tag:theconversation.com,2011:/uk/topics/apoteker-89972/articlesapoteker – The Conversation2023-03-24T07:28:44Ztag:theconversation.com,2011:article/2025112023-03-24T07:28:44Z2023-03-24T07:28:44ZTuberkulosis sulit dikendalikan, tenaga kefarmasian bisa berperan optimal untuk atasi masalah TB di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/517358/original/file-20230324-23-nr74wu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tenaga kesehatan merontgen thorax pasien di RSUD Kota Tangerang, Banten, 21 Maret 2023, untuk deteksi tuberkulosis.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1679375111&getcod=dom">ANTARA FOTO/Fauzan/aww.</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini diterbitkan untuk memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret.</em> </p>
<p>Data terbaru dari <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">Badan Kesehatan Dunia (WHO)</a> menunjukkan 10,6 juta orang menderita tuberkulosis (TB) di dunia dengan jumlah kematian akibat TB mencapai 1,4 juta orang pada 2022.</p>
<p>Kondisi di Indonesia tidak kalah mengkhawatirkan. Negara kita merupakan negara <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">terbesar kedua di dunia setelah India</a> dengan kasus TB baru mencapai 969 ribu orang dan angka kematian sebanyak 144 ribu orang. </p>
<p>Kondisi semakin diperparah dengan belum optimalnya pelaporan kasus dan keberhasilan pengobatan TB di Indonesia. Angka pelaporan kasus TB masih berada pada angka 45,7% dengan cakupan pengobatan masih <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">kurang dari separuh, hanya 45% dari total kasus yang diestimasi</a>.</p>
<p><a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-021-12005-y">Studi sebelumnya yang kami lakukan pada 2021 menunjukkan</a> faktor aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pengobatan yang berkualitas dan ketidakpatuhan pengobatan telah berkontribusi terhadap kegagalan pengobatan TB di Indonesia.</p>
<p>Kompleksitas permasalahan TB mendorong WHO untuk memformulasikan strategi global dalam pencapaian target eliminasi TB. Salah satu di antaranya adalah mendorong keterlibatan semua sektor dalam penanganan TB, termasuk kefarmasian. </p>
<h2>Permasalahan TB di Indonesia</h2>
<p>Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang dapat ditularkan melalui udara. Kemudahan penularan tersebut menyebabkan TB menjadi penyakit yang tidak mudah dikendalikan. </p>
<p>Permasalahan menjadi kompleks ketika ditemukan kuman TB yang kebal terhadap pengobatan lini pertama TB atau dikenal dengan istilah TB Resisten Obat (TB RO). </p>
<p>Adanya kuman kebal obat tersebut menyebabkan pengobatan semakin kompleks yakni pasien TB RO harus menuntaskan pengobatan selama 9 hingga 24 bulan dengan mengkonsumsi jenis obat yang bervariasi.</p>
<p>Meski angka keberhasilan keseluruhan jenis pengobatan TB relatif tinggi (85%), namun keberhasilan pengobatan pada kasus TB resisten obat berganda masih relatif rendah, yaitu <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">sebesar 47%</a>.</p>
<p>Hal tersebut menandakan lebih dari separuh pasien TB resisten obat ganda yang menjalani pengobatan mengalami kegagalan pengobatan berupa kematian, resistensi lebih lanjut, tidak sembuh, tidak melanjutkan pengobatan atau hilang kontak.</p>
<p>Gambaran data TB di tingkat nasional menyiratkan terdapat dua permasalahan utama dalam pengendalian TB di Indonesia, yaitu belum optimalnya pelaporan kasus dan keberhasilan pengobatan TB. </p>
<p>Rendahnya angka pelaporan TB dapat disebabkan oleh kegagalan sistem kesehatan dalam mendata dan melaporkan kasus TB yang telah terdiagnosis, baik yang berada di fasilitas kesehatan publik maupun swasta. </p>
<p>Namun kemungkinan lain yang lebih mengerikan lagi adalah kegagalan sistem kesehatan dalam menemukan, mendiagnosis, dan mengobati kasus TB yang ada di masyarakat. Hal ini berdampak pada penularan TB yang semakin masif di masyarakat. </p>
<p>Kegagalan pengobatan TB juga masih banyak dilaporkan dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya, seperti dalam <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-021-12005-y">temuan studi kami</a>.</p>
<p>WHO menekankan bahwa TB merupakan permasalahan multidimensi yang tidak hanya bertumpu pada aspek medis saja. Namun, juga melibatkan aspek-aspek ilmu pengetahuan,teknologi, manajerial, sosial, politik, dan budaya. </p>
<p>Oleh karena itu, penyelesaian yang melibatkan semua pihak sangat diperlukan sehingga dapat melahirkan terobosan baru dalam menyelesaikan masalah TB di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kegagalan-pengobatan-tuberkulosis-banyak-terjadi-di-indonesia-173267">Mengapa kegagalan pengobatan tuberkulosis banyak terjadi di Indonesia?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Peran tenaga kefarmasian untuk kendalikan TB</h2>
<p>Paradigma dunia kefarmasian telah berubah. </p>
<p>Saat ini, orientasi pelayanan kefarmasian tidak hanya berfokus pada aktivitas penyediaan obat saja, namun juga berfokus pada kerasionalan penggunaan obat yang berorientasi pada luaran pengobatan. </p>
<p>Atas dasar tersebut, pelayanan langsung kepada pasien untuk memastikan rasionalitas dan luaran pengobatan yang optimal menjadi bagian yang terintegrasi dalam pelayanan kefarmasian modern. </p>
<p>Inovasi pelayanan kefarmasian dalam pengendalian penyakit TB telah berkembang. Saya dan tim melakukan studi tinjauan sistematis terhadap 201 artikel ilmiah yang relevan terkait dengan pelayanan kefarmasian TB di luar negeri. </p>
<p>Studi-studi yang ada menunjukkan berbagai model pelayanan kefarmasian TB baik dalam <em>setting</em> komunitas (apotek, puskesmas) maupun rumah sakit. </p>
<p>Pada <em>setting</em> komunitas, model pelayanan kefarmasian mencakup berbagai jenis pelayanan. Seperti, pelayanan untuk meningkatkan penemuan kasus TB di masyarakat melalui aktivitas skrining dan rujukan kasus TB. Lalu pelayanan pemeriksaan dan pembacaan <a href="https://www.health.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0028/638218/tb-testing-indonesian.pdf">tes tuberkulin</a> untuk penegakan diagnosis TB laten (TB yang tidak bergejala). </p>
<p>Selain itu, ada praktik kolaborasi untuk meningkatkan penyelesaian pengobatan pasien TB melalui pemantauan dan penyelesaian permasalahan mengenai pengobatan. </p>
<p>Studi di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7356437/">Pakistan</a> menunjukkan keberhasilan tenaga kefarmasian dalam penemuan kasus TB di masyarakat. Dari 500 apotek yang terlibat, sebanyak 1.901 pengunjung apotek telah dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan TB lanjutan. </p>
<p>Dari total rujukan tersebut, sebanyak 547 pengunjung dinyatakan positif TB melalui pemeriksaan lanjutan tersebut.</p>
<p>Selain itu, studi di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8083186/">Amerika Serikat (AS) menunjukkan</a> keberhasilan tenaga kefarmasian dalam pelayanan uji tuberkulin untuk memberikan akses yang mudah bagi masyarakat dalam pemeriksaan TB laten. </p>
<p>Sebanyak 94 apoteker yang dilatih secara intensif berhasil melakukan tes tuberkulin terhadap 578 orang dan 92,73% pasien tersebut berhasil kembali lagi untuk pembacaan hasil tes. </p>
<p>Dalam praktik kolaborasi dalam penyelesaian pengobatan, <a href="https://www.cdc.gov/pcd/issues/2020/19_0263.htm">studi di AS</a> menunjukkan keberhasilan tenaga kefarmasian untuk terlibat dalam meningkatkan penyelesaian pengobatan pasien TB laten. </p>
<p>Dari 40 pasien TB laten yang dimonitor oleh apoteker, tercatat 398 kali kunjungan konsultasi tatap muka antara pasien dan apoteker. </p>
<p>Studi tersebut menunjukkan 75% pasien berhasil menyelesaikan pengobatannya. Sisanya mengalami penghentian pengobatan akibat efek samping obat yang di deteksi oleh apoteker dan dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk tindakan lebih lanjut. </p>
<p>Hal yang menarik juga adalah keterlibatan apoteker berhasil menghemat waktu dari tenaga kesehatan publik (puskesmas) dalam penanganan pasien TB laten <a href="https://www.cdc.gov/pcd/issues/2020/19_0263.htm">sebanyak 143 jam</a>. Ini terjadi karena adanya kolaborasi praktik dengan tenaga kefarmasian di sektor swasta.</p>
<p>Pada <em>setting</em> rumah sakit, model pelayanan kefarmasian mencakup aktivitas mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan terkait dengan obat, seperti ketidaktepatan jenis obat dan dosis, kejadian efek samping obat, adanya interaksi obat, dan ketidakpatuhan pengobatan. </p>
<p>Pelayanan-pelayanan tersebut melibatkan aktivitas kolaborasi bersama tim medis di rumah sakit. Aktivitasnya meliputi monitoring pengobatan, konsultasi obat, informasi, dan edukasi pasien TB baik yang bersifat tatap muka atau pun melalui media komunikasi (telepon, internet). </p>
<p>Studi di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29267800/">Brazil</a> menunjukkan kemampuan apoteker rumah sakit dalam mengidentfikasi 128 kejadian terkait dengan permasalahan dengan pengobatan pada 62 pasien TB yang dimonitor. </p>
<p>Permasalahan yang ditemukan meliputi adanya pengobatan yang tidak perlu digunakan, perlunya penambahan jenis obat, dosis terlalu rendah, kejadian reaksi obat tidak dikehendaki dan ketidakpatuhan pengobatan.</p>
<p>Sebanyak 115 intervensi atas permasalahan tersebut dilakukan oleh apoteker yang menunjukkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29267800/">mayoritas intervensi berdampak pada hasil yang positif</a> terhadap luaran pengobatan pasien TB.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tuberkulosis-diabetes-melitus-makin-mengkhawatirkan-bagaimana-mengatasinya-114181">Tuberkulosis-diabetes melitus makin mengkhawatirkan, bagaimana mengatasinya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Tantangan penerapan pelayanan kefarmasian TB di Indonesia</h2>
<p>Tenaga kefarmasian di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam berkontribusi terhadap pengendalian permasalahan TB di Indonesia. </p>
<p>Dua studi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2666606520300596">di Indonesia</a> menunjukkan <a href="https://academic.oup.com/jid/article/216/suppl_7/S724/4595551?login=false">sarana apotek merupakan salah satu tempat utama</a> untuk mendapatkan pengobatan pertama terhadap gejala TB pada pasien-pasien TB yang belum terdiagnosis. </p>
<p>Studi ini menunjukkan tingginya potensi terhadap penemuan kasus TB di apotek. Selain itu, sarana apotek yang tersebar luas bahkan hingga tingkat kecamatan menjadikan apotek sebagai sarana kesehatan yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.</p>
<p>Mereka juga dapat mendukung program puskesmas dalam melakukan upaya pendeteksian kasus dan pendampingan pengobatan pasien TB. </p>
<p>Meski demikian, terdapat berbagai tantangan dalam implementasi pelibatan tenaga kefarmasian dalam penanganan TB di Indonesia. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9258488/">Survei yang kami lakukan pada 1.129 tenaga kefarmasian di 979 apotek</a> di wilayah timur, tengah dan barat Indonesia, menunjukkan masih minimnya praktik <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9258488/">penemuan kasus</a> dan pendampingan pengobatan TB di apotek. </p>
<p>Faktor penting yang mempengaruhi minimnya praktik pelayanan kefarmasian tersebut, antara lain, minimnya paparan pelatihan terhadap tenaga kefarmasian. Hal itu menyebabkan pengetahuan terbaru dalam penanganan pasien TB dan kesadaran akan permasalahan TB belum optimal. </p>
<p>Studi tersebut juga menyiratkan terdapat faktor ekternal lainnya yang mempengaruhi praktik kefarmasian, meski mayoritas partisipan menunjukkan sikap internal yang positif terhadap praktik pelayanan kefarmasian TB tersebut.</p>
<p>Strategi yang komprehensif sangat diperlukan untuk pelibatan apoteker dalam mendukung penanganan TB di Indonesia.</p>
<p><a href="https://implementationscience.biomedcentral.com/articles/10.1186/1748-5908-8-35">Flottorp dan koleganya (2013) dari Norwegian Knowledge Centre for the Health Services Oslo telah memformulasikan</a> beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi pelayanan kesehatan. Aspek itu antara lain ketersediaan petunjuk pelaksanaan, penguatan sumber daya, adanya sistem insentif, interaksi profesional yang baik, kemudahan dan kenyamanan pasien, kemampuan perubahan organisasi, dan adanya dukungan sosial, politik dan regulasi. </p>
<p>Kementerian Kesehatan sebagai pemimpin sektoral dalam penanganan TB perlu mendorong sistem praktik kefarmasian yang terintegrasi dengan program TB nasional dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut. Sehingga, akan tercipta sistem pelayanan kefarmasian yang terkoneksi langsung dengan program-program pencapaian target eliminasi TB di Indonesia. </p>
<p>Kolaborasi sangat dibutuhkan di antara pemangku kepentingan dalam implementasi praktik peyanan kefarmasian TB. Pemerintah pusat dan daerah, pengelola program TB, organisasi profesi, jejaring peneliti TB, dan masyarakat perlu bersama-sama dalam membangun sistem praktik kefarmasian yang efektif dan berkesinambungan.</p>
<p>Kita berharap, hadirnya inovasi-inovasi baru dalam pendekatan penyelesaian permasalahan TB dapat mengakselerasi pencapaian target eliminasi TB di Indonesia <a href="https://www.stoptbindonesia.org/single-post/model-enam-intervensi-untuk-eliminasi-tbc-2030-di-indonesia">pada 2030</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/202511/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ivan Surya Pradipta merupakan peneliti di bidang farmasi klinik, studi penggunaan obat dan farmakoepidemiologi. Ia juga merupakan anggota Jejaring Riset Tuberkulosis (JetSet TB) Indonesia.
