tag:theconversation.com,2011:/us/topics/karbon-dioksida-56100/articlesKarbon dioksida – The Conversation2021-04-22T04:38:02Ztag:theconversation.com,2011:article/1579702021-04-22T04:38:02Z2021-04-22T04:38:02ZGerakan aksi iklim Indonesia meningkat tapi belum pengaruhi kebijakan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/395736/original/file-20210419-15-4v29vv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=11%2C23%2C3976%2C2628&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Aksi "Jeda Untuk Iklim di Jakarta, sebelum pandemi. </span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/wsj.</span></span></figcaption></figure><p>Aksi protes perubahan iklim bukan hal yang baru di Indonesia. Namun, memang baru pada 2019 bisa disebut sebagai tahun <a href="https://www.tempo.co/dw/1768/2019-tahun-bangkitnya-kesadaran-dan-aksi-protes-perubahan-iklim">kebangkitan aksi protes perubahan iklim</a>. </p>
<p>Selama pandemi, protes iklim virtual di Indonesia pernah berhasil mengumpulkan kurang lebih 1.000 orang yang tergabung dalam <em>zoom</em> dan siaran langsung YouTube tahun lalu.</p>
<p>Selain itu, para pemuda mengajak masyarakat terdampak, rohaniawan, hingga musisi, dalam protes virtual ini. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/Bg8L00knYLo?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Digital Climate Strike 2020 - “Pukul Mundur Krisis Iklim” (Greenpeace Indonesia)</span></figcaption>
</figure>
<p>Di satu sisi, protes yang masih berjalan meski pandemi menunjukkan animo masyarakat dalam memperjuangkan soal krisis iklim. </p>
<p>Sayangnya, gerakan ini masih belum bisa <strong>memengaruhi</strong> kebijakan iklim di Indonesia karena setidaknya butuh 9 jutaan orang untuk turun ke jalan dan melakukan protes. </p>
<h2>Dari masyarakat terdampak hingga fans K-Pop</h2>
<p>Protes iklim setiap hari Jumat oleh <a href="https://www.bbc.com/indonesia/majalah-50697434">Greta Thunberg</a>, remaja asal Swedia, sejak 2018 atau dikenal sebagai <em>Fridays for Future</em> memang <strong>memengaruhi</strong> maraknya aksi protes iklim di Indonesia. </p>
<p>Berdasarkan perhitungan <em>Fridays for Future</em>, sudah ada <a href="https://fridaysforfuture.org/what-we-do/strike-statistics/list-of-countries/">116 aksi protes iklim</a> di Indonesia sejak 15 Maret 2019 hingga 26 Maret 2021.</p>
<p>Jumlah ini relatif banyak mengingat dalam jangka waktu 2 tahun sudah ada ratusan aksi protes muncul di Indonesia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-awal-tunjukkan-nilai-kesadaran-perubahan-iklim-gen-z-di-indonesia-sangat-tinggi-150958">Riset awal tunjukkan nilai kesadaran perubahan iklim Gen-Z di Indonesia sangat tinggi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada 17 Maret 2021, puncak <a href="https://www.instagram.com/p/CMZfp3Ag7Jf/?utm_source=ig_web_copy_link">aksi protes iklim virtual</a> di Indonesia berhasil melibatkan banyak pihak, tidak hanya kelompok lingkungan.</p>
<p>Mulai dari ibu-ibu pejuang <a href="https://tirto.id/ibu-ibu-petani-kendeng-tagih-penuntasan-kasus-pabrik-semen-c2XC">Kendeng</a>, <a href="http://www.solidaritasperempuan.org/kontak/sp-kinasih-jogjakarta/">Solidaritas Perempuan Kinasih</a>, masyarakat terdampak banjir Kalimantan Selatan, hingga perempuan nelayan di <a href="https://www.walhi.or.id/dampak-perubahan-iklim-pulau-pari-alami-banjir-rob-dua-kali-setahun">Pulau Pari</a>, sebagai masyarakat terdampak dari krisis iklim, juga mengikuti protes daring ini. </p>
<p>Selain itu, ada juga gerakan pemuda, seperti <a href="https://www.instagram.com/youth_actkalimantan/?hl=en">Youth Act Kalimantan</a>, Federasi Pelajar Jakarta, NGO <a href="https://www.haka.or.id/">HAkA (Hutan, Alam, dan Lingkungan Aceh)</a>, serta tokoh agama dan musisi. </p>
<p>Keikutsertaan mereka menggambarkan dampak krisis iklim akan menghantam semua lapisan masyarakat.</p>
<p>Selama beberapa tahun belakangan, koalisi dan kelompok lingkungan peduli iklim mulai banyak bermunculan di Indonesia, seperti <a href="https://www.instagram.com/jedaiklim/">Jeda Untuk Iklim</a>, <a href="https://www.instagram.com/extinctionrebellion.id/">Extinction Rebellion Indonesia</a>, <a href="https://www.instagram.com/jaga_rimba/">Jaga Rimba</a>, <a href="https://www.golonganhutan.id/about-us">Golongan Hutan</a>, <a href="https://www.instagram.com/koproliklim/">Koprol Iklim</a>, dan <a href="https://www.instagram.com/climaterangers/">Climate Rangers</a>. </p>
<p>Ada juga <a href="https://www.instagram.com/kpop4planet/">kop4planet</a>, kelompok peduli lingkungan yang terbentuk karena terinspirasi oleh <a href="https://www.kompas.com/hype/read/2021/02/26/230540566/blackpink-ditunjuk-jadi-duta-konferensi-perubahan-iklim-pbb-2021">Blackpink</a>, grup penyanyi perempuan asal Korea Selatan, yang menjadi duta untuk Konferensi Perubahan Iklim PBB (<a href="https://unfccc.int/">UNFCCC</a>) tahun 2021.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ibu-rumah-tangga-dan-petani-perempuan-berperan-vital-dalam-pergerakan-lingkungan-indonesia-133522">Ibu rumah tangga dan petani perempuan berperan vital dalam pergerakan lingkungan Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selama pandemi, kelompok-kelompok ini mampu beradaptasi dan tetap melanjutkan aksi protes, bahkan sejak September 2020. </p>
<p>Tidak akan mengejutkan apabila pandemi berakhir, aksi protes turun ke jalan skala besar akan bertambah besar di Indonesia dan global. </p>
<h2>Belum cukup pengaruhi kebijakan</h2>
<p>Secara umum, gerakan ini di Indonesia belum cukup kuat untuk memengaruhi kebijakan iklim pemerintah.</p>
<p>Dalam presentasi di TEDxTalk pada 2013, profesor kebijakan publik dari Universitas Harvard AS Erica Chenoweth mengatakan bahwa perlawanan nirkekerasan kemungkinan besar dapat berhasil apabila melibatkan setidaknya 3,5% dari total populasi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/YJSehRlU34w?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">The success of nonviolent civil resistance: Erica Chenoweth at TEDxBoulder.</span></figcaption>
</figure>
<p>Sebagai ilustrasi, gerakan iklim di Indonesia perlu melibatkan setidaknya 9.457.000 orang untuk berhasil, ini mengacu kepada <a href="https://www.bps.go.id/subject/12/kependudukan.html">total penduduk Indonesia saat ini</a>, yaitu 270,2 juta jiwa. </p>
<p>Jumlah ini masih terlampau jauh dari angka massa yang terlibat saat aksi protes, baik daring dan luring, pada Maret lalu. </p>
<p>Sehingga, aksi protes iklim ini masih membutuhkan dukungan dari seluruh masyarakat, khususnya anak muda. </p>
<p>Riset terbaru dari Dana R. Fisher dan Sohana Nasrin, peneliti dari Universitas Maryland AS tentang <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/wcc.683">aktivisme iklim dan dampaknya</a> menemukan bahwa aksi protes digital memiliki kelebihan bisa menghubungkan orang dari berbagai lokasi secara bersamaan. </p>
<p>Namun, aksi daring cenderung hanya melibatkan peserta dan perspektif yang terbatas.</p>
<p>Aksi protes digital belum efektif untuk menarik lebih banyak massa seperti aksi turun ke jalan, tempat aktivis dapat berinteraksi dengan masyarakat umum secara langsung untuk menarik perhatian. </p>
<p>Meski demikian, aksi ini efektif dan tetap penting untuk menjaga momentum pergerakan.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1380543699059408905"}"></div></p>
<h2>Menuntut penurunan emisi</h2>
<p>Meski karakter protes berubah, seruan global para aktivis iklim tidak bergeming. </p>
<p>Mereka menuntut agar negara-negara di dunia menurunkan emisi karbon secara ambisius untuk mencegah dampak perubahan iklim yang lebih parah.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bila-pemanasan-global-melebihi-2-c-lelehan-es-antarktika-bisa-menaikkan-muka-laut-hingga-20-meter-126509">Bila pemanasan global melebihi 2°C, lelehan es Antarktika bisa menaikkan muka laut hingga 20 meter</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kelompok ini menuntut <a href="https://www.instagram.com/p/CMPJlQNANRz/?utm_source=ig_web_copy_link">5 hal</a> kepada pemerintah Indonesia, yaitu:</p>
<p>1) mendeklarasikan darurat iklim.</p>
<p>2) meningkatkan komitmen iklim Indonesia sesuai dengan <a href="http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/298">Perjanjian Paris</a>, yaitu mencegah suhu Bumi lebih dari 1,5 derajat Celsius.</p>
<p>3) menghentikan investasi di sektor energi kotor (terutama batu bara) dan memilih energi bersih terbarukan untuk pertumbuhan ekonomi yang sehat. </p>
<p>4) menjamin keadilan bagi semua pejuang lingkungan.</p>
<p>5) mencabut seluruh kebijakan yang merusak lingkungan dan memastikan kebijakan baru yang fokus pada penanggulangan krisis iklim.</p>
<p>Menyambut hari Bumi 22 April 2021, koalisi lingkungan kembali menggelar aksi luring, <a href="https://www.instagram.com/p/CN2JFnfAbJi/?utm_source=ig_web_copy_link">Joget Jagat</a>, aksi joget bersama sebagai ekspresi keresahan atas krisis iklim yang terjadi.</p>
<p>Mereka juga menambah <a href="https://www.instagram.com/p/CN1fzvMAZYl/?utm_source=ig_web_copy_link">2 tuntutan</a> yang lebih spesifik, yaitu mengembalikan hutan melalui reboisasi (mencapai 600.000 hektare per tahun) dan memangkas penggunaan serta produksi batu bara sampai nol pada 2030. </p>
<p>Pemerintah Indonesia menargetkan <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2021/03/22/indonesia-mulls-net-zero-emissions-target-by-2070.html">nol emisi</a> tercapai pada 2070. </p>
<p>Target ini mundur 20 tahun dari <a href="https://www.un.org/press/en/2020/sgsm20183.doc.htm">perjanjian yang telah disepakati global</a> di Paris. </p>
<p>Hingga kini, Indonesia tidak berencana menaikkan target emisi secara ambisius dan tetap dengan angka 29% dan 41% (dengan bantuan internasional) hingga 2030.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tiga-kerugian-indonesia-bila-tidak-meningkatkan-target-penurunan-emisi-153097">Tiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Pada Februari, Badan PBB untuk Perubahan Iklim mengeluarkan <a href="https://unfccc.int/sites/default/files/resource/cma2021_02E.pdf">laporan</a> bahwa total target penurunan emisi sukarela negara-negara saat ini hanya akan mengurangi sekitar 2,8% pada 2030.</p>
<p>Ini tidak cukup untuk bisa menahan suhu Bumi melampaui 1,5 derajat Celsius dan mencegah dampak dari krisis iklim. </p>
<p>Mekanisme negosiasi internasional dalam Perjanjian Paris belum efektif untuk mengubah kebijakan iklim Pemerintah Indonesia. </p>
<p>Namun, tekanan domestik yang persisten terhadap pemerintah dari koalisi kelompok-kelompok lingkungan bisa mengubah kebijakan yang lebih menjanjikan.</p>
<hr>
<p><em>Penulis mewawancarai Melissa Kowara, Koordinator Nasional Extinction Rebellion Indonesia dan Steering Committee Jeda Untuk Iklim, dan Syaharani, salah satu mahasiswi dan penggiat aksi Jeda Untuk Iklim untuk kelengkapan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157970/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stanislaus Risadi Apresian adalah mahasiswa doktoral di Univeristy of Leeds penerima dana Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)</span></em></p>Gerakan protes iklim di Indonesia meningkat, tetapi belum bisa memengaruhi kebijakan.Stanislaus Risadi Apresian, Assistant Professor of International Relations, Universitas Katolik ParahyanganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1560502021-03-12T10:01:58Z2021-03-12T10:01:58ZPemerintah harus siapkan 3 hal ini untuk dukung peralihan ke bensin rendah emisi Euro IV<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/387694/original/file-20210304-13-ti7vma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3994%2C2742&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Reno Esnir/ama</span></span></figcaption></figure><p>Akibat pandemi COVID-19, Pemerintah Indonesia harus memundurkan rencana pemberlakuan standar emisi Euro IV bagi kendaraan bermotor baru bermesin diesel <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201211131159-4-208413/penerapan-aturan-diesel-minimal-setara-dexlite-mundur-ke-2022">menjadi April 2022</a>, dari target semula pada April 2021. </p>
<p>Standar emisi Euro IV diperkenalkan <a href="https://www.transportpolicy.net/standard/eu-light-duty-emissions/">pertama kali tahun 2005 di Uni Eropa</a> dan sudah lama dipakai di banyak negara. </p>
<p>Standar ini membatasi emisi gas buang kendaraan, seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx), dan sulfur, yang <a href="https://kumparan.com/surya-pradana/keuntungan-menggunakan-bbm-euro-4-dan-euro-5">berdampak negatif terhadap kesehatan manusia</a> dan lingkungan. </p>
<p>Peralihan ke Euro IV, setidaknya bisa <a href="https://bisnis.tempo.co/read/1413611/klhk-ungkap-alasan-penundaan-penerapan-standar-emisi-euro-4-untuk-mesin-diesel/full&view=ok">menurunkan 55% kandungan CO, 60% kandungan HC, dan 68% kandungan NOx, dalam udara</a>. </p>
<p>Sebenarnya, <a href="https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1593657998_Peraturan%20Menteri%20LHK%20Nomor%20P%2020%20Tentang%20Baku%20Mutu%20Emisi%20Gas%20Buang%20Kendaraan%20Bermotor%20Tipe%20Baru%20Kategori%20M%20Katagori%20N%20dan%20Katagori%20O.PDF">peraturan</a> yang mengatur peralihan ke standar emisi yang baru untuk kendaraan bermotor baru dengan bahan bakar diesel, gas, dan bensin ini sudah ada sejak tahun 2017. </p>
<p>Dari sisi mesin, untuk kendaraan bermotor baru <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2020/07/22/070200115/euro-iv-sudah-diteken-infrastruktur-pengujian-emisi-masih-disiapkan">berbahan bakar bensin, standar emisi Euro IV sudah diterapkan sejak 2018</a>. Namun untuk kendaraan bermesin diesel, realisasinya terus diundur dari <a href="https://www.transportpolicy.net/region/asia/indonesia/">semula April 2021,</a> hingga terakhir <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201211131159-4-208413/penerapan-aturan-diesel-minimal-setara-dexlite-mundur-ke-2022">April 2022</a>.</p>
<p>Dari sisi bahan bakar, pemerintah malah belum secara tegas menetapkan kapan BBM yang dipakai akan sepenuhnya memenuhi standar Euro IV. <a href="https://www.republika.co.id/berita/qlb5l2380/esdm-pemerintah-komitmen-laksanakan-bbm-ramah-lingkungan">Pemerintah baru mencanangkan untuk beralih sepenuhnya ke BBM diesel berstandar Euro IV pada 2026 </a>, sementara untuk BBM bensin, target waktu ini belum jelas.</p>
<p>Ada beberapa masalah yang menyebabkan Indonesia sulit beralih ke BBM berstandar Euro IV, seperti <a href="https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20181010161601-384-337372/hingga-2021-bbm-euro-4-pertamina-cuma-pertamax-turbo">harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Euro IV yang masih sangat mahal</a> dan <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20201211131159-4-208413/penerapan-aturan-diesel-minimal-setara-dexlite-mundur-ke-2022">ketersediaan yang masih terbatas di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU)</a>.
