tag:theconversation.com,2011:/uk/topics/inovasi-45007/articlesInovasi – The Conversation2023-10-04T02:59:26Ztag:theconversation.com,2011:article/2132282023-10-04T02:59:26Z2023-10-04T02:59:26ZApa perbedaan antara ‘startup’ dan bisnis lainnya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/547361/original/file-20230707-19-h3ttvo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C45%2C5089%2C2743&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Antara 2012 dan 2021, pendanaan untuk perusahaan rintisan teknologi AS melonjak menjadi $344 miliar.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/diverse-team-of-professional-businesspeople-meeting-royalty-free-image/1363104989?phrase=start+ups&adppopup=true">gorodenkoff/iStock via Getty Images</a></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apa perbedaan antara <em>startup</em> dan bisnis, dan apakah yang satu lebih baik dari yang lain? - Aditya, usia 16 tahun, Ranchi, Jharkhand, India</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Semua <em>startup</em> adalah bisnis, tetapi tidak semua bisnis adalah <em>startup</em>.</p>
<p>Hampir <a href="https://www.uschamber.com/small-business/new-business-applications-a-state-by-state-view">100.000 bisnis baru</a> berdiri setiap minggu di Amerika Serikat pada 2022. Namun, apa yang membedakan sebuah <em>startup</em>? </p>
<p>Sebagai seorang profesor pemasaran dan inovasi yang telah bekerja di beberapa startup, termasuk Netflix pada masa-masa awal berdirinya, saya dapat membagikan beberapa perbedaan antara <em>startup</em> dan bisnis yang lebih tradisional.</p>
<h2>Startup menciptakan sesuatu yang baru</h2>
<p>Bisnis tradisional umumnya memiliki solusi yang sudah mapan untuk masalah yang sudah diketahui dan tidak mengembangkan sesuatu yang baru.</p>
<p>Sebagai contoh, sebuah restoran sushi baru di lingkungan sekitarmu mungkin merupakan sebuah bisnis baru, namun sama sekali bukan <em>startup</em>. Namun, jika sebuah perusahaan lokal baru mengembangkan perangkat yang dapat membuat sushi secara otomatis dan mencoba membuat restoran sushi menggunakannya, maka itu adalah sebuah <em>startup</em>. Restoran tersebut hanya mencoba untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar akan sushi, sedangkan perusahaan perangkat tersebut mencoba mengubah semua restoran sushi dengan metode barunya.</p>
<p><em>Startup</em> berpusat pada inovasi yang belum pernah dibawa ke pasar sebelumnya. Ini bisa berupa produk atau layanan, teknologi, proses, merek, atau bahkan model bisnis baru. Umumnya, mereka memiliki tujuan besar untuk mengubah industri dengan mendisrupsi pemimpin pasar atau perilaku pelanggan saat ini. </p>
<p>Pikirkan Uber, sebuah perusahaan rintisan inventif yang awalnya beroperasi di San Francisco. Perusahaan ini membangun model taksi yang telah teruji–sebuah bisnis–dan menciptakan aplikasi berbagi tumpangan unik yang belum pernah ada sebelumnya.</p>
<h2>Tujuan <em>startup</em></h2>
<p>Terlepas dari produk dan lokasinya, fokus utama dari sebuah <em>startup</em> adalah mencari tahu apakah ada kebutuhan untuk produk mereka. </p>
<p><em>Startup</em> mencoba menemukan dan mengoptimalkan <a href="https://www.coursera.org/articles/target-market">target pasar</a> untuk solusi baru mereka. Siapa yang akan menghargai dan membeli apa yang mereka kembangkan? Perusahaan rintisan sering kali berpikir bahwa mereka memiliki gambaran yang baik tentang siapa yang akan menyukai apa yang mereka bangun, tetapi mereka tidak selalu benar. </p>
<p>Sebagai contoh, saya mengepalai bagian pemasaran hampir satu dekade yang lalu di <a href="https://techcrunch.com/2019/02/27/compass-acquires-contactually-a-crm-provider-to-the-real-estate-industry/">Contactually</a>, perusahaan rintisan yang berfokus pada jejaring profesional. Saat Contactually mulai mempromosikan layanannya, mereka menargetkan bisnis kecil di beberapa industri, dengan berpikir bahwa produknya memenuhi kebutuhan yang sama untuk semua industri tersebut. Namun kemudian kami menemukan bahwa penawaran kami bekerja dengan sangat baik untuk agen <em>real estate</em> dan pialang, dan kami mulai mengerahkan semua upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok ini secara eksklusif.</p>
<p>Bagian dari mengidentifikasi target pasar adalah menetapkan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Product/market_fit">kesesuaian produk/pasar</a>–sejauh mana inovasi memenuhi kebutuhan pasar. Perusahaan rintisan tahu bahwa mereka mungkin telah menemukan sesuatu ketika pelanggan dari target pasar membeli solusi baru dan bersedia berbagi pengalaman positif mereka dengan orang lain. </p>
<p>Setelah sebuah startup melewati tahap-tahap tersebut, <em>startup</em> tersebut <a href="https://www.investopedia.com/terms/s/scalability.asp">akan mencoba untuk berkembang</a>. Ini berarti berhasil <em>startup</em> bertumbuh sehingga tidak dibatasi oleh pendanaan atau staf. Sebagai contoh, ketika <a href="https://backlinko.com/netflix-users">Netflix meluncurkan platform streaming</a> pada 2010, perusahaan ini mampu mengembangkan sayapnya ke seluruh dunia dengan cara yang lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan jika mereka tetap bertahan dengan model bisnis “DVD-melalui-milis”.</p>
<p>Akhirnya, untuk mencapai hal-hal yang memungkinkannya untuk berkembang, perusahaan rintisan umumnya berfokus pada <a href="https://doi.org/10.1007/s13162-021-00197-w">menghabiskan waktu bersama dan belajar dari pelanggan mereka</a>. Setelah mencapai ukuran tertentu, sebagian besar bisnis kurang fokus pada pembelajaran pelanggan dan lebih fokus pada membuat perusahaan menjadi lebih efisien.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Sebuah tim bekerja bersama di sebuah kantor." src="https://images.theconversation.com/files/536329/original/file-20230707-17-lxpvfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536329/original/file-20230707-17-lxpvfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536329/original/file-20230707-17-lxpvfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536329/original/file-20230707-17-lxpvfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536329/original/file-20230707-17-lxpvfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536329/original/file-20230707-17-lxpvfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536329/original/file-20230707-17-lxpvfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penelitian menunjukkan sekitar 90% perusahaan rintisan akan gagal, sementara ribuan perusahaan rintisan baru bermunculan setiap minggunya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/team-of-professionals-work-on-a-project-royalty-free-image/586970675?phrase=start+ups&adppopup=true">Kelvin Murray/Stone via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Bertransisi menjadi bisnis yang mapan</h2>
<p>Amazon, Netflix, Uber, dan Airbnb adalah perusahaan-perusahaan besar dunia yang berawal dari sebuah perusahaan rintisan. Berhasil mengembangkan <em>startup</em> menjadi perusahaan yang makmur sangatlah sulit. Data industri menunjukkan bahwa <a href="https://www.forbes.com/sites/neilpatel/2015/01/16/90-of-startups-will-fail-heres-what-you-need-to-know-about-the-10/">90% startup akan gagal</a>.</p>
<p>Setelah mapan di pasarnya, bisnis tradisional menghadapi tantangan yang berbeda: <a href="https://sloanreview.mit.edu/article/the-hard-truth-about-business-model-innovation/">menjalankan bisnis dengan lebih efisien</a>. </p>
<p>Perusahaan rintisan mungkin dapat mengandalkan pendanaan dari berbagai jenis investor luar saat mereka mulai kokoh berdiri. Namun, bisnis yang sudah mapan harus berjalan dengan lancar untuk menghasilkan keuntungan dari apa yang dijualnya.</p>
<p>Perusahaan non-<em>startup</em> perlu mencari cara untuk mengelola pekerja dengan lebih baik dan menjalankan bisnis dengan cara yang dapat memecahkan masalah pelanggan sekaligus memungkinkan perusahaan untuk memenuhi semua tujuannya. </p>
<p>Untuk bisnis non-<em>startup</em>, tujuan spesifiknya bisa berupa berapa banyak uang atau keuntungan yang dihasilkan perusahaan, bagaimana dan ke mana harus berekspansi untuk tumbuh lebih banyak atau lebih cepat, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat produk, atau bagaimana membuat lebih banyak produk dengan sumber daya yang sama atau lebih sedikit.</p>
<p>Meskipun fokus <em>startup</em> adalah menentukan apakah ada permintaan untuk produk baru dan inovatif, tujuan utama bisnis tradisional adalah menciptakan operasi yang efisien yang dapat bertahan jauh di masa depan. </p>
<p>Jika beruntung, <em>startup</em> yang sukses, seperti Uber atau Netflix, akan berkembang dan tumbuh, yang pada akhirnya berevolusi menjadi bisnis tradisional–bisnis yang mungkin akan diganggu oleh perusahaan-perusahaan rintisan dengan ide-ide baru di masa depan.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213228/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putri bekerja di Maven Clinic setelah sebelumnya bekerja di CNBC dan Morning Brew</span></em></p>Bisnis tradisional beroperasi dengan solusi yang sudah mapan untuk masalah yang sudah diketahui. Perusahaan rintisan berfokus pada produk atau layanan yang tidak disediakan oleh orang lain.Joel Mier, Lecturer of Marketing, University of RichmondLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2124552023-09-07T05:38:31Z2023-09-07T05:38:31ZIndonesia bisa panen raya dari AI dan memimpin di Asia Tenggara<p><em>Artikel ini adalah bagian dari serial #KenapaTakutAI?#</em></p>
<p>Indonesia sedang memiliki peluang besar untuk menjadi navigator pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) di Asia Tenggara.</p>
<p>Kesempatan ini dilatarbelakangi oleh keunggulan Indonesia dalam penerapan AI di sektor publik dan sektor bisnis, potensi pasar yang besar bagi investasi pengembangan AI dalam negeri, dan tingginya hasil riset terkait AI.</p>
<p>Teknologi berbasis AI sudah mulai diterapkan di sektor publik di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan kecepatan dan kualitas pelayanan publik melalui pendekatan <em>citizen-centric</em>.</p>
<p>Sebagai contoh, inisiatif Jakarta Smart City (<a href="https://smartcity.jakarta.go.id/">JSC</a>) milik Pemerintah DKI Jakarta telah berhasil menjadi pelopor penggunaan teknologi berbasis AI dalam mewujudkan <em>smart governance</em>. Ini inisiatif dalam pelayanan publik terintegrasi hingga penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan berbasis data di Indonesia sejak 2014.</p>
<p>Sementara di sektor bisnis, Indonesia menjadi pasar potensial terbesar dalam penanaman modal untuk pengembangan AI di Asia Tenggara. </p>
<p>Menurut <a href="https://oecd.ai/en/data?selectedArea=investments-in-ai-and-data&selectedVisualization=vc-investments-in-ai-by-country">laporan terbaru dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD)</a>, hingga kuartal ketiga (Q3) 2023, Indonesia mencatatkan rata-rata besaran nilai penerimaan pendanaan modal ventura (VC) untuk pengembangan AI terbesar di antara enam negara pengembang AI terdepan di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina. </p>
<p>Indonesia berhasil meraup rata-rata besaran investasi sebesar US$23 juta (Rp 351,670 miliar). Angka ini jauh melebihi Filipina ($11 juta), Singapura ($10 juta), Thailand ($6,4 juta), Malaysia ($4 juta), dan Vietnam ($3,9 juta). </p>
<p>Dalam area riset, Indonesia juga menjadi yang terdepan. </p>
<p>Laporan terbaru <a href="https://oecd.ai/en/data?selectedArea=ai-research&selectedVisualization=ai-publications-time-series-by-country">OECD</a>, secara akumulatif, ada 124.251 publikasi saintifik terkait AI yang telah dipublikasikan oleh akademisi dan peneliti di Indonesia hingga 2022. </p>
<p>Pencapaian ini membuat posisi Indonesia menempati peringkat tertinggi dalam publikasi riset di bidang AI, melampaui pencapaian negara-negara anggota ASEAN lainnya.</p>
<h2>Manfaat penggunaan AI dan tantangan</h2>
<p>Potensi terbesar dari penggunaan AI adalah pada sektor pertumbuhan ekonomi. </p>
<p>Dalam lingkup regional, negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, diprediksi akan mendapatkan keuntungan <a href="https://www.kearney.com/service/digital/article/-/insights/racing-toward-the-future-artificial-intelligence-in-southeast-asia">ekonomi</a> hingga US$950 miliar (Rp14.525 triliun), atau 13%, dari total produk domestik bruto (PDB) kawasan pada 2030. </p>
<p>Dari sebelas negara anggota ASEAN, Indonesia diperkirakan akan mendapat dampak ekonomi paling tinggi, sekitar US$366 miliar (Rp5.596 triliun), diikuti Thailand ($117 miliar), Singapura ($110 miliar), Malaysia ($115 miliar), Vietnam ($109 miliar), dan Filipina ($92 miliar). </p>
<p>Keuntungan ekonomi dari pemanfaatan AI di kawasan <a href="https://www.kearney.com/service/digital/article/-/insights/racing-toward-the-future-artificial-intelligence-in-southeast-asia">didominasi</a> oleh dua sektor utama, yaitu <em>marketing and sales</em> dan <em>supply chain management</em>, dengan persentase penambahan nilai (<em>value added</em>) masing-masing sebesar 50-60% dan 20-25%.</p>
<p>Namun, di samping manfaat tersebut, terdapat beberapa tantangan bagi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dalam tata kelola AI pada masa depan. </p>
<p>Menurut <a href="https://asiasociety.org/policy-institute/raising-standards-data-ai-southeast-asia">studi Asia Society Policy Institute (2022)</a>, setidaknya terdapat tiga isu krusial yang perlu mendapat perhatian, yaitu inklusivitas, ketahanan siber, dan disrupsi pasar tenaga kerja.</p>
<p>Inklusi berkaitan dengan perlunya mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat (<em>citizen-centric approach</em>) dalam merumuskan berbagai kebijakan terkait pengembangan dan penggunaan teknologi berbasis AI ke depan. </p>
<p>Dengan AI yang sangat bergantung pada data publik dari penggunaan aplikasi, layanan, dan utilitas virtual, maka ketahanan siber harus menjadi <a href="https://www.eastasiaforum.org/2022/08/24/asia-pacific-cybercrime-threatens-to-crimp-ai/">prasyarat</a> sebelum melakukan pengembangan lebih lanjut. </p>
<p>Meskipun Indonesia telah mengesahkan <a href="https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/4761/UU%2019%20Tahun%202016.pdf">Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)</a> dan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Details/229798/uu-no-27-tahun-2022">UU Perlindungan Data Pribadi (PDP)</a>, keberadaan regulasi spesifik tentang keamanan siber masih diperlukan. Ini untuk memperkuat keamanan infrastruktur jaringan informasi dan sumber daya di bidang keamanan siber.</p>
<p>Mengamankan perlindungan data pribadi berstandar tinggi dan mengantisipasi maraknya pengintaian digital (<em>digital surveillance</em>) harus menjadi prioritas negara. Ini sangat penting dalam rangka menumbuhkan kepercayaan publik terhadap penggunaan teknologi berbasis AI. </p>
<p>Adopsi AI yang eksponensial dan meluas juga menimbulkan disrupsi pada pasar tenaga kerja. Menurut <a href="https://www.mckinsey.com/featured-insights/asia-pacific/automation-and-the-future-of-work-in-indonesia">prediksi McKinsey (2019), Indonesia</a> akan kehilangan 23 juta pekerjaan pada 2030. Namun, pada periode tahun yang sama akan muncul pula 27-46 juta jenis pekerjaan baru. </p>
<p>Oleh karena itu, kita perlu perencanaan strategi jangka panjang demi menghasilkan dan mempertahankan ketersediaan tenaga kerja berkapabilitas tinggi ke depan.</p>
<p>Sejauh ini, Indonesia sudah memulai langkah konkret dengan adanya 10 agenda prioritas di dalam visi “<a href="https://investindonesia.go.id/en/why-invest/indonesia-economic-update/making-indonesia-4.0-indonesias-strategy-to-enter-the-4th-generation-of-ind">Making Indonesia 4.0</a>” yang digagas oleh Presiden Joko Widodo. </p>
<p>Salah satu inisiatif yang berdampak positif adalah upaya penguatan kerja sama dengan sektor swasta dan universitas dalam menghasilkan talenta berkualitas yang mampu bekerja di industri teknologi tinggi, seperti <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2019/02/02/bukalapak-itb-launch-ai-cloud-computing-innovation-center.html">the Artificial Intelligence and Cloud Computing Innovation Center</a> dan <a href="https://tokopedia-ai.cs.ui.ac.id/#:%7E:text=As%20a%20result%20of%20partnership%20between%20UI%20and,government%2C%20delivering%20concrete%20AI%20solutions%20for%20real-world%20problems.">Tokopedia AI Center of Excellence</a>. </p>
<h2>Peran Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023</h2>
<p>Berkaca pada kesuksesan Presidensi G20 yang lalu, Indonesia yang sedang memegang Presidensi ASEAN 2023 harus melanjutkan pengaruhnya untuk menavigasi masa depan tata kelola AI di kawasan. Ini sebagai bagian dari penguatan lingkungan digital di kawasan, sehingga optimalisasi manfaat dan pencegahan potensi risiko dapat dilakukan. </p>
<p>Peranan tersebut dapat diawali dengan merangkul negara-negara lain yang terdepan dalam pengembangan AI di Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Kita perlu memastikan bahwa pemanfaatan AI dilakukan secara adil bagi masyarakat di kawasan dan potensi risiko dapat dikelola dengan baik. </p>
<p>Pertemuan <a href="https://asean.org/wp-content/uploads/2023/02/Endorsed-3rd-ADGMIN-JMS.pdf">para menteri digital se-ASEAN pada awal tahun ini memang sudah mengakui</a> pentingnya pembuatan pedoman tata kelola dan etika penggunaan AI. Namun, substansi pedoman untuk mencegah potensi risiko dalam pemanfaatan teknologi ini masih belum terlihat secara spesifik. </p>
<p>Untuk itu, beberapa inisiatif konkret dan kolektif lebih lanjut sangat dibutuhkan.</p>
<p>Pertama dan terpenting, Asia Tenggara perlu menyepakati definisi bersama terkait AI beserta berbagai risiko pemanfaatannya. </p>
<p>Dalam hal ini, Indonesia bisa mengusulkan adopsi pendekatan berbasis risiko (<em>risk-based approach</em>) yang diterapkan Uni Eropa dalam mendefinisikan risiko-risiko dalam pemanfaatan AI.</p>
<p>Kedua, Indonesia perlu mendorong pembentukan kerangka peraturan bersama di tingkat regional untuk mengatur tata kelola AI, yang juga melingkupi pengembangan dan pemanfaatannya. </p>
<p>Keberadaan basis hukum ini diperlukan untuk mengatur praktik penggunaan AI yang dianggap berpotensi berdampak negatif bagi pengguna. Praktik-praktik negatif tersebut dapat berupa diskriminasi, pengintaian digital, hingga kebocoran data pribadi. </p>
<p>Keberadaan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia (<a href="https://karya.brin.go.id/id/eprint/13918/1/Artikel_Michael_PR%20Elektronika_2020.pdf">Stranas KA</a>) sebagai pedoman pengembangan AI dan beberapa instrumen hukum terkait ekosistem digital, seperti (<a href="https://peraturan.bpk.go.id/Details/37582/uu-no-19-tahun-2016">UU ITE</a>) dan (<a href="https://peraturan.bpk.go.id/Details/229798/uu-no-27-tahun-2022">UU PDP</a>), bisa menjadi modal Indonesia dalam menginisiasi perumusan kerangka peraturan tata kelola AI di kawasan.</p>
<p>Ketiga, Indonesia perlu menginisiasi perumusan kemitraan komprehensif regional untuk pengembangan AI. Inisiatif ini sangat penting untuk memperkuat semangat kebersamaan antarnegara anggota ASEAN dalam memanfaatkan dan mengembangkan AI secara kolektif. </p>
<p>Beberapa kerja sama yang dilakukan dapat melingkupi pembinaan tenaga kerja berketerampilan tinggi, pembangunan infrastruktur digital, penguatan penelitian, hingga peningkatan investasi. </p>
<p>Begitu besar potensi manfaat dari penggunaan AI untuk kawasan pada masa depan dan Indonesia bisa panen raya nanti. Kepemimpinan Indonesia atas ASEAN tahun ini dapat digunakan untuk memastikan masa depan tata kelola AI di kawasan tidak hanya berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi negara, tapi juga memastikan keadilan pengembangan antarnegara, dan keamanan terhadap hak-hak digital penggunanya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212455/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Albert Jehoshua Rapha tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Potensi terbesar dari penggunaan AI adalah pada sektor pertumbuhan ekonomi.Albert Jehoshua Rapha, Research Fellow, Pusat Kajian Kebijakan dan Manajemen Pembangunan (PK2MP), Universitas DiponegoroLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2113452023-09-06T07:32:20Z2023-09-06T07:32:20ZTeknologi dan resistensi: kisah anti-mobil hingga AI<p><em>Artikel ini adalah bagian dari serial #KenapaTakutAI?#</em></p>
<p>Teknologi, sebagai kekuatan pengubah sejarah, secara konstan memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan kita. Namun di setiap titik perubahan, sering kali kita dihantui oleh keraguan, rasa takut, dan penolakan.</p>
<p><a href="https://www.zdnet.com/article/humanity-has-always-feared-technology-in-the-21st-century-are-we-right-to-be-afraid/">Kisah resistensi itu bisa kita lacak</a>, misalnya, dari munculnya mobil, internet hingga kecerdasan buatan atau <em>artificial intelligence</em> (AI).</p>
<p>Momen-momen keresahan itu berperan sebagai tonggak-tonggak sejarah manusia. Sebenarnya, <a href="https://timeline.com/forget-self-driving-car-anxiety-in-the-early-days-human-drivers-were-the-fear-55a770262c10">resistensi dan kekhawatiran muncul</a> sebagai respons alamiah terhadap perubahan yang tidak dapat dihindari.</p>
<p>Satu riset menunjukkan <a href="https://www.washingtonpost.com/sf/business/2015/05/30/net-of-insecurity-part-1/">internet komersial, yang dulu dikhawatirkan</a> pada awal kemunculannya, telah menciptakan <a href="https://www.iab.com/news/study-finds-internet-economy-grew-seven-times-faster/">17 juta pekerjaan baru</a> di seluruh dunia antara 2016 dan 2021. </p>
<p>Mari kita lihat beberapa contoh inovasi teknologi lainnya yang selalu diawali dengan rasa takut tapi akhirnya mendorong kemajuan peradaban umat manusia. </p>
<h2>Dari mobil hingga komputer</h2>
<p>Dengan merujuk pada era penemuan otomotif, <a href="https://www.history.com/topics/inventions/automobiles">saat mobil komersial pertama kali diciptakan pada akhir abad ke-19</a>, negara-negara di seluruh dunia dipenuhi dengan kegelisahan, yang berakibat pada pengetatan regulasi. </p>
<p>Inggris pada akhir abad ke-19, misalnya, membuat <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Locomotives_on_Highways_Act_1896">Locomotives on Highways Act 1896</a>. Undang-undang ini membatasi kecepatan dan mewajibkan mobil di jalanan didahului oleh pejalan kaki yang membawa bendera merah sebagai tanda peringatan. Hal itu mencerminkan kekhawatiran masyarakat bahwa inovasi baru dapat mengganggu gaya hidup tradisional, memengaruhi pekerjaan lama seperti tukang becak dan kusir kereta kuda.</p>
<p>Lebih lanjut, ketika <a href="https://www.newyorker.com/culture/infinite-scroll/the-birth-of-the-personal-computer">komputer personal (<em>personal computer</em>) dikomersialisasikan pada akhir 1970-an,</a> banyak <a href="https://link.springer.com/article/10.3758/bf03203781">publikasi paper pada 1980-an sampai 1990-an</a> yang membahas tentang <em>computerphobia</em>. Beberapa kelompok masyarakat khawatir dan beranggapan bahwa teknologi ini merupakan <a href="https://www.nature.com/articles/s41599-020-00650-4">monster mekanik</a>, berpotensi menciptakan manusia yang malas dan tergantung pada teknologi untuk melakukan perhitungan dasar. </p>
<p>Namun, sebaliknya, teknologi ini justru memfasilitasi kemajuan ilmu pengetahuan. Kemampuan komputer menyelesaikan perhitungan yang kompleks dengan cepat dan akurat membuat ilmuwan bisa menghasilkan penemuan baru ataupun merancang solusi yang lebih inovatif. </p>
<p>Selain itu, teknologi ini membantu meningkatkan produktivitas di berbagai sektor. Ini memungkinkan kita untuk fokus pada tugas-tugas yang lebih memerlukan keterampilan manusia seperti kreativitas dan analisis.</p>
<p><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Grace_Hopper">Grace Murray Hopper</a>, seorang ilmuwan komputer Amerika Serikat (AS) yang bekerja di <a href="https://www.nre.navy.mil/">the Office of Naval Reserve (ONR)</a> - organisasi di Departemen Angkatan Laut AS yang bertanggung jawab atas program ilmu pengetahuan dan teknologi dari Angkatan Laut AS - memiliki peran penting dalam perkembangan komputer generasi awal dengan penemuan kompiler. Kompiler adalah alat yang mengubah kode pemrograman, menjadi kode mesin yang dapat dijalankan oleh komputer.</p>
<p>Melalui pengembangan kompiler, Hopper membuka akses pemrograman kepada masyarakat luas dan membuktikan bahwa komputer <a href="https://news.yale.edu/2017/02/10/grace-murray-hopper-1906-1992-legacy-innovation-and-service">bukanlah teknologi yang harus ditakuti</a>. Sebaliknya, komputer dapat memberikan nilai besar untuk bisnis, pendidikan, dan bidang lainnya.</p>
<h2>Era AI: kekhawatiran versus masa depan</h2>
<p>Hari ini, kita menghadapi lonjakan teknologi serupa dalam bentuk AI. Seperti teknologi sebelumnya, AI juga memunculkan kekhawatiran bahwa teknologi ini akan mengambil alih pekerjaan manusia dan meningkatkan pengangguran. </p>
<p>Namun, pandangan ini terlalu sederhana. </p>
<p>AI, dengan kemampuannya untuk mengambil alih tugas-tugas rutin dan berulang, sebenarnya membebaskan manusia untuk lebih fokus pada pekerjaan yang memerlukan keterampilan kreatif, pemecahan masalah, dan interpersonal.</p>
<p>Misalnya, dokter bisa memanfaatkan AI untuk diagnosis penyakit dan merancang rencana perawatan yang lebih personal. Sementara guru bisa memanfaatkan AI untuk personalisasi pembelajaran dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/manfaat-ai-untuk-diagnosis-radiologi-medis-berapa-akurasi-dan-apa-masalah-di-baliknya-208679">Manfaat AI untuk diagnosis radiologi medis, berapa akurasi dan apa masalah di baliknya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sejauh ini, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048733321002183">penelitian menunjukkan bahwa AI</a> cenderung <em>mengubah</em> pekerjaan daripada <em>menggantikannya</em>. Artinya, peran AI lebih banyak mengubah cara kita bekerja daripada menggantikan pekerjaan manusia.</p>
<p>Meskipun AI dapat mengotomatisasi tugas-tugas tertentu di satu pekerjaan, pekerjaan tersebut secara umum tetap memerlukan sentuhan manusia dan pemikiran kreatif yang tidak dapat digantikan sepenuhnya oleh AI. </p>
<p>Contohnya, akuntan bisa menggunakan AI untuk memprediksi mengenai adanya potensi kecurangan, tapi pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh AI. Keahlian dan pengetahuan akuntan tetap diperlukan.</p>
<p>Selain itu, seperti teknologi sebelumnya, <a href="https://teamstage.io/technology-in-the-workplace-statistics/">AI juga berpotensi menciptakan banyak pekerjaan baru</a> yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya.</p>
