tag:theconversation.com,2011:/us/topics/agama-43202/articlesAgama – The Conversation2024-03-15T09:29:53Ztag:theconversation.com,2011:article/2249142024-03-15T09:29:53Z2024-03-15T09:29:53ZApa yang saya alami di Malaysia menunjukkan bagaimana agama dapat menyatu dengan nasionalisme populis untuk membungkam perbedaan pendapat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/579261/original/file-20240228-16-yogbdr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C119%2C5720%2C3673&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Malaysian Islamists rally in favor of sharia law on Nov. 20, 2023.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/malaysia-islamist-party-supporters-held-a-rally-to-protect-news-photo/1793715130?adppopup=true">Zahim Mohd/NurPhoto via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p>Pada November 2023, saya mengunjungi Indonesia dan menjadi pembicara di <a href="https://www.youtube.com/watch?v=MTm0d9puIDM&list=PL5qlRtkOtwIeFS6Dt0qojy3iTluToSdKJ&index=11">Jakarta</a>, <a href="https://www.youtube.com/watch?v=FVq1k6wsmqI&list=PLtoVEQO2iwNtOymVhfS9pMeP5z7WrYTFz&index=41">Yogyakarta</a>, dan <a href="https://islami.co/prof-ahmet-t-kuru-agama-dan-politik-di-abad-ke-21-harus-bela-hak-hak-mereka-yang-tertindas/">Bali</a> tentang ulasan dari buku saya, “<a href="https://siapabilang.com/buku-islam-otoritarianisme-dan-ketertinggalan/info">Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan</a>” yang telah diterjemahankan ke bahasa Indonesia. Buku ini berisi analisis akademis mengenai krisis politik dan sosio-ekonomi yang dihadapi oleh banyak masyarakat Muslim saat ini.</p>
<p>Keramahan dan kehangatan orang-orang di Indonesia kemudian mendorong saya untuk mengunjungi negara tetangganya, Malaysia. Namun, saya tidak menyangka bahwa tur buku saya di Malaysia akan berakhir dengan konfrontasi dengan orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai polisi di Bandara Kuala Lumpur.</p>
<p>Saya tiba di Malaysia pada awal Januari 2024 untuk mempromosikan buku yang sama, yang <a href="https://bookshop.irfront.net/product/islam-autoritarianisme-dan-kemunduran-bangsa-suatu-perbandingan-global-dan-pensejarahan/">diterjemahkan ke bahasa Melayu</a> dengan judul “<a href="https://www.cambridge.org/us/universitypress/subjects/politics-international-relations/comparative-politics/islam-authoritarianism-and-underdevelopment-global-and-historical-comparison?format=PB">Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan</a>”.</p>
<p>Kedatangan saya menarik <a href="https://www.malaysiakini.com/news/692340">perhatian yang tidak beralasan</a>. Beberapa kelompok konservatif dan Islamis di Malaysia rupanya telah keliru melabeli saya di <a href="https://www.facebook.com/share/p/osCx6x9uHoeziJ7a/?mibextid=I6gGtw">media sosial</a> sebagai <a href="https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2024/01/22/im-a-practising-muslim-and-oppose-secularism-says-academic/">“liberal”</a>-sebuah istilah yang digunakan oleh <a href="https://www.malaymail.com/news/malaysia/2015/01/18/doubting-religious-authorities-part-of-liberalism-jakim-dg-says/821833">badan federal Malaysia</a> yang mengelola urusan Islam untuk merujuk pada mereka yang menentang Islam Sunni, agama resmi di negara itu. <a href="https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2024/01/06/book-launch-by-us-academic-cancelled-after-pressure-from-conservatives/">Acara peluncuran buku saya</a> kemudian <a href="https://www.themalaysianinsight.com/s/480031">dibatalkan</a>.</p>
<p>Meski demikian, saya tetap mengisi beberapa acara diskusi lainnya. Lalu dua orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai <a href="https://www.malaysiakini.com/letters/693049">petugas polisi datang</a> ke acara terakhir saya dan menginterogasi penerbit saya. Saat itu saya tetap melanjutkan acara diskusi tersebut. </p>
<p>Keesokan harinya, petugas yang sama <a href="https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02qwLXFcVopg33CF879Ri9av8AJ9GvGQzbqZqcBF3Gi9jgZqSsmEM19kewCoUkAD4ul&id=100012201094873">menginterogasi saya dan mencoba menyita paspor saya</a> di Bandara Internasional Kuala Lumpur ketika saya akan terbang ke Pakistan. Karena khawatir akan keselamatan diri, saya membatalkan serangkaian acara diskusi yang diagendakan di <a href="https://thefridaytimes.com/11-Jan-2024/thinkfest-2024-set-to-bring-dynamic-lineup-of-academics-and-thought-leaders-to-lahore">Lahore</a> dan Islamabad, lalu saya kembali ke Amerika Serikat (AS).</p>
<p>Insiden yang saya alami di Malaysia tersebut menjadi <a href="https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2024/01/11/us-scholar-claims-he-feared-arrest-at-klia/">pemberitaan</a> di sana, namun inspektur jenderal polisi <a href="https://www.channelnewsasia.com/asia/malaysia-police-commission-ipcc-misconduct-4050961">Malaysia</a> <a href="https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2024/01/11/us-based-academic-not-on-police-radar-says-igp/">menyangkal bahwa otoritasnya mengirim petugas untuk menghadang saya</a>. <a href="https://www.facebook.com/story.php/?story_fbid=685001657151111&id=100069238491031&paipv=0&eav=AfYy1uNmtR1OBKb9QhQJU0WcL8AMkNYPwJM-g8bNXTmx3MHzysTnZX362yo7MfSNK14&_rdr">Kelompok hak asasi manusia (HAM)</a> di Malaysia telah menyerukan untuk dilakukannya <a href="https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2024/01/14/ask-igp-to-name-cop-who-approached-scholar-at-klia-ngo-tells-ipcc">investigasi yang lebih menyeluruh</a> terhadap <a href="https://www.malaysiakini.com/news/693137">kasus saya</a>.</p>
<p>Sebagai seorang akademisi bidang <a href="https://www.cambridge.org/core/books/secularism-and-state-policies-toward-religion/10F825409B3B7E7C3B35C443B1B6FF17">agama dan politik dalam perspektif komparatif</a>, saya tidak melihat apa yang saya alami sebagai contoh intoleransi agama yang terisolasi di negara-negara mayoritas Muslim. Sebaliknya, kejadian ini menunjukkan sesuatu yang lebih luas.</p>
<p><a href="https://www.youtube.com/watch?v=kw8QL6elUSI&t=17s">Penelitian saya</a> menunjukkan bahwa ada peningkatan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=P0w4DikCK4Y&list=PLtoVEQO2iwNtOymVhfS9pMeP5z7WrYTFz&index=31">tren global</a> yang menentang perbedaan pendapat dan pandangan agama minoritas. Menganalisis tren ini sangat penting untuk memahami mengapa para pemimpin populis sayap kanan sekarang memerintah di berbagai negara, seperti di <a href="https://www.jawapos.com/internasional/26/11/2021/sekularisme-tukri-pasca-erdogan-perlunya-belajar-kepemimpinan-ormas/">Turki</a>, <a href="https://www.usnews.com/news/world-report/articles/2023-05-18/putin-appeals-to-russian-church-as-dangers-to-his-regime-grow">Rusia</a>, <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2023/jul/28/israelis-benjamin-netanyahu-democracy-protests-donald-trump">Israel</a> dan <a href="https://theconversation.com/mengapa-negara-negara-mayoritas-muslim-cepat-merespons-dugaan-penistaan-agama-tetapi-sering-mengabaikan-pelanggaran-terhadap-hak-muslim-minoritas-185656">India</a>, dan bagaimana mereka dapat berkuasa di tempat-tempat lain, termasuk <a href="https://www.politico.com/news/2024/02/20/donald-trump-allies-christian-nationalism-00142086">AS</a>.</p>
<p>Semua negara tersebut baru-baru ini mengalami kombinasi dari tiga gerakan: konservatisme agama, nasionalisme, dan populisme.</p>
<h2>Agama dan nasionalisme: Musuh lama, kawan baru</h2>
<p>Dalam sejarah Kristen dan Muslim, nasionalisme muncul sebagai reaksi terhadap penegakkan agama. Para ahli nasionalisme seperti <a href="https://www.versobooks.com/products/1126-imagined-communities">Benedict Anderson</a> menjelaskan asal-usul nasionalisme di Eropa setelah abad ke-16 melalui perluasan bahasa-bahasa daerah, gereja-gereja nasional, dan negara-bangsa yang mengorbankan bangsa Latin, Vatikan, dan dinasti-dinasti yang ditahbiskan secara ilahi.</p>
<p>Demikian pula, di banyak negara mayoritas Muslim, terdapat ketegangan antara <a href="https://edinburghuniversitypress.com/book-secularism-in-the-arab-world.html">kelompok Islamis dan nasionalis</a>. Kelompok Islamis mendorong pendidikan agama tradisional dan hukum Islam, serta menekankan identitas Islam global. Sementara itu, kaum nasionalis memodernisasi sekolah-sekolah, membuat hukum sekuler, dan menekankan identitas nasional.</p>
<p>Ketegangan ini terus berlanjut sepanjang abad ke-20 di <a href="https://www.jstor.org/stable/10.7312/kuru15932">Turki</a>. Kelompok nasionalis yang dipimpin oleh <a href="https://www.jstor.org/stable/j.ctt1ch7679">Mustafa Kemal Ataturk</a> mendirikan republik sekuler pada tahun 1920-an. Ada perjuangan serupa di Mesir antara kelompok Islamis <a href="https://theconversation.com/riset-tunjukkan-penyebab-jatuhnya-ikhwanul-muslimin-di-mesir-dan-gerakan-gulen-di-turki-begitu-cepat-122319">Ikhwanul Muslimin</a> dan perwira militer nasionalis yang membangun republik di bawah kepemimpinan <a href="https://www.jstor.org/stable/j.ctvc7728b">Gamal Abdel Nasser</a> pada tahun 1950-an.</p>
<p>Namun, saat ini, kekuatan agama dan nasionalis sering kali menjadi sekutu politik. Selama satu dekade, aliansi semacam ini telah terjalin di Rusia, antara <a href="https://www.aljazeera.com/news/2024/2/9/far-from-harmless-patriarch-kirill-backs-putins-war-but-at-what-cost">Patriark Ortodoks Kirill dan Presiden Vladimir Putin</a>. Aturan yang menghukum <a href="https://www.rferl.org/a/russia-prosecuting-insults-to-religious-feelings/28678284.html#">penghinaan terhadap perasaan keagamaan</a> telah <a href="https://www.bbc.com/news/world-europe-22090308">diperluas</a>, dan <a href="https://www.themoscowtimes.com/2017/04/14/patriarch-kirill-from-ambitious-reformer-to-state-hardliner-a57725">nilai-nilai Kristen Ortodoks</a> dikembalikan ke dalam kurikulum sekolah.</p>
<p>Para analis mendefinisikan <a href="https://www.nytimes.com/2022/04/18/world/europe/ukraine-war-russian-orthodox-church.html">dukungan kuat Kirill</a> untuk invasi Putin ke Ukraina sebagai cerminan <a href="https://www.latimes.com/world-nation/story/2022-03-29/russian-orthodox-patriarch-offers-a-spiritual-defense-of-the-war-in-ukraine">ideologi nasionalis yang mereka anut</a>. </p>
<p>Di Turki, otoritas keagamaan utama adalah <a href="https://www.diyanet.gov.tr/en-US/Home/Index/">Diyanet</a>, sebuah badan pemerintah yang mengontrol masjid dan membayar gaji para imamnya. Meskipun Diyanet <a href="https://www.swp-berlin.org/publications/products/arbeitspapiere/CATS_Working_Paper_Nr_2__Guenter_Seufert.pdf">didirikan oleh Ataturk</a> untuk melayani kebijakan nasionalis sekuler, Diyanet telah menjadi <a href="https://nasional.sindonews.com/read/641155/18/aliansi-ulama-negara-hambat-demokrasi-dan-pembangunan-di-dunia-muslim-1640671922?showpage=all">pilar penting</a> dari pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan, yang memadukan Islamisme dan nasionalisme. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang dipimpin Erdogan mewakili Islamisme, sementara mitra koalisinya selama satu dekade, <a href="https://www.aljazeera.com/news/2023/5/16/in-turkeys-elections-nationalism-is-the-real-winner">Partai Aksi Nasionalis (AKP)</a>, memiliki agenda nasionalis yang eksplisit.</p>
<p>Di dunia Arab, ada pertikaian antara Mesir nasionalis sekuler Nasser dan negara Islam Arab Saudi <a href="https://www.nytimes.com/2013/10/29/opinion/international/nasr-islamic-comrades-no-more.html">pada tahun 1950-an dan 1960-an</a>. Sekarang tidak lagi. Mesir, yang telah beralih ke Islamisme dengan konstitusi yang mengacu pada syariah <a href="https://blog-iacl-aidc.org/2021-posts/29-6-21-the-egyptian-supreme-constitutional-courts-interpretation-of-the-islamic-sharia-as-a-constitutional-check-mrbng">sebagai sumber hukum sejak 1980</a>, dan Arab Saudi, yang baru-baru ini menjadi <a href="https://www.project-syndicate.org/commentary/mbs-behind-saudi-nationalist-surge-by-bernard-haykel-2023-09">dianggap makin kurang Islamis dan menjadi lebih nasionalis</a> melalui reformasi Putra Mahkota <a href="https://blogs.lse.ac.uk/mec/2020/05/05/the-new-populist-nationalism-in-saudi-arabia-imagined-utopia-by-royal-decree/">Mohammed bin Salman</a>, kini menjadi <a href="https://apnews.com/article/egypt-saudi-arabia-sissi-bin-salman-economy-0ae05c6dbe715433015db07ef97519bb">sekutu regional</a>.</p>
<h2>Era pemimpin populis</h2>
<p>Apa yang menjelaskan transformasi dalam hubungan antara agama dan nasionalisme? Saya percaya bahwa populisme adalah perekat yang menyatukan keduanya.</p>
<p><a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2018/nov/22/populism-concept-defines-our-age">Kelompok populis</a> sering mengklaim bahwa mereka membela “rakyat” dari para elite dan minoritas, terutama para imigran. </p>
<p>Baru-baru ini, para pemimpin nasionalis populis telah menggunakan simbol-simbol agama untuk memobilisasi pengikut mereka. Misalnya, pada tahun 2016, <a href="https://unherd.com/2022/02/putins-spiritual-destiny/">Putin</a> mendirikan <a href="https://www.dw.com/en/in-political-move-russian-patriarch-blesses-putin-backed-paris-church/a-36633675">Katedral Ortodoks di Paris</a> di tepi Sungai Seine, dekat Menara Eiffel.</p>
<p>Pada tahun 2020, Erdogan mendeklarasikan <a href="https://international.sindonews.com/read/112940/43/arah-pluralisme-turki-setelah-hagia-sophia-menjadi-masjid-1595646436?showpage=all">Hagia Sophia sebagai masjid lagi</a>. Hagia Sophia pernah menjadi gereja selama lebih dari satu milenium hingga penaklukan Ottoman di Istanbul pada 1453 dan menjadi masjid selama sekitar 500 tahun hingga Ataturk menjadikannya museum.</p>
<p>Baru-baru ini, pada tanggal 22 Januari 2024, Perdana Menteri India Narendra Modi meresmikan <a href="https://www.theguardian.com/world/2024/jan/22/modi-inaugurates-hindu-temple-on-site-of-razed-mosque-in-india">kuil Hindu di Ayodhya</a>, lokasinya di sebuah masjid yang telah dibangun pada tahun 1528 tetapi <a href="https://thewire.in/communalism/babri-masjid-the-timeline-of-a-demolition">dihancurkan dengan kejam</a> pada 1992 oleh para radikal Hindu, setelah satu abad kontroversi atas tanah tersebut.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Seorang pria berjalan dengan jubah putih di depan orang-orang yang berpakaian oranye dan sebuah kuil." src="https://images.theconversation.com/files/579083/original/file-20240301-24-vl5dty.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/579083/original/file-20240301-24-vl5dty.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/579083/original/file-20240301-24-vl5dty.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/579083/original/file-20240301-24-vl5dty.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/579083/original/file-20240301-24-vl5dty.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/579083/original/file-20240301-24-vl5dty.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/579083/original/file-20240301-24-vl5dty.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perdana Menteri India Narendra Modi meresmikan sebuah kuil Hindu di Ayodhya, India.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://newsroom.ap.org/detail/IndiaElectionTemple/d3dde6bfe9034a4da87c29bfc954b254/photo?Query=Modi%20temple&mediaType=photo&sortBy=creationdatetime:desc&dateRange=Anytime&totalCount=424&currentItemNo=46">AP Photo/Rajesh Kumar Singh</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mantan Presiden AS Donald Trump, meskipun ia tidak mendirikan gereja, ia pernah menunjukkan foto dirinya sedang memegang <a href="https://slate.com/human-interest/2020/06/the-inconceivable-strangeness-of-trumps-bible-photo-op.html">Alkitab pada saat yang genting</a>, yaitu selama protes Black Lives Matter pada Juni 2020-yang menandai adanya <a href="https://www.nytimes.com/2020/06/02/us/politics/trump-holds-bible-photo.html">politik agama dalam menantang para pengunjuk rasa</a>.</p>
<p>Tindakan-tindakan tersebut menunjukkan bahwa para pemimpin populis hendak menggabungkan agama dan nasionalisme untuk melayani agenda politik mereka. Namun, bagi minoritas agama, simbolisme ini dapat membuat mereka merasa sebagai warga negara kedua.</p>
<h2>Masa depan minoritas agama</h2>
<p>Di beberapa negara, aliansi antara kekuatan agama dan nasionalis populis telah mengancam <a href="https://www.youtube.com/watch?v=NYDUnk5RSj4&list=PLtoVEQO2iwNtOymVhfS9pMeP5z7WrYTFz&index=8&t=263s">hak-hak minoritas</a>.</p>
<p>Salah satu contohnya adalah di <a href="https://static1.squarespace.com/static/5bbb229a29f2cc31b47fa99c/t/5c862a2053450a49a40c191d/1552296484138/Malaysia-Freedom-of-religion-brief-Advocacy-Analysis-brief-2019-ENG.pdf">Malaysia</a>, sebuah negara <a href="https://www.dosm.gov.my/portal-main/release-content/key-findings-population-and-housing-census-of-malaysia-2020-administrative-district">yang memiliki keragaman etnis dan agama</a>. Orang Melayu Muslim menjadi mayoritas, sementara komunitas Buddha, Kristen, dan Hindu hanya mencakup sepertiga dari total populasinya.</p>
<p>Seperti yang saya pelajari selama kunjungan saya baru-baru ini, Islam menjadi pusat perdebatan politik tentang nasionalisme di Malaysia. Misalnya, pada 13 Januari 2024, Mahathir Mohamad, mantan perdana menteri Malaysia, mengatakan bahwa warga etnis Tionghoa dan India di Malaysia tidak sepenuhnya “<a href="https://www.nst.com.my/news/nation/2024/01/1000806/tun-m-believes-malaysian-indians-chinese-not-completely-loyal-country">setia kepada negara</a>” sehingga ia menawarkan <a href="https://www.malaysiakini.com/letters/693114">asimilasi</a> sebagai <a href="https://www.nst.com.my/news/nation/2024/01/1001858/anwar-dr-mahathir-all-non-malays-are-disloyal-except-his-cronies">solusi</a>.</p>
<p>Asimilasi etnis minoritas ke dalam mayoritas mungkin tidak dibatasi oleh bahasa dan budaya, karena konstitusi negara ini menghubungkan Islam dan identitas Melayu, yang menyatakan: “<a href="https://www.constituteproject.org/constitution/Malaysia_2007">Orang Melayu berarti orang yang menganut agama Islam</a>, terbiasa berbicara dalam bahasa Melayu, sesuai dengan adat Melayu.”</p>
<p>Bagi orang Melayu dan mualaf, meninggalkan Islam secara resmi bukanlah sebuah pilihan-baik <a href="https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2018/02/27/sarawak-shariah-court-can-hear-apostasy-cases-rules-apex-court/">pengadilan sipil</a> maupun <a href="https://www.malaymail.com/news/malaysia/2023/07/24/judicial-review-needed-as-shariah-court-dismissal-of-womans-apostasy-bid-irrational-appellate-court-told/81473">pengadilan syariat</a> telah menolak hal tersebut dalam berbagai kasus.</p>
<p>Hubungan yang kuat antara <a href="https://fulcrum.sg/islamisation-in-malaysia-beyond-umno-and-pas/">agama dan nasionalisme Melayu</a> telah membantu otoritas Islam, seperti <a href="https://www.freemalaysiatoday.com/category/nation/2019/08/27/sis-fails-to-quash-selangor-fatwa/">pengadilan syariat</a> dan <a href="https://southeastasiaglobe.com/moral-policing-a-rise-in-state-religious-enforcement-is-shaking-multicultural-malaysia/">polisi syariat</a>, untuk memperluas pengaruh mereka. Namun, <a href="https://thediplomat.com/2023/08/the-rise-and-rise-of-malaysias-nationalist-right-wing/">Peningkatan Islamisasi</a> pemerintah Malaysia, bagaimanapun juga, merupakan <a href="https://www.straitstimes.com/asia/se-asia/malaysia-s-pas-has-tough-task-to-woo-non-muslim-voters-analysts-say">kekhawatiran bagi minoritas non-Muslim</a>.</p>
<p>Sementara itu, minoritas Muslim khawatir akan hak-hak mereka di beberapa negara non-Muslim yang diperintah oleh kaum nasionalis populis.</p>
<p>Menurut lembaga pengawas demokrasi Freedom House, di India, pemerintah Modi telah menerapkan <a href="https://freedomhouse.org/country/india/freedom-world/2023">kebijakan diskriminatif terhadap minoritas Muslim</a> yang berjumlah sekitar <a href="https://www.cfr.org/backgrounder/india-muslims-marginalized-population-bjp-modi">200 juta orang</a>. Kebijakan-kebijakan ini termasuk <a href="https://www.amnesty.org/en/latest/news/2024/02/india-authorities-must-immediately-stop-unjust-targeted-demolition-of-muslim-properties/">penghancuran</a> properti-properti <a href="https://scroll.in/bulletins/340/introducing-the-smart-shopper-get-deals-on-150000-brands-and-support-independent-journalism">Muslim</a> sampai-sampai buldoser menjadi simbol <a href="https://time.com/6303571/how-bulldozers-became-a-symbol-of-anti-muslim-sentiment-in-india/">“Hindu-nasionalis”</a> dan <a href="https://www.nytimes.com/2022/09/25/nyregion/bulldozer-indian-parade-new-jersey.html">anti-Muslim di India</a>.</p>
<p>Di AS, kebijakan anti-imigran Trump mencakup apa yang disebut “<a href="https://www.amnesty.org.uk/licence-discriminate-trumps-muslim-refugee-ban">larangan Muslim</a>”, yakni <a href="https://www.aclu.org/news/immigrants-rights/the-enduring-harms-of-trumps-muslim-ban">perintah eksekutif</a> yang melarang warga negara dari negara-negara mayoritas Muslim tertentu untuk memasuki AS. Saat berkampanye untuk Pemilihan Umum (Pemilu) AS 2024 mendatang, Trump <a href="https://www.cbsnews.com/news/trump-bring-back-travel-ban-muslim-countries/">bersumpah untuk mengembalikan larangan tersebut dan memperluasnya</a>.</p>
<p>Seperti yang ditunjukkan oleh pengalaman banyak negara di seluruh dunia, kecenderungan untuk memajukan agenda nasionalis-religius telah membatasi suara-suara minoritas. Kecenderungan ini merupakan tantangan besar bagi cita-cita demokrasi dan kesetaraan warga negara di seluruh dunia. </p>
<p>Kekhawatiran ini juga bersifat personal bagi saya. Sebagai seorang Muslim Amerika, saya ingin tetap menikmati kewarganegaraan yang setara di AS dan mendiskusikan tentang Islam di negara-negara mayoritas Muslim tanpa dilecehkan oleh polisi.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan oleh Rahma Sekar Andini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/224914/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ahmet T. Kuru tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Agama dan nasionalisme pernah menjadi ideologi yang bertentangan. Kini, keduanya semakin bersahabat, dengan populisme yang sering kali menjadi perekatnya.Ahmet T. Kuru, Professor of Political Science, Director of Center for Islamic & Arabic Studies, San Diego State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2243812024-03-15T06:16:08Z2024-03-15T06:16:08ZManusia dan krisis ekologi: membaca ulang perintah Allah agar manusia menguasai Bumi berikut isinya<p>Agama kerap dituduh menjadi biang keladi dari krisis ekologi. Tuduhan ini dilemparkan antara lain oleh <a href="https://doi.org/10.1126/science.155.3767.1203">Lynn White Jr.</a>, sejarawan dari Amerika, dan <a href="https://doi.org/10.1080/00207237208709505">Arnold J. Toynbee</a>, kritikus budaya dan sejarawan dari Inggris. Baik White maupun Toynbee menggugat kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian <a href="https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kejadian%201:26-28">1: 26-28</a> yang menegaskan keistimewaan manusia dan mandat (perintah) untuk berkuasa.</p>
<p>Keistimewaan manusia sebagai <a href="https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kejadian%201:26">citra atau gambaran yang menyerupai Allah</a> dan <a href="https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=kejadian%201:26">mandat untuk menguasai bumi dengan segala isinya</a> ditengarai sebagai akar dari krisis ekologi. </p>
<p>Dalam perkembangannya, kritik <a href="https://www.jstor.org/stable/40378046">White</a> dan <a href="https://www.jstor.org/stable/3511888">Toynbee</a> ini mendorong upaya penafsiran ulang tentang mandat berkuasa yang lebih ramah lingkungan di kalangan para teolog Kristiani. </p>
<p>Bagaimana seharusnya manusia memaknai mandat dan keistimewaannya sebagai citra Allah dalam konteks krisis ekologi?</p>
<h2>Keistimewaan sebagai emansipasi manusia</h2>
<p>Di dalam budaya Semit masa lampau, citra (<a href="https://biblehub.com/genesis/1-26.htm"><em>selem</em></a>) Allah adalah status eksklusif raja. <a href="https://www.thalia.de/shop/home/artikeldetails/A1000700236">Kitab Kejadian melakukan demokratisasi dengan menyetarakan semua manusia atau mengangkat status manusia layaknya seorang raja</a>. Citra Allah bukan lagi status eksklusif yang disandang raja, tetapi status semua manusia tanpa terkecuali. Ini adalah status yang tidak dimiliki oleh ciptaan lain. </p>
<p>Keistimewaan manusia dalam kisah penciptaan Yudeo-Kristiani ini hendaknya dipahami sebagai gebrakan di dalam konteks budaya Semit masa lampau. Ini adalah emansipasi umat manusia dan penegasan kesetaraan semua manusia. </p>
<p>Kritik White dan Toynbee mencatut ayat dan melepaskannya dari konteks historis teks sehingga menyebabkan pemahaman yang salah kaprah. <a href="https://cicministry.org/commentary/issue59.htm">Melupakan konteks</a> atau situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian adalah kesalahan yang lazim dilakukan di dalam penafsiran kitab suci. Setiap penafsiran membutuhkan metodologi khusus untuk memahami teks kitab suci jika dihadapkan dengan konteks yang berbeda. </p>
<h2>Mandat untuk berkuasa</h2>
<p>Fokus utama kritik White dan Toynbee adalah mandat berkuasa yang melekat pada status keistimewaan manusia. Mandat ini tercantum di dalam <a href="https://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Kej&chapter=1&verse=26">Kitab Kejadian 1:26</a>, yang ditegaskan dengan ungkapan “supaya mereka berkuasa (<a href="https://biblehub.com/genesis/1-26.htm"><em>radah</em></a>) atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.”</p>
<p>Kata <em>radah</em> dalam bahasa Ibrani memiliki <a href="https://www.csv-bibel.de/strongs/h7287">makna beragam</a>, mulai dari berkuasa, memerintah, mengalahkan dan menginjak-injak. Opsi penafsiran kata <em>radah</em> berada di antara rentang nuansa semantik permusuhan (<em>hostility</em>) dan persahabatan (<em>hospitality</em>). Nuansa semantik ini perlu diperhatikan dalam memahami mandat berkuasa.</p>
<p>Secara garis besar ada <a href="https://doi.org/10.1017/9781108860666.006">dua opsi penafsiran</a>. <em>Pertama</em>, relasi dominasi (<em>dominion</em>). Ini adalah konsekuensi dari pemahaman mandat berkuasa dengan nuansa semantik permusuhan. Relasi dominasi melekat erat pada faham antroposentrisme (berpusat kepada manusia) yang cenderung memahami keistimewaan manusia sebagai hak. </p>
<p>Padanan kata <em>radah</em> dengan nuansa semantik permusuhan adalah menginjak-injak, menjajah dan memperbudak. Berkuasa dan memerintah adalah padanan kata yang bersifat netral. Kitab Suci Yudeo-Kristiani juga memberikan batasan normatif dari <em>radah</em>. Di dalam <a href="https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=im&chapter=25">Kitab Imamat</a>, misalnya, rambu-rambu “janganlah dengan kejam” (<a href="https://www.chabad.org/library/bible_cdo/aid/9926/showrashi/true#lt=both"><em>lo bow beparek</em></a>) diungkapkan secara eksplisit sebanyak tiga kali sebagai batasan normatif dari <em>radah</em>. </p>
<p><em>Kedua</em>, relasi pelayanan (<em>stewardship</em>). Ini adalah konsekuensi dari pemahaman mandat berkuasa dengan nuansa semantik persahabatan. Dalam relasi semacam ini, sifat melindungi dan solidaritas dengan ciptaan lain melekat pada status keistimewaan manusia. Keistimewaan adalah sebuah kata kerja karena lebih menekankan unsur tanggung jawab. Terjemahan kitab suci <a href="https://www.biblestudytools.com/ceb/genesis/1.html"><em>English Common Bible</em></a> menggunakan istilah bertanggung jawab (<em>take charge of</em>) sebagai padanan dari <em>radah</em>. </p>
<p>Padanan kata yang lebih bersahabat adalah memandu dan mendampingi. Pilihan makna ini berlatar belakang relasi gembala dan hewan ternak. Seorang gembala akan melindungi ternaknya dari hewan buas dan perampok. Di dalam tradisi agama Yudeo Kristiani, <a href="https://www.buchfreund.de/de/warenkorb">metafora gembala</a> digunakan untuk menggambarkan kekuasaan. Seorang rajapun digambarkan sebagai sosok gembala bagi rakyatnya. Salah satu lambang kekuasaan dalam kitab suci Yudeo-Kristiani adalah <a href="https://www.zvab.com/9783170219250/Himmel-Erden-Dimensionen-K%C3%B6nigsherrschaft-Alten-3170219251/plp">tongkat</a> yang biasa digunakan gembala untuk menghalau ternak.</p>
<p>Kisah Kejadian juga tidak berbicara dalam paradigma antroposentrisme (berpusat pada manusia), tetapi dalam paradigma teosentrisme (berpusat pada Allah). Asumsi dari kritik White dan Toynbee adalah bahwa antroposentrisme bersumber dari status citra Allah. <a href="https://www.buecher.de/shop/altes-testament/herrschen-in-den-grenzen-der-schoepfung/neumann-gorsolke-ute/products_products/detail/prod_id/12041418/">Status citra Allah adalah pengungkapan bahwa manusia memiliki peran mewakili Allah</a>. Padahal, relasi dengan Allah adalah batasan normatif dari mandat berkuasa. Peran mewakili ini adalah sebuah tindakan meneladani (<em>mimesis</em>) Allah. <a href="https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=Mzm&chapter=23">Gambaran Allah sebagai sosok gembala</a> adalah salah satu ketentuan normatif dalam mandat berkuasa. </p>
<p>Hal lain yang tidak kalah penting adalah aspek intertekstualitas di dalam kitab suci. Perihal mandat berkuasa juga disinggung dalam teks-teks yang lain dalam kitab suci. Mengkaji keterkaitan dengan teks-teks yang lain adalah langkah penting dalam penafsiran. Ada beberapa teks yang menunjukkan secara eksplisit perintah persahabatan manusia dengan ciptaan lain. Salah satu contohnya adalah <a href="https://alkitab.sabda.org/verse.php?book=Kej&chapter=2&verse=15">Kejadian 2: 15</a> yang menyebutkan Allah memerintahkan manusia untuk memelihara taman Eden. </p>
<h2>Klaim tak berdasar</h2>
<p>Baik White maupun Toynbee melakukan lompatan penafsiran yang terburu-buru. Setidaknya, ada tiga hal yang dilompati. </p>
<p><em>Pertama</em> ketiadaan kajian filologis (bahasa asli teks). Kajian semacam ini dilakukan untuk memahami secara mendalam pilihan kata (diksi) teks Kitab Suci. Jika ditelusuri secara filologis, mandat berkuasa memiliki opsi penafsiran yang luas, dari yang bermakna persahabatan hingga permusuhan. </p>
<p><em>Kedua</em>, kesalahpahaman asumsi. Akar dari kesalahan ini adalah pengabaian konteks historis teks kitab suci. Antroposentrisme dan krisis ekologi bukanlah konteks historis dari kisah penciptaan. Pesan dan relevansi sebuah teks ditentukan juga oleh konteks. Pengabaian konteks akan berujung pada sebuah penafsiran harfiah yang menimbulkan kesalahpahaman pesan dan relevansi teks.</p>
<p><em>Ketiga</em>, ketiadaan kajian intertekstualitas. Memahami kitab suci tidak bisa dilakukan secara sebagian saja. Mandat berkuasa harus ditafsirkan dalam kaitannya dengan teks-teks lain di dalam kitab suci dan tidak semata-mata didasarkan pada penggalan Kitab Kejadian 1:26-28.</p>
<h2>Bagaimana seharusnya keistimewaan manusia ini dipahami?</h2>
<p>Keistimewaan manusia dalam faham antroposentrisme berbeda dengan keistimewaan manusia dalam kitab suci. Kitab suci tidak mengajarkan antroposentrisme, tetapi teosentrisme. Antroposentrisme menekankan superioritas manusia tanpa rambu-rambu normatif yang berujung pada arogansi.</p>
<p>Sebaliknya, kitab suci menegaskan kesatuan antara keistimewaan manusia dan tanggung jawab manusia sebagai ciptaan Allah. Hubungan dengan Allah adalah batasan normatif dari mandat berkuasa. Ini adalah sentilan terhadap arogansi manusia di tengah krisis ekologi.</p>
<p>Tom Parker dalam film <em>Spiderman</em> (2002) mengatakan, “<a href="https://www.bing.com/videos/riverview/relatedvideo?&q=with+great+power+comes+great+responsibility&&mid=351C7A3BB903B09E0B1B351C7A3BB903B09E0B1B&&FORM=VRDGAR">With great power comes great responsibility</a>”. Kita juga perlu memahami bahwa keistimewaan bukanlah euforia, melainkan tanggung jawab. Justru karena keistimewaannya itulah, manusia bertanggung jawab terhadap ciptaan lain. Termasuk dalam konteks mengatasi krisis ekologi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/224381/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Martinus Ariya Seta tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bagaimana seharusnya memaknai mandat dan keistimewaan manusia untuk menguasai alam dan segala isinya dalam konteks krisis ekologi?Martinus Ariya Seta, Dosen, Universitas Sanata DharmaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2242562024-02-23T19:33:01Z2024-02-23T19:33:01Z2 tahun perang di Ukraina: disinformasi agama dan retorika antisemit menyelimuti narasi pro-Rusia di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/577657/original/file-20240223-22-kum3cy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C6%2C4535%2C2851&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">shutterstock</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/flag-russia-ukraine-painted-on-concrete-2095910923">Tomas Ragina/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Tepat 24 Februari dua tahun yang lalu, Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina. PBB memperkirakan sudah lebih dari <a href="https://www.ohchr.org/en/news/2023/09/ukraine-civilian-casualty-update-24-september-2023">27 ribu warga sipil menjadi korban,</a> baik meninggal dunia maupun terluka, dan sekitar <a href="https://www.unrefugees.org/emergencies/ukraine/#:%7E:text=There%20are%20nearly%203.7%20million,(as%20of%20January%202024).&text=More%20than%206.3%20million%20refugees,(as%20of%20January%202024).&text=Approximately%2014.6%20million%20people%20are%20in%20need%20of%20humanitarian%20assistance%20in%202024.">10 juta orang</a> terpaksa mengungsi dan kehilangan tempat tinggal. </p>
<p>Hingga tulisan ini diterbitkan, perang masih berlanjut tanpa ada tanda-tanda akan segera berakhir. Meskipun perang ini diklaim berdampak secara ekonomi bagi Indonesia-setidaknya sempat disebut menjadi salah satu faktor <a href="https://nasional.kompas.com/read/2024/01/04/12220811/jokowi-sebut-pupuk-subsidi-langka-karena-perang-rusia-ukraina-ganjar-ada">kelangkaan pupuk</a> dan <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5988464/perang-rusia-ukraina-bikin-minyak-goreng-mahal-kok-bisa">minyak goreng</a>-baik <a href="https://www.dw.com/en/indonesia-jokowi-walks-tightrope-balancing-ties-with-russia-west/a-62396110">pemerintah</a> maupun <a href="https://www.aljazeera.com/news/2022/3/19/why-are-indonesians-on-social-media-so-supportive-of-russia">masyarakat</a> tampaknya masih ragu-ragu mengecam Rusia dengan keras.</p>
<p>Calon presiden (capres) yang saat ini dinyatakan unggul versi hitung cepat dalam perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Prabowo Subianto, sempat mengajukan <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2023/06/06/prabowos-ukraine-proposal.html">proposal yang ganjil</a> untuk mengakhiri perang. Usulannya yang paling problematik adalah pembentukan <a href="https://www.benarnews.org/english/news/indonesian/indonesia-ukraine-peace-plan-06052023045330.html">zona demilitarisasi dan penyelenggaraan referendum</a>, yang dianggap lebih mewakili kepentingan Rusia. Proposal ini mengabaikan fakta bahwa invasi Rusia merupakan pelanggaran kedaulatan dan kejahatan kemanusiaan. </p>
<p>Narasi pro-Rusia justru sangat populer di Indonesia. Alih-alih bersolidaritas dengan rakyat Ukraina yang dijajah, banyak warganet di media sosial yang justru secara terbuka <a href="https://www.kompas.id/baca/polhuk/2022/04/10/gelombang-pro-rusia-di-pusaran-media-sosial-indonesia">menunjukkan simpati mereka kepada Rusia</a>. Sebagian besar dari mereka <a href="https://www.cnnindonesia.com/internasional/20220413091048-106-784166/kenapa-warga-ri-suka-pemimpin-kontroversial-dari-putin-sampai-mbs/2">menunjukkan kekaguman</a> terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin, tetapi mempersepsikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan sangat negatif.</p>
<p>Saya dan tim melakukan survei terhadap <a href="https://osf.io/fqwkm/">1.044 responden</a> pada Juni 2022 untuk meneliti faktor-faktor psikologis yang menjelaskan dukungan terhadap narasi pro-Rusia ini. Survei tersebut menemukan bahwa narasi pro-Rusia berkaitan dengan keyakinan konspiratif antisemit (prasangka negatif atau kebencian terhadap orang Yahudi).</p>
<p>Mengapa demikian?</p>
<h2>Kampanye disinformasi agama</h2>
<p>Rusia gencar melakukan <a href="https://web.archive.org/web/20231130135610/https:/www.state.gov/wp-content/uploads/2020/08/Pillars-of-Russia%E2%80%99s-Disinformation-and-Propaganda-Ecosystem_08-04-20.pdf">upaya penyebaran disinformasi</a> yang menarget audiens internasional, termasuk <a href="https://www.youtube.com/watch?v=FFTAEy0l29I">Indonesia</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/577661/original/file-20240223-19130-3v9uz3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/577661/original/file-20240223-19130-3v9uz3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/577661/original/file-20240223-19130-3v9uz3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/577661/original/file-20240223-19130-3v9uz3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/577661/original/file-20240223-19130-3v9uz3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/577661/original/file-20240223-19130-3v9uz3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/577661/original/file-20240223-19130-3v9uz3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Presiden Rusia Vladimir Putin.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/moscow-russia-2022-february-22-vladimir-2127643805">Rokas Tenys/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam perang modern, disinformasi berguna untuk <a href="http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/19401612211045221">menggalang dukungan dan rasa percaya</a>, serta membelokkan dan menahan kritik dari masyarakat internasional.</p>
<p>Ekosistem disinformasi Rusia melibatkan <a href="https://web.archive.org/web/20231130135610/https:/www.state.gov/wp-content/uploads/2020/08/Pillars-of-Russia%E2%80%99s-Disinformation-and-Propaganda-Ecosystem_08-04-20.pdf">beberapa kanal informasi</a>. Beberapa di antaranya adalah siaran pers resmi pemerintah, media yang dikontrol negara, sumber-sumber <em>proxy</em> (perantara) yang tidak terkait langsung dengan pemerintah Rusia, dan penggunaan <em>platform</em> media sosial.</p>
<p>Yang paling ekstrem, Rusia juga terlibat aktivitas ilegal seperti peretasan, pencucian uang, dan pencurian identitas yang berkaitan dengan <a href="https://www.fbi.gov/wanted/cyber/russian-interference-in-2016-u-s-elections">Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) tahun 2016</a>. </p>
<p>Merusak citra publik Zelenskyy biasanya menjadi <a href="https://www.state.gov/more-than-a-century-of-antisemitism-how-successive-occupants-of-the-kremlin-have-used-antisemitism/">inti dari kampanye disinformasi Rusia</a>. Oleh karena itu, tak mengherankan jika Rusia menggunakan latar belakang Zelenskyy sebagai seorang Yahudi dan mantan komedian untuk menciptakan narasi yang menyudutkan karakternya. </p>
<p>Menariknya, disinformasi Rusia yang paling populer di Indonesia hampir selalu mengandung unsur agama. Di antaranya adalah isu bahwa Putin <a href="https://cekfakta.tempo.co/fakta/1675/keliru-video-presiden-putin-mendadak-memeluk-agama-islam">telah memeluk agama Islam</a>, <a href="https://www.gatra.com/news-568090-internasional-dubes-ukraina-menjelaskan-video-pelecehan-al-quran-.html">pasukan Ukraina membakar Al-Quran</a>, seorang komandan dari Republik Chechnya <a href="https://international.sindonews.com/read/829227/41/komandan-chechnya-rusia-sedang-perang-suci-di-ukraina-melawan-setan-barat-dan-lgbt-1658102851">menyatakan</a> bahwa invasi Ukraina adalah perang suci melawan Barat yang jahat, dan masih banyak lagi. </p>
<p>Inilah sebabnya mengapa latar belakang Zelenskyy sebagai seorang Yahudi sangat berguna bagi mesin disinformasi Rusia-komponen ini sangat ampuh untuk menghasut audiens di Indonesia. Dua contoh dari narasi ini adalah <a href="https://www.tiktok.com/@kalebandri/video/7069438526588243226">sebuah video TikTok</a> yang viral dan <a href="https://twitter.com/geloraco/status/1501046163167870978">sebuah <em>tweet</em></a> di X (dulunya Twitter) yang menyoroti latar belakang Zelenskyy. Komentar-komentar yang mengikutinya kebanyakan mendiskreditkan kompetensi Zelenskyy (“seorang pelawak bukan pemimpin”) dan karakternya (“orang Yahudi suka menipu dan pengecut”). </p>
<h2>Retorika antisemit</h2>
<p>Di Indonesia, persepsi publik tentang karakter Zelenskyy, anehnya, kerap bercampur dengan pandangan antisemit.</p>
