tag:theconversation.com,2011:/us/topics/gas-rumah-kaca-68079/articlesGas Rumah Kaca – The Conversation2021-04-22T04:38:02Ztag:theconversation.com,2011:article/1579702021-04-22T04:38:02Z2021-04-22T04:38:02ZGerakan aksi iklim Indonesia meningkat tapi belum pengaruhi kebijakan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/395736/original/file-20210419-15-4v29vv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=11%2C23%2C3976%2C2628&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Aksi "Jeda Untuk Iklim di Jakarta, sebelum pandemi. </span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.</span></span></figcaption></figure><p>Aksi protes perubahan iklim bukan hal yang baru di Indonesia. Namun, memang baru pada 2019 bisa disebut sebagai tahun <a href="https://www.tempo.co/dw/1768/2019-tahun-bangkitnya-kesadaran-dan-aksi-protes-perubahan-iklim">kebangkitan aksi protes perubahan iklim</a>. </p>
<p>Selama pandemi, protes iklim virtual di Indonesia pernah berhasil mengumpulkan kurang lebih 1.000 orang yang tergabung dalam <em>zoom</em> dan siaran langsung YouTube tahun lalu.</p>
<p>Selain itu, para pemuda mengajak masyarakat terdampak, rohaniawan, hingga musisi, dalam protes virtual ini. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/Bg8L00knYLo?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Digital Climate Strike 2020 - “Pukul Mundur Krisis Iklim” (Greenpeace Indonesia)</span></figcaption>
</figure>
<p>Di satu sisi, protes yang masih berjalan meski pandemi menunjukkan animo masyarakat dalam memperjuangkan soal krisis iklim. </p>
<p>Sayangnya, gerakan ini masih belum bisa <strong>memengaruhi</strong> kebijakan iklim di Indonesia karena setidaknya butuh 9 jutaan orang untuk turun ke jalan dan melakukan protes. </p>
<h2>Dari masyarakat terdampak hingga fans K-Pop</h2>
<p>Protes iklim setiap hari Jumat oleh <a href="https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50697434">Greta Thunberg</a>, remaja asal Swedia, sejak 2018 atau dikenal sebagai <em>Fridays for Future</em> memang <strong>memengaruhi</strong> maraknya aksi protes iklim di Indonesia. </p>
<p>Berdasarkan perhitungan <em>Fridays for Future</em>, sudah ada <a href="https://fridaysforfuture.org/what-we-do/strike-statistics/list-of-countries/">116 aksi protes iklim</a> di Indonesia sejak 15 Maret 2019 hingga 26 Maret 2021.</p>
<p>Jumlah ini relatif banyak mengingat dalam jangka waktu 2 tahun sudah ada ratusan aksi protes muncul di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-awal-tunjukkan-nilai-kesadaran-perubahan-iklim-gen-z-di-indonesia-sangat-tinggi-150958">Riset awal tunjukkan nilai kesadaran perubahan iklim Gen-Z di Indonesia sangat tinggi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada 17 Maret 2021, puncak <a href="https://www.instagram.com/p/CMZfp3Ag7Jf/?utm_source=ig_web_copy_link">aksi protes iklim virtual</a> di Indonesia berhasil melibatkan banyak pihak, tidak hanya kelompok lingkungan.</p>
<p>Mulai dari ibu-ibu pejuang <a href="https://tirto.id/ibu-ibu-petani-kendeng-tagih-penuntasan-kasus-pabrik-semen-c2XC">Kendeng</a>, <a href="http://www.solidaritasperempuan.org/kontak/sp-kinasih-jogjakarta/">Solidaritas Perempuan Kinasih</a>, masyarakat terdampak banjir Kalimantan Selatan, hingga perempuan nelayan di <a href="https://www.walhi.or.id/dampak-perubahan-iklim-pulau-pari-alami-banjir-rob-dua-kali-setahun">Pulau Pari</a>, sebagai masyarakat terdampak dari krisis iklim, juga mengikuti protes daring ini. </p>
<p>Selain itu, ada juga gerakan pemuda, seperti <a href="https://www.instagram.com/youth_actkalimantan/?hl=en">Youth Act Kalimantan</a>, Federasi Pelajar Jakarta, NGO <a href="https://www.haka.or.id/">HAkA (Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh)</a>, serta tokoh agama dan musisi. </p>
<p>Keikutsertaan mereka menggambarkan dampak krisis iklim akan menghantam semua lapisan masyarakat.</p>
<p>Selama beberapa tahun belakangan, koalisi dan kelompok lingkungan peduli iklim mulai banyak bermunculan di Indonesia, seperti <a href="https://www.instagram.com/jedaiklim/">Jeda Untuk Iklim</a>, <a href="https://www.instagram.com/extinctionrebellion.id/">Extinction Rebellion Indonesia</a>, <a href="https://www.instagram.com/jaga_rimba/">Jaga Rimba</a>, <a href="https://www.golonganhutan.id/about-us">Golongan Hutan</a>, <a href="https://www.instagram.com/koproliklim/">Koprol Iklim</a>, dan <a href="https://www.instagram.com/climaterangers/">Climate Rangers</a>. </p>
<p>Ada juga <a href="https://www.instagram.com/kpop4planet/">kop4planet</a>, kelompok peduli lingkungan yang terbentuk karena terinspirasi oleh <a href="https://www.kompas.com/hype/read/2021/02/26/230540566/blackpink-ditunjuk-jadi-duta-konferensi-perubahan-iklim-pbb-2021">Blackpink</a>, grup penyanyi perempuan asal Korea Selatan, yang menjadi duta untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB (<a href="https://unfccc.int/">UNFCCC</a>) tahun 2021.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ibu-rumah-tangga-dan-petani-perempuan-berperan-vital-dalam-pergerakan-lingkungan-indonesia-133522">Ibu rumah tangga dan petani perempuan berperan vital dalam pergerakan lingkungan Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selama pandemi, kelompok-kelompok ini mampu beradaptasi dan tetap melanjutkan aksi protes, bahkan sejak September 2020. </p>
<p>Tidak akan mengejutkan apabila pandemi berakhir, aksi protes turun ke jalan skala besar akan bertambah besar di Indonesia dan global. </p>
<h2>Belum cukup pengaruhi kebijakan</h2>
<p>Secara umum, gerakan ini di Indonesia belum cukup kuat untuk memengaruhi kebijakan iklim pemerintah.</p>
<p>Dalam presentasi di TEDxTalk pada 2013, profesor kebijakan publik dari Universitas Harvard AS Erica Chenoweth mengatakan bahwa perlawanan nirkekerasan kemungkinan besar dapat berhasil apabila melibatkan setidaknya 3,5% dari total populasi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/YJSehRlU34w?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">The success of nonviolent civil resistance: Erica Chenoweth at TEDxBoulder.</span></figcaption>
</figure>
<p>Sebagai ilustrasi, gerakan iklim di Indonesia perlu melibatkan setidaknya 9.457.000 orang untuk berhasil, ini mengacu kepada <a href="https://www.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html">total penduduk Indonesia saat ini</a>, yaitu 270,2 juta jiwa. </p>
<p>Jumlah ini masih terlampau jauh dari angka massa yang terlibat saat aksi protes, baik daring dan luring, pada Maret lalu. </p>
<p>Sehingga, aksi protes iklim ini masih membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat, khususnya anak muda. </p>
<p>Riset terbaru dari Dana R. Fisher dan Sohana Nasrin, peneliti dari Universitas Maryland AS tentang <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/wcc.683">aktivisme iklim dan dampaknya</a> menemukan bahwa aksi protes digital memiliki kelebihan bisa menghubungkan orang dari berbagai lokasi secara bersamaan. </p>
<p>Namun, aksi daring cenderung hanya melibatkan peserta dan perspektif yang terbatas.</p>
<p>Aksi protes digital belum efektif untuk menarik lebih banyak massa seperti aksi turun ke jalan, tempat aktivis dapat berinteraksi dengan masyarakat umum secara langsung untuk menarik perhatian. </p>
<p>Meski demikian, aksi ini efektif dan tetap penting untuk menjaga momentum pergerakan.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1380543699059408905"}"></div></p>
<h2>Menuntut penurunan emisi</h2>
<p>Meski karakter protes berubah, seruan global para aktivis iklim tidak bergeming. </p>
<p>Mereka menuntut agar negara-negara di dunia menurunkan emisi karbon secara ambisius untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bila-pemanasan-global-melebihi-2-c-lelehan-es-antarktika-bisa-menaikkan-muka-laut-hingga-20-meter-126509">Bila pemanasan global melebihi 2°C, lelehan es Antarktika bisa menaikkan muka laut hingga 20 meter</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kelompok ini menuntut <a href="https://www.instagram.com/p/CMPJlQNANRz/?utm_source=ig_web_copy_link">5 hal</a> kepada pemerintah Indonesia, yaitu:</p>
<p>1) mendeklarasikan darurat iklim.</p>
<p>2) meningkatkan komitmen iklim Indonesia sesuai dengan <a href="http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/298">Perjanjian Paris</a>, yaitu mencegah suhu Bumi lebih dari 1,5 derajat Celsius.</p>
<p>3) menghentikan investasi di sektor energi kotor (terutama batu bara) dan memilih energi bersih terbarukan untuk pertumbuhan ekonomi yang sehat. </p>
<p>4) menjamin keadilan bagi semua pejuang lingkungan.</p>
<p>5) mencabut seluruh kebijakan yang merusak lingkungan dan memastikan kebijakan baru yang fokus pada penanggulangan krisis iklim.</p>
<p>Menyambut hari Bumi 22 April 2021, koalisi lingkungan kembali menggelar aksi luring, <a href="https://www.instagram.com/p/CN2JFnfAbJi/?utm_source=ig_web_copy_link">Joget Jagat</a>, aksi joget bersama sebagai ekspresi keresahan atas krisis iklim yang terjadi.</p>
<p>Mereka juga menambah <a href="https://www.instagram.com/p/CN1fzvMAZYl/?utm_source=ig_web_copy_link">2 tuntutan</a> yang lebih spesifik, yaitu mengembalikan hutan melalui reboisasi (mencapai 600.000 hektare per tahun) dan memangkas penggunaan serta produksi batu bara sampai nol pada 2030. </p>
<p>Pemerintah Indonesia menargetkan <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2021/03/22/indonesia-mulls-net-zero-emissions-target-by-2070.html">nol emisi</a> tercapai pada 2070. </p>
<p>Target ini mundur 20 tahun dari <a href="https://www.un.org/press/en/2020/sgsm20183.doc.htm">perjanjian yang telah disepakati global</a> di Paris. </p>
<p>Hingga kini, Indonesia tidak berencana menaikkan target emisi secara ambisius dan tetap dengan angka 29% dan 41% (dengan bantuan internasional) hingga 2030.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tiga-kerugian-indonesia-bila-tidak-meningkatkan-target-penurunan-emisi-153097">Tiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada Februari, Badan PBB untuk Perubahan Iklim mengeluarkan <a href="https://unfccc.int/sites/default/files/resource/cma2021_02E.pdf">laporan</a> bahwa total target penurunan emisi sukarela negara-negara saat ini hanya akan mengurangi sekitar 2,8% pada 2030.</p>
<p>Ini tidak cukup untuk bisa menahan suhu Bumi melampaui 1,5 derajat Celsius dan mencegah dampak dari krisis iklim. </p>
<p>Mekanisme negosiasi internasional dalam Perjanjian Paris belum efektif untuk mengubah kebijakan iklim Pemerintah Indonesia. </p>
<p>Namun, tekanan domestik yang persisten terhadap pemerintah dari koalisi kelompok-kelompok lingkungan bisa mengubah kebijakan yang lebih menjanjikan.</p>
<hr>
<p><em>Penulis mewawancarai Melissa Kowara, Koordinator Nasional Extinction Rebellion Indonesia dan Steering Committee Jeda Untuk Iklim, dan Syaharani, salah satu mahasiswi dan penggiat aksi Jeda Untuk Iklim untuk kelengkapan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157970/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stanislaus Risadi Apresian adalah mahasiswa doktoral di Univeristy of Leeds penerima dana Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)</span></em></p>Gerakan protes iklim di Indonesia meningkat, tetapi belum bisa memengaruhi kebijakan.Stanislaus Risadi Apresian, Assistant Professor of International Relations, Universitas Katolik ParahyanganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1406292020-06-20T04:11:37Z2020-06-20T04:11:37ZTerkepung PLTU, hak atas informasi emisi belum terpenuhi bagi warga Jakarta<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/341436/original/file-20200612-153845-xvguuu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C6%2C4509%2C2999&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Emisi dari PLTU seharusnya bisa tersedia dengan mudah bagi masyarakat di Jakarta. </span> <span class="attribution"><span class="source">Rivan Awal Lingga/foc/ANTARA FOTO</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian dari seri untuk merayakan HUT DKI Jakarta ke 493, tanggal 22 Juni.</em></p>
<hr>
<p>Selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak Maret lalu, beredar banyak foto langit kota Jakarta yang biru disertai penampakan pegunungan. </p>
<p>Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengklaim adanya <a href="https://kumparan.com/kumparannews/kualitas-udara-jakarta-semakin-membaik-selama-wfh-dan-psbb-1tKRYLnmdgD">peningkatan kualitas udara Jakarta</a> akibat berkurangnya kuantitas kendaraan yang lalu lalang di daerah Jakarta dan sekitarnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342909/original/file-20200619-70367-51131x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Siluet gunung terlihat karena cerahnya langit di Jakarta semenjak pemberlakuan PSBB.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Aprillio Akbar/foc/ANTARA FOTO</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Data berbeda datang dari <em><a href="https://energyandcleanair.org/">Centre for Research on Energy and Clean Air</a></em> (CREA), sebuah NGO yang mengadvokasi permasalahan polusi udara <a href="https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg">PM2.5</a>, salah satu polutan udara yang berbahaya berukuran lebih kecil dari 2,5 mikrometer, di Jakarta pada bulan Maret dan April 2020 <a href="https://kumparan.com/kumparansains/psbb-virus-corona-tak-sepenuhnya-atasi-polusi-udara-di-jakarta-mengapa-1tNEda2Oyo8">masih tetap seperti tahun-tahun sebelumnya</a>.</p>