<p>Namun, untuk menghadapi era AI ini, kita perlu pendekatan yang berbasis pada pendidikan dan pemahaman, bukan rasa takut. Kita perlu melihat AI sebagai alat yang dapat membantu kita, bukan sebagai ancaman. </p>
<p>Melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat, kita dapat mempersiapkan diri dan generasi mendatang untuk era AI. Selain itu, kita juga perlu memastikan bahwa AI dikembangkan dan digunakan dengan cara yang etis dan bertanggung jawab.</p>
<p>Dengan melibatkan manusia dalam proses pengambilan keputusan, kita dapat memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan, bukan sebaliknya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/penggunaan-chatgpt-tak-perlu-dilarang-layanan-ai-bisa-mendukung-riset-dan-pendidikan-201686">Penggunaan ChatGPT tak perlu dilarang: layanan AI bisa mendukung riset dan pendidikan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Peluang kerja dan ekonomi baru</h2>
<p>Sejarah menunjukkan bahwa mobil bukan hanya memfasilitasi pergerakan penduduk dan meningkatkan akses geografis. Mobil juga membuka peluang kerja baru dalam industri otomotif dan terkait. Bidang pekerjaan ini beragam, mulai dari insinyur otomotif, teknisi perawatan, hingga peran dalam penjualan dan pemasaran mobil. </p>
<p>Oleh karena itu, inovasi ini tidak hanya merombak cara kita bergerak, tapi juga mengubah struktur ekonomi kita.</p>
<p>Industri otomotif merupakan sektor ekonomi terbesar dan paling penting di dunia. Di Eropa, misalnya, <a href="https://www.acea.auto/fact/facts-about-the-automobile-industry/">data pada 2023</a> menunjukkan bahwa sektor otomotif menyerap tenaga kerja sebanyak 13 juta orang di Eropa (secara langsung dan tidak langsung). Ini mencakup 7% dari total pekerjaan di Uni Eropa. </p>
<p>Sekitar 11,5% dari total pekerjaan di sektor manufaktur Uni Eropa–sekitar 3,4 juta–berada di sektor otomotif. Lapangan kerja ini mencakup berbagai bidang, mulai dari perakitan dan manufaktur hingga penjualan, pemasaran, dan perawatan.</p>
<p>Komputer dan internet juga telah memengaruhi hampir setiap aspek ekonomi dan menciptakan jutaan pekerjaan baru di teknologi informasi (TI). </p>
<p>Misalnya, sepanjang sepuluh tahun terakhir, jumlah pekerjaan di sektor TI di AS terus meningkat. Meskipun ada penurunan signifikan dalam jumlah tenaga kerja TI pada 2020, angka tersebut melampaui 3 juta mulai April 2022 dan mencapai puncaknya <a href="https://www.statista.com/topics/5275/employment-in-the-it-industry/#topicOverview">hampir 3,12 juta pekerja</a> pada Januari 2023. </p>
<p>Dalam kurun <a href="https://economictimes.indiatimes.com/tech/internet/internet-creates-2-4-jobs-for-every-job-it-destroys-mckinsey/articleshow/8586070.cms?from=mdr">waktu 1990 hingga 2010</a>, lembaga konsultan bisnis McKinsey menyatakan bahwa internet mengakibatkan punahnya 500 ribu pekerjaan, tapi pada saat yang sama internet juga menciptakan 1,2 juta pekerjaan baru.</p>
<p>Dengan demikian, ketakutan <a href="https://www.irishtimes.com/news/who-s-afraid-of-the-internet-1.289721">awal terhadap internet</a>, termasuk isu privasi dan isolasi sosial, ternyata tidak sebanding dengan manfaatnya.</p>
<p>Internet juga memfasilitasi pertumbuhan <em>e-commerce</em>, dengan penjualan global <a href="https://www.oberlo.com/statistics/global-ecommerce-sales-growth#:%7E:text=The%20global%20ecommerce%20growth%20rate,a%20massive%20dip%20from%202021.">mencapai $5.89 triliun (hampir Rp90 ribu triliun) pada 2023</a>. Komunikasi dan kolaborasi juga lebih mudah dan efisien berkat fitur seperti email dan <em>video call</em>. </p>
<p>Komputer dan internet memfasilitasi kerja jarak jauh, memberikan fleksibilitas dan memperluas peluang bagi mereka yang tinggal jauh dari pusat-pusat pekerjaan. Selain itu, komputer juga telah membuka lapangan kerja baru dalam bidang seperti analisis data, analis keamanan siber, dan arsitek komputasi awan.</p>
<p>Meski ada tantangan dan risiko, dengan pemahaman dan regulasi yang tepat, kita dapat memanfaatkan potensi internet, termasuk AI, sambil memitigasi risikonya.</p>
<p>Jadi, pertanyaannya bukan lagi apakah kita harus menerima teknologi baru seperti AI atau tidak, tapi bagaimana kita dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan kita. </p>
<p>Dengan pendidikan, pelatihan, dan regulasi yang tepat, kita dapat memastikan bahwa umat manusia tidak hanya bisa bertahan dalam era digital ini, tapi juga berkembang dan maju.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/211345/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arif Perdana tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Inovasi ini tidak hanya merombak cara kita bergerak, tapi juga mengubah struktur ekonomi kita.Arif Perdana, Associate Professor Digital Strategy and Data Science, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2101172023-08-02T04:05:28Z2023-08-02T04:05:28ZMengapa batu berlian sangat keras dan mahal, baik yang dibuat di lab maupun ditambang?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/538383/original/file-20230719-17-q9fnwv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apakah kamu sedang mencari sesuatu yang berkilau?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/great-background-image-lots-diamonds-46190779">clearviewstock/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Saat ini adalah musim berlian. <a href="http://publications.weddingwire.com/i/953286-weddingwire-2018-newlywed-report">Hampir 40 persen pertunangan di Amerika</a> terjadi antara Thanksgiving dan Hari Valentine, dengan Natal sebagai hari yang paling populer untuk melontarkan pertanyaan - dan menyerahkan sepotong es yang berkilau. Toko-toko perhiasan setidaknya <a href="https://www.census.gov/retail/index.html">meningkatkan penjualan dua kali lipat dari penjualan bulanan biasanya pada Desember</a>.</p>
<p>Setidaknya sejak akhir 1800-an, dengan <a href="https://www.theatlantic.com/magazine/archive/1982/02/have-you-ever-tried-to-sell-a-diamond/304575/">ditemukannya tambang berlian yang besar di Afrika Selatan</a>, orang-orang sangat mengagumi permata yang mempesona ini. Keindahan dan kemegahan berlian jauh melampaui permukaannya. </p>
<p>Seperti pemburu berlian yang menggali di tambang bawah tanah, kita harus melihat lebih dalam pada karakteristik atomnya untuk memahami apa yang membedakan batu ini dari yang lain - dan apa yang membuatnya berharga tak hanya bagi kaum romantis, tapi juga bagi para ilmuwan.</p>
<h2>Pada tingkat atom</h2>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/249495/original/file-20181207-128202-bhm7sv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Berlian yang masih mentah, sebelum dikeluarkan dari matriks yang membentuknya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rough_diamond.jpg">USGS</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika ditambang dari bumi, berlian terlihat seperti batu keruh sebelum dipotong dan dipoles. Sifat dan struktur kimianya tidak diketahui selama berabad-abad. <a href="https://doi.org/10.1007/s10818-016-9241-8">Eksperimen Isaac Newton pada 1600-an</a> yang pertama kali menunjukkan bahwa berlian terdiri dari <a href="https://doi.org/10.1088/1742-6596/728/6/062004">unsur yang berlimpah urutan keempat, yaitu karbon</a>.</p>
<p>Banyak orang meragukan penemuan Newton, yang dapat dimengerti mengingat betapa berbedanya berlian dengan bentuk karbon pada umumnya, seperti grafit pada pensil atau abu yang tertinggal di perapian pembakaran kayu. Namun pada 1797, ilmuwan Inggris, Smithson Tennant, <a href="https://www.jstor.org/stable/24949942">mengkonfirmasi komposisi berlian</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Ciri-ciri berlian dari susunan atomnya" src="https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=447&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=447&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=447&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=562&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=562&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/249496/original/file-20181207-128190-1kvd31h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=562&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Berlian dan grafit keduanya terbuat dari atom karbon, tapi disusun dalam struktur yang berbeda.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Diamond_and_graphite2.jpg">Materialscientist/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ternyata karbon memiliki dua bentuk umum yang memiliki struktur kristal pada tingkat atom. Grafit adalah bentuk dua dimensi yang berulang seperti sarang lebah, dengan lapisan-lapisan yang bertumpuk satu sama lain. Sebagai alternatif, karbon dapat membentuk pola tiga dimensi yang berulang, tetrahedron - dan itulah berlian.</p>
<h2>Dari manakah berlian itu berasal?</h2>
<p>Ada dua sumber dari batu permata berharga ini: penambangan alami atau sintesis di dalam laboratorium.</p>
<p><iframe id="WXvk7" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/WXvk7/2/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Berlian alami terbentuk di bawah tekanan dan panas yang hebat di dalam kerak bumi selama jutaan tahun. <a href="https://doi.org/10.1007/s10818-016-9241-8">Deposit alami telah ditemukan di seluruh dunia</a>, dari Kanada Utara hingga Australia Barat, bahkan di bawah air Namibia.</p>
<p>Tambang merupakan satu-satunya sumber batu permata hingga 1955, ketika General Electric memproduksi berlian sintetis pertama dengan menggunakan yang disebut <a href="https://www.gia.edu/gems-gemology/fall-2017-observations-hpht-grown-synthetic-diamonds">proses bertekanan dan bersuhu tinggi</a>. Proses ini bekerja dengan menerapkan ratusan ribu pon tekanan pada grafit pada suhu 2.700 derajat Fahrenheit (hampir 1.500 derajat Celsius) untuk <a href="https://doi.org/10.1007/s10818-016-9241-8">memaksa karbon membentuk struktur kristal yang benar</a>. Proses ini seperti versi buatan dari kondisi ekstrem yang menghasilkan berlian di dalam bumi.</p>
<p>Pada 1970-an, laboratorium mulai menggunakan metode pengendapan uap kimia untuk menumbuhkan berlian pada tekanan yang lebih rendah. Pada saat itu, teknik HPHT (<em>high pressure high temperature</em>) tidak dapat menghasilkan batu berkualitas permata. Metode yang telah disempurnakan ini mengubah campuran gas hidrokarbon dengan memecahnya menjadi komponen-komponennya, molekul karbon dan hidrogen, dengan filamen atau plasma yang dipanaskan secara intens dan mengendapkannya pada suatu substrat. </p>
<p>Pada akhirnya, proses ini membentuk berlian padat. Awalnya, proses ini memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat lambat, tapi sekarang telah dioptimalkan untuk <a href="https://doi.org/10.1557/S0883769400061480">menumbuhkan berlian berkualitas dalam hitungan hari</a>.</p>
<p>Kedua teknik ini bertanggung jawab atas sebagian besar berlian yang dibuat oleh manusia - lebih dari <a href="https://www.statista.com/statistics/280216/global-synthetic-diamond-production/">4 miliar karat di seluruh dunia setiap tahunnya</a>.</p>
<p>Ada kesalahpahaman umum bahwa berlian alami pasti berbeda dengan berlian sintetis. Sebaliknya, keduanya secara kimiawi identik dan memiliki sifat fisik yang sama. Bahkan teknik yang paling canggih sekalipun tidak dapat mendeteksi perbedaan antara berlian yang ditambang dan berlian yang dibuat oleh manusia - keduanya adalah berlian “asli”. Namun, berlian yang benar-benar tanpa cacat dari kedua jenis berlian tersebut sangat langka.</p>
<h2>Menilai sebuah berlian</h2>
<p>Apa pun asalnya, berlian dapat dinilai berdasarkan “empat C”, yaitu potongan, warna, kejernihan, dan berat karat (<em>cut, color, clarity, carat weight</em>). Laboratorium khusus menilai setiap kategori, seperti yang dibuat oleh Gemological Institute of America.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Cara memotong berlian" src="https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=318&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=318&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=318&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=399&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=399&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/250102/original/file-20181211-76980-13b3err.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=399&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pemotong berlian memilih bentuk batu yang sudah jadi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/twenty-one-various-diamond-shapes-cut-739328245">SPbPhoto/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://doi.org/10.1111/j.1475-3995.2005.00516.x">Potongan berlian</a> ditentukan dengan dua cara. Ada “bentuk umum batu potong,” dengan bentuk-bentuk termasuk bulat brilian (paling umum), oval, <em>emerald</em> (zamrud), <em>pear</em> (buah pir), <em>princess</em> (cincin putri), <em>trilliant</em> (segitiga trilian), segitiga, <em>heart</em> (hati), dan <em>radiant</em> (persegi). Ada juga “tingkat kesempurnaan yang dicapai oleh proses pemotongan dan pemolesan” yang dinilai berdasarkan skala mulai dari yang sangat baik hingga yang buruk. Jenis dan kualitas potongan pada akhirnya menentukan cara cahaya memantul pada batu, yang berkontribusi pada “kecemerlangannya”.</p>
<p><a href="https://www.gia.edu/doc/Coloring-Grading-D-to-Z-Diamonds-at-the-GIA-Laboratory.pdf">Warna berlian</a> dinilai berdasarkan skala dari “D”, yang tidak berwarna sama sekali, hingga “Z” yang memiliki warna paling banyak. Pada awalnya, warna batu merupakan petunjuk besar tentang bagaimana batu itu terbentuk karena hingga 2007, sekitar <a href="https://www.gia.edu/gems-gemology/fall-2017-observations-hpht-grown-synthetic-diamonds">90 persen</a> batu sintetis bertekanan tinggi dan bersuhu tinggi berwarna oranye atau kuning. Hampir tidak ada batu dari proses tersebut yang tidak berwarna, sehingga batu yang tidak berwarna hampir pasti alami. Namun, proses pertumbuhan HPHT telah berkembang pesat dan pada 2016, <a href="https://www.gia.edu/gems-gemology/fall-2017-observations-hpht-grown-synthetic-diamonds">43 persen</a> berlian sintetis tidak berwarna.</p>
<p><a href="https://www.gia.edu/gia-about/4cs-clarity">Kejernihan berlian</a> menunjukkan adanya inklusi, atau ketidaksempurnaan kecil, pada batu. Inklusi membuat setiap berlian menjadi unik dan memberikan petunjuk kuat mengenai apakah berlian itu alami atau sintetis. </p>
<p>Proses HPHT <a href="https://www.gia.edu/gems-gemology/fall-2017-observations-hpht-grown-synthetic-diamonds">menggunakan fluks logam</a>, atau cairan logam panas, yang bertindak sebagai pelarut untuk melarutkan sumber karbon, grafit, agar dapat ditata ulang dan ditumbuhkan menjadi berlian. Berlian yang ditumbuhkan dengan cara ini dapat memiliki inklusi logam. Batu yang dihasilkan dapat bersifat magnetis - jika berlian bereaksi dengan magnet, maka berlian tersebut pasti sintetis. </p>
<p>Selain itu, sebagian besar berlian sintetis memiliki tingkat kejernihan yang tinggi, sedangkan berlian alami mengandung inklusi yang lebih besar.</p>
<p>Banyak konsumen yang berfokus pada <a href="https://4cs.gia.edu/en-us/blog/gia-diamond-grading-reports-understanding-carat-weight/">berat karat</a> - yaitu ukuran berlian. Batu ditimbang dengan skala satu karat adalah 200 miligram (0,007 ons). Berlian yang lebih besar dari empat karat hampir pasti alami karena itulah batas ukuran berlian yang dapat ditumbuhkan oleh proses sintetis.</p>
<p>Meskipun “empat C” berlian pada akhirnya menentukan nilai jual, nilai sentimentalnya bisa lebih besar lagi. Pembeli harus memutuskan apakah batu alami atau sintetis yang sesuai dengan keinginan mereka, berdasarkan faktor-faktor yang mungkin termasuk <a href="https://www.businessinsider.com/millennials-want-cheap-ethical-diamond-engagement-rings-2018-5">konsekuensi ekologi dan etika</a> dari penambangan berlian serta harga yang lebih rendah untuk batu sintetis.</p>
<h2>Berlian di luar jari manis</h2>
<p>Meskipun berlian terkenal dengan tempatnya di industri perhiasan, berlian juga memiliki peran berharga lainnya.</p>
<p>Sifat fisiknya, terutama kekerasannya, sangat ideal untuk aplikasi yang bersifat kasar. Berlian kecil dapat ditemukan <a href="http://pdc-guru.com/uploads/2/8/7/9/2879895/daw_d-scott_history-and-impact-of-synthetic-diamond-cutters-in-og.pdf">melapisi roda pemotong, mata bor, dan roda gerinda</a>, yang digunakan untuk memotong beton atau batu bata.</p>
<p>Berlian juga memiliki sifat optik tertentu yang membuatnya cocok untuk berbagai teknik spektroskopi, atau pengukuran yang melibatkan spektrum elektromagnetik. Para peneliti ilmiah menggunakan tes ini untuk membantu mengidentifikasi komposisi bahan yang mereka selidiki.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="batu terkeras adalah berlian" src="https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/249851/original/file-20181210-76977-1s1d3uc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Jarum berlian adalah bagian yang bersentuhan dengan lekukan pada piringan hitam.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/hawkins-thiel/3235580260/">Michelle Hawkins-Thiel/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tempat yang sebelumnya umum untuk berlian adalah pada pemutar piringan hitam, yang hingga hari ini <a href="https://patents.google.com/patent/US3902340A/en">jarum yang menyentuh piringan hitam</a> bisa berupa potongan berlian yang sangat kecil.</p>
<p>Terlepas dari preferensi seseorang terhadap karakteristik estetika atau ilmiah dari permata, berlian tetaplah mempesona.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210117/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dibentuk melalui proses geologi maupun teknik laboratorium, berlian tetaplah keras. Sifatnya yang unik memberikannya sifat yang tidak berhubungan dengan kemilaunya.Joshua Wilhide, Manager of the Molecular Characterization and Analysis Complex, University of Maryland, Baltimore CountyWilliam LaCourse, Professor of Chemistry and Dean of the College of Natural and Mathematical Sciences, University of Maryland, Baltimore CountyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1923532022-10-13T01:59:29Z2022-10-13T01:59:29ZHadiah Nobel: bagaimana kimia klik dan kimia bioorthogonal mengubah industri farmasi dan material<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/489353/original/file-20221012-13-e2appg.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kimia klik menggabungkan molekul dengan mereaksikan azida dengan siklooktyne.</span> <span class="attribution"><span class="source">Boris Zhitkov/Moment via Getty Images</span></span></figcaption></figure><p><em><a href="https://www.nobelprize.org/prizes/chemistry/2022/press-release/">Hadiah Nobel Kimia 2022</a> diberikan kepada ilmuwan Carolyn R. Bertozzi, Morten Meldal dan K. Barry Sharpless untuk pengembangan mereka klik kimia</em> (click chemistry) <em>dan kimia bioorthogonal.</em></p>
<p><em>Teknik ini telah digunakan di sejumlah sektor, termasuk <a href="https://www.statnews.com/sponsor/2021/12/22/it-takes-two-the-future-of-click-chemistry-therapeutics/">memberikan perawatan</a> yang dapat membunuh sel kanker tanpa mengganggu sel sehat serta secara berkelanjutan dan cepat memproduksi polimer dalam jumlah besar untuk bahan-bahan bangunan. Satu obat berbasis kimia klik saat ini sedang menjalani <a href="https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT04106492">uji klinis fase 2</a>. Bertozzi adalah penasihat ilmiah dari perusahaan yang mengembangkan obat tersebut.</em></p>
<p><em>Kami bertanya kepada kandidat Ph.D. kimia <a href="https://scholar.google.com/citations?user=HaxobcoAAAAJ&hl=en">Heyang (Peter) Zhang</a> dari <a href="http://lin.chem.buffalo.edu">Lin Lab</a> di University at Buffalo untuk berbicara tentang bagaimana teknik ini muncul dalam penelitiannya sendiri dan bagaimana mereka telah mengubah bidangnya dan industri lainnya.</em></p>
<h2>1. Bagaimana cara kerja kimia klik dan bioortogonal?</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/s43586-021-00028-z">Kimia klik (<em>click chemistry</em></a>, seperti namanya, adalah cara membangun molekul seperti menyatukan balok-balok Lego. Dibutuhkan dua molekul untuk meng-klik, sehingga peneliti menyebut masing-masing sebagai mitra klik.</p>
<p>K. Barry Sharpless dan Morten Meldal secara independen atau terpisah menemukan bahwa <a href="https://ehs.stanford.edu/reference/information-azide-compounds">azida</a>, suatu molekul berenergi tinggi dengan tiga nitrogen yang terikat bersama, dan <a href="https://www.angelo.edu/faculty/kboudrea/molecule_gallery/03_alkynes/00_alkynes.htm">alkuna</a>, suatu molekul yang relatif <em>inert</em> (zat yang tidak reaktif secara kimia) dan langka secara alami dengan dua karbon yang terikat rangkap tiga bersama-sama, adalah mitra klik yang hebat dengan <a href="https://doi.org/10.1021/cr0783479">menggunakan katalis tembaga</a>. </p>
<p>Mereka menemukan bahwa katalis tembaga dapat menyatukan dua bagian tersebut dalam pengaturan optimal. Sebelum teknik ini, para peneliti tidak memiliki cara untuk membuat molekul baru dengan cepat dan tepat dalam kondisi yang dapat diakses, seperti menggunakan air sebagai pelarut pada suhu kamar.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Diagram of click chemistry reaction" src="https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=162&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/488632/original/file-20221006-26-yu5sd6.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=204&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dengan menggabungkan azida dengan siklooktyne, kimia bioorthogonal memungkinkan peneliti untuk menggabungkan molekul dengan cepat tanpa mengganggu sel lainnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Clickscheme.png">Cliu89/Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ahli biologi kimia dengan cepat menyadari bahwa reaksi klik dapat menjadi cara yang fantastis untuk menyelidiki sistem kehidupan seperti sel, karena mereka menghasilkan sedikit atau tidak ada produk sampingan beracun dan dapat terjadi dengan cepat. Namun, katalis tembaga itu sendiri beracun bagi sistem kehidupan.</p>
<p>Carolyn Bertozzi menemukan solusi untuk masalah ini dengan <a href="https://doi.org/10.1021/ja044996f">menghilangkan katalis tembaga dari reaksi</a>. Dia melakukan ini dengan menempatkan alkuna ke dalam struktur cincin, yang mendorong terjadinya reaksi menggunakan regangan cincin yang dihasilkan dari molekul yang dipaksa ke dalam bentuk siklus. Reaksi bioorthogonal ini, atau reaksi yang terjadi “sejajar” dengan lingkungan kimia sel, dapat terjadi dalam sel tanpa mengganggu kimia normalnya.</p>
<h2>2. Bagaimana Anda menggunakan kimia ini dalam pekerjaan Anda?</h2>
<p>Dalam <a href="https://youtu.be/-Ch3VJhIbH4">sebuah wawancara</a>, Carolyn Bertozzi menyatakan bahwa langkah selanjutnya untuk kimia bioortogonal adalah menemukan reaksi dan aplikasi baru untuk menerapkannya. Penelitian lab kami berfokus tepat pada hal itu.</p>
<p>Rekan-rekan saya dan saya menerapkan teknik ini untuk melacak molekul yang menarik perhatian kami karena mereka berperilaku secara alami di dalam sel. Dalam suatu sel hidup, kami dapat <a href="https://doi.org/10.1021/jacs.8b00126">menambahkan satu uji coba ke reseptor</a> yang berperan dalam sejumlah proses seluler (berhubungan dengan sel).</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/wI7pEqRM3mM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Carolyn Bertozzi adalah salah satu pemenang Hadiah Nobel Kimia 2022.</span></figcaption>
</figure>
<p>Untuk menemukan reaksi baru, lab kami telah menghabiskan 15 tahun terakhir untuk <a href="https://doi.org/10.1002/cbic.202200175">mendorong seberapa cepat reaksi bioorthogonal dapat berjalan</a>. Kecepatan itu penting karena banyak molekul dalam organisme hidup yang hadir dalam konsentrasi rendah, dan menggunakan terlalu banyak bahan kimia yang diperlukan untuk reaksi dapat menjadi racun bagi sel. Semakin cepat reaksi, semakin sedikit reaksi samping yang tidak diinginkan.</p>
<p>Kami mempelopori cara lain untuk mencapai reaksi klik dan bioortogonal dengan lebih cepat. Alih-alih menggunakan azida dan alkuna seperti yang dilakukan para pemenang Hadiah Nobel pada awalnya, kami menggunakan dua molekul lain yang bergabung bersama ketika cahaya menyinari mereka. </p>
<p>Dengan teknik ini, kami dapat menambahkan molekul ke permukaan sel hidup dalam <a href="https://doi.org/10.1021/jacs.1c10354">sedikitnya 15 detik</a>. Kami kemudian dapat mengamati bagaimana struktur tertentu pada sel berfungsi di lingkungan alaminya, atau mendeteksi bagaimana perubahannya saat terpapar obat atau zat lain. Peneliti kemudian dapat lebih mudah menguji bagaimana sel bereaksi terhadap pengobatan potensial.</p>
<p>Saat ini, kami sedang mengembangkan metode baru untuk memicu reaksi ini tanpa cahaya. Kami secara aktif bekerja menggunakan kimia bioorthogonal untuk meningkatkan pencitraan PET (<em>polyethylene terephthalate</em>) untuk menyaring dan memantau tumor.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Digram yang menggambarkan obat kanker " src="https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/488633/original/file-20221006-12-s0i0ni.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kimia bioorthogonal dapat digunakan untuk obat kanker ‘klik untuk melepaskan’.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1038/s41467-018-03880-y">Rossin 2018 (Nature Communications)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Mengapa teknik ini sangat penting untuk bidang Anda?</h2>
<p>Sebelum kimia klik dan bioorthogonal, tidak ada cara untuk memvisualisasikan molekul dalam sel hidup dalam keadaan alaminya.</p>
<p>Sebagai analogi, bayangkan Anda perlu menemukan uang dolar tertentu dengan nomor seri 01234567. Itu akan menjadi tugas yang mengerikan. Ini akan mengharuskan Anda untuk melewati setiap dolar yang bisa Anda dapatkan dan memverifikasi apakah nomor seri yang Anda cari.</p>
<p>Melacak molekul dalam tubuh kita sama sulitnya, jika tidak lebih sulit. Karena lingkungan biologis begitu kompleks, sebelumnya tidak mungkin menambahkan suatu uji coba hanya pada molekul yang diinginkan tanpa secara tidak sengaja menandai sesuatu yang lain, atau lebih buruk lagi, mengubah kimia normal sel. Namun, dengan reaksi bioortogonal, para peneliti pada dasarnya dapat menambahkan pelacak GPS ke molekul tanpa mempengaruhi bagian sel lainnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192353/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Heyang (Peter) Zhang works in Lin's lab at the University at Buffalo.
