Menu Close

Ratusan spesies ikan, termasuk yang banyak dimakan manusia, memakan plastik

Pecahan plastik kecil di bawah kaca pembesar .
Seorang ahli biologis memeriksa mikroplastik yang ditemukan pada spesises laut di Hellenic Centre for Marine Research, di Yunani, 26 November 2019. Louisa Gouliamaki/AFP via Getty Images

Triliunan partikel plastik yang nyaris tak terlihat, baik di permukaan hingga lautan dalam, mengapung di lautan dunia.

Partikel plastik yang disebut sebagai mikroplastik ini terbentuk ketika plastik besar, seperti kantong belanja dan pembungkus makanan, terurai.

Para peneliti khawatir dengan mikroplastik karena ukuran yang sangat kecil, tersebar luas dan mudah dikonsumsi oleh satwa liar, baik sengaja atau tidak sengaja.

Kami mempelajari ilmu kelautan dan perilaku satwa, serta ingin memahami seberapa besar masalah ini.

Dalam studi yang baru diterbitkan yang kami lakukan dengan ahli ekologi Elliot Hazen, kami mempelajari bagaimana ikan laut, termasuk spesies yang dikonsumsi oleh manusia - menelan partikel dalam berbagai ukuran.

Sejauh ini, kami menemukan setidaknya 386 spesies ikan laut, termasuk 210 spesies komersial menelan serpihan plastik.

Namun, angka ini semakin meningkat.

Kami memperkirakan ini disebabkan oleh metode untuk mendeteksi mikroplastik berkembang dan polusi plastik di lautan meningkat.

Para peneliti di Akuarium Monterey Bay, California, telah menemukan mikroplastik dari permukaan hingga dasar laut, dikonsumsi oleh berbagai makhluk laut.

Memecahkan teka-teki plastik

Satwa liar memakan plastik bukan hal yang baru.

Masalah ini mencuat pertama kali saat ada observasi atas perut seekor burung laut pada 1969.

Tiga tahun kemudian, para peneliti melaporkan bahwa ikan di lepas pantai selatan New England menelan plastik kecil.

Sejak itu, lebih dari 100 makalah ilmiah telah menemukan konsumsi plastik terjadi pada berbagai macam spesies ikan.

Namun, setiap studi hanya berperan sebagai bagian kecil dari teka-teki yang sangat penting.

Untuk melihat masalah ini lebih jelas, kami harus menyusun bagian-bagian tersebut.


Tulisan ini bagian dari Oceans 21
Serial kami terkait lautan global yang dibuka dengan 5 profil samudra. Nantikan artikel-artikel baru terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB berikutnya, C0P26. Serial ini merupakan persembahan dari jaringan internasional The Conversation.


Kami telah membuat basis data tentang konsumsi plastik oleh ikan laut, dari makalah ilmiah yang terbit dari tahun 1972 hingga 2019.

Kami mengumpulkan berbagai informasi dari setiap makalah, termasuk spesies ikan yang diteliti, jumlah ikan yang memakan plastik, dan kapan mereka ditangkap.

Kami juga mempelajari lokasi ikan-ikan ini ditemukan karena ada beberapa kawasan dengan polusi plastik lebih banyak ketimbang daerah lain.

Kami mengidentifikasi makanan, habitat, dan perilaku memakan, misalnya apakah memakan ikan lain atau merumput alga, bagi setiap spesies di data tersebut.

Dengan menganalisis data ini secara keseluruhan, kami ingin memahami tidak hanya berapa banyak ikan yang memakan plastik, tetapi juga faktor lain yang menyebabkan ikan-ikan ini memakan plastik.

Trend yang kami temukan mengejutkan dan mengkhawatirkan.

Kantong plastik mengapung di permukaan air.
Hiu macan tutul berenang melewati plastik di perairan dangkal California selatan. Ralph Pace, CC BY-ND

Masalah global

Penelitian kami menemukan bahwa ikan laut di seluruh dunia menelan plastik.

Menurut 129 makalah ilmiah di basis data kami, peneliti melakukan studi terhadap 555 spesies ikan di seluruh dunia.

Kami menjadi khawatir karena menemukan lebih dari dua pertiga spesies tersebut telah memakan plastik.

Salah satu hal penting diperhatikan adalah tidak semua studi ini terkait mikroplastik.

Hal ini kemungkinan karena menemukan mikroplastik memerlukan peralatan khusus, seperti mikroskop atau menggunakan teknik yang lebih kompleks.

Namun, ketika para peneliti memang mencari mikroplastik, mereka menemukan 5 kali lebih banyak plastik pada setiap ikan daripada saat meneliti plastik yang lebih besar.