</span></em></p>TB merupakan permasalahan multidimensi yang tidak hanya bertumpu pada aspek medis, tapi juga melibatkan aspek-aspek ilmu pengetahuan, sosial, politik, dan budaya.Ivan Surya Pradipta, Peneliti di Departemen Farmakologi & Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1972802023-01-06T06:30:15Z2023-01-06T06:30:15ZBagaimana ChatGPT hadirkan peluang dan disrupsi dalam farmasi dan pendidikan apoteker<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/503182/original/file-20230105-129938-8rar1f.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.europeanpharmaceuticalreview.com/article/114914/artificial-intelligence-in-pharma-utilising-a-valuable-resource/">EPR</a></span></figcaption></figure><p>Akhir November lalu, OpenAI, sebuah firma riset kecerdasan buatan (<em>artificial intelligence, AI</em>) <a href="https://openai.com/blog/chatgpt/">meluncurkan ChatGPT</a>. Teknologi ini merupakan model <em>chatbot</em> yang dapat berdialog dengan penggunanya. Publik bisa menanyakan apa saja kepada ChatGPT, mulai dari pertanyaan sederhana hingga ilmiah. </p>
<p>Menariknya, ChatGPT dapat menjawab tugas seperti menulis kode pemrograman, membuat esai, bahkan menulis rancangan pemberian konseling kepada pasien yang akan menggunakan obat tertentu. Munculnya ChatGPT sebagai penerapan AI dapat mendisrupsi berbagai bidang, termasuk bidang farmasi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/503181/original/file-20230105-22-1uesqd.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Contoh penggunaan ChatGPT untuk bertanya tentang suppositoria, obat padat berbentuk peluru yang dimasukkan ke tubuh pasien lewat anus, vagina atau uretra.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika AI sudah berkembang sedemikian rupa, apakah mungkin peran apoteker pada masa depan akan tergeser oleh AI? </p>
<p>Pendidikan farmasi memiliki peran penting dalam menyambut inovasi ini. Sayangnya, sebuah survei dari Federasi Farmasi Internasional (FIP) tentang <a href="https://www.fip.org/file/4958">kesehatan digital dalam pendidikan farmasi</a> pada 2020 menyatakan lebih dari separuh (57%) dari 260 responden akademisi menyatakan bahwa pelayanan kesehatan digital (<em>digital health</em>) tidak diajarkan kepada mahasiswa. </p>
<h2>Penerapan AI dalam farmasi</h2>
<p>AI merupakan bidang ilmu komputer yang bertujuan menyerupai kecerdasan manusia <a href="https://www.fip.org/file/4958">melalui sistem komputer</a>. Di bidang kesehatan, pemanfaatan AI termasuk dalam cakupan kesehatan digital (<em>digital health</em>). </p>
<p>Meski penggunaannya di masyarakat belum semasif aplikasi <em>smartphone</em> ataupun perangkat pintar seperti <em><a href="https://www.lifewire.com/an-introduction-to-smart-watches-3441381">smartwatch</a></em>, AI memiliki kemampuan analisis dan melakukan tugas yang dapat membantu pekerjaan manusia pada masa mendatang.</p>
<p>Dalam r<a href="https://pubs.lib.umn.edu/index.php/innovations/article/view/4839">iset dan pengembangan obat</a>, pemanfaatan AI dapat membantu pengambilan keputusan, mengoptimalkan inovasi, meningkatkan efisiensi riset maupun uji klinis. AI juga membantu menghasilkan perangkat baru untuk dokter, konsumen, perusahaan asuransi, dan regulator.</p>
<p>Salah satu perusahaan, <a href="https://www.gnshealthcare.com/">GNS Healthcare,</a> menggunakan perangkat AI bernama <a href="https://www.gnshealthcare.com/refs-platform/">Reverse Engineering, Forward Simulation (REFS)</a> untuk menentukan hubungan sebab-akibat di antara berbagai jenis data. Perangkat ini juga dapat mentransfer jutaan data klinis, data genetik, hasil pemeriksaan laboratorium, data obat, data konsumen, dan sebagainya. </p>
<p>Sementara itu, perusahaan lain bernama <a href="https://www.atomwise.com/">Atomwise</a> mengembangkan AtomNet. Perangkat ini dapat memprediksi <a href="https://arxiv.org/abs/1510.02855">sifat ikatan kimia molekul obat dan aktivitas obat di dalam tubuh</a>. Dengan bantuan teknologi ini, para ahli kimia farmasi dapat melakukan penemuan dan perancangan obat dalam waktu hitungan minggu saja.</p>
<p>Tidak hanya dalam riset pengembangan obat-obatan, AI juga dimanfaatkan untuk membantu <a href="https://pubs.lib.umn.edu/index.php/innovations/article/view/4839">mengelola persediaan obat di apotek</a>. Teknologi ini membantu menganalisis dan memprediksi kebutuhan obat pasien, sehingga apotek akan menyediakan stok obat dengan lebih akurat.</p>
<p>Di <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fphar.2022.1027808/full#F1">Cina</a>, teknologi AI juga digunakan untuk meninjau kesesuaian resep obat dengan standar pemberian terapi yang rasional. Meski dibantu oleh AI, apoteker tetap melakukan pengecekan akhir sebelum obat diserahkan kepada pasien.</p>
<h2>AI belum masuk kurikulum pendidikan farmasi</h2>
<p>Kemampuan AI dalam menganalisis data dalam skala besar serta menghasilkan rekomendasi terkait <a href="https://www.fip.org/file/4958">kondisi kesehatan pasien</a> dapat mengubah pelayanan kefarmasian yang akan datang. Hanya apoteker yang siap beradaptasi dengan teknologi AI yang mampu mengambil manfaat dari situasi ini. </p>
<p>Sayangnya, materi kesehatan digital, termasuk AI, belum menjadi bagian dari kurikulum pendidikan farmasi di berbagai universitas di dunia. </p>
<p>Survei Federasi Farmasi Internasional (FIP) tentang <a href="https://www.fip.org/file/4958">kesehatan digital dalam pendidikan farmasi</a> pada 2020 menunjukkan hanya 112 ((43%) dari 260 responden akademisi menyebutkan materi kesehatan digital telah tersedia di universitas, baik diintegrasikan ke dalam mata kuliah lain atau sebagai mata kuliah terpisah. Topik AI masih relatif jarang diajarkan daripada topik lain seperti <em>mobile apps</em> dan konseling pasien secara jarak jauh <strong>(telekonseling)</strong>.</p>
<p>Meski demikian, sejumlah universitas di luar negeri telah berinisiatif mengajarkan materi AI kepada mahasiswa farmasi. Di <a href="https://www.fip.org/file/4958">La Trobe University</a>, Australia, topik AI diajarkan dalam mata kuliah terpisah pada tahun kedua pendidikan sarjana farmasi. Sementara di <a href="https://www.fip.org/file/4958">Utrecht University, Belanda,</a> materi AI diajarkan dalam mata kuliah yang dirancang dengan melibatkan mahasiswa. </p>
<p>Di Indonesia, beberapa institusi mengajarkan penerapan teknologi digital dalam farmasi melalui mata kuliah <a href="https://fa.itb.ac.id/fkk/">Farmasi Klinik Digital</a> (Institut Teknologi Bandung), <a href="https://farmasi.unpad.ac.id/p10a-0726/">Farmasi Informatika</a> (Universitas Padjadjaran), dan <a href="https://drive.google.com/file/d/1TPuHTYs7yDZIME_sjgox2NUc3tk-nUtj/view">Informatika Farmasi</a> (Universitas Jember).</p>
<p>Belum diketahui pasti berapa banyak perguruan tinggi farmasi di Indonesia yang telah memasukkan komponen farmasi digital atau informatika ke dalam kurikulumnya, apalagi secara spesifik mengajarkan AI kepada mahasiswa.</p>
<h2>Tantangan adopsi AI dalam pendidikan apoteker</h2>
<p>Meski keberadaan AI saat ini adalah keniscayaan, pengajaran AI memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, integrasi materi terkait <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29024956/">kesehatan digital (termasuk AI) belum terstandardisasi</a> sehingga sulit untuk mengharapkan seluruh perguruan tinggi farmasi mengadopsi AI dalam kurikulum. </p>
<p>Kesiapan perguruan tinggi farmasi ditentukan oleh kemampuan akademisi yang ahli di bidang kesehatan digital. Akan lebih baik jika akademisi farmasi memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang ini. Hanya saja, aspek teknologi dalam kesehatan digital, termasuk AI, umumnya dikuasai oleh akademisi berlatar belakang keilmuan teknologi informasi.</p>
<p>Untuk itulah perlu ada kemitraan perguruan tinggi farmasi dengan akademisi dan peneliti di bidang teknologi informasi agar topik mengenai kesehatan digital bisa diajarkan dengan efektif kepada mahasiswa. </p>
<p>Kemitraan juga diperlukan agar perguruan tinggi dapat saling berbagi sumber daya, mengingat perangkat teknologi yang dibutuhkan sering kali tersedia dalam jumlah terbatas dan harga relatif mahal. </p>
<p>Perguruan tinggi farmasi perlu mengambil inisiatif demi menyiapkan apoteker yang siap menerapkan teknologi AI dalam pelayanan kefarmasian pada masa depan. </p>
<p>Langkah pertama, materi mengenai kesehatan digital (termasuk AI) perlu diintegrasikan dalam kurikulum farmasi. Hal ini penting agar para lulusan memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar terkait AI. </p>
<p>Selain integrasi dalam kurikulum, opsi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6971961/#!po=55.0000">mata kuliah pilihan dan pelatihan bersertifikat</a> juga dapat dipertimbangkan sebagai tahap awal adopsi.</p>
<p>Langkah berikutnya, penyediaan <a href="https://www.pharmacytimes.com/view/artificial-intelligence-applications-in-education-and-pharmacy-practice">program pendidikan profesi berkelanjutan</a> dan spesialisasi bagi apoteker yang saat ini telah berpraktik di rumah sakit, apotek, puskesmas, klinik, maupun bekerja di industri dan bidang lainnya. </p>
<p>Program ini dapat dikembangkan melalui kerja sama antara perguruan tinggi dan organisasi profesi, maupun <em>stakeholder</em> lainnya. Di Indonesia, organisasi yang fokus terhadap pembangunan farmasi digital adalah <a href="https://farmasetika.com/2022/06/16/mengenal-perkumpulan-informatika-farmasi-indonesia-pifi/">Perkumpulan Informatika Farmasi Indonesia (PIFI)</a>.</p>
