diperkirakan mencapai <a href="https://www.grandviewresearch.com/industry-analysis/palm-oil-market">US$ 63,7 miliar (Rp 954 triliun).</a>. Rencana pemulihan hutan selama 25 tahun hanya menghabiskan 1,3% dari total nilai industri sawit.</p>
<p>Selain dari perusahaan, konsumen juga dapat berperan dengan membeli produk-produk dari perusahaan yang berupaya konsisten mematuhi komitmen antideforestasi. Komitmen tegas dibutuhkan seluruh pihak di rantai nilai industri sawit guna mendukung transformasi berkelanjutan sektor sawit.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199000/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ibnu Budiman pernah bekerja sebagai Sustainability Specialist di Earthqualizer Foundation. Ia membantu menyebarluaskan laporan Earthqualizer kepada perusahaan kelapa sawit dan masyarakat luas. Earthqualizer memiliki kemitraan dengan beberapa perusahaan di rantai pasok minyak sawit.</span></em></p>Pelanggaran justru dibiarkan terjadi dan berjalan tanpa sanksi.Ibnu Budiman, Researcher and consultant on sustainability transition, Wageningen UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1530972021-02-04T03:18:09Z2021-02-04T03:18:09ZTiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/380610/original/file-20210126-23-ck4h0w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=17%2C0%2C1920%2C1279&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/climate-change-thermometer-3836835/">pixabay</a></span></figcaption></figure><p>Indonesia, sebagai salah satu negara yang <a href="https://www.mongabay.co.id/2016/10/19/indonesia-ratifikasi-perjanjian-paris-apa-langkah-selanjutnya/">sudah meratifikasi Perjanjian Paris</a>, absen dalam pertemuan virtual tingkat tinggi, <em><a href="https://www.climateambitionsummit2020.org">Climate Ambition Summit 2020</a></em>, pada Desember lalu.</p>
<p>Perjanjian Paris adalah perjanjian yang mengikat secara hukum yang telah disepakati oleh negara-negara anggota UNFCCC (Badan PBB untuk Perubahan Iklim) pada tahun 2015. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyampaikan pidato pembuka dalam pertemuan virtual _Climate Ambition Summit_ 2020" src="https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyampaikan pidato pembuka dalam pertemuan virtual <em>Climate Ambition Summit</em> 2020.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.climateambitionsummit2020.org</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pertemuan ini mengumpulkan negara-negara di dunia untuk meningkatkan target penurunan emisi mereka karena adanya kekhawatiran pandemi memperlambat upaya mengatasi dampak krisis iklim yang sedang terjadi. </p>
<p>Awal Januari ini, Indonesia menyatakan <a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">tidak akan meningkatkan target emisi</a>, yaitu 29% dan 41% dengan bantuan internasional hingga tahun 2030, dan hanya akan memaparkan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada pertemuan iklim berikutnya </p>
<p><a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">Alasan dari pemerintah</a> adalah Indonesia bisa meyakinkan dunia dengan dokumen Kontribusi Iklim Nasional (<em>Nationally Determined Contribution</em>) terbaru, meski tidak menaikkan target penurunan emisi. </p>
<p>Dokumen tersebut sudah menjelaskan bagaimana Indonesia secara ambisius bisa mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan langkah-langkah yang realistis dan logis.</p>
<p>Sampai tulisan ini diterbitkan, Pemerintah Indonesia belum mengirimkan dokumen tersebut kepada UNFCCC.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-tertundanya-pertemuan-iklim-cop26-mengganggu-upaya-untuk-mengurangi-emisi-karbon-ini-penjelasannya-148094">Apakah tertundanya pertemuan iklim COP26 mengganggu upaya untuk mengurangi emisi karbon? Ini penjelasannya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hal ini tentu saja cukup disayangkan karena Indonesia merupakan salah satu <a href="https://www.wri.org/blog/2020/12/interactive-chart-top-emitters">negara penghasil emisi terbesar</a> di dunia, terutama dari <a href="https://www.bps.go.id/publication/2020/11/27/5a798b6b8a86079696540452/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2020.html">sektor kehutanan</a>. </p>
<p>Berdasarkan data <a href="https://www.bps.go.id/publication/2020/11/27/5a798b6b8a86079696540452/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2020.html">Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2020</a>, emisi dari sektor tersebut mencapai 723.510 ribu ton C02e (karbon dioksida ekuivalen) pada tahun 2018 dan total luas wilayah <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran">hutan dan lahan yang terbakar</a> mencapai 529.266,64 hektare atau hampir setara dengan luas wilayah pulau Bali.</p>
<p>Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lain.</p>
<p>Dengan angka yang begitu mengkhawatirkan, tantangan Indonesia akan semakin besar untuk memenuhi target emisi, tapi ahli menyatakan bahwa jika Indonesia tidak menaikkan target emisinya maka Indonesia bisa mengalami beberapa kerugian.</p>
<h2>1) Meningkatkan risiko</h2>