<p>Partikel halus ini mudah terhirup oleh manusia dan menyebabkan penyakit kronis yang berhubungan dengan <a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health">paru-paru dan jantung, seperti stroke, kanker paru-paru, dan penyakit jantung iskemik</a>.</p>
<p>Masih tingginya konsentrasi PM2.5 ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang ‘mengepung’ kota Jakarta.</p>
<p>Meskipun ada penurunan polutan udara dari sumber bergerak (kendaraan), <a href="https://kumparan.com/kumparansains/psbb-virus-corona-tak-sepenuhnya-atasi-polusi-udara-di-jakarta-mengapa-1tNEda2Oyo8">sumber tidak bergerak (PLTU)</a> masih terus mengeluarkan polutan udara.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sumber-masalah-polusi-jakarta-kebijakan-pemerintah-yang-buruk-120435">Sumber masalah polusi Jakarta: Kebijakan pemerintah yang buruk</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai peneliti hukum lingkungan, saya memandang hal ini bisa terjadi karena masih minimnya informasi atas emisi, terutama dari sumber tidak bergerak, yang bisa diakses secara mudah oleh masyarakat. </p>
<p>Padahal, aturan sudah mewajibkan informasi emisi bisa mudah diakses oleh masyarakat agar mereka juga bisa membuat keputusan, misalnya menggunakan masker saat berada di luar rumah. </p>
<h2>Jakarta terkepung PLTU</h2>
<p>Jakarta yang akan berulang tahun ke-493 akan menjadi ibu kota negara yang <a href="https://www.greenpeace.org/southeastasia/publication/575/jakartas-silent-killer/">paling banyak dikelilingi oleh PLTU di dunia dalam radius 100 km</a> dengan total <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190716161616-20-412627/walhi-10-pltu-batu-bara-sumbang-30-persen-polusi-jakarta">10 PLTU yang beroperasi dan 4 PLTU masih dalam tahap pembangunan berdasarkan data pada pertengahan tahun 2019</a>.</p>
<p>Polusi yang dihasilkan dari 1 PLTU baru setara dengan menambahkan <a href="https://www.greenpeace.org/southeastasia/publication/575/jakartas-silent-killer/">10 juta kendaraan</a> di jalanan Kota Jakarta.</p>
<p>PLTU mengeluarkan emisi berupa partikel, debu, gas beracun, dan logam berat yang dapat menyebabkan <a href="https://wedocs.unep.org/bitstream/handle/20.500.11822/22218/Perspective_No_28_web.pdf?sequence=1">kematian dini</a> akibat penyakit yang menyerang saluran pernapasan, seperti asma dan bronkitis.</p>
<p>Emisi PLTU berupa logam berat dan debu pun juga berisiko mencemari <a href="https://www.epa.gov/coalash/coal-ash-basics">tanah dan air</a>, bahkan mengganggu pertumbuhan <a href="https://www.mongabay.co.id/2020/03/15/kala-pltu-batubara-picu-perubahan-iklim-dan-ancam-kesehatan-masyarakat/">tumbuhan</a> yang terdapat di sekeliling PLTU.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/narasi-elektrifikasi-rezim-jokowi-menutupi-dugaan-pelanggaran-ham-di-sektor-batu-bara-116670">Narasi elektrifikasi rezim Jokowi 'menutupi' dugaan pelanggaran HAM di sektor batu bara</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Akses informasi terbatas</h2>
<p>Badan Kesehatan Dunia (<a href="https://www.who.int/ceh/risks/cehair/en/">WHO</a>) menyatakan butuh peran pemerintah untuk menjamin pemenuhan hak atas udara bersih. </p>
<p>Peran ini bisa berbentuk membuka akses informasi emisi PLTU bagi publik.</p>
<p>Informasi emisi PLTU merupakan informasi publik yang dijamin oleh <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16132/UU%2014%20Tahun%202008.pdf">UU Keterbukaan Informasi Publik No. 14/2008</a>. </p>
<p>Setidaknya <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16132/UU%2014%20Tahun%202008.pdf">6 bulan sekali</a>, masyarakat seharusnya dapat dengan mudah mengetahui berapa emisi yang dikeluarkan oleh PLTU. </p>
<p>Terbukanya informasi emisi akan membuka partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan, terutama terkait dengan peningkatan kualitas udara. </p>
<p>Sebagai contoh, informasi emisi dapat menjadi dasar penolakan pembangunan PLTU baru atau sumber tidak bergerak lainnya di Jakarta dan sekitarnya atau memberikan usul kebijakan baku mutu emisi yang lebih ketat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kementerian-lingkungan-hidup-gagal-komunikasikan-risiko-polusi-udara-ke-warga-jakarta-120610">Kementerian Lingkungan Hidup gagal komunikasikan risiko polusi udara ke warga Jakarta</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Saat ini, pemerintah sudah memenuhi hak mendapatkan udara bersih dengan mengeluarkan beberapa aturan.</p>
<p>Pemantauan emisi PLTU sudah tercantum dalam <a href="http://jdih.menlhk.co.id/uploads/files/P_15-2019_BAKU_MUTU_EMISI_LISTRIK_TERMAL_menlhk_07162019080142.pdf">Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 15 Tahun 2019</a> dengan menggunakan Sistem Pemantauan Emisi atau CEMS (<em>Continuous Emissions Monitoring System</em>).</p>
<p>Sistem yang seharusnya dipasang di setiap PLTU akan memantau secara otomatis emisi sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), partikulat (PM), dan merkuri (Hg). Belum ada data pasti terkait berapa jumlah CEMS yang telah terpasang di PLTU di seluruh Indonesia hingga kini. </p>
<p>Peraturan tersebut mewajibkan pelaku usaha PLTU untuk melaporkan hasil CEMS kepada penerbit izin lingkungan, baik Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, gubernur, atau bupati dan wali kota sesuai dengan kewenangannya, sebanyak 1 kali dalam 3 bulan.</p>
<p>Selain itu, sistem pelaporan akan terintegrasi secara daring (<em>online</em>) paling lambat tahun 2021. Sementara masih membangun sistem ini, maka pelaporan data pemantauan CEMS dilakukan secara manual. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342452/original/file-20200617-94078-1hvcetv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Laporan CEMS PLTU Indramayu Periode Mei 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">dok. pribadi</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/1999/pp41-1999.pdf">Peraturan Pemerintah (PP) No. 41/1999</a> tentang Pengendalian Pencemaran Udara mewajibkan hasil pemantauan terhadap baku mutu emisi dari segala sumber disebarluaskan kepada masyarakat. </p>
<p>Contohnya, pemantauan kualitas udara ambien (udara bersih tanpa polusi) dapat diakses secara <em>real time</em> oleh masyarakat melalui aplikasi seperti <a href="https://www.iqair.com/indonesia/jakarta">AirVisual</a>.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1232374456548376576"}"></div></p>
<p>Sayangnya, model ini belum bisa sepenuhnya terlaksana untuk emisi PLTU karena masih manual. </p>
<p>Tahun 2019, media melaporkan <a href="https://money.kompas.com/read/2019/08/03/175902226/pln-lengkapi-pltu-dengan-sistem-monitor-emisi">Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah memasang CEMS</a> di PLTU milik mereka, namun tidak ada keterangan lebih lanjut di mana saja atau PLTU yang mana yang sudah memiliki alat monitor ini. </p>
<p>Peraturan di Indonesia juga telah mencantumkan <a href="https://jdih.setkab.go.id/PUUdoc/16132/UU%2014%20Tahun%202008.pdf">sanksi pidana</a> bagi badan publik yang tidak memberikan, menyediakan, atau tidak menerbitkan informasi publik secara berkala, yaitu kurungan paling lama 1 tahun dan/atau denda sebanyak 5 juta rupiah sejak tahun 2008.</p>
<p>Akan tetapi, penerapan kurang efektif karena sanksi pidana sebagai upaya hukum paling akhir (<em>ultimum remedium</em>) seandainya upaya administrasi tidak berjalan. </p>
<p>Biasanya, sengketa informasi akan diselesaikan melalui Komisi Informasi dan PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). </p>
<p>Sebelumnya, pelaku usaha akan dikenakan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5239/pp-no-27-tahun-2012">sanksi administratif</a>, mulai dari teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuan izin lingkungan, hingga pencabutan izin lingkungan apabila tidak melaporkan emisi secara berkala. </p>
<h2>Belajar dari Cina</h2>
<p>Tahun 2008, Cina menghadapi kondisi <em>smog</em> atau kabut tebal terparah yang sempat mengancam penyelenggaraan Olimpiade di Beijing. Ratusan pabrik harus berhenti berproduksi untuk mengurangi polusi udara. </p>
<p>Selain itu, pemerintah Cina mulai beralih dari batu bara untuk mengaliri listrik ke tenaga terbarukan. Dari pengalaman ini, Kementerian Perlindungan Lingkungan Hidup Cina memerintahkan PLTU, sumber emisi tidak bergerak, untuk <a href="https://wwwoa.ipe.org.cn//Upload/IPE-Reports/Report-Blue-Sky-Roadmap-II-EN.pdf">mempublikasikan pemantauan emisi secara <em>real time</em></a>. </p>
<p>Sejak tahun 2014, masyarakat bisa langsung mengakses informasi emisi dari PLTU <a href="https://www.nature.com/articles/s41560-019-0477-0">secara daring</a>. </p>
<p>Upaya ini berhasil mengurangi <a href="http://news.mit.edu/2019/tracking-emissions-china-valerie-karplus-1230">polusi secara signifikan di negara tersebut</a> karena mampu meningkatkan <a href="https://wwwoa.ipe.org.cn//Upload/IPE-Reports/Report-Blue-Sky-Roadmap-III-EN.pdf">partisipasi publik dan mendorong pembuatan kebijakan yang berbasis data</a>. </p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41560-019-0477-0">Rata-rata emisi SO2, NOx, dan PM menurun</a> sebanyak 2,82%, 2,79%, dan 3,65% setiap bulannya antara tahun 2014-2017.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342906/original/file-20200619-70367-1g807va.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Foto aerial kompleks PLTU di Chengde, Cina, yang terkepung oleh asap dari pembakaran batubara. Foto diambil tahun 2018.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Indonesia bisa menerapkan beberapa cara akses informasi yang dilakukan oleh Cina, yaitu : </p>
<p>1) Penyebaran informasi emisi PLTU melalui <em>website</em> atau aplikasi seperti yang dilakukan oleh Cina. Bagi yang memiliki akses internet terbatas, informasi ini dapat disebarkan melalui televisi atau pengumuman secara <em>real time</em> di kantor desa dan kelurahan. </p>
<p>2) Salah satu faktor yang menyebabkan suksesnya diseminasi informasi emisi di Cina adalah <a href="https://www.nytimes.com/2014/02/14/world/asia/china-to-reward-localities-for-improving-air-quality.html">insentif anggaran</a> dari pemerintah bagi daerah yang mampu menurunkan tingkat pencemaran udara secara signifikan.</p>
<p>Total penambahan anggaran daerah yang ditawarkan adalah sebesar US$1,65 miliar (Rp23 triliun).</p>
<p>Ini bisa diterapkan di Indonesia melalui <a href="http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?p=13799">Dana Insentif Daerah (DID)</a> yang memang diperuntukkan bagi daerah yang mampu meningkatkan kinerja pada bidang-bidang tertentu, misalnya laporan keuangan yang wajar tanpa pengecualian, peningkatan investasi, pendidikan, dan pengelolaan sampah.</p>
<p>Apabila pemerintah memang peduli dengan pemenuhan hak atas udara bersih, sangat mungkin bagi pemerintah untuk menambahkan peningkatan kualitas udara dalam kategori kinerja yang dinilai untuk memperoleh DID.</p>
<h2>Hak atas udara bersih</h2>
<p>Selama ini, hak atas udara bersih belum mendapat perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. </p>
<p>Padahal, tidak terpenuhinya hak atas udara bersih akan mempengaruhi pemenuhan <a href="http://www.srenvironment.org/sites/default/files/Reports/2019/UN%20HRC%20Right%20to%20clean%20air.pdf">hak asasi lainnya</a>, seperti hak atas penghidupan yang layak, hak hidup, hak atas kesehatan, hak atas air bersih, hak atas pangan, dan hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. </p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140629/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bella Nathania tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Informasi terkait emisi dari sumber tidak bergerak seperti PLTU, seharusnya bisa tersedia dengan mudah bagi masyarakat.Bella Nathania, Research Assistant, Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1409462020-06-19T05:16:42Z2020-06-19T05:16:42ZMeski langit terlihat bersih semasa pandemi, emisi gas rumah kaca tetap meningkat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/342567/original/file-20200618-94040-1rzhclq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C0%2C1914%2C1074&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembatasan jarak telah menghasilkan langit lebih cerah, tapi konsentrasi karbon dioksida tetap naik. </span> <span class="attribution"><span class="source">PeteLinforth/Pixabay</span></span></figcaption></figure><p>Ketentuan menjaga jarak untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19 berdampak kepada penurunan <a href="https://www.nasa.gov/feature/goddard/2020/drop-in-air-pollution-over-northeast">polusi udara</a> di beberapa negara. </p>
<p>Namun, ini tidak mencerminkan adanya <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">penurunan emisi karbon dioksida</a>. </p>
