tag:theconversation.com,2011:/us/topics/satwa-liar-49828/articlesSatwa Liar – The Conversation2023-11-02T01:51:09Ztag:theconversation.com,2011:article/2168232023-11-02T01:51:09Z2023-11-02T01:51:09ZDari kodok hingga komodo: bagaimana El Nino berdampak buruk bagi satwa liar Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/557027/original/file-20231101-22-isf2g6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Komodo, spesies kadal purba yang kehidupannya terancam panas ektrem karena perubahan iklim. </span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/st33vo/48207621026/in/photostream/">(Steven Straiton/Flickr)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini diterbitkan untuk memeringati Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional pada 5 November 2023.</em></p>
<p>Cuaca panas akibat El Nino yang melanda Indonesia beberapa bulan belakangan bukan cuma membuat kita gerah. Bagi sejumlah satwa liar, efek cuaca panas dan kekeringan bisa mematikan.</p>
<p>El Nino mengancam ruang hidup satwa liar di kawasan tropis karena menyebabkan sungai dan danau mengering, hutan-hutan rusak akibat kebakaran, serta pemanasan permukaan laut. Hal ini diperparah dengan tingkat ancaman satwa liar Indonesia yang berbeda karena wilayahnya merupakan kepulauan. Meski keberagamannya berpotensi lebih tinggi, kelimpahan spesies di kawasan kepulauan jauh lebih rendah dibandingkan kawasan kontinental (daratan luas).</p>
<p>Panel antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) menyepakati <a href="https://www.ipcc.ch/report/ar6/wg1/chapter/chapter-11/">El Nino</a> akan berlangsung lebih sering dan lebih parah akibat iklim yang berubah. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa, Antonio Guterres, bahkan menyebut Bumi sedang menghadapi masa <a href="https://news.un.org/en/story/2023/07/1139162">“pendidihan global”.</a> </p>
<p>Tanpa rencana pencegahan memadai, panas dan kekeringan ekstrem akibat fenomena cuaca berskala besar ini akan mengancam kelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.</p>
<h2>Dampak El Nino terhadap satwa Indonesia</h2>
<p>Kekurangan air akibat El Nino mengancam langsung satwa-satwa yang bergantung padanya, contohnya amfibi. Satwa jenis ini berperan penting dalam rantai makanan: pengendali alami populasi serangga dan pakan bagi spesies lainnya seperti ular dan elang. Kehilangan amfibi pun akan mengganggu <a href="http://www.herpconbio.org/Volume_9/Issue_1/Hocking_Babbitt_2014.pdf">proses penting dalam ekosistem</a> seperti pengadukan tanah (bioturbasi) dan penguraian.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Dampak perubahan iklim terhadap amfibi" src="https://images.theconversation.com/files/557029/original/file-20231101-19-bn23t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/557029/original/file-20231101-19-bn23t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/557029/original/file-20231101-19-bn23t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/557029/original/file-20231101-19-bn23t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=401&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/557029/original/file-20231101-19-bn23t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/557029/original/file-20231101-19-bn23t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/557029/original/file-20231101-19-bn23t6.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Katak terbang Wallace, salah satu spesies amfibi langka yang tertekan karena perubahan iklim dan alih fungsi hutan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.flickr.com/photos/rushen/29613780731/in/photostream/">(Rushen/Flickr)</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Meski hidup di dua alam, amfibi—yang terdiri dari katak, kodok, ataupun salamander—mengawali hidupnya dari air. Ketiadaan air akan membuat amfibi sulit berkembang biak. Sementara, di kawasan tropis beberapa jenis amfibi di kawasan tropis memiliki usia yang pendek, hanya <a href="https://www.jstor.org/stable/1565447">dua tahun.</a> </p>
<p>Musim kemarau berkepanjangan dapat meningkatkan risiko kepunahan spesies amfibi di Indonesia, yang saat ini tercatat mencapai <a href="https://www.semanticscholar.org/paper/Human-Impact-on-Amphibian-Decline-in-Indonesia-Iskandar/ada33e9b999da53bcbc5226349a968abd4e7ded0">270 jenis</a>. Meski secara global amfibi sedang menghadapi <a href="https://www.nature.com/articles/s41586-023-06578-4">gelombang kepunahan</a> salah satunya karena perubahan suhu, dampaknya bagi amfibi di Indonesia belum banyak diteliti.</p>
<p>Selain amfibi, satwa lainnya yang terancam adalah ikan-ikan terutama spesies bermigrasi di sungai berarus deras dengan kadar oksigen tinggi. Penurunan debit air akibat kemarau akan mengurangi arus sungai, sehingga mengurangi kadar oksigen di dalamnya. Hal ini membuat ikan kesulitan mencapai tempat migrasi (biasanya untuk bertelur) atau mati dalam perjalanan.</p>
<p>Salah satu contohnya adalah ikan tambra (<em>Tor tambroides</em>) di sungai-sungai di Kalimantan, Jawa, Sumatra, hingga beberapa kawasan Asia Tenggara. Kekeringan berisiko memperparah penurunan <a href="https://smujo.id/biodiv/article/download/364/385">populasi ikan ini</a> yang memang sudah tertekan karena perburuan dan kerusakan habitat. </p>
<p>Kekeringan di sumber air besar juga dapat mengancam langsung keberadaan populasi ikan-ikan endemik. Misalnya, kekeringan di Danau Poso, Sulawesi Tengah, turut mengancam ikan Popta’s Buntingi, satu dari beberapa spesies ikan endemik Danau Poso yang <a href="https://iktiologi-indonesia.org/ikan-endemik-danau-poso/">berstatus terancam punah.</a>. Kekeringan di Danau Sentarum, Kalimantan Barat, juga berisiko bagi kelangsungan <a href="https://www.rri.co.id/daerah/361722/danau-sentarum-mengering-tanah-di-dasar-merekah?utm_source=news_slide&utm_medium=internal_link&utm_campaign=general_campaign">ikan arwana merah,</a> spesies <a href="https://www.iucnredlist.org/species/152320185/89797267">langka</a> penghuni kawasan tersebut. </p>
<p>Di hutan-hutan, primata yang hidup sepenuhnya di pepohonan atau arboreal tidak lepas dari tekanan El Nino. Saat kemarau ekstrem datang, pepohonan akan menyesuaikan diri dengan menghasilkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0304423819309367">buah yang lebih kecil dari biasanya.</a> Hal ini memengaruhi kelimpahan pakan sehingga mengganggu kehidupan mereka. </p>
<p>Owa Jawa merupakan primata <a href="https://www.iucnredlist.org/species/10550/17966495">langka</a> yang berisiko terimbas tekanan ini. Pasalnya, Owa tidak bisa melahap pakan daun dan biji-bijian, hanya buah-buahan.</p>
<p>Selain persoalan pakan, kesehatan primata juga terdampak langsung kebakaran hutan yang mengganas lantaran El Nino. <a href="https://theconversation.com/asap-kebakaran-hutan-menyebabkan-orang-utan-jarang-bergerak-dan-suaranya-menjadi-parau-208473">Studi terbaru</a> menyebutkan asap kebakaran menyebabkan suara orang utan menjadi parau dan diduga mengalami peradangan saluran pernapasan. Ini menjadi berita buruk, apalagi bila terjadi pada orang utan tapanuli yang populasinya tinggal <a href="https://www.iucnredlist.org/species/120588639/120588662">800 ekor.</a> </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/el-nino-2023-kebakaran-hutan-bermunculan-di-indonesia-ini-3-strategi-agar-tak-meluas-199407">El Nino 2023: kebakaran hutan bermunculan di Indonesia, ini 3 strategi agar tak meluas</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Cuaca panas juga dapat membalikkan upaya konservasi kadal purba komodo yang selama ini berjalan positif. El Nino dapat mematikan pohon-pohon sehingga anak-anak komodo kian rentan dimangsa oleh komodo dewasa. </p>
<p>Saat ini, anak-anak komodo kerap memanjat pohon untuk menyelamatkan diri. Tanpa El Nino saja, hanya <a href="https://www.iucnredlist.org/species/22884/123633058">1 dari 10</a> anak-anak komodo yang tumbuh dewasa. Bayangkan jika pada masa depan El Nino semakin kuat dan sering, anak-anak komodo yang bertahan hidup bisa semakin sedikit. </p>
<p>El Nino juga dapat memanaskan permukaan laut dan meningkatkan <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3758178/">keasamannya</a> sehingga dapat menyebabkan terumbu karang memutih, bahkan mati. Ini dapat mengancam ekosistem perairan Indonesia yang termasuk dalam Segitiga Karang Dunia sekaligus rumah bagi <a href="https://www.researchgate.net/publication/240629853_Indonesian_marine_and_coastal_biodiversity_Present_status#:%7E:text=(2014)%20reported%20about%201%2C100%20and,...">1.100 dan 5.300 spesies flora dan fauna perairan.</a> </p>
<h2>Segera bertindak</h2>
<p>Pemerintah sebaiknya menyediakan pendanaan cukup untuk meneliti dampak perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati. Pengetahuan kita mengenai dampak perubahan iklim di Indonesia sangat minim. Sementara, kerusakan habitat tersebut terus meningkat. </p>
<p>Sebagai langkah awal, Indonesia harus menggenjot penelitian yang memprediksi dampak perubahan iklim terhadap kehidupan satwa liar. Pemanfaatan teknologi pemantauan, pelaporan, dan verifikasi berskala luas menggunakan teknologi seperti peraba jarak jauh optik (LiDAR) ataupun Sistem Informasi Geografis harus dilakukan. </p>
<p>Teknologi ini memungkinkan kita untuk mengetahui pola-pola aktivitas satwa liar bahkan secara langsung. Harapannya, jika otoritas cuaca meramalkan cuaca ekstrem akan terjadi, kita bisa bertindak cepat—berbasiskan data pemantauan—untuk mencegah dampak negatifnya bagi satwa liar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/el-nino-2023-juga-berdampak-ke-laut-bencana-bagi-ikan-dan-karang-204118">El Nino 2023 juga berdampak ke laut, bencana bagi ikan dan karang</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sistem pemantauan berbasis data ini jangan dibangun terpusat. Indonesia, dengan karakternya sebagai negara kepulauan, justru perlu memanfaatkan perguruan tinggi dan lembaga penelitian di daerah agar kegiatan pemantauan satwa liar tersebar di kawasan masing-masing. </p>
<p>Indonesia juga dapat meningkatkan penggalian materi biodiversitas untuk keperluan pangan, papan, obat-obatan, aromaterapi, kosmetik, dan lainnya dalam program pemanfaatan produk berbasis sumber daya hayati (<em>bioprospecting</em>) yang lebih terencana. Penggalian materi biologi juga perlu dilakukan bekerja bersama masyarakat adat, agar mereka dapat memanfaatkan material genetik dengan baik. Selain itu <em>bioprospecting</em> perlu digalakkan di berbagai perguruan tinggi di dalam negeri khususnya dan kalau perlu saja dengan perguruan tinggi luar negeri. </p>
<p>Indonesia juga dapat menjajaki sistem kredit biodiversitas, artinya memberi <a href="https://www.iucn.org/resources/issues-brief/biodiversity-offsets">kredit bagi pelestarian keanekaragaman hayati</a>. Kredit ini dapat dijual ke perusahaan untuk menebus aktivitasnya yang berdampak pada biodiversitas. Dana hasil penjualan kemudian bisa kita gunakan untuk memperkuat usaha pelestarian flora dan fauna di tanah air.</p>
<p>Tanggal 5 November adalah Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Semoga peringatan hari ini dapat memicu kita untuk tidak sekadar ‘menunggu’ dampak perubahan iklim, tapi aktif bertindak untuk mencegah dampaknya bagi seluruh kehidupan liar di Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/216823/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jatna adalah Guru Besar Biologi Konservasi Universitas Indonesia sekaligus anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.</span></em></p>Kekeringan berdampak parah bagi amfibi, ikan-ikan, primata, kehidupan laut, hingga reptil purba.Jatna Supriatna, Professor of Conservation Biology, Universitas IndonesiaLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2158022023-10-18T02:18:55Z2023-10-18T02:18:55ZBuaya muara perlahan kembali ke Bali dan Jawa. Apa kita bisa belajar hidup bersama mereka?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/554178/original/file-20231016-29-woipe3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=20%2C20%2C6689%2C4446&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Pada 4 Januari tahun ini, buaya muara sepanjang tiga meter muncul ke permukaan air dan naik ke pantai. Tidak ada yang aneh dengan itu, kecuali <a href="https://denpasar.suara.com/read/2023/01/04/173710/heboh-buaya-29-meter-ditangkap-di-pantai-legian-bali-dari-mana-asalnya">lokasi kemunculannya di Pantai Legian,</a>, salah satu destinasi wisata favorit di Bali. Tak lama kemudian, buaya yang sudah kurus itu <a href="https://www.9news.com.au/world/bali-crocodile-rescuer-reveals-fate-of-reptile-who-washed-ashore-popular-beach/3738e466-a700-442d-aa5f-47ecc3c3d8c8">mati.</a></p>
<p>Empat bulan berselang, <a href="https://regional.kompas.com/read/2023/04/30/152218878/pria-ini-tewas-dimakan-buaya-saat-cari-ikan-di-pantai-lombok-tengah">seekor buaya besar membunuh seorang laki-laki</a> yang sedang mencari ikan bersama temannya di Teluk Awang, Lombok, sekitar 100 km di sebelah timur Bali. Otoritas pun menangkap si buaya lalu membawanya ke penangkaran.</p>
<p>Kamu mungkin tidak mengaitkan Bali dengan buaya. Namun, sebenarnya dulu buaya muara dapat ditemukan di kebanyakan perairan Indonesia. Kasus serangan buaya di beberapa daerah bahkan masih terjadi. </p>
<p>Sejak 2010, saya mengumpulkan catatan serangan buaya. Saya juga pembuat basis data global tentang serangan buaya, CrocAttack. Yang baru dari kabar di atas adalah, buaya mulai kembali di area-area yang sebelumnya mereka telah disingkirkan.</p>
<p>Apakah ini berarti penduduk dan wisatawan harus khawatir? Sepertinya tidak. Kecil kemungkinan pulau Bali dan Jawa bisa menjadi seperti layaknya habitat buaya muara di sungai besar banyak ikan di kawasan tropis Australia utara. Di Bali, kita juga akan sulit menemukan populasi buaya tumbuh kembali karena pantainya yang sangat penting bagi pariwisata dan penduduk yang padat.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Seekor buaya muara berukuran besar diikat ke perahu dengan tali" src="https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=284&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=284&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=284&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=357&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=357&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/550525/original/file-20230927-29-eo085s.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=357&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Buaya air asin sepanjang 4,6 meter ini ditangkap di Lombok setelah serangan fatal tersebut di bulan Mei.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Bali Reptile Rescue</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Apa yang terjadi dengan buaya Indonesia?</h2>
