tag:theconversation.com,2011:/us/topics/diare-65521/articlesdiare – The Conversation2022-11-24T11:20:16Ztag:theconversation.com,2011:article/1949212022-11-24T11:20:16Z2022-11-24T11:20:16ZRiset ungkap 1 dari 4 rumah tangga di Indonesia konsumsi air minum yang tercemar tinja<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/497165/original/file-20221124-12-ct5knf.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi orang yang mengkonsumsi air yang tercemar dan yang aman.</span> <span class="attribution"><span class="source">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Air minum merupakan <a href="https://promkes.kemkes.go.id/7-manfaat-minum-air-untuk-tubuh">kebutuhan penting bagi setiap orang</a> untuk melancarkan pencernaan dan peredaran darah, menjaga tekanan darah, meningkatkan daya otak, dan sejumlah fungsi lainnya.</p>
<p>Masalahnya, masih banyak orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat dan aman. Sebuah data dari riset <a href="https://www.google.com/url?q=https://ourworldindata.org/diarrheal-diseases&sa=D&source=docs&ust=1669094688641271&usg=AOvVaw12wsm0uRgEN-0M0ieOJM3H">memperkirakan 400 ribu anak di seluruh dunia</a> meninggal setiap tahun karena penyakit diare akibat mengkonsumsi air minum yang tidak aman. </p>
<p><a href="https://www.google.com/url?q=https://www.who.int/publications/i/item/9789241549950&sa=D&source=docs&ust=1669094688641745&usg=AOvVaw397hysYU0mr1ZpptLcYbJr">Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)</a> dan <a href="https://www.google.com/url?q=http://www.ampl.or.id/digilib/read/24-peraturan-menteri-kesehatan-republik-indonesia-no-492-menkes-per-iv-2010/50471%23:%7E:text%3DPER%252FIV%252F2010-,Peraturan%2520Menteri%2520Kesehatan%2520Republik%2520Indonesia%2520No.492%252FMENKES%252FPER,Tentang%2520Persyaratan%2520Kualitas%2520Air%2520Minum%26amp;text%3DAir%2520minum%2520adalah%2520air%2520yang,kesehatan%2520dan%2520dapat%2520langsung%2520diminum&sa=D&source=docs&ust=1669094688636170&usg=AOvVaw0pOm7YBP8mPFEdUzl81mgs">pemerintah mensyaratkan</a> nol atau tidak terdeteksinya bakteri <em>E. coli</em> pada air yang akan dikonsumsi.</p>
<p>Faktanya, riset Kementerian Kesehatan tentang <a href="https://www.google.com/url?q=https://labmandat.litbang.kemkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-riskesnas/menu-rikus/435-skamrt-2021&sa=D&source=docs&ust=1669094688628690&usg=AOvVaw194H35nVU92aO5kHeiccBZ">kualitas air minum rumah tangga (SKAM-RT) Indonesia</a> pada 2020 menunjukkan hasil yang mengkhawatirkan: satu dari empat rumah tangga mengkonsumsi air minum yang tercemar tinja. Studi ini berdasarkan lebih dari 21 ribu sampel air siap minum (<em>point of use</em>, POU) yang diambil dari rumah tangga di seluruh Indonesia. <a href="https://metro.tempo.co/read/1657011/air-minum-jakarta-tercemar-bakteri-e-coli-dari-tinja-akibat-eksploitasi-air-tanah">Bakteri <em>E.coli</em></a> bersumber dari pengelolaan tinja yang tidak aman.</p>
<p>Di level mikro, riset saya di pedesaan di <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/frwa.2021.649445/full&sa=D&source=docs&ust=1669094688629587&usg=AOvVaw3UmSQIegKvzwvHvf20FpZ9">Nusa Tenggara Timur </a> dan <a href="https://www.google.com/url?q=https://doi.org/10.1371/journal.pone.0241904&sa=D&source=docs&ust=1669094688627626&usg=AOvVaw38Ed8BtopyOzD6byQ1Oo49">Sulawesi Tengah</a> menunjukkan bahwa tidak 100% air yang responden minum setiap hari itu diolah. Padahal, pengolahan mampu menghilangkan tinja pada air minum. </p>
<p>Lalu bagaimana cara mengelola dan menyiapkan air minum yang aman dan sehat?</p>
<h2>Tiga lapis perlindungan air siap minum</h2>
<p>Perlu kita perhatikan bahwa arti air siap minum berbeda dengan sarana air minum (SAM) seperti kran perpipaan, sumur, atau mata air. Air siap minum adalah air yang dikonsumsi oleh anggota keluarga dan disajikan dalam gelas atau wadah untuk diminum, alias air yang masuk ke tubuh manusia. </p>
<p>Air siap minum bisa saja disimpan dalam cerek, wadah plastik, galon, dan bisa saja sudah diolah ataupun tidak. Singkatnya, kualitas air siap minum menunjukkan kualitas air yang sedang dikonsumsi oleh rumah tersebut. </p>
<p>Air minum yang memiliki risiko rendah terhadap kontaminasi tinja tidak hanya ditunjukkan dengan hasil pengujian kualitas bebas tinja, tapi <a href="https://www.google.com/url?q=https://sswm.info/pt-pt/sswm-solutions-bop-markets/affordable-wash-services-and-products/affordable-water-supply/household-water-treatment-and-safe-storage-%2528hwts%2529&sa=D&source=docs&ust=1669094688626666&usg=AOvVaw3gh1um6s_e9XrDh8JRzN6E">juga perlindungan berlapis </a> untuk mengurangi risiko kontaminasi. </p>
<p>Kita sering menyebutnya dengan istilah <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.nawasis.org/portal/digilib/read/modul-pelatihan-pengelolaan-air-minum-rumah-tangga-pam-rt-/125&sa=D&source=docs&ust=1669094688630471&usg=AOvVaw1rP3uBQdN9-vvT1Uak6Fdu">pengelolaan air minum rumah tangga (PAM-RT)</a>. Pada dasarnya, PAM-RT terdiri tiga aktivitas: (1) pengolahan air minum yang benar dan selalu dilakukan, (2) penyimpanan yang aman, dan (3) kondisi dapur atau sekitar wadah penyimpanan air minum yang higienis. Ketiga hal ini untuk memberikan perlindungan berlapis kepada air minum.</p>
<h2>Pengolahan air minum yang benar</h2>
<p>Pengolahan air minum bertujuan untuk menghilangkan pencemaran tinja pada air minum. Berbagai teknik yang bisa dilakukan antara lain merebus air atau penyaringan. </p>
<p>Pada dasarnya, berbagai pengolahan air minum tersebut efektif menghilangkan kontaminasi tinja asalkan dilakukan dengan benar.</p>
<p>Cara pengolahan air minum yang sering dilakukan di Indonesia adalah melalui perebusan. <a href="https://www.google.com/url?q=https://labmandat.litbang.kemkes.go.id/riset-badan-litbangkes/menu-riskesnas/menu-rikus/435-skamrt-2021&sa=D&source=docs&ust=1669094688640744&usg=AOvVaw2IcS60QVROIKNBbEzx6Bth">Lebih dari 60% penduduk Indonesia</a> melakukannya. Tapi pertanyaannya: apakah perebusan dilakukan dengan benar?</p>
<p>Cara merebus air yang benar adalah membiarkan air mendidih sepenuhnya (gelembung udara yang banyak) dan membiarkan api atau pemanas tetap menyala (atau waktu tunggu didih) selama sekitar satu menit. Lalu kita perlu menambah waktu tunggu didih <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.hwts.info/products-technologies/819dad5c/boiling/technical-information&sa=D&source=docs&ust=1669094688632966&usg=AOvVaw1muoHWBnKqMaI5BP0BOuFQ">sekitar satu menit</a> untuk setiap penambahan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (MDPL).</p>
<p>Contohnya, jika ketinggian daerah tersebut adalah 2.000 MDPL, seperti daerah <a href="https://nasional.sindonews.com/read/42334/15/inilah-kota-kotatertinggi-di-indonesia-1590145535?showpage=all">Lembang</a>, Bandung Barat, Jawa Barat, maka kita perlu menunggu waktu didih sekitar 2 menit. Hal itu karena yang membunuh bakteri dan virus berbahaya adalah <a href="https://www.health.ny.gov/environmental/water/drinking/boilwater/response_information_public_health_professional.htm#:%7E:text=Although%2C%20some%20bacterial%20spores%20not,F%20or%20100%C2%B0C">suhu air yang tinggi</a>. Semakin tinggi ketinggian daerah, titik didih menjadi turun (di bawah 100 derajat Celcius), sehingga walau sudah mencapai titik didih, bakteri dan virus bisa saja tidak sepenuhnya hilang dalam waktu singkat. </p>
<p>Lalu Anda perlu ingat bahwa air panas tidak sama dengan air mendidih. Tidak benar bahwa air panas mampu menghilangan bakteri dan virus sepenuhnya, tapi air mendidih mampu. Pemahaman ini perlu diketahui oleh semua masyarakat. </p>
<p>Sayangnya, perebusan air sangat rentan terhadap rekontaminasi, yaitu terjadinya pencemaran kembali. </p>
<p>Rekontaminasi ini biasanya terjadi saat air yang suhunya sudah turun setelah dimasak dipindahkan ke wadah lain yang tidak bersih. Bisa juga air yang sudah mendingin tadi kemudian disaring dengan saringan kain yang tidak bersih. </p>
<p>Praktik penyaringan ini biasanya terjadi di wilayah yang memiliki <a href="https://www.google.com/url?q=https://hargorejo-kulonprogo.desa.id/index.php/artikel/2020/5/6/air-berkapur-amankah-dikonsumsi&sa=D&source=docs&ust=1669094688638599&usg=AOvVaw2R770ePHLHpMZxUIufBYdK">kadar kapur yang cukup tinggi</a>. </p>
<p>Teknik pengolahan air minum lainnya adalah filtrasi atau penyaringan. Teknik ini umumnya menggunakan produk dasar dari <a href="https://www.google.com/url?q=http://lipi.go.id/lipimedia/penyaring-air-keramik-di-pameran-lipi-minum-sesegar-air-kendi-/9392&sa=D&source=docs&ust=1669094688639768&usg=AOvVaw3uWQN5aPqAI5FMEPZDlxoO">keramik</a> yang didesain sedemikian rupa agar mampu menyaring bakteri dan virus. Produk komersialnya <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.nazava.com/cara-kerja-filter-air-nazava-dan-cara-saringan-air-berfungsi/&sa=D&source=docs&ust=1669094688642867&usg=AOvVaw2l7WiMe3-35GpF5mWjPlpO">sudah banyak tersedia di pasaran</a>. </p>
<h2>Penyimpanan air minum yang aman dan kebersihan dapur</h2>
<p>Air yang sudah diolah akan berisiko terkontaminasi kembali jika disimpan dalam wadah yang tidak aman. </p>