<p>Memanfaatkan <a href="https://www.state.gov/more-than-a-century-of-antisemitism-how-successive-occupants-of-the-kremlin-have-used-antisemitism/">retorika antisemit</a> untuk mempromosikan narasi pro-Rusia tampak tidak masuk akal, karena orang Yahudi di Indonesia adalah minoritas yang nyaris tak terlihat. Namun sepertinya keyakinan terhadap konspirasi antisemit tidak membutuhkan keberadaan fisik seorang Yahudi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/577662/original/file-20240223-28-6t7few.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/577662/original/file-20240223-28-6t7few.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/577662/original/file-20240223-28-6t7few.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/577662/original/file-20240223-28-6t7few.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/577662/original/file-20240223-28-6t7few.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/577662/original/file-20240223-28-6t7few.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/577662/original/file-20240223-28-6t7few.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/april-2022-kyiv-ukraine-watching-online-2144525085">Stock Holm/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Survei yang kami lakukan mengukur beberapa variabel yaitu faktor kepribadian dan profil kognitif. Kami juga bertanya kepada para responden apakah mereka menginginkan seseorang yang “kuat” sebagai pemimpin dan bagaimana perasaan mereka terhadap Barat. Tentu saja, kami juga mengukur tingkat kepercayaan mereka terhadap teori konspirasi antisemit.</p>
<p>Temuan kami menunjukkan bahwa kepercayaan konspirasi antisemit memiliki hubungan kuat dengan kecenderungan untuk mendukung narasi pro-Rusia, jauh di atas variabel kepribadian atau profil kognitif yang secara teoritis terkait dengan sikap sosial dan politik yang ekstrem. </p>
<p>Hal ini tidak terlalu mengherankan. Kepercayaan konspirasi tentang Yahudi ternyata telah ada cukup lama di Indonesia. Kepercayaan ini <a href="https://dspace.library.uu.nl/handle/1874/20532">awalnya diperkenalkan</a> pada tahun 1950an oleh para ulama Islam yang pernah tinggal di Timur Tengah, kawasan yang kerap mempolitisasi retorika semacam ini.</p>
<p>Beberapa <a href="https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53685/1/Jurnal%20Internaional%20Graduate%20Journal%20of%20Asia%20pacific%20Studies.pdf">media cetak berbasis Islam</a>, seperti Media Dakwah, Suara Hidayatullah, Sabili, dan Republika juga pernah memopulerkan narasi ini dari tahun 1980-an sampai 2000-an. Narasi antisemit juga ditemukan di sebuah <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13639811.2010.513848">manuskrip dari abad ke-17</a>.</p>
<p>Keyakinan konspirasi antisemit juga rentan dipolitisasi. Salah satu contohnya adalah mantan Presiden Suharto yang <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13639810500031012">menuduh konspirasi Yahudi global</a> berperan dari balik layar untuk menjatuhkannya.</p>
<p>Namun, penting untuk dicatat bahwa kepercayaan konspirasi antisemit tidak boleh disamakan dengan gerakan antizionisme. Kepercayaan konspirasi antisemit merupakan prasangka ekstrem, dan tanpa disertai bukti, yang meyakini bahwa orang-orang Yahudi secara diam-diam berkonspirasi untuk mengendalikan dunia, sementara antizionisme bertujuan untuk memprotes dan menentang eksistensi negara Israel.</p>
<p>Keinginan untuk dipimpin “orang yang kuat” juga menjelaskan kecenderungan mempercayai narasi pro-Rusia, tetapi ukuran korelasinya hampir empat kali lebih kecil daripada kepercayaan konspirasi antisemit.</p>
<p>Dengan demikian, tidak heran jika orang yang percaya pada teori konspirasi antisemit cenderung cepat terhubung dengan narasi pro-Rusia. </p>
<p>Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini bersifat korelasional, dan dengan demikian, hubungan tersebut tidak dapat ditafsirkan sebagai hubungan sebab-akibat.</p>
<h2>Solidaritas untuk menggalang dukungan publik</h2>
<p>Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengoreksi keyakinan yang salah ini?</p>
<p>Disinformasi memang <a href="https://www.nature.com/articles/s44159-021-00006-y">sangat sulit dikoreksi</a>. Mengoreksi kepercayaan konspirasi bahkan lebih rumit, dan teknik intervensi yang saat ini tersedia bisa dikatakan <a href="https://osf.io/preprints/psyarxiv/6vs5u">nyaris tidak efektif</a>. </p>
<p>Namun, masih ada harapan.</p>
<p>Sepanjang sejarah, masyarakat Indonesia selalu berdiri membela mereka yang tertindas. Ini misalnya terlihat dari bagaimana masyarakat Indonesia menunjukkan solidaritas untuk rakyat Palestina.</p>
<p>Perlu dicatat bahwa saya tidak bermaksud menyamakan genosida Palestina dengan invasi Ukraina. Kedua krisis kemanusiaan ini memiliki konteks yang sangat berbeda.</p>
<p>Apa yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah menemukan kesamaan dengan orang-orang Ukraina, dan itu tidak mudah. Kebanyakan orang Indonesia mungkin tidak pernah mendengar tentang Ukraina sampai perang dimulai.</p>
<p>Di sisi lain, orang Indonesia dapat dengan mudah mengekspresikan solidaritas dengan Palestina karena memeluk agama yang sama. Nilai-nilai dan identitas yang sama adalah <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/0272-4332.203034">sarana yang ampuh</a> untuk membangun rasa percaya, <a href="https://doi.org/10.1002/jts5.24">mendorong kita</a> untuk saling menyapa, dan menunjukkan solidaritas.</p>
<p>Masyarakat Indonesia perlu mengetahui bahwa invasi ini juga berdampak pada <a href="https://www.bbc.com/indonesia/dunia-61029013">Muslim Ukraina</a>. Di saat Rusia menggunakan figur pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov untuk menggalang dukungan dari negara-negara Muslim, kelompok <a href="https://www.dw.com/id/muslim-chechen-dan-tatar-angkat-senjata-demi-ukraina/a-61262907">Muslim Tatar di Krimea dan Chechnya</a> mengangkat senjata untuk mempertahankan Ukraina sebagai tanah air mereka.</p>
<p>Singkatnya, karena <a href="https://www.washingtonpost.com/outlook/2022/03/10/ukraine-war-muslims-conflict-chechnya/">umat Islam berperang di kedua belah pihak</a>, menekankan solidaritas universal dengan semua orang yang tertindas mungkin dapat membantu untuk menggalang dukungan publik untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/224256/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rizqy Amelia Zein tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Di Indonesia, narasi pro-Rusia berkaitan dengan keyakinan konspiratif antisemit (prasangka negatif atau kebencian terhadap orang Yahudi).Rizqy Amelia Zein, Lecturer in Social Psychology, Universitas AirlanggaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2234672024-02-16T09:17:44Z2024-02-16T09:17:44ZBagaimana dakwah politik Muslim mendukung dinasti politik di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/575266/original/file-20240212-22-xlmztf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C1%2C374%2C250&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gibran Rakabuming Raka, President Joko "Jokowi" Widodo's oldest son (right)</span> </figcaption></figure><p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo menjadi tokoh politik besar terbaru di Indonesia yang mencoba membangun <a href="https://www.jstor.org/stable/20185086?seq=20">dinasti politiknya</a>, sebuah konsentrasi kekuasaan politik yang melibatkan anggota keluarga.</p>
<p>Upaya Jokowi semakin nyata dengan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, yang kini menjadi <a href="https://theconversation.com/is-joko-widodo-paving-the-way-for-a-political-dynasty-in-indonesia-219499">calon wakil presiden</a> pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 hari ini, meskipun pencalonannya telah memicu protes keras dan luas dari masyarakat. </p>
<p>Gibran, saat ini berusia 36 tahun, mendaftarkan diri menjadi cawapres setelah Mahkamah Konstitusi (MK), yang dipimpin oleh adik ipar Jokowi, mengizinkan kandidat di bawah usia 40 tahun untuk mencalonkan diri sebagai presiden atau wakil presiden, asalkan mereka pernah/sedang menjabat sebagai pejabat publik. Sebelumnya, persyaratan usia untuk capres dan cawapres adalah minimal 40 tahun.</p>
<p>Contoh ini hanyalah permukaan dari suatu gunung es di kancah politik Indonesia <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/20578911231195970">pasca-Suharto</a>. Praktik ini mengakar di semua tingkat politik, terutama di <a href="https://www.youtube.com/watch?v=qZDcCewGRxs">partai politik</a>. </p>
<p>Sebagai pengamat yang memiliki ketertarikan mendalam terhadap politik dan agama, kami melihat bagaimana dinasti politik kerap dikaitkan dengan kesalahan persepsi publik tentang nilai-nilai kepemimpinan yang didasarkan pada ajaran agama. </p>
<h2>Kecenderungan gaya kekaisaran</h2>
<p>Dimulai pada abad ketujuh, kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra memerintah di Indonesia. Kemudian pada abad ke-13, kerajaan-kerajaan Islam muncul dan berkuasa hingga awal abad ke-20.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/575153/original/file-20240212-18-kmzng7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/575153/original/file-20240212-18-kmzng7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/575153/original/file-20240212-18-kmzng7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/575153/original/file-20240212-18-kmzng7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/575153/original/file-20240212-18-kmzng7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/575153/original/file-20240212-18-kmzng7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/575153/original/file-20240212-18-kmzng7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=425&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Candi Muara Takus adalah sebuah cagar budaya peninggalan zaman Kerajaan Sriwijaya yang terletak di Provinsi Riau.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Transisi dari masyarakat monarki ke masyarakat demokratis merupakan tantangan sulit bagi Indonesia karena membutuhkan perubahan pola pikir dari budaya tradisional ke gaya hidup modern.</p>
<p>Keengganan masyarakat Indonesia untuk menerima negara sekuler menunjukkan peran penting <a href="https://brill.com/view/journals/bki/174/4/article-p498_9.xml?language=en">agama dalam politik</a>. Umat Islam, yang mencakup sekitar 87% dari populasi Indonesia, merupakan pendukung terbesar bagi keberlanjutan peran agama dalam politik.</p>
<p>Dengan <a href="https://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/sosiologireflektif/article/view/132-03/0">meningkatnya ketaatan beragama di Indonesia</a> dalam satu dekade terakhir, penekanan peran agama dalam politik dan pemerintahan semakin kuat.</p>
<p>Sebagian umat Islam masih memandang para pemimpin mereka sebagai orang yang mendapatkan otoritas dari Tuhan untuk memerintah mereka. Umat Islam diwajibkan untuk bersumpah setia sesuai dengan konsep <em><a href="https://www.jstor.org/stable/20788349">bay'ah</a></em> yang dikemukakan oleh para cendekiawan politik Muslim. </p>
<p>Konsep <em>bay'ah</em> kurang sesuai dengan model negara modern yang sekuler karena sumpah hanya dapat dibatalkan jika seorang penguasa mengundurkan diri atau meninggal dunia - bukan dengan pengalihan kekuasaan melalui pemilihan umum.</p>
<p>Sebagai contoh, sumpah setia kepada Sultan Daud Shah, sultan terakhir Aceh, menjadi tidak berlaku hanya karena dua hal: kematiannya atau pengunduran dirinya kepada pemerintah kolonial Belanda. Jika ada orang yang mencoba untuk memilih penguasa lain ketika sultan masih hidup, maka hal tersebut secara konseptual akan dianggap sebagai pemberontakan yang melanggar hukum.</p>
<p>Beberapa umat Islam Indonesia juga masih percaya bahwa dalam politik, hubungan darah merupakan faktor penentu penting dalam kepemimpinan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/575155/original/file-20240212-18-ey3jk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/575155/original/file-20240212-18-ey3jk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/575155/original/file-20240212-18-ey3jk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/575155/original/file-20240212-18-ey3jk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/575155/original/file-20240212-18-ey3jk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/575155/original/file-20240212-18-ey3jk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/575155/original/file-20240212-18-ey3jk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang ustadz menyampaikan khotbah setelah salat Idul Fitri di Palembang, Sumatra Selatan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Para pendakwah Muslim sering menggambarkan pemimpin yang ideal melalui perumpamaan, seperti <em>Ratu Adil</em> (penguasa yang adil dalam cerita rakyat Jawa) atau <em>Khulafa’ Rasyidun</em> (empat penguasa pertama dalam peradaban Islam). </p>
<p>Di antara kualitas kepemimpinan yang biasanya disorot oleh narasi ini adalah: keadilan mutlak, pemerintahan yang langgeng, kepribadian yang tanpa cela, religiusitas, dan menghadapi sedikit perlawanan atau menikmati dominasi yang mudah atas musuh. Seseorang yang memiliki kualitas-kualitas ini kemudian dipandang sebagai pemimpin yang baik.</p>
<p>Karena masyarakat Indonesia masih memandang pemimpin dalam kerangka kerajaan historis, keturunan seorang pemimpin diasumsikan mewarisi kualitas-kualitas ini. </p>
<p>Salah satu contohnya datang dari Ustadz Adi Hidayat, seorang penceramah terkenal yang berafiliasi dengan Muhammadiyah, organisasi Muslim terbesar kedua di Indonesia. Dia membuat daftar <a href="https://rejogja.republika.co.id/berita/rs3rmz291/lima-karakter-pemimpin-amanah-menurut-ustaz-adi-hidayat">lima sifat utama</a> untuk seorang penguasa. Tiga di antaranya tidak akan berhasil dalam sistem republik, tetapi sangat cocok untuk seorang raja yang saleh, yaitu iman yang kuat, moralitas yang sempurna, dan mendapat bimbingan Ilahi. </p>
<p>Contoh lainnya adalah Gus Baha dari <em>Nahdhiyyin</em> (berafiliasi dengan Nahdhatul Ulama, organisasi Muslim terbesar di Indonesia), yang sering menceritakan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=aVhwyiwHIQQ">kisah-kisah ideal</a> para penguasa di masa lampau, salah satunya Nabi Sulaiman. Ia menggantikan ayahnya sebagai raja dan tidak dipilih secara demokratis. </p>
<h2>Pengaruh agama</h2>
<p>Pengajaran semacam ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang keyakinan masyarakat Indonesia terhadap pemerintahan yang demokratis. Beberapa orang tidak dapat beralih dari dinasti monarki karena mereka akan selalu melihat perlunya pemimpin yang menyerupai Raja Sulaiman, misalnya, daripada pemimpin yang dipilih secara demokratis.</p>
<p>Para pendakwah ini secara tidak sengaja memperkuat kecenderungan politik dinasti di negara ini. </p>
<p>Dalam konteks pemilihan umum, para pengikut kelompok pendakwah kerap membenarkan suara mereka dengan narasi <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180414183724-20-290838/ketum-mui-jokowi-jadi-presiden-atas-kehendak-allah">bimbingan ilahi</a>, yang menekankan pada kesakralan seorang pemimpin. </p>
<p>Para pemimpin di semua tingkatan - terutama presiden - diharapkan oleh masyarakat untuk memiliki kesempurnaan moral dan karisma yang luar biasa. Bahkan mereka yang memiliki visi politik yang kuat pun dukungannya bisa berkurang jika tidak memiliki kepribadian yang tepat. Masih banyak orang yang menganggap kualitas-kualitas ini diwariskan dalam keluarga pemimpin, sehingga membentuk sebuah dinasti.</p>
<p>Agama akan selalu memegang peran penting dalam kehidupan dan politik Muslim di Indonesia. Tanpa pengajaran yang tepat tentang bagaimana kepemimpinan demokratis dapat bekerja melalui sudut pandang agama, politik dinasti akan tetap diterima secara moral dan budaya dalam perpolitikan Indonesia ke depannya.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/223467/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penerimaan publik terhadap dinasti politik, terutama di kalangan Muslim, didorong oleh para pengkhotbah Islam dan keyakinan mereka tentang apa yang membentuk seorang pemimpin yang baik.Anggi Azzuhri, PhD candidate, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)Musa Alkadzim, Mahasiswa, Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2227992024-02-13T21:20:38Z2024-02-13T21:20:38ZAgama dan HAM dalam lanskap Pemilu 2024: kandidat mana yang paling tak bermasalah?<p>Indonesia tengah melaksanakan pencoblosan Pemilihan Umum (Pemilu) pada hari ini, 14 Februari 2024. Tiga pasangan calon (paslon) yang tengah bertarung adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.</p>
<p>Berbeda dengan Pemilu 2019 lalu yang sangat kental dengan sentimen agama, kontestasi politik kali ini tampaknya tidak ada polarisasi agama yang terlalu tajam, meskipun tetap ada selentingan isu-isu politik identitas agama dalam perhelatan kampanye. Sedangkan isu HAM terlihat lebih mendominasi diskusi publik.</p>
<p>Lalu bagaimana isu agama dan HAM mewarnai Pemilu 2024 ini?</p>
<h2>Sentimen agama: siapa didukung kelompok konservatif?</h2>
<p>Kandidat Anies Baswedan merupakan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan di periode pertama pemerintahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo. Ia paling dikenal sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta.</p>
<p>Anies memiliki latar belakang intelektual. Ia pernah menjadi rektor di Universitas Paramadina. Kedua orang tuanya adalah profesor.</p>
<p>Namun, Anies kerap diasosiasikan dengan politik identitas. Ia dikenal <a href="https://time.com/4747709/indonesia-jakarta-election-governor-islam-christianity-ahok-anies/">dekat dengan, dan mendapat dukungan dari</a>, faksi-faksi Islam konservatif di Indonesia atau populasi Muslim yang mengikuti interpretasi Islam yang lebih ketat.</p>
<p>Ini berawal dari <a href="https://theconversation.com/will-jakartas-new-governor-stand-firm-against-hardline-religious-groups-76433">kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2017</a>. Anies mendapat dukungan masif dari kelompok-kelompok Islam garis keras, termasuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan tokoh Muslim Rizieq Shihab, pemimpin Front Pembela Islam (FPI).</p>
<p>Kubu Anies dalam Pilgub saat ini kerap <a href="https://stratsea.com/sharia-politics-in-2024-ideology-or-commodity/">memainkan isu agama</a> dalam melawan rival terkuatnya saat itu, Basuki Tjahaja Purnama yang seorang Kristiani.</p>
<p>Dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 ini, kelompok ulama konservatif dari Ijtima Ulama, termasuk Rizieq, menandatangani <a href="https://www.thejakartapost.com/opinion/2023/12/26/analysis-conservative-ulamas-endorsement-cuts-both-ways-for-candidate-anies.html">pakta integritas dukungan terhadap Anies sebagai capres</a>. Langkah ini sekaligus bisa menjadi upaya bagi Anies untuk mengamankan suara dari pemilih Muslim konservatif, yang jumlahnya cukup signifikan di Indonesia.</p>
<p>Memang, strategi ini bisa menjadi senjata bermata dua bagi Anies, karena berpotensi menjauhkan pemilih Muslim moderat. Namun, tampaknya kendala ini sudah selesai karena Anies menggandeng Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya. Muhaimin adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang merupakan partai disebut menguasai pemilih dari kalangan Islam moderat, terutama massa Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di negara ini.</p>
<p>Pencalonan Anies menimbulkan pertanyaan atas kesesuaian nilai demokrasi dengan kesetaraan dan prinsip nondiskriminasi terhadap kelompok minoritas, terutama minoritas agama.</p>
<p>Dua kandidat capres lainnya, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, tampaknya tidak terlalu diasosiasikan dengan sentimen agama karena keduanya didukung oleh mayoritas partai berhaluan nasionalis.</p>
<h2>Isu HAM</h2>
<p>Meski demikian, Prabowo dan Ganjar justru lebih menjadi sorotan dibandingkan Anies jika terkait isu penegakkan HAM.</p>
<p>Prabowo, Ketua Umum Partai Gerindra, merupakan mantan menantu diktator Suharto. Ia kerap disorot perihal keterlibatannya dalam <a href="https://www.nytimes.com/2020/10/14/world/asia/indonesia-prabowo-subianto-us-visit.html">penculikan dan penghilangan sejumlah aktivis prodemokrasi 1998</a>. Saat itu, Prabowo merupakan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus).</p>
<p>Menginginkan jabatan presiden selama beberapa dekade, Prabowo awalnya mencari posisi tersebut pada 1998 dengan Partai Gerindra yang kini ia pimpin, tetapi <a href="https://pemilu.tempo.co/read/1744384/capres-pemilu-2024-prabowo-subianto-pernah-gagal-4-kali-maju-sebagai-capres-dan-cawapres">dikalahkan oleh Wiranto</a> dalam proses pemilihan internal partai. </p>
<p>Pada Pemilu 2004, ia mencalonkan diri sebagai wakil presiden bersama Megawati, namun kalah melawan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Prabowo kemudian menghadapi dua kekalahan lagi pada Pilpres 2014 dan 2019, dua-duanya melawan Jokowi.</p>
<p>Setelah kekalahan dalam pemilihan dan memanfaatkan <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2019/05/23/jakarta-riots-death-toll-rises-to-eight-more-than-700-injured.html">ketegangan sosial</a> di Jakarta, Prabowo dengan strategis mengamankan peran kunci sebagai Menteri Pertahanan dalam pemerintahan Jokowi sejak tahun 2019. Ia secara efektif <a href="https://eastasiaforum.org/2023/12/16/indonesias-increasingly-opposition-less-democracy/">menetralkan kekuatan oposisi</a>. </p>
<p>Saat ini, pola sejarah nampaknya berulang, dengan Jokowi secara terbuka menyelaraskan dirinya dengan Prabowo dan bahkan menunjuk putranya sebagai cawapres Prabowo.</p>
<p>Di sisi lain, kandidat capres Ganjar Pranowo, lebih dikenal memiliki citra “merakyat”, persis seperti citra Jokowi dulu ketika pertama kali menjadi capres pada 2014. Diusung oleh PDI-P yang saat ini adalah partai politik terbesar di parlemen, Ganjar kerap dianggap sebagai sosok dengan karakter yang<a href="https://www.antaranews.com/berita/3637434/pengamat-sebut-ganjar-punya-karakter-mirip-presiden-jokowi"> paling mirip dengan Jokowi</a></p>
<p>Namun, ada kontradiksi dalam sikap politik Ganjar, <a href="https://www.walhi.or.id/chronology-of-event-and-analysis-of-legal-and-human-rights-violation-of-agrarian-conflict-in-wadas">seperti yang terlihat dalam konflik Wadas</a>. Dalam kapasitasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah saat itu, Ganjar disebut terlibat dalam kasus pelanggaran HAM atas penggusuran Desa Wadas, tempat tinggal 500 orang. Penggusuran tersebut bertujuan <a href="https://voi.id/en/bernas/133165">untuk membangun proyek bendungan</a>.</p>
<p>Penggunaan kekuatan <a href="https://news.mongabay.com/2022/02/crackdown-on-villagers-highlights-heavy-hand-of-indonesias-strategic-projects/">aparat kepolisian</a> dan militer untuk menekan protes dari masyarakat yang menentang pembangunan bendungan itu terlihat sangat kontradiktif dengan rekam jejak politik Ganjar.</p>
<p>Pencalonan Prabowo dan Ganjar menimbulkan pertanyaan mendalam tentang kesesuaian nilai-nilai demokratis dan penghormatan HAM.</p>
<p>Pemilu 2024 menjadi saat penting bagi rakyat Indonesia, di tengah kompleksnya arus sosial-politik negara. Keputusan pemilih tidak hanya akan memengaruhi demokrasi Indonesia ke depan, tetapi juga akan berdampak pada reputasi negara ini secara internasional.</p>
<p>Saat negara ini mendekati fajar zaman baru, keputusan dan tantangan yang ada di depan harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk menjamin kemajuan dan perlindungan nilai-nilai demokrasi dan HAM.</p>
<p>Tidak ada satupun kandidat capres yang bersih dari politisasi isu agama dan pelanggaran HAM. Gagasan yang kini mendominasi di tengah-tengah publik adalah bahwa dalam pemilihan ini, disarankan untuk memilih kandidat yang paling minim berisiko dan lebih sedikit bermasalah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/222799/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Aniello Iannone tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Berbeda dengan Pemilu 2019 lalu yang sangat kental dengan sentimen agama, Pemilu kali ini tampaknya tidak ada polarisasi agama yang terlalu tajam. Isu HAM terlihat lebih mendominasi diskusi publik.Aniello Iannone, Lecturer | Researcher| Indonesianists, Universitas DiponegoroLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2211022024-02-05T06:25:19Z2024-02-05T06:25:19ZApakah Immanuel Kant agnostik? Membedah kekeliruan banyak orang atas pemikiran Kant<p>Tahun ini, dunia memperingati 300 tahun kelahiran <a href="https://plato.stanford.edu/entries/kant/">Immanuel Kant (1724-1804 M), salah satu figur filsuf penting dalam perkembangan filsafat modern</a>. Banyak orang menganggap Kant seorang agnostik, yaitu <a href="https://www.britannica.com/topic/agnosticism">orang yang skeptis atau ragu-ragu terhadap eksistensi Tuhan</a>.</p>
<p>Namun, anggapan tersebut tidak tepat. </p>
<p>Marcus Willaschek, professor filsafat di <em>Goethe University</em> Frankfurt, Jerman, <a href="https://www.perlentaucher.de/buch/marcus-willaschek/kant.html">mengatakan</a> Kant adalah seorang yang percaya Tuhan, tetapi sikap Kant sebagai orang yang percaya Tuhan tidak lazim di eranya.</p>
<p>Pangkal kesalahpahaman di atas berakar dari kritik Kant terhadap pembuktian ontologis, yaitu pembuktian yang berangkat dari definisi abstrak dan tanpa pengalaman indrawi untuk membuktikan apakah Tuhan ada atau tidak.</p>
<h2>Kritik atas pembuktian ontologis</h2>
<p>Anselm of Canterbury (1033-1109 M), seorang filsuf dan teolog abad pertengahan, memperkenalkan <a href="https://plato.stanford.edu/entries/ontological-arguments/">pembuktian ontologis</a> yang mendefinisikan Tuhan sebagai mahkluk terbesar yang dapat dipikirkan oleh manusia. </p>
<p>Rene Descartes (1596-1650 M), seorang filsuf Prancis, mengajukan versi lain pembuktian ontologis. Dia <a href="https://plato.stanford.edu/entries/ontological-arguments/">mendefinisikan </a> Tuhan sebagai mahkluk paling sempurna (<em>ens summe perfectissimum</em>). </p>
<p>Sebagai pembuktian yang berangkat dari definisi abstrak, pembuktian ontologis berkeyakinan bahwa rasionalitas definisi Tuhan bersifat tidak terbantahkan (<em>self-evident</em>). Eksistensi tidak dapat dipisahkan dari Tuhan. Rasionalitas Tuhan adalah bukti eksistensi. </p>
<p>Kant <a href="https://archive.org/details/kritikderreinenv19kant/page/516/mode/2up?q=Hundert">mengkritik</a> pembuktian ontologis ini. Menurutnya, eksistensi harus dibuktikan dengan simpulan sintesis dan bukan simpulan analitis. </p>
<p>Simpulan analitis <a href="https://plato.stanford.edu/entries/analytic-synthetic/">adalah</a> sebuah pengulangan pengetahuan yang melekat pada sebuah konsep. Ketika kita mengatakan “Ibu adalah seorang perempuan”, misalnya, maka simpulan seorang perempuan bersifat analitis. Mengapa? Karena perempuan melekat secara intrinsik pada sosok ibu sebagai sebuah keharusan.</p>
<p>Simpulan sintesis <a href="https://plato.stanford.edu/entries/analytic-synthetic/">adalah</a> perluasan dari subyek/konsep karena predikat tidak melekat secara intrinsik pada sebuah subyek/konsep. Ketika kita mengatakan “Ibu adalah seorang guru.” Predikat guru tidak melekat secara intrinsik pada sosok ibu. Sosok ibu bisa saja bekerja sebagai pengusaha, pengacara, atau yang lainnya.</p>
<p>Tudingan bahwa Kant adalah seorang ateis adalah kesalahpahaman dalam memahami pertanyaan terbuka Kant terkait pembuktikan ontologis. </p>
<p>Kant sendiri <a href="https://ia600508.us.archive.org/19/items/kritikderreinenv19kant/kritikderreinenv19kant.pdf">mengatakan</a> bahwa eksistensi Tuhan tidak dapat dibuktikan, tetapi juga tidak dapat difalsifikasi. Kant tidak membantah rasionalitas konsep Tuhan. Namun, rasionalitas semata tidak dapat dijadikan argumen adanya eksistensi. </p>
<p>Diferensiasi antara rasionalitas dan eksistensi ini adalah salah satu pondasi dari filsafat Kant.</p>
<h2>Pembuktian Tuhan versi Kant</h2>
<p>Kant menawarkan pembuktian Tuhan dengan cara menggeser pertanyaan bukan lagi menyorot pada eksistensi tapi pada fungsi keberadaan Tuhan dalam konteks moral.</p>
<p>Kant <a href="https://archive.org/details/kritikderpraktis00kantuoft/kritikderpraktis00kantuoft/page/158/mode/2up?q=postulat">mengajukan</a> tesis bahwa Tuhan adalah sebuah postulat moral, atau kebaikan tertinggi (<em>das höchste Gut</em>). Sebagai sebuah postulat, keberadaan Tuhan adalah keharusan agar tindakan moral manusia dapat dijelaskan.</p>
<p>Di dalam sosok Tuhan inilah terwujud kesatuan antara prinsip moral dan kebahagiaan. Tanpa harapan akan kebahagiaan, prinsip moral tidak memiliki daya tarik untuk ditaati. Sosok Tuhan diperlukan sebagai harapan atas tindakan moral manusia.</p>
<p>Konsekuensi dari tesis Kant adalah pembuktian Tuhan tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi secara tidak langsung. Kant sebenarnya ingin mengatakan bahwa Tuhan tidak dibuktikan, tetapi diperlukan untuk merasionalisasi tindakan moral manusia. </p>
<h2>Tuhan sebagai obyek iman</h2>
<p>Kant <a href="https://archive.org/details/kritikderreinenv19kant/page/36/mode/2up?q=Platz">meyakini </a> Tuhan bukanlah obyek pengetahuan, tetapi obyek iman. Pemikiran ini banyak mengakibatkan orang salah paham terhadap Kant. Karena bukan pengetahuan, Tuhan dianggap sebagai sesuatu yang tidak rasional. </p>
<p>Kant <a href="https://archive.org/details/kritikderreinenv19kant/page/676/mode/2up?q=meinen">membedakan</a> dengan ketat antara pengetahuan (<em>wissen</em>), iman (<em>glauben</em>), dan pendapat (<em>meinen</em>) terkait pemahaman manusia (cognition). </p>
<p>Pemahaman manusia terbentuk dari unsur formal dan unsur material. Unsur formal adalah konsep yang bersifat apriori di dalam pikiran manusia. Ini adalah pengaruh dari faham rasionalisme. Sedangkan unsur material adalah validasi dari pengalaman indrawi. Pengetahuan memiliki derajat justikasi yang paling tinggi karena memenuhi unsur formal dan material. Sifat pengetahuan adalah kepastian (<em>Gewissheit</em>). </p>
<p>Iman didasarkan pada unsur formal, tetapi tidak didasarkan pada unsur material karena tidak dapat divalidasi secara aposteriori (pengetahuan yang didapat setelah pengalaman). Derajat justifikasi dari iman bukan kepastian, tetapi keyakinan (<em>Überzeugung</em>). </p>
<p>Pendapat tidak memenuhi unsur formal dan unsur material. Derajat justifikasi dari pendapat adalah keraguan atau perkiraan semata. </p>
<p>Kant tidak membantah rasionalitas iman. Hanya saja, menurutnya, justifikasinya tidak sesolid pengetahuan. </p>
<h2>Akal budi</h2>
<p>Implikasi dari filsafat Kant adalah munculnya agama akal budi <a href="https://archive.org/details/diereligioninner00kantuoft/page/n47/mode/2up?q=glaubens">(<em>Vernüftreligion</em>)</a>. Ini mendorong kesalehan yang diwujudkan dengan mentaati nilai-nilai moral (<em>Sittlichkeit</em>), bukan kesalehan ritual. </p>
<p>Kant bukanlah seorang agnostik. Dia hanya menggunakan rasionalitas manusia dan bukan otoritas institusi agama dalam menjelaskan eksistensi Tuhan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/221102/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Martinus Ariya Seta tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Immanuel Kant memahami agama dan Tuhan dengan cara yang tidak konvensional di eranya. Kant mengkriitk pembuktian Tuhan secara langsung, dan mengajukan model pembuktian tidak langsung.Martinus Ariya Seta, Dosen, Universitas Sanata DharmaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2182732023-12-12T09:48:37Z2023-12-12T09:48:37ZKapan Natal mulai dirayakan? Sejarah tunjukkan, perayaan Natal sudah ada sejak 2 Masehi<p>Sebagian besar orang, termasuk umat Kristiani, meyakini bahwa Natal adalah kristenisasi dari perayaan-perayaan pagan seperti pemujaan dewa matahari <em><a href="https://study.com/academy/lesson/sol-invictus-history-mythology-facts-roman-sun-god.html">(Sol invictus)</a></em>, pemujaan dewa Saturnus <a href="https://www.britannica.com/topic/Saturnalia-Roman-festival">(<em>Saturnalia</em>)</a>, dan pemujaan dewa matahari dari Persia yang diadopsi oleh masyarakat Romawi <a href="https://www.britannica.com/topic/Mithraism">(<em>Mithras</em>)</a>.</p>
<p>Dalam bahasa akademik, kristenisasi perayaan pagan disebut dengan <a href="https://www.jstor.org/stable/23358685"><em>Historical Religions Theory</em></a> atau teori sejarah agama. Menurut teori ini, penetapan kelahiran Yesus dan penetapan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember terjadi pada abad 4 Masehi.</p>
<p>Namun, terdapat bukti-bukti dari manuksrip dan teori, bahwa sebenarnya Natal telah ada jauh sebelum abad 4 M. Apa alasannya?</p>
<h2>Tanggal 25 Desember sebagai kelahiran Yesus</h2>
<p><strong>1. Berdasarkan manuskrip</strong></p>
<p>Beberapa manuskrip dari abad 3 M menunjukkan penetapan tanggal kelahiran Yesus, baik secara tersurat maupun tersirat. </p>
<p>Hypolitus (170-235 M), seorang teolog dan tokoh Gereja Katolik di kota Roma, Italia, menyinggung saat kelahiran Yesus di dalam teks <em>Komentar Nabi Daniel</em> (204 M). Di dalam teks tersebut tertulis Yesus dilahirkan “<a href="http://dec25th.info/Textual%20Tradition%20of%20Hippolytus%20Commentary%20on%20Daniel.html">di Bethlehem, 8 hari sebelum kalender Januari (25 Desember), pada hari keempat (Kamis),…</a>”. Hypolitus menggunakan perhitungan <a href="https://www.timeanddate.com/calendar/julian-calendar.html">kalender Julian</a>, yaitu kalender yang berpatokan pada rotasi bumi terhadap matahari, dan mulai diterapkan oleh Julius Caesar pada tahun 45 SM.</p>
<p><strong>2. Menurut <em>Calculation Theory</em></strong></p>
<p>[<a href="https://ifl.web.baylor.edu/sites/g/files/ecbvkj771/files/2022-11/ChristmasArticleKelly.pdf">Teks <em>De Pascha Computus</em> (243 M) yang merupakan penjelasan seputar perhitungan penetapan Paskah, dan keterangan dari sejarawan Kristen, Sextus Julius Africanus (160-240 M), dapat dirujuk sebagai dasar penghitungan tanggal kelahiran Yesus</a>]. Berdasarkan sumber tersebut, penetapan tanggal kelahiran Yesus dapat dihitung dengan berpatokan pada tanggal kematian Yesus. Yesus wafat di kayu salib pada tanggal 25 Maret (kalender Julian). </p>
<p>Tradisi Yahudi meyakini peristiwa awal mula dikandung dalam rahim atau kelahiran dari orang suci terjadi pada tanggal dan bulan yang sama dengan peristiwa kematian <a href="https://intellectualtakeout.org/2017/11/the-myth-of-the-pagan-origins-of-christmas/%22%22">(<em>integrative age</em>),</a>. Dari asumsi teologis ini, disimpulkan bahwa inkarnasi, atau penjelmaan roh dalam wujud manusia, dari Yesus Kristus terjadi pada 25 Maret ketika Yesus dikandung di dalam rahim Maria.</p>
<p>Dari tanggal 25 Maret inilah kemudian disimpulkan secara hipotetis bahwa Yesus lahir 9 bulan setelah dikandung, yaitu tanggal 25 Desember. Cara perhitungan dengan menggunakan asumsi teologis semacam ini dikenal dengan istilah <a href="https://www.jstor.org/stable/23358685"><em>Calculation Theory</em></a>.</p>
<p>Berdasarkan teori itu, penetapan saat kelahiran Yesus tidak ada kaitannya dengan perayaan <em>sol invictus</em>, <em>saturnalia</em> dan <em>mithras</em> karena perayaan-perayaan pagan tersebut tidak jatuh pada 25 Desember.</p>
<p><a href="https://www.academia.edu/5499535/Steven_Hijmans_Sol_Invictus_the_Winter_Solstice_and_the_Origins_of_Christmas_"><em>Sol invictus</em></a> kemungkinan dirayakan pada 8, 9, atau 28 Agustus, 19 atau 22 Oktober, atau 11 Desember. <a href="https://www.etsjets.org/files/JETS-PDFs/58/58-2/JETS_58-2_299-324_Simmons.pdf"><em>Saturnalia</em></a> dirayakan antara tanggal 17- 23 Desember. Terkait <a href="https://www.historyhit.com/facts-about-the-cult-of-mithras/"><em>Mithras</em></a>, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa kultus ini dirayakan pada 25 Desember.</p>
<h2>Rujukan teks terkait perayaan Natal</h2>
<p>Terkait bukti perayaan Natal sebelum abad 4 M, ada beberapa teks yang dapat dirujuk. Tiga diantaranya adalah <a href="https://archive.org/details/didascaliaaposto00gibsuoft/didascaliaaposto00gibsuoft/page/18/mode/2up?view=theater&q=Epiphany%22%22"><em>Didascalia Apostolorum</em></a>, <a href="https://archive.org/details/bookofpontiffsli0000unse"><em>Liber Pontificalis</em></a> dan <a href="https://www.academia.edu/105846268/December_25th_and_the_Epistle_of_Theophilus"><em>Epistle of Theophilus</em></a>. Ketiga teks tersebut memberikan informasi kehidupan Gereja perdana seputar aturan moral, peribadatan, dan daftar para Paus, pemimpin tertinggi gereja Katolik Roma.</p>
<p><em>Didascalia Apostolorum</em> adalah kumpulan tulisan yang muncul sekitar tahun 250 M. Teks ini menyinggung perihal perayaan <em>Epifani</em> (Penampakan). Gereja Katolik merayakan Epifani untuk memperingati kedatangan tiga orang majus (orang-orang bijak) ke kandang Bethlehem. Gereja Kristen Timur dan Ortodoks merayakan Epifani untuk memperingati peristiwa pembaptisan Yesus. Di dalam tradisi umat Kristen Timur, Ortodoks, dan Katolik, perayaan Epifani merupakan salah satu rangkaian dari perayaan Natal. <em>Didascalia Apostolorum</em> dapat menjadi bukti petunjuk bahwa Natal sudah dirayakan sebelum abad 4 M.</p>
<p><a href="https://archive.org/details/didascaliaaposto00gibsuoft/didascaliaaposto00gibsuoft/page/18/mode/2up?view=theater&q=Epiphany%22%22">Di dalam teks tersebut</a>, dikatakan bahwa perayaan Epifani dirayakan pada tanggal 6 Januari dalam kalender Julian. Jika dikonversi ke <a href="https://www.timeanddate.com/calendar/julian-gregorian-switch.html">kalender Gregorian</a>, kalender yang juga berpatokan pada rotasi bumi terhadap matahari dan kita gunakan sejak tahun 1582 M hingga saat ini, perayaan Epifani jatuh pada tanggal 25 Desember.</p>
<p>Bukti yang lebih kuat adalah <em>Liber Pontificalis</em>. Teks ini berisikan semacam biografi singkat para paus. <a href="https://archive.org/details/bookofpontiffsli0000unse">Di dalam teks tersebut</a>, dikatakan bahwa Paus Telesphorus yang menjabat dari tahun 125 M - 136 M memerintahkan sebuah perayaan pada malam kelahiran Yesus Kristus. Memang tidak tertera secara eksplisit penetapan tanggal perayaan Natal. Akan tetapi, <em>Liber Pontificalis</em> menjadi bukti bahwa perayaan Natal sudah dirayakan pada awal abad 2 M.</p>
<p>Sementara itu, <a href="https://www.academia.edu/105846268/December_25th_and_the_Epistle_of_Theophilus"><em>Epistle of Theophilus</em></a> menyebutkan tanggal 25 Desember sebagai tanggal perayaan kelahiran Yesus. Teks tersebut menjadi petunjuk bahwa perayaan kelahiran Yesus sudah dilakukan sebelum tahun 196 M, sehingga besar kemungkinan Natal telah dirayakan sebelum itu.</p>
<p>Ketiga teks di atas menunjukkan bahwa asal usul Natal bukanlah perayaan Sol Invictus, Saturnalia, atau Mithras. Perayaan Natal sudah dirayakan oleh umat Kristiani sejak abad 2 M.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/218273/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Martinus Ariya Seta tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Menurut teori sejarah agama, perayaan Natal dirayakan sejak abad 4 M. Benarkah demikian?Martinus Ariya Seta, Dosen, Universitas Sanata DharmaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2179062023-11-23T11:03:09Z2023-11-23T11:03:09ZMenurut Jon Fosse, Tuhan adalah tempat bersandar sehingga sastra dan agama tidak perlu dipertentangkan<p>Dalam kajian sastra, terdapat kecenderungan untuk mempertentangkan agama dan sastra dengan dalih kebebasan. </p>
<p>Kecenderungan semacam ini dapat ditelusuri dari pemikiran Jean Paul Sartre, seorang filsuf dan sastrawan Prancis, yang juga <a href="https://www.nobelprize.org/prizes/literature/1964/sartre/facts/">peraih nobel sastra pada tahun 1964</a>. <a href="https://doi.org/10.1007/BF02772350">Sartre</a> mempopulerkan dalih kebebasan di dalam ateisme, aliran yang tidak mempercayai adanya tuhan, karena menurutnya, kebebasan hanya mungkin jika manusia menolak Tuhan.</p>
<p>Dengan kata lain, jika kebebasan dipahami dengan menggunakan kerangka berpikir Sartre, maka sastra dapat menjadi sarana ekspresi penolakan terhadap agama dan Tuhan.</p>
<p>Namun, hadiah nobel sastra tahun ini sedikit berbeda. Pemenangnya, penulis asal Norwegia <a href="https://universecatholicweekly.co.uk/jon-fosse/">Jon Fosse</a>, adalah seorang Katolik yang taat. Ia bahkan dianggap berhasil menjembatani hubungan antara sastra dan agama dalam karya-karyanya.</p>
<h2>Kebebasan mutlak Sartre</h2>
<p>Baik Fosse maupun Sartre sama-sama menggeluti tema <a href="https://www.britannica.com/topic/existentialism">eksistensialisme</a>, yaitu aliran pemikiran yang menitikberatkan pada pengalaman konkret individual (eksistensi) manusia di dalam memahami dan memaknai keberadaannya sebagai manusia. </p>
<p>Tema penting dalam eksistensialisme adalah segala hal yang berkaitan dengan kerentanan yang menimpa manusia. Martin Heidegger, seorang filsuf dari Jerman, menjadikan tema kerentanan manusia seperti <a href="https://researchspace.ukzn.ac.za/handle/10413/7426">kematian, ketakutan, dan kekuatiran</a> sebagai sorotan utama di dalam studi filsafatnya. Selain itu, manusia tidak lagi diperlakukan sebagai mahkluk ciptaan, tetapi mahkluk yang dibuang oleh Tuhan.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.3390/rel9040110">Bagi Sartre, mahkluk yang terbuang adalah kutukan untuk kebebasan</a>. Kebebasan adalah mutlak dan ini menjadi prinsip yang melandasi nilai. Pembedaan baik dan buruk, bagi Sartre, tidak lagi relevan. Kebebasan dalam memilihlah yang paling pokok dalam memahami manusia. Dengan cara demikian, Sartre ingin menegaskan bahwa tindakan manusia adalah pilihan absolut dari manusia itu sendiri.</p>
<p>Motif tindakan manusia tidak boleh disandarkan pada sosok di luar manusia seperti Tuhan atau institusi, tetapi disandarkan pada manusia itu sendiri.</p>
<p>Tampaknya, Sartre mendambakan gambaran manusia yang heroik, yang mengandalkan dirinya sendiri dalam menghadapi kematian, ketakutan, dan kekuatiran. Sartre percaya, manusia tidak membutuhkan tuntutan apapun dari luar, termasuk dari sosok Tuhan. Manusia sendirilah yang harus menciptakan nilai untuk dirinya sendiri.</p>