<p>Di Indonesia, <a href="https://ccrom.airmon.or.id/">pengawasan kualitas udara secara <em>real time</em></a> - kolaborasi antara <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/303/1/012055">Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim-IPB</a> dengan <a href="http://www.nies.go.jp/index-e.html">National Institute for Environmental Studies</a>, di Jepang - mencatat adanya penurunan polusi udara di Kota Bogor, Jawa Barat.</p>
<p>Level <a href="https://www.epa.gov/no2-pollution">nitrogen dioksida</a>, salah satu gas rumah kaca yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, <a href="https://ccrom.airmon.or.id/">turun 7,2%</a> antara April dan Mei 2020, dibandingkan periode yang sama tahun 2019.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pembatasan-fisik-akibat-pandemi-turunkan-polutan-udara-bebaskan-gerak-satwa-dan-tumbuhan-136511">Pembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski demikian, level gas rumah kaca lainnya, yaitu karbon dioksida terus meningkat selama pandemi ini. </p>
<p>Pusat pengamatan emisi Mauna Loa Observatory di Hawai'i, AS, mencatat <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">ada peningkatan</a> level karbon dioksida sebesar 2,4 bagian per sejuta (ppm), hingga total menjadi 417,1 ppm pada bulan Mei 2020. </p>
<p>Artinya, pandemi tidak memiliki dampak langsung terhadap penurunan emisi karbon dioksida ke atmosfer. </p>
<p>Ini alasannya. </p>
<h2>Masih rentan kebakaran</h2>
<p>Pembatasan aktivitas manusia tidak serta merta berarti turunnya titik api di Indonesia. </p>
<p>Sebaliknya, satelit <a href="https://earth.esa.int/web/guest/missions/3rd-party-missions/current-missions/terraaqua-modis">Terra/Aqua MODIS</a> milik badan antariksa AS NASA yang memiliki tingkat ketepatan hingga lebih dari 80% mencatat <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/home/main">155 dan 66 titik api</a> di Indonesia pada bulan April dan Mei 2020. </p>
<p>Titik api bukan sumber kebakaran melainkan sumber panas yang dijadikan sebagai penanda risiko kebakaran di suatu daerah. </p>
<p>Tahun 2015, kebakaran hutan dan lahan telah menghancurkan sedikitnya <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/pdf/luas_kebakaran">2,6 juta hektare</a> akibat praktik tebas bakar untuk membuka lahan yang didominasi oleh lahan gambut di Indonesia. </p>
<p>Musim panas yang dipengaruhi oleh variabilitas iklim, El Nino, juga berkontribusi terhadap cepatnya penyebaran titik api saat itu. </p>
<p>Satelit NASA mendeteksi lebih dari <a href="https://www.theguardian.com/environment/ng-interactive/2015/dec/01/indonesia-forest-fires-how-the-years-worst-environmental-disaster-unfolded-interactive">130.000 titik api</a> pada kebakaran hutan dan lahan tahun 2015.</p>
<p>Lebih lanjut, kebakaran ini telah melepaskan <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/Indonesia-2nd_BUR_web.pdf">802 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO₂e)</a> ke atmosfer. Ini menjadi salah satu keluaran emisi yang tertinggi di Indonesia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar asap kebakaran hutan dan lahan di Asia Tenggara pada tahun 2015 dari satelit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://earthobservatory.nasa.gov/images/86681/smoke-blankets-indonesia">wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan terparah di tahun 1997, juga dipengaruhi oleh El Nino. Saat itu, estimasi <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/0-306-47959-1_2">45.600 kilometer persegi</a> atau 4,5 juta hektare lahan terbakar di Kalimantan dan Sumatra, dan melepaskan sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/nature01131">0,81 Gt dan 2,57 Gt karbon</a> atau 2.970-9.423 juta ton CO₂e.</p>
<p>Sementara, rata-rata emisi tahunan dari tahun 2000 hingga 2016 terhitung sebesar <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/Indonesia-2nd_BUR_web.pdf">248 juta ton CO₂e</a>.</p>
<p><a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/10/7/074006/pdf">Pengeringan lahan gambut</a> membuat lapisan atas tanah terpapar pada oksigen yang berujung kepada dekomposisi dan menjadi mudah terbakar. Akhirnya, ia akan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kebakaran-hutan-dan-lahan-masih-terjadi-meski-sudah-restorasi-123198">Mengapa kebakaran hutan dan lahan masih terjadi meski sudah restorasi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Mendekati puncak di bulan <a href="https://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg">Agustus</a>, lahan gambut menjadi rentan terhadap kebakaran. </p>
<p>Apabila tidak ada upaya untuk restorasi lahan gambut, misalnya dengan kegiatan pembasahan kembali, ini akan kembali menjadi sumber emisi yang besar bagi Indonesia. </p>
<p>Sejak bulan Mei, pemerintah Indonesia telah menurunkan <a href="https://jakartaglobe.id/news/govt-to-use-artificial-rains-to-prevent-peat-wildfires">hujan buatan di Sumatra dan Kalimantan</a> untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. </p>
<p>Indonesia memang masih terus berupaya bisa mengendalikan kebakaran yang berulang hampir setiap tahun ini. </p>
<h2>Kembali lebih baik</h2>
<p>Penyemaian awan untuk menciptakan hujan buatan dan upaya yang lainnya untuk menurunkan emisi dari sektor kehutanan yang sedang berlangsung merupakan waktu yang tepat untuk mengadopsi pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Jalan ini bukan hal yang baru bagi Indonesia.</p>
<p>Sudah ada beberapa kebijakan yang bertujuan mencapai pembangunan hijau, misalnya <a href="http://www.fao.org/redd/en/">REDD+</a> atau (<em>Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation</em>) dan mempromosikan energi terbarukan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-efisiensi-energi-hindari-pembangunan-50-pembangkit-listrik-baru-di-indonesia-136839">Riset: efisiensi energi hindari pembangunan 50 pembangkit listrik baru di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski demikian, skema REDD+ ini belum memasukkan kebakaran gambut karena <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/363/1/012026">tingginya tingkat ketidakpastian dari estimasi areal yang terbakar</a>.</p>
<p>Melalui skema REDD+, Indonesia berhasil mencegah emisi karbon sebesar <a href="https://news.mongabay.com/2020/05/indonesia-norway-redd-payment-deforestation-carbon-emission-climate-change/">11,23 juta ton CO₂e</a> terlepas ke atmosfer di tahun 2017.</p>
<p>Atas upaya ini, Indonesia akan menerima dana sebesar <a href="https://news.mongabay.com/2020/05/indonesia-norway-redd-payment-deforestation-carbon-emission-climate-change/">56 juta dolar</a> atau sekitar Rp793 miliar dari Norwegia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/lh-fund-terobosan-pendanaan-iklim-dari-indonesia-128121">_LH FUND_ : terobosan pendanaan iklim dari Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Skema ini membuka kesempatan bagi negara-negara pemilik hutan untuk menerima dana atas upaya mereka untuk menjaga area hutan, misalnya menanam pohon-pohon endemik, menerapkan aturan pelarangan penebangan pohon spesies tertentu, dan menekan keluaran emisi karbon dioksida ke atmosfer sembari melakukan revitalisasi ekonomi lokal dari komunitas yang tinggal di daerah hutan. </p>
<p>Manfaat yang didapatkan oleh Indonesia adalah bisa menjaga hutan, menerima pembayaran atas upaya ini, sekaligus menurunkan emisi karbon. </p>
<p>Ini juga terkait dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar <a href="https://www4.unfccc.int/sites/ndcstaging/PublishedDocuments/Indonesia%20First/First%20NDC%20Indonesia_submitted%20to%20UNFCCC%20Set_November%20%202016.pdf">29%</a>, atau <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">834 juta ton CO₂e</a> pada tahun 2030 dengan skenario situasi seperti biasa (<em>business as usual</em>), dan 41% (<a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">1.081 juta ton CO₂e</a>) jika mendapat bantuan internasional.</p>
<p>Namun, komitmen ini mendapatkan tantangan selama masa pandemi karena negara-negara akan memprioritaskan pemulihan ekonomi. </p>
<p>Karena <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/20/stimulus-may-not-be-enough-to-prevent-economic-meltdown-fiscal-agency.html">pertumbuhan ekonomi diprediksi turun</a> akibat wabah ini, kekhawatiran muncul bahwa Indonesia akan memilih menebang pohon dan tetap bertahan dengan bahan bakar fosil sebagai penahan dampak finansial. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-covid-19-akan-memperlambat-pembangunan-infrastruktur-indonesia-137402">Bagaimana COVID-19 akan memperlambat pembangunan infrastruktur Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski keadaan buruk seperti sekarang ini, kesehatan Bumi adalah hal fundamental. </p>
<p>Situasi ini justru menjadi kesempatan bagus untuk beralih ke pembangunan berkelanjutan yang rendah emisi karbon dan mempromosikan energi terbarukan. </p>
<p>Pembatasan aktivitas fisik manusia bisa saja menurunkan polusi udara, tapi gas rumah kaca masih tetap terjadi, dan kita masih tetap dalam krisis iklim. </p>
<p>Saat ini, kita seharusnya siap untuk mengambil lompatan besar pasca pandemi untuk mengejar penundaan aksi mitigasi dan secepatnya beralih ke energi terbarukan. </p>
<hr>
<p><em>Catatan editor : Artikel sebelumnya menyebutkan 471,1 ppm, seharusnya 417,1 ppm.</em></p>
<hr>
<p><em>Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140946/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Annuri Rossita tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meski langit bersih selama pandemi akibat berkurangnya aktivitas manusia, emisi kita masih meningkat.Annuri Rossita, PhD student/Research Assistant, Applied Climatology of Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1331362020-03-11T09:20:59Z2020-03-11T09:20:59ZMengapa filantropis konglomerat tak terpisahkan dari masalah krisis iklim?<p>Jeff Bezos, CEO Amazon dan orang terkaya dunia, belum lama ini menjadi berita setelah berjanji mengalokasikan 10 miliar dolar AS ke “<em>Bezos Earth Fund</em>” (Dana Bumi Bezos) untuk membantu mengatasi masalah krisis iklim.</p>
<p>Donasi tersebut merupakan <a href="https://www.vox.com/recode/2020/2/17/21141229/jeff-bezos-climate-change-ten-billion%22%22">salah satu yang terbesar dalam sejarah</a>. </p>
<p>Walau belum ada penjelasan lebih detail tentang bentuk kegiatan yang mendapatkan dana, dalam sebuah postingan <a href="https://www.instagram.com/p/B8rWKFnnQ5c/%22%22">Instagram</a>, Bezos mengatakan bahwa uang ini bisa digunakan untuk “mendanai peneliti, aktivis, LSM, atau berbagai aktivitas lain yang bisa menawarkan sebuah aksi nyata untuk membantu menjaga dan melindungi alam”.</p>
<p>Ketertarikan Bezos untuk mengatasi krisis iklim ini patut kita hargai, namun dana ini sendiri menjadi problematis. Beberapa pihak mengingatkan Amazon memiliki <a href="https://eu.usatoday.com/story/opinion/2020/02/20/amazon-jeff-bezos-preserve-nature-to-fight-climate-change-column/4807536002/%22%22">emisi karbon tinggi</a> dan mengandalkan pola konsumtif terhadap barang murah. </p>
<p>Selain itu, ada pula kontroversi upah dan lingkungan kerja di Amazon. Salah satunya, <a href="https://www.commondreams.org/news/2019/09/17/cutting-health-benefits-1900-whole-food-workers-saved-worlds-richest-man-jeff-bezos%22%22">memotong dana kesehatan</a> bagi para pekerja paruh waktu di <em>Whole Foods</em>, yang setara dengan pendapatan Bezos per jam.</p>
<p>Kontribusi Bezos memperlihatkan bahaya dari ketergantungan terhadap filantropi miliuner dengan mengorbankan transformasi sosial demokratis yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan krisis iklim dan ekologi. </p>
<p>Sumbangan bernilai miliaran ini akan memberikan kaum elite dan konglomerat <a href="https://www.vox.com/recode/2019/5/22/18634612/anand-giridharadas-billionaires-philanthropy-zuckerberg-bezos-kara-swisher-decode-podcast-interview">pengaruh yang jauh lebih besar</a> terhadap berbagai organisasi di bawah kendali mereka, serta <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2019/sep/06/democracy-overboard-rupert-murdochs-long-war-on-australian-politic">platform media, dan diskusi kebijakan publik</a>.</p>
<p>Yang lebih penting, adanya <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2019/jun/10/billionaires-climate-change-michael-bloomberg%22%22">konglomerat seperti Jeff Bezos</a> merupakan gambaran kegagalan sistem ekonomi yang memperbesar jurang ketimpangan sosial dan <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2019/sep/19/life-earth-wealth-megarich-spending-power-environmental-damage">memperburuk kerusakan lingkungan</a>.</p>
<h2>Konsolidasi kekuasaan</h2>
<p>Sudah menjadi rahasia umum bahwa <a href="https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk03zpf6VRjtIEobQkLmNrY-Kvnnm0Q%3A1582381068748&ei=DDhRXoeQLcuGgQbgg7-AAg&q=wealth+of+top+1%25+versus+poorest+half&oq=wealth+of+top+1%25+versus+poorest+half&gs_l=psy-ab.3...12719.15324..15461...0.2..0.383.383.3-1......0....1..gws-wiz.......0i71.l-QKfDpz0Ls&ved=0ahUKEwiHxoHsrOXnAhVLQ8AKHeDBDyAQ4dUDCAs&uact=5%22%22">26 orang</a> terkaya di dunia, yang memiliki nilai kekayaan lebih tinggi dibandingkan dengan setengah populasi orang miskin di dunia, berpengaruh besar dalam kehidupan sosial dan politik kita.</p>
