tag:theconversation.com,2011:/nz/topics/sains-sekitar-kita-50906/articlesSains Sekitar Kita – The Conversation2021-01-13T10:17:27Ztag:theconversation.com,2011:article/1532032021-01-13T10:17:27Z2021-01-13T10:17:27ZKisah penemuan ‘hobbit’ di Indonesia yang mengubah
wawasan jejak evolusi manusia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/378513/original/file-20210113-23-1i3o6yp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:H-floresiensis-Cretan-microcephalic.jpg">(Wikimedia Commons/Avandergeer)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/70UoimDPuybbkPjbly8Vua" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Pengetahuan ilmuwan sebelumnya hanya meyakini dua spesies manusia yang datang ke Indonesia - yakni manusia purba atau <em>Homo erectus</em> (berdasarkan riset terbaru sekitar <a href="https://science.sciencemag.org/content/367/6474/210">1,3 juta - 600 ribu tahun lalu</a>), dan juga manusia modern atau <em>Homo sapiens</em> (mulai sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/nature23452">70 ribu tahun lalu</a>)</p>
<p>Namun, hal tersebut berubah sejak 2004 ketika sebuah tim Indonesia-Australia <a href="https://www.nature.com/articles/nature02999">mengumumkan penemuan sisa manusia purba lain</a> yaitu <em>Homo floresiensis</em> atau kerap dipanggil si “Hobbit” di Flores, Nusa Tenggara Timur.</p>
<p>Penemuan ini mengguncang komunitas peneliti arkeologi dan paleontologi saat pertama kali ditemukan.</p>
<p>Selain ukuran bagian tubuhnya yang cukup kecil dengan karakter biologis yang <a href="https://theconversation.com/ancestors-of-flores-hobbits-may-have-been-pioneers-of-first-human-migration-out-of-africa-76560">bahkan lebih purba</a> dari <em>Homo erectus</em>, sisa <em>Homo floresiensis</em> ini juga ditemukan di kepulauan Indonesia tengah atau “Wallacea” - daerah perairan dalam yang <a href="https://www.nature.com/scitable/knowledge/library/homo-floresiensis-making-sense-of-the-small-91387735/">terisolasi oleh arus laut yang kuat</a> sehingga sangat menyulitkan migrasi manusia purba dari barat maupun timur.</p>
<p>Bagaimana cerita seru penemuannya di Flores, dan bagaimana penemuan si ‘Hobbit’ ini mengubah wawasan kita tentang pola evolusi dan migrasi manusia?</p>
<p>Untuk menjawab hal tersebut, kami berbicara dengan Thomas Sutikna, arkeolog di University of Wollongong, Australia yang juga merupakan salah satu anggota <a href="https://www.nature.com/news/the-discovery-of-homo-floresiensis-tales-of-the-hobbit-1.16197">tim legendaris</a> yang menemukan <em>Homo floresiensis</em>.</p>
<p>Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/153203/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Padad episode ini, kami berbicara dengan Thomas Sutikna, arkeolog di University of Wollongong, Australia yang juga merupakan salah satu anggota tim legendaris yang menemukan Homo floresiensis.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1527542021-01-07T04:06:52Z2021-01-07T04:06:52ZMengenal stem cell, masa depan pengobatan penyakit?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/377499/original/file-20210107-24-15ay3ya.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">(Pixy.org/Antonia Theriault)</span></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/5BUkZfLp19mLqBMftiwulS" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Salah satu metode pengobatan yang kini sedang banyak diteliti untuk menyembuhkan berbagai penyakit manusia adalah <a href="https://theconversation.com/stem-cell-treatments-miracle-cures-or-dangerous-experiments-120880">terapi <em>stem cell</em></a>, atau “sel punca”.</p>
<p><em>Stem cell</em> adalah sel yang memiliki kemampuan untuk regenerasi dan bahkan <a href="https://medlineplus.gov/stemcells.html">berkembang menjadi berbagai sel khusus</a> seperti sel otak dan hati.</p>
<p>Ini membuat <em>stem cell</em> memiliki potensi tinggi dalam memulihkan cedera atau kerusakan organ tubuh.</p>
<p>Meskipun masih butuh banyak penelitian dan uji klinis (di negara maju sedang gencar dilakukan riset <em>stem cell</em> untuk mengobati kondisi neuro-degeneratif seperti <a href="https://stemcellres.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13287-017-0567-5">Alzheimer</a>), terapi <em>stem cell</em> telah digunakan secara terbatas dalam <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4222417/">pengobatan penyakit terkait darah</a> seperti leukimia atau berbagai bentuk penyakit tulang. </p>
<p>Bagaimana <em>stem cell</em> bekerja, apa saja potensi maupun kontroversinya, serta bagaimana masa depan dari metode pengobatan ini?</p>
<p>Untuk menjawabnya, pada episode ini Sains Sekitar Kita berbicara dengan Berry Juliandi, peneliti <em>stem cell</em> di IPB University, Bogor.</p>
<p>Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir, dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/152754/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode ini, kami berbicara dengan Berry Juliandi, peneliti biologi di IPB University untuk membicarakan tentang cara kerja terapi stem cell dan masa depannya untuk pengobatan penyakit.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1524862020-12-24T07:24:09Z2020-12-24T07:24:09ZMimpi ahli fisika nuklir untuk mengembangkan industri baterai nasional<iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/1ZaL0IcP8aQ6JHcjhsQUpb" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Di masa depan, elektrifikasi dan <a href="https://theconversation.com/bagaimana-ketersediaan-lahan-menjadi-tantangan-dalam-pengembangan-energi-terbarukan-di-indonesia-141975">pengembangan energi terbarukan</a> menjadi semakin penting.</p>
<p>Berbagai negara di dunia termasuk Indonesia kini mencari berbagai cara untuk mendukung infrastruktur dan transportasi dengan energi yang semakin hijau, semakin efisien, dan semakin tahan lama.</p>
<p>Kementerian Perindustrian, misalnya, <a href="https://kemenperin.go.id/artikel/18072/Menperin:-Mobil-Listrik-yang-Beredar-20-di-202">menargetkan</a> produksi kendaraan di Indonesia terdiri dari 20% mobil listrik pada tahun 2025, dengan harapan pada 2040 akan naik menjadi 40%.</p>
<p>Untuk mendukung visi ini, Indonesia membutuhkan industri baterai nasional yang maju untuk menyediakan berbagai komponen material dan teknologi baterai.</p>
<p>Pada episode ini, Sains Sekitar Kita berbicara dengan Evvy Kartini, seorang peneliti senior di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan pendiri <a href="http://n-bri.org">Institut Riset Baterai Nasional (N-BRI)</a>.</p>
<p>Bagaimana perjalanan karir risetnya hingga pendirian institut tersebut? Dan apa langkah selanjutnya untuk mengembangkan industri baterai di Indonesia dalam beberapa tahun kedepan?</p>
<p>Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/152486/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode ini, Sains Sekitar Kita berbicara dengan Evvy Kartini, seorang peneliti senior di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan pendiri Institut Riset Baterai Nasional (N-BRI).Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1521832020-12-16T16:03:42Z2020-12-16T16:03:42ZBagaimana orang utan, primata yang paling menyendiri menemukan cinta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/375484/original/file-20201216-19-vdcbn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/GNu4g4Z5jN4">(Unsplash/Dimitry B)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/6Ua8HWoj0ywuus8hIc5ZDc" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Orang utan adalah spesies primata <a href="https://www.worldwildlife.org/species/orangutan#:%7E:text=Both%20species%20have%20experienced%20sharp,about%207%2C500%20(Critically%20Endangered).">yang populasinya terancam secara kritis</a>. Di Borneo, misalnya, riset memperkirakan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960982218300861#!">terjadi kehilangan 100.000 orang utan</a> - atau sekitar 50% populasi mereka - dari 1999 hingga 2015.</p>
<p>Namun, suatu hal yang jarang diketahui adalah bahwa orang utan merupakan spesies kera besar yang paling soliter.</p>
<p>Setelah <a href="https://mitpress.mit.edu/books/orangutans">6 atau 7 tahun hidup bersama induknya</a>, mereka akan mulai menyebar dan hidup menyendiri di <em>home range</em> atau daerah tinggal masing-masing.</p>
<p>Lalu, bagaimana primata yang hidupnya soliter ini menemukan pasangan?</p>
<p>Untuk menjawab misteri ini, kami berbicara dengan Tatang Mitra Setia, peneliti biologi konservasi di Universitas Nasional yang menghabiskan <a href="https://scholar.google.co.id/citations?hl=en&user=I3usFYUAAAAJ&view_op=list_works&sortby=pubdate">lebih dari dua dekade</a> meneliti tentang perilaku orang utan.</p>