<h2>Kesalehan Fosse</h2>
<p>Sementara Fosse adalah kebalikan dari Sartre. Fosse memiliki cara yang berbeda dalam melihat kematian, ketakutan, dan kekuatiran. Menurutnya, ada tuntunan dan uluran tangan yang menjadi sandaran bagi manusia. Inilah yang membedakan eksistensialisme ala Fosse dari eksistensialisme ala Sartre.</p>
<p>Secara implisit, Sartre mengharapkan kekuatan absolut manusia. Sebaliknya, Fosse mengakui keterlibatan sosok Ilahi. Fosse menggambarkan uluran tangan sosok Ilahi ini sebagai metafora cahaya di dalam karyanya yang berjudul <em><a href="https://www.goodreads.com/book/show/78311985-a-shining">A Shining</a></em>. </p>
<p>Fosse percaya, pengalaman akan kematian, ketakutan, dan kekuatiran adalah sebuah jalan yang harus dilalui manusia. Manusia membutuhkan uluran tangan untuk keluar dari pengalaman-pengalaman tersebut. Inilah yang disebut dengan purifikasi (permurnian). Manusia akan ditinggikan atau dimurnikan setelah diuji dengan pengalaman atas kematian, ketakutan, dan kekuatiran.</p>
<p>Jejak pemikiran ini dapat ditelusuri dalam <em>opus magnus</em> (karya agung) Fosse – <em><a href="https://giramondopublishing.com/books/jon-fosse-septology/">Septology</a></em> yang merupakan sebuah novel tanpa tanda titik:</p>
<blockquote>
<p>Bahwa Tuhan mewahyukan diri </p>
<p>dengan menyembunyikan (menyandarkan) diri</p>
<p>dan di dalam ketersembunyian Tuhan </p>
<p>dan di dalam ketersembunyian Tuhan aku dapat bersandar sampai terlupa </p>
</blockquote>
<p>Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa ketersembunyian Tuhan adalah sandaran bagi manusia. Bersandar adalah bahasa metafor untuk mengungkapkan keintiman relasi.</p>
<p>Tuhan yang bersembunyi (<em>Deus absconditus</em>) adalah tema pokok di dalam <a href="https://plato.stanford.edu/entries/mysticism/">mistik</a>, yaitu bentuk kesalehan religius yang sangat menekankan pengalaman keintiman dengan Tuhan. Ritual, tirakat, dan puasa merupakan beberapa contoh usaha untuk mencapai keintiman tersebut. </p>
<p>Di dalam mistik, manusia berada pada posisi tidak berdaya. Ketidakberdayaan manusia ini seringkali disalahpahami sebagai fatalisme, yaitu pandangan filsafat yang meyakini bahwa seseorang sudah dikuasai oleh <a href="https://www.liputan6.com/hot/read/5278107/fatalisme-adalah-pandangan-filosofis-pahami-sifat-contoh-dan-perbedaannya">takdir sejak awal yang tidak dapat diubah</a>.</p>
<p>Namun, <a href="https://www.nytimes.com/2023/10/05/books/review/jon-fosse-appreciation.html">menurut Fosse</a>, ketidakberdayaan manusia perlu dipahami sebagai bentuk keterbukaan dan kerinduan terhadap uluran tangan di tengah usaha kerasnya. Justru karena uluran tangan Tuhanlah, manusia akhirnya dapat menemukan sandaran dalam menghadapi ujian kehidupan. </p>
<p>Paradigma ketidakberdayaan dan metafora cahaya dapat ditemukan juga dalam puisi “<a href="https://www.sepenuhnya.com/2012/02/puisi-padamu-jua-karya-amir-hamzah.html">Padamu Jua</a>” karya Amir Hamzah:</p>
<blockquote>
<p>Habis kikis</p>
<p>segala cintaku hilang terbang</p>
</blockquote>
<p>Lalu setelah mengalami ketidakberdayaan, muncullah metafora cahaya </p>
<blockquote>
<p>Kaulah kandil kemerlap</p>
<p>pelita jendela di malam gelap</p>
<p>melambai pulang perlahan</p>
<p>sabar, setia selalu.</p>
</blockquote>
<p>Cahaya tidak hanya menunggu, tetapi mengajak dan terus mengundang. Kandil (tempat lilin) dan pelita terus melambai agar manusia mendekat. Yang ditonjolkan di dalam puisi tersebut bukan kekuatan super seorang manusia, tetapi kemurahan hati Sang Pemilik Cahaya. </p>
<h2>Kepekaan mendengar</h2>
<p>Bisa dibilang, sosok Fosse adalah anomali dari arus modernisasi teologi yang cenderung digerakkan oleh faham agama akal budi. Faham ini mereduksi agama sekedar sebagai orientasi moral dan cenderung meminggirkan aspek ritual dan mistik. Fosse menyesalkan kecenderungan semacam ini.</p>
<p>Sosok Fosse masih memegang teguh kesalehan ritual dan menggemari tema mistik. Mengunjungi perayaan Ekaristi (perjamuan kudus) adalah rutinitas Fosse di sela-sela kesibukannya menulis. <a href="https://www.thetablet.co.uk/columnists/3/23639/the-convert-honoured-as-this-year-s-nobel-literary-laureate-is-an-adventurous-choice">Menurut pengakuannya</a>, kesalehan ritual adalah hal yang tak terpisahkan di dalam membangun kedekatan dengan Tuhan. Selain itu, <a href="https://lareviewofbooks.org/article/a-second-silent-language-a-conversation-with-jon-fosse/">Fosse adalah penggemar Meister Eckhart</a>, seorang pemikir mistik pada abad pertengahan.</p>
<p>Bagi Fosse, menulis pada dasarnya adalah mendengarkan. Mendengar di sini adalah metafor untuk menggambarkan kemampuan pasif akal budi dalam menerima fenomena sebagaimana adanya sesuai aliran <a href="https://www.britannica.com/topic/phenomenology">fenomenologi</a>.</p>
<p>Apa yang tertulis adalah ungkapan dari apa yang didengarkan. Pilihan kata atau diksi dalam sastra tidak berpretensi untuk mengungkapkan sesuatu yang pasti dan presisi. Diksi sastra membuka ruang untuk berimajinasi dan mencicipi. </p>
<p>Dengan ketajaman pendengarannya, sosok Fosse mampu menyuguhkan kembali keintiman sastra dan agama di tengah tekanan sekularisme dunia barat. Tak heran jika apresiasi terhadap karya Fosse adalah menyuarakan apa yang tak tersuarakan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jon-fosse-memenangkan-nobel-sastra-2023-karena-memberikan-suara-kepada-hal-hal-yang-tidak-dapat-diungkapkan-215257">Jon Fosse memenangkan Nobel Sastra 2023 karena memberikan suara kepada hal-hal yang tidak dapat diungkapkan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/217906/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Martinus Ariya Seta tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jon Fosse, yang baru saja terpilih sebagai peraih hadiah nobel sastra 2023, sering dianggap sebagai sosok yang kembali mempertahankan keintiman sastra dan agama. Mengapa demikian?Martinus Ariya Seta, Dosen, Universitas Sanata DharmaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2170912023-11-11T05:54:52Z2023-11-11T05:54:52Z4 penjelasan psikologis terjadinya aksi solidaritas kolektif bela Palestina: bukan hanya tentang agama<p>Konflik yang terjadi di Jalur Gaza antara pemerintah Israel dan organisasi Hamas asal Palestina telah menjadi perhatian dunia dalam sebulan terakhir ini.</p>
<p>Di Indonesia, pada 5 November 2023 lalu, <a href="https://www.voaindonesia.com/a/gelar-aksi-bela-palestina-ratusan-ribu-orang-padati-monas/7342200.html">ratusan ribu masyarakat</a> dari berbagai daerah dan kalangan, termasuk jajaran petinggi negara dan tokoh masyarakat, menghadiri Aksi Akbar Bela Palestina di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Mereka <a href="https://www.kompas.id/baca/english/2023/11/05/en-perdamaian-di-palestina-harus-terwujud">menyerukan dukungan</a> untuk Palestina dan menyuarakan harapan agar pemerintah Indonesia menunjukkan langkah konkret untuk mendorong perdamaian.</p>
<p>Sebelum konflik kali ini, masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa membela Palestina berlandaskan pada <a href="http://perspektif.ppj.unp.ac.id/index.php/perspektif/article/view/533/266">kesamaan identitas agama</a>, yaitu Islam. Ini karena dalam hampir setiap aksi, persoalan identitas seringkali diyakini sebagai aspek utama yang mengobarkan semangat beraksi.</p>
<p>Faktanya, aksi bela Palestina di Indonesia ini tidak hanya melibatkan umat Islam dan organisasi Muslim, tetapi juga berbagai <a href="https://www.thejakartapost.com/world/2023/11/05/indonesians-join-interfaith-rally-in-solidarity-with-palestine.html">organisasi dan masyarakat lintas agama</a>. Aksi serupa juga terjadi di berbagai negara yang mayoritasnya non-Muslim.</p>
<p><a href="https://www.arabnews.com/node/2400776/world">Di Sri Lanka</a>, contohnya, umat Buddha yang merupakan mayoritas <a href="https://www.tamilguardian.com/content/sri-lankas-sinhala-buddhist-monks-rally-support-israel">melakukan aksi protes</a> di ibukota Colombo atas penyerangan Israel di Gaza. <a href="https://www.democracynow.org/2023/11/3/boston_rally_ceasefire_gaza">Di berbagai negara bagian</a> di Amerika Serikat (AS), negara yang sikap pemerintahnya jelas <a href="https://edition.cnn.com/2023/10/11/politics/presidents-israel-cnn/index.html">mendukung penuh Israel</a>, masyarakat lintas agama <a href="https://www.nytimes.com/2023/11/04/us/protests-israels-gaza.html">turun ke jalan</a> untuk mendukung Palestina, serta memprotes sikap Presiden AS Joe Biden.</p>
<p><a href="https://www.bbc.com/news/uk-67320715">Di Inggris</a>, yang juga sekutu Israel, puluhan ribu warga dari berbagai kota, termasuk London, melakukan aksi protes serupa untuk mendukung Palestina dan menuntut gencatan senjata. Solidaritas terhadap Palestina bahkan <a href="https://www.instagram.com/p/CyR_Jj6ASzX/?igshid=NmdyaWN1b3V0bWFj">disuarakan oleh Jewish Voice for Peace</a>, organisasi komunitas Yahudi pendukung pembebasan Palestina.</p>
<p>Aksi-aksi tersebut menunjukkan adanya fenomena <a href="https://scholar.ui.ac.id/en/publications/palestinian-solidarity-action-the-dynamics-of-politicized-and-rel">solidaritas kolektif</a>, yang menjadi bukti bahwa membela Palestina kini tidak hanya dilandasi oleh kesamaan identitas semata.</p>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/2022-08521-001">Studi-studi psikologi sosial</a> memang menyebutkan bahwa isu identitas menjadi penggerak aksi kolektif yang konsisten. Namun, identitas hanyalah satu dari aspek-aspek lain yang juga sangat penting dalam menggerakkan aksi kolektif.</p>
<p>Setidaknya ada empat alasan lain mengapa orang-orang dengan identitas berbeda ikut melakukan aksi solidaritas terhadap Palestina, berdasarkan aspek psikologi.</p>
<h2>1. Identifikasi isu politik lebih penting daripada kesamaan identitas</h2>
<p>Kesamaan identitas saja tidak cukup dalam menjelaskan aksi kolektif. Tidak semua orang dengan identitas yang sama peduli dengan isu dalam identitasnya. Bahkan, banyak yang menghindari isu ini. Misalnya, <a href="https://jspp.psychopen.eu/index.php/jspp/article/view/7303">mereka dengan identitas keagamaan namun apolitis</a> mungkin tidak terlalu menunjukkan sikap yang kuat dalam isu-isu politik tertentu.</p>
<p>Adapun aspek yang lebih terlihat adalah “<a href="https://psycnet.apa.org/record/2022-08521-001">identifikasi seseorang terhadap kelompok yang menyuarakan isu politis</a>”. Ini mencakup <a href="https://psycnet.apa.org/record/2001-00625-003">keterlibatan, keanggotaan, atau sekadar identifikasi seseorang terhadap kelompok-kelompok aktivis, gerakan sosial, ataupun komunitas yang menghadapi ketidakadilan</a>. Contohnya adalah organisasi HAM, gerakan sosial humanitarian, atau forum yang menyuarakan isu politik tertentu baik yang secara langsung maupun lewat dunia maya.</p>
<p>Contoh lainnya adalah kaum buruh. Identitas sebagai buruh sebenarnya melekat pada banyak orang–tidak hanya kelompok menengah ke bawah. Namun, tidak semuanya tertarik melakukan aksi perjuangan buruh. Mereka yang beraksi atau memiliki solidaritas biasanya adalah memiliki <a href="https://doi.org/10.1002/9780470674871.wbespm163">identifikasi terhadap isu-isu perjuangan politik</a>.</p>
<p><a href="https://bpspsychub.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.2044-8309.2010.02001.x">Studi</a> menunjukkan bahwa identifikasi terhadap kelompok-kelompok ini penting karena mereka biasanya memiliki norma dan tujuan yang jelas dalam memandang suatu isu sosial.</p>
<p>Niatan seseorang melakukan aksi dapat terbentuk ketika mereka–terlepas dari identitas agama masing-masing–merasa terwakili atau memiliki kesamaan dengan kelompok-kelompok aktivis atau gerakan sosial. Jadi, yang penting bukan hanya memiliki agama yang sama, tetapi juga kepedulian senada terhadap isu-isu politik.</p>
<p>Mereka dengan agama berbeda bisa berjejaring juga di lingkaran aktivisme atau gerakan sosial yang memperjuangkan isu lintas agama. Ini juga bisa terjadi dalam dunia maya, seperti gerakan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/articles/c3gldnyzy7ro">boikot produk-produk Israel</a>.</p>
<h2>2. Keyakinan akan adanya kewajiban moral</h2>
<p>Meskipun dipisahkan oleh berbagai identitas, manusia telah lama <a href="https://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev-psych-010814-015355">beradaptasi dengan saling membantu satu sama lain</a>. Mereka yang memiliki kelebihan dapat membantu mereka yang kesulitan, tertinggal, atau mengalami penderitaan. Aksi ini tidak hanya didorong oleh empati, melainkan juga oleh <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ejsp.2675">keyakinan dari kelompok berprivilese mengenai kewajiban mereka terhadap yang lemah</a>.</p>
<p>Misalnya saja dalam konteks <em>Black Lives Matter</em> di AS, berbagai identitas etnis–tidak hanya etnis Afrika-Amerika–<a href="https://compass.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/soc4.13098">ikut beraksi dan menunjukkan solidaritas terhadap perjuangan kesetaraan hak antaretnis</a>.</p>
<p>Inilah yang terjadi pada mereka yang berada jauh dari Gaza dan tidak merasakan langsung penderitaan warga di Palestina, tetapi lantang dalam bersuara membela Palestina. Biasanya, orang-orang yang termasuk kelompok ini <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ejsp.2675">akan merasa bersalah atau malu</a> jika mereka tidak ikut bersuara secara moral. Mereka merasa jadi terdakwa sebagai pihak yang pasif.</p>
<p>Secara psikologis, banyak masyarakat dari seluruh dunia yang merasa memiliki kewajiban moral dalam melindungi anak-anak atau warga sipil yang tidak berdaya di wilayah perang.</p>
<p>Jika tidak bersuara, maka artinya mereka pasif dan tidak berperan seperti semestinya. Ini juga mungkin menjelaskan orang-orang bisa begitu marah terhadap mereka yang tidak mau bersuara–atau memilih diam–dalam mendukung Palestina.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/558913/original/file-20231111-23-7nkgue.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/558913/original/file-20231111-23-7nkgue.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/558913/original/file-20231111-23-7nkgue.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/558913/original/file-20231111-23-7nkgue.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/558913/original/file-20231111-23-7nkgue.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/558913/original/file-20231111-23-7nkgue.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/558913/original/file-20231111-23-7nkgue.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Aksi bela Palestina di London, Inggris, 28 Oktober 2023.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/pro-palestine-rally-march-through-city-2381025289">Wally Cassidy/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>3. Merasakan ketidakadilan yang sama</h2>
<p>Aspek kesamaan pengalaman menghadapi ketidakadilan turut berkontribusi membentuk rasa solidaritas. Banyak komunitas global, terlepas apapun agamanya, yang menilai Israel telah memperlakukan masyarakat Palestina di Gaza secara semena-mena, termasuk penjajahan selama puluhan tahun. </p>
<p>Rasa solidaritas akan lebih mungkin dirasakan oleh mereka yang pernah merasa atau mengalami perlakuan tidak adil terhadap diri mereka sendiri atau kelompoknya.</p>
<p>Genosida yang terjadi pada kelompok Yahudi di masa lalu, misalnya, <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0725513615625239?casa_token=THnMiYjTw0oAAAAA%3A8c_IopEl_gM6L03NfudrxqifCAG1PziUAasYlx6DOkHf3P6wRacJhYHy8Wu1UWcX5TCIEaTvomg">dapat memupuk perasaan solidaritas terhadap berbagai kelompok lain yang mengalami nasib sama</a>. Seperti yang ditunjukkan pada kelompok <a href="https://www.instagram.com/p/CyR_Jj6ASzX/?igshid=NmdyaWN1b3V0bWFj">Jewish Voice for Peace yang justru menyuarakan pembebasan Palestina</a>.</p>
<p>Riset juga menunjukkan bahwa kelompok dengan sejarah diperlakukan tidak adil, seperti kelompok minoritas, <a href="https://www.mdpi.com/2077-1444/11/11/604">dapat lebih merasakan solidaritas terhadap kelompok-kelompok lain yang mengalami hal sama</a>. Misalnya, kelompok minoritas beragama cenderung mendukung hak-hak minoritas seksual karena mereka memiliki kesamaan dalam pengalaman diskriminatif.</p>
<p>Selain itu, persepsi ketidakadilan juga bisa <a href="https://psycnet.apa.org/record/2022-08521-001">menimbulkan emosi dan amarah</a>. Emosi tersebut menjadi kunci bagi seseorang untuk bertindak dalam mengubah keadaan, seperti melakukan atau menginisiasi aksi kolektif dalam membela Palestina.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/558912/original/file-20231111-26-49unl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/558912/original/file-20231111-26-49unl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/558912/original/file-20231111-26-49unl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/558912/original/file-20231111-26-49unl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/558912/original/file-20231111-26-49unl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/558912/original/file-20231111-26-49unl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/558912/original/file-20231111-26-49unl4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Aksi bela Palestina dan seruan gencatan senjata oleh masyarakat di Washington DC, Amerika Serikat, 20 Oktober 2023.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/washington-dc-us-20-oct-2023-2382304637">Johnny Silvercloud/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Kesempatan melakukan aksi</h2>
<p>Di negara demokrasi, penyampaian opini politik adalah hal yang wajar dan positif. Masyarakat era demokrasi dan keterbukaan dapat memperoleh informasi yang lebih luas dengan mudah, sehingga bisa lebih memahami isu yang terjadi.</p>
<p>Ditambah lagi, di negara demokrasi umumnya tidak ada larangan bersuara dan berdemonstrasi, sehingga rakyatnya bisa lebih mendapatkan ruang untuk melakukan aksi solidaritas.</p>
<p>Hal tersebut kemudian mendorong terciptanya aspek persepsi terhadap kemampuan diri dalam bertindak, atau istilahnya adalah <em>efficacy</em>. Menurut <a href="https://psycnet.apa.org/record/2022-08521-001">riset psikologi sosial</a> tahun 2021, aspek <em>efficacy</em> merupakan salah satu faktor penentu dalam terbentuknya aksi solidaritas kolektif. Mereka merasa mampu untuk bebas berekspresi dan berkoalisi dalam menyuarakan ketidakadilan, sehingga mampu pula mendorong individu lainnya untuk saling mendukung dalam menyuarakan isu-isu masyarakat.</p>
<p>Inilah mengapa aksi-aksi solidaritas biasanya dilakukan terutama di <a href="https://samidoun.net/2023/10/calendar-of-resistance-for-palestine-events-and-actions-around-the-world/">negara-negara dengan kecenderungan demokrasi yang baik</a>. Sebaliknya, pada <a href="https://www.channelnewsasia.com/singapore/israel-hamas-conflict-events-public-assemblies-applications-reject-speakers-corner-police-nparks-3852891">negara-negara yang membatasi aktivitas, suara, atau ekspresi politik</a>, warganya mungkin kesulitan menyuarakan dukungan atau solidaritasnya.</p>
<p>Dengan kata lain, aksi bisa tercipta bukan hanya ketika ada persepsi ketidakadilan, kewajiban moral, dan tujuan (identitas terpolitisasi), melainkan juga karena adanya kesempatan dan ruang.</p>
<p>Pada akhirnya, aksi solidaritas kolektif terhadap Palestina menunjukkan sisi positif dari kemanusiaan. Apalagi ini dilakukan tidak hanya oleh satu identitas saja, tetapi oleh berbagai kelompok lintas agama dan ras. </p>
<p>Aksi ini bisa tercipta karena adanya identifikasi dengan jejaring aktivisme atau gerakan sosial, adanya keyakinan akan kewajiban moral, adanya persepsi ketidakadilan, dan adanya kesempatan dalam beraksi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/217091/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joevarian Hudiyana tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Aksi solidaritas membela Palestina terjadi di banyak negara, tidak hanya negara-negara Muslim. Ini menandakan bahwa kesamaan identitas bukanlah satu-satunya alasan mengapa solidaritas terjadi.Joevarian Hudiyana, Assistant Professor, Faculty of Psychology, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2111102023-09-24T04:04:46Z2023-09-24T04:04:46ZAI Jesus: representasi Yesus di era kecerdasan buatan yang bersedia menjawab berbagai pertanyaan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/549778/original/file-20230922-21-pii3vd.png?ixlib=rb-1.1.0&rect=478%2C271%2C1733%2C1142&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Di saluran Twitch AI Jesus, chatbot Yesus menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar masalah personal dan spiritual.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.twitch.tv/ask_jesus">Twitch user ask_jesus</a></span></figcaption></figure><p>Yesus kerap direpresentasikan dengan berbagai cara: <a href="https://global.oup.com/academic/product/jesus-9780195124743?cc=us&lang=en&">dari seorang nabi</a> yang mengingatkan para pengikutnya tentang akhir dunia yang akan segera tiba, hingga seorang <a href="https://www.harpercollins.com/products/jesus-john-dominic-crossan?variant=32130275213346">filsuf yang merefleksikan</a> tentang hakikat kehidupan.</p>
<p>Namun, belum ada yang menyebut Yesus sebagai seorang ahli internet–setidaknya sampai saat ini.</p>
<p>Dalam peran terbarunya sebagai “AI Jesus”, Yesus berdiri, dengan agak canggung, sebagai seorang laki-laki kulit putih, mengenakan jubah coklat-putih bertudung, tersedia 24/7 untuk menjawab setiap dan semua pertanyaan di kanal Twitch-nya, “<a href="https://www.twitch.tv/ask_jesus">ask_jesus</a>” (tanya Yesus).</p>
<iframe src="https://player.twitch.tv/?channel=ask_jesus&parent=theconversation.com&muted=true" width="100%" height="350px"></iframe>
<p>Pertanyaan yang diajukan kepada <em>chatbot</em> Yesus ini berkisar dari yang serius, seperti tentang makna hidup, hingga memintanya melucu. </p>
<p>Meskipun ada banyak pertanyaan-pertanyaan individual yang menarik untuk dibahas, sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=NgRTC7MAAAAJ&hl=en">seorang ahli agama Kristen awal dan perbandingan agama</a>, saya berpendapat bahwa representasi Yesus sebagai “AI Yesus” menunjukkan adanya perubahan menarik terhadap gambaran tokoh spiritual di era AI.</p>
<h2>Menafsirkan ulang Yesus</h2>
<p>Banyak ahli yang telah menggambarkan bagaimana Yesus telah ditafsirkan ulang selama berabad-abad. </p>
<p>Sebagai contoh, ahli agama <a href="https://www.stephenprothero.com/">Stephen Prothero</a> mengemukakan bahwa di Amerika pada abad ke-19, <a href="https://us.macmillan.com/books/9781466806054/americanjesus">Yesus digambarkan sebagai sosok yang berani dan tangguh</a>, mencerminkan maskulinitas kulit putih pada masa itu. Prothero berpendapat bahwa Yesus yang pada dasarnya damai dianggap bertentangan dengan norma-norma gender ini, sehingga kehebatan fisik Yesus lebih ditonjolkan.</p>
<p>Sebaliknya, cendekiawan <a href="https://www.birmingham.ac.uk/staff/profiles/tr/sugirtharajah-rs.aspx">R.S. Sugirtharajah</a>, pada sekitar waktu yang sama di India, menggambarkan <a href="https://www.hup.harvard.edu/catalog.php?isbn=9780674051133">Yesus sebagai seorang mistikus Hindu atau guru</a> oleh para teolog India seperti Ponnambalam Ramanathan. Ini bertujuan untuk membuat Yesus lebih mudah dipahami oleh orang Kristen India dan untuk menunjukkan bagaimana ajaran-ajaran rohaninya dapat diadopsi dengan baik oleh umat Hindu. </p>
<p>Representasi ketiga tentang Yesus terefleksi dalam karya <a href="https://utsnyc.edu/james-cone/">teolog James Cone</a>. Cone menggambarkan Yesus sebagai orang kulit hitam dengan maksud <a href="https://orbisbooks.com/products/a-black-theology-of-liberation-50th-anniversary-edition">untuk menyoroti penindasan yang dialaminya sebagai korban kekerasan politik</a>. Dia juga menunjukkan bagaimana “Kristus Kulit Hitam” menawarkan harapan akan pembebasan, kesetaraan, dan keadilan bagi orang-orang yang tertindas saat ini.</p>
<p>Intinya dari representasi ini bukanlah soal salah satu lebih akurat daripada yang lain, melainkan bahwa Yesus secara konsisten ditafsirkan ulang untuk menyesuaikan dengan norma dan kebutuhan setiap konteks yang baru.</p>
<p>AI Jesus yang melibatkan individu secara <em>online</em> dalam bentuk <em>chatbot</em> menjadi pola reinterpretasi terbaru, dibuat untuk menyesuaikan gambaran Yesus dengan zaman sekarang. Di saluran Twitch AI Jesus, pengguna secara konsisten memperlakukan <em>chatbot</em> Yesus sebagai yang memiliki otoritas dalam masalah pribadi dan spiritual.</p>
<p>Sebagai contoh, seorang pengguna baru-baru ini meminta saran kepada AI Jesus tentang cara terbaik untuk tetap termotivasi saat berolahraga. Sementara itu, pengguna lain ingin tahu mengapa Tuhan mengizinkan perang. </p>
<h2>Cara kerja AI Jesus</h2>
<p>AI Jesus merupakan salah satu contoh teknologi terbaru dalam bidang spiritualitas AI yang tengah berkembang. Para peneliti di bidang spiritualitas AI mempelajari bagaimana spiritualitas manusia dibentuk oleh meningkatnya pengaruh kecerdasan buatan, serta bagaimana AI dapat membantu orang memahami bagaimana manusia membentuk kepercayaan sejak awal. </p>
<p>Misalnya, dalam <a href="https://doi.org/10.9781/ijimai.2021.08.003">artikel tahun 2021 tentang AI dan kepercayaan agama</a>, para ilmuwan–<a href="https://www.uni-bamberg.de/en/aise/team/vestrucci/">Andrea Vestrucci</a>, <a href="https://www.iit.comillas.edu/personas/slumbreras">Sara Lumbreras</a>,dan <a href="https://scholar.google.com/citations?user=KJj_I3EAAAAJ&hl=en">Lluis Oviedo</a>–menjelaskan bagaimana sistem AI dapat dirancang untuk menghasilkan pernyataan terkait kepercayaan agama, seperti–secara hipotesis–“kemungkinan besar Tuhan Katolik tidak mendukung hukuman mati.”</p>
<p>Seiring berjalannya waktu, sistem tersebut dapat merevisi dan mengalibrasi ulang pernyataan-pernyataan ini berdasarkan informasi baru. Sebagai contoh, jika sistem AI terpapar data baru yang menantang keyakinannya, maka secara otomatis sistem tersebut akan menyesuaikan pernyataan-pernyataan di masa depan berdasarkan informasi baru tersebut.</p>
<p>AI Jesus bekerja sangat mirip dengan sistem kecerdasan buatan semacam ini dan menjawab pertanyaan-pertanyaan, di antaranya, seputar agama.</p>
<p>Sebagai contoh, selain mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan perang dan penderitaan, AI Jesus juga menjawab pertanyaan tentang mengapa merasakan kehadiran Tuhan itu sulit. Pertanyaan lainnya: apakah dosa melakukan suatu tindakan yang menyebabkan kerusakan tetapi dilakukan dengan niat baik, dan bagaimana menafsirkan ayat-ayat Alkitab yang sulit.</p>
<p>AI Yesus ini juga terus menyesuaikan jawabannya karena <em>chatbot</em> belajar dari masukan para pengguna dari waktu ke waktu. Misalnya, jika ada pertanyaan serupa yang kerap diajukan, AI Jesus akan merujuk pada interaksi sebelumnya dan menyesuaikan jawabannya, dengan mengatakan: “Saya telah menerima pertanyaan tentang makna Alkitab ini sebelumnya… Namun mengingat pertanyaan yang baru saja Anda ajukan, saya ingin menambahkan bahwa….” </p>
<h2>Spiritualitas AI di luar AI Yesus</h2>
<p>Guru <em>chatbot</em> ini menghadapi persaingan yang semakin ketat dari sumber-sumber spiritualitas AI lainnya. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Orang-orang duduk di kedua sisi bangku sementara avatar di layar di depan menyampaikan khotbah." src="https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/540011/original/file-20230728-23-x19buz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Para pengunjung dan jemaat saat kebaktian yang diselenggarakan oleh kecerdasan buatan di Gereja Santo Paulus, Bavaria, Jerman.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/june-2023-bavaria-f%C3%BCrth-visitors-and-attendees-during-the-news-photo/1258555344?adppopup=true">Daniel Vogl/picture alliance via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebagai contoh, khotbah dalam <a href="https://apnews.com/article/germany-church-protestants-chatgpt-ai-sermon-651f21c24cfb47e3122e987a7263d348">kebaktian gereja ChatGPT yang diselenggarakan baru-baru ini di Jerman</a> dibawakan oleh <em>chatbot</em> yang menyerupai laki-laki kulit hitam berjanggut. Sementara, ada avatar lain yang memimpin doa dan lagu-lagu penyembahan. </p>
<p>Tradisi agama lain juga mulai memberikan pelajaran spiritual melalui AI. Contohnya di <a href="https://voicebot.ai/2022/01/21/meet-the-ai-monk-virtual-human-sharing-buddhist-teachings-in-thailand/">Thailand</a>, <em>chatbot</em> Buddha bernama Phra Maha AI memiliki <a href="https://www.facebook.com/people/%E0%B8%9E%E0%B8%A3%E0%B8%B0%E0%B8%A1%E0%B8%AB%E0%B8%B2%E0%B9%80%E0%B8%AD%E0%B9%84%E0%B8%AD-AI-MONK/100076595477143/">halaman Facebook-nya sendiri</a> tempat ia berbagi pelajaran spiritual, seperti tentang kehidupan yang tidak kekal. </p>
<p>Seperti AI Jesus, dia digambarkan sebagai manusia yang dengan bebas membagikan kebijaksanaan spiritualnya dan dapat dikirimi pesan di Facebook kapan saja, di mana saja selama ada koneksi internet. </p>
<p>Di Jepang, <em>chatbot</em> Buddhis lainnya, <a href="https://www.asahi.com/ajw/articles/14314273">yang dikenal sebagai “Buddhabot”</a>, kini sedang dalam pengembangan tahap akhir. Diciptakan oleh para peneliti dari Universitas Kyoto, Buddhabot telah mempelajari sutra-sutra Buddhis yang nantinya dapat dikutip oleh publik ketika ditanyai pertanyaan-pertanyaan keagamaan.</p>
<p>Dengan semakin banyaknya akses dan pilihan di dunia daring untuk mencari bimbingan dan nasihat spiritual, sulit untuk mengatakan <em>chatbot</em> agama mana yang akan terbukti paling memuaskan secara spiritual. </p>
<p>Bagaimanapun, tren yang sudah berlangsung ribuan tahun dalam membentuk kembali representasi para pemimpin spiritual untuk memenuhi kebutuhan masa kini sepertinya akan terus berlanjut setelah AI Jesus menjadi kehadiran religius.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/211110/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joseph L. Kimmel tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengenakan jubah cokelat-putih berkerudung, chatbot Yesus tersedia 24/7 untuk menjawab setiap dan semua pertanyaan di saluran Twitch-nya, ‘ask_jesus’.Joseph L. Kimmel, Faculty Member (Theology Department), Part-Time, Boston CollegeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2115942023-08-24T06:33:22Z2023-08-24T06:33:22ZAntisemitisme: bagaimana asal-usul kebencian tertua dalam sejarah masih awet hingga saat ini<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/542665/original/file-20180201-123840-1e5ptip.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kaca patri yang menggambarkan legenda orang Yahudi yang mencuri roti sakramental, di Katedral Brussel</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/brussels-belgium-july-26-2012-stained-538586239?src=H5_IJcuC3eG9gYfhBGyOXw-1-17">Shutterstock/jorisvo</a></span></figcaption></figure><p>Antisemitisme tengah menguat. Mulai dari demonstran sayap kanan di Charlottesville, Virginia, dengan yel-yel “Darah dan Tanah” dan plakat “Yahudi tidak akan menggantikan kami” hingga serangan terhadap <a href="https://www.nytimes.com/2017/12/14/opinion/sweden-antisemitism-jews.html">sinagoge di Swedia</a>, serangan pembakaran terhadap <a href="https://www.ynetnews.com/articles/0,7340,L-5074067,00.html">restoran Yahudi di Prancis</a>, dan <a href="https://www.theguardian.com/society/2018/feb/01/antisemitic-incidents-in-uk-at-all-time-high">lonjakan kejahatan kebencian</a> terhadap orang Yahudi di Inggris. Antisemitisme tampaknya telah diberikan kesempatan hidup kembali.</p>
<p>Konflik tak berkesudahan di Timur Tengah telah memperburuk masalah ini karena menimbulkan politik dalam negeri yang memecah belah di Barat. Namun, apakah perkembangan antisemitisme terkait dengan kebangkitan <a href="http://www.chicagotribune.com/news/opinion/editorials/ct-antisemitism-resurgent-trump-nazi-clinton-edit-md-20161028-story.html">populisme sayap kanan</a> atau pengaruh fundamentalisme Islam? </p>
<p>Satu hal yang jelas. Antisemitisme ada dan <a href="https://www.theguardian.com/society/2018/feb/01/antisemitic-incidents-in-uk-at-all-time-high">semakin memburuk</a>.</p>
<p>Antisemitisme muncul dalam setiap aspek kehidupan publik, baik perdebatan di internal <a href="http://www.telegraph.co.uk/news/2018/02/01/anti-semitism-labour-party-helped-fuel-record-number-attacks/">partai politik</a> ataupun dengan tuduhan konspirasi <a href="https://www.buzzfeed.com/markdistefano/the-daily-telegraphs-editor-personally-assured-staff-the?utm_term=.onaMkEOgD#.shELrJO7j">jaringan atau komplotan</a> dalam politik dan bisnis. Aspek lainnya: tuduhan bahwa perilaku predator seksual pesohor Hollywood, Harvey Weinstein, <a href="https://forward.com/news/384669/anti-semitic-alt-right-pounces-on-harvey-weinstein-scandal-to-bolster-consp/">yang dihubung-hubungkan dengan asal-usulnya sebagai orang Yahudi</a>.</p>
<p>Namun, fokus pada konteks antisemitisme modern dapat membuat kita melewatkan sebuah kenyataan yang sangat penting dan menyedihkan. Jeffrey Goldberg, editor majalah The Atlantic, mengatakan dengan tepat bahwa apa yang kita lihat saat ini adalah permusuhan <a href="https://www.theatlantic.com/magazine/archive/2015/04/is-it-time-for-the-jews-to-leave-europe/386279/">kuno dan tertanam kuat</a> terhadap orang Yahudi. Hal ini muncul kembali seiring dengan surutnya peristiwa-peristiwa biadab Perang Dunia II dari ingatan kolektif kita.</p>
<p>Goldberg mengatakan bahwa selama 70 tahun, di bawah bayang-bayang kamp kematian, antisemitisme tidak dapat diterima secara budaya, politik, dan intelektual. Namun, kini “kita menyaksikan … akhir dari sebuah zaman yang tidak biasa dalam kehidupan Eropa, zaman aksi pasca-Holocaust kepada kaum Yahudi”. </p>
<p>Tanpa pemahaman tentang akar kuno antisemitisme, makna kelam dari tren saat ini mungkin tidak sepenuhnya dipahami. Akibatnya, kebencian dapat semakin memengaruhi opini publik.</p>
<p>Antisemitisme disebut sebagai kebencian tertua dalam sejarah sekaligus dapat berlangsung kapan saja. Kebencian ini diukir dari–dan ditopang oleh–preseden kuat dan stereotip yang turun-temurun. </p>
<p>Namun, antisemitisme juga memiliki beragam bentuk untuk mencerminkan ketakutan dan kecemasan terus-menerus akibat dunia yang terus berubah. Jika dipahami dengan cara ini, antisemitisme adalah manifestasi modern dari prasangka kuno–yang menurut beberapa ahli telah ada sejak zaman kuno dan abad pertengahan.</p>
<h2>Tradisi kebencian kuno</h2>
<p>Kata “antisemitisme” dipopulerkan oleh seorang jurnalis Jerman <a href="https://www.jewishvirtuallibrary.org/wilhelm-marr">Wilhelm Marr</a>. Dia menerbitkan tulisan <em>Der Sieg des Judentums über das Germentum</em> (Kemenangan Yahudi atas Kerjermanan) pada 1879. </p>
<p>Secara lahiriah, Marr adalah seorang yang sepenuhnya sekuler dari dunia modern. Dia secara eksplisit menolak tuduhan-tuduhan Kristen kuno yang tidak berdasar dan sudah lama dilontarkan terhadap orang Yahudi. Misalnya seperti pembunuhan atau bahwa orang Yahudi terlibat dalam ritual pembunuhan anak-anak Kristen. </p>
<p>Sebaliknya, ia menggunakan teori-teori yang modis dari akademisi Perancis <a href="https://www.britannica.com/biography/Ernest-Renan">Ernest Renan</a> (yang memandang sejarah sebagai kontes pembentukan dunia antara bangsa Semit Yahudi dan bangsa Arya Indo-Eropa). </p>
<p>Marr berpendapat bahwa ancaman Yahudi terhadap Jerman bersifat rasial. Menurut dia, hal itu lahir dari sifat mereka yang tidak dapat diubah dan merusak, “keunikan kesukuan” dan “esensi asing” mereka. </p>
<p>Seorang antisemit seperti Marr berusaha keras untuk mendapatkan kehormatan intelektual dengan menyangkal adanya hubungan antara ideologi modern dan sekuler mereka dengan kefanatikan takhayul di masa lalu yang irasional. Ini adalah taktik yang digunakan oleh beberapa antisemit kontemporer yang menyelaraskan diri mereka dengan “<a href="http://www.bbc.co.uk/news/magazine-36160928">anti-Zionisme</a>”, sebuah ideologi dengan definisi yang menimbulkan banyak kontroversi. Namun, permusuhan yang terus berlanjut terhadap orang Yahudi sejak zaman pra-modern hingga modern ini memengaruhi banyak orang.</p>
<p>Sejarawan Amerika <a href="https://www.myjewishlearning.com/article/jewish-magic-medieval-anti-semitism/">Joshua Trachtenberg</a> selama Perang Dunia II mencatat: </p>
<blockquote>
<p>Antisemitisme modern yang disebut ‘ilmiah’ bukanlah ciptaan Hitler… hal ini telah berkembang terutama di Eropa tengah dan timur. Di kawasan ini gagasan dan kondisi abad pertengahan bertahan hingga hari ini. Konsepsi abad pertengahan tentang orang Yahudi yang mendasari sikap antipati emosional terhadap telah dan masih berakar kuat di sana.</p>
</blockquote>
<figure class="align-center ">
<img alt="antisemitisme" src="https://images.theconversation.com/files/204467/original/file-20180201-123821-pe0vo4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/204467/original/file-20180201-123821-pe0vo4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/204467/original/file-20180201-123821-pe0vo4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/204467/original/file-20180201-123821-pe0vo4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/204467/original/file-20180201-123821-pe0vo4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/204467/original/file-20180201-123821-pe0vo4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/204467/original/file-20180201-123821-pe0vo4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Situs Holocaust di Auschwitz, Polandia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/barbed-wire-concentration-camp-auschwitz-oswiecim-611903579?src=BEd5igvEsv89Pn78qpRJpQ-1-9">Shutterstock/IgorMartis</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Faktanya, hingga Holocaust, antisemitisme <a href="http://assets.cambridge.org/97805217/73089/excerpt/9780521773089_excerpt.pdf">berkembang di Eropa Barat</a> sama besarnya dengan di Eropa Tengah atau Timur. Sebagai contoh, lihatlah bagaimana masyarakat Prancis terpecah selama 1894 - 1906. Pemicunya adalah kekeliruan tuduhan dan hukuman bagi perwira militer Yahudi, <a href="https://www.britannica.com/biography/Alfred-Dreyfus">Kapten Alfred Dreyfus</a>. Saat itu kaum konservatif berhadapan dengan kaum liberal dan sosialis, kaum Katolik melawan kaum Yahudi.</p>
<p>Namun, ucapan Trachtenberg tidak diragukan lagi saat menyatakan bahwa banyak penggagas antisemitisme modern yang terpengaruh oleh tradisi fanatisme buta terhadap agama berkembang di abad pertengahan. Misalnya, Sergei Nilus, seorang rusia sekaligus Editor buku <a href="http://www.friends-partners.org/partners/beyond-the-pale/english/35.html">Protocols of Zion</a> yang terkenal–sebuah pemalsuan yang kasar dan jelek, tetapi sangat berpengaruh. </p>
<p>Buku ini menuduh adanya konspirasi dunia oleh Yahudi, sedangkan Sergei adalah seorang reaksioner politik, ultra-Ortodoks, dan pemuja hal-hal mistik.</p>
<p>Nilus–yang dirundung ketakutan dan kebencian terhadap moderrnitas yang menantang agama tradisional, hierarki sosial, dan budaya–meyakini kedatangan Antikristus sudah dekat. Mereka yang tidak meyakini keberadaan “para tua-tua Zion” hanyalah korban dari “tipu daya Setan yang paling besar”.</p>
<p>Jadi, antisemitisme modern tidak dapat dengan mudah dipisahkan dari para pendahulunya di zaman pramodern. Seperti yang diamati oleh teolog Katolik, <a href="http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Rosemary_Radford_Ruether">Rosemary Ruether</a>:</p>
<blockquote>
<p>Mitos Yahudi, yang merupakan musuh konspiratif abadi bagi iman, spiritualitas, dan penebusan Kristen, … dibentuk untuk menjadi kambing hitam bagi [penyakit] masyarakat industri sekuler.</p>
</blockquote>
<h2>Antisemitisme zaman antik?</h2>
<p>Beberapa pakar akan melihat ke dunia pra-Kristen dan melihat sikap orang Yunani dan Romawi kuno sebagai asal mula bagi awetnya sikap antisemit. Ahli Studi Agama <a href="https://books.google.co.uk/books/about/Judeophobia.html?id=8jIhYBwkO80C">Peter Schäfer</a> mepercayau sifat eksklusif dari keyakinan monoteistik Yahudi, perasaan angkuh yang tampak sebagai umat pilihan, penolakan untuk kawin campur, ketaatan pada hari Sabat, dan praktik sunat merupakan hal-hal yang menandai orang-orang Yahudi pada masa kuno sebagai umat pilihan.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="antisemitisme" src="https://images.theconversation.com/files/204468/original/file-20180201-123840-3g0net.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/204468/original/file-20180201-123840-3g0net.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/204468/original/file-20180201-123840-3g0net.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/204468/original/file-20180201-123840-3g0net.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/204468/original/file-20180201-123840-3g0net.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/204468/original/file-20180201-123840-3g0net.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/204468/original/file-20180201-123840-3g0net.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Politikus Romawi Kuno, Cicero.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/sculpture-ancient-greek-bust-cicero-717587389?src=wIySyd0OHcWC95m4SIHCVA-1-8">Shutterstock/sibfox</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Usaha menemukan contoh-contoh permusuhan terhadap orang Yahudi dalam sumber-sumber klasik tidaklah sulit. Politikus dan pengacara <a href="https://www.britannica.com/biography/Cicero">Cicero</a>, 106-43 SM, pernah mengingatkan seorang juri tentang “bau emas Yahudi” dan bagaimana mereka “[tetap bersatu]” dan “berpengaruh dalam pertemuan-pertemuan informal”. </p>
