tag:theconversation.com,2011:/us/topics/abu-vulkanik-44312/articlesAbu Vulkanik – The Conversation2019-01-04T08:09:47Ztag:theconversation.com,2011:article/1093322019-01-04T08:09:47Z2019-01-04T08:09:47ZDampak erupsi Gunung Anak Krakatau pada biodiversitas dan tanah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/252356/original/file-20190103-32142-1tstweu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Lampung, 21 Oktober 2018.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/eruption-son-krakatoa-anak-krakatau-mountain-1265843071?src=QUJ1i--Ybt9fZUR37iViAQ-1-7">Arief Adhari/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Aktivitas vulkanik <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181231002758-199-357400/bmkg-paparkan-kronologi-tsunami-selat-sunda">Gunung Anak Krakatau</a> yang memicu terjadinya tsunami di Selat Sunda menyebabkan setidaknya <a href="https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46684200">430 korban tewas</a> di kawasan pantai Banten dan Lampung pada 22 Desember 2018.</p>
<p>Indikasi aktivitas Anak Krakatau sebagai penyebab gelombang pasang dahsyat tersebut ditunjukkan oleh perubahan tubuh Anak Krakatau akibat erupsi ini. Sebelum tsunami <a href="https://twitter.com/Sutopo_PN/status/1078661984277585920">tinggi Anak Krakatau </a> mencapai 338 meter, setelah tsunami tinggal 110 m. Volume Anak Krakatau berkurang sekitar 70-80%.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=474&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=474&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252355/original/file-20190103-32154-18p8l4y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=474&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi lokasi erupsi Anak Krakatau di peta di Selat Sunda, 22 Desember 2018.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/illustration-anak-krakatau-child-krakatoa-volcano-1265983849?src=pxaUbS6oYTaar_A94W-TzQ-1-6">Hani Santosa/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di luar urusan bencana tersebut, gunung Anak Krakatau, yang terletak di tengah lautan, merupakan lokasi penelitian yang sangat menarik bagi para peneliti internasional. Area Anak Krakatau menjadi laboratorium hidup dan saksi dimulainya proses kehidupan. Pertumbuhan gunung baru dan dimulainya siklus flora dan fauna di sana menarik minat para peneliti botani, biologi, zoologi, geologi, ekologi, dan pedologi (geologi tanah). </p>
<p>Di balik dahsyatnya erupsi gunung, material yang dikeluarkannya merupakan bahan induk dari tanah. Dari material vulkanis ini seiring dengan waktu akan berkembang menjadi tanah yang subur. </p>
<p>Aktivitas vulkanik Krakatau Purba dapat ditelusuri hingga <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11200-008-0031-1">pada 416 Masehi</a> yang dipercaya memicu gempa vulkanik dan tsunami. <a href="https://www.researchgate.net/publication/23624756_The_1883_eruption_of_Krakatau">Erupsi Krakatau yang begitu dahsyat pada 1883</a> telah memusnahkan seluruh biodiversitas di Pulau Rakata, Panjang, Sertung, bahkan Pulau Sibesi, Lampung, yang berada 19 kilometer di utara. Saat itu permukaan tanah di pulau-pulau tersebut tertutup abu vulkanis dan mencapai <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00445-014-0814-x">3 meter</a> di Sibesi. Abu vulkanis Krakatau melapisi pesisir barat laut dan selatan Lampung. </p>
<p>Kala itu, volume material vulkanis yang dikeluarkan mencapai 25 kilometer kubik yang menutupi kawasan seluas 1,1 juta kilometer persegi. Ini termasuk material vulkanis yang menumpuk setinggi 40 meter di dasar laut. Terlempar dan jatuhnya kembali material vulkanis ini menyebabkan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Krakatau">tsunami di Selat Sunda </a>pada masa itu. </p>
