tag:theconversation.com,2011:/nz/topics/stroke-42450/articlesStroke – The Conversation2019-09-04T07:17:50Ztag:theconversation.com,2011:article/1227702019-09-04T07:17:50Z2019-09-04T07:17:50ZTidak perlu diperdebatkan, konsumsi garam harus dikurangi karena bisa selamatkan banyak nyawa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/290403/original/file-20190901-165997-1ihnj4e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/137498780?src=x-3-Wph74q15pFufC0HMQA-1-77&studio=1&size=medium_jpg">Jiri Hera/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Tubuh manusia hanya membutuhkan sedikit sodium agar dapat <a href="https://www.who.int/nutrition/publications/guidelines/sodium_intake/en/">bekerja dengan baik</a>. Kebutuhan ini umumnya dapat dipenuhi dengan mengonsumsi garam (sodium klorida). </p>
<p>Namun, pada zaman sekarang, banyak orang yang mengonsumsi garam berlebih. Hal ini menyebabkan meningkatnya orang yang terserang penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia. </p>
<p>Para ahli kesehatan telah berusaha mengatasi masalah ini selama beberapa dekade, tapi mereka terkendala beberapa hambatan, termasuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673616304676?via%3Dihub">penelitian</a> yang membingungkan terkait tingkat asupan garam yang aman. Ini menimbulkan keraguan yang tidak perlu tentang pentingnya mengurangi asupan garam. </p>
<p>Tapi <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.13117">penelitian terbaru kami</a> telah menemukan kekurangan dalam penelitian sebelumnya, kami membuktikan bahwa asupan garam harus dikurangi jauh lebih banyak dari rekomendasi saat ini.</p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan setiap orang untuk mengonsumsi garam kurang dari 5 gram per hari. Nyatanya, <a href="https://bmjopen.bmj.com/content/3/12/e003733">secara global rata-rata orang mengonsumsi 10 gram per hari</a>. Konsumsi garam berlebih akan menaikkan tekanan darah, yang <a href="https://www.nature.com/articles/s41569-018-0004-1?platform=hootsuite">dapat menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, dan stroke</a>. </p>
<p>Banyak studi yang menunjukkan sebuah <a href="https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/CIRCULATIONAHA.113.006032?url_ver=Z39.88-2003&rfr_id=ori:rid:crossref.org&rfr_dat=cr_pub%3dpubmed">hubungan</a> <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.13117">linear</a> antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler: ketika asupan garam meningkat, meningkat pula risiko terserang penyakit kardiovaskuler, dan kematian dini. </p>
<p>Namun, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa hubungan asupan garam dan penyakit kardiovaskuler tidak linear. Mereka berpendapat bahwa mengonsumsi garam kurang dari 7,5 gram dan lebih dari 12,5 gram per hari dapat menyebabkan <a href="https://academic.oup.com/ajh/article/27/9/1129/2730186">peningkatan risiko</a> penyakit kardiovaskuler dan kematian dini. </p>
<p>Namun kami menemukan kesalahan pada <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1470320318810015">metode yang digunakan untuk penelitian seperti ini</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/286632/original/file-20190801-169702-1cdfobu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/369919787?src=tHVnLsoWi53rahTSBzhczw-1-5&studio=1&size=medium_jpg">Andrey_Popov/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Lebih murah tapi kurang akurat</h2>
<p>Kita mengeluarkan sebagian besar garam yang kita konsumsi melalui urine (90%). Dan ada variasi besar dalam jumlah garam yang kita konsumsi setiap hari. Cara terbaik untuk mengukur asupan garam adalah mengumpulkan urine secara berkala selama tiga kali dalam 24 jam, metode ini kami sebut <em>gold standard method</em>. </p>
<p>Meskipun ini adalah cara paling akurat, ini juga merupakan cara yang paling mahal dan paling sulit dilakukan, baik bagi partisipan maupun peneliti.</p>
<p>Beberapa penelitian mengukur asupan garam dengan metode <em>spot urine measurement</em>, mengukur urine dalam sekali ambil sampel. Cara ini lebih murah dan lebih mudah dilakukan, baik bagi peneliti maupun partisipan. Partisipan hanya perlu memberikan satu sampel urin kecil, dan dari sana asupan garam harian kemudian dihitung.</p>
<p>Penelitian yang menunjukkan bahwa hubungan antara asupan garam dan penyakit kardiovaskuler <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673616304676?via%3Dihub">tidak linier</a>, menggunakan data dari metode <em>spot urine measurement</em>. </p>
<p>Cara pengukuran ini, bagaimana pun, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4245554/">tidak akurat</a>, karena ini hanya mewakili asupan garam dari periode waktu yang sangat singkat dan sangat dipengaruhi oleh jumlah cairan yang diminum dan waktu pengambilan sampel. Perkiraan dari metode ini mencerminan asupan garam harian yang tidak dapat diandalkan.</p>
<p>Kami <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYPERTENSIONAHA.119.13117">menemukan</a> bahwa menghitung asupan garam dari sampel metode <em>spot urine measurements</em> dapat mengubah hubungan linear antara asupan garam dan mortalitas. </p>
<p>Kami menganalisis data dari <a href="https://biolincc.nhlbi.nih.gov/studies/tohp/">Uji Coba Pencegahan Hipertensi</a>, yang menggunakan <em>gold standard method</em>, untuk menilai asupan garam (beberapa pengukuran urine dalam 24 jam) pada hampir 3.000 orang dewasa dengan tekanan darah normal selama 18 bulan hingga empat tahun.</p>
<p>Ketika kami menganalisis data tersebut, kami menemukan sebuah hubungan linear langsung antara asupan garam dan risiko kematian, hingga tingkat asupan garam 3 gram per hari.</p>
<p>Untuk meniru metode <em>spot urine measurement</em>, kami kemudian menerapkan formula yang dikembangkan untuk sampel ini pada konsentrasi sodium dari sampel urine 24 jam. </p>
<p>Hasilnya menunjukkan hubungan non-linear yang sama seperti yang dilaporkan dalam studi kontroversial tersebut. Ini menyiratkan bahwa temuan mereka dapat dijelaskan dengan metode yang mereka gunakan untuk memperkirakan asupan garam, karena pengukuran dengan <em>spot urine measurements</em> merupakan cerminan asupan garam harian yang tidak dapat diandalkan dan juga tampak bahwa formula itu sendiri bermasalah.</p>
<p>Jadi pesannya tetap jelas: mengurangi garam dapat menyelamatkan nyawa, dan temuan dari penelitian yang tidak dapat diandalkan tidak boleh digunakan untuk menggagalkan kebijakan kesehatan masyarakat atau mengalihkan tindakan.</p>
<p>Pengurangan asupan garam secara bertahap, seperti yang direkomendasikan oleh <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/salt-reduction">WHO</a>, tetap merupakan pencapaian yang bisa dilaksanakan, terjangkau, efektif, dan strategi penting untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan kematian dini di seluruh dunia. </p>
<p>Bahkan pengurangan kecil dalam asupan garam akan memiliki manfaat besar pada kesehatan manusia.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/122770/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Feng He is a member of Consensus Action on Salt, Sugar and Health (CASSH) and World Action on Salt & Health (WASH). Both CASSH and WASH are nonprofit charitable organisations, and Feng does not receive any financial support from CASSH or WASH. Feng has received funding from the National Institute of Health Research (NIHR) using Official Development Assistance funding (16/136/77).</span></em></p>Beberapa penelitian berbeda pendapat terhadap jumlah asupan garam yang bisa diterima tubuh manusia. Namun, ada baiknya kita sepakat untuk mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.Feng He, Professor of Global Health Research, Queen Mary University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1201642019-07-16T09:05:59Z2019-07-16T09:05:59ZPulanglah tepat waktu! Terlalu lama bekerja, bisa tingkatkan risiko kena stroke<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/283474/original/file-20190710-44453-muho3b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=158%2C96%2C5710%2C4716&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Inikah waktunya untuk mengurangi lembur?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/g9KFpAfQ5bc">Annie Spratt</a></span></figcaption></figure><p>Jam kerja panjang buruk bagi kesehatan kita. Sebuah <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/STROKEAHA.119.025454">penelitian</a> di Prancis baru-baru ini menemukan bahwa bekerja terus-menerus selama sepuluh hari atau lebih dapat meningkatkan risiko terkena stroke.</p>
<p><a href="https://academic.oup.com/occmed/article/67/5/377/3859790">Penelitian</a> lain juga menemukan bahwa pekerja yang memiliki jam kerja panjang cenderung memiliki kesehatan mental yang buruk dan kualitas tidur yang lebih rendah.</p>
<p>Orang dengan jam kerja yang panjang juga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10618741">cenderung</a> punya kebiasaan merokok, minum alkohol berlebihan, dan penambahan berat badan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/long-hours-at-the-office-could-be-killing-you-the-case-for-a-shorter-working-week-116369">Long hours at the office could be killing you – the case for a shorter working week</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kerja terlalu lama tidak baik</h2>
<p>Efek dari jam kerja yang panjang sangat beragam bagi kesehatan kita.</p>
<p><a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/STROKEAHA.119.025454">Studi</a> dari Prancis yang melibatkan lebih dari 143.000 peserta itu menemukan bahwa mereka yang bekerja sepuluh jam atau lebih per hari selama setidaknya 50 hari dalam satu tahun berisiko terkena stroke 29% lebih tinggi.</p>
<p>Penelitian itu tidak menemukan hasil yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, tapi menunjukkan risiko lebih tinggi pada pekerja kantoran di bawah usia 50 tahun.</p>
<p>Riset meta-analisis lain yang melibatkan data lebih dari 600 ribu orang, <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(15)60295-1/fulltex">yang diterbitkan dalam jurnal medis Inggris The Lancet</a>, ternyata menemukan efek yang sama. Karyawan yang bekerja 40 sampai 55 jam per minggu memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke dibandingkan mereka dengan jam kerja yang standar yaitu 35-40 jam per minggu.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/281521/original/file-20190627-76730-v4l7y6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/281521/original/file-20190627-76730-v4l7y6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/281521/original/file-20190627-76730-v4l7y6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/281521/original/file-20190627-76730-v4l7y6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/281521/original/file-20190627-76730-v4l7y6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/281521/original/file-20190627-76730-v4l7y6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/281521/original/file-20190627-76730-v4l7y6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Jam kerja yang panjang dan risiko terkena stroke lebih tinggi pada pekerja kantoran.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/UIpFY1Umamw">Bonneval Sebastien</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jam kerja yang tidak teratur, atau kerja shift, juga <a href="https://oem.bmj.com/content/58/1/68">ditengarai</a> berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan yang lebih buruk, termasuk gangguan jam biologis (yang menentukan kapan kita terbangun dan kapan kita tertidur), gangguan tidur, tingkat kecelakaan, kesehatan mental, dan risiko terkena serangan jantung.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/power-naps-and-meals-dont-always-help-shift-workers-make-it-through-the-night-74745">Power naps and meals don't always help shift workers make it through the night</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Gangguan ini bukan pada fisik semata. Bekerja berjam-jam secara terus menerus <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11482-017-9509-8">juga menyebabkan </a> ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang mengarah pada menurunnya kepuasan kerja dan kinerja, serta menurunnya kepuasan kehidupan dan hubungan pribadi.</p>
<h2>Mengapa kita banyak bekerja?</h2>
<p>Meskipun banyak negara telah memberlakukan batasan jumlah jam kerja per minggu, tetapi di seluruh dunia masih ada <a href="https://academic.oup.com/occmed/article/67/5/377/3859790">sekitar 22% pekerja</a> yang bekerja lebih dari 48 jam seminggu. Di Jepang, jam kerja yang panjang adalah masalah yang begitu besar sampai-sampai <em>karoshi</em> - “kematian karena bekerja terlalu keras” - adalah penyebab kematian yang diakui secara hukum.</p>
