Menu Close
Getty Images

Pengunduran diri Jacinda Ardern dan tantangan baru bagi politik di Selandia Baru

Tidak ada yang memprediksi momen ini. Dengan berakhirnya Natal, politik di Selandia kembali berlanjut, perombakan kabinet kabarnya akan dilaksanakan minggu ini, beberapa kebijakan baru yang besar mungkin akan diumumkan, dan jika beruntung, tanggal pemilihan umum tahun ini akan diumumkan. Ini membuat orang-orang di Selandia Baru merasa lega.

Tanggal pemilihan umum tahun ini telah diumumkan, yaitu 14 Oktober. Namun, ada juga pengumuman lain: dalam waktu tingga minggu, salah satu perdana menteri paling populer – dan berkuasa – dalam sejarah Selandia Baru beberapa tahun belakangan ini akan mengundurkan ini.

Tidak sulit untuk mengetahui mengapa Jacinda Ardern mengambil keputusannya. Seperti yang dia katakan:

Saya percaya bahwa memimpin suatu negara adalah pekerjaan paling istimewa yang pernah dimiliki siapa pun, tetapi juga salah satu yang paling menantang. Anda tidak dapat dan seharusnya tidak melakukannya kecuali Anda memiliki tangki penuh dengan sedikit cadangan bahan bakar untuk tantangan-tantangan yang tidak terduga.

Dia telah mengalami lebih dari sekadar tantangan: serangan teror domestik di Christchurch, bencana alam besar di Pulau Whakaari-White, pandemi global dan, yang terbaru, biaya hidup yang semakin tinggi.

Selain itu, tentu saja, dia harus menghadapi serangkaian masalah kebijakan umum yang telah membingungkan pemerintah selama beberapa dekade di negara ini, termasuk biaya perumahan, kemiskinan anak, ketidaksetaraan, dan krisis iklim. Jelas, tangki Ardern kosong.


Read more: From ‘pretty communist’ to ‘Jabcinda’ – what’s behind the vitriol directed at Jacinda Ardern?


Akan tetapi, ini bukan hanya tentang kebijakan. Bersama dengan politikus perempuan lainnya, Ardern menghadapi rentetan pelecehan online dan langsung – dari para orang yang anti-vaksin, misoginis, dan berbagai macam orang lainnya yang tidak menyukainya.

Orang-orang lain yang memiliki pengalaman langsung tentang ini telah menulis bahwa kemunduran wacana sipil di Selandia Baru sangat parah dan menggelisahkan, terutama sejak perebutan secara paksa kantor parlemen pada awal tahun 2022.

Ardern telah menghabiskan dua tahun terakhir tepat di garis depan dari toksisitas semacam ini. Hal ini berdampak buruk – pada dirinya, keluarganya, dan orang-orang yang dekat dengannya. Ini juga menjadi salah satu faktor pendorong keputusannya.

Waktu bersama keluarga: Ardern meninggalkan pengumuman pengunduran dirinya dengan tunangannya, Clarke Gayford. AAP

Kisah dua peninggalan

Meski demikian, seiring waktu, peninggalan yang paling diingat orang dari masa jabatan Ardern adalah cara dia menanggapi krisis-krisis besar. Ardern telah menghadapi lebih banyak krisis daripada perdana menteri Selandia Baru lainnya dalam sejarah. Yang terutama, dia menghadapi semua krisis dengan penuh ketenangan, martabat, dan kejelasan.

Tentu saja selalu ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut. Namun, penolakannya untuk menggunakan retorika yang mengandung elemen pelecehan atau penghinaan (selain saat dia baru-baru ini menyebut anggota parlemen oposisi sebagai “bajingan arogan”), yang telah menjadi ciri khas dari banyak wakil rakyat, membuatnya menonjol di dunia politik yang menormalisasi elemen pelecehan.


Read more: NZ election 2020: Jacinda Ardern promised transformation — instead, the times transformed her


Kritikusnya mungkin mencap gaya kepemimpinan Ardern sebagai “penampilan luar belaka.” Namun, aspek terpenting dalam politik adalah cara mengendalikan narasi publik. Untuk waktu yang lama, Ardern dan timnya berhasil melakukannya dengan sangat baik.

Meski begitu, ada banyak hal yang tidak berhasil Ardern capai. Di awal masa jabatannya, dia menjanjikan transformasi, tetapi masalah ketidaksetaraan dan kemiskinan masih menjadi masalah utama di ranah politik Selandia Baru. Pemerintah dari Partai Buruh yang dia pimpin belum mampu mengatasi masalah kekurangan perumahan rakyat berkepanjangan yang berlangsung selama bertahun-tahun. Masalah tenaga kerja di bidang kesehatan masyarakat, pendidikan, dan konstruksi juga menjadi tantangan berat yang harus dihadapi oleh pemerintah penerusnya.

Pemimpin selama pandemi COVID: Ardern menyampaikan informasi terbaru mengenai pandemi secara rutin di televisi pada puncak masa pandemi tahun 2020. Getty Images

Tidak ada penerus pasti

Perhatian masyarakat sekarang beralih ke posisi pemimpin Partai Buruh dan pemungutan suara partai pada hari Minggu ini. Suara mayoritas 60% plus satu suara diperlukan untuk memilih pemimpin baru, dan Partai Buruh akan berharap hal tersebut dapat terwujud Minggu ini.

