tag:theconversation.com,2011:/us/topics/aic-pair-106247/articlesAIC-PAIR – The Conversation2023-01-24T04:31:40Ztag:theconversation.com,2011:article/1976272023-01-24T04:31:40Z2023-01-24T04:31:40ZRiset kami di kota pesisir Makassar tunjukkan SMK bisa jadi kunci mengembangkan kapasitas digital pekerja muda pelabuhan<p>Perekonomian Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tumbuh pesat dalam beberapa tahun belakangan. Pada 2019 sebelum pandemi, pertumbuhan provinsi ini <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/research/connectivity/overview-south-sulawesis-economy/">mencapai 6,9%</a> – lebih tinggi dari rata-rata nasional 5% – dengan pengembangan infrastruktur yang cepat, khususnya di industri maritim.</p>
<p>Seiring bertumbuh, industri wilayah ini pun mengalami digitalisasi. <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/wp-content/uploads/2022/11/YPS5-1-EN-ONLINE.pdf">Studi yang kami lakukan</a> pada tahun ini bersama program riset bilateral Australia-Indonesia Centre (AIC), menemukan adanya celah signifikan dalam hal literasi dan kemampuan digital antara sistem pendidikan dan kebutuhan industri di Sulawesi Selatan.</p>
<p>Tim kami membuat instrumen yang mengukur kompetensi digital individu lewat sembilan dimensi – termasuk pemikiran komputasional, komunikasi digital, dan kompetensi digital terkait rantai pasok. Kami kemudian melakukan campuran antara wawancara, survei, dan <em>focus-group discussion</em> (FGD) yang melibatkan pekerja muda di pelabuhan, manajemen pelabuhan, serta siswa dan kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).</p>
<p>Kajian ini menemukan bahwa pekerja pelabuhan meraih skor tinggi dalam aspek-aspek seperti identitas dan keamanan digital (4,3 dari 5) dan pengoperasian teknologi secara umum (4,2). Namun, mereka lemah dalam lima dari sembilan indikator, dan juga sangat tertinggal dalam aspek pemikiran komputasional (2,36) dan kompetensi digital terkait rantai pasok (2,34).</p>
<p>Literatur menunjukkan bahwa kedua kompetensi ini penting dalam meningkatkan efektivitas operasi pelabuhan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/501481/original/file-20221216-14-9lvdt7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pekerja di Pelabuhan Makassar lemah dalam banyak indikator kemampuan digital.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Australia-Indonesia Centre)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://comskills.co.uk/wp-content/uploads/2021/11/defining-the-skills-citizens-will-need-in-the-future-world-of-work.pdf">Pemikiran komputasional</a>, misalnya, mempengaruhi sebaik apa operator bisa merencanakan pemuatan dan pembongkaran peti kemas di pelabuhan. Sementara, <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2213624X1830350X">kemampuan digital dalam manajemen rantai pasok</a> sangat penting dalam pengoperasian program dan platform logistik.</p>
<p>Riset kami menunjukkan celah kompetensi ini ada karena beberapa alasan. Ini termasuk ketersediaan program pelatihan bagi pekerja muda yang masih terbatas, serta kurikulum sekolah dan guru yang belum berhasil membekali lulusan dengan kompetensi digital yang cukup.</p>
<p>Untuk menjawabnya, kami memandang pendidikan vokasi punya peran besar menutup kekurangan kemampuan digital ini. Kami juga memetakan beberapa peluang untuk memperbaiki tawaran program yang ada saat ini di berbagai SMK dan institusi vokasi lainnya di Makassar.</p>
<p><a href="https://www.ditjenvokasi.id/perencanaan/renstra">Pendidikan vokasi</a> di Indonesia, misalnya, dari SMK hingga politeknik, sebagian bertujuan untuk memajukan kapasitas digital para murid. Struktur kurikulumnya berbasis permintaan pasar kerja saat ini, dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan industri.</p>
<p>Memperbaiki institusi pendidikan vokasi ini – sekaligus menutup celah kompetensi yang ada – bisa membantu pekerja muda untuk benar-benar meraup manfaat dari ekonomi maritim yang tengah berkembang seperti di Makassar.</p>
<h2>Memajukan pendidikan vokasi, menutup celah literasi</h2>
<p>Untuk mengukur seberapa baik program pendidikan yang saat ini ditawarkan sekolah vokasi bisa berkontribusi menutup celah literasi digital di antara pekerja muda di pelabuhan, kami melakukan serangkaian wawancara dan survei dengan 198 murid dan tujuh kepala sekolah di Makassar.</p>
<p>Kami menemukan para siswa SMK ini punya skor yang sedikit lebih rendah dari para pekerja muda pelabuhan dalam kebanyakan aspek. Seperti mereka pula, para siswa ini juga masih lemah dalam aspek pemikiran komputasional (3,2) dan kompetensi digital terkait rantai pasok (2,4).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/501489/original/file-20221216-17-g5wq30.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/501489/original/file-20221216-17-g5wq30.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/501489/original/file-20221216-17-g5wq30.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/501489/original/file-20221216-17-g5wq30.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=372&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/501489/original/file-20221216-17-g5wq30.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=468&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/501489/original/file-20221216-17-g5wq30.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=468&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/501489/original/file-20221216-17-g5wq30.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=468&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Murid sekolah vokasi di Makassar meraih skor lebih tinggi dari pekerja pelabuhan dalam hal pemikiran komputasional dan kompetensi digital terkait rantai pasok.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Australia-Indonesia Centre)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi, skor para siswa dalam kedua aspek ini masih lebih tinggi dari para senior mereka di industri pelabuhan. </p>
<p>Ini menunjukkan bahwa sekolah vokasi sudah punya fondasi yang kuat dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Dengan sedikit perbaikan – seperti dalam hal kurikulum dan pengajaran – para SMK dan politeknik bisa menjadi mitra ideal bagi industri maritim Makassar untuk pelatihan maupun produksi talenta yang unggul dalam literasi digital.</p>
<p>Meski demikian, kami juga mengidentifikasi adanya keterbatasan pemahaman terkait aplikasi-aplikasi bisnis di antara para siswa. Sekitar 52,5% mendemonstrasikan kompetensi yang rendah dalam memakai perangkat lunak terkait manajemen rantai pasok.</p>
<p>Untuk menutup kekurangan ini, tim kami menyarankan sejumlah ranah perbaikan bagi sekolah vokasi di Makassar:</p>
<p><strong>1. Kembangkan dan desain ulang kurikulum untuk mengembangkan kompetensi digital yang relevan dengan industri</strong></p>
<p>Dalam <a href="https://kurikulum.kemdikbud.go.id/wp-content/unduhan/Struktur_SMK_2018.pdf">kurikulum SMK saat ini</a> di Indonesia, topik seperti identitas dan keamanan digital, kompetensi terkait manajemen rantai pasok, serta konsep dan operasi teknologi adalah tiga kemampuan digital utama yang belum dipertimbangkan.</p>
<p>Akibatnya, kurikulum SMK belum selaras dengan kebutuhan industri maritim Makassar.</p>
<p>Sekolah vokasi perlu mempertimbangkan untuk melakukan serangkaian lokakarya pengembangan atau perancangan ulang kurikulum yang melibatkan pemegang kepentingan dari industri, termasuk Pelabuhan Makassar, serta akademisi dan konsultan yang ahli dalam bidang literasi digital.</p>
<p>Kerangka literasi digital yang sudah kami buat pun bisa menjadi panduan dalam pengembangan ulang ini.</p>
<p>SMK lokal juga bisa membangun kemitraan dengan perguruan tinggi unggulan di Indonesia maupun negara tetangga untuk mendukung upaya perbaikan kemampuan digital dan kompetensi manajemen rantai pasok para murid dan pekerja muda.</p>
<p><strong>2. Tingkatkan kompetensi mengajar para guru</strong></p>
<p>Sekolah vokasi di Makassar perlu mengidentifikasi staf pengajar yang belum punya sertifikat kompetensi digital.</p>
<p>Dalam peraturan pendidikan di Indonesia, guru <a href="https://sma.kemdikbud.go.id/direktorat/data/files/Permendikbud%20Nomor%2045%20Tahun%202015%20Tentang%20Perubahan%20Atas%20Permendikbud%20No%2045%20Tahun%202015.pdf">memerlukan sertifikasi tertentu</a> – yang dalam hal ini dikelola Kementerian Pendidikan (Kemdikbudristek) – untuk mengajar subjek-subjek seperti teknologi informasi dan komunikasi, manajemen informasi, rekayasa perangkat lunak, rekayasa komputer dan jaringan, dan multimedia.</p>
<p><a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/wp-content/uploads/2022/11/YPS5-1-EN-ONLINE.pdf">Data kami</a>, sayangnya, menunjukkan bahwa lebih dari setengah staf pengajar di dua SMK di Makassar belum tersertifikasi. Proporsi mereka yang tersertifikasi hanya 10% dan 23,6% di masing-masing sekolah tersebut.</p>
<p><strong>3. Perkuat kemitraan antara sekolah vokasi lokal dan dunia industri</strong></p>
<p>Kemdikbudristek telah <a href="https://www.vokasi.kemdikbud.go.id/read/b/inilah-empat-program-kemitraan-dan-penyelarasan-untuk-meningkatkan-potensi-unggul-smk">menetapkan sejumlah kebijakan</a> untuk membangun koneksi yang lebih kuat antara SMK dan industri. Tapi implementasi berbagai kemitraan ini, termasuk yang melibatkan Pelabuhan Makassar, masih minim.</p>
<p>Selain memastikan relevansi pendidikan vokasi dengan kebutuhan industri – termasuk melalui program magang dan penyelarasan kurikulum – kemitraan pendidikan-industri juga bisa secara bersamaan mengemban biaya pendidikan sehingga para siswa lebih siap memasuki dunia kerja.</p>
<p>Kita perlu membangun hubungan yang lebih kuat antara para pemegang kepentingan termasuk, misalnya, Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Pelabuhan Makassar, dan para SMK dan politeknik di daerah ini.</p>
<hr>
<p><em>Penelitian ini didanai oleh pemerintah Australia melalui <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org">program PAIR</a> yang difasilitasi oleh Australia-Indonesia Centre (AIC).</em></p>