<p>Beberapa <a href="https://www.google.com/url?q=https://sswm.info/sswm-solutions-bop-markets/affordable-wash-services-and-products/affordable-water-supply/household-water-treatment-and-safe-storage-%2528hwts%2529&sa=D&source=docs&ust=1669094688637580&usg=AOvVaw3LeuelvV_IRmIEjfxVBgu3">kriteria wadah yang aman</a>, antara lain memiliki tutup, tidak retak, dan bermulut kecil agar menghalangi kontak langsung antara tangan dan air. Tapi wadah juga harus memiliki lubang yang cukup besar untuk memudahkan pembersihan.</p>
<p>Ingat pula bahwa kita perlu rutin membersihkan wadah penyimpanan air minum dengan sabun. Kita juga bisa membilas bagian dalam wadah dengan air mendidih. </p>
<p>Kondisi kebersihan atau higienitas di sekitar wadah penyimpanan air minum perlu diperhatikan. </p>
<p>Penelitian <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.nature.com/articles/s41598-020-75827-7&sa=D&source=docs&ust=1669094688633626&usg=AOvVaw2nC-YbIiwPamhhpPEqcXDt">kami di Nusa Tenggara Timur (NTT) menyimpulkan</a> bahwa pengolahan air minum akan lebih efektif jika dibarengi dengan dapur yang bersih. </p>
<p>Di sana kami menemukan bahwa ada banyak lalat atau hewan peliharaan yang sering masuk ke dapur yang kemudian mempengaruhi kualitas air minum. Lantai yang berdebu dan kotor juga bisa mengurangi kualitas air minum. </p>
<h2>Kelola air minum dengan benar dan terus menerus</h2>
<p>Untuk mendapatkan air minum yang sehat dan aman kita harus rutin <a href="https://www.google.com/url?q=https://www.nawasis.org/portal/digilib/read/modul-pelatihan-pengelolaan-air-minum-rumah-tangga-pam-rt-/125&sa=D&source=docs&ust=1669094688630471&usg=AOvVaw1rP3uBQdN9-vvT1Uak6Fdu">mengelola air minum rumah tangga</a> dengan cara yang benar dan terus menerus. Sebab, setiap hari kita butuh air minum. Karena itu, pengelolaannya juga harus benar setiap hari. </p>
<p>Air yang tercemar tinja berisiko menyebabkan diare dan penyakit lain pada kita dan anggota keluarga, walau dikonsumsi dalam jumlah sedikit.</p>
<p>Satu <a href="https://www.google.com/url?q=https://journals.plos.org/plosone/article?id%3D10.1371/journal.pone.0036735&sa=D&source=docs&ust=1669094688624125&usg=AOvVaw0Ltr6oiKkpovlf44ITMH3k">studi menunjukkan bahwa jika 10% air yang kita minum itu tidak diolah</a>, maka pada dasarnya kita sedang meminum 90% air mentah. Sedangkan masih banyak orang yang minum air yang tidak selalu diolah. </p>
<p>Kita tentunya berharap angka diare, kematian anak di bawah lima tahun, dan bahkan <em>stunting</em> pada anak-anak di Indonesia akibat mengkonsumsi air yang tidak aman terus berkurang secara signifikan.</p>
<p>Patut diingat, praktik pengelolaan air minum rumah tangga yang benar saja tidak cukup, tapi juga harus terus menerus dilakukan setiap hari.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194921/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Daniel tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Untuk mendapatkan air minum yang sehat dan aman kita harus rutin [mengelola air minum rumah tangga dengan cara yang benar dan terus menerus.Daniel, Lecturer in Public Health, Universitas Gadjah Mada Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1784322022-03-04T09:43:43Z2022-03-04T09:43:43ZKenapa orang bisa terkena penyakit diare?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/450018/original/file-20220304-25-w8yj7k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Apapun penyebabnya, terkena diare akan membuat kita tidak nyaman.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/man-holding-toilet-tissue-roll-in-bathroom-royalty-free-image/1249645235">Rapeepong Puttakumwong/Moment via Getty Images</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<blockquote>
<p><strong>Kenapa orang bisa terkena penyakit diare? – A.A.A., usia 10 tahun di Philadelphia, Amerika Serikat (AS)</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Sistem pencernaan memecah apapun yang kita makan dan minum untuk dan menyerap nutrisi untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan oleh tubuh kita.</p>
<p>Sisa zat padat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh kita akan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539732/">dikeluarkan sebagai kotoran atau tinja</a> dalam berbagai bentuk, ukuran, warna dan tekstur yang.</p>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?user=mHFFJtUAAAAJ&hl=en&oi=ao">Sebagai dokter</a> yang menangani pasien dengan masalah pencernaan, saya sering menggunakan yang disebut <a href="https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.jpeds.2011.03.002">“skala tinja Bristol”</a> untuk menilai teskur kotoran manusia.</p>
<p>Skala ini mulai dari Tipe 1 (berbentuk gumpalan keras yang terpisah-pisah) sampai Tipe 7 (berupa cairan encer tanpa potongan padat). Tekstur tinja terbaik adalah Tipe 4, yang menyerupai pisang lunak.</p>
<p>Jika kamu buang air besar setidaknya tiga kali sehari dengan <a href="https://blog.katescarlata.com/2021/04/19/common-disorders-associated-with-diarrhea/">tekstur tinja yang encer dan berair</a>, maka kamu mengalami <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease">diare</a>. Kamu akan merasa tidak nyaman, karena saat diare, intensitas buang air terjadi sangat cepat dan seringkali sulit dikendalikan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Illustration of the seven categories of poop, ranging from overly firm to liquid." src="https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/442540/original/file-20220125-15-n9shj2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Skala tinja Bristol mengelompokkan kotoran manusia dalam tujuh kategori tekstur, dari pelet keras seperti saat sembelit hingga cairan encer seperti saat diare.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/illustration/bristol-stool-chart-tool-for-faeces-type-royalty-free-illustration/1250463401">VectorMine/iStock via Getty Images Plus</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Waspada kuman jahat</h2>
<p>Makanan yang telah melewati lambung akan berbentuk cairan, lalu menuju usus kecil tempat nutrisi diserap. Sisa makanan tersebut kemudian mengalir ke usus besar, tempat air diserap sehingga terbentuklah tinja. </p>
<p>Ketika usus kecil dan usus besar gagal melakukan tugasnya, tinja akan menjadi cair. Inilah yang terjadi saat kita diare.</p>
<p>Diare biasanya terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh <a href="https://www.doi.org/10.4161/gmic.1.1.11036">virus, bakteri dan parasit</a>.</p>
<p>Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk menjaga <a href="https://www.epa.gov/dwreginfo/drinking-water-regulations">kebersihan air minum</a> dan <a href="https://www.fsis.usda.gov/food-safety/safe-food-handling-and-preparation/food-safety-basics/steps-keep-food-safe">kondisi makanan kita</a>, serta membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan.</p>
<p>Kuman menyebabkan diare dengan cara-cara yang berbeda. Seringkali mereka menimbulkan iritasi pada usus dan mengganggu penyerapan cairan. Beberapa kuman menyebabkan diare dengan cara <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cholera/symptoms-causes/syc-20355287">melepaskan bahan kimia</a> yang membuat usus mengeluarkan cairan, sehingga membuat tinja semakin encer. Jika <a href="https://www.cdc.gov/foodsafety/foodborne-germs.html">kuman berasal dari makanan</a>, gejalanya bisa berupa muntah, sakit perut, dan diare.</p>
<p>Pastinya tidak semua mikroba itu jahat.</p>
<p>Faktanya, <a href="https://doi.org/10.1038/nature11053">sistem pencernaan kita dipenuhi dengan miliaran bakteri</a> dan kuman yang dapat membantu mencerna makanan dan melindungi kita dari kuman jahat.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.2217/17460913.3.5.563">Mengonsumsi antibiotik untuk pengobatan infeksi juga dapat menyebabkan diare</a> karena akan membunuh bakteri baik sekaligus bakteri jahat yang membawa penyakit. Akan tetapi, penderita diare biasanya akan sembuh setelah menghabiskan antiobiotik tersebut dan bakteri baik punya waktu untuk memulihkan diri.</p>
<p>Penderita diare perlu mengonsumsi banyak cairan agar tetap terhidrasi. Air adalah obat terbaik.</p>
<p>Hindari <a href="https://doi.org/10.1001/archpedi.1985.02140070077039">jus</a> dan <a href="https://irritablebowelsyndrome.net/food/no-soda">soda</a> karena akan membuat diare semakin parah. Hindari pula makanan yang dapat membuat sistem pencernaan Anda bekerja lebih keras, seperti produk susu.</p>
<p>Sebaliknya, <a href="https://www.childrens.com/health-wellness/how-to-treat-diarrhea-in-kids">makanan tinggi serat seperti ubi jalar, gandum dan bit</a> dapat membantu membuat tinja menjadi lebih padat.</p>
<p>Jangan pernah mengonsumsi obat diare, meskipun tidak memerlukan resep, tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.</p>
<h2>Ada banyak penyebab lain</h2>
<p>Masih banyak penyebab-penyebab diare yang lainnya sebagai berikut:</p>
<ol>