<p>Walau erupsi kala itu terjadi di kawasan tropis, dampaknya dirasakan seluruh dunia, berupa <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10584-016-1648-7">turunnya suhu global</a> dan <a href="https://www.nature.com/news/2008/080311/full/news.2008.665.html">kegelapan</a> melanda hingga Eropa. Beberapa tahun berikutnya, terjadi anomali cuaca seperti turunnya salju di Cina pada musim panas. Redupnya sinar matahari menyebabkan laju foto sintesis tanaman pertanian terhambat yang berakibat gagal panen di Eropa.</p>
<h2>Kondisi tanah</h2>
<p>Kepulauan Krakatau di Selat Sunda merupakan puncak-puncak dari gunung api yang kakinya menapak di dasar laut. Ada Pulau Rakata, Sertung, dan Panjang yang dulu dipercaya merupakan satu kesatuan di sana. Kemudian Gunung Anak Krakatau lahir <a href="https://tekno.tempo.co/read/1119119/gunung-anak-krakatau-kian-tinggi-ini-penjelasan-ilmiahnya/full&view=ok">pada 1930</a>. Gunung tersebut mengalami siklus lahir, tumbuh, hancur, tumbuh dan begitu seterusnya.</p>
<p>Pada April 2015, saya memimpin <a href="http://scholar.unand.ac.id/36599/">para peneliti ilmu tanah dari Universitas Andalas</a> mengadakan survei di Pulau Rakata, Panjang, Anak Krakatau, dan Sibesi. Di tiap lokasi, kami mengambil tanah sampai kedalaman tertentu dan dianalisis tanahnya di laboratorium. Ternyata kadar SiO2 (silika) dari sampel yang diambil berkisar antara 52-75% dan kadar SiO2 tertinggi ditemukan pada sampel Rakata dan Sibesi. Silika termasuk unsur hara mikro dan dibutuhkan untuk membantu metabolisme tanaman dan membantu tanaman mengatasi keadaan kekeringan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=349&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=349&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=349&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=438&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=438&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252461/original/file-20190104-32133-417rm3.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=438&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lokasi penelitian tanah di Kepulauan Krakatau, April 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kadar belerang tertinggi didapatkan pada sampel Anak Krakatau diikuti oleh sampel dari Panjang, Rakata dan Sibesi. Belerang diperlukan tanaman untuk pembentukan enzim dan protein. </p>
<p>Kadar unsur hara makro yang diperlukan tananaman untuk tumbuh antara lain kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K) dan fosfor (P). Kalsium dari sampel Anak Krakatau lebih tinggi dibandingkan sampel lainnya mencapai 6,4%, Mg 5%, K 2% dan P 1%. Hal ini memberikan indikasi material Anak Krakatau lebih baru dibandingkan dengan yang lainnya. Tingginya kadar unsur hara makro esensial ini berarti kebutuhan tanaman tersedia secara alami dan tidak diperlukan penambahan dengan pupuk anorganik. </p>
<p>Kalsium dibutuhkan tanaman untk memicu reaksi pada titik-titik tumbuh tanaman seperti pada pucuk daun dan ujung akar. Jika tanaman kekurangan kalsium maka pertumbuhannya terhambat. Magnesium berperan dalam pembentukan zat hijau daun atau khlorofil dan sebagai aktivator beberapa enzim tanaman, </p>
<p>Sampel Anak Krakatau juga memiliki indeks pelapukan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan sampel dari Panjang, Rakata, dan Sibesi. Indeks pelapukan yang masih rendah memberikan indikasi proses pelapukan mineral primer masih pada tahap awal dan masih banyak cadangan unsur hara makro tersimpan pada tanah. </p>