<p><em>Australia-Indonesia Centre (AIC) mendukung The Conversation Indonesia (TCID) dalam penerbitan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/197627/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sherah Kurnia menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Achmad Nizar Hidayanto menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Agus Wicaksana menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Armin Lawi menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dr Rod Dilnutt menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Hafizh Rafizal Adnan menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Rizky Utami menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Sri Astuti Thamrin menerima dana dari Australia-Indonesia Centre (AIC).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Helen Brown adalah anggota Dewan Bisnis Australia Indonesia (AIBC). Dia adalah Managing Director Bisnis Asia yang menerima dana pemerintah Australia untuk penelitian investasi asing bekerja sama dengan CIPS Indonesia. Dia bekerja untuk Australia-Indonesia Centre, yang didanai oleh pemerintah Australia.</span></em></p>Memperbaiki sekolah vokasi, sekaligus menutup celah kompetensi digital, bisa membantu pekerja muda untuk benar-benar meraup manfaat dari ekonomi maritim yang tengah berkembang.Sherah Kurnia, Associate Professor at the School of Computing and Information Systems, The University of MelbourneAchmad Nizar Hidayanto, Vice Dean for Resource, Venture, and General Administration, Faculty of Computer Science, Universitas IndonesiaAgus Wicaksana, PhD Candidate in Operations and Supply Chain Management, The University of MelbourneArmin Lawi, Associate Professor (Lektor Kepala) of Computer Science, Universitas HasanuddinDr Rod Dilnutt, Industry Fellow, The University of MelbourneHafizh Rafizal Adnan, PhD Student in Information Systems and Analytics, National University of SingaporeRizky Utami, Lecturer, Universitas HasanuddinSri Astuti Thamrin, Ph.D/ Dosen Universitas Hasanuddin, Universitas HasanuddinLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1747772022-01-14T04:09:25Z2022-01-14T04:09:25ZHarga rumput laut yang fluktuatif pengaruhi Indonesia sebagai produsen terbesar dunia. Apa saja penyebabnya?<p><a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/108806/perpres-no-33-tahun-2019">Lebih dari satu juta orang</a> pesisir di Indonesia mengandalkan pendapatan dari budidaya rumput laut, kontribusinya membuat industri rumput laut berkembang pesat di negara ini.</p>
<p>Permintaan ekstrak <a href="https://www.cabdirect.org/cabdirect/abstract/20013119633">karaginan</a> rumput laut, yang digunakan sebagai bahan pembentuk gel dalam banyak makanan olahan, telah mendorong pertumbuhan sektor ini. Saat ini, Indonesia merupakan produsen karaginan rumput laut <a href="https://www.fao.org/fishery/statistics/global-aquaculture-production/en">terbesar di dunia</a>.</p>
<p>Namun, harga di industri ini sangat fluktuatif, yang menyebabkan petani sulit memperoleh pendapatan berkesinambungan. Hal ini dapat mengurangi jumlah produksi dan dapat mempengaruhi <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/108806/perpres-no-33-tahun-2019">rencana pemerintah</a> untuk meningkatkan produksi lima kali lipat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432777/original/file-20211119-15-16qwmle.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432777/original/file-20211119-15-16qwmle.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=220&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432777/original/file-20211119-15-16qwmle.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=220&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432777/original/file-20211119-15-16qwmle.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=220&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432777/original/file-20211119-15-16qwmle.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=276&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432777/original/file-20211119-15-16qwmle.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=276&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432777/original/file-20211119-15-16qwmle.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=276&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Rencana pengembangan industri rumput laut di Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Langford et al. (2022)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Faktor-faktor yang mendorong perubahan harga belum dipahami dengan baik karena terbatasnya ketersediaan data harga rumput laut di Indonesia. Kami melakukan analisis harga formal pertama untuk industri rumput laut di Indonesia.</p>
<p>Kami mengidentifikasi tiga faktor utama yang mendorong perubahan harga di Indonesia: industri pengolahan rumput laut Cina, pola pertumbuhan musiman, dan pandemi COVID-19.</p>
<p><strong>1. Perubahan jangka panjang dalam industri pengolahan rumput laut Cina</strong></p>
<p>Cina merupakan <a href="https://www.fao.org/sustainable-food-value-chains/library/details/en/c/270941/">pengolah terbesar rumput laut Indonesia</a>. Penawaran harga ke eksportir Indonesia sangat dipengaruhi oleh permintaan turunan dari pabrik karaginan rumput laut Cina.</p>
<p>Hubungan perdagangan internasional Indonesia dengan Cina mempengaruhi harga domestik.</p>
<p>Salah satu alasan utama mengapa Indonesia sangat kompetitif di pasar rumput laut internasional adalah nilai tukar mata uang internasional yang tinggi di Indonesia. Ini berarti petani Indonesia menanggung ongkos produksi yang lebih murah daripada petani di negara lain, yang terkadang tidak dapat menutup biasa produksinya.</p>
<p>Indonesia dan Cina memiliki hubungan yang saling melengkapi, karena Indonesia menghasilkan bahan baku tapi memiliki kapasitas pengolahan yang terbatas, sedangkan Cina kekurangan bahan baku tapi memiliki industri pengolahan yang besar. </p>
<p>Indonesia bergantung pada pabrik pengolahan karaginan Cina untuk menjual rumput laut, dan pabrik pengolahan karaginan Cina juga mengandalkan rumput laut Indonesia untuk dapat beroperasi. Hubungan ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga rumput laut yang dibayarkan kepada petani Indonesia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432781/original/file-20211119-23-10555xe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432781/original/file-20211119-23-10555xe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=322&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432781/original/file-20211119-23-10555xe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=322&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432781/original/file-20211119-23-10555xe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=322&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432781/original/file-20211119-23-10555xe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=405&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432781/original/file-20211119-23-10555xe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=405&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432781/original/file-20211119-23-10555xe.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=405&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Import Cina terhadap rumput laut Indonesia selama lima tahun terakhir.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, hubungan perdagangan ini berubah.</p>
<p>Pada 2017, perusahaan pengolahan rumput laut terbesar dunia, BLG dari Cina, membuka <a href="https://sulselprov.go.id/welcome/post/wagub-tinjau-pabrik-pengolahan-rumput-laut-ganggang-di-pinrang">pabrik pengolahan baru di Sulawesi Selatan</a>.</p>
<p>Berdasarkan perkembangan ini, harga rumput laut naik rata-rata 157% dari Juli 2017 hingga Maret 2018 – dari harga rata-rata Rp 9.000 per kilogram menjadi Rp 23.000 per kg.</p>
<p>Permintaan rumput laut dari BLG tampaknya telah meningkatkan harga rumput laut, dan BLG telah mengembangkan sistem pengadaan rumput laut karena mereka terus beroperasi di bawah kapasitas.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432779/original/file-20211119-25-t8etyv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432779/original/file-20211119-25-t8etyv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=322&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432779/original/file-20211119-25-t8etyv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=322&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432779/original/file-20211119-25-t8etyv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=322&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432779/original/file-20211119-25-t8etyv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=404&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432779/original/file-20211119-25-t8etyv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=404&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432779/original/file-20211119-25-t8etyv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=404&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Data harga pada 13 lokasi di Indonesia.</span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>2. Perubahan musiman kondisi laut di Indonesiaa</strong></p>
<p>Faktor kunci lain yang mempengaruhi harga rumput laut adalah perubahan musiman pertumbuhan rumput laut sepanjang tahun. Harga terendah biasanya terjadi pada pertengahan tahun dan tertinggi pada akhir tahun.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432782/original/file-20211119-22-1l91028.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432782/original/file-20211119-22-1l91028.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=291&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432782/original/file-20211119-22-1l91028.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=291&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432782/original/file-20211119-22-1l91028.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=291&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432782/original/file-20211119-22-1l91028.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=366&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432782/original/file-20211119-22-1l91028.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=366&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432782/original/file-20211119-22-1l91028.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=366&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Meskipun 13 lokasi di Indonesia ini memiliki musim budidaya rumput laut yang berbeda, namun semuanya memiliki pola harga yang sama, dengan harga terendah di pertengahan tahun.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meski tidak banyak yang diketahui mengenai musim rumput laut di seluruh wilayah, daerah penghasil rumput laut utama diduga menghasilkan lebih banyak pada pertengahan tahun.</p>
<p>Berdasarkan hukum penawaran dan permintaan, penawaran yang lebih besar mendorong harga turun. Hal ini terjadi di semua lokasi, meski beberapa lokasi tersebut memiliki pola musim yang berbeda.</p>
<p>Petani memungkinkan untuk meningkatkan pendapatan jika mereka dapat merencanakan secara strategis pengaruh perubahan musim, dan hasil penelitian lebih lanjut tentang musim produksi rumput laut bisa mendukung hal ini. </p>
<p>Hal ini juga dapat mendukung peningkatan distribusi bibit rumput laut ke daerah budidaya rumput laut lainnya.</p>
<p><strong>3. COVID-19</strong></p>
<p>Pada kondisi sekarang, COVID-19 berdampak signifikan terhadap harga rumput laut.</p>