<li><p>Beberapa orang dilahirkan dengan kondisi yang membuat mereka mudah terkena diare. Contoh paling umum adalah penderita <a href="http://dx.doi.org/10.1136/gutjnl-2019-318404">intoleransi laktosa</a>. Laktosa adalah gula dalam susu yang <a href="https://www.britannica.com/science/lactase">membutuhkan enzim khusus, yakni laktase</a>, agar bisa dicerna di usus kecil. Beberapa orang hanya memiliki sedikit, atau bahkan tidak sama sekali, enzim ini di usus kecil mereka. Akibatnya, laktosa ikut masuk ke usus besar tanpa dipecah dan diserap, sehingga menyebabkan kotoran menjadi sangat encer.</p></li>
<li><p><a href="https://doi.org/10.3389/fped.2018.00350">Penyakit Celiac</a> juga dapat memicu diare. Penderita Celiac memiliki <a href="https://www.health.harvard.edu/healthbeat/getting-out-the-gluten">kesulitan mencerna gluten</a> –- protein yang ditemukan dalam gandum dan biji-bijian. Bagi penderitanya, memakan gluten dapat merusak usus kecil dengan mengaktifkan sistem kekebalan mereka sendiri. Kerusakan tersebut dapat diatasi dengan diet bebas gluten, tetapi diare dapat tetap berlanjut sampai usus kecil benar-benar sembuh dan bisa mencerna kembali.</p></li>
<li><p>Beberapa orang memiliki riwayat <a href="https://doi.org/10.3389/fmed.2017.00261">alergi sistem pencernaan</a>. Mereka harus menghindari makanan tertentu untuk mencegah diare dan gejala lainnya.</p></li>
<li><p>Diare dapat pula disebabkan oleh obat-obatan. Beberapa obat memiliki efek yang akan membuatmu lebih sering buang air besar.</p></li>
<li><p>Ada juga kondisi medis tertentu, seperti <a href="https://doi.org/10.1053/j.gastro.2021.04.063">radang usus</a> – contohnya <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/crohns-disease/symptoms-causes/syc-20353304">penyakit Crohn</a> dan <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/ulcerative-colitis/symptoms-causes/syc-20353326">kolitis ulseratif</a> – di mana usus kecil, usus besar atau keduanya meradang selama periode waktu tertentu.</p></li>
<li><p>Otak kita juga bisa menjadi penyebab diare: <a href="https://www.healthline.com/health/anxiety-diarrhea">kecemasan atau stres</a> dapat memengaruhi proses buang air besar. Beberapa kondisi, seperti <a href="https://doi.org/10.14309/ajg.0000000000001036">sindrom iritasi usus besar</a>, di mana otak dan usus tidak sinkron, dapat menyebabkan sakit perut dan diare, terutama saat sedang stres.</p></li>
<li><p>Beberapa jenis <a href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cancer/in-depth/diarrhea/art-20044799">kanker</a> dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6867674/">tumor</a> tertentu juga dapat menyebabkan diare. </p></li>
<li><p>Terakhir, bagi sebagian orang, makan makanan pedas atau berlemak, atau mengonsumsi pemanis buatan maupun <a href="https://www.healthline.com/health/foods-that-cause-diarrhea#food-and-diarrhea">kafein dalam jumlah besar</a> dapat menyebabkan diare.</p></li>
</ol>
<p>Mungkin memang menjijikan, namun saya menyarankan untuk memperhatikan tinja kalian saat buang air besar. Jika kalian mengalami diare sepanjang waktu, bukan hanya sesekali, kalian perlu berkonsultasi ke dokter.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami</em>.</p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><em>mengirimkan email ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></li>
<li><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></li>
<li><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></li>
</ul>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/178432/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hannibal Person tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kotoran dikeluarkan dari tubuh dalam berbagai bentuk, ukuran dan tekstur. Terkadang tekstur kotoran bisa menjadi terlalu encer akibat bakteri jahat, penyakit Crohn, atau intoleransi laktosa.Hannibal Person, Assistant Professor of Gastroenterology and Hepatology, School of Medicine, University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1722512022-01-19T08:35:05Z2022-01-19T08:35:05ZBagaimana partikel tempe dapat kelabui bakteri E.Coli untuk melawan diare<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/441422/original/file-20220119-27-r0rud2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Perajin membuat tempe berbahan baku kedelai impor yang kini harganya naik dari Rp9.600 menjadi Rp10.300 per kilogram di Sanan, Malang, Jawa Timur, 11 Januari 2022.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1641870313">ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc</a></span></figcaption></figure><p>Diare merupakan penyakit masih banyak ditemukan di banyak negara berkembang termasuk Indonesia. <a href="https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf">Data Kementerian Kesehatan pada 2018</a> menyatakan penyakit diare merupakan ancaman kesehatan bagi sekitar 25% populasi anak di bawah lima tahun di Indonesia.</p>
<p>Di Indonesia, umumnya ada dua cara untuk mengatasi diare yang diakibatkan oleh bakteri E.Coli. Di antaranya adalah mengkonsumsi oralit dan antibiotik. Dunia kesehatan masih berupaya untuk mencari metode yang sesuai untuk mencegah infeksi bakteri E.Coli tanpa efek samping seperti penggunaan antibiotik.</p>
<p>Salah satu jawaban yang mungkin bisa ditawarkan justru berasal dari <a href="https://www.proquest.com/docview/212322276?pq-origsite=gscholar&fromopenview=true">makanan tradisional Indonesia yang kita kenal sebagai tempe</a>.</p>
<p>Selain bernutrisi, tempe juga sudah dikenal oleh masyarakat Jawa memiliki khasiat dalam mengobati diare. Tempe jamak digunakan untuk mengobati <a href="https://www.guesehat.com/tempe-bisa-mengobati-diare-pada-anak">diare pada balita</a> dan <a href="https://catrescue.id/khasiat-tempe-bagi-kucing/">hewan peliharaan</a>. </p>
<p>Akan tetapi, baru dalam satu dekade terakhir ini diketahui mengapa tempe dapat mengobati diare.</p>
<h2>Penyebab diare</h2>
<p>Meski ada beragam penyebab diare (bakteri, virus, atau parasit), gejala yang muncul umumnya sama: keluarnya cairan tubuh melalui indera pencernaan. Hal ini disebabkan oleh kuman penyebab diare ingin menggunakan nutrisi yang tersimpan di dalam cairan tubuh kita.</p>
<p>Salah satu jenis diare yang umum ditemukan di Indonesia adalah <a href="https://journals.lww.com/jcge/Fulltext/2005/10000/Serum_Lipids,_Lipoproteins_and_Apolipoproteins.2.aspx?casa_token=dTFVSNd4oOYAAAAA:kjYeMBzVEf1cBOpnQBrHqL3Vy6-2WIVUT9t6yF8Vm8mvCi6VbmMlHQUJcoc26lnjMR3kWodGLcX8LVHaJnDc_3V46ivL00SrP2CC"><em>traveler’s diarrhea</em> dan diare di kalangan anak menyusui.</a></p>
<p><em>Traveler’s diarrhea</em> adalah diare yang menyerang wisatawan, khususnya dari negara maju, ketika menyantap makanan yang tidak bersih. Sedangkan diare di kalangan anak yang menyusui umumnya diakibatkan oleh air minum yang tidak dimasak dengan baik.</p>
<p>Keduanya disebabkan oleh sumber yang sama, yakni bakteri enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC).</p>
<p>ETEC dapat menyerang manusia dengan cara menempel pada permukaan usus. Sel-sel yang menyusun usus manusia memiliki struktur karbohidrat pada permukaannya. Karbohidrat inilah yang dimanfaatkan ETEC sebagai <a href="https://journals.asm.org/doi/abs/10.1128/iai.44.2.514-518.1984">‘jangkar’ agar bisa menempel di permukaan usus.</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432939/original/file-20211120-27-113dnc5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432939/original/file-20211120-27-113dnc5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432939/original/file-20211120-27-113dnc5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432939/original/file-20211120-27-113dnc5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=350&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432939/original/file-20211120-27-113dnc5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=440&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432939/original/file-20211120-27-113dnc5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=440&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432939/original/file-20211120-27-113dnc5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=440&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Mekanisme ETEC dalam menyebabkan diare. (A) Sel ETEC akan mengenali molekul karbohidrat pada permukaan sel usus sehingga (B) dapat menempel pada karbohidrat tersebut untuk menghasilkan toksin. Gambar disadur dari Bringer & Darfeuille-Michaud (2015).</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setelah berhasil menempel di permukaan usus, ETEC akan menghasilkan racun yang disebut toksin. Toksin kemudian masuk ke dalam sel usus dan menyebabkan usus memompa cairan tubuh keluar supaya sel ETEC dapat memperoleh nutrisi.</p>
<p>Cara umum untuk mengobati diare adalah dengan mengkonsumsi oralit, larutan garam dan gula yang menggantikan cairan tubuh yang hilang. Karena fungsinya menggantikan cairan tubuh, maka oralit sebenarnya tidak berperan apa-apa dalam melawan ETEC. Pasien harus bergantung pada sistem pertahanan tubuhnya untuk mengatasi<a href="https://www.scielosp.org/article/bwho/2000.v78n10/1246-1255/"> infeksi ETEC tersebut</a>.</p>
