tag:theconversation.com,2011:/us/topics/kepemimpinan-57747/articlesKepemimpinan – The Conversation2024-01-15T01:00:07Ztag:theconversation.com,2011:article/2207762024-01-15T01:00:07Z2024-01-15T01:00:07ZKepemimpinan toksik di tempat kerja: mengenali pemimpin yang membawa pengaruh buruk dan cara menjaga kewarasan kita<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/568997/original/file-20240112-23-bzcggb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=14%2C29%2C4905%2C3223&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Ilustrasi kepemimpinan toksik.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/red-man-stands-among-many-lying-1296599035">Andrii Yalanskyi/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Umumnya ketika mendengar kata kepemimpinan (<em>leadership</em>), makna yang terbangun selalu positif dan konstruktif. Sebagai salah satu subjek yang sering dikaji oleh peneliti, istilah kepemimpinan memiliki lebih dari <a href="https://www.forbes.com/sites/johnhall/2023/01/01/with-over-800-definitions-for-leadership-here-are-5-you-need-to-know-and-why/?sh=41c99e60722c">800 definisi</a>.</p>
<p>Namun, ketika disimpulkan, definisi-definisi ini mengerucut pada bagaimana seorang pemimpin memberikan pengaruh pada anak buah atau pengikutnya dan menginspirasi mereka menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Meski demikian, di balik citra positif tersebut, banyak yang tidak menyadari ada sisi gelap dalam kepemimpinan.</p>
<p>Para ilmuwan kritis dalam bidang organisasi dan kepemimpinan telah <a href="https://journals.sagepub.com/action/doSearch?AllField=toxic+leadership&SeriesKey=leaa">meneliti</a> bagaimana kepemimpinan dapat dilakukan dengan proses yang tercela, memicu luka secara psikologis bahkan fisiologis pada anak buah yang dipimpinnya. Ini menimbulkan dampak berantai berupa lingkungan kerja yang toksik, bahkan kehancuran organisasi yang dipimpinnya.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/lessons-from-donald-trump-does-a-toxic-ceo-ever-truly-leave-153439">Lessons from Donald Trump: Does a toxic CEO ever truly leave?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Anak buah atau pekerja perlu menyadari jika dirinya berada di bawah kepemimpinan toksik, sehingga bisa menerapkan strategi untuk tetap produktif, menjaga kesehatan mental dan mengambil keputusan terbaik untuk dirinya.</p>
<h2>Definisi kepemimpinan toksik</h2>
<p>Kepemimpinan toksik (<em>toxic leadership</em>) adalah serangkaian tindakan pemimpin, yang disengaja maupun tidak, yang merusak dan mengecilkan semangat para pengikut-anak buah atau karyawan-yang sungguh-sungguh ingin melaksanakan visi, misi, dan tujuan organisasi.</p>
<p>Pemimpin semacam itu cenderung mementingkan diri sendiri dan menempatkan keuntungan pribadi atau kelompoknya <a href="https://www.ciam.edu/toxic-leadership-behaviors-characteristics-and-consequences#:%7E:text=According%20to%20Webster%2C%20Brough%2C%20and,346">di atas kebutuhan organisasi maupun anak buahnya</a>. Kondisi ini dapat menciptakan kondisi demoralisasi anggota organisasi dan merusak organisasi dari dalam.</p>
<p>Pemimpin yang bersifat toksik dapat timbul dari berbagai alasan, seperti keterbatasan kualitas sumber daya, rendahnya tingkat pendidikan, dan adanya tiga <a href="https://theconversation.com/budaya-kerja-toxic-dimulai-dari-perilaku-tak-menyenangkan-dan-kepemimpinan-medioker-apa-yang-dapat-kamu-lakukan-211488">kepribadian gelap</a> dalam diri pemimpin, yaitu narsisisme, psikopati, dan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/1742715012455355">Machiavelianisme</a> yang didefinisikan sebagai suatu ciri kepribadian yang ditandai oleh kelicikan, manipulasi, dan penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan politis seseorang.</p>
<p>Pengalaman masa lalu yang penuh dengan perlakuan kasar, bersama dengan adanya nilai-nilai budaya dan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/1742715015574319">lingkungan kerja feodal</a> yang memupuk subur perilaku toksik, juga bisa menjadi faktor penyebabnya.</p>
<p>Misalnya saja, dalam konteks budaya birokrasi di Indonesia yang mendukung jurang kuasa antara atasan dan bawahan, pemimpin toksik dapat tumbuh dengan subur jika tidak ada yang berani mempertanyakannya. </p>
<h2>Ciri-ciri pemimpin toksik</h2>
<p>Para <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25470138/">peneliti</a> menyimpulkan ada kesamaan karakteristik pada kepemimpinan yang toksik. Mereka cenderung intimidatif, manipulatif (Machiavellianisme), kerap melakukan perundungan (<em>bullying</em>), menuntut pekerjaan dilakukan dengan caranya (<em>micromanaging</em>), arogan dan narsis, serta sering melakukan perbuatan yang tidak etis dan kasar (<em>abusive</em>) terhadap anak buah yang dipimpinnya.</p>
<p>Perlu digarisbawahi bahwa pemimpin yang toksik <a href="https://theconversation.com/toxic-bosses-should-be-the-next-to-face-metoo-type-reprisals-156194">tidak sama dengan pemimpin yang tegas</a>. Pemimpin toksik sering menggunakan kekuasaannya untuk memanipulasi, menyakiti, bahkan memutarbalikkan fakta demi kepentingannya sendiri. Ia juga memiliki kecenderungan bersifat otoriter dan menuntut kepatuhan anak buahnya <a href="https://www.forbes.com/sites/forbescoachescouncil/2023/07/25/surviving-toxic-bosses-5-tips-to-deal-with-difficult-leadership/?sh=2f40ae2e2c14#:%7E:text=Self%2DAwareness%20And%20Self%2DManagement&text=Learn%20to%20manage%20your%20personal,protect%20yourself%20from%20toxic%20behavior.">secara mutlak</a>.</p>
<p>Sebagai contoh, pemimpin toksik cenderung menuntut anak buahnya untuk mengikuti perintahnya tanpa memberikan ruang untuk bertanya atau menyanggah. Jika anak buah atau pengikutnya melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kehendaknya, pemimpin toksik tidak segan mempermalukan mereka di depan umum. </p>
<p>Sifat narsis dan mengagungkan diri sendiri sering membutakan pemimpin toksik dari dampak buruk dari perbuatannya kepada anggota organisasi. Alih-alih berefleksi diri, seorang pemimpin yang toksik akan selalu menyalahkan kolega, anak buah, atasan atau sistem atas kegagalannya dalam memimpin organisasi tersebut.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/abusive-bosses-often-blame-a-workers-lack-of-effort-or-care-for-poor-performance-when-its-their-own-biases-that-may-be-the-problem-172464">Abusive bosses often blame a worker's lack of effort or care for poor performance when it's their own biases that may be the problem</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><a href="https://psycnet.apa.org/record/2007-07725-004">Penelitian</a> menunjukkan bahwa banyak dampak negatif dari sebuah kepemimpinan toksik, di antaranya adalah menurunnya semangat kerja anak buah, menimbulkan stres anggota organisasi, menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dan penuh persaingan beracun, tingginya perputaran pegawai dan pengunduran diri, serta hancurnya organisasi.</p>
<h2>Menghadapi pemimpin toksik</h2>
<p>Berada di bawah kepemimpinan toksik menjadikan anak buah sering merasa tidak berdaya, terutama jika ada ketimpangan kuasa yang tinggi, misalnya perbedaan gender, usia, abilitas/disabilitas, dan kelas sosial. Sebab, pemimpin toksik cenderung bersifat menekan, sehingga anak buah sering tidak berani mengungkapkan pengalamannya kepada kolega mereka karena takut dianggap membantah atasan, menjadi bahan gosip, dan justru semakin menjadi bulan-bulanan pemimpin yang toksik.</p>
<p>Terlebih lagi, pemimpin toksik biasanya mengelilingi dirinya dengan anak buah yang memiliki karakter serupa atau mereka yang mendukung tindakan-tindakannya tanpa mempertanyakan sisi etis dari perbuatannya.</p>
<p>Oleh karena itu, jika kita berada dalam posisi tidak beruntung karena bekerja di bawah kepemimpinan toksik, para ahli menyarankan beberapa strategi untuk menjaga kewarasan kita:</p>
<p><strong>Pertama</strong>, berikan batasan profesional yang jelas. Karena pemimpin yang toksik sering meminta kepatuhan tanpa batas, belajarlah berkata tidak jika diperintahkan untuk melakukan hal-hal yang tidak etis atau di luar nalar. Catatlah jika ada kejadian-kejadian yang tidak wajar dan selalu cek kebijakan organisasi terkait.</p>
<p><strong>Kedua</strong>, fokuskan diri pada pengembangan diri dan profesional. Pemimpin toksik cenderung mengintimidasi mereka yang dianggap lemah atau kurang berketerampilan. Kompetensi dan keterampilan tinggi akan membuat kita menjadi percaya diri dan tidak mudah termanipulasi. </p>
<p><strong>Ketiga</strong>, carilah dukungan yang luas. Pastikan kamu tidak berjuang sendirian dengan menghubungi rekan kerja, mentor, dan memperluas jaringan sosialmu. Jaringan yang luas akan memberikan dukungan penting, terutama jika kamu perlu merancang rencana keluar (<em>exit plan</em>) ketika hubungan dengan pemimpin toksik semakin sulit untuk diperbaiki.</p>
<p><strong>Keempat</strong>, apabila memungkinkan, putuskan rantai perilaku toksik di lingkungan kerjamu. Carilah alternatif pekerjaan yang menawarkan lingkungan yang lebih sehat dan memberikan peluang bagi perkembangan pribadi dan profesional dirimu.</p>
<p><strong>Terakhir</strong>, kehadiran pemimpin toksik harusnya menjadi evaluasi bagi organisasi maupun masyarakat di mana kita berada.</p>
<p>Sudahkah kita memberikan evaluasi terhadap standar kepemimpinan yang baik, yang selama ini selalu identik dengan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/17427150211004053">maskulinitas</a> dan senioritas yang menjadi ladang subur bagi munculnya pemimpin toksik? Sudahkah organisasi memberikan peluang terhadap <a href="https://theconversation.com/diversity-in-the-workplace-isnt-enough-businesses-need-to-work-toward-inclusion-194136">keberagaman dan inklusivitas</a> yang berdampak pada diterimanya berbagai macam gaya kepemimpinan? </p>
<p>Secara keseluruhan, pemimpin toksik cenderung memanfaatkan posisi kepemimpinannya untuk menyembunyikan kelemahan dan keterbatasan kemampuan memimpinnya. Penting untuk tidak terjebak dalam manipulasi yang dilakukan oleh pemimpin toksik ini.</p>
<p>Mengingat kita menghabiskan sebagian besar waktu di tempat kerja, sangatlah krusial untuk tidak membiarkan hal negatif di lingkungan kerja memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan mental kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/220776/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Fitri Hariana Oktaviani tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Anak buah atau pekerja perlu menyadari jika dirinya berada di bawah kepemimpinan toksik, sehingga bisa mengimplementasikan strategi untuk tetap produktif dan menjaga kewarasan.Fitri Hariana Oktaviani, Lecturer and Researcher in Gender, Organisation & Communication, Universitas BrawijayaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2106382023-07-30T23:02:16Z2023-07-30T23:02:16ZBagaimana laki-laki bisa jadi panutan untuk wujudkan inklusivitas gender di tempat kerja<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/540035/original/file-20230730-15-fgzsw9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=5%2C0%2C992%2C666&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kesetaraan gender di tempat kerja.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/happy-proud-excited-indian-ethnicity-employee-1770073400">fizkes/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Dari penggambaran budaya populer <a href="https://www.penguin.co.uk/books/275430/girlboss-by-amoruso-sophia/9780241217931b">#girlboss</a> (sering digunakan untuk menyebut perempuan pekerja keras) hingga berbagai saran dan buku tentang bagaimana perempuan seharusnya “<a href="https://leanin.org/book">bersandar</a>” untuk memajukan karier mereka, diskusi tentang kesetaraan gender di tempat kerja cenderung berfokus pada bagaimana <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1467-8551.12320">pemimpin perempuan dapat menjadi panutan</a> untuk perempuan lainnya. Meskipun buku, nasihat dan pelatihan-pelatihan tentang kepemimpinan di tempat kerja seringkali tampak netral gender, kebanyakan masih belum menyentuh perihal tanggung jawab pemimpin untuk mendorong inklusivitas gender itu sendiri.</p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa untuk menciptakan organisasi yang benar-benar inklusif gender, laki-laki juga dapat – bahkan harus – menjadi panutan untuk kesetaraan gender.</p>
<p><a href="https://bristoluniversitypress.co.uk/men-stepping-forward">Cuthbert*</a>, pemimpin senior di perusahaan global yang saya wawancara sebagai bagian dari penelitian saya, bisa menjadi satu contoh bagaimana laki-laki dapat membantu mendorong kesetaraan gender di tempat kerja.</p>
<p>Sebelumnya dia pikir dia sudah melakukan cara yang benar dalam mendorong kesetaraan gender di kantornya, dengan cara berhati-hati agar tidak bias saat merekrut karyawan dan berusaha mendukung perempuan di kantornya dengan, misalnya, memberikan mereka bimbingan untuk pengembangan karier.</p>
<p>Namun, selama sesi mentoring dengan Phillipa, salah satu <em>mentee</em>-nya (orang yang diberikan mentoring), Cuthbert menyarankan padanya untuk mencontoh perempuan lain yang bisa jadi panutan jika ia ingin bisa memajukan kariernya.</p>
<p>Hampir pada waktu yang sama, Cuthbert juga membimbing karyawan laki-laki bernama Ben. Dalam salah satu sesi tersebut, Cuthbert menyarankan agar Ben menjadi panutan bagi orang lain.</p>
<p>Jika melihat percakapan dalam dua sesi mentoring ini, ada perbedaan nasihat yang diberikan kepada kedua <em>mentee</em>-nya: menemukan panutan dan menjadi panutan.</p>
<p>Ben dan Phillipa mungkin memang membutuhkan saran yang berbeda untuk pengembangan karier mereka masing-masing. Namun, apa yang dilakukan Cuthbert secara kebetulan <a href="https://research.cbs.dk/en/publications/there-is-no-ilean-ini-for-men">membuktikan kebenaran penelitian</a> yang mengungkap bahwa perempuan sering kali dituntut untuk mencari panutan, sedangkan laki-laki didorong untuk menjadi panutan.</p>
<p>Penelitian tersebut juga mempertanyakan mengapa ada banyak buku tentang kepemimpinan perempuan, sementara literatur tentang kepemimpinan laki-laki hampir tidak ada. Ini karena kepemimpinan laki-laki sudah dianggap hal yang lumrah. Buku-buku umum tentang kepemimpinan seringkali tidak berbicara tentang bagaimana para pemimpin bisa lebih inklusif gender.</p>
<p>Dalam sebuah artikel pada jurnal <a href="https://doi.org/10.1111/emre.12372">European Management Review</a>, saya mendefinisikan para pembawa perubahan (<em>change-maker</em>) - atau lebih populer disebut agen perubahan - sebagai orang yang memimpin organisasi mereka menuju inklusivitas. Untuk membuat perubahan dalam hal kesetaraan gender di tempat kerja, mereka perlu menyadari bahwa nasihat yang mereka berikan kepada orang yang mereka bimbing mungkin, nyatanya, masih memiliki kesenjangan dalam dimensi gender.</p>
<p>Hal ini berlaku baik bagi perempuan maupun laki-laki yang berperan sebagai mentor. Namun, karena <a href="https://www.weforum.org/reports/global-gender-gap-report-2022/in-full/2-4-gender-gaps-in-leadership-by-industry-and-cohort/">laki-laki umumnya masih lebih dominan (<em>overrepresented</em>)</a> menempati posisi senior di kantor, mereka punya peluang lebih besar untuk menjadi mentor. Ini membuat semakin pentingnya mereka untuk mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang memimpin keberagaman gender.</p>
<h2>Menciptakan perubahan</h2>
<p>Dalam <a href="https://bristoluniversitypress.co.uk/men-stepping-forward">buku</a> terbaru saya, saya menjabarkan tiga perbedaan sikap laki-laki tentang kesetaraan gender di tempat kerja. Beberapa dari mereka memang telah mendukung kesetaraan gender dari dulu dan memiliki gagasan yang cukup bagus tentang apa yang harus dilakukan. Beberapa lainnya cenderung mengalami kesulitan menghubungkan antara kebutuhan akan kesetaraan gender dengan pencapaian prestasi. Tetapi ada juga kelompok ketiga, yaitu laki-laki yang ingin mempromosikan kesetaraan gender, tapi tidak tahu harus mulai dari mana.</p>
<p>Selama melakukan <a href="https://doi.org/10.1111/emre.12372">penelitian</a>, saya menemukan bahwa kelompok yang ingin mempromosikan kesetaraan gender dapat memperoleh manfaat dari mempelajari cara menjadi agen perubahan untuk kesetaraan gender. Kemudian, calon agen perubahan ini bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang memungkinkan mereka membuat perbedaan melalui tindakan mereka.</p>
<p>Hal pertama, dan penting, yang bisa mereka lakukan penting untuk memikirkan alasan personal dalam mendukung kesetaraan gender. Pemimpin laki-laki perlu menciptakan lingkungan yang membuka ruang bagi semua orang yang bekerja padanya untuk dapat mengambil tindakan yang dapat mewujudkan kesetaraan gender. Contohnya bisa dalam bentuk tindakan sederhana, seperti menegaskan pentingnya program kesetaraan gender – jika ada karyawan menentang gagasan tersebut.</p>
