tag:theconversation.com,2011:/uk/topics/manusia-purba-48129/articlesManusia Purba – The Conversation2022-06-29T03:42:16Ztag:theconversation.com,2011:article/1858502022-06-29T03:42:16Z2022-06-29T03:42:16ZCurious Kids: Bagaimana orang pada Zaman Batu berbicara?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/470948/original/file-20220626-20-8tb7c5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/tribe-prehistoric-huntergatherers-wearing-animal-skins-1596021505">Gorodenkoff/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><strong>Bagaimana orang pada Zaman Batu berbicara? – Tsubamé, umur 8, London, Inggris</strong></p>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<p><a href="https://www.britannica.com/event/Stone-Age">Zaman Batu</a> mengacu pada masa lalu yang jauh. Itu dimulai sekitar 3 juta tahun yang lalu dan berlangsung hingga sekitar <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/upper-paleolithic">40.000 tahun yang lalu</a>.</p>
<p>Dinamakan Zaman Batu karena pada masa itu nenek moyang kita membuat perkakas dari batu. Manusia seperti kita – spesies <em>Homo sapiens</em> – muncul lama setelah dimulainya Zaman Batu, sekitar <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/article/controversial-study-pinpoints-birthplace-modern-humans">200.000 tahun yang lalu</a>.</p>
<p>Zaman Batu dimulai ketika beberapa spesies kera mulai membuat alat sederhana dengan memotong potongan batu yang tajam dari potongan batu yang lebih besar. Kera-kera ini berdiri setengah tegak ketika berjalan dan itu berarti tangan mereka bebas melakukan sesuatu, seperti membuat alat perkakas. <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/lucy-discovered-africa">Kera tegak awal</a> ini memiliki otak kecil, tidak jauh berbeda dengan otak simpanse, dan mereka tidak berbicara.</p>
<p>Kera lain yang berjalan tegak datang kemudian di Zaman Batu. Mereka telah diberi nama seperti <em>Homo habilis</em> (pria terampil) atau <em>Homo erectus</em> (pria tegak). <a href="https://humanorigins.si.edu/evidence/human-fossils/species/homo-habilis">Spesies ini</a> hidup di Afrika sekitar 1 hingga 2 juta tahun yang lalu, masih jauh sebelum manusia seperti kita ada. Mereka memiliki otak yang lebih besar daripada kera tegak pertama, tetapi otak mereka masih lebih kecil dari kita. Mereka tidak secerdas kita dan tidak berbicara, meskipun mereka mengeluarkan suara.</p>
<p>Sekitar 400.000 tahun yang lalu, <a href="https://www.science.org/content/article/ancient-dna-puts-face-mysterious-denisovans-extinct-cousins-neanderthals">tiga spesies</a> yang memiliki otak jauh lebih besar daripada spesies sebelumnya semuanya hidup <a href="https://www.science.org/content/article/ancient-siberian-cave-hosted-neanderthals-denisovans-and-modern-humans-possibly-same">pada waktu yang hampir bersamaan</a>. Ini disebut Neanderthal, Denisovans, dan bentuk awal spesies <em>Homo sapiens</em> – yang merupakan nenek moyang kita.</p>
<p>Neanderthal dan Denisovans tinggal di luar Afrika di bagian dunia <a href="https://www.thesciencebreaker.org/breaks/evolution-behaviour/when-were-denisovans-and-neanderthals-present-in-eurasia">yang dikenal sebagai Eurasia</a>, yang meliputi Eropa. Sedikit yang diketahui tentang Denisovans, tetapi sekitar 100.000 tahun yang lalu Neanderthal memiliki tombak kayu dan beberapa alat sederhana yang terbuat dari tulang binatang seperti rusa selain alat mereka yang terbuat dari batu.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Two skulls on black background" src="https://images.theconversation.com/files/465986/original/file-20220530-16-gpnler.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/465986/original/file-20220530-16-gpnler.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/465986/original/file-20220530-16-gpnler.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/465986/original/file-20220530-16-gpnler.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=312&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/465986/original/file-20220530-16-gpnler.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/465986/original/file-20220530-16-gpnler.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/465986/original/file-20220530-16-gpnler.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=392&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tengkorak manusia modern di kiri dan tengkorak Neanderthal di kanan dari Museum Sejarah Alam Cleveland.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sapiens_neanderthal_comparison_en_blackbackground.png">hairymuseummatt (original photo), DrMikeBaxter (derivative work), via Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa orang berpikir bahwa karena otak mereka yang besar dan kemampuan mereka untuk membuat alat selain dari batu, <a href="https://www.bbc.com/news/science-environment-25465102">Neanderthal dapat berbicara</a>. Tapi ini hanya dugaan. Neanderthal terakhir mati sekitar <a href="https://news.stanford.edu/2019/11/07/new-theory-neanderthal-extinction/">40.000 tahun yang lalu</a>.</p>
<h2>Orang seperti kita</h2>
<p>Manusia purba hidup di Afrika. Sekitar 200.000 tahun yang lalu <em>Homo sapiens</em> primitif telah berevolusi menjadi apa yang sekarang kita sebut <a href="https://www.nationalgeographic.com/science/article/controversial-study-pinpoints-birthplace-modern-humans"> dengan manusia modern</a>. Manusia modern ini sama cerdasnya dengan kita saat ini, dan dapat berbicara menggunakan bahasa seperti yang kita lakukan hari ini. “Homo sapiens” sendiri berarti “manusia bijak”.</p>
<p>Kemudian di Zaman Batu, <a href="https://education.nationalgeographic.org/resource/their-footsteps-human-migration-out-africa">sekitar 60.000 tahun yang lalu</a>, orang melakukan perjalanan keluar dari Afrika dan akhirnya menyebar ke seluruh Dunia.</p>
<p>Awalnya, nenek moyang kita <em>Homo sapiens</em> hanya bisa membuat alat dari batu, namun karena memiliki kemampuan berbicara, mereka mungkin menggunakan bahasa mereka untuk mengajar satu sama lain.</p>
<p>Seiring berjalannya waktu, mereka belajar membuat berbagai macam alat dari batu, kayu, tulang, dan kulit. Mereka memiliki pakaian, sepatu dan membuat tempat berteduh, dan mereka berburu bersama untuk makanan. Pada 40.000 tahun yang lalu, dan bahkan mungkin lebih awal lagi, manusia modern menggambar di dinding gua.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/ZjejoT1gFOc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">National Geographic video on cave painting.</span></figcaption>
</figure>
<p>Akan ada jauh lebih sedikit bahasa yang berbeda di Zaman Batu daripada yang ada sekarang. Tetapi bahasa yang ada akan sama seperti bahasa modern kita. Orang-orang akan berbicara dalam kalimat dengan kata benda dan kata kerja, meskipun kata-kata yang mereka gunakan akan berbeda, seperti, katakanlah, kata-kata dalam bahasa Jepang berbeda dengan yang ada dalam bahasa Inggris atau bahasa Prancis.</p>
<h2>Bahasa yang berbeda</h2>
<p>Bahasa akan berbeda di antara suku-suku. Orang mungkin akan kesulitan untuk berbicara dengan seseorang dari suku lain, seperti halnya ketika kita pergi berlibur ke negara lain, terkadang kita sulit memahami bahasanya.</p>
<p>Bahasa akan memiliki lebih sedikit kata daripada yang kita miliki saat ini karena mereka tidak membutuhkan kata-kata untuk hal-hal seperti televisi, mobil, atau komputer. Tapi seperti kita, manusia modern 200.000 tahun yang lalu akan menghitung banyak hal. Mereka akan memiliki kata-kata untuk “ibu” dan “ayah” atau “saudara perempuan” dan “saudara laki-laki”. Mereka akan memiliki nama untuk hewan dan tumbuhan, mereka akan dapat membuat rencana, mengatakan “tolong” dan “terima kasih” dan mereka akan memiliki nama untuk satu sama lain.</p>
<p>Manusia modern awal mungkin membicarakan banyak hal yang sama dengan yang kita bicarakan: apa yang harus dimakan, siapa teman mereka. Orang tua akan berbicara tentang anak-anak mereka, dan anak-anak akan bermain satu sama lain, mungkin berbicara sepanjang waktu seperti yang dilakukan anak-anak hari ini. Mereka juga akan menyanyikan lagu satu sama lain.</p>
<p>Mereka mungkin orang Zaman Batu, tapi mereka modern dalam hal berbicara.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr>
<p><em>Arina Apsarini dari Binus University menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/185850/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mark Pagel menerima dana dari Dewan Riset Inggris dan perwalian swasta.</span></em></p>Sekitar 200.000 tahun yang lalu, orang-orang hidup yang sama cerdasnya dengan kita.Mark Pagel, Professor of Evolutionary Biology, University of ReadingLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1609902021-05-21T03:28:49Z2021-05-21T03:28:49ZBagaimana perubahan iklim menghapus seni cadas tertua di dunia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/401578/original/file-20210519-17-1i00a35.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C815%2C545&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lukisan babi kutil ini berusia lebih dari 45.500 tahun. </span> <span class="attribution"><span class="source">Basran Burhan/Griffith University</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Manusia purba menandai dinding gua dengan stensil tangan berwarna merah dan murbei dan melukis mamalia asli raksasa atau <a href="https://theconversation.com/indonesian-cave-paintings-show-the-dawn-of-imaginative-art-and-human-spiritual-belief-128457">makhluk imajiner manusia-hewan</a> di Pulau Sulawesi, Indonesia. </p>
<p>Ini merupakan situs seni gua tertua yang pernah diketahui, atau setidaknya yang tertua yang dikaitkan dengan spesies kita.</p>
<p>Salah satu lukisan yang menggambarkan citra babi kutil Sulawesi baru-baru ini ditemukan setidaknya berusia <a href="https://theconversation.com/we-found-the-oldest-known-cave-painting-of-animals-in-a-secret-indonesian-valley-153089">45.500 tahun</a>.</p>
<p>Sejak 1950-an, para arkeolog telah mengamati bahwa lukisan-lukisan purba ini tampak melepuh dan terkelupas dari dinding gua. Namun, sedikit yang berusaha untuk mencari tahu penyebabnya. </p>
<p><a href="http://nature.com/articles/s41598-021-87923-3">Penelitian terbaru kami</a> mengeksplorasi mekanisme pembusukan yang memengaruhi panel seni cadas kuno di 11 situs di <a href="https://www.worldheritagesite.org/tentative/id/5467">Maros-Pangkep</a>, Sulawesi.</p>
<p>Kami menemukan kerusakan yang lebih parah dalam beberapa dekade terakhir, dan akan bertambah buruk akibat percepatan perubahan iklim. </p>
<p>Penemuan lukisan gua dari era Pleistosen (“Zaman Es”) di Indonesia ini baru mulai memberi tahu kita tentang kehidupan manusia purba yang tinggal di Australasia. </p>
<p>Namun, seni ini mulai menghilang sebelum kita sepenuhnya mulai memahami maknanya.</p>
<h2>Seni cadas Australasia</h2>
<p>Seni cadas memberikan sekilas gambaran tentang budaya kuno para seniman dan perburuan atau interaksi dengan <a href="https://youtu.be/3OLaNtKoJFk">hewan</a> saat itu.</p>
<p>Selain itu, petunjuk sangat langka tentang <a href="https://theconversation.com/indonesian-cave-paintings-show-the-dawn-of-imaginative-art-and-human-spiritual-belief-128457">kepercayaan akan hal-hal supernatural</a> dari manusia purba juga diawetkan dalam seni ini. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/mNiqamYP3Sc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Perubahan iklim bisa menghapus seni gua kuno Indonesia.</span></figcaption>