<p>Buaya muara (<em>Crocodylus porosus</em>) yang senang menghuni sungai berhutan mangrove, juga dikenal dengan buaya air asin. Mereka adalah reptil terbesar yang hidup saat ini. Panjangnya bisa mencapai tujuh meter, jauh lebih besar dari komodo Indonesia yang terkenal, dengan panjang maksimal tiga meter.</p>
<p>Dulu, buaya dapat ditemukan di sepanjang kepulauan Indonesia. Kami memiliki catatan buaya menyerang manusia di <a href="https://resolver.kb.nl/resolve?urn=ddd:011071456:mpeg21:a0021">Bali sejak awal abad ke-20</a>. Kasus serupa juga ditemukan <a href="https://www.researchgate.net/publication/279806685_RECENT_REPORTS_OF_SALTWATER_CROCODILES_WITHIN_EAST_JAVA_AND_BALI_PROVINCES_IN_INDONESIA">di banyak wilayah di pulau Jawa hingga dekade 1950-an</a>. Bahkan di Ibu Kota Indonesia, Jakarta, <a href="https://voi.id/en/memori/20438">buaya-buaya menghuni banyak sungai yang melintasi kota</a>.</p>
<p>Buaya di Bali dan Lombok <a href="https://www.researchgate.net/publication/279806685_RECENT_REPORTS_OF_SALTWATER_CROCODILES_WITHIN_EAST_JAVA_AND_BALI_PROVINCES_IN_INDONESIA">banyak dibunuhi pada pertengahan abad ke-20</a>, dan setelahnya di sepanjang Jawa. Namun, mereka bertahan hidup di daerah-daerah terluar Indonesia. </p>
<p>Saat ini, buaya acap ditemui di pulau Jawa yang padat penduduk, termasuk di <a href="https://news.detik.com/berita/d-4069902/misteri-buaya-25-meter-yang-muncul-di-tanjung-priok">laut Jakarta</a>. Setidaknya ada 70 orang yang <a href="https://www.theguardian.com/australia-news/2023/may/02/crocodile-catch-conservationists-warn-against-proposed-queensland-cull">terbunuh karena serangan buaya setiap tahunnya</a> di negara kepulauan ini. Kasus serangan tertinggi terjadi di Kepulauan Bangka-Belitung, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/East_Kalimantan">Kalimantan Timur</a>, <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/East_Nusa_Tenggara">Nusa Tenggara Timur</a>, dan <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Riau">Riau</a>. </p>
<h2>Apakah populasi buaya meningkat pesat?</h2>
<p>Kasus-kasus serangan di atas menandakan populasi buaya yang meningkat. Namun, peningkatan populasi buaya tidak sebesar kelihatannya.</p>
<p>Di banyak pulau di Indonesia, hanya ada sedikit <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0264837716302009">kawasan mangrove yang cocok menjadi habitat buaya</a>. Banyak anak sungai dan sungai yang secara alami mungkin terlalu kecil untuk menampung populasi buaya dalam jumlah besar. Bahkan, penambahan populasi sedikit saja bisa memenuhi kapasitas buaya di muara dan anak sungai dengan cepat.</p>
<p>Dibandingkan jenis buaya lainnya, buaya muara merupakan <a href="https://environment.des.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0028/88273/crocodile-monitoring-plan.pdf">jenis paling teritorial atau hanya menguasai satu kawasan yang ditinggalinya</a>. Buaya muara jantan dominan akan mengusir pejantan lainnya yang lebih kecil <a href="https://wildlife.onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/jwmg.767">yang akan keluar untuk mencari habitat baru</a>. </p>
<p>Hingga saat ini, mayoritas survei buaya di Indonesia baru mengungkapkan populasi yang <a href="https://jurnalbiologi.perbiol.or.id/home/article/9e75989e-d8e2-41f0-9b8a-c9a2992c9cbe">kecil</a> dan <a href="https://www.researchgate.net/publication/345977330_A_preliminary_study_on_the_population_and_habitat_of_saltwater_crocodile_Crocodylus_porosus_in_Timor_Island_East_Nusa_Tenggara">kepadatan yang rendah</a>. Namun, tetap saja, keberadaan satu individu buaya ke kawasan manusia dapat memicu konflik, sekaligus mengancam pelestarian spesies ini.</p>
<p>Di seluruh dunia, buaya muara tergolong spesies yang populasinya tidak terlalu mengkhawatirkan, sebagaimana tertulis dalam Daftar Merah Satwa Terancam versi Uni Internasional Konservasi Alam (IUCN). Status ini disokong oleh <a href="https://www.iucncsg.org/365_docs/attachments/protarea/18%20--8088e67a.pdf">pemulihan penuh populasi buaya muara di beberapa daerah di Australia utara</a> setelah perburuannya dilarang pada awal dekade 1970-an. Namun, di Kamboja,, Thailand, dan Vietnam, spesies ini telah punah. </p>
<p>Bahkan di Australia bagian utara yang berpenduduk jarang, <a href="https://www.theguardian.com/australia-news/2023/may/02/crocodile-catch-conservationists-warn-against-propose-queensland%20-cull">masih terjadi konflik antara manusia dan buaya</a>, meskipun ini relatif jarang terjadi. Di Indonesia, konflik diperparah dengan populasi manusia yang sangat besar sehingga <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0264837716302009">memberikan tekanan pada habitat buaya</a>.</p>
<h2>Dari mana buaya Bali berasal?</h2>
<p>Kamu mungkin melihat peta dan mengira buaya yang kembali ke Bali berasal dari Australia. Namun, saat ini tidak ada bukti <a href="https://www.straitstimes.com/asia/australianz/killer-crocodiles-why-are-more-humans-being-at%20Attacked-in-east%20-timor#:%7E:text=Timor%20Timor%20duduk%20antara%20Indonesia,dan%20mengumpulkan%20air%20hingga%20minuman.">perpindahan buaya secara signifikan antara Australia dan Indonesia</a>. Hanya buaya pemberani yang mau berenang lebih dari seribu kilometer dari Australia ke Bali.</p>
<p>Kondisi yang mungkin terjadi saat ini adalah eksodus buaya dari daerah sekitar—meskipun kita perlu melakukan analisis genetik untuk membuktikannya. Pasalnya, kantong-kantong populasi buaya yang masih bertahan saat ini lebih dekat dibandingkan Australia. </p>
<p>Untuk Bali dan Lombok, buaya kemungkinan besar bermigrasi dari pulau-pulau di sebelah timur, seperti <a href="https://www.researchgate.net/publication/349111616_Saltwater_crocodile_Crocodylus_porosus_actions_in_East_Nusa_Tenggara_Indonesia">Flores, Lembata, Sumba, dan Timor</a>.</p>
<p>Sementara itu, kedatangan buaya Jawa saat ini kemungkinan besar berasal dari Sumatra bagian selatan, yang berjarak kurang dari 30 km dari Pulau Jawa. Kawasan ini sudah lama rawan serangan buaya.</p>
<h2>Apa dampaknya bagi penduduk dan wisatawan?</h2>
<p>Awal bulan ini, ada foto seekor buaya berukuran cukup besar <a href="https://www.detik.com/sumut/berita/d-6948883/buaya-nyantai-berjemur-di-keramba-%20nelayan-tak-berani-beraktivitas">yang berjemur di keramba di Lombok Barat</a>, jaraknya kurang dari 50 km dari lokasi wisata Gili Matra.</p>
<p>Naiknya jumlah penampakan dan serangan menunjukkan bahwa kita harus mencari cara untuk hidup berdampingan dengan reptil ini. Saat ini, kawasan pesisir dan muara di Lombok dan Jawa bagian barat kemungkinan besar menjadi tempat tinggal bagi sejumlah kecil penduduk.</p>
<p>Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegah serangan? Pertama, orang harus tahu bahwa buaya telah kembali. Sangat penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap buaya guna menyelamatkan nyawa.</p>
<p>Beberapa peneliti meyakini serangan terhadap manusia dan hewan ternak lebih berisiko terjadi jika <a href="https://www.researchgate.net/publication/352055695_MAPPING_THE_DISTRIBUTION_OF_SALTWATER_CROCODILE_Crocodylus_porosus_AND_RISKS_OF_HUMAN-CROCODILE_CONFLICTS_IN_SETTLEMENTS_AROUND%20_KUTAI_NATIONAL_PARK_EAST_KALIMANTAN">kawasan mangrove telah dihancurkan atau wilayah penangkapan ikan sudah dieksploitasi habis-habisan</a>. Perlindungan habitat buaya dan spesies mangsanya dapat mengamankan masa depan buaya muara sekaligus mengurangi risiko serangan.</p>
<p>Apakah ini berarti kamu harus membatalkan perjalanan berikutnya ke Bali? Tidak. Meskipun upaya restorasi telah <a href="https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/123/1/012022/pdf">mengembalikan kembali hutan mangrove</a> di beberapa garis pantai di Bali, popularitasnya justru memperkecil kemungkinan populasi buaya akan kembali hidup di sana.</p>
<p>Namun, kita bisa melihat buaya perlahan-lahan kembali ke wilayah yang kurang penduduknya di Jawa dan Lombok. Meskipun mungkin membuat kita cemas, buaya adalah bagian penting dari ekosistem. Mereka sudah seharusnya berada di sana.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/215802/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Brandon Michael Sideleau terrafiliasi dengan IUCN Crocodile Specialist Group.</span></em></p>Setelah puluhan tahun absen, buaya kini terlihat di Bali, Lombok, dan Jawa. Hal ini baik bagi spesies – namun bagaimana dengan kita?Brandon Michael Sideleau, PhD student studying human-saltwater crocodile conflict, Charles Darwin UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2097922023-10-16T02:13:03Z2023-10-16T02:13:03ZBagaimana pedoman TikTok belum ampuh menangkal perdagangan burung ilegal di Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/539068/original/file-20230724-15-ad4k75.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Burung cica-daun kecil, spesies yang berkerabat dekat dengan cica-daun besar, yang populasinya juga menurun dari perdagangan burung cucak ijo pada umumnya.</span> <span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>Di seluruh Asia Tenggara, berbagai jenis burung pekicau (<em>songbird</em>) tak pernah lepas dari tekanan perburuan. Masyarakat menganggap burung ini sebagai peliharaan, ornamen, satwa yang dilepas pada upacara doa, hingga peserta kompetisi nyanyian. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/AbIcSRu81Ic?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Kontes burung pekicau yang tetap digelar meski di tengah pandemi COVID-19.</span></figcaption>
</figure>
<p>Misalnya, burung cucak rawa (<em>Pycnonotus zeylanicus</em>) yang banyak dipelihara di kawasan ini, termasuk oleh <a href="https://travel.kompas.com/read/2010/01/03/08192584/burung-cucakrawa-gus-dur-pun-kesepian">Presiden Indonesia keempat, Abdurrahmad Wahid atau Gus Dur.</a> Menurut Daftar Merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), burung cucak rawa berstatus Kritis Terancam (<a href="https://www.iucnredlist.org/species/22712603/183176477"><em>Critically Endangered</em></a>) atau satu kategori sebelum dinyatakan Punah di Alam (<em>Extinct in the Wild</em>).</p>
<p>Pertumbuhan teknologi internet yang pesat memfasilitasi perdagangan burung kicauan dan para pelaku konservasi masih kesulitan mengatasinya. Pasalnya, internet menyediakan jalur baru bagi eksploitasi, perdagangan, dan penjualan satwa liar, termasuk burung kicauan. Tren perdagangan <em>online</em> juga kian tinggi akibat pembatasan sosial selama pandemi.</p>
<p>Tren ini memperparah <a href="https://policycommons.net/artifacts/1924820/conservation-strategy-for-southeast-asian-songbirds-in-trade/2676591/">“Krisis Kepunahan Burung Pekicau Asia”</a>, sebutan IUCN untuk kondisi kedaruratan populasi jenis burung tersebut di alam liar. </p>
<p>Indonesia termasuk dalam <a href="https://policycommons.net/artifacts/1924820/conservation-strategy-for-southeast-asian-songbirds-in-trade/2676591/">titik panas atau <em>hotspot</em> ancaman ini.</a> Belum ada data yang pasti seputar berapa banyak burung yang diperdagangkan setiap tahun. Namun, studi oleh tim peneliti Manchester Metropolitan University pada 2019 memperkirakan ada sekitar <a href="https://doi.org/10.1016/j.biocon.2019.108237">66-84 juta burung yang dipelihara dalam kandang</a> oleh sekitar 36 juta rumah tangga di Pulau Jawa.</p>
<p>Salah satu tren yang pernah dipelajari adalah melalui platform <em>e-commerce</em> (lokapasar) <a href="https://helda.helsinki.fi/server/api/core/bitstreams/5dfe9159-b774-4a9d-a004-4dc7c61b81eb/content">OLX di Indonesia</a>.</p>
<p>Selama Maret 2023, kami mengamati platform media sosial TikTok masih dipakai untuk mengiklankan dan memfasilitasi perdagangan spesies burung Indonesia yang dilindungi dan terancam punah. </p>
<p>Temuan kami juga sekaligus membuktikan bahwa pedoman satwa liar ilegal yang dirilis Tiktok sejak 2021 masih belum ampuh mengatasi perdagangan burung pekicau di Indonesia. Hasil pengamatan kami terbit dalam <a href="https://doi.org/10.1017/S0030605323000510">jurnal <em>Oryx</em></a> pada Juli 2023.</p>
<h2>Modus promosi dan perdagangan burung dilindungi TikTok</h2>
<p>Maraknya perdagangan satwa liar di internet terjadi karena para pedagang dan pembeli satwa liar mudah mengadaptasi segala bentuk teknologi dan media sosial dengan sesuai kebutuhan. Di Indonesia, jumlah <a href="https://www.statista.com/statistics/1299807/number-of-monthly-unique-tiktok-users/">100 juta pengguna TikTok</a> turut mengartikan negara ini termasuk pasar yang potensial. </p>
<p>Di media sosial seperti TikTok, promosi dan perdagangan satwa liar lebih mudah dilakukan. Pasalnya, para pengguna dapat menyamarkan identitas mereka. Perdagangan di platform daring juga kemungkinan lebih marak karena potensinya untuk mencapai pasar yang lebih luas dan mendapatkan <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0143622821001211?via%3Dihub#bib49">harga jual yang lebih tinggi.</a></p>
<p>Salah satu contohnya, kami menemukan suatu akun Tiktok mengunggah konten yang mempromosikan burung cica-daun besar (<em>Chloropsis sonnerati</em>)–nama akun dan nomor telepon kami samarkan. Postingan tersebut juga menampilkan komentar akun-akun yang berminat membeli. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=1132&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=1132&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=1132&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1422&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1422&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/539066/original/file-20230724-23135-2q5eep.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1422&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Contoh postingan Tik Tok yang menggambarkan perdagangan burung kicau liar di Indonesia, berikut Cica-daun besar atau cucak ijo. Dalam menyajikan gambar ini, kami telah menggunakan alat pengolahan gambar yang mematuhi privasi untuk membatasi risiko pengenalan identitas pengguna TikTok ini.</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Burung cica-daun besar atau yang bernama lain “cucak ijo” ini tergolong spesies terancam dan dilindungi berdasarkan <a href="https://ksdae.menlhk.go.id/assets/news/peraturan/P.20_Jenis_TSL_.pdf">Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.</a> Di sisi lain, spesies ini <a href="https://doi.org/10.1016/j.biocon.2019.108237">juga populer sebagai burung peliharaan</a> di seluruh Jawa.</p>