<p>Pada akhirnya, penerapan AI dalam kesehatan telah menjadi suatu keniscayaan. Perlu sinergi berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas apoteker dalam mengadopsi teknologi AI di bidang farmasi secara efektif dan bertanggung jawab.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197280/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kesiapan perguruan tinggi farmasi ditentukan oleh kemampuan akademisi yang ahli di bidang kesehatan digital.Lailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1933902022-11-01T03:41:17Z2022-11-01T03:41:17ZSkandal obat sirup beracun: kenapa obat dibuat dalam bentuk sirup dan padat?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/492270/original/file-20221028-38660-e99mc9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas menunjukkan pamplet pemberitahuan penghentian penjualan obat sirup di apotek di Cipocok, Kota Serang, Banten, 25 Oktober 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1666682415&getcod=dom">ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/klarifikasi/160/Penjelasan-BPOM-RI-Tentang-Informasi-Kelima-Hasil-Pengawasan-BPOM-Terkait-Sirup-Obat-yang-Tidak-Menggunakan-Propilen-Glikol--Polietilen-Glikol--Sorbitol--dan-atau-Gliserin-Gliserol.html">Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan,</a> dari 102 produk obat sirup yang digunakan pasien, tiga produk mengandung <a href="https://theconversation.com/kontaminasi-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-dalam-obat-sirup-akibatkan-gagal-ginjal-akut-empat-hal-yang-perlu-anda-ketahui-192950">cemaran etilen glikol (EG) atau dietilen glikol (DEG)</a>. Ketiga produk obat ini sudah termasuk dalam lima produk obat sirup yang diumumkan mengandung cemaran EG/DEG melebihi batas aman.</p>
<p>Di tengah masalah <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20221023071730-4-381838/ini-jumlah-pasien-daerah-terbanyak-hingga-obat-yang-dilarang">kejadian gagal ginjal akut yang menyebabkan kematian lebih dari 130 anak, diduga akibat obat sirup</a> yang tercemar dan beracun (mengandung zat kimia berbahaya), muncul saran untuk beralih dari produk obat sirup ke obat tablet, kapsul, atau sejenisnya. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kontaminasi-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-dalam-obat-sirup-akibatkan-gagal-ginjal-akut-empat-hal-yang-perlu-anda-ketahui-192950">Kontaminasi etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat sirup akibatkan gagal ginjal akut? Empat hal yang perlu Anda ketahui</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebenarnya apa yang membedakan satu bentuk obat dengan bentuk lainnya? Mengapa dibuat dalam berbagai wujud yang berbeda?</p>
<h2>Obat sirup</h2>
<p>Obat berbentuk sirup <a href="https://www.pharmpress.com/files/docs/ft_pharm_dosage_sample.pdf">memiliki beberapa kelebihan</a> dibanding tablet dan kapsul. Obat sirup lebih cepat diserap tubuh karena sudah berada dalam bentuk terlarut. </p>
<p>Selain itu, obat yang dalam bentuk sirup berupa larutan jernih tidak perlu dikocok sebelum meminumnya karena bahan obat sudah terlarut di dalamnya. Obat sirup menjamin kadar bahan aktif obat seragam untuk setiap takaran dosis yang digunakan. </p>
<p>Pengocokan baru diperlukan jika obat berbentuk suspensi (obat berbentuk cair yang mengandung bahan padat tidak larut di dalam cairan pembawa) seperti pada obat maag berbentuk cair. Ada juga yang berbentuk emulsi (obat berbentuk cair yang mengandung minyak yang tersebar merata dalam cairan pembawa), seperti obat emulsi minyak ikan untuk anak-anak.</p>
<p>Obat berbentuk sirup juga membantu pasien anak dan orang lanjut usia yang sulit menelan obat berbentuk tablet ataupun kapsul. </p>
<p>Namun, <a href="https://www.pharmpress.com/files/docs/ft_pharm_dosage_sample.pdf">obat berbentuk sirup juga memiliki keterbatasan</a>. </p>
<p>Tidak semua bahan aktif obat <a href="https://www.pharmpress.com/files/docs/ft_pharm_dosage_sample.pdf">mudah larut dalam air</a>, sehingga terkadang diperlukan bahan tambahan seperti pelarut bukan air (etanol, propilen glikol, gliserol) dalam proses produksi untuk meningkatkan kelarutan obat berbentuk sirup. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kontaminasi-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-dalam-obat-sirup-akibatkan-gagal-ginjal-akut-empat-hal-yang-perlu-anda-ketahui-192950">Kontaminasi etilen glikol dan dietilen glikol dalam obat sirup akibatkan gagal ginjal akut? Empat hal yang perlu Anda ketahui</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika ini tidak memungkinkan, maka obat dibuat dalam bentuk suspensi, agar bahan obat bisa tercampur dalam air dengan bantuan bahan tambahan tertentu seperti metilselulosa. Tujuannya untuk membantu bahan padat obat agar tidak mudah mengendap serta pengocokan sebelum digunakan.</p>
<p>Kestabilan obat di dalam bentuk sirup biasanya lebih rendah, sehingga masa simpan obat ini umumnya lebih singkat. Masa simpan hanya 35 hari untuk sirup dengan pelarut air dan ditambahkan pengawet yang telah dibuka dalam kemasannya. Masa simpan ini lebih pendek daripada bentuk tablet ataupun kapsul dengan bahan aktif yang sama. </p>
<p>Setelah dibuka, obat berbentuk sirup lebih rentan terhadap kontaminasi dari <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15979830/">mikroorganisme yang akan merusak bentuk sediaan obat</a>.</p>
<p>Selain itu, obat berbentuk sirup dikemas dalam botol. Bentuk kemasan ini berukuran lebih besar, kadang mudah pecah, serta lebih sulit diangkut daripada. Sementara obat berbentuk tablet dan kapsul lebih ringan dan praktis.</p>
<p>Penggunaan obat berbentuk sirup juga harus dibantu dengan sendok atau gelas takar supaya dosisnya tepat. Penggunaan sendok rumah tangga tidak selalu menghasilkan ukuran yang tepat.</p>
<p>Oleh karena itu, obat berbentuk sirup harus ditakar dengan sendok atau <em>cup</em> takar yang disediakan di dalam kemasan. Pada obat sirup dengan penetes (<em>drops</em>), disediakan alat penetes yang dilengkapi keterangan penunjuk angka untuk mengukur volume obat yang dibutuhkan.</p>
<h2>Obat padat</h2>
<p>Sebagian besar obat diproduksi dalam bentuk padat (tablet, kapsul) karena mudah digunakan oleh pasien. Selain itu, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4243883/">produksinya juga lebih mudah dan murah</a>.</p>
<p>Tablet merupakan bentuk obat yang populer karena <a href="https://books.google.co.id/books/about/Remington.html?id=J_6H4HfqdJkC&redir_esc=y">menguntungkan dari sisi produsen maupun pasien</a>. Dari sisi produsen, tablet unggul produksinya mudah dan murah, proses pengemasan serta pengirimannya juga gampang. Kandungan obat pun lebih stabil. </p>
<p>Bagi pasien, tablet mudah digunakan karena dosisnya akurat, bentuknya ringkas, mudah dibawa maupun dikonsumsi. Masa pakai obat padat berbeda-beda, <a href="https://www.drugs.com/article/drug-expiration-dates.html">bisa 1 hingga 5 tahun.</a></p>
<p>Selain tablet biasa yang dibuat tanpa proses penyalutan khusus untuk memodifikasi penyerapannya di dalam tubuh, tablet juga dapat dimodifikasi menjadi bentuk tertentu. Misalnya <a href="https://twitter.com/kemenkesri/status/1064365707083673601?lang=en">tablet salut gula</a> atau tablet yang dilapisi gula, untuk menutupi rasa yang kurang enak maupun melindungi bahan aktif obat dari oksidasi. </p>
<p>Sementara, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128024478000273">kapsul merupakan bentuk sediaan obat padat</a> yang menggunakan cangkang kapsul yang tidak berasa, tidak berbau, dan mudah ditelan. </p>
<p>Kapsul bisa berisi serbuk maupun obat dalam bentuk butiran kecil. Ada pula kapsul berisi cairan, seperti kapsul vitamin E. Bagi pasien, kapsul mudah untuk ditelan karena memiliki permukaan yang licin dan tidak memiliki rasa. </p>
<p>Kapsul juga memiliki penampilan menarik dengan warna-warna tertentu. Bagi pasien yang sulit menelan, obat kapsul tertentu boleh dibuka dan isinya dicampurkan dalam sedikit air.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/obat-sirup-diduga-menjadi-penyebab-gagal-ginjal-pada-anak-apa-itu-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-193325">Obat sirup diduga menjadi penyebab gagal ginjal pada anak: apa itu etilen glikol dan dietilen glikol?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Tablet dan kapsul khusus</h2>
<p>Tablet maupun kapsul juga dapat dirancang untuk mengatur pelepasan bahan aktif dari dalamnya sesuai dengan efek yang diharapkan. Misalnya <a href="https://accesspharmacy.mhmedical.com/content.aspx?bookid=513&sectionid=41488035">obat <em>extended-release</em> (XR)</a> didesain agar pelepasan zat aktif di dalamnya lebih terkendali dan dalam waktu yang lebih lama. Tujuannya agar frekuensi penggunaan obat bisa dikurangi. Misalnya, dari penggunaan tiga kali sehari menjadi sekali sehari saja. </p>
<p>Biasanya, obat dalam bentuk <em>extended release</em> mengandung bahan aktif dalam kadar yang lebih tinggi. Melalui teknologi khusus, pelepasan zat aktif di dalamnya berlangsung secara perlahan.</p>
<p>Obat salut enterik, obat salut yang ditujukan untuk larut di dalam usus, dirancang supaya zat aktif di dalamnya tidak diserap di lambung. Hal ini diperlukan karena pertimbangan kelarutan, stabilitas, maupun efek yang diharapkan. Misalnya, kapsul Lansoprazol, obat untuk tukak lambung, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16303033/">dibuat dalam bentuk salut enterik</a> karena Lansoprazol tidak tahan terhadap asam lambung. Lapisan penyalut ini akan terlarut di usus 12 jari dan melepaskan bahan aktif obat, sehingga dapat diserap dan memberikan efek bagi tubuh.</p>
<p>Obat yang dibuat dalam bentuk <em>extended release</em> <a href="https://www.rpharms.com/Portals/0/RPS%20document%20library/Open%20access/Support/toolkit/pharmaceuticalissuesdosageforms-%282%29.pdf">tidak boleh digerus sebelum diminum</a>. Menggerus obat-obat seperti ini dapat menyebabkan pelepasan obat terlalu cepat, sehingga dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan.</p>
<p>Sementara, <a href="https://www.rpharms.com/Portals/0/RPS%20document%20library/Open%20access/Support/toolkit/pharmaceuticalissuesdosageforms-%282%29.pdf">penggerusan obat salut enterik</a> menyebabkan bahan aktif obat menjadi tidak aktif di dalam lambung (misalnya omeprazol, obat tukak lambung). Obat justru berisiko merusak lambung (aspirin, obat pengencer darah). </p>
<h2>Pilih yang mana?</h2>
<p>Apakah Anda lebih suka obat sirup atau padat? </p>
<p>Sayangnya Anda tidak bisa bebas memilihnya karena bentuk obat telah ditentukan oleh perusahaan farmasi. Meski sebagian obat tersedia dalam bentuk sirup dan padat, terkadang Anda tidak bisa memilih karena kebanyakan obat hanya tersedia dalam bentuk padat. </p>
<p>Kemanjuran obat tidak sepenuhnya ditentukan oleh bentuk obat, tapi oleh kadar obat di dalam tubuh, proses yang dilalui obat di dalam tubuh, serta faktor penyakit dan kondisi tertentu.</p>
<p>Namun, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter dan apoteker untuk memilihkan bentuk obat yang paling sesuai dengan kondisi Anda.</p>