</figure>
<p>Kami beranggapan bahwa manusia telah menciptakan seni di Australasia, yang meliputi Australia utara, Papua Nugini, dan Indonesia, untuk waktu yang sangat lama.</p>
<p>Temuan <a href="https://theconversation.com/buried-tools-and-pigments-tell-a-new-history-of-humans-in-australia-for-65-000-years-81021">pigmen</a> merupakan salah satu bukti paling awal yang menunjukkan manusia purba mendiami Australia lebih dari 60.000 tahun yang lalu.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/buried-tools-and-pigments-tell-a-new-history-of-humans-in-australia-for-65-000-years-81021">Buried tools and pigments tell a new history of humans in Australia for 65,000 years</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Puluhan ribu situs seni cadas yang khas tersebar di seluruh Australasia. Orang Aborigin paling banyak menciptakan <a href="https://www.nma.gov.au/defining-moments/resources/first-rock-art">gaya seni cadas</a> di seluruh Australia.</p>
<p>Hingga tahun 2014, para ilmuwan mengira seni gua pertama kali di Eropa, misalnya, di Gua Chauvet di Prancis atau <a href="https://cuevas.culturadecantabria.com/el-castillo-2/">El Castillo</a> di Spanyol , yang berusia 30.000 hingga 40.000 tahun. </p>
<p>Kita mengetahui sekarang bahwa manusia purba melukis di dalam gua dan tempat berbatu lainnya di Indonesia pada masa yang sama dan bahkan lebih awal. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400487/original/file-20210513-21-ie5v2q.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Stensil tangan di salah satu lokasi penelitian di gua Leang Sakapao.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Linda Siagian</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Survei-survei yang sedang berlangsung di seluruh Australasia menemukan situs seni cadas baru setiap tahun. </p>
<p>Hingga saat ini, lebih dari 300 situs telah didokumentasikan di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.</p>
<p>Lukisan gua di Sulawesi dan <a href="https://theconversation.com/borneo-cave-discovery-is-the-worlds-oldest-rock-art-in-southeast-asia-106252">Kalimantan</a> adalah beberapa bukti awal manusia purba tinggal di pulau-pulau ini.</p>
<p>Sayangnya, kami menemukan seni cadas dalam tahap pembusukan di hampir setiap situs di kawasan tersebut. </p>
<h2>Dampak besar dari kristal kecil</h2>
<p>Kami mempelajari beberapa seni cadas tertua, secara ilmiah berusia antara setidaknya 20.000 dan 40.000 tahun, dari Maros-Pangkep untuk mengetahui penyebab penurunan karya seni tersebut. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400234/original/file-20210512-17-1811e0t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kristal garam yang mengembang dan menyusut membuat seni cadas mengelupas dari dinding gua.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Linda Siagian</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mengingat karya seni ini telah bertahan sangat lama, kami ingin memahami mengapa permukaan lukisan gua batu tersebut bisa terkikis begitu cepat.</p>
<p>Kami menggunakan mikroskop berdaya tinggi, analisis kimiawi, dan identifikasi kristal untuk mengatasi masalah tersebut. </p>
<p>Ternyata, garam yang tumbuh di atas dan di belakang seni cadas kuno dapat menyebabkan pengelupasan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesian-cave-paintings-show-the-dawn-of-imaginative-art-and-human-spiritual-belief-128457">Indonesian cave paintings show the dawn of imaginative art and human spiritual belief</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Garam tersimpan pada permukaan batuan melalui serapan air. </p>
<p>Ketika larutan air menguap, maka kristal garam terbentuk. Kristal ini lalu mengembang dan menyusut saat lingkungan memanas dan mendingin, menghasilkan stres pada batuan.</p>
<p>Dalam beberapa kasus, hasilnya adalah permukaan batu hancur menjadi bubuk. </p>
<p>Kasus lain, kristal garam membentuk kolom di bawah cangkang luar, mengangkat panel seni dan memisahkannya dari sisa batuan, menghapus lukisan tersebut.</p>
<p>Saat hari-hari panas, garam geologi bisa tumbuh lebih dari tiga kali ukuran awalnya. </p>
<p>Pada satu panel, misalnya, serpihan setengah ukuran tangan terkelupas dalam waktu kurang dari lima bulan.</p>
<h2>Iklim ekstrem karena pemanasan global</h2>
<p>Australasia memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S027737911200529X?via%3Dihub">atmosfer yang sangat aktif</a>, akibat pengaruh arus laut yang kuat, angin musiman, dan reservoir air laut yang hangat.</p>
<p>Meski demikian, beberapa seni cadas sejauh ini berhasil bertahan selama puluhan ribu tahun menghadapi variasi iklim, dari dinginnya zaman es terakhir hingga awal muson saat ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Pemandangan karst batu kapur" src="https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400437/original/file-20210513-23-abkixy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Batu kapur di Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebaliknya, situs seni gua Eropa yang terkenal, seperti Altamira di Spanyol dan Lascaux di Prancis, berada di gua-gua yang dalam dengan iklim lebih stabil (sedang) sehingga ancaman terhadap seni cadas berbeda dan pelapukan kurang agresif.</p>
<p>Kini, gas rumah kaca memperkuat iklim yang ekstrem. </p>
<p>Pemanasan global mencapai <a href="https://theconversation.com/climate-explained-will-the-tropics-eventually-become-uninhabitable-145174">tiga kali lebih tinggi di daerah tropis</a>. </p>
<p>Ditambah lagi, fase muson basah-kering menjadi lebih kuat dalam beberapa dekade terakhir, bersamaan dengan meningkatnya La Niña dan El Niño.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-will-the-tropics-eventually-become-uninhabitable-145174">Climate explained: will the tropics eventually become uninhabitable?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hal ini menimbulkan efek seperti suhu meningkat, lebih banyak hari-hari panas berturut-turut, kekeringan lebih lama, dan cuaca ekstrem lainnya seperti badai (dan banjir yang diakibatkannya) lebih <a href="https://www.ipcc.ch/sr15/chapter/spm/">parah dan sering</a> terjadi.</p>
<p>Terlebih lagi, hujan muson sekarang banyak terjadi di sawah dan tambak. </p>
<p>Hal ini mendorong pertumbuhan kristal garam karena udara terlalu lembab, termasuk gua-gua di wilayah tersebut, memperpanjang siklus penyusutan dan pembengkakan garam.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Tiga orang memegang obor ke dinding gua" src="https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/400446/original/file-20210513-17-ahrr86.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Balai Pelestarian Cagar Budaya di Makassar, melakukan pemantauan seni cadas di Maros-Pangkep.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Rustan Lebe/Universitas Griffith.</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa yang terjadi sekarang?</h2>
<p>Terlepas dari ancaman langsung dari perkembangan industri, seperti <a href="https://theconversation.com/rio-tinto-just-blasted-away-an-ancient-aboriginal-site-heres-why-that%20-was-diperbolehkan-139466">meledakkan situs arkeologi</a> untuk <a href="https://www.theguardian.com/science/2020/feb/21/worlds-oldest-art-under-threat-from-cement-mining-in%20-indonesia-sulawesi">penambangan dan penggalian batu kapur</a>, penelitian kami memperjelas bahwa pemanasan global adalah ancaman terbesar bagi pelestarian seni cadas kuno di daerah tropis.</p>
<p>Kita memerlukan penelitian lebih lanjut, pemantauan dan pekerjaan konservasi di Maros-Pangkep dan di seluruh Australasia, di mana situs warisan budaya terancam oleh dampak merusak dari perubahan iklim.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/rio-tinto-just-blasted-away-an-ancient-aboriginal-site-heres-why-that-was-allowed-139466">Rio Tinto just blasted away an ancient Aboriginal site. Here’s why that was allowed</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Secara khusus, kita perlu mendokumentasikan detail seni cadas yang (seperti menggunakan pemindaian 3D) dan mengungkapkan lebih banyak situs sebelum menghilang selamanya.</p>
<p>Apabila manusia penyebabnya, kita perlu memperbaikinya. </p>
<p>Yang terpenting, <a href="https://theconversation.com/the-1-5-global-warming-limit-is-not-impossible-but-without-political-action-it-soon-will%20-be-159297">kita perlu</a> menghentikan kenaikan suhu global dan mengurangi emisi secara drastis. </p>
<p>Meminimalkan dampak perubahan iklim akan membantu melestarikan karya seni luar biasa yang ditinggalkan manusia purba Australasia bagi kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/160990/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jillian Huntley menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Adam Brumm menerima dana dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Adhi Oktaviana adalah mahasiswa PhD di Universitas Griffith dan peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Indonesia.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Basran Burhan adalah mahasiswa PhD di Universitas Griffith University. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Maxime Aubert menerima dana dari Australian Research Council dan National Geographic Society.</span></em></p>Lukisan gua kuno baru mulai memberi tahu kita tentang kehidupan manusia purba di Australasia. Seni ini menghilang saat kita baru mencoba memahami maknanya.Jillian Huntley, Research Fellow, Griffith UniversityAdam Brumm, Professor, Griffith UniversityAdhi Oktaviana, PhD Candidate, Griffith UniversityBasran Burhan, PhD candidate, Griffith UniversityMaxime Aubert, Professor, Griffith UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1325972020-03-03T04:34:04Z2020-03-03T04:34:04ZRiset baru: manusia purba di Afrika mungkin telah kawin silang dengan spesies misterius yang telah punah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/318232/original/file-20200303-18308-rxj22c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Homo rhodesiensis adalah sebuah contoh manusia purba.</span> <span class="attribution"><span class="source">wikipedia, CC BY-SA</span></span></figcaption></figure><p>Satu penemuan yang mengejutkan muncul dari <a href="https://www.nature.com/articles/nature12886">pengurutan genom DNA manusia purba</a> yaitu semua manusia di luar Afrika memiliki jejak DNA dalam genomnya yang tidak dimiliki oleh spesies kita.</p>
<p>Kira-kira enam miliar orang di Bumi yang leluhurnya bukan berasal dari Afrika mewarisi antara 1% dan 2% genom dari kerabat terdekat mereka yang sekarang telah punah: <a href="https://theconversation.com/neanderthals-cared-for-each-other-and-survived-into-old-age-new-research-93110">spesies Neanderthal</a>. Orang-orang di Asia Timur dan Oseania juga mewarisi sejumlah kecil leluhur dari keluarga <a href="https://genographic.nationalgeographic.com/denisovan/">Denisovan</a>, kerabat dekat dari Homo Sapiens.</p>
<p>Sekarang sebuah studi yang dipublikasikan di <a href="https://advances.sciencemag.org/content/6/7/eaax5097">Science Advances</a> menunjukkan bahwa manusia purba yang tinggal di Afrika mungkin juga telah mengalami kawin silang dengan para hominin purba. Mereka adalah spesies punah yang masih berkerabat dengan Homo Sapiens.</p>