<p>Kadar karbon organik tertinggi didapatkan pada tanah dari Sibesi yang mencapai 4,28% diikuti sampel dari Rakata, Panjang dan Anak Krakatau yang paling sedikit hanya 0,14%. Tanah Sibesi yang mempunyai bahan organik tanah yang lebih tinggi berarti ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman lebih banyak dibandingkan tanah di 3 pulau lainnya.</p>
<p>Kadar karbon organik ini berasal dari hasil pelapukan bahan organik seperti dari akar, dedaunan dan mikroorganisme yang ada di tanah. Kadar bahan organik akan bertambah seiring waktu dan meningkatnya proses suksesi tanaman.</p>
<p>Interaksi dari organisme yang ada di tanah akan meningkatkan kesuburan tanah. Material hasil erupsi merupakan material anorganik. Jika telah terjadi revegetasi (tumbuhnya tanaman lagi) di lapisan abu vulkanis, maka bertambah material organik pada material anorganik abu vulkanis yang dibutuhkan tanaman. Proses pengayakan unsur hara ini berlangsung secara bertahap. </p>
<p>Tanah di Kepuluauan Krakatau masih tergolong muda dan termasuk ordo Entisols jika menggunakan sistem Taksonomi Tanah (Soil Survey Staff-USDA). Entisols merupakan tanah yang baru terbentuk dan hanya memiliki lapisan tanah atas berhumus yang tipis. Tekstur tanah masih kasar, didominasi butiran pasir, mempunyai kandungan glas vulkan yang tinggi (>30%). Ini berarti tanah mempunyai cadangan mineral primer yang tinggi dan ketika mineral primer melapuk akan dikeluarkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.</p>
<h2>Kolonisasi dan suksesi biota</h2>
<p>Lalu, bagaimana corak vegetasi di kawasan gunung tersebut setelah berkali-kali disapu oleh lava dan awan panas yang membawa abu vulkanis? Terdapat perbedaan yang signifikan antara vegetasi yang dijumpai di Pulau Rakata, Sertung, dan Panjang dari penelitian <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/BF00039928">Tagawa dkk</a> pada 1982. <em>Neonauclea calycina</em> (Bengkal Batu) mendominasi di Rakata. </p>
<p>Di Pulau Rakata ditemukan <em>Timonius compressicaulis</em> (pohon Binasi) dan <em>Dysoxylum caulostachyum</em> (pohon Kedoya) yang tidak ditemukan sebelumnya. Hasil penelitian <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2FBF02348418">para ahli zoologi dan botani E.R. Schmidt dan rekan-rekannya</a> pada 1993 menunjukkan ada pertambahan satu sampai tiga spesies tanaman dari tahun 1982 yaitu 7 spesies di Rakata, di Sertung ada 3, di Panjang 4 (bertambah 3) dan di Anak Krakatau 4 (bertambah 3).</p>
<p>Kecuali Anak Krakatau, tiga pulau lainnya sudah didominasi oleh vegetasi hutan sekunder sedangkan Anak Krakatau masih berupa rerumputan dan Casuarina atau cemara laut. </p>
<p>Bila letusan Krakatau pada 1883 menghanguskan seluruh keanekaragaman hayati di pulau tersebut, dari manakah datangnya pepohonan itu? Pepohonan di Rakata, Panjang dan Sertung dipercaya berasal dari benih tanaman yang ada di bawah tanah yang tertimbun abu vulkanis. Ketika tebal abu vulkanis berkurang akibat tercuci air hujan, seiring waktu muncul tunas-tunas baru dari beberapa tanaman yang sebelumnya dorman di bawah lapisan abu vulkanis.</p>
<p>Siklus vegetasi Anak Krakatau diyakini bermula dari awal yaitu tanaman satu sel seperti alga biru-hijau, lumut kerak, rerumputan seperti yang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00103624.2016.1208755">kami temukan dalam riset</a> pada percobaan dengan abu vulkanis dari Gunung Talang Sumatra Barat. Sedangkan untuk cemara laut, bibitnya bisa berasal dari pulau lain yang terbawa ombak sampai ke pantai anak Krakatau.</p>