<p>Cara yang kedua adalah dengan menggunakan antibiotik yang dapat membunuh ETEC. Namun saat ini, penggunaan antibiotik mulai menjadi sorotan di dunia kesehatan. Sebab, antibiotik bukan hanya dapat membunuh bakteri jahat namun juga bakteri baik yang <a href="https://www.jci.org/articles/view/72333">bermanfaat bagi kesehatan tubuh</a>. </p>
<p>Selain itu, penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat memunculkan bakteri resisten antibiotik yang akan semakin susah dilawan dengan <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-1-4419-0981-7_6">antibiotik</a>. </p>
<p>Nah, tempe memberikan kemungkinan jawaban atas masalah ini. </p>
<h2>Cara tempe mencegah diare</h2>
<p>Tempe adalah produk makanan fermentasi tradisional berbahan kacang-kacangan, umumnya kedelai, yang ditumbuhi oleh jamur yang dikenal sebagai jamur tempe. Jamur tersebut memecah dan menyederhanakan struktur zat-zat kimia dalam kedelai sehingga lebih mudah diserap oleh tubuh. </p>
<p>Proses ini kemudian meningkatkan nilai nutrisi kedelai setelah proses fermentasi <a href="https://ift.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/j.1365-2621.1967.tb00837.x">menjadi tempe</a>.</p>
<p>Salah satu zat dipecah oleh jamur tempe adalah karbohidrat. Zat inilah yang berperan penting dalam <a href="https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf101379y?casa_token=cI9V7s86RJEAAAAA:_HiMlm4yekkGd6llfXDHfPRW-W3rKgHwwLuc2UvAGMf-hAWo8rf9I8Orbv1H3n9a2ytUfmzIxbVVDJIDPw">mencegah infeksi oleh ETEC</a>.</p>
<p>ETEC dapat menempel pada sel usus manusia karena memanfaatkan karbohidrat sebagai ‘jangkar’ di sel usus. Karbohidrat pada tempe yang dihasilkan selama proses fermentasi ternyata memiliki struktur yang mirip seperti ‘jangkar’ karbohidrat yang ada pada sel usus manusia.</p>
<p>Struktur yang mirip ini dapat menyebabkan ETEC salah menempel di partikel tempe, bukan di permukaan usus. Sel-sel ETEC yang menempel pada karbohidrat tempe akan dengan mudah dikeluarkan dari sistem pencernaan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/432940/original/file-20211120-25-kmvk7a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432940/original/file-20211120-25-kmvk7a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=634&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432940/original/file-20211120-25-kmvk7a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=634&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432940/original/file-20211120-25-kmvk7a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=634&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432940/original/file-20211120-25-kmvk7a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=797&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432940/original/file-20211120-25-kmvk7a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=797&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432940/original/file-20211120-25-kmvk7a.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=797&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2. Mekanisme partikel tempe dalam mencegah diare. (A) ETEC dapat menempel pada sel usus dengan bantuan molekul karbohidrat namun (B) partikel tempe memiliki struktur yang mirip dengan karbohidrat pada permukaan sel usus sehingga ETEC akan menempel pada partikel tempe. Gambar disadur dari Sun & Wu (2017).</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hal yang menarik dari cara kerja karbohidrat tempe mengatasi diare adalah prosesnya tidak <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0740002010000389?casa_token=B8mp8mR6XKMAAAAA:vy6MuUy3lerXA6NXLQUO3bkk4JgsXxqAlslYyhmllChN4DXJxlyZ6r5P7cup1e6VKv9fJDKokEH0">mematikan bakteri seperti pada antibiotik</a>. Proses ini juga mencegah kemunculan bakteri yang resisten. </p>
<h2>Konsumsilah tempe secara rutin</h2>
<p>Makan tempe saja tidak bisa menjadi solusi langsung mengatasi diare. Ketika kita mengkonsumsi tempe, perlu diingat bahwa partikel tempe akan melewati lambung yang bersifat asam. Hal ini menyebabkan sebagian dari karbohidrat tempe akan rusak.</p>
<p>Namun, jika kita rajin mengkonsumsi tempe, maka makin banyak juga karbohidrat tempe yang dapat melewati kondisi asam di lambung sehingga meningkatkan jumlah karbohidrat tempe yang ada di dalam usus. </p>
<p>Harapannya, jika sel ETEC menyerang tubuh, maka karbohidrat tempe sudah siap melindungi sistem pencernaan kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/172251/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Theodorus Eko Pramudito tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apabila kita rajin mengkonsumsi tempe, maka makin banyak juga karbohidrat tempe yang dapat melewati kondisi asam di lambung sehingga meningkatkan jumlah karbohidrat tempe yang ada di dalam usus.Theodorus Eko Pramudito, Lecturer in Food Biotechnology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1551282021-05-03T07:33:05Z2021-05-03T07:33:05ZRiset: bagaimana bakteri di tempe justru untuk tingkatkan kesehatan dan cegah diare<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/397713/original/file-20210429-15-7pox8e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Santri Pesantren Sirajussa'adah Depok memproduksi tempe, 23 Maret 2021. Per bungkus dijual Rp 6.000. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://download.antarafoto.com/searchresult/dom-1616490901">ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/rwa</a></span></figcaption></figure><p>Tempe salah satu produk makanan super (<em>superfood</em>) lokal yang murah dan jadi makanan sehari-hari orang Indonesia menarik minat peneliti internasional. </p>
<p>Beberapa riset menunjukkan bahwa <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10068-015-0191-z">mengkonsumsi tempe secara rutin mungkin dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh</a> dan melindungi sistem pencernaan sehingga <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/british-journal-of-nutrition/article/effect-of-processed-and-fermented-soyabeans-on-net-absorption-in-enterotoxigenic-escherichia-coliinfected-piglet-small-intestine/EB677B796ACD35812F7C62B227775D0A">bisa mencegah diare</a>.</p>
<p>Riset saya menemukan bahwa <a href="https://www.researchgate.net/publication/351264526_Positive_correlation_between_the_number_of_bacteria_in_soybean_tempeh_with_the_bioactivity_of_its_extract_against_enterotoxigenic_Escherichia_coli_ETEC_adhesion_to_eukaryotic_cells">jumlah bakteri pada tempe berkorelasi positif dengan kemampuan tempe dalam mencegah diare</a>. Bakteri pada tempe, dengan jumlah dan kondisi tertentu memberikan manfaat kesehatan pada tempe. </p>
<h2>Bakteri pada tempe</h2>
<p>Tempe adalah produk makanan yang terbuat dari fermentasi kacang-kacangan (kedelai) yang menggunakan jamur atau ragi tempe.</p>
<p>Penelitian di Indonesia yang berpusat pada pengembangan tempe sebagai produk makanan fungsional yang punya tambahan manfaat kesehatan sebagian besar fokus pada dua faktor utama, yaitu modifikasi bahan baku kacang kedelai atau optimalisasi ragi tempe. </p>
<p>Akan tetapi, satu faktor yang sangat berperan dalam fermentasi tempe, yakni bakteri yang ada pada tempe, kini mulai menjadi primadona utama dalam dunia riset mengingat perannya dalam meningkatkan manfaat kesehatan tempe.</p>
<p>Bakteri adalah mikroorganisme yang juga dapat ditemukan pada tempe. <a href="https://search.proquest.com/openview/3f3215155d25710e689a070f5c3cb922/1?pq-origsite=gscholar&cbl=816390">Populasi bakteri pada tempe didominasi oleh kelompok bakteri asam laktat</a>, kelompok bakteri yang sama berperan dalam pembuatan yogurt dan keju. </p>
<p>Walaupun demikian, beberapa jenis bakteri lain dapat ditemukan dan memiliki peranannya masing-masing.</p>
<p><a href="http://wprim.whocc.org.cn/admin/article/articleDetail?WPRIMID=629122&articleId=629122">Pada umumnya, jumlah bakteri pada tempe meningkat selama proses perendaman kedelai.</a> Peningkatan jumlah bakteri asam laktat menyebabkan pengasaman kacang kedelai sehingga menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk. </p>
<p>Hal ini membantu untuk mencegah pembusukan kacang kedelai selama proses fermentasi.</p>
<p><a href="https://jurnal.permi.or.id/index.php/mionline/article/view/26">Keberadaan bakteri di dalamnya dapat mempengaruhi karakteristik cita rasa tempe.</a> Rasa pahit pada tempe, misalnya, telah dipengaruhi oleh aktivitas bakteri yang memecah protein pada kedelai. </p>
<p>Pemecahan protein kedelai menghasilkan meningkatnya asam amino yang lebih mudah diserap oleh tubuh dan juga menyebabkan rasa pahit pada tempe.</p>
<h2>Cegah diare dan obesitas</h2>
<p>Tempe pada umumnya tidak dikonsumsi dalam kondisi mentah. </p>
<p>Sebelum dimakan, tempe digoreng atau direbus. Karena itu, tidak seperti produk fermentasi lain seperti yogurt dan kimchi, bakteri pada tempe tidak bersifat sebagai probiotik atau bakteri baik yang dapat hidup di pencernaan. </p>
<p>Walau tidak bersifat sebagai probiotik, keberadaan bakteri pada tempe dapat memberikan pengaruh positif pada kesehatan.</p>