<p>Perkawinan silang di luar Afrika terjadi setelah nenek moyang kita Homo Sapiens berkembang keluar dari Afrika menuju lingkungan baru. Di sanalah mereka <a href="https://theconversation.com/jaw-bone-discovery-reveals-more-about-secret-sex-lives-of-neanderthals-and-early-humans-43656">berhubungan seks dengan spesies Neanderthal</a> dan <a href="https://theconversation.com/how-breeding-with-an-ancient-human-species-gave-tibetans-their-head-for-heights-28818">Denisovan</a>.</p>
<p>Ini membawa kita pada penemuan baru. Studi genetik awal orang-orang dari seluruh dunia sebelumnya menunjukkan <a href="https://www.nature.com/articles/325031a0">penyebaran kita saat ini</a> merupakan hasil dari sebuah ekspansi tunggal manusia purba yang keluar dari Afrika sekitar 100.000 tahun lalu. Namun, identifikasi leluhur Neanderthal dan Denisovan pada orang-orang Eurasia modern merupakan hal yang rumit.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=328&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=328&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=328&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=412&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=412&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=412&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Homo Sapiens versus Neanderthal.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikipedia</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami masih berpikir bahwa mayoritas leluhur orang-orang yang tidak tinggal di Afrika saat ini, dengan presentase antara <a href="https://www.nature.com/articles/s41559-019-0992-1">92 hingga 98,5%</a>, memang berasal dari ekspansi di luar Afrika. Tapi kami mengetahui sekarang bahwa sisanya berasal dari spesies purba yang leluhurnya telah meninggalkan Afrika ratusan atau ribuan tahun sebelumnya.</p>
<h2>Apa yang dulu terjadi di Afrika?</h2>
<p>Pengetahuan akan perkawinan silang telah didukung oleh ketersediaan genom modern dan kuno yang jauh lebih besar berasal dari luar Afrika. Hal ini karena lingkungan dingin dan kering di Eurasia jauh lebih baik dalam melestarikan DNA dibandingkan dengan lingkungan panas dan tropis Afrika. </p>
<p>Namun pemahaman kami mengenai hubungan antara leluhur manusia purba di Afrika dan koneksi mereka dengan manusia purba lainnya semakin dalam. Studi <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2017.08.049">pada 2017 mengenai DNA manusia purba di wilayah selatan Afrika</a> menginvestigasi 16 genom kuno dari orang yang telah hidup dalam 10.000 tahun terakhir. Studi tersebut menunjukkan bahwa sejarah populasi Afrika begitu kompleks. <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-020-1929-1">Tidak ada satu kelompok manusia saja</a> di Afrika ketika mereka berkembang dan berekspansi 10.000 tahun yang lalu.</p>
<p>Hasil tersebut juga didukung sebelumnya oleh sebuah riset yang <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-020-1929-1">memeriksa DNA kuno dari empat orang</a> yang berasal dari wilayah yang sekarang menjadi negara Kamerun. Secara bersama-sama, riset ini menyatakan bahwa ada kelompok yang berbeda secara geografis di Afrka jauh sebelum ekspansi manusia purba keluar dari benua tersebut. Dan banyak dari kelompok-kelompok ini akan kontribusi pada leluhur orang-orang yang hidup di Afrika hari ini. </p>
<p>Selain itu, riset ini juga memunculkan adanya potensi aliran gen ke populasi Homo Sapiens Afrika dari leluhur purba. Salah satu cara yang bisa terjadi yakni orang-orang yang melakukan ekspansi ke luar Afrika berhubungan seks dengan Neanderthal dan kemudian bermigrasi kembali ke Afrika. Hal ini juga telah didemonstrasikan <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2020.01.012">dalam penelitian terbaru</a>.</p>
<p>Makalah baru memberikan bukti bahwa mungkin adanya aliran gen pada nenek moyang Afrika Barat langsung dari manusia purba yang masih misterius. Para peneliti membandingkan DNA Neanderthal dan Denisovan dengan DNA populasi manusia yang sekarang tinggal di Afrika Barat. Dengan menggunakan beberapa perhitungan matematis yang elegan, mereka kemudian membangun model statistik untuk menjelaskan hubungan antara manusia purba dengan orang Afrika modern. </p>
<p>Menariknya, mereka berpendapat bahwa 6-7% genom orang Afrika Barat berasal dari leluhur manusia purba. Tapi nenek moyang manusia purba ini bukan Neanderthal ataupun Denisovan. Model mereka menunjukkan adanya leluhur tambahan yang datang dari sebuah populasi manusia purba yang kita belum miliki genomnya sekarang.</p>
<p>Populasi “tak kasat mata” ini kemungkinan terpisah dari leluhur manusia purba dan Neanderthal antara 360.000 dan 1,2 juta tahun lalu. Periode itu jauh sebelum peristiwa aliran gen yang membawa DNA Neanderthal kembali ke Afrika Barat yang terjadi sekitar 43.000 tahun lalu, meski hal ini masih mungkin terjadi antara 0 sampai 124.000 tahun lalu.</p>
<p>Tanggal-tanggal ini memposisikan spesies “tak kasat mata” ini sebagai sesuatu yang mirip dengan Neanderthal, namun mereka ada di Afrika selama 100.000 tahun terakhir. Penjelasan alternatif mengenai hal ini yaitu manusia purba telah ada di luar Afrika dan melakukan kawin silang di sana sebelum bermigrasi kembali ke Afrika. </p>
<p>Penulis sangat berhati-hati dengan hasil ini karena analisis yang menunjukkannya bukan merupakan artefak dari metodologi atau proses genetik lainnya. Mereka mengatakan perlu ada analisis lebih lanjut mengenai DNA kuno dan kontemporer dari berbagai populasi di Afrika.</p>
<p>Namun demikian, penelitian ini berkontribusi untuk penelitian berkelanjutan ke depannya yang mendemonstrasikan perilaku tak biasa, termasuk perkawinan silang, yang dilakukan oleh para nenek moyang kita.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132597/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>George Busby receives funding from Wellcome, the Medical Research Council, Oxford University and The Royal Geographical Society.</span></em></p>Sekarang sebuah studi menunjukkan bahwa manusia purba yang tinggal di Afrika mungkin juga telah mengalami kawin silang dengan para hominin purba yang masih berkerabat dengan Homo Sapiens.George Busby, Senior Research Associate in Translational Genomics, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1294562020-01-08T08:56:25Z2020-01-08T08:56:25ZKepunahan mamalia Zaman Es ternyata memaksa nenek moyang kita untuk menemukan peradaban baru<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/308949/original/file-20200108-107204-ycy5tn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/File:Hunting_Woolly_Mammoth.jpg">Wikimedia Commons/Cloudordinary,</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Mengapa kita membutuhkan waktu lama untuk menciptakan sebuah peradaban? <em>Homo sapiens</em> modern pertama kali berevolusi sekitar <a href="https://theconversation.com/modern-humans-evolved-100-000-years-earlier-than-we-thought-and-not-just-in-east-africa-78875">250.000 hingga 350.000</a> tahun yang lalu. Tapi langkah awal menuju peradaban - bercocok tanam, kemudian <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Domestikasi">domestikasi</a> tanaman - baru dimulai <a href="https://science.sciencemag.org/content/288/5471/1602?ijkey=3c1b653d8a610f044ce71bd2e41594fe7be12060&keytype2=tf_ipsecsha">sekitar 10.000 tahun yang lalu</a>, kemudian peradaban pertama muncul <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10814-010-9041-y">6.400 tahun yang lalu</a>.</p>
<p>Sepanjangepanjang 95% dari sejarah spesies kita, kita tidak bertani, menciptakan pemukiman besar, atau hierarki politik yang kompleks. Kita hidup dalam kelompok kecil, pengembara, berburu, dan mengumpulkan makanan. Kemudian, sesuatu berubah.</p>
<p>Kita beralih dari kehidupan pemburu-peramu ke bercocok tanam dan budidaya makanan hingga akhirnya mendirikan kota-kota. Yang mengejutkan, peralihan ini terjadi hanya setelah hewan raksasa Zaman Es menghilang, seperti mammoth, kungkang tanah raksasa, dan kuda. Alasan mengapa manusia mulai bercocok tanam <a href="https://phys.org/news/2019-04-food-thought-farming.html">masih belum jelas</a>, tapi hilangnya beberapa hewan yang menjadi kebutuhan manusia sebagai makanan mungkin memaksa budaya kita untuk berevolusi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306925/original/file-20191214-85428-1rtscoo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Manusia memburu ternak, kuda, dan rusa liar di Prancis 17.000 tahun yang lalu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikipedia</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Manusia purba cukup pintar untuk bertani. Semua kelompok manusia modern memiliki tingkat kecerdasan yang sama. Hal ini menunjukkan kemampuan kognitif kita telah berkembang sebelum populasi manusia terpisah <a href="https://science.sciencemag.org/content/358/6363/652/tab-pdf">sekitar 300.000 tahun yang lalu</a>, yang kemudian berubah sedikit setelahnya. Jika nenek moyang kita tidak menanam tumbuhan, itu bukan berarti mereka tidak cukup pintar. Sesuatu di lingkungan saat itu yang mencegah mereka, atau sederhananya mereka tidak perlu melakukan itu.</p>
<p>Pemanasan global pada penghujung periode glasial terakhir, 11.700 tahun yang lalu, mungkin <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/american-antiquity/article/was-agriculture-impossible-during-the-pleistocene-but-mandatory-during-the-holocene-a-climate-change-hypothesis/246B240BFFFBE904B1AC31296AD72949">membuat pertanian lebih mudah dilakukan</a>. Temperatur yang lebih hangat, musim tanam yang lebih panjang, curah hujan yang lebih tinggi, dan <a href="https://www.journals.uchicago.edu/doi/pdfplus/10.1086/605359">stabilitas iklim yang lebih lama</a> membuat lebih banyak wilayah cocok untuk pertanian. Situasi Bumi juga sepertinya memungkinkan pertanian dilakukan di mana-mana. Bumi mengalami <a href="https://science.sciencemag.org/content/292/5517/686">banyak peristiwa pemanasan</a> seperti yang terjadi pada 11.700, 125.000, 200.00, dan 325.000 tahun yang lalu. </p>
<p>Namun, peristiwa pemanasan global sebelumnya ini tidak memacu eksperimen dalam pertanian. Perubahan iklim tidak bisa jadi alasan satu-satunya yang mendorong peralihan ini.</p>
<p>Migrasi manusia mungkin juga berkontribusi dalam hal ini. Ketika spesies kita berkembang dari selatan Afrika ke <a href="https://science.sciencemag.org/content/358/6363/652/tab-pdf">seluruh benua Afrika</a>, <a href="https://www.nature.com/articles/nature22968">ke Asia</a>, ke Eropa, dan kemudian <a href="https://science.sciencemag.org/content/365/6456/891">ke Amerika</a>, kita menemukan lingkungan baru dan <a href="https://nph.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1469-8137.2012.04253.x">tanaman baru</a> yang cocok jadi makanan. Tapi manusia purba menempati wilayah-wilayah ini jauh sebelum pertanian dimulai. Domestikasi tanaman datang jauh sesudah migrasi manusia purba hingga puluhan ribu tahun.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/306927/original/file-20191214-85376-sg48bc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gandum hitam, salah satu tanaman pertama.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikipedia</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika peluang untuk menciptakan pertanian sudah ada, maka penemuan pertanian yang tertunda ini menunjukkan nenek moyang kita tidak butuh atau tidak ingin bertani.</p>
