tag:theconversation.com,2011:/us/topics/g20-2022-bali-115729/articlesG20 2022 Bali – The Conversation2022-11-15T05:21:07Ztag:theconversation.com,2011:article/1942622022-11-15T05:21:07Z2022-11-15T05:21:07ZIlmuwan dunia serukan 4 rekomendasi sebagai tindak lanjut G20 2022 di Bali<p>Seiring bertambah <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">parahnya krisis iklim</a>, dan setelah <a href="https://theconversation.com/covid-19-recovery-some-economies-will-take-longer-to-rebound-this-is-bad-for-everyone-162023">diporak-porandakan COVID-19</a>, dunia makin menyadari pentingya kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global. Namun, meski <a href="https://theconversation.com/tiga-model-solusi-atasi-kerentanan-kesehatan-dunia-yang-makin-kompleks-dan-lintas-disiplin-191349">berdampak luas dan saling terkait</a>, hingga kini masih sedikit solusi efektif dan kolaboratif berbasis sains dari negara-negara dunia untuk mengatasi dua tantangan tersebut.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/g20-tersulit-dalam-sejarah-mampukah-indonesia-mengakhiri-konferensi-internasional-ini-dengan-sukses-194028">Peran Indonesia pada G20 tahun ini</a> menjadi momentum yang strategis bagi pemerintah bersama komunitas sains Indonesia dan dunia untuk memimpin upaya ini.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-2022-bali-memahami-istilah-penting-dan-tujuan-berkumpulnya-kepala-negara-ekonomi-terbesar-di-dunia-194342">G20 2022 Bali: memahami istilah penting dan tujuan berkumpulnya kepala negara ekonomi terbesar di dunia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada tahun ini, misalnya, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama <a href="https://s20indonesia.org"><em>Science20</em> (S20)</a> – salah satu kelompok keterlibatan (<em>engagement group</em>) G20 – yang kepemimpinannya tahun ini dipegang <a href="https://aipi.or.id">Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI)</a>.</p>
<p>Lewat rangkaian forum resmi antara komunitas sains anggota G20, kami para ilmuwan S20 menerbitkan rekomendasi kebijakan kesehatan dan iklim global yang kami tuangkan dalam <a href="https://www.science.org.au/files/userfiles/about/documents/s20-communique-final-22-sept-2022.pdf">Deklarasi S20</a> (<em>S20 Communique</em>).</p>
<p>Ada beberapa hal yang kami rekomendasikan untuk menjadi prioritas para pemimpin negara G20. Ini termasuk membangun sistem kesehatan global, memperkuat sains dan teknologi multidisiplin, hingga memperkuat kesinambungan riset dan kebijakan untuk iklim, pandemi, dan ekonomi.</p>
<p>Sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, bagaimana Indonesia dapat mendorong komunitas internasional mewujudkan agenda penting tersebut?</p>
<p>Saya bersama para ilmuwan S20 merekomendasikan setidaknya 4 langkah yang bisa dilakukan oleh Indonesia dengan melibatkan negara dan komunitas sains global.</p>
<p><strong>1. Tegaskan komitmen terhadap kebijakan berbasis sains</strong></p>
<p>Dalam gelaran G20, Indonesia perlu mengajak para pemimpin negara untuk berkomitmen melaksanakan rekomendasi ilmuwan dalam Deklarasi S20. KTT G20 pada pertengahan November ini menjadi momentum yang tepat untuk menegaskan komitmen ini.</p>
<p>Tanpa komitmen bersama, buah pikir dan kesepakatan para ilmuwan dunia yang terkumpul selama proses panjang G20 hanya akan menjadi sekedar formalitas dan pernyataan hampa.</p>