<p>Kaum elite ini menggunakan kekayaan mereka untuk <a href="https://www.theguardian.com/us-news/2018/oct/30/billionaire-stealth-politics-america-100-richest-what-they-want%22%22">memengaruhi kebijakan</a>, <a href="https://www.nytimes.com/2020/02/21/opinion/sunday/billionaires-inequality-2020-election.html%22%22">hasil pemilihan umum</a>, dan informasi yang kita peroleh melalui media arus utama. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://www.independent.co.uk/news/world/americas/billionaire-amazon-chief-jeff-bezos-buys-washington-post-for-250m-in-cash-8747433.html%22%22">Jeff Bezos adalah pemilik</a> koran The Washington Post.</p>
<p>Sementara, Rupert Murdoch <a href="https://www.theguardian.com/media/2019/may/10/australias-murdoch-moment-has-news-corp-finally-gone-too-far%22%22">memiliki dan mengontrol 70%</a> sirkulasi surat kabar di Australia, serta <a href="https://www.bbc.co.uk/news/uk-12062176">beberapa koran nasional</a> di Inggris. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/318057/original/file-20200302-18262-18zd3no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/318057/original/file-20200302-18262-18zd3no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/318057/original/file-20200302-18262-18zd3no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/318057/original/file-20200302-18262-18zd3no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/318057/original/file-20200302-18262-18zd3no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/318057/original/file-20200302-18262-18zd3no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/318057/original/file-20200302-18262-18zd3no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Murdoch memiliki atau punya kontrol terhadap publikasi yang seringkali menyebarkan anti iklim.</span>
<span class="attribution"><span class="source">SlayStorm / shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kontribusi <a href="https://www.forbes.com/sites/katiasavchuk/2016/10/05/americas-10-most-generous-philanthropists/#4c5a76627b99%22%22">dana miliaran untuk amal</a> dari miliuner seperti Jeff Bezos dan Bill Gates memberikan mereka kontrol terhadap organisasi baru seperti “Bezos Earth Fund”, dalam menentukan apa kegiatan dan fungsi mereka. </p>
<p>Ekonom Amerika <a href="https://press.princeton.edu/books/hardcover/9780691183497/just-giving%22%22">Robert Reich melihat</a> bahwa tindakan amal semacam ini merupakan usaha mereka “untuk mengubah aset pribadi menjadi pengaruh publik”.</p>
<p>Dalam ranah ilmu politik dan sosial, pakar “<a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1111/j.1467-9248.2007.00622.x%22%22">teori elite</a>” seperti <a href="http://wps.pearsoncustom.com/wps/media/objects/6714/6875653/readings/MSL_Mills_Power.pdf%22%22">C. Wright Mills</a> sejak lama menunjukkan dampak kontra-demokrasi dari kaum konglomerat dan kepentingan bisnis mereka dalam menggiring arah kekuasaan politik.</p>
<p>Mungkin aspek yang sangat problematis dari filantropi miliuner ini adalah individu seperti Bezos merupakan kunci dari masalah yang ingin mereka atasi. </p>
<p>Kaum miliuner merupakan produk dari <a href="http://sk.sagepub.com/reference/the-sage-handbook-of-neoliberalism/i3780.xml">kapitalisme neo-liberal</a>, sebuah sistem ekonomi sosial didasarkan pada pertumbuhan tanpa batas, privatisasi sumber daya publik, dan akumulasi modal pihak-pihak tertentu.</p>
<p>Seperti yang sudah <a href="https://theconversation.com/why-we-should-be-wary-of-blaming-overpopulation-for-the-climate-crisis-130709%22%22">saya sebutkan sebelumnya</a>, <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1111/jiec.12168?referrer_access_token=GxOtvzudryifswKj9duy_Yta6bR2k8jH0KrdpFOxC64nnI_HMpqHa6dAUfHYJ_5Y1XqZfNJ4WvidsfGkFTpuC0pgFKyg49Y7enAj4ECQszmWViqa7HYR-ap_zxxMf3EzO15Ud0LV1WdiMbL2XtDdSg%3D%3D%22%22">fakta-fakta menunjukkan</a> ada hubungan nyata antara kekayaan ekstrim, ketidaksetaraan, dan kerusakan lingkungan.</p>
<p>Gaya hidup boros kaum miliuner <a href="https://ourworld.unu.edu/en/the-worlds-richest-people-also-emit-the-most-carbon">menghabiskan banyak uang serta memproduksi emisi karbon yang siginifikan</a>.</p>
<p>Pola hidup 1% kaum terkaya di dunia diperkirakan memproduksi emisi 30 kali lebih tinggi dibanding 50% orang-orang miskin dunia. </p>
<p>Selain itu, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/pdf/10.2753/JEI0021-3624450407?casa_token=oIzklSGFsXkAAAAA:VcpUoNHAgjnbxYSNgpzItu9cc3oVTaMPHjfxD_iP8cdk3uzeKnuk_7NkMJA9HEd1233PB19pJ3o%22%22">penelitian juga membuktikan</a> bahwa ketidaksetaraan dalam masyarakat juga cenderung meningkatkan jejak karbon.</p>
<p>Hal ini dikarenakan adanya jarak besar antara mereka yang “punya” dan “tidak punya”, akhirnya memaksa yang “tidak punya” untuk meningkatkan status sosial mereka dengan peningkatan konsumsi.</p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan? Batasi kekayaan yang berlebihan</h2>
<p>Miliuner dan ketimpangan ekonomi merupakan ancaman nyata bagi masalah sosial dan lingkungan. Sehingga, seorang ekonom terkenal Prancis, Thomas Piketty, baru-baru ini <a href="https://www.cnbc.com/2019/09/12/billionaires-should-be-taxed-out-of-existence-says-thomas-piketty.html%22%22">mengusulkan skema pajak bagi para miliuner</a>.</p>
<p>Ketimbang bergantung pada kontribusi orang terkaya sedunia, lebih baik mengambil pendekatan baru untuk mengurangi ketimpangan sosial ekonomi secara radikal. </p>
<p>Hal ini bisa kita capai melalui <a href="https://www.thenation.com/article/archive/bernie-sanders-progressive-estate-tax-teddy-roosevelt/%22%22">skema pajak progresif</a>, seperti yang diusulkan baik oleh Thomas Piketty dan Bernie Sanders, atau dengan meningkatkan pendapatan minimum dan mengintroduksi regulasi <a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2018/jun/30/minimum-wage-maximum-wage-income-inequality">pendapatan maksimum</a>.</p>
<p>Dana yang diperoleh dari skema ini kemudian bisa kita salurkan ke berbagai inisiatif seperti <a href="https://neweconomics.org/campaigns/green-new-deal%22%22">Kesepakatan Hijau Baru</a> (<em>Green New Deal</em>)</p>
<p>Kita tidak bisa selalu bergantung kepada sifat dermawan kaum elite, walau mungkin beberapa benar-benar memiliki ketulusan. Jumlah kekayaan terlampau tinggi serta kekuatan yang mereka miliki – bersama pola konsumsi intensif mereka terhadap sumber daya dunia – menjadi sebab utama kerusakan lingkungan yang tengah kita hadapi.</p>
<p><em>Stefanus Agustino Sitor menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/133136/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Heather Alberro tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Sumbangan 10 miliar dolar AS dari Jeff Bezos mungkin memang luar biasa, namun ini masih jauh dari transisi demokratis yang sangat kita butuhkan.Heather Alberro, Associate Lecturer/PhD Candidate in Political Ecology, Nottingham Trent UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1304142020-02-21T09:05:01Z2020-02-21T09:05:01ZAhli: 3 solusi untuk kurangi sampah makanan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/316122/original/file-20200219-10995-16379p3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=4%2C0%2C1584%2C1038&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Target Indonesia bebas sampah 2035 juga perlu mempertimbangkan sampah makanan rumah tangga.</span> <span class="attribution"><span class="source">Wikimedia Commons</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini diterbitkan untuk Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari.</em></p>
<hr>
<p>Indonesia merupakan <a href="https://foodsustainability.eiu.com/wp-content/uploads/sites/34/2017/03/FIXING-FOOD-TOWARDS-A-MORE-SUSTAINABLE-FOOD-SYSTEM.pdf">negara terbesar kedua di dunia</a> penyumbang sampah makanan setelah Arab Saudi. </p>
<p>Hal ini terlihat dari beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa 60% sampah padat dari dua kota di Indonesia – <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S092134491530032X">Surabaya di Jawa Timur</a> dan <a href="https://www.ingentaconnect.com/content/alex/benv/2017/00000043/00000003/art00010">Bogor di Jawa Barat</a> – adalah sampah makanan.</p>
<p>Sampah makanan dalam jumlah besar juga berkontribusi terhadap pemanasan global. </p>
<p>Sampah yang membusuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menghasilkan gas metan, gas rumah kaca <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2014/03/140327111724.htm">25 kali lebih berbahaya</a> dibandingkan dengan karbon dioksida.</p>
<p>Sebagai peneliti dalam bidang konsumsi dan sampah makanan, saya menawarkan tiga strategi berikut bagi pemerintah Indonesia untuk menurunkan jumlah sampah makanan di Indonesia.</p>
<h2>1. Dukung dan investasi pada penjual tradisional</h2>
<p>Secara umum, orang Indonesia sudah diajarkan untuk tidak membuang-buang makanan.</p>
<p>Dalam <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13563475.2019.1626222?scroll=top&needAccess=true">riset saya</a> tentang konsumsi dan sampah makanan di Bogor, hampir 84% responden mengakui bahwa ada tradisi yang melarang mereka membuang-buang makanan.</p>
<p>Kata-kata seperti <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1057/978-1-137-53904-5_2">“Ayo dimakan nasinya, nanti nasinya menangis (kalau tidak dimakan)”</a> sering keluar dari mulut para orang tua agar anak mereka menghabiskan makanan mereka.</p>
<p>Sayangnya, sudah terjadi perubahan pola konsumsi makanan akibat industrialisasi, urbanisasi, serta pertumbuhan populasi kelas ekonomi menengah. Dewasa ini, konsumen seringkali terpancing dengan promosi “beli satu gratis satu”, yang kemudian mengarah pada pembelian tak terencana. </p>
<p>Pasar tradisional dan pedagang sayur keliling bisa menjadi alternatif solusi untuk menurunkan frekuensi kebiasaan pembelian yang berlebihan. </p>
<p>Tipe penjualan eceran sejenis ini berpotensi membantu konsumen untuk membatasi pembelian tak terencana karena sesuai dengan musim dan pilihan membeli dalam jumlah secukupnya.</p>
<p>Lebih lanjut, pasar tradisional hanya menerima transaksi tunai yang bisa membantu para konsumen berbelanja sesuai kebutuhan dan anggaran yang ada.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/315896/original/file-20200218-10985-uuuveq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/315896/original/file-20200218-10985-uuuveq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/315896/original/file-20200218-10985-uuuveq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/315896/original/file-20200218-10985-uuuveq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/315896/original/file-20200218-10985-uuuveq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/315896/original/file-20200218-10985-uuuveq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/315896/original/file-20200218-10985-uuuveq.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kesan pasar tradisional sebagai tempat yang gelap dan kotor perlu diubah agar pembeli bisa nyaman berbelanja.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pexels.com/id-id/foto/1528510/">pexels</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi, perdagangan eceran di pasar tradisional mengalami <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0306919209001304">penurunan mencapai 2% per tahun</a> karena berkompetisi dengan supermarket modern.</p>
<p>Oleh karena itu, pemerintah, baik daerah hingga nasional, harus mendukung revitalisasi pasar tradisional di daerah mereka.</p>
<p>Revitalisasi difokuskan kepada menyediakan tempat penyimpanan dan sanitasi yang lebih baik agar kepuasan konsumen bisa meningkat.</p>
<p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo bahkan sudah berkomitmen untuk <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190614104925-92-403227/jokowi-kembali-gencarkan-revitalisasi-pasar-tradisional">merevitalisasi</a> pasar tradisional. Hingga saat ini, 5.000 pasar induk dan 8.900 pasar desa berhasil direvitalisasi. </p>
<h2>2. Pendidikan di sekolah dan media sosial</h2>
<p>Sekolah juga perlu mengajarkan murid-murid untuk tidak membuang-buang makanan.</p>
<p>Di belahan utara Amerika, banyak sekolah dan organisasi, seperti <em><a href="http://www3.cec.org/flwy/">Comission for Environmental Cooperation</a></em> sudah mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan kesadaran siswa terkait sampah makanan melalui berbagai aktivitas dan inisiatif.</p>
<p>Contohnya, mengajarkan anak-anak untuk mengukur sampah makanan melalui aktivitas audit limbah. Belajar mengurangi sampah makanan juga bisa dilakukan dan disertakan pada pelajaran matematika atau memasak.</p>
<p>Media sosial juga bisa kita gunakan untuk menyampaikan informasi mengenai sampah makanan. Tidak hanya itu, aplikasi juga bisa dipakai untuk mengenalkan tentang arti nol sampah dan memulai pergerakan kolektif di berbagai penjuru Indonesia.</p>
<p>Sebuah contoh di Indonesia adalah inisiatif <em><a href="https://gifood.id/2019/05/30/ngabuburit-bareng-gifood-berbagifood/#more-149">GiFood Food Warriors</a></em>. Saat bulan Ramadhan, mereka menggunakan sebuah aplikasi untuk membantu masyarakat Indonesia berbagi makanan berlebih agar tidak terbuang percuma.</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/ByKUhR6FevY","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<h2>3. Inovasi dan kolaborasi</h2>