<p>Pertanian memiliki kerugian signifikan dibandingkan dengan mencari makanan. Bertani <a href="https://www.discovermagazine.com/planet-earth/the-worst-mistake-in-the-history-of-the-human-race">memerlukan lebih banyak usaha dan menyisakan waktu luang yang lebih sedikit dan diet yang lebih rendah</a>. Jika manusia purba pemburu lapar pada pagi hari, mereka dapat memiliki makanan yang dibakar pada malam hari. Sedangkan bertani membutuhkan kerja keras hari ini untuk menghasilkan makanan berbulan-bulan kemudian, atau bahkan tidak panen sama sekali. Bertani membutuhkan penyimpanan dan pengelolaan kelebihan makanan sementara waktu agar dapat mencukupi kebutuhan sepanjang tahun. </p>
<p>Seorang manusia purba pemburu yang mengalami hari jelek dapat berburu kembali pada esok hari atau mencari tempat perburuan yang lebih baik di tempat lain. Tapi manusia purba petani yang terikat dengan lahan taninya, bergantung pada nasib alam yang tidak pasti. Bisa saja terjadi hujan yang datang lebih dulu atau terlambat, kekeringan, salju, penyakit tanaman atau serangan belalang yang dapat menyebabkan gagal panen dan kelaparan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=392&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/307696/original/file-20191218-11900-14xokd4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pertanian memiliki banyak kekurangan dibanding berburu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://en.wikipedia.org/wiki/Ancient_Egyptian_agriculture#/media/File:Maler_der_Grabkammer_des_Sennudem_001.jpg">Wikipedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pertanian juga memiliki kelemahan dari segi militer dan keamanan. Para pemburu dan pengumpul mudah bergerak dan dapat melakukan perjalanan jarak jauh, baik untuk menyerang maupun untuk mundur. Latihan terus menerus dengan tombak dan panah menjadikan mereka <a href="https://theconversation.com/were-other-humans-the-first-victims-of-the-sixth-mass-extinction-126638">pejuang yang mematikan</a>. Sedangkan petani terikat dengan lahan taninya dan jadwal mereka ditentukan oleh musim. Hal ini yang membuat petani bisa diprediksi dan berpotensi menjadi target yang mungkin saja diburu oleh manusia purba lain yang tergoda makan persediaan makanan.</p>
<p>Dan setelah berkembang ke gaya hidup, manusia mungkin hanya senang menjadi pemburu nomaden. Orang-orang Indian Comanche <a href="https://www.amazon.com/dp/B003KN3MDG/ref=dp-kindle-redirect?_encoding=UTF8&btkr=1">berjuang sampai mati</a> untuk mempertahankan gaya hidup perburuan mereka. <em>Kalahari Bushmen</em> di selatan Afrika <a href="https://www.bbc.co.uk/news/world-africa-24821867">terus menolak</a> gaya hidupnya diubah menjadi petani dan penggembala. Yang mengejutkannya, ketika para petani Polinesia menemukan burung-burung Selandia Baru yang tak dapat terbang, mereka meninggalkan gaya hidup bertani dan menciptakan <a href="https://teara.govt.nz/en/1966/maori-material-culture">budaya pemburu Maori</a>. </p>
<h2>Perburuan ditinggalkan</h2>
<p>Namun sesuatu berubah. Sejak 10.000 tahun yang lalu dan seterusnya, manusia berulang kali meninggalkan gaya hidup pemburu-pengumpul makanan dan beralih menjadi bertani. Mungkin setelah kepunahan mammoth dan binatang besar lainnya dari zaman Pleistosen, dan gaya hidup pemburu-pengumpul makanan menjadi kurang memungkinkan untuk dilakukan dan mendorong manusia purba untuk bercocok tanam dan memanennya. Mungkin peradaban tidak lahir karena hasil dari dorongan proses untuk berkembang, melainkan karena <a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/112492/plagues-and-peoples-by-william-h-mcneill/">bencana</a> yang secara ekologis memaksa orang untuk meninggalkan gaya hidup tradisional mereka. </p>
<p>Ketika manusia meninggalkan Afrika untuk menguasai wilayah-wilayah baru, hewan-hewan besar mulai menghilang di tempat mana pun yang didatangi oleh manusia. Di Eropa dan Asia, hewan-hewan besar seperti badak berbulu, mammoth, dan Rusa Irlandia lenyap <a href="https://www.researchgate.net/profile/Adrian_Lister/publication/264785182_Patterns_of_Late_Quaternary_megafaunal_extinctions_in_Europe_and_northern_Asia/links/53f0e69f0cf2711e0c431517.pdf">sekitar 40.000 hingga 10.000 tahun yang lalu</a>. </p>
<p>Di Australia, kanguru raksasa dan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Wombat">wombat</a> menghilang <a href="https://science.sciencemag.org/content/292/5523/1888">46.000 tahun yang lalu</a>. Di Amerika Utara, kuda, unta, armadilo raksasa, mammoth, dan kukang tanah jumlahnya menurun dan menghilang sekitar <a href="https://science.sciencemag.org/content/326/5956/1100.full">15.000 hingga 11.500 tahun yang lalu</a>, menyusul kepunahan yang sama di Amerika Selatan sekitar <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1040618209004236">14.000 hingga 8.000 tahun yang lalu</a>. </p>
<p>Setelah manusia tersebar hingga Kepulauan Karibia, <a href="https://www.pnas.org/content/100/19/10800.short">Madagaskar</a>, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0277379114003734">Selandia baru</a>, dan <a href="https://science.sciencemag.org/content/217/4560/633">Oseania</a>, hewan-hewan besar yang hidup di sana turut punah. Kepunahan hewan-hewan besar tak terhindarkan terjadi di mana pun manusia tiba.</p>
<p>Memanen atau beternak hewan besar seperti <a href="https://www.pnas.org/content/112/14/4263.short">kuda, unta</a>, dan <a href="https://science.sciencemag.org/content/334/6054/351">gajah</a> menghasilkan <a href="https://www.researchgate.net/publication/24107608_The_Primitive_Hunter_Culture_Pleistocene_Extinction_and_the_Rise_of_Agriculture/link/57dd854f08ae4e6f1849a954/download">hasil yang lebih baik</a> daripada berburu hewan kecil seperti kelinci. Tapi hewan besar seperti gajah bereproduksi secara perlahan dan memiliki sedikit keturunan dibandingkan dengan hewan kecil, seperti kelinci, sehingga <a href="https://www.researchgate.net/publication/24107608_The_Primitive_Hunter_Culture_Pleistocene_Extinction_and_the_Rise_of_Agriculture/link/57dd854f08ae4e6f1849a954/download">membuat mereka rentan terhadap panen yang berlebihan</a>. </p>
<p>Ke mana pun manusia pergi, kecerdikan manusia, seperti dalam berburu dengan pelempar tombak, mengumpulkan hewan dengan api, dan menyerbu mereka dari atas tebing, membuat manusia dapat memanen hewan besar lebih cepat daripada hewan tersebut untuk bereproduksi. Hal ini yang akan menjadi krisis keberlanjutan pertama. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/308109/original/file-20191220-11929-1gc4m3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Karena mangsa buruan kita pergi, kita terpaksa menciptakan peradaban.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/egypt-sakkara-step-pyramid-king-djoser-109821740">WitR/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dengan cara hidup lama yang tidak dapat bertahan, manusia akan dipaksa untuk berinovasi, meningkatkan fokus pada <a href="https://www.researchgate.net/publication/24107608_The_Primitive_Hunter_Culture_Pleistocene_Extinction_and_the_Rise_of_Agriculture/link/57dd854f08ae4e6f1849a954/download">pengumpulan makanan, kemudian menanam tanaman untuk bertahan hidup</a>. Gaya hidup ini membuat populasi manusia dapat berkembang. Memakan tanaman lebih <a href="https://www.google.com/search?q=jared+diamong+third+chimpanzee&rlz=1C5CHFA_enGB841GB841&oq=jared+diamong+third+chimpanzee&aqs=chrome..69i57j35i39l2j0l4j69i60.4797j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8">efisien dalam penggunaan lahan</a> dibandingkan dengan memakan daging, sehingga pertanian mendukung lebih banyak manusia yang hidup di daerah yang sama jika dibandingkan dengan berburu. Gaya hidup juga memungkinankan manusia untuk menetap secara permanen, membangun pemukiman dan kota, lalu peradaban. </p>
<p>Catatan arkeologis dan fosil memberitahu kita bahwa nenek moyang kita melakukan pertanian karena hanya memiliki sedikit alternatif. Manusia kala itu bisa saja terus berburu kuda dan mammoth selamanya, tapi karena keterampilan mereka yang terlalu baik justru memungkinkan musnahnya persediaan makanan mereka sendiri.</p>
<p>Pertanian dan peradaban mungkin diciptakan bukan karena sebagai bentuk peningkatan dari gaya hidup leluhur kita, melainkan karena kita tidak memiliki pilihan lain. </p>
<p>Pertanian adalah upaya putus asa untuk memperbaiki keadaan kita ketika kita mengambil lebih banyak daripada apa yang bisa dipertahankan ekosistem. Jika demikian, kita meninggalkan kehidupan pemburu pada zaman es untuk menciptakan dunia modern yang terjadi secara tidak sengaja - bukan karena hasil pandangan ke depan dan niat - yang disebabkan bencana ekologis yang kita ciptakan sendiri ribuan tahun yang lalu.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129456/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nicholas R. Longrich tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pertanian dan peradaban mungkin diciptakan bukan sebagai bentuk peningkatan gaya hidup leluhur kita, melainkan karena kita tidak memiliki pilihan lain.Nicholas R. Longrich, Senior Lecturer, Paleontology and Evolutionary Biology, University of BathLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1210442019-07-29T08:13:46Z2019-07-29T08:13:46Z50.000 tahun lalu, Asia Tenggara dipadati oleh banyak kelompok manusia purba tapi hanya spesies kita yang selamat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/285796/original/file-20190726-43126-186si0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=35%2C35%2C7823%2C5208&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Populasi leluhur manusia modern tampaknya terbagi ketika mereka bergerak melintasi Asia.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/thursday-island-australia-february-20-2019-1377625862?src=MW-IovWrGzMMMZVGn77kKw-1-15&studio=1">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Sekitar 55.000-50.000 tahun lalu, populasi manusia modern meninggalkan Afrika dan memulai perjalanan panjang yang akan membawa mereka ke seluruh dunia. Setelah melintasi Eurasia dan Asia Tenggara, mereka mengembara melalui pulau-pulau Indonesia, dan akhirnya sampai ke <a href="https://theconversation.com/when-did-aboriginal-people-first-arrive-in-%20australia-100830">benua Sahul</a>, yang merupakan gabungan Australia dan Papua Nugini modern.</p>
<p>Keturunan mereka adalah populasi manusia modern yang ditemukan di wilayah yang sangat besar itu.</p>
<p>Dalam penelitian baru yang <a href="https://www.pnas.org/content/early/2019/07/11/1904824116">diterbitkan dalam <em>Proceedings of National Academy of Sciences</em></a>, kami merinci bagaimana, selama perjalanan yang luar biasa ini, nenek moyang manusia modern bertemu dan secara genetik bercampur dengan sejumlah kelompok manusia purba, termasuk <em>Neanderthal</em> dan <em>Denisovan</em>, dan beberapa lainnya yang saat ini belum memiliki nama. Jejak interaksi ini masih tersimpan dalam genom kita.</p>