<p>Regulasi pembatasan ekspor, menyebabkan lebih sedikit rumput laut yang diekspor, dan akibatnya pedagang rumput laut membeli lebih sedikit rumput laut. Harga turun dengan cepat karena banyak petani berlomba menjual rumput laut mereka.</p>
<p>Kami menganalisis bagaimana lokasi yang berbeda dipengaruhi oleh perubahan ini, dan kami menemukan bahwa daerah yang lebih terpencil di Maluku dan Kalimantan jauh lebih parah dan cepat terpengaruh.</p>
<p>Harga di lokasi-lokasi tersebut turun lebih dari sepertiga pada bulan-bulan pertama pandemi, sedangkan harga di daerah yang lebih maju seperti Bali dan Sulawesi Selatan hanya turun 10-20%.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432783/original/file-20211119-21-1vldfjq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432783/original/file-20211119-21-1vldfjq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=247&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432783/original/file-20211119-21-1vldfjq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=247&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432783/original/file-20211119-21-1vldfjq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=247&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432783/original/file-20211119-21-1vldfjq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=310&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432783/original/file-20211119-21-1vldfjq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=310&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432783/original/file-20211119-21-1vldfjq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=310&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Peta ini menunjukkan penurunan harga rumput laut dari Januari hingga Maret 2020, hal ini menunjukkan lokasi terpencil mengalami penurunan harga yang tiba-tiba dan parah.</span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pendekatan studi</h2>
<p>Ketiga faktor tersebut kami identifikasi dengan menganalisis harga rumput laut di Indonesia.</p>
<p>Kami menggunakan <a href="https://jasuda.net/infopasar.php">data harga rumput laut</a> Indonesia, yang dikumpulkan setiap dua minggu selama lima belas tahun terakhir oleh <a href="https://jasuda.net/">Jasuda</a>, sebuah organisasi penelitian rumput laut yang berbasis di Makassar.</p>
<p>Kami mengekstrak data 5-10 tahun untuk 13 lokasi di seluruh Indonesia untuk mengeksplorasi bagaimana harga di lokasi ini telah berubah.</p>
<p>Pertama, kami ingin memahami bagaimana harga di seluruh negeri terkait. Kami menggunakan <a href="https://doi.org/10.1257/0002828041464669">Model Koreksi Kesalahan Vektor</a> untuk menguji sejauh mana harga di seluruh negeri terkait satu sama lain, yang dikenal sebagai “kointegrasi harga”.</p>
<p>Kami menemukan bahwa Takalar, daerah penghasil rumput laut terbesar di Sulawesi Selatan, merupakan provinsi penghasil rumput laut terbesar di Indonesia. Daerah ini adalah pemimpin harga – ini berarti bahwa ketika harga di Takalar berubah, harga di seluruh Indonesia akan mengikuti.</p>
<p>Kami juga menggunakan metode matematika yang dikenal sebagai <a href="https://doi.org/10.6092/issn.1973-2201/3597">dekomposisi deret waktu aditif</a> untuk memecah data ini menjadi tren jangka panjang dan komponen musimannya.</p>
<p>Hal ini berarti kita bisa melihat bagaimana data harga berubah antartahun, dan bagaimana perubahan tersebut dengan cara yang sama setiap tahun.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432780/original/file-20211119-18-obgtde.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432780/original/file-20211119-18-obgtde.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432780/original/file-20211119-18-obgtde.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432780/original/file-20211119-18-obgtde.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432780/original/file-20211119-18-obgtde.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=537&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432780/original/file-20211119-18-obgtde.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=537&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432780/original/file-20211119-18-obgtde.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=537&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">WKami membagi harga menjadi komponen jangka panjang dan musiman, seperti yang ditunjukkan di sini untuk Takalar, Sulawesi Selatan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Analisis ini merupakan penegasan bahwa harga di Indonesia didorong oleh dinamika industri pengolahan rumput laut Cina dan pola produksi musiman di Indonesia.</p>
<p>Penelitian pada masa depan di bidang ini akan memberikan wawasan tentang mekanisme yang mendorong perubahan ini dan dapat digunakan untuk membantu petani mengakses harga yang lebih tinggi dan lebih stabil.</p>
<p>Anda dapat membaca lebih banyak tentang penelitian kami <a href="https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2021.737828">di sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/174777/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>This research was funded by the Australian Government through the Australia-Indonesia Centre under the PAIR Program</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>This research was funded by the Australian Government through the Australia-Indonesia Centre under the PAIR Program.</span></em></p>Tulisan ini didanai oleh pemerintah Australia melalui program PAIR milik the Australia Indonesia CentreZannie Langford, Research Fellow, The University of QueenslandIrsyadi Siradjuddin, Universitas Islam Negeri Alauddin MakassarJing Zhang, Research Officer, The University of QueenslandNunung Nuryartono, Dean, IPB UniversityScott Waldron, Associate Professor in International Agricultural Development, The University of QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1683882021-10-14T06:08:05Z2021-10-14T06:08:05ZStrategi penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan berjuang melawan pandemi<p>COVID-19 jelas memberi aneka dampak ekonomi, sosial, psikologis dan kesehatan lebih berat pada kalangan rentan termasuk penyandang disabilitas (difabel). Penyandang disabilitas memang sudah memiliki banyak kerentanan bahkan sebelum pandemi terjadi. </p>
<p>Sebuah kajian cepat (<em>rapid assessment</em>) dampak COVID-19 pada kelompok difabel yang dilakukan di 32 provinsi di Indonesia tahun lalu <a href="https://aipj.or.id/pages/publication/dampak-negatif-yang-dialami-difabel-selama-pandemi-covid-19">menemukan</a> bahwa hampir 90% dari 1.683 responden yang bekerja mengalami penurunan tingkat penghasilan hingga 80%. Banyak dari mereka yang menghadapi risiko kesehatan yang lebih tinggi. </p>
<p>Studi tersebut juga menunjukkan bagaimana pemerintah juga kurang melibatkan komunitas penyandang disabilitas dalam proses penanganan pandemi COVID-19 dan juga pencegahannya. </p>
<p>Namun, di tengah risiko dan keterbatasan ruang yang disediakan pemerintah, riset terbaru kami yang didukung oleh <em>Australia-Indonesia Centre</em> <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/berita/mengatasi-pandemi-bayangan-covid-19-dan-dampaknya-pada-penyandang-disabilitas/?lang=id">menunjukkan</a> bahwa kelompok penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan memiliki beberapa strategi yang membantu mereka berjuang selama pandemi.</p>
<h2>Strategi bertahan</h2>
<p>Kami melaksanakan riset di tiga daerah berbeda di Sulawesi Selatan yang merepresentasikan kondisi masyarakat di konteks perkotaan (Makassar), sub-perkotaan (Gowa), dan perdesaan (Bulukumba) pada November 2020 sampai Januari 2021. </p>
<p>Kami memilih Sulawesi Selatan karena statusnya yang memiliki <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/03/sulawesi-selatan-punya-kasus-covid-19-terbanyak-di-pulau-sulawesi">kasus COVID-19 tertinggi</a> di Pulau Sulawesi pada 2020 sampai awal 2021. </p>
<p>Temuan kami menunjukkan kalangan disabilitas tidak bersikap pasif dalam menghadapi COVID-19. Tidak sedikit penyandang disabilitas menunjukkan kreativitas dan daya juang yang tinggi dalam masa pandemi ini. Banyak informan secara rinci menunjukkan aneka upaya bertahan lewat bermacam-macam strategi dalam menghadapi dampak-dampak COVID-19.</p>
<p>Riset ini mewawancarai 86 responden dari berbagai kalangan, tidak hanya dari kelompok penyandang disabilitas tapi juga pemangku kepentingan, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan juga pejabat lokal yang mewakili lembaga-lembaga pemerintah yang terkait dengan pemberian layanan pada kalangan difabel. PerDIK (<a href="https://ekspedisidifabel.wordpress.com/">Pergerakan Difabel Indonesia untuk Kesetaraan</a>) beserta anggota dan jaringannya juga berperan sangat penting dalam proses persiapan dan pengumpulan data studi ini.</p>
<p>Kami mengidentifikasi setidaknya dua strategi bertahan yang penyandang difabilitas di Sulawesi Selatan tunjukkan:</p>
<p><strong>1. Strategi komunikasi</strong></p>
<p>Banyak perempuan dan laki-laki penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan mengembangkan beberapa strategi untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi. </p>
<p>Selama pandemi, penyandang disabilitas memiliki akses yang terbatas untuk mendapatkan informasi tentang pandemi COVID-19, baik dari sumber resmi atau dari lingkungan sekitar. Hal ini karena banyak penyandang disabilitas yang mengalami hambatan dalam menerima informasi yang disampaikan. </p>
<p>Banyak penyandang tuli yang tidak bisa menangkap informasi karena pemakaian masker menghalangi mereka untuk membaca bibir lawan bicara.
Salah satunya adalah Fadhlan (bukan nama sebenarnya).</p>
<p>“Selama pandemi, kita wajib memakai masker. Itu sangat menghambat kami membaca bibir dan berkomunikasi […]. Mereka sulit memahami keinginan saya dan tidak semua orang mau melepaskan masker mereka ketika berbicara dengan saya,” ujar Fadhlan. </p>
<p>Beberapa penyandang disabilitas seperti Fadhlan akhirnya berusaha memanfaatkan telepon genggam mereka ketika ingin berkomunikasi dengan orang lain. Ada yang menggunakan ponsel mereka untuk mengetik teks tentang apa yang ingin mereka komunikasikan. Ada juga yang menggunakan aplikasi khusus yang bisa membantu mencatat apa sedang dibicarakan.</p>
<p><strong>2. Dukungan dari lingkungan terdekat</strong></p>
<p>Strategi yang kedua melibatkan dukungan dari lingkungan sekitar, bisa saja keluarga, tetangga, kerabat, dan lembaga-lembaga non-pemerintah yang berkomitmen pada kalangan difabel. Mereka menerima bantuan atau solidaritas berupa penyedian aneka bahan makanan maupun dukungan psikologis dari lingkungan terdekat. </p>
<p>Namun banyak pula para penyandang disabilitas yang kami wawancarai kemudian menjadi relawan yang membantu sesamanya selama pandemi ini. Salah satunya adalah Nurul (bukan nama sebenarnya), mantan penyandang kusta, yang memberi dukungan pada beberapa orang yang juga penyandang kusta.</p>