<p>Beberapa penelitiannya, misalnya, menyelidiki bagaimana seruan panjang atau <em>long call</em> dari orang utan jantan digunakan sebagai <a href="http://www.lontar.ui.ac.id/detail?id=20416134&lokasi=lokal">mekanisme “sayembara cinta”</a> untuk menemukan pasangan betina.</p>
<p>Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/152183/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode ini, kami berbicara dengan Tatang Mitra Setia, peneliti biologi di Universitas Nasional yang menyelidiki bagaimana orangutan, primata yang paling menyendiri, mencari pasangannya.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1517012020-12-09T17:43:29Z2020-12-09T17:43:29ZMelacak rute penyebaran HIV dari Afrika ke Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/373999/original/file-20201209-17-14j25m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/2VAo7h7sHv5IlUjCv6bh8j" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Di Indonesia, setidaknya <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/odi.13560">640.000 orang</a> mengidap HIV/AIDS pada 2018, dengan lebih dari <a href="https://www.aidsmap.com/news/sep-2018/indonesia-tackling-hiv-one-worlds-fastest-growing-epidemics">70.000 infeksi baru</a> per tahunnya.</p>
<p>Dalam upaya mencegah penyebaran AIDS di Indonesia, peneliti seringkali melacak perbedaan DNA atau ‘genom’ dari virus HIV. Ini dilakukan karena seiring waktu dan seiring menyebar ke berbagai negara, <a href="https://theconversation.com/what-the-discovery-of-a-new-hiv-strain-means-for-the-pandemic-129713">virus HIV bisa bermutasi</a> atau bahkan bergabung dengan berbagai galur lain dan berkembang menjadi berbagai galur campuran. </p>
<p>Hal ini penting diteliti karena perbedaan galur virus bisa menentukan <a href="https://hivinfo.nih.gov/understanding-hiv/fact-sheets/hiv-treatment-basics">pengobatan untuk pasien AIDS</a> - mulai dari jenis obatnya (terapi anti-retroviral, atau ARV), pemberian dosisnya, atau bahkan untuk mengembangkan vaksinnya.</p>
<p>Oleh karena itu, pada episode ini kami berbicara dengan Nasronudin, Ketua Gugus Penelitian HIV di <a href="http://itd.unair.ac.id/itd/">Institut Penyakit Tropis, Universitas Airlangga</a>.</p>
<p>Nasronudin dan timnya berkolaborasi <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-019-50491-8">melakukan riset</a> dengan peneliti Kobe University, Jepang untuk melacak berbagai galur HIV yang ada di Indonesia dan asal usul persebarannya dari negara mana saja.</p>
<p>Selain berhasil memetakan <a href="https://www.bbc.com/news/health-29442642">rute transmisi HIV dari sumbernya di Kinshasha, Afrika</a> hingga sampai ke Indonesia, riset ini juga membantu petugas kesehatan dalam memetakan karakter resistensi pengidap HIV dan jenis pengobatannya yang sesuai di setiap daerah.</p>
<p>Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/151701/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kami berbicara dengan Nasronudin dan timnya di Universitas Airlangga yang melakukan riset untuk melacak berbagai galur HIV yang ada di Indonesia dan asal usul persebarannya dari negara mana saja.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1512952020-12-03T04:01:22Z2020-12-03T04:01:22ZAlgoritma di balik aplikasi perencanaan trip wisata<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/374002/original/file-20201209-13-nmfs4o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> <span class="attribution"><a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/6lHohsRBvoWJ9lLmUxvaUu" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Sebelum terjadi pandemi COVID-19, pada tahun 2019 terdapat <a href="https://www.unwto.org/international-tourism-growth-continues-to-outpace-the-economy">1,5 miliar turis</a> internasional, naik <a href="https://ourworldindata.org/tourism">hampir dua kali lipat</a> dalam 10 tahun terakhir.</p>
<p>Aktivitas turisme ini dipicu salah satunya oleh berbagai hal mulai dari semakin <a href="https://theconversation.com/were-in-the-era-of-overtourism-but-there-is-a-more-sustainable-way-forward-108906">berkembangnya tujuan wisata</a> di dunia hingga banyaknya berbagai <a href="https://theconversation.com/joker-fans-flocking-to-a-bronx-stairway-highlights-tension-of-media-tourism-125907">lokasi ikonik yang muncul di film</a>.</p>
<p>Hal ini kemudian mendorong munculnya aplikasi yang dirancang untuk membantu pengalaman wisata. Di antaranya adalah aplikasi yang sebatas menyarankan tujuan jalan-jalan seperti <a href="https://www.tripadvisor.com"><em>TripAdvisor</em></a>, hingga situs seperti <a href="https://www.visitacity.com"><em>Visit a City</em></a> yang dengan detail membantu merancang jadwal dan rute perjalanan dari berangkat hingga pulang.</p>
<p>Bagaimana cara kerja algoritma atau rumus matematika di balik berbagai aplikasi wisata tersebut? Kriteria seperti apa yang dipakai aplikasi tersebut untuk menciptakan rute perjalanan yang terbaik?</p>
<p>Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pada episode kali ini Sains Sekitar Kita berbicara dengan Budhi Sholeh Wibowo.</p>
<p>Budhi merupakan peneliti di Departemen Teknik Industri di Universitas Gadjah Mada. Sebagai ilmuwan data sekaligus ahli riset operasi, Budhi <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&user=EQI560wAAAAJ&view_op=list_works&sortby=pubdate">banyak meneliti</a> tentang permasalahan terkait efisiensi perjalanan dan transportasi - seperti rute untuk trip wisata, rantai pasok perusahaan, hingga jaringan pelabuhan di Indonesia untuk mendukung wacana tol laut.</p>
<p>Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/151295/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode ini, Sains Sekitar Kita berbicara dengan Budhi Sholeh Wibowo, ahli sains data di Universitas Gadjah Mada untuk memahami cara kerja algoritma di balik aplikasi perencanaan trip wisata.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1508552020-11-25T16:28:08Z2020-11-25T16:28:08ZSains data bisa mengatasi macetnya lalu lintas di Jakarta<iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/1CHBKg16NVa1Xbi2azWKw6" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Lalu lintas kendaraan di Jakarta merupakah <a href="https://en.tempo.co/read/1303052/jakarta-ranks-10th-on-worlds-most-congested-cities-list">salah satu yang paling padat</a> di dunia.</p>
<p>Sepanjang 2019, misalnya, waktu yang terbuang di jalanan karena kemacetan lebih dari 174 jam atau sekitar 7 hari per orang. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), produktivitas yang hilang akibat kemacetan ini <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2020/02/06/traffic-jam-jakarta-roads-remain-one-of-worlds-most-congested.html">setara dengan Rp 67,5 triliun</a>.</p>
<p>Pada episode ini, kami berbicara dengan Rizal Khaefi, ilmuwan data dari Pulse Lab Jakarta, laboratorium inovasi data di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).</p>
<p>Rizal dan timnya berupaya menyelesaikan masalah kemacetan ini dengan mendayagunakan data penggunaan internet dari warga Jakarta - salah satu kota di dunia yang <a href="https://www.techinasia.com/indonesia-social-jakarta-infographic">paling aktif di media sosial</a> dengan lebih dari <a href="https://medium.com/pulse-lab-jakarta/inferring-jakarta-commuting-statistics-from-twitter-2521a5e0d17f">10 juta cuitan</a> setiap harinya.</p>
<p>Salah satu <a href="https://medium.com/pulse-lab-jakarta/analysing-transportation-data-from-ride-hailing-services-to-improve-transport-integration-aadfea3fb373">proyek riset mereka</a>, misalnya, berkolaborasi dengan perusahaan transportasi online di Asia Tenggara, Grab.</p>
<p>Mereka memanfaatkan data perjalanan mitra pengemudi mereka dalam merancang model lalu lintas yang bisa digunakan untuk membuat berbagai kebijakan transportasi dan pembangunan jalan.</p>
<p>Bagaimana lengkapnya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150855/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kami berbicara dengan Rizal Khaefi, ilmuwan data di Pulse Lab Jakarta yang berupaya menyelesaikan kemacetan di Jakarta dengan memanfaatkan data perjalanan mitra pengemudi dari perusahaan transportasi online.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1503732020-11-18T18:37:22Z2020-11-18T18:37:22ZBencana alam bisa memperparah pernikahan anak di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/374003/original/file-20201209-15-1pz6kia.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0WVARglcmiQwdxYlWuQZv4" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Di Indonesia, pernikahan anak adalah masalah yang serius. Pada tahun 2018, misalnya, tercatat <a href="https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2569/stop-perkawinan-anak-kita-mulai-sekarang">11,21% perempuan</a> di Indonesia menikah sebelum menginjak usia 18 tahun. Angka ini menempatkan Indonesia di antara <a href="https://www.unicef.org/indonesia/stories/saying-no-child-marriage-indonesia">delapan negara dengan angka pernikahan anak tertinggi</a> di dunia.</p>