<p>Agen perubahan juga harus menjadi <em>role model</em> untuk mewujudkan kesetaraan gender di tempat kerja, agar dapat memengaruhi bagaimana karyawan lainnya bersikap dalam kaitannya dengan kesetaraan gender. Seorang <em>role model</em> diharapkan menunjukkan perilaku yang akan dapat ditiru orang lain.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/539349/original/file-20230725-27-csjiht.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539349/original/file-20230725-27-csjiht.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539349/original/file-20230725-27-csjiht.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539349/original/file-20230725-27-csjiht.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=391&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539349/original/file-20230725-27-csjiht.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=491&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539349/original/file-20230725-27-csjiht.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=491&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539349/original/file-20230725-27-csjiht.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=491&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Banyak tempat kerja mencoba menjadi lebih terbuka terhadap keberagaman.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/portrait-smiling-group-diverse-corporate-colleagues-765674290">Ground Picture/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mencontohkan perilaku inklusif</h2>
<p>Menjadi <em>role model</em> bisa mencakup beragam aktivitas. Selain memberikan mentoring, seperti yang dilakukan Cuthbert dengan Ben dan Phillipa, tugas penting lainnya adalah <a href="https://cord.cranfield.ac.uk/articles/journal_contribution/Linchpin_-_men_middle_managers_and_gender_inclusive_leadership/3491408">menentang perilaku apa pun</a> yang menghalangi upaya penyetaraan gender.</p>
<p>Ini bisa terkait dengan <a href="https://cord.cranfield.ac.uk/articles/journal_contribution/Linchpin_-_men_middle_managers_and_gender_inclusive_leadership/3491408">perekrutan</a> karyawan, misalnya dengan memberi peringatan jika diskusi dalam rekrutmen karyawan dilakukan dengan cara yang bias, atau jika seorang karyawan (yang bias) mencoba mempekerjakan orang lain yang mirip dengan dirinya.</p>
<p>Umumnya, seorang agen perubahan pun mungkin masih meyakini bahwa kemampuan laki-laki dan perempuan diukur dengan cara yang berbeda. Contoh klasiknya adalah jika seorang perempuan cenderung asertif, seringkali ia dianggap agresif. Dalam sebuah rapat, misalnya, mereka mungkin juga akan merespons dengan benar komentar yang disampaikan oleh perempuan yang kerap diabaikan oleh karyawan lainnya - atau berbicara secara personal dengan seseorang yang mengabaikan komentar perempuan itu setelah rapat selesai.</p>
<p>Dalam beberapa situasi, menghadapi perilaku yang tidak mendukung kesetaraan gender secara langsung bisa menjadi cara yang tepat. Namun, pada beberapa situasi lain, melakukan intervensi secara halus bisa jadi lebih efektif. Penting bagi agen perubahan untuk memiliki keterampilan untuk mencari tahu strategi mana yang digunakan dan dalam situasi apa. Inilah jalan menuju <a href="https://bristoluniversitypress.co.uk/men-stepping-forward">kepemimpinan inklusif</a>.</p>
<p>Tentu saja, para pemimpin tersebut mungkin masih melakukan kesalahan atau perlu banyak koreksi. Butuh kesabaran, karena banyak praktik, yang menimbulkan ketidaksetaraan gender di tempat kerja, yang sulit untuk diubah. Namun, sangat penting bagi laki-laki, bukan hanya perempuan, untuk bertindak sebagai agen perubahan dan panutan bagi kesetaraan gender, baik di tempat kerja maupun di luar lingkungan pekerjaan.</p>
<p><em>*Nama telah disamarkan.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210638/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Elisabeth Kelan menerima dana dari Leverhulme Trust Major Research Fellowship (MRF-2019-069) dan dana hibah British Academy (SRG20\200195). Penelitian ini didanai oleh British Academy Mid-Career Fellowship (MD130085) dan KPMG.</span></em></p>Tanggung jawab untuk menciptakan kesetaraan gender di tempat kerja awalnya dibebankan pada perempuan, padahal laki-laki memiliki peran penting untuk mewujudkannya.Elisabeth Kelan, Professor of Leadership and Organisation, University of EssexLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1982162023-01-20T02:36:48Z2023-01-20T02:36:48ZPengunduran diri Jacinda Ardern dan tantangan baru bagi politik di Selandia Baru<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/505470/original/file-20230119-26-jyw3l8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Getty Images </span></span></figcaption></figure><p>Tidak ada yang memprediksi momen ini. Dengan berakhirnya Natal, politik di Selandia kembali berlanjut, perombakan kabinet kabarnya akan dilaksanakan minggu ini, beberapa kebijakan baru yang besar mungkin akan diumumkan, dan jika beruntung, tanggal pemilihan umum tahun ini akan diumumkan. Ini membuat orang-orang di Selandia Baru merasa lega.</p>
<p>Tanggal pemilihan umum tahun ini telah diumumkan, yaitu 14 Oktober. Namun, ada juga pengumuman lain: dalam waktu tingga minggu, salah satu perdana menteri paling populer – dan berkuasa – dalam sejarah Selandia Baru beberapa tahun belakangan ini akan mengundurkan ini.</p>
<p>Tidak sulit untuk mengetahui mengapa Jacinda Ardern mengambil keputusannya. Seperti yang dia katakan:</p>
<blockquote>
<p>Saya percaya bahwa memimpin suatu negara adalah pekerjaan paling istimewa yang pernah dimiliki siapa pun, tetapi juga salah satu yang paling menantang. Anda tidak dapat dan seharusnya tidak melakukannya kecuali Anda memiliki tangki penuh dengan sedikit cadangan bahan bakar untuk tantangan-tantangan yang tidak terduga.</p>
</blockquote>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1615867935951568896"}"></div></p>
<p>Dia telah mengalami lebih dari sekadar tantangan: serangan teror domestik di Christchurch, bencana alam besar di Pulau Whakaari-White, pandemi global dan, yang terbaru, biaya hidup yang semakin tinggi.</p>
<p>Selain itu, tentu saja, dia harus menghadapi serangkaian masalah kebijakan umum yang telah membingungkan pemerintah selama beberapa dekade di negara ini, termasuk biaya perumahan, kemiskinan anak, ketidaksetaraan, dan krisis iklim. Jelas, tangki Ardern kosong.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/from-pretty-communist-to-jabcinda-whats-behind-the-vitriol-directed-at-jacinda-ardern-179094">From ‘pretty communist’ to ‘Jabcinda’ – what’s behind the vitriol directed at Jacinda Ardern?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Akan tetapi, ini bukan hanya tentang kebijakan. Bersama dengan politikus perempuan lainnya, Ardern menghadapi rentetan pelecehan online dan langsung – dari para orang yang anti-vaksin, misoginis, dan berbagai macam orang lainnya yang tidak menyukainya.</p>
<p>Orang-orang lain yang memiliki pengalaman langsung tentang ini <a href="https://www.stuff.co.nz/opinion/300776395/abuse-of-journalist-shows-how-ugly-our-civil-discourse-has-become">telah menulis</a> bahwa kemunduran wacana sipil di Selandia Baru sangat parah dan menggelisahkan, terutama sejak perebutan secara paksa kantor parlemen pada awal tahun 2022.</p>
<p>Ardern telah menghabiskan dua tahun terakhir tepat di garis depan dari toksisitas semacam ini. Hal ini berdampak buruk – pada dirinya, keluarganya, dan orang-orang yang dekat dengannya. Ini juga menjadi salah satu faktor pendorong keputusannya.</p>
<h2>Kisah dua peninggalan</h2>
<p>Meski demikian, seiring waktu, peninggalan yang paling diingat orang dari masa jabatan Ardern adalah cara dia menanggapi krisis-krisis besar. Ardern telah menghadapi lebih banyak krisis daripada perdana menteri Selandia Baru lainnya dalam sejarah. Yang terutama, dia menghadapi semua krisis dengan penuh ketenangan, martabat, dan kejelasan.</p>
<p>Tentu saja selalu ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut. Namun, penolakannya untuk menggunakan retorika yang mengandung elemen pelecehan atau penghinaan (selain saat dia <a href="https://www.theguardian.com/world/2022/dec/22/jacinda-arderns-arrogant-prick-comment-nets-more-than-100000-at-auction">baru-baru ini menyebut</a> anggota parlemen oposisi sebagai “bajingan arogan”), yang telah menjadi ciri khas dari banyak wakil rakyat, membuatnya menonjol di dunia politik yang menormalisasi elemen pelecehan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/nz-election-2020-jacinda-ardern-promised-transformation-instead-the-times-transformed-her-142900">NZ election 2020: Jacinda Ardern promised transformation — instead, the times transformed her</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kritikusnya mungkin mencap gaya kepemimpinan Ardern sebagai “penampilan luar belaka.” Namun, aspek terpenting dalam politik adalah cara mengendalikan narasi publik. Untuk waktu yang lama, Ardern dan timnya berhasil melakukannya dengan sangat baik.</p>
<p>Meski begitu, ada banyak hal yang tidak berhasil Ardern capai. Di awal masa jabatannya, dia menjanjikan transformasi, tetapi masalah ketidaksetaraan dan kemiskinan masih menjadi masalah utama di ranah politik Selandia Baru. Pemerintah dari Partai Buruh yang dia pimpin belum mampu mengatasi masalah kekurangan perumahan rakyat berkepanjangan yang berlangsung selama bertahun-tahun. Masalah tenaga kerja di bidang kesehatan masyarakat, pendidikan, dan konstruksi juga menjadi tantangan berat yang harus dihadapi oleh pemerintah penerusnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/505270/original/file-20230119-14-84qz66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/505270/original/file-20230119-14-84qz66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=415&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/505270/original/file-20230119-14-84qz66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=415&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/505270/original/file-20230119-14-84qz66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=415&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/505270/original/file-20230119-14-84qz66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=521&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/505270/original/file-20230119-14-84qz66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=521&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/505270/original/file-20230119-14-84qz66.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=521&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pemimpin selama pandemi COVID: Ardern menyampaikan informasi terbaru mengenai pandemi secara rutin di televisi pada puncak masa pandemi tahun 2020.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Getty Images</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Tidak ada penerus pasti</h2>
<p>Perhatian masyarakat sekarang beralih ke posisi pemimpin Partai Buruh dan pemungutan suara partai pada hari Minggu ini. Suara mayoritas 60% plus satu suara diperlukan untuk memilih pemimpin baru, dan Partai Buruh akan berharap hal tersebut dapat terwujud Minggu ini.</p>
<p>Jika gagal tercapai, sesuai dengan konstitusinya, Partai Buruh harus membentuk sebuah <em>electoral college</em> (kolese elektoral) yang terdiri dari kaukus partai (yang memperoleh 40% dari total suara), anggota sayap partai (40%), dan anggota afiliasi partai (20%). Proses ini akan memakan waktu dan memiliki potensi perpecahan dan menjadi gangguan. Oleh sebab itu, hasil pemilihan yang definitif sangat diharapkan dapat diumumkan pada hari Minggu.</p>
<p>Kejutan besar lainnya adalah mundurnya Menteri Keuangan dan Wakil Ardern, Grant Robertson, dari persaingan menjadi perdana menteri. Banyak pihak berasumsi bahwa dia adalah calon penerus Ardern yang paling kuat, tetapi keputusannya untuk tidak mencalonkan diri membuka banyak kemungkinan lain.</p>
<p>Bahkan dengan menyertakan orang-orang terdekat Ardern, seperti David Parker, Chris Hipkins, dan Megan Woods, jumlah calon perdana menteri baru masih kurang banyak, dan tidak ada kandidat yang memiliki daya tarik sebesar Ardern. Ardern meninggalkan warisan yang sangat besar bagi penerusnya.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1615881624578850817"}"></div></p>
<h2>Berita membingungkan bagi Partai Nasional</h2>
<p>Tidak mengherankan, pengumuman pengunduran diri Ardern telah mendominasi siklus berita di Selandia Baru, dan tidak menyisakan ruang untuk berita mengenai kejadian penting lainnya minggu ini – kaukus pertama Partai Nasional tahun ini.</p>
<p>Orang mungkin membayangkan bahwa berita pengunduran diri Ardern akan menjadi kabar gembira bagi partai lainnya. Popularitas Partai Buruh di jajak pendapat sedang menurun belakangan ini, sementara dukungan untuk partai politik kanan-tengah, seperti Partai Nasional dan Partai ACT (<em>Association of Consumers and Taxpayers</em>), sedang meningkat.</p>
<p>Ardern masih jauh lebih populer daripada pemimpin Partai Nasional, Christopher Luxon, yang mungkin bersyukur tidak harus bersaing dengan Ardern di kampanye pemilu mendatang. Ardern sudah sangat ahli dalam berkampanye, sementara Luxon masih harus belajar banyak.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/anniversary-of-a-landslide-new-research-reveals-what-really-swung-new-zealands-2020-covid-election-169351">Anniversary of a landslide: new research reveals what really swung New Zealand's 2020 'COVID election'</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Partai Nasional juga akan berpikir bahwa dukungan untuk Partai Buruh yang banyak berhubungan langsung dengan Ardern sendiri – termasuk dukungan untuk Partai Buruh tahun 2020 dari orang-orang yang biasanya memilih Partai Nasional – sekarang dapat dipecah dan mereka rebut.</p>
<p>Namun, para pemimpin sayap Partai Nasional akan mengambil langkah dengan hati-hati. Seiring berlalunya masa pandemi COVID, Ardern menjadi sosok yang semakin kontroversial. Dengan kemundurannya, dia memberi partainya banyak waktu untuk membentuk pemimpin-pemimpin baru yang dapat menutup masa kepemimpinannya selama tiga tahun terakhir dan berfokus pada masa depan.</p>
<p>Tentu saja, masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah rakyat Selandia Baru akan mendukung narasi politik baru tanpa kepemimpinan Ardern. Akan tetapi, dia memberi banyak waktu bagi Partai Buruh untuk mencoba meyakinkan rakyat Selandia Baru.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/505271/original/file-20230119-24-i8os69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/505271/original/file-20230119-24-i8os69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/505271/original/file-20230119-24-i8os69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/505271/original/file-20230119-24-i8os69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/505271/original/file-20230119-24-i8os69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/505271/original/file-20230119-24-i8os69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/505271/original/file-20230119-24-i8os69.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">PM global: Ardern memberikan pidato pada sesi ke-77 Majelis Umum PBB di New York pada akhir 2022.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Getty Images</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mundur dengan caranya sendiri</h2>
<p>Apakah ada pelajaran penting dari semua ini bagi khalayak internasional? Yang menyedihkan, mungkin pelajaran utama yang dapat dipetik menyangkut akibat yang dirasakan oleh wakil rakyat terpilih di masa-masa penuh pertentangan dan normalisasi dari pelecehan. Di seluruh dunia, politikus perempuan khususnya telah menanggung akibat dari panggung politik yang toksik. Akan ada banyak orang yang melihat mundurnya Ardern sebagai bentuk pembungkaman suara perempuan.</p>
<p>Ada juga pelajaran berharga yang dapat dipelajari tentang praktik kepemimpinan dalam dunia politik. Ardern memilih sendiri waktu dan caranya turun dari jabatannya – dia tidak kehilangan posisinya karena konflik internal atau kalah dalam pemilu.</p>
<p>Reputasi Ardern justru akan makin bersinar, dan malahan, akan menambah kekuatan politiknya – meskipun belum jelas apakah dia akan memainkan peran politik di panggung internasional. Namun, hal ini merupakan sesuatu yang sangat mungkin terjadi di masa depan.</p>