<p>Tempe sebagai makanan para-probiotik (jasad dari bakteri baik yang dapat memberikan manfaat kesehatan) juga <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/0395/80ddeb7242ca4e5575164a48e621e1c4921d.pdf">mampu meningkatkan bakteri <em>Akkermansia muciniphila</em> dalam sistem pencernaan.</a> </p>
<p>Sebuah riset menyatakan keberadaan bakteri <em>A. muciniphila</em> <a href="https://www.pnas.org/content/110/22/9066?fbclid=IwAR3r5zu_FsdVMJnjduSI7SKpB1kqSjcoqMOJ8uvoMnvnXQn5xeFIravqJII">memiliki korelasi positif dengan penurunan risiko obesitas.</a> Temuan ini mengindikasikan bahwa tempe dapat menjadi produk makanan yang mampu mencegah terjadinya obesitas.</p>
<p><a href="https://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf101379y">Riset lainnya menyatakan</a> tempe dapat mencegah diare karena mengandung senyawa oligosakarida bioaktif hasil pemecahan karbohidrat oleh jamur tempe. Oligosakarida bioaktif tersebut dapat berikatan dengan bakteri pembawa penyakit sehingga menghambat penempelan bakteri tersebut pada usus.</p>
<p>Hasil riset kami <a href="https://www.researchgate.net/publication/351264526_Positive_correlation_between_the_number_of_bacteria_in_soybean_tempeh_with_the_bioactivity_of_its_extract_against_enterotoxigenic_Escherichia_coli_ETEC_adhesion_to_eukaryotic_cells">juga menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada tempe punya hubungan positif dengan kemampuan tempe dalam mencegah diare.</a> </p>
<p>Ada dua mekanisme untuk menjelaskan korelasi ini.</p>
<p>Pertama, bakteri dapat membantu jamur tempe dalam memecah karbohidrat untuk menghasilkan karbohidrat pendek yang dapat mengikat bakteri penyebab penyakit. </p>
<p>Kedua, beberapa jenis bakteri khususnya bakteri asam laktat dapat menghasilkan senyawa extracellular polysaccharide (EPS) atau karbohidrat yang dihasilkan oleh bakteri. <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0144861715012151">Senyawa EPS telah dilaporkan mampu mengikat bakteri patogen</a>.</p>
<h2>Satunya vitamin B12 di vegetarian</h2>
<p>Kontribusi bakteri pada tempe yang paling terkenal adalah <a href="https://aem.asm.org/content/60/5/1495.short">kemampuan bakteri menghasilkan vitamin B12.</a> Hal ini menyebabkan tempe satu-satunya makanan vegetarian yang mengandung vitamin B12, sesuatu yang sebelumnya hanya bisa ditemukan pada sumber hewani.</p>
<p>Mempertimbangkan peranan vitamin B12 dalam pembentukan dan menjaga sistem saraf, <a href="https://www.karger.com/Article/Abstract/510563">sebuah riset menyatakan tempe juga diketahui mampu meningkatkan fungsi kognitif khususnya pada lansia.</a>. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan tempe dalam meningkatkan fungsi kognitif terlihat lebih signifikan pada tempe yang kaya akan bakteri.</p>
<p><a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10068-015-0191-z">Penelitian lain menemukan</a> bahwa ‘jasad’ bakteri pada tempe dapat meningkatkan antibodi immunoglobulin A (IgA) pada sistem pencernaan. </p>
<p>Antibodi IgA merupakan pertahanan garis depan tubuh kita yang dihasilkan pada membran mukosa seperti pada permukaan usus dan saluran pernapasan. Proses ini menyerupai mekanisme vaksinasi, yakni fragmen bakteri dapat ‘melatih’ sistem imun tubuh kita. </p>
<p><a href="https://stm.sciencemag.org/content/13/577/eabd2223?utm_source=TrendMD&utm_medium=cpc&utm_campaign=TrendMD_1">Mempertimbangkan IgA adalah salah satu antibodi yang dapat berperan dalam menghambat infeksi virus corona</a>, maka konsumsi tempe yang rutin mungkin dapat membantu meningkatkan sistem imun tubuh kita.</p>
<p>Walau demikian, masih perlu riset lanjutan untuk mendapatkan bukti peranan tempe dalam membantu mencegahan infeksi SARS-CoV-2.</p>
<h2>Kita perlu lebih banyak riset</h2>
<p>Banyak sekali peran bakteri terhadap fungsionalitas tempe. Mungkin saja masih banyak sekali peranan bakteri yang belum kita ketahui. </p>
<p>Oleh karena itu, kita perlu riset lebih banyak lagi mengenai bakteri pada tempe seperti halnya dengan jenis bahan baku kacang-kacangan dan ragi tempe. </p>
<p>Mungkin saja ke depan kita perlu mempertimbangkan bakteri sebagai komponen ragi tempe untuk menghasilkan tempe dengan manfaat kesehatan tertentu.</p>
<p>Jadi, ketimbang melirik produk <em>makanan super</em> dari luar negeri yang harganya mahal, lebih baik kini Anda membeli tempe secara rutin dan mengkonsumsinya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/155128/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Theodorus Eko Pramudito menerima dana dari Indonesia Toray Science Foundation untuk membiayai penelitian yang dilakukan dan disitasi di dalam artikel ini.</span></em></p>Banyak sekali peran bakteri terhadap fungsionalitas tempe. Mungkin saja masih banyak sekali peranan bakteri yang belum kita ketahui.Theodorus Eko Pramudito, Lecturer in Food Biotechnology, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1502332020-11-19T08:40:55Z2020-11-19T08:40:55ZKita mestinya lebih sering membicarakan toilet di Indonesia, mengapa penting?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/369617/original/file-20201116-13-1pumspf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/photo/gender-88808/">Hafidz Alifuddin/Pexels.com</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel diterbitkan untuk memperingati Hari Toilet Sedunia, 19 November.</em></p>
<p>Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 19 November sebagai <a href="https://www.un.org/en/observances/toilet-day">Hari Toilet Sedunia</a> untuk meningkatkan kesadaran bahwa <a href="https://www.who.int/water_sanitation_health/publications/jmp-report-2019/en/">4,2 miliar orang</a> hidup tanpa akses ke sanitasi yang aman, termasuk di Indonesia.</p>
<p>Di Indonesia, <a href="https://www.unicef.org/indonesia/id/air-sanitasi-dan-kebersihan-wash">sekitar 25 juta orang tidak menggunakan toilet</a> saat buang air besar. Di negeri ini satu dari <a href="https://www.usaid.gov/actingonthecall/stories/indonesia-wash">tiga orang tidak memiliki akses ke toilet <em>flush</em> (siraman)</a>, kakus atau sistem septik. Sebagai gantinya, mereka membuang air besar di ladang, semak-semak, hutan, parit, jalan, kanal, atau ruang terbuka lainnya. </p>
<p>Padahal, buang air besar sembarangan bisa menimbulkan risiko yang sangat besar dan kesehatan masyarakat seperti penyakit menular <a href="https://in.reuters.com/article/uk-health-defecation-idINKBN0DO1CC20140508">kolera, diare, disentri, hepatitis A dan tifus</a>. </p>
<p>Sebuah riset menyatakan buruknya sanitasi <a href="https://www.ajtmh.org/content/journals/10.4269/ajtmh.18-0063">menyebabkan ancaman kesehatan anak seperti diare di Bandung</a> dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.ijpara.2016.07.005">infeksi penyakit giardiasis (gangguan pencernaan akibat infeksi parasit pada usus halus) di Timur Leste</a>. </p>
<p>Riset lainnya <a href="https://www.tempo.co/abc/3055/sanitasi-sekolah-buruk-di-indonesia-sebabkan-siswa-putus-sekolah">di Jakarta dan Nusa Tenggara menunjukkan </a> kurang memadainya fasilitas dan infrastuktur toilet di sekolah menyebabkan siswa perempuan jarang mengganti pembalut saat menstruasi. Dampak ikutannya, mereka berisiko mengalami gangguan kesehatan reproduksi dan sebagian kemudian tidak melanjutkan sekolah.</p>
<p>Membicarakan toilet bukan sekadar masalah buang air. Ini soal kesehatan dan masa depan kita semua. </p>
<p>Kita perlu menyusun kampanye yang efektif untuk mengubah pandangan dan perilaku masyarakat, juga pengelola sekolah dan lembaga publik, terkait pentingnya toilet untuk kesehatan keluarga dan masyarakat. </p>
<h2>Komunikasi kesehatan untuk toilet</h2>
<p>Komunikasi punya peran penting untuk mengubah pandangan dan perilaku individu dan masyarakat yang belum punya toilet. Masalahnya, kampanye manfaat toilet kurang terdengar di Indonesia, terutama dari pemerintah. Tanpa ada program kampanye yang besar, sulit mengevaluasi apakah sebuah pesan komunikasi itu efektif atau tidak dalam mengubah perilaku masyarakat.</p>
<p>Padahal, kampanye pentingnya toilet sehat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran untuk mengatasi krisis sanitasi global. Langkah ini untuk mencapai <a href="https://www.un.org/sustainabledevelopment/water-and-sanitation/">Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6 yang menyatakan akses air dan sanitasi yang aman untuk semua orang pada 2030</a>.</p>
<p>UNICEF menyediakan panduan kampanye program komunikasi yang bisa digunakan oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah terkait sanitasi agar berhasil dengan model sirkel model <a href="https://www.unicef.org/wash/files/com_e.pdf">ACADA: Assessment, Communication Analysis, Design, and Action</a>. Model ini bisa kita kombinasikan dengan <a href="https://www.who.int/risk-communication/training/Module-B5.pdf">prinsip komunikasi kesehatan dan risiko yang melibatkan komunitas (<em>community engagement</em>)</a>. </p>