<p>Selain faktor budaya dan agama, ternyata ada faktor lain yang berkontribusi terhadap tingginya angka pernikahan anak, yakni bencana alam yang terjadi di Indonesia.</p>
<p>Pada episode ke-empat ini, kami berbicara dengan Teguh Dartanto, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia, yang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/17450128.2018.1546025?journalCode=rvch20">meneliti hal ini</a> bersama dengan salah satu mahasiswi bimbingannya, Ratih Kumala Dewi yang kini menempuh studi S2 di United Nations University (UNU-MERIT) di Maastricht, Belanda.</p>
<p>Dengan menganalisis data dari <a href="https://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/653">Survei Sosio Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2015</a> dan <a href="https://microdata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/599">Survei Potensi Desa (PODES) Tahun 2014</a>, mereka menemukan pola bahwa angka bencana alam yang tinggi di suatu desa berhubungan erat dengan angka pernikahan anak yang terjadi di desa tersebut.</p>
<p>Mengapa hal ini bisa terjadi? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150373/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kami bicara dengan Teguh Dartanto, ekonom di Universitas Indonesia yang meneliti tentang bagaimana bencana alam di Indonesia bisa menyebabkan meningkatnya angka pernikahan anak di daerah pedesaan.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1498452020-11-11T15:49:09Z2020-11-11T15:49:09ZKisah peneliti yang temukan salah satu teknik pengolahan limbah air terkuat di dunia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/369015/original/file-20201112-19-1ciaa5q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/4vBWHTnsSW1uUkhZymuMvn" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Organisasi Pendidikan, Sains, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada 2015 memperkirakan <a href="https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000247553">lebih dari 70% limbah air</a> di negara berpendapatan menengah ke bawah - termasuk Indonesia - tidak diolah dengan baik sebelum dibuang ke lingkungan.</p>
<p>Sungai Citarum di Jawa Barat, misalnya, menerima <a href="https://thediplomat.com/2018/04/indonesias-citarum-the-worlds-most-polluted-river/">lebih dari 340.000 ton</a> limbah air dari <a href="https://www.scmp.com/magazines/post-magazine/long-reads/article/2180655/indonesia-cleaning-citarum-worlds-dirtiest-river">sekitar 2800 perusahaan</a> setiap harinya - menjadikannya “sungai terkotor di dunia”.</p>
<p>Pada episode kali ini, kami berbicara dengan Felycia Soetaredjo, peneliti kimia di Universitas Widya Mandala Surabaya yang menemukan salah satu metode pengolahan air limbah industri terkuat di dunia.</p>
<p>Pada tahun 2014, ia mendapat permintaan dari salah satu perusahaan elektronik di Surabaya untuk menurunkan tingkat racun dalam limbah air mereka.</p>
<p>Tantangannya, menurunkan tingkat racunnya dari 7000 mg/L menjadi di bawah standar yang diperbolehkan, yakni 100 mg/L - atau sekitar 98%.</p>
<p>Untuk mengurangi tingkat racun sebesar itu, proses pengolahan konvensional yang diterapkan perusahaan tersebut sebelumnya (menggunakan bakteri) memakan waktu hingga 2 bulan - teknik kimia yang didesain Felycia melakukannya hanya dalam waktu 15 menit.</p>
<p>Bagaimana perjalanannya? Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan jawabannya dalam Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/149845/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pada episode kali ini, kami berbicara dengan Felycia Soetaredjo, peneliti kimia di Universitas Widya Mandala Surabaya yang menemukan salah satu metode pengolahan air limbah industri terkuat di dunia.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1490002020-10-28T10:50:17Z2020-10-28T10:50:17ZBioinformatika: kolaborasi sains data dan biologi untuk memajukan riset medis<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/374005/original/file-20201209-22-1okyk66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> <span class="attribution"><a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/53QLhsCVso7S0656PyeGh4" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Pandemi COVID-19 membuat peneliti dari berbagai negara berlomba mencari vaksin. Namun, COVID-19 bukan satu-satunya penyakit yang perlu diberantas - ada kanker, diabetes, dan penyakit lainnya yang juga menunggu kehadiran obat.</p>
<p>Salah satu cabang ilmu yang turut berperan besar dalam mendorong penemuan obat tersebut adalah bioinformatika, yang merupakan kolaborasi antara biologi dan kimia dengan sains data.</p>
<p>Untuk mendalami peran penting bioinformatika dalam riset medis - mulai dari pengelolaan data urutan genom hingga pemodelan komputer untuk menguji desain obat - Sains Sekitar Kita berbicara dengan dengan Arli Aditya Parikesit.</p>
<p>Arli merupakan Ketua Departemen Bioinformatika di <em>Indonesian International Institute for Life Sciences</em> (I3L), lembaga pendidikan tinggi yang pertama menawarkan Program Studi Bioinformatika di Indonesia. Dia juga menggagas <a href="https://link.springer.com/article/10.1186/1471-2105-12-S13-S23">pendekatan informatika</a> dan pemodelan komputer dalam <a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=TjaczhcAAAAJ&hl=id">penelitian obat kanker</a> payudara dan serviks.</p>
<p>Dari riset tentang epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/149000/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Salah satu cabang ilmu yang turut berperan besar dalam mendorong kemajuan riset kesehatan adalah bioinformatika - kolaborasi antara biologi dengan sains data.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1489952020-10-28T10:48:01Z2020-10-28T10:48:01ZSeason 2 Trailer<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/366055/original/file-20201028-21-jbwnb6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sains Sekitar Kita dengan KBR</span> </figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/5Zq9V35uvXQCvtNjKY6hZN" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>The Conversation Indonesia berkolaborasi dengan KBR Media meluncurkan Season 2 dari Podcast Sains Sekitar Kita.</p>
<p>Dengarkan berbagai cerita menarik dari peneliti-peneliti terbaik Indonesia dan riset mereka yang menakjubkan.</p>
<p>Mengapa bencana alam bisa menyebabkan pernikahan dini? Apa bedanya gaya korupsi orang Indonesia dan Amerika? Bagaimana orangutan, primata paling soliter, mencari jodoh?</p>
<p>Mulai dari epidemiologi, korupsi, sains data, kosmologi, kebijakan kemiskinan, hingga energi nuklir - dengarkan Sains Sekitar Kita di KBR Prime, Spotify, dan Apple Podcasts!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148995/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Sains Sekitar Kita kembali hadir dengan season ke 2-nya bersama beberapa peneliti terbaik di Indonesia dan berbagai riset mereka yang menakjubkan.Luthfi T. Dzulfikar, Youth + Education EditorLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1128682019-03-04T10:57:15Z2019-03-04T10:57:15ZMengapa sistem pemilu Indonesia berubah setiap lima tahun?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/261845/original/file-20190304-110146-1vrqr90.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU1MTcxMTE1NywiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTg1OTkxMjU3IiwiayI6InBob3RvLzE4NTk5MTI1Ny9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJHbHpqRUF4RS96eERaU2JFYndkVDJqOUpMdmciXQ%2Fshutterstock_185991257.jpg&ir=true&pi=5680499&m=185991257">Naypong Studio/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0GUhtbessSPjTD9qgO0PlC" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Sekitar satu setengah bulan lagi pemilihan umum serentak untuk memilih wakil rakyat di parlemen dan presiden dan wakil presiden untuk masa lima tahun akan diselenggarakan. Setidaknya 7.900 calon anggota DPR memperebutkan posisi wakil rakyat yang jumlahnya hanya 575 kursi pada 17 April nanti. </p>
<p>Tapi di ruang publik, yang justru terdengar gegap gempitanya adalah “perang kata-kata” dua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, dan tim kampanye mereka. Kampanye dan sosialisasi program para calon legislator minim sekali, termasuk di media massa. Tampaknya pemilihan serentak cenderung mendorong para politikus dan media lebih banyak menyorot kampanye calon presiden dan wakilnya, dibanding para calon wakil rakyat yang akan duduk di Senayan.</p>