<p>Akan tetapi, untuk saat ini, Ardern akan dengan bersemangat mengantar anaknya ke sekolah dan akhirnya menikah dengan pasangannya sejak lama. Setelah melalui masa jabatan yang penuh gejolak dan tantangan sebagai perdana menteri, Ardern pasti akan cukup menikmati kedua hal tersebut.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/198216/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Richard Shaw tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Meninggalkan dengan caranya sendiri mungkin merupakan kemenangan terakhir Jacinda Ardern, dan satu bagian dari warisan politiknya yang kaya dan kompleks.Richard Shaw, Professor of Politics, Massey UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1792042022-03-24T08:56:49Z2022-03-24T08:56:49ZMelihat perbedaan keunikan gaya kepemimpinan Putin, Zelenskyy dan Biden<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/454082/original/file-20220324-13-15j06zq.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Dari kiri: Vladimir Putin, Volodymyr Zelenskyy, dan Joe Biden.</span> <span class="attribution"><span class="source">Associated Press dan Pemerintah Ukraina</span></span></figcaption></figure><p><a href="https://doi.org/10.1016/j.paid.2021.111406">Krisis</a> antarnegara, seperti konflik antara Rusia dan Ukraina yang kini tengah berlangsung, memberi kesempatan bagi kita untuk melihat lebih jauh karakter para pemimpin negara yang terlibat, serta <a href="https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2018.08.001">perbedaan model kepemimpinan mereka</a>.</p>
<p>Berdasarkan <a href="https://www.taylorfrancis.com/books/edit/10.4324/9781351017152/extending-charismatic-ideological-pragmatic-approach-leadership-samuel-hunter-jeffrey-lovelace">penelitian</a> yang kami lakukan selama <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S104898430200125X?via%3Dihub">20 tahun </a> terakhir, kami mengidentifikasi <a href="https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2008.03.005">tiga jenis model kepemimpinan</a> yang muncul dalam berbagai macam krisis dan keadaan.</p>
<p>Bicara tentang konflik Rusia-Ukraina, setidaknya ada tiga pemimpin negara yang terlibat baik secara langsung dan tidak langsung, serta menjadi sorotan dunia. Mereka adalah yakni Presiden Volodymyr Zelenskyy (Ukraina), Presiden Vladimir Putin (Rusia), dan Presiden Joe Biden (Amerika Serikat, atau AS).</p>
<p>Masing-masing pemimpin tersebut memiliki pendekatan yang berbeda dalam menghadapi krisis.</p>
<h2>Zelensky, si pahlawan karismatik</h2>
<p>Banyak masyarakat dari seluruh belahan dunia mulai memandang Presiden Zelenskky sebagai sosok pemimpin karismatik – meski ia pun <a href="https://www.washingtonpost.com/opinions/2022/03/02/ukraine-russia-social-media-unseemly-war-fandom/">enggan</a> dipandang sebagai sosok selebritas.</p>
<p>Sosok pemimpin karismatik cenderung memengaruhi masyarakatnya melalui daya tarik emosional saat memberikan harapan dan visi untuk masa depan negara.</p>
<p>Dalam kampanye presiden tahun 2019, Zelenskyy berusaha menunjukan karismanya dengan cara menampilkan dirinya sebagai sosok yang progresif dan <a href="https://theconversation.com/a-comedian-who-played-a-president-on-tv-just-became-ukraines-president-115100">bukan bagian dari orde politik yang lawas</a>. Ia <a href="https://www.washingtonpost.com/world/2022/03/01/ukraine-president-volodymyr-zelensky-russia/">menawarkan gaya kepemimpinan baru yang menjanjikan perubahan</a> untuk bangsanya. </p>
<p>Selama berlangsungnya krisis Rusia-Ukraina saat ini, daya tarik emosional Zelenskyy menjadi semakin terlihat. Dia tidak hanya berhasil menjadi inspirasi bagi rakyatnya sendiri, <a href="https://warontherocks.com/2020/08/the-looming-influx-of-foreign-fighters-in-sub-saharan-africa/">tetapi juga</a> telah <a href="https://thehill.com/opinion/international/596425-budowsky-when-zelensky-speaks-we-are-all-ukrainian">menjadi ikon global</a> dalam waktu singkat.</p>
<h2>Putin, sang ideolog</h2>
<p>Berbeda dari Zelenskyy, Presiden Putin <a href="https://www.jstor.org/stable/48609643">merepresentasikan sosok</a> pemimpin yang ideologis.</p>
<p>Karakter pemimpin seperti ini biasanya cenderung gemar mengungkit masa lalu, menunjukkan keinginan untuk memutar balik waktu ke masa ketika masyarakat, menurutnya, merasa lebih sejahtera.</p>
<p>Tipe pemimpin ideologis seringkali menggunakan emosi negatif untuk menekankan apa yang mungkin terjadi andai tidak terjadi perubahan.</p>
<p>Sosok pemimpin ideologis dalam diri Putin paling terlihat dari <a href="https://www.newsweek.com/putin-invokes-soviet-heroes-lenin-stalin-says-russia-created-ukraine-1681185">ambisinya</a> untuk mengembalikan Rusia ke era kepemimpinan <a href="https://internasional.kompas.com/read/2019/04/24/05000051/biografi-tokoh-dunia--vladimir-lenin-pendiri-uni-soviet?page=all">Vladimir Lenin</a> dan <a href="https://dunia.tempo.co/read/1536484/joseph-stalin-diktator-uni-soviet-bernama-asli-iosif-visarionocivh-dzhugashvili">Joseph Stalin</a>, tokoh-tokoh ternama yang pernah memimpin Uni Soviet.</p>
<p>Putin juga pernah menyebut runtuhnya Uni Soviet sebagai “<a href="https://www.politifact.com/factchecks/2014/mar/06/john-bolton/did-vladimir-putin-call-breakup-ussr-greatest-geop/">tragedi geopolitik terbesar pada abad ke-20</a>.”</p>
<p>Dalam beberapa tahun terakhir, Putin terlihat benar-benar mulai merealisasikan ambisinya untuk mengembalikan kejayaan Uni Soviet. Salah satunya, ia mengambil alih sebagian wilayah <a href="https://theconversation.com/russias-recent-invasions-of-ukraine-and-georgia-offer-clues-to-what-putin-might-be-thinking-now-175489">Georgia dan juga Semenanjung Krimea</a> di Ukraina.</p>
<p>Karakter ideologis Putin juga terlihat dari caranya menampilkan secara <a href="https://www.vox.com/2015/6/17/8796659/vladimir-putin-shirtless-video">fisik</a> hal-hal yang menurutnya <a href="https://newlinesmag.com/reportage/putin-exploits-the-peoples-yearning-for-past-glory/">merepresentasikan</a> nilai-nilai <a href="https://theconversation.com/how-zelenskyy-emerged-as-the-antithesis-of-putin-and-proved-you-dont-need-to-be-a-strongman-to-be-a-great-leader-178485">yang mewakili Rusia</a>, termasuk pertunjukkan kekuatan, <a href="https://doi.org/10.1080/02684527.2017.1313523">sejarah</a>, dan [imperialisme](https://www.newyorker.com/news/q-and-a/vladimir-putins-revisionist-history-of-russia-and-ukraine). </p>
<h2>Biden, si pragmatis</h2>
<p>Presiden Biden dari AS adalah seorang pragmatis. Para pemimpin pragmatis biasanya gemar mencari solusi untuk memecahkan masalah, dan cenderung lebih menggunakan logika dan rasionalitas dibanding daya tarik emosional, dalam memengaruhi masyarakatnya.</p>
<p>Biden berusaha menanamkan pengaruhnya melalui solusi praktis dan seringkali berpegang pada <a href="https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/amp0000715">data</a> untuk mendukung segala keputusannya. </p>
<p>Dalam beberapa <a href="https://www.whitehouse.gov/state-of-the-union-2022/">pidatonya</a> baru-baru ini – di mana <a href="https://doi.org/10.1080/10400419.2013.752228">isinya</a> memang tidak memuat <a href="https://nypost.com/2022/03/03/biden-sotu-ratings-down-from-first-addresses-by-trump-obama/">emosi</a> yang sebesar pidato Zelenskyy maupun Putin – Biden mengungkapkan rencananya untuk menentang Rusia melalui sanksi ekonomi dan pembentukan koalisi internasional.</p>
<p>Karakter pragmatis memang kurang memiliki pengaruh secara emosional. Namun, di dunia dengan sistem politik yang berbeda-beda – dan <a href="https://www.washingtonpost.com/politics/2022/02/23/rashida-tlaib-biden-state-of-the-union-response-working-families/">terpecah belah</a> – pendekatan pragmatis seringkali mampu membuka ruang terwujudnya <a href="https://www.usatoday.com/story/opinion/columnist/2022/03/02/biden-state-of-the-union-unity-agenda-gop-joshua/9334536002/">persatuan</a>. </p>
<h2>Tiga pemimpin yang saling bertolak belakang</h2>
<p>Pendekatan kepemimpinan yang berbeda dari ketiga presiden tersebut memberikan gambaran tentang bagaimana cara mereka merespons segala sesuatu yang akan terjadi.</p>
<p>Pemimpin pragmatis menjadi sosok yang <a href="https://doi.org/10.1177%2F107179190601200404">paling fleksibel</a> dan mudah beradaptasi. Mereka bisa saja mengubah strategi pendekatan mereka sesuai kebutuhan demi memecahkan masalah.</p>
<p>Sikap Biden saat ini menunjukkan bahwa sebagai pemimpin pragmatis, ia dapat mengenakan sanksi ekonomi <a href="https://www.nytimes.com/2022/03/07/us/politics/biden-russia-oil-ban.html">yang belum pernah dilakukan sebelumnya</a> dan berdampak luas. Meski menerjunkan pasukan AS secara langsung belum menjadi opsi saat ini, pemimpin pragmatis sebenarnya siap mempertimbangkan berbagai macam solusi.</p>
<p>Pemimpin karismatik seperti Zelenskyy dapat memberi energi kepada pendukungnya dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh pemimpin lain. Ini terbukti dari banyaknya <a href="https://www.washingtonpost.com/technology/2022/03/03/ukraine-cryptocurrency-donations/">sumbangan besar-besaran</a> dan dukungan lain dalam berbagai bentuk untuk Ukraina dari seluruh dunia. Ini juga memberi semangat kepada tentara Ukraina yang tengah <a href="https://www.nytimes.com/2022/03/06/world/europe/ukraine-beats-russia-mykolaiv.html">berjuang keras</a> melawan invasi Rusia.</p>
<p>Namun, pada akhirnya, <a href="https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2008.03.005">pendekatan karismatik bisa menjadi kurang efektif</a> karena hanya terbatas pada pengaruh fisik dan emosional.</p>
<p>Yang terakhir, dan mungkin paling menonjol, para pemimpin ideologis seperti Putin sulit untuk digoyahkan dan biasanya tidak mau berkompromi. Mereka dapat mendorong masyarakatnya untuk berkorban dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh pemimpin karismatik maupun pragmatis. Namun, hal tersebut hanya dapat terjadi jika masyarakat melihat bahwa pemimpin tersebut memiliki nilai-nilai yang sama dengan mereka.</p>
<p>Sebagian masyarakat di Rusia telah menunjukkan penolakan terhadap ambisi Putin untuk membangkitkan kembali Uni Soviet.</p>
<p>Masyarakat sipil Rusia <a href="https://www.npr.org/2022/03/02/1083694848/sanctions-russia-ukraine-economy-war">merasa frustasi</a> dalam menjalani kesehariannya akibat sanksi ekonomi dunia. Beberapa pasukan tentara Rusia juga mengakui bahwa mereka <a href="https://www.theguardian.com/world/2022/mar/04/russian-soldiers-ukraine-anger-duped-into-war">mengalami</a> suatu <a href="https://www.washingtonpost.com/politics/2022/03/01/russia-low-morale-ukraine-invasion/">dilema moral</a> akibat konflik dengan negara tetangga mereka.</p>
<p>Bahkan, menurut beberapa laporan, upaya Rusia untuk pembunuhan terhadap Zelenskyy gagal karena diduga ada pejabat pemerintah Rusia yang <a href="https://thehill.com/policy/international/596435-ukrainian-authorities-thwart-zelensky-assassination-plot-top-official">diam-diam memberitahu otoritas Ukraina</a> tentang rencana tersebut.</p>
<p>Berdasarkan perhitungan, dalam konflik ini, jelas Rusia memiliki militer yang jauh lebih besar daripada Ukraina. Jika Ukraina selamat dari konflik, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah bahwa kepemimpinan ideologis Putin tidak mampu lagi memenuhi <a href="https://www.economist.com/graphic-detail/2022/03/05/western-sanctions-have-rocked-russias-financial-system">kebutuhan masyarakat Rusia</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/179204/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sam Hunter menerima dana dari Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat, Kantor Program Universitas dari Direktorat Sains dan Teknologi di bawah Penghargaan Hibah Nomor 20STTPC00001-02-01. Pandangan dan kesimpulan yang disampaikan dalam tulisan ini adalah pendangan pribadi penulis dan tidak mewakili kebijakan resmi, baik tersurat maupun tersirat, dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Gina Scott Ligon menerima dana dari Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat, Kantor Program Universitas dari Direktorat Sains dan Teknologi di bawah Penghargaan Hibah Nomor 20STTPC00001-02-01. Pandangan dan kesimpulan yang disampaikan dalam tulisan ini adalah pendangan pribadi penulis dan tidak mewakili kebijakan resmi, baik tersurat maupun tersirat, dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.</span></em></p>Konflik Rusia-Ukraina melibatkan tiga pemimpin kunci, yang masing-masing memiliki karakter kepemimpinan berbeda dalam menghadapi krisis.Sam Hunter, Professor of Psychology and Head of Strategic Operations at the National Counterterrorism, Innovation, Technology, and Education (NCITE) center, University of Nebraska OmahaGina Scott Ligon, Director the National Counterterrorism Innovation, Technolology, and Education (NCITE) Center, University of Nebraska OmahaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1678132022-01-12T11:00:46Z2022-01-12T11:00:46ZPemimpin narsis memikat hati semua orang, bahkan anak-anak<p>Kita hidup di zaman di mana para pemimpin narsis. Di seluruh dunia, kita melihat jatuh bangunnya <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1048984306001111">pemimpin narsis</a> – orang-orang yang memiliki pandangan muluk-muluk tentang diri mereka sendiri, yang percaya bahwa hukum dan peraturan tidak berlaku untuk mereka, dan yang mendambakan rasa hormat dan kekaguman dari pengikut mereka.</p>
<p>Apakah mungkin munculnya para pemimpin yang narsis berasal dari masa kanak-kanak mereka? Sebagai psikolog, saya dan rekan-rekan saya mempelajari hal ini.</p>
<p>Narsisme adalah sebuah kepribadian di mana seseorang kerap menganggap dirinya adalah tokoh terpenting yang paling berperan dan berhak atas sesuatu. Penelitian kami menemukan bahwa narsisme <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/9781119125556.devpsy316">berkembang di masa kanak-kanak</a>. Sejak usia tujuh tahun, ada perbedaan stabil dalam tingkat narsisme pada anak-anak. “Anak-anak yang narsis lebih cenderung membuat <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/00223890802108162?casa_token=t8sYpDf3W5cAAAAA%3AK4VMfXegz9P_eEYR50aKJiDKWr1tk5vgpwkreCSYe8dVYTL_yNGdy9wJPJiXWgGpQIPABIMpvyCufg">klaim</a> seperti "Aku sangat spesial”, “Aku pantas mendapatkan sesuatu, lebih dari yang lain”, dan “Aku adalah contoh teladan yang pantas untuk diikuti”.</p>
<p>Pada orang dewasa, orang-orang seperti ini kerap <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/peps.12072">muncul sebagai pemimpin dalam kelompok</a>. Orang-orang narsis memikat orang lain dengan pesonanya, visi yang berani, dan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan.</p>
<p>Sebagaimana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu luang mereka di sekolah dan di dalam <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0272431614523134">kelompok</a>, kami bertanya-tanya apakah anak-anak narsis akan dilihat sebagai pemimpin oleh teman sebayanya. Mereka mungkin dianggap sebagai Ketua Genk Taman Bermain.</p>
<p>Dalam <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0956797620965536">studi</a> ini, kami mengajak 332 anak antara usia tujuh hingga 14 tahun. Kami menilai tingkat narsisme mereka dengan meminta mereka untuk menuliskan nama-nama teman sekelas yang mereka anggap sebagai “pemimpin sejati”. Kami menjelaskan bahwa seorang pemimpin adalah “seseorang yang memutuskan apa yang dilakukan kelompok dan seseorang yang menjadi bos”.</p>
<p>Anak-anak narsis sering dilihat oleh teman-teman sekelasnya sebagai pemimpin sejati. Hubungan antara narsisme dan kepemimpinan begitu kuat sehingga muncul pada 96% hasil yang kami selidiki.</p>
<p>Jadi sekarang kita tahu bahwa anak-anak narsis sering muncul sebagai pemimpin di kelas mereka. Tetapi apakah mereka benar-benar unggul untuk menjadi pemimpin?</p>
<p>Untuk menjawab pertanyaan ini, kami mengundang anak-anak untuk melakukan tugas kelompok. Mereka membentuk panitia berisi tiga orang untuk memilih polisi terbaik dari beberapa calon yang ada. Mereka menerima deskripsi rinci dari masing-masing kandidat, dengan detil seperti “suka membantu orang lain”, “pandai karate”, dan “takut gelap”. Tugas ini dirancang agar anak-anak hanya dapat mengidentifikasi kandidat terbaik ketika mereka berbagi informasi dengan anggota kelompok mereka. <a href="https://psycnet.apa.org/record/2014-23797-001">Kolaborasi adalah kuncinya</a>.</p>
<p>Secara acak, kami menugaskan satu anak untuk menjadi pemimpin. Anak ini duduk di ujung meja dan bertanggung jawab untuk membimbing diskusi kelompok serta membuat keputusan akhir.</p>