<p>Anggrek <em>Cymbidium finlaysonianum</em>, <em>Spathoglottis plicata</em> dan <em>Arundina graminifolia</em> ditemukan tumbuh di dinding jurang terjal Pulau Panjang pada 1896 atau 13 tahun setelah erupsi 1883. Setahun setelah itu ditemukan juga di Rakata. <a href="https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwikqPTb1dDfAhWYiXAKHc9vBD8QFjACegQIBhAC&url=http%3A%2F%2Fciteseerx.ist.psu.edu%2Fviewdoc%2Fdownload%3Fdoi%3D10.1.1.524.5914%26rep%3Drep1%26type%3Dpdf&usg=AOvVaw0DyDXtEu3J8f8Dz-QILYF0">Sebuah penelitian menyimpulkan</a> sampai 1998 tercatat ada 40 spesies anggrek yang ditemukan di Kepulauan Krakatau.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/BF00177235">Fauna yang ditemukan di Rakata, Sertung, dan Panjang</a> pada awal 1980 mencapai 109 spesies yang terdiri dari 47 jenis burung, 17 reptil, 19 jenis kelelawar dan 6 <em>non-volant mammals</em> (mamalia daratan). Adapun fauna yang ditemukan para peneliti itu di Anak Krakatau berupa burung dan kupu-kupu.</p>
<p>Adapun aktivitas pertanian di <a href="https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sebesi">Pulau Sibesi</a> dimulai <a href="https://www.amazon.com/Krakatau-Destruction-Reassembly-Island-Ecosystem/dp/0674505727">1890</a> oleh keluarga Djamaluddin dengan menanam pohon kelapa yang bibitnya dibawa dari Lampung. Setelah itu Sibesi menjadi salah satu sentra produksi kelapa dan kopra di Provinsi Lampung. </p>
<p>Pada awal 2008 kakao ditanam juga di sini dan produktivitasnya tergolong tinggi. Ketika kami survei ke Sibesi pada April 2015, pohon pisang banyak ditanam penduduk. Hampir setengah dari kapal yang akan berangkat ke Kalianda Lampung berisi buah pisang.</p>
<p>Sedangkan fauna di Kepulauan Krakatau diawali dengan datangnya burung dan kelelawar. Mereka akan datang setelah tumbuhnya vegetasi. Fauna yang lain datang dengan cara berenang dari pulau terdekat, terbawa arus laut atau dari kapal-kapal yang singgah ke sana.</p>
<h2>Efek abu vulkanis ke laut</h2>
<p>Abu vulkanis Anak Krakatau yang jatuh di laut mempunyai dampak terhadap ekosistem laut. Sayangnya belum ditemukan laporan penelitian yang membahas tentang ini. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0377027307001606">Flaathen dan Gislason, peneliti Islandia, melaporkan</a> terjadi penambahan unsur hara untuk pertumbuhan plankton yaitu besi (Fe) dan flour (F) pada air laut di sekitar Gunung Hekla Islandia ketika erupsi pada 1991 dan 2000. <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2006GL027522">Peneliti Jerman Svend Duggen dan koleganya</a> melaporkan bahwa terjadi peningkatan produktivitas biota laut setelah partikel abu vulkanis jatuh ke laut. </p>
<p>Unsur hara esensial seperti P (fosfor), Fe (besi), Zn (seng), Ni (nikel) dan tembaga (Cu) meningkat setelah abu vulkanis berada di laut 1-2 jam. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan oleh fitoplankton. Fitoplankton merupakan makanan utama ikan yang ada di laut. Dalam konteks Anak Krakatau, dibutuhkan riset tentang dampak abu vulkanis terhadap biota laut.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/109332/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dian Fiantis menerima dana dari Kemenristek Dikti pada 2015 dan 2016 untuk penelitian tentang potensi dan eksplorasi material piroklastik serta interaksinya dengan limbah organik untuk pemanfaatan dan pemulihan lahan pertanian dan ekonomi rakyat setelah erupsi gunung api.
</span></em></p>Karena keunikannya itu, area Anak Krakatau menjadi laboratorium hidup dan saksi dimulainya proses kehidupan.Dian Fiantis, Professor of Soil Science, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1033222018-09-17T04:57:53Z2018-09-17T04:57:53ZDian Fiantis, perempuan pemburu abu vulkanis dari Andalas<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/236543/original/file-20180917-177938-1fzub2t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Abu vulkanis merendam rumah setelah erupsi Gunung Merapi, Juni 2006.