Pada saat yang sama, kandungan sulfur dalam BBM yang ada saat ini masih sangat tinggi, bahkan mencapai 2500 ppm (<em>parts per million</em> atau bagian per juta), masih jauh di atas batas maksimal sulfur <a href="https://ditppu.menlhk.go.id/portal/uploads/laporan/1593657998_Peraturan%20Menteri%20LHK%20Nomor%20P%2020%20Tentang%20Baku%20Mutu%20Emisi%20Gas%20Buang%20Kendaraan%20Bermotor%20Tipe%20Baru%20Kategori%20M%20Katagori%20N%20dan%20Katagori%20O.PDF">50 ppm</a> dalam standar Euro IV. </p>
<p>Belajar dari hambatan yang terjadi, saya mengusulkan 3 hal yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk sepenuhnya bisa beralih ke bahan bakar standar Euro IV, yaitu : </p>
<h2>1) Mempersiapkan daya beli masyarakat</h2>
<p>Berdasarkan penghitungan saya, peralihan dari BBM yang ada sekarang ini ke BBM berstandar Euro IV bisa memicu kenaikan harga rata-rata bahan bakar antara 17% sampai dengan 28%. </p>
<p>Kenaikan harga BBM ini berisiko menaikkan harga produksi di berbagai sektor industri dan meningkatkan inflasi. </p>
<p>Untuk mencegahnya, pemerintah harus menyiapkan bantuan fiskal non subsidi BBM yang efektif untuk menaikkan daya beli masyarakat dan industri sehingga bisa menjangkau harga BBM Euro IV. </p>
<p>Bantuan fiskal ini dapat terwujud dalam berbagai skema baru, misalnya tunjangan transportasi untuk pekerja, pelonggaran pajak bagi berbagai usaha angkutan darat, hingga pengembalian pajak pendapatan terkait pengeluaran untuk transportasi. </p>
<p>Bantuan tersebut lebih efektif ketimbang memberikan <a href="https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/pembatasan%20subsidi%20bahan%20bakar%20fosil%20dan%20efisiensi%20energi.pdf">subsidi BBM yang telah terbukti tidak tersalurkan secara tepat di masa lalu dan memberi beban anggaran yang besar bagi negara</a>.</p>
<h2>2) Mempersiapkan bahan bakar nabati yang tepat</h2>
<p><a href="https://theicct.org/sites/default/files/publications/Indonesian%20biofuel%20Working%20Paper-08%20v2.pdf">Studi meta analisis dari <em>International Council on Clean Transportation</em> (ICCT)</a>, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional yang mempromosikan transportasi rendah emisi, menyimpulkan bahwa pencampuran biodiesel berbasis minyak sawit dengan bahan bakar diesel, seperti yang dilakukan dalam program B30, dapat menurunkan emisi karbon monoksida (CO) dan hidro karbon (HC). </p>
<p>Namun, bila dicampur dengan bahan bakar diesel bersulfur rendah, seperti Euro IV, maka akan meningkatkan emisi nitrogen oksida (NOx) dan partikulat (<em>particulate matter</em> atau PM). </p>
<p>Dengan kata lain, program biodiesel yang diterapkan Indonesia saat ini, yaitu B30, tidak sepenuhnya cocok untuk diterapkan saat Indonesia sudah beralih ke BBM diesel Euro IV. </p>
<p>Namun, ini bisa diatasi dengan menggunakan bahan bakar nabati yang tepat. </p>
<p>Saat ini, Pertamina sedang mempersiapkan produk Bahan Bakar Nabati (BBN) baru yang disebut <em>green fuels</em>, terdiri atas <em>green gasoline</em> dan <em>green diesel</em>, yang juga berbahan baku minyak kelapa sawit. </p>
<p><em>Green fuels</em> ini dapat dicampur langsung dengan bahan bakar diesel maupun bensin. </p>
<p>Selain itu, produksi serta distribusi bahan bakar ini bisa dengan menggunakan infrastruktur bahan bakar yang ada. </p>
<p>Berbeda dengan BBN tradisional, seperti biodiesel dan bioethanol, penggunaan <em>green fuels</em> sama sekali tidak memerlukan adaptasi mesin kendaraan sehingga mudah untuk diimplementasikan, bahkan untuk campuran dengan kadar sulfur sangat tinggi. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0016236118313929?via%3Dihub#!">Penelitian</a> dari <em><a href="https://ec.europa.eu/info/departments/joint-research-centre_en">European Commission Joint Research Centre</a></em> terbit tahun 2019 menunjukkan kecocokan secara emisi dalam penggunaan <em>green fuels</em> pada BBM berkadar sulfur rendah, yaitu Euro VI. Ini artinya penggunaannya <em>green fuels</em> tidak akan menimbulkan masalah saat dicampur dengan BBM Euro IV. </p>
<p>Namun, pilihan <em>green diesel</em> harus benar-benar serius diperhitungkan saat Indonesia sepenuhnya beralih ke BBM berstandar Euro IV, karena harga BBN ini diperkirakan akan cukup tinggi saat nantinya dijual di pasaran. </p>
<p>Awal tahun 2019, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat itu, Ignatius Jonan, dalam suatu forum diskusi, pernah mengungkapkan bahwa harga <em>green diesel</em> <a href="https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190402120953-85-382835/jonan-perkirakan-harga-green-diesel-capai-rp14-ribu-per-liter">bisa mencapai Rp14.000 per liter</a>, sekitar 2 kali lipat dari rata-rata harga diesel sekarang.</p>
<p>Untuk mencapai skala ekonomis produksi sekaligus menciptakan pasar, maka ada dua hal yang dapat dilakukan pemerintah</p>
<p>Pertama, memberlakukan program wajib pencampuran <em>green fuel</em> dengan BBM konvensional dengan persentase yang sangat rendah agar harga jual tidak terlalu mahal dan sesuai dengan kapasitas produksi <em>green fuel</em> yang masih akan terbatas. </p>
<p>Kedua, menjual BBM berkadar <em>green fuel</em> tinggi sebagai bahan bakar alternatif atau tidak wajib di SPBU yang akan menciptakan permintaan, terutama dari konsumen yang memiliki daya beli yang tinggi.</p>
<h2>3) Memperhatikan keberlangsungan industri biodiesel</h2>
<p>Kebijakan pencampuran wajib biodiesel dengan BBM diesel seperti yang sekarang berlangsung dengan program B30 telah menciptakan industri biodiesel. Pemerintah selayaknya mempertahankan industri ini terutama dengan peralihan ke BBM diesel Euro IV yang tidak cocok dicampurkan dengan biodiesel. </p>
<p>Salah satu cara yang bisa dilakukan pemerintah adalah menjalin kerja sama dengan industri otomotif untuk mempersiapkan produksi kendaraan <em>flexy engine</em> berbasis diesel, yaitu kendaraan yang dapat menggunakan biodiesel baik campuran rendah maupun sangat tinggi, untuk terus menciptakan permintaan atas biodiesel.</p>
<p><a href="https://www.gaikindo.or.id/wp-content/uploads/2019/11/01.-Salinan-PP-Nomor-73-Tahun-2019_PPnBM.pdf">Peraturan Pemerintah (PP) No. 73 tahun 2019</a> tentang pajak penjualan atas barang mewah sudah mengatur tentang kendaraan jenis ini sebagai kategori kendaraan ramah lingkungan yang dikenai tarif pajak yang rendah. </p>
<p>Dengan beredarnya jenis kendaraan tersebut di pasaran, biodiesel berbasis sawit berkadar tinggi dapat dijual di SPBU, sehingga industri biodiesel tidak kehilangan pasar. </p>
<p>Pada akhirnya, harga yang tinggi bukanlah satu-satunya kendala bagi Indonesia untuk beralih ke BBM berstandar Euro IV. </p>
<p>Keinginan pemerintah untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar nabati juga harus menjadi faktor yang diperhitungkan. </p>
<p>Ketiga langkah yang diajukan dalam tulisan ini akan mendukung sinkronisasi antara kedua tujuan tersebut. </p>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/156050/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Alloysius Joko Purwanto tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Peralihan ke BBM berstandar Euro IV tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Namun, ada beberapa langkah untuk mempersiapkan peralihan ini.Alloysius Joko Purwanto, Transport & energy economist, Economic Research Institute for ASEAN and East AsiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1530972021-02-04T03:18:09Z2021-02-04T03:18:09ZTiga kerugian Indonesia bila tidak meningkatkan target penurunan emisi<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/380610/original/file-20210126-23-ck4h0w.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=17%2C0%2C1920%2C1279&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/climate-change-thermometer-3836835/">pixabay</a></span></figcaption></figure><p>Indonesia, sebagai salah satu negara yang <a href="https://www.mongabay.co.id/2016/10/19/indonesia-ratifikasi-perjanjian-paris-apa-langkah-selanjutnya/">sudah meratifikasi Perjanjian Paris</a>, absen dalam pertemuan virtual tingkat tinggi, <em><a href="https://www.climateambitionsummit2020.org">Climate Ambition Summit 2020</a></em>, pada Desember lalu.</p>
<p>Perjanjian Paris adalah perjanjian yang mengikat secara hukum yang telah disepakati oleh negara-negara anggota UNFCCC (Badan PBB untuk Perubahan Iklim) pada tahun 2015. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyampaikan pidato pembuka dalam pertemuan virtual _Climate Ambition Summit_ 2020" src="https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=345&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/380665/original/file-20210126-19-iip8pi.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyampaikan pidato pembuka dalam pertemuan virtual <em>Climate Ambition Summit</em> 2020.</span>
<span class="attribution"><span class="source">www.climateambitionsummit2020.org</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pertemuan ini mengumpulkan negara-negara di dunia untuk meningkatkan target penurunan emisi mereka karena adanya kekhawatiran pandemi memperlambat upaya mengatasi dampak krisis iklim yang sedang terjadi. </p>
<p>Awal Januari ini, Indonesia menyatakan <a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">tidak akan meningkatkan target emisi</a>, yaitu 29% dan 41% dengan bantuan internasional hingga tahun 2030, dan hanya akan memaparkan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada pertemuan iklim berikutnya </p>
<p><a href="https://www.antaranews.com/berita/1930776/indonesia-tidak-ubah-target-emisi-dalam-pembaruan-ndc">Alasan dari pemerintah</a> adalah Indonesia bisa meyakinkan dunia dengan dokumen Kontribusi Iklim Nasional (<em>Nationally Determined Contribution</em>) terbaru, meski tidak menaikkan target penurunan emisi. </p>
<p>Dokumen tersebut sudah menjelaskan bagaimana Indonesia secara ambisius bisa mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan langkah-langkah yang realistis dan logis.</p>
<p>Sampai tulisan ini diterbitkan, Pemerintah Indonesia belum mengirimkan dokumen tersebut kepada UNFCCC.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apakah-tertundanya-pertemuan-iklim-cop26-mengganggu-upaya-untuk-mengurangi-emisi-karbon-ini-penjelasannya-148094">Apakah tertundanya pertemuan iklim COP26 mengganggu upaya untuk mengurangi emisi karbon? Ini penjelasannya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hal ini tentu saja cukup disayangkan karena Indonesia merupakan salah satu <a href="https://www.wri.org/blog/2020/12/interactive-chart-top-emitters">negara penghasil emisi terbesar</a> di dunia, terutama dari <a href="https://www.bps.go.id/publication/2020/11/27/5a798b6b8a86079696540452/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2020.html">sektor kehutanan</a>. </p>
<p>Berdasarkan data <a href="https://www.bps.go.id/publication/2020/11/27/5a798b6b8a86079696540452/statistik-lingkungan-hidup-indonesia-2020.html">Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2020</a>, emisi dari sektor tersebut mencapai 723.510 ribu ton C02e (karbon dioksida ekuivalen) pada tahun 2018 dan total luas wilayah <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran">hutan dan lahan yang terbakar</a> mencapai 529.266,64 hektare atau hampir setara dengan luas wilayah pulau Bali.</p>
<p>Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lain.</p>
<p>Dengan angka yang begitu mengkhawatirkan, tantangan Indonesia akan semakin besar untuk memenuhi target emisi, tapi ahli menyatakan bahwa jika Indonesia tidak menaikkan target emisinya maka Indonesia bisa mengalami beberapa kerugian.</p>
<h2>1) Meningkatkan risiko</h2>
<p>Dalam <a href="https://unfccc.int/files/meetings/paris_nov_2015/application/pdf/cop21cmp11_leaders_event_indonesia.pdf">pidatonya</a> di pertemuan tingkat tinggi negara-negara anggota UNFCCC ke 21, atau <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/paris-climate-change-conference-november-2015/cop-21">COP21</a> (<em>Conference of Parties 21</em>), di Paris, Prancis, Presiden Joko “Jokowi” Widodo menyampaikan kerentanan Indonesia terhadap perubahan iklim dengan statusnya sebagai negara dengan banyak pulau kecil dan 60% penduduk tinggal di wilayah pesisir. </p>
<p>Indonesia menjadi salah satu negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, mulai dari kekeringan, kenaikan air muka laut, gelombang panas, hingga cuaca ekstrem yang semakin sering dan parah. </p>
<p>Jika Indonesia tidak ikut meningkatkan target pengurangan emisi menjadi lebih ambisius maka Indonesia akan mengalami kerugiannya dalam jangka panjang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=427&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382185/original/file-20210203-13-y8hlk3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=536&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Banjir akibat cuaca ekstrem semakin intens di seluruh daerah di Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/hp</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>2) Melukai reputasi internasional</h2>
<p>Indonesia sudah memiliki rekam jejak yang baik dalam perundingan iklim. </p>
<p>Salah satunya adalah menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan pertemuan tingkat tinggi PBB untuk Perubahan Iklim ke-13 atau <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/conferences/past-conferences/bali-climate-change-conference-december-2007/cop-13">COP13 di Bali</a> pada tahun 2007 dan menghasilkan <a href="https://unfccc.int/files/meetings/cop_13/application/pdf/cp_bali_action.pdf"><em>Bali Action Plan</em></a>.</p>
<p>Apabila tidak memiliki target iklim yang ambisius, citra dan reputasi Indonesia di dunia internasional yang sudah terbangun sejak COP13 bisa memburuk.</p>
<p>Indonesia akan mendapatkan <a href="https://scholar.harvard.edu/dtingley/publications/effects-naming-and-shaming-public-support-compliancewith-international">kritik dan tekanan</a> dari komunitas internasional dalam kerangka Perjanjian Paris.</p>
<p><a href="https://www.brookings.edu/blog/planetpolicy/2018/06/01/one-year-since-trumps-withdrawal-from-the-paris-climate-agreement/">Keluarnya Amerika Serikat</a> dari Perjanjian Paris adalah contoh nyata bagaimana keputusan tersebut mendapat kecaman dari dunia internasional dan publik domestik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382187/original/file-20210203-21-1vhjhve.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Aktivis Greenpeace Indonesia memprotes kebijakan Presiden Donald Trump yang menyatakan Amerika Serikat mundur dari Perjanjian Paris.</span>
<span class="attribution"><span class="source">ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf/ama/17</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selanjutnya, Indonesia akan kalah bersaing dengan negara berkembang yang berkomitmen memperbaharui target pengurangan emisi menjadi lebih ambisius seperti negara tetangga, <a href="https://www.khmertimeskh.com/50793654/the-time-is-now-to-step-up-climate-action/">Kamboja</a>, <a href="https://la.ambafrance.org/The-time-is-now-to-step-up-climate-action-editorial-commun-Royaume-Uni-France">Laos</a>, dan <a href="https://www.moi.gov.mm/moi:eng/news/2218">Myanmar</a> yang hadir dalam <em>Climate Ambition Summit 2020</em>. </p>
<h2>3) Peluang untuk akses dana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim jadi terbatas</h2>
<p>Upaya pengurangan emisi nasional membutuhkan biaya yang tidak sedikit. </p>
<p>Kementerian Keuangan mengatakan Indonesia membutuhkan dana sekitar <a href="https://www.merdeka.com/uang/indonesia-butuh-rp-3586-t-hingga-2030-atasi-perubahan-iklim-dunia.html#:%7E:text=Merdeka.com%20%2D%20Indonesia%20membutuhkan%20dana,NDC">Rp3.586 triliun</a> untuk pendanaan program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim hingga tahun 2030. </p>
<p>Apabila Indonesia tidak ikut meningkatkan ambisi target emisi, maka memiliki peluang sedikit untuk mengakses pendanaan internasional untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.</p>
<p>Misalnya, melalui <a href="https://www.greenclimate.fund/"><em>Green Climate Fund</em></a>,<a href="https://unfccc.int/topics/climate-finance/funds-entities-bodies/global-environment-facility"><em>Global Environment Facility</em></a>, <a href="https://www.adaptation-fund.org/"><em>Adaptation Fund</em></a> serta skema bantuan bilateral. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dana-desa-bisa-digunakan-untuk-proyek-perubahan-iklim-ini-caranya-128464">Dana Desa bisa digunakan untuk proyek perubahan iklim. Ini caranya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><em>Green Climate Fund</em> dan <em>Adaptation Fund</em> merupakan lembaga pendanaan internasional yang dibentuk oleh UNFCCC dan memiliki peran khusus mendukung pencapaian Perjanjian Paris. </p>
<p><em>Green Climate Fund</em> mendanai aksi mitigasi dan adaptasi, sedangkan <em>Adaptation Fund</em> fokus mendanai proyek dan program adaptasi perubahan iklim.</p>
<p>Sementara, <em>Global Environment Facility</em> (GEF) adalah lembaga pendanaan internasional yang dibentuk sejak <a href="https://www.un.org/en/conferences/environment/rio1992">KTT Bumi tahun 1992</a> yang juga mendukung isu-isu lainnya, seperti <a href="https://www.cbd.int">keanekaragaman hayati</a>, <a href="http://www.pops.int">pencemaran</a>, hingga <a href="https://www.unccd.int">degradasi lahan</a>, tidak hanya isu perubahan iklim. </p>
<p>Total dana dari ketiga lembaga tersebut mencapai US$12,2 miliar atau Rp173 triliun.</p>
<p>Untuk Indonesia, dana-dana internasional ini bisa disalurkan ke beberapa lembaga, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Kementerian Keuangan, Badan PBB untuk Program Pembangunan (UNDP), Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO), Kemitraan, dan <a href="https://ptsmi.co.id">PT Sarana Multi Infrastruktur</a>.</p>
<h2>Belum terlambat</h2>
<p>Edvin Aldrian, perwakilan Indonesia di <a href="https://www.ipcc.ch">IPCC</a> (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Panel Ilmuwan Iklim) menyampaikan dalam wawancaranya dengan saya bahwa target iklim yang baru dan ambisius bisa meyakinkan dunia internasional tentang keseriusan Indonesia terhadap isu perubahan iklim dan mengurangi emisi karbon, khususnya dari sektor kehutanan.</p>
<p>Lebih lanjut, hal tersebut juga bisa meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam negosiasi internasional, seperti <em><a href="https://ec.europa.eu/trade/policy/countries-and-regions/countries/indonesia/index_en.htm">Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement</a></em>, sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Uni Eropa, terkait dengan perdagangan jasa, investasi, hingga pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Perjanjian ini <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2018/11/12/ri-europe-deal-what-are-next-steps.html">menyaratkan</a> agar para pihak memenuhi standar lingkungan sesuai dengan perjanjian internasional, termasuk Perjanjian Paris. </p>
<p>Selain itu, peningkatan target emisi bisa berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. </p>
<p>Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden sudah menyatakan upaya pengurangan emisi melalui energi bersih dan terbarukan dapat <a href="https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5324378/begini-rencana-joe-biden-tekan-jumlah-pengangguran-as">menciptakan 10 juta lapangan pekerjaan baru di negara tersebut</a>.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1283199601001009159"}"></div></p>
<p>Baru-baru ini, Presiden Jokowi menjajaki peluang investasi <a href="https://otomotif.kompas.com/read/2020/12/14/072200815/jokowi-undang-tesla-untuk-berinvestasi-di-indonesia">Tesla</a> di Indonesia di sektor industri mobil listrik dan baterai kendaraan listrik.</p>
<p>Ini bisa menjadi peluang penciptaan lapangan kerja dan investasi di sektor energi dan transportasi yang bisa didapatkan Indonesia sambil meningkatkan ambisi penurunan emisi.</p>
<p>Saat ini, perhatian negara-negara masih tertuju kepada penanganan penyebaran pandemi dan pemberian vaksin. </p>
<p>Meskipun demikian, negara-negara tidak bisa mengesampingkan upaya penanganan dampak perubahan iklim yang merupakan agenda global jangka panjang. </p>