</span></em></p>Sebelum kimia klik dan bioorthogonal, tidak ada cara untuk memvisualisasikan molekul dalam sel hidup dalam keadaan alaminya.Heyang (Peter) Zhang, PhD Candidate in Chemistry, University at BuffaloLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1652462021-07-29T08:50:46Z2021-07-29T08:50:46ZIndonesia turun kelas jadi negara berpendapatan menengah-bawah, kapan jadi negara maju?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/413486/original/file-20210728-25-qpm2ug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> <span class="attribution"><a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed/episode/4LN4H9PpnbnfMqoy79ZOn2?theme=0" width="100%" height="152" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Pandemi COVID-19 telah mengganggu roda ekonomi di banyak negara, tapi tidak semua negara mendapat dampak yang sama.</p>
<p>Indonesia sendiri terkena dampak yang cukup buruk. Bahkan, perlambatan ekonomi Indonesia membuat Bank Dunia baru-baru ini menurunkan predikat Indonesia <a href="https://theconversation.com/tiga-cara-agar-indonesia-bisa-naik-kelas-menjadi-negara-berpendapatan-atas-164157">kembali menjadi negara berpendapatan menengah-bawah</a>.</p>
<p>Hal ini terjadi karena mayoritas tenaga kerja Indonesia berada di sektor informal, dan sangat terdampak pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi.</p>
<p>Di saat yang sama, pemerintah justru telah menargetkan Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi <a href="https://www.bappenas.go.id/files/Visi%20Indonesia%202045/Ringkasan%20Eksekutif%20Visi%20Indonesia%202045_Final.pdf">pada tahun 2036</a>.</p>
<p>Apa dampak penurunan kelas ekonomi ini? Apakah impian menjadi negara kaya pada 2036 realistis? Bagaimana tantangannya?</p>
<p>Untuk menjawab hal-hal tersebut, kami berbicara dengan Muhammad Yorga Permana dari Sekolah Bisnis dan Manajemen di Institut Teknologi Bandung, dan Imaduddin Abdullah, peneliti <em>Institute for Development of Economics and Finance</em> (INDEF).</p>
<p>Simak episode lengkapnya di <a href="https://open.spotify.com/show/2Iqni2kGMzbzeJxvKiTijD?si=F0xqHjLbTGGOG6ReKUyZ9A&dl_branch=1">podcast SuarAkademia</a> – <em>ngobrol</em> seru isu terkini, bareng akademisi dan peneliti.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/165246/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Untuk menjadi negara berpendapatan tinggi, Indonesia harus menumbuhkan kembali sektor manufaktor sehingga menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mendorong tumbuhnya ekonomi.Yessar Rosendar, Business + Economy (Indonesian edition)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1388552020-05-20T10:36:54Z2020-05-20T10:36:54ZBagaimana sayap burung hantu dan kolibri menginspirasi drone, kincir angin, dan teknologi lainnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/336379/original/file-20200520-152298-188asqr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kolibri adalah satu-satunya burung yang dapat terbang ke samping dan ke belakang, berkat fitur evolusi dari struktur muskuloskeletal mereka. </span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Apakah evolusi menghasilkan temuan terbaik? Jika dilihat hasil selama jutaan tahun di dunia alami yang menjadi kanvasnya, sepertinya pernyataan ini benar.</p>
<p>Kemampuan unta untuk menyimpan air di dalam tubuhnya, dan juga teknik yang digunakan oleh burung elang laut untuk terbang dengan jarak yang sangat jauh melewati lautan membuktikan bahwa evolusi telah membantu berbagai satwa untuk dapat bertahan hidup dan berkembang. </p>
<p>Penelitian pascasarjana saya mengeksplorasi tentang berbagai temuan hebat yang terjadi berkat adanya evolusi, yang seringkali ditemukan pada burung. </p>
<p>Secara khusus, hal yang saya pelajari adalah perilaku yang ditunjukkan oleh sekelompok burung ketika mereka sedang terbang, dan juga hubungan antara massa tubuh, ukuran sayap, keterkaitan satu spesies burung dengan spesies burung lainnya, dan berbagai sifat biologis burung lain yang telah berevolusi, dapat menghasilkan teknik terbang yang indah di berbagai macam spesies burung. </p>
<p>Temuan-temuan baru berkat evolusi sangat luar biasa, maka dari itu, para ilmuwan mempelajarinya dan lalu menerapkannya dalam mendesain berbagai macam teknologi sehari-hari. </p>
<p>Sebagai contoh, cara terbang burung kolibri yang cepat dan tepat telah menjadi inspirasi dalam mengembangkan berbagai perangkat terbang agar mampu melakukan manuver yang rumit. Contoh lainnya adalah teknik terbang burung hantu yang secara diam-diam tanpa suara telah menjadi inspirasi dari desain turbin angin yang sunyi dan efisien. </p>
<p>Berdasarkan kedua contoh tersebut, kita bisa melihat bagaimana temuan-temuan alami dapat menginspirasi biomimikri (inovasi teknologi yang mengadopsi sistem yang sudah lama ada di alam) dalam merancang dan memperbarui berbagai teknologi masa kini. </p>
<h2>Manuver yang tepat</h2>
<p>Burung kolibri adalah salah satu spesies burung terkecil di dunia. Mereka memiliki tubuh yang kecil dan ringan dengan sayap yang besar yang membuat mereka mampu terbang secara cepat dan tepat dengan presisi yang luar biasa.</p>
<p>Banyak burung lainnya yang juga memiliki sayap yang besar, namun, dengan kemampuan manuvernya yang luar biasa menjadi keunikan tersendiri dari burung kolibri jika dibandingkan dengan jenis burung. Mengapa?</p>
<p>Rahasianya terletak pada otot dan tulang-tulangnya. </p>
<p>Burung kolibri <a href="https://doi.org/10.1016/j.cub.2012.04.057">menggunakan otot sayap nya besar agar dapat tetap mengepakkan sayap secara cepat ketika terbang</a>. Hal ini dikenal sebagai <em>high wing beat frequency</em>, atau frekuensi ketukan sayap yang tinggi. Hal ini yang menyebabkan burung kolibri mampu terbang secara melayang, biasanya mereka lakukan pada saat musim panas, ketika mereka datang menghampiri bunga-bunga dan tempat makan burung atau <em>bird-feeders</em> di halaman belakang rumah. </p>
<p>Burung kolibri membutuhkan <a href="https://www.pnas.org/content/88/11/4870.short">banyak energi untuk dapat tetap terbang dalam kurun waktu yang cukup panjang</a> dan juga untuk mengumpulkan makanan. </p>
<p>Selain itu, kerangka tulang dada yang panjang yang dimiliki oleh burung kolibri menjadi permukaan yang tepat sebagai tempat otot sayap mereka merekat. Semakin besar permukaan dari kerangka tulang dada suatu burung, semakin banyak otot yang dapat terhubung satu dengan yang lainnya. </p>
<p>Agar dapat melayang, burung kolibri mengepakkan sayapnya dalam pola angka delapan. Kepakan sayap ini dapat mereka lakukan berkat kibasan sayapnya secara terus menerus yang dapat dilakukan karena bentuk tulang sayapnya yang pendek. Tulang sayap yang pendek ini menjadi keunikan lain bagi burung kolibri, yang tidak ditemukan di spesies burung lainnya. </p>
<p>Selain itu, otot dan tulang burung kolibri bekerja sama agar mampu melayang dan juga mampu terbang menyamping dan ke belakang dengan <a href="https://doi.org/10.1098/rspb.2009.0090">kecepatan hingga 50 kilometer per jam</a>. </p>
<p>Ketika para peneliti melihat bagaimana cara otot dan tulang burung kolibri bekerja agar dapat menghasilkan teknik terbang yang cepat dan tepat walaupun dengan tubuhnya berukuran kecil, mereka menjadi tertarik untuk mencari tahu apakah mekanisme serupa dapat digunakan dalam untuk teknologi masa kini. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://spectrum.ieee.org/automaton/robotics/military-robots/aerovironments-nano-hummingbird-surveillance-bot-would-probably-fool-you"><em>AeroVironment Nano Hummingbird</em></a>, sebuah prototipe yang dikembangkan oleh <em>Defense Advanced Research Projects Agency</em> di Amerika Serikat, terinspirasi dari burung kolibri. <em>Nano Hummingbird</em> sendiri adalah sebuah perangkat drone yang meniru cara terbang burung kolibri yang tangkas dan lincah. </p>
<p>Drone ini dapat mengakses lokasi-lokasi yang sulit atau bahkan tidak dapat dijangkau. Selain itu, drone ini juga dapat mengumpulkan informasi melalui kamera video yang terpasang. </p>
<p>Penelitian lebih lanjut mengenai presisi cara terbang burung kolibri dan implikasinya dalam kehidupan sehari-hari memungkinkan terjadinya penemuan drone semacam ini, yang membuat kita dapat melihat wilayah-wilayah alami yang belum dapat dipetakan secara detail dan efektif. Temuan semacam ini nyatanya terjadi jauh lebih cepat dibandingkan prediksi yang diyakini sebelumnya. Kemajuan teknologi yang dapat kita lihat dari drone ini dapat diterapkan untuk memantau cuaca, mengirim paket, dan bahkan untuk sinematografi.</p>
<h2>Penerbangan yang senyap</h2>
<p>Sebagai predator pada malam hari, burung hantu mengandalkan teknik terbang secara diam-diam agar bisa menangkap mangsa. Untuk lepas landas sebelum terbang, burung hantu membutuhkan gaya angkat. Selain itu, mereka juga membutuhkan lebih banyak energi untuk tetap berada di udara. </p>
<p>Untuk menghasilkan gaya angkat tersebut, burung hantu harus mengepakkan sayapnya yang berukuran besar. Ketika burung hantu mengepakkan sayapnya yang lebar, bukankan mereka akan menghasilkan suara yang sangat keras, yang tentunya akan membuyarkan tujuan untuk memangsa secara sembunyi-sembunyi?</p>
<p>Ketika sedang terbang, gerakan dari sayap seekor burung menciptakan turbulensi di udara yang menghasilkan suara kepakan sayap. Namun, tidak seperti burung pada umumnya, burung hantu memiliki sebuah mekanisme luar biasa yang dapat mengurangi kebisingan selama mereka terbang. Rahasianya terletak pada struktur bulu mereka.</p>
<p>Sayap burung hantu memiliki bulu dengan ujung yang tajam, yang biasa disebut gerigi, yang terletak di sepanjang bagian depannya, yang bersentuhan dengan udara selama mereka terbang. Gerigi inilah yang memecah turbulensi udara yang biasanya <a href="https://doi.org/10.1098/rsfs.2016.0078">menyebabkan suara kepakan sayap</a> yang pada akhirnya mengurangi kebisingan yang dihasilkan selama mereka terbang. </p>
<p>Struktur di ujung sayap burung hantu yang berbentuk rumbaian semakin mengurangi kebisingan dengan cara menyebarkan turbulensi yang terjadi secara cepat dan efektif. Ketika sedang terbang meluncur, gerigi dan rumbai ini sangat berkontribusi dalam menciptakan ketenangan pada saat burung hantu sedang berburu. </p>
<p>Dengan menjadikan teknik terbang secara diam-diam yang dilakukan burung hantu sebagai acuan, para peneliti berusaha untuk menggunakan struktur serupa untuk mengurangi kebisingan yang dihasilkan oleh <a href="https://doi.org/10.1088/1748-%203190%20/%20aa7013">kincir angin dan kipas angin yang akan meningkatkan efisiensinya</a>.</p>
<p>Menerapkan struktur bulu burung hantu ke dalam desain teknologi turbin modern juga dapat meningkatkan efisiensi dalam mengkonversi energi angin. Hal ini membuktikan keefektifan yang dapat dicapai jika kita dapat mengintegrasikan dunia alami dan teknologi.</p>
<h2>Hanya sebagian kecil dari kemungkinan akan munculnya temuan lainnya</h2>
<p>Keunikan dari cara terbang burung kolibri dan burung hantu yang telah dijelaskan di atas hanya sebagian kecil dari kemungkinan-kemungkinan munculnya temuan lainnya yang terinspirasi dari alam pada masa depan.</p>
<p>Contoh biomimikri lainnya dapat dilihat pada teknologi pencegah gegar otak yang terinspirasi dari burung pelatuk, desain kereta yang dirancang sesuai dengan bentuk paruh burung raja udang, dan juga teknologi laser yang terinspirasi dari bulu burung yang berwarna-warni.</p>
<p>Alam memang telah menjadi inspirasi dari berbagai kemajuan di bidang teknologi. Maka dari itu, penting bagi kita untuk tetap melanjutkan eksplorasi mengenai berbagai sistem alam yang menakjubkan lainnya yang tersedia di bumi ini.</p>
<p><em>Diva Tasya Belinda Rauf menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/138855/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ilias Berberi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Contoh biomimikri lainnya dapat dilihat pada teknologi pencegah gegar otak yang terinspirasi dari burung pelatuk.Ilias Berberi, PhD Student, Biology, Carleton UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1272262019-11-22T15:19:40Z2019-11-22T15:19:40ZGoogle klaim komputer kuantum mereka bisa selesaikan komputasi hanya 3 menit, sementara komputer klasik 10.000 tahun<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/302471/original/file-20191119-111690-re5hfk.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Prosesor Sycamore </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://1.bp.blogspot.com/-4pbQ6nBDyxY/XbC8MHKgTCI/AAAAAAAAE10/wu0JGYKYZ-wyCUIQRTvYt2PGzCPKmHsrACLcBGAsYHQ/s1600/Google_Quantum_Nature_cover_art_Sycamore_device_small.png">Erik Lucero/Google Quantum A.I.</a></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini raksasa teknologi informasi Google membuat kehebohan melalui sebuah terobosan dalam komputasi kuantum. </p>
<p>Tim Google Artificial Intelligence Quantum pimpinan fisikawan <a href="https://ai.google/research/people/105018/">John Martinis</a> menerbitkan sebuah artikel ilmiah di jurnal bergengsi <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1666-5">Nature</a> bulan lalu. Artikel ini memuat hasil eksperimen mereka menggunakan komputer kuantum. </p>
<p>Mereka klaim, berdasarkan uji coba mereka, komputer kuantum yang mereka bangun dapat menghitung bilangan acak yang sangat rumit dalam waktu 3 menit 20 detik, sementara superkomputer atau komputer klasik tercanggih saat ini, akan membutuhkan waktu 10.000 tahun. </p>
<p>Mereka menyebut capaian itu sebagai supremasi kuantum. </p>
<p>Artikel ini membahas capaian Google ini dan bagaimana dampaknya bagi dunia teknologi masa mendatang. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/inovasi-dari-komputer-kuantum-mengapa-kita-membutuhkannya-102890">Inovasi dari komputer kuantum, mengapa kita membutuhkannya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Supremasi kuantum</h2>
<p>Istilah <a href="https://arxiv.org/abs/1203.5813">supremasi kuantum</a> pertama kali diusulkan tahun 2012 oleh fisikawan <a href="http://www.theory.caltech.edu/people/preskill/">John Preskill dari California Institute of Technology</a>. </p>
<p>Istilah ini bermula dari asumsi bahwa komputer klasik, komputer yang kita gunakan saat ini, tidak dapat menghitung secara efisien terhadap sistem kuantum, sistem yang mengatur perilaku benda-benda sangat kecil seperti molekul dan atom. </p>
<p>Preskill mengatakan suatu saat kita akan sampai pada sebuah era ketika <a href="https://theconversation.com/inovasi-dari-komputer-kuantum-mengapa-kita-membutuhkannya-102890">komputer kuantum</a> dapat secara efisien menghitung bilangan terhadap sistem kuantum jauh melebihi apa yang bisa dilakukan oleh komputer klasik tercanggih. </p>
<p>Era seperti itu disebut sebagai supremasi kuantum. </p>
<h2>Summit versus Sycamore</h2>
<p><a href="https://www.ibm.com/thought-leadership/summit-supercomputer/">Superkomputer tercanggih di muka bumi</a> saat ini bernama <a href="https://www.olcf.ornl.gov/olcf-resources/compute-systems/summit/">Summit</a> yang berada di Laboratorium Nasional Oak Ridge, milik Departemen Energi Amerika Serikat. Summit saat ini dapat melakukan 200 juta miliar operasi penghitungan bilangan biner seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, tiap detiknya.</p>
<p>Teknologi superkomputer secara prinsip bekerja seperti komputer kita di rumah, yaitu menghitung kombinasi bit 0 dan 1 secara bertahap. Semua data komputer disimpan dalam angka biner: 0 atau 1. Dinamakan superkomputer karena kinerjanya yang jauh melebihi komputer kita saat ini. </p>
<p>Sementara komputer kuantum Google menggunakan prosesor kuantum berbasis <em>quantum bit (qubit)</em> superkonduktor yang mereka namai “Sycamore”. </p>
<p><em>Qubit</em> adalah satuan informasi terkecil dalam sebuah komputer kuantum, layaknya <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bit">bit</a> dalam komputer klasik. Jika komputer di rumah dan kantor kita memproses informasi melalui bit-bit 0 atau 1 yang bekerja seperti sakelar, komputer kuantum dapat menghitung <em>qubit-qubit</em> |0〉 dan |1〉secara bersamaan, layaknya sakelar yang hidup dan mati sekaligus dalam satu waktu.</p>
<p>Kemampuan luar biasa prosesor <em>qubit</em> terjadi karena dalam prosesor <em>qubit</em> arus listrik dapat mengalir searah jarum jam, berlawanan jarum jam, atau kombinasi dari keduanya. Arah perputaran arus ini yang mendefinisikan <em>qubit</em> |0〉 dan |1〉.</p>
<p>Prosesor <em>qubit</em> bisa melakukan hal tersebut karena tersusun atas sirkuit (loop) dari kawat aluminium, yang ketika didinginkan di bawah suhu 1,2 Kelvin (-271,93 derajat Celsius) akan kehilangan hambatan listriknya, sehingga arus listrik dapat mengalir tanpa kehilangan energi, menghasilkan efek yang disebut superkonduktivitas. </p>
<p>Sycamore memiliki 54 <em>qubit</em> yang saling terhubung satu sama lain.</p>
<h2>Menghitung kemungkinan munculnya bilangan acak</h2>
<p>Untuk membandingkan kemampuan komputer kuantum milik Google dengan superkomputer tercanggih di dunia saat ini, tim Google AI Quantum merancang sebuah algoritme kuantum yang didesain cukup sulit untuk diselesaikan superkomputer. </p>
<p>Algoritme yang dikembangkan tim Google ditujukan untuk menghasilkan bilangan-bilangan acak yang direpresentasikan dalam rangkaian kombinasi bilangan biner, {001100, 001010,…} misalnya. </p>
<p>Dalam eksperimennya, tim Google menjalankan algoritme ini pada 53 <em>qubit</em> yang ada di Sycamore. </p>
<p>Jika kita hitung, akan ada 2<sup>53</sup> atau 9 juta miliar kombinasi bilangan biner yang berbeda. </p>
<p>Jumlah ini bukan angka yang kecil dan tidak akan mudah bagi komputer klasik untuk menjalankan algoritme ini. </p>
<h2>Analogi burung garuda vs angka</h2>
<p>Untuk membayangkan betapa sulit operasi komputer kuantum ini, kita bisa analogikan <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bit">bit</a> 0 dan 1 sebagai dua muka pada uang koin, burung garuda mewakili 0 dan angka nominal mewakili 1.</p>
<p>Bayangkan ada 53 orang, masing-masing memegang 1 koin, kemudian tiap orang melemparkan koin ke udara kemudian menangkapnya lagi untuk melihat muka koin mana yang muncul, burung Garuda atau nominal. </p>
<p>Satu lemparan bersamaan dari masing-masing orang akan menghasilkan kombinasi 53 deretan angka 0 dan 1. Orang pertama mendapat burung garuda, orang kedua mendapat nominal, orang ketiga mendapat nominal dan seterusnya hingga orang ke-53. Jika kita perintahkan 53 orang tersebut untuk melemparkan koin lagi kemungkinan akan diperoleh deretan angka 0 dan 1 yang berbeda dan akan ada 9 juta miliar kemungkinan kombinasi yang berbeda. </p>
<p>Jika kita perintahkan 53 orang tadi untuk melemparkan koin berkali-kali secara bersamaan kemudian kita catat kombinasi angka hasil dari masing-masing lemparan, akan ada kemungkinan kombinasi tertentu lebih sering muncul dibanding kombinasi lain. Kira-kira seperti itu analogi bagaimana komputer klasik menghitung, dilakukan bertahap lemparan demi lemparan. </p>
<p>Berbeda halnya dengan komputer klasik, komputer kuantum dapat menghitung ketika koin berputar di udara. <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/bit">Bit</a> 0 dan 1 dalam komputer kuantum dapat eksis dalam waktu yang bersamaan karena fenomena superposisi kuantum. (Superposisi kuantum adalah fenomena yang hanya terjadi pada benda-benda mikro seperti elektron yang memungkinkannya untuk berada pada dua atau lebih keadaan atau posisi pada waktu bersamaan). Anda bisa dapatkan 9 juta miliar kemungkinan kombinasi secara simultan. </p>
<p>Untuk membandingkan kemampuan menghitung ini pada komputer kuantum dengan superkomputer, tim Google menggunakan protokol yang dinamakan <em>cross-entropy benchmarking</em> (XEB). Protokol ini akan menilai apakah komputer kuantum dapat bekerja menjalankan algoritme secara benar dengan cara membandingkannya dengan simulasi penghitungan yang dijalankan di superkomputer. </p>
<p>Hasilnya, penghitungan dengan dengan 53 <em>qubit</em> membutuhkan waktu 200 detik, sedangkan simulasi dengan superkomputer dengan 1 juta inti prosesor (<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Multi-core_processor"><em>core</em></a>) membutuhkan waktu 130 detik. Ini berarti dibutuhkan kurang lebih komputer klasik dengan 1 juta <em>core</em> prosesor untuk menyamai kecepatan sebuah prosesor Sycamore dalam menghitung.</p>
<p><em>Core</em> merupakan bagian dalam chip prosesor komputer yang bertugas memproses informasi tertentu. Chip prosesor pada komputer saat ini dilengkapi dengan lebih dari 1 <em>core</em> yang membuatnya dapat melakukan <em>multitasking</em>.</p>
<p>Dari hasil <a href="https://kbbi.web.id/ekstrapolasi">ekstrapolasi data atau perluasan data di luar data yang tersedia</a> terhadap peningkatan kompleksitas algoritme diperoleh waktu 3 menit 20 detik bagi Sycamore untuk menghitung, sedangkan superkomputer Summit (komputer klasik tercanggih saat ini) membutuhkan waktu selama 10.000 tahun. </p>
<p>Selisih waktu yang amat jauh ini membuat tim Google mengklaim diri sebagai yang pertama mencapai supremasi kuantum. </p>
<h2>Respons IBM dan potensi komputer kuantum ke depan</h2>
<p>Tidak semua pihak menyambut positif capaian tim Google. Raksasa komputer IBM yang juga mengembangkan komputer kuantum menanggapinya secara sinis. Melalui publikasi yang diunggah dalam situs <a href="https://arxiv.org/abs/1910.09534">ArXiv</a>, IBM mengestimasi bahwa algoritme Google dapat diselesaikan oleh superkomputer Summit dalam waktu 2,5 hari saja dengan pendekatan yang berbeda dengan yang dilakukan Google. </p>
<p>Terlepas dari kontroversi itu, capaian yang diraih Google menjadi bukti bahwa kedigdayaan komputer kuantum atas komputer klasik bukan sekadar “dongeng” riset. Algoritme yang dijalankan mungkin tidak punya penerapan praktis saat ini tapi demonstrasi ini menunjukkan pada publik bahwa komputer kuantum sedang menapak menuju teknologi yang akan memberi manfaat sesungguhnya pada dunia nyata. </p>
<p>Layaknya komputer kita saat ini yang memudahkan pekerjaan sehari-hari, komputer super canggih itu akan banyak bermanfaat dalam riset yang membutuhkan hitungan sangat kompleks dan berukuran atom. </p>
<p>Kita bisa bayangkan pada tahun-tahun ke depan ilmuwan menyimulasikan miliaran atom di dalam material sel surya untuk merancang sel surya yang lebih efisien atau ilmuwan komputer membuat algoritme untuk membuat sandi yang sangat sulit dipecahkan peretas.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/127226/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dwi Prananto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Namun IBM mengestimasi bahwa algoritme Google dapat diselesaikan oleh superkomputer Summit dalam waktu 2,5 hari saja dengan pendekatan yang berbeda dengan yang dilakukan Google.Dwi Prananto, Specially Appointed Assistant Professor, Niigata UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1203462019-07-23T05:07:17Z2019-07-23T05:07:17ZBelajar dari Amerika, kurikulum lintas disiplin bisa dongkrak kualitas universitas dan sarjana Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/284549/original/file-20190717-147307-ez9tmm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pendidikan lintas disiplin mengajarkan mahasiswa mampu menulis dan berpikir dengan sistematis, berkomunikasi dengan jelas, dan belajar secara otodidak.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/science-vs-humanities-traffic-sign-two-454914721?src=9QMeiw_3Cm3KFVQJvGOoiQ-1-27&studio=1">M-SUR/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Rencana <a href="https://kabar24.bisnis.com/read/20190714/15/1124068/visi-indonesia-begini-cara-jokowi-membangun-sdm-di-periode-kedua">Presiden Joko Widodo untuk fokus mengembangkan kualitas sumber daya manusia</a> pada periode lima tahun kedua bisa jadi akan kurang berhasil jika tanpa ada perubahan mendasar di pendidikan tinggi. </p>