<p>Dalam konten yang kami temui, sang pengunggah menggunakan nama dagang ‘Cak ijo’ dari burung cucak ijo. Pemakaian nama samaran ini kami duga dilakukan untuk menghindari deteksi nama burung oleh platform Tiktok.</p>
<p>Pengunggah juga menggunakan istilah-istilah seperti “PH” (paruh hitam), “jamin jantan” (dijamin jantan). Berdasarkan identifikasi kami, posting tersebut mungkin menampilkan burung jantan muda atau burung betina dewasa dari spesies (<em>Chloropsis sonnerati</em>). </p>
<p>Ada juga informasi lainnya berupa “450 eceran:” yang artinya harga jual burung ini sebesar Rp450 ribu per ekor. Sementara itu, “WA” adalah singkatan dari platform pesan instan WhatsApp. Sejauh pengamatan kami, media sosial TikTok hanya digunakan untuk tempat iklan. Transaksi sebenarnya lazim terjadi melalui WhatsApp.</p>
<h2>Sejauh mana pedoman TikTok efektif?</h2>
<p>Pada awal 2021, TikTok bergabung dengan <a href="https://www.endwildlifetraffickingonline.org/">Koalisi untuk Mengakhiri Perdagangan Satwa Liar Online</a>. </p>
<p>Mereka merilis pedoman yang menyatakan bahwa “setiap konten yang menampakkan atau mempromosikan perburuan atau perdagangan satwa liar ilegal tidak diperbolehkan di platform kami dan akan dihapus ketika teridentifikasi.” Saat itu, Tiktok juga mengklaim telah menghapus sekitar <a href="https://newsroom.tiktok.com/en-gb/update-on-protect-wildlife-online">73,5%</a> konten semacam itu sebelum mendapatkan satu penonton pun. </p>
<p>TikTok memiliki tanggung jawab dan komitmen untuk tidak memperbolehkan penjualan spesies yang terancam punah secara online. Meskipun Cica-daun besar dijual di pasar fisik, TikTok dapat memastikan bahwa burung ini juga tidak diiklankan secara online. </p>
<p>Kendati demikian, sejak pernyataan tahun 2021, tidak jelas apa yang dilakukan oleh TikTok untuk memperbarui atau bahkan menerapkan kebijakan ini.</p>
<h2>Langkah ke depan</h2>
<p>Tiktok memerlukan lebih banyak orang untuk memantau perdagangan burung di platformnya. Platform ini juga harus lebih tegas menerapkan panduan untuk meredam laju perdagangan satwa liar di media sosial.</p>
<p>Sementara itu, pemerintah dapat terus memantau perdagangan burung dan perdagangan satwa liar ilegal lainnya hingga ke media-media daring baru dan populer seperti TikTok. </p>
<p>Meskipun langkah ini dilakukan, kami menyadari perdagangan burung ilegal dan spesies dilindungi lainnya tetap juga terjadi secara langsung di pasar. Oleh karena itu, para pelaku konservasi dapat berperan dengan terus-menerus membahas peran perdagangan satwa secara daring dan dampaknya terhadap populasi di alam, terutama burung-burung di Indonesia yang menghadapi tekanan intens akibat perdagangan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209792/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sicily Bambini Fiennes menerima dana dari Extinction Studies Doctoral Training Program, Universitas Leeds dan Society for Conservation Biology. </span></em></p>Tiktok melanggar pedoman yang diterbitkannya sendiri.Sicily Bambini Fiennes, PhD Student, University of LeedsLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2136592023-09-19T08:07:18Z2023-09-19T08:07:18ZTerakhir terlihat 90 tahun lalu, spesies cacing aneh ditemukan merayap di Malaysia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/548495/original/file-20230426-22-inbhaz.png?ixlib=rb-1.1.0&rect=102%2C173%2C1374%2C665&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Spesimen pertama Bipalium admarginatum ditemukan oleh George Verdon di hutan sebuah pulau tropis. </span> <span class="attribution"><span class="source">George Verdon</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/">CC BY-SA</a></span></figcaption></figure><p>George Verdon, pembuat film satwa liar profesional, tidak memercayai apa yang dia lihat. Dia secara tidak sengaja menemukan seekor hewan yang sulit dikenali ketika sedang berlari. Saat itu George berlari menyusuri hutan di pulau di semenanjung Malaya. Jadi, peluang dia menemukan sesuatu yang aneh jauh lebih tinggi dari biasanya. Namun demikian, hewan ini memang benar-benar unik.</p>
<p>Panjangnya sekitar 10 cm dan tampak seperti cacing. Ia juga memiliki warna peringatan garis-garis yang mencolok dan untuk sesaat hampir tampak seperti ular remaja kecil. Namun, ketika melihat kepalanya–berkepala martil dan pipih serta tampak tidak bermata–jelas ada sesuatu yang berbeda.</p>
<p>Sebagai pembuat film satwa liar profesional, George telah melihat banyak hewan aneh, tapi bingung dengan yang satu ini. Setelah berselancar di internet, dia menemukan ada beberapa ilmuwan yang cukup gila (kami) untuk mempelajari makhluk aneh ini.</p>
<p>Selama 10 tahun terakhir, kami berupaya mengkarakterisasi cacing pipih darat yang menyerang negara-negara Eropa, seperti <a href="https://theconversation.com/obama-nungara-how-a-flatworm-from-argentina-jumped%20-the-atlantic-and-invaded-france-131186"><em>Obama nungara</em></a>, sekarang ditemukan di lebih dari 70 departemen (wilayah setara dengan kabupaten) di Prancis, atau spesies raksasa <a href="https://theconversation.com/yes-giant-predatory-worms-really%20-sedang-menyerang-perancis-97106"><em>Bipalium kewense</em></a>. George menghubungi kami pada Agustus 2019. Dia mengirimi kami email berisi beberapa foto dan menanyakan apakah kami mengetahui lebih banyak tentang hal itu.</p>
<p>Jika dibandingkan dengan literatur ilmiah, ternyata spesies tersebut belum pernah terlihat selama 90 tahun sejak pertama kali ditemukan: <em>Bipalium admarginatum</em>. Spesies ini belum tercatat sejak pertama kali dijelaskan pada 1933 oleh de Beauchamp, di sebuah pulau tidak jauh dari George melihatnya.</p>
<p>Tentu saja, kami sangat gembira dan bertanya kepada George apakah dia telah mengumpulkan spesimen yang telah dilihatnya. Untuk beberapa alasan yang tidak kami mengerti, dia keluar untuk joging tanpa peralatan lapangan, dan kemudian membiarkan hewan itu meluncur kembali ke serasah dedaunan atau dedaunan kering. Kami bertanya kepadanya apakah dia dapat menelusuri kembali ke dalam hutan untuk menemukan beberapa spesimen. Kami juga memberi instruksi tentang cara terbaik untuk menemukan dan menangkapnya.</p>
<h2>Kera, dan empat kali lipat minuman gin dan air tonik… tanpa tonik</h2>
<p>George kembali ke lokasi penampakan dengan membawa botol pengumpul, tang larva, dan bantuan Liv Grant (seorang teman dan kolega). Hasilnya, dia menemukan lebih banyak spesies tersebut. Namun, usahanya baru setengah dari tantangan yang ada, karena mereka ternyata berada di wilayah kera (<em>macaques</em>) yang tampak tak ramah. </p>
<p>Liv mengambil tugas menangkis para kera. Sementara, George buru-buru mengumpulkan spesimen lalu keduanya segera mundur.</p>
<p>Sejauh ini usaha keduanya bagus, tapi bagaimana cara melestarikannya? Instruksi yang kami berikan adalah masukkan hewan-hewan tersebut ke dalam etanol murni. Namun, pulau-pulau tropis terkenal dengan kekurangan pasokan laboratoriumnya, atau setidaknya begitulah yang kami pikir. </p>
<p>George ternyata menemukan solusinya: dia menyiapkan empat kali lipat minuman gin dan air tonik (<em>gin and tonic</em>)–mirip air soda tapi mengandung kina dan gula, tanpa tonik, jeruk nipis, es, dan payung. Setelah memasukkan spesimen ke dalam botol berisi gin, George membawanya ke Michelle Soo, di Universitas UCSI Kuala Lumpur, yang bertugas memverifikasi penemuan tersebut.</p>
<h2>Genom mitokondria lengkap</h2>
<p>Langkah selanjutnya adalah mencoba analisis molekuler hewan tersebut. Hal ini penting untuk mengkarakterisasi dan memahami hubungannya dengan spesies lain dari genus <em>Bipalium</em>. Biasanya hal ini hanya dilakukan <a href="https://peerj.com/articles/4672/">pada spesimen yang diawetkan dengan baik dalam etanol absolut</a>, tapi Romain Gastineau di Universitas Szczecin di Polandia tetap mencobanya. </p>
<p>Berkat teknik pengurutan genom generasi berikutnya, kami dapat mengkarakterisasi genom mitokondria lengkap <em>Bipalium admarginatum</em>, meskipun hasil panen asli ini dari gin.</p>
<p>Hanya sekitar 10 mitogenom lengkap yang diketahui dalam famili ini. Sisanya diperoleh dari spesimen yang dikumpulkan dalam kondisi kurang sempurna dan <a href="https://peerj.com/articles/12725/">etanol sempurna di laboratorium</a>. </p>
<p>Kerja kami ini layak untuk <a href="https://doi.org/10.11646/zootaxa.5277.3.11">publikasi</a>. Kami bahkan mampu meyakinkan jurnal ilmiah <a href="https://doi.org/10.11646/zootaxa.5277.3.11">untuk menambahkan ringkasan dalam bahasa Melayu</a>, untuk meyakinkan warga negara tersebut untuk mengumpulkan cacing aneh apa pun yang mereka temukan. Mudah-mudahan kami dapat menerima spesimen lainnya. Sebab, masih banyak spesies luar biasa yang dapat ditemukan ataupun ditemukan kembali.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/213659/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jean-Lou Justine menerima dana dari National Museum of Natural History, Paris.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Leigh Winsor, Michelle Soo, dan Romain Gastineau tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Spesies ini belum tercatat sejak pertama kali dijelaskan pada 1933 oleh de Beauchamp, di sebuah pulau tidak jauh dari George melihatnya.Jean-Lou Justine, Professeur, UMR ISYEB (Institut de Systématique, Évolution, Biodiversité), Muséum national d’histoire naturelle (MNHN)Leigh Winsor, Adjunct Senior Research Fellow, James Cook UniversityMichelle Soo, Assistant Professor, Deputy Dean of the Department of Biotechnology, UCSI UniversityRomain Gastineau, Professeur assistant (Institut des sciences de la mer et de l'environnement), University of SzczecinLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2109432023-08-03T06:27:12Z2023-08-03T06:27:12ZKematian anak harimau Alshad Ahmad: kontroversi dan problematika selebritas pelihara satwa liar<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/540862/original/file-20230802-8820-t0eu0u.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption"></span> </figcaption></figure><iframe style="border-radius:12px" src="https://open.spotify.com/embed/episode/0pA6goKdzD3KHg4wz4exxo?utm_source=generator&theme=0" width="100%" height="152" frameborder="0" allowfullscreen="" allow="autoplay; clipboard-write; encrypted-media; fullscreen; picture-in-picture" loading="lazy"></iframe>
<p>Selebritas Indonesia, Alshad Ahmad, menjadi sorotan publik terkait kematian bayi harimau yang ia pelihara. Alshad mengumumkan kematian anak harimau Benggala miliknya di <a href="https://www.instagram.com/p/CvE8hPpP8Df/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==">akun Instagram pribadinya</a>.</p>
<p>Kejadian ini mengundang beragam respons dari warganet. Banyak yang berpendapat harimau seharusnya hidup di alam bebas dan tidak menjadi peliharaan, bahkan subjek untuk dijadikan konten yang diunggah di media sosial.</p>
<p>Pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat merespons permasalahan ini dengan segera menelusuri penyebab kematian anak harimau Benggala tersebut dan mengevaluasi izin penangkaran harimau Benggala yang dimiliki Alshad.</p>
<p>Apakah kontroversi kematian bayi harimau yang dipelihara Alshad ini termasuk suatu permasalahan yang perlu diperhatikan lebih serius?</p>
<p>Dalam episode SuarAkademia kali ini, kami berbincang dengan Irene Margareth Romaria Pinondang atau biasa dipanggil Areth, mahasiswa doktoral University of Kent, Inggris, yang sekaligus pegiat konservasi satwa liar.</p>
<p>Areth mengatakan bahwa meskipun banyak orang yang sudah mendapatkan izin penangkaran satwa liar, hal-hal yang terkait dengan kelayakan hidup hewan yang masuk dalam penangkaran juga harus diperhatikan.</p>
<p>Kasus selebritas yang membuat satwa langka sebagai konten di sosial media menurut Areth adalah salah satu bentuk mengesampingkan kesejahteraan hewan. Menurutnya, apabila hal ini terus diabaikan maka bisa menimbulkan berbagai masalah, seperti membuat makin banyak orang ingin melakukan hal yang sama dan potensi penyebaran virus dari hewan ke manusia (<a href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/zoonoses#:%7E:text=A%20zoonosis%20is%20any%20disease,through%20vaccination%20and%20other%20methods">Zoonosis</a>). </p>
<p>Areth juga berpendapat seharusnya pemerintah perlu mengawasi lebih serius orang-orang atau instansi yang memiliki izin penangkaran satwa langka. <a href="https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/602.pdf">Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990</a> tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya juga sebaiknya direvisi untuk dibuat lebih berfokus terhadap kesejahteraan hewan dan penjagaan populasi juga perlu diperhatikan agar biodiversitas yang ada di Indonesia tetap terjaga.</p>
<p>Simak obrolan selengkapnya di <em>SuarAkademia</em> – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/210943/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
Meskipun sudah mendapatkan izin penangkaran satwa liar, hal-hal yang terkait dengan kelayakan hidup hewan yang masuk dalam penangkaran juga harus diperhatikan.Muammar Syarif, Podcast ProducerLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2084732023-07-14T02:16:59Z2023-07-14T02:16:59ZAsap kebakaran hutan menyebabkan orang utan jarang bergerak dan suaranya menjadi parau<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/533975/original/file-20230626-17-nv5f2d.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Orangutan jantan dewasa sedang memikirkan gerak selanjutnya saat kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Wendy Erb)</span></span></figcaption></figure><p>Orang utan borneo adalah salah satu dari tiga spesies orangutan. Semuanya berstatus <a href="https://www.iucnredlist.org/search?query=orangutan&searchType=species"><em>Critically Endangered</em></a> atau satu status lagi sebelum dinyatakan punah. Mereka adalah penghuni rawa gambut kaya karbon di Kalimantan. Ekosistem yang rawan terbakar.</p>
<p>Kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 menjadi tahun <a href="https://doi.org/10.3390/rs10040495">polusi udara yang terburuk akibat amukan api</a> sepanjang sejarah. Bencana tersebut dipicu <a href="https://www.noaa.gov/understanding-el-nino#">El Niño</a>, yang <a href="https://www.nasa.gov/feature/Goddard/2016/severe-2015-indonesian-fire-season-linked-to-el-nino-drought">membuat cuaca amat kering</a> di Asia-Pasifik.</p>
<p>Kebakaran gambut, dibandingkan daerah lainnya, membuat api menjalar hingga ke bawah tanah. Kebakaran ini menghasilkan gas-gas yang sangat berbahaya (termasuk juga partikel debu hasil pembakaran) ke udara. Gambut yang terbakar menjadi sebab utama kasus <a href="https://theconversation.com/wildfire-smoke-can-harm-human-health-even-when-the-fire-is-hundreds-of-miles-away-a-toxicologist-explains-why-206057">kematian dan penyakit akibat polusi udara di dunia.</a></p>
