tag:theconversation.com,2011:/us/topics/otak-42804/articles
Otak – The Conversation
2023-10-02T08:29:18Z
tag:theconversation.com,2011:article/214646
2023-10-02T08:29:18Z
2023-10-02T08:29:18Z
Dirancang untuk menipu: Bagaimana cara judi ‘slot’ mengelabui otak dan merusak realitas?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/551125/original/file-20180808-142251-u75psh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=240%2C7%2C4415%2C3437&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">The longer they keep you plugged in to a game, the better it is for the house.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/Catskills-Casino/676f83651f1f49c19876f7e5db5f90f3/8/0">AP Photo/Seth Wenig</a></span></figcaption></figure><p>Menyebut perjudian sebagai “bermain peluang” dapat membangkitkan kesenangan, perasaan beruntung, dan keterlibatan kolektif. Pemaknaan yang terdengar menyenangkan ini mungkin menjadi alasan mengapa hampir 80% orang dewasa terlibat <a href="https://doi.org/10.1017/S0033291708002900">perjudian pada suatu waktu</a> selama hidup mereka.</p>
<p>Saya pernah bertanya pada mahasiswa psikologi saya, menurut mereka mengapa orang berjudi. Jawaban yang paling sering muncul adalah: untuk kesenangan, mendapat uang, atau sekadar mencari sensasi.</p>
<p>Awalnya, alasan-alasan orang bermain judi memang demikian. Namun, kini perjudian tidak lagi menjadi kegiatan sampingan untuk mencari kesenangan melainkan sudah membuat manusia menjadi impulasif. Para psikolog tidak tahu pasti mengapa bisa demikian.</p>
<p>Apa yang membuat orang terus bermain judi bahkan ketika hal itu tidak lagi menyenangkan? Mengapa tetap bertahan dengan permainan yang mereka tahu bahwa itu dirancang untuk membuat mereka kalah? Apakah beberapa orang hanya lebih sial saja, atau tidak pintar menghitung peluang?</p>
<p><a href="https://scholar.google.com/citations?user=PGE3iuMAAAAJ&hl=en&oi=sra">Sebagai seorang peneliti tentang kecanduan</a> selama 15 tahun terakhir, saya mencari tahu apa yang membuat perjudian begitu menarik. Saya menemukan bahwa banyak hal yang sengaja disembunyikan dalam cara permainan itu dirancang. Dan hal ini ampuh bagi para penjudi, mulai dari pengunjung kasino biasa sampai penjudi yang benar-benar bermasalah.</p>
<h2>Ketidakpastian menjadi daya tarik bagi otak</h2>
<p>Salah satu ciri khas perjudian adalah “<a href="https://mitpress.mit.edu/books/uncertainty-games">ketidakpastiannya</a>"–baik itu dalam bentuk ukuran <em>jackpot</em> atau probabilitas untuk menang. Dan ketidakpastian akan dapat atau tidaknya hadiah ini justru berperan penting dalam menjadi daya tarik perjudian.</p>
<p><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Dopamine">Dopamin</a>, neurotransmiter yang dilepaskan otak selama aktivitas yang menyenangkan seperti makan, seks, dan mengkonsumsi narkoba, juga dilepaskan selama situasi ketika <a href="https://doi.org/10.1126/science.1077349">imbalannya tidak pasti</a>.</p>
<p>Faktanya, pelepasan dopamin meningkat terutama pada saat-saat jelang mendapat hadiah potensial. Efek antisipasi ini mungkin menjelaskan mengapa pelepasan dopamin sejajar dengan tingkat <a href="https://doi.org/10.1016/j.neuroimage.2012.02.006">perjudian yang tinggi dan tingkat keparahan kecanduan seseorang terhadap judi</a>. Ini mungkin juga berperan dalam <a href="https://doi.org/10.1016/j.neuroscience.2011.09.037">memperkuat perilaku pengambilan risiko</a> yang terjadi dalam perjudian. </p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa pelepasan dopamin selama perjudian <a href="https://doi.org/10.1111/j.1360-0443.2010.03126.x">terjadi di area otak</a> mirip dengan "pengaktifan” ketika mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Mirip dengan narkoba, paparan berulang terhadap perjudian dan ketidakpastian menghasilkan <a href="https://doi.org/10.1038/mp.2013.163">perubahan yang bertahan lama di otak manusia</a>.</p>
<p>Ketertarikan terhadap <em>reward</em> ini mirip dengan yang terlihat pada individu yang menderita <a href="https://doi.org/10.1111/adb.12242">kecanduan narkoba</a> dan membuat orang menjadi hipersensitif. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa <a href="https://doi.org/10.1038/s41386-018-0099-4">perubahan otak akibat ketidakpastian</a> ini bahkan dapat meningkatkan hasrat dan keinginan para penjudi untuk menggunakan obat-obatan yang membuat ketagihan.</p>
<p>Paparan berulang terhadap perjudian dan ketidakpastian bahkan dapat mengubah cara penjudi merespons kekalahan. Secara berlawanan dengan intuisi, pada individu yang kecanduan judi, <a href="https://doi.org/10.1111/j.1600-0447.2010.01591.x">kehilangan uang menjadi pemicu</a> pelepasan dopamin yang bermanfaat hampir pada tingkat yang sama dengan kemenangan. Akibatnya, kekalahan justru memicu keinginan untuk terus bermain, bukan menghasilkan kekecewaan yang mungkin mendorong mereka untuk berhenti. Fenomena ini dikenal sebagai “<a href="https://doi.org/10.1016/j.biopsych.2007.05.014">mengejar kerugian</a>”.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=366&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/231114/original/file-20180808-191013-1u4dsgs.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=460&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Semua lonceng dan peluit bekerja untuk membuatmu tetap terlibat dan bermain.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/persian-gulf-april-14-slot-machines-62296870">Pavel L Photo and Video/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Lampu dan suara yang membuatmu bersemangat</h2>
<p>Namun, perjudian lebih dari sekadar menang dan kalah. Ini bisa menjadi sensasi yang imersif, dengan adanya serangkaian lampu dan suara yang berkedip-kedip. Situasi semacam ini biasanya dijumpai di kasino yang sibuk, tetapi aplikasi perjudian di ponsel pintar pun kini menyertakan gemerlap audio dan visual untuk menarik perhatianmu.</p>
<p>Akan tetapi, bukankah itu hanya hiasan? Studi menunjukkan bahwa lampu dan suara ini menjadi <a href="https://doi.org/10.1016/j.bbr.2012.10.006">lebih menarik</a> dan mampu <a href="https://doi.org/10.1016/j.addbeh.2014.09.027">memicu dorongan untuk bermain</a> ketika dipasangkan dengan ketidakpastian akan hadiah tadi.</p>
<p>Secara khusus, isyarat terkait kemenangan–seperti bunyi gemerincing yang panjang dan ukurannya bervariasi sebagai fungsi dari ukuran <em>jackpot</em>–dapat <a href="https://doi.org/10.1007/s10899-013-9391-8">meningkatkan kegembiraan dan membuat para penjudi menaksir terlalu tinggi</a> seberapa sering mereka menang. Yang terpenting, ini semua dapat membuat mereka <a href="https://doi.org/10.1556/JBA.3.2014.006">berjudi lebih lama dan mendorong mereka untuk bermain lebih cepat</a>.</p>
<h2>Merasa bagaikan pemenang, padahal kamu kalah</h2>
<p>Karena permainan peluang ini diatur agar bandarnya selalu untung, penjudinya jarang sekali menang. Kamu mungkin jarang merasakan cahaya dan suara yang muncul saat mendapatkan <em>jackpot</em> yang sesungguhnya. Namun, industri <em>game</em> kini telah menemukan cara untuk mengatasi kendala itu.</p>
<p>Selama beberapa dekade terakhir, kasino dan produsen <em>game</em> secara signifikan telah meningkatkan fungsi mesin <em>slot</em>, menghentikan mesin mekanis lama dan menggantinya dengan versi elektronik yang dikenal sebagai <a href="https://www.casinopedia.org/terms/e/electronic-gaming-machine-egm">mesin permainan elektronik</a>. Permainan terkomputerisasi dan <em>slot online</em> baru ini hadir dengan lampu warna-warni yang lebih menarik dan berbagai audio. Mereka juga memiliki lebih banyak video pendek, merepresentasikan era baru mesin <em>slot</em> video <em>multi-line</em>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=402&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/231112/original/file-20180808-191044-1iqnmo9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=506&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Daripada hanya mengharapkan tiga buah ceri sejajar secara horizontal, penjudi dapat bertaruh pada ikon yang berbaris di beberapa baris yang mengarah ke berbagai arah.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="http://www.apimages.com/metadata/Index/Casinos-Inflated-Expectations/55422441810a43f8a06117df2d3e199b/1/0">AP Photo/Alex Brandon</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tersedianya beberapa baris memungkinkan pemain untuk memasang banyak taruhan dalam tiap putaran, sering kali hingga 20 atau lebih. Meskipun setiap taruhan individu bisa jadi kecil, banyak pemain memasang <a href="https://doi.org/10.1111/add.12675">jumlah taruhan maksimum pada setiap putaran</a>. Artinya, seorang pemain dapat menang di beberapa baris meskipun kalah di baris lainnya, menjaring lebih sedikit dari taruhan awal.</p>
<p>Bahkan ketika kamu “menang”, kamu tidak keluar sebagai pemenang, sebuah fenomena yang dikenal sebagai “<a href="http://blog.practicalethics.ox.ac.uk/2013/07/losses-disguised-as-wins-slot-machines-and-deception/">kekalahan yang disamarkan sebagai kemenangan</a>.” Namun setiap kemenangan, bahkan ketika itu adalah kekalahan yang disamarkan sebagai kemenangan, disertai cahaya dan suara kemenangan.</p>
<p>Hasilnya adalah mesin <em>slot multi-line</em> ini menghasilkan <a href="https://doi.org/10.1111/add.12675">lebih banyak kesenangan dan sangat disukai oleh para pemain</a>. Yang terpenting, mesin ini cenderung membuat para penjudi <a href="https://doi.org/10.1007/s10899-013-9411-8">melebih-lebihkan seberapa sering mereka benar-benar menang</a>.</p>
<p>Peningkatan dramatis dalam frekuensi kemenangan, baik yang nyata maupun yang dibuat-buat, menghasilkan lebih banyak gairah dan aktivasi ketertarikan terhadap hadiah di otak, yang mungkin mempercepat laju perubahan otak. <em>Slot multi-line</em> juga tampaknya mendorong perkembangan <a href="https://doi.org/10.1007/s10899-017-9695-1">“aliran gelap,” keadaan seperti kesurupan</a> ketika pemain sepenuhnya terserap dalam permainan, terkadang selama berjam-jam.</p>
<h2>Efek ‘nyaris menang’ dan mengejar kerugian</h2>
<p>Munculnya mesin judi elektronik juga berarti bahwa alih-alih dibatasi oleh pengaturan fisik dari berbagai kemungkinan hasil yang berbeda pada setiap susunan baris, prediksi hasil-hasil diprogram ke dalam satu set susunan virtual. Oleh karena itu, perancang permainan dapat menumpuk dek untuk membuat peristiwa tertentu terjadi lebih sering dibandingkan yang lain.</p>
<p>Ini termasuk menanamkan anggapan “nyaris menang”, yaitu ketika salah satu susunan baris berhenti tepat sebelum berbaris sejajar untuk mendapatkan <em>jackpot</em>. Nyaris menang ini merasuk <a href="https://doi.org/10.1016/j.neuron.2008.12.031">area otak yang biasanya merespons kemenangan</a> dan meningkatkan keinginan seseorang untuk bermain lebih banyak. Ini banyak terjadi <a href="https://doi.org/10.1038/npp.2016.43">pada para penjudi bermasalah</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=442&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=556&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=556&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/231115/original/file-20180808-191019-1oja5no.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=556&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Strategi yang sama yang di kasino juga dilakukan melalui aplikasi judi ponsel pintar.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/bucharest-romania-january-25-2017-close-569219710">Alexandru Nika/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Taktik ini tidak hanya dilakukan di mesin slot dan kasino. “Nyaris menang” berperan penting dalam <a href="https://doi.org/10.1007/s10899-016-9633-7">membuat orang kecanduan <em>game</em> di ponselnya</a> seperti dalam <em>game</em> “Candy Crush” yang sangat populer.</p>
<p>“Nyaris menang” ini lebih menggairahkan daripada kalah–meskipun lebih membuat frustasi dan secara signifikan <a href="https://doi.org/10.1007/s10899-015-9578-2">kurang “menyenangkan” dibandingkan kalah telak</a>. Namun yang terpenting, konsep hampir menang ini justru mampu menjadi <a href="https://doi.org/10.1016/j.neuron.2008.12.031">pemicu yang lebih besar bagi penjudi untuk terus bermain</a> dibandingkan kemenangan itu sendiri.</p>
<p>“Nyaris menang” tampaknya sangat memotivasi dan dapat meningkatkan komitmen pemain terhadap sebuah permainan, yang kemudian membuat individu bersedia <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11419232">bermain lebih lama dari yang mereka inginkan</a>. Ukuran respons dopamin terhadap nyaris menang sebenarnya <a href="https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.5758-09.2010">berkorelasi dengan tingkat keparahan kecanduan judi seseorang</a>. </p>
<h2>Judi dan permainannya</h2>
<p>Ketika kamu terlibat dalam perjudian untuk rekreasi, kamu tidak hanya bermain melawan peluang, tetapi juga melawan musuh yang terlatih dalam seni tipu daya dan tipu muslihat. Permainan peluang memiliki kepentingan untuk memikat pemain lebih lama dan membiarkan mereka pergi dengan kesan bahwa kemenangan mereka lebih dari sekadar kebetulan, <a href="https://doi.org/10.1007/s10899-017-9699-x">menumbuhkan kesan palsu tentang keterampilan</a>.</p>
<p>Bagi banyak orang, hasil yang dirancang dengan hati-hati ini meningkatkan kepuasan yang mereka dapatkan dari perjudian. Mungkin akan tetap mudah bagi mereka untuk pergi begitu saja ketika <em>chip</em> habis.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=377&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/231116/original/file-20180808-142251-c0ks6l.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=473&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kasino bertujuan untuk memikat para pemain–dan terkadang strategi mereka berhasil dengan baik.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/gambling-addicted-man-glasses-front-online-754693879">Alexander Kirch/Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, perjudian bukan hanya janji ringan untuk bersenang-senang dan peluang mendapatkan <em>jackpot</em>. Sebanyak <a href="https://doi.org/10.1017/S0033291708002900">2% dari populasi Amerika Serikat</a> adalah pecandu judi yang bermasalah, dan mereka mengalami apa yang baru-baru ini diklasifikasikan <a href="https://www.psychiatry.org/patients-families/gambling-disorder/what-is-gambling-disorder">sebagai “gangguan perjudian</a>”.</p>
<p>Judi merupakan salah satu dari sedikit kecanduan yang tidak melibatkan konsumsi zat, seperti narkoba. Serupa dengan bentuk kecanduan lainnya, gangguan perjudian adalah <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/d000/26410235cd37b68079c7ce6da4932a7b4d37.pdf">masalah</a> dan <a href="https://consumer.healthday.com/mental-health-information-25/addiction-news-6/risky-gambling-tied-to-social-isolation-678614.html">pengalaman yang mengisolasi</a>. Ini terkait dengan <a href="https://doi.org/10.4088/JCP.v66n0504">peningkatan kecemasan</a>, dan penjudi bermasalah memiliki <a href="https://www.elementsbehavioralhealth.com/news-and-research/problem-gamblers-have-increased-risk-of-suicide-personality-disorders/">risiko bunuh diri yang lebih besar</a>.</p>
<p>Bagi individu yang lebih rentan ini, jebakan perancang judi mulai terlihat lebih menyeramkan. Untuk mencapai solusi masalah hidup, rasanya perlu satu putaran lagi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/214646/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mike Robinson pernah menerima dana dari National Center for Responsible Gaming (NCRG).</span></em></p>
Ketika kamu berjudi, kamu tidak hanya bermain melawan peluang, tapi juga melawan musuh yang terlatih dalam seni menipu dan tipu muslihat yang menggunakan sifat manusia untuk melawanmu.
Mike Robinson, Assistant Professor of Psychology, Wesleyan University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/211041
2023-08-18T08:52:23Z
2023-08-18T08:52:23Z
10 faktor penyebab peningkatan risiko penyakit Alzheimer
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/541178/original/file-20230804-15-ze86rg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Banyak dari faktor risiko ini dapat dicegah.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/son-take-care-his-father-who-732630985">tonkid/ Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Meskipun belum ada obatnya, para peneliti terus mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Alzheimer. Sebuah <a href="https://jnnp.bmj.com/content/early/2020/06/01/jnnp-2019-321913">penelitian terbaru</a> yang menganalisis 396 riset bahkan telah mampu mengidentifikasi sepuluh faktor risiko yang terbukti meningkatkan kemungkinan terkena penyakit ini. </p>
<p>Berikut adalah faktor-faktor yang diidentifikasi oleh para peneliti - dan mengapa faktor-faktor tersebut dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi. </p>
<h2>1. Tingkat pendidikan</h2>
<p>Tingkat pendidikan yang lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer. Bukti sebelumnya menunjukkan semakin lama waktu yang dihabiskan untuk pendidikan, <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/8139057/">semakin rendah risiko</a> terkena demensia. </p>
<p><a href="https://academic.oup.com/brain/article/133/8/2210/395786">Penelitian</a> yang mengamati otak orang-orang dari latar belakang pendidikan yang berbeda juga menunjukkan bahwa orang yang lebih berpendidikan memiliki otak yang lebih berat. Ketika kehilangan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16227537/">sepertiga</a> dari berat otak karena demensia, otak yang lebih berat dapat membuat kita lebih tangguh.</p>
<h2>2. Aktivitas kognitif</h2>
<p>Bukti menunjukkan bahwa <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/17596582/">menjaga otak kita tetap aktif</a> juga dapat melawan demensia. Aktivitas seperti teka-teki kata dapat menstimulasi otak dan dapat memperkuat konektivitas antara sel-sel otak. <a href="https://science.sciencemag.org/content/298/5594/789">Konektivitas ini terputus</a> pada demensia.</p>
<p>Penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa kita perlu terus menjaga otak kita tetap aktif, bahkan pada usia lanjut. Penelitian lain setuju bahwa menantang otak kita memang <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16207391/">mengurangi kemungkinan kita</a> terkena demensia.</p>
<h2>3. Hipertensi pada usia paruh baya</h2>
<p>Jantung yang sehat telah lama <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22968344/">dikaitkan dengan otak yang sehat</a>. Di sini, penelitian terbaru menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi (hipertensi) pada usia paruh baya meningkatkan risiko Alzheimer.</p>
<p>Insiden penyakit jantung yang lebih tinggi pada mereka yang menderita <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5398900/">tekanan darah tinggi</a> berdampak pada suplai darah dan nutrisi ke otak. Menariknya, hubungan ini masih ada bahkan bagi mereka <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6122131/">yang memiliki</a> tekanan darah tinggi aja. Intinya adalah bahwa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3481957/">berkurangnya suplai darah</a> ke otak terkait dengan Alzheimer.</p>
<h2>4. Hipotensi ortostatik</h2>
<p>Penelitian ini juga menyoroti hipotensi ortostatik sebagai faktor risiko. Ini terjadi ketika seseorang mengalami tekanan darah rendah saat berdiri setelah duduk atau berbaring. </p>
<p>Karena tubuh tidak dapat mempertahankan suplai darah yang cukup ke otak selama perubahan postur tubuh, hal ini dapat memiliki <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6683958/">pengaruh jangka panjang yang melemahkan</a> pada <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29111025/">aktivitas otak</a>, sebagai akibat dari kurangnya oksigen ke otak, yang meningkatkan risiko demensia.</p>
<h2>5. Diabetes</h2>
<p>Penelitian menemukan bahwa diabetes dikaitkan dengan insiden Alzheimer yang lebih tinggi. Karena diabetes membuat tubuh kita tidak dapat mengatur insulin dengan baik, hal ini mengubah cara sel-sel otak kita berkomunikasi dan fungsi memori kita - keduanya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3443484/">terganggu pada penyakit Alzheimer</a>. </p>
<p><a href="https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Insulin#section=Springer-Nature-References">Insulin sangat penting</a>, karena insulin mengatur metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dengan membantu penyerapan glukosa darah ke dalam hati, lemak, dan otot. Penyakit Alzheimer tampaknya mengganggu kemampuan otak untuk <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4253975/#R200">bereaksi terhadap insulin</a>.</p>
<h2>6. Indeks Massa Tubuh (BMI)</h2>
<p>Indeks Massa Tubuh (BMI) yang lebih tinggi pada usia di bawah 65 tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia. Penelitian menunjukkan bahwa BMI antara 18,5 dan 24,9 untuk mereka yang berusia di bawah 65 tahun - dengan kata lain, berat badan yang sehat - dapat menurunkan risiko demensia. Namun, <a href="https://www.thelancet.com/journals/landia/article/PIIS2213-8587(15)000339/fulltext#:%7E:text=However%2C%20the%20association%20between%20BMI%20and%20risk%20of,and%20the%20risk%20of%20dementia%20and%20Alzheimer%20disease">memiliki berat badan yang kurang</a> di usia paruh baya dan di usia lanjut dapat meningkatkan risiko demensia.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="'Orang berdiri di atas timbangan kamar mandi berwarna putih'" src="https://images.theconversation.com/files/348882/original/file-20200722-38-prp8fc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/348882/original/file-20200722-38-prp8fc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/348882/original/file-20200722-38-prp8fc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/348882/original/file-20200722-38-prp8fc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/348882/original/file-20200722-38-prp8fc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/348882/original/file-20200722-38-prp8fc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/348882/original/file-20200722-38-prp8fc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kelebihan berat badan dan kekurangan berat badan sama-sama memiliki risiko yang lebih tinggi.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/close-shot-woman-standing-on-weight-1463581310">Seksan.TH/ Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Diperkirakan bahwa campuran genetika, penyakit kardiovaskular, dan peradangan semuanya berkontribusi pada hubungan <a href="https://academic.oup.com/ije/article/doi/10.1093/ije/dyaa099/5861491">antara BMI dan demensia</a>.</p>
<h2>7. Trauma kepala</h2>
<p>Trauma kepala pada masa lalu merupakan sebuah faktor risiko - dan ada bukti yang jelas bahwa <a href="https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa1908483">trauma kepala</a>, seperti gegar otak, dapat berkontribusi pada <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28269777/">perkembangan demensia</a>. Hubungan ini <a href="https://academic.oup.com/brain/article/141/1/318/4774567">pertama kali diamati pada 1928</a>.</p>
<p>Namun, tidak pasti apakah trauma kepala tunggal atau berulang merupakan faktor penyebabnya. Yang jelas, kerusakan otak akibat trauma kepala mirip dengan demensia. Hal ini membuat orang lebih rentan terhadap <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16227537/">kerusakan lebih lanjut di kemudian hari</a> dari demensia.</p>
<h2>8. Hiperhomosisteinemia</h2>
<p>Kadar homosistein kimiawi yang tinggi merupakan suatu faktor risiko. Homosistein adalah asam amino alami yang terlibat dalam produksi mekanisme pertahanan tubuh kita, termasuk antioksidan yang <a href="https://theconversation.com/what-are-antioxidants-and-are-they-truly-good-for-us-86062">mencegah kerusakan sel</a>.</p>
<p>Peningkatan kadar homosistein dalam darah pada penderita demensia <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9823829/">pertama kali dilaporkan</a> pada 1998. Sejak saat itu, penelitian menunjukkan bahwa <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20838622/">mengurangi kadar</a> homosistein dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29480200/">melindungi dari demensia</a>.</p>
<p>Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32024240/">merusak sel-sel otak</a> dengan mengganggu produksi energi. Mengonsumsi lebih banyak <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18843658/">folat dan vitamin B12</a> dapat menurunkan kadar homosistein - dan dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28759193/">mengurangi risiko demensia</a>.</p>
<h2>9. Depresi</h2>
<p>Mereka yang hidup dengan Alzheimer juga sering <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551552/">menderita depresi</a>, meskipun tidak pasti apakah depresi menyebabkan Alzheimer atau hanya merupakan gejala dari penyakit ini. Namun, banyak bukti yang mendukung bahwa depresi memang merupakan faktor risiko, seperti yang ditemukan oleh penelitian terbaru ini. Penelitian bahkan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20603482/">menunjukkan adanya hubungan</a> antara <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20603482/">jumlah</a> episode depresi - terutama sepuluh tahun sebelum timbulnya demensia - dengan risiko yang lebih tinggi.</p>
<p>Depresi meningkatkan kadar bahan kimia berbahaya dalam otak kita. Ketidakseimbangan bahan kimia ini dapat menyebabkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0955067411001104#:%7E:text=%20Cell%20atrophy%20and%20loss%20in%20depression%3A%20reversal,%20and%20survival.%20Although%20stress%20and%20depression...%20More%20">hilangnya sel-sel otak</a>. Hal ini, ditambah dengan hilangnya sel-sel otak pada demensia, meningkatkan kemungkinan Alzheimer.</p>
<h2>10. Stres</h2>
<p>Terakhir, stres diidentifikasi sebagai suatu faktor risiko. Stres jangka panjang menargetkan sel-sel kekebalan tubuh kita, yang penting dalam <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28941639/">mencegah demensia</a>. Secara khusus, hormon kortisol terbukti berkontribusi terhadap stres dan dapat berdampak <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19376098/">pada memori</a>. Oleh karena itu, mengurangi stres dan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6405479/">kadar kortisol</a> dapat mengurangi kemungkinan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5272965/">mengembangkan demensia</a>. </p>
<p>Penelitian ini menawarkan gambaran yang kompleks tentang bagaimana kita dapat memerangi timbulnya Alzheimer - serta sepuluh area yang perlu dikonsentrasikan oleh para ilmuwan untuk diteliti pada masa depan. </p>
<p>Meskipun temuan-temuannya mungkin tampak suram, ada beberapa harapan karena banyak dari faktor risiko ini dapat dikelola atau dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, termasuk <a href="https://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736(15)60461-5/fulltext#articleInformation">pola makan dan olahraga</a>.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/211041/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Mark Dallas menerima dana dari Alzheimer's Research UK.</span></em></p>
Stres, depresi, dan tekanan darah tinggi adalah beberapa faktor risiko yang diidentifikasi oleh para peneliti studi.
Mark Dallas, Associate Professor in Cellular Neuroscience, University of Reading
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/210461
2023-07-27T08:32:00Z
2023-07-27T08:32:00Z
Mengapa Alzheimer lebih banyak diderita oleh perempuan?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/539432/original/file-20230726-15-ov82ja.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/es/image-photo/elderly-woman-memory-problem-spending-time-759308722">Ground Picture/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Hampir 120 tahun telah berlalu sejak dokter Jerman, Alöis Alzheimer, pertama kali mendeskripsikan penyakit neurodegeneratif yang kini dikenal dengan namanya. Semuanya berawal dari kasus seorang pasien sakit jiwa bernama <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673696102038">Auguste Deter</a>. </p>
<p>Data terbaru mengenai penyakit Alzheimer (AD) menunjukkan bahwa bukan suatu kebetulan jika Auguste adalah seorang perempuan: kita sekarang tahu bahwa sekitar <a href="https://www.alz.org/alzheimers-dementia/what-is-alzheimers/women-and-alzheimer-s?lang=es-MX">dua pertiga</a> dari mereka yang terkena dampaknya adalah perempuan.</p>
<p>Secara khusus, sebuah penelitian pada 2017 telah menunjukkan bahwa di Eropa, 3,31% laki-laki menderita Alzheimer dibandingkan dengan <a href="https://www.elsevier.es/es-revista-neurologia-295-pdf-S0213485316300032">7,13% perempuan</a> - lebih dari dua kali lebih banyak. Namun, sampai saat ini, perbedaan ini belum mendapat perhatian yang semestinya.</p>
<h2>Perubahan hormon penting</h2>
<p>Faktor risiko utama untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Di antara populasi umum, perempuan lebih sering mencapai atau melebihi usia 85 tahun. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa perempuan lebih mungkin menderita Alzheimer karena mereka memiliki usia harapan hidup yang lebih panjang. </p>
<p>Namun, kita sekarang tahu bahwa fakta ini tidak menjelaskan realitas klinis. Seperti halnya dengan banyak penyakit lain, jawabannya mungkin terletak pada kombinasi dari <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32828189/">perbedaan biologis karena jenis kelamin dan perbedaan sosial-budaya (peran gender)</a>.</p>
<p>Dari sudut pandang biologis, perubahan hormonal yang khas pada penuaan perempuan telah menjadi fokus penelitian Alzheimer selama bertahun-tahun. Di sinilah estrogen, hormon steroid yang diproduksi terutama oleh ovarium, serta kelenjar adrenal, jaringan lemak, dan otak, berperan. </p>
<p>Selain perannya dalam reproduksi, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8628183/">estrogen</a> terlibat dalam jalur pensinyalan lainnya, beberapa di antaranya terkait dengan fungsi kognitif atau perlindungan saraf. Dengan demikian, mereka adalah molekul dengan aksi antioksidan, pengatur metabolisme, respons imun, neurogenesis dan plastisitas sinaptik, yang sangat penting untuk penuaan otak.</p>
<p>Hipokampus, misalnya, memiliki dua jenis reseptor estrogen. Dan kebetulan wilayah otak ini, yang terlibat dalam memori dan pembelajaran, sangat terpengaruh pada pasien Alzheimer sejak tahap awal.</p>
<p>Oleh karena itu, jelaslah bahwa hilangnya estrogen (hipoestrogenisme) akibat menopause tampaknya berperan. Sedemikian rupa sehingga perempuan yang menjalani pengangkatan ovarium di bawah usia 50 tahun juga memiliki peningkatan risiko <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamanetworkopen/fullarticle/2785983">gangguan kognitif dan Alzheimer</a>. </p>
<p>Inilah sebabnya mengapa penelitian telah dilakukan selama beberapa dekade untuk mencari tahu apakah terapi penggantian hormon (yaitu memberikan estrogen dalam bentuk obat pada awal atau selama menopause) dapat memiliki peran sebagai pelindung saraf. </p>
<p>Penelitian juga sedang dilakukan untuk mengoptimalkan pemberiannya: data menunjukkan bahwa ada periode waktu pemberian yang kritis saat pengobatan ini dapat menjadi paling efektif. Secara khusus, ini mungkin paling berguna pada tahap awal menopause atau dalam kasus menopause bedah. Namun, ada <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378512222000986">data yang bertentangan</a> sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memperjelas masalah ini.</p>
<h2>Mikrobiota memengaruhi kesehatan otak</h2>
<p>Selain itu, dalam dekade terakhir, telah ditemukan pentingnya populasi mikroorganisme yang berada dalam tubuh manusia (mikrobiota) dan hubungannya dengan hormon dan <a href="https://theconversation.com/somos-lo-que-comemos-el-impacto-de-la-dieta-en-el-cerebro-151772">kesehatan otak</a>. </p>
<p>Secara khusus, subkelompok bakteri ini, yang disebut <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37051868/">oestrobolome</a>, secara aktif terlibat dalam pengaturan kadar estrogen sistemik. Oleh karena itu, terapi probiotik mungkin juga memiliki efek menguntungkan secara tidak langsung pada otak perempuan menopause. </p>
<p>Faktanya, <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s00281-018-0716-7">mikrobiota juga menunjukkan dimorfisme seksual</a>, yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, yang dikenal sebagai <em>microgenderome</em>. Variasi ini menghasilkan tingkat kerentanan yang berbeda terhadap patologi tertentu.</p>
<h2>Otak perempuan mungkin lebih rentan terhadap stres</h2>
<p>Stres adalah faktor risiko lain yang diketahui untuk mengembangkan Alzheimer, yang tampaknya lebih banyak memengaruhi perempuan daripada laki-laki. Sebuah penelitian terbaru yang menggunakan model hewan dari penyakit Alzheimer telah menunjukkan bahwa <a href="https://medicine.wustl.edu/news/stress-increases-alzheimers-risk-in-female-mice-but-not-males/">otak perempuan lebih rentan</a> terhadap dampak stres daripada otak laki-laki, yang tampaknya disebabkan oleh peningkatan yang lebih besar dalam akumulasi protein beta-amiloid.</p>
<p>Masuknya perempuan ke dalam dunia kerja, bersama dengan pekerjaan rumah tangga, perawatan dan masalah rekonsiliasi keluarga, berarti bahwa, secara umum, perempuan lebih mudah stres daripada laki-laki. Ini berarti bahwa strategi sosial yang bertujuan untuk menghilangkan perbedaan gender bisa sangat positif dalam mengurangi risiko Alzheimer di kalangan perempuan.</p>
<h2>Menuju 150 juta pasien</h2>
<p>Alzheimer adalah salah satu pandemi besar pada abad ke-21. Diperkirakan akan ada sekitar 150 juta pasien dengan penyakit neurodegeneratif ini pada 2050. Di Spanyol saat ini terdapat lebih dari 800.000 orang yang menderita demensia jenis ini, dan diperkirakan angka ini akan meningkat menjadi lebih dari 1,2 juta orang dalam beberapa dekade mendatang.</p>
<p>Sayangnya, saat ini <a href="https://theconversation.com/por-que-fracasan-todos-los-farmacos-contra-el-alzheimer-165202">tidak ada obat atau pengobatan yang benar-benar efektif</a> untuk penyakit neurodegeneratif ini. Ada kemungkinan bahwa pengabaian perbedaan jenis kelamin dan gender sedikit banyak berkontribusi terhadap penundaan ini. </p>
<p>Justru karena alasan inilah <a href="https://www.womensbrainproject.com/">Women’s Brain Project</a> (WBP), sebuah organisasi nirlaba internasional yang berbasis di Swiss, didirikan oleh para ahli dalam berbagai disiplin ilmu. WBP lahir dari kebutuhan untuk menganalisis perbedaan <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37065460/">jenis kelamin dan gender</a> dalam kesehatan mental dan penyakit mental, untuk menerapkan pengetahuan ini demi pengobatan yang presisi.</p>
<p>Yang menjadi semakin jelas adalah bahwa <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29902481/">jenis kelamin adalah variabel yang penting</a>. Sayangnya, hal ini belum mendapatkan perhatian yang semestinya, meskipun populasi dunia terbagi menjadi dua subkelompok yang berbeda secara fisiologis. Hal ini dapat menjelaskan, setidaknya sebagian, kegagalan untuk menerjemahkan data praklinis ke dalam uji klinis, tidak hanya untuk Alzheimer, tapi juga untuk penyakit lainnya.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Spanyol</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210461/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Raquel Sánchez Varo tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Wanita dua kali lebih mungkin terkena penyakit Alzheimer dibandingkan pria. Menopause, mikrobiota, dan stres akibat keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi tampaknya alasan perbedaan ini.