<p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo juga harus menghentikan tren antisains yang <a href="https://theconversation.com/data-bicara-setidaknya-64-dosen-mahasiswa-dan-individu-lain-jadi-korban-pelanggaran-kebebasan-akademik-selama-2019-2022-193722">banyak terjadi</a> di era pemerintahannya – dari <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200822183537-20-538156/akun-epidemiolog-pandu-riono-diretas-dunia-akademis-terancam">represi kritik terhadap penanganan pandemi</a> hingga <a href="https://theconversation.com/dari-pencekalan-hingga-deportasi-ilmuwan-mengapa-represi-antisains-menteri-siti-nurbaya-terus-menguat-191082">pencekalan peneliti lingkungan</a>. </p>
<p>Apalagi di tengah peringatan keras para peneliti akan parahnya krisis iklim di <a href="https://theconversation.com/menjelang-cop27-tiga-peringatan-dari-ilmuwan-iklim-ke-para-pemimpin-dunia-193872">Konferensi Iklim PBB (COP27)</a> belum lama ini, ditambah pengalaman COVID-19, menjadi syarat mutlak bagi Indonesia dan negara dunia untuk menempatkan sains dalam perumusan kebijakan kesehatan dan iklim.</p>
<p><strong>2. Dorong sistem kesehatan dunia yang tahan krisis</strong></p>
<p>Seperti yang kami tuangkan dalam Deklarasi S20, pandemi COVID-19 telah menjadi alarm bahwa infrastruktur kesehatan kita – dari level nasional hingga global – <a href="https://theconversation.com/we-were-on-a-global-panel-looking-at-the-staggering-costs-of-covid-17-7m-deaths-and-counting-here-are-11-ways-to-stop-history-repeating-itself-190658">masih cukup rapuh</a>. </p>
<p>Ketergantungan pada kebijakan yang reaktif, ketimbang pencegahan dan kesiapan global, telah membuat banyak negara gagal membendung krisis kesehatan global.</p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia perlu mendorong negara G20 dan komunitas sains internasional untuk memastikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkoordinasikan sistem kesehatan global yang resilien terhadap ancaman kesehatan dunia.</p>
<p>Beberapa inisatif kesehatan global – termasuk <a href="https://www.who.int/news/item/17-10-2022-one-health-joint-plan-of-action-launched-to-address-health-threats-to-humans--animals--plants-and-environment"><em>‘One Health’ Joint Plan of Action</em></a> gagasan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lain yang berupaya melawan ancaman kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan secara terintegrasi – kini mulai mempertimbangkan hal di atas. Prinsip-prinsip Deklarasi S20 bisa memperkuat inisiatif semacam itu dan menjadi landasan untuk inisiatif WHO lainnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/g20-sektor-kesehatan-4-strategi-memperkuat-respons-warga-untuk-melawan-pandemi-masa-depan-183375">G20 Sektor Kesehatan: 4 strategi memperkuat respons warga untuk melawan pandemi masa depan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>WHO juga wajib memetakan pusat-pusat unggulan riset kesehatan setiap negara dan memastikan terjadinya keterhubungan di antara sistem kesehatan tersebut. Selama pandemi, misalnya, kita mulai melihat beragam kerja sama yang krusial dalam membendung COVID-19 – dari <a href="https://theconversation.com/sains-terbuka-mendorong-riset-global-untuk-hadapi-coronavirus-mengapa-peran-indonesia-minim-131615">pembagian data genom virus</a> via bank genetik hingga <a href="https://myhealth.ucsd.edu/Coronavirus/134,263">kolaborasi pembuatan vaksin</a>.</p>
<p>Dengan prinsip-prinsip Deklarasi S20 lainnya seperti sistem “alarm pandemi” global, kemudahan akses data terbuka antara beragam insitusi riset, dan rantai pasok vaksin dan obat yang lebih siap, harapannya setiap negara bisa merespons krisis dengan lebih cepat di tingkat lokal.</p>
<p><strong>3. Bangun ekonomi pascapandemi secara berkelanjutan</strong></p>
<p>Langkah ketiga yang harus dilakukan Indonesia bersama para pemimpin dunia, terutama dalam membangun ketahanan iklim global, adalah menekankan keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi G20 selepas COVID-19.</p>
