tag:theconversation.com,2011:/us/topics/genetika-44933/articlesGenetika – The Conversation2024-02-27T02:19:03Ztag:theconversation.com,2011:article/2243532024-02-27T02:19:03Z2024-02-27T02:19:03ZSejarah singkat kloning rari Domba Dolly hingga Monyet Rhesus<p>Kami baru saja mengetahui tentang <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-023-43985-7">kloning spesies primata baru, monyet rhesus</a> (<em>Macaca mulatta</em>). Pekerjaan ini dilakukan oleh tim peneliti di Cina, laboratorium yang sama yang enam tahun lalu telah mendemonstrasikan kloning spesies primata lain: <a href="https://montoliu.naukas.com/2018/01/25/21-anos-despues-clonados-los-primeros-macacos-con-el-metodo-usado-para-la-oveja-dolly/">kera pemakan kepiting</a>. </p>
<h2>Dolly, seekor bintang ilmu pengetahuan</h2>
<p>Berita ini dan kata “kloning” langsung mengingatkan kita pada Dolly si domba. Jika kamu bertanya kepada siapa pun apakah mereka mengenal Dolly si domba, saya yakin sebagian besar akan menjawab ya, bahwa mereka tahu atau pernah mendengar tentang hewan pertama yang dikloning dari sel orang dewasa. Hal ini menjadi terobosan ilmiah yang menjadi berita yang menjangkau seluruh masyarakat. Minat masyarakat terhadap sains meningkat secara signifikan setelah peristiwa bersejarah ini. </p>
<p>Publikasi di majalah <em>Nature</em> tentang kelahiran Dolly, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9039911">pada Februari 1997</a>, memancing banyak reaksi dan artikel, dari yang paling masuk akal hingga yang paling imajinatif, yang khawatir bahwa kloning hewan dapat dilakukan pada manusia, sesuatu yang dengan cepat akan dilarang dan tidak pernah terjadi. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=429&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/569633/original/file-20240116-22672-23rk4a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=539&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">domba dolly yang telah diisi dan kini dipamerkan di Museum Nasional Skotlandia di Edinburgh.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Juraj Kamenicky / Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Yang pasti, tim peneliti Skotlandia di Roslin Institute menunjukkan apa yang telah diantisipasi oleh <a href="https://es.wikipedia.org/wiki/Hans_Spemann">Hans Spemann</a>, seorang embriolog Jerman dan peraih Nobel, 70 tahun sebelumnya, saat ia membuat eksperimen untuk menunjukkan bahwa inti sel tidak kehilangan komponen saat berubah menjadi sel yang lebih khusus. Bahwa setiap inti sel dalam tubuh hewan tetap memiliki kemampuan untuk mempertahankan perkembangan embrio secara penuh, sehingga menghasilkan <a href="https://montoliu.naukas.com/2017/11/07/la-otra-cara-de-dolly/">hewan hasil kloning</a>. </p>
<p>Selama 1950-an dan 1960-an, beberapa peneliti menunjukkan bahwa kloning itu mungkin dilakukan, dengan menggunakan spesies amfibi yang berbeda. Yang paling terkenal adalah karya <a href="https://es.wikipedia.org/wiki/John_Gurdon">Sir John Gurdon</a>, seorang ahli embriologi Inggris yang menggunakan katak Afrika untuk mendemonstrasikan bahwa ia dapat memperoleh hewan dewasa dari inti sel usus berudu. </p>
<p>Namun, keberhasilan itu datang dengan lambat untuk mamalia. Butuh waktu lebih dari 30 tahun sebelum tim peneliti yang dipimpin oleh <a href="https://montoliu.naukas.com/2023/09/11/fallece-sir-ian-wilmut-investigador-que-posibilito-el-nacimiento-de-la-oveja-dolly/">Ian Wilmut dan Keith Campbell</a> memberitahukan kepada dunia tentang kelahiran Dolly. </p>
<h2>Domba Dolly, setelah 300 kali percobaan</h2>
<p>Teknik yang digunakan untuk mendapatkan domba Dolly relatif sederhana. Materi genetik dikosongkan dari sel telur dan nukleus sel dewasa dimasukkan. </p>
<p>Setelah percikan listrik dan implantasi embrio yang direkonstruksi di dalam rahim hewan betina, hewan kloning dapat dilakukan dengan mudah. Dolly adalah satu-satunya domba yang dilahirkan <a href="https://montoliu.naukas.com/2018/01/25/21-anos-despues-clonados-los-primeros-macacos-con-el-metodo-usado-para-la-oveja-dolly/">setelah merekonstruksi hampir 300 embrio </a>. </p>
<p>Setelah domba, spesies mamalia lainnya dikloning, dalam setiap kasus mengadaptasi metode ini dengan karakteristik spesifik dari biologi reproduksi masing-masing spesies, yang bukanlah tugas yang mudah. </p>
<p>Sapi dan tikus pertama diperoleh pada 1998. Setahun kemudian, kambing dikloning. Babi hasil kloning pertama lahir pada 2000 dan dua tahun kemudian giliran kucing dan kelinci. Pada 2003, klon pertama tikus dan kuda diperoleh, sedangkan anjing tidak dikloning sampai 2005. </p>
<h2>Waktunya kloning primata?</h2>
<p>Kekhawatiran bahwa teknik kloning dapat dilakukan pada manusia berangsur-angsur hilang karena semakin jelas betapa sulitnya untuk dicoba pada spesies primata lain, seperti kita sendiri. Memang, baru pada 2018, sebuah tim peneliti Cina mengumumkan <a href="https://www.cell.com/cell/fulltext/S0092-8674(18)30057-6">kloning kera kepiting</a>, tim yang sama yang baru saja mengumumkan kloning monyet rhesus. </p>
<p>Baik dalam percobaan 2018 maupun percobaan saat ini, laboratorium ini melaporkan <a href="https://montoliu.naukas.com/2018/01/25/21-anos-despues-clonados-los-primeros-macacos-con-el-metodo-usado-para-la-oveja-dolly/">kesuksesan kloning yang sangat rendah</a>, di bawah 1%. Hasil ini serupa dengan yang diperoleh dengan Dolly, 27 tahun kemudian. Hal ini menegaskan bahwa mengkloning primata adalah mungkin, tetapi metode ini masih sangat tidak efisien untuk digunakan dalam penelitian biomedis. </p>
<p>Selain itu, eksperimen semacam itu pada primata non-manusia dilarang di Eropa, kecuali jika menyangkut penyakit yang sangat serius dan fatal yang mempengaruhi kita atau spesies tersebut. </p>
<h2>Kegunaan terbatas</h2>
<p>Jadi, untuk apa saja kloning hewan berguna? Pertama, untuk mempelajari tahap awal perkembangan embrio mamalia. <a href="https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/2012/summary/">Pada tahun 2012, Hadiah Nobel Kedokteran</a> diberikan kepada John Gurdon, sang klonator katak, dan Shinya Yamanaka, yang berhasil menguraikan gen-gen yang dibutuhkan untuk memprogram ulang inti sel menjadi sel punca. Penghargaan ini tidak mengakui kerja keras tim Skotlandia yang bertanggung jawab atas Dolly, mungkin karena adanya serangkaian <a href="https://montoliu.naukas.com/2017/11/07/la-otra-cara-de-dolly/">insiden dan tuduhan yang tidak menguntungkan</a> seputar eksperimen tersebut, yang ditakdirkan menjadi salah satu tonggak sejarah abad ini. </p>
<p>Kloning hewan ternak (sapi, domba, kambing, babi, kelinci, dll.) memungkinkan untuk mendapatkan hewan yang dimodifikasi secara genetik dengan cara yang jauh lebih sederhana dan lebih efisien, dengan menggunakan nukleus dari sel yang telah dimodifikasi secara genetik sebelumnya yang memunculkan hewan-hewan dengan modifikasi genetik yang sama. </p>
<p>Babi yang saat ini digunakan <a href="https://theconversation.com/un-corazon-de-cerdo-late-por-vez-primera-en-el-cuerpo-de-una-persona-174911">untuk xenotransplantasi</a> diperoleh melalui kloning. Dan juga banyak model hewan lain untuk mempelajari penyakit manusia pada spesies selain tikus, yang sampai saat itu merupakan salah satu dari sedikit spesies yang dapat dengan mudah dimodifikasi secara genetik. </p>
<p>Namun, relevansi teknik kloning berkurang secara signifikan setelah 2013, dengan munculnya <a href="https://theconversation.com/la-crispr-mas-precisa-hasta-la-fecha-convierte-la-tijera-genetica-en-una-navaja-suiza-125696">alat pengeditan gen CRISPR</a>, yang mampu memodifikasi genom hewan apa pun dengan cara yang sangat sederhana dan efektif. Tidak perlu lagi menggunakan teknik kloning yang canggih dan tidak efisien untuk mendapatkan hewan dengan modifikasi genetik: alat CRISPR membuatnya lebih mudah dan tidak berbelit-belit. </p>
<p>Oleh karena itu, kami menyambut spesies baru dalam kelompok mamalia hasil kloning: monyet rhesus, primata seperti kita. Namun, sekali lagi kita melihat betapa tidak efektifnya teknik ini, karena sulit untuk meniru di luar laboratorium yang telah mencapai terobosan ini. Dalam hal ini, para peneliti harus memodifikasi metode kloning sekali lagi, mengganti sel-sel embrio yang akan menghasilkan plasenta agar berhasil. </p>
<p>Jika ada, eksperimen terbaru ini berfungsi untuk meyakinkan kita, sekali lagi, betapa tidak berguna, tidak perlu, tidak terjangkau secara teknis dan tidak dapat dibenarkan secara etis, serta ilegal, jika kita melakukan percobaan kloning pada manusia.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini menerjemahkan artikel ini dari bahasa Spanyol</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/224353/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Isi dari publikasi ini dan pandangan yang diungkapkan adalah semata-mata milik penulis dan dokumen ini tidak dapat dianggap mewakili posisi resmi CSIC dan juga tidak mengikat CSIC pada tanggung jawab dalam bentuk apa pun.</span></em></p>El autor recorre los hitos de las técnicas de clonación en mamíferos y recuerda que siguen siendo poco eficaces e innecesariamente aplicables al ser humano.Lluís Montoliu, Investigador científico del CSIC, Centro Nacional de Biotecnología (CNB - CSIC)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2097722023-07-20T04:16:30Z2023-07-20T04:16:30ZMengapa lebah-lebah membunuh ratu mereka?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/537388/original/file-20230713-17-91c2z6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dilarang lewat. Pekerja _Scaptotrigona_ mempertahankan pintu masuk ke sarang mereka.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/108308648@N03/29512365705">Graham Wise/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span></figcaption></figure><p>Dalam sebuah kisah kerajaan yang layak untuk novel George R.R. Martin, sebuah <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10886-017-0839-7">penelitian baru</a> menunjukkan bahwa sebagian pekerja lebah adalah pembunuh ratu yang akan bangkit dan membunuh ratu mereka jika sang ratu menghasilkan keturunan jantan yang salah.</p>
<p>Tahta kemudian dapat direbut oleh salah satu anak perempuannya, yang akan menghasilkan keturunan jantan yang tepat - memastikan kelangsungan hidup garis keturunan.</p>
<p>Mengapa lebah lebih memilih beberapa ratu daripada yang lain berdasarkan keturunan mereka? Untuk memahami hal ini, kita perlu mengetahui sedikit tentang perbedaan antara lebah jantan dan betina. Anak dari ratu lebah, semut, dan tawon (serangga yang secara kolektif dikenal sebagai <em>Hymenoptera</em>) terdiri dari dua jenis.</p>
<p>Perbedaannya berkaitan dengan genetika mereka. Manusia adalah <a href="https://blog.udemy.com/haploid-vs-diploid/">organisme “diploid”</a>, yang berarti mereka memiliki dua salinan (alel) dari setiap gen, satu dari setiap orang tua. Lebah, sebaliknya, sedikit berbeda.</p>
<p>Lebah betina, seperti kita, adalah diploid, berasal dari telur yang telah dibuahi dengan dua set alel. Seekor ratu harus kawin untuk menghasilkan lebah betina, karena sang ayah menyumbangkan setengah dari genom anak perempuannya.</p>
<p>Tetapi lebah jantan, yang dikenal sebagai <em>drone</em>, <a href="http://www.animalbehavioronline.com/haplodiploidy.html">biasanya bersifat “haploid”</a>, dihasilkan dari telur ratu yang tidak dibuahi dan membawa satu set alel. Ratu dapat menghasilkan mereka tanpa pernah kawin.</p>
<p>Ratu hanya kawin sekali, tapi menyimpan sperma selama sisa hidupnya. Setelah kawin, ia dapat memilih untuk membuahi sel telur yang mana saja, sehingga dapat mengontrol jumlah keturunan jantan dan betina yang dimilikinya.</p>
<p>Namun, kadang-kadang, jenis pejantan yang <a href="https://honeybeesuite.com/what-they-didnt-teach-you-in-bee-school/">lebih langka dan lebih jahat muncul</a>, dan ratu tidak bisa mengendalikannya. Pejantan ini diploid, dan biasanya steril. </p>
<p>Mereka terbentuk ketika tubuh lebah diploid (dan seharusnya betina) tertipu menjadi jantan. Mereka membawa bencana bagi kelangsungan hidup koloni karena mereka menghabiskan sumber daya, tidak dapat berkontribusi dalam reproduksi, dan, seperti semua lebah jantan <em>Hymenopteran</em>, mereka menolak untuk bekerja.</p>
<p>Ketika memutuskan apakah akan menjadi jantan atau betina, tubuh lebah yang sedang berkembang hanya melihat <a href="http://www.cell.com/abstract/S0092-8674(03)00606-8">satu gen</a> yang disebut gen “penentuan jenis kelamin komplementer” (CSD). Jika gen ini memiliki dua alel yang berbeda karena berasal dari sel telur yang telah dibuahi, lebah akan menjadi betina. Tetapi jika hanya memiliki satu alel karena berasal dari sel telur yang tidak dibuahi, lebah menjadi jantan.</p>
<p>Biasanya sistem penentuan jenis kelamin ini bekerja dengan baik. Tetapi jika secara kebetulan sang ratu kawin dengan pejantan yang membawa alel CSD yang identik dengan miliknya, maka separuh keturunan diploidnya hanya akan memiliki satu jenis alel CSD dan menjadi jantan dan bukan betina, yang secara efektif mengurangi separuh tenaga kerja generasi baru.</p>
<p>Para pekerja yang ada, jelas saja, sama sekali tidak terima dengan hal itu.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/186393/original/file-20170918-8300-624g4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/186393/original/file-20170918-8300-624g4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/186393/original/file-20170918-8300-624g4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/186393/original/file-20170918-8300-624g4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/186393/original/file-20170918-8300-624g4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/186393/original/file-20170918-8300-624g4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/186393/original/file-20170918-8300-624g4p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ratu-ratu drama kawanan lebah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Elichten/Wikimedia Commons</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Ratu dengan keturunan jantan yang steril akan dibunuh</h2>
<p>Para peneliti dalam studi baru ini mengamati spesies <a href="http://www.sci-news.com/biology/science-brazilian-stingless-bee-monascus-fungus-03372.html"><em>Scaptotrigona depilis</em></a>, anggota <a href="https://animalcorner.co.uk/animals/stingless-bees/">lebah tak menyengat</a> (<em>Meliponini</em>) yang berasal dari Brasil. Mereka mengidentifikasi koloni dengan jantan diploid steril yang sedang berkembang, juga koloni normal untuk dibandingkan.</p>
<p>Mereka memperkenalkan ratu baru yang normal dan sehat ke setiap sarang dan melacak aktivitasnya. Ratu di koloni yang berisi pejantan steril mati secara misterius sekitar 10 hari setelah pejantan tersebut muncul.</p>
<p>Ratu yang diperkenalkan dalam dua jenis koloni tidak berbeda satu sama lain. Ini berarti kita bisa mengesampingkan faktor genetik yang mungkin membuat mereka lebih mungkin untuk mati, atau mungkin membuat mereka memiliki bau yang berbeda dengan pekerja.</p>
<p>Mereka bukanlah induk dari keturunannya baik di koloni eksperimen maupun koloni kontrol. Jadi tidak ada alasan untuk berpikir bahwa pekerja di koloni kontrol lebih cenderung menyukai ratu baru mereka daripada pekerja di koloni eksperimen.</p>
<h2>Jantan steril itu malas dan bau</h2>
<p>Jadi, mengapa koloni percobaan bangkit dan membunuh ratu mereka yang baru? Penjelasan paling sederhana adalah bahwa keberadaan pejantan diploid yang steril itulah yang menyebabkan para pekerja membunuh sang ratu, bukannya sesuatu tentang ratu itu sendiri.</p>
<p>Dalam koloni yang berfungsi normal (koloni yang belum dimanipulasi untuk eksperimen), respons ini akan sangat menguntungkan. Jika ratu menghasilkan pejantan yang lapar, malas, dan mandul, membunuhnya akan membuat salah satu putrinya menjadi ratu baru, yang akan menghasilkan keturunan jantan yang benar-benar reproduktif. Para pekerja kemudian dapat membantu ratu baru ini untuk melestarikan warisan genetik kolektif mereka.</p>
<p>Bagaimana para pekerja mendeteksi pejantan steril? Para peneliti menunjukkan bahwa, bagi para pekerja, jantan haploid normal dan jantan diploid steril memiliki bau yang berbeda. Kedua bau yang berbeda itu muncul beberapa saat setelah pejantan muncul. Berapa lama setelah itu? Sekitar 10 hari - tepatnya pada saat ratu-ratu dalam percobaan mulai mati secara misterius. Demikianlah senjatanya.</p>
<p>Mengapa pejantan-pejantan ini tidak dibasmi lebih awal? Pada lebah madu (<em>Apis mellifera</em>), <a href="http://honeybee.drawwing.org/book/diploid-drones">memang begitu</a>. Lebah pekerja merawat telur dan larva dan dapat dengan mudah “mencium” jantan diploid dan membunuhnya. Namun pada lebah tanpa sengat, <a href="http://www.beesfordevelopment.org/categories/stingless-bees/">telur disegel</a> di dalam sel pada awal perkembangannya, dan pekerja tidak memiliki kontak dengan telur tersebut hingga muncul sebagai pejantan yang tidak berguna.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="semut api" src="https://images.theconversation.com/files/186246/original/file-20170915-8076-aqa3pw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/186246/original/file-20170915-8076-aqa3pw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/186246/original/file-20170915-8076-aqa3pw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/186246/original/file-20170915-8076-aqa3pw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/186246/original/file-20170915-8076-aqa3pw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/186246/original/file-20170915-8076-aqa3pw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/186246/original/file-20170915-8076-aqa3pw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Semut api Solenopsis.</span>
<span class="attribution"><span class="source">stevenw12339/flickr</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Semut dan tawon juga merupakan pembunuh ratu</h2>
<p>Perilaku semacam ini tidak unik; pembunuhan ratu dikenal di banyak spesies <em>Hymenopteran</em>. </p>
<p>Salah satu contohnya adalah pada koloni semut api (<em>Solenopsis invicta</em>), yang para pekerjanya membentuk kelompok. Setiap geng memiliki “<a href="https://timeline.com/gang-signs-secret-language-d1671aa6281c">tanda geng</a>” sendiri, sebuah bau yang dihasilkan oleh kombinasi alel dari gen tertentu, yang memungkinkan semut untuk mengidentifikasi siapa saja yang ada dalam geng mereka. Para pekerja dari satu geng <a href="http://www.curiousmeerkat.co.uk/indepth/social-supergene-is-a-green-beard-for-fire-ants/">akan membunuh</a> ratu yang menunjukkan tanda geng yang salah.</p>
<p>Pada tawon jaket kuning, yang memiliki siklus hidup tahunan, para pekerja biasanya akan <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2015/10/151029190838.htm">membunuh ratu mereka</a> pada akhir tahun saat ia menua dan kekuatannya berkurang. Pada masa jayanya, ratu tawon menghasilkan sinyal kimiawi yang menekan kemampuan pekerja untuk bereproduksi (bahkan pekerja dapat menghasilkan jantan dengan menghasilkan telur yang tidak dibuahi).</p>
<p>Para pekerja tidak mempermasalahkan hal ini, selama sang ratu terus memproduksi saudara-saudaranya secara massal. Namun, begitu kemampuannya menghasilkan bayi mulai menurun, jumlahnya tidak akan bertambah. Mereka lebih baik secara genetis dengan mengakhiri musim dengan gemilang dan bertelur dalam jumlah besar dari pejantan mereka sendiri - dan untuk itu mereka membutuhkan kebebasan dari induknya. Lainnya hanya berharap mereka bisa melakukannya dengan cepat.</p>
<p>Anehnya, para pekerja hanya membunuh ratu yang setia dan hanya kawin dengan satu pejantan. Pada spesies dengan ratu yang lebih bebas, pekerja tidak terlalu haus darah karena mereka biasanya adalah saudara tiri, bukan saudara kandung. Di sini, pekerja tidak memiliki cukup gen untuk saling mendukung anak-anak mereka dibandingkan keturunan ratu - betapapun jompo-nya dia.</p>
<p>Namun dalam kedua kasus ini, ratu dibunuh karena genetiknya, bukan karena pilihan hidupnya. Uniknya, lebah pekerja yang tidak menyengat justru melakukan balas dendam yang mengerikan terhadap ratu mereka karena tindakannya: pilihan pasangannya yang tidak menguntungkan.</p>
<p>Para penulis <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10886-017-0839-7">studi baru ini</a> juga menunjukkan bahwa ratu tidak mungkin dapat membedakan pasangan yang baik dan yang buruk, yaitu apakah calon pelamar memiliki alel CSD yang sama dengannya atau tidak. Jadi, tidak ada alasan untuk menduga bahwa sang ratu akan tahu bahwa ia telah ditandai untuk mati hingga saat ia dibunuh dalam penyergapan gaya “<a href="http://gameofthrones.wikia.com/wiki/Red_Wedding">Pernikahan Merah</a>”.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209772/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>James Gilbert tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian baru menunjukkan lebah tanpa sengat akan membunuh ratu mereka jika dia salah memilih pasangan.James Gilbert, Lecturer in Zoology, University of HullLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1325972020-03-03T04:34:04Z2020-03-03T04:34:04ZRiset baru: manusia purba di Afrika mungkin telah kawin silang dengan spesies misterius yang telah punah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/318232/original/file-20200303-18308-rxj22c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Homo rhodesiensis adalah sebuah contoh manusia purba.</span> <span class="attribution"><span class="source">wikipedia, CC BY-SA</span></span></figcaption></figure><p>Satu penemuan yang mengejutkan muncul dari <a href="https://www.nature.com/articles/nature12886">pengurutan genom DNA manusia purba</a> yaitu semua manusia di luar Afrika memiliki jejak DNA dalam genomnya yang tidak dimiliki oleh spesies kita.</p>
<p>Kira-kira enam miliar orang di Bumi yang leluhurnya bukan berasal dari Afrika mewarisi antara 1% dan 2% genom dari kerabat terdekat mereka yang sekarang telah punah: <a href="https://theconversation.com/neanderthals-cared-for-each-other-and-survived-into-old-age-new-research-93110">spesies Neanderthal</a>. Orang-orang di Asia Timur dan Oseania juga mewarisi sejumlah kecil leluhur dari keluarga <a href="https://genographic.nationalgeographic.com/denisovan/">Denisovan</a>, kerabat dekat dari Homo Sapiens.</p>
<p>Sekarang sebuah studi yang dipublikasikan di <a href="https://advances.sciencemag.org/content/6/7/eaax5097">Science Advances</a> menunjukkan bahwa manusia purba yang tinggal di Afrika mungkin juga telah mengalami kawin silang dengan para hominin purba. Mereka adalah spesies punah yang masih berkerabat dengan Homo Sapiens.</p>
<p>Perkawinan silang di luar Afrika terjadi setelah nenek moyang kita Homo Sapiens berkembang keluar dari Afrika menuju lingkungan baru. Di sanalah mereka <a href="https://theconversation.com/jaw-bone-discovery-reveals-more-about-secret-sex-lives-of-neanderthals-and-early-humans-43656">berhubungan seks dengan spesies Neanderthal</a> dan <a href="https://theconversation.com/how-breeding-with-an-ancient-human-species-gave-tibetans-their-head-for-heights-28818">Denisovan</a>.</p>
<p>Ini membawa kita pada penemuan baru. Studi genetik awal orang-orang dari seluruh dunia sebelumnya menunjukkan <a href="https://www.nature.com/articles/325031a0">penyebaran kita saat ini</a> merupakan hasil dari sebuah ekspansi tunggal manusia purba yang keluar dari Afrika sekitar 100.000 tahun lalu. Namun, identifikasi leluhur Neanderthal dan Denisovan pada orang-orang Eurasia modern merupakan hal yang rumit.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=328&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=328&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=328&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=412&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=412&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/315048/original/file-20200212-61952-1ijzkgh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=412&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Homo Sapiens versus Neanderthal.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikipedia</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami masih berpikir bahwa mayoritas leluhur orang-orang yang tidak tinggal di Afrika saat ini, dengan presentase antara <a href="https://www.nature.com/articles/s41559-019-0992-1">92 hingga 98,5%</a>, memang berasal dari ekspansi di luar Afrika. Tapi kami mengetahui sekarang bahwa sisanya berasal dari spesies purba yang leluhurnya telah meninggalkan Afrika ratusan atau ribuan tahun sebelumnya.</p>
<h2>Apa yang dulu terjadi di Afrika?</h2>
<p>Pengetahuan akan perkawinan silang telah didukung oleh ketersediaan genom modern dan kuno yang jauh lebih besar berasal dari luar Afrika. Hal ini karena lingkungan dingin dan kering di Eurasia jauh lebih baik dalam melestarikan DNA dibandingkan dengan lingkungan panas dan tropis Afrika. </p>
<p>Namun pemahaman kami mengenai hubungan antara leluhur manusia purba di Afrika dan koneksi mereka dengan manusia purba lainnya semakin dalam. Studi <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2017.08.049">pada 2017 mengenai DNA manusia purba di wilayah selatan Afrika</a> menginvestigasi 16 genom kuno dari orang yang telah hidup dalam 10.000 tahun terakhir. Studi tersebut menunjukkan bahwa sejarah populasi Afrika begitu kompleks. <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-020-1929-1">Tidak ada satu kelompok manusia saja</a> di Afrika ketika mereka berkembang dan berekspansi 10.000 tahun yang lalu.</p>
<p>Hasil tersebut juga didukung sebelumnya oleh sebuah riset yang <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-020-1929-1">memeriksa DNA kuno dari empat orang</a> yang berasal dari wilayah yang sekarang menjadi negara Kamerun. Secara bersama-sama, riset ini menyatakan bahwa ada kelompok yang berbeda secara geografis di Afrka jauh sebelum ekspansi manusia purba keluar dari benua tersebut. Dan banyak dari kelompok-kelompok ini akan kontribusi pada leluhur orang-orang yang hidup di Afrika hari ini. </p>
<p>Selain itu, riset ini juga memunculkan adanya potensi aliran gen ke populasi Homo Sapiens Afrika dari leluhur purba. Salah satu cara yang bisa terjadi yakni orang-orang yang melakukan ekspansi ke luar Afrika berhubungan seks dengan Neanderthal dan kemudian bermigrasi kembali ke Afrika. Hal ini juga telah didemonstrasikan <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2020.01.012">dalam penelitian terbaru</a>.</p>
<p>Makalah baru memberikan bukti bahwa mungkin adanya aliran gen pada nenek moyang Afrika Barat langsung dari manusia purba yang masih misterius. Para peneliti membandingkan DNA Neanderthal dan Denisovan dengan DNA populasi manusia yang sekarang tinggal di Afrika Barat. Dengan menggunakan beberapa perhitungan matematis yang elegan, mereka kemudian membangun model statistik untuk menjelaskan hubungan antara manusia purba dengan orang Afrika modern. </p>
<p>Menariknya, mereka berpendapat bahwa 6-7% genom orang Afrika Barat berasal dari leluhur manusia purba. Tapi nenek moyang manusia purba ini bukan Neanderthal ataupun Denisovan. Model mereka menunjukkan adanya leluhur tambahan yang datang dari sebuah populasi manusia purba yang kita belum miliki genomnya sekarang.</p>
<p>Populasi “tak kasat mata” ini kemungkinan terpisah dari leluhur manusia purba dan Neanderthal antara 360.000 dan 1,2 juta tahun lalu. Periode itu jauh sebelum peristiwa aliran gen yang membawa DNA Neanderthal kembali ke Afrika Barat yang terjadi sekitar 43.000 tahun lalu, meski hal ini masih mungkin terjadi antara 0 sampai 124.000 tahun lalu.</p>
<p>Tanggal-tanggal ini memposisikan spesies “tak kasat mata” ini sebagai sesuatu yang mirip dengan Neanderthal, namun mereka ada di Afrika selama 100.000 tahun terakhir. Penjelasan alternatif mengenai hal ini yaitu manusia purba telah ada di luar Afrika dan melakukan kawin silang di sana sebelum bermigrasi kembali ke Afrika. </p>
<p>Penulis sangat berhati-hati dengan hasil ini karena analisis yang menunjukkannya bukan merupakan artefak dari metodologi atau proses genetik lainnya. Mereka mengatakan perlu ada analisis lebih lanjut mengenai DNA kuno dan kontemporer dari berbagai populasi di Afrika.</p>
<p>Namun demikian, penelitian ini berkontribusi untuk penelitian berkelanjutan ke depannya yang mendemonstrasikan perilaku tak biasa, termasuk perkawinan silang, yang dilakukan oleh para nenek moyang kita.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132597/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>George Busby receives funding from Wellcome, the Medical Research Council, Oxford University and The Royal Geographical Society.</span></em></p>Sekarang sebuah studi menunjukkan bahwa manusia purba yang tinggal di Afrika mungkin juga telah mengalami kawin silang dengan para hominin purba yang masih berkerabat dengan Homo Sapiens.George Busby, Senior Research Associate in Translational Genomics, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1320202020-02-20T09:52:43Z2020-02-20T09:52:43ZMengapa mengurutkan genom manusia gagal menghasilkan terobosan besar dalam pengobatan penyakit<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/316400/original/file-20200220-92507-1hhjhrk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para pendukung awal pengurutan genom membuat prediksi menyesatkan tentang potensinya dalam kedokteran.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/innovative-science-medicine-concept-design-576826981">Natali_ Mis/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Seorang dokter instalasi gawat darurat (IGD), yang awalnya tidak mampu mendiagnosis pasien yang mengalami disorientasi, menemukan kartu pada pasien yang berukuran seperti dompet dan memberikan akses informasi mengenai genom atau semua DNA yang dimiliki pasien. Kemudian dokter tersebut dengan segara mencari genom, mendiagnosis masalah, dan mengirimkan pasien menuju penyembuhan terapi gen. </p>
<p>Seperti itulah yang <a href="https://www.latimes.com/archives/la-xpm-1996-03-03-tm-42636-story.htm">dibayangkan oleh jurnalis</a> pemenang hadiah Pulitzer 2020 terlihat ketika ia melaporkan Proyek Genom Manusia pada 1996 silam.</p>
<h2>Era baru dalam dunia kesehatan</h2>
<p>Proyek Genom Manusia merupakan kolaborasi ilmiah antar-negara yang berhasil memetakan, mengurutkan, dan menyediakan konten genetik kromosom manusia (semua DNA manusia) untuk publik. Proyek ini berlangsung antara 1990 hingga 2003 dan menyebabkan banyak orang berspekulasi mengenai masa depan dunia kedokteran. </p>
<p>Pada 1996, seorang peraih Nobel bernama Walter Gilbert <a href="https://www.latimes.com/archives/la-xpm-1996-03-03-tm-42636-story.html">mengatakan</a>, “Hasil dari Proyek Genom Manusia akan menghasilkan perubahan besar dalam cara kita melakukan pengobatan dan dalam menyelesaikan permasalahan penyakit manusia.” Pada 2000, Francis Collins, yang saat itu menjabat sebagai kepala HGP di National Institutes of Health, <a href="https://web.ornl.gov/sci/techresources/Human_Genome/project/clinton3.shtml">memperkirakan</a>, “Mungkin dalam 15 atau 20 tahun lagi, Anda akan melihat transformasi penuh dalam pengobatan terapeutik.” </p>
<p>Kemudian pada tahun yang sama pula, Presiden Bill Clinton <a href="https://www.cnn.com/2000/HEALTH/06/26/human.genome.05/index.html">menyatakan</a> Proyek Genom Manusia akan “merevolusi diagnosis, pencegahan, dan pengobatan sebagian besar penyakit manusia, meski tidak semua”. </p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=488&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=488&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/314040/original/file-20200206-43113-hf9gqo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=488&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Presiden Clinton, diapit oleh J. Craig Venter, kiri, dan Francis Collins, kanan, mengumumkan penyelesaian draf kasar genom manusia pada 26 Juni 2000.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/Associated-Press-Domestic-News-Dist-of-Columbi-/570adf5762e5da11af9f0014c2589dfb/17/0">AP Photo/Rick Bowmer</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sampailah kita pada 2020 sekarang ini, tapi tidak ada satu orang pun yang membawa kartu genom. Dokter biasanya tidak memeriksa DNA Anda untuk mendiagnosis atau merawat Anda. Mengapa tidak? Seperti yang saya jelaskan dalam <a href="https://doi.org/10.1080/01677063.2019.1706093">sebuah artikel baru-baru ini di Journal of Neurogenetics</a>, penyebab penyakit-penyakit umum itu kompleks, jadi mereka biasanya tidak dapat diselesaikan dengan perawatan genetik yang sederhana, meski ada harapan hal itu menjadi solusi atau malah kebalikannya.</p>
<h2>Penyebabnya kompleks</h2>
<p>Ide bahwa satu gen dapat menyebabkan penyakit-penyakit umum telah ada selama beberapa dekade. Pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, jurnal ilmiah terkenal, termasuk Nature dan JAMA, mengumumkan penyebab gen tunggal terhadap gangguan <a href="https://doi.org/10.1038/325783a0">bipolar</a>, <a href="https://doi.org/10.1038/336164a0">skizofrenia</a>, dan <a href="https://doi.org/10.1001/jama.1990.03440150063027">kecanduan alkohol</a>, di antara kondisi dan perilaku lainnya. Artikel-artikel ini <a href="https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1987/02/26/manic-depression-gene-found/16b6f549-127c-44ed-8b75-75fcf52f60b9/">menarik perhatian yang cukup besar</a> pada <a href="https://www.nytimes.com/1990/04/18/us/scientists-see-a-link-between-alcoholism-and-a-specific-gene.html">media populer</a>, namun <a href="https://doi.org/10.1038/342238a0">segera</a> <a href="https://doi.org/10.1038/ng0193-49">dicabut</a> <a href="https://doi.org/10.1038/325806a0">karena</a> <a href="https://doi.org/10.1038/336167a0">kegagalan</a> <a href="https://doi.org/10.1001/jama.1993.03500130087038">dalam</a> <a href="https://doi.org/10.1002/ajmg.1320540202">replikasi</a>. Evalusi ulang ini benar-benar meremehkan simpulan awal yang sering kali mengandalkan <a href="https://doi.org/10.1016/0166-2236(93)90003-5">tes statistik yang tidak tepat</a>. Para ahli biologi umumnya mengetahui perkembangan ini, walaupun studi lanjutannya hanya mendapatkan sedikit perhatian dari media populer.</p>
<p>Tentu memang ada mutasi gen individu yang menyebabkan gangguan, seperti <a href="https://doi.org/10.1038/306234a0">penyakit Huntington</a>. Tapi sebagian besar penyakit yang melemahkan seperti itu tidak disebabkan oleh mutasi gen tunggal. Ini karena rata-rata orang yang memiliki penyakit genetik yang melemahkan tidak bertahan cukup lama untuk memiliki anak sehat yang cukup banyak. </p>
<p>Dengan kata lain, ada tekanan evolusi yang kuat terhadap mutasi semacam itu. Penyakit Huntington adalah pengecualian karena ia mampu bertahan karena ia biasanya tidak menghasilkan gejala sampai seorang pasien melampaui usia reproduksinya. Mutasi baru untuk banyak kondisi yang melemahkan lainnya terjadi secara kebetulan dan mereka tidak sering muncul pada satu masyarakat tertentu.</p>
<p>Sebaliknya, penyakit melemahkan yang paling umum disebabkan oleh kombinasi mutasi pada banyak gen yang masing-masing memiliki efek yang sangat kecil. Mereka berinteraksi satu sama lain dan juga berinteraksi dengan faktor lingkungan sehingga memodifikasi produksi protein dari gen. Banyak jenis mikroba yang hidup di dalam tubuh manusia yang juga dapat berperan dalam kasus ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/314055/original/file-20200206-43079-1u32hbe.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perbaikan genetik yang manjur masih sulit dipahami untuk mayoritas penyakit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/little-girl-hospital-91838105">drpnncpptak/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena penyakit yang serius jarang disebabkan oleh mutasi gen tunggal, mereka tidak dapat disembuhkan dengan mengganti gen dengan salinan gen normal dan membuat munculnya premis terapi gen. <a href="https://doi.org/10.1126/science.aan4672">Terapi gen</a> berkembang secara bertahap dalam penelitiannya, meski pernah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yakni secara tidak sengaja menyebabkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.ymthe.2006.03.001">leukemia</a> dan <a href="https://doi.org/10.1093/jnci/92.2.98">setidaknya menyebabkan satu kematian</a>, namun para dokter baru-baru ini telah berhasil mengobati <a href="https://doi.org/10.1126/science.aan4672">beberapa penyakit langka</a> yang di dalamnya mutasi gen tunggal memiliki efek yang besar. </p>
<p>Terapi gen untuk kelainan gen tunggal jarang berhasil, namun hal ini perlu disesuaikan dengan kondisi tiap individu. Biaya yang sangat besar dan jumlah pasien yang relatif kecil yang dapat ditolong dengan perawatan seperti itu dapat menciptakan hambatan keuangan yang tidak dapat diatasi dalam kasus-kasus seperti ini. Untuk banyak penyakit, terapi gen mungkin tidak akan pernah berguna.</p>
<h2>Era baru untuk para ahli biologi</h2>
<p>Proyek Genom Manusia memiliki dampak yang besar pada hampir setiap bidang penelitian biologi, dengan memacu kemajuan teknis yang memfasilitasi pengurutan dan manipulasi DNA yang cepat, tepat, dan relatif murah. Kendati demikian, kemajuan dalam metode penilitian ini tidak mengarah pada perbaikan dramatis dalam pengobatan penyakit umum yang melemahkan.</p>
<p>Meskipun Anda tidak dapat membawa kartu genom ke saat pergi ke dokter, mungkin Anda dapat membawa pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara gen dan penyakit. Pemahaman yang lebih akurat tentang penyebab penyakit dapat melindungi pasien dari cerita bualan dan janji-janji palsu.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132020/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ari Berkowitz receives funding from the National Science Foundation.
</span></em></p>Karena penyakit yang serius jarang disebabkan oleh mutasi gen tunggal, mereka tidak dapat disembuhkan dengan mengganti gen dengan salinan gen normal dan membuat munculnya premis terapi gen.Ari Berkowitz, Presidential Professor of Biology; Director, Cellular & Behavioral Neurobiology Graduate Program, University of OklahomaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1210442019-07-29T08:13:46Z2019-07-29T08:13:46Z50.000 tahun lalu, Asia Tenggara dipadati oleh banyak kelompok manusia purba tapi hanya spesies kita yang selamat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/285796/original/file-20190726-43126-186si0e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=35%2C35%2C7823%2C5208&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Populasi leluhur manusia modern tampaknya terbagi ketika mereka bergerak melintasi Asia.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/thursday-island-australia-february-20-2019-1377625862?src=MW-IovWrGzMMMZVGn77kKw-1-15&studio=1">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Sekitar 55.000-50.000 tahun lalu, populasi manusia modern meninggalkan Afrika dan memulai perjalanan panjang yang akan membawa mereka ke seluruh dunia. Setelah melintasi Eurasia dan Asia Tenggara, mereka mengembara melalui pulau-pulau Indonesia, dan akhirnya sampai ke <a href="https://theconversation.com/when-did-aboriginal-people-first-arrive-in-%20australia-100830">benua Sahul</a>, yang merupakan gabungan Australia dan Papua Nugini modern.</p>
<p>Keturunan mereka adalah populasi manusia modern yang ditemukan di wilayah yang sangat besar itu.</p>
<p>Dalam penelitian baru yang <a href="https://www.pnas.org/content/early/2019/07/11/1904824116">diterbitkan dalam <em>Proceedings of National Academy of Sciences</em></a>, kami merinci bagaimana, selama perjalanan yang luar biasa ini, nenek moyang manusia modern bertemu dan secara genetik bercampur dengan sejumlah kelompok manusia purba, termasuk <em>Neanderthal</em> dan <em>Denisovan</em>, dan beberapa lainnya yang saat ini belum memiliki nama. Jejak interaksi ini masih tersimpan dalam genom kita.</p>
<p>Sebagai contoh, semua populasi non-Afrika modern memiliki sekitar 2% keturunan <em>Neanderthal</em>. Sinyal universal yang kuat ini menunjukkan bahwa peristiwa pencampuran <em>Neanderthal</em> yang asli pasti terjadi tepat setelah populasi kecil asli Afrika meninggalkan benua tersebut.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/50-tahun-pendaratan-di-bulan-4-inovasi-teknologi-mengejutkan-yang-muncul-berkat-misi-apollo-11-120743">50 tahun pendaratan di Bulan: 4 inovasi teknologi mengejutkan yang muncul berkat misi Apollo 11</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kita bahkan dapat menggunakan sinyal genetik <em>Neanderthal</em> untuk mengetahui kapan mereka meninggalkan Afrika. Fragmen DNA <em>Neanderthal</em> yang berukuran besar ditemukan pada kerangka kuno dari Rusia selatan, berusia 45.000 tahun. Fragmen tersebut menunjukkan bahwa paling banyak 230-430 generasi bisa saja berlalu sejak peristiwa bercampurnya manusia purba dan modern (sekitar 50-55.000 tahun lalu).</p>
<p>Dengan menganalisis lokasi jejak genetik purba yang ditemukan kini (dari studi genetik sebelumnya) dan menggunakan peta tumbuhan pada zaman purba yang mengidentifikasi habitat seperti sabana yang menguntungkan di sepanjang rute 55.000 tahun lalu, kami telah merekonstruksi kemungkinan lokasi geografis dan jumlah peristiwa pencampuran manusia purba.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=386&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/282999/original/file-20190708-51312-1e8uawy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=485&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah peta yang menunjukkan tempat leluhur manusia modern bertemu dan bercampur dengan manusia purba.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Meninggalkan Afrika</h2>
<p>Salah satu peristiwa pencampuran pertama setelah <em>Neanderthal</em> tampaknya terjadi di Asia selatan. Kelompok manusia purba yang terlibat bukanlah <em>Neanderthal</em> atau <em>Denisovan</em>, tetapi sesuatu yang serupa - yang saat ini tidak memiliki nama.</p>
<p>Jejak genetik dari kelompok kuno ini dapat ditemukan dari populasi modern Punjabi dan Bengal, di India, hingga Papua Nugini dan Australia. Maka, kami berpikir bahwa peristiwa pencampuran ini (ditandai 1 pada peta) kemungkinan terjadi di suatu tempat di sekitar India utara, yang merupakan posisi paling “hulu” atau barat seperti yang pertama kali diamati.</p>
<p>Populasi leluhur manusia modern kemudian tampaknya menyebar ke utara ke daratan Asia ketika melintasi Asia. Di sana manusia purba ini bertemu dan bercampur dengan kelompok <em>Denisovan</em> (ditandai 2 pada peta). Orang-orang <em>Denisovan</em> ini secara genetik dekat dengan orang-orang yang sudah kita kenal dari pegunungan Altai. Jejak peristiwa ini dapat dilihat di Asia Timur hari ini, dan juga pada populasi Amerika Utara dan Selatan, yang berasal dari Asia timur laut.</p>
<h2>Kepulauan Asia Tenggara sudah penuh sesak</h2>
<p>Manusia modern lainnya menuju ke selatan menyusuri Semenanjung Malaysia dan menuju Kepulauan Asia Tenggara (ISEA) tempat kejutan besar menunggu. Mereka menemukan daerah itu sudah penuh dengan kelompok manusia purba yang berbeda, termasuk spesies yang sama sekali berbeda.</p>
<p>Penemuan fosil kerangka kecil baru-baru ini menunjukkan bahwa kerabat nyata <em>Homo erectus</em> (yang fosil awalnya umum ditemukan di Jawa) hidup di Filipina dan Flores (di sana mereka dikenal sebagai “<em>hobbit</em>”) hingga sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-019-01019-7">52.000 tahun lalu</a>. Mereka bertahan di sana sampai manusia modern tiba.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pulanglah-tepat-waktu-terlalu-lama-bekerja-bisa-tingkatkan-risiko-kena-stroke-120164">Pulanglah tepat waktu! Terlalu lama bekerja, bisa tingkatkan risiko kena stroke</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Populasi manusia modern yang masuk tampaknya pertama kali bertemu dan bercampur dengan kerabat jauh dari <em>Denisovan</em> di daerah tersebut, meninggalkan sinyal dalam genom Australo-Papua dan beberapa populasi ISEA. </p>
<p>Sinyal-sinyal ini sangat berbeda dari peristiwa bercampurnya manusia purba dan manusia modern di atas, dan sebaliknya berasal dari kerabat <em>Denisovan</em> yang telah berpisah secara genetik dari Altai/Denisovan Asia Timur sekitar 280.000 tahun yang lalu. Lokasi pencampuran ini tampaknya berada di suatu tempat di sekitar Malaysia selatan/Kalimantan (ditandai 3 pada peta).</p>
<h2>Pendaratan di Australia</h2>
<p>Gelombang manusia modern tampaknya tidak menunggu lama untuk melewati Garis Wallace - pembatas biogeografi terkenal yang secara efektif menandai tepi daratan ISEA yang bergabung selama periode gletser terakhir, ketika permukaan laut setidaknya 120 meter lebih rendah.</p>
<p>Kita tahu ini karena kemunculan tiba-tiba situs arkeologi tepat di seberang Australia sekitar 50.000 tahun yang lalu. Situs ini menunjukkan bahwa manusia modern <a href="https://theconversation.com/an-incredible-journey-the-first-people-%20to-arrived-in-australia-come-in-large-number-and-on-purpose-114074">dengan cepat melintasi celah laut</a> melalui ISEA.</p>
<p>Meski ada satu situs di Australia yang jauh sebelumnya, tempat batu Madjedbebe yang berusia 65-80.000 tahun di Arnhem Land, tempat ini tidak dimasukkan ke dalam <a href="https://theconversation.com/australias-epic-story-a-tale-of-amazing-people-amazing-creatures-and-rising-seas-115701">sisa catatan Australia</a> dan usia situs itu sendiri <a href="https://theconversation.com/when-did-aboriginal-people-first-arrive-in-australia-100830">dipertanyakan</a>.</p>
<p>Ketika bergerak melalui ISEA, populasi manusia modern tampaknya telah bertemu (dan bercampur) dengan dua kelompok manusia yang lebih kuno. Populasi pemburu-peramu di Filipina menyimpan sinyal peristiwa pencampuran <em>Denisovan</em> lainnya (ditandai 4 pada peta), setelah mereka menyimpang dari gelombang utama manusia modern yang bergerak melalui ISEA.</p>
<p>Serupa dengan itu, sebuah studi genetik dari populasi modern bertubuh pendek yang tinggal di sekitar gua Flores tempat kerangka kecil dari “<em>hobbit</em>” ditemukan, mengidentifikasi sinyal DNA yang bukan berasal dari <em>Homo erectus</em>, tetap dari sumber lain yang membingungkan. Sumbernya bukan <em>Neanderthal</em> atau <em>Denisovan</em> tapi jenis manusia purba yang berumur sama, yang belum diberi nama (ditandai 5 pada peta).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-bulan-dipenuhi-oleh-kawah-120901">Mengapa Bulan dipenuhi oleh kawah?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Penyintas terakhir</h2>
<p>Yang dapat disimpulkan dari berbagai studi genetik di seluruh wilayah ini adalah bahwa nenek moyang manusia modern tampaknya telah bertemu dan bercampur dengan empat manusia purba yang berbeda, dalam setidaknya enam peristiwa. Semua ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat, antara ketika mereka meninggalkan Afrika 50-55.000 tahun yang lalu hingga tiba di Australia dan Papua Nugini maksimal 5.000 tahun kemudian.</p>
<p>Hebatnya, tak satu pun dari peristiwa pencampuran genetik ini tampak melibatkan spesies fosil di ISEA yang kita tahu masih ada ketika manusia modern tiba, seperti <em>Homo luzonensis</em> (Filipina) dan <em>hobbit</em> Flores.</p>
<p>ISEA jelas merupakan tempat yang sangat ramai sekitar 50.000 tahun yang lalu, ditempati oleh banyak kelompok manusia purba di banyak pulau yang berbeda. Akan tetapi, tidak lama kemudian, satu-satunya yang selamat hanya kita.</p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/121044/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>João Teixeira menerima dana dari the Australian Research Council.</span></em></p>Penelitian terbaru menguraikan bagaimana percampuran leluhur mausia modern dengan beberapa kelompok manusia purba dalam perjalanannya dari Afrika ke Australia.João Teixeira, Research associate, University of AdelaideLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1071622018-12-07T10:09:48Z2018-12-07T10:09:48ZTeka-teki mengapa badan Nemo, sang ikan badut, bergaris tiga terpecahkan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/247101/original/file-20181125-149308-103bsr2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ikan badut. Ikan kecil yang hidup bersimbiosis dengan anemon laut ini, mudah dikenali berkat warna tubuhnya yang jingga terang dengan garis-garis putih lebar. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=24825656">Ritkis/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Ikan yang hidup di terumbu karang dikenal karena keanekaragaman warna dan pola mereka yang selalu mengejutkan. Contohnya ikan <em>copperband butterfly</em> (<em><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Copperband_butterflyfish">Chelmon rostratus</a></em>) yang memiliki “mata hitam” di badannya, ikan <em>blue tang</em> (<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Paracanthurus"><em>Paracanthurus hepatus</em></a>) dan ikan jenis <em>Picasso Triggerfish</em> (<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Lagoon_triggerfish"><em>Rhinecanthus aculeatus</em></a>), yang namanya diambil dari pola warna-warni terang pada sisi badannya.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=236&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=236&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=236&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=297&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=297&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/237303/original/file-20180920-129853-8e8yvm.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=297&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Berbagai ikan karang yang mempesona. Di sebelah kiri ada ikan <em>copperband buttlerfly</em>, di kanan ada <em>Picasso triggerfish</em>.</span>
<span class="attribution"><span class="source">J.E. Randall</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Salah satu contoh ikan karang paling terkenal adalah <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Amphiprioninae">ikan badut</a>, yaitu jenis ikan yang membintangi film animasi Pixar <em>Finding Nemo</em> pada tahun 2003. Ikan kecil yang hidup bersimbiosis dengan anemon laut ini, mudah dikenali berkat warna tubuhnya yang jingga terang dengan garis-garis putih lebar. </p>
<p>Meskipun ikan karang sangat digemari dan didistribusikan secara luas, kita belum dapat memahami mengapa mereka memiliki beragam bentuk warna dan pola. Lebih tepatnya, bagaimanakah pola-pola tersebut terbentuk dan apa sebenarnya peran warna? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tim peneliti dari <a href="https://wwwphp.obs-banyuls.fr/en">Observatorium Banyuls-sur-Mer</a> (Prancis) dan <a href="https://www.uliege.be/cms/c_8699436/en/portail-uliege">University of Liège</a> (Belgia), memutuskan untuk mempelajari ikan badut dan para saudaranya. Penelitian tersebut telah diterbitkan dalam <a href="https://bmcbiol.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12915-018-0559-7">edisi September 2018 jurnal <em>BMC Biology</em></a>.</p>
<p>Nemo, atau <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Ocellaris_clownfish"><em>Amphiprion ocellaris</em></a>, termasuk ke dalam kelompok ikan badut yang terdiri dari 30 spesies. Pola warna tubuh mereka ditandai dengan kombinasi warna kuning, jingga, coklat atau hitam dengan garis-garis putih vertikal yang terdiri dari sel-sel pemantul cahaya yang disebut <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Chromatophore#Iridophores_and_leucophores"><em>iridophores</em></a>.</p>
<p>Selain karakteristik fisik lainnya, spesies ikan badut dapat dibedakan dari jumlah garis putih vertikal yang mereka miliki. Ada beberapa spesies yang tidak memiliki garis sama sekali (<em>Amphiprion ephippium</em>), bergaris satu (<em>Amphiprion frenatus</em>) atau hanya bergaris dua (<em>Amphiprion sebae</em>). <em>Amphiprion ocellaris</em>, atau Nemo yang terkenal, bergaris tiga. Apa yang dapat menjelaskan perbedaan dalam jumlah garis-garis putih antar spesies tersebut?</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/237304/original/file-20180920-129871-18jbm3t.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Empat ikan badut yang berbeda untuk menggambarkan pola-pola warna spesies tersebut. Dari atas ke bawah: <em>Amphiprion ephippium</em>, <em>Amphiprion frenatus</em>, <em>Amphiprion bicinctus</em> dan <em>Amphiprion ocellaris</em>.</span>
<span class="attribution"><span class="source">J.E. Randall</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mari menghitung garis pada ikan badut</h2>
<p>Untuk memahami mekanisme yang membentuk keragaman pola-pola, kami mengelompokkan setiap spesies ikan badut sesuai dengan jumlah garis vertikal yang mereka miliki. Analisis genetika yang terkait dengan sejarah evolusi ikan badut mengungkapkan bahwa leluhur mereka semua memiliki <a href="https://bmcbiol.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12915-018-0559-7">tiga garis putih</a>, dan selama beberapa periode, keturunan-keturunan ikan badut mulai kehilangan garis ekor, lalu garis badan dan akhirnya garis kepala, sehingga memungkinkan 3 kombinasi warna yang berbeda:</p>
<ul>
<li>tiga garis (kepala, badan dan ekor)</li>
<li>dua garis (kepala dan badan)</li>
<li>satu garis (kepala)</li>
<li>tanpa garis.</li>
</ul>
<p>Dengan melihat pola-pola yang berkembang pada ikan badut, jelas bahwa keragaman pola-pola tersebut terbatas: meskipun ada empat kombinasi pola warna, mekanisme biologis tidak memungkinkan suatu spesies untuk mendapatkan variasi pola lain–misalnya, satu garis di ekor.</p>
<h2>Lalu mereka menghilang disapu evolusi</h2>
<p>Untuk memahami mengapa beberapa kombinasi garis pada ikan badut tidak ada, kami melihat perkembangan dua spesies dengan dua pola warna yang berbeda saat mereka dewasa, <em>A. ocellaris</em>, yang memiliki tiga garis, dan <em>A. frenatus</em>, yang hanya memiliki satu garis di kepala. </p>
<p>Garis-garis pada <em>A. ocellaris</em> muncul dalam urutan yang jelas selama proses transformasi dari larva menjadi ikan muda–pertama dari kepala, lalu badan dan terakhir adalah ekor. Tahapan proses tersebut berlawanan dengan tahapan hilangnya garis untuk beberapa spesies ikan badut selama proses evolusi.</p>
<p>Pengamatan mengejutkan yang kedua adalah <em>A. frenatus</em> menunjukkan perkembangan yang sama dengan <em>A. ocellaris</em> pada tahap larva, dengan kemunculan garis-garis putih yang berurutan dari kepala sampai ekor sedangkan saat ia dewasa mereka hanya memiliki satu garis. Garis-garis tersebut lalu menghilang dengan urutan yang terbalik, dimulai dari ekor sampai dengan kepala. </p>
<p>Penemuan ini menunjukkan bahwa menghilangnya garis-garis putih secara kronologis selama evolusi dibatasi oleh urutan munculnya garis selama perkembangan dan adanya kaitan yang kuat antara filogenesis (sejarah evolusi) dan ontogenesis (perkembangan individu). Ini mengarah pada hipotesis pembentukan garis yang dikendalikan oleh suatu mekanisme genetik tertentu yang bergantung pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK10039/">polaritas antero-posterior</a> dari ikan badut. Mekanisme ini belum ditemukan. </p>
<h2>Untuk apa garis-garis itu?</h2>
<p>Untuk menjawab pertanyaan ini, kami membandingkan keragaman pola garis putih yang ditemukan dalam komunitas alami ikan badut dengan keragaman pola garis putih dalam komunitas di mana pola tersebut tersebar secara acak. Melalui simulasi tersebut, kami dapat menunjukkan bahwa mempunyai spesies ikan badut dengan jumlah garis yang sama dalam satu wilayah yang sama sangat jarang.</p>
<p>Beberapa faktor ekologis dapat mempengaruhi distribusi yang tidak acak tersebut dan kemungkinannya adalah jumlah garis putih memungkinkan spesies ikan badut untuk mengenali satu sama lain. Kemampuan mengenali tersebut penting dalam organisasi sosial ikan badut yang tinggal di anemon laut di mana beberapa spesies dapat hidup berdampingan. Kemampuan tersebut juga yang memungkinkan Nemo dan ayahnya untuk menemukan satu sama lain dari ujung samudra yang berbeda–sebuah akhir yang bahagia untuk semua orang. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/237301/original/file-20180920-129865-fhid6g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/237301/original/file-20180920-129865-fhid6g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=324&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/237301/original/file-20180920-129865-fhid6g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=324&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/237301/original/file-20180920-129865-fhid6g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=324&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/237301/original/file-20180920-129865-fhid6g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=407&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/237301/original/file-20180920-129865-fhid6g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=407&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/237301/original/file-20180920-129865-fhid6g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=407&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Nemo dan ayahnya menunjukkan tiga garisnya yang khas di <em>Finding Nemo</em> (DisneyPixar, 2003)</span>
</figcaption>
</figure>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Rizkina Aliya</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/107162/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Pauline Salis telah menerima pembiayaan dari CNRS dan Sorbonne Université
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Bruno Frédérich telah menerima dana dari Fonds de la Recherche Scientifique (FNRS) dan Politique Scientifique Fédérale (Belspo) dari Belgia. Dia adalah anggota Laboratorium Morfologi Fungsional dan Evolusioner di Universitas Liège (Belgia).</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Vincent Laudet tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Anak-anak kita pasti kenal dengan Nemo si ikan badut bintang film Pixar. Tapi kenapa Nemo memiliki tiga garis, bukan satu atau dua? Biologi perkembangan dan evolusi mengungkapkan jawabannya.Pauline Salis, Chercheur postdoctoral, Sorbonne UniversitéBruno Frédérich, Maître de Conférences, Université de LiègeVincent Laudet, Directeur de l'Observatoire Océanologique, Sorbonne UniversitéLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/960752018-05-30T08:14:40Z2018-05-30T08:14:40ZBakteri bisa jadi senjata ampuh lawan resistansi antibiotik<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/220895/original/file-20180530-80661-86scad.JPG?ixlib=rb-1.1.0&rect=17%2C0%2C1178%2C619&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Bakteri di piring di samping kiri sensitif terhadap antibiotik yang terdapat pada potongan kertas. Bakteri di samping kanan resistan tehadap empat dari tujuh antibiotik. </span> <span class="attribution"><span class="source">Dr. Graham Beards</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Waktu saya masih cilik, orang tua saya memberi saya sirup merah muda yang manis untuk membunuh bakteri penyebab sakit tenggorokan saya. Ingatan saya akan peristiwa itu adalah bukti kekuatan antibiotik. Namun, lewat penelitian saya sebagai ahli mikrobiologi selama beberapa tahun terakhir, saya mendapat pengetahuan baru bahwa beberapa mikroba kebal terhadap antibiotik dan bahkan dapat <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14798402">“memakan” obat-obatan ini</a> sebagai asupan gizi untuk mereka tumbuh dan berkembang biak.</p>
<p>Selama satu dekade terakhir, para ilmuwan telah menetapkan bahwa banyak <a href="http://doi.org/10.1126/science.1220761">bakteri yang hidup di tanah mampu melawan</a> dan <a href="http://doi.org/10.1126/science.1155157">memakan antibiotik</a> yang kita gunakan untuk melawan infeksi yang parah. Ini mungkin terasa seakan-akan dunia mikroba menegur kita, mengingatkan bahwa mereka dapat berevolusi untuk menolak bahkan obat kita yang paling kuat. Namun, berita ini tak sepenuhnya buruk. </p>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?user=3iE1s_wAAAAJ&hl=en&oi=ao">Saya dan rekan-rekan saya</a> di laboratorium <a href="http://www.dantaslab.org">Gautam Dantas</a> menemukan bagaimana bakteri dapat memakan obat yang seharusnya membunuh mereka. Kami juga menemukan bagaimana proses ini dapat berguna bagi manusia. </p>
<p>Kami menemukan bahwa mungkin suatu hari kita dapat memanfaatkan mikroba makanan antibiotik ini untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi dengan obat-obatan ini yang merupakan penyebab utama bakteri super resistan terhadap antibiotik.</p>
<h2>Mengapa antibiotik membuat camilan enak</h2>
<p>Mikroba memakan obat yang manusia gunakan untuk memusnahkan mereka mungkin terdengar tak sesuai intuisi kita. Namun bagi bakteri, antibiotik tidak lebih dari sumber unsur vital bagi kehidupan: karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Selain itu, sebagian besar antibiotik yang diresepkan dokter dibuat oleh, atau berasal dari, jamur dan bakteri yang hidup di tanah. Jadi masuk akal jika mikro organisme ini memakan senyawa karbon yang dibuat oleh tetangganya yang tinggal di tanah.</p>
<p>Selama 10 tahun terakhir, para ilmuwan di laboratorium Dantas telah menyelidiki bagaimana bakteri melakukan hal yang tampaknya tidak mungkin ini. Kini, kami pikir <a href="http://doi.org/10.1038/s41589-018-0052-1">misteri ini telah kami pecahkan</a>. Kami mengidentifikasi koleksi gen penyandi enzim yang mikroba perlukan untuk mengkonsumsi penisilin (yang <a href="https://www.nobelprize.org/nobel_prizes/medicine/laureates/1945/fleming-bio.html">Alexander Fleming</a> temukan secara dalam bentuk alaminya pada 1928). </p>
<p>Kami temukan bahwa bakteri melewati dua proses ketika memakan obat. Pertama, bakteri melucuti antibiotik dengan memecah bagian yang disebut “hulu ledak β-lactam.” Tanpa ini, sisa penisilin tidak berbahaya dan dapat digunakan sebagai makanan, memungkinkan mikroba untuk berkembang dalam konsentrasi tinggi obat. Kedua, bakteri merobek bagian berbentuk cincin dari molekul dan dengan sekelompok enzim yang dapat memecah bagian tersebut, mencacahnya lebih lanjut sebelum memakan potongan-potongan tersebut.</p>
<p>Sekarang kita tahu enzim mana yang bakteri gunakan untuk menonaktifkan antibiotik. Maka, kita dapat mengembangkan strategi pertahanan dan melawan balik. Hal ini penting karena bakteri resistan antibiotik adalah penyebab penyakit bagi <a href="https://www.cdc.gov/drugresistance/threat-report-2013/pdf/ar-threats-2013-508.pdf">2 juta orang Amerika Serikat, yang menyebabkan lebih dari 20.000 kematian setiap tahun</a>. Infeksi ini lebih sulit dan lebih mahal untuk dirawat karena memerlukan waktu lama di rumah sakit. Setiap tahun ini menyebabkan <a href="https://www.cdc.gov/drugresistance/threat-report-2013/pdf/ar-threats-2013-508.pdf">kerugian terhadap ekonomi AS</a> secara langsung karena biaya perawatan (US$20 miliar) dan secara tidak langsung karena kehilangan produktivitas ($35 miliar).</p>
<h2>Menggunakan mikroba untuk menghilangkan kontaminasi</h2>
<p>Pada akhirnya kami berharap bahwa kami mungkin dapat menggunakan temuan kami untuk menghambat salah satu penyebab utama resistansi antibiotik: pencemaran tanah dan air. Sumber daya alam ini <a href="http://doi.org/10.1038/nature17672">tercemar limbah</a> limpasan dari peternakan, tempat <a href="https://amr-review.org/sites/default/files/%20160525_Final%%2020paper_with%%2020cover.pdf">hewan diberi antibiotik</a> untuk menggemukkan mereka. Tanah dan air juga tercemar sisa bahan kimia ilegal, terutama dari <a href="https://epha.org/wp-content/uploads/2016/10%20/Superbugsinthesupplychain_CMreport.pdf">produsen massal di Cina dan India</a>. Kami yakin kami dapat menghapus obat-obatan ini melalui bio-remediasi, yang menggunakan organisme hidup untuk membersihkan limbah buatan manusia.</p>
<p>Sementara bakteri yang kami identifikasi dalam penelitian kami tumbuh perlahan ketika diberi diet penisilin, kami mungkin dapat merekayasa varietas baru yang menghilangkan antibiotik secara lebih efisien dengan mempercepat proses makan obat. </p>
<p>Sebagai bukti konsep, kami memotong dan menempelkan gen dari mikro organisme tanah kami, serta gen yang ditemukan sebelumnya yang kami pikir akan memiliki fungsi yang sama, ke dalam galur laboratorium jinak dari bakteri <em>E. coli</em> dan mengubahnya menjadi mikroba pemakan antibiotik.</p>
<p>Meskipun terdengar sederhana, perlu sejumlah langkah untuk menemukan instruksi genetik untuk makan penisilin dan memasukkannya ke dalam <em>E. coli</em>. Pertama kita <a href="http://doi.org/10.1128/genomeA.00653-17">merangkai seluruh konten genetika</a>–genom–dari empat <a href="http://doi.org/10.1126/science.1155157">bakteri pemakan penisilin yang ditemukan Gautam Dantas</a>. Ini menghasilkan peta jalan genetik dari semua rute potensial yang bisa digunakan bakteri untuk memakan antibiotik ini. Dengan mempelajari gen mana yang menyala ketika bakteri memakan penisilin, kita menemukan gen mana di dalam bakteri yang penting untuk memakan penisilin. </p>
<p>Untuk memastikan bahwa kami telah menemukan langkah-langkah yang digunakan mikroba untuk makan antibiotik, kami menghancurkan gen-gen pemakan obat tersebut dalam satu galur bakteri tanah. Ini menghasilkan mutan yang tidak mampu mengkonsumsi penisilin, membantu kita untuk menentukan gen yang diperlukan untuk merekayasa <em>E. coli</em> makan penisilin.</p>
<p>Penemuan yang sangat menarik bagi kami adalah bahwa agar bakteri dapat memakan penisilin mereka membutuhkan dua kelompok gen terpisah untuk bekerja bersama. Pertama, bakteri perlu gen resistansi antibiotik untuk memecah hulu ledak β-lactam yang beracun. Tanpa enzim yang penting ini, bakteri tidak dapat melucuti antibiotik, dan tanpa enzim yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan cincin dari penisilin, tidak ada yang bisa dimakan.</p>
<p>Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin dapat memproduksi galur baru bakteri jinak untuk menghilangkan antibiotik dari lingkungan. Ini bukan berarti kita dapat menggunakan antibiotik dengan semena-mena. Namun, ini mungkin cara cara yang aman untuk membatasi penyebaran resistansi antibiotik di masa depan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/96075/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Terence Crofts menerima dana dari National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases dan National Institute of Child Health and Development di Amerika Serikat.</span></em></p>Mikroba yang bisa memakan antibiotik bisa berguna untuk membersihkan tanah dan air yang terkontaminasi limbah antibiotik.Terence Crofts, Post Doctoral Trainee of Molecular Microbiology, Washington University in St LouisLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/925962018-03-07T10:35:26Z2018-03-07T10:35:26ZCerita orang Banjar menjadi leluhur orang Madagaskar dan Komoro<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/208495/original/file-20180301-152584-1lqqyxb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sejarawan terkemuka Jared Diamond menyebutnya "fakta tunggal paling memukau dari geografi manusia" - bahwa pulau-pulau di Afrika Timur, Kepulauan Komoro dan Madagaskar, memiliki pengaruh kebudayaan Asia dan Afrika. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Pada awal milenium kedua, sebelum orang Eropa datang ke Afrika Timur, kaum Banjar dari Borneo Tenggara berlayar 7.000 kilometer menyeberangi Samudera Hindia dan mengkolonisasi Kepulauan Komoro dan Madagaskar.</p>
<p>Mereka ikut pelayaran yang dipimpin kerajaan-kerjaan Hindu-Buddha, seperti Sriwijaya (abad ke-6 hingga 13). Suku Melayu berniaga ke tempat yang jauh sampai ke Afrika Timur. Sriwijaya mendirikan pos dagang di Kalimantan Tenggara dan orang-orangnya bercampur dengan orang asli Borneo, Ma'anyan, yang menjadi leluhur orang Banjar. </p>
<p>Jejaring perniagaan orang Melayu selama milenium pertama memicu proses protoglobalisasi paling awal, dan membawa populasi Asia Tenggara ke Afrika Timur. </p>
<h2>‘Fakta memukau geografi manusia’</h2>
<p>Sejarawan terkemuka Jared Diamond menyebutnya “fakta tunggal paling memukau dari geografi manusia” - bahwa pulau-pulau di Afrika Timur, Kepulauan Komoro dan Madagaskar, memiliki pengaruh kebudayaan Asia dan Afrika. </p>
<p>Para ilmuwan telah lama berdebat mengenai asal usul orang Madagaskar yang memiliki leluhur dari Asia dan Afrika. Usaha sebelumnya untuk menentukan lokasi asal orang Madagaskar di Asia menunjuk pada Kalimantan secara umum sebagai potensial sumber. Namun belum ada populasi sumber yang secara tegas teridentifikasi. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4989113/">Riset kolaboratif internasional kami</a> yang berlangsung empat tahun, termasuk dengan tim Profesor Herawati Sudoyo di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengidentifikasi orang Banjar sebagai populasi sumber dari migrasi yang menakjubkan ini. </p>
<p>Kami menganalisis genom 3.000 orang dari 190 populasi dari sekitar wilayah Samudera Hindia, termasuk 30 populasi dari Indonesia, Madagaskar, dan Komoro. </p>
<p>Penelitian kami adalah yang pertama menggabungkan data dan hipotesis dari riset linguistik, arkeologis, dan genetik tentang masyarakat Komoro dan Madagaskar. </p>
<h2>Bahasa, budaya, dan genetika</h2>
<p>Ahli linguistik telah lama menemukan bahwa, meski dekat dengan Afrika, <a href="https://arxiv.org/pdf/1102.2180.pdf">kosakata bahasa Malagasy secara menakjubkan</a> sebagian besar berasal dari sebuah bahasa yang dulu dituturkan sepanjang lembah Sungai Barito di Kalimantan Tenggara. </p>
<p>Sekitar 90% kosakata Malagasy berasal dari bahasa Ma’anyan, suku asli di pedalaman Kalimantan Tenggara yang berjumlah sekitar 70.000 orang. Kurang dari 10% kosakata bahasa Malagasy berasal dari bahasa Afrika (utamanya bahasa Sabaki, cabang dari bahasa Bantu). </p>
<p>Di sisi lain, ahli arkeologi menemukan <a href="http://www.rogerblench.info/Archaeology/Indian%20Ocean/Austronesians%20in%20East%20Africa%20offprint.pdf">bukti kultural</a> — termasuk teknik pembuatan besi, perahu layar, instrumen musik seperti xilofon, dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4914162/">budi daya padi dan umbi-umbian</a> (“makanan tropis”). Semua ini mendukung adanya hubungan yang kuat dengan Asia. </p>
<p>Studi genetika juga secara umum mengkonfirmasi asal usul populasi Madagaskar dan Komoro yang berasal dari Afrika dan Asia. </p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/209035/original/file-20180306-146666-arp68i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/209035/original/file-20180306-146666-arp68i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=466&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/209035/original/file-20180306-146666-arp68i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=466&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/209035/original/file-20180306-146666-arp68i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=466&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/209035/original/file-20180306-146666-arp68i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=585&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/209035/original/file-20180306-146666-arp68i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=585&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/209035/original/file-20180306-146666-arp68i.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=585&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="source">The Conversation</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<h2>Penelitian kami</h2>
<p>Menggunakan pendekatan statistik yang mutakhir, kami menemukan bahwa kaum Banjar dan orang Afrika Timur (komunitas Swahili) bercampur pertama kali di Kepulauan Komoro sekitar abad ke-9 dan selanjutnya di Madagaskar sekitar abad ke-11. </p>
<p>Yang menarik adalah dinamika percampuran berbeda di antara dua wilayah tersebut. Di Madagaskar persentase keturunan Banjar berkisar sekitar 37% hingga 64% di Madagaskar dan hanya 20% di Komoro. Ini mungkin disebabkan kedatangan komunitas Swahili di Komoro sebelum kedatangan kaum Austronesia. </p>
<p>Kami menentukan tanggal arus genetika (perpindahan) selama 2000 tahun ke belakang di antara 190 populasi di sekitar Samudra Hindia. Riset kami menunjukkan bahwa perpindahan manusia berkorelasi dengan volume dagang (yang diperkirakan dari rekaman sejarah). </p>
<p>Selama 2000 tahun terakhir, volume dagang di sekitar pesisir Samudra Hindia naik turun. Ilmuwan telah menentukan empat fase perdagangan dalam jaringan niaga Samudra Hindia. </p>
<p>Fase pertama dimulai dengan berkembangnya rute Jalur Sutra (abad ke-1 hingga 5) yang membawa barang dagangan dan ide-ide antara Cina, Eurasia, dan Asia Selatan. Fase kedua menyusul pada abad ke-6 hingga 10 dengan menyebarnya Islam dan pedagang dari Arab. Fase ketiga datang dengan munculnya rute maritim yang dimulai pada abad ke-11 hingga 15. Fase keempat dimulai dengan kedatangan orang Eropa pada abad ke-16, yang secara drastis mengubah jaringan perniagaan dunia hingga saat ini. </p>
<p>Percampuran antara orang Banjar dan orang Afrika Timur di Komoro terjadi ketika puncak fase kedua. Sementara, perpindahan orang Banjar ke Madagaskar terjadi pada puncak fase ketiga. Perpindahan orang-orang Asia ke Madagaskar dan Komoro merepresentasikan perpindahan paling jauh yang kami amati dalam penelitian kami. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/208496/original/file-20180301-152569-17wc7ct.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/208496/original/file-20180301-152569-17wc7ct.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=414&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/208496/original/file-20180301-152569-17wc7ct.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=414&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/208496/original/file-20180301-152569-17wc7ct.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=414&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/208496/original/file-20180301-152569-17wc7ct.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=520&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/208496/original/file-20180301-152569-17wc7ct.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=520&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/208496/original/file-20180301-152569-17wc7ct.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=520&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Relief di Candi Borobudur yang menunjukkan perahu layar abad ke 8.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=2097218">Wikimedia Commons/Michael J. Lowe</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Melalui riset ini, kami menciptakan skenario yang menunjukkan bahwa arus barang dan ide terkait dengan perpindahan orang-orang yang membawanya. Singkatnya, perdagangan mendorong interaksi antar-kelompok manusia dan percampuran antar-populasi. </p>
<p>Jaringan niaga Samudra Hindia adalah contoh awal globalisasi, dan menunjukkan hubungan antara kegiatan dagang yang dilakukan manusia dan mobilitas yang terlihat jelas dalam dunia kita saat ini. </p>
<h2>Teka teki</h2>
<p>Penelitian kami menyelesaikan perdebatan di balik asal usul orang Madagaskar dan Komoro. </p>
<p>Kami sekarang tahu bahwa orang Asia datang ke Kepulauan Komoro pertama kali pada abad ke-8 dan kemudian ke Madagaskar pada abad ke-11. Namun yang masih menjadi teka teki adalah rute maritim yang dilalui dari Kalimantan ke pulau-pulau di Afrika Timur tersebut. Ini bagian lain dari fakta mengagumkan soal geografi manusia yang belum terpecahkan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/92596/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>François-Xavier Ricaut menerima dana dari Kementerian Riset Prancis, Kementerian Luar Negeri dan Urusan Eropa, Badan Arkeologi Prancis di Borner (MAFBO), dan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia melalui Divisi Budaya dan Kerja Sama. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Nicolas Brucato menerima dana dari Kementerian Riset Prancis dan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia melalui Divisi Budaya dan Kerja Sama. </span></em></p>Riset ini menggabungkan data dan hipotesa dari riset linguistik, arkeologis, dan genetik tentang masyarakat Komoros dan Madagaskar.François-Xavier Ricaut, Researcher in Anthropobiology, Université de Toulouse III – Paul SabatierNicolas Brucato, Postdoctoral researcher in genetics and epigenetics of human populations, Université de Toulouse III – Paul SabatierLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/895742018-01-03T08:55:04Z2018-01-03T08:55:04ZApakah ‘gen homoseksual’ itu benar-benar ada?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/200642/original/file-20180103-26169-alke5y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mungkin ada lebih dari satu "gen gay" yang berkontribusi terhadap selera seksual seseorang.</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Sebuah klaim yang mengatakan bahwa para laki-laki homoseksual sama-sama memiliki sebuah “<a href="http://postcog.ucd.ie/files/2881563.pdf">gen homoseksual</a>” menciptakan kehebohan pada 1990-an. </p>
<p>Namun 20 tahun kemudian, sebuah <a href="http://www.theguardian.com/science/2014/feb/14/genes-influence-male-sexual-orientation-study">riset baru</a> mendukung klaim ini—dan menambah kandidat gen lain.</p>
<p>Bagi seorang ahli genetika evolusi, gagasan bahwa susunan genetika seseorang mempengaruhi preferensi pasangannya tidaklah mengejutkan. Kita juga mendapati hal itu pada hewan. Mungkin ada banyak gen yang mempengaruhi orientasi seks manusia.</p>
<p>Tetapi ketimbang menganggapnya sebagai “gen homoseksual”, mungkin sebaiknya kita menganggapnya sebagai “gen pencinta lelaki”.</p>
<p>Ini lumrah karena pada perempuan, gen pencinta lelaki mempengaruhi mereka untuk kawin lebih cepat dan lebih sering, serta memiliki lebih banyak anak. </p>
<p>Sebaliknya, para perempuan lesbian juga memiliki “gen pencinta perempuan"—yang dalam diri lelaki membuat mereka kawin lebih cepat dan memiliki lebih banyak anak. </p>
<h2>Bukti keberadaan ‘gen gay’</h2>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/47255/original/q7pqf8k8-1398749571.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/47255/original/q7pqf8k8-1398749571.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=831&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/47255/original/q7pqf8k8-1398749571.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=831&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/47255/original/q7pqf8k8-1398749571.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=831&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/47255/original/q7pqf8k8-1398749571.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1045&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/47255/original/q7pqf8k8-1398749571.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1045&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/47255/original/q7pqf8k8-1398749571.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1045&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.flickr.com/photos/92282778@N06/8874505854">masterdesigner/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita bisa mendeteksi variasi genetika yang memproduksi perbedaan di antara orang dengan melacak sifat dalam keluarga yang menunjukkan perbedaan.</p>
<p>Pola pewarisan mengungkapkan variasi <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-a-gene-12951">gen</a> (yang disebut "alel”) yang mempengaruhi perbedaan normal seperti warna rambut, atau kondisi penyakit seperti <a href="http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/sca/">anemia sel sabit</a>. Sifat kuantitatif, seperti tinggi badan, dipengaruhi oleh banyak gen berbeda serta faktor lingkungan.</p>
<p>Adalah sulit menggunakan teknik ini untuk mendeteksi variasi genetika yang berhubungan dengan homoseksualitas lelaki, karena banyak laki-laki gay memilih untuk tidak terbuka mengenai seksualitas mereka. </p>
<p>Yang lebih pelik, studi kembar menunjukkan bahwa gen bukanlah pemain satu-satunya; <a href="http://ac.els-cdn.com/0018506X70900085/1-s2.0-0018506X70900085-main.pdf?_tid=c0035674-cf5d-11e3-97d2-00000aab0f27&acdnat=1398748911_507ef018e1ac1776e08fcc79403fa41a">hormon</a>, urutan kelahiran dan <a href="https://www.thieme-connect.com/products/ejournals/abstract/10.1055/s-0029-1211110">lingkungan</a> juga ikut berperan.</p>
<p>Pada 1993, ahli genetika Amerika Dean Hamer meneliti sebuah keluarga yang memiliki beberapa lelaki gay dari sisi ibu, menandakan sebuah gen di kromosom X. Ia menunjukkan bahwa pasangan kakak beradik laki-laki yang gay, memiliki satu wilayah kecil di ujung X yang sama, dan menduga bagian itu <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8332896">mengandung sebuah gen</a> yang membuat laki-laki memiliki kecenderungan terhadap homoseksualitas.</p>
<p>Kesimpulan Hamer sangatlah kontroversial. Ia ditentang di tiap kesempatan oleh orang yang tidak bisa menerima bahwa homoseksualitas ada kaitannya dengan genetika, karena menurut mereka homoseksualitas itu “pilihan hidup”.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/9zno8e4R6gA?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Dean Hamer berbicara tentang studi gen gay.</span></figcaption>
</figure>
<p>Para lelaki homoseksual pun terbelah: Di satu sisi, klaim ini dapat memberi pembenaran terhadap ungkapan “Saya memang terlahir seperti ini” tapi di sisi lain, ada potensi mengerikan untuk deteksi homoseksualitas dan diskriminasi.</p>
<p><a href="http://www.nature.com/ng/journal/v11/n3/abs/ng1195-248.html">Studi-studi sejenis</a> memberikan <a href="http://www.sciencemag.org/content/284/5414/665">hasil yang bertolak belakang</a>. Belakangan, sebuah penelitian menemukan asosiasi gen pada <a href="http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs00439-004-1241-4#page-1">tiga kromosom lain</a>.</p>
<p>Tahun 2014, sebuah studi yang lebih luas terhadap kakak beradik lelaki gay, memanfaatkan banyak penanda genetika yang tersedia dari <a href="https://theconversation.com/explainer-what-is-the-human-genome-project-7559">Proyek Genome Manusia</a>, menegaskan temuan yang didapat Dean Hamer, serta mendeteksi <a href="http://www.theguardian.com/science/2014/feb/14/genes-influence-male-sexual-orientation-study">“gen gay” lainnya</a> pada kromosom 8. Ini menciptakan kehebohan baru.</p>
<p>Namun mengapa mesti heboh ketika kita sudah mengetahui tentang variasi gen gay pada spesies dari lalat hingga mamalia? Homoseksualitas itu <a href="http://www.cambridge.org/us/academic/subjects/life-sciences/animal-behaviour/animal-homosexuality-biosocial-perspective">cukup umum</a> di dalam kerajaan binatang. </p>
<p>Misalnya, ada variasi yang mempengaruhi <a href="http://www.biomedcentral.com/1471-2156/11/62">preferensi pasangan pada tikus</a> dan sebuah mutasi pada lalat buah mengakibatkan pejantan merayu <a href="http://www.genetics.org/content/121/4/773.abstract">pejantan lain alih-alih betina</a>.</p>
<h2>Apakah ‘gen gay’ betul-betul ‘alel pencinta laki-laki’?</h2>
<p>Pertanyaan besarnya bukanlah apakah “gen gay” benar-benar ada pada manusia, melainkan mengapa gen-gen tersebut sangat umum (diperkirakan sekitar 5-15%). Kita tahu bahwa lelaki gay memiliki rerata anak lebih sedikit, jadi bukankah seharusnya variasi gen ini lenyap?</p>
<p>Ada beberapa teori. Satu dekade lalu saya bertanya-tanya apakah variasi gen gay memiliki pengaruh lain yang <a href="https://theconversation.com/best-of-mates-why-gay-genes-are-a-good-fit-for-darwin-1360">meningkatkan kemungkinan</a> memiliki keturunan (“kebugaran evolusioner”), dan mewariskan alel gay.</p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=469&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=469&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=469&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=589&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=589&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/47256/original/m2mcxw5s-1398749833.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=589&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sekeping sel darah normal di belakang sel darah manusia pada pasien anemia sel sabit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.flickr.com/photos/wellcomeimages/5814147857/in/photolist-9RM2Az-6v84Gr-58KWPB-58KVMn-58oaiU-58o9Uq-58o4p9-58iK7X-58iuW8-58nujw-57cVxk-57cNdF-57gYt3-57cGR2-57cAwp-56WE5x-571PEL-56Zms3-56Vbjx-j4u6M-j4tsg-j4rVz-j4rU2-iYTJv-56ZCKj-iTkAj-iThNh-9RMxR6-6n6RYq-j4rSJ-a6Mx7C-a6MwSw-a6MwFU-a6MwqJ-a6Mwa3-a6MvYW-a6JDnn-a6Mvfj-a6Mv4f-a6MuWj-a6JCuF-a6JCja-a6JCcg-a6JC1Z-a6JBRt-a6MtY3-a6JBoa-5XEptM-57cqiz-571RQA">Wellcome Images/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/4.0/">CC BY-NC-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini situasi lumrah yang (disebut “<a href="http://www.pbs.org/wgbh/evolution/educators/course/session7/explain_b_pop1.html">polimorfisme seimbang</a>”) di mana sebuah alel bersifat menguntungkan pada satu situasi, tapi tidak pada situasi lain. </p>
<p>Contoh klasik situasi ini adalah penyakit darah anemia sel sabit, yang menyebabkan penyakit dan kematian bila Anda memiliki dua alel, tapi resisten terhadap malaria bila Anda hanya memiliki satu, sehingga jamak pada daerah malaria.</p>
<p>Sebuah kategori istimewa yakni “<a href="http://www.sciencemag.org/content/256/5062/1436.abstract">gen antagonis seksual</a>” yang meningkatkan kebugaran genetika pada satu jenis kelamin tapi tidak demikian di jenis kelamin lain; beberapa bahkan mematikan. Kita memiliki banyak contoh pada berbagai spesies. Mungkin alel gay hanyalah satu di antaranya.</p>
<p>Mungkin alel “pecinta lelaki” pada perempuan meningkatkan kecenderungan untuk kawin lebih cepat dan punya anak lebih banyak. Bila saudara perempuan, ibu dan bibi mereka memiliki anak lebih banyak yang berbagi beberapa gen mereka, hal tersebut akan mengompensasi jumlah anak yang lebih sedikit dari laki-laki gay.</p>
<p>Dan demikianlah yang terjadi. Jauh lebih banyak anak. Sebuah kelompok Italia <a href="http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15539346">menunjukkan</a>, kerabat perempuan dari laki-laki gay memiliki anak 1,3 kali lebih banyak ketimbang kerabat perempuan dari laki-laki heteroseksual. Ini adalah keuntungan selektif sangat besar yang dimiliki alel pecinta lelaki pada perempuan, dan mengimbangi kerugian selektif yang <a href="http://www.plosone.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0002282">ditimbulkannya pada laki-laki</a>.</p>
<p>Saya terkejut penelitian ini kurang terkenal, dan penjelasannya terabaikan dalam seluruh debat soal “normalitas” perilaku homoseksual.</p>
<h2>Seberapa ‘normal’ alel gay itu?</h2>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=706&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=706&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=706&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=887&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=887&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/47260/original/b3gvk4ww-1398750858.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=887&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.flickr.com/photos/darcyandkat/151631156">darcyandkat/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita tidak tahu apakah studi genetika ini mengidentifikasi “alel gay” dari gen yang sama atau berbeda.</p>
<p>Yang menarik, Hamer mendeteksi “gen gay” pada kromosom X, yang <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/bies.10026/abstract">punya lebih banyak gen</a> yang mempengaruhi reproduksi, tapi saya membayangkan ada gen di seluruh genom yang berkontribusi terhadap pilihan pasangan pada manusia (pencinta perempuan atau pencinta lelaki).</p>
<p>Bila ada alel pencinta lelaki dan pencinta perempuan dari puluhan atau ratusan gen yang bertarung dalam populasi, tiap orang akan mewarisi campuran dari variasi berbeda. Dikombinasi dengan pengaruh lingkungan, akan sulit untuk mendeteksi gen individu.</p>
<p>Ini mirip dengan tinggi badan, yang dipengaruhi oleh variasi dalam ribuan gen serta lingkungan, dan menciptakan “distribusi kontinyu” manusia dengan tinggi badan berbeda. Dua ekstremnya yakni sangat tinggi dan sangat pendek.</p>
<p>Demikian pula, di tiap ujung distribusi kontinyu pada selera pasangan manusia, kita bisa membayangkan “yang sangat mencintai lelaki” dan “yang sangat mencintai perempuan” pada kedua jenis kelamin.</p>
<p>Laki-laki gay dan perempuan lesbian mungkin hanyalah dua ujung dari distribusi yang sama.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/89574/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jenny Graves menerima dana dari ARC and NHMRC. Dia tidak memiliki kaitan dengan lembaga apa pun yang mungkin mendapat manfaat dari artikel ini.</span></em></p>Bagi seorang ahli genetika evolusi, gagasan bahwa susunan genetika seseorang mempengaruhi preferensi pasangannya tidaklah mengejutkan.Jenny Graves, Distinguished Professor of Genetics, La Trobe UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/728032017-10-17T10:43:27Z2017-10-17T10:43:27ZDari mana manusia Indonesia berasal?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/183758/original/file-20170829-10418-10r7pj8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C4931%2C3284&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Genetika manusia Indonesia adalah hasil pencampuran genetika nenek moyang keturunan manusia modern (_Homo sapiens_) </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p><em>Dalam rangka penyelenggaraan <a href="https://www.eventbrite.sg/e/wallace-wallacea-indonesia-wallacea-week-2017-public-lecture-tickets-37719657511">Wallacea Week</a>, serangkaian kuliah umum dan pameran mengenai wilayah Wallacea di Indonesia, The Conversation menampilkan seri analisis mengenai keragaman hayati dan sejarah ilmu pengetahuan. Ini artikel terakhir dari tiga seri tulisan.</em> </p>
<hr>
<p>Dalam masyarakat Indonesia sering ada dikotomi antara pribumi dan pendatang. Pribumi berarti penghuni asli. Pendatang bukan penghuni asli. Dalam sejarah Indonesia modern, dikotomi ini sering menciptakan ketegangan antarkelompok dan rasisme dalam masyarakat. </p>
<p>Padahal, menurut penelitian genom manusia, semua orang Indonesia adalah pendatang. Genetika manusia Indonesia adalah hasil pencampuran genetika nenek moyang keturunan manusia modern (<em>Homo sapiens</em>) yang berkelana dari Afrika dan datang secara bergelombang dalam kurun waktu puluhan ribu tahun dengan rute yang berbeda-beda sampai ke wilayah nusantara. </p>
<p>Saya mempelajari keragaman genetika manusia Indonesia. Penelitian saya, bekerja sama dengan ilmuwan dari ranah antropologi, arkeologi, budaya, bahasa dan teknik informatika, berupaya merekonstruksi sejarah hunian kepulauan nusantara. Singkatnya, saya mencoba mencari tahu siapa sesungguhnya leluhur kita dari penelusuran genetik.</p>
<h2>Menelusuri migrasi lewat genetika</h2>
<p>Ada tiga penanda genetik yang dapat digunakan untuk mempelajari migrasi manusia. </p>
<p><em>Pertama</em>, kromosom Y, yaitu struktur protein dan asam nukleat dalam sel sperma. Kromosom Y menurunkan DNA dari ayah ke anak-anaknya. </p>
<p><em>Kedua</em>, materi genetik dalam mitokondria, disebut juga DNA mitrokondria, yang diturunkan ibu ke seluruh anak-anaknya. Mitokondria adalah struktur di dalam sel yang mengubah asupan makanan menjadi energi yang dapat digunakan oleh tubuh. </p>
<p>Para peneliti genom manusia mengelompokkan manusia yang memiliki kesamaan baik dalam kromosom Y atau DNA mitokondria ke dalam populasi-populasi genetik dan menyebutnya <em>haplogroup</em> yang merupakan motif spesifik di kedua DNA tersebut.</p>
<p>Penanda genetik <em>ketiga</em> adalah DNA autosom yang diturunkan secara <em>parental</em> dari kedua orang tua.</p>
<p>Saya dan rekan-rekan peneliti di Lembaga Eijkman mengumpulkan dan menganalisis kurang lebih 6.000 sampel DNA dari beberapa lokasi di Indonesia untuk melihat <em>haplogroup</em> dari manusia Indonesia. Lebih dari 3700 individu dari 35 etnis diuji DNA mitokondria-nya, hampir 3000 juga diuji untuk kromosom Y.</p>
<h2>Ragam populasi genetik manusia Indonesia</h2>
<p>Dengan menggunakan DNA mitokondria, kami menemukan di Indonesia bagian barat ada haplogroup M, F, Y2, dan B. Haplogrup ini sebagian besar penutur bahasa Austronesia, yang dituturkan di Asia Tenggara, Madagaskar, dan Kepulauan di Pasifik. </p>
<p>Sementara di <a href="https://academic.oup.com/mbe/article/26/8/1865/980671/Genetic-Admixture-History-of-Eastern-Indonesia-as">Indonesia bagian timur</a> kami temukan kelompok haplogroup Q dan P. Dua kelompok haplogrup terakhir unik dimiliki oleh orang-orang Papua dan Nusa Tenggara saja. Haplogroup Q dan P merupakan penutur bahasa non-Austronesia. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/apakah-bumi-sudah-terlalu-sesak-oleh-manusia-88326">Apakah Bumi sudah terlalu sesak oleh manusia?</a></em></p>
<hr>
<p>Yang menarik adalah Mentawai dan Nias, haplogrup-nya mengelompok sendiri dengan suku asli Formosa, penutur bahasa Austronesia yang mengembara ke arah selatan sekitar 5.000 tahun yang lalu. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/183778/original/file-20170829-10431-g734fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/183778/original/file-20170829-10431-g734fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/183778/original/file-20170829-10431-g734fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/183778/original/file-20170829-10431-g734fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/183778/original/file-20170829-10431-g734fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/183778/original/file-20170829-10431-g734fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/183778/original/file-20170829-10431-g734fu.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Laki-laki suku Mentawai.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Datang bergelombang</h2>
<p>Dengan menggabungkan penelitian genetika dengan pengetahuan arkeologi dan linguistik, kita bisa mengetahui bahwa nenek moyang kita datang secara bergelombang. </p>
<p>Sejarah pengembaraan nenek moyang kita dimulai 72.000 tahun yang lalu, ketika sekelompok <em>Homo sapiens</em> atau manusia modern dari benua Afrika berpindah ke bagian selatan semenanjung Arab menuju India. </p>
<p>Gelombang pertama keturunan kelompok ini sampai di daerah yang sekarang menjadi Kepulauan Nusantara sekitar 50.000 tahun yang lalu. Pada waktu itu Paparan Sunda atau Sundaland, yang sekarang adalah Kalimantan, Sumatra, Semenanjung Malaya, dan Jawa masih bersatu. Keturunan kelompok ini terus mengembara hingga Australia. </p>
<p>Indikasi bahwa kepulauan kita telah dihuni manusia modern pada saat itu dapat dilihat dari penemuan arkeologi. Di Sarawak, wilayah Malaysia di Pulau Kalimantan, ditemukan <a href="https://theconversation.com/ancient-deep-skull-still-holds-big-surprises-60-years-after-it-was-unearthed-61572">rangka yang berumur sekitar 34.000 hingga 46.000 tahun</a>. </p>
<p>Dan di tembok gua-gua di Maros, Sulawesi Selatan, <a href="https://theconversation.com/40-000-year-old-rock-art-found-in-indonesia-32674">ada gambar-gambar pra-sejarah di tembok gua di Maros</a>, yang berumur sekitar 40.000 tahun.</p>
<p>Migrasi yang kedua datang dari Asia Daratan, wilayah yang sekarang menjadi Vietnam sekitar 30.000 tahun yang lalu. Migrasi ketiga adalah kedatangan penutur berbahasa Astronesia dari Formosa sekitar 5.000-6.000 tahun yang lalu.</p>
<p>Terakhir adalah penyebaran agama Hindu serta berdirinya kerajaan India, antara abad ketiga sampai ketiga belas. Kejadian ini menghasilkan berbagai haplogrup yang berasal dari Asia selatan dan kini bisa ditemukan dalam frekuensi rendah di Bali, Jawa, Borneo, dan Sumatra. Selain itu juga terjadi penyebaran agama Islam dari Arabia dan ditemukannya haplogrup O-M7 yang merupakan marka Tiongkok. </p>
<h2>Mengapa menelusuri asal usul leluhur penting?</h2>
<p>Sebelum penelitian yang kami lakukan ini tidak ada data mengenai genetika manusia Indonesia dalam penelitian mengenai genom manusia di dunia. Para peneliti dunia memiliki data pengembaraan manusia sampai di Asia daratan saja dari kajian genetik, tetapi kemudian meloncat ke Australia karena sama sekali tidak ada data dari Indonesia yang mendukung. </p>
<p>Dengan mengumpulkan dan menganalisis data genetika manusia Indonesia kita bisa mengisi kekosongan data pengembaraan manusia antara daratan Asia dengan Pasifik. </p>
<p>Genetika manusia Indonesia adalah percampuran dari berbagai kelompok manusia. Penelitian kami menunjukkan adanya pembauran. Data genetik yang kami temukan menunjukkan bahwa Kepulauan Nusantara pernah menjadi pusat peradaban. </p>
<p>Banyak orang menanyakan kegunaan penelitian keanekaragaman manusia Indonesia ini. Penelitian telah memberikan informasi mendasar tentang mutasi terkait penyakit yang spesifik etnis seperti pada penyakit genetika darah <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Talasemia">talasemia</a>. Talasemia merupakan penyakit genetika utama di Indonesia. </p>
<p>Dengan memiliki data mutasi tersebut maka diagnosis yang dibuat dapat ditargetkan pada mutasi terbanyak yang ada pada etnis tertentu. Hal ini jelas akan memudahkan penanganan penyakit, meringankan pasien dan meningkatkan pelayanan. </p>
<p>Penelitian genetika yang memperlihatkan struktur populasi Indonesia, ternyata sesuai juga dengan hasil penelitian soal patogen manusia seperti Hepatitis B dan C serta dengue. Jadi penelitian genetika membantu dalam menangani penyakit secara tepat. </p>
<p>Mengenai DNA autosom? Ini akan memberikan gambaran faktor prediksi terhadap terjadinya penyakit tertentu. Bukankah mencegah penyakit lebih baik daripada mengobati setelah jatuh sakit.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/72803/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Herawati Sudoyo tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Genetika manusia Indonesia adalah percampuran dari berbagai kelompok manusia. Penelitian kami menunjukkan adanya pembauran.Herawati Sudoyo, Deputy for Fundamental Research of Eijkman Institute., Eijkman Institute for Molecular BiologyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.