<p>Pertanyaannya: mengapa hampir setiap pemilu di Indonesia, sistemnya selalu berubah?Indra Pahlevi, peneliti politik dan pemerintahan Indonesia sekaligus Kepala Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, yang banyak terlibat di penyusunan beberapa undang-undang pemilu Indonesia, menjelaskan dinamika di balik perubahan sistem pemilu.</p>
<p>Sepuluh tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Indonesia menggelar pemilu pertama yang pesertanya banyak sekali. Ada 178 tanda gambar di kertas suara termasuk partai politik, organisasi masyarakat, dan perorangan. Ilmuwan politik Australia Herbert Feith menyebut pemilu 1955 sebagai pemilu yang ultra demokratis.</p>
<p>Pemilu kedua diadakan pada 1971. Di bawah pemerintahan militer Soeharto, yang jadi presiden setelah peristiwa huru-hara politik 1965, militer diberi kursi cuma-cuma di MPR, sementara partai-partai politik yang hidup pada masa Orde Lama dikendalikan. Soeharto melebur 9 partai menjadi 2 partai politik utama: Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), sementara Golkar tetap menjadi partai tersendiri yang kemudian berkuasa selama 32 tahun. Selama itu pula, demokrasi hanya dijalankan secara prosedural.</p>
<p>Masyarakat dan partai politik dikondisikan juga. Ketika orang ingin jadi caleg, harus melewati litsus (penelitian khusus) di bawah Kopkamtib (Komando Pemulihan Ketertiban). Salah satu tugas lembaga ini adalah mengintai masyarakat dan siapa pun kalau ada gerakan-gerakan politik yang mengancam stabilitas politik.</p>
<p>Setelah Soeharto tumbang, rakyat ingin pemilu yang benar-benar demokratis. Presiden Habibie kala itu mempercepat pemilu dan 48 partai politik terpilih ikut kompetisi dalam pemilu 1999. Semua orang punya hak untuk menjadi wakil atau mendirikan partai politik. Pada saat itu presiden benar-benar dipilih oleh DPR. Lima tahun kemudian dan hingga saat ini presiden dipilih langsung oleh rakyat. Pemilihan legislatif, yang sejak 2009 berdasarkan suara terbanyak (bukan lagi nomor urut), lebih dulu digelar dibanding pemilihan presiden. </p>
<p>Kali ini, pemilu serentak untuk memilih presiden dan legislatif. Setidaknya ada lima kertas suara yang mesti dicoblos. Apakah ini sistem terbaik? Tidak juga. Itu tadi, energi masyarakat dan politikus habis untuk pilpres. </p>
<p>Sebenarnya, kita tidak perlu terlalu sering gonta-ganti sistem pemilu. Indra berharap kita menggunakan dulu satu sistem selama lima kali pemilu, lalu evaluasi untung-ruginya untuk negara. Ingat, tidak ada satu sistem pemilu terbaik di dunia. Yang ada adalah sistem pemilu yang cocok di setiap negara.</p>
<p>Edisi ke-48 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/112868/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Seharusnya gunakan dulu satu sistem selama lima kali pemilu, lalu evaluasi untung-ruginya untuk negara. Tidak ada satu sistem pemilu terbaik di dunia, tapi sistem pemilu yang cocok di setiap negara.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1115192019-02-25T04:21:52Z2019-02-25T04:21:52ZRelasi politikus dan anak muda masih tahap simbolik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/260563/original/file-20190224-195886-nkl14q.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemilih pemula di Palembang memasukkan kartu suara di kotak pemilihan presiden 2014.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/palembang-indonesia-july-9-2014-voters-1016547562?src=N2TLUgbfndfaFJqsvBo-uA-1-0">Fatrin Budiman/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/3x103EDBGzEY8cj96PfO5F" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Jumlah pemilih milenial (usia 21-30 tahun) dalam pemilihan umum kali ini mencapai sekitar <a href="https://nasional.sindonews.com/read/1367258/12/pemilih-milenial-di-pemilu-2019-lebih-dari-42-juta-orang-1546400221">42 juta</a> pemilih. Bila ditambah usia 20 tahun, masih ada 17 juta pemilih lagi. Totalnya sekitar 40% dari total pemilih.</p>
<p>Dalam konteks pemilihan presiden, calon presiden (capres) petahana Joko Widodo dan penantangnya, Prabowo Subianto, membidik suara mereka untuk memenangkan pertarungan. Para politikus menggunakan berbagai cara untuk merayu pemilih muda waktu kampanye. Yang paling gampang, mereka meniru gaya anak muda–mulai dari pakai <a href="https://theconversation.com/motor-besar-sneaker-dan-jaket-jins-jurus-pencitraan-jokowi-untuk-memenangkan-hati-pemilih-pemula-di-2019-94985">jaket jeans, sepatu sneakers, mengendarai motor <em>custom</em></a>, dan saling sapa menggunakan istilah “Bro dan Sis”. </p>
<p>Walau seolah menjanjikan, Titi Anggraini, Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), mengatakan relasi antara peserta pemilu dan pemilih muda masih dalam tahap simbolik. Maksudnya, peserta pemilu (capres dan calon legislatif) masih menempatkan pemilih muda sebagai obyek interaksi politik. Sampai sejauh ini, para peserta pemilu belum melibatkan anak muda dalam politik secara substantif. </p>
<p>Memang harus diakui mulai banyak anak muda menjadi juru bicara dan bagian tim pemenangan calon presiden. Namun, keterlibatan mereka dalam penyusunan gagasan, program, dan konsep bagi calon presiden, misalnya, belum menonjol.</p>
<p>Saat ini ada 559 caleg berusia 20-30 tahun dari sekitar <a href="https://news.detik.com/berita/d-4221346/kpu-tetapkan-daftar-caleg-2019-pkb-nasdem-terbanyak">7900 caleg DPR</a>. Paling banyak berasal dari Partai Solidaritas Indonesia, kemudian Partai Persatuan Pembangunan, dan Partai Kebangkitan Bangsa.</p>
<p>Namun, sistem pemilu 2019 yang menggabungkan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif, membuat isu pemilihan legislatif terpinggirkan di tengah gegap gempita pemberitaan pemilihan presiden. Pemilih muda lebih banyak dihadapkan dengan pembelahan kontestasi pilpres ketimbang informasi yang cukup untuk mengenali para caleg di daerah pemilihan mereka. </p>
<p>Edisi ke-47 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/111519/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Pemilih muda ditempatkan sebagai obyek dari interaksi politik peserta pemilu dan pemilih.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1115182019-02-11T03:34:55Z2019-02-11T03:34:55ZMengapa orang bisa begitu fanatik dalam pemilu?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/258085/original/file-20190210-174887-17snbb1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0OTg0MjUzNywiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNTYyNTg2Nzg1IiwiayI6InBob3RvLzU2MjU4Njc4NS9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJES09QalV5SGI5bUI0NHRVRVJnMVRtQkM5Wk0iXQ%2Fshutterstock_562586785.jpg&pi=41133566&m=562586785&src=K_INo42gu6WN_kDxdbrHNg-1-60">Kunst Bilde/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/4bWxjvivvjPr1XOUqxpOCa" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Dalam kegaduhan demokrasi terdapat celah terciptanya bibit konflik dan fanatisme berlebihan. Karena itu, secara psikologis, demokrasi mensyaratkan adanya orang-orang yang cukup pendidikan, berpikiran terbuka, toleran, bisa menerima perbedaan, dan bisa menunjukkan empati terhadap orang lain. </p>
<p>Apa yang terjadi di Jerman pada pertengahan 1930-an menjadi contoh bahaya fanatisme. Kala itu, ekonomi mereka tumbang dihajar krisis keuangan di Eropa dan Amerika. Ditambah, Jerman baru saja kalah di Perang Dunia I. Jutaan orang menganggur, miskin, lapar, dan frustasi. </p>
<p>Dalam kondisi seperti itu <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Adolf_Hitler">Adolf Hitler</a> dan Partai Nazi menang pemilihan umum. Kanselir Jerman Hitler menegakkan fasisme dan membunuh demokrasi. Hitler, menurut Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk, mendapat loyalitas tunggal di negara itu dengan cara memanipulasi ketakutan rakyat Jerman. Kanselir juga menaklukkan Polandia sehingga pecah Perang Dunia II. Fanatisme buta mengalahkan akal sehat.</p>
<p>Fanatisme buta bisa tumbuh subur di iklim politik yang demokratis seperti menjelang pemilihan umum di Indonesia. Orang yang fanatik rentan bias kognitif. Terkadang orang fanatik tidak bisa lagi menerima kebenaran dari kelompok lain. Orang fanatik hanya percaya bahwa hanya kelompoknya yang benar. </p>
<p>Dalam beberapa kondisi, perasaan cinta terhadap kelompok sendiri yang mendorong seseorang untuk berjuang untuk kelompoknya adalah sesuatu yang lumrah dan alamiah. Dalam politik sikap partisan yang mendorong loyalitas dan kerelaan orang bekerja sukarela untuk partai terkadang diperlukan. </p>
<p>Musim kampanye pemilu 2019 hampir selesai. Yang bikin was-was, populisme berbasis agama semakin mengganas. Politikus masih asyik memainkan identitas, mengipas pemilih supaya tetap panas. Karena itu, untuk menjadi pemilih yang kritis, setiap orang harus introspeksi memeriksa fanatisme dalam diri. Hanya dengan cara itu kita bisa menyelamatkan demokrasi kita.</p>