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/java-indonesia-june-25-2006-house-340613171?src=7dsnXcBG7sSpPEqsTlogbA-1-7">Dewi Putra/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0upJTcBXKUXbSf9wvO8nwM" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Dian Fiantis adalah ahli tanah dan pemburu abu gunung api. Guru Besar Universitas Andalas Padang Sumatra Barat itu telah mengumpulkan abu vulkanis setelah Gunung Merapi, Kelud, Sinabung, dan Krakatau meletus. Dia dan timnya mengambil abu vulkanis yang belum terkena hujan. Dari penelitiannya tentang abu vulkanis, 6 artikel ilmiah telah diterbitkan jurnal internasional.</p>
<p>Dengan 129 gunung api aktif, Indonesia adalah negeri vulkanis teraktif di dunia. Jutaan orang menggantung pengharapan, pada cuaca, curah hujan, dan tanah subur buat pertanian dan tempat tinggal. Meski menanggung risiko yang amat besar: letusan nan mematikan. Mereka yang bertaruh tahu letusan gunung api adalah cara alam mengembalikan kesuburan tanah.</p>
<p>Abu vulkanis kelak akan melapuk menjadi tanah-tanah subur. Dan dalam proses itulah abu vulkanis menyerap karbon. Ini salah satu unsur yang bertanggung jawab membuat perubahan iklim. </p>
<p>Berdasarkan warna tanah, Dian bisa meramalkan tingkat kesuburannya. Tanah itu hitam berarti kandungan bahan organiknya itu tinggi. Tanah itu akan mudah diolah. Relatif lebih subur dibandingkan tanah yang berwarna cokelat. Apalagi kalau warnanya merah bahan organiknya sangat sedikit. Sayangnya, kebijakan pemupukan di tanah pertanian Indonesia kerap mengabaikan sains sehingga asupan pupuk tidak sesuai dengan kebutuhan tanah.</p>
<p>Edisi ke-26 Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh Hilman Handoni dan narator Malika. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/103322/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Letusan gunung api adalah cara alam mengembalikan kesuburan tanah. Abu vulkanis kelak akan melapuk menjadi tanah-tanah subur.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/851422017-10-05T09:02:10Z2017-10-05T09:02:10ZLetusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur di dunia<p>Gunung Agung di Bali saat ini berada pada status IV Awas, satu tingkat sebelum meletus (erupsi), akibatnya lebih dari 100.000 orang dievakuasi dari zona bahaya. Jika erupsi terjadi, salah satu dari kami (Dian) akan segera berangkat ke Bali untuk mengumpulkan abu dan tanah yang terdampak. </p>
<p>Letusan ini dikhawatirkan dapat menjadi bencana yang besar akibat lava, abu dan awan panas yang bersuhu tinggi dapat mencapai 1.250°C. Lava akan mengalir menyusuri lereng gunung, sedangkan abu terlempar ke atmosfer bahkan stratosfir. Awan panas dan abu vulkanis membawa risiko yang serius terhadap manusia dan penghidupannya. Semburan abu saat erupsi gunung api tak hanya mempengaruhi penerbangan dan pariwisata, tapi juga berdampak pada kehidupan dan aktivitas pertanian bagi para petani. Awan panas menghanguskan tanaman, abu vulkanis menimbuni lahan pertanian dan merusak tanaman. Tetapi dalam jangka panjang, abu akan menciptakan tanah yang paling subur di dunia. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga</strong>: <a href="https://theconversation.com/gunung-agung-di-bali-berpotensi-meletus-untuk-pertama-kalinya-dalam-50-tahun-84529">Gunung Agung di Bali berpotensi meletus untuk pertama kalinya dalam 50 tahun</a></em></p>
<hr>
<p>Meskipun luas tanah vulkanis hanya sekitar 1% saja dari luas daratan bumi, ternyata <a href="https://www.researchgate.net/publication/238789918_Volcanic_soils">tanah vulkanis dapat menghidupi 10% dari populasi dunia</a>. Tidak mengherankan kawasan vulkanis termasuk area dengan kepadatan penduduk yang tinggi.</p>