<p>Sejarawan Romawi <a href="http://www.britannica.com/biography/Tacitus-Roman-historian">Tacitus</a>, 56-120 M, merasa jijik dengan adat istiadat Yahudi yang “rendah dan menjijikkan”. Dia merasa sangat terganggu dengan rekan-rekan sebangsanya yang telah meninggalkan dewa-dewa nenek moyang dan beralih ke agama Yahudi.</p>
<p>Penyair dan satiris Romawi <a href="https://www.britannica.com/biography/Juvenal">Juvenal</a>, sekitar tahun 55-130 M, juga mengungkapkan rasa jijiknya terhadap perilaku para pemeluk Yahudi. Dia juga mencela orang Yahudi secara umum sebagai pemabuk dan pembuat onar.</p>
<p>Beberapa contoh di atas mungkin menunjukkan adanya antisemitisme di zaman dahulu. Namun, hanya ada sedikit alasan untuk meyakini bahwa orang Yahudi merupakan objek dari prasangka tertentu di luar penghinaan dari orang Yunani dan Romawi terhadap “orang barbar”–terutama orang-orang yang ditaklukkan dan dijajah.</p>
<p>Juvenal sama kasarnya terhadap orang Yunani dan orang asing lainnya di Roma seperti halnya terhadap orang Yahudi. Dia mengeluh dengan pahit: “Saya tidak tahan … kota Roma yang berbau Yunani. Namun, bagian mana dari ampas yang berasal dari Yunani?” Ketika prasangka Juvenal telah diketahui sepenuhnya, komentar-komentar sinisnya tentang orang Yahudi dapat dipahami sebagai pertanda adanya xenofobia yang meluas.</p>
<h2>‘Para pembunuh Kristus’</h2>
<p>Dalam teologi awal orang Kristen kita dapat menemukan dasar-dasar antisemitisme yang paling jelas. Tradisi <a href="https://sourcebooks.fordham.edu/source/chrysostom-jews6.asp">Adversus Judaeos</a> (argumen yang menentang orang Yahudi) telah ada sejak awal sejarah agama ini. </p>
<p>Sekitar tahun 140 M, seorang pembela Kristen <a href="http://www.newadvent.org/cathen/08580c.htm">Justin Martyr</a> mengajar di Roma. Dalam karyanya yang paling terkenal, <em>Dialogue with Trypho the Jew</em> (Dialog dengan Trypho orang Yahudi), Justin berusaha keras menjawab Trypho ketika dia menunjukkan kontradiksi orang Kristen yang mengaku menerima kitab suci Yahudi tetapi menolak untuk mengikuti Taurat (kitab Yahudi).</p>
<p>Justin menjawab bahwa perintah hukum Yahudi hanya ditujukan kepada orang Yahudi sebagai hukuman dari Allah. Meskipun masih menerima kemungkinan keselamatan orang Yahudi, ia berpendapat bahwa perjanjian lama telah selesai. Dia mengatakan kepada Trypho: “Engkau harus memahami bahwa [karunia-karunia kemurahan Allah] yang sebelumnya ada di antara bangsamu telah dialihkan kepada kami.”</p>
<p>Namun, keprihatinan Justin sebenarnya bukan pada orang Yahudi, melainkan dengan sesama orang Kristen. Saat <a href="http://www.jcrelations.net/The+Parting+of+the+Ways.2237.0.html?L=3">perbedaan antara Yudaisme dan Kekristenan masih kabur</a> dan sekte-sekte saling bersaing mendapatkan pengikut, ia berusaha keras untuk mencegah orang-orang Kristen non-Yahudi untuk mematuhi Taurat. Tujuannya agar mereka tidak berpaling sepenuhnya kepada Yudaisme.</p>
<p>Pencelaan orang Yahudi adalah bagian utama dari strategi retorika Justin. Dia menuduh Yahudi bersalah karena menganiaya orang-orang Kristen dan telah melakukannya sejak mereka “telah membunuh Kristus”. Tuduhan yang buruk ini kemudian dilontarkan lagi dalam karya-karya Bapa Gereja lainnya, <a href="http://www.newadvent.org/cathen/14520c.htm">seperti Tertulianus</a> (160-225 M) yang menyebut “sinagoge Yahudi” sebagai “air mancur penganiayaan”.</p>
<p>Tujuan dari penggunaan kata makian tersebut adalah untuk menyelesaikan perdebatan internal jemaat Kristen. “Orang Yahudi” dalam tulisan-tulisan ini adalah simbolis. Tuduhan-tuduhan tersebut tidak mencerminkan perilaku atau kepercayaan orang Yahudi yang sebenarnya. </p>
<p>Ketika Tertulianus berusaha menyanggah <a href="http://www.newadvent.org/cathen/05169a.htm">ajaran dualisme</a> dari bidaah Kristen <a href="http://www.newadvent.org/cathen/09645c.htm">Marcion</a> (sekitar tahun 144 M), ia perlu menunjukkan bahwa Allah yang pendendam dalam Perjanjian Lama merupakan Allah yang penuh belas kasihan dalam Perjanjian Baru. Caranya, dia menampilkan orang-orang Yahudi sebagai orang-orang yang sangat jahat dan sangat layak untuk menerima kemarahan yang benar. </p>
<p>Dengan demikian, Tertulianus berargumen, bahwa perilaku orang Yahudi dan dosa-dosa orang Yahudi menjelaskan perbedaan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.</p>
<p>Untuk menunjukkan kebencian yang aneh ini, Tertulianus menggambarkan orang Yahudi sebagai orang yang menyangkal para nabi, menolak Yesus, menganiaya orang Kristen, dan pemberontak Tuhan. </p>
<p>Stereotip-stereotip tersebut kemudian membentuk sikap orang Kristen terhadap orang Yahudi sejak akhir zaman kuno hingga abad pertengahan. Akibatnya, komunitas Yahudi rentan terhadap gelombang persekusi. Tengoklah tragedi pembantaian, <a href="http://www.historyofyork.org.uk/themes/norman/the-1190-massacre">York pada tahun 1190</a>, hingga “pembersihan etnis”, seperti yang terlihat pada <a href="https://www.britannica.com/topic/anti-Semitism/Anti-Semitism-in-medieval-Europe">pengusiran</a> dari Inggris pada 1290, Prancis pada 1306, dan Spanyol pada 1492.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="antisemitisme" src="https://images.theconversation.com/files/204469/original/file-20180201-123843-1nv6rrj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/204469/original/file-20180201-123843-1nv6rrj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=972&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/204469/original/file-20180201-123843-1nv6rrj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=972&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/204469/original/file-20180201-123843-1nv6rrj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=972&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/204469/original/file-20180201-123843-1nv6rrj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1222&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/204469/original/file-20180201-123843-1nv6rrj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1222&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/204469/original/file-20180201-123843-1nv6rrj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1222&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Potret Martin Luther oleh Lucas Cranach, 1529.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/martin-luther-14831546-portrait-by-lucas-252139612?src=AlG0spO37TvumEsHbrvynA-1-8">Shutterstock/EverettHistorical</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun prasangka buruk ini membikin banyak orang menderita, antisemitisme sebagai sebuah konsep justru lebih sering terjadi karena kekuatan simbol dan retorikanya. Sejarawan Amerika <a href="http://www.history.ac.uk/reviews/review/1558">David Nirenberg menyimpulkan</a> bahwa “anti-Yahudi adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk hampir semua masalah, sebuah senjata yang dapat digunakan di hampir semua bidang”.</p>
<p>Senjata ini telah digunakan selama berabad-abad dengan efek yang menghancurkan. Ketika Martin Luther <a href="http://www.christianitytoday.com/history/people/theologians/martin-luther.html">menggelegar menentang Kepausan</a> pada 1543, ia mengecam Gereja Roma sebagai “Sinagoge Iblis” dan ortodoksi Katolik sebagai “Yahudi” dalam keserakahan dan materialismenya. </p>
<p>Pada 1790, seorang konservatif Anglo-Irlandia <a href="https://www.britannica.com/biography/Edmund-Burke-British-philosopher-and-statesman">Edmund Burke</a> menerbitkan manifestonya: <em>Reflections on the Revolution in France</em>, dan mengutuk kaum revolusioner sebagai <a href="http://www.nybooks.com/articles/2014/03/20/imaginary-jews/">“pialang Yahudi”</a> dan “Yahudi Tua”. </p>
<h2>Dari Marxisme ke Hollywood</h2>
<p>Meskipun Karl Marx sebagai <a href="http://www.nytimes.com/books/first/w/wheen-marx.html">keturunan Yahudi</a>, paham Marxisme sejak awal kelahirannya telah tercemar oleh antisemitisme. Pada 1843, <a href="https://www.britannica.com/biography/Karl-Marx">Karl Marx</a> mengidentifikasi kapitalisme modern sebagai hasil dari <a href="https://www.marxists.org/archive/marx/works/1844/jewish-question/">Proses “Yudaisasi” orang Kristen</a>: </p>
<blockquote>
<p>“Orang Yahudi telah membebaskan dirinya dengan cara Yahudi, tidak hanya mencaplok kekuatan uang tetapi juga melalui dia dan juga terpisah darinya. Uang telah menjadi kekuatan dunia dan semangat praktis orang Yahudi telah menjadi semangat praktis orang Kristen. Orang-orang Yahudi telah membebaskan diri mereka sendiri sejauh orang-orang Kristen telah menjadi orang Yahudi … Uang adalah tuhan Israel yang cemburu, yang di hadapannya tidak ada tuhan lainnya yang dapat bertahan … Allah orang Yahudi telah disekulerkan dan telah menjadi tuhan dunia.</p>
</blockquote>
<p>Masih ada orang-orang, dari seluruh spektrum politik, yang bersiap menggunakan apa yang disebut Nirenberg sebagai "bahasa pertentangan paling kuat yang tersedia” dalam wacana politik Barat–biasanya menggunakan istilah konspirasi, jaring, dan jaringan. </p>
<p>Pada 2002, media New Statesman yang berhaluan kiri memuat artikel-artikel karya Dennis Sewell dan John Pilger. Keduanya memperdebatkan keberadaan “lobi pro-Israel” di Inggris. </p>
<p>Artikel-artikel mereka, bagaimanapun, terbukti tidak terlalu kontroversial dibandingkan dengan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/File:New_Statesman_cover_January_14,_2002.jpg">ilustrasi sampul</a> yang dipilih untuk memperkenalkan tema ini. Mereka menggunakan kiasan-kiasan yang sudah dikenal tentang intrik-intrik rahasia Yahudi dan dominasi mereka dalam kepentingan nasional: Bintang Daud berwarna emas yang disandarkan di bendera Inggris, dengan judul: “Sebuah Konspirasi Kosher?” </p>
<p>Tahun berikutnya, anggota parlemen veteran dari Partai Buruh, Tam Dalyell, <a href="http://www.independent.co.uk/news/uk/politics/dalyell-attacks-jewish-cabal-103285.html">menuduh</a> perdana menteri saat itu, Tony Blair, “terlalu dipengaruhi oleh komplotan penasihat Yahudi (<em>cabal of Jewish advisers</em>)”. Bahasa tersebut masih digunakan sampai sekarang.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/FYPKiKbZayY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Di sisi kanan, kelompok supremasi kulit putih cepat memproyeksikan fantasi mereka tentang penyimpangan dan kekuasaan Yahudi ke dalam peristiwa-peristiwa kontemporer–meski tampak tidak relevan. Terlihat jelas pada bulan Agustus 2017, persoalan masa depan <a href="https://theconversation.com/a-museum-of-confederate-statues-could-help-end-the-american-civil-war-82934">tugu peringatan yang mengagungkan para pemberontak</a> atas kelompok <em>union</em> (pendukung bentuk negara Amerika Serikat saat ini) dan membela perbudakan selama Perang Saudara Amerika menjadi fokus perdebatan sengit di AS. </p>
<p>Di <a href="https://theconversation.com/uk/topics/charlottesville-attack-41864">Charlottesville, Virginia,</a> para demonstran yang memprotes pemindahan patung Jenderal Konfederasi Robert E Lee, mulai meneriakkan “Yahudi tidak akan menggantikan kita”. Ketika jurnalis Elspeth Reeve menanyakan alasannya, sang demonstran menjawab bahwa <a href="http://www.esquire.com/news-politics/videos/a57009/charlottesville-vice-documentary/">kota itu “dijalankan oleh komunis Yahudi”</a>.</p>
<p>Ketika The New York Times menerbitkan tuduhan pelecehan seksual serius oleh Weinstein pada bulan Oktober 2017, kelompok sayap kanan cepat menganggapnya sebagai perwakilan dari “musuh abadi yang berkonspirasi” bagi seluruh masyarakat Amerika. </p>
<p>David Duke, mantan ketua Ku Klux Klan, <a href="https://forward.com/news/384669/anti-semitic-alt-right-pounces-on-harvey-weinstein-scandal-to-bolster-consp/">menulis di situs webnya</a> bahwa “kisah Harvey Weinstein… adalah sebuah studi kasus tentang sifat korosif dari dominasi Yahudi atas industri media dan budaya kita”.</p>
<h2>‘Kebencian di zaman kita…’</h2>
<p>Menanggapi bahasa seperti itu, Emma Green dari The Atlantic <a href="https://www.theatlantic.com/politics/archive/2017/08/nazis-racism-charlottesville/536928/">berkomentar dengan jitu</a> tentang bagaimana “daya tahan kiasan anti-Semit dan mudahnya kiasan tersebut meluncur ke dalam segala bentuk fanatisme buta. Ini menjadi pengingat yang mengerikan bahwa kebencian di zaman kita berirama dengan sejarah dan dengan mudah disalurkan melalui desas-desus anti-Semit yang tak lekang oleh waktu.”</p>
<p>Tren melonjaknya <a href="https://www.theguardian.com/society/2018/feb/01/antisemitic-incidents-in-uk-at-all-time-high">pertunjukan kejahatan antisemit</a> merupakan bahaya yang nyata. Cara berpikir yang aneh tentang dunia ini selalu berpotensi mengubah kebencian terhadap simbol Yahudi menjadi penganiayaan terhadap orang Yahudi. Sejak meningkatnya insiden antisemit sejak 2017, kita saat ini dihadapkan pada prospek yang meresahkan bahwa fanatisme buta sedang ‘dinormalisasi’. </p>
<p>Sebagai contoh, Kongres Yahudi Eropa menyatakan “<a href="http://www.telegraph.co.uk/news/2017/08/31/anti-semitism-normalised-poland-jewish-congress-warns/">keprihatinan besar</a>” atas peningkatan tindakan antisemit di Polandia di bawah pemerintahan Hukum dan Keadilan sayap kanan yang memenangkan pemilihan parlemen 2015 dengan nyaris mutlak.</p>
<p>Kelompok tersebut mengatakan bahwa pemerintah “menutup … komunikasi dengan perwakilan resmi komunitas Yahudi”. Ada juga “proliferasi ‘slogan-slogan fasis’ dan komentar-komentar yang meresahkan di media sosial dan televisi, serta pengibaran bendera-bendera kelompok nasionalis … dalam upacara-upacara kenegaraan”.</p>
<p>Menanggapi kekhawatiran ini, sebuah survei yang menyelidiki antisemitisme di Uni Eropa dihelat pada 2018. Survei ini dipimpin oleh Badan Uni Eropa untuk Hak Asasi Manusia. </p>
<p>Direktur badan tersebut, Michael O'Flaherty, <a href="https://eurojewcong.org/news/news-and-views/major-eu-antisemitism-survey-planned-2018/">berkomentar</a>, dengan tepat, bahwa: “Antisemitisme tetap menjadi kekhawatiran besar di seluruh Eropa meskipun ada upaya berulang kali untuk membasmi prasangka kuno ini.” </p>
<p>Mengingat dalamnya akar sejarah fenomena antisemitisme dan kemampuannya yang dapat diciptakan kembali kapan pun, kita akan sangat mudah untuk menjadi pesimis mengenai prospek upaya lain untuk “membasminya”. </p>
<p>Kesadaran historis akan sifat antisemitisme dapat menjadi sekutu kuat bagi mereka yang ingin melawan prasangka. Kiasan dan sindiran kuno mungkin saja <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2018/feb/08/brexit-antisemitic-dog-whistle-daily-telegraph-george-soros">tersembunyi di balik selubung modern</a>, tetapi tuduhan-tuduhan yang diucapkan dengan lembut tentang “lobi” dan “komplotan” konspiratif harus diakui sebagai sesuatu yang nyata: mobilisasi bahasa dan ideologi kebencian kuno tidak boleh ada lagi di zaman kita.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/211594/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gervase Phillips tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Insiden antisemit terus meningkat di seluruh dunia. Untuk memahami kebencian modern ini, kita perlu melihat ke masa lalu dan memahami asal-usulnya.Gervase Phillips, Principal Lecturer in History, Manchester Metropolitan UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2016412023-05-23T09:37:24Z2023-05-23T09:37:24ZAgama dan moralitas: mengungkap kisah kehidupan religius para pekerja seks<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/527756/original/file-20230523-23-rpzbm1.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C1%2C665%2C415&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">shutterstock</span> </figcaption></figure><p>Tanya* bercerita pada saya tentang betapa pentingnya <a href="https://www.bbc.co.uk/religion/religions/christianity/subdivisions/methodist_1.shtml">Kristen Metodist</a> baginya. Kami berbincang melalui <em>video call</em>, sehingga saya bisa sedikit melihat ruang tamunya di latar belakang. Ruang tamu itu juga merupakan ruang kerja Tanya, perempuan berusia 50 tahun yang bekerja penuh waktu sebagai pekerja seks virtual - ia menjual jasa seksnya melalui telepon dan <em>webcam</em>.</p>
<p>Bagi Tanya, mencari nafkah sebagai pekerja seks sama sekali tidak bertentangan dengan keyakinan agamanya. Tanya memberi tahu saya bahwa ia memiliki klien laki-laki yang curhat padanya tentang kesenangannya mengenakan pakaian perempuan. Klien itu mau terbuka padanya karena mereka berdua memiliki identitas agama yang sama.</p>
<blockquote>
<p>Dia (klien) mulai berbicara banyak … dia bercerita, saya mendengarkan … dia bilang dia pergi ke gereja setiap hari Minggu dan menjadi penatua (pejabat) gereja. Dia terbuka soal itu. Saya bilang padanya bahwa dulu saya selalu menghadiri sekolah Minggu. Kemudian kami merasa terhubung, karena saya tidak terkejut dengan apa yang ia ceritakan pada saya. Dia bertanya apakah saya masih pergi ke gereja sekarang. Saya bilang tidak, tapi saya masih berdoa dan percaya pada Tuhan, dan menurutnya itu bagus.</p>
</blockquote>
<p>Tanya meyakinkan kliennya untuk “tidak perlu merasa bersalah” dan bahwa apa yang mereka lakukan tidak “salah”. Dia bahkan mengatakan kepadanya: “Saya yakin ada orang lain yang rutin ke gereja namun melakukan hal ini juga”.</p>
<p>Tanya adalah salah satu dari 11 pekerja seks yang saya ajak berbincang, yang semuanya memiliki keyakinan agama dan spiritual.</p>
<p>Saya ingin mencari tahu bagaimana dua pilihan hidup yang tampaknya berlawanan ini dapat saling berhubungan dan dijalani bersamaan. Saya menemukan orang-orang seperti Tanya, yang bercakap-cakap dengan klien mereka tentang Tuhan dan agama. Saya juga berbincang dengan perempuan yang menggunakan agama sebagai alat untuk menarik klien atau sebagai taktik untuk mendapatkan lebih banyak uang atau, dalam beberapa kasus, melindungi diri mereka sendiri ketika merasa terancam. </p>
<p>Saya menemukan bahwa agama dan spiritualitas dapat menciptakan hubungan yang unik dan pengalaman yang bermakna bagi para pekerja seks dan kliennya.</p>
<p>Kisah Tanya menunjukkan bagaimana pengalaman kerja tidak hanya memiliki satu dimensi dan tidak hanya tentang menjual seks demi uang. Mereka bisa mendapat banyak makna. Seperti yang dikemukakan oleh jurnalis Melissa Gira Grant dalam <a href="https://www.versobooks.com/books/1568-playing-the-whore">bukunya</a>, bahwa pekerja seks menuntut peran keterampilan sosial dan empati secara rutin.</p>
<p>Penelitian PhD saya mencoba menyoroti realitas kehidupan sehari-hari para pekerja seks religius, yang mencakup pengalaman positif dan pengalaman yang membuat stres.</p>
<p>Saya berbicara dengan pekerja seks beragama <a href="https://christianity.org.uk/article/what-is-a-christian-1">Kristen</a>, <a href="https://www.christianity.com/church/denominations/what-is-catholicism.html">Katolik</a>, <a href="https://theconversation.com/what-do-muslims-believe-and-do-understanding-the-5-pillars-of-islam-155023">Islam</a>, <a href="https://www.routesnorth.com/language-and-culture/norse-paganism/#:%7E:text=Sometimes%20known%20as%20heathenry%2C%20Norse,realms%20extending%20out%20from%20it.">Paganisme Nordik</a> dan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25646996/">spiritual</a>. Semua perempuan dalam penelitian ini berusia di atas 18 tahun dan merupakan pekerja seks konsensual.</p>
<h2>Agama, dosa dan ‘moralitas’</h2>
<p>Jadi, bagaimana pandangan agama-agama terhadap pekerja seks?</p>
<p>Penelitian oleh akademisi independen Benedikta Fones <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-031-04605-6_11">mengungkap</a> bahwa dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Baru, representasi pekerja seks biasanya cenderung negatif.</p>
<p>Hal tersebut tidak mengejutkan. Pandangan stereotip religius tentang seks sebelum menikah adalah tidak bermoral, jadi apa bedanya dengan kerja seks? </p>
<p>Fones berpendapat bahwa ide-ide religius ini, tentang pekerjaan seks yang “tidak dapat diterima”, kemudian menyebar ke budaya yang lebih luas.</p>
<p><a href="https://ourarchive.otago.ac.nz/handle/10523/13618">Penelitian menunjukkan</a> bahwa agama Kristen, Yudaisme, dan Islam pada umumnya menganggap kerja seks adalah pekerjaan yang tidak bermoral.</p>
<p>Meski begitu, ada beberapa organisasi keagamaan atau badan amal yang memberikan dukungan penting bagi beberapa pekerja seks. Tapi ada juga “badan amal penyelamat”, yang keberadaannya bertujuan memberi wawasan lebih jauh tentang hubungan kompleks antara pekerja seks dan agama.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A stained glass window depicting Adam and Eve." src="https://images.theconversation.com/files/512018/original/file-20230223-3777-c8nmnb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512018/original/file-20230223-3777-c8nmnb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=352&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512018/original/file-20230223-3777-c8nmnb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=352&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512018/original/file-20230223-3777-c8nmnb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=352&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512018/original/file-20230223-3777-c8nmnb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=442&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512018/original/file-20230223-3777-c8nmnb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=442&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512018/original/file-20230223-3777-c8nmnb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=442&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden di jendela kaca patri di Gereja Katedral Brussel, Belgia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/brussels-belgium-july-26-2012-adam-391219801">Shutterstock/Jorisvo</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sosiolog <a href="https://www.liverpool.ac.uk/sociology-social-policy-and-criminology/staff/gemma-ahearne/research/">Gemma Ahearne</a> <a href="https://plasticdollheads.wordpress.com/2019/08/18/sex-workers-and-faith/">menulis</a> bahwa ada beberapa kelompok agama yang kerap memaksa orang untuk berhenti bekerja di industri seks dan ingin sepenuhnya memberantas kerja seks.</p>
<p>Bukan hanya doktrin agama yang menganggap pekerjaan seks tidak bermoral –– beberapa pekerja seks yang religius juga berpikir demikian. Ini ditemukan dalam <a href="https://www.researchgate.net/publication/282705375_The_Role_of_Religion_among_Sex_Workers_in_Thailand">sebuah penelitian</a> di Thailand pada tahun 2015. </p>
<p>Namun, para perempuan yang saya ajak bicara menolak narasi kutukan agama itu. Bagi mereka, agama dan pekerja seks dapat hidup berdampingan dan keduanya merupakan bagian yang berarti dalam hidup mereka.</p>
<h2>Menggunakan agama untuk mendapatkan lebih banyak uang</h2>
<p>Salah satu penemuan pertama saya adalah bagaimana beberapa pekerja seks menggunakan agama untuk mendapatkan lebih banyak uang. Salah satu contohnya adalah ada seorang pekerja seks yang memanfaatkan simbol Muslimnya untuk meningkatkan daya tawarnya.</p>
<p><strong>Zahra dan Islam</strong></p>
<p>Zahra adalah seorang Muslim kelahiran Inggris berusia 26 tahun. Ia terinspirasi dari perempuan lain yang menggunakan jilbab saat bekerja seks. Dari sini, ia menciptakan alter egonya, dengan mengenakan jilbab saat membuat konten seksual <em>online</em> dan saat bekerja sebagai <em>escort</em> atau pendamping (dalam konteks prostitusi). Zahra berkata:</p>
<blockquote>
<p>Di Twitter … Saya berjejaring dengan seorang perempuan. Dia mengenakan jilbab, bukan dalam kehidupan nyatanya, tetapi menggunakannya untuk menghasilkan lebih banyak uang. Kliennya ada selebriti dan sebagainya, jadi, ya, saya memutuskan untuk menjadi “<em>hoejabi</em>”, begitulah saya menyebutnya, dan saya membuat konten mengenakan jilbab sembari melakukan itu. Dari situlah saya mendapat penghasilan.</p>
</blockquote>
<p>Singkatnya, Zahra menggunakan jilbab dan, berdasarkan pengakuannya, “menghasilkan banyak uang dari itu”.</p>
<p>Namun koeksistensi identitas ini –– sebagai pekerja seks dan individu religius –– tidaklah sederhana, dan harus dikelola melalui proses negosiasi internal secara terus menerus. Zahra juga berbicara panjang lebar tentang permintaan klien yang dia tolak, karena jika menyetujuinya maka itu akan menentang nilai-nilai agama dan moral yang ia yakini.</p>
<p>Dia mengatakan: “Saya pernah menolak beberapa klien, karena mereka meminta saya untuk ‘duduk di atas Al-Qur'an dan orgasme’ atau melakukan posisi ‘menunggangi Al-Qur'an sambil mengatakan ini dan itu’, saya menolak. Buat saya, itu terlalu ekstrim.”</p>
<p>Jadi, meskipun Zahra menggunakan agamanya dan menseksualisasi simbol-simbol Islam, seperti jilbab, untuk mendapatkan lebih banyak uang, dia tetaplah seorang perempuan Muslim. Dia percaya pada Allah dalam kehidupannya. Dia menetapkan batasan dalam pekerjaannya untuk memastikan bahwa dia tidak bertentangan dengan keyakinan agamanya sendiri.</p>
<p>Tetapi seksualisasi agama dengan cara ini bisa menimbulkan risiko.</p>
<p>Pada 2015, mantan pemeran film porno Mia Khalifa membintangi suatu film sambil mengenakan jilbab. Akibatnya, dia menerima ancaman pembunuhan dan dikritik keras oleh beberapa orang di komunitas Muslim. Beberapa mengklaim ia <a href="https://www.bbc.co.uk/news/newsbeat-30721981">mengecewakan iman Islam</a> (meskipun Khalifa sendiri dibesarkan sebagai Katolik).</p>
<p>Namun terlepas dari kontroversi seputar filmnya, Khalifa menjadi salah satu bintang yang paling dicari di situs film dewasa Porn Hub.</p>
<p>Menjadi seorang Muslim sekaligus pekerja seks mungkin berisiko, tetapi bagi Zahra, ini adalah sesuatu yang positif dan memberdayakan.</p>
<p>Dan dia tidak sendirian. Ada kelompok Muslim bernama <a href="https://twitter.com/FullDecrim"><em>Muslims for Full Decrim</em></a> yang anggotanya adalah mantan pekerja seks yang mendukung dekriminalisasi industri seks. Jelas, komunitas agama seperti Islam sangat beragam dan ini tercermin dalam perasaan orang tentang agama dan pekerjaan seks mereka.</p>
<p><strong>Maya, yoga dan spiritualitas</strong></p>
<p>Pekerja seks lain yang saya temui –– perempuan asal Inggris bernama Maya, usia 25 tahun –– menggunakan elemen kehidupan spiritualnya untuk meningkatkan minat klien. Ia menunjukkan kamar tidurnya kepada saya melalui panggilan video. </p>
<p>Maya, seperti Tanya, adalah pekerja seks <em>online</em>, sehingga kamar tidurnya adalah ruang kerjanya. Tapi kamar tidur Maya juga merupakan tempatnya berlatih yoga. Dia mengatakan bahwa dia melakukan yoga di depan kamera untuk kliennya:</p>
<blockquote>
<p>Ini (yoga) memberikan jalinan spiritual yang bagus, klien saya mengatakan mereka merasa santai saat menontonnya. Saya pikir ini lebih seperti subkultur … Saya mengirim video diri saya ke situs untuk membuktikan bahwa saya dapat melakukannya [yoga], saya menambahkannya dalam daftar keahlian saya sehingga orang dapat menemukan saya untuk secara khusus melihat saya melakukan itu.</p>
</blockquote>
<p>Bagi Maya, melakukan yoga membuatnya merasa rileks sekaligus terhubung dengan identitas spiritualnya. Terlebih, yoga juga menjadi caranya menghasilkan uang. Ini menunjukkan bagaimana agama dan spiritualitas menjadi lebih beragam dan tidak terlalu terikat oleh <a href="https://www.routledge.com/Researching-New-Religious-Movements-Responses-and-Redefinitions/Arweck/p/book/9780415277556">aturan dan doktrin tradisional</a>.</p>
<p>Maya mengelola keyakinannya secara fleksibel, seperti yang juga dilakukan oleh Zahra.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Silhouette of woman doing a yoga pose." src="https://images.theconversation.com/files/512023/original/file-20230223-730-v9q6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512023/original/file-20230223-730-v9q6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512023/original/file-20230223-730-v9q6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512023/original/file-20230223-730-v9q6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=393&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512023/original/file-20230223-730-v9q6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512023/original/file-20230223-730-v9q6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512023/original/file-20230223-730-v9q6v9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=494&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang perempuan melakukan yoga di sebuah studio.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-woman-practicing-yoga-studio-upward-318285245">Shutterstock/Luna Vandoorne</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pengalaman Maya dan Zahra membuktikan benar adanya permintaan beberapa pengguna jasa seks terhadap aktivitas seksual yang juga melibatkan hal-hal religius. Zahra dan Maya melakukan seksualisasi agama dan spiritualitas mereka saat bekerja seks untuk memenuhi keinginan klien mereka.</p>
<p><strong>Khan, seorang trans penganut Paganisme Nordik</strong></p>
<p>Namun, ada juga perempuan lain yang membutuhkan agama untuk membantu mereka.</p>
<p>Khan, seorang perempuan transgender berusia 41 tahun, dibesarkan sebagai seorang Kristen, tetapi kini menganut Paganisme Nordik (tradisi agama yang mempercayai para dewa). Dia menceritakan pada saya bagaimana dia mengubah jalan agamanya karena merasa ada konflik antara identitas gendernya, identitasnya sebagai pekerja seks dan, khususnya, identitas Kristennya.</p>
<p>Dia mengatakan bahwa menjadi seorang perempuan transgender menimbulkan tantangan jika tetap menjadi seorang Kristiani dan bahwa agama Kristen tidak akan menerima pekerjaannya sebagai <em>escort</em>.</p>
<blockquote>
<p>Saya rasa tidak ada cara untuk “mendamaikan” pekerjaan seks dengan agama Kristen.</p>
</blockquote>
<p>Gagasan religius tentang amoralitas pekerjaan seks inilah yang membuat Khan mencari dan menemukan agama –– Paganisme Nordik –– yang lebih cocok dengan perasaan dan identitasnya. </p>
<p>Praktik Paganisme Nordik beragam dan orang-orang terlibat di dalamnya secara berbeda-beda. Penjelasan tentang <a href="https://www.spiritualityhealth.com/norse-paganism-for-beginners">Paganisme Nordik</a> yang dimuat di spiritualityheath.com menyatakan bahwa ini “adalah praktik spiritual inklusif, terbuka untuk semua orang yang tergerak ke arahnya”.</p>
<p>Inklusivitas yang ditawarkan oleh agama ini tampaknya memungkinkan orang-orang dengan identitas beragam dan terpinggirkan untuk merasa diterima di dalamnya –– dengan kata lain, ini adalah komunitas agama yang bebas dari penilaian.</p>
<p>Bagi Khan, Paganisme Nordik adalah agama yang dapat menerimanya dan telah membantunya untuk mengatasi tantangan yang dia alami sebagai pekerja seks waria dalam iman Kristen.</p>
<p>Pengalaman Khan mendukung gagasan bahwa keyakinan agama menjadi lebih cair dan bahwa orang dapat <a href="https://www.researchgate.net/publication/272160042_Lived_Religion_Faith_and_Practice_in_Everyday_Life">menyesuaikan pilihan agama</a> agar lebih selaras dengan “diri” mereka.</p>
<p>Tapi, seperti diceritakan oleh Tanya, ada pekerja seks Kristen yang tidak merasa berkonflik seperti yang dialami Khan. Keyakinan agama –– bahkan dalam agama arus utama seperti Islam dan Kristen –– beragam dan satu perspektif belum tentu bisa mewakili segala perspektif.</p>
<h2>Meningkatkan kenikmatan seksual</h2>
<p>Topik lain yang juga saya teliti adalah apakah pekerja seks itu sendiri merasakan kenikmatan seksual saat bekerja. Poin ini <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1363460716665781">jarang dibahas</a>.</p>
<p>Menurut sejumlah perempuan yang berbincang dengan saya, selain menikmati seks dengan klien mereka, agama dan spiritualitas juga terkadang dapat meningkatkan kepuasan seks mereka, sehingga mereka merasa lebih terkoneksi.</p>
<p><strong>Amy dan aura spiritual</strong></p>
<p>Contohnya seperti yang dirasakan Amy, aktor porno asal AS berusia 23 tahun yang memiliki identitas spiritual. Perbincangan kami berlangsung selama hampir 3 jam. </p>
<p>Dia mengatakan bahwa menjadi pekerja seks dan memegang nilai spiritual bukanlah dua hal yang saling “berselisih satu sama lain”. Walaupun dalam hidupnya keduanya adalah 2 hal yang terpisah, tetapi terkadang hubungan seksualnya (misalnya, saat dia membuat konten pornografi) bisa sekaligus menjadi pengalaman spiritual.</p>
<blockquote>
<p>Seks bisa menjadi hal spiritual bagi saya … Bahkan meskipun saya tidak memiliki hubungan dengan orang (klien) tersebut dan tidak akan bertemu maupun peduli tentang mereka lagi, atau apa pun itu, saya masih bisa menikmati momen saat melakukannya.</p>
</blockquote>
<p>Amy mengatakan bahwa seks dapat “mematikan otaknya” dan “itu menjadi semacam pengalaman spiritual”. Spiritualitas Amy menyangkut <a href="https://lonerwolf.com/low-or-high-vibration-signs/#:%7E:text=High%20vibrations%20are%20generally%20associated,%2C%20fear%2C%20greed%20and%20depression.">“<em>high vibes</em>”</a>, yakni <em>mood</em> atau aura yang mengandung kualitas positif, seperti cinta, dan “<em>low vibes</em>” yang terkait dengan kualitas negatif, seperti kebencian.</p>
<p>Jadi, bagi Amy, meskipun seks dan spiritualitas adalah 2 hal terpisah, ada juga garis yang kabur yang menghubungkan keduanya, dan beberapa pengalaman seksual saat membuat film porno memberinya “<em>high vibes</em>”.</p>
<p><strong>LRE, astrologi</strong></p>
<p>Pekerja seks lainnya yang saya ajak berbincang mengatakan bahwa seks, bagian dari pekerjaannya, bisa menjadi sangat menyenangkan ketika dia dan kliennya terhubung karena kecintaan yang sama pada astrologi dan tanda bintang.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="An ancient clock showing zodiac signs." src="https://images.theconversation.com/files/512025/original/file-20230223-1458-dycuhu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512025/original/file-20230223-1458-dycuhu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512025/original/file-20230223-1458-dycuhu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512025/original/file-20230223-1458-dycuhu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512025/original/file-20230223-1458-dycuhu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512025/original/file-20230223-1458-dycuhu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512025/original/file-20230223-1458-dycuhu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tanda zodiak pada jam kuno Torre dell'Orologio di St Mark’s Square, Venesia, Italia,</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/astrological-zodiac-signs-on-ancient-clock-1120931675">Shutterstock/Viacheslav Lopatin</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>LRE adalah seorang Perempuan Inggris, 22 tahun, yang bekerja paruh waktu sebagai <em>escort</em> dan pembuat konten seksual. Seperti Amy, identitas spiritual LRE terkadang dapat meningkatkan kenikmatan seksualnya dengan klien.</p>
<blockquote>
<p>Oh, zodiaknya (klien) Sagitarius… kami tengah melakukannya dan kemudian setengah jalan dia bertanya, zodiakmu apa? Saya merespons, ‘kamu adalah klien favorit baru saya’ … dia seperti tertawa dan tersenyum dan saya mengatakan ‘tidak, saya serius, saya suka ketika kamu menanyakan itu’ … dan menurut saya … inilah mengapa ada <em>chemistry</em> (ketertarikan) seksual seperti itu.</p>
</blockquote>
<p>Meskipun pengalaman Amy dan LRE memiliki kesamaan, identitas spiritual mereka hadir dalam pekerjaan seks mereka dengan cara yang berbeda. Pada Amy, identitas spiritualnya belum tentu diketahui oleh sesama aktor porno yang berhubungan seks dengannya. Namun bagi LRE, identitas spiritualnya diketahui dan didiskusikan secara terbuka dengan kliennya.</p>
<h2>Keyakinan sebagai strategi menangani situasi</h2>
<p>Terlepas dari berbagai pengalaman seks yang positif dan sangat memberdayakan yang telah saya dengar, terkadang perlu juga diingat bahwa tidak semua pengalaman pekerja seks itu positif.</p>
<p><strong>Lilly, Kristen Ortodoks</strong></p>
<p>Salah satu contohnya adalah Lilly, perempuan asal Rumania usia 25 tahun, yang bekerja sebagai <em>escort</em>. Dia menganut Kristen Ortodoks dan kini tinggal di Inggris. Dia menceritakan bagaimana dia berdoa melalui pikirannya ketika sedang bersama klien yang membuatnya merasa tidak nyaman:</p>
<blockquote>
<p>Jika saya memiliki masalah atau berpikir ada yang salah dengan orang ini, saya mulai berdoa dalam hati, dan itu membantu saya untuk tidak berpikir karena jika mereka merasa saya sedang takut, mereka akan mengambil kesempatan. Jadi, ketika saya mulai berdoa, saya melupakan rasa takut saya dan pergi dari perasaan itu, sehingga dia akan diam karena dia tidak merasakannya.</p>
</blockquote>
<p>Tantangan keselamatan adalah risiko bahaya yang dihadapi para pekerja seks. Namun, penting untuk mengatakan bahwa setidaknya bagi Lilly, merasa tidak aman dengan klien bukanlah hal yang biasa.</p>
<p>Lilly memberi tahu saya bahwa pekerjaan seks memberinya peluang lebih besar untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak dibandingkan dengan pekerjaan lain yang mungkin tersedia baginya.</p>
<p>Saya memang merasa prihatin karena Lilly, kadang-kadang, dibuat merasa takut oleh kliennya. Tetapi saya juga paham betul bahwa bagi Lilly, pengalaman negatif tersebut tidak melebihi manfaat positif yang ia dapatkan dari pekerjaannya sebagai <em>escort</em>.</p>
<h2>Dekriminalisasi</h2>
<p>Salah satu cara agar pekerja seks bisa <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s13178-021-00636-0">lebih aman</a> adalah dengan mendekriminalisasi industri seks. </p>
<p>Mereka yang menentang dekriminalisasi tampaknya salah paham dan menganggap bahwa semua pekerja seks itu dipaksa, <a href="https://comparativemigrationstudies.springeropen.com/articles/10.1186/s40878-020-00201-5">diperdagangkan</a> atau dieksploitasi. </p>
<p>Bagi sebagian orang, ini benar terjadi, tapi bagi sebagian besar lainnya ini tidak benar. Segala kesalahpahaman bahwa semua pekerja seks adalah korban, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian, merupakan akibat dari stigma dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4730391/">kurangnya pengetahuan</a> tentang industri ini.</p>
<p>Penting juga untuk membedakan antara industri seks yang dikriminalisasi, dilegalkan, dan didekriminalisasi.</p>
<p>Kriminalisasi industri seks membuat semua praktik yang berhubungan dengan pekerjaan seks menjadi ilegal. Legalisasi industri seks adalah ketika bekerja seks menjadi pekerjaan yang legal dengan syarat kondisi tertentu yang ditentukan negara.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Protestors hold a banner that reads: 'Decriminalise sex work safety first'" src="https://images.theconversation.com/files/512031/original/file-20230223-630-hw1m62.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512031/original/file-20230223-630-hw1m62.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512031/original/file-20230223-630-hw1m62.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512031/original/file-20230223-630-hw1m62.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512031/original/file-20230223-630-hw1m62.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512031/original/file-20230223-630-hw1m62.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512031/original/file-20230223-630-hw1m62.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Aksi protes di London pada July 2018.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/protest-against-trumpinspired-law-that-would-1227159718">Shutterstock/Koca Vehbi</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://www.cps.gov.uk/legal-guidance/prostitution-and-exploitation-prostitution">Inggris</a>, misalnya, mengadopsi undang-undang yang sebagian besar telah melegalkan praktik kerja seks, kecuali di Irlandia Utara yang mengadopsi Model Nordik. Namun, beberapa praktik dalam kerja seks, seperti menawarkan layanan seks di jalan dan bekerja dengan pekerja seks lain dalam satu rumah (biasa dianggap rumah bordil) <a href="https://prostitutescollective.net/know-your-rights/">tetap dihukum pidana</a>.</p>
<p>Dekriminalisasi adalah ketika pekerjaan seks tidak dijerat aturan pidana dan para pekerjanya dapat bekerja dengan bebas. Saya mendukung <a href="https://decrimnow.org.uk/the-facts/">dekriminalisasi</a> industri seks secara global karena dalam kondisi inilah pekerja seks dapat melindungi diri mereka sendiri dengan sebaik-baiknya dan ini juga bisa menjadi langkah awal untuk menghapus stigma terhadap mereka.</p>