<p>Mencegah pemanasan global adalah tugas yang sangat sulit, namun bukan suatu hal yang mustahil untuk dilakukan.</p>
<p>Apabila seluruh negara, termasuk Indonesia, tidak meningkatkan ambisi penurunan emisi, maka kita tidak bisa mencegah kenaikan suhu Bumi sampai batas <a href="https://www.theguardian.com/environment/2020/dec/12/world-is-in-danger-of-missing-paris-climate-target-summit-is-warned">1,5 derajat Celsius</a>. </p>
<p>Masih belum terlambat bagi Indonesia untuk meningkatkan target pengurangan emisi nasional demi menghindari kerugian yang lebih besar lagi, baik dari segi kerusakan lingkungan dan ekonomi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/153097/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Stanislaus Risadi Apresian tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia akan alami banyak kerugian apabila tidak tingkatkan ambisi penurunan emisi nasional.Stanislaus Risadi Apresian, Lecturer in International Relations, Universitas Katolik ParahyanganLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1535372021-01-22T03:54:21Z2021-01-22T03:54:21ZAhli ciptakan alat pemetaan mangrove baru dan menempatkan konservasi dalam jangkauan masyarakat pesisir<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/379437/original/file-20210119-23-n3w8yg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5455%2C3639&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Mangrove, seperti yang ada di Madgaskar, menyediakan banyak manfaat, seperti perlindungan dari badai dan pencegahan erosi pesisir</span> <span class="attribution"><span class="source">(Louise Jasper/Blue Ventures)</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Mangrove merupakan tanaman tahan garam yang tumbuh di zona pasang surut di sebagian besar wilayah <a href="https://data.unep-wcmc.org/datasets/4">garis pantai tropis dan subtropis</a> dunia. </p>
<p>Ekosistem mangrove bervariasi, mulai dari yang sedikit dan tersebar, pohon berukuran kecil, hingga lebat dan tinggi.</p>
<p>Ekosistem ini menyediakan habitat bagi <a href="https://doi.org/10.1016/j.aquabot.2007.12.007">berbagai macam spesies</a>, termasuk ikan (dari ikan kakap hingga hiu), invertebrata (seperti udang dan kepiting), reptil (dari ular hingga buaya), burung (burung cekakak hingga elang), primata (seperti kera dan lemur) dan bahkan harimau Benggala.</p>
<p>Selain itu, ekosistem mangrove menyediakan <a href="https://www.unep-wcmc.org/resources-and-data/the-importance-of-mangroves-to-people--a-call-to-action">barang dan fungsi esensial</a> bagi jutaan orang yang hidup di kawasan pesisir. </p>
<p>Contohnya, mencegah erosi pantai, menyediakan perlindungan dari badai, menyediakan makanan, alat memasak dan bangunan, hingga sebagai tempat budaya dan spiritual. </p>
<p>Mangrove juga <a href="https://doi.org/10.1038/ngeo1123">menyerap karbon</a>, menyimpan hampir sama atau lebih dari karbon yang diserap oleh hutan di daratan. </p>
<p>Sebagian besar karbon ini tersimpan di tanah yang sangat dalam.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Dua perempuan memegang GPS dekat pohon bakau." src="https://images.theconversation.com/files/378724/original/file-20210114-14-6h591c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378724/original/file-20210114-14-6h591c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378724/original/file-20210114-14-6h591c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378724/original/file-20210114-14-6h591c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378724/original/file-20210114-14-6h591c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378724/original/file-20210114-14-6h591c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378724/original/file-20210114-14-6h591c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Anggota komunitas menggunakan GPS untuk memetakan hutan mangrove di Lamboara, Madagaskar.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Garth Cripps/Blue Ventures)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meskipun memiliki nilai yang tinggi, budi daya perikanan, pertanian, pembangunan kota, dan panen yang tidak terkelola mengubah sebagian besar ekosistem mangrove di daerah tropis. </p>
<p>Sekitar <a href="https://doi.org/10.1641/0006-3568(2001)051%5B0807:MFOOTW%5D2.0.CO;2">35% tutupan mangrove global telah hilang</a> pada 1980-an dan 1990-an. </p>
<p>Meski tingkat kehilangan menurun selama 2 dekade belakangan ini, yaitu sekitar <a href="https://doi.org/10.1038/s41467-020-18118-z">4% antara 1996 dan 2016</a>, masih banyak kawasan kehilangan mangrove dalam jumlah yang tinggi, <a href="https://www.mdpi.com/2072-4292/11/6/728">termasuk Myanmar</a>. </p>
<hr>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369797/original/file-20201117-13-180ibt9.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Tulisan ini bagian dari <a href="https://theconversation.com/uk/topics/oceans-21-96784">Oceans 21</a></em></strong>
<br><em>Serial kami terkait lautan global yang dibuka dengan <a href="https://oceans21.netlify.app">5 profil samudra</a>. Nantikan artikel-artikel baru terkait keadaan laut dunia menjelang konferensi iklim PBB berikutnya, C0P26. Serial ini merupakan persembahan dari jaringan internasional The Conversation.</em> </p>
<hr>
<p>Saya dan rekan-rekan saya menggunakan citra satelit dan pengukuran lapangan untuk mempelajari ekosistem mangrove di beberapa negara. </p>
<p>Kami juga mengembangkan alat yang menyediakan informasi yang akurat, dapat diandalkan, terkini, dan relevan bagi pengelola kawasan pesisir untuk kebutuhan konservasi <a href="https://discover.blueventures.org/blue-forests/">hutan biru yang rentan</a> tersebut dengan lebih efektif. </p>
<h2>Alat pemetaan mangrove yang baru</h2>
<p>Hingga kini, informasi dari citra satelit terkait perluasan dan perubahan mangrove bersifat global dan bukan pada skala wilayah yang lebih kecil, misalnya kawasan konservasi berbasis komunitas. </p>
<p>Jika ingin fokus pada skala lokal, maka memerlukan kepakaran teknis tersendiri dan berbiaya besar.</p>
<p>Akibatnya, pengelola kawasan di tingkat lokal seringkali kekurangan informasi detail yang mereka butuhkan untuk merencanakan konservasi, pemulihan, dan tata kelola mangrove, dan memanfaatkan program <a href="https://www.cifor.org/publications/pdf_files/Books/BFripp1401.pdf">Pembayaran Jasa Ekosistem (PES)</a>, dan dana iklim untuk hutan dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.marpol.2015.12.020">inisiatif karbon biru</a> secara efektif.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/378679/original/file-20210113-13-hq7tjy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378679/original/file-20210113-13-hq7tjy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378679/original/file-20210113-13-hq7tjy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378679/original/file-20210113-13-hq7tjy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378679/original/file-20210113-13-hq7tjy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378679/original/file-20210113-13-hq7tjy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378679/original/file-20210113-13-hq7tjy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pemetaan mangrove oleh komunitas di Lambora, Madagaskar.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Garth Cripps/Blue Ventures)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Alat baru kami, yaitu <em>Google Earth Engine Mangrove Mapping Methodology</em> (<a href="https://www.mdpi.com/2072-4292/12/22/3758">GEEMMM</a>), membuat informasi ini tersedia secara gratis bagi pengelola kawasan pesisir dan menjangkau wilayah-wilayah yang lebih kecil.</p>
<p>Alat ini sangatlah dibutuhkan. Produk global, seperti <a href="https://www.globalmangrovewatch.org/">Global Mangrove Watch</a>, tidak ditujukan untuk penggunaan lokal. </p>
<p>Lebih lanjut, metode konvensional untuk melakukan pemetaan lokal memiliki berbagai tantangan teknis, seperti ketersediaan data, teknik pemrosesan data, kemampuan menghitung dan perangkat lunak yang khusus. </p>
<p>Ini berada di luar jangkauan anggaran sebagian besar proyek konservasi yang dikelola secara lokal. </p>
<p>Alat kami memotong kendala tersebut dan menawarkan pendekatan yang lebih mudah bagi non-pakar, termasuk alur kerja yang komprehensif dan runut. </p>
<p>Alat tidak memerlukan kepakaran yang tinggi atas citra satelit, pemrosesan data atau <em>coding</em>. </p>
<p>Alat kami hanya memerlukan kemampuan komputer dasar, koneksi internet yang stabil, dan pemahaman akan pemetaan mangrove.</p>
<h2>Mencoba alat baru</h2>
<p>Untuk mengujicobakan alat pemetaan mangrove ini, kami memilih Myanmar, yang merupakan <a href="https://www.mdpi.com/2072-4292/11/6/728">kawasan dengan tingkat kehilangan tutupan mangrove global tinggi</a> sebagai studi kasus. </p>
<p>Hilangnya mangrove biasanya disebabkan konversi untuk pertanian, seperti padi, sawit dan karet, serta budi daya perikanan, terutama udang. </p>
<p>Alat ini menghasilkan peta terkini dan historis terkait luas mangrove, menilai akurasi kuantitatif dan kualitatif peta-peta ini, dan menghitung jumlah perubahan yang terjadi dalam kawasan yang rentan. </p>
<p>Hasil kami menunjukkan sebesar 35% hilangnya mangrove di pesisir Myanmar sejak tahun 2004.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Citra satelit menunjukkan deforestasi mangrove." src="https://images.theconversation.com/files/378720/original/file-20210114-24-150ul7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/378720/original/file-20210114-24-150ul7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=626&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/378720/original/file-20210114-24-150ul7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=626&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/378720/original/file-20210114-24-150ul7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=626&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/378720/original/file-20210114-24-150ul7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=787&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/378720/original/file-20210114-24-150ul7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=787&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/378720/original/file-20210114-24-150ul7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=787&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Hilangnya mangrove di negara bagian Rakhine, Myanmar, sepanjang pesisir tenggara Pulau Ramree dan pesisir barat Kota Taungup. Gambar kiri (1) menunjukkan citra satelit Landsat, sekitar 2004-2008, dan gambar kanan (2) menunjukkan citra kontemporer, sekitar 2014-2018. Gambar atas (a) menunjukkan fitur landskap yang tampak seperti foto berwarna biasa, sedangkan gambar bawah (b) menunjukkan komposit warna yang buatan agar menciptakan tambahan kontras. Mangrove paling mudah diidentifikasi dalam komposit warna buatan seperti wilayah merah gelap dekat dengan air. Dalam jangka waktu 10 tahun, banyak kawasan mangrove yang sudah mengalami deforestasi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Trevor Gareth Jones)</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Rekan saya di Madagaskar menguji alat baru kami di pesisir barat negara tersebut, di mana <a href="https://blueventures.org/new-research-mapping-madagascars-mangroves/">21% mangrove dari pulau tersebut hilang antara tahun 1990 dan 2010, atau setara dengan ukuran 80.000 lapangan sepak bola</a>. </p>
<p>Mangrove adalah ekosistem yang terancam di Madagaskar. Memahami lokasi dan bagaimana mangrove dimanfaatkan merupakan hal penting bagi komunitas pesisir. </p>
<p>“Komunitas-komunitas ini memerlukan dukungan melalui penggunaan alat monitoring sederhana yang sesuai dengan konteks lokal,” kata Cicelin Rakotomahazo, koordinator <em>Blue Forests</em> di Andavadoaka, Madagaskar.</p>
<p>Alat baru kami ini bisa <a href="https://github.com/Blue-Ventures-Conservation/GEEMMM">tersedia gratis secara online</a> bagi pengguna nirlaba dan menggunakan <em>Google Earth Engine</em> dengan instruksi lebih detail. </p>
<p>Alat ini menawarkan informasi lokal yang relevan dan menghilangkan halangan teknis, menyediakan pendekatan siap-guna agar pengelola kawasan pesisir bisa menggunakan pengetahuan lokal mereka untuk memetakan mangrove di mana pun ditemukan. </p>
<p>Mereka yang menggunakan alat ini juga memiliki peran dalam menguji dan mempertajam perkembangan alat ini.</p>
<p>Mangrove yang sehat dapat melindungi manusia dari gelombak ombak dan badai, mencegah erosi pesisir, dan berperan sebagai tempat tumbuh ikan dan invertebrata. </p>
<p>Mangrove juga merupakan tempat perlindungan bagi burung lokal dan burung migrasi, serta tempat berburu bagi banyak primata dan reptil, menyerap karbon, hingga berperan dalam mitigasi perubahan iklim.</p>
<p>Komunitas-komunitas yang hidup di dalam dan sekitar ekosistem mangrove adalah advokat utama, dan alat pemetaan baru (GEEMMM) ini menawarkan kontribusi nyata terhadap konservasi, restorasi, dan pengelolaan.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/153537/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Trevor Gareth Jones bekerja di Blue Ventures Conservation, NGO konservasi yang bertanggung jawab atas proyek ini.</span></em></p>Meskipun bernilai tinggi, laju penebangan mangrove cukup tinggi. Sebuah alat baru bertujuan untuk membantu komunitas menahan deforestasi mangrove dan memanfaatkan program dan pendanaan konservasi.Trevor Gareth Jones, Adjunct Professor of Forest Resources Management and MGEM Program Advisor, University of British ColumbiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1440772020-11-16T05:42:23Z2020-11-16T05:42:23ZManfaat perdagangan karbon bagi ekonomi dan lingkungan Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/366610/original/file-20201030-14-7l0s91.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C0%2C1902%2C1276&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pohon dikenal sebagai penyerap CO2 alami. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/photos/co2-carbon-dioxide-carbon-oxygen-3139230/"> Gerd Altmann/Pixabay</a></span></figcaption></figure><p>Awal 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia berpotensi mendapatkan tambahan pendapatan sebesar <a href="https://katadata.co.id/ameidyonasution/berita/5e9a49909b2b2/punya-hutan-luas-ri-bisa-raup-rp-350-triliun-dari-perdagangan-karbon">Rp350 triliun</a> dari transaksi jual beli sertifikat emisi karbon.</p>
<p>Potensi ini mendorong pemerintah untuk menyiapkan aturan tentang <a href="https://republika.co.id/berita/qd35ze467/pemerintah-siapkan-regulasi-perdagangan-karbon">perdagangan karbon</a> dalam bentuk <a href="https://katadata.co.id/ekarina/berita/5f030461e6d98/menteri-lhk-target-perpres-perdagangan-karbon-rampung-agustus">Peraturan Presiden</a>. </p>
<p>Regulasi ini ditargetkan untuk selesai pada Agustus 2020 lalu. Namun, hingga kini belum juga diterbitkan dan tidak ada kejelasan mengapa tidak segera diterbitkan. </p>
<p>Sebelum berbicara soal <a href="https://www.carbonbrief.org/profil-carbon-brief-indonesia">aturan</a> terkait transaksi jual beli karbon, ada baiknya memahami apa itu perdagangan karbon dan manfaatnya bagi Indonesia.</p>
<h2>Jual beli emisi karbon</h2>
<p>Perdagangan karbon merupakan <a href="https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/42223/perpres-no-46-tahun-2008">kegiatan jual beli sertifikat yang diberikan kepada negara yang berhasil mengurangi emisi karbon dari kegiatan mitigasi perubahan iklim</a>. </p>
<p><a href="https://news.detik.com/kolom/d-1182448/perdagangan-karbon-menjual-kelestarian-hutan">Perdagangan karbon</a> (<em>carbon trading</em>) tidak jauh berbeda dengan transaksi jual beli yang dilakukan di pasar konvensional, yang berbeda adalah komoditas yang diperjualbelikan, yaitu emisi karbon.</p>
<p>Pembeli emisi karbon biasanya <a href="https://walhibali.org/perdagangan-karbon/">negara maju dan industri besar</a>, sementara penjualnya adalah negara berkembang dengan hutan yang luas sebagai penyerap karbon dioksida sebagai penjual sertifikat. </p>
<p>Hutan menjadi sasaran utama karena fungsinya sebagai penyerap karbon dioksida. Melalui hutan lindungnya yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, Indoneia merupakan salah satu negara penjual emisi karbon yang aktif. </p>
<p><a href="http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Media/buku_carbon_isi.pdf">Emisi karbon yang bisa diperdagangkan</a> adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrat oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFCs), perfluorokarbon (PFCs), dan sulfur heksafluorida (SF6).</p>
<p>Keenam emisi ini menjadi pemicu utama pemanasan global di Bumi dan akhirnya menyebabkan krisis iklim. </p>
<p><a href="http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Media/Buku_pasar_karbon.pdf">Satu unit kredit karbon</a> biasanya setara dengan penurunan emisi 1 ton karbon dioksida.</p>
<p>Saat ini, harga sertifikat emisi karbon <a href="https://www.reuters.com/article/us-carbontrading-turnover-idUSKBN1ZN1RN">sekitar 28 dolar per ton</a>, naik 10 dolar dari tahun sebelumnya karena munculnya peraturan-peraturan terkait perdagangan karbon. </p>
<h2>Manfaat ekonomi dan lingkungan bagi Indonesia</h2>
<p>Indonesia sudah menjual emisi karbon <a href="http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Media/Buku_pasar_karbon.pdf">sejak tahun 2005</a>, salah satunya melalui <a href="https://cdm.unfccc.int">proyek CDM (<em>Clean Development Mechanism</em>)</a> atau Mekanisme Pembangunan Bersih. </p>
<p>Proyek CDM merupakan proyek penurunan emisi di negara berkembang yang bertujuan mendapatkan sertifikasi penurunan emisi (<em>certified emission reduction</em>) atau CER. </p>
<p>Dengan membeli ini, maka negara-negara industri maju bisa mengklaim target penurunan emisi mereka. </p>
<p><a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/2682-press-release-perdagangan-karbon.html">Data Kementerian Lingkungan Hukum dan Kehutanan tahun 2015</a> menyebutkan bahwa 37 dari total 215 proyek CDM telah berhasil menurunkan emisi <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/2682-press-release-perdagangan-karbon.html">sebesar 10.097,175 ton CO2e</a> (satuan : karbon dioksida ekuivalen) dan <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/2682-press-release-perdagangan-karbon.html">329,483 ton CO2e</a> dari perdagangan karbon bilateral dengan Jepang.</p>
<p><a href="https://katadata.co.id/yurasyahrul/berita/5e9a56c383f5e/kerjasama-emisi-karbon-dengan-jepang-buahkan-investasi-rp-2-triliun">Kerja sama ini</a> menghasilkan investasi sebesar US$150 juta atau Rp2,1 triliun</p>
<p><a href="http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Media/Buku_pasar_karbon.pdf">Proyek CDM ini sebagian besar</a> dari sektor energi terbarukan, pengolahan limbah menjadi energi, hingga pertanian dan kehutanan. </p>
<p><a href="https://jurnal.pknstan.ac.id/index.php/JIA/article/view/741">Hasil simulasi dari penelitian Kementerian Keuangan</a> menunjukkan setiap tahun perdagangan karbon akan menyumbangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar 7,5–26,1% dari realisasi pendapatan dari barang dan jasa (Pendapatan Badan Layanan Umum/BLU) tahunan untuk periode 2011-2018 atau sekitar <a href="https://katadata.co.id/sortatobing/ekonomi-hijau/5f649c96f2b9a/potensi-bisnis-jual-beli-karbon-ri-siapa-diuntungkan">Rp350 triliun</a> dengan asumsi bahwa pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk menekan laju deforestasi hutan dan menyusun kebijakan yang mendukung pelestarian hutan. </p>
<p>Jika dapat dimaksimalkan, perdagangan karbon akan memiliki peran yang besar dalam konteks penerimaan negara.</p>
<p>Selain manfaat ekonomi, perdagangan karbon merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk bisa mengejar <a href="https://www.medcom.id/nasional/politik/xkEYe8Dk-indonesia-terima-rp800-miliar-dari-penurunan-emisi-karbon">target penurunan emisi sebesar 26%</a> pada tahun 2020 dan 29% pada tahun 2030. </p>
<h2>Yang perlu dikerjakan</h2>