<p>Meskipun memiliki persepsi positif tentang keterampilan kepemimpinan mereka sendiri, anak-anak narsis tidak unggul sebagai pemimpin. Dibandingkan dengan pemimpin lain, mereka tidak menunjukkan kepemimpinan yang lebih baik dan tidak membimbing kelompoknya untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik. Mereka benar-benar seperti anak-anak pada umumnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Balon raksasa yang menggambarkan Donald Trump sebagai bayi mengambang di atas London." src="https://images.theconversation.com/files/382513/original/file-20210204-24-1uekqaq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382513/original/file-20210204-24-1uekqaq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382513/original/file-20210204-24-1uekqaq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382513/original/file-20210204-24-1uekqaq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382513/original/file-20210204-24-1uekqaq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382513/original/file-20210204-24-1uekqaq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382513/original/file-20210204-24-1uekqaq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bayi yang penuh dengan hawa panas sering kali dipilih untuk memimpin meski dengan sebab yang salah.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jika anak-anak narsis tidak benar-benar unggul sebagai pemimpin, mengapa teman sekelasnya masih melihat mereka sebagai pemimpin sejati? Anak-anak, seperti orang dewasa, mungkin menerima bualan-bulan tentang individu narsis begitu saja. Orang-orang kerap tidak dapat melihat narsisme sebagai kedok – <a href="https://psycnet.apa.org/record/2011-03608-001">mengira bahwa kepercayaan diri menunjukkan kompetensi seseorang</a>.</p>
<p>Penemuan ini dapat membantu kita memahami apa yang mendorong orang memilih orang narsis menjadi pemimpin, tetapi itu tidak berarti bahwa pemimpin narsis dewasa bisa disamakan dengan anak-anak. Sangat memprihatinkan bahwa mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump, dalam berbagai hal, digambarkan sebagai “<a href="https://press.uchicago.edu/ucp/books/book/chicago/T/bo51128380.html">pemimpin layaknya balita</a>” , “<a href="https://www.nytimes.com/2016/03/18/opinion/no-not-trump-not-ever.html">anak laki-laki kecil yang tidak percaya diri</a>” dan “<a href="https://www.youtube.com/watch?v=xSSExfcD2cM&ab_channel=RealTimewithBillMaher">anak lima tahun manja yang membuat ulah</a>”. Panggilan-panggilan itu tak hanya diskriminatif bagi balita, tetapi juga melegitimasi perilaku Trump saat menjabat. Orang dewasa dapat dianggap bertanggung jawab karena menciptakan kekerasan dan merusak demokrasi; namun balita tidak bisa.</p>
<p>Pada tahun 1931, Sigmund Freud <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/21674086.1932.11925132?journalCode=upaq20">menulis</a> bahwa orang yang narsis “mengesankan orang lain dengan ‘kepribadian’” yang dianggap cocok “untuk mengambil peran sebagai pemimpin”. Penelitian kami menunjukkan, bahwa bagaimanapun, orang yang narsis unggul dalam memberi kesan baik pada orang lain – bukan dalam memimpin orang lain. Sebagai masyarakat, kita harus lebih berhati-hati dalam memilih pemimpin. Kita harus memilih pemimpin berdasarkan pada kompetensi bukan dari kepercayaan diri mereka.</p>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/167813/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Eddie Brummelman menerima dana dari Jacobs Foundation.</span></em></p>Bisakah kita menelusuri sikap populis – yang tidak layak tetapi karismatik – dari perilaku politis kita di masa kecil?Eddie Brummelman, Assistant Professor and Jacobs Foundation Research Fellow 2021-2023, Research Institute of Child Development and Education, University of AmsterdamLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1365012020-04-16T08:46:14Z2020-04-16T08:46:14ZTiga alasan mengapa respons PM Jacinda Ardern terhadap coronavirus adalah teladan kepemimpinan di tengah krisis<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/328266/original/file-20200416-140701-1cqx02a.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C0%2C666%2C500&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Jacinda Ardern/Facebook</span></span></figcaption></figure><p>Bayangkan, jika Anda bisa, bagaimana rasanya mengambil keputusan yang berdampak pada nasib ribuan orang. Jika Anda salah mengambil keputusan, atau menunda mengambil keputusan, <a href="https://www.newshub.co.nz/home/politics/2020/03/explained-government-s-covid-19-modelling-shows-how-thousands-could-die-if-rules-are-flouted.html">mereka mati</a>.</p>
<p>Keputusan Anda berdampak pada penghidupan ribuan orang, mengakibatkan <a href="https://www.stuff.co.nz/business/120786322/coronavirus-oecd-expects-big-impact-for-nz-economy">disrupsi ekonomi</a> yang besar, PHK massal, dan tutupnya usaha-usaha. Bayangkan Anda harus bertindak cepat, tanpa memiliki kepastian penuh apakah keputusan Anda akan sesuai dengan hasil yang Anda harapkan.</p>
<p>Sekarang bayangkan pula jika mengubah keputusan Anda tersebut menjadi tindakan yang efektif bergantung pada dukungan jutaan orang.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=435&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=435&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=435&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=547&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=547&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/325155/original/file-20200403-99351-1apnboy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=547&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="source">Jacinda Ardern/Facebook</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ya, Anda memiliki kewenangan untuk memaksa. Namun kesuksesan atau kegagalan bergantung pada mayoritas orang memilih untuk <a href="https://www.theguardian.com/world/2020/mar/26/ardern-thanks-nation-as-new-zealand-adjusts-to-new-normal-of-covid-19-lockdown">mengikuti kepemimpinan Anda</a> – meskipun itu berarti perubahan yang mendadak, meresahkan, dan tidak pernah dilakukan sebelumnya pada kehidupan sehari-hari mereka.</p>
<p>Ini adalah realitas pahit yang dihadapi para pemimpin politik di seluruh dunia dalam merespons COVID-19.</p>
<p>Sebagai seseorang yang meneliti dan mengajar kepemimpinan – dan juga pernah bekerja sebagai pejabat publik senior baik di bawah pemerintahan Partai Nasional maupun Buruh Selandia Baru – saya berargumen bahwa Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memberikan teladan bagi banyak politikus Barat dalam kepemimpinan di tengah krisis.</p>
<p><a href="https://theconversation.com/newsletter"><img src="https://images.theconversation.com/files/320030/original/file-20200312-116261-a6ugi0.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" alt="Sign up to The Conversation" width="100%"></a></p>
<h2>Tiga keahlian berkomunikasi yang semua pemimpin perlukan</h2>
<p>Dalam menilai respons kesehatan masyarakat Selandia Baru, kita seharusnya mendengarkan para epidemiolog seperti <a href="https://theconversation.com/overjoyed-a-leading-health-expert-on-new-zealands-coronavirus-shutdown-and-the-challenging-weeks-ahead-134395">Profesor Michael Baker</a> dari University Otago. Pada Jumat 3 April, <a href="https://www.newshub.co.nz/home/new-zealand/2020/04/coronavirus-nz-with-a-chance-to-be-only-western-nation-to-eradicate-covid-19-expert.html">Baker mengatakan</a> Selandia Baru memiliki “karantina wilayah yang paling tegas dan kuat di dunia saat ini” – serta Selandia Baru adalah “yang paling menonjol sebagai satu-satunya negara Barat yang memiliki tujuan mengeliminasi” COVID-19.</p>
<p>Namun bagaimana kita bisa menilai kepemimpinan Ardern dalam membuat keputusan yang sulit tersebut? Kita bisa mulai dengan penelitian profesor Amerika Serikat Jacqueline dan Milton Mayfield terkait komunikasi kepemimpinan yang efektif.</p>
<p>Model yang Mayfield kembangkan berdasarkan penelitian menekankan “pengarahan”, “pembangunan makna”, dan “empati” sebagai tiga hal kunci yang seorang pemimpin harus berikan untuk memotivasi para pengikutnya agar mereka memberikan yang terbaik.</p>
<p>Menjadi motivator publik adalah hal yang penting bagi para pemimpin – tapi banyak yang gagal. Penelitian tersebut menunjukkan “pengarahan” terlalu sering dipakai, sementara dua elemen lainnya jarang disentuh.</p>
<p>Respons Ardern terhadap COVID-19 menggunakan ketiga pendekatan tersebut. Dalam mengarahkan rakyat Selandia Baru agar “<a href="https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-newzealand/arderns-online-messages-keep-spirits-up-in-new-zealands-coronavirus-lockdown-idUSKBN21H0HN">diam di rumah agar orang lain selamat</a>”, dia turut menawarkan makna dan tujuan atas arahan tersebut.</p>
<p>Dengan turut mengakui tantangan agar diam di rumah – mulai dari kehidupan keluarga dan kerja yang terganggu, hingga tidak dapat menghadiri <a href="https://www.tvnz.co.nz/one-news/new-zealand/last-thing-want-grief-ardern-issues-plea-people-not-attend-tangis">pemakaman</a> orang yang dikasihi – dia menunjukkan empati akan permohonannya tersebut.</p>
<p>Konferensi pers pada 23 Maret yang mengumumkan karantina wilayah Selandia Baru adalah contoh pendekatan lihai Ardern, dimulai dari <a href="https://www.beehive.govt.nz/speech/prime-minister-covid-19-alert-level-increased">pidato</a> yang dibuat dengan hati-hati, dan dilanjutkan <a href="https://www.facebook.com/jacindaardern/videos/live-post-cabinet-press-conference-23-march-2020/590361858359292/">sesi tanya jawab dengan media secara ekstensif</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/8SC67XDsKIM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Sementara itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah merekam terlebih dahulu <a href="https://theconversation.com/coronavirus-as-the-uk-faces-more-restrictions-the-public-needs-clearer-government-information-134471">pengumuman pada 24 Maret terkait karantina wilayah negaranya</a>. Di sana media tidak diberi kesempatan untuk bertanya terkait kebijakan tersebut, sementara dia membingkai situasi tersebut sebagai sebuah “instruksi” pemerintah, dengan menekankan secara tegas langkah-langkah yang dapat diambil pemerintah dalam menegakkan kebijakan tersebut.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/jK8vjgVlc8A?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Manakala Ardern memadukan pengarahan, kepedulian, dan pembangunan makna, Johnson cenderung mencari “kepatuhan”.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/as-nz-goes-into-lockdown-authorities-have-new-powers-to-make-sure-people-obey-the-rules-134377">As NZ goes into lockdown, authorities have new powers to make sure people obey the rules</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Memberikan kesempatan agar orang-orang dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan</h2>
<p>Pendekatan Arden juga kuat merefleksikan apa yang <a href="https://www.amazon.com/Leadership-Without-Answers-Ronald-Heifetz/dp/0674518586">telah lama diargumentasikan</a> oleh akademisi Harvard di bidang kepemimpinan <a href="https://www.hks.harvard.edu/faculty/ronald-heifetz">Profesor Ronald Heifetz</a> sebagai vital – meski juga jarang dan sulit dilakukan – dalam memimpin di tengah perubahan.</p>
<p>Ardern memanfaatkan pengumuman yang disiarkan di televisi dan <a href="https://www.facebook.com/pg/jacindaardern/videos/?ref=page_internal">sesi Facebook Live</a> secara reguler untuk membingkai dengan jelas pertanyaan-pertanyaan dan isu-isu utama yang memerlukan perhatian.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/xMA6Gz82iiQ?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Potongan dari sesi sore Facebook Live Jacinda Ardern yang dilakukan di rumahnya pada 25 Maret, beberapa jam sebelum Selandia Baru menerapkan karantina wilayah level 4.</span></figcaption>
</figure>
<p>Yang juga konsisten dengan ajaran Heifetz adalah bagaimana Ardern mengembangkan kerangka kerja yang transparan terkait tingkat bahaya dalam pengambilan keputusan – <a href="https://covid19.govt.nz/government-actions/current-covid-19-alert-level/">kerangka kerja level peringatan</a> pemerintah Selandia Baru – yang memberikan orang-orang kesempatan agar dapat memahami apa yang terjadi dan mengapa.</p>
<p>Yang terpenting, kerangka kerja yang terdiri atas empat level tersebut <a href="https://www.beehive.govt.nz/speech/pm-address-covid-19-update">dirilis dan dijelaskan sejak dini</a>, dua hari sebelum karantina wilayah total diumumkan, bandingkan dengan pesan-pesan yang saling bertolak belakang dan terkadang <a href="https://theconversation.com/coronavirus-as-the-uk-faces-more-restrictions-the-public-needs-clearer-government-information-134471">membingungkan</a> dari pemimpin negara lain seperti <a href="https://www.theguardian.com/world/2020/mar/25/clarity-and-compassion-what-australia-can-learn-from-new-zealands-coronavirus-response">Australia</a> dan <a href="https://www.telegraph.co.uk/news/2020/03/25/police-confused-enforcement-coronavirus-lockdown-rules-british/">Inggris</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/AvRuYrH5rjs?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Jacinda Ardern menjelaskan sistem peringatan Selandia Baru pada 21 Maret.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Meyakinkan rakyat agar bertindak untuk kepentingan bersama</h2>
<p>Karya akademisi lain di bidang kepemimpinan, <a href="https://www.anzsog.edu.au/about/contact-directory/keith-grint">Profesor Keith Grint</a> dari Inggris, juga menjelaskan pendekatan Ardern selama krisis ini.</p>
<p>Bagi Grint, kepemimpinan melibatkan upaya meyakinkan massa agar bertindak secara bertanggung jawab terhadap masalah bersama. Apa yang dijelaskan Ardern selama ini didedikasikan untuk hal tersebut – dan terbukti efektif, setidaknya sejauh ini, dengan hasil polling terbaru menunjukkan <a href="https://thespinoff.co.nz/society/28-03-2020/how-are-we-feeling-about-covid-19-the-first-opinion-poll-since-nz-locked-down/">80% dukungan</a> terhadap respons pemerintah Selandia Baru terkait COVID-19.</p>
<p>Grint juga berargumen bahwa dalam menghadapi <a href="https://theconversation.com/wicked-problems-and-how-to-solve-them-100047">“masalah jahat” “</a> – yaitu masalah yang kompleks, memecah belah, dan tidak dapat diselesaikan dengan mudah – para pemimpin harus menanyakan pertanyaan sulit yang akan mengganggu cara berpikir dan berperilaku yang ada selama ini.</p>
<p>Ini jelas telah terjadi di Selandia Baru, dilihat dari <a href="https://covid19.govt.nz/">serangkaian inisiatif</a> yang pemerintah negara tersebut telah ambil untuk merespons pandemi ini, termasuk keputusan untuk menerapkan karantina wilayah total <a href="https://www.stuff.co.nz/national/health/coronavirus/120731509/coronavirus-how-hard-how-early-the-numbers-behind-new-zealands-quick-lockdown">relatif cukup cepat</a> jika dibandingkan dengan banyak – tapi tidak semua – negara.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/where-are-we-at-with-developing-a-vaccine-for-coronavirus-134784">Where are we at with developing a vaccine for coronavirus?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Tentu, <a href="https://www.rnz.co.nz/news/political/413327/covid-19-border-restrictions-no-sign-of-tighter-controls-despite-police-admission">tidak semua</a> berjalan sempurna terkait respons COVID-19 Selandia Baru ataupun Ardern. <a href="https://www.rnz.co.nz/news/political/413008/covid-19-questions-fired-in-first-epidemic-response-committee-meeting">Pengawasan yang dilakukan secara terus menerus dan independen</a> terhadap respons pemerintah Selandia Baru tetap diperlukan.</p>
<p>Namun seperti yang <a href="https://www.researchgate.net/publication/265208344_Thinking_differently_about_leadership_A_critical_history_of_the_form_and_formation_of_leadership_studies">penelitian saya sendiri</a> telah tunjukkan, mengharapkan kesempurnaan dari para pemimpin, terutama di masa-masa sulit seperti ini, adalah sesuatu yang sia-sia.</p>
<p>Itu tidak akan mungkin pernah terjadi. Kita juga tidak boleh membiarkan "kesempurnaan” menjadi musuh kinerja “bagus”, apalagi ketika ketepatan waktu dan kompleksitas masalah adalah kunci dalam konteks pengambilan keputusan tersebut</p>
<p>Tidak peduli apakah Anda membandingkan <a href="https://www.newshub.co.nz/home/new-zealand/2020/04/coronavirus-nz-with-a-chance-to-be-only-western-nation-to-eradicate-covid-19-expert.html">kinerja</a> Ardern dengan pemimpin negara Barat lainnya, atau menilai upaya-upanya menggunakan metode penilaian para peneliti di bidang kepemimpinan yang teladan, ataupun tidak sama sekali, sebagai warga negara Selandia Baru saya pikir ada banyak hal yang patut kami syukuri atas caranya memimpin kami melalui krisis ini.</p>
<p><em>Bram Adimas Wasito menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/136501/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Suze Wilson tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memberikan teladan bagi kebanyakan politikus Barat dalam kepemimpinan di tengah krisis.Suze Wilson, Senior Lecturer, Executive Development, Massey UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1347962020-04-01T05:11:46Z2020-04-01T05:11:46ZKesamaan Wali Kota Surabaya dan Chicago dalam memimpin di tengah pandemi<p>Semenjak wabah COVID-19 terdeteksi di Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, Desember lalu, dunia seakan dilanda mimpi buruk. </p>