<p><a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1748895814523024">Penelitian</a> <a href="https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1002680">menunjukkan</a> dekriminalisasi adalah strategi terbaik untuk <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s13178-021-00636-0">mengurangi dampak buruk</a> dari industri seks itu sendiri, terutama untuk para pekerjanya.</p>
<h2>Stigma meningkatkan risiko</h2>
<p>Saya rasa, para perempuan yang saya wawancara sangat mendukung dekriminalisasi industri seks, meskipun tidak semua mempercayainya. Contohnya pengalaman Khan dan LRE, keduanya bekerja sebagai <em>escort</em>.</p>
<p>Khan tinggal dan bekerja di negara bagian AS yang melarang <em>escorting</em>. Jadi, jika kliennya licik, ia bisa mengadukan pihak staf dan keamanan di hotel tempat Khan bekerja bahwa Khan tengah “berkencan”.</p>
<blockquote>
<p>… Amit-amit tapi, jika sesuatu terjadi, seperti misal ada staf atau keamanan (yang mendatangi saya) dan saya akan mengatakan saya sedang berkencan dan orang ini lalu dia tiba-tiba marah…</p>
</blockquote>
<p>Khan terpaksa menyembunyikan pekerjaan seksnya dari staf ketika dia berpotensi dalam bahaya dan takut dituntut. Ini serupa dengan yang dialami LRE di Inggris. Dia menceritakan pada saya bagaimana dia harus menyembunyikan penghasilannya di sekitar kamar hotelnya saat dia melakukan <em>escorting</em>. Ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pencurian dan kekerasan.</p>
<blockquote>
<p>… Jika saya mendapatkan uang, saya simpan £100 di brankas dan sisanya saya simpan saja di sekitar ruangan…</p>
</blockquote>
<p>Semua perempuan yang saya wawancara mengatakan bahwa mereka tidak melaporkan kekerasan atau pencurian yang dilakukan kliennya ke polisi. Hal ini tidak mengherankan, mengingat <a href="https://link.springer.com/book/10.1007/978-3-030-28441-1">bukti</a> yang menunjukkan bahwa perempuan, laki-laki, dan pekerja seks transgender, semuanya berisiko lebih tinggi mengalami pelecehan seksual oleh polisi dibandingkan dengan non-pekerja seks.</p>
<h2>Bukan ‘sekadar’ pekerja seks</h2>
<p>Menurut saya, obrolan saya dengan para pekerja seks menunjukkan bahwa mereka bukan hanya sekadar pekerja seks –– mereka memiliki identitas yang kompleks dan beragam. Kamu ternyata bisa menjadi pekerja seks sekaligus menjadi individu yang religius dan spiritual. </p>
<p>Namun, tidak selalu mudah untuk bisa membangun keseimbangan. Ini merupakan hasil dari kemampuan mengelola identitas dengan konstan dan terampil. Pengalaman Tanya, Maya, Zahra, LRE, Amy, Lilly, dan Khan menggarisbawahi betapa pentingnya mengenali keragaman orang yang bekerja di industri ini.</p>
<p>Meskipun ada juga pengalaman negatif dalam industri seks, perempuan yang saya wawancarai secara keseluruhan merasa diberdayakan oleh profesi mereka. Mereka melihatnya sebagai suatu peluang besar untuk menghasilkan uang dan merasakan pengalaman positif. </p>
<p>Dan, yang terpenting, apa yang mereka kerjakan tidak menghalangi keyakinan agama dan spiritual mereka. Seperti yang dikatakan Zahra kepada saya di akhir diskusi kami:</p>
<blockquote>
<p>…Saya percaya pada Tuhan dan percaya pada Allah dalam kehidupan pribadi saya. Saya percaya akan hal itu.</p>
</blockquote>
<p>Jadi, entah tentang Tanya yang “menghibur” seorang penatua gereja, atau Zahra yang menemukan cara untuk memanfaatkan keyakinannya sebagai Muslim, para perempuan ini telah membuka diskusi baru tentang apa artinya menjadi pekerja seks.</p>
<hr>
<p><em>All names have been changed to protect the identities of those involved.</em></p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/201641/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Agama dan spiritualitas terkadang dapat meningkatkan kepuasan seks mereka, sehingga mereka merasa lebih terkoneksi.Daisy Matthews, PhD candidate in Sociology, exploring the lives of religious and spiritual sex workers, Nottingham Trent UniversityJane Pilcher, Associate Professor of Sociology, Nottingham Trent UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2034802023-04-14T08:09:50Z2023-04-14T08:09:50ZLima hal yang perlu diketahui tentang Antikristus<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/519922/original/file-20230407-16-zcxtun.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lukisan terkait anti kristus</span> </figcaption></figure><p>Dalam sejarah Barat selama 2000 tahun terakhir, tidak pernah ada masa ketika seseorang tidak pernah <a href="https://www.insider.com/apocalypse-end-of-world-predictions-theories-2019-1">meramalkan kiamat</a>.</p>
<p>Dan sekarang, dengan <a href="https://www.who.int/health-topics/climate-change#tab=tab_1">krisis iklim</a> yang tampaknya tidak dapat diatasi, <a href="https://www.abc.net.au/news/2020-09-26/coronavirus-climate-change-disasters-2020-hell-of-a-year/12696260">lonjakan pandemi</a>, <a href="https://www.ft.com/content/6a6bab93-21fc-4bd6-b309-86e394e3869b">kebakaran hutan dan angin topan yang ganas</a>, dan <a href="https://www.bloomberg.com/opinion/articles/2020-06-18/this-nuclear-arms-race-is-worse-than-the-last-one">perlombaan senjata nuklir</a>, tampaknya tidak ada waktu untuk berhenti.</p>
<p>Banyak dari kita merasa, seperti yang dikatakan oleh penyair John Donne dalam “<a href="https://www.poetryfoundation.org/poems/44092/an-anatomy-of-the-world">The Anatomy of the World</a>” pada tahun 1611, “Semuanya hancur berkeping-keping, semua koherensi telah hilang”. </p>
<p>Tradisi Kristen mengatakan kepada kita untuk waspada terhadap Anti kristus, yang akan muncul <a href="https://www.biblegateway.com/passage/?search=1John%202:18">sesaat sebelum kiamat</a>. Banyak sekali tulisan-tulisan Kristen yang telah digunakan untuk mencoba mencari tahu kapan mereka akan datang dan bagaimana kita dapat mengidentifikasinya ketika mereka datang.</p>
<p>Berikut ini adalah lima hal yang perlu diketahui:</p>
<h2>1. Mereka adalah Anak Iblis</h2>
<p>Antikristus adalah manusia yang sangat jahat karena mereka benar-benar berlawanan dengan manusia yang sangat baik, Yesus Kristus. </p>
<p>Sama seperti orang Kristen yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah, demikian pula mereka berpikir bahwa <a href="https://www.britannica.com/topic/Antichrist">Antikristus adalah anak Iblis</a>. Yesus lahir dari seorang perawan. Jadi, Antikristus akan lahir dari seorang wanita yang tampaknya masih perawan, tetapi sebenarnya adalah seorang pelacur. Jika Kristus adalah Allah dalam daging, maka Antikristus adalah Iblis dalam daging.</p>
<p>Dalam Perjanjian Baru Kristen, hanya ada tiga ayat yang menyebutkan tentang Antikristus, semuanya dalam surat Yohanes (1 Yohanes 2.18-27, 1 Yohanes 4.1-6, 2 Yohanes 7). Ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa akhir dunia dapat terjadi kapan saja. </p>
<p>Selama beberapa abad pertama dalam tradisi Kristen, para cendekiawan Gereja mula-mula mulai meneliti berbagai karakter Alkitab lainnya, dan menemukan referensi tentang Antikristus di dalamnya: “pembinasa keji” dalam kitab Daniel dan Matius; “orang durhaka” dan “<a href="https://www.mdpi.com/2077-1444/4/1/77/htm">anak kebinasaan</a>” dalam surat Paulus.</p>
<p>Kitab Wahyu <a href="https://www.britannica.com/topic/Revelation-to-John">menggambarkan sosok tunggal</a> sebagai “binatang dari bumi” dan “binatang dari laut” yang ditandai dengan angka 666. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Lukisan religius anti kristus dengan banyak kepala." src="https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=742&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=742&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=742&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=932&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=932&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363861/original/file-20201016-23-f0d5fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=932&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Lukisan William Blake yang menunjukkan angka setan adalah 666 (1805-1810).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.wikiart.org/en/william-blake/the-number-of-the-beast-is-666">Wikiart</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2. Antikristus adalah seorang tiran dan penipu duniawi</h2>
<p>Pada tahun 1000, garis besar pertama dari dua narasi tentang Antikristus sudah ada berkat seorang biarawan dan kepala biara Benediktin yang lahir sebagai bangsawan bernama <a href="https://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.20110810104321108">Adso dari Montier-en-Der</a> (sekitar tahun 920-92) yang menulis tentang hal tersebut. </p>
<p>Menurutnya, Antikristus adalah seorang Yahudi dari suku Dan dan lahir di Babel. Mereka akan dibesarkan dalam segala bentuk kejahatan oleh para penyihir dan penyihir. Mereka akan diterima sebagai Mesias dan penguasa oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem. Orang-orang Kristen yang tidak dapat diajak untuk masuk ke dalam agamanya, akan disiksa dan bunuh. </p>
<p>Mereka kemudian akan memerintah selama tujuh tahun sebelum dikalahkan oleh malaikat Jibril atau Kristus dan tentara ilahi, sebelum kebangkitan orang mati dan Penghakiman Terakhir. </p>
<h2>3. Paus-paus terdahulu telah dituduh</h2>
<p>Pada tahun 1400, narasi lain tentang Antikristus telah muncul. Sekarang mereka bukan lagi seorang tiran di luar Gereja, melainkan seorang penipu di dalamnya. Singkatnya, mereka adalah Paus atau bahkan institusi kepausan dan Gereja itu sendiri. </p>
<p>Seperti yang dikatakan oleh seorang radikal religius Inggris <a href="https://www.encyclopedia.com/people/philosophy-and-religion/early-christianity-biographies/john-wycliffe">John Wycliffe</a>, </p>
<blockquote>
<p>… Paus jelas-jelas adalah Antikristus, namun bukan hanya satu orang saja … melainkan banyak paus yang memegang posisi tersebut … bersama dengan para kardinal dan uskup gereja.</p>
</blockquote>
<p>Ini adalah posisi tentang Antikristus yang diadopsi oleh kaum Protestan pada abad ke-16 <a href="https://www.history.com/topics/reformation/reformation">Reformasi</a> yakin bahwa ia hidup di akhir zaman. <a href="https://www.christianitytoday.com/history/people/theologians/martin-luther.html">Martin Luther</a> yakin bahwa ia hidup di akhir zaman. Paus, katanya, “adalah Antikristus akhir zaman yang sejati yang telah mengangkat dirinya sendiri dan menentang Kristus”. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Paus sering dicurigai sebagai anti kristus" src="https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363866/original/file-20201016-21-q7kfdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Baik Paus yang baru maupun yang lama, telah dituduh sebagai Antikristus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://images.unsplash.com/photo-1476461386254-61c4ff3a1cc3?ixlib=rb-1.2.1&ixid=eyJhcHBfaWQiOjEyMDd9&auto=format&fit=crop&w=2389&q=80">Unsplash/Nacho Arteaga</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Dia ada banyak</h2>
<p>Di dalam Kekristenan konservatif selama abad terakhir, Antikristus telah berkembang biak. “Anti kristus” telah menjadi suatu hal yang umum dan dapat diterapkan pada berbagai individu, kelompok, dan objek sebagai “yang lain” yang jahat. </p>
<p>Secara umum, prediksi tentang seorang tiran di luar gereja sekarang mendominasi gagasan tentang seorang penipu di dalamnya. </p>
<p>Beberapa presiden Amerika <a href="https://slate.com/news-and-politics/2011/11/white-house-shooter-and-obama-the-antichrist-were-other-presidents-called-the-antichrist.html">menjadi contoh kasus dalam hal ini</a>. Ketika berbicara tentang tuduhan sebagai Antikristus yang biasanya berasal dari kalangan konservatif religius kanan, Ronald Reagan, John F. Kennedy, dan Barack Obama telah disebut-sebut sebagai Antikristus. Donald Trump semakin populer <a href="https://www.abc.net.au/religion/stephen-long-should-we-call-trump-antichrist/12335450">sebagai kandidat yang layak</a> dengan cendekiawan etika D. Stephen Long yang menyatakan bahwa ia mewakili: “bukan satu orang, melainkan sebuah pola politik yang berulang dengan mengambil alih kekuasaan untuk menindas orang miskin dan orang benar”. </p>
<p>Penginjil Amerika Jerry Falwell, yang dikenal karena <a href="https://www.seattletimes.com/nation-world/jerry-falwell-polarizing-preacher-merged-religion-politics-dies-at-73/">pandangan kontroversialnya tentang praktik apartheid, homoseksualitas, Yudaisme, perubahan iklim, dan Teletubbies</a>, <a href="https://slate.com/news-and-politics/2007/05/did-jerry-falwell-think-i-was-the-antichrist.html">pernah berkata</a>: “Antikristus akan menjadi pemimpin dunia, dia akan memiliki kekuatan supranatural”.</p>
<p>Hilary Clinton, sepengetahuan saya, adalah satu-satunya <a href="https://thehill.com/blogs/ballot-box/197138-montana-gop-house-front-runner-calls-hillary-clinton-the-anti-christ">kandidat wanita</a>. Politikus Partai Republik Amerika Serikat, Ryan Zinke, yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dalam Pemerintahan Trump dari tahun 2017 hingga mengundurkan dirinya pada tahun 2019, melontarkan tuduhan tersebut pada tahun 2014. Hillary kemudian <a href="https://www.huffingtonpost.com.au/entry/hillary-clinton-ryan-zinke-antichrist_n_59b87e38e4b02da0e13d4666?ri18n=true">meyakinkannya</a> pada pelantikan Trump, bahwa dia bukan Antikristus.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/chapter/10.1057%2F9780230610354_7">Osama bin Laden</a> adalah sosok yang menjadi favorit hingga kematiannya, seperti halnya Saddam Hussein. </p>
<p>Tanda-tanda binatang buas itu bahkan telah dilihat oleh beberapa orang di <em><a href="https://www.wired.com/2012/12/upc-mark-of-the-beast/">barcode</a></em> supermarket dan <em><a href="https://theconversation.com/what-your-pets-microchip-has-to-do-with-the-mark-of-the-beast-114493">microchip</a></em> hewan peliharaan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Anti kristus membawa hari akhir" src="https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363865/original/file-20201016-23-13hfzlr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Seberapa dekat kita dengan akhir yang berapi-api?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/9ByGZyc1nIo?utm_source=unsplash&utm_medium=referral&utm_content=creditShareLink">Unsplash/Alexandre Boucey</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>5. Antikristus mati pada akhirnya</h2>
<p>Menurut tradisi Kristen, Antikristus pada akhirnya akan dikalahkan oleh tentara Allah di bawah kepemimpinan Kristus dengan Kerajaan Allah (di bumi atau di surga) yang akan mengikutinya. </p>
<p>Jadi terlepas dari penampakannya saat ini, Kekristenan berpegang teguh pada harapan bahwa kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan dan kebaikan pada akhirnya akan menang. </p>
<p>Gagasan inti dari Antikristus - tentang kejahatan yang ada di kedalaman segala sesuatu - memberikan kepada kita semua keharusan etis untuk menanggapi kejahatan dengan serius. Apakah akhir zaman sudah dekat atau belum, kita harus bekerja untuk meminimalkan kejahatan dan memaksimalkan kebaikan saat ini juga.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203480/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Philip C. Almond tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tradisi Kristen mengatakan bahwa Anti kristus akan datang sebelum akhir dunia seperti yang kita ketahui. Siapakah Anti kristus itu? Seperti apakah dia?Philip C. Almond, Emeritus Professor in the History of Religious Thought, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2034792023-04-14T08:09:48Z2023-04-14T08:09:48ZOrang Yahudi, Kristen, dan Muslim menyembah Tuhan yang sama. Ini buktinya.<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/519921/original/file-20230407-28-q4t12r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Agama yang berbeda, tetapi sebenarnya menyembah Tuhan yang sama</span> </figcaption></figure><p>Ada anggapan bahwa Tuhan dalam agama Islam adalah konsep Tuhan yang ganas dan suka berperang, berbeda dengan Tuhan dalam agama Kristen dan Yahudi yang penuh kasih dan belas kasihan. Namun, terlepas dari perbedaan nyata dalam cara mereka mempraktikkan agama mereka, orang Yahudi, Kristen, dan Muslim menyembah Tuhan yang sama. </p>
<p>Pendiri Islam, Muhammad, melihat dirinya sebagai nabi terakhir dalam garis nabi yang menjangkau kembali melalui Yesus hingga Musa, di luarnya ada Abraham dan sampai ke Nuh. Menurut Al-Quran, Tuhan (yang dikenal sebagai Allah) mewahyukan kepada Muhammad: </p>
<blockquote>
<p>“Kitab kebenaran [Al-Quran], membenarkan apa yang sebelumnya, dan [sebelum Dia menurunkan Al-Quran] Dia telah menurunkan Taurat Musa dan Injil Yesus… sebagai petunjuk bagi manusia. </p>
</blockquote>
<p>Dengan demikian, karena Muhammad mewarisi pemahaman Yahudi dan Kristen tentang Tuhan, maka tidak mengherankan jika Tuhan Muhammad, Yesus dan Musa memiliki karakter yang sama rumit dan ambivalen - perpaduan antara kebajikan dan kasih sayang, dikombinasikan dengan murka dan kemarahan. Jika kita taat pada perintah-perintahnya, dia bisa menjadi manis dan ringan. Tetapi kita tidak ingin berada di sisinya yang salah. </p>
<p>Bagi mereka yang berpaling kepada-Nya dalam pertobatan, Tuhan ini (di atas segalanya) penuh belas kasihan dan pengampunan. Namun, mereka yang gagal menemukan jalan itu atau setelah menemukannya, gagal mengikutinya, akan mengetahui penghakiman dan murka-Nya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Muhammad menerima wahyu" src="https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/184653/original/file-20170905-28059-nptn71.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Muhammad menerima wahyu pertama dari malaikat Jibril. Ilustrasi miniatur di atas vellum dari buku Jami’ al-Tawarikh karya Rashid al-Din, yang diterbitkan di Tabriz, Persia, 1307 M.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikimedia images</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bagi orang Yahudi, Tuhan sepenuhnya dinyatakan dalam Taurat (lima kitab pertama Perjanjian Lama). Tuhan dalam Perjanjian Lama adalah baik dan jahat. Dia jauh melampaui kebaikan ketika Dia menyuruh Abraham untuk mempersembahkan putranya kepada Tuhan sebagai korban bakaran. Dia adalah Allah pejuang yang membunuh anak sulung Mesir dan menenggelamkan tentara Firaun. Dia menyetujui pembantaian Elia terhadap 450 nabi Dewa Baal Kanaan kuno. </p>
<p>Namun, Dia juga adalah Allah yang penuh kasih dan pengasih, yang dalam kata-kata yang terkenal dari <a href="https://www.biblegateway.com/passage/?search=Psalm+23&version=ESV">Mazmur 23</a> dalam Kitab Mazmur adalah gembala yang kebaikan dan belas kasihan-Nya menopang para pengikut-Nya sepanjang hari dalam hidup mereka. Dia mengasihi Israel seperti seorang ayah mengasihi anaknya. </p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="pemberkatan di agama Kristen" src="https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=825&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=825&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=825&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1036&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1036&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/184658/original/file-20170905-28030-f4flgm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1036&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hans Meling, Kristus Memberi Berkat-Nya (1478).</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikimedia images</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tuhan Yesus dalam keempat Injil dalam Perjanjian Baru memiliki karakter yang sama ambigunya. Di satu sisi, Yesus berbicara tentang Tuhan yang personal, dengan menyebut-Nya sebagai "Bapa” dalam doa yang Dia sampaikan kepada para murid-Nya. Namun, di balik Allah yang penuh kelembutan dan kasih ini, tetap ada Allah yang kejam dan adil. </p>
<p>Seperti para nabi dalam Perjanjian Lama, Yesus memberitakan malapetaka dan kesuraman. Dia menawarkan kesempatan terakhir kepada Israel dan Allah tidak akan berbelas kasihan kepada mereka yang tidak mengindahkan pesannya. Allah akan datang untuk menghakimi di akhir sejarah. Semua orang akan dibangkitkan. Beberapa orang yang beruntung akan menerima kebahagiaan kekal, tetapi mayoritas orang jahat akan dilemparkan ke dalam api neraka yang kekal.</p>
<p>Begitu juga dengan Tuhan Muhammad. Pada akhir dunia, Allah akan bertindak sebagai Tuhan yang adil. Semua orang mati akan dibangkitkan untuk menerima penghakiman Allah. Tuhan kemudian akan memberi pahala atau menghukum setiap orang di taman-taman firdaus atau api neraka sesuai dengan perbuatan mereka. Setiap orang akan diberikan catatan perbuatannya - di tangan kanan untuk mereka yang akan diselamatkan, di tangan kiri untuk mereka yang akan dikutuk ke dalam api neraka.</p>
<p>Bagi mereka yang diselamatkan, kenikmatan surga telah menanti. Namun, bagi mereka yang mati di jalan Allah, tidak perlu menunggu hari kiamat. Mereka akan langsung masuk surga.</p>
<p>Kunci keselamatan yang paling utama adalah penyerahan diri (“Islam” dalam bahasa Arab) kepada Allah, ketaatan kepada perintah-perintah-Nya sebagaimana diwahyukan dalam Al-Quran dan kesetiaan kepada rasul-Nya, Muhammad. Seperti Tuhan Musa, Allah adalah pembuat hukum. Al-Quran memberikan panduan (yang sering kali bervariasi) kepada komunitas yang beriman dalam hal pernikahan dan hukum keluarga, wanita, warisan, makanan dan minuman, ibadah dan kesucian, peperangan, hukuman untuk perzinahan dan tuduhan palsu atas perzinahan, alkohol, dan pencurian. Singkatnya, ini menjadi dasar dari apa yang kemudian banyak diuraikan dalam hukum syariah. </p>
<p>Umat Muslim, Kristen dan Yahudi menyembah Tuhan yang sama. Namun, terlepas dari hal ini, semua percaya bahwa agama mereka mengandung wahyu yang lengkap dan terakhir dari Tuhan yang sama. Di sinilah asal mula persatuan mereka. Di sinilah juga terletak penyebab perpecahan mereka.</p>
<p>Keyakinan akan kebenaran dari satu agama dan kepalsuan dari agama yang lain membawa konflik yang tak terelakkan antara yang percaya dan yang tidak percaya, yang terpilih dan yang ditolak, yang diselamatkan dan yang terkutuk. Di sinilah letak benih-benih intoleransi dan kekerasan. </p>
<p>Jadi Tuhan Muhammad, seperti Tuhan Yesus dan Musa, memecah belah sebagaimana ia menyatukan, yang menjadi penyebab perselisihan di antara dan di dalam agama-agama ini.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203479/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Philip C. Almond tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pendiri Islam, Muhammad, melihat dirinya sebagai nabi terakhir dalam rangkaian nabi, dimulai dari Yesus hingga Musa, Abraham dan Nuh. Namun, meskipun ketiga agama tersebut menyembah Tuhan yang sama, mereka memecah belah dan juga menyatukan.Philip C. Almond, Emeritus Professor in the History of Religious Thought, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1963572023-03-19T03:28:31Z2023-03-19T03:28:31ZAjaran tradisional agama Buddha tidak mengakui LGBTQ dalam kehidupan biara, tapi ini semua perlahan berubah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/515998/original/file-20230317-19-ttn2kb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=7%2C23%2C5168%2C3422&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi umat Buddha.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/monks-fall-inline-on-sidewalk-994807/">Sadaham Yathra/Pexel</a></span></figcaption></figure><p>Gambaran simbolis biarawati yang bermeditasi dalam sunyi atau biksu yang melantun sering kali menjadi cerminan praktik agama Buddha. Representasi semacam itu kemungkinan membuat ajaran dan praktik Buddha tampak berlandaskan pada norma-norma heteroseksual. Namun, ternyata kini ada banyak diskusi tentang berbagai ekspresi seksualitas dan orientasi seksual manusia dalam literatur Buddhisme pramodern.</p>
<p>Dalam perdebatan kontemporer tentang gender, pendefinisian terkait identitas nonbiner (identitas gender yang tidak merujuk pada laki-laki maupun perempuan) sudah terjadi <a href="https://www.latimes.com/world-nation/story/2022-11-10/himalayan-kingdom-bhutan-lgbtq-revolution">di banyak negara yang mempraktikkan agama kuno ini</a>.</p>
<p>Fokus keilmuan saya adalah gender dan seksualitas dalam Buddhisme. <a href="https://denison.academia.edu/JueLiang">Penelitian saya</a> menunjukkan bahwa kehidupan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/9781119315049.ch5"><em>queer</em></a> (individu dengan orientasi seksual yang bukan heteroseksual, heteronormatif, atau gender biner) dalam konteks penahbisan monastik (pengesahan untuk menjadi biksu atau biksuni) dalam Buddhisme tradisional tampaknya perlahan mulai berubah.</p>
<h2>Etika spiritual</h2>
<p>Monastisisme, ketika individu melepaskan semua ikatan sekuler dan mengabdikan diri untuk pembelajaran serta prakrik kerohanian, bisa dibilang mencerminkan cita-cita tertinggi pemeluk agama Buddha.</p>
<p>Karena dedikasinya dalam kehidupan keagamaan, para biksu (laki-laki) dan biksuni (perempuan) menjadi panutan yang dihormati pemeluk Buddha dan memberikan bimbingan dalam praktik ajaran Buddha. Sebagai imbalannya, umat Buddha biasanya memberikan dukungan material kepada komunitas monastik.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="A statue of Buddha against a backdrop of pillars and reddish stones." src="https://images.theconversation.com/files/494934/original/file-20221112-12-8a4a46.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/494934/original/file-20221112-12-8a4a46.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=889&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/494934/original/file-20221112-12-8a4a46.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=889&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/494934/original/file-20221112-12-8a4a46.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=889&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/494934/original/file-20221112-12-8a4a46.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1118&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/494934/original/file-20221112-12-8a4a46.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1118&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/494934/original/file-20221112-12-8a4a46.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1118&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Buddha dalam posisi duduk.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/MqDEA-4FWL4">Jessica Rigollot for Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Idealisme Buddha terkait pencerahan sering kali sulit dideskripsikan melalui bahasa maupun logika, termasuk pandangan tentang identitas gender. Ini salah satunya ditunjukkan oleh deklarasi populer dalam teks abad pertama, “Vimalakīrti-nirdeśa Sutra,” atau dapat diartikan sebagai “Dalam pencerahan, tidak ada laki-laki atau perempuan.”</p>
<p>Meski demikian, dalam praktiknya, ajaran Buddha sering mengelompokkan umatnya berdasarkan gender laki-laki dan perempuan.</p>
<p>Empat pilar komunitas Buddhis, atau <a href="https://doi.org/10.1007/978-3-030-24348-7_614">sangha</a> – terdiri dari biksuni, biksu, umat perempuan biasa dan umat laki-laki biasa - diatur berdasarkan gender. Struktur gender ini juga berfungsi dalam pengaturan kehidupan monastik: biksu dan biksuni tinggal, belajar, dan berlatih di tempat yang terpisah.</p>
<p>Pengelompokan ini juga berlaku dalam pengajaran kepada publik. Pengaturan tempat duduk biasanya menempatkan para biksu dan biksuni di depan, terpisah secara gender, kemudian umat biasa di belakang, juga dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Mereka yang tidak termasuk dalam kategori laki-laki atau perempuan tidak bisa mendapat tempat yang jelas dalam komunitas Buddha yang ideal ini.</p>
<h2>Perbedaan seksual</h2>
<p>Salah satu contoh di antara kelompok penganut Buddha yang tidak setuju dengan adanya susunan gender biner adalah kelompok <em>queer</em> yang disebut “paṇḍaka”.</p>
<p>Istilah Sanskerta ini dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai individu “tanpa testis.” Ada pula penafsiran yang menyebut mereka sebagai kelompok yang <a href="https://sunypress.edu/Books/B/Buddhism-Sexuality-and-Gender2">gagal menyesuaikan diri</a> dengan ekspektasi peran maskulin secara tradisional. Seorang paṇḍaka bisa saja seseorang yang impoten, baik dari bawaan lahir ataupun yang hanya sesaat, atau seseorang yang hasrat seksualnya bisa dianggap nontradisional. Istilah ini juga dapat diterjemahkan sebagai “<em>queer</em>”.</p>
<p>Sikap dalam agama-agama pramodern di India, termasuk Buddhisme, Hinduisme, dan Jainisme, cenderung meremehkan paṇḍaka atau <em>queer</em>. Mereka dikhawatirkan akan “menggoda” umat lainnya dan, karenanya, tidak diakui dalam <a href="https://sunypress.edu/Books/B/Buddhism-Sexuality-and-Gender2">proses penahbisan kehidupan monastik</a>. Catatan-catatan semacam itu bisa kita temukan dalam literatur Buddhisme awal yang berusia lebih dari 2.000 tahun.</p>
<p>Bahkan, hingga saat ini, untuk diterima menjadi bagian dari kehidupan biara Buddha, seseorang harus memenuhi <a href="https://blogs.dickinson.edu/buddhistethics/files/2021/12/Artinger_21_FD.pdf">sejumlah persyaratan</a>. Ini termasuk memiliki alat kelamin yang jelas.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Buddhist monks with shaved heads and wearing traditional orange robes sit on the floor of a temple." src="https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=750&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/494938/original/file-20221112-12-u7fatx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=943&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Seumur hidup, para biksu Buddha melakukan praktik meditasi dan doa.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/HqGVOC-nydA">Evan Krause for Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pengecualian <em>queer</em></h2>
<p><a href="http://www.leylandpublications.com/gsnewandrecent.htm">Satu masalah</a> tentang penyertaan individu LGBTQ dalam komunitas Buddha adalah bahwa jenis kelamin nonbiner mereka dianggap tidak masuk ke kategori manapun dalam struktur empat pilar sangha. Hal lainnya adalah kekhawatiran terkait upaya menjaga kemurnian dan reputasi ordo monastik selibat (tidak boleh kawin).</p>
<p>Oleh karena itu, kerangka Buddhisme ini menekankan cara menciptakan dan memelihara keteraturan monastik sebagai komunitas teladan etis yang mampu mengejar praktik spiritual.</p>
<p>Dalam Buddhisme, ada keyakinan bahwa apa yang kita tuai dari tindakan moral kita di masa lalu, akan berwujud dalam tubuh kita. Tubuh Buddha yang sempurna dianggap sebagai hasil dari kebajikannya.</p>
<p>Teks Buddhisme tradisional mengajarkan bahwa ekspresi seksual dan <em>queerness</em> memiliki <a href="https://tricycle.org/article/buddhisms-lgbt-history/">implikasi secara etika</a>. Menjadi <em>queer</em> secara seksual menyiratkan seolah adanya karma dari tindakan negatif di masa lalu. Dalam beberapa kasus, ini dijadikan dasar pembenaran untuk mengucilkan mereka dari kehidupan monastik – tetapi bukan dari praktik Buddha secara umum.</p>
<p>Referensi terkait umat Buddha LGBTQ dalam literatur Buddhisme pramodern masih sangat sedikit dan jarang. Kalaupun ada, sebagian besar berupa <a href="https://blogs.dickinson.edu/buddhistethics/files/2021/12/Artinger_21_FD.pdf">perintah untuk membatalkan penahbisan mereka</a> seperti yang termuat dalam literatur tentang Vinaya, yakni istilah terkait kedisiplinan praktisi Buddhisme.</p>
<h2>Pergeseran norma seksual</h2>
<p>Karena kurang terwakili dalam praktik biara Buddha, umat Buddha LGBTQ dalam beberapa dekade terakhir telah berusaha untuk lebih dilibatkan dalam komunitas ini.</p>
<p>Beberapa penampil <a href="https://doi.org/10.1080/0966369X.2021.1997937">kathoey</a> – istilah untuk menyebut perempuan transgender atau laki-laki gay yang tidak sesuai dengan kategori gender tradisional di Thailand – telah menerima penahbisan monastik berdasarkan jenis kelamin mereka ketika lahir. Namun, hal ini tak lepas dari kontroversi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/z63YdzMzBsY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p><a href="https://www.telegraph.co.uk/news/newstopics/howaboutthat/5233282/Thailands-gay-monks-given-good-manners-guide.html">Dewan Sangha Thailand</a>, badan yang mengatur ordo Buddha di Thailand, mencoba untuk melarang praktik-praktik tersebut pada tahun 2009.</p>
<p>Buddhisme Thailand adalah bagian dari tradisi Theravada, dipraktikkan juga di Sri Lanka dan di banyak bagian Asia Tenggara. Di luar tradisi Theravadam dan dalam Mahāyāna dan Vajrayāna, prasyarat untuk memiliki identitas <a href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/adult-health/in-depth/transgender-facts/art-20266812">cisgender</a> agar bisa ditahbiskan sebagai praktisi kehidupan monastik mulai berubah.</p>
<p>Seorang biksu yang tidak ditahbiskan secara penuh dalam tradisi Theravada karena identitas <em>queer</em>-nya, bisa diterima di komunitas Buddha Tibet di India.</p>
<p><a href="https://www.nytimes.com/2007/03/18/books/review/Roach.t.html">Michael Dillon</a>, contohnya, lahir sebagai anak perempuan di London Barat pada tahun 1915 – ia sebelumnya bernama Laura. Ia ditolak untuk mendapat penahbisan secara penuh dalam tradisi Theravada setelah “terungkap” menjadi transgender. Namun, <a href="https://www.google.com/books/edition/Imji_Getsul/WTkYnQAACAAJ?hl=en">Dillon</a> ditahbiskan kembali sebagai biksu pemula dalam tradisi Tibet dan dijanjikan penahbisan penuh – sayangnya ia meninggal sebelum itu terjadi. Dillon menulis <a href="https://www.fordhampress.com/9780823280391/out-of-the-ordinary/">buku pendek</a> tentang perjuangannya mengubah gender dan diterima dalam komunitas Buddha. Dalam bukunya, ia berpendapat bahwa ajaran Buddha harus mengakomodasi definisi gender yang lebih luas.</p>
<p>Contoh lain adanya praktisi monastik yang transgender dan <em>queer</em> di antara penganut Buddha Tibet termasuk <a href="https://tricycle.org/magazine/tenzin-mariko/">Tenzin Mariko</a>, Buddhis Tibet pertama yang secara terbuka mengemban identitas transgender. Mariko yang merupakan mantan biksu dan kontestan Miss Tibet 2015 sekarang menjadi aktivis hak LGBTQ. Dia sering mengatakan bahwa inspirasinya bersumber dari pelatihan monastik dan ajaran Buddha terkait kebaikan.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1163/18785417-bja10010">Tashi Choedup</a>, seorang praktisi monastik transgender, juga pernah menceritakan pengalamannya tentang <a href="https://khamgardrukcollege.org/the-9th-khamtrul-rinpoche-gyalwo-do-khampa-shedrub-nyima/">gurunya</a> yang tidak pernah menanyakan tentang identitas gender mereka, sesuai ajaran Vinaya, selama penahbisannya. Choedup menghadiri <a href="https://www.rootinstitute.ngo/">lembaga monastik</a> Buddha yang inklusif, yang <a href="https://www.buddhistdoor.net/news/buddhist-transgender-monastic-works-for-awareness-and-inclusivity-in-india/">tidak membeda-bedakan gender</a> secara kaku. Choedup sekarang bekerja untuk membangun kesadaran dan inklusivitas bagi komunitas transgender Buddha.</p>
<p>Penafsiran dogmatis tentang keanggotaan dalam komunitas monastik yang membatasi penahbisan kathoey dan Dillon tampaknya mulai berubah. Pengalaman Mariko dan Choedup menunjukkan adanya kemajuan dan menjanjikan perubahan kelembagaan yang lebih luas bagi umat Buddha.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/196357/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jue Liang tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Secara tradisional, untuk diterima menjadi bagian dari kehidupan biara Buddha, seseorang harus memenuhi sejumlah persyaratan, termasuk memiliki identitas seksual yang “jelas”.Jue Liang, Assistant Professor, Denison UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2019542023-03-16T11:05:19Z2023-03-16T11:05:19ZHijab bukan simbol penindasan gender – tapi di Barat, mereka yang memilih untuk memakainya berisiko menghadapi Islamofobia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/515717/original/file-20230316-16-ewng07.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C0%2C666%2C362&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Perempuan Muslim mengenakan jilbab saat berolahraga.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/hijab-girl-exercising-on-walkway-bridge-1247806204">Jacob Lund/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>New York Times pernah mempublikasi <a href="https://theconversation.com/the-trojan-horse-affair-islamophobia-scholar-on-the-long-shadow-cast-by-the-scandal-176281"><em>podcast</em></a> yang membahas tentang dugaan adanya <a href="https://theconversation.com/operation-trojan-horse-examining-the-islamic-takeover-of-birmingham-schools-25764">“Trojan Horse” (sebuah virus) Islamisasi di sekolah-sekolah di Birmingham, Inggris</a>. Dalam <em>podcast</em> tersebut, seorang perempuan Muslim yang bekerja di salah satu sekolah itu menceritakan apa yang terjadi ketika ia mulai mengenakan jilbab.</p>
<p>Kebetulan ia baru saja menikah saat mulai mengenakannya, dan kemudian rekan-rekan kerjanya yang non-Muslim menafsirkan keputusannya menggunakan jilbab adalah atas perintah suaminya. Mereka menganggap bahwa ia tertindas oleh suaminya sendiri.</p>
<p>Nyatanya, seperti yang ia jelaskan kepada pembawa acara podcast tersebut, ia sebelumnya tidak mengenakan jilbab karena takut terhadap satu hal: reaksi bias orang-orang terhadapnya. Ia mulai berani berjilbab ketika merasa lebih percaya diri dan yakin bahwa sekolah akan menjadi tempat yang aman baginya untuk menjadi dirinya sendiri tanpa takut akan dampak Islamofobia.</p>
<p>Di negara Barat, <a href="https://theconversation.com/what-does-islamophobia-feel-like-we-dressed-visibly-as-muslims-for-a-month-to-find-out-66786">mengenakan penutup kepala</a> bagi perempuan adalah simbol Islam yang paling menonjol – dan paling sering disalahpahami. Cara berjilbab perempuan Muslim bisa bermacam-macam, mulai dari memakai cadar atau niqab, hingga hanya menutupi rambut dan tubuh bagian atas dengan kerudung. Gaya berjilbab juga bisa dalam berbagai macam warna dan model, tergantung dari tempat, waktu dan tren.</p>
<p>Beberapa orang kerap menyamakan berjilbab dengan ketidaksetaraan gender dan melihatnya sebagai ancaman terhadap kohesi sosial atau, lebih buruk lagi, mengidentikannya dengan <a href="https://www.bloomsburycollections.com/book/islam-and-the-veil-theoretical-and-regional-contexts/">ekstremisme Islam</a>.</p>
<p>Benar bahwa banyak perempuan yang dipaksa untuk berjilbab <a href="https://www.amnesty.org/en/latest/campaigns/2019/05/iran-abusive-forced-veiling-laws-police-womens-lives/">karena mengikuti aturan hukum</a> maupun budaya masyarakat di daerah atau negaranya. Namun, jika kita menganggap hal itu berlaku sama bagi semua orang, maka anggapan tersebut akan melahirkan stereotip dan mempromosikan iklim rasisme dan Islamofobia yang kemudian akibatnya akan ditanggung oleh semua perempuan Muslim di seluruh dunia.</p>
<p>Mereka yang memilih untuk berjilbab secara tidak langsung harus mengarahkan pandangan, prasangka dan regulasi, pengawasan media, dan <a href="https://www.jstor.org/stable/42843357?seq=5#metadata_info_tab_contents">debat politik</a> yang dihasilkan dari pilihan mereka itu - seringkali tanpa terlibat di dalamnya - dalam kehidupan sehari-hari mereka.</p>
<p>Namun, banyak asumsi yang gagal mengakui bahwa ada berbagai makna dan alasan bagi perempuan yang memilih untuk berjilbab. <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01419870.2016.1159710">Penelitian menunjukkan</a> bahwa bagi banyak dari mereka yang mengenakannya, jilbab bukanlah pakaian yang pasif. Sebaliknya, jilbab seringkali menjadi bagian penting dan integral dari identitas perempuan dan ekspresi atas pilihan pribadi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A woman in a leather jacket sits on a bench in a park with another woman in a pink hijab and marroon coat." src="https://images.theconversation.com/files/454729/original/file-20220328-17748-jg7rno.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/454729/original/file-20220328-17748-jg7rno.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/454729/original/file-20220328-17748-jg7rno.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/454729/original/file-20220328-17748-jg7rno.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/454729/original/file-20220328-17748-jg7rno.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/454729/original/file-20220328-17748-jg7rno.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/454729/original/file-20220328-17748-jg7rno.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Islamaphobia sangat merugikan, baik bagi perempuan yang berjilbab maupun non-Muslim yang dianggap ‘terlihat’ Muslim.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/two-british-muslim-women-meeting-urban-588826043">Monkey Business Images | Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Jilbab bisa menjadi simbol kebebasan</h2>
<p>Ketika memutuskan untuk berjilbab, bagaimana seorang perempuan menegosiasikan pilihan pribadinya tidak selalu sejalan dengan ketakutan akan Islamofobia. Bagi sebagian perempuan, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01419870.2016.1159710">seperti yang ditunjukkan oleh penelitian kami</a>, berjilbab dapat memberdayakan dirinya.</p>