<p>Sepanjang kurikulum universitas di negeri ini masih terkotak-kotak pada jurusan dan sistem akademik cenderung menghambat berpikir holistik dan lintas disiplin ilmu, sulit diharapkan akan melahirkan sarjana berkualitas dan inovatif. </p>
<p>Salah satu penyebab <a href="https://www.insideindonesia.org/a-nation-of-dunces?highlight=WyJuYXRpb24iLCJuYXRpb24ncyIsIm5hdGlvbicsIiwibmF0aW9uJy4iLCInbmF0aW9uIiwiJ25hdGlvbicuIiwibmF0aW9uJyIsIm9mIiwiJ29mIiwiJ29mJyIsIm9mJywiLCJvZiciLCJkdW5jZXMiLCJkdW5jZXMnIiwibmF0aW9uIG9mIiwibmF0aW9uIG9mIGR1bmNlcyIsIm9mIGR1bmNlcyJd">mayoritas sarjana Indonesia berkualitas rendah</a> adalah pendidikan mereka di bangku kuliah terkotak-kotak pada jurusan saat program S1. Mayoritas mahasiswa Indonesia yang kuliah di dalam negeri hampir tidak pernah mengambil mata kuliah di luar jurusan mereka karena tidak bisa, tidak boleh, atau tidak dianjurkan. </p>
<p>Dampaknya, misalnya, mahasiswa fakultas kedokteran tidak dapat mengambil mata kuliah sosiologi, sejarah, seni, atau sastra karena mata kuliah tersebut bukan bagian dari kurikulum kedokteran. Sebaliknya jika ada mahasiswa fakultas ilmu pengetahuan budaya (FIB) berminat pada mata kuliah biologi akan sulit mengikutinya karena mata kuliah tersebut ditawarkan di luar fakultasnya. </p>
<p>Salah satu solusi atas masalah belum bisa bersaingnya kebanyakan sarjana di negeri ini adalah universitas-universitas di Indonesia mestinya segera mengajarkan <a href="https://www.internationalstudent.com/study-liberal-arts/">kurikulum berbasis lintas disiplin atau yang biasa dikenal sebagai <em>liberal arts</em></a> – kurikulum berbasis luas yang menganjurkan mahasiswa untuk mengambil mata kuliah-mata kuliah di luar dari disiplin yang mereka ambil. Termasuk dalam <em>liberal arts</em> adalah ilmu-ilmu humaniora, sosial, sains, dan seni. </p>
<p>Sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa kurikulum <em>liberal arts</em> dapat mengasah <a href="https://www.amazon.com/Defense-Liberal-Education-Fareed-Zakaria/dp/1442389761">cara berpikir kritis mahasiswa</a>, <a href="https://press.princeton.edu/titles/10957.html">sinergi antar-disiplin ilmu</a>, dan <a href="https://www.penguin.co.uk/books/305/305528/the-origins-of-creativity/9780141986340.html">mengembangkan kreatifitas</a>. Di Amerika Serikat kurikulum model ini merupakan ciri khas pendidikan tinggi di sana. </p>
<p>Aspek ini merupakan salah satu faktor pendorong yang membuat banyak universitas Amerika menempati ranking teratas di dunia dan mendongkrak kualitas banyak lulusannya. </p>
<p>Dari 100 universitas peringkat teratas di dunia, misalnya, 51 di antaranya ada di Negeri Paman Sam (<a href="https://cwur.org/2018-19.php">versi Center for World University Rankings</a>). Versi lainnya dari <a href="https://www.timeshighereducation.com/world-university-rankings/2019/world-ranking#!/page/0/length/100/sort_by/rank/sort_order/asc/cols/stats">Times Higher Education</a> menyebut angka 42 universitas dan <a href="https://www.topuniversities.com/university-rankings/world-university-rankings/2019">QS World University Rankings 2019</a> menyebut 31 universitas.</p>
<h2>Pentingnya berpikir holistik</h2>
<p>Di Amerika Serikat, tradisi pendidikan <em>liberal arts</em> telah berjalan sejak awal berdirinya universitas-universitas pertama di sana. Jurnalis dan penulis Amerika Fareed Zakaria dalam bukunya <a href="https://www.amazon.com/Defense-Liberal-Education-Fareed-Zakaria/dp/1442389761"><em>In Defense of Liberal Education</em></a> menelusuri sejarah tradisi pendidikan ini dan menyebut suatu laporan yang dikeluarkan oleh Universitas Yale pada 1828 sebagai dokumen yang mempertahankan pendidikan berbasis <em>liberal arts</em>. </p>
<p>Zakaria menulis bahwa pendidikan <em>liberal arts</em> yang dia terima mengajarkannya tiga hal utama: menulis dan berpikir dengan baik, berkomunikasi dengan jelas, dan bagaimana belajar secara otodidak. </p>
<p><a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/why-stem-wont-make-us-successful/2015/03/26/5f4604f2-d2a5-11e4-ab77-9646eea6a4c7_story.html?utm_term=.8f3e11332482">Dia beragumen</a> bahwa pendidikan tinggi yang berbasis sains dan teknologi saja sangat berbahaya dan akan menurunkan keuntungan kompetitif Amerika.</p>
<p>Kurikulum berbasis <em>liberal arts</em>, menurut <a href="https://www.warren-wilson.edu/people/siti-kusujiarti/">Siti Kusujiarti</a>, guru besar sosiologi asal Indonesia yang mengajar di Warren Wilson College Amerika Serikat, merupakan pendidikan yang holistik, melatih mahasiswa untuk berfikir secara sistemik dan mendasar. Pendidikan jenis ini juga mengajarkan “tanggung jawab sosial yang menyebabkan kita berpikir bahwa ilmu pengetahuan tidak berkembang di ruang hampa. Ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan konteks sosial dan kultural.” </p>
<p>Di <a href="https://www.qatar.northwestern.edu/academics/undergraduate/liberal-arts.html">Northwestern University di Qatar, tempat saya mengajar,</a> calon sarjana jurnalisme dan ilmu komunikasi wajib mengambil beberapa mata kuliah <em>liberal arts</em> seperti sosiologi, ilmu politik, antropologi, sejarah, sastra, atau kajian sains dan teknologi yang saya ajar.</p>
<p>Ketika saya kuliah program S1 jurusan teknik mekanika di <a href="https://www.ccny.cuny.edu/">City College of New York (CCNY)</a> di Amerika Serikat, sebagai syarat kelulusan saya harus mengambil beberapa mata kuliah lainnya seperti ilmu politik, sejarah, sastra, dan seni. Sebaliknya, mahasiswa jurusan ilmu politik atau sejarah memiliki kesempatan juga untuk mengambil mata kuliah ilmu pengetahuan alam. </p>
<p>Pendiri Facebook <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Mark_Zuckerberg">Mark Zuckenberg</a>, misalnya, ketika kuliah di Universitas Harvard belajar psikologi dan ilmu komputer. Dia pernah <a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/why-stem-wont-make-us-successful/2015/03/26/5f4604f2-d2a5-11e4-ab77-9646eea6a4c7_story.html?utm_term=.467757249047">mengatakan</a> mengenai kreasi dan inovasinya bahwa Facebook “merupakan psikologi dan sosiologi selain teknologi.”</p>
<p>Model perkuliahan ini lazim ditemukan di universitas di Amerika Serikat karena tujuan utama pendidikan <em>liberal arts</em> adalah mencetak <a href="https://www.polisci.rutgers.edu/academics/undergraduate/faqs/59-undergraduate/undergraduate-program/179-what-can-i-do-with-polisci">sarjana yang berpandangan luas dan luwes menimba ilmu</a>. Seorang sarjana filsafat misalnya dapat kuliah untuk menjadi seorang dokter. Sarjana teknik bisa belajar hukum untuk menjadi pengacara. </p>
<h2>Kuliah di Indonesia: jebakan linieritas</h2>
<p>Pendidikan <em>liberal arts</em> ini sayangnya kurang dikenal di universitas-universitas Indonesia di luar mahasiswa yang kuliah di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Padahal disiplin ilmu sosial dan humaniora dan cabang-cabang ilmu pengetahuan alam, teknologi, dan matematika saling melengkapi. </p>
<p>Di universitas di Indonesia, ada mata kuliah ilmu sosial dasar dan ilmu alamiah dasar di semester awal, tapi mahasiswa tidak boleh mengambil mata kuliah lebih lanjut secara lintas fakultas yang mengajarkan menulis dan berpikir kritis. </p>
<p>Menguasai disiplin ilmu tertentu memang perlu curahan tenaga, pikiran, dan waktu yang banyak. Tapi pengkotak-kotakan materi perkuliahan seperti di Indonesia justru memiskinkan wawasan dan potensi para mahasiswa.</p>
<p>Selain itu, keharusan pendidikan linier mempertajam pengkotak-kotakan tersebut, yang bahkan dimulai sejak sekolah menengah atas. Sistem <a href="https://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/p7btsi428/menristekdikti-pastikan-cabut-aturan-soal-linearitas">pendidikan linier</a> masih diterapkan dari jenjang S1-S3 di negeri ini. Praktik ini menutup kemungkinan eksplorasi dan kreatifitas yang bisa dihasilkan oleh pendidikan lintas disiplin. </p>
<p>Buku-buku yang telah menyabet beberapa penghargaan prestisius seperti buku populer sejarah kanker <em><a href="https://www.amazon.com/Emperor-All-Maladies-Biography-Cancer/dp/1439170916">The Emperor of All Maladies</a></em> karya Siddhartha Mukerjee atau karya Daniela Bleichmar <a href="http://danielableichmar.com/publications/visible-empire/"><em>Visible Empire: Botanical Expeditions and Visual Culture in the Hispanic Enlightenment</em></a> yang berkisah sejarah sains, budaya visual, dan dunia Hispanik di kekaisaran Spanyol akan sulit dihasilkan dari sarjana Indonesia karena riset tersebut merupakan penelitian lintas disiplin. </p>
<h2>Cupet dan tak terampil</h2>
<p>Banyak pihak yang mengeluhkan rendahnya kualitas sarjana Indonesia. Baik itu <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2933334/pengusaha-sindir-kualitas-lulusan-sarjana-ri-minim-kemampuan">pengusaha</a> maupun <a href="https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3640184/menaker-sarjana-keluaran-kampus-indonesia-tak-langsung-siap-pakai">Menteri Ketenagakerjaan</a> sendiri. Perguruan tinggi Indonesia masih lebih mementingkan kuantitas ketimbang kualitas lulusannya. </p>
<p>Tidak hanya minim kemampuan, seperti yang dituturkan oleh <a href="https://nedworc.academia.edu/SolitaSarwono">Solita Sarwono, psikolog, sosiolog, dan ahli kesehatan masyarakat asal Indonesia yang kini bermukim di Belanda</a> kepada saya, “Setelah lulus, para sarjana Indonesia cenderung melihat dan menganalisis masalah yang dihadapinya secara sempit dan dangkal.” </p>
<p>Kemampuan berpikir kritis, menulis, dan berkomunikasi mereka pun tidak terasah dengan baik. Dalam suatu <a href="https://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data">studi yang menelaah kemampuan literasi</a>, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. </p>
<p>Salah satu akibatnya, Indonesia sangat <a href="http://www.gbgindonesia.com/en/education/article/2015/higher_education_indonesian_academia_must_open_up_11276.php">kekurangan tenaga terampil</a> walau banyak <a href="https://www.vice.com/id_id/article/xwpqkn/melacak-penyebab-ribuan-sarjana-menganggur-di-indonesia-tak-kunjung-dilirik-perusahaan">lulusan S1</a>. Dampak yang lain, suara ilmuwan Indonesia di panggung ilmu pengetahuan internasional <a href="https://blogs.sciencemag.org/pipeline/archives/2019/07/01/publication-rankings">hampir tidak terdengar.</a></p>
<h2>Persiapan karir keenam</h2>
<p>Sebenarnya pendidikan <em>liberal arts</em> bukan monopoli Amerika Serikat saja. Antropolog Neha Vora dalam bukunya <a href="https://www.sup.org/books/title/?id=27908"><em>Teach for Arabia</em></a> menulis bahwa pendidikan model <em>liberal arts</em> sudah dipraktikkan sejak abad pertengahan dulu di pusat-pusat pembelajaran di dunia Islam seperti di Baghdad, Irak; Kairo, Mesir; dan Cordoba, Spanyol. </p>
<p>Pendidikan liberal arts, <a href="https://www.amazon.com/Defense-Liberal-Education-Fareed-Zakaria/dp/1442389761">menurut mantan Rektor Universitas Harvard Drew Faust</a>, akan membantu para mahasiwa untuk pekerjaan mereka yang keenam, bukan yang pertama. Maksudnya, pada abad ke-21, saat banyak orang akan memiliki lebih dari satu karir, pendidikan <em>liberal arts</em> akan mempersiapkan mereka untuk berganti profesi suatu hari nanti. </p>
<p>Universitas selain tempat menimba ilmu dan mengasah keahlian sebenarnya juga tempat mengeksplorasi minat dan bakat mahasiswa. Hal terakhir sulit dilakukan jika sistem perkuliahan di Indonesia masih tersekat-sekat seperti sekarang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120346/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anto Mohsin menerima dana dari Northwestern University Internal Scholarly Research Grant untuk riset menulis naskah buku pertamanya. Ia terafiliasi dengan beberapa organisasi keilmiahan seperti Society for the History of Technology, Society for the Social Studies of Science, Association for Asian Studies, Association for Environmental Studies and Sciences, dan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional. </span></em></p>Setelah lulus, para sarjana Indonesia cenderung melihat dan menganalisis masalah yang dihadapinya secara sempit dan dangkal.Anto Mohsin, Assistant Professor of Science and Technology Studies, Northwestern UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1207432019-07-22T08:02:41Z2019-07-22T08:02:41Z50 tahun pendaratan di Bulan: 4 inovasi teknologi mengejutkan yang muncul berkat misi Apollo 11<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/285032/original/file-20190722-116539-zjsud1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2100%2C1499&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pemadam kebakaran berhutang banyak terima kasih pada NASA.</span> <span class="attribution"><span class="source">U.S. Navy photo by Mass Communication Seaman Barry Riley</span></span></figcaption></figure><p>Program Apollo NASA (National Aeronautics and Space Administration) Amerika Serikat adalah salah satu pencapaian teknologi paling tinggi pada abad ke-20. Di luar perlombaan dan eksplorasi ruang angkasa, program Apollo ini berkontribusi pada beberapa penemuan dan inovasi yang dampaknya kita rasakan pada kehidupan kita saat ini. Namun pada saat yang sama, ada beberapa mitos soal teknologi apa saja yang dihasilkan program ini.</p>
<p>Mitos favorit saya adalah bahwa <a href="https://www.nasa.gov/offices/ipp/home/myth_tang.html">Teflon dikembangkan oleh NASA</a>. Tampaknya masuk akal, karena Teflon merupakan <a href="https://www.product-release.com/product-release-news/teflons-use-apollo-space-program/">bahan yang sangat tahan panas</a>–sesuatu yang dibutuhkan misi luar angkasa. </p>
<p>Namun, Teflon <a href="https://www.sciencehistory.org/historical-profile/roy-j-plunkett">ditemukan secara tidak sengaja pada 1938</a> oleh <a href="https://www.sciencehistory.org/historical-profile/roy-j-plunkett">Roy Plunkett</a> di laboratorium perusahaan DuPont ketika dia meneliti mesin pendingin baru. <a href="https://www.nasa.gov/offices/ipp/home/myth_tang.html">Kesalahpahaman lainnya</a> adalah Velcro yang sebenarnya telah <a href="https://www.hookandloop.com/invention-velcro-brand/">ditemukan pada 1940-an</a> di Swiss oleh George de Mestral. Sekali lagi, kegunaannya yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari di ruang angkasa memang tidak dapat disangkal. Bayangkan betapa sulitnya untuk mengamankan diri ke tempat tidur Anda ketika tidak ada gravitasi.</p>
<p>Karena sekarang sudah 50 tahun sejak pendaratan di Bulan Apollo 11, ini saat yang tepat untuk menyoroti mana yang sebenarnya merupakan hasil dari perlombaan luar angkasa ini dan mana yang bukan. </p>
<p>Berikut adalah daftar beberapa temuan–meski ada banyak temuan lainnya juga tak dibahas. Beberapa di antaranya tidak secara langsung dibuat oleh NASA, tapi mungkin tidak akan pernah muncul jika bukan karena bantuan dan dukungan luar biasa dari badan antariksa itu.</p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/280931/original/file-20190624-97762-b4blia.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/280931/original/file-20190624-97762-b4blia.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/280931/original/file-20190624-97762-b4blia.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/280931/original/file-20190624-97762-b4blia.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/280931/original/file-20190624-97762-b4blia.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/280931/original/file-20190624-97762-b4blia.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/280931/original/file-20190624-97762-b4blia.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>MORE ON THE MOON AND BEYOND</strong>
<br>Bergabunglah bersama kami menyelami eksplorasi ruang angkasa 50 tahun ke belakang dan 50 tahun yang akan datang. Dimulai dari langkah pertama bersejarah Neil Armstrong ke permukaan Bulan hingga rencana masa kini untuk menggunakan bulan sebagai landasan peluncuran ke Mars, <a href="https://theconversation.com/uk/topics/to-the-moon-and-beyond-72729?utm_source=TC&utm_medium=linkback&utm_campaign=moonseries2019&utm_content=inlineasseta">dengarkan para pakar akademisi yang telah mendedikasikan hidup mereka untuk mempelajari keajaiban ruang angkasa</a></p>
<hr>
<h2>1. Penjernih air</h2>
<p>NASA mengembangkan unit kecil dan ringan yang memurnikan air untuk penerbangan manusia ke luar angkasa. Alat ini <a href="https://spinoff.nasa.gov/Spinoff2004/er_1.html">bekerja dengan andal</a> tanpa perlu pemantauan khusus dengan menggunakan ion (atom yang kehilangan elektron) perak untuk membunuh bakteri. Ternyata, ini juga sangat berguna untuk pemurnian air di Bumi, karena klorin yang umumnya digunakan dapat menghilang akibat sinar matahari atau panas. Ini juga menghilangkan masalah iritasi mata dan masalah pemutih yang kita alami di kolam renang.</p>
<p>Sistem NASA saat ini digunakan untuk menjaga air di menara pendingin tetap bersih, membantu mendukung pendingin udara di seluruh dunia. Sistem ini juga sudah mulai digunakan untuk membersihkan kolam–perusahaan <a href="http://www.carefreeclearwater.com/">Carefree Clearwater, Ltd,</a> telah menerapkannya untuk menjernihkan spa dan kolam renang di seluruh Amerika Serikat (AS).</p>
<h2>2. Masker pernapasan</h2>
<p>Sistem pernapasan yang digunakan oleh petugas pemadam kebakaran di seluruh dunia berasal dari NASA. Meskipun bukan NASA sendiri yang menciptakannya, mereka bertanggung jawab untuk membuatnya dapat digunakan– ringan dan efisien. </p>
<p>Pada 1971, banyak kepala pemadam kebakaran AS mempermasalahkan <a href="https://www.spacefoundation.org/what-we-do/space-technology-hall-fame/inducted-technologies/improved-firefighters-breathing-system">tidak praktisnya</a> alat pernafasan mereka yang beratnya sekitar 30 kilogram, menyebabkan beberapa petugas pemadam kebakaran bahkan membuang sistem pernapasan mereka untuk memAadamkan api.</p>
<p>Menggunakan pengalamannya mengembangkan peralatan astronot untuk pendaratan di Bulan, NASA kemudian bekerja sama dengan <a href="https://www.nist.gov/el/fire-research-division-73300/national-fire-research-laboratory-73306">Fire Technology Division dari National Bureau</a> untuk mengembangkan sistem pernapasan yang lebih baik selama beberapa tahun ke depan. <a href="https://ntrs.nasa.gov/archive/nasa/casi.ntrs.nasa.gov/20020090888.pdf">Sistem yang ditingkatkan</a> membuatnya lebih ringan, lebih mudah dipakai, dan juga membuat masker wajah yang memungkinkan melihat bidang yang lebih luas.</p>
<h2>3. Kain polimer</h2>
<p>Polimer adalah bahan yang terbuat dari rantai panjang molekul yang cenderung memiliki sifat luar biasa seperti ketangguhan dan ketahanan panas. Ahli kimia AS <a href="https://www.nap.edu/read/4547/chapter/11">Carl Marvel</a> <a href="http://www.nasonline.org/publications/biographical-memoirs/memoir-pdfs/marvel-carl.pdf">pertama kali mensintesis</a> kain polimer <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Polybenzimidazole_fiber">Polybenzimidazole</a> pada 1950-an. Namun, kain itu tidak akan tersebar luas jika bukan karena NASA yang memanfaatkannya dengan baik. Badan antariksa itu berupaya mengembangkan serat tekstil yang tidak mudah terbakar dan stabil pada berbagai suhu–dari dinginnya hidrogen cair hingga panasnya emas yang dilelehkan. Setelah insiden <a href="https://history.nasa.gov/Apollo204/summary.pdf">kebakaran Apollo 1 yang menewaskan tiga awak pesawat</a> pada 1967, NASA mengemukakan bahwa material yang mudah terbakar sebagai salah satu penyebabnya. Kejadian tragis ini menyadarkan NASA.</p>
<hr>
<p><em>The moon and beyond adalah seri podcast baru dari The Conversation yang menandai peringatan 50 tahun pendaratan di Bulan. <a href="https://theconversation.com/uk/podcasts/moon-and-beyond">Dengarkan dan berlangganan di sini</a></em></p>
<hr>
<p><a href="https://client.prod.iaff.org/">International Association of Fire Fighters</a> kemudian berkolaborasi dengan NASA dalam <em>Project FIRES</em> pada 1971 untuk memasukkan bahan baru ini ke dalam alat pelindung petugas pemadam kebakaran. Material ini <a href="https://spinoff.nasa.gov/Spinoff2008/ps_3.html">mulai digunakan oleh petugas pemadam kebakaran</a> AS pada 1970-80-an untuk meningkatkan pakaian pelindung mereka. Bahan itu masih digunakan dalam berbagai cara dan bidang baru, termasuk tanggap darurat, olahraga motor, militer, dan industri.</p>
<h2>4. Perangkat tanpa kabel</h2>
<p>Para astronot Apollo ingin membawa batu kembali ke Bumi dan melakukan beberapa pengukuran saat berada di Bulan. Untuk itu, mereka perlu bor tanpa kabel yang efisien. Untungnya, perusahaan Black & Decker <a href="https://www.nasa.gov/offices/ipp/home/myth_tools.html#backtoTop">telah mengembangkan beberapa produk</a> yang sejalan dengan fungsi ini pada 1961. NASA mengontrak perusahaan tersebut, dengan Martin Marietta Corporation, untuk membantu mengembangkan lebih banyak alat yang dirancang khusus, seperti bor palu tanpa kabel untuk mengambil sampel bulan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/282448/original/file-20190703-126382-zcna1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/282448/original/file-20190703-126382-zcna1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=609&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/282448/original/file-20190703-126382-zcna1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=609&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/282448/original/file-20190703-126382-zcna1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=609&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/282448/original/file-20190703-126382-zcna1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=765&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/282448/original/file-20190703-126382-zcna1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=765&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/282448/original/file-20190703-126382-zcna1v.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=765&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Harrison Schmitt berusaha mengumpulkan batuan Bulan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">NASA</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini juga merupakan tugas yang agak menantang untuk menggunakan kunci pas untuk mengencangkan baut yang melayang dalam gravitasi nol tanpa harus memutar diri Anda sendiri–masalah yang mengarah pada pengembangan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Impact_wrench">kunci pas <em>zero-impact</em></a>. Jadi, NASA membantu inisiatif inovasi perangkat nirkabel yang penting–dengan pengalamannya ini, membantu perangkat nirkabel digunakan dalam perangkat medis dan vakum pembersih.</p>
<p>Sebagai seorang astronom budaya, saya suka memikirkan tentang apa yang telah diberikan oleh pesawat luar angkasa dan pendaratan di Bulan kepada kita di samping penemuan-penemuan material di atas. Saya pribadi berpikir bahwa pengembangan konsep-konsep pemikiran baru yang inovatif tentang manusia dan lingkungan telah menjadi penting bagi masyarakat Barat modern kita saat ini. </p>