<p>“Ada tetangga saya yang menjadi penyandang kusta. Saya membantunya mengambilkan obat di Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) … Ada juga yang baru lulus SMA tapi tidak punya kendaraan…sebagai mantan penyandang kusta, saya merasa kasihan. Dia cantik dan kustanya sebenarnya tidak terlihat,” ujar Nurul. </p>
<p>Strategi-strategi tersebut menunjukkan bahwa penyandang disabilitas tidak bersikap pasif dalam menghadapi pandemi. Aneka strategi bertahan yang mereka lakukan termasuk bukan hanya menerima bantuan tapi juga bahkan ikut memberi dukungan pada sesama di komunitas difabel. </p>
<p>Studi ini mendukung studi-studi sebelumnya yang menemukan bahwa kalangan difabel memiliki potensi dan berdaya. Studi ini turut membantah stereotip yang sering muncul bahwa kalangan difabel bersifat pasif, apatis, dan melulu dalam posisi menerima bantuan.</p>
<h2>Sumbangan riset kami</h2>
<p>Penelitian kami pada dasarnya menunjukkan beberapa temuan serupa dengan riset sebelumnya, seperti bagaimana pandemi berdampak parah pada pendapatan penyandang difabel, lalu bagaimana pembatasan yang dilakukan selama pandemi juga memperburuk kesehatan mental mereka karena merasa terisolasi. </p>
<p>Namun, secara metodologis dan kerangka pikir, riset kami berusaha melengkapi kajian-kajian yang dilakukan sebelumnya. </p>
<p>Studi kami dengan sengaja memakai <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13642987.2020.1783533">pendekatan model sosial </a> yaitu cara pandang yang melihat disabilitas secara lebih berimbang, dengan tidak melulu melihat disabilitas sebagai kekurangan yang harus diperbaiki atau disembuhkan. </p>
<p>Model sosial ini juga memungkinkan kami melihat lebih jelas bahwa penyandang disabilitas sebagai warga negara memiliki hak-hak dasar yang semestinya terpenuhi. Pendekatan ini melihat penyandang disabilitas yang tidak melulu pasif dan membuat masalah disabilitas dilihat dalam kaitannya yang dinamis dengan masyarakat luas maupun aneka lembaga termasuk lembaga negara.</p>
<p>Melalui pendekatan kualitatif dan perspektif gender, kami mengamati pula pengalaman sehari-hari, dan strategi bertahan penyandang disabilitas (laki-laki maupun perempuan) selama pandemi. </p>
<p>Pendekatan kualitatif, model sosial dan perspektif gender lebih memungkinkan melihat masalah disabilitas secara dinamis dan menekankan pengaruh interaksi sosial termasuk opresi dan peminggiran sosial terhadap kalangan rentan ini. </p>
<p>Pendekatan ini sekaligus memungkinkan kita melihat lebih jelas strategi kalangan difabel untuk bertahan dalam kondisi sulit ini, termasuk bagaimana kalangan perempuan penyandang disabilitas seringkali terdampak lebih parah. </p>
<p>Pandemi <a href="https://www.un.org/development/desa/disabilities/news/dspd/covid-19-disability.html">memperburuk akses perempuan </a> untuk mendapatkan layanan dasar terkait kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan. </p>
<h2>Lalu apa selanjutnya?</h2>
<p>Namun terlepas dari kemampuan para penyandang disabilitas untuk bertahan, banyak responden kami yang menemukan aneka pengalaman kalangan difabel yang menunjukkan bahwa dukungan dari pemerintah masih sangat minim. </p>
<p>Banyak misalnya yang belum menerima bantuan langsung tunai ketika pandemi, termasuk kalangan perempuan penyandang disabilitas.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/424865/original/file-20211005-19-16i9ls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/424865/original/file-20211005-19-16i9ls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/424865/original/file-20211005-19-16i9ls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/424865/original/file-20211005-19-16i9ls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/424865/original/file-20211005-19-16i9ls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/424865/original/file-20211005-19-16i9ls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/424865/original/file-20211005-19-16i9ls1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang penyandang disabilitas mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 di Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar, Sulawesi Selatan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/wsj.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Salah satu masalahnya bersumber pada pesan yang disampaikan terkait bantuan dana ini tidak ramah pada penyandang disabilitas sehingga tidak sampai ke mereka. </p>
<p>Cara pemerintah mendistribusikan bantuan juga dinilai kurang efektif karena banyak melibatkan pihak ketiga. Selain itu, data penyandang disabilitas juga masih tidak lengkap. </p>
<p>Untuk mengatasi hal ini, riset kami juga menyampaikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah guna memastikan para penyandang difabel tetap mendapatkan hak-hak dasarnya selama pandemi:</p>
<ol>
<li>Memastikan menggunakan metode berkomunikasi yang memungkinkan pesan juga bisa diterima oleh penyandang disabilitas.</li>
<li>Memperluas skema bantuan untuk memastikan orang dengan disabilitas terus mendapatkan akses untuk pemenuhan kebutuhan dasar mereka.</li>
<li>Memperbaiki sistem pendataan penyandang disabilitas. </li>
<li>Berkolaborasi lebih erat dengan organisasi-organisasi yang peduli terhadap isu disabilitas.<br></li>
</ol>
<p>Dengan melaksanakan rekomendasi di atas, pemerintah bisa mendukung upaya pemberdayaan para penyandang disabilitas dengan lebih maksimal selama pandemi.</p>
<p><em>Sahabat-sahabat PerDIK, khususnya Dr. Ishak Salim dan Syarif Ramadhan, dan seluruh pewawancara dan informan berperan penting dalam pelaksanaan riset ini</em>.</p>
<p><em>Para peneliti muda di Center of Excellence for Interdisciplinary and Sustaibality Studies (CEISS),Sekolah Pascsarjana, Universitas Hasanuddin, yaitu Rafika Ramli, Ulil Ahsan, Amanda Priscella, Betrin Natasya membantu menerjemahkan hasil wawancara informan ke dalam Bahasa Inggris dan analisis awal hasil wawancara tersebut.</em> </p>
<p><em>Riset ini didanai oleh pemerintah Australia melalui program PAIR program dari Australia-Indonesia Centre.</em></p>
<p><em>Australia-Indonesia Centre mendukung The Conversation Indonesia dalam penerbitan artikel ini</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/168388/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sudirman Nasir menerima dana dari Australia-Indonesia Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Becky Batagol menerima dana dari the Australian Department of Foreign Affairs and Trade and the Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Claire Spivakovsky menerima dana dari Australia-Indonesia Centre</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Muhammad JUNAID menerima dana dari Australia-Indonesia Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Raffaella Cresciani menerima dana dari Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Helen Brown is a member of the Australia Indonesia Business Council (AIBC). Her start-up, Bisnis Asia, received Australian government funding for research on foreign investment in collaboration with CIPS Indonesia. She works for The Australia-Indonesia Centre, which is funded by the Australian Government.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Marlene Millott is employed by The Australia-Indonesia Centre which is funded by the Australian Government.
</span></em></p>Riset terbaru kami menunjukkan bahwa kelompok penyandang disabilitas di Sulawesi Selatan memiliki beberapa strategi untuk membantu mereka berjuang selama pandemi.Sudirman Nasir, Senior lecturer and researcher at the Faculty of Public Health, Universitas HasanuddinBecky Batagol, Associate Professor of Law, Monash Sustainable Development Institute, Monash UniversityClaire Spivakovsky, Senior Lecturer in Criminology, The University of MelbourneMuhammad JUNAID, Dr/Periset dan pengajar, Universitas HasanuddinRaffaella Cresciani, PhD Candidate in Criminology, The University of MelbourneLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1656272021-08-18T06:42:46Z2021-08-18T06:42:46ZBagaimana pekerja kreatif muda di Yogyakarta tetap produktif pada masa pandemi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/415410/original/file-20210810-17-1g3c4jc.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Eko</span> </figcaption></figure><p>Danastri Rizqi Nabilah, pembuat film dari Yogyakarta, harus banting setir berjualan kue karena kehilangan pendapatannya hingga 40% selama pandemi.</p>
<p>Biasanya perempuan berusia 29 tahun tersebut melaju Yogyakarta dan Jakarta untuk beberapa proyek, tapi pandemi membuatnya harus tetap tinggal di Yogyakarta. </p>
<p>“Saya mendapat tawaran dari seorang produser film, tentu saja saya menerimanya, tapi saya menjalankan usaha kecil katering juga,” kata dia ketika diwawancarai awal Oktober tahun lalu. </p>
<p>Danastri adalah satu dari <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1221592/faktor-penyebab-pertumbuhan-industri-kreatif-di-yogya-tinggi">172.000 pekerja kreatif di Yogyakarta</a> yang harus menemukan strategi baru untuk bertahan selama pandemi agar bisa tetap menyalurkan jiwa keseniannya. </p>
<p>Pandemi telah membuat sektor kesenian dan kebudayaan di Indonesia keok karena banyak acara pertunjukan, konser, dan pemutaran film harus dibatalkan. </p>
<p>Sebuah survei terbaru <a href="https://www.sindikasi.org/wp-content/uploads/SurveyFreelanceCovid_Content_200415.pdf">dari SINDIKASI, wadah kolektif bagi pekerja media dan kreatif termasuk seniman,</a> menunjukkan bahwa hampir setengahnya (42%) dari responden dari 144 responden harus bergantung pada tabungan untuk bertahan hidup dan 22% harus meminjam uang kepada temannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.</p>
<p>Riset terbaru kami <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/penelitian/kaum-muda/ekonomi-kreatif-melihat-bagaimana-pekerja-kreatif-muda-di-yogyakarta-menghadapi-covid-19/?lang=id">mengamati </a>bagaimana pandemi berdampak pada pekerja kreatif muda yang jumlahnya mencapai 18% dari total pekerja yang berkontribusi pada sektor ekonomi kreatif Indonesia. Nilai sektor ekonomi kreatif mencapai <a href="https://www.kemenparekraf.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/media_1598879701_BUKU_BEKRAF_28-8-2020.pdf">hampir 5% dari jumlah Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2019.</a></p>
<p>Kami melakukan riset di Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Budaya dengan jumlah pekerja kreatif yang paling banyak di Indonesia. Yogyakarta sendiri telah menyumbang <a href="https://www.kemenparekraf.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/pdf/media_1589841802_Data_Statistik_Hasil_Survei_Ekraf_2016_pdf.pdf">Rp 3,3 triliun untuk ekonomi nasional pada 2016</a>. Angka ini tertinggi dibanding dengan provinsi lainnya. </p>