<p>Dalam <a href="https://unfccc.int/files/meetings/paris_nov_2015/application/pdf/cop21cmp11_leaders_event_indonesia.pdf">pidatonya</a> di pertemuan tingkat tinggi negara-negara anggota UNFCCC ke 21, atau <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/paris-climate-change-conference-november-2015/cop-21">COP21</a> (<em>Conference of Parties 21</em>), di Paris, Prancis, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyampaikan kerentanan Indonesia terhadap perubahan iklim dengan statusnya sebagai negara dengan banyak pulau kecil dan 60% penduduk tinggal di wilayah pesisir. </p>
<p>Indonesia menjadi salah satu negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, mulai dari kekeringan, kenaikan air muka laut, gelombang panas, hingga cuaca ekstrem yang semakin sering dan parah. </p>
<p>Jika Indonesia tidak ikut meningkatkan target pengurangan emisi menjadi lebih ambisius maka Indonesia akan mengalami kerugiannya dalam jangka panjang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Banjir akibat cuaca ekstrem semakin intens di seluruh daerah di Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2) Melukai reputasi internasional</h2>
<p>Indonesia sudah memiliki rekam jejak yang baik dalam perundingan iklim. </p>
<p>Salah satunya adalah menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan pertemuan tingkat tinggi PBB untuk Perubahan Iklim ke-13 atau <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/bali-climate-change-conference-december-2007/cop-13">COP13 di Bali</a> pada tahun 2007 dan menghasilkan <a href="https://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdf"><em>Bali Action Plan</em></a>.</p>
<p>Apabila tidak memiliki target iklim yang ambisius, citra dan reputasi Indonesia di dunia internasional yang sudah terbangun sejak COP13 bisa memburuk.</p>
<p>Indonesia akan mendapatkan <a href="https://scholar.harvard.edu/dtingley/publications/effects-naming-and-shaming-public-support-compliancewith-international">kritik dan tekanan</a> dari komunitas internasional dalam kerangka Perjanjian Paris.</p>
<p><a href="https://www.brookings.edu/blog/planetpolicy/2018/06/01/one-year-since-trumps-withdrawal-from-the-paris-climate-agreement/">Keluarnya Amerika Serikat</a> dari Perjanjian Paris adalah contoh nyata bagaimana keputusan tersebut mendapat kecaman dari dunia internasional dan publik domestik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Aktivis Greenpeace Indonesia memprotes kebijakan Presiden Donald Trump yang menyatakan Amerika Serikat mundur dari Perjanjian Paris.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf/ama/17</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selanjutnya, Indonesia akan kalah bersaing dengan negara berkembang yang berkomitmen memperbaharui target pengurangan emisi menjadi lebih ambisius seperti negara tetangga, <a href="https://www.khmertimeskh.com/50793654/the-time-is-now-to-step-up-climate-action/">Kamboja</a>, <a href="https://la.ambafrance.org/The-time-is-now-to-step-up-climate-action-editorial-commun-Royaume-Uni-France">Laos</a>, dan <a href="https://www.moi.gov.mm/moi:eng/news/2218">Myanmar</a> yang hadir dalam <em>Climate Ambition Summit 2020</em>. </p>
<h2>3) Peluang untuk akses dana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim jadi terbatas</h2>
<p>Upaya pengurangan emisi nasional membutuhkan biaya yang tidak sedikit. </p>
<p>Kementerian Keuangan mengatakan Indonesia membutuhkan dana sekitar <a href="https://www.merdeka.com/uang/indonesia-butuh-rp-3586-t-hingga-2030-atasi-perubahan-iklim-dunia.html#:%7E:text=Merdeka.com%20%2D%20Indonesia%20membutuhkan%20dana,NDC">Rp3.586 triliun</a> untuk pendanaan program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim hingga tahun 2030. </p>
<p>Apabila Indonesia tidak ikut meningkatkan ambisi target emisi, maka memiliki peluang sedikit untuk mengakses pendanaan internasional untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.</p>
<p>Misalnya, melalui <a href="https://www.greenclimate.fund/"><em>Green Climate Fund</em></a>,<a href="https://unfccc.int/topics/climate-finance/funds-entities-bodies/global-environment-facility"><em>Global Environment Facility</em></a>, <a href="https://www.adaptation-fund.org/"><em>Adaptation Fund</em></a> serta skema bantuan bilateral. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dana-desa-bisa-digunakan-untuk-proyek-perubahan-iklim-ini-caranya-128464">Dana Desa bisa digunakan untuk proyek perubahan iklim. Ini caranya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><em>Green Climate Fund</em> dan <em>Adaptation Fund</em> merupakan lembaga pendanaan internasional yang dibentuk oleh UNFCCC dan memiliki peran khusus mendukung pencapaian Perjanjian Paris. </p>
<p><em>Green Climate Fund</em> mendanai aksi mitigasi dan adaptasi, sedangkan <em>Adaptation Fund</em> fokus mendanai proyek dan program adaptasi perubahan iklim.</p>