<p>Para pemimpin dunia perlu menggencarkan <a href="https://theconversation.com/negara-maju-harus-ambil-peran-lebih-banyak-dalam-perubahan-iklim-122214">komitmen mereka masing-masing</a> – misalnya seperti yang tertuang dalam dokumen komitmen iklim (<a href="https://theconversation.com/kesepakatan-cop26-glasgow-memuat-4-poin-penting-apakah-aksi-iklim-indonesia-sudah-sesuai-jalur-172206"><em>Nationally Determined Contribution</em></a>, atau NDC) tiap negara – untuk memastikan pemangkasan emisi karbon dan transisi hijau dalam aktivitas ekonomi yang spesifik pada situasi lokal. </p>
<p>Penekanan krisis iklim sebagai ancaman eksistensial, sebagaimana tertuang dalam Deklarasi S20, harus menjadi pengingat kembali bagi Indonesia dan pimpinan G20 atas target-target yang sebelumnya sudah tertuang dalam <a href="https://theconversation.com/apa-itu-cop27-ini-penjelasan-istilah-istilah-rumit-dalam-konferensi-iklim-tahunan-dunia-193744">Perjanjian Paris</a> dan <a href="https://sdgs.un.org/goals">Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs 2030)</a>. </p>
<p>Slogan yang diusung Indonesia dan negara G20 tahun ini, misalnya, yakni “Pulih Bersama, Lebih Kuat,” sulit tercapai jika dalam upaya mendongkrak produktivitas dan membangun infrastruktur, pembuat kebijakan tidak berupaya meraih emisi bebas karbon (<em>net-zero</em>).</p>
<p><strong>4. Membangun jaringan pendanaan riset kesehatan dan iklim yang multidisiplin</strong></p>
<p>Mencegah, mengantisipasi, dan merespons tantangan kompleks seperti pandemi dan perubahan iklim membutuhkan pendekatan multisektor dan <a href="https://theconversation.com/the-one-health-concept-must-prevail-to-allow-us-to-prevent-pandemics-148378">multidisiplin</a>. Namun, pendanaan riset di tingkat negara G20 maupun global cenderung belum banyak menarget inisiatif riset – terutama kesehatan, energi, dan iklim – yang lintas disiplin. </p>
<p>Oleh karena itu, Indonesia melalui AIPI sebagai pimpinan S20 tahun ini dapat mendorong terbentuknya konsorsium dan sistem pendanaan riset multidisiplin di antara ilmuwan negara G20 maupun lebih luas, terutama yang bertujuan untuk mendukung mitigasi krisis iklim dan kesiapan pandemi.</p>
<p>Ini penting karena pembuatan kebijakan iklim dan pandemi memerlukan <a href="https://theconversation.com/why-science-needs-the-humanities-to-solve-climate-change-113832">perspektif ilmu sosial dan humaniora</a> agar tetap inklusif dan menjamin tidak ada satupun <a href="https://minorityrights.org/wp-content/uploads/old-site-downloads/download-524-The-Impact-of-Climate-Change-on-Minorities-and-Indigenous-Peoples.pdf">orang yang tertinggal</a>.</p>
<p>Berbagi dukungan finansial, pengetahuan, dan teknologi – tentu disertai dengan prinsip keterbukaan dan akses data – juga menjadi langkah wajib untuk mendukung agenda riset multidisiplin dalam isu kesehatan dan iklim.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/194262/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Berry Juliandi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Di gelaran G20 2022, kesiapan pandemi dan ketahanan iklim global menjadi prioritas utama para ilmuwan dunia. Berikut 4 rekomendasi kami untuk Indonesia dan negara-negara dunia.Berry Juliandi, Dean, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1758442022-01-28T06:39:50Z2022-01-28T06:39:50ZHarlah NU 2022: 2 kontribusi yang Nahdlatul Ulama bisa tawarkan untuk G20<p>Pada 31 Januari, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, akan memperingati ulang tahunnya yang ke-96. </p>
<p>Dalam empat tahun ke depan, NU berencana menyongsong abad kedua gerakannya dengan slogan <a href="https://nasional.tempo.co/read/1543424/gus-yahya-kemandirian-warga-dan-perdamaian-dunia-jadi-dua-agenda-pbnu">membangun kemandirian untuk perdamaian dunia</a>. </p>