<p>Riset kami menemukan bahwa persilangan berbagai faktor seperti latar belakang demografis, kelas sosial, jaringan, dan keterampilan berkesenian masing-masing individu menentukan bagaimana respons pekerja kreatif muda di Yogyakarta.</p>
<p>Faktor-faktor tersebut juga membantu mereka dalam menyusun strategi untuk terus produktif selama pandemi.</p>
<h2>Tentang riset dan temuannya</h2>
<p>Kami wawancara secara mendalam 30 pekerja kreatif muda di Yogyakarta yang mewakili beberapa bidang kesenian yaitu film, tari, fotografi, fesyen (<em>fashion</em>), musik, dan teater.</p>
<p>Karena pandemi, kami menyeleksi para peserta dan berdiskusi kelompok terpumpun (<em>focus group discussion</em> (FGD)) secara daring. </p>
<p>Wawancara dan FGD tersebut kami lakukan pada Oktober 2020 sehingga hasil studi kami menggambarkan kurang lebih 8 bulan pertama pandemi di Indonesia. </p>
<p>Studi kami menemukan bahwa reaksi para pekerja kreatif ini bermacam-macam. </p>
<p>Ada yang terkejut karena harus menunda beberapa rencana mereka. Bahkan ada yang mulai merasa gelisah. Beberapa dari mereka yang masih kaget dan ada yang mencoba menyesuaikan diri. Yang lainnya ada yang memilih untuk melihat keadaan terlebih dulu karena merasa masih memiliki tabungan. Bahkan ada yang menemukan peluang bisnis baru selama pandemi.</p>
<p>Kami menemukan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan reaksi para seniman muda Yogyakarta yang beragam tersebut selama pandemi. </p>
<p>Faktor-faktor seperti kelas sosial, keterampilan diri dalam berkesenian dan berjejaring saling berpadu menentukan respons mereka. </p>
<p>Banyak narasumber yang memang harus berpaling ke sektor usaha lain untuk bertahan hidup selama pandemi karena penghasilannya berkurang sementara uang simpanan mereka terbatas. </p>
<p>Meyda Bestari (27) seorang seniman teater pertunjukan boneka yang harus mencari pekerjaan lain sebagai penerjemah dan konsultan web untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari. Sementara suaminya, Rangga, yang juga belajar teater di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta, mengembangkan bisnis budi daya <em>gecko</em> yang ternyata membantu menyelamatkan ekonomi mereka. </p>
<p>Hal ini juga yang terjadi pada Danastri di atas.</p>
<p>Namun, terlepas dari segala keterbatasan pada masa pandemi, Danastri mampu tetap produktif karena dirinya memiliki akses yang cukup solid terhadap jaringan komunitas perfilman baik di Jakarta dan Yogyakarta yang memungkinkan dia tetap terlibat dalam beberapa proses produksi.</p>
<p>Jaringan sosial dengan pelaku seni lainnya penting dalam menentukan strategi pekerja kreatif muda ini untuk mempertahankan praktik berkesenian mereka selama pandemi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/415403/original/file-20210810-19-rx5v7z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/415403/original/file-20210810-19-rx5v7z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/415403/original/file-20210810-19-rx5v7z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/415403/original/file-20210810-19-rx5v7z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/415403/original/file-20210810-19-rx5v7z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/415403/original/file-20210810-19-rx5v7z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/415403/original/file-20210810-19-rx5v7z.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dokumentasi Youth Studies Centre, Fisipol UGM. Irwanda Putra (24) adalah penari profesional. Dia terlibat sebagai salah satu informan pada penelitian ini. Pada 8 Maret 2021 Irwanda membawakan komposisi tunggalnya dalam Festival 8x3 yang diselenggarakan secara kolaboratif bersama Tim Peneliti. Video dapat ditonton di https://www.youtube.com/watch?v=ObO_vq472v8&ab_channel=FisipolUGM.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pembuat film dari Yogyakarta, Agni Tirta (35), adalah seorang pendiri rumah produksi <a href="https://belantara-films.business.site/">Belantara Films</a>
dan saat ini adalah pemimpin <a href="https://paguyubanfilmmakerjogja.wordpress.com/">Paguyuban <em>Filmmaker</em> Jogja </a>(PFJ). </p>
<p>Meski selama pandemi Agni mengakui bahwa dirinya kehilangan beberapa pekerjaan, jaringan sosial yang telah dibangun secara berkelanjutan dengan orang-orang di Dinas Kebudayaan Yogyakarta membantunya menemukan peluang-peluang kerja baru selama pandemi.</p>
<p>Bersama dengan PFJ, Agni bisa mendapatkan insentif produksi film dari Dinas Kebudayaan Yogyakarta untuk mendukung kerja-kerja pembuat film di Yogyakarta selama pandemi. </p>
<p>Agni yang sudah lama malang melintang di dunia perfilman di Yogyakarta tampaknya memiliki keahlian dan reputasi yang membantunya untuk bisa terus bertahan selama pandemi. </p>
<p>Namun, cerita Adrian Muhammad (31), seorang musisi asal Yogyakarta, menunjukkan bahwa memiliki keahlian bermusik saja tidak cukup.</p>
<p>Adrian adalah seorang musisi profesional yang menjadi pengiring orkestra kenamaan di Jakarta, namun dirinya harus kembali ke kampung halamannya Yogyakarta karena semua proyek pertunjukannya dihentikan selama pandemi. </p>
<p>Tapi terlepas dari keahliannya, Adrian harus mulai dari nol lagi di Yogyakarta karena dirinya kurang memiliki jaringan kesenian yang cukup solid, seperti Agni dan Danastri. </p>
<p>Sambil mencari-cari kesempatan, bapak dua anak ini sempat membangun bisnis jual beli mobil bekas dan bisnis makanan beku. </p>
<p>Namun keahlian Adrian bermusik selalu mendatangkan ide-ide segar untuk terus berkarya. </p>
<p>“Saya punya rencana untuk membuat lagu untuk anak kecil […] seperti lagu <em>Naik-Naik ke Puncak Gunung</em> dan berkolaborasi dengan seniman lain yang bisa membuat animasi,” ujarnya. </p>
<h2>Apa yang bisa dilakukan?</h2>
<p>Dari temuan di atas, kami menyimpulkan bahwa daya juang para pekerja kreatif muda di Yogyakarta cukup tinggi. Dengan segala keterbatasan selama pandemi, mereka tetap bisa beradaptasi dalam bidang masing-masing. </p>
<p>Bahkan beberapa di antaranya berhasil menciptakan strategi baru untuk tetap produktif selama pandemi. </p>
<p>Namun, cerita dari para pekerja kreatif yang kami wawancarai menunjukkan bahwa peran dan bantuan pemerintah masih diperlukan untuk terus mendukung keberlanjutan kerja-kerja kesenian mereka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/415402/original/file-20210810-27-15o3rrc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/415402/original/file-20210810-27-15o3rrc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/415402/original/file-20210810-27-15o3rrc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/415402/original/file-20210810-27-15o3rrc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=300&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/415402/original/file-20210810-27-15o3rrc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/415402/original/file-20210810-27-15o3rrc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/415402/original/file-20210810-27-15o3rrc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=377&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dokumentasi Youth Studies Centre (YouSure) Fisipol UGM. Ini adalah pameran kolaborasi kreatif, yang merupakan bagian dari Festival 8x3. Kegiatan ini adalah proyek kolaboratif antara tim peneliti dengan pekerja kreatif muda yang terlibat dalam penelitian ini.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dari cerita mereka, kami melihat pentingnya keberadaan kolektif yang beragam dan berkelanjutan untuk membantu para pekerja kreatif muda terhubung satu sama lain dan dengan pemangku kepentingan ekonomi budaya dalam skala nasional serta global. Istilah kolektif <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kolektif">merujuk </a> pada kumpulan individu yang bekerja sama, berbagi dan berkolaborasi. </p>
<p>Membangun kolektif yang berkelanjutan akan membantu pekerja kreatif muda karena mereka mengandalkan jejaring dan keterampilan berkesenian untuk menghadapi pandemi. </p>
<p>Para pekerja kreatif muda dapat menggunakan kolektif ini untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, terutama tentang pekerjaan dan peluang. </p>
<p>Mengingat keterampilan digital menjadi salah satu aspek penting bagi para pekerja kreatif muda untuk dapat bertahan selama pandemi, mereka bisa menggunakan kolektif untuk berbagi akses dan keterampilan berkesenian. </p>
<p>Selain itu, kolektif juga dapat mendorong spirit inovasi dan menemukan cara serta peluang baru dalam menampilkan produk keseniannya. </p>
<p>Dari sini, kami berharap Yogyakarta bisa menjadi proyek percontohan untuk menciptakan ekosistem kesenian yang berkelanjutan. </p>
<p>Ekosistem ini nantinya akan mencakup aspek digital dan non-digital dalam proses produksi dan distribusi karya kreatif yang bermuara pada kolaborasi lintas batas. </p>
<p><em>Riset ini didanai oleh pemerintah Australia melalui <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/">program PAIR</a> program dari Australia-Indonesia Centre</em>.</p>
<p><em>Australia-Indonesia Centre mendukung The Conversation Indonesia dalam penerbitan artikel ini</em>.</p>
<p><em>Artikel sudah diperbaharui dengan koreksi terhadap nama salah satu responden. Nama yang benar adalah Danastri Rizqi Nabilah, bukan Danastri Rizky Nabilah seperti yang ditulis sebelumnya</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/165627/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Oki Rahadianto Sutopo menerima dana dari Australia-Indonesia Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Annisa R. Beta menerima dana dari Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ariane Utomo menerima dana dari Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Menerima dana dari Australia-Indonesia Centre</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Novi Kurnia menerima dana dari Australia-Indonesia Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Helen Brown is a member of the Australia Indonesia Business Council (AIBC). Her start-up, Bisnis Asia, received Australian government funding for research on foreign investment in collaboration with CIPS Indonesia. She works for The Australia-Indonesia Centre, which is funded by the Australian Government.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Marlene Millott is employed by The Australia-Indonesia Centre which is funded by the Australian Government.</span></em></p>Persilangan berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan keterampilan berkesenian menentukan bagaimana respons pekerja kreatif muda di Yogyakarta.Oki Rahadianto Sutopo, Executive Director of Youth Studies Centre, Faculty of Social and Political Science, Universitas Gadjah Mada, Universitas Gadjah Mada Annisa R. Beta, Lecturer in Cultural Studies, School of Culture and Communication, Faculty of Arts, The University of MelbourneAriane Utomo, Lecturer in Demography and Population Geography, School of Geography, Earth and Atmospheric Sciences, Faculty of Science, The University of MelbourneGregorius Ragil Wibawanto, Lecturer at Department of Sociology, Fisipol UGM., Universitas Gadjah Mada Novi Kurnia, Associate Professor, Department of Communication Science, Universitas Gadjah Mada, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1595352021-08-04T02:49:52Z2021-08-04T02:49:52ZTiga alasan mengapa data COVID-19 di Indonesia tak dapat dipercaya dan bagaimana mengatasinya<p>Lebih dari setahun dalam bekapan pandemi, Indonesia <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">memiliki angka kasus COVID-19 terbanyak dan tingkat kematian tertinggi di Asia Tenggara</a>. Dibalik angka dan statistik tersebut, Indonesia masih berupaya untuk mengelola data COVID-19 yang bersumber lebih dari 10,000 fasilitas kesehatan baik layanan primer dan rumah sakit ditambah beberapa rumah sakit darurat dan shelter COVID-19. </p>