<p>Sementara, <em>Global Environment Facility</em> (GEF) adalah lembaga pendanaan internasional yang dibentuk sejak <a href="https://www.un.org/en/conferences/environment/rio1992">KTT Bumi tahun 1992</a> yang juga mendukung isu-isu lainnya, seperti <a href="https://www.cbd.int">keanekaragaman hayati</a>, <a href="http://www.pops.int">pencemaran</a>, hingga <a href="https://www.unccd.int">degradasi lahan</a>, tidak hanya isu perubahan iklim. </p>
<p>Total dana dari ketiga lembaga tersebut mencapai US$12,2 miliar atau Rp173 triliun.</p>
<p>Untuk Indonesia, dana-dana internasional ini bisa disalurkan ke beberapa lembaga, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan, Badan PBB untuk Program Pembangunan (UNDP), Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO), Kemitraan, dan <a href="https://ptsmi.co.id">PT Sarana Multi Infrastruktur</a>.</p>
<h2>Belum terlambat</h2>
<p>Edvin Aldrian, perwakilan Indonesia di <a href="https://www.ipcc.ch">IPCC</a> (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Panel Ilmuwan Iklim) menyampaikan dalam wawancaranya dengan saya bahwa target iklim yang baru dan ambisius bisa meyakinkan dunia internasional tentang keseriusan Indonesia terhadap isu perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon, khususnya dari sektor kehutanan.</p>
<p>Lebih lanjut, hal tersebut juga bisa meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam negosiasi internasional, seperti <em><a href="https://ec.europa.eu/trade/policy/countries-and-regions/countries/indonesia/index_en.htm">Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement</a></em>, sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Uni Eropa, terkait dengan perdagangan jasa, investasi, hingga pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Perjanjian ini <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2018/11/12/ri-europe-deal-what-are-next-steps.html">menyaratkan</a> agar para pihak memenuhi standar lingkungan sesuai dengan perjanjian internasional, termasuk Perjanjian Paris. </p>
<p>Selain itu, peningkatan target emisi bisa berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. </p>
<p>Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden sudah menyatakan upaya pengurangan emisi melalui energi bersih dan terbarukan dapat <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5324378/begini-rencana-joe-biden-tekan-jumlah-pengangguran-as">menciptakan 10 juta lapangan pekerjaan baru di negara tersebut</a>.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1283199601001009159"}"></div></p>
<p>Baru-baru ini, Presiden Jokowi menjajaki peluang investasi <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2020/12/14/072200815/jokowi-undang-tesla-untuk-berinvestasi-di-indonesia">Tesla</a> di Indonesia di sektor industri mobil listrik dan baterai kendaraan listrik.</p>
<p>Ini bisa menjadi peluang penciptaan lapangan kerja dan investasi di sektor energi dan transportasi yang bisa didapatkan Indonesia sambil meningkatkan ambisi penurunan emisi.</p>
<p>Saat ini, perhatian negara-negara masih tertuju kepada penanganan penyebaran pandemi dan pemberian vaksin. </p>
<p>Meskipun demikian, negara-negara tidak bisa mengesampingkan upaya penanganan dampak perubahan iklim yang merupakan agenda global jangka panjang. </p>
<p>Mencegah pemanasan global adalah tugas yang sangat sulit, namun bukan suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.</p>
<p>Apabila seluruh negara, termasuk Indonesia, tidak meningkatkan ambisi penurunan emisi, maka kita tidak bisa mencegah kenaikan suhu Bumi sampai batas <a href="https://www.theguardian.com/environment/2020/dec/12/world-is-in-danger-of-missing-paris-climate-target-summit-is-warned">1,5 derajat Celsius</a>. </p>
<p>Masih belum terlambat bagi Indonesia untuk meningkatkan target pengurangan emisi nasional demi menghindari kerugian yang lebih besar lagi, baik dari segi kerusakan lingkungan dan ekonomi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/153097/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stanislaus Risadi Apresian tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia akan alami banyak kerugian apabila tidak tingkatkan ambisi penurunan emisi nasional.Stanislaus Risadi Apresian, Lecturer in International Relations, Universitas Katolik ParahyanganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1526812021-01-11T03:24:10Z2021-01-11T03:24:10ZPemanasan global dan pembangunan bisa menghentikan peran lahan gambut menjaga karbon keluar dari atmosfer<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/377703/original/file-20210108-19-hpyqim.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lebih bernilai dibanding kelihatannya.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/2i7ErG1">David Stanley/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://peatlands.org/peatlands/what-are-peatlands/">Lahan gambut</a> adalah jenis lahan basah di mana terdapat tanaman kering yang tidak sepenuhnya terurai karena terlalu basah. </p>
<p>Dalam ekosistem ini, gambut terbentuk sebagai tanah agak gelap bertekstur seperti spons.</p>
<p>Selama ribuan tahun, lapisan tebal <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Peat">gambut</a> terus bertambah dan menangkap sejumlah besar karbon, membantu mendinginkan iklim dalam skala global. </p>