<p>Contoh-contoh ini ditangkap oleh apa yang disebut <a href="https://arc.aiaa.org/doi/book/10.2514/4.103223">efek <em>overview</em></a> dan dampak yang diberikan <a href="https://www.independent.co.uk/environment/nature/earthrise-the-image-that-changed-our-view-of-the-planet-7837041.html">gambar kelereng biru</a> –foto Bumi yang diambil dari Bulan–pada pergerakan lingkungan yang sedang berkembang.</p>
<p>Penerbangan ruang angkasa manusia tidak selalu dapat diukur melalui penemuan-penemuan material, oleh karena itu, kita juga harus menilainya dengan melihat bagaimana hal itu mengubah pemikiran kita.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120743/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Daniel Brown tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apakah Anda tahu bahwa Teflon berasal dari NASA hanyalah sebuah mitos?Daniel Brown, Lecturer in Astronomy, Nottingham Trent UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1197752019-07-04T08:13:57Z2019-07-04T08:13:57ZBagaimana Korea Selatan dan Taiwan mengembangkan ekonomi mereka dengan cepat, sementara Malaysia dan Indonesia tertinggal<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/282461/original/file-20190703-126364-3a53qs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1%2C998%2C663&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Seoul, Korea Selatan. Ekonomi Korea Selatan tumbuh pesat hingga pada 2017 PDB per kapita mencapai hampir US$30.000.</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan Indonesia semuanya menderita penjajahan Jepang selama Perang Dunia II. Tetapi berpuluh-puluh tahun masa damai sesudah perang berakhir hanya Korea Selatan dan Taiwan yang mampu menghidupkan dan menumbuhkan ekonomi mereka kembali dan menjadi kaya. Tingkat PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita mereka - yaitu pendapatan semua orang di negara tersebut jika terdistribusi secara merata - setara dengan negara maju di dunia Barat. </p>
<p>Saat ini kita sudah akrab dengan produk Korea Selatan, mulai dari mobil, elektronik, hingga perawatan kulit. Sementara Taiwan, terkenal dengan mengekspor minyak yang sudah melalui proses pemurnian, 40% komponen elektronik penting di seluruh dunia, dan komputer, seperti Acer dan Asus.</p>
<p>Dibandingkan dengan Korea Selatan dan Taiwan, Malaysia stagnan sesudah mencapai level pendapatan menengah ke atas. Sementara itu, Indonesia masih berjuang di tingkat pendapatan menengah ke bawah.</p>
<p>Mengapa beberapa negara tumbuh lebih cepat daripada yang lain?</p>
<p>Salah satu faktor utamanya adalah perusahaan lokal yang inovatif.</p>
<h2>Kisah empat ekonomi</h2>
<p>Sekitar dua dekade setelah Perang Dunia II, tepatnya pada 1967, Malaysia terdepan dalam <a href="https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?locations=KR-MY-ID&view=chart">PDB per kapita di antara empat negara di atas</a>. Malaysia unggul dengan US$317, <a href="https://eng.stat.gov.tw/point.asp?index=1">Taiwan $281</a>, Korea Selatan $161, dan Indonesia hanya $54.</p>
<p>Dalam dua tahun, Taiwan menyusul Malaysia. Dan pada 1977, giliran Korea yang membalapnya. Pada 2003, dengan pendapatan per kapita sebesar $14.209, Korea telah meningkatkan PDB per kapita hampir 90 kali lipat dibandingkan dengan tahun 1967. Taiwan hampir mendekati Korea dengan pendapatan per kapita $14.120.</p>
<p>Pengamat menjuluki pertumbuhan keempat negara ini, bersama dengan Jepang, Hong Kong, Thailand, dan Singapura pada 1980-an dan 1990-an sebagai <a href="http://documents.worldbank.org/curated/en/975081468244550798/Main-report">Keajaiban Asia</a>. PDB per kapita mereka tumbuh dua kali lebih cepat antara 1965 hingga 1990 dibandingkan dengan negara-negara Barat yang lebih maju di Eropa dan Amerika Utara.</p>
<iframe title="Pertumbuhan PDB per kapita dalam dolar AS " aria-label="Interactive line chart" src="https://datawrapper.dwcdn.net/vRZhk/1/" scrolling="no" frameborder="0" style="border: none;" width="100%" height="400"></iframe>
<p>Peningkatan PDB per kapita di negara-negara ini disertai dengan pengurangan kemiskinan dan penyempitan kesenjangan antara si kaya dan si miskin.</p>
<p>Krisis Keuangan Asia 1997 menghantam ekonomi-ekonomi negara ini. Korea mengalami <a href="https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?locations=KR-MY-ID&view=chart">penurunan PDB per kapita</a> sebesar 33,4%, Taiwan sebesar 8,5%, Malaysia sebesar 29,6%, dan Indonesia sebesar 56,4%. Krisis ini membawa Indonesia kembali <a href="https://blogs.worldbank.org/opendata/new-country-classifications-income-level-2018-2019">ke tingkat pendapatan rendah.</a></p>
<p>Namun pada 2017, pendapatan rata-rata di Korea pada 2017 telah tumbuh lagi menjadi hampir $30.000 (Rp424 juta). Taiwan tumbuh menjadi $24.000 (Rp339 juta). Sementara Malaysia dan Indonesia tertinggal masing-masing dengan $9,952 (Rp140 juta) dan $3,847 (Rp54 juta).</p>
<h2>Mengapa beberapa ekonomi tumbuh lebih cepat daripada yang lain?</h2>
<p>Ekonom menggunakan PDB per kapita sebagai indikator tingkat produktivitas suatu negara, yaitu mengukur jumlah <em>output</em> yang dihasilkan dalam suatu periode. Semakin tinggi PDB per kapita suatu perekonomian, semakin tinggi produktivitas warganya.</p>
<p>PDB Korea Selatan dan Taiwan yang tinggi mencerminkan tingkat produktivitas yang tinggi dibandingkan dengan Malaysia dan Indonesia.</p>
<p>Tiga hal yang menentukan produktivitas suatu negara: tenaga kerja, modal, dan sesuatu yang dikenal sebagai total faktor produktivitas (TFP), yang mewakili efisiensi dan teknologi. Sebagai contoh, sistem manajemen yang lebih baik untuk mengurangi birokrasi menandai efisiensi yang lebih baik, sementara penggunaan teknologi untuk mengotomatisasi tugas-tugas yang sebelumnya memakan banyak waktu jika dilakukan secara manual, menandai penggunaan teknologi.</p>
<p>Menurut <a href="https://www.apo-tokyo.org/publications/ebooks/apo-productivity-databook-2018/">Buku Data Produktivitas Organisasi Asia 2018</a>, TFP berkontribusi 14% terhadap pertumbuhan ekonomi Korea antara tahun 1970-2016 dan 24% untuk Taiwan. Sementara itu, TFP hanya berkontribusi 5% pada pertumbuhan Malaysia, dan untuk Indonesia, persentasenya bahkan jauh lebih rendah: di angka 1%. Ini menandakan sangat sedikitnya kemajuan teknologi di Indonesia.</p>
<p>Kontribusi kecil TFP terhadap perekonomian Indonesia erat kaitannya dengan rendahnya investasi negara dalam penelitian dan pengembangan. Pada 2017, Indonesia membelanjakan <a href="https://www.thejakartapost.com/life/2019/02/18/indonesia-needs-to-get-serious-about-rd.html">kurang dari 0,2% dari PDB</a> untuk penelitian dan pengembangan. Sementara itu, Korea membelanjakan 4,55% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan. Taiwan pada 2016 menghabiskan 3,16% dan Malaysia sekitar 1,3%.</p>
<h2>Cara meningkatkan Total Faktor Produktivitas</h2>
<p><a href="https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2015/wp15131.pdf">Sebuah studi oleh Dana Moneter Internasional (IMF)</a> telah menyelidiki bahwa pertumbuhan ekonomi Korea dan Taiwan bergantung pada inovasi teknologi oleh perusahaan lokal.</p>
<p>Pada 1960-an, Korea Selatan mendirikan 35 perusahaan milik negara di bidang energi, konstruksi, dan perbankan. Pada 1970-an, dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan publik, <a href="https://www.jstor.org/stable/4192322">Korea Selatan mulai memprivatisasi perusahaan milik negara</a>, memberikan pinjaman, dan perlindungan dari persaingan pasar ke kelompok bisnis milik keluarga, yang disebut chaebol atau keluarga konglomerat di Korea.</p>
<p>Sementara itu, menurut ekonom Chen Been-lon, pemerintah dan perusahaan swasta telah berperan dalam <a href="https://taiwantoday.tw/news.php?post=13965&unit=8,8,29,32,32,45">membantu Taiwan tumbuh menjadi kekuatan ekonomi seperti saat ini</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/282252/original/file-20190702-126396-10xhacu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/282252/original/file-20190702-126396-10xhacu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/282252/original/file-20190702-126396-10xhacu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/282252/original/file-20190702-126396-10xhacu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/282252/original/file-20190702-126396-10xhacu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/282252/original/file-20190702-126396-10xhacu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/282252/original/file-20190702-126396-10xhacu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Papan elektronik. Taiwan mengekspor 40% semikonduktor dunia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada 1964, <a href="https://books.google.co.id/books?id=YNzUCgAAQBAJ&pg=PA6&lpg=PA6&dq=semiconductor+lab+national+chiao+tung+university&source=bl&ots=TRjwwhz2_M&sig=ACfU3U3Liu5ymq9wmN9ALZQ8gjojrFgzMA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj6p9Xvn5jjAhXM6nMBHQD_Bgo4ChDoATAAegQICBAB#v=onepage&q=semiconductor%20lab%20national%20chiao%20tung%20university&f=false">Taiwan membangun laboratorium semikonduktor di National Chiao Tung University</a>. Laboratorium ini adalah tempat pelatihan bagi para insinyur yang menjadi tulang punggung industri semikonduktor Taiwan. </p>
<p>Pada 1974, <a href="https://books.google.co.id/books?id=YNzUCgAAQBAJ&pg=PA6&lpg=PA6&dq=semiconductor+lab+national+chiao+tung+university&source=bl&ots=TRjwwhz2_M&sig=ACfU3U3Liu5ymq9wmN9ALZQ8gjojrFgzMA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj6p9Xvn5jjAhXM6nMBHQD_Bgo4ChDoATAAegQICBAB#v=onepage&q=erso%20&f=false">Badan Penelitian dan Layanan Elektronik milik negara (ERSO) didirikan di dekat Universitas Nasional Chiao Tung</a>. Kemudian pada 1980 ERSO menciptakan pemisahan perusahaan pertamanya bernama United Microelectronics (UMC) dengan investasi modal 40% berasal dari pemerintah. </p>
<p>UMC beralih menjadi pusat Taiwan untuk memperoleh teknologi chip, melatih insinyur lokal, dan membangun fondasi industri komponen eletronik Taiwan.</p>
<p>Dukungan untuk industri dalam negeri oleh pemerintah Korea Selatan dan Taiwan melalui pinjaman murah dan perlindungan pasar, memberikan ruang bagi perusahaan untuk meningkatkan anggaran untuk penelitian guna mengembangkan inovasi teknologi. </p>
<p>Mereka juga meningkatkan kualitas pendidikan serta mampu menyediakan tenaga kerja berkualitas tinggi bagi perusahaan yang membutuhkan pekerja yang sangat terampil.</p>
<p>Berbeda dengan strategi Korea Selatan dan Taiwan, yang pemerintah mendukung pengembangan industri dalam negeri, <a href="https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2015/wp15131.pdf">studi IMF di atas mencatat bahwa Malaysia</a> <a href="http://www2.pahang.uitm.edu.my/upena/docs/Japan%20Technology%20Ttansfer%20(JTT).pdf">mengandalkan teknologi transfer dari perusahaan multinasional</a>.</p>
<p><a href="https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2015/wp15131.pdf">Perusahaan multinasional enggan untuk mentransfer teknologi</a> mereka ke perusahaan lokal sehingga membuat negara-negara tuan rumah terjebak memasok bahan baku terus-menerus. Perusahaan multinasional melindungi hak kekayaan intelektual dan pengembangan produk mereka. Selain itu, mereka juga enggan untuk melatih karyawan lokal karena khawatir mereka pindah ke perusahaan lain.</p>
<p>Ini adalah tantangan yang dihadapi Indonesia dan Malaysia. Karena industri dalam negeri kurang berkembang di kedua negara, perusahaan lokal tidak memiliki banyak dana untuk mendanai penelitian dan pengembangan.</p>
<p>Sementara Korea Selatan dan Taiwan masing-masing memiliki 15 dan sembilan perusahaan yang terdaftar dalam daftar <a href="http://fortune.com/global500/list/filtered?non-us-cos-y-n=true">Fortune 500</a>, peringkat perusahaan terbesar di dunia berdasarkan pendapatan, baik Indonesia dan Malaysia masing-masing hanya memiliki satu perusahaan dalam daftar, dan keduanya adalah perusahaan minyak dan gas milik negara.</p>
<h2>Mengejar ketertinggalan</h2>
<p>Bukti kuat dari Korea maupun Taiwan menunjukkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas suatu negara, industri domestik harus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan.</p>
<p>Pemerintah Indonesia <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20190216134046-4-55888/jokowi-sebut-akan-ada-pengurangan-pajak-100-ke-bukalapak-cs">dilaporkan telah berencana untuk menawarkan pengurangan pajak</a> kepada perusahaan-perusahaan yang mendukung pelatihan kejuruan dan penelitian dan pengembangan.</p>
<p>Bersamaan dengan insentif untuk perusahaan, baik Malaysia dan Indonesia, harus meningkatkan sektor pendidikan tinggi untuk mendukung dan meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan. Mereka juga harus secara serentak mengembangkan perusahaan domestik yang andal.</p>
<p>Malaysia sudah mengizinkan akademisi asing untuk mengajar dan melakukan penelitian. Indonesia pun harus mengikuti jalur ini demi memiliki universitas kelas dunia. Sektor pendidikan tinggi harus diberikan kewenangan lebih untuk mengelola rekruitmen dosen dan peneliti serta untuk menarik mahasiswa terbaik dari seluruh dunia.</p>
<p>Pengalaman Korea Selatan dan Taiwan dalam mendukung industri dalam negeri dan meningkatkan sektor penelitian mereka dapat menjadi contoh bagi Malaysia dan Indonesia untuk berusaha menyamainya.</p>
<p><em>Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/282247/original/file-20190702-126345-l490t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/282247/original/file-20190702-126345-l490t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=252&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/282247/original/file-20190702-126345-l490t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=252&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/282247/original/file-20190702-126345-l490t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=252&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/282247/original/file-20190702-126345-l490t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=317&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/282247/original/file-20190702-126345-l490t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=317&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/282247/original/file-20190702-126345-l490t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=317&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><em>Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia mendukung The Conversation Indonesia sebagai mitra tuan rumah.</em></p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/119775/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chairil Abdini tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengapa beberapa negara tumbuh lebih cepat daripada yang lain? Salah satu faktor utamanya adalah perusahaan lokal yang inovatif.Chairil Abdini, Lecturer in Public Policy and Decision Analysis, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1196312019-07-01T09:11:39Z2019-07-01T09:11:39ZMemburu inovasi: Indonesia membutuhkan lebih banyak investasi dari sektor swasta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/281906/original/file-20190630-94716-1tz8xwe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C4%2C1000%2C661&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Untuk meningkatkan anggaran riset, Indonesia seharusnya melibatkan sektor swasta untuk berinvestasi lebih banyak dalam mendukung proses inovasi. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Indonesia yang anggaran risetnya tergolong <a href="http://uis.unesco.org/apps/visualisations/research-and-development-spending/">paling rendah</a> di antara negara-negara lain harus meningkatkan inovasi berbasis riset untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.</p>
<p><a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/0A2537703B817D1E87F558DDA62B233D/9781316636404c1_p29-72_CBO.pdf/innovation_and_growth_the_schumpeterian_perspective.pdf">Banyak penelitian yang membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang bergantung pada inovasi</a>. Namun inovasi adalah bentuk investasi yang berisiko tinggi dan penuh dengan ketidakpastian. Sektor publik tidak bisa menanggung risiko ini sendirian sehingga mereka memerlukan sokongan dari perusahaan swasta. </p>
<p>Dengan mendukung program riset pemerintah, pelaku usaha bisa memperoleh keuntungan dengan memasarkan produk inovatif mereka. Ini juga memberi mereka fleksibilitas untuk masuk dan bahkan merancang pasar di kemudian waktu.</p>
<h2>Lebih banyak anggaran untuk inovasi yang lebih banyak</h2>
<p>Pada tahun 1911, Joseph Schumpeter, seorang ekonom Austria, menerangkan <a href="https://g.co/kgs/fstRqs">bahwa proses inovasi memegang andil penting dalam proses industrialisasi</a>. Adanya inovasi dan para wirausahawan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. </p>
<p>Beberapa dekade kemudian, parameter inovasi mulai dipergunakan untuk memahami kemajuan ekonomi modern. Sebuah indikator makroekonomi yang dikenal dengan <a href="https://www.globalinnovationindex.org/"><em>Global Innovation Index</em> (GII)</a> dikembangkan untuk mengukur proses inovasi di tingkat nasional. Indikator makroekonomi lainnya, <a href="http://reports.weforum.org/global-competitiveness-report-2018/"><em>Global Competitive Index (GCI</em>)</a>, menyediakan panduan untuk sebuah negara agar dapat mempertahankan daya saing global dengan berinovasi.</p>
<p>Tak ayal, kekurangan dukungan finansial untuk riset dan pengembangan telah menghambat proses inovasi teknologi di Indonesia. </p>
<p>Di wilayah Asia Tenggara, anggaran untuk riset Indonesia masih jauh di bawah Thailand dan Vietnam. <a href="http://uis.unesco.org/apps/visualisations/research-and-development-spending/">Data terbaru</a> menunjukkan bahwa Thailand mengalokasikan 0.5% dari produk domestik bruto (PDB) dan Vietnam sebesar 0.4%. Sementara Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengalokasikan sekitar <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180409171951-532-289503/jokowi-pertanyakan-penelitian-k-l-yang-habiskan-rp249-t">Rp24.9 triliun</a> pada tahun 2017 atau sekitar 0.2% dari PDB. </p>
<p>Untuk meningkatkan anggaran riset, Indonesia seharusnya melibatkan sektor swasta untuk berinvestasi lebih banyak dalam mendukung proses inovasi. </p>
<h2>Kolaborasi antara sektor swasta dan publik</h2>
<p>Perusahaan-perusahaan swasta Indonesia belum berkontribusi dalam pengeluaran riset nasional sebanyak negara-negara lain. </p>
<p>Di sebagian besar negara, kontribusi sektor swasta dalam riset jauh lebih besar dibandingkan dengan sektor publik. </p>
<p>Jerman mengalokasikan 2.9% PDB untuk riset di tahun 2017 di mana 2% berasal dari sektor swasta. Sektor swasta Amerika Serikat menghabiskan 1.9% PDB untuk kegiatan riset dari 2.7% pengeluaran nasional. Sementara itu, Cina mengeluarkan 2% PDB untuk riset dengan partisipasi sektor swasta sebesar 1.6%. </p>
<p>Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia mengatakan bahwa kontribusi dari perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia hanya sebesar Rp 6 milyar atau setara 0.04% PDB di tahun 2017. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/moving-indonesian-research-forward-with-more-private-sector-support-lessons-from-germany-109382">Moving Indonesian research forward with more private sector support: lessons from Germany</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sektor swasta seharusnya berkontribusi lebih banyak mengingat keuntungan yang mereka bisa raup ketika mereka mendukung program riset dan pengembangan untuk berinovasi. </p>
<h2>Keuntungan untuk sektor swasta</h2>
<p>Berinvestasi dalam sektor riset memberikan berbagai macam keuntungan bagi perusahaan. </p>
<p>Pertama, perusahaan bisa meraup keuntungan dari pengembangan dan penjualan paten inovasi teknologi mereka. </p>
<p>Kedua, adanya konsep inovasi terbuka mengizinkan pihak ketiga untuk menggunakan paten dalam mengembangkan produk mereka di bawah skema hak kekayaan intelektual (HKI). </p>
<p>Ini memberikan solusi yang menguntungkan bagi kedua belah pihak: pemegang paten mendapatkan royalti dari menjual atau melisensikan paten mereka, dan pihak ketiga bisa memasuki pasar dengan model bisnis dan produk mereka yang baru. Bukan hanya perusahaan besar yang bisa mengambil keuntungan komersial dari penggunaan HKI, tapi juga perusahaan kecil dan menengah. </p>
<p><a href="https://g.co/kgs/GCc6Rx">Sebuah studi kasus pada tahun 2011 untuk Xerox di Amerika Serikat</a> menunjukkan bahwa nilai pasar untuk sepuluh perusahaan <em>spin-off</em> yang dibangun untuk mengembangkan inovasi teknologi baru mencapai dua kali lebih besar dari nilai pasar Xerox sendiri. Penelitian tersebut membuktikan bagaimana pihak ketiga bisa mendominasi pasar dengan model bisnis mereka yang baru.</p>
<p>Industri berbasis teknologi sangat bergantung pada kegiatan riset untuk keberlanjutan bisnis mereka. </p>
<p>Sering kali tidaklah mudah bagi sektor swasta untuk berinovasi dan memperoleh keuntungan. </p>
<p>Sebuah studi menunjukkan <a href="https://engagedscholarship.csuohio.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://www.google.com/&httpsredir=1&article=1029&context=bus_facpub">bahwa satu dari 3.000 idea inovatif bisa dikomersialisasikan</a>. <a href="https://www.cambridge.org/core/services/aop-cambridge-core/content/view/0A2537703B817D1E87F558DDA62B233D/9781316636404c1_p29-72_CBO.pdf/innovation_and_growth_the_schumpeterian_perspective.pdf">Di bawah kebijakan <em>laissez-faire</em></a> di mana pemerintah tidak turut campur dalam kegiatan perekonomian, perusahaan cenderung tidak berinvestasi banyak untuk kegiatan inovasi.</p>
<p>Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik untuk mendorong sektor swasta untuk mengembangkan dan memasarkan inovasi. </p>
<p>Indonesia bisa mengikuti contoh Norwegia yang memperkenalkan <a href="https://read.oecd-ilibrary.org/science-and-technology/oecd-reviews-of-innovation-policy-norway-2017_9789264277960-en#page150">sebuah set kebijakan lunak untuk transfer teknologi</a> dari industri migas ke industri perikanan dan maritim. Sementara itu, Cina memberikan <a href="http://www.chinadaily.com.cn/a/201812/13/WS5c11955fa310eff303290af6.html">intensif pajak kepada perusahaan venture capital</a> (modal ventura) untuk berinvestasi dalam mendanai perusahaan-perusahaan dengan teknologi terdepan. </p>
<p>Dengan memberikan dukungan seperti itu, pemerintah Norwegia dan Cina telah menciptakan dorongan bagi sektor swasta dalam berkompetisi guna menciptakan inovasi. </p>
<h2>Padangan optimis untuk Indonesia</h2>
<p>Sebagai ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah pasar yang menarik untuk menjual inovasi teknologi. Indonesia memiliki <a href="https://www.bbvaresearch.com/wp-content/uploads/2017/07/June-2017-ASEAN-Fintech-Trends.pdf">93.4 juta konsumen</a> untuk inovasi di bidang digital. Pada Mei 2019, Indonesia membukukan <a href="https://www.statista.com/outlook/295/120/fintech/indonesia">transaksi total sebesar $32,442 juta (Rp457 miliar) di bidang tekonologi finansial</a>. </p>
<p>Dari sektor energi, misalnya, tantangan dari konsentrasi karbon dioksida tinggi di lapangan gas East Natuna harus dijawab dengan menggunakan <a href="https://www.dunia-energi.com/tetap-dilanjutkan-pertamina-cari-teknologi-kembangkan-blok-east-natuna/">inovasi teknologi terbaru</a> agar dapat memisahkan karbon dioksida dari gas yang diproduksi. </p>