<p>Laporan media terakhir <a href="https://www.reuters.com/world/asia-pacific/exclusive-covid-19-far-more-widespread-indonesia-than-official-data-show-studies-2021-06-03/">mengungkap</a> bahwa kasus COVID-19 di Indonesia lebih banyak jumlahnya di banding data resmi dari pemerintah. Laporan tersebut menunjukkan bahwa 15% orang Indonesia sudah terinfeksi COVID-19, lebih tinggi dari hanya 0.4% dari data yang ditunjukkan pemerintah. </p>
<p>Pada awal-awal pandemi, Presiden Joko Widodo <a href="https://www.google.com/search?q=stir+public+panic&oq=stir+public+panic&aqs=chrome..69i57.3243j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8">mengakui pemerintahannya</a> memutuskan tidak membuka seluruh data untuk menghindari kepanikan yang berlebihan. Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga <a href="https://money.kompas.com/read/2020/11/05/051735926/luhut-temukan-manajemen-data-covid-19-yang-tak-sesuai-antara-pusat-dan-daerah">mengakui ketidakcocokan data kesehatan</a> antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. </p>
<p><a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/penelitian/respons-covid-19/satu-data-integrasi-dan-konektivitas-data-covid-19-di-indonesia-studi-kasus-yogyakarta/?lang=id">Riset terbaru kami</a> menunjukkan bahwa kompleksnya manajemen data COVID-19 Indonesia telah menyebabkan masalah tersebut. </p>
<h2>Belajar dari Yogyakarta</h2>
<p>Pada Oktober dan November 2020, tim kami melakukan penelitian bagaimana fasilitas layanan kesehatan merekam dan mengelola laporan data COVID-19 di Yogyakarta. Provinsi ini memiliki penduduk <a href="http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/data_dasar/index/361-jumlah-penduduk-diy?id_skpd=29">sekitar 3,6 juta</a>. </p>
<p>Yogyakarta merupakan provinsi kecil dengan empat kabupaten dan satu kota namun memiliki berbagai sistem informasi kesehatan pengelolaan data COVID-19, serupa dengan provinsi lainnya. Dengan menganalisis bagaimana kerja sistem pengumpulan data di Yogyakarta, kami berharap dapat memberikan kontribusi bagi penguatan sistem informasi COVID-19 di provinsi lain Indonesia. </p>
<p>Kami berbicara dengan pejabat dari berbagai institusi di Yogyakarta, seperti Dinas Kesehatan, Dinas Informasi dan Komunikasi di level provinsi, kabupaten, dan kota. Kami juga menggali pandangan dari layanan kesehatan, masyarakat, dan pengembang aplikasi. </p>
<p>Berdasarkan wawancara tersebut, riset kami menyorot tiga masalah yang berkontribusi pada kompleksitas manajemen data COVID-19 di provinsi ini. </p>
<p><strong>1. Sistem aplikasi terpisah-pisah</strong></p>
<p>Temuan di Yogyakarta menunjukkan adanya beberapa sistem yang dipakai untuk manajemen data terkait COVID-19, baik yang disediakan oleh kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. </p>
<p>Hal ini merupakan dampak dari kebijakan desentralisasi yang memungkinkan masing-masing daerah membuat sistem lokal untuk memantau kasus-kasus terkait penyakit ini. </p>
<p>Sistem desentralisasi ini bertujuan untuk mempercepat respons pemerintah lokal. Desentralisasi mengizinkan pemerintah daerah untuk bertindak secara cepat, ketimbang menunggu kebijakan dari pemerintah pusat. </p>
<p>Namun, kebijakan ini menyebabkan arus informasi dan data dari pemerintah daerah ke pusat memakan banyak waktu sehingga data tersebut tidak benar-benar terintegrasi. </p>
<p><strong>2. Duplikasi entri data</strong></p>
<p>Ketiadaan sebuah sistem terintegrasi yang mencakup level nasional dan lokal telah menghalangi daerah untuk menyediakan <a href="https://kompas.id/baca/humaniora/dikbud/2020/09/10/pandemi-covid-19-jadi-momentum-untuk-integrasi-data/">satu set data yang valid</a>. </p>
<p>Kami menemukan sembilan contoh aplikasi pengumpulan dan analisis data COVID-19 antara otoritas kabupaten, provinsi dan pusat serta fasilitas layanan kesehatan. Ini mencakup deteksi kasus, pelacakan kontak, konfirmasi laboratorium, pemeriksaan mandiri, logistik dan sumber daya perawatan kesehatan.</p>
<p>Secara umum, fasilitas kesehatan memiliki sistem informasi internal di masing-masing rumah sakit atau puskesmas lokal. </p>
<p>Pada level kabupaten, pemerintah daerah telah membuat sebuah aplikasi COVID-19 lokal. Gugus Tugas Pengendalian COVID-19 di level provinsi juga mengembangkan sebuah aplikasi untuk mengintegrasikan data dari kabupaten-kabupaten yang disebut Sistem Monitoring COVID-19.</p>
<p>Di level nasional, sistem pengumpulan data berfokus pada dua tugas utama: mengumpulkan hasil tes COVID-19 dan menyediakan data terbaru terkait sumber daya manusia, logistik dan ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. </p>
<p>Sayangnya, pada level daerah dan nasional, berbagai aplikasi ini tidak terintegrasi. Ini berarti staf layanan kesehatan harus memasukkan data yang sama beberapa kali di aplikasi yang berbeda, sehingga meningkatkan beban kerja dan kemungkinan membuat kesalahan. </p>
<p><strong>3. Kekurangan sumber daya manusia</strong></p>
<p>Melakukan semua kegiatan penanggulangan COVID-19 membebani fasilitas kesehatan. Mereka juga mengalami kekurangan sumber daya manusia dalam hal pencatatan dan pemantauan data.</p>
<p>Petugas kesehatan tetap perlu memberikan pelayanan kepada pasien. Jadi, mereka memasukkan data setelah jam layanan, sehingga data tidak lengkap dan pengiriman data tertunda. Hal ini menyebabkan perbedaan antara data dalam sistem dan laporan manual.</p>
<p>Misalnya, laboratorium memberikan data, seperti hasil tes COVID-19, ke fasilitas kesehatan dalam berbagai format dan metode, seperti PDF, file Excel, surel, dan Google Drive.</p>
<p>Petugas kesehatan kemudian perlu menggabungkan data ini dalam satu format di kantor provinsi sebelum mengirimkannya ke pemerintah kabupaten dan pusat.</p>
<p>Selain itu, karena masalah aksesibilitas dengan aplikasi dan kebutuhan mendesak untuk melaporkan data dengan cepat, kami menemukan petugas kesehatan dan pejabat menggunakan saluran komunikasi informal seperti WhatsApp untuk memberikan pembaruan tentang jumlah tes, kasus baru, dan kematian setiap hari.</p>
<p>Ini sekali lagi meningkatkan kemungkinan membuat kesalahan. Ini juga memunculkan masalah privasi data untuk informasi medis pasien.</p>
<h2>Lalu apa solusinya?</h2>
<p>Pemerintah Indonesia telah menerbitkan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/108813/perpres-no-39-tahun-2019">instruksi presiden</a> untuk mengintegrasikan banyak sumber data untuk meningkatkan kebijakan dan pengambilan keputusan. </p>
<p>Tapi regulasi ini masih kurang diimplementasikan. </p>
<p>Untuk menghadapi suatu pandemi, pemerintah seharusnya mempersiapkan sebuah sistem yang ringkas dan jelas untuk mengatur arus data dari pemerintah daerah ke pusat. Pemerintah seharusnya mengelola kembali jumlah besar data dari aplikasi manajemen data dan sistem informasi untuk membuat mereka lebih efektif. </p>
<p>Semua entri data dari pemerintah daerah harus sesuai dengan data COVID-19 nasional dan standar meta-data. Artinya, data dari daerah dapat dikirim langsung dari aplikasi lokal yang saat ini digunakan ke aplikasi pusat melalui integrasi data. Ini juga berarti sistem harus memfasilitasi komunikasi antara berbagai sistem dan layanan yang ada.</p>
<p>Dengan demikian instansi pusat dan instansi daerah dapat dengan mudah mengakses dan berbagi data.</p>
<p>Kami merekomendasikan pemerintah Indonesia untuk menggunakan prinsip-prinsip Arsitektur Organisasi dari <a href="https://pubs.opengroup.org/architecture/togaf9-doc/arch/">Kerangka Kerja Arsitektur Grup Terbuka</a> untuk mengimplementasikan konsep cetak biru yang mendefinisikan struktur dan operasi organisasi untuk menyelaraskan dengan tindakan berbeda dalam merespons COVID-19.</p>
<p>Cetak biru itu harusnya berfokus pada mengatasi berbagai tantangan seperti proses vaksinasi dan pengurangan pembatasan pada aktivitas sosial. </p>
<p>Berdasarkan pertimbangan dan beberapa referensi, peneliti mengadopsi kerangka kerja <a href="https://ohie.org/">OpenHIE</a>, sebuah kerangka kerja terbuka, mudah disesuaikan dan gratis untuk meningkatkan sistem informasi kesehatan. </p>
<p>OpenHIE cocok untuk pendekatan dari bawah ke atas (<em>bottom-up</em>) berbasis komunitas untuk membangun sistem informasi kesehatan. Ini juga berpotensi efektif untuk membantu mengurangi masalah yang terkait dengan pengumpulan data COVID-19.</p>
<p><em>Leli Rahmawati dan Lia Achmad terlibat dalam penelitian ini sebagai asisten peneliti</em> </p>
<p><em>Riset ini didanai oleh pemerintah Australia melalui program <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/">PAIR program</a> dari Australia-Indonesia Centre.</em></p>
<p><em>Australia Indonesia Centre mendukung The Conversation Indonesia dalam penerbitan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/159535/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Anis Fuad adalah salah satu peneliti dalam tim ini yang didanai oleh AIC</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Helen Brown is a member of the Australia Indonesia Business Council (AIBC). Her start-up, Bisnis Asia, received Australian government funding for research on foreign investment in collaboration with CIPS Indonesia. She works for The Australia-Indonesia Centre, which is funded by the Australian Government.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Marlene Millott is employed by The Australia-Indonesia Centre which is funded by the Australian Government.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dr Rod Dilnutt, Guardian Yoki Sanjaya, Safirotu Khoir, dan Sherah Kurnia tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian terakhir kami menemukan bahwa kerumitan sistem data COVID-19 di Indonesia telah menjadi masalah.Sherah Kurnia, Associate Professor at the School of Computing and Information Systems, The University of MelbourneAnis Fuad, Lecturer, Department of Biostatistics, Epidemiology and Population Health, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada Dr Rod Dilnutt, Industry Fellow, The University of MelbourneGuardian Yoki Sanjaya, Lecturer, Department of Health Policy and Management, Faculty of Medicine, Public Health and Nursing, Universitas Gadjah Mada, IndonesiaHelen Brown, Lead, Communications and Outreach, Australia-Indonesia CentreSafirotu Khoir, Library Staff for International Affairs and Lecturer in Information and Library Management, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1624412021-07-19T11:38:42Z2021-07-19T11:38:42ZIndonesia dapat bermitra dengan Australia untuk kembangkan rantai pasok layanan kesehatan digital dalam hadapi pandemi COVID-19<p>Penyebaran COVID-19 berdampak signifikan pada sistem pelayanan kesehatan di negara berpenduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia.</p>