<p><a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20211209100254-4-297861/presidensi-g20-mulai-pejabat-penting-dunia-kumpul-di-bali">Momen forum G20 – pertemuan 20 negara dengan perekonomian terbesar – yang akan dilakukan di Bali</a> tahun ini bisa menjadi kesempatan NU untuk unjuk diri di pentas global. </p>
<h2>Peluang dan tantangan keterlibatan NU di ranah global</h2>
<p>Beberapa pakar dan praktisi menanti peran NU untuk berkiprah secara lebih dominan dalam mempengaruhi wacana keislaman dan keagamaan di tingkat global. </p>
<p>Belum lama ini, dosen ilmu politik dari San Diego State University, Amerika Serikat, Ahmet Kuru berpendapat bahwa <a href="https://theconversation.com/bagaimana-nahdlatul-ulama-memprakarsai-reformasi-islam-dan-berupaya-menyebar-pengaruh-di-dunia-muslim-168768">NU perlu mempelopori upaya reformasi Islam secara masif di tengah masyarakat Muslim dunia</a>. </p>
<p>Dalam kesempatan lainnya, Jose Ramos Horta, tokoh kemerdekaan Timor Leste, juga menyampaikan keinginannya untuk <a href="http://hatutan.com/2021/12/24/dr-jose-ramos-horta-nahdlatul-ulama-dan-muhammadiyah-berhak-dan-layak-mendapatkan-nobel-perdamaian-2022/">menominasikan NU dan Muhammadiyah, organisasi Islam lainnya di Indonesia, sebagai pemenang anugerah Nobel Perdamaian 2022</a>. Jose adalah salah satu penerima Nobel Perdamaian 1996.</p>
<p>NU memang memiliki pengaruh amat besar di Indonesia. Secara kuantitatif, pengaruh itu bisa dilihat dari <a href="https://www.kominfo.go.id/content/detail/32981/wujudkan-kesejahteraan-umat-nu-perlu-maksimalkan-gerakan-kemasyarakatan/0/berita">jumlah basis massa NU yang diperkirakan berjumlah kurang lebih 108 juta orang</a>. </p>
<p>Secara kualitatif, <a href="https://kumparan.com/kumparannews/8-kader-nu-yang-mengisi-jabatan-di-pemerintahan-jokowi-1wkalwUFXvo">beberapa kader NU menduduki posisi strategis sebagai menteri di Kabinet Indonesia Maju</a>, termasuk Wakil Presiden RI. Melihat dominasinya dalam sistem sosial-politik Indonesia, wajar saja jika NU menjadi harapan besar bagi berbagai pihak.</p>
<p>Namun, perlu disadari bahwa NU masih menghadapi tantangan besar untuk mengglobalkan narasi Islam moderat ala Indonesia. </p>
<p>Dosen dan pakar Indonesia di University of Washington, Amerika Serikat, Giora Eliraz, menelaah bahwa <a href="https://www.mei.edu/publications/indonesias-nahdlatul-ulama-tolerant-inclusive-message-arab-middle-east">NU dan masyarakat Muslim Indonesia secara umum berada pada posisi “pinggiran” dalam dunia Islam yang selama ini berpusat di Timur Tengah</a>. </p>
<p>Selain itu, Giora juga menggambarkan bahwa wacana keislaman NU masih terlalu berpandangan lokal dan berorientasi domestik. Meski demikian, <a href="http://www.thejakartapost.com/opinion/2021/12/26/why-nu-matters.html">peran Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua NU diharapkan dapat menjawab keraguan tersebut</a>. </p>
<p>Sebagai tokoh NU yang kerap terlibat dalam forum diskusi antar-iman di tingkat global, kepemimpinan Yahya diharapkan dapat menjulangkan kredibilitas NU dalam pewacanaan keislaman dan keagamaan di tingkat global.</p>
<p>Nah, guna memaksimalkan peran di G20, NU dapat menawarkan dua solusi yang sejalan dengan <a href="https://g20.org/g20-presidency-of-indonesia/">visi Indonesia sebagai tuan rumah G20: perbaikan kondisi masyarakat global yang lebih kuat secara bersama-sama (<em>recover stronger, recover together</em>).</a> </p>
<p>Solusi itu berhulu dari beragam kisah sukses yang telah ditunjukkan oleh <a href="https://nu.or.id/daerah/masjid-dan-pesantren-adalah-aset-nu-2noba">pesantren, sebagai aset sosial terbesar dan terkuat yang dimiliki oleh NU</a>.</p>
<h2>1. Menawarkan pendidikan toleransi ala pesantren</h2>