<p>Edisi ke-45 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Aisha. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/111518/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Masalahnya, fanatisme buta itu bisa tumbuh subur di iklim politik yang demokratis. Orang yang fanatik berlebihan bisa melakukan bias kognitif.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1110702019-02-04T06:27:50Z2019-02-04T06:27:50ZMakin sering berbohong makin lihai, tapi manusia tak bisa berdusta non-stop<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/256965/original/file-20190204-193213-1owl9yh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tak selamanya seseorang terus bisa berbohong.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0OTI3NDM5OCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTEyNjQ4MDYzNyIsImsiOiJwaG90by8xMTI2NDgwNjM3L2h1Z2UuanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJtaFhrUi92TWhhbXVVRXUvQmxINGdudGcyTlkiXQ%2Fshutterstock_1126480637.jpg&pi=41133566&m=1126480637&src=0UgjsPpfDck3BPthewd17Q-1-2"> Jesadaphorn/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/3oOphZJKC70L7XEWtUf1W1" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Sejarah bohong dan kebohongan, dalam berbagai level dan kasus, bisa dilacak dalam sejarah kehidupan manusia hingga ribuan tahun lalu. Dalam era modern, dusta kerap dipakai oleh para terdakwa untuk menutupi keterlibatannya dalam perkara yang dituduhkan saat mereka jadi pesakitan di pengadilan.</p>
<p>Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat <a href="https://theconversation.com/dalih-sakit-setya-novanto-dan-perlunya-dokter-antikorupsi-untuk-pemberantasan-korupsi-87756">Setyo Novanto</a>, misalnya, mengaku sakit saat sedang dicecar hakim di pengadilan dalam <a href="https://nasional.kompas.com/read/2017/12/13/10513431/jaksa-kpk-sebut-setya-novanto-berbohong-dan-pura-pura-sakit">perkara korupsi proyek E-KTP</a>. Ada sederetan politikus lainnya yang tiba-tiba jadi lupa atau pura-pura lupa saat berhadapan pengusutan kasus korupsi.</p>
<p>Dalam ilmu psikologi, tindakan berpura-pura sakit fisik dan mental seperti itu disebut <em>malingering</em>. Guru Besar Psikologi Universitas Surabaya Yusti Probowati mengatakan kebohongan tidak bisa terus menerus dilakukan oleh seseorang. </p>
<p>Yusti misalnya, membantu Komisi Pemberantasan Korupsi mengungkap kebohongan terdakwa pemberi suap yang di ruang persidangan terus menerus berbohong. Dalam suatu observasi lewat CCTV dari ruangan monitor KPK dalam berjam-jam, dia menyaksikan terdakwa ternyata tidak bisa terus-terusan bohong. Si terdakwa kadang lupa bila dia harus pura-pura bohong untuk menutupi perannya dalam kejahatan korupsi. </p>
<p>Ada pula kebohongan model <a href="https://theconversation.com/kasus-ratna-sarumpaet-mengapa-lulusan-universitas-tetap-rentan-terperdaya-kebohongan-104560">Ratna Sarumpaet</a> yang mengaku mukanya dipukuli orang hingga babak belur, tapi dia terpaksa “jujur” bahwa itu efek dari operasi plastik di wajahnya.</p>
<p>Kebohongan besar dimulai dari tipu-tipu kecil. Sebuah studi membuktikan bahwa otak dapat beradaptasi terhadap kebohongan yang kita ciptakan. Artinya, semakin Anda sering berbohong, maka otak akan membuat semakin lihai untuk menipu. Tapi bukan berarti kebohongannya tidak diketahui oleh orang lain. </p>
<p>Bila secara lisan terus berbohong, kini ada alat uji kebohongan, <em>Electro-encephalo-graphy</em>, yang bekerja merekam aktivitas kelistrikan yang dihasilkan neuron otak. Dengan alat itu, psikolog seperti Yusti bisa mengetahui dengan mudah seseorang sedang berbohong atau tidak.</p>
<p>Edisi ke-44 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Naomi. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/111070/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Kebohongan besar dimulai dari tipu-tipu kecil. Sebuah studi membuktikan bahwa otak dapat beradaptasi terhadap kebohongan yang kita ciptakan.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1105842019-01-28T04:07:11Z2019-01-28T04:07:11ZLaut dalam di Indonesia timur kaya bakteri, tapi belum banyak dipelajari<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/255715/original/file-20190127-108355-9vzb2e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Organisme di laut dalam seperti jelly dan organ bersel satu.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0ODYyNjQ0MiwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfNzgxMTY5NDM0IiwiayI6InBob3RvLzc4MTE2OTQzNC9odWdlLmpwZyIsIm0iOjEsImQiOiJzaHV0dGVyc3RvY2stbWVkaWEifSwiak5wS1MxRDZyT2Z2QzVOUGhWU01RY2Fnc3pjIl0%2Fshutterstock_781169434.jpg&pi=41133566&m=781169434&src=nMyLn0nkWOzkPuAgB0uD8w-1-1">Fona/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0sLioWj4Zv3OywVtXvv2cv" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Perairan Indonesia Timur punya banyak harta karun berupa organisme yang unik dan menarik tapi tidak banyak diketahui oleh peneliti dalam negeri. Di Ambon, banyak ekspedisi ilmiah sejak 1800, tapi yang melakukannya mayoritas dari luar negeri: Denmark, Belanda, Perancis, dan Amerika. </p>
<p>Para ilmuwan Barat itu “mengeduk-eduk” kekayaan alam laut Indonesia untuk riset ilmiah. Yosmina Tapilatu, peneliti dari Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menjelaskan kekayaan laut dalam di Indonesia timur yang belum banyak ditelusuri oleh peneliti dalam negeri.</p>
<p>Lima tahun pasca Perang Dunia Kedua, sebuah kapal bernama Galathea bergerak dari pelabuhan di Copenhagen, Denmark, bersama 120 orang awak kapal. Setelah berbulan-bulan berlayar, mereka tiba di Laut Banda. Ekspedisi Galathea bersejarah bagi penelitian bakteri laut dalam. Para ilmuwan yang ikut ekspedisi ini berhasil mengungkap keberadaan fauna misterius penghuni ribuan meter laut dalam. Ahli mikrobiologi laut Profesor Claude Zobbel dari University of California jadi ilmuwan pertama yang meneliti bakteri laut dalam Indonesia.</p>
<p>Sama seperti Zobbel, Yosmina Tapilatu juga tergila-gila dengan bakteri laut dalam, khususnya di perairan Indonesia Timur yang terbentang dari Selat Makassar, Laut Banda, Laut Sulawesi, dan sebagian Samudera Pasifik.</p>
<p>Kesenjangan riset memang terjadi. Untuk setiap satu publikasi yang terbit mengenai bakteri laut dari Indonesia timur, ada tujuh sampai delapan yang diterbitkan mengenai tema serupa dari Indonesia barat. Perbandingannya 1:7-1:8. Itu membuktikan bahwa eksplorasi bakteri laut di kawasan Indonesia timur belum ada apa-apanya dibandingkan dengan bagian barat. </p>
<p>Untuk eksplorasi laut dalam, para ilmuwan seperti Yosmina perlu dukungan negara. Mereka butuh kapal riset, laboratorium mikrobiologi, tenaga peneliti, dan tentu saja dana riset yang besar.</p>
<p>Edisi ke-43 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/110584/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Untuk setiap satu publikasi yang terbit mengenai bakteri laut dari Indonesia timur, ada tujuh sampai delapan yang diterbitkan mengenai tema serupa dari Indonesia barat.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1101612019-01-21T03:59:25Z2019-01-21T03:59:25ZPembelajaran sains, mengapa begitu dogmatis?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/254628/original/file-20190120-100276-hejnjp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0ODAyODg0NCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTI3NTQ3NjIyMSIsImsiOiJwaG90by8xMjc1NDc2MjIxL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sImExYjN5c3RqV3p3QXZqY2Z1UnBrK3hBbGNtdyJd%2Fshutterstock_1275476221.jpg&pi=41133566&m=1275476221&src=PnUp3XSKDzmlYC85csmI9w-1-79">Kwanchai.c/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/5q1HfCpmtmyOCO5f1kJf7G" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Indonesia mengalami <a href="https://theconversation.com/darurat-mutu-pembelajaran-mengapa-wali-murid-jarang-protes-ke-sekolah-dan-pemerintah-110030">darurat kualitas pembelajaran sains</a>. </p>
<p>Sebagian besar lulusan sekolah menengah atas, belum menguasai matematika sederhana <a href="https://puspendik.kemdikbud.go.id/inap-sd/">(penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian angka sederhana)</a>, kemampuan yang semestinya telah dikuasai saat sekolah dasar. </p>
<p>Apa yang salah dengan pendidikan sains di Indonesia? </p>
<p>Intan Suci Nurhati, peneliti iklim dan kelautan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), punya kenangan kurang baik terhadap pelajaran sains di SMA. Walau dia belajar ilmu pengetahuan alam, gurunya tidak pernah mengajarkan tentang <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/El_Ni%C3%B1o%E2%80%93Osilasi_Selatan">El Niño–Osilasi Selatan</a> (ENSO). Padahal, menurut dia, ENSO merupakan siklus alam dan fenomena iklim terbesar abad ke-21. </p>