<p>Australia berada di urutan <a href="https://www.aihw.gov.au/reports/australias-welfare/australias-welfare-2017/contents/table-of-contents">ketiga terbawah</a> dari negara-negara OECD - Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi - dalam hal jam kerja yang panjang, dengan <a href="https://www.aihw.gov.au/getmedia/ac1e8df0-4f19-4c59-9df8-3211c395bd3f/aihw-australias-welfare-2017-chapter4-1.pdf.aspx">13% penduduknya</a> memiliki jam kerja di atas 50 jam per minggu dalam pekerjaan berbayar.</p>
<p>Kekhawatiran seputar otomatisasi, pertumbuhan upah yang lambat, dan meningkatnya pengangguran menjadi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277953619303284">alasan</a> mengapa orang Australia bekerja lebih panjang. Sebuah <a href="https://d3n8a8pro7vhmx.cloudfront.net/theausinstitute/pages/2893/attachments/original/1542666753/GHOTD_2018_An_Update_Final_Formatted.pdf?1542666753">studi pada 2018</a> menunjukkan bahwa orang Australia bekerja lembur tidak dibayar totalnya sekitar 3,2 miliar jam.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/are-you-burnt-out-at-work-ask-yourself-these-4-questions-118128">Are you burnt out at work? Ask yourself these 4 questions</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pekerjaan sering tidak berakhir setelah mereka pulang kantor. Mereka melakukan pekerjaan ekstra di rumah, menerima telepon, atau menghadiri pertemuan online setelah jam kerja. Semakin banyak mereka yang tidak melakukan pekerjaan ekstra yang punya pekerjaan sampingan. Banyak orang Australia sekarang melakukan <a href="https://engage.vic.gov.au/inquiry-on-demand-workforce">pekerjaan tambahan</a> secara tidak tetap atau <em>freelance</em>.</p>
<h2>Pengaruh kendali pekerjaan</h2>
<p>Otonomi dan “keleluasaan keputusan” di tempat kerja–sejauh mana orang punya kendali dan dapat membuat keputusan atas pekerjaan mereka–adalah faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko masalah kesehatan.</p>
<p>Rendahnya keleluasaan keputusan dan juga kerja shift <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/02678378708258525">dikaitkan</a> dengan risiko serangan jantung dan stroke yang lebih tinggi. Kendali individu memainkan peran penting dalam perilaku manusia; sejauh mana kita yakin kita memiliki kendali atas lingkungan kita, sangat <a href="https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/001872678603901104">mempengaruhi</a> persepsi dan reaksi kita terhadap lingkungan itu.</p>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/1974-04306-001">Penelitian</a> psikologi awal menunjukkan, misalnya, bahwa reaksi seseorang terhadap sengatan listrik sangat dipengaruhi oleh persepsi bahwa ia memiliki kendali atas sengatan itu (bahkan jika ia sebenar tidak punya kendali).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/281522/original/file-20190627-76713-k70grg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/281522/original/file-20190627-76713-k70grg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=373&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/281522/original/file-20190627-76713-k70grg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=373&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/281522/original/file-20190627-76713-k70grg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=373&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/281522/original/file-20190627-76713-k70grg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=469&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/281522/original/file-20190627-76713-k70grg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=469&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/281522/original/file-20190627-76713-k70grg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=469&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pekerja yang memiliki sedikit kendali cenderung mengalami masalah kesehatan daripada mereka yang memiliki tingkat kendali yang tinggi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/zFSo6bnZJTw">NeONBRAND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/teachers-are-more-depressed-and-anxious-than-the-average-australian-117267">Teachers are more depressed and anxious than the average Australian</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Temuan ini juga ada dalam data <a href="https://www.aihw.gov.au/reports/australias-welfare/australias-welfare-2017/contents/table-of-contents">Institut Kesehatan dan Kesejahteraan Australia</a>. Semakin tinggi perbedaan antara jumlah jam kerja yang mereka inginkan dan jumlah jam kerja yang mereka lakukan, maka semakin turun tingkat kepuasan dan kesehatan mental. Hasil ini berlaku baik bagi pekerja yang bekerja berlebihan dan bagi mereka yang menginginkan jam kerja lebih lama.</p>
<h2>Apa yang dapat dilakukan perusahaan?</h2>
<p>Komunikasi yang efektif dengan karyawan itu penting. Karyawan bisa jadi <a href="https://www.inc.com/betsy-mikel/microsoft-studied-what-made-their-employees-miserable-they-now-coach-managers-to-do-1-thing-differently.html">tidak dapat menyelesaikan pekerjaan</a> mereka dalam jam normal karena, misalnya, harus menghabiskan banyak waktu dalam rapat.</p>
<p>Perusahaan dapat mengambil langkah-langkah untuk menerapkan kebijakan yang dapat memastikan bahwa jam kerja yang panjang tidak terjadi terus menerus. Di Australia, ada acara <a href="https://www.gohomeontimeday.org.au/">tahunan</a> Go Home on Time Day, yaitu pulang ke rumah tepat waktu, untuk mendorong karyawan mencapai keseimbangan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Walau inisiatif ini meningkatkan kesadaran akan jam kerja, orang seharusnya selalu pulang tepat waktu, bukan sekali-sekali.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/business-owners-control-of-their-work-life-balance-is-the-fine-line-between-hard-work-and-hell-100762">Business owners' control of their work-life balance is the fine line between hard work and hell</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meningkatkan masukan karyawan ke dalam jadwal dan jam kerja mereka dapat memiliki dampak positif pada kinerja dan kesejahteraan mereka sendiri.</p>
<p>Merancang tempat kerja yang mengutamakan kesejahteraan juga penting. Penelitian tentang kerja shift <a href="https://oem.bmj.com/content/58/1/68">menunjukkan</a> bahwa memperbaiki tempat kerja dengan menyediakan makanan, perawatan anak, perawatan kesehatan, transportasi yang mudah diakses, dan fasilitas rekreasi dapat mengurangi efek buruk dari kerja shift.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/281519/original/file-20190627-76722-1d76ntd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/281519/original/file-20190627-76722-1d76ntd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/281519/original/file-20190627-76722-1d76ntd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/281519/original/file-20190627-76722-1d76ntd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/281519/original/file-20190627-76722-1d76ntd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/281519/original/file-20190627-76722-1d76ntd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/281519/original/file-20190627-76722-1d76ntd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dengan meningkatkan kondisi dan fungsi tempat kerja, pengusaha dapat membantu memperbaiki dampak negatif kesehatan dari pekerjaan shift.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/n-HtQS7IgU4">Asael Peña</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Terakhir, menerapkan praktik kerja yang fleksibel sehingga karyawan memiliki kendali atas jadwal mereka untuk mendorong keseimbangan kehidupan kerja <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/ntwe.12052">terbukti</a> memiliki efek positif pada kesejahteraan mereka.</p>
<p>Inisiatif-inisiatif semacam ini membutuhkan dukungan berkelanjutan. Jepang mengadakan Jumat Premium, yaitu gerakan yang mendorong karyawan untuk pulang jam 3 sore sebulan sekali. Namun, hasil awal <a href="https://prtimes.jp/main/html/rd/p/000000249.000001551.html">menunjukkan</a> bahwa hanya 3,7% karyawan yang melaksanakan inisiatif tersebut. Hasil rendah ini dapat <a href="https://www.japantimes.co.jp/news/2017/12/12/national/japanese-workers-feel-guilty-taking-time-off-use-fewer-holidays-international-peers-survey/#.XRRSKJMzbUI">dikaitkan</a> jam kerja panjang yang sudah jadi budaya dan pola pikir kelompok: karyawan tidak ingin merepotkan rekan kerja saat mereka mengambil cuti.</p>
<p>Dengan meningkatnya kekhawatiran tentang jaminan pekerjaan, dan budaya yang menganggap jam kerja panjang adalah hal wajar, perubahan mungkin tidak cepat terjadi. Padahal kita semua tahu bahwa jam kerja panjang tidak baik untuk kesehatan.</p>
<p><em>Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120164/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Libby (Elizabeth) Sander tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Menurut penelitian baru, orang yang bekerja 10 jam sehari memiliki risiko terkena stroke 29% lebih tinggi. Jam kerja panjang juga memengaruhi hubungan pribadi, perilaku tidur, dan kesehatan mental.Libby (Elizabeth) Sander, Assistant Professor of Organisational Behaviour, Bond Business School, Bond UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1165282019-05-28T11:17:31Z2019-05-28T11:17:31ZVacuum cleaner untuk otak: cerita dokter Inggris yang obati stroke pakai metode terbaru trombektomi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/276504/original/file-20190526-187157-bb29f4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=44%2C16%2C953%2C643&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">sfam_photo/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Trombektomi adalah perawatan stroke revolusioner di mana gumpalan yang menyumbat dihisap keluar dari otak pasien. Saya melakukan prosedur trombektomi pertama pada <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamaneurology/article-abstract/797195">2006</a>, tapi pengalaman tersebut sangat berkesan, seolah-olah baru terjadi kemarin. Ketika itu saya bekerja sebagai dokter junior di laboratorium kateter (“cathlab”) di Rumah Sakit Universitas Saarland di Jerman. Saya menerima telepon dari Profesor Klaus Fassbender, kepala departemen neurologi, yang mengatakan bahwa seorang prajurit berusia 42 tahun baru saja dirawat, dia menderita stroke parah.</p>
<p>“Dia tidak bisa berbicara atau menggerakkan lengan atau kaki kanannya,” kata Fassbender.</p>
<p>Tentara itu yang juga seorang pelari maraton yang penuh semangat pingsan di rumah. Istrinya kemudian membawa dia ke rumah sakit tempat dia diberikan obat pemecah gumpalan darah, rtPA(<em>recombinant tissue plasminogen activator</em>). Meskipun obat ini diberikan pada jam kritis setelah dimulainya stroke, obat tersebut tidak manjur. </p>
<p>“Apakah kamu punya perangkat baru itu, <em>vacuum cleaner</em> untuk otak?” Fassbender bertanya. “Bisakah kau menyelamatkannya dengan perangkat itu?”</p>
<p>“Aku tidak yakin. Belum pernah dicoba di Eropa. Ia bahkan belum mendapat tanda CE, "kataku, merujuk pada Conformité Européenne, persetujuan yang diperlukan perangkat medis sebelum mereka dapat digunakan di Uni Eropa. "Tapi kita akan lihat apakah kita bisa mendaftarkannya di percobaan dan mencobanya.”</p>
<p>“Sempurna. Kami akan membawa pasien ke cathlab,” kata Fassbender. “Dan, omong-omong, Anda harus berbicara bahasa Inggris kepada istrinya. Dia orang Amerika.” Bagus, tepat yang saya butuhkan, pikirku secara ironis. Saya pernah mendengar bahwa orang Amerika lebih mungkin untuk menuntut dokter mereka jika perawatan tidak sesuai rencana.</p>
<p>Beberapa menit kemudian, istri prajurit itu menemui saya. Dia ingin tahu apakah perangkat yang kami usulkan untuk mengeluarkan gumpalan dari otak suaminya telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA). Saya mengatakan kepadanya bahwa ini bahkan tidak ditandai logo CE. Itu adalah bagian dari percobaan yang saya ikuti. Tapi saya katakan dia bisa berbicara dengan penemu perangkat untuk meminta nasihat, sementara kami lanjut melakukan prosedur.</p>
<p>Dia setuju.</p>
<p>Kala itu kami membuat sayatan kecil di dekat pangkal paha pasien dan memasukkan kateter di sepanjang aorta, lalu ke dalam arteri karotis di lehernya. Kemudian kami memperkenalkan kateter isap (“<em>vacuum celaner</em>”), yang dimasukkan ke dalam kateter yang lebih besar. Dengan bantuan kawat pemandu, kami memindahkan kateter isap ke dalam otak hingga berada di depan trombus (gumpalan darah) yang menghalangi arteri serebri tengah, pembuluh darah besar di otak.</p>
<p>Pada awalnya, kami cemas karena kami tidak tahu apakah mungkin kami mampu untuk menavigasi kateter sebesar ini ke arteri serebral. Tapi akhirnya kami ada di sana, di depan trombus.</p>