<p>Orang utan diketahui sebagai <a href="https://www.britannica.com/science/indicator-species"><em>indicator species</em></a>. Artinya, keberadaan mereka menjadi penanda kesehatan suatu ekosistem. Kesehatan dan perilaku mereka juga sensitif terhadap perubahan lingkungan. Paparan asap beracun yang sering dan intens bisa berdampak parah baik bagi orangutan maupun kehidupan satwa liar lainnya.</p>
<p>Pencemaran gas beracun juga berdampak pada kesehatan dan keamanan para peneliti. Untungnya, <a href="https://doi.org/10.1093/biosci/biy147">teknik penginderaan jauh</a> seperti citra satelit, data GPS, dan pemantauan akustik kian populer digunakan untuk melacak populasi satwa liar. Teknik-teknik ini juga dimanfaatkan untuk mengetahui bagaimana para satwa menghadapi perubahan lingkungan.</p>
<p>Saya mempelajari perilaku, ekologi, dan komunikasi akustik <a href="https://scholar.google.com/citations?user=ykHYzwEAAAAJ&hl=en">primata liar di Indonesia</a> sejak 18 tahun silam. Dalam studi terbaru, saya dan kolega melakukan <a href="https://doi.org/10.1016/j.isci.2023.107088">telaah suara orang utan</a> Borneo untuk menyelidiki sejauh mana mereka terdampak oleh emisi beracun akibat kebakaran hutan Indonesia pada 2015.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/cBnbLJ5TzvE?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Lahan gambut terdegradasi di Indonesia mudah terbakar akibat cuaca kering selama beberapa pekan.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Bahaya jangka panjang</h2>
<p>Di seluruh dunia, kasus kebakaran hutan dan lahan terus <a href="https://www.unep.org/news-and-stories/press-release/number-wildfires-rise-50-2100-and-governments-are-not-prepared">naik</a>. Asap dari amukan api yang menyelimuti langit berisi gas-gas berbahaya, termasuk juga partikel debu (PM).</p>
<p>Yang terbaru, kebakaran di Kanada yang menyelubungi langit di sepanjang Pantai Timur Amerika Serikat dan kawasan Midwest pada awal Juni silam. Asap membikin langit berwarna <a href="https://www.youtube.com/watch?v=kLN3kBthm9Y">jingga</a> kemudian memicu munculnya peringatan kesehatan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-orang-utan-bersama-separuh-spesies-primata-indonesia-akan-punah-pada-2050-akibat-perubahan-iklim-174776">Riset: Orang utan bersama separuh spesies primata Indonesia akan punah pada 2050 akibat perubahan iklim</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Banyak riset menunjukkan <a href="https://doi.org/10.1016/j.envres.2014.10.015">asap kebakaran hutan berisiko terhadap kesehatan</a> pernapasan, penyakit kardiovaskular, peradangan sistemik, dan kematian dini. Sementara bagi satwa liar, studi semacam ini belum banyak.</p>
<p>Ada serial riset yang terbit pada <a href="https://doi.org/10.1016/j.reprotox.2021.08.005">2021</a> <a href="https://doi.org/10.1038/s41467-022-29436-9">dan 2022</a>. Dalam studi ini, ilmuwan dari <a href="https://cnprc.ucdavis.edu/">California National Primate Research Center</a> melaporkan temuan yang cukup mengkhawatirkan. Studi menemukan lonjakan kasus keguguran pada <a href="https://www.britannica.com/animal/rhesus-monkey">monyet rhesus</a> betina yang terpapar udara tercemar partikel debu (PM2,5) berkonsentrasi tinggi di kandang luar ruangan.</p>
<p>Bukan cuma itu, janin yang hidup dan bayi monyet rhesus tetap menderita efek jangka panjang. Mereka mengalami gangguan kapasitas paru-paru, respons kekebalan tubuh, peradangan, level kortisol, perilaku, dan ingatan mereka.</p>
<p>Nah, selama kebakaran hutan 2015 di Indonesia, konsentrasi partikel debu dalam udara Kalimantan jauh melebihi tingkat pencemaran dalam studi di atas. Karena itu, dampak kebakaran bagi orang-orang ataupun satwa liar yang menghirup asap hingga hampir dua bulan sangatlah mengkhawatirkan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Dampak kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan." src="https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=379&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=379&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=379&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=477&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=477&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/533205/original/file-20230621-17-x1066c.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=477&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Api berkobar di kebun karet kecil di sepanjang wilayah studi di perbatasan Tuanan selama kebakaran hutan di Indonesia tahun 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wendy Erb</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Orangutan di tengah jerebu</h2>
<p>Saya sedang mempelajari orang utan liar di hutan Borneo saat kebakaran 2015 melanda. Saya dan kolega di <a href="https://coreborneo.com/tuanan-research-station/">Tuanan Orangutan Research Station</a> melacak sumber api dan berpatroli di dekat titik panas untuk menilai risiko penyebaran api ke lokasi riset kami.</p>
<p>Berbekal masker N-95, pemantauan orangutan kami lanjutkan. Harapannya, kami bisa mempelajari cara hewan menghadapi api yang menjalar dan asap tebal.</p>
<p>Beberapa pekan kemudian saya mendengar perbedaan suara <a href="https://wildambience.com/wildlife-sounds/orangutan/">“suara panjang” (<em>long call</em>) yang dilontarkan orangutan jantan</a>,“. Suara ini sekaligus menjadi fokus <a href="https://wendyerb.weebly.com/projects.html">penelitian saya</a>. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/cRJoooWf5vU?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption"><strong>Suara</strong> panjang dari orangutan kalimantan.</span></figcaption>
</figure>
<p>Suara panjang cukup nyaring dan bisa didengar dari jarak sekitar 1 km. Sebagai hewan yang semisoliter dan tinggal dalam komunitas yang tersebar, suara orangutan memiliki tujuan sosial yang penting. Orang utan jantan dewasa mengeluarkan suara untuk memikat betina di sekitarnya, sekaligus menakut-nakuti pesaing mereka.</p>
<p>Beberapa pekan setelah asap mengepul, saya merasa suara tersebut berubah: terdengar parau bak suara seorang perokok berat.</p>
<p>Kami memperhatikan orangutan selama 44 hari selama kebakaran, hingga akhirnya kobaran api menjangkau tempat penelitian kami. Penelitian terpaksa dihentikan. Kami membantu pemadaman api bersama warga lokal, kelompok masyarakat sipil, dan aparat pemerintah. Di area studi kami, kebakaran berlangsung hingga tiga pekan.</p>
<p>Berbekal data yang terkumpul pada sebelum, selama, dan pascakebakaran, saya memimpin analisis <a href="https://doi.org/10.1016/j.isci.2023.107088">perilaku dan kesehatan populasi orangutan kalimantan</a>. Hasilnya, beberapa pekan setelah kebakaran, orang utan tak sesibuk biasanya. Sang primata lebih banyak <em>rebahan</em>, lalu bepergian dengan jarak yang lebih pendek. Mereka pun melahap kalori lebih banyak dari biasanya.</p>
<p>Meskipun mereka makan lebih banyak dan bergerak lebih sedikit, kami–melalui analisis urin–justru menemukan <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-018-25847-1">proses pembakaran lemak tubuh orang utan masih terjadi</a>. Ini menjadi tanda bahwa mereka masih menghabiskan banyak energi. </p>
<p>Hipotesis kami, hal tersebut terjadi <a href="https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/21660-inflammation#:%7E:text=The%20most%20common%20reasons%20for,from%20an%20infection%20or%20injury">karena adanya peradangan</a> yang membuat rasa bengkak, demam, nyeri, dan pusing pada tubuh hewan maupun manusia sebagai respons atas infeksi ataupun luka.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Orangutan sedang ‘rebahan’ di pohon yang dikelilingi asap." src="https://images.theconversation.com/files/533206/original/file-20230621-20-pixdob.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/533206/original/file-20230621-20-pixdob.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/533206/original/file-20230621-20-pixdob.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/533206/original/file-20230621-20-pixdob.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=380&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/533206/original/file-20230621-20-pixdob.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=477&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/533206/original/file-20230621-20-pixdob.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=477&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/533206/original/file-20230621-20-pixdob.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=477&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Otto, satu dari empat orangutan jantan dewasa yang diamati dan dicatat untuk penelitian ini, tengah tidur siang selama kebakaran hutan di Indonesia tahun 2015.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Wendy Erb</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by-nd/4.0/">CC BY-ND</a></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Suara waspada</h2>
<p>Berbagai studi menemukan paparan partikel debu dapat menyebabkan peradangan di <a href="https://doi.org/10.1097/JOM.0000000000001775">saluran pernapasan</a> hingga <a href="https://doi.org/10.1164/ajrccm.164.5.2010160">ke seluruh tubuh manusia</a>. Kami pun ingin mengetahui apakah paparan asap kebakaran menyebabkan perubahan suara orangutan, seperti halnya efek merokok pada manusia.</p>
<p>Dalam studi ini, saya bersama kolega menganalisis lebih dari seratus rekaman suara empat orang utan jantan yang kami rekam sebelum dan selama kebakaran. Harapannya kami bisa mengetahui respons suara orang utan terhadap kebakaran hutan. </p>
<p>Penelitian menunjukkan bahwa seperangkat fitur vokal seperti <a href="https://www.asha.org/practice-portal/clinical-topics/voice-disorders/#collapse_2">nada, kekasaran vokal atau suara serak, dan getaran</a> mencerminkan kondisi kesehatan manusia ataupun satwa. Kami mencari petunjuk akustik bagaimana udara beracun dapat mempengaruhi orang utan. </p>
<p>Selama kebakaran hingga beberapa pekan sampai jerebu mereda, orang utan jantan mengeluarkan suara lebih jarang dari biasanya. Dalam kondisi normal, orang utan mengeluarkan suara panjang sekitar enam kali sehari. Namun, selama kebakaran, jumlah suara mereka berkurang separuh. Nada suara lebih rendah dan lebih menunjukkan suara serak yang tidak biasa.</p>
<p>Nah, secara kolektif, fitur suara seperti ini terkait dengan gejala inflamasi, stres, dan penyakit–termasuk Covid-19–pada <a href="https://doi.org/10.1016/j.eswa.2017.04.012">manusia</a> <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-021-83614-1">maupun satwa</a>.</p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/CCoXocEBgiv/?utm_source=ig_web_copy_link\u0026igshid=MzRlODBiNWFlZA==","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<h2>Mendengarkan suara-suara hewan</h2>
<p>Paparan asap beracun yang panjang dan sering bisa berakibat parah bagi orangutan ataupun hewan lainnya. Penelitian kami menyoroti pentingnya kajian dampak jangka panjang dan jangkauan kebakaran gambut di Indonesia sebagai salah satu negara dengan <a href="https://www.cbd.int/countries/profile/?country=id">keanekaragaman hayati terbanyak di dunia.</a>. </p>
<p>Dengan menguak hubungan akustik, perilaku, dan perubahan penggunaan energi orang utan, studi kami dapat membantu pemantauan kesehatan orangutan dan hewan lainnya oleh para ilmuwan dan pengelola satwa liar.</p>
<p><a href="https://www.birds.cornell.edu/ccb/passive-acoustic-monitoring/">Pemantauan akustik pasif</a> dapat digunakan untuk mempelajari spesies indikator yang aktif bersuara seperti orang utan. Hal ini sekaligus menambah masukan bagi pemahaman dampak kebakaran bagi populasi satwa liar di seluruh dunia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/208473/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Wendy M. Erb terafiliasi dengan the American Society of Primatologists; the Borneo Nature Foundation; and Primate Conservation, Inc. Dia menerima dana penelitian dari the American Association of University Women; the American Institute for Indonesian Studies; the American Association of Biological Anthropologists; the American Society of Primatologists; the British Academy; the Conservation, Food, and Health Foundation; Conservation International; Cornell University; Disney Conservation Fund; the Fulbright Program; the International Society of Primatologists; dan the National Science Foundation.</span></em></p>Orang utan adalah satwa yang vokal. Pengkajian suaranya selama kejadian seperti kebakaran dapat menjadi tanda bagaimana asap mempengaruhi kesehatan mereka.Wendy M. Erb, Postdoctoral Associate in Conservation Bioacoustics, Cornell UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2090462023-07-10T02:07:04Z2023-07-10T02:07:04ZSejarah kelam perburuan trenggiling yang mengakibatkan satwa ini nyaris punah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/536019/original/file-20230706-27-u2xrop.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Penyelamatan trenggiling di Pekanbaru, Riau.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Arief Budi Kusuma/Shutterstock)</span></span></figcaption></figure><p>Awal Juni silam, polisi menyita 282 kg sisik <a href="https://www.mongabay.co.id/2023/06/26/kala-ratusan-kg-sisik-trenggiling-diamankan-di-medan-nilai-capai-rp506-miliar/">trenggiling</a> di Medan, Sumatra Utara. Sebulan sebelumnya, aparat juga menyita 360 kg sisik trenggiling di <a href="https://gardaanimalia.com/kasus-besar-penyelundupan-sisik-trenggiling-diduga-untuk-penuhi-pasar-luar-negeri/">Kalimantan Selatan</a>.</p>
<p>Trenggiling sitaan di Medan dan Kalimantan Selatan termasuk jenis satwa dilindungi yaitu <a href="https://www.iucnredlist.org/species/12763/123584856">trenggiling Sunda/<em>Sunda pangolin</em> atau <em>Manis javanica</em></a> dalam nama ilmiahnya. Si Manis adalah satu dari empat jenis trenggiling yang ada di Asia. Ada empat jenis lainnya yang tersebar di Afrika.</p>
<p>Seluruh jenis trenggiling memiliki <a href="https://www.iucnredlist.org/search?query=pangolin&searchType=species">beragam status konservasi:</a> antara <em>Vulnerable</em> (Rentan) hingga <em>Critically Endangered</em> (Kritis Terancam), tergantung jenisnya. </p>