Raquel Sánchez Varo, Profesora Contratada Doctor del Área de Histología de la Facultad de Medicina. Investigadora del Grupo CTS429 Biología e Histología Médicas, del CIBER en Enfermedades Neurodegenerativas (CIBERNED) y del IBIMA, Universidad de Málaga
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/208580
2023-07-04T07:26:56Z
2023-07-04T07:26:56Z
Apa yang terjadi pada otak jika tidak cukup tidur?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/534233/original/file-20230627-19-a9xftc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gambar Utama</span> </figcaption></figure><blockquote>
<p><strong>Apa yang terjadi pada otak jika tidak cukup tidur? - Avery, usia 7 tahun, Napanee, Kanada.</strong></p>
</blockquote>
<p>Tidur bisa jadi adalah faktor terbesar dalam menjaga <a href="https://doi.org/10.1002/da.22769">kesehatan otak dan kesehatan mental yang positif</a>. Hal ini terutama berlaku jika Anda berusia di bawah 20 tahun.</p>
<p>Yang menarik - dan juga menjadi masalah - adalah kebanyakan dari kita hidup dengan utang tidur: pada dasarnya kita tidak cukup tidur, sehingga kita <a href="https://www.cdc.gov/niosh/emres/longhourstraining/debt.html#">terus-menerus kurang tidur</a>. Dan hidup dengan utang tidur ini memiliki dampak negatif pada fungsi otak.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="efek negatif dari kurang tidur" src="https://images.theconversation.com/files/512992/original/file-20230301-17-ak6abg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512992/original/file-20230301-17-ak6abg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512992/original/file-20230301-17-ak6abg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512992/original/file-20230301-17-ak6abg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512992/original/file-20230301-17-ak6abg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512992/original/file-20230301-17-ak6abg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512992/original/file-20230301-17-ak6abg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1131&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Memiliki utang tidur dapat merusak semua sistem otak Anda - sistem yang mendukung persepsi, ingatan, perhatian, pengambilan keputusan, dan bahkan pembelajaran.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Salah satu tanda paling umum dari utang tidur adalah <a href="https://www.healthline.com/health-news/foggy-brain-lack-of-sleep">merasa seperti berada dalam kabut otak</a>, di mana segala sesuatunya tidak sejernih dan sefokus yang seharusnya. Kurang tidur juga dapat membuat kita lebih emosional dan dapat menyebabkan depresi. Lebih jauh lagi, memiliki utang tidur dapat merusak semua sistem otak Anda - sistem yang mendukung persepsi, ingatan, perhatian, pengambilan keputusan, dan bahkan pembelajaran.</p>
<p>Sebagai seorang ahli saraf, saya sangat tertarik dengan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan dan fungsi otak. Penelitian yang dilakukan oleh laboratorium saya sendiri, <a href="http://www.krigolsonlab.com">Laboratorium Ilmu Saraf Teoritis dan Terapan</a> di University of Victoria, Kanada, menunjukkan bahwa tidur adalah <a href="https://doi.org/10.3389/fnins.2021.634147">faktor terbesar yang menentukan kemampuan otak untuk membentuk ingatan baru</a>.</p>
<h2>Berapa jam tidur yang dibutuhkan manusia?</h2>
<p>Kamu mungkin bertanya-tanya berapa lama waktu tidur yang normal atau apakah kita sudah cukup tidur. Dokter dan peneliti merekomendasikan <a href="https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/oversleeping-bad-for-your-health">antara tujuh hingga sembilan jam tidur per malam untuk orang dewasa</a>. Jika kita tidur lebih dari itu, ada baiknya kita berkonsultasi dengan dokter karena tidur terlalu lama juga bisa berdampak buruk.</p>
<p>Akan tetapi, hal ini berbeda untuk anak-anak. Setelah mereka lahir, bayi mungkin perlu tidur <a href="https://www.sleepfoundation.org/children-and-sleep/how-much-sleep-do-kids-need">hingga 17 jam sehari</a>, dan mereka tidak akan mencapai kisaran tujuh hingga sembilan jam sampai akhir masa remaja. Anak-anak usia sekolah (usia 6 hingga 12 tahun) biasanya membutuhkan 9 hingga 12 jam tidur per malam, dan remaja membutuhkan antara 8 hingga 10 jam tidur per malam.</p>
<p>Satu hal menarik yang ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan adalah ritme sirkadian - siklus jam alami tubuh kita yang menentukan kapan kita tidur - <a href="https://www.sleepfoundation.org/teens-and-sleep">yang berbeda pada remaja dibandingkan dengan anak-anak dan orang dewasa</a>. Keinginan remaja untuk begadang dan tidur lebih lama merupakan hal yang wajar.</p>
<h2>Bagaimana cara kerja tidur, dan pengaruhnya terhadap fungsi otak</h2>
<p>Manusia melewati <a href="https://doi.org/10.1111/j.1749-6632.2009.04416.x">lima tahap tidur berbeda di setiap malam</a>: Tidur NREM1, NREM2, NREM3, NREM4, dan tidur REM.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="tahap-tahap tidur" src="https://images.theconversation.com/files/512972/original/file-20230301-1800-imzk9y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512972/original/file-20230301-1800-imzk9y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512972/original/file-20230301-1800-imzk9y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512972/original/file-20230301-1800-imzk9y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512972/original/file-20230301-1800-imzk9y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512972/original/file-20230301-1800-imzk9y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512972/original/file-20230301-1800-imzk9y.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Manusia melewati tahapan tidur beberapa kali setiap malam.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>REM adalah singkatan dari <em>rapid eye movement</em> dan ini adalah saat kita bermimpi. NREM adalah singkatan dari <em>non rapid eye movement</em> dan tahapannya diurutkan dari tidur ringan hingga tidur nyenyak. Ringan - terutama NREM2 - adalah tahap tidur yang kritis yaitu saat ingatan dibentuk. NREM3 dan NREM4 sangat penting bagi tubuh Anda untuk bisa pulih dari cedera dan membangun energi untuk keesokan harinya.</p>
<p>Dalam hal bagaimana kurang tidur dapat berdampak pada fungsi otak, teori yang paling menonjol adalah ketika kita kurang tidur, hal itu mengurangi kemampuan neuron - sel-sel yang membentuk otak kita - untuk berkomunikasi satu sama lain. Itu berarti otak kita tidak berfungsi secara efektif, yang menyebabkan <a href="https://doi.org/10.1007/s00018-007-6457-8">berkurangnya fungsi otak, kesehatan otak yang buruk, dan bahkan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan mental</a>.</p>
<h2>Bagaimana mendapatkan tidur yang berkualitas</h2>
<p>Apa yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kualitas tidur kita dan menghindari utang tidur? Pertama, cobalah untuk tidur di waktu yang sama setiap malam dan bangun di waktu yang sama setiap hari. Ukuran yang baik untuk “kesehatan tidur” yang baik adalah kemampuan untuk bangun di waktu yang hampir sama setiap hari tanpa memerlukan alarm.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="tidur berkualitas" src="https://images.theconversation.com/files/512980/original/file-20230301-1750-251jxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/512980/original/file-20230301-1750-251jxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/512980/original/file-20230301-1750-251jxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/512980/original/file-20230301-1750-251jxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/512980/original/file-20230301-1750-251jxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/512980/original/file-20230301-1750-251jxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/512980/original/file-20230301-1750-251jxk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Untuk tidur yang berkualitas, hindari layar seperti ponsel, tablet, atau televisi sebelum tidur.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Pexels/Kampus Production)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penting untuk diketahui bahwa <a href="https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/oversleeping-bad-for-your-health">kamu tidak bisa tidur berlebihan demi mengganti kekurangan tidur</a>. Faktanya, tidur berlebihan di akhir pekan adalah salah satu hal terburuk yang dapat kita lakukan untuk memulihkan diri dari kekurangan tidur.</p>
<p>Hal lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur adalah dengan menghindari melihat layar - ponsel, komputer, TV - sebelum tidur. Teknologi yang digunakan untuk membuat layar-layar ini telah <a href="https://www.sleepfoundation.org/how-sleep-works/how-electronics-affect-sleep">terbukti meningkatkan kewaspadaan, sehingga membuat kita sulit untuk tidur</a>.</p>
<p>Selain itu, jadikan tidur sebagai prioritas - lebih baik tidur dan membiarkan otak pulih daripada begadang untuk belajar. Faktanya, salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan di sekolah untuk meningkatkan kemampuan belajar adalah dengan tidur nyenyak.</p>
<p>Terakhir, memiliki <a href="https://doi.org/10.1183/16000617.0110-2016">pola makan yang sehat dan seimbang serta berolahraga yang cukup</a> juga terbukti dapat meningkatkan kesehatan tidur dan kualitas tidur.</p>
<p>Jadi, pastikan kamu cukup tidur. Kurang tidur dikaitkan dengan penurunan kesehatan dan fungsi otak, dan bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.</p>
<hr>
<p><em>Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208580/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Olave Krigolson menerima dana dari Natural Sciences and Engineering Research Council Canada . </span></em></p>
Kita hidup di dunia di mana kita sering tidak cukup tidur, tetapi kita perlu tidur jika ingin otak tetap sehat dan berfungsi secara efisien.
Olave Krigolson, Professor, Neuroscience, University of Victoria
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/207427
2023-06-16T03:56:38Z
2023-06-16T03:56:38Z
Bagaimana cara otak menggerakkan tubuh manusia?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/531091/original/file-20230609-5641-39orae.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/little-girl-climbing-rock-wall-indoor-1253459440">Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p><em>Bagaimana otak kamu mengetahui cara menggerakkan tubuhmu? - Ivy, usia 8 tahun, Victoria</em></p>
<p>Hai Ivy, terima kasih telah mengajukan pertanyaan yang sangat menarik!</p>
<p>Untuk menjawabnya, kita perlu melihat beberapa bagian otak yang berbeda dan apa yang mereka lakukan.</p>
<h2>Otak mengumpulkan informasi</h2>
<p>Bagian depan otak berfungsi untuk merencanakan dan membuat keputusan. Otak melakukan hal ini setelah mempertimbangkan berbagai jenis informasi yang diterimanya dari “sel-sel saraf”. </p>
<p>Informasi ini disebut informasi sensorik. Informasi ini berasal dari sentuhan, rasa sakit, suhu, pendengaran, penglihatan, dan sebagainya.</p>
<p>Inilah yang terjadi ketika, misalnya, kita melihat seseorang membagikan cokelat di jalan, kita menoleh untuk melihatnya dan berjalan ke arah cokelat tersebut.</p>
<h2>Bagaimana semua informasi itu sampai ke otak?</h2>
<p>Otak tinggal di dalam kotak otak di kepala kita. Sumsum tulang belakang berada di kanal tulang belakang, di bagian belakang tubuh kita. </p>
<p>Serabut saraf kecil yang keluar dari bagian bawah otak dan sumsum tulang belakang menghubungkan banyak otot. Ketika mereka menegang, mereka membuat sesuatu bergerak. </p>
<p>Beberapa serabut saraf terhubung ke otot yang melintasi persendian. Yang lainnya menempel pada lidah dan bola mata dan membuatnya bergerak. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/527874/original/file-20230523-27-x1e6b5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/527874/original/file-20230523-27-x1e6b5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/527874/original/file-20230523-27-x1e6b5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/527874/original/file-20230523-27-x1e6b5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/527874/original/file-20230523-27-x1e6b5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/527874/original/file-20230523-27-x1e6b5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/527874/original/file-20230523-27-x1e6b5.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Batang otak adalah bagian yang berada di bagian bawah otak.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-vector/anatomy-human-brain-vector-illustration-basic-75070678">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sel-sel saraf mengirimkan sinyal antara satu sama lain, dan di antara semua otot dan kelenjar, termasuk yang bertanggung jawab untuk membuat air liur di mulut dan cairan pencernaan di perut.</p>
<p>Otak manusia memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128110164000039">lebih dari 100 miliar</a> sel saraf dan mengirimkan pesan untuk membuat kita melakukan hal-hal seperti berjalan, melompat, atau berdiri dari kursi.</p>
<h2>Bagian otak yang berbeda memiliki tugas yang berbeda</h2>
<p>Otak memiliki banyak bagian yang mengoordinasikan cara kita bergerak. </p>
<p>Satu bagian membantu kita mengetahui seberapa besar tenaga yang diperlukan untuk melakukan gerakan. Bagian ini juga memberi tahu otak untuk memulai gerakan. </p>
<p>Bagian lainnya berperan dalam pengaturan waktu gerakan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Children looking at things in the garden with a magnifying glass" src="https://images.theconversation.com/files/527876/original/file-20230523-25-g01082.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/527876/original/file-20230523-25-g01082.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/527876/original/file-20230523-25-g01082.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/527876/original/file-20230523-25-g01082.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=389&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/527876/original/file-20230523-25-g01082.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/527876/original/file-20230523-25-g01082.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/527876/original/file-20230523-25-g01082.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=489&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bagian otak yang berbeda memiliki tugas yang berbeda dalam membantu kita bergerak.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/two-children-boy-girl-warm-hats-2027604446">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Jenis saraf yang berbeda juga memiliki peran yang berbeda. Beberapa membantu kita bergerak secara sukarela - ketika kita menginginkannya. Saraf-saraf ini terhubung ke otot-otot yang bertanggung jawab untuk menggerakkan sendi-sendi di berbagai bagian tubuh, seperti lengan dan kaki. </p>
<p>Kelompok saraf lainnya bekerja secara otomatis. Mereka merasakan apa yang terjadi di dalam tubuh kita tanpa kita sadari. Saraf-saraf ini mengendalikan otot-otot di jantung, pembuluh darah, perut, usus, ginjal, dan organ-organ lainnya, membantu mereka bekerja dengan baik.</p>
<h2>Apa jawabannya secara singkat?</h2>
<p>Jadi Ivy, ringkasnya, otak menerima informasi dari indera kita dan menggunakannya untuk mengontrol gerakan tubuh kita. </p>
<p>Bagian otak yang berbeda mengirimkan pesan ke bagian tubuh yang berbeda untuk melakukan gerakan yang benar. </p>
<p>Otak kita juga dapat menyimpan gerakan ke dalam memori yang akan dipanggil kembali untuk digunakan pada masa depan. Itulah mengapa kamu bisa mengingat cara mengendarai sepeda, meskipun kamu sudah berbulan-bulan tidak mengendarainya. </p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/207427/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Arjun Burlakoti tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat beberapa bagian otak yang berbeda dan apa yang mereka lakukan.
Arjun Burlakoti, Senior Lecturer in Anatomy and Neuroanatomy, University of South Australia
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/206007
2023-05-24T06:52:47Z
2023-05-24T06:52:47Z
Apakah ingatan manusia dapat dipercaya? Memahami apa itu ‘audience-tuning effect’
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/527185/original/file-20230519-25-z6vlzx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Akan ada kesalahan kecil tiap kali kita mengingat-ingat masa lalu.</span> </figcaption></figure><p>Ingatan kamu mungkin tidak sebaik yang kamu pikirkan. Kita mengandalkan ingatan kita tidak hanya untuk <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/741938207">berbagi cerita</a> dengan teman atau belajar dari <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/741938208">pengalaman masa lalu</a>, tetapi kita juga menggunakannya untuk hal-hal penting seperti menciptakan <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/741938210"> identitas pribadi</a>. Namun, bukti menunjukkan bahwa <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/09658211.2013.866683">ingatan kita tidak sekonsisten</a> seperti yang kita yakini. Yang lebih buruk lagi, kita sering kali bersalah karena mengubah fakta dan <a href="https://theconversation.com/explainer-what-are-false-memories-49454">menambahkan detail yang salah</a> ke dalam ingatan kita tanpa kita sadari. </p>
<p>Untuk memahami sedikit tentang bagaimana cara kerja ingatan, pertimbangkan permainan telepon (juga dikenal sebagai “<a href="https://icebreakerideas.com/telephone-game/">bisikan Cina</a>”). Dalam permainan ini, satu orang secara diam-diam membisikkan pesan kepada orang di sebelahnya yang kemudian meneruskannya kepada orang berikutnya dalam antrean dan seterusnya. Setiap kali pesan tersebut disampaikan, beberapa bagian mungkin salah dengar atau disalahpahami, yang lain mungkin diubah, diperbaiki, atau dilupakan. Seiring waktu, pesan tersebut dapat menjadi sangat berbeda dari aslinya. </p>
<p>Hal yang sama dapat terjadi pada ingatan kita. Ada banyak alasan mengapa kesalahan kecil dapat terjadi setiap kali kita mengingat peristiwa masa lalu, mulai dari apa yang kita yakini benar atau kita harapkan benar, hingga apa yang orang lain katakan kepada kita tentang peristiwa masa lalu, atau apa yang kita inginkan untuk dipikirkan oleh orang tersebut. Dan setiap kali hal ini terjadi, hal ini dapat memiliki efek jangka panjang pada cara kita mengingat memori tersebut di masa depan.</p>
<p>Contohnya adalah mendongeng. Ketika kita menggambarkan ingatan kita kepada orang lain, kita menggunakan lisensi artistik untuk menceritakan kisah itu secara berbeda tergantung pada siapa yang mendengarkan. Kita mungkin bertanya pada diri sendiri apakah penting untuk meluruskan fakta-fakta yang ada atau apakah kita hanya ingin membuat pendengar tertawa. Dan kita mungkin akan mengubah detail cerita tergantung pada sikap atau kecenderungan politik pendengar. Penelitian menunjukkan bahwa ketika kita mendeskripsikan ingatan kita secara berbeda kepada pendengar yang berbeda, bukan hanya pesannya saja yang berubah, tetapi terkadang juga ingatan itu sendiri. Hal ini dikenal sebagai <em><a href="http://psycnet.apa.org/record/2005-13299-001">audience-tuning effect</a></em>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="audience-tuning effect" src="https://images.theconversation.com/files/250920/original/file-20181217-185240-thdxkw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/250920/original/file-20181217-185240-thdxkw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/250920/original/file-20181217-185240-thdxkw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/250920/original/file-20181217-185240-thdxkw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/250920/original/file-20181217-185240-thdxkw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/250920/original/file-20181217-185240-thdxkw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/250920/original/file-20181217-185240-thdxkw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kita sering mendeskripsikan ingatan kita secara berbeda, tergantung siapa yang mendengarkan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/young-pretty-woman-telling-fascinating-story-267211376?src=vqPoURB5AUqX4ZG8bppukw-1-20">ESB Professional/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://econtent.hogrefe.com/doi/abs/10.1027/1864-9335.40.3.138">Dalam sebuah penelitian</a> tentang <em>audience-tuning effect</em>, para peserta menonton video perkelahian di bar. Dalam video tersebut, dua orang pria yang sedang mabuk terlibat dalam konfrontasi fisik setelah salah satu pria bertengkar dengan temannya dan pria lainnya melihat tim sepak bola favoritnya kalah dalam sebuah pertandingan. Setelah itu, para peserta diminta untuk menceritakan apa yang mereka lihat kepada orang asing.</p>
<p>Peserta penelitian dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberitahu bahwa orang asing tersebut tidak menyukai salah satu dari dua pihak yang berkelahi dalam video. Kelompok lainnya diberitahu bahwa orang asing itu menyukai orang yang sama. Tidak mengherankan, informasi tambahan ini membentuk bagaimana orang mendeskripsikan video tersebut kepada orang asing. Para peserta memberikan lebih banyak penjelasan negatif tentang perilaku salah satu orang yang berkelahi jika mereka percaya bahwa orang asing itu tidak menyukainya. </p>
<p>Yang lebih penting lagi, cara orang menceritakan kisah mereka kemudian mempengaruhi cara mereka mengingat perilaku pihak yang berkelahi. Ketika para partisipan kemudian mencoba mengingat pertarungan tersebut dengan cara yang netral dan tidak bias, kedua kelompok masih memberikan cerita yang agak berbeda tentang apa yang terjadi, mencerminkan sikap penonton aslinya. Sampai batas tertentu, cerita para partisipan ini telah menjadi ingatan mereka.</p>
<p>Hasil seperti ini menunjukkan kepada kita bagaimana ingatan kita dapat berubah secara spontan dari waktu ke waktu, sebagai hasil dari bagaimana, kapan, dan mengapa kita mengaksesnya. Bahkan, terkadang hanya dengan melatih ingatan saja sudah bisa membuat ingatan kita rentan terhadap perubahan. Hal ini dikenal sebagai <em>retreived-enhanced suggestibility</em>.</p>
<p>Dalam <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2211368117300724">sebuah studi</a>, para partisipan menonton sebuah film pendek, kemudian mengambil tes memori beberapa hari setelahnya. Namun, selama beberapa hari antara menonton film dan mengikuti tes akhir, ada dua hal lain yang terjadi. Pertama, setengah dari peserta mengambil tes memori latihan. Kedua, semua peserta diberi deskripsi film yang beberapa di antara mereka memberikan detail yang salah. </p>
<p>Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat berapa banyak detail palsu yang akhirnya akan direproduksi oleh orang-orang dalam tes memori akhir. <a href="http://learnmem.cshlp.org/content/12/4/361.short">Ratusan penelitian telah menunjukkan</a> bahwa orang tanpa disadari akan menambahkan detail-detail palsu seperti ini ke dalam ingatan mereka. Namun penelitian ini menemukan sesuatu yang lebih menarik. Peserta yang mengikuti tes memori latihan sesaat sebelum membaca informasi palsu lebih mungkin untuk mereproduksi informasi palsu ini dalam tes memori akhir. Dalam hal ini, latihan membuat tidak sempurna. </p>
<p>Mengapa hal ini bisa terjadi? <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S107474271630404X">Salah satu teorinya</a> adalah bahwa melatih ingatan kita akan kejadian di masa lalu untuk sementara waktu dapat membuat ingatan tersebut menjadi lunak. Dengan kata lain, mengingat kembali sebuah ingatan mungkin sedikit mirip dengan mengeluarkan es krim dari lemari es dan membiarkannya berada di bawah sinar matahari langsung untuk sementara waktu. Pada saat ingatan kita kembali ke dalam freezer, ingatan tersebut mungkin secara alami menjadi sedikit berubah bentuk, terutama jika ada yang mencampuri ingatan tersebut.</p>
<p>Temuan ini mengajarkan kita banyak hal tentang bagaimana ingatan kita terbentuk dan disimpan. Dan mereka mungkin membuat kita bertanya-tanya seberapa banyak kenangan kita yang paling berharga telah berubah sejak pertama kali kita mengingatnya.</p>
<p>Atau mungkin tidak. Bagaimanapun juga, <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09658211.2016.1214280">penelitian saya dengan rekan-rekan lain menunjukkan</a> bahwa orang pada umumnya tidak mau menginvestasikan waktu dan usaha untuk memeriksa keakuratan ingatan mereka. Tetapi, apakah kamu pernah benar-benar menemukan perubahan kecil atau besar yang telah terjadi, kecil kemungkinan bahwa ingatanmu yang berharga itu 100% akurat. Bagaimanapun juga mengingat adalah suatu tindakan bercerita. Dan ingatan kita hanya dapat diandalkan sebagai cerita terbaru yang kita ceritakan kepada diri kita sendiri. </p>
<hr>
<p><em>Demetrius Adyatma Pangestu dari Universitas Bina Nusantara menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/206007/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Robert Nash tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Bahkan kenangan kita yang paling berharga pun bisa berubah secara bertahap seiring berjalannya waktu. Ini disebut sebagai audience-tuning effect.
Robert Nash, Reader in Psychology, Aston University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/195785
2022-12-04T11:16:12Z
2022-12-04T11:16:12Z
Mengungkap misteri regenerasi otak melalui riset pada spesies salamander axolotl
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/498562/original/file-20221201-26-c5uz5x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Axolotl adalah organisme yang dijadikan model oleh peneliti untuk mempelajari berbagai topik dalam biologi.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/aE4bnU">Ruben Undheim/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/amphibians/facts/axolotl">Axolotl</a> (<em>Ambystoma mexicanum</em>) adalah salamander air yang terkenal karena kemampuannya untuk <a href="https://doi.org/10.1159%2F000504294">meregenerasi sumsum tulang belakang, jantung, dan anggota tubuhnya</a>. Amfibi ini juga <a href="https://doi.org/10.1186/1749-8104-8-1">dapat membuat neuron baru</a> sepanjang hidup mereka. Pada tahun 1964, para peneliti mengamati bahwa axolotl dewasa dapat <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14248567/">meregenerasi bagian otak mereka</a>, bahkan jika sebagian besar telah hilang secara menyeluruh. Namun, suatu penelitian menemukan bahwa <a href="https://doi.org/10.7554/eLife.13998">regenerasi otak</a> axolotl memiliki kemampuan terbatas untuk membangun kembali struktur jaringan aslinya.</p>
<p>Jadi seberapa sempurna axolotl dapat meregenerasi otak mereka setelah terluka?</p>
<p>Sebagai <a href="https://scholar.google.com/citations?user=OdA08uIAAAAJ&hl=en">peneliti yang mempelajari regenerasi di tingkat sel</a>, saya dan beberapa kolega di <a href="https://bsse.ethz.ch/qdb">Laboratorium Treutlein</a> di ETH Zurich, Swiss dan <a href="http://tanakalab.org">Laboratorium Tanaka</a> di Institute of Molecular Pathology di Wina, Austria memiliki sebuah pertanyaan terkait kemampuan axolotl dalam meregenerasi semua jenis sel yang berbeda di otak mereka, termasuk penghubung koneksi satu wilayah otak ke wilayah lainnya. Dalam <a href="https://science.org/doi/10.1126/science.abp9262">penelitian yang baru-baru ini diterbitkan</a>, kami membuat atlas sel yang membentuk bagian dari otak axolotl untuk menjelaskan cara regenerasinya dan evolusi otak lintas spesies.</p>
<h2>Mengapa melihat sel?</h2>
<p><a href="https://doi.org/10.1038/nrg2416">Jenis sel</a> yang berbeda memiliki fungsi yang juga berbeda. Mereka memiliki spesialisasi dalam peran tertentu karena masing-masing jenis sel mengekspresikan gen yang berbeda. Memahami jenis sel yang ada di otak dan fungsinya membantu memperjelas gambaran keseluruhan tentang cara kerja otak. Ini juga memungkinkan para peneliti untuk membuat perbandingan lintas evolusi dan mencoba menemukan tren biologis lintas spesies.</p>
<p>Salah satu cara untuk mengidentifikasi sel yang mengekspresikan gen tertentu adalah dengan menggunakan teknik yang disebut <a href="https://doi.org/10.3389/fgene.2019.00317">pengurutan RNA sel tunggal (scRNA-seq)</a>. Alat ini membantu para peneliti dalam menghitung jumlah gen aktif di dalam setiap sel dari sampel tertentu. Ini memberikan potret aktivitas yang dilakukan setiap sel saat dikumpulkan.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/k9VFNLLQP8c?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Pengurutan RNA sel tunggal dapat memberikan informasi tentang fungsi spesifik setiap sel dalam sampel.</span></figcaption>
</figure>
<p>Alat ini memiliki peran yang vital untuk membantu memahami jenis sel yang ada pada otak hewan. Ilmuwan telah menggunakan scRNA-seq pada <a href="https://doi.org/10.1038%2Fnbt.4103">ikan</a>, <a href="https://doi.org/10.1126/science.aar4237">reptil</a>, <a href="https://doi.org/10.1016/j.cell.2018.06.021">tikus</a> dan bahkan <a href="https://doi.org/10.1126/science.aap8809">manusia</a>. Namun, satu bagian utama dari teka-teki evolusi otak ini telah hilang: amfibi.</p>
<h2>Memetakan otak axolotl</h2>
<p>Tim kami memutuskan untuk fokus pada <a href="https://doi.org/10.1016/B978-0-323-39632-5.00016-5">telensefalon</a> axolotl. Pada manusia, telensefalon adalah divisi otak terbesar dan berisi wilayah yang disebut <a href="https://doi.org/10.1038/nrn2719">neokorteks</a> yang memainkan peran kunci dalam perilaku dan kognisi hewan. Sepanjang evolusi baru-baru ini, neokorteks telah <a href="https://doi.org/10.3389/fnana.2014.00015">bertumbuh secara hebat</a> dibandingkan dengan bagian otak lainnya. Jenis sel yang membentuk telensefalon secara keseluruhan juga telah <a href="https://doi.org/10.1016/j.pneurobio.2020.101865">menjadi sangat beragam</a> dan tumbuh dalam kompleksitas dari waktu ke waktu, menjadikannya wilayah yang menarik untuk dipelajari.</p>
<p>Kami menggunakan scRNA-seq untuk mengidentifikasi berbagai jenis sel yang membentuk telensefalon axolotl, termasuk berbagai jenis <a href="https://www.ninds.nih.gov/health-information/patient-caregiver-education/brain-basics-life-and-death-neuron">neuron</a> dan <a href="https://doi.org/10.3389/fnana.2018.00104">sel induk</a>, atau sel yang dapat membelah dirinya sendiri atau berubah menjadi jenis sel lain. Kami mengidentifikasi gen yang aktif ketika <a href="https://doi.org/10.3389/fcell.2020.00533">sel induk menjadi neuron</a> dan menemukan bahwa banyak gen melewati jenis sel perantara yang disebut neuroblas – yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya pada axolotl –sebelum menjadi neuron dewasa.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/uooR4293p_4?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Kemampuan regeneratif Axolotl telah menjadi daya tarik bagi para ilmuwan.</span></figcaption>
</figure>
<p>Kami kemudian menguji regenerasi axolotl dengan membuang satu bagian telensefalon mereka. Dengan menggunakan <a href="https://doi.org/10.1126/science.aad7038">metode khusus scRNA-seq</a>, kami dapat menangkap dan mengurutkan semua sel baru pada berbagai tahap regenerasi, dari satu hingga 12 minggu setelah terjadinya luka atau cedera. Pada akhirnya, kami menemukan bahwa semua jenis sel yang dihilangkan telah pulih sepenuhnya.</p>
<p>Kami mengamati bahwa regenerasi otak terjadi dalam tiga fase utama. Fase pertama dimulai dengan peningkatan cepat jumlah sel induk, dan sebagian kecil dari sel ini mengaktifkan proses penyembuhan luka. Pada fase kedua, sel induk mulai berdiferensiasi menjadi neuroblas. Akhirnya, pada fase ketiga, neuroblas berdiferensiasi menjadi jenis neuron yang sama dengan yang semula telah hilang.</p>
<p>Yang menakjubkan, kami juga mengamati bahwa <a href="https://www.brainfacts.org/thinking-sensing-and-behave/brain-development/2012/making-connections">koneksi saraf</a> yang terputus antara area yang dihilangkan dan area lain di otak telah terhubung kembali. Penghubungan ulang ini menunjukkan bahwa area regenerasi juga telah mendapatkan kembali fungsi aslinya.</p>
<h2>Amfibi dan otak manusia</h2>
<p>Menambahkan amfibi ke dalam teka-teki evolusi memungkinkan para peneliti untuk menyimpulkan perubahan otak dan jenis-jenis selnya berubah seiring waktu dan mekanisme di balik regenerasi.</p>
<p>Ketika membandingkan data axolotl kami dengan spesies lain, kami menemukan bahwa sel-sel di telensefalon mereka menunjukkan kemiripan yang kuat dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482171/">hippocampus</a> – wilayah otak yang terlibat dalam pembentukan memori – dan <a href="https://doi.org/10.1016/B978-0-12-801238-3.04706-1">korteks penciuman</a> – wilayah otak yang terlibat dalam indera penciuman – mamalia. Kami bahkan menemukan beberapa kesamaan dalam satu jenis sel axolotl dengan neokorteks, yaitu area otak khusus untuk persepsi, pemikiran, dan penalaran spasial pada manusia. Kesamaan-kesamaan ini menunjukkan bahwa area otak ini dapat dilindungi dari kerusakan secara evolusioner, atau tetap sebanding selama evolusi, dan bahwa neokorteks mamalia mungkin memiliki tipe sel leluhur di telensefalon amfibi.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Axolotl dalam tangki" src="https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/482165/original/file-20220831-4904-pdq0jw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Memecahkan misteri regenerasi axolotl dapat meningkatkan perawatan medis untuk cedera serius.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Axolotl_ambystoma_mexicanum_anfibio_ASAG.jpg">Amandasofiarana/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Walaupun penelitian kami menyoroti proses regenerasi otak, termasuk gen yang terlibat dan proses transformasi sel menjadi neuron, kami masih belum berhasil mengidentifikasi <a href="https://www.nature.com/scitable/topicpage/cell-signaling-14047077/">sinyal eksternal</a> yang memulai proses ini. Selain itu, kami belum mengetahui jika proses yang kami identifikasi masih dapat diakses oleh hewan yang berevolusi di kemudian hari, seperti tikus atau manusia.</p>
<p>Namun, kami tidak sendirian dalam memecahkan teka-teki evolusi otak ini. <a href="https://www.tosches-lab.com/">Laboratorium Tosches</a> di Columbia University, Amerika Serikat mengeksplorasi keragaman jenis sel pada <a href="https://science.org/doi/10.1126/science.abp9186">spesies salamander lain – <em>Pleurodeles waltl</em></a>, sedangkan lab Fei di Guangdong Academy of Medical Sciences di Cina dan kolaborator di perusahaan ilmu hayati <a href="https://en.genomics.cn/">BGI</a> di Cina mengeksplorasi bagaimana tipe sel <a href="https://science.org/doi/10.1126/science.abp9444">diatur secara spasial dalam otak bagian depan axolotl</a>.</p>
<p>Mengidentifikasi semua jenis sel di otak axolotl juga membantu merintis penelitian inovatif dalam pengobatan regeneratif. Otak tikus dan manusia <a href="https://doi.org/10.1100/tsw.2011.113">sebagian besar kehilangan kapasitasnya</a> untuk memperbaiki atau meregenerasi dirinya sendiri. <a href="https://doi.org/10.4103%2F1673-5374.270294">Intervensi medis</a> untuk cedera otak parah saat ini berfokus pada terapi obat dan sel punca untuk meningkatkan atau mendorong perbaikan. Memeriksa gen dan tipe sel yang memungkinkan axolotl mencapai regenerasi yang hampir sempurna dapat menjadi kunci untuk meningkatkan perawatan luka parah dan membuka potensi regenerasi pada manusia.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/195785/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ashley Maynard bekerja di ETH Zurich dan tidak mengungkapkan afiliasi yang relevan di luar penunjukan akademiknya.</span></em></p>
Axolotl adalah amfibi yang dikenal karena kemampuannya untuk menumbuhkan kembali organnya, termasuk otak. Penelitian baru mengklarifikasi proses regenerasi mereka.