<p>Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan <a href="https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020">pandemi global</a> pada 11 Maret 2020 dan hingga kini <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">jumlah korban terus naik</a>.</p>
<p>Sampai tulisan ini dibuat, hanya <a href="https://www.nytimes.com/interactive/2020/03/19/world/coronavirus-flatten-the-curve-countries.html">Cina dan Korea Selatan</a> yang mampu menekan angka penyebaran wabah atau dikenal dengan istilah <a href="https://www.nytimes.com/2020/03/11/science/coronavirus-curve-mitigation-infection.html"><em>flattening the curve</em></a>–meratakan kurva. </p>
<p>Seluruh pemimpin di penjuru dunia, di segala level pemerintahan, kini menghadapi tantangan untuk mengatasi dan mencegah wabah memburuk. </p>
<p>Saat rakyat kalut, dua wali kota perempuan –-di dua negara berbeda, namun dalam krisis serupa–- menunjukkan bagaimana memimpin di tengah krisis.</p>
<p>Lori Lighfoot, Wali Kota Chicago, Amerika Serikat (AS), dan Tri Rismaharini, Wali Kota Surabaya, memimpin dengan menggunakan gaya bahasa retorika restoratif yang humanis dan strategis. Mereka dapat menjadi inspirasi para pemimpin tanah air dalam mengatasi krisis COVID-19.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ibu-rumah-tangga-dan-petani-perempuan-berperan-vital-dalam-pergerakan-lingkungan-indonesia-133522">Ibu rumah tangga dan petani perempuan berperan vital dalam pergerakan lingkungan Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Memimpin di tengah krisis</h2>
<p>Banyak orang meragukan kepemimpinan perempuan karena mereka dianggap <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/1554477X.2011.589283?casa_token=CkZtjjoI0QkAAAAA:_XrC6AjT3CtcbfQFF-3S4L0_fp90hIIpWFFExVidVSi-95U_CtProbQ5bGUhUEEmlmTNovbZatZi">tidak sekuat dan setegas laki-laki</a> dalam mengambil keputusan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/323328/original/file-20200326-133016-nptxh5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/323328/original/file-20200326-133016-nptxh5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=681&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/323328/original/file-20200326-133016-nptxh5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=681&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/323328/original/file-20200326-133016-nptxh5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=681&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/323328/original/file-20200326-133016-nptxh5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=856&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/323328/original/file-20200326-133016-nptxh5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=856&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/323328/original/file-20200326-133016-nptxh5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=856&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kesulitan Pemimpin Perempuan.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tantangan kepemimpinan perempuan berbeda dengan laki-laki. </p>
<p>Berbagai riset dan <a href="https://www.pewsocialtrends.org/2015/01/14/women-and-leadership/">survei</a> menunjukkan bahwa perempuan harus berjuang keras sebagai pemimpin agar dianggap setara dengan laki-laki, yaitu dengan lebih menunjukkan integritas, kompetensi, dan kepemimpinan.</p>
<p>Walikota Lighfoot dan Risma (panggilan akrab Rismaharini), sama-sama memimpin kota besar dengan jumlah penduduk kurang lebih sama (Chicago <a href="https://www.census.gov/quickfacts/fact/table/chicagocityillinois,US/PST045219">2,7 juta</a> jiwa dan Surabaya <a href="https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/19/kota-surabaya-miliki-penduduk-terbanyak-di-jawa-timur">2,9 juta</a>).</p>
<p>Saya melihat kedua walikota ini menggunakan <a href="https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/1078087415589191?casa_token=AA4X6o2z1MEAAAAA:p9zlkOAY7Z3ltWzEmHoOGhg8IZZ2jIdR9B_Y9GEMGDFh2mB6O5dVZKXnBOdsMXw-UB464ReQ_Qqn">ciri komunikasi khas perempuan</a> yang didasarkan pada tanggung jawab moral orangtua untuk melindungi, menghormati, dan memperhatikan keluarga serta komunitas, namun diikuti dengan ketegasan dalam kebijakan.</p>
<p>Dua pemimpin ini menggunakan gaya komunikasi yang peneliti komunikasi sebut sebagai retorika restoratif. </p>
<p>Donyale R. Griffin-Padgett, peneliti komunikasi dari Wayne University, dan Donnetrice Allison, peneliti komunikasi dari Stockton University, mengajukan konsep gaya komunikasi <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/03637751.2010.502536">retorika restoratif</a> sesudah mengkaji gaya bahasa Wali Kota New York, Rudolph Guilani, dalam situasi krisis pasca serangan terorisme 11 September 2001, dan Wali Kota New Orleans, Ray Nagin, dalam badai Katrina di tahun 2005 . </p>
<p>Gaya komunikasi ini menggabungkan komunikasi strategis dan komunikasi humanis. </p>
<p>Komunikasi strategis, yaitu komunikasi langkah-langkah kebijakan dilakukan untuk untuk mengantisipasi dampak krisis dan mengembalikan rasa aman pada masyarakat; sementara komunikasi humanis fokus pada kebutuhan dasar masyarakat seperti makanan, tempat tinggal, air bersih, dan kesehatan. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/kasus-aice-dilema-buruh-perempuan-di-indonesia-dan-pentingnya-kesetaraan-gender-di-lingkungan-kerja-133010">Kasus Aice: dilema buruh perempuan di Indonesia dan pentingnya kesetaraan gender di lingkungan kerja</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Gaya komunikasi Lightfoot</h2>
<p><a href="https://lightfootforchicago.com/">Lighfoot</a> merupakan perempuan berkulit hitam pertama dalam sejarah kota Chicago yang terpilih sebagai wali kota melalui pemilihan umum di bulan April 2019. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/324208/original/file-20200331-65522-4rizj4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/324208/original/file-20200331-65522-4rizj4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/324208/original/file-20200331-65522-4rizj4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/324208/original/file-20200331-65522-4rizj4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/324208/original/file-20200331-65522-4rizj4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/324208/original/file-20200331-65522-4rizj4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/324208/original/file-20200331-65522-4rizj4.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lori Lightfoot.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wikimedia Commons</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://chicago.suntimes.com/city-hall/2019/5/17/18629824/chicago-budget-shortfall-lori-lightfoot-city-finances">Ia mewarisi</a> beraneka ragam persoalan perkotaan, seperti tingginya angka kriminalitas, korupsi, imigran, dan defisit anggaran. Belum genap satu tahun memimpin, krisis pandemi muncul.</p>
<p>Lighfoot berbicara pada warga Chicago di tanggal 19 Maret 2020 menyiapkan kota sebelum angka kasus di Amerika melonjak drastis. </p>
<p>Lewat layar kaca, ia <a href="https://www.nbcchicago.com/news/local/read-chicago-mayor-lightfoots-full-coronavirus-address-to-chicago/2240567/">menerangkan</a> langkah-langkah menghadapi krisis COVID-19, misalnya kebijakan <em>stay-at-home</em> atau tinggal di rumah ketimbang <em>lockdown</em> (karantina wilayah) dan penutupan sekolah. Lightfoot juga memerintahkan <em>social distancing</em> minimal 1 meter guna mencegah penyebaran virus. </p>
<p>Ia menyemangati warga bahwa dalam sejarahnya, Chicago tidak pernah ambruk melampaui berbagai cobaan berat seperti <a href="https://www.history.com/topics/19th-century/great-chicago-fire"><em>the Great Chicago Fire</em></a>, kebakaran besar yang melanda jantung kota Chicago di tahun 1871.</p>
<p>Selain mengubah <a href="https://www.nbcchicago.com/news/local/read-chicago-mayor-lightfoots-full-coronavirus-address-to-chicago/2240567/">sebuah gedung pertemuan</a> –yang terbesar seantero Amerika Utara– menjadi fasilitas kesehatan, ia memaparkan beberapa langkah strategis, seperti memastikan warga tidak akan terusir karena tidak dapat membayar uang sewa apartemen atau cicilan rumah, dan menjamin pelayanan dasar seperti air bersih dan ketersediaan makanan. </p>
<p>Untuk membantu perekonomian warga, Lightfoot menawarkan berbagai skema bantuan keuangan untuk mengurangi kesulitan pebisnis kecil. Bermitra dengan swasta, pemerintah Chicago menjanjikan paket pinjaman usaha ataupun subsidi bagi mereka yang terkena <a href="https://abc7chicago.com/coronavirus-chicago-task-force-illinois-cases/6054960/">pemutusan hubungan kerja</a> akibat krisis COVID-19. </p>
<p>Kasus penyebaran COVID-19 di wilayah Chicago telah meningkat tajam dari hanya 422 kasus dan 19 kematian per 19 Maret menjadi 5.057 dan 73 kematian per 31 Maret 2020.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/di-mana-perempuan-muda-di-indonesia-130394">Di mana perempuan muda (di) Indonesia?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Gaya Risma</h2>
<p>Di Surabaya, <a href="https://www.biografiku.com/biografi-tri-rismaharini-walikota/">Risma</a> sedang menjabat untuk kedua kalinya setelah terpilih kembali di tahun 2015. Selama masa kepemimpinan Risma, <a href="https://nasional.tempo.co/read/1104957/singapura-tertarik-belajar-penataan-taman-dari-surabaya">Surabaya telah berubah</a> menjadi kota hijau, bersih, penuh dengan taman-taman. </p>
<figure class="align-right ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/324209/original/file-20200331-65522-1wd97em.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/324209/original/file-20200331-65522-1wd97em.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=651&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/324209/original/file-20200331-65522-1wd97em.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=651&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/324209/original/file-20200331-65522-1wd97em.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=651&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/324209/original/file-20200331-65522-1wd97em.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=818&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/324209/original/file-20200331-65522-1wd97em.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=818&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/324209/original/file-20200331-65522-1wd97em.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=818&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tri Rismaharini.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Pemerintah Kota Surabaya</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Risma merupakan figur pemimpin kontroversial. Di tengah derasnya <a href="https://surabaya.bisnis.com/read/20190729/531/1129976/tri-rismaharini-raih-259-penghargaan-sembilan-tahun-terakhir">penghargaan dalam maupun luar negeri</a>, kebijakan Risma seperti penutupan rumah bordil menuai kecaman para aktivis perempuan dan kemanusiaan. </p>
<p>Berbeda dengan Lightfoot, Risma menghadapi pandemi di tahun terakhir masa jabatan yang akan berakhir pada <a href="https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4930387/momen-risma-pamit-sebagai-wali-kota-dan-titip-anak-anak-di-surabaya">Februari 2021</a>. </p>
<p><a href="https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2020/antisipasi-korona-sejak-januari-risma-sudah-timbun-masker/">Sejak bulan Januari</a>, Risma menyiapkan masker dalam jumlah besar untuk didistribusikan ke kelurahan, pembagian <em>hand sanitizer</em> untuk pengguna kendaraan umum, pembangunan ratusan wastafel baru di berbagai fasilitas publik untuk sanitasi warga.</p>
<p>Dalam <a href="https://www.kompas.tv/article/71761/ini-protokol-pemkot-surabaya-cegah-corona-risma-sampai-turun-ke-jalan">wawancara dengan Kompas TV</a> pada 17 Maret –dua minggu setelah kasus COVID-19 pertama di Indonesia diumumkan, Risma telah menginstruksikan seluruh elemen masyarakat, pemangku kepentingan, untuk membuat protokol meminimalisir penyebaran virus. </p>
<p>Adapun isi protokol antara lain upaya peningkatan sanitasi warga, penghindaran keramaian dan perjalanan, dan kesiapan tenaga medis beserta fasilitas menghadapi penyebaran virus.</p>
<p>Risma juga mendatangi warga untuk menenangkan dan memberitahu pemerintah kota tidak akan memberlakukan <em>lockdown</em> karena akan berdampak pada warga ekonomi lemah. </p>
<p>Ia juga memerintahkan pembukaan <em>command center 112</em> , penyemprotan disinfektan ke sekolah dan instansi layanan publik, [pemeriksaan infeksi virus gratis](pemeriksaan COVID-19](https://surabaya.kompas.com/read/2020/03/19/22515361/klarifikasi-tes-dan-perawatan-corona-gratis-di-surabaya-pemkot-hanya?page=all), serta pemenuhan kebutuhan asupan gizi warga miskin dengan dapur umum dan pembagian makanan. </p>
<p>Sejak 20 Maret 2020, Kota Surabaya menjadi zona merah penyebaran virus Corona di Jawa Timur. Kasus meningkat dari 13 orang menjadi 41 orang per 30 Maret 2020. </p>
<h2>Di depan menjadi teladan</h2>
<p>Krisis pandemi COVID-19 bukanlah sekedar krisis manajemen dalam organisasi, ataupun bencana alam biasa. </p>
<p>Pola komunikasi pemimpin dalam situasi krisis tidak dapat dilakukan dengan penuh emosi, menyalahkan pihak tertentu demi menyelamatkan muka, ataupun menawarkan kebijakan tanpa kejelasan. Kesemuanya ini hanya akan menciptakan kecemasan sosial (<em>social distress</em>) berkepanjangan warga. </p>
<p>Gallup, perusahaan analisa dan konsultasi AS, menerbitkan hasil sebuah <a href="https://www.gallup.com/workplace/297497/covid-employees-need-leaders-right.aspx">kajian</a> pada Maret 2020 yang menggarisbawahi beberapa kualifikasi pemimpin efektif yang dapat menumbuhkan kepercayaan, welas asih, stabilitas, dan harapan di situasi krisis. Semua karakter ini ada dalam gaya dan pola komunikasi retorika restoratif. </p>
<p>Lighfoot dan Risma telah menunjukkan bagaimana pemimpin perempuan di tingkat lokal menggunakan retorika restoratif demi menumbuhkan kepercayaan warga di tengah krisis. </p>
<p>Gaya kepemimpinan dan pola komunikasi kedua wali kota memperlihatkan keberpihakan pada rakyat. Kinerja dua perempuan ini seharusnya bisa menginspirasi pemimpin-pemimpin lain yang masih gamang menyikapi pandemi. </p>
<p><em>Aisha Amelia Yasmin berkontribusi pada penerbitan artikel ini.</em></p>
<hr>
<p>Ikuti perkembangan terbaru seputar isu politik dan masyarakat selama sepekan terakhir. Daftarkan email Anda di <a href="http://theconversation.com/id/newsletters/catatan-mingguan-65">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/134796/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ratri Istania terafiliasi dengan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (Politeknik STIA LAN) Jakarta sebagai tenaga pengajar. Saat ini Ratri dalam posisi menjalani tugas sebagai postgraduate research fellow sekaligus visiting scholar pada Political Science Department, Loyola University Chicago, USA.</span></em></p>Mereka memimpin dengan menggunakan gaya komunikasi retorika restoratif yang humanis dan strategis yang menjadi inspirasi para pemimpin lain dalam mengatasi krisis pandemi.Ratri Istania, Ph.D. in Political Science, Loyola University ChicagoLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1326782020-03-01T14:17:57Z2020-03-01T14:17:57ZApakah Anda akan menjadi bos yang hebat? Penelitian menunjukkan kekuasaan dapat mengubah Anda<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/317764/original/file-20200228-24651-1aa17h8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source"> Gearstd/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Orang-orang kerap menggerutu bahwa bos mereka tidak pengertian dan memiliki rasa iba, lalu membayangkan kalau mereka dalam posisi tersebut mereka akan berbeda dari bos mereka. Tapi apakah pemimpin memang kekurangan empati? Jika ya, mengapa?</p>
<p>Pertanyaan ini penting. Sejak kegagalan dalam beretika yang dilakukan para pemimpin perusahaan terkemuka yang menyebabkan krisis finansial global 2008, <a href="https://www.euronews.com/2020/01/16/davos-2020-everything-you-need-to-know-about-the-world-economic-forum">ada kekhawatiran</a> akan kekuasaan para pejabat eksekutif yang tidak diawasi. Hal ini mengingat kata-kata mereka didengar oleh para politikus dan berpengaruh dalam pembangunan masyarakat.</p>
<p>Hal ini menyebabkan adanya kehendak agar para pemimpin menggunakan pendekatan yang lebih merata dan beretika. Ada tren di perusahaan-perusahaan untuk mengembangkan kepemimpinan pada semua lapisan organisasi daripada hanya terfokus pada orang-orang tertentu yang pengaruhnya terlampau kuat. Kami juga melihat adanya peningkatan jumlah publikasi yang <a href="https://www.personneltoday.com/hr/cipd-annual-conference-good-work-is-about-fairness-and-transparency/">meminta para pemimpin untuk menunjukkan empati</a>, etika, kepedulian, kerendahan hati, memberikan keadilan, kecerdasan secara emosional, dan rasa bertanggung jawab.</p>