<p>Khusus trenggiling sunda, statusnya adalah <em>Critically Endangered</em>, alias satu langkah lagi menuju kategori <em>Extinct in the Wild</em> (punah di alam). Selama 1998-2019, populasi trenggiling sunda diperkirakan <a href="https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2014-2.RLTS.T12763A45222303.en">anjlok hingga 80%.</a></p>
<p>Trenggiling adalah satwa yang paling banyak <a href="https://www.ifaw.org/international/journal/faq-pangolins#:%7E:text=Pangolins%20are%20the%20most%20trafficked,meat%20in%20some%20African%20countries.">diselundupkan di dunia.</a> <a href="https://cites.org/eng/disc/text.php">Konvensi Internasional tentang Perdagangan Satwa Terancam</a> (CITES) memasukkan seluruh jenis trenggiling dalam Appendix I. Artinya, perdagangan antar negara secara langsung dari alam dilarang. Perdagangan hanya dapat dilakukan lewat hasil penangkaran terdaftar di Sekretariat CITES. </p>
<p>Meski tingginya tekanan perburuan sudah diakui secara internasional, penyelundupan trenggiling masih saja terjadi. <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/article/pangolin-scale-trade-shipments-growing">Trennya bahkan meningkat</a> seiring naiknya taraf hidup masyarakat Cina–-negara pasar terbesar perdagangan trenggiling global. Indonesia diperkirakan kehilangan sekitar <a href="https://www.traffic.org/site/assets/files/1737/scaly-nexus-indonesian-pangolin-trade.pdf">10 ribu individu trenggiling setiap tahun</a> akibat perdagangan ilegal ini.</p>
<h2>Sejarah perburuan trenggiling di Indonesia</h2>
<p>Trenggiling sunda merupakan jenis yang dijumpai di <a href="https://www.iucnredlist.org/species/12763/123584856">Indonesia</a> yaitu di pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Ada juga sedikit populasi di pulau kecil seperti Pulau Bangka, Belitung, dan Nias. Pulau Bali dilaporkan juga sebagai wilayah persebaran trenggiling walaupun kesahihannya masih perlu dibuktikan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/536025/original/file-20230706-25-1emwuj.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536025/original/file-20230706-25-1emwuj.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=503&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536025/original/file-20230706-25-1emwuj.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=503&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536025/original/file-20230706-25-1emwuj.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=503&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536025/original/file-20230706-25-1emwuj.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=633&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536025/original/file-20230706-25-1emwuj.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=633&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536025/original/file-20230706-25-1emwuj.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=633&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Prangko yang terbit di Indonesia pada 1956 menampilkan gambar trenggiling sebagai ikon.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Colnect.com/Wikimedia Commons)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Trenggiling menghuni hutan alam primer dan sekunder. Mereka menyukai wilayah yang cenderung lembab, kaya akan serasah dan pohon lapuk. Mamalia pemakan semut dan tak bergigi ini juga mampu hidup di kebun sawit, tapi menjadi petaka karena trenggiling semakin mudah diburu dan diangkut.</p>
<p>Pengetahuan tentang sifat biologi trenggiling masih belum terkuak luas, khususnya spesies di Asia. Ironisnya, kebanyakan trenggiling hanya diketahui dari gambaran hasil sitaan. </p>
<p>Sepanjang sejarah, trenggiling telah diburu secara rutin. Semua ini tidak terlepas dari <a href="https://besjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/pan3.10150">keyakinan masyarakat tradisional</a> di Indocina (dari Myanmar, Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand), Cina, hingga Korea bahwa sisik trenggiling manjur memperlancar tekanan darah, memperlancar pasokan air susu ibu, dan lainnya. Trenggiling sebagai bahan racikan obat pun tercatat dalam <a href="https://besjournals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/pan3.10150">buku ramuan tradisional (Pharmacopoeia).</a></p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536015/original/file-20230706-17-e4c108.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Trenggiling-trenggiling mati hasil sitaan aparat Indonesia.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Gono Semiadi)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p><a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ece3.9388">Catatan sejarah</a> menunjukkan bahwa perdagangan sisik trenggiling dari seluruh dunia sudah terjadi dan tercatat sejak tahun 1860 ke Cina. </p>
<p>Yang menarik, ekspor trenggiling dari Indonesia ke Hong Kong sudah tercatat sejak <a href="https://www.weekinchina.com/2022/01/off-the-scale/">1925</a> bahkan kemungkinan lebih awal lagi. Menurut catatan itu, pengiriman sepikul (60kg) sisik trenggiling dari Batavia ke Hong Kong dihargai senilai 125 gulden atau setara dengan <a href="https://www.bi.go.id/id/layanan/museum-bi/koleksi-museum/default.aspx">Rp 18,5 juta saat ini.</a></p>
<p>Sisik kering trenggiling dijual dalam bentuk lembaran kulit yang mempunyai berat sekitar 700-800 gr/lembar. Sisik ini kemungkinan menunjukkan ukuran trenggiling remaja (<em>sub-adult</em>) ke dewasa. </p>
<p>Saat itu, ekspor trenggiling Indonesia ke Hong Kong saja diperkirakan berkisar antara 4000 sampai 5000 ekor per tahun. Kemungkinan besar masih berupa panenan dari Pulau Jawa.</p>
<p>Secara khusus, kenaikan taraf hidup masyarakat Cina turut melonjakkan permintaan daging dan <a href="https://www.traffic.org/publications/reports/the-global-trafficking-of-pangolins/">sisik trenggiling,</a> selain untuk pengobatan, juga untuk bahan makanan. Hal ini menyebabkan perburuan semakin tidak terkendali. </p>
<p>Hasil penelitian tahun 2016-2017 pada para dokter rumah sakit dan toko obat tradisional resmi di dua provinsi di Cina, menemukan bahwa <a href="https://natureconservation.pensoft.net/article/95916/">obat tradisional</a> berbahan baku trenggiling merupakan komoditas yang banyak diminta pasien di 66% rumah sakit dan 34% toko obat. Permintaan obat ini selalu melebihi stok yang tersedia. </p>
<p>Perburuan habis-habisan menyebabkan populasi trenggiling di kawasan Indocina berada di titik nadir. Ini ditandai dengan semakin susahnya mendapatkan individu trenggiling di wilayah Indocina. Populasi di satu provinsi di Cina pada dekade 1960-an dilaporkan mencapai 100 ribu ekor tapi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S235198942100545X#:%7E:text=Since%202000%2C%20the%20population%20of,remain%20in%20MC%20at%20present.">turun sekitar 70-90%</a> pada 2000-an.</p>
<p>Para pemburu dan penyelundup tak menyerah. Mereka memperluas wilayah operasinya <a href="https://natureconservation.pensoft.net/article/57962/">pada awal 2000-an</a>: keluar dari kawasan Indocina dan menyasar semua jenis trenggiling yang ada di dunia. Itu sebabnya perburuan besar-besaran bergeser ke negara Asia, seperti Indonesia, dan terakhir adalah Afrika.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/536020/original/file-20230706-15-711c6b.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536020/original/file-20230706-15-711c6b.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536020/original/file-20230706-15-711c6b.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536020/original/file-20230706-15-711c6b.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536020/original/file-20230706-15-711c6b.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536020/original/file-20230706-15-711c6b.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536020/original/file-20230706-15-711c6b.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Trenggiling Afrika di Madikwe Game Reserve, Afrika Selatan.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(David Brossard/Wikimedia Commons)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di wilayah Afrika, trenggiling cenderung lebih mudah ditangkap. Sebab, selain karena pengawasan yang cukup lemah, trenggiling Afrika mudah terlihat lantaran banyak berkelana di permukaan tanah dengan topografi yang landai. Ukurannya pun yang lebih besar dari jenis di Asia. </p>
<p>Sebaliknya, trenggiling di Indonesia bersembunyi di lubang-lubang tanah atau perakaran pohon besar dengan topografi berbukit dan padat tegakkan (banyak pohon). <a href="https://threatenedtaxa.org/index.php/JoTT/article/view/4198/6233">Kebiasaan hidup menyendiri</a> (soliter) menjadikan trenggiling sebagai salah satu satwa yang susah dijumpai. </p>
<p>Walau begitu, sebaran populasi trenggiling yang sangat luas, banyaknya pintu keluar informal, serta kondisi ekonomi di pedesaan, membuat tekanan perburuan trenggiling di Indonesia tetap tinggi. </p>
<p>Sejak 2007, pemerintah Cina sebenarnya menetapkan bahwa sisik atau bagian tubuh trenggiling hanya bisa digunakan sebagai <a href="https://www.france24.com/en/20200611-Cina-removes-pangolins-from-traditional-medicine-list">racikan obat tradisional</a> oleh perusahaan yang terdaftar sebagai produsen.</p>
<p>Namun sejak kasus Pandemi COVID-19 merebak, pemerintah Cina pada Mei 2020 menerbitkan <a href="https://www.france24.com/en/20200611-Cina-removes-pangolins-from-traditional-medicine-list">peraturan</a> yang melarang penggunaan bagian tubuh trenggiling sebagai bahan dasar racikan obat tradisional. Larangan ini diduga terbit karena ada kemungkinan virus corona berasal dari <a href="https://theconversation.com/study-shows-pangolins-may-have-passed-new-coronavirus-from-bats-to-humans-135687">aktivitas perdagangan trenggiling.</a></p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=353&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=353&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=353&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=444&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=444&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536024/original/file-20230706-21-a8qfkm.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=444&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Contoh bagian tubuh pangolin yang menjadi komoditas.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(US GAO/Wikimedia Commons)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ketetapan ini masih menjadi pertanyaan besar dunia. Pasalnya, pemerintah Cina juga masih membuka kesempatan pemanfaatan pada industri besar obat tradisional terdaftar. </p>
<p>Selain di Cina, trenggiling juga digunakan dalam tradisi pengobatan tradisional <a href="https://ethnobiomed.biomedcentral.com/articles/10.1186/1746-4269-5-39">di Afrika dan India</a>. Namun, tingkat penggunaanya tidak se-membahayakan di kawasan Indocina. Di Indonesia, belum ada catatan yang menemukan penggunaan trenggiling dalam racikan obat tradisional. </p>
<h2>‘Budidaya’ trenggiling yang nyaris mustahil</h2>
<p>Apakah trenggiling mudah untuk dikembang biakkan di luar habitat aslinya? Para ahli menyimpulkan sangat susah. </p>
<p>Bahkan, sekalipun dikomersialkan, bisnis ‘budidaya’ trenggiling diduga bakal <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/biochemistry-genetics-and-molecular-biology/pholidota">sulit balik modal</a> dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan oleh masih terbatasnya pemahaman ekologi dan fisiologi satwa tersebut.</p>
<p>Pakan utama trenggiling juga sangat spesifik: harus mengandung asam semut. Pakan ini hanya tersedia mayoritas dari telur, pupa, larva semut, serta dari kelompok rayap serta mikrofauna lainnya. </p>
<p>Secara komersial, harga pakan alami trenggiling sangat mahal. Kombinasi pakan alternatif ataupun pakan substitusi juga belum tersedia di pasaran.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/536026/original/file-20230706-25-mwy839.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/536026/original/file-20230706-25-mwy839.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/536026/original/file-20230706-25-mwy839.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/536026/original/file-20230706-25-mwy839.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/536026/original/file-20230706-25-mwy839.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/536026/original/file-20230706-25-mwy839.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/536026/original/file-20230706-25-mwy839.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Trenggiling yang berada di penangkaran.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Gono Semiadi)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia <a href="http://lipi.go.id/publikasi/identifikasi-trenggiling-manis-javanica-menggunakan-penanda-cytrochome-b-mitochondria-dna-/4357">(LIPI)</a>, membuktikan bahwa meski individu trenggiling muda yang diteliti mampu tumbuh berkembang dengan sangat baik, masih ada kesulitan modifikasi pakan alami serta pengkayaan (<em>enrichment</em>) fasilitas tangkaran untuk tujuan perkembangbiakan. </p>
<p>Itulah sebabnya kesuksesan pengembangbiakan trenggiling di tingkat lembaga konservasi (kebun binatang) masih sangat jarang dilaporkan. </p>
<p>Sementara itu, klaim dari para penangkar komersil trenggiling yang menyatakan keberhasilan mereka dalam mengembangbiakkan trenggiling secara komersil <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2351989419301544">masih dipertanyakan para ahli</a> dan belum terbukti kebenarannya. </p>
<p>Oleh karena itu, perlindungan populasi trenggiling semestinya tak mengandalkan upaya budi daya. Kelestarian populasi harus ditopang oleh kemauan politik negara-negara konsumen (pengimpor) untuk melarang konsumsi dan penggunaan sisik trenggiling secara bertahap. </p>
<p>Negara-negara ‘pengekspor’ pun harus mengatasi perburuan dengan meningkatkan kesadaran konservasi spesies ini. Perlu juga mengupayakan solusi pendapatan alternatif sehingga para pemburu trenggiling dapat beralih pekerjaan.</p>