<p>Meski mendapatkan tentangan dari <a href="https://www.antaranews.com/berita/1216279/hati-hati-terjun-ke-perdagangan-karbon-walhi-ingatkan-pemerintah">masyarakat sipil</a> yang mengkhawatirkan model ini tidak akan berdampak kepada target menurunkan emisi dan hanya uang semata, <a href="http://agroindonesia.co.id/2020/01/indonesia-segera-kembangkan-pasar-karbon-domestik/">pemerintah Indonesia tetap ingin mengembangkan</a> perdagangan karbon ini.</p>
<p>Namun, pengembangan ini harus disertai dengan komitmen yang kuat, terutama dalam menetapkan peraturan terkait perdagangan karbon serta pembagian manfaat bagi masyarakat setempat. </p>
<p>Beberapa hambatan untuk mendapatkan manfaat ekonomi dan lingkungan dari perdagangan karbon, antara lain, adalah kebakaran lahan dan hutan, konflik lahan dengan masyarakat setempat dan perusahaan, hingga perubahan tata guna lahan menjadi perkebunan, khususnya perkebunan kelapa sawit. </p>
<p>Pemerintah pusat dapat mengatasinya dengan misalnya memberikan kewenangan kepada <a href="https://beritalima.com/dpd-ri-perdagangan-karbon-dengan-norwegia-momentum-pembangunan-berbasis-lingkungan/">pemerintah daerah dalam aktivitas perdagangan karbon</a>, meningkatkan <a href="https://www.mongabay.co.id/2019/04/04/pelibatan-masyarakat-adat-penting-dalam-kelola-hutan-kenapa/">peran masyarakat adat</a> dalam pelestarian hutan, dan menggunakan dana yang diperoleh dari hasil aktivitas perdagangan karbon untuk penguatan dan perlindungan masyarakat adat.</p>
<p>Dalam penyusunan peraturan, sebaiknya pemerintah menghormati <a href="http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/AG/article/view/1436">hukum-hukum adat</a> yang bisa membantu upaya pelestarian hutan dan lingkungan. </p>
<p>Beberapa riset menunjukkan bahwa peran masyarakat adat dan hukum adat sangat penting dalam menjaga dan <a href="https://www.bphn.go.id/data/documents/peran_masyarakat_hukum_adat_171213.pdf">melindungi hutan</a>. </p>
<p>Perdagangan karbon <a href="https://www.youtube.com/watch?v=tJ2Utsg6Uqg">bisa menjadi solusi</a> bagi masalah deforestasi dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa manfaat ekonomi dan lingkungan bisa diraih secara bersamaan jika kita berkomitmen melindungi lingkungan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/144077/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Putu Sukma Kurniawan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perdagangan karbon bisa mendatangkan manfaat ekonomi sekaligus lingkungan bagi Indonesia.Putu Sukma Kurniawan, Staf Pengajar Program Studi Akuntansi, Universitas Pendidikan GaneshaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1480942020-10-16T04:41:08Z2020-10-16T04:41:08ZApakah tertundanya pertemuan iklim COP26 mengganggu upaya untuk mengurangi emisi karbon? Ini penjelasannya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/363387/original/file-20201014-17-1ozugwm.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=22%2C34%2C3748%2C2491&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock,Valentina Petrov </span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p>Apakah tertundanya negosisasi iklim PBB, COP26, berdampak pada aksi internasional untuk dekarbonisasi? Akankah pertemuan susulan membantu? Apakah pertemuan tersebut bisa gagal karena negara-negara berhenti melakukan aksi?</p>
</blockquote>
<p>Pertemuan tingkat tinggi PBB tentang perubahan iklim ke-26 (<a href="https://www.ukcop26.org">C0P26</a>) dijadwalkan diadakan di Glasgow, UK, pada minggu pertama dan kedua November 2020.</p>
<p>Namun, pandemi COVID-19 sejak April memaksa <a href="https://www.ukcop26.org/cop26-postponement/">penundaan</a> acara dan <a href="https://www.ukcop26.org/new-dates-agreed-for-cop26-united-nations-climate-change-conference/">berubah</a> menjadi November 2021.</p>
<p>Ini berarti 12 bulan penundaan bagi perwakilan-perwakilan dari 200 negara, salah satunya <a href="https://www.mfat.govt.nz/en/environment/climate-change/">Selandia Baru</a>, yang mendapatkan tugas pengawasaan dan pelaksanaan <em>United Nations Framework Convention on Climate Change</em> (<a href="https://unfccc.int">UNFCCC</a>). </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-does-building-and-expanding-motorways-really-reduce-congestion-and-emissions-147024">Climate explained: does building and expanding motorways really reduce congestion and emissions?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sangat penting untuk membuat kemajuan atas target-target yang sudah ditetapkan dalam <a href="https://theconversation.com/the-paris-climate-agreement-at-a-glance-50465">Perjanjian Paris 2015</a>, yaitu membatasi rata-rata pemanasan global pada 1,5-2°C di abad ini, relatif terhadap tahun 1890-an (periode pra-industri). </p>
<h2>Mencegah ‘Bumi Rumah Kaca’ (<em>Hothouse Earth</em>)</h2>
<p>Target suhu yang disetujui di Paris dipilih dengan penuh pertimbangan. </p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/115/33/8252" title="Trajectories of the Earth System in the Anthropocene">Banyak studi</a> menunjukkan peningkatan di atas 2°C akan berdampak kepada sistem iklim (seperti melemahnya penyerapan karbon di laut dan darat). </p>
<p>Ini membuat planet kita menjadi “<a href="https://www.bbc.com/news/science-environment-45084144">Bumi Rumah Kaca</a>” yang akan bertahan ribuan tahun, terlepas dari kondisi emisi di masa depan. </p>
<p>Untuk menghindari skenario ini, perjanjian PBB yang mengikat secara hukum tersebut mendorong semua negara yang berpartisipasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secepat mungkin. </p>
<p>Sebagai bagian dari Perjanjian Paris, negara-negara maju setuju untuk menyediakan 100 miliar dolar dari tahun 2020 bagi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di negara-negara berkembang. </p>
<p>Sayangnya, laju emisi global saat ini mengarah pada peningkatan rata-rata suhu global sebesar <a href="https://climateactiontracker.org">lebih dari 2°C dan mungkin sebesar 4°C</a>, melebihi batas target yang ditetapkan di Paris.<br>
Satu <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-020-15453-z" title="Self-preservation strategy for approaching global warming targets in the post-Paris Agreement era">penelitian</a> baru-baru ini menunjukkan kerugian ekonomi jika gagal memenuhi target Perjanjian Paris berpotensi mencapai 600 triliun dolar pada 2100. </p>
<p>Ini <a href="https://science.sciencemag.org/content/356/6345/1362">membuat planet dalam keadaan resesi permanen</a>.</p>
<p>Perwakilan negara diharapkan hadir di Glasgow tahun depan dengan rencana yang lebih matang untuk mengurangi emisi dan memenuhi komitmen mereka untuk membantu negara-negara berkembang.</p>
<h2>Pandemi dan emisi</h2>
<p>Pertemuan 30.000 delegasi di Glasgow akan diwarnai ketidakpastian terkait COVID-19 dan hantaman besar bagi ekonomi global sejak Depresi Besar pada 1930-an. </p>
<p>Pandemi ini sangat berpengaruh tapi belum jelas dampaknya bagi pengurangan emisi. </p>
<p>Sebagian besar orang sudah membatalkan perjalanan dan bekerja dari rumah, dan melalui daring, akibat pandemi. </p>
<p>Data Google dan Apple menunjukkan bahwa setengah dari populasi dunia <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0883-0" title="Current and future global climate impacts resulting from COVID-19">mengurangi perjalanan hingga setengahnya di bulan April</a>.</p>
<p>Sayangnya, emisi gas rumah kaca masih tetap tinggi. </p>
<p>Emisi karbon dioksida global per hari <a href="https://www.nature.com/articles/s41558-020-0797-x" title="Temporary reduction in daily global CO2 emissions during the COVID-19 forced confinement">turun sebanyak 17% pada awal April</a>. </p>
<p>Begitu ekonomi dunia mulai pulih, emisi naik, <a href="https://library.wmo.int/doc_num.php?explnum_id=10361">menurut PBB</a>, penurunan karbon dioksida hanya mencapai 4-7% tahun 2020, relatif dibandingkan dengan 2019. </p>
<p>Untuk mencapai target Paris dan membatasi pemanasan pada suhu 1,5°C, dunia perlu <a href="https://unfccc.int/news/cut-global-emissions-by-76-percent-every-year-for-next-decade-to-meet-15degc-paris-target-un-report">menurunkan 7,6% dari tahun-ke-tahun pada dekade berikutnya</a>, dan mencapai nol emisi pada 2050. </p>
<h2>Banyak yang harus dikerjakan</h2>
<p>Kenyataannya, negara-negara perlu melakukan lebih banyak aksi untuk dekarbonisasi ekonomi mereka. </p>
<p>Namun, bagi banyak pemerintah negara, pertanyaan yang lebih sulit adalah bagaimana mencapai target emisi yang lebih ambisius dan membangun kembali ekonomi yang tenggelam karena COVID-19 secara bersamaan. </p>
<p>Meski PBB memiliki <a href="https://www.un.org/press/en/2020/db200402.doc.htm">penurunan keuangan yang besar</a> sebanyak 711 juta dolar (pada akhir 2019) karena beberapa negara tidak membayar kewajiban tahunan, seperti <a href="https://www.un.org/en/ga/contributions/honourroll.shtml">AS, Brazil, dan Arab Saudi</a> sebagai <a href="https://www.un.org/en/ga/contributions/honourroll.shtml">pelanggar terbesar</a>, tidak ada alasan
membatalkan pertemuan COP26 di tahun depan.</p>
<p><a href="https://www.climatechangenews.com/2020/08/26/extra-un-climate-talks-mooted-2021-help-negotiators-catch/">Pertemuan susulan memang sudah dibicarakan</a>, tapi belum ada pengumuman lebih lanjut. </p>
<p>Ini bukan berarti tidak ada negosiasi dan komitmen intensif menjelang COP26 di Glasgow nanti. Dan, ada beberapa kemajuan positif. </p>
<h2>Pemulihan pandemi</h2>
<p>Saat dunia mulai memulihkan ekonomi setelah pandemi, beberapa negara maju mengarah kepada stimulus hijau dan komitmen publik untuk mengurangi investasi bahan bakar fosil.</p>
<p>Sebagai contoh, Cina sebagai <a href="https://ourworldindata.org/co2/country/china?country=%7ECHN">penghasil karbon dioksida terbesar di dunia</a> mengumumkan puncak target emisi karbon pada 2030 dan mencapai <a href="https://www.bbc.com/news/science-environment-54256826">karbon netral pada 2060</a>, saat Majelis Umum PBB ke 75. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/china-just-stunned-the-world-with-its-step-up-on-climate-action-and-the-implications-for-australia-may-be-huge-147268">China just stunned the world with its step-up on climate action – and the implications for Australia may be huge</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Komitmen yang lebih ambisius adalah <a href="https://www.theguardian.com/world/2020/mar/09/what-is-the-european-green-deal-and-will-it-really-cost-1tn"><em>European Green Deal</em></a> yang diumumkan pada akhir 2019. </p>
<p>Tujuannya mengurangi emisi gas rumah kaca hingga setengah pada dekade berikutnya dan membuat Eropa menjadi benua karbon netral pertama di dunia. </p>
<p>Untuk mencapai ini, <a href="https://www.bcg.com/en-au/publications/2020/how-an-eu-carbon-border-tax-could-jolt-world-trade">pajak karbon</a> diusulkan pada barang-barang impor ke Uni Eropa. </p>
<p>Ini berdampak luas bagi mitra dagang Eropa, seperti Selandia Baru dan Australia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-are-we-doomed-if-we-dont-manage-to-curb-emissions-by-2030-143526">Climate explained: are we doomed if we don't manage to curb emissions by 2030?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selain pengumuman dari negara, industri juga <a href="https://www.economist.com/technology-quarterly/2018/11/29/how-to-get-the-carbon-out-of-industry">berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi</a>. </p>
<p>Sektor keuangan dengan multitriliun dolar memberikan tekanan dengan <a href="https://www.theguardian.com/business/2020/jan/14/blackrock-says-climate-crisis-will-now-guide-its-investments">fokus pada perusahaan rentan terhadap perubahan iklim</a> dan mengidentifikasi “<a href="https://www.lse.ac.uk/granthaminstitute/explainers/what-are-stranded-assets/">aset terdampar</a>”.</p>
<p>Semua komitmen akan mendorong negosiasi penurunan emisi lebih besar, seiring dari persiapan para delegasi di COP26 tahun depan. </p>
<p>Ini hanya akan mendorong semua negara untuk lebih ambisius.</p>
<p>Perhatian akan tetap fokus kepada penghasil emisi terbesar di dunia dalam sejarah, AS, <a href="https://www.theguardian.com/us-news/2020/jul/27/us-paris-climate-accord-exit-what-it-means">yang keluar secara resmi</a> dari Persetujuan Paris pada 4 November nanti, sehari setelah pemilihan presiden di sana. </p>
<p>Jadi, pertemuan COP26 tidak akan gagal, tapi penundaan mungkin memberikan waktu untuk mencapai ambisi Persetujuan Paris dan menghindari kemungkinan terburuk dari perubahan iklim.</p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148094/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chris Turney adalah penasihat ilmiah dan memilki saham di perusahaan cleatnech, CarbonScape (<a href="http://www.carbonscape.com">www.carbonscape.com</a>) dan menerima dana dari Australian Research Council. </span></em></p>Pandemi COVID-19 mengakibatkan pertemuan konferensi iklim tahunan ditunda selama 1 tahun, tapi juga menurunkan emisi karbon. Apakah itu cukup dan apakah kondisi ini akan terus berlangsung?Christian Turney, Professor of Earth Science and Climate Change, Director of Chronos 14Carbon-Cycle Facility, Director of PANGEA Research Centre, and UNSW Node Director of ARC Centre for Excellence in Australian Biodiversity and Heritage, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1480902020-10-15T08:26:45Z2020-10-15T08:26:45ZSusu apa yang paling ramah lingkungan? Ini hasil riset kami<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/363359/original/file-20201014-13-7871dt.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C4%2C1341%2C655&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Memilih produk ramah lingkungan bisa sangat membingungkan dengan begitu banyak pilihan, terutama susu. Yang mana harus dipilih, susu nabati atau susu biasa? </p>
<p>Haruskah kita membeli susu nabati atau produk olahan susu? Kami mencoba membantu Anda memilih berdasarkan bukti yang kami teliti. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/soy-oat-almond-rice-coconut-dairy-which-milk-is-best-for-our-health-146869">Soy, oat, almond, rice, coconut, dairy: which 'milk' is best for our health?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Sejauh ini, produk susu punya jejak lingkungan paling besar</h2>
<p>Dibandingkan dengan produk-produk olahan susu, semua susu nabati, baik dari kacang kedelai, kacang-kacangan atau biji-bijian, memiliki dampak sedikit bagi emisi gas rumah kaca, penggunaan air serta lahan. </p>
<p>Ini dijelaskan oleh semua penelitian, termasuk tinjauan sistematis. </p>
<p><a href="https://science.sciencemag.org/content/360/6392/987">Studi tahun 2018</a> memperkirakan produk olahan susu menghasilkan gas emisi rumah kaca 3 kali lebih tinggi ketimbang susu nabati. </p>
<p>Sebagai contoh, susu sapi memiliki <a href="https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2016.04.082">potensi pemanasan global</a> bervariasi antara 1,14 di Australia dan Selandia Baru sampai 2,50 di Afrika (dalam ukuran kilogram karbon dioksida ekuivalen per liter susu). </p>
<p>Sementara, potensi dari susu nabati rata-rata 0,42 untuk almond dan santan serta 0,75 untuk susu kedelai. </p>
<p>Lebih lanjut, produk olahan susu umumnya butuh lahan 9 kali lebih luas dibandingkan susu nabati. </p>
<p>Satu liter susu sapi butuh 8,9 meter persegi lahan per tahun. Sementara, oat hanya butuh 0,8 meter persegi lahan per tahun, kacang kedelai 0,7 meter persegi lahan per tahun, dan beras 0,3 meter persegi lahan per tahun.</p>
<p>Susu sapi juga lebih banyak menggunakan air, yaitu 628 liter air untuk setiap liter produk olahan susu. </p>
<p>Bandingkan dengan almond yang hanya 371 liter air per setiap liter, 270 liter untuk beras, 48 liter untuk oat dan 28 liter untuk susu kedelai. </p>
<h2>Susu dari kacang-kacangan</h2>
<p>Hampir semua kacang-kacangan dapat diolah menjadi susu. Yang paling populer adalah almond, hazelnut, dan kelapa. </p>
<p>Selain membutuhkan lahan lebih sedikit, pohon mereka dapat menyerap karbon dan menghasilkan biomassa. </p>
<p>Meski ada perbedaan besar tergantung kondisi geografis di mana mereka berada. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Klaster hazelnut di pohon." src="https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363098/original/file-20201013-23-1ojmuwc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hazelnut dan kacang-kacangan lainnya, tumbuh dari pohon yang memerlukan lahan lebih kecil.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong>Almond</strong></p>
<p>Negara bagian California di Amerika Serikat (AS) merupakan produsen susu almond terbesar di dunia, diikuti oleh Australia.</p>
<p>Dibandingkan dengan susu nabati lainnya, pemakaian air untuk almond lebih tinggi dan sangat tergantung pada <a href="https://doi.org/10.1007/s11367-019-01716-5">irigasi air tawar</a>. </p>
<p>Satu biji almond California membutuhkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.ecolind.2017.12.063">12 liter air</a>. Ini menimbulkan pertanyaan tentang produksi skala industri di daerah dengan sedikit air.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/almonds-dont-lactate-but-thats-no-reason-to-start-calling-almond-milk-juice-121306">Almonds don't lactate, but that's no reason to start calling almond milk juice</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Namun, masalah lingkungan terbesar terkait produksi almond di AS adalah tingginya kematian lebah yang berguna untuk penyerbukan silang pohon. </p>
<p>Ini mungkin terjadi karena lebah terkena pestisida, termasuk <a href="https://www.theguardian.com/environment/2018/sep/24/monsanto-weedkiller-harms-bees-research-finds">glifosat</a>, dan industri agrikultur yang intensif <a href="https://www.theguardian.com/environment/2020/jan/07/honeybees-deaths-almonds-hives-aoe">mengubah</a> ekosistem alam secara drastis.</p>
<p>Masalah ini tidak dihadapi oleh peternak lebah di Australia karena almond ditanam dalam skala kecil dan tidak condong ke industrialisasi. </p>
<p>Meski demikian, kita masih membutuhkan jutaan lebah, dan kebakaran, kekeringan, banjir, dan asap serta gelombang panas mengancam kesehatan mereka. </p>
<p><strong>Kelapa</strong></p>
<p>Umumnya, santan memiliki catatan lingkungan yang bagus. </p>
<p>Pohon kelapa menggunakan <a href="https://inhabitat.com/how-to-choose-the-healthiest-most-sustainable-milk-alternative/">sedikit</a> air dan menyerap karbon dioksida.</p>
<p>Namun, <a href="http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3575129">produksi skala industri</a> kelapa bisa menghancurkan habitat alam liar karena hanya tumbuh di area tropis. </p>
<p>Tingginya permintaan global untuk santan akan memberikan tekanan lebih pada lingkungan dan alam liar dan menimbulkan konflik.</p>
<p><strong>Hazelnut</strong></p>
<p>Hazelnut merupakan pilihan lebih baik untuk lingkungan karena pohonnya diserbuki secara silang oleh angin yang membawa serbuk sari kering ke udara di antara tanaman, bukan lebah. </p>
<p>Kacang ini tumbuh di daerah dengan curah hujan tinggi di sekitar Laut Hitam, Eropa Selatan, dan di Amerika Utara. Sehingga, membutuhkan sedikit air ketimbang pohon almond. </p>
<p>Susu hazelnut sudah tersedia secara komersial dan meski permintaan serta produksi meningkat, pemanenan tidak dilakukan dalam skala besar. </p>
<h2>Susu dari polong-polongan</h2>
<p>Susu kedelai sudah dikonsumsi selama ribuan tahun di Cina dan Barat, tapi susu dari rami adalah pilihan yang relatif baru.</p>
<p>Semua polong-polongan mengikat nitrogen. Artinya, bakteri dalam tanaman memproduksi nitrogen untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi kebutuhan akan pupuk. </p>
<p>Polong-polongan juga hemat air, dibandingkan dengan almond dan produk olahan susu.</p>
<p><strong>Kedelai</strong></p>
<p>Susu kedelai memiliki catatan lingkungan yang bagus, terkait penggunaan air, pemanasan global, dan penggunaan lahan.</p>
<p>AS dan Brazil merupakan <a href="https://www.world-grain.com/articles/13108-brazil-to-overtake-us-as-leading-soybean-producer">pemasok terbesar</a> kacang kedelai dan tanaman ini serba guna dalam skala komersial, dengan sebagian besar biji digunakan sebagai pakan ternak.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/soy-versus-dairy-whats-the-footprint-of-milk-8498">Soy versus dairy: what's the footprint of milk?