<p>Yang lebih penting, beli dan minumlah obat keras sesuai dengan resep dokter. Gunakan obat sesuai anjuran dokter dan apoteker agar daya sembuhnya optimal. Jika obatnya tergolong obat bebas, minumlah sesuai dengan anjuran yang tertera dalam kemasannya. Jangan berlebihan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/193390/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sayangnya Anda tidak bisa bebas memilih obat yang disesuaikan dengan penyakit Anda karena bentuk obat telah ditentukan oleh perusahaan farmasi.Lailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1909742022-09-21T03:15:00Z2022-09-21T03:15:00ZBagaimana uji kompetensi sebelum lulus kuliah mengubah arah pendidikan apoteker di Indonesia?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/485514/original/file-20220920-15-55qycf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kompetensi refleksi juga penting bagi apoteker untuk menyelesaikan masalah layanan kesehatan yang makin kompleks. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-medicines-4046996/">Pexels/Karolina Grabowska</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 telah menunjukkan pentingnya peran tenaga kesehatan profesional dan kompeten, termasuk <a href="https://farmalkes.kemkes.go.id/2014/10/peran-apoteker-dalam-pelayanan-kefarmasian-sebagai-salah-satu-tenaga-kesehatan-yang-profesional/#:%7E:text=Peran%20Apoteker%20dalam%20Pelayanan%20Kefarmasian%20sebagai%20Salah%20Satu%20Tenaga%20Kesehatan%20yang%20Profesional,-Oleh&text=%E2%80%9CPeran%20Apoteker%20sangat%20dibutuhkan%20di,satu%20tenaga%20kesehatan%20yang%20profesional.">apoteker</a> dalam melayani para pasien yang terinfeksi virus corona.</p>
<p>Sebelum apoteker bekerja di apotek, rumah sakit, atau industri, kompetensi lulusan program profesi apoteker diukur melalui <a href="https://drive.google.com/file/d/1lGsKwy7yJLMSY8Rj4Ns1KFJMo1DN2NiZ/view">uji kompetensi apoteker Indonesia (UKAI)</a> sejak 2018. Kelulusan para kandidat dalam ujian ini menjadi potret keberhasilan institusi dalam mendidik para calon apoteker. </p>
<p>Namun, meski menunjukkan akuntabilitas, kompetensi yang dilihat sebagai produk hasil uji terstandar dapat menjauhkan individu dari proses belajar yang sesungguhnya.</p>
<p>Ujian kompetensi juga telah mengubah fokus pengajaran dosen dan fokus pendidikan di program studi. <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">Dosen terkadang mengajar mahasiswa semata untuk persiapan ujian</a>. Program studi juga akan berusaha meningkatkan persentase kelulusan mahasiswa. Sebab, kelulusan mahasiswa dalam ujian kompetensi merupakan salah satu <a href="https://lamptkes.org/unduhan/IAPS-Pendidikan%20Profesi%20Apoteker.zip">indikator kualitas program pendidikan apoteker</a>. </p>
<p>Sistem uji kompetensi saat ini perlu dievaluasi karena telah mengarah pada reduksi proses pendidikan apoteker demi meningkatkan kelulusan dalam UKAI nasional. Sementara, apoteker dituntut mampu memecahkan masalah terkait isu terkini dalam pelayanan kesehatan. Karena itu, universitas perlu menyiapkan apoteker untuk menghadapi isu kesehatan yang semakin kompleks melalui kompetensi refleksi.</p>
<h2>Uji kompetensi apoteker di berbagai negara</h2>
<p>Kompetensi menggambarkan kesiapan dan kelaikan apoteker dalam berpraktik sesuai dengan bidang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6631512/">pekerjaan kefarmasian</a>. Seiring dengan hal tersebut, kompetensi dan uji kompetensi menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, regulasi, dan praktik kefarmasian.</p>
<p>Beberapa negara memiliki mekanisme uji kompetensi yang berbeda untuk mendapatkan lisensi berpraktik sebagai apoteker (<em>pharmacist</em>). </p>
<p>Amerika Serikat, misalnya, memiliki <a href="https://nabp.pharmacy/programs/examinations/naplex/">North American Pharmacist Licensure Examination (NAPLEX)</a> bagi lulusan baru pendidikan profesi farmasi. Ujian berbasis komputer ini menilai pengetahuan seputar praktik kefarmasian umum dalam 225 soal. </p>
<p>Arab Saudi memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1319016422002122#b0050">Saudi Pharmacist Licensure Examination (SPLE)</a> dalam bentuk 300 soal pilihan ganda dari berbagai bidang farmasi dalam waktu 6 jam. </p>
<p>Di Australia, terdapat <a href="https://www.pharmacycouncil.org.au/pharmacist/skills-assessment/intern-written-exam/">Intern Written Exam</a> bagi mereka yang menyelesaikan Intern Training Program, program pelatihan berorientasi praktik bagi lulusan pendidikan profesi farmasi. Ujian ini terdiri dari 75 soal pilihan ganda yang diselesaikan dalam waktu 2 jam. </p>
<p>Di Indonesia, calon lulusan program profesi apoteker harus melalui <a href="https://drive.google.com/file/d/1lGsKwy7yJLMSY8Rj4Ns1KFJMo1DN2NiZ/view">Uji Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI)</a>. Ada dua metode UKAI yakni <em>computer-based test</em> (CBT) dan <em>Objective Structured Clinical Examination</em> (OSCE). UKAI metode CBT (UKAI-CBT) memiliki format 200 soal pilihan ganda yang diselesaikan dalam 200 menit dan menjadi syarat kelulusan mahasiswa dari pendidikan profesi apoteker sejak 2018. </p>
<p>Sementara itu, UKAI OSCE dilaksanakan <a href="https://apoteker.farmasi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/467/2019/11/Blueprint-UKAI_OSCE-2017.pdf">dalam 9 ruangan</a> yang mewakili area pembuatan, distribusi, dan pelayanan kefarmasian. Di dalam setiap ruangan, peserta ujian mendemonstrasikan keterampilan tertentu sesuai soal, lalu dinilai oleh penguji berdasarkan rubrik penilaian terstandar. </p>
<p>Sampai saat ini, UKAI OSCE masih dilaksanakan sebagai asesmen formatif (penilaian untuk mengevaluasi capaian pembelajaran), belum menjadi penentu kelulusan mahasiswa.</p>
<h2>Asesmen dari kacamata evolusi paradigma kompetensi</h2>
<p>Fenomena asesmen kompetensi pada apoteker tak lepas dari perkembangan asesmen kompetensi pada profesional kesehatan lainnya. </p>
<p>Menurut <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">Brian David Hodges dari University Health Network Kanada</a>, kompetensi mengalami evolusi paradigma: dari pengetahuan, kinerja, produk pengukuran melalui tes (psikometri), dan refleksi. </p>
<p>Kompetensi semula dinilai sebagai penguasaan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">pengetahuan</a>. Proses pendidikan berfokus pada kemampuan menghafal, pembelajaran didaktik, dan transfer pengetahuan serta informasi. Kurikulum farmasi tradisional dibangun atas paradigma ini, yang menekankan <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">mahasiswa menguasai</a> sebanyak mungkin teori mengenai ilmu, praktik, dan regulasi kefarmasian. </p>
<p>Asesmen kompetensi umumnya dilakukan melalui ujian tulis, dan belakangan menjadi lebih efisien dengan adanya soal pilihan ganda.</p>
<p>Selanjutnya, berkembang paradigma yang memandang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">kompetensi sebagai kinerja</a>. Kompetensi sebagai kinerja lebih mengutamakan proses latihan dan praktik ketimbang teori. Sehingga, terjadi pergeseran <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">kurikulum pendidikan farmasi</a> menjadi berorientasi praktik. </p>
<p>Pendidikan profesi apoteker di Indonesia, misalnya, mencakup <a href="https://drive.google.com/file/d/1bMwXzstufKtpyv9ZTb1Qz4MbW8AhVl_p/view">minimal 60% komponen</a> praktik. Metode asesmen berbasis kinerja seperti <em>objective-structured clinical examinations</em> (OSCE) pun dimanfaatkan untuk menilai kompetensi peserta didik. </p>
<p>Kompetensi sebagai <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601">psikometrik (produk pengukuran melalui tes)</a> belakangan menjadi paradigma utama dalam kompetensi. Pengukuran kompetensi melalui ujian terstandar mendorong sinkronisasi pembelajaran dengan capaian pembelajaran, meningkatkan akuntabilitas publik, serta memberikan umpan balik kepada peserta didik. </p>
<p>Ujian terstandar dapat membedakan individu yang kompeten dengan yang tidak secara valid dan reliabel.</p>
<p>Namun, ujian terstandar, terutama yang berisiko tinggi, dapat menjadi motivasi belajar utama bagi mahasiswa, mengesampingkan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3109/0142159X.2014.993601?journalCode=imte20">motivasi internal</a>. Mahasiswa akan berusaha keras agar <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">lulus ujian kompetensi</a> karena ketidaklulusan akan menghambat langkah mereka dalam mencari pekerjaan dan <a href="https://www.ajpe.org/content/ajpe/81/7/5909.full.pdf">berpraktik sebagai apoteker</a>. </p>
<p>Ujian kompetensi ini juga mengubah konsentrasi pengajaran dosen dan titik tekan pendidikan di program studi. Akhirnya, <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">dosen mengajar mahasiswa hanya untuk mempersiapkan tes</a>. Program studi juga akan berupaya menaikkan persentase kelulusan mahasiswa karena kelulusan dalam ujian kompetensi merupakan salah satu <a href="https://lamptkes.org/unduhan/IAPS-Pendidikan%20Profesi%20Apoteker.zip">indikator kualitas program pendidikan apoteker</a>. </p>
<p>Oleh karena itu, program pendidikan farmasi di negara lain seperti <a href="https://www.ajpe.org/content/ajpe/81/7/5909.full.pdf">Amerika Serikat</a> dan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1319016422002122#bb0050">Arab Saudi</a> menerapkan program persiapan untuk meningkatkan kelulusan mahasiswanya. </p>
<h2>UKAI dan transisi pendidikan profesi apoteker di Indonesia</h2>
<p>Sejak UKAI-CBT menjadi syarat kelulusan, proses pendidikan apoteker berpusat pada pemenuhan tuntutan kompetensi berdasarkan UKAI. Pelaksanaan <a href="http://farmasi.fk.ub.ac.id/apoteker/try-out-ukai-metode-cbt/"><em>tryout</em> UKAI CBT dan UKAI OSCE</a> secara nasional memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengukur kesiapan mereka sebelum menghadapi UKAI yang sebenarnya. </p>
