tag:theconversation.com,2011:/us/topics/cinta-43973/articlesCinta – The Conversation2023-10-26T07:38:00Ztag:theconversation.com,2011:article/2146212023-10-26T07:38:00Z2023-10-26T07:38:00ZApakah cinta hanya perasaan sesaat yang dipicu oleh otak?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/551056/original/file-20200120-69539-14hnq9r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Hal yang nyata?
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-couple-kissing-field-asian-woman-286019726">Oneinchpunch/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><em>Saya sedang dimabuk cinta, tetapi teman-teman saya yang sinis terus mengatakan bahwa cinta tidak lain adalah campuran feromon, dopamin, dan oksitosin, dan ini akan hilang setelah beberapa tahun. Pikiran itu membuat saya takut, membuat semuanya tampak tidak berarti. Apakah cinta benar-benar hanya kimiawi otak?</em> Jo, London.</p>
<blockquote>
<p>Izinkan tanganku menjelajah, dan biarkan mereka pergi,</p>
<p>Di depan, di belakang, di antara, di atas, di bawah.</p>
</blockquote>
<p>Bukanlah suatu kebetulan bahwa <a href="https://www.poetryfoundation.org/poems/50340/to-his-mistress-going-to-bed">baris paling erotis</a> dari puisi Inggris adalah semua kata depan. Esensi cinta, setidaknya cinta yang penuh gairah dan romantis, terungkap dalam tata bahasanya. Kita <em>jatuh</em> dalam cinta, bukan mengembara ke dalamnya. Dan, seperti yang kamu katakan, kita jatuh <em>jungkir balik</em>, tidak menyeret kaki kita - sering kali pada <em>pandangan pertama</em> dan bukan pada pemeriksaan yang cermat. Kita jatuh cinta secara <em>mendadak</em>, <em>buta</em> pada keburukan orang lain, bukan pada penilaian rasional atas kebaikan mereka.</p>
<p>Cinta romantis bersifat spontan, luar biasa, tak tertahankan, menggebu-gebu, bahkan jika, seiring berjalannya waktu, ia berubah menjadi <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9781118951866.ch10">lebih kompleks</a>. Cinta mengendalikan kita lebih dari yang bisa kita kendalikan. Di satu sisi, cinta merupakan misteri. Di sisi lain, ia merupakan kesederhanaan yang murni - arahnya dapat diprediksi dan tak terelakkan dengan ekspresi budaya yang kurang lebih seragam di seluruh ruang dan waktu. Dorongan untuk memikirkannya sebagai sesuatu yang sederhana mendahului ilmu pengetahuan. Pertimbangkan panah Cupid, ramuan seorang penyihir - cinta tampaknya merupakan unsur.</p>
<p>Namun, cinta tidak mudah ditaklukkan oleh sains. Mari kita lihat alasannya. Feromon seks, bahan kimia yang dirancang untuk menyiarkan ketersediaan reproduksi kepada orang lain, <a href="https://www.bbc.co.uk/news/business-26751949">sering dikutip</a> sebagai instrumen utama daya tarik. Ini adalah ide yang menarik. Namun, meskipun feromon memainkan peran penting dalam komunikasi serangga, <a href="https://theconversation.com/theres-no-evidence-human-pheromones-exist-no-matter-what-you-find-for-sale-online-38318">hanya ada sedikit bukti</a> yang menunjukkan bahwa feromon juga ada pada manusia.</p>
<p>Jika suatu zat kimia dapat menandakan ketertarikan di luar tubuh, mengapa tidak di dalam tubuh? <em>Neuropeptida</em>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Oxytocin">oksitosin</a>, yang sering digambarkan secara tidak akurat sebagai “hormon pengikat” dan dikenal karena perannya dalam laktasi dan kontraksi rahim, adalah kandidat utama di sini. Hal ini telah dipelajari secara ekstensif, terutama pada <a href="https://www.nature.com/articles/s41583-018-0072-6">tikus padang rumput (<em>prairie vole</em>)</a>, yang monogami dan menunjukkan kasih sayang di depan umum sehingga membuatnya menjadi hewan model yang ideal. </p>
<p>Memblokir oksitosin mengganggu ikatan pasangan yang di sini merupakan pengganti cinta, dan membuat tikus lebih terkendali dalam ekspresi emosional mereka. Sebaliknya, menginduksi kelebihan oksitosin pada spesies tikus lain yang non-monogami akan menumpulkan selera mereka terhadap petualangan seksual. Namun, pada manusia, efeknya tidak terlalu dramatis - <a href="https://www.pnas.org/content/110/50/20308.short">perubahan yang halus</a> dalam preferensi romantis untuk hal yang sudah dikenal daripada yang baru. Jadi, klaim bahwa oksitosin penting untuk cinta masih belum terbukti.</p>
<h2>Kotak surat cinta?</h2>
<p>Tentu saja, bahkan jika kita dapat mengidentifikasi zat semacam itu, pesan apapun - kimiawi atau bukan - membutuhkan penerima. Jadi, di manakah kotak surat cinta di dalam otak? Bagaimana identitas “orang yang terpilih” disampaikan, mengingat tidak ada satu molekulpun yang dapat menyandinya?</p>
<p>Ketika cinta romantis <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1053811903007237">diperiksa dengan pencitraan otak</a>, area yang “menyala” tumpang tindih dengan area yang mendukung perilaku mencari hadiah dan berorientasi pada tujuan. Namun, bagian otak kita yang terbakar oleh satu hal tidak banyak memberi tahu kita jika bagian otak yang sama juga bisa bersemangat karena hal lain yang sangat berbeda. Pola-pola cinta romantis yang diamati tidak jauh berbeda dengan pola-pola ikatan keibuan, atau bahkan dengan <a href="https://academic.oup.com/scan/article/12/5/718/3051628">kecintaan terhadap tim sepak bola favorit</a>. Jadi, kita hanya bisa menyimpulkan bahwa ilmu saraf belum bisa menjelaskan emosi “jungkir balik” ini dalam istilah-istilah saraf.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/313070/original/file-20200131-41490-1c9bx6x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/313070/original/file-20200131-41490-1c9bx6x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/313070/original/file-20200131-41490-1c9bx6x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/313070/original/file-20200131-41490-1c9bx6x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/313070/original/file-20200131-41490-1c9bx6x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/313070/original/file-20200131-41490-1c9bx6x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/313070/original/file-20200131-41490-1c9bx6x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tidak sesederhana itu.</span>
<span class="attribution"><span class="source"> NaNahara Sung/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Apakah kita hanya membutuhkan lebih banyak eksperimen? Ya, biasanya itu adalah jawaban ilmuwan. Tapi di sini, hal itu mengasumsikan bahwa cinta cukup sederhana untuk ditangkap oleh deskripsi mekanistik. Dan itu sangat tidak mungkin, karena alam akan menolaknya. Secara evolusi, cinta pada akhirnya adalah tentang reproduksi. Bayangkan apa yang akan terjadi pada organisme yang ketertarikan seksualnya beroperasi melalui mekanisme yang sangat sederhana yang melibatkan serangkaian molekul penting, atau selusin atau lebih simpul saraf yang sangat vital.</p>
<p>Keberhasilan reproduksi kemudian akan dibatasi oleh integritas elemen genetik yang sangat sedikit, dengan potensi untuk tersingkir sepenuhnya oleh satu atau dua mutasi. Seekor pemangsa dapat mengembangkan racun yang membuat korbannya tidak hanya patuh, tetapi juga sangat menyukai. Seandainya ada benda mati yang mengandung molekul kunci dalam jumlah yang melimpah, seluruh spesies dapat menjadi <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Object_sexuality">objek seksual</a>, memilih untuk bermain-main dengan benda tersebut daripada berhubungan seks satu sama lain. Ini hampir seperti lelucon <a href="https://petpigworld.com/how-do-pigs-find-truffles/">jamur truffle yang dipakai untuk bermain oleh babi hutan</a>, dan ini menunjukkan bahwa hewan-hewan tersebut hanya teralihkan untuk sementara waktu. </p>
<p>Namun, kerentanan evolusionernya lebih dalam lagi. Ingatlah bahwa seks tidak hanya tentang reproduksi spesies, tetapi tentang optimalisasi, dan tidak hanya sebagai respons terhadap dunia seperti sekarang, tetapi mungkin juga pada berbagai kemungkinan masa depan yang luas. Hal ini mengharuskan organisme memiliki keragaman dalam sifat-sifatnya, seperti halnya memilih kebugaran. Jika tidak demikian, perubahan lingkungan yang tiba-tiba dapat membuat suatu spesies punah dalam semalam.</p>
<p>Jadi, setiap keputusan reproduksi tidak bisa sederhana dan tidak bisa seragam, karena kita tidak bisa dipandu oleh satu karakteristik saja, apalagi karakteristik yang sama. Meskipun tinggi badan mungkin menarik secara universal, jika biologi mengizinkan kita untuk memilih berdasarkan tinggi badan saja, kita semua pasti sudah menjadi gigantisme sekarang. Dan jika keputusan yang diambil harus rumit, begitu juga dengan perangkat saraf yang memungkinkannya. </p>
<p>Meskipun hal ini menjelaskan mengapa ketertarikan romantis harus rumit, ini tidak menjelaskan mengapa hal itu bisa terasa begitu naluriah dan spontan - tidak seperti mode konsultatif yang kita gunakan untuk keputusan-keputusan terpenting kita. Bukankah rasionalitas yang dingin dan terpisah akan lebih baik? Untuk mengetahui mengapa tidak, pertimbangkan untuk apa penalaran eksplisit <a href="https://theconversation.com/is-it-rational-to-trust-your-gut-feelings-a-neuroscientist-explains-95086">yang ada di sana</a>. Berkembang lebih lambat dari naluri kita, kita membutuhkan rasionalitas hanya untuk melepaskan diri kita dari alasan-alasan sebuah keputusan sehingga orang lain dapat mencatat, memahami, dan menerapkannya tanpa bergantung pada kita.</p>
<p>Namun, tidak perlu ada orang lain yang memahami alasan cinta kita. Memang, hal terakhir yang ingin kita lakukan adalah memberi orang lain resep untuk mencuri objek keinginan kita. Sama halnya, dengan menyerahkan kendali pada praktik budaya yang terekam, evolusi akan menempatkan terlalu banyak “kepercayaan” pada sebuah kapasitas - rasionalitas kolektif - yang, dalam istilah evolusi, masih terlalu muda.</p>
<p>Adalah <a href="https://theconversation.com/is-it-rational-to-trust-your-gut-feelings-a-neuroscientist-explains-95086">kesalahan untuk menganggap naluri sebagai sesuatu yang sederhana</a>, dan lebih rendah dari pertimbangan yang cermat. Sifatnya yang diam-diam membuatnya berpotensi lebih canggih daripada analisis rasional, karena ia melibatkan lebih banyak faktor yang lebih luas daripada yang dapat kita pegang secara bersamaan dalam pikiran sadar kita. Kebenaran dari hal ini tepat di depan wajah kita: pikirkanlah betapa jauh lebih baiknya kita mengenali wajah dibandingkan dengan mendeskripsikannya. Mengapa pengenalan cinta harus berbeda? </p>
<p>Pada akhirnya, jika mekanisme saraf cinta itu sederhana, kita seharusnya bisa menginduksi dengan suntikan, memadamkannya dengan pisau bedah dan membiarkan yang lainnya tetap utuh. Logika biologi evolusioner yang dingin dan keras membuat hal ini tidak mungkin. Seandainya cinta tidak rumit, kita tidak akan pernah berevolusi sejak awal.</p>
<p>Dengan begitu, cinta - seperti halnya semua pikiran, emosi, dan perilaku kita - bertumpu pada proses fisik di otak, sebuah interaksi yang sangat kompleks. Namun, mengatakan bahwa cinta “hanya” kimiawi otak sama saja dengan mengatakan bahwa Shakespeare “hanya” kata-kata, Wagner “hanya” nada, dan Michelangelo “hanya” kalsium karbonat - itu meleset dari intinya. Seperti halnya seni, cinta lebih dari sekadar penjumlahan dari bagian-bagiannya.</p>
<p>Jadi, kita yang beruntung mengalami kekacauan cinta harus membiarkan diri kita terbawa oleh ombak. Dan jika kita akhirnya terhempas di bebatuan yang tersembunyi di balik ombak, kita bisa mendapatkan kenyamanan dengan mengetahui bahwa akal sehat tidak akan membawa kita lebih jauh.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214621/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Parashkev Nachev menerima dana dari Wellcome Trust dan Pusat Penelitian Biomedis UCLH NIHR.</span></em></p>Dalam hal cinta, ilmu pengetahuan belum bisa menjelaskannya dengan benar. Dan ada alasan yang luar biasa mengapa demikian.Parashkev Nachev, Professor of Neurology, UCLLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2156832023-10-18T05:18:47Z2023-10-18T05:18:47ZMeski tidak ilmiah, ‘love language’ dapat membantumu memahami pasanganmu<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/553842/original/file-20230209-14-a6yq1r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5472%2C3637&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apa bahasa cintamu?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/beautiful-couple-love-dating-outdoors-smiling-786375739">NDAB Creativity/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Jika kamu pernah membuka-buka halaman majalah gaya hidup wanita, kemungkinan besar kamu pernah menemukan kuis yang menjanjikan untuk menjawab pertanyaan “apa <em>love language</em>-mu?” yang intinya menanyakan bagaimana kita mengungkapkan rasa sayang.</p>
<p>Atau jika media sosial lebih kamu sukai, ada banyak sekali unggahan, <em>meme</em>, GIF, dan <a href="https://www.tiktok.com/tag/lovelanguage?lang=en">TikTok</a> yang membawa konsep <em>love language</em> ke dalam tren.</p>
<p>Teori ini berasal dari sebuah buku berjudul <em>The Five Love Languages</em>, yang diterbitkan pada 1992 dan ditulis oleh penulis dan pendeta Amerika Serikat (AS), <a href="https://www.verywellmind.com/can-the-five-love-languages-help-your-relationship-4783538">Gary Chapman</a>. Chapman mulai memperhatikan tren pada pasangan yang ia bimbing, dan merasa bahwa mereka salah memahami kebutuhan satu sama lain.</p>
<p>Lima <em>love language</em> yang kemudian dia usulkan adalah <em>words of affirmation</em> (kata-kata afirmasi), <em>quality time</em> (menghabiskan waktu bersama), <em>physical touch</em> (sentuhan fisik), <em>acts of service</em> (tindakan melayani), dan <em>receiving gifts</em> (menerima hadiah). Preferensi untuk mengekspresikan dan menerima cinta dengan salah satu cara dibandingkan yang lain akan menjadi indikasi <em>love language</em> utama seseorang.</p>
<p>Jadi, apa yang dapat kita simpulkan dari teori <em>love language</em>? Adakah bukti di baliknya? Mari kita lihat.</p>
<h2>Dasar ilmiahnya lemah</h2>
<p>Semua orang menggunakan kata “cinta”, tetapi dalam banyak hal, cinta romantis tidak memiliki definisi yang tepat. Cinta adalah sebuah konstruksi yang agak samar, terdiri dari berbagai komponen yang berbeda yang ditampilkan dan dialami dengan berbagai cara.</p>
<p>Meskipun model <em>love language</em> <a href="https://jrrjokien.substack.com/p/the-5-love-languages-in-the-lord">semakin populer</a>, model ini dikembangkan berdasarkan pengamatan, bukan penelitian yang ketat. Dan hanya ada sedikit bukti ilmiah yang dipublikasikan hingga saat ini, untuk mendukung gagasan bahwa orang pada umumnya lebih suka mengekspresikan dan menerima cinta dengan salah satu dari lima cara ini, atau mengeksplorasi bagaimana <em>love language</em> ini memengaruhi hubungan.</p>
<p>Demikian pula, “kuis” apapun yang digunakan untuk menentukan <em>love language</em> seseorang tidak memiliki integritas sebagai tes yang valid secara ilmiah. </p>
<p>Meskipun begitu, tampaknya orang-orang memiliki ketertarikan untuk mengidentifikasi <em>love language</em> mereka sendiri dan orang lain.</p>
<h2>‘Love language’ dan kecocokan pasangan</h2>
<p>Kecocokan dalam sebuah hubungan itu penting. Pasangan yang memiliki kesamaan, dan bukannya berlawanan, cenderung <a href="http://psychology.iresearchnet.com/social-psychology/interpersonal-relationships/similarity-attraction-effect/">lebih tertarik</a> satu sama lain, dan memiliki hubungan yang lebih langgeng.</p>
<p>Chapman menyampaikan bahwa ketika pasangan memiliki <em>love language</em> yang berbeda, hal itu dapat menyebabkan kesalahpahaman. Contohnya adalah jika salah satu pasangan suka berpegangan tangan (<em>physical touch</em>) dan pasangannya tidak, atau jika salah satu pasangan suka menerima pujian (<em>words of affirmation</em>) dan pasangannya tidak.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Sepasang suami istri" src="https://images.theconversation.com/files/509140/original/file-20230209-16-cs2ff5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/509140/original/file-20230209-16-cs2ff5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/509140/original/file-20230209-16-cs2ff5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/509140/original/file-20230209-16-cs2ff5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/509140/original/file-20230209-16-cs2ff5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/509140/original/file-20230209-16-cs2ff5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/509140/original/file-20230209-16-cs2ff5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Seberapa pentingkah memiliki ‘love language’ yang sama dengan pasanganmu?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/nice-couple-autumn-park-519915598">Lopolo/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Chapman juga menyebutkan bahwa pasangan yang memiliki <a href="https://www.psychologytoday.com/gb/blog/the-psychology-relationships/202210/do-couples-need-share-the-same-love-language"><em>love language</em> yang sama</a> seharusnya memiliki hubungan yang lebih baik. Namun, penelitian mengenai hal ini masih simpang siur.</p>
<p>Sebagai contoh, sebuah penelitian <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/pere.12182">yang diterbitkan pada 2017</a> gagal menemukan bahwa pasangan yang memiliki <em>love language</em> yang sama terkait dengan peningkatan tingkat kepuasan hubungan. Namun, <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0269429">studi 2022</a> menemukan bahwa ketika pasangan memiliki <em>love language</em> yang sama, mereka melaporkan tingkat kepuasan hubungan dan kepuasan seksual yang lebih tinggi.</p>
<h2>Pelajari ‘love language’ pasanganmu</h2>
<p>Chapman juga menyarankan bahwa untuk pasangan yang <em>love language</em>-nya tidak cocok, mempelajari bahasa cinta pasangan dapat memfasilitasi komunikasi dan mengurangi kesalahpahaman. Dia berpendapat bahwa jika seseorang dapat menentukan dan menerapkan <em>love language</em> pasangannya, hal ini akan membuka jalan untuk <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/pere.12182">kepuasan hubungan yang lebih besar</a>.</p>
<p>Sebagai contoh, jika dia menyukai <em>words of affirmation</em>, pertimbangkan dengan cermat kata-kata yang kamu sampaikan padanya. Jika <em>love language</em>-nya adalah <em>acts of service</em>, kamu mungkin bisa belajar memasak makanan favoritnya.</p>
<p>Ada atau tidaknya dasar ilmiah dalam teori khusus ini mungkin tidak terlalu penting. Karena toh, adanya nilai dalam mengekspresikan cinta secara bijaksana kepada pasangan tidak perlu diragukan lagi.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/215683/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Martin Graff tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Lima ‘love language’ yang diterima secara luas adalah kata-kata afirmasi, waktu berkualitas, sentuhan fisik, tindakan melayani, dan menerima hadiah.Martin Graff, Senior Lecturer in Psychology of Relationships, University of South WalesLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2126762023-10-16T03:37:23Z2023-10-16T03:37:23ZBertahan atau putus? Alasan mengapa orang-orang memutuskan hubungan menurut ahli<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/545828/original/file-20210211-15-158vmy7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=275%2C351%2C4028%2C2621&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apakah kamu merasa 'berjodoh' atau 'selamat tinggal' dengan hubunganmu?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/heart-shaped-conversation-candies-background-copy-royalty-free-image/1200840322">Christine_Kohler/iStock via Getty Images Plus</a></span></figcaption></figure><p>Di mana kamu melihat dirimu dalam lima tahun ke depan? Ini adalah pertanyaan standar saat wawancara kerja, tapi pertanyaan ini juga baik ditanyakan pada diri sendiri tentang hubungan asmara yang kamu miliki.</p>
<p>Orang yang kamu ajak bicara, berkencan, tinggal bersama, bertunangan, menikah, putus, atau bercerai - semuanya terserah kamu. Kamu memegang kemudi penuh dalam menentukan arah hubunganmu.</p>
<p>Seringkali, kamu mungkin melaju dengan kendali otomatis (<em>autopilot</em>), mempertahankan kondisi yang sudah ada. Namun, sesekali, ada sesuatu yang mengganggu keseimbangan itu dan membuatmu merenungkan nasib hubunganmu dengan serius.</p>
<p>Pada titik tertentu, kebanyakan orang menemukan diri mereka menghadapi keputusan yang rumit, apakah akan bertahan atau berhenti. Meskipun ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat kamu merenungkan situasi itu, mengetahui bagaimana orang lain menghadapi keputusan penting dalam hidup tersebut mungkin akan membantu. Penelitian terbaru, <a href="https://www.littlebrown.com/titles/gary-w-lewandowski-jr-phd/stronger-than-you-think/9780316454704/">termasuk penelitian saya sendiri di bidang ilmu hubungan</a>, telah mengeksplorasi bagaimana orang membuat pilihan-pilihan ini.</p>
<h2>Faktor-faktor saat menimbang sebuah hubungan</h2>
<p>Rasa-rasanya, jumlah alasan mengapa seseorang memutuskan untuk mempertahankan atau mengakhiri sebuah hubungan, sama banyaknya dengan jumlah hubungan yang ada.</p>
<p>Untuk mempelajari lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya dipertimbangkan oleh orang-orang, para peneliti psikologi seperti <a href="https://scholar.google.com/citations?user=3lKgR-QAAAAJ&hl=en&oi=ao">Samantha Joel</a>, <a href="https://scholar.google.com/citations?user=Xji4sRAAAAAJ&hl=en&oi=ao">Geoff Macdonald</a> dan <a href="https://scholar.google.com/citations?user=VhP69dEAAAAJ&hl=en&oi=ao">Elizabeth Page-Gould</a> bertanya kepada lebih dari 400 orang yang tengah mempertanyakan hubungan mereka: “<a href="https://doi.org/10.1177/1948550617722834">Apa saja alasan</a> yang mungkin diberikan seseorang untuk tetap bersama atau meninggalkan pasangan romantisnya?”</p>
<p>Dari semua situasi yang ada, muncul 50 tema umum.</p>
<p><iframe id="kAJzE" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/kAJzE/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Orang-orang memberikan 27 alasan utama untuk bertahan dalam hubungan. Alasan-alasan tersebut berfokus pada komponen-komponen hubungan utama seperti ketertarikan, keintiman fisik dan emosional, serta dukungan. Orang-orang enggan kehilangan waktu dan usaha yang telah mereka investasikan serta takut sendirian. Mereka mempertimbangkan nilai tambah, seperti aspek-aspek yang diinginkan dari kepribadian pasangan mereka dan seberapa banyak kesenangan yang mereka miliki bersama. Mereka juga mempertimbangkan isu-isu praktis, termasuk potensi gangguan keluarga dan implikasi keuangan.</p>
<p>Para peserta juga mengemukakan 23 alasan umum untuk berpisah. Ini mencakup banyak tema yang sama dengan yang disebutkan pada alasan untuk bertahan, tetapi berfokus pada sisi negatif, seperti kepribadian pasangan yang bermasalah, tindakan penipuan atau perselingkuhan, jarak emosional, kurangnya dukungan, dan keintiman emosional atau fisik yang tidak memadai.</p>
<h2>Begitu banyak alasan, apa yang harus dilakukan?</h2>
<p>Membuat daftar tema-tema ini adalah satu hal. Lalu, bagaimana individu mempertimbangkannya dalam keputusan nyata untuk tetap tinggal atau pergi? Untuk mengetahuinya, para peneliti melakukan penelitian lanjutan terhadap lebih dari 200 orang yang sedang mempertimbangkan untuk berpisah atau bercerai.</p>