<p>Kami melakukan wawancara individu dan <em>focus group discussions</em> dengan perempuan Muslim di Inggris yang mengenakan jilbab. Seorang responden, bernama Jasmine, mengatakan pada kami:</p>
<blockquote>
<p>Banyak saudara kami sesama perempuan Muslim di beberapa tempat di dunia yang dipaksa memakainya. Kita tidak bisa menyangkal bahwa hal itu terjadi. Dan itu tidak bisa dibenarkan. Tapi untuk saya, saya sendiri yang memilih kapan memakainya dan kapan melepasnya. Saya memilih warna apa yang akan saya kenakan, bukan hanya hitam dan putih.</p>
</blockquote>
<p>Responden lainnya, bernama Khadija, berkata: </p>
<blockquote>
<p>Berjilbab itu luar biasa! Ini adalah pilihan fesyen yang indah sekaligus religius. Laci saya penuh dengan jilbab dengan berbagai warna yang cerah, bahan, dan motif. Saya mencocokkannya dengan pakaian saya dan mengenakannya dengan gaya yang berbeda setiap hari.</p>
</blockquote>
<p>Bagi para perempuan ini, memilih untuk berjilbab menjadi cara untuk menegaskan tentang hak mereka untuk memilih dan mengatur tubuh mereka sendiri. Dengan kata lain, jilbab justru tidak pasif, dan bertolak belakang dengan asumsi penindasan yang dihasilkan oleh pandangan stereotip.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A woman in a blue headscarf and yellow coat poses in front of a pink building." src="https://images.theconversation.com/files/454731/original/file-20220328-23-kcn5o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/454731/original/file-20220328-23-kcn5o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/454731/original/file-20220328-23-kcn5o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/454731/original/file-20220328-23-kcn5o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/454731/original/file-20220328-23-kcn5o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/454731/original/file-20220328-23-kcn5o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/454731/original/file-20220328-23-kcn5o4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Sebagai busana yang ‘aktif’, jilbab memiliki potensi gaya fesyen yang menarik.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/fashion-portrait-young-attractive-muslim-malay-1197876037">mentatdgt | Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Berjilbab juga bisa menjadi hal yang rumit</h2>
<p>Bagi perempuan lainnya, pengalaman berjilbab memberikan nuansa yang berbeda. </p>
<p>Seorang politikus perempuan asal Prancis <a href="https://link.springer.com/book/10.1007/978-3-030-48725-6?noAccess=true">menceritakan pada kami</a> tentang bagaimana ia mencari cara untuk menutup kepalanya agar tidak mencolok guna mencegah munculnya stereotip padanya sebagai perempuan Muslim atau menimbulkan Islamofobia. Dan ia sudah menemukan caranya.</p>
<blockquote>
<p>Saya tidak memakai kerudung untuk sepenuhnya menutupi kepala. Saya menutupi rambut saya dengan sesuatu, seperti topi atau baret, sesuatu yang sesuai dengan budaya Prancis.</p>
</blockquote>
<p>Perancang busana dan <em>blogger</em> <a href="https://www.refinery29.com/en-gb/2016/02/104067/news-uniqlo-hijab-tutorial-hana-tajima">Hana Tajima</a> pernah menyuarakan di media sosial tentang tantangan berjilbab. Dalam salah satu unggahannya, ia menyampaikan bagaimana, di satu sisi, ada orang yang tidak mengerti mengapa ada orang yang ingin berjilbab: “Mereka melihat jilbab sebagai sebuah upaya untuk mengontrol dan memanipulasi perempuan.”</p>
<p>Dan di sisi lain, katanya, “ada orang yang merasa bahwa ketika kita memilih untuk mengenakan jilbab, maka kita memiliki tanggung jawab untuk tetap konsisten mengenakannya.”</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/CWT25GVFByH","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<p>Ia juga menggambarkan tentang adanya tekanan ekspektasi untuk menjadi simbol yang sempurna dari gagasan tentang iman. Sedangkan untuk perempuan secara lebih luas, signifikansi dan makna pakaian mereka kerap ditentukan secara eksternal oleh masyarakat. Tetap saja, mengenakan jilbab seharusnya menjadi pilihan pribadi dan ekspresi iman yang sangat personal.</p>
<h2>Reaksi Islamofobia</h2>
<p><a href="https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.4324/9781003023722-7/misogyny-hate-crimes-gendered-islamophobia-amina-easat-daas">Penelitian menunjukkan</a> bahwa perempuan Muslim yang mengenakan penutup kepala di negara-negara Barat banyak mengalami stigma, misogini, dan rasisme yang lebih luas.</p>
<p>Muslimah yang berjilbab kerap mendapat stigma sebagai ancaman. Jilbab atau cadar mereka seakan menjadi perwujudan visual yang membuat Muslim “berbeda” dari orang pada umumnya.</p>
<p><a href="https://www.taylorfrancis.com/chapters/edit/10.4324/9781003023722-7/misogyny-hate-crimes-gendered-islamophobia-amina-easat-daas">Penelitian kami juga menunjukkan</a> bahwa perempuan Muslim tampaknya menghadapi dampak yang tidak adil dari Islamofobia, mulai dari ditolak dari mendapatkan layanan tertentu hingga diserang secara fisik di depan umum, termasuk dipaksa untuk melepas jilbab mereka di jalan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A mother in a black niqab and a daughter wearing white jeans and a white hijab walk down a shopping street." src="https://images.theconversation.com/files/454727/original/file-20220328-17346-1nae39l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/454727/original/file-20220328-17346-1nae39l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/454727/original/file-20220328-17346-1nae39l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/454727/original/file-20220328-17346-1nae39l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/454727/original/file-20220328-17346-1nae39l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/454727/original/file-20220328-17346-1nae39l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/454727/original/file-20220328-17346-1nae39l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mengarahkan asumsi publik terhadap penggunaan jilbab bisa menjadi pengalaman yang sulit bagi banyak perempuan Muslim di Barat.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/london-uk-august-24-2016-woman-522871231">IR Stone | Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Simbol kemusliman yang terlihat <a href="https://theconversation.com/what-does-islamophobia-feel-like-we-dressed-visibly-as-muslims-for-a-month-to-find-out-66786">berkorelasi</a> secara langsung dengan pengalaman Islamofobia. Namun, kami menemukan bahwa Islamofobia juga berdampak pada orang-orang yang <a href="https://theconversation.com/you-all-look-the-same-non-muslim-men-targeted-in-islamophobic-hate-crime-because-of-their-appearance-85565">bukan Muslim</a>, hanya karena <a href="https://theconversation.com/you-all-look-the-same-non-muslim-men-targeted-in-islamophobic-hate-crime-because-of-their-appearance-85565">penampilan fisik</a> dan warna kulit mereka, serta, menurut <a href="https://www.theguardian.com/money/2004/jul/12/discriminationatwork.workandcareers">penelitian</a>, nama mereka dianggap “terlihat” Muslim.</p>
<p>Rasisme anti-Islam seperti itu menyebabkan banyak Muslim yang makin <a href="https://www.ssoar.info/ssoar/bitstream/handle/document/31845/ssoar-2006-choudhury_et_al-Perceptions_of_discrimination_and_Islamophobia.pdf?sequence=1">didiskriminasi</a> ketika mencoba untuk mendapatkan tempat tinggal maupun mengakses pendidikan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201954/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Asumsi sesat tentang arti jilbab tidak paham betapa integralnya berjilbab dengan identitas perempuan.Irene Zempi, Senior Lecturer in Criminology, Nottingham Trent UniversityAmina Easat-Daas, Lecturer in Politics, De Montfort UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1996812023-02-14T00:37:54Z2023-02-14T00:37:54ZPolitik penistaan: Mengapa Pakistan dan beberapa negara Muslim lain gencar memperketat hukum penistaan agama<p>Pada 17 Januari 2023, Majelis Nasional Pakistan dengan suara bulat memutuskan untuk memperluas <a href="https://theconversation.com/mengapa-negara-negara-mayoritas-muslim-cepat-merespons-dugaan-penistaan-agama-tetapi-sering-mengabaikan-pelanggaran-terhadap-hak-muslim-minoritas-185656">hukum penistaan</a> di negara mereka, yang sebelumnya menjatuhkan hukuman mati bagi orang yang menghina Nabi Muhammad. Aturan baru tersebut kini diperluas untuk juga menghukum tindak penghinaan terhadap sahabat-sahabat Nabi Muhammad – hukumannya adalah <a href="https://www.nytimes.com/2023/01/21/world/asia/pakistan-blasphemy-laws.html">pidana 10 tahun penjara atau penjara seumur hidup</a>.</p>
<p>Banyak aktivis hak asasi manusia (HAM) <a href="https://hrcp-web.org/hrcpweb/amendments-to-blasphemy-laws-create-further-room-for-persecution/">khawatir bahwa perluasan aturan tersebut dapat mengkriminalisasi minoritas</a>, khususnya kelompok Muslim Syiah yang kerap memegang pandangan kritis terhadap pemikiran banyak tokoh Muslim terkemuka pada periode awal sejarah Islam.</p>
<p>Pakistan memiliki <a href="https://www.uscirf.gov/sites/default/files/Blasphemy%20Laws%20Report.pdf">hukum penistaan agama paling ketat kedua di dunia setelah Iran</a>. Selama tiga dekade terakhir, sekitar <a href="https://herald.dawn.com/news/1154036">1.500 warga Pakistan</a> telah dituntut atas tuduhan penistaan agama.</p>
<p>Dalam kasus yang mendapat perhatian internasional, misalnya, seorang dosen bernama Junaid Hafeez mendapat <a href="https://www.dw.com/en/junaid-hafeez-pakistani-academic-given-death-sentence-for-blasphemy/a-51762475">hukuman mati</a> atas tuduhan menghina Nabi di Facebook pada tahun 2019. Vonis tersebut kini tengah melalui proses <a href="https://af.reuters.com/article/worldNews/idAFKBN1YP07F?feedType=RSS&feedName=worldNews">banding</a>.</p>
<p>Meskipun belum ada eksekusi hukuman mati yang berujung dilaksanakan, pembunuhan di luar hukum (<em>extrajudicial killings</em>) terkait penistaan agama kerap terjadi di Pakistan. Sejak tahun 1990, lebih dari <a href="https://www.bbc.com/news/world-asia-46465247">70 orang telah dibunuh</a> oleh massa dan warga atas tuduhan menghina Islam.</p>
<p><a href="https://siapabilang.com/buku-islam-otoritarianisme-dan-ketertinggalan/info">Penelitian saya</a> menunjukkan bahwa dalam sejarahnya, hukum penistaan agama muncul untuk melayani otoritas politik dan agama, dan terus berperan dalam membungkam perbedaan pendapat di banyak negara Islam atau yang mayoritas penduduknya Muslim.</p>
<h2>Penistaan dan kemurtadan</h2>
<p>Dari total <a href="https://www.uscirf.gov/sites/default/files/Legislation%20Factsheet%20-%20Blasphemy_3.pdf">71 negara</a> di dunia yang mengkriminalisasi penistaan agama, 32 di antaranya adalah negara mayoritas penduduk Muslim. Bentuk hukuman dan penegakan hukumnya <a href="https://www.loc.gov/law/help/blasphemy/index.php">bervariasi</a>.</p>
<p>Di Indonesia, misalnya, aturan penistaan agama dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) lama memuat hukuman hingga lima tahun penjara. Mantan Gubernur Jakarta, Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama pernah <a href="https://theconversation.com/di-balik-meningkatnya-kasus-penodaan-agama-di-indonesia-96354">dihukum</a> dua tahun penjara karena dianggap menghina Al-Quran.</p>
<p>Meski <a href="https://theconversation.com/kuhp-disahkan-menjadi-undang-undang-apa-yang-perlu-kita-pahami-196572">KUHP baru</a> di Indonesia yang terbit Desember lalu menghapus terminologi “penodaan agama”, aturan ini tak benar-benar bisa dikatakan hilang dan tetap berpotensi <a href="https://theconversation.com/selain-mengkriminalisasi-seks-di-luar-nikah-kuhp-juga-mengancam-kebebasan-berpendapat-dan-beragama-196216">membatasi kebebasan berekspresi</a>.</p>
<p>Ancaman pidana hukuman mati bagi pelaku penistaan agama juga berlaku di Iran, Pakistan, <a href="https://www.loc.gov/law/help/blasphemy/index.php#Afghanistan">Afghanistan</a>, <a href="https://www.nytimes.com/2019/04/03/world/asia/brunei-stoning-gay-sex.html">Brunei Darussalam</a>, <a href="https://www.uscirf.gov/sites/default/files/Africa%20Speech%20Laws%20FINAL_0.pdf">Mauritania</a> dan <a href="https://berkleycenter.georgetown.edu/essays/national-laws-on-blasphemy-saudi-arabia">Arab Saudi</a>. Di antara negara-negara mayoritas non-Muslim, <a href="https://www.uscirf.gov/sites/default/files/Blasphemy%20Laws%20Report.pdf">hukum penistaan agama yang paling keras terdapat di Italia</a>, dengan hukuman maksimal dua tahun penjara.</p>
<p>Separuh dari 49 negara mayoritas Muslim di dunia memiliki aturan tambahan yang <a href="https://www.pewresearch.org/fact-tank/2016/07/29/which-countries-still-outlaw-apostasy-and-blasphemy/">melarang kemurtadan</a>. Ini berarti seseorang dapat <a href="https://www.loc.gov/law/help/apostasy/index.php">dihukum karena meninggalkan Islam</a>. Semua negara yang memiliki hukum kemurtadan semacam ini adalah negara mayoritas Muslim. Bahkan, pidana kemurtadan sering kali dikenakan sepaket bersama dengan penistaan.</p>
<p>Tindak pidana murtad cukup populer di beberapa negara Muslim. Menurut <a href="https://www.pewforum.org/2013/04/30/the-worlds-muslims-religion-politics-society-overview/">survei Pew</a> tahun 2013, sekitar 75% responden dari negara-negara mayoritas Muslim di Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Selatan mendukung hukum syariah, atau hukum Islam, sebagai hukum resmi negara.</p>
<p>Di antara mereka yang mendukung syariah, sekitar 25% responden yang berada di Asia Tenggara, 50% di Timur Tengah dan Afrika Utara, dan 75% di Asia Selatan, mengatakan bahwa mereka mendukung “eksekusi terhadap individu yang meninggalkan Islam”. Dengan kata lain, mereka mendukung hukuman mati bagi pelaku murtad.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Two firefighters stand in puddles in a burned-out between ." src="https://images.theconversation.com/files/436800/original/file-20211209-13-y067fe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/436800/original/file-20211209-13-y067fe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/436800/original/file-20211209-13-y067fe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/436800/original/file-20211209-13-y067fe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/436800/original/file-20211209-13-y067fe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/436800/original/file-20211209-13-y067fe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/436800/original/file-20211209-13-y067fe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Petugas pemadam kebakaran di sebuah pabrik dibakar oleh massa yang marah di Jhelum, Pakistan, setelah salah satu pegawai pabrik tersebut dituduh menghina Al-Quran, 21 November 2015.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/pakistani-firefighters-stand-in-a-burnt-out-factory-torched-news-photo/498134476?adppopup=true">STR/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Relasi ulama dan negara</h2>
<p>Buku terjemahan saya yang terbit tahun 2019, berujudul “<a href="https://siapabilang.com/buku-islam-otoritarianisme-dan-ketertinggalan/info">Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan</a>” menelusuri hukum penistaan dan hukum kemurtadan di dunia Muslim. Asal muasalnya adalah hubungan bersejarah antara ulama Islam dan pemerintah.</p>
<p>Bermula pada sekitar tahun 1050, beberapa akademisi hukum dan teologi dari kelompok Sunni, yang disebut “ulama”, mulai bekerja sama dengan <a href="https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/V/bo5951736.html">penguasa politik</a> untuk melawan apa yang mereka anggap sebagai pengaruh buruk <a href="https://www.fulcrum.org/concern/monographs/s1784m135#toc">filsuf Muslim</a> bagi masyarakat.</p>
<p>Selama tiga abad, filsuf Muslim telah memberikan kontribusi besar di bidang <a href="https://press.princeton.edu/books/paperback/9780691135267/the-crest-of-the-peacock">matematika</a>, <a href="https://www.press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/T/bo28119973.html">fisika</a> dan <a href="http://press.georgetown.edu/book/georgetown/medieval-islamic-medicine">ilmu pengobatan</a>. Mereka mengembangkan <a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/305233/the-house-of-wisdom-by-jim-al-khalili/">sistem bilangan Arab</a> yang kini digunakan di seluruh negara Barat dan mempelopori penemuan <a href="https://www.hup.harvard.edu/catalog.php?isbn=9780674050044&content=toc">kamera</a> modern.</p>
<p>Banyak ulama konservatif merasa bahwa para filsuf ini terpengaruh oleh <a href="http://cup.columbia.edu/book/a-history-of-islamic-philosophy/9780231132206">filsafat Yunani</a> dan <a href="https://archive.org/stream/renaissanceofisl029336mbp/renaissanceofisl029336mbp_djvu.txt">Islam Syiah</a> yang bertentangan dengan keyakinan Sunni. Tokoh yang paling menonjol dalam konsolidasi tradisi ajaran Sunni adalah ulama Islam ternama, yakni <a href="https://fonsvitae.com/product/the-book-of-knowledge/">Ghazali</a>, yang meninggal pada tahun 1111. </p>
<p>Menurut beberapa <a href="https://www.press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/A/bo16220536.html">literatur</a> yang hingga hari ini masih berpengaruh dan banyak dibaca, Ghazali menyatakan bahwa dua filsuf Muslim terkemuka yang telah lama meninggal, <a href="https://fonsvitae.com/product/hardback-al-ghazali-deliverance-error-al-munqidh-min-al-dalal-works-copy/">Farabi dan Ibnu Sina</a>, telah murtad karena pandangan mereka yang ia anggap berlawanan, terutama tentang kekuasaan Tuhan dan kebangkitan. Pengikut mereka, menurut Ghazali, <a href="https://www.press.uchicago.edu/ucp/books/book/distributed/I/bo3624354.html">layak dihukum mati</a>.</p>
<p>Sejarawan modern <a href="https://uncpress.org/book/9780807856574/the-politics-of-knowledge-in-premodern-islam/">Omid Safi</a> dan <a href="https://global.oup.com/academic/product/al-ghazalis-philosophical-theology-9780195331622?cc=us&lang=en&">Frank Griffel</a> menegaskan bahwa pandangan Ghazali telah memberikan justifikasi bagi para sultan Muslim pada abad ke-12 dan seterusnya, terutama yang ingin <a href="https://www.iep.utm.edu/ibnrushd/">mempersekusi</a> – bahkan <a href="https://www.britannica.com/biography/as-Suhrawardi">mengeksekusi mati</a> – <a href="https://criticalmuslim.com/issues/12-dangerous-freethinkers/abbasid-freethinking-humanism-aziz-al-azmeh">para pemikir</a> yang dianggap menjadi ancaman bagi rezim kekuasaan yang menjunjung konservatisme agama.</p>
<p>Fenomena <a href="https://www.gerakbudaya.com/Perikatan-Ulama-Negara">yang saya sebut</a> sebagai “aliansi ulama-negara” ini muncul pada <a href="https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/V/bo5951736.html">pertengahan abad ke-11</a> di <a href="https://press.princeton.edu/books/paperback/9780691165851/lost-enlightenment">Asia Tengah</a>, <a href="https://www.worldcat.org/title/continuity-and-change-in-medieval-persia-aspects-of-administrative-economic-and-social-history-11th-14th-century/oclc/16095227">Iran</a> dan <a href="https://www.sunypress.edu/p-3207-a-learned-society-in-a-period-o.aspx">Irak</a>, lalu satu abad kemudian menyebar ke <a href="https://www.cambridge.org/us/academic/subjects/history/middle-east-history/knowledge-and-social-practice-medieval-damascus-11901350?format=PB">Suriah</a>, <a href="https://www.cambridge.org/core/books/muslim-cities-in-the-later-middle-ages/02685655C9C18404192B9FE3E43E75D5">Mesir </a> dan <a href="https://www.worldcat.org/title/muqaddimah-an-introduction-to-history/oclc/307867">Afrika Utara</a>. Dalam rezim-rezim ini, mempertanyakan ortodoksi agama dan otoritas politik dianggap sebagai kemurtadan, bukan hanya semata-mata perbedaan pendapat.</p>
<h2>Salah arah</h2>
<p>Beberapa negara di <a href="https://www.cambridge.org/us/academic/subjects/history/european-history-general-interest/rise-western-world-new-economic-history?format=PB">Eropa Barat</a> dipimpin oleh pemerintah yang juga memiliki aliansi serupa, yakni antara Gereja Katolik dan kerajaan. Pemerintahan macam ini pun menentang pemikiran bebas. Selama Inkuisisi Spanyol (persekusi terhadap orang Muslim dan Yahudi di Spanyol) antara abad ke-16 dan abad ke-18, <a href="https://lup.lub.lu.se/search/publication/2150452">ribuan orang</a> disiksa dan dibunuh karena dianggap murtad. </p>
<p>Hukum penistaan agama juga berlaku, meski jarang digunakan, di berbagai negara Eropa hingga saat ini. <a href="https://www.independent.co.uk/news/world/europe/quran-burner-denmark-facebook-blasphemy-laws-repeal-a7771041.html">Denmark</a>, <a href="https://www.theguardian.com/world/2018/oct/27/ireland-votes-to-oust-blasphemy-ban-from-constitution">Irlandia</a> dan <a href="https://www.timesofmalta.com/articles/view/20160714/local/repealing-blasphemy-law-a-victory-for-freedom-of-speech-says-humanist.618859">Malta</a> baru-baru ini mencabut undang-undang penistaan mereka. Tapi aturan semacam itu tetap bertahan di banyak negara Muslim.</p>
<p>Di Pakistan, diktator militer <a href="https://www.nytimes.com/2014/05/21/opinion/pakistans-tyranny-of-blasphemy.html">Zia-ul-Haq</a>, yang memerintah negara itu dari tahun 1978 hingga 1988, bertanggung jawab atas adanya undang-undang penistaan yang keras. Sebagai seorang sekutu bagi kelompok <a href="https://nation.com.pk/14-Oct-2016/10-things-you-need-to-know-about-pakistan-s-blasphemy-law">ulama</a>, Zia <a href="https://www.refworld.org/pdfid/565da4824.pdf">memperbarui hukum penistaan agama</a> – yang ditulis oleh penjajah Inggris untuk menghindari konflik antaragama – guna membela Islam Sunni secara khusus. Ia mengubah hukuman maksimumnya menjadi pidana mati.</p>
<p>Dari tahun 1920-an hingga Zia berkuasa, tindak pidana penistaan agama ini diterapkan <a href="https://nation.com.pk/14-Oct-2016/10-things-you-need-to-know-about-pakistan-s-blasphemy-law">hanya sekitar belasan kali</a>. Namun setelahanya, aturan tersebut menjadi alat ampuh untuk membungkam perbedaan pendapat.</p>
<p>Puluhan negara mayoritas Muslim, termasuk <a href="https://www.nytimes.com/2004/06/29/world/iran-drops-death-penalty-for-professor-guilty-of-blasphemy.html">Iran</a>, <a href="https://www.newsweek.com/egypt-atheism-illegal-crackdown-non-believers-religion-islam-772471">Mesir</a> dan <a href="https://www.hrw.org/news/2022/08/12/yet-another-victim-indonesias-blasphemy-law">Indonesia</a> juga mengalami <a href="https://www.oxfordscholarship.com/view/10.1093/acprof:oso/9780199812264.001.0001/acprof-9780199812264">proses serupa</a> selama empat dekade terakhir.</p>
<h2>Perbedaan pendapat dalam Islam</h2>
<p>Ulama konservatif melandaskan pandangan mereka tentang tindak pidana penistaan dan kemurtadan pada beberapa ucapan Nabi, yang dikenal sebagai hadis, terutama yang menyebutkan bahwa: “<a href="https://www.google.com/books/edition/Freedom_of_Religion_Apostasy_and_Islam/MrhBDgAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=apostasy+hadith+change+religion+kill&pg=PT87&printsec=frontcover">Siapa pun yang mengubah agamanya, bunuh dia</a>.” </p>
<p>Namun, banyak <a href="https://english.kadivar.com/2006/09/29/the-freedom-of-thought-and-religion-in-islam-2/">cendekiawan Islam</a> dan <a href="https://www.nytimes.com/2015/01/14/opinion/islams-problem-with-blasphemy.html">intelektual Muslim</a> menolak <a href="https://yaqeeninstitute.org/jonathan-brown/the-issue-of-apostasy-in-islam/#.XjcRFy2ZNKNhttps://yaqeeninstitute.org/jonathan-brown/the-issue-of-apostasy-in-islam/#.XjcRFy2ZNKN">pandangan tersebut karena dianggap radikal</a>. Mereka berpendapat bahwa Nabi Muhammad tidak pernah <a href="https://yaqeeninstitute.org/jonathan-brown/the-issue-of-apostasy-in-islam/#.XjcRFy2ZNKN">mengeksekusi</a> siapa pun karena murtad, maupun <a href="https://archive.org/details/MuhammadAndTheJewsAReExaminationByBarakatAhmad_201702">mengajak</a> para pengikutnya untuk melakukan persekusi. Kriminalisasi atas penistaan yang kini banyak terjadi, juga tidak berlandaskan pada teks suci Islam, Al-Quran. Sebaliknya, kitab suci tersebut terdiri dari <a href="https://www.taylorfrancis.com/books/9781315255002">100 ayat</a> yang mendorong perdamaian, kebebasan hati nurani, dan toleransi beragama.</p>
<p>Dalam Surah 2, Ayat 256, Al-Quran menyatakan “Tidak ada paksaan dalam beragama.” Surah 4, Ayat 140 mendesak umat Islam untuk meninggalkan percakapan yang bersifat menghina: “Ketika Anda mendengar ayat-ayat Allah ditentang dan diolok-olok, jangan duduk di dekat mereka (yang melakukannya).” </p>
<p>Meski demikian, dengan menggunakan koneksi politik dan <a href="https://press.princeton.edu/books/paperback/9780691130705/the-ulama-in-contemporary-islam">otoritas sejarah</a> untuk menafsirkan Islam, para ulama konservatif semakin menggeser <a href="https://oneworld-publications.com/progressive-muslims-pb.html">suara moderat</a>.</p>
<h2>Reaksi terhadap Islamofobia global</h2>
<p>Perdebatan tentang tindak pidana penistaan dan kemurtadan di kalangan umat Islam dipengaruhi oleh dinamika politik internasional.</p>
<p>Di seluruh dunia, Muslim minoritas – termasuk <a href="https://www.hrw.org/world-report/2019/country-chapters/israel/palestine">warga Palestina</a> di bawah pendudukan Israel, <a href="https://www.nytimes.com/2019/12/10/world/europe/photos-chechen-war-russia.html">Chechen</a> di Rusia, <a href="https://www.hrw.org/news/2019/09/16/india-free-kashmiris-arbitrarily-detained">Muslim Kashmir</a> di India, <a href="https://www.cfr.org/backgrounder/rohingya-crisis?gclid=CjwKCAiAsIDxBRAsEiwAV76N8zrlJqhi65w6DzRLwTrDYleM8U7DFswwKp61f3Oiav1Bq4schYpKzhoCfh4QAvD_BwE">Rohingya</a> di Myanmar, dan <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2019/11/16/world/asia/china-xinjiang-documents.html">Uyghur</a> di Cina –- kerap mengalami persekusi dan kekerasan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Several men and women, with faces covered, walk on a beach after being arrested." src="https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/436802/original/file-20211209-15-1mrl73n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Etnis Rohingya di Myanmar adalah salah satu dari beberapa minoritas Muslim yang menghadapi persekusi di seluruh dunia. Negara bagian Rakhine, Myanmar, 13 Januari 2020.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/rohingya-people-who-were-arrested-at-sea-in-december-walk-news-photo/1193446518?adppopup=true">STR/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, bersamaan dengan persekusi tersebut ada juga beberapa <a href="https://www.dw.com/en/german-court-allows-courtroom-headscarf-ban/a-42857656">kebijakan negara-negara Barat</a> yang mendiskriminasi kelompok Muslim tertentu, seperti kebijakan larangan <a href="https://www.cambridge.org/9781108476942">berjilbab di lingkungan sekolah</a> di Prancis.</p>
<p>Aturan hukum dan kebijakan semacam itu dapat menimbulkan kesan bahwa umat Islam <a href="https://news.gallup.com/poll/157082/islamophobia-understanding-anti-muslim-sentiment-west.aspx">dikepung</a>. Ini juga bisa dijadikan <a href="https://lb.boell.org/en/2012/08/15/muslim-political-theology-defamation-apostasy-and-anathema">landasan</a> untuk menghukum pelaku penistaan agama sebagai bentuk pembelaan iman.</p>
<p>Aturan hukum tentang penistaan agama kerap disalahgunakan untuk kepentingan agenda para politikus populis dan para <a href="https://www.populismstudies.org/religious-populism-and-vigilantism-the-case-of-the-tehreek-e-labbaik-pakistan/">pendukung agamais mereka di Pakistan</a> maupun beberapa <a href="https://religiousfreedominstitute.org/wp-content/uploads/2022/06/FORIS2_Blasphemy_ONLINE.pdf">negara Muslim lainnya</a>.</p>
<p>Selain itu, eksisnya tindak pidana penistaan agama ini memicu <a href="https://deadline.com/2014/10/ben-affleck-comes-to-blows-with-bill-maher-over-his-opinions-toward-islam-video-845912/">stereotip anti-Muslim</a> tentang intoleransi beragama. Beberapa kerabat Turki saya bahkan menyarankan saya untuk tidak membahas topik ini, karena dikhawatirkan akan memicu Islamofobia.</p>
<p>Tapi penelitian saya menunjukkan bahwa mengkriminalisasi penistaan dan pemurtadan lebih cenderung bersifat politis ketimbang agamais. Yang menuntut penghukuman terhadap penistaan agama bukanlah Al-Quran, tapi sistem politik yang otoriter.</p>
<hr>
<p><em>Tulisan ini adalah pembaharuan dari <a href="https://theconversation.com/menista-agama-bisa-dihukum-mati-di-beberapa-negara-muslim-mengapa-dianggap-pelanggaran-besar-132445">tulisan sebelumnya yang diterbitkan pada 28 Februari 2020</a></em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199681/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ahmet T. Kuru tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pakar politik menjelaskan sejarah undang-undang penistaan agama di negara-negara mayoritas Muslim dan bagaimana aturan tersebut membungkam perbedaan pendapat.Ahmet T. Kuru, Professor of Political Science, San Diego State UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1978012023-01-29T03:06:09Z2023-01-29T03:06:09ZApa yang agama kuno bisa ajarkan mengenai bisnis berkelanjutan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/506932/original/file-20230129-31557-tjrx0w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C4592%2C3059&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Keuangan berkelanjutan.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/joqWSI9u_XM">towfiqu barbhuiya/unsplash</a></span></figcaption></figure><p>Dunia bisnis kerap memprioritaskan <a href="https://study.com/learn/lesson/profit-maximization-theory-formula.html#:%7E:text=Profit%20maximization%20is%20the%20act%20of%20achieving%20the%20highest%20revenue%20or%20profit.">maksimalisasi profit</a>, <a href="https://uk.indeed.com/career-advice/career-development/economies-of-scale#:%7E:text=Economies%20of%20scale%20are%20when%20businesses%20benefit%20from%20their%20size%20by%20being%20able%20to%20reduce%20costs%20as%20the%20production%20and%20their%20customers%20increase.">skala ekonomi</a> dan pentingnya <a href="https://www.fool.com/investing/stock-market/basics/shareholder-value/">nilai pemegang saham</a>. Konsep-konsep ini menancap erat di dalam sistem ekonomi global seiring dengan perkembangan industri selama berabad-abad. </p>
<p>Tapi sejumlah bisnis di beberapa belahan dunia beroperasi berdasarkan penghormatan pada <em>semua</em> makhluk hidup, tak hanya manusia, terutama di negara yang menganut agama darma seperti Jainisme dan Hinduisme (umumnya di subkontinen India, Asia Tenggara dan Asia Tengah). Mempelajari cara kerja mereka dapat membantu dunia bisnis global agar lebih berkelanjutan dan mengatasi krisis iklim.</p>
<p><a href="http://www.bruno-latour.fr/node/552.html">Riset</a> menunjukkan bahwa alam telah lama diperlakukan sebagai sumber daya atau sesuatu “di luar” sistem ekonomi, yang ada untuk dimanfaatkan oleh manusia. Tapi fakta bahwa aktivitas manusia menyumbang <a href="https://wwf.panda.org/discover/our_focus/biodiversity/biodiversity/">tingkat kepunahan spesies</a> 1.000 kali lebih besar daripada tingkat kepunahan alami, menunjukkan saling bergantungnya manusia dengan alam. Bisnis berdampak jelas pada iklim – <a href="https://manchesteruniversitypress.co.uk/9781526146984/">71%</a> dari emisi bahan bakar fosil bersumber hanya dari 100 perusahaan multinasional.</p>
<p>Mengubah sikap dunia bisnis soal alam membutuhkan perombakan terhadap <a href="https://www.bbc.co.uk/programmes/m000py8t">teori ekonomi dan sistem-sistem kepercayaan</a> agar menyadari bahwa <em>semua</em> kehidupan di dunia ini memiliki perasaan dan kapasitas untuk berekspresi, dan bahwa ada kebutuhan untuk melindungi makhluk hidup lainnya. Ini membutuhkan transformasi perilaku dan budaya yang sangat besar demi menjawab tantangan-tantangan lingkungan yang tengah dihadapi dunia saat ini.</p>
<p>Sayangnya, ekonom dan pelaku profesi keuangan kerap <a href="https://www.ecobooks.com/books/comgood.htm">melepaskan isu ini dari perhitungan mereka</a>, hingga menambah kerusakan sosial dan ekologis. Pertumbuhan gerakan <a href="https://www.imf.org/en/Publications/fandd/issues/2021/09/mark-carney-net-zero-climate-change">keuangan hijau</a> jelas adalah langkah menuju arah yang benar, tapi dibutuhkan perubahan radikal dalam teori keuangan untuk mengatasi krisis lingkungan dan membuat semua bisnis lebih berkelanjutan.</p>
<h2>Mengambil inspirasi dari agama</h2>
<p><a href="https://www.routledge.com/Inclusive-and-Sustainable-Finance-Leadership-Ethics-and-Culture/Shah/p/book/9780367759407">Studi saya</a> menunjukkan bahwa sektor keuangan dapat mengambil tradisi-tradisi keagamaan tertentu untuk mendorong perubahan perilaku dan kultur. Banyak sistem kepercayaan yang tak memisahkan antara alam dan manusia, dan justru mendorong pelestariannya. Bisnis dapat mengikuti doktrin-doktrin ini dan tetap sukses.</p>
<p><a href="https://www.britannica.com/topic/dharma-religious-concept">Darma</a>, misalnya, umum dipahami sebagai kebajikan moral dan menggariskan jalan menuju gaya hidup berkelanjutan. Agama-agama darma di India – sistem-sistem kepercayaan Hindu, Sikh, Buddha, dan Jaina – tak pernah memisahkan manusia dari hewan dan alam. Sistem-sistem kepercayaan ini tak pernah bersifat antroposentris (melihat manusia sebagai pusat kehidupan di bumi). Tradisi mereka bertahan ribuan tahun dan terbentuk lama sebelum manusia menghadapi krisis eksistensial seperti yang kita hadapi sekarang </p>
<p>Agama-agama kuno ini telah lama mengetahui – terutama dalam dunia bisnis dan keuangan – tentang praktik berkelanjutan, dan penerapannya terpampang jelas di depan mata. Pemimpin mereka sudah mempraktikkan bisnis secara berkelanjutan, hanya karena mereka selalu melihatnya sebagai cara yang tepat untuk beroperasi – motivasi mereka didorong oleh budaya, kepercayaan, dan tradisi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="An image of the outside of Jain Temple, Jodhpur, India; sunset in the background." src="https://images.theconversation.com/files/498016/original/file-20221129-16-ntw4vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/498016/original/file-20221129-16-ntw4vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/498016/original/file-20221129-16-ntw4vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/498016/original/file-20221129-16-ntw4vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/498016/original/file-20221129-16-ntw4vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/498016/original/file-20221129-16-ntw4vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/498016/original/file-20221129-16-ntw4vf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kuil Jain di dekat Jodhpur, India.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/catalog/collections/2982245250522678953-228b8eec9666030e44d069633b4ff46dad2ad38d0cf7116549b6c474fe90ca97">Harsh S/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jaina, misalnya, selama ribuan tahun percaya akan penghormatan terhadap seluruh makhluk hidup, termasuk tumbuhan dan hewan. Filosofi sentral <a href="https://www.pewresearch.org/fact-tank/2021/08/17/6-facts-about-jains-in-india/">Jainisme</a> - salah satu agama tertua di dunia - disebut Ahimsa dan didasarkan pada non-kekerasan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.</p>
<p>Sepanjang penelitian saya, saya mewawancarai pemimpin-pemimpin bisnis Jaina yang terkemuka. Termasuk di antaranya adalah <a href="https://www.flame.edu.in/about-flame/leadership/governing-body/vallabh-bhanshali">Vallabh Bhanshali</a>, salah satu pendiri dari perusahaan investasi India, Enam Securities Group. Serta, <a href="https://www.forbes.com/profile/abhay-firodia/?sh=70e77b6d16bb">Abhay Firodia</a>, pemimpin perusahaan otomatif India, Force Motors, yang <a href="https://www.dnaindia.com/mumbai/report-navalmal-kundanmal-firodia-a-businessman-with-vision-1585710">ayahnya</a> merupakan penemu bajaj, moda transportasi paling populer dan terjangkau di Asia.</p>
<p>Bagi banyak umat Jaina, serta penganut agama darma lain macam Sikh dan Hindu, filantropi adalah “<a href="https://www.iglobalnews.com/icommunity/columns/india-the-home-of-philanthropy-as-duty-not-choice">kewajiban dan bukan pilihan</a>”. Mereka bertekad untuk beroperasi dalam hakikat dan batasan uang dalam mempraktikkan bentuk kapitalisme yang welas asih. </p>
<p>Tapi sikap ini tak hanya terbatas dalam agama-agama darma. <a href="https://www.emerald.com/insight/publication/doi/10.1108/9781787437838">Penelitian</a> menunjukkan bahwa sebelum penjajahan, banyak bagian Afrika yang menggunakan jaringan sosial dan komunal yang kuat mengenai kepemilikan bersama.</p>
<figure class="align-left ">
<img alt="A sea view of Handelsbanken headquarters in Stockholm, Sweden." src="https://images.theconversation.com/files/498018/original/file-20221129-14-7k2o5e.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/498018/original/file-20221129-14-7k2o5e.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/498018/original/file-20221129-14-7k2o5e.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/498018/original/file-20221129-14-7k2o5e.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/498018/original/file-20221129-14-7k2o5e.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/498018/original/file-20221129-14-7k2o5e.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/498018/original/file-20221129-14-7k2o5e.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kantor pusat Handelsbanken di Stockholm, Sweden.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.handelsbanken.com/en/press-and-media/media-bank">Handelsbanken</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dan, <a href="https://www.handelsbanken.com/en/about-the-group/handelsbanken-through-history">Handelsbanken</a>, sebuah bank di Swedia, didirikan pada 1871 untuk beroperasi secara organik dengan membangun kepercayaan dan relasi yang bersifat lokal dan berkelanjutan. Lembaga keuangan ini menyediakan pembiayaan bagi bisnis-bisnis kecil yang kerap diabaikan oleh bank-bank pusat kota.</p>
<h2>Di luar keuangan</h2>
<p>Sektor keuangan kerap menjadi <a href="https://davidkorten.org/wcrw/">kekuatan yang merusak</a> dalam komunitas, masyarakat dan alam. Ia mempromosikan individualisme dan dapat menyebabkan kesenjangan alih-aih kerja sama dan keseimbangan pendapatan.</p>
<p>Ketidaktahuan tentang berbagai modal di luar modal keuangan - seperti budaya, relasi, kepercayaan, kepemimpinan, spiritualitas dan modal komunitas - serta signifikansinya dalam membangun masyarakat yang bahagia dan harmonis, dapat diatasi dengan melihat tradisi-tradisi kuno ini. Mempelajari berbagai modal lain di luar keuangan dapat membantu menghidupkannya kembali dan meningkatkan signifikansi mereka dalam dunia bisnis.</p>
<p>Keyakinan merupakan <a href="https://warwick.ac.uk/fac/arts/english/currentstudents/undergraduate/modules/fulllist/special/statesofdamage/syllabus201516/graeber-debt_the_first_5000_years.pdf">hal sentral dalam keuangan</a> selama ribuan tahun – London bahkan punya 104 gereja sebelum pecahnya perang dunia – tapi hal ini kerap diabaikan dalam pendidikan dan penelitian keuangan kontemporer. Dengan membuat pendidikan bisnis lebih inklusif terhadap beragam budaya dan kearifan, akan lebih banyak pemimpin industri yang belajar mengoperasikan bisnisnya dengan hati nurani, kecukupan dan tanggung jawab.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197801/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Atul K. Shah tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengubah keuangan dapat membantu bisnis menjadi lebih berbelas kasih dan inklusif.Atul K. Shah, Professor, Accounting and Finance, City, University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1987192023-01-29T02:21:24Z2023-01-29T02:21:24ZTidak heran jika Paus berkata menjadi homoseksual ‘bukanlah kejahatan’ - ini penjelasan pakar teologi Katolik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/506918/original/file-20230128-9888-u68phn.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1%2C667%2C444&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Paus Fransiskus memimpin kebaktian malam kedua di Basilika Santo Paulus, Roma, pada 25 Januari 2023.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/pope-francis-leads-the-celebration-of-the-second-vespers-on-news-photo/1459422783?phrase=pope%20francis&adppopup=true">Alessandra Benedetti/Corbis via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p>Lagi-lagi, Paus Fransiskus mengajak umat Katolik untuk merangkul dan menerima orang-orang LGBTQ.</p>
<p>“Menjadi homoseksual bukanlah kejahatan,” kata Paus dalam <a href="https://apnews.com/article/pope-francis-gay-rights-ap-interview-1359756ae22f27f87c1d4d6b9c8ce212">wawancara</a> dengan The Associated Press pada 24 Januari 2023, “mari kita bedakan antara dosa dan kejahatan,” tambahnya. Dia juga menyerukan pelonggaran terhadap aturan di seluruh dunia yang menargetkan kelompok LGBTQ.</p>
<p>Sejarah panjang Paus Fransiskus dalam memberikan komentar yang mendukung martabat LGBTQ – terlepas dari penolakan gereja terhadap homoseksualitas – telah memicu banyak kritik dari banyak umat Katolik.