<p>Program studi pendidikan profesi apoteker melakukan berbagai upaya untuk mempersiapkan mahasiswanya menghadapi UKAI, antara lain <a href="https://sulsel.fajar.co.id/2022/02/12/prodi-pendidikan-profesi-apoteker-stifa-gelar-kuliah-umum-hadirkan-ketua-aptfi-hingga-iai/">kuliah umum</a>, <a href="https://farmasi.unmul.ac.id/pspa-farmasi-selenggarakan-workshop-ukai/">workshop</a>, <a href="http://farmasi.unhas.ac.id/tryout-ukai-cbt-di-fakultas-farmasi-unhas-ujicoba-aplikasi-baru-bernama-sibiti/"><em>tryout</em> internal</a>, hingga pelatihan penulisan soal bagi dosen agar mahasiswa semakin familiar dengan <a href="https://www.universitasmegarezky.ac.id/index.php/2022/04/22/tingkatkan-kualitas-soal-ukai-fakultas-farmasi-unimerz-latih-para-dosen-buat-soal/">model soal UKAI</a>. </p>
<p>Tidak hanya itu, sebagian mahasiswa juga berinisiatif meningkatkan persiapan ujian <a href="https://www.republika.co.id/berita/r82rzi349/aplikasi-obatukai-luluskan-96-persen-pengguna-sebagai-calon-apoteker">melalui bimbingan belajar UKAI</a>. </p>
<p>Hal ini menunjukkan UKAI telah menjadi faktor penggerak utama dalam proses pendidikan apoteker Indonesia, tidak hanya di tingkat nasional dan program studi, tapi juga dosen dan mahasiswa.</p>
<h2>Pentingnya kompetensi refleksi</h2>
<p>Kompetensi sebagai refleksi berkembang sebagai respons terhadap paradigma kompetensi sebagai psikometri. Kompetensi sebagai refleksi menekankan aspek pengembangan diri dan profesi. </p>
<p>Kompetensi refleksi tidak hanya dinilai sebagai skor ujian, tapi juga pemahaman terhadap kekuatan, kelemahan, dan <a href="https://www.mdpi.com/2226-4787/7/2/37">hubungan seseorang terhadap profesinya</a>. </p>
<p>Untuk itu, diperlukan kemampuan menilai diri sendiri dan refleksi untuk memenuhi celah kompetensi. </p>
<p>Kemampuan refleksi tidak dapat muncul begitu saja, tapi perlu diasah dengan integrasi aktivitas refleksi dalam proses pendidikan. Penelitian di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27293232/">Australia</a> dan <a href="https://www.jyoungpharm.org/article/1216">Indonesia</a> menunjukkan aktivitas refleksi dapat membantu mahasiswa mampu berpikir kritis dan membuat keputusan yang lebih baik dalam praktik kefarmasian. </p>
<p>Namun, aktivitas refleksi memiliki keterbatasan, antara lain dari segi reliabilitasnya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3930242/">sebagai bagian asesmen</a>. </p>
<p>Terlepas dari keterbatasannya, refleksi mestinya menjadi bagian penting dalam pendidikan profesi apoteker. Tujuannya agar apoteker pada masa depan tidak hanya belajar karena dorongan eksternal, tapi memiliki kesadaran belajar sepanjang hayat. Tidak hanya untuk memenuhi <a href="http://www.iai.id/uploads/alfredeem/SKAI2016.pdf">standar kompetensi apoteker Indonesia</a>, tapi juga untuk menjadi apoteker yang adaptif terhadap <a href="https://bmcmededuc.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12909-020-02394-w">berbagai tantangan</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/190974/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ujian kompetensi ini juga mengubah konsentrasi pengajaran dosen dan titik tekan pendidikan di program studi.Lailaturrahmi, Lecturer, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1656682021-08-10T05:39:19Z2021-08-10T05:39:19ZRiset di Bandung: lebih dari 80% pasien tidak habiskan obat dan membuangnya ke tempat sampah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/414994/original/file-20210806-23-cgscso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/close-up-photo-of-assorted-tablets-3873149/">Photo by Polina Tankilevitch from Pexels</a></span></figcaption></figure><p>Pembuangan obat-obatan yang sudah kedaluwarsa atau tidak terpakai secara sembarangan dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. </p>
<p>Berbeda dengan di negara maju seperti di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19013646/">Swedia</a> dan <a href="https://returnmed.com.au/pharmacists/">Australia</a> yang telah lama memiliki sistem pengembalian obat bekas ke apotek, obat-obatan kedaluwarsa di negara berkembang, termasuk di Indonesia, kerap kali dibuang langsung ke tempat sampah rumah tangga dan berujung di tempat pembuangan akhir sampah.</p>
<p>Riset <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32760838/">terbaru kami di Bandung, dengan 497 responden, menunjukkan hampir seluruh responden (95%)</a> mempunyai setidaknya satu obat yang tidak terpakai di rumah mereka. Obat-obatan antiinflamasi, vitamin dan suplemen nutrisi, dan antibiotik merupakan jenis yang umum mereka simpan setelah tak digunakan. Mereka umumnya (82%) membuang obat-obat bekas itu di tempat sampah rumah tangga.</p>
<p>Masalah obat bekas ini menjadi serius, karena <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fphar.2021.630434/full">riset kami juga menunjukkan lebih dari separuh (53,1%) responden tidak mengetahui</a> bahwa pembuangan obat yang tidak tepat dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan penduduk. Hal ini terjadi, tampaknya, karena sebagian besar responden (79,5%) belum pernah mendapatkan informasi tentang praktik pembuangan obat yang benar.</p>
<h2>Buang sembarangan dan dampaknya</h2>
<p>Riset terkait manajemen obat bekas atau tak terpakai masih jarang di Indonesia. Karena itu, riset ini merupakan awalan untuk membuka riset lebih luas tentang praktik pembuangan obat-obatan yang tidak terpakai dan kedaluwarsa di kalangan konsumen Indonesia.</p>
<p>Secara global, penggunaan produk farmasi memang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5201063/">meningkat</a>, walau riset menunjukkan sebagian besar obat itu <a href="https://www.researchgate.net/profile/Adeladlew-Netere/publication/347710871_Unused_Medications_Disposal_Practice/links/5fe34c4992851c13feb1fe2e/Unused-Medications-Disposal-Practice.pdf">akhirnya tidak dipakai</a> atau kedaluwarsa.</p>
<p>Peresepan dari dokter yang berlebihan, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1566206/">rendahnya kepatuhan pasien minum obat</a>, perubahan jenis obat dan takaran terapi menyebabkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16330351/">obat berlebih dan menjadi tidak terpakai</a> dan berakhir di tempat sampah.</p>
<p>Dalam riset ini, kami menemukan sebagian besar responden (sekitar 82%) tidak menghabiskan obat karena kesehatannya membaik, obatnya kedaluwarsa (6,2%) dan resep yang berubah (5%).</p>
<p>Kabar baiknya, mayoritas responden, hampir 78 persen, mengecek tanggal kedaluwarsa obat sebelum membelinya. Artinya mereka menyadari pentingnya keamanan obat dari sisi masa pakai. </p>
<p>Membuang obat di tempat sampah secara langsung bukan monopoli orang Indonesia. Di negara maju seperti <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21168869/">Amerika Serikat, sebuah riset menyatakan kurang dari 1% orang</a> mengembalikan obat tak terpakai di apotik. Di sana, lebih <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17090787/">dari 50% pasien</a> membuang obat ke toilet.</p>
<p>Sejumlah riset di negara berkembang seperti <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26677797/">Cina</a>, <a href="http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.1043.7316&rep=rep1&type=pdf">India</a>, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2254398/">Bangladesh</a>, dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22081380/">Ghana</a> juga berkesimpulan bahwa metode paling umum membuang obat yang tak terpakai adalah membuangnya ke tempat sampah rumah tangga.</p>
<p>Di Indonesia juga sama saja, setidaknya dalam riset ini, tempat sampah rumah tangga merupakan tempat paling umum (82%) untuk melepas obat kedaluwarsa, disusul toilet atau wastafel (5%).</p>
<p>Pembuangan seperti itu akan mencemari lingkungan dan air di sepanjang jalur pembuangan, walau di Indonesia masih minim riset terkait topik ini. </p>
<p><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30029118/">Riset di Vietnam </a> membuktikan bahwa antibiotik yang terkumpul dalam sistem perairan meningkatkan resistensi antibiotik dan meningkatkan kemampuan bakteri dalam menimbulkan penyakit. Pembuangan etinil estradiol, senyawa dalam pil kontrasepsi, menyebabkan gangguan sistem hormon reproduksi pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1874167/">populasi kecoak</a>. </p>
<p>Jejak kontaminasi dari obat juga terdeteksi di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/15262161/">fasilitas pengelohan air minum konvensional</a> di Amerika. </p>
<p>Adapun penyimpanan obat-obatan sembarangan di rumah dapat memberi peluang <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16545327/">penyalahgunaan obat dan keracunan yang tidak disengaja</a>, terutama pada anak-anak di bawah lima tahun. </p>
<p>Jika obat kedaluwarsa dan rusak tidak dimusnahkan dengan benar, obat-obat bisa dipakai sebagai <a href="https://www.pom.go.id/new/view/direct/ayo-buang-sampah-obat">campuran jamu, bahan baku baku obat palsu atau tanggal kedaluwarsa diganti dan obat dijual lagi</a> oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat.</p>
<h2>Kebijakan, edukasi dan kampanye</h2>
<p>Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), apotek dan tenaga kesehatan harus meningkatkan kampanye terkait tata cara yang benar mengelola obat bekas agar tidak membahayakan kesehatan dan lingkungan. Apotek dan fasilitas kesehatan punya peran penting dalam mengarahkan masyarakat mengelola obat-obat bekas dengan aman dan benar. </p>
<p>Karena rendahnya paparan informasi tentang praktik pembuangan obat yang benar di masyarakat, pendidikan atau kampanye tenang bahaya obat yang dibuang sembarangan menjadi penting, menurut mayoritas (96%) responden. </p>
<p>Kurangnya kesadaran akan dampak dari membuang obat secara tidak benar merupakan faktor penyebab yang signifikan dari praktik membuang obat secara sembarangan.</p>
<p>Dalam riset ini terungkap juga bahwa responden yang kurang sadar bahaya buang obat sembarangan cenderung membuang obat yang tidak terpakai ke tempat sampah atau membaginya dengan teman atau kerabat. Padahal, membagikan obat keras tanpa resep dari dokter sangat tidak dianjurkan karena bisa membahayakan tubuh.</p>
<p>Sebenarnya, <a href="https://www.pom.go.id/new/view/direct/ayo-buang-sampah-obat">BPOM telah memiliki kebijakan dan petunjuk cara mengelola obat-obatan</a> kedaluwarsa atau rusak agar tidak melahirkan dampak buruk bagi kesehatan penduduk dan lingkungan. BPOM juga telah <a href="https://www.pom.go.id/new/view/direct/ayo-buang-sampah-obat">mengumumkan 1.000 apotek</a> di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Nusa Tenggara yang bisa menjadi tempat pengembalian obat bekas. Kita bisa menyerahkan kembali obat kedaluwarsa dan rusak itu ke apotek-apotek tersebut. </p>