Studi yang bisa mendeteksi ancaman yang sebelumnya tidak terlihat ini mengungkapkan bahwa konsumsi plastik lebih tinggi daripada yang kami kira pada awalnya.

Tinjauan kami selama 4 tahun penelitian mengindikasikan bahwa ikan yang mengkonsumsi plastik sedang meningkat.

Penilaian internasional dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2016 menunjukkan jumlah spesies ikan laut dengan plastik telah bertambah 4 kali lipat.

Dalam satu dekade terakhir, proporsi ikan yang memakan plastik telah bertambah 2 kali lipat pada semua spesies.

Studi yang terbit pada 2010-2013 menemukan bahwa rata-rata 15% ikan sampel mengandung plastik; dalam studi 2017-2019, jumlah tersebut menjadi 33%.

Kami melihat ada dua alasan mengapa tren ini terjadi.

Pertama, teknik ilmiah untuk mendeteksi mikroplastik telah berkembang selama 5 tahun terakhir.

Banyak studi awal yang kami tinjau mungkin belum menemukan mikroplastik karena para peneliti tidak bisa melihatnya.

Kedua, ada kemungkinan bahwa ikan memang memakan lebih banyak plastik dari ke waktu karena polusi plastik laut meningkat secara global.

Jika ini benar, kami memperkirakan bahwa situasi akan memburuk.

Beberapa studi kuantifikasi sampah plastik memproyeksikan jumlah sampah polusi di laut akan terus meningkat selama beberapa dekade selanjutnya.

Faktor-faktor risiko

Meskipun temuan kami mungkin memperlihatkan bahwa ikan di lautan telah banyak tertutupi oleh plastik hingga ke insang mereka, situasi ini sebenarnya lebih kompleks.

Dalam tinjauan kami, hampir sepertiga spesies yang diteliti tidak ditemukan telah menelan plastik.

Dan, walaupun studi memang melaporkan konsumsi plastik, para peneliti tidak menemukan plastik dalam setiap ikan.

Pada seluruh studi dan spesies, sekitar satu dari 4 ikan mengandung plastik, sebagian kecil yang tampaknya bertambah seiring dengan waktu.

Ikan yang memang memakan plastik biasanya hanya mengandung satu atau dua serpihan di dalam perut mereka.

Dalam pandangan kami, hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi plastik oleh ikan mungkin menyebar luas, tetapi tidak bisa dikatakan terjadi secara universal.

Tidak juga terjadi secara acak.

Kebalikannya, kami bisa memprediksi spesies mana yang lebih mungkin memakan plastik berdasarkan lingkungan, habitat, dan perilaku makan mereka.

Sebagai contoh, ikan-ikan seperti hiu, kerapu, dan tuna yang memburu ikan lain atau makhluk laut sebagai makanan lebih mungkin memakan plastik.

Konsekuensinya, spesies yang berposisi lebih tinggi dalam rantai makanan lebih mengalami risiko yang besar.

Kami tidak terkejut bahwa jumlah plastik yang dimakan ikan juga tampaknya bergantung pada berapa banyak plastik yang ada di lingkungan mereka.

Spesies yang hidup di wilayah laut yang diketahui mengandung polusi plastik, seperti Laut Mediterania dan pantai Asia Timur, ditemukan dengan kandungan plastik yang lebih dalam perut mereka.

Dampak penggunaan plastik

Ini bukan hanya menyangkut masalah konservasi kehidupan liar.

Para peneliti tidak tahu banyak tentang dampak memakan plastik pada ikan atau manusia.

Namun, terdapat bukti bahwa mikroplastik dan potongan yang lebih kecil yang disebut nanoplastik bisa berpindah dari perut ikan ke jaringan otot ikan, bagian yang biasanya dimakan manusia.

Temuan kami menyoroti perlunya studi untuk menganalisis seberapa seringnya plastik berpindah dari ikan ke manusia dan dampak yang mungkin terjadi pada badan manusia.

Tinjauan kami adalah langkah menuju pemahaman masalah global terkait polusi plastik laut.

Lebih dari 20.000 spesies ikan laut, hanya sekitar 2% yang telah diuji terkait konsumsi plastik.

Dan, banyak bagian laut yang masih tersisa untuk diteliti.

Terlepas dari itu, apa yang menjadi jelas bagi kita adalah “out of sight, out of mind” bukanlah respons yang efektif dalam menghadapi polusi laut, terutama ketika polusi ini hadir di atas piring kita.


Ignatius Raditya menerjemahkan ini dari bahasa Inggris.

This article was originally published in English

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,000 academics and researchers from 4,940 institutions.

Register now