<p>Solusi pertama, NU dapat menawarkan program penguatan Islam moderat dalam bentuk yang lebih konkret agar toleransi lebih dipahami secara substantif.</p>
<p>Dalam aspek membina toleransi antar-iman, Yahya Cholil Staquf menekankan <a href="https://twitter.com/IF20org/status/1415766710729072642">kesadaran para pemeluk agama untuk mengakui bahwa setiap agama pasti memiliki masalah masing-masing</a>. Artinya, diperlukan keterbukaan dan kejujuran dari setiap pemeluk agama agar terjadi diskusi antar-iman yang konstruktif. </p>
<p>NU telah menginisiasi pendidikan toleransi yang lebih substantif dengan mengubah <a href="https://theconversation.com/dari-kafir-ke-non-muslim-dan-ide-kesetaraan-di-pesantren-dan-nu-113120">redaksi kafir atau para pemeluk agama di luar Islam menjadi non-muslim dalam pengajaran materi keislaman di pesantren</a>. </p>
<p>Beberapa pesantren yang berafiliasi dengan NU, seperti <a href="https://republika.co.id/berita/koran/news-update/oi9yk68/pesantren-assalafiyyah-sleman-tanamkan-nilai-toleransi-dan-hargai-kemajemukan">Pondok Pesantren Assalafiyyah Mlangi di Sleman</a>, Yogyakarta, juga menerapkan pendidikan toleransi yang integratif dengan program pembelajaran pesantren. Pendidikan toleransi dilakukan dengan mengundang tokoh lintas agama untuk berdiskusi dengan para santri. Diskusi turut mengkaji konsep toleransi dalam Islam berdasarkan <a href="http://rumahfiqih.com/y.php?id=196&turats-fiqih.htm">referensi <em>matan</em> (tulisan singkat tentang rangkuman hukum Islam), <em>syarah</em> (penjelasan atas <em>matan</em>) dan <em>hasyiyah</em> (penjelasan atas <em>syarah</em>).</a> </p>
<p><a href="https://nu.or.id/nasional/fiqih-toleransi-ala-pesantren-jalan-tengah-problem-kebhinnekaan-rgCys">Pengkajian konsep toleransi melalui metode ini dianggap lebih fleksibel karena membuat penerapan hukum Islam menjadi lebih kontekstual.</a></p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/443072/original/file-20220127-16-k29f7h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/443072/original/file-20220127-16-k29f7h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/443072/original/file-20220127-16-k29f7h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/443072/original/file-20220127-16-k29f7h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/443072/original/file-20220127-16-k29f7h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/443072/original/file-20220127-16-k29f7h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/443072/original/file-20220127-16-k29f7h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Santri membawa sejumlah poster tokoh NU pada pawai peringatan Hari Santri Nasional di Sidoarjo, Jawa Timur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">kominfo-antarafoto</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Untuk mengglobalkan model ini, NU melalui <a href="https://rmi-nu.or.id/">lembaga pengelola pesantren <em>Rabithah Ma'ahid al Islamiyyah</em></a> dan Kementerian Agama RI perlu mengembangkan kurikulum pembelajaran toleransi secara terstruktur. Harapannya, kurikulum tersebut dapat ditawarkan dan diterapkan secara luas di tingkat nasional dan global.</p>
<h2>2. Model ekonomi hijau berbasis pesantren</h2>
<p>Solusi kedua yang bisa ditawarkan NU di forum G20 adalah peran NU untuk mendorong sektor ekonomi hijau yang didukung oleh digitalisasi. </p>
<p>Penerapan ekonomi hijau merupakan <a href="https://kumparan.com/berita-hari-ini/tawazun-sikap-menyeimbangkan-kehidupan-dunia-dan-akhirat-1vPVZpGY5ra">refleksi dari sifat <em>tawazun</em> (keseimbangan) </a> sebagai salah satu elemen dari <a href="https://nu.or.id/opini/esensi-dakwah-islam-wasathiyah-XZeTu"><em>wasathiyyatul Islam</em> (moderatisme keberagamaan Islam).