<p>Secara teknis, BPOM memberikan <a href="https://www.pom.go.id/new/view/direct/ayo-buang-sampah-obat">panduan cara tepat membuang obat kedaluwarsa dan rusak</a>. Pertama, pisahkan obat-obatan yang kedaluwarsa dan rusak dari obat yang masih baik. Kedua, hilangkan label dari wadah obat. Rusaklah wadah obat jika memungkinkan. Ketiga, keluarkan obat dari kemasan, lalu rusak dan campur obat dengan bahan lain seperti ampas kopi, tanah atau sampah rumah tangga lainnya.</p>
<p>Lalu, untuk antibiotik, jangan membuangnya di saluran air atau tanah yang dekat dengan sumber air. Ini untuk menghindari pencemaran dan resistensi antibiotik. Kita perlu memastikan bahwa bentuk obat telah berubah dan tidak bisa dimanfaatkan lagi. </p>
<p>Jika cara itu kita lakukan, kita telah ikut mengurangi dampak buruk dari pembuangan obat kedaluwarsa dan rusak. </p>
<hr>
<p><em>Artikel ini terbit atas kerja sama The Conversation Indonesia dan <a href="https://risfarklin.unpad.ac.id/">Pusat Keunggulan Iptek Perguruan Tinggi Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/165668/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sofa D. Alfian tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dalam riset ini terungkap juga bahwa responden yang kurang sadar bahaya buang obat sembarangan cenderung membuang obat yang tidak terpakai ke tempat sampah atau membaginya dengan teman atau kerabat.Sofa D. Alfian, Lecturer, Department of Pharmacology and Clinical Pharmacy, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1567682021-06-24T01:32:05Z2021-06-24T01:32:05ZBeda orang, beda strategi: intervensi spesifik pada pasien diabetes bisa tingkatkan kepatuhan minum obat antihipertensi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/389782/original/file-20210316-19-1cfmd52.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/person-holding-black-tube-1001897/">Photo by PhotoMIX Company from Pexels</a></span></figcaption></figure><p>Hampir <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/05/100200923/naik-6-2-persen-selama-pandemi-pasien-diabetes-indonesia-peringkat-7-di?page=all">11 juta orang Indonesia menderita diabetes</a>. Trennya cenderung meningkat tiap tahun karena makin besarnya <a href="http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/page/16/faktor-gaya-hidup-tidak-sehat-yang-menjadi-pemicu-diabetes-tipe-2">pengaruh gaya hidup yang tidak sehat</a> di masyarakat. </p>
<p>Pasien dengan diabetes biasanya disertai dengan beberapa penyakit penyerta seperti hipertensi. Akan tetapi, kepatuhan minum obat antihipertensi di kalangan pasien dengan diabetes cukup rendah. </p>
<p>Riset <a href="https://bpspubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/bcp.14610">terbaru kami di Bandung</a> menunjukkan konseling yang dilakukan oleh apoteker yang menyesuaikan masalah individual pasien (<em>tailored intervention</em>) berhasil meningkatkan level kepatuhan pasien diabetes terhadap obat antihipertensi. </p>
<p>Cara ini lebih realistis diterapkan di Indonesia dan negara berkembang karena tidak memerlukan biaya yang mahal dan tidak perlu mengubah sistem kesehatan secara signfikan.</p>
<h2>Pentingnya kepatuhan minum obat</h2>
<p>Dalam riset-riset sejenis <a href="https://doi.org/10.18553/jmcp.2016.22.1.63">baik di negara berkembang maupun negara maju</a>, pasien diabetes memiliki masalah kepatuhan terkait pengobatan penyakit penyerta seperti hipertensi. </p>
<p>Misalnya, mereka lupa minum obat, kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan
mereka, kurang motivasi dalam minum obat, dan masalah teknis lainnya seperti kesulitan pergi ke layanan kesehatan atau sulit mengunyah obat. </p>
<p>Untuk jenis masalah yang beragam itu, umumnya apoteker dan petugas kesehatan menggunakan cara intervensi yang sama seperti pengiriman pesan melalui SMS secara massal untuk mengingatkan pasien atau dengan memberi konseling yang sama (<em>one-size-fits-all counselling</em>) tanpa menggali penyebab ketidakpatuhan pada pasien. </p>
<p>Dalam riset ini, kami menggunakan model intervensi yang berbeda. Apoteker yang kami ajak dalam riset ini juga melakukan skrining mengenai masalah ketidakpatuhan setiap pasien, dan memberikan cara penyelesaian yang spesifik untuk setiap masalah yang teridentifikasi.</p>
<p>Riset ini awalnya melibatkan 201 pasien diabetes dengan hipertensi pada bulan pertama. Apoteker memberikan layanan intervensi per pasien pada bulan pertama. Sampai riset selesai pada bulan ketiga, terdapat 56 pasien pada kelompok kontrol dan 57 orang pada kelompok intervensi.</p>
<p>Pasien yang diacak dalam kelompok intervensi diberikan tindakan yang berbeda-beda, disesuaikan dengan hambatan kepatuhan mereka. Apoteker yang kami ajak dalam riset ini berperan bukan hanya memberikan obat dan memberikan panduan pengobatan secara umum tapi juga mendeteksi masalah yang spesifik dan memberikan solusi. </p>
<p>Misalnya, apabila pasien lupa minum obat, maka apoteker akan menganjurkan pasien untuk menggunakan alarm. Apabila pasien teridentifikasi dengan kurang pengetahuan mengapa dan bagaimana cara minum obat antihipertensi, maka apoteker akan memberikan informasi mengenai bagaimana dan mengapa pasien harus minum obat hipertensi.</p>
<p>Riset ini menunjukkan sekitar 42% di antara pasien lupa minum obat antihipertensi dan 18% pasien memiliki pengetahuan yang kurang. Kurang motivasi dan masalah teknis lainnya bukan merupakan hambatan yang umum dijumpai. </p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa di negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Indonesia, lupa minum obat dan kurangnya pengetahuan tentang hipertensi merupakan penghalang yang signifikan terhadap kepatuhan mengonsumsi obat antihipertensi pada pasien diabetes tipe 2. </p>
<p>Hal ini harus menjadi perhatian karena rendahnya kepatuhan minum obat akan berdampak langsung pada pasien. Mereka berisiko terkena komplikasi yang dapat berujung pada kematian. </p>
<h2>Ajak pasien menentukan tujuan</h2>
<p>Sejumlah penelitian <a href="https://doi.org/10.4236/ojepi.2017.73018">sebelumnya menunjukkan</a> bahwa kepatuhan minum obat antihipertensi kurang optimal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. </p>
<p>Salah satu penyebabnya adalah karena kurangnya pengetahuan mengenai efek kepatuhan minum obat terhadap pengobatan.</p>
<p>Banyak intervensi yang telah dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan ini di negara-negara <a href="https://doi.org/10.1002/14651858.CD000011.pub4">berpenghasilan tinggi</a> seperti melakukan edukasi berkelanjutan pada pasien, manajemen dalam regimen pengobatan, konsultasi apoteker klinis, terapi perilaku kognitif, dan pengingat minum obat. </p>
<p>Namun sebagian besar intervensi tersebut terlalu rumit dan efektivitasnya pun terbatas. Hal ini mencerminkan bahwa banyak intervensi yang tidak didasarkan pada pendekatan terhadap hambatan kepatuhan setiap individu. </p>
<p>Dalam riset ini, kami menggunakan strategi yang tidak memerlukan biaya mahal dengan melibatkan apoteker yang bertugas di puskesmas. Kami merancang model intervensi kepatuhan pengobatan sesuai dengan setiap hambatan yang dihadapi pasien yang tidak patuh. Untuk tujuan ini, apoteker menerima 3 jam pelatihan dari kolega mereka yang senior. </p>
<p>Pada tahap pertama, peneliti mengidentifikasi kepatuhan pribadi pasien dan menyesuaikan strategi dengan hambatan tersebut. Lalu, peneliti melibatkan pasien dalam penetapan tujuan dan menulis tujuan yang telah disepakati di atas brosur khusus setiap pasien.</p>
<p>Pasien di kelompok kontrol menerima penyuluhan apoteker berdasarkan <a href="https://pafi.or.id/media/upload/20210115045710_2.pdf">pedoman pelayanan kefarmasian</a> di puskesmas. Pada setiap kunjungan, mereka mendapatkan informasi tentang jumlah dan dosis obat yang dibagikan. Juga informasi kapan dan bagaimana menggunakan dan menyimpan obat, efek samping dan cara mengatasinya, pentingnya kepatuhan pengobatan, dan memastikan apakah pasien memahami cara minum obat dengan benar.</p>
<p>Dari riset ini temuannya cukup menarik bahwa menyertakan intervensi sederhana seperti ini dalam konseling rutin yang dilakukan oleh apoteker dapat meningkatkan kepatuhan pasien. </p>
<p>Seperti <a href="https://doi.org/10.1016/j.sapharm.2009.01.004">laporan riset sebelumnya</a> meningkatkan pengetahuan pasien tentang hipertensi dan pengobatannya dapat menurunkan kesalahpahaman tentang manfaat dan risiko pengobatan. Hal ini mengarah pada perubahan positif dalam keyakinan pasien tentang obat antihipertensi. </p>
<h2>Biaya murah</h2>
<p>Untuk meningkatkan potensi dampaknya, program intervensi yang melibatkan apoteker ini menggunakan diagnosis ketidakpatuhan dan tindakan intervensi menyesuaikan dengan masalah kepatuhan per pasien.</p>
<p>Intervensi tersebut juga sejalan dengan alur kerja dan sumber daya dalam praktik klinis sehari-hari di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara biaya, intervensi ini tidak memerlukan perubahan logistik yang banyak pada sistem perawatan saat ini. </p>
<p>Temuan riset ini menggembirakan, karena ketidakpatuhan dapat diminimalkan dengan intervensi yang relatif sederhana dan berbiaya rendah.</p>
<p>Kita perlu studi lanjutan yang lebih lama yang berfokus pada bagaimana kepatuhan dan keyakinan pasien tentang obat antihipertensi mereka berubah dari waktu ke waktu.</p>
<p>Jadi, untuk meningkatkan kepatuhan berobat pasien diabetes terhadap obat antihipertensi ini langkah sederhananya: dorong pasien untuk menyertakan rutinitas minum obat ke dalam aktivitas sehari-hari mereka, tetapkan rencana tindakan dengan tujuan yang disepakati atau melibatkan anggota keluarga. </p>
<p>Jika itu dilakukan terus menerus, maka minum obat menjadi kebiasan yang mudah dilakukan. </p>
<hr>
<p><em>Artikel ini terbit atas kerja sama The Conversation Indonesia dan <a href="https://risfarklin.unpad.ac.id/">Pusat Keunggulan Iptek Perguruan Tinggi Inovasi Pelayanan Kefarmasian Universitas Padjadjaran</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/156768/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sofa D. Alfian menerima dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk riset ini pada 2015.