<p>Sudah banyak perusahaan di Indonesia mengajukan variasi ide dan solusi untuk membuat sampah makanan menjadi produk baru dan berguna.</p>
<p>Contohnya, <a href="https://magalarva.com/">Perusahaan Magalarva</a>, perusahaan nirlaba di Bogor dengan fokus pada kompos makanan, mampu menghasilkan makanan ikan dalam bentuk larva lalat tentara hitam dari sampah makanan.</p>
<p>Pemerintah Indonesia bisa membantu perusahaan semacam ini berkembang dengan mengembangkan skema kerjasama dari berbagai kalangan -– bisnis, akademisi, hingga instansi publik -– untuk menjawab permasalahan sampah makanan secara bersama-sama. </p>
<h2>Apa selanjutnya?</h2>
<p>Untuk menurunkan jumlah sampah, pemerintah Indonesia sebenarnya sudah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca dari sampah <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2014/02/25/the-declaration-indonesia-trash-care-2020.html">sebanyak 6%</a> – walau patut dicatat bahwa belum ada perkembangan terbaru tentang komitmen tersebut. </p>
<p>Penurunan jumlah sampah makanan juga selayaknya masuk dalam agenda pemerintah Indonesia agar dapat memenuhi komitmen tersebut. </p>
<p>Namun, mengurangi jumlah sampah makanan tidak mudah.</p>
<p>Penelitian terbaru saya <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/13563475.2019.1626222?scroll=top&needAccess=true">menemukan</a> bahwa kebiasaan belanja masyarakat Indonesia sudah berubah dan keberadaan dan perkembangan supermarket modern ikut menjadi salah satu faktor penggerak aktivitas konsumsi berlebih pada masyarakat.</p>
<p>Hal ini mengarah pada kebiasaan membuang-buang makanan.</p>
<p>Riset saya yang melibatkan lebih dari 300 rumah tangga di kota Bogor juga sampai pada kesimpulan bahwa masyarakat dengan sumber penghasilan tingkat menengah hingga tinggi cenderung berbelanja di supermarket.</p>
<p>Ragam promosi dan kebiasaan menyimpan stok makanan di rumah menjadi alasan-alasan keluarga sering membeli lebih banyak dari yang mereka butuhkan.</p>
<p>Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk menyelesaikan masalah ini. Masyarakat, industri, dan institusi pendidikan, semua harus bisa bekerja bersama pemerintah dan mengajukan solusi efektif yang bisa dilakukan agar kita bisa berhenti membuang-buang makanan.</p>
<p><em>Stefanus Agustino Sitor menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a></em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/130414/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tammara Soma tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia bebas sampah 2035 bisa tercapai melalui tiga strategi untuk mengurangi sampah makanan.Tammara Soma, Assistant Professor at the School of Resource and Environmental Management, Simon Fraser UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1281212019-12-10T07:35:37Z2019-12-10T07:35:37Z‘LH FUND’ : terobosan pendanaan iklim dari Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/305182/original/file-20191204-70126-2l625o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Bakhtiar Zein/shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Sebelum <a href="https://bebas.kompas.id/baca/utama/2019/12/05/saatnya-untuk-aksi-nyata-atasi-perubahan-iklim/">Perundingan Iklim</a> yang saat ini berlangsung di Madrid, Spanyol, mulai membahas tentang mekanisme pendanaan bagi upaya penurunan emisi gas rumah kaca, pemerintah Indonesia sudah meluncurkan instrumen ekonomi untuk kegiatan penyelamatan lingkungan. </p>
<p>Bulan Oktober, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah meluncurkan <a href="https://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/2136">Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH</a>).</p>
<p>BPDLH merupakan Badan Layanan Umum (BLU) yang akan menghimpun pendanaan dan penyaluran untuk perlindungan lingkungan atau dikenal sebagai Dana Lingkungan Hidup (<em>LH Fund</em>). </p>
<p>Sumber pendanaan BPDLH ini akan berasal dari dana publik dan swasta di dalam negeri maupun di luar negeri termasuk dukungan bilateral, lembaga internasional, swasta, maupun filantropi.</p>
<p>Badan ini akan mendukung upaya pemerintah dalam mendanai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup termasuk untuk mencapai target penurunan emisi nasional.</p>
<p>Pembentukan Badan ini menjadi terobosan dalam konteks <a href="https://sipuu.setkab.go.id/PUUdoc/175354/PP%20Nomor%2046%20Tahun%202017.pdf">mekanisme pendanaan lingkungan hidup</a> karena menjadi alternatif sumber pembiayaan yang membuka peluang semua pihak pemangku kepentingan untuk terlibat dalam kegiatan penurunan emisi nasional. </p>
<h2>Untuk apa saja pendanaan <em>LH Fund</em>?</h2>
<p>Ruang lingkup pengelolaan <em>LH fund</em> adalah di bidang kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan karbon, jasa lingkungan, industri, transportasi, pertanian, kelautan dan perikanan, dan bidang lainnya terkait lingkungan hidup. </p>
<p>Indonesia akan membutuhkan dana besar untuk memenuhi <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">target penurunan emisi</a> sebesar 29% dengan dana sendiri, yang berasal dari Anggaran Pembelanjaan dan Belanja Negara (APBN), dan tambahan 12% dengan bantuan dana internasional, yang berasal dari donor, hibah pada tahun 2030.</p>
<p>Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, pernah menyatakan bahwa Indonesia setidaknya memerlukan dana sebesar <a href="https://money.kompas.com/read/2019/10/09/150700726/ri-butuh-rp-1.065-triliun-untuk-pengendalian-perubahan-iklim.">Rp1.065 triliun hingga 2020</a> untuk penanganan dampak perubahan iklim yang merupakan kebutuhan selama tahun 2016-2020. </p>
<p>Dana tersebut dibutuhkan untuk <a href="https://money.kompas.com/read/2019/10/09/150700726/ri-butuh-rp-1.065-triliun-untuk-pengendalian-perubahan-iklim.">mendanai</a> aksi adaptasi perubahan iklim sebesar Rp840 triliun, dan untuk aksi mitigasi sebesar Rp225 triliun.</p>
<h2>Sumber dana</h2>
<p>BPDLH, secara umum, akan menghimpun dan mengelola dana untuk untuk menanggulangi dan memulihkan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup dan dana amanah untuk upaya konservasi sumberdaya alam, dan perlindungan atmosfer. </p>
<p>Secara struktural BPDLH bertanggungjawab kepada Kementerian Keuangan, akan tetapi <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20191009154416-4-105642/untuk-apa-lembaga-pengelola-dana-lingkungan-hidup-dibentuk">secara fungsi berada dalam koordinasi kementerian lingkungan dan kehutanan (KLHK)</a>. Kementerian keuangan akan mendukung pengelolaan untuk mengoptimalkan penghimpunan dan penyaluran dana, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.</p>
<p>Sebagaimana diatur dalam <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/94707/perpres-no-77-tahun-2018">Peraturan Presiden No. 77/2018</a>, sumber dana untuk penanggulangan dan pemulihan degradasi dan polusi dan pencemaran berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta dari sumber dana lainnya yang sah sesuai peraturan perundang-undangan. </p>
<p>Sementara, sumber dana hibah konservasi akan berasal dari hibah dan donasi. Contohnya, <a href="https://www.norway.no/en/indonesia/values-priorities/deforestation-and-climate-change/">hibah US$ 1 miliar dari pemerintah Norwegia</a> untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia. </p>
<p>Selain penghimpunan dana, BPDLH juga memiliki mandat untuk mengembangkan dana lingkungan hidup, melalui instrumen perbankan, instrumen pasar modal dan instrumen keuangan. Sementara, mekanisme penyaluran dana LH bisa melalui perdagangan karbon, pinjaman, subsidi, dan hibah, mekanisme lainnya sesuai ketentuan perundangan. </p>
<p>Bentuk layanan untuk <em>LH Fund</em> juga berupa bantuan teknis untuk masalah keuangan dan juga mengakses pasar karbon yang diharapkan bisa menarik para investor agar mereka mau berinvestasi pada program mitigasi perubahan iklim, seperti energi terbarukan dan konservasi. </p>
<h2>Bagaimana LH Fund bisa jadi solusi</h2>
<p>Meskipun <a href="https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pemerintah-menyatukan-dan-meningkatkan-dana-lingkungan-hidup-dalam-bpdlh/">anggaran APBN</a> untuk lingkungan hidup meningkat sejak tahun 2016 dari Rp72,4 triliun menjadi Rp109,7 triliun pada tahun 2018, namun nilai tersebut masih jauh dari kebutuhan pendanaan untuk pengelolaan lingkungan hidup khususnya untuk mengatasi dampak perubahan iklim. </p>
<p>Saat ini, anggaran tersebut tersebar di beberapa kementerian dan lembaga pemerintahan dengan beragam program yang tersebar pula di beberapa badan pemerintahan yang berbeda. Hal ini menyebabkan sumber pendanaan tidak terpusat dan nilainya menjadi kecil karena tersebar. </p>
<p>Dengan adanya lembaga khusus yang mengatur mengelola dana lingkungan hidup untuk tujuan perlindungan lingkungan dan konservasi sumberdaya alam, maka upaya perlindungan lingkungan menjadi lebih fokus dan lebih terjamin ketersediaan dananya. </p>
<p>Selain itu, kehadiran BPDLH juga diharapkan akan membuat upaya-upaya untuk melindungi lingkungan lebih konkret dan lebih berkembang, contohnya investasi bidang energi terbarukan yang sering membutuhkan dana awal.</p>
<p><em>LH Fund</em> diharapkan bisa memberikan insentif yang nyata bagi para pihak yang berkontribusi terhadap penurunan emisi, misalnya untuk program REDD+ (program penurunan emisi di sektor kehutanan). </p>
<p>Berbeda dengan sumber dana lainnya, <em>LH Fund</em> mendorong keterlibatan pemangku kepentingan lebih luas karena pengajuan usulan kegiatan perlindungan dan konservasi lingkungan hidup bisa berasal dari lembaga pemerintah, komunitas masyarakat, koperasi, Badan Usaha Kecil dan Menengah, hingga organisasi sipil masyarakat, yang memang ingin melakukan kegiatan perlindungan dan konservasi lingkungan hidup. </p>
<p>Langkah selanjutnya, pemerintah perlu segera menyusun personil manajemen BPDLH yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan juga secara teknis dalam mengelola dan mengevaluasi efektivitas kegiatan, sehingga BPDLH dapat segera berjalan. </p>
<p>Perangkat hukum sudah ada dan pembentukan BPDLH sudah diumumkan, tunggu apa lagi?</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/128121/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fitri Nurfatriani menerima dana penelitian dari anggaran pemerintah, ACIAR, USAID, dan JICA.</span></em></p>Indonesia luncurkan instrumen ekonomi untuk perlindungan lingkungan, LH Fund, untuk mempermudah investasi hijau sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca.Fitri Nurfatriani, Peneliti Madya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Kebijakan dan Perubahan Iklim, KLHKLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1231992019-09-12T09:41:05Z2019-09-12T09:41:05ZKenapa Badai Dorian sangat merusak? Ini kata peneliti<p>Setidaknya <a href="https://www.antaranews.com/berita/1058202/2500-orang-hilang-di-bahama-akibat-badai-dorian">50 orang tewas dan 2500 orang hilang</a> akibat Badai Dorian di Bahama, angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat seiring berlangsungnya upaya penyelamatan. </p>
<p>Awalnya, Dorian hanyalah badai tropis kecil muncul di tenggara Antilles Kecil (<em>Lesser Antilles</em>), rangkaian kepulauan yang terbentang di Karibia, pada 24 Agustus 2019. Namun, ia kemudian menjadi badai kategori 5 yang meluluhlantakan Bahama. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/damage-estimates-for-hurricanes-like-dorian-dont-capture-the-full-cost-of-climate-change-fueled-disasters-122910">Damage estimates for hurricanes like Dorian don't capture the full cost of climate change-fueled disasters</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada saat penulisan artikel ini, Dorian telah mengalami penurunan menjadi badai kategori 2 dan sekarang mengarah ke utara pantai Amerika Serikat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=493&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=493&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=493&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=620&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=620&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290814/original/file-20190904-175696-13tg6uc.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=620&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perkembangan jalur yang dilalui oleh Badai Dorian saat berada di tenggara Antilles Kecil hingga kondisi per tanggal 3 September 2019.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.nhc.noaa.gov/storm_graphics/AT05/refresh/AL052019_current_wind+png/212619_current_wind_sm.png">NOAA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Masih sulit untuk memprediksi kemana Dorian akan melaju, namun ia terlihat tidak akan mendarat di Amerika Serikat. Meskipun demikian, <a href="https://www.nhc.noaa.gov/#Dorian">Pusat Badai Nasional US</a> (<em>US National Hurricane Center</em>) memprediksi Dorian akan mengarah ke utara pada Rabu sore, dan ke timur laut pada Kamis pagi, waktu setempat. </p>
<p>Pada jalur ini, inti dari Badai Dorian akan bergerak sangat dekat dengan pesisir timur Florida dan pesisir Georgia. Selanjutnya, inti dari Dorian diprediksi akan bergerak mendekati pesisir Carolina Selatan dan Carolina Utara pada Kamis hingga Jumat pagi. </p>