<p>Namun, peran ini mungkin tidak akan bertahan lebih lama lagi.</p>
<p>Suhu yang memanas dan aktivitas manusia, seperti mengeringkan rawa gambut dan mengubahnya menjadi lahan pertanian, bisa mengubah lahan gambut dari penyerap karbon menjadi sumber karbon. </p>
<p>Dalam <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-00944-0#citeas">studi terbaru</a>, tim kami yang terdiri dari <a href="http://pastglobalchanges.org/science/wg/peat-carbon/intro">70 ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu</a> dari seluruh dunia, menganalisis riset yang sudah ada dan melakukan survei pada 44 ahli terkemuka untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang bisa mengubah kadar karbon lahan gambut saat ini dan di masa depan. </p>
<p>Kami menemukan bahwa degradasi ibun abadi (<em>permafrost</em>) atau lapisan tanah es, suhu menghangat, naiknya permukaan laut dan kekeringan menyebabkan banyak lahan gambut di seluruh dunia kehilangan karbon yang sudah tersimpan. </p>
<p>Belum lagi, degradasi sangat cepat terjadi akibat aktivitas manusia. Apabila tidak ada langkah-langkah diambil untuk melindungi lahan gambut, jumlah hilangnya karbon bisa semakin cepat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Peta menunjukkan distribusi global dari lahan gambut." src="https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=359&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=359&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=359&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=451&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=451&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/373119/original/file-20201204-21-16ozcjc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=451&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lahan gambut diperkirakan dapat ditemukan di lebih dari 180 negara. Beberapa masih belum terdeteksi dan terpetakan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://farm5.staticflickr.com/4575/38989454502_ccb67be1e8_b.jpg">Levi Westerveld/GRID-Arendal</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Menjadi sumber emisi karbon</h2>
<p>Meskipun hanya mencakup 3% dari areal lahan global, lahan gambut mengandung sekitar 25% karbon global, dua kali lebih banyak dari hutan-hutan dunia. </p>
<p>Lahan gambut ada di setiap benua, bahkan <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-017-12479-0">Antarktika</a>.</p>
<p>Ekosistem ini terbentuk dari sebagian bahan organik yang membusuk terakumulasi di tanah dingin yang hampir selalu basah, yang <a href="https://www.livescience.com/38983-irish-bog-body.html">secara dramatis memperlambat dekomposisi</a>. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/sMawMMtME7g?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Manusia menggunakan gambut untuk bahan bakar sejak lama, dan juga perasa wiski.</span></figcaption>
</figure>
<p>Namun, perubahan iklim telah mengubah kondisi tersebut. </p>
<p>Sebagai contoh, di beberapa wilayah Arktik, <a href="https://doi.org/10.1038/d41586-019-01313-4">lapisan es sangat cepat mencair</a> dan mendorong aktivitas mikroba yang melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer. </p>
<p>Mikroba-mikroba ini mengonsumsi gambut kaya karbon yang sebelumnya beku. </p>
<p>Penyebab lainnya adalah kebakaran lahan gambut secara masif. </p>
<p>Kebakaran hutan baru-baru ini, <a href="https://www.themoscowtimes.com/2020/05/29/zombie-wildfires-threaten-arctic-russia-scientists-warn-a70416">seperti di Rusia</a>, melepaskan karbon dalam beberapa bulan setara dengan total emisi karbon dioksida manusia dalam satu tahun. </p>
<p>Kebakaran gambut juga sulit dipadamkan. </p>
<p>Bara dalam bahan organik yang padat dapat menyala kembali berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian.</p>
<p>Aktivitas manusia juga bisa meningkatkan pelepasan gas rumah kaca dari ekosistem gambut yang kaya akan karbon. </p>
<p>Misalnya, di Inggris, <a href="https://candidegardening.com/GB/stories/ea083986-c223-44f9-a50f-1ff2813cdf09">mengolah gambut untuk kebun</a> telah menyebabkan lahan gambut untuk melepaskan sekitar 16 juta ton karbon setiap tahun. </p>
<p>Ini kira-kira setara dengan emisi gas rumah kaca tahunan <a href="https://www.epa.gov/energy/greenhouse-gas-equivalencies-calculator">lebih dari 12 juta mobil</a>. </p>
<p>Di <a href="https://news.mongabay.com/2020/06/as-fires-strangle-national-parks-indonesia-struggles-to-restore-peatlands/">Indonesia</a> dan <a href="https://www.thestar.com.my/lifestyle/living/2020/11/24/ways-to-save-degraded-peatlands-and-stop-them-turning-into-fire-hazards">Malaysia</a>, karena lahan subur semakin jarang, lahan gambut dibakar, dikeringkan, dan dialihfungsikan. </p>