</span></em></p>Kita perlu studi lanjutan yang lebih lama yang berfokus pada bagaimana kepatuhan dan keyakinan pasien tentang obat antihipertensi mereka berubah dari waktu ke waktu.Sofa D. Alfian, Lecturer, Department of Pharmacology and Clinical Pharmacy, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1468472020-09-25T10:26:52Z2020-09-25T10:26:52ZMengenal profesi apoteker: perannya besar dalam selamatkan nyawa tapi kerap tak terlihat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/359952/original/file-20200925-14-1amgnnw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kebutuhan tenaga farmasi makin penting di tengah munculnya penyakit baru seperti COVID-19 dan berkembangnya riset obat. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/byGTytEGjBo">National Cancer Institute/Unsplash</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Apoteker Sedunia, 25 September.</em></p>
<p>Dalam serial drama terbaru Jepang <em><a href="https://www.fujitv.com/drama/unsungcinderellamidorithehospitalpharmacist/">Unsung Cinderella: Midori, the Hospital Pharmacists</a></em>, seorang pasien di ruang perawatan rumah sakit yang mengalami henti jantung mendapat <a href="http://pionas.pom.go.id/monografi/epinefrin-adrenalin">suntikan obat adrenalin</a>. Namun jantung pasien tetap tidak berdetak walau dadanya telah ditekan (resusitasi) untuk membantu pernafasan. </p>
<p>Di tengah kesulitan itu, seorang apoteker di rumah sakit tersebut menemukan tablet obat <em><a href="http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/23-antihipertensi/234-beta-bloker">beta-blocker</a></em> di saku pasien, yang sebagiannya tampaknya telah diminum pasien. Obat ini berlawanan kerjanya dengan adrenalin. Apoteker ini menyarankan pada dokter untuk memberikan suntikan <a href="http://pionas.pom.go.id/monografi/glukagon">glukagon</a> untuk melawan kerja <em>beta-blocker</em> yang telah diminum pasien. Hasilnya, jantung pasien kembali berdetak. </p>
<p>Namun, keluarga pasien justru hanya berterima kasih kepada dokter. Mereka tidak menyadari peran apoteker dalam menyelamatkan nyawa pasien.</p>
<p>Tak hanya di Jepang, umumnya masyarakat Indonesia juga mengidentikkan tenaga kesehatan dengan sosok dokter atau perawat, dua profesi yang dianggap sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Padahal, dengan kompetensinya di bidang penyediaan farmasi (obat, bahan obat, dan obat tradisional), profesi apoteker juga tak kalah penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menyelamatkan nyawa pasien.</p>
<p>Baik pada masa normal maupun wabah, apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang tak tergantikan. Ketika <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53755057">rumah sakit dan puskesmas menutup layanan sementara</a> akibat tenaga kesehatan yang terdampak COVID-19, apotek <a href="https://news.detik.com/berita/d-4980723/tetap-buka-saat-psbb-apotek-jadi-tumpuan-masyarakat-dapat-obat">tetap memenuhi kebutuhan masyarakat</a> terhadap obat dan alat kesehatan.</p>
<h2>Apoteker, tak sekadar menunggui apotek</h2>
<p>Apoteker merupakan sebutan bagi profesi farmasi di Indonesia. Di <a href="https://ec.europa.eu/growth/tools-databases/regprof/index.cfm?action=regprof&id_regprof=8136&tab=general">negara-negara berbahasa Inggris</a> disebut <em>pharmacist</em>, sementara di Belanda, Jerman, dan Belgia dinamakan <em>apotheker</em>. </p>
<p>Untuk menjadi apoteker, seseorang harus lulus sarjana (S1) program farmasi (<a href="https://www.ugm.ac.id/id/berita/18613-apoteker-dan-tantangan-revolusi-industri-4-0">per Oktober 2019 ada 264 program studi S1 Farmasi di Indonesia</a>), ditambah dua semester pendidikan profesi apoteker dan mengucapkan sumpah profesi sebagai apoteker. Mereka baru bisa masuk ke dunia profesi apoteker setelah dinyatakan lulus dari Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia (UKAI) yang diselenggarakan oleh Panitia Nasional UKAI. </p>
<p>Saat ini, ada <a href="https://suaramerdeka.news/iai-dan-fip-sepakat-kembangkan-program-transformasi-apoteker/">sekitar 80.000 apoteker</a> di Indonesia yang bekerja dalam berbagai bidang pekerjaan kefarmasian meliputi produksi, distribusi, dan pelayanan obat dan obat tradisional. </p>
<p>Di industri farmasi, <a href="https://www.persi.or.id/images/regulasi/pp/pp512009.pdf">apoteker umumnya bekerja</a> dalam pengendalian mutu, pemastian mutu, dan produksi obat. Peran apoteker juga sangat dibutuhkan dalam <a href="http://farmasi.unej.ac.id/?p=2772">penelitian dan pengembangan (R&D)</a>, seiring dengan ditemukannya obat-obatan baru bagi berbagai penyakit.</p>
<p>Dalam delapan tahun terakhir, misalnya, setidaknya 209 obat baru disetujui oleh <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7014862/">Administrasi Obat dan Pangan (FDA) Amerika Serikat</a>. Data obat baru ini menjadi acuan bagi produksi obat-obatan di berbagai negara, <a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/17994/Joint-Venture-Industri-Anti-Retroviral--Bukti-Nyata-Badan-POM-Dorong-Investasi-Asing-Farmasi-di-Indonesia.html">termasuk Indonesia</a>. </p>
<p>Obat-obatan yang diproduksi oleh industri farmasi Indonesia maupun obat impor didistribusikan oleh distributor atau Pedagang Besar Farmasi (PBF). Di Indonesia ada <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1303040/2020-bpom-targetkan-90-persen-distributor-obat-tersertifikasi">sekitar 2.000 PBF</a> per Februari 2020. Setiap PBF setidaknya memiliki satu <a href="https://www.persi.or.id/images/regulasi/pp/pp512009.pdf">apoteker sebagai penanggung jawab</a>. Pendistribusian obat harus dilakukan sesuai dengan cara distribusi obat yang baik (CDOB) agar produk sampai dalam kondisi yang baik, aman dan khasiatnya terjaga. </p>
<p>Obat-obat tertentu dan vaksin, misalnya, sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Vaksin dan obat tersebut harus <a href="https://www.rctiplus.com/trending/detail/41746/pertahankan-kualitas-rantai-dingin-penjaga-vaksin-diperhatikan">didistribusikan dalam wadah dingin, agar tidak rusak,</a> dari tempat penyimpanan besar di kota hingga ke tempat layanan kesehatan terdekat pasien.</p>
<h2>Tak hanya melayani resep obat</h2>
<p>Di apotek, puskesmas, dan rumah sakit, apoteker tidak hanya melayani resep dan menyerahkan obat. Apoteker juga melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat, evaluasi penggunaan obat, pemantauan terapi obat, pelayanan informasi obat, dan konseling. </p>
<p>Dalam memberikan pelayanan, apoteker kerap berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain seperti dokter, perawat, atau ahli gizi agar pengobatan yang diberikan aman dan efektif bagi pasien. Apoteker pun memberikan pelayanan informasi obat, serta konseling bagi pasien yang membutuhkan. Di rumah sakit, <a href="https://rs-amino.jatengprov.go.id/bimbingan-teknis-pelayanan-kefarmasian-dan-penggunaan-obat-tentang-aseptic-dispensing-di-rumah-sakit/">apoteker berperan</a> menyiapkan obat kanker serta pencampuran obat suntik dan sediaan steril lainnya.</p>
<p>Selain memberikan pelayanan langsung kepada pasien, apoteker juga berperan dalam <a href="http://iai.id/library/pelayanan/permenkes-no74-tahn-2016-ttg-standar-pelayanan-kefarmasian-di-puskesmas">pengelolaan obat</a> dan alat kesehatan. Tanpa ada apoteker yang bergerak di bidang pengelolaan, pelayanan kesehatan akan terkena imbasnya karena kekurangan stok obat, atau stok obat menumpuk sehingga kedaluwarsa. </p>
<p>Di Kementerian Kesehatan, apoteker terlibat dalam <a href="https://farmalkes.kemkes.go.id/tugas-dan-fungsi/">menyusun regulasi farmasi</a>, mensupervisi perusahaan farmasi dan apotek, dan mengendalikan ketersediaan obat-obatan bagi masyarakat. </p>
<p>Di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), apoteker berperan dalam mengevaluasi obat, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan. Apoteker juga <a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/12597/Apoteker-Sebagai-Penjaga-Mutu-Obat-">mengawasi obat yang beredar di pasar</a> melalui audit rutin, pengujian sampel, dan monitoring efek samping obat dan obat tradisional. Apoteker juga berperan dalam mengawasi penggunaan narkotika dan psikotropika.</p>
<p>Apoteker juga berperan di BPJS Kesehatan, industri kosmetik, lembaga penelitian, universitas, hingga sebagai <em>entrepreneur</em> apotek. Ada banyak pekerjaan yang bisa dimasuki oleh apoteker. Peran apoteker di berbagai sektor ini saling berhubungan dalam mewujudkan ketersediaan sediaan farmasi dan pelayanan kefarmasian berkualitas bagi masyarakat. </p>
<h2>Tantangan dan peluang apoteker</h2>
<p>Ikatan Apoteker Indonesia menyatakan sekitar <a href="https://tirto.id/800-apoteker-di-indonesia-positif-terpapar-covid-19-f4XJ">800 apoteker positif COVID-19</a>. Hal ini membuka mata publik bahwa apoteker juga merupakan salah satu profesi kesehatan yang terdampak COVID-19. </p>
<p>Tingginya risiko apoteker untuk terpapar COVID-19 mendorong penerapan inovasi pelayanan kefarmasian, seperti pelayanan farmasi jarak jauh (<em>telepharmacy</em>), tanpa tatap muka langsung.</p>
<p>Di Indonesia, baru-baru ini BPOM menerbitkan peraturan untuk <a href="https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/19059/Minimalisir-Potensi-Penyalahgunaan-Obat-Daring--Badan-POM-Gelar-Sosialisasi-Peraturan-Nomor-8-Tahun-2020.html">mengawasi penjualan obat secara daring</a>. Penerapan <em>telepharmacy</em> tidak terbatas pada penyerahan obat saja, tapi juga pada pemantauan penggunaan obat, konseling, bahkan sebagai <a href="https://www.ashp.org/-/media/assets/pharmacy-informaticist/docs/sopit-bp-telepharmacy-statement.ashx">alternatif solusi keterbatasan jumlah apoteker</a> di suatu wilayah. </p>
<p>Meski <a href="https://kebijakankesehatanindonesia.net/publikasi/arsip-pengantar/3938-regulasi-permenkes-nomor-20-tahun-2019-tentang-penyelenggaraan-pelayanan-telemedicine-antar-fasilitas-pelayanan-kesehatan">Peraturan Menteri Kesehatan No 20 Tahun 2019 </a> telah mengatur <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/20043000002/cegah-penyebaran-covid-19-pelayanan-kesehatan-dilakukan-melalui-telemedicine.html">pelayanan kesehatan jarak jauh</a> di Indonesia, perlu pedoman dan pelatihan bagi apoteker agar <em>telepharmacy</em> dapat diterapkan.</p>
<p>Indonesia juga menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan obat nasional. Sebagai sebuah bisnis, industri farmasi Indonesia memenuhi <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20200803095618-4-177010/ekspor-tembus-rp-44-t-industri-kosmetik-farmasi-ri-cuan">70% kebutuhan obat</a> dalam negeri. Namun, sekitar 90% bahan baku obat harus diimpor <a href="https://news.detik.com/kolom/d-4987903/covid-19-dan-kemandirian-industri-farmasi-nasional">dari Cina dan India</a>. </p>
<p>Sebagai negara dengan biodiversitas terkaya kedua setelah Brazil, Indonesia memiliki 1.645 spesies tanaman obat yang teridentifikasi sebagai tanaman obat. Namun, <a href="https://www.ugm.ac.id/id/berita/18722-pengembangan-obat-herbal-diperlukan-untuk-mendukung-kemandirian-obat-nasional">baru sekitar seperlimanya dari tanaman obat tersebut</a> yang terdaftar di BPOM sebagai obat.</p>
<p>Dalam konteks menjawab tantangan COVID-19, <a href="https://jeo.kompas.com/mengintip-progres-uji-klinis-vaksin-covid-19-di-indonesia">Vaksin Merah Putih sedang</a> dikembangkan oleh Konsorsium Vaksin COVID-19, yang diharapkan dapat diproduksi massal akhir 2021. Para apoteker akan berperan penting dalam produksi dan penjaminan kualitas vaksin ini.</p>
<p>Era disruptif dan tantangan global menuntut apoteker untuk tanggap terhadap berbagai isu kesehatan. Institusi pendidikan farmasi dan IAI berperan penting dalam mengembangkan profesi apoteker yang tidak hanya kompeten secara nasional, tapi juga <a href="https://suaramerdeka.news/iai-dan-fip-sepakat-kembangkan-program-transformasi-apoteker/">mampu menghadapi tantangan global</a>. </p>