<p>Sekitar setengah dari peserta ini melaporkan bahwa mereka merasa, secara imbang, lebih cenderung untuk tetap bertahan dalam hubungan yang bermasalah. Hal ini masuk akal karena rasa enggan berubah itu kuat. Bertahan sering kali membutuhkan usaha yang lebih sedikit.</p>
<p>Namun, orang-orang yang sama secara bersamaan memiliki kecenderungan di atas rata-rata untuk pergi, yang berarti mereka menilai diri mereka cenderung untuk berpisah. Di situlah masalahnya. Para peserta termotivasi untuk tetap bersama pasangannya, tapi pada saat yang sama juga termotivasi untuk mengakhiri hubungan. Dan keraguan ini sangat umum terjadi. </p>
<p>Keraguan akan hubungan yang begitu umum dan orang-orang yang sering kali bingung tentang apa yang harus dilakukan adalah hal yang membuat penelitian semacam ini berpotensi membantu. Penelitian ini sedikit membantu dengan mengidentifikasi apa yang paling penting.</p>
<h2>Jalan yang panjang dan berliku</h2>
<p>Keputusan dalam sebuah hubungan jarang sekali sesederhana “apakah saya harus tetap tinggal atau pergi?” Sebaliknya, orang-orang mengalami pergeseran halus dalam komitmen mereka yang terbangun dari waktu ke waktu. Apa yang menyebabkan variasi dalam komitmen ini? </p>
<p>Peneliti hubungan <a href="https://scholar.google.com/citations?user=aJgXSyoAAAAJ&hl=en&oi=sra">Laura Machia</a> dan <a href="https://scholar.google.com/citations?user=aCOyAim5Kz4C&hl=en&oi=sra">Brian Ogolsky</a> berusaha mencari tahu dengan <a href="https://doi.org/10.1177/0146167220966903">mewawancarai partisipan dalam hubungan yang stabil </a>. Pada setiap wawancara delapan bulanan, 464 partisipan mengindikasikan seberapa serius hubungan mereka dengan menilai seberapa besar kemungkinan mereka akan menikah dengan pasangan mereka saat ini - “0% jika mereka yakin tidak akan pernah menikah dengan pasangan mereka atau tidak pernah memikirkan pernikahan, dan 100% jika mereka yakin akan menikah dengan pasangan mereka di masa depan.” Setiap kali persentase “komitmen untuk menikah” mereka berubah dari satu wawancara ke wawancara berikutnya, para peneliti menanyakan alasannya.</p>
<p>Para peserta mengungkapkan banyak alasan, tepatnya 13.598 alasan, yang menyebabkan naik-turunnya komitmen. Para peneliti menyaringnya menjadi 14 tema utama. Alasan yang paling berpengaruh adalah penggambaran positif dan negatif tentang pasangan dan hubungan. Ini termasuk pernyataan langsung tentang pasangan - seperti “dia menyenangkan, perhatian, dan baik hati” - atau tentang mereka sebagai pasangan - seperti “kami mulai menjauh.” Seperti yang bisa diduga, pernyataan positif lebih berkaitan dengan peningkatan komitmen, sementara pernyataan negatif berkaitan dengan penurunan.</p>
<p><iframe id="dkQGK" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/dkQGK/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Alasan yang paling banyak disebutkan berikutnya adalah keadaan yaitu kejadian atau pengalaman yang tidak terduga seperti kehilangan pekerjaan, pasangan jatuh sakit, atau harus pindah. Menariknya, perubahan hidup seperti ini dapat meningkatkan atau menurunkan komitmen seseorang terhadap hubungan. Temuan ini merupakan bukti lebih lanjut bahwa peristiwa itu sendiri - misalnya, pandemi di seluruh dunia - bukanlah satu-satunya penentu nasib suatu hubungan. Dinamika yang ada pada pasangan juga memainkan peran yang besar.</p>
<p>Dari semua alasan yang mungkin mendorong orang untuk menaikkan atau menurunkan skala komitmen, ada satu alasan yang paling menonjol yang dapat memprediksi apakah pasangan akan berpisah yaitu selingkuh. Meskipun ada banyak faktor lain yang membuat orang merasa lebih atau kurang mungkin untuk mempertimbangkan pernikahan, keterlibatan dengan pasangan kencan lain adalah satu-satunya pembunuh hubungan yang sebenarnya. </p>
<p>Di sisi lain, penelitian ini juga mengidentifikasi satu faktor yang meningkatkan komitmen dan mendorong hubungan lebih dekat ke arah pernikahan: pengungkapan diri secara positif. Itulah yang dimaksud oleh para psikolog, bahwa ketika kita saling berbagi informasi yang mendorong perasaan positif, pada gilirannya hal tersebut akan mendukung hubungan kita. Pikirkanlah tentang bertukar cerita tentang masa kecilmu, mengenal satu sama lain lebih dalam, atau berbagi kabar baik. <a href="https://doi.org/10.1037/0022-3514.91.5.904">Pengungkapan semacam ini dapat memperkuat hubungan</a>.</p>
<h2>Cinta adalah sebuah keputusan - dan jarang sekali jelas</h2>
<p>Hubungan itu rumit, dan tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi di masa depan. Sulit untuk mengetahui apa keputusan terbaik jika kamu sedang memikirkan apakah akan tetap bersama pasangan atau berpisah. Hubungan terbaik memiliki masalah, sementara hubungan terburuk masih memiliki kebaikan. Meskipun tidak ingin terjebak dengan pasangan yang buruk, kamu juga tidak ingin bersikap terlalu keras terhadap hubungan yang seharusnya menjadi hubungan yang baik. Mungkin dengan mengetahui apa yang orang lain anggap sebagai faktor penting dapat membantu kamu membuat pilihan terbaik.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212676/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gary W. Lewandowski Jr. tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Setiap orang memiliki banyak alasan untuk bertahan atau mengakhiri sebuah hubungan romantis. Namun, para peneliti telah mengidentifikasi beberapa tema umum yang memengaruhi keputusan besar ini.Gary W. Lewandowski Jr., Professor of Psychology, Monmouth UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2125242023-09-05T07:12:40Z2023-09-05T07:12:40ZTerjebak di ‘situationship’ dan ‘talking stage’? Berikut panduan percintaan modern bagi anak muda<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/545375/original/file-20230829-29-3oqeio.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://images.unsplash.com/photo-1516744263504-69bd3dec5d82?ixlib=rb-4.0.3&ixid=MnwxMjA3fDB8MHxwaG90by1wYWdlfHx8fGVufDB8fHx8&auto=format&fit=crop&w=1742&q=80">Unsplash</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>“Pergi bersama” terdengar seperti istilah romantis dari masa lalu. Kaum muda masa kini memiliki label yang lebih baru: <em>talking stage</em>. Tahap ini terjadi di antara fase perkenalan dengan seseorang hingga resmi berpacaran, dan dapat melibatkan pembicaraan atau bertukar pesan instan selama berhari-hari - bahkan berbulan-bulan.</p>
<p>Tujuan dari tahap ini adalah memiliki kesempatan untuk mengenal seseorang sebelum berkomitmen dan menjalin hubungan dengan mereka. </p>
<p>Namun, jika dilihat dari unggahan mereka di media sosial, anak muda di seluruh dunia <a href="https://www.cosmopolitan.com/sex-love/a42030971/talking-stage-relationship/">kewalahan</a> dengan fase kencan modern ini. Mereka merasa bahwa prosesnya berlarut-larut, berulang-ulang, dan menguras emosi.</p>
<p>Apakah ini merupakan hal yang baru? Dan bagaimana calon pasangan dapat memanfaatkannya sebaik mungkin?</p>
<h2><em>Talking stage</em>: label baru, praktik lama</h2>
<p><em>Talking stage</em> bukanlah fenomena baru, melainkan sebuah bentuk baru dari apa yang kita kenal sebagai “pacaran” tradisional (<em>courting</em>). </p>
<p><em>Courting</em> melibatkan proses mengenal, membangun dan membangun keintiman dengan seseorang, sering kali dalam jangka waktu yang lama, sebelum berkomitmen untuk menikah. </p>
<p>Namun, tidak semua hubungan dimulai dengan fase <em>courting</em> atau <em>talking</em>, beberapa hubungan dimulai dengan perkenalan singkat kemudian berkembang menjadi kencan. Hal ini dikarenakan cara orang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01463373.2010.524874">mengomunikasikan ketertarikan secara romantis</a> dan memulai keintiman bergantung pada kepribadian dan konteks sosial. </p>
<p>Meski demikian, <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s12119-021-09896-9">pandemi global telah mengubah cara orang berkencan</a>. Orang-orang yang sebelumnya mungkin tidak memilih untuk berkencan secara <em>online</em>, mulai mencari teman kencan melalui internet atau terkadang melakukan kencan jarak jauh melalui layar. </p>
<p>Kencan menggunakan aplikasi <em>online</em> menyebarkan cinta dengan saling bertukar, mencocokkan, dan mengirim pesan instan - sering kali dengan banyak pasangan dan dalam jumlah besar.</p>
<p>Para peneliti menyebut periode ini sebagai “<a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s12119-021-09896-9">cinta bergerigi</a>”, yaitu cinta yang terwujud secara siklus, ketika peserta beralih ke aplikasi untuk mencari keamanan yang ditawarkan di masa ketidakpastian global; dan menemukan bahwa periode ini tidak mengarah pada pacaran dan romantisme tradisional. Orang-orang dalam konteks ini berpindah-pindah pasangan dengan cepat, mencari hubungan yang bermakna dan sering merasa kecewa dengan hasilnya. Dalam konteks cinta bergerigi ini, ada banyak potensi untuk <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15332691.2020.1795039">menyabotase hubungan</a> bahkan sebelum hubungan itu dimulai. </p>
<p>Ada perbedaan yang signifikan antara <em>talking stage</em> dengan pacaran tradisional. Saat ini, percakapan awal dipercepat dengan banyaknya informasi yang tersedia untuk umum tentang seseorang di internet. Jadi, bagi sebagian orang, berbicara atau mengirim pesan mungkin terasa seperti langkah yang tidak perlu atau membosankan, mengingat apa yang bisa kita dapatkan dari Facebook, Instagram, dan TikTok. </p>
<p>Namun, <em>talking stage</em> bisa jadi merupakan cara untuk memperkuat <a href="https://www.wiley.com/en-au/Liquid+Cinta:+On+the+Frailty+of+Human+Bonds-p-9780745624891">ikatan manusia yang rapuh</a>. </p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1631029239293067270"}"></div></p>
<h2>Apakah kamu terjebak di ‘<em>situationship</em>’?</h2>
<p>Dalam <a href="https://www.reddit.com/r/dating_advice/comments/104icrr/what_are_some_tips_to_improve_talking_stage/">forum-forum <em>online</em></a>, kaum muda mengaku merasa bingung tentang berapa lama perlu berbicara dengan seseorang sebelum lanjut ke tahap selanjutnya, atau apa yang harus didiskusikan dengan calon pasangan. Jadi, tahap pendekatan mungkin tampak ambigu, membuat stres, atau menimbulkan kecemasan. </p>
<p>Kaum muda juga bingung tentang apakah mereka berada dalam “<em>situationship</em>” - status hubungan dengan definisi yang ambigu, yang digunakan untuk menggambarkan hubungan intim yang tidak berkomitmen tetapi penuh dengan perasaan. Yang satu ini mirip dengan label yang baru-baru ini muncul seperti “<em>friends with benefits</em>”, “<em>booty calls</em>”, atau cinta satu malam (ONS).</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/CWRI2EVvF9T","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<p>Berada dalam tahap atau hubungan yang tidak jelas dapat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan. <a href="https://ww.ijicc.net/images/vol4iss3/Raquel_Peel_et_al.pdf">Kesulitan dalam hubungan</a> adalah salah satu alasan paling menonjol mengapa orang mencari konseling dan merupakan kontributor signifikan terhadap kecemasan, depresi, dan pikiran untuk menyakiti diri sendiri. Layanan konseling di Australia <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-981-16-8040-3_14">melaporkan</a> alasan paling umum untuk mencari konseling termasuk konflik hubungan, keterampilan interpersonal yang tidak memadai untuk memulai atau membangun hubungan yang signifikan, kekerasan dalam keluarga, dan kekerasan seksual.</p>
<p>Rasa takut disakiti, ditinggalkan, ditolak, atau terperangkap dapat menjadi <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15332691.2020.1795039">penghalang</a> untuk membentuk dan mempertahankan hubungan intim jangka panjang yang sehat. </p>
<p>Berada dalam komitmen hubungan romantis <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1475-6811.2010.01248.x?casa_token=P-CZTx8mVz8AAAAA%3ADv2y6JsPkpyf08XsvzzGSbpznAIi8N3TdzVrHxgFDuN3FCJWS5iDWJg-HxGzT1uAH_so4yZi9bi_iP-m">mengurangi</a> terjadinya masalah kesehatan mental jika dibandingkan dengan hubungan yang ambigu atau kasual. Inilah mengapa <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15332691.2020.1795039">penelitian saya</a> berfokus pada peningkatan keterampilan dan kepercayaan diri orang untuk menavigasi kemitraan intim. </p>
<h2>Praktik yang baik</h2>
<p>Banyak orang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/15332691.2020.1795039">tidak memiliki keterampilan hubungan</a> seperti wawasan, fleksibilitas, kedewasaan, kepercayaan diri, komunikasi yang efektif, dan cara mengelola ekspektasi. Kemampuan untuk meningkatkan keterampilan hubungan adalah cara kuat untuk mengukur kepuasan hubungan dan kesuksesan hubungan jangka panjang.</p>
<p>Mencari tahu bagaimana menavigasi hubungan yang intim, dengan mengkomunikasikan kebutuhan secara jujur dan menciptakan peluang untuk mengembangkan dan mengeksplorasi rasa diri, dapat membantu orang merasa <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/02654075221101127?casa_token=na2lhyw3DrcAAAAA%3AHHnN8P_wqKmoVrMgkbo8YGO6da6IjE49ze9fnTaUg7FvazDDKAUTqfKaYqkLZRQQdiN8GLKPxpXw0aY#bibr10-02654075221101127">lebih percaya diri</a>. </p>
<p>Jadi, <em>talking stage</em> adalah kesempatan untuk mengenal calon pasangan, mengeksplorasi kecocokan dan meningkatkan keterampilan hubungan. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/514594/original/file-20230310-20-ded6q5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ada tahap mendekat dan kemudian ada tahap PDKT…</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/close-up-photo-of-women-looking-at-each-other-8552267/">Pexels/Pavel Danilyuk</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>5 cara untuk membuat <em>talking stage</em> lebih baik</h2>
<p>Mungkin agak membingungkan, tetapi ada beberapa cara untuk membuat tahap pendekatan (PDKT) menjadi lebih bermanfaat daripada menegangkan:</p>
<p><strong>1) Komunikasi yang terbuka</strong> - pastikan untuk mengungkapkan kebutuhan dan harapan kamu, serta bersedia untuk memahami kebutuhan dan harapan orang lain dengan cara yang jujur</p>
<p><strong>2) Jelajahi kecocokan</strong> - tahap pembicaraan adalah kesempatan untuk mengeksplorasi apakah calon pasangan memiliki minat, nilai, dan moral yang sama</p>
<p><strong>3) Tentukan hubungan</strong> - tahap ini adalah kesempatan untuk mendiskusikan hubungan potensial dan jenis hubungan romantis yang diharapkan. Penting bagi semua pihak untuk memahami apa hubungan yang sedang dibangun dan ke mana arahnya</p>
<p><strong>4) Penerimaan</strong> - langkah yang penuh wawasan ini melibatkan pemahaman bahwa tahap pembicaraan atau “situationship” mungkin gagal dan tidak berubah menjadi hubungan (yang mungkin menyakitkan) dan bahwa ini adalah bagian alami dari proses tersebut</p>
<p><strong>5) Tetapkan batasan</strong> - perlindungan diri dan keamanan adalah naluri dasar manusia. Jadi, penting untuk mengetahui bagaimana menavigasi proses ini dengan cara yang sehat dengan menetapkan batasan-batasan untuk hubungan intim sejak dini.</p>
<p>Manusia sudah terprogram untuk mencari hubungan intim sejak lahir. Zaman modern mungkin telah mengubah cara kita mengejar dan mengomunikasikan cinta, tetapi naluri bawaan ini tetap tidak dapat dipatahkan dan <em>talking stage</em> dapat menjadi bagian penting dari pencarian tersebut.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/212524/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Raquel Peel tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>‘Tahap PDKT’ sangat mirip dengan ‘pacaran’ tradisional - dengan beberapa komplikasi online. Namun, ini bisa menjadi cara yang bagus untuk menguji potensi pasangan dan menetapkan batasan yang sehat.Raquel Peel, Adjunct Senior Lecturer, University of Southern Queensland and Senior Lecturer, RMIT UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2110402023-08-15T07:51:37Z2023-08-15T07:51:37ZKamu sedang jatuh cinta? Inilah yang terjadi pada otak dan tubuh kamu<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/541176/original/file-20230804-19-ijijtn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/A7Um4oi-UYU">JustinFollis/Unsplash</a></span></figcaption></figure><p>Cinta mendominasi budaya populer kita dan menjadi tema dari banyak lagu, film, dan karya sastra dan seni. Namun, apa yang terjadi di dalam tubuh kita saat kita merasakan cinta?</p>
<p>Cinta sulit untuk didefinisikan, tetapi dapat digambarkan sebagai perasaan kasih sayang yang mendalam. Pada tingkat yang paling dasar, ilmu pengetahuan melihat cinta sebagai campuran zat kimia yang dilepaskan oleh otak. </p>
<p>Dari perspektif evolusi, cinta romantis berevolusi dari dorongan hewan primitif untuk menemukan dan mempertahankan pasangan yang disukai. Cinta <a href="https://theconversation.com/what-is-love-139212">membuat orang terikat</a> dan berkomitmen satu sama lain, untuk membesarkan anak-anak hingga melewati masa kanak-kanak. Hal ini memastikan spesies kita akan terus bereproduksi, bertahan hidup dan berkembang. </p>
<p>Namun, cinta romantis bukan hanya tentang reproduksi. Beberapa orang <a href="https://doi.org/10.1016/j.mehy.2019.05.011">berpendapat</a> bahwa kita harus mempertimbangkan cinta sebagai motivasi, seperti rasa lapar, haus, tidur, atau seks. </p>
<p>Ada banyak manfaat dari mencintai orang lain dan dicintai. Ini <a href="https://theconversation.com/love-is-good-for-us-so-why-do-lawmakers-try-to-break-us-up-131191">termasuk</a> kesehatan mental yang lebih baik, kesejahteraan dan fungsi kekebalan tubuh, dan mengurangi stres dan penyakit kronis.</p>
<h2>Apa yang terjadi ketika seseorang pertama kali jatuh cinta?</h2>
<p>Jatuh cinta biasanya dimulai ketika seseorang mulai melihat orang lain sebagai orang yang spesial dan unik. </p>
<p>Fase awal jatuh cinta adalah <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27366726/">keadaan neurobiologis yang ekstrem</a>, ditandai dengan respons yang meningkat dan gairah yang tinggi. Nafsu dan ketertarikan didorong oleh hormon seks, estrogen, dan testosteron, sebagai motivasi untuk berhubungan seks. </p>
<p>Area tertentu di otak diaktifkan ketika jatuh cinta, khususnya sistem limbik dan pusat penghargaan. Sistem limbik memiliki peran penting dalam emosi dan memori. Hal ini menyebabkan suasana hati yang positif dan menjelaskan mengapa kenangan yang terkait dengan cinta yang baru begitu kuat. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="cinta di orang lesbian" src="https://images.theconversation.com/files/508763/original/file-20230208-23-zvpqn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/508763/original/file-20230208-23-zvpqn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/508763/original/file-20230208-23-zvpqn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/508763/original/file-20230208-23-zvpqn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/508763/original/file-20230208-23-zvpqn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/508763/original/file-20230208-23-zvpqn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/508763/original/file-20230208-23-zvpqn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kenangan akan cinta pertama begitu kuat karena sistem limbik otak diaktifkan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/03tSOB03Xko">Masha S/Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada juga peningkatan dopamin dan noradrenalin. Dopamin merangsang jalur penghargaan dan meningkatkan motivasi serta pikiran dan perilaku obsesif untuk mengejar ketertarikan cinta. Noradrenalin menyebabkan perasaan euforia, dan respons fisiologis berupa detak jantung yang lebih cepat, kupu-kupu di perut, dan peningkatan energi.</p>
<p>Pada saat yang sama, area otak lainnya dinonaktifkan. Berkurangnya aktivitas di korteks frontal mengurangi emosi dan penilaian negatif. Hal ini menjelaskan mengapa pada awalnya orang mungkin tidak melihat kesalahan pada orang yang mereka cintai.</p>
<p>Namun, meskipun kita mungkin merasa lebih sedikit menghakimi, ada juga peningkatan kortisol, stres, dan perasaan tidak aman pada fase awal jatuh cinta. </p>
<h2>Bagaimana cinta romantis berubah seiring waktu?</h2>
<p>Fase awal jatuh cinta dan tergila-gila berlangsung selama beberapa bulan. </p>
<p>Selama fase berikutnya, terjadi peningkatan keintiman, komitmen, dan keterikatan. Hal ini didorong oleh hormon oksitosin dan vasopresin. Oksitosin membantu kita merasa aman dan terlindungi setelah kortisol yang tinggi dan stres akibat ketidakpastian dan risiko jatuh cinta. Vasopresin mendorong perilaku kewaspadaan dan menjadi teritorial serta melindungi diri sendiri. </p>
<p>Antara oksitosin dan vasopresin, terdapat keseimbangan dalam berhubungan dengan orang lain sekaligus melindungi orang yang kita cintai dan diri kita sendiri.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="pasangan berumur tua" src="https://images.theconversation.com/files/508771/original/file-20230208-20-78hdw8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/508771/original/file-20230208-20-78hdw8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=374&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/508771/original/file-20230208-20-78hdw8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=374&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/508771/original/file-20230208-20-78hdw8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=374&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/508771/original/file-20230208-20-78hdw8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=470&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/508771/original/file-20230208-20-78hdw8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=470&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/508771/original/file-20230208-20-78hdw8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=470&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Oksitosin membantu kita merasa aman dan terlindungi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/GPJ3VEbEDH4">Alex Blajan/Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Oksitosin sering disebut sebagai “hormon cinta” karena <a href="https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2022.104948">memfasilitasi</a> pembentukan ikatan dan koneksi sosial. Namun, <a href="https://doi.org/10.1016/j.neuron.2022.12.011">penelitian baru pada model hewan</a> menunjukkan bahwa oksitosin tidak penting untuk memciptakan ikatan pasangan seumur hidup seperti yang diperkirakan sebelumnya.</p>
<p>Aktivitas seksual berbeda dengan cinta, tetapi aktivitas ini memperkuat keterikatan. Ketika kita menyentuh, mencium atau berhubungan seks, oksitosin dan vasopresin dilepaskan, yang mendorong cinta dan komitmen di antara pasangan. </p>
<p>Bertahun-tahun menjalin hubungan romantis, sering kali berada pada periode <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22119059/">transisi</a> dari cinta yang penuh gairah menjadi cinta pendamping. Keintiman dan komitmen yang tinggi membantu mempertahankan cinta ini. Beberapa hubungan berakhir pada masa ini karena berkurangnya gairah, sementara pasangan lain tetap berada dalam fase cinta yang penuh gairah selama beberapa dekade.</p>