<p>Pertamina masih mencari inovasi teknologi tersebut. Jika ditemukan, Indonesia akan memasok <a href="https://www.woodmac.com/reports/upstream-oil-and-gas-east-natuna-natuna-d-alpha-556636">gas alam terbesar</a> tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga untuk kawasan Asia Pasifik. </p>
<p>Investasi riset dari sektor swasta menciptakan lebih banyak lapangan kerja, mendorong produktivitas bisnis yang lebih baik, dan menopang daya saing nasional yang lebih tinggi. Sudah saatnya Indonesia memajukan ekonomi bangsa dengan mendorong pertumbuhan yang berbasis inovasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/119631/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span><a href="mailto:d.arisaktiwardhana@campus.tu-berlin.de">d.arisaktiwardhana@campus.tu-berlin.de</a> bekerja untuk Badan Standarisasi Nasional (BSN)</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Iqbal Akbar tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Untuk meningkatkan anggaran riset, Indonesia seharusnya melibatkan sektor swasta untuk berinventasi lebih banyak dalam mendukung proses inovasi.Iqbal Akbar, Student Research Assistant in Chair of Innovation Economics TU Berlin, Technical University of BerlinDhandy Arisaktiwardhana, Doctoral Candidates in Innovation Economic (Focus: Standardization), Technical University of BerlinLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1082642018-12-18T08:31:59Z2018-12-18T08:31:59ZMenjawab lima miskonsepsi tentang kimia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/251117/original/file-20181217-185240-iuqjsz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gelas kimia.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/lQGJCMY5qcM">Hans Renier/Unsplacsh</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Ketika saya memperkenalkan diri sebagai mahasiswa doktoral bidang kimia, saya sering bisa melihat ketakutan dan ketidakpahaman dalam sorot mata orang-orang: ahli kimia kerap digambarkan sebagai ilmuwan gila seperti <a href="https://www.dccomics.com/blog/2017/06/06/wonder-woman-dr-poisons-toxic-legacy">Dr. Maru</a> dalam <em>Wonder Woman</em>, yang mempraktikkan sihir hitam dan membuat ledakan. Tampaknya ketakutan masyarakat ini didasarkan pada kesalahpahaman terhadap sains. </p>
<p>Dan saya ingin membahas lima miskonsepsi alias kesalahpahaman yang paling umum tentang kimia, dengan harapan dapat menjelaskan bagaimana kimia berkontribusi pada kehidupan sehari-hari.</p>
<p>Kata <em>bahan kimia</em> bisa dimengerti sebagai sinonim dari materi; bahan kimia adalah segala sesuatu yang memiliki massa. Ini termasuk zat-zat dalam kehidupan sehari-sehari seperti air, kafein, dan gula. Elemen-elemen yang ada dalam <a href="http://www.rsc.org/periodic-table">tabel periodik</a> adalah bahan-bahan kimia dan begitu pula molekul-molekul kecil seperti kafein, molekul besar seperti deoxyribonucleic acid (DNA) dan rantai yang hampir tak terhingga yang disebut polimer seperti plastik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/240817/original/file-20181016-165909-1lvlnp4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/240817/original/file-20181016-165909-1lvlnp4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=313&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/240817/original/file-20181016-165909-1lvlnp4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=313&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/240817/original/file-20181016-165909-1lvlnp4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=313&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/240817/original/file-20181016-165909-1lvlnp4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=393&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/240817/original/file-20181016-165909-1lvlnp4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=393&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/240817/original/file-20181016-165909-1lvlnp4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=393&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi bahan kimia yang biasa ditemui seperti 1,3,7-Trimethylxanthine (kafein), deoxyribonucleic acid (DNA) dan polystyrene (Styrofoam).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Alexandra Gellé</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Miskonsepsi #1: Produk bebas kimia lebih aman</h2>
<p>Elemen-elemen adalah balok-balok bangunan yang menciptakan dunia sekitar kita. Baik alami atau buatan manusia, bahan kimia ada di mana-mana. Produk-produk bebas kimia tidak ada: apa pun yang dapat Anda sentuh adalah materi, dan oleh karena itu merupakan bahan kimia. Produk yang diiklankan sebagai “bebas bahan kimia” mungkin menunjukkan bahwa mereka bebas dari bahan kimia berbahaya, tapi perusahaan memanfaatkan ketakutan orang terhadap kimia untuk iklan mereka–yang menyebabkan meningkatnya kecurigaan konsumen.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1049763381073403906"}"></div></p>
<p><em>The Nue Co. storefront in NYC</em></p>
<h2>Miskonsepsi #2: Jika Anda tidak dapat mengucapkannya, itu buruk bagi Anda</h2>
<p>Nama-nama bahan kimia sering terdengar mengerikan dan memberikan kesan bahwa bahan-bahan tersebut tidak aman. Nama-nama bahan kimia tidak ada ada kaitannya dengan bagaimana bahayanya zat tersebut atau asal-usul mereka. Pernah Anda mengonsumsi <em>acetyl salicylic acid</em> atau <em>sodium hydrogen carbonate</em>? Anda mungkin menelan aspirin atau makan apa pun yang membutuhkan soda kue untuk proses pembuatannya.</p>
<p>Terkadang nama-nama umum digunakan untuk bahan-bahan kimia. <em>Dihydrogen monoxide</em> (H₂O) diperpendek menjadi air, <em>1,3,7-Trimethylxanthine</em> terdengar rumit, tapi zat ini lebih dikenal dalam bahasa sehari-hari sebagai kafein. Ahli kimia kadang-kadang menunjukkan selera humor yang tinggi saat menamai elemen-elemen dan molekul-molekul. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/244947/original/file-20181111-35554-pb1ys3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/244947/original/file-20181111-35554-pb1ys3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=358&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/244947/original/file-20181111-35554-pb1ys3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=358&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/244947/original/file-20181111-35554-pb1ys3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=358&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/244947/original/file-20181111-35554-pb1ys3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=450&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/244947/original/file-20181111-35554-pb1ys3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=450&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/244947/original/file-20181111-35554-pb1ys3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=450&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Californium (Cf), Quebecol (molekul yang ditemukan di sirup maple), SEX (Sodium ethyl xanthate)</span>
<span class="attribution"><span class="source">Alexandra Gellé</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Miskonsepsi #3: Produk-produk organik > sintetis</h2>
<p>Apakah Anda tahu bahwa ahli kimia dapat membuat produk alami secara sintetis di laboratorium mereka? Apakah Anda tahu bahwa bensin (<em>gasoline</em>), dari sudut pandang kimia, adalah sebuah zat organik?</p>
<p>Pada 1789, ahli kimia Prancis Antoine Laurent Lavoisier menulis di <em><a href="https://archive.org/details/traitlmentairede01lavo/page/n7">Traité élémentaire de chimie</a></em> bahwa “tidak ada ada yang hilang, tidak ada yang diciptakan, segala sesuatu diubah bentuknya”. Untuk menemukan bahan-bahan kimia baru, ahli kimia harus mengubah bentuk bahan kimia yang ada. Ahli kimia selalu menggunakan bahan-bahan sumber secara natural sebagai material awal untuk molekul baru. Bahan-bahan kimia yang dibuat di laboratorium dapat menemukan asal-usul mereka di alam (minyak bumi, kayu, dll) dan seringnya adalah bahan <a href="https://www.acs.org/content/acs/en/careers/college-to-career/areas-of-chemistry/organic-chemistry.html">organik</a> karena mereka mengandung sebagian besar hidrogen, karbon, dan oksigen.</p>
<p>Bahaya merupakan hal intrinsik pada setiap bahan kimia dan “<a href="https://www.chemicalsafetyfacts.org/dose-makes-poison-gallery/">dosislah yang membuatnya menjadi racun</a>.” Yang artinya, tidak perlu takut pada sejumlah kecil sianida yang secara alamiah ada dalam apel, dan makanan bakar yang hangus tidak akan menyebabkan kanker bagi Anda. Namun, minum hingga <a href="https://www.compoundchem.com/2014/07/27/lethaldoses/">enam liter air atau 175 teguk kopi espresso</a> dapat berakibat fatal.</p>
<p>Produk-produk sintetis yang dibuat di laboratorium tidak selalu lebih atau kurang berbahaya dibanding bahan kimia yang ditemukan di alam. Entah itu molekul buatan yang inovatif atau produk buatan manusia, bahaya tergantung pada strukturnya, tapi bukan asal mereka. </p>
<p>Ada juga banyak <a href="https://theconversation.com/handle-with-care-the-worlds-five-deadliest-poisons-56089">racun alami yang dihasilkan oleh tumbuhan dan hewan</a>. Namun, ahli kimia menghabiskan sebagian besar waktu mereka merancang molekul baru yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan lingkungan–apakah itu molekul baru untuk obat atau baterai baru untuk mobil listrik.</p>
<h2>Miskonkonsesi #4: Nanopartikel tidak berbahaya</h2>
<p>Nanopartikel adalah kelompok kecil atom antara 1 sampai 100 nanometer (1/10.000 selebar rambut manusia), ditemukan pada banyak produk sehari-hari. Mereka sangat kecil sehingga mereka tidak terlihat oleh mata manusia, tapi ekosistem dapat terpengaruhi oleh mereka. Bahkan, nanopartikel sekarang diketahui <a href="https://www.hindawi.com/journals/bca/2017/4101735/">beracun</a> untuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1382668915301034">mahkluk hidup yang hidup dalam air</a>.</p>
<p>Karena kita tidak dapat melihat kehadiran mereka di lingkungan kita, kita sering tidak menyadari jumlah besar nanopartikel di sekitar kita, dan kita mengabaikan dampaknya.</p>
<p>Nanopartikel, plastik atau metalik, terkandung dalam banyak produk kebutuhan personal seperti <a href="https://www.theguardian.com/what-is-nano/small-world/nanotechnology-in-your-toothpaste">pasta gigi</a>, pembersih kulit dan krim matahari. Mereka kebanyakan dipakai untuk <a href="https://www.ewg.org/sunscreen/report/nanoparticles-in-sunscreen/">pelindung dari sengatan matahari</a>, <a href="https://phys.org/news/2018-09-video-silver-nanoparticles-odors.html">agen antimikroba</a>, dan <a href="https://www.swissinfo.ch/eng/research_study-finds-nanoparticles-in-over-one-quarter-of-foodstuffs/44493952">sebagai bahan tambahan dan pewarna</a>.</p>
<p>Sayangnya, instalasi pengolahan air tidak dapat menyaringnya sehingga mereka berakhir di sungai, danau dan lautan, dan pada akhirnya, sebagai makanan untuk kehidupan laut, <a href="https://academic.oup.com/bioscience/article/68/4/241/4915956">bergerak ke rantai makanan</a> dan akhirnya berakhir di piring makan Anda.</p>
<p>Industri kimia telah mulai mengurangi jumlah produk yang mengandung nanopartikel, tapi banyak cat dan tabir surya masih merupakan sumber potensial kontaminasi. Namun nanopartikel juga menunjukkan potensi yang menjanjikan untuk obat dan <a href="https://chembites.org/2018/10/31/nanoparticles-for-cancer-detection-and-treatment/">pengobatan kanker</a>, misalnya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/240820/original/file-20181016-165903-10jihxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Penggunaan teknologi nano.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.compoundchem.com/">Andy Brunning</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Miskonsepsi #5: Para ahli kimia adalah jahat</h2>
<p>Para ahli kimia mengembang tanggung jawab kepada masyarakat sehubungan dengan perkembangan produk-produk yang membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Ahli kimia telah membuat kemajuan besar dalam pengembangan produk-produk yang lebih bersih dan lebih ramah lingkungan. Namun, industri dan konsumen <a href="https://nexusmedianews.com/it-aint-easy-selling-green-a84d76594e5c">lambat mengadopsi</a> alternatif-alternatif yang lebih ramah lingkungan ini, kecuali mereka lebih murah dan setidaknya sama efisiennya. </p>
<p>Terkadang, kami, para ahli kimia, berharap kami adalah pesulap, yang mampu menciptakan solusi ajaib. Namun, kami akan terus membuat kemajuan melalui penelitian yang inovatif, menciptakan produk baru dan mendorong alternatif-alternatif yang lebih hijau. Ilmu kimia adalah alat yang kuat dan inovatif, namun harus digunakan dengan bijak.</p>
<p>Bagi ahli kimia, gelas selalu penuh. Sebagian dengan suatu cairan, dan sisanya dengan udara–nitrogen N₂, oksigen 0₂, Argon Ar, karbon dioksida CO₂, dll. Kimia menghasilkan penemuan-penemuan fantastis yang meningkatkan kualitas hidup kita, dan ada begitu banyak yang belum ditemukan.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Ahmad Nurhasim</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/108264/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alexandra Gellé is a member of the American Chemical Society.</span></em></p>Kimia menghasilkan penemuan-penemuan fantastis yang meningkatkan kualitas hidup kita, dan ada begitu banyak yang belum ditemukan.Alexandra Gellé, PhD Candidate in Chemistry, McGill UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1071742018-11-27T08:27:24Z2018-11-27T08:27:24ZBeton hasil teknologi cetak 3D bisa ciptakan desain bangunan yang menarik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/246653/original/file-20181121-161641-p6t4i7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C4%2C2920%2C1932&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Satu-satunya material yang jumlah penggunaannya lebih dari beton adalah air.</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Industri konstruksi adalah salah satu industri terbesar dalam ekonomi dunia–nilainya mencapai A$10 triliun atau Rp100.592 triliun secara global (setara dengan 13% dari Produk Domestik Bruto dunia).</p>
<p>Tetapi industri konstruksi telah mengalami penurunan selama beberapa dekade karena produktivitasnya yang sangat buruk dibandingkan dengan sektor lain. Jika pertanian dan industri manufaktur telah meningkatkan produktivitas sebesar 10-15 kali lebih tinggi sejak tahun 1950-an, maka kondisi industri konstruksi <a href="https://www.mckinsey.com/%7E/media/McKinsey/Industries/Capital%20Projects%20%%2020dan%%2020Infrastruktur%20/%20Our%%2020Insights%20/%20Reinventing%%2020construction%%2020through%%2020a%%2020productivity%%2020revolution%20/%20MGI-Reinventing-Construction-Executive-summary.ashx">masih sama seperti 80 tahun yang lalu</a>.</p>
<p>Hal ini dikarenakan sebagian besar industri konstruksi masih dilakukan secara masih manual, sementara manufaktur dan industri lainnya telah membuat kemajuan signifikan dengan penggunaan teknologi digital, penginderaan dan otomatisasi.</p>
<p>Kami dan kelompok penelitian lainnya melihat beton yang dihasilkan oleh teknologi tiga dimensi (3D) cetak sebagai <a href="https://www.swinburne.edu.au/news/latest-news/2018/08/pioneering-housing-construction-with-3d-concrete%20-printers-at-swinburne.php">solusi yang memungkinkan</a> untuk mengatasi masalah ini. Teknik ini juga akan memberikan arsitek kebebasan untuk menumpahkan segala bentuk kreativitas ke dalam desain mereka untuk bangunan baru.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/gempa-lombok-desain-bangunan-yang-berbeda-bisa-kurangi-kerusakan-102039">Gempa Lombok: desain bangunan yang berbeda bisa kurangi kerusakan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Masalah yang dihadapi konstruksi</h2>
<p>Infrastruktur modern kita hampir seluruhnya dibangun dengan beton. Kita menggunakan lebih dari 20 miliar ton beton per tahun. Satu-satunya material yang jumlahnya lebih dari itu adalah air.</p>
<p>Industri konstruksi menghadapi sejumlah masalah serius, termasuk efisiensi tenaga kerja yang rendah dan tingkat kecelakaan yang tinggi di lokasi konstruksi. Menurut <a href="http://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/mf/6324.0">Biro Statistik Australia</a>, industri konstruksi memiliki tingkat cedera tertinggi (59 dari 1000 pekerja).</p>
<p>Ada juga kesulitan dalam pengendalian kualitas di lokasi konstruksi, tingginya tingkat limbah dan emisi karbon, biaya yang mahal, dan tantangan dalam mengelola tempat kerja besar sementara tenaga kerja terampil semakin langka.</p>
<p>Teknologi pencetakan beton 3D dapat menawarkan solusi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=376&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/244706/original/file-20181109-116838-14f2s00.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=472&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Penulis menggambar desain bangunan dengan beton yang dicetak dengan teknologi 3D.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Manfaat dari mencetak beton 3D</h2>
<p>Konstruksi dengan menggunakan teknologi 3D menggunakan teknik pembuatan yang menambahkan sesuatu dalam kuantitas yang kecil, di sini berarti objek dibangun dengan menambahkan lapisan material.</p>
<p>Proses konstruksi untuk bangunan konvensional biasanya melibatkan pengecoran beton ke dalam cetakan. Tetapi proses yang menggabungkan teknologi digital dan wawasan baru terhadap teknologi material memungkinkan pembangunan konstruksi dengan bentuk yang lebih bebas tanpa menggunakan cetakan.</p>
<p>Menghilangkan biaya cetakan adalah alasan utama mengapa pencetakan beton dengan teknologi 3D menjadi menguntungkan secara ekonomi. Cetakan konvensional menghabiskan biaya sekitar 60% dari total biaya konstruksi beton. Sistem konstruksi dengan cetakan juga merupakan sumber limbah yang signifikan, mengingat bahwa cetakan itu nantinya akan dibuang. Menurut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21353519">penelitian</a> tahun 2011, industri konstruksi menyumbang 80% dari total limbah di seluruh dunia.</p>
<p>Menuangkan beton ke dalam cetakan juga membatasi kreativitas para arsitek untuk menciptakan bentuk yang unik. Kecuali memang cetakan didesain lebih dulu dengan biaya yang mahal. Gaya konstruksi yang lebih bebas dapat meningkatkan kreativitas arsitektur. Biaya produksi komponen struktural tidak akan terikat pada bentuk, sehingga konstruksi dapat dibebaskan dari desain persegi panjang yang begitu akrab dalam arsitektur bangunan saat ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ilmuwan-menciptakan-bahan-bangunan-baru-dari-campuran-jamur-beras-dan-kaca-98821">Ilmuwan menciptakan bahan bangunan baru dari campuran jamur, beras, dan kaca</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa yang dapat kita bangun</h2>
<p>Pencetakan beton 3D sedang dieksplorasi untuk digunakan dalam pembangunan rumah, jembatan, bangunan dan bahkan menara turbin angin.</p>
<h3>Perumahan</h3>
<p>Rumah beton 3D cetak ini dibangun dalam 24 jam ketika musim dingin yang buruk terjadi di Rusia. Bangunan ini merupakan rumah pertama yang dibangun di satu lokasi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/GUdnrtnjT5Q?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<h2>Jembatan</h2>
<p>Sebuah jembatan beton cetak 3D sepanjang 8 meter untuk pengendara sepeda diluncurkan di Belanda tahun lalu. Jembatan itu, yang dicetak oleh Universitas Teknologi Eindhoven, memiliki lebih dari 800 lapisan dan membutuhkan waktu tiga bulan untuk dicetak.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/gGULt4dxmoM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<h3>Struktur rumit</h3>
<p>Pencetakan beton 3D memiliki keunggulan dibandingkan metode konstruksi konvensional. Keunggulan itu terlihat ketika membuat bentuk desain yang tidak lurus, seperti bentuk lengkung dengan detail yang rumit.</p>
<figure>
<iframe src="https://player.vimeo.com/video/122708002" width="500" height="281" frameborder="0" webkitallowfullscreen="" mozallowfullscreen="" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Bagian dari struktur ini dicetak menggunakan campuran semen khusus.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Masih pada tahap awal</h2>
<p>Bidang penelitian ini masih pada tahap awal.</p>
<p>Hambatan terbesar dalam pengembangan beton yang menggunakan teknologi 3D adalah beton itu sendiri. Beton konvensional saat ini tidak cocok untuk teknologi pencetakan 3D, sehingga alternatif baru dan inovatif perlu dikembangkan.</p>
<p>Peneliti mengeksplorasi berbagai jenis beton. Beton untuk pencetakan 3D tidak boleh diatur saat berada di dalam mesin pencetak, tetapi perlu diatur dan diperkuat segera setelah dikeluarkan dari mesin. Beton jenis ini bisa “diatur sesuai permintaan”.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jakarta-keadilan-sosial-dan-perumahan-jangan-jadi-taruhan-di-pasar-keuangan-global-90748">Jakarta: keadilan sosial dan perumahan jangan jadi taruhan di pasar keuangan global</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ketika benar-benar mencetak beton, mesin pencetak khusus diperlukan. Biasanya, ukuran printer harus lebih besar dari komponen yang sedang dicetak. Namun, para peneliti mengeksplorasi bentuk mesin pencetak atau robot yang dapat “naik” pada bagian-bagian beton yang sudah diatur untuk mencetak bagian lain.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/245207/original/file-20181113-194506-z0jf6b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah mesin pencetak beton 3D sedang digunakan untuk penelitian pencetakan beton.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/22902505@N05/26587585494/in/photolist-dYHhyk-bEpSma-rvhNw4-NVrkFt-srW2sL-NACk9h-N6pFum-N66s24-eqdsv3-eqdrqU-ephc3v-dYHeE2-dYNW3f-dYNWqJ-GvsjSs">Misanthropic One/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Gracesillya Febriyani</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/107174/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>
Jay Sanjayan bekerja untuk Swinburne University of Technology. Ia menerima dana dari Australian Research Council untuk pekerjaan Cetak Beton 3D. Dia adalah anggota dari Conrete Institute of Australia.</span></em></p>Menuang beton pada cetakan membatasi kreativitas para arsitek dalam membentuk bangunan yang unik. Teknologi cetak tiga dimensi (3D) dapat mengubah hal tersebut.Jay Sanjayan, Professor, Swinburne University of TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1040002018-10-15T09:49:31Z2018-10-15T09:49:31ZPentingnya data iptek di Indonesia, bagaimana meningkatkan kualitas dan kebaruannya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/240547/original/file-20181015-109213-hlws19.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Manajemen data sangat penting untuk menyusun kebijakan berbasis bukti ilmiah.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTUzOTYwNDQ3NCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMjUxNTI5MTMzIiwiayI6InBob3RvLzI1MTUyOTEzMy9tZWRpdW0uanBnIiwibSI6MSwiZCI6InNodXR0ZXJzdG9jay1tZWRpYSJ9LCJCTFYxVmNjNDFYdjlKem5mTEp5VVRnLzl5Q3MiXQ%2Fshutterstock_251529133.jpg&ir=true&pi=26377567&m=251529133&src=IhMsuIZR3rTkdEtA5o8NwQ-1-8">Rawpixel.com/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Belum lama ini, Presiden Joko Widodo mempertanyakan anggaran penelitian di semua kementerian dan lembaga yang totalnya <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3961968/singgung-anggaran-penelitian-rp-24-t-jokowi-apa-hasilnya">hampir Rp25 triliun.</a> Presiden menyebut selama ini anggaran penelitian tersebar di berbagai instansi, sehingga riset yang dikerjakan tidak maksimal. Penelitian yang dilakukan dianggap tidak fokus dan tidak sejalan dengan prioritas pemerintah.</p>