</a></p>
<p>Berdasarkan data Kementerian Agama RI 2021, ada hampir 4 ribu pesantren berpotensi mendukung sektor ekonomi hijau. Adapun rinciannya antara lain <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/18/1845-pesantren-miliki-potensi-ekonomi-di-bidang-koperasi-ukm-dan-ekonomi-syariah#:%7E:text=Potensi%20Ekonomi%20di%20Pesantren%20(2021)&text=Menurut%20statistik%20Kementerian%20Agama%2C%20pesantren,memiliki%20potensi%20di%20bidang%20agribisnis.">1.479 pesantren di sektor agribisnis, 1.141 pesantren di sektor perkebunan, 1.053 pesantren di sektor peternakan dan 318 pesantren di sektor maritim</a>. Kebanyakan pesantren mengelola usahanya dengan <a href="https://knks.go.id/isuutama/26/penguatan-kemandirian-ekonomi-pesantren-berbasis-syariah">sistem koperasi atau <em>baitul mal wat tamwil</em>. </a></p>
<p>Perekonomian hijau berbasis pesantren terbukti telah mendorong perekonomian masyarakat sekitar pesantren. <a href="https://www.laduni.id/post/read/70913/pesantren-agro-bisnis-al-ittifaq-bandung">Pesantren al-Ittifaq di Bandung, Jawa Barat,</a> dan <a href="https://jateng.suara.com/read/2021/10/19/173339/dakwah-ala-ponpes-rubat-mbalong-ell-firdaus-cilacap-ajarkan-hidup-duniawi-dan-akhirat">Pesantren Rubat Mbalong di Cilacap, Jawa Tengah,</a> dapat menjadi contoh pesantren berbasis agrobisnis yang telah memberdayakan perekonomian masyarakat sekitar.</p>
<p>Ide pengembangan ekonomi hijau ala NU dimulai sejak 2017 di Jambi dalam konsorsium yang disebut sebagai <a href="https://www.youtube.com/watch?v=4Jd2IKYocQI">KEMALA (Konsorsium Energi Mandiri Lestari)</a>. Konsorsium yang dikepalai oleh NU ini telah merancang <a href="https://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/314/2019/08/Buku-Sekolah-Hijau.pdf">konsep Sekolah Hijau untuk memberdayakan masyarakat pedesaan dalam pemanfaatan sumber daya alam dan energi alternatif</a>. </p>
<p>NU, bersama lembaga-lembaga terafiliasi seperti <a href="http://www.lakpesdam.or.id/">Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Masyarakat NU</a>, Lembaga Pengembangan Pertanian NU, dan <a href="http://lpbi-nu.org/">Lembaga Penangggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU</a> dapat memperluas konsep Sekolah Hijau untuk memantapkan cetak biru ekonomi hijau berbasis pesantren. </p>
<p>Jika dimanfaatkan dengan baik, NU bisa menawarkan potensi ekonomi hijau versi pesantren-pesantren yang berafiliasi dengan NU sebagai model ekonomi hijau pada forum G20. Harapannya, konsep tersebut dapat diterapkan di negara-negara berkembang.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/175844/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hadza Min Fadhli Robby tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Keterlibatan NU sebagai salah satu organisasi Muslim terbesar di dunia menjadi krusial di forum G20.Hadza Min Fadhli Robby, Dosen Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia (UII) YogyakartaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.