<h2>Bagaimana dengan cinta yang tidak romantis?</h2>
<p>Di luar perannya dalam cinta romantis, oksitosin penting dalam <a href="https://doi.org/10.1124/pr.120.019398">semua bentuk cinta</a>, termasuk dengan keluarga, teman, dan bahkan hewan peliharaan. Hubungan sosial yang positif dan oksitosin memiliki banyak <a href="https://doi.org/10.1016/j.ijpsycho.2022.07.007">manfaat</a> pada kesehatan, kesejahteraan, dan umur panjang manusia. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="cinta terhadap peliharaan" src="https://images.theconversation.com/files/508772/original/file-20230208-13-37gyqj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/508772/original/file-20230208-13-37gyqj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/508772/original/file-20230208-13-37gyqj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/508772/original/file-20230208-13-37gyqj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/508772/original/file-20230208-13-37gyqj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/508772/original/file-20230208-13-37gyqj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/508772/original/file-20230208-13-37gyqj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Oksitosin juga berperan dalam rasa cinta kita terhadap hewan peliharaan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/mAsKA0jFfeQ">Chris Abney/Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penelitian kami <a href="https://www.jstor.org/stable/48705219">menunjukkan bahwa</a> oksitosin berhubungan dengan kualitas hidup yang lebih baik dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.psyneuen.2017.10.018">hubungan sosial yang lebih sehat</a>, di antara orang-orang dengan dan tanpa depresi. </p>
<p>Jadi, demi cinta pada orang, orang atau hewan peliharaan favorit kamu, siapa pun mereka, berapa lama pun kamu mencintainya, dan berapa kali pun kamu jatuh cinta, nikmatilah rasa mencintai dan dicintai. </p>
<p>Cinta mungkin saja merupakan koktail kimiawi terbaik dari alam. Tapi semua seluk-beluk perilaku dan emosi cinta yang kompleks masih terus <a href="https://theconversation.com/love-is-it-just-a-fleeting-high-fuelled-by-brain-chemicals-129201">luput dari ilmu pengetahuan</a>.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/211040/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pada tingkat yang paling dasar, otak melepaskan campuran bahan kimia. Namun, ternyata tidak sebatas itu saja. Inilah yang terjadi pada otak dan tubuh saat kamu jatuh cinta.Theresa Larkin, Associate professor of Medical Sciences, University of WollongongSusan J Thomas, Associate professor in Mental Health and Behavioural Science, University of WollongongLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2108622023-08-04T01:08:36Z2023-08-04T01:08:36ZApa itu cinta? Ini pengertiannya menurut sains<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/540524/original/file-20230801-21-7adm14.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ternyata tidak hanya sekadar bantal yang empuk.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="http://www.shutterstock.com/dl2_lim.mhtml?src=cu0o4a71WClNcCM7TlkSoA-3-91&clicksrc=download_btn_inline&id=368244650&size=medium_jpg&submit_jpg=">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Kita semua pasti pernah merasakannya dalam hidup kita. Para penyair menulis tentang cinta, para penyanyi bernyanyi tentang cinta - dan seluruh industri telah tumbuh untuk menemukan, mengekspresikan, dan mempertahankan cinta. Namun, apakah cinta itu? Di manakah ia berada? Dari mana ia diciptakan? Dan apa yang sebenarnya terjadi di dalam pikiran dan tubuh kita saat kita jatuh cinta?</p>
<p>Cinta romantis, meskipun sering kali sulit untuk didefinisikan, mencakup pengembangan ikatan emosional yang kuat - yang dikenal sebagai “keterikatan” - ketertarikan seksual dan pemberian perhatian. Mereka yang “jatuh cinta” mengalami berbagai perasaan yang intens, seperti pikiran yang mengganggu, ketergantungan emosional, dan peningkatan energi - meskipun perasaan ini mungkin terbatas dirasakan pada fase awal hubungan. </p>
<p>Bagaimanapun, cinta tampaknya bersifat universal. Namun, sejauh mana cinta diekspresikan atau menjadi bagian penting dalam hubungan seksual <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1475-6811.1994.tb00072.x/abstract">dapat bervariasi</a>. Sebagai contoh, hanya <a href="http://jcc.sagepub.com/content/26/5/554.abstract">kurang dari 5% orang Amerika yang mengakui bahwa mereka bisa menikah tanpa cinta, sementara di Pakistan ada 50% orang yang bisa melakukannya</a>.</p>
<h2>Aktivitas otak</h2>
<p>Banyak bagian di otak kita, terutama yang terkait dengan penghargaan dan motivasi, diaktifkan oleh pikiran atau kehadiran <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22119059">kekasih</a>. Ini termasuk hipokampus, hipotalamus, dan korteks cingulate anterior. Aktivasi area-area ini dapat berfungsi untuk menghambat perilaku defensif, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kepercayaan terhadap pasangan. Selain itu, area seperti amigdala dan korteks frontal dinonaktifkan sebagai respons terhadap rasa cinta; proses ini dapat berfungsi mengurangi kemungkinan munculnya <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17531984">emosi maupun penilaian negatif terhadap pasangan</a>. </p>
<p>Oleh karena itu, aktivasi otak sebagai respons terhadap pasangan romantis tampaknya memberi penghargaan pada interaksi sosial dan menghambat respons negatif. Sejauh mana otak diaktifkan selama tahap awal hubungan romantis tampaknya memengaruhi kesejahteraan kita sendiri dan sejauh mana hubungan itu sukses atau gagal. </p>
<p>Sebagai contoh, kebahagiaan, komitmen terhadap pasangan dan kepuasan hubungan masing-masing terkait dengan <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21229613">intensitas</a> dari <a href="http://www.helenfisher.com/downloads/articles/Acevedo%20et%20al-MarSatisfaction.pdf">aktivasi otak</a>.</p>
<h2>Pengaruh hormonal terhadap cinta</h2>
<p>Oksitosin dan vasopresin adalah hormon yang paling erat kaitannya dengan rasa cinta. Keduanya diproduksi oleh hipotalamus dan dilepaskan oleh <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1016/j.febslet.2007.03.095/abstract">kelenjar hipofisis</a>; dan meskipun perasaan laki-laki dan perempuan sama-sama dipengaruhi oleh oksitosin dan vasopresin, perempuan lebih sensitif terhadap oksitosin dan laki-laki lebih sensitif terhadap vasopresin. </p>
<p>Konsentrasi oksitosin dan vasopresin meningkat intens selama tahap-tahap tumbuhnya rasa cinta romantis. Hormon-hormon ini bekerja pada berbagai sistem di dalam otak dan reseptornya ada di sejumlah area otak yang terkait dengan cinta. Secara khusus, oksitosin dan vasporesin berinteraksi dengan sistem penghargaan dopaminergik dan dapat merangsang pelepasan dopamin oleh hipotalamus.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="pengaruh hormon pada cinta" src="https://images.theconversation.com/files/122756/original/image-20160516-15906-ar5wa5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/122756/original/image-20160516-15906-ar5wa5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=415&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/122756/original/image-20160516-15906-ar5wa5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=415&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/122756/original/image-20160516-15906-ar5wa5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=415&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/122756/original/image-20160516-15906-ar5wa5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=521&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/122756/original/image-20160516-15906-ar5wa5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=521&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/122756/original/image-20160516-15906-ar5wa5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=521&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Semuanya ada di dalam hormon.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/35279302@N08/3320409558/in/photolist-64pY5E-38Y23J-7R12wP-5L2kwM-4s7dh2-89ri7F-66e6pZ-9mca9Q-5NNveL-8VUjxE-ebSyNp-nzdunK-irbCAK-6F2eVV-9LrQw-bkgkaL-btYUXS-of2nAV-bz1nMa-iAkV5-b3GJQz-4Vqtyz-8e6Q53-3eBmwr-37wkvc-7uJbvV-6B3FVZ-7CpExe-aFQBfx-dr3xya-8Ct6NB-4AFh1v-6KMicf-aFQYRD-o7umNo-5ZJ84N-aFQWZi-88tfAV-9EFHSf-b4Ax6p-JXfd-7Xvr4x-4jabc-5pxQPC-3isaQ-7antqW-4Stvho-f9cdzV-5ApBNF-9cCZrC">Iselin/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jalur dopaminergik yang diaktifkan selama cinta romantis menciptakan perasaan menyenangkan yang bermanfaat. Jalur ini juga terkait dengan perilaku adiktif, konsisten dengan perilaku obsesif dan ketergantungan emosional yang sering diamati pada tahap awal percintaan.</p>
<p>Para peneliti sudah sering <a href="http://www.nature.com/neuro/journal/v7/n10/full/nn1327.html">menyelidiki</a> pengaruh oksitosin dan vasopresin pada hewan seperti <a href="http://www.people.vcu.edu/%7Emreimers/SysNeuro/Lim%20-%20Oxytocin%20and%20social%20bonding.pdf">tikus padang rumput dan tikus gunung</a>. Didokumentasikan dengan jelas bahwa tikus padang rumput (yang membentuk hubungan monogami seumur hidup) memiliki kepadatan reseptor oksitosin dan vasopresin yang jauh lebih tinggi daripada tikus gunung yang bebas berganti pasangan, terutama dalam sistem penghargaan dopamin. </p>
<p>Selain itu, tikus padang rumput menjadi liar ketika pelepasan oksitosin dan vasopresin diblokir. Bersama-sama, temuan ini menyoroti cara bagaimana aktivitas hormon dapat memfasilitasi (atau menghalangi) pembentukan hubungan yang erat.</p>
<h2>Cinta dan rasa kehilangan</h2>
<p>Hubungan percintaan yang romantis mungkin memiliki fungsi evolusioner yang penting, misalnya dengan meningkatkan tingkat dukungan orang tua terhadap anak-anaknya. Namun, kita biasanya kita merasakan hubungan romantis dalam proses pencarian untuk menemukan “seseorang” - inilah yang membuat adanya fase kehilangan cinta, baik melalui putusnya suatu hubungan atau kehilangan. Walaupun terasa menyedihkan, kebanyakan orang dapat mengatasinya dan melanjutkan hidup selepas <a href="http://www.tc.columbia.edu/media/centers/lte-lab/peered-review-journals/16918_2002_Bonanno_Wortman_et_al_JPSP.pdf">kehilangan ini</a>.</p>
<p>Bagi sebagian kecil orang yang merasakan duka kehilangan, muncul rasa kesedihan yang rumit, ditandai dengan emosi menyakitkan yang berulang dan keterpakuan terhadap pasangan yang telah meninggal. Semua pasangan yang berduka mengalami rasa sakit sebagai respons terhadap rangsangan yang berhubungan dengan rasa kehilangan (seperti melihat kartu atau foto kenangan).</p>
<p>Bagi mereka yang mengalami kesedihan yang sulit dijelaskan ini, rangsangan tersebut juga mengaktifkan pusat penghargaan di otak, menghasilkan suatu bentuk <a href="http://www.univie.ac.at/mcogneu/lit/oConnor.PDF">keinginan atau kecanduan yang mengurangi kemampuan mereka untuk pulih dari kehilangan</a>.</p>
<h2>Cinta ibu</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="cinta dari Ibu" src="https://images.theconversation.com/files/122755/original/image-20160516-15906-1q1dlc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/122755/original/image-20160516-15906-1q1dlc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/122755/original/image-20160516-15906-1q1dlc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/122755/original/image-20160516-15906-1q1dlc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=451&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/122755/original/image-20160516-15906-1q1dlc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/122755/original/image-20160516-15906-1q1dlc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/122755/original/image-20160516-15906-1q1dlc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kasih ibu.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/mape_s/333862026/in/photolist-kf3rC7-b6NLSi-q1CDpm-22suSL-5w3DXZ-cT8j3Y-rKFibm-avEoTn-7nb5UG-hq8xDv-vv8xQ-avH35w-5dKkrm-dKwpy5-rceUmT-3AmPqU-isdfwp-ecXJhJ-dZC1hL-6KCwtN-55Wrsd-pmBkVT-5RsnrA-55RN9Z-8AghZs">Marieke IJsendoorn-Kuijpers/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ada sejumlah kesamaan antara respons fisiologis terhadap cinta romantis dengan pasangan dan cinta keibuan. Sebagai contoh, daerah otak yang diaktifkan oleh cinta ibu tumpang tindih dengan daerah otak yang diaktifkan oleh cinta romantis. Secara khusus, area penghargaan di otak yang mengandung konsentrasi oksitosin dan vasopresin tinggi diaktifkan, sementara area yang dinonaktifkan selama cinta romantis - termasuk yang terkait dengan penilaian dan emosi negatif - dinonaktifkan selama <a href="http://kyb.tuebingen.mpg.de/fileadmin/user_upload/files/publications/attachments/Bartels2004_maternalLove_%20%5B0%5D.pdf">cinta keibuan</a>.</p>
<p>Selain itu, peningkatan dan penurunan konsentrasi oksitosin meningkatkan dan mengurangi <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9071347">perilaku ibu</a>. Namun, perbedaan antara respons terhadap cinta keibuan dan cinta romantis terjadi karena cinta keibuan mengaktifkan sejumlah bagian di otak (seperti materi abu-abu periaqueductal) yang tidak diaktifkan selama cinta romantis. Ini alasan mengapa <a href="http://kyb.tuebingen.mpg.de/fileadmin/user_upload/files/publications/attachments/Bartels2004_maternalLove_%5B0%5D.pdf">ikatan keibuan</a> bersifat unik.</p>
<p>Beberapa hal terasa sangat mudah selama tahap awal “cinta sejati” atau cinta yang dirasakan oleh seorang ibu kepada anaknya, tetapi kenyataannya agak lebih kompleks, ada sebuah pantomim hormon dan interaksi fisiologis yang kompleks yang membuatnya menjadi sesuatu yang ajaib di dunia. </p>
<hr>
<p>Untuk mempelajari lebih lanjut tentang peran proses biologis dalam cinta romantis dan aktivitas seksual, lihat <a href="https://uk.sagepub.com/en-gb/eur/biological-psychology/book238691">Psikologi Biologis</a>._</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210862/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gayle Brewer tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apa itu cinta? Kita pikir kita tahu ketika merasakannya - tetapi sains menunjukkan cinta lebih kompleks daripada itu. Beginilah sebenarnya cinta di dalam otak dan tubuh kita.Gayle Brewer, Senior Lecturer, School of Psychology, University of Central LancashireLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2050352023-05-05T07:53:18Z2023-05-05T07:53:18ZIlmuwan ini ungkap 6 jenis cinta. Kamu paling cocok yang mana?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/524333/original/file-20230504-19-icu5sy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">valentine</span> </figcaption></figure><p>Cinta adalah kekuatan yang kompleks dan kuat yang dimainkan dalam sejumlah cara yang emosional, kognitif, dan sosial. </p>
<p>Ketika kita mencintai seseorang, kita merasakan gairah emosional di hadapannya. Kita juga akan memiliki serangkaian pemikiran (atau kognisi) tentang orang tersebut, dan pengalaman kita sebelumnya dapat membentuk gagasan kita tentang apa yang kita harapkan dalam hubungan kita. Sebagai contoh, jika kamu percaya pada cinta pada pandangan pertama maka kamu <a href="http://link.springer.com/article/10.1007/BF00998862">akan lebih mungkin</a> mengalaminya. </p>
<p>Namun, kita menggunakan kata cinta dalam berbagai konteks. Kamu mungkin mengatakan bahwa kamu mencintai pasanganmu, atau keluargamu, atau sahabatmu, pekerjaanmu, atau bahkan mobilmu. Jelas, kamu menggunakan istilah ini dengan berbagai cara yang menyoroti berbagai dimensi cinta.</p>
<p>Orang Yunani kuno telah menggambarkan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Greek_words_for_love">beberapa jenis cinta</a>. Mengikuti bangsa Yunani, sosiolog dan aktivis John Alan Lee mengemukakan bahwa <a href="https://books.google.com.au/books/about/Colours_of_love.html?id=5g4RAQAAIAAJ">ada enam jenis cinta</a>.</p>
<p>Perlu diingat bahwa meskipun jenis cinta ini dapat dianggap sebagai “tipe”, kita <a href="http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/014616727700300204">tidak selalu bisa dikategorikan pada satu tipe saja</a>. Kita bisa memiliki jenis cinta yang dominan, tetapi kita juga akan memiliki beberapa elemen dari jenis cinta yang lainnya. </p>
<p>Demikian pula, jenis cinta yang kita pegang dapat berubah seiring berjalannya waktu berdasarkan pengalaman dan interaksi kita dengan pasangan. Berikut ini 6 jenis cinta menurut sosiolog.</p>
<h2>1. Eros</h2>
<p>Jenis cinta ini biasanya romantis dan seperti dongeng. Keindahan fisik adalah hal yang penting dalam jenis cinta ini. Ketertarikan terjadi dengan sangat kuat dan langsung (“dari atas sampai ke bawah”), dan pencinta Eros merasakan <a href="http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/0265407510389126">dorongan yang mendesak</a> untuk memperdalam hubungan secara emosional dan fisik. </p>
<p>Karena orang-orang ini menyukai perasaan jatuh cinta, mereka cenderung menjadi monogami serial, bertahan dalam suatu hubungan selama masih terasa segar dan menarik, lalu berpindah sehingga mereka dapat mengalami perasaan yang sama lagi dengan seseorang yang baru.</p>
<h2>2. Storge</h2>
<p>Tipe cinta storge cenderung stabil dan berkomitmen dalam hubungan mereka. Mereka <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01463370601036515">menghargai</a> persahabatan, kedekatan psikologis, dan kepercayaan. Bagi individu-individu ini, hubungan cinta terkadang dapat tumbuh dari persahabatan sehingga cinta menyelinap di antara mereka. Jenis cinta ini bertahan lama, dan orang-orang menjalin cinta untuk jangka panjang.</p>
<h2>3. Ludus</h2>
<p>Orang dengan gaya cinta ludus memandang cinta sebagai permainan yang mereka mainkan untuk menang. Seringkali ini bisa menjadi sebuah permainan yang melibatkan banyak pemain! Individu ludus merasa nyaman dengan penipuan dan manipulasi dalam hubungan mereka. Mereka cenderung tidak memiliki komitmen yang tinggi dan sering kali berjarak secara emosional. </p>
<p>Karena individu ludus lebih fokus pada jangka pendek, mereka cenderung lebih mementingkan karakteristik fisik pasangannya daripada jenis cinta lainnya. Mereka juga <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00224490009552023">lebih mungkin</a> untuk terlibat dalam hubungan seksual.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/156530/original/image-20170213-23316-18dzd1a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Cinta itu abadi, atau setidaknya selama pohon itu ada.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Scott Meis/Flickr</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Pragma</h2>
<p>Pragmatisme berlaku untuk jenis cinta pragma. Logika digunakan untuk menentukan kecocokan dan prospek masa depan. Bukan berarti bahwa orang-orang ini menggunakan pendekatan tanpa emosi, namun mereka lebih mementingkan <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01463370601036515">apakah calon pasangannya</a> akan sesuai dengan kebutuhan mereka. </p>
<p>Kebutuhan-kebutuhan ini bisa berupa kebutuhan sosial atau finansial. Orang dengan jenis cinta pragma mungkin bertanya-tanya apakah calon pasangan mereka akan diterima oleh keluarga dan teman, atau apakah mereka pandai mengatur uang. Mereka mungkin juga mengevaluasi aset emosional; misalnya, apakah calon pasangannya memiliki kemampuan untuk bersikap tenang pada saat stres?</p>
<h2>5. Mania</h2>
<p>Ini mengacu pada jenis cinta yang obsesif. Orang-orang ini cenderung bergantung secara emosional dan membutuhkan kepastian yang cukup konstan dalam suatu hubungan. Seseorang dengan jenis cinta ini cenderung mengalami puncak kegembiraan dan palung kesedihan, tergantung pada sejauh mana pasangan mereka dapat mengakomodasi kebutuhan mereka. </p>
<p>Karena sifat posesif yang terkait dengan jenis cinta ini, <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0165032714007277">kecemburuan dapat menjadi masalah</a> bagi mereka yang jenis cintanya mania.</p>
<h2>6. Agape</h2>
<p>Individu Agape memiliki karakter yang suka memberi dan peduli, dan fokus pada kebutuhan pasangannya. Jenis cinta agape sebagian besar merupakan cinta tanpa pamrih dan tanpa syarat. Pasangan agape akan mencintai kamu apa adanya. Namun mereka juga akan sangat menghargai tindakan kepedulian dan kebaikan <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/01463370601036515">yang mereka terima kembali</a> dari pasangannya. </p>
<p>Mungkin karena orang-orang ini sangat menerima, mereka cenderung memiliki kepuasan hubungan yang <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/pere.12112/pdf">sangat tinggi</a>.</p>
<h2>Kebenaran tentang cinta</h2>
<p>Jenis cinta yang kita rasakan terhadap pasangan kita <a href="http://www.elainehatfield.com/uploads/3/2/2/5/3225640/34._hatfield_1985.pdf">cenderung berubah seiring berjalannya waktu</a>. Pada awal hubungan, kita merasa tidak sabar untuk bertemu dengan pasangan kita dan kita sangat bersemangat setiap kali bertemu dengannya. </p>
<p>Perasaan memabukkan inilah yang kita kaitkan dengan perasaan jatuh cinta, dan merupakan karakteristik yang sangat khas dari cinta romantis. Namun dalam hampir semua hubungan, emosi yang intens ini tidak berkelanjutan, dan akan memudar selama berbulan-bulan hingga beberapa tahun. </p>
<p>Perasaan penuh gairah tersebut kemudian akan digantikan oleh hubungan yang lebih dalam ketika pasangan tumbuh untuk benar-benar mengenal satu sama lain. Tahap ini adalah <em>companionate love</em> dan dapat bertahan seumur hidup (atau lebih).</p>
<p>Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa evolusi dari cinta romantis ke <em>companionate love</em> adalah sebuah transisi yang normal - dan memang sehat. Karena perasaan cinta yang menggebu-gebu mereda, terkadang orang akan berpikir bahwa mereka kehilangan cintanya. Padahal sebenarnya keintiman dan kedekatan <em>companionate love</em> bisa menjadi sangat kuat, jika saja diberi kesempatan. </p>
<p>Hal ini sangat disayangkan, karena orang-orang ini mungkin tidak akan pernah merasakan <a href="http://www.ingentaconnect.com/content/sbp/sbp/2004/00000032/00000002/art00007">kepuasan hidup yang terkait dengan cinta yang tulus</a>.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/205035/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Rachel Grieve tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Hari Valentine dicap sebagai perayaan cinta yang romantis. Namun ada 6 jenis cinta di luar sana dan cara ekspresi yang bervariasi.Rachel Grieve, Senior Lecturer in Psychology, University of TasmaniaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2035672023-04-20T02:12:53Z2023-04-20T02:12:53ZApa itu cinta menurut riset dan sains<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/520180/original/file-20230411-14-7jayc9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">apa itu cinta</span> </figcaption></figure><p>Dari lagu, puisi hingga novel dan film, cinta yang romantis adalah salah satu subjek yang paling abadi untuk karya seni selama berabad-abad. Tapi bagaimana dengan ilmu pengetahuan?</p>
