Menu Close
Abu vulkanis merendam rumah setelah erupsi Gunung Merapi, Juni 2006. Dewi Putra/Shutterstock

Dian Fiantis, perempuan pemburu abu vulkanis dari Andalas

Menghitung kesuburan tanah

Dian Fiantis adalah ahli tanah dan pemburu abu gunung api. Guru Besar Universitas Andalas Padang Sumatra Barat itu telah mengumpulkan abu vulkanis setelah Gunung Merapi, Kelud, Sinabung, dan Krakatau meletus. Dia dan timnya mengambil abu vulkanis yang belum terkena hujan. Dari penelitiannya tentang abu vulkanis, 6 artikel ilmiah telah diterbitkan jurnal internasional.

Dengan 129 gunung api aktif, Indonesia adalah negeri vulkanis teraktif di dunia. Jutaan orang menggantung pengharapan, pada cuaca, curah hujan, dan tanah subur buat pertanian dan tempat tinggal. Meski menanggung risiko yang amat besar: letusan nan mematikan. Mereka yang bertaruh tahu letusan gunung api adalah cara alam mengembalikan kesuburan tanah.

Abu vulkanis kelak akan melapuk menjadi tanah-tanah subur. Dan dalam proses itulah abu vulkanis menyerap karbon. Ini salah satu unsur yang bertanggung jawab membuat perubahan iklim.

Berdasarkan warna tanah, Dian bisa meramalkan tingkat kesuburannya. Tanah itu hitam berarti kandungan bahan organiknya itu tinggi. Tanah itu akan mudah diolah. Relatif lebih subur dibandingkan tanah yang berwarna cokelat. Apalagi kalau warnanya merah bahan organiknya sangat sedikit. Sayangnya, kebijakan pemupukan di tanah pertanian Indonesia kerap mengabaikan sains sehingga asupan pupuk tidak sesuai dengan kebutuhan tanah.

Edisi ke-26 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now