</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tapi, sebagian besar masalah lingkungan adalah kebutuhan untuk membuka dan mengubah sebagian besar vegetasi asli untuk menanam kedelai. </p>
<p>Penurunan permintaan daging dan protein hewani berpotensi menurunkan produksi kedelai untuk pakan ternak dalam skala besar. Meski demikian, kami belum melihat perubahan tersebut.</p>
<p><strong>Rami</strong></p>
<p>Perubahan besar terjadi dengan <a href="https://www.researchgate.net/publication/267766816_Ecological_benefits_of_hemp_and_flax_cultivation_and_products">susu rami</a>. </p>
<p>Biji rami diproses menjadi minyak dan susu, tapi tanamannya serbaguna. </p>
<p>Semua bagian dapat digunakan sebagai bahan bangunan, serat tekstil, pulp dan kertas atau plastik berbahan rami.</p>
<p>Akarnya tumbuh kuat sehingga memperbaiki struktur tanah dan mengurangi keberadaan jamur. </p>
<p>Tanaman ini juga tahan terhadap penyakit dan menghasilkan perlindungan, serta menekan pertumbuhan gulma. Ini akan mengurangi kebutuhan herbisida dan pestisida.</p>
<p>Rami memerlukan air lebih banyak daripada kedelai, tapi lebih sedikit dari almond dan produk olahan susu. </p>
<p>Sebagai tanaman tertua, terutama bagi Eropa, rami masih diproduksi dalam jumlah yang sedikit. </p>
<h2>Susu dari biji-bijian</h2>
<p>Kita bisa memproduksi susu nabati hampir dari semua biji-bijian; beras dan oat adalah yang paling dikenal. Namun, mereka membutuhkan lahan lebih besar dibanding susu dari kacang-kacangan. </p>
<p><strong>Beras</strong></p>
<p>Susu dari beras membutuhkan banyak air. Produk ini juga terkait dengan tingginya emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan nabati lain karena bakteri penghasil metana berkembang di sawah. </p>
<p>Dalam beberapa kasus, susu beras dapat mengandung <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/19393210.2013.842941">tingkat arsenik yang tinggi</a>. </p>
<p>Ditambah lagi, pemberian pupuk untuk meningkatkan hasil dapat mencemari aliran air di sekitarnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/are-we-eating-too-much-arsenic-we-need-better-tests-to-know-40732">Are we eating too much arsenic? We need better tests to know</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><strong>Oat</strong></p>
<p>Susu oat semakin populer di dunia karena <a href="https://www.bloomberg.com/features/2019-oatly-oat-milk-global-domination/">manfaat</a> secara keseluruhan terhadap lingkungan. </p>
<p>Seperti kedelai, produksi oat dalam jumlah besar untuk pakan ternak dan berkurangnya permintaan dapat mengurangi tekanan pada tanaman ini. </p>
<p>Di Kanada dan AS, pengelolaan oat berbentuk monokultur skala besar. Artinya, ia menjadi satu-satunya jenis tanaman dalam area yang sangat luas. </p>
<p>Praktik ini menghabiskan kesuburan tanah, membatasi keanekaragaman serangga, dan meningkatkan risiko penyakit serta infeksi hama.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Susu oat di samping cangkir kopi" src="https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/363101/original/file-20201013-21-19bb1mq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Produksi gandum sebagian besar untuk makanan ternak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Kaffee Meister/Unsplash</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Oat juga <a href="https://www.ewg.org/news-and-analysis/2019/02/glyphosate-contamination-food-goes-far-beyond-oat-products">umumnya tumbuh</a> dengan pestisida berbahan glifosat, yang berimbas kepada status ramah lingkungan karena <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969717330279">menyebabkan</a> tanaman resisten terhadap bahan ini, hewan, dan patogen serangga berkembang biak.</p>
<h2>Pesan akhir: ragamkan pilihan Anda</h2>
<p>Versi organik dalam setiap susu nabati lebih baik untuk lingkungan. </p>
<p>Karena, mereka menggunakan, misalnya, lebih sedikit pupuk kimia, mereka bebas dari pestisida dan herbisida, serta mengurangi tekanan pada tanah. </p>
<p>Bahan tambahan apapun, baik itu penguat, seperti kalsium atau vitamin, perasa atau bahan tambahan, seperti gula, kopi atau coklat, harus diperhitungkan secara terpisah.</p>
<p>Kemasan juga penting untuk dipertimbangkan. </p>
<p>Kemasan <a href="https://doi.org/10.1007/s11367-019-01716-5">berkontribusi 45%</a> dalam potensi pemanasan global dari susu almond dari California. </p>
<p>Ini penting untuk diingat bahwa menghabiskan susu lebih banyak akan meninggalkan jejak lingkungan yang besar, dan mempertanyakan etika bagaimana manusia mengeksploitasi hewan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/recycling-is-not-enough-zero-packaging-stores-show-we-can-kick-our-plastic-addiction-106357">Recycling is not enough. Zero-packaging stores show we can kick our plastic addiction</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika sebagai konsumen Anda mencoba untuk mengurangi limbah lingkungan terhadap susu yang Anda minum, pesan pertama adalah Anda harus menghindari produk olahan susu dan menggantinya dengan susu nabati.</p>
<p>Pesan kedua, ragamkan pilihan susu nabati yang kita konsumsi. Mengganti menjadi satu pilihan saja, meski sangat ramah lingkungan, tetap saja akan berpotensi eksploitasi berlebihan. </p>
<hr>
<p><em>Wiliam Reynold menerjemahkan artikel ini ke dalam bahasa Indonesia.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/148090/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Produk olahan susu memiliki jejak lingkungan terbesar, tapi susu nabati datang dengan sejumlah isu lingkungan juga.Dora Marinova, Professor of Sustainability, Curtin UniversityDiana Bogueva, Postdoctoral Researcher, Curtin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1456902020-09-09T03:32:59Z2020-09-09T03:32:59ZJejak karbon itu rumit — ini beberapa hal yang perlu Anda ketahui<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/356691/original/file-20200907-24-1g7xmto.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=16%2C16%2C3578%2C1848&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Niatan baik tiap individu untuk mengurangi jejak karbon terkadang berujung kepada pilihan yang buruk. </span> <span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Bayangkan terus menerus minum sari jus jeruk karena kita yakin ini cara terbaik menurunkan berat badan. </p>
<p>Mengonsumsi jus jeruk secukupnya tidak masalah, tapi itu bukan saran pertama yang akan diberikan seorang dokter kepada pasien yang ingin menurunkan berat badan.</p>
<p>Sama seperti kita tidak ingin publik meyakini bahwa solusi dari obesitas adalah dengan mengonsumsi jus jeruk, kita juga tidak ingin masyarakat percaya bahwa cara terbaik melawan perubahan iklim adalah dengan mendaur ulang terus-menerus.</p>
<p>Meski mendaur ulang dan mematikan lampu adalah langkah yang baik untuk masyarakat berkelanjutan, tapi tidak terlalu penting ketimbang aksi individual untuk mengurangi konsumsi daging, perjalanan udara, dan berkendara bagi perubahan iklim. </p>
<p>Orang-orang dengan niat baik cenderung membuat keputusan buruk ketika harus mengurangi jejak karbon. </p>
<h2>Perjalanan udara versus daur ulang</h2>
<p>Saya dan kolega melakukan survei terhadap mahasiswa Universitas British Columbia dan mengambil sampel dari penduduk Amerika Utara lewat platform daring <em>Mturk</em>. </p>
<p>Ini untuk melihat apakah para peserta dapat mengenali aksi-aksi individual mereka yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca. </p>
<p>Para peserta ini lebih terpelajar dan liberal dibanding populasi umum.</p>
<p>Ini merupakan kelompok yang tepat untuk melakukan survei karena kami ingin memahami persepsi orang yang setidaknya memiliki sedikit motivasi untuk terlibat dalam aksi-aksi pro-iklim. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1007/s10584-020-02811-5">Dalam studi tersebut</a>, kami meminta para partisipan untuk menjelaskan aksi paling efektif yang dapat mereka lakukan untuk mengurangi emisi penyebab perubahan iklim. </p>
<p>Banyak yang menjawab mengurangi berkendara, yang <a href="https://www.popsci.com/how-to-stop-climate-change/">memang merupakan tindakan berdampak tinggi</a>, dan daur ulang, yang bukan tindakan berdampak tinggi. </p>
<p><iframe id="rH2p0" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/rH2p0/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Beberapa juga menyebutkan perjalanan udara, yang juga dapat berkontribusi besar bagi jejak karbon individu. </p>
<p>Sebagai contoh, <a href="https://shameplane.com/?fromCity=Los%20Angeles&fromCode=LAX&toCity=Hong%20Kong&toCode=HKG&roundtrip=true&typeofseat=3">penerbangan pergi-pulang</a> dari Los Angeles ke Hong Kong, menghasilkan lebih dari 4.000 kilogram karbon dioksida ekuivalen. </p>
<p>Aksi politik (seperti lewat pemilihan umum) yang dibutuhkan untuk membuat perubahan struktural besar juga mendapat sedikit perhatian.</p>
<h2>Salah paham yang umum terjadi</h2>
<p>Selanjutnya, kami memberikan 15 aksi kepada para peserta survei dan meminta mereka untuk mengelompokkan ke dalam kategori aksi dengan dampak rendah, sedang, atau tinggi (kategori rendah kurang dari 1% dan tinggi lebih dari 5% jejak karbon per orang).</p>
<p>Aksi seperti menggunakan kendaraan pribadi secara tepat dianggap sebagai hal yang penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. </p>
<p>Namun, hanya 32% dari responden dapat mengenali dengan benar bahwa beralih dari plastik ke tas kanvas (sama seperti analogi jus jeruk untuk diet) merupakan aksi dengan kategori dampak rendah. </p>
<p>Mengurangi perjalanan udara dan konsumsi daging mendapatkan peringkat yang salah dan berada di bagian bawah dari tindakan yang disarankan.</p>
<p><iframe id="BP8Eu" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/BP8Eu/2/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Sejalan dengan riset sebelumnya tentang “<em>availibity heuristic</em>”, yaitu sebuah jalan pintas mental saat seseorang memberikan perhatian ekstra pada hal yang muncul dalam pikiran, maka seseorang akan fokus pada pilihan yang terlihat berbahaya secara kasat mata. </p>
<p>Atau, pada aksi-aksi yang menjadi simbol dari ramah lingkungan tapi tidak berhubungan dengan iklim. </p>
<p>Sebagai contoh, membuang sampah tidak menghasilkan emisi, namun kita melihat itu sebagai sama dengan penerbangan melintasi Samudera Pasifik yang tinggi polusi.</p>
<h2>Fokus hal penting</h2>
<p>Akhirnya, kami meminta peserta untuk membandingkan beberapa aksi tersebut, misalnya membandingkan waktu yang dibutuhkan untuk membeli makanan tanpa kemasan untuk menghemat jumlah emisi yang sama dengan 1 tahun tidak makan daging. </p>
<p>Sekitar setengah dari mereka menjawab 1 hingga 2 tahun. Jawaban yang benar adalah setidaknya 1 dekade.</p>
<p>Kami menemukan bahwa orang yang sangat peduli terhadap perubahan iklim tidak dapat membuat perbandingan yang akurat. </p>
<p>Ini relevan bagi mereka yang berjibaku dalam lisensi moral, “Saya mendaur ulang agar bisa terbang untuk liburan”, atau mereka yang sangat mencoba untuk mengoptimalkan batas karbon, “Saya berusaha keras agar membeli barang bekas karena memiliki punya jejak karbon yang lebih sedikit.”</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/5-ways-families-can-help-tackle-climate-change-126512">5 ways families can help tackle climate change</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kesalahpahaman ini penting. </p>
<p>Mereka yang mengerti bahwa daging punya dampak iklim besar <a href="https://doi.org/10.1016/j.appet.2015.12.001">lebih bersedia</a> untuk makan daging lebih sedikit. </p>
<p><a href="https://fores.se/grounded-beyond-flygskam/">Dalam sebuah studi</a> tentang orang Swedia yang telah berhenti atau mengurangi perjalanan udara mereka, banyak yang menyatakan bahwa mereka sadar bahwa penerbangan berkontribusi pada sebagian besar “anggaran karbon” mereka.</p>
<p>Kami ingin agar masyarakat fokus pada aksi yang bermakna agar tidak menghabiskan tenaga dan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. </p>
<p>Tapi, kami juga ingin agar mereka mengadopsi gaya hidup rendah karbon karena mereka cenderung <a href="https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.122015">mendukung kebijakan</a> yang mewajibkan semua orang untuk mengurangi polusi.</p>
<p><a href="https://www.vox.com/podcasts/2020/5/26/21269556/robert-frank-under-the-influence-ezra-klein-show-coronavirus">Ezra Klein menjelaskan</a> nilai dalam mengubah budaya yang lebih banyak daging dan mengendarai mobil SUV yang lebih besar di saat yang sama ketika kita mencoba mengubah kebijakan: “Kami, sebagai masyarakat, tidak akan memilih hal yang membuat kami merasa sebagai orang jahat.”</p>
<h2>Perubahan gaya hidup dan hal lain</h2>
<p>Istilah “jejak karbon” mendapatkan <a href="https://mashable.com/feature/carbon-footprint-pr-campaign-sham/">kritikan</a> akibat industri minyak menggunakan ini untuk mengalihkan tanggung jawab mereka kepada konsumen di masa lalu. </p>
<p>Namun, mengikuti jejak perjuangan dari gerakan <em>climate hawks</em> yang harus menentang segala taktik dari pencemar utama tidak berarti kita perlu meninggalkan segala upaya untuk mengubah gaya hidup.</p>
<p>Beberapa perusahaan besar khawatir bahwa perubahan gaya hidup ini akan mempengaruhi mereka. </p>
<p>Sebelum pandemi mempengaruhi seluruh industri, maskapai penerbangan telah mengambil <a href="https://www.latimes.com/business/story/2020-02-07/flight-shaming-airlines-climate-change-greta-thunberg">langkah-langkah</a> untuk mengantisipasi kehilangan bisnis akibat tumbuhnya rasa bersalah karena menambah emisi dari penerbangan, atau <em>flight shame</em>. </p>
<p><iframe id="Bk4HN" class="tc-infographic-datawrapper" src="https://datawrapper.dwcdn.net/Bk4HN/1/" height="400px" width="100%" style="border: none" frameborder="0"></iframe></p>
<p>Meskipun Anda yakin bahwa perubahan gaya hidup merupakan pengalihan dari aksi politik, dan terdapat beberapa <a href="https://doi.org/10.1038/nclimate3316">bukti kuat</a> terhadap hal ini, hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat masih setengah-setengah dalam perubahan gaya hidup yang sepele, dan tidak banyak memberikan suara untuk kebijakan iklim.</p>
<p>Lalu, apa yang harus kita lakukan? </p>
<p>Kita dapat menguji cara dengan memberikan insentif atas perubahan gaya hidup sambil meningkatkan dukungan kebijakan, idealnya dengan sumber daya yang tidak lepas dari aksi politik. </p>
<p>Seperti proyek-proyek di kampus, kantor-kantor perusahaan, dan sekolah (anak 12 tahun tidak bisa memilih, tapi mereka dapat mempelajari apa itu makanan berkelanjutan dan bagaimana memasaknya).</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/flight-shaming-how-to-spread-the-campaign-that-made-swedes-give-up-flying-for-good-133842">Flight shaming: how to spread the campaign that made Swedes give up flying for good</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/s41558-018-0354-z">Dalam satu studi</a>, contohnya, peserta diberi masukan soal pembelian makanan, dalam konteks “<em>lightbulb minutes</em>”: berapa banyak gas rumah kaca yang dihasilkan oleh penggunaan lampu bohlam selama 1 menit. </p>
<p>Ini dapat menyebabkan perubahan positif pada pilihan konsumsi mereka. </p>
<p>Demikian pula orang yang memesan tiket penerbangan dapat diberi tahu tentang sebagian besar anggaran karbon tahunan mereka akan terpakai dalam satu perjalanan.</p>
<p>Pendekatan-pendekatan ini berguna karena membuat mereka memperhatikan soal perubahan iklim tanpa mewajibkan pemahaman individu terkait soal rumit jejak karbon.</p>
<p>Aktivis iklim, terutama kaum muda, cenderung <a href="https://www.eadi.org/publications/publication_65657/">peduli tentang aksi individual</a>. </p>
<p>Kita dapat menggunakan ini sebagai kesempatan untuk mendorong perubahan gaya hidup yang bermakna, serta meningkatkan dorongan untuk untuk kebijakan iklim yang sebenarnya sudah lewat batas waktu.</p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/145690/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Seth Wynes menerima dana dari Social Sciences and Humanities Research Council of Canada.</span></em></p>Mendaur ulang dan mematikan lampu adalah langkah baik, namun tidak sepenting mengurangi konsumsi daging, perjalanan udara, dan berkendara pada basis individual untuk perubahan iklim.Seth Wynes, PhD Candidate, Geography, University of British ColumbiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1428432020-07-30T03:49:07Z2020-07-30T03:49:07ZBagaimana keadaan dunia terakhir kali karbon dioksida mencapai 400ppm<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/349859/original/file-20200728-13-ltfbat.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=8%2C0%2C5599%2C3741&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Gil.K/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Bagaimana keadaan iklim dan permukaan air laut Bumi saat terakhir kali karbon dioksida di atmosfer mencapai 400ppm?</strong></p>
</blockquote>
<p>Karbon dioksida global sempat mencapai level 400 bagian per sejuta (ppm) atau lebih sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/nature14145">4 juta tahun yang lalu</a>. </p>
<p>Ini terjadi pada <a href="http://www.geologypage.com/2014/05/pliocene-epoch.html">Era Pliosen</a> (yang berlangsung sekitar 5,3 juta hingga 2,6 juta tahun yang lalu).</p>
<p>Saat itu, Bumi lebih hangat 3°C dan permukaan laut lebih tinggi ketimbang sekarang.</p>
<p>Kita bisa mengetahui kadar karbon dioksida yang tertahan di atmosfer pada masa lalu dengan mempelajari inti es Greenland dan Antartika.</p>
<p>Es itu terbentuk perlahan-lahan dari salju yang terpadatkan dan mengandung gelembung-gelembung udara yang menjadi <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/annals-of-glaciology/article/enclosure-of-air-during-metamorphosis-of-dry-firn-to-ice/09D9C60A8DA412D16645E6E6ABC1892F">sampel atmosfer</a> pada waktu itu. </p>
<p>Kami menggunakan sampel ini untuk merekonstruksi konsentrasi karbon dioksida. Namun, kami hanya bisa merekonstruksi hanya sampai satu juta tahun ke belakang.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-what-caused-major-climate-change-in-the-past-137874">Climate explained: what caused major climate change in the past?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tidak ada metode pengukuran langsung untuk mengetahui komposisi atmosfer purba lebih dari satu juta tahun yang lalu</p>
<p>Meski demikian, kita dapat menggunakan beberapa metode sebagai perkiraan konsentrasi karbon dioksida di masa lalu. </p>
<p>Salah satunya adalah menggunakan hubungan antara pori-pori tanaman, atau stomata, yang mengatur pertukaran gas yang keluar-masuk tanaman. </p>
<p>Kerapatan dari stomata <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/095968369200200109">terkait dengan kadar karbon dioksida di atmosfer</a>. Selain itu, fosil tanaman dapat menjadi penunjuk konsentrasi gas di masa lalu yang baik.</p>
<p>Teknik lain adalah mempelajari inti sedimen dari dasar laut. </p>
<p>Sedimen menumpuk dari tahun ke tahun seiring jasad badan dan cangkang dari plankton dan organisme lain memenuhi dasar laut. </p>
<p>Kita dapat menggunakan isotop (atom-atom yang secara kimia identik tapi berbeda berat) boron yang diambil dari cangkang plankton mati untuk merekonstruksi perubahan keasaman air laut.</p>
<p>Berdasarkan ini, kita bisa menentukan konsentrasi karbon dioksida di lautan. </p>
<p>Data dari sedimen berumur 4 juta tahun menunjukkan bahwa <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2010PA002055">karbon dioksida mencapai 400 ppm</a> saat itu.</p>
<h2>Permukaan laut dan perubahan di Antarktika</h2>
<p>Lapisan es dan gletser bertambah serta permukaan laut turun sepanjang periode terdingin dalam sejarah Bumi. </p>
<p>Selama zaman es sekitar 20.000 tahun yang lalu, permukaan laut setidaknya <a href="https://science.sciencemag.org/content/292/5517/679.abstract">120 meter lebih rendah</a> daripada sekarang. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/345976/original/file-20200707-26-1nsf11x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/345976/original/file-20200707-26-1nsf11x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/345976/original/file-20200707-26-1nsf11x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/345976/original/file-20200707-26-1nsf11x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/345976/original/file-20200707-26-1nsf11x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/345976/original/file-20200707-26-1nsf11x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/345976/original/file-20200707-26-1nsf11x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Riset terbaru menunjukkan Antarktika barat sedang mencair.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Elaine Hood/NSF</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Perubahan permukaan laut dihitung dari perubahan isotop oksigen dalam cangkang organisme laut.</p>