<p>Semua orang di ruangan itu menyilangkan jari mengharapkan keberuntungan. Kami menekan tombol untuk menghidupkan perangkat isap. Pada awalnya, tidak ada yang terjadi. Lalu tiba-tiba gumpalan itu ditarik ke dalam tabung dan kemudian darah mulai masuk. Kami tahu kami telah membuka sesuatu, jadi kami menyuntikkan zat pewarna kontras ke dalam pembuluh darah melalui kateter untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik dari fluoroskopi (penggambaran medis yang menunjukkan gambar sinar-X terus menerus pada monitor). Semuanya jelas. Kami pun tidak bisa mempercayainya.</p>
<p>Kami masih berkonsentrasi pada gambar-gambar fluoroskopi yang menakjubkan sampai akhirnya kami terganggu oleh pasien; dia melambaikan tangan, menanyakan apakah kita sudah selesai. Pasien yang hampir mati satu menit yang lalu, kemudian menit berikutnya pulih sepenuhnya tanpa gejala apa pun. Kami tidak percaya seberapa cepat perubahan itu terjadi. Kami sangat gembira.</p>
<p>Kami melakukan prosedur pada Selasa. Pasien keluar sendiri pada Kamis, bertentangan dengan keinginan para dokter, dan ia lanjut menyelesaikan lari maraton pada Sabtu.</p>
<p>Jenis stroke iskemik, yakni pembuluh darah utama tersumbat oleh gumpalan, menghasilkan keadaan vegetatif atau kematian sekitar <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/str.46.suppl_1.wmp9">60% penderitanya</a>. Bagi yang beruntung, pemulihan akan lambat, sulit, dan parsial. Tapi sekarang kami memiliki senjata baru yang kuat di gudang senjata kami: trombektomi.</p>
<p>Saat ini, sekitar <a href="https://jnis.bmj.com/content/9/8/722">10.200</a> trombektomi dilakukan di AS, <a href="https://www.theguardian.com/society/2017/apr/11/nhs-england-stroke-treatment-mechanical-thrombectomy">7.500 di Jerman, dan 3.500 di Prancis</a>. Tapi di Inggris hanya <a href="https://www.stroke.org.uk/sites/default/files/1718.149b_-_psp_-_thrombectomy.pdf">600 trombektomi</a> yang dilakukan setiap tahun.</p>
<h2>Melihat gumpalan</h2>
<p>Sekitar 15 juta orang di seluruh dunia <a href="https://www.world-stroke.org/component/content/article/16-forpatients/84-facts-and-figures-about-stroke">menderita stroke</a> setiap tahun dan 5,8 juta orang meninggal karena masalah ini. Ini adalah salah satu penyebab kecacatan terbesar di dunia.</p>
<p>Ada dua jenis utama dari stroke: <a href="https://www.stroke.org/understand-stroke/what-is-stroke/hemorrhagic-stroke/">stroke hemoragik</a>, ada perdarahan di otak, dan <a href="https://www.stroke.org.uk/what-is-stroke/types-of-stroke/ischaemic-stroke">stroke iskemik</a>, arteri yang memasok darah ke otak menjadi tersumbat dan menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan otak.</p>
<p>Sekitar <a href="http://pn.bmj.com/content/early/2017/06/24/practneurol-2017-001685#ref-9">80% dari stroke adalah stroke iskemik</a>. Sampai beberapa tahun yang lalu, satu-satunya pengobatan untuk stroke iskemik adalah trombolisis. Di sini obat penghilang gumpalan dikirim ke lokasi stroke melalui kateter dalam upaya untuk melarutkan trombus. Namun, trombolisis cenderung hanya bekerja untuk gumpalan yang lebih kecil.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/254499/original/file-20190118-100282-ab5icc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/254499/original/file-20190118-100282-ab5icc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=873&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/254499/original/file-20190118-100282-ab5icc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=873&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/254499/original/file-20190118-100282-ab5icc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=873&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/254499/original/file-20190118-100282-ab5icc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1097&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/254499/original/file-20190118-100282-ab5icc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1097&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/254499/original/file-20190118-100282-ab5icc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1097&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Stroke, menunjukkan embolus bersarang di pembuluh darah.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=26986798">Blausen Medical Communications/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Trombektomi lebih efektif untuk mengobati gumpalan yang lebih besar.</p>
<p>Jika seseorang memiliki gumpalan di otak, kita tidak tahu apakah itu gumpalan putih dari plak aterosklerotik di pembuluh darah atau gumpalan merah dari jantung. Anda tidak pernah bisa menyentuh gumpalan atau melihat apa itu, tapi dengan trombektomi, sekarang Anda bisa mencapainya.</p>
<p>Gumpalan pada pasien pertama kami, seorang tentara Amerika, berwarna kuning mengkilap. Kami mengirim trombus seukuran kacang polong ke departemen histologi, yang kemudian menegaskan bahwa itu adalah lemak murni.</p>
<p>Jenis gumpalan ini sangat tidak biasa. Kami kemudian menemukan bahwa pasien ini memiliki masalah dengan saluran limfatiknya. Salah satu peran sistem limfatik adalah untuk menyerap lemak dan mengangkutnya ke sirkulasi vena, tetapi pada pasien, lemak malah diangkut ke jantungnya. Dan dari hatinya, gumpalan lemak dipompa ke otaknya.</p>
<p><a href="https://www.alodokter.com/antikoagulan">Obat antikoagulan</a> seperti <a href="https://www.nhs.uk/medicines/warfarin/">warfarin</a>, yang mencegah pembentukan gumpalan darah di jantung, ternyata tidak memiliki efek pada gumpalan jenis ini.</p>
<p>Sebelum trombektomi ada, kami tidak memiliki cara untuk mengetahui jenis gumpalan apa yang dimiliki pasien stroke. Sekarang kita sering dapat melihat dari mana gumpalan itu berasal dan kita dapat menyesuaikan obat untuknya. Tanpa pengetahuan ini, pasien pertama kami mungkin akan mengkonsumsi pengencer darah dosis tinggi selama sisa hidupnya, lalu menderita efek samping, seperti memar, mual, muntah, dan sakit perut, tetapi tanpa manfaat yang berarti.</p>
<h2>Anak-anak juga bisa diselamatkan</h2>
<p>Pada tahun pertama kami melakukan trombektomi di Rumah Sakit Universitas Saarland, kami melakukan sekitar 100 prosedur, termasuk pada anak-anak. Biasanya, anak-anak dikeluarkan dari studi stroke karena biayanya sangat mahal untuk mendapatkan persetujuan untuk obat atau perangkat baru pada anak-anak. Tetapi jika Anda memiliki perawatan yang berpotensi menyelamatkan jiwa dan tidak ada pilihan lain, apa yang Anda lakukan: mengobati atau tidak mengobati?</p>
<p>Pasien anak yang pertama saya tangani adalah seorang anak lelaki berusia sekitar delapan tahun. Dia berada dalam kondisi yang buruk. Tiga dari arteri-nya tersumbat: arteri leher (karotis), arteri serebri tengah, dan arteri yang memasok darah ke seluruh bagian depan otak, arteri serebral anterior.</p>
<p>Stroke anak tersebut tidak didiagnosis dengan segera karena kebanyakan orang tidak menduga stroke pada anak-anak–jadi dia hanya mendatangi kami tiga jam setelah strokenya dimulai, dan dia sudah sangat cacat. Tetapi setelah perawatan, ia mulai pulih dengan baik.</p>
<p>Tentu saja, trombektomi bukan untuk semua jenis stroke. Mereka bermanfaat terutama bagi pasien yang memiliki gumpalan besar di salah satu arteri utama yang memberi makan otak. Sekitar 10-20% orang dengan stroke iskemik dapat memperoleh manfaat dari trombektomi, dan sekitar setengah dari orang yang dirawat membuat pemulihan yang sangat baik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/254539/original/file-20190118-100292-vs6mqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/254539/original/file-20190118-100292-vs6mqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=428&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/254539/original/file-20190118-100292-vs6mqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=428&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/254539/original/file-20190118-100292-vs6mqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=428&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/254539/original/file-20190118-100292-vs6mqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=538&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/254539/original/file-20190118-100292-vs6mqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=538&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/254539/original/file-20190118-100292-vs6mqk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=538&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Arteri utama otak.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-vector/brain-circulatory-system-anatomical-vector-illustration-1082987309?src=5nZBv6yTyKhzCWApxlLOcA-1-2">VectorMine/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Para pasien baru</h2>
<p>Pada 2013, saya pindah ke Southend-on-Sea di Essex, Inggris, khusus untuk mendirikan layanan stroke intervensi di rumah sakit umum distrik. Saya ingin melihat apakah mungkin untuk melatih seorang ahli jantung untuk melakukan prosedur ini karena rumah sakit tidak memiliki tim neuroradiologi. (Trombektomi biasanya dilakukan oleh seorang spesialis yang disebut ahli saraf intervensional, tapi ahli jantung juga ahli dalam bekerja dengan pembuluh darah kecil.)</p>
<p>Tim manajemen di Rumah Sakit Universitas Southend ingin mendirikan unit trombektomi. Mereka merasakan bahwa prosedur baru ini akan menjadi hal yang besar, meskipun tidak ada bukti kuat dari uji coba terkontrol secara acak untuk mengkonfirmasi dugaan mereka. Tapi mereka adalah rumah sakit perintis–mereka adalah rumah sakit pertama yang menggunakan trombolisis di Inggris.</p>
<p>Ketika saya menerima undangan mereka, saya bahkan tidak tahu di mana Southend berada–saya harus mencarinya di peta. Dan kemudian saya membaca tentang hal-hal lain yang telah dilakukan rumah sakit kecil ini dan motivasi mereka yang besar untuk melakukan yang terbaik untuk pasien mereka, dan saya tahu ini untuk saya.</p>
<p>Pasien pertama kami adalah seorang perempuan muda. Saya menerima sebuah SMS pada pukul dua pagi yang mengatakan bahwa dia telah dibawa ke rumah sakit. Ini adalah pasien trombektomi aktual pertama tim ini. Sampai saat itu, kami hanya menggunakan teknik pada simulator. Yang mengejutkan saya, ketika saya tiba di rumah sakit, seluruh tim ada di sana, menunggu untuk memulai. Semua orang yang telah ada di sana untuk pelatihan telah datang, secara sukarela; mereka semua ingin melihat perawatan dan melihat apakah itu berhasil.</p>
<p>Perawatan itu sukses. Dalam sepuluh menit, pasien terjaga dan bisa berbicara, tapi saya tidak senang dengan cara bicaranya.</p>
<p>“Aku pikir cara bicaramu sedikit berbeda,” kataku. “Apakah kamu memperhatikannya?”</p>
<p>“Mungkin karena aku orang Jerman,” kata pasien itu.</p>
<p>Tidak ada yang salah dengan gaya bicaranya, dia hanya menggunakan suatu aksen.</p>
<p>Kami tertawa tentang ini dan mulai mengobrol dalam bahasa Jerman.</p>
<h2>Biaya dari tidak melakukan apa-apa</h2>
<p>Pada 2014, saya melakukan <a href="https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/str.46.suppl_1.wmp9">penelitian di Inggris</a>, menyelidiki hasil dari pasien stroke parah yang tidak diobati. Saya menemukan bahwa 60% pasien meninggal atau cacat parah akibat tidak menerima perawatan. Sekitar 80% dari pasien memiliki hasil yang buruk.</p>
<p>Kasus yang paling parah–pasien dengan hasil terburuk–adalah mereka yang akan mendapat manfaat paling banyak dari trombektomi. Jika Anda melihatnya dari sudut pandang ekonomi kesehatan, pasien-pasien ini akan menelan biaya ratusan ribu pound (sekitar miliaran rupiah) per tahun, setiap tahun mereka ingin hidup. Dan itu tanpa memperhitungkan kesengsaraan bagi keluarga dan bencana bagi pasien itu sendiri.</p>
<p>Stroke tidak hanya terjadi pada orang tua–pasien stroke saya yang termuda berusia dua setengah tahun. Dan, tentu saja, semakin lama Anda hidup, semakin banyak biaya Anda. Dalam hal kehilangan produktivitas, itu sekitar £100.000 (Rp1,8 miliar) setahun, dan biayanya bahkan lebih tinggi jika pasien harus menggunakan ventilator.</p>
<p>Pasien trombektomi kedua kami di Southend mengalami penyumbatan arteri basilar, arteri yang memasok batang otak. Di arteri ini, tingkat keberhasilan pembukaan obat penghilang gumpalan darah hanya sekitar 4%. Pasien-pasien ini meninggal karena arteri melibatkan batang otak dan fungsi pernapasan, atau mereka memiliki sesuatu yang bisa dibilang lebih buruk daripada kematian, yaitu sindrom terkunci.</p>
<p>Pada sindrom terkunci Anda sadar, tapi Anda tidak bisa bernapas, dan Anda tidak bisa berkomunikasi. Satu-satunya hal yang dapat Anda lakukan, kadang-kadang, adalah berkedip. Pasien ini hanya bisa menggerakkan matanya dari sisi ke sisi–bahkan tidak ke atas dan ke bawah. Itulah satu-satunya fungsi batang otaknya yang tersisa.</p>