<p>Bukti sejarah, budaya, dan bahkan evolusi menunjukkan bahwa cinta sudah ada sejak zaman kuno dan di berbagai belahan dunia. Cinta yang romantis telah ditemukan ada dalam <a href="https://www.jstor.org/stable/3773618?seq=1">147 dari 166 budaya</a> yang diteliti dalam sebuah penelitian.</p>
<p>Kompleksitas cinta sangat berkaitan dengan bagaimana orang mengalaminya secara berbeda dan bagaimana cinta dapat berubah seiring berjalannya waktu. </p>
<h2>Membedakan perasaan suka, cinta, dan jatuh cinta</h2>
<p><a href="https://www.wiley.com/en-gl/The+Science+of+Intimate+Relationships%2C+2nd+Edition-p-978111943004">Penelitian</a> psikologis selama 50 tahun terakhir telah menyelidiki perbedaan antara menyukai seseorang, mencintai seseorang, dan jatuh cinta. </p>
<p>Menyukai digambarkan sebagai memiliki pikiran dan perasaan positif terhadap seseorang dan merasa bahwa kebersamaan dengan orang tersebut bermanfaat. Kita juga sering merasakan kehangatan dan kedekatan dengan orang yang kita sukai. Dalam beberapa kasus, kita memilih untuk menjadi intim secara emosional dengan orang-orang ini. </p>
<p></p>
<p>Saat kita <a href="https://www.wiley.com/en-gl/The+Science+of+Intimate+Relationships%2C+2nd+Edition-p-9781119430049">mencintai seseorang</a>, kita mengalami pikiran dan pengalaman positif yang sama seperti saat kita menyukai seseorang. Namun, kita juga mengalami rasa kepedulian dan komitmen yang mendalam terhadap orang tersebut. </p>
<p><a href="https://www.wiley.com/en-gl/The+Science+of+Intimate+Relationships%2C+2nd+Edition-p-9781119430049">Jatuh cinta</a> mencakup semua hal di atas, tetapi juga melibatkan perasaan gairah dan ketertarikan seksual. Namun, penelitian terhadap pandangan orang tentang cinta menunjukkan bahwa tidak semua cinta itu sama. </p>
<h2>Cinta yang bergairah vs cinta yang penuh kasih</h2>
<p>Cinta romantis terdiri dari dua jenis: cinta yang penuh gairah dan cinta yang bersahabat. Sebagian besar hubungan romantis, baik itu <a href="https://psycnet.apa.org/record/2014-04679-005">heteroseksual atau sesama jenis</a> memiliki kedua bentuk itu.</p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0140197186800434">Cinta yang penuh gairah</a> adalah apa yang biasanya orang anggap sebagai cinta. Ini mencakup perasaan bergairah dan kerinduan yang kuat terhadap seseorang, sampai-sampai mereka mungkin secara obsesif berpikir ingin berada dalam pelukannya. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/344454/original/file-20200629-155334-1hqomqi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Berbagai penelitian melaporkan sekitar 20-40% pasangan mengalami penurunan gairah cinta selama menjalani hubungan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Rawpixel.com/ Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bagian kedua dikenal sebagai <a href="https://books.google.com.au/books?hl=en&lr=&id=VBZgXsk-gsAC&oi=fnd&pg=PR5&dq=walster+and+Walster,+1978&ots=0taBWjnn8h&sig=8RUJd06PzySh2WKlazt-WxvJyKI&redir_esc=y#v=onepage&q=walster%20and%20Walster%2C%201978&f=false">cinta yang bersahabat</a>. Cinta ini tidak terasa begitu intens, namun kompleks dan menghubungkan perasaan keintiman emosional dan komitmen dengan keterikatan yang mendalam terhadap pasangan romantis.</p>
<h2>Bagaimana cinta berubah seiring berjalannya waktu?</h2>
<p><a href="https://dialnet.unirioja.es/servlet/articulo?codigo=5216150">Penelitian</a> yang melihat perubahan cinta romantis dari waktu ke waktu biasanya menemukan bahwa meskipun cinta yang penuh gairah diawali denga intensitas yang tinggi, cinta tersebut akan menurun seiring berjalannya suatu hubungan. </p>
<p>Ada berbagai alasan untuk hal ini. </p>
<p>Ketika pasangan belajar lebih banyak tentang satu sama lain dan menjadi lebih percaya diri dalam masa depan jangka panjang hubungan, rutinitas pun berkembang. Kesempatan untuk mengalami hal baru dan kegembiraan juga dapat menurun, begitu juga dengan frekuensi <a href="https://insights.ovid.com/nejm/200708230/00006024-200708230-00005">aktivitas seksual</a>. Hal ini dapat menyebabkan gairah cinta mereda. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="cinta" src="https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/344467/original/file-20200629-155339-4e5cu5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Berkurangnya rasa saling menyayangi, lebih-lebih rasa cinta yang menggebu-gebu, yang bisa berdampak negatif pada kelanggengan sebuah hubungan romantis.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Monkey Business Images/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun penurunan cinta yang penuh gairah tidak dialami oleh semua pasangan, berbagai penelitian melaporkan sekitar 20-40% pasangan mengalami penurunan ini. Dari pasangan yang telah menikah lebih dari sepuluh tahun, penurunan paling tajam kemungkinan besar terjadi pada <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1948550611417015">dekade kedua</a>. </p>
<p>Peristiwa kehidupan dan transisi juga dapat membuat sulit untuk mengalami gairah. Orang-orang memiliki tanggung jawab yang saling bersaing yang memengaruhi energi mereka dan membatasi <a href="https://www.wiley.com/en-gl/The+Science+of+Intimate+Relationships%2C+2nd+Edition-p-9781119430049">kesempatan</a> untuk menumbuhkan gairah. Menjadi orang tua adalah salah satu contohnya.</p>
<p>Sebaliknya, <a href="https://psycnet.apa.org/record/1999-04141-000">cinta yang penuh belas kasih</a> biasanya ditemukan meningkat seiring berjalannya waktu. </p>
<p>Meskipun penelitian menemukan bahwa sebagian besar hubungan romantis terdiri dari cinta yang penuh gairah dan cinta penuh kasih, ketiadaan atau berkurangnya bentuk cinta yang kedua, lebih dari bentuk cinta yang pertama, yang dapat berdampak negatif pada kelanggengan hubungan romantis. </p>
<h2>Tapi apa gunanya cinta?</h2>
<p>Cinta adalah sebuah emosi yang membuat orang terikat dan berkomitmen satu sama lain. Dari perspektif psikologi evolusioner, cinta berevolusi untuk menjaga orang tua dan anak tetap bersama dalam waktu yang cukup lama sehingga mereka dapat bertahan hidup dan mencapai <a href="https://psycnet.apa.org/record/1988-20021-001">kematangan seksual</a>.</p>
<p>Masa kanak-kanak pada manusia jauh lebih lama dibandingkan spesies lain. Karena keturunan bergantung pada orang dewasa selama bertahun-tahun untuk bertahan hidup dan mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk hidup sukses, cinta sangat penting bagi manusia. </p>
<p>Tanpa cinta, sulit untuk melihat bagaimana spesies manusia dapat <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1745691614561683">berevolusi</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="kegunaan cinta" src="https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/344463/original/file-20200629-155322-q9etm2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Cinta berevolusi untuk membuat orang tua dan anak tetap bersama dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga mereka dapat bertahan hidup dan mencapai kematangan seksual.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Nattakorn_Maneerat/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Landasan biologis juga</h2>
<p>Tidak hanya ada dasar evolusi untuk cinta, cinta juga berakar pada biologi. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1743609515327636">Studi Neurofisiologis</a> tentang cinta romantis menunjukkan bahwa orang yang sedang dilanda cinta yang menggebu-gebu mengalami peningkatan aktivasi di daerah otak yang terkaitan dengan penghargaan dan kesenangan. </p>
<p>Faktanya, <a href="https://psycnet.apa.org/record/2006-12371-004">wilayah otak</a> yang diaktifkan sama dengan yang diaktifkan oleh kokain.</p>
<p>Daerah-daerah ini melepaskan bahan kimia seperti oksitosin, vasopresin, dan dopamin, yang menghasilkan perasaan bahagia dan euforia yang juga terkait dengan gairah dan kegembiraan seksual. </p>
<p>Menariknya, <a href="https://academic.oup.com/scan/article/7/2/145/1622197">wilayah otak</a> ini tidak diaktifkan ketika memikirkan hubungan non-romantis seperti teman. Temuan ini memberi tahu kita bahwa menyukai seseorang tidak sama dengan jatuh cinta pada seseorang. </p>
<h2>Apa gaya cinta kamu?</h2>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/buy/1986-13421-001">Penelitian</a> telah menemukan tiga gaya utama cinta. Pertama kali dicetuskan oleh psikolog <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/014616727700300204">John Lee</a>, gaya cinta tersebut adalah <em>eros</em>, <em>ludus</em>, dan <em>storge</em>. Gaya-gaya ini mencakup keyakinan dan sikap orang tentang cinta dan bertindak sebagai panduan bagaimana mendekati hubungan romantis.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="gaya cinta atau love style" src="https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/344469/original/file-20200629-155299-1wzq5r5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Orang yang memiliki gaya cinta storge memiliki rasa percaya dan tidak membutuhkan atau bergantung pada orang lain.</span>
<span class="attribution"><span class="source">BLACKDAY/ Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Eros</strong> </p>
<p>Gaya cinta ini mengacu pada cinta erotis dan berfokus pada ketertarikan fisik dan terlibat dalam seks, perkembangan cepat dari perasaan yang kuat dan bergairah untuk orang lain dan keintiman yang intens. </p>
<p><strong>Ludus</strong></p>
<p>Gaya ini melibatkan jarak secara emosional dan sering kali melibatkan “permainan”. Tidak mengherankan jika orang yang mendukung gaya cinta ini cenderung tidak berkomitmen, merasa nyaman untuk mengakhiri hubungan dan sering kali memulai hubungan baru sebelum mengakhiri hubungan yang sekarang. </p>
<p><strong>Storge</strong></p>
<p>Storge sering dianggap sebagai bentuk cinta yang lebih dewasa. Prioritas diberikan untuk menjalin hubungan dengan orang yang memiliki minat yang sama, kasih sayang diungkapkan secara terbuka dan tidak terlalu menekankan pada daya tarik fisik. Orang yang memiliki cinta storge sangat percaya pada orang lain dan tidak membutuhkan atau bergantung pada orang lain.</p>
<h2>Atau apakah campuran lebih sesuai dengan gaya kamu?</h2>
<p>Kamu mungkin melihat dirimu sendiri dalam lebih dari satu gaya ini.</p>
<p><a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0265407598152001">Bukti</a> menunjukkan bahwa beberapa orang memiliki campuran dari tiga gaya cinta utama; campuran ini dilabeli oleh Lee sebagai mania, pragma, dan agape. </p>
<p>Cinta mania meliputi perasaan yang intens terhadap pasangan serta kekhawatiran untuk berkomitmen pada hubungan. Cinta pragmatis melibatkan pembuatan pilihan hubungan yang masuk akal dalam menemukan pasangan yang akan menjadi pendamping dan teman yang baik. Agape adalah cinta yang rela berkorban yang didorong oleh rasa tanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/345711/original/file-20200706-33943-1uqx1w9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perkembangan kepribadian dan pengalaman hubungan seseorang di masa lalu mempengaruhi gaya cinta seseorang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Gustavo Frazao/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mengapa kamu mencintai dengan cara yang kamu lakukan?</h2>
<p>Gaya cinta seseorang tidak ada hubungannya dengan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1111/j.1467-9280.1994.tb00624.x">genetika</a> mereka. Sebaliknya, hal ini terkait dengan perkembangan kepribadian dan pengalaman hubungan seseorang di masa lalu.</p>
<p>Beberapa <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0191886910002771">penelitian</a> telah menemukan bahwa orang-orang yang memiliki sifat-sifat gelap, seperti narsisme, psikopat, dan <em>machiavellianisme</em>, lebih banyak mendukung gaya cinta ludus atau pragmatis. </p>
<p>Orang yang memiliki gaya <a href="https://psycnet.apa.org/doiLanding?doi=10.1037%2F0022-3514.58.2.281">keterikatan tidak nyaman</a> yang melibatkan kebutuhan yang tinggi akan validasi dan keasyikan dengan pasangan hubungan, mendukung lebih banyak cinta mania, sementara mereka yang merasa tidak nyaman dengan keintiman dan kedekatan tidak melakukan cinta eros. </p>
<p>Terlepas dari perbedaan dalam cara merasakan cinta, ada satu hal yang sama bagi semua orang: kita sebagai manusia adalah hewan sosial yang memiliki ketertarikan yang mendalam terhadap cinta.</p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/203567/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Gery Karantzas menerima dana dari Australian Research Council. Dia adalah founder dari relationshipscienceonline.com. </span></em></p>Banyak orang mengalami cinta secara berbeda. Namun, terlepas dari perbedaan dalam cara mengalaminya dan bagaimana cinta berubah seiring waktu, manusia adalah makhluk sosial yang sangat terpesona olehnya.Gery Karantzas, Professor in Social Psychology / Relationship Science, Deakin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1994422023-02-14T03:42:02Z2023-02-14T03:42:02ZTips Valentine dari Abad Pertengahan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508888/original/file-20230208-15-oak7ni.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pasangan kekasih dalam Codex Manesse abad ke-14 (Cod. Pal. germ. 848, f. 249v).</span> <span class="attribution"><a class="source" href="http://digi.ub.uni-heidelberg.de/diglit/cpg848/0494">Universitätsbibliothek Heidelberg</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Jika kita meminta seseorang untuk menjadi pasangan Valentine sebelum abad ke-14, mereka mungkin akan berpikir kita gila.</p>
<p>Selama Abad Pertengahan, ada dua santo bernama Valentine yang dimuliakan pada tanggal 14 Februari. Kedua Valentine itu seharusnya adalah pendeta Kristen yang melanggar pejabat Romawi yang akhirnya memenggal kepala mereka. Namun, ada sedikit legenda awal dari salah satu santo yang menunjukkan karir yang sangat sukses sebagai asisten Cupid. Jadi saya tidak akan meminta saran ke mereka.</p>
<p>Mungkin Geoffrey Chaucer yang menjadikan hari Valentine penting. Dalam puisi <a href="http://www.poetryintranslation.com/PITBR/English/Fowls.htm"><em>Parliament of Fowls</em></a>, Chaucer membayangkan dewi Alam yang memasangkan semua burung pada “hari Seint Valentynes ”.</p>
<p><a href="http://www.poetryintranslation.com/PITBR/English/Fowls.htm">Yang pertama</a> adalah elang ratu. Dia mendapat rayuan panjang lebar dari burung pemangsa yang mulia. Ini yang sangat mengganggu bebek, burung kukuk, dan burung lainnya:</p>
<blockquote>
<p>‘Ayo!’ teriak mereka, ‘Aduh, kamu kami tersinggung!
Kapan permohonan terkutukmu akan berakhir?’</p>
</blockquote>
<figure class="align-center ">
<img alt="Dua burung untuk hari Valentinede" src="https://images.theconversation.com/files/110848/original/image-20160209-12577-1p5xyso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/110848/original/image-20160209-12577-1p5xyso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/110848/original/image-20160209-12577-1p5xyso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/110848/original/image-20160209-12577-1p5xyso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/110848/original/image-20160209-12577-1p5xyso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/110848/original/image-20160209-12577-1p5xyso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/110848/original/image-20160209-12577-1p5xyso.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ini memikat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Rick Carey/Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Amid impatient squawks rivalling our very own <a href="http://www.parliament.uk/business/news/parliament-government-and-politics/parliament/prime-ministers-questions/">Prime Minister’s Questions</a> (“Kek kek! kokkow! quek quek!”), the she-eagle can’t decide which suitor most deserves her love. So she resolves to keep ’em keen till the following year.</p>
<p>Di tengah teriakan tidak sabar, elang betina tidak dapat memutuskan pelamar mana yang paling layak untuk dicintainya. Jadi dia memutuskan untuk membuat mereka tetap tertarik sampai tahun berikutnya.</p>
<p>Mengapa Chaucer memilih tanggal di bulan Februari untuk cerita cinta burung-burung ini? Burung-burung Inggris tidak sepenuhnya bersuara saat ini, bahkan di tengah pemanasan global. Mungkin dia sedang memikirkan St Valentine yang tidak jelas yang dirayakan di Genoa pada bulan Mei. Namun, perayaan Valentines pada 14 Februari lebih dikenal, dan itulah tanggal yang melekat. Tentu saja, jika sudah menyangkut masalah hati, kita hampir tidak bisa mengharapkan alasan untuk menang.</p>
<h2>Fiksi menjadi fakta</h2>
<p>Namun, asal-usul yang suram tidak menjadi masalah terlalu lama. Pada pergantian abad ke-15, burung-burung tadi bukanlah satu-satunya yang bernyanyi sepenuh hati pada hari Valentine.</p>
<p>Menurut <a href="http://gallica.bnf.fr/ark:/12148/bpt6k16039n/f605.item">piagam pendiriannya</a>, sebuah perkumpulan yang dikenal sebagai <em>“Court of Love”</em> (Pengadilan Cinta) didirikan di Prancis pada tahun 1400 untuk mengalihkan perhatian dari serangan wabah yang hebat. Dokumen yang aneh ini menetapkan bahwa setiap tanggal 14 Februari: “ketika burung-burung kecil melanjutkan nyanyian manis mereka”, para anggota harus bertemu di Paris untuk makan malam yang mewah. Tamu laki-laki harus membawakan lagu cinta dari komposisi mereka sendiri untuk dinilai oleh panel yang semuanya perempuan. Nampaknya, ini membutuhkan lebih banyak usaha daripada yang diminta Tinder. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Pengadilan cinta di abad pertengahan" src="https://images.theconversation.com/files/110636/original/image-20160208-2589-73fm2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/110636/original/image-20160208-2589-73fm2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=595&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/110636/original/image-20160208-2589-73fm2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=595&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/110636/original/image-20160208-2589-73fm2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=595&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/110636/original/image-20160208-2589-73fm2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=748&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/110636/original/image-20160208-2589-73fm2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=748&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/110636/original/image-20160208-2589-73fm2l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=748&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Detail miniatur abad ke-15 yang menggambarkan pengadilan cinta alegoris (Royal 16 F II, f. 1)</span>
<span class="attribution"><span class="source">British Library</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tidak ada bukti bahwa Pengadilan Cinta diadakan sesering yang direncanakan (piagamnya mengatur pertemuan bulanan selain perayaan 14 Februari). Akan tetapi, sepertinya itu juga bukanlah fiksi puitis murni. Pada akhirnya, jumlah peserta mencapai 950 atau bahkan lebih. Mereka mewakili cukup banyak lapisan masyarakat, dari raja Prancis hingga <em>petite bourgeoisie</em> (kelas menengah bawah). Romansa hari Valentine tidak lagi hanya untuk elang.</p>
<p>Festival cinta 14 Februari saat ini mungkin merupakan hasil dari sekelompok lelaki dan perempuan abad pertengahan yang berdasarkan seni. Jika demikian, mimikri mereka belum tentu naif. Dengan mementaskan ritual pacaran burung yang paling puitis, <a href="http://www.poetryintranslation.com/PITBR/English/Fowls.htm"><em>Parliament of Fowls</em></a> Chaucer mendorong audiensnya untuk merenungkan perbedaan antara pacaran “artistik” mereka dan yang “alami” dari burung. Teks seperti ini membantu audiens abad pertengahan memahami identitas mereka sebagai produk artefak budaya. Dalam hal ini, mereka masih dapat membantu kita hari ini.</p>
<h2>Empat tips Abad Pertengahan</h2>
<figure class="align-right ">
<img alt="Seorang lelaki memberi hadiah cinta valentine" src="https://images.theconversation.com/files/110631/original/image-20160208-2637-wf8bv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/110631/original/image-20160208-2637-wf8bv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=1069&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/110631/original/image-20160208-2637-wf8bv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=1069&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/110631/original/image-20160208-2637-wf8bv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=1069&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/110631/original/image-20160208-2637-wf8bv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1343&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/110631/original/image-20160208-2637-wf8bv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1343&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/110631/original/image-20160208-2637-wf8bv1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1343&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Di peti abad ke-14 ini, seorang lelaki menyerahkan hatinya kepada Lady Love.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.metmuseum.org">The Metropolitan Museum of Art (www.metmuseum.org)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada catatan yang lebih praktis, literatur Abad Pertengahan dapat membantu jika kita belum menemukan hadiah untuk seseorang yang spesial di hari Valentine ini. Lupakan perhiasan mencolok; berikut adalah beberapa hal penting terkait cinta yang tidak membutuhkan banyak biaya</p>
<ol>
<li><p>Ingin menyalakan kembali percikan cinta dalam hubungan Anda? Dalam buku abad ke-12 <a href="http://sites.fas.harvard.edu/%7Echaucer/special/authors/andreas/de_amore.html"><em>Art of Courtly Love</em></a>, Andreas Capellanus, menyarankan untuk membelikan pasangan sebuah wastafel. Siapa yang butuh parfum mahal ketika mencuci dengan baik dapat membantu?</p></li>
<li><p>Bagaimana dengan mempersonalisasi beberapa pakaian kekasih? Tambahkan sebuah pengencang yang cara melepasnya hanya diketahui pasangannya sendiri. (Lihat <a href="http://www.aupress.ca/books/120228/ebook/99Z_Slavitt_2013-The_Lays_of_Marie_de_France.pdf">kisah abad ke-12</a> oleh Marie de France untuk contoh pakaian yang dimaksud).</p></li>
<li><p>Sebagai alternatif, daur ulang salah satu baju lama kekasih dengan menjahit helaian rambut Anda ke dalamnya. Untuk menilai dari reaksi Alexander dalam romansa abad ke-12 <a href="http://www.gutenberg.org/files/2414/2414-h/2414-h.htm">Cligés</a> yang ditulis oleh Chrétien de Troyes, mereka tidak akan pernah mau untuk memakai apapun. (Bajunya hanya boleh dicuci dengan tangan).</p></li>
<li><p>Dan jika hal di atas sepertinya tidak cukup berhasil, kita selalu dapat mengambil selebaran dari buku <em>Le Chastelain de Couci</em>, yang (menurut <a href="https://books.google.co.uk/books?id=JHUNAAAAIAAJ&pg=PP11#v=onepage&q&f=false">biografi abad ke-13</a>) <em>benar-benar</em> memberikan hatinya untuk kekasihnya. (Hati-hati dengan efek samping yang tidak diinginkan).</p></li>
</ol>