<p>Sebagai contoh, semua populasi non-Afrika modern memiliki sekitar 2% keturunan <em>Neanderthal</em>. Sinyal universal yang kuat ini menunjukkan bahwa peristiwa pencampuran <em>Neanderthal</em> yang asli pasti terjadi tepat setelah populasi kecil asli Afrika meninggalkan benua tersebut.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/50-tahun-pendaratan-di-bulan-4-inovasi-teknologi-mengejutkan-yang-muncul-berkat-misi-apollo-11-120743">50 tahun pendaratan di Bulan: 4 inovasi teknologi mengejutkan yang muncul berkat misi Apollo 11</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kita bahkan dapat menggunakan sinyal genetik <em>Neanderthal</em> untuk mengetahui kapan mereka meninggalkan Afrika. Fragmen DNA <em>Neanderthal</em> yang berukuran besar ditemukan pada kerangka kuno dari Rusia selatan, berusia 45.000 tahun. Fragmen tersebut menunjukkan bahwa paling banyak 230-430 generasi bisa saja berlalu sejak peristiwa bercampurnya manusia purba dan modern (sekitar 50-55.000 tahun lalu).</p>
<p>Dengan menganalisis lokasi jejak genetik purba yang ditemukan kini (dari studi genetik sebelumnya) dan menggunakan peta tumbuhan pada zaman purba yang mengidentifikasi habitat seperti sabana yang menguntungkan di sepanjang rute 55.000 tahun lalu, kami telah merekonstruksi kemungkinan lokasi geografis dan jumlah peristiwa pencampuran manusia purba.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah peta yang menunjukkan tempat leluhur manusia modern bertemu dan bercampur dengan manusia purba.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Meninggalkan Afrika</h2>
<p>Salah satu peristiwa pencampuran pertama setelah <em>Neanderthal</em> tampaknya terjadi di Asia selatan. Kelompok manusia purba yang terlibat bukanlah <em>Neanderthal</em> atau <em>Denisovan</em>, tetapi sesuatu yang serupa - yang saat ini tidak memiliki nama.</p>
<p>Jejak genetik dari kelompok kuno ini dapat ditemukan dari populasi modern Punjabi dan Bengal, di India, hingga Papua Nugini dan Australia. Maka, kami berpikir bahwa peristiwa pencampuran ini (ditandai 1 pada peta) kemungkinan terjadi di suatu tempat di sekitar India utara, yang merupakan posisi paling “hulu” atau barat seperti yang pertama kali diamati.</p>
<p>Populasi leluhur manusia modern kemudian tampaknya menyebar ke utara ke daratan Asia ketika melintasi Asia. Di sana manusia purba ini bertemu dan bercampur dengan kelompok <em>Denisovan</em> (ditandai 2 pada peta). Orang-orang <em>Denisovan</em> ini secara genetik dekat dengan orang-orang yang sudah kita kenal dari pegunungan Altai. Jejak peristiwa ini dapat dilihat di Asia Timur hari ini, dan juga pada populasi Amerika Utara dan Selatan, yang berasal dari Asia timur laut.</p>
<h2>Kepulauan Asia Tenggara sudah penuh sesak</h2>
<p>Manusia modern lainnya menuju ke selatan menyusuri Semenanjung Malaysia dan menuju Kepulauan Asia Tenggara (ISEA) tempat kejutan besar menunggu. Mereka menemukan daerah itu sudah penuh dengan kelompok manusia purba yang berbeda, termasuk spesies yang sama sekali berbeda.</p>
<p>Penemuan fosil kerangka kecil baru-baru ini menunjukkan bahwa kerabat nyata <em>Homo erectus</em> (yang fosil awalnya umum ditemukan di Jawa) hidup di Filipina dan Flores (di sana mereka dikenal sebagai “<em>hobbit</em>”) hingga sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-019-01019-7">52.000 tahun lalu</a>. Mereka bertahan di sana sampai manusia modern tiba.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pulanglah-tepat-waktu-terlalu-lama-bekerja-bisa-tingkatkan-risiko-kena-stroke-120164">Pulanglah tepat waktu! Terlalu lama bekerja, bisa tingkatkan risiko kena stroke</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Populasi manusia modern yang masuk tampaknya pertama kali bertemu dan bercampur dengan kerabat jauh dari <em>Denisovan</em> di daerah tersebut, meninggalkan sinyal dalam genom Australo-Papua dan beberapa populasi ISEA. </p>
<p>Sinyal-sinyal ini sangat berbeda dari peristiwa bercampurnya manusia purba dan manusia modern di atas, dan sebaliknya berasal dari kerabat <em>Denisovan</em> yang telah berpisah secara genetik dari Altai/Denisovan Asia Timur sekitar 280.000 tahun yang lalu. Lokasi pencampuran ini tampaknya berada di suatu tempat di sekitar Malaysia selatan/Kalimantan (ditandai 3 pada peta).</p>
<h2>Pendaratan di Australia</h2>
<p>Gelombang manusia modern tampaknya tidak menunggu lama untuk melewati Garis Wallace - pembatas biogeografi terkenal yang secara efektif menandai tepi daratan ISEA yang bergabung selama periode gletser terakhir, ketika permukaan laut setidaknya 120 meter lebih rendah.</p>
<p>Kita tahu ini karena kemunculan tiba-tiba situs arkeologi tepat di seberang Australia sekitar 50.000 tahun yang lalu. Situs ini menunjukkan bahwa manusia modern <a href="https://theconversation.com/an-incredible-journey-the-first-people-%20to-arrived-in-australia-come-in-large-number-and-on-purpose-114074">dengan cepat melintasi celah laut</a> melalui ISEA.</p>
<p>Meski ada satu situs di Australia yang jauh sebelumnya, tempat batu Madjedbebe yang berusia 65-80.000 tahun di Arnhem Land, tempat ini tidak dimasukkan ke dalam <a href="https://theconversation.com/australias-epic-story-a-tale-of-amazing-people-amazing-creatures-and-rising-seas-115701">sisa catatan Australia</a> dan usia situs itu sendiri <a href="https://theconversation.com/when-did-aboriginal-people-first-arrive-in-australia-100830">dipertanyakan</a>.</p>
<p>Ketika bergerak melalui ISEA, populasi manusia modern tampaknya telah bertemu (dan bercampur) dengan dua kelompok manusia yang lebih kuno. Populasi pemburu-peramu di Filipina menyimpan sinyal peristiwa pencampuran <em>Denisovan</em> lainnya (ditandai 4 pada peta), setelah mereka menyimpang dari gelombang utama manusia modern yang bergerak melalui ISEA.</p>
<p>Serupa dengan itu, sebuah studi genetik dari populasi modern bertubuh pendek yang tinggal di sekitar gua Flores tempat kerangka kecil dari “<em>hobbit</em>” ditemukan, mengidentifikasi sinyal DNA yang bukan berasal dari <em>Homo erectus</em>, tetap dari sumber lain yang membingungkan. Sumbernya bukan <em>Neanderthal</em> atau <em>Denisovan</em> tapi jenis manusia purba yang berumur sama, yang belum diberi nama (ditandai 5 pada peta).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-bulan-dipenuhi-oleh-kawah-120901">Mengapa Bulan dipenuhi oleh kawah?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Penyintas terakhir</h2>
<p>Yang dapat disimpulkan dari berbagai studi genetik di seluruh wilayah ini adalah bahwa nenek moyang manusia modern tampaknya telah bertemu dan bercampur dengan empat manusia purba yang berbeda, dalam setidaknya enam peristiwa. Semua ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat, antara ketika mereka meninggalkan Afrika 50-55.000 tahun yang lalu hingga tiba di Australia dan Papua Nugini maksimal 5.000 tahun kemudian.</p>
<p>Hebatnya, tak satu pun dari peristiwa pencampuran genetik ini tampak melibatkan spesies fosil di ISEA yang kita tahu masih ada ketika manusia modern tiba, seperti <em>Homo luzonensis</em> (Filipina) dan <em>hobbit</em> Flores.</p>
<p>ISEA jelas merupakan tempat yang sangat ramai sekitar 50.000 tahun yang lalu, ditempati oleh banyak kelompok manusia purba di banyak pulau yang berbeda. Akan tetapi, tidak lama kemudian, satu-satunya yang selamat hanya kita.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/121044/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>João Teixeira menerima dana dari the Australian Research Council.</span></em></p>Penelitian terbaru menguraikan bagaimana percampuran leluhur mausia modern dengan beberapa kelompok manusia purba dalam perjalanannya dari Afrika ke Australia.João Teixeira, Research associate, University of AdelaideLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1066972018-11-12T07:02:26Z2018-11-12T07:02:26ZTemuan gua Borneo: apakah gambar cadas tertua di dunia di Asia Tenggara?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/244831/original/file-20181109-116838-njwxoy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lukisan tokoh manusia dari Kalimantan Timur. NB: Tokoh-tokoh manusia, awalnya berwarna merah tua, telah dilacak secara digital untuk memperbesar seni ini.</span> <span class="attribution"><span class="source">Pindi Setiawan, Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Lukisan gua di pegunungan terpencil di Borneo telah ada setidaknya 40.000 tahun lalu–jauh lebih awal dari dugaan pertama-menurut sebuah penelitian yang <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-018-0679-9">baru-baru ini terbit di <em>Nature</em></a>.</p>
<p>Karya-karya seni ini termasuk sebuah lukisan yang tampaknya menggambarkan spesies lokal sapi liar. Ini menjadikannya sebagai contoh seni figuratif tertua di dunia. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ancient-stone-tools-found-on-sulawesi-but-who-made-them-remains-a-mystery-92277">Ancient stone tools found on Sulawesi, but who made them remains a mystery</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Penemuan ini memperkuat pandangan bahwa tradisi lukisan gua pertama tidak muncul di Eropa, seperti yang diyakini selama ini.</p>
<h2>Gambar cadas terpencil</h2>
<p>Pada 1990-an, arkeolog Indonesia dan Prancis menjelajah masuk ke pegunungan pedalaman terpencil Kalimantan Timur. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/243620/original/file-20181102-12015-1ea3qrw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pegunungan batu kapur di Kalimantan Timur, Borneo.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pindi Setiawan</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di gua-gua batu kapur yang bertengger di tebing dengan hutan yang lebat di puncaknya, tim peneliti menemukan banyak sekali karya seni prasejarah, termasuk ribuan stensil tangan (garis-garis negatif tangan manusia) dan lukisan binatang yang lebih langka.</p>
<p>Yang mencengangkan, terlepas dari lukisan tersebut, tim peneliti tidak menemukan banyak bukti lain yang menunjukkan adanya kehidupan manusia di gua-gua. Sepertinya orang-orang memanjat tebing yang tinggi dan berbahaya ke gua-gua di puncak bukit ini untuk menciptakan karya seni.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/243621/original/file-20181102-83657-kyatg4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Liang Banteng, sebuah situs seni cadas di Kalimantan Timur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pindi Setiawan</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tim peneliti mengusulkan bahwa karya seni prasejarah tersebut dapat dibagi menjadi setidaknya dua fase produksi seni yang berbeda secara kronologis.</p>
<p>Fase pertama ditandai dengan stensil tangan dan lukisan figuratif besar binatang yang berwarna jingga kemerahan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/243622/original/file-20181102-83638-1hbe4go.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah lukisan cadas dari banteng, satu jenis sapi liar dari Borneo.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pindi Setiawan</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Stensil tangan juga menjadi ciri fase selanjutnya, tapi stensil ini (dan gambar terkait) cenderung berwarna ungu gelap (“merah tua”). Selama fase ini para seniman juga melukis desain seperti tato di pergelangan tangan, telapak tangan, dan jari-jari dari beberapa stensil-dalam beberapa contoh, stensil tangan dihubungkan dengan motif menyerupai cabang pohon atau tanaman merambat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/243623/original/file-20181102-83648-17xcfom.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Stensil tangan berwarna merah tua di Liang Téwét di Kalimantan Timur. Beberapa stensil tangan memiliki dekorasi internal dan saling terkait dengan motif mirip pohon.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pindi Setiawan</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Akhirnya, para seniman mulai menggambarkan sosok manusia dalam seni mereka (lihat gambar atas).</p>