<p>Badai Dorian merupakan <a href="https://www.thesun.co.uk/news/9847029/hurricane-dorian-second-strongest-atlantic-storm-florida/">angin topan Atlantik terkuat kedua</a> yang pernah tercatat, dengan kecepatan angin lebih dari 270 kilometer (km)/jam, dengan puncak hembusan mendekati 350km/jam. </p>
<p>Pada puncaknya, diameter sistem badai akan mencapai lebih dari 700km, menyebabkan curah hujan besar dan gelombang besar lebih dari 7 meter dari permukaan laut – kedua hal tersebut turut berkontribusi terhadap timbulnya banjir besar.</p>
<p>Sebagai badai kategori 2, Badai Dorian memiliki kecepatan angin sebesar 177km/jam
dan kemampuan daya rusak yang besar.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=368&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=368&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=368&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=462&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=462&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290815/original/file-20190904-175673-rkezil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=462&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Skala Saffir-Simpson digunakan untuk mengukur besar dan dampak badai di Atlantik.</span>
<span class="attribution"><span class="source">PA Graphics</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Jalur kerusakan</h2>
<p>Ketika Badai Dorian melewati Bahama, jelas bahwa skenario terburuk akan terjadi : ia bisa saja berhenti di jalurnya. </p>
<p>Badai yang bergerak perlahan akan cenderung menyebabkan kerusakan besar. Angin kencang, curah hujan yang tinggi, serta badai besar akan bersatu dan menghempaskan daratan, dan tentu saja, manusia, gedung, serta infrastruktur lainnya. </p>
<p>Badai Dorian bertahan di Bahama selama lebih dari 20 jam, dan memaksimalkan dampak kerusakan di negara tersebut. </p>
<p>Jumlah kematian awalnya berjumlah tujuh orang, namun Perdana Menteri Hubert Minnis dan lembaga darurat nasional dan internasional <a href="https://edition.cnn.com/2019/09/03/us/hurricane-dorian-tuesday-wxc/index.html">menyatakan bahwa angka tersebut akan meningkat tajam</a> karena tim pencarian dan penyelamatan sudah bisa mengakses ke daerah-daerah yang rusak parah. </p>
<p>Rekaman udara mulai bermunculan dan menunjukkan skala kerusakan, yang menghancurkan bangunan-bangunan serta berdampak kepada lingkungan. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/Rv08_dzb_Xw?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<h2>Apakah Badai Dorian terkait dengan perubahan iklim?</h2>
<p>Pertanyaan dalam benak banyak orang terkait dengan Badai Dorian adalah apakah <a href="https://www.nytimes.com/2019/09/03/climate/hurricane-dorian-climate-change.html">ada keterkaitan langsung dengan perubahan iklim</a> yang disebabkan oleh manusia. </p>
<p>Sayangnya, pertanyaan tersebut masih sulit untuk dijawab. </p>
<p>Namun, beberapa fakta yang sudah kita ketahui. Dengan meningkatnya gas rumah kaca ke atmosfer, maka panas akan terjebak di atmosfer dan lautan. Meningkatnya energi di sistem atmosfer-lautan juga meningkatkan panas pemicu kejadian ekstrim, seperti angin topan, gelombang panas, badai dan banjir. </p>
<p>Sebuah cabang sains baru yang dinamakan ‘<a href="https://www.nature.com/articles/nclimate2657">atribusi</a>’ menyelidiki kemungkinan statistik dari suatu kejadian, seperti Badai Dorian yang kemungkinan terjadi pada iklim yang menghangat akibat ulah manusia. </p>
<p>Upaya untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk menentukan, berdasarkan perhitungan matematika, apakah badai Dorian terkait dengan Bumi yang menghangat sudah dimulai. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/extreme-weather-news-may-not-change-climate-change-skeptics-minds-112650">Extreme weather news may not change climate change skeptics' minds</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Terlepas dari upaya tersebut, <a href="https://www.nature.com/articles/climate.2007.44">penelitian sebelumnya</a> menunjukkan bahwa <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-019-08471-z">badai Atlantik semakin membesar dan intens</a>, dan <a href="https://www.nature.com/articles/nclimate1357">bersifat merusak</a>. </p>
<h2>Pelajaran yang bisa diambil?</h2>
<p>Australia, sama dengan negara lainnya, <a href="http://www.bom.gov.au/cyclone/history/index.shtml">juga terkena badai secara rutin</a>, lebih sering disebut sebagai topan tropis di Lautan Hindia atau angin topan di Pasifik bagian barat. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=500&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=629&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=629&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290828/original/file-20190904-175663-edrj1x.gif?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=629&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Peta topan tropis yang melanda Australia antara tahun 1906 - 2006.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.qhatlas.com.au/map/tropical-cyclones-1906-2006">Australian Bureau of Meteorology</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Investasi untuk upaya deteksi, pengawasan, dan prediksi menjadi sangat penting. Lebih lanjut, perlu ada upaya untuk melihat dampak lanjutan untuk meningkatkan pendidikan komunitas tentang bahaya dan <a href="http://www.bom.gov.au/cyclone/about/checklist.shtml">bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi mulainya musim badai topan</a>. </p>
<p>Penelitian-penelitian tersebut dibutuhkan untuk memahami perubahan frekuensi dan intensitas badai topan di masa depan. Demikian juga, penelitian terkait dengan karakter badai-badai yang kompleks sehingga para ahli dapat memberikan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Tropical_cyclone_track_forecasting">prediksi yang lebih bisa diandalkan serta mengetahui jalur mereka</a>. </p>
<p>Hal ini penting karena prediksi cuaca saat ini menunjukkan bahwa frekuensi dan intensitas badai topan tropis akan meningkat di beberapa tempat, namun menurun di tempat lain. Mengetahui prediksi ini akan memudahkan persiapan respon bencana. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/why-the-indian-ocean-is-spawning-strong-and-deadly-tropical-cyclones-116559">Why the Indian Ocean is spawning strong and deadly tropical cyclones</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Lebih lanjut, Badai Dorian menunjukkan bahwa kita tidak bisa acuh terhadap bahaya dari peristiwa cuaca dalam skala besar, dan dampak dari perubahan iklim. </p>
<p><em>Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123199/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dale Dominey-Howes menerima dana dari the Australian Research Council, the Global Resilience Partnership dan the Australian National Disaster Mitigation Program. </span></em></p>Badai Dorian telah memporakporandakan Bahama, dengan perkiraan jumlah korban terus meningkat seiring dengan diturunkannya regu penyelamat.Dale Dominey-Howes, Professor of Hazards and Disaster Risk Sciences, University of SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1218782019-08-15T05:48:34Z2019-08-15T05:48:34ZJokowi galakkan mobil listrik, tapi riset tunjukkan 2 faktor bisa hambat efektivitasnya untuk turunkan emisi gas rumah kaca<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/287976/original/file-20190814-136199-1o1sip.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C2%2C998%2C663&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mengapa jumlah mobil listrik di Indonesia tidak selalu akan berkontribusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca?
</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Presiden Joko “Jokowi” Widodo baru saja menerbitkan <a href="https://nasional.kompas.com/read/2019/08/08/08544381/jokowi-teken-perpres-mobil-listrik">Peraturan Presiden</a> tentang <a href="https://www.liputan6.com/news/read/4036856/selamat-datang-era-mobil-listrik-di-indonesia?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F">Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan</a> awal minggu ini. </p>
<p>Peraturan tersebut akan mengatur pemberian insentif kepada produsen yang menjual dan memproduksi kendaraan listrik. Tak lama lagi diharapkan terbit revisi atas <a href="https://kemenperin.go.id/artikel/20931/Perpres-Mobil-Listrik-Diteken-Presiden,-Industri-Dipacu-Strateginya">Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah</a> yang <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2019/08/12/072200915/perpres-diteken-jokowi-harga-mobil-listrik-bisa-murah-">bisa menurunkan harga mobil listrik</a>.</p>
<p>Kedua aturan ini dikeluarkan dalam upaya pemerintah mendorong penggunaan <a href="https://asia.nikkei.com/Economy/Indonesia-to-introduce-tax-breaks-for-low-carbon-cars">kendaraan bermotor beremisi karbon rendah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% pada 2030</a>. Sebagai bagian dari strategi tersebut, Kementerian Perindustrian menargetkan <a href="https://www.liputan6.com/otomotif/read/3949890/produksi-mobil-listrik-di-indonesia-ditargetkan-tembus-20-persen-pada-2025">produksi kendaraan listrik di Indonesia akan mencapai lebih dari 20% dari total produksi kendaraan bermotor pada 2025</a>.</p>
<p>Namun penelitian terbaru yang kami lakukan di <a href="http://www.eria.org/"><em>Economic Research Institute for ASEAN and East Asia</em> (ERIA)</a> menemukan bahwa upaya pemerintah dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi GRK ini akan sia-sia jika pembangkit tenaga listrik di Indonesia masih mengandalkan batu bara.</p>
<h2>Hasil penelitian</h2>
<p>Mengapa berkembangnya jumlah mobil listrik di Indonesia kelak tidak selalu akan berkontribusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca?</p>
<p>Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada bagaimana tenaga listrik dihasilkan di negara kita dan bagaimana baterai mobil-mobil listrik tersebut kelak akan diisi.</p>
<p>Ada dua jenis kendaraan listrik yang akan beredar di pasar otomotif di Indonesia yang dibedakan dari sumber energinya. </p>
<p>Jenis pertama adalah kendaraan yang memiliki mesin listrik dari baterai yang dicolok (<em>plug-in</em>). Ada dua tipe dari mobil listrik jenis colok ini yaitu yang menggunakan baterai saja dan yang menggunakan baterai dan juga bensin. </p>
<p>Jenis kedua adalah kendaraan listrik hibrida yang digerakkan oleh bahan bakar bensin dan baterai kecil yang mendapatkan tenaga listriknya dari pemanfaatan tenaga kinetis yang dihasilkan saat pengereman.</p>
<p>Penelitian kami berusaha mengukur dampak penggunaan kendaraan listrik pada masa depan.</p>
<p>Kami berangkat dengan asumsi bahwa pemerintah akan mencapai target 20% produksi dan penjualan mobil listrik pada 2025 dan industri ini akan tumbuh hingga tahun 2040.</p>
<p>Hingga 2040, kajian ERIA memperkirakan komposisi industri mobil Indonesia akan terdiri mobil listrik colok atau <em>plug-in</em> (30%), mobil listrik hibrida (20%), dan mobil konvensional (50%).</p>
<p>Kami menemukan bahwa dengan komposisi mobil listrik mencapai 50% pada 2040, Indonesia baru bisa mengurangi total emisi karbon dioksida sebesar 10%.</p>
<p>Penurunan 10% itu juga terjadi dengan asumsi bahwa pemerintah menggunakan komposisi energi yang lebih “bersih” untuk pembangkit tenaga listrik yang persentase pembangkit listrik bertenaga batu-bara tidak lebih dari 50%, sementara pembangkit listrik bertenaga energi terbarukan mencapai persentase lebih dari 25%. Komposisi energi seperti itu akan melepaskan 535 gram karbon dioksida untuk setiap kilowatt-jam listrik. </p>
<p>Namun, jika komposisi energi yang digunakan untuk pembangkit listrik di Indonesia tidak berubah dari situasi saat ini, maka target mobil listrik yang ditetapkan pemerintah tidak akan mengurangi emisi gas rumah kaca sama sekali.</p>
<p>Saat ini, energi yang dihasilkan di pembangkit listrik Indonesia berasal dari batu bara (56%), gas alam (25%), minyak bumi (8%), dan energi terbarukan (11%). </p>
<p>Dengan komposisi demikian, pembangkitan listrik di Indonesia saat ini secara rata-rata melepaskan 840 gram karbon dioksida untuk setiap kilowatt-jam listrik yang dihasilkan.</p>
<h2>Pentingnya energi terbarukan dan pengaturan sistem pengisian (<em>charging</em>)</h2>
<p>Mencapai penggunaan energi terbarukan sebesar 25% dalam pembangkitan listrik adalah sebuah syarat mutlak jika mobil listrik colok diharapkan akan berkontribusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. </p>
<p>Peningkatan persentase penggunaan batu bara atau penurunan penggunaan energi terbarukan dalam pembangkitan tenaga listrik masa mendatang akan berakibat bahwa penetrasi mobil listrik colok di Indonesia justru akan meningkatkan emisi gas rumah kaca.</p>
<p>Selain itu, kapan dan bagaimana baterai mobil listrik colok diisi akan menentukan komposisi pembangkit tenaga listrik yang dibutuhkan untuk mengisi tenaga listrik kendaraan. Hal ini jelas berpengaruh pada emisi gas rumah kaca. </p>
