Di bawah label 88Rising di Amerika, nama dan karya musisi Indonesia seperti Rich Brian dan NIKI mulai mencuat. Ada tiga hal penting yang bisa dipelajari musisi dari kiprah mereka di kancah global.
Mungkin ini terdengar aneh, tapi kita sering mendapatkan kesenangan saat mendengar lagu-lagu sedih.
Selain sebagai sarana promosi, label dan musisi juga merilis album fisik karena memiliki nilai sentimentil, baik bagi musisi maupun penggemar.
Namroud Gorguis dari Unsplash
Mengapa label dan musisi masih tetap memproduksi album fisik disaat tren penjualan fisik terus menurun dan perangkat pemutarnya tidak lagi diproduksi dan dijual?
Untuk memahami perkembangan terkait musik maupun dampak psikisnya selama COVID-19, kami berbicara dengan Christ Billy Aryanto, peneliti psikologi musik di Universitas Atma Jaya.
Penonton menyaksikan penampilan salah satu musisi jazz dalam Jazz Gunung Bromo 2019 di Jiwa Jawa Resort Probolinggo, Jawa Timur.
ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz.
Pembatasan sosial akibat COVID-19 di Indonesia membuat pendapatan hampir seluruh pekerja kreatif berkurang, memaksa mereka mencari pendapatan alternatif dari webinar, TikTok, hingga crowdfunding.
Bagi banyak orang yang lebih tua, musik masa kini masuk di kuping kiri dan keluar di kuping kanan.
Shutterstock.com/photograph.kiev
Musik tentu tidak terus memburuk dari jaman ke jaman. Jadi kenapa generasi yang lebih tua mengejek setiap lagu hit baru?
Di tengah pandemi COVID-19, musik memiliki peran penting dalam upaya mencegah penyebaran penyakit yang disebarkan oleh virus SARS-CoV-2.
Priscilla Du Preez on Unsplash
Musik dalam hal ini membantu menarik perhatian masyarakat untuk mengetahui isu COVID-19 sehingga pada akhirnya dapat membantu mencegah penularan.
Menyimpan dan mengolah musik di cloud bergantung pada pusat data yang sangat besar yang membutuhkan sumber daya dan energi dalam jumlah besar juga.
https://www.shutterstock.com/g/Nicoleta+Ionescu
Anak-anak tidak akan gampang merasa frustrasi sebab mereka justru diberikan izin untuk menjadi kreatif dan ekspresif dalam suatu ruang di mana mereka dapat membuat keputusan sendiri.
Sistem algoritme bekerja di balik mesin pencari dan aplikasi di dunia maya.
Di era internet, algoritme bekerja di balik teknologi mesin pencari, aplikasi, dan media sosial. Algoritme membantu manusia, tapi juga mengancam kehendak bebas.
Kondisi mental bukan hambatan kreativitas sehingga kita perlu mengevaluasi kembali kategorisasi “normal” dan “abnormal”
Eva Tobing/DKJ