<p>Harapannya, perburuan trenggiling yang sudah berlangsung <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/ece3.9388">berabad-abad</a> bisa terus menurun dan pada akhirnya tinggal sejarah.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/209046/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Wirdateti menerima dana dari pemerintah ( APBN) untuk penelitian identifikasi genetik trenggiling (termasuk satwa sittaan) dalam menentukan asal usul satwa sitaan. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Gono Semiadi dan Ni Luh Putu Rischa Phadmacanty tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Perdagangan trenggiling dari Indonesia ke Cina tercatat sudah terjadi sejak era kolonial.Gono Semiadi, Manajer Kebijakan pada Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Ni Luh Putu Rischa Phadmacanty, Researcher, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Wirdateti, Reseacher, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/2015872023-03-16T02:15:41Z2023-03-16T02:15:41ZApa itu ‘biobanking’ dan bagaimana perannya mencegah kepunahan satwa langka?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/514648/original/file-20230310-16-opm284.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=190%2C773%2C7749%2C4523&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span></figcaption></figure><p>Platform Keanekaragaman Hayati dan Jasa Ekosistem Antarpemerintah (IPBES) pada 2019 memprediksi sekitar <a href="https://www.ipbes.net/news/Media-Release-Global-Assessment#:%7E:text=The%20Report%20finds%20that%20around,20%25%2C%20mostly%20since%201900.">sejuta spesies akan punah pada 2050</a> akibat <a href="https://www.york.ac.uk/news-and-events/news/2019/research/climate-change-deforestation-species-extinction/">perubahan iklim dan deforestasi</a>. Adapun kelompok yang paling terancam adalah vertebrata (hewan bertulang belakang) dengan risiko kepunahan 61.8% dari seluruh jenis yang tercatat di <a href="https://www.iucnredlist.org/resources/summary-statistics">daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN)</a>. </p>
<p>Jumlah ini merupakan yang tertinggi dalam beberapa ratus tahun terakhir, sehingga banyak ilmuwan menduga bumi sedang menuju ke <a href="https://www.science.org/content/article/are-we-middle-sixth-mass-extinction">fase kepunahan massal keenam</a>.</p>
<p>Jika itu terjadi, keseimbangan bumi akan terganggu. Kegiatan ekonomi, ketahanan pangan, kesehatan, dan ketahanan bencana kita <a href="https://www.unep.org/news-and-stories/story/species-extinction-not-just-curiosity-our-food-security-and-health-are-stake">juga menjadi taruhannya.</a></p>
<p>Para ilmuwan pun mencari metode baru untuk mencegah kepunahan satwa liar di dunia. Salah satunya melalui pendirian bank hayati atau jamak disebut <em>biobanking</em> guna mengumpulkan materi genetik spesies satwa liar yang terancam punah.</p>
<p><em>Biobank</em> adalah istilah teknis untuk arsip materi biologis seperti darah, jaringan, sel tubuh, gamet, dan lainnya. Aktivitas <em>biobanking</em> telah dimulai sejak era Perang Sipil Amerika pada abad ke-19 untuk <a href="https://www.openspecimen.org/biobank-research-past-present-future/">studi kedokteran militer dan penemuan obat-obatan baru</a>. </p>
<p>Kegiatan ini awalnya terbatas pada manusia, hingga pada 1972, Kebun Binatang San Diego mendirikan <em>Frozen Zoo</em> untuk menyimpan materi genetik satwa beku. Ini menjadi <a href="https://science.sandiegozoo.org/resources/frozen-zoo%C2%AE">cikal bakal bank hayati satwa liar</a>.</p>
<h2>Manfaat bank hayati untuk satwa liar</h2>
<p><em>Biobanking</em> satwa liar berfokus pada pengumpulan, penyimpanan, dan pengawetan materi genetik dari spesies terancam punah. Materi ini dapat berupa sampel DNA, jaringan, darah, sel sperma ataupun sel telur. Materi tersebut disimpan dalam nitrogen cair dengan suhu -196 °C. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/515107/original/file-20230314-20-bahhae.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515107/original/file-20230314-20-bahhae.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515107/original/file-20230314-20-bahhae.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515107/original/file-20230314-20-bahhae.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=336&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515107/original/file-20230314-20-bahhae.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515107/original/file-20230314-20-bahhae.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515107/original/file-20230314-20-bahhae.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=423&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Lini sel badak putih utara yang dikumpulkan oleh San Diego Zoo Global Institute for Conservation Research.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://science.sandiegozoo.org/sites/default/files/styles/blog_842x472/public/blogimages/Frozen%20NW%20rhino%20cells_best.JPG?itok=A0C5zzoJ">San Diego Zoo</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Dengan teknik ini, para ilmuwan dapat menyelamatkan materi genetik satwa yang terancam punah karena kerusakan habitat, penyakit, atau faktor lainnya tanpa batasan waktu.</p>
<p>Salah satu manfaat utama <em>biobanking</em> satwa liar adalah menyediakan jaring pengaman bagi spesies terancam punah. </p>
<p>Jika spesies tersebut benar-benar punah di alam liar, materi genetik yang tersimpan dapat digunakan untuk menciptakan populasi baru, sehingga menyelamatkan spesies tersebut dari kepunahan permanen. </p>
<p>Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research di Jerman tengah menjajal langkah ini untuk memulihkan populasi <a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7891310/">badak putih utara (<em>Ceratotherium simum cottoni</em>)</a> yang tidak lagi memiliki pejantan hidup. Berbekal koleksi sperma pejantan spesies di <em>biobank</em> dan teknik “bayi tabung”, para peneliti berhasil memproduksi 14 embrio yang siap ditanamkan dalam badak-badak betina. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/penelitian-genomik-jadi-salah-satu-bekal-terbaik-pelestarian-satwa-indonesia-179670">Penelitian genomik jadi salah satu bekal terbaik pelestarian satwa Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Meski masih kontroversial, beberapa ilmuwan bahkan berupaya menghidupkan kembali spesies yang sudah lama punah seperti <a href="https://reviverestore.org/">mamut berbulu (Mammuthus primigenius) dan merpati penumpang (Ectopistes migratorius)</a> dengan rekayasa genetika menggunakan materi yang tersimpan di <em>biobank</em>. </p>
<p>Selain itu, ilmuwan juga memanfaatkan <em>biobank</em> untuk mempelajari dan memahami susunan genetik spesies hewan yang berbeda. Harapannya, mereka bisa lebih memahami biologi spesies yang punah ataupun terancam serta hubungannya dengan lingkungan. Pemahaman ini dapat digunakan untuk memperbaiki strategi pelestarian satwa. </p>
<p><em>Biobank</em> juga bisa memperkaya keberagaman genetik dalam populasi satwa. Melalui penyimpanan materi genetik dari individu-individu yang berbeda dalam suatu spesies, <em>biobanking</em> dapat memastikan suatu populasi mempertahankan keberagaman genetiknya meskipun jumlah individu di alam liar menurun.</p>
<p>Keberagaman genetik sangat penting agar spesies <a href="https://www.lancswt.org.uk/blog/katherine-plaice/how-genetics-help-conserve-threatened-wildlife">beradaptasi lebih baik dengan perubahan lingkungan sekaligus meningkatkan ketahanan mereka terhadap penyakit</a>. Saat ini, keberagaman genetik populasi satwa semakin mengecil akibat perambahan hutan dan habitat yang tak terhubung satu sama lainnya.</p>
<h2>Bagaimana tantangannya?</h2>
<p>Meskipun jamak manfaat, ada juga beberapa tantangan pelaksanaan <em>biobanking</em> satwa liar. Salah satunya adalah <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0093691X18308914">biaya yang sangat mahal</a> untuk mengumpulkan dan memelihara penyimpanan materi genetik. </p>
<p><em>Biobank</em> juga membutuhkan infrastruktur, pasokan listrik, serta ketersediaan nitrogen cair yang berkelanjutan untuk menjaga dan melestarikan materi genetik dari waktu ke waktu.</p>
<p>Tantangan lainnya adalah keterbatasan pengetahuan yang kita miliki tentang biologi beberapa spesies yang terancam punah. Sebagai contoh, beberapa spesies seperti <a href="https://www.iucnredlist.org/species/41780/61978138">kancil (<em>Tragulus javanicus</em>)</a>, <a href="https://www.iucnredlist.org/species/193452/217770501">ular pit Toba (<em>Trimeresurus toba</em>)</a>, dan <a href="https://www.iucnredlist.org/species/62172832/113016091">burung hantu bertopeng Seram (<em>Tyto almae</em>)</a> belum pernah dipelajari secara mendetail. Akibatnya, pengumpulan dan penyimpanan materi genetiknya bisa lebih sulit. </p>
<p>Karena itu, kita membutuhkan lebih banyak penelitian dan sumber daya untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Banyak negara maju mulai mendirikan institusi <em>biobanking</em> dan bermitra dengan lembaga penelitian, museum, kebun binatang, maupun organisasi konservasi lainnya. </p>
<p>Misalnya, ada lembaga <a href="https://www.cryoarks.org/">CryoArks di Inggris</a>, serta <a href="https://www.natures-safe.com/?gclid=CjwKCAiAr4GgBhBFEiwAgwORrXM7mf5539bSHJl_YoYjkAfaHZ9QsFl2YvJMQYmz1pSwMmsDsLYbAhoC5RkQAvD_BwE">Nature’s SAFE </a> dan <a href="https://www.eaza.net/conservation/research/eaza-biobank/">EAZA Biobank</a> di Eropa dan Timur Tengah. Ada juga inisiatif <em>biobank</em> dari <a href="https://www.si.edu/psci">Smithsonian Institution (PSCI)</a> dan San Diego Frozen Zoo di Amerika Serikat (AS). Semuanya adalah contoh institusi <em>biobanking</em> dan praktik-praktik ini terus diikuti oleh negara lainnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/515109/original/file-20230314-2595-qqk3ao.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/515109/original/file-20230314-2595-qqk3ao.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/515109/original/file-20230314-2595-qqk3ao.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/515109/original/file-20230314-2595-qqk3ao.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/515109/original/file-20230314-2595-qqk3ao.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/515109/original/file-20230314-2595-qqk3ao.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/515109/original/file-20230314-2595-qqk3ao.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Pengujian dan evaluasi status reproduksi satwa liar badak putih afrika, harimau sumatera, dan gajah sumatera oleh Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research dan IPB University di Taman Safari Indonesia, Bogor.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Taman Safari Indonesia</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama IPB University dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebenarnya memulai <a href="http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6495/bertemu-menteri-lhk-rektor-ipb-bahas-teknologi-konservasi-satwa-liar">riset teknologi reproduksi berbantuan</a> pada beberapa satwa seperti anoa, banteng, dan harimau sumatra. </p>
<p>Namun, kegiatan <em>biobank</em> satwa liar di tanah air baru dilakukan oleh IPB University <a href="https://ppid.ipb.ac.id/gandeng-jerman-ipb-university-kembangkan-teknologi-art-dan-bio-bank-atasi-kepunahan-badak/">bekerjasama dengan Leibniz Institute for Zoo and Wildlife Research (Leibniz-IZW)</a> pada awal tahun 2022 dengan fokus pada penyelamatan badak Sumatra. </p>
<p>Indonesia harus melirik potensi <em>biobanking</em> untuk penyelamatan satwa-satwa liar terancam punah di tanah air. Kita membutuhkan dukungan kebijakan, pendanaan, infrastruktur, serta tenaga ahli untuk keberlanjutan proyek-proyek <em>biobank</em> satwa liar terancam lain yang berskala nasional.</p>
<p>Bak bahtera nabi Nuh, kita dapat memanfaatkan <em>biobank</em> untuk memastikan bahwa generasi mendatang dapat menghargai keindahan keberagaman hayati dan pentingnya mereka bagi planet kita.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/201587/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Pangda Sopha Sushadi tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Melalui ‘biobanking’, para ahli bahkan tengah mencoba menghidupkan satwa yang sudah punah seperti mamut berbulu.Pangda Sopha Sushadi, Peneliti Reproduksi Satwa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Licensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1999732023-02-15T04:46:37Z2023-02-15T04:46:37ZRiset: panel surya di lahan pertanian cocok menjadi habitat satwa liar<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/510255/original/file-20230215-18-yybfg2.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Shutterstock</span> </figcaption></figure><p><a href="https://theconversation.com/topics/transisi-energi-125327">Transisi energi terbarukan</a> di Australia memicu pembangunan belasan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berskala besar. Meski tren ini mengurangi ketergantungan Negeri Kangguru terhadap bahan bakar fossil, pembangunan PLTS juga menambah kebutuhan lahan untuk memasang panel surya.</p>
<p>Tren yang sama juga terjadi di Indonesia yang mulai menggenjot <a href="https://www.republika.co.id/berita/qxmfsz383/tiga-proyek-besar-plts-akan-dikembangkan-di-indonesia">pembangunan PLTS berskala besar.</a> </p>
<p>Proyek PLTS sebagian besar berlokasi di kawasan perdesaan. Sejumlah pihak <a href="https://www.abc.net.au/news/2022-03-23/solar-farms-conflict-with-agricutural-land-use-/100920184">mengkhawatirkan</a> pemakaian lahan untuk PLTS berpotensi menggerus produksi pertanian maupun mengganggu habitat kehidupan liar.</p>
<p>Sebenarnya ada cara untuk memperluas infrastruktur PLTS tanpa mengganggu manusia ataupun makhluk lainnya. Misalnya, <a href="https://theconversation.com/farmers-shouldnt-have-to-compete-with-solar-companies-for-land-we-need-better-policies-so-everyone-can-benefit-173333">adanya proyek</a> <a href="https://www.weforum.org/agenda/2022/07/agrivoltaic-farming-solar-energy/">PLTS agrivoltaik</a>“ yang beroperasi <a href="https://www.mdpi.com/2071-1050/13/14/7846">di antara tanaman pertanian</a> ataupun hewan ternak.</p>
<p>Lantas, bagaimana konsep PLTS <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/aec.13289">konservoltaik</a> – kombinasi upaya konservasi biodiversitas dengan energi surya?</p>
<p>Riset terbaru saya menelaah apakah PLTS dapat digunakan untuk menyokong pelestarian spesies asli di suatu daerah. Hasilnya, saya menemukan panel surya justru menjadi habitat yang berguna bagi kehidupan liar, sekaligus bermanfaat bagi kesuburan tanah dan petani.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="manfaat panel surya" src="https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=325&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/507775/original/file-20230202-5481-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=409&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">‘Agrivoltaik.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Rumah baru</h2>