<p>Ketika dia datang kepada kami, dia dalam keadaan koma dan harus menggunakan tabung pernapasan dalam tubuhnya. Kami bertindak dengan memasukkan selang ke dalam organ berongga dan kemudian membuka pembuluhnya yang diblokir menggunakan trombektomi. Saat pembuluh itu sekarang terbuka, ahli anestesi berkata: “Mari kita lihat apakah kita bisa membangunkannya dan melihat apakah dia bisa bernapas sendiri.”</p>
<p>Setelah kami mengeluarkan tabung pernapasan, dia bangun dan berkata, “Tenggorokan saya sakit. Bisakah saya minum teh? ”</p>
<p>Kami membebaskannya tiga hari kemudian. Tanpa trombektomi, dia akan berada dalam kondisi terkunci terus-menerus. Namun, pada akhirnya dia pulang ke rumah dalam kondisi yang sama seperti sebelum stroke.</p>
<p>Yang benar-benar mengharukan adalah cucunya. Ketika mereka datang ke tempat tidur, seorang cucu perempuan kecil memandang saya dengan mata cokelatnya yang besar dan berkata, “Kamu adalah pahlawan saya. Anda menyelamatkan nenek saya. ”</p>
<h2>Layanan Inggris yang setengah-setengah</h2>
<p>Terlepas dari manfaat yang mengubah hidup dari prosedur ini, hanya ada 22 pusat kesehatan di Inggris yang melakukannya. Salah satunya adalah Southend-on-Sea, Inggris tenggara, di sana prosedur ini telah dilakukan sejak 2013. Kami saat ini adalah satu-satunya rumah sakit umum distrik di Inggris yang menyediakan layanan trombektomi.</p>
<p>Meskipun National Health Service (NHS) Inggris <a href="https://www.england.nhs.uk/2017/04/stroke-patients-in-england-set-to-receive-revolutionary-new-treatment/">telah berkomitmen</a> untuk membangun lebih banyak pusat trombektomi, Inggris masih jauh di belakang negara-negara seperti Jerman dan AS. Alasan untuk menjadi yang tertinggal seperti itu mungkin ada hubungannya dengan insentif. Rumah sakit Jerman mendapat penggantian sekitar €15.000 (sekitar Rp240 juta) untuk setiap pasien yang dirawat. Dan di AS, asuransi kesehatan membayar rumah sakit sekitar US$25.600 (sekitar Rp360 juta) per pasien. Jadi insentif untuk merawat pasien jauh lebih tinggi daripada di Inggris, yang perawatan dipandang murni sebagai biaya oleh kelompok komisi klinis, organisasi NHS yang bertanggung jawab untuk komisi layanan kesehatan di daerah mereka.</p>
<p>Dalam upaya untuk memungkinkan lebih banyak pasien stroke mendapat manfaat dari perawatan, Institut Nasional untuk Kesehatan dan Perawatan Mutu Tinggi (NICE) Inggris baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka memperpanjang periode kelayakan untuk trombektomi dari 12 jam menjadi 24 jam. Paul Chrisp, direktur pusat pedoman di NICE, <a href="https://www.nice.org.uk/news/article/more-stroke-patients-to-be-offered-life-saving-procedure">mengatakan</a>: “Bukti baru menunjukkan bahwa memperpanjang periode kelayakan trombektomi hingga 24 jam bisa sangat hemat biaya.” Tapi tidak sesederhana itu. Setiap menit perawatan ditunda menyebabkan <a href="https://www.ahajournals.org/doi/abs/10.1161/01.str.0000196957.55928.ab">2 juta sel otak mati</a>. Meskipun otak manusia memiliki sekitar 100 miliar sel otak, kehilangan ratusan juta sel otak di bagian kritis otak dapat memiliki efek yang membahayakan.</p>
<p>Sementara saya menyambut keputusan NICE dengan melihatnya sebagai peningkatan jangka waktu untuk perawatan, terutama pada pasien yang mengalami stroke ketika mereka tertidur (yang waktunya tidak jelas), harus dipahami bahwa ini tidak berarti bahwa jam telah berhenti dan trombektomi sekarang dapat ditunda selama berjam-jam, atau bahwa pasien dapat dengan aman dikirim ke pusat-pusat spesialis yang jauh.</p>
<p>Juga tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa trombektomi harus dilakukan di tempat bedah saraf atau ilmu saraf, seperti yang <a href="https://www.england.nhs.uk/2017/04/stroke-patients-in-england-set-to-receive-revolutionary-new-treatment/">diusulkan</a> oleh NHS Inggris. Faktanya, hanya 30% rumah sakit dalam <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1411587">studi penting dari Belanda</a> yang memberikan bukti untuk melakukan trombektomi, sudah memiliki departemen bedah saraf di rumah sakitnya.</p>
<p>Dalam skenario terburuk untuk stroke iskemik (pembuluh darah bolong), intervensionis perlu menangani situasi di lokasi dan sekaligus (menggembungkan balon di dalam pembuluh untuk menghentikan perdarahan atau, sebagai upaya terakhir, menghalangi pembuluh). Tidak ada situasi saat bedah saraf akan segera mungkin dilakukan. Bahkan jika ada ahli bedah saraf yang cukup berani untuk melakukan operasi otak terbuka pada pasien dengan trombolisis, mereka tidak akan dapat memperbaiki pembuluh darah yang tertusuk atau bahkan menemukan lubangnya.</p>
<p>Namun, ada banyak bukti yang menyatakan bahwa pengobatan stroke bergantung pada waktu dan memindahkan pasien stroke dari satu fasilitas ke tempat lain dikaitkan dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26452123">hasil terburuk</a>. Para peneliti di AS <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26452123">juga menemukan</a> bahwa transfer dari fasilitas lain dikaitkan dengan biaya rawat inap yang lebih tinggi</p>
<p>Demografi dan geografi Inggris mengharuskan pengobatan stroke dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi kejadian. Lebih dari setengah populasi tinggal di daerah pedesaan yang tidak ada pusat trombektomi.</p>
<p>Perkembangan trombektomi mirip dengan apa yang kita lihat dalam pengobatan serangan jantung 20 tahun yang lalu, dan banyak pelajaran bisa diambil. Data jelas: trombektomi harus dilakukan sesegera mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik. “<a href="https://www.ahajournals.org/doi/abs/10.1161/01.str.0000196957.55928.ab">Waktu adalah otak</a>”, seperti yang dikatakan banyak orang dalam profesi ini.</p>
<h2>Efektivitas tiada bandingannya</h2>
<p>Efektivitas trombektomi tidak diragukan dan tidak ada tandingannya dengan terapi sebelumnya dalam pengobatan stroke. Pada akhirnya, kesejahteraan pasien yang harus memandu keputusan kami. Bagi banyak pasien, akses cepat ke trombektomi akan menentukan perbedaan antara kematian atau kecacatan dan menjalani kehidupan normal.</p>
<p>Jumlah penderita stroke memang terlalu besar dan tidak berada di lokasi tempat ahli saraf bekerja, jadi kita perlu mengembangkan tenaga kerja yang lebih besar dan melibatkan intervensionis lain, seperti ahli jantung.</p>
<p>Inggris sekarang mengambil tindakan dan menciptakan lebih banyak pusat trombektomi. Ini akan diwujudkan dalam setting bedah saraf dan non-bedah saraf. Tapi kita perlu bekerja sama, mengatasi persaingan antar spesialisasi, untuk memberikan perawatan cepat dan hasil yang lebih baik. Jika kita melakukan ini, masa depan korban stroke akan lebih baik.</p>
<p><em>Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/116528/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Iris Grunwald tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Efektivitas trombektomi di Eropa tidak diragukan dan tidak ada tandingannya dengan terapi sebelumnya dalam pengobatan stroke.Iris Grunwald, Director of Neuroscience and Vascular Simulation Unit, Anglia Ruskin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/969012018-07-12T10:00:05Z2018-07-12T10:00:05ZRiset terbesar: usia harapan hidup orang Indonesia naik, beban penyakit tidak menular meningkat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/226415/original/file-20180706-122268-16454xw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dokter mengetes gula darah di klinik untuk diabetes, salah satu penyakit tidak menular yang kini meningkat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/571889917?src=fVa7fR88KjzPx8smXYAzyA-1-3&size=medium_jpg">Piotr Adamowicz/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Kabar baik dan kabar buruk datang bersamaan dari hasil riset kami tentang beban penyakit di Indonesia dalam kurun sekitar seperempat abad terakhir. Dalam riset yang baru-baru ini kami publikasikan di
<a href="http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)30595-6/fulltext"><em>The Lancet</em></a> menunjukkan ada kemajuan besar bidang kesehatan karena membaiknya layanan dan akses kesehatan masyarakat, tapi ada juga temuan yang mengkhawatirkan di masa depan. </p>
<p>Temuan yang penting, umur harapan hidup pada waktu lahir di Indonesia meningkat 8 tahun, dari 63,6 tahun pada 1990 menjadi 71,7 tahun pada 2016. Usia harapan hidup perempuan pada waktu lahir lebih lama dibanding laki-laki. Kabar positif lainnya, beban penyakit menular seperti tuberkulosis dan diare juga menurun.</p>
<p>Tapi, kabar buruknya, kini Indonesia juga menghadapi beban penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, stroke, kanker, dan penyakit lain yang sebenarnya bisa dicegah. Ini jenis penyakit yang disebabkan oleh, antara lain, pola konsumsi, gaya hidup, dan kebiasaan merokok. Penyakit-penyakit ini membutuhkan biaya besar untuk menyembuhkannya. Kini biaya <a href="https://bisnis.tempo.co/read/839929/gara-gara-rokok-klaim-bpjs-kesehatan-membengkak">penyakit terkait rokok menjebol anggaran BPJS Kesehatan</a>. </p>
<p>Dalam riset medis terbesar di Indonesia ini, karena melibatkan data besar (<em>big data</em>) yang meliputi periode 1990-2016, kami mengkaji penyebab kematian dan disabilitas dari 333 penyakit di Indonesia dan tujuh negara pembanding. Riset ini merupakan bagian dari studi <a href="http://www.healthdata.org/infographic/what-global-burden-disease-gbd">the Global Burden of Disease</a> atau Beban Penyakit Global, sebuah upaya ilmiah yang komprehensif untuk menghitung kondisi kesehatan di seluruh dunia. </p>
<p>Riset dilakukan secara kolaboratif oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) Universitas Washington Amerika Serikat dan tim peneliti Indonesia dari Kementerian Kesehatan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Biro Pusat Statistik, Universitas Indonesia, Eijkman Oxford Institute, dan BPJS Kesehatan. </p>
<p>Kami mengestimasi Umur Harapan Hidup Produktif (Healthy Life Expectancy/HALE), penyebab kematian spesifik, tahun produktif yang hilang karena kematian prematur (YLLs, <em>years of life lost</em>) dan karena disabilitas (YLDs, <em>years of life lived with disability</em>), serta tahun produktif yang hilang (DALYs loss, <em>disability adjusted life years</em>), faktor risiko yang terkait dan perbandingan (<em>benchmarking</em>) antara 1990 dan 2016.</p>
<h2>Temuan baru dan beban baru</h2>
<p>Secara umum, umur harapan hidup (laki-laki dan perempuan) pada waktu lahir menjadi 71,7 tahun pada 2016. Data lebih rinci menunjukkan umur harapan hidup pada waktu lahir untuk laki-laki meningkat 7,4 tahun, dari 62,4 tahun (1990) menjadi 69,8 tahun (2016). Pertambahan usia lebih panjang terjadi pada perempuan, meningkat 8,7 tahun dari 64,9 tahun menjadi 73,6 tahun, dalam kurun waktu yang sama.</p>
<p>Peningkatan usia harapan hidup ini sebagian besar disebabkan oleh keberhasilan Indonesia menanggulangi penyakit menular, penyakit terkait kehamilan, neonatal, dan penyakit-penyakit terkait gizi. Kenaikan usia harapan hidup ini, menyebabkan perubahan struktur penduduk: 65% penduduk merupakan usia produktif dan penduduk berusia 60 tahun atau lebih meningkat menjadi 12 % pada 2025 dan 16 % pada 2035. Pada saat yang sama, Indonesia mengalami perubahan pola kesakitan, kematian dan disabilitas.</p>
<p>Temuan lainnya, antara 1990 dan 2016, Indonesia mengalami penurunan signifikan penyakit menular, maternal, neonatal dan gizi; dengan total Disability Adjusted Life Years (DALYs) Loss alias Total Tahun Produktif yang Hilang menurun 58,6 %, dari 43,8 juta menjadi 18,1 juta tahun produktif. Ini artinya perhitungan makro dari berhasil dicegahnya total tahun produktif yang hilang atau produktivitas Indonesia bertambah 25,7 juta tahun pada 2016 karena keberhasilan mengendalikan penyakit di atas. Total DALYs Loss dari trauma tetap stabil dalam periode tersebut, kecuali pada 2004 yang disebabkan gempa bumi dan tsunami di Samudera Indonesia. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=290&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/227332/original/file-20180712-27018-nlwpln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=365&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tren DALYs total jumlah (paling kiri), estimasi kasar (tengah), dan umur yang distandarisasi (paling kanan) dari 1990-2016.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada 1990, enam dari sepuluh penyebab utama DALYs Loss adalah penyakit menular, maternal dan neonatal; pada 2016 menjadi tiga dari sepuluh. Penyakit diare menurun dari nomor satu pada 1990 menjadi nomor sepuluh pada 2016. Pneumonia juga menurun dari penyebab kedua pada 1990 menjadi penyebab ke sebelas pada 2016. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-tb-and-am-i-at-risk-of-getting-it-in-australia-75290">Tuberkulosis</a> masih merupakan penyebab utama kematian, dari nomor tiga pada 1990 menjadi penyebab keempat pada 2016. Komplikasi neonatal menurun secara dramatis, dari penyebab keempat pada 1990 menjadi penyebab keenam pada 2016.</p>