Ashley Maynard, PhD Candidate in Quantitative Developmental Biology, Swiss Federal Institute of Technology Zurich
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/192027
2022-10-07T06:24:11Z
2022-10-07T06:24:11Z
Teori baru tunjukkan bahwa Alzheimer bukan penyakit otak tapi penyakit autoimun
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/488467/original/file-20221006-22-b4czs3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sebuah teori baru mengenai penyakit Alzheimer mengkaji kembali peran beta amiloid di otak.</span> <span class="attribution"><span class="source">(AP Photo/Evan Vucci)</span></span></figcaption></figure><p>Pencarian obat untuk penyakit Alzheimer menjadi semakin kompetitif dan kontroversial. Beberapa tahun terakhir, pencarian ini melibatkan perdebatan seru.</p>
<p>Pada Juli 2022, <a href="https://www.science.org/content/article/potential-fabrication-research-images-threatens-key-theory-alzheimers-disease">majalah <em>Science</em></a> melaporkan bahwa sebuah <a href="https://doi.org/doi:10.1038/nature04533">penelitian penting pada tahun 2006 dalam jurnal bergengsi <em>Nature</em></a>, yang mengidentifikasi subtipe protein otak yang disebut beta amiloid sebagai penyebab Alzheimer. Temuan ini mungkin didasarkan pada data palsu.</p>
<p>Satu tahun sebelumnya, pada Juni 2021, <a href="https://www.fda.gov/drugs/postmarket-drug-safety-information-patients-and-providers/aducanumab-marketed-aduhelm-information">Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat telah menyetujui aducanumab</a>, sebuah beta amiloid yang menargetkan antibodi, sebagai pengobatan untuk Alzheimer, meskipun data yang mendukung penggunaannya tidak lengkap dan kontradiktif. Beberapa dokter percaya bahwa aducanumab seharusnya tidak pernah disetujui, sementara yang lain mengatakan bahwa aducanumab patut dicoba.</p>
<p>Dengan jutaan orang membutuhkan pengobatan efektif, mengapa para peneliti masih meraba-raba dalam pencarian obat untuk suatu penyakit serius yang dihadapi umat manusia? </p>
<h2>Menghindari penelitian yang fokus pada beta amiloid</h2>
<p>Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah berfokus untuk mencoba menemukan pengobatan baru untuk Alzheimer <a href="https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.2020.11.192">dengan mencegah pembentukan gumpalan protein misterius</a> yang merusak otak yang disebut beta amiloid. Faktanya, kami para ilmuwan telah membuat diri kami memiliki kebiasaan intelektual yang membuat kami fokus pada beta amiloid ini. Akibatnya, kami sering mengabaikan kemungkinan penjelasan lain.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="Ilustrasi yang menunjukkan kelompok plak amiloid merah di jaringan otak" src="https://images.theconversation.com/files/485322/original/file-20220919-18-h2kl9f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/485322/original/file-20220919-18-h2kl9f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/485322/original/file-20220919-18-h2kl9f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/485322/original/file-20220919-18-h2kl9f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/485322/original/file-20220919-18-h2kl9f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/485322/original/file-20220919-18-h2kl9f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/485322/original/file-20220919-18-h2kl9f.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penemuan beta amiloid sebagai protein abnormal yang menyebabkan penyakit Alzheimer belum diterjemahkan ke dalam obat atau terapi yang bermanfaat.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sayangnya, dedikasi untuk mempelajari gumpalan protein abnormal ini belum diterjemahkan menjadi obat atau terapi yang bermanfaat. Kebutuhan akan cara berpikir baru yang “tidak biasa” tentang Alzheimer menjadi prioritas utama dalam ilmu otak.</p>
<p>Laboratorium saya di Krembil Brain Institute, bagian dari Jaringan Kesehatan Universitas di Toronto, Kanada sedang merancang <a href="https://doi.org/10.1002/trc2.12283">teori baru mengenai penyakit Alzheimer</a>. Berdasarkan penelitian kami selama 30 tahun terakhir, kami tidak lagi menganggap Alzheimer sebagai penyakit otak. Sebaliknya, kami percaya bahwa Alzheimer pada dasarnya adalah <a href="http://dx.doi.org/10.2174/1567205018666211202141650">gangguan sistem kekebalan di dalam otak</a>.</p>
<p>Sistem imunitas tubuh, ditemukan di setiap organ dalam tubuh, adalah kumpulan sel dan molekul yang bekerja secara harmonis untuk membantu memperbaiki cedera dan melindungi dari serangan asing. Ketika seseorang tersandung dan jatuh, sistem kekebalan membantu memperbaiki jaringan yang rusak. Sistem kekebalan juga membantu dalam memerangi mikroba ketika seseorang mengalami infeksi virus atau bakteri.</p>
<p>Proses yang sama persis juga terjadi di otak. Ketika ada trauma di area kepala, sistem kekebalan otak bekerja untuk membantu perbaikan. Ketika bakteri hadir di otak, sistem kekebalan ada untuk melawan bakteri tersebut.</p>
<h2>Alzheimer sebagai penyakit autoimun</h2>
<p>Kami percaya bahwa beta amiloid bukanlah protein yang diproduksi secara tidak normal, melainkan molekul yang terjadi secara normal yang merupakan bagian dari sistem kekebalan otak. Hal ini memang seharusnya ada pada otak. Ketika trauma otak terjadi atau ketika bakteri hadir di otak, beta amiloid adalah kontributor utama untuk respons imun komprehensif otak. Di sinilah masalahnya dimulai.</p>
<p>Karena kemiripan yang mencolok antara molekul yang membentuk membran bakteri dan membran sel otak, beta amiloid tidak dapat membedakan antara bakteri yang menyerang dan sel yang memang berada pada otak. Hal ini menyebabkan beta amiloid secara keliru menyerang sel-sel otak yang seharusnya melindungi.</p>
<p>Akibatnya, fungsi sel otak hilang secara kronis dan progresif, yang akhirnya berujung pada demensia — semua karena sistem kekebalan tubuh kita tidak dapat membedakan antara bakteri dan sel otak.</p>
<figure class="align-right ">
<img alt="Tampilan jarak dekat bagian otak manusia" src="https://images.theconversation.com/files/484487/original/file-20220914-23-iki2y8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/484487/original/file-20220914-23-iki2y8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=455&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/484487/original/file-20220914-23-iki2y8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=455&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/484487/original/file-20220914-23-iki2y8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=455&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/484487/original/file-20220914-23-iki2y8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=572&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/484487/original/file-20220914-23-iki2y8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=572&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/484487/original/file-20220914-23-iki2y8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=572&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bagian otak manusia dengan penyakit Alzheimer ditampilkan di Museum Neuroanatomy di University at Buffalo, di Buffalo, New York, AS.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(AP Photo/David Duprey)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketika dilihat sebagai serangan yang salah arah oleh sistem kekebalan otak pada organ yang seharusnya dipertahankan, penyakit Alzheimer menjadi penyakit autoimun. Ada banyak jenis penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, di mana autoantibodi memainkan peran penting dalam perkembangan penyakit, sehingga terapi berbasis steroid bisa efektif. Tapi terapi ini tidak akan bekerja melawan penyakit Alzheimer.</p>
<p>Sebagai organ yang sangat istimewa dan khas, otak dianggap sebagai <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK234155/#">struktur paling kompleks di alam semesta</a>. Dalam model Alzheimer kami, beta amiloid membantu melindungi dan meningkatkan sistem kekebalan kita, tetapi sayangnya, ini juga memainkan peran sentral dalam proses autoimun yang kami yakini dapat menyebabkan perkembangan Alzheimer.</p>
<p>Meskipun obat-obatan yang secara konvensional digunakan dalam pengobatan penyakit autoimun mungkin tidak bekerja melawan Alzheimer, kami sangat yakin bahwa menargetkan jalur pengaturan kekebalan lain di otak akan membawa kita pada pendekatan pengobatan baru dan efektif untuk penyakit ini.</p>
<h2>Teori-teori lainnya</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="Gambar otak di dalam bola lampu kuning, dengan latar belakang hijau." src="https://images.theconversation.com/files/484484/original/file-20220914-398-52lw6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/484484/original/file-20220914-398-52lw6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/484484/original/file-20220914-398-52lw6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/484484/original/file-20220914-398-52lw6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/484484/original/file-20220914-398-52lw6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/484484/original/file-20220914-398-52lw6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/484484/original/file-20220914-398-52lw6u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Melihat pemikiran baru tentang penyakit kuno ini sangatlah menyenangkan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Pixabay)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain teori autoimun Alzheimer, banyak teori baru dan beragam lainnya mulai bermunculan. Misalnya, beberapa ilmuwan percaya bahwa <a href="https://doi.org/10.1016/j.mito.2022.05.001">Alzheimer adalah penyakit struktur seluler kecil yang disebut mitokondria</a> — pabrik energi di setiap sel otak. Mitokondria mengubah oksigen dari udara yang kita hirup dan glukosa dari makanan yang kita makan menjadi energi yang dibutuhkan untuk mengingat dan berpikir.</p>
<p>Beberapa teori berpendapat bahwa Alzheimer adalah hasil akhir dari <a href="https://doi.org/10.4103/1673-5374.339476">infeksi otak tertentu</a>, dengan <a href="https://doi.org/10.1111/prd.12429">bakteri dari mulut sebagai penyebabnya</a>. Teori lainnya mengatakan bahwa penyakit ini mungkin timbul dari <a href="https://doi.org/10.3390/biom12050714">penanganan logam yang tidak normal di dalam otak</a>, termasuk seng, tembaga, atau besi. </p>
<p>Melihat <a href="http://dx.doi.org/10.1136/jnnp-2021-327370">pemikiran baru tentang penyakit kuno ini</a> sangatlah menyenangkan. Demensia saat ini mempengaruhi lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia, dengan diagnosis baru setiap tiga detik. Seringkali, orang yang hidup dengan penyakit Alzheimer tidak dapat mengenali anak-anak mereka sendiri atau bahkan seseorang yang telah menjadi pasangan mereka selama lebih dari 50 tahun.</p>
<p>Alzheimer merupakan krisis kesehatan masyarakat yang membutuhkan ide-ide inovatif dan arahan baru. Demi kesejahteraan orang dan keluarga yang hidup dengan demensia dan dampak sosial ekonomi pada sistem perawatan kesehatan kita yang sudah kesulitan mengatasi biaya dan tuntutan demensia yang terus meningkat, kita memerlukan pemahaman yang lebih baik tentang Alzheimer, penyebabnya, dan solusi untuk mengobatinya dan membantu orang-orang dan keluarga yang hidup dengannya.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/192027/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Donald Weaver menerima dana dari Canadian Institutes of Health Research dan Krembil Foundation.</span></em></p>
Alzheimer mungkin bukan merupakan penyakit otak, melainkan gangguan sistem kekebalan di dalam otak. Beta amiloid mungkin bukan protein abnormal, tetapi bagian dari sistem kekebalan otak.
Donald Weaver, Professor of Chemistry and Director of Krembil Research Institute, University Health Network, University of Toronto
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/162169
2021-06-04T07:55:13Z
2021-06-04T07:55:13Z
Curious Kids: mengapa cahaya matahari yang terang membuat saya bersin?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/404427/original/file-20210604-15-1dijvfu.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Orang bersin di luar ruangan</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p><strong>Mengapa cahaya matahari yang terang membuat saya bersin? — Orlo, usia 5</strong></p>
<p>Hi Orlo,</p>
<p>Terima kasih atas pertanyaan kamu yang menarik. Orang-orang yang sangat cerdas telah bertanya-bertanya tentang pertanyaan ini <a href="https://www.bbc.com/future/article/20150623-why-looking-at-the-light-makes-us-sneeze">selama ribuan tahun</a>.</p>
<p>Sejujurnya, Orlo, tidak ada yang tahu pasti mengapa ini terjadi. Tapi itu mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa sinyal dari mata dan hidung kamu menuju ke bagian otak yang sama.</p>
<p>Mari saya jelaskan.</p>
<h2>Pusat bersin</h2>
<p>Hidung kamu dapat digunakan untuk mencium dan bernapas. Tapi terkadang, sesuatu masuk ke hidung kita yang seharusnya tidak ada. </p>
<p>Daftar sesuatu yang seharusnya <em>tidak</em> ada di hidung kita sangat panjang, jadi saya tidak akan memasukkan semuanya di sini. Tapi itu termasuk barang seperti kacang polong, jagung manis dan Lego, serta virus dan bakteri, yang merupakan kuman kecil yang terkadang membuat kita sakit.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-how-do-we-smell-104772">Curious Kids: How do we smell?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ketika kamu memiliki sesuatu di hidung kamu yang seharusnya tidak ada, yang terbaik adalah menghubungi “pusat bersin”. Pusat bersin adalah tempat di otak kamu yang membuat bersin. Itu ada di batang otak kamu, yang ada di bagian bawah otak.</p>
<p>Hal ini dapat dilakukan karena berisi instruksi tentang cara mengaktifkan otot-otot pernapasan Anda dalam urutan yang benar untuk menghasilkan bersin.</p>
<p>Jadi, sementara Anda mungkin berpikir bersin sebagai sesuatu yang terjadi di dalam hidung Anda, banyak yang terjadi di dalam otak Anda.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Otak dan batang otak" src="https://images.theconversation.com/files/399912/original/file-20210511-17-185jv4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399912/original/file-20210511-17-185jv4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=562&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399912/original/file-20210511-17-185jv4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=562&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399912/original/file-20210511-17-185jv4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=562&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399912/original/file-20210511-17-185jv4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=706&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399912/original/file-20210511-17-185jv4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=706&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399912/original/file-20210511-17-185jv4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=706&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pusat bersin terletak di bagian otak Anda yang disebut ‘batang otak’.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mengaktifkan pusat bersin</h2>
<p>Ketika kamu memiliki suatu hal yang asing di dalam hidung kamu yang seharusnya tidak ada, mereka akan mengaktifkan sel-sel saraf di bagian dalam hidung kamu. Sel-sel saraf ini mengirimkan sinyal ke otak, yang terletak tepat di dalam kepala kamu dan tidak terlalu jauh dari hidung kamu.</p>
<p>Ketika otak mendapatkan sinyal ini, itu diteruskan ke pusat bersin di dalam otak kamu sehingga mengatakan “kita benar-benar bisa menggunakan bersin sekarang”. </p>
<p>Pusat bersin kemudian akan menghasilkan bersin yang mendorong hal-hal yang tidak diinginkan keluar dari hidung kamu.</p>
<h2>Matahari</h2>
<p>Meski hidung sangat penting, ini bukan satu-satunya bagian tubuh kamu yang memiliki sel saraf yang berbicara dengan otak. Bagian lain adalah matamu.</p>
<p>Mari kita bayangkan kamu melihat sesuatu yang sangat terang, yang bisa menjadi matahari tapi tidak harus matahari. Ketika kamu melakukannya, sel-sel saraf di mata mengirimkan informasi ini ke otak yang memberi tahu mata kamu untuk berkedip atau menyipitkan mata untuk menangani cahaya.</p>
<p>Orlo, untuk beberapa alasan, di <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/3665024/">sekitar seperempat orang</a> (termasuk kamu!) cahaya terang juga bisa menghasilkan bersin.</p>
<p>Mengapa?</p>
<p>Para ilmuwan tidak setuju tentang ini, tapi saya akan memberi tahu kamu apa yang menurut saya adalah penjelasan yang paling mungkin.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Orang bersin" src="https://images.theconversation.com/files/399914/original/file-20210511-20-nw8zml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/399914/original/file-20210511-20-nw8zml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/399914/original/file-20210511-20-nw8zml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/399914/original/file-20210511-20-nw8zml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/399914/original/file-20210511-20-nw8zml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/399914/original/file-20210511-20-nw8zml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/399914/original/file-20210511-20-nw8zml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=498&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Cahaya terang dapat menghasilkan bersin di sekitar seperempat orang.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Beberapa sel saraf di hidung dan di mata kamu berbicara ke wilayah otak yang sama: tempat yang disebut “nukleus trigeminal”.</p>
<p>Artinya, sinyal dari hidung (yang biasanya menghasilkan bersin) dan sinyal dari mata (yang biasanya menghasilkan mata menyipit atau berkedip) <a href="https://iovs.arvojournals.org/article.aspx?articleid=2186609">tiba di bagian otak yang sama</a>.</p>
<p>Jika jumlah sinyal yang masuk dari mata sangat tinggi (seperti yang mungkin terjadi jika kamu kebetulan melihat matahari), mereka dapat berakhir <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14144120/">mengaktifkan pusat bersin</a> <em>serta</em> bagian otak yang menyebabkan kedipan. Ini membuat kamu bersin, bahkan tanpa kamu memasukkan sesuatu ke hidung kamu!</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/curious-kids-do-whales-fart-and-sneeze-159636">Curious kids: do whales fart and sneeze?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p><em>Halo, Curious Kids! Apakah kamu memiliki pertanyaan yang ingin dijawab oleh para pakar? Minta orang dewasa untuk mengirimkan pertanyaan kamu ke curiouskids@theconversation.edu.au</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/162169/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>David Farmer tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Sejujurnya, tidak ada yang benar-benar tahu. Tapi itu mungkin ada hubungannya dengan fakta bahwa sinyal dari hidung dan mata kamu tiba di area yang sama di otak kamu.
David Farmer, Researcher, The University of Melbourne
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/162116
2021-06-04T04:47:45Z
2021-06-04T04:47:45Z
Curious Kids: bagaimana caranya otak ‘bangun’ dari tidur?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/404445/original/file-20210604-19-1lgfbug.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Selamat bangun dan beraktivitas!</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/african-american-girl-waking-up-in-bed-royalty-free-image/136801937">(JGI/Jamie Grill via Getty Images)</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<blockquote>
<p><strong>Apa yang terjadi di dalam otak ketika kita bangun dari tidur? – Ainsley V., 11 tahun, dari South Carolina, Amerika Serikat</strong></p>
</blockquote>
<hr>
<p>Saat kita tidur, kita terlihat seperti orang yang mati. Tapi ketika kita bangun, dengan sekejap kita bisa langsung bangun dan beraktivitas. Bagaimana caranya otak ‘menyalakan’ kesadaran kita? Pertanyaan ini sudah lama membuat para ilmuwan bingung <a href="https://plato.stanford.edu/entries/consciousness/">selama ratusan tahun</a> – bahkan hingga kini.</p>
<p>Meskipun ilmuwan belum menemukan jawaban sepenuhnya untuk pertanyaan ini, mereka pelan-pelan mulai mengerti dengan cara meneliti otak manusia saat mereka silih berganti antara kondisi tertidur dan terjaga. </p>
<h2>Melihat otak dengan lebih dalam</h2>
<p>Salah satu cara ilmuwan meneliti aktivitas otak adalah dengan menggunakan suatu alat bernama elektroensefalografi, atau EEG. EEG mengukur sinyal listrik yang datang dari ribuan sel otak bernama neuron.</p>
<p>Orang yang sedang diteliti akan menggunakan suatu topi berbentuk aneh yang tersambung dengan komputer – rasanya tidak sakit sama sekali. Aktivitas listrik di dalam otak akan muncul di komputer sebagai garis-garis yang bergelombang.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Seorang perempuan memakai topi dengan banyak elektroda yang terambung dengan komputer." src="https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/375197/original/file-20201215-15-1b3n4pv.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gelombang otak bisa memberi tahu kita banyak hal.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/doctor-and-patient-with-electrodes-on-head-royalty-free-image/529740188">William Taufic/The Image Bank via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kita bisa saja berpikir bahwa otak kita seakan dimatikan – atau beristirahat – saat kita tidur, tapi sebenarnya otak sedang beraktivitas dengan sangat lincah, meskipun kita tidak menyadarinya. Kita melalui siklus yang terdiri dari empat fase, masing-masing menunjukkan pola yang berbeda-beda dalam EEG.</p>
<p>Salah satu fase tidur, yang disebut “gerakan mata sangat cepat”, atau <em>rapid eye movement</em> (tidur REM), adalah periode di mana mimpi biasanya muncul. Bermimpi adalah suatu hal yang menarik karena rasanya seperti kita sedang sadar, tapi dengan kesadaran yang berbeda dengan saat kita terjaga.</p>
<p>Ternyata setiap fase tidur juga berkaitan dengan berbagai pola kimiawi yang berbeda di dalam otak, yang disebut dengan reaksi kimia saraf (<em>neurochemicals</em>) – inilah yang memungkinkan sel otak berkomunikasi dengan satu sama lain.</p>
<h2>Yang diketahui ilmuwan sejauh ini</h2>
<p>Salah satu sistem terpenting dalam otak yang bertugas membangunkan kita adalah yang disebut sistem aktivasi rektikular (<em>reticular activating system</em>, atau RAS).</p>
<p>RAS adalah bagian dari otak yang terletak tepat di atas tulang belakang, dan panjangnya sekitar 5 centimeter dengan ketebalan seperti pensil. RAS bertindak sebagai <a href="https://study.com/academy/lesson/reticular-activating-system-definition-function.html">semacam pengatur lalu lintas atau penyaring</a> untuk otak kita, untuk memastikan bahwa otak kita tidak kemasukan lebih banyak informasi dari yang bisa diterima.</p>
<p>Sistem ini bisa mengenali informasi penting dan menciptakan reaksi kimia saraf yang membangunkan bagian-bagian lain dari otak, serta membantu kita terjaga sepanjang hari.</p>
<p>Apabila kita harus pergi ke kamar mandi di tengah malam, RAS mendeteksi sinyal tersebut dari tubuh kita dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.neuron.2010.11.032">seakan menekan saklar untuk membangunkan otak kita</a> – layaknya saklar lampu. Berbagai sinyal yang datang dari luar tubuh kita, seperti suara alarm atau orang tua yang membangunkan kita, bisa juga memicu RAS untuk beraksi.</p>
<p>Seketika saklar RAS menyala, bisa butuh waktu beberapa saat bagi seluruh otak dan tubuh kita untuk bangun. Ini dikarenakan butuh beberapa menit untuk membersihkan seluruh reaksi kimia saraf yang membuat rasa kantuk – inilah mengapa kita sering merasa linglung saat kita dibangunkan suara jam alarm.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Sleepy young girl at the breakfast table, face in hand." src="https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/375198/original/file-20201215-21-pqymwr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Terkadang otak kita butuh waktu untuk bangun.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.gettyimages.com/detail/photo/its-hard-to-wake-up-royalty-free-image/1253030629">Mypurgatoryyears/E+ via Getty Images</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Lalu, kenapa ada hari-hari kita merasa lebih linglung, dan tidak di hari-hari lain?</p>
<p>Saat otak kita tidur, ia silih berganti antara fase tidur ringan dan tidur mendalam. Apabila alarm kita menyala saat otak sedang berada pada fase tidur yang lebih dalam, butuh waktu lebih lama bagi seluruh bagian otak untuk bangun.</p>
<p>Kita bisa memakai <a href="https://www.sleepcycle.com">teknologi untuk melacak perubahan fase tidur</a> kita dan meminta dibangunkan saat fase tidur yang ringan, sehingga kita bangun dalam keadaan lebih segar.</p>
<h2>Sisa-sisa misteri yang masih harus dipecahkan</h2>
<p>Masih ada banyak hal yang perlu kita pelajari tentang aktivitas bangun tidur. Meskipun kita menghabiskan sekitar sepertiga waktu kita untuk memejamkan mata, para ilmuwan masih belum sepenuhnya paham apa sebenarnya tujuan dari tidur.</p>
<p>Mereka memahami bahwa tidur sangatlah penting untuk kesehatan, terutama untuk anak-anak yang otak dan tubuhnya masih dalam tahap tumbuh-kembang. Tidur menyegarkan kembali <a href="https://www.sleepfoundation.org/physical-health/how-sleep-affects-immunity">sistem imun</a>, memperbaiki <a href="http://doi.org/10.1016/j.smrv.2009.10.006">ingatan</a>, dan mendukung <a href="https://www.sleepfoundation.org/mental-health">kesehatan mental</a>. </p>
<p>Kita bisa jadi akan kaget kalau tahu seberapa <a href="https://www.sleepfoundation.org/press-release/national-sleep-foundation-recommends-new-sleep-times">jam tidur yang direkomendasikan oleh dokter</a> untuk bayi, anak-anak, dan orang dewasa.</p>
<p>Meskipun para ilmuwan mulai perlahan mengungkapnya, misteri tentang bagaimana dan mengapa otak menghasilkan kesadaran juga belum terpecahkan. Inilah kenapa kita membutuhkan ilmuwan-ilmuwan dengan rasa ingin tahu yang tinggi – mungkin saja kamu salah satunya.</p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami</em>.</p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><em>mengirimkan email ke <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></li>
<li><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></li>
<li><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></li>
</ul><img src="https://counter.theconversation.com/content/162116/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Hilary A. Marusak menerima dana dari National Institute of Mental Health, Amerika Serikat.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Aneesh Hehr tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Misteri tentang bagaimana otak membuat kita terjaga masih menyisakan banyak misteri bagi ilmuwan, namun pelan-pelan mereka mulai mempelajari cara kerja otak saat kita bangun.
Hilary A. Marusak, Assistant Professor of Psychiatry and Behavioral Neurosciences, Wayne State University
Aneesh Hehr, Medical Student, Wayne State University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/161435
2021-05-24T09:43:48Z
2021-05-24T09:43:48Z
Curious Kids: bagaimana cara kerja otak?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/402308/original/file-20210524-15-q7liup.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=96%2C62%2C4207%2C2731&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kamu sudah pernah lihat Superman?</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/en7G3hTSjBQ">Yogi Purnama/Unsplash</a></span></figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<hr>
<p><em><strong>Bagaimana otak kita bekerja untuk memahami sesuatu? - Shubhra S., 8 tahun</strong></em></p>
<hr>
<p>Kamu mungkin tahu adegan klasik ini: ada suara menderu di angkasa dan sebuah objek kecil terbang melintas. Orang-orang melihat ke atas dan terdengar beberapa teriakan berbeda, “Lihat di langit! Itu burung!” “Itu pesawat terbang!” “Itu Superman!”</p>
<p>Objeknya sama, langitnya sama. Bahkan suara yang mereka dengar juga sama. Lalu kenapa tiga orang yang menyaksikan suatu kejadian yang sama memiliki kesimpulan yang berbeda-beda?</p>
<p>Jawabannya ada dalam bagaimana mekanisme otak kita dalam berpikir. Kita mengalami dan memahami dunia di sekitar kita berdasarkan pengetahuan yang kita sudah miliki, bahkan walau pengetahuan itu kadang salah.</p>
<h2>Teka-teki berpikir</h2>
<p>Dunia ini membingungkan dan ramai. Otak kita harus berusaha membuat dunia dapat kita pahami dengan memproses arus informasi yang tak kunjung berhenti. </p>
<p>Idealnya – agar bisa menjadi akurat – otak kita dapat menganalisis segala sesuatu secara menyeluruh. Tapi ini tidak dapat dilakukan karena sangat tidak praktis.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Seekor monyet abu-abu di Bali sedang duduk dan tampak berpikir." src="https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/386820/original/file-20210227-23-1e9uirk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Berpikir dan berpikir. Kenapa monyet ini tampak sedang berpikir? Otak kita telah membawa kita pada sesuatu yang kita pernah lihat sebelumnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/nLXOatvTaLo">Juan Rumimpunu/Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Berpikir butuh waktu, padahal kita butuh cepat membuat kesimpulan. Misalnya, kita harus cepat memutuskan kapan menyeberang jalan dengan cepat – bahkan lari – saat mendengar suara mobil cepat mendekati kita.</p>
<p>Berpikir juga membutuhkan energi – atau daya otak, padahal otak kita memiliki daya terbatas. Menganalisis segala sesuatu akan membuat energi kita cepat habis.</p>
<p>Batasan-batasan ini menjadi masalah dalam berpikir: otak kita tidak punya cukup sumber daya untuk memahami dunia tanpa melewati beberapa jalan pintas.</p>
<h2>Otak kita pintar dan malas</h2>
<p>Otak kita mencari jalan pintas untuk mengatasi masalah berpikir dengan bergantung pada pikiran-pikiran yang sudah ada di benak kita, ini dinamai skema. Skema-skema inilah yang melakukan proses untuk otak, bisa dibayangkan sebagai sesuatu yang otomatis.</p>
<p>Menggunakan skema akan lebih efisien ketimbang harus menganalisis setiap aspek dalam setiap detik. Skema memungkinkan otak kita memproses informasi dengan lebih sedikit energi, sehingga menghemat daya otak untuk pemikiran dan pemecahan masalah lain yang lebih penting.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Sheets of green light in a Finnish night sky." src="https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/386819/original/file-20210227-17-96ct8o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kalau kamu melihat ini di langit pada suatu malam, apa yang ada di benak kamu? Ini akan tergantung pada pengetahuan yang sudah kamu miliki.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/C-Y7Aw1EPCc">Jaanus Jagomägi/Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Otak kita seperti perpustakaan</h2>
<p>Skema adalah balok-balok yang membentuk pengetahuan kita tentang dunia. Otak kita bergantung pada <a href="https://www.thoughtco.com/schema-definition-4691768#:%7E:text=There%20are%20many%20types%20of,as%20we%20gain%20more%20information">bermacam jenis skema</a> untuk memahami berbagai situasi berbeda.</p>
<p>Skema mirip seperti buku-buku di benak kita yang memberitahu kita tentang berbagai jenis objek dan perilaku mereka. Skema soal burung, misalnya, mungkin memberitahu kita bahwa burung itu “hewan kecil”, “punya sayap”, dan “bisa terbang”. Semua pengetahuan tentang semua objek yang kita tahu akan menjadi buku-buku yang mengisi perpustakaan dalam benak kita.</p>
<p>Otak kita mempercayai isi buku-buku atau skema ini saat kita berusaha memahami sesuatu di lingkungan kita. Mengandalkan skema akan lebih cepat dan lebih mudah ketimbang harus menganalisis semua aspek dari awal lagi, dan kesimpulan yang diperoleh biasanya – tapi tidak selalu – sama saja.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/F624Baz-Vzk?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<h2>Apakah saya melihat sesuatu secara berbeda dibanding kamu?</h2>
<p>Keakuratan pemahaman kita bergantung pada skema atau buku-buku yang tersedia dalam perpustakaan di benak kita.</p>
<p>Saat otak kita berusaha memahami objek-objek tak dikenal, otak harus bergantung pada skema untuk objek berbeda tapi mirip, karena skema yang tepat belum kita miliki. Jika objek dan skema yang dipilih cukup cocok, maka otak kita dengan mudah – tapi juga dengan tidak akurat – akan berasumsi bahwa kedua objek ini sama.</p>
<p>Seseorang yang belum pernah melihat kelelawar mungkin akan berasumsi bahwa kelelawar itu burung, karena karakteristik kelelawar dan skema yang orang itu miliki soal burung mirip: keduanya hewan kecil yang punya sayap dan bisa terbang. Otak kita akan menerima ketidakakuratan semacam ini.</p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Two guinea pigs with a pile of grated carrots in front of them." src="https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/386824/original/file-20210227-23-1pb9o45.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Guinea pig atau tikus belanda adalah hewan yang sangat mudah dibedakan dari hewan lain. Tapi kalau kamu belum pernah melihat guinea pig, apakah kamu akan tahu bedanya?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://unsplash.com/photos/MUcxe_wDurE">Bonnie Kittle/Unsplash</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dalam contoh di adegan klasik di atas, dua orang yang mengira Superman sebagai burung atau pesawat karena belum pernah melihat Superman sebelumnya; mereka belum punya skema Superman. Otak mereka dengan cepat memilih skema burung dan skema pesawat karena skema-skema itu paling mirip dengan objek yang mereka sedang lihat di langit.</p>
<p>Otak mereka membuat asumsi cepat berdasarkan pengetahuan yang tidak sempurna. Otak “mengira” sedang melihat objek tertentu, tapi karena berpikir cepat dan efisien, otak membuat kesalahan.</p>
<p>Tidak ada yang salah dalam mengira bahwa Superman itu burung atau pesawat. Cukup sekali saja kita melihat Superman, maka kita akan menciptakan skema baru dan mengubah cara berpikir kita selamanya.</p>
<hr>
<p><em>Halo, curious kids! Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em></p>
<p><em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p></li>
</ul>
<hr><img src="https://counter.theconversation.com/content/161435/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tyler Daniel Anderson-Sieg tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Kita tidak berdaya tanpa otak. Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya bagaimana cara kerja otak?
