Menu Close
Photo by thirdman (pexels)

“Quiet quitting”: pentingnya menjaga kesehatan mental di tempat kerja

“Quiet quitting”: pentingnya menjaga kesehatan mental di tempat kerja

Fenomena quiet quitting sedang ramai diperbincangkan. Tren untuk bekerja sesuai ekspektasi minimum ini viral di seluruh platform sosial media.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Deloitte menunjukkan bahwa anak muda mencari fleksibilitas dan makna dari pekerjaan yang mereka jalani. Banyak profesional muda kini menolak “hidup untuk bekerja”.

Sejumlah studi juga menunjukkan bahwa work life balance juga memiliki hubungan dengan kesehatan mental di berbagai jenis pekerjaan.

Apakah kesehatan mental pekerja adalah hal yang perlu diperhatikan khusus? Mengapa tren quiet quitting ini menjadi perbincangan di kalangan pekerja?

Dalam episode SuarAkademia terbaru, kami berbincang dengan Annisa Miranty Nurendra, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dosen prodi psikologi bidang keilmuan psikologi industri dan organisasi dari Universitas Islam Indonesia.

Menurut Annisa, perusahaan seharusnya memperhatikan kesehatan mental para pekerjanya sesuai dengan petunjuk dari International Labour Organization (ILO).

Ia menekankan bahwa menjaga kesehatan mental ditempat kerja adalah hal yang penting dan adanya hubungan antara kesehatan mental pegawai dengan produktifitas di tempat kerja.

Simak episode selengkapnya di SuarAkademia - ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now