<p>Dengan demikian, apoteker tidak lagi menjadi ‘pahlawan tak terlihat’ seperti potret yang ditampilkan pada drama serial <em>Unsung Cinderella</em>, tapi menjadi profesi yang disadari dan dibutuhkan oleh masyarakat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/146847/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Baik pada masa normal maupun wabah, apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang tak tergantikan.Lailaturrahmi, Lecturer, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1377142020-07-15T10:28:15Z2020-07-15T10:28:15ZPenularan Covid-19 makin ganas: ini 6 langkah cegah penularan virus di apotek<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/347248/original/file-20200714-54-15t8lah.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apoteker perlu mengganti jasnya dan mencuci tangan dengan sabuh lebih sering untuk mencegah penularan virus corona.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/41726832@N06/4097369997/in/photolist-7f56mi-7jmFmx-5guF4s-e3UVAz-FMwztX-rKbp9d-2ctBXkX-cTY8Nb-b8ouRi-cCVR6-r9jMFU-34id6J-8yr4iF-68CZi9-dp2EbM-2HCBZt-6jBTb7-tJGak1-5chsMD-aq1oR-9nJXf3-FrCVtE-ei3ZGk-4qVqRF-6KPVc6-B4BmZN-3HgiiX-3HkD5h-JDfjob-HjnLaD-g3Dx8D-VvQZ4S-Fn2NCr-dkJECF-b8ouNk-5cndrw-PgkzV3-9B9Waa-REGp5f-7R5w2v-7HAmYc-xo5v8-msfqR4-pvweXD-24FS6xK-drDCjH-njLmw-8wHfuj-cmcka9-cmekEW">Skurupsposten/Flickr</a></span></figcaption></figure><p>Di tengah kasus positif Covid-19 di Indonesia yang <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">terus melonjak</a>, risiko penularan juga semakin tinggi di masyarakat dan tempat pertemuan banyak orang karena makin banyak orang yang terinfeksi dan persebaran lokasinya makin luas. </p>
<p>Sebulan lalu, per 14 Juni ada sekitar 38.000 kasus positif Covid-19 di negeri ini, kini jumlahnya <a href="https://covid19.go.id/peta-sebaran">lebih dari dua kali lipatnya.</a> </p>
<p>Salah satu kelompok yang paling berisiko tertular virus ini karena profesinya adalah <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2020/03/15/business/economy/coronavirus-worker-risk.html">tenaga kesehatan</a> termasuk apoteker yang kerap bertemu dengan banyak orang saat melayani kebutuhan obat pasien. </p>
<p>Secara global, hingga 14 Juli, menurut <a href="https://www.medscape.com/viewarticle/927976">data Medscape</a>, lebih dari 1.000 tenaga kesehatan meninggal akibat Covid-19, termasuk 19 apoteker di berbagai negara. Ada <a href="https://www.news24.com/SouthAfrica/News/covid-19-six-pharmacists-infected-at-charlotte-maxeke-hospital-health-dept-confirms-20200423">enam apoteker</a> di Afrika Selatan , <a href="https://www.pharmaceutical-journal.com/news-and-analysis/news/pharmacist-dies-from-covid-19-bringing-total-number-of-confirmed-pharmacy-staff-deaths-to-five/20208063.article">tiga di Inggris</a> dan <a href="https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4980324/46-tenaga-kesehatan-di-jawa-timur-terpapar-virus-corona">satu apoteker di Jawa Timur yang meninggal akibat Covid-19</a>. </p>
<p>Sebuah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7255346/">studi di Italia</a> menunjukkan angka kejadian terinfeksi Covid-19 pada apoteker komunitas adalah 0,92%. Sebanyak 7 dari 15 apoteker yang positif Covid pada studi tersebut melaporkan sekurangnya satu rekan kerja mereka juga terinfeksi virus corona.</p>
<p>Karena itu, pengelola apotek, apoteker, dan pengunjung perlu meningkatkan implementasi protokol kesehatan agar tempat layanan obat tidak menjadi medan penularan virus corona. </p>
<h2>Enam langkah yang bisa meningkatkan keamanan</h2>
<p>Sejumlah lembaga seperti <a href="https://www.fip.org/coronavirus">International Pharmaceutical Federation (FIP)</a>, <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/healthcare-resources/pharmacies.html">Centers for Disease Control and Prevention</a> (CDC) Amerika Serikat, <a href="https://www.rpharms.com/resources/pharmacy-guides/coronavirus-covid-19/coronavirus-information-for-pharmacists">Royal Pharmaceutical Society</a> Inggris, dan <a href="http://iai.id/news/organisasi/pp-iai-terbitkan-buku-panduan-apoteker-menghadapi-pandemi-covid-19">Ikatan Apoteker Indonesia</a> telah menyusun pedoman bagi apoteker untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 saat melayani pembeli obat. </p>
<p>Berikut ini enam langkah yang paling penting:</p>
<p><em>Pertama</em>, batasi kontak dan interaksi antara apoteker dan pasien dengan <a href="https://www.pharmaceutical-journal.com/cpd-and-learning/learning-article/how-to-keep-your-community-pharmacy-running-during-the-covid-19-pandemic/20207855.article?firstPass=false">prinsip menjaga jarak fisik</a>. Apoteker dapat menggunakan marka atau label untuk membatasi jumlah pengunjung serta menjaga jarak fisik minimal 1 meter antarorang. </p>
<p>Penerimaan resep dan penyerahan obat dapat dilakukan melalui dinding akrilik atau plastik jernih yang diberi celah di bagian bawahnya agar apoteker dan tenaga teknis kefarmasian <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/healthcare-resources/pharmacies.html">tidak terkena <em>droplet</em> dari pelanggan</a>. </p>
<p>Untuk membatasi interaksi dengan pasien, <a href="https://www.fip.org/files/content/priority-areas/coronavirus/Community-pharmacy-procedures.pdf">apoteker dapat menggunakan kotak</a> untuk menerima resep, menyerahkan obat, dan memproses pembayaran. </p>
<p><em>Kedua</em>, batasi area publik dan penyediaan media cetak yang digunakan bergantian. Barang-barang yang lazim dijual di area publik apotek seperti kosmetik, obat-obat bebas, dan suplemen hanya dapat diambil oleh petugas di apotek. Selain itu, <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/healthcare-resources/pharmacies.html">penyediaan majalah dan koran yang dibaca bergantian di ruang tunggu sebaiknya dihentikan</a>.</p>
<p><em>Ketiga</em>, mengatur jam kerja kerja staf dan pelayanan secara aman. Sebaiknya <a href="https://www.fip.org/files/content/priority-areas/coronavirus/Community-pharmacy-procedures.pdf">ada pengaturan <em>shift</em> kerja serta rotasi tugas</a> agar staf tidak kelelahan karena bekerja terus-menerus melayani pasien. Apoteker dan seluruh staf lainnya harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, <a href="https://www.fip.org/files/content/priority-areas/coronavirus/Use-of-masks.pdf">sekurang-kurangnya masker</a>. </p>
<p>Jika memungkinkan, staf yang menderita penyakit kronis (seperti diabetes melitus, penyakit saraf kronis, penyakit pernapasan kronis) atau memiliki imunitas yang terganggu ditugaskan di area yang tidak berhubungan langsung dengan pasien. </p>
<p>Apoteker perlu mengganti jas apoteker lebih sering, demikian juga halnya dengan seragam staf lainnya. Penggunaan aksesori seperti jam tangan dan gelang sebaiknya dihindari.</p>
<p><em>Keempat</em>, menerapkan kebersihan tangan dan pengendalian infeksi selama pelayanan. Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian perlu mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan setelah melepas masker, sebelum bekerja, setelah menangani resep, setelah menyerahkan obat, dan <a href="https://www.rpharms.com/resources/pharmacy-guides/coronavirus-covid-19/coronavirus-information-for-pharmacists#Protecting-the-pharmacy-team">setelah berkontak dengan benda yang disentuh pasien</a>.</p>
<p>Apotek juga perlu <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/healthcare-resources/pharmacies.html">menyediakan <em>hand sanitiser</em></a> di konter pelayanan agar dapat digunakan oleh staf maupun setiap pelanggan yang datang. </p>
<p>Disinfeksi area yang melibatkan kontak dengan pengunjung, konter pelayanan, serta permukaan benda yang sering dipegang, seperti <em>keyboard</em>, telepon, sakelar lampu, pompa wadah sabun, dan gagang pintu harus dilakukan secara teratur. </p>
<p>Disinfeksi dapat dilakukan <a href="https://www.fip.org/files/content/priority-areas/coronavirus/Cleaning-and-disinfection-management.pdf">menggunakan disinfektan</a> seperti etanol (62-75%), hidrogen peroksida 0,5%, natrium hipoklorit 0,1%, atau zat lainnya yang disarankan.</p>
<p>Limbah alat pelindung diri habis pakai atau tisu bekas sebaiknya dikumpulkan dalam kantong sampah rangkap dua yang terpisah dari sampah lainnya selama 72 jam, <a href="https://www.gov.uk/government/publications/covid-19-residential-care-supported-living-and-home-care-guidance/covid-19-guidance-for-supported-living-provision">kemudian dibuang di tempat pembuangan sampah</a>.</p>
<p><em>Kelima</em>, <a href="https://www.pharmaceutical-journal.com/cpd-and-learning/learning-article/how-to-keep-your-community-pharmacy-running-during-the-covid-19-pandemic/20207855.article?firstPass=false">berkomunikasi dan mengedukasi pasien terkait Covid-19</a>. Apoteker perlu menyampaikan informasi mengenai Covid-19 dan pencegahannya serta cara menjaga kesehatan selama pandemi. </p>
<p>Pengunjung yang menderita sakit kronis diingatkan untuk tidak datang ke apotek karena memiliki risiko yang lebih tinggi untuk tertular Covid-19. Sebagai gantinya, mereka dapat <a href="https://www.fip.org/files/content/priority-areas/coronavirus/Community-pharmacy-procedures.pdf">meminta bantuan keluarga</a>, teman, atau tetangga untuk pergi ke apotek. </p>
<p>Apoteker juga dapat menginformasikan prosedur isolasi diri serta pelayanan kesehatan yang dibutuhkan jika pasien datang dengan gejala batuk, demam, dan sesak nafas serta memiliki riwayat perjalanan atau <a href="http://www.iai.id/uploads/coronadocs/15512107885e86e4bb73c18.pdf">riwayat kontak dengan pasien COVID-19</a>. Informasi ini dapat disampaikan melalui banner atau pamflet yang ditempel di tempat yang mudah terlihat, atau secara lisan jika dibutuhkan.</p>
<p><em>Keenam</em>, memanfaatkan layanan teknologi untuk membantu manajemen pengobatan pasien, terutama <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/healthcare-resources/pharmacies.html">pasien penyakit kronis</a>. Apoteker dapat menggunakan telepon, SMS, atau <em>instant messenger</em> seperti WhatsApp untuk memonitor pengobatan pasien. </p>
<p>Selain itu, apoteker juga dapat menjalin kerja sama dengan aplikasi apotek digital. Dengan demikian, pelanggan tidak harus datang ke apotek untuk membeli obat dan perbekalan farmasi yang dibutuhkan, <a href="https://republika.co.id/berita/q7n9yx423/layanan-apotek-digital-solusi-penderita-penyakit-kronis">bahkan untuk pengobatan penyakit kronis</a>. </p>
<p>Untuk membeli obat dengan resep, pengguna aplikasi dapat mengunggahnya di aplikasi apotek digital untuk dapat dilayani oleh <a href="https://www.halodoc.com/faq/questions/bagaimana-cara-melakukan-pembelian-obat-melalui-unggah-resep">apotek mitra</a>. </p>
<p>Obat selanjutnya diantarkan melalui layanan transportasi online yang bekerja sama dengan aplikasi apotek digital tersebut. </p>
<p>Langkah-langkah di atas dapat meminimalkan risiko tertular selama bekerja. </p>
<p>Mengingat <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/02/berapa-jumlah-tes-covid-19-di-indonesia-per-hari">cakupan tes Covid-19 di Indonesia masih terbatas</a> dan calon <a href="https://tirto.id/22-rs-di-indonesia-akan-uji-klinis-potensi-empat-obat-covid-19-eUlv">obat COVID-19 yang masih dalam tahap uji klinis</a>, langkah pencegahan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan oleh apoteker untuk memberikan pelayanan optimal pada masa pandemik Covid-19.</p>
<h2>Mengapa rentan penularan</h2>
<p>Apoteker <a href="https://www.liputan6.com/health/read/4222709/apoteker-di-layanan-kefarmasian-juga-rentan-tertular-covid-19">rentan tertular COVID-19</a> karena langsung berhadapan dengan anggota masyarakat selama melayani penyedia obat baik di apotek, Puskesmas, maupun rumah sakit. </p>
<p>Selama pandemi COVID-19, <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4214793/jokowi-imbau-apotek-dan-toko-kebutuhan-pokok-tetap-buka">apotek pun harus tetap beroperasi</a>, sehingga apoteker tidak dapat menghindari risiko tertular dengan menutup apotek dan berdiam di rumah. </p>
<p>Di sisi lain, <a href="http://iai.id/library/pelayanan/permenkes-no73-thn-2016-ttg-standar-pelayanan-kefarmasian-di-apotek">apoteker berperan penting dalam menyediakan obat-obatan</a>, alat kesehatan, serta layanan komunikasi, edukasi, dan informasi kepada masyarakat.</p>
<p>Data per 31 Desember 2019, lebih dari <a href="http://bppsdmk.kemkes.go.id/info_sdmk/info/index?rumpun=105">20.000 apoteker</a> bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. </p>
<p>Tenaga kefarmasian memiliki level <a href="https://www.fip.org/files/content/priority-areas/coronavirus/COVID-19-Guidelines-for-pharmacists-and-the-pharmacy-workforce.pdf">risiko menengah</a> untuk terpapar Covid-19. Sebab mereka sering berkontak atau memiliki kontak erat (dalam jarak 1,8 meter) dengan orang lain yang mungkin terinfeksi SARS-CoV-2, tapi belum terkonfirmasi atau dicurigai menderita Covid.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/137714/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lailaturrahmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pengelola apotek, apoteker, dan pengunjung perlu meningkatkan implementasi protokol kesehatan agar tempat layanan obat tidak menjadi medan penularan virus corona.Lailaturrahmi, Lecturer, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.