Menu Close

Roby Muhamad dan penjelajahan dari fisika ke sosiologi

Mengapa sains tidak bisa memberikan peringatan krisis pada 1998?

Masalah manusia di atas bumi begitu kompleks. Pemanasan global, terorisme, konflik sosial, krisis air, kerusakan lingkungan, kemiskinan, dan masalah lainnya tidak bisa diselesaikan dengan satu pendekatan. Ilmu pengetahuan kini membuka diri untuk kolaborasi mencari jalan penyelesaikan atas masalah terkait manusia.

Pendekatan interdisipliner dan teori kompleksitas, yang menggunakan pendekatan ilmu sosial dan ilmu eksakta sekaligus, kini menjadi tren di dunia untuk mencari solusi atas masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh satu displin ilmu.

Ilmu fisika bisa maju karena ilmu ini memilih-milah fenomenanya menjadi kecil-kecil sekali. Bagaimana kita bisa mengerti AC mendinginkan ruangan? Karena kita mengerti detail molekul udara bekerja. Ilmu sosial kebalikannya. Kalau kita mengerti perilaku satu individu, tapi ketika dia digabung menjadi kolektif, ribuan, jutaan, miliaran individu, kita malah tidak mengerti. Ini yang disebut problem agregasi. Mengagregasikan perilaku individu-individu menjadi suatu fenomena. Menangkap pola pola itu adalah tantangan ilmu sosial saat ini.

Karena melibatkan sistem yang sangat besar, teknik-teknik yang melibatkan ilmu matematika, komputer, dan fisika bisa berguna membaca fenomena sosial. Pada titik ini, Roby Muhamad, doktor sosiologi yang berlatar belakang sarjana fisika teori, masuk menjadi bagian yang menggerakkan pendekatan interdispiliner sejak dia kuliah doktor di New York. Dosen Universitas Indonesia itu berkisah pengalamannya mengarungi lintasan ilmu dari fisika ke sosiologi, yang membantunya memahami big data di era internet.

Edisi kesepuluh Sains Sekitar Kita ini disiapkan dan dinarasikan oleh Hilman Handoni. Selamat mendengarkan!

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 182,100 academics and researchers from 4,941 institutions.

Register now