Tapi bagi saya yang seorang <a href="https://ctu.edu/faculty/steven-millies/">teolog publik</a>, hal yang menarik tentang perdebatan ini adalah bahwa prinsip inklusivitas Fransiskus sebenarnya bukan sesuatu yang radikal. Apa yang ia ucapkan sesuai dengan apa yang memang diajarkan gereja tentang apa yang umat Katolik harus lakukan.</p>
<h2>‘Siapa saya untuk menghakimi?’</h2>
<p>Selama tahun pertama kepausan Fransiskus, <a href="https://www.npr.org/sections/thetwo-way/2013/07/29/206622682/pope-francis-discusses-gay-catholics-who-am-i-to-judge#:%7E:text=Answering%20a%20question%20about%20reports,who%20am%20I%20to%20judge%3F%22">jika orang-orang bertanya padanya tentang LGBTQ</a>, ia selalu menjawab, “Jika ada seorang homoseksual, dan orang itu mencari Tuhan serta memiliki niat baik, siapa aku untuk menghakimi?” – jawaban yang kemudian membangun standar bagi pola prinsip inklusivitas.</p>
<p>Dia sudah <a href="https://www.americamagazine.org/faith/2022/11/11/james-martin-pope-francis-244131">lebih dari satu kali</a> memberikan <a href="https://www.americamagazine.org/faith/2021/06/27/james-martin-lgbt-ministry-pope-francis-240938">dukungan publik</a> kepada James Martin, seorang pendeta Yesuit yang usahanya dalam <a href="https://www.harpercollins.com/products/building-a-bridge-james-martin?variant=32117748236322">menjembatani</a> kaum LGBTQ dengan Gereja Katolik memicu banyak kritik. Dalam sambutannya yang dibuat untuk film dokumenter tahun 2020, Fransiskus menyatakan dukungannya terhadap <a href="https://theconversation.com/pope-francis-support-for-civil-unions-is-a-call-to-justice-and-nothing-new-148607">kelompok masyarakat sipil</a> untuk menciptakan perlindungan hukum yang dapat memenuhi kebutuhan komunitas LGBTQ.</p>
<p>Beberapa waktu lalu ada pernyataan baru. Dalam <a href="https://apnews.com/article/pope-francis-gay-rights-ap-interview-1359756ae22f27f87c1d4d6b9c8ce212">sebuah wawancara baru-baru ini</a>, Paus mengatakan bahwa gereja harus menentang undang-undang yang mengkriminalkan homoseksualitas.</p>
<p>“Kita semua adalah anak-anak Tuhan, dan Tuhan mencintai kita apa adanya serta usaha kita masing-masing untuk memperjuangkan martabat kita,” katanya, walaupun ia membedakan antara “kejahatan” dan tindakan yang bertentangan dengan ajaran gereja.</p>
<h2>Kasih sayang, bukan doktrinasi</h2>
<p>Dukungan Paus Fransiskus terhadap hak-hak sipil individu LGBTQ tidak mengubah doktrin Katolik tentang pernikahan maupun seksualitas. Gereja masih mengajarkan – dan pasti akan terus mengajarkan – bahwa hubungan seksual apa pun di luar pernikahan adalah salah, dan bahwa pernikahan adalah antara laki-laki dan perempuan. Jadi, salah jika kita menyimpulkan bahwa Fransiskus melakukan perubahan doktrin.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A crowd of people in jackets look up at a tall cross in front of them." src="https://images.theconversation.com/files/506523/original/file-20230126-18-5b14ew.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/506523/original/file-20230126-18-5b14ew.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/506523/original/file-20230126-18-5b14ew.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/506523/original/file-20230126-18-5b14ew.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=480&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/506523/original/file-20230126-18-5b14ew.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/506523/original/file-20230126-18-5b14ew.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/506523/original/file-20230126-18-5b14ew.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=603&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Doa bersama di Warsawa pada tahun 2019 yang diakhiri dengan doa meminta maaf kepada Tuhan atas parade <em>pride</em> di Polandia.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/around-a-thousand-people-took-part-in-a-rosary-march-in-news-photo/1173890431?phrase=catholic%20gay%20law&adppopup=true">Jaap Arriens/NurPhoto via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebaliknya, pola pernyataan Paus telah menjadi acuan untuk mengungkapkan bagaimana sudut pandang Gereja Katolik tentang martabat manusia, sebagai tanggapan atas perubahan sikap yang cepat terhadap komunitas LGBTQ selama dua dekade terakhir. Fransiskus memperingatkan umat Katolik bahwa mereka harus memperhatikan keadilan bagi semua orang.</p>
<p>Gereja Katolik telah mengutuk diskriminasi terhadap komunitas LGBTQ selama bertahun-tahun, bahkan walaupun <a href="https://www.vatican.va/archive/ENG0015/__P85.HTM">Gereja mendeskripsikan</a> homoseksual sebagai “gangguan intrinsik” dalam Katekismus. Namun demikian, beberapa uskup di seluruh dunia mendukung undang-undang yang mengkriminalkan homoseksualitas – <a href="https://apnews.com/article/pope-francis-gay-rights-ap-interview-1359756ae22f27f87c1d4d6b9c8ce212">dan Fransiskus memahaminya</a>, dengan mengatakan bahwa mereka “harus memiliki proses perubahan.”</p>
<p>“<a href="http://www.vatican.va/roman_curia/pontifical_councils/justpeace/documents/rc_pc_justpeace_doc_20060526_compendio-dott-soc_en.html#INTRODUCTION">Hukum yang didasari cinta merangkul seluruh manusia sebagai keluarga dan tidak mengenal batas</a>,” seperti dikutip dari kantor Vatikan yang peduli dengan isu-isu sosial dalam kompilasi pemikiran sosial gereja tahun 2005.</p>
<p>Pada tahun 2006, Konferensi Waligereja Amerika Serikat (AS) mengakui bahwa kaum LGBTQ “telah, dan terus menjadi, <a href="https://www.usccb.org/resources/ministry-to-persons-of-homosexual-iInclination_0.pdf">objek hinaan serta sasaran kebencian dan kekerasan</a>.” Konferensi tersebut menegaskan bahwa semua umat Katolik wajib menunjukkan kepedulian kepada manusia lainnya – “<a href="http://www.vatican.va/archive/hist_councils/ii_vatican_council/documents/vat-ii_const_19651207_gaudium-et-spes_en.html">khususnya kepada mereka yang miskin atau menderita</a>” akibat ketidakpedulian atau penindasan orang lain.</p>
<p>Mendekati akhir tahun ke-10 kepausan Fransiskus, menjadi semakin umum untuk mendengar para pemimpin Katolik berusaha membuat individu LGBTQ merasa dirangkul oleh gereja. Kardinal Blase Cupich dari Chicago <a href="https://www.archchicago.org/statement/-/article/2021/03/15/statement-of-cardinal-blase-j-cupich-archbishop-of-chicago-on-same-sex-unions#:%7E:text=with%20respect%20and%20sensitivity">mengajak para pendeta</a> untuk “melipatgandakan upaya dan kreativitas kita dalam menemukan cara untuk menyambut dan merangkul semua komunitas LGBTQ.” Kardinal Timothy Dolan dari New York <a href="https://www.ncronline.org/news/people/gay-groups-st-patricks-parade-all-right-cardinal-dolan">menyambut kelompok LGBTQ</a> dalam Pawai Hari St. Patrick, tindakan yang bertentangan dengan keinginan banyak umat Katolik di New York.</p>
<p>Dalam wawancara terbaru ini, Fransiskus menekankan bahwa menjadi LGBTQ adalah suatu “<a href="https://www.catholicnewsagency.com/news/253452/being-homosexual-is-not-a-crime-pope-francis-reiterates-in-new-interview#:%7E:text=It%20is%20a%20human%20condition">kondisi manusiawi</a>,” dan mengajak umat Katolik untuk tidak terlalu menilai orang lain melalui mata doktrin, melainkan lebih banyak melalui belas kasih.</p>
<h2>‘Realitas politik’ baru</h2>
<p><a href="https://news.gallup.com/poll/1651/gay-lesbian-rights.aspx">Cepatnya perubahan</a> sikap sosial masyarakat luas terhadap komunitas LGBTQ dalam beberapa dekade terakhir ini tampaknya sulit diproses oleh gereja yang tak pernah cepat bereaksi dalam menyikapi suatu hal. Ini karena pertanyaan-pertanyaan yang berkembang menyentuh area abu-abu, saat ajaran moral bersinggungan dengan realitas sosial di luar gereja.</p>
<p>Selama beberapa dekade, para pemimpin gereja telah berusaha untuk <a href="https://theconversation.com/the-catholic-church-resists-change-but-vatican-ii-shows-its-possible-102543">‘mendamaikan’ gereja dengan dunia modern</a>, dan Fransiskus mengikuti langkah yang sudah dilakukan oleh para uskup Katolik lainnya.</p>
<p>Pada tahun 2018, misalnya, para uskup Jerman yang bereaksi terhadap legalisasi pernikahan gay mengakui bahwa menerima LGBTQ adalah sebuah “<a href="https://www.americamagazine.org/faith/2018/01/24/german-bishops-grapple-blessings-gay-marriage">realitas politik</a> baru.”</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Two same-sex couples stand in a church." src="https://images.theconversation.com/files/506521/original/file-20230126-20-54hefc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/506521/original/file-20230126-20-54hefc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/506521/original/file-20230126-20-54hefc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/506521/original/file-20230126-20-54hefc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=432&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/506521/original/file-20230126-20-54hefc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/506521/original/file-20230126-20-54hefc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/506521/original/file-20230126-20-54hefc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=543&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pasangan LGBTQ berangkulan setelah seorang pastor memberkati mereka di sebuah Gereja Katolik di Jerman. Ini bertentangan dengan praktik yang disetujui oleh Roma.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/chantal-hoeffer-and-ivonne-fuchs-hug-each-other-after-news-photo/1317339092?phrase=catholic%20gay&adppopup=true">Andreas Rentz/Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada indikasi bahwa kini gereja mulai bergerak lebih cepat. Umat Katolik di Jerman, khususnya, menyerukan <a href="https://www.catholicnewsagency.com/news/250313/synodal-way-meeting-ends-with-call-for-same-sex-blessings-change-to-catechism-on-homosexuality">perubahan terhadap ajaran gereja</a>, termasuk persetujuan bagi para imam (pastor) untuk memberkati pasangan sesama jenis dan penahbisan laki-laki yang sudah menikah.</p>
<h2><em>Chapter</em> berikutnya</h2>
<p>Tapi tindakan-tindakan yang disebutkan di atas itu memang tidak biasa. Fransiskus <a href="https://apnews.com/article/pope-francis-only-on-ap-vatican-city-germany-religion-15c469ce6a29a797f8235dd35eccb118">telah mengkritik</a> Jerman karena menyerukan reformasi sebagai “elitis” dan ideologis. Terkait hak-hak sipil individu LGBTQ, Paus tidak mengubah ajaran gereja, tetapi menjelaskannya.</p>
<p>Saya yakin tantangan yang dihadapi Vatikan adalah membayangkan bagaimana ruang yang dapat ditempati gereja dalam realitas politik baru ini, seperti yang memang <a href="https://theconversation.com/the-catholic-church-resists-change-but-vatican-ii-shows-its-possible-102543">harus gereja lakukan</a> dalam menghadapi banyak perubahan sosial dan politik selama berabad-abad. Tetapi satu hal yang harus dilakukan, seperti yang juga disarankan oleh Fransiskus, adalah kita wajib untuk melayani keadilan dan mencari keadilan bagi semua orang dengan belas kasih di atas segalanya.</p>
<p>Umat Katolik – termasuk para uskup, dan bahkan Paus – dapat berpikir, dan sedang berpikir, secara imajinatif mengenai tantangan itu.</p>
<p><em>Beberapa bagian dari artikel ini sudah diterbitkan dalam <a href="https://theconversation.com/pope-francis-support-for-civil-unions-is-a-call-to-justice-and-nothing-new-148607">artikel sebelumnya</a> pada 22 Oktober 2020.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198719/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Steven P. Millies tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sikap para pemimpin Katolik terhadap komunitas LGBTQ telah berubah secara dramatis – tetapi secara teologi sebenarnya tidak banyak perubahan.Steven P. Millies, Professor of Public Theology and Director of The Bernardin Center, Catholic Theological UnionLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1966602022-12-16T06:07:36Z2022-12-16T06:07:36ZBagi komunitas transgender di Indonesia, keimanan bisa memicu diskriminasi – bisa juga menjadi sumber toleransi dan pelipur lara<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/501479/original/file-20221216-11363-wv6ew1.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C0%2C666%2C444&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pendiri masjid Al-Fatah, Shinta Ratri, bersama dengan transgender perempuan lain.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/yogyakarta-12-november-2017-al-fatah-pesantren-founded-in-news-photo/873328878?phrase=transgender%20indonesia&adppopup=true">Donal Husni/NurPhoto via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p>Shinta Ratri, seorang transgender perempuan asal Indonesia, <a href="https://www.sbs.com.au/news/article/indonesian-transgender-women-find-haven-in-islamic-boarding-school/hl9v6t0af">mengajarkan</a> pada para transgender di Pesantren Al-Fatah yang didirikannya pada tahun 2008 bahwa Tuhan tidak peduli jika kamu gay atau transgender. Selama kamu beribadah dengan tulus, doamu akan diterima.</p>
<p>Berlokasi di Yogyakarta, pesantren ini telah memberikan tempat yang aman bagi para transgender di negara yang menganggap bahwa agama dan transgender saling bertentangan. Meskipun Indonesia telah bertransisi menjadi negara demokrasi sekuler sejak 1998, semua warga negara masih <a href="https://www.hrw.org/news/2017/06/23/indonesias-ahmadiyah-push-back-against-discriminatory-laws">wajib membawa kartu identitas</a> (KTP) yang secara jelas mencantumkan apa agamanya.</p>
<p>Indonesia telah <a href="https://doi.org/10.1111/j.1468-2451.2005.00547.x">menandatangani</a> Deklarasi Beijing 1995, yang mengamanatkan “tanggung jawab untuk mendukung, melindungi, dan memenuhi hak warga negara atas kesehatan seksual dan reproduksi.</p>
<p>Akan tetapi, hanya ada sedikit aturan hukum yang bisa melindungi komunitas LGBTQI. Di negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, pandangan agama yang fundamentalis seringkali <a href="https://www.hrw.org/report/2016/08/10/these-political-games-ruin-our-lives/indonesias-lgbt-community-under-threat">mendorong diskriminasi</a> terhadap komunitas transgender.</p>
<p>Saya mencoba menelaah hubungan antara negara, gender, seksualitas, dan agama di Indonesia <a href="https://scholar.google.com/citations?user=Oj_LfYYAAAAJ&hl=en">selama lebih dari dua dekade</a>. Saya menemukan bahwa keimanan bisa menjadi sumber penghiburan dan dukungan bagi banyak transgender.</p>
<h2>Sejarah komunitas trans yang panjang</h2>
<p>Banyak orang di Indonesia, dan di mana pun, meyakini bahwa gagasan mengenai gender dan keragaman seksual masuk ke nusantara melalui pengaruh barat. Padahal, sebagian wilayah di Indonesia, seperti Pulau Sulawesi, telah menjadi rumah bagi komunitas transgender setidaknya <a href="https://doi.org/10.1017/S0022463415000326">sejak tahun 1500-an</a>.</p>
<p>Dalam kurun waktu itu, para misionaris dan utusan perdagangan yang melakukan perjalanan ke wilayah tersebut mencatat dalam jurnal pribadi mereka mengenai aspek masyarakat di sana yang, menurut mereka, luar biasa – yakni orang-orang dengan bentuk tubuh lelaki namun bertingkah seperti perempuan.</p>
<p>Pelancong asal Eropa, Antonio de Paiva, <a href="https://search.informit.org/doi/10.3316/ielapa.254041337347464">menuliskan</a> dalam suratnya pada tahun 1544 bahwa ada sebuah kelompok yang disebut <a href="https://theconversation.com/what-we-can-learn-from-an-indonesian-ethnicity-that-recognizes-five-genders-60775">bissu</a> yang dianggap sakral pada zaman kerajaan, dan mereka "tidak menumbuhkan jenggot mereka, berpakaian seperti perempuan, dan cenderung bersikap seperti perempuan.” Sebagai sosok dengan tingkat keagamaan tertinggi, bissu dianggap sebagai penasihat, penyelenggara pernikahan, dan menjadi perantara antara keluarga kerajaan dengan para dewa.</p>
<p>Selain itu, Bahasa Indonesia pun memiliki beberapa istilah kata untuk
mendeskripsikan transgender, yaitu banci, bencong, wadam, dan <a href="https://www.gale.com/intl/ebooks/global-encyclopedia-lgbtq">waria</a>.
Beberapa istilah tersebut, seperti wadam dan waria, adalah gabungan dari kata wanita dan pria. Kata wadam adalah kependekan dari ‘wanita
dan Adam’, sementara waria merupakan singkatan dari ‘wanita dan pria’.</p>
<p>Tiga istilah pertama yang disebutkan di atas biasanya dianggap penghinaan atau ejekan. Belakangan, mulai muncul istilah yang lebih netral, yaitu transpuan dan transpria. Namun demikian, istilah-istilah tersebut menunjukan adanya peran historis transgender serta eksistensi mereka dalam kehidupan sosial.</p>
<h2>Diskriminasi dan persekusi</h2>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Protestors holding loudspeakers marching while holding a banner." src="https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/493108/original/file-20221102-12-95op7b.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sekelompok orang berdemo menentang lesbian, gay, biseksual dan komunitas transgender di Banda Aceh pada 27 Desember 2017.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/group-of-muslim-protesters-march-with-banners-against-the-news-photo/898879742?phrase=transgender%20indonesia&adppopup=true">Chaideer Mahyuddin/AFP via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saat ini, Indonesia memang tidak secara resmi mengkriminalisasi hubungan seksual sesama jenis, tapi kelompok LGBTQ <a href="https://melbourneasiareview.edu.au/the-use-of-the-term-lgbt-in-indonesia-and-its-real-world-consequences/">kerap mendapatkan ancaman bahkan sampai ditangkap oleh polisi</a>.</p>
<p>Pada tahun 2008, Indonesia mengesahkan UU Pornografi yang <a href="https://www.newmandala.org/whats-driving-indonesias-moral-turn/">mengategorikan transgender sebagai perbuatan cabul</a>. UU ini menyatakan bahwa unsur pornografi mencakup “gambar, percakapan, dan gerakan tubuh di muka umum yang mengandung tindakan cabul atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.”</p>
<p>Sejak tahun 2016, kelompok garis keras yang menentang keragaman gender dan seksualitas <a href="https://melbourneasiareview.edu.au/the-use-of-the-term-lgbt-in-indonesia-and-its-real-world-consequences/">semakin menguat</a>. Banyak orang di Indonesia menuntut adanya hukuman yang lebih berat bukan hanya terhadap hubungan sesama gender, tapi juga terhadap jenis aktivitas seksual pasangan heteroseksual di luar ikatan pernikahan.</p>
<p>Pandemi COVID-19 semakin <a href="https://doi.org/10.1177/20499361211064191">memperparah diskriminasi</a> terhadap komunitas transgender di Indonesia. Misalnya sebelum COVID-19, individu transgender yang membutuhkan akses pengobatan, seperti untuk HIV, bisa mendapatkannya melalui LSM dan di beberapa tempat ibadah. Akan tetapi, selama pandemi, akses terhadap sumber daya medis terbatas, sehingga penyediaan obat HIV bagi komunitas transgender tidak lagi menjadi prioritas.</p>
<h2>Keimanan sebagai sumber dukungan</h2>
<p>Banyak agama yang tidak mengakui identitas LGBTQI. Namun, ada beberapa agama yang memberikan ruang untuk keragaman gender dan seksual. Ada banyak contoh di Indonesia masa kini bahwa iman menjadi suatu sumber kenyamanan dan dukungan bagi kaum transgender.</p>
<p>Dalam penelitian etnografi jangka panjangnya, <a href="https://profiles.sussex.ac.uk/p388762-diego-garcia-rodriguez">Diego Rodriguez</a>
menganalisis kegiatan sehari-hari beberapa <a href="https://www.kompas.com/skola/read/2022/04/18/123000269/queer-pengertian-budaya-dan-contoh-tokohnya?page=all">queer</a> (istilah untuk individu tidak mengikuti gagasan esensial dan biologis mengenai gender dan seksualitas) Muslim untuk membuktikan bahwa Islam dan queerness dapat harmonis.</p>
<p>Dia menemukan bahwa Islam terkadang lebih mementingkan pembentukan gagasan mengenai diri individu trans daripada etnisitas, seksualitas, atau gender. Misalnya, beberapa komunitas transgender menafsirkan bahwa iman Islam membuat setiap individu dapat menerima satu sama lain apa adanya.</p>
<p>Masjid Al-Fatah juga berbaur dan terlibat dalam kegiatan agama lain. Misalnya, pada desember 2021, Al-Fatah <a href="https://nasional.tempo.co/read/1540775/keberagaman-dalam-perayaan-natal-waria-yogya">menyelenggarakan perayaan Natal</a> bersama transpuan Kristen.</p>
<p>Selain itu, sejak 2019 para pendukung transgender seperti <a href="https://gin-ssogie.org/">Global Interfaith Network</a> (GIN) ikut berjuang agar masjid dan tempat ibadah lainnya lebih menerima kaum transgender.</p>
<p>Amar Alfikar, seorang transpria dan peneliti GIN, telah berusaha keras bersama para transpria lainnnya dan Muslim feminis queer untuk mendirikan kelompok Indonesian Queer Muslims + Allies, sebuah ruang virtual tempat para anggotanya bertemu setiap minggu untuk membaca Al-Quran dan mendiskusikan teologi Islam.</p>
<p>Menyediakan ruang virtual seperti ini penting karena umumnya banyak masjid yang memaksa jamaah untuk <a href="https://www.cornellpress.cornell.edu/book/9781501713125/hearing-allahs-call/#bookTabs=1">berpakaian sesuai dengan jenis kelamin biologis</a> yang mereka miliki sejak lahir ketika masuk masjid. Ini membuat laki-laki dan perempuan biasanya memiliki <a href="https://www.newvision.co.ug/new_vision/news/1318100/muslim-women-sit-separately-mosques">pintu masuk dan ruang shalat yang berbeda</a> di masjid.</p>
<p>Indonesia juga sebenarnya merupakan rumah bagi gereja-gereja trans-inklusif. Gereja Bethany di Yogyakarta menerima umat transgender Kristiani setelah melihat bahwa kelompok tersebut kesulitan menemukan tempat untuk beribadah. Sekolah Filsafat Katolik Ledalero di Maumere, kota terbesar kedua di Pulau Flores, juga salah satu contoh gereja trans-inklusif.</p>
<p>Seperti yang <a href="https://www.vice.com/id/article/pkbqnz/sejarah-berdirinya-gereja-khusus-transpuan-persekutuan-hati-damai-dan-kudus-di-surabaya">dikatakan</a> oleh aktivis Dede Oetomo: “Dalam hukum Indonesia, tidak ada ayat yang mengatakan bahwa hak beribadah hanya dimiliki oleh laki-laki dan perempuan.” </p>
<h2>Jalan ke depan</h2>
<p>Eksistensi transgender telah membuat banyak alim agama berpikir keras tentang Tuhan mana yang mereka sembah dan agama apa yang menjadi rujukan mereka.</p>
<p>Bissu, yang menggabungkan energi feminin dan maskulin, percaya bahwa
identitas inilah yang membantu mereka bisa berdoa dengan efektif. Bissu
sering mendoakan mereka yang hendak menunaikan ibadah haji ke Mekkah, Arab Saudi.</p>
<p>Ketika saya memulai penelitian lapangan pada 1990-an, saya pun merasa bahwa ini semua membingungkan, tetapi pada akhirnya saya memahami bahwa bagi banyak orang di Indonesia, tidak ada kontradiksi antara Islam dan transgender.</p>
<p>Seperti yang <a href="https://www.insideindonesia.org/sulawesis-fifth-gender">dikatakan seorang bissu</a> kepada saya, “Allah adalah satu-satunya Tuhan, tetapi ada banyak cara untuk dekat dengan Tuhan.”</p>
<p>Ada enam agama yang diakui secara resmi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, agama Hindu yang <a href="https://www.hrc.org/resources/stances-of-faiths-on-lgbt-issues-hinduism">paling terbuka</a> dengan kelompok transgender. Ini karena Hinduisme <a href="https://www.belmond.com/ideas/articles/balinese-spirit">meyakini prinsip kesadaran</a>, atau atma, filosofi “hidup dan biarkan hidup”, serta melakukan karma baik. Melalui kepercayaan ini, individu transgender dapat menemukan pelipur lara.</p>
<p>Bali, wilayah yang lebih dari 90% penduduknya menganut agama Hindu, adalah tempat paling ramah bagi transgender di Indonesia, walaupun <a href="https://www.usatoday.com/story/travel/news/2021/01/20/bali-deported-american-traveler-promoting-island-lgbt-friendly/4226891001/">masih juga terdapat transfobia</a>.</p>
<p>Selain itu, seperti yang dikemukakan antropolog <a href="https://benjaminhegarty.com/">Ben Hegarty</a> dalam bukunya “<a href="https://www.cornellpress.cornell.edu/book/9781501766657/the-made-up-state/">The Made-Up State</a>”, komunitas transgender di Indonesia juga menjadi salah satu definisi orang Indonesia, termasuk sebagai warga negara yang beriman.</p>
<p>Secara publik, dan secara individual, menyatukan keimanan dan transgender bukanlah perjalanan yang mudah. Komunitas transgender di Indonesia mengalami trauma terhadap agama dan transfobia, tetapi juga menemukan bahwa keimanan mereka adalah sumber kekuatan dan kenyamanan.</p>
<hr>
<p><em>Jessica Patricia Patipi, Rizky Junior Ully dan Chindy Christine dari University of Western Australia menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/196660/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sharyn Graham Davies tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia kerap mengkriminalisasi hubungan sesama jenis, tetapi kelompok transgender menemukan dukungan di beberapa masjid dan gereja inklusif.Sharyn Graham Davies, Director, Herb Feith Indonesian Engagement Centre, Monash UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1939572022-11-04T10:22:33Z2022-11-04T10:22:33Z‘Saya tak akan pernah dianggap manusia’: trauma menyakitkan yang dialami komunitas LGBTQ+ di lingkungan religius<p>Saat pemerintah Australia membahas undang-undang diskriminasi agama (<a href="https://theconversation.com/the-debate-about-religious-discrimination-is-back-so-why-do-we-keep-hearing-about-religious-freedom-169643"><em>religious discrimination bill</em></a>) yang kontroversial pada awal tahun ini, berbagai pihak mempertanyakan isu penting terkait perlindungan bagi murid-murid gay dan transgender di sekolah-sekolah keagamaan. </p>
<p>Ini muncul setelah sekolah keagamaan Citipointe Christian College di Brisbane <a href="https://www.abc.net.au/news/2022-02-05/qld-citipointe-christian-college-principal-steps-down-leave/100807242">menuai kritik</a> karena mengirim kontrak pendaftaran ulang ke orang tua siswa yang memuat pasal-pasal terkait gender dan seksualitas. Pasal tersebut mengibaratkan bahwa orientasi homoseksual sama parahnya dengan bestialitas (hubungan seksual dengan hewan) dan pedofilia (ketertarikan seksual kepada anak-anak). Kontrak tersebut kemudian dicabut dan sang kepala sekolah mundur sementara.</p>
<p>Sekolah swasta lain di Sydney juga <a href="https://www.theguardian.com/australia-news/2022/feb/07/sydney-private-school-lists-same-sex-relationships-along-with-abusive-relationships-as-not-acceptable">menuai respons tajam</a> karena memuat “pernyataan keyakinan” (<em>statement of faith</em>) dalam dokumen pendaftaran murid. Dokumen itu menyebutkan bahwa hubungan sesama jenis dan identitas transgender “tidak diterima oleh Tuhan”.</p>
<p>Yang dilakukan sekolah-sekolah keagaman di Australia ini bukanlah hal baru. Praktik meminggirkan individu LGBTQIA+ dari ruang religius punya sejarah yang panjang dan berkelok.</p>
<p>Sebagai seorang laki-laki gay dan pastor yang sebelumnya memiliki pandangan konservatif, <a href="https://ses.library.usyd.edu.au/handle/2123/26319">saya melakukan riset</a> untuk memahami pengalaman orang-orang yang harus melalui dinamika kompleks ini. Saya mewawancarai 24 individu LGBTQIA+ yang telah terlibat di beragam denominasi Kristen konservatif, dan banyak di antaranya yang menempuh pendidikan di sekolah keagamaan.</p>
<p>Wajar jika seseorang berpikir bahwa komunitas LGBTQIA+ dan gereja itu (sebagaimana yang dikatakan salah satu responden saya) “layaknya minyak dan air” – keduanya seakan tidak bisa bercampur. Tapi, sebanyak <a href="https://www.abs.gov.au/ausstats/abs@.nsf/Lookup/2071.0main+features852016">32% pasangan homoseksual di Australia mengaku sebagai pemeluk agama Kristen</a>.</p>
<p>Seiring waktu, kehadiran para individu LGBTQIA+ yang memeluk agama Kristen ini juga semakin terlihat di masyarakat dan suara mereka semakin didengar.</p>
<p>Kisah-kisah dari para partisipan riset saya, hampir seluruhnya menggambarkan trauma keagamaan (<em>religious trauma</em>) yang sangat jelas.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/lgbt-dan-inklusi-sosial-apa-kata-survei-91580">LGBT dan inklusi sosial: apa kata survei?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Memahami trauma keagamaan</h2>
<p>Trauma keagamaan (<em>religious trauma</em>) didefinisikan sebagai “<a href="https://www.jstor.org/stable/10.13186/group.37.4.0323">dampak buruk secara psikoligis yang meluas, yang bisa muncul akibat pesan, keyakinan, dan pengalaman keagamaan yang dialami seseorang</a>”.</p>
<p>Bayangkan seorang murid remaja di sekolah keagamaan yang mulai menyadari bahwa orientasinya tidak serta merta heteroseksual. Dalam lingkungan seperti ini, murid tersebut bisa saja diperingatkan setiap hari bahwa seksualitas mereka itu rusak, serta merupakan noda dan sumber rasa malu atau ulah setan.</p>
<p>Mereka juga mendapat peringatan tidak boleh mengalami relasi yang intim karena hal tersebut menandakan bahwa mereka ditakdirkan masuk neraka.</p>
<p>Berdasarkan penuturan para partisipan saya, pesan-pesan semacam ini kerap disampaikan secara halus oleh rohaniwan di koridor-koridor sekolah, secara lantang oleh rekan murid di taman bermain, dan secara formal oleh staf sekolah. Mereka membandingkan orang gay dengan seorang pembunuh. Individu transgender digambarkan sebagai ancaman terhadap lingkungan sosial.</p>
<p>Para orang tua kemudian menyerap pesan-pesan ini dan menerapkannya pada anak-anak mereka, baik secara eksplisit maupun dalam diam.</p>
<p>Dalam riset saya, seorang partisipan menceritakan ulang obrolan yang ia dengar di suatu kelompok anak muda gereja saat ia remaja. Momen ini terjadi ketika ia tengah berproses menyadari dan menerima identitas seksualnya.</p>
<blockquote>
<p>It was a talk just about relationships […] and point seven of 15 was ‘being gay is not real’. It was such a confronting thing to hear when I was just at the pinnacle of realising what was happening for me, here was someone saying it doesn’t even exist. ‘It’s a disease that can be healed.’</p>
<p>(Obrolannya hanya tentang hubungan […] dan poin ke-7 dari 15 adalah bahwa ‘menjadi gay itu bukan hal yang nyata’. Saya merasa tertohok saat mendengarnya, apalagi ketika saya tengah di penghujung untuk proses menyadari apa yang terjadi pada saya, kemudian ada orang yang bilang bahwa perasaan ini tidak nyata, bahwa ‘ini adalah penyakit yang bisa disembuhkan.’)</p>
</blockquote>
<p>Seorang laki-laki lain yang masih muda menceritakan kepada saya tentang traumanya pada masa remaja ketika ia dipaksa menghadiri konseling.</p>
<blockquote>
<p>That was probably the lowest point that it ever got, because it was just a constant barrage of being told that I am horrible, that I am never going to amount to anything in life. And because of this small difference, I will never be considered human, never be considered like everybody else, never be loved, never be accepted, never have a wife. </p>
<p>(Itu mungkin adalah titik terendah, karena saya terus-terusan diberi tahu bahwa saya ini sangat buruk, bahwa saya tidak akan pernah jadi apa-apa dalam hidup. Dan karena perbedaan kecil ini, saya tak akan pernah dianggap manusia, tidak akan dianggap seperti orang-orang lainnya, tidak akan dicintai, tidak akan diterima atau punya pasangan.)</p>
</blockquote>
<p>Saya juga menanyakan seorang perempuan muda apa yang menurutnya perlu dipahami oleh tokoh-tokoh agama Kristen. Ia menjawab:</p>
<blockquote>
<p>They are not being driven to the edge of suicide because of what they believe, but I am, because of how they have treated me.</p>
<p>(Mereka tidak tahu rasanya ingin hampir bunuh diri karena apa yang mereka percayai. Saya mengalaminya, akibat cara mereka memperlakukan saya.)</p>
</blockquote>
<p>Riset saya menemukan bahwa orang-orang <em>queer</em> bisa jadi mengalami puluhan atau bahkan ratusan momen-momen semacam ini sepanjang kehidupan sehari-hari mereka. Momen-momen inilah yang menyadarkan mereka bahwa mereka tidak sedang berada di lingkungan yang aman.</p>
<p>Seiring waktu, momen yang besar maupun kecil seperti ini (sering disebut sebagai <a href="https://psycnet.apa.org/record/2015-30580-001">‘<em>microaggression</em>’</a>) terus menumpuk dan hampir pasti akan memperburuk kesehatan mental seseorang. Riset menunjukkan bahwa anak muda LGBTQIA+ yang terekspos pesan-pesan berbasis keagamaan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00918369.2014.1003009?journalCode=wjhm20">secara drastis lebih tinggi kemungkinannya</a> untuk mengekspresikan keinginan melukai diri sendiri (<em>self-harm</em>) atau keinginan bunuh diri (<em>suicide ideation</em>). </p>
<h2>Yang dibutuhkan orang <em>queer</em> religius untuk merasa aman</h2>
<p>Karena mereka merupakan bagian dari komunitas termarjinalkan, pemeluk agama – yang dalam konteks riset saya adalah agama Kristen – yang <em>queer</em> tak serta merta mendapatkan manfaat dukungan sosial dan faktor pelindung yang secara umum tersedia bagi populasi pemeluk agama tersebut.</p>
<p>Pihak yang semestinya memberikan keamanan dan perlindungan bagi mereka (orang tua, guru, dan pastor), dalam banyak kasus, justru menjadi pihak yang menyebabkan dampak buruk dan trauma. Para peniliti ilmu perilaku mengkategorikan pengalaman ini sebagai bentuk <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26460976/">stres minoritas</a>. </p>
<p>Seorang partisipan membagikan pengalamannya:</p>
<blockquote>
<p>When you’re in a Christian school, the last thing that you expect is full-on bullying from your own Christian teachers and leaders. They are the ones that you want to reach out to for help, but they were the last people that I wanted to go to and the last people that I felt safe around.</p>
<p>(Ketika kita belajar di sekolah Kristen, hal terakhir yang kita harapkan adalah perundungan frontal oleh guru dan pimpinan sekolah. Merekalah yang harusnya bisa kita andalkan ketika kita butuh bantuan, tapi mereka malah menjadi orang terakhir yang ingin saya temui dan justru membuat saya merasa tidak aman.)</p>
</blockquote>
<p>Semua ini dibangun atas dasar interpretasi kitab suci yang menekankan bahwa Tuhan menciptakan manusia hanya sebagai makhluk yang heteroseksual dan cisgender – selain itu adalah bentuk “kerusakan”.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-bagaimana-muslim-memahami-identitas-gender-yang-beragam-177614">Riset: bagaimana Muslim memahami identitas gender yang beragam?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tapi, penting untuk kita catat bahwa beberapa kritik paling keras terhadap Citipointe Christian College justru datang dari <a href="https://www.ascqld.org/wp-content/uploads/2022/01/2022-01-L-Heads-and-Chairs-1.pdf?fbclid=IwAR2ibBRk5iOLCwOA9_W-iFCXDFlRiCqlIL4KCjW9y-rBPR1G_bkFgfEcRwo">pemeluk Kristen lainnya</a> (banyak di antaranya <a href="https://www.abc.net.au/religion/why-we-refuse-to-sign-citipointe-college-disciminatory-contract/13736394">punya koneksi dengan sekolah</a>).</p>
<p>Ini adalah bukti bahwa ada sebagian besar (dan terus tumbuh) dari gereja yang tengah berupaya memahami kembali pesan-pesan kitab suci seiring munculnya temuan-temuan riset terkait gender dan seksualitas.</p>
<p>Solusi legislatif hanya satu dari sekian respons terhadap kompleksitas eksklusi komunitas LGBTQIA+. Sebagai masyarakat, kita perlu terus berupaya memahami isu-isu ini tanpa jatuh pada perangkap “Kristen versus komunitas <em>queer</em>”.</p>
<p>Dan, meski memahami berbagai pengalaman terkait trauma ini adalah hal yang vital, perbaikan hanya bisa dilakukan ketika orang-orang <em>queer</em> merasa aman untuk berhubungan dengan komunitas keagamaan tanpa adanya ancaman diskriminasi. Para tokoh agama kini perlu bergelut dengan bagaimana caranya melakukan ini. Perubahan tengah terjadi, tapi jalan menuju inklusivitas masih cukup jauh.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/193957/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joel Hollier tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Praktik meminggirkan individu LGBTQIA+ dari ruang religius punya sejarah yang panjang dan berkelok. Riset baru saya mengungkap pengalaman 24 orang di Australia yang mengalami hal tersebut.Joel Hollier, Sessional Academic, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1928822022-10-28T06:11:44Z2022-10-28T06:11:44ZRiset: bagaimana anak muda bisa bongkar prasangka keagamaan dan lawan radikalisme lewat dialog lintas iman<p><em>Artikel ini terbit dalam rangka Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2022.</em></p>
<hr>
<p>Banyak riset selama ini menempatkan <a href="https://ppim.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/11/Survey-Nasional-Keberagamaan-GenZ.pdf">anak muda sebagai kelompok yang terlibat atau rentan</a> terhadap gerakan <a href="http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alalbab/article/view/1546">radikalisme dan ekstremisme</a>.</p>
<p><a href="https://ppim.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/11/Survey-Nasional-Keberagamaan-GenZ.pdf">Survei 2017 dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta</a>, misalnya, menemukan bahwa dari 1859 pelajar dan mahasiswa di 34 provinsi, banyak yang punya opini keagamaan yang intoleran (51,1%) dan radikal (58,5%), serta mendukung persekusi terhadap kelompok minoritas keagamaan (86,55%).</p>
<p>Survei itu juga menyebutkan beberapa faktor pendorong – dari pendidikan di sekolah, keterpaparan di internet, hingga kegagalan organisasi keagamaan merangkul anak muda.</p>
<p>Tetapi, di sisi lain, pandangan demikian seolah menyiratkan kalau anak muda semata-mata “korban” dari faktor-faktor tersebut dan tidak punya agensi mereka sendiri.</p>
<p>Di tengah banyak kajian keagamaan anak muda, sedikit yang meneliti kenapa di tengah arus konservatisme yang mengemuka, masih ada kelompok anak muda yang menarasikan sebaliknya: perdamaian dan toleransi.</p>
<p><a href="https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/raushanfikr/article/view/6083">Riset yang saya terbitkan</a> pada Agustus 2022 mencoba mengisi kekosongan ini.</p>
<p>Dalam riset tersebut, saya mencoba menawarkan gambaran bagaimana komunitas anak muda justru menerapkan strategi-strategi untuk saling membongkar prasangka keagamaan dan mengkampanyekan kerukunan antarumat beragama melalui dialog lintas iman, serta faktor apa saja yang melatarinya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pentingnya-riset-tentang-keseharian-anak-muda-dalam-memahami-tingkat-konservatisme-di-antara-mereka-132665">Pentingnya riset tentang keseharian anak muda dalam memahami tingkat konservatisme di antara mereka</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Mengurai prasangka lewat “Kemah Perdamaian”</h2>
<p>Studi yang saya lakukan berlangsung dari 2019 sampai 2020 di komunitas anak muda lintas iman di Yogyakarta bernama <a href="https://yipci.org/"><em>Young Interfaith Peacemaker Community</em> (YIPC)</a>.</p>
<p>Penelitian ini melibatkan sejumlah fasilitator dan anggota komunitas tersebut. Mereka menguraikan beragam strategi, program rutinnya, dan faktor di balik upaya pembendungan narasi ekstremisme dan kampanye toleransi keagamaan.</p>
<p>Komunitas YIPC mengusung empat nilai utama: berdamai dengan Tuhan (relasi vertikal-ilahiah), berdamai dengan diri sendiri (bentuk <em>self-acceptance</em>), berdamai dengan sesama manusia (sosial horizontal), dan berdamai dengan lingkungan (nilai ekologi). Keempat nilai yang saling berhubungan itu disisipkan pada setiap program rutin mereka, salah satunya adalah “Kemah Perdamaian” (<em>Peace Camp</em>).</p>
<p>Para peserta berkemah selama 3 hari 2 malam dengan agenda berisi materi, permainan, dan utamanya dialog interaktif dengan sesama peserta secara lintas iman.</p>
<p>Dalam kemah perdamaian ini, misalnya, dialog lintas iman berlangsung dengan cukup seru – bahkan sengit – terutama pada sesi mengurai prasangka.</p>
<p>Para peserta diajak untuk berani mengungkapkan pendapat dan praduga mereka, untuk kemudian mengklarifikasinya langsung dengan pemeluk agama yang bersangkutan secara tatap muka. Setiap individu diberi ruang bebas untuk bertanya, mengemukakan isu, hingga memberi pernyataan yang “keji” sekalipun.</p>
<p>Tidak jarang tema sensitif menyeruak.</p>
<p>Sebagai contoh, dari peserta Muslim ke peserta Kristiani muncul pertanyaan:</p>
<blockquote>
<p>“Yesus disalib kenapa disembah?”,</p>
<p>“Apa itu konsep trinitas?”,</p>