<p>Meskipun demikian, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa <a href="http://irep.ntu.ac.uk/id/eprint/36452/">kekuasaan berkaitan erat dengan egoisme</a>. Misalnya, mereka yang memiliki kekuasaan atas subordinat atau anak buah dengan jumlah yang lebih banyak cenderung lebih enggan menggunakan alasan moral dan kepedulian terhadap kesejahteraan kolektif dibandingkan mereka yang memiliki kekuasaan atas subordinat dengan jumlah yang lebih sedikit.</p>
<p>Penelitan sebelumnya terhadap “resonansi motorik” – sesuatu yang terkait dengan empati karena ia mengukur tingkat persepsi kita atas tindakan dan pengalaman orang lain – menemukan bahwa mereka yang berkuasa <a href="https://psycnet.apa.org/record/2013-23517-001">menunjukkan resonansi yang lebih rendah</a> daripada mereka yang memiliki lebih sedikit kekuasaan.</p>
<h2>Ayam dan telur</h2>
<p>Saat kampanye untuk pemenangan kembali Presiden Amerika Serikat Barack Obama pada 2012, Michelle Obama <a href="https://www.youtube.com/watch?v=aRmCiLuXgO8">menuturkan</a>: “Menjadi Presiden tidak mengubah Anda, tapi menunjukkan siapa Anda.” Lalu apakah kekuasaan mengubah pemimpin ataukah justru menunjukkan siapa mereka sebenarnya?</p>
<p>Penelitian terhadap <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22250668">kekuasaan dan identitas moral</a> menyimpulkan bahwa kompas moral seseorang mempengaruhi bagaimana kekuasaan yang dimiliki berdampak pada perilaku egois.</p>
<p>Kekuasaan bagi pemimpin suatu organisasi biasanya <a href="https://www.researchgate.net/publication/275041776_Exploring_power_assumptions_in_the_leadership_and_management_debate">berasal dari adanya kewenangan</a> (kekuasaan posisional) dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain (kekuasaan pribadi).</p>
<p>Ketika pemimpin mampu mengimbangi kewenangan dan pengaruh pribadinya dengan empati, integritas atau kerendahan hati, maka dia akan cenderung memanfaatkan kekuasaannya secara beretika. Ketika kewenangan dan pengaruh pribadi tersebut tidak diimbangi dengan sifat-sifat positif tersebut dan justru didasarkan pada kepentingan pribadi atau tujuan yang tidak jelas secara moral, penyalahgunaan kekuasaan muncul.</p>
<p>Namun penelitian juga menunjukkan bahwa kekuasaan dapat mengubah kita. Lalu apa yang terjadi ketika seseorang mendapat kekuasaan? Mayoritas memiliki empati, hanya saja dengan kadar yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan kompetensi emosional dan sosial serta kemampuan emosional, yang sangat bermanfaat dalam menjalankan suatu organisasi.</p>
<p>Simon Baron-Cohen, psikolog di Universitas Cambridge, mengkaji <a href="https://www.theguardian.com/science/blog/2011/apr/14/zero-degrees-empathy-baron-cohen">korelasi antara empati dan sifat keji</a> untuk mencari tahu bagaimana beberapa orang berperilaku secara amoral sementara beberapa masih berperilaku secara moral. Baron-Cohen menggunakan istilah “erosi empati” untuk menjelaskan bagaimana kita dapat “mematikan” rasa empati berdasarkan kepercayaan, pengalaman, tujuan, dan emosi kita. Ketika empati tersebut dimatikan, kita fokus pada kepentingan pribadi kita dan mengorbankan orang lain.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/314994/original/file-20200212-61952-1shhua1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/314994/original/file-20200212-61952-1shhua1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/314994/original/file-20200212-61952-1shhua1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/314994/original/file-20200212-61952-1shhua1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/314994/original/file-20200212-61952-1shhua1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/314994/original/file-20200212-61952-1shhua1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/314994/original/file-20200212-61952-1shhua1.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Berada di puncak organisasi dapat terasa sepi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/black-female-boss-leading-corporate-multiracial-1022439985">fizkes</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kepemimpinan yang berfokus pada pencapaian tujuan, tercapainya target, dan kinerja finansial – dibarengi dengan peningkatan tingkat stress – dapat menyebabkan erosi empati bahkan pada pemimpin yang memiliki tujuan baik. </p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa kekuasaan membuat orang-orang cenderung akan berperilaku secara <a href="https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0146167207301011">konsisten dengan tujuan mereka</a> – meningkatkan kegigihan dan kehendak untuk meraih kesempatan. Tapi fokus pada tujuan ini juga membuat mereka cenderung mengabaikan informasi sepele, yang dalam situasi-situasi sosial, dapat dianggap sebagai ketiadaan empati.</p>
<p>Perusahaan asal Amerika Serikat Enron, yang pemimpinnya divonis bersalah atas penipuan dan persekongkolan, menjadi <a href="https://www.nytimes.com/2006/05/25/business/25cnd-enron.html">contoh ekstrem terjadinya erosi empati</a> seiring dengan meningkatnya kekuasaan yang dimiliki. Meski Enron membuat pernyataan formal terkait prinsip-prinsip HAM dengan menjunjung penghormatan kepada semua, integritas, komunikasi, dan kinerja berkualitas, audit terhadap jajaran pemimpin justru menunjukkan perilaku amoral, arogan, dan orientasi pada uang – memanfaatkan kelonggaran aturan, memanipulasi pasar, dan menaikkan laba <a href="https://instituteforpr.org/explaining-enron-communication-and-responsible-leadership/">demi meraih kesuksesan</a>.</p>
<p>Baru-baru ini, keprihatinan terhadap pemimpin yang menyalahgunakan kekuasaan telah beralih pada industri teknologi yang gerak-gerik pejabat eksekutif Facebook, Twitter, dan Amazon <a href="https://www.economist.com/leaders/2018/03/22/facebook-faces-a-reputational-meltdown">semakin dipantau</a>.</p>
<p>Namun apakah ini hanya kesalahan sang bos? Kekuasaan dan empati dalam kepemimpinan adalah dinamika yang kompleks. Buku Baron-Cohen menunjukkan bahwa pemimpin bukanlah satu-satunya pihak yang dapat mematikan rasa empati, tapi juga bawahan mereka. Jika kekuasaan yang dimiliki bermanfaat bagi diri kita sendiri, apakah mungkin kita telah mengabaikan ketiadaan empati pada pemimpin kita?</p>
<p>Dalam lanskap politik yang semakin terpecah, kita melihat pandangan politik yang berbeda dilawan, bukan dengan debat dan diskusi, tapi dengan perilaku purba. Kita kerap menganggap bahwa kelompok kita layak menerima empati, rasa hormat, dan toleransi – tapi tidak dengan kelompok lain. </p>
<p>Terlebih lagi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kita <a href="https://hbr.org/2019/01/why-were-drawn-to-leaders-who-emphasize-the-negative">memuji pemimpin kita yang menentang kelompok lain</a> – menilai negatif, menyangkal atau mengkritisi kelompok lain – daripada saling menguatkan satu sama lain.</p>
<p>Jadi, ya, kekuasaan dapat mengubah kita. Namun demikian, jika kita menginginkan adanya pemimpin yang benar-benar berempati maka kita harus mengubah perilaku kita.</p>
<p><em>Bram Adimas Wasito menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/132678/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Suzanne Ross tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kekuasaan berkaitan erat dengan egoisme.Suzanne Ross, Senior Lecturer, Nottingham Business School, Nottingham Trent UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1319222020-02-18T09:23:59Z2020-02-18T09:23:59ZPanduan bagi CEO untuk membuat keputusan bisnis yang beretika<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/315898/original/file-20200218-10991-1sqprj9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Chief executive officers (CEO), layaknya orang biasa, menjalankan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan mereka. Hal ini tidak mesti berdampak baik bagi perusahaan. Ada banyak contohnya. Tim Cook, CEO Apple, sangat mendukung komunitas LGBT. CEO Salesforce Marc Benioff menentang keras kesenjangan upah. Laurence Douglas Fink, ketua dan CEO BlackForce, peduli terhadap keputusan berinvestasi yang memikirkan risiko ekologis, sosial, dan tata kelola serta menentang pemegang saham yang mengejar laba dalam jangka yang sangat singkat.</p>
<p>Satu hal yang sama-sama dimiliki ketiga orang tadi adalah bahwa <a href="https://hbr.org/2016/06/is-it-safe-for-ceos-to-voice-strong-political-opinions">perdebatan</a> terkait baik atau buruknya keyakinan para pemimpin bagi perusahaan belumlah selesai.</p>
<p>Dalam hal ketimpangan sosial atau isu-isu politik, tokoh-tokoh bisnis tidak lagi hanya dapat berdiam diri dan menjadi penonton. Mereka harus bertindak karena karyawan, pelanggan, dan komunitas mereka mengharapkannya. Namun pandangan politik pribadi mereka belum tentu sejalan dengan pandangan politik karyawan atau mitra bisnis mereka. Lalu bagaimana di satu sisi mereka dapat menunjukkan sikap tapi di sisi lain tetap dapat memuaskan semua pihak terkait secara bersamaan?</p>
<h2>Cara baru dalam berhubungan dengan komunitas mereka</h2>
<p>Para pemangku kepentingan bukannya rewel. Mereka paham bahwa masing-masing orang berhak untuk mempertahankan dan menyuarakan pandangan akan hal-hal yang dipedulikannya. Mereka menghormati pemimpin yang demikian, sekali pun saat kedua pihak berbeda pandangan. Yang tidak mereka sukai adalah pengelakan dan kemunafikan. Mereka dapat melihat kepalsuan. </p>
<p>Mantan CEO Unilever, Paul Polman, peduli terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dia tidak menyembunyikan kepeduliannya. Dia bahkan menentang laporan kinerja triwulan yang dilakukan oleh banyak korporasi, memilih mengedepankan agenda jangka panjang perusahaan. Hasilnya, kinerja Unilever tidak terdampak.</p>
<p>Mantan CEO Apple Steve Jobs memiliki pandangan yang bertentangan dengan Polman terkait kesinambungan ekologi. Meskipun demikian, Jobs diyakini sebagai seseorang yang berpegang teguh pada kepeduliannya terhadap teknologi dan inovasi.</p>
<p>Dengan kata lain, permasalahan tidak terletak pada memiliki suatu pandangan politik. Yang menjadi masalah adalah apa yang terjadi ketika keputusan seorang pemimpin berdampak negatif secara tidak langsung pada perusahaan? Contohnya memboikot suatu pasar karena terjadi ketidakadilan sosial di sana, dan hal ini berdampak pada menurunnya omzet.</p>
<p>Bayangkan sebuah skenario saat seorang CEO memutuskan untuk menolak keras penyuapan dan korupsi. Atau mungkin perusahaan tersebut beroperasi di sebuah lingkungan yang penyuapan dan korupsi marak dan normal terjadi atau pemegang kekuasaan cenderung melakukan pengelolaan yang buruk. Hal ini lumrah terjadi di negara-negara berkembang dengan pasar dan institusi demokrasi yang sangat lemah.</p>
<p>Dalam skenario demikian, melakukan hal yang tepat adalah sebuah kemewahan (kecuali tujuan akhirnya dapat tercapai). Insentif untuk bertindak secara bertanggung jawab sangatlah rendah – mengakibatkan sistem pasar yang terbelah dua. Bagaimana seorang CEO dapat tetap melakukan hal yang tepat di tengah lingkungan yang tidak bersahabat?</p>
<p>Inovasi dan kreativitas mungkin dapat menjadi kunci keberhasilan. Saya dan kolega-kolega saya telah menerbitkan sebuah buku, <a href="https://www.taylorfrancis.com/books/e/9781315559346/chapters/10.4324/9781315559346-4">Africapitalism, Sustainable Business and Development in Africa</a>, yang menunjukkan cara-cara baru perusahaan dapat berhubungan dengan suatu masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka.</p>
<p>Kami menyebutnya strategi C.L.E.A.R. Setiap huruf mewakili satu tindakan yang suatu perusahaan dapat lakukan untuk berkontribusi bagi SDGs.</p>
<h2>Tindakan lima langkah</h2>
<p><em>Collaborate.</em> Berkolaborasi. Gagasan ini mengajak CEO untuk melibatkan pihak-pihak lain dalam inisiatif yang bertujuan untuk mengubah kinerja institusi (misalnya menentukan suatu standar). Hal ini dapat berbentuk kemitraan dengan pihak-pihak non-perusahaan seperti LSM. Ada juga hal-hal saat CEO lebih cocok melakukannya sendiri, terutama ketika ada keuntungan kompetitif jelas yang dapat diraih. Seorang CEO perlu memutuskan kapan dan bagaimana melakukan kolaborasi yang bertujuan membangun praktik-praktk bisnis yang bertanggung jawab.</p>
<p><em>Lobby.</em> Melobi. CEO yang ingin melakukan hal yang tepat di tengah lingkungan yang menantang dan berbahaya sebaiknya melobi pihak-pihak berwenang terkait dan tokoh-tokoh pemerintahan. Mereka dapat meminta agar para pemain di industri menaati aturan, jika ada, atau meminta aturan diubah jika ia dianggap sebagai sesuatu yang tidak tepat.</p>
<p><em>Educate.</em> Mengedukasi. Terkadang melakukan hal yang tepat tidak memberikan hasil yang sesuai karena para pemangku kepentingan tidak paham isu yang dihadapi. Misalnya, konsumen bisa saja tidak siap untuk membayar produk-produk ramah lingkungan dan inovasi yang berkesinambungan. CEO terkait dapat mendekati dan mengedukasi kelompok-kelompok pemangku kepentingan terkait. Konsumen yang sudah diedukasi dapat menjadi pangsa pasar baru atau menjadi pihak yang menekan agar standar di industri tersebut dinaikkan. Hal yang sama dapat diterapkan bagi kelompok-kelompok seperti pejabat pemerintahan, karyawan, dan investor.</p>
<p><em>Align.</em> Menyejajarkan. CEO harus konsisten dengan nilai-nilai dan tujuan perusahaan, baik secara internal maupun eksternal. Dia tidak boleh terlihat seolah melakukan “green-washing”, atau menyesatkan konsumen dengan produk yang seolah-olah baik atau ramah bagi lingkungan atau masyarakat di sekitarnya tapi nyatanya tidak. Contohnya dilakukan para pimpinan British Petroleum (BP) pada awal 2000-an. Kala itu, BP mengklaim mengejar kredensial ramah lingkungan, tapi juga terlibat dalam koalisi yang melobi pemerintah Amerika Serikat agar tidak mengambil kebijakan terkait perubahan iklim yang dapat mengembangkan ekonomi hijau di Amerika Serikat. Hal seperti ini dapat merusak citra perusahaan.</p>
<p><em>Renewal.</em> Memperbarui. Semua strategi yang telah disebutkan di atas tadi harus ditekankan secara terus menerus, dan tidak hanya dilakukan sekali saja. Dengan begitu, CEO dapat membangun kembali dan menyesuaikan strategi perusahaan dengan isu-isu terkait etika terbaru yang ada di tempat perusahaan beroperasi.</p>
<p>Secara ringkas, tantangan dan dilema etika tidak akan pernah menghilang. Tapi cara pemimpin bertanggung jawab mengatasinya dapat membangun atau malah merusak perusahaan. Berpegang teguh pada keyakinan, menyingkir – atau bahkan mengundurkan diri – ketika keyakinan tersebut justru mengancam kesinambungan usaha, dan tetap inovatif dalam melakukan hal yang tepat adalah kunci kepemimpinan bertanggung jawab yang efektif.</p>
<p><em>Bram Adimas Wasito menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/131922/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Kenneth Amaeshi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Apa yang terjadi ketika keyakinan dan keputusan seorang pemimpin berdampak negatif secara tidak langsung terhadap perusahaannya?Kenneth Amaeshi, Professor of Business and Sustainable Development, The University of EdinburghLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1317752020-02-14T03:54:22Z2020-02-14T03:54:22ZKepemimpinan yang beretika diperlukan untuk memulihkan integritas BUMN<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/315216/original/file-20200213-11040-1qwk6fr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Tanker-tanker milik Pertamina di stasiun Kertosono</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://flickr.com/photos/ikhlasulamal/201831311/in/photolist-iQrqc-2gwMLNe-4EjyfT-vmGJx4-cxkZi9-7xqTnX-cxkZBb-uJtJXX-cxkYZ5-cxkYTU-cxm4Vh-cxmaLj-cxkZbN-e3wdev-aWjvqM-e3BSus-5gzfba-5gzfaZ-Zead5F-Z49xqB-2gHdNiU-BiCM1F-vR3ia5-5owDuP-wvz9Wg-2gLMJMB-2gLMJJv-2gLMJLj-2gMJtm6-2gMKdg5-2bWVW1U-2gMJtoA-4av3Q5-qqBffm-NTvq5K-dmh62d-5wxNru-5wxNry-5wxNrw-Bsiy3S-5ZHbji-bKQrEZ-2baNGGL-Gh1Fvn-iQrqd-8ygP8v-PWNXaP-NBndZm-M7JABL-iBR2wu">ikhlasulamal/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Presiden Joko Widodo menyebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai ‘agen pembangunan’. Saat ini BUMN terlibat dalam 40% proyek infrastruktur nasional, sebuah prioritas dalam masa jabatan Jokowi.</p>
<p>Meskipun BUMN berperan penting dalam mendistribusikan barang dan jasa di Indonesia, praktik-praktik korupsi masih marak terjadi di dalamnya. Menteri BUMN yang baru Erik Thohir memiliki <a href="http://intosaijournal.org/site/wp-content/uploads/2019/04/Eradicating-Corruption-and-SDG16_INTOSAI-Journal-Spring-2019.pdf">tugas berat untuk membasmi korupsi dan membangun integritas di dalam tubuh BUMN</a>.</p>