<p>Saat ini, sebagian besar lahan gambut Indonesia <a href="https://edition.cnn.com/interactive/2019/11/asia/borneo-climate-bomb-intl-hnk/">telah dihancurkan untuk perkebunan kelapa sawit</a>.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Lahan gambut kering" src="https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=598&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=598&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=598&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=751&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=751&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/373118/original/file-20201204-19-14drpop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=751&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambut terpotong menjadi blok dan dikeringkan di rak di Tierra del Fuego, Argentina.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Julie Loisel</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://www.wri.org/blog/2016/04/destruction-tropical-peatland-overlooked-source-emissions">World Resources Institute</a> memperkirakan bahwa pengeringan lahan gambut di Indonesia dan Malaysia menghasilkan total emisi tahunan setara dengan hampir 70 pembangkit listrik batu bara. </p>
<p>Kegiatan ini juga membahayakan populasi satwa rentan, seperti orang utan dan berbagai jenis ikan air tawar. </p>
<p>Degradasi lahan gambut karena aktivitas manusia menyumbang <a href="https://doi.org/10.1038/s41558-019-0615-5">5-10% emisi karbon dioksida tahunan dari aktivitas manusia</a>, terlepas dari jejak geografis dari zona-zona ini. </p>
<h2>Mengukur karbon lahan gambut</h2>
<p>Mengukur berapa banyak karbon yang akan lepas dari lahan gambut seluruh dunia sangat sulit dilakukan, terutama karena tidak ada model yang secara memadai bisa mewakili ekosistem ini dan banyak faktor yang memengaruhi kadar karbon.</p>
<p>Lahan gambut tidak termasuk ke dalam kebanyakan <a href="https://www.climateurope.eu/earth-system-modeling-a-definition/">model sistem Bumi</a> yang digunakan para ilmuwan untuk proyeksi perubahan iklim di masa depan. </p>
<p>Ada pandangan lama bahwa lahan gambut adalah faktor kecil dalam siklus karbon global secara <a href="https://doi.org/10.1038/s41558-018-0271-10.1038/s41558-018-0271-11">tahun-ke-tahun</a>. </p>
<p>Namun, studi kami dan <a href="https://doi.org/10.1038/s41561-019-0462-z">banyak penelitian lain</a> menunjukkan bahwa perubahan iklim dan intervensi manusia membuat ekosistem ini sangat dinamis. </p>
<p>Studi kami menyoroti perlunya mengintegrasikan lahan gambut ke dalam model-model ini; kami juga berharap ini dapat membantu mengarahkan penelitian baru. </p>
<p>Meskipun model belum siap, keputusan perlu diambil sekarang tentang bagaimana mengelola lahan gambut. </p>
<p>Oleh karena itu, kami melakukan survei ahli sebagai langkah awal terhadap prediksi nasib karbon lahan gambut seluruh dunia. </p>
<p>Berdasarkan respon mereka, kami memperkirakan bahwa ada 100 miliar ton karbon bisa terlepas dari lahan karbon di tahun 2100. </p>
<p>Ini jumlah yang sama dengan 10 tahun emisi dari seluruh aktivitas manusia, termasuk membakar bahan bakar fosil dan membuka hutan. </p>
<p>Para ahli yang kami tanyakan tidak bisa mencapai kesepakatan dan perkiraan kami sangat tidak pasti: Perubahan bersih karbon gambut selama 80 tahun ke depan dapat berkisar dari 103 miliar ton hingga kerugian 360 miliar ton. </p>
<p>Tidak semua negara terkena dampak dengan cara yang sama. </p>
<p>Lahan gambut pada ketinggian mungkin mengalami peningkatan penyimpanan karbon di bawah iklim yang menghangat karena peningkatan pertumbuhan tanaman dan akumulasi gambut yang lebih besar.</p>
<p>Gambut tropis, di sisi lain, lebih cenderung mengering dan terbakar karena suhu menghangat dan aktivitas manusia. </p>
<p>Faktor-faktor ini dan pilihan manusia tentang pengelolaan lahan gambut akan memengaruhi apakah daerah-daerah ini menjadi sumber atau penyerap karbon di masa depan.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Lahan basah tropis" src="https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=601&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=601&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=601&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=755&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=755&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/373120/original/file-20201204-17-134iqgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=755&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lahan gambut tropis di Panama.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Angela Gallego-Sala</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Secara keseluruhan, hasil kami menunjukkan bahwa pelepasan karbon akan melampaui penyerapan pada tahun-tahun mendatang, terutama karena dampak manusia di lahan gambut tropis. </p>
<p>Peralihan dari penyerap ke sumber emisi karbon ini akan mendorong <a href="https://sciencetrends.com/positive-feedback-loop-examples/"><em>positive feedback loop</em></a>. </p>
<p>Lahan gambut melepaskan karbon yang membuat iklim Bumi lebih hangat, yang membuat lahan gambut melepaskan lebih banyak karbon, dan seterusnya.</p>
<p>Terlepas dari ketidakpastian dalam temuan kami, kami percaya hasil kami menunjukkan bahwa lahan gambut harus dimasukkan dalam model iklim dan negara-negara harus mengambil langkah-langkah untuk melestarikannya. </p>