<p>Saat Era Pliosen, menurut <a href="https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1029/2004PA001071">riset</a>, perubahan permukaan laut antara periode dingin dan hangat sekitar 30-40 meter dan lebih tinggi dari saat ini. </p>
<p>Selain itu, Lapisan Es Antarktika Barat <a href="https://www.nature.com/articles/nature07867">secara signifikan lebih kecil</a> dan suhu rata-rata global sekitar 3°C lebih hangat dibanding hari ini. </p>
<p>Sementara, suhu musim panas di lintang utara tinggi lebih hangat 14°C. </p>
<p>Ini mungkin nampak tinggi namun observasi modern menunjukkan <a href="https://journals.ametsoc.org/jcli/article/23/14/3888/32547">amplifikasi pemanasan di kutub</a> yang kuat: peningkatan 1°C di ekuator dapat menaikkan suhu kutub hingga 6-7°C. </p>
<p>Ini salah satu alasan mengapa lautan es Arktik menghilang.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/climate-explained-why-carbon-dioxide-has-such-outsized-influence-on-earths-climate-123064">Climate explained: why carbon dioxide has such outsized influence on Earth's climate</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Dampak bagi Selandia Baru dan Australasia</h2>
<p>Di wilayah Australasia, tidak ada <em>Great Barrier Reef</em> tapi ada karang-karang <a href="https://link.springer.com/content/pdf/10.1007/BF02537376.pdf">lebih kecil di sepanjang pantai timur laut Australia</a>.</p>
<p>Bagi Selandia Baru, mencairnya sebagian Lapisan Es Antarktika Barat merupakan titik kritis. </p>
<p>Salah satu ciri utama iklim Selandia Baru saat ini adalah Antarktika terputus dari sirkulasi global saat musim dingin. </p>
<p>Ini <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.3402/tellusa.v54i5.12161">karena perbedaan suhu yang kontras</a> antara Antarktika dan Laut Selatan. </p>
<p>Ketika masuk ke dalam sirkulasi di musim semi, Selandia Baru akan mendapatkan badai yang kuat. </p>
<p>Musim dingin dengan badai dan musim panas yang lebih hangat kemungkinan terjadi saat pertengahan Pliosen akibat pusaran kutub yang lemah dan Antarktika yang menghangat.</p>
<p>Butuh lebih dari beberapa tahun atau dekade bagi konsentrasi karbon dioksida yang mencapai 400 ppm untuk memicu tenggelamnya Lapisan Es Antarktika Barat. </p>
<p>Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa <a href="http://nora.nerc.ac.uk/id/eprint/521027/">Antarktika Barat sudah mulai mencair</a>. </p>
<p>Kenaikan permukaan laut akibat melelehnya sebagian Antarktika Barat dapat melebihi 1 meter atau lebih pada tahun 2100.</p>
<p>Bahkan, bila seluruh Antarktika Barat mencair, ini akan dapat <a href="https://www.pce.parliament.nz/publications/preparing-new-zealand-for-rising-seas-certainty-and-uncertainty">meningkatkan permukaan laut hingga sekitar 3,5 meter</a>. </p>
<p>Kenaikan kecil sekalipun berisiko mendatangkan banjir bagi <a href="https://www.pce.parliament.nz/publications/preparing-new-zealand-for-rising-seas-certainty-and-uncertainty">kota-kota dataran rendah</a>, seperti Auckland, Christchurch dan Wellington. </p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara telah menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/142843/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>James Shulmeister menerima dana dari Australian Research Council dan bagian dari hibah National Science Foundation, AS. Selain sebagai Profesor dan Dekan University of Canterbury di Selandia Baru, James juga Adjunct Profesor di University of Queensland, Australia dan rekan peneliti (associate investigator) di ARC Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage (CABAH).</span></em></p>Konsentrasi karbon dioksida global di atmosfer mencapai 400 ppm sekitar 4 juta tahun lalu. Rata-rata, Bumi lebih hangat 3°C. Namun, bagian utara, lebih hangat 14°C daripada saat ini.James Shulmeister, Professor, School of Earth and Environmental Sciences, University of CanterburyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1412832020-06-29T05:35:59Z2020-06-29T05:35:59ZApakah kecepatan mengemudi bisa mengurangi emisi dari mobil?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/343698/original/file-20200624-133008-14mrr7n.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C28%2C4687%2C3130&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">SP Photo/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apakah mengurangi kecepatan mobil dapat mengurangi emisi?</strong></p>
</blockquote>
<p>Setiap mobil mempunyai kecepatan optimal yang berpengaruh terhadap pemakaian bahan bakar, namun ini tergantung kepada tipe, desain, dan umur kendaraan. </p>
<p>Secara umum, bisa dilihat dari grafik berikut: pemakaian bahan bakar meningkat mulai dari kecepatan sekitar 80 km/jam akibat naiknya gaya hambat udara (<em>air resistance</em>).</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/340495/original/file-20200609-165349-1dwyw4r.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi, kecepatan hanyalah satu faktor. Mobil apa pun yang Anda kendarai, Anda dapat mengurangi pemakaian bahan bakar (dan juga emisi) dengan berkendara lebih halus.</p>
<p>Ini termasuk mengantisipasi tikungan dan menghindari rem mendadak, melepas kaki dari pedal gas sebelum mencapai puncak bukit lalu turun meluncur dari bukit, dan melepas rak atap atau bumper tanduk atau mengeluarkan barang berat yang tidak dibutuhkan untuk membuat mobil semakin ringan dan efisien. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jokowi-galakkan-mobil-listrik-tapi-riset-tunjukkan-2-faktor-bisa-hambat-efektivitasnya-untuk-turunkan-emisi-gas-rumah-kaca-121878">Jokowi galakkan mobil listrik, tapi riset tunjukkan 2 faktor bisa hambat efektivitasnya untuk turunkan emisi gas rumah kaca</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Berkendara dengan bijak</h2>
<p>Di Selandia Baru, reli <a href="https://www.aa.co.nz/about/newsroom/media-releases/events/aa-energywise-rally-starts-with-a-rush/"><em>EnergyWise</em></a> biasanya digelar pada jalur sepanjang 1.200 kilometer di Pulau Utara. Reli ini dirancang untuk mendemonstrasikan seberapa banyak bahan bakar yang dapat dihemat bila berkendara yang baik.</p>
<p>Para pengemudi harus mencapai suatu tujuan dalam jangka waktu tertentu. Berkendara dengan kecepatan 60-70 km/jam di jalanan datar di zona 100 km/jam hanya untuk menghemat bahan bakar bukan pilihan yang baik (juga karena mengemudi terlalu lambat di jalanan tol dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan).</p>
<p>Kecepatan rata-rata optimum (untuk pengemudi profesional maupun biasa) sekitar 80 km/jam. Kunci dari penghematan bahan bakar adalah berkendara dengan tenang.</p>
<p>Di reli pertama pada tahun 2002, Volkswagen Golf, mobil keluaran terbaru berbahan bakar diesel (yang dipinjamkan oleh VW NZ) dari Universitas Massey, menggunakan 100% biodiesel dari ampas lemak hewan (seperti yang sedang <a href="https://www.newsroom.co.nz/2018/05/02/106691/biofuels-z-energys-tortuous-carbon-solution">diproduksi</a> Z Energy).</p>
<p>Sebuah mobil berbahan bakar diesel memproduksi sekitar 2,7 kg karbon dioksida per liter dan berbahan bakar bensin memproduksi 2,3 kg karbon dioksida per liter.</p>
<p>Menggunakan bahan bakar hayati untuk menggantikan diesel atau bensin dapat mengurangi emisi hingga 90% per kilometer jika bahan bakar tersebut terbuat dari lemak daging hewan. </p>
<p>Jumlah emisi yang berkurang beragam, tergantung sumber bahan bakar tersebut (tebu, gandum, atau biji jarak). Tentu saja, menanam tanaman untuk bahan bakar hayati dengan menggantikan tanaman pangan atau hutan tidak dapat diterima. </p>
<p>Terlepas dari tipe mobil, pengemudi dapat mengurangi penggunaan bahan bakar hingga 15-20% dengan cara berkendara yang baik - ini mengurangi emisi dan menghemat uang pada waktu bersamaan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ada-cara-baru-menghilangkan-polutan-berbahaya-dari-bensin-dan-batu-bara-dengan-murah-ini-temuan-ahli-126738">Ada cara baru menghilangkan polutan berbahaya dari bensin dan batu bara dengan murah. Ini temuan ahli</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Efisiensi bahan bakar</h2>
<p>Ketika ingin mengganti mobil, memperhitungkan efisiensi bahan bakar merupakan hal penting untuk menghemat biaya bahan bakar dan pengurangan emisi. </p>
<p>Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan negara-negara Uni Eropa, telah memiliki standar efisiensi bahan bakar selama lebih dari satu dekade. </p>
<p>Hal ini telah mendorong produsen mobil untuk merancang <a href="http://www.climatechangeauthority.gov.au/files/files/Light%20Vehicle%20Report/CCA_TransportReport_Appendices.WEB.pdf">kendaraan yang semakin hemat bahan bakar </a>.</p>
<p>Kebanyakan kendaraan ringan yang dijual secara global patuh pada standar ini. Namun, Australia dan Selandia Baru masih menunda hal ini karena mayoritas kendaraan impor.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bukannya-selamatkan-lingkungan-mobil-listrik-bisa-perparah-polusi-jika-tak-didukung-energi-yang-bersih-121050">Bukannya selamatkan lingkungan, mobil listrik bisa perparah polusi jika tak didukung energi yang bersih</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Selandia Baru masih ragu-ragu memperkenalkan skema “<a href="https://www.consumer.org.nz/articles/government-announces-consultation-light-vehicle-fleet-feebate"><em>feebate</em></a>” yang mengusulkan tambahan biaya bagi mobil impor dengan emisi tinggi untuk membuat harga mobil hibrid, mobil listrik, dan kendaraan efisien lainnya lebih murah dengan subsidi.</p>
<p>Di Selandia Baru, <a href="https://theconversation.com/climate-explained-why-switching-to-electric-transport-makes-sense-even-if-electricity-is-not-fully-renewable-136502">mengendarai mobil listrik dapat mengurangi emisi</a> karena 85% listrik di sana berasal dari energi terbarukan. </p>
<p>Di Australia, yang masih mengandalkan tenaga batu bara, mobil listrik justru menyebabkan emisi yang lebih tinggi, kecuali jika pasokan listrik yang digunakan berasal dari sumber energi terbarukan.</p>
<p>Tak bisa dipungkiri, harga bahan bakar dan listrik akan meningkat. </p>
<p>Namun, terlepas dari apakah kita mengendarai mobil bensin atau listrik, kita dapat menyelamatkan diri dari kenaikan harga di masa depan dengan berkendara secara efisien dan mengurangi kecepatan.</p>
<hr>
<p><em>Nadila Taufana Sahara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/141283/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ralph Sims tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kita bisa mengurangi konsumsi bahan bakar hingga 15-20% dengan memperbaiki cara berkendara. Ini sekaligus bisa turunkan emisi dan menghemat pengeluaran.Ralph Sims, Professor, School of Engineering and Advanced Technology, Massey UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1409462020-06-19T05:16:42Z2020-06-19T05:16:42ZMeski langit terlihat bersih semasa pandemi, emisi gas rumah kaca tetap meningkat<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/342567/original/file-20200618-94040-1rzhclq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C0%2C1914%2C1074&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembatasan jarak telah menghasilkan langit lebih cerah, tapi konsentrasi karbon dioksida tetap naik. </span> <span class="attribution"><span class="source">PeteLinforth/Pixabay</span></span></figcaption></figure><p>Ketentuan menjaga jarak untuk mencegah penyebaran wabah COVID-19 berdampak kepada penurunan <a href="https://www.nasa.gov/feature/goddard/2020/drop-in-air-pollution-over-northeast">polusi udara</a> di beberapa negara. </p>
<p>Namun, ini tidak mencerminkan adanya <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">penurunan emisi karbon dioksida</a>. </p>
<p>Di Indonesia, <a href="https://ccrom.airmon.or.id/">pengawasan kualitas udara secara <em>real time</em></a> - kolaborasi antara <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/303/1/012055">Pusat Pengelolaan Risiko dan Peluang Iklim-IPB</a> dengan <a href="http://www.nies.go.jp/index-e.html">National Institute for Environmental Studies</a>, di Jepang - mencatat adanya penurunan polusi udara di Kota Bogor, Jawa Barat.</p>
<p>Level <a href="https://www.epa.gov/no2-pollution">nitrogen dioksida</a>, salah satu gas rumah kaca yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan, <a href="https://ccrom.airmon.or.id/">turun 7,2%</a> antara April dan Mei 2020, dibandingkan periode yang sama tahun 2019.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/pembatasan-fisik-akibat-pandemi-turunkan-polutan-udara-bebaskan-gerak-satwa-dan-tumbuhan-136511">Pembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski demikian, level gas rumah kaca lainnya, yaitu karbon dioksida terus meningkat selama pandemi ini. </p>
<p>Pusat pengamatan emisi Mauna Loa Observatory di Hawai'i, AS, mencatat <a href="https://research.noaa.gov/article/ArtMID/587/ArticleID/2636/Rise-of-carbon-dioxide-unabated">ada peningkatan</a> level karbon dioksida sebesar 2,4 bagian per sejuta (ppm), hingga total menjadi 417,1 ppm pada bulan Mei 2020. </p>
<p>Artinya, pandemi tidak memiliki dampak langsung terhadap penurunan emisi karbon dioksida ke atmosfer. </p>
<p>Ini alasannya. </p>
<h2>Masih rentan kebakaran</h2>
<p>Pembatasan aktivitas manusia tidak serta merta berarti turunnya titik api di Indonesia. </p>
<p>Sebaliknya, satelit <a href="https://earth.esa.int/web/guest/missions/3rd-party-missions/current-missions/terraaqua-modis">Terra/Aqua MODIS</a> milik badan antariksa AS NASA yang memiliki tingkat ketepatan hingga lebih dari 80% mencatat <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/home/main">155 dan 66 titik api</a> di Indonesia pada bulan April dan Mei 2020. </p>
<p>Titik api bukan sumber kebakaran melainkan sumber panas yang dijadikan sebagai penanda risiko kebakaran di suatu daerah. </p>
<p>Tahun 2015, kebakaran hutan dan lahan telah menghancurkan sedikitnya <a href="http://sipongi.menlhk.go.id/pdf/luas_kebakaran">2,6 juta hektare</a> akibat praktik tebas bakar untuk membuka lahan yang didominasi oleh lahan gambut di Indonesia. </p>
<p>Musim panas yang dipengaruhi oleh variabilitas iklim, El Nino, juga berkontribusi terhadap cepatnya penyebaran titik api saat itu. </p>
<p>Satelit NASA mendeteksi lebih dari <a href="https://www.theguardian.com/environment/ng-interactive/2015/dec/01/indonesia-forest-fires-how-the-years-worst-environmental-disaster-unfolded-interactive">130.000 titik api</a> pada kebakaran hutan dan lahan tahun 2015.</p>
<p>Lebih lanjut, kebakaran ini telah melepaskan <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/Indonesia-2nd_BUR_web.pdf">802 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO₂e)</a> ke atmosfer. Ini menjadi salah satu keluaran emisi yang tertinggi di Indonesia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/342923/original/file-20200619-70376-1sipq1c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar asap kebakaran hutan dan lahan di Asia Tenggara pada tahun 2015 dari satelit.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://earthobservatory.nasa.gov/images/86681/smoke-blankets-indonesia">wikimedia</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Indonesia mengalami kebakaran hutan dan lahan terparah di tahun 1997, juga dipengaruhi oleh El Nino. Saat itu, estimasi <a href="https://link.springer.com/chapter/10.1007/0-306-47959-1_2">45.600 kilometer persegi</a> atau 4,5 juta hektare lahan terbakar di Kalimantan dan Sumatra, dan melepaskan sekitar <a href="https://www.nature.com/articles/nature01131">0,81 Gt dan 2,57 Gt karbon</a> atau 2.970-9.423 juta ton CO₂e.</p>
<p>Sementara, rata-rata emisi tahunan dari tahun 2000 hingga 2016 terhitung sebesar <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/adminppi/dokumen/Indonesia-2nd_BUR_web.pdf">248 juta ton CO₂e</a>.</p>
<p><a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/10/7/074006/pdf">Pengeringan lahan gambut</a> membuat lapisan atas tanah terpapar pada oksigen yang berujung kepada dekomposisi dan menjadi mudah terbakar. Akhirnya, ia akan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-kebakaran-hutan-dan-lahan-masih-terjadi-meski-sudah-restorasi-123198">Mengapa kebakaran hutan dan lahan masih terjadi meski sudah restorasi</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Mendekati puncak di bulan <a href="https://www.bmkg.go.id/iklim/prakiraan-musim.bmkg">Agustus</a>, lahan gambut menjadi rentan terhadap kebakaran. </p>
<p>Apabila tidak ada upaya untuk restorasi lahan gambut, misalnya dengan kegiatan pembasahan kembali, ini akan kembali menjadi sumber emisi yang besar bagi Indonesia. </p>
<p>Sejak bulan Mei, pemerintah Indonesia telah menurunkan <a href="https://jakartaglobe.id/news/govt-to-use-artificial-rains-to-prevent-peat-wildfires">hujan buatan di Sumatra dan Kalimantan</a> untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan. </p>
<p>Indonesia memang masih terus berupaya bisa mengendalikan kebakaran yang berulang hampir setiap tahun ini. </p>
<h2>Kembali lebih baik</h2>
<p>Penyemaian awan untuk menciptakan hujan buatan dan upaya yang lainnya untuk menurunkan emisi dari sektor kehutanan yang sedang berlangsung merupakan waktu yang tepat untuk mengadopsi pembangunan berkelanjutan. </p>
<p>Jalan ini bukan hal yang baru bagi Indonesia.</p>
<p>Sudah ada beberapa kebijakan yang bertujuan mencapai pembangunan hijau, misalnya <a href="http://www.fao.org/redd/en/">REDD+</a> atau (<em>Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation</em>) dan mempromosikan energi terbarukan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-efisiensi-energi-hindari-pembangunan-50-pembangkit-listrik-baru-di-indonesia-136839">Riset: efisiensi energi hindari pembangunan 50 pembangkit listrik baru di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski demikian, skema REDD+ ini belum memasukkan kebakaran gambut karena <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/363/1/012026">tingginya tingkat ketidakpastian dari estimasi areal yang terbakar</a>.</p>
<p>Melalui skema REDD+, Indonesia berhasil mencegah emisi karbon sebesar <a href="https://news.mongabay.com/2020/05/indonesia-norway-redd-payment-deforestation-carbon-emission-climate-change/">11,23 juta ton CO₂e</a> terlepas ke atmosfer di tahun 2017.</p>
<p>Atas upaya ini, Indonesia akan menerima dana sebesar <a href="https://news.mongabay.com/2020/05/indonesia-norway-redd-payment-deforestation-carbon-emission-climate-change/">56 juta dolar</a> atau sekitar Rp793 miliar dari Norwegia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/lh-fund-terobosan-pendanaan-iklim-dari-indonesia-128121">_LH FUND_ : terobosan pendanaan iklim dari Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Skema ini membuka kesempatan bagi negara-negara pemilik hutan untuk menerima dana atas upaya mereka untuk menjaga area hutan, misalnya menanam pohon-pohon endemik, menerapkan aturan pelarangan penebangan pohon spesies tertentu, dan menekan keluaran emisi karbon dioksida ke atmosfer sembari melakukan revitalisasi ekonomi lokal dari komunitas yang tinggal di daerah hutan. </p>
<p>Manfaat yang didapatkan oleh Indonesia adalah bisa menjaga hutan, menerima pembayaran atas upaya ini, sekaligus menurunkan emisi karbon. </p>
<p>Ini juga terkait dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi sebesar <a href="https://www4.unfccc.int/sites/ndcstaging/PublishedDocuments/Indonesia%20First/First%20NDC%20Indonesia_submitted%20to%20UNFCCC%20Set_November%20%202016.pdf">29%</a>, atau <a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">834 juta ton CO₂e</a> pada tahun 2030 dengan skenario situasi seperti biasa (<em>business as usual</em>), dan 41% (<a href="http://ditjenppi.menlhk.go.id/berita-ppi/3150-kontribusi-penurunan-emisi-grk-nasional,-menuju-ndc-2030.html">1.081 juta ton CO₂e</a>) jika mendapat bantuan internasional.</p>
<p>Namun, komitmen ini mendapatkan tantangan selama masa pandemi karena negara-negara akan memprioritaskan pemulihan ekonomi. </p>
<p>Karena <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/20/stimulus-may-not-be-enough-to-prevent-economic-meltdown-fiscal-agency.html">pertumbuhan ekonomi diprediksi turun</a> akibat wabah ini, kekhawatiran muncul bahwa Indonesia akan memilih menebang pohon dan tetap bertahan dengan bahan bakar fosil sebagai penahan dampak finansial. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-covid-19-akan-memperlambat-pembangunan-infrastruktur-indonesia-137402">Bagaimana COVID-19 akan memperlambat pembangunan infrastruktur Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski keadaan buruk seperti sekarang ini, kesehatan Bumi adalah hal fundamental. </p>
<p>Situasi ini justru menjadi kesempatan bagus untuk beralih ke pembangunan berkelanjutan yang rendah emisi karbon dan mempromosikan energi terbarukan. </p>
<p>Pembatasan aktivitas fisik manusia bisa saja menurunkan polusi udara, tapi gas rumah kaca masih tetap terjadi, dan kita masih tetap dalam krisis iklim. </p>
