Banyak lulusan hukum kelak berperan penting dalam penyelesaian sengketa bisnis – dari menjadi arbiter hingga advokat hukum bagi pihak yang bersengketa. Sudahkah kampus menyiapkan mereka dengan baik?
Ebba Ossiannilsson, Te Herenga Waka — Victoria University of Wellington; Muhammad Zuhdi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, and Stephen Dobson, Te Herenga Waka — Victoria University of Wellington
Mahasiswa seharusnya merupakan klien utama perguruan tinggi. Tapi, kini kampus seringkali lebih tunduk pada tuntutan pemerintah dan industri.
Membangun budaya rasionalitas di kampus bisa membantu menegakkan asas penalaran dan kebenaran ilmiah, sekaligus mengurangi hoaks - bahkan yang rawan disebarkan oleh seorang profesor.
Kita sering mendengar dan membaca bagaimana kampus di Indonesia saling perang klaim tentang capaian pemeringkatan mereka. Mentalitas ini memiliki banyak masalah.
Pada episode SuarAkademai kali ini, kami berbicara dengan Carter Bing Andika, mahasiswa S3 di bidang kepemimpinan pendidikan untuk membedah fenomena salah jurusan di Indonesia.
Sejumlah mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara (USU) mengikuti rangkaian orientasi universitas. Kampus merupakan fase penting bagi peserta didik dalam menentukan aspirasi karir mereka.
(ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
Kementerian Pendidikan menyatakan hanya ada maksimal 20% lulusan perguruan tinggi yang bekerja sesuai program studinya. Apa yang menyebabkan fenomena ini, dan apa yang bisa dilakukan ke depannya?
Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Bandung Raya melakukan aksi unjuk rasa menolak LGBT di Bandung, Jawa Barat, pada 2016.
(ANTARA FOTO/Novrian Arbi)
Seiring komunitas akademik dunia Barat dan Indonesia menjalin kerjasama, kita harus terus mencari jalan bersama untuk melawan diskriminasi, termasuk terhadap komunitas LGBT.
Pada episode SuarAkademia kali ini, kami ngobrol dengan Slamet Thohari dari Universitas Brawijaya tentang minimnya dukungan dan akses pendidikan tinggi bagi penyandang disabilitas di Indonesia.
Kenali diri Anda apakah jenis orang yang giat belajar atau belajar yang berlebihan?
Pixabay/Pexels
Saat ini ada banyak sekali kampus di Indonesia, tapi mayoritas memiliki kualitas pengelolaan yang buruk. Hanya segelintir dari ribuan kampus tersebut pada akhirnya mampu bersaing secara global.
Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) melakukan unjuk rasa di kampus pada 2019.
Irsan Mulyadi/Antara Foto
Pembungkaman atas isu LGBT di kampus sudah berlangsung lama - paling tidak sejak era Orde Baru - dan sayangnya terus terjadi hingga kini. Namun, perlawanan tidak berhenti.
Tim kami melakukan survei terhadap 456 pimpinan universitas negeri dan swasta untuk menggali pandangan mereka tentang aspek apa saja yang perlu diperbaiki dari pengelolaan PTS di Indonesia.
Jumlah mahasiswa Indonesia Timur yang kuliah di beberapa kota besar di Jawa dan Sumatra semakin meningkat. Namun, banyak penelitian menemukan bahwa mereka mengalami berbagai tantangan akademik.
Penggabungan Kemenristek dan Kemendikbud yang bukan kali pertama ini menunjukkan pemerintah bingung dalam menentukan kelembagaan antara bidang riset dan pendidikan. Bagaimana negara lain mengaturnya?
Mahasiswa dari Queensland University of Technology (QUT) di Australia melakukan Tari Jaranan di Surabaya sebagai bagian dari program musim panas kampus tersebut pada tahun 2018.
(ANTARA FOTO/Moch Asim)
Ketika kampus di Australia menutup program bahasa Indonesia, mereka mengabaikan peran mereka dalam mempromosikan ikatan dengan Indonesia. Di masa depan, ini bisa melukai relasi Australia-Indonesia.
Ketidakjelasan aturan self-plagiarism di Indonesia menimbulkan pertanyaan, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam reproduksi ulang karya ilmiah pribadi?
Salah satu tantangan akademisi perempuan selama pandemi adalah memastikan anak-anak mereka terus belajar, sambil memenuhi kewajiban mendidik di kampus.
Fenny Selly/Antara Foto
Akademisi perempuan Indonesia harus menanggung beban dan tanggung jawab tambahan karena bekerja dari rumah dan juga semakin terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh universitas.