<h2>Cincin api</h2>
<p>Indonesia terletak di gugusan Cincin Api Pasifik, serangkaian gunung berapi yang membentang dari Sumatra melalui Jawa dan Bali, Maluku hingga Timor, dan merupakan lokasi tektonik paling berbahaya di dunia. </p>
<p>Sepanjang sejarah, letusan gunung berapi di Indonesia telah mempengaruhi iklim dunia, terutama <a href="https://theconversation.com/armageddon-and-its-aftermath-dating-the-toba-super-eruption-10393">Gunung Toba yang meletus begitu dahsyat sekitar 74.000 tahun yang lalu</a>, yang mengakibatkan musim dingin selama enam tahun. <a href="http://www.volcanolive.com/tambora.html">Gunung Tambora</a> dikenal karena letusan hebatnya pada 1815 dan menyebabkan <a href="https://io9.gizmodo.com/5885668/the-year-without-a-summer-and-how-it-spawned-frankenstein">satu tahun tanpa musim panas di Eropa</a>, dan <a href="https://www.livescience.com/28186-krakatoa.html">letusan Gunung Krakatau pada 1883</a> juga mempengaruhi dunia. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/mengapa-gunung-api-meletus-84720">Mengapa gunung api meletus?</a></em></p>
<hr>
<p>Letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa pada tahun 1815 melemparkan sekitar 160 kilometer kubik material vulkanis ke atmosfer. Bencana ini mempengaruhi populasi di pulau-pulau sekitarnya, termasuk Bali. Pertanian hancur oleh tumpukan abu dan kurangnya sinar matahari. Diperkirakan penderitaan ini berlangsung selama 10-15 tahun sebelum abu berubah menjadi tanah subur. </p>
<p>Letusan Gunung Agung pada 1963-64 mengeluarkan 0,95 kilometer kubik materi vulkanis dan lava. Sekitar 1.580 orang dilaporkan tewas karena aliran lahar yang cepat disertai dengan gas beracun. </p>
<p>Namun, jika letusan yang sekuat itu terjadi besok, korban jiwa tidak akan separah itu karena saat ini kita memiliki sistem peringatan dini. </p>
<h2>Implikasi untuk negara tetangga</h2>
<p>Hampir setiap tahun dan silih berganti terjadi letusan dari berbagai gunung api di Indonesia (ada 66 gunung yang sedang dipantau, dan 50-60 dianggap “aktif”), dikhawatirkan akan datang letusan yang besar.</p>
<p>Letusan besar akan sangat destruktif bagi bangsa Indonesia. Letusan besar juga akan mempengaruhi iklim dunia, dan memberi tantangan bagi negara-negara tetangga untuk mengatasi gangguan lalu lintas udara serta pada saat yang sama membantu jutaan orang Indonesia untuk bertahan dan pulih dari bencana alam ini. </p>
<p>Letusan dengan kategori sedang pun, diperkirakan akan terjadi pada setiap dekade, akan memaksa ratusan ribu orang pindah. Untuk mengatasi ini perlu persiapan mitigasi yang sistematis. </p>
<h2>Gunung api dan kepadatan penduduk</h2>
<p>Di sepanjang dekade lalu, di berbagai lokasi di Indonesia, banyak gunung meletus, seperti Merapi (2010) di Jawa Tengah, Sinabung (dimulai tahun 2014 sampai saat ini) di Sumatra Utara, dan Kelud (2014) di Jawa Timur.</p>
<p>Meski gunung api menyimpan bahaya, wilayah dengan aktivitas vulkanis yang tinggi dikenal sebagai wilayah pertanian yang paling subur di dunia. Tanah vulkanis mengandung nutrisi seperti potasium dan fosfor yang berasal dari abu letusan gunung api yang baik untuk tanaman.</p>
<p>Ilwuwan Belanda E.C.J. Mohr pada 1938 mengamati bahwa wilayah dekat Gunung Merapi memiliki <a href="https://www.researchgate.net/figure/225828566_fig1_Figure-1-Population-density-persons-km-2-around-the-Merapi-Volcano-Central-Java">kepadatan penduduk yang tinggi</a> di wilayah-wilayah yang tanahnya berasal dari abu vulkanik. </p>
<p>Adanya tanah jenis ini menjadi alasan mengapa Pulau Jawa mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi, sekitar 1.100 jiwa per kilometer persegi. Beberapa tahun setelah Gunung Galunggung meletus pada April 1982, tingkat produktivitas pertanian di wilayah sekitar Tasikmalaya meningkat. </p>