<p>Tahapan <em>assessment</em> menjadi langkah awal bagi pembuat program dan kampanye untuk mengetahui konteks, situasi dan budaya di komunitas sebelum menganalisis masalah, perilaku, partisipan dan saluran komunikasi. </p>
<p>Pemerintah dan organisasi non-pemerintah yang punya program sanitasi perlu memahami <a href="https://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/20782">peran adat, kepercayaan</a> dan <a href="https://media.neliti.com/media/publications/188612-ID-partisipasi-masyarakat-di-dalam-program.pdf">partisipasi masyarakat </a> dalam pembangunan fasilitas untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman. </p>
<p>Ada mitos yang berkembang di berapa daerah, misalnya, <a href="https://ejournal.undip.ac.id/index.php/presipitasi/article/view/20782/14083">tidak boleh ada lubang di dalam kampung</a> sehingga tidak ada toilet atau WC di dalam kampung tersebut.</p>
<p>Dalam tahapan desain, strategi komunikasi perlu terintegrasi dengan pelibatan komunitas melalui advokasi dan program sebelum melakukan aksi kampanye. Setelah itu baru bisa kita monitoring dan evaluasi.</p>
<p>Kita perlu menyusun kampanye dan model komunikasi yang mudah dipahami masyarakat di tengah <a href="http://www.iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/4574">kurangnya pemahaman masyarakat</a> tentang pentingnya toilet untuk kesehatan.</p>
<p>Kita harus <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/dech.12075">menghindari praktik mempermalukan</a> dalam program promosi kesehatan toilet dan sanitasi yang tidak sensitif dan selaras dengan budaya masyarakat lokal.</p>
<p>Tentang desain toilet, kita bisa belajar dari India. Sekitar 600 juta orang di India membuang air besar sembarangan. Untuk mengatasi masalah toilet, India berinovasi dengan <a href="https://properti.kompas.com/read/2018/11/24/120000521/atasi-masalah-sanitasi-india-bangun-toilet-cetak-3d-">membangun toilet cetak 3D</a>, yang juga bisa menghasilkan biogas. </p>
<p>Untuk Indonesia, kita memerlukan solusi desain toilet yang sesuai dengan <a href="https://theconversation.com/toilets-of-the-future-must-be-designed-with-people-in-mind-not-technology-106610">kebutuhan masyarakat lokal</a>.</p>
<p>Jalinan komunikasi antara pembuat program dan masyarakat lokal dapat memberikan peluang baik dalam proses pembuat prototipe toilet dari awal proses desain. Melibatkan masyarakat lokal dalam membuat visualisasi desain toilet pernah sukses dilakukan <a href="https://doi.org/10.1177/095624780301500202">di toilet umum di Pune dan Mumbai, India</a>. </p>
<h2>Atasi hambatan</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1146/annurev.publhealth.25.101802.123000">Merancang komunikasi kesehatan dan risiko</a> yang melibatkan komunitas dapat menciptakan saluran komunikasi yang sensitif dengan budaya dan bahasa lokal.</p>
<p>Model komunikasi ini juga sejalan dengan teori <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9112096/">Health Belief Model</a> yang biasa digunakan dalam kampanye komunikasi kesehatan dan risiko. </p>
<p>Berdasarkan model ini, ada dua hal utama yang mempengaruhi apakah seseorang akan mengadopsi perilaku tertentu untuk melindungi kesehatannya. </p>
<p>Pertama, mereka secara pribadi harus merasa rentan terhadap penyakit tersebut, maka harus ada persepsi risiko. Kedua, orang tersebut harus percaya bahwa tindakan yang direkomendasikan akan efektif dalam mengurangi risiko dan manfaatnya lebih besar <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9112096/">daripada biaya yang dikeluarkan jika terkena penyakit</a>.</p>
<p>Model ini juga mengidentifikasi hambatan yang mempengaruhi perilaku kesehatan, misalnya tidak membuat toilet di sebuah keluarga. Hambatan psikologis <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/108107398127157">(misalnya rasa malu), struktural (misalnya kurangnya transportasi dan akses), atau keuangan</a> perlu diatasi. </p>
<p>Studi kasus yang telah sukses menggunakan strategi dan taktik ini di antaranya di <a href="https://www.unicef.org/wash/files/Soap_Stories_and_Toilet_Tales.pdf">Slaeng, Kamboja</a>. Di sana pemimpin desa berhasil mengkampanyekan kesehatan untuk mengubah perilaku masyarakat desa pakai toilet sejalan dengan budaya lokal. </p>
<h2>Toilet bisa melindungi kesehatan</h2>
<p>Setiap hari <a href="https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181119120953-255-347634/krisis-toilet-yang-mengganggu-kehidupan-manusia">14 ribu ton tinja</a> mencemari badan air di Indonesia.</p>
<p>Hal ini terjadi karena tidak didukung adanya toilet yang terkelola dengan aman, toilet yang tidak memadai dan perilaku masyarakat yang melakukan buang air besar sembarang. </p>
<p>Selain itu, luapan dan kebocoran dari pipa dan sistem septik, pembuangan dan penanganan yang tidak tepat menyebabkan kotoran manusia tidak diolah mencemari lingkungan. Masalah ini menyebarkan penyakit mematikan dan <a href="https://journals.plos.org/plosmedicine/article?id=10.1371/journal.pmed.1000363">kronis seperti kolera</a> dan cacingan. </p>
<p>Meningkatkan akses ke fasilitas sanitasi dan toilet dapat mengurangi tingkat infeksi dan kematian, terutama dalam <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0106738">kesehatan ibu dan anak</a>. </p>
<p>Kamar mandi dan toilet yang higienis dengan air bersih yang mengalir, wastafel, dan sabun dapat membantu perempuan dan <a href="https://www.hindawi.com/journals/jeph/2018/1730964/">anak perempuan melalui menstruasi</a> dengan aman dan sehat.</p>
<h2>Toilet dan sanitasi berkelanjutan</h2>
<p>Efek perubahan iklim mengancam infrastruktur air, sanitasi, dan higinies. Ketika air banjir <a href="https://www.weforum.org/agenda/2018/11/what-do-toilets-have-to-do-with-climate-change/">mencemari sumur yang digunakan untuk air minum atau ketika banjir merusak toilet</a>, maka kotoran manusia dapat tersebar ke masyarakat dan tanaman pangan. </p>
<p>Insiden ini, yang semakin sering terjadi seiring dengan memburuknya perubahan iklim, menyebarkan limbah manusia ke lingkungan tempat tinggal manusia dan menyebabkan penyakit yang mematikan dan kronis. </p>
<p>Kita butuh <a href="https://orsociety.tandfonline.com/doi/abs/10.1057/s41275-017-0062-x">sanitasi berkelanjutan</a>.</p>
<p>Konsep ini mengacu pada sistem penangkapan, pembuangan, perawatan, dan penggunaan kembali feses yang andal dan efektif, yang tahan terhadap guncangan eksternal seperti banjir, kekurangan air, dan kenaikan permukaan laut.</p>
<p>Sekitar <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0378377413002163?via%3Dihub">80% dari air limbah (termasuk air tinja)</a> yang dihasilkan masyarakat mengalir kembali ke ekosistem tanpa diolah atau digunakan kembali. Sistem sanitasi berkelanjutan menangkap, mengangkut, mengolah, membuang, dan menggunakan kembali limbah manusia dengan aman. </p>
<p>Selain dampak yang besar terhadap kesehatan dan kondisi kehidupan, air limbah yang dikelola dengan aman memiliki potensi besar sebagai sumber energi, nutrisi, dan air yang terjangkau dan berkelanjutan yang dapat <a href="https://www.wired.com/story/the-water-in-your-toilet-could-fight-climate-change-one-day/">mengurangi risiko iklim di sektor pertanian dan energi</a>.</p>
<p>Karena itu pengelolaan limbah manusia melalui toilet yang aman dan ramah lingkungan adalah kunci untuk mengurangi dampak air limbah yang tidak diolah dengan baik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150233/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Juhri Selamet tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kita perlu menyusun kampanye yang efektif untuk mengubah pandangan dan perilaku masyarakat terkait pentingnya toilet untuk kesehatan keluarga dan masyarakat.Juhri Selamet, Lecturer, Universitas Multimedia NusantaraLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1407082020-07-08T03:01:56Z2020-07-08T03:01:56ZSejarah dan keajaiban cuci tangan bisa cegah penyakit infeksi termasuk Covid-19<p>Virus corona yang menyebar begitu cepat dan massal di seluruh dunia telah menaikkan popularitas metode cuci tangan sebagai cara mudah mencegah penularan berbagai penyakit infeksi termasuk Covid-19.</p>
<p>Tak hanya saat pandemi, mencuci tangan merupakan salah satu metode pencegahan penularan penyakit “saat normal” seperti diare, yang murah, sederhana, dan efektif. </p>
<p>Manfaatnya juga bisa bisa diukur. </p>
<p>Sebuah riset <a href="https://www.jstage.jst.go.jp/article/svc/3/1/3_00012/_pdf/-char/en">di kalangan anak kelas 6 sekolah dasar di Bandung</a> menunjukkan mencuci tangan dengan baik mengurangi infeksi bakteri <em>E.coli</em> (karena cemaran tinja) dan menaikkan status gizi pada anak-anak tersebut. Status gizi menjadi lebih baik karena kejadian gangguan saluran cerna dan infeksi saluran napas lebih jarang terjadi. </p>
<p>Di Indonesia, walau mencuci tangan telah dikenalkan sejak pendidikan dini melalui program <a href="http://promkes.kemkes.go.id/phbs">Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) di sekolah</a>, faktanya masih banyak yang mencuci tangan dengan cara yang kurang baik dan benar. Bahkan banyak juga tidak mempraktikkan mencuci tangan. </p>