<p>Tahun lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendakwa tidak kurang dari <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20191003185044-4-104308/ini-8-direksi-bumn-di-zaman-rini-soemarno-yang-terjerat-kpk">delapan direktur BUMN terlibat penyuapan</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/310644/original/file-20200117-118319-tnkdiq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/310644/original/file-20200117-118319-tnkdiq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/310644/original/file-20200117-118319-tnkdiq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/310644/original/file-20200117-118319-tnkdiq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/310644/original/file-20200117-118319-tnkdiq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/310644/original/file-20200117-118319-tnkdiq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/310644/original/file-20200117-118319-tnkdiq.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Basuki</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://flickr.com/photos/kedubesaustralia/25469541946/in/photolist-ENE4ty-EGKNtn-ENDLQJ-ENDWpJ-DTeQ5o-EGL9u4-EGKJKk-DTeXSN-ioPax9-P7yiNk-MAVHfi-JHBHyV-hzH6Nm-hzJJni-hwp7x9-em3XN5-fzARnw-hwpbDg-hvUz78-NSnc3w-cLwCZh-nfa4cz-hufQuq-Cc6RLy-JmGEj9-V51t6u-P7JTJB-S5A2jC-iZFUsW-P7HnWT-PeCFd9-P7LVwk-EGFo5H-fDAkYw-GXtYmn-MQLQhR-P7yh86-FvXwst-FtE1JN-P8JuuL-EGFoBe-Myg4F9-P55tFL-BSpFS2-GQeFYs-NNKKYb-BShz2d-HGZLu5-SWetjx-GQeFTC">kedubesaustralia/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Korupsi yang mendarah daging dalam BUMN dapat menghalangi ambisi Jokowi dalam merealisasikan BUMN sebagai ‘agen perubahan’. Per 2019, Indonesia memiliki 142 BUMN. Namun, hanya <a href="https://www.cnbcindonesia.com/news/20191202131212-4-119556/ri-punya-142-bumn-tapi-cuma-15-yang-sumbang-besar-ke-negara">15 yang berkontribusi secara signifikan pada keuangan negara</a>.</p>
<p>Tapi bukan tidak mungkin bagi sebuah institusi publik yang berada dalam lingkungan politik-ekonomi yang korup untuk membangun integritas. <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/23276665.2018.1515392">Penelitian</a> terbaru kami menunjukkan bahwa hal ini dapat dilakukan melalui konsep kepemimpinan yang beretika.</p>
<p>Thohir sepertinya berupaya menanamkan konsep ini melalui pelantikan komisaris-komisaris baru di sejumlah BUMN. Namun mencari pemimpin dengan rekam jejak yang bersih dan bebas dari kontroversi bukan perkara mudah.</p>
<h2>Kepemimpinan beretika</h2>
<p><a href="https://www.victoria.ac.nz/__data/assets/pdf_file/0003/1719471/FC0412_Brian-Picot-%20Chair_FINAL_web.pdf">Kepemimpinan beretika</a> merujuk pada watak, perilaku, dan pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin dengan mengedepankan keteladanan, penguatan, dan komunikasi untuk memotivasi karyawan agar dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai moral, norma, dan aturan.</p>
<p><a href="https://doi.org/10.1080/23276665.2018.1515392">Baik di dalam maupun di luar organisasi, kepemimpinan beretika</a> berperan penting dalam meningkatkan dan menjaga kualitas integritas organisasi.</p>
<p>Kepemimpinan beretika perlu dilakukan dalam rangka membawa perubahan yang berkelanjutan di tengah lingkungan politik dan sosio-budaya yang menantang seperti di Indonesia, tapi tidak ada jaminan bahwa hal tersebut dapat tercapai.</p>
<p>Temuan dan kajian penelitian ilmiah mengkonfirmasi <a href="https://erl.ucc.edu.gh/jspui/bitstream/123456789/2973/1/%5BAlan_Lawton%2C_Julie_Rayner%2C_Karin_Lasthuizen%5D_Ethi%28BookZZ.org%29.pdf">pentingnya kepemimpinan yang beretika untuk mewujudkan organisasi yang beretika dan berintegritas</a>.</p>
<p>Agar integritas dapat tertanam dalam setiap lini organisasi, maka kehadiran manajer eksekutif yang mampu <a href="https://doi.org/10.1080/23276665.2018.1515392">menjadi teladan dan menunjukkan komitmen terhadap program integritas di organisasi mutlak diperlukan</a>. </p>
<p>Pemimpin membutuhkan hak otonom untuk mengembangkan dan menerapkan program integritas bagi organisasinya, dan mereka perlu memiliki keberanian moral untuk tetap bertahan di bawah tekanan pemangku kepentingan.</p>
<p>Pemimpin politik juga harus secara serius mendukung dan melindungi organisasi agar mampu memutus mata rantai konflik kepentingan yang dapat mengarah pada korupsi.</p>
<p>BUMN tidak dapat menghindar dari jaringan politisi yang oportunis dan pihak-pihak yang memiliki “maksud tertentu”. Oleh karenanya, pemimpin organisasi harus mendapat dukungan politis dari pimpinan tertinggi di pemerintahan, termasuk Menteri BUMN, agar dapat menjadi ‘agen pembangunan’ seperti yang didambakan.</p>
<p>Agar BUMN memiliki integritas yang tinggi dan dapat berfungsi secara efektif guna mencapai tujuannya, maka kepemimpinan yang beretika perlu diwujudkan dalam tiga hal, <a href="https://doi.org/10.1080/23276665.2018.1515392">dukungan politik, kepemimpinan yang otonom di tingkat CEO (pemimpin puncak dalam organisasi), dan komitmen manajamen eksekutif terhadap etika</a>. Ketika masyarakat dapat melihat performa etika yang lebih baik di suatu institusi publik, barulah kepercayaan dapat diperoleh.</p>
<h2>Pilihan Thohir</h2>
<p>Untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik dan penerapan praktik-praktik manajemen yang beretika, Thohir baru-baru ini melantik beberapa orang yang secara umum dianggap ‘pemimpin anti-korupsi’ menjabat sebagai komisaris di beberapa BUMN.</p>
<p>Dia melantik mantan Gubernur Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama, atau dikenal BTP, penerima <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2013/10/16/ahok-gets-2013-bung-hatta-anti-corruption-award.html">Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) pada 2013</a> sebagai Presiden Komisaris Pertamina.</p>
<p>Dia juga melantik mantan pimpinan KPK Chandra Hamzah dan Amien Sunaryadi masing-masing sebagai Presiden Komisaris Bank Tabungan Negara (BTN) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).</p>
<h2>Kontroversi</h2>
<p>Namun beberapa pilihan Tohir ini tidak luput dari kontroversi.</p>
<p>Misalnya, saat BTP menjabat sebagai Gubernur Jakarta, dia pernah terlibat dalam kasus dugaan korupsi <a href="https://en.tempo.co/read/761887/ahok-fulfills-kpk-summons-over-sumber-waras-case">pembelian tanah untuk sebuah rumah sakit di Jakarta</a> dan pernah dipanggil oleh polisi terkait dugaan adanya maladministrasi dalam <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2018/02/26/ahok-questioned-over-reclamation-project.html">proyek reklamasi Teluk Jakarta</a>.</p>
<p>Selain itu, sebagian orang beranggapan bahwa pada saat bertutur kata BTP terlalu kasar dan arogan serta tidak sopan. Beberapa orang meyakini faktor inilah yang menyebabkan dia dipenjara selama dua tahun atas tuduhan penistaan agama. Pendukungnya meyakini kejadian tersebut sebagai <a href="https://www.nbcnews.com/news/world/jakarta-governor-ahok-jailed-blasphemy-over-viral-video-n756711">pembunuhan karakter</a> terhadap sosok gubernur yang bersih sebelum ajang pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jakarta.</p>
<p>Sementara Chandra sendiri pernah menjadi kuasa hukum <a href="https://nasional.kompas.com/read/2014/01/29/1615315/Bela.Tersangka.Korupsi.Hak.Chandra.M.Hamzah">seorang tersangka kasus korupsi Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)</a> setelah tidak lagi menjabat di KPK.</p>
<p>Kontroversi seputar penunjukkan para komisaris baru di beberapa BUMN tadi menandakan bahwa tidak mudah menemukan pemimpin yang beretika. Bahkan mereka yang memiliki rekam jejak dalam pemberantasan korupsi seolah kesulitan menghadapi konflik kepentingan di sekitar mereka.</p>
<p>Masih terlalu dini untuk menyimpulkan apakah BTP, Chandra atau Amien bisa berhasil dalam menanamkan integritas di dalam organisasi mereka masing-masing. Namun dengan jabatan tersebut, mereka mendapat kesempatan kedua untuk membuktikan kemampuannya sebagai pemimpin yang beretika.</p>
<p><em>Bram Adimas Wasito menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/131775/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Dedy Eryanto sedang menempuh Pendidikan Program Doktoral di School of Business and Government, Victoria University of Wellington - New Zealand atas beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Keuangan Republik Indonesia</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Iris van Eeden Jones dan Karin Lasthuizen tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Menteri BUMN yang baru berupaya menanamkan kepemimpinan yang beretika di BUMN, tetapi menemukan pemimpin yang memiliki rekam jejak bersih dan bebas kontroversi bukanlah perkara mudah.Iris van Eeden Jones, Research associate Brian Picot Chair in Ethical Leadership, Te Herenga Waka — Victoria University of WellingtonDedy Eryanto, Te Herenga Waka — Victoria University of WellingtonKarin Lasthuizen, Professor, Brian Picot Chair in Ethical Leadership, Te Herenga Waka — Victoria University of WellingtonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1034342018-10-02T08:29:52Z2018-10-02T08:29:52Z17 tahun sejak kejadian 9/11, mengapa Al-Qaeda masih kuat?<p>Tujuh belas tahun lalu, pada tanggal 11 September, 2001, Al-Qaeda melancarkan serangan teroris paling destruktif sepanjang sejarah. </p>
<p>Serangan balasan dari Amerika Serikat tidak tanggung-tanggung. <a href="https://www.state.gov/documents/organization/20177.pdf">Sepertiga dari pimpinan Al-Qaeda</a> tewas atau tertangkap setahun setelahnya. Kelompok tersebut kehilangan markasnya di <a href="https://www.documentcloud.org/documents/369161-2001-03-27-afghanistan-an-incubator-for.html">Afghanistan</a>, termasuk infrastruktur <a href="https://www.documentcloud.org/documents/369179-2003-06-20-afghanistan-camps-central-to-11.html">pelatihan</a> yang ekstensif dan anggota-anggota yang tersisa kabur atau bersembunyi. Meskipun membutuhkan waktu hampir 10 tahun, <a href="https://obamawhitehouse.archives.gov/blog/2011/05/02/osama-bin-laden-dead">AS pun akhirnya berhasil menghabisi</a> pendiri Al-Qaeda, Osama bin Laden. Sekarang, sejak 2014, Al-Qaeda berada <a href="http://www.cnn.com/2014/06/30/world/meast/isis-overshadows-al-qaeda/index.html">di bawah bayang-bayang</a> sekutunya, Al-Qaeda Irak yang sekarang menamai dirinya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).</p>
<p>Dengan kata lain, seharusnya Al-Qaeda tidak bertahan selama 17 tahun sejak kejadian 9/11, namun nyatanya mereka masih ada. Mengapa?</p>
<h2>Ikatan yang Mengikat</h2>
<p>Kemampuan Al-Qaeda untuk bertahan sebagian besar berkat kemampuannya untuk membangun dan mempertahankan hubungan jangka panjang yang tahan banting di bawah tekanan.</p>
<p>Dalam buku saya, <em>Mengapa Kelompok Teroris Membangun Persekutuan Internasional</em> (<a href="http://www.upenn.edu/pennpress/book/15818.html">“Why Terrorist Groups Form International Alliances”</a>), saya mengamati alasan mengapa beberapa kelompok seperti Al-Qaeda dan ISIS menjadi mitra-mitra yang diinginkan serta dan berhasil dalam membangun jaringan persekutuan. </p>
<p>Memahami aliansi antarkelompok teroris penting karena organisasi teroris yang memiliki sekutu itu <a href="https://www.researchgate.net/publication/228192307_Allying_to_Kill">lebih mematikan</a>, <a href="https://academic.oup.com/isq/article-abstract/58/2/336/2963248/Terrorist-Group-Cooperation-and-Longevity1?redirectedFrom=fulltext">bertahan lebih lama</a> dan cenderung akan mencari <a href="http://www.start.umd.edu/publication/connections-can-be-toxic-terrorist-organizational-factors-and-pursuit-cbrn-weapons">senjata-senjata pemusnah massal</a>. Meskipun kemitraan antarorganisasi teroris seringkali memiliki <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09546553.2014.993466">beragam tantangan</a> dan AS selama <a href="https://www.cia.gov/news-information/cia-the-war-on-terrorism/Counter_Terrorism_Strategy.pdf">lebih dari satu dekade</a> berusaha memutus ikatan-ikatan aliansi Al-Qaeda, faktanya tetap menunjukkan bahwa upaya-upaya melawan terorisme semacam itu telah gagal. </p>
<p>Para sekutu Al-Qaeda-lah yang membantu kelompok tersebut bertahan dari serangan balasan AS pasca 9/11. Kelompok Taliban Afgan mendampingi Al-Qaeda setelah serangan tersebut dan menolak untuk <a href="https://www.cbsnews.com/news/taliban-wont-turn-over-bin-laden/">menyerahkan bin Laden</a>, suatu keputusan yang mencetuskan keputusan AS untuk menyerbu Afganistan. Al-Qaeda pun melarikan diri dan beralih ke rekanannya di Pakistan untuk menyembunyikan anggota-anggotanya dan menghukum pemerintah Pakistan karena menyerah di bawah desakan AS untuk menindak keras kelompok tersebut. </p>
<p>Kemitraan dengan organisasi teroris lain juga telah membantu Al-Qaeda untuk terus melancarkan aksi teror. Pada bulan Oktober 2002, sekutu Al-Qaeda di Asia Tenggara, Jemaah Islamiyah secara brutal memperingati satu tahun kejadian 9/11 dengan meledakkan bom di <a href="http://www.bbc.com/news/world-asia-19881138">klub malam dan bar di Bali</a> yang menewaskan 200 jiwa dan melukai 200 orang lainnya.</p>
<p>Dan persekutuan dengan jaringan teroris lainnya yang memungkinkan Al-Qaeda untuk bertahan. Dengan “prestise” yang didapatkan dari serangan 9/11, Al-Qaeda telah berhasil menjalin afiliasi dengan kelompok-kelompok lain yang menggunakan nama Al-Qaeda serta berikrar setia pada bin Laden. </p>
<p>Sekutu pertama dan terkenal yang terafiliasi dengan Al-Qaeda adalah <a href="https://2001-2009.state.gov/p/nea/rls/31694.htm">Al-Qaeda di Irak</a>. Al-Qaeda di Irak terbentuk pada tahun 2004 oleh jihadis dari Jordan, Abu Musab al-Zarqai. Dengan menggunakan kedudukan yang ia dapatkan dari keterlibatannya dalam pemberontakan di Irak, Zarqai pun berhasil mendapatkan organisasi kedua yang terafiliasi dengan Al-Qaeda pada tahun 2006, <a href="http://www.nytimes.com/2008/07/01/world/africa/01transcript-droukdal.html?mcubz=0">Al-Qaeda di Maghreb Islam</a>. Lalu pada tahun 2009, Al-Qaeda menetapkan bahwa cabang-cabangnya di Yaman dan Arab Saudi sebagai Al-Qaeda di Semenanjung Arab. Jaringan sekutunya yang tersebar di seluruh Timur Tengah meningkatkan citra kekuatan Al-Qaeda meskipun AS telah melangsungkan perang melawan terorisme.</p>
<h2>A lower profile</h2>
<p>Meskipun Al-Qaeda masih mencari kelompok-kelompok sekutu, sejak tahun 2010, mereka mulai mengubah beberapa aspek dari hubungan tersebut.</p>
<p>Al-Qaeda menjalin kemitraan dengan al-Shabaab di Somalia tapi tidak secara langsung mengumumkannya atau meminta al-Shabaab untuk mengganti namanya. Bin Laden <a href="https://ctc.usma.edu/posts/letter-from-usama-bin-laden-to-mukhtar-abu-al-zubayr-original-language-2">membenarkan</a> keputusan untuk membentuk aliansi yang tidak begitu kentara tersebut untuk menghadapi tekanan yang terus meningkat dan mencegah hilangnya pendanaan dari Semenanjung Arab. Secara pribadi ia telah menyatakan <a href="http://www.jihadica.com/wp-content/uploads/2012/05/SOCOM-2012-0000009-Trans.pdf">keprihatinannya </a>bahwa nama Al-Qaida telah “mengurangi rasa umat Islam bahwa kita adalah milik mereka dan memungkinkan musuh-musuh kita untuk menipu bahwa mereka sebenarnya tidak sedang berperang melawan Islam.” Wakil bin Laden, Ayman al-Zawahuru melihat keputusan bin Laden tersebut sebagai bentuk respons pemimpin al-Qaeda kepada kekhawatiran beberapa anggota tentang “<a href="https://ctc.usma.edu/posts/letter-to-azmarai-english-translation-2">membengkaknya ukuran dan pertumbuhan al-Qaeda.</a>” Setelah tewasnya bin Laden, Ayman al-Zawahiri lalu <a href="http://abcnews.go.com/Blotter/al-qaeda-allied-somali-terror-group-al-shabaab/story?id=15548647">mengumumkan</a> bahwa mereka telah berkongsi dengan al-Shabaab meskipun al-Shabaab masih belum mengadopsi nama Al-Qaeda. </p>
<p><a href="https://www.dni.gov/files/documents/Newsroom/Testimonies/2018-ATA---Unclassified-SSCI.pdf">Daya tahan </a>mitra-mitra Al-Qaeda telah membantunya tetap menjadi sebuah ancaman meski setelah kehilangan pendirinya pada tahun 2011 serta naiknya pengganti yang jauh dari cakap. <a href="http://www.newyorker.com/magazine/2002/09/16/the-man-behind-bin-laden">Naiknya Zawahiri </a>sebagai pimpinan kelompok Al-Qaeda adalah hasil aliansi antara kelompok aslinya dari Mesir, al-Jihad dengan Al-Qaeda. Perkongsian tersebut memuncak dengan peleburan kedua kelompok tersebut pada tahun 2001 dan dijadikannya Zawahiri wakil serta penerus bin Laden. </p>
<p>Zawahiri tidak memiliki wibawa maupun kecerdikan diplomatik yang dimiliki bin Laden, dan kekurangannya tampak dalam hubungannya dengan sekutu-sekutu Al-Qaeda. <a href="https://archive.org/stream/710588-translation-of-ayman-al-zawahiris-letter/710588-translation-of-ayman-al-zawahiris-letter_djvu.txt">Penanganan Zawahiri yang buruk</a> atas perseteruan antara kelompok jihadi Al-Nusra di Suriah dan organisasi induknya, ISIS– yang sebelumnya dikenal sebagai Al-Qaeda di Irak namun sekarang telah berganti nama menjadi ISIS– menyebabkan <a href="http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/1057610X.2017.1373895">pecahnya perkongsian </a>Al-Qaeda dengan organisasi afiliasinya di Irak. </p>