<p>DALYs dari <a href="https://theconversation.com/global/topics/stroke-891">stroke</a> (penyakit cerebrovascular) meningkat signifikan, dari penyebab kedelapan pada 1990 menjadi kedua pada 2016. Penyakit diabetes meningkat tajam dan menjadi penyebab ketiga DALYs pada tahun 2016. Trauma lalu-lintas meningkat dari nomor 9 pada 1990 menjadi nomor 8 pada tahun 2016, walau total DALYs menurun. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=470&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/227326/original/file-20180712-27030-z6fixn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=590&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">30 penyakit penyebab utama DALYs di Indonesia pada 1990, 2006, dan 2016.</span>
<span class="attribution"><span class="source">IHME</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Faktor risiko utama di Indonesia adalah tekanan darah sistolik yang tinggi, diet tidak sehat, dan gula darah puasa yang tinggi. <a href="https://theconversation.com/riset-terbaru-kerugian-ekonomi-di-balik-konsumsi-rokok-di-indonesia-hampir-rp600-triliun-89089">Penyakit akibat konsumsi tembakau</a> menempati nomor empat dan malnutrisi anak serta maternal merupakan faktor risiko kelima. Diet menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh darah, <a href="https://theconversation.com/us/topics/diabetes-612">diabetes</a>, urogenital, darah, endokrin dan neoplasma.</p>
<p>Tekanan darah sistolik yang tinggi menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, urogenital, darah dan endokrin. Gula darah yang tinggi menyumbang pada beban penyakit diabetes, jantung dan pembuluh darah, endokrin, HIV/AIDS dan tuberkulosis. Faktor risiko utama lainnya meliputi tembakau, malnutrisi anak dan ibu, kelebihan berat dan obesitas, dan polusi udara.</p>
<p>Dalam konteks ini, beban ganda terjadi karena di si satu sisi beban penyakit menular masih banyak terjadi di Indonesia seperti tuberkulosis dan pada saat bersamaan masyarakat dan pemerintah juga dibebani oleh penyakit tidak menular seperti diabetes. </p>
<h2>Pentingnya estimasi di provinsi</h2>
<p>Indonesia mengalami beban ganda penyakit yang akan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan sehingga menyulitkan pencapaian pelayanan kesehatan semesta. Estimasi beban penyakit di tingkat provinsi dan kabupaten akan membantu menentukan prioritas pemerintah sesuai keadaan lokal dan spesifik, meningkatkan perencanaan program kesehatan masyarakat dan penilaian pencapaian program di masa depan. </p>
<p>Untuk menuju <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/LAKIP%20ROREN/1%20perencanaan%20kinerja/RAK%20PPJK.pdf">Pelayanan Kesehatan Semesta 2019</a>, pengetahuan mengenai pola sakit dan kematian penduduk menjadi penting untuk mengalokasikan sumber daya dan menghilangkan ketimpangan yang ada. Global Burden of Disease 2016 mengestimasikan penyebab kematian dini, kesakitan dan disabilitas, sebagai masukan kebijakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.</p>
<p>Penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah 260 juta, sekitar 130 juta jiwa tinggal di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di empat pulau besar lainnya dan 4000 pulau kecil lainnya secara tidak merata. Keadaan geografis ini merupakan tantangan tersendiri bagi sistem pemerintahan, komunikasi, transportasi dan ketersediaan pelayanan kesehatan dasar yang merata.</p>
<p><a href="http://referensi.elsam.or.id/2015/01/uu-nomor-23-tahun-2014-tentang-pemerintah-daerah/">Undang-Undang Pemerintahan Daerah</a> mengatur proses desentralisasi termasuk bidang kesehatan ke kabupaten dan Kota. Pengaturan ini memberi otonomi yang lebih luas bagi pemerintah kabupaten dan kota untuk melayani masyarakat secara lebih baik.</p>
<p>Hasil dari <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(18)30595-6/fulltext">Global Burden of Disease 2016 </a> dapat dipergunakan untuk analisis transisi kesehatan Indonesia 1990-2016, mengidentifikasi kesenjangan dan mengembangkan tanggapan pada tingkat nasional untuk meningkatkan ketersediaan, akses, kelayakan, kualitas dan keadilan dalam pelayanan kesehatan.</p>
<p>Karena luasnya negara, adanya perbedaan lingkungan urban dan rural, perkembangan sosial-ekonomi, dan tumbuhnya kota metropolitan, terjadi beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi meningkatkan penyakit tidak menular (diabetes, stroke dan penyakit jantung iskhemik), sedangkan penyakit menular seperti tuberkulosis, diare dan HIV/AIDS masih merupakan masalah penting.</p>
<p>Karena itu, sistem kesehatan harus mampu menjawab perubahan kebutuhan akan pelayanan kesehatan, karena terjadinya transisi epidemiologi dan hilangnya hambatan keuangan, melalui program Jaminan Kesehatan Nasional.</p>
<p>Melihat gambaran geografis dan perbedaan sosial-ekonomi, pola beban penyakit dan status kesehatan akan bervariasi. Karena itu, estimasi sub nasional (provinsi) dari beban penyakit akan bermanfaat untuk penentuan prioritas kesehatan dan perencanaan program sesuai kebutuhan spesifik daerah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/96901/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Soewarta Kosen terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Nafsiah Mboi terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Christopher JL Murray terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Simon I Hay terlibat dalam penelitian ini yang dibiayai oleh Bill & Melinda Gates Foundation.</span></em></p>Indonesia masih diserang penyakit menular seperti Tuberkulosis, juga dibebani penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung.Soewarta Kosen, Policy Researcher, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health IndonesiaAndi Nafsiah Mboi, Independent Consultant and Board of The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonChristopher JL Murray, Professor of Global Health, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonSimon I Hay, Professor of Global Health, The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/970192018-06-04T13:18:45Z2018-06-04T13:18:45ZBeralih ke transportasi umum dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung dan stroke<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/221571/original/file-20180604-175442-yj55t1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Berhenti menggunakan mobil pribadi, dan beralih ke moda transportasi yang membuat tubuh lebih bergerak ternyata dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian dini. Demikian hasil <a href="http://heart.bmj.com/lookup/doi/10.1136/heartjnl-2017-312699">riset terbaru kami</a>. </p>
<p>Berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum semuanya dapat membantu kita lebih bergerak aktif dan sehat.</p>
<p>Kebanyakan studi tentang aktivitas fisik menitikberatkan pada aktivitas olahraga dan rekreasi—yakni aktivitas berat yang berlangsung beberapa waktu. Kami tertarik memahami dampak aktivitas sehari-hari terhadap kesehatan. Maklum, orang zaman sekarang sibuk-sibuk dan sulit mencari cara agar tetap aktif sepanjang hari.</p>
<p>Bagi beberapa orang, kegiatan sehari-hari seperti berjalan atau bersepeda mungkin lebih mudah menarik, praktis dan dapat diterima ketimbang pergi ke gym.</p>
<p>Kami meneliti sekelompok besar orang dewasa, lebih dari 350 ribu orang, yang berumur antara 37 dan 73 tahun dari <a href="http://www.ukbiobank.ac.uk/">UK Biobank study</a>. Di awal penelitian, mereka menyampaikan kepada kami tentang moda transportasi sehari-hari, juga kebiasaan penting yang menyangkut kesehatan, seperti apakah mereka merokok atau tidak.</p>
<p>Kami membandingkan mereka yang hanya menggunakan mobil untuk bepergian dengan mereka yang berjalan kaki (entah hanya berjalan atau dikombinasikan dengan mobil atau transportasi publik). Mereka yang bersepeda juga digolongkan ke dalam kelompok aktif, meski jumlahnya sedikit.</p>
<p>Kami melaksanakan analisis terpisah terhadap mereka yang bepergian secara reguler dan yang tidak.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/219742/original/file-20180521-14984-i2v7my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/219742/original/file-20180521-14984-i2v7my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/219742/original/file-20180521-14984-i2v7my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/219742/original/file-20180521-14984-i2v7my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/219742/original/file-20180521-14984-i2v7my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/219742/original/file-20180521-14984-i2v7my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/219742/original/file-20180521-14984-i2v7my.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Beberapa orang lebih suka tangga ketimbang alat fitness.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/1037667589?src=l9GgLRNrIzU61RcMoNdeJQ-1-10&size=medium_jpg">JuneChalida/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pola yang jelas</h2>
<p>Karena ini merupakan studi pengamatan, kami tidak bisa mengatakan dengan jelas bahwa mobil menimbulkan bahaya kesehatan. Meski demikian, kami mengambil langkah-langkah untuk menetapkan faktor lain, seperti apa yang orang makan atau penyakit apa yang mereka derita yang mungkin menjelaskan hasil temuan.</p>
<p>Sebagai contoh, orang yang tidak sehat mungkin harus menggunakan mobil karena kesehatannya terbatas, dan ini mungkin juga berhubungan dengan risiko penyakit mereka yang lebih tinggi.</p>
<p>Kami menggunakan metode statistika untuk menyesuaikan kasus seperti ini, dan pada beberapa kasus, kami tidak memasukkan mereka dalam analisis. Kami telah mencoba mengeliminasi faktor-faktor seperti ini, tapi kami tak yakin sudah mengesampingkan semua faktor.</p>
<p>Di antara orang-orang yang bepergian, mereka yang memiliki pola aktif bergerak punya risiko terkena penyakit jantung atau stroke 11 persen lebih rendah ketimbang mereka yang hanya menggunakan mobil. Risiko kematian akibat penyakit jantung atau stroke juga lebih rendah 30 persen.</p>
<p>Hampir setengah sampel kami bukanlah pelaju (<em>commuter</em>). Mereka sudah pensiun, pengangguran, atau bekerja dari rumah. Hanya sedikit studi yang meneliti mereka. Di antara orang-orang ini, pola bepergian yang lebih aktif punya risiko kematian 8 persen lebih rendah ketimbang mereka yang hanya menggunakan mobil.</p>
<p>Memang tidak semua temuan kami mendapatkan signifikansi secara statistik, tetapi ada pola umum. Pola bepergian yang lebih aktif, dibandingkan dengan hanya menggunakan mobil pribadi, punya kaitan dengan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian yang lebih rendah.</p>
<h2>Area untuk dijelajahi</h2>
<p>Akan amat menarik untuk menggali lebih dalam dan memahami betapa pentingnya pola-pola bepergian yang berbeda. Seberapa menguntungkan transportasi umum dibandingkan dengan mobil pribadi? Adakah keuntungan tambahan bersepeda ketimbang berjalan kaki?</p>
<p>Sayangnya, kami tak punya cukup data untuk menjawabnya.</p>
<p>Data yang berbeda dapat memungkinkan kami memahami lebih dalam. Ada yang mengatakan, makan camilan dalam mobil bisa menjadi faktor penyumbang risiko kematian yang lebih tinggi. Tetapi kami merasa penjelasan yang paling masuk akal adalah perbedaan dalam kegiatan fisik.</p>
<p>Riset kami menegaskan hal yang sudah diketahui umum, tentang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583166/">manfaat kesehatan dari kegiatan fisik</a>. Mungkin saja ada beberapa orang yang memilih mengurangi penggunaan mobil ketika mereka memahami dampaknya terhadap kesehatan. </p>
<p>Tapi tidak banyak orang yang memiliki pilihan demikian. Kebanyakan hanya ingin melakukan hal yang normal, mudah, dan nyaman.</p>
<p>Perbedaan besar dalam pola bepergian di antara kota-kota di negara maju dapat dijelaskan oleh perbedaan infrastruktur. Makin banyak orang berjalan dan menggunakan transportasi umum di London, akibat investasi dalam moda transportasi ini.</p>
<p>Belanda juga membuat pilihan sadar untuk berinvestasi dalam infrastruktur sepeda pada tahun 1960-an, dan kini masyarakatnya banyak yang menggunakan sepeda.</p>