<p>Tip utama: berikan sedikit konteks sastra dan sejarah dengan hadiah di atas dan bahkan ada kemungkinan pasangan kita tidak akan melihat kita sebagai seseorang yang berasal dari abad pertengahan.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199442/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Huw Grange tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bagaimana dengan unggas yang bermain di hari Valentine Abad Pertengahan ini?Huw Grange, Research fellow, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1997802023-02-14T03:31:42Z2023-02-14T03:31:42ZSejarah arti Hari Valentine dari Abad Pertengahan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/509681/original/file-20230213-18-bk9d0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mawar berwarna merah, burung pencuri berwarna biru. Leherku sakit, apakah kamu juga tidak nyaman?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://digi.ub.uni-heidelberg.de/diglit/cpg848/0494">Universitatbibliothek Heidelberg</a></span></figcaption></figure><p>Hari Valentine mengganggu banyak orang.</p>
<p>Bagi banyak orang dalam suatu hubungan, tuntutan untuk membuat pasangan terkesan dapat menjadi sangat berat, dan hadiah mahal berfungsi sebagai pengingat <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2010/feb/12/valentines-%20hari-dikomersialkan">komersialisasi</a> <a href="https://www.researchgate.net/publication/228150577_A_Holiday_Loved_and_Loathed_A_Consumer_Perspective_of_Valentine's_Day">Hari Valentine</a> yang tiada henti. Sementara itu, mereka yang masih mencari cinta <a href="https://blog.pof.com/2020/01/the-pressures-of-valentines-day-dating-study/">merayakan Hari Valentine dengan rasa takut</a> – sebuah pengingat akan status lanjang mereka dan tuntutan untuk mencari pasangan.</p>
<p>Sebagai <a href="https://scholars.library.tamu.edu/vivo/display/nbfd0863b/Persons/View%20All">sejarawan sastra</a> yang telah mempelajari asal mula Hari Valentine, saya merasa ini memalukan. Ketika gagasan Hari Valentine sebagai hari romansa muncul di tahun 1380-an, hari Valentine merayakan cinta sebagai kekuatan hidup alami – burung memilih pasangannya, kebebasan untuk memilih atau menolak cinta, dan datangnya musim semi. Namun, bahkan banyak orang tidak memahami atau menghargai hal-hal ini. Faktanya, inilah mengapa Hari Valentine dibuat.</p>
<h2>Syair-syair cinta</h2>
<p>Orang pertama yang menulis tentang Hari Valentine – hari raya yang <a href="https://www.nationalgeographic.com/culture/holidays/reference/saint-st-valentines-day/#:%7E:text=The%20%20earliest%20possible%20origin%20story,sacrifice%20a%20goat%20and%20dog.&text=When%20Pope%20Gelasius%20came%20to,put%20an%20end%20to%20Lupercalia.">berakar dari budaya pagan kuno</a> – sebagai hari libur untuk merayakan cinta dan kekasih adalah <a href="https://www.poetryfoundation.org/poets/geoffrey-chaucer">kesatria Inggris Geoffrey Chaucer</a> abad ke-14 dan temannya, <a href="https://d.lib.rochester.edu/teams/text/nicholson-grenier-winther-granson-poems-introduction">kesatria dan penyair Oton III de Granson</a> yang dikagumi secara internasional dari Savoy di Prancis modern. Kedua penyair itu diakui pada masanya sebagai pembela hak asasi manusia. Bersama-sama, mereka tampaknya telah <a href="https://www.bl.uk/collection-items/the-parliament-of-fowls#:%7E:text=The%20idea%%2020%20itu%20Hari%20Valentine%20,%20teman%20mereka%20untuk%20%20tahun.">meramu Hari Valentine sebagai hari untuk kekasih</a>.</p>
<p>Karya mereka mendukung prinsip-prinsip yang masih penting bagi kita saat ini, terutama hak untuk memilih secara bebas dalam cinta dan hak untuk menolak rayuan romantis.</p>
<p>Chaucer dan Granson bertemu untuk melayani <a href="https://www.ancient.eu/Richard_II_of_England/">Raja Inggris Richard II</a> dan mengagumi puisi mereka satu sama lain. Puisi mereka tentang Hari Valentine menunjukkan bahwa mereka berperan sebagai tim kesatria internasional untuk mengatasi masalah mendesak dalam teori dan praktik cinta, baik dulu maupun sekarang.</p>
<p>Dalam puisi “<a href="https://www.poetryintranslation.com/PITBR/English/Fowls.php"><em>The Parliament of Fowls</em></a>,” Chaucer menghadirkan Hari Valentine sebagai hari ketika burung-burung berkumpul untuk memilih pasangannya di bawah pengawasan alam. Dalam puisi yang disajikan sebagai mimpi, tiga elang yang bersaing mengungkapkan komitmen seumur hidup mereka untuk satu betina. Burung-burung dari status sosial yang lebih rendah dan temperamen yang berbeda, mengantre dan bertengkar tentang bagaimana mengatasi kebuntuan agar mereka juga dapat memilih pasangannya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Ukiran empat elang di pohon seperti yang digambarkan dalam '_Parliament of Fowls_' karya Geoffrey Chaucer" src="https://images.theconversation.com/files/383790/original/file-20210211-15-1ycv2m0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/383790/original/file-20210211-15-1ycv2m0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/383790/original/file-20210211-15-1ycv2m0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/383790/original/file-20210211-15-1ycv2m0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=452&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/383790/original/file-20210211-15-1ycv2m0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/383790/original/file-20210211-15-1ycv2m0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/383790/original/file-20210211-15-1ycv2m0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=568&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi puisi abad ke-19 ‘<em>Parliament of Fowls</em>’ karya Chaucer.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/illustration-from-the-kelmscott-press-edition-of-the-works-news-photo/464000155?adppopup=true">The Print Collector/Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam skenarionya, dua elang harus kecewa – Hari Valentine bukanlah jaminan bahwa semua akan menemukan cinta. Namun, pada akhirnya, elang betina yang bijaksana memperoleh hak untuk mengambil waktu dalam menentukan pasangannya dari sosok Alam. Dia memilih untuk tidak memilih. Ini adalah kisah tentang seseorang yang menunggu untuk mengenali cinta sejati seseorang, mengetahui hatimu sendiri, dan memiliki hak untuk memilih pasanganmu sendiri.</p>
<p>Kisah Chaucer berhubungan dengan hubungan dalam kehidupan nyata yang melibatkan tiga pelamar dan berakhir dengan pernikahan dua anak berusia 15 tahun: <a href="https://www.westminster-abbey.org/abbey-commemorations%20/royals/richard-ii-and-anne-of-bohemia">Richard II dan putri Anne dari Bohemia</a> pada tahun 1382.</p>
<p>Sementara itu, Granson mempromosikan Hari Valentine dalam puisi Prancisnya sebagai hari bagi pecinta manusia untuk memilih satu sama lain dan mengikrarkan cinta mereka, seperti halnya burung. Granson menjanjikan cintanya yang abadi kepada seorang perempuan misterius dalam puisinya “<a href="https://d.lib.rochester.edu/teams/text/granson-nicholson-grenier-winther-complainte-de-saint-%20vallentin-garenson"><em>Complaint to Saint Valentine</em></a>.” Tidak ada barang yang terlibat dan tidak ada hadiah yang diharapkan.</p>
<h2>Cinta yang bebas</h2>
<p>Perayaan cinta Chaucer dan Granson sebagai hubungan antara pasangan dan penyatuan jiwa yang didasarkan pada rasa hormat dan kebebasan memilih, bertentangan dengan banyak tradisi pada zaman mereka.</p>
<p>Sepanjang Abad Pertengahan, sebagian besar <a href="https://www.brown.edu/Departments/Italian_Studies/dweb/society/sex/sex-spouses.php">pernikahan diatur dan sering kali dipaksakan</a>, biasanya di masa kanak-kanak – sebagaimana <a href="https://www.unicef.org/stories/child-marriage-around-world">yang masih banyak masih terjadi hingga saat ini</a> – dengan dukungan penuh dari tradisi dan hukum. Kehidupan orang suci dan dokumen hukum menjelaskan bahwa <a href="https://ir.uiowa.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1948&context=mff">orang tua memaksa anak untuk menikah</a> dengan kekerasan. Ayah Chaucer sendiri <a href="https://books.google.com/books?id=TQHw98Pn16IC&pg=PA371&dq=John+Chaucer+aunt+kidnapping&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwia1M3l9uHuAhXaG80KHYaWDLI#AcQ6A%20v=onepage&q=John%20Chaucer%20bibi%20penculikan&f=false">diculik pada usia 12 tahun oleh bibinya</a> dalam upaya untuk memaksanya menikahi putrinya untuk mendapatkan kendali atas warisannya.</p>
<p>Dalam konteks ini, Chaucer dan Granson mereimajinasi festival Hari Valentine yang sudah ada untuk merayakan potensi keindahan cinta itu sendiri. Di dunia di mana pernikahan paksa dan pernikahan anak masih terlalu umum, penting untuk merenungkan visi Chaucer dan Granson. Penemuan kembali mereka tentang Hari Valentine membuka mata para penyair, ksatria, perempuan, dan orang biasa akan perlunya rasa hormat dan harga diri dalam sebuah hubungan – dan nilai kerja sama yang dilakukan untuk cinta, bukan hanya untuk nafsu, kekuasaan, atau uang.</p>
<p>Pelayan cinta, kedua penyair ksatria ini membuat Hari Valentine layannya hadiah untuk generasi mendatang. Usaha mereka yang bersifat kesatria pantas dirayakan saat kita mengejar kebahagiaan kita sendiri.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199780/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jennifer Wollock tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Pandangan tentang Hari Valentine sebagai hari untuk kekasih dapat ditelusuri kembali melalui dua penyair abad pertengahan yang membela romansa dan kebebasan untuk memilih.Jennifer Wollock, Professor of English, Texas A&M UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1994332023-02-09T09:41:11Z2023-02-09T09:41:11ZArti cinta dan hasrat dari dewa cinta Cupid<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/508594/original/file-20230207-29-k6uwib.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bagian dari lukisan dinding "Triumph of Galatea," yang dibuat oleh Raphael sekitar tahun 1512 untuk Villa Farnesina di Roma.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/the-triumph-of-galatea-1512-14-news-photo/151324283?adppopup=true">Art Images via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p>Setiap Hari Valentine, ketika saya melihat gambar dewa Cupid bersayap gemuk yang membidik dengan busur dan anak panahnya ke korbannya yang tidak memiliki kecurigaan, saya berlindung di belakang pemahaman saya sebagai <a href="https://www.brandeis.edu/facultyguide/person.html?emplid=1be7ee967d45605afddf7da9ad4ca2c049a26c0b">seorang ahli puisi dan mitologi Yunani awal</a> untuk merenungkan keanehan gambar ini dan kaitannya dengan sifat alami cinta.</p>
<p>Dalam mitologi Romawi kuno, Cupid adalah anak dewi Venus, yang sekarang dikenal sebagai dewi cinta, dan Mars, dewa perang. Namun, bagi para orang di zaman kuno, seperti yang ditunjukkan oleh mitos dan teks, dia benar-benar dewa pelindung “hubungan seksual” dan “prokreasi.” Nama Cupid, yang berasal dari <a href="https://www.online-latin-dictionary.com/latin-english-dictionary.php?parola=cupido">kata kerja bahasa Latin <em>cupere</em></a>, berarti hasrat, cinta, atau nafsu. Akan tetapi, dalam kombinasi aneh tubuh bayi dengan senjata mematikan, bersama dengan orang tua yang diasosiasikan dengan cinta dan perang, Cupid merupakan sosok kontradiksi – simbol konflik dan hasrat.</p>
<p>Sejarah ini jarang tercermin dalam perayaan Hari Valentine zaman modern. Pesta Santo Valentine dimulai sebagai perayaan <a href="https://theconversation.com/the-real-st-valentine-was-no-patron-of-love-90518">St. Valentine Roma</a>. Seperti yang dijelaskan oleh <a href="https://www.birmingham.ac.uk/staff/profiles/tr/moss-candida.aspx">Candida Moss</a>, seorang ahli teologi dan zaman kuno, romansa dari iklan selama hari Valentine mungkin lebih terkait dengan <a href="https://www.ox.ac.uk/news/arts-blog/did-love-begin-middle-ages">Abad Pertengahan</a> daripada Roma kuno.</p>
<p>Cupid yang bersayap ini adalah favorit para seniman dan penulis di Abad Pertengahan dan Renaisans, tetapi dia bukan sekadar simbol cinta bagi mereka.</p>
<h2>Terlahir dari seks dan perang</h2>
<p>Cupid zaman Romawi bisa disamakan dengan dengan dewa Yunani Eros, asal kata “erotis.” Di Yunani kuno, Dewa Eros sering dianggap sebagai putra Ares, dewa perang, dan Aphrodite, dewi kecantikan, serta seks dan hasrat.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Ilustrasi dewa Eros yang memperlihatkan seorang anak laki-laki bersayap dengan latar belakang hitam." src="https://images.theconversation.com/files/445735/original/file-20220210-27-esyybo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=20%2C104%2C1896%2C1571&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/445735/original/file-20220210-27-esyybo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=591&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/445735/original/file-20220210-27-esyybo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=591&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/445735/original/file-20220210-27-esyybo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=591&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/445735/original/file-20220210-27-esyybo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=743&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/445735/original/file-20220210-27-esyybo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=743&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/445735/original/file-20220210-27-esyybo.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=743&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lukisan Eros dari 470 SM– 450 SM.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/cd/EROS_Louvre.jpg">The Louvre via Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dewa Eros masa Yunani sering muncul dalam ikonografi Yunani awal bersama dengan <a href="https://www.britishmuseum.org/collection/object/G_1888-1015-13">dewi sejenis lainnya</a>, yaitu sekelompok dewa bersayap yang diasosiasikan dengan cinta dan hubungan seksual. Sosok kuno ini <a href="https://www.theoi.com/Ouranios/Erotes.html">sering digambarkan sebagai remaja yang lebih tua</a> – tiga tubuh bersayap ini terkadang dipersonifikasikan sebagai trio: eros (nafsu), <em>himeros</em> (hasrat), dan <em>pothos</em> (gairah).</p>
<p>Namun, ada juga versi Eros yang lebih muda dan menyenangkan. Penggambaran seni dari abad kelima sebelum Masehi (SM) memperlihatkan <a href="https://art.thewalters.org/detail/2068/red-figure-chous-with-eros/">Eros sebagai seorang anak</a> yang sedang menarik gerobak di atas vas figur merah. Sebuah <a href="https://www.metmuseum.org/art/collection/search/254502">patung Eros yang tertidur dan terbuat dari perunggu</a> dari periode Helenistik abad kedua SM juga menunjukkan dia sebagai seorang anak.</p>
<p>Akan tetapi, pada masa Kekaisaran Romawi, gambar <a href="https://www.metmuseum.org/art/collection/search/251403">Cupid kecil yang gemuk</a> menjadi lebih umum. Penyair Romawi Ovid menulis tentang <a href="http://www.perseus.tufts.edu/hopper/text?doc=Perseus%3Atext%3A1999.02.0029%3Abook%3D1%3Acard%3D452">dua jenis panah Cupid</a>: yang mengeluarkan hasrat tak terkendali dan yang lain menembak sasarannya dengan rasa muak. Penggambaran dewa Yunani dan Romawi yang memegang kekuasaan untuk melakukan kebaikan dan keburukan adalah hal yang umum. Dewa Apollo, misalnya, dapat menyembuhkan orang dari penyakit atau menyebabkan wabah yang menghancurkan kota.</p>
<p>Mitos-mitos Yunani yang lebih awal juga memperjelas bahwa Eros bukan sekadar kekuatan untuk mengalihkan perhatian. Di awal karya puisi penyair Yunani Hesiod “Teogoni” – sebuah puisi yang menceritakan sejarah penciptaan alam semesta yang diceritakan melalui reproduksi para dewa – Eros muncul sejak awal sebagai kekuatan alam yang diperlukan karena dia “<a href="http://data.perseus.org/citations/urn:cts:greekLit:tlg0020.tlg001.perseus-eng1:104-138">mengganggu anggota tubuh, berada di luar nalar pikiran dan menghibur semua manusia dan dewa</a>.” Baris ini adalah pengakuan atas kekuatan hasrat seksual yang bahkan terjadi pada para dewa.</p>
<h2>Menyeimbangkan konflik dan hasrat</h2>
<p>Namun, Eros artinya tidak hanya tentang tindakan seksual. Bagi <a href="https://history.hanover.edu/texts/presoc/emp.html">filsuf Yunani awal Empedocles</a>, Eros dipasangkan dengan Eris, dewi perselisihan dan konflik, sebagai dua kekuatan paling berpengaruh di alam semesta. Bagi para filsuf seperti Empedocles, Eros dan Eris mempersonifikasikan daya tarik dan pembagian pada tingkat unsur, yaitu kekuatan alam yang menyebabkan materi menciptakan kehidupan dan kemudian menghancurkannya lagi.</p>
<p>Di dunia kuno, seks dan hasrat dianggap sebagai bagian penting dari kehidupan tetapi menjadi berbahaya jika menjadi terlalu dominan. <a href="http://www.perseus.tufts.edu/hopper/text?doc=Perseus:text:1999.01.0174:text=Sym.">Buku The Symposium karya Plato</a>, sebuah dialog tentang sifat Eros, memberikan survei mengenai berbagai gagasan tentang hasrat pada saat itu – beralih dari pengaruhnya pada tubuh ke sifat dan kemampuannya untuk mencerminkan manusia.</p>
<p>Salah satu segmen yang paling berkesan dari dialog ini adalah ketika pembicara Aristophanes menggambarkan asal-usul Eros dengan humor. Dia menjelaskan bahwa semua manusia dulunya adalah dua orang yang digabungkan menjadi satu. Para dewa menghukum manusia karena kesombongan mereka dengan memisahkan mereka menjadi individu-individu. Jadi, hasrat sebenarnya adalah kerinduan untuk menjadi utuh kembali.</p>
<h2>Bermain dengan Dewa Cupid</h2>
<p>Saat ini mungkin sudah biasa untuk mengatakan bahwa kita adalah apa yang kita cintai, tetapi bagi para filsuf kuno, kita adalah apa dan bagaimana kita mencintai. Hal ini diilustrasikan dalam salah satu kisah Cupid Romawi yang paling berkesan yang menggabungkan unsur-unsur nafsu dengan <a href="https://www.jstor.org/stable/3556532?seq=1#metadata_info_tab_contents">refleksi filosofis</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Lukisan yang memperlihatkan seorang perempuan muda memegang lampu untuk melihat Cupid yang sedang tidur dan telanjang." src="https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/445748/original/file-20220210-47794-1atc7xd.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Psyche mengangkat lampu untuk melihat Cupid yang sedang tidur.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/35/Vouet-Psych%C3%A9-Lyon.jpg">Lukisan oleh Simon Vouet, Museum of Fine Arts of Lyon Collection via Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam kisah ini, penulis Afrika Utara abad kedua, Apuleius, menempatkan Cupid sebagai pusat novel Latinnya, <em>“The Golden Ass.”</em> Karakter utama dalam novel ini, seorang lelaki yang berubah menjadi keledai, menceritakan bagaimana seorang perempuan tua menceritakan kepada pengantin perempuan yang diculik, Charite, kisah tentang bagaimana Cupid mengunjungi Psyche muda di malam hari dalam kegelapan kamarnya. Ketika dia mengkhianati kepercayaannya dan menyalakan lampu minyak untuk melihat siapa dia, dewa itu terbakar dan melarikan diri. Psyche harus mengembara dan menyelesaikan tugas yang hampir mustahil untuk Venus sebelum dia diizinkan untuk bersatu kembali dengannya.</p>
<p>Penulis-penulis setelahnya menjelaskan kisah ini sebagai alegori tentang hubungan antara <a href="https://www.jstor.org/stable/20188784?seq=1#metadata_info_tab_contents">jiwa manusia dan hasrat</a>. Interpretasi agama Kristen dibangun di atas gagasan ini, melihatnya sebagai kisah yang merincikan <a href="https://pillars.taylor.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1181&context=inklings_forever">bagaimana kejatuhan jiwa karena adanya godaan</a>. Pendekatan ini, bagaimanapun, mengabaikan bagian plot di mana Psyche diberikan keabadian untuk tetap berada di sisi Cupid dan kemudian melahirkan seorang anak bernama <em>“Pleasure”</em> (kesenangan).</p>
<p>Pada akhirnya, kisah Apuleius adalah pelajaran tentang menemukan keseimbangan antara tubuh dan jiwa. <em>“Pleasure”</em> lahir bukan dari kencan malam yang rahasia, tetapi dari rekonsiliasi perjuangan pikiran dengan masalah hati.</p>
<p>Cupid modern kita memiliki nilai lebih. Namun, pemanah cilik ini berasal dari tradisi panjang tentang pergulatan dengan kekuatan yang memberikan begitu banyak pengaruh atas pikiran fana. Menelusuri jalan sejarahnya melalui mitos Yunani dan Romawi menunjukkan pentingnya memahami kesenangan dan bahaya dari hasrat.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199433/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Joel Christensen tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Seorang ahli klasik Yunani awal menjelaskan apa yang disampaikan mitologi dewa cinta pembawa senjata, Cupid, anak dewa cinta dan perang, tentang kesenangan dan bahaya hasrat.Joel Christensen, Professor of Classical Studies, Brandeis UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1933272022-10-27T03:15:21Z2022-10-27T03:15:21Z3 cara kita menyabotase hubungan asmara (dan 3 cara untuk berhenti melakukannya)<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/492029/original/file-20221027-24414-v56fdu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">file u brog</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/broken-heart-breakup-concept-separation-divorce-275034533">(Shutterstock)</a></span></figcaption></figure><p>Budaya populer memberikan banyak contoh bagaimana orang-orang bisa menyabotase hubungan asmara mereka.</p>
<p>Dalam film <a href="https://www.imdb.com/title/tt0147800/"><em>10 Things I Hate About You</em> (1999)</a>, misalnya, salah satu tokoh bernama Kat mengatakan ia tidak tertarik terlibat hubungan asmara. Patrick, yang berupaya mendekatinya, kemudian <a href="https://www.moviequotedb.com/movies/10-things-i-hate-about-you/quote_150.html">mempertanyakan gaya berkencannya</a>:</p>
<blockquote>
<p>You disappoint them from the start and then you’re covered, right?</p>
<p>(Jadi kamu berusaha bikin mereka kecewa sejak awal, terus udah, gitu kan?)</p>
</blockquote>
<p>Tapi seiring plotnya berkembang, kita jadi tahu bahwa ini adalah cara Kat untuk melindungi dirinya sendiri – sebagai cara mengatasi trauma dari hubungan-hubungannya di masa lalu.</p>
<p>Orang lain, sementara, berpindah dari hubungan satu ke hubungan selanjutnya demi mencari “<em>the one</em>”, dan seringkali menilai pasangan mereka dengan sangat kilat.</p>
<p>Dalam serial TV <a href="https://www.imdb.com/title/tt2211129/"><em>The Mindy Project</em> (2012-2017)</a>, Mindy adalah seorang dokter obstetri dan ginekologi (OB/GYN) yang sukses – namun punya kemampuan yang buruk dalam mengelola hubungan asmara. Ia punya segudang hubungan gagal dan juga pasangan-pasangan yang tidak memenuhi ekspektasinya. Mindy mencari kisah cinta yang “sempurna” dengan beragam ekspektasi yang tidak realistis.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/8iCwtxJejik?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Jacob bergonta-ganti pasangan seksual setiap malam untuk menghindari komitmen, dalam film <em>Crazy, Stupid, Love</em> (2011).</span></figcaption>
</figure>
<p>Contoh lain adalah tokoh Jacob dalam film <a href="https://www.imdb.com/title/tt1570728/"><em>Crazy, Stupid, Love</em> (2011)</a>. Ia hobi bergonta-ganti pasangan seksual setiap malam untuk menghindari komitmen hubungan yang serius.</p>