<p>“Bedanya Roh Kudus-Allah-Yesus itu bagaimana?” hingga</p>
<p>“Babi rasanya gimana?”</p>
</blockquote>
<p>Peserta Kristiani pun bertanya balik ke rekan-rekan mereka yang beragama Muslim:</p>
<blockquote>
<p>“Muslim kenapa suka poligami?”</p>
<p>“Kenapa banyak yang jahat dan suka mendiskriminasi kelompok lainnya” atau “merasa paling benar?” hingga</p>
<p>“Kenapa suka main agama di ranah politik?”</p>
</blockquote>
<p>Hal yang menarik dari sesi klarifikasi prasangka semacam itu adalah prosesnya yang fokus mengurai kekusutan yang cenderung negatif – dan selama ini dipendam masing-masing pihak.</p>
<p>Poin-poin tersebut kemudian mereka catat di kertas besar, lalu “pihak tersangka” diberi kesempatan untuk menjelaskan.</p>
<p>Di sini, mereka belajar topik-topik baru dari ajaran agama yang berbeda, dan boleh jadi, mereka sembari membaca ulang pengetahuan keagamaan miliknya sendiri (retrospeksi) untuk menjawab pertanyaan dari peserta yang lain.</p>
<h2>Kesadaran kolektif dan “musuh yang terbayang”</h2>
<p>Usai mencermati beragam ekspresi, pernyataan, aktivitas, dan cerita lewat percakapan dengan sejumlah peserta dalam <em>Peace Camp</em> ini, saya mendapat beberapa indikasi implisit mengenai faktor di balik keikutsertaan mereka mengkampanyekan perdamaian.</p>
<p>Dua di antaranya adalah kesadaran kolektif dan “imajinasi musuh bersama”.</p>
<p><a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/1468-5973.12217">Kesadaran bersama</a> ini muncul dan tumbuh sebagai respons terhadap situasi eksternal – dalam hal ini radikalisme dan ekstremisme – yang mengancam <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13694670500071695">kebutuhan dasar pemeluk agama akan rasa aman</a>.</p>
<p>Respons ini kemudian bisa memantik lahirnya interaksi lintas iman serta aksi kolektif untuk memerangi ancaman tersebut.</p>
<p>Dalam <em>Peace Camp</em> YIPC, misalnya, elemen kesadaran kolektif ini sangat memotivasi beberapa individu demi mencegah potensi konflik di antara rekan-rekannya yang berbeda agama.</p>
<p>Sedangkan adanya “<a href="https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=2nUJFtoHq7YC&oi=fnd&pg=PA1&dq=info:mp1RhovA_NEJ:scholar.google.com/&ots=7U9lua4M_Q&sig=_xC6a7iKTJbX0CPgFzEfKn9xdg0">musuh yang terbayang</a>” (<em><a href="https://www.ceeol.com/search/article-detail?id=287483">imagined common enemy</a></em>) memainkan peran di dalam iklim sosial dan politik, serta jarang kita sadari.</p>
<p>Banyak pihak sering <a href="https://www.researchgate.net/publication/342703812_The_Myth_of_Religious_Radicalism">menggembor-gemborkan ekstremisme dan radikalisme</a> sehingga citranya semakin mengerikan. Di sini, misalnya, negara kerap membuat adanya <a href="https://www.academia.edu/1595967/The_Spectres_of_Simulacra_Hyperreality_Consumption_as_Ideology_and_the_Im_Possible_Future_of_Radical_Politics">hiper-realitas</a> (kesulitan membedakan imajinasi dan realitas), dan dengan peran media dan beragam institusi lainnya, berujung menciptakan <em>imagined common enemy</em> yang harus diperangi masyarakat Indonesia.</p>
<p>Dalam sejarah Indonesia, salah satu contoh <em>imagined common enemy</em> paling nyata adalah komunisme, Partai Komunis Indonesia (PKI), beserta beragam kelompok afiliasinya. Karena narasi yang dibangun <a href="https://theconversation.com/bagaimana-mantan-tapol-1965-beserta-keluarga-mereka-bergelut-dengan-memori-kekerasan-masa-lalu-191598">pemerintah Orde Baru</a>, masyarakat punya bayangan di kepalanya bahwa yang terlibat dengan PKI harus diberantas.</p>
<p>Sementara dalam konteks keagamaan, negara kini membangun <em>imagined common enemy</em> berupa ancaman radikalisme dan ekstremisme terhadap kebhinnekaan, serta beragam entitas yang dianggap sebagai wujud ide tersebut – di antaranya organisasi seperti <a href="https://theconversation.com/siasat-islam-politik-mengubah-lanskap-demokrasi-indonesia-84148">Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)</a> yang mengusung angan-angan ideologis untuk mendirikan negara Islam.</p>
<p>Ini turut merangsang individu-individu, sering kali secara tanpa sadar, untuk ambil bagian memberantasnya.</p>
<p>Dalam kadar tertentu, <em>imagined common enemy</em> dapat menjadi katalis solidaritas sosial dan lintas iman. Hal ini juga sudah tampak dalam banyak bentuk, baik <a href="https://en.qantara.de/content/the-psychology-of-pegida-the-craving-for-an-enemy">di koran, televisi, hingga media sosial.</a> </p>
<p>Meski pada saat yang sama, ia juga memiliki dampak negatif yaitu berpotensi melanjutkan siklus “lingkaran setan kebencian”. Kita kerap menemukan, misalnya, dalam upaya individu atau kelompok tertentu mempromosikan toleransi, mereka justru malah <a href="https://www.researchgate.net/profile/Burhanuddin-Muhtadi/publication/340611748_The_Myth_of_Pluralism_Nahdlatul_Ulama_and_the_Politics_of_Religious_Tolerance_in_Indonesia/links/5ecc887292851c11a88aa0bb/The-Myth-of-Pluralism-Nahdlatul-Ulama-and-the-Politics-of-Religious-Tolerance-in-Indonesia.pdf">diam-diam terpeleset ikut membenci kelompok yang tidak sepaham</a> tanpa kesediaan untuk berdialog dengan mereka.</p>
<h2>Membangun budaya dialog: pentingnya perjumpaan langsung</h2>
<p>Para anak muda YIPC dalam riset saya, yang awalnya menyimpan beragam prasangka terhadap rekan-rekannya yang memeluk agama lain, mengaku berubah pandang setelah mengikuti <em>Peace Camp</em>.</p>
<p>Secara langsung atau tidak, hal ini menunjukkan bahwa perjumpaan langsung turut <a href="https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/16962">berkontribusi pada keterbukaan dan sikap inklusif</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/toleran-di-permukaan-konsep-multikulturalisme-gagal-membangun-relasi-beragama-yang-bermakna-di-indonesia-174410">Toleran di permukaan: konsep multikulturalisme gagal membangun relasi beragama yang bermakna di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Format dialog lintas iman yang dibuat menarik dan seru juga turut membuat anak muda lebih bersedia membangun jembatan sosial dengan mereka yang berbeda.</p>
<p>Berkaca pada strategi komunitas anak muda ini, penting bagi setiap upaya pencegahan ekstremisme kekerasan untuk <a href="https://theconversation.com/demi-dunia-yang-aman-untuk-anak-sekolah-perlu-ajarkan-tentang-beragam-agama-dan-cara-pandang-berkaca-dari-australia-189075">menyediakan ruang temu yang aman bagi banyak individu dengan latar belakang yang berbeda-beda</a>. Dengan perjumpaan langsung di ruang aman tersebutlah dialog yang sehat dapat terjadi dan secara berangsur-angsur membuka cakrawala masyarakat Indonesia sejak usia muda.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192882/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Muhammad Naufal Waliyuddin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Dalam riset saya, suatu komunitas anak muda berupaya saling membongkar prasangka mereka dan melawan ekstremisme keagamaan melalui dialog lintas iman.Muhammad Naufal Waliyuddin, Researcher of Youth and Religious Studies. Doctoral candidate in Islamic studies, Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1905632022-09-16T08:52:07Z2022-09-16T08:52:07ZMengurai polemik pendidikan agama dalam sejarah panjang UU Sisdiknas – dan minoritas penghayat yang selalu terlupakan<p>Pemerintah telah resmi <a href="https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/resmi-diusulkan-masuk-prolegnas-prioritas-pemerintah-ajak-publik-berikan-masukan-kepada-naskah-ruu-sisdiknas">mengajukan</a> Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) untuk masuk ke dalam program legislasi nasional (prolegnas) prioritas tahun 2022 sejak Agustus lalu.</p>
<p>Meski RUU Sisdiknas 2022 membawa perubahan besar dengan <a href="https://sisdiknas.kemdikbud.go.id/tanya-jawab/">menggantikan tiga UU</a> yang berbeda, serta mengenalkan <a href="https://twitter.com/goldydharmawan/status/1564470306261323779">beragam kebijakan positif</a> – termasuk penyederhanaan standar capaian pendidikan dan tenaga pengajar – UU Sisdiknas sendiri bukanlah hal baru. Sebelumnya telah ada <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46794/uu-no-2-tahun-1989">UU Sisdiknas 1989</a>, dan juga <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-20-tahun-2003">UU Sisdiknas 2003</a> yang saat ini masih berlaku.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/membedah-tiga-tujuan-utama-ruu-sisdiknas-payung-hukum-baru-yang-akan-merombak-sistem-pendidikan-indonesia-190538">Membedah tiga tujuan utama RUU Sisdiknas: payung hukum baru yang akan merombak sistem pendidikan Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Menariknya, sejarah perumusan UU Sisdiknas selama ini selalu diwarnai perdebatan panas tentang pendidikan agama.</p>
<p>Pada pembahasan UU Sisdiknas 1989 dan 2003, misalnya, isu <a href="http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/77">mata pelajaran agama dan bagaimana cara pengajarannya yang tepat</a> menjadi pokok persoalan yang membelah sikap publik.</p>
<p>Perdebatan serupa berpotensi kembali terulang pada pembahasan RUU Sisdiknas 2022. Pada awal perumusannya saja, RUU ini sudah menuai kontroversi karena <a href="https://kemenag.go.id/read/madrasah-hilang-di-ruu-sisdiknas-2022-xmq0m">tidak mengakui madrasah secara eksplisit</a>.</p>
<p>Kontroversi yang berkelanjutan menunjukkan bahwa proses pembahasan UU Sisdiknas sarat dengan dinamika politik antara berbagai kelompok beragama di Indonesia.</p>
<p>Seperti apa polemiknya sejak tahun 1989? </p>
<h2>Kontroversi panas pendidikan agama dalam sejarah UU Sisdiknas</h2>
<p>Pada tanggal 29 Juni 1988, Menteri Pendidikan (Mendikbud) Fuad Hasan <a href="http://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/view/77">mengusulkan RUU Sisdiknas</a> kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).</p>
<p>Argumen pemerintah kala itu adalah merespons “kebutuhan pendidikan Indonesia di era modern” yang belum terpenuhi oleh <a href="https://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/uu_04_50.pdf">UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran (UUPP)</a> Tahun 1950. UUPP, misalnya, tidak memuat narasi tentang iman dan taqwa, serta tidak mewajibkan pendidikan agama – dan ini memicu keresahan masyarakat akan potensi “sekulerisasi” dunia pendidikan Indonesia.</p>
<p>Berbagai <a href="https://www.neliti.com/publications/242857/kajian-sosio-historis-tentang-politik-kebijakan-pendidikan-islam-di-indonesia">organisasi dan tokoh-tokoh Muslim Indonesia</a> kemudian melakukan advokasi, lobi, dan memperjuangkan aspirasi akan pentingnya pendidikan agama.</p>
<p>Pemerintah akhirnya mengakomodasi aspirasi mereka pada beberapa pasal dalam <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46794/uu-no-2-tahun-1989">UU Sisdiknas 1989</a>. Misalnya, Pasal 39 menyebutkan bahwa kurikulum tiap jenis, jenjang, dan jalur pendidikan wajib memuat pendidikan Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan – hal yang masih berlaku hingga saat ini.</p>
<p>Perdebatan mengenai agama terulang pada pembahasan UU Sisdiknas 2002-2003 (era Presiden Megawati Soekarnoputri) dan kembali menimbulkan pembelahan sosial.</p>
<p>Kala itu, muncul Pasal 12 Ayat 1(a) yang tak hanya mewajibkan pendidikan agama, namun juga harus “diajar oleh pendidik yang seagama”.</p>
<p>Profesor agama Islam, <a href="https://scholarlypublications.universiteitleiden.nl/handle/1887/10061">Mujiburrahman</a> mengatakan kewajiban penyelenggaraan kelas agama ini bertujuan “melindungi hak beragama” pelajar Muslim. Pada waktu itu, banyak siswa Muslim di luar Pulau Jawa <a href="https://scholarlypublications.universiteitleiden.nl/handle/1887/10061">belajar di institusi pendidikan Kristen</a> – <a href="https://scholarlypublications.universiteitleiden.nl/handle/1887/10061">ada kepanikan masyarakat</a> bahwa pendidikan agama Islam oleh pengajar Kristiani dapat membuat siswa pindah ke agama Kristen atau menjadi Muslim yang tidak taat.</p>
<p>Namun, pasal ini <a href="https://www.academia.edu/24247899/Penelitian_Problematika_Pendidikan_Agama">ditentang oleh berbagai institusi dan jaringan pendidikan Kristiani</a>, dari Majelis Pendidikan Kristen, Majelis Nasional Pendidikan Katolik, hingga Konferensi Wali Gereja Indonesia. Bahkan, dalam proses legislasinya, berbagai partai politik di DPR pun terbelah dan membentuk dua kubu.</p>
<p>Mereka berargumen bahwa sekolah keagamaan berhak menjalankan operasional pendidikan sesuai sumber daya yang mereka miliki. Sekolah swasta yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan – agama apapun – juga <a href="https://www.semanticscholar.org/paper/Equity-in-the-Classroom%EF%BC%9A-The-System-and-Improvement-Widyastuti-Purbani/d1db7e416bdffbf3461f2e356c15d785d6450bd2">cenderung “terutup”</a> untuk guru maupun staf yang beda agama.</p>
<p>Pasal tersebut, di mata mereka, adalah bentuk penyelewengan kuasa negara yang mengingkari semangat reformasi. </p>
<p>Meski demikian, RUU Sisdiknas tersebut pada akhirnya <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/43920/uu-no-20-tahun-2003#:%7E:text=Dalam%20UU%20ini%20diatur%20mengenai,bahasa%20pengantar%3B%20dan%20wajib%20belajar">disahkan pada 8 Juli 2003</a>, yang berlaku hingga saat ini, dengan tetap memuat pasal-pasal kontroversial yang mewajibkan penyelenggaraan pendidikan agama bagi seluruh pelajar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kasus-pemaksaan-jilbab-bagaimana-iklim-politik-pengaruhi-kebijakan-seragam-sekolah-188087">Kasus pemaksaan jilbab: bagaimana iklim politik pengaruhi kebijakan seragam sekolah</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Di balik polemik: minoritas kepercayaan yang termarjinalkan</h2>
<p>Kontroversi mengenai isu agama masih berpotensi terjadi pada RUU Sisdiknas 2022, meski perdebatan atas pasal terkait agama tidak sepanas pada dua UU Sisdiknas sebelumnya.</p>
<p>Beragam kewajiban tentang penyelenggaraan pendidikan agama pada UU Sisdiknas 2003 (Pasal 12 dan Pasal 37), <a href="https://sisdiknas.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2022/08/2208-Naskah-RUU-Sisdiknas.pdf">masih bertahan</a> pada naskah terbaru RUU Sisdiknas 2022. RUU baru ini bahkan sempat membuka ruang konflik lainnya dengan <a href="https://kemenag.go.id/read/madrasah-hilang-di-ruu-sisdiknas-2022-xmq0m">absennya pengakuan madrasah</a> secara eksplisit di batang tubuh naskahnya.</p>
<p>Ironisnya, di tengah beragam perseteruan tentang pendidikan agama yang telah berlangsung sejak 1989 hingga sekarang, ada kelompok yang selalu saja termarjinalkan: penghayat aliran kepercayaan.</p>
<p>Hak pendidikan keagamaan warga penghayat kepercayaan hingga kini tak pernah termaktub pada naskah UU Sisdiknas – termasuk di naskah terbaru RUU Sisdiknas 2022.</p>
<p>Satu-satunya regulasi yang mengatur layanan hak pendidikan penghayat kepercayaan di sekolah adalah <a href="https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkma/permendikbud-no-27-tahun-2016-tentang-layanan-pendidikan-kepercayaan-terhadap-tuhan-yme-pada-satuan-pendidikan/">Permendikbud Nomor 27/2016</a> tentang Layanan Pendidikan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan.</p>
<p>Tapi, keberadaan norma tersebut belum menunjukkan komitmen dan keterpihakan pemerintah untuk menjamin layanan pendidikan yang nondiskriminatif, dan menjunjung hak asasi manusia (HAM) serta kemajemukan bangsa.</p>
<p>Misalnya, masih terdapat <a href="https://regional.kompas.com/read/2020/06/21/05450051/cerita-para-pengajar-penghayat-kepercayaan-mengajar-tanpa-bayaran--paling?page=all,%20https://tirto.id/diskriminasi-penganut-kepercayaan-bwri">berbagai macam halangan</a>, termasuk penerimaan sosial bagi penghayat aliran kepercayaan, maupun ketersediaan guru dan buku ajar bagi mereka. Bahkan, hingga kini, masih banyak <a href="https://tirto.id/hak-pendidikan-penghayat-kepercayaan-didiskriminasi-dan-diabaikan-gkF1">kasus intimidasi dan perundungan</a> terhadap pelajar penghayat kepercayaan.</p>
<p>Lemahnya pengakuan pemerintah akan hak warga penghayat kepercayaan dalam naskah RUU Sisdiknas 2022 yang masih setengah hati berpotensi meneruskan masalah <a href="https://www.merdeka.com/jateng/jalan-berliku-pelajar-penghayat-dapat-pendidikan-kepercayaan-alami-diskriminasi.html">diskriminasi dalam sistem pendidikan Indonesia</a> yang telah lama mengakar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-perda-keagamaan-memberi-ruang-bagi-sekolah-untuk-paksakan-pemakaian-jilbab-dan-mengikis-hak-pelajar-minoritas-154080">Bagaimana perda keagamaan memberi ruang bagi sekolah untuk paksakan pemakaian jilbab dan mengikis hak pelajar minoritas</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Masyarakat perlu terus mengawal</h2>
<p>Perdebatan mengenai pendidikan agama yang mewarnai UU Sisdiknas dari tahun ke tahun menunjukkan rentannya isu agama di antara masyarakat.</p>
<p>Pendidikan agama ini telah melalui beragam perdebatan dalam beberapa dekade ke belakang – termasuk relevansinya di sekolah dan bagaimana pengajarannya yang tepat. Hal ini kemungkinan akan terus berlanjut juga pada UU Sisdiknas yang lain di dekade-dekade mendatang sebagai refleksi atas kondisi masyarakat dan perkembangan dinamika politik di Indonesia.</p>
<p>Meski demikian, UU Sisdiknas sebagai norma hendaknya melibatkan keragaman aspirasi kelompok kepercayaan di tengah masyarakat – tak hanya pemeluk agama-agama besar seperti selama ini, tapi juga minoritas penghayat aliran kepercayaan.</p>
<p>RUU Sisdiknas 2022 adalah peluang untuk menguatkan <a href="https://crcs.ugm.ac.id/pendidikan-kepercayaan-antara-kerelawanan-dan-tanggung-jawab-negara/">komitmen negara dan pemerintah</a> demi menambal diskriminasi di dunia pendidikan. Kelompok minoritas rentan, dengan ukungan masyarakat sipil, harus terus mengadvokasi dan mengawal aspirasi mereka yang belum terakomodasi.</p>
<p>Belajar dari UU Sisdiknas Tahun 1989 dan 2003, hendaknya proses RUU Sisdiknas 2022 mampu menjadi medium untuk merajut kohesi sosial atas keragaman masyarakat Indonesia – bukan untuk memelihara polarisasi, segregasi dan eksklusi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/190563/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sari Oktafiana menerima dana dari dari VLIR UOS untuk melakukan studi doktoral.</span></em></p>Sejarah perumusan UU Sisdiknas, dari edisi pertamanya pada 1989 hingga rancangan terbarunya pada 2022, selalu diwarnai perdebatan panas tentang pendidikan agama di sekolah.Sari Oktafiana, PhD Researcher, KU LeuvenLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1890752022-08-20T08:10:56Z2022-08-20T08:10:56ZDemi dunia yang aman untuk anak, sekolah perlu ajarkan tentang beragam agama dan cara pandang: berkaca dari Australia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/480075/original/file-20220819-2895-dslylr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Murid bisa memahami agama teman-teman mereka dengan lebih baik jika mendapatkan pendidikan tentang agama-agama dunia dan cara pandang yang beragam.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Sekitar 80% murid sekolah menengah di Australia yang mendapatkan mata pelajaran tentang agama-agama yang beragam, mengaku punya pandangan positif terhadap masyarakat Muslim. Angka ini turun menjadi 70% bagi mereka yang tidak mendapatkan mata pelajaran serupa.</p>
<p><a href="http://sociology.cass.anu.edu.au/research/projects/australia-s-gen-zs">Studi yang kami lakukan</a> secara nasional di Australia pada tahun 2019 terkait Generasi Z (lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga akhir 2000-an) menunjukkan bahwa remaja yang terekspos pembelajaran tentang keberagaman agama dan pandangan ternyata lebih toleran terhadap kelompok minoritas agama, termasuk Muslim dan Hindu, dibandingkan mereka yang tidak.</p>
<p>Di Australia, pendidikan keagamaan umum berbeda dengan pengajaran agama.</p>
<p>Pengajaran agama dilakukan oleh guru atau relawan dari komunitas agama dan berfokus pada pengasahan keyakinan dalam suatu agama tertentu. Sementara dalam pendidikan keagamaan umum, guru memberikan pengajaran terkait beragam pandangan dan tradisi keyakinan di dunia, termasuk humanisme atau rasionalisme. </p>
<p>Pendidikan keagamaan umum seperti ini seringkali merupakan mata pelajaran yang khusus di sekolah Katolik atau sekolah keagamaan lain di Australia.</p>
<p>Sekolah negeri biasanya tidak memberikan kesempatan bagi murid untuk mempelajari pandangan dan agama yang beragam, dan hanya menawarkan materi terbatas di beberapa subjek humaniora seperti sejarah.</p>
<p>Mengajarkan anak-anak tentang keberagaman budaya dan pandangan, terutama yang ada dalam lingkungan sosial mereka, bisa membantu meredam prasangka buruk terkait agama yang seringkali kita lihat di media.</p>
<h2>Pendidikan agama dan cara pandang yang beragam</h2>
<p>Pertanyaan tentang agama di sekolah, dan khususnya apakah sebaiknya diajarkan dalam konteks sekolah negeri atau sekuler, adalah topik yang kontroversial tak hanya di Australia <a href="http://nor.theewc.org/Content/Bibliotek/COE-Steering-documents/Recommendations/Signposts-Policy-and-practice-for-teaching-about-religions-and-non-religious-world-views-in-intercultural-education">tapi juga seluruh dunia</a>.</p>
<p>Masih ada perdebatan terkait bagaimana materi keagamaan sebaiknya dimasukkan ke kurikulum, dan apakah pendidikan tentang keberagaman cara pandang bisa berperan mendorong harmoni sosial maupun mencegah ekstremisme berbasis kekerasan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/toleran-di-permukaan-konsep-multikulturalisme-gagal-membangun-relasi-beragama-yang-bermakna-di-indonesia-174410">Toleran di permukaan: konsep multikulturalisme gagal membangun relasi beragama yang bermakna di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada pertengahan 2000-an, sekolah-sekolah negeri yang bersifat sekuler di Australia punya kesempatan yang cenderung terbatas dalam mengajarkan pendidikan keagamaan umum dan cara pandang yang beragam. Sampai tahun 2006, negara bagian Victoria <a href="http://www.legislation.vic.gov.au/Domino/Web_Notes/LDMS/PubStatbook.nsf/51dea49770555ea6ca256da4001b90cd/575C47EA02890DA4CA25717000217213/%24FILE/06-024a.pdf">melarang pendidikan agama </a>, namun mengizinkan relawan untuk memberikan materi agama pada jam sekolah hingga tahun 2015.</p>
<p>Sekolah-sekolah di negara bagian lain seperti New South Wales (NSW), Australia Barat, Wilayah Utara, dan Tasmania masih menawarkan pengajaran agama. Khusus di NSW, murid bisa memilih untuk belajar <a href="https://education.nsw.gov.au/teaching-and-learning/curriculum/learning-across-the-curriculum/religion-and-ethics/about-religion-and-ethics">materi etika</a> ketimbang ilmu agama.</p>
<p><a href="https://www.acara.edu.au/curriculum">Kurikulum nasional di Australia</a> mulai berkembang pada tahun 2000-an. Kini, kurikulum tersebut mengandung materi terbatas terkait keberagaman agama dan cara pandang.</p>
<p>Adaptasi kurikulum baru tersebut di negara bagian Victoria untuk pertama kalinya mengandung dua bagian khusus tentang pembelajaran agama dan cara pandang yang beragam dalam materi <a href="http://victoriancurriculum.vcaa.vic.edu.au/the-humanities/introduction/about-the-humanities">humaniora</a> dan <a href="http://victoriancurriculum.vcaa.vic.edu.au/ethical-capability/introduction/learning-in-ethical-capability">etika</a>. Fokusnya pada beberapa tradisi keyakinan yang paling besar di Australia: Buddhisme, Kekristenan, Hinduisme, Islam, Sikhisme, Judaisme, serta humanisme sekuler dan rasionalisme.</p>
<h2>Riset kami tentang Generasi Z</h2>
<p>Studi yang kami lakukan terkait Generasi Z di Australia berjalan antara tahun 2016 hingga 2018. Riset kami bertujuan untuk mendukung kebijakan pendidikan dengan menginvestigasi bagaimana remaja memahami dunia di sekitar mereka dan juga isu-isu keagamaan. Penelitian ini mengurai pandangan remaja terkait keberagaman agama, spiritual, non-religius, kebudayaan, dan seksual di Australia pada abad ke-21.</p>
<p>Dalam studi kami, ada 11 kelompok di tiga negara bagian dan melibatkan hampir 100 murid pada jenjang kelas 9 dan 10 (usia 15-16 tahun). Selai itu, kami juga melakukan survei telepon yang melibatkan 1.200 orang berusia 13-18 tahun, ditambah 30 wawancara mendalam susulan dengan beberapa dari mereka.</p>
<p>Kami sebelumnya <a href="https://theconversation.com/new-research-shows-australian-teens-have-complex-views-on-religion-and-spirituality-103233">telah menerbitkan temuan riset</a> yang menempatkan remaja Australia ke dalam enam kelompok spiritual, termasuk beragam keyakinan non-religius dan spiritual di antara anak muda Australia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pentingnya-riset-tentang-keseharian-anak-muda-dalam-memahami-tingkat-konservatisme-di-antara-mereka-132665">Pentingnya riset tentang keseharian anak muda dalam memahami tingkat konservatisme di antara mereka</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Temuan kami juga menunjukkan bahwa remaja Generasi Z menerima keberagaman agama. Lebih dari 90% sepakat bahwa dengan adanya berbagai macam keyakinan, Australia menjadi tempat tinggal yang lebih baik.</p>
<p>Meski demikian, pandangan terhadap minoritas agama cenderung bercampur. Kami menemukan bahwa 74% memegang pandangan positif terhadap Islam, Buddhisme, dan Hinduisme, sementara 21% memegang pandangan moderat atau netral dan sebanyak 5% memiliki pandangan negatif. </p>
<p>Sekitar 85% remaja menganggap bahwa orang dengan keyakinan yang berbeda mengalami diskriminasi akibat agama mereka. Dalam kelompok diskusi terfokus (FGD), beberapa murid dari agama minoritas menyatakan beberapa kekhawatiran terkait antisemitisme (prasangka dan kebencian terhadap pemeluk agama atau tradisi Yahudi) dan kurangnya pemahaman tentang Hinduisme dan Buddhisme, ketimbang agama-agama samawi yang dianut oleh masyarakat Australia.</p>
<iframe title="Australians' (aged 13-18)&nbsp;viewsabout religious groups in Australia (% of type of education received)" aria-label="Long Table" src="https://datawrapper.dwcdn.net/nIizH/2/" scrolling="no" frameborder="0" width="100%" height="359"></iframe>
<p>Grup pra-survei kami juga mengungkap bahwa remaja Australia punya level literasi keagamaan yang moderat. Meski wawasan mereka cukup luas, pemahaman mereka cenderung dangkal.</p>
<p>Banyak murid bisa dengan mudah mengenali sejumlah gambar terkait penganut Kristen, Muslim, dan Buddha, termasuk Dalai Lama. Tapi hanya satu murid yang tahu apa sebenarnya signifikasi gelar Dalai Lama dan mengapa sosok tersebut sangat penting bagi warga Tibet.</p>
<p>Dalam survei kami, sebanyak 56% murid yang menghadiri sekolah menengah negeri dan 42% yang belajar di sekolah menengah swasta mengatakan mereka tidak mendapatkan pendidikan agama yang beragam maupun pengajaran tradisi keyakinan tertentu. Bandingkan hal ini dengan 81% murid di sekolah menengah Katolik yang mendapatkan keduanya.</p>
<p>Data kami menunjukkan bahwa pendidikan keagamaan yang beragam berkorelasi dengan penurunan persepsi negatif terhadap minoritas agama. Murid yang telah mendapatkan pendidikan ini punya pandangan yang paling positif terhadap minoritas agama di Australia. Sebaliknya, mereka yang tidak mendapatkan mata pelajaran ini dua kali lipat lebih mungkin memiliki pandangan yang netral atau negatif.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tiga-cara-sistem-pendidikan-indonesia-bisa-berperan-mencegah-radikalisme-dan-ideologi-kekerasan-161282">Tiga cara sistem pendidikan Indonesia bisa berperan mencegah radikalisme dan ideologi kekerasan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kesimpulan ini masih berlaku, bahkan setelah mempertimbangkan faktor lain seperti usia, gender, tipe sekolah, status ekonomi, dan identitas agama.</p>
<p>Remaja Gen Z yang mendapatkan pendidikan tentang agama yang beragam, secara signifikan beranggapan bahwa materi ini membantu mereka memahami agama orang lain (93%), membantu mereka menjadi lebih toleran (86%). Banyak dari mereka juga beranggapan bahwa mempelajari hal ini adalah hal yang penting (82%).</p>
<p>Di antara mereka yang belum berpartisipasi dalam program-program serupa, sebanyak 69% ingin belajar lebih banyak tentang agama-agama dunia, dan 67% ingin lebih banyak pelajaran tentang beragam cara pandang non-religius.</p>
<p>Kami menyarankan bahwa kurikulum pendidikan sebaiknya memasukkan lebih banyak pembelajaran tentang agama secara beragam dan berbagai cara pandang di dunia, baik di sekolah negeri, keagamaan, maupun institusi independen.</p>
<p>Hal ini akan meningkatkan literasi keagamaan, serta mendorong pemahaman dan rasa hormat lintas iman di antara masyarakat.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/189075/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anna Halafoff menerima pendanaan dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Andrew Singleton menerima pendanaan dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Gary D Bouma menerima pendanaan dari Australian Research Council.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mary Lou Rasmussen menerima pendanaan dari Australian Research Council.</span></em></p>Mengajarkan anak tentang keberagaman agama dan pandangan, terutama yang ada dalam lingkungan sosial mereka, bisa membantu meredam prasangka buruk terkait agama yang seringkali kita lihat di media.Anna Halafoff, Associate Professor in Sociology, Deakin UniversityAndrew Singleton, Professor of Sociology and Social Research, Deakin UniversityGary D Bouma, Emeritus Professor of Sociology, Monash UniversityMary Lou Rasmussen, Professor, School of Sociology, Australian National UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1867642022-08-12T10:22:48Z2022-08-12T10:22:48ZRiset: mengurai ‘narsisisme kolektif’ kaum muda Muslim Indonesia di media sosial<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/478903/original/file-20220812-16-jca53y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/stylish-young-ethnic-lady-in-hijab-using-mobile-phone-on-street-6084227/">(Pexels/Keira Burton)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini kami terbitkan dalam rangka Hari Remaja Internasional yang jatuh pada tanggal 12 Agustus</em>.</p>
<hr>
<p>Kata ‘narsisisme’ di masa kini ironisnya sering mengalami pendangkalan makna. Sifat narsis sering dihubungkan dengan aktivitas keranjingan swafoto (<em>selfie</em>), getol memposting dan memuji diri sendiri, serta aneka bentuk ekspresi pamer.</p>
<p>Padahal tidak sesederhana itu. Narsisisme juga bisa hadir, misalnya, dalam ekspresi keagamaan yang bersifat kelompok.</p>
<p>Bahkan narsisisme keagamaan bisa menyulut permusuhan antarkelompok yang selama ini sering hanya dipandang dari kacamata konflik mayoritas-minoritas – dari <a href="https://www.e-journal.unair.ac.id/MKP/article/view/2467">diskriminasi terhadap kelompok Syiah di Madura, Jawa Timur</a> dan <a href="https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/voxpopuli/article/view/18369">Makassar, Sulawesi Selatan</a> hingga penyerangan terhadap jemaah <a href="https://journal.untar.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/1507">Ahmadiyah</a>.</p>
<p>Perseteruan antarumat tersebut tidak saja melibatkan orang dewasa, namun juga kaum muda, dalam bentuk ‘narsisme keagamaan kolektif’. Kecenderungan psikologis ini berskala komunal dan berbasis ikatan keagamaan tertentu.</p>
<p><a href="https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/article/view/6623/3924">Riset saya</a> pada akhir 2019 berupaya mengurai fenomena narsisme kolektif keagamaan ini, dan mengamati wujudnya dengan mempelajari empat akun Instagram dan Facebook kaum muda Muslim di Indonesia.</p>
<h2>Narsisisme: gencar pada kaum muda dan berkembang menjadi kolektif</h2>
<p>Dalam psikologi, narsisisme diambil dari mitologi Yunani. <em>Narcissus</em>, sosok yang terlalu mengagumi pantulan wajahnya sendiri di telaga, diadopsi jadi istilah gangguan psikologis akan kecenderungan <em>egophilia</em> (kecintaan pada ego yang tinggi).</p>
<p>Narsisisme lalu masuk ke Manual Diagnosis dan Statistik Gangguan Mental <a href="https://psychiatryonline.org/pb-assets/dsm/update/DSM5Update2016.pdf">DSM-V</a> keluaran American Psychiatric Association (APA). Ini terangkum dalam beberapa gejala – termasuk fokus berlebihan pada diri sendiri, rasa superior, kurangnya empati, hingga cenderung mengeksploitasi orang lain.</p>
<p>Menurut peneliti psikologi seperti Kevin S. Carlson dan Joshua Grubbs, narsisisme ini lebih sering terlihat pada kaum muda. Riset Grubbs mengamati generasi muda dalam rentang usia 18-25 tahun ternyata <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0215637">lebih cenderung narsisistik</a> ketimbang generasi yang lebih tua.</p>
<p>Psikolog sosial <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0963721420917703">Agnieszka Golec de Zavala</a> juga memandang narsisisme yang pada mulanya gejala individual, ternyata dapat berkembang menjadi kolektif – termasuk dalam konteks ideologi seperti agama.</p>
<p>Misalnya, narsisisme dapat merambah ke banyak sektor seperti etnosentrisme, rasa nasionalisme yang berlebihan (<em>hyper-nationalism</em>), hingga fanatisme keagamaan.</p>
<p>Lalu, bagaimana variasi narsisisme kolektif ini menampakkan diri di antara kaum muda beragama di Indonesia?</p>
<h2>Kaum muda, logika <em>in-group</em>, dan fanatisme</h2>
<p>Riset saya berupaya mengamati ini melalui akun @pemudahijrahyuk, @generasi_muda_nu_official, dan @pp.pemudamuhammadiyah di Instagram, serta Indonesia Tanpa Pacaran (ITP) di Facebook pada akhir 2019. Meski demikian, saya melihat karakter unggahan mereka pada tahun 2022 ini secara umum masih memiliki corak yang sama.</p>
<p>Pada dua akun Instagram kaum muda Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, kelompok Muslim mayoritas ini menunjukkan ekspresi keagamaan dengan kebanggaan besar terhadap grup mereka sendiri.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=870&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=870&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=870&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1093&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1093&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/478888/original/file-20220812-1289-gpzhuu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1093&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Tangkapan layar dari konten @pp.pemudamuhammadiyah yang diunggah pada 4 Maret 2019)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Muhammadiyah menawarkan dukungan rasa kepercayaan diri dan solidaritas kepada kader mudanya tanpa memandang perbedaan kepentingan politik – setidaknya dalam batasan pandangan menurut kelompok mereka sendiri (Gambar 1). Ini menjadi tanda kepercayaan diri kolektif dan rasa memiliki terhadap organisasi yang cukup tinggi.</p>
<p>Sedangkan kader muda NU, yang tidak jauh berbeda dari Muhammadiyah, juga proaktif unjuk menampilkan wajah di dunia maya.</p>
<p>Mereka sering membagikan “rasa memiliki” dan “kebanggaan” menjadi NU dengan mengunggah keyakinan bahwa mereka berada di jalan yang benar (Gambar 2). Tapi, mereka juga terkadang memberi respons yang cenderung agresif atau ofensif terhadap kalangan yang tidak sejalan dengan nilai kelompoknya (Gambar 3).</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=403&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/478890/original/file-20220812-25-imfieg.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2 dan Gambar 3.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Tangkapan layar dari konten @generasi_muda_nu_official yang diunggah pada 11 Oktober 2019 dan 9 Agustus 2022)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di sisi yang lain, Pemuda Hijrah dan Indonesia Tanpa Pacaran (ITP) memiliki ekspresi yang tak kalah khas.</p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=860&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=860&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=860&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1081&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1081&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/478891/original/file-20220812-20-gx33u5.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1081&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 4.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Tangkapan layar dari konten @pemudahijrahyuk yang diunggah pada 7 September 2019)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Unggahan Pemuda Hijrah memiliki kecenderungan mengajak menjadi seorang Muslim yang merujuk ke ajaran Islam ‘puritan’ – atau sesuai dengan nilai pada masa awal Islam. Ada kesan bahwa pandangan generasi muda kelompok ini cenderung konservatif, meski terkadang diselangi dengan <a href="https://theconversation.com/ukhti-sekaligus-army-negosiasi-unik-antara-agama-dan-hiburan-pada-generasi-muda-muslim-di-indonesia-182694">konten budaya populer seperti TikTok dan drama Korea</a>.</p>
<p>Dalam satu unggahan, misalnya, mereka gelisah dan menyudutkan kelompok Muslimah lain yang memegang nilai tentang aurat dan busana yang berbeda dengan kelompok mereka (Gambar 4).</p>
<p>Selanjutnya, ITP hadir sebagai kelompok yang cukup militan dalam menolak berpacaran. Aktivitas siber dan penyebaran nilai <em>in-group</em> (khas kelompok) mereka di media sosial menggambarkan suatu kecenderungan narsisisme yang cukup kuat – untuk tidak menyebut ekstrem.</p>
<p>Kita bisa melihat bagaimana keempat kelompok ini memiliki kecenderungan narsisisme religius kolektif yang variatif.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=873&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=873&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=873&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1097&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1097&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/478892/original/file-20220812-18-bmhw7t.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1097&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 5.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Tangkapan layar dari konten @indonesiatanpapacaran yang diunggah pada 22 Juli 2022)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada yang ‘positif’, sebagaimana ulasan peneliti psikoanalisis dari Prancis, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1002/j.2167-4086.2002.tb00020.x">Andre Green</a>, yang mampu mendongkrak <em>self-esteem</em> (rasa percaya diri) seseorang dan meningkatkan <em>mood</em> dalam beraktivitas kelompok. </p>
<p>Sebaliknya, ada yang cenderung ‘negatif’ dan menandakan narsisisme yang mengarah ke fanatisme.</p>
<p>Beberapa unggahan tersebut, misalnya, menunjukkan karakter merendahkan (devaluasi) dan berupaya memancarkan dominasi terhadap kelompok <em>liyan</em> yang berpotensi melahirkan ketimpangan dan penindasan.</p>
<h2>Kaum muda perlu waspada dan lebih berempati</h2>
<p>Kita sering menjumpai individu dan kelompok yang membawa label keislaman tertentu yang menunjukkan narsisisme dan fanatisme. Terkadang, mereka bahkan merasa paling unggul dengan logika kelompoknya (<em>in-group</em>).</p>
<p>Perangai seperti ini dapat mengarahkan seseorang atau komunitas untuk melegitimasi perlakuan tindak kekerasan atas nama kebenaran kelompok.</p>
<p>Mengingat hal ini, kaum muda perlu waspada akan kecenderungan psikologi sosial tersebut – utamanya yang mengarah pada <a href="https://doi.org/10.1007/978-3-319-19650-3_2602">upaya dominasi sosial</a>. </p>
<p>Melatih diri dan kelompok agar lebih berempati agaknya menjadi penting untuk menjaga harmoni di masyarakat, sekaligus meredam potensi konflik antarumat beragama.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/186764/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Muhammad Naufal Waliyuddin tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Narsisisme di kalangan kaum muda tak hanya berupa aktivitas keranjingan swafoto, tapi juga bisa muncul dalam bentuk ekspresi atau terkadang fanatisme kelompok keagamaan.Muhammad Naufal Waliyuddin, Researcher of Youth and Religious Studies. Doctoral candidate in Islamic studies, Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.