<p>Berbagai <a href="https://www.green-alliance.org.uk/people_power_consumer_choice.php">kajian </a> di <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0306261915008417">negara-negara dengan tingkat penetrasi mobil listrik yang tinggi</a> menunjukkan bahwa ketika pengisian baterai mobil listrik tidak diatur, para pengguna akan memiliki kecenderungan untuk mengisi baterai mobil mereka di rumah segera setelah mereka pulang bekerja, misalnya pada senja atau malam hari antara pukul 6 dan 9. </p>
<p>Di Indonesia hal ini tentu akan menambah beban jaringan listrik yang pada jam-jam tersebut tentunya sedang mengalami puncak pembebanan.</p>
<p>Kajian-kajian tersebut menunjukkan bahwa pengisian baterai mobil listrik di negara-negara dengan jumlah mobil listrik colok yang cukup besar seperti Jerman dan Cina biasanya dilakukan pada senja hari. </p>
<p>Mereka menggunakan pembangkit-pembangkit bertenaga batu bara atau gas alam karena pembangkit-pembangkit berkarbon tinggi seperti itulah yang pada umumnya dipakai untuk menyuplai permintaan tambahan tenaga listrik pada jam-jam puncak. </p>
<p>Sebagai akibatnya, pengisian mobil listrik colok di periode tersebut menaikkan emisi karbon dioksida.</p>
<h2>Apa yang bisa dilakukan Indonesia</h2>
<p>Belajar dari negara-negara lain, penggunaan mobil listrik untuk mengurangi emisi gas rumah kaca tidak akan terwujud tanpa dua kebijakan tambahan di dua sektor: peningkatan penggunaan energi terbarukan untuk pembangkitan listrik dan manajemen pengisi baterai mobil-mobil listrik colok.</p>
<p>Untuk sektor pembangkitan listrik, Indonesia harus mencapai komposisi penggunaan energi seperti yang ditargetkan dalam <a href="https://www.pln.co.id/statics/uploads/2018/04/RUPTL-PLN-2018-2027.pdf">Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik 2018–2027</a> dan <a href="http://www.djk.esdm.go.id/pdf/Draft%20RUKN/Draft%20RUKN%202018-2037.pdf">Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional 2018-2037</a>. Dalam rencana itu, persentase penggunaan tenaga batu bara pada pembangkitan listrik akan turun dari 54% pada 2025 menjadi 48% pada 2037. Lalu penggunaan energi terbarukan akan meningkat dari 25% pada 2025 menjadi 27% pada 2037.</p>
<p>Lalu pemerintah harus menyusun dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan untuk menyediakan tenaga listrik di daerah perkotaan, tempat populasi mobil listrik colok diperkirakan akan berkembang. </p>
<p>Kemudian, pemerintah harus mempersiapkan strategi dan rencana untuk mengembangkan pola pengisian baterai mobil-mobil listrik colok yang dapat penggunaan listrik dengan emisi karbon rendah.</p>
<p><a href="https://www.irena.org/publications/2019/May/Innovation-Outlook-Smart-Charging">Mekanisme pengisian pintar</a> adalah salah satu metode yang dapat dipakai untuk memaksimalkan penggunaan pembangkit listrik dengan emisi karbon rendah pada pengisian baterai mobil-mobil listrik colok. </p>
<p>Strategi pengisian pintar ini harus juga mencakup rencana kerja untuk mengumpulkan dan menyebarkan data tentang pengisian baterai di stasiun-stasiun pengisian umum. Data tersebut meliputi lokasi, jenis, tipe, kecepatan pengisian, beban, dan karakteristik-karateristik lain dari stasiun-stasiun pengisian tersebut. </p>
<p>Rencana kerja demikian tidak hanya akan memungkinkan pengguna untuk mengoptimalkan pengoperasian dan pengisian mobil listrik mereka, namun juga akan mengoptimalkan penggunaan jaringan listrik dan sumber energi pembangkit.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/121878/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alloysius Joko Purwanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian terbaru kami menemukan bahwa upaya pemerintah dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik ini akan sia-sia jika pembangkit tenaga listrik di Indonesia masih mengandalkan batu bara.Alloysius Joko Purwanto, Energy economist, Economic Research Institute for ASEAN and East AsiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1172062019-05-27T04:17:36Z2019-05-27T04:17:36ZDibandingkan CD dan kaset, mendengarkan musik dengan cara ‘streaming’ lebih buruk bagi lingkungan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/274813/original/file-20190516-69209-19b0y6k.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=827%2C352%2C4603%2C3284&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Menyimpan dan mengolah musik di _cloud_ bergantung pada pusat data yang sangat besar yang membutuhkan sumber daya dan energi dalam jumlah besar juga.</span> <span class="attribution"><span class="source">https://www.shutterstock.com/g/Nicoleta+Ionescu</span></span></figcaption></figure><p>Bernostalgia untuk era ketika sebagian besar pecinta musik membeli piringan hitam sangatlah muda. Pada masa itu, pecinta musik menabung untuk belanja ke toko kaset lokal di akhir pekan. Sesudah membeli piringan hitam, mereka menuju rumah untuk kemudian mendengarkan rekaman tersebut berulang-ulang. Ritual ini dirayakan pada pada Hari Toko Kaset Internasional pada 13 April lalu, ketika konsumen mengantri untuk membeli piringan hitam edisi terbatas dari artis favorit mereka. Acara yang diluncurkan satu dekade yang lalu ini adalah upaya untuk mendorong bisnis toko kaset independen yang melemah karena banyak orang mendengarkan musik secara online (<em>streaming</em>). </p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=716&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=716&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=716&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=900&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=900&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/267613/original/file-20190404-123395-hj3dux.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=900&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ah,masa lalu yang indah.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://pxhere.com/en/photo/860391">pxhere</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Benarkah generasi penggemar musik yang lebih dewasa lebih menghargai musik ketimbang generasi yang lebih muda? Kita cenderung enggan mempercayai mitos bahwa ada “zaman keemasan” musik dan malas mendengarkan generasi <em>baby boomer</em> yang kini berusia 50-64 tahun mengeluh bahwa musik dulu punya tempat lebih penting ketimbang sekarang. Kami memutuskan untuk menyelidiki hal ini. Ternyata, hal tersebut memang benar–dan jauh lebih buruk daripada yang dibayangkan.</p>
<p>Kami meneliti tingkat konsumsi dan produksi musik rekaman di Amerika Serikat dengan membandingkan biaya ekonomi dan lingkungan dari berbagai format pada waktu yang berbeda. Kami <a href="http://eprints.gla.ac.uk/183249/">menemukan bahwa</a> harga yang rela konsumen bayar untuk mendengarkan musik telah berubah secara dramatis.</p>
<p>Harga sebuah fonograf pada 1907, masa puncak produksinya, diperkirakan mencapai $13,88 (Rp200.000), dibandingkan dengan $10,89 untuk pemutar piringan hitam lak pada masa puncak produksinya pada 1947. Album vinil pada puncak produksi 1977, saat album <em>Never Mind The Bollocks</em> dari The Sex Pistols keluar, berharga $28,55, dibandingkan $16,66 untuk kaset pada tahun 1988, dan $21,59 untuk CD pada tahun 2000, dan $11,11 untuk pengunduhan album digital pada 2013 .</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/267610/original/file-20190404-123410-4fgc0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=505&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Puncak penipuan rock and roll: 1977.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/losgofres/332247453/in/photolist-4s4s38-Wo1ZJ7-5Dxt7o-vmRAn-5Dtatk-JLanW-oXf9a1-9ULrxc-8fQ5M1-o51i8-66fwoX-5Jdbcy-5UYHZp-4vbKeJ-es5Zuq-cQcBnj-cQSvAh-FWL64-5UuyBh-gkrjho-g3mCFg-6PcHPs-5yZDNg-Zs9isH-d6zsi3-F6gQWs-4T7a4z-CUF9nM-2BCVY-JAArE-HRMy3A-EFa1r4-xhQthW-MBacof-5D1Utz">losgofres</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Turunnya harga rekaman musik menjadi lebih jelas ketika Anda melihat harganya dari proporsi gaji mingguan. Konsumen bersedia membayar sekitar 4,83% dari gaji mingguan rata-rata mereka untuk album vinil pada tahun 1977. Angka ini turun menjadi 1,22% untuk album digital pada 2013.</p>
<p>Dengan kedatangan teknologi <em>streaming</em>, tentu saja, model bisnis dari konsumsi rekaman musik berubah: apa yang dulunya merupakan industri komoditas, di mana orang membeli salinan untuk dimiliki, sekarang merupakan industri jasa di mana mereka membeli akses sementara untuk mendengarkan musik yang disimpan di <em>cloud</em>. Hanya dengan $9,99 atau hampir 1% dari gaji mingguan rata-rata saat ini di Amerika Serikat, konsumen sekarang memiliki akses bebas iklan tanpa batas ke hampir semua rekaman musik yang pernah dirilis melalui platform seperti Spotify, Apple Music, YouTube, Pandora, dan Amazon.</p>
<h2>Perspektif lingkungan</h2>
<p>Meskipun pengguna membayar lebih sedikit untuk musik yang mereka dengarkan, <a href="https://mitpress.mit.edu/books/decomposed">gambarannya</a> terlihat sangat berbeda ketika Anda meninjau dari biaya yang dikeluarkan untuk lingkungan. </p>
<p>Secara intuitif, kita mungkin pikir bahwa dengan produksi fisik yang lebih rendah maka emisi karbon juga akan lebih rendah. Pada 1977, misalnya, industri ini menggunakan 58 juta kilogram plastik di Amerika Serikat. Pada tahun 1988, ketika produksi kaset meledak, angkanya turun menjadi 56 juta kilogram. Ketika penjualan CD mencapai puncaknya, pada tahun 2000, angkanya kembali meningkat menjadi 61 juta kilogram. Kemudian tibalah era digital: ketika orang mulai mendengarkan musik dengan mengunduh dan <em>streaming</em>, jumlah plastik yang digunakan oleh industri rekaman AS turun secara dramatis menjadi 8 juta kilogram pada 2016.</p>
<p>Meskipun angka-angka ini tampaknya mendukung gagasan bahwa musik digital adalah musik yang tidak berwujud dan karena itu lebih ramah lingkungan, masih ada pertanyaan tentang energi yang digunakan untuk menghidupkan musik online. Menyimpan dan mengolah musik di <em>cloud</em> bergantung pada pusat data yang sangat besar yang membutuhkan sumber daya dan energi dalam jumlah besar juga.</p>
<p>Untuk dapat menunjukkan masalah ini dengan jelas, kami menerjemahkan produksi plastik dan listrik yang digunakan untuk menyimpan dan mengirimkan file audio digital ke dalam ekuivalen gas rumah kaca (GRK). Data menunjukkan bahwa GRK yang diproduksi oleh rekaman musik di Amerika Serikat mencapai 140 juta kilo pada tahun 1977, 136 juta kg pada tahun 1988, dan 157 juta kg pada tahun 2000. Pada tahun 2016 emisi gas-gas ini diperkirakan antara 200 juta kg dan lebih dari 350m juta. Tapi ingat, ini hanya angka dari Amerika Serikat saja. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=643&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=643&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=643&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=808&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=808&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/267783/original/file-20190405-180023-1av6so3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=808&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="source">Matt Brennan/Kyle Devine</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jelas ini bukan kesimpulan akhir. Untuk benar-benar membandingkan masa kini dan masa lalu (jika memungkinkan), kita harus memperhitungkan emisi yang dihasilkan oleh pembuatan perangkat musik dalam era yang berbeda. Kita juga harus menganalisis jumlah bahan bakar yang digunakan dalam mendistribusikan piringan hitam dan CD ke toko, ditambah biaya untuk mendistribusikan pemutar musik, baik dulu dan sekarang. Ada emisi dari studio rekaman dan emisi dalam pembuatan alat musik yang digunakan dalam proses perekaman. Anda bahkan mungkin ingin membandingkan emisi dalam konser langsung di masa lalu dan sekarang. Semuanya ini mulai terlihat seperti penelitian yang hampir tak ada habisnya.</p>
<p>Bahkan jika perbandingan antara era yang berbeda akhirnya tampak berbeda, poin utama kami tetap sama: harga yang bersedia dibayar pengguna untuk mendengarkan musik berada pada titik paling rendah sepanjang masa, tapi dampak lingkungan tersembunyi dari pengalaman itu besar sekali.</p>
<p>Tujuan dari penelitian ini bukan untuk merusak salah satu kesenangan terbesar dalam hidup, tapi untuk mendorong konsumen menjadi lebih ingin tahu tentang pilihan yang mereka buat saat mendengarkan musik. Apakah kita secara ekonomi memberi imbalan kepada para artis yang membuat musik favorit kita dengan cara yang secara akurat merefleksikan penghargaan kita? Apakah platform <em>streaming</em> merupakan model bisnis yang ideal untuk memfasilitasi pertukaran ini? Apakah <em>streaming</em> musik dari jarak jauh lewat cloud adalah cara yang paling tepat untuk mendengarkan musik dari sudut pandang lingkungan? Tidak ada solusi mudah, tetapi meluangkan waktu sejenak untuk merenungkan biaya yang dikeluarkan untuk mendengarkan musik dan bagaimana mereka telah berubah sepanjang sejarah adalah langkah ke arah yang benar.</p>