Jika gagal tercapai, sesuai dengan konstitusinya, Partai Buruh harus membentuk sebuah electoral college (kolese elektoral) yang terdiri dari kaukus partai (yang memperoleh 40% dari total suara), anggota sayap partai (40%), dan anggota afiliasi partai (20%). Proses ini akan memakan waktu dan memiliki potensi perpecahan dan menjadi gangguan. Oleh sebab itu, hasil pemilihan yang definitif sangat diharapkan dapat diumumkan pada hari Minggu.

Kejutan besar lainnya adalah mundurnya Menteri Keuangan dan Wakil Ardern, Grant Robertson, dari persaingan menjadi perdana menteri. Banyak pihak berasumsi bahwa dia adalah calon penerus Ardern yang paling kuat, tetapi keputusannya untuk tidak mencalonkan diri membuka banyak kemungkinan lain.

Bahkan dengan menyertakan orang-orang terdekat Ardern, seperti David Parker, Chris Hipkins, dan Megan Woods, jumlah calon perdana menteri baru masih kurang banyak, dan tidak ada kandidat yang memiliki daya tarik sebesar Ardern. Ardern meninggalkan warisan yang sangat besar bagi penerusnya.

Berita membingungkan bagi Partai Nasional

Tidak mengherankan, pengumuman pengunduran diri Ardern telah mendominasi siklus berita di Selandia Baru, dan tidak menyisakan ruang untuk berita mengenai kejadian penting lainnya minggu ini – kaukus pertama Partai Nasional tahun ini.

Orang mungkin membayangkan bahwa berita pengunduran diri Ardern akan menjadi kabar gembira bagi partai lainnya. Popularitas Partai Buruh di jajak pendapat sedang menurun belakangan ini, sementara dukungan untuk partai politik kanan-tengah, seperti Partai Nasional dan Partai ACT (Association of Consumers and Taxpayers), sedang meningkat.

Ardern masih jauh lebih populer daripada pemimpin Partai Nasional, Christopher Luxon, yang mungkin bersyukur tidak harus bersaing dengan Ardern di kampanye pemilu mendatang. Ardern sudah sangat ahli dalam berkampanye, sementara Luxon masih harus belajar banyak.


Read more: Anniversary of a landslide: new research reveals what really swung New Zealand's 2020 'COVID election'


Partai Nasional juga akan berpikir bahwa dukungan untuk Partai Buruh yang banyak berhubungan langsung dengan Ardern sendiri – termasuk dukungan untuk Partai Buruh tahun 2020 dari orang-orang yang biasanya memilih Partai Nasional – sekarang dapat dipecah dan mereka rebut.

Namun, para pemimpin sayap Partai Nasional akan mengambil langkah dengan hati-hati. Seiring berlalunya masa pandemi COVID, Ardern menjadi sosok yang semakin kontroversial. Dengan kemundurannya, dia memberi partainya banyak waktu untuk membentuk pemimpin-pemimpin baru yang dapat menutup masa kepemimpinannya selama tiga tahun terakhir dan berfokus pada masa depan.

Tentu saja, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah rakyat Selandia Baru akan mendukung narasi politik baru tanpa kepemimpinan Ardern. Akan tetapi, dia memberi banyak waktu bagi Partai Buruh untuk mencoba meyakinkan rakyat Selandia Baru.

PM global: Ardern memberikan pidato pada sesi ke-77 Majelis Umum PBB di New York pada akhir 2022. Getty Images

Mundur dengan caranya sendiri

Apakah ada pelajaran penting dari semua ini bagi khalayak internasional? Yang menyedihkan, mungkin pelajaran utama yang dapat dipetik menyangkut akibat yang dirasakan oleh wakil rakyat terpilih di masa-masa penuh pertentangan dan normalisasi dari pelecehan. Di seluruh dunia, politikus perempuan khususnya telah menanggung akibat dari panggung politik yang toksik. Akan ada banyak orang yang melihat mundurnya Ardern sebagai bentuk pembungkaman suara perempuan.

Ada juga pelajaran berharga yang dapat dipelajari tentang praktik kepemimpinan dalam dunia politik. Ardern memilih sendiri waktu dan caranya turun dari jabatannya – dia tidak kehilangan posisinya karena konflik internal atau kalah dalam pemilu.

Reputasi Ardern justru akan makin bersinar, dan malahan, akan menambah kekuatan politiknya – meskipun belum jelas apakah dia akan memainkan peran politik di panggung internasional. Namun, hal ini merupakan sesuatu yang sangat mungkin terjadi di masa depan.

Akan tetapi, untuk saat ini, Ardern akan dengan bersemangat mengantar anaknya ke sekolah dan akhirnya menikah dengan pasangannya sejak lama. Setelah melalui masa jabatan yang penuh gejolak dan tantangan sebagai perdana menteri, Ardern pasti akan cukup menikmati kedua hal tersebut.


Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now