<p>Saat ini, kita seharusnya siap untuk mengambil lompatan besar pasca pandemi untuk mengejar penundaan aksi mitigasi dan secepatnya beralih ke energi terbarukan. </p>
<hr>
<p><em>Catatan editor : Artikel sebelumnya menyebutkan 471,1 ppm, seharusnya 417,1 ppm.</em></p>
<hr>
<p><em>Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140946/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Annuri Rossita tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meski langit bersih selama pandemi akibat berkurangnya aktivitas manusia, emisi kita masih meningkat.Annuri Rossita, PhD student/Research Assistant, Applied Climatology of Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1265092019-11-08T03:50:50Z2019-11-08T03:50:50ZBila pemanasan global melebihi 2°C, lelehan es Antarktika bisa menaikkan muka laut hingga 20 meter<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/300584/original/file-20191107-10935-yotmiy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=2%2C4%2C1343%2C667&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Selama Pliosen, sepertiga lapisan es Antartika mencair, menyebabkan kenaikan permukaan laut sebesar 20 meter.</span> <span class="attribution"><span class="source">from www.shutterstock.com, CC BY-ND </span></span></figcaption></figure><p>Kita tahu bahwa Bumi pernah mengalami periode yang lebih panas selama <a href="https://www.nature.com/articles/nclimate1504?proof=true1">zaman geologis Pliosen</a>, sekitar tiga juta tahun yang lalu.</p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1619-z">Penelitian</a> kami, yang terbit beberapa waktu lalu, menunjukkan bahwa sepertiga lapisan es Antarktika telah mencair dalam periode Pliosen dan akan menyebabkan permukaan laut naik 20 meter dari level saat ini pada beberapa abad mendatang.</p>
<p>Kami dapat mengukur perubahan permukaan laut di masa lalu dengan mengebor titik tertentu di sebuah lokasi di Selandia Baru, dikenal sebagai Cekungan Whanganui, yang berisi sedimen laut dangkal dengan resolusi tertinggi di dunia.</p>
<p>Dengan menggunakan metode baru yang kami kembangkan untuk memprediksi tinggi air laut berdasarkan ukuran partikel pasir yang terkena gelombang, kami mencatat perubahan permukaan laut global dengan presisi yang jauh lebih akurat daripada sebelumnya.</p>
<p>Pliosen adalah periode terakhir di mana konsentrasi karbon dioksida di atmosfer mencapai 400 bagian per juta (ppm). Masa tersebut juga mencatat suhu bumi 2°C lebih hangat dibandingkan zaman pra-industri. </p>
<p>Kami menunjukkan bahwa pemanasan lebih dari 2°C dapat memicu kembali melelehnya es secara luas di Antarktika dan mengulang iklim tiga juta tahun lalu. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/not-convinced-on-the-need-for-urgent-climate-action-heres-what-happens-to-our-planet-between-1-5-c-and-2-c-of-global-warming-123817">Not convinced on the need for urgent climate action? Here's what happens to our planet between 1.5°C and 2°C of global warming</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Melampaui target Perjanjian Paris</h2>
<p>Minggu lalu, kita telah menyaksikan <a href="https://www.theguardian.com/environment/2019/sep/27/climate-crisis-6-million-people-join-latest-wave-of-worldwide-protests">protes global</a> yang belum pernah terjadi sebelumnya. </p>
<p>Di bawah slogan iklim yang dicetuskan oleh Greta Thunberg, yaitu #FridaysForFuture, jutaan orang turun ke jalan dan bergabung dengan protes iklim karena menyadari adanya urgensi menjaga pemanasan global di bawah target <a href="https://unfccc.int/process-and-meetings/the-paris-agreement/the-paris-agreement">Perjanjian Paris</a>, yaitu 2°C.</p>
<p>Thunberg berhasil menangkap rasa frustrasi bersama saat ia mengritik keras PBB yang tidak bisa bertindak lebih cepat meskipun sudah memiliki bukti ilmiah.</p>
<p>Dalam <a href="https://www.washingtonpost.com/climate-environment/2019/09/23/greta-thunberg-vows-that-if-un-doesnt-tackle-climate-change-we-will-never-forgive-you/">pidatonya</a>, Thurnberg mengingatkan kita bahwa:</p>
<blockquote>
<p>Dengan tingkat pengeluaran emisi saat ini, sisa anggaran CO₂ [1,5°C] yang bisa dilepaskan ke atmosfer habis dalam waktu kurang dari delapan setengah tahun.</p>
</blockquote>
<p>Dengan tingkat emisi global saat ini, kita <a href="https://www.ipcc.ch/sr15/">mungkin akan kembali ke Pliosen pada tahun 2030</a> dan melampaui target Paris 2°C. Salah satu pertanyaan penting adalah seberapa banyak dan seberapa cepat permukaan laut global akan naik.</p>
<p>Menurut <a href="https://www.ipcc.ch/srocc/home/">laporan khusus baru-baru ini tentang samudra dan kriosfer dunia</a> oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (<a href="https://www.ipcc.ch/">IPCC</a>), gletser dan lapisan es kutub terus kehilangan massa dengan kecepatan yang semakin cepat.</p>
<p>Sementara, melelehnya lapisan es kutub, khususnya di lapisan es Antarktika, yang berujung terhadap naiknya permukaan laut di masa depan masih sulit untuk diatasi.</p>
<p>Jika kita terus mengikuti tren emisi saat ini, median (probabilitas 66%) permukaan laut global yang akan dicapai akhir abad ini akan menjadi 1,2 meter lebih tinggi dari sekarang, dengan batas atas sebesar dua meter (probabilitas 5%). Tapi, tentu saja, perubahan iklim tidak berhenti begitu saja setelah tahun 2100.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/with-15-other-children-greta-thunberg-has-filed-a-un-complaint-against-5-countries-heres-what-itll-achieve-124090">With 15 other children, Greta Thunberg has filed a UN complaint against 5 countries. Here’s what it’ll achieve</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kembali ke masa depan</h2>
<p>Kita perlu memahami sensitivitas lapisan es kutub apabila ingin melindungi garis pantai di masa depan. </p>
<p>Jika ingin tahu berapa kenaikan permukaan air laut pada 400PPM CO₂, maka jaman
Pliosen merupakan pembanding yang terbaik.</p>
<p>Pada tahun 2015, kami mengebor sedimen yang terkubur selama jaman Pliosen di Cekungan Whanganui. Salah satu rekan kami, Timothy Naish, sudah bekerja di area ini selama 30 tahun dan berhasil mengidentifikasikan lebih dari <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0277379197000759">50 perubahan pada muka laut secara global</a> selama 3,5 juta tahun sepanjang sejarah Bumi. </p>
<p>Permukaan laut global telah naik dan turun dalam menanggapi siklus iklim alami, dikenal sebagai <a href="https://earthobservatory.nasa.gov/features/Milankovitch/milankovitch_2.php">siklus Milankovitch</a>, yang disebabkan oleh perubahan jangka panjang dalam orbit matahari Bumi setiap 20.000, 40.000 dan 100.000 tahun. Perubahan ini yang menentukan lapisan es kutub bertambah atau meleleh.</p>
<p>Sementara, permukaan laut diperkirakan telah berfluktuasi beberapa puluh meter, sampai sekarang upaya untuk <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0012821X13006006">merekonstruksi amplitudo yang tepat sulit dilakukan </a> karena proses deformasi Bumi dan sifat tidak lengkap dari banyak siklus.</p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1619-z">Penelitian</a> kami menggunakan dasar teoretis yang menghubungkan antara ukuran partikel yang dihempas gelombang di daratan dengan yang berada di dasar laut.</p>
<p>Kami menerapkan metode ini pada inti bor dan singkapan sedalam 800 meter, mewakili urutan sedimen kontinu yang mencakup periode waktu 2,5 hingga 3,3 juta tahun yang lalu.</p>
<p>Kami menemukan bahwa selama Pliosen, permukaan laut global berfluktuasi secara teratur, antara lima hingga 25 meter.</p>
<p>Kami memperhitungkan pergerakan tanah tektonik lokal dan perubahan permukaan laut regional yang disebabkan oleh perubahan gravitasi dan kerak bumi untuk menentukan perkiraan permukaan laut, yang dikenal sebagai <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1619-z">catatan permukaan laut PlioSeaNZ</a>. Ini memberikan perkiraan perubahan permukaan laut rata-rata global.</p>
<h2>Kontribusi Antarktika bagi kenaikan permukaan laut</h2>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1619-z">Penelitian</a> kami juga menunjukkan bahwa sebagian besar kenaikan permukaan laut selama Pliosen berasal dari lapisan es Antarktika.</p>
<p>Selama masa Pliosen, geografi benua dan lautan Bumi serta ukuran lapisan es kutub mirip dengan kondisi hari ini, dengan hanya lapisan es kecil di Greenland selama periode terpanas.</p>
<p>Pencairan lapisan es Greenland akan memberikan kontribusi paling banyak lima hingga 25 meter dari kenaikan permukaan laut global yang tercatat di Cekungan Whanganui.</p>
<p>Yang menjadi masalah kritis adalah bahwa <a href="https://www.ipcc.ch/srocc/home/">lebih dari 90% panas dari pemanasan global</a> sampai saat ini bergerak ke laut.</p>
<p>Sebagian besar telah masuk ke Samudra Selatan, yang mengairi bagian pinggir lapisan es Antarktika.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/new-research-shows-that-antarcticas-largest-floating-ice-shelf-is-highly-sensitive-to-warming-of-the-ocean-121864">New research shows that Antarctica's largest floating ice shelf is highly sensitive to warming of the ocean</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kami telah mengamati pergerakan <em>circumpolar deep water</em> (percampuran seluruh massa air lautan di seluruh dunia) dan <a href="https://science.sciencemag.org/content/341/6151/1236">memasuki gua es</a> di beberapa lokasi di sekitar Antarktika hari ini.</p>
<p>Di sepanjang pantai Laut Amundsen di Antarktika Barat, tempat lautan paling panas, <a href="https://www.nature.com/articles/nature10968">lapisan es menipis dan mencair paling cepat</a>.</p>
<p>Sepertiga dari lapisan es Antarktika - setara dengan kenaikan permukaan laut hingga 20 meter - berada di bawah permukaan laut dan <a href="https://www.the-cryosphere.net/7/375/2013/">rentan terhadap keruntuhan luas akibat pemanasan laut</a>.</p>
<p>Studi kami memiliki implikasi penting untuk stabilitas dan sensitivitas lapisan es Antarktika dan potensinya untuk berkontribusi pada permukaan laut di masa depan.</p>
<p>Ini mendukung konsep bahwa titik kritis di lapisan es Antarktika dapat dilintasi jika suhu global dibiarkan naik lebih dari 2°C.</p>
<p>Hal ini dapat mengakibatkan sebagian besar lapisan es mencair dalam beberapa abad mendatang, mengubah letak garis pantai di seluruh dunia.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/126509/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Studi ini didanai oleh Royal Society Te Apārangi’s Marsden Fund, dan melibatkan Dr Gavin Dunbar dari Victoria University’s Antarctic Research Centre, serta peneliti lainnya dari GNS Science, Universitas Waikato, dan Belanda, AS dan Cile. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Timothy Naish tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Penelitian terbaru menunjukkan pemanasan lebih dari 2°C menjadi titik penting bagi lapisan es di Antarktika, yaitu pencairan es secara besar-besar dan perubahan garis pantai di masa mendatang.Georgia Rose Grant, Postdoctoral Research Assistant, Paleontology Team, GNS ScienceTimothy Naish, Professor, Te Herenga Waka — Victoria University of WellingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1238782019-09-24T09:27:35Z2019-09-24T09:27:35ZLima mitos perubahan iklim, ini bantahannya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/293215/original/file-20190919-22412-1brybfo.png?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C250%2C248&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Membuat keputusan berdasarkan fakta-fakta sains. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/environmental-change-concept-room-two-windows-436361461?src=-1-11">Lightspring/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Ilmu tentang perubahan iklim berusia lebih dari <a href="https://time.com/5626806/eunice-foote-women-climate-science/">150 tahun</a> dan mungkin merupakan bidang <a href="https://www.ipcc.ch/report/ar5/wg1/">ilmu pengetahuan modern</a> yang paling banyak diuji. </p>
<p>Namun, pelaku industri sektor energi, pelobi politik, dan lainnya selama 30 tahun terakhir menaburkan keraguan tentang sains terkait perubahan iklim. </p>
<p>Perkiraan terbaru adalah lima perusahaan minyak dan gas publik terbesar di dunia menghabiskan dana melobi <a href="https://www.forbes.com/sites/niallmccarthy/2019/03/25/oil-and-gas-giants-spend-millions-lobbying-to-block-climate-change-policies-infographic/#240bf72b7c4f">sekitar 200 juta Amerika dolar setiap tahun</a> untuk mengendalikan, menunda, atau menghalangi kebijakan iklim yang mengikat secara hukum.</p>
<p>Penyangkalan akan sains perubahan iklim yang terorganisir dan terencana ini telah berkontribusi kepada kurangnya kemajuan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca global (GRK) - berujung kepada manusia kini menghadapi <a href="https://theconversation.com/uk-becomes-first-country-to-declare-a-climate-emergency-116428">darurat iklim</a> secara global. </p>
<p>Dan, ketika para penyangkal perubahan iklim menggunakan mitos - dalam bentuk berita palsu (<em>fake news</em>) dan berita bohong - untuk merongrong ilmu perubahan iklim, <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-019-02637-x">orang biasa</a> akan kesulitan melihat fakta yang ada. </p>
<p>Berikut adalah lima mitos yang biasa digunakan dan sains yang membantah mitos tersebut.</p>
<hr>
<h2>Mitos 1 : Perubahan iklim hanyalah bagian dari siklus alam</h2>
<p>Iklim Bumi selalu berubah, tetapi studi <a href="https://serc.carleton.edu/microbelife/topics/proxies/paleoclimate.html">palaeoklimatologi</a> atau ilmu tentang “iklim di masa lalu” menunjukkan perubahan luar biasa dan tidak bisa disebut alami <a href="https://www.pnas.org/content/115/52/13288">dalam 150 tahun terakhir</a>, yaitu sejak awal Revolusi Industri.</p>
<p>Hasil pemodelan menunjukkan bahwa pemanasan yang diprediksi di masa depan tidak pernah terjadi dalam 5 juta tahun terakhir.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=242&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=242&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=242&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=304&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=304&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290677/original/file-20190903-175682-18z7pu.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=304&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Suhu global selama 65 juta tahun terakhir dan kemungkinan pemanasan global di masa depan tergantung pada jumlah gas rumah kaca yang kita hasilkan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.pnas.org/content/115/52/13288">Burke et al (2018)</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Argumen “perubahan secara alami” didukung oleh cerita bahwa iklim Bumi baru saja pulih dari suhu dingin Zaman Es Kecil (1300-1850SM) dan suhu saat ini benar-benar
sama dengan Periode Hangat di Abad Pertengahan (900-1300SM).</p>
<p>Masalahnya adalah bahwa kedua Zaman Es Kecil dan periode Pemanasan Abad Pertengahan bukanlah perubahan global tetapi perubahan iklim <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1401-2">regional</a> yang memengaruhi Eropa barat laut, Amerika timur, Greenland, dan Islandia.</p>
<p>Sebuah studi yang menggunakan <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1401-2">700 catatan iklim</a> menunjukkan bahwa selama 2.000 tahun terakhir, satu-satunya masa saat iklim di seluruh dunia berubah pada saat dan arah yang bersamaan terjadi dalam 150 tahun terakhir, ketika lebih dari 98% permukaan planet bumi ini telah menghangat.</p>
<hr>
<h2>Mitos 2 : Perubahan disebabkan oleh bintik Matahari / sinar kosmik</h2>
<p><a href="https://www.scientificamerican.com/article/sun-spots-and-climate-change/">Bintik-bintik Matahari</a> adalah badai yang terjadi di permukaan Matahari disertai oleh aktivitas magnetik dan semburan atau suar Matahari (<em>solar flare</em>). Bintik-bintik Matahari ini dapat memodifikasi iklim Bumi. </p>
<p>Namun, para ilmuwan yang menggunakan sensor pada satelit telah merekam jumlah <a href="https://climate.nasa.gov/climate_resources/189/graphic-temperature-vs-solar-activity/">energi matahari yang mencapai Bumi</a> sejak 1978 dan belum ada tren kenaikan. Jadi, bintik-bintik ini tidak bisa menjadi penyebab pemanasan global baru-baru ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=449&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=564&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=564&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290679/original/file-20190903-175673-1piz2a7.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=564&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Perbandingan perubahan suhu permukaan global (garis merah) dan energi matahari yang diterima oleh Bumi (garis kuning) dalam watt (satuan energi) per meter persegi sejak 1880.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://climate.nasa.gov/climate_resources/189/graphic-temperature-vs-solar-activity/">NASA</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://www.swpc.noaa.gov/phenomena/galactic-cosmic-rays">Sinar kosmik galaksi</a> (SKG) adalah radiasi berenergi tinggi yang berasal dari luar tata surya kita dan bahkan mungkin berasal dari galaksi yang jauh. </p>
<p>Sinar ini <a href="https://www.nature.com/news/2011/110824/full/news.2011.504.html">dianggap</a> dapat membantu menyemai atau “membuat” awan. </p>
<p>Jadi, berkurangnya SKG yang mencapai Bumi berarti lebih sedikit awan, yang artinya lebih sedikit sinar matahari dipantulkan ke ruang angkasa dan menyebabkan Bumi menjadi hangat.</p>
<p>Tetapi, ada dua masalah dengan teori tersebut. Pertama, bukti ilmiah menunjukkan bahwa SKG <a href="https://skepticalscience.com/cosmic-rays-and-global-warming-advanced.htm">tidak terlalu efektif dalam penyemaian awan</a></p>
<p>Dan kedua, selama 50 tahun terakhir, jumlah SKG sebenarnya telah meningkat, mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Jika ini benar, <a href="https://skepticalscience.com/cosmic-rays-and-global-warming-advanced.htm">SKG seharusnya mendinginkan Bumi</a>, padahal tidak.</p>
<hr>
<h2>Mitos 3 : CO₂ adalah bagian kecil dari atmosfer - CO₂ tidak dapat memiliki efek pemanasan yang besar</h2>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=556&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=556&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=556&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=698&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=698&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290705/original/file-20190903-175663-9n8vl1.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=698&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Laporan Eunice Newton Foote, Keadaan yang Berpengaruh terhadap Panas Sinar Matahari, <em>American Journal of Science</em>, 1857.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mitos ini dianggap sebagai suatu hal yang masuk akal tapi sebenarnya salah sama sekali. Tahun 1856, ilmuwan Amerika <a href="https://time.com/5626806/eunice-foote-women-climate-science/">Eunice Newton Foote</a> melakukan percobaan dengan sebuah pompa udara, dua silinder kaca dan empat termometer. </p>
<p>Percobaan Foote <a href="https://www.climate.gov/news-features/features/happy-200th-birthday-eunice-foote-hidden-climate-science-pioneer">menunjukkan bahwa</a> sebuah silinder yang mengandung karbon dioksida dan ditempatkan di bawah sinar matahari menjebak lebih banyak panas dan bersuhu lebih hangat lebih lama daripada sebuah silinder dengan udara normal. </p>
<p>Para ilmuwan telah mengulangi percobaan ini di laboratorium dan di atmosfer, dan berulang kali menunjukkan efek rumah kaca dari karbon dioksida.</p>
<p>Sementara, untuk argumen yang berdasarkan “akal sehat” bahwa ukuran kecil tidak mempunyai pengaruh bisa dipatahkan dengan kenyataan bahwa orang dewasa bisa mati bila diberi 0,1 gram <a href="https://www.canada.ca/en/health-canada/services/publications/healthy-living/guidelines-canadian-drinking-water-quality-guideline-technical-document-cyanide.html">sianida</a>, yaitu sekitar 0,0001% dari berat badan Anda. </p>
<p>Bandingkan ini dengan karbon dioksida, yang saat ini berjumlah <a href="https://www.esrl.noaa.gov/gmd/ccgg/trends/">0.04%</a> di atmosfer, dan merupakan gas rumah kaca yang kuat. Sementara itu, nitrogen membentuk 78% atmosfer dan sangat tidak reaktif.</p>
<hr>
<h2>Mitos 4 : Para ilmuwan memanipulasi data untuk menunjukkan tren pemanasan</h2>
<p>Mitos ini sangat tidak benar dan hanya alat untuk menyerang kredibilitas ilmuwan iklim. Butuh konspirasi yang melibatkan ribuan ilmuwan dari lebih dari 100 negara untuk mencapai skala manipulasi data semacam ini. </p>