<p>Di film yang sama, kita juga berkenalan dengan Cal dan Emily, yang bertahan dalam pernikahan secara jangka panjang, tapi lambat laun menjadi abai terhadap hubungan mereka. Ini membuat mereka harus berpisah. Tapi, seiring mereka fokus memperbaiki diri mereka masing-masing, Cal dan Emily menemukan cara untuk pelan-pelan membenahi hubungan mereka.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/what-is-the-ick-a-psychological-scientist-explains-this-tiktok-trend-169546">What is 'the ick'? A psychological scientist explains this TikTok trend</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Sabotase hubungan asmara</h2>
<p>Saya dan tim mendefinisikan <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/journal-of-relationships-research/article/defining-romantic-selfsabotage-a-thematic-analysis-of-interviews-with-practising-psychologists/35531B41927851905281C7D815FE4199/share/ed27f1606df159cf7e3240f5c3136174c4991fe0">sabotase hubungan asmara</a> (<em>relationship sabotage</em>) sebagai perilaku yang cenderung merugikan diri sendiri di dalam (maupun di luar) hubungan. Sikap ini menghambat suksesnya suatu hubungan, atau berujung membuat kita dan pasangan berhenti memperjuangkannya, sehingga seolah-olah menjustifikasi gagalnya hubungan tersebut.</p>
<p>Yang terpenting, sabotase hubungan asmara adalah bentuk strategi perlindungan diri yang harapannya membuahkan situasi <em>win-win</em> (selalu ‘menang’) bagi orang yang melakukannya.</p>
<p>Dalam hal ini, misalnya, seseorang bisa jadi merasa menang jika hubungannya bertahan meski ia telah berupaya bersikap defensif dan melakukan sabotase. Sebaliknya, jika hubungannya gagal, kepercayaan dan pilihan seseorang untuk ‘melindungi diri’ kemudian tervalidasi.</p>
<h2>Kenapa kita melakukan ini?</h2>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/kpIbl34SPNc?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Kenapa kita menyabotase asmara?</span></figcaption>
</figure>
<p><a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15332691.2020.1795039">Riset kami</a> menemukan bahwa orang-orang menyabotase hubungan mereka utamanya karena perasaan takut – bahkan meski dalam hati, mereka mendambakan hubungan yang dekat dan intim.</p>
<p>Seperti kata musisi Sam Smith dalam lagunya <a href="https://www.youtube.com/watch?v=J_ub7Etch2U"><em>Too Good at Goodbyes</em></a>:</p>
<blockquote>
<p>I’m never gonna let you close to me (Aku tak akan membiarkanmu dekat-dekat denganku)</p>
<p>Even though you mean the most to me (Bahkan jika dirimu adalah orang yang paling berarti bagiku)</p>
<p>‘Cause every time I open up, it hurts (Karena tiap kali aku membuka diri, rasanya begitu sakit).</p>
</blockquote>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1453190792462340097"}"></div></p>
<p>Tapi, respons yang berhubungan dengan rasa takut tak melulu terlihat atau mudah untuk kita kenali. Ini karena emosi manusia <a href="https://www.guilford.com/books/Emotionally-Focused-Therapy-for-Couples/Greenberg-Johnson/9781606239278">punya banyak lapisan</a> yang bertujuan untuk melindungi diri kita.</p>
<p>Rasa takut adalah emosi penting yang mewakili kerentanan (<em>vulnerability</em>), dan ini umumnya tersembunyi di bawah emosi permukaan (ataupun lapisan lainnya). Ini bisa berbentuk sikap 'defensif’ dalam perilaku sabotase.</p>
<h2>Apakah pola-pola ini terdengar familier?</h2>
<p>Sabotase hubungan asmara seringkali tak hanya terjadi sekali saja dalam suatu hubungan. Ia terjadi tiap kali rasa takut seseorang memicu pola-pola respons dari hubungan satu ke hubungan lainnya.</p>
<p>Riset saya menyoroti <a href="https://rdcu.be/czwUo">tiga pola utama</a> terkait sikap dan perilaku yang penting untuk kita kenali.</p>
<p><strong>Sikap defensif</strong></p>
<p>Sikap yang defensif, seperti saat kita marah atau agresif, adalah ‘serangan balik’ terhadap sesuatu yang kita rasa sebagai ancaman. Orang yang defensif biasanya terdorong oleh keinginan untuk memvalidasi diri mereka sendiri: mereka berupaya untuk membuktikan bahwa diri mereka benar dan melindungi harga diri mereka.</p>
<p>Ancaman-ancaman yang memicu sikap defensif, di antaranya adalah trauma hubungan masa lalu, pergolakan terkait harga diri, perasaan kehilangan harapan, adanya kemungkinan untuk kembali terluka, serta ketakutan akan kegagalan, penolakan, ditinggal seseorang, ataupun komitmen.</p>
<p>Tapi, di sisi lain, sikap defensif adalah respons dari insting kita yang kadang-kadang masuk akal.</p>
<p>Orang bisa saja punya keyakinan bahwa hubungan asmara lebih sering berujung “patah hati”. <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15332691.2020.1795039">Salah satu responden</a> riset kami merasa lelah terus menerus dikritik dan juga merasa perasaan mereka sering disalahpahami:</p>
<blockquote>
<p>Saya melindungi diri saya dari rasa sakit dalam hubungan asmara dengan cara memasang ‘tembok pertahanan’ dan selalu waswas.</p>
</blockquote>
<p><strong>Perasaan sulit percaya</strong></p>
<p>Ketika seseorang punya kesulitan mempercayai orang lain, mereka susah percaya dengan pasangan mereka serta kerap merasa iri jika pasangan tersebut memberikan atensi pada orang lain. Orang yang seperti ini bisa jadi merasa tidak aman dan cenderung enggan membiarkan diri mereka merasa rentan (<em>vulnerable</em>) dalam suatu hubungan.</p>
<p>Ini kerap kali merupakan dampak dari pengalaman masa lalu ketika kepercayaan mereka dikhianati, atau berekspektasi untuk dikhianati. Pengkhianatan ini bisa jadi hasil dari kebohongan-kebohongan kecil (<em>white lie</em>) ataupun yang besar (misalnya perselingkuhan).</p>
<p>Para responden menjelaskan bahwa mereka memilih untuk tidak percaya, atau kesulitan mempercayai pasangannya, sebagai cara agar tidak tersakiti lagi. Seorang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15332691.2020.1795039">partisipan riset</a> mengatakan:</p>
<blockquote>
<p>Saya tak lagi percaya pasangan-pasangan saya 100%. Saya akan terus memikirkan apa yang akan saya lakukan jika mereka pergi atau selingkuh, sehingga saya tidak pernah sepenuhnya ‘berinvestasi’ dalam suatu hubungan.</p>
</blockquote>
<p><strong>Kemampuan yang buruk dalam mengelola hubungan asmara</strong></p>
<p>Ini terjadi ketika seseorang punya pengetahuan atau kesadaran yang minim terkait kecenderungan-kecenderungan yang destruktif dalam suatu hubungan. Bisa jadi, sikap ini terbentuk karena seseorang tidak mempunyai panutan (<em>role model</em>) yang baik terkait hubungan asmara, atau interaksi dan kejadian yang negatif dalam hubungan-hubungan masa lalu.</p>
<p>Seorang <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15332691.2020.1795039">partisipan riset</a> mengatakan:</p>
<blockquote>
<p>Biasanya, yang membuat saya gagal dalam suatu hubungan adalah pengalaman yang minim, <em>role model</em> yang buruk (dalam hal ini orang tua saya), dan juga sikap ketidakdewasaan saya.</p>
</blockquote>
<p>Tapi, kemampuan untuk mengelola hubungan asmara (<em>relationship skills</em>) bisa dipelajari. Hubungan yang sehat bisa membantu kita mengasah kemampuan ini sehingga kemudian mengurangi sikap defensif dan kesulitan untuk percaya pada pasangan.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1450069204959432705"}"></div></p>
<h2>Harga yang harus kita bayar jika menyabotase hubungan</h2>
<p>Perilaku sabotase tak melulu membuyarkan hubungan asmara. Ini juga tergantung dengan apakah pola-pola ini bersifat jangka panjang.</p>
<p>Bagi orang yang lajang, perilaku sabtotase bisa sejak awal menghambat mereka untuk memulai suatu hubungan. Bagi orang yang sudah berada dalam suatu hubungan, terus menerus menerapkan strategi perlindungan diri secara jangka panjang justru bisa membuat ketakutan-ketakutan mereka menjadi nyata, seperti ramalan yang mewujudkan dirinya sendiri <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9731324/">(<em>self-fulfilling prophecy</em>)</a>.</p>
<p>Perasaan kesulitan mengelola hubungan yang intim adalah <a href="https://janzssa.scholasticahq.com/article/8074-anzssa-heads-of-counselling-services-hocs-benchmarking-survey-2018-summary-report">salah satu alasan utama</a> seseorang mencari bantuan konseling. Kesulitan-kesulitan semacam ini juga <a href="https://psycnet.apa.org/record/2003-88322-003">berkontribusi signifikan</a> terhadap munculnya kecemasan (<em>anxiety</em>), depresi, dan pemikiran bunuh diri.</p>
<h2>Jadi, apa yang bisa kita lakukan?</h2>
<p>Saya telah mendengar <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15332691.2020.1795039">banyak sekali testimoni</a> dari orang yang menyabotase hubungan mereka, kemudian merasa kehilangan harapan.</p>
<p>Tapi, berikut tiga cara kita bisa <a href="https://psycnet.apa.org/record/2013-34594-002">mencoba mengatasinya</a>:</p>
<ul>
<li><p><strong>kesadaran:</strong> kita harus tahu siapa diri kita terlebih dahulu, beserta trauma emosional (“<em>baggage</em>”) yang kita bawa ke dalam suatu hubungan. Jujurlah pada diri kita sendiri dan juga pasangan kita terkait segala rasa takut maupun hal-hal yang tengah kita hadapi</p></li>
<li><p><strong>ekspektasi:</strong> kita perlu mengelola ekspektasi kita dalam hubungan asmara. Pahamilah apa yang bisa kita harapkan secara realitis dari diri kita maupun pasangan kita</p></li>
<li><p><strong>kolaborasi:</strong> kita perlu berkolaborasi dengan pasangan dalam menerapkan strategi-strategi untuk mempertahankan hubungan yang sehat. Ini berarti belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih baik (dan berupaya untuk senantiasa jujur, meski membicarakan topik yang menantang) serta menunjukkan kedewasaan kita untuk bersikap fleksibel dan penuh pengertian – apalagi jika sedang berkonflik.</p></li>
</ul>
<p>Di atas segalasnya, kita tak boleh kehilangan kepercayaan bahwa kita bisa punya hubungan yang sehat, dan selalu pantas untuk disayang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/193327/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Raquel Peel tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Banyak dari kita punya beragam kebiasaan destruktif yang justru menghambat kita untuk memiliki hubungan asmara yang sehat dan berjangka panjang. Apa yang bisa kita lakukan untuk berhenti melakukannya?Raquel Peel, Senior Lecturer, University of Southern QueenslandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1770822022-02-14T09:40:35Z2022-02-14T09:40:35ZKado yang tepat untuk Si Dia: beratnya tekanan berbelanja demi asmara<p>Bagi banyak pasangan, ajang perayaan asmara seperti Hari Valentine adalah waktu yang rawan dan mencekam. <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1475-6811.2004.00095.x?casa_token=dXHKwjSGkmgAAAAA:5tzlar5bS1HruzNIV5g40YchEknu-HqPSedtbh61puhKrdCcKNtA1gZ0RnqQOKoCNTbVwWJh87JsmTyI">Studi menunjukkan</a> bahwa banyak hubungan asmara kemungkinan berakhir sekitar tanggal 14 Februari dibandingkan dengan hampir semua periode waktu lain.</p>
<p>Bisa jadi, ini adalah alasan mengapa banyak sekali uang dibelanjakan pada kisaran waktu ini untuk membeli kartu ucapan, coklat, atau perhiasan. Di Inggris, misalnya, total uang yang dibelanjakan untuk Hari Valentine diperkirakan <a href="https://www.statista.com/statistics/510981/valentines-day-total-spending-great-britain/">bisa mencapai £1 miliar</a> (Rp 19,3 triliun).</p>
<p>Banyak orang akan membeli barang-barang tersebut dengan niat tulus untuk menunjukkan rasa kasih sayang, atau bagi yang berpikir secara ekonomi, sebagai bukti komitmen terhadap hubungan asmara mereka.</p>
<p>Namun, kenyataan bahwa tanggal 14 Februari kini sudah kental dengan nuansa konsumerisme membuat sebagian orang mengernyitkan dahi. Meski beberapa menganggap tanggal tersebut sebagai hari yang penuh cinta, bagi sebagian yang lain, 14 Februari memicu <a href="https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1985864">perasaan benci dan muak</a>.</p>
<p>Jika Anda memilih untuk ikut dalam hiruk-pikuk perayaan Hari Valentine, memilih kado yang tepat bisa jadi hal yang sangat membingungkan. Apakah tepat memberi kado berisi coklat? Berapa tangkai bunga mawar yang harus kita beri untuk menunjukkan rasa kasih sayang?</p>
<p>Ketimbang merasa senang karena membeli barang untuk orang yang mereka sayangi, orang justru bisa jadi merasa punya “kewajiban” untuk berbelanja – begitulah beban berat dari tradisi dan ekspektasi kultural.</p>
<p>Riset menunjukkan bagi banyak orang, terutama laki-laki, ada suatu cara untuk mengatasi tekanan ini, yakni dengan cara berbelanja secara “<a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022435900000476?casa_token=3S9omdidR-AAAAAA:gadGWE2FZ42GdL4QTSvmyXYd-ADxwCgcUQPYXxrV2odZkU5fA060MUcF4vcL6A7pw16j2DMPvu4"><em>grab and go</em></a>”. Seseorang tinggal masuk saja ke toko, memilih suatu barang, dan sudah berada di kasir dalam waktu 30 detik.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A man with roses hidden behind his back approaches a smiling woman ." src="https://images.theconversation.com/files/445933/original/file-20220211-21-1fehl94.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/445933/original/file-20220211-21-1fehl94.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/445933/original/file-20220211-21-1fehl94.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/445933/original/file-20220211-21-1fehl94.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/445933/original/file-20220211-21-1fehl94.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/445933/original/file-20220211-21-1fehl94.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/445933/original/file-20220211-21-1fehl94.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ajang perayaan asmara seperti Hari Valentine adalah waktu yang rawan dan mencekam bagi banyak pasangan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/beautiful-loving-couple-spending-time-together-795913363">Shutterstock/4 PM production</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sementara, beberapa kajian lain mengatakan perempuan lebih mungkin untuk punya <a href="https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1986301">ekspektasi yang makin tinggi</a> pada usia 20an, tentang kado apa yang seharusnya mereka dapatkan pada Hari Valentine.</p>
<p>Beberapa perempuan yang telah berada dalam hubungan yang relatif lama memiliki ekspektasi kado yang semakin mewah dari tahun ke tahun. Selain itu, tidak jarang juga perempuan heteroseksual menganggap laki-laki lah yang bertanggung jawab untuk merencanakan kencan yang sempurna.</p>
<p>Kesempurnaan tersebut, bagi banyak orang, tidak akan lengkap apabila tidak disertai dengan keharuman seikat mawar merah. Bunga merupakan belanjaan yang besar pada Hari Valentine, dan pada tahun 2019, sebanyak <a href="https://www.statista.com/statistics/803395/valentine-s-day-expenditure-by-category-united-kingdom-uk">£261 juta</a> (Rp 5 triliun) dihabiskan warga Inggris untuk membeli karangan bunga.</p>
<p>Tapi, <a href="https://journals.ashs.org/horttech/view/journals/horttech/23/1/article-p28.xml">riset juga menunjukkan</a> bahwa peluang seseorang untuk mendapatkan buket bunga tergantung bagaimana pasangannya memandang hubungan mereka.</p>
<p>Nampaknya kita lebih mungkin untuk membeli bunga jika merasa kebutuhan personal kita dalam suatu hubungan – seperti perasaan disayang – telah dipenuhi. Jika kita sangat sayang dengan seseorang, kemungkinan kita akan membelikan mereka bunga dan juga kado lainnya. Mereka yang sekadar merasa “puas” dengan hubungan asmara mereka punya peluang paling rendah untuk membeli bunga untuk pasangannya. </p>
<h2>Cinta tak bisa dibeli</h2>
<p>Untuk meredam tekanan tersebut, kita bisa mempertimbangkan suatu pendekatan yang lebih personal dan sederhana – suatu hal yang benar-benar dihargai oleh pasangan atau gebetan kita. </p>
<p>Kemewahan tidak selalu bisa membuat orang bahagia. <a href="https://research-repository.griffith.edu.au/bitstream/handle/10072/2829/30166_1.pdf?sequence=1&isAllowed=y">Barang bermerek (<em>branded goods</em>)</a>, misalnya, lebih sering diberikan sebagai kado sehari-hari ketimbang sebagai simbol kasih sayang.</p>
<p>Jika Anda memilih untuk bermain aman dengan <em>gift card</em> (seperti <em>voucher</em> untuk saldo Google Play atau langganan Netflix), pilihlah layanan yang banyak dipakai orang. <a href="https://www.acrwebsite.org/volumes/v43/acr_vol43_1020146.pdf">Studi menunjukkan</a> banyak <em>voucher</em> yang terbatas untuk toko atau produk tertentu, sering berujung tidak digunakan.</p>
<p>Tentu saja, ekspresi cinta dan kasih sayang tidak melulu soal membelanjakan uang. Suatu <a href="https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=2501480">survei yang berbicara dengan 3.000 pasangan</a> menemukan bahwa bagi mereka yang mengeluarkan uang paling banyak untuk cincin tunangan atau acara pernikahan, hubungannya justru yang paling cepat berakhir.</p>
<p>Sebuah pendekatan alternatif, sesuai temuan beberapa penelitian, adalah bahwa kebahagiaan yang sesungguhnya datang dari menghabiskan waktu bersama orang terkasih, serta <a href="https://myscp.onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1016/j.jcps.2014.08.004?casa_token=buvxtt3f7HoAAAAA%3AVoJVIiETCsdYFm4EgvrPqtjbfXyAIBrI5zkflPPq-hWXsME4IQyrZvUZuz0Sg_xunX68eEdNF3TvyMMq">berbagi cerita</a> bersama. Jadi, mungkin opsi terbaik untuk Hari Valentine adalah melupakan belanja berlebihan dan fokus pada menghabiskan waktu secara berkualitas dengan pasangan. Cobalah melakukan sesuatu yang bisa menciptakan memori indah – hal yang tidak akan mudah layu seperti bunga.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/177082/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Cathrine Jansson-Boyd tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Tanggal 14 Februari menghadirkan tekanan yang besar bagi banyak pasangan.Cathrine Jansson-Boyd, Reader in Consumer Psychology, Anglia Ruskin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1549622021-02-11T04:44:11Z2021-02-11T04:44:11ZMemahami asmara secara akademik: mengapa jiwa ilmiah selalu berdebar untuk Kajian Cinta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/383477/original/file-20210210-17-xjspxo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Hubungan asmara adalah topik studi yang semakin populer di dunia akademik karena mengeksplorasi banyak isu, mulai dari bagaimana teknologi mengubah hubungan hingga maskulinitas yang digambarkan di dalam buku dan film.</span> <span class="attribution"><span class="source">Summit Entertainment, Temple Hill Entertainment, Maverick Films.</span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Kita harus menemukan … kekuatan cinta untuk menyelamatkan segalanya. Dan ketika kita menemukannya, kita akan membuat seluruh dunia ini menjadi dunia baru. Cinta adalah satu-satunya jalan hidup.</p>
</blockquote>
<p>Melalui pidato penuh semangat pada pernikahan Pangeran Harry dan Meghan Markle pada 2018, <a href="https://edition.cnn.com/2018/05/19/europe/michael-curry-royal-wedding-sermon-full-text-intl/index.html">Uskup Amerika Serikat (AS) Michael Curry</a>, Primat Gereja Episkopal, mengutip kata-kata di atas dari Dr Martin Luther King.</p>
<p>Dr Curry kemudian lanjut menjelaskan kekuatan cinta untuk mendorong perubahan dalam kehidupan manusia: “Pikirkan dan bayangkan suatu dunia di mana cinta adalah jalan hidup kita,” katanya kepada jemaat.</p>
<p>Di berbagai universitas di seluruh dunia, para akademisi sedang melakukannya. ‘Kajian Cinta’ (<em>‘Love Studies’</em>), bidang yang baru muncul dalam beberapa dekade terakhir, menjadi bidang yang penelitian dan aplikasinya semakin memiliki peran signifikan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/5gonlKodrmk?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Ada berbagai <a href="http://iaspr.org/">jurnal</a> dan <a href="https://www.centreformedicalhumanities.org/the-radicalism-of-romantic-love-critical-perspectives-cfp-conference-anu-australia-november-2013/">konferensi</a> terkait Kajian Cinta, situs bahasan akademik terkait romansa populer seperti <a href="http://teachmetonight.blogspot.com/p/teaching-popular-romance.html">Teach Me Tonight</a> juga banyak bermunculan, dan jumlah lulusan dalam bidang ini pun semakin banyak.</p>
<p>Namun, sebenarnya apa yang dibahas dalam bidang studi ini?</p>
<p>Kajian Cinta muncul dari diskursus dan analisis dalam studi terkait romansa, budaya, dan gender populer. Pada awalnya, kajian ini mencoba untuk mengevaluasi ulang dan memahami lebih dalam kompleksitas dan kerumitan cinta, khususnya perasaan cinta asmara, dan bagaimana hal tersebut membentuk kehidupan dan pengetahuan kita. </p>
<p>Seperti yang dinyatakan oleh akademisi <a href="https://academic.oup.com/alh/article-abstract/17/2/335/159321?redirectedFrom=PDF">Virginia Blum</a> ketika menulis tentang bidang studi ini:</p>
<blockquote>
<p>Walaupun seks memang ‘menjual’, cinta tampaknya selalu melebihi seks setiap kali membicarakan tentang sifat alamiah dari kebebasan dan kebahagiaan individual.</p>
</blockquote>
<p>Perlahan-lahan, ide tentang cinta yang romantis mulai dieksplorasi dalam berbagai bidang yang lain: filsafat, hukum, studi bahasa dan literatur, politik, antropologi dan ilmu sosial. </p>
<p>Kajian Cinta mengamati tentang hasrat, hubungan intim, gender, dan kuasa sembari mempertahankan suatu <a href="http://jprstudies.org/2014/02/editors-note-issue-4-1/">kesadaran kritis</a> tentang beban dari perasaan cinta bagi perempuan. Sementara itu, dalam psikologi, ada suatu pembaruan fokus pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3176989/">kebahagiaan dan rasa cinta kasih</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-orang-bisa-jatuh-cinta-93151">Bagaimana orang bisa jatuh cinta?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Saat ini, Kajian Cinta semakin menjadi lebih terdefinisi dan berkembang. Tahun lalu, <em>The Journal of Popular Romance Studies</em> (Jurnal Kajian Romansa Populer) menerbitkan <a href="http://jprstudies.org/2017/04/special-issue-critical-love-studies-editors-introductionby-amy-burge-and-michael-gratzke/">edisi khusus</a> tentang Kajian Cinta Kritis. Edisi ini mengamati hal-hal seperti perbandingan romansa populer dan teori queer, pasangan yang melakukan hubungan jarak jauh melalui Skype, hubungan asmara antara laki-laki dalam fiksi romansa Jepang, serta isu <a href="http://jprstudies.org/2017/12/">maskulinitas dalam novel Twilight</a> karya Stephnie Meyer.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/258454/original/file-20190212-174857-12hj27f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Teknologi mengubah hubungan asmara.</span>
<span class="attribution"><span class="source">shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sementara itu, terdapat konferensi global tahunan dengan nama <a href="https://www.sdu.dk/en/uol/events/conference/love">LOVE, ETC</a> yang diadakan di Denmark. Pada 2018, misalnya, konferensi ini membahas cinta sebagai topik panas baru di akademi, termasuk isu-isu seperti bagaimana cinta berubah pada masa kencan online dan tantangan norma gender dan seksualitas.</p>
<p>Bagaimana perubahan cinta akan mengubah teknologi masa depan? (Apakah kita akan bisa mencintai robot?) Apa perbedaan antara cinta dan peduli? </p>