<p>Sebenarnya, <a href="http://technology-indonesia.com/lain-lain/kolom/anggaran-riset-indonesia-tahun-2017-hanya-021-persen-dari-pdb/">menurut perhitungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti)</a> besaran anggaran yang benar-benar digunakan untuk kegiatan riset adalah Rp10,9 triliun. Sementara, anggaran yang digunakan untuk operasional litbang seperti gaji pegawai mencapai 30,68%. </p>
<p>Ketiadaan data nasional yang akurat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menjadi penyebab munculnya pertanyaan mengenai anggaran penelitian ini. Keberadaan data sangat penting untuk merencanakan kebijakan inovasi. Data tersebut juga penting untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijaksanaan secara menyeluruh dan terpadu. Data iptek yang dimaksud dalam artikel ini adalah data statistik terkait iptek di Indonesia secara umum, bukan data penelitian secara spesifik. </p>
<p>Data iptek yang akurat, konsisten, mutakhir, lengkap, dan terbuka merupakan prasyarat untuk menghasilkan kebijakan inovasi berbasis data <em>(data-driven policy making)</em> yang berkualitas di Indonesia. Absennya data yang berkualitas akan menghambat Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi serta pembuat kebijakan lain dalam mengukur pencapaian bangsa Indonesia di bidang iptek dan inovasi. </p>
<p>Berbagai kebijakan inovasi juga berpotensi tidak tepat sasaran dan tidak tepat guna tanpa pengukuran yang tepat.</p>
<h2>Terbatasnya data iptek nasional</h2>
<p>Data iptek nasional memegang peranan penting dalam melihat posisi Indonesia di mata dunia. Data seperti jumlah peneliti, anggaran kegiatan penelitian dan pengembangan, dan jumlah publikasi ilmiah merupakan contoh data yang digunakan untuk menghitung indeks global seperti <a href="http://reports.weforum.org/global-competitiveness-index-2017-2018/">Indeks Daya Saing Global <em>(Global Competitiveness Index, GCI)</em></a> dan <a href="https://www.globalinnovationindex.org/Home">Indeks Inovasi Global <em>(Global Innovation Index, GII)</em></a>. </p>
<p>Artinya, data iptek yang akurat dan mutakhir akan menghasilkan perhitungan indeks yang benar-benar menggambarkan kondisi Indonesia yang sebenarnya.</p>
<p>Sayangnya, data iptek nasional yang dikutip di indeks-indeks tersebut masih merupakan data yang belum mutakhir. Sebagai contoh, data rasio belanja penelitian dan pengembangan terhadap Produk Domestik Bruto <em>(Gross Expenditure on Research & Development, GERD)</em> pada <a href="https://www.globalinnovationindex.org/gii-2018-report#">GII 2018</a> masih merupakan data pada 2013, yaitu sebesar 0,1%. </p>
<p>Padahal, pemerintah telah mengeluarkan data GERD 2016, <a href="https://www.ristekdikti.go.id/kabar/menristekdikti-luncurkan-gerd-pada-indonesia-science-expo-2017/">yakni sebesar 0,25%</a>. Sehingga, posisi Indonesia di indeks tersebut tidak sesuai dengan kondisi terbaru.</p>
<p>Contoh lainnya, pada 2017 Kemenristekdikti mencatat bahwa <a href="https://www.jawapos.com/pendidikan/11/02/2018/menristekdikti-publikasi-internasional-indonesia-salip-thailand">publikasi ilmiah Indonesia (17.659 publikasi) berhasil mengungguli Thailand (15.200 publikasi).</a>. Namun, data pada GII 2018 menunjukkan hal yang sebaliknya.</p>
<p>Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa ketersediaan data iptek nasional saat ini masih terbatas dan belum menjadi rujukan global. Mengapa hal itu terjadi? Setidaknya ada lima penyebab masalah tersebut:</p>
<p><strong>Pertama, masih banyak data iptek yang belum tersedia atau belum mutakhir.</strong>
Sejumlah data nasional yang dibutuhkan untuk menghitung GII atau GCI seperti data pengeluaran di sektor swasta untuk kegiatan litbang ataupun data jumlah kerja sama strategis masih belum tersedia. Kalau pun ada, data yang ada masih belum mutakhir dan tidak diperbaharui secara berkala. Akibatnya, posisi Indonesia tidak mencerminkan kondisi sebenarnya karena berpatokan pada data usang.</p>
<p><strong>Kedua, data tersebar di mana-mana dan belum terintegrasi satu sama lain.</strong> Saat ini, berbagai data iptek dan inovasi nasional masih tersebar di berbagai instansi dan unit kerja. Dampaknya, dibutuhkan waktu lama untuk berkoordinasi dan mengumpulkan data secara internal.</p>
<p><strong>Ketiga, data ganda.</strong> Seringkali ditemukan kasus pengumpulan data yang sama oleh dua atau lebih instansi yang berbeda. Hal ini menimbulkan kebingungan di tingkat nasional dan internasional tentang data mana yang harus menjadi rujukan resmi dan akurasinya.</p>
<p><strong>Keempat, data sulit diakses oleh pihak eksternal.</strong> Hal ini bahkan dialami juga oleh Kemenristekdikti yang sebenarnya memiliki tanggung jawab di sektor iptek tapi kesulitan meminta data dari berbagai institusi penelitian terkait aktivitas dan luaran ipteknya. Kurangnya kepercayaan dan birokrasi yang berbelit menjadi faktor penghambat utama.</p>
<p><strong>Kelima, tidak adanya standar data yang baku antar instansi.</strong> Banyak data iptek yang masih dalam format <em>.pdf</em> atau <em>.jpeg</em>, bukan dalam format .csv atau .xls seperti standar data terbuka <em>(open data)</em> sehingga tidak bisa langsung digunakan. Selain itu, data iptek yang dimiliki berbagai instansi memiliki unit analisis yang berbeda, sehingga harus diolah kembali.</p>
<h2>Lalu apa solusinya?</h2>
<p>Untuk menjawab kebutuhan terhadap data iptek nasional yang berkualitas, lengkap, dan mutakhir, dibutuhkan suatu portal data terpadu pengelolaan data dan informasi iptek nasional. Portal ini dapat berisi berbagai data iptek, seperti data sumber daya manusia iptek, data anggaran dan belanja iptek, data kelembagaan iptek, serta data luaran iptek. </p>
<p>Data iptek ini dikumpulkan dari berbagai sumber, mulai dari lembaga litbang pemerintah (pusat dan daerah), lembaga litbang industri, perguruan tinggi, hingga organisasi non-pemerintah (LSM).</p>
<p>Portal ini dapat menjadi sumber informasi bagi penyelenggara iptek di Indonesia, terutama dalam menyusun kebijakan iptek dan inovasi nasional. Tidak hanya itu, portal data ini dapat membantu memetakan lanskap iptek di Indonesia secara utuh. Dengan demikian, pemerintah dapat menjalankan fungsinya sebagai pencipta iklim kondusif bagi iptek dan inovasi di Indonesia.</p>
<p>Secara tidak langsung, portal ini juga membuat masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengawasi pembangunan nasional di sektor iptek, termasuk memastikan bahwa anggaran penelitian yang diberikan pemerintah benar-benar berdampak positif bagi peningkatan daya saing bangsa. Siapa pun juga akan dapat melihat dengan mudah sejauh mana luaran riset yang dihasilkan telah sejalan dengan <a href="http://rirn.ristekdikti.go.id/">Rencana Induk Riset Nasional (RIRN)</a> atau prioritas-prioritas lainnya.</p>
<p>Portal ini dapat digunakan untuk mencari siapa pelaku litbang lain yang memiliki fokus riset yang sama, sehingga membuka jalan untuk kolaborasi riset. Dengan demikian, potensi riset yang tumpang tindih antar instansi dapat dikurangi. Lebih jauh, portal ini juga dapat dimanfaatkan oleh litbang sebagai sarana promosi ke para pelaku bisnis sehingga dapat dikomersialisasikan secara massal.</p>
<p>Namun, keberadaan portal data ini saja tidak cukup. Dibutuhkan tata kelola data iptek nasional yang terpadu dan bersinergi antarlembaga karena peningkatan daya saing nasional merupakan upaya bersama lintas institusi. Kemenristekdikti akan berperan sebagai integrator data yang memanen <em>(harvesting)</em> dan memverifikasi data dari berbagai lembaga. </p>
<h2>Mendesaknya landasan hukum</h2>
<p>Untuk memastikan jalannya portal data iptek nasional, ada sejumlah landasan yang diperlukan. </p>
<p><strong>Pertama, perlu ada regulasi sebagai dasar hukum pelaksanaan portal data iptek nasional.</strong></p>
<p>Saat ini, pemerintah bersama DPR sedang menyusun <a href="http://mediaindonesia.com/read/detail/167081-pembahasan-ruu-sisnas-iptek-diperpanjang">Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek)</a> sebagai revisi atas UU No. 18 Tahun 2002. Salah satu pasal yang diusulkan adalah pembentukan <a href="https://siin.ristekdikti.go.id/">Sistem Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional</a>, yang merupakan kumpulan data pokok penyelenggaraan iptek yang terintegrasi secara nasional. </p>
<p>Nantinya, pasal tersebut akan mengamanahkan pembuatan Peraturan Presiden tentang Sistem Informasi Iptek Nasional. Adanya regulasi ini akan memperkuat posisi dan kewenangan Kemenristekdikti dalam mengumpulkan data iptek yang saat ini masih tersebar di berbagai institusi. Selain itu, sistem ini juga merupakan upaya mewujudkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik <em>(e-government)</em> di sektor riset dan teknologi, seperti yang tertuang dalam <a href="http://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175612/Perpres%20Nomor%2095%20Tahun%202018.pdf">Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2018</a>. </p>
<p><strong>Kedua, perlu ada sebuah forum yang melibatkan setiap aktor.</strong> Perlu dibentuk wali daya iptek, yang menjadi referensi tunggal keluar masuknya data iptek dari suatu lembaga. Selain itu, wali data iptek ini perlu berkoordinasi secara rutin dengan lembaga-lembaga terkait dalam sebuah forum. Forum data iptek nasional ini bisa belajar dari <a href="https://opengovindonesia.org/files/180516_-_Rangkuman_Ranperpres_Satu_Data.pdf">mekanisme tata kelola Satu Data Indonesia</a>. </p>
<p><strong>Ketiga, perlu ada mekanisme kontrol dan evaluasi.</strong> Kemenristekdikti dengan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dapat bekerja sama menjadikan keaktifan pengumpulan data iptek nasional sebagai salah satu basis penilaian kinerja kementerian dan lembaga. Partisipasi instansi dalam mengumpulkan data iptek juga dapat menjadi pertimbangan pemberian berbagai insentif, seperti dana penelitian atau beasiswa bagi para peneliti di instansi tersebut. </p>
<p>Mewujudkan Indonesia yang berdaya saing di tingkat global memerlukan analisis, evaluasi produktivitas, dan perancangan kebijakan iptek dan inovasi yang menyeluruh. Seberapa jauh ketiga hal ini telah dan akan dilaksanakan hanya dapat diukur dari keberadaan data iptek dan inovasi nasional yang berintegritas, terpadu, dan terbuka. Portal data iptek nasional merupakan langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104000/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Wirawan Agahari adalah peneliti Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) yang terlibat dalam kajian penyusunan naskah akademik Sistem Informasi Iptek Nasional. Kajian ini didanai oleh Pusat Data dan Informasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Pusdatin Iptekdikti) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.</span></em></p>Keberadaan data akurat berperan penting dalam perencanaan, implementasi, dan evaluasi berbagai kebijakan inovasi secara menyeluruh dan terpadu.Wirawan Agahari, Senior Research Associate, Centre for Innovation Policy and GovernanceLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1028902018-09-27T07:54:38Z2018-09-27T07:54:38ZInovasi dari komputer kuantum, mengapa kita membutuhkannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/237558/original/file-20180922-129862-o46xti.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">IBM Q, komputer kuantum yang dikembangkan oleh IBM.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/ibm_research_zurich/38296273694/in/album-72157663611181258/">IBM Research/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span></figcaption></figure><p>Bayangkanlah satu lampu di kamar Anda hidup dan mati dalam waktu yang bersamaan. Atau seekor kucing yang hidup dan mati dalam waktu yang bersamaan. Bisakah Anda membayangkannya? Tentu ini sulit dibayangkan. </p>
<p>Fenomena “hidup dan mati” secara bersamaan itu akan kita temui dalam komputer kuantum. Jenis komputer ini memanfaatkan fenomena yang disebut superposisi, yakni fenomena kuantum yang memungkinkan dua keadaan berbeda atau bertolak belakang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Fenomena ini terjadi pada benda berukuran sangat kecil seperti atom, bukan pada kucing atau <em>ball lamp</em>. </p>
<p>Perusahaan-perusahaan raksasa teknologi informasi seperti <a href="https://www.technologyreview.com/s/610274/google-thinks-its-close-to-quantum-supremacy-heres-what-that-really-means/">Google</a>, <a href="https://www.bbc.com/news/technology-43580972">Microsoft</a>, dan <a href="https://www.forbes.com/sites/tiriasresearch/2018/09/18/does-ibm-have-the-quantum-advantage/#4a02d6fd54e8">IBM</a> kini sedang berlomba merealisasikan sebuah teknologi yang pada masa mendatang dipercaya dapat berdampak besar bagi kehidupan manusia. </p>
<p>Mereka berlomba untuk merealisasikan <a href="https://www.wired.co.uk/article/quantum-computing-explained">komputer kuantum</a>, sebuah mesin penghitung yang memanfaatkan fisika kuantum dalam proses penghitungannya. Mesin ini diprediksi akan memiliki kemampuan yang jauh melebihi komputer yang kita gunakan saat ini.</p>
<p>Komputer yang sering kita pakai sekarang telah memberikan begitu banyak manfaat yang mungkin tidak dapat dibayangkan oleh orang tua kita puluhan tahun silam. Komputer “klasik” ini bisa kita gunakan untuk hal sederhana seperti menghitung harga barang belanjaan, membuat tugas sekolah, berkomunikasi melalui media sosial, hingga mengenali wajah dan suara kita melalui <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Artificial_intelligence">kecerdasan buatan</a> yang dimilikinya. </p>
<p>Manfaat yang tak terbayangkan saat ini akan dapat terwujud pada masa mendatang dengan terwujudnya komputer kuantum. Bagaimana komputer kuantum bekerja? Dan bagaimana komputer kuantum dapat memiliki kemampuan yang jauh melampaui komputer kita saat ini? Tulisan ini menjelaskan inovasi yang begitu ambisius dan segera bisa diwujudkan tersebut.</p>
<h2>Komputer klasik</h2>
<p>Komputer yang kita gunakan saat ini memproses segala informasi dalam kombinasi angka biner yang disebut bit (kependekan dari <em>binary digit</em>). Sebuah bit dapat berupa “1” atau “0”. Ini seperti sakelar di rumah kita yang jika kita tekan akan menghidupkan lampu di kamar dan jika kita tekan lagi akan mematikan lampu. Apa yang terlihat pada layar komputer kita saat ini adalah hasil pemrosesan dari kombinasi banyak bit.</p>
<p>Sebagai contoh, jika kita punya dua buah bit, angka desimal 2 akan diwakilkan sebagai kombinasi bit “10” (satu-nol, bukan angka sepuluh). Dua buah bit dapat merepresentasikan angka desimal sebanyak 2<sup>2</sup> yang dimulai dari “00” yang merepresentasikan nol, “01” merepresentasikan angka desimal 1, “10” merepresentasikan angka desimal 2, dan “11” merepresentasikan angka desimal 3. </p>
<p>Semakin banyak bit yang kita punya semakin banyak angka desimal yang bisa direpresentasikan dan diproses, sesuai dengan rumus 2<sup>n</sup>, dengan n adalah jumlah bit. Semakin banyak bit yang digunakan dalam sebuah komputer, semakin banyak informasi yang dapat diproses oleh komputer; yang berarti semakin baik kinerja komputer tersebut dalam melakukan tugas-tugas penghitungan yang rumit.</p>
<h2>Superposisi kuantum</h2>
<p>Sekarang, bayangkan bagaimana jika informasi dalam bit yang tadinya hanya berupa “0” atau “1” dapat sekaligus berupa “0” dan “1” pada waktu yang bersamaan. Komputer kuantum memanfaatkan fenomena yang dinamakan superposisi, yakni fenomena kuantum yang memungkinkan dua keadaan berbeda terjadi dalam waktu yang bersamaan. </p>
<p>Dalam dunia mikroskopis, molekul, atom, atau elektron dapat berperilaku sangat aneh dan sangat berbeda dengan dunia makroskopis yang dapat kita amati tanpa mikroskop. Benda-benda di dunia mikroskopis dapat berada di dua keadaan yang berbeda dalam satu waktu. Ini sulit dibayangkan bagi kita yang terbiasa mengindera benda-benda di sekitar kita yang hanya bisa berada dalam salah satu dari dua keadaan saja dalam satu waktu. </p>
<p>Sebagai gambaran, kita bisa ibaratkan lampu sebagai elektron, kemudian hidup dan matinya lampu kita ibaratkan dengan dua keadaan elektron. Di dunia mikroskopis kita bisa mendapati “lampu kuantum” ini hidup dan mati di waktu yang sama. </p>
<p>Fisikawan Austria <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Erwin_Schr%C3%B6dinger">Erwin Schrödinger</a> punya dongeng menarik tentang fenomena superposisi. Ia membayangkan seekor kucing yang berada di dalam kotak terisolasi dan terhubung dengan dunia kuantum. <a href="https://bigthink.com/scotty-hendricks/the-life-and-death-of-schrodingers-cat-and-what-it-really-means">Kucing Schrödinger</a> ini selama berada di dalam kotak berada dalam dua keadaan yang berbeda dalam satu waktu, yaitu hidup dan mati. Bukankah itu sangat aneh dan tidak mungkin terjadi di dunia makroskopis yang biasa kita lihat? Tapi seperti itulah dunia kuantum. </p>
<p>Komputer kuantum memanfaatkan fenomena superposisi dalam proses penghitungannya. Alih-alih menghitung bit demi bit atau kombinasi bit demi kombinasi bit dalam satu waktu, komputer kuantum dapat menghitung secara bersamaan terhadap banyak bit atau kombinasi bit dalam satu waktu. </p>
<p>Secara fisik, keadaan kuantum pada komputer kuantum bisa direalisasikan oleh benda-benda kecil seukuran molekul (10<sup>-10</sup> meter) atau yang lebih kecil. Sebagai contoh, elektron memiliki sifat intrinsik menyerupai batang magnet yang dinamakan spin. Seperti magnet, elektron dapat menunjuk ke satu arah tertentu, atas atau bawah. Dua arah spin elektron yang berlawanan ini ibarat bit “0” dan “1” pada komputer klasik. </p>
<p>Keadaan kuantum pada spin elektron biasa dituliskan dengan |0〉 ketika menunjuk arah bawah, |1〉 ketika menunjuk ke atas, atau a|0〉 + b|1〉 ketika menunjuk ke atas dan ke bawah sekaligus. Tanda | 〉 disebut dengan “ket”, adalah representasi matematis dari suatu keadaan kuantum.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=520&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=520&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=520&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=654&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=654&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/237575/original/file-20180923-129844-137nion.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=654&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi yang menggambarkan konsep Kucing Schrödinger.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.publicdomainfiles.com/show_file.php?id=13488686412382">Open Clip Art Library/Modified by author.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Penghitungan paralel</h2>
<p>Bayangkan sebuah komputer klasik dengan dua bit, komputer ini hanya dapat melakukan penghitungan terhadap kombinasi bit “00”, “01”, “10”, atau “11” saja dalam satu waktu. Sekarang, jika kita punya sebuah komputer kuantum dengan dengan dua buah <em>qubit</em> (dibaca kiubit) (kependekan dari <em>quantum bit</em>), sebutan untuk bit dari komputer kuantum, komputer kuantum dapat melakukan penghitungan terhadap keempat kombinasi |00〉, |01〉, |10〉, dan |11〉 sekaligus dalam satu waktu.</p>
<p>Dalam komputer kuantum, semakin banyak jumlah <em>qubit</em> N yang digunakan akan semakin banyak keadaan kuantum yang bisa digunakan untuk menghitung secara serentak, yang dirumuskan sebagai 2<sup>N</sup>. Tiap tambahan sebuah <em>qubit</em> dalam sebuah komputer kuantum, jumlah keadaan kuantum yang bisa digunakan dalam penghitungan akan menjadi dua kali lipat. Peningkatan jumlah <em>qubit</em> akan meningkatkan kemampuan komputasi komputer kuantum secara eksponensial. </p>
<p>Hal ini sangat menguntungkan jika kita menghitung super rumit yang melibatkan sangat banyak angka seperti menghitung reaksi kimia dari atom-atom dalam sebuah material yang jumlahnya bisa mencapai ribuan triliun. Jika kita punya 128 <em>qubit</em> saja, kita akan punya 2<sup>128</sup> atau 3,402823669×10<sup>38</sup> (3,402823669 diikuti 38 angka nol) keadaan, ini jumlah yang lebih banyak dari jumlah atom dalam satu liter air.</p>
<p>Kita bisa membandingkan secara kasar bagaimana kinerja komputer kuantum dapat melampaui kinerja komputer klasik kita. Bayangkan kita punya 16 buah komputer klasik yang bekerja secara paralel dengan tiap-tiap komputer memiliki kecepatan pemrosesan 2 GHz (giga Hertz), yang berarti dapat memproses 2 miliar informasi dalam satu detik. Kita dapat melakukan 32 miliar (16 × 2 miliar) penghitungan tiap detiknya dengan 16 komputer tersebut. </p>
<p>Jika kita punya satu buah saja komputer kuantum dengan 8 <em>qubit</em> saja, yang berarti mempunyai 256 keadaan, dan memiliki kecepatan pemrosesan yang sama yaitu 2 GHz, itu berarti kita dapat melakukan 256 dikalikan dengan 2 miliar. Ini sama dengan 512 miliar penghitungan setiap detiknya. Bayangkan betapa jauh perbedaanya dengan jumlah <em>qubit</em> setengah saja dari jumlah komputer klasik!</p>
<h2>Apa yang bisa dilakukan komputer kuantum?</h2>
<p>Dengan komputer kuantum diharapkan penghitungan-penghitungan super rumit yang melibatkan angka dalam jumlah yang sangat banyak dapat dilakukan. Farmakolog dapat menghitung bagaimana tiap-tiap atom dalam sebuah obat dapat bereaksi terhadap sejumlah virus dengan lebih cepat dan cermat untuk menghasilkan obat yang lebih ampuh melawan penyakit. </p>
<p>Ilmuwan material dapat merancang material-material baru yang dapat mengonversi energi panas atau cahaya dari matahari secara lebih efisien. Klimatolog dapat memprakirakan dengan lebih cermat perubahan cuaca ekstrem akibat perubahan iklim global sehingga pemerintah dapat melakukan antisipasi untuk mengurangi dampak buruknya.</p>
<p>Anda mungkin tidak akan menggunakan komputer kuantum untuk meng-<em>update</em> status media sosial, karena itu berarti fungsi komputer kuantum akan menjadi mubazir. Tapi, farmakolog, fisikawan, kimiawan, hingga ilmuwan komputer akan sangat terbantu dengan adanya komputer kuantum. Akan semakin banyak inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia yang akan dihasilkan dari penghitungan mereka menggunakan komputer kuantum.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/102890/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dwi Prananto menerima dana dari Japan Advanced Institute of Science and Technology. </span></em></p>Google, IBM, dan Microsoft sedang berlomba bikin komputer kuantum. Prinsipnya kerja seperti Kucing Schrödinger.Dwi Prananto, Mahasiswa PhD Bidang Ilmu Material, Japan Advanced Institute of Science and TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/916672018-02-22T10:54:11Z2018-02-22T10:54:11ZKami menemukan sistem peringatan dini tsunami mutakhir yang lebih cepat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/205910/original/file-20180212-58315-1uo7oak.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Keadaan setelah tsunami Aceh di Desember 2004.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Tsunami adalah salah satu bencana alam yang paling mengerikan di dunia. Rangkaian gelombang karena berpindahnya volume air yang sangat besar bisa disebabkan oleh <a href="https://theconversation.com/explainer-how-weather-can-trigger-dangerous-tsunamis-29584">sejumlah kejadian</a>, termasuk gempa bumi, ledakan bawah laut, tanah longsor, atau bahkan tumbukan meteroit.</p>