<p>Fisikawan LIPI Suharyo Sumowidagdo mengkritik pengajaran sains di Indonesia yang dogmatis. Sangat sedikit diterangkan atau bahkan tidak pernah dijelaskan bagaimana asal usul suatu konsep dasar ilmu pengetahuan. Bertahun-tahun siswa mendengarkan penjelasan guru tentang rumus-rumus fisika, kimia, dan matematika. Apa itu belum cukup? Menurut Suharyo, dampak pelajaran sains akan lebih terasa jika siswa banyak bereksperimen sederhana.</p>
<p>Karena itu, metode pembelajaran pendidikan sains di sekolah harus segera dibenahi. </p>
<p>Edisi ke-42 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/110161/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Sangat sedikit diterangkan atau bahkan tidak pernah dijelaskan bagaimana asal usul suatu konsep dasar ilmu pengetahuan.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1097992019-01-14T05:29:20Z2019-01-14T05:29:20ZKisah Djoko Iskandar, pionir peneliti katak dari ITB, tak mengekor ke Barat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/253571/original/file-20190114-43520-1t662ix.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Djoko Tjahjono Iskandar, peneliti kodok dari Institut Teknologi Bandung.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://sith.itb.ac.id/en/djoko-tjahjono/">ITB</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/3BpOr3KmVn8AsnQ71NHzH3" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Sekitar 30 tahun lalu, <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Djoko_Iskandar">Djoko Tjahjono Iskandar</a> kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studi doktor di Université Montpellier 2 Prancis. Awalnya dosen Institut Teknologi Bandung itu akan meneliti tikus, tapi rupanya untuk peralatan untuk riset tikus terlalu mahal untuk ukuran Indonesia.
Maka dia ganti objek penelitian ke <a href="https://theconversation.com/sains-sekitar-kita-cintailah-kecebong-dan-kodok-mereka-indikator-kualitas-lingkungan-108482">kodok</a>. </p>
<p>Iskandar ingat betul waktu itu hanya ada tiga makalah tentang kodok yang ditulis orang Indonesia pasca Perang Dunia Kedua. Sangat timpang dengan penelitian dari luar negeri yang seabrek-abrek. Tapi itu justru bikin semangat dia berlipat-lipat. Justru karena tidak banyak orang meneliti kodok, dia makin tertarik mendalami riset katak.</p>
<p>Dia kemudian masuk keluar hutan di Kalimatan untuk mencari sampel kodok. Salah satu temuan yang penting adalah <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Katak_kepala-pipih_kalimantan">katak kepala-pipih Kalimantan (Barbourula kalimantanensis)</a>, jenis katak langka yang tidak punya paru-paru. Temuan itulah yang membuat namanya mulai dikenal sebagai ahli katak di dunia. </p>
<p>Sampai hari ini, sudah sekitar 200-an spesies kodok baru yang ditemukan oleh Iskandar. Misalnya, kodok terkecil di dunia dan kodok yang bisa melahirkan kecebong. Ada enam jenis reptil dan amphibi temuan baru yang diberi nama sama seperti Djoko Iskandar: katak <em>Polypedates iskandari</em>, katak <em>Fejervarya iskandari</em>, ular <em>Djokoiskandarus annulatus</em>, kadal <em>Draco iskandari</em>, tokek <em>Luperosaurus iskandari</em>, dan <em>Collocasiomya iskandari</em>. </p>
<p>Hampir semua hutan di Indonesia sudah dia masuki. Lokasi favoritnya adalah hutan di Kalimantan dan Papua yang relatif bagus meski terancam deforestasi. Di belantara, dia harus bertahan hidup sebulan sampai tiga bulan untuk mencari kodok jenis baru.</p>
<p>Selama puluhan tahun Profesor Iskandar menghabiskan waktunya untuk meneliti kodok, yang mayoritas menggunakan uang pribadi. Guru Besar ITB ini mengkritik iklim penelitian Indonesia yang terlalu mengekor pada penelitian negara Barat. Misalnya, kini hampir semua arah penelitian biodiversitas diarahkan pada riset DNA, bidang yang dikuasai oleh para peneliti Barat dan harga alatnya miliaran rupiah dan bahan kimianya ratusan juta. Alat ini sulit dijangkau oleh peneliti Indonesia.</p>
<p>Di satu sisi, Indonesia adalah gudangnya keanekaragaman hidup, yang datanya masih kosong. Seharusnya, kata dia, peneliti Indonesia fokus pada kekuatan sumber keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia dan belum banyak dieksplorasi.</p>
<p>Edisi ke-41 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109799/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Iklim penelitian Indonesia yang terlalu mengekor pada negara Barat seperti kini hampir semua arah penelitian diarahkan ke DNA, bidang yang dikuasai oleh para peneliti Barat.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1093732019-01-06T20:54:53Z2019-01-06T20:54:53ZJalan panjang melawan malaria, siapa yang menang?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/252462/original/file-20190104-32154-1i6pcjk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sel darah merah terinfeksi malaria.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/1113931502?src=WQZqqDbJZ2Co73aNuX_l4Q-1-13&size=medium_jpg">Chadsikan Tawanthaisong/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/3jQjlw6wsAZ97jWo5Znw8s" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Musim hujan telah tiba dan banyak air tergenang di sekitar rumah. Lingkungan kotor seperti itu yang menjadi tempat favorit nyamuk untuk berkembangbiak. Nyamuk malaria menggigit tubuh manusia mulai magrib sampai pagi. Malaria merupakan penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit Plasmodium. Satu gigitan saja bisa menyebabkan parasit masuk ke aliran darah. </p>
<p>Dan kini malaria sudah muncul di lebih dari seratus negara. Separuh populasi manusia di seluruh dunia berada dalam risiko tertular penyakit malaria. Gejala umum terserang malaria: pusing, panas, mual, hilang kesadaran kalau yang sudah ekstrim. Jika sel darah merah dalam tubuh sangat berkurang bisa menyebabkan malaria otak.</p>
<p>Malaria merupakan musuh bebuyutan umat manusia. Perang panjang manusia versus penyakit malaria sudah berlangsung ratusan tahun. Tapi mengapa perang itu belum berakhir?</p>
<p>Malaria telah membunuh banyak manusia sejak 4000 tahun terakhir. Di Cina, para tabib sudah mencatat kasus gejala malaria malaria sejak 2700 tahun sebelum Masehi. Begitu pun catatan dari Yunani dan Romawi kuno.</p>
<p>Hingga pada akhir abad ke-19, <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Alphonse_Laveran">Charles Laveran</a>, dokter dari Prancis, menemukan biang keladi malaria yaitu Parasit Plasmodium. Temuan ini membuat Laveran menerima Hadiah Nobel Kedokteran pada 1907 dan membawa perang malaria ke babak baru.</p>
<p>Tidak mudah mengontrol malaria, karena penyakit ini punya sifat biologi yang unik. Gen parasit dari satu spesies banyak sekali dan masing-masing gen mempunyai fungsi masing-masing. Ada gen yang bisa berubah, misalnya, saat kena obat atau sistem imunnya manusia bagus. Gen berubah sehingga parasit juga berubah.</p>
<p>Rintis Noviyanti, peneliti malaria dari Lembaga Eijkman di Jakarta ikut <a href="https://theconversation.com/dampak-malaria-pada-ibu-hamil-di-papua-dan-cara-melawan-penyakit-ini-95592">berperang melawan malaria </a> di tanah air. Para ilmuwan telah menemukan lima jenis parasit penyebab penyakit malaria pada manusia. Deteksi dini yang cepat dan akurat mampu mengurangi tingkat kematian akibat malaria.</p>
<p>Edisi ke-40 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ikhsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109373/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Separuh populasi manusia di seluruh dunia berada dalam risiko tertular penyakit malaria.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1089202018-12-17T05:56:43Z2018-12-17T05:56:43ZTiga skenario kiamat menurut astronom ITB<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/250877/original/file-20181217-185252-10zu6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0NTA0NzExMCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTI5Mjk3NjgzIiwiayI6InBob3RvLzEyOTI5NzY4My9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJ1azBDNmdsL2IvY3ZEUDl2Yy9jdW5tRlZLbW8iXQ%2Fshutterstock_129297683.jpg&pi=41133566&m=129297683&src=X8zGdaXHQ6vSaqUSFXkj9w-1-56">Gehrke/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/5zypD4wakxjWQO8FQwoRgR" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Kitab suci dan para agamawan memiliki cerita sendiri mengenai kiamat yang mengakhiri kehidupan dunia fana. Film-film Hollywood dan berbagai komik mengeksploitasi narasi kiamat sebagai hiburan sekaligus mencetak keuntungan.</p>
<p>Ilmuwan astronomi juga punya penjelasan ilmiah bagaimana dan kapan sebuah planet, termasuk Bumi, akan hancur lebur sebagai pertanda kiamat.