<p>Pada waktu yang bersamaan, tren kelas online tentang romansa populer <a href="http://teachmetonight.blogspot.com/p/teaching-popular-romance.html">sedang tumbuh secara global</a> dan <a href="https://www.murdoch.edu.au/library/resources-collections/special-collections/mills-boon-collection">koleksi penelitian hubungan asmara</a> di berbagai perpustakaan juga semakin banyak.</p>
<p>Beberapa akademisi menyatakan bahwa pada abad ke-21, cinta adalah <a href="https://www.palgrave.com/us/book/9781137455796">salah satu tujuan eksistensial</a> dalam hidup kita. Cinta bisa bersifat mendobrak norma atau dimaknai secara tradisional, tergantung dari sudut pandang yang kita gunakan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/alasan-mengapa-kita-mencari-pasangan-yang-suka-dan-bisa-membuat-kita-tertawa-100384">Alasan mengapa kita mencari pasangan yang suka dan bisa membuat kita tertawa</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Cinta asmara memang bukan bahasan yang mudah, serta merupakan garis depan tempat hati, pikiran, dan tubuh kita bersatu.</p>
<p>Untuk beberapa orang, cinta adalah pertempuran. Pornografi balas dendam. Kekerasan terhadap pasangan. Pemerkosaan dalam kencan. Pelecehan seksual. Perundungan online. Hubungan yang kasar. Ada banyak rasa sakit yang bisa timbul ketika manusia semakin dekat dan personal dengan satu sama lain. </p>
<p>Beberapa orang mungkin menyebut kajian tentang cinta sebagai <a href="http://www.westernfrontonline.com/2016/01/28/professors-study-stigma-and-sneers-of-romance-novels/">sesuatu yang dangkal</a>, terlalu manis, dan komersial - sedikit mirip dengan perayaan Hari Valentine. Meskipun selama ini ada stigma dan cemoohan bahwa bidang ini kurang memiliki daya tarik, bagi beberapa akademisi, bidang ini adalah titik yang pas.</p>
<p>Sebagai penulis novel romansa, Kajian Cinta membantu saya memikirkan berbagai masalah dalam tulisan saya sendiri.</p>
<p>Lebih dari itu, sebagai akademisi, saya bekerja dengan kolega-kolega di bidang psikologi, ilmu seks, dan studi budaya, untuk mengeksplorasi isu tentang persetujuan dan hubungan konsensual pasca gerakan #MeToo dan bagaimana “hak sipil” bisa ditegakkan di dalam kamar tidur, tanpa menekan hasrat dalam berhubungan. </p>
<p>Cinta bukanlah suatu tujuan tersendiri, suatu akhir yang bahagia, melainkan suatu proses kreatif yang membuka kesempatan tak terbatas untuk berpikir dan berimajinasi. Kita masih menanti apakah cinta bisa benar-benar membentuk dunia baru seperti yang diimpikan oleh Martin Luther King.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<p><em>CATATAN EDITOR: Kami mengubah judul yang sebelumnya mengandung “hati ilmiah” menjadi “jiwa ilmiah”.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/154962/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Elizabeth Reid Boyd tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kajian Cinta, bidang ilmiah yang relatif baru, membahas banyak topik dari novel romansa populer hingga masalah persetujuan dan hubungan konsensual di kamar tidur.Elizabeth Reid Boyd, Senior Lecturer School of Arts and Humanities, Edith Cowan UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1040652018-10-05T05:47:25Z2018-10-05T05:47:25ZMengapa calon pacar bohong di aplikasi kencan untuk menemukan cinta<p>Hampir <a href="http://www.pewresearch.org/fact-tank/2018/02/13/8-facts-about-love-and-marriage/">seperempat dari kelompok dewasa muda </a> mencari pacar melalui situs web atau aplikasi kencan.</p>
<p>Bentuk pendekatan yang relatif baru ini <a href="https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-attraction-doctor/201404/pros-and-cons-online-dating">memberi akses terhadap calon-calon pasangan yang potensial</a>. Namun, cara baru ini juga menghadirkan serangkaian tantangan yang unik.</p>
<p>Contohnya, Anda mungkin pernah mendengar–atau pernah mengalami sendiri–kencan yang direncanakan secara online tapi tidak berjalan dengan baik <a href="https://www.huffingtonpost.com/greg-hodge/online-dating-lies_b_1930053.html">karena satu dari beberapa alasan</a> ini: Dia lebih pendek daripada yang ditulis di profilnya, dia terlihat beda dari yang ada di foto, atau dia banyak bicara melalui pesan pendek tapi menjadi sangat pendiam saat bertemu.</p>
<p>Dengan kata lain, profil seseorang–dan pesan yang dikirimkan sebelum kencan–tidak menggambarkan siapa orang itu sesungguhnya.</p>
<p>Dalam <a href="https://academic.oup.com/joc/article/68/3/547/4986443">riset baru-baru ini</a>,
<a href="https://scholar.google.com/citations?user=-GBU6qkAAAAJ&hl=en">saya</a> dan rekan saya <a href="https://comm.stanford.edu/faculty-hancock/">Jeff Hancock</a> menginvestigasi: Seberapa sering seseorang berbohong dalam menggunakan aplikasi kencan? Dalam hal apa mereka cenderung berbohong?</p>
<h2>‘Ponsel saya mati di tempat olahraga’</h2>
<p>Studi kami termasuk yang pertama menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, meskipun peneliti lain juga telah memeriksa penipuan dalam kencan online.</p>
<p>Riset-riset sebelumnya <a href="http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0146167208318067">sebagian besar fokus pada profil kencan</a>. Studi-studi itu telah menemukan, misalnya, para laki-laki cenderung melebih-lebihkan tinggi badan mereka dan berbohong mengenai pekerjaan mereka, sedangkan para perempuan cenderung mengurangi berat badan mereka dan <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1460-2466.2009.01420.x">cenderung menggunakan foto yang kurang akurat</a>. </p>
<p>Tapi profil hanyalah satu dari proses kencan. Hanya setelah saling berbalas pesan seseorang akan memutuskan jika ingin untuk bertemu dengan calon pasangan.</p>
<p>Untuk memahami seberapa sering orang berbohong kepada calon pasangan mereka dan apa yang mereka palsukan, kami mengevaluasi ratusan pesan teks yang dipertukarkan setelah adanya kecocokan, tapi sebelum mereka bertemu–sebuah periode yang kami sebut “fase penemuan”. Kami merekrut 200 peserta sebagai sampel. Mereka memberi kami pesan-pesan dari percakapan-percakapan terbaru mereka dan memberi tahu mana yang merupakan kebohongan. Beberapa peserta menjelaskan mengapa pesan-pesan tersebut menipu. </p>
<p>Kami menemukan bahwa kebohongan dapat dikategorikan ke dalam dua tipe utama. Jenis pertama adalah kebohongan yang berkaitan dengan presentasi diri. Jika peserta ingin menampilkan diri mereka sebagai lebih menarik, misalnya, mereka akan berbohong tentang seberapa sering mereka pergi ke ruang olahraga. Atau jika mengenai kecocokan mereka untuk tampak religius, mereka mungkin berbohong tentang seberapa sering mereka membaca Alkitab untuk membuat mereka seolah-olah memiliki minat yang sama.</p>
<p>Kebohongan kedua terkait dengan manajemen ketersediaan. Orang yang kencan menjelaskan mengapa mereka tidak dapat bertemu dengan teman kencan mereka, atau tidak melakukan komunikasi sedikitpun, seperti berbohong kehilangan sinyal telepon mereka.</p>
<p>Penipuan ini disebut <a href="https://dl.acm.org/citation.cfm?id=1518701.1518782">“<em>butler lies</em>” alias kebohongan sopan via alat elektronik</a> karena mereka menganggap ini adalah cara yang relatif sopan untuk menghindari komunikasi tanpa benar-benar menutup diri dalam komunikasi. Jika Anda pernah mengirim pesan, “Maaf, saya tidak bisa dihubungi, ponsel saya mati,” padahal Anda tidak ingin berbicara, Anda telah berbohong secara sopan via ponsel. </p>
<p>Melakukan kebohongan sopan tidak membuat Anda menjadi orang jahat. Sebaliknya, mereka dapat membantu Anda menghindari <a href="https://www.eharmony.com/dating-advice/about-you/7-signs-of-a-desperate-dater/">kesan buruk dalam pendekatan kencan</a>, seperti selalu memiliki waktu luang atau putus asa.</p>
<h2>Kebohongan yang disengaja atau disebar</h2>
<p>Sementara penipuan atas presentasi diri dan ketersediaan merupakan kebohongan, kami mengamati bahwa hanya 7 persen dari semua pesan yang kami salah dalam sampel kami merupakan pesan yang tidak benar.</p>
<p>Mengapa tingkat penipuan rendah seperti itu?</p>
<p>Temuan kuat di seluruh riset mengenai penipuan baru-baru ini menunjukkan bahwa mayoritas orang jujur dan hanya ada <a href="http://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0261927X14528804">sedikit pembohong produktif</a> di tengah-tengah kita.</p>
<p>Berbohong agar tampak seperti calon pasangan yang baik atau berbohong tentang keberadaan Anda dapat menjadi perilaku yang sepenuhnya rasional. Bahkan, kebanyakan orang yang online <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563216304800">sadar akan hal itu</a>. <a href="https://www.youtube.com/watch?v=V1jVvQbvZLQ">Berbohong sedikit-sedikit</a> ada manfaatnya juga: Itu dapat membuat kita menonjol di pasar kencan, sementara kita tetap menjadi diri sendiri. </p>
<p>Namun, kebohongan yang besar–misalnya Anda bilang suka kucing, padahal alergi–dapat merusak kepercayaan. Terlalu banyak melakukan kebohongan yang besar bisa menjadi masalah untuk menemukan “seseorang”. Ada hasil lain yang menarik berbicara pada sifat kebohongan yang dilakukan selama fase penemuan. Dalam penelitian kami, jumlah kebohongan yang diceritakan oleh seorang peserta berhubungan positif dengan jumlah kebohongan yang mereka yakini dikatakan oleh pasangan mereka.</p>
<p>Jadi jika Anda jujur dan mengatakan beberapa kebohongan, Anda berpikir bahwa orang lain juga jujur. Jika Anda mencari cinta tapi berbohong untuk mendapatkannya, ada kemungkinan besar Anda juga akan berpikir orang lain juga berbohong kepada Anda.</p>
<p>Oleh karena itu, mengatakan sedikit kebohongan untuk cinta adalah hal yang normal, dan kita melakukannya karena itu melayani tujuan–bukan hanya karena kita bisa.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/104065/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David Markowitz tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Jika Anda mencari cinta tapi berbohong untuk mendapatkannya, ada kemungkinan besar Anda juga akan berpikir orang lain juga berbohong kepada Anda.David Markowitz, Assistant Professor of Social Media Data Analytics, University of OregonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1003842018-07-24T09:09:08Z2018-07-24T09:09:08ZAlasan mengapa kita mencari pasangan yang suka dan bisa membuat kita tertawa<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/228791/original/file-20180723-189329-giq9sj.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5734%2C3802&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Terdapat banyak alasan mengapa orang yang tertawa dan bisa membuat orang ikut tertawa adalah pasangan yang menarik.</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Mencari pasangan untuk cinta atau sekadar berahi, kita mencari seseorang dengan selera humor yang baik. Riset tentang pasangan pada <a href="http://thescienceexplorer.com/brain-and-body/humor-gets-girl">Tinder</a> dan <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/f105/24516fb90e04aa09eded3fc4d71f9df515d1.pdf">Facebook</a> menunjukkan bahwa selera humor merupakan salah satu kualitas yang paling penting dari calon pasangan.</p>
<p>Filosofi mengenai humor sebagai suatu hal yang baik mampu menjelaskan mengapa humor sangat penting. Kebajikan adalah sifat yang berharga, sesuatu yang memunculkan <a href="https://global.oup.com/academic/product/exemplarist-moral-theory-9780190655846?cc=au&lang=en&">kekaguman</a>, kebanggaan, atau cinta. Contoh tradisionalnya termasuk kehati-hatian, kejujuran, kesucian, dan kebijaksanaan. Apakah selera humor sebanding dengan kebaikan yang dihormati sejak dahulu tersebut?</p>
<p>Tentu saja dalam mencari pasangan untuk kencan kasual ataupun pasangan hidup akan dipengaruhi oleh apa yang anda inginkan ada pada pasangan. Namun <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00223989809599166">penelitian</a> tentang hubungan menunjukkan bahwa humor tak hanya mengantarkan anda pada kencan ataupun ciuman pertama: hal tersebut juga berhubungan dengan menjaga kelanggengan sebuah hubungan.</p>
<p>Ketika kita memuji kualitas seseorang, memiliki selera humor yang baik tetap menjadi suatu kelebihan. Penelitian saya mengenai <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10790-017-9602-0">berita kematian (obituari)</a> menunjukkan bahwa ketika seseorang merefleksikan kehidupan orang yang ia cintai, kita cenderung menghargai kemampuan mereka untuk tertawa dan membuat orang lain tertawa.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-tunjukkan-sepertiga-pemilih-indonesia-terima-suap-saat-pemilu-100317">Riset tunjukkan sepertiga pemilih Indonesia terima suap saat pemilu</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Mengapa kita sangat serius tentang tidak menjadi terlalu serius? Salah satu alasannya karena tertawa itu menyenangkan, dan tertawa dengan orang lain bahkan lebih menyenangkan. Bagian dari nilai selera humor berasal dari kemampuannya untuk menangkal emosi negatif dengan yang positif. Kita ingin bersama dengan orang yang bisa membuat kita tertawa, terutama jika mereka bisa membantu kita menertawakan hal dan situasi yang membuat kita stres, cemas atau putus asa. Namun terdapat banyak cara untuk menikmati hidup. Mengapa orang-orang menempatkan orang dengan selera humor lebih tinggi dibandingkan dengan seorang koki yang baik atau memiliki rumah pantai misalnya?</p>
<p>Ketika berpikir tentang selera humor, mungkin yang pertama mucul dipikiran kita adalah <em>stand-up comedy</em>, seperti rutinitas dari <a href="https://aparnacomedy.com/">Aparna Nancherla</a> dan <a href="https://www.youtube.com/user/EddieIzzard">Eddie Izzard</a>. Orang-orang tersebut berada dalam bisnis yang memproduksi humor, membuat orang tertawa. </p>
<p>Namun tentu saja, harus ada seseorang yang berperan sebagai konsumen humor, pihak yang tertawa. Dan dalam kasus-kasus tertentu, humor juga berisi tentang seseorang atau suatu hal: objek dari humor tersebut. <a href="https://www.pep-web.org/document.php?id=se.008.0000a">Segitiga</a> produsen-konsumen-objek ini adalah matriks di mana selera humor berasal.</p>
<p>Meski penelitian pada Tinder dan Facebook tidak selalu membuat perbedaan, saya pikir itu penting untuk memahami mengapa selera humor sangat dihargai. Untuk memiliki selera humor yang baik, Anda harus terampil dalam menempati setiap sudut dari segitiga di atas. Seseorang yang tidak bisa membuat kita tertawa adalah orang yang kekurangan rasa humor. Dan tidak ada yang lebih tak menarik dari seseorang yang tertawa akan leluconnya sendiri saat orang lain duduk dalam kesunyian.</p>
<p>Begitu pun dengan seseorang yang tidak bisa menertawai absurditas kehidupan adalah orang yang payah dan tidak memiliki selera humor. Tentu setiap orang memiliki hal-hal yang berbeda yang bisa ditertawakan. Itu tergantung apa yang anda hargai, harapkan, dan anda pegang teguh.</p>
<p>Hal ini menjelaskan mengapa kita <a href="http://eprints.lse.ac.uk/49089/">merasa sangat nyambung</a> dengan seseorang yang tertawa saat kita tertawa dan tidak tertawa ketika kita tidak tertawa. Orang-orang yang menganggap lelucon <em>holocaust</em> lucu dan mengeluh tentang <a href="https://www.etsy.com/market/feminist_killjoy"><em>feminist killjoys</em></a> mungkin bukan tipe anda. Mereka juga pastinya bukan tipe saya. Menguji batas- batas selera humor seseorang merupakan jalan pintas untuk menemukan apakah anda berbagi nilai-nilai yang sama. Orang-orang menghargai rasa humor pada calon pasangan karena hal tersebut adalah petunjuk terbaik untuk melihat kecocokan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/fenomena-omprengan-solusi-mobilitas-komuter-pinggiran-jakarta-99843">Fenomena omprengan: solusi mobilitas komuter pinggiran Jakarta</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sudut ketiga dari segitiga humor tersebut mungkin adalah hal yang paling sulit untuk ditempati. Secara umum, menjadi bahan lelucon bukanlah hal yang menyenangkan. Namun ketidakmampuan untuk mengakui kesalahan pribadi dan menertawai diri sendiri adalah tanda bahwa Anda memiliki <a href="https://www.bleedingcool.com/2018/05/02/today-lois-lane-tells-clark-kent-the-importance-of-the-white-house-correspondents-dinner-action-comics-special-spoiler/">ego yang terlalu tinggi atau orang yang terlalu serius</a>. Seseorang yang tidak menerima lelucon adalah orang yang tidak bisa menjadi objek lelucon. Mereka tidak mau mengakui kelemahan dan kekurangan mereka sendiri, dan karenanya tidak mampu memperbaikinya. Siapa yang mau bersama orang seperti itu?</p>
<p>Tentu saya tidak mengatakan bahwa pasangan romantis terbaik adalah seseorang yang secara terus-menerus menertawai dirinya sendiri, bahkan ketika lelucon tersebut jahat, kejam atau basi. <a href="http://geekfeminism.wikia.com/wiki/It_was_just_a_joke">“Ini kan hanya bercanda, jangan terlalu serius lah!”</a> adalah cara retorik yang umumnya digunakan dalam dominasi terhadap perempuan dan kelompok tersubordinasi lainnya.</p>
<p>Maksud saya adalah seseorang yang tidak mampu menertawai dirinya sendiri ketika dirasa sikap itu pantas dilakukan menandakan bahwa orang tersebut cenderung sombong dan suka membohongi dirinya sendiri atau <a href="https://www.jstor.org/stable/pdf/2026228.pdf">orang suci puritan</a>. Keduanya bukanlah pasangan yang baik. Jadi masuk akal jika ketika kita mencari pasangan, kita lebih memilih <a href="https://www.youtube.com/watch?v=rlEvh-DZ-kE">tertawa bersama para pendosa daripada menangis bersama orang-orang suci</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/100384/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mark Alfano tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Mengapa kita begitu serius tentang bagaimana menjadi tidak serius? Filosofi tentang humor punya jawabannya.Mark Alfano, Associate Professor of Philosophy, Delft University of TechnologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/979132018-06-20T06:02:26Z2018-06-20T06:02:26ZGap orgasme antara perempuan dan laki-laki: bagaimana menutupnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/223962/original/file-20180620-126531-1d4l34y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kenikmatan seksual perempuan tidak diutamakan sebagaimana pada laki-laki.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/211213135?src=TcT-90HwJib8L6lCFsQSbQ-1-65&size=medium_jpg"> Lucky Business/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Inti revolusi seksual pada era 1960-an di Amerika Serikat adalah “<a href="https://www.pbs.org/wgbh/americanexperience/features/pill-and-sexual-revolution/">pemberdayaan seksual perempuan</a>.” Revolusi gagal mencapai tujuan ini. Alasan khususnya karena meski revolusi itu <a href="http://time.com/3611781/sexual-revolution-revisited/">membuat perempuan berhubungan seksual sebelum menikah diterima</a>, revolusi tersebut tidak menyebabkan perempuan memiliki pengalaman seksual yang sama menyenangkannya.</p>
<p>Pernyataan yang tegas ini datang dari sudut pandang saya sebagai peneliti seks dan pendidik. Saya mengajar seksualitas manusia kepada ratusan mahasiswa dalam setahun. Sebagai alat riset dan pengajaran, saya secara anonim mensurvei mahasiswa tentang pengalaman seksual mereka dan membandingkan hasil riset tersebut dengan riset yang telah dipublikasikan. Kedua sumber menyediakan bukti mencolok sebuah gap atau kesenjangan orgasme antara perempuan dan laki-laki. </p>
<p>Temuan ini memacu saya untuk menulis sebuah buku untuk meningkatkan kesetaraan kenikmatan. <a href="https://www.harpercollins.com/9780062484383/becoming-cliterate">“Becoming Cliterate: Why Orgasm Equality Matters – And How to Get It”</a> bertujuan untuk menyingkap, menjelaskan, dan menutup kesenjangan orgasme.</p>
<h2>Kesenjangan orgasme disingkap</h2>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16418125">Satu riset</a> dari para mahasiswa telah menemukan bahwa 91% laki-laki dan 39% perempuan selalu atau biasanya organisme selama berhubungan seksual. Sementara riset ini tidak bertanya tentang konteks seksual, <a href="https://sites.lsa.umich.edu/elizabetharmstrong/wp-content/uploads/sites/218/2015/01/Armstrong-England-Fogarty-Norton-Volume.pdf">riset lainnya</a> mengungkapkan bahwa kesenjangan ini lebih besar dalam <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Casual_sex">seks tanpa komitmen (<em>casual sex</em>)</a> dibanding seks yang dilandasi komitmen dan cinta (<em>relationship sex</em>). </p>
<p>Para perempuan ditemukan orgasme 32% sesering laki-laki pada waktu pertama kali bercinta tanpa komitmen dan 72% lebih sering dalam hubungan seks yang dilandasi komitmen. Riset ini tidak merinci bahwa bersanggama termasuk aktivitas yang dapat menyebabkan orgasme. Ketika saya merinci hal ini, 55% dari mahasiswa dan 4% dari mahasiswi menyatakan selalu orgasme saat bercinta tanpa komitmen. </p>
<p>Kesenjangan orgasme tidak terbatas pada para mahasiswa. Di antara <a href="http://www.nationalsexstudy.indiana.edu/">sampel Amerika Serikat dalam skala nasional</a>, 64% perempuan dan 91% laki-laki menyatakan mereka orgasme pada hubungan seks yang paling terakhir.</p>
<p>Jelaslah, ada sebuah gap orgasme. Tapi, apa alasan budaya untuk gap ini? </p>
<h2>Kesenjangan orgasme dijelaskan</h2>
<p>Beberapa orang mengatakan gap orgasme bukanlah diakibatkan oleh budaya tapi karena sifat yang sukar dipahami dari orgasme perempuan. Namun <a href="https://www.amazon.com/Hite-Report-National-Female-Sexuality/dp/1583225692/ref=sr_1_2?ie=UTF8&qid=1526216412&sr=8-2&keywords=Shere+Hite">satu studi</a> penting menemukan bahwa ketika bermasturbasi, 95% perempuan mencapai orgasme secara mudah dan dalam beberapa menit. <a href="https://www.amazon.com/Sexual-Behavior-Female-Alfred-Kinsey/dp/025333411X/ref=sr_1_6?s=books&ie=UTF8&qid=1526083675&sr=1-6&keywords=Alfred+Kinsey">Peneliti seks Alfred Kinsey menemukan</a> bahwa rata-rata perlu waktu empat menit bagi perempuan yang bermasturbasi untuk orgasme. Puncak kenikmatan seksual itu tidak sulit dipahami ketika perempuan sendirian. </p>
<p>Orgasme juga tidak sukar dipahami ketika perempuan bersama pasangan. Satu <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1743609515306020?via%3Dihub">riset </a> menemukan bahwa tingkat orgasme tidak bervariasi menurut orientasi seksual untuk laki-laki, tapi untuk perempuan. Lesbian lebih cenderung orgasme daripada perempuan heteroseksual.</p>
<p>Apakah seks lesbian dan masturbasi perempuan memiliki kesamaan? Mereka fokus pada stimulasi klitoris. Satu <a href="https://www.amazon.com/Hite-Report-National-Female-Sexuality/dp/1583225692/ref=sr_1_1?s=books&ie=UTF8&qid=1526221563&sr=1-1&keywords=Hite+Report">studi</a> menemukan bahwa ketika perempuan mencari kenikmatan dengan diri mereka sendiri, hampir 99% merangsang klitoris mereka. </p>
<p>Namun ketika dengan partner laki-laki, terutama hubungan seks tanpa komitmen, perempuan melupakan stimulasi klitoris yang dibutuhkan untuk orgasme. <a href="https://www.cosmopolitan.com/sex-love/news/a37812/cosmo-orgasm-survey/">Sebuah survei yang dilakukan oleh majalah perempuan</a> menunjukkan bahwa 78% masalah orgasme perempuan dalam hubungan heteroseksual adalah karena tidak cukup atau tidak tepatnya rangsangan klitoris. </p>
<p>Sebuah <a href="http://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/0003122412445802">riset akademik </a> menemukan bahwa menerima oral seks dan menyentuh klitoris selama hubungan seksual meningkatkan level orgasme dan perilaku itu terjadi lebih sering dalam hubungan seks yang dilandasi komitmen ketimbang seks tanpa komitmen. </p>