<p>Permintaan akan alat-alat kesehatan, perlengkapan bedah dan obat-obatan telah menghadirkan banyak tantangan, yang mengakibatkan kurangnya pasokan baik untuk rumah sakit maupun distributor lokal.</p>
<p>Kekurangan pasokan ini menyebabkan banyak pasien COVID-19 tidak dirawat tepat waktu. </p>
<p>Indonesia telah melaporkan <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">jumlah kasus COVID-19 tertinggi</a> di Asia Tenggara. Di kawasan ini, Indonesia juga termasuk negara dengan <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">kematian terbanyak</a> akibat infeksi COVID-19.</p>
<p><a href="https://www.google.com/url?q=https://pair.australiaindonesiacentre.org/penelitian/respons-covid-19/kesehatan-digital-tujuh-cara-membangun-rantai-pasok-pelayanan-kesehatan-pintar-di-indonesia/?lang%3Did&sa=D&source=hangouts&ust=1626313628969000&usg=AFQjCNGbdWpfs0Ny8Ar8zIrdr-EAc3aJsQ">Penelitian terbaru kami</a> menyarankan agar Indonesia bermitra dengan negara-negara maju seperti Australia, untuk membangun rantai pasok layanan kesehatan yang tangguh dan responsif dengan melibatkan teknologi digital modern. </p>
<h2>Kemitraan Australia-Indonesia</h2>
<p>Dari perspektif geografis, Australia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan.</p>
<p>Misalnya, kedua negara memiliki populasi yang tersebar di wilayah yang luas. Hal ini menghadirkan tantangan unik untuk logistik dan pengaturan ketersediaan alat-alat kesehatan di tempat penyimpanan, terutama ketika membutuhkan alat pendingin untuk penyimpanan. </p>
<p>Dengan melibatkan para praktisi, pembuat kebijakan, dan peneliti akademis dari Indonesia dan Australia, riset kami menunjukkan bagaimana Indonesia dapat belajar dari Australia tentang strategi rantai pasok modern untuk pengadaan layanan kesehatan.</p>
<p>Sistem pelayanan kesehatan Australia termasuk yang paling terorganisasi dan diatur dengan baik di dunia.</p>
<p>Di antara negara-negara yang sangat maju (termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Kanada, dan Selandia Baru), sektor pelayanan kesehatan Australia memiliki kinerja <a href="https://www.oecd.org/officialdocuments/publicdisplaydocumentpdf/?cote%20=PAC/COM/NEWS(2009)17&docLanguage=En">sangat baik</a> berdasarkan kualitas pelayanan, akses, efisiensi, dan kesetaraan. </p>
<p>Kualitas tinggi sistem pelayanan kesehatan Australia telah terbukti selama pandemi. Respons mereka terhadap pandemi <a href="https://bmjleader.bmj.com/content/early/2021/04/15/leader-2020-000280">sangat efektif</a> karena kepemimpinan yang kuat dan sarana dalam memastikan ketersediaan peralatan medis dan alat pelindung diri.</p>
<p>Pada awal Juni 2021, Australia telah mencatat kurang dari <a href="https://www.health.gov.au/news/health-alerts/novel-coronavirus-2019-ncov-health-alert/coronavirus%20-covid-19-current-situation-and-case-numbers#covid19-summary-statistics">30.195 kasus dan 910 kematian</a> dari COVID-19. Australia telah bernasib jauh lebih baik daripada kebanyakan negara maju lainnya. Inggris Raya telah mencatat lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">4 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 120.000 kematian</a>. Kanada memiliki lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">1,3 juta kasus, dengan hampir 25.000 kematian</a>.</p>
<p>Penelitian kami menunjukkan apa yang terjadi di Indonesia berbanding terbalik dengan pengalaman Australia.</p>
<p>Kami mewawancarai para pemangku kepentingan terkait di Indonesia. Mereka menunjukkan bahwa pengadaan dan manajemen rantai pasok di sektor kesehatan Indonesia masih dalam tahap berkembang bahkan sejak pandemi mulai. Misalnya, banyak kegiatan pengadaan yang tidak menggunakan sistem informasi dan komunikasi yang canggih, baik secara internal di dalam rumah sakit maupun secara eksternal dengan pedagang besar dan pemasok. Hal ini menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman pasokan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang petugas kesehatan mempersiapkan sebuah ruang operasi untuk pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit di Tulungagung Jawa Timur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/rwa.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Riset kami menggunakan metode kualitatif yang melibatkan dua tahap.</p>
<p>Pertama, kami melakukan wawancara mendalam yang semi terstruktur dengan tujuh personel pengadaan senior yang bekerja di sektor kesehatan di Indonesia dan seorang pembuat kebijakan senior yang bekerja di Dinas Kesehatan Kota Bandung, Jawa Barat.</p>
<p>Kedua, kami mengadakan dua sesi diskusi kelompok fokus dengan para pemangku kepentingan (para profesional senior di bidang pengadaan, penasihat pemerintah, dan konsultan industri) dari Indonesia dan Australia. Diskusi ini mencakup kemajuan teknologi dalam pelayanan kesehatan dan rantai pasok kesehatan, mobilisasi pengetahuan, implementasi dan manajemen perubahan.</p>
<p>Kami menyelesaikan pengumpulan dan analisis data pada paruh kedua tahun 2020.</p>
<p>Ketika pandemi melanda Indonesia, pengadaan layanan kesehatan di bawah standar dan manajemen rantai pasoknya kurang cepat untuk diperbaiki. Rantai pasok yang bermasalah menjadi tantangan bagi rumah sakit karena mereka tidak dapat merespons COVID-19 secara tepat waktu dan efektif.</p>
<p>Studi kami melihat bagaimana Indonesia dapat meningkatkan rantai pasok layanan kesehatannya dengan belajar dari negara yang lebih maju, dalam hal ini Australia.</p>
<p>Kami merekomendasikan agar dibangun sebuah jaringan para profesional dan akademisi rantai pasok layanan kesehatan dari Australia dan Indonesia. Jaringan ini akan memungkinkan mereka untuk berbagi pengetahuan melalui lokakarya reguler, presentasi, dan dialog.</p>
<p>Selain transfer pengetahuan, kemitraan ini akan membantu membangun kapabilitas rantai pasok di sektor kesehatan Indonesia. Kita dapat mulai dengan proyek percontohan, yang kemudian dapat dipamerkan ke sistem pelayanan kesehatan yang lebih luas. </p>
<h2>Kemitraan dalam revolusi digital</h2>
<p>Para akademisi dan praktisi di negara maju telah menyerukan pentingnya agar revolusi digital segera diterapkan untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan.</p>
<p>Memajukan digitalisasi dapat meningkatkan integrasi rantai pasok dan memberikan nilai tambah yang signifikan pada rantai pasok layanan kesehatan dengan meningkatkan kinerja layanan dan keuangan. </p>
<p>Contoh paling umum dari hal ini adalah sinkronisasi data dan penetapan standar untuk berbagi data elektronik. Ini akan mengurangi kesalahan, meningkatkan akurasi persediaan, dan meningkatkan aliran bahan dan produk.</p>
<p>Australia sangat maju dalam menggunakan teknologi canggih untuk mengelola logistik dan sistem pergudangan, bergerak menuju rantai pasok yang canggih dan serba digital.</p>
<p>Pemerintah Australia mengumumkan anggaran A$ 55 juta atau Rp 54 miliar untuk <a href="https://www.digitalhealthcrc.com/">Pusat Penelitian Kerja Sama Kesehatan Digital (DHCRC)</a>, yang melibatkan sejumlah besar akademisi, lembaga penelitian, dan bisnis, pada April 2018. </p>
<p>Sementara itu, seperti yang kami amati dalam riset ini, Indonesia masih terlihat kurang cepat dalam mengadopsi sistem pelayanan kesehatan digital. Hal ini terjadi karena sejumlah tantangan terkait dengan pendanaan, infrastruktur digital, dan keahlian, belum lagi peran kepemimpinan yang masih dibutuhkan di semua tingkatan untuk mencapai perubahan yang diperlukan.</p>
<p>Diskusi dengan responden kami menyoroti pentingnya kolaborasi masa depan antara Australia dan Indonesia untuk berbagi pengetahuan tentang praktik pengadaan terbaik dan digitalisasi rantai pasok. </p>
<p>Kemitraan ini dapat mendorong kemajuan Indonesia dalam melakukan digitalisasi rantai pasok dan menerapkan praktik terbaik dalam pengadaan layanan kesehatan.</p>
<p>Para profesional rantai pasok Indonesia percaya bahwa pengembangan teknologi dan berbagi pengetahuan harus dikelola dengan baik agar sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, dan infrastruktur Indonesia saat ini. </p>
<p>Kami menemukan bahwa belajar dari pengalaman orang lain adalah salah satu faktor keberhasilan yang paling penting dalam melakukan proyek skala besar. </p>
<p>Belajar dari pengalaman Australia bisa sangat berharga bagi para profesional rantai pasok layanan kesehatan Indonesia saat mereka memulai perjalanan untuk menerapkan digitalisasi pada proses pengadaan dan rantai pasok.</p>
<p>Riset kami juga merekomendasikan pembentukan Jaringan Peningkatan Layanan Kesehatan Australia-Indonesia sebagai platform untuk memajukan transformasi ini.</p>
<p>Para pemangku kepentingan utama yang dapat memberikan kontribusi signifikan adalah para akademisi, peneliti, dan praktisi rantai pasok, mulai dari tingkat direktur hingga staf yang bekerja di gudang dan toko, serta pembuat kebijakan. </p>
<p>Inisiatif serupa di negara lain telah memberikan banyak manfaat. Salah satu contohnya adalah program yang baru saja selesai yang didanai oleh <a href="https://scanhealth.ca">pemerintah Kanada</a> untuk meningkatkan proses rantai pasok di sektor pelayanan kesehatan dengan menggunakan digitalisasi. </p>
<hr>
<p><em>Bagi yang tertarik untuk menjadi bagian dari Jaringan Peningkatan Kesehatan Australia-Indonesia dapat menghubungi Profesor Amrik Sohal di Monash University di Australia (email: amrik.sohal@monash.edu) dan Profesor Daniel Prajogo (daniel.prajogo@monash.edu) atau Dr Wawan Dhewanto di ITB (email:w_dhewanto@sbm-itb.ac.id) dan Dr. Mursyid Hasan Basri (mursyid@sbm-itb.ac.id)</em> </p>
<p><em>Penelitian ini didanai oleh pemerintah Australia melalui Australia-Indonesia Centre di bawah <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/">program PAIR</a>.</em> </p>
