Prasasti Pucangan maupun Sangguran adalah kunci untuk memahami arti hadirnya Indonesia di dalam era Antroposen. Mengapa demikian?
Academic rigour, journalistic flair
Articles on Sejarah
Displaying 1 - 20 of 35 articles
Seni cadas dari gua di Madagaskar mengisyaratkan beberapa hubungan budaya yang luar biasa.
Bak detektif, Claudia Goldin menelaah data dua abad perkembangan ketenagakerjaan AS untuk menjelaskan fenomena soal kesenjangan gender.
Mempelajari sejarah ekonomi modern dapat membantu memahami dan mengenali tantangan dalam meningkatkan kesejahteraan finansial kita.
Bahasa “Jaksel” sering dianggap cerminan tingkat pendidikan dan kelas sosial yang tinggi. Bisa jadi itu benar, tapi fenomena ini bisa dikaji lebih dalam dari lensa sejarah, tata ruang, dan kebahasaan.
Perubahan iklim akibat perubahan suhu global sudah dibahas sejak 70 tahun lalu. Namun, ide perubahan iklim akibat ulah manusia dan pembakaran bahan bakar fosil saat itu belum banyak digubris.
Kisah Martin Luther memulai tradisi adalah sebuah mitos; kisah sebenarnya dimulai 350 tahun kemudian – dan hadiah Natal dipopulerkan oleh penjual buku yang cerdas.
Meski banyak orang akan mengklaim ‘blackface’ hanyalah lelucon semata, video TikToker baru-baru ini mengandung rasisme terhadap orang kulit hitam. Apa yang salah dari praktik ‘blackface’ ini?
Tragedi 1965 tak hanya mengakibatkan kematian dan penahanan lebih dari setengah juta orang, tapi juga membuat penyintas dan keluarga mereka bergelut dengan memori kekerasan masa lalu.
Sejarawan tidak yakin persis kapan kebun binatang pertama dibangun, tetapi jelas manusia telah memelihara hewan eksotis selama ribuan tahun.
Proses perumusan Pancasila dilakukan melalui beberapa tahapan persidangan dan dua tokoh lainnya selain Soekarno juga berperan besar dalam lahirnya Pancasila tersebut.
Hingga kini, tidak ada yang dapat memastikan apakah Supersemar hanya perintah untuk menjaga stabilitas keamanan negara atau justru dijadikan alat kudeta oleh Soeharto.
Dekolonisasi sains menawarkan pijakan penting supaya dunia pendidikan tinggi dan dan sains di Indonesia bisa berhenti berkiblat pada dunia Barat dan menemukan suaranya sendiri.
Catatan tentara Belanda sendiri – terutama foto-foto amatir, ribuan di antaranya bertahan – telah lama berisi bukti yang mereka ketahui tentang kekejaman.
Pada episode SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan Eunike Setiadarma dari Northwestern University tentang bagaimana politik kepahlawanan kerap mengabaikan peran masyarakat biasa dalam sejarah.
Kekeringan telah menjadi ancaman besar selama berabad-abad – memicu konflik dan migrasi sejak masa Kekaisaran Ottoman hingga Suriah di masa kini.
Gunung Samalas menambah daftar gunung berapi di Indonesia yang letusannya berdampak signifikan ke benua lain, setelah Gunung Tambora, Gunung Krakatau, dan Gunung Agung.
Penelitian doktoral saya menunjukkan bagaimana gereja Katolik memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi isu 1965 ini dengan menggunakan pendekatan yang humanis.
Siapa yang menulis sejarah sangat mempengaruhi bagaimana hal itu ditulis.
Melalui interpretasi Babad Lombok dan analisis spasial menggunakan pendekatan geografis, kami mencoba menelusuri lokasi tepat kota Pamatan.
Top contributors
-
Researcher, Centre for Political Studies, Indonesian Institute of Sciences (LIPI)
-
Lecturer in Environmental Geography, Universitas Gadjah Mada
-
Visiting Fellow, SPRU, University of Sussex Business School, University of Sussex
-
Senior Lecturer, Sydney Southeast Asia Centre, University of Sydney
-
Senior Lecturer in Paleontology and Evolutionary Biology, Life Sciences at the University of Bath, University of Bath
-
Lecturer at the International Relations Department, Universitas Pelita Harapan
-
Tutor in International Relations and History, The University of Melbourne
-
Director of International Studies, Colorado State University
-
PhD Candidate, University of Amsterdam
-
Associate Professor of International Business, Australian National University
-
Lecturer of history, Universitas Nasional
-
Lecturer, Universitas Gadjah Mada
-
Historian of science, National University of Singapore
-
Researcher in Anthropobiology, Université de Toulouse III – Paul Sabatier
-
Chancellor's Professor of Medicine, Liberal Arts, and Philanthropy, Indiana University