Premana Premadi, astronom dan dosen senior Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, mengatakan astronomi punya tawaran cerita tapi tidak memutuskan apa-apa. Ini tiga skenario kiamat dari kaca mata astronomi.</p>
<p>Pertama, masih ingat film <em>Armageddon</em>? Satu tim yang beranggotakan banyak ahli dikirim ke luar angkasa untuk menghancurkan asteroid sebelum menumbuk Bumi. Nah skenario itu cukup masuk akal, menurut astronomi, walau tidak diketahui secara pasti kapan asteroid menumbuk Bumi. </p>
<p>Kedua, seperti prediksi suku Maya bahwa kiamat datang pada 2012. Skenario ini menyebut inti bumi yang selama ini stabil, secara berlahan memuai. Perubahan ini membuat lautan bergejolak dan wajah Bumi yang kita kenal berantakan.</p>
<p>Skenario terakhir, kiamat kita datang dari sumber energi kehidupan kita di Bumi: Matahari. Seperti bintang lain, Matahari berevolusi: memuai hingga mencapai dan “menelan” Bumi dan seisi galaksi Bima Sakti. Kiamat ini hanya terjadi pada Bumi dan planet di galaksi Bima Sakti.</p>
<p>Tapi tenang saja. Peristiwa kiamat tersebut mungkin terjadi tujuh miliar tahun lagi. Kiamat tak terjadi pada masa kehidupan kita atau anak dan cucu dan cicit kita.</p>
<p>Edisi ke-39 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/108920/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Peristiwa kiamat tersebut mungkin terjadi tujuh miliar tahun lagi.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1079652018-12-03T00:44:30Z2018-12-03T00:44:30ZKenali beberapa tanda keracunan makanan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/248102/original/file-20181130-194932-uwu8p6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi tiga dimens bakteri Salmonella, yang kerap menginfeksi makanan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0MzU5MDA3MCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTAzMzc0MzM4NSIsImsiOiJwaG90by8xMDMzNzQzMzg1L21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIlJsMTV2RTZBSXpRZ3hVbHRrWGU4MDd1cnI5YyJd%2Fshutterstock_1033743385.jpg&pi=41133566&m=1033743385">Kateryna Kon/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/5pkGUYrn22RAvp3agiLqPa" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Makan banyak harusnya bikin tenaga Anda berlipat. Tapi kalau setelah makan Anda justru demam, perut melilit, dan mual-muntah, awas! Jangan-jangan Anda keracunan makanan!</p>
<p>Menurut Puspita Listiyanti, peneliti bakteri dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), makanan yang terkontaminasi bakteri itu akan terlihat berlendir dan bau, serta teksturnya hilang jadi lembek.</p>
<p>Apa yang sebenarnya terjadi ketika kita keracunan makanan? Keracunan makanan terjadi karena mengonsumsi makanan basi, makanan yang tidak dimasak dengan baik, atau makanan yang terlalu lama di udara luar. Udara banyak bakterinya, seperti salmonela, yang menyebar melalui kotoran. Ini bakteri yang bisa menyebar melalui makanan terkontaminasi dan juga udara yang menjadi penyebab diare. </p>
<p>Daging dan susu sangat disukai oleh mikroba. Walau hanya satu sel menempel di situ, dengan cepat dia akan berkembang biak. Bakteri-bakteri itu dalam waktu 1 x 24 jam bisa berkembang biak dari satu sel jadi miliaran sel yang bisa menyebabkan manusia sakit. </p>
<p>Kontaminasi bakteri mematikan pernah terjadi di beberapa negara. Awal 2017, produk daging asal Afrika Selatan tercemar bakteri jenis Listeria. Sekitar 1000 orang terinfeksi dan 216 orang tewas karena bakteri ini. Gara-gara itu lembaga kesehatan dunia WHO mencatat kasus tersebut sebagai wabah Listeria terparah sepanjang sejarah.</p>
<p>Bakteri hidup dan berkembangbiak di mana-mana termasuk di air, panci, piring, sendok, gelas, dan semua peranti dapur. Pemanasan adalah salah satu sterilisasi untuk membunuh bakteri. Atau juga bisa memasukkan ke dalam kulkas, supaya bakteri tidak bisa berkembang biak. Bakteri hidup pada suhu 30 derajat.</p>
<p>Yang mesti digarisbawahi, bakteri bukan pelaku tunggal keracunan makanan. Singkong, bayam, tomat juga bisa bikin kita keracunan karena di dalamnya ada racun alami untuk menghalau predator, jamur, dan serangga. Puspita Listiyanti menjelaskan bakteri yang kerap menyerang manusia. </p>
<p>Edisi ke-37 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/107965/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Bakteri hidup dan berkembangbiak di mana-mana termasuk di air, panci, piring, sendok, gelas, dan semua peranti dapur. Pemanasan adalah salah satu sterilisasi.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1075862018-11-26T07:51:40Z2018-11-26T07:51:40ZBakteri baik untuk manusia, bagaimana mereka bekerja<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/247124/original/file-20181125-149338-gjm1xu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/135084567@N06/27640345192/in/photolist-J7tZDJ-UAxBCp-28jQt7y-c56UKs-26uGj1n-eYuRck-eSnd4s-nxgMtx-23HitmK-9c7mKM-U6zCZx-BbpguM-U3F859-prDTsJ-pzuT9U-BuEc3n-TGSsy6-21yUjtY-c56Xo1-c56X9U-BSBuAC-dPdTmZ-9r43bi-eSnhU9-djzRxx-WjF9YB-c56V21-o2WbHS-niJfdt-kVbtAX-7PUdjr-mpmQ5p-nxzJLL-7qvHqZ-o2Cx1p-mHRrdr-q7sYzt-U8ogi6-UzQZAS-mwJ64g-kRNXvM-9GPMxH-sj3a2y-mGffkk-ng5oyF-9c6Cva-c56SAw-ng53kH-SfMN43-muq6fP">Sevka Abdullah/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0C3nHllCwk6KJVpb0mWUAt" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Reputasi bakteri memang terlanjur jelek. Orang awam lebih mengenal bakteri sebagai biang keladi penyakit diare, TBC alias tubercolosis, atau tifus. </p>
<p>Padahal, sebenarnya semua makhluk hidup itu punya dua sisi, jahat dan baik. Begitu juga mikro organisme. Ada yang jahat dan baik. </p>
<p>Mikroba tugasnya adalah mengurai. Di tubuh manusia, misalnya, bakteri mengurai kulit dengan cara memakannya. Lendir-lendir juga mereka dimakan. Mereka mengurainya menjadi zat yang lebih sederhana sehingga bisa dimakan oleh mikroba yang lain. Di dalam tubuh kita banyak sekali bakteri baik dan jahat. Tugasnya menguraikan senyawa-senyawa, apa pun senyawa itu.</p>
<p>Tanpa bantuan mikroskop, jangan harap bisa lihat wujudnya. Bentuknya sangat kecil. Namun, bakteri makhluk super kuat, karena bisa hidup di kondisi paling ekstrem. Dia juga makhluk yang kompleks. Sebagian bakteri dalam tubuh manusia bikin manusia sakit, sebagian lainnya justru bikin kita sehat.</p>
<p>Ada bakteri sahabat bapak-ibu petani dan industri makanan. Namanya asam laktat dan asetat. Di Eropa, duet bakteri ini dipakai untuk membuat cuka. Di sini, bisa dibuat masker dan minuman maknyus dari fermentasi kelapa, nata de coco.</p>
<p>Puspita Lisdiyanti, peneliti mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menjelaskan bakteri baik dan berguna bagi manusia. Dia dan ilmuwan-ilmuwan lain sedang mendalami potensi manfaat bakteri yang berasal dari tubuh hewan. Dari sana, bisa muncul vaksin dan obat berguna untuk melawan seabrek penyakit.</p>
<p>Di tangan para ilmuwan, bakteri baik bisa bikin sehat. Tapi di tangan kita, bakteri jahat bisa bikin mules-mules. </p>