<p><em>The Australia-Indonesia Centre mendukung The Conversation Indonesia dalam pembuatan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/162441/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Amrik Sohal menerima dana dari Australia-Indonesia Centre untuk pelaksanaan riset ini. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Daniel Prajogo menerima dana untuk riset ini dari Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mursyid Hasan Basri menerima dana riset dari Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Wawan Dhewanto menerima dana riset dari Australia-Indonesia Center. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Helen Brown adalah anggota Australia Indonesia Business Council (AIBC). Perusahaan rintisannya menerima dana dari pemerintah Australia untuk riset mengenai investasi asing berkolaboarsi dengan CIPS Indonesia. Dia bekerja untuk The Australia-Indonesia Centre, yang didanai oleh pemerintah Australia . </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Marlene Millott bekerja untuk The Australia-Indonesia Centre, yang didanai oleh pemerintah Australia. </span></em></p>Penelitian terbaru kami menyarankan Indonesia agar bermitra dengan negara maju seperti Australia untuk membangun rantai pasok layanan kesehatan yang tangguh dan responsif berbasis teknologi digital.Amrik Sohal, Professor of Management, Monash UniversityDaniel Prajogo, Professor of Management, Monash UniversityMursyid Hasan Basri, Assistant Professor, School of Business and Management ITBWawan Dhewanto, Dosen, School of Business and Management ITBLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1612052021-06-17T05:04:44Z2021-06-17T05:04:44ZKesenjangan fasilitas dan layanan antar rumah sakit di Indonesia meningkatkan risiko COVID-19 di kalangan tenaga kesehatan<p>Pandemi COVID-19 sangat mempengaruhi sektor kesehatan di Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.</p>
<p>Salah satu dampak yang paling serius adalah tingginya angka infeksi dan kematian di kalangan tenaga kesehatan.</p>
<p>Data terbaru dari Ikatan Dokter Indonesia <a href="https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-011520330/setahun-pandemi-idi-catat-lebih-dari-718-nakes-meninggal-akibat-%20Covid-19">menunjukkan</a> setidaknya 718 petugas kesehatan meninggal akibat infeksi COVID-19, termasuk 325 dokter dan 324 perawat.</p>
<p>Angka ini termasuk <a href="https://www.amnesty.org/en/latest/news/2020/09/amnesty-analysis-7000-health-workers-have-died-from-covid19/">tertinggi</a> di dunia.</p>
<p>Yang lebih mengkhawatirkan adalah karena Indonesia memiliki jumlah tenaga kesehatan yang relatif rendah, yaitu rata-rata hanya tersedia 4 dokter dan 21 perawat per 10.000 penduduk. </p>
<p>Sebagai perbandingan, Malaysia memiliki 15 dokter dan 35 perawat, dan Singapura memiliki 23 dokter dan 62 perawat, per 10.000 penduduk.</p>
<p><a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/news/occupational-health-and-safety-ohs-risks-among-indonesian-healthcare-workers-during-the-covid-19-pandemic/">Penelitian terbaru kami</a> mengungkapkan adanya kesenjangan yang signifikan dalam jumlah dan mutu dari fasilitas dan layanan antar rumah sakit untuk perawatan COVID-19 yang mengakibatkan meningkatnya risiko bagi tenaga medis.</p>
<p>Penyebab utama dari kondisi ini adalah kesenjangan dalam sumber daya finansial yang dimiliki oleh masing-masing rumah sakit.</p>
<h2>Penelitian kami</h2>
<p>Kami melakukan penelitian pada 11 rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. </p>
<p>Lima di antaranya merupakan rumah sakit rujukan COVID-19. </p>
<p>Namun, seiring dengan jumlah infeksi yang melonjak, maka banyak rumah sakit non-rujukan juga harus merawat pasien COVID-19.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/401556/original/file-20210519-19-tjhz7j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seorang petugas kesehatan menyiapkan ruang operasi untuk pasien COVID-19 di rumah sakit di Tulungagung, Jawa Timur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/rwa.</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sebagai bagian dari kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3), semua rumah sakit yang terlibat dalam penelitian kami telah menetapkan kebijakan, prosedur, mekanisme, dan persediaan peralatan untuk menangani infeksi COVID-19 guna memastikan keselamatan dan kesejahteraan tenaga kesehatan.</p>
<p>Untuk itu rumah sakit membentuk unit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dengan tugas utama untuk menangani penyakit menular di rumah sakit serta mengawasi penerapan protokol kesehatan terkait COVID-19.</p>
<p>Unit PPI juga berfungsi untuk mengembangkan prosedur pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi untuk dokter, perawat, pasien dan keluarga.</p>
<p>Penelitian kami menemukan kesenjangan yang signifikan dalam kuantitas dan kualitas fasilitas dan peralatan antara rumah sakit, baik di kalangan rumah sakit rujukan maupun non-rujukan. </p>
<p>Sebagai contoh, tidak semua rumah sakit memiliki ruang isolasi khusus (RIK) dan unit perawatan intensif (ICU) yang dilengkapi dengan tekanan udara negatif, yang diperlukan dalam mencegah penyebaran virus.</p>
<p>Beberapa rumah sakit tidak memiliki ventilator yang cukup dan tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk menguji pasien yang terinfeksi COVID-19.</p>
<p>Dengan terbatasnya jumlah fasilitas untuk merawat pasien COVID-19, beberapa rumah sakit tidak mampu melakukan pengujian pada kondisi pasien secara akurat untuk merujuk mereka ke ruang perawatan yang sesuai.</p>
<p>Masalah lain yang juga mengkhawatirkan adalah beberapa rumah sakit tidak memiliki persediaan alat pelindung diri (APD) yang cukup dengan kualitas yang memadai.</p>
<p>Informasi yang kami dapatkan dari dokter dan petugas kesehatan mengungkapkan bahwa mereka terkadang harus memakai APD yang tidak memenuhi standar atau menggunakan ulang peralatan yang seharusnya sudah diganti.</p>
<p>Beberapa dokter mengatakan bahwa mereka bahkan harus membeli APD sendiri karena rumah sakit tidak mampu untuk menyediakannya.</p>
<p>Situasi ini meningkatkan potensi tenaga kesehatan terpapar virus, yang berakibat pada risiko kesehatan atau beban keuangan mereka.</p>
<p>Masalah-masalah ini telah mengancam kesehatan fisik dan psikologis tenaga kesehatan yang juga membuat mereka berpotensi menularkan virus pada orang lain. </p>
<h2>Kegagalan mengikuti protokol kesehatan</h2>
<p>Setiap rumah sakit telah menetapkan protokol kesehatan untuk perawatan COVID-19 dalam pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). </p>
<p>Namun, penelitian kamu menunjukkan adanya kesenjangan yang signifikan pada tingkat kesadaran dan komitmen tenaga kesehatan dalam mematuhi protokol kesehatan.</p>
<p>Salah satu sumber utama infeksi pada tenaga kesehatan di rumah sakit adalah penggunaan berbagai fasilitas bersama untuk staf, seperti ruang ganti, ruang makan, musala, lift, dan kamar mandi.</p>
<p>Ada juga indikasi bahwa staf rumah sakit yang tidak berhubungan langsung dengan pasien COVID-19 kurang menganggap serius akan risiko tertular virus. Akibatnya tingkat kepatuhan mereka pada protokol kesehatan relatif rendah.</p>
<p>Temuan kami juga menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi di kalangan petugas kesehatan justru terjadi di luar tempat kerja, di mana kewaspadaan petugas terhadap virus menurun.</p>
<h2>Dampak bagi pekerja medis</h2>
<p>Studi kami juga menemukan banyak petugas kesehatan yang mengalami masalah kesehatan mental akibat beban kerja yang meningkat.</p>
<p>Hal ini juga tercermin dalam temuan studi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang menunjukkan <a href="https://www.bbc.com/indonesia/majalah-56167385">83% tenaga kesehatan Indonesia menderita stres</a> akibat kelelahan fisik dan mental di tempat kerja, terutama di rumah sakit dengan jumlah tenaga yang terbatas.</p>
<p>Beban mental yang dialami tenaga kesehatan meningkat saat mereka harus menangani pasien yang terinfeksi COVID-19 dan sebagian mereka mengalami trauma ketika menyaksikan kematian di antara pasien dan sesama rekan kerja mereka.</p>
<p>Di sisi lain, sikap masyarakat dan stigma negatif terhadap mereka juga memperberat tekanan mental bagi para tenaga kesehatan. Hal ini dikarenakan banyak anggota masyarakat yang beranggapan bahwa para tenaga kesehatan ini kemungkinan besar tertular virus akibat interaksi mereka dengan pasien COVID-19.</p>
<p>Sebagai dampaknya, banyak petugas kesehatan merasa terisolasi karena sebagian orang cenderung untuk menghindari interaksi sosial dengan mereka maupun keluarga mereka.</p>
<hr>
<p><em>Penelitian ini didanai oleh Pemerintah Australia melalui Australia-Indonesia Centre di bawah <a href="https://pair.australiaindonesiacentre.org/.">program PAIR</a></em></p>
<p><em>The Australia Indonesia Centre mendukung The Conversation Indonesia dalam produksi artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/161205/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Daniel Prajogo menerima dana dari The Australia - Indonesia Centre untuk penelitian ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Adithya Sudiarno menerima dana dari The Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Amrik Sohal menerima dana dari The Australia - Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Anny Maryani menerima dana dari The Australia - Indonesia Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Arief Rahman menerima dana dari The Australia - Indonesia Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Dyah Santhi Dewi, ST. M.EngSc. PhD menerima dana dari The Australia-Indonesia Centre. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ratna Sari Dewi menerima dana dari The Australia - Indonesia Centre.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Retno Widyaningrum menerima dana dari The Australia-Indonesia Centre"</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Helen Brown adalah salah satu anggota dari Australia Indonesia Business Council (AIBC). Organisasi start-up yang didirikannya mendapatkan dukungan dana penelitian dari pemerintah Australia terkait investasi asing. Riset yang dilakukannya berkolaborasi dengan CIPS Indonesia. Dirinya juga bekerja untuk Australia-Indonesia Centre, yang didirikan oleh pemerintah Australia.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Marlene Millot bekerja untuk The Australia-Indonesia Centre, yang mendapatkan dana dari pemerintah Australia. </span></em></p>Perbedaan yang signifikan dalam kuantitas dan kualitas fasilitas dan layanan rumah sakit untuk perawatan COVID-19 telah berkontribusi pada peningkatan risiko bagi pekerja medis.Daniel Prajogo, Professor of Management, Monash UniversityAdithya Sudiarno, Lecturer in Industrial and System Engineering, Institut Teknologi Sepuluh NopemberAmrik Sohal, Professor of Management, Monash UniversityAnny Maryani, Lecturer, Institut Teknologi Sepuluh NopemberArief Rahman, Lecturer in Human Factors, Institut Teknologi Sepuluh NopemberDyah Santhi Dewi, ST. M.EngSc. PhD, Lecturer in Ergonomics and Occupational Health and Safety Systems Engineering, Institut Teknologi Sepuluh NopemberRatna Sari Dewi, Researcher and Lecturer in Human Factors/Ergonomics, Institut Teknologi Sepuluh NopemberRetno Widyaningrum, Dosen, Institut Teknologi Sepuluh NopemberLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.