<p>Ketika banyak kebijakan infrastruktur transportasi diambil tanpa memikirkan alasan kesehatan, penelitian kami memberi bukti bahwa aspek kesehatan perlu diikutsertakan dalam pengambilan kebijakan mengenai transportasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/97019/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Oliver Mytton menerima dana dari Wellcome Trust, National Institute for Health Research, Medical Research Council dan Economic and Social Research Council. Dia anggota UK Health Forum, Faculty of Public Health, dan terdaftar sebagai dokter di General Medical Council. Dia memiliki kontrak dengan Public Health England dan Hertfordshire County Council, dan merupakan Parliamentary Academic Fellow yang bekerja bersama Health Select Committee.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Jenna Panter menerima dana dari Medical Research Council. </span></em></p>Menggunakan transportasi umum lebih baik bagi kesehatan, ketimbang naik mobil pribadi.Oliver Mytton, Clinical Lecturer in Public Health, University of CambridgeJenna Panter, Senior Research Associate, University of CambridgeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/952882018-05-04T09:52:43Z2018-05-04T09:52:43ZDokter Terawan, cuci otak, dan kontroversi uji coba medis langsung pada manusia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/215519/original/file-20180419-163995-1gcb44n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dokter memeriksa scan MRI pada pasien.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/doctor-attentively-examines-mri-scan-patient-390249514?src=Lz_kvfLiymRnDcP7n3SOfw-1-0">Sfam_photo/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia <a href="https://nasional.tempo.co/read/1076299/pemecatan-dokter-terawan-mkek-idi-beri-penjelasan">memecat sementara</a> Mayor Jenderal TNI dokter Terawan Agus Putranto menuai kontroversi. Pemecatan dokter Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta itu terdengar seperti cerita sinetron. Terapinya untuk stroke disukai oleh elit politik, tapi diragukan oleh komunitas medis. </p>
<p>Opini publik mendukung keputusan pemecatan tersebut, sebaliknya para <a href="https://nasional.kompas.com/read/2018/04/07/06261091/jusuf-kalla-minta-pemecatan-dokter-terawan-dari-idi-dikaji-ulang">pejabat tinggi negara</a> “keberatan” terhadap sanksi tersebut. Majelis Etik Kedokteran tidak mempersoalkan metode cuci otak dengan <a href="https://nasional.tempo.co/read/1076386/dokter-terawan-jelaskan-soal-metode-cuci-otak-dan-disertasinya">Digital Substraction Angogram (DSA) </a> yang dilakukan oleh Terawan, tapi memutuskan<a href="https://sains.kompas.com/read/2018/04/04/193700723/2-pasal-yang-sebabkan-dokter-terawan-dipecat-sementara-dari-idi"> dokter tentara ini melanggar Kode Etik Kedokteran</a>.</p>
<p>Sebagian masyarakat berpendapat bahwa prosedur <em>brainwash</em> yang dilakukan tanpa adanya penelitian ilmiah adalah salah. Tapi kenyataannya, sudah ada <a href="https://www.neliti.com/id/publications/63111/intra-arterial-heparin-flushing-increases-cereberal-blood-flow-in-chronic-ischem">dua penelitian</a> yang diselesaikan oleh Terawan sendiri dengan kesimpulan <em>brainwash</em> dapat menyembuhkan <a href="https://ojs.unud.ac.id/index.php/bmj/article/view/21800">pasien stroke</a>. </p>
<p>Apakah ini berarti <em>brainwash</em> terbukti efektif menyembuhkan pasien stroke? Belum tentu. Saya membahas kedua penelitian tersebut dan untuk menguji apakah teknik ini teruji secara ilmiah.</p>
<h2>Stroke dan terapinya</h2>
<p>Stroke adalah kumpulan gejala yang terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak. Biasanya terjadi secara <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/21698846/">mendadak dan lebih dari 24 jam</a>. Kurangnya suplai darah ke otak bisa diakibatkan karena adanya sumbatan atau pendarahan di pembuluh darah otak.</p>
<p>Mengingat darah memiliki tugas penting, yaitu mengangkut oksigen dan nutrisi, sel-sel otak yang tidak kebagian suplai darah ini lama-lama mati dan tidak berfungsi lagi untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16269890">mengontrol bagian-bagian tubuh terkait</a>.</p>
<p>Oleh sebab itu, tata laksana stroke pada umumnya bertujuan untuk meminimalkan kerusakan sel otak dan mempercepat perbaikan fungsi tubuh yang sudah terkena dampak. Ilmuwan di seluruh dunia tidak henti-hentinya meneliti metode terbaik untuk menyembuhkan stroke. </p>
<p>Hingga artikel ini ditulis, dua terapi yang mendapat rekomendasi kuat dari panduan kedokteran internasional adalah terapi reperfusi dan rehabilitasi medik (fisioterapi). <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3124916/">Terapi reperfusi</a> adalah tindakan medis untuk memperbaiki aliran darah baik dengan obat golongan trombolitik (penghancur sumbatan) atau bedah. Sedangkan pada <a href="http://bsnr.org.uk/wp-content/uploads/2014/05/national-clinical-guidelines-for-stroke-fourth-edition.pdf">rehabilitasi medik</a>, anggota tubuh pasien yang lumpuh dilatih hingga fungsinya dapat dikembalikan seoptimal mungkin.</p>
<h2>Terapi brainwash?</h2>
<p>Dokter Terawan mengklaim telah menggunakan prosedur “cuci otak” untuk penyembuhan penyakit stroke <a href="http://www.tribunnews.com/nasional/2018/04/04/sudah-tangani-40000-pasien-dokter-terawan-dipecat-karena-metode-cuci-otak">40.000 pasien</a> sejak 2005. Dalam praktik ini, <a href="https://tirto.id/heparin-obat-kontroversial-yang-dipakai-terawan-untuk-stroke-cHAe">heparin</a> dosis tinggi dialirkan ke pembuluh darah arteri otak dan itulah yang membuat <a href="http://www.tribunnews.com/nasional/2018/04/05/tiga-jam-dipompa-langsung-segar-mahfud-md-dan-brigjen-pol-krishna-murti-langsung-sehat">pasien merasa lebih baik</a> dibanding sebelum berobat. </p>
<p>Perlu dicatat, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11157643">heparin</a> adalah obat golongan antikoagulan, bukan trombolitik. Fungsi obat-obatan antikoagulan hanya untuk mencegah terjadinya bekuan-bekuan darah baru, berbeda dengan trombolitik yang dapat menghancurkan darah beku. </p>
<p>Tidak terdengarnya komplain atau efek samping dari pasien mungkin menunjukkan bahwa metode ini aman. Atau mungkin saja ada yang pasien komplain tapi tidak disampaikan ke publik. Banyak <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180403205636-255-288029/kesaksian-barisan-pasien-yang-disembuhkan-dokter-terawan">testimoni positif dari pasien</a> yang mengatakan sembuh setelah <em>brainwash</em>. </p>
<h2>Mari bicara penelitian</h2>
<p>Pada 2016, dua penelitian dokter Terawan dipublikasikan di jurnal kedokteran di Indonesia. <a href="https://www.neliti.com/id/publications/63111/intra-arterial-heparin-flushing-increases-cereberal-blood-flow-in-chronic-ischem">Dalam penelitian pertama,</a> heparin dengan dosis 5000 IU disuntikkan ke pembuluh darah arteri otak 75 pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Aliran Darah Otak (ADO) dinilai tepat sebelum dan setelah prosedur <em>brainwash</em>. </p>
<p>Hipotesanya, ADO akan membaik setelah <em>brainwash</em> tapi tidak dibuktikan di sini apa hubungannya perbaikan ADO dengan kesembuhan pasien stroke. Karena itu, walau menurut penelitian ini cuci otak berhasil memperbaiki ADO, tetap tidak dapat diambil kesimpulan bahwa <em>brainwash</em> = pemulihan stroke.</p>
<p><a href="https://ojs.unud.ac.id/index.php/bmj/article/view/21800">Dalam penelitian kedua</a>, disebutkan telah dilakukan <em>randomized controlled clinical trial</em> pada 75 pasien, tapi sebenarnya tidak ada randomisasi sama sekali karena semua pasien mendapatkan intervensi dan pemeriksaan yang sama. Randomisasi yang dimaksud di sini adalah proses pengacakan pasien yang diteliti untuk meminimalkan adanya bias. Semakin baik randomisasinya, semakin kuat penelitian tersebut. </p>
<p>Patokan keberhasilan <em>brainwash</em> di penelitian ini adalah dengan uji <em>Manual Muscle Testing</em> (MMT). MMT adalah suatu uji klinis untuk menilai fungsi otot pasien stroke. Sayangnya dalam penelitian ini tidak dijelaskan bagaimana MMT diuji. Apakah pada semua bagian tubuh atau bagian tubuh yang terkena dampak saja? Sulit menarik kesimpulan apa pun dari penelitian ini karena kurangnya penjelasan dari parameter terpenting dalam penelitian ini.</p>
<p>Dalam penelitian juga penting dilakukan <em>power analysis</em>, yaitu uji statistik untuk menentukan berapa jumlah pasien yang seharusnya diteliti. Jadi, tidak adanya laporan efek samping serius pada 75 pasien belum tentu berarti prosedur ini sudah aman diterapkan untuk 40.000 pasien sebelumnya.</p>
<p>Dokter Terawan sebelumnya menyampaikan bahwa dalam praktik, diperlukan heparin dosis tinggi. Sedangkang dosis 5000 IU adalah dosis yang umum diberikan kepada pasien yang menderita <a href="https://reference.medscape.com/drug/calciparine-monoparin-heparin-342169">trombosis vena dalam (DVT), emboli paru, dan beberapa penyakit lain</a>.</p>
<p>Obat ini juga bekerja cepat, <em>half-life</em> (waktu yang dibutuhkan untuk mencapai penurunan kadar obat hingga separuhnya di dalam tubuh) <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22550377">hanya 1,5 jam</a>. Mengingat stroke bersifat kronis, seharusnya parameter penelitian stroke dilakukan dalam jangka waktu lama. Misalnya, apakah perbaikan otot bersifat permanen, hingga 3-6 bulan setelah diobati?</p>
<h2>Penelitian kedokteran</h2>
<p>Komite Etik Penelitian (<em>Institutional Review Board</em>/IRB) dalam bidang kedokteran sangat ketat. Semua penelitian seharusnya mempunyai dasar ilmiah yang kuat yang mendukung ide peneliti tersebut. Jika seseorang menemukan suatu obat atau prosedur yang benar-benar baru dan belum ada penelitian sebelumnya sama sekali, maka sebaiknya temuan itu dipublikasikan sebagai <em>case report</em> (laporan) yang ditelaah oleh sejawat (<em>peer-reviewed</em>). </p>
<p>Tergantung dari seberapa tinggi nilai perkiraan untuk risiko yang mungkin timbul dan seberapa ketat IRB di institusi tersebut. Peneliti dapat menguji cobanya pada hewan (biasanya dimulai dengan mencit atau tikus), baru pada manusia. Inilah mengapa penemuan obat-obat baru dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk masuk ke pasar komersial.</p>
<p>Cukup menarik bagaimana kedua penelitian dokter Terawan ini disetujui langsung untuk dipraktikkan pada manusia, mengingat prosedur ini invasif sehingga ada banyak risiko yang mungkin muncul. Dikatakan invasif karena dalam prosedur ini, banyak alat-alat dan obat yang langsung dimasukkan ke dalam tubuh dengan membuat luka. Walau banyak klaim pasien “sembuh” dari stroke setelah dicuci cuci otak, tidak ada <em>case report</em> atau uji coba pada hewan yang menjadi landasan kedua penelitian dokter ini. </p>
<h2>Yang paling utama: jangan membahayakan</h2>
<p>Dunia kedokteran memang sulit diajak kompromi. Penting adanya <em>peer-review</em> atas suatu temuan karena dengan begitu akan jelas apa yang dimaksud dengan “sembuh”. Apakah sembuh dengan makna terapeutik yang konkrit atau sembuh karena merasa “segar” yang kerap disebut efek <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Plasebo">plasebo</a> saja?</p>
<p>Efek plasebo tidak selalu berkonotasi negatif. Suatu terapi dengan efek plasebo bisa saja lebih dapat dirasakan manfaatnya ketimbang tidak ada terapi sama sekali. Ini hal yang sering ditemukan pada pengobatan alternatif. Tapi menjadi pertanyaan etik bila pasien ditarik biaya besar untuk suatu tindakan yang hanya memberikan efek plasebo.</p>
<p>Keamanan suatu prosedur harus menjadi prioritas utama pasien. <em>“First, do no harm”</em>, asas yang harus diingat oleh dokter. Di negara-negara maju, pasien kritis bertanya ke dokter seperti “Seberapa amankah prosedur ini, dokter? Risikonya apa? Kalau saya kena risikonya, lalu bagaimana?”. Ini hal terpenting yang harus Anda pertimbangkan sebelum mendapatkan obat dan terapi apa pun.</p>
<p>Apakah prosedur dokter Terawan dapat memberi kesembuhan yang terbukti secara ilmiah untuk pasien stroke? Belum tahu dan belum tentu. Cuci otak tersebut mungkin memberikan manfaat yang lebih dari sekadar efek plasebo, tapi penelitian yang dilakukan tersebut belum cukup kuat. </p>
<p>Di negara maju, dalam pendidikan kedokteran sejak awal ditekankan tingkat pentingnya penelitian. Karena itu, penelitian-penelitian yang dihasilkan dihasilkan di negara maju biasanya berkualitas baik dan diakui secara internasional. </p>
<p>Adanya kabar <a href="http://www.mediaindonesia.com/read/detail/153952-dokter-terawan-jalin-kerja-sama-riset-di-jerman">rumah sakit di Jerman ingin bekerja sama dengan Terawan</a> merupakan berita baik, tapi juga tamparan keras untuk akademisi bidang kedokteran di Indonesia. Kapan negeri ini bisa memiliki standardisasi yang afdal untuk riset dan pendidikan? Pendeknya, temuan obat dan prosedur baru pengobatan harus melalui uji coba langkah demi langkah lebih dulu (laporan kasus, uji pada hewan) sebelum diuji coba pada manusia dan dengan metode riset yang kredibel.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/95288/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Debryna Dewi Lumanauw adalah anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan sedang melakukan penelitian dalam bidang Emergency Medicine di Harbor-UCLA, Amerika Serikat. Debryna memperoleh dana dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan U.S. Air Force untuk beberapa penelitiannya.