<p>Para ilmuwan melakukan koreksi dan validasi data setiap saat. Sebagai contoh, kami harus <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-019-1349-2">mengoreksi catatan suhu historis</a> karena cara pengukuran telah berubah. </p>
<p>Antara 1856 dan 1941, sebagian besar suhu laut diukur menggunakan air laut dimasukkan ke dalam ember yang diangkat ke geladak kapal. </p>
<p>Metode pengukuran seperti ini jelas tidak konsisten karena ada pergeseran dari ember kayu ke ember, dari kapal layar ke kapal uap, yang mengubah ketinggian geladak kapal. Perubahan-perubahan ini mengubah pendinginan disebabkan oleh penguapan ketika ember diangkat ke atas geladak kapal. </p>
<p>Sejak 1941, sebagian besar pengukuran telah dilakukan di tempat penyimpanan air di ruang mesin kapal, sehingga tidak terjadi pendinginan akibat penguapan.</p>
<p>Kita juga harus memperhitungkan bahwa banyak kota telah berkembang. Hal ini berpengaruh terhadap stasiun meteorologi yang dulunya berada di pedesaan dan berubah menjadi perkotaan dengan suhu udara yang lebih hangat daripada pedesaan di sekitarnya.</p>
<p>Jika kita tidak melakukan perubahan pada pengukuran aslinya, maka pemanasan bumi selama 150 tahun terakhir akan tampak lebih besar daripada perubahan yang sebenarnya dari yang telah diamati, yang sekarang sekitar <a href="https://climate.nasa.gov/scientific-consensus/">1˚C dari pemanasan global</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=335&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=335&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=335&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=421&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=421&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290910/original/file-20190904-175673-1s3azep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=421&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Rekonstruksi suhu global dari tahun 1880 hingga 2018 oleh lima kelompok ilmuwan internasional independen.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://climate.nasa.gov/scientific-consensus/">NASA</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<hr>
<h2>Mitos 5 : Model iklim tidak dapat diandalkan dan terlalu sensitif terhadap karbon dioksida</h2>
<p>Mitos ini tidak benar dan menunjukkan kesalahpahaman tentang kerja pemodelan iklim, sekaligus meremehkan keseriusan perubahan iklim di masa depan. </p>
<p>Terdapat sejumlah besar <a href="https://www.carbonbrief.org/timeline-history-climate-modelling">pemodelan iklim</a>, berdasarkan mekanisme spesifik, seperti pemahaman tentang awan, hingga model sirkulasi umum (MSU) yang digunakan untuk memprediksi
iklim masa depan planet kita.</p>
<p>Ada <a href="https://www.carbonbrief.org/qa-how-do-climate-models-work">lebih dari 20 pusat penelitian internasional</a> tempat ilmuwan-ilmuwan cerdas membangun dan menjalankan MSU dengan jutaan kode merepresentasikan pemahaman tentang sistem iklim.</p>
<p>Pemodelan ini terus diuji terhadap data historis dan palaeoiklim serta peristiwa iklim, seperti letusan gunung berapi besar untuk memastikan agar rekonstruksi iklim berjalan dengan baik.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=396&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=497&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=497&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290681/original/file-20190903-175668-1q82qoo.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=497&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Model rekonstruksi suhu global sejak 1970, rata-rata model berwarna hitam dengan kisaran model berwarna abu-abu dibandingkan dengan catatan suhu pengamatan dari NASA, NOAA, HadCRUT, Cowtan and Way, dan Berkeley Earth.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.carbonbrief.org/qa-how-do-climate-models-work">Carbon Brief</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tidak ada pemodelan yang dapat dianggap paling benar karena mereka mewakili sistem iklim global yang sangat kompleks. </p>
<p>Namun, karena ada begitu banyak model yang berbeda yang dibangun dan dikalibrasi
secara independen, kita bisa memiliki <a href="https://rgs-ibg.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/j.1475-4959.2012.00494.x">kepastian ketika model-model
tersebut menunjukkan hasil yang sama</a>.</p>
<p>Seluruh jajaran model iklim menunjukkan meningkatnya karbon dioksida dapat menghangatkan planet dari <a href="https://www.carbonbrief.org/explainer-how-scientists-estimate-climate-sensitivity">2˚C menjadi 4,5˚C</a>, dengan rata-rata 3.1˚C. </p>
<p>Semua model menunjukkan jumlah pemanasan yang signifikan ketika ada peningkatan karbon dioksida ke atmosfer. </p>
<p>Skala pemanasan yang diprediksi sangat mirip selama 30 tahun terakhir meskipun ada peningkatan besar dalam kompleksitas model. Ini menunjukkan hasil kerja keras dalam ilmu pengetahuan.</p>
<hr>
<p>Dengan menggabungkan semua pengetahuan ilmiah kita tentang faktor alam (Matahari, gunung berapi, aerosol, dan ozon) dan aktivitas manusia (gas rumah kaca dan perubahan penggunaan lahan), faktor pemanasan dan pendinginan iklim menunjukkan bahwa <a href="https://www.carbonbrief.org/analysis-why-scientists-think-100-of-global-warming-is-due-to-humans">100% pemanasan</a> yang diamati selama 150 tahun terakhir adalah karena ulah manusia.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=464&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=584&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=584&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290687/original/file-20190903-175705-iuqnxv.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=584&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pengaruh Alam dan Manusia terhadap suhu global sejak 1850.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.carbonbrief.org/analysis-why-scientists-think-100-of-global-warming-is-due-to-humans">Carbon Brief</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tidak ada penelitian ilmiah yang dapat menyanggah perubahan iklim secara konsisten.</p>
<p>Panel antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (<a href="https://www.ipcc.ch/">IPCC</a>), yang didirikan oleh PBB secara terbuka dan transparan merangkum sains tentang iklim, memberikan <a href="https://theconversation.com/explainer-how-scientists-know-climate-change-is-happening-51421">enam bukti yang jelas</a> tentang perubahan iklim. </p>
<p>Saat cuaca ekstrem semakin sering terjadi, orang mulai menyadari bahwa mereka tidak perlu ilmuwan untuk dapat meyakini bahwa iklim sedang berubah - mereka sudah melihat dan mengalami secara langsung.</p>
<p><em>Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.</em></p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/290123/original/file-20190829-106524-1w6rzla.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/290123/original/file-20190829-106524-1w6rzla.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=446&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/290123/original/file-20190829-106524-1w6rzla.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=446&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/290123/original/file-20190829-106524-1w6rzla.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=446&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/290123/original/file-20190829-106524-1w6rzla.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=560&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/290123/original/file-20190829-106524-1w6rzla.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=560&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/290123/original/file-20190829-106524-1w6rzla.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=560&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
</figcaption>
</figure>
<p><strong><em>Artikel ini merupakan bagian dari seri <a href="https://www.cjr.org/covering_climate_now/covering-climate-partnerships.php/">The Covering Climate Now</a></em></strong>
<br><em>Sebuah upaya dari organisasi media yang menempatkan krisis iklim di pemberitaan kami. Artikel ini dipublikasikan di bawah Creative Commons license dan bisa direproduksi secara gratis – klik “Republikasi” untuk mengopy kode HTML. The Conversation juga mengeluarkan klik “ReImagine, sebuah newsletter di mana para akademisi di seluruh dunia bisa menghadapi tantangan perubahan iklim. <a href="https://theconversation.com/imagine-newsletter-researchers-think-of-a-world-with-climate-action-113443?utm_source=TCUK&utm_medium=linkback&utm_campaign=TCUKengagement&utm_content=CoveringClimateNow">Langganan di sinda</a></em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/123878/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mark Maslin adalah Founding Director of Rezatec Ltd, Direktur The London NERC Doctoral Training Partnership dan anggota Cheltenham Science Festival Advisory Committee. Maslin merupakan anggota tak berbayar dari the Sopra-Steria CSR Board. Ia pernah menerima dana dari the NERC, EPSRC, ESRC, Royal Society, DIFD, DECC, FCO, Innovate UK, Carbon Trust, UK Space Agency, European Space Agency, Wellcome Trust, Leverhulme Trust dan British Council. Ia juga pernah menerima dana dari The Lancet, Laithwaites, Seventh Generation, Channel 4, JLT Re, WWF, Hermes, CAFOD dan Royal Institute of Chartered Surveyors. </span></em></p>Misinformasi dan kebohongan sering digunakan untuk menyangkal ilmu perubahan iklim- inilah bagaimana melihat dalam kabutnyaMark Maslin, Professor of Earth System Science, UCLLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/991582018-07-01T13:51:55Z2018-07-01T13:51:55ZPerubahan iklim akan membuat kandungan gizi nasi berkurang<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/225495/original/file-20180629-117367-j6f5ev.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1%2C1000%2C663&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kandungan gizi nasi dapat berkurang dengan meningkatnya level CO2 di udara. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Nasi adalah makanan utama bagi lebih dari tiga miliar manusia di dunia. Banyak dari mereka tidak mampu menyediakan diet yang beragam dengan protein lengkap, biji-bijian, buah, dan sayur-sayuran. Untuk memenuhi sebagian besar asupan kalori, mereka bergantung pada pangan sereal yang terjangkau, termasuk di antaranya nasi. </p>
<p>Penelitian saya fokus pada risiko kesehatan terkait dengan ragam dan perubahan iklim. Dalam sebuah <a href="http://dx.doi.org/10.1126/sciadv.aaq1012">makalah yang baru saya terbitkan</a>, bekerja sama dengan ilmuwan dari Cina, Jepang, Australia, dan Amerika Serikat saya meneliti bagaimana peningkatan konsentrasi karbon dioksida yang mendorong perubahan iklim dapat mengubah nilai nutrisi nasi. Kami melakukan penelitian lapangan di Asia untuk melihat berbagai galur beras yang berbeda secara genetik. Kami menganalisis bagaimana peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer mengubah tingkat protein, mikronutrien, dan vitamin B. </p>
<p>Data kami menunjukkan bahwa untuk padi yang ditanam pada konsentrasi karbon dioksida yang ilmuwan perkirakan akan terjadi pada 2100, level empat jenis vitamin B menurun. Penemuan ini mendukung penelitian dari bidang ilmu lain yang menunjukkan bahwa padi yang ditanam dalam kondisi demikian <a href="http://www.environment.harvard.edu/sites/default/files/myers_2014_increasing_co2_threatens_human_nutrition_aop_version.pdf">mengandung lebih sedikit protein, zat besi, dan zink</a>, yang penting bagi perkembangan janin dan bayi. Perubahan ini dapat berdampak pada kesehatan ibu <a href="https://doi.org/10.1159/000371618">dan anak</a> di negara-negara paling miskin yang bergantung pada nasi sebagai makanan utama, termasuk Bangladesh dan Kamboja. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/222621/original/file-20180611-191962-177718c.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Banyak wilayah di Asia yang miskin bergantung pada nasi sebagai makanan utama.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://irri.org/global-effort/poverty-is-where-rice-is-grown">IRRI</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/">CC BY-NC-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Karbon dioksida dan pertumbuhan tanaman</h2>
<p>Tumbuh-tumbuhan mendapatkan karbon yang mereka butuhkan untuk tumbuh utamanya dari karbon dioksida di udara, dan mengambil nutrisi lain dari tanah. Aktivitas manusia–terutama pembakaran bahan bakar dan penebangan hutan–meningkatkan konsentrasi CO2 atmosfer dari sekitar 280 bagian per juta selama periode pra-industri menjadi <a href="https://www.climate.gov/news-features/understanding-climate/climate-change-atmospheric-carbon-dioxide">410 bagian perjuta hari ini</a>. Jika emisi global terus bergerak dalam kecepatan saat ini, konsentrasi CO2 atmosfer dapat mencapai lebih dari 1.200 bagian ber juta pada 2100 (termasuk metana dan emisi gas rumah kaca lainnya). </p>
<p>Konsentrasi CO2 yang tinggi secara umum diakui dapat merangsang fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Ini dapat membuat tanaman pangan sereal yang merupakan sumber makanan paling penting di dunia, seperti beras, gandum, dan jagung lebih produktif, meski riset terbaru mengisyaratkan bahwa memprediksi dampak pada pertumbuhan tanaman itu <a href="https://theconversation.com/will-rising-carbon-dioxide-levels-really-boost-plant-growth-95265">kompleks</a>. </p>
<p>Konsentrasi mineral yang penting bagi kesehatan manusia, terutama zat besi dan zink, tidak berubah bersamaan dengan konsentrasi CO2. Pemahaman saat ini mengenai fisiologi tanaman mengisyaratkan bahwa tanaman pangan utama–terutama beras dan gandum–merespons konsentrasi CO2 yang lebih tinggi dengan mensintesis karbohidrat (gula dan zat tepung) secara lebih banyak dan protein lebih sedikit, dan dengan mengurangi jumlah <a href="https://elifesciences.org/articles/02245">mineral dalam biji-biji mereka</a>. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/222665/original/file-20180611-191943-g7d1tz.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Setelah menurun selama lebih dari satu dekade, kelaparan global tampak meningkat, berdampak pada 11% dari populasi global.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.fao.org/state-of-food-security-nutrition">FAO</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pentingnya mikronutrisi</h2>
<p>Di seluruh dunia, sekitar 815 juta orang <a href="http://www.fao.org/3/a-I7695e.pdf">mengalami kerentanan pangan</a>, artinya mereka tidak memiliki akses yang baik untuk kecukupan makanan yang aman, bergizi, dan terjangkau. Bahkan, sekitar 2 miliar orang mengalami kekurangan <a href="https://doi.org/10.1159/000371618">mikronutrisi penting</a> seperti zat besi, yodium, dan zink.</p>
<p>Kekurangan zat besi dari pangan dapat berakibat pada anemia, keadaan yang digambarkan terlalu sedikit sel darah merah dalam tubuh untuk membawa oksigen. Ini adalah tipe anemia yang paling umum. Anemia jenis ini dapat menyebabkan kelelahan, nafas pendek atau sakit pada dada, dan dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti gagal jantung dan keterlambatan perkembangan anak. </p>
<p>Tanda-tanda kekurangan zink adalah tidak ada selera makan dan kemampuan penciuman yang berkurang, luka sulit sembuh, dan sistem imunitas yang melemah. Zink juga mendukung pertumbuhan dan perkembangan, maka asupan zink dalam diet penting bagi perempuan hamil dan anak yang sedang tumbuh. </p>
<p>Konsentrasi karbon dalam tumbuh-tumbuhan mengurangi <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1111/j.1744-7909.2008.00754.x">jumlah nitrogen dalam jaringan tumbuhan</a>, yang penting bagi pembentukan vitamin B. Vitamin B dalam beberapa jenis dibutuhkan untuk fungsi-fungsi kunci dalam tubuh, seperti mengatur sistem saraf, mengubah makanan menjadi energi dan melawan infeksi. Folat, sejenis vitamin B, jika dikonsumsi perempuan hamil mengurangi risiko bayi lahir cacat. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/222667/original/file-20180611-191962-3tghlb.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Anemia mempengaruhi satu per tiga perempuan usia subur di dunia–atau sekitar 613 juta perempuan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.fao.org/state-of-food-security-nutrition">FAO</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Hilangnya nutrisi</h2>
<p>Kami melakukan studi lapangan di Cina dan Jepang. Di sana kami menanam beberapa galur padi. Untuk merangsang konsentrasi CO2 atmosfer yang lebih tinggi, kami menggunakan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Free-air_concentration_enrichment">Pengayaan CO2 Free-Air</a>, yang meniup CO2 di atas sawah untuk mempertahankan konsentrasi seperti diperkirakan akan terjadi pada akhir abad ini. Sawah untuk kelompok pengendali mengalami kondisi yang sama dengan sawah percobaan kecuali pada peningkatan konsentrasi CO2. </p>
<p>Secara rata-rata, padi yang kami tanam dengan udara dengan tingkat CO2 yang ditingkatkan mengandung 17% lebih sedikit vitamin B1 (<em>thiamine</em>) dibandingkan padi yang ditanam dalam konsentrasi CO2 saat ini; 17% lebih sedikit vitamin B2 (<em>riboflavin</em>); 13% lebih sedikit vitamin B5 (<em>pantothenic acid</em>); dan 30% lebih sedikit vitamin B9 (<em>folate</em>). Penelitian kami adalah yang pertama mengidentifikasi konsentrasi vitamin B dalam beras berkurang dengan meningkatnya CO2. </p>
<p>Kami juga menemukan rata-rata pengurangan 10% protein, 8% zat besi, dan 5% zink. Kami tidak menemukan perubahan level vitamin B6 atau Kalsium. Satu-satunya peningkatan yang kami temukan ada pada level vitamin E pada sebagian besar galur. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=441&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/222789/original/file-20180612-112631-y1ply.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=555&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Padi di dalam lapangan oktagon bagian dari percobaan yang dirancang untuk menanam padi dalam kondisi atmosfer yang berbeda-beda. Nasi yang ditanam dengan kondisi konsentrasi karbon dioksida 568 hinga 590 bagian per juta lebih tidak bergizi, dengan kandungan protein, vitamin, dan mineral yang lebih rendah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Dr. Toshihiro HASEGAWA, National Agriculture and Food Research Organization of Japan</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Memburuknya kekurangan mikronutrisi</h2>
<p>Saat ini, sekitar 600 juta orang–kebanyakan di Asia Tenggara–mendapatkan lebih dari setengah kalori harian dan protein mereka dari nasi. Jika tidak ada intervensi, penurunan yang kami temukan akan memperburuk beban gizi buruk. Penurunan yang kami temukan juga dapat mempengaruhi perkembangan anak termasuk dengan memburuknya dampak penyakit diare dan malaria. </p>
<p>Potensi risiko kesehatan yang terkait dengan defisit gizi yang disebabkan CO2 secara langsung berhubungan dengan produk domestik bruto per kapita paling rendah secara keseluruhan. Artinya, perubahan-perubahan ini berpotensi berakibat serius untuk negara-negara yang saat ini sudah mengalami masalah kemiskinan dan gizi buruk. Tidak banyak orang akan menghubungkan pembakaran bahan bakar dan penebangan hutan dengan kandungan gizi beras, tapi penelitian kami secara jelas menunjukkan bahwa emisi bahan bakar dapat memperburuk masalah kelaparan dunia. </p>
<h2>Bagaimana perubahan iklim mempengaruhi tanaman lain?</h2>
<p>Sayangnya, saat ini tidak ada lembaga di tingkat pemerintahan nasional atau korporasi yang menyediakan pendanaan jangka panjang untuk mengevaluasi bagaimana peningkatan CO2 di udara dapat berdampak pada proses kimiawi dan kualitas nutrisi. Namun perubahan-perubahan yang disebabkan CO2 akan memiliki implikasi yang signifikan terhadap tanaman obat ke masalah gizi, keamanan pangan, dan alergi makanan. Mengingat kemungkinan buruk tersebut, yang bisa jadi sudah mulai terjadi, terdapat kebutuhan yang mendesak dan jelas untuk penelitian. </p>
<p>Selain itu juga penting untuk mengidentifikasi pilihan-pilihan yang ada untuk mengurasi risiko-risiko ini, mulai dari pembenihan tanaman secara tradisional sampai ke modifikasi genetik hingga suplemen. Peningkatan konsentrasi CO2 mendorong perubahan iklim. Peran yang dipegang oleh emisi-emisi ini dalam mengubah aspek biologis tumbuhan, termasuk kualitas gizi dari tanaman yang kita gunakan makanan, pakan, serat dan bahan bakar, perlu dipelajari.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/99158/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kristie Ebi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meningkatnya level karbon dioksida menyebabkan kandungan vitamin dan nutrien dalam padi menurun. Ini bisa memperparah masalah kelaparan dan gizi buruk.Kristie Ebi, Professor of Global Health and Environmental and Occupational Health Sciences, University of WashingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.