<p>Edisi ke-36 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Ihsan Raharjo dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/107586/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Ada bakteri sahabat bapak-ibu petani dan industri makanan. Namanya asam laktat dan asetat. Di Eropa, duet bakteri ini dipakai untuk membuat cuka.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1070962018-11-19T08:01:29Z2018-11-19T08:01:29ZKisah petualangan Premana Premadi dari ITB menguak ruang angkasa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/246183/original/file-20181119-76157-91grod.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Premana Wardayanti Premadi</span> <span class="attribution"><span class="source">Hilman Handoni/KBR</span></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0jn6YsLNjKKAbObIJDAIO4" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Melayang-layang di antara planet Jupiter dan Mars, bersama hampir dua juta asteroid lainnya, ada Asteroid 12937 Premadi. Nama asteroid ini diambil dari nama Premana Premadi, perempuan astronom pertama dari Indonesia, yang aktif mengajar di Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung dan Direktur Observatorium Bosscha.</p>
<p>Dia juga menggerakkan pendidikan astronomi ke anak-anak melalui organisasi nirlaba Universe Awareness for Children (UNAWE) Indonesia. Pada Maret 2017, Minor Planet Center (MPC) di bawah International Astronomical Union (IAU) menyematkan nama Asteroid 12937 Premadi, sebelumnya bernama asteroid 3024 P-L, ditemukan pada 1960 oleh Cornelis Johannes van Houten dan Ingrid van Houten-Groeneveld menganalisis plat fotografi yang direkam oleh Tom Gehrels dengan teleskop Schmidt di Observatorium Palomar.</p>
<p>Memang, dia bukan orang Indonesia pertama yang diabadikan jadi nama asteroid. Tapi dialah perempuan astronom yang pertama. Sebelumnya, empat nama mantan Direktur Observatorium Bosscha juga diabadikan oleh Minor Planet Center (MPC) sebagai nama asteroid.</p>
<p>Bagi Premana, penyematan nama orang Indonesia di ruang angkasa itu merupakan bentuk dukungan internasional kepada Indonesia untuk memajukan astronomi di tanah air. </p>
<p>Inilah kisah Premana Premadi, yang begitu cinta dengan penjelajahan ruang angkasa. Walau dia hidup dengan amyotrophic lateral sclerosis (ALS) - penyakit ini juga menyerang Stephen Hawking, ahli fisika teori dari Inggris - penyakit yang menyerang saraf motorik, aktifitasnya segudang: mengajar, meneliti, mengisi diskusi, kampanye pendidikan astronomi untuk anak-anak, dan menyemangati para penderita ALS. </p>
<p>Edisi ke-35 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Aisha Rachmansyah. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/107096/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Bagi Premana, penyematan nama orang Indonesia di ruang angkasa itu merupakan bentuk dukungan internasional kepada Indonesia untuk memajukan astronomi di tanah air.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1067732018-11-12T01:42:18Z2018-11-12T01:42:18ZAstronomi dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/244965/original/file-20181111-116841-1wxz6ip.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0MjAwODQzMSwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTIyNTIwMzk1OCIsImsiOiJwaG90by8xMjI1MjAzOTU4L21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIkgrcFpQVzRZNjQ1Qms3WkdKYUFkMnFVb2NsVSJd%2Fshutterstock_1225203958.jpg&pi=41133566&m=1225203958&src=YQZGjsqsYK8aJASzJOvcLQ-1-89">Sergey Nivens/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/2ooqVukAwsYsjL0jVOlH4Y" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Astronomi merupakan ilmu paling tua. Ilmu ini setua nenek moyang kita yang menoleh ke angkasa dan bertanya: mengapa kita ada, mengapa ada hujan, siang, malam, dan bintang gemerlapan. Juga pertanyaan yang selalu relevan sepanjang masa: misalnya apakah alam semesta itu ada dari dulu? Apakah mereka ada untuk selamanya? Alam semesta itu sampai mana batasnya? Umurnya berapa? Berapa jarak Bumi dan Matahari?</p>
<p>Pertanyaan-pertanyaan itu membantu para ilmuwan menemukan rotasi, revolusi planet-planet, gravitasi, hukum fisika, reaksi kimia, dan pertumbuhan biologi. Juga menciptakan teknologi. Penemuan inilah yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. </p>
<p>Banyak teknologi yang awalnya dirancang untuk keperluan astronomi tapi aplikasinya sangat luas. Misalnya detektor sinar X yang dipakai di bandara-bandara. Itu teknologi yang sama yang dikembangkan untuk pengamatan sinar X. Tomografi, pengolahan citra yang tadinya dipakai di astronomi sekarang dipakai di dunia medis. </p>
<p>Kodak film awalnya diciptakan astonom untuk mempelajari matahari. Tapi kini alat digunakan di industri medis dan fotografi. Lalu ada satelit yang menyambungkan siaran televisi dan telepon genggam. Juga ada GPS alias <em>global positioning system</em> yang dipakai di Google Maps dan membantu pesawat menemukan tujuan.</p>
<p>Premana Premadi, astronom dan pengajar Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung, menceritakan seluk beluk penggunaan astronomi dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut dia, astronomi membantu memupuk hasrat ingin tahu, memberikan patokan, ukuran, dan aturan-aturan. Juga menunjukkan penanda perubahan waktu, siang-malam, musim dan iklim, termasuk menentukan hilal dan awal Ramadhan awal syawal. </p>
<p>Ya astronomi ilmu yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.</p>
<p>Edisi ke-34 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/106773/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Siapa bilang astronomi cuma perkara mencari yang jauh. Astronomi juga menemukan apa yang paling dekat dengan manusia.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1063152018-11-05T01:03:07Z2018-11-05T01:03:07ZKekuatan musik metal yang selama ini jarang diketahui<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/243785/original/file-20181104-83644-1fhg630.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/guitarist-on-stage-playing-rock-crowd-610159259?src=p6RHHTW21WpY4jJ_K-45ug-1-7">Kondrukhov/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0X4okzq4e1YVawLovuMiJi" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Musik metal kerap dikaitkan dengan pemberontakan kaum muda sampai dengan pemujaan setan. Tapi betulkah metal penganjur kekerasan dan memicu agresi? </p>
<p>Alih-alih menghasilkan energi buruk, metal malah punya dampak baik. <a href="https://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/health-news/heavy-metal-music-helps-listeners-deal-mortality-study-suggests-death-slayer-a7144846.html"><em>Journal of Psychology of Popular Media</em> </a> dalam satu tulisan menyebut metal membantu orang dalam menghadapi kematian. Peneliti <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jcop.21949">Paula Rowe dan Bernard Guerin dari University of South Australia</a> menyebut musik metal membantu remaja dan orang dewasa menghadapi ketegangan dalam keluarga, <em>bullying</em>, dan kesepian. </p>
<p>Musik metal atau rock secara umum telah dikaitkan dengan macam-macam hal negatif. Misalnya The Beatles pernah mengatakan mereka lebih popular dari Yesus sehingga menerbitkan protes besar-besaran. </p>
<p>Gita Widya Laksmini, Kepala Program Studi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya,
mengatakan musik ini bisa fungsinya berbeda-beda untuk setiap orang. Bahkan satu individu bisa memaknai satu musik berbeda-beda dalam berbagai episode kehidupan, berbagai identitas dan konteks. Jadi mari nikmati musik metal.</p>
<p>Edisi ke-33 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Ikram Putra. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/106315/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Penelitian menyebutkan bahwa musik metal bisa dimaknai positif oleh penggemarnya dan membantu mereka melewati masa-masa sulit dalam hidup.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.