<p>Sebuah <a href="https://e-journal.unair.ac.id/PROMKES/article/view/5807">riset di Kalikedinding Kenjeran Kota Surabaya </a>, dengan sampel 70 orang, menunjukkan pengetahuan mencuci tangan yang baik (74%), belum tentu diikuti dengan perilaku yang baik. Dari sampel itu, yang mencuci tangan memakai sabun dengan langkah-langkah yang benar sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia hanya sekitar 23%. </p>
<p>Karena itu, kita tidak hanya harus menggiatkan cuci tangan, tapi juga perlu mengkampanyekan cara cuci tangan yang benar agar memberikan manfaat yang optimal. </p>
<h2>Cara cuci tangan yang benar dan berdampak</h2>
<p>Ide mencuci tangan pertama kali dikemukakan oleh <a href="https://www.britannica.com/biography/Ignaz-Semmelweis">Ignaz Philipp Semmelweis</a>, dokter Hungaria, pada pertengahan abad ke-19.</p>
<p>Semmelweis menyarankan dokter-dokter mencuci tangan untuk menekan angka kematian akibat infeksi pada persalinan. Kala itu, <a href="https://qualitysafety.bmj.com/content/13/3/233.full">setelah para dokter giat mencuci tangan, angka kematian pada pasien yang melahirkan di sana turun dari 13-18% menjadi sekitar 2%</a>. Ini sebuah penurunan kejadian penyakit yang “ajaib”. </p>
<p>Ide tersebut awalnya ditolak oleh banyak orang karena Semmelweis tidak mengkomunikasikan konsep cuci tangan tersebut secara baik. Selain itu keberadaan mikroba baru berhasil dibuktikan dua dekade kemudian oleh <a href="http://www.antimicrobe.org/h04c.files/history/Microbe%202007%20Pasteur-Koch.pdf">Roberth Koch (Jerman) dan Louis Pasteur (Prancis)</a>. </p>
<p>Kini, <a href="https://www.who.int/gpsc/5may/MDRO_literature-review.pdf?ua=1">metode mencuci tangan telah diakui efektif untuk membunuh mikroorganisme dan mencegah penyakit menular</a>, tidak hanya penyakit pada saluran cerna, tapi juga penyakit lainnya seperti penyakit kulit dan penyakit saluran napas atas. </p>
<p>Begitu pentingnya mencuci tangan dengan baik dan benar, peraturan dan praktik cuci tangan menjadi salah satu kriteria penilaian dalam proses akreditasi rumah sakit di Indonesia. Pada elemen penilaian dari <a href="http://web.kars.or.id/?page_id=85">Standar Keamanan Pasien Sasaran 5</a>, cuci tangan dijadikan parameter untuk mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan di rumah sakit. </p>
<p>Dalam kaitan pandemi, Kementerian Kesehatan pada Maret 2020 menerbitkan <a href="https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/COVID-19%20dokumen%20resmi/2%20Pedoman%20Pencegahan%20dan%20Pengendalian%20Coronavirus%20Disease%20(COVID-19).pdf">Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19</a> yang menganjurkan mencuci tangan untuk mencegah penularan Covid 19, selain penggunaan masker, menjaga jarak fisik dan tidak menyentuh bagian wajah. </p>
<p>Metode pencegahan ini makin relevan karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin dan obat-obatan Covid, serta banyaknya orang tanpa gejala (OTG) yang mampu menularkan kepada orang lain di sekitarnya. </p>
<p>Pencegahan ini akan optimal jika mencuci tangan dilakukan dengan baik dan benar, menggunakan air mengalir dan sabun, lama 40-60 detik, serta mengikuti <a href="https://covid19.kemkes.go.id/warta-infem/begini-cara-mencuci-tangan-yang-benar/#.XwQAHCj7RPY">metode 6 langkah sesuai anjuran Kementerian Kesehatan</a> yang diadopsi dari WHO.</p>
<p>Ini enam cara mencuci tangan yang baik dan benar: </p>
<ol>
<li>Basahi tangan, gosokkan sabun, lalu gosok kedua telapak tangan dengan arah memutar.</li>
<li>Usap dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian.</li>
<li>Gosok sela-sela jari hingga bersih.</li>
<li>Bersihkan ujung jari bergantian dengan posisi mengunci.</li>
<li>Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.</li>
<li>Letakkan ujung jari ke telapak tangan, gosok perlahan secara bergantian, kemudian bilas dengan air.</li>
</ol>
<p>Mencuci tangan yang baik harus menggunakan sabun dan air yang mengalir pada langkah pertama dan keenam di atas. Peran sabun menjadi penting karena dapat melarutkan lapisan lemak, termasuk yang dikandung pada selubung virus dan dinding bakteri. Selanjutnya, penggunaan air mengalir juga akan membilas virus atau bakteri yang masih tersisa di permukaan tangan kita.</p>
<h2>Cuci tangan cegah diare dan infeksi saluran nafas</h2>
<p>Hubungan antara mencuci tangan dengan baik dan benar dan menurunnya berbagai penyakit infeksi telah lama diketahui. Penurunan kejadian penyakit <a href="https://www.researchgate.net/profile/Nikmatur_Rohmah/publication/324251739_Relationship_Between_Hand-washing_Habit_and_Toilet_Use_with_Diarrhea_Incidence_in_Children_Under_Five_Years/links/5d888867a6fdcc8fd610c683/Relationship-Between-Hand-washing-Habit-and-Toilet-Use-with-Diarrhea-Incidence-in-Children-Under-Five-Years.pdf">diare</a> akibat dari cuci tangan yang baik merupakan contoh klasik.</p>
<p>Sebuah <a href="http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2362">riset di Jember dengan responden 300 anak SD menemukan korelasi yang sangat kuat antara perilaku cuci tangan dan insiden diare</a>. Makin baik mencuci tangannya, makin kecil risiko kejadian diare. </p>
<p>Demikian pula riset di Sidoarjo, dengan sampel 58 ibu dari anak-anak berusia di bawah 5 tahun, <a href="https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/view/3594">menemukan hubungan antara mencuci tangan yang kurang baik dari seorang ibu dan kejadian diare</a> pada balitanya. </p>
<p>Hubungan antara <a href="https://www.neliti.com/id/publications/115949/faktor-risiko-kejadian-infeksi-saluran-pernapasan-akut-pada-anak-usia-6-bulan-sa">infeksi saluran napas akut (ISPA) dengan perilaku mencuci tangan yang kurang baik</a> ditemukan dalam riset di Semarang dengan sampel 128 anak. Tanpa disadari tangan kita sering menyentuh bagian wajah, termasuk hidung dan mulut. Dengan mencuci tangan, mikroba yang menempel pada tangan dapat dihilangkan sehingga kejadian <a href="https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/2939">infeksi saluran napas dapat dikurangi.</a>.</p>
<p>Riset lainnya juga menyimpulkan dampak cuci tangan mampu menurunkan kejadian <a href="https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/660">kecacingan</a>.</p>
<h2>Perlu dukungan banyak pihak</h2>
<p>Perubahan perilaku secara individual dan komunal agar lebih sehat sebenarnya hal yang sulit. Pandemi Covid telah memaksa kita untuk cepat berubah. Pandemi ini merupakan faktor pendorong yang kuat bagi masyarakat untuk meningkatkan higiene pribadi.</p>
<p>Di tengah dampak psikologis pandemi, anjuran cuci tangan dituruti oleh sebagian masyarakat secara responsif.</p>
<p>Dalam waktu singkat, harga masker dan hand sanitizer meningkat serta menjadi barang yang langka. Penggunaan hand sanitizer dapat menjadi alternatif saat bepergian saat akses untuk fasilitas mencuci tangan dengan air dan sabun sulit diakses. Namun penggunaan hand sanitizer kurang efektif pada tangan yang sangat kotor, sehingga belum dapat sepenuhnya menggantikan proses cuci tangan dengan sabun. </p>
<p>Karena itu, mencuci tangan dengan air dan sabun tetap dianjurkan setelah beberapa kali membersihkan tangan dengan hand sanitizer.</p>
<p>Selain itu, terdapat beberapa relawan dan donatur yang juga membuatkan stasiun untuk mencuci tangan di berbagai tempat. Berbagai tempat umum, seperti pasar, toko dan tempat belanja lainnya menyediakan fasilitas cuci tangan atau hand sanitizer bagi para pengunjungnya, agar higiene dan kebersihan dapat tetap terjaga. </p>
<p>Perubahan perilaku kesehatan pada masyarakat dalam menjaga kebersihan tangan merupakan hal yang positif, yang perlu diteruskan setelah pandemi.</p>
<p>Perlu ada riset berskala besar untuk mengukur penurunan kejadian berbagai penyakit infeksi lainnya sebagai dampak ikutan dari kebiasaan mencuci tangan pada saat pandemi Covid-19.</p>
<p>Momentum dan kebiasaan yang baik ini perlu terus dipelihara di masyarakat, walau nanti pandemi Covid-19 telah terkendali.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140708/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Soegianto Ali tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perlu ada riset berskala besar untuk untuk mengukur penurunan kejadian berbagai penyakit infeksi lainnya sebagai dampak ikutan dari kebiasaan mencuci tangan pada saat pandemi Covid-19.Soegianto Ali, Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Kepala Program Studi Magister Biomedik, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1105762019-01-30T05:30:15Z2019-01-30T05:30:15ZBenarkah tak ada kasus kolera di Indonesia atau tersamarkan dengan sebutan diare?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/256054/original/file-20190129-108351-1bnfa5s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sanitasi di pinggir Kali Ciliwung, Kampung Melayu, Jakarta, 2008.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/success?u=http%3A%2F%2Fdownload.shutterstock.com%2Fgatekeeper%2FW3siZSI6MTU0ODc3NjUxNCwiYyI6Il9waG90b19zZXNzaW9uX2lkIiwiZGMiOiJpZGxfMTE3MjEyMjQ5MiIsImsiOiJwaG90by8xMTcyMTIyNDkyL21lZGl1bS5qcGciLCJtIjoxLCJkIjoic2h1dHRlcnN0b2NrLW1lZGlhIn0sIndvd1MxMDhiOXVHTFJZalBDcm90VmRPTlNhdyJd%2Fshutterstock_1172122492.jpg&pi=41133566&m=1172122492&src=cE3bGtqZh_ZZpHQ3B6SxhQ-1-38">Joachim Affeldt/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Laporan <a href="https://www.who.int/cholera/progress-toward-ending-cholera-worldwide/en/">Badan Kesehatan Dunia (WHO) terbaru</a> menyebut tak ada kasus kolera di Indonesia dalam peta kasus kolera periode 2010-2014. </p>