</span></em></p>Apakah prosedur dokter Terawan dapat memberi kesembuhan yang terbukti secara ilmiah untuk pasien stroke? Belum tahu dan belum tentu.Debryna Dewi Lumanauw, Research Coordinator, Department of Emergency Medicine, University of California, Los AngelesLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/864102017-11-01T11:13:19Z2017-11-01T11:13:19ZAgar tidak mati akibat kelamaan duduk<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/192008/original/file-20171026-13309-1qiwy9g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Terlalu lama duduk meningkatkan risiko berbagai penyakit termasuk stroke.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Duduk boleh jadi membunuh Anda perlahan-lahan—entah Anda berolahraga berat setiap hari atau tidak. Duduk disebut-sebut sebagai <a href="http://www.techrepublic.com/article/is-sitting-really-the-new-smoking-an-in-depth-discussion-with-the-experts/">merokok baru</a>. Sebuah studi mutakhir menunjukkan bahwa <a href="http://annals.org/aim/article/2653704/patterns-sedentary-behavior-mortality-u-s-middle-aged-older-adults">risiko kematian mulai meningkat jika lamanya duduk berlangsung lebih dari 10 menit</a> sekali tempo.</p>
<p>Bagaimana kita membalik kecenderungan evolusioner menuju kemalasan ini? Pertanyaan ini mengusik saya, sebagai kardiolog dan ilmuwan senior di Toronto Rehabilitation Institute dan University Health Network. Dalam praktik klinis saya, saya memastikan agar para pasien mendapatkan terapi medis yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup dan umur panjang mereka. Tetapi aktivitas fisik adalah salah satu yang tidak bisa saya resepkan sebagai sesuatu yang efektif. </p>
<p>Salah satu solusinya adalah memandang aktivitas fisik sebagai “pil”. Sama seperti resep medis yang lain, “pil” ini memerlukan persiapan, kuantitas dan kekuatan. </p>
<p>Untuk mengetahui berapa banyak yang harus dilakukan, kita harus memantau perilaku kita. Kita harus menghitung berapa menit setiap pekan kita melakukan aktivitas fisik moderat hingga berat. Kita harus menghitung berapa jam sehari kita tetap pasif dan menghitung berapa menit kita tetap duduk pada satu waktu tertentu. </p>
<h2>Sebetulnya, apa salahnya dengan duduk?</h2>
<p>Kita tahu bahwa ketidakaktifan membawa akibat buruk bagi kesehatan kita. <a href="http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(17)31634-3/fulltext">Sebuah studi mutakhir</a> yang meneliti lebih dari 130.000 pasien dari 17 negara lebih di seluruh dunia memperkirakan bahwa satu dari 12 kematian bisa dicegah jika seseorang berolahraga 30 menit per hari, lima hari sepekan dengan intensitas moderat. </p>
<p>Olahraga mencegah banyak penyakit kronis, termasuk serangan jantung, stroke, diabetes, dan kanker. Olahraga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2795824">meningkatkan level kebugaran kardiopulmoner kita</a>—ukuran untuk mengetahui seberapa efisien oksigen diambil dari darah kita dan disebar ke organ-organ dan jaringan di seluruh tubuh kita—dan terkait erat dengan keseluruhan kesehatan dan kelangsungan hidup kita.</p>
<p>Sekarang bukti menunjukkan bahwa waktu duduk kita dan perilaku <em>sedentary</em> (pasif) kita juga berdampak penting terhadap kesehatan, terlepas dari tingkat aktivitas fisik. Misalnya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25599350">sebuah tinjauan yang dilakukan tim kami</a> mendapati bahwa waktu <em>sedentary</em> selama enam sampai sembilan jam atau lebih per hari berhubungan dengan risiko lebih tinggi kematian, kanker dan penyakit kardiovaskular. Risiko terbesar terkait dengan diabetes tipe II. Dalam studi ini, aktivitas fisik moderat hanya mengurangi sebagian, tetapi tidak melenyapkan, risiko. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/187903/original/file-20170927-5909-1utgh3f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/187903/original/file-20170927-5909-1utgh3f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/187903/original/file-20170927-5909-1utgh3f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/187903/original/file-20170927-5909-1utgh3f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/187903/original/file-20170927-5909-1utgh3f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/187903/original/file-20170927-5909-1utgh3f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/187903/original/file-20170927-5909-1utgh3f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Generasi baru arloji pintar memungkinkan orang menghitung langkah dan menghitung berapa menit aktivitas <em>sedentary</em>, di samping mengukur denyut jantung dan kualitas tidur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Durasi kita duduk pada satu waktu bisa juga merugikan kesehatan kita. Para pasien yang duduk dalam waktu lama membakar lebih sedikit kalori dibanding mereka yang berdiri atau sering bergerak sepanjang hari. Pengeluaran kalori yang tidak memadai bisa menyebabkan lemak berlebihan, yang bisa jadi <a href="https://insights.ovid.com/crossref?an=00003677-900000000-99797">beracun bagi metabolisme kita</a>. Toksisitas semacam itu bisa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17987311">menimbulkan penyakit-penyakit kronis</a> seperti obesitas, diabetes, kanker, penyakit jantung, dan kematian. </p>
<p>Pendek kata, jika aktivitas fisik moderat hingga berat bisa meningkatkan level kebugaran kita, perilaku <em>sedentary</em> bisa mengakumulasi kalori dan lemak. <a href="http://circ.ahajournals.org/content/134/13/e262">Masing-masing perilaku mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup kita</a> dengan cara-cara yang berbeda. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/perempuan-juga-kena-serangan-jantung-tapi-gejalanya-kerap-disalahartikan-83113">Perempuan juga kena serangan jantung, tapi gejalanya kerap disalahartikan</a></em></p>
<hr>
<h2>Kemalasan: Sebuah tren evolusioner baru?</h2>
<p>Sebagai manusia, kita dirancang untuk bergerak. Kita cuma perlu melihat bayi dan balita yang, begitu memperoleh keterampilan perkembangan motorik untuk merangkak dan berjalan, jarang-jarang diam. Untuk mengeksplorasi lingkungan, mereka perlu bergerak ke sana kemari. </p>
<p>Lalu, pada satu titik, seorang anak menjadi lebih <em>sedentary</em>. Mungkin karena kontak pertama mereka dengan TV, video game, atau pencarian internet pertama mereka, anak-anak menyadari bahwa upaya pencarian diri mereka tidak perlu melibatkan gerakan. Bibit-bibit penyakit yang dikenal dengan ketidakaktifan fisik pun ditanam, dengan <a href="http://www.cps.ca/en/documents/position/screen-time-and-young-children">dampak kesehatan fisik dan psikologis</a> yang merusak. Orang tua mungkin hanya bisa memberikan perawatan ringan untuk anak-anak mereka, karena mereka juga terjangkit.</p>
<p>Tentu saja, tidak semua seperti itu. Dari sebuah perspektif evolusioner, dahulunya kita ini adalah pemburu dan peramu. Ini menghendaki jumlah aktivitas fisik yang banyak sepanjang hari sekadar untuk mendapatkan air dan makanan demi kelangsungan hidup. Diperkirakan bahwa antara sepertiga dan seperempat total energi yang dikonsumsi leluhur kita dibakar melalui aktivitas fisik. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/187904/original/file-20170927-24162-13oxe2j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/187904/original/file-20170927-24162-13oxe2j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/187904/original/file-20170927-24162-13oxe2j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/187904/original/file-20170927-24162-13oxe2j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/187904/original/file-20170927-24162-13oxe2j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/187904/original/file-20170927-24162-13oxe2j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/187904/original/file-20170927-24162-13oxe2j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah studi Kanada pada tahun 2012 mendapati bahwa anak-anak yang menonton TV satu jam saja per hari berpeluang 50 persen lebih besar mengalami kelebihan berat badan dibanding mereka yang lebih sedikit menonton TV.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Manusia kontemporer <a href="https://books.google.ca/books?hl=en&lr=&id=uMohwgMMrBgC&oi=fnd&pg=PA49&dq=evolution%3B+calorie%3B+ancestors+vs.+contemporaries%3B+physical+activity&ots=IhvDLBb9IF&sig=fFcIhFogBNH1GNj4x1AYZhFuCOA#v=onepage&q&f=false">membakar jauh lebih sedikit komponen dari total energi mereka</a> melalui aktivitas fisik. Bahkan jika dibandingkan dengan masyarakat yang sangat agraris, tingkat aktivitas fisik kebanyakan orang dewasa tidak ada apa-apanya. Misalnya, sebuah studi memperlihatkan bahwa rata-rata langkah yang diambil dalam populasi Amerika Serikat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20980470">tidak sampai setengah yang dilakukan di kalangan komunitas Amish Ordo Lama</a>.</p>
<p>Barangkali tidak mengejutkan, penurunan tingkat aktivitas fisik selama beberapa dekade terakhir disebabkan oleh <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24658411">aktivitas fisik non-rekreasional</a>, yakni bekerja. Yang paling mencemaskan adalah penyusutan dramatis aktivitas fisik anak-anak muda dan remaja. </p>
<p>Jika tren evolusioner ini berlanjut, kita menatap masa depan suram.</p>
<h2>Menghitung bisa membantu Anda bertahan hidup</h2>
<p>Bagaimana membalik tren ini? Begini, dengan asumsi kesehatan optimal menghendaki pasien melakukan aktivitas fisik moderat sampai berat dan menghindari perilaku <em>sedentary</em> berlebihan, solusinya tampaknya lebih bersifat naluriah: banyak bergerak, dan sedikit duduk. </p>
<p>Untuk menghindari duduk sampai mati, Anda bisa mengikuti beberapa strategi sederhana berikut:</p>
<ol>
<li><p><strong>Sering-sering mengambil jeda untuk berdiri atau berjalan.</strong></p></li>
<li><p><strong>Batasi durasi duduk sampai di bawah 30 menit (terutama saat bekerja).</strong></p></li>
<li><p><strong>Lakukan 10.000 langkah atau lebih setiap hari.</strong></p></li>
<li><p><strong>Lakukan 150 menit aktivitas fisik moderat hingga berat setiap pekan.</strong></p></li>
<li><p><strong>Lakukan latihan beban (kekuatan) dua hari sepekan.</strong></p></li>
</ol>
<p>Latihan kekuatan meningkatkan massa otot dan mengistirahatkan metabolisme, meminimalkan pertambahan berat badan dan membantu mencegah osteoporosis.</p>
<p>Walaupun manusia dirancang untuk bergerak, urbanisasi, teknologi dan norma-norma kemasyarakatan menyebabkan stagnasi fisik kita. Kita menjadi makhluk <em>sedentary</em> yang tidak aktif secara fisik. Dan solusinya mungkin sesederhana menghitung. </p>
<p>Saat saya duduk di sini, saya diingatkan oleh telepon seluler saya bahwa 30 menit saya duduk tanpa jeda harus berakhir. Artikel yang saya tulis ini harus disudahi. Saya menyuruh anak 9 tahun saya berhenti bermain video game dan ikut saya beberapa menit di luar. Walaupun dengan berat hati dia setuju dan mulai menyuruh Alexa (kendali via suara) mematikan TV untuknya. </p>
<p>Yah, paling tidak ini sebuah awal.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/86410/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David Alter menerima dana eksternal, sebagai bagian dari hibah penelitian, dari Heart and Stroke Foundation di Kanada. Dia juga Ketua Penelitian di Rehabilitasi Metabolis dan Kardiovaskuler, Toronto Rehabilitation Institute-University Health Network.</span></em></p>Belakangan di kalangan urban di Indonesia ada istilah “mager”, singkatan dari malas gerak. Awas, jangan sampai Anda mager sampai mati.David Alter, Associate Professor of Medicine and Senior Scientist, Toronto Rehabilitation Institute, University of TorontoLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/831132017-09-05T07:24:26Z2017-09-05T07:24:26ZPerempuan juga kena serangan jantung, tapi gejalanya kerap disalahartikan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/183634/original/file-20170828-1557-1opu76z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pentingnya kesehatan jantung perempuan selama bertahun-tahun diabaikan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/tacitrequiem/2967264518/in/photolist-5wd1n5-C9eu3d-bio5FZ-e58Suq-bip4NB-dGJTAr-bio4EF-7St6x3-oyMwQR-893NSN-9VGtLU-4a2MRq-bioE3v-4ES4kU-aEQSYd-bRvU7D-bnsWZc-8Uciid-R7jQS5-aEQTFb-8vLPAy-7BcZkK-7BcZpB-7PRkaq-dHeJpy-am4Txp-bmSaa6-8vHiKe-am7ax3-yEzNe-7yfhnj-8vHKA8-88biBa-GFkbKX-o2uQpi-ea6FRt-o2EYKs-7BgP8m-aELZHr-7BgPgh-gnr2d9-8kvuo2-am79UG-o4Arhp-3grbg-8jYvKn-7bD8L1-8KGG38-nKityM-nzcBBA/">tacit requiem (joanneQEscober )/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Serangan jantung <a href="https://www.world-heart-federation.org/resources/women-cvd-facts-tips/">membunuh 3,3 juta</a> perempuan di dunia setiap tahun dan banyak perempuan meninggal akibat penyakit lain yang terkait jantung. Di <a href="https://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/fact_sheets/fs_women_heart.htm">Amerika Serikat</a>, hampir 290 ribu perempuan meninggal akibat penyakit jantung di 2013—atau satu dari empat kematian perempuan.</p>
<p>Sementara itu di Australia, sebuah <a href="http://mmihr.acu.edu.au/2016/10/cardiovascular-disease-the-3bn-hidden-killer-of-australian-women/">laporan baru-baru ini</a> menemukan lebih dari 31 ribu perempuan meninggal karena penyakit jantung setiap tahun, jauh lebih banyak daripada 12 ribu perempuan yang meninggal akibat kanker jenis yang paling lazim, seperti kanker payudara.</p>