<h2>Menuju penggunaan berkelanjutan</h2>
<p>Keseimbangan harus dicapai antara penggunaan lahan gambut yang bijak dengan kebutuhan ekonomi. </p>
<p>Mengingat banyak karbon dari lahan gambut dan kerentanan mereka, banyak ahli yang kami survei percaya bahwa orang-orang akan segera mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan untuk mengelolanya. </p>
<p>Tapi, tidak semua optimis. </p>
<p>Di wilayah seperti <a href="https://truthout.org/articles/its-not-just-the-amazon-we-must-also-protect-congo-basin-peatlands-from-fire/">Amazon dan Kongo</a>, di mana terdapat <a href="https://doi.org/10.1007/s11027-017-9774-8">lahan gambut luas</a> <a href="https://doi.org/10.1088/1748-9326/9/12/124017">baru-baru ini ditemukan</a>, sangat penting untuk mengambil tindakan untuk pelestarian. </p>
<p>Lahan gambut juga harus dipertimbangkan ke dalam <a href="https://climateanalytics.org/publications/2018/integrated-assessment-models-what-are-they-and-how-do-they-arrive-at-their-conclusions/">model penilaian terintergrasi</a> yang digunakan para ilmuwan menggunakan untuk memahami dampak perubahan iklim dan opsi mitigasi. </p>
<p>Model yang dapat memproyeksikan perubahan sosial ekonomi di masa depan dan jalur emisi karbon yang mampu membantu mengembangkan insentif, seperti harga karbon lahan gambut dan praktik penggunaan berkelanjutan. </p>
<p>Ini akan mengubah cara ekosistem gambut semakin dihargai dan dikelola. </p>
<p>Akan tetapi, langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran di seluruh dunia tentang sumber alam yang berharga ini dan konsekuensi yang didapat bila terus mengeksploitasi. </p>
<hr>
<p><em>Wiliam Reynold menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/152681/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Julie Loisel menerima dana dari US National Science Foundation dan National Geographic Society.</span></em></p>Lahan gambut di seluruh dunia punya jumlah karbon besar dan bisa menjaga Bumi dari pemanasan. Namun, meningkatnya suhu dan penggunaan berlebihan dapat mengubah fungsinya.Julie Loisel, Assistant Professor of Geography, Texas A&M UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1428442020-09-25T06:28:45Z2020-09-25T06:28:45ZRiset tunjukkan cara baru penyelamatan lahan gambut yang bisa menguntungkan masyarakat sekaligus mencegah kebakaran hutan<p>Kebakaran hutan dan lahan terjadi hampir setiap tahun di Indonesia <a href="https://tirto.id/sejarah-kebakaran-hutan-lahan-di-indonesia-terparah-tahun-1997-eijN">sejak 1997</a>. </p>
<p>Salah satu pemicu kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia adalah keringnya lahan gambut akibat pembukaan lahan untuk kegiatan budidaya, seperti perkebunan dan pertanian. </p>
<p>Lahan gambut merupakan lahan basah yang terdiri dari sisa-sisa tumbuhan yang terbentuk selama ratusan hingga puluhan ribu tahun.</p>
<p>Konsesi dan masyarakat lokal sering kali harus mengeringkan lahan gambut ini dan mengubahnya menjadi lahan untuk menanam berbagai macam tanaman sebagai sumber penghasilan mereka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Dua orang laki-laki berdiri di atas lahan terbakar dan berasap." src="https://images.theconversation.com/files/358474/original/file-20200916-20-1ja01l3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/358474/original/file-20200916-20-1ja01l3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/358474/original/file-20200916-20-1ja01l3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/358474/original/file-20200916-20-1ja01l3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/358474/original/file-20200916-20-1ja01l3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/358474/original/file-20200916-20-1ja01l3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/358474/original/file-20200916-20-1ja01l3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambut yang kering akan mudah terbakar saat musim kemarau dan diperparah dengan aktivitas tebas bakar untuk buka lahan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/ManggalaAgni/JJ/foc</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pengeringan lahan gambut inilah yang telah memicu terjadinya kebakaran lahan yang terjadi setiap tahun di Indonesia dan menimbulkan <a href="https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/indonesia-economic-quarterly-reports">kerugian ekonomi</a> dan meningkatkan emisi karbon. </p>
<p>Lahan gambut yang terbakar juga menghasilkan asap yang memicu gangguan pernapasan penduduk, tidak hanya di Indonesia tapi juga negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.</p>
<p>Tahun 2019, Indonesia telah mengalami kerugian ekonomi sebesar <a href="https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/indonesia-economic-quarterly-reports">US$5,2 miliar</a> atau Rp77 triliun akibat kebakaran hutan dan lahan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kebakaran-hutan-dan-lahan-akan-menyebabkan-masalah-kesehatan-anak-di-masa-depan-125226">Kebakaran hutan dan lahan akan menyebabkan masalah kesehatan anak di masa depan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Salah satu cara menurunkan risiko kebakaran hutan dan lahan adalah dengan memulihkan (restorasi) lahan gambut setidaknya kembali ke kondisi basah.</p>