Tyler Daniel Anderson-Sieg, Doctoral Student in Biomedical Sciences, University of South Carolina
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/157145
2021-03-17T10:29:06Z
2021-03-17T10:29:06Z
Curious Kids: Mengapa kita bisa melihat banyak warna saat memejamkan mata?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/390060/original/file-20210317-23-uaa9ad.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://pixabay.com/vectors/stained-glass-window-design-3519999/">Prettysleepy1/Pixabay</a></span></figcaption></figure><hr>
<p><strong><em>“Mengapa kita bisa melihat berbagai warna saat kita memejamkan mata?” - Anais, 7 tahun</em></strong></p>
<hr>
<p><a href="https://theconversation.com/id/topics/curious-kids-83797"><img src="https://images.theconversation.com/files/386375/original/file-20210225-21-1xfs1le.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=90&fit=crop&dpr=2" width="100%"></a></p>
<p>Halo, Anais! Terima kasih untuk pertanyaanmu!</p>
<p>Hal pertama yang perlu kamu tahu bahwa munculnya banyak warna saat mata kita terpejam itu sangat normal. Artinya, matamu baik-baik saja (kecuali yang kamu lihat berubah cepat sekali, tapi kita bisa bahas itu nanti).</p>
<p>Ada berbagai situasi yang bisa menyebabkan kamu melihat warna saat menutup mata. Pertama, jika kamu menutup mata pada siang hari, di ruang yang terang, atau di luar ruangan, cahaya akan masuk menembus kelopak matamu. </p>
<p>Jadi, kamu bisa melihat warna kemerahan saat terpejam karena <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0161642094312127">kelopak mata</a> memiliki pembuluh darah di dalamnya yang ditembus oleh cahaya, sehingga cahayanya menjadi sewarna dengan darah.</p>
<p>Akan tetapi, seringkali kita melihat warna yang berbeda dan pola yang beragam ketika kita menutup mata di dalam suasana gelap.</p>
<p>Tenang saja, saya juga mengalaminya! Ketika saya memejamkan mata di dalam gelap, seringkali muncul sebuah pula gambaran yang penuh dengan titik dan percikan. </p>
<p>Lantas, saat sudah semakin lama, saya bisa melihat pusaran dan gelombang titik-titik berwarna lewat dalam penglihatan saya. </p>
<p>Saya sadar kalau yang saya lihat itu belum tentu sesuatu yang nyata karena bentuknya selalu berubah dan terlihat acak. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="An artistic depiction of phosphenes" src="https://images.theconversation.com/files/382657/original/file-20210205-18-1dd9j3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382657/original/file-20210205-18-1dd9j3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382657/original/file-20210205-18-1dd9j3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382657/original/file-20210205-18-1dd9j3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382657/original/file-20210205-18-1dd9j3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382657/original/file-20210205-18-1dd9j3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382657/original/file-20210205-18-1dd9j3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambaran artistik dari pola dan warna yang kadang kita lihat pada malam hari.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Phosphene_artistic_depiction_image_color.jpg">Al2/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tidak hanya saat terpejam, kamu juga bisa melihat ini dengan mata terbuka! Terutama saat kamu sedang berada di tempat gelap atau bisa saja ketika kamu bangun pada malam hari (jika di sana tidak banyak cahaya yang masuk dari jendela atau tempat lain).</p>
<p>Hal ini dikenali oleh para ahli dengan sebutan “<a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26544101/">phoephene</a>.” Sebuah peristiwa cahaya yang tidak disebabkan oleh cahaya seutuhnya. Hal ini bisa muncul dan terjadi di mata atau otak kita. </p>
<p>Namun, hal yang kamu sebutkan tadi biasanya secara alami terjadi karena retina -sebuah lapisan yang berada di belakang mata dan bisa menangkap cahaya. </p>
<h2>Mengapa ini bisa terjadi?</h2>
<p>“Posphene” ini alami terjadi dan bagian dari cara kerja mata kita. </p>
<p>Sebab, saat gelap, mata kita tidak “padam” seperti lampu yang dimatikan. Justru mata kita akan kita membuat sinyal lemah <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0148336">di dalamnya yang meniru cahaya</a>.</p>
<p><a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0148336">Sinyal ini</a> terus-menerus dihasilkan oleh sel yang ada di belakang mata kita. </p>
<p>Pusaran dan ombak yang kita lihat saat terpejam itu terjadi karena dari aktivitas sel ini. </p>
<p>Kita bisa melihat warna-warni terjadi karena sel di balik mata kita yang mendeteksi warna juga melakukan aktivitas ini. </p>
<p>Sinyal ini dikirim ke kepala kita, kemudian otak kita berusaha ‘mencerna’ aktivitas tersebut. </p>
<p>Selanjutnya, otak kita kita tidak tahu bahwa aktivitas itu itu tidak disebabkan oleh cahaya sungguhan. Akhirnya, kita pun berpikir sedang melihat cahaya berwarna dan sebuah pola. Ini semacam ilusi!</p>
<h2>Kalau begitu, bagaimana saat kita menggosok mata kita?</h2>
<p>Tidak hanya saat terpejam, kamu juga bisa saja melihat warna <a href="https://dukeeyecenter.duke.edu/news-events/whats-really-happening-when-we-see-stars-after-rubbing-our-eyes">saat menggosok matamu</a>. Hal itu terjadi karena dorongan lembut yang dilakukan ke bola matamu dan akhirnya menyebabkan reaksi dari detektor cahaya di balik matamu. </p>
<p>Tekanan ini bisa menghasilkan “phosphene” yang sudah kita bahas tadi. Kamu mungkin saja akan melihat lingkaran hitam di sekitar cincin cahaya di tempat kamu menekan matamu.</p>
<p>Beberapa orang bisa menangkap kilatan cahaya saat menggerakkan mata dengan cepat, terutama, jika mereka tiba-tiba bangun di kamar yang gelap pada malam hari.</p>
<p>Semakin kita tua, lapisan bening di bagian belakang mata menjadi lebih encer. Cairan ini bisa bergerak sedikit saat mata digerakkan dengan cepat. Ini dapat menarik detektor cahaya mata dan menyebabkan kita melihat <a href="https://jamanetwork.com/journals/jamaophthalmology/article-abstract/625190">kilatan cahaya</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Young girl covering her eyes outside" src="https://images.theconversation.com/files/382656/original/file-20210205-22-1xp1jh9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/382656/original/file-20210205-22-1xp1jh9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=433&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/382656/original/file-20210205-22-1xp1jh9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=433&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/382656/original/file-20210205-22-1xp1jh9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=433&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/382656/original/file-20210205-22-1xp1jh9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=544&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/382656/original/file-20210205-22-1xp1jh9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=544&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/382656/original/file-20210205-22-1xp1jh9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=544&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Kami bisa saja melihat banyak warna saat secara halus menggosok matamu. Ini disebabkan dari respons tekanan berlebih pada sel yang mendeteksi cahaya.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Kalau begitu, apakah ada yang salah dengan mata kita?</h2>
<p>Sekali lagi, melihat warna saat matamu terpejam sangatlah normal! Ini adalah bagian dari cara mata kita bekerja. Beberapa orang mungkin menyadarinya, dan sebagian tidak. </p>
<p>Namun, warna-warni yang jauh lebih jelas dapat terlihat bila orang mengalami beberapa <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2189731/">penyakit mata</a>.</p>
<p>Jika kamu melihat ada yang berubah, dan pola dari cahaya itu semakin jelas terlihat bahkan bertahan lama, bisa jadi ada suatu yang tidak beres. </p>
<p>Ambil satu contoh, kilatan cahaya bisa terlihat karena lapisan retinamu terlepas dari belakang bola mata, dan ini butuh langkah darurat. </p>
<p>Selain itu, beberapa orang juga bisa mendapat “aura visual” ketika mereka sedang sakit kepala sebagian atau biasa kita sebut migrain. Tidak hanya itu, tekanan kuat dari dalam bola mata juga bisa menyebabkan “phosphene.”</p>
<p>Jika apa yang kamu lihat semakin berubah drastis, atau kamu mulai khawatir dengan apa yang kamu lihat, sangat dianjurkan agar kamu berkonsultasi dengan ahli, seorang dokter atau ahli kacamata. </p>
<hr>
<p><em>Apakah kamu punya pertanyaan yang ingin ditanyakan ke ahli? Minta bantuan ke orang tua atau orang yang lebih dewasa untuk mengirim pertanyaanmu pada kami.</em>
<em>Ketika mengirimkan pertanyaan, pastikan kamu sudah memasukkan nama pendek, umur, dan kota tempat tinggal. Kamu bisa:</em></p>
<ul>
<li><p><em>mengirimkan email <a href="mailto:curiouskids@theconversation.com">redaksi@theconversation.com</a></em></p></li>
<li><p><em>tweet ke kami <a href="https://twitter.com/ConversationIDN">@conversationIDN</a> dengan tagar #curiouskids</em></p></li>
<li><p><em>DM melalui Instagram <a href="https://www.instagram.com/conversationIDN/">@conversationIDN</a></em></p>
<hr></li>
</ul>
<p><em>Wiliam Reynold menerjemahkan dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/157145/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Katrina Schmid bekerja di School of Optometry and Vision Science, Queensland University of Technology</span></em></p>
Ini adalah sensasi dari cahaya yang sebetulnya bukan dari cahaya sungguhan. Kamu tidak perlu khawatir! Sebab, itu sungguh wajar.
Katrina Schmid, Associate Professor, Queensland University of Technology
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/147034
2020-09-29T05:36:39Z
2020-09-29T05:36:39Z
Mamalia besar yang dikurung di kebun binatang dan akuarium mengalami kerusakan otak
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/360463/original/file-20200929-14-1782vsc.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Foto otak gajah.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.wits.ac.za/staff/academic-a-z-listing/m/man/paulmangerwitsacza/">Dr. Paul Manger/ University of the Witwatersrand, Johannesburg</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span></figcaption></figure><p><a href="http://elephantsinjapan.com/worlds-loneliest-elephant-hanako/">Hanako</a>, seekor gajah betina Asia, tinggal lama di dalam kandang beton kecil di kebun binatang Inokashira Park di Jepang. </p>
<p>Di alam liar, <a href="https://www.elephantvoices.org/elephant-sense-a-sociality-4/elephants-are-socially-complex.html">gajah tinggal dengan berkelompok</a>, dan memiliki ikatan keluarga yang dekat. Pada dekade terakhir masa hidupnya, Hanako hidup sendiri. </p>
<p><a href="https://whalesanctuaryproject.org/whales/kiska-alone-again/">Kiska</a>, seekor orca (paus pembunuh) betina muda, ditangkap pada 1978 di pantai Islandia dan dibawa ke akuarium dan taman bermain Marineland di Kanada. </p>
<p>Orca adalah binatang sosial yang tinggal bersama keluarga dalam <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/mammals/o/orca/">kelompok</a> yang anggotanya bisa mencapai 40 orca, tapi Kiska telah tinggal sendirian di dalam akuarium kecil sejak 2011. </p>
<p>Kiska melahirkan lima anak, semuanya mati muda.</p>
<p>Untuk meredam stres dan rasa bosan, Kiska berenang lambat, berputar-putar tiada akhir, dan menggigiti kolam betonnya hingga giginya hancur.</p>
<p>Sayangnya, ini situasi umum pada mamalia besar yang dikurung di dalam industri “hiburan”. </p>
<p>Selama beberapa dekade <a href="https://scholar.google.com/citations?user=KvCW9T0AAAAJ&hl=en">mempelajari otak manusia, gajah Afrika, paus bungkuk, dan mamalia besar lainnya</a>, saya menemukan bahwa otak memiliki sensitivitas tinggi terhadap lingkungan, termasuk ada dampak serius pada struktur dan fungsi otak akibat tinggal dalam kurungan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=560&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=560&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=560&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=704&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=704&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/349255/original/file-20200723-31-16bcfav.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=704&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hanako, seekor gajah Asia yang tinggal di kebun binatang Inokashira Park di Jepang; dan Kiska, orca yang tinggal di Marineland Canada. Satu gambar menunjukkan gigi Kiska yang telah rusak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Elephants in Japan (left image), Ontario Captive Animal Watch (right image)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Mempengaruhi kesehatan dan mengubah perilaku</h2>
<p>Mudah bagi kita untuk mengamati kondisi kesehatan keseluruhan dan dampak psikologis dari hidup dalam kurungan terhadap binatang-binatang ini. </p>
<p>Banyak gajah dalam kurungan yang menderita karena radang sendi, obesitas, atau masalah kulit. <a href="https://doi.org/10.11609/JoTT.o2620.1826-36">Gajah</a> dan orca seringkali memiliki masalah gigi yang parah. Orca dalam kurungan sering menderita <a href="https://doi.org/10.1016/j.jveb.2019.05.005">pneumonia, penyakit ginjal, penyakit gastrointestinal dan infeksi</a> </p>
<p>Banyak binatang <a href="https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2017.09.010">mencoba untuk bertahan</a> di dalam penangkaran dengan melakukan perilaku abnormal. </p>
<p>Beberapa memiliki perilaku “stereotipe” yang repetitif, kebiasaan tanpa tujuan seperti mengungkat-ungkit kepala mereka terus-menerus, bergoyang tanpa henti atau menggigiti jeruji kandang mereka. </p>
<p>Binatang lainnya, terutama jenis kucing besar, berjalan bolak-balik di kandang mereka. Gajah menggesek atau merusak gading mereka sendiri.</p>
<h2>Struktur otak yang berubah</h2>
<p>Penelitian neurosains menemukan bahwa hidup di dalam lingkungan kurungan yang serba berkekurangan dan memicu stres, <a href="https://doi.org/10.1016/j.jveb.2019.05.005">merusak otak secara fisik</a>. </p>
<p>Perubahan ini ditemukan pada banyak spesies, termasuk tikus, kelinci, kucing, dan <a href="https://doi.org/10.1006/nimg.2001.0917">manusia</a>. </p>
<p>Walaupun banyak peneliti telah mempelajari otak binatang secara langsung, sebagian besar pengetahuan tentang otak berasal dari mengamati perilaku binatang, menganalisis tingkat hormon stres di dalam darah, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari penelitian neurosains setengah abad. </p>
<p>Penelitian laboratorium juga menunjukkan bahwa mamalia di dalam kebun binatang atau akuarium memiliki gangguan fungsi otak. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=803&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=803&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=803&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1008&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1008&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/359445/original/file-20200922-16-gunhd.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1008&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi ini menunjukkan perbedaan-perbedaan di dalam cerebral cortex otak pada binatang yang dikurung di lingkungan yang serba kekurangan dan yang kaya (alami). Kondisi serba kekurangan menjadikan cortex menjadi lebih tipih, mengurangi ketersediaan darah, kurangnya asupan untuk neuron, dan penurunan konektivitas di antara neuron.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Arnold B. Scheibel</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tinggal di dalam lingkungan sempit dan kosong tanpa stimulasi intelektual atau kontak sosial yang cukup tampaknya <a href="https://doi.org/10.1590/S0001-37652001000200006">menipiskan cerebral cortex</a> – bagian otak yang berkontribusi dalam gerakan tubuh yang dilakukan secara sadar dan fungsi kognitif yang lebih tinggi, termasuk memori, perencanaan, dan pengambilan keputusan. </p>
<p>Terdapat juga konsekuensi lainnya. </p>
<p>Kapiler menyusut, mengurangi pasokan darah dengan oksigen yang kaya di otak yang dibutuhkan untuk bertahan hidup. </p>
<p>Neuron menjadi lebih kecil, dendirit neuron – cabang yang membentuk koneksi dengan neuro lainnya – menjadi lebih tidak kompleks, mengganggu komunikasi di dalam otak. </p>
<p>Akibatnya, neuron kortikal pada binatang penangkaran <a href="https://doi.org/10.1002/cne.901230110">memproses informasi dengan lebih tidak efisien</a> dibanding binatang yang hidup di <a href="https://doi.org/10.1002/dev.420020208">lingkungan yang kaya dan lebih alami</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=398&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/349257/original/file-20200723-25-16c33n4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=500&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Sebuah neuron kortikal pada gajah Afrika liar yang hidup di habitat alami dibandingkan dengan kortikal neuron yang diperkirakan dari gajah kurungan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Bob Jacobs</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kesehatan otak juga terpengaruhi oleh area hidup yang sempit dan <a href="https://doi.org/10.3233/BPL-160040">tidak memungkinkan untuk bergerak</a>. </p>
<p>Aktivitas fisik meningkatkan aliran daerah ke otak; otak membutuhkan jumlah oksigen yang banyak. </p>
<p>Olahraga meningkatkan produksi koneksi baru dan <a href="http://dx.doi.org/10.1126/science.aaw2622">meningkatkan kemampuan kognitif</a>. </p>
<p>Di habitat alami, binatang-binatang ini harus bergerak untuk bertahan hidup, menempuh jarak yang jauh untuk mencari makan, atau menemukan pasangan. </p>
<p>Gajah biasanya bergerak sejauh sekitar <a href="https://www.elephantsforafrica.org/elephant-facts/#:%7E:text=How%20far%20do%20elephants%20walk,km%20on%20a%20daily%20basis">24 kilometer (km) hingga 190 km per hari</a>. Di kebun binatang, jarak yang mereka tempuh hanya sekitar <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0150331">5 km per hari</a> secara rata-rata, seringkali berjalan bolak-balik di kandang yang kecil. </p>
<p>Seekor orca bebas yang dipelajari di Kanada dapat menempuh jarak <a href="https://doi.org/10.1007/s00300-010-0958-x">hingga 250 km per hari</a>; sementara itu, rata-rata akuarium orca luasnya hampir 10.000 kali lebih kecil dibandingkan tempat tinggal alaminya.</p>
<h2>Mengganggu reaksi kimia otak dan membunuh banyak sel</h2>
<p>Tinggal di kandang yang sempit atau tidak memungkinkan perilaku normal mengakibatkan terjadinya frustasi kronis dan kebosanan. </p>
<p>Di alam liar, sistem yang merespons stres pada binatang membantu mereka untuk kabur dari bahaya. </p>
<p>Namun, kurungan menjebak binatang-binatang menjadi <a href="https://doi.org/10.1073/pnas.1215502109">hampir tidak dapat memegang kendali sama sekali</a> akan lingkungan mereka sendiri. </p>
<p>Situasi seperti ini menumbuhkan <a href="https://doi.org/10.1037/rev0000033">perilaku ketidakberdayaan</a>, dan secara negatif mempengaruhi <a href="https://doi.org/10.1155/2016/6391686">hipokampus</a> - yang mengontrol fungsi memori, dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.neuropharm.2011.02.024">amigdala</a> - yang memproses emosi. </p>
<p>Stres yang berkepanjangan <a href="https://doi.org/10.3109/10253899609001092">menaikkan hormon stres</a> dan merusak, bahkan membunuh neuron pada kedua bagian otak. </p>
<p>Hal ini juga mengganggu <a href="https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2005.03.021">keseimbangan serotonin</a> yang sensitif, neurotransmitter yang menstabilkan <em>mood</em>, dan fungsi-fungsi lainnya.</p>
<p>Pada manusia, <a href="https://doi.org/10.1006/nimg.2001.0917">kekurangan asupan</a> bisa memicu <a href="https://doi.org/10.3389/fnins.2018.00367">masalah psikiatrik</a>, kegelisahan, gangguan <em>mood</em> atau <a href="https://doi.org/10.1177/1073858409333072"><em>post-traumatic stress disorder</em> (PTSD)</a>. </p>
<p><a href="https://doi.org/10.1007/s00429-010-0288-3">Gajah</a>, <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pbio.0050139">orca</a>, dan binatang lainnya dengan otak yang besar, cenderung bereaksi dengan cara yang mirip terhadap kehidupan di lingkungan yang memicu stres.</p>
<h2>Kerusakan sirkuit</h2>
<p>Kurungan dapat merusak sirkuit otak yang kompleks, termasuk basal ganglia. </p>
<p>Kelompok neuron ini berkomunikasi dengan korteks serebral melalui dua jaringan: jalur langsung yang meningkatkan pergerakan dan perilaku, dan jalur tidak langsung yang menghambat. </p>
<p>Perilaku <a href="http://dx.doi.org/10.1016/j.bbr.2014.05.057">stereotip repetitif</a> yang dilakukan banyak binatang dalam kurungan disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara dua neurotransmitter, dopamin, dan <a href="https://doi.org/10.1016/j.neubiorev.2010.02.004">serotonin</a>. </p>
<p>Ketidakseimbangan tersebut menghambat kemampuan jalur tidak langsung untuk memodulasi pergerakan, kondisi yang juga ditemukan pada banyak spesises, dari ayam, sapi, kambing, dan kuda, hingga primata dan kucing besar.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Image of brain showing areas affected by captivity" src="https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=375&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/349258/original/file-20200723-17-dzrjt3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=471&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Korteks serebral, hipokampus, dan amigdala yang diubah secara fisik oleh kurungan, juga sirkuit otak yang melibatkan basal ganglia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Bob Jacobs</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Evolusi telah menyebabkan otak binatang menjadi sangat responsif terhadap lingkungan mereka. </p>
<p>Reaksi ini bisa berdampak pada fungsi neural dengan <a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/311787/behave-by-robert-m-sapolsky/">mengaktifkan atau menonaktifkan gen yang berbeda</a>. </p>
<p>Hidup dalam lingkungan yang tidak layak atau abusif mengubah proses biokimia. Hal ini mengganggu sintesis protein yang membangun koneksi di antara sel otak dan neurotransmitter yang memfasilitasi komunikasi di antara keduanya.</p>
<p>Ada bukti kuat yang menunjukkan <a href="https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.0577-11.2011">pengayaan asupan</a>, kontak sosial, dan ruang yang layak pada tempat kurungan yang lebih alami dibutuhkan untuk binatang-binatang berumur panjang dengan otak yang besar seperti <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pone.0152490">gajah</a> dan <a href="https://doi.org/10.1080/13880292.2017.1309858">mamalia air</a>. </p>
<p>Kondisi yang lebih baik mengurangi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5543669/">perilaku stereotipe yang mengganggu</a>, meningkatkan koneksi di otak, dan <a href="https://doi.org/10.1038/cdd.2009.193">memicu perubahan neurokimia</a> yang meningkatkan kemampuan belajar dan memori. </p>
<h2>Mempertanyakan kurungan</h2>
<p>Beberapa pihak berpendapat mengurung binatang itu penting karena membantu usaha menjaga spesies yang terancam punah atau menawarkan keuntungan edukasi untuk <a href="http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.574.3479&rep=rep1&type=pdf">pengunjung kebun binatang dan akuarium</a>. </p>
<p>Justifikasi ini patut dipertanyakan, terutama bagi <a href="https://animalstudiesrepository.org/acwp_zoae/8/">mamalia besar</a>. </p>
<p>Penelitian saya dan hasil penelitian dari peneliti yang lain menunjukkan bahwa mengurung mamalia besar dan mempertontonkan mereka adalah tindakan yang tidak dapat dipungkiri kejam dari perspektif saraf. </p>
<p>Kurungan menyebabkan kerusakan otak. </p>
<p>Persepsi publik terkait pengurungan hewan sedang berubah secara perlahan, seperti yang ditunjukkan dari reaksi terhadap film dokumenter <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Blackfish_(film)">Blackfish</a></p>
<p>Untuk binatang yang tidak bisa bebas, ada beberapa tempat perlindungan yang dibangun dengan baik. Beberapa sudah ada untuk gajah dan mamalia besar lainnya di <a href="https://www.elephants.com/">Tennessee</a>, dan <a href="http://www.pawsweb.org/about_our_sanctuaries.html">California</a> Utara, Amerika Serikat; dan di <a href="https://globalelephants.org/overview/">Brazil</a>. </p>
<p>Lainnya sedang dikembangkan untuk <a href="https://whalesanctuaryproject.org/">mamalia air</a> yang besar. </p>
<p>Mungkin masih belum terlambat untuk Kiska. </p>
<p><em>Dr. Lori Marino, Presiden <a href="https://whalesanctuaryproject.org/">Whale Sanctuary Project</a> dan mantan dosen senior di Emory University, berkontribusi dalam penulisan artikel ini.</em></p>
<hr>
<p><em>Ignatius Raditya Nugraha menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/147034/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Bob Jacobs tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Hidup dalam kurungan menyebabkan kerusakan pada struktur dan fungsi otak mamalia besar.
Bob Jacobs, Professor of Neuroscience, Colorado College
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/144693
2020-08-19T10:02:01Z
2020-08-19T10:02:01Z
Pandemi mengubah otak kita, ini cara mengatasinya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/353422/original/file-20200818-14-1src1n0.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Virus corona baru memengaruhi otak kita, baik kita terjangkit atau belum.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/3d-illustration-xray-skull-covid19-instead-1662082387">Teo Tarras/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Terlepas apakah Anda tertular COVID-19 atau tidak, otak Anda kemungkinan telah berubah selama beberapa bulan terakhir. </p>
<p>Virus itu sendiri dapat menyebabkan <a href="https://theconversation.com/how-coronavirus-affects-the-brain-141100">sejumlah masalah neurologis</a>, termasuk kecemasan dan depresi. </p>
<p>Namun, isolasi dan kekhawatiran yang disebabkan oleh pandemi juga dapat <a href="https://theconversation.com/coronavirus-how-to-stop-the-anxiety-spiralling-out-of-control-133166">mengubah otak kita secara kimiawi</a> dan menyebabkan gangguan suasana hati (<em>mood disorder</em>).</p>
<p>Dalam tulisan kami terbaru, yang diterbitkan di <a href="https://www.nature.com/articles/s41386-020-00791-9"><em>Neuropsychopharmacology Reviews</em></a>, kami melaporka penyelidikan pada cara terbaik untuk mengatasi perubahan otak yang terkait dengan pandemi.</p>
<p>Mari kita mulai dengan infeksi COVID-19. </p>
<p>Selain gangguan suasana hati, gejala umum termasuk kelelahan, sakit kepala, hilang ingatan dan masalah dengan perhatian. </p>
<p>Mungkin ada sejumlah penyebab untuk perubahan otak ini, termasuk peradangan dan <em><a href="https://www.thelancet.com/journals/lanpsy/article/PIIS2215-0366(20)30287-X/fulltext?utm_source=miragenews&utm_medium=miragenews&utm_campaign=news">cerebrovaskular events</a></em> (sindrom yang disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak).</p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa virus dapat memperoleh akses ke otak melalui <a href="https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2766523">bulbus olfaktorius di otak depan</a> yang penting untuk pemrosesan penciuman. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/coronavirus-scientists-uncover-why-some-people-lose-their-sense-of-smell-138898">Kehilangan penciuman</a> banyak terjadi pada pasien COVID-19.</p>
<p>Sebagai bagian dari sistem yang bertanggung jawab atas indra penciuman, bulbus olfaktorius mengirimkan informasi tentang penciuman untuk diproses lebih lanjut di wilayah otak lain (termasuk amigdala, korteks orbitofrontal, dan hipokampus) yang berperan penting dalam emosi, pembelajaran dan penyimpanan.</p>
<p>Selain memiliki koneksi yang luas ke daerah lainnya, bulbus olfaktorius juga <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5306133/">kaya akan dopamin kimiawi</a>, yang penting untuk kesenangan, motivasi, dan tindakan. </p>
<p>Mungkin COVID-19 mengubah tingkat dopamin dan bahan kimia lainnya, seperti serotonin dan asetikolin, di otak, tapi kami belum bisa memastikannya. </p>
<p>Semua bahan kimia ini diketahui terlibat dalam perhatian, pembelajaran, ingatan, dan suasana hati.</p>
<p>Perubahan di otak ini kemungkinan bertanggung jawab atas suasana hati, kelelahan, dan perubahan kognitif yang biasanya dialami oleh pasien COVID-19. </p>
<p>Hal ini pada gilirannya dapat mendasari gejala stres, kecemasan dan depresi yang dilaporkan pada pasien yang tertular virus.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Ibu tampak kelelahan di sofa sementara anak-anak berlarian." src="https://images.theconversation.com/files/352920/original/file-20200814-16-yv59q2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/352920/original/file-20200814-16-yv59q2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/352920/original/file-20200814-16-yv59q2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/352920/original/file-20200814-16-yv59q2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/352920/original/file-20200814-16-yv59q2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/352920/original/file-20200814-16-yv59q2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/352920/original/file-20200814-16-yv59q2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Isolasi telah membuat stres banyak orang.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/exhausted-young-mum-sit-on-couch-1660546066">fizkes/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi bukan hanya orang yang tertular COVID-19 yang mengalami peningkatan kecemasan dan depresi selama pandemi. </p>
<p>Kekhawatiran yang berlebihan akan tertular atau menyebarkan virus ke anggota keluarga lainnya serta isolasi dan kesepian juga dapat mengubah otak kita.</p>
<p>Stres berulang merupakan pemicu utama peradangan yang terus-menerus di dalam tubuh, yang <a href="https://theconversation.com/how-chronic-stress-changes-the-brain-and-what-you-can-do-to-reverse-the-damage-133194">juga dapat mempengaruhi otak</a> dan mengecilkan hipokamus sehingga memengaruhi emosi kita. </p>
<p>Stres juga dapat mempengaruhi suasana hati kita. Akhirnya, perubahan ini bisa menimbulkan gejala depresi dan kecemasan.</p>
<h2>Latihan otak</h2>
<p>Namun ada titik terang. Otak adalah bagian tubuh yang sangat fleksibel, dan dapat diubah dan dapat merespons kerusakan dengan baik. </p>
<p>Bahkan kondisi serius seperti kehilangan ingatan dan depresi dapat diperbaiki dengan melakukan hal-hal yang mengubah fungsi otak dan kimianya.</p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/s41386-020-00791-9">Tulisan kami</a> membahas solusi yang menjanjikan untuk memerangi gejala stres, kecemasan, dan depresi pada pasien COVID-19 dan lainnya.</p>
<p>Kita sudah tahu bahwa latihan dan <a href="https://theconversation.com/mindfulness-is-not-a-waste-of-time-it-can-help-treat-depression-59100">latihan kesadaran</a> (teknik yang membantu kita bertahan pada masa sekarang) sangat membantu dalam memerangi stres otak. </p>
<p>Bahkan, penelitian telah menunjukkan perubahan fungsional dan struktural yang bermanfaat di <a href="https://www.thescienceofpsychotherapy.com/prefrontal-cortex/#:%7E:text=The%20prefrontal%20cortex%20(PFC)%20is,making%2C%20and%20moderating%20social%20behaviour.">korteks prefrontal</a> (yang terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan), hipokampus dan <a href="https://www.neuroscientificallychallenged.com/blog/know-your-brain-amygdala">amigdala</a> <a href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27429096/">setelah pelatihan kesadaran</a> pada otak.</p>
<p>Satu studi menunjukkan adanya <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3004979/">peningkatan kepadatan materi abu-abu</a> (jaringan yang mengandung sebagian besar badan sel otak dan kompenen kunci dari pusat sistem saraf) di hipokampus kiri setelah delapan minggu pelatihan (jika dibandingkan dengan kelompok kontrol). </p>
<p>Yang terpenting, ini semua adalah wilayah otak yang terdampak virus COVID-19. </p>
<p>Selain itu, pelatihan <em>gamified cognitive</em> juga dapat membantu meningkatkan <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnbeh.2019.00002/full">perhatian</a>, <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/pdf/10.1098/rstb.2014.0214">fungsi memori</a>, dan meningkatkan motivasi. </p>
<p>Orang yang memiliki gejala kesehatan mental yang parah atau persisten mungkin memerlukan evaluasi klinis oleh psikolog atau psikiater. </p>
<p>Dalam kasus seperti itu, tersedia perawatan farmakologis dan psikologis, seperti antidepresan atau terapi perilaku kognitif.</p>
<p>Mengingat banyak negara belum sepenuhnya berhenti melakukan kebijakan <em>lockdown</em> dan ada kesulitan berkepanjangan dalam mengakses perawatan kesehatan, teknik modern seperti perangkat yang dapat dikenakan (pelacak aktivitas) dan platform digital (aplikasi seluler) yang dapat dengan mudah diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari adalah solusi menjanjikan.</p>
<p>Misalnya, pelacak aktivitas dapat memantau hal-hal seperti detak jantung dan pola tidur, yang menunjukkan kapan pemakainya dapat memperoleh manfaat dari aktivitas seperti meditasi, olahraga, atau tidur ekstra. </p>
<p>Ada juga aplikasi yang dapat <a href="https://edition.cnn.com/2014/09/09/health/brain-training-apps/index.html">membantu Anda mengurangi tingkat stres</a>.</p>
<p>Teknik ini kemungkinan besar bermanfaat bagi semua orang dan dapat membantu kita meningkatkan ketahanan kognitif dan kesehatan mental dengan lebih baik, mempersiapkan kita untuk peristiwa kritis pada masa depan seperti pandemi global.</p>
<p>Sebagai sebuah kelompok masyarakat, kita perlu mengantisipasi tantangan masa depan terhadap kesehatan otak, kognisi, dan kesejahteraan kita. </p>
<p>Kita harus memanfaatkan teknik ini di sekolah untuk mengkampanyekan ketahanan seumur hidup mulai dari usia dini.</p>
<hr>
<p><em>Artikel ini diterjemahkan oleh Agradhira Nandi Wardhana dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/144693/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Barbara Jacquelyn Sahakian menerima dana dari the Wallitt Foundation and Eton College. Dia konsultan Cambridge Cognition, Greenfield BioVentures and Cassava Sciences. Cambridge Enterprise memiliki teknologi yang mentransfer Wizard dan Decorder ke PEAK.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Christelle Langley dan Deniz Vatansever tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Terlepas apakah Anda menderita COVID-19 atau hanya stres karena terkena dampak wabah, hipokampus otak Anda mungkin telah menyusut dalam beberapa bulan terakhir.
Barbara Jacquelyn Sahakian, Professor of Clinical Neuropsychology, University of Cambridge
Christelle Langley, Postdoctoral Research Associate, Cognitive Neuroscience, University of Cambridge
Deniz Vatansever, Junior Principal Investigator, Fudan University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/129458
2020-01-15T04:26:19Z
2020-01-15T04:26:19Z
Inilah yang terjadi di otak ketika kita berbeda pendapat
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/310131/original/file-20200115-151844-1pju2k4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Ollyy/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Kita pasti pernah mengalaminya; ketika kita berada di tengah ketidaksepakatan yang memanas dan kita mulai kehilangan rasa hormat terhadap pihak lawan bicara. </p>
<p>Debat ini bisa jadi tentang pemilihan umum kemarin atau tentang pengasuhan anak, mungkin merasa argumen Anda dianggap tidak dihargai, atau bahkan diabaikan. Namun, apakah Anda pernah bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi dalam benak orang yang berbeda pendapat dengan Anda?</p>
<p>Dalam sebuah studi baru-baru ini, yang baru saja <a href="https://www.nature.com/articles/s41593-019-0549-2">dipublikasikan di <em>Nature Neuroscience</em></a>, kami dan rekan kami mencatat aktivitas otak orang-orang selama perselisihan berbeda pendapat untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di sana.</p>
<p>Dalam percobaan ini, kami meminta 21 pasangan sukarelawan untuk membuat keputusan keuangan. Secara khusus, mereka masing-masing harus menaksir nilai suatu perumahan dan mempertaruhkan uang untuk penilaian mereka. Semakin yakin mereka dalam penilaian, semakin banyak pula uang yang mereka pertaruhkan.</p>
<p>Setiap sukarelawan kemudian berbaring di pemindai pencitraan otak saat melakukan tugas tersebut sehingga kami dapat merekam aktivitas otak mereka. Kedua alat pemindai dipisahkan oleh dinding kaca dan para relawan dapat melihat penilaian dan taruhan pasangannya dari layar mereka. </p>
<p>Ketika para relawan menyetujui harga suatu perumahan, maka mereka masing-masing akan menjadi lebih percaya diri atas penilaian mereka dan mereka bertaruh lebih banyak uang untuk itu. </p>
<p>Ini masuk akal, misalnya jika saya setuju dengan Anda maka Anda merasa lebih yakin bahwa Anda pasti benar. Aktivitas otak setiap orang juga mencerminkan pembentukan tingkat kepercayaan diri pasangannya. </p>
<p>Secara khusus, aktivitas bagian otak yang disebut <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex">korteks frontal medial posterior</a> (<em>posterior medial frontal cortex</em>), yang kita tahu terlibat dalam disonansi kognitif, <a href="https://www.pnas.org/content/115/23/6082">melacak tingkat kepercayaan</a> dari pasangan Anda. Kami menemukan bahwa semakin percaya seorang relawan, semakin percaya diri pula pasangannya, begitu pula sebaliknya.</p>
<p>Kendati demikian, yang menjadi bagian menariknya, ketika para pasangan tidak sependapat, otak mereka menjadi kurang peka terhadap kekuatan pendapat orang lain.</p>
<p>Setelah perselisihan ini terjadi, korteks frontal medial posterior tidak bisa lagi melacak kepercayaan diri pasangan Anda. Akibatnya, pendapat dari pasangan mereka yang tidak setuju ini akan berdampak kecil pada keyakinan seseorang bahwa mereka benar, terlepas dari apakah pasangan yang tidak setuju ini sangat yakin dalam penilaian mereka atau bahkan ragu-ragu. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/307888/original/file-20191219-11924-1rkzg2s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/307888/original/file-20191219-11924-1rkzg2s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=459&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/307888/original/file-20191219-11924-1rkzg2s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=459&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/307888/original/file-20191219-11924-1rkzg2s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=459&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/307888/original/file-20191219-11924-1rkzg2s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=577&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/307888/original/file-20191219-11924-1rkzg2s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=577&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/307888/original/file-20191219-11924-1rkzg2s.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=577&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Otak kita dapat mengungkapkan banyak hal tentang perilaku kita.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/conceptual-image-man-side-profile-showing-311949818?src=1bdbd7c8-d45b-435f-a395-1092e6a2a0fc-1-105&studio=1">Triff</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ternyata, ini bukan permasalahan mengenai relawan yang kurang memperhatikan pasangan mereka ketika mereka tidak setuju. Kami mengetahui ini karena kami menguji memori relawan kami tentang penilaian dan taruhan pasangan mereka. Tampaknya, pendapat yang bertentangan ini lebih cenderung dianggap jelas-jelas salah sehingga kekuatan pendapat tersebut tidak penting bagi pasangannya.</p>
<h2>Masyarakat yang terpolarisasi</h2>
<p>Kami menduga bahwa ketidaksepakatan tentang topik panas seperti politik membuat orang-orang makin kecil kemungkinannya untuk mencatat dan memperhatikan kekuatan pendapat yang bertentangan. </p>
<p>Temuan kami dapat menjelaskan beberapa fenomena baru yang membingungkan terjadi di masyarakat. Misalnya, dalam dekade terakhir, para ilmuwan iklim telah menyatakan dengan keyakinan yang luar biasa bahwa perubahan iklim terjadi karena ulah manusia. </p>
<p>Namun, sebuah survei oleh pusat penelitian Pew menunjukkan bahwa persentase politikus Partai Republik di Amerika Serikat yang meyakini anggapan ini sebagai sebuah kebenaran <a href="https://www.pewresearch.org/science/2016/10/04/public-views-on-climate-change-and-climate-scientists/">mengalami penurunan dalam periode waktu yang sama</a>. Meski ada alasan yang kompleks dan berlapis-lapis untuk fenomena spesifik ini, hal ini mungkin berkaitan dengan bias soal kekuatan pendapat orang lain terbentuk dalam otak kita.</p>
<p>Temuan ini juga dapat diramalkan ke peristiwa politik saat ini, sebagai contoh yaitu proses dengar pendapat mengenai pemakzulan Presiden AS Donald Trump. Studi kami menunjukkan bahwa apakah seorang saksi tampak “<a href="https://www.nytimes.com/2019/11/13/us/politics/bill-taylor-impeachment-hearing.html">tenang, percaya diri, dan dapat menguasai fakta-fakta</a>” (seperti yang dikatakan pejabat pemerintah Bill Taylor ketika memberikan kesaksian selama persidangan) atau “<a href="https://www.nytimes.com/2019/11/13/us/politics/bill-taylor-impeachment-hearing.html">tidak stabil dan tidak pasti</a>” (seperti yang dijelaskan oleh Kepala FBI Robert Muller ketika bersaksi tentang penyelidikan penasihat khusus pada Juli lalu) akan sedikit berpengaruh bagi mereka yang sudah berpendapat menentang pemakzulan ketika kesaksian itu tidak mendukung presiden. Namun, hal ini tentu akan mempengaruhi keyakinan mereka yang mendukung pemakzulan.</p>
<p>Lalu bagaimana kita meningkatkan peluang kita untuk didengar oleh anggota kelompok yang memiliki pendapat berseberangan dengan kita? Studi kami juga mencoba menggunakan “<a href="https://www.theguardian.com/uk-news/2019/jan/24/queens-speech-calling-for-common-ground-seen-as-brexit-allusion">resep yang telah dicoba dan diuji</a>” (sebagaimana yang dilakukan Ratu Elizabeth II baru-baru ini saat berbicara mengenai perbedaan pendapat mengenai Brexit) untuk menemukan pengertian dan kesepahaman bersama.</p>
<p>Kekuatan sebuah pendapat yang dipikirkan secara hati-hati cenderung diacuhkan ketika ketidaksepakatan muncul dengan tumpukan bukti kuat yang menjelaskan mengapa kita benar dan pihak lain salah. </p>
<p>Namun, jika kita mulai dari kesepahaman bersama (<em>common ground</em>) – sebuah bagian dari permasalahan yang kita sepakati sebelumnya – kita akan terhindar dari dianggap sebagai “pembuat perselisihan” dari awal, sehingga membuat pendapat kita lebih mungkin didengar dan dianggap penting.</p>
<p>Ambil contoh dalam usaha untuk mengubah keyakinan orang tua yang menolak untuk memvaksinasi anak-anak mereka karena mereka secara salah meyakini bahwa vaksin berhubungan dengan autisme. Hadirnya bukti kuat yang menyangkal keterkaitan dua hal tersebut ternyata tidak banyak mengubah pikiran mereka. </p>
<p>Namun, dengan mengatakan bahwa bahwa vaksin melindungi anak-anak dari penyakit yang berpotensi mematikan – sebuah pernyataan yang mudah disetujui oleh para orang tua itu – membuat mereka <a href="http://www.pnas.org/content/112/33/10321.abstract">meningkatkan niat untuk memvaksinasi</a> anak-anak mereka hingga tiga kali lipat. </p>
<p>Jadi di tengah-tengah perselisihan yang memanas ini, ingatlah bahwa kunci perubahan sering kali ditemukan dalam kepercayaan atau niat yang dimiliki bersama.</p>
<p><em>Rizki Nur Fitriansyah menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/129458/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tali Sharot receives funding from the Wellcome Trust.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Andreas Kappes tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Kita bisa saja memiliki bukti dan argumen kuat, tapi lawan bicara tetap tidak peduli.
Andreas Kappes, Lecturer, City, University of London
Tali Sharot, Professor of Cognitive Neuroscience, UCL
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/128783
2019-12-18T05:52:47Z
2019-12-18T05:52:47Z
Menonton pornografi menyebabkan kemunduran otak bagi para penikmatnya
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/306876/original/file-20191213-85376-1u71gr2.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=14%2C1323%2C3280%2C2000&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Keberadaan dan ketersedian perangkat yang terhubung ke internet, membuat akses ke pornografi menjadi lebih mudah daripada sebelumnya.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Charles/Unsplash)</span></span></figcaption></figure><p>Pornografi telah ada sepanjang sejarah dan telah berubah mengikuti munculnya media-media baru. Ratusan lukisan dinding dan patung yang menonjolkan seks ditemukan di reruntuhan Gunung Vesuvius di Pompeii, Italia.</p>
<p>Sejak munculnya internet, penggunaan pornografi meroket. Pornhub, situs porno gratis terbesar di dunia, menerima <a href="https://www.pornhub.com/insights/2018-year-in-review">lebih dari 33,5 miliar pengunjung selama 2018 saja</a>. </p>
<p>Sains baru saja mulai menemukan <a href="http://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2014.93">dampak neurologis dari konsumsi konten pornografi</a>. Tapi sudah jelas bahwa pornografi memiliki dampak dalam kesehatan mental dan kehidupan seks para pengguna pornografi yang luas itu. Dari depresi hingga disfungsi ereksi, pornografi tampaknya membajak sirkuit saraf kita dengan <a href="https://doi.org/10.3390/bs6030017">akibat yang mengerikan</a>.</p>
<p>Di laboratorium saya sendiri, kami mempelajari sirkuit saraf yang mendasari proses belajar dan memori. Video porno memiliki sifat-sifat yang menjadikannya pemicu yang kuat untuk plastisitas, yaitu kemampuan otak untuk berubah dan beradaptasi sebagai hasil dari pengalaman. Pornografi daring (<em>online</em>) menyediakan akses dan anonimitas, sehingga kita sekarang lebih rentan terhadap efek hiper-stimulasi penggunaan konten pornografi.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/bjnXXN67plg?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Sebuah program BBC 3 yang menunjukkan efek dari kecanduan pornografi.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Dampak dari konsumsi pornografi</h2>
<p>Dalam jangka panjang, <a href="https://www.yourbrainonporn.com/rebooting-porn-use-faqs/research-confirms-sharp-rise-in-youthful-sexual-dysfunctions/">pornografi dapat menciptakan disfungsi seksual</a>, terutama ketidakmampuan untuk mencapai ereksi atau orgasme dengan pasangan di kehidupan nyata. <a href="https://doi.org/10.1007/s10508-016-0770-y">Kualitas pernikahan</a> dan <a href="https://doi.org/10.1521/jscp.2012.31.4.410">komitmen kepada satu pasangan romantis</a> juga menjadi terdampak.</p>
<p>Untuk mencoba mencari penjelasan atas dampak-dampak ini, beberapa ilmuwan telah membuat perbandingan antara <a href="https://dx.doi.org/10.3390%2Fbs5030388">konsumsi pornografi dan penyalahgunaan zat adiktif</a>. </p>
<p>Sebagai hasil dari evolusi, otak merespons rangsangan seksual dengan lonjakan dopamin. <em>Neurotransmitter</em> ini paling sering dikaitkan dengan antisipasi hadiah dan juga bertindak untuk memprogram ingatan dan informasi ke otak. </p>
<p>Adaptasi evolusi ini berarti bahwa ketika tubuh membutuhkan sesuatu, seperti makanan atau seks, otak akan mengingat tempat untuk memperoleh kenikmatan yang sama.</p>
<p>Alih-alih mendapat kepuasan seksual dari pasangan romantisnya, karena sering menggunakan pornografi, penguna akan secara naluriah menggunakan <em>handphone</em> dan laptop mereka ketika keinginan itu datang. Lebih jauh lagi, ledakan imbalan dan kepuasan yang luar biasa kuat membangkitkan tingkat kebiasaan yang kuat dan tidak wajar di otak. Psikiater Norman Doidge menjelaskan:</p>
<blockquote>
<p>“<a href="https://www.penguinrandomhouse.com/books/291041/the-brain-that-changes-itself-by-norman-doidge-md/">Pornografi memenuhi setiap prasyarat untuk perubahan neuroplastik. Para produsen pornogragi menyombongkan diri dengan memperkenalkan tema-tema pornografi baru dan lebih ekstrim. Namun, mereka sebenarnya terpaksa karena konten yang sudah ada tidak mempan lagi bagi para pelanggan</a>.”</p>
</blockquote>
<p>Adegan porno, seperti zat adiktif, adalah pemicu hiper-stimulasi yang mengarah ke <a href="https://doi.org/10.1038/npp.2009.11">pengeluaran dopamin tingkat tinggi yang tidak wajar</a>. Ini dapat merusak sistem imbalan dopamin dan membuat otak tidak responsif terhadap sumber kesenangan alami. Inilah sebabnya mengapa pengguna mulai mengalami kesulitan dalam mencapai gairah dengan pasangan secara fisik.</p>
<h2>Lebih dari sekadar disfungsi</h2>
<p>Berkurangnya kemampuan sirkuit imbalan kita menjadi tahap awal disfungsi seksual, namun dampaknya tidak berakhir di sana. Studi menunjukkan bahwa <a href="https://europepmc.org/abstract/med/15573884">perubahan dalam transmisi dopamin</a> dapat memicu depresi dan kecemasan. Sesuai dengan pengamatan ini, <a href="https://doi.org/10.1111/j.1743-6109.2010.02030.x">konsumen konten pornografi melaporkan gejala depresi yang lebih besar, kualitas hidup yang lebih rendah, dan kesehatan mental yang lebih buruk</a> dibandingkan dengan mereka yang tidak menonton konten pornografi.</p>
<p>Temuan penting lainnya dari studi ini adalah konsumen pornografi kompulsif mendapati diri mereka menginginkan dan membutuhkan lebih banyak pornografi, meskipun mereka tidak selalu menyukainya. Putusnya hubungan antara keinginan dan kesukaan adalah ciri khas ketidakteraturan sirkuit imbalan.</p>
<p>Penyelidikan serupa yang dilakukan oleh para peneliti di Max Planck Institute, Berlin, Jerman, menemukan bahwa <a href="https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2014.93">konsumsi pornografi yang lebih tinggi berkorelasi dengan kurangnya aktivasi di otak</a> dalam tanggapan terhadap gambaran pornografi konvensional. Hal ini menjelaskan mengapa pengguna cenderung beralih ke bentuk-bentuk pornografi yang lebih ekstrem dan tidak konvensional.</p>
<p>Analitik Pornhub mengungkapkan bahwa seks konvensional <a href="https://www.pornhub.com/insights/2016-year-in-review">semakin kurang diminati pengguna</a> dan digantikan oleh tema-tema seperti inses dan kekerasan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C17%2C5714%2C3951&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C17%2C5714%2C3951&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=418&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=418&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=418&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=525&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=525&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/303576/original/file-20191125-74576-145uk2i.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=525&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Penonton pornografi semakin memilih bentuk-bentuk pornografi yang lebih kasar; ini mungkin disebabkan oleh efek desensitisasi dari kebiasaan mengkonsumsi konten pronografi.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Shutterstock)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dilanggengkannya kekerasan seksual daring sangat mengkhawatirkan, karena <a href="https://doi.org/10.1111/jcom.12201">tingkat kejadian di kehidupan nyata dapat meningkat sebagai akibatnya</a>. Beberapa ilmuwan menghubungkan ini dengan aksi neuron cermin. Sel-sel otak ini dinamai demikian karena mereka berpendar ketika individu melakukan suatu tindakan dan juga ketika individu mengamati tindakan yang sama dilakukan oleh orang lain.</p>
<p>Wilayah otak yang aktif ketika seseorang menonton film porno adalah daerah otak yang sama yang aktif saat orang tersebut benar-benar berhubungan seks. </p>
<p>Marco Iacoboni, profesor psikiatri di University of California Los Angeles, berspekulasi bahwa sistem ini memiliki potensi untuk menyebarkan perilaku kekerasan: “<a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK207238/">mekanisme cermin di otak juga menunjukkan bahwa kita secara otomatis dipengaruhi oleh apa yang kita indera, dan menunjukkan kemungkinan mekanisme neurobiologis dalam penularan perilaku kekerasan.</a>”</p>
<p>Meskipun spekulatif, hal ini menunjukkan hubungan antara pornografi, neuron cermin, dan peningkatan tingkat kekerasan seksual berfungsi sebagai peringatan. Konsumsi konten pornografi yang tinggi mungkin tidak mendorong penontonnya ke titik ekstrem, namun hal tersebut dapat mengubah perilaku dengan cara lain.</p>
<h2>Pengembangan moral</h2>
<p>Konsumsi konten pornografi telah dihubungkan dengan <a href="http://surgicalneurologyint.com/surgicalint-articles/pornography-addiction-a-neuroscience-perspective/">erosi pada korteks prefrontal</a> - wilayah otak yang menampung fungsi eksekutif seperti moralitas, tekad, dan kontrol impuls.</p>
<p>Untuk memahami lebih baik peran struktur ini dalam perilaku, patut diketahui bahwa struktur ini belum berkembang selama masa kanak-kanak. Inilah sebabnya mengapa anak-anak kesulitan untuk mengatur emosi dan impuls mereka. </p>
<p>Kerusakan pada korteks prefrontal pada masa dewasa disebut <em>hypofrontality</em>, <a href="https://dx.doi.org/10.3390%2Fjcm8010091">yang mendorong seseorang untuk berperilaku kompulsif dan membuat keputusan yang buruk</a>.</p>
<p>Ini menunjukkan sebuah paradoks: hiburan dewasa dapat menyebabkan susunan otak kita mundur ke keadaan saat kita belum cukup umur. </p>
<p>Ada ironi yang lebih besar lagi di sini; pornografi memberikan bujuk rayu kepuasan seksual, namun pada kenyataannya yang terjadi justru sebaliknya.</p>
<p><em>Aisha Amelia Yasmin menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/128783/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>R m N tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Ilmuwan saraf kognitif menemukan bahwa kebiasaan mengonsumsi konten pornografi dapat mepengaruhi pusat-pusat otak yang mengatur tekad, kontrol impuls, dan moralitas.
R m N, PhD Student, Neuroscience, Université Laval
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/124584
2019-10-04T02:31:21Z
2019-10-04T02:31:21Z
Kidal bukan berarti Anda dominan otak kanan - jadi apa artinya?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/295390/original/file-20191003-52810-1rocj3g.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/left-handed-man-writing-on-notebook-1463607707">Wachiwit/Shutterstock </a></span></figcaption></figure><p>Ada banyak klaim tentang apa artinya kidal, dan apakah itu mempengaruhi tipe orang – tapi nyatanya ini adalah sesuatu yang membingungkan. Mitos tentang kidal muncul setiap tahunnya, tapi para peneliti belum mengungkap sepenuhnya arti kidal - lebih sering menggunakan tangan kiri ketimbangan kanan untuk aktivitas.</p>
<p>Jadi mengapa orang bisa kidal? Sejujurnya, kami juga tidak sepenuhnya memahami. Apa yang kami ketahui adalah populasi orang kidal hanya <a href="https://www.livescience.com/19968-study-reveals-lefties-rare.html">sekitar 10%</a> dari populasi dunia - tapi ini tidak terbagi rata menurut jenis kelamin.</p>
<p>Dari populasi 10% tersebut, diketahui sekitar 12% adalah laki-laki dan <a href="https://psycnet.apa.org/record/2008-11487-004?doi=1">hanya sekitar 8% perempuan</a>. Beberapa orang heran dengan perbandingan 90:10 ini dan bertanya-tanya mengapa mereka bisa kidal.</p>
<p>Tapi pertanyaan yang menarik adalah mengapa kita tidak kidal secara kebetulan? Mengapa tidak terbagi 50:50? Ini bukan karena arah kita menulis, karena kidal akan dominan di negara-negara yang cara penulisan bahasanya dari kanan ke kiri, bukan itu masalahnya. Bahkan secara genetik ini juga aneh - hanya sekitar <a href="https://theconversation.com/how-childrens-brains-develop-to-make-them-right-or-left-handed-55272">25% orang</a> kidal yang <a href="https://psycnet.apa.org/record/1993-98645-005">kedua orang tuanya kidal</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/how-childrens-brains-develop-to-make-them-right-or-left-handed-55272">How children's brains develop to make them right or left handed</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Kidal telah dikaitkan dengan macam-macam hal buruk, seperti kesehatan yang buruk dan kematian dini - tapi tidak satu pun yang benar. Yang terakhir ini banyak dijelaskan oleh generasi tua, mereka <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/002839329390156T">dipaksa untuk pindah tangan</a> dan menggunakan tangan kanan mereka. Dengan ini, sepertinya ada lebih sedikit orang kidal pada masa lalu. Kaitan yang pertama, meski bisa menjadi berita yang menarik, tetaplah <a href="https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/2398212818820513">salah</a>.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/TGLYcYCm2FM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
</figure>
<p>Mitos positif tentang kidal juga berlimpah. Orang kidal dianggap lebih kreatif, karena kebanyakan dari mereka menggunakan “otak kanan”. Ini mungkin salah satu mitos yang paling konsisten terkait kidal dan otak. Tapi tidak peduli seberapa menarik (dan mungkin mengecewakan bagi orang-orang kidal yang masih menunggu untuk suatu hari memiliki <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0278262604000612">talenta setara seniman Leonardo da Vinci</a>), pemikiran bahwa setiap orang menggunakan “sisi otak dominan” dalam mendefinisikan kepribadian dan pengambilan keputusan <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0071275">juga salah</a>.</p>
<h2>Lateralisasi otak dan kidal</h2>
<p>Memang benar, bagaimana pun, bahwa <a href="https://courses.lumenlearning.com/waymaker-psychology/chapter/the-brain-and-spinal-cord/">otak sebelah kanan mengendalikan sisi kiri tubuh</a>, dan otak sebelah kiri mengendalikan sisi kanan - dan bahwa belahan otak memang memiliki spesialisasi masing-masing. </p>
<p>Sebagai contoh, bahasa biasanya diproses sedikit lebih banyak di otak sebelah kiri, dan pengenalan wajah sedikit lebih banyak di otak sebelah kanan. Gagasan bahwa setiap belahan otak dikhususkan untuk beberapa keterampilan, dikenal sebagai lateralisasi otak. Namun, mereka tidak bekerja secara terpisah, ada pita tebal pada serabut saraf - disebut corpus callosum – yang menghubungkan kedua sisi otak.</p>
<p>Menariknya, ada beberapa perbedaan antara orang yang ‘bertangan kanan’ dan kidal yang dikenal dalam spesialisasi ini. Misalnya, sering dikatakan bahwa sekitar 95% orang bertangan-kanan adalah “dominan otak kiri”. Ini tidak sama dengan klaim “otak kiri” di atas, ini sebenarnya merujuk pada <a href="https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09647049609525672">temuan awal</a> bahwa kebanyakan orang bertangan-kanan lebih bergantung pada otak sebelah kiri terkait berbicara dan bahasa. Diasumsikan bahwa kebalikannya akan berlaku untuk orang kidal. Namun ini bukan masalahnya. Faktanya, <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2014.01128/full">70% orang kidal</a> juga memproses bahasa lebih banyak pada otak sebelah kiri. Mengapa angka ini lebih rendah dan bukan kebailkannya, ini belum diketahui.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/why-is-life-left-handed-the-answer-is-in-the-stars-44862">Why is life left-handed? The answer is in the stars</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Para peneliti telah menemukan banyak spesialisasi otak lainnya, atau “asimetri” lain selain bahasa. Kebanyakan terjadi di otak sebelah kanan - setidaknya bagi orang bertangan-kanan - termasuk hal-hal seperti pemrosesan wajah, keterampilan spasial, dan persepsi emosi. Namun ini belum diketahui, mungkin karena peneliti salah mengasumsikan bahwa itu semua bergantung pada bagian otak yang tidak dominan terhadap bahasa. </p>
<p>Kenyataannya, asumsi ini, ditambah pengakuan bahwa sedikit orang kidal memiliki dominasi otak kanan untuk bahasa, membuat mereka diabaikan - atau lebih buruk, dihindari secara aktif - <a href="https://www.nature.com/articles/nrn3679">dalam banyak penelitian terhadap otak</a>, karena peneliti berasumsi bahwa, sama seperti bahasa, semua asimetri lainnya akan berkurang.</p>
<p>Bagaimana beberapa fungsi yang terlateralisasi (terkhususkan) dalam otak dapat benar-benar mempengaruhi cara kita memandang sesuatu. Kami mempelajarinya dengan menggunakan tes persepsi sederhana. Sebagai contoh, dalam <a href="https://doi.org/10.1080/1357650X.2019.1652308">penelitian baru-baru ini</a>, kami mempresentasikan gambar wajah yang sudah dirancang untuk menunjukkan setengah wajah dengan satu emosi dan setengah lainnya dengan emosi yang berbeda, untuk sejumlah besar orang kidal dan bertangan kanan.</p>
<p>Biasanya, orang-orang cenderung melihat emosi yang ditunjukkan sisi kiri wajah, ini diyakini mencerminkan spesialisasi di otak sebelah kanan. Hal ini terkait dengan fakta bahwa bidang visual diproses sedemikian rupa sehingga ada sebuah bias ke sisi kiri ruang. Bias ini dianggap mewakili pemrosesan oleh otak sebelah kanan, sementara sebuah bias ke sisi kanan dianggap mewakili pemrosesan oleh otak sebelah kiri. Kami juga menyajikan berbagai jenis gambar dan suara, untuk memeriksa beberapa spesialisasi lainnya.</p>
<p>Temuan kami menunjukkan bahwa beberapa jenis spesialisasi, termasuk pemrosesan wajah, tampaknya mengikuti pola menarik yang terlihat untuk bahasa (yaitu, lebih banyak orang kidal memiliki kecenderungan melihat emosi yang ditunjukkan di sisi kanan wajah). Tapi terkait melihat bias-bias pada sesuatu yang diperhatikan, kami tidak menemukan perbedaan pola pemrosesan otak untuk orang bertangan-kanan dan kidal. Hasil ini menunjukkan bahwa, sementara ada hubungan antara kidal dan beberapa spesialisasi otak, tidak lebih.</p>
<p>Orang kidal sangat penting dalam eksperimen baru seperti ini. Bukan hanya karena mereka dapat membantu kita memahami apa yang membuat mereka berbeda, tapi juga bisa membantu kita memecahkan banyak misteri neuropsikologis lama tentang otak.</p>
<p><em>Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/124584/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Emma Karlsson tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Hanya 10% orang di dunia adalah kidal, tapi kita masih juga belum menemukan pengaruhnya terhadap cara kerja otak mereka.
Emma Karlsson, Postdoctoral researcher in Cognitive Neuroscience, Bangor University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/120745
2019-08-12T09:49:45Z
2019-08-12T09:49:45Z
Melalui persamaan matematika, memori Anda bakal bisa ditebak oleh ilmuwan
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/287674/original/file-20190812-71921-1wcakxb.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Veles Studio/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Apakah Anda ingat ciuman pertamamu? Bagaimana dengan nenek Anda saat akan meninggal? Kemungkinan Anda mengingatnya karena ingatan emosional adalah momen penting dari sejarah kehidupan pribadi kita.</p>
<p>Beberapa momen langka biasanya sangat luar biasa dan menonjol dibanding aktivitas rutin seperti tidur, makan, dan bekerja. Kehidupan sehari-hari juga penuh dengan pengalaman yang memiliki unsur emosial personal – seperti tidak setuju pada seseorang atau menerima suatu pujian. </p>
<p>Mayoritas dari kita mampu menggambarkan ingatan emosional dalam beberapa detail, meskipun kejadianya sudah lama terjadi, sementara memori akan pengalaman dan peristiwa duniawi lebih cepat memudar. Tapi yang jelas mengapa hal itu dan bagaimana kita sebenarnya mengingat tetap belum jelas. Dalam studi terbaru kami, yang dipublikasikan di <a href="https://psycnet.apa.org/record/2019-19643-001"><em>Psychological Review</em></a> kami telah menggambarkannnya dengan model komputer yang mungkin membantu untuk menjelaskannya. </p>
<p>Untuk mempelajari bagaimana emosi mempengaruhi memori di laboratorium, peneliti umumnya menunjukkan pada partisipan film-film, cerita-cerita dan banyak gambar yang mendorong sebuah respons emosional. Mereka mungkin kemudian meminta para responden untuk menggambarkan apa yang mereka ingat. </p>
<p>Orang-orang sangat berbeda dalam memberikan respons emosional mereka. Karena itu, para peneliti mencoba menggunakan materi-materi yang memiliki efek konsisten pada manusia - bisa positif atau negatif. Sebagai contoh, gambar bayi yang menjalani prosedur medis cenderung menyedihkan bagi sebagian besar dari kita.</p>
<p>Penelitian seperti ini <a href="https://psycnet.apa.org/doiLanding?doi=10.1037%2F1528-3542.7.1.89">telah memberikan bukti</a> bahwa memori benar-benar lebih akurat untuk hal-hal membangkitkan respons emosional.</p>
<p>Selama bertahun-tahun, ada sejumlah pendapat yang berbeda tentang mengapa itu terjadi. Salah satu berpendapat bahwa orang-orang hanya lebih memperhatikan pengalaman yang mereka pedulikan - artinya pengalaman tersebut diprioritaskan dan mengalahkan pengalaman lain. Menurut teori ini, perhatian tersebut <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3110019/">diutamakan selama pengkodean awal</a> yang membuat orang lebih mudah mengingatnya. </p>
<p>Tapi itu bukan keseluruhan cerita. Jelas bahwa apa yang terjadi sebelum dan sesudah pengalaman juga penting. Lebih mudah mengingat pengalaman yang agak mengasyikkan jika diikuti rasa kesepian daripada jika diikuti oleh peristiwa menyenangkan. </p>
<p>Demikian pula, situasi khusus saat ingatan muncul juga mempengaruhi pengalaman apa yang terlintas dalam pikiran. </p>
<p>Lebih mudah mengingat memenangkan sebuah kompetisi di sekolah ketika kita kembali ke sekolah yang sama untuk sebuah reuni, misalnya.</p>
<h2>Matematika memori</h2>
<p>Dalam riset kami baru-baru ini, kami menyatukan ide-ide ini dalam upaya untuk memberikan penjelasan yang lebih koheren tentang memori emosional. Kami memulai dengan memeriksa langkah-langkah bagaimana proses mendapatkan informasi terjadi di otak manusia ketika kami menyandikan, menyimpan, dan mengambil informasi netral. </p>
<p>Dalam riset ini kami mengandalkan <a href="https://pdfs.semanticscholar.org/9b1d/f5b85c7e13edc350b68173eeb2b7840dffb1.pdf">teori daya ingat</a> yang sudah ada yang sangat jelas dan tepat karena menyatakan setiap klaimnya dalam persamaan matematika.</p>
<p>Menurut teori ini, masing-masing pengalaman kita terkait dengan keadaan mental yang kita miliki saat itu - dengan kata lain, konteks mental. Misalnya, jika Anda terburu-buru suatu pagi, maka ingatan Anda tentang apa yang Anda miliki untuk sarapan akan dipengaruhi oleh konteks mental yang lebih luas ini. </p>
<p>Memori sarapan juga akan dikaitkan dengan ingatan Anda tentang apa yang Anda baca di koran pada saat yang bersamaan. Keadaan mental seperti itu berubah dengan setiap pengalaman berikutnya yang Anda miliki, tapi dapat digunakan nanti untuk memberi isyarat tentang pengalaman masa lalu. Misalnya, jika seseorang bertanya kepada Anda apa yang Anda miliki untuk sarapan pagi itu, itu akan membantu untuk mengingat kembali pengalaman terburu-buru atau membaca tentang kecelakaan dalam berita.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/282742/original/file-20190704-51292-18snm26.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/282742/original/file-20190704-51292-18snm26.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/282742/original/file-20190704-51292-18snm26.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/282742/original/file-20190704-51292-18snm26.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/282742/original/file-20190704-51292-18snm26.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/282742/original/file-20190704-51292-18snm26.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/282742/original/file-20190704-51292-18snm26.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Emosi membentuk proses memori dengan cara yang halus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/black-white-family-photos-laid-on-291653849?src=EnukGUS8iTS2LSW7lGH6dg-1-6&studio=1">Halfpoint/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami kemudian bertanya bagaimana emosi dapat mengatur masing-masing langkah dalam proses memori, menggunakan temuan dari percobaan pada memori emosional, dan menulis pengaruh potensial dalam suatu bentuk matematika. Secara khusus, kami menyarankan bahwa hubungan antara pengalaman dan konteks mental seseorang lebih kuat ketika pengalaman ini emosional. Akhirnya, kami memasukkan persamaan ke dalam program komputer, yang kemudian mensimulasikan bagaimana seseorang mempelajari dan mengingat materi tertentu.</p>
<p>Jika ide kami tentang memori benar, maka program komputer akan “mengingat” lebih akurat hal-hal yang juga diingat lebih baik oleh responden. Kami menemukan bahwa inilah masalahnya. Tapi model kami meniru tidak hanya situasi di mana emosi meningkatkan daya ingat, tapi juga di situasi di mana emosi tidak meningkatkan daya ingat .</p>
<p>Sebagai contoh, penelitian saya sebelumnya telah menunjukkan bahwa, sementara orang memiliki memori yang lebih baik untuk materi yang bersifat emosional ketika diberikan dua pilihan antara materi emosional dan netral, ini tidak berlaku ketika orang hanya ditampilkan serangkaian gambar emosional atau hanya serangkaian gambar non-emosional seperti seseorang melukis pintu. Orang mungkin memiliki kapasitas memori yang serupa di setiap percobaan tersebut. Ini sedikit misteri. Namun model kami juga menghasilkan hasil yang berlawanan dengan intuisi ini, memberi kami keyakinan bahwa kode matematika kami mungkin berada di jalur yang benar.</p>
<p>Pekerjaan kami memiliki sejumlah implikasi menarik. Tampaknya mekanisme yang mendasari ingatan emosional yang baik tidak seunik yang diperkirakan sebelumnya - baik pengalaman emosional maupun netral menjalani proses yang relatif sama. Tapi emosi membentuk penekanan pada hal-hal tertentu seperti kekuatan asosiasi antara beberapa hal dan konteks penyandiannya.</p>
<p>Perubahan kecil itu menyebabkan efek penting dan menyeluruh pada seluruh proses mengingat. Ini mungkin karena sangat penting bagi kita untuk mengingat pengalaman emosional sehingga evolusi telah membentuk banyak aspek mengingat menjadi peka terhadap hal yang emosional - seperti ancaman predator atau kesempatan untuk makan.</p>
<p>Karena kami menggambarkan efek emosi menggunakan persamaan matematika, pekerjaan kami memungkinkan para ilmuwan, suatu hari, untuk memprediksi pengalaman apa yang akan diingat seorang individu. Titik awalnya adalah mencoba dan memperkirakan gambar mana dari sekelompok orang yang akan diingat. Tujuan utamanya adalah untuk mencoba dan memahami ini pada tingkat individu. </p>
<p>Saat ini, ada cukup banyak ketidakpastian dalam asumsi yang kita buat tentang apa yang terjadi dalam pikiran setiap individu, terutama untuk seberapa kuat pengalaman yang berbeda terkait dan berapa banyak perhatian yang mereka berikan untuk pengalaman.</p>
<p>Tapi begitu kami mengumpulkan lebih banyak data, prediksi model kami dapat lebih akurat mereproduksi pola mengingat kembali individu. Tentu saja, kita bisa salah, yang akan memaksa kita untuk merevisi model kita. Bagaimanapun, sains berkembang dengan menghasilkan hipotesis dan kemudian mengujinya terhadap data empiris.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120745/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Deborah Talmi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Masing-masing pengalaman kita terkait dengan keadaan mental yang kita miliki saat itu, konteks mental.
Deborah Talmi, Senior Lecturer, University of Manchester
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/120085
2019-07-23T09:05:28Z
2019-07-23T09:05:28Z
Neurosains terorisme: Temuan dari riset perdana tentang pemindaian otak orang-orang radikal
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/283223/original/file-20190709-51258-bc3tg9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C1997%2C1997&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Hasil pemindaian otak dari tiga orang 'radikal'. </span> <span class="attribution"><span class="source">© Nafees Hamid dan Clara Pretus</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Pemuda yang duduk di ruang tunggu fasilitas <em>neuroimaging</em> (pemetaan otak) kami itu mengenakan celana jins dan sepatu olahraga. Ia tampak seperti orang Spanyol keturunan Maroko usia 20-an pada umumnya. Yassine* tidak bisa diam, mengobrol dengan asisten peneliti, dan tampak bersemangat. Dari luar, dia seperti pemuda Barcelona di Spanyol lainnya. Bedanya dia secara terbuka mau menggunakan kekerasan untuk tujuan jihad.</p>
<p>Saat dia kami minta menjalani serangkaian tes dan kuesioner, dia nyaris tidak bisa diam di kursinya. Ia berulangkali menyatakan kesediaannya pergi ke Suriah untuk bunuh diri. “Aku akan pergi besok, aku akan melakukannya besok,” katanya. Ketika kami tanya sejauh mana niatnya, ia menjawab, “Syaratnya, kita pergi bersama. Anda yang bayar tiketnya”, sambil mengedipkan mata dan tersenyum. Kalau sudah begitu, dia tidak seperti pejuang dan provokator ekstremis asing. Ia menikmati mengumpat kami seenaknya dan menunjukkan jari tengah ketika ia pergi. Tapi tetap saja, Yassine setuju untuk membiarkan kami memindai otaknya–untuk studi pemindaian otak pertama tentang radikalisasi.</p>
<p>Bayangkan diri Anda menjadi seorang pemuda Muslim, di jalanan di Barcelona, lalu Anda didekati oleh orang tidak dikenal yang menanyakan apakah mereka dapat mensurvei Anda. Survei ini berkaitan dengan nilai-nilai agama, politik dan budaya Anda. Kedengarannya biasa saja, tapi survei dilakukan ketika Negara Islam (IS) atau ISIS sedang jaya-jayanya di Suriah dan Irak; dan survei ini mencakup pertanyaan tentang apakah mereka setuju dengan pendirian negara Islam di seluruh dunia, pemberlakuan hukum syariah yang ketat, dan melibatkan diri dalam jihad bersenjata.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/277702/original/file-20190603-69075-rw2v59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/277702/original/file-20190603-69075-rw2v59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/277702/original/file-20190603-69075-rw2v59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/277702/original/file-20190603-69075-rw2v59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/277702/original/file-20190603-69075-rw2v59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/277702/original/file-20190603-69075-rw2v59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/277702/original/file-20190603-69075-rw2v59.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pasar di Barcelona yang sibuk.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/barcelona-spain-august-2018-market-hall-1165712356?src=Ufk93fM5hp0Mb5kzx_jBHQ-1-50">MikeDotta / Shutterstock.com</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Anda kemudian diberi tahu alasan untuk survei ini adalah untuk menemukan orang yang cocok untuk dipindai otaknya. </p>
<p>Nyatanya, beberapa orang yang kami temukan itu adalah beberapa orang-orang yang dianggap paling radikal; sebuah kenyataan yang hanya terungkap dalam tanya-jawab setelah eksperimen dilakukan. Yang mengejutkan kami, proses pemindaian otak ini ternyata menggelitik minat mereka.</p>
<p>Tanggapan para peserta beragam, mulai dari merasa resah: “Anda pikir ada sesuatu yang salah dengan otak saya?”, hingga merasa bangga: “Pasti ada sesuatu yang berbeda tentang otak saya.” Bahkan mereka yang paling keras mendukung jihad menjadi penasaran dan mulai mengajukan pertanyaan tentang bagaimana otak bekerja, apa yang kami temukan dalam penelitian lain, dan apa implikasinya pada penelitian ini. </p>
<p>Beberapa bahkan berencana meminta saran medis kepada kami (kami harus menjelaskan bahwa kami bukan dokter). Setelah puas bertanya tentang manfaat ilmiah dari penelitian kami, sebagian besar setuju untuk berpartisipasi.</p>
<p>Seperti yang dikatakan Ahmed*, seorang imigran Pakistan berusia 31 tahun dan pendukung setia Al Qaeda, kepada kami: “Orang-orang seperti kami, otak kami sangat berbeda. Anda tidak dapat membandingkan kami dengan orang lain. Tapi silakan dan coba saja. Yang Anda lakukan sangat menarik. ”</p>
<p>Namun dia memiliki satu syarat yang sangat penting untuk dipenuhi sebelum menyetujui untuk terlibat. Dia mendekat, seolah-olah takut didengar orang, dan berbisik, “Boleh saya minta gambar otak saya? Untuk bukti ke ibu saya, saya benar-benar punya otak.” Humor dari para peserta kami ini tak ada habisnya.</p>
<p>Kami melakukan dua studi terkait otak di Barcelona antara tahun 2014 dan 2017. Spanyol adalah salah satu negara Eropa yang <a href="https://www.europol.europa.eu/activities-services/main-reports/european-union-terrorism-situation-and-trend-report-2018-tesat-2018">sering</a> menjadi sasaran serangan teror, baik yang gagal maupun berhasil. Daerah Barcelona dan sekitarnya menjadi <a href="http://www.realinstitutoelcano.org/publicaciones/libros/Informe-Estado-Islamico-%20Espana.pdf">pusat</a> rekrutmen orang-orang radikal. Faktanya, <a href="https://www.nybooks.com/daily/2017/09/19/terrorism-the-lessons-of-barcelona/">selama penelitian lapangan kami</a>, terjadi serangan terkait ISIS di Barcelona dan Cambrils pada Agustus 2017 yang menewaskan 16 dan melukai 152 warga sipil.</p>
<p>Mengingat tujuan kami adalah mempelajari kemauan seseorang untuk terlibat dalam kekerasan demi nilai-nilai budaya dan agama, kami membutuhkan sampel orang-orang dengan latar belakang budaya dan bahasa yang sama. Jadi, kami merekrut laki-laki Muslim Sunni yang berasal dari Maroko dan Pakistan (dua kelompok Muslim Sunni terbesar di provinsi Barcelona) untuk berpartisipasi dalam penelitian kami.</p>
<p>Terlepas dari <a href="https://www.nybooks.com/daily/2017/08/23/what-makes-a-terrorist/">penelitian</a> yang telah dilakukan bertahun-tahun, publik masih dipengaruhi pemikiran yang terlalu sederhana tentang ekstremisme dengan kekerasan. </p>
<p>Di satu sisi, ada pemikiran yang ingin mereduksi radikalisasi menjadi “penyakit” individu. Dalam pandangan ini, orang yang menjadi teroris dianggap memiliki penyakit mental, memiliki IQ (kecerdasan intelektual) rendah, atau gangguan kepribadian. </p>
<p>Di sisi lainnya, ada yang mengabaikan individu sama sekali dan menjelaskan bahwa teroris dihasilkan oleh faktor lingkungan - misalnya kemiskinan, marginalisasi, atau “pencucian otak” oleh propaganda <em>online</em>.</p>
<p>Jadi penyebab radikalisasi cenderung dilihat karena karakteristik individu atau murni faktor sosial. Dan tentu saja, tak satu pun dari penggambaran ini benar. Kami justru mencoba untuk memahami interaksi antara faktor-faktor ini.</p>
<h2>Nilai sakral</h2>
<p>Kami adalah bagian dari tim peneliti internasional, <a href="https://artisinternational.org/">Artis International</a>, yang telah mempelajari suatu hal yang disebut “nilai-nilai sakral” dan perannya dalam konflik kekerasan di seluruh dunia. Nilai sakral adalah nilai moral yang tidak dapat ditawar dan tidak dapat diganggu gugat. Anda tidak akan menukarnya dengan materi. Terlepas dari label “sakral”, nilai-nilai ini tidak harus bersifat religius.</p>
<p>Misalnya, sebagian besar pembaca bisa jadi meyakini kebebasan individu adalah hak dasar seseorang. Kalau di seluruh dunia ada jaminan bahwa semua orang dijamin akan makmur secara ekonomi dan individu, namun dengan syarat ada sebagian kecil orang yang harus diperbudak, apa Anda akan setuju? Kalau tidak, berarti anti-perbudakan adalah nilai sakral bagi Anda.</p>
<p>Kami telah mempelajari nilai-nilai sakral dalam berbagai konflik, dari negara-bangsa seperti <a href="https://www.pnas.org/content/104/18/7357">Israel dan Palestina</a>, <a href="http://csjarchive.cogsci.rpi.edu/Proceedings/2009/papers/677/paper677.pdf">India dan Pakistan</a>, dan <a href="https://jeannicod.cnrs.fr/ijn_00505191/file/jdm91203.pdf">Iran dan Amerika Serikat</a> hingga kelompok-kelompok sub-negara, seperti <a href="https://www.researchgate.net/profile/Scott_Atran/publication/319470470_The_devoted_actor%27s_will_to_fight_and_the_spiritual_dimension_of_human_conflict/links/59c4d2eaa6fdccc719148e30/The-devoted-actors-will-to-fight-and-the-spiritual-dimension-of-human-conflict.pdf">Milisi Kurdi</a> dan <a href="https://aeon.co/essays/why-isis-has-the-potential-to-be-a-world-altering-revolution">ISIS/Al-Qaeda</a>. </p>
<p>Kami juga meneliti konflik tanpa kekerasan seperti gerakan <a href="https://www.theatlantic.com/international/archive/2017/10/catalan-referendum-spain-independence/541656/">separatis Catalonia di Spanyol</a>. Nilai-nilai sakral yang mendorong konflik-konflik ini adalah nilai-nilai yang dianggap (atau memang sebenarnya) dipertentangkan.</p>
<p>Mulai dari hak Israel untuk eksis, kedaulatan Palestina, atau masa depan Kashmir, hingga kebangkitan kekhalifahan, ketika orang-orang merasa nilai-nilai sakral mereka terancam, mereka akan memperjuangkannya. Ini bisa terjadi baik untuk nilai-nilai yang telah lama dipegang atau nilai-nilai baru yang diadopsi sebagai bagian dari proses radikalisasi mereka. Ancaman-ancaman ini bahkan bisa abstrak: pemusnahan budaya, misalnya. Seorang imam di Barcelona yang terlibat dalam serangan teroris yang gagal pada 2008 berkata pada kami:</p>
<blockquote>
<p>Terserah Anda mau bilang apa Al-Qaeda, Taliban, atau lainnya. Jika budaya kami nanti terbukti bertahan dari modernitas, itu berkat kelompok-kelompok ini.</p>
</blockquote>
<p>Dalam kasus radikalisasi, penerimaan nilai-nilai ekstremis cukup memprihatinkan. Dan saat semakin banyak dari nilai-nilai ini menjadi sakral, kecenderungan terhadap kekerasan meningkat dan peluang deradikalisasi menjadi berkurang.</p>
<h2>Pengasingan sosial</h2>
<p>Dalam proses pemindaian otak, kami menggunakan alat yang disebut pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) yang merekam dan mengidentifikasi area otak mana yang aktif selama kegiatan tertentu. <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fpsyg.2018.02462/full">Penelitian fMRI pertama kami</a> mengeksplorasi apa yang bisa membuat nilai-nilai non-sakral berubah jadi sakral.</p>
<p>Setelah melakukan 535 survei terhadap pemuda-pemuda asal Maroko di Barcelona, kami merekrut 38 peserta yang secara terbuka mengatakan mereka mau terlibat dalam aksi kekerasan untuk tujuan jihad. </p>
<p>Para pemuda ini diminta untuk memainkan “Cyberball”, sebuah permainan video tempat mereka dan tiga pemain Spanyol laki-laki muda lainnya akan memberikan bola virtual satu sama lain. Sampai sesi akhir, mereka tidak diberi tahu bahwa para pemain Spanyol lain itu murni virtual, bukan dimainkan oleh orang sungguhan.</p>
<p>Setengah dari peserta ini kemudian “dikucilkan secara sosial” saat para pemain Spanyol berhenti memberikan umpan kepada pemain Maroko dan hanya bermain di antara mereka sendiri. Setengah lainnya terus mendapatkan bola. Kemudian, baik peserta yang dikucilkan dan yang tidak, kami pindai otaknya, agar kami dapat mengukur kesediaan mereka untuk berjuang sampai mati untuk nilai-nilai sakral mereka (misalnya, melarang kartun nabi, melarang pernikahan gay) dan nilai-nilai penting tetapi tidak sakral bagi mereka (perempuan yang mengenakan niqab, ajaran Islam di sekolah) yang dipastikan sebelumnya dalam survei.</p>
<p>Tidak mengejutkan, peserta menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk memperjuangkan dan bahkan mati demi nilai-nilai sakral dibandingkan non-sakral. Secara neurologis, nilai sakral mengaktifkan <em>girus frontal inferior</em> (GFI) kiri atau area tempat pemrosesan aturan dan berkorelasi dengan nilai sakral seperti telah ditemukan pada penelitian <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rstb.2011.0262">mahasiswa di Amerika Serikat</a>. </p>
<p>Namun mereka yang diasingkan dalam permainan meningkatkan kesediaan mereka untuk berjuang sampai mati untuk nilai-nilai non-sakral mereka, dan GFI kiri menjadi diaktifkan bahkan selama pemrosesan nilai non-sakral.</p>
<iframe title="Left IFG activity" aria-label="Grouped Column Chart" src="https://datawrapper.dwcdn.net/wdEx8/1/" scrolling="no" frameborder="0" style="border: none;" width="100%" height="400"></iframe>
<p>Dengan kata lain, pengucilan sosial membuat nilai-nilai non-sakral menjadi seperti nilai-nilai sakral. Perubahan mengkhawatirkan ini menunjukkan bahwa pengucilan sosial berkontribusi dalam menjadikan sikap seseorang kurang luwes dan meningkatkan kecenderungan terhadap kekerasan. Ketika nilai-nilai non-sakral menjadi nilai-nilai sakral yang dipegang penuh, prospeknya suram: tidak ada penelitian yang dapat menunjukkan bagaimana cara menghilangkan kesakralan nilai tersebut.</p>
<h2>Sangat radikal</h2>
<p>Bahkan jika kita tidak bisa menghilangkan nilai-nilai sakral, mungkin kita masih bisa menarik orang yang sangat radikal terhindar dari kekerasan. Itu yang kami coba telusuri dalam <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/10.1098/rsos.181585">studi pemindaian otak kedua</a>. Setelah mensurvei 146 laki-laki Pakistan dari komunitas kecil dan erat di Barcelona, kami merekrut 30 peserta yang secara eksplisit mendukung rekanan Al-Qaeda, <a href="https://www.counterextremism.com/threat/lashkar-e-taiba">Lashkar-e-Taiba</a>. Mereka mendukung kekerasan terhadap Barat, mendukung jihad terhadap Barat, dan menyatakan mereka akan bersedia melakukan kekerasan atas nama jihad bersenjata. Peserta ini lebih teradikalisasi daripada peserta penelitian kami sebelumnya.</p>
<p>Pada bagian pertama penelitian, gambar otak mereka dipindai ketika mereka sedang mengisi tingkat kesediaan mereka untuk berjuang dan mati untuk nilai-nilai sakral dan non-sakral mereka. Partisipan yang kedua menunjukkan pola aktivitas saraf yang berbeda dari orang Maroko dalam penelitian pertama kami yang menunjukkan pola yang sama dengan mahasiswa Amerika Serikat.</p>
<p>Ketika orang-orang Pakistan yang sangat teradikalisasi ini mengungkapkan nilai-nilai sakral mereka, ada sebuah jaringan yang mencakup korteks prefrontal dorsolateral (DLPFC)–bagian otak yang berhubungan dengan pertimbangan untung rugi–menjadi tidak aktif. Ketika mereka menyatakan keinginan yang tinggi untuk berjuang sampai mati untuk nilai-nilai mereka, kami menemukan bagian dari otak yang terkait dengan penilaian subjektif (korteks prefrontal ventromedial (vmPFC)) menjadi aktif. Dalam kehidupan sehari-hari, DLPFC dan vmPFC bekerja bersamaan ketika membuat keputusan.</p>
<iframe title="Willingness to fight and die" aria-label="Grouped Column Chart" src="https://datawrapper.dwcdn.net/2lTJ4/1/" scrolling="no" frameborder="0" style="border: none;" width="100%" height="433"></iframe>
<p>Sebuah <a href="https://academic.oup.com/scan/advance-article/doi/10.1093/scan/nsz034/5486105">analisis lanjutan</a> menemukan bahwa kedua wilayah otak ini sangat terhubung ketika partisipan memiliki kemauan untuk berjuang sampai mati–dalam arti, nilai subjektif diatur oleh mekanisme kontrol keputusan. Akan tetapi ketika mereka menyatakan keinginan yang tinggi untuk berjuang sampai mati, kami menemukan bahwa kedua wilayah ini berkurang keterhubungannya. Ini menunjukkan bahwa, ketika seseorang siap untuk membunuh dan dibunuh untuk membela suatu ide, mereka tidak lagi menggunakan mekanisme kontrol keputusan yang biasanya terlibat dalam penalaran yang hati-hati.</p>
<p>Mereka pada dasarnya menonaktifkan bagian otak mereka ini. Namun, kesediaan mereka untuk berjuang sampai mati semakin rendah saat bagian yang berkaitan dengan penalaran yang hati-hati dan subjektif mereka terhubung kembali. Jadi mekanisme apa yang membawa orang untuk menurunkan kesediaan mereka untuk berjuang sampai demi suatu alasan?</p>
<h2>Pengaruh teman sebaya</h2>
<p>Di bagian kedua penelitian kami, dalam proses pemindaian, para peserta kembali ditunjukkan tiap-tiap nilai dengan skor penilaian mereka sendiri tetapi kali ini mereka dapat menekan sebuah tombol untuk melihat kesediaan rata-rata untuk berjuang dan mati di peringkat rekan-rekan mereka. Apa yang tidak mereka katakan adalah bahwa peringkat rata-rata ini adalah sebuah rekaan dan merupakan manipulasi eksperimental dengan pembagian acak secara merata antara peringkat yang lebih rendah, sama, atau lebih tinggi.</p>
<p>Ketika mereka keluar dari mesin pemindai, mereka sekali lagi menilai kesediaan mereka untuk berjuang sampai mati untuk setiap nilai. Dalam wawancara dan survei pasca-pemindaian, para peserta menyatakan bahwa mereka terkejut dan bahkan marah ketika rekan-rekan mereka tidak mau menggunakan kekerasan seperti mereka.</p>
<p>Meskipun demikian, kami menemukan bahwa orang-orang menurunkan kesediaan mereka untuk berjuang sampai mati demi nilai-nilai sakral dan non-sakral ketika melihat respons rekan-rekan mereka. Perubahan ini berkorelasi dengan peningkatan aktivasi DLPFC di otak. Jalur penalaran hati-hati mereka dibuka kembali.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/276984/original/file-20190529-192451-y0fn4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/276984/original/file-20190529-192451-y0fn4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/276984/original/file-20190529-192451-y0fn4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/276984/original/file-20190529-192451-y0fn4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=600&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/276984/original/file-20190529-192451-y0fn4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/276984/original/file-20190529-192451-y0fn4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/276984/original/file-20190529-192451-y0fn4t.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=754&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pemindaian otak dari tiga ‘radikal’ yang mengambil bagian dalam studi di Barcelona.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Brain scans from three 'radicals'. © Nafees Hamid and Clara Pretus</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Radikal ‘normal’</h2>
<p>Jadi, bagaimana penjelasan ini disandingkan dengan dua pemikiran sederhana di atas?</p>
<p>Mari kita ambil anggapan bahwa semuanya bermuara pada karakteristik individu. Ketika kami memberi semua peserta serangkaian tes untuk mengukur IQ mereka, menilai ada tidaknya gangguan mental, dan mengukur kepribadian mereka. Mereka semua “normal”.</p>
<p>Kami juga menemukan pemikiran bahwa radikalisasi hanya berasal dari kondisi sosial atau lingkungan itu cacat. Penelitian kami tidak menemukan hubungan antara faktor-faktor ekonomi seperti kemiskinan dan dukungan untuk ide-ide atau kelompok-kelompok ekstremis. Gambaran yang mulai muncul dari penelitian kami adalah gambaran yang lebih rumit–dan ini memiliki beragam implikasi pada kebijakan.</p>
<p>Studi pertama kami menunjukkan bahwa pengucilan sosial dapat berkontribusi pada pembentukan nilai-nilai keras yang mendorong kemauan mereka untuk terlibat dalam kekerasan. Ini konsisten dengan penelitian lain tentang pengucilan sosial seperti <a href="https://behavioralpolicy.org/wp-content/uploads/2017/05/BSP_vol1is2_-Lyons-Padilla.pdf">temuan survei</a>, yang menunjukkan bahwa ketika Muslim Amerika terpinggirkan mendapat diskriminasi, mereka meningkatkan dukungan mereka untuk kelompok-kelompok radikal.</p>
<p>Tetapi pengucilan sosial tidak hanya berarti adanya pengalaman diskriminasi. Pengucilan sosial adalah fenomena yang jauh lebih luas dan lebih kompleks–perasaan seseorang bahwa mereka tidak menjadi bagian dalam masyarakat mereka sendiri.</p>
<p>Kelompok teroris merekrut anggota baru di seluruh dunia dengan memanfaatkan perasaan ini. Penelitian sebelumnya di <a href="https://www.international-alert.org/sites/default/files/Syria_YouthRecruitmentExtremistGroups_EN_2016.pdf">Suriah</a>, <a href="https://issafrica.s3.amazonaws.com/site/uploads/Paper266.pdf">Somalia,</a>, dan <a href="https://www.peacemakersnetwork.org/wp-content/uploads/2016/07/Understanding-Boko-Haram-in-Nigeria-%CC%B6-Reality-and-persepsi-%20WEB.pdf">Nigeria</a> telah menunjukkan bahwa perasaan dikucilkan dari kelompok agama, etnis, atau politik mendorong individu dan suku untuk bergabung dengan organisasi teroris.</p>
<p>Perasaan tidak didengar tidak mengarah pada radikalisasi dengan sendirinya, tetapi perasaan itu menciptakan celah sosial yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok ekstremis lokal dengan mengklaim mereka berjuang atas nama mereka, kelompok-kelompok yang kehilangan haknya.</p>
<p>Perasaan dikucilkan oleh orang-orang Arab Sunni di Irak pasca-invasi adalah <a href="https://carnegie-mec.org/publications/55372">faktor penting</a> bagi kemenangan ISIS. <a href="https://ctc.usma.edu/islamic-states-lingering-legacy-among-young-men-mosul-area/">Penelitian</a> kami terhadap Mosul pasca-ISIS dan riset pendahuluan pada Raqqa pasca-ISIS menunjukkan bahwa orang-orang yang paling rentan terhadap perekrutan ISIS adalah mereka yang dikucilkan secara sosial. Ini bisa dijadikan modal untuk mendirikan kelompok serupa.</p>
<p>Negara-negara Barat memiliki komunitas terpinggirkan yang menjadi target rekrutmen kelompok jihadis dan ekstrem kanan. Di negara-negara inilah perasaan kehilangan hak terasa sangat kuat karena narasi masyarakat ini seakan didasarkan pada akses yang tidak bias terhadap mobilitas sosial dan kesetaraan.</p>
<p>Namun pada kenyataannya, pengalaman hidup dari komunitas yang terpinggirkan di Barat membuat mereka melihat klaim ini sebagai hal yang munafik. Kelompok-kelompok ekstremis memperburuk perasaan ini dengan narasi lain yang mempolarisasi mereka dari seluruh masyarakat sambil “memberdayakan” mereka dengan mengajaknya bergabung dengan revolusi melawan orang-orang yang meminggirkan mereka. Seperti yang dinyatakan oleh seorang anggota ISIS dalam penelitian kami yang sedang berlangsung:</p>
<blockquote>
<p>Saya punya pilihan untuk “menjual barang dagangan” untuk sistem yang korup atau menjadi bagian dari revolusi menentangnya.</p>
</blockquote>
<p>Semua ini menyiratkan bahwa kebijakan luar negeri dan dalam negeri yang memfasilitasi inklusi sosial dapat berguna, salah satunya untuk membongkar isu yang paling dapat dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis.</p>
<h2>Pesan kontra</h2>
<p>Penelitian kami juga menunjukkan potensi masalah dalam kebijakan anti-terorisme. Salah satu alat yang digunakan banyak pemerintah adalah kampanye pesan alternatif dan pesan kontra, seperti kampanye <a href="http://www.stop-djihadisme.gouv.fr/">Stop-Djihadisme</a> di Prancis. Kampanye semacam itu dibuat oleh organisasi masyarakat sipil yang didanai secara diam-diam oleh pemerintah. </p>
<p>Bentuknya sebagian besar merupakan pesan <em>online</em> yang mencoba untuk menumbangkan daya tarik kelompok-kelompok ekstremis dengan, dalam beberapa kasus, mendorong refleksi diri.</p>
<p>Penelitian kami menunjukkan bahwa jika area otak yang terkait dengan penalaran hati-hati tidak aktif untuk nilai-nilai sakral, maka pesan yang ditujukan untuk masalah ini mungkin tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu, nilai-nilai sakral bersifat unik bagi individu. Ini menjadi tantangan bagi solusi alternatif yang disampaikan secara <em>online</em> dan didistribusikan secara massal dan menggunakan solusi menggunakan pesan kontra.</p>
<p>Radikalisasi yang berhasil, bahkan secara <em>online</em>, biasanya melibatkan interaksi orang-per-orang. Investigasi terbaru terhadap pejuang asing Barat yang pergi ke Suriah <a href="https://www.sciencenews.org/article/new-studies-explore-why-ordinary-people-turn-terrorist?">menemukan</a> bahwa 90% dari mereka direkrut menggunakan interaksi sosial tatap muka atau <em>online</em>. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa pesan <em>online</em> tanpa kontak fisik memainkan peran yang penting. Radikalisasi adalah proses sosial yang mendalam yang menjanjikan seseorang untuk memiliki rasa saling memiliki dan peran yang bermakna untuk perubahan sosial.</p>
<p>Namun, dorongan untuk menjadi agen perubahan sosial tidak perlu ditiadakan. Justru, seharusnya disalurkan kembali untuk tujuan positif. Jadi, alih-alih menggunakan pesan kontra yang sederhana, kebijakan harus diarahkan untuk <a href="https://icct.nl/publication/dont-just-counter-message-counter-engage/">melawan-keterlibatan</a> dengan mendorong kegiatan yang mengembangkan rasa saling memiliki dan bertujuan hidup.</p>
<p>Inilah yang kami temukan dalam <a href="https://www.youtube.com/watch?v=O-GmXLvLGlY">penelitian di Belgia</a> yang sedang berlangsung tentang alasan beberapa jaringan pemuda tetap menolak ajakan bergabung ke dalam ISIS. </p>
<p>Salah satu perbedaan utama mereka adalah bagaimana teman sebaya yang tidak teradikalisasi terlibat dalam komunitas mereka. Mereka terlibat dalam kegiatan yang bermanfaat secara sosial, seperti pendampingan kaum muda, membantu para tunawisma, membantu para pengungsi, atau melakukan aktivisme sosial seperti advokasi politik untuk komunitas mereka sendiri atau komunitas lainnya. Meskipun beberapa masih frustrasi, mereka tetap merasa memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan sosial. Semakin besar perasaan ini, semakin rendah daya tarik gerakan anti-kekuasaan yang melibatkan kekerasan.</p>
<h2>Merasa terlibat</h2>
<p>Eksperimen kami menunjukkan bahwa menciptakan masyarakat inklusif yang memberi kesempatan semua warga di dalamnya memiliki tujuan hidup dan rasa saling memiliki harus menjadi prioritas dalam perang melawan kekerasan politik. Radikalisasi adalah fenomena sosial yang harus diperangi secara sosial dengan bantuan pemerintahan secara inklusif, teman dan keluarga, dan media.</p>
<p>Kebijakan yang bertujuan untuk melepaskan para ekstremis dari jalur kekerasan mungkin, misalnya, akan bermanfaat dengan adanya bantuan dari teman-teman mereka yang tidak teradikalisasi. Selain itu, komunikasi strategis apa pun yang dapat meningkatkan persepsi di kalangan pemuda bahwa “teman-teman mereka menolak kekerasan politik” bisa membantu mencegah pecahnya ekstremisme pada masa depan.</p>
<p>Contohnya, Fahad, seorang pemuda karismatik yang kami temui selama kerja lapangan kami. Setiap minggunya, ia memiliki tujuan hidup yang baru: menjadi atlet, ilmuwan, seniman, bahkan politikus. Pada setiap kesempatan, orang tuanya yang konservatif menolak ambisinya. Dia mulai menutup diri, mengurangi waktu dengan teman-teman, dan lebih banyak berkeliaran di jalan-jalan Barcelona sendirian.</p>
<p>Suatu hari dia bertemu dengan seorang kenalan yang sudah diradikalisasi. Dalam beberapa minggu, sikap Fahad berubah. Tak lama setelah itu, dia menghilang. Akun media sosial dan bentuk komunikasi lain miliknya ditutup.</p>
<p>Beruntungnya, skenario terburuk ternyata tidak terjadi. Orang tuanya menjadi sadar akan perubahan dirinya yang baru dan memberinya solusi alternatif: jika ia bekerja paruh waktu dalam bisnis keluarganya maka ia boleh menghabiskan sisa waktunya mengejar ambisi karirnya. Ketika kesempatan tersebut diberikan, hal ini menghilangkan ketertarikan seseorang terhadap ideologi ekstremis. Ketika kami berkomunikasi lagi dengannya, Fahad memberi tahu kami betapa baik hidupnya dan bagaimana akhirnya dia merasa bahwa dia “benar-benar punya tempat di sini”.</p>
<p>Proses radikalisasi adalah suatu sistem kompleks yang tidak dapat hanya direduksi sebagai sesuatu yang hanya ada pada otak, perilaku, dan lingkungan. Ia berada pada irisan ketiganya. Penjelasan sederhana yang menyebut mereka sebagai “orang gila”, menyalahkan satu agama atau etnis, atau menyalahkan komunitas lokal justru mengaburkan solusi praktis dan justru mendorong proses rekrutmen oleh kelompok-kelompok teroris. </p>
<p>Sasaran kebijakan dalam melawan ekstremisme yang melibatkan kekerasan seharusnya adalah tercapainya masyarakat inklusif yang memiliki makna kegunaan dalam hidup.</p>
<hr>
<p><em>*Semua nama telah diubah untuk melindungi identitas partisipan. Penelitian kami tunduk di bawah tinjauan etis akademis yang sangat ketat yang mengatur protokol agar melindungi peneliti, partisipan, dan masyarakat umum seperti yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat. Suatu hal yang meyakinkan orang-orang yang teradikalisasi untuk mau berbicara dengan kami adalah jaminan anonimitas mereka. Namun, jika kami merasa publik berada dalam bahaya, kami akan mengikuti protokol yang sesuai untuk memastikan keamanan.</em></p>
<p><em>Las Asimi Lumban Gaol menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/120085/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nafees Hamid menerima dana dari Minerva Research Initiative and the Frederick Bonnart-Braunthal Trust. Ia adalah anggota dari Artis International.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Clara Pretus menerima dana dari Minerva Research Initiative and the BIAL Foundation. Ia terafiliasi dengan Artis International.</span></em></p>
Proses radikalisasi adalah suatu sistem kompleks yang tidak dapat hanya direduksi sebagai sesuatu yang hanya ada pada otak, perilaku, dan lingkungan. Ia berada pada irisan ketiganya.
Nafees Hamid, PhD Candidate, Department of Security and Crime Science, UCL
Clara Pretus, Postdoctoral Fellow in Psychiatry and Legal Medicine, Universitat Autònoma de Barcelona
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/112468
2019-02-28T06:07:53Z
2019-02-28T06:07:53Z
Inilah langkah-langkah untuk mengurangi risiko demensia
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/261120/original/file-20190226-150702-1ha2fdi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=1%2C0%2C997%2C666&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Sekitar 50 juta orang di dunia mengidap demensia saat ini.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/elderly-woman-hands-holding-missing-white-1136971007?src=TwKud6y-qmhlvGltQQHYpA-1-0">Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Banyak orang tidak ingin berpikir tentang demensia, terutama jika kehidupan mereka belum pernah bersinggungan dengannya. Namun, kenyataannya <a href="https://www.alz.co.uk/research/statistics">9,9 juta orang di dunia didiagnosa mengidap demensia tiap tahunnya</a>. Itu berarti satu orang tiap 3,2 detik.</p>
<p>Angka ini terus bertambah: sekitar 50 juta orang hidup dengan demensia hari ini, dan angka ini akan terus naik hingga lebih dari 130 juta di seluruh dunia pada tahun 2030.</p>
<p>Anda tidak perlu menunggu hingga Anda berumur 65 untuk bertindak. Sebelum adanya penanganan medis, kita harus memikirkan cara bagaimana melindungi kesehatan otak kita lebih awal. Januari adalah <a href="https://www.canada.ca/en/public-health/news/2019/01/alzheimers-awareness-month--january-2019.html">Bulan Sadar Alzheimer di Kanada</a>–kapan lagi waktu yang lebih baik mempelajari risiko demensia jika bukan sekarang, berapa pun usia Anda sekarang?</p>
<p>Dalam pekerjaan saya di lembaga penelitian Baycrest’s Rotman, saya mencatat faktor kognitif, kesehatan, dan gaya hidup dalam proses penuaan. Saya mencari tahu bagaimana kita bisa menjaga kesehatan otak kita, sekaligus mengurangi risiko demensia ketika kita menua. Saya sedang merekrut orang untuk <a href="https://www.baycrest.org/Baycrest-Pages/News-Media/News/Research/Reducing-the-risk-of-dementia-through-lifestyle-ch">dua percobaan klinis yang mempelajari keuntungan dari berbagai bentuk latihan kognitif dan perubahan gaya hidup untuk mencegah demensia</a>.</p>
<p>Ada tiga faktor risiko demensia yang tidak bisa kita hindari: umur, kelamin, dan genetik. Namun, semakin banyak penelitian membuktikan kehidupan masa kecil, masa muda, dan masa tua dapat berkontribusi terhadap risiko demensia yang bisa kita hindari—baik itu demi diri kita sendiri atau kesehatan otak anak-anak kita nanti.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/enam-hal-yang-bisa-kita-lakukan-untuk-mengurangi-risiko-demensia-94632">Enam hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko demensia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebelum beranjak lebih jauh, kita perlu menjelaskan terlebih dahulu miskonsepsi umum antara penyakit Alzheimer dan demensia. Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan menurunnya kapasitas otak untuk mengingat, memperhatikan, berbahasa, dan memecahkan masalah yang berlangsung cukup parah hingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari orang. Demensia bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, tapi penyebab paling umumnya adalah penyakit Alzheimer.</p>
<h2>Faktor risiko pada masa muda</h2>
<p>Anak-anak yang lahir dengan berat badan rendah untuk usia mereka diperkirakan <a href="https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1002609">dua kali lebih mungkin untuk mengalami gangguan kognitif pada masa tua</a>.</p>
<p>Banyak penelitian juga menemukan hubungan antara status sosial ekonomi atau tingkat pendidikan pada masa kecil dengan risiko demensia. Contohnya, <a href="https://doi.org/10.1093/aje/kwx155">rendahnya status ekonomi sosial pada masa kecil berhubungan dengan kehilangan ingatan pada masa tua</a>, dan sebuah analisis menemukan <a href="https://doi.org/10.1007/s12035-015-9211-5">berkurangnya 7% risiko demensia untuk setiap penambahan satu tahun masa pendidikan</a></p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/255050/original/file-20190122-100288-ojponz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/255050/original/file-20190122-100288-ojponz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/255050/original/file-20190122-100288-ojponz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/255050/original/file-20190122-100288-ojponz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/255050/original/file-20190122-100288-ojponz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/255050/original/file-20190122-100288-ojponz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/255050/original/file-20190122-100288-ojponz.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pola makan yang kaya akan biji-bijian, buah, sayur, kacang, minyak zaitun, dan ikan telah dihubungkan dengan rendahnya kemungkinan demensia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Unsplash/Ja ma)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Asupan gizi yang lebih buruk yang biasanya berhubungan dengan status sosial ekonomi pun dapat menghasilkan penyakit jantung dan gangguan metabolisme seperti darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes yang merupakan faktor risiko tambahan untuk demensia.</p>
<p>Pendidikan rendah pun mengurangi peluang seseorang untuk melakukan pekerjaan dan hobi yang mengasah otak untuk membangun jaringan otak yang lebih kaya dan kuat.</p>
<h2>Bekerja dan bermain sama kerasnya pada masa muda</h2>
<p>Ada bukti penting yang menunjukkan <a href="http://dx.doi.org/10.1136/oemed-2013-101760">orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan yang lebih kompleks secara sosial maupun kognitif memiliki fungsi otak yang lebih baik pada masa tua dan risiko demensia yang lebih kecil</a>. Selain itu, melakukan hobi yang mengasah otak pada masa muda, seperti membaca dan bermain <em>game</em>, <a href="https://dx.doi.org/10.1016%2Fj.jalz.2008.07.002">juga dapat mengurangi risiko demensia sebesar 26%</a>.</p>
<p>Kita semua tahu bahwa berolahraga baik untuk kesehatan fisik kita, tapi ternyata berolahraga baik dengan intensitas sedang maupun kuat <a href="https://dx.doi.org/10.3233/JAD-180768">pada masa muda juga mengurangi risiko demensia</a>.</p>
<p>Aktivitas aerobik tidak hanya membantu kita menjaga berat badan dan tekanan darah yang sehat, tapi juga <a href="https://doi.org/10.1016/bs.pmbts.2015.07.004">membantu membentuk sel saraf baru</a>, terutama di daerah <em>hippocampus</em>, area otak tempat terbentuknya ingatan-ingatan baru.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/255046/original/file-20190122-100264-1si0bb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/255046/original/file-20190122-100264-1si0bb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/255046/original/file-20190122-100264-1si0bb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/255046/original/file-20190122-100264-1si0bb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/255046/original/file-20190122-100264-1si0bb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/255046/original/file-20190122-100264-1si0bb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/255046/original/file-20190122-100264-1si0bb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="source">(Unsplash/Bruce Mars)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Tetap sosial dan makan enak pada masa tua</h2>
<p>Walau pengaruh status sosial ekonomi dan jenis aktivitas yang mengasah otak maupun fisik menjadi penting untuk mengurangi risiko demensia pada masa tua, kesendirian dan kurangnya dorongan sosial muncul sebagai faktor risiko demensia di usia tua.</p>
<p>Orang tua yang secara genetik memiliki kecenderungan mengidap penyakit Alzheimer <a href="https://dx.doi.org/10.1093/geront/gnw154">memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami penurunan kemampuan otak jika mereka hidup bersama orang lain</a>, juga ketika mereka merasa tidak sendirian dan merasa memiliki dorongan sosial.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/teruslah-belajar-dan-anda-mungkin-lebih-lambat-terkena-demensia-109884">Teruslah belajar dan Anda mungkin lebih lambat terkena demensia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Anda pernah mendengar bahwa Anda adalah apa yang Anda makan, bukan? Hal itu ternyata ada benarnya, apa yang kita makan juga penting untuk mengurangi faktor risiko demensia. Memakan biji-bijian, buah, sayur, kacang, minyak zaitun, dan ikan, dengan konsumsi daging rendah—pola makan ala Mediterania—<a href="https://dx.doi.org/10.3945%2Fan.116.012138">berhubungan dengan rendahnya kemungkinan mengidap demensia </a>.</p>
<p>Bersama dengan kolega saya di Baycrest, kami telah menyusun <a href="http://www.cabhi.com/news/food-guide/">Panduan Makanan Sehat bagi Otak</a> berdasarkan bukti yang ada.</p>
<h2>Bagaimana dengan Ronald Reagan?</h2>
<p>Setiap saya menyajikan informasi seperti ini, orang pasti akan bilang: “Tapi ibu saya melakukan ini semua dan dia tetap mengidap demensia” atau “Bagaimana dengan <a href="https://www.nytimes.com/2015/03/31/health/parsing-ronald-reagans-words-for-early-signs-of-alzheimers.html">Ronald Reagan (Presiden Amerika Serikat periode 1981-198)</a>?”</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/255043/original/file-20190122-100267-e0qfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/255043/original/file-20190122-100267-e0qfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/255043/original/file-20190122-100267-e0qfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/255043/original/file-20190122-100267-e0qfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/255043/original/file-20190122-100267-e0qfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/255043/original/file-20190122-100267-e0qfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/255043/original/file-20190122-100267-e0qfg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Bermain <em>games</em> terbukti mengurangi penurunan kemampuan otak.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Unsplash/Vlad Sargu)</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ayah saya adalah seorang sarjana, direktur kreatif global di perusahaan periklanan besar, memiliki jaringan pertemanan yang banyak sepanjang hidupnya dan menikmati 60 tahun pernikahan. Dia meninggal karena penyakit Alzheimer. <a href="https://www.baycrest.org/Baycrest-Pages/News-Media/News/Baycrest-Health-Sciences/A-scientist%E2%80%99s-personal-journey-to-prevent-dementia">Pengalaman saya dengan ayah saya ini memotivasi penelitian saya ini.</a></p>
<p>Hidup dengan gaya hidup aktif dan sehat dianggap meningkatkan “<a href="https://doi.org/10.1016/j.jalz.2018.07.219">cadangan kognitif</a>” yang menghasilkan ketahanan otak yang lebih kuat hingga orang dapat menjaga fungsi otaknya pada masa tua, terlepas dari potensi akumulasi dari gejala Alzheimer.</p>
<p>Oleh karena itu, semua faktor yang disebutkan ini mungkin tidak menghentikan penyakit Alzheimer, tapi hal-hal tersebut dapat membantu orang hidup lebih lama dengan kesehatan otak yang baik. Menurut saya, itu saja sudah menjadi tujuan yang cukup untuk hidup dengan gaya hidup yang lebih sehat dan aktif.</p>
<p><em>Tulisan ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Reza Pahlevi.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/112468/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Nicole Anderson menerima dana hibah untuk penelitiannya dari NSERC dan CABHI.</span></em></p>
Melakukan aktivitas mengasah otak sejak dini terbukti mengurangi risiko demensia di kemudian hari.
Nicole Anderson, Associate Professor of Psychology and Psychiatry, University of Toronto
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/111618
2019-02-22T06:00:31Z
2019-02-22T06:00:31Z
Obsesi mengambil foto dapat pengaruhi ingatan kita soal masa lalu
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/258705/original/file-20190213-181599-54rwj4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C1000%2C667&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/group-traditional-puppet-performers-take-selfies-1287358006?src=ryXtNLEDCTG15H0sDlKrDA-1-80">shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Saya baru-baru ini mengunjungi Museum <a href="http://hermitage--www.hermitagemuseum.org/wps/portal/hermitage/?lng=sv">Hermitage</a> di Saint Petersburg, Rusia–salah satu museum seni terbaik di dunia. Saya menantikan saat untuk menikmati karya-karya indah di sana dengan tenang, tetapi pandangan saya terhalang oleh ponsel-ponsel pintar yang mengambil foto lukisan-lukisan tersebut. Dan ketika saya menemukan ruang yang kosong, saya menemukan ada orang yang mengambil swafoto untuk mengabadikan kunjungan mereka.</p>
<p>Bagi sebagian orang, mengambil ratusan, atau bahkan ribuan foto telah menjadi bagian penting dari liburan–mendokumentasikan setiap detail dan menaruhnya di media sosial. Tetapi bagaimana hal tersebut mempengaruhi ingatan kita yang sebenarnya tentang masa lalu–dan bagaimana kita memandang diri kita sendiri? Sebagai ahli memori, saya penasaran.</p>
<p>Sayangnya, sejauh ini penelitian psikologis tentang topik ini masih sedikit. Tapi kami tahu beberapa hal. Kita menggunakan ponsel pintar dan teknologi sebagai <a href="http://studie-life.de/en/life-reports/smart-payments;%20https://www.researchgate.net/profile/Tim_Fawns/publication/275331048_Blended_Memory_the_Changing_Balance_of_Technologically-mediated_Semantic_and_Episodic_Memory/links/56962c6d08ae820ff07594ee.pdf">alat penyimpan</a> memori. Ini bukan merupakan hal yang baru–manusia selalu menggunakan perangkat eksternal untuk membantu mereka dalam mengingat atau mempelajari sesuatu. </p>
<p>Menulis tentu saja merupakan salah satu contohnya. Catatan sejarah merupakan sebuah kombinasi ingatan eksternal kolektif. Kesaksian tentang migrasi, penyelesaian konflik, atau pertempuran membantu negara melacak garis keturunan, masa lalu, dan identitas. Dalam kehidupan seorang individu, buku harian memiliki fungsi yang serupa.</p>
<h2>Efek memori</h2>
<p>Saat ini kita cenderung memasukkan sedikit memori ke otak kita–kita mempercayakan sejumlah besar memori tersebut ke teknologi <em>cloud</em>. Bukan saja hampir tidak pernah terdengar kita membaca puisi di luar kepala, peristiwa paling pribadi pun umumnya direkam melalui ponsel kita. Daripada mengingat apa yang kita makan di pernikahan seseorang, kita memilih melihat folder foto di ponsel kita untuk melihat semua gambar yang kita ambil.</p>
<p>Hal ini memiliki konsekuensi yang serius. Memotret suatu peristiwa dan bukannya tenggelam di dalamnya telah terbukti menyebabkan <a href="https://theconversation.com/memory-loss-isnt-just-an-old-persons-problem-heres-how-young-people-can-stay-mentally-fit-102352">ingatan yang lebih buruk tentang sebuah peristiwa yang terjadi</a>. Hal ini karena aktivitas memotret ini akan mendistraksi proses mengingat yang kita lakukan. </p>
<p>Mengandalkan foto dalam mengingat sesuatu juga memiliki efek yang serupa. Memori perlu digunakan secara teratur agar dapat berfungsi dengan baik. Ada banyak studi yang mendokumentasikan pentingnya praktik pengambilan ingatan–<a href="http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.738.2035&rep=rep1&type=pdf">misalnya pada mahasiswa</a>. Memori adalah dan akan tetap menjadi unsur yang esensial dalam pembelajaran. Memang ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa memasukkan hampir semua pengetahuan dan ingatan ke <em>cloud</em> <a href="https://www.journals.uchicago.edu/doi/10.1086/691462">dapat menghambat kemampuan untuk mengingat</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252251/original/file-20190102-32127-tpgowp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252251/original/file-20190102-32127-tpgowp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252251/original/file-20190102-32127-tpgowp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252251/original/file-20190102-32127-tpgowp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252251/original/file-20190102-32127-tpgowp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252251/original/file-20190102-32127-tpgowp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252251/original/file-20190102-32127-tpgowp.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mana senyumnya?.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/sv/image-photo/girls-smartphone-use-modern-technology-lets-1255804981?src=u8Oz64bxSFwEIH_rcDamEQ-2-39">Just dance/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Namun, ada juga sisi terang dari kegiatan memotret untuk mengingat sesuatu. Sekalipun beberapa penelitian mengklaim bahwa tindakan tersebut membuat kita lebih bodoh, yang terjadi sebenarnya adalah kita mengalihkan keterampilan kita dari sekadar mengingat menjadi mampu mengingat dengan lebih efisien. Ini disebut kemampuan metakognisi, dan ini adalah keterampilan yang menyeluruh dan penting bagi siswa–misalnya ketika merencanakan apa dan bagaimana cara belajar. Ada juga bukti yang penting dan dapat diandalkan bahwa ingatan eksternal, termasuk juga swafoto, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23957379">dapat membantu individu dengan gangguan memori</a>.</p>
<p>Namun, walaupun foto dalam beberapa kasus dapat membantu orang untuk mengingat, kualitas dari ingatan tersebut mungkin terbatas. Kita mungkin ingat sesuatu yang terlihat lebih jelas, tetapi ini bisa mengorbankan jenis informasi lainnya. Satu penelitian menunjukkan bahwa walaupun foto dapat membantu orang mengingat apa yang mereka lihat selama beberapa acara, foto <a href="https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/0956797617694868">mengurangi ingatan mereka berdasarkan apa yang diambil oleh kamera</a>.</p>
<h2>Distorsi identitas?</h2>
<p>Ada beberapa risiko yang cukup besar dalam kaitannya dengan memori yang personal. Identitas kita merupakan produk dari pengalaman hidup kita, yang dapat dengan mudah diakses melalui ingatan kita tentang masa lalu. Jadi, apakah dokumentasi foto pengalaman hidup yang terus-menerus merubah cara kita memandang diri kita sendiri? Belum ada bukti empiris yang substansial tentang ini, tetapi saya berspekulasi bahwa itu benar.</p>
<p>Terlalu banyak gambar cenderung membuat kita mengingat masa lalu dengan cara tertentu yang tidak dapat berubah. Hal ini memblokir ingatan lainnya. Walaupun <a href="https://theconversation.com/what-is-your-first-memory-and-did-it-ever-really-happen-95953">tidak jarang ingatan kita pada masa kanak-kanak</a> berdasarkan pada foto dibandingkan kejadian yang sebenarnya, ingatan-ingatan ini tidak selalu merupakan ingatan yang benar.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/252252/original/file-20190102-32121-95q417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/252252/original/file-20190102-32121-95q417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/252252/original/file-20190102-32121-95q417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/252252/original/file-20190102-32121-95q417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/252252/original/file-20190102-32121-95q417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/252252/original/file-20190102-32121-95q417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/252252/original/file-20190102-32121-95q417.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Mari ambil beberapa swafoto.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/sv/image-photo/fars-province-shiraz-iran-19-april-725612635?src=LY7lAPEnUvo9WI3XaavUKA-1-67">Grigvovan/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Masalah lainnya adalah penelitian yang menemukan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0747563216302503;%20http://www.vulture.com/2014/01/history-of-the-selfie.html">kurangnya spontanitas dalam swafoto</a> dan banyak foto lainnya. Mereka direncanakan, pose-pose itu tidak alami dan terkadang citra orang-orang yang berada dalam foto tersebut terdistorsi. Mereka juga mencerminkan kecenderungan narsisistik–senyuman lebar yang palsu, muka sensual, wajah lucu atau bahkan pose-pose yang tidak etis. </p>
<p>Hal penting lainnya, swafoto dan banyak foto lainnya juga merupakan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5318447/">sebuah cara untuk tampil di publik</a> yang menunjukkan sikap, niat, dan perspektif tertentu. Dengan kata lain, mereka tidak benar-benar mencerminkan siapa kita, melainkan apa yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain tentang diri kita saat ini. Jika kita sangat bergantung pada foto dalam mengingat masa lalu kita, kita dapat menciptakan identitas diri yang terdistorsi gambaran yang ingin kita tunjukkan kepada orang lain.</p>
<p>Namun, ingatan alami kita juga sebenarnya tidak sepenuhnya akurat. Penelitian menunjukkan bahwa kita sering <a href="https://theconversation.com/the-real-you-is-a-myth-we-constantly-create-false-memories-to-achieve-the-identity-we-want-103253">membuat ingatan palsu tentang masa lalu</a>. Kita melakukan ini untuk menjaga identitas yang kita inginkan dari waktu ke waktu–dan menghindari narasi tentang diri kita yang bertentangan dengan identitas yang kita inginkan tersebut. Jadi, jika Anda selalu bersikap lembut dan baik hati–tetapi melalui beberapa pengalaman hidup yang signifikan Anda memutuskan untuk menjadi tangguh–Anda dapat saja menggali kenangan saat anda berlaku agresif di masa lalu atau bahkan sepenuhnya membuatnya agar tampak seperti itu.</p>
<p>Oleh karena itu, memori harian yang berdasar foto-foto di ponsel tentang bagaimana kita di masa lalu mungkin membuat memori kita kurang bisa beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh pengalaman-pengalaman baru dalam hidup. Ini membuat identitas kita lebih stabil dan tidak berubah-ubah.</p>
<p>Tetapi ini dapat menciptakan masalah jika identitas kita saat ini menjadi berbeda dari identitas kita yang ajeg di masa lalu. Hal tersebut merupakan sebuah pengalaman yang tidak nyaman dan fungsi memori “normal” membantu kita menghindari ini. Memori kita dapat berubah-burah sehingga kita bisa membuat narasi tidak kontradiktif tentang diri kita sendiri. Kebanyakan diri kita ingin percaya bahwa kita punya “inti” diri yang tidak berubah-ubah. Jika kita merasa tidak mampu mengubah cara kita memandang diri kita sendiri dari waktu ke waktu, ini dapat secara serius mempengaruhi kesehatan mental kita.</p>
<p>Jadi obsesi kita dalam mengambil foto dapat menyebabkan hilangnya memori dan masalah identitas yang tidak nyaman.</p>
<p>Sangat menarik untuk berpikir tentang bagaimana teknologi mengubah cara kita berperilaku dan berfungsi. Sepanjang kita sadar akan risikonya, kita mungkin bisa mengurangi dampak berbahayanya. Kemungkinan yang benar-benar membuat saya bergidik ketakutan adalah kita dapat saja kehilangan semua foto-foto berharga karena ponsel pintar kita rusak .</p>
<p>Jadi lain kali Anda berada di museum, luangkan waktu sejenak untuk melihat dan merasakan semuanya. Jaga-jaga kalau foto-foto itu hilang.</p>
<p><em>Ariza Muthia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris</em>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/111618/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Giuliana Mazzoni menerima dana dari Leverhulme Trust Foundation
</span></em></p>
Memori adalah bagian penting pembentukan identitas kita dan kita semakin mempercayakan hal pada teknologi. Apa konsekuensinya?
Giuliana Mazzoni, Professor of Psychology, University of Hull
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/103436
2018-09-28T04:28:33Z
2018-09-28T04:28:33Z
Apa ingatan pertama Anda—dan apakah itu benar-benar pernah terjadi?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/237058/original/file-20180919-158222-1e6cdo.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=31%2C0%2C3521%2C2319&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">"Apakah saya akan mengingat hal ini?"</span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Saya ingat saat masih bayi. Saya ingat berada di ruang yang luas dalam ruang operasi. Saya diberikan ke perawat dan kemudian ditempatkan di timbangan logam yang dingin. Saya menyadari bahwa ingatan ini tidak biasa karena datang dari kehidupan saya yang sangat awal, tetapi saya pikir saya mungkin hanya memiliki ingatan yang bagus, atau mungkin orang lain dapat mengingat saat-saat mereka masih bayi juga. </p>
<p>Apa peristiwa paling awal yang dapat Anda ingat? Berapa usia Anda dalam peristiwa tersebut? Bagaimana Anda mengalami ingatan itu? Apakah itu jelas atau samar? Positif atau negatif? Apakah Anda mengalami kembali ingatan tersebut seperti yang aslinya terjadi, atau apakah Anda menonton diri Anda sendiri “melakukan sesuatu” dalam ingatan tersebut?</p>
<p>Dalam <a href="http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0956797618778831">penelitian terbaru kami</a>, kami menanyakan lebih dari 6.000 orang dari segala usia, untuk melakukan hal yang sama, untuk menceritakan kepada kami apa ingatan pertama mereka, berapa usia mereka ketika peristiwa tersebut terjadi, untuk menilai seberapa emosional dan jelas peristiwa tersebut dan untuk melaporkan dari perspektif apa ingatan “dilihat”. </p>
<p>Kami menemukan bahwa rata-rata orang melaporkan ingatan pertama mereka terjadi selama paruh pertama tahun ketiga hidup mereka (3,24 tahun tepatnya). Hal ini cocok dengan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10932795">penelitian-penelitian lain </a>yang telah menyelidiki usia ingatan awal.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/enam-hal-yang-bisa-kita-lakukan-untuk-mengurangi-risiko-demensia-94632">Enam hal yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko demensia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Apa artinya hal ini untuk ingatan saya saat masih bayi? Barangkali, saya hanya memiliki ingatan yang sangat bagus dan dapat mengingat bulan-bulan awal kehidupan saya. Memang, dalam penelitian kami, kami menemukan bahwa sekitar 40% peserta melaporkan mengingat peristiwa sejak usia dua tahun ke bawah—dan 14% orang mengingat ingatan sejak usia satu tahun ke bawah. Bagaimana pun, penelitian psikologis menunjukkan bahwa ingatan yang terjadi di bawah tiga tahun sangatlah tidak biasa—dan memang, sangat tidak mungkin.</p>
<h2>Asal-muasal ingatan</h2>
<p>Peneliti yang telah menyelidiki perkembangan memori menunjukkan bahwa <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0273229703000480">proses neurologis</a> yang dibutuhkan untuk membentuk ingatan pribadi tidak sepenuhnya terbangun sampai antara usia tiga dan empat tahun. Penelitian lain menunjukkan bahwa ingatan memiliki hubungan dengan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0010027710000752">perkembangan bahasa</a>. Bahasa memungkinkan anak-anak untuk <a href="http://psycnet.apa.org/record/1996-97420-013">berbagi dan mendiskusikan masa lalu dengan orang lain</a>, memungkinkan ingatan untuk teratur dalam otobiografi personal.</p>
<p>Jadi, bagaimana saya dapat mengingat saat-saat saya masih bayi? Dan mengapa 2.7487 orang dari penelitian kami mengingat peristiwa-peristiwa yang mereka alami sejak berusia dua tahun ke bawah? </p>
<p>Salah satu penjelasannya adalah bahwa, dalam ingatan, orang-orang memberi perkiraan yang salah tentang usia mereka. Akhirnya, kecuali ada bukti konfirmasi, kita hanya menebak berapa usia kita dalam ingatan dari seluruh kehidupan kita, termasuk yang paling awal. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/229844/original/file-20180730-106517-v4hvil.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=504&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Apakah benar seperti itu wujud boneka Teddy Anda?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/download/confirm/569810575?src=w6AOXv2BUXD5pXtZmlvK3g-1-14&size=medium_jpg">Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tapi jika perkiraan usia yang salah menjelaskan keberadaan ingatan-ingatan ini, kita akan menduga bahwa ingatan-ingatan ini merupakan peristiwa yang mirip dengan ingatan-ingatan dari usia tiga tahun ke atas. Tapi bukan ini yang terjadi—kami menemukan bahwa ingatan sangat awal yang dilaporkan adalah peristiwa dan benda-benda dari masa bayi (kereta bayi, ranjang bayi, belajar berjalan) sedangkan ingatan dari usia yang lebih tua adalah tentang hal-hal khas masa kanak-kanak (mainan, sekolah, liburan). Penemuan ini berarti bahwa kedua kelompok ingatan ini secara kualitatif berbeda dan mengesampingkan penjelasan tentang perkiraan usia yang salah. </p>
<p>Jika penelitian memberi tahu kita bahwa ingatan awal ini sangat tidak mungkin, dan kita telah mengesampingkan penjelasan tentang perkiraan usia yang salah, lalu mengapa orang-orang, termasuk saya, memiliki ingatan awal tersebut?</p>
<h2>Benar-benar fiksi?</h2>
<p>Kami berkesimpulan bahwa ingatan ini mungkin fiktif—yaitu bahwa mereka tidak pernah benar-benar terjadi. Barangkali, daripada mengingat kembali peristiwa yang pernah dialami, kita mengingat kembali citra dari foto, film rumah, cerita yang dibagi keluarga atau peristiwa dan kegiatan yang sering terjadi pada masa bayi. Fakta-fakta ini kemudian, kami duga, berkaitan dengan beberapa citra visual yang terpisah-pisah dan dikombinasikan bersama untuk membentuk dasar dari ingatan awal fiktif ini. Seiring waktu, kombinasi citra dan fakta mulai dialami sebagai ingatan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-banyak-orang-percaya-teori-konspirasi-dan-bagaimana-mengubah-pikiran-mereka-88216">Mengapa banyak orang percaya teori konspirasi dan bagaimana mengubah pikiran mereka</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meskipun 40% peserta dalam penelitian kami mengingat ingatan fiktif ini, hal itu sama sekali tidak mengejutkan. <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10789197">Teori ingatan kontemporer</a> menyoroti sifat konstruktif dari ingatan; ingatan bukan “catatan” peristiwa, melainkan representasi psikologis diri di masa lalu. </p>
<p>Dengan kata lain, seluruh ingatan kita memiliki beberapa tingkat fiksi—memang, ini tanda dari kerja sistem ingatan yang sehat. Tapi barangkali, untuk alasan yang belum diketahui, kita memiliki kebutuhan psikologis untuk menjadikan fiksi ingatan dari saat-saat kehidupan kita yang tidak dapat kita ingat. Untuk saat ini, “cerita” ini masih misteri.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/103436/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 14% dari orang yang diteliti melaporkan bahwa mereka memiliki ingatan sejak berusia setahun atau bahkan lebih muda. Namun ingatan tersebut tampaknya sekadar fiksi semata.
Lucy V Justice, Lecturer in Psychology, Nottingham Trent University
Martin Conway, Professor of Cognitive Psychology, City, University of London
Shazia Akhtar, Postdoctoral researcher, University of Bradford
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/97086
2018-06-14T03:32:45Z
2018-06-14T03:32:45Z
Mengapa kita menguap dan mengapa menguap bisa menular?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/221509/original/file-20180604-175425-1gvikw5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=44%2C33%2C7293%2C4847&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Menguap meningkatkan kesadaran kita </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstock.com</span></span></figcaption></figure><p>Coba bayangkan: Anda sedang menyetir di jalan tol pada jam 2 siang yang terik, dan Anda sangat berharap untuk segera sampai di tujuan. Anda berusaha untuk tetap terjaga tapi rasa kantuk datang menyerang. </p>
<p>Akibatnya Anda menguap, lalu duduk lebih tegak di kursi pengemudi, mungkin Anda gelisah sedikit dan bertindak laku dengan harapan dapat meningkatkan gairah Anda. </p>
<p>Apakah ini tujuan orang menguap? Menguap pada umumnya dipicu oleh beberapa hal, termasuk kelelahan, demam, stres, obat-obatan dan alasan sosial dan psikologis. Antara satu orang dengan yang lainnya penyebabnya beda-beda. </p>
<p>Pertanyaan tentang mengapa kita menguap menimbulkan sejumlah kontroversi mengejutkan tentang sebuah hal yang sepele. Kami tidak memiliki bukti yang dapat mengarahkan kami pada alasan yang tepat mengapa orang menguap.</p>
<p>Namun ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa orang menguap. Ini termasuk meningkatkan kewaspadaan, mendinginkan otak, dan teori evolusi menjelaskan bahwa menguap untuk mengingatkan orang lain dalam kelompok Anda bahwa Anda terlalu lelah untuk terus awas, dan orang lain harus mengambil alih.</p>
<h2>1. Membantu kita terjaga</h2>
<p>Menguap datang seiring dengan meningkatnya rasa kantuk. Hal ini menjadi hipotesis di balik mengapa orang menguap. Menguap juga dihubungkan dengan meningkatnya aktivitas dan gerakan peregangan. Meningkatnya gerakan tubuh mungkin membantu kita tetap awas di kala tekanan rasa kantuk meningkat. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/mengapa-gunung-api-meletus-84720">Mengapa gunung api meletus?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Juga, otot-otot tertentu di telinga (otot <em>tensor tympani</em>) diaktifkan selama menguap. Hal ini memicu pengaturan ulang rentang gerakan dan sensitivitas gendang telinga dan pendengaran, yang meningkatkan kemampuan kita untuk memantau dunia di sekitar kita setelah kita mungkin kehilangan kesadaran sebelum menguap.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=900&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1130&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1130&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/218562/original/file-20180511-34038-1xotbgg.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1130&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Menguap biasanya disertai dengan gerakan peregangan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain itu, membukanya bola mata dan pembilasan lensa mata mungkin akan menyebabkan peningkatan kewaspadaan secara visual.</p>
<h2>2. Mendinginkan otak</h2>
<p>Teori lain mengapa kita menguap adalah hipotesis termoregulasi yang menunjukkan bahwa menguap mendinginkan otak. Menguap menarik udara dingin ke dalam mulut, yang kemudian mendinginkan darah menuju otak.</p>
<p>Pendukung teori ini mengklaim peningkatan suhu otak terjadi sebelum menguap, dengan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0031938414001784">penurunan suhu</a> terjadi setelah menguap. </p>
<p>Namun <a href="https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs11325-009-0287-x">penelitian</a> yang memunculkan teori ini hanya menunjukkan menguap berlebihan terjadi ketika suhu otak dan tubuh sedang mengalami peningkatan. Penelitian tersebut tidak mengatakan bahwa menguap memiliki tujuan untuk mendinginkan.</p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28939427">Orang menguap semakin sering</a> ketika eksperimen membuat demam buatan, yang menunjukkan korelasi antara suhu tubuh hangat dan menguap. Namun tidak ada bukti yang mengacu bahwa menguap untuk mendinginkan tubuh–hanya bahwa penghangatan suhu tubuh memicu menguap. </p>
<h2>3. Tugas jaga</h2>
<p>Perilaku seperti menguap telah diamati di hampir semua makhluk bertulang belakang. Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa refleks menguap itu hal yang purba. Hipotesis perilaku berdasarkan teori evolusi mengacu pada manusia sebagai hewan sosial. Ketika kita rentan terhadap serangan dari spesies lain, fungsi kelompok adalah untuk saling melindungi.</p>
<p>Tugas jaga adalah bagian dari kesepakatan dalam kelompok, dan menguap dan peregangan adalah bukti ketika <a href="https://doi.org/10.1016/j.beproc.2011.12.012">tingkat kewaspadaan seorang individu</a> sedang turun. Hal ini penting untuk mengubah aktivitas untuk mencegah keteledoran dan mengindikasikan saatnya mengganti orang untuk berjaga-jaga.</p>
<h2>Penjelasan neurosains</h2>
<p><a href="http://www.baillement.com/english/neurophysiology.html">Refleks menguap</a> melibatkan banyak struktur dalam otak. </p>
<p>Sebuah penelitian yang mengamati otak orang yang rentan tertular menguap menemukan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4041699/">aktivitas di daerah <em>ventromedial prefrontal cortex</em></a> otak. Bagian otak ini dikaitkan dengan kegiatan pengambilan keputusan. Kerusakan pada daerah ini juga dikaitkan dengan hilangnya empati. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/apa-yang-terjadi-jika-bumi-jatuh-ke-dalam-lubang-hitam-akankah-seperti-spageti-91249">Apa yang terjadi jika Bumi jatuh ke dalam lubang hitam, akankah seperti spageti?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jika daerah tertentu di sekitar <em>hypothalamus</em>, yang tersusun atas neurons dengan oksitosin, diberi rangsangan, maka pada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9819279">pada hewan pengerat</a> hal ini menyebabkan mereka menguap. Oksitosin adalah hormon yang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0306453013002369">dikaitkan dengan ikatan sosial</a> dan kesehatan mental.</p>
<p>Menyuntikkan oksitosin ke berbagai wilayah batang otak juga menyebabkan menguap.
Ini termasuk <em>hippocampus</em> (terkait dengan belajar dan memori), area <em>tegmental ventral</em> (terkait dengan pelepasan dopamin, hormon bahagia) dan <em>amigdala</em> (terkait dengan stres dan emosi). Memblokir reseptor oksitosin di sini mencegah efek itu.</p>
<p>Pasien dengan penyakit Parkinson tidak menguap sesering yang lain, yang mungkin berkaitan dengan rendahnya level dopamin mereka. Pengganti dopamin telah dilaporkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9551709">meningkatkan frekuensi menguap</a>. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/218235/original/file-20180509-4803-sn0tp7.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Anjing Anda bisa menguap dalam sebuah perjalanan panjang dengan mobil karena anjing Anda stres.</span>
<span class="attribution"><span class="source">from shutterstock.com</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hal yang sama terjadi pada kortisol, hormon yang meningkatkan stres. Kortisol <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21864988">diketahui memicu orang menguap</a>, sementara pengangkatan kelenjar adrenal (yang menghasilkan hormon kortisol) <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15302132">mencegah orang menguap</a>. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat stres mungkin memainkan peran dalam memicu mengapa orang menguap, yang bisa jadi mengapa anjing Anda mungkin menguap begitu banyak pada perjalanan panjang dengan mobil.</p>
<p>Jadi, tampaknya entah bagaimana menguap itu terkait dengan empati, stres, dan pelepasan dopamin.</p>
<h2>Mengapa menguap menular?</h2>
<p>Kemungkinan Anda telah menguap setidaknya sekali saat membaca artikel ini. Menguap adalah perilaku menular dan melihat seseorang menguap sering menyebabkan kita menguap juga.</p>
<p>Tetapi satu-satunya teori yang ditawarkan di sini menunjukkan bahwa kerentanan seseorang tertular menguap berkorelasi dengan tingkat empati seseorang.</p>
<p>Sangat menarik untuk dicatat, bahwa ada <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2391210/">kecil kemungkinan orang-orang dengan spektrum autisme mudah tertular menguap</a> begitu pula dengan orang yang memiliki <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26980063">kecenderungan psikopat yang tinggi</a>. Dan anjing, yang dianggap sebagai hewan dengan rasa empati yang tinggi, <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2610100/">bisa tertular juga ketika manusia menguap</a>.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/ahli-kimia-menjelaskan-bagaimana-bakteri-memakan-plastik-95761">Ahli kimia menjelaskan bagaimana bakteri memakan plastik</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Secara keseluruhan, ahli saraf telah mengembangkan gagasan yang menjelaskan berbagai pemicu mengapa orang menguap, dan kami memiliki gambaran yang sangat rinci tentang mekanisme yang mendasari perilaku menguap. Namun tujuan mengapa orang menguap tetap sulit dipahami.</p>
<p>Kembali pada perjalanan darat kita, menguap mungkin merupakan isyarat fisiologis ketika tingkat kewaspadaan diri berkompetisi dengan rasa kantuk berat. Tetapi pesan yang penting di sini adalah bahwa tidur mungkin pilihan yang baik dan mendorong pengemudi untuk berhenti dan istirahat, dan itu seharusnya tidak diabaikan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/97086/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>
Tidak ada bukti yang bisa menjelaskan mengapa orang menguap. Tapi kami memiliki beberapa teori
Mark Schier, Senior Lecturer in Physiology, Swinburne University of Technology
Yossi Rathner, Lecturer in Human Physiology, Swinburne University of Technology
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/91241
2018-02-09T10:24:35Z
2018-02-09T10:24:35Z
Mengapa beberapa orang bisa lebih kreatif dari yang lain?
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/205465/original/file-20180208-180833-18mrc3m.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Para ilmuwan telah lama berusaha memahami jawabannya.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-illustration/surreal-dust-portrait-series-arrangement-fractal-582408103">agsandrew/Shutterstock.com</a></span></figcaption></figure><p>Kreativitas sering kali diartikan sebagai kemampuan untuk memikirkan gagasan baru dan berguna. Layaknya kecerdasan, kreativitas dianggap sebagai sifat yang dimiliki semua orang, tidak terbatas pada Picasso dan Steve Jobs saja.</p>
<p>Kreativitas bukan sekadar kemampuan menggambar atau merancang produk. Setiap orang perlu berpikir kreatif dalam kehidupan sehari-hari, entah itu mencari tahu bagaimana cara memasak dengan sisa makanan semalam, atau membuat kostum Halloween dari pakaian yang ada di lemari.</p>
<p>Tugas kreatif bermacam-macam, mulai dari apa yang disebut peneliti <a href="http://psycnet.apa.org/record/2014-04641-001">kreativitas “k-kecil”</a>—membuat situs web, membuat kerajinan tangan untuk hadiah ulang tahun, atau menceritakan sebuah lelucon lucu—hingga <a href="http://psycnet.apa.org/record/2009-02787-001">kreativitas “K-Besar”</a>: menulis pidato, menggubah puisi, atau merancang percobaan ilmiah.</p>
<p>Peneliti psikologi dan neurosains sudah mulai mengenali proses berpikir dan wilayah otak yang terlibat dalam kreativitas. Bukti terbaru menunjukkan, kreativitas melibatkan <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364661315002545">sebuah interaksi rumit antara berpikir spontan dan terkendali</a>. </p>
<p>Dengan kata lain, kemampuan mengulik gagasan secara spontan, sekaligus mengevaluasinya dengan teliti untuk menentukan apakah gagasan itu betul-betul akan berhasil. </p>
<p>Meski demikian, jawaban dari pertanyaan “mengapa beberapa orang bisa lebih kreatif dari yang lain?” tetap sulit dipahami.</p>
<p><a href="http://www.pnas.org/content/early/2018/01/09/1713532115.abstract">Dalam sebuah studi baru</a>, saya bersama kolega meneliti apakah kemampuan berpikir kreatif seseorang bisa dijelaskan, sebagian, oleh koneksi di antara tiga jaringan otak.</p>
<h2>Memetakan otak saat berpikir kreatif</h2>
<p>Dalam studi ini, kami meminta 163 peserta menyelesaikan tes klasik “berpikir divergen” yang disebut tugas-kegunaan-lain. Kami meminta mereka memikirkan kegunaan baru dan di luar kebiasaan dari beberapa benda. Tepat setelah menyelesaikan tes, mereka menjalani pemindaian fMRI, yang mengukur aliran darah ke bagian-bagian otak.</p>
<p>Tugas itu menilai kemampuan orang untuk <em>menyimpangkan</em> kegunaan umum dari suatu benda. Sebagai contoh, kami menunjukkan peserta beberapa benda seperti pembungkus permen karet atau kaus kaki, kemudian meminta mereka memikirkan cara kreatif dalam menggunakannya. </p>
<p>Beberapa gagasan lebih kreatif daripada yang lain. Seorang peserta mengatakan kaus kaki bisa digunakan utuk menghangatkan kaki (kegunaan umum) sementara peserta lain mengatakan kaus kaki bisa dipakai sebagai sistem penyaring air.</p>
<p>Penting dicatat, kami menemukan bahwa orang-orang yang mahir dalam tes ini cenderung punya lebih banyak hobi dan prestasi kreatif. Ini <a href="http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1207/s15326934crj1202_3">senada dengan studi terdahulu</a> yang menunjukkan bahwa tugas itu mengukur kemampuan berpikir kreatif secara umum.</p>
<p>Setelah para peserta menyelesaikan tugas berpikir kreatif ini di fMRI, kami menilai konektivitas fungsional di antara semua wilayah otak—berapa banyak aktivitas di satu wilayah berkaitan dengan aktivitas di wilayah lain.</p>
<p>Kami juga membuat peringkat untuk keaslian gagasan mereka: Gagasan yang umum (menggunakan kaus kaki untuk menghangatkan kaki) mendapat nilai lebih rendah, sedangkan gagasan tak umum mendapat nilai lebih tinggi (menggunakan kaus kaki sebagai sistem penyaringan air).</p>
<p>Kemudian kami menghubungkan nilai kreativitas tiap orang dengan semua kemungkinan koneksi otak (sekitar 35.000), dan menghilangkan koneksi yang, menurut analisis kami, tidak berkorelasi dengan nilai kreativitas. </p>
<p>Koneksi yang tersisa merupakan jaringan “kreatif-tinggi”, satu set koneksi yang sangat relevan untuk memunculkan gagasan orisinal.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=237&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=237&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=237&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=298&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=298&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/201987/original/file-20180115-101492-k6cun5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=298&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Dua wilayah menunjukkan lobus otak yang terhubung dalam jaringan kreatif tinggi.</span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setelah mendefinisikan jaringannya, kami ingin melihat apakah seseorang dengan koneksi yang lebih kuat pada jaringan kreatif-tinggi ini akan memiliki nilai yang baik dalam tes. Jadi kami mengukur kekuatan koneksi seseorang pada jaringan ini kemudian menggunakan model prediktif untuk menguji apakah kami dapat memperkirakan nilai kreativitas seseorang. </p>
<p>Model tersebut mengungkapkan korelasi yang signifikan antara nilai prediksi dan nilai kreativitas yang diobservasi. Dengan kata lain, kita bisa mengestimasi seberapa kreatif gagasan seseorang berdasarkan kekuatan koneksi mereka pada jaringan ini.</p>
<p>Kami selanjutnya menguji apakah kita bisa memprediksi kemampuan berpikir kreatif pada tiga sampel baru dari partisipan yang data otaknya tidak digunakan untuk membangun model jaringan. Dari semua sampel, kami menemukan bahwa kami bisa memprediksi—meskipun sederhana—kemampuan kreatif seseorang berdasarkan kekuatan koneksi mereka pada jaringan yang sama ini.</p>
<p>Secara keseluruhan, orang dengan koneksi yang lebih kuat memiliki gagasan yang lebih baik.</p>
<h2>Apa yang terjadi pada jaringan ‘kreatif-tinggi’</h2>
<p>Kami menemukan bahwa wilayah otak dalam jaringan “kreatif-tinggi” dimiliki oleh tiga sistem otak spesifik: jaringan default, jaringan <em>salience</em> dan jaringan eksekutif.</p>
<p><a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/nyas.12360/full">Jaringan default</a> adalah area otak yang menjadi aktif ketika orang berpikir spontan, seperti pikiran mengembara, bermimpi di siang bolong, dan berkhayal. Jaringan ini mungkin memainkan peranan kunci dalam menghasilkan atau mengulik gagasan—memikirkan beberapa kemungkinan solusi untuk satu masalah.</p>
<p><a href="http://www.jneurosci.org/content/27/9/2349.short">Jaringan kontrol eksekutif</a> adalah area yang aktif ketika seseorang perlu fokus atau mengontrol proses pikiran mereka. Jaringan ini mungkin berperan kunci dalam mengevaluasi gagasan atau menentukan apakah gagasan yang sudah diulik akan benar-benar berhasil, dan memodifikasinya agar sesuai dengan tujuan kreatif.</p>
<p><a href="https://www.nature.com/articles/nrn3857">Jaringan salience</a> adalah area yang bekerja sebagai mekanisme yang mengalihkan antara jaringan default dan eksekutif. Jaringan ini mungkin memainkan peran kunci dalam penggantian antara menggagas ide dan mengevaluasinya.</p>
<p>Sebuah fitur menarik dari tiga jaringan ini yakni, mereka umumnya tidak diaktivasi di saat bersamaan. Contohnya, ketika jaringan eksekutif diaktivasi, <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364661312002446">jaringan default biasanya tidak aktif</a>. Hasil penelitian kami menemukan, orang kreatif memiliki kemampuan lebih baik untuk mengaktifkan jaringan-jaringan otak yang biasanya bekerja secara terpisah.</p>
<p>Temuan kami mengindikasikan bahwa otak kreatif dihubungkan dengan cara berbeda, dan bahwa orang kreatif lebih mampu melibatkan sistem otak yang biasanya tidak bekerja bersama. Yang menarik, hasilnya konsisten dengan studi fMRI terbaru mengenai seniman profesional, termasuk musisi jazz yang melakukan <a href="https://academic.oup.com/cercor/article/26/7/3052/1745217">improvisasi melodi</a>, penyair yang menulis <a href="http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/hbm.22849/full">baris puisi baru</a>, dan seniman visual yang membuat sketsa gagasan untuk <a href="http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1053811911008950">sampul buku</a>. </p>
<p>Diperlukan riset di masa mendatang untuk menentukan apakah jaringan-jaringan ini bisa ditempa ataukah relatif tetap. Misalnya, apakah mengikuti kelas menggambar menghasilkan konektivitas yang lebih hebat dalam jaringan otak ini? Mungkinkan mendorong kemampuan berpikir kreatif umum dengan memodifikasi koneksi jaringan?</p>
<p>Untuk saat ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut belum terjawab. Sebagai peneliti, kita hanya perlu melibatkan jaringan kreatif kita sendiri untuk mencari tahu bagaimana menjawabnya.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/91241/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Roger Beaty menerima dana dari John Templeton Foundation.</span></em></p>
Orang-orang kreatif sepertinya memiliki koneksi khas di antara tiga jaringan otak yang pada umumnya bekerja terpisah.
Roger Beaty, Postdoctoral Fellow in Cognitive Neuroscience, Harvard University
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.
tag:theconversation.com,2011:article/83372
2017-09-08T10:35:39Z
2017-09-08T10:35:39Z
Mengapa Google ingin berpikir lebih seperti Anda daripada seperti mesin
<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/184690/original/file-20170905-13736-1pbqkr9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Lihatlah neuron-neuron itu: andai mesin bisa berpikir seperti manusia.</span> <span class="attribution"><span class="source">MriMan/Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Coba baca teks ini, apakah Anda paham seketika?</p>
<blockquote>
<p><em>wht has Don Trm don nw?</em></p>
</blockquote>
<p>Anda mungkin bisa menduga maksudnya adalah: “<em>What has Donald Trump done now?</em>” (Apa lagi yang dilakukan Donald Trump sekarang?).</p>
<p>Bagaimana Anda bisa sampai pada kesimpulan itu? Padahal potongan kata-kata itu bisa saja bagian dari banyak kata lain. Anda bahkan bisa menduga kepanjangan dari potongan yang hampir sama—"Don" dan “don"—adalah kata yang berbeda—"Donald” dan “<em>done</em>”.</p>
<p>Jika Anda memasukkan potongan kata-kata itu di Google, tak ada satu pun hasil pencarian teratas yang berkaitan dengan Presiden Amerika Serikat saat ini.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=170&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=170&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=170&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=214&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=214&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/178572/original/file-20170718-22011-q16vq2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=214&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Tak ada Donald Trump di hasil pencarian.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Google search/screenshot</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ya, Google tak secerdas itu. Supaya lebih cerdas, maka programer dan insinyur di Google harus bisa lebih memahami apa yang terjadi di otak manusia ketika mereka ingin memperbaiki algoritme mesin pencarian mereka. Dan inilah alasan mereka meminta bantuan ilmuwan saraf.</p>
<h2>Interpretasi otak</h2>
<p>Manusia memiliki kemampuan luar biasa dalam mencerna bahasa bahkan yang ambigu sekali pun. Bahkan satu kalimat sederhana dengan kata-kata yang tersusun baik pun memiliki interpretasi yang beragam.</p>
<p>Misalnya, simak kalimat bahasa Inggris ini: “<em>time flies like an arrow</em>” bisa berarti “coba Anda hitung waktu terbang lalat seperti Anda menghitung waktu terbang anak panah”, atau “waktu terbang sebagaimana anak panah terbang”. Masih banyak lagi kemungkinan lain.</p>
<p>Anda bisa memahami bahwa pilihan-pilihan makna ini semua mungkin tetapi Anda akan memilih interpretasi yang paling umum “waktu bergerak cepat seperti layaknya anak panah”. Bagaimana Anda melakukannya?</p>
<p>Memahami bahasa adalah satu contoh dari upaya komputasi luar biasa yang Anda lakukan saat ini, tanpa Anda menyadarinya.</p>
<p>Kemampuan yang lain? Memahami gambar. Setiap gambar dua dimensi di retina Anda bisa saja dihasilkan dari sembarang pemandangan tiga dimensi. Setiap pinggiran bisa jadi adalah bagian dari beberapa objek berbeda, atau bisa saja hanya ketidaksempurnaan (<em>noise</em>) di gambar. Tetapi Anda <a href="https://theconversation.com/three-visual-illusions-that-reveal-the-hidden-workings-of-the-brain-80875">hampir</a> selalu bisa menebaknya dengan tepat.</p>
<p>Satu contoh yang sulit adalah memisahkan objek dari latarnya, bahkan ketika gambarnya (dengan demikian garis batasnya) sangat tidak tegas, dan objeknya merupakan bentuk rumit, yang kerap terjadi pada gambar medis. Bahkan tanpa ‘noise’ bisa jadi sulit bagi <a href="https://craftofcoding.wordpress.com/2017/02/10/why-image-segmentation-is-difficult-1">algoritme untuk memilah mana yang penting</a>.</p>
<p>Ada lagi contoh sulit, yaitu gambar-gambar bentrokan (<em>adversarial images</em>) yang <a href="http://www.kdnuggets.com/2015/07/deep-learning-adversarial-examples-misconceptions.html">dirancang khusus untuk mengecoh algoritme penglihatan komputer</a>, meskipun manusia tidak memiliki masalah dengan gambar tersebut.</p>
<p>Algoritme dan program komputer saat ini sedang berusaha <a href="https://www.recode.net/2017/5/31/15720118/google-understand-language-speech-equivalent-humans-code-conference-mary-meeker">menyamai</a> kemampuan manusia dalam memahami bahasa dan memproses gambar visual.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/183686/original/file-20170829-1590-eh4fu4.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Apa yang kamu lihat di gambar ini? Coba cari gambar ini di Google. Ternyata sang mesin pencari berpikir ini gambar awan (lihat di bawah).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/janafalk/8188423013/">Flickr/Janaina C Falkiewicz</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=346&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=435&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=435&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/183693/original/file-20170829-1533-12y10u2.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=435&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Hasil pencarian Google untuk gambar kabur ini.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Google/Screenshot</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Tetapi Google dan perusahaan teknologi lain ingin lebih baik dalam hal ini, untuk mengembangkan produk mereka dan kemampuan mereka untuk memeras pola statistik dari sejumlah data besar. </p>
<hr>
<p><em><strong>Baca juga:</strong> <a href="https://theconversation.com/3-alasan-kita-kecanduan-ponsel-canggih-86709">3 alasan kita kecanduan ponsel canggih</a></em></p>
<hr>
<h2>Teknologi butuh ilmu saraf</h2>
<p>Itulah alasan mereka <a href="http://dx.doi.org/10.1016/j.neuron.2017.06.011">merekrut orang-orang dari wilayah ilmu saraf</a> mengumpulkan tenaga yang memahami bagaimana otak biologis melakukan komputasi.</p>
<p>Misalnya, awal tahun ini <a href="https://venturebeat.com/2017/03/15/uber-appoints-zoubin-ghahramani-as-chief-scientist-3-months-after-acquiring-his-startup-geometric-intelligence/">Uber merekrut Zoubin Ghahramani</a>, pakar di bidang pembelajaran mesin (<em>machine learning</em>) dan mantan ilmuwan saraf, untuk menjadi ilmuwan utama mereka.</p>
<p>Demis Hassabis, pendiri start-up DeepMind (kemudian dibeli <a href="https://www.theguardian.com/technology/2014/jan/27/google-acquires-uk-artificial-intelligence-startup-deepmind">Google seharga lebih dari £400 juta</a>) yang juga memiliki latar belakang dalam pemrosesan saraf, juga baru-baru ini membanggakan bahwa ia baru saja merekrut pekerja dari bidang ilmu saraf.</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"734122311087992833"}"></div></p>
<p>Ini hanya contoh dari kasus-kasus terkemuka; ada yang lain yang dipekerjakan dari posisi PhD dan pascadoktoral yang tidak masuk berita besar. Riset di bidang <em>artificial intelligence</em> di Google mulai menunjukkan hasil, <a href="https://www.technologyreview.com/s/603984/googles-ai-explosion-in-one-chart/">dengan meningkatnya jumlah artikel yang diterbitkan di jurnal akademis</a>.</p>
<h2>Berpikir biologis</h2>
<p>Otak biologis bekerja dengan cara sama sekali berbeda dengan komputer. Otak kita bekerja paralel, menggunakan kekuatan dari sejumlah besar elemen yang relatif sederhana dan lambat secara bersamaan. Setiap neuron terhubung dengan neuron lainnya sehingga di dalam otak manusia ada sekitar sejuta miliar koneksi. </p>
<p>Sementara itu, komputer digital mengerjakan hal satu per satu, namun dengan sangat cepat. Bahkan yang disebut sebagai komputer paralel pun sebenarnya memecah masalah menjadi kepingan-kepingan kecil, tetapi setiap kepingan tetap saja melibatkan banyak langkah yang dilakukan terpisah.</p>
<p>Komputasi paralel yang mirip otak bisa disimulasi di komputer digital. Memang, pembelajaran mendalam (<em>deep learning</em>) adalah metode untuk mesin belajar dari sejumlah besar data yang tadinya <a href="https://cosmosmagazine.com/technology/what-is-deep-learning-and-how-does-it-work">diilhami ilmu saraf</a>, dan ini adalah bahan utama dari algoritme Google.</p>
<p>Tetapi di komputer digital hal ini memerlukan tenaga besar, sementara otak manusia menggunakan tenaga yang <a href="http://blogs.discovermagazine.com/loom/2006/03/23/youre-a-dim-bulb-and-i-mean-that-in-the-best-possible-way/">lebih kecil dari yang dibutuhkan sebuah bohlam lampu</a>. </p>
<p>Secara bersamaan, pengetahuan kita tentang otak sendiri sedang ditransformasi oleh teknologi baru. Ini termasuk metode baru untuk merekam aktivitas saraf skala besar pada neuron tunggal.</p>
<p>Pada manusia, teknik non-invasif seperti <em>functional magnetic resonance imaging</em> (fMRI) merata-ratakan aktivistas dari puluhan ribu neuron. Tapi pada model binatang, sekarang dimungkinkan untuk <a href="http://www.cell.com/neuron/abstract/S0896-6273(12)00172-9">menandai neuron</a> dengan penanda fluoresens yang akan bercahaya lebih terang saat neuronnya aktif.</p>
<p>Menggunakan jenis baru penggunaan mikroskop memungkinkan kita untuk melihat setiap neuron dalam satu wilayah yang lebih besar, kadang bahkan dalam keseluruhan otak, saat bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah.</p>
<p>Teknik ilmu saraf seperti ini akan merevolusi pemahaman kita akan bagaimana otak biologis melakukan komputasi yang luar biasa.</p>
<p>Wawasan baru ini akan membantu mendorong inovasi baru dalam algoritme yang menghela perusahaan-perusahaan teknologi, dengan mengungkapkan trik-trik komputasi yang digunakan biologi untuk tetap berdaya saing.</p>
<p>Algoritme beangsur-angsur akan memungkinkan komputer berpikir semakin mirip manusia. Tetapi sebagaimana <a href="https://theconversation.com/no-more-playing-games-alphago-ai-to-tackle-some-real-world-challenges-78472">ditunjukkan oleh AlphaGo</a>, ramalan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan komputer untuk mencapai kinerja level manusia (atau manusia super) untuk mengerjakan tugas tertentu kerap kali salah.</p>
<p>Maka, berapa lama sampai pencarian Google akan bisa mengerti frasa di awal artikel ini? Izinkan saya menutup dengan berkata (silakan cek sendiri bagaimana Google gagal juga kali ini):</p>
<blockquote>
<p><em>Wlme t th ftre</em></p>
</blockquote><img src="https://counter.theconversation.com/content/83372/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Geoff Goodhill menerima dana dari Australian Research Council dan the National Health and Medical Research Council.</span></em></p>
Komputer sekarang cepat dan penuh kekuatan tapi mereka tidak mampu berpikir seperti manusia untuk tugas yang kita anggap mudah. Itu sebabnya perusahaan teknologi mencari bantuan ke bidang ilmu saraf.
Geoff Goodhill, Professor of Neuroscience and Mathematics, The University of Queensland
Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.