<p>Penemuan luar biasa ini menimbulkan sejumlah pertanyaan. Berapa usia seni lukis dalam gua ini? Siapa yang membuatnya dan mengapa?</p>
<p>Pada awal tahun 2000-an tim Prancis-Indonesia <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0033589403000644">memberi tanggal</a> bagian dari sebuah formasi tirai gua yang tumbuh di atas stensil tangan.</p>
<p>Kualitas sampel yang mereka beri tanggal tidak ideal, tapi hasilnya mereka menyiratkan usia setidaknya 10.000 tahun untuk karya seni yang utama.</p>
<h2>Tanggal baru untuk seni kuno</h2>
<p>Kami sekarang percaya karya seni Borneo jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya, menurut penelitian yang kami lakukan dengan rekan-rekan dari Pusat Penelitian Nasional Arkeologi (ARKENAS) di Jakarta dan para ilmuwan Indonesia lainnya.</p>
<p>Dalam <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-018-0679-9">laporan kami</a>, kami melaporkan tanggal seri uranium yang diperoleh dari sampel kalsium karbonat yang dikumpulkan dalam kaitannya dengan seni gua dari enam situs Kalimantan Timur. Hal ini memberikan perkiraan waktu produksi seni cadas tersebut.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=1085&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=1085&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=1085&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1363&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1363&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/244027/original/file-20181106-74763-1goei09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1363&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">(a, atas): Lokasi Borneo. Seni cadas kuno di Sangkulirang-Mangkalihat Peninsula (SMP). (b, bawah): Situs seni cadas dengan seni gua kuno.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Map source: Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) 1 Arc-Second Global by NASA/NGS/USGS; GEBCO_2014 Grid, version 20150318, (gebco.net). Base maps generated using ArcGIS by M. Kottermair and A. Jalandoni. Figure design and formatting: Adam Brumm</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Gambar seni gua tertua adalah lukisan jingga kemerahan besar dari sebuah hewan, mirip dengan <a href="http://wwf.panda.org/?202813/borneo-banteng">banteng</a> liar masih ditemukan di hutan Kalimantan. Lukisan ini memiliki usia minimal 40.000 tahun.</p>
<p>Sejauh yang kami dapat pastikan hal tersebut adalah karya seni figuratif pertama di Bumi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=387&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=387&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=387&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=486&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=486&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/243626/original/file-20181102-83626-vdpc6i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=486&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Seni cadas kuno dari Lubang Jeriji Saléh. Dua sampel yang dikumpulkan dari atas lukisan binatang figuratif menghasilkan usia uranium-seri minimum 40.000 dan 39.400 tahun yang lalu. Karya seni kuno memudar, tapi kita menafsirkannya sebagai representasi figuratif dari banteng Borneo.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pindi Setiawan</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Seni stensil tangan jingga kemerahan terbukti sama dalam usia, menunjukkan bahwa gaya seni batu pertama muncul antara sekitar 52.000 dan 40.000 tahun yang lalu.</p>
<p>Lukisan tertua, termasuk stensil hiasan tangan berasal dari sekitar 21.000-20.000 tahun yang lalu. Sebuah gambar manusia merah tua diciptakan setidaknya 13.600 tahun yang lalu.</p>
<p>Penanggalan kami menyiratkan bahwa perubahan besar terjadi sekitar 20.000 tahun yang lalu dalam budaya seni cadas Borneo. Ini adalah masa Maksimum Glasial Terakhir (<a href="https://www.britannica.com/science/climate-change/Climate-change-since-the-advent-of-humans#ref994351">LGM</a>), saat ketika lapisan es berada pada tingkat terbesarnya dan iklim zaman es global paling ekstrem.</p>
<p>Mungkin kehidupan di dunia yang keras ini merangsang bentuk inovasi budaya baru.</p>
<p>Atau mungkin pegunungan Kalimantan Timur menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang yang melarikan diri dari perubahan lingkungan hasil LGM, meningkatkan jumlah populasi dan meningkatkan tekanan sosial yang memicu bentuk komunikasi antarkelompok baru, termasuk seni.</p>
<p>Pada 2014 <a href="https://www.nature.com/articles/nature13422">kami mengungkapkan</a> seni cadas serupa muncul di gua Maros di Sulawesi sekitar 40.000 tahun yang lalu.</p>
<p>Sulawesi berbatasan dengan Kalimantan dan belum pernah terhubung dengan benua Eurasia di dekatnya. Pulau tersebut merupakan sebuah <a href="https://www.theguardian.com/australia-news/2018/oct/31/first-humans-to-reach-australia-likely-island-hopped-to-new-guinea-then-walked-study">batu loncatan</a> penting antara Asia dan Australia.</p>
<p>Penemuan terbaru kami menunjukkan bahwa seni cadas menyebar dari Kalimantan ke Sulawesi dan dunia baru lainnya di luar Eurasia, mungkin tiba dengan orang-orang pertama yang menghuni Australia.</p>
<h2>Dua bidang inovasi seni gua Palaeolithik</h2>
<p>Wilayah zaman es Prancis dan Spanyol telah lama dilihat sebagai pusat perkembangan seni gua global karena lukisan-lukisan hewan yang menakjubkan yang dikenal dari daerah ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ice-age-art-and-jewellery-found-in-an-indonesian-cave-reveal-an-ancient-symbolic-culture-75390">Ice age art and 'jewellery' found in an Indonesian cave reveal an ancient symbolic culture</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Borneo adalah pulau terbesar ketiga di planet ini. Namun sebagian besar wilayahnya pada zaman es terhubung oleh permukaan laut yang lebih rendah ke wilayah benua Eurasia yang luas-Borneo dan Eropa adalah ekstremitas yang berlawanan dari daratan ini.</p>
<p>Jadi sekarang tampaknya dua wilayah yang memiliki seni gua awal ada pada saat yang sama di pelosok terpencil di Eurasia Palaeolithik: satu di Indonesia, dan satu di Eropa.</p>
<p>Baru-baru ini terdapat sebuah <a href="https://theconversation.com/how-we-discovered-that-neanderthals-could-make-art-92127">penelitian</a> menunjukkan Neanderthal membuat seni cadas di Spanyol 65.000 tahun yang lalu, tapi ada alasan bagus untuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0047248418300915">mempertanyakan klaim ini</a>.</p>
<p>Tentu saja mungkin bahwa seni cadas manusia modern pertama muncul di Afrika dan diperkenalkan ke Eurasia oleh migrasi spesies kita di kemudian hari.</p>
<p>Tapi mungkin juga Indonesia dan Eropa mungkin merupakan wilayah yang masing-masing mengembangkan inovasi seni cadas pada zaman es. Jika demikian, mungkin lukisan gua yang paling awal suatu saat dapat ditemukan di Asia Tenggara daripada di Eropa.</p>
<hr>
<p><em>Adhi Agus Oktaviana, peneliti arkeologi dan seni cadas dari ARKENAS, berkontribusi dalam artikel ini.</em></p>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Gracesillya Febriyani</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/106697/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Adam Brumm receives funding from the Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Maxime Aubert receives funding from the Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Pindi Setiawan receives funding from Bandung Institute of Technology and from Indonesia's Ministry of Higher Education.</span></em></p>Lukisan manusia purba di gua-gua di Kalimantan Timur diyakini sebagai karya seni figuratif tertua di dunia.Adam Brumm, ARC Future Fellow, Griffith UniversityMaxime Aubert, Associate professor, Griffith UniversityPindi Setiawan, Assistant Professor, Institut Teknologi BandungLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/981902018-06-13T03:39:46Z2018-06-13T03:39:46ZPenemuan fosil badak menulis ulang sejarah manusia purba Filipina<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/222823/original/file-20180612-112631-1nf8py9.JPG?ixlib=rb-1.1.0&rect=7%2C7%2C5168%2C3437&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penggalian di Kalinga, di Lembah Cagayan, Luzon, (Filipina). </span> <span class="attribution"><span class="source">G.D. van den Bergh</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Sebuah penggalian di Luzon, pulau di Filipina bagian utara, menghasilkan penemuan fosil badak “Zaman Es” yang dibantai sekitar 700.000 tahun lalu. Fosil tersebut bukti pertama yang menunjukkan keberadaan manusia purba di Filipina.</p>
<p>Penemuan yang memukau ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah <a href="https://www.nature.com/articles/doi:10.1038/s41586-018-0072-8"><em>Nature</em></a>. Penemuan ini mengisyaratkan bahwa hominin awal tersebar di wilayah yang lebih luas di <a href="https://theconversation.com/wallacea-a-living-laboratory-of-evolution-85602">Wallacea</a>–kumpulan pulau di timur Eurasia– dibandingkan perkiraan sebelumnya. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/217001/original/file-20180501-135803-j4f8ud.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/217001/original/file-20180501-135803-j4f8ud.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/217001/original/file-20180501-135803-j4f8ud.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/217001/original/file-20180501-135803-j4f8ud.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/217001/original/file-20180501-135803-j4f8ud.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/217001/original/file-20180501-135803-j4f8ud.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/217001/original/file-20180501-135803-j4f8ud.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Rangka badak yang sudah punah dari Kalinga di Luzon.</span>
<span class="attribution"><span class="source">G.D. van den Bergh</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sekelompok peneliti dari berbagai negara–Prancis, Filipina, Australia dan Belanda–menerbitkan penemuan ini. </p>
<p>Mereka menemukan bangkai badak yang sekarang sudah punah ini ketika menggali situs di Kalinga di Lembah Cagayan, Luzon. Tanda di tulang-belulang menunjukkan irisan oleh alat batu yang tajam. Ini menunjukkan hominin mengambil daging dan lemak dari hewan besar yang mungkin mereka bunuh atau temukan tidak lama sesudah hewan tersebut mati. Alat batu sederhana ditemukan dekat badak. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ancient-stone-tools-found-on-sulawesi-but-who-made-them-remains-a-mystery-92277">Ancient stone tools found on Sulawesi, but who made them remains a mystery</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Si badak dan peralatan batu tersebut ditemukan terkubur di bawah sedimen sungai. Tim peneliti yang dipimpin oleh <a href="https://cas.uow.edu.au/members/UOW094227.html">Gerrit (“Gert”) van den Bergh</a> dari Universitas Wollongong, mengajukan perkiraan usia antara 777.000 hingga 631.000 tahun untuk penemuan mereka. Angka ini cukup tepercaya karena didapatkan menggunakan metode penanggalan yang independen satu sama lain dan semua metode tersebut sampai pada kesimpulan yang sama. </p>
<h2>Siapa yang membantai si badak?</h2>
<p>Dalam ilmu arkeologi, istilah “hominin arkais” secara umum digunakan untuk merujuk pada jenis manusia yang sudah punah. </p>
<p>Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa hominin arkais telah tiba di pulau-pulau yang terletak di selatan Luzon, yaitu <a href="http://www.abc.net.au/news/science/2016-01-14/stone-tools-date-earliest-occupations-of-humans-on-sulawesi/7086308">Sulawesi</a> 200.000 tahun lalu dan <a href="http://www.sciencemag.org/news/2010/03/hobbit-ancestors-arrived-flores-early">Flores</a> satu juta tahun lalu. Seperti Luzon, Sulawesi dan Flores adalah pulau-pulau besar di Wallacea yang terletak dekat dengan ujung tenggara kontinen Asia (“Sundaland”). </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/216998/original/file-20180501-135848-1t7vdj0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/216998/original/file-20180501-135848-1t7vdj0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/216998/original/file-20180501-135848-1t7vdj0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/216998/original/file-20180501-135848-1t7vdj0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/216998/original/file-20180501-135848-1t7vdj0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/216998/original/file-20180501-135848-1t7vdj0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/216998/original/file-20180501-135848-1t7vdj0.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tim peneliti di Lembah Cagayan, Luzon, Filipina.</span>
<span class="attribution"><span class="source">G.D. van den Bergh</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mengingat hominin arkais berhasil menghuni Sulawesi dan Flores, masuk akal jika mereka bisa sampai ke Filipina–tapi hingga kini bukti konklusif soal ini tidak tersedia. </p>
<p>Pada titik ini, kita tidak tahu spesies hominin pembuat alat di Luzon masuk kelompok mana, karena tidak banyak tersedia fosil hominin dari situs ditemukannya fosil badak. </p>
<p>Namun, kandidat yang paling memungkinkan adalah <a href="https://australianmuseum.net.au/homo-erectus"><em>Homo erectus</em></a>, spesies yang pernah mendiami pulau Jawa sejak 1,2 juta tahun lalu, dan juga ada di Cina–"<a href="https://australianmuseum.net.au/homo-floresiensis">Hobbit</a>“ (<em>Homo floresiensis</em>) dari Flores, yang mungkin adalah <em><a href="https://theconversation.com/a-700-000-year-old-fossil-find-shows-the-hobbits-ancestors-were-even-smaller-60192">Homo erectus</a></em> kerdil, juga termasuk dalam kelompok ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/a-700-000-year-old-fossil-find-shows-the-hobbits-ancestors-were-even-smaller-60192">A 700,000-year-old fossil find shows the Hobbits’ ancestors were even smaller</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tapi, saya tidak memungkiri kemungkinan spesies yang betul-betul tidak pernah dikenal sebelumnya yang menghuni Luzon, karena sudah jelas bahwa Wallacea adalah kawasan yang sulit dipahami dan memiliki peran yang kompleks dalam kisah evolusi manusia. </p>
<h2>Bagaimana para hominin tiba di Luzon</h2>
<p>Tim Luzon <a href="https://www.nature.com/articles/doi:10.1038/s41586-018-0072-8">menyimpulkan</a> bahwa sekelompok hominin menghuni bagian utara Filipina pada masa Pleistosen (antara 781.000 dan 126.000 tahun yang lalu), bahwa mereka berasal dari Borneo di arah barat daya atau Taiwan di arah utara, dan bahwa <em>kemungkinan</em> mereka menggunakan perahu. </p>
<p>Menurut saya kebanyakan ilmuwan akan enggan menerima ide bahwa hominin arkais mendayung keluar Eurasia menggunakan kendaraan air yang mereka buat sendiri, bahkan jika kendaraan tersebut dalam bentuk yang paling dasar sekali pun. Bukan berarti skenario macam ini mustahil, tapi menurut saya jika benar demikian kita mungkin akan telah menemukan bukti hominin purba sampai di wilayah yang lebih jauh, termasuk Australia. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/217000/original/file-20180501-135825-ce9xar.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/217000/original/file-20180501-135825-ce9xar.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/217000/original/file-20180501-135825-ce9xar.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/217000/original/file-20180501-135825-ce9xar.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/217000/original/file-20180501-135825-ce9xar.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/217000/original/file-20180501-135825-ce9xar.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/217000/original/file-20180501-135825-ce9xar.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penggalian di situs Kalinga di Lembah Cagayan, Luzon.</span>
<span class="attribution"><span class="source">G.D. van den Bergh</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jawaban dari keberadaan populasi hominin di pulau-pulau dekat Asia seperti Flores, Sulawesi, dan Luzon lebih besar kemungkinannya ada pada kejadian luar biasa: misalnya, hominin mungkin terbawa arus laut oleh tsunami dan bertahan dengan berpegangan pada tanaman yang mengapung. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/debris-from-the-2011-tsunami-carried-hundreds-of-species-across-the-pacific-ocean-84773">Debris from the 2011 tsunami carried hundreds of species across the Pacific Ocean</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa akibat penemuan ini terhadap kisah "Hobbit”</h2>
<p>Peralatan batu tertua di Flores berusia <a href="http://www.abc.net.au/radionational/programs/scienceshow/tools-show-humans-in-flores-one-million-years-ago/3115264">setidaknya satu juta tahun</a>. Fosil hominin paling awal dari pulau ini berusia <a href="https://www.theguardian.com/science/2016/jun/08/new-fossils-shed-light-evolution-hobbits-flores">700.000 tahun</a> dan berasal dari populasi mirip Hobbit yang mungkin keturunan langsung dari <em>Homo floresiensis</em>. </p>
<p>Penemuan di Luzon penting bagi kisah Hobbit karena tampaknya bagian utara Wallacea merupakan asal populasi hominin yang pertama kali mencapai Flores (via Sulawesi) di batas selatan Wallacea. </p>
<p>“Jalur Hobbit” mungkin dimulai di Filipina! </p>
<p>Fosil Flores mengisyaratkan bahwa hominin yang terisolasi di pulau di wilayah Wallacea ini bertahan selama ratusan milenium dan mengalami perubahan evolusioner yang tak disangka-sangka, termasuk mengerdil secara dramatis baik dalam ukuran tubuh dan otak. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=433&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=433&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=433&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=544&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=544&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/217175/original/file-20180502-153873-1rc6eh6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=544&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Peta Asia Tenggara dan wilayah sekitarnya pada masa Pleistosen akhir.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Adam Brumm</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mungkin kisah yang mirip mengenai hominin yang berevolusi dalam isolasi genetik juga terjadi di Luzon; tapi, perlu diingat, lingkungan di Luzon beda dari Flores, jadi kita tidak dapat secara gampang memperkirakan hasil dari “percobaan” evolusi dengan parameter yang beda di pulau ini. </p>
<p>Bisa jadi kita menemukan kejutan ketika fosil hominin ditemukan di Luzon pada masa depan. </p>
<h2>Apa “purba” bertemu “modern” di Filipina?</h2>
<p>Dan akhirnya, pertanyaan besar lain adalah apakah hominin arkais di Flores dan Luzon (dan Sulawesi) bertahan cukup lama untuk bertemu secara tatap muka dengan manusia modern, yang bermigrasi dan tiba di wilayah ini mungkin sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/nature23452">70.000 tahun yang lalu</a>. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/worlds-scientists-turn-to-asia-and-australia-to-rewrite-human-history-88697">World's scientists turn to Asia and Australia to rewrite human history</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Dari DNA purba kita sekarang tahu bahwa spesies kita <a href="https://theconversation.com/worlds-scientists-turn-to-asia-and-australia-to-rewrite-human-history-88697">kawin</a> dengan setidaknya dua (tapi mungkin lebih) spesies hominin arkais yang bertemu dengan manusia modern di luar Afrika: Neanderthal dan Denisovan. </p>
<p>Apakah ada alur gen lain yang melibatkan populasi unik dari manusia purba yang tersebar di wilayah Wallacea? </p>
<p>Kita belum tahu jawaban untuk pertanyaan ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/98190/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Adam Brumm menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p>Sekelompok manusia membantai seekor badak di daerah terpencil di Filipina 700.000 tahun lalu, tapi siapa mereka dan bagaimana mereka bisa ada di sana?Adam Brumm, ARC Future Fellow, Griffith UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/893852017-12-22T09:08:17Z2017-12-22T09:08:17ZPenemuan karya seni zaman es dan ‘perhiasan’ di Sulawesi mengungkap budaya simbolik zaman prasejarah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/200346/original/file-20171221-17740-zs8mvk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=31%2C0%2C5121%2C3445&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penggalian di gua kapur Leang Bulu Bettue di Sulawesi Justin Mott (Mott Visuals)</span> <span class="attribution"><span class="source">Justin Mott (Mott Visuals)</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Sebuah penggalian di sebuah gua di Sulawesi mengungkap koleksi unik ornamen dan karya seni prasejarah yang berasal dari, dalam beberapa kasus, setidak-tidaknya 30.000 tahun lampau. Situs itu diperkirakan pernah dipakai beberapa seniman gua paling awal di dunia. </p>
<p><a href="http://www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1619013114">Temuan-temuan baru kami</a>, menggugat pandangan yang lama dianut bahwa masyarakat pemburu-peramu era Pleistosen (“Zaman Es”) di Asia Tenggara miskin budaya.</p>
<p>Temuan-temuan itu juga menyiratkan bahwa kehidupan spiritual manusia berubah ketika mereka menjumpai spesies-spesies yang tadinya tidak mereka ketahui dalam perjalanan mereka dari Asia ke Australia.</p>
<h2>Perjalanan manusia keluar Asia</h2>
<p>Manusia modern mendiami Australia <a href="https://theconversation.com/dna-reveals-aboriginal-people-had-a-long-and-settled-connection-to-country-73958">50.000 tahun silam</a>. Untuk sampai ke Australia mereka harus menyeberang dengan perahu dari Eurasia kontinental ke <a href="https://en.oxforddictionaries.com/definition/wallacea">Wallacea</a>, sebuah sebaran rangkaian pulau dan atol yang membentang menjembatani lautan antara Asia daratan dan Australia. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=590&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=590&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=590&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=741&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=741&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/163564/original/image-20170403-19455-1uqs94r.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=741&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Wallacea, zona kepulauan oseanik yang berada di sebelah timur Garis Wallace, salah satu perbatasan biogeografis besar dunia, dan terletak di antara kawasan kontinental Asia dan Australia-Guinea Baru.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Adam Brumm</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Para arkeolog sudah lama berspekulasi tentang kehidupan kutural <a href="https://australianmuseum.net.au/homo-sapiens-modern-humans"><em>Homo sapiens</em></a> pertama yang memasuki Wallacea, sebagai bagian dari migrasi besar spesies kita keluar dari Afrika.</p>
<p>Beberapa pihak <a href="http://www.pnas.org/content/110/26/10699.abstract">berpendapat</a> bahwa kebudayaan manusia pada masa Pleistosen Akhir mencapai tingkat kompleksitas yang tinggi ketika <em>Homo sapiens</em> menyebar ke Eropa, bahkan jauh ke timur sampai India. Sesudah itu, kebudayaan dianggap merosot dari segi kecanggihan ketika manusia menempuh perjalanan penuh bahaya ke kawasan tropis Asia Tenggara dan Wallacea. </p>
<p>Tetapi penelitian baru di Wallacea terus-menerus membongkar pandangan ini. </p>
<h2>Temuan-temuan baru dari Sulawesi ‘Zaman Es’</h2>
<p>Dalam tambahan terakhir dari rentetan penemuan ini, <a href="http://www.pnas.org/cgi/doi/10.1073/pnas.1619013114">kami memaparkan</a> sekelompok artefak simbolik yang belum terdokumentasikan sebelumnya yang digali dari sebuah gua batu kapur di Sulawesi, pulau terbesar di Wallacea. </p>
<p>Menggunakan serangkaian metode, artefak-artefak tersebut ditetapkan berasal dari masa antara 30.000 dan 22.000 tahun lampau. Artefak-artefak itu meliputi manik-manik berbentuk cakram yang dibuat dari gigi babirusa, babi primitif yang hanya ada di Sulawesi, dan “bandul” dari tulang jari kuskus beruang, makhluk mirip posum besar yang juga khas Sulawesi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=484&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=484&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=484&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=609&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=609&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/163573/original/image-20170403-19420-17ir5sc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=609&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ornamen-ornamen prasejarah yang digai dari situs gua Leang Bulu Bettue Sulawesi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Michelle Langley dan Adam Brumm/gambar tulang kuskus beruang, Luke Marsden/Kuskus beruang dan babirusa, Shutterstock.</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ditemukan pula peralatan batu dengan tanda silang, bermotif seperti daun dan pola-pola geometris lainnya, yang maknanya tidak jelas. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/163574/original/image-20170403-19420-moak2w.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lempeng batu kapur ini digurat dengan tiga garis tumpang tindih yang membentuk sebuah pola bersilangan sederhana. Ini adalah sebuah potongan dari apa yang dahulunya batu besar yang dihias, yang sisanya belum ditemukan di situs tsb. Skala batang: 10mm.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Mark W Moore</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bukti lebih jauh bagi kebudayaan simbolis ditunjukkan oleh melimpahnya jejak produksi seni batu yang dikumpulkan dari penggalian gua. Jejak-jejak itu meliputi sisa-sisa oker bekas, bercak oker pada alat dan sebuah pipa tulang yang mungkin adalah “airbrush” untuk menciptakan seni stensil.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=853&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=853&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=853&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1072&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1072&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/163575/original/image-20170403-19462-1mp63d0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1072&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pipa tulang berongga (atas) dengan pigmen merah dan pigmen hitam, terbuat dari tulang panjang seekor kuskus beruang, mungkin pernah digunakan sebagai alat ‘air-brush’ untuk menciptakan stensil tangan manusia di permukaan batu (bawah)</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Atas) Michelle Langley (bawah) Yinika Perston.</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Semua itu berasal dari deposit yang sama umurnya dengan <a href="http://www.nature.com/nature/journal/v514/n7521/full/nature13422.html">lukisan gua yang sudah ditetapkan masanya</a> di perbukitan batu kapur sekitarnya.</p>
<p>Sungguh sangat tidak lazim mengungkap bukti terkubur bagi aktivitas simbolis di tempat-tempat yang sama di mana seni batu Zaman Es ditemukan. Sebelum penelitian ini, kita tidak tahu apakah para seniman gua Sulawesi menghias diri mereka dengan ornamen atau tidak, atau apakah seni mereka melampaui lukisan batu.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=255&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=321&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=321&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/163579/original/image-20170403-19417-1l8kmyn.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=321&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tulang jari kuskus beruang yang dibor dan dilubangi. Lubang di salah satu ujung tulang dahulunya ada talinya, sedangkan tanda-tanda keausan pada ornamen menunjukkan bahwa tulang itu sering bergesekan dengan kulit atau pakaian manusia. Ini menunjukkan bahwa tulang yang dilubangi itu digantung sebagai ‘bandul’ atau benda perhiasan serupa.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Luke Marsden</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Seni dan ornamen mula-mula dari Wallacea</h2>
<p>Penggalian-penggalian gua sebelumnya di Timor-Leste (Timor Timur) menemukan kulit kerang berumur 42.000 tahun yang dipakai sebagai “perhiasan”, sebagaimana <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0047248416300070">dilaporkan pada 2016</a>. Pada tahun 2014 <a href="https://theconversation.com/40-000-year-old-rock-art-found-in-indonesia-32674">para arkeolog mengumumkan</a> bahwa sebuah gua seni dari Sulawesi termasuk di antara yang paling lama bertahan di planet ini.</p>
<p>Di satu gua, sebuah <a href="https://www.newscientist.com/article/mg22429904-600-worlds-oldest-hand-stencil-found-in-indonesian-cave/">gambar tangan manusia</a> berumur setidak-tidaknya 40.000 tahun. Gambar itu dibuat oleh seseorang yang menempelkan kuat-kuat telapak dan jari-jari tangannya ke langit-angit dan menyemprotkan cat merah di sekelilingnya.</p>
<p>Di sebelah stensil tangan terdapat lukisan seekor babirusa yang diciptakan setidak-tidaknya 35.400 tahun lampau.</p>
<p>Karya-karya seni ini seumuran dengan dengan lukisan-lukisan gua spektakuler yang menggambarkan badak, mammoth, dan hewan-hewan lain dari Prancis dan Spanyol, sebuah wilayah yang lama dianggap sebagai tempat kelahiran kebudayaan artistik modern.
Beberapa ahli prasejarah bahkan <a href="http://www.nature.com/news/world-s-oldest-art-found-in-indonesian-cave-1.16100">menyatakan</a> bahwa keberadaan seni berumur 40.000 tahun di Indonesia itu menunjukkan bahwa seni batu mungkin muncul di Afrika jauh sebelum spesies kita menginjakkan kaki di Eropa, meski mungkin juga ini berawal di Asia. </p>
<p>Berdasarkan bukti baru yang muncul dari Timor dan Sulawesi, sekarang tampak bahwa kisah manusia purba di Wallacea kurang maju secara kultural daripada manusia-manusia lain, terutama manusia Eropa Palaeolitikum, adalah salah.</p>
<h2>Dunia aneh Wallacea</h2>
<p>Berkat keunikan biogeografi Wallacea, manusia modern pertama yang memasuki kepulauan ini pasti menjumpai sebuah dunia yang eksotis penuh dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang tidak pernah mereka bayangkan adanya.</p>
<p>Dikelilingi palung-palung laut dalam, sekitar 2.000 pulau Wallacea sangat sulit dijangkau organisme yang tidak bisa terbang. Karena ketertutupan akses, pulau-pulau ini cenderung dihuni relatif sedikit mamalia darat. Garis keturunan endemik pasti muncul di banyak pulau karena dari isolasi evolusioner ini.</p>
<p>Sulawesi adalah pulau yang paling aneh dari semua pulau itu. Pada dasarnya semua mamalia darat pulau itu, kecuali kelelawar, tidak ada di tempat lain di bumi ini. Sulawesi boleh jadi adalah tempat di mana manusia pertama kali melihat marsupial (kuskus).</p>
<p>Penemuan ornamen-ornamen yang dibuat dari tulang dan gigi babirusa dan kuskus beruang—dua spesies endemik paling khas di Sulawesi—menyiratkan bahwa dunia simbolis para pendatang baru tersebut berubah untuk menyertakan makhluk-makhluk yang belum pernah dilihat sebelumnya itu.</p>
<p>Penggalian kami telah menemukan ribuan tulang dan gigi hewan, tetapi hanya sebagian kecil yang berasal dari babirusa. Hampir tidak ditemukannya babirusa dalam makanan penghuni gua, ditambah dengan penggambaran hewan-hewan tersebut dalam seni mereka, dan penggunaan bagian-bagian tubuh babirusa sebagai “perhiasan”, menunjukkan bahwa makhluk langka dan sukar diidentifikasi ini mendapatkan nilai simbolis tertentu dalam kebudayaan manusia Zaman Es. </p>
<p>Barangkali orang-orang Sulawesi pertama merasakan hubungan spiritual yang kuat dengan mamalia bertampang aneh ini.</p>
<p>“Interaksi sosial” dengan spesies baru Wallacea ini kemungkinan besar sangat mendasar sifatnya bagi kolonisasi manusia mula-mula di Australia dengan komunitas kaya flora dan fauna endemik <a href="https://theconversation.com/new-analysis-finds-no-evidence-that-climate-wiped-out-australias-megafauna-53821">megafauna</a> yang tak pernah mereka jumpai sebelumnya, dan sekarang sudah punah. </p>
<p>Bahkan, unsur-unsur hubungan spiritual kompleks manusia-hewan yang menjadi ciri kebudayaan Aborigin di Australia bisa jadi berakar pada perjalanan mula-mula manusia melalui Wallacea dan pengalaman manusia pertama dengan kehidupan hewan aneh wilayah tersebut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/89385/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Adam Brumm menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Michelle Langley tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Ornamen dari tulang dan gigi yang ditemukan di gua di Sulawesi memperkaya pengetahuan kita mengenai budaya dan tradisi manusia-manusia yang paling awal mendiami wilayah Asia Tenggara.Adam Brumm, ARC Future Fellow, Griffith UniversityMichelle Langley, DECRA Research Fellow, Griffith UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.