<p>Sejak tahun 2016, pemerintah sudah memulai <a href="https://www.pantaugambut.id/pelajari/pemulihkan-lahan-gambut/apa-itu-restorasi-gambut">program restorasi lahan gambut</a> di bawah koordinasi Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK). </p>
<p>Selain melakukan pembasahan kembali lahan gambut, salah satu strategi restorasi lain adalah dengan memberikan alternatif mata pencaharian pada masyarakat di wilayah gambut agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak gambut. </p>
<p>Sayangnya, beberapa alternatif mata pencaharian yang dilakukan belum berhasil mendukung upaya kegiatan restorasi lahan gambut. </p>
<p>Misalnya, kegiatan menanam nanas, kopi, dan buah naga di kabupaten Pulang Pisau (Kalimantan Tengah) dan Tanjung Jabung Timur (Jambi) yang pada praktiknya dilakukan pada lahan gambut yang telah mengalami pengeringan karena jenis-jenis tanaman tersebut memerlukan lahan yang kering.</p>
<p>Akibatnya, hal ini tidak mendukung pembasahan lahan gambut dan dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran.</p>
<p>Kegiatan restorasi tersebut juga melibatkan aktivitas pengapuran yang mengakibatkan kerusakan lingkungan lainnya, seperti penurunan tanah dan penambahan emisi karbon. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tidak-cukup-restorasi-gambut-untuk-mencegah-kebakaran-hutan-berulang-di-sumatra-dan-kalimantan-124110">Tidak cukup restorasi gambut untuk mencegah kebakaran hutan berulang di Sumatra dan Kalimantan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Oleh karena itu, tim kami, terdiri dari ahli lingkungan, ahli gambut, ahli kebijakan, antropolog, dan ahli geografi, berusaha mencari strategi mata pencarian alternatif untuk pemulihan dengan membuat lahan gambut menjadi zona yang ramah lingkungan tetapi tetap memiliki nilai ekonomi melalui <a href="http://jglitrop.ui.ac.id/index.php/jglitrop/article/view/73">konsep <em>Special Pilot Economic Zone</em> atau SPEZ</a>. </p>
<h2>Konsep Kawasan Pilot Khusus Ekonomi (SPEZ)</h2>
<p>Konsep ini merupakan pengembangan dari konsep kawasan ekonomi khusus yang dikembangkan oleh <a href="https://unctad.org/en/PublicationChapters/WIR2019_CH4.pdf">Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD)</a> pada tahun 2008 dan sudah dikerjakan oleh <a href="http://sagcot.co.tz/">negara-negara Afrika</a> seperti Tanzania. </p>
<p>Tanzania berhasil mengembangkan sebuah kawasan ekonomi khusus yang tidak hanya berkontribusi dalam memberikan pendapatan tapi juga melindungi lingkungan. </p>
<p>Dalam kawasan tersebut, Tanzania mengembangkan <a href="http://sagcot.co.tz/index.php/sagcot-clusters/">pertanian sebagian besar jenis-jenis hortikultur</a> seperti sayuran, buah, dan kentang.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pengelolaan-gambut-berkelanjutan-dan-masalah-akut-kesenjangan-ilmiah-89887">Pengelolaan gambut berkelanjutan dan masalah akut kesenjangan ilmiah</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hasil <a href="http://jglitrop.ui.ac.id/index.php/jglitrop/article/view/73">penelitian kami</a> di tiga provinsi, yaitu Sumatra Selatan, Riau, dan Kalimantan Tengah, menemukan bahwa Indonesia dan provinsi-provinsi ini sudah memiliki perangkat regulasi yang cukup untuk menerapkan SPEZ, antara lain aturan tentang <a href="https://kek.go.id/regulasi">Kawasan Ekonomi Khusus</a> dan <a href="https://wri-indonesia.org/id/blog/kebijakan-hukum-untuk-lahan-gambut-dan-perlindungan-lingkungan">perlindungan lahan gambut</a>, serta sejumlah praktik pengelolaan ramah lingkungan. </p>
<p>Dengan menghubungkan perangkat regulasi yang sudah ada, Indonesia bisa mengembangkan SPEZ ini sebagai strategi alternatif pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat.</p>
<p>Sistem pengelolaan yang bisa diterapkan dalam zona adalah pengelolaan lahan gambut dengan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2351989419306109?via%3Dihub">konsep paludikultur</a> yang dilakukan tanpa melakukan pengeringan lahan dan dengan menggunakan jenis tanaman asli dan adaptif terhadap lahan gambut basah.</p>
<p>Sistem pengelolaan tersebut juga dilengkapi dengan strategi bisnis yang dikelola oleh kelompok masyarakat, contohnya memaksimalkan fungsi koperasi dan BUMD (Badan Umum Milik Daerah). </p>
<h2>Cara mewujudkan SPEZ</h2>
<p>Konsep SPEZ ini masih konseptual dan belum sepenuhnya terlaksana di Indonesia. Oleh karena itu, kami menyarankan beberapa langkah untuk bisa menerapkan SPEZ ini di Indonesia: </p>
<p>1) Menentukan lokasi dan melakukan tinjauan lapangan. </p>
<p>Kawasan lahan gambut yang cocok untuk budidaya sebaiknya sudah mengalami pembasahan kembali selama minimal 1-2 tahun dan berada di luar kawasan lindung serta hutan primer (hutan alam yang belum tersentuh oleh aktivitas manusia). </p>
<p>Ini dimaksudkan agar menjaga lahan gambut di kawasan lindung dan hutan primer dan tidak berpotensi melanggar hukum. </p>