<p>Bentang alam liar kita terus berkurang. Di Australia, kawasan lindung seperti taman nasional <a href="https://soe.dcceew.gov.au/land/graphs-maps-and-tables?keys=land+use">hanya mencakup 9% dari total luas wilayah</a>. </p>
<p>Sementara, di Indonesia, jumlah kawasan lindung di daratan hanya <a href="https://www.cbd.int/pa/doc/dossiers/indonesia-abt11-country-dossier2021.pdf">setara 12,2% dari keseluruhan luas wilayah</a>.</p>
<p>Banyak pepohonan di kawasan peternakan yang ditebangi menjadi padang rumput untuk hewan ternak. Artinya, satwa liar yang bergantung pada pohon-pohon mengalami kehilangan sebagian besar habitatnya. </p>
<p>Karena itulah, kita harus menyediakan tempat baru supaya satwa liar dapat mencari makan, beristirahat, berlindung, maupun berkembang biak.</p>
<p>Penelitian saya menelaah apakah kawasan PLTS yang berada di lahan pertanian ataupun peternakan dapat juga digunakan sebagai habitat satwa liar. Saya melakukan survei dan penyelidikan menggunakan <em>camera trap</em> (kamera tersembunyi) untuk mengenali tanaman dan hewan-hewan yang berada di sela-sela panel surya. Saya juga mencatat berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk berkoloni, serta langkah yang perlu dilakukan untuk menyokong mereka.</p>
<p>Hasil riset saya juga mencoba memunculkan istilah baru untuk penggunaan lahan berganda ini: konservoltaik. Saya juga menyitir penelitian lainnya yang menyimpulkan manfaat PLTS bagi konservasi. Tentu saja kita juga masih membutuhkan penelitian lanjutan soal ini.</p>
<p>Struktur tiga dimensi dari panel surya (berikut penopangnya) menambah kekayaan struktur di suatu bentang lahan pertanian. Pembangkit ini juga berfungsi sebagai tempat satwa berlindung dari pemangsa, seperti layaknya <a href="https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fmars.2020.00282/full">terumbu artifisial</a> di danau maupun lautan. Panel surya juga bisa menjadi tempat yang pas untuk menjadi tempat tinggal hewan.</p>
<p>Infrastruktur PLTS turut menciptakan mozaik sinar matahari maupun bayangan. Kondisi ini <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0038092X21008562">memungkinkan area sekitar PLTS menjadi habitat mikro</a> bagi tumbuhan maupun hewan. </p>
<p><a href="https://helapco.gr/wp-content/uploads/Solar_Farms_Biodiversity_Study.pdf">Studi yang dilakukan di Eropa</a> menunjukkan PLTS berskala besar dapat menambah keanekaragaman hayati dan jumlah tanaman, rumput, kupu-kupu, lebah, maupun burung.</p>
<p>Vegetasi yang tumbuh di antara panel surya juga berfungsi menjadi <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032121003531?via=ihub#fig3">jalur perjalanan satwa</a>, tempat berkembang biak, sekaligus berlindung bagi satwa liar.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/indonesia-bisa-panen-listrik-besar-besaran-dari-10-miliar-panel-surya-berikut-tempat-ideal-untuk-memasangnya-168812">Indonesia bisa panen listrik besar-besaran dari 10 miliar panel surya, berikut tempat ideal untuk memasangnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<figure class="align-center ">
<img alt="kupu-kupu di tanaman di depan panel surya" src="https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/507748/original/file-20230201-20-nxfh9e.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Penelitian menunjukkan susunan surya dapat meningkatkan keberadaan penyerbuk seperti kupu-kupu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Pengelolaan yang baik adalah kuncinya</h2>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1364032121003531?via=ihub#fig3">Studi saya turut merekomendasikan</a> strategi pengelolaan untuk mengoptimalkan keuntungan panel surya bagi kehidupan liar.</p>
<p>Pengelola lahan harus menyediakan beragam spesies tanaman berbunga untuk merangsang datangnya serangga penyerbuk (polinator). Rumput-rumput yang tumbuh di antara panel surya juga sebaiknya tidak sering-sering dipangkas ataupun terlalu pendek. </p>
<p>Serangga penyerbuk lebih menyukai vegetasi yang tinggi untuk mencari makan. Jangan pula terlalu tinggi supaya tidak menghalangi panel surya menyerap sinar matahari.</p>
<p>Jika memungkinkan, kurangilah penggunaan herbisida ataupun bahan kimia lainnya. PLTS juga harus terhubung dengan kawasan vegetasi lainnya, seperti tanaman pagar atau jajaran pohon. Tujuannya agar satwa liar bisa berpindah-pindah dari area PLTS ke habitat lainnya.<br>
Pengelola lahan yang menggabungkan PLTS dengan habitat kehidupan liar juga bisa mengambil sejumlah keuntungan. Mereka bisa meraup pendapatan dari perolehan kredit lingkungan melalui proyek penyerapan karbon dan peningkatan biodiversitas.</p>
<p>Pemilik lahan juga bisa meningkatkan kesuburan tanahnya dengan penambahan jumlah serangga penyerbuk. Mereka juga bisa menyediakan habitat bagi burung melalui kotak sarang ataupun tiang bertengger guna mengontrol populasi serangga.</p>
<p>Kendati begitu, kita membutuhkan lebih banyak studi untuk memahami berbagai potensi PLTS konservoltaik ini.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="katak kecil di tangan manusia di depan panel surya" src="https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/507749/original/file-20230201-20-eoke8k.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Strategi manajemen peternakan dapat memaksimalkan manfaat peternakan surya untuk satwa liar.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Eric Nordberg</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>Langkah ke depan</h2>
<p>Kita sudah mengetahui manfaat energi terbarukan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Kini, kita membutuhkan lebih banyak penelitian untuk melihat manfaat PLTS terhadap kehidupan liar. </p>
<p>Kita juga kekurangan riset dalam hal cara penempatan, konfigurasi, dan pengelolaan PLTS terbaik untuk menggenjot biodiversitas. Kolaborasi antara industri, pengelola lahan, dan para ahli diperlukan supaya produksi energi bersih dan konservasi bisa berjalan beriringan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/energi-surya-adalah-raja-listrik-namun-pelaksanaannya-butuh-lebih-banyak-insentif-166902">Energi surya adalah ‘raja listrik’, namun pelaksanaannya butuh lebih banyak insentif</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<img src="https://counter.theconversation.com/content/199973/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Eric Nordberg tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Panel surya bisa jadi tempat yang cocok untuk satwa-satwa beristirahat, berlindung, dan berkembang biak – berpotensi menambah kesuburan lahan yang bermanfaat bagi petani.Eric Nordberg, Senior Lecturer (Applied Ecology and Landscape Management), University of New EnglandLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1990232023-02-07T03:04:03Z2023-02-07T03:04:03ZRiset: simpanse dan gorila bisa hidup damai<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/507839/original/file-20230202-1711-drog0p.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Simpanse memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi, dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa mereka juga dapat bersahabat dengan gorila.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/common-chimpanzee-sitting-next-zoo-223179226">apple2499/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Demi bertahan hidup, hewan berkompetisi untuk mendapatkan sumber daya, baik itu makanan, pasangan kawin, atau wilayah. Namun, sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa simpanse dan gorila menjalin persahabatan, dan beberapa di antaranya berlangsung setidaknya 20 tahun. Mereka bermain, makan, dan bersosialisasi bersama.</p>
<p><a href="https://www.cell.com/iscience/fulltext/S2589-0042(22)01331-1?_returnURL=https%3A%2F%2Flinkinghub.elsevier.com%2Fretrieve%2Fpii%2FS2589004222013311%3Fshowall%3Dtrue#%20">Studi perdana</a> ini melihat relasi jangka panjang yang damai antara kera. Sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Crickette Sanz dari Universitas Washington, Amerika Serikat, membuat penemuan ini dengan menggunakan data selama lebih dari 20 tahun dari Taman Nasional Nouabalé-Ndoki di Republik Kongo.</p>
<p>Kita tahu bahwa banyak hewan yang sangat teritorial, termasuk simpanse dan gorila. Kedua spesies akan mempertahankan wilayahnya dari kelompok lain. Simpanse <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10329-021-00921-x">membunuh anggota</a> kelompok simpanse lain yang tersesat ke wilayah mereka. Antara tahun 2014 dan 2018, para peneliti menemukan bahwa sekelompok simpanse di <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-021-93829-x">Gabon</a>, Afrika Tengah, telah membunuh gorila muda. Mereka bahkan melihat seekor betina simpanse memakan bayi gorila.</p>
<p>Karena hal tersebut, saya terkejut ketika mendengar dari studi baru bahwa dua spesies kera terkadang membentuk hubungan yang bertahan lama. Sangat menarik untuk mengetahui bahwa spesies-spesies ini dapat hidup dengan damai di satu wilayah selama beberapa dekade, dan menjadi santapan bagi yang lain di wilayah lain.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Gambar dua gorila memikirkan sesuatu" src="https://images.theconversation.com/files/492357/original/file-20221028-68119-d7sx1j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/492357/original/file-20221028-68119-d7sx1j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/492357/original/file-20221028-68119-d7sx1j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/492357/original/file-20221028-68119-d7sx1j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=399&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/492357/original/file-20221028-68119-d7sx1j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/492357/original/file-20221028-68119-d7sx1j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/492357/original/file-20221028-68119-d7sx1j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=501&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Dua gorila ini terlihat seperti sedang berbagi keheningan yang bersahabat.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/gorillas-thinking-something-4263361">Edwin Verin/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Lalu, bagaimana simpanse dan gorila dapat bersahabat dan tidak berkelahi?</p>
<h2>1. Sosialisasi terjadi di antara simpanse dan gorila muda</h2>
<p>Primata jantan dewasa muda cenderung lebih terbuka dan memiliki rasa ingin tahu lebih daripada anggota lain di <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0012438">kelompok mereka</a>. Dalam studi baru, para ilmuwan menemukan bahwa primata berusia remaja sering mencari anggota tertentu dari spesies lain untuk bermain. Mereka terkadang melakukan perjalanan jarak jauh (lebih dari 300 meter) sendirian untuk melakukannya.</p>
<p>Bercampur dengan kelompok sendiri atau spesies lain dapat berisiko. Namun, kedua spesies tersebut tidak menyerang. Sebaliknya, mereka tenang dan santai. Studi ini juga menemukan bahwa simpanse dan gorila betina dengan keturunan yang masih muda juga terikat satu sama lain, seperti halnya seluruh spektrum rentang usia. Simpanse bahkan terlihat menirukan pukulan dada gorila yang mengamuk. Spesies-spesies ini tidak pernah membuat panggilan peringatan ketika mereka bertemu satu sama lain.</p>
<h2>2. Persahabatan yang berorientasi pada makanan</h2>
<p>Saat ini, tugas selanjutnya bagi para peneliti adalah mengidentifikasi perbedaan antara perilaku simpanse dan gorila di daerah jelajah di Republik Kongo dan Gabon (terpisah sekitar 1.000 km).</p>
<p>Simpanse dan gorila mengonsumsi makanan yang serupa, dan sebagian besar interaksi ramah yang dicatat para ilmuwan di Republik Kongo adalah kera yang memakan buah ara dan pohon buah lainnya.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Gambar dua simpanse yang tampak sedang mengobrol" src="https://images.theconversation.com/files/492356/original/file-20221028-61500-2jihi3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/492356/original/file-20221028-61500-2jihi3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/492356/original/file-20221028-61500-2jihi3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/492356/original/file-20221028-61500-2jihi3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=337&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/492356/original/file-20221028-61500-2jihi3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/492356/original/file-20221028-61500-2jihi3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/492356/original/file-20221028-61500-2jihi3.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Apakah mereka sedang mengobrol?</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/two-chimpanzees-apparently-having-conversation-using-2176600685">Patrick Rolands/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mengapa kamu mentolerir seseorang yang merusak persediaan makananmu? Buah ara adalah sumber daya energi tinggi yang berharga. Pohon berbuah hanya empat sampai lima hari dan secara tidak sinkron (artinya berbuah secara acak). Jika gorila atau simpanse menemukan buah yang matang, mungkin mereka lebih baik mentolerir satu sama lain daripada membuang-buang energi dengan melakukan perkelahian yang buas. </p>
<p>Menggabungkan pengetahuan atau tetap berada cukup dekat untuk mengetahui apa yang lainnya lakukan juga dapat memberi mereka keuntungan. Simpanse <a href="https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0271576">cenderung makan</a> lebih banyak buah daripada gorila, tetapi gorila-gorila di Republik Kongo ini memiliki pola makan buah yang lebih tinggi dari biasanya. Ini dapat membantu menjelaskan perilaku akrab mereka yang tidak umum di sekitar simpanse lokal.</p>
<h2>3. Simpanse dan gorila saling melindungi diri</h2>
<p>Macan tutul adalah pemangsa dari kedua spesies ini, sehingga mereka membutuhkan sebanyak mungkin mata untuk berwas-was. Kedua spesies bahkan menanggapi panggilan alarm pemangsa dari yang lain. Mereka berbagi informasi tentang predator dan <em>feeding site</em> (lokasi atau area tempat makan macam).</p>