<h2>Abu vulkanis, lumbung pupuk</h2>
<p>Dian Fiantis dari Universitas Andalas adalah pemburu abu vulkanis. Ia melihat letusan gunung berapi sebagai kesempatan untuk mempelajari bagaimana tanah terbentuk, sebuah proses yang membutuhkan ribuan bahkan jutaan tahun. Ia telah mengumpulkan abu langsung setelah gunung-gunung meletus di Sumatra dan Jawa. </p>
<p>Tephra (istilah ilmiah untuk abu vulkanis) mengandung mineral primer yang memiliki banyak unsur hara. Dengan berjalannya waktu, terjadi proses pelapukan kimia dan biologi, abu akan mengeluarkan unsur hara dan area permukaan butiran abu akan membesar, dan mampu menampung lebih banyak nutrien dan air. </p>
<p>Selain itu, tephra memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dari atmosfer dalam jumlah besar dan menyimpannya di tanah. </p>
<p>Pada Januari 28, 2014, Gunung Sinabung meletus dan menyemburkan aliran piroklastik dan “hujan lumpur”. Abu menutup hampir seluruh Desa Sigarang-garang, yang terletak di timur laut kaki gunung. Abunya mengandung unsur hara terutama kalsium, magnesium, potasium, dan fosfat dalam jumlah besar. </p>
<p>Diperkirakan wilayah tersebut menerima 250 juta ton abu yang mengandung unsur hara–setara dengan 10 juta ton pupuk. </p>
<p>Saat kami mengunjungi desa tersebut pada Januari 2017, kami melihat lumut sudah tumbuh di atas abu, bahkan rumput juga sudah tumbuh. Wilayah ini menampung zat organik yang cukup substansial, yang mengandung hingga 4% karbon organik. Artinya mereka bisa menyerap karbon dalam jumlah banyak dari atmosfer melalui tanaman. </p>
<p>Mohr mengajukan teori bahwa kepadatan populasi Indonesia yang begitu tinggi disebabkan keberadaan gunung api yang aktif. </p>
<p>Namun letusan gunung api yang secara rutin terjadi seantero negeri juga membawa kehancuran bagi orang-orang yang tinggal di sekitar gunung api. </p>
<p>Fenomena alam ini memperbarui tanah, tapi butuh waktu yang lama sampai abu dapat melapuk. Kita perlu menemukan solusi yang dapat mempercepat waktu pembentukan tanah. Meyakinkan petani lokal bahwa dibalik bahaya letusan gunung tersimpan hikmah tersembunyi, ternyata fenomena alam menjaga tanah Indonesia tetap subur adalah sebuah tantangan. </p>
<p>Kami juga berharap pemerintah Australia mengembangkan kapasitas untuk membuat model dan menyiapkan respons yang tepat untuk bencana yang besar, yang mungkin terjadi dalam jangka waktu yang panjang.</p>
<p>Kerja sama antara militer dan badan penanggulangan bencana antara Indonesia, Papua New Guinea, dan Timor Timur harus dimulai sebelum bencana letusan Gunung Agung melanda, untuk mengembangkan rasa saling percaya, saluran komunikasi dan strategi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/85142/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Budiman Minasny menerima dana dari Sydney South East Asia Centre mobility fund.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dian Fiantis menerima dana dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia, 2015 - 2016.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Anthony Reid tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Abu vulkanik menciptakan gangguan bagi petani, karena dapat mengubur lahan pertanian dan merusak tanaman. Namun, dalam jangka panjang, abu akan menciptakan tanah yang paling subur di dunia.Budiman Minasny, Professor in Soil-Landscape Modelling, University of SydneyAnthony Reid, Emeritus Professor, School of Culture, History and Language, Australian National UniversityDian Fiantis, Professor of Soil Science, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.