<p>Di garis pantai, gelombang yang dihasilkan berkembang dari tidak disadari menjadi penghancur, yang tingginya mencapai puluhan meter sebelum menghantam daratan. <a href="https://theconversation.com/ten-years-after-the-boxing-day-tsunami-are-coasts-any-safer-35099">Pada 26 Desember 2004</a>, tsunami di Samudra Hindia—<a href="https://theconversation.com/explainer-after-an-earthquake-how-does-a-tsunami-happen-83732">dipicu oleh gempa di bawah laut</a> dengan kekuatan 9,1-9,3—dan tinggi mencapai 30 meter. Airnya menghancurkan sebagian Indonesia, Sri Lanka, Maladewa, Thailand, dan beberapa tempat lain, dan dampaknya terlihat hingga sejauh Afrika Selatan. Lebih dari 230.000 <a href="http://www.abc.net.au/news/2014-12-24/boxing-day-tsunami-how-the-disaster-unfolded/5977568">jiwa meninggal dunia</a>, dan masih banyak lagi orang yang belum diketahui keberadaannya sampai hari ini.</p>
<p>Begitu dipicu, tsunami bisa menghantam pantai dalam hitungan menit, dan paling lama dalam beberapa jam saja. Saat ini, sistem peringatan dini mengandalkan pengukuran gerakan <a href="http://www.bom.gov.au/tsunami/about/detection_buoys.shtml">pelampung panah</a>—yang merekam perubahan permukaan laut—atau menilai tekanan bawah dari tsunami yang berkembang meluas. Masalahnya, sistem-sistem ini membutuhkan tsunami yang mencapai lokasi pengukuran secara fisik. Pelampung bisa dipasang di laut dalam—tapi ini membutuhkan jumlah pelampung yang tidak masuk akal. Opsi kedua yakni memasang pelampung di sepanjang garis pantai, tapi dikarenakan kecepatan tinggi tsunami, hal itu tidak akan menyisakan waktu peringatan bagi orang di darat. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"955747863140675585"}"></div></p>
<p>Kami telah <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-fluid-mechanics/article/sound-signals-of-tsunamis-from-a-slender-fault/08879AD72BC308953C2934B9FE534215">mengembangkan opsi ketiga</a> untuk menambah jumlah waktu peringatan tsunami—dengan menggunakan gelombang (bunyi) akustik. Gelombang akustik yang memancar dari suatu gempa bumi bisa bergerak lebih cepat ketimbang tsunami yang telah dipicu. Dan juga untuk jarak yang lebih jauh—ribuan kilometer—membawa informasi mengenai gempa itu sendiri serta gelombang tsunami yang akan datang.</p>
<h2>Bagaimana cara kerjanya</h2>
<p>Dengan menggunakan hidrofon (mikrofon bawah air) standar kita bisa merekam gelombang bunyi ini, jauh sebelum tsunami tiba, serta tidak terpengaruh ke arah mana tsunami akan bergerak. Sinyal bunyi berasal dari perubahan tekanan, sehingga yang kami analisis sebetulnya adalah serangkaian data tentang bagaimana tekanan berubah seiring waktu. </p>
<p>Meski pelampung juga mendeteksi perubahan tekanan, bagian depan tsunami harus betul-betul mencapai pelampung agar kita tahu bahwa terjadi kenaikan pada permukaan air. Namun dengan hidrofon, Anda hanya perlu menangkap sinyal bunyi. Sinyal-sinyal ini bergerak secara radial sehingga tidaklah penting apakah bagian depan tsunami mengarah ke lokasi hidrofon ataukah menjauh darinya, gelombang suara tetap akan terekam. </p>
<p>Meskipun gagasan menggunakan gelombang bunyi untuk memprediksi tsunami telah <a href="https://news.stanford.edu/pr/2013/pr-quake-acoustics-tsunami-060413.html">dikemukakan sebelumnya</a>, kunci dari gagasan kami yakni metode matematika baru yang bisa digunakan untuk menganalisis sinyal bunyi yang terekam dengan mendekati <em>real time</em>. Ini berdasarkan asumsi bahwa patahan bawah laut yang menyebabkan gempa bumi itu lebih ramping—lebarnya jauh lebih kecil daripada panjangnya, yang terjadi pada banyak erupsi yang diketahui. Dengan asumsi ini, kami kemudian mulai mencari tahu bagaimana bunyi berkembang selagi ia bergerak.</p>
<p>Begitu kami menyelesaikannya, kami bisa kembali dan menggunakan sinyal tekanan untuk mendapatkan sifat utama patahan, seperti lokasinya, panjang, lebar, waktu, durasi, kecepatan, elevasi, dan orientasinya. Dengan menggunakan ini, kami tidak hanya bisa memperingatkan datangnya tsunami melainkan juga memperkirakan dengan lebih akurat mengenai panjangnya, jauh sebelum ia mencapai garis pantai. </p>
<p>Dengan data-data ini di tangan, kami bisa mengevaluasi dampak yang akan ditimbulkan tsunami pada garis pantai, dan memberikan penilaian ancaman cepat hanya dalam beberapa menit sejak sinyal awal direkam.</p>
<p>Selagi kami bekerja untuk mengadaptasi metode kami sehingga bisa bekerja secara otomatis, kami berharap pemerintah di seluruh dunia akan mengambil gagasan ini dan menggunakannya untuk menciptakan sistem peringatan dini baru yang lebih cepat untuk masyarakat pesisir.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/91667/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Metode baru yang menganalisis gelombagn suara bawah air bisa memberi peringatan dini tsunami lebih cepat.Usama Kadri, Lecturer of Applied Mathematics, Cardiff UniversityChiang C. Mei, Ford Professor of Engineering, Emeritus, Massachusetts Institute of Technology (MIT)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/908262018-01-31T10:40:48Z2018-01-31T10:40:48ZCo-working space mendorong inovasi—dan kesenjangan digital<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/203795/original/file-20180129-41450-vg52c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C4%2C923%2C614&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tren pendirian startup, kolaborasi, dan "bekerja lepas" menyumbang pada pertumbuhan kantor virtual dan ruang kerja bersama atau co-working space. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Di Indonesia, pusat-pusat kreatif yang dikenal sebagai <em>creative hubs</em> seperti ruang kerja bersama (<em>co-working space</em>) dan ruang berkarya (<em>makerspace</em>) menjadi tempat pekerja kreatif mewujudkan ide-ide orisinal mereka. Namun, meski pertumbuhan tempat-tempat tersebut dapat mendorong inovasi, mereka berpotensi pula memperparah ketimpangan digital antara kota-kota besar dan daerah.</p>
<h2>Ruang untuk kreativitas</h2>
<p><em>Creative hubs</em> adalah istilah yang dipopulerkan Pusat Kebudayaan Inggris (Bristish Council) untuk mengidentifikasi “ruang, baik virtual maupun fisik, yang menjadi tempat bertemu orang-orang kreatif”. </p>
<p>Di Indonesia, kebanyakan tempat semacam ini berbentuk ruang kerja bersama (<em>co-working spaces</em>), yaitu tempat kerja berbasis keanggotaan, ruang tempat kerja dengan alat produksi bersama yang dikenal <em>makerspace</em>, atau ruang kreatif seperti galeri seni independen. </p>
<p>Ruang-ruang ini menyediakan lingkungan tempat ide-ide dapat bermunculan dan berbagai rencana diwujudkan. Contohnya, Code Margonda di Depok, Jawa Barat adalah markas beberapa <em>startup</em>. Sementara Makedonia di Jakarta menyediakan printer 3D untuk murid sekolah menengah atas untuk bereksperimen secara gratis. </p>
<p>Ruang-ruang ini memungkinkan ide-ide dan pendekatan yang baru dalam mengembangkan komunitas. Perkembangan ruang-ruang semacam ini tumbuh dengan stabil antara 2002 dan 2010 di Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Di Jakarta sejumlah ruang kerja bersama bermunculan antara 2010 dan 2012. Grafik di bawah menunjukkan pertumbuhan yang cepat pusat-pusat kreatif. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/54HcU/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" width="100%" height="400"></iframe>
<p>Namun, seperti ditunjukkan di atas, kenaikan yang drastis terjadi antara 2012 dan 2014, saat jumlah pusat-pusat kreatif meningkat tiga kali lipat dalam waktu dua tahun. Pergeseran ke teknologi digital dalam lima tahun belakangan telah membuat jaringan orang-orang dan ide-ide kreatif menjadi lebih penting ketimbang ruang fisik permanen. </p>
<p>Tren pendirian <em>startup</em>, kolaborasi dan “bekerja lepas” menyumbang pada pertumbuhan pasar ruang kerja bersama dan kantor virtual. Ruang kerja bersama menjawab kebutuhan pekerja lepas yang tidak dapat dipenuhi berjamurnya warung kopi dengan koneksi internet yang gratis tapi terbatas. </p>
<p>Bermunculannya ruang-ruang kerja bersama datang di saat yang tepat. Tren bertumbuhnya pusat-pusat kreatif juga mengisyaratkan tumbuhnya sektor teknologi dan kreatif di negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/203798/original/file-20180129-41413-88jzri.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/203798/original/file-20180129-41413-88jzri.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/203798/original/file-20180129-41413-88jzri.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/203798/original/file-20180129-41413-88jzri.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/203798/original/file-20180129-41413-88jzri.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/203798/original/file-20180129-41413-88jzri.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/203798/original/file-20180129-41413-88jzri.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ruang kerja bersama Ngalup di Malang.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pusat-pusat kreatif unik dan ekosistemnya dinamis</h2>
<p>Bertumbuhnya ruang-ruang kerja bersama adalah fenomena sosial dan ekonomi, terutama berkaitan dengan meningkatnya <em>startup</em> digital dan ekonomi berbasis internet. Di kalangan generasi muda, menghabiskan waktu produktif di ruang kerja bersama telah menjadi kebutuhan—dan norma baru. </p>
<p>Lanskap pusat-pusat kreatif menjadi beragam karena tren tersebut. Beberapa pusat kreatif dibangun atas asas kemandirian dan prinsip lakukan sendiri (<em>Do It Yourself</em>). Makedonia dan Code Margonda adalah penganut asas tersebut. Mereka fokus pada pentingnya komunitas dan kolaborasi. </p>
<p>Di sisi lain, ada juga pusat kreatif yang beroperasi dengan dukungan dana investor besar. Contohnya Cre8 yang didukung oleh Kejora Venture dan EV Hive yang didukung oleh East Venture. Dana investor ini memungkinkan mereka yang mendapatkannya menyewa atau membeli properti dengan lebih mudah serta membantu mereka menciptakan ruang kerja yang ciamik. </p>
<p>Ruang-ruang kreatif yang didukung oleh dana <em>venture capital</em> biasanya lebih maju dalam perencanaan bisnis mereka. Hal ini mengkompensasi ketidakmampuan mereka untuk menjangkau pekerja dan komunitas kreatif yang ada. Perbedaan antara co-working space yang didukung investor dan yang tumbuh dari komunitas kadang menciptakan jarak antara para coworking space ini. Ada perbedaan persepsi dan prinsip di dalamnya, meski kolaborasi menjadi tumpuan mereka dalam mengelola sektor yang masih sangat muda ini.</p>
<p>Ruang-ruang ini juga berpotensi menjadi sumber ketimpangan digital. Seperti telah dibahas oleh <a href="https://theconversation.com/the-digital-economy-is-no-leveller-its-a-source-of-inequality-36714">beberapa penulis</a>, ruang-ruang kerja bersama ini bisa menjadi ruang-ruang “wirausahawan digital yang terisolasi” tanpa hubungan yang nyata dengan sektor-sektor lain. Dalam konteks ini, coworking space bisa jadi justru memperparah ketimpangan yang sudah lama terlihat dalam hal infrastruktur, akses, dan peluang. </p>
<p>Di sinilah pemerintah dapat berperan untuk memperkecil kesenjangan. Pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif sebaiknya mengintervensi dengan mendirikan lebih banyak pusat-pusat kreatif di luar kota-kota besar di Indonesia. </p>
<h2>Tantangan dan peluang</h2>
<p>Pemilik pusat-pusat kreatif “akar rumput” secara umum sangat tangguh. Mereka belajar beradaptasi dengan situasi dari sejak awal, seringkali melalui kesulitan yang berat. Karena pasarnya masih labil, manajer pusat-pusat kreatif memiliki kerja berat membangun produk mereka dari nol, memperkenalkan konsep pusat kreatif kepada pelanggan mereka sembari setia pada nilai-nilai yang mereka pegang. </p>
<p>Keberlangsungan pendanaan menjadi masalah yang paling utama untuk dipecahkan karena pasar masih harus diperkenalkan pada jasa yang ditawarkan <em>co-working space</em>. Ini memaksa mereka untuk berlaku kreatif dalam menjalankan operasi mereka. Menurut survei yang kami lakukan pada 2017, pendapatan utama pusat-pusat kreatif didapatkan dari pemasaran program (contohnya pelatihan, seminar, dsb) karena kesulitan menarik pendapatan tetap dari iuran pelanggan <em>co-working space</em>. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/X8ZLj/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" width="100%" height="284"></iframe>
<p>Di tengah tantangan-tantangan ini, manajer ruang kreatif menunjukkan optimisme yang tinggi mengenai masa depan mereka. </p>
<p>Dari survei kami, rata-rata tingkat optimisme pengelola creative hub ada pada skor 8,275 dari skala 0-10. Optimisme yang layak disebarluaskan, seandainya sektor ini dapat pula mendorong praktik yang lebih inklusif bagi para pelakunya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/90826/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fajri Siregar tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pertumbuhan pusat kreatif bagus untuk inovasi tapi bisa memperluas ketimpangan digital dan ekonomi di Indonesia.Fajri Siregar, PhD Candidate, University of AmsterdamLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/851842017-10-20T10:27:33Z2017-10-20T10:27:33ZSektor pengetahuan Indonesia mengejar ketinggalan tapi tetap ada ketimpangan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/190962/original/file-20171019-1066-ui4vf3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dalam lima tahun terakhir, jumlah publikasi akademis dari Indonesia meningkat pesat.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Publikasi akademis adalah cerminan penting dari seberapa kuat suatu komunitas riset di sebuah negara. Komunitas riset yang kuat bisa menjadi pendorong inovasi dalam ekonomi. Riset juga merupakan landasan dari tersedianya bukti-bukti berkualitas untuk menjadi dasar pengambilan keputusan. </p>
<p>Indonesia, kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, mempunyai pengaruh ekonomi dan politik yang kuat di wilayah Asia-Pasifik. Indonesia mempunyai peluang untuk memberi sumbangan penting melalui riset akademis dan penyebaran ilmu pengetahuan yang bersumber dari universitas-universitas di Indonesia.</p>
<p>Dalam lima tahun terakhir, jumlah publikasi akademis dari Indonesia meningkat pesat. Jumlahnya naik sepuluh kali lipat, dengan pertumbuhan rata-rata 15% per tahun, tumbuh dari 538 pada 1996 menjadi 5.499 pada 2014. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/zkXLt/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="350"></iframe>
<p>Riset ini pada akhirnya dapat membantu Indonesia memproduksi barang ekspor yang lebih berkualitas seperti bahan kimia, barang elektronik, dan pembuatan bahan biomedis. Riset juga bisa mempercepat transisi Indonesia menuju negara berpendapatan menengah.</p>
<p>Seperti yang dikatakan <a href="https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/541338/ind-16-9-ref-stern-review.pdf">Lord Nicholas Stern</a>:</p>
<blockquote>
<p>Kreativitas, gagasan, dan pertanyaan-pertanyaan memang memiliki nilai mereka sendiri, tapi masyarakat dan ekonomi yang berinvestasi lebih banyak pada riset secara umum menunjukkan hasil dan pertumbuhan sumber daya manusia yang lebih pesat. </p>
</blockquote>
<h2>Masih ketinggalan</h2>
<p>Tapi dalam hal menerbitkan publikasi ilmiah Indonesia masih harus mengejar ketinggalan agar bisa mengimbangi negara lain di wilayah Asia dan negara lain yang sama-sama berpenghasilan menengah.</p>
<p>Antara 1996 dan 2008 Indonesia menerbitkan hanya lebih dari <a href="http://www.scimagojr.com/">9.000 dokumen ilmiah</a>. Angka itu menunjukkan Indonesia tertinggal lebih dari 13 tahun dari negara berpenghasilan menengah lain seperti Bangladesh dan Kenya.</p>
<p>Indonesia bahkan tertinggal lebih jauh dibandingkan dengan negara tetangga berpenghasilan menengah atas seperti Thailand dan Malaysia atau negara berpenghasilan tinggi seperti Singapura. </p>
<p>Singapura, Afrika Selatan, dan Meksiko masing-masing menghasilkan tiga kali lipat publikasi ilmiah dibandingkan Indonesia. </p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/Ld8gp/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="350"></iframe>
<p><a href="https://dfat.gov.au/about-us/publications/Documents/indo-ks-design.pdf">Rendahnya produksi makalah ilmiah</a> yang dihasilkan oleh lembaga riset Indonesia adalah salah satu gejala lemahnya sektor pengetahuan.</p>
<p>Pada 2014 publikasi akademis dari Indonesia hanya mencakup 0,65% dari seluruh publikasi di wilayah ASEAN. Proporsi dalam jumlah publikasi global lebih kecil lagi: 0,2%. Jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi dan populasi Indonesia, ada ketimpangan mendalam antara potensi dari hasil riset dengan kenyataannya.</p>
<p>Indonesia menghasilkan jumlah publikasi akademis terendah per AS$1 miliar PDB (2,2 publikasi per AS$1 miliar PDB), bandingkan dengan negara tetangga ASEAN dan negara mitra di G20. Filipina menghasilkan 2,7 dan Vietnam 7,2 publikasi per AS$1 miliar PDB.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/t07SS/2/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="345"></iframe>
<p>Indonesia juga gagal memaksimalkan <a href="http://www.scidev.net/global/policy-brief/international-scientific-collaboration-a-quick-gui.html">potensi kolaborasi internasional</a> selama beberapa tahun terakhir. Kolaborasi internasional membantu ilmuwan mengakses pengetahuan dan kepakaran, dan menerapkannya pada masalah lokal. Mereka juga meningkatkan kemampuan ilmiah domestik melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/indonesia-ingin-jadi-no-1-di-asean-tapi-dalam-dunia-ilmu-pengetahuan-kolaborasi-lebih-penting-83984">Indonesia ingin jadi No. 1 di ASEAN, tapi dalam dunia ilmu pengetahuan kolaborasi lebih penting</a></em></p>
<hr>
<p>Hingga 2011, 67% dari publikasi melibatkan kolaborasi penulisan, tapi pada 2014 angkanya turun menjadi 44%. Sebelumnya penulis Indonesia lebih kolaboratif ketimbang penulis dari negara lain yang menghasilkan lebih banyak <em>output</em>.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/XZzcT/2/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="350"></iframe>
<h2>Potensi Indonesia</h2>
<p>Jika Indonesia terus menghasilkan publikasi akademis dengan laju yang sekarang, Indonesia bisa saja menyalip negara ASEAN lain seperti Malaysia. Indonesia mungkin saja menyalip negara mitra G20 seperti Afrika Selatan dan Meksiko, yang menunjukkan laju pertumbuhan lebih rendah.</p>
<p>Artikel akademis Indonesia juga menjadi rujukan bagi riset lain. Peneliti lain mengutip semakin banyak artikel dari ilmuwan Indonesia.</p>
<p>Antara 1996 dan 2011, angka rata-rata pertumbuhan publikasi Indonesia yang dikutip publikasi lain adalah 16%. Ini lebih rendah dari Cina dan Singapura, tetapi lebih tinggi dari Filipina, Vietnam, dan Malaysia.</p>
<p>Tetapi, karena jumlah total publikasi dari Indonesia lebih kecil, maka persentase pertumbuhan ini menghasilkan jumlah absolut yang lebih kecil juga dibanding negara G20 yang berpenghasilan menengah. Masih ada ruang untuk perbaikan.</p>
<iframe src="https://datawrapper.dwcdn.net/PQqNF/1/" scrolling="no" frameborder="0" allowtransparency="true" allowfullscreen="allowfullscreen" webkitallowfullscreen="webkitallowfullscreen" mozallowfullscreen="mozallowfullscreen" oallowfullscreen="oallowfullscreen" msallowfullscreen="msallowfullscreen" width="100%" height="521"></iframe>
<p>Peneliti Indonesia telah memperlihatkan kemajuan dalam memproduksi pengetahuan. Tetapi Indonesia harus mengejar ketinggalan untuk mengurangi ketimpangan dengan negara lain.</p>
<p>Untuk melakukannya, Indonesia harus terus membangun budaya riset di universitasnya. Ini artinya mendanai riset dasar dan inovasi.</p>
<p>Organisasi pemerintah harus memesan riset langsung dari universitas-universitas dan lembaga riset untuk mendukung pembuatan kebijakan. Pemerintah juga seharusnya memberi insentif untuk mendorong investasi swasta dan filantropi membiayai riset.</p>
<p>Indonesia telah berhasil membuat awalan penting dalam mendanai riset melalui pembentukan <a href="http://www.dipi.id/">Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia</a> tahun lalu. Ini adalah dana riset pertama di Indonesia yang bersifat kompetitif dan ditelaah sejawat.</p>
<p>Perubahan regulasi dan peraturan dibutuhkan untuk memandu pemesanan riset sehingga mereka mendukung kebijakan publik. Juga harus ada perubahan sikap dan ekspektasi dari kalangan pengambil kebijakan.</p>
<p>Di wilayah ini pun ada kemajuan tercatat. Pemerintah sedang mempertimbangkan regulasi pengadaan untuk memberi insentif kepada pembuat kebijakan jika mereka memesan riset dari kampus-kampus dan lembaga riset.</p>
<p>Semua ini mengerucut pada pergeseran budaya yang menghargai riset. Membentuk budaya riset di universitas tidak bisa dilakukan oleh periset saja. Dibutuhkan kepemimpinan dari pemerintah dan para rektor universitas, dan pesan yang jelas bahwa riset dihargai dan digunakan.</p>
<p>Publikasi akademis adalah indikator yang bisa dilihat dari lingkungan riset yang sehat. Sementara budaya riset dibangun dan lingkungan riset bertumbuh publikasi akan bertambah. Maka kita akan melihat Indonesia mengejar —bahkan menyalip— negara-negara lain di wilayah dan menghasilkan bukti-bukti pengetahuan dan riset yang dibutuhkan oleh negara yang ekonominya sedang bertumbuh pesat untuk <a href="https://www.gatesnotes.com/About-Bill-Gates/Accelerating-Innovation?WT.mc_id=20161018124154_AcceleratingInnovation_BG-TW&WT.tsrc=BGTW&linkId=30063675">inovasi</a>.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini adalah penerjemahan dan pemutakhiran dari artikel <a href="https://theconversation.com/indonesias-knowledge-sector-is-catching-up-but-a-large-gap-persists-67937">aslinya</a>. Fred Carden adalah penulis pendamping tulisan ini. Ia adalah kepala di Using Evidence Inc dan Penasihat Senior Riset untuk <a href="http://www.ksi-indonesia.org/index.php/about-2/">Knowledge Sector Initiative</a>, suatu program bersama antara pemerintah Indonesia dan Australia yang mendukung pemanfaatan riset, analisis, dan fakta yang lebih baik dalam pembuatan kebijakan.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/85184/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Helen Tilley adalah peneliti di program Research and Policy in Development untuk Overseas Development Institute (ODI). Artikel ini berdasarkan riset yang dilakukan bersama Knowledge Sector Initiative (KSI) di Indonesia. Pandangan yang diungkapkan di tulisan ini tidak mencerminkan pandangan pemerintah Australia, pemerintah Indonesia, ODI, atau KSI. Semua lembaga ini tidak bertanggung jawab atas liabilitas yang mungkin muncul dari tulisan ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Arnaldo Pellini adalah peneliti di program Research and Policy in Development untuk Overseas Development Institute (ODI) dan Programme Lead for Learning di Knowledge Sector Initiative (KSI). Artikel ini berdasarkan riset yang dilakukan bersama KSI di Indonesia. Pandangan yang diungkapkan di tulisan ini tidak mencerminkan pandangan pemerintah Australia, pemerintah Indonesia, ODI, atau KSI. Semua lembaga ini tidak bertanggung jawab atas liabilitas yang mungkin muncul dari tulisan ini.</span></em></p>Jumlah publikasi ilmiah di Indonesia mulai menunjukkan laju pertumbuhan yang menjanjikan. Tetapi masih banyak ketinggalan yang harus dikejar.Helen Tilley, Research Fellow, Overseas Development InstituteArnaldo Pellini, Senior Research Fellow, Overseas Development InstituteLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.