<p><em>Amira Swastika menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/117206/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari produksi plastik di era vinil, tidak sebanding dengan emisi server besar di cloud saat ini.Matt Brennan, Reader in Popular Music, University of GlasgowKyle Devine, Associate Professor in Musicology, University of OsloLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1138572019-03-20T07:21:38Z2019-03-20T07:21:38ZDampak makan daging terhadap perubahan iklim sebenarnya tidak sebesar yang kita bayangkan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/264594/original/file-20190319-60995-9yeja4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=9%2C1208%2C3198%2C1722&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dua ekor sapi ternak merumput di tanah publik dekat Gunung Steens, Oregon.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/TwMqis">BLM/Greg Shine</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p>Ketika dampak perubahan iklim semakin mengkhawatirkan, gerakan mengurangi makan daging menjadi gerakan yang populer. Para aktivis lingkungan mendesak masyarakat untuk <a href="http://fortune.com/2017/07/19/climate-change-vegan-vegetarian-diet-humane-society/">mengurangi makan daging</a> untuk menyelamatkan lingkungan. Beberapa aktivis telah menyerukan <a href="https://www.theatlantic.com/health/archive/2017/12/should-meat-cost-more-than-gold/548264/">pemberlakuan pajak atas daging</a> untuk mengurangi konsumsi daging.</p>
<p>Klaim yang mendasari argumen ini menyatakan bahwa secara global, produksi daging menghasilkan lebih banyak gas rumah kaca dibanding yang dihasilkan seluruh sektor transportasi. Namun, klaim ini terbukti salah, seperti yang akan saya tunjukkan dalam artikel ini. Dan klaim yang salah ini telah menyebabkan asumsi yang salah tentang keterkaitan antara daging dan perubahan iklim.</p>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?user=SAqmem4AAAAJ&hl=en">Penelitian saya</a> fokus pada cara-cara peternakan mempengaruhi kualitas udara dan perubahan iklim. Dalam pandangan saya, ada banyak alasan untuk memilih protein hewani atau protein nabani. Namun, tidak memilih daging dan produk daging bukanlah ‘obat mujarab’ bagi lingkungan sebagaimana dipercayai para aktivis. Dan jika dilakukan secara ekstrem, itu juga bisa memiliki konsekuensi gizi yang berbahaya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=407&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/241921/original/file-20181023-169825-o0w7j9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=512&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Produksi ternak global berdasarkan wilayah (susu dan telur dinyatakan dalam protein).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.fao.org/gleam/results/en/">FAO</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa hubungan antara daging dan gas rumah kaca?</h2>
<p>Banyak orang menduga bahwa ternak adalah sumber terbesar gas rumah kaca (GRK) di seluruh dunia. Sebagai contoh, sebuah <a href="http://www.worldwatch.org/files/pdf/Livestock%20and%20Climate%20Change.pdf">analisis tahun 2009</a> yang diterbitkan oleh organisasi <a href="http://worldwatch.org/">Worldwatch Institute</a> yang berbasis di Washington D.C., Amerika Serikat menyatakan bahwa 51% emisi GRK global berasal dari pemeliharaan dan pengolahan ternak.</p>
<p>Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, sumber terbesar <a href="https://www.epa.gov/ghgemissions/inventory-us-greenhouse-gas-emissions-and-sinks">emisi GRK Amerika pada tahun 2016</a> adalah produksi listrik (28% dari total emisi), transportasi (28%) dan industri (22%). Sektor pertanian secara keseluruhan menyumbang hanya sebesar 9%. Dari sektor peternakan hewan secara keseluruhan menyumbang kurang dari setengah jumlah ini, yaitu <a href="https://www.epa.gov/ghgemissions/inventory-us-greenhouse-gas-emissions-and-sinks">3,9% dari total emisi gas rumah kaca AS</a>. Angka tersebut sangat berbeda dari klaim yang mengatakan ternak memberikan sumbangan GRK lebih banyak dari sektor transportasi.</p>
<p>Mengapa kesalahpahman ini terjadi? Pada tahun 2006, <a href="http://www.fao.org/home/en/">Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa</a> (FAO) menerbitkan sebuah penelitian berjudul “<a href="http://www.fao.org/3/a-a0701e.pdf">Bayangan Panjang Peternakan (<em>Livestock’s Long Shadow</em>)</a>,” yang mendapat perhatian luas secara global. Disebutkan bahwa ternak memberikan kontribusi sebesar 18% emisi gas rumah kaca dunia. FAO menarik kesimpulan yang mengejutkan: Peternakan memberikan kontribusi yang lebih banyak dalam kerusakan lingkungan dibanding semua moda transportasi digabung.</p>
<p>Klaim terakhir ini salah, dan <a href="http://news.trust.org/item/20180918083629-d2wf0">telah dikoreksi oleh Henning Steinfeld, salah seorang penulis senior laporan tersebut</a>. Masalah dari laporan tersebut ada pada metodologi analisis. Analis FAO menggunakan penilaian atas siklus hidup yang komprehensif untuk mempelajari dampak iklim dari ternak, tetapi menggunakan metode yang berbeda ketika mereka menganalisis transportasi.</p>
<p>Untuk ternak, mereka mempertimbangkan setiap faktor yang terkait dengan produksi daging. Ini termasuk emisi dari produksi pupuk, mengubah lahan dari hutan menjadi padang rumput, menanam pakan, dan emisi langsung dari hewan (bersendawa dan pupuk kandang) dari lahir hingga mati.</p>
<p>Namun, ketika mereka melihat jejak karbon transportasi, mereka mengabaikan dampak pada iklim proses pembuatan bahan baku dan bagian-bagian kendaraan, perakitan kendaraan dan pemeliharaan jalan, jembatan, dan bandara. Sebaliknya, mereka hanya mempertimbangkan emisi yang dikeluarkan oleh knalpot mobil, truk, kereta api, dan pesawat terbang. Akibatnya, perbandingan FAO tentang emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan dengan sektor transportasi menjadi sangat terdistorsi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=229&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=229&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=229&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=288&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=288&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/242175/original/file-20181025-71035-16niitc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=288&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa opsi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan. Garis merah mewakili kisaran potensial penurunan GRK untuk setiap proses peternakan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/FAcCPQ">Herrero et al, 2016, via Penn State University</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Saya menunjukkan kesalahan ini dalam sebuah pidato kepada sesama ilmuwan di San Francisco pada 22 Maret 2010, yang menyebabkan <a href="https://www.telegraph.co.uk/news/earth/environment/climatechange/7509978/UN-admits-flaw-in-report-on-meat-and-climate-change.html">membanjirnya liputan media</a>. Sebagai catatan, FAO segera mengakui kesalahannya. Sayangnya, klaim awal agensi tersebut bahwa ternak bertanggung jawab atas bagian terbesar dari emisi gas rumah kaca dunia telah menerima pemberitaan luas. Hingga hari ini, kami berjuang untuk merevisi pemberitaan tersebut.</p>
<p>Dalam laporan penilaian terbarunya, FAO memperkirakan bahwa ternak <a href="http://www.fao.org/3/a-i3437e.pdf">menghasilkan 14,5% dari emisi GRK global yang berasal dari kegiatan manusia</a>. Tidak ada penilaian lengkap yang sebanding untuk sektor transportasi secara keseluruhan. <a href="http://news.trust.org/item/20180918083629-d2wf0">Namun, seperti yang telah ditunjukkan oleh Steinfeld</a>, emisi langsung dari transportasi versus ternak bisa dibandingkan, dan hasilnya 14% dari emisi transportasi berbanding 5% dari peternakan.</p>
<h2>Berhenti mengkonsumsi daging tidak akan menyelamatkan lingkungan</h2>
<p>Banyak orang masih mempercayai bahwa mengurangi konsumsi daging menjadi <a href="https://mercyforanimals.org/nyc-announces-meatless-monday-pilot-program">satu kali seminggu</a> akan membuat perbedaan yang signifikan terhadap lingkungan. Tetapi menurut sebuah studi baru-baru ini, bahkan jika orang Amerika menghilangkan semua protein hewani dari diet mereka, mereka hanya akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.1707322114">2,6%</a>. Menurut penelitian kami di University of California, Davis, jika praktik Senin Tanpa Daging diadopsi oleh semua orang Amerika, kita hanya akan melihat pengurangan emisi GRK sebesar 0,5%.</p>
<p>Selain itu, perubahan teknologi, genetik, dan manajemen yang telah terjadi di pertanian Amerika selama 70 tahun terakhir telah membuat produksi ternak lebih efisien dan menghasilkan lebih sedikit gas rumah kaca. Menurut basis data statistik FAO, total emisi gas rumah kaca langsung dari peternakan AS telah menurun 11,3% sejak 1961, sementara produksi daging ternak <a href="http://www.fao.org/faostat/en/#data">meningkat lebih dari dua kali lipat</a>.</p>
<p>Permintaan atas daging meningkat di negara-negara berkembang, dengan tingginya permintaan dari kawasan <a href="https://www.ers.usda.gov/amber-waves/2015/july/growth-in-meat-consumption-for-developing-and-emerging-economies-surpasses-that-for-the-developed-world/">Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Tenggara</a>. Tetapi konsumsi daging per kapita di wilayah ini masih tertinggal apabila dibandingkan dengan negara maju. Pada tahun 2015, rata-rata konsumsi daging per kapita tahunan di negara-negara maju adalah 92 kilogram, bandingkan dengan 24 kilogram di Timur Tengah dan Afrika Utara dan 18 kilogram di Asia Tenggara.</p>
<p>Namun, mengingat pertumbuhan populasi yang diperkirakan akan tumbuh pesat di negara berkembang, tentu akan ada peluang bagi negara-negara seperti Amerika Serikat untuk membawa praktik pemeliharaan ternak berkelanjutan mereka ke negara berkembang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/241923/original/file-20181023-169813-myv7z1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Di negara-negara berkembang, memelihara ternak seperti kambing di Kenya merupakan sumber makanan dan pendapatan penting bagi banyak petani dan penggembala skala kecil.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wiki_loves_Africa_255.jpg">Loisa Kitakaya</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Harga dari industri peternakan</h2>
<p>Menghapus peternakan dari sektor pertanian Amerika Serikat akan menurunkan sedikit emisi gas rumah kaca, tetapi juga akan membuat lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi. Banyak kritik mengatakan jika petani hanya memelihara tanaman, mereka dapat menghasilkan <a href="http://dx.doi.org/10.1088/1748-9326/8/3/034015">lebih banyak makanan dan lebih banyak kalori per orang</a>. Tetapi manusia juga membutuhkan banyak nutrisi mikro dan makro yang penting untuk kesehatan.</p>
<p>Sulit untuk membuat argumen yang meyakinkan bahwa Amerika Serikat memiliki defisit kalori, mengingat tingginya angka nasional obesitas orang dewasa dan anak. Selain itu, tidak semua bagian tanaman dapat dimakan atau diinginkan. Memelihara ternak adalah cara untuk menambah nilai gizi dan nilai ekonomis pada tanaman pertanian.</p>
<p>Sebagai salah satu contoh, energi pada tanaman yang dikonsumsi ternak paling sering terkandung dalam selulosa, yang tidak dapat dicerna manusia dan banyak mamalia lainnya. Tetapi sapi, domba, dan hewan lainnya dapat memecah selulosa dan melepaskan energi matahari yang terkandung dalam sumber daya yang luas ini. Menurut FAO, sebanyak 70% dari semua lahan pertanian secara global adalah tanah yang hanya dapat digunakan sebagai <a href="http://www.fao.org/3/a-i3437e.pdf">lahan penggembalaan untuk ternak</a>.</p>
<p>Populasi dunia saat ini diproyeksikan mencapai 9,8 miliar orang pada tahun 2050. Memberi makan orang sebanyak ini akan menimbulkan tantangan besar. Daging lebih padat nutrisi per sajian daripada pilihan vegetarian, dan hewannya sebagian besar mengkonsumsi makanan yang tidak cocok untuk manusia. Memelihara ternak juga <a href="https://www.dandc.eu/en/article/ifpri-director-says-healthy-diet-includes-some-meat-some-vegetables-some-fruits-dairy">menawarkan penghasilan yang sangat dibutuhkan bagi petani skala kecil</a> di negara berkembang. Di seluruh dunia, ternak menyediakan mata pencaharian bagi 1 miliar orang.</p>
<p>Perubahan iklim menuntut perhatian cepat, dan industri peternakan meninggalkan jejak lingkungan besar secara keseluruhan yang mempengaruhi udara, air, dan tanah. Hal ini, dikombinasikan dengan populasi dunia yang meningkat pesat, mendorong kita untuk terus bekerja demi efisiensi yang lebih besar dari industri peternakan. Saya percaya tempat untuk memulai semua itu adalah dengan fakta berbasis sains.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/113857/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Frank M. Mitloehner menerima dana dari Dewan Sumber Daya Udara California (California Air Resources Board/CARB) dan Departemen Pangan dan Pertanian California (California Department of Food and Agriculture/CDFA).</span></em></p>Memelihara ternak memiliki dampak yang jelas terhadap lingkungan, tetapi bertentangan dengan apa yang dikatakan banyak kritikus, Ternak bukan pendorong terbesar perubahan iklim.Frank M. Mitloehner, Professor of Animal Science and Air Quality Extension Specialist, University of California, DavisLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.