<p>Perempuan tidak mendapat rangsangan klitoris, terutama pada seks tanpa komitmen, adalah alasan utama terjadinya gap orgasme. Ini mengarahkan pada sebuah pertanyaan lebih bernuansa: mengapa para perempuan tidak mendapatkan rangsangan yang mereka butuhkan? </p>
<h2>Standar ganda dan kurangnya pengetahuan</h2>
<p>Alasan pertama adalah ketidaktahuan tentang klitoris, yang didorong oleh sistem pendidikan seks kita. Pengarang terkenal <a href="https://www.nytimes.com/2016/03/20/opinion/sunday/when-did-porn-become-sex-ed.html">Peggy Orenstein</a> menunjukkan bahwa pendidikan seks mengabaikan klitoris, yang diajarkan hanya klitoris sebagai bagian organ dalam perempuan. Tidak heran, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1300/J013v42n01_07">sebuah studi </a> menemukan bahwa lebih dari 60% mahasiswa tidak percaya bahwa klitoris terletak di dalam saluran vagina. </p>
<p>Banyak mahasiswa juga keliru percaya bahwa orgasme perempuan dari persetubuhan saja. Sebenarnya, hanya minoritas yang bisa. Tergantung pada cara pertanyaan-pertanyaan diajukan, <a href="https://www.cosmopolitan.com/sex-love/news/a37812/cosmo-orgasm-survey/">15%</a> sampai <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29079939">30%</a> perempuan mengatakan mereka orgasme dari persetubuhan saja. Ketika saya bertanya ke para mahasiswa, “Cara apa yang paling dapat Anda andalkan untuk orgasme?”, 4% menjawab penetrasi saja.</p>
<p>Namun, dengan gagalnya mengajarkan hal ini dalam pendidikan seks, kita membiarkan orang-orang bergantung pada gambar-gambar media. <a href="https://www.nytimes.com/2016/03/20/opinion/sunday/when-did-porn-become-sex-ed.html">Orenstein</a> menyatakan bahwa pornografi telah menjadi pendidikan seks baru. Satu kesalahan yang dilukiskan dalam pornografi, dan media <em>mainstream</em>, adalah pemahaman bahwa perempuan orgasme dari persetubuhan adalah hal yang normal bahkan ideal. Keyakinan keliru ini adalah kesalahan utama sehingga perempuan tidak mendapatkan rangsangan yang mereka butuhkan untuk orgasme. </p>
<p>Tapi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16418125">riset</a> menunjukkan bukan hanya pemahaman itu yang salah. Pengetahuan tentang klitoris menaikkan tingkat orgasme perempuan selama masturbasi, tapi tidak selama hubungan seks berpasangan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/219105/original/file-20180515-195336-1xiz9id.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/219105/original/file-20180515-195336-1xiz9id.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=422&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/219105/original/file-20180515-195336-1xiz9id.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=422&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/219105/original/file-20180515-195336-1xiz9id.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=422&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/219105/original/file-20180515-195336-1xiz9id.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/219105/original/file-20180515-195336-1xiz9id.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/219105/original/file-20180515-195336-1xiz9id.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=531&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kenikmatan perempuan mungkin tidak menjadi prioritas utama dalam hubungan seks tanpa komitmen.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/attractive-lovers-kissing-hugging-bar-horizontal-283478690?src=hGp7ceGTwdQKaneKXHjW_Q-1-26">Stas Ponomarencko</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jadi, apakah budaya kita mencegah perempuan menjembatani gap antara kenikmatan (seks) sendirian dan berpasangan, terutama pada seks tanpa komitmen? <a href="https://sites.lsa.umich.edu/elizabetharmstrong/wp-content/uploads/sites/218/2015/01/Armstrong-England-Fogarty-Norton-Volume.pdf">Para peneliti</a> dalam satu studi menemukan orang dewasa percaya bahwa dalam seks tanpa komitmen, kenikmatan perempuan kurang penting dibanding kenikmatan laki-laki.</p>
<p>Mereka berkesimpulan bahwa saat ini kenyataan bahwa perempuan untuk melakukan seks tanpa komitmen sudah bisa diterima, namun fakta bahwa mereka mencari kenikmatan seksual di luar komitmen belum dapat diterima. Mereka mengatakan kita memiliki sebuah standar ganda seksual yang baru.</p>
<p>Hal ini membawa kita pada pertanyaan awal, tapi memunculkan dua pertanyaan. Mengapa penting menutup gap orgasme? Bagaimana kita dapat melakukannya? </p>
<h2>Gap orgasme ditutup</h2>
<p>Pada tingkat permukaan, menutup gap ini penting untuk akses yang setara untuk kenikmatan itu sendiri. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/219108/original/file-20180515-195341-14v77h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/219108/original/file-20180515-195341-14v77h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/219108/original/file-20180515-195341-14v77h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/219108/original/file-20180515-195341-14v77h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/219108/original/file-20180515-195341-14v77h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/219108/original/file-20180515-195341-14v77h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/219108/original/file-20180515-195341-14v77h.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Beberapa ilmuwan yakin bahwa menutup gap kenikmatan itu dapat memberdayakan perempuan untuk mengatakan tidak.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-blond-teenager-girl-sad-angry-109731722?src=gM18iy2SAVrdH4aRZJKMcA-1-6">Sylvie Bouchard/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pada level selanjutnya, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14681810500278451">para ilmuwan</a> menghubungkan kesetaraan kenikmatan dan persetujuan seksual. Mereka mengatakan pembelajaran tentang kenikmatan seksual memberdayakan satu pihak untuk mengkomunikasikan keinginannya kepada pihak lain, membuatnya kecil kemungkinannya dipaksa, atau memaksa pihak lain, ke dalam hubungan seks yang tidak diinginkan. </p>
<p>Sejumlah ilmuwan berpendapat pentingnya reformasi pendidikan seks di Amerika. <a href="https://www.jahonline.org/article/S1054-139X(17)30297-5/fulltext#sec6">Sebuah penelitian </a> dari Society for Adolescent Health and Medicine juga sudah mengadvokasi untuk reformasi ini, menyebut pendidikan saat ini hanya tentang bagaimana menahan nafsu yang “memperkuat stereotip tentang kepasifan perempuan dan keagresifan laki-laki.” Sementara penelitian tersebut tidak menyarankan pengajaran tentang kenikmatan dalam pendidikan seksual, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14681810500278451">penelitian lainnya</a> mengajarkannya. </p>
<p>Informasi tentang kenikmatan, masturbasi, klitoris, dan orgasme diajarkan dalam <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/14681810701811878">program pendidikan seks yang umum digunakan di sekolah-sekolah Belanda</a>. Informasi tentang pantangan, pengendalian kelahiran, persetujuan, komunikasi, pembuat keputusan seksual, dan perbedaan antara pornografi dan seks riil juga diajarkan. Belanda memiliki tingkat infeksi menular seksual (<em>sexually transmitted infections</em>, STI) dan kehamilan lebih rendah, dan <a href="http://www.nationmaster.com/country-info/compare/Netherlands/United-States/Crime">tingkat kekerasan seksual tiga kali lebih sedikit </a> dibanding Amerika Serikat. </p>
<p>Dalam upaya menghubungkan kekerasan seksual dan gap orgasme, satu <a href="https://theestablishment.co/how-can-we-teach-consent-without-pleasure-91ec6e451585">penulis</a> mendeklarasikan: “Jadikan 2018 sebagai tahun yang bebas dari penyerangan dan kekerasan seksual. Tahun ini adalah waktunya kita minta kenikmatan.” </p>
<p><a href="http://time.com/time-person-of-the-year-2017-silence-breakers/">Majalah Time</a> mengatakan gerakan #MeToo telah ada selama bertahun-tahun. Tampaknya revolusi seksual terkait kesetaraan untuk mendapatkan kenikmatan seksual bagi perempuan juga sedang muncul.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/97913/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Laurie Mintz tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perempuan tidak mendapat rangsangan klitoris, terutama pada seks tanpa komitmen, adalah alasan utama terjadinya gap orgasme.Laurie Mintz, Professor of Psychology, University of FloridaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/931512018-03-12T03:06:27Z2018-03-12T03:06:27ZBagaimana orang bisa jatuh cinta?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/209855/original/file-20180312-30994-bbejrq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C4992%2C3458&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Jatuh cinta bisa terjadi hanya dalam empat menit. </span> <span class="attribution"><span class="source">Art of sun/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><iframe src="https://open.spotify.com/embed-podcast/episode/0YGe47Oj1GrEcjv6JBz1fl" width="100%" height="232" frameborder="0" allowtransparency="true" allow="encrypted-media"></iframe>
<p>Banyak mitos berserakan di masyarakat dan membutuhkan sains untuk menjelaskannya secara ilmiah dan rasional. Karena itu, mulai pekan ini setiap Senin pagi The Conversation Indonesia bekerja sama dengan <a href="http://kbr.id/">Kantor Berita Radio (KBR)</a> merilis <em>podcast</em> audio Sains Sekitar Kita. Kami mengemasnya dengan gaya jurnalistik radio. Kami menjamin isinya mudah dipahami dan enak didengarkan. </p>
<p>Sains Sekitar Kita menghadirkan karya jurnalistik berkualitas karena diproduksi dengan riset yang kuat dan narasumber dari para ahli dan peneliti sains yang kredibel. Kami berharap format audio ini dapat mengisi ruang kosong jurnalisme sains via audio di radio dan internet. </p>
<p>Di tengah gelombang perubahan teknologi untuk jurnalisme yang begitu cepat, <em>podcast</em> audio adalah salah satu medium untuk menyebarkan karya jurnalistik dengan karakter digital: bisa diakses secara otomatis, kontrol ada di tangan pendengar, bisa di bawa ke mana-mana, dan selalu tersedia kapan saja. <em>Podcast</em> bisa diakses kapan pun dan di mana pun. Kami mendesain format karya jurnalistik sains ini bisa didengarkan di <em>smart phone</em>, komputer meja, laptop, dan iTunes.</p>
<p>Pekan pertama ini kami menyajikan sains di balik jatuh cinta. Pernahkah Anda jatuh cinta pada empat menit pandangan pertama dan begitu berdebar-debar saat bertemu orang yang Anda “jatuhi cinta”? </p>
<p>Berry Juliandi, ahli biologi manusia dari Institut Pertanian Bogor, menjelaskan proses biologi cinta seseorang kepada orang lain, perubahan hormonal, dan lumernya rasa deg-degan seiring waktu. Mengapa pula <em>witing tresno jalaran kulino</em> alias jatuh cinta karena biasa bertemu bisa dijelaskan menurut biologi. </p>
<p>Edisi perdana Sains Sekitar Kita ini disiapkan oleh tim dengan produser Hilman Handoni. Narator adalah Prodita Sabarini. Selamat mendengarkan!</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/93151/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Ini edisi pertama podcast audio menghadirkan sains di balik jatuh cinta. Benarkah kita bisa jatuh cinta pada empat menit pandangan pertama? Silakan dengarkan Sains Sekitar Kita.Ahmad Nurhasim, Health+Science Editor, The ConversationLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/848392017-10-03T09:28:07Z2017-10-03T09:28:07ZBagaimana anak merusak kemesraan suami-istri?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/187947/original/file-20170928-15028-2obrxr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ketika pasangan mempunyai anak, kepuasan mereka terhadap pernikahan mungkin menurun, tapi ironis, kemungkinan bercerai pun turun.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Banyak perempuan menantikan saat menjadi ibu: mengenal bayi kecilnya, membesarkannya, dan membangun hubungan dengan anak yang beranjak dewasa. Di seluruh dunia, orang-orang percaya bahwa menjadi orang tua adalah pengalaman hidup yang paling <a href="http://doi.org/10.1007/s11205-011-9865-y">membahagiakan</a>.</p>
<p>Begitu banyak ibu menganggap ikatan dengan anak sebagai anugerah. Ini sesuatu yang bagus karena transisi menjadi orang tua mengakibatkan perubahan sungguh besar terhadap pernikahan dan kebahagiaan perempuan pada umumnya. Dan perubahannya bukan ke arah yang lebih baik.</p>
<p>Keluarga biasanya menyambut kedatangan buah hati dengan harapan yang besar. Tapi sejalan dengan ikatan antara ibu dan anak yang semakin dalam, ada kemungkinan hubungan dia dengan orang lain justru menurun kualitasnya. Saya menelaah banyak kajian tentang efek psikologis dari memiliki anak untuk menulis buku saya <a href="http://www.wiley.com/WileyCDA/WileyTitle/productCd-1118521285.html">“<em>Great Myths of Intimate Relationships: Dating, Sex, and Marriage</em>,”</a> (Mitos Besar tentang Hubungan Mesra: Pacaran, Seks, dan Pernikahan) dan berikut adalah apa yang saya dapatkan dari telaah literatur tersebut.</p>
<h2>Jatuh cinta dan lalu jatuh terus?</h2>
<p>Ketika orang menikah, mereka biasanya diliputi rasa cinta dan kebahagiaan. Tapi sesudahnya, hal-hal berubah. Pada umumnya, tingkat <a href="http://doi.org/10.1037/0022-3514.82.2.222">kepuasan pasangan terhadap pernikahan</a> menurun pada <a href="http://doi.org/10.1353/sof.2001.0055">tahun-tahun awal</a> pernikahan dan, jika kekecewaannya cukup dalam, maka <a href="http://doi.org/10.1037/0022-3514.80.2.237">perceraian mungkin saja terjadi</a>. Cinta sejati terus memudar. Dan itu bahkan terjadi sebelum Anda ada dalam situasi harus mulai membeli popok dan gendongan.</p>
<p>Selama 30 tahun, para peneliti telah mengkaji bagaimana anak mempengaruhi pernikahan, dan kesimpulannya: hubungan pasangan menurun begitu mereka punya anak. Peneliti membandingkan pasangan yang memiliki anak dan yang tidak dan mereka menemukan tingkat kepuasan terhadap hubungan menurun <a href="http://doi.org/10.1037/a0013969">dua kali lebih tajam</a> bagi pasangan yang memiliki anak ketimbang yang tidak. Dalam kasus <a href="http://doi.org/10.1037/0893-3200.22.1.41">kehamilan yang tidak direncanakan</a>, hubungan pasangan bahkan mengalami dampak negatif yang lebih besar. </p>
<p>Ironisnya, meski kepuasan terhadap pernikahan menurun, <a href="http://doi.org/10.1177/019251385006004003">kemungkinan cerai</a> juga menurun. Jadi, mempunyai anak mungkin saja membuat Anda tidak bahagia dengan hubungan Anda, tapi Anda merasa tidak berbahagia berdua.</p>
<p>Lebih jauh, kepuasan atas hubungan pernikahan dapat mempengaruhi perubahan pada kebahagiaan seseorang secara umum karena <a href="http://doi.org/10.1037/0033-2909.125.2.276">faktor yang paling menentukan</a> kepuasan hidup adalah kepuasan seseorang terhadap pasangannya.</p>
<p>Dampak negatif dari menjadi orang tua terhadap pernikahan biasanya sudah diketahui oleh para bapak dan para ibu. Tetapi pengetahuan ini tidak diketahui pasangan muda di awal pernikahan karena banyak dari orang muda percaya bahwa mempunyai anak akan semakin <a href="http://doi.org/10.1007/s11205-011-9865-y">mendekatkan mereka</a> atau minimal <a href="https://www.jstor.org/stable/352348">tidak akan menyebabkan tekanan </a> dalam pernikahan. Tapi keyakinan ini, bahwa mempunyai anak akan memperindah pernikahan, adalah <a href="http://www.wiley.com/WileyCDA/WileyTitle/productCd-1118521285.html">mitos yang kuat</a> tertanam pada diri orang muda yang sedang jatuh cinta.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/121271/original/image-20160504-27756-82gy7o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Jadi? Sudahkah aku menjungkirbalikkan duniamu?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.shutterstock.com/pic.mhtml?id=286988390">www.shutterstock.com.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Dari kekasih menjadi orang tua</h2>
<p>Kehadiran bayi di rumah tangga akan mengubah dinamika keluarga. Dan memang, kehadiran anak-anak <a href="https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=mCQZR7aLn6oC&oi=fnd&pg=PA79&dq=Becoming+a+family:+Marriage,+parenting,+and+child+development&ots=OtEXNeMf58&sig=KkAUrJr9iI1IjqHM0Zr3fLC0mw8#v=onepage&q=Becoming%20a%20family%3A%20Marriage%2C%20parenting%2C%20and%20child%20development&f=false">mengubah bagaimana</a> pasangan berinteraksi. Orang tua kadang menjadi berjarak dan hanya membahas yang perlu-perlu saja saat mereka memusatkan perhatian pada hal-hal detil pengasuhan. Hal-hal rutin seperti menyuapi anak, memandikannya, memakaikan baju, semua menguras tenaga, waktu, dan ketabahan. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/apakah-stres-pada-masa-kehamilan-dapat-membahayakan-bayi-saya-82904">Apakah stres pada masa kehamilan dapat membahayakan bayi saya?</a></em></p>
<hr>
<p>Dalam upaya mengurus keluarga dengan baik, orang tua mendiskusikan siapa yang harus keluar membeli kebutuhan sehari-hari dan antar jemput, alih-alih membincangkan gosip terbaru atau pemikiran mereka tentang pemilihan presiden. Pertanyaan tentang apa kabar kamu hari ini digantikan dengan apakah popok anak sudah perlu diganti.</p>
<p>Perubahan ini bisa mendalam. Identitas fundamental bisa bergeser—dari istri menjadi ibu, atau, pada tingkat yang lebih intim, dari <a href="http://doi.org/10.1177/019251385006004004">kekasih menjadi orang tua</a>. Bahkan di kalangan pasangan sesama jenis, kehadiran anak bisa menurunkan kepuasan hubungan, termasuk hubungan seks. Selain kemesraan seks, orang tua baru juga akan berhenti mengatakan dan melakukan <a href="http://doi.org/10.2307/1130005">hal-hal kecil</a> yang membuat pasangannya senang. SMS menggoda digantikan oleh pesan-pesan yang tampak seperti bon belanja dari warung.</p>
<p>Di Amerika Serikat, hampir separuh kelahiran anak terjadi pada pasangan yang belum menikah. Bisa jadi banyak orang tua berpikir mereka berhasil menyiasati sistem dengan melompati proses pernikahan. Ternyata tidak demikian halnya. Beban mengasuh anak tetap ada terlepas dari status pernikahan, orientasi gender, atau jumlah pemasukan. Selain itu, dampak serius dari menjadi orang tua juga ditemukan di <a href="http://doi.org/10.1111/j.1741-3737.2007.00434.x">negara lain</a>, termasuk negara dengan jumlah orang tua tidak menikah yang besar dan yang memiliki kebijakan pro keluarga yang lebih baik.</p>
<h2>Ibu menanggung lebih banyak beban</h2>
<p>Tidak mengejutkan, memang ibu, bukan bapak, yang menanggung beban paling berat dari menjadi orang tua. Bahkan pada kasus kedua orang tua kerja di luar rumah atau pada pasangan yang mengaku membagi tugas rumah tangga secara seimbang, kebanyakan keluarga cenderung menggunakan <a href="http://doi.org/10.1111/j.1741-3737.2007.00459.x">pola asuh yang berdasar stereotip gender</a>. Perempuan lebih mungkin menjadi yang <a href="http://doi.org/10.1111/j.1741-3737.2003.00356.x">siap siaga ditelepon kalau ada apa-apa</a>, atau menjadi yang lebih sering bangun di malam hari untuk mengurus anaknya, atau yang ditelepon perawat sekolah.</p>
<p>Sebagai bagian dari pola ini, ibu baru cenderung mengurangi jam kerja, yang kadang membuat beban finansial para bapak semakin berat. Pola yang umum terjadi adalah para bapak mulai menghabiskan banyak waktu dan tenaga di luar untuk bekerja, dan para ibu semakin banyak <a href="http://psycnet.apa.org/index.cfm?fa=search.displayRecord&uid=1992-97452-000">mengasuh dan melakukan pekerjaan rumah tangga</a>. Anda bisa mengira-ngira sendiri, seberapa perasaan <a href="https://books.google.com/books/about/The_transition_to_parenthood.html?id=PEBs4MyNpycC">frustrasi, rasa bersalah, dan tekanan</a> bagi kedua orang tua.</p>
<p>Ibu baru kerap menyampaikan perasaan terisolasi secara sosial, terputus hubungan dari teman-teman dan kolega, dan bagaimana dunia mereka tampak mengecil. Semua perubahan ini mengarah ke perubahan mendasar pada lingkaran pergaulan dan dukungan para ibu, termasuk dengan pasangan mereka.</p>
<p>Konsekuensi dari hubungan yang merenggang bisa serius. Stres dalam pernikahan dikaitkan dengan banyak masalah <a href="http://doi.org/10.1177/0022022115587026">kesehatan fisik serius,</a> juga <a href="http://doi.org/10.1037/a0038267">gejala depresi dan masalah kesehatan lainnya</a>. Tautan antara masalah psikologis dan masalah pernikahan cukup kuat sampai-sampai beberapa peneliti percaya resep paling efektif untuk menangani <a href="http://doi.org/10.1016/S0272-7358(98)00023-3">depresi</a> dan <a href="http://doi.org/10.1111/j.1752-0606.2011.00242.x">masalah kesehatan mental lainnya</a> adalah terapi pasangan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/121272/original/image-20160504-22761-chl8j3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sampai jumpa lagi, anakku.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.shutterstock.com/pic.mhtml?id=388726507">www.shutterstock.com.</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Cahaya di ujung terowongan?</h2>
<p>Jika kehadiran anak-anak membuat pernikahan tambah sulit, apakah kepergian anak yang sudah mandiri baik bagi pernikahan? Beberapa pernikahan memang menjadi lebih baik saat anak mandiri dan <a href="http://doi.org/10.2307/2095629">meninggalkan orang tua</a>. Di kasus lain, ketika anak sudah mandiri dan pergi, pasangan malah menemukan mereka tak punya banyak kesamaan dan tak ada lagi alasan mereka untuk <a href="http://doi.org/10.2307/353453">bersama</a>.</p>
<p>Persoalan seputar memiliki anak inilah yang mungkin bisa menyumbang penjelasan mengapa semakin banyak perempuan di Amerika Serikat dan <a href="http://data.worldbank.org/indicator/SP.DYN.TFRT.IN/">seluruh dunia</a> memilih tidak memiliki anak. Menurut sensus di AS, persentase perempuan usia 15-44 tahun yang tak memiliki anak meningkat banyak dalam dua generasi: <a href="https://www.census.gov/hhes/fertility/data/cps/historical.html">dari 35% pada 1976 ke 47% pada 2010</a>. </p>
<p>Meski gambaran menjadi seorang ibu diwarnai suram oleh peneliti seperti saya (mohon maaf, para ibu), kebanyakan ibu (dan bapak) menilai menjadi orang tua adalah <a href="http://doi.org/10.1007/s11205-011-9865-y">kebahagiaan terbesar</a> dalam hidup mereka. </p>
<p>Hampir semua ibu mengatakan rasa sakit dan penderitaan dari melahirkan terbayar lunas oleh kehadiran si buah hati. Demikian pula dengan menyaksikan anak tumbuh; hampir semua ibu mengatakan rasa bahagianya cukup untuk membayar kehilangan hubungan mesra pernikahan mereka.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/84839/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Matthew D. Johnson has received funding from the Research Foundation of the State University of New York, the Fahs-Beck Fund for Research and Experimentation, and the American Psychological Association.</span></em></p>Banyak ibu dan bapak paham konsekuensi memiliki anak pada hubungan pernikahan. Tetapi orang muda yang sedang jatuh cinta tidak tahu ini; mereka pikir punya anak akan memperindah pernikahan.Matthew D. Johnson, Chair & Professor of Psychology and Director of the Marriage and Family Studies Laboratory, Binghamton University, State University of New YorkLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.