<p>Zawahiri juga mengalami kesulitan mengelola hubungan yang baik dengan sekutu Al-Qaeda di Suriah, suatu kelompok yang mencetuskan konflik antara ISIS dan Al-Qaeda. Al-Nusra mengubah namanya sebagai suatu upaya untuk <a href="https://ctc.usma.edu/al-qaida-lost-control-syrian-affiliate-inside-story/">mendapatkan lebih banyak legitimasi</a> dalam konflik di Suriah dengan mengumumkan bahwa mereka telah menjauhkan diri dari Al-Qaeda, sehingga hanya ada <a href="https://www.lawfareblog.com/true-story-al-qaedas-demise-and-resurgence-syria">bagian kecil dalam kelompok tersebut yang masih bersekutu dengan Al-Qaeda</a>. </p>
<p>Al-Qaeda lalu mengorganisir suatu cabang baru, <a href="http://www.bbc.com/news/world-asia-29056668">Al-Qaeda di subbenua India</a> pada tahun 2014. Cabang di Asia Selatan tersebut mencerminkan keberhasilan al-Qaeda dalam memperluas basisnya yang utamanya berada di Arab, khususnya di Pakistan, dan memungkinkan kelompok tersebut untuk melebarkan ruang lingkup kegiatannya di Afganistan, <a href="http://carnegieendowment.org/2013/10/22/going-native-pakistanization-of-al-qaeda-pub-53382">Pakistan</a>, India dan Bangladesh. </p>
<p>Kebanyakan dari hubungan aliansi Al-Qaeda telah membuktikan bahwa mereka tahan banting meskipun mitra-mitra al-Qaeda mempunyai alasan yang berlimpah untuk memutus hubungan, seperti meningkatnya serangan antiterorisme yang melekat pada kelompok yang terafiliasi dengan Al-Qaeda; terbunuhnya pemimpinnya yang karismatik; dan upaya ISIS untuk <a href="http://www.aljazeera.com/indepth/features/2015/03/isil-eyes-east-africa-foments-division-150322130940108.html">merayu</a> para anggota perkongsian Al-Qaeda. Bahkan kelompok Taliban di Afganistan belum memutus hubungannya dengan Al-Qaeda meskipun keputusan tersebut dapat saja menghapus salah satu alasan utama AS untuk tidak pernah mundur dari “perang abadi” mereka di Afganistan. </p>
<p>Masih ada satu jalan lagi bagi AS untuk mencederai hubungan persekutuan Al-Qaeda; Al-Qaeda memiliki pemimpin yang lemah dan saingan yang berat. Namun kesempatan tersebut bisa menghilang dengan kemampuan ISIS untuk <a href="https://www.longwarjournal.org/archives/2018/08/islamic-state-leader-downplays-territorial-losses-in-new-audio-message.php">beradaptasi</a> dengan kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami dan kesiapan al-Qaida untuk <a href="https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/resurgence-al-qaeda">bangkit kembali</a> dengan <a href="https://www.washingtonpost.com/world/national-security/bin-ladens-son-steps-into-fathers-shoes-as-al-qaeda-attempts-a-comeback/2017/05/27/0c89ffc0-4198-11e7-9869-bac8b446820a_story.html">putra bin Laden</a> sebagai pemimpin masa depan yang lebih inspiratif. </p>
<p><em>Catatan Editor: Artikel ini telah diperbarui. Versi pertama dirilis pada <a href="https://theconversation.com/why-al-qaida-is-still-strong-16-years-after-9-11-83403">10 September, 2017.</a></em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/103434/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tricia Bacon terafiliasi dengan Fordham University's Center for National Security dan George Washington's Center for Extremism. </span></em></p>Gempuran dahsyat dari AS belum dapat menghancurkan kelompok teroris tersebut. Apa rahasia Al-Qaeda?Tricia Bacon, Assistant Professor of Justice, Law & Criminology, American University School of Public AffairsLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1008282018-08-02T11:29:17Z2018-08-02T11:29:17ZMengajarkan anak perempuan menjadi pemimpin<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/229954/original/file-20180731-136658-12yexfa.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C900%2C440&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Beberapa tahun belakangan ini, tokoh putri dalam film keluaran Disney telah berkembangan menjadi lebih baik namun mereka tetap menyampaikan pesan yang kabur tentang seperti apa kepemimpinan perempuan. </span> <span class="attribution"><span class="source">JLinsky/flickr</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>Pada umur dua tahun, kebanyakan anak-anak mulai menggunakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3747736/">kata ganti bergender</a> dalam ucapannya dan secara proaktif mengidentifikasi seseorang sebagai laki-laki atau perempuan. Dan ketika mereka berumur tujuh tahun, anak-anak telah belajar banyak tentang apa yang diharapkan dari mereka berdasarkan sistem gender biner kita.</p>
<p>Kebanyakan pembelajaran ini tidak disengaja melainkan disampaikan lewat budaya pop.</p>
<p>Beberapa tahun yang lalu, seorang <a href="http://www.lainformacion.com/ciencia-y-tecnologia/ciencias-general/los-personajes-femeninas-de-dibujos-animados-son-consumistas-y-superficiales-segun-un-estudio_sErWanD6bgg5gpvMeaKk51/">peneliti dari Universitas Granada</a> menganalisis 621 karakter dari kedua jenis kelamin dari 163 serial kartun, termasuk <em>Monster High</em> dan <em>Shin Chan</em>. Ia menemukan bahwa sebagian besar perempuan diberikan posisi peran pembantu: pacar, ibu, atau pendamping dari tokoh pahlawan ataupun penjahatnya. </p>
<p>Tak hanya jarang menjadi tokoh utama, perempuan dalam kartun juga dibanjiri stereotip. Peneliti Spanyol menemukan bahwa kebanyakan tokoh perempuan dalam animasi <a href="https://secretariageneral.ugr.es/pages/tablon/*/noticias-canal-ugr/las-mujeres-que-aparecen-en-los-dibujos-animados-son-consumistas-celosas-y-estan-obsesionadas-por-su-aspecto-fisico#.WV_T8YiGPIU">materialistik, iri dan dangkal</a>, terobsesi dengan tubuh dan suka untuk menyenangkan orang lain.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/KMvqrjnraqQ?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Pada Desember 2016, sebuah iklan dari perusahaan mobil Audi mendekontsruksi ulang apa yang perempuan dalam kartun suka lakukan.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Bagaimana para putri memimpin?</h2>
<p>Bahkan ketika perempuan menjadi tokoh utama, mereka seringkali mereka hanya menghidupkan pepatah-pepatah kuno tentang perempuan.</p>
<p>Contohnya <a href="http://www.imdb.com/title/tt0114148/?ref_=nv_sr_1">Pocahontas</a> (1995). Disney memperlihatkan bahwa bahkan dalam film kartun pun perempuan tidak bisa memiliki semuanya. Putri Indian ini harus memilih antara sukses dalam sektor publik atau kehidupan romantis yang bahagia.</p>
<p>Bahkan, beberapa penelitian studi menemukan bahwa di seluruh film putri yang diproduksi oleh Disney antara 1989 hingga 1999, tokoh laki-laki mendapatkan <a href="https://www.washingtonpost.com/news/wonk/wp/2016/01/25/researchers-have-discovered-a-major-problem-with-the-little-mermaid-and-other-disney-movies/?utm_term=.c8e008d26a44">tiga kali dialog lebih banyak</a> dibandingkan tokoh perempuan.</p>
<p>Linguis Amerika menemukan bahwa laki-laki berbicara 68% sepanjang film The Little Mermaid, 71 % dalam film Beauty and the Beast, 90% dalam film Aladdin dan 76% dalam film Pocahontas. Ariel, si putri duyung yang menjadi tokoh utama dalam filmnya, nyatanya memilih untuk tidak dapat berbicara selamanya demi seorang laki-laki.</p>
<p>Pelajaran-pelajaran ini diserap oleh anak-anak, yang sangat menyadari bahwa kebanyakan pahlawan super adalah laki-laki dan putri adalah perempuan. Hal ini menyebabkan semakin sulit bagi perempuan untuk mendapat contoh kepemimpinan bagi perempuan muda.</p>
<p>Tidak seperti pahlawan super, yang menggunakan kemampuannya yang luar biasa untuk melakukan sesuatu yang baik bagi masyarakat, putri-putri dalam kartun cenderung fokus pada permasalahan privat, bukannya pelayanan publik.</p>
<p>Disney menunjukan perkembangannya sejak zamannya <a href="http://www.imdb.com/title/tt0029583/?ref_=fn_tt_tt_4">Snow White</a> (1937) yang pasif dan <a href="http://www.imdb.com/title/tt0042332/">Cinderella</a> (1950) yang submisif. Beberapa tahun belakangan, pemimpin perempuan telah muncul dari studio tersebut, yang paling terkenal adalah <a href="http://www.imdb.com/title/tt0120762/?ref_=fn_al_tt_1">Mulan</a> (1998) dan megahit 2013, <a href="http://www.imdb.com/title/tt2294629/?ref_=nv_sr_1">Frozen</a>.</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/BWbzq_fnHjl","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<p>Tetapi pesan yang disampaikan tidak jauh berbeda dari kebanyakan stereotip Disney konvensional.</p>
<p>Mulan adalah seorang Prajurit Tionghoa yang berani, dihormati, dan dipatuhi oleh rakyatnya, yang semuanya beranggapan bahwa dia adalah seorang laki-laki, karena ia telah menipu mereka dengan memotong rambutnya. Intinya adalah, tampaknya untuk menjadi pemimpin yang baik, seorang perempuan harus terlihat dan bertindak seperti seorang pria.</p>
<p>Frozen disanjung sebagai “<a href="http://www.thedailybeast.com/disneys-sublimely-subversive-frozen-isnt-your-typical-princess-movie">bukan film putri biasa</a>”, karena menggambarkan dua saudara perempuan yang tidak butuh ditolong oleh pangeran tampan. Melainkan dalam akhir film ini, Elsa dan Anna saling menyelamatkan dengan cinta persaudaraan mereka.</p>
<p>Namun protagonisnya, Elsa memiliki kemampuan kepemimpinan yang meragukan. Sebagai kakak yang tertua, dia bertanggung jawab untuk memerintah, namun ketika ia gugup, dia membiarkan emosi mengusai dirinya. Terlepas dari niat baiknya, dia tidak mampu menggunakan kekuatannya dengan baik.</p>
<p>Hasilnya, ia membekukan kerajaannya dan menarik diri ke dalam dunianya sendiri. Dengan kata lain, ia tidak memiliki kecerdasan emosional.</p>
<h2>Pelajaran dalam kepemimpinan perempuan</h2>
<p>Apa yang telah kita pelajari? Sekarang, mari anak-anak, ikuti saya</p>
<ol>
<li><p>Kepemimpinan adalah laki-laki.</p></li>
<li><p>Perempuan adalah pemimpin yang lebih baik ketika ia terlihat dan berperilaku seperti laki-laki.</p></li>
<li><p>Kehidupan publik yang sukses mengganggu kehidupan pribadi seorang perempuan.</p></li>
<li><p>Ketika perempuan terlibat secara emosional, mereka kehilangan pemikiran rasionalnya, dan mereka gagal sebagai pemimpin.</p></li>
</ol>
<p>Bukan hal yang mengejutkan bahwa pelajaran yang telah kita internalisasi sejak kecil diproduksi ulang setiap harinya oleh liputan media (orang dewasa), misalnya <a href="https://theconversation.com/five-ways-the-media-hurts-female-politicians-and-how-journalists-everywhere-can-do-better-70771">politisi perempuan</a> yang menghadapi stereotip dan tantangan yang <a href="http://nimd.org/wp-content/uploads/2017/04/NIMD-Dancing-Backwards-in-High-Heels-spread-DEF-1.pdf">tidak dialami oleh kolega laik-lakinya</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/177951/original/file-20170712-19645-k16lwg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/177951/original/file-20170712-19645-k16lwg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/177951/original/file-20170712-19645-k16lwg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/177951/original/file-20170712-19645-k16lwg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/177951/original/file-20170712-19645-k16lwg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/177951/original/file-20170712-19645-k16lwg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/177951/original/file-20170712-19645-k16lwg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mainan untuk anak perempuan. Anda bisa tahu hal tersebut karena warnanya yang pink.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/janetmck/6826071580">janetmck/flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Semuanya menyenangkan</h2>
<p>Tapi tunggu dulu, <a href="http://www.theblaze.com/contributions/yes-i-do-want-my-daughter-to-conform-to-her-gender/">kata beberapa pemerhati budaya</a>, tidakkah kita berlebihan di sini? Menonton film Disney dan bermain menirukan karakternya kan hanyalah hal-hal kekanakan, kesenangan dan permainan!</p>
<p>Tidak persis begitu. Tahun lalu, para akademisi dari Universitas Brigham Young di Utah <a href="https://phys.org/news/2016-06-disney-princess-culture-magnifies-stereotypes.htmL">meneliti subjek ini</a>, mewawancarai dan mengamati 198 anak laki-laki dan perempuan di taman kanak-kanak dan kelompok bermain.</p>
<p>Mereka menemukan bahwa semakin anak perempuan mengidentifikasi dirinya dengan “budaya putri”, semakin besar pula mereka menunjukkan pola perilaku yang berhubungan dengan stereotip perempuan yang menyatakan bahwa kecantikan, keramahan, dan kepatuhan adalah aset perempuan yang paling berharga. Studi tersebut secara empiris memvalidasi kekhawatiran yang didiskusikan oleh para <a href="https://www.sciencedaily.com/releases/2016/11/161130114038.htm">sosiolog</a> dan <a href="https://books.google.com/books?id=Or13vhnA_W4C&pg=PA277&lpg=PA277&dq=feminist+theory+girls+toys&source=bl&ots=Q0vFeU2RPA&sig=Ym2-LAWgKOOZLDxNbKesDQaCL6k&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiUqv2b5IPVAhVGWCYKHa2oAIgQ6AEIZjAN#v=onepage&q=feminist%20theory%20girls%20toys&f=false">feminis</a> selama ini.</p>
<p>Menyadari bahwa kepemimpinan perempuan tidak digambarkan secara baik dalam masyarakat Barat, bukan berarti anak-anak tidak boleh terpapar produk budaya ini. Tidak masalah bagi seorang anak perempuan untuk bermain menjadi seorang putri, selama dia juga bisa menendang bola, membangun sesuatu dengan mur dan perkakas, bermain drum dan mengkhayal menjadi ilmuwan, insinyur, astronaut, atau pemadam kebakaran.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/6zhLBe319KE?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Inilah seorang pemimpin: Nausicaä (Shimamoto), putri muda dalam the Valley of the Wind.</span></figcaption>
</figure>
<p>Begitupun sebaliknya, tidak alasan mengapa anak laki-laki yang berpakaian seperti pahlawan super untuk tidak bermain berpura-pura mengurus bayi, memasak makan malam atau menyapu rumah.</p>
<h2>Mainan bebas gender</h2>
<p>Ini adalah pesan dari sebuah kampanye iklan liburan tahun 2015 yang diluncurkan oleh sistem jaringan supermarket Perancis U, yang mengingatkan para konsumen bahwa tidak ada mainan untuk laki-laki dan mainan untuk perempuan-yang ada hanyalah mainan.</p>
<p>Iklan tersebut, dengan headline #GenderFreeChristmas, dibuka dengan merefleksikan klise di sekeliling anak-anak sejak mereka lahir, mengatakan bahwa persepsi tentang gender (perempuan menyukai dapur, laki-laki bermain dengan senapan) dibentuk oleh apa yang diajarkan kepada kita ketika masih sangat muda.</p>
<p>Konsepsi stereotip tersebut runtuh ketika sekelompok anak perempuan dan anak laki-laki dipersilakan masuk ke sebuah ruangan yang dipenuhi mainan. Seorang gadis bergegas menuju mobil-mobilan; seorang anak laki-laki pergi menuju boneka bayi. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/R9qzoBDBg1Q?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Iklan #GenderFreeChristmas dari Prancis.</span></figcaption>
</figure>
<p>Baik didorong oleh keuntungan ataupun tanggung jawab sosial, perusahaan-perusahaan menjadi semakin sadar akan stereotip gender yang dipromosikan lewat produk mereka. Di Swedia, jaringan toko mainan Toys R Us dan BR-Toys <a href="http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/europe/sweden/9703127/Swedish-toy-catalogue-goes-gender-neutral.html">mengatakan bahwa mereka akan berhenti menerbitkan pembagian katalog</a> berdasarkan gender serta memisahkan mainan ke dalam bagian “perempuan” dan “laki-laki”.</p>
<p>Namun keluarga tetap harus berbicara dengan anak tentang makan apa yang mereka lihat, untuk memastikan bahwa anak paham bahwa putri hanyalah salah satu dari contoh, terdapat pula <a href="https://theconversation.com/wonder-woman-feminist-icon-or-symbol-of-oppression-79674">Wonder Woman</a> yang hebat, Velma yang Cerdas, dan Peppa-Pig (dijuluki sebagai “<a href="https://www.theguardian.com/commentisfree/2013/dec/13/not-only-is-peppa-pig-a-feminist-shes-probably-a-communist-too">feminis yang aneh</a>” oleh seorang blogger konservatif).</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/RIpiUM0CpRY?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Peppa pig, tokoh kartun yang mengikuti perkembangan.</span></figcaption>
</figure>
<p>Dan terakhir, namun tak kalah penting, orang dewasa harus memastikan bahwa kita tidak memaksakan pesan gender negatif dalam kehidupan sehari-hari dengan membuat anak perempuan merasa bahwa mereka paling berharga ketika mereka terlihat seperti putri yang cantik.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/100828/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Virginia García Beaudoux tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Para putri bukan panutan yang baik jika kita mau mengajarkan mereka kepemimpinan.Virginia García Beaudoux, Professor of Political Communication and Public Opinion, Universidad de Buenos AiresLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.