<p>Banyak spesies lain bekerja sama untuk menghindari predator. Kijang, rusa kutub, dan zebra berkumpul dalam jumlah ribuan setiap tahun untuk bepergian bersama melintasi Tanzania dan Kenya untuk mencari tempat penggembalaan yang baik dan tempat yang aman untuk berkembang biak. Kami melihat aliansi antara spesies monyet lain <a href="https://academic.oup.com/beheco/article/15/3/400/217371">juga</a>, seperti monyet berhidung dempul dan monyet Diana di Taman Nasional Taï, di Pantai Gading, Afrika Barat. Ini biasanya dilakukan untuk meningkatkan peluang mendapatkan makan atau mendeteksi predator.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="Aliansi zebra dan rusa kutub" src="https://images.theconversation.com/files/492359/original/file-20221028-60938-7g1q9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/492359/original/file-20221028-60938-7g1q9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/492359/original/file-20221028-60938-7g1q9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/492359/original/file-20221028-60938-7g1q9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/492359/original/file-20221028-60938-7g1q9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/492359/original/file-20221028-60938-7g1q9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/492359/original/file-20221028-60938-7g1q9x.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Setiap tahun, dataran Afrika Timur menyediakan panggung untuk salah satu tontonan alam yang paling mengesankan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/zebra-equus-burchelli-great-migration-37942108">TravelMediaProductions/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Penemuan-penemuan ini bisa memberi petunjuk tentang bagaimana manusia berevolusi. Spesies manusia purba yang berbeda mungkin juga menunjukkan toleransi dan persahabatan lintas spesies meskipun ada tumpang tindih yang sama dalam pola makan dan persaingan. <a href="https://theconversation.com/six-recent-discoveries-that-have-changed-how-we-think-about-human-origins-190274">Hibrida kerangka</a> dari berbagai spesies manusia telah ditemukan. </p>
<p>Persahabatan juga dapat mengurangi <a href="https://www.pnas.org/doi/abs/10.1073/pnas.1411450111">stres</a> bagi manusia dan <a href="https://0-blogs-biomedcentral-com.brum.beds.ac.uk/bmcseriesblog/2016/12/09/hidden-role-pets-management-mental-health-conditions/https://0-blogs-biomedcentral-com.brum.beds.ac.uk/bmcseriesblog/2016/12/09/hidden-role-pets-management-mental-health-conditions/">memiliki hewan peliharaan</a> dapat meningkatkan kesehatan mental. Oleh sebab itu, akan menarik untuk melihat apakah kera juga menikmati manfaat-manfaat ini ketika memiliki teman dari spesies lain.</p>
<h2>Jangan anggap remeh kera</h2>
<p>Sejauh yang kita ketahui, interaksi ini mungkin lebih umum daripada yang dilaporkan. Di tempat simpanse dan gorila berbagi habitat, para peneliti umumnya hanya mempelajari satu spesies atau spesies lainnya. Spesies yang tidak terbiasa dengan manusia akan sering melarikan diri saat melihat tim peneliti. Peneliti sering bekerja dengan spesies selama bertahun-tahun sebelum mereka terbiasa dengan manusia.</p>
<p><a href="https://www.iucnredlist.org/species/15933/129038584">Simpanse</a> dianggap terancam punah, sementara <a href="https://www.iucnredlist.org/search?query=gorilla&searchType=species">gorila</a> terdaftar sebagai kritis terancam punah dalam daftar merah spesies terancam Uni Internasional untuk Konservasi Alam. Studi ini menunjukkan betapa mengejutkannya kerabat dekat kita dan betapa pentingnya melestarikan alam agar perilaku menakjubkan mereka tidak hilang sebelum kita mempelajarinya.</p>
<hr>
<p><em>Zalfa Imani Trijatna dari Universitas Indonesia menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/199023/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Chris Young tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Persahabatan antara dua primata yang sangat berbeda ini kemungkinan besar melebihi janji yang Anda buat untuk menjadi sahabat selamanya dengan teman sekolah Anda.Chris Young, Senior Lecturer in Evolution and Social Behaviour, Nottingham Trent UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1933972022-10-28T02:30:15Z2022-10-28T02:30:15ZBagaimana cuitan netizen yang salah kaprah bisa menghambat pelestarian gajah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/492071/original/file-20221027-25221-cqxe8o.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Gajah menyebrang jalan di Botswana. poco_bw / Getty Images</span> </figcaption></figure><p><a href="https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2020-3.RLTS.T7140A45818198.en">Gajah asia</a> (<em>Elephas maximus</em>), <a href="https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2021-1.RLTS.T181007989A204404464.en">Gajah hutan Afrika</a> (<em>Loxodonta cyclotis</em>), dan <a href="https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2021-2.RLTS.T181008073A204401095.en">gajah sabana Afrika</a> (<em>Loxodonta africana</em>) merupakan spesies dengan tingkat keterancaman yang tinggi. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menyatakan bahwa <a href="https://www.iucn.org/news/species-survival-commission/202108/shrinking-spaces-worlds-largest-land-animal">aktivitas perburuan, kehilangan habitat, dan konflik dengan manusia</a> merupakan ancaman utama bagi kelangsungan tiga spesies tersebut.</p>
<p>Upaya mengatasi ancaman populasi gajah membutuhkan dukungan politik dan publik yang kuat agar bisa terealisasi. Sejauh ini, upaya konservasi gajah bergantung pada pendanaan internasional, sehingga sangat membutuhkan dukungan dari penduduk negara-negara habitat gajah maupun orang-orang di seluruh dunia. </p>
<p>Contohnya, selama 2010-2017, lembaga donor internasional mengucurkan dana US$500 juta (sekitar Rp 7,77 triliun) untuk <a href="https://doi.org/10.1038/541157a">program melawan perburuan gajah di seluruh Afrika</a>.</p>
<p>Karena itulah, persepsi publik seputar ancaman utama populasi gajah mempengaruhi penempatan prioritas sekaligus pendanaan konservasi satwa ini. Persepsi ini salah satunya terbentuk dari berbagai peliputan media, termasuk media sosial yang membantu meningkatkan kesadaran warga dunia seputar ancaman kelestarian gajah. </p>
<p>Namun, jika perhatian warganet tidak selaras dengan ancaman utama terhadap gajah, maka dukungan publik, sokongan politik, termasuk juga pendanaannya, berisiko salah sasaran ke persoalan dan kampanye yang tidak menguntungkan gajah-gajah di alam liar.</p>
<p>Dalam <a href="https://doi.org/10.1111/csp2.12785">penelitian terbaru</a>, kami menganalisis cuitan yang terbit tentang gajah sejak 2019 untuk memahami apa saja ancaman terbesar kelestarian gajah – sebagaimana telah diidentifikasi oleh IUCN – yang mendapatkan perhatian yang cukup dari pengguna Twitter.</p>
<p>Kami menemukan bahwa perhatian masyarakat di Twitter tidak sejalan dengan ancaman utama kelestarian gajah. Misalnya, kehilangan habitat dan konflik manusia-gajah hanya mendapatkan sedikit perhatian. </p>
<p>Studi kami juga menggarisbawahi perbedaan perhatian di antara warga yang tinggal di negeri habitat gajah, maupun negeri non-habitat, terhadap gajah. Misalnya, konflik manusia-gajah merupakan masalah penting bagi orang-orang di negara habitat gajah. Sebaliknya, hanya sedikit penduduk di negara non-habitat yang memperhatikan konflik tersebut.</p>
<p>Persoalan lainnya, seperti kehilangan habitat, juga mendapatkan sedikit perhatian dari pengguna Twitter (tak sampai 1% dari seluruh cuitan tentang gajah). </p>
<p>Temuan ini cukup memprihatinkan. Sebab, minimnya perhatian seputar ancaman kehilangan habitat dan konflik manusia-gajah dapat menggiring opini publik bahwa kedua masalah tersebut kurang penting. Akibatnya bisa mempengaruhi besaran pendanaan maupun aksi politik dari pemangku kebijakan.</p>
<h2>Gajah dan manusia</h2>
<p>Konflik manusia-gajah adalah persoalan rumit. Pasalnya, persoalan kelestarian populasi gajah tersebut kerap dihadapkan dengan kehidupan serta keselamatan warga sehari-hari di sekitar habitat gajah.</p>
<p>Sayangnya, di sosial media, ada anggapan yang salah bahwa gajah tinggal di alam liar tanpa manusia. Konflik dianggap terjadi karena orang-orang telah merambah habitat gajah.</p>
<p>Kenyataannya, gajah tak selalu terkurung di kawasan yang dilindungi. Spesies ini hidup di bentang alam yang berdampingan dengan manusia, tanpa pagar-pagar tertentu. Misalnya, penelitian memperkirakan hampir sekitar <a href="https://www.iucn.org/news/species-survival-commission/202108/shrinking-spaces-worlds-largest-land-animal">70% gajah hutan Afrika</a> tinggal di luar area yang dilindungi.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-ilmu-sosial-dapat-membantu-pelestarian-gajah-di-way-kambas-166153">Bagaimana ilmu sosial dapat membantu pelestarian gajah di Way Kambas?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sementara, warga yang tinggal berdampingan dengan gajah justru mengalami dampak tertentu. Misalnya, Bostwana adalah negara dengan populasi gajah terbesar di Afrika. Ada sekitar <a href="https://elephantswithoutborders.org/projects/elephant-research/">130 ribu individu gajah</a>, yang senang menghabiskan waktunya di luar kawasan dilindungi. Akibatnya konflik gajah-manusia kerap terjadi. Selama 2009-2019, <a href="https://www.africaportal.org/documents/21369/BIDPA_Policy-Brief-No.16-A4.pdf">gajah bertanggung jawab atas 67 kasus kematian warga</a> Botswana. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan kasus kematian dari satwa liar lainnya.</p>
<p>Sementara, di Asia dan Afrika, para petani ditaksir kehilangan sekitar <a href="http://dx.doi.org/10.1016/j.biocon.2012.07.014">10-15% dari total hasil panen mereka</a> karena aktivitas gajah.</p>
<p>Warga yang hidup berdampingan dengan gajah telah berkorban besar atas nama kelestarian satwa ini. Sayangnya, pengorbanan mereka jarang menjadi perbincangan di sosial media.</p>
<h2>Tuduhan dan dendam</h2>
<p>Berbekal <a href="https://developer.twitter.com/en/products/twitter-api/academic-research">pelacakan unggahan melalui Twitter Academic Research</a>, kami mengunduh seluruh cuitan di Twitter yang berisikan kata kunci “gajah” sepanjang 2019. Kami kemudian membaca sampel cuitan dan mencatat asal negaranya. Kami juga menilai apakah cuitan-cuitan tersebut mendiskusikan ancaman utama gajah liar.</p>
<p>Kami menemukan cuitan yang terkait langsung dengan gajah hanya sebesar 21% dari total cuitan. Perburuan merupakan ancaman yang paling sering didiskusikan (13%), diikuti konflik manusia-gajah (7%), dan kehilangan habitat (kurang dari 1%).</p>
<p>Hanya 27% dari cuitan yang berasal dari pengguna di negara-negara habitat gajah. Artinya diskusi tentang konflik manusia-gajah, dan isu yang penting bagi negara habitat, kerap dibayangi oleh pengguna Twitter dari negara-negara barat.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/dari-gajah-hingga-rusa-bagaimana-herbivora-berperan-besar-menyelamatkan-iklim-bumi-173248">Dari gajah hingga rusa: bagaimana herbivora berperan besar menyelamatkan iklim bumi?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ketika ada percakapan seputar konflik manusia-gajah, biasanya itu hanya dalam rangka merespon gajah yang terbunuh. Media internasional kerap memberitakan <a href="https://doi.org/10.1386/jams_00005_1">masyarakat lokal yang tidak peduli</a> dan menyalahkan warga atas konflik yang terjadi. Misalnya, ada satu cuitan:</p>
<blockquote>
<p>Jika manusia tidak mau gajah berada di tanah mereka, maka seharusnya mereka tidak memindahkan lahan pertaniannya di tengah-tengah habitat gajah. Gajah lebih dulu berada di sana.</p>
</blockquote>
<p>Selain itu, banyak pula pengguna Twitter dari negara-negara habitat gajah lebih mempermasalahkan perhatian kematian gajah, dibandingkan isu seputar dampak gajah pada komunitas lokal.</p>
<p>Sejalan dengan <a href="https://doi.org/10.1080/09669582.2019.1604719">studi sebelumnya</a>, banyak pengguna media sosial Afrika mengkritik pengguna Twitter dari negara barat. Pasalnya, mereka kerap menempatkan kehidupan satwa liar di atas orang Afrika. Misalnya, satu cuitan dari Botswana mengatakan:</p>
<blockquote>
<p>Orang-orang terbunuh oleh gajah di sini setiap hari. Pencari nafkah, orang tua yang meninggalkan anak-anak mereka … apa orang desa di Botswana tidak diperhatikan?</p>
</blockquote>
<h2>Langkah selanjutnya</h2>
<p>Upaya mengatasi konflik manusia-gajah akan menjadi masalah mendesak di tahun-tahun mendatang. Pasalnya, perubahan iklim dapat semakin mengurangi habitat gajah, sehingga manusia dan gajah <a href="https://www.npr.org/2022/08/15/1117076598/drought-is-driving-elephants-closer-to-people-the-consequences-can-be-deadly">terpaksa memperebutkan sumber daya yang terbatas</a>.</p>
<p>Jika orang peduli dan menginginkan gajah lestari di alam liar, mereka juga perlu memperhatikan – dan mengadvokasi – komunitas yang hidup berdampingan dengan gajah.</p>
<p>Tanpa dukungan dari masyarakat lokal, konservasi gajah tidak akan mungkin berjalan mulus. Proyek konservasi yang lebih inklusif untuk melindungi satwa liar dan sekaligus menjaga kehidupan masyarakat, bisa <a href="https://doi.org/10.1016/j.gecco.2019.e00538">meningkatkan dukungan untuk konservasi</a>. </p>
<p>Sebaliknya, kurangnya pengakuan atas dampak manusia saat hidup bersama gajah, dan salah kaprah tentang siapa yang harus disalahkan atas konflik, berisiko melemahkan upaya konservasi.</p>
<p>Pelaku konservasi – dan pengguna media sosial secara lebih luas – perlu menantang stigma negatif tentang masyarakat lokal, meningkatkan kesadaran akan kenyataan hidup bersama gajah, dan mengakui hak masyarakat untuk mengelola kehidupan mereka di alam liar secara berkelanjutan.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/193397/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Niall Hammond menerima beasiswa PhD dari Griffith University yang membiayai penelitian dalam artikel ini.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Amy Dickman menerima gajinya dari Recanati-Kaplan Foundation dan Panthera, dan dana konsultasi dari Darwin Expert Committee, Arabian Leopard Fund dan Jamma International. Dia adalah Direktur Wildlife Conservation Research Unit (WildCRU) (WildCRU) dan joint-CEO bersama Lion Landscapes, yang keduanya menerima dana dari berbagai penyandang dana.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Duan Biggs adalah Ketua Ilmu dan Kebijakan Lingkungan Olajos Goslow di Northern Arizona University. Dia adalah anggota Komisi Dunia IUCN untuk Kawasan Lindung, Komisi Kelangsungan Hidup Spesies, dan Komisi Kebijakan Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial.</span></em></p>Sebuah studi tentang tweet yang diposting pada tahun 2019 menemukan bahwa cuitan tentang konservasi gajah tidak selaras dengan ancaman terbesar yang sebenarnya terhadap satwa ini.Niall Hammond, PhD Candidate in Conservation Science, Griffith UniversityAmy Dickman, Professor of Wildlife Conservation, University of OxfordDuan Biggs, Olajos Goslow Chair, Northern Arizona UniversityLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1872642