Penelitian menunjukkan bahwa meskipun Indonesia mengalami kemajuan dalam menyediakan akses pendidikan bagi anak-anak pengungsi, pandemi telah membuat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.
Calon penumpang antre untuk menaiki kapal motor saat terjadinya banjir rob di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta.
(Sumber: Risyal Hidayat/Antara)
Kenaikan muka air air laut dan bencana alam akibat perubahan iklim dapat memicu gelombang migrasi sehingga bisa memicu polemik internasional di masa depan.
Sejumlah anak pengungsi dari berbagai negara bercengkerama saat menghadiri acara Hari Pengungsi Sedunia di Jakarta.
Muhammad Adimaja/Antara Foto
Indonesia, dan banyak negara lain, akan mengalami peningkatan jumlah pengungsi dan pencari suaka Afghanistan; ini akan menjadi ujian kemanusiaan dan Indonesia perlu bertindak cepat.
Mehran Karimi Nasseri duduk di antara barang-barangnya dalam sebuah foto tahun 2004 yang diambil di Bandara Charles de Gaulle, tempat dia tinggal selama hampir 18 tahun.
Eric Fougere/VIP Images/Corbis via Getty Images
Persekusi yang terus berlanjut di Myanmar, dan kondisi hidup yang sangat sulit di Bangladesh mendorong pengungsi Rohingya terus mencari tempat perlindungan.
Warga lokal bertindak cepat membantu pengungsi Rohingya yang terkatung-katung di laut di lepas pantai Lhoksukon di Aceh.
Rahmad/Antara Foto
Solidaritas sesama Muslim, hukum adat, dan pengalaman konflik dan bantuan asing dapat menjelaskan mengapa orang Aceh sangat terbuka pada orang yang kesulitan.
Perempuan dan anak-anak terancam terlantar di kamp pengungsi di Suriah.
Ahmed Mardnli/EPA
Hak untuk bekerja bagi pengungsi di Malaysia akan berguna untuk memberdayakan mereka, memberi kesempatan untuk mengakumulasi sumber daya sosial dan modal, serta memberi manfaat bagi mereka dan negara.
Pengungsi dari Somalia, Rahma and Anisa duduk di tepian sungai Ciliwung di Jakarta.
Aaron Bunch/AAP
Dengan sikap pemerintah Australia yang menerapkan kebijakan keras terhadap pengungsi, mungkin saatnya pemerintah Indonesia bertindak untuk melindungi para pengungsi yang tinggal di wilayah Indonesia.
Sejumlah pekerja imigran dari Asia di Doha, Qatar. Februari 2014.
Alex Sergeev/Wikimedia
Gilles Pison, Muséum national d’histoire naturelle (MNHN)
Imigrasi dinilai sebagai krisis global. Padahal distribusi imgran di dunia merata. Negara mana dengan jumlah imgran terbanyak? Dari manakah mereka berasal? Data menyajikan jawaban yang mengejutkan.
Perempuan korban tsunami Selat Sunda berdiri di depan rumahnya yang rusak di Kecamatan Sumur, Banten, 26 Desember 2018.
Fajrul Islam/Shutterstock
Dalam perspektif gender, perempuan banyak menjadi korban dalam situasi bencana karena memiliki akses yang lebih rendah terhadap sumber daya seperti sarana toilet dan air bersih selama di pengungsian.
Setelah berhasil melarikan diri dari kekerasan luar biasa di negara asal mereka, banyak pengungsi perempuan dari Somalia menjadi tunawisma dan menderita kemiskinan di Indonesia.
AAP/Aaron Bunch
Semakin banyak negara dunia membatasi penerimaan pengungsi. Sementara di Indonesia, pencari suaka dan pengungsi yang menunggu di Indonesia banyak yang tak memiliki tempat bernaung dan depresi.
Jutaan hidup terombang-ambing.
Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Banyak orang Rohingya di kawasan tak berkewarganegaraan dan hidup terombang-ambing. Itu sebabnya kelancaran kesepakatan repatriasi Rohingya dan apa saja isinya, penting bagi jutaan manusia.
Pengungsi Rohingya di Bangladesh menunggu bantuan kemanusiaan.
Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Persekusi Rohingya dimulai pada 1948, tahun Myanmar merdeka dari penjajahan Inggris.
Imigran dari Myanmar di rumah detensi imigrasi di Medan, 5 April 2013.
Banyak pejabat pemerintah mengakui bahwa rumah detensi imigrasi seharusnya tidak digunakan untuk menampung pengungsi dan pencari suaka. Selain terlalu penuh, tempat detensi didirikan bukan untuk tujuan itu.
Reuters/Roni Bintang
Pemerintah daerah bisa saja diminta menyediakan penampungan bagi pencari suaka dan pengungsi menurut peraturan presiden tentang pengungsi. Ini mungkin akan menemui tantangan dalam pelaksanaannya.
Perempuan Rohingya berjalan di penampungan pengungsi di Delhi, India pada 17 Agustus 2017. Perdana Menteri India mengumumkan bahwa 40.000 etnis Rohingya akan dideportasi.
Cathal McNaughton/Reuters
Langkah pemerintah India baru-baru ini untuk mendeportasi warga Rohingya dari India menunjukkan diskriminasi berbasis agama di jantung kebijakan India soal pengungsi.
Meski Indonesia tidak menandatangani Konvensi Pengungsi 1951, Indonesia tetap harus menghormati prinsip non-refoulement.
EPA/Hotli Simandjuntak
Sebuah peraturan presiden tentang pengungsi yang keluar Desember lalu menjunjung kewajiban hukum kebiasaan internasional untuk tidak mengusir atau mengembalikan pengungsi.
Anthropologue et démographe, professeur émérite au Muséum national d’histoire naturelle et conseiller de la direction de l'INED, Muséum national d’histoire naturelle (MNHN)