<p>Sampai 2018 pun tidak ada (data tak tersedia) kasus kolera di negeri ini, sementara kasus penyakit menular ini masih ditemukan di negara-negara berkembang di Asia, <a href="https://www.voaindonesia.com/a/ibu-kota-zimbabwe-waspadai-wabah-kolera/4568085.html">Afrika</a>, dan Amerika Selatan. </p>
<p>Di sisi lain, banyak ditemukan <a href="https://data.go.id/dataset/kasus-diare-luar-biasa">kasus diare</a> di negeri ini dan tingkat perilaku hidup bersih dan sehat hanya 32,3%. Maka muncul pertanyaan: benarkah kasus diare kolera benar-benar telah hilang dari bumi Indonesia ataukah terdapat kasus tapi tidak dilaporkan atau tersamarkan sebagai diare? </p>
<p>Lebih penting lagi, apakah ada yang salah dalam sistem untuk mengidentifikasi penyakit yang bisa menyebabkan kematian dan berpotensi wabah ini?</p>
<h2>Menular dan mematikan</h2>
<p>Kolera merupakan salah satu penyakit menular yang harus dipantau terus menerus oleh petugas kesehatan dari tingkat daerah sampai pusat, karena penyakit ini berpotensi <a href="http://sinforeg.litbang.depkes.go.id/upload/regulasi/PMK_No._82_ttg_Penanggulangan_Penyakit_Menular_.pdf">menimbulkan wabah dan berdampak masalah kesehatan</a>. </p>
<p>Pada 1995-2005 WHO melaporkan lebih dari 1,8 juta orang terjangkit kolera di beberapa negara dan membunuh 56.000 jiwa. Pada periode 2006 hingga 2016 tercatat lebih dari <a href="http://www.waterpathogens.org/book/Vibrio">2,6 juta kasus kolera </a> dengan kematian 46.881 jiwa. </p>
<p>Diare dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Penyakit kolera merupakan penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri <em>Vibrio cholerae</em>. Makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut dapat menyebabkan kolera. Bakteri kolera dapat ditemukan pada penderita yang terinfeksi kolera, tapi dapat juga ditemukan di alam bebas. Bahkan kini bakteri ini juga dapat ditemukan <a href="http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/MURAD.pdf">binatang laut</a> seperti kepiting, kerang, tiram dan remis. </p>
<p>Orang yang terinfeksi bakteri kolera akan mengalami gejala muntah, buang air besar seperti air cucian beras dalam jumlah banyak (1 liter per jam) sehingga mengalami dehidrasi, kehilangan elektrolit dan keasaman darahnya naik. </p>
<p>Pada kasus yang berat, penderita kehilangan cairan dan elektrolit dengan cepat dan banyak sehingga terjadi <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/renjatan">renjatan</a> keasaman metabolik. Bila tidak diobati akan menyebabkan kematian. Penularan dan penyebaran kolera terjadi karena kontaminasi sumber air minum atau makanan yang dimasak tidak matang. </p>
<p>Faktor risiko paling dominan terjadinya penyakit kolera adalah kondisi sanitasi dan higiene yang buruk seperti tidak ada sarana ketersediaan air bersih, tidak ada jamban yang memadai, perilaku tidak cuci tangan, tak menjaga kebersihan badan, dan buang air besar sembarangan. </p>
<h2>Kasus kolera di Indonesia</h2>
<p>Dalam laporan terakhir periode 2017-2018, WHO melaporkan kasus kolera di beberapa negara Afrika, <a href="https://www.voaindonesia.com/a/who-wabah-kolera-tewaskan-hampir-2000-orang-di-yaman/3986092.html">termasuk Yaman</a>, tapi kasus dari Indonesia tidak ada di laporan tersebut.</p>
<p>Data WHO biasanya merujuk pada data resmi kementerian kesehatan masing-masing negara. Namun data kasus kolera di Indonesia tidak terlapor secara kumulatif di pusat data dan informasi kesehatan Kementerian Kesehatan. Bahkan pada 2015 data kolera <a href="https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/250142/WER9138.pdf;jsessionid=CA5282593B7353A3FF0BFFF9BDAA140B?sequence=1">dari negara Bangladesh, Bhutan, dan Indonesia </a> tidak tersedia di WHO.</p>
<p>Data yang tersedia saat ini di Indonesia hanya <a href="http://www.pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html">data diare yang bersifat umum</a>. Artinya diare yang terdokumentasi itu disebabkan oleh banyak hal dan tidak spesifik. Data tersebut juga hanya didasarkan pada gejala klinis atau keterangan melalui proses wawancara tanpa penunjang diagnostik laboratorium. Beberapa <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2018/11/23/06065581/orangtua-murid-korban-diare-massal-di-depok-tagih-janji-dinkes">kasus diare massal juga dilaporkan media massa</a> seperti tahun lalu di Depok.</p>
<p>Meski demikian, karena kolera pernah terjadi di Indonesia sehingga agen kolera pada penderita diare masih ada dan akan selalu ada serta potensial mengancam wilayah ketika faktor risiko kejadian kolera terpenuhi. </p>
<p>Pada 2008, kolera <a href="http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/view/175">menyebabkan 105 orang</a> meninggal di kabupaten Paniai dan Nabire Papua. Kasus kolera lainnya ditemukan di <a href="http://www.cholera-network.org/wp-content/uploads/2017/05/musal-kadim.pdf">beberapa provinsi</a> seperti Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten antara 2009 dan 2011. </p>
<p>Sebelumnya kasus kolera pernah dilaporkan di beberapa tempat Indonesia pada periode 1993–1999 berdasarkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11791976">penelitian yang berbasis rumah sakit di tujuh provinsi </a>. Dari 6882 sampel yang diduga diare didapat 589 (9%) sampel positif terkena kolera. </p>
<h2>Tersamarkan dengan sebutan diare?</h2>
<p>Dalam keadaan kondisi yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan kolera, bakteri kolera dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi">dorman</a>. Bakteri ini akan berkembang kembali ketika suasananya mendukung. Dalam kondisi apa pun bakteri kolera masih ada di lingkungan sambil menunggu dan siap menyebabkan penyakit. </p>
<p>Faktor risiko kolera ada di Indonesia karena <a href="http://promkes.kemkes.go.id/phbs">indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS</a>) di Indonesia masih rendah, 32,3%. Di Papua tingkat indikator perilaku bersih dan sehat (PHBS) terendah di Indonesia, yaitu <a href="http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf">hanya 16,4%</a>. Meski faktor risiko ada, tidak terdengar adanya kasus kolera di Papua sampai awal 2019. </p>
<p>Ada kemungkinan bahwa kasus-kasus kolera dimasukkan ke data diare dengan definisi yang bersifat umum. Terkadang data tersebut tidak disertai diagnosis laboratorium sehingga <a href="http://www.pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-profil-kesehatan.html">kasus kolera tidak terlacak</a>. Jadi, mungkin ada kasusnya tapi diklasifikasikan sebagai kasus diare, bukan kasus kolera.</p>
<h2>Apa yang harus dilakukan pemerintah?</h2>
<p>Dengan melihat kondisi tersebut maka Kementerian Kesehatan perlu memperbaiki sistem penemuan kasus, pelaporan, dan penegakan diagnosis kolera. </p>
<p>Kementerian kesehatan perlu membuat ruang tersendiri dalam bentuk laporan, bisa berupa sistem <em>data base</em> diare kolera online tersendiri (datanya jangan digabung dengan diare) yang bisa di-<em>input</em> dari tingkat Puskesmas sampai ke pusat. Bila perlu gejala diare yang mengarah ke kolera menjadi perhatian serius dengan melakukan diagnosis laboratorium.</p>
<p>Kementerian perlu menyampaikan laporan kasus secara terbuka. Kasus kolera di suatu negara dapat menjadi <em>travel warning</em> bagi negara-negara yang akan berkunjung. Hal ini jangan menghalangi pemerintah untuk menyampaikan temuan kasus kolera kepada publik. Sampaikan setiap laporan kejadian kolera secara berjenjang sesuai kesepakatan <a href="https://www.who.int/ihr/publications/9789241580496/en/">International Health Regulation (IHR) 2005</a>.</p>
<p>Kementerian perlu memfasilitasi diagnosis dengan melengkapi pemeriksaan kolera di laboratorium sampai tingkat pusat kesehatan masyarakat.</p>
<p>Pendeknya, situasi dan kondisi negara Indonesia saat menunjukkan adanya faktor risiko timbulnya kasus kolera. Namun karena definisi diare, pelaporan, penemuan, dan deteksi kasus kolera yang kurang maksimal, kasus kolera di Indonesia menjadi tidak terlacak.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/110576/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kambang Sariadji pernah menerima dana dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Indonesia untuk beberapa penelitian penyakit potensi wabah seperti kolera dan difteri. </span></em></p>Kolera merupakan salah satu penyakit menular yang perlu dipantau terus menerus oleh petugas kesehatan karena penyakit ini berpotensi menimbulkan wabah.Kambang Sariadji, Researcher in Bacteriology, National Institute of Health Research and Development (NIHRD), Ministry of Health IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.