<p>Untuk budi daya tanaman, hanya boleh dilakukan di kawasan dengan gambut dangkal dan sedang, yaitu sedalam 50 cm hingga 300 cm. Kedalaman gambut yang berbeda memiliki kesesuaian jenis tanaman yang berbeda.</p>
<p>Sejauh ini, keberadaan ekosistem lahan gambut yang telah mengalami pembasahan kembali, telah tersedia di sejumlah kabupaten di Riau (Siak), Sumatra Selatan (OKI), dan Kalimantan Tengah (Pulang Pisau).</p>
<p>Daerah ini juga harus memiliki batas dan zona penyangga yang jelas untuk mengurangi risiko konflik lahan.</p>
<p>Selanjutnya, kami merekomendasikan melakukan tinjauan lapangan untuk mengumpulkan dan verifikasi informasi biofisik, seperti jenis tanah gambut, tingkat pH gambut, kesuburan tanah, serta sistem pengelolaan air di daerah tersebut. </p>
<p>Informasi ini akan menentukan apakah daerah tersebut cocok untuk budidaya tanpa memerlukan pengairan atau aktivitas pengeringan lahan.</p>
<p>2) Melakukan analisis sosial dan memilih komoditas yang sesuai. </p>
<p>Gambut yang mengalami pembasahan kembali akan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2351989419306109#bib39">cocok untuk paludikultur</a>, yaitu budidaya spesies asli dan spesies lain yang bisa bertahan di lahan gambut basah. </p>
<p>Analisis sosial perlu dilakukan untuk mengetahui kapasitas kelompok masyarakat di daerah bersangkutan dalam melakukan budidaya spesies asli. </p>
<p>Profil dan kapasitas budidaya kelompok masyarakat akan menjadi bahan pertimbangan bagi langkah selanjutnya, yakni mengidentifikasi komoditas yang cocok untuk budi daya menurut prinsip-prinsip paludikultur. </p>
<p>Ada <a href="http://jinh.fmipa.unand.ac.id/index.php/jinh/article/view/66">165 jenis tanaman pangan paludikultur</a>, seperti sagu, pare, purun, dan kangkung, yang telah terbukti dapat menjadi sumber pendapatan dan memulihkan lahan gambut. </p>
<p>Saat ini, purun sudah dikumpulkan dan diolah untuk usaha anyaman atau kerajinan tangan, seperti di Sumatra Selatan, Jambi, Riau, dan Kalimantan Tengah. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Kotak tisu, sendal, dompet, dan tas anyaman." src="https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=292&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=292&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=292&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=366&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=366&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/357402/original/file-20200910-22-1s55fjg.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=366&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hasil kerajinan tangan terbuat dari tanaman purun, khas lahan gambut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Ibnu Budiman.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Paludikultur ini akan menghasilkan manfaat ekologis dan ekonomi, menjamin pasokan pangan bagi masyarakat dan tetap sejalan dengan tujuan restorasi gambut. </p>
<p>3) Analisis peluang pasar, rantai nilai, dan biaya. </p>
<p>Para pengambil kebijakan atau praktisi ekonomi harus melakukan analisis terhadap peluang pasar dari komoditas gambut yang terpilih.</p>
<p>Ini bisa dilakukan melalui survei tentang kesediaan membayar konsumen bagi barang-barang produksi lahan gambut tersebut. </p>
<p>Proses ini akan sangat membantu dalam mengidentifikasi komoditas yang bernilai ekonomi menguntungkan bagi masyarakat setempat. </p>
<p>Contohnya, di sebuah kegiatan restorasi di Sumatra Selatan, analisis dilakukan pada 12 jenis tanaman, hasilnya ditemukan kangkung sebagai salah satu tanaman paludikultur yang memiliki rasio biaya manfaat <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2351989419306109">2.97</a>. </p>
<p>Rasio di atas satu menunjukkan budi daya tanaman tersebut menguntungkan. </p>
<p>4) Kerja sama antarpihak dan peningkatan kapasitas teknis. </p>
<p>Kerja sama masyarakat setempat, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan pemegang konsesi akan mengurangi risiko penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemangku kepentingan. </p>
<p>Kerja sama tersebut juga bisa mendukung peningkatan pangsa pasar bagi produk dari lahan gambut, melalui ekspor atau perdagangan lintas pedesaan.</p>
<p>Meningkatkan keahlian teknis atau manajemen pemangku kepentingan lokal, seperti kelompok masyarakat juga penting agar mereka memiliki pengetahuan yang praktis tentang tata kelola gambut berkelanjutan. </p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/142844/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Riset menunjukkan ada cara baru yang dapat mencegah kebakaran hutan dan lahan gambut tapi bisa tetap menjamin kehidupan ekonomi masyarakat setempat.Ibnu Budiman, Researcher on environmental policy and governance, World Resources InstituteEli Nur Nirmala Sari, Peatland Restoration Technical Expert, World Resources InstituteRahmah Devi Hapsari, Peneliti, World Resources InstituteRizky Januar, Researcher, World Resources InstituteWilly Daeli, Research Analyst, World Resources InstituteLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.