<p>Bagaimana dengan Indonesia? Data Kementerian Kesehatan di tahun 2013 memperkirakan <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjIm6zNl_rVAhUIgI8KHR8yAXUQFgglMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload%2Fpusdatin%2Finfodatin%2Finfodatin-jantung.pdf&usg=AFQjCNFBqImaIpNO-5uWR7gv5O8QWgd3cA">lebih banyak perempuan</a> didiagnosis dokter memiliki masalah jantung ketimbang laki-laki. Masalah jantung adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke. Estimasinya ada 1,22 juta perempuan dibanding 1,07 juta laki-laki.</p>
<p>Meski lebih banyak laki-laki daripada perempuan yang <a href="http://www.sbs.com.au/topics/life/health/article/2016/06/01/matters-heart">masuk rumah sakit di Australia</a> tiap tahunnya karena penyakit jantung, jumlah yang meninggal antara kedua jenis kelamin sama saja. Ini karena penyakit jantung <a href="https://www.heartresearch.com.au/heart-disease/women-and-heart-disease/">kurang dikenali di kalangan perempuan</a> ketimbang laki-laki akibat dari gejalanya yang tidak lazim dan fakta bahwa lebih kecil kemungkinan bagi perempuan untuk segera mencari bantuan medis. </p>
<p>Suatu <a href="http://www.georgeinstitute.org/media-releases/disadvantaged-women-at-greater-risk-of-heart-disease-than-men-0">studi baru di Australia</a> juga menemukan bahwa perempuan dari kalangan ekonomi bawah memiliki kemungkinan 25 persen lebih besar untuk mendapatkan serangan jantung dibanding laki-laki dari latar belakang sosial ekonomi yang sama.</p>
<p>Selama bertahun-tahun, pentingnya kesehatan jantung perempuan tidak muncul ke permukaan. Hal ini baru mulai muncul di dasawarsa terakhir. Di tahun 1997, hanya 30 persen dari <a href="http://circoutcomes.ahajournals.org/content/circcvoq/early/2010/02/10/CIRCOUTCOMES.109.915538.full.pdf">perempuan Amerika yang disurvei</a> yang sadar bahwa penyakit kardiovaskular (termasuk penyakit jantung dan stroke) adalah penyebab utama kematian perempuan. Meski ada berbagai kampanye media mengenai ini, angka tersebut naik hanya ke 50 persen di tahun 2009.</p>
<h2>Gejalanya beda</h2>
<p>Baik jenis kelamin (seks) dan gender harus dipertimbangkan ketika mendiskusikan penyakit jantung pada perempuan. Meski dua istilah ini kerap dipakai bergantian, ternyata ada <a href="https://www.mja.com.au/journal/2016/205/8/global-womens-health-issues-sex-and-gender-matter">perbedaan penting</a> antara keduanya. Jenis kelamin merujuk pada sifat-sifat organ tubuh, sedangkan gender menentukan peran, perilaku, dan ekspektasi yang ditentukan secara sosial.</p>
<p>Baru sekarang inilah kita mulai memahami perbedaan berdasar jenis kelamin dan gender pada perempuan dengan penyakit kardiovaskular, karena untuk bertahun-tahun lamanya perempuan tidak diikutkan dalam percobaan klinis. Faktor yang meningkatkan risiko penyakit jantung, juga <a href="http://circ.ahajournals.org/content/133/9/916.full#sec-51">cara-cara penyakit tersebut termanifestasi</a>, bisa berbeda antara perempuan dan laki-laki.</p>
<p>Faktor risiko yang umum di kedua jenis kelamin antara lain kolesterol tinggi, merokok, obesitas, ketiadaan aktivitas fisik. Tapi diabetes akibat kehamilan, melahirkan prematur, darah tinggi di masa kehamilan, dan efek dari perawatan kanker payudara adalah faktor khas yang terjadi pada perempuan.</p>
<p>Memiliki masalah autoimun juga bisa meningkatkan risiko penyakit jantung. Dan karena <a href="http://theconversation.com/man-flu-is-real-but-women-get-more-autoimmune-diseases-and-allergies-77248">lebih banyak perempuan daripada laki-laki</a> yang punya masalah autoimun, maka faktor ini lebih <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.short#sec-8">relevan bagi perempuan</a>.</p>
<p>Sama halnya dengan penyakit mental seperti depresi dan gangguan stres pascatrauma (PTSD) yang lebih lazim ditemukan pada perempuan. Para peneliti sekarang ini <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0149763416300574">semakin tertarik</a> pada kaitan antara faktor psikologis dan penyakit jantung, terutama pada perempuan.</p>
<p>Semakin cepat serangan jantung ditangani setelah terjadi, semakin kecil pula kemungkinan otot jantung tergerus dan kemudian risiko kematian dan cacat semakin kecil kemungkinannya. Baik bagi laki-laki maupun perempuan, gejala penyakit jantung yang paling umum adalah sakit dada. Tapi perempuan bisa mengalami <a href="http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartAttack/WarningSignsofaHeartAttack/Heart-Attack-Symptoms-in-Women_UCM_436448_Article.jsp#.WYKhGtOGOjg">gejala yang tidak biasa</a> seperti napas pendek-pendek, lemas, kecapaian, dan mual. Perempuan juga bisa saja merasakan gejala yang berkaitan dengan dada tapi di tempat yang berbeda dengan laki-laki seperti di leher, rahang, dan punggung.</p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/agar-tidak-mati-akibat-kelamaan-duduk-86410">Agar tidak mati akibat kelamaan duduk</a></em></p>
<hr>
<p>Gejala-gejala yang tidak biasa di kalangan perempuan terkadang mengarah pada <a href="https://www.theatlantic.com/health/archive/2015/10/heart-disease-women/412495/">salah diagnosis serangan jantung</a>. Alasan dari gejala yang berbeda adalah penyakit jantung di <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.short#sec-8">kalangan perempuan</a> memiliki pola yang tidak terlalu menghalangi arteri koroner (pembuluh yang menyediakan darah ke jantung). </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/180821/original/file-20170803-6912-pogdrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gejala serangan jantung di kalangan perempuan tidak seperti yang bisa pada laki-laki, termasuk napas pendek dan kelelahan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Perempuan lebih sering didiagnosis saat usia lebih tua</h2>
<p>Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak memompa darah yang cukup untuk tubuh dan biasanya muncul dalam bentuk kelelahan dan sulit bernapas. Gagal jantung di perempuan biasanya muncul pada umur yang lebih tua.</p>
<p>Perempuan juga <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.full#sec-35">dua kali lipat lebih mungkin</a> daripada laki-laki untuk mengalami tipe gagal jantung yang dikenal sebagai “<em>heart failure with preserved ejection fraction</em>” atau HFpEF. Kondisi ini dikaitkan dengan tingginya angka kematian dan kualitas hidup yang berkurang. Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko yang dominan: 80-90 persen pasien dengan HFpEF <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0735109711005110">memiliki tekanan darah tinggi</a>. </p>
<p>Sampai hari ini tidak ada penanganan yang pasti untuk HFpEF, meski uji klinis terus berlangsung.</p>
<p>Perempuan secara umum <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.short">10 tahun lebih tua</a> ketika mengalami kejadian jantung pertama mereka. Maka besar kemungkinan mereka sudah punya kondisi lain, seperti arthritis dan diabetes, yang biasanya membuat mereka mendapatkan hasil akhir yang lebih buruk.</p>
<p>Perempuan berusia tua juga <a href="http://online.liebertpub.com/doi/abs/10.1089/jwh.2007.0386">banyak yang hidup sendirian</a>, karena <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/07399332.2011.610539">lebih banyak perempuan</a> ditinggal mati pasangan ketimbang laki-laki. Mereka juga kemungkinan hidup dengan sumber keuangan yang berkurang sementara kebutuhan akan dukungan di kehidupan sehari-hari lebih tinggi. Akibatnya mungkin saja mereka tidak bisa pergi menemui dokter atau mendapatkan resep obat.</p>
<p>Situasi-situasi yang mengelilingi perempuan saat mereka didiagnosis dengan masalah kardiovaskular membatasi mereka untuk olahraga yang cukup. Padahal, olahraga itu penting untuk mengoptimalkan fungsi jantung dan mendorong fungsi jasmani untuk penuaan yang sehat. Perempuan usia lanjut perlu diberi mekanisme terstruktur yang mendorong mereka aktif secara fisik.</p>
<p>Program rawat jalan seperti rehabilitasi jantung, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu termasuk perawat, dokter, pakar diet, spesialis <a href="https://www.slideshare.net/mochammadyunus52/exercise-physiology-37229546">fisiologi olahraga</a>, dan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Terapi_okupasi">terapis okupasi</a>, <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0735109715071193">mengurangi kematian dini</a> dan dipromosikan dalam panduan praktik klinis di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5013580/">seluruh dunia</a>. Program ini menangani faktor risiko dan mengajari orang bagaimana mengelola penyakit mereka. </p>
<p>Awalnya program ini dianjurkan terutama bagi pasien serangan jantung atau yang baru saja mengalami bedah <em>bypass</em> jantung, tetapi program ini <a href="http://www.acc.org/latest-in-cardiology/articles/2015/10/13/08/57/cardiac-rehabilitation-for-heart-failure">semakin banyak dianjurkan</a> bagi mereka yang mengalami gagal jantung. Sayangnya, informasi yang tersedia menunjukkan bahwa di AS laki-laki <a href="http://circres.ahajournals.org/content/118/8/1273.full#sec-38">sepertiga lebih mungkin</a> mendaftarkan diri ke program tersebut dibandingkan perempuan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/180824/original/file-20170803-18749-1oa24gf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perempuan usia lanjut lebih tinggi kemungkinannya hidup sendiri karena lebih banyak perempuan ditinggal mati pasangannya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/search/elderly?photo=VyarWMe4C2A">Foto oleh Fabrizio Verrecchia dari Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Alasannya bisa beragam. Pola rujukan dan tenaga kesehatan mempengaruhi partisipasi dalam program semacam ini. Tetapi kami juga mendapati bahkan ketika <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18240989">perempuan dirujuk ke program</a>, mereka sering tidak datang. Alasannya karena keterbatasan transportasi, kurangnya kemampuan berolahraga serta adanya tanggung jawab mengurus keluarga.</p>
<p>Ini adalah contoh lain mengapa strategi yang berfokus pada gender harus dikembangkan untuk mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung di kalangan perempuan.</p>
<h2>Membantu perempuan mengambil kendali</h2>
<p>Memperbaiki kisah akhir dari kasus jantung pada perempuan tidak hanya membutuhkan perubahan pengetahuan, sikap, dan keyakinan di kalangan tenaga kesehatan, tetapi yang lebih penting adalah di antara perempuan sendiri.</p>
<p>Langkah pertama bagi perempuan untuk memperkecil risiko adalah mendorong mereka mengedepankan kesehatan mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuan tentang faktor risiko dan gejala yang khas perempuan. Ada juga faktor gaya hidup yang penting dipertimbangkan, seperti:</p>
<ul>
<li>Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mengenai perlu tidaknya pemeriksaan kardiovaskular berdasarkan sejarah keluarga dan faktor risiko</li>
<li>Menghindari merokok dan mencari bantuan jika Anda perokok</li>
<li>Membuat rencana olahraga dan penanganan stres serta depresi</li>
<li>Berdiet sehat yang rendah lemak jenuh dan tinggi serat serta hindari makanan olahan pabrik (<em>processed food</em>)</li>
</ul>
<h2>Masa depan</h2>
<p>Kita telah mengalami kemajuan dalam hal mengakui perbedaan gender dan jenis kelamin terkait penyakit jantung, tetapi masih banyak pertanyaan tak terjawab, khususnya tentang perempuan dari kelompok minoritas. <a href="https://www.mja.com.au/journal/2016/205/8/global-womens-health-issues-sex-and-gender-matter">Kuota wajib untuk memasukkan perempuan dalam uji klinis</a> lumayan membantu, tetapi tetap saja perempuan tak terwakili dengan baik dalam uji klinis dan kita juga kekurangan riset soal kebutuhan spesifik perempuan. </p>
<p>Perempuan memang hidup lebih lama, tapi kerap dengan <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/07399332.2011.610539">kondisi cacat</a>, sehingga berakibat buruk pada masyarakat. Maka jadi menyenangkan melihat terbitnya panduan praktik klinis baik untuk pencegahan dasar <a href="http://circ.ahajournals.org/content/circulationaha/123/11/1243.full.pdf">penyakit kardiovaskular</a> maupun untuk <a href="http://circ.ahajournals.org/content/early/2016/01/25/CIR.0000000000000351">serangan jantung</a> yang khusus untuk perempuan. </p>
<p>Selain mengawasi faktor biologis seperti tekanan darah, berat badan, gula darah, dan kolesterol, perempuan juga perlu menangani faktor psikologis dan sosial, seperti stres dan depresi. Kita perlu mengembangkan program perawatan kesehatan menggunakan pendekatan berdasar gender untuk meningkatkan kesadaran mengenai penyakit jantung sebagai isu kesehatan perempuan, yang akan memperbaiki hasil akhirnya pada perempuan.</p>
<hr>
<p><em>Data Kementerian Kesehatan Indonesia ditambahkan ke versi ini atas seizin penulis.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/83113/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Patricia Davidson menerima dana dari Heart Foundation, National Health and Medical Research Council, Australian Research Council, dan National Institutes for Health.</span></em></p>Penyakit jantung lama dianggap penyakitnya laki-laki. Ketidaktahuan kita mengenai dampaknya pada perempuan menyebabkan hasil yang berbeda antara perempuan dan laki-laki yang mengalami hal yang sama.Patricia Davidson, Professor and Dean, School of Nursing, Johns Hopkins UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.