Pemimpin dunia dan pakar kebijakan luar negeri memperkirakan ISIS akan meningkatkan serangannya selama masa pandemi COVID-19, tapi lockdown justru membantu mempersulit mereka melakukan kekerasan.
Bagi kalian yang bertanya-tanya apakah AS masih berkeinginan untuk mengejar teroris-teroris besar di Afghanistan, pembunuhan Al-Zawahiri agaknya sudah menjawab.
Lahirnya kelompok-kelompok ekstremisme pasca jatuhnya NII menjadi bukti bahwa ambisi untuk mendirikan negara Islam akan selalu muncul dalam setiap rezim dan setiap masa.
Perlu adanya kebijakan yang lebih kuat untuk mengawasi aliran keuangan para simpatisan ISIS untuk melemahkan kemampuan mereka menghimpun dana dalam melakukan tindakan ekstrimis di masa datang
Tapi apa yang menyebabkan ideologi ISIS menarik anak-anak muda bahkan dari kelompok kelas menengah atas dengan status ekonomi mapan seperti yang terjadi di Sri Lanka?
Dengan perkembangan ISIS sekarang yang telah mencapai ke seluruh dunia, kini waktu yang ideal untuk memfasilitasi hubungan kerja sama antara Detasemen 88 dan uni anti-terorisme Australia.
Eva Nisa, Te Herenga Waka — Victoria University of Wellington and Faried F. Saenong, Te Herenga Waka — Victoria University of Wellington
Indonesia telah bekerja keras menekan terorisme lokal, tapi pelibatan anak-anak sebagai pelaku serangan bom bunuh diri memicu kekhawatiran bahwa program deradikalisasi tidak efektif.
Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan berat yang terjadi dalam waktu bersamaan, yaitu kembalinya pejuang IS dan kekerasan ekstrem yang tumbuh di dalam negeri.
Analisis dari dua pakar terorisme soal penyulut serangan brutal di penjara keamanan maksimum di Depok, Jawa Barat dan bagaimana mencegahnya di masa depan.