tag:theconversation.com,2011:/uk/topics/penyakit-menular-54964/articlespenyakit menular – The Conversation2024-02-09T08:53:38Ztag:theconversation.com,2011:article/2226092024-02-09T08:53:38Z2024-02-09T08:53:38ZTuberkulosis tembus 1 juta kasus, seberapa serius calon presiden punya janji mengeliminasinya?<p>Kurang dari sepekan Indonesia akan menggelar Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) pada 14 Februari 2024 untuk lima tahun ke depan. Dalam debat terakhir calon presiden, <a href="https://www.youtube.com/watch?v=8J66JxvmEzo">4 Februari</a>, tiga capres menyampaikan janjinya termasuk bidang kesehatan, seperti penambahan dokter dan peningkatan layanan kesehatan.</p>
<p>Salah satu masalah yang tidak disebut dalam debat itu adalah tingginya kasus tuberkulosis (TBC/TB) di Indonesia. Padahal, masalah ini disebut dalam dokumen tertulis misi calon presiden. Lewat pendeteksian dan pelaporan yang lebih luas dan masif, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini menyatakan kasus TBC di Indonesia tembus lebih dari <a href="https://www.bbc.com/indonesia/articles/c3g081vlxlpo">1 juta kasus</a>, temuan tertinggi yang pernah tercatat. </p>
<p>Sebelum angka itu ditemukan, <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/02/Factsheet-Country-Profile-Indonesia-2022.pdf">pada 2021 angka kejadian TB</a> di Indonesia adalah 354 per 100.000 populasi, dengan kematian TBC mencapai 52 per 100.000 populasi. Akibatnya, kerugian ekonomi akibat tuberkulosis di Indonesia diperkirakan mencapai <a href="https://msh.org/resources/the-economic-burden-of-tuberculosis-in-indonesia-0/#:%7E:text=The%20total%20economic%20burden%20related,be%20approximately%20US%246.9%20billion">US$6,9 miliar (Rp107 triliun)</a>. </p>
<p>Indonesia punya target mengeliminasi <a href="https://tbindonesia.or.id/pustaka_tbc/strategis-nasional-penanggulangan-tuberkulosis-di-indonesia-2020-2024/">TBC pada 2030</a>. Pertanyaannya, apakah ketiga pasangan capres-cawapres memiliki rencana yang jelas dan terukur untuk menurunkan kasus TBC? Mari kita lihat dokumen tertulis visi dan misi mereka dan pernyataan mereka ke publik. </p>
<h2>Melihat janji calon presiden</h2>
<p>Kami merangkum isu kesehatan, terutama tuberkulosis, melalui dokumen tertulis visi dan misi dari pasangan calon presiden dan wakil presiden (paslon) <a href="https://www.cnbcindonesia.com/tech/20231026141749-37-483935/visi-misi-ganjar-mahfud-anies-imin-download-link-pdf">Anies Baswedan–Muhaimin Iskandar</a>, <a href="https://va.medcom.id/2023/pemilu/others/PRABOWOGIBRAN_VISI_MISI.pdf">Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka</a>, dan <a href="https://visimisiganjarmahfud.id/assets/docs/Buku-Visi-Misi-Ganjar-Mahfud.pdf?v=3">Ganjar Pranowo–Mahfud MD</a>. </p>
<p>Dari dokumen tertulis tersebut, semua pasangan calon (paslon) mencantumkan janji mereka untuk meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia, dengan fokus yang beragam. Hanya pasangan Anies–Muhaimin dan Prabowo-Gibran yang mencantumkan secara jelas upaya pengendalian tuberkulosis. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=436&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=436&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=436&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=548&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=548&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/574061/original/file-20240207-24-o8htat.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=548&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Misi calon presiden dan wakil presiden yang dituangkan dalam dokumen tertulis untuk publik.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dari tabel di atas, tujuan yang spesifik dan terukur terkait capaian program TB disebutkan pasangan Prabowo–Gibran, yaitu “menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan gratis, menurunkan kasus TB 50% dalam lima tahun dan membangun rumah sakit lengkap dan berkualitas di kabupaten dan kota”. </p>
<p>Sedangkan pasangan Anies-Muhaimin menuliskan “mempercepat penghapusan penyakit menular, terutama tuberkulosis dan malaria” tanpa mengacu target berapa tahun.</p>
<p>Selain dokumen visi dan misi, sebuah lembaga swadaya masyarakat isu TB, Stop TB Partnership Indonesia (STPI), mengadakan <a href="https://www.stoptbindonesia.org/single-post/3-timses-capres-cawapres-berkomitmen-eliminasi-tbc-di-tahun-2030">diskusi publik bersama tim sukses capres–cawapres pada 31 Januari 2024</a> di Jakarta bertema “Estafet Akhir Menuju Eliminasi TBC 2030”. </p>
<p>Dari diskusi publik ini, perwakilan tim kampanye menegaskan langkah-langkah yang akan diambil oleh presiden (jika terpilih) untuk mencapai target eliminasi TB pada 2030.</p>
<p>Tim kampanye Anies-Muhaimin menekankan kerangka dasar yang melibatkan kepada masyarakat langsung, berbasis regulasi dan data, serta implementasi tindakan untuk kasus eliminasi TB pada 2030.</p>
<p>Mereka juga berupaya untuk menyampaikan pesan pentingnya kolaborasi termasuk melalui <em>crowdsourcing</em> dan antarlembaga, memperhatikan paradigma baru, peran tenaga kesehatan, dan memprioritaskan kesehatan dalam upaya merumuskan kebijakan untuk eliminasi TB di Indonesia pada 2030.</p>
<p>Tim kampanye Prabowo-Gibran menekankan pentingnya kesadaran akan memperjuangkan pasien TB, menyoroti tingginya kasus TB dan banyaknya kasus yang tidak terdeteksi dalam proses <em>screening</em>. Masalah seperti ini diibaratkan seperti fenomena gunung es. Hanya sebagian kecil dari masalah tersebut yang terlihat di permukaan. </p>
<p>Mereka menyoroti stigma kepada para pasien TB, terutama bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun yang mungkin lebih rentan terhadap penyakit ini. Mereka juga mencatat bahwa TB adalah penyakit jangka panjang yang memerlukan perawatan yang khusus, seperti sanatorium.</p>
<p>Tim kampanye Ganjar-Mahfud menekankan pentingnya kesehatan sebagai asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi, dibarengi pertumbuhan ekonomi yang perlu meningkat secara signifikan, minimal 7% per tahun. </p>
<p>Selain itu, mereka menekankan pentingnya peningkatan dan keberlanjutan dalam mencapai target-target terkait eliminasi TBC, serta transfer teknologi untuk mendukung upaya tersebut. Mereka juga menekankan pentingnya data yang akurat, dan keterlibatan penuh tenaga kesehatan dalam upaya eliminasi TB untuk semua sektor kesehatan. </p>
<p>Pernyataan mereka menunjukkan mereka memiliki komitmen untuk memperkuat eliminasi TB walau masih perlu kita uji jika kelak mereka terpilih.</p>
<h2>Kondisi terkini TBC di Indonesia</h2>
<p>Tuberkulosis layak dijadikan misi calon presiden karena, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam <em>Global Tuberculosis Report 2023</em>, Indonesia menempati urutan kedua setelah India sebagai negara dengan <a href="https://www.who.int/teams/global-tuberculosis-programme/tb-reports/global-tuberculosis-report-2023">beban TB tertinggi di dunia</a>. Indonesia memiliki sekitar 10% kasus dari 10,6 juta total kasus TB di dunia.</p>
<p>Peta jalan eliminasi TB di Indonesia pada 2030 menargetkan penurunan kejadian TB sebesar 80% dan penurunan kematian akibat TBC hingga 90%. </p>
<p>Berdasarkan <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">Laporan Program Penanggulangan TBC di Indonesia tahun 2022</a>, insiden TB dan angka kematian TB di Indonesia sempat turun meskipun tidak drastis. Namun, pada 2020–2021 insiden TB naik sebesar 18% dan angka kematian TBC juga naik sebesar 55%.</p>
<p>Besarnya kesenjangan antara kasus yang dilaporkan dan perkiraan kejadian TB menjadi kasus TB positif menjadi tantangan dalam penanggulangan TB di Indonesia. Hal ini dikuatkan oleh data <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">pada 2022</a> yang menunjukkan hanya 63% dari 22.430 fasilitas kesehatan di Indonesia baik milik pemerintah maupun swasta yang melaporkan kasusnya ke Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB).</p>
<h2>Apa yang perlu dilakukan?</h2>
<p>Kita dapat merujuk pada rekomendasi dari evaluasi <a href="https://www.who.int/indonesia/news/publications/other-documents/tb-joint-external-monitoring-mission-(jemm)-report--2022">Expanded Programme on Immunization (Epi) Review dan Joint External Monitoring Mission (JEMM) WHO</a> untuk menuju eliminasi TBC di Indonesia. Presiden terpilih perlu:</p>
<p>Pertama, memperbaiki dan memulihkan program penanggulangan TBC setelah pandemi dan penguatan pemberitahuan kasus TBC baru.</p>
<p>Kedua, mengintegrasikan sistem informasi kesehatan dalam konteks transformasi digital.</p>
<p>Ketiga, meningkatkan penemuan orang dengan TBC secara aktif dengan melakukan <em>screening</em> populasi berisiko tinggi.</p>
<p>Keempat, mengatasi kendala sumber daya manusia di semua tingkat sistem, termasuk pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan fasilitas kesehatan.</p>
<p>Kelima, melibatkan pihak yang dapat mendorong agenda transformasi kesehatan digital.</p>
<p>Selain itu, pemerintah Indonesia telah menetapkan <a href="https://tbindonesia.or.id/pustaka_tbc/strategis-nasional-penanggulangan-tuberkulosis-di-indonesia-2020-2024/">Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis</a> tahun 2020-2024 dan Rencana Interim 2025-2026 menuju eliminasi TBC pada 2030.</p>
<p>Tujuan besar itu bisa dicapai dengan penerapan enam strategi, yaitu (1) penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota; (2) peningkatan akses terhadap layanan TBC bermutu; (3) optimalisasi upaya promosi dan pencegahan; (4) pemanfaatan hasil riset dan teknologi untuk <em>screening</em> TBC; (5) peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisektoral lainnya, serta (6) penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan.</p>
<p>Semua strategi di atas membutuhkan komitmen politik yang kuat, anggaran, kebijakan, dan implementasi yang serius dan terukur. Dan itu ada di tangan presiden terpilih dan parlemen, siapapun dia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/222609/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia punya target mengeliminasi TBC pada 2030. Apakah ketiga calon presiden dan wakilnya, memiliki rencana yang jelas dan terukur untuk menurunkan kasus TBC?Mutiara Shinta Noviar Unicha, Research Assistant for Tuberculosis Studies, The Center for Tropical Medicine, Universitas Gadjah Mada Erwan Budi Hartadi, Research Assistant, Center for Tropical Medicine, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2198162023-12-14T02:02:54Z2023-12-14T02:02:54ZMycoplasma pneumonia: seberapa bahayakah penyakit ini?<p>Laporan tentang peningkatan kasus penyakit dengan gejala mirip pneumonia (radang paru-paru), khususnya pada anak-anak di bagian utara Cina, telah menarik perhatian masyarakat dan menimbulkan kekhawatiran dalam beberapa hari terakhir.</p>
<p>Diperkirakan bahwa <em><a href="https://www.cdc.gov/pneumonia/atypical/mycoplasma/index.html">mycoplasma pneumonia</a></em> menjadi penyebab utama dari penyakit pneumonia yang bersifat misterius ini. Penyakit tersebut tidak hanya terbatas di Cina, melainkan juga telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Eropa dan Indonesia.</p>
<p>Konfirmasi mengenai hal ini datang dari Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu, dalam <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20231206/1044400/mycoplasma-pneumoniae-ditemukan-di-indonesia/">konferensi pers</a> pada Rabu, 6 Desember 2023. Dia menyatakan bahwa dari enam pasien yang telah terkonfirmasi, lima pasien pernah menjalani perawatan di RS Medistra dan satu pasien di RS JWCC, Jakarta.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/seberapa-khawatir-kita-terhadap-wabah-pneumonia-di-cina-218932">Seberapa khawatir kita terhadap wabah pneumonia di Cina?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Bagaimana penjelasan ahli mengenai penyakit <em>mycoplasma pneumonia</em> yang meresahkan masyarakat seminggu terakhir?</p>
<p>Dalam episode <em>SuarAkademia</em> terbaru, kami berbincang dengan Muhammad Addinul Huda (Addin), dosen sekaligus dokter spesialis paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.</p>
<p>Addin mengatakan <em>mycoplasma pneumonia</em> ini adalah penyakit yang disebabkan oleh sebuah <a href="https://www.webmd.com/a-to-z-guides/mycoplasma-infections">bakteri</a> dan sudah ditemukan sebelum pandemi COVID-19. Penyakit ini bisa disebut sebagai <em>walking pneumonia</em> karena gejala penyakitnya tidak terlihat serius apabila tidak diperiksa secara khusus.</p>
<p>Addin berpendapat penyakit ini bisa menyebar secara luas karena mobilitas masyarakat yang mulai meningkat belakangan. Menurutnya, untuk mencegah penyebaran penyakit ini, masyarakat perlu tetap menjaga pola hidup bersih dan sehat. Jika merasa timbul gejala seperti demam dan batuk berdahak, bisa langsung memeriksakan kepada dokter terdekat.</p>
<p>Simak obrolan lengkapnya hanya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/219816/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Laporan tentang peningkatan kasus penyakit dengan gejala mirip pneumonia (radang paru-paru), khususnya pada anak-anak di bagian utara Cina, telah menarik perhatian masyarakat dan menimbulkan kekhawatiran…Muammar Syarif, Podcast ProducerLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2189322023-12-05T01:58:12Z2023-12-05T01:58:12ZSeberapa khawatir kita terhadap wabah pneumonia di Cina?<p>Laporan peningkatan <a href="https://www.nytimes.com/2023/11/23/world/asia/who-china-children-respiratory-illness.html">penyakit mirip pneumonia (radang paru-paru)</a> yang terutama menyerang anak-anak di Cina bagian utara telah menarik perhatian kita. Terakhir kali kita mendengar tentang wabah pernapasan misterius yang menyebabkan penumpukan pasien di rumah sakit adalah saat awal pandemi COVID-19 pada awal 2020, jadi tidak mengherankan jika hal ini menimbulkan kekhawatiran.</p>
<p>Pada 22 November, <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON494">Organisasi Kesehatan Dunia</a> alias WHO meminta informasi dari Cina tentang lonjakan ini. Otoritas kesehatan Cina mengatakan wabah ini disebabkan oleh sejumlah patogen pernapasan.</p>
<p>Patogen apa yang mungkin menyebabkan peningkatan penyakit pernapasan ini? Dan apakah kita perlu khawatir bahwa ada potensi pandemi? Mari kita lihat.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1727366255743471951"}"></div></p>
<h2><em>Mycoplasma</em></h2>
<p>Salah satunya adalah bakteri, <em><a href="https://www.cdc.gov/pneumonia/atipikal/mycoplasma/about/signs-symptoms.html">Mycoplasma</a></em>, yang telah menyebabkan wabah penyakit pernapasan di Cina <a href="https://flutrackers.com/forum/forum/china-other-health-threats/china-pneumonia-respiratory-and-influenza-like-illnesses-ili/978160-china-hospital-pediatric-mycoplasma-pneumonia-infections-up-from-june-in-children-over-4-years-old-guangzhou-guangdong-province-august-17-2023">sejak Juni ini tahun</a>.</p>
<p><em>Mycoplasma</em> biasanya dapat diobati <a href="https://www.webmd.com/a-to-z-guides/mycoplasma-infections">dengan antibiotik</a> sehingga jarang ada pasien yang sampai perlu rawat inap. Ini juga bisa disebut fenomena “pneumonia berjalan”, yaitu ketika rontgen dada terlihat jauh lebih buruk daripada yang terlihat pada pasien.</p>
<p>Namun di Taiwan, laporan menunjukkan adanya <a href="https://www.taipeitimes.com/News/taiwan/archives/2023/11/24/2003809643">resistensi antibiotik tingkat tinggi</a> terhadap <em>Mycoplasma</em>, yang mungkin menjelaskan alasannya menyebabkan lebih banyak rawat inap di rumah sakit.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-do-bacteria-actually-become-resistant-to-antibiotics-213451">How do bacteria actually become resistant to antibiotics?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Influenza</h2>
<p>Tingkat penularan influenza turun <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/jmv.26964">menjadi sangat rendah</a> selama dua tahun pertama pandemi COVID-19 karena adanya pola hidup penggunaan masker, pembatasan fisik dan jarak sosial serta tindakan lainnya. Namun begitu keadaan mulai kembali “normal”, infeksi flu cenderung <a href="https://app.powerbi.com/view?r=eyJrIjoiZTkyODcyOTEtZjA5YS00ZmI0LWFkZGUtODIxNGI5OTE3YjM0IiwidCI6ImY2MTBjMGI3LWJkMjQtNGIzOS04MTBiLTNkYzI4MGFmY%20ju5MCIsImMiOjh9">bangkit kembali</a>.</p>
<p>Influenza <a href="https://www.cdc.gov/flu/professionals/acip/background-epidemiology.htm">paling parah</a> menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun dan orang lanjut usia, sehingga mungkin <a href="https://www.ajmc.com/view/severe-influenza-incidence-strikes-us-children-and-adolescents-in-2022-23-season">menyebabkan rawat inap</a> di kalangan anak-anak.</p>
<h2>RSV dan adenovirus</h2>
<p>Virus pernapasan syncytial (RSV) juga bisa berdampak parah pada anak-anak. Seperti influenza, penyakit ini menghilang dalam dua tahun pertama pandemi. Namun sekarang <a href="https://theconversation.com/rsv-is-everywhere-right-now-what-parents-need-to-know-about-respiratory-syncytial-virus-208855">kembali menyebar luas</a>.</p>
<p>Adenovirus, yang dapat menyebabkan berbagai sindrom termasuk <a href="https://www.cdc.gov/adenovirus/symptoms.html">gastroenteritis dan penyakit mirip flu</a>, juga dilaporkan berkontribusi terhadap wabah yang saat ini terjadi di Cina. Ada laporan anak-anak <a href="https://china.huanqiu.com/article/4FLM9f1p2JC">muntah</a> dan gambar anak-anak <a href="https://twitter.com/shanghaidaily/status/1727596965473747020">menerima cairan IV</a>, mungkin untuk dehidrasi akibat gastroenteritis.</p>
<h2>Peran COVID-19</h2>
<p>SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, juga dapat menyebabkan pneumonia, tetapi <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/apa.15270">lebih jarang terjadi pada anak-anak</a>. Pada awal pandemi ini, kita mengetahui bahwa SARS-CoV-2 dapat menunjukkan pneumonia pada pemindaian dada pada anak-anak yang tidak menunjukkan gejala, sehingga COVID-19 juga dapat bisa disebut “<a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(20)30154-9/fulltext">pneumonia berjalan</a>” pada anak-anak.</p>
<p>SARS-CoV-2 menyebabkan <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2800816">lebih banyak kematian pada anak-anak</a> dibandingkan influenza, sehingga kemungkinan besar berkontribusi terhadap kepadatan yang terlihat di rumah sakit.</p>
<p>Beberapa penelitian menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 juga dapat menyebabkan <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-023-06651-y">disfungsi kekebalan</a> setelah infeksi. Ini menjelaskan mengapa terjadi peningkatan infeksi lain yang tidak terduga, termasuk <a href="https://www.thelancet.com/journals/lanchi/article/PIIS2352-4642(22)00374-1/fulltext">infeksi streptokokus</a> dan <em>Mycoplasma</em>, sejak pandemi.</p>
<h2>Koinfeksi</h2>
<p>Orang dapat terinfeksi SARS-CoV-2 dan <a href="https://www.thelancet.com/journals/landig/article/PIIS2589-7500(21)00077-7/fulltext#%20">bakteri atau virus lainnya</a> pada saat yang sama (ko-infeksi), yang mungkin juga menjelaskan betapa parahnya epidemi yang terjadi saat ini. Sebuah penelitian menunjukkan koinfeksi dengan SARS-CoV-2 dan <em>Mycoplasma</em> <a href="https://www.cureus.com/articles/93180-the-severity-of-the-co-infection-of-mycoplasma-pneumoniae-in-covid-19-patients#!/">sangat umum</a> dan mengakibatkan komplikasi yang lebih serius.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/rsv-is-a-common-winter-illness-in-children-why-did-it-see-a-summer-surge-in-australia-this-year-156492">RSV is a common winter illness in children. Why did it see a summer surge in Australia this year?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mungkinkah ini pandemi baru?</h2>
<p>Gambar di bawah menunjukkan laporan wabah penyakit mirip influenza dan pneumonia yang tidak dijelaskan secara spesifik, serta penyebab yang diketahui yaitu influenza A dan B, SARS-CoV-2, RSV, pertusis (batuk rejan), adenovirus, dan <em>Mycoplasma</em>. Hal ini menegaskan adanya peningkatan penyakit pernafasan pada tahun ini di Cina dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.</p>
<p><iframe id="3K7ol" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/3K7ol/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Sebaliknya, perbandingan yang sama untuk dunia menunjukkan adanya penurunan pada tahun ini dibandingkan tahun lalu, yang menunjukkan bahwa Cina memang mengalami lebih banyak penyakit pernapasan daripada yang diperkirakan.</p>
<p><iframe id="OeQW1" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/OeQW1/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Jika penyebab lonjakan ini tidak diketahui, hal ini akan menimbulkan kekhawatiran yang lebih besar. Namun beberapa di antaranya telah teridentifikasi, sehingga memberi kita keyakinan bahwa kita tidak sedang menghadapi virus baru.</p>
<p>Virus yang paling kita khawatirkan dan berpotensi menjadi pandemi adalah virus flu burung, yang dapat bermutasi menjadi mudah menular pada manusia. Cina telah menjadi episentrum flu burung <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0174980">pada masa lalu</a>, meskipun penyebaran H5N1 <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-023-06631-2">telah bergeser</a> ke benua Amerika, Eropa, dan Afrika.</p>
<p>Namun, tahun ini Cina telah melaporkan beberapa kasus pada manusia yang disebabkan oleh berbagai jenis flu burung, termasuk <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON456#:%7E:text%20=Pada%2027%20Maret%202023%2C%20the,%20telah%20dilaporkan%20dari%20Tiongkok.">H3N8</a>, <a href="https://bnonews.com/index.php/2023/07/chinese-woman-sffered%20-dari-h5n1-bird-flu-and-covid-19-at-the-same-time/">H5N1</a>, <a href="https://www.info.gov.hk/gia/general/202308/23/P2023082300439%20.htm">H5N6</a> dan <a href="https://www.chp.gov.hk/files/pdf/2023_avian_influenza_report_vol19_wk46.pdf">H9N2</a>. Dengan wabah yang besar dan terus menerus <a href="https://www.who.int/news/item/12-07-2023-ongoing-avian-influenza-outbreaks-in-animals-pose-risk-to-humans">pada burung dan mamalia</a>, ada kemungkinan lebih besar terjadinya mutasi dan pencampuran materi genetik influenza burung dan manusia, yang dapat menyebabkan virus pandemi influenza baru.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/alert-but-not-alarmed-what-to-make-of-new-h1n1-swine-flu-with-pandemic-potential-found-in-china-141872">Alert but not alarmed: what to make of new H1N1 swine flu with 'pandemic potential' found in China</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ancaman virus baru <a href="https://www.nature.com/articles/s41579-021-00639-z">semakin meningkat</a>, dan potensi pandemi paling besar terjadi pada virus yang menyebar melalui jalur pernapasan dan cukup parah untuk menyebabkan penyakit radang paru-paru. Tidak ada indikasi bahwa situasi saat ini di Cina merupakan pandemi baru, namun kita harus selalu mengidentifikasi dan memperhatikan kelompok pneumonia yang tidak terdiagnosis. </p>
<p><a href="https://www.epiwatch.org/">Sistem peringatan dini</a> memberi kita peluang terbaik untuk mencegah <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0264410X23006308?via%%203Dihub">pandemi berikutnya</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/218932/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>C Raina MacIntyre receives funding from NHMRC and MRFF. She is currently receiving funding from Sanofi for research on influenza and pertussis. She is on the WHO COVID-19 Vaccine Composition Technical Advisory Group and the WHO SAGE Monkeypox and Smallpox ad hoc working group. She leads EPIWATCH early warning system.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ashley Quigley works as the Epidemiological Team Lead on EPIWATCH® at The Kirby Institute, UNSW.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Haley Stone works as a Research Officer on EPIWATCH® at The Kirby Institute, UNSW.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Rebecca Dawson is a Research Associate with EPIWATCH® at the Kirby Institute, UNSW.</span></em></p>Ada sejumlah patogen yang dilaporkan menyebabkan berjangkitnya penyakit pernapasan di Cina.C Raina MacIntyre, Professor of Global Biosecurity, NHMRC Principal Research Fellow, Head, Biosecurity Program, Kirby Institute, UNSW SydneyAshley Quigley, Senior Research Associate, Global Biosecurity, UNSW SydneyHaley Stone, PhD Candidate, Biosecurity Program, Kirby Institute, UNSW SydneyRebecca Dawson, Research Associate, The Kirby Institute, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2173932023-12-01T06:05:57Z2023-12-01T06:05:57ZKombinasi HIV dan TB percepat kematian orang dengan HIV, bagaimana mencegahnya?<p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari AIDS Sedunia 1 Desember.</em></p>
<p>Epidemi HIV/AIDS masih menjadi salah satu penyakit infeksi yang sulit dikendalikan di dunia. </p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan <a href="https://www.who.int/data/gho/data/themes/hiv-aids/hiv-aids#:%7E:text=Since%20the%20beginning%20of%20the,at%20the%20end%20of%202022">secara global pada 2022 ada 39 juta orang hidup dengan HIV</a>, lebih dari dua pertiganya ada di Afrika. Dari jumlah itu, diperkirakan 0,7% diidap oleh orang dewasa produktif berusia 15-49 tahun. Sekitar 630 ribu orang meninggal karena HIV. </p>
<p>Di Indonesia, pada <a href="https://p2pm.kemkes.go.id/storage/informasi-publik/content/GHwE3BiLbOrvZZPKY1Pm91BIRWqzE4-metaTGFwa2luIFAyUE0gMjAyMi5wZGY=-.pdf">2020</a> jumlah orang dengan HIV (ODHIV) berjumlah sekitar 540 ribu orang.</p>
<p>Data terbaru WHO menyebutkan dalam periode 2010 - 2022, tren jumlah kasus baru infeksi HIV di negeri ini menurun 52% tapi jumlah kematian <a href="https://cfs.hivci.org/">akibat AIDS naik 60%</a>.</p>
<p>Salah satu <a href="https://www.who.int/publications/m/item/global-tuberculosis-report-factsheet-2023">penyebab pembunuh utama orang dengan HIV</a> adalah Mycrobacterium tuberculosis, <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis">bakteri penyebab penyakit tuberkulosis (TB)</a>. Riset menunjukkan ODHIV mempunyai kemungkinan <a href="https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022/fact-sheets">18 kali</a> lebih berisiko untuk mengalami penyakit TB aktif dibandingkan orang tanpa HIV.</p>
<h2>Hubungan HIV dan TB</h2>
<p>Pada <a href="https://cdn.who.int/media/docs/default-source/hq-tuberculosis/global-tuberculosis-report-2023/global-tb-report-2023-factsheet.pdf?sfvrsn=f0dfc8a4_3&download=true">2022</a>, secara global sekitar 167 ribu orang meninggal karena TB terkait HIV. Di Indonesia kematian <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">akibat TB-HIV sebesar 6.500</a> atau 2,4 per 100 ribu penduduk. </p>
<p>Infeksi HIV dan TB merupakan kombinasi yang mematikan, masing-masing mempercepat perkembangan penyakit lainnya. Karena itu, <a href="https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022/fact-sheets">WHO </a> menyatakan TB adalah salah satu penyebab utama kematian pada ODHIV. </p>
<p>Menurut riset, <a href="https://www.anovahealth.co.za/anova-news/connection-tb-hiv/">orang yang terinfeksi HIV terlebih dulu lebih memungkinkan selanjutnya terkena infeksi TB</a>. Interaksi HIV dan TBC mempercepat penurunan fungsi imunologi tubuh orang dengan HIV. Infeksi TBC ini juga mempunyai dampak negatif pada respons imun terhadap HIV, dan mempercepat perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS. </p>
<p>Faktor risiko terhadap kematian ko-infeksi (infeksi antara virus dan bakteri secara bersamaan) TB-HIV adalah koinfeksi TB di luar paru (TB menyerang organ lain di luar paru), TB paru, dan riwayat penghentian ARV (obat antiretroviral) pada orang hidup dengan HIV. TB yang menyebar memengaruhi banyak organ, mengakibatkan angka kematian yang tinggi. </p>
<p>Penyakit dobel ini kerap kali sulit diagnosis secara cepat karena gambaran klinis yang tidak spesifik (tanpa batuk) dan hasil sputum (tes bakteri TB di dahak) negatif serta tidak ada kelainan struktur paru saat di rontgen. </p>
<p>Jika cepat didiagnosis, penggunaan obat antituberkulosi (OAT) yang tepat waktu setelah didiagnosis TB dapat meminimalkan proporsi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9901956/">kematian pada pasien koinfeksi HIV-TB</a>. </p>
<h2>Kuncinya tingkatkan cakupan skrining dan diagnosis</h2>
<p>Data <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis">WHO pada 2022</a> menyebutkan, cakupan tes HIV secara global pada orang yang didiagnosis TB cukup tinggi, 80%. Namun cakupan tes serupa di <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">Indonesia hanya 56%</a>, belum sesuai target global 80%. </p>
<p>Pemerintah menargetkan secara nasional mencapai angka sempurna 100% tapi capaian <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">tahun 2022 masih 74%</a> untuk skrinning HIV pada pasien TB. Sasaran skrinning adalah kelompok pekerja seks, gay, pengguna jarum suntik obat, waria, ibu hamil, dan pasien infeksi menular seksual. Sedangkan TB diskrining menggunakan <a href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/316230#alternative-tests">alat <em>rapid test</em> Elisa dan Western Blot.</a></p>
<p>Tren jumlah pasien TB yang mengetahui status HIV di Indonesia pada 2017-2022 <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">memang naik dari 17% menjadi 56%</a> walau kurang tajam karena adanya kebijakan yang mewajibkan pasien TB untuk tes HIV dan penambahan akses tes HIV di layanan kesehatan dan komunitas. </p>
<p>Capaian pasien TBC yang dilakukan skrining dan hasilnya HIV positif <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">tahun 2019-2022 sebesar 4% cenderung turun</a> karena adanya pemberian informasi untuk pencegahan terkait HIV bagi pasien TB dan dukungan komunitas bagi pasien TB.</p>
<p>Dalam kasus TB laten (bakteri belum aktif atau ‘tidur’) dan infeksi HIV yang terlambat didiagnosis serta diobati, lebih besar kemungkinan menyebabkan bakteri TB ‘bangun’ dan berkembang menjadi penyakit TB aktif. Hal ini membutuhkan masa inkubasi yang tidak lama apalagi ketika sistem kekebalan tubuh melemah bersamaan dengan infeksi HIV. </p>
<h2>Pengobatan yang tepat dan rujukan efektif</h2>
<p>Diagnosis yang cepat dan akurat, pengobatan yang memadai dan rujukan efektif merupakan kunci untuk menangani orang dengan HIV dan TB.</p>
<p>Diagnosis HIV dapat menggunakan dua metode <a href="https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1610423733_374785.pdf">pemeriksaan: serologis dan virologis</a>. Serologis untuk mendeteksi antibodi terhadap <a href="https://spiritia.or.id/informasi/detail/382">HIV-1/HIV-2 dan atau antigen protein p24 dari HIV</a>. Sedangkan pemeriksaan virologis menggunakan DNA HIV dan RNA HIV. </p>
<p>Hasil pemeriksaan HIV dinyatakan positif jika tiga hasil pemeriksaan serologis dengan tiga metode atau reagen berbeda menunjukkan hasil reaktif. Pemeriksaan virologis kuantitatif atau kualitatif juga terdeteksi HIV. Sedangkan pemeriksaan TB dapat dilakukan dengan <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2020/05/LAB_PETUNJUK-TEKNIS-PEMERIKSAAN-TB-DENGAN-TCM-2017.pdf">tes cepat molekuler dengan sampel dahak</a> yang dapat memberikan hasil akurat dan cepat.</p>
<p>Dalam kasus pasien koinfeksi TB-HIV, dokter biasanya memberi paket obat OAT (obat anti-tuberkulosis), pengobatan antiretroviral (ARV) dan pengobatan pencegahan kontrimoksasol (PPK). </p>
<p>Cakupan <a href="https://cdn.who.int/media/docs/default-source/hq-tuberculosis/global-tuberculosis-report-%202023/global-tb-report-2023-factsheet.pdf?sfvrsn=f0dfc8a4_3&download=true">global ARV untuk orang yang hidup dengan HIV</a> yang baru didiagnosis dan dilaporkan menderita TB adalah 85% pada 2022. Di <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/09/Laporan-Tahunan-Program-TBC-2022.pdf">Indonesia</a> capaian serupa pada 2017-2022 hanya 46%, jauh dari target 100%.</p>
<p>Ketersedian rujukan efektif ke fasilitas pelayanan kesehatan yang menyediakan ARV merupakan komponen yang sangat penting setelah diagnosis HIV. Bagi ODHIV yang telah melakukan terapi ARV, perlu dikaji status TB-nya. Jika ditemukan tanda dan gejala TB, maka perlu dilakukan pemeriksan TB dengan alat Tes Cepat Molekular (TCM).</p>
<p>Namun jika hasilnya negatif, maka dapat diberikan terapi pencegahan TB (TPT) yaitu pengobatan pencegahan dengan Isoniazid (PP INH) yang terbukti menurunkan risiko ODHIV <a href="https://yki4tbc.org/sistem-manajemen-pelayanan-tbc-hiv-bagi-petugas-kesehatan/">mengalami TB sebesar 75%</a>. Semua ODHIV yang tidak sakit TB dan tidak ada kontraindikasi perlu mendapatkan TPT. </p>
<p>Kita perlu memperkuat sistem pencegahan, pendeteksian, dan pengobatan HIV dan TB agar dua penyakit tidak kerap bersatu untuk menurunkan risiko kematian dini populasi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/217393/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ronny Soviandhi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Infeksi HIV dan TB merupakan kombinasi yang mematikan, masing-masing mempercepat perkembangan penyakit lainnya.Ronny Soviandhi, Project Manager, Center for Tropical Medicine, Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2175452023-11-22T01:07:50Z2023-11-22T01:07:50ZKeampuhan antibiotik menurun, lima langkahmu bisa mencegahnya<p><em>Artikel ini untuk memperingati <a href="https://www.who.int/campaigns/world-amr-awareness-week/2023">Pekan Antibiotik Dunia</a>, 18-24 November.</em></p>
<p>Resistensi antibiotik atau penurunan kemampuan antibiotik untuk menyembuhkan penyakit infeksi merupakan ancaman serius bagi semua negara.</p>
<p>Fenomena ini dikenal dengan istilah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7955580/">pandemi senyap (<em>silent pandemic</em>)</a> karena tidak banyak pihak yang menyadarinya. </p>
<p>Para pakar bahkan telah memprediksi bahwa resistensi antibiotik dapat membunuh <a href="https://theconversation.com/antibiotik-makin-tak-manjur-dan-bakal-membunuh-10-juta-jiwa-6-hal-hitam-putihnya-213662">sekitar 10 juta jiwa pada 2050</a>. </p>
<p>Saat ini, ada <a href="https://www.cdc.gov/drugresistance/biggest-threats.html">lebih dari 20 jenis mikroba </a> yang dianggap dapat menjadi ancaman serius akibat resistensi antibiotik. Ini termasuk bakteri penyebab infeksi seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan <a href="https://theconversation.com/us/topics/tuberkulosis-68313">tuberkulosis</a>.</p>
<p>Semua pihak, termasuk individu, pemerintah, lembaga dan profesional kesehatan, perlu <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/346539/?sequence=1">bekerja sama</a> untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan meningkatkan kesadaran akan resistensi antibiotik. </p>
<h2>Lima langkah</h2>
<p>Resistensi antibiotik adalah kondisi saat obat antibiotik menjadi tidak efektif dalam mengobati penyakit infeksi. Masalah ini terjadi karena bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi <a href="https://www.greenfacts.org/en/antimicrobial-resistance/index.htm">membangun kekebalan</a> terhadap obat antibiotik yang diberikan. </p>
<p>Kekebalan ini dapat terjadi secara alamiah, tapi diperparah oleh penggunaan antibiotik yang tidak benar dan berlebihan. Untuk mengatasi resistensi antibiotik, setidaknya ada lima langkah yang bisa kamu lakukan.</p>
<p><strong>1. Jangan membeli antibiotik tanpa resep dokter</strong></p>
<p>Pada dasarnya, antibiotik hanya bisa dibeli dan diperoleh dengan resep dokter. Namun, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa obat antibiotik <a href="https://www.kompas.tv/nasional/200469/riset-amr-2-dari-3-pembelian-antibiotik-di-indonesia-tanpa-resep-dokter">sering kali dijual bebas</a> di apotek atau toko obat tanpa resep dokter. </p>
<p>Hal ini sangat berbahaya karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat merugikan kamu sendiri akibat kesalahan pemilihan obat dan dosis. </p>
<p>Mayoritas obat antibiotik memiliki efek samping dan sebagiannya justru berbahaya. Misalnya, antibiotik dari kelas fluoroquinolones seperti ciprofloksasin–untuk mengatasi infeksi bakteri di saluran kemih, mata, telinga–dapat menyebabkan <a href="https://www.fda.gov/news-events/press-announcements/fda-updates-warnings-fluoroquinolone-antibiotics">kerusakan pada otot dan saraf</a> yang dapat bersifat permanen.</p>
<p>Ribuan <a href="https://www.infectiousdiseaseadvisor.com/home/topics/antibiotics-antimicrobial-resistance/risk-of-tendon-rupture-with-fluoroquinolone-use-examined/">kasus</a> sudah dilaporkan terkait dengan efek samping ini tanpa ada penjelasan ilmiah yang pasti. </p>
<p>Tidak kalah penting, penggunaan antibiotik tanpa resep dokter juga memperparah resistensi bakteri. Hal ini karena penggunaan antibiotik tanpa indikasi yang jelas atau dosis yang tidak tepat dapat membuat bakteri menjadi <a href="https://www.who.int/westernpacific/news/item/10-11-2017-stop-overuse-and-misuse-of-antibiotics-combat-resistance">lebih kuat dan kebal</a> terhadap antibiotik yang digunakan.</p>
<p><strong>2. Gunakan antibiotik sesuai petunjuk, dan habiskan</strong></p>
<p>Penggunaan antibiotik secara tepat sangat penting untuk mencegah bertambah parahnya resistensi bakteri. Penggunaan yang benar mencakup konsumsi dengan dosis, frekuensi, dan durasi yang tepat sesuai petunjuk penggunaan. </p>
<p>Terkait dosis, antibiotik harus dikonsumsi satu hingga tiga kali sehari sesuai dengan instruksi apoteker. Instruksi ini diberikan berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter. </p>
<p>Selain dosis, durasi penggunaan antibiotik juga dapat bervariasi. Sebagian antibiotik harus dikonsumsi selama 7-10 hari. Sementara yang lain mungkin hanya perlu diminum selama beberapa hari. </p>
<p>Variasi ini <a href="https://www.pharmacytimes.com/view/duration-of-antibiotic-therapy-general-principles">sangat tergantung</a> jenis penyakit infeksi yang diobati, jenis obat antibiotik yang digunakan, dan profil pasien seperti umur dan berat badan. </p>
<p>Antibiotik yang tidak digunakan sesuai petunjuk, misalnya tidak dihabiskan, justru berisiko memperparah <a href="https://www.theguardian.com/notesandqueries/query/0,,-1112,00.html">masalah resistensi bakteri</a>.</p>
<p>Akibatnya, bakteri patogen menjadi lebih leluasa untuk membangun kekebalan terhadap antibiotik yang digunakan, sehingga pengobatan menjadi tidak efektif. Tidak hanya untuk pasien tersebut, tapi juga untuk masyarakat secara keseluruhan.</p>
<p><strong>3. Jangan gunakan antibiotik sisa</strong></p>
<p>Konsumsi antibiotik yang tidak tuntas merupakan salah satu bentuk penggunaan antibiotik yang tidak benar. </p>
<p>Sisa obat yang tidak dihabiskan tersebut biasanya disimpan dengan harapan untuk bisa digunakan untuk anggota keluarga sekiranya diperlukan. Hal ini merupakan praktik swamedikasi yang salah dan <a href="https://www.healio.com/news/infectious-disease/20231108/leftover-antibiotics-major-barrier-to-antimicrobial-stewardship">berisiko memperparah resistensi antibiotik</a>.</p>
<p>Pemakaian antibiotik sisa tidak dapat menyembuhkan penyakit infeksi. Selain karena jenis antibiotiknya belum tentu cocok, hampir dapat dipastikan bahwa jumlahnya tidak mencukupi untuk pengobatan yang efektif. Akibatnya, penyakit infeksi yang diobati juga <a href="https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/infectious-diseases-a-z-why-you-should-never-take-leftover-antibiotics/">tidak akan sembuh sepenuhnya</a>.</p>
<p>Lebih parah lagi, penggunaan antibiotik yang tidak tuntas justru akan memungkinkan bakteri menjadi lebih kuat dan resisten terhadap antibiotik. Hal ini dapat menyebabkan sulitnya pengobatan infeksi pada masa mendatang karena antibiotik yang tersedia tidak lagi efektif melawan bakteri yang resisten.</p>
<p><strong>4. Praktikkan gaya hidup bersih dan higienis</strong></p>
<p>Gaya hidup bersih dan higienis merupakan langkah penting dalam mengurangi penyebaran infeksi. </p>
<p>Salah satu contohnya adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan setelah menangani makanan atau setelah menggunakan toilet. Hal ini penting karena tangan adalah salah satu media utama penyebaran kuman dan bakteri.</p>
<p>Bakteri pada umumnya masuk dan menginfeksi tubuh manusia melalui mulut atau hidung. Sebagai contoh, penyakit tifus akibat <a href="https://www.cdc.gov/salmonella/index.html">Salmonella</a> biasanya dipicu oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi. </p>
<p>Kuman-kuman seperti ini sering berasal dari tempat yang kotor seperti toilet yang dapat singgah pada tangan saat menggunakan fasilitas ini. Tanpa disadari, <a href="https://www.cdc.gov/handwashing/why-handwashing.html">kuman ini dapat terhirup</a> atau termakan akibat tangan yang tidak dicuci setelah menggunakan toilet.</p>
<p>Oleh karena itu, supaya terhindar dari infeksi dan meminimalkan kebutuhan penggunaan antibiotik, biasakan gaya hidup bersih seperti menjaga kondisi tangan yang higienis.</p>
<p>Selain kebersihan diri, kondisi lingkungan juga perlu dijaga supaya tidak menjadi tempat berkembangbiaknya kuman dan bakteri patogen.</p>
<p><strong>5. Tambah pengetahuan kamu tentang antibiotik dan resistensinya</strong></p>
<p>Salah satu langkah penting dalam mendukung kampanye ini adalah dengan meningkatkan pengetahuan kamu tentang antibiotik dan resistensinya. </p>
<p>Misalnya, kamu perlu memahami bahwa obat antibiotik adalah obat khusus untuk membunuh bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit. Antibiotik berbeda dengan obat lainnya seperti obat penyakit kronis atau gejala penyakit ringan pada umumnya yang bekerja dengan memodifikasi proses fisiologis di dalam tubuh. </p>
<p>Dengan memahami hal ini, kamu akan lebih cermat dalam mengonsumsi antibiotik dan hanya menggunakannya saat memang diresepkan obat ini oleh dokter.</p>
<p>Selain itu, penting untuk memahami bahwa resistensi antibiotik adalah masalah global dan dapat menjadi malapetaka bagi kesehatan semua orang jika tidak ditangani dengan serius. Antibiotik yang efektif adalah kebutuhan semua orang tanpa memandang status sosial dan kesehatan. </p>
<p>Topik peringatan Pekan Antibiotik Dunia tahun ini “<a href="https://www.who.int/campaigns/world-amr-awareness-week/2023">Bersama mencegah resistensi antibiotik</a>” sangat relevan bagi kita untuk mengedukasi diri dan orang-orang di sekitar kita tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang benar. Selain itu, langkah pencegahan infeksi juga sangat penting untuk mengurangi risiko resistensi antibiotik.</p>
<p>Kita perlu mengampanyekan penggunaan antibiotik yang bertanggung jawab dan memerangi resistensi antibiotik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/217545/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yori Yuliandra tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Antibiotik berbeda dengan obat lainnya seperti obat penyakit kronis atau gejala penyakit ringan pada umumnya yang bekerja dengan memodifikasi proses fisiologis di dalam tubuh.Yori Yuliandra, Associate Professor of Pharmaceutical Sciences, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2165742023-11-01T01:59:54Z2023-11-01T01:59:54ZKasus cacar monyet makin banyak di Indonesia, bagaimana mencegah penularan lokal<p>Kementerian Kesehatan Indonesia menyatakan jumlah kasus penyakit cacar monyet (dulu namanya <em>monkeypox</em>, kini <em>mpox</em>) mencapai 27 <a href="https://makassar.antaranews.com/berita/510777/kemenkes-kasus-cacar-monyet-di-indonesia-bertambah-jadi-27-kasus">per 31 Oktober 2023</a>. Kemungkinan besar kasus akan terus bertambah seiring dengan penyebarannya di komunitas tertentu.</p>
<p>Pada <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20231023/1544066/kasus-monkeypox-bertambah-di-indonesia-akibat-sex-berisiko/">13 Oktober 2023</a>, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi satu kasus mpox dari Kembangan, Jakarta Barat. Jumlah itu kemudian meningkat jadi enam yang tersebar di <a href="https://mediaindonesia.com/humaniora/623666/hubungan-seks-berisiko-tingkatkan-potensi-penularan-cacar-monyet">berbagai titik di Jakarta</a> (di antaranya Jatinegara, Mampang, Kebayoran, Setiabudi, dan Grogol Petamburan). Kini di Jakarta <a href="https://makassar.antaranews.com/berita/510777/kemenkes-kasus-cacar-monyet-di-indonesia-bertambah-jadi-27-kasus">ada 22 kasus,</a> empat di Banten dan satu di Bandung.</p>
<p>Sebenarnya, mpox terkonfirmasi di Indonesia pertama kali pada <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220820/3140968/kasus-monkeypox-pertama-di-indonesia-terkonfirmasi-2/">19 Agustus 2022 dari seorang pemuda berusia 27 tahun</a>. Dia memiliki riwayat perjalanan ke negara yang pernah melaporkan kejadian mpox, di antaranya <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/news-events/epidemiological-update-monkeypox-multi-country-outbreak">Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis</a>.</p>
<p>Sejak itu Indonesia menjadi bagian dari 115 negara dunia yang melaporkan kejadian kasus mpox. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan kasus total kumulatif mpox telah meningkat dari 79.411 kasus per 13 November 2022 (dari <a href="https://www.ecdc.europa.eu/en/news-events/epidemiological-update-monkeypox-multi-country-outbreak">110 negara</a>) ke 91.123 kasus per 30 September 2023 (dari 115 negara). Jumlah pasien yang meninggal dalam periode yang sama juga naik dari 50 ke 157.</p>
<p>Kita perlu memahami bagaimana penularan penyakit ini terjadi, faktor risiko penularan, dan upaya yang efektif untuk mencegahnya lebih luas menyebar di Indonesia.</p>
<h2>Mpox menular lebih sering lewat kontak dekat</h2>
<p>Mpox merupakan penyakit menular yang disebabkan <a href="https://www.cdc.gov/poxvirus/mpox/about/">oleh virus cacar monyet</a>.</p>
<p>Secara klinis, <a href="https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/monkeypox">penyakit mpox</a> ditandai oleh sakit kepala, demam akut di atas 38,5°C, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), myalgia (nyeri otot), sakit punggung, asthenia (kelemahan tubuh), dan lesi cacar (benjolan berisi air ataupun nanah pada seluruh tubuh). </p>
<p>Penularan penyakit ini terjadi bila seseorang bersentuhan dari orang atau hewan yang terinfeksi mpox. Siapapun bisa tertular mpox karena kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, di antaranya saat bicara <em>face to face</em>, pelukan, ciuman dan hubungan seks (vaginal, anal, dan oral seks). Bahkan seseorang yang menyentuh barang milik seseorang atau permukaan benda yang terinfeksi mpox dapat juga tertular mpox.</p>
<p>Penularan lokal yang berturut-turut seperti di Jakarta merupakan bentuk indikasi bahwa sumber infeksi mpox berada di area yang sama dengan area pasien dilaporkan sebagai kasus positif. </p>
<p>Sumber tersebut menularkan dari satu orang atau tempat ke yang lain dan masih di wilayah tersebut. Penyakit ini dapat juga menyebar ke wilayah/kota besar lainnya yang mempunyai potensi risiko tinggi. </p>
<p>Sebagian besar <a href="https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/monkeypox">kasus mpox</a> yang dilaporkan WHO dalam wabah di banyak negara pada 2022 dan 2023 diidentifikasi di kalangan gay, biseksual, dan lelaki suka lelaki. Meski demikian, ada kemungkinan penularan kasus terjadi dalam kelompok orientasi seksual lainnya, termasuk orang yang memiliki banyak pasangan seks. </p>
<p>Apakah ada kemungkinan kasus di Jakarta merupakan kasus impor yang tidak terdeteksi sehingga menjadi kini kasus transmisi lokal?</p>
<p>Hal itu bisa saja terjadi, mengingat tingkat mobilitas penduduk Jakarta yang tinggi termasuk ke luar negeri. Masalah itu masih ditambah dengan keengganan atau penolakan para terduga pasien dan kontaknya dengan alasan pribadi untuk diperiksa di laboratorium jika telah timbul gejala mpox.</p>
<h2>Kapan disebut sebagai kejadian luar biasa?</h2>
<p>Pada November tahun lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengubah nama penyakit dari <a href="https://www.who.int/news/item/28-11-2022-who-recommends-new-name-for-monkeypox-disease">“monkeypox” menjadi “mpox”</a>. Langkah ini untuk mengurangi stigma karena wabah kejadian penyakit ini sebagian besar terjadi pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan seks dengan laki-laki atau biseksual. Sebelum diubah, nama <em>monkeypox</em> sudah digunakan sejak 1970.</p>
<p>Jika stigma berkurang, maka akan memudahkan proses intervensi kesehatan masyarakat dalam upaya meminimalkan dan mencegah penyakit <em>mpox</em>. </p>
<p>Mpox merupakan <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox#:%7E:text=The%20monkeypox%20virus%20was%20discovered,occasionally%20from%20animals%20to%20people.">penyakit lama</a> yang kembali berkembang dan meresahkan masyarakat. </p>
<p>Secara teoritis, bila satu kasus konfirmasi positif mpox, maka harus dinyatakan sebagai <a href="https://fk.ui.ac.id/infosehat/cacar-monyet-belum-ada-di-indonesia-dokter-bila-ada-1-kasus-harus-dinyatakan-kejadian-luar-biasa/">kejadian luar biasa (KLB)</a> di wilayah tersebut. </p>
<p>Hal ini senada dengan WHO yang menetapkan mpox sebagai <a href="https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-s-statement-on-the-press-conference-following-IHR-emergency-committee-regarding-the-multi--country-outbreak-of-monkeypox--23-july-2022">Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)</a> atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) pada 23 Juli 2022. </p>
<p>Namun dalam praktik kebijakan kesehatan, beberapa kasus mpox yang terjadi di Jakarta bulan ini belum dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini kemungkinan karena <a href="https://www.who.int/news/item/11-05-2023-fifth-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-(ihr)-emergency-committee-on-the-multi-country-outbreak-of-monkeypox-(mpox)?gclid=CjwKCAjwv-2pBhB-EiwAtsQZFGY5c2L7bitweEusX_xQCGQ1fS7F4CHT8PJhmq8NOgz9dt8Rv7jUkxoCG7QQAvD_BwE">status kedaruratan Mpox ini telah dicabut oleh WHO</a> pada 11 Mei 2023 dan berakhir Juni 2023. </p>
<p>Walaupun secara kumulatif kasus mpox bertambah, risiko global wabah mpox di berbagai negara saat ini dinilai masih moderat secara global. <a href="https://www.who.int/news/item/11-05-2023-fifth-meeting-of-the-international-health-regulations-(2005)-(ihr)-emergency-committee-on-the-multi-country-outbreak-of-monkeypox-(mpox)?gclid=CjwKCAjwv-2pBhB-EiwAtsQZFGY5c2L7bitweEusX_xQCGQ1fS7F4CHT8PJhmq8NOgz9dt8Rv7jUkxoCG7QQAvD_BwE">WHO wilayah Asia Tenggara dan Pasifik Barat bahkan mengatakan risiko menjadi wabah</a> global terbilang rendah. </p>
<p>Meski begitu, WHO tetap mengimbau semua negara untuk mencegah, deteksi dini, surveilans, perawatan, dan komunikasi risiko pada masyarakat perlu terus dilakukan. </p>
<p>Di level domestik, Pasal 353 Ayat 1 <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Details/258028/uu-no-17-tahun-2023">Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan </a> mengatur penetapan KLB adalah kewenangan bupati, wali kota, gubernur atau menteri jika di suatu daerah terdapat penyakit atau masalah Kesehatan dan memenuhi kriteria. </p>
<p>Ayat 2 menyatakan ada tujuh kriteria untuk menyatakan KLB. Dari tujuh kriteria tersebut yang belum memenuhi kriteria dalam kasus mpox ini ada dua yakni huruf (d) yang menyatakan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, dan huruf (g) yang mengatur kriteria lain menurut menteri. </p>
<p>Walau kejadian mpox yang terjadi di Jakarta terus bertambah, dan belum dikatakan sebagai KLB, pemerintah pusat tetap <a href="https://www.tribunnews.com/kesehatan/2023/10/27/kasus-monkeypox-terus-bertambah-akankah-jadi-klb-begini-kata-kemenkes">menangani Monkeypox dengan prosedur standar KLB</a> </p>
<h2>Cara mengendalikan mpox</h2>
<p>Ada sejumlah langkah untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran mpox.</p>
<p>Kementerian Kesehatan termasuk dinas kesehatan perlu melakukan surveilans dan investigasi epidemiologi terhadap kasus dengan gejala mpox.</p>
<p>Langkah lainnya untuk antisipasi adalah menyediakan sarana rumah sakit perawatan khusus kasus mpox dan laboratorium pemeriksa jika kasus terus bertambah. </p>
<p>Saat ini laboratorium rujukan pemeriksa mpox adalah Laboratorium Prof. Dr. Sri Oemijati di Jakarta, dan 15 laboratorium lainnya yang terkoneksi dalam Laboratorium Kesehatan Masyarakat di beberapa daerah. Di level masyarakat, jika kamu merasa memiliki gejala mirip terinfeksi mpox segera datangi dokter untuk periksa.</p>
<p>Pemerintah perlu melakukan <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20231023/1544066/kasus-monkeypox-bertambah-di-indonesia-akibat-sex-berisiko/">vaksinasi pada komunitas tertentu</a> yang berisiko untuk mencegah penularan virus cacar monyet. Namun hal ini tidak serta merta menyelesaikan masalah, karena bisa jadi menyebabkan perilaku seks berisiko bertambah karena mereka menganggap sudah ada vaksinnya. </p>
<p>Di level komunitas, kita perlu mensosialisasikan perilaku hidup bersih dan sehat, juga <a href="https://www.who.int/news-room/questions-and-answers/item/monkeypox">perilaku seks minim risiko</a>, kepada siapa pun untuk mencegah infeksi penyakit menular ini.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/216574/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kambang Sariadji tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Potensi risiko yang lebih tinggi dihadapi oleh orang yang memiliki perilaku seks berisiko seperti kelompok gay, biseksual, lelaki suka lelaki, dibanding populasi umum.Kambang Sariadji, Researcher and Policy Analysis in Laboratory Public Health, Health Policy and Development Agency, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian KesehatanLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2162662023-10-24T06:33:29Z2023-10-24T06:33:29ZIndonesia perlu tingkatkan pendanaan tiga kali lipat untuk kendalikan tuberkulosis – inilah awal yang harus dilakukan<p>Indonesia masih <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/02/Factsheet-Country-Profile-Indonesia-2022.pdf">berjuang melawan tuberkulosis (TB)</a>, dengan jumlah kasus tertinggi kedua di dunia.</p>
<p>Pada 2021, sebuah penelitian memperkirakan Indonesia memiliki tingkat kejadian TB yang mengejutkan: <a href="https://rdi.or.id/wp-content/uploads/2023/08/Increasing-Financing-for-Tuberculosis-Programs-in-Indonesia.pdf">759 kasus per 100.000 orang</a>–lebih dari dua kali lipat perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021 yakni <a href="https://data.who.int/indicators/i/C288D13">354 kasus per 100.000 penduduk Indonesia</a>. Bandingkan dengan rata-rata global sebesar <a href="https://data.who.int/indicators/i/C288D13">134 per 100.000 orang</a>.</p>
<p>Tidak terpengaruh oleh tantangan yang ditimbulkan oleh TB, Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi kasus TB menjadi <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/NSP-TB-2020%20-2024-Ind_Final_-BAHASA.pdf">190 per 100.000 orang</a> pada 2024 dan menjadi 65 per 100.000 pada 2030.</p>
<p>Dengan jumlah kasus yang sangat besar dan target ambisius tersebut, negara ini sangat membutuhkan peningkatan pendanaan untuk memerangi TB. Penyakit ini menular dan berpotensi mematikan, tapi dapat dicegah.</p>
<p>Saat ini, kekurangan dana merupakan kendala besar di Indonesia dalam memerangi TB. <a href="https://www.who.int/publications/digital/global-tuberculosis-report-2021/financing">Pendanaan yang memadai dan berkelanjutan</a> akan memastikan ketersediaan sumber daya penting, alat diagnostik, obat-obatan, dan layanan kesehatan yang diperlukan untuk mencegah, mendiagnosis dan mengobati TB secara efektif.</p>
<h2>Kurangnya dana berisiko menyebabkan lebih banyak orang jatuh sakit</h2>
<p>Dikenal sebagai <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240013131">kesenjangan pendanaan TB</a>, kurangnya pendanaan dapat menyebabkan kurangnya alat dan perlengkapan diagnostik, yang mengakibatkan diagnosis TB tertunda atau tidak akurat. Penundaan ini mempunyai konsekuensi yang serius.</p>
<p>Penelitian <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7558533/">menunjukkan</a> keterlambatan pengobatan TB meningkatkan penularan penyakit, sehingga menimbulkan risiko lebih besar bagi individu dan komunitas.</p>
<p>Di seluruh dunia, 1,6 juta orang meninggal karena TB pada 2021, menjadikannya <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis#:%7E:text=A%20%20total%20of%201.6%20million,%20(di%20atas%20HIV%20dan%20AIDS).">penyebab kematian utama ke-13</a>—pembunuh menular kedua terbesar setelah COVID-19.</p>
<p>Menurut strategi nasional Indonesia, negara ini perlu mengeluarkan dana <a href="https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2021/06/NSP-TB-2020-2024%20-Ind_Final_-BAHASA.pdf">Rp47,3 triliun (US$3 miliar)</a> pada 2020 hingga 2024 untuk pengendalian TB. Namun ketersediaan anggaran pada periode tersebut hanya sekitar Rp15,7 triliun ($990 juta).</p>
<p>Indonesia juga kekurangan akses terhadap bantuan pendanaan untuk membayar langkah-langkah pengendalian ekstra tersebut.</p>
<p><a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240013131">Laporan Tuberkulosis Global WHO</a> menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan US$429 juta (sekitar Rp6,7 triliun) untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan TBC dan US$87 juta (Rp1,3 triliun) untuk perawatan TBC. Totalnya US$516 juta (Rp8,1 triliun). Namun mereka hanya mendapatkan dana sebesar US$111 juta (Rp1,7 triliun).</p>
<p>Faktanya, data WHO menunjukkan bahwa sejak 2009, Indonesia secara konsisten <a href="https://rdi.or.id/wp-content/uploads/2023/08/Increasing-Financing-for-%20Tuberculosis-Programs-in-Indonesia.pdf">gagal memenuhi persyaratan pendanaan TB yang diperlukan</a>, rata-rata hanya membiayai 41% dari kebutuhan program TB setiap tahunnya.</p>
<p>Kesenjangan pendanaan ini membatasi ketersediaan obat-obatan penting untuk pengobatan TB. Masalah ini sangat memprihatinkan, karena memunculkan jenis TB yang resistan terhadap obat, sehingga semakin mempersulit upaya pengobatan.</p>
<h2>Pandemi berdampak pada pendanaan TB</h2>
<p>Pandemi COVID-19 memperburuk kesenjangan pendanaan TB di Indonesia.</p>
<p>Selama pandemi, pemerintah harus mengubah prioritasnya dengan mengalokasikan kembali anggaran kesehatan untuk upaya pengobatan dan mitigasi COVID-19.</p>
<p>WHO mengatakan pendanaan TB di Indonesia menurun <a href="https://www.who.int/indonesia/news/campaign/tb-day-2022/fact-sheets">sekitar 8,7% antara tahun 2019 dan 2020</a>.</p>
<p>Jika diteliti lebih dekat, <a href="https://rdi.or.id/wp-content/uploads/2023/08/Increasing-Financing-for-Tuberculosis-Programs-in-Indonesia.pdf">muncul dua alasan signifikan</a> terkait dengan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesenjangan pendanaan.</p>
<p>Pertama, kurangnya dana yang memadai untuk menutupi biaya layanan TB. Hal ini membatasi jangkauan dan dampak program.</p>
<p>Ada juga kecenderungan di antara pasien untuk mencari diagnosis dan pengobatan di rumah sakit, dibandingkan pusat layanan kesehatan primer dan klinik setempat. Hal ini menyebabkan beban keuangan yang lebih besar pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), karena biaya pengobatan di rumah sakit lebih mahal.</p>
<p>Kedua, kurangnya keterlibatan sektor swasta dalam diagnosis, pelaporan dan pengobatan. Ini semakin memperparah masalah dan menghambat kemajuan.</p>
<h2>Apa yang harus kita lakukan sekarang?</h2>
<p>Peningkatan pembiayaan dalam negeri untuk program TB sangatlah penting.</p>
<p>Pemerintah Indonesia harus mengalokasikan anggaran nasional yang lebih besar untuk mencegah dan mengendalikan TB, serta melakukan penelitian terkait TB.</p>
<p>Integrasi program TB yang didanai dari eksternal ke dalam sistem Pelayanan Kesehatan Nasional akan menjamin keberlanjutan dan menyelaraskannya dengan kerangka pelayanan kesehatan nasional.</p>
<p>Penguatan sistem layanan kesehatan adalah hal yang terpenting, termasuk penguatan kapasitas dan infrastruktur pusat kesehatan dan klinik setempat, pelatihan para profesional layanan kesehatan, dan peningkatan layanan diagnostik dan pengobatan.</p>
<p>Selain itu, penjajakan jalur pendanaan yang inovatif—seperti pelibatan sektor swasta melalui kemitraan publik - swasta dan pemanfaatan mekanisme pendanaan internasional-–dapat menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mendorong kemajuan.</p>
<p>Upaya menutup kesenjangan pendanaan TB sangatlah penting. Ini tidak hanya untuk meningkatkan kesehatan pasien, tapi juga untuk menjaga kesejahteraan dan stabilitas sosio-ekonomi masyarakat secara keseluruhan.</p>
<p>Indonesia harus melakukan <a href="https://rdi.or.id/wp-content/uploads/2023/08/Increasing-Financing-for-Tuberculosis-Programs-in-Indonesia.pdf">tindakan strategis untuk mengatasi tantangan ini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/216266/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita TBC tertinggi kedua di dunia – tapi kurangnya pendanaan berarti tidak cukup banyak orang yang dapat didiagnosis dan diobati dengan cukup cepat.Rahmah Aulia Zahra, Children, Social Welfare, and Health Research Officer, Resilience Development Initiative (RDI)Wewin Wira Cornelis Wahid, Program Officer, Resilience Development Initiative (RDI)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2153372023-10-10T08:28:43Z2023-10-10T08:28:43ZWabah virus Nipah di India: sejauh mana terobosan riset vaksin dan obat untuk melawannya?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/552920/original/file-20231010-17-za7ydt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gambaran hasil analisis mikroskop dari partikel virus Nipah (merah) dan sel Vero yang terinfeksi (biru). Gambar dari Fasilitas Penelitian Terpadu NIAID di Fort Detrick, Maryland, AS. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/niaid/53186520297/">NIAID</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Pandemi COVID-19 <a href="https://news.un.org/en/story/2023/05/1136367">telah usai</a>, tapi <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON490">wabah virus Nipah terjadi di wilayah selatan dari negara bagian Kerala</a>, India, pada akhir Agustus 2023 lalu. Akibatnya, lebih dari lima orang terserang virus ini dan dua orang di antaranya meninggal.</p>
<p>Virus Nipah adalah salah satu virus berbasis asam ribonukleat atau RNA dari <a href="https://jjournals.ju.edu.jo/index.php/jjps/article/view/1602/489">famili <em>Paramyxoviridae</em> (genus: <em>Henipavirus</em>)</a>. Virus ini masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di berbagai negara Asia. </p>
<p>Menurut WHO, wabah di wilayah Kerala adalah wabah keempat di wilayah tersebut <a href="https://www.who.int/southeastasia/outbreaks-and-emergencies/health-emergency-information-risk-assessment/surveillance-and-risk-assessment/nipah-virus-outbreak-in-kerala">sejak 2018</a>. Sebelumnya, ada juga wabah yang muncul di negara lain, yaitu <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON442">Bangladesh pada awal tahun 2023</a>.</p>
<p>Virus Nipah adalah termasuk pada golongan virus zoonosis yang ditularkan dari <a href="https://news.unair.ac.id/2021/02/08/beware-of-nipah-virus-expert-calls-preventive-efforts/?lang=en">kelelawar (golongan genus <em>Pteropus</em>, famili <em>Pteropodidae</em>)</a> ke manusia. <a href="https://www.cdc.gov/vhf/nipah/symptoms/index.html">Virus ini menyebabkan</a> infeksi saluran pernapasan, muntah, dan demam pada manusia. </p>
<p>Lebih jauh, pada kondisi yang parah, virus ini menyebabkan peradangan otak dan kejang hingga berujung pada kematian. Sejauh ini, vaksin dan obat yang spesifik untuk virus Nipah masih dalam proses penelitian dan belum tersedia di pasaran.</p>
<h2>Potensi ancaman virus di ASEAN</h2>
<p>Selain di India, <a href="https://tropmedhealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s41182-023-00535-7">beberapa negara lain</a> di Asia yang pernah terserang oleh virus Nipah misalnya adalah Bangladesh, Malaysia, Singapura, dan Filipina. Wabah infeksi virus Nipah tercatat pertama kali pada 1998 di Malaysia. Sudah tercatat ada lebih dari 250 kasus. </p>
<p>Sejak saat itu, setiap tahunnya terjadi satu atau dua wabah. Dua negara yang paling banyak terserang adalah Bangladesh dan India. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/virus-nipah-mewabah-di-india-apa-yang-perlu-kamu-tahu-214234">Virus Nipah mewabah di India: apa yang perlu kamu tahu</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Wilayah ASEAN dikenal dengan tingkat mobilitas manusia yang tinggi. Perjalanan antarnegara, baik untuk tujuan bisnis atau pariwisata, menjadi hal yang sangat umum. Hal ini dapat menjadi potensi penyebaran virus Nipah jika ada kasus yang terdeteksi di dalam wilayah ASEAN, termasuk Indonesia.</p>
<p>Tingkat kesiapsiagaan dan respon yang baik terhadap kesehatan masyarakat di negara-negara ASEAN bervariasi. Hal ini mencakup peningkatan pelatihan tenaga kesehatan, pengembangan protokol respons cepat, dan perbaikan infrastruktur kesehatan. </p>
<p>Beberapa negara seperti Singapura dan Thailand, mungkin memiliki sistem kesehatan yang lebih kuat dan lebih siap untuk menghadapi ancaman virus Nipah. Sementara negara lain mungkin kurang siap dan mungkin masih tertinggal dibanding negara lainnya.</p>
<p>Sistem deteksi dini yang efektif dan pelaporan kasus-kasus yang mencurigakan <a href="https://www.kompas.id/baca/english/2023/10/03/en-menakar-ancaman-penyakit-nipah">sangat penting dalam mengendalikan</a> penyebaran virus Nipah. Pemerintah harus memastikan bahwa sistem ini berjalan dengan baik. </p>
<p>Selain itu, akselerasi dengan berbagai instansi maupun laboratorium swasta mungkin perlu sebagai antisipasi hal buruk ke depan berkaitan dengan penyebaran virus Nipah.</p>
<p>Kerja sama dengan negara-negara di luar ASEAN dan organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah penting dalam menghadapi ancaman virus Nipah yang bersifat lintas batas.</p>
<p>Di sisi lain, <a href="https://www.cbc.ca/news/health/nipah-virus-shutdown-what-it-is-1.6967218">edukasi masyarakat tentang cara mencegah penularan virus Nipah</a>, seperti menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi dan mengikuti tindakan pencegahan pribadi, juga sangat penting dalam mengurangi risiko penyebaran virus ini di wilayah ASEAN.</p>
<h2>Terobosan pembuatan vaksin dan obat</h2>
<p>Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus ini memiliki nilai persentase tingkat kematian <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/nipah-virus">sampai sekitar 75%</a>. Artinya, jika terinfeksi, maka kemungkinannya dapat menyebabkan kematian sejumlah tiga dari empat kasus. </p>
<p>Saat ini, belum ada obat dan vaksin yang digunakan secara spesifik untuk melawan infeksi virus Nipah. Memberikan perawatan yang mendukung adalah hal terbaik yang dapat dilakukan dokter untuk pasien akibat infeksi virus Nipah. </p>
<p>Salah satu terobosan untuk pengembangan obat dan vaksin terhadap virus Nipah yang dipilih oleh ilmuwan adalah dengan <a href="https://mjfas.utm.my/index.php/mjfas/article/view/175">menggunakan ilmu bioinformatika</a>. Bioinformatika adalah salah satu ilmu bantu utama untuk pengembangan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0264410X23008368?via%3Dihub">vaksin berbasis molekular, seperti vaksin COVID-19</a>. Hal ini menjadi referensi utama bagi pengembang vaksin virus nipah. </p>
<p>Penelitian kolaborasi dari tim kami (Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya), telah menyajikan data hasil penelitian yang komprehensif di <a href="https://jjournals.ju.edu.jo/index.php/jjps/article/view/1602/489"><em>Jordan Journal of Pharmaceutical Science</em></a>, pada September lalu terkait untuk desain kandidat vaksin berbasis bioinformatika terhadap virus Nipah.</p>
<p>Selain itu, dengan basis yang hampir sama, tim peneliti lain dari Indonesia juga meneliti konstruksi desain kandidat vaksin melawan virus Nipah dengan kolaborasi internasional yang terbit di <a href="https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1316&context=science"><em>Makara Journal of Science</em></a>, pada 2023.</p>
<p>Sejauh ini, penelitian uji klinis terkait kandidat vaksin terhadap virus ini juga sedang dikembangkan oleh Moderna Inc. Amerika Serikat dan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Vaksin NIAID, Amerika Serikat (dapat diakses pada <a href="https://clinicaltrials.gov">ClinicalTrials.gov</a> dengan kode uji klinis: <a href="https://clinicaltrials.gov/study/NCT05398796">NCT05398796</a>).</p>
<p>Vaksin ini didasarkan pada platform duta RNA atau messenger RNA (mRNA), sebuah teknologi yang baru saja menelurkan <a href="https://theconversation.com/hadiah-nobel-bidang-kedokteran-diberikan-kepada-pionir-mrna-bagaimana-penemuan-mereka-berperan-penting-dalam-pengembangan-vaksin-covid-215157">peraih Hadiah Nobel bidang Fisiologi dan Kedokteran tahun ini (Dr. Katalin Karikó dan Dr. Drew Weissman)</a>. Sebelumnya, platform ini digunakan dalam beberapa vaksin COVID-19 yang telah disetujui untuk digunakan.</p>
<p>Sedangkan penemuan untuk obat spesifik terhadap virus Nipah masih memiliki banyak kendala. <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s11224-023-02148-6">Publikasi ilmiah di jurnal <em>Structural Chemistry</em></a> dari Yang dan Kar pada 2023 telah menjelaskan apa saja kandidat obat yang dapat digunakan untuk melawan virus Nipah. Juga apa saja protein target yang dapat dijadikan sebagai penghambatan utama terhadap infeksi virus Nipah.</p>
<p>Terobosan baru lainnya yang dapat dicapai oleh peneliti, salah satunya adalah <a href="https://www.nature.com/articles/nature.2017.22738">teknologi kryo mikroskop elektron</a>. Teknologi ini memungkinkan para peneliti untuk mampu meninjau molekul biologi dalam resolusi atom. Hal ini merupakan <a href="https://journals.plos.org/plospathogens/article?id=10.1371/journal.ppat.1009740">sebuah analisis presisi dalam membantu penelitian</a> di bidang virologi, desain vaksin dan obat, ataupun produk terapi lainnya untuk hasil akhir yang lebih baik. Kryo mikroskop menjadi instrumen utama untuk pengembangan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4913480/">ilmu biologi struktural</a>, yang bertanggung jawab untuk memecahkan struktur protein virus. </p>
<h2>Peran Indonesia</h2>
<p>Di Indonesia, <a href="https://brin.go.id/news/114749/laboratorium-cryo-em-percepat-penelitian-biologi-struktural-di-indonesia">terobosan ini dipimpin oleh Laboratorium Cryo-EM, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)</a>. Ke depan, Indonesia seharusnya dapat menjadi pemimpin pada penelitian berbasis teknologi kryo mikroskop elektron karena fasilitas dengan penunjang teknologi ini tidak banyak dimiliki oleh institusi penelitian atau perguruan tinggi di ASEAN.</p>
<p>Teknologi ini telah mengungkap berbagai macam protein penting dari virus Nipah. Data ilmiahnya <a href="https://www.rcsb.org/search?request=%7B%22query%22%3A%7B%22type%22%3A%22group%22%2C%22nodes%22%3A%5B%7B%22type%22%3A%22group%22%2C%22nodes%22%3A%5B%7B%22type%22%3A%22group%22%2C%22nodes%22%3A%5B%7B%22type%22%3A%22terminal%22%2C%22service%22%3A%22full_text%22%2C%22parameters%22%3A%7B%22value%22%3A%22nipah%20virus%22%7D%7D%5D%2C%22logical_operator%22%3A%22and%22%7D%5D%2C%22logical_operator%22%3A%22and%22%2C%22label%22%3A%22full_text%22%7D%5D%2C%22logical_operator%22%3A%22and%22%7D%2C%22return_type%22%3A%22entry%22%2C%22request_options%22%3A%7B%22paginate%22%3A%7B%22start%22%3A0%2C%22rows%22%3A25%7D%2C%22results_content_type%22%3A%5B%22experimental%22%5D%2C%22sort%22%3A%5B%7B%22sort_by%22%3A%22score%22%2C%22direction%22%3A%22desc%22%7D%5D%2C%22scoring_strategy%22%3A%22combined%22%7D%2C%22request_info%22%3A%7B%22query_id%22%3A%2209910745d9c27c333a874822b7fa9425%22%7D%7D">telah banyak tersimpan di pangkalan data <em>Protein Data Bank</em> atau PDB</a>. Selain itu, dukungan referensi ilmiah berdasarkan publikasi ilmiah dari jurnal ilmiah internasional bereputasi juga sudah banyak dituliskan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/?term=nipah+virus">oleh para peneliti di berbagai negara</a>. </p>
<p>Di samping itu, salah satu fakta menarik adalah penelitian <a href="https://www.gen.cam.ac.uk/directory/dr-henrik-salje">Henrik Salje </a> yang <a href="https://www.nejm.org/doi/10.1056/NEJMoa1805376">terbit di <em>The New England of Medicine</em></a>. Riset ini menyebutkan bahwa berdasarkan kasus di Bangladesh, penelitian terhadap 248 infeksi virus Nipah di sana menyimpulkan jika nilai R yang memiliki kaitan dengan kemungkinan penularan penyakit antarmanusia adalah relatif kecil. Pada dasarnya, nilai R atau angka reproduksi adalah sebuah metode pemeringkatan untuk mengetahui kemampuan penyebaran penyakit tertentu. </p>
<p>Namun, walaupun nilai R tergolong relatif rendah, jika ada kejadian hewan liar yang dibawa oleh manusia ke lokasi yang kepadatan populasinya tinggi, maka peningkatan peluang risiko penularan antarmanusia akan semakin besar. Hal ini juga dapat memberikan tempat bagi virus ini untuk terjadinya mutasi dan mengubah susunan genetiknya sehingga dapat lebih mudah menular antarmanusia dan meningkatkan potensi pandemi baru.</p>
<p>Munculnya wabah virus Nipah di India atau negara lain setiap tahun dalam beberapa tahun terakhir dapat menjadi indikator bahwa <a href="https://ayosehat.kemkes.go.id/mengenal-virus-nipah-dan-gejalanya">kemungkinan hilangnya habitat dari hewan liar akibat ekspansi aktivitas manusia</a>. </p>
<p>Hal ini membawa pada kondisi yang lebih erat untuk kontak antara manusia dan hewan liar sehingga meningkatkan risiko penularan dari hewan liar ke manusia melalui kontak langsung yang tidak terkontrol.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/215337/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Virus ini memiliki nilai persentase tingkat kematian sekitar 75%. Artinya, jika terinfeksi, maka kemungkinannya dapat menyebabkan kematian sejumlah tiga dari empat kasus.Arif Nur Muhammad Ansori, Researcher, Postgraduate School, Universitas AirlanggaArli Aditya Parikesit, Vice Rector of Research and Innovation, Indonesia International Institute for Life SciencesYulanda Antonius, Lecturer, Faculty of Biotechnology, Universitas SurabayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2136622023-10-05T00:33:13Z2023-10-05T00:33:13ZAntibiotik makin tak manjur dan bakal “membunuh” 10 juta jiwa: 6 hal hitam putihnya<p>Dalam proyeksi yang cukup mengejutkan, para ahli telah memperkirakan sebuah kenyataan suram pada 2050: jumlah kematian tahunan akibat resistensi antibiotik akan <a href="https://amr-review.org/Publications.html">mencapai 10 juta jiwa</a></p>
<p>Resistensi antibiotik adalah <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance">saat antibiotik tidak lagi mampu membunuh bakteri</a> di tubuh sehingga bakteri terus berkembang biak dan sakit pasien makin parah, serta berakhir meninggal.</p>
<p>Angka kematian itu melampaui proyeksi kematian akibat <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer">kanker</a>–dikenal sebagai penyakit ganas, mematikan, dan membutuhkan terapi yang rumit. </p>
<p>Antibiotik ditemukan <a href="https://www.sciencelearn.org.nz/interactive_timeline/15-antibiotics-and-antimicrobial-resistance-a-timeline">pada 1928</a> dan mulai masif digunakan di dunia medis pada 1950-an. </p>
<p>Antibiotik telah menyelamatkan jutaan nyawa dari berbagai penyakit infeksi yang sering berakibat fatal akibat ketiadaan terapi yang efektif. Bahkan, Sir Alexander Fleming, penemu antibiotik pertama “penisilin” diberi <a href="https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/1945/fleming/biographical/">hadiah nobel</a> atas penemuannya. </p>
<p>Sayangnya, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2702430">prediksi Fleming tentang resistensi antibiotik</a> pada akhirnya menjadi kenyataan. Tidak menunggu lama, beberapa obat antibiotik yang berhasil ditemukan dan dikembangkan dalam periode 1950-1960 mengalami <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance">resistensi akibat penggunaan berlebihan</a>. </p>
<p>Dampaknya, penyakit infeksi yang sebelumnya dapat disembuhkan dengan obat-obat ini menjadi lebih sulit untuk diatasi. Setidaknya ada enam hitam-putih seputar terkait resistensi antibiotik yang perlu kita pahami. </p>
<h2>1. Resistensi antibiotik berdampak kepada semua orang</h2>
<p>Resistensi antibiotik bukan hanya ancaman bagi mereka yang salah menggunakan antibiotik dan bagi mereka yang sedang menderita penyakit infeksi. Siapapun bisa terkena dampaknya, termasuk mereka yang sebelumnya tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan lainnya. </p>
<p>Selain karena penyakit infeksi bisa terjadi pada siapa saja, antibiotik juga merupakan kebutuhan esensial dalam beberapa jenis penanganan dan pengobatan di rumah sakit. </p>
<p>Antibiotik tidak hanya digunakan dalam mengobati infeksi, tapi juga diperlukan dalam kasus lain. Misalnya pada penanganan pasca operasi, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7378927/">kemoterapi</a> atau pengobatan kanker, dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28614192/">transplantasi organ</a>.</p>
<p>Dengan kata lain, obat antibiotik yang efektif adalah kebutuhan kita semua dalam berbagai skenario pengobatan. </p>
<h2>2. Resistensi antibiotik adalah fenomena alami</h2>
<p>Secara alami, bakteri memang memiliki kemampuan untuk terhindar dari efek obat antibiotik sebagai strategi alamiah untuk kelangsungan hidup mereka. </p>
<p>Makhluk dengan sel tunggal ini memiliki berbagai macam mekanisme untuk mengalahkan obat antibiotik, atau untuk menghindar dari dampak mematikan obat tersebut. </p>
<p>Salah satu strategi yang dimiliki oleh bakteri adalah mereka memproduksi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6351036/">enzim yang dapat merusak</a> atau menurunkan khasiat senyawa antibiotik tersebut. Sebagai contoh, penisilin bisa terdegradasi oleh <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4968164/">enzim betalaktamase</a> yang diproduksi oleh bakteri. </p>
<p>Meskipun merupakan fenomena alami, penggunaan antibiotik yang serampangan bisa memperparah terjadinya fenomena kekebalan bakteri patogen terhadap antibiotik.</p>
<h2>3. Industri farmasi tak tertarik bikin antibiotik</h2>
<p>Pembuatan dan riset antibiotik baru kurang menarik bagi industri farmasi. Mengapa? Karena rendahnya peluang untuk mendapatkan profit bisnis yang besar. </p>
<p>Industri dapat menghabiskan <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/article-abstract/2762311">lebih dari US$1 miliar (setara Rp15,6 triliun) </a> untuk menghasilkan satu obat untuk dapat dipasarkan. Khusus antibiotik, biaya ini cenderung <a href="https://amr.solutions/2020/03/06/what-does-an-antibiotic-cost-to-develop-what-is-it-worth-how-to-afford-it/">lebih mahal</a>. </p>
<p>Di lain pihak, resistensi menyebabkan umur pakai obat antibiotik menjadi sangat pendek, sehingga biaya besar untuk riset tidak bisa ditanggulangi oleh profit yang rendah. </p>
<p>Hal ini berbeda dengan obat penyakit kronis seperti diabetes atau hipertensi yang bisa dan sering digunakan seumur hidup, sehingga industri dapat meraup keuntungan yang lebih besar. Akibatnya, investasi dalam pengembangan antibiotik menjadi sangat rendah.</p>
<p>Sebagai konsekuensi logis, industri farmasi tidak lagi melihat produksi obat antibiotik sebagai <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-020-02884-3">langkah bisnis yang menguntungkan</a>.</p>
<h2>4. Sedikit antibiotik baru</h2>
<p>Seretnya riset dalam pengembangan dan produksi antibiotik menciptakan krisis baru.</p>
<p>Dalam 10 tahun terakhir, hanya ada <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240047655">beberapa antibiotik baru</a> yang dinyatakan lolos uji klinis untuk dapat digunakan dalam pengobatan. </p>
<p>Selain itu, mayoritas obat antibiotik yang digunakan di dalam pelayanan kesehatan saat ini merupakan antibiotik yang ditemukan puluhan tahun yang lalu atau modifikasinya. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17900874/">amoksisilin</a> adalah antibiotik spektrum luas yang sudah berusia 70 tahun. <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18416587/">Meropenem</a>–salah satu antibiotik yang saat ini paling mujarab–dikembangkan sejak awal 1980-an. </p>
<p>Sedikitnya jumlah antibiotik baru ini sangat mengkhawatirkan, karena kita semakin kehabisan pilihan pengobatan untuk penyakit infeksi.</p>
<p>Di lain pihak, kita sangat memerlukan obat baru yang lebih efektif untuk mengatasi infeksi dan membunuh bakteri yang semakin kebal.</p>
<h2>5. Penggunaan antibiotik di Indonesia tidak terkontrol</h2>
<p>Penggunaan antibiotik di Indonesia tergolong tidak terkontrol. Hal ini terlihat dari minimnya pengawasan terhadap penjualan antibiotik di tingkat masyarakat. Di fasilitas kesehatan, peresepan antibiotik juga dinilai berlebihan. </p>
<p>Salah satu permasalahan utamanya adalah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35145554/">penggunaan antibiotik secara tidak tepat</a>. Di mayoritas daerah, obat ini dapat dengan mudah diperoleh di apotek tanpa resep dokter dan dikonsumsi sebagai bagian dari pengobatan mandiri (swamedikasi). </p>
<p>Upaya swamedikasi seperti ini semestinya hanya sesuai untuk penyakit ringan seperti gejala flu, sakit kepala, dan gatal-gatal, bukan untuk penyakit infeksi.</p>
<p>Selain itu, antibiotik sering digunakan secara salah untuk <a href="https://europepmc.org/article/med/12137610">mengatasi gejala flu</a>. Antibiotik sebenarnya tidak berefek terhadap flu yang pada dasarnya disebabkan oleh virus.</p>
<p>Penggunaan antibiotik serampangan seperti ini merupakan salah satu penyebab utama yang memperparah kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Padahal, antibiotik tergolong ‘obat keras’, yaitu kelompok obat yang hanya boleh dijual kepada konsumen jika disertai dengan resep dokter.</p>
<p>Selain problem di tingkat masyarakat, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35145554/">hasil penelitian terbaru</a> mengungkap bahwa regulasi pemerintah terkait masalah ini tergolong buruk. Misalnya tidak adanya koordinasi antarsektor. Di sektor kesehatan, upaya pengawalan terhadap antibiotik di rumah sakit sering tidak terlaksana. Bahkan, upaya ini hanya sebatas <a href="https://aricjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13756-022-01126-7">formalitas untuk akreditasi rumah sakit</a>. </p>
<p>Di sektor keuangan, anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk langkah ini juga tidak mendapatkan prioritas. Selain itu, minimnya program terkait bagi tenaga kesehatan juga memperparah masalah ini.</p>
<h2>6. Memerlukan penanganan secara global</h2>
<p>Resistensi antibiotik adalah masalah yang sudah berdampak serius secara global. </p>
<p>Untuk mengatasi ancaman serius ini, <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance">tindakan global sangat penting</a>. Para pemimpin dunia, bersama dengan organisasi internasional, <a href="https://www.who.int/teams/maternal-newborn-child-adolescent-health-and-ageing/maternal-health/about/global-coordination-and-partnership-(gcp)-on-antimicrobial-resistance-(amr)">telah bersatu</a> untuk mengambil langkah-langkah konkret dalam memerangi resistensi antibiotik dan menjaga efektivitas obat-obatan antibiotik yang senantiasa kita butuhkan.</p>
<p>Saya, kamu, dan setiap individu memiliki peran dalam melawan fenomena resistensi antibiotik ini. </p>
<p>Masyarakat dapat berkontribusi dengan menghindari pembelian antibiotik tanpa resep dokter. Dalam penggunaan antibiotik yang benar, keseluruhan antibiotik yang diresepkan dokter harus dikonsumsi sampai habis meski gejala penyakit sudah tidak dirasakan lagi. </p>
<p>Penggunaan antibiotik sisa untuk anggota keluarga yang lain juga harus dihindari. Terakhir, pola hidup bersih juga penting dalam rangka mencegah terjadinya infeksi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213662/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Yori Yuliandra tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Resistensi antibiotik bukan hanya ancaman bagi mereka yang salah menggunakan antibiotik dan bagi mereka yang sedang menderita penyakit infeksi. Siapapun bisa terkena dampaknya.Yori Yuliandra, Associate Professor, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2146162023-09-29T09:33:09Z2023-09-29T09:33:09ZBagaimana COVID memengaruhi pengendalian penyakit tropis yang terlupakan<p><a href="https://www.who.int/publications/i/item/who-wer9638-461-468">Penyakit tropis terabaikan atau <em>neglected tropical diseases (NTDs)</em></a> adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok 20 penyakit menular. Penyakit yang bisa melumpuhkan, melemahkan, dan bahkan membunuh ini telah berdampak pada lebih dari 1,7 miliar orang di dunia. Kelompok yang paling rentan dan termiskin adalah yang paling terkena dampaknya. </p>
<p>Pada masa lalu, penyakit-penyakit dalam kelompok ini diabaikan secara internasional dan buruknya pendanaan di dalam negeri: oleh karena itu disebut “terabaikan” dalam namanya. Beberapa penyakit tropis umum yang terabaikan adalah <a href="https://www.cdc.gov/buruli-ulcer/index.html">maag buruli</a>, <a href="https://www.cdc.gov/dengue/">demam berdarah</a> dan <a href="https://www.cdc.gov/leprosy/">penyakit Hansen (juga dikenal sebagai kusta)</a>.</p>
<p>Sudah ada <a href="https://www.who.int/data/gho/data/themes/neglected-tropical-diseases">alat untuk mencegah dan mengobati</a> penyakit-penyakit ini, antara lain obat-obatan, pengendalian vektor, intervensi kesehatan publik terkait hewan serta penyediaan air bersih dan toilet.</p>
<p>Dalam 10 tahun terakhir terdapat upaya global yang signifikan untuk mengendalikan penyakit tropis yang terabaikan. Pada 2012, perusahaan farmasi, donor, negara endemik, dan organisasi nonpemerintah berkumpul untuk menandatangani <a href="https://unitingtocombatntds%20.org/resource-hub/who-resources/london-declaration-neglected-tropical-diseases/">Deklarasi London tentang Penyakit Tropis yang Terabaikan</a>. Bersama-sama, mereka berkomitmen untuk mengendalikan, menghilangkan, atau memberantas sepuluh penyakit ini pada 2020 dan meningkatkan taraf hidup lebih dari satu miliar orang. </p>
<p>Dukungan dari para penandatangan berkisar dari <a href="https://accesstomedicinefoundation.org/access-to-medicine-index/best-practices/medicine-donations-for-neglected-tropical-diseases">donasi obat-obatan esensial</a> hingga membiayai <a href="https://schistosomiasiscontrolinitiative.org/about/how-money-is-spent">pengiriman dan distribusi</a> obat-obatan, penelitian, dan pendanaan untuk sanitasi dan air bersih. Upaya global bersama ini telah membuahkan keberhasilan dan ini menjadi landasan untuk tetap optimis.</p>
<p>Hingga saat ini, <a href="https://www.eisai.com/news/2022/news202209.html#:%7E:text=Forty%2Dthree%20countries%20have%20eliminated,people%20remain%20threatened%20by%20NTDs%20.">600 juta</a> masyarakat tidak lagi memerlukan pengobatan untuk penyakit tropis yang terabaikan. Kasus beberapa penyakit ini, seperti kusta, penyakit tidur, dan penyakit cacing Guinea, berada pada titik terendah sepanjang masa. </p>
<p>Empat puluh empat <a href="https:/%20/www.eisai.com/news/2022/news202209.html#:%7E:text=Forty%2Dthree%20countries%20have%20eliminated,people%20remain%20threatened%20by%20NTDs.">negara</a> telah menghilangkan setidaknya satu penyakit tropis yang terabaikan sebagai masalah kesehatan masyarakat. Yang terbaru adalah <a href="https://theconversation.com/how-the-gambia-beat-trachoma-an-infection-that-causes-blindness-160716">Gambia</a> dan <a href="https://www.who.int/news/item/21-02-2022-who-validates-saudi-arabia-for-eliminating-trachoma-as-a-public-health-problem#:%7E:text=On%20%2026%20Januari%202022%2C%20the,Region%20to%20achieve%20this%20milestone.%22%22">Arab Saudi</a> yang telah mengeliminasi trachoma, suatu infeksi bakteri yang menyebabkan kebutaan.</p>
<p>Namun, kemajuan ini kini menghadapi risiko pembalikan yang nyata akibat <a href="https://www.who.int/teams/control-of-neglected-tropical-diseases/overview/ntds-and%20-covid-19">pandemi COVID-19 selama tiga tahun terakhir</a>. Program pengobatan terhenti, anggaran kesehatan diprioritaskan kembali, dan bantuan dipotong.</p>
<p>Seperti yang telah saya <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27988094/">tegaskan sebelumnya</a>, menghentikan program pengendalian dapat menyebabkan infeksi dan penyakit kembali terjadi. Hal ini bisa lebih buruk daripada tingkat semula. Penyakit-penyakit tropis yang terabaikan kini menjadi kenyataan jika program pengendalian tidak dilanjutkan dengan cukup cepat.</p>
<h2>Pengendalian penyakit terganggu</h2>
<p>Salah satu alat yang paling penting untuk digunakan dalam melawan penyakit tropis yang terabaikan adalah <a href="https://www.sightsavers.org/protecting-sight/ntds/mass-drug-administration/">administrasi obat massal nasional atau kebijakan pengobatan massal</a>. Hal ini melibatkan pengobatan setiap orang dari suatu populasi, terlepas dari status infeksinya, karena pengobatan lebih murah daripada diagnosis dan obat-obatnnya aman. </p>
<p>Biasanya program pengobatan nasional adalah acara tahunan yang diadakan di sekolah atau pusat kesehatan. Dibutuhkan waktu, tenaga dan uang untuk merencanakan dan melaksanakan program ini. Dan sangat penting untuk menjaga momentum. Setiap dolar yang dibelanjakan untuk program-program ini menghasilkan laba atas investasi yang signifikan. Inilah sebabnya mengapa pengendalian penyakit tropis yang terabaikan disebut sebagai <a href="https://unitingtocombatntds.org/news/new-report-investments-neglected-tropical-diseases-are-one-best-buys-development/?lang=fr">“pembelian terbaik” dalam pembangunan</a>.</p>
<p>Pandemi ini telah berdampak pada pengendalian penyakit tropis yang terabaikan dalam tiga cara.</p>
<p>Pertama, pemberian obat massal <a href="https://schistosomiasiscontrolinitiative.org/about/how-money-is-spent">dihentikan atau diganggu</a> oleh <a href="https://rstmh.org/news-blog/news/covid-19-who-issues-interim-guidance-for-implementation-of-ntd-programmes">kebijakan <em>lockdown</em> dan pembatasan sosial</a>. Dan gangguan dalam perdagangan dan transportasi global berdampak pada rantai pasokan. <a href="https://www.who.int/news/item/24-09-2021-neglected-tropical-diseases-2020-preventive-chemotherapy-treatment-coverage-declines-due-to-covid-19-disruptions#:%20%7E:text=The%20survey%20indicated%20that%2C%20as,highest%20among%20all%20health%20services.%22%22">Survei Organisasi Kesehatan Dunia baru-baru ini</a> menunjukkan bahwa, pada awal 2021, gangguan pada program pengendalian penyakit tropis yang terabaikan terjadi di 44% negara di dunia.</p>
<p>Kedua, pemerintah nasional di negara-negara endemis penyakit tropis yang terabaikan memiliki anggaran kesehatan yang rendah. <a href="https://www.nature.com/articles/s41591-021-01268-y">Mengubah prioritas</a> selama dan setelah COVID-19 berarti bahwa sumber daya yang dialokasikan untuk penyakit tropis yang terabaikan dapat dialihkan ke <a href="https://www.who.int/teams/control-of-neglected-tropical-diseases/overview/ntds-and-covid-%2019">penyakit dan layanan kesehatan lainnya</a>.</p>
<p>Ketiga, sejumlah besar pendanaan untuk program pengendalian penyakit tropis yang terabaikan berasal dari mitra pembangunan internasional dan pemerintah asing. Kontraksi ekonomi pasca-COVID-19 dan pergeseran prioritas pendanaan mengancam kemajuan yang dicapai dalam pengendalian penyakit tropis yang terabaikan.</p>
<p><a href="https://unitingtocombatntds.org/news/our-response-to-the-uks-cuts-to-foreign-aid/">Inggris</a> pada 2022 menarik lebih dari £150 juta (sekitar Rp2,8 triliun) dana untuk program penyakit tropis yang terabaikan sebagai bagian dari pemotongan anggaran bantuan negara. Hal ini <a href="https://www.telegraph.co.uk/global-health/science-and-disease/uk-%20Government-cuts-almost-wipe-funding-tackle%20-neglected-diseases/">menghapus</a> sepertiga dana donor untuk menanggulangi penyakit tropis yang terabaikan, yang berdampak pada pengobatan terhadap <a href="https://unitingtocombatntds.org/news/our-response-to-the-%20uks-cuts-to-foreign-aid/">250 juta orang</a> dan sebanyak 180.000 operasi untuk mencegah disabilitas.</p>
<h2>Konsekuensi jangka panjang</h2>
<p>Pengabaian yang terus-menerus terhadap penyakit-penyakit ini mempunyai konsekuensi yang sangat buruk. Mereka yang terkena dampaknya terus menderita penyakit-penyakit yang menghancurkan, kesenjangan kesehatan dan siklus kemiskinan. Dampak dari penyakit-penyakit ini sangat mendalam dan luas.</p>
<p>Selama penyakit-penyakit tropis yang terabaikan masih menjadi beban besar bagi sistem kesehatan di negara-negara endemik, maka negara-negara tersebut akan terus menghabiskan sumber daya, keuangan, dan nyawa akibat penyakit-penyakit tersebut. </p>
<p>Hal ini akan memperlemah sistem kesehatan mereka, mengorbankan kemampuan mereka untuk surveilans, deteksi dan pembendungan tepat waktu dari epidemi berikutnya. Dari <a href="https://ghsagenda.org/">Agenda Keamanan Kesehatan Global</a>, kita mengetahui bahwa sistem kesehatan yang melemah di berbagai belahan dunia membahayakan keamanan kesehatan secara global. Keamanan kesehatan lokal adalah landasan bagi kesehatan global keamanan, contohnya seperti terjadinya penyebaran COVID-19.</p>
<p>Peluang untuk mengembalikan perhatian global terhadap penyakit tropis yang terabaikan muncul pada akhir 2022 ketika Deklarasi London digantikan oleh <a href="https://idpjournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40249-021-00932-2">Deklarasi Kigali</a>. Deklarasi politik tingkat tinggi ini, yang dipimpin oleh Rwanda dan Nigeria, bertujuan untuk memobilisasi kemauan politik dan mengamankan komitmen untuk mencapai <a href="https://sdgs.un.org/goals">target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)</a> untuk tujuan memberantas penyakit ini.</p>
<p>Penting untuk diingat bahwa pengendalian penyakit tropis yang terabaikan adalah demi kepentingan terbaik semua negara, baik negara endemik tempat penyakit tersebut berasal maupun negara yang bukan endemik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214616/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Francisca Mutapi receives research funding from the Royal Society in the UK, She is board member for Uniting to Combat Neglected Tropical Diseases.</span></em></p>Kemajuan dalam memberantas penyakit tropis yang terabaikan kini menghadapi risiko pembalikan akibat pandemi COVID-19.Francisca Mutapi, Professor in Global Health Infection and Immunity. and co-Director of the Global Health Academy, The University of EdinburghLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2106392023-09-29T09:25:54Z2023-09-29T09:25:54ZMengapa kusta di Indonesia belum juga hilang?<p><em>Artikel ini merupakan bagian dari serial #AkhiriPenyakitTerlupakan#</em></p>
<p>Indonesia <a href="https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-details/GHO/number-of-new-leprosy-cases">menyumbang kasus penyakit kusta nomor tiga (sekitar 12.000)</a> di dunia setelah Brazil (19.600) dan India (103 ribu).</p>
<p>Sebenarnya Indonesia telah mencapai penghapusan kusta secara nasional pada 2000 dengan angka prevalensi tingkat nasional <a href="http://p2p.kemkes.go.id/integrasi-sosialisasi-program-pencegahan-dan-pengendalian-penyakit-kusta-dan-frambusia">0,9 per 10.000 penduduk</a>. Namun sejak 2001 sampai kini, situasi kusta di Indonesia statis dengan prevalensi 0,7 per 10.000 penduduk. </p>
<p>Kasus-kasus baru tetap ditemukan. Pada 2021, misalnya, <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220203/2839247/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta">ada sekitar 7.100 penderita kusta baru</a> dengan proporsi kasus anak mencapai 11% dari jumlah kasus baru.</p>
<p>Angka ini masih jauh di bawah target pemerintah di <a href="http://p2p.kemkes.go.id/pravalensi-kusta-pada-anak-tinggi-temukan-kasusnya-periksa-kontak-dan-obati-sampai-tuntas/">bawah 5%</a>. </p>
<p>Setiap tahun ada temuan kasus baru sekitar <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf">17.000-20.000 kasus</a>. Selain itu, kasus-kasus kusta baru dengan disabilitas pada mata, kaki, dan telapak tangan masih <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf">di atas 10%</a>. Jika kasus-kasus ini terlambat ditangani, mereka bisa mengalami disabilitas seumur hidup. </p>
<p>Apa yang sebenarnya terjadi? Sebuah riset untuk rencana aksi terbaru <a href="https://owncloud.pktfkugm.net/index.php/s/oRJ2Ed0rO5r120B">menemukan ada banyak penyebab</a> yang membuat kusta tetap bercokol di negeri ini selama puluhan tahun. Penyebab ini berasal dari internal (Kementerian Kesehatan dari pusat sampai kabupaten) dan eksternal (penyedia layanan kesehatan, dokter, peneliti, organisasi penyandang kusta, disabilitas, dan masyarakat sipil) </p>
<h2>Penyakit lama</h2>
<p>Kusta atau dikenal sebagai <a href="https://www.who.int/health-topics/leprosy#:%7E:text=Treatment-,Overview,early%20childhood%20to%20old%20age."><em>Hansen’s disease</em></a> adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh <a href="https://www.who.int/health-topics/leprosy#tab=tab_1">Mycobacterium leprae</a>). Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh dokter <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8805473/">Norwegia Gerhard Armauer Hansen pada 1874</a>. </p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan kusta sebagai <a href="https://www.who.int/health-topics/neglected-tropical-diseases#tab=tab_1">satu dari 20 penyakit tropis yang terlupakan (<em>neglected tropical disease</em>)</a> dan ditarget bisa dihapus pada 2030. Penyakit ini banyak ditemukan di negara-negara atau daerah-daerah miskin dengan sanitasi buruk, akses air bersih kurang, dan sistem layanan kesehatan lemah. </p>
<p>Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, permukaan mukosa saluran pernafasan bagian atas, dan mata. </p>
<p>Kusta ditularkan melalui cipratan atau percikan air liur yang keluar dari hidung atau mulut ketika batuk, bersin, atau berbicara, selama kontak erat dengan penderita yang tidak diobati. </p>
<p>Kusta dapat disembuhkan dan <a href="https://www.cdc.gov/leprosy/">pengobatan pada tahap awal</a> dapat mencegah kecacatan. </p>
<p>Indonesia telah berupaya untuk menghapus kusta tapi kerap kali tidak mencapai target. Dalam dokumen <a href="https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/migrasi-data-publikasi/file/RP_RKP/Narasi%20RPJMN%20IV%202020-2024_Revisi%2014%20Agustus%202019.pdf">kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kesehatan 2020-2024</a>, pemerintah memasukkan penghapusan kusta di tingkat kabupaten sebagai salah satu indikator penanganan penyakit tropis terabaikan. </p>
<p>Penanggulangan kusta juga telah diatur dalam <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf">Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2019</a>. Masalahnya adalah masih ada <a href="https://perpustakaan.bappenas.go.id/e-library/file_upload/koleksi/migrasi-data-publikasi/file/Policy_Paper/Buku%20Putih%20Reformasi%20SKN.pdf">enam provinsi yang memiliki kasus kusta</a>. Ada juga sebanyak 98 kabupaten dan kota yang belum mencapai penghapusan kusta.</p>
<p>Kementerian Kesehatan Indonesia menargetkan penghapusan kusta <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/22020300001/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta.html">tahun depan</a>. </p>
<h2>Dari stigma hingga resistensi obat</h2>
<p>Dari riset itu, yang berlangsung dari September 2022 hingga Januari 2023 dengan 78 partisipan dari pembuat kebijakan nasional hingga organisasi yang mengadvokasi kusta, ada sejumlah temuan di berbagai level dalam menghapus kusta di Indonesia.</p>
<p><strong>Pertama,</strong> stigma kusta. Stigma diri oleh pasien kusta atau orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK), stigma masyakarakat, dan stigma oleh tenaga kesehatan masih kuat. </p>
<p>Misalnya, stigma status predikat penyandang kusta tetap melekat pada pasien bisa mencapai seumur hidup, sekalipun si pasien telah menyelesaikan rangkaian pengobatannya, dinyatakan sembuh, dan tidak menular.</p>
<p><strong>Kedua,</strong> akses pelayanan sebagian besar wilayah endemis kusta di Indonesia berada di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan dengan kendala geografis yang tinggi dan tantangan cuaca. </p>
<p>Papua Barat menjadi provinsi dengan prevalensi kusta tertinggi di Indonesia, yakni <a href="https://dataindonesia.id/kesehatan/detail/prevalensi-kusta-di-indonesia-meningkat-pada-2022">9,89 per 10.000 penduduk</a>. Posisinya diikuti oleh Maluku Utara (5,32 per 10.000 penduduk).</p>
<p><strong>Ketiga</strong>, tata laksana dan pencegahan belum optimal karena tiga keterlambatan: (1) terlambat datang ke layanan kesehatan karena stigma dan masalah akses pelayanan, (2) terlambat didiagnosis karena faktor tenaga kesehatan, dan (3) terlambat diobati karena ketersediaan obat, faktor tenaga kesehatan, serta jaminan kesehatan untuk penanganan komplikasi dan rehabilitasi yang tidak memadai. </p>
<p><strong>Keempat,</strong> integrasi lintas program untuk pencegahan dan penanggulangan kusta perlu banyak melibatkan lintas program misal promosi kesehatan, kesehatan sekolah, kesehatan lingkungan, dan farmasi yang belum optimal. </p>
<p><strong>Kelima,</strong> kerja sama lintas sektor dan swasta dalam penghapusan kusta dan penghilangan stigma masih rendah. Belum terbentuk mekanisme koordinasi lintas sektor dan swasta yang efektif. </p>
<p><strong>Keenam</strong> partisipasi masyarakat dalam penemuan kasus dan pengurangan stigma masih rendah. </p>
<p><strong>Ketujuh</strong>, kebijakan dan manajemen program pendanaan pusat dan daerah untuk pencegahan dan penanggulangan kusta masih rendah atau bahkan tidak ada.</p>
<p>Ada kesenjangan anggaran yang besar antara pemerintah pusat dan daerah. Total kebutuhan anggaran untuk program kusta di Indonesia periode 2023-2027 diperkirakan sekitar <a href="https://owncloud.pktfkugm.net/index.php/s/oRJ2Ed0rO5r120B">Rp32 triliun</a>. </p>
<p>Pada 2023, rencana kontribusi pemerintah pusat hanya sekitar 58%. Sedangkan kontribusi pemerintah daerah diperkirakan cuma 21%. Harapannya, pada akhir 2027 porsi pendanaan dari pemerintah daerah akan naik menjadi 33% dan pendanaan dari pemerintah pusat turun jadi 34%. </p>
<p>Potensi sumber pendanaan lain yang diharapkan dapat mendukung pencapaian program adalah dana hibah, bantuan luar negeri, swasta, dan lembaga filantropi. Dana dari luar pemerintah diperkirakan sekitar 12% dari total anggaran kusta Indonesia pada 2023, kemudian naik menjadi sekitar 13% pada 2025, dan 15% pada 2030.</p>
<p>Kurangnya pemahaman dan komitmen terhadap kusta juga menimbulkan kesalahpahaman。Misalnya, ada daerah yang telah mencapai penghapusan kusta merasa telah terbebas dari kusta dan tidak membutuhkan alokasi sumber daya untuk penghapusan kusta.</p>
<p><strong>Kedelapan</strong> surveilans kusta yang sering terlambat sehingga menghambat kegiatan perencanaan yang berbasis data seperti pengadaan obat.</p>
<p><strong>Kesembilan</strong>, belum banyak riset terkait pelaksanaan tindakan yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan berobat, meredam stigma, disabilitas dan gangguan kesehatan mental akibat kusta serta resistensi obat.</p>
<h2>Strategi percepatan penghapusan kusta</h2>
<p>Untuk mempercepat penghapusan kusta, setidaknya <a href="https://owncloud.pktfkugm.net/index.php/apps/files/?dir=/RAN%20Eliminasi%20Kusta%202023-2027&fileid=256830">ada empat strategi</a> yang bisa Indonesia lakukan.</p>
<p><strong>Pertama,</strong> menggerakkan masyarakat dengan memanfaatkan berbagai sumber daya masyarakat. Strategi ini menekankan peran pasien, keluarga, dan masyarakat sebagai fokus utama program pencegahan dan penanggulangan kusta. Indikator dampak yang akan dicapai oleh program pencegahan dan penanggulangan kusta juga perlu mengacu pada peran-peran tersebut. </p>
<p><strong>Kedua,</strong> meningkatkan kapasitas sistem pelayanan kesehatan dalam mencegah, menemukan sejak dini, mendiagnosis dan penatalaksanaan kusta secara komprehensif dan berkualitas. </p>
<p>Strategi ini untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang komprehensif untuk kusta mulai pencegahan sampai rehabilitasi. </p>
<p><strong>Ketiga,</strong> meningkatkan integrasi dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan dan fasilitas kesehatan, baik pemerintah maupun swasta. Strategi ini harus berjalan mulai tingkat nasional hingga tingkat desa.</p>
<p>Integrasi dapat dilakukan melalui integrasi pesan-pesan edukasi ke masyarakat, integrasi dengan program lainnya, dan integrasi dalam monitoring data.</p>
<p><strong>Keempat,</strong> memperkuat komitmen, kebijakan, dan manajemen program dalam penanggulangan kusta. Strategi ini merupakan strategi pendukung yang dilakukan pada tingkat nasional hingga desa untuk meningkatkan sumber daya dan kapasitas dalam melaksanakan ketiga strategi sebelumnya. Strategi ini meliputi tata kelola dan kepemimpinan, manajemen program serta perbaikan berkelanjutan.</p>
<p>Implementasi dari strategis di atas juga perlu mengutamakan perlindungan kelompok rentan seperti perempuan dan anak-anak. </p>
<p>Tanpa implementasi keempat strategi secara maksimal, program penghapusan kusta yang ditargetkan tahun 2024 oleh pemerintah Indonesia dan WHO pada 2030 sulit dicapai.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210639/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ronny Soviandhi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kusta ditularkan melalui cipratan atau percikan air liur yang keluar dari hidung atau mulut ketika batuk, bersin, atau berbicara, selama kontak erat dengan penderita yang tidak diobati.Ronny Soviandhi, Project Manager, Center for Tropical Medicine, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2142342023-09-25T09:19:52Z2023-09-25T09:19:52ZVirus Nipah mewabah di India: apa yang perlu kamu tahu<p>Wabah virus Nipah yang mematikan terjadi di Kerala, India. Lima orang telah tertular virus ini. <a href="https://indianexpress.com/article/india/nipah-virus-outbreak-kerala-dead-treatment-kozhikode-offices-schools-shut-8938498/">Dua di antaranya meninggal</a> .</p>
<p>Pihak berwenang di distrik Kozhikode, tempat wabah itu terjadi, telah menetapkan “zona pembendungan” di wilayah tersebut dan sekolah-sekolah telah ditutup. </p>
<p>Sebanyak 76 orang yang berkontak dengan orang terinfeksi sedang <a href="https://promedmail.org/promed-post/?id=20230913.8712097">dimonitor secara ketat</a> untuk mengetahui tanda-tanda penyakit tersebut.</p>
<p>Ini merupakan wabah virus Nipah yang keempat di Kerala. Yang paling mematikan terjadi pada 2018, dengan 18 kasus terkonfirmasi laboratorium dan lima kasus suspek, <a href="https://www.who.int/southeastasia/outbreaks-and-emergencies/health-emergency-information-risk-assessment/surveillance-and-risk-assessment/nipah-virus-outbreak-in-kerala">17 di antaranya meninggal</a>.</p>
<p>Virus Nipah adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169151/">virus RNA</a> dari keluarga <em>Paramyxoviridae</em>. Wabah pada manusia pertama kali terdeteksi terjadi di Malaysia pada 1998 dan menyebabkan 265 kasus dan 105 kematian. Sejak itu, satu atau dua wabah terjadi setiap tahunnya. Lebih dari separuh orang yang terinfeksi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169151/">meninggal</a>.</p>
<p>Wabah paling sering dilaporkan tidak hanya di Bangladesh, tapi juga di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169151/">India, Malaysia, Singapura, dan Filipina</a>.</p>
<p>Proporsi infeksi virus Nipah yang tidak menunjukkan gejala bervariasi dari satu wabah ke wabah lainnya dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169151/">berkisar antara 17% hingga 45%</a>. Bila virus memang menimbulkan penyakit, dampak utamanya adalah ensefalitis (pembengkakan otak). Pasien mengalami <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169151/">demam dan mengeluh sakit kepala hebat</a>. Banyak pula yang mengalami disorientasi, kantuk, dan kebingungan. Beberapa pasien juga mengalami infeksi dada.</p>
<p>Tidak ada obat khusus untuk mengatasi virus Nipah, sehingga perawatan medis hanya bersifat “suportif”, yaitu mengobati gejala individu dan menjaga kenyamanan pasien hingga diharapkan sembuh.</p>
<p>Beberapa pengobatan tampaknya memiliki potensi, setidaknya dalam penelitian pada hewan, tapi hanya sedikit riset pada manusia. Sebuah uji coba kecil terhadap obat yang disebut ribavirin menunjukkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11409437/">obat ini dapat mengurangi kematian</a>, tapi penelitian lebih lanjut perlu dilakukan.</p>
<p>Sebuah terapi bertarget yang disebut antibodi monoklonal telah terbukti efektif dalam mengurangi kematian pada <a href="https://www.science.org/doi/abs/10.1126/scitranslmed.3008929">monyet hijau</a> jika diberikan cukup dini selama masa pengobatan pada infeksi virus Nipah. Namun belum ada penelitian yang menunjukkan seberapa efektif obat ini pada manusia dengan virus Nipah.</p>
<p>Namun demikian, pihak berwenang India membeli antibodi monoklonal <a href="https://www.wionews.com/india-news/india-procures-monoclonal-antibodies-from-australia-to-battle-deadly-nipah-virus-%20636379">dari Australia</a> untuk digunakan dalam wabah saat ini.</p>
<p>Tidak ada vaksin untuk melawan virus Nipah meskipun vaksin mRNA untuk melawan virus tersebut sedang <a href="https://www.nih.gov/news-events/news-releases/nih-launches-clinical-trial-mrna-vaksin-nipah-virus">diuji pada manusia</a>.</p>
<h2>Bagaimana orang bisa terinfeksi?</h2>
<p>Pada wabah awal di Malaysia, faktor risiko utama adalah <a href="https://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/00057012.htm">kontak dengan babi atau menjadi peternak babi</a>, tapi tidak ada bukti adanya penularan dari orang ke orang. Pada saat itu masih belum jelas mengapa babi mulai menularkan infeksi tersebut.</p>
<p>Sejak awal wabah, kita telah belajar lebih banyak tentang virus ini dan faktor risiko yang terkait dengan penularannya ke manusia. Kini diketahui bahwa inang utama virus Nipah adalah <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/nipah-virus">kelelawar buah</a>, khususnya rubah terbang India (<em>Indian flying fox</em>). Virus Nipah sebelumnya telah terdeteksi pada <a href="https://bmcinfectdis.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12879-021-05865-7">kelelawar di Kerala</a>.</p>
<p>Sebagian besar infeksi diperkirakan berasal dari kontak dengan hewan yang terinfeksi, baik kelelawar buah itu sendiri atau dari hewan perantara seperti babi. Ini pertama kali terjadi saat <a href="https://www.cdc.gov/mmwr/preview%20/mmwrhtml/00057012.htm">wabah terdeteksi di Malaysia</a>. </p>
<p>Namun, ada perbedaan menarik antarwabah. Di Bangladesh, ada kaitan dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7169151/">minum getah kurma</a>, baik mentah atau difermentasi. Dalam sebuah penelitian di Bangladesh, para peneliti menggunakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK114490/">kamera inframerah sensor gerak</a> untuk menunjukkan bahwa kelelawar buah sering mengunjungi pohon-pohon kurma di desa-desa yang mengumpulkan getah kurma untuk dikonsumsi.</p>
<p>Awalnya, virus Nipah diperkirakan tidak menular dari orang ke orang karena <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/11181159/">tidak ada petugas kesehatan yang terinfeksi</a> selama wabah besar di Malaysia. Sejak saat itu, petugas kesehatan dilaporkan tertular virus tersebut, seperti pada wabah terbaru ini. Salah satu kematian terjadi pada seorang petugas kesehatan yang merawat orang yang terinfeksi virus tersebut.</p>
<h2>Mematikan, tapi tidak menular dengan mudah</h2>
<p>Sebuah penelitian terhadap 248 infeksi virus Nipah di Bangladesh yang dilakukan selama beberapa tahun menyimpulkan bahwa sekitar sepertiga pengidap <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1805376">tertular virus dari manusia lain</a>. Para peneliti memperkirakan bahwa nilai R (reproduksi)–-jumlah orang yang kemungkinan besar akan menularkan penyakit ini kepada orang yang terinfeksi–-adalah sekitar 0,33. Ini berarti kemungkinan besar infeksi tersebut tidak akan menyebar jauh dari sumber hewannya.</p>
<p>Meskipun virus Nipah menyebabkan infeksi yang mematikan, tidak ada bukti bahwa virus ini kemungkinan akan menyebar luas di luar wilayah yang manusia atau hewan ternak mereka melakukan kontak dengan kelelawar yang terinfeksi. </p>
<p>Namun, wabah virus Nipah mungkin merupakan indikasi lain bahwa hilangnya habitat akibat serbuan manusia memaksa kontak yang lebih besar antara manusia dan hewan sehingga meningkatkan risiko <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8041730/">penularan dari hewan ke manusia</a>.</p>
<p>Meskipun nilai R-nya rendah, jika hewan yang terinfeksi diangkut ke kota-kota besar, peningkatan kepadatan populasi akan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/%20article/PMC7087654/">meningkatkan risiko penularan dari orang ke orang</a>. Ini dapat memungkinkan virus berevolusi untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7095141/">menjadi lebih mudah menular ke manusia</a> dan memicu pandemi baru.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214234/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Paul Hunter consults for the World Health Organization. He receives funding from National Institute for Health Research, the World Health Organization and the European Regional Development Fund.</span></em></p>Sebagian besar infeksi diperkirakan berasal dari kontak dengan hewan yang terinfeksi, baik kelelawar buah itu sendiri atau dari hewan perantara seperti babi.Paul Hunter, Professor of Medicine, University of East AngliaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2106742023-08-01T08:57:26Z2023-08-01T08:57:26Z“Candida auris”: jamur menular yang dapat mengancam hidup manusia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/539994/original/file-20230728-16516-uh57aj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ragi _Candida auris_ adalah patogen baru yang dapat menyebabkan infeksi serius dan berpotensi mengancam jiwa.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/es/image-illustration/candida-auris-fungi-emerging-multidrug-resistant-1501714097"> Kateryna Kon / Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Tiga bulan yang lalu, salah satu penulis artikel ini menyadari salah satu diagnosis paling menakutkan yang dapat diberikan kepada kita saat kita dirawat di rumah sakit: “ Kamu mengalami infeksi yang resisten terhadap antibiotik”. Ini berarti bahwa mikro-organisme yang membuat kita sakit tidak dapat dengan mudah dibunuh oleh antibiotik biasa, sehingga mempersulit pengobatan.</p>
<p>Meskipun kita cenderung mengaitkan resistensi antibiotik dengan infeksi bakteri, meningkatnya <a href="https://theconversation.com/infecciones-por-hongos-la-pandemia-desconocida-200660">frekuensi patologi terkait jamur</a> yang juga menghindari tindakan obat memaksa kita untuk menjadi akrab dengan istilah seperti <a href="https://es.wikipedia.org/wiki/Antif%C3%BAngico">“antijamur” atau “antifungi”</a>.</p>
<h2>Ancaman serius bagi kesehatan manusia</h2>
<p>Fakta bahwa jamur sama pentingnya dengan hewan dan tumbuhan bagi kita tidak menghalangi mereka untuk <a href="https://www.nature.com/articles/s41559-018-0721-1">dipelajari</a>. Hal ini tidak biasa mengingat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5753159/">penyakit yang disebabkannya</a> memiliki tingkat kematian yang mirip dengan tuberkulosis dan lebih dari tiga kali lipat dari malaria.</p>
<p>Angka-angka ini sangat luar biasa mengingat betapa sedikitnya yang diketahui tentang biologi patogen jamur dan kurangnya pengenalan akan efek infeksi mereka terhadap kesehatan manusia. Infeksi ini <a href="https://www.nature.com/articles/s41564-022-01112-0">berada di balik jutaan kasus penyakit</a>, termasuk <a href="https://www.elsevier.es/es-revista-enfermedades-infecciosas-microbiologia-clinica-28-articulo-aspergilosis-formas-clinicas-tratamiento-S0213005X12000316"><em>aspergillosis</em> paru</a> <a href="https://www.elsevier.es/es-revista-enfermedades-infecciosas-microbiologia-clinica-28-articulo-aspergilosis-formas-clinicas-tratamiento-S0213005X12000316">kronis</a> dan <a href="https://www.mayoclinic.org/es-es/diseases-conditions/aspergillosis/symptoms-causes/syc-20369619#:%7E:text=La%20aspergilosis%20invasiva%20solo%20se,de%20aspergilosis%20puede%20ser%20mortal.">invasif</a>, <a href="https://www.mayoclinic.org/es-es/search/search-results?q=candidiasis">kandidiasis atau infeksi yang disebabkan oleh jamur</a>, <a href="https://www.mayoclinic.org/es-es/diseases-conditions/histoplasmosis/symptoms-causes/syc-20373495">histoplasmosis atau penyakit infeksi yang disebabkan oleh spora jamur <em>Histoplasma capsulatum</em></a> atau <a href="https://www.mayoclinic.org/es-es/diseases-conditions/pneumonia/symptoms-causes/syc-20354204">pneumoniasis yaitu infeksi paru</a>. Selain penyakit-penyakit tersebut, ada jutaan pasien dengan <a href="https://aspergillosis.org/es/safs-asma-grave-con-sensibilizaci%C3%B3n-f%C3%BAngica/">asma jamur</a> dan <a href="https://www.aao.org/salud-ocular/enfermedades/queratitis-fungica">juta penderita keratitis atau peradangan pada selaput bening mata</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=419&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=419&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=419&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=526&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=526&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/531419/original/file-20230612-107201-ekh6iy.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=526&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pemindaian mikrograf elektron dengan warna semu dari ragi patogen <em>Candida tropicalis</em> YC466.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:C_tropicalis_YC466.png">Djspring / Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebuah <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240060241">laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) terbaru</a> telah mengungkapkan bahwa infeksi jamur menyebabkan lebih dari 1,5 juta kematian setiap tahunnya. <a href="https://theconversation.com/la-lista-negra-de-los-hongos-patogenos-por-que-son-tan-peligrosos-190562">Dokumen tersebut mengidentifikasi sembilan belas jamur dan ragi patogen</a> sebagai ancaman terbesar bagi kesehatan manusia. Di antara empat yang dianggap <a href="https://theconversation.com/setas-amables-y-hongos-mortales-194094">terancam punah</a> adalah ragi <em>Candida auris</em>, sebuah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29167291/">patogen baru</a> yang mampu menyebabkan infeksi serius dan mengancam jiwa.</p>
<p>Nama belakangnya, <em>auris</em>, berasal dari bahasa Latin yang berarti “telinga”, karena <a href="https://icjournal.org/DOIx.php?id=10.3947/ic.2022.0008">pertama kali terdeteksi</a> di saluran telinga pasien. Saat ini, virus ini telah menjadi <a href="https://es.wikipedia.org/wiki/Infecci%C3%B3n_nosocomial">patogen di rumah sakit</a> yang kebal terhadap banyak obat (menyebabkan infeksi di rumah sakit) di seluruh dunia. Hal ini dianggap sebagai <a href="https://doi.org/10.3390/microorganisms9040807">ancaman utama dalam lingkungan perawatan kesehatan</a>.</p>
<h2>Obat yang membidik dinding</h2>
<p>Tapi bagaimana <em>C. auris</em> menjadi begitu kuat? Untuk memahaminya, kita perlu melihat struktur sel jamur. Tidak seperti sel hewan, yang dikelilingi oleh membran lipid tipis, sel jamur diselimuti oleh dinding tebal yang memberikan bentuk dan perlindungan. </p>
<p>Dinding ini terdiri dari berbagai jenis polisakarida, yang merupakan rantai panjang molekul gula yang saling terhubung. Dua polisakarida yang ada di hampir semua dinding sel jamur adalah <a href="https://es.wikipedia.org/wiki/Quitina">kitin</a>, yang juga merupakan bagian dari kerangka luar banyak serangga, dan <a href="https://www.cancer.gov/espanol/publicaciones/diccionarios/diccionario-cancer/def/beta-glucano">beta-glukan</a>.</p>
<p>Karena sel hewan tidak memilikinya, jenis dinding sel ini merupakan target terapeutik utama untuk obat: obat yang mampu memblokir produksi kedua polisakarida tersebut akan memiliki lebih sedikit efek samping saat diaplikasikan pada pasien manusia.</p>
<p>Beberapa obat yang paling umum digunakan untuk mengobati infeksi jamur adalah <a href="https://www.elsevier.es/es-revista-revista-iberoamericana-micologia-290-articulo-equinocandinas-aspectos-aplicados-farmacologia-S1130140616000164"><em>echinocandins</em></a>. Obat-obatan ini menghentikan sel memproduksi beta-glukan, yang melemahkan dinding sel hingga tidak dapat mempertahankan bentuknya dengan baik. Sementara jamur berjuang untuk tumbuh atau terpecah-pecah, sistem kekebalan tubuh kita memiliki kesempatan yang jauh lebih baik untuk melawan infeksi.</p>
<h2>Bagaimana <em>C. auris</em> menghindari pengobatan</h2>
<p>Sayangnya, beberapa jenis <em>C. auris</em> resisten terhadap pengobatan dengan <em>echinocandins</em>. Bagaimana mereka melakukannya? Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mempelajari bagaimana jamur melawan senyawa yang dirancang untuk melemahkan atau membunuh mereka. Dalam kasus <em>echinocandins</em>, <em>C. auris</em> biasanya menggunakan tiga strategi: <a href="https://journals.asm.org/doi/10.1128/AAC.00238-18">sembunyi</a>, <a href="https://perspectivesinmedicine.cshlp.org/content/5/7/a019752">membangun kembali</a> dan <a href="https://doi.org/10.3389/fmicb.2019.02573">bermutasi</a>.</p>
<p>Mekanisme pertama adalah menyelimuti diri mereka sendiri dalam <a href="https://journals.asm.org/doi/10.1128/mSphere.00458-19">biofilm</a>, kamuflase kompleks dari gula, protein, DNA dan sel yang tahan terhadap obat. </p>
<p>Lapisan ini sangat berbahaya ketika sel jamur tumbuh pada peralatan medis seperti aerator trakea atau kateter, karena begitu dilepaskan dari biofilm, sel yang telah memperoleh kemampuan untuk melawan obat menjadi lebih berbahaya bagi pasien yang sedang diobati.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/531424/original/file-20230612-142378-gdlor4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kriptokokus paru-paru pada pasien AIDS. Histopatologi paru-paru menunjukkan septum alveolar yang melebar yang mengandung beberapa sel radang dan banyak ragi <em>Kriptokokus neoformans</em>, salah satu patogen yang termasuk dalam laporan WHO. Lapisan dalam kapsul ragi tampak bernoda merah.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Strategi kedua adalah membangun dinding sel yang berbeda. Ketika sel jamur diobati dengan <em>echinocandins</em>, mereka berhenti memproduksi beta-glukan dan <a href="https://academic.oup.com/mmy/article/50/1/2/989229?login=false">mulai membuat lebih banyak kitin</a>. Echinocandins tidak dapat menghentikan produksi kitin, sehingga jamur dapat membangun kembali dinding sel baru yang tahan dan menghindari kerusakan. Meskipun ada beberapa obat yang dapat menghentikan produksi kitin, saat ini tidak ada yang disetujui untuk penggunaan klinis.</p>
<p>Strategi ketiga adalah mengubah <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmicb.2019.02788/full">struktur kimia</a> enzim penghasil beta-glukan sehingga echinocandins tidak dapat menghalanginya. Mutasi ini memungkinkan produksi polisakarida ini terus berlanjut meskipun ada obat. Tidak mengherankan jika <em>Candida auris</em> menggunakan strategi ini untuk melawan obat antijamur, karena strategi ini sangat efektif untuk menjaga sel tetap hidup.</p>
<h2>Taktik baru dalam perang melawan jamur</h2>
<p>Para ilmuwan sedang mencari taktik untuk memerangi infeksi jamur yang resisten terhadap <em>echinocandin</em>. Pendekatan pertama adalah menemukan obat baru. Sebagai contoh, dua obat yang sedang dikembangkan, <a href="https://doi.org/10.3390/antibiotics9050227"><em>rezafungin</em></a> dan <a href="https://doi.org/10.4155%2Ffmc-2018-0465"><em>ibrexafungerp</em></a>, tampaknya dapat menghentikan produksi beta-glukan bahkan pada jamur yang kebal <em>echinocandin</em>.</p>
<p>Strategi pelengkap adalah dengan menguji kemanjuran kelas enzim yang disebut <a href="https://www.cun.es/diccionario-medico/terminos/glucosidasa#:%7E:text=f.,se%20le%20denomina%20denomina%20enzima%20desramificante.">glukosidase</a>. Beberapa protein ini secara aktif menghancurkan dinding sel jamur, secara bersamaan membelah beta-glukan dan kitin, yang dapat membantu mencegah jamur bertahan hidup pada peralatan rumah sakit.</p>
<p>Tujuan akhir dari penelitian ini adalah untuk memberikan terapi yang efektif dan mencegah penyebaran infeksi resisten, sebuah pertempuran melawan jamur patogen yang sedang dilakukan di laboratorium dan rumah sakit di seluruh dunia. Pada akhirnya, mari kita berharap bahwa suatu hari nanti para dokter akan sering mengatakan kepada pasien mereka: “ Kamu terkena infeksi jamur, tetapi sekarang kami memiliki pengobatan yang baik”.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Spanyol</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210674/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Manuel Peinado Lorca adalah anggota Kelompok Keanekaragaman Hayati Federal PSOE.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>José Miguel Sanz Anquela tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Setiap tahun, lebih dari 1,5 juta orang meninggal akibat infeksi jamur, angka yang disebabkan oleh resistensi obat yang dikembangkan oleh mikroorganisme ini.Manuel Peinado Lorca, Catedrático de Universidad. Director del Real Jardín Botánico de la Universidad de Alcalá, Universidad de AlcaláJosé Miguel Sanz Anquela, Profesor Honorífico. Departamento de Medicina y Especialidades Médicas, Universidad de AlcaláLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2039192023-04-25T11:33:58Z2023-04-25T11:33:58ZBagaimana suhu dan polusi yang lebih tinggi mempengaruhi nyamuk penular malaria<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/522012/original/file-20230420-28-wsn0az.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tiga spesies nyamuk dewasa: nyamuk rumah biasa, dan vektor malaria An. arabiensis dan An. funestus. </span> <span class="attribution"><span class="source">Supplied</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Malaria Sedunia, 25 April.</em></p>
<p>Pada 2017, malaria membunuh <a href="https://www.who.int/health-topics/news-room/fact-sheets/detail/malaria">435 ribu</a> orang di seluruh dunia. Sebagian besar kasus kematian – 403 ribu – terjadi di benua Afrika. Mayoritasnya di <a href="https://www.who.int/health-topics/news-room/detail/19-11-2018-who-and-partners-launch-new-country-%20led-respons-to-put-stalled-malaria-control-efforts-back-on-track">Afrika sub-Sahara</a>.</p>
<p>Saya dan kolega di <a href="http://www.nicd.ac.za/centres/centre-for-emerging-zoonotic-and-parasitic-diseases/">Institut Nasional untuk Penyakit Menular</a> melacak kasus malaria dan perilaku nyamuk di Afrika Selatan.</p>
<p>Kami, dalam penelitian, mengamati tiga aspek utama. Salah satunya adalah pengaruh aktivitas manusia terhadap biologi nyamuk. Di sini kami <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0192551">melihat</a> efek polusi logam berat pada berbagai ciri riwayat hidup serta ekspresi resistensi insektisida di <em>Anopheles arabiensis</em>, yang merupakan salah satu spesies nyamuk yang menularkan penyakit malaria.</p>
<p>Kami juga melakukan <a href="https://malariajournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12936-018-2250-4">penelitian</a> mengenai dampak perubahan iklim terhadap kemanjuran insektisida yang ditujukan untuk vektor malaria.</p>
<p>Kami kemudian melihat bagaimana efek <a href="https://malariajournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12936-017-1720-4">suhu yang hangat</a> pada vektor malaria utama, <em>An. arabiensis</em>.</p>
<p>Nyamuk <em>An. arabiensis</em> sangat sulit dikendalikan. Selain resistensi insektisida yang sudah dilaporkan, mereka cenderung menghindari jaring dan dinding yang diberi insektisida. Nyamuk ini juga cenderung menggigit orang di luar ruangan, tempat ini hanya sedikit yang bisa dilakukan untuk perlindungan.</p>
<p>Riset kami bertujuan untuk memahami aspek biologi nyamuk kompleks ini untuk melacak bagaimana perubahan lingkungan mempengaruhi perilaku hewan ini. Mudah-mudahan ini akan menginformasikan strategi pengendalian malaria dan membawa kita lebih dekat untuk menghilangkan penyakit ini.</p>
<h2>Racun-racun</h2>
<p>Tahap larva nyamuk adalah akuatik atau hidup dekat air. Tahap rentan ini sangat penting untuk kesejahteraan nyamuk dewasa. Ini mirip dengan kesehatan bayi manusia akan menentukan kesehatan masa depan orang dewasa.</p>
<p>Banyak faktor lingkungan larva memiliki efek mendalam pada kesejahteraan nyamuk dewasa. Ini termasuk suhu lingkungan, tingkat kepadatan, dan akses nutrisi. Namun, aktivitas manusia telah mengakibatkan peningkatan tingkat polusi air, dan jentik nyamuk terpapar lebih banyak racun.</p>
<p>Hal ini berdampak besar pada nyamuk penular malaria. Serangga ini biasanya berkembang biak di air bersih, tapi telah beradaptasi dengan berkembang biak di air yang tercemar. Ini berarti vektor malaria sekarang berpotensi meningkatkan jangkauan mereka ke daerah yang malaria biasanya tidak terjadi.</p>
<p><a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0192551">Penelitian kami menunjukkan</a> bahwa sumber air yang tercemar menjadi tempat berkembang biak nyamuk yang toleran atau tahan terhadap berbagai racun. Kami menemukan bahwa nyamuk dewasa yang terpapar logam sejak tahap larva menjadi resisten terhadap insektisida.</p>
<p>Saat ini kami tidak tahu apakah nyamuk yang resisten terhadap insektisida atau rentan lebih baik dalam menularkan malaria. Tapi aktivitas pencemaran menghasilkan perluasan jangkauan dan perubahan prosedur seleksi pada nyamuk.</p>
<h2>Suhu pada insektisida dan nyamuk</h2>
<p>Penelitian lebih lanjut yang kami lakukan menunjukkan bahwa suhu tinggi juga mempengaruhi <a href="https://malariajournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12936-018-2250-4">kemanjuran (efikasi) insektisida tertentu</a>.</p>
<p>Insektisida umumnya digunakan sebagai intervensi kesehatan masyarakat terhadap vektor malaria di beberapa negara Afrika seperti Afrika Selatan, Kamerun, dan Kenya. Mereka adalah bagian penting dari kebijakan dan strategi pengendalian malaria untuk menghilangkan penyakit tersebut.</p>
<p>Temuan kami penting dalam upaya menentukan kemanjuran insektisida yang saat ini digunakan. Namun, penelitian kami berbasis di laboratorium dalam kondisi terkontrol sehingga masih harus diuji dalam kehidupan nyata. Pasalnya, suhu yang berbeda dapat memiliki efek yang berbeda. Kondisi lingkungan juga bervariasi dan dapat berdampak pada kemanjuran insektisida.</p>
<p>Terkait nyamuk, penelitian kami menunjukkan bahwa suhu dapat berdampak signifikan pada siklus hidup serangga ini. Misalnya, perubahan iklim dapat mempengaruhi distribusi vektor malaria. Kami mempelajari bagaimana kenaikan suhu mempengaruhi vektor utama malaria. Kami berfokus secara khusus pada bagaimana vektor yang resisten terhadap insektisida terpengaruh vektor yang rentan terhadap insektisida.</p>
<p>Nyamuk yang mengembangkan resistensi <a href="https://malariajournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12936-017-1720-4">lebih toleran atau mampu bertahan terhadap </a> suhu tinggi dibandingkan nyamuk yang tidak resisten. Ini berarti bahwa ketika suhu naik, maka nyamuk bisa kebal terhadap insektisida. Ini akan mempersulit pengendalian malaria.</p>
<h2>Mengapa kita harus khawatir</h2>
<p>Aktivitas manusia mendorong evolusi nyamuk. Kegiatan pencemaran mengakibatkan nyamuk penular malaria meluas ke daerah yang sebelumnya tidak ada. Adaptasi terhadap polusi air menghasilkan peningkatan toleransi terhadap pestisida.</p>
<p>Nyamuk yang tahan insektisida atau toleran lebih baik mengatasi polutan yang lebih beracun. Saat ini tidak diketahui apakah nyamuk ini lebih mungkin menularkan malaria daripada nyamuk yang rentan terhadap insektisida.</p>
<p>Para ilmuwan baru mulai mengungkap apa artinya ini bagi pemberantasan malaria.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203919/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Shüné Oliver receives funding from the National Research Foundation and the National Health Laboratory Service Research Trust.</span></em></p>Perubahan iklim dapat mempengaruhi distribusi vektor malaria. Kami berfokus secara khusus pada bagaimana vektor yang resisten terhadap insektisida terpengaruh vektor yang rentan terhadap insektisida.Shüné Oliver, Medical scientist, National Institute for Communicable DiseasesLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2025112023-03-24T07:28:44Z2023-03-24T07:28:44ZTuberkulosis sulit dikendalikan, tenaga kefarmasian bisa berperan optimal untuk atasi masalah TB di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/517358/original/file-20230324-23-nr74wu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tenaga kesehatan merontgen thorax pasien di RSUD Kota Tangerang, Banten, 21 Maret 2023, untuk deteksi tuberkulosis.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1679375111&getcod=dom">ANTARA FOTO/Fauzan/aww.</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini diterbitkan untuk memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia 24 Maret.</em> </p>
<p>Data terbaru dari <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">Badan Kesehatan Dunia (WHO)</a> menunjukkan 10,6 juta orang menderita tuberkulosis (TB) di dunia dengan jumlah kematian akibat TB mencapai 1,4 juta orang pada 2022.</p>
<p>Kondisi di Indonesia tidak kalah mengkhawatirkan. Negara kita merupakan negara <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">terbesar kedua di dunia setelah India</a> dengan kasus TB baru mencapai 969 ribu orang dan angka kematian sebanyak 144 ribu orang. </p>
<p>Kondisi semakin diperparah dengan belum optimalnya pelaporan kasus dan keberhasilan pengobatan TB di Indonesia. Angka pelaporan kasus TB masih berada pada angka 45,7% dengan cakupan pengobatan masih <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">kurang dari separuh, hanya 45% dari total kasus yang diestimasi</a>.</p>
<p><a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-021-12005-y">Studi sebelumnya yang kami lakukan pada 2021 menunjukkan</a> faktor aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pengobatan yang berkualitas dan ketidakpatuhan pengobatan telah berkontribusi terhadap kegagalan pengobatan TB di Indonesia.</p>
<p>Kompleksitas permasalahan TB mendorong WHO untuk memformulasikan strategi global dalam pencapaian target eliminasi TB. Salah satu di antaranya adalah mendorong keterlibatan semua sektor dalam penanganan TB, termasuk kefarmasian. </p>
<h2>Permasalahan TB di Indonesia</h2>
<p>Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis yang dapat ditularkan melalui udara. Kemudahan penularan tersebut menyebabkan TB menjadi penyakit yang tidak mudah dikendalikan. </p>
<p>Permasalahan menjadi kompleks ketika ditemukan kuman TB yang kebal terhadap pengobatan lini pertama TB atau dikenal dengan istilah TB Resisten Obat (TB RO). </p>
<p>Adanya kuman kebal obat tersebut menyebabkan pengobatan semakin kompleks yakni pasien TB RO harus menuntaskan pengobatan selama 9 hingga 24 bulan dengan mengkonsumsi jenis obat yang bervariasi.</p>
<p>Meski angka keberhasilan keseluruhan jenis pengobatan TB relatif tinggi (85%), namun keberhasilan pengobatan pada kasus TB resisten obat berganda masih relatif rendah, yaitu <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789240061729">sebesar 47%</a>.</p>
<p>Hal tersebut menandakan lebih dari separuh pasien TB resisten obat ganda yang menjalani pengobatan mengalami kegagalan pengobatan berupa kematian, resistensi lebih lanjut, tidak sembuh, tidak melanjutkan pengobatan atau hilang kontak.</p>
<p>Gambaran data TB di tingkat nasional menyiratkan terdapat dua permasalahan utama dalam pengendalian TB di Indonesia, yaitu belum optimalnya pelaporan kasus dan keberhasilan pengobatan TB. </p>
<p>Rendahnya angka pelaporan TB dapat disebabkan oleh kegagalan sistem kesehatan dalam mendata dan melaporkan kasus TB yang telah terdiagnosis, baik yang berada di fasilitas kesehatan publik maupun swasta. </p>
<p>Namun kemungkinan lain yang lebih mengerikan lagi adalah kegagalan sistem kesehatan dalam menemukan, mendiagnosis, dan mengobati kasus TB yang ada di masyarakat. Hal ini berdampak pada penularan TB yang semakin masif di masyarakat. </p>
<p>Kegagalan pengobatan TB juga masih banyak dilaporkan dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya, seperti dalam <a href="https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-021-12005-y">temuan studi kami</a>.</p>
<p>WHO menekankan bahwa TB merupakan permasalahan multidimensi yang tidak hanya bertumpu pada aspek medis saja. Namun, juga melibatkan aspek-aspek ilmu pengetahuan,teknologi, manajerial, sosial, politik, dan budaya. </p>
<p>Oleh karena itu, penyelesaian yang melibatkan semua pihak sangat diperlukan sehingga dapat melahirkan terobosan baru dalam menyelesaikan masalah TB di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kegagalan-pengobatan-tuberkulosis-banyak-terjadi-di-indonesia-173267">Mengapa kegagalan pengobatan tuberkulosis banyak terjadi di Indonesia?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Peran tenaga kefarmasian untuk kendalikan TB</h2>
<p>Paradigma dunia kefarmasian telah berubah. </p>
<p>Saat ini, orientasi pelayanan kefarmasian tidak hanya berfokus pada aktivitas penyediaan obat saja, namun juga berfokus pada kerasionalan penggunaan obat yang berorientasi pada luaran pengobatan. </p>
<p>Atas dasar tersebut, pelayanan langsung kepada pasien untuk memastikan rasionalitas dan luaran pengobatan yang optimal menjadi bagian yang terintegrasi dalam pelayanan kefarmasian modern. </p>
<p>Inovasi pelayanan kefarmasian dalam pengendalian penyakit TB telah berkembang. Saya dan tim melakukan studi tinjauan sistematis terhadap 201 artikel ilmiah yang relevan terkait dengan pelayanan kefarmasian TB di luar negeri. </p>
<p>Studi-studi yang ada menunjukkan berbagai model pelayanan kefarmasian TB baik dalam <em>setting</em> komunitas (apotek, puskesmas) maupun rumah sakit. </p>
<p>Pada <em>setting</em> komunitas, model pelayanan kefarmasian mencakup berbagai jenis pelayanan. Seperti, pelayanan untuk meningkatkan penemuan kasus TB di masyarakat melalui aktivitas skrining dan rujukan kasus TB. Lalu pelayanan pemeriksaan dan pembacaan <a href="https://www.health.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0028/638218/tb-testing-indonesian.pdf">tes tuberkulin</a> untuk penegakan diagnosis TB laten (TB yang tidak bergejala). </p>
<p>Selain itu, ada praktik kolaborasi untuk meningkatkan penyelesaian pengobatan pasien TB melalui pemantauan dan penyelesaian permasalahan mengenai pengobatan. </p>
<p>Studi di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7356437/">Pakistan</a> menunjukkan keberhasilan tenaga kefarmasian dalam penemuan kasus TB di masyarakat. Dari 500 apotek yang terlibat, sebanyak 1.901 pengunjung apotek telah dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan TB lanjutan. </p>
<p>Dari total rujukan tersebut, sebanyak 547 pengunjung dinyatakan positif TB melalui pemeriksaan lanjutan tersebut.</p>
<p>Selain itu, studi di <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8083186/">Amerika Serikat (AS) menunjukkan</a> keberhasilan tenaga kefarmasian dalam pelayanan uji tuberkulin untuk memberikan akses yang mudah bagi masyarakat dalam pemeriksaan TB laten. </p>
<p>Sebanyak 94 apoteker yang dilatih secara intensif berhasil melakukan tes tuberkulin terhadap 578 orang dan 92,73% pasien tersebut berhasil kembali lagi untuk pembacaan hasil tes. </p>
<p>Dalam praktik kolaborasi dalam penyelesaian pengobatan, <a href="https://www.cdc.gov/pcd/issues/2020/19_0263.htm">studi di AS</a> menunjukkan keberhasilan tenaga kefarmasian untuk terlibat dalam meningkatkan penyelesaian pengobatan pasien TB laten. </p>
<p>Dari 40 pasien TB laten yang dimonitor oleh apoteker, tercatat 398 kali kunjungan konsultasi tatap muka antara pasien dan apoteker. </p>
<p>Studi tersebut menunjukkan 75% pasien berhasil menyelesaikan pengobatannya. Sisanya mengalami penghentian pengobatan akibat efek samping obat yang di deteksi oleh apoteker dan dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk tindakan lebih lanjut. </p>
<p>Hal yang menarik juga adalah keterlibatan apoteker berhasil menghemat waktu dari tenaga kesehatan publik (puskesmas) dalam penanganan pasien TB laten <a href="https://www.cdc.gov/pcd/issues/2020/19_0263.htm">sebanyak 143 jam</a>. Ini terjadi karena adanya kolaborasi praktik dengan tenaga kefarmasian di sektor swasta.</p>
<p>Pada <em>setting</em> rumah sakit, model pelayanan kefarmasian mencakup aktivitas mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan terkait dengan obat, seperti ketidaktepatan jenis obat dan dosis, kejadian efek samping obat, adanya interaksi obat, dan ketidakpatuhan pengobatan. </p>
<p>Pelayanan-pelayanan tersebut melibatkan aktivitas kolaborasi bersama tim medis di rumah sakit. Aktivitasnya meliputi monitoring pengobatan, konsultasi obat, informasi, dan edukasi pasien TB baik yang bersifat tatap muka atau pun melalui media komunikasi (telepon, internet). </p>
<p>Studi di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29267800/">Brazil</a> menunjukkan kemampuan apoteker rumah sakit dalam mengidentfikasi 128 kejadian terkait dengan permasalahan dengan pengobatan pada 62 pasien TB yang dimonitor. </p>
<p>Permasalahan yang ditemukan meliputi adanya pengobatan yang tidak perlu digunakan, perlunya penambahan jenis obat, dosis terlalu rendah, kejadian reaksi obat tidak dikehendaki dan ketidakpatuhan pengobatan.</p>
<p>Sebanyak 115 intervensi atas permasalahan tersebut dilakukan oleh apoteker yang menunjukkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29267800/">mayoritas intervensi berdampak pada hasil yang positif</a> terhadap luaran pengobatan pasien TB.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tuberkulosis-diabetes-melitus-makin-mengkhawatirkan-bagaimana-mengatasinya-114181">Tuberkulosis-diabetes melitus makin mengkhawatirkan, bagaimana mengatasinya?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Tantangan penerapan pelayanan kefarmasian TB di Indonesia</h2>
<p>Tenaga kefarmasian di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam berkontribusi terhadap pengendalian permasalahan TB di Indonesia. </p>
<p>Dua studi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2666606520300596">di Indonesia</a> menunjukkan <a href="https://academic.oup.com/jid/article/216/suppl_7/S724/4595551?login=false">sarana apotek merupakan salah satu tempat utama</a> untuk mendapatkan pengobatan pertama terhadap gejala TB pada pasien-pasien TB yang belum terdiagnosis. </p>
<p>Studi ini menunjukkan tingginya potensi terhadap penemuan kasus TB di apotek. Selain itu, sarana apotek yang tersebar luas bahkan hingga tingkat kecamatan menjadikan apotek sebagai sarana kesehatan yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.</p>
<p>Mereka juga dapat mendukung program puskesmas dalam melakukan upaya pendeteksian kasus dan pendampingan pengobatan pasien TB. </p>
<p>Meski demikian, terdapat berbagai tantangan dalam implementasi pelibatan tenaga kefarmasian dalam penanganan TB di Indonesia. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9258488/">Survei yang kami lakukan pada 1.129 tenaga kefarmasian di 979 apotek</a> di wilayah timur, tengah dan barat Indonesia, menunjukkan masih minimnya praktik <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9258488/">penemuan kasus</a> dan pendampingan pengobatan TB di apotek. </p>
<p>Faktor penting yang mempengaruhi minimnya praktik pelayanan kefarmasian tersebut, antara lain, minimnya paparan pelatihan terhadap tenaga kefarmasian. Hal itu menyebabkan pengetahuan terbaru dalam penanganan pasien TB dan kesadaran akan permasalahan TB belum optimal. </p>
<p>Studi tersebut juga menyiratkan terdapat faktor ekternal lainnya yang mempengaruhi praktik kefarmasian, meski mayoritas partisipan menunjukkan sikap internal yang positif terhadap praktik pelayanan kefarmasian TB tersebut.</p>
<p>Strategi yang komprehensif sangat diperlukan untuk pelibatan apoteker dalam mendukung penanganan TB di Indonesia.</p>
<p><a href="https://implementationscience.biomedcentral.com/articles/10.1186/1748-5908-8-35">Flottorp dan koleganya (2013) dari Norwegian Knowledge Centre for the Health Services Oslo telah memformulasikan</a> beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi pelayanan kesehatan. Aspek itu antara lain ketersediaan petunjuk pelaksanaan, penguatan sumber daya, adanya sistem insentif, interaksi profesional yang baik, kemudahan dan kenyamanan pasien, kemampuan perubahan organisasi, dan adanya dukungan sosial, politik dan regulasi. </p>
<p>Kementerian Kesehatan sebagai pemimpin sektoral dalam penanganan TB perlu mendorong sistem praktik kefarmasian yang terintegrasi dengan program TB nasional dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut. Sehingga, akan tercipta sistem pelayanan kefarmasian yang terkoneksi langsung dengan program-program pencapaian target eliminasi TB di Indonesia. </p>
<p>Kolaborasi sangat dibutuhkan di antara pemangku kepentingan dalam implementasi praktik peyanan kefarmasian TB. Pemerintah pusat dan daerah, pengelola program TB, organisasi profesi, jejaring peneliti TB, dan masyarakat perlu bersama-sama dalam membangun sistem praktik kefarmasian yang efektif dan berkesinambungan.</p>
<p>Kita berharap, hadirnya inovasi-inovasi baru dalam pendekatan penyelesaian permasalahan TB dapat mengakselerasi pencapaian target eliminasi TB di Indonesia <a href="https://www.stoptbindonesia.org/single-post/model-enam-intervensi-untuk-eliminasi-tbc-2030-di-indonesia">pada 2030</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/202511/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ivan Surya Pradipta merupakan peneliti di bidang farmasi klinik, studi penggunaan obat dan farmakoepidemiologi. Ia juga merupakan anggota Jejaring Riset Tuberkulosis (JetSet TB) Indonesia.
</span></em></p>TB merupakan permasalahan multidimensi yang tidak hanya bertumpu pada aspek medis, tapi juga melibatkan aspek-aspek ilmu pengetahuan, sosial, politik, dan budaya.Ivan Surya Pradipta, Peneliti di Departemen Farmakologi & Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi, Universitas PadjadjaranLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2016842023-03-17T06:10:24Z2023-03-17T06:10:24ZKlad virus flu burung di Kamboja begitu cepat terindetifikasi, kenapa bisa begitu?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/515992/original/file-20230317-28-ghz8kj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Hasil analisis mikroskop elektron transmisi (TEM) berwarna dari partikel virus influenza A, berwarna merah dan emas.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/niaid/52736747256/">Flickr.com/NIAID</a></span></figcaption></figure><p>Seorang gadis kecil berusia 11 tahun di <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON445">Provinsi Khett Prey Veng, Kamboja, pada awal tahun ini</a> meninggal akibat terinfeksi virus flu burung subtipe H5N1, yang diumumkan pada 23 Februari 2023 lalu. </p>
<p>Sehari berikutnya, laporan kedua menyatakan sebuah keluarga yang diketahui memiliki kontak erat dengan kasus gadis kecil itu juga terinfeksi virus tersebut.</p>
<p>Kasus di atas adalah dua kasus yang terjadi di Kamboja sejak 2014. Jika dilihat kembali ke belakang, infeksi virus flu burung tercatat sudah ada di Kamboja sejak 2003. Virus tersebut menginfeksi unggas liar dan penularan dari unggas ke manusia secara sporadis tercatat sejak saat itu hingga 2014.</p>
<p>Salah satu hal yang menarik dari kasus flu burung pada manusia di Kamboja kali ini adalah pemetaan urutan genom lengkap virus flu burung dapat diperoleh dan diungkap dalam waktu yang sangat singkat, yaitu sekitar 24 jam. Genom virus itu adalah subtipe H5N1. </p>
<p>Pemetaan yang cepat itu dapat membantu para peneliti dan <a href="https://www.routledge.com/Avian-Influenza-Science-Policy-and-Politics/Scoones/p/book/9781849710961">pembuat kebijakan untuk mengambil kebijakan dan tindakan yang lebih cepat</a> sehingga potensi penyebarannya bisa ditekan. </p>
<h2>Hasil analisis teknologi biologi molekuler dan bioinformatika</h2>
<p>Secara taksonomi, virus flu burung <a href="https://www.bv-brc.org/view/Taxonomy/11320">digolongkan pada famili <em>Orthomyxoviridae</em>, genus <em>Alphainfluenzavirus</em> dan spesies <em>Influenza A virus</em></a>. Virus ini memiliki <a href="https://www.mdpi.com/2076-2607/11/2/529">genom berupa RNA dan delapan segmen</a> atau bagian yang menyandikan protein PB2, PB1, PA, HA, NP, NA, MP, dan NS. </p>
<p><a href="https://www.rcsb.org/structure/4MHI">Protein HA atau hemagglutinin</a>, sebuah glikoprotein antigenik, ditemukan pada permukaan virus influenza dan bertanggung jawab untuk mengikat virus pada sel inang (Gambar 1). </p>
<p>Secara epidemiologi, virus ini banyak tersebar khususnya pada unggas di daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Sejauh ini, <a href="https://theconversation.com/kapan-kita-harus-khawatir-tentang-flu-burung-saat-mulai-menular-dari-manusia-ke-manusia-tapi-belum-ada-bukti-bahwa-itu-terjadi-201203">belum ada bukti bahwa virus ini telah menyebar atau menular dari manusia ke manusia</a>. Sebagian kecil orang menjadi sakit karena kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/515988/original/file-20230317-14-ltqkjj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515988/original/file-20230317-14-ltqkjj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=1129&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515988/original/file-20230317-14-ltqkjj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=1129&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515988/original/file-20230317-14-ltqkjj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=1129&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515988/original/file-20230317-14-ltqkjj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1419&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515988/original/file-20230317-14-ltqkjj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1419&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515988/original/file-20230317-14-ltqkjj.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1419&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Struktur kristal hemagglutinin virus influenza A H5N1 dari isolat virus A/goose/Guangdong/1/96. Gambar ini diperoleh dari pangkalan data Protein Data Bank dengan PDB ID: 4MHI dan divisualisasikan dengan Mol* Viewer.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Teknologi terbaru biologi molekuler dan bioinformatika punya peran besar untuk <a href="https://www.mdpi.com/2076-0817/12/1/36">segera mendeteksi klad (suatu kelompok taksonomi yang memiliki satu moyang yang sama) virus</a>. Kecepatan pemetaan genom virus flu burung di Kamboja ini diungkap oleh jurnalis sains, Smriti Mallapaty, yang wawancaranya dengan Dr. Erik Karlsson dari <em>Pasteur Institute of Cambodia</em>, Phnom Penh dimuat di <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-023-00585-1"><em>Nature</em></a>. </p>
<p>Sampel didapatkan dan dianalisis oleh <em>International Health Regulations</em> (IHR) <em>National Focal Point</em> (NFP) Kamboja, selanjutnya dibawa ke <a href="https://www.pasteur-kh.org/virology-2/">laboratorium Dr. Erik Karlsson</a> untuk analisis lanjutan terkait dengan pemetaan genomnya. Dalam 24 jam hasilnya sudah diketahui. </p>
<p>Di negara berkembang, misalnya Indonesia, pemetaan genom paling cepat dilakukan sekitar satu bulan karena pembacaan urutan kode genetik lengkap gen HA cukup lama karena keterbatasan fasilitas penelitian. Tapi di Kamboja dengan fasilitas yang memadai dan teknologi terkini, Dr. Erik Karlsson hanya perlu waktu sehari semalam untuk memetakan urutan lengkap genom virus tersebut.</p>
<p>Percepatan ini menunjukkan bagaimana pandemi COVID-19 telah meningkatkan kemampuan <a href="https://bnrc.springeropen.com/articles/10.1186/s42269-021-00657-0">pemetaan genom serta analisis dan <em>data sharing</em> dengan sangat cepat</a>.</p>
<p>Data urutan genom lengkap virus flu burung subtipe H5N1 ini telah dapat diakses oleh publik di <a href="https://gisaid.org">pangkalan data EpiFlu GISAID</a> dengan nama isolat A/Cambodia/NPH230032/2023 (ID: EPI_ISL_17024123). </p>
<p>Berdasarkan data yang telah dipublikasikan, besaran ukuran masing-masing gen adalah sebagai berikut: PB2 (2280 pasang basa), PB1 (2274 pasang basa), PA (2151 pasang basa), HA (1704 pasang basa), NP (1497 pasang basa), NA (1350 pasang basa), MP (982 pasang basa), dan NS (823 pasang basa).</p>
<p>Pada kasus ini, konsentrasi virus dalam sampel yang diperoleh dari nasofaring pasien cukup tinggi sehingga dapat menunjang pemetaan genom virus dengan cepat. Jika konsentrasi virus rendah pada sampel, maka hal yang perlu dilakukan adalah <a href="https://link.springer.com/protocol/10.1007/978-1-0716-0346-8_12">menumbuhkan virus dari sampel tersebut menunggunakan kultur sel atau telur ayam berembrio (TAB)</a>. Hal ini dapat memakan waktu cukup lama, sekitar tiga hari.</p>
<p>Ringkasnya, Dr. Erik Karlsson mendapatkan hasil dengan analisis biologi molekuler dan bioinformatika bahwa <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-023-00585-1">virus yang menginfeksi warga Kamboja pada Februari lalu adalah virus flu burung dari klad 2.3.2.1c</a>. </p>
<p>Klad virus tersebut adalah klad yang endemik di Kamboja. Pada 2014, klad virus ini telah menyebabkan sejumlah infeksi pada unggas dan manusia. </p>
<p>Sebelumnya, muncul beberapa dugaan dan kekhawatiran bahwa korban jiwa tersebut terinfeksi <a href="https://www.who.int/publications/m/item/assessment-of-risk-associated-with-recent-influenza-a(h5n1)-clade-2.3.4.4b-viruses">klad virus 2.3.4.4b</a>. Klad ini tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan banyak masalah di Amerika dan Eropa.</p>
<p>Saat ini, dengan <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-030-63761-3_47">perkembangan ilmu biologi molekuler dan bioinformatika yang pesat</a>, terutama sejak pandemi COVID-19, pelacakan terhadap genom virus atau agen infeksius tertentu yang berpotensi menjadi penyakit mematikan terhadap manusia telah banyak dipetakan.</p>
<p>Genom yang telah dipetakan dari Kamboja menjadi hal yang penting bagi pusat penelitian veteriner di seluruh dunia untuk mempelajari penularan dan patogenisitas atau tingkat keganasan virus, <a href="https://www.mdpi.com/1999-4915/13/6/1011">termasuk pada model hewan mamalia</a>, seperti <a href="https://scholar.unair.ac.id/en/publications/the-first-pathogenicity-analysis-report-in-mice-with-two-h9n2-sub">mencit</a>, tikus, kelinci, dan <a href="https://medicopublication.com/index.php/ijfmt/article/view/10707">ferret (hewan semacam musang)</a>.</p>
<h2>Virus flu burung menginfeksi manusia dan potensi pandemi selanjutnya</h2>
<p>Temuan kasus <a href="https://www.cdc.gov/flu/avianflu/communication-resources/bird-flu-origin-infographic.html">infeksi virus flu burung pertama pada manusia tercatat di Cina dan Hong Kong pada 1997</a>. Saat itu, enam orang meninggal dari 18 orang yang terinfeksi virus flu burung dari unggas.</p>
<p>Sejak saat itu, dalam rentang waktu antara 2003 dan 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatatkan lebih dari 850 infeksi (19 negara) pada manusia. </p>
<p>Lebih dari 50% infeksi virus flu burung pada manusia telah mengakibatkan kematian.</p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/02/28/menakar-ancaman-flu-burung">Indonesia adalah negara dengan korban jiwa tertinggi di dunia</a> akibat dari virus flu burung H5N1. Sejak 2005 hingga 2017, sekitar 168 orang meninggal dari total 200 orang terinfeksi.</p>
<p>Pada kasus di Kamboja kali ini, belum diketahui secara pasti bagaimana dan mengapa virus dapat menginfeksi dari unggas ke manusia. Menurut <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-023-00585-1">laporan Smriti Mallapaty</a>, ada banyak faktor yang perlu diselidiki. </p>
<p>Termasuk di antara faktor-faktor tersebut adalah situasi pandemi COVID-19, yang meningkatkan jumlah peternakan unggas di halaman belakang rumah warga. Selain itu, perubahan kesehatan masyarakat, misalnya kekurangan gizi atau kelebihan berat badan, dapat menyebabkan manusia lebih rentan tertular oleh virus.</p>
<p>Kita berharap bahwa kasus yang terjadi di Kamboja bersifat regional dan tidak dengan mudah menyebar seperti pandemi COVID-19. Namun, kita juga tidak dapat mencegah hal yang lebih besar dapat terjadi di depan.</p>
<p>Saat ini, <a href="https://asean.org/wp-content/uploads/2012/07/HPAI-Strategies.pdf">pemantauan yang bersifat preventif terhadap unggas dapat dilakukan oleh negara ASEAN</a>. Misalnya pengawasan pasar unggas dan penilaian terhadap kondisi kesehatan unggas yang ada. </p>
<p>Hal ini sama dengan <a href="https://rjptonline.org/AbstractView.aspx?PID=2021-14-10-85">apa yang terjadi pada pandemi COVID-19</a>, yaitu seharusnya ada pemantauan berkala terhadap kelelawar liar yang hidup di Asia Tenggara.</p>
<p>Di sisi lain, peneliti dapat bergerak lebih jauh dengan <a href="https://microbiologyjournal.org/genetic-variant-of-sars-cov-2-isolates-in-indonesia-spike-glycoprotein-gene/">membandingkan genom virus</a> tersebut dengan data virus yang ada di negara sekitar. Bagaimana <a href="https://www.teknolabjournal.com/index.php/Jtl/article/view/297">pola mutasi yang terjadi pada genomnya hingga analisis penunjang lainnya</a>. </p>
<p>Selain itu, evaluasi vaksin yang telah diproduksi dan pengembangan alat berkaitan dengan diagnostik dengan tes berbasis antibodi juga menjadi hal yang sangat penting.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201684/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arif Nur Muhammad Ansori tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pada kasus di Kamboja kali ini, belum diketahui secara pasti bagaimana dan mengapa virus dapat menginfeksi dari unggas ke manusia.Arif Nur Muhammad Ansori, Peneliti dan Asisten Dosen, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2019582023-03-16T07:36:49Z2023-03-16T07:36:49ZCOVID, flu burung, mpox – ahli virus jelaskan mengapa wabah akibat virus terus bermunculan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/515723/original/file-20230316-24-hu3ken.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Kateryna Kon/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Dari <a href="https://theconversation.com/european-outbreak-of-monkeypox-what-you-need-to-know-183298">wabah mpox</a> yang meluas (sebelumnya disebut <em>monkeypox</em>, cacar monyet) pada 2022, lalu situasi flu burung yang berkembang saat ini, sampai <a href="https://www.afro.who.int/countries/equatorial-guinea/news/equatorial-guinea-confirms-first-ever-marburg-virus-disease-outbreak">kasus virus Marburg</a> baru-baru ini di Guinea Khatulistiwa, Afrika Tengah, kita mendapati bahwa COVID tidak mendominasi berita utama seperti sebelumnya. Sebaliknya, kita kerap mendengar wabah virus baru atau yang muncul kembali.</p>
<p>Apakah insiden wabah virus meningkat? Atau, apakah kemampuan kita mendeteksi wabah menjadi lebih baik berkat pesatnya inovasi teknologi selama pandemi COVID? Jawabannya mungkin sedikit dari keduanya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/three-years-on-the-covid-pandemic-may-never-end-but-the-public-health-impact-is-becoming-more-manageable-198013">Three years on, the COVID pandemic may never end – but the public health impact is becoming more manageable</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ada sekitar 1,67 juta virus yang belum diidentifikasi yang saat ini menginfeksi mamalia dan burung. Dari jumlah tersebut, kira-kira <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8204831/">827 ribu di antaranya</a> berpotensi menginfeksi manusia.</p>
<p>Untuk memahami bagaimana virus muncul, kita perlu kembali ke awal kehidupan di Bumi. Ada beberapa teori tentang bagaimana virus pertama muncul, tapi semuanya setuju bahwa virus telah ada selama miliaran tahun. Mereka berevolusi bersama makhluk hidup. Ketika ada gangguan pada evolusi bersama yang stabil ini, masalah mungkin akan muncul.</p>
<p>Pendorong utama munculnya virus pada populasi manusia adalah manusia dan tindakannya. Sejak pertanian menjadi praktik umum lebih dari 10.000 tahun yang lalu, manusia berhubungan lebih dekat dengan hewan. Perubahan ini meningkatkan kesempatan virus yang secara alami menginfeksi hewan-hewan ini untuk “melompat” ke manusia. </p>
<p>Peristiwa di atas disebut zoonosis. Ada sekitar <a href="https://journals.plos.org/plosntds/article?id=10.1371/journal.pntd.0003257">75% penyakit menular yang baru muncul</a> disebabkan oleh peristiwa zoonosis.</p>
<p>Seiring kemajuan peradaban dan teknologi manusia, <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2019/06/190624111612.htm">penghancuran habitat hewan</a> memaksa mereka hijrah ke daerah baru untuk mencari sumber makanan. Spesies-spesies berbeda yang biasanya tidak berhubungan kini terpaksa berbagi ruang. </p>
<p>Tambahkanlah manusia ke dalam fenomena ini dan kamu memiliki resep sempurna untuk munculnya virus baru.</p>
<p>Urbanisasi menyebabkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7110580/">kepadatan populasi yang tinggi</a>, menciptakan lingkungan yang ideal untuk penyebaran virus. Pesatnya pembangunan kota-kota sering tak dibarengi infrastruktur yang memadai seperti sanitasi dan perawatan kesehatan, sehingga yang semakin meningkatkan kemungkinan wabah virus.</p>
<p>Perubahan iklim juga berkontribusi pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7305058/">penyebaran virus</a>. Misalnya, arbovirus (yang disebarkan oleh arthropoda seperti nyamuk) menyebar daerah baru karena semakin banyak negara yang menjadi tempat ideal nyamuk bertahan hidup–akibat iklim yang menghangat. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Ayam." src="https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/514924/original/file-20230313-22-icqgqm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Virus dapat melompat dari hewan ke manusia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-hen-chicken-farm-organics-organic-2169452695">Wassana Panapute/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita (para ilmuwan virus) sudah mengetahui faktor-faktor ini sejak lama. Munculnya SARS-CoV-2 (virus penyebab COVID) tidak mengejutkan ahli virologi atau epidemiolog mana pun. Ini hanya masalah kapan – bukan jika – pandemi akan terjadi. Hal yang tidak terduga adalah skala pandemi COVID, dan sulitnya membatasi penyebaran virus secara efektif.</p>
<p>Kita juga tidak dapat memprediksi dampak misinformasi terhadap bidang kesehatan masyarakat lainnya. Sentimen anti-vaksinasi khususnya telah menjadi lebih umum di media sosial selama beberapa tahun terakhir. Kita pun kita melihat peningkatan level <a href="https://theconversation.com/we-measured-vaccine-confidence-pre-pandemic-and-in-2022-its-declined-considerably-193580">keraguan terhadap vaksin</a>.</p>
<p>Ada juga gangguan pada program imunisasi anak rutin. Ini meningkatkan risiko wabah penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin <a href="https://www.who.int/news/item/27-04-2022-unicef-and-who-warn-of--perfect-storm--of-conditions-for-measles-outbreaks--affecting-children">seperti campak</a>.</p>
<h2>Pelajaran dalam surveilans</h2>
<p>Selama pandemi COVID, sains bergerak dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berbagai metode untuk mendeteksi terus berkembang, sehingga pemantauan wabah dan evolusi virus kian membaik. </p>
<p>Sekarang, banyak ilmuwan yang terlibat dalam pelacakan SARS-CoV-2 juga mengalihkan perhatian mereka untuk memantau virus lain.</p>
<p>Misalnya, <a href="https://theconversation.com/wastewater-monitoring-took-off-during-the-covid-19-pandemic-and-heres-how-it-could-help-head-off-%20future-outbreaks-180775">pemantauan air limbah</a> telah digunakan secara ekstensif untuk mendeteksi SARS-CoV-2 selama pandemi. Metode pemantauan tersebut juga dapat membantu melacak virus lain yang mengancam kesehatan manusia.</p>
<p>Ketika seseorang terinfeksi satu virus, beberapa materi genetik dari virus tersebut biasanya terbuang ke toilet. Air limbah mampu untuk menunjukkan jika jumlah infeksi di suatu daerah meningkat, bahkan sebelum jumlah kasus mulai meningkat di rumah sakit.</p>
<p>Upaya mengadaptasi teknologi ini untuk mencari virus lain seperti influenza, campak, atau bahkan polio dapat memberi kita data berharga tentang waktu wabah virus. Ini sudah terjadi sampai taraf tertentu – <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01804-9/fulltext">virus polio</a> terdeteksi di air limbah di London selama 2022, misalnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/we-measured-vaccine-confidence-pre-pandemic-and-in-2022-its-declined-considerably-193580">We measured vaccine confidence pre-pandemic and in 2022 – it's declined considerably</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Peningkatan pengawasan virus ini secara alami akan menghasilkan lebih banyak wabah virus yang dilaporkan. Sementara beberapa orang mungkin menganggap ini sebagai ketakutan, informasi seperti ini bisa menjadi kunci untuk mengatasi pandemi pada masa depan. Jika wabah terjadi di daerah yang tidak memiliki sistem pengawasan virus yang memadai, infeksi kemungkinan besar akan menyebar terlalu jauh sehingga tidak mudah dibendung.</p>
<p>Meskipun demikian, pengawasan hanyalah salah satu bagian dari kesiapsiagaan menghadapi pandemi. Pemerintah dan lembaga kesehatan dan sains di seluruh dunia perlu memiliki protokol pandemi dan kemunculan virus di suatu tempat (serta secara teratur memperbaruinya). Harapannya, kita tidak tergesa-gesa memahami situasi yang mungkin sudah terlambat.</p>
<p>COVID tidak mungkin menjadi pandemi terakhir yang akan disaksikan oleh banyak orang yang hidup hari ini. Semoga lain kali kita lebih siap.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201958/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Lindsay Broadbent has previously received funding from The Wellcome Trust.</span></em></p>Jika wabah terjadi di daerah yang tidak memiliki sistem pengawasan virus yang memadai, infeksi kemungkinan besar akan menyebar terlalu jauh sehingga tidak mudah dibendung.Lindsay Broadbent, Lecturer in Virology, University of SurreyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2012032023-03-07T11:06:18Z2023-03-07T11:06:18ZKapan kita harus khawatir tentang flu burung? Saat mulai menular dari manusia ke manusia – tapi belum ada bukti bahwa itu terjadi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/513922/original/file-20230307-541-79ko70.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">AAP/Tolga Akmen</span></span></figcaption></figure><p>Flu burung menimbulkan kekhawatiran yang semakin besar dalam beberapa bulan terakhir. Sejak Oktober 2021, ratusan juta unggas telah mati karena virus tersebut. Ini adalah wabah global <a href="https://wahis.woah.org/">terbesar</a> dari penyakit tersebut.</p>
<p><a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON445">Minggu lalu</a>, seorang anak berusia 11 tahun di Kamboja meninggal karena flu burung. Hal ini memicu kekhawatiran tentang penyebaran virus dari burung liar dan unggas ke manusia. Tapi, kasus yang kami lihat di Kamboja adalah jenis flu burung yang berbeda dengan yang menyebabkan kematian unggas secara masif di seluruh dunia.</p>
<p>Meski sebagian kecil orang menjadi sakit saat bersentuhan dengan unggas yang terinfeksi, tidak ada bukti bahwa galur (<em>strain</em>) tersebut telah menyebar dari manusia ke manusia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apa-itu-limpahan-virus-wabah-flu-burung-tekankan-perlunya-deteksi-dini-untuk-cegah-pandemi-besar-berikutnya-201098">Apa itu limpahan virus? Wabah flu burung tekankan perlunya deteksi dini untuk cegah pandemi besar berikutnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Apa itu flu burung?</h2>
<p>Banyak jenis flu burung secara alami beredar di antara burung liar. Ini umumnya adalah virus flu burung dengan patogen rendah (LPAI), yang biasanya menyebabkan sedikit atau bahkan tidak ada tanda-tanda penyakit.</p>
<p>Namun, beberapa virus masuk kategori flu burung dengan patogen tinggi (HPAI).Ini adalah kasus virus yang menyebabkan wabah flu burung secara global.</p>
<p>Virus flu burung juga dikategorikan berdasarkan subtipe (dengan kombinasi angka H dan N, di sini H5N1) serta klad (kelompok taksonomi yang punya nenek moyang sama) yang spesifik dalam subtipe H5 (setara dengan varian SARS-CoV-2). Yang saat ini kami khawatirkan adalah H5N1 klad 2.3.4.4b.</p>
<p>Galur flu burung saat ini muncul pada 2020/2021, dan menyebar dengan cepat hingga menyebabkan wabah di Eropa dan Asia. Virus menyebar ke <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-022-13447-z">Amerika Utara pada Desember 2021</a>, menyebabkan <a href="https://www.aphis.usda.gov/aphis%20/ourfocus/animalhealth/animal-disease-information/avian/avian-influenza/hpai-2022/">wabah</a> pada burung liar dan unggas.</p>
<p>Virus tersebut kemudian memasuki Amerika Selatan pada Desember 2022, dengan wabah dahsyat di antara <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.adg2271">burung liar</a> dan <a href="https://doi.org/%2010.1101/2023.02.08.527769">mamalia laut</a>.</p>
<p>Hanya <a href="https://doi.org/10.1101/2023.02.06.527378">Australia</a> dan Antartika yang belum terdampak.</p>
<h2>Bagaimana bisa sampai ke manusia?</h2>
<p>Virus yang menyebabkan flu burung adalah spesies yang sama yang menyebabkan influenza musiman pada manusia, flu babi, flu kuda, dan flu anjing, walaupun juga mengandung berbagai subtipe dan galur yang berbeda.</p>
<p>Namun, virus mampu melompat antarspesies. Ini disebut “<a href="https://theconversation.com/apa-itu-limpahan-virus-wabah-flu-burung-tekankan-perlunya-deteksi-dini-untuk-cegah-pandemi-besar-berikutnya-201098">tumpahan atau limpahan (<em>spillover</em>)</a>”. Kami melihat galur influenza manusia pada <a href="https://doi.org/10.1128/JVI.00316-18">babi Australia</a>, misalnya, dan beberapa galur influenza anjing yang <a href="https://doi.org/10.1128/JVI.00521-15">berasal dari kuda</a>. Ada juga <a href="https://www.nature.com/articles/nature04230">bukti</a> bahwa galur flu manusia muncul dari unggas.</p>
<p>Para ilmuwan prihatin dengan banyaknya peristiwa limpahan dari jenis flu burung ini. Kasus telah <a href="https://www.aphis.usda.gov/aphis/ourfocus/animalhealth/animal-disease-information/avian/avian-influenza/hpai-2022/2022-hpai-mammals">terdeteksi</a> di antara <a href="https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2023.02.08.527769v1">mamalia laut</a> di Peru dan New England di Amerika Serikat (AS), rubah liar, sigung, berang-berang, kucing hutan, beruang, dan rakun di Amerika Utara dan negara lain, serta <a href="https://www.eurosurveillance.org/content/10.2807/1560-7917.ES.2023.28.3.2300001">cerpelai yang dibudidayakan</a> di Spanyol.</p>
<h2>Apa yang terjadi di Kamboja?</h2>
<p>Pekan lalu, seorang anak dengan H5N1 meninggal di provinsi Prey Veng, Kamboja. Dari <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON445">12 kontak</a> yang teridentifikasi, hanya satu yang dinyatakan positif: salah satu orang tua anak tersebut, yang saat ini tidak menunjukkan gejala.</p>
<p>Kedua infeksi tersebut tampaknya disebabkan oleh paparan unggas yang terinfeksi, yang ditemukan di properti keluarga tersebut. Kemungkinan besar tidak akan terjadi penularan dari manusia ke manusia.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1630125935096889345"}"></div></p>
<p><a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON445">Pengurutan genetik</a> (<em>genetic sequencing</em>) secara cepat menunjukkan bahwa virus flu burung tersebut berasal dari garis keturunan yang umum ditemukan di Kamboja (2.3.2.1c), dan berbeda dari garis keturunan klad 2.3.4.4b yang kini menyebabkan kekhawatiran secara global.</p>
<p>Ini bukan laporan pertama tentang limpahan ke manusia. Baru-baru ini seorang anak di Ekuador terinfeksi 2.3.4.4b, kemungkinan besar <a href="https://www.who.int/emergencies/disease-outbreak-news/item/2023-DON434">berasal</a> dari unggas yang sakit. <a href="https://cdn.who.int/media/docs/default-source/influenza/avian-and-other-zoonotic-influenza/h5-risk-assessment-dec-2022.pdf?sfvrsn=a496333a_1&download%20=true">Kasus manusia</a> akibat klad 2.3.4.4 telah <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.abo1232">terjadi</a> di Rusia, Cina, Inggris Raya, Amerika Serikat, Spanyol, dan Vietnam. Sejauh ini, semua kasus pada manusia terjadi pada orang yang terpapar unggas yang terinfeksi.</p>
<p>Peristiwa limpahan seperti ini terjadi saat manusia bersentuhan dengan unggas yang sakit. Untungnya, peristiwa limpahan tidak sering menyebabkan penularan virus dari manusia ke manusia.</p>
<p>Namun, jika virus mengembangkan kemampuan untuk menyebar di inang baru, wabah (dan bahkan pandemi) dapat terjadi. Para ilmuwan giat memantau setiap potensi bukti bahwa flu burung telah beradaptasi dan menyebar di antara mamalia, termasuk manusia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bird-flu-continues-to-spread-in-mammals-what-this-means-for-humans-and-wildlife-199371">Bird flu continues to spread in mammals – what this means for humans and wildlife</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mengapa (dan bagaimana) virus berpindah inang?</h2>
<p>Sebagai bagian dari evolusi alaminya, beberapa virus sangat pandai “melompat” ke inang baru (zoonosis). Misalnya, baik mpox (dulu disebut <em>monkeypox</em> atau cacar monyet) maupun SARS-CoV-2 merupakan virus zoonosis.</p>
<p>Diperkirakan bahwa mpox <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/monkeypox">secara alami menginfeksi hewan pengerat</a> seperti tikus dan hamster. Mpox menyebar ke manusia setiap beberapa tahun, termasuk limpahan tahun lalu yang berlanjut menjadi <a href="https://www.who.int/emergencies/situations/monkeypox-oubreak-2022">wabah yang meluas dan berkelanjutan</a>.</p>
<p>Kami <a href="https://academic.oup.com/gbe/article/14/2/evac018/6524630">menduga</a> garis keturunan leluhur SARS-CoV-2 beredar di antara populasi kelelawar sebelum akhirnya menyebar ke manusia. SARS-CoV-2 mungkin telah menginfeksi <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.abf6097">inang perantara</a> sebelum melompat ke populasi manusia, mengambil beberapa mutasi unggul yang membantunya menyebar dengan cepat pada manusia. Beberapa hewan telah diduga sebagai inang perantara potensial, termasuk cerpelai dan trenggiling.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/512621/original/file-20230228-16-39ikhv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512621/original/file-20230228-16-39ikhv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=595&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512621/original/file-20230228-16-39ikhv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=595&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512621/original/file-20230228-16-39ikhv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=595&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512621/original/file-20230228-16-39ikhv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=747&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512621/original/file-20230228-16-39ikhv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=747&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512621/original/file-20230228-16-39ikhv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=747&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sementara dua panel teratas sedang terjadi, dan ada kecurigaan bahwa panel ketiga telah terjadi, panel bawah adalah jenis evolusi yang kita ingin menghindari dengan flu burung.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Ash Porter</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Berdasarkan pengawasan genomik, kasus flu burung pada mamalia hampir selalu mengandung mutasi yang sama. Ada kekhawatiran bahwa mutasi lebih lanjut dapat muncul ketika bersirkulasi di inang perantara yang memungkinkan virus untuk menularkan lebih baik antar mamalia. Ini termasuk limpahan di peternakan cerpelai; para peneliti <a href="https://www.eurosurveillance.org/content/10.2807/1560-7917.ES.2023.28.3.2300001?crawler=true">mencurigai</a> adanya penularan dari cerpelai ke cerpelai.</p>
<p>Hingga saat ini, risiko penularan flu burung dari manusia ke manusia tetap <a href="https://www.who.int/docs/default-source/wpro---documents/emergency/surveillance/avian-influenza/%20ai_20230203.pdf">rendah</a>. Tapi, mengingat musang (yang berkerabat dengan cerpelai) adalah salah satu kandidat hewan yang menyebabkan infeksi influenza pada manusia, jika penularan dari cerpelai ke cerpelai terjadi di peternakan di Spanyol, penularan dari manusia ke manusia menjadi masuk akal.</p>
<h2>Apa yang mungkin terjadi selanjutnya?</h2>
<p>Perubahan iklim dan urbanisasi telah mendorong manusia dan satwa liar lebih dekat. Ini berarti ada lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan hewan yang terinfeksi.</p>
<p>Sejarah pandemi influenza yang disebabkan oleh virus dengan kombinasi gen influenza A babi, unggas, dan manusia menunjukkan bahwa kita memerlukan pengawasan yang konsisten dan berkelanjutan terhadap virus influenza A, khususnya di <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/%20rsos.211573#:%7E:text=It%20has%20been%20argued%20that,resistance%20and%20low%20genetic%20diversity.">peternakan</a> dan juga di antara populasi hewan liar dan penangkaran.</p>
<p>Instansi pemerintah dan peneliti di seluruh dunia secara aktif tengah bekerja untuk memperkuat deteksi, tanggapan, dan pengawasan genom wabah flu burung pada unggas dan mamalia. Pengurutan dan pengawasan genom dapat membantu memberi tahu kita tentang lokasi penyebaran virus, dan bagaimana virus beradaptasi dengan inang baru.</p>
<p>Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan <a href="https://www.woah.org/en/disease/avian-influenza/#ui-id-3">merekomendasikan</a> menghindari kontak langsung dengan burung liar, unggas, dan hewan liar yang sakit atau mati, dan melaporkan wabah ke otoritas lokal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bird-flu-domestic-chicken-keepers-could-be-putting-themselves-and-others-at-risk-175187">Bird flu: domestic chicken keepers could be putting themselves – and others – at risk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/201203/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Michelle Wille receives funding from the Australian Research Council and is a member of the National Avian Influenza Wild Bird Steering Group.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ash Porter tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Virus yang menyebabkan flu burung adalah spesies yang sama yang menyebabkan influenza pada manusia musiman, flu babi, flu kuda, dan flu anjing, walaupun subtipe dan strain yang berbeda terlibat.Ash Porter, Research officer, The Peter Doherty Institute for Infection and ImmunityMichelle Wille, Australian Research Council Discovery Early Career Researcher Award Fellow, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2010982023-03-03T10:30:54Z2023-03-03T10:30:54ZApa itu limpahan virus? Wabah flu burung tekankan perlunya deteksi dini untuk cegah pandemi besar berikutnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/513362/original/file-20230303-22-nzumbf.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Burung liar seperti pelikan dan bebek terinfeksi – dan mati karena – strain baru flu burung dan telah menyebarkannya ke hewan ternak di seluruh dunia.</span> <span class="attribution"><span class="source"> Klebher Vasquez/Anadolu Agency melalui Getty Images</span></span></figcaption></figure><p>Epidemi flu burung kini telah membunuh <a href="https://www.cdc.gov/flu/avianflu/data-map-commercial.html">lebih dari 58 juta unggas</a> di Amerika Serikat (AS) hingga Februari 2023. Mengikuti jejak pandemi COVID-19, wabah besar virus seperti flu burung meningkatkan momok penyakit lain yang melompat dari hewan ke manusia. Proses ini disebut limpahan atau luapan virus (<em>spillover</em>).</p>
<p>Saya seorang dokter hewan dan peneliti yang mempelajari bagaimana penyakit menyebar antara hewan dan manusia. Pada 2022, saya berada di <a href="https://source.colostate.edu/avian-bird-flu-egg-prices/">tim diagnostik veteriner</a> Colorado State University yang membantu mendeteksi beberapa kasus paling awal flu burung H5N1 pada unggas di AS. Seiring merebaknya wabah flu burung tahun ini, dapat dipahami bahwa orang-orang khawatir akan limpahan virus.</p>
<p>Mengingat potensi pandemi berikutnya kemungkinan besar berasal dari hewan, penting untuk memahami bagaimana dan mengapa limpahan terjadi – dan apa yang dapat dilakukan untuk menghentikannya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A cup of water containing viruses inside of it, with a fruit bat, chicken and pig standing on top of it. A drop of water with a new virus is falling toward a person, spreading more virus through coughing." src="https://images.theconversation.com/files/512088/original/file-20230223-1774-77sguf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512088/original/file-20230223-1774-77sguf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=548&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512088/original/file-20230223-1774-77sguf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=548&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512088/original/file-20230223-1774-77sguf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=548&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512088/original/file-20230223-1774-77sguf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=689&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512088/original/file-20230223-1774-77sguf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=689&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512088/original/file-20230223-1774-77sguf.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=689&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Limpahan virus terjadi ketika virus menyebar dari populasi hewan ke manusia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Treana Mayer/BioRender</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Cara kerja limpahan</h2>
<p>Limpahan virus melibatkan semua jenis patogen penyebab penyakit, baik itu virus, parasit atau bakteri, yang melompat ke manusia. Patogen bisa menjadi sesuatu yang belum pernah terlihat pada manusia, seperti <a href="https://doi.org/10.1126/science.aaw7864">virus Ebola baru yang dibawa oleh kelelawar</a>, atau bisa juga sesuatu yang terkenal dan berulang, seperti <a href="https://www.theguardian.com/environment/2021/aug/10/why-salmonella-is-a-food-poisoning-killer-that-wont-go-away-in-the-%20kita"> <em>Salmonella</em> dari hewan-hewan ternak</a>.</p>
<p>Istilah limpahan membangkitkan gambaran tentang wadah berisi cairan yang meluap, dan gambaran ini merupakan metafora yang bagus tentang cara kerja proses tersebut.</p>
<p>Bayangkan air dituangkan ke dalam cangkir. Jika ketinggian air terus meningkat, air akan mengalir melewati pinggiran, dan apapun yang berada di dekatnya dapat terciprat. Dalam limpahan virus, cawan adalah populasi hewan, air adalah penyakit zoonosis yang dapat menyebar dari hewan ke manusia, dan manusialah yang berdiri di zona percikan.</p>
<p>Probabilitas suatu limpahan akan terjadi bergantung pada banyak <a href="https://doi.org/10.1038/nrmicro.2017.45">faktor biologis dan sosial</a>, termasuk laju dan tingkat keparahan infeksi hewan, tekanan lingkungan terhadap perkembangan penyakit dan jumlah kontak dekat antara hewan yang terinfeksi dan manusia.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="A sign telling people to wear masks, stay 6 feet apart and wash hands." src="https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512231/original/file-20230224-1926-7gbjli.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=492&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ahli epidemiologi memperkirakan bahwa tiga perempat dari semua penyakit manusia menular baru berasal dari hewan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/sign-listing-the-safety-guidelines-of-the-getty-museum-is-news-photo/1233106978?phrase=covid%20closed%20sign%20california&adppopup=true">Valerie Macon/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mengapa limpahan itu masalah</h2>
<p>Meski tidak semua virus hewan atau patogen lain mampu menyebar ke manusia, <a href="https://doi.org/10.1590%2F1678-4685-GMB-2020-0355">tiga perempat dari semua penyakit menular baru pada manusia</a> berasal dari hewan. Ada kemungkinan besar risiko pandemi besar berikutnya akan <a href="https://www.mdpi.com/2078-1547/13/2/35">muncul dari limpahan</a>, dan semakin banyak yang diketahui tentang bagaimana limpahan terjadi, semakin baik peluang ada untuk mencegahnya.</p>
<p>Sebagian besar penelitian limpahan saat ini difokuskan pada <a href="https://doi.org/10.1146/annurev-virology-100120-015057">mempelajari dan mencegah virus</a> – termasuk virus corona, seperti yang menyebabkan COVID-19 dan garis keturunan virus tertentu dari flu burung – melompat ke manusia. <a href="https://doi.org/10.1007%2Fs00018-014-1785-y">Virus-virus ini bermutasi dengan sangat cepat</a>, dan perubahan acak dalam kode genetiknya pada akhirnya memungkinkan mereka menginfeksi manusia.</p>
<p>Peristiwa limpahan dapat <a href="https://doi.org/10.1007%2Fs00018-014-1785-y">sulit dideteksi</a>, terbang di bawah radar tanpa menyebabkan wabah yang lebih besar. Terkadang virus yang berpindah dari hewan ke manusia tidak menimbulkan risiko bagi manusia jika virus tidak beradaptasi dengan baik pada biologi manusia. Tapi semakin sering lompatan ini terjadi, semakin tinggi kemungkinan patogen berbahaya <a href="https://doi.org/10.1098/rspb.2021.0900">beradaptasi dan lepas landas</a>.</p>
<h2>Limpahan virus menjadi lebih mungkin terjadi</h2>
<p>Ahli epidemiologi memproyeksikan bahwa risiko limpahan virus dari satwa liar ke manusia akan meningkat pada tahun-tahun mendatang, sebagian besar karena <a href="https://www.theguardian.com/world/2021/jun/04/end-destruction-of-nature-to-stop-future-pandemics-say-scientists">kerusakan alam</a> dan perambahan manusia ke tempat-tempat yang sebelumnya liar.</p>
<p>Karena <a href="https://doi.org/10.1016%2FS2542-5196(21)00031-0">kehilangan habitat, perubahan iklim, dan perubahan penggunaan lahan,</a> umat manusia secara kolektif berdesak-desakan di meja yang menahan cangkir air itu. Dengan stabilitas yang kurang, limpahan menjadi lebih mungkin terjadi saat hewan stres, berkerumun, dan bergerak.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Houses and a farm next to some woods." src="https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512237/original/file-20230224-1648-ddddz0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Saat perumahan dan lahan pertanian meluas ke tempat-tempat liar, risiko limpahan meningkat.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/urban-development-on-the-edge-of-a-farm-field-royalty-free-image/1210310779?phrase=urban%20forest%20interface&adppopup=true">Cavan/Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat pembangunan meluas ke habitat baru, hewan liar melakukan kontak lebih dekat dengan manusia – dan, yang terpenting, pasokan makanan. Pencampuran <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.1208059110">satwa liar dan hewan ternak</a> sangat meningkatkan risiko bahwa suatu penyakit akan melompati spesies dan menyebar seperti bola liar di antara hewan ternak. Unggas di seluruh AS sedang mengalami hal ini sekarang, berkat <a href="https://www.cdc.gov/flu/avianflu/avian-flu-summary.htm">bentuk baru flu burung</a> yang menurut para ahli sebagian besar menyebar ke peternakan ayam melalui <a href="https://doi.org/10.3201%2Feid2805.220318">migrasi bebek</a>.</p>
<h2>Risiko saat ini dari flu burung</h2>
<p>Virus flu burung yang baru adalah keturunan jauh dari strain H5N1 asli yang menyebabkan <a href="https://asm.org/Articles/2022/July/Avian-Influenza-Past,-Present,-Future">epidemi flu burung pada manusia</a> pada masa lalu. Pejabat kesehatan mendeteksi kasus virus flu baru ini yang berpindah dari <a href="https://www.aphis.usda.gov/aphis/ourfocus/animalhealth/animal-disease-information/avian/avian-influenza/hpai%20-2022/2022-hpai-mamalia">burung ke mamalia lain</a> – seperti rubah, sigung, dan beruang.</p>
<p>Pada 23 Februari 2023, outlet berita mulai melaporkan beberapa infeksi yang dikonfirmasi dari orang-orang di Kamboja, termasuk satu infeksi yang menyebabkan kematian seorang gadis berusia 11 tahun. Meski jenis baru flu burung ini dapat menginfeksi manusia dalam situasi yang jarang terjadi, virus ini tidak terlalu lihai melakukannya, karena <a href="https://www.cdc.gov/%20flu/avianflu/spotlights/2022-2023/avian-flu-highly-pathogenic.htm">tidak dapat mengikat sel di saluran pernapasan manusia</a> secara efektif. </p>
<p>Untuk saat ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS berpikir ada <a href="https://www.cdc.gov/flu/avianflu/spotlights/2022-2023/avian-flu-highly-pathogenic.%20htm">risiko rendah bagi masyarakat umum</a>.</p>
<p>Pemantauan aktif hewan liar, hewan ternak, dan manusia akan memungkinkan pejabat kesehatan mendeteksi tanda pertama limpahan dan membantu mencegah percikan virus kecil berubah menjadi wabah besar. Ke depan, para peneliti dan pembuat kebijakan dapat mengambil langkah-langkah untuk mencegah peristiwa limpahan dengan melestarikan alam, menjaga satwa liar tetap liar dan terpisah dari ternak, serta meningkatkan deteksi dini infeksi baru pada manusia dan hewan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201098/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Treana Mayer receives funding from the NIH/NCATS Colorado CTSA Grant Number TL1 TR002533. Contents are the authors’ sole responsibility and do not necessarily represent official NIH views.</span></em></p>Ahli epidemiologi memproyeksikan bahwa risiko limpahan virus dari satwa liar ke manusia akan meningkat pada tahun-tahun mendatang.Treana Mayer, Postdoctoral Fellow in Microbiology, Colorado State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1984112023-01-26T02:37:44Z2023-01-26T02:37:44ZKusta, penyakit terabaikan, sebuah kisah mengapa begitu sulit dihapus di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/506295/original/file-20230125-20-dq30yw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bakteri kusta menyerang jaringan kulit.</span> <span class="attribution"><span class="source">The Lancet/Pieter/Grijsen</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari Kusta Sedunia, Minggu 29 Januari 2023.</em> </p>
<p>Penyakit kusta atau lepra berusia <a href="https://www.who.int/news-room/events/detail/2023/01/29/default-calendar/act-now-end-leprosy-wld-2023">sekitar 4.000 tahun</a> dan merupakan <a href="https://www.britannica.com/science/leprosy/History">salah satu penyakit tertua</a> di dunia. </p>
<p>Sampai kini, lepra, penyakit tropis yang terabaikan dan kerap dianggap sebagai penyakit orang miskin di lingkungan kumuh, <a href="https://www.who.int/campaigns/world-leprosy-day">masih terjadi di lebih dari 120 negara</a>, dengan kasus baru tahunan mencapai 200 ribu kasus. </p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan penyakit ini bisa dihapuskan dari muka bumi pada <a href="https://www.who.int/publications/i/item/9789290228509">2030</a>. Sementara pemerintah Indonesia menargetkan tahun depan, 2024, dapat <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/22020300001/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta.html">memberantas penyakit kusta</a>. Per Januari 2022, kasus kusta yang terdaftar mencapai <a href="http://p2p.kemkes.go.id/mari-bersama-hapuskan-stigma-dan-diskriminasi-kusta-di-masyarakat/">sekitar 13.400 kasus</a> dan <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/22020300001/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta.html">ada 7.146 penderita kusta baru di negeri ini</a>, dengan 11 persen di antaranya adalah anak-anak.</p>
<p>Masih ada enam provinsi yang belum bebas dari kusta, dengan prevalensi masih di atas 1 per 10.000 penduduk. Kusta masih ditemukan di Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Gorontalo. Di level kabupaten dan kota, masih ada 101 kabupaten dan kota yang belum berhasil membasmi kusta, <a href="https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/miliki-penderita-kusta-terbanyak-masyarakat-diminta-lakukan-deteksi-dini">termasuk</a> <a href="https://opendata.jabarprov.go.id/id/dataset/jumlah-kasus-penderita-kusta-berdasarkan-kabupatenkota-di-jawa-barat">beberapa kota di Pulau Jawa</a>. </p>
<p>Dari perspektif sejarah penyakit, sulitnya untuk memberantas (eliminasi) kusta di Indonesia tidak hanya dirasakan oleh pemerintah Indonesia saat ini saja. Bahkan sejak era kolonial atau tepatnya pada abad ke-16 dan 17, penyakit ini juga sulit diberantas. </p>
<h2>Kebijakan isolasi</h2>
<p>Sampai kini kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kompleks. Secara medis, penyakit kronik ini disebabkan oleh <a href="https://www.cdc.gov/leprosy/index.html">kuman Mycobacterium leprae</a>, yang dapat menular melalui percikan ludah atau dahak penderita di udara dan terhirup orang lain yang kontak erat dan <a href="https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/ingat-penyakit-kusta-dapat-disembuhkan">kontak kulit terbuka dengan penderita kusta</a>.</p>
<p>Bakteri kusta menyerang jaringan kulit, saraf tepi dan saluran pernapasan. Secara kasat mata, penyakit ini ditandai dengan mati rasa di tungkai, kaki, dan diikuti munculnya lesi di kulit. Jika tidak diobati sejak dini, <a href="https://mediaindonesia.com/humaniora/287915/berobat-kusta-bisa-di-puskesmas-dan-gratis">penderita bisa lumpuh tangan, kaki dan buta</a>. Masa inkubasi bakter ini rata-rata <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__11_Th_2019_ttg_Penanggulangan_Kusta.pdf">berkisar 2-5 tahun</a> setelah terinfeksi. </p>
<p>Secara sosial, <a href="https://theconversation.com/seabad-lebih-kongres-kusta-pertama-pengidap-kusta-di-indonesia-masih-banyak-dan-didiskriminasi-175341">stigma dan diskriminasi</a> terhadap para pengidap kusta telah <a href="http://p2p.kemkes.go.id/mari-bersama-hapuskan-stigma-dan-diskriminasi-kusta-di-masyarakat/">mempersulit penyembuhan pasien dan eliminasi penyakit ini</a>. Saat ini, Indonesia masih menjadi penyumbang kasus <a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/22020300001/menuju-eliminasi-2024-kemenkes-ajak-masyarakat-hapus-stigma-dan-diskriminasi-kusta.html">kusta nomor tiga</a> di dunia setelah <a href="https://www.kompas.com/sains/read/2022/06/26/180300823/kasus-kusta-masih-tinggi-indonesia-berada-di-urutan-tiga-teratas-dunia?page=all">India dan Brazil</a>. </p>
<p>Sebagai sejarawan, saya intensif meneliti kusta di Indonesia. Salah satu kebijakan yang terkenal untuk para penderita kusta pada masa kolonial adalah pengasingan atau pengisolasian penderita kusta ke tempat khusus agar tidak menularkan kuman ke penduduk yang sehat. Hampir mirip dengan pengisolasi penderita COVID-19 di Wisma Atlet Jakarta.</p>
<p>Pada masa kolonial, orang-orang penderita lepra diasingkan di <a href="http://langka.lib.ugm.ac.id/viewer/index/982">sebuah pulau terpencil di wilayah Jakarta (Batavia kala itu)</a> yang sekarang dikenal sekarang sebagai Pulau Mutiara (Pulau Muara Angke) dan Pulau Pulmerend.</p>
<p>Kebijakan pengisolasian ini rupanya banyak diberlakukan bukan hanya untuk orang-orang penderita di kota Batavia (Jakarta). Kebijakan serupa juga diberlakukan oleh pemerintah kolonial kota-kota besar lainnya di Hindia Belanda pada rentang waktu abad ke-17 dan 18. </p>
<p>Bahkan dalam sebuah sumber tepercaya yang ditulis oleh Boenjamin di <a href="https://www.delpher.nl/">jurnal kedokteran Hindia Belanda terbitan 1937</a>, <em>Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië</em>, juga menyebutkan terdapat pengawasan kepada para penderita atau orang lepra, utamanya di pedesaan. </p>
<p>Laporan Boenjamin menyatakan dalam kasus desa di Tjigobang-Cheribon, para penderita lepra dikumpulkan dalam satu balai desa serta diawasi oleh seorang polisi desa. </p>
<p>Munculnya beberapa lembaga penampungan (leprozerie) atau leprosarium pada awal-awal abad ke-19 ternyata juga tidak digunakan secara baik oleh para penderita lepra. Satu sumber pada laporan kolonial menyatakan keberadaan leprozerie (leprosarium) tak lebih hanya digunakan sebagai tempat pengisolasian yang terlembaga dari pihak pemerintah kolonial. </p>
<p>Namun tidak semua pengisolasikan itu melalui paksaan. <a href="https://ojs2.e-journal.unair.ac.id/MOZAIK/article/view/18287">Riset saya tentang pengobatan penderita kusta di Surabaya pada abad ke-19</a> menunjukkan pemerintah kolonial kota Surabaya mengeluarkan penderita kusta dari kota tanpa paksaan, tapi mereka memilih beberapa tempat perawatan yang dipilih secara khusus.</p>
<h2>Pengobatan kusta</h2>
<p>Pada masa kini obat utama kusta adalah antibiotik. Obat <a href="https://dinkes.jakarta.go.id/berita/read/ingat-penyakit-kusta-dapat-disembuhkan#:%7E:text=Tipe%20Kering%2C%20obat%20harus%20dikonsumsi,ini%20bisa%20didapatkan%20secara%20gratis.">tipe kusta kering diminum teratur setiap hari selama enam bulan</a> dan tipe kusta basah selama 12 bulan. Antibiotik baru ditemukan <a href="http://scholar.unand.ac.id/24870/4/PENDAHULUAN.pdf">pada 1928</a>. Jika tidak diobati secara teratur sampai sembuh, penderita akan mengidap kusta bertahun-tahun. </p>
<p>Pada masa kolonial, pengobatan – dalam beberapa sumber tidak disebutkan jenis atau nama obatnya – hanya diberikan satu kali dalam dalam satu bulan saat kunjungan dokter Belanda. Selebihnya lebih banyak dilakukan oleh mantri pribumi, termasuk juga pemberian makan dan pakaian. </p>
<p>Realitas yang demikian perlahan-lahan sedikit mulai tertolong dengan hadirnya lembaga swasta yang bernaung di bawah lembaga internasional, <a href="https://wm4.salvationarmy.org/ins/History_of_The_Salvation_Army_in_Indonesia">the Salvation Army (Bala Keselamatan)</a>. Pertolongan diberikan dalam bentuk makanan dan pakaian, serta penempatan mereka dalam sebuah karantina. </p>
<p>Namun demikian peran dari lembaga ini juga tidak cukup banyak membantu dalam memberikan pertolongan pada orang-orang penderita lepra, apalagi jika keberadaan lembaga ini juga <a href="https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/distributed/U/bo34134421.html">hanya terbatas di wilayah perkotaan</a>. </p>
<p>Ini tampak dari penjelasan sebuah majalah tahunan kedokteran (medis), <em><a href="https://www.delpher.nl/">Geneeskundige Tijdschrift Nederlandsch Indie (GTNI, 1890)</a></em> , bahwa semua fasilitas yang disediakan oleh Salvation Army, termasuk alat musik (piano), alat bercocok tanam, tidak banyak digunakan oleh para orang-orang penderita lepra yang ditangani oleh lembaga ini.</p>
<p>Masalah serupa juga masih terjadi pada 1945-an saat diperkenalkan penyembuhan melalui obat <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Dapson">Dapson</a>, sumbangan dari pemerintah Amerika Serikat. Tidak banyak yang mengunakannya mengingat penyebaran obat ini juga masih terbatas di sebuah klinik di Jakarta. Baru mulai tahun 1946-1948 penggunaan obat ini diberikan pada penderita lepra di kota besar saja seperti Surabaya.</p>
<p>Seorang ibu berusia 80 tahun yang menderita kusta yang hidup dalam lembaga penampungan penderita kusta di Benowo Surabaya menjelaskan keadaannya dalam bahasa Jawa yang saya terjemahkan ke bahasa Indonesia di bawah ini: </p>
<p><em>“Saya ini dianggap orang kotor. Makanya banyak orang tidak mau mendekat ke saya. Teman dekat saya juga tidak mau mendekat. Kalau mau membersihkan badan harus punya sabun dan pasta gigi sendiri. Orang di sini tidak punya uang untuk membeli sabun dan pasta gigi. Paling-paling dapatnya dari bantuan. Lingkungan di sini sejak dulu seperti ini. Bahkan dulu banyak orang yang merawat ayam.. bau (kotoran) ayam. Bagaimana lagi, lingkungan di sini tidak bisa bersih seperti orang normal.”</em> </p>
<p>Seorang laki-laki berusia 90 tahun yang menderita kusta dan hidup di penampungan mengatakan “Kita ini seperti di penjara. Menurut kacamata mereka (orang lepra), pemerintah hanya sekadar memberi makan…setelah itu selesai.”</p>
<p>Minimnya pengobatan pada masa kolonial dan awal kemerdekaan boleh jadi menjadi satu alasan mengapa tidak banyak kemajuan yang dirasakan dalam proses penanganan kasus penderita kusta di Indonesia hingga saat ini. <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/17441692.2020.1718734?journalCode=rgph20">Stigma dan diskriminasi</a> menimpa para penderita lepra makin mempersulit penyembuhan penyakit ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/seabad-lebih-kongres-kusta-pertama-pengidap-kusta-di-indonesia-masih-banyak-dan-didiskriminasi-175341">Seabad lebih Kongres Kusta pertama, pengidap kusta di Indonesia masih banyak dan didiskriminasi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Tak cukup intervensi medis</h2>
<p>Berkaca dari realitas di atas, memang tidak mudah untuk bisa segera memberantas kusta di Indonesia. Apalagi jika melihat sejarahnya yang juga cukup panjang untuk bisa menerima para penderita lepra dalam sebuah komunitas masyarakat dan lingkungan.</p>
<p>Intervensi medis saja melalui pengobatan tidak cukup. Kita (pemerintah, petugas kesehatan dan masyarakat) perlu mengubah pandangan bahwa mereka sama dengan para penderita penyakit lainnya. Kita harus mengubah stigma ketakutan dengan rasa empati dan kemanusiaan untuk membantu mereka.</p>
<p>Mereka tidak hanya perlu pengobatan medis, <a href="https://mediaindonesia.com/humaniora/287915/berobat-kusta-bisa-di-puskesmas-dan-gratis">yang kini biayanya ditanggung pemerintah,</a> tapi juga butuh sentuhan kasih dan perhatian sebagai seorang manusia yang sama dengan yang lainnya. </p>
<p>Penyakit mereka bisa disembuhkan dan penyakit ini bisa dihapus jika ada kerja sama yang erat antara penderita kusta, keluarganya, masyarakat, petugas kesehatan dan pemerintah. Penderita kusta bukan jenis manusia atau anggota masyarakat yang berbeda yang membutuhkan pengisolasian.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198411/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Moordiati tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Stigma dan diskriminasi menimpa para penderita lepra makin mempersulit penyembuhan penyakit ini.Moordiati, Dosen Departemen Ilmu Sejarah, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1967482023-01-04T02:38:46Z2023-01-04T02:38:46ZMpox, AIDS, dan COVID-19 menunjukkan adanya tantangan promosi kesehatan ke kelompok tertentu tanpa memicu stigma<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/502589/original/file-20221223-14-m1q8xz.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pesan kesehatan masyarakat berbasis rasa takut dapat memotivasi atau mengasingkan kelompok berisiko. </span> <span class="attribution"><span class="source">Foto AP/Gillian Allen</span></span></figcaption></figure><p>Selama wabah penyakit menular, dokter dan pejabat kesehatan masyarakat bertugas memberikan panduan yang akurat tentang cara untuk tetap aman dan melindungi diri sendiri maupun orang-orang terdekat. </p>
<p>Namun, <a href="https://doi.org/10.3390%2Fijerph19148550">liputan media yang sensasional</a> dapat mendistorsi persepsi publik tentang infeksi baru yang muncul, termasuk dari mana asalnya dan bagaimana penyebarannya. Hal ini dapat menumbuhkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.lanepe.2022.100536">ketakutan dan stigma</a>, terutama terhadap masyarakat yang sudah tidak mempercayai sistem perawatan kesehatan.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.648086">Stigma rasial dan seksual seputar cacar monyet (<em>monkeypox</em>)</a> inilah yang mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk <a href="https://www.who.int/%20news/item/28-11-2022-who-recommends-new-name-for-monkeypox-disease">mengganti nama penyakit menjadi <em>mpox</em></a> pada November 2022. Meski ini adalah langkah ke arah yang benar, saya yakin masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengurangi stigma sekitar penyakit menular seperti mpox.</p>
<p>Saya adalah <a href="https://profiles.dom.pitt.edu/faculty_info.aspx/Ho5747">peneliti penyakit menular</a> yang mempelajari HIV, COVID-19, dan mpox. Selama pandemi COVID-19, saya adalah peneliti utama di University of Pittsburgh untuk <a href="https://www.coronaviruspreventionnetwork.org/compass-clinical-study">survei nasional</a> untuk melihat bagaimana COVID-19 telah mempengaruhi berbagai komunitas. </p>
<p>Komunikasi kesehatan masyarakat yang efektif tidaklah mudah ketika pesan yang bertentangan datang dari berbagai penjuru, termasuk keluarga dan teman, anggota komunitas lain, atau internet. Namun, ada beberapa cara agar pejabat kesehatan masyarakat dapat membuat pesan mereka lebih inklusif sambil mengurangi stigma.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Posters promoting condom use reading " src="https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500110/original/file-20221209-41828-ft8xxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Menyesuaikan pesan kesehatan masyarakat ke kelompok sasaran dapat meningkatkan capaian.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/posters-that-promote-healthy-sexual-behavior-hang-inside-news-photo/160899714">Chip Somodevilla/Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Membuat pesan inklusif</h2>
<p>Pesan kesehatan masyarakat yang inklusif dapat memotivasi masyarakat untuk membuat keputusan yang lebih baik mengenai kesehatan pribadi mereka dan kesehatan orang lain. Upaya ini sering kali melibatkan keterlibatan masyarakat yang paling terkena dampak wabah. </p>
<p>Sayangnya, karena komunitas ini sangat terpengaruh oleh infeksi dan cenderung <a href="https://www.ama-assn.org/delivering-care/health-equity/impact-covid-19-minoritized-and-marginalized-communities">mengalami beberapa bentuk ketidakadilan</a>, mereka sering disalahkan oleh masyarakat karena menyebarkan penyakit.</p>
<p>COVID-19 mendorong peningkatan kejahatan rasial terkait pandemi terhadap <a href="https://doi.org/10.1007/s12103-020-09545-1">komunitas Cina dan Asia lainnya</a> di Amerika Serikat. <a href="https://healthpolicy.ucla.edu/newsroom/press-releases/pages/details.aspx">Survei UCLA 2022</a> menemukan bahwa 8% orang dewasa Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik di California mengalami insiden kebencian terkait COVID-19 .</p>
<p>Pesan kesehatan masyarakat yang efektif dapat berfokus pada fakta bahwa sementara infeksi pertama kali dapat mempengaruhi kelompok orang tertentu, infeksi sering kali <a href="https://doi.org/10.1098/rstb.2014.0111">menyebar ke kelompok lain</a> dan akhirnya mencakup seluruh komunitas. </p>
<p>Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Mereka tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, jenis kelamin atau orientasi seksual. Pesan yang berfokus pada patogen, bukan komunitas, dapat mengurangi stigma.</p>
<p><a href="https://www.cdc.gov/poxvirus/monkeypox/resources/reducing-stigma.html">Pesan yang inklusif secara visual</a> juga cenderung melibatkan lebih banyak komunitas. Contohnya, orang-orang yang diwakili dalam poster dan selebaran, gambar di TV dan situs web, serta materi informasi lainnya berasal dari latar belakang yang berbeda. Ini mengirimkan pesan yang lebih terpadu bahwa apa yang mempengaruhi individu juga mempengaruhi komunitas yang lebih besar.</p>
<h2>Menghindari kesalahan dan ketakutan</h2>
<p>Banyak media, terutama di media sosial, menggunakan <a href="https://theconversation.com/does-scaring-people-work-when-it-comes-to-health-messaging-a-communication-researcher%20-explains-how-its-gone-wrong-selama-the-covid-19-pandemic-174287">pesan berbasis rasa takut</a> untuk melaporkan penyakit menular. Meski hal ini dapat memperkuat perilaku protektif tertentu, seperti menggunakan kondom saat berhubungan seks, pesan ini juga dapat meningkatkan stres dan kecemasan. </p>
<p>Pesan berbasis rasa takut juga <a href="http://dx.doi.org/10.1136/bmjgh-2019-001911">memperburuk stigma</a>, yang mengarah pada peningkatan diskriminasi terhadap komunitas yang sudah rentan dan tidak percaya pada layanan kesehatan. Pada akhirnya, hal ini menurunkan minat pencarian perawatan kesehatan dan dapat memperburuk hasil kesehatan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/TRGZcNMR24o?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Menormalkan kesehatan seksual dapat membantu mengurangi stigma seputar infeksi menular seksual.</span></figcaption>
</figure>
<p>Pejabat kesehatan masyarakat sering menggunakan pesan berbasis rasa takut sebagai respons terhadap infeksi menular seksual, atau IMS, seperti <a href="https://doi.org/10.1016%2FS2352-3018(21)00078-3">HIV</a>, <a href="http://dx.doi.org/10.1080/01292986.2017.1384030">chlamydia</a> dan <a href="https://doi.org/10.1080/01292980600857831">kencing nanah</a>. Seks itu sendiri <a href="https://magazine.jhsph.edu/2022/stigmas-toll-sexual-and-reproductive-health">sangat distigmatisasi</a> oleh masyarakat. Saya telah menemukan bahwa beberapa pasien saya lebih memilih untuk menghindari tes dan pengobatan IMS ketimbang berurusan dengan <a href="https://www.verywellhealth.com/the-stigma-stds-have-%20dalam%20masyarakat-3133101">rasa malu memiliki IMS</a>.</p>
<p>Melakukan tes kesehatan seksual dan IMS <a href="https://doi.org/10.1016/j.eclinm.2021.100764">secara rutin dan integral</a> sebagian bagian dari kesehatan dan kebugaran manusia merupakan langkah penting untuk mengurangi stigma. Demikian pula, pesan yang menormalkan tantangan yang dihadapi oleh orang yang berisiko terkena infeksi tertentu dapat membantu menghindari rasa malu.</p>
<h2>Menyesuaikan pesan</h2>
<p>Infeksi mempengaruhi orang-orang secara berbeda. <a href="https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/need-extra-precautions/people-with-medical-conditions.html">COVID-19</a> mungkin membuat hidung tersumbat ringan untuk satu orang, tapi juga membuat orang lainnya dirawat di unit perawatan intensif yang terhubung ke ventilator selama berbulan-bulan. Pesan yang <a href="https://www.hsph.harvard.edu/ecpe/the-importance-of-getting-the-message-right-in-your-risk-communication-strategy/">berfokus pada keberhasilan</a> intervensi medis dan kesehatan masyarakat yang menggema dengan masyarakat kemungkinan besar akan berhasil.</p>
<p>Kelompok yang berbeda memiliki risiko paparan yang berbeda pula. Pada 2022, mpox sangat mempengaruhi laki-laki gay dan biseksual. Salah satu alasannya terkait dengan cara penularan virus. <a href="https://www.cdc.gov/poxvirus/monkeypox/if-sick/transmission.html#">Penelitian sebelumnya</a> menunjukkan bahwa mpox sebagian besar ditularkan melalui kontak kulit-ke-kulit yang dekat. </p>
<p>Namun, <a href="https://www.nbcnews.com/nbc-out/out-health-and-wellness/sex-men-not-skin-contact-fueling-monkeypox-new-research-suggests-rcna43484">studi yang baru</a> mencoba mempertanyakan apakah wabah tersebut lebih didorong oleh penularan seksual.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Person passing poster with health information on mpox" src="https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=394&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/500109/original/file-20221209-40125-yviwsg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=495&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Wabah mpox 2022 sebagian besar menyerang laki-laki gay dan biseksual.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/poster-on-commercial-street-in-provincetown-ma-on-the-issue-news-photo/1242177865">Jonathan Wiggs/The Boston Globe via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada <a href="https://www.npr.org/2022/07/26/1113713684/monkeypox-stigma-gay-community">kontroversi</a> mengenai apakah pesan kesehatan masyarakat harus menyoroti hubungan seksual sebagai jalur penularan potensial. Pasalnya, sorotan tersebut berisiko memperburuk stigma terhadap laki-laki gay dan biseksual. </p>
<p>Namun, di sisi lain, jika tidak disebutkan, maka kelompok yang tergolong berisiko ini berpotensi terabaikan. <a href="https://www.scientificamerican.com/article/monkeypox-is-a-sexually-transmitted-infection-and-knowing-that-can-help-protect-people">Beberapa pihak berpendapat</a> bahwa upaya mempromosikan pesan bahwa mpox ditularkan melalui kontak dekat akan mencegah sumber daya dan intervensi menjangkau kelompok orang yang paling terkena dampak penyakit ini.</p>
<p>Satu ukuran tidak selalu cocok untuk semua pesan kesehatan masyarakat. Beberapa pesan mungkin diperlukan untuk kelompok orang yang berbeda berdasarkan risiko infeksi atau penyakit parah. Survei Pusat Pengendalian dan Infeksi Penyakit (CDC) AS pada Agustus 2022 menemukan bahwa <a href="http://dx.doi.org/10.15585/mmwr.mm7135e1">50% laki-laki gay dan biseksual</a> mengurangi hubungan seksual mereka sebagai tanggapan terhadap wabah mpox. Sejak akhir musim panas, <a href="https://www.npr.org/sections/health-shots/2022/08/26/1119659681/early-signs-suggest-monkeypox-may-be-slowing-in-the-u-s">tingkat mox telah menurun</a> dengan cepat, dan banyak ahli berpikir bahwa perubahan perilaku dan vaksinasi mungkin telah berkontribusi pada penurunan angka tersebut. Studi seperti ini semakin mendukung pentingnya terlibat langsung dengan masyarakat untuk mendorong perubahan perilaku yang sehat.</p>
<h2>Pembawa pesan tepercaya</h2>
<p>Ketidakpercayaan juga merupakan penghalang untuk pengiriman pesan yang efektif. Beberapa komunitas mungkin tidak mempercayai sistem medis dan perawatan kesehatan karena riwayat eksploitasi sebelumnya, seperti <a href="https://www.mcgill.ca/oss/article/history/40-years-human-experimentation-america-tuskegee-study">studi Tuskegee</a>, di mana para peneliti mencegah peserta kulit hitam menerima pengobatan sifilis selama beberapa dekade pada pertengahan abad ke-20, dan ketakutan yang terus berlanjut akan penganiayaan.</p>
<p>Mengidentifikasi pejuang komunitas dan penyedia layanan kesehatan yang tepercaya – terutama yang tergabung dalam komunitas tersebut – untuk menyampaikan pesan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan penerimaannya. </p>
<p>Satu <a href="https://doi.org/10.1257/aer.20181446">studi tahun 2019</a>, misalnya, menemukan bahwa laki-laki kulit hitam lebih cenderung menerima vaksin, saran medis, dan terlibat dalam layanan perawatan kesehatan jika mereka memiliki akses terhadap tenaga kesehatan berkulit hitam.</p>
<p>Menyampaikan pesan kesehatan masyarakat secara efektif adalah proses yang rumit dan menantang. Namun, upaya untuk berbicara dan mendengarkan komunitas yang paling terkena dampak wabah bisa membuat sebuah perbedaan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/196748/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ken Ho tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengidentifikasi pejuang komunitas dan penyedia layanan kesehatan yang tepercaya untuk menyampaikan pesan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan penerimaannya.Ken Ho, Assistant Professor of Infectious Diseases, University of PittsburghLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1958232022-12-07T03:54:05Z2022-12-07T03:54:05ZSatu kasus polio di Aceh: bagaimana meningkatkan sistem surveilans dan pencegahan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/499204/original/file-20221206-20-6hnvoa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meneteskan vaksin polio kepada pelajar sekolah dasar (SD) saat pencanangan Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio di Banda Aceh, Aceh, 4 Desember 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1670229912&getcod=dom">ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/nym.</a></span></figcaption></figure><p>Munculnya <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/20/063000265/kronologi-penemuan-kasus-polio-di-aceh-hingga-jadi-klb?page=all">satu kasus polio yang menyerang anak berusia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Aceh, pada awal November 2022</a> membuat publik terhenyak. Sebab, sudah hampir satu dekade penyakit tersebut jarang terdengar. Terlebih pada <a href="https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20140328/0010386/who-tetapkan-indonesia-bebas-polio/">2014 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan Indonesia sudah bebas polio</a>. </p>
<p>Kementerian Kesehatan menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) polio dan <a href="https://nasional.kompas.com/image/2022/11/19/17362121/kemenkes-akan-lakukan-vaksinasi-polio-massal-di-aceh-mulai-28-november?page=1">menggencarkan kembali imunisasi polio</a> di beberapa kabupaten di Provinsi Aceh. <a href="https://regional.kompas.com/read/2022/12/05/214837278/menkes-budi-beri-waktu-seminggu-96-persen-anak-di-pidie-aceh-divaksin-polio">Menteri Kesehatan menargetkan vaksinasi polio di Pidie</a> pada anak-anak selesai dalam sepekan lagi. </p>
<p>Temuan kasus polio ini menunjukkan <a href="https://www.emro.who.int/health-topics/public-health-surveillance/index.html">sistem surveilans kesehatan masyarakat</a> yang kurang berjalan. Padahal, sejatinya polio termasuk penyakit yang <a href="https://promkes.kemkes.go.id/?p=8989">dapat dicegah dengan mudah melalui imunisasi (PD3I)</a>. </p>
<p>Masalah lainnya adalah cakupan imunisasi dasar, termasuk imunisasi polio, <a href="https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1545/sdgs_1/1I">di Aceh termasuk yang terendah dan cenderung turun</a>. </p>
<h2>Pola penularan dan dampak</h2>
<p>Poliomielitis atau dikenal sebagai polio merupakan penyakit yang disebabkan oleh <a href="https://kidshealth.org/en/parents/enteroviruses.html">enterovirus</a>, salah satu genus virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. </p>
<p>Virus polio sangat menular dan umumnya menyerang <a href="https://www.halodoc.com/kesehatan/polio">sistem saraf</a> pada anak-anak berusia lima tahun ke bawah. <a href="https://media.neliti.com/media/publications/62062-none-3bf9b6d4.pdf">Media penularan virus adalah mulut</a> atau hidung. Umumnya virus ini disebarkan melalui makanan (penularan secara oral) atau air minum yang terkontaminasi oleh kotoran penderita polio (penularan melalui feses penderita). </p>
<p>Faktor kesehatan lingkungan seperti <a href="https://www.kompas.com/tren/read/2022/11/21/073000265/penyakit-polio--penyebab-gejala-penularan-dan-cara-pencegahannya?page=all">sanitasi</a> yang buruk dan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2022/11/30/19582641/menkes-ungkap-asal-usul-virus-polio-di-aceh-ternyata-dari-bab-anak-yang-baru">buang air besar (BAB) di sembarang</a> tempat turut berkontribusi terhadap penyebaran virus polio. </p>
<p>Dalam kasus di Aceh, Menteri Kesehatan menyatakan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2022/11/30/19582641/menkes-ungkap-asal-usul-virus-polio-di-aceh-ternyata-dari-bab-anak-yang-baru">kasus polio diduga berasal dari virus yang telah dilemahkan</a> dalam vaksin polio dari tubuh anak yang buang air besar di sungai. </p>
<p>Infeksi virus polio berakibat fatal serta dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28422018/">menurunkan kualitas hidup seseorang</a> akibat <a href="https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitis-penyakit-virus-polio/">kelumpuhan permanen</a> dan bahkan <a href="https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jbmi/article/view/5823/2630">berujung kematian</a>. </p>
<p>Dalam konteks kebijakan dan program kesehatan, upaya pencegahan polio yang tidak memadai dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33590521/">membebani pembiayaan kesehatan</a> suatu negara. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kekhawatiran-kebangkitan-polio-di-as-membuat-pejabat-kesehatan-waspada-ahli-virologi-jelaskan-sejarah-penyakit-yang-ditakuti-ini-190838">Kekhawatiran kebangkitan polio di AS membuat pejabat kesehatan waspada – ahli virologi jelaskan sejarah penyakit yang ditakuti ini</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Imunisasi: faktor kunci pencegahan polio</h2>
<p>Sejak 1988, WHO menginisiasi <a href="https://www.who.int/health-topics/poliomyelitis#tab=tab_1">pemberantasan polio global di seluruh dunia</a>. Program tersebut berhasil menurunkan lebih dari 99% kasus polio. </p>
<p>Akan tetapi, terdapat tiga negara: Afganistan, Pakistan, dan Nigeria yang masih berstatus <a href="https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/poliomyelitis-penyakit-virus-polio/">endemis</a> untuk penularan polio liar. </p>
<p>Di Indonesia, imunisasi polio sebenarnya sudah menjadi bagian dari program <a href="http://repository.bkpk.kemkes.go.id/1405/1/795-1027-1-PB.pdf">imunisasi dasar sejak 1982.</a> </p>
<p>Sayangnya, program tersebut belum berjalan secara efektif dan belum mampu memutus penyebaran virus polio liar. Kemudian, sejak 1995 pemerintah mencanangkan kegiatan imunisasi tambahan melalui <a href="https://www.biofarma.co.id/id/berita-terbaru/detail/virus-polio-di-indonesia">Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio</a>.</p>
<p>Imunisasi menjadi <a href="https://academic.oup.com/afraf/article/106/423/185/50647">cara efektif untuk pencegahan infeksi polio</a>. Pemberian <a href="https://www.alodokter.com/ini-yang-perlu-anda-ketahui-tentang-imunisasi-polio">vaksin polio</a> dilakukan dengan cara ditetes ke mulut sebanyak 4 kali, yaitu pada saat bayi baru lahir dan ketika bayi berusia 2, 3 serta 4 bulan. Pencegahan diperkuat dengan imunisasi dua dosis polio suntik sebelum anak berusia 1 tahun. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/499213/original/file-20221206-2958-wz1k2y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/499213/original/file-20221206-2958-wz1k2y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/499213/original/file-20221206-2958-wz1k2y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/499213/original/file-20221206-2958-wz1k2y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/499213/original/file-20221206-2958-wz1k2y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/499213/original/file-20221206-2958-wz1k2y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/499213/original/file-20221206-2958-wz1k2y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang anak membawa balon polio setelah diimunisasi polio secara massal di Kota Pidie, Kabupaten Pidie, Aceh, 28 November 2022. Kementerian Kesehatan menarget vaksinasi hampir 10.000 anak guna mencegah meluas kasus polio di daerah itu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1669613113&getcod=dom">ANTARA FOTO/Ampelsa/hp</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Munculnya kembali kasus polio yang terjadi di Aceh diperkuat dengan temuan cakupan vaksinasi yang ternyata selama ini belum optimal. Sebelum kasus polio di Aceh muncul, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32677974/">KLB polio pernah terjadi di Yahukimo,</a> Papua, pada 2018.</p>
<p>Menurut <a href="https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1545/sdgs_1/1I">data Badan Pusat Statistik (BPS)</a>, cakupan imunisasi dasar di Provinsi Aceh menjadi salah satu yang terendah. Bahkan, cakupan di provinsi tersebut menurun dari tahun-tahun, 23,9% pada 2017 merosot menjadi 17,32% pada 2019.</p>
<p><a href="https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-2021.pdf">Data Profil Kesehatan 2021</a> juga menunjukkan Provinsi Aceh, Papua Barat, dan Papua merupakan tiga provinsi dengan cakupan terendah imunisasi polio di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-caranya-agar-indonesia-bisa-mempertahankan-status-bebas-polio-132590">Bagaimana caranya agar Indonesia bisa mempertahankan status bebas polio?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Melemahnya layanan kesehatan rutin saat pandemi</h2>
<p>Kondisi pandemi semakin membuat cakupan imunisasi terlihat memilukan. Pasalnya, prioritas program dan kegiatan difokuskan pada penanganan COVID-19.</p>
<p><a href="https://www.kemkes.go.id/article/view/22062800003/2-tahun-cakupan-imunisasi-rendah-pemerintah-gelar-bulan-imunisasi-anak-nasional.html">Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar</a> pada 2020 turun drastis. Kementerian menargetkan 92% anak-anak memperoleh imunisasi dasar pada 2020, tapi realitanya hanya 84%. </p>
<p>Penyebabnya adalah pembatasan mobilitas penduduk untuk memutus rantai penularan COVID-19. Puskesmas lebih memprioritaskan upaya penanganan COVID-19 sehingga <a href="https://www.unicef.org/indonesia/media/14306/file/Impact%20of%20COVID-19%20on%20Routine%20Immunization%20in%20Indonesia.pdf">layanan kesehatan rutin</a> lainnya agak dikesampingkan. Begitu halnya dengan kegiatan posyandu sempat terhenti. </p>
<p>Hal tersebut berdampak pada melemahnya <a href="https://www.who.int/emergencies/surveillance">surveilans kesehatan masyarakat</a>, yakni proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data dan kasus dan permasalahan kesehatan secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi. Padahal, surveilans dapat menjadi ujung tombak dalam penanganan sebuah wabah.</p>
<h2>Misinformasi dan mispersepsi terkait vaksinasi</h2>
<p>Salah satu faktor masih rendahnya cakupan imunisasi berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Tidak dapat dimungkiri, rendahnya cakupan imunisasi juga sangat dipengaruhi oleh maraknya <a href="https://www.republika.co.id/berita/rluk4f414/idai-ungkap-keparahan-misinformasi-soal-vaksin-yang-beredar-di-masyarakat">misinformasi</a> di masyarakat yang mengakibatkan timbulnya penolakan terhadap imunisasi.</p>
<p>Riset kami di <a href="https://www.researchgate.net/publication/332845269_FAKTOR_SOSIAL_BUDAYA_DALAM_PENGASUHAN_ANAK_DI_KOTA_MEDAN_SUMATERA_UTARA">tim kesehatan Pusat Riset Kependudukan LIPI</a> pada 2017 mengenai cakupan imunisasi dasar di Kota Medan mengonfirmasi hal itu. </p>
<p>Sebanyak 5,3% dari 400 ibu dengan anak berusia di bawah 2 tahun yang menjadi responden dalam penelitian tersebut menolak untuk imunisasi anaknya. Alasan mereka beragam: kekhawatiran akan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), seperti demam, dan anggapan anak sudah memiliki antibodi alami untuk menangkal penyakit infeksi, seperti cacar dan campak.</p>
<p>Menariknya, <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210810143839-199-678792/sejarah-kelam-deretan-gerakan-antivaksin-sejak-abad-18">gerakan antivaksin sudah berlangsung sejak lama</a> salah satunya dipengaruhi oleh pandangan tokoh agama atau kepercayaan yang dianut di suatu wilayah. </p>
<p>Persepsi yang salah mengenai vaksin juga ditemukan dalam studi di <a href="https://academic.oup.com/afraf/article/106/423/185/50647">Nigeria</a> yang menyebutkan penolakan vaksin karena dianggap sebagai teori konspirasi untuk mengontrol jumlah dari etnis atau kelompok tertentu.</p>
<h2>Pentingnya sinergi lintas sektor</h2>
<p>Munculnya kembali kasus polio di Indonesia menunjukkan bahwa status “bebas polio” harus dipertahankan dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29302865/">upaya yang terus-menerus (berkelanjutan)</a>.</p>
<p>Melemahnya capaian imunisasi kesehatan dasar selama pandemi menunjukkan pentingnya inovasi pelaksanaan kegiatan, misalnya melalui kunjungan ke rumah-rumah secara berkala. </p>
<p>Hal ini penting untuk memastikan sistem surveilans kesehatan masyarakat berjalan optimal. Harapannya, kita bisa mendeteksi kasus-kasus baru secara dini, sekaligus meredam penularannya.</p>
<p>Tantangan edukasi di tengah arus informasi yang masif membuat upaya ini tidak hanya <a href="https://promkes.kemkes.go.id/?p=7172">menjadi tanggung jawab sektor kesehatan</a>, tapi juga membutuhkan peran aktif komunitas, tokoh formal dan informal (termasuk tokoh agama, tokoh adat), akademisi, serta media. </p>
<p>Kita perlu komitmen bersama untuk memutus rantai penularan sehingga status “bebas polio” tetap dapat dipertahankan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195823/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Cakupan imunisasi dasar di Provinsi Aceh menjadi salah satu yang terendah di Indonesia.Yuly Astuti, Peneliti, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Angga Sisca Rahadian, Peneliti, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Zainal Fatoni, Peneliti Demografi Sosial, Pusat Riset Kependudukan BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1954482022-12-01T04:33:47Z2022-12-01T04:33:47ZKenapa pelibatan laki-laki dalam mencegah penularan HIV dari ibu ke anak begitu penting?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/498402/original/file-20221201-14-qla30.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Petugas tenaga kesehatan melakukan screening dengan tes cepat HIV/AIDS kepada warga di Gasibu, Bandung, 20 November 2022. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://branda.antaranews.com/data/content_photo_wire.php?pubid=1668932130&getcod=dom">ANTARA FOTO/Novrian Arbi/nz </a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini untuk memperingati Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember.</em></p>
<p>Pertumbuhan HIV di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di dunia, dengan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33226314/">peningkatan kematian akibat AIDS naik 60% </a> dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun: dari 24.000 pada 2010 ke 38.000 pada 2018. </p>
<p>Peningkatan kasus HIV tidak hanya ditemukan pada <a href="https://www.unaids.org/en/topic/key-populations">kelompok berisiko</a> seperti lelaki seks dengan lelaki, pekerja seks, dan pengguna jarum suntik. <a href="https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin%202020%20HIV.pdf">Hampir separuhnya (46%)</a> justru ditemukan pada kelompok tidak berisiko, termasuk ibu rumah tangga.</p>
<p>Peningkatan penularan HIV pada ibu rumah tangga memperbesar peluang penularan HIV <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33226314/">menyebar pada penduduk pada umumnya</a>. Penularan HIV bisa terjadi <a href="http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/43728/1/9789241596015_eng.pdf">dari ibu ke anak</a> saat masa kehamilan, melahirkan, dan menyusui. </p>
<p>Salah satu masalahnya adalah ibu dengan HIV di Indonesia cenderung <a href="https://theconversation.com/riset-ungkap-bagaimana-para-perempuan-indonesia-yang-hidup-dengan-hiv-aids-berjuang-melawan-stigma-128115">terlambat mengetahui status HIV-nya</a>. Bahkan, sebagian dari mereka baru mengetahui status HV-nya ketika suaminya sudah sakit keras bahkan meninggal karena AIDS.</p>
<p>Lalu, bagaimana melibatkan pasangan (suami) dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) ketika deteksi HIV pada ibu dan pasangannya seringkali terlambat? </p>
<p>Studi tentang keterlibatan pasangan dalam PPIA yang telah dilakukan di Afrika menunjukkan keterlibatan pasangan berdampak positif terhadap penurunan penularan HIV dari ibu ke anak. Pelibatan ini juga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6550447/">meningkatkan kesehatan ibu</a> dengan HIV secara fisik maupun mental saat masa kehamilan, melahirkan dan menyusui. </p>
<h2>Mengapa pencegahan gagal?</h2>
<p>Meski Indonesia telah melakukan upaya PPIA sejak hampir dua dekade yang lalu, <a href="https://data.unicef.org/topic/hivaids/emtct/">cakupan pelayanannya cenderung stagnan</a> dengan semakin banyak penularan HIV dari ibu ke anak.</p>
<p>Pelayanan PPIA yang terdiri dari pemeriksaan HIV, pengobatan antiretroviral (ARV) untuk menekan <em>viral load</em>, konsultasi terkait metode melahirkan dan menyusui yang aman bagi ibu dan anak, <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Pedoman_Manajemen_PPIApdf.pdf">telah terintegrasi</a> dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak sejak 2012. </p>
<p>Integrasi pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak diharapkan dapat meningkatkan akses ibu pada pelayanan HIV. Upaya ini juga dapat menghindari stigma karena setiap ibu hamil yang mengakses pelayanan prenatal akan mendapatkan pemeriksaan HIV.</p>
<p>Namun demikian, pada 2020, <a href="https://siha.kemkes.go.id/portal/perkembangan-kasus-hiv-aids_pims#">hanya sebagian ibu hamil</a> yang mendapatkan pemeriksaan HIV dan hanya 30% di antaranya yang mendapatkan pengobatan ARV. Kondisi ini masih sangat jauh dari <a href="https://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2021_start-free-stay-free-aids-free-final-report-on-2020-targets_en.pdf">target yang ditetapkan Program Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS (UNAIDS)</a> demi mengeliminasi penularan HIV, dengan cakupan 90% pemeriksaan HIV dan 90% pengobatan ARV. </p>
<p>Banyak <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0198329"></a><a href="https://www.researchgate.net/publication/337058026_Utilization_Factors_of_Prevention_Mother_to_Child_HIV_Transmission_PMTCT_Program_Among_Pregnant_Women">penelitian</a> yang telah berupaya untuk mengeksplorasi penyebab rendahnya akses dan pemanfaatan pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6550447/"></a><a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/70917/9789241503679_eng.pdf">Keterlibatan pasangan</a> menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk memanfaatkan pelayanan PPIA.</p>
<p>Dukungan pasangan, baik secara emosional, finansial dan fisik, mampu meningkatkan akses terhadap pemeriksaan HIV dan kepatuhan pengobatan ARV para ibu.</p>
<p>Negara-negara di benua Afrika, yang memiliki prevalensi HIV yang cukup signifikan, telah banyak mengeksplorasi keterlibatan pasangan dalam PPIA, faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keterlibatan pasangan, serta dampak dari keterlibatan dalam membantu mencegah penularan HIV dari ibu ke anak. </p>
<p>Di Indonesia, keterlibatan pasangan belum diupayakan secara mendalam dan umumnya hanya menjadi salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi akses dan pemanfaatan pelayanan PPIA.</p>
<h2>Tantangan dan manfaat melibatkan pasangan</h2>
<p>Pelayanan PPIA yang umumnya diberikan pada ibu hamil merupakan bagian dari kesehatan ibu dan anak yang kerap dipandang sebagai urusan perempuan semata. </p>
<p>Padahal, budaya patriarki sering menempatkan pengambilan keputusan di tangan laki-laki, termasuk terkait akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh perempuan. </p>
<p>Studi di Afrika menunjukkan keterlibatan pasangan dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dapat menurunkan penularan tersebut. Pelibatan ini juga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6550447/">bermanfaat positif bagi kesehatan ibu</a> dengan HIV, baik secara fisik maupun mental dari masa kehamilan hingga menyusui. </p>
<p><a href="https://reproductive-health-journal.biomedcentral.com/articles/10.1186/1742-4755-7-12"></a><a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29104275/">Keterlibatan pasangan</a> itu bentuknya mendukung ibu dalam mengakses pelayanan kesehatan berupa dukungan emosional. Misalnya, mengingatkan kapan ibu harus mengunjungi pelayanan kesehatan dan mengantarkan ke fasilitas kesehatan. Pasangan juga hadir pada saat kunjungan, ikut mendiskusikan kesehatan ibu dan anak termasuk metode melahirkan yang aman, pemenuhan gizi, perilaku seksual yang aman, serta memberi dukungan dalam kepatuhan pengobatan ARV. </p>
<p>Keterlibatan pasangan ini perlu dijaga agar tidak memperkuat persepsi peran laki-laki sebagai ‘pelindung’ perempuan dan meningkatkan kesenjangan ‘kuasa’ antara perempuan dan laki-laki.</p>
<p>Kabar baiknya, suami-suami Indonesia telah didorong untuk terlibat dalam pelayanan antenatal atau pemeriksaan kehamilan dan persiapan kelahiran melalui kampanye suami siaga <a href="https://assets.researchsquare.com/files/rs-114665/v1_covered.pdf?c=1631847380">sejak 1999</a>. <a href="https://academic.oup.com/heapol/article/32/8/1203/3897345?login=true">Hasilnya</a>, sebagian besar dari mereka telah terlibat dalam pelayanan antenatal dengan menemani saat pemeriksaan kehamilan maupun mendiskusikan rencana melahirkan.</p>
<p>Keterlibatan pasangan dalam pelayanan antenatal cukup berbeda dengan pelayanan PPIA karena HIV yang masih berkaitan erat dengan stigma di kalangan masyarakat, petugas kesehatan, bahkan di antara pasangan. </p>
<p>Stigma ini sering mencegah pemeriksaan HIV oleh ibu dan pasangannya serta meningkatkan kekerasan dalam rumah tangga karena pasangan yang positif HIV dianggap tidak setia. Ini yang menjelaskan ibu dengan HIV di negeri ini cenderung terlambat terdeteksi status HIV-nya. </p>
<h2>Perlu riset lebih banyak</h2>
<p>Dampak positif dari keterlibatan pasangan dalam pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) telah terbukti dalam <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6550447/">studi di negara lain</a>.</p>
<p>Namun dengan keterlambatan deteksi HIV di Indonesia, kita perlu meneliti soal keterlibatan pasangan dalam PPIA.</p>
<p>Kajian tentang relevansi, konteks, dan dampak keterlibatan pasangan pada akses dan cakupan pemeriksaan HIV pada ibu dan perempuan usia reproduktif perlu diperbanyak.</p>
<p>Permasalahan HIV di Indonesia begitu kompleks karena melibatkan banyak faktor. Mulai dari sistem pelayanan kesehatan, komitmen politik, stigma dan diskriminasi, dukungan pasangan dan keluarga, serta pengetahuan dan kesadaran individu. </p>
<p>Studi terkait keterlibatan pasangan dalam PPIA akan lebih memberikan pengetahuan dan ‘amunisi’ bagi pembuat kebijakan dan pelaksana program PPIA sebelum memutuskan untuk lebih mendorong keterlibatan suami. Misalnya, dengan memperkuat lagi program suami siaga khususnya di kalangan keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah. </p>
<p>Kita juga perlu meningkatkan kesetaraan gender dan menantang nilai gender tradisional bahwa kesehatan ibu dan anak hanyalah urusan perempuan. Selain itu, pelayanan kesehatan ibu dan anak perlu dimodifikasi agar lebih ‘ramah’ pada ibu dengan HIV serta pasangannya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195448/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Marya Yenita Sitohang tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dengan peningkatan kasus HIV di kalangan ibu rumah tangga Indonesia, penularan HIV dari ibu ke anak semakin nyata. Upaya pencegahan seringnya hanya menargetkan ibu tanpa melibatkan pasangannya.Marya Yenita Sitohang, Peneliti Kesehatan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1953212022-11-30T09:54:27Z2022-11-30T09:54:27ZHampir tiga tahun pandemi: perkembangan mutakhir pencarian obat mujarab COVID-19<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/498145/original/file-20221130-12-mepdzy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para peneliti terus mencari obat antivirus yang ampuh, harganya murah dan mudah diakses oleh masyakarat.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/syringe-and-pills-on-blue-background-3786156/">Anna Shvets/Pexel</a></span></figcaption></figure><p>Hampir tiga tahun <a href="https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019">pandemi COVID-19</a> menorehkan sejarah penting perjuangan manusia melawan penyakit yang diakibatkan virus. Virus penyebab COVID, SARS-CoV-2, menjadi anggota keluarga virus corona terkini yang menginfeksi manusia. </p>
<p>Dunia telah memulai hidup berdampingan dengan COVID-19 walau <a href="https://ourworldindata.org/covid-cases">lonjakan kasus masih bermunculan</a> akibat varian virus baru. Keberhasilan spektakuler dalam pengembangan vaksin telah menjadi bukti suksesnya penerapan ilmu biomedis dalam pencegahan penyakit. </p>
<p>Namun, di sisi pengobatan, hingga saat ini belum ada obat antivirus spesifik COVID-19 yang tersedia walau beberapa obat telah mendapat <a href="https://www.fda.gov/emergency-preparedness-and-response/mcm-legal-regulatory-and-policy-framework/emergency-use-authorization#coviddrugs">izin penggunaan darurat</a> (<em>emergency use authorization</em>, EUA) dan menunjukkan hasil menjanjikan.</p>
<p>Sejak awal pertempuran melawan COVID-19, upaya penemuan obat bergantung pada alih guna berbagai obat dan pengembangan antibodi klon tunggal (monoklonal). Keduanya dipilih untuk secara cepat mendapatkan obat yang kala itu begitu dibutuhkan. </p>
<p>Alih guna obat berarti pada mulanya kandidat obat telah diteliti dan digunakan untuk penyakit infeksi lain. Pengembangan obat COVID-19 terus berlangsung untuk memperoleh obat ampuh yang aman.</p>
<p>Obat yang dicari adalah obat yang dapat diberikan pada awal gejala penyakit, dalam bentuk sediaan yang mudah diberikan, relatif murah, dan dapat diakses semua kalangan. Suatu kondisi ideal jika obat tersebut dapat memiliki spektrum luas untuk melawan beberapa jenis virus sekaligus. Hal ini penting untuk kesiapan terhadap pandemi masa depan.</p>
<p>Bagaimana sejauh ini pengembangan obat untuk orang-orang yang terkena COVID?</p>
<h2>Tiga jenis obat yang dikembangkan</h2>
<p>Sampai saat ini setidaknya ada tiga strategi pengembangan obat antivirus untuk COVID-19: (1) pengembangan obat jenis aksi langsung terhadap virus (<em>directly acting antiviral</em>), (2) obat menarget pejamu manusia (<em>host-targeting antiviral</em>), dan (3) obat jenis pengatur respons imun (<em>immunomodulator</em>). </p>
<p>Fokus <strong>pertama</strong> pengembangan obat jenis aksi langsung adalah obat yang menghambat enzim protease (enzim pemecah protein) dan polymerase (enzim pemicu perbanyakan materi genetik virus RNA, <em>RNA-dependent RNA polymerase</em>/RdRp) virus. </p>
<p>Sementara fokus <strong>kedua</strong> ada pada penggunaan antibodi klon tunggal yang bekerja menetralisasi dan menarget protein Spike (S) (atau domain RBD) dari SARS-CoV-2, sehingga virus tidak bisa memasuki sel manusia. Antibodi klon tunggal secara spesifik berikatan dengan protein S sehingga virus kehilangan kemampuan menginfeksi sel manusia.</p>
<p>Beberapa obat jenis aksi langsung telah memperoleh izin penggunaan darurat. Dari jenis obat penghambat protease, nirmatrelvir yang dikombinasikan dengan ritonavir (nama dagang <a href="https://www.pfizer.com/news/press-release/press-release-detail/pfizers-novel-covid-19-oral-antiviral-treatment-candidate">Paxlovid</a> dari Pfizer) merupakan obat penghambat enzim main protease (Mpro) yang vital bagi virus untuk bisa memperbanyak diri dalam sel manusia. </p>
<p>Obat penghambat enzim RdRp di antaranya remdesivir (<a href="https://www.gilead.com/news-and-press/press-room/press-releases/2022/1/fda-approves-veklury-remdesivir-for-the-treatment-of-nonhospitalized-patients-at-high-risk-for-covid19-disease-progression">Veklury</a>, Gilead Biosciences) dan molnupiravir (<a href="https://www.merck.com/news/merck-and-ridgeback-biotherapeutics-provide-update-on-new-clinical-and-non-clinical-studies-of-lagevrio-molnupiravir/">Lagevrio</a>, Merck). </p>
<p>Mekanisme unik dari molnupiravir adalah dengan memasukkan mutasi basa nukleotida pada proses perbanyakan RNA, sehingga menimbulkan kesalahan proses fatal pada duplikasi RNA dan menghambat perbanyakan virus. </p>
<p>Beberapa antibodi klon tunggal yang telah disetujui untuk penggunaan darurat di antaranya bebtelovimab. Obat ini terdiri dari kombinasi tixagevimab dan cilgavimab (<a href="https://www.astrazeneca.com/media-centre/medical-releases/evusheld-long-acting-antibody-combination-retains-neutralising-activity-against-omicron-variants-including-ba2-in-new-independent-studies.html">Evusheld</a>, AstraZeneca), sotrovimab (<a href="https://www.gsk.com/en-gb/media/press-releases/xevudy-sotrovimab-granted-marketing-authorisation-by-the-european-commission-for-the-early-treatment-of-covid-19/">Xevudy</a>, GlaxoSmithKline dan Vir Biotechnology), dan kombinasi casirivimab dan imdevimab (<a href="https://investor.regeneron.com/news-releases/news-release-details/new-regen-covtm-casirivimab-and-imdevimab-data-show-supportive">REGEN-COV</a>, Regeneron dan Roche). </p>
<p>Dari jenis pengatur respons imun, jenis <strong>ketiga</strong>, hasil menjanjikan telah ditunjukkan beberapa obat, di antaranya penghambat enzim janus kinase baricitinib (<a href="https://investor.lilly.com/news-releases/news-release-details/fda-approves-lilly-and-incytes-olumiantr-baricitinib-treatment">Olumiant</a>, Eli Lilly) dan penghambat interleukin-6 tocilizumab (<a href="https://www.gene.com/media/press-releases/14948/2022-04-03/us-fda-grants-priority-review-to-genente">Actemra</a>, Genentech-Roche). </p>
<h2>Keterbatasan dan tantangan</h2>
<p>Tantangan yang dihadapi oleh obat jenis aksi langsung adalah kondisi virus yang selalu bermutasi dan dapat memicu resistensi obat. Obat dapat kehilangan efektivitasnya terhadap varian baru SARS-CoV-2, seperti telah ditunjukkan dengan adanya laporan awal <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-022-29104-y">resistensi obat remdesivir</a>. </p>
<p>Penggunaan antibodi dibatasi <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2791451">kendala harga</a> yang masih relatif mahal (sekitar <a href="https://www.newsweek.com/fact-check-regeneron-regen-cov-covid-monoclonal-antibody-cost-1637526">US$ 2.100 (Rp 33 juta)</a> per dosis), ketersediaan yang terbatas, dan pemberian yang melalui suntikan sehingga harus diberikan di fasilitas kesehatan.</p>
<p>Sementara itu, strategi obat yang menarget pejamu manusia masih belum mendapat banyak perhatian walau menawarkan berbagai keunggulan. Obat jenis ini mengubah mekanisme interaksi antara virus dengan sel manusia ketika infeksi terjadi. </p>
<p>Mekanisme aksinya, antara lain, menghambat masuknya virus ke dalam sel manusia. Mekanisme lain adalah mengganggu proses pelipat-gandaan protein virus saat memperbanyak diri. Oleh karena obat ini menarget sel manusia, khasiat obat tidak dipengaruhi oleh terjadinya mutasi pada genetik virus yang dapat menyebabkan resistensi obat. </p>
<p>Dengan demikian, obat jenis ini dapat digunakan untuk berbagai varian virus yang timbul akibat mutasi. Selain itu, obat jenis ini dapat memiliki spektrum luas sehingga potensial digunakan untuk melawan berbagai virus corona maupun virus lainnya. </p>
<h2>Obat yang manjur dan terjangkau</h2>
<p>Salah satu obat menarget pejamu manusia adalah <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5390498/">UV-4</a> (dikenal juga dengan nama MON-DNJ). Obat ini telah dikembangkan oleh Unit Antiviral Drug Discovery di Universitas Oxford, Inggris. Saya terlibat sebagai salah satu peneliti di unit ini.</p>
<p>MON-DNJ beraksi menghambat enzim glucosidase sehingga menghambat proses pelipatan glikoprotein (komponen pembentuk struktur utama dari virus) di retikulum endoplasma sel manusia. Hambatan ini pada akhirnya mengakibatkan gagalnya pembentukan virus baru. </p>
<p>Obat ini telah diteliti aman dan lolos <a href="https://journals.plos.org/plosntds/article/authors?id=10.1371/journal.pntd.0010636">uji klinis fase 1</a> dan sedang memasuki uji klinis lanjutan. Obat ini telah diteliti memiliki aktivitas antivirus terhadap berbagai virus seperti virus dengue, Zika, influenza, hepatitis, Marburg, dan Ebola. </p>
<p>Hasil <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32985653/">uji awal di laboratorium</a> membuktikan bahwa obat ini efektif menghambat kematian sel akibat infeksi virus SARS-CoV-2 dan mengurangi tingkat perbanyakan virus. </p>
<p>Kolaborasi peneliti dunia, termasuk tim di Universitas Oxford, berupaya mengembangkan obat antivirus oral, berbasis penghambat Mpro untuk melawan COVID-19. </p>
<p>Kolaborasi dengan nama “<a href="https://www.ox.ac.uk/news/2021-09-28-moonshot-initiative-develop-affordable-covid-19-antivirals-gets-funding-boost"><em>Moonshot project</em></a>” ini berbasis urun daya (<em>crowdsourcing</em>) dan berikhtiar menemukan obat COVID-19 spesifik bebas paten sehingga dapat menjamin produksi dalam jumlah besar dan distribusi obat ke seluruh dunia dengan harga terjangkau. </p>
<p>Proses penemuan obat baru untuk COVID-19 masih terus berlangsung. </p>
<p>Kolaborasi dan kerja sama antar institusi dalam format ABG (<em>academic-business-government</em>) akan sangat menunjang pengembangan dan penemuan obat antivirus baru. Kita nantikan obat mujarab untuk COVID-19.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195321/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Benediktus Yohan Arman menerima dana beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam program Beasiswa Pendidikan Indonesia yang dibiayai oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Yohan juga peneliti di Unit Antiviral Drug Discovery di Universitas Oxford, Inggris. </span></em></p>strategi obat yang menarget pejamu manusia masih belum mendapat banyak perhatian walau menawarkan berbagai keunggulan.Benediktus Yohan Arman, Mahasiswa Doktoral (DPhil) di bidang Biochemistry, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1948252022-11-18T06:33:43Z2022-11-18T06:33:43Z8 miliar penduduk: empat cara perubahan iklim dan pertumbuhan populasi mengancam kesehatan masyarakat dunia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/496092/original/file-20221118-22-4r4lvk.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penyakit menular seperti COVId-19 masuk daftar teratas masalah kesehatan yang harus diwaspadai.</span> <span class="attribution"><span class="source">Marco Longari/AFP via Getty Images</span></span></figcaption></figure><p>Ada pertanyaan yang sangat mengkhawatirkan saya sebagai ilmuwan kesehatan populasi dan lingkungan.</p>
<p>Akankah kita memiliki cukup makanan untuk pertumbuhan populasi global? Bagaimana kita akan merawat lebih banyak orang saat pandemi berikutnya? Bagaimana dampak cuaca panas terhadap jutaan orang dengan hipertensi? Akankah negara mengobarkan perang air karena meningkatnya kekeringan?</p>
<p>Semua risiko ini memiliki tiga kesamaan: kesehatan, perubahan iklim, dan pertumbuhan populasi yang <a href="https://www.un.org/en/desa/world-population-reach-8-billion-15%20-november-2022">menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa</a> akan melewati 8 miliar orang pada 15 November 2022 – dua kali lipat populasi 48 tahun yang lalu.</p>
<hr>
<iframe id="noa-web-audio-player" style="border: none" src="https://embed-player.newsoveraudio.com/v4?key=x84olp&id=https://theconversation.com/8-billion-people-four-ways-climate-change-and-population-growth-combine-to-threaten-public-health-with-global-consequences-193077&bgColor=F5F5F5&color=D8352A&playColor=D8352A" width="100%" height="110px"></iframe>
<hr>
<p><iframe id="b54Xw" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/b54Xw/6/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Selama <a href="https://www.health.pitt.edu/people/ant-2">40 tahun karir saya</a>, pertama bekerja di hutan hujan Amazon dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, dan kemudian di dunia akademis, saya telah menghadapi banyak jenis ancaman kesehatan masyarakat. Namun tidak ada efeknya yang begitu keras dan meluas seperti perubahan iklim.</p>
<p>Dari sekian banyak efek kesehatan yang merugikan terkait iklim, empat berikut ini mewakili masalah kesehatan masyarakat terbesar bagi populasi yang terus bertambah.</p>
<h2>Penyakit menular</h2>
<p>Para peneliti telah menemukan bahwa <a href="https://theconversation.com/58-of-human-infectious-diseases-can-be-worsened-by-climate-change-we-scoured-77-%20000-studies-to-map-the-pathways-188256">lebih dari setengah dari semua penyakit menular pada manusia</a> dapat diperburuk oleh perubahan iklim.</p>
<p>Banjir, misalnya, dapat mempengaruhi kualitas air dan habitat tempat bakteri dan vektor berbahaya. Misalnya, nyamuk dapat berkembang biak dan menularkan penyakit menular ke manusia.</p>
<p>Demam berdarah, penyakit virus yang ditularkan oleh nyamuk yang membuat sakit <a href="https://www.cdc.gov/dengue/about/index.html">sekitar 100 juta</a> orang per tahun, menjadi lebih umum di lingkungan yang hangat dan basah. R0-nya, atau nomor reproduksi dasar –- ukuran seberapa cepat penyebarannya –- <a href="https://doi.org/10.1016/S0140-6736(22)01540-9">meningkat sekitar 12%</a> dari tahun 1950-an ke rata-rata pada 2012-2021, menurut laporan Countdown Lancet 2022. </p>
<p>Selama periode yang sama, musim malaria bertambah 31% di daerah dataran tinggi Amerika Latin dan hampir 14% di dataran tinggi Afrika karena suhu meningkat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Rows of beds, some covered with mosquito nets, fill a warehouse-like space. Doctors visit with some of the patients." src="https://images.theconversation.com/files/493916/original/file-20221107-19-5r15ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/493916/original/file-20221107-19-5r15ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/493916/original/file-20221107-19-5r15ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/493916/original/file-20221107-19-5r15ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/493916/original/file-20221107-19-5r15ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/493916/original/file-20221107-19-5r15ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/493916/original/file-20221107-19-5r15ur.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pasien beristirahat di bangsal darurat demam berdarah di rumah sakit selama wabah parah di Pakistan pada 2021.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/patients-take-rest-on-beds-arranged-inside-a-makeshift-news-photo/1235932771">Arif Ali/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Banjir juga dapat menyebarkan organisme yang ditularkan melalui air yang menyebabkan <a href="https://doi.org/10.1186/s12879-020-04961-4">hepatitis</a> dan <a href="https://doi.org/10.1136/bmj.39503.700903.%20DB">penyakit diare</a>, seperti kolera. Ini dapat terjadi ketika sejumlah besar orang mengungsi akibat bencana dan tinggal di daerah dengan kualitas air yang buruk untuk minum atau mencuci.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1371/currents.dis.7a2cee9e980f91ad7697b570bcc4b004">Kekeringan</a> juga dapat menurunkan kualitas air minum. Akibatnya, lebih banyak populasi hewan pengerat masuk ke komunitas manusia untuk mencari makanan, meningkatkan <a href="https://doi.org/10.3390/pathogens11010015">potensi penyebaran hantavirus</a>, kelompok virus yang menyebabkan gangguan pada paru-paru, pembuluh darah dan ginjal.</p>
<h2>Sangat panas</h2>
<p>Risiko kesehatan serius lainnya adalah kenaikan suhu.</p>
<p>Panas yang berlebihan dapat <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/climate-change-heat-and-health">memperparah masalah kesehatan yang ada</a>, seperti <a href="https://doi.org/10.1111/all.14177">kardiovaskular</a> dan penyakit pernapasan. Serangan panas yang <a href="https://www.cdc.gov/niosh/topics/heatstress/heatrelillness.html">menaikkan suhu tubuh secara cepat di atas 40 derajat Celsius (<em>heat stroke</em>)</a> berisiko <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heat-stroke/symptoms-causes/syc-20353581">merusak jantung, otak, dan ginjal</a> hingga menyebabkan kematian.</p>
<p>Saat ini, sekitar 30% populasi global terkena serangan panas yang berpotensi mematikan setiap tahun. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan bahwa persentase tersebut bakal meningkat <a href="https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg2/about/frequently-asked-questions/keyfaq3%20/">sekitar 48% hingga 76%</a> pada akhir abad ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=477&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=477&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=477&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=599&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=599&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/493119/original/file-20221102-24-un18ln.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=599&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perubahan iklim mempengaruhi kesehatan manusia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Centers for Disease Control and Prevention</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain nyawa yang hilang, paparan panas diproyeksikan telah mengakibatkan hilangnya <a href="https://www.thelancet.com/infographics-do/climate-countdown-2022">470 miliar jam kerja potensial</a> secara global pada 2021. Ini berpotensi menghilangkan pendapatan sebesar US$ 669 miliar (**Setara berapa Rp?). </p>
<p>Saat populasi tumbuh dan panas meningkat, lebih banyak orang akan mengandalkan AC yang digerakkan oleh bahan bakar fosil, <a href="https://www.iea.org/news/air-conditioning-use-emerges-as-one-of-the-key-drivers-of-global-electricity-demand-growth">sehingga memperparah perubahan iklim</a>.</p>
<h2>Ketahanan pangan dan air</h2>
<p>Panas juga mempengaruhi ketahanan pangan dan air bagi populasi yang terus bertambah.</p>
<p>Tinjauan Lancet menemukan bahwa suhu tinggi pada 2021 <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01540-9/fulltext">mempersingkat musim tanam</a> rata-rata sekitar 9,3 hari untuk jagung, dan enam hari untuk gandum dibandingkan dengan rata-rata 1981-2020. </p>
<p>Sementara itu, pemanasan lautan dapat membunuh kerang dan memindahkan atau menjauhkan <a href="https://doi.org/10.1111/gcb.14512">ikan yang diandalkan masyarakat pesisir</a>. Gelombang panas pada 2020 saja mengakibatkan <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(22)01540-9/fulltext">98 juta lebih</a> orang menghadapi kerawanan pangan dibandingkan dengan rata-rata tahun 1981-2010.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A woman standing in a field examines a stalk of sorghum" src="https://images.theconversation.com/files/493915/original/file-20221107-21-i2g9p0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/493915/original/file-20221107-21-i2g9p0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/493915/original/file-20221107-21-i2g9p0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/493915/original/file-20221107-21-i2g9p0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/493915/original/file-20221107-21-i2g9p0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/493915/original/file-20221107-21-i2g9p0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/493915/original/file-20221107-21-i2g9p0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang petani di Zimbabwe beralih ke sorgum, sebuah tanaman biji-bijian yang dapat tumbuh subur dalam kondisi kering, seperti kekeringan yang membuat tanaman lain layu pada 2019.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/angeline-kadiki-an-elderly-who-is-a-sorghum-farmer-inspects-news-photo/1130994283">Jekesai Njikizana/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Peningkatan suhu juga mempengaruhi pasokan air bersih melalui penguapan dan dengan menyusutnya <a href="https://e360.yale.edu/features/andes-meltdown-new-insights-into-rapidly-retreating-glaciers">gletser gunung</a> dan <a href="https://www.ioes.ucla.edu/project/climate-change-sierra-nevada/">bongkahan salju</a> yang secara historis membuat air terus mengalir selama bulan-bulan musim panas.</p>
<p>Kelangkaan air dan kekeringan berpotensi menggusur hampir <a href="https://unstats.un.org/sdgs/report/2022/goal-13/">700 juta orang pada 2030</a>, menurut perkiraan PBB. Dikombinasikan dengan pertumbuhan populasi dan meningkatnya kebutuhan energi, kelangkaan air dapat memicu konflik geopolitik karena negara-negara menghadapi kekurangan pangan dan bersaing untuk mendapatkan air.</p>
<h2>Kualitas udara buruk</h2>
<p>Polusi udara dapat <a href="https://theconversation.com/extreme-heat-air-pollution-can-be-deadly-with-the-health-risk-together-worse-than-either-alone-187422">diperburuk oleh penyebab perubahan iklim</a>. Cuaca panas dan gas bahan bakar fosil yang sama menghangatkan planet <a href="https://www.lung.org/clean-air/climate-change/climate-change-air-pollution">dapat menambah kandungan ozon di permukaan</a>. Ozon adalah komponen utama kabut asap. Peningkatan ini dapat memperburuk alergi, asma, dan masalah pernapasan lainnya, serta penyakit kardiovaskular.</p>
<p>Kebakaran hutan yang dipicu oleh bentang alam yang panas dan kering <a href="https://doi.org/10.1126/sciadv.abi9386">menambah risiko kesehatan dari polusi udara</a>. Asap kebakaran sarat dengan partikel kecil yang dapat menyebar jauh ke dalam paru-paru, <a href="https://www.epa.gov/wildfire-smoke-course/why-wildfire-smoke-health-concern">menyebabkan masalah jantung dan pernapasan</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Three school girls with backpacks walk through smog along a road while covering their mouths with handkerchiefs." src="https://images.theconversation.com/files/493917/original/file-20221107-25-5gvhig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/493917/original/file-20221107-25-5gvhig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/493917/original/file-20221107-25-5gvhig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/493917/original/file-20221107-25-5gvhig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=405&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/493917/original/file-20221107-25-5gvhig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/493917/original/file-20221107-25-5gvhig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/493917/original/file-20221107-25-5gvhig.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=509&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kabut asap di New Delhi, India, merupakan masalah yang terus terjadi. Keadaan menjadi sangat buruk pada 2017 sehingga kota ini menutup sementara sekolah dasarnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/indian-schoolchildren-cover-their-faces-as-they-walk-to-news-photo/871511920">Sajjad Hussain/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa yang dapat kita lakukan?</h2>
<p>Banyak kelompok dan ahli medis sedang bekerja untuk melawan jeram konsekuensi iklim negatif ini terhadap kesehatan manusia.</p>
<p>Akademi Kedokteran Nasional AS telah mengambil bagian pada <a href="https://nam.edu/programs/climate-change-and-human-health/">tantangan besar dalam perubahan iklim, kesehatan manusia, dan kesetaraan</a> yang ambisius untuk meningkatkan penelitian. Di banyak lembaga akademik, termasuk Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pittsburgh, tempat saya menjadi dekan, iklim dan kesehatan dimasukkan dalam penelitian, pengajaran, dan layanan.</p>
<p>Penyelesaian beban kesehatan di negara berpenghasilan rendah dan menengah sangatlah penting. Seringkali, orang-orang <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK525226/">paling rentan</a> di negara-negara ini <a href="https://sdgs.un.org/goals/goal13">menghadapi bahaya terbesar dari perubahan iklim</a> tanpa memiliki sumber daya untuk melindungi kesehatan dan lingkungan mereka. Pertumbuhan populasi dapat <a href="https://doi.org/10.1289/EHP10384">memperdalam ketidakadilan ini</a>.</p>
<p><a href="https://www.paho.org/en/news/19-8-2022-eu-and-paho-supporting-nine-caribbean-countries-integration-health-national">Penilaian adaptasi</a> dapat membantu negara berisiko tinggi untuk bersiap menghadapi dampak perubahan iklim. Kelompok-kelompok pembangunan juga memimpin proyek untuk <a href="https://www.cgiar.org/">memperluas budi daya tanaman</a> yang dapat tumbuh subur dalam kondisi kering. <a href="https://www.paho.org/en">Organisasi Kesehatan Pan Amerika</a>, yang berfokus pada Karibia, adalah contoh bagaimana negara bekerja untuk mengurangi penyakit menular dan meningkatkan kapasitas regional untuk melawan dampak perubahan iklim .</p>
<p>Pada akhirnya, pengurangan risiko kesehatan memerlukan <a href="https://www.unep.org/resources/emissions-gap-report-2022">pengurangan emisi gas rumah kaca</a> untuk meredam perubahan iklim.</p>
<p>Negara-negara di seluruh dunia <a href="https://unfccc.int/process/the-convention/history-of-the-convention#Essential-background">berkomitmen pada 1992</a> untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, baru tiga puluh tahun kemudian, tren emisi global <a href="https://www.unep.org/events/publication-launch/emissions-gap-report-2022">mulai melambat</a>, di tengah penderitaan banyak komunitas di dunia akibat gelombang panas ekstrem, banjir dan kekeringan yang merusak.</p>
<p><a href="https://unfccc.int/event/cop-27">Konferensi perubahan iklim PBB (COP 27) pekan ini di Mesir</a>, yang menurut saya kurang berfokus pada kesehatan, dapat membantu memperhatikan dampak iklim utama yang membahayakan kesehatan. </p>
<p>Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengingatkan: kala kita semua merayakan kemajuan, “pada saat yang sama, ini adalah pengingat kita untuk tanggung jawab merawat planet dan momen untuk merenungkan di mana kita masih gagal memenuhi komitmen kita untuk satu lain.”</p>
<p><em>Samantha Totoni, kandidat Ph.D. di University of Pittsburgh School of Public Health, berkontribusi dalam artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194825/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Maureen Lichtveld tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Banjir, misalnya, dapat mempengaruhi kualitas air dan habitat tempat bakteri dan vektor berbahaya seperti nyamuk dapat berkembang biak dan menularkan penyakit menular ke manusia.Maureen Lichtveld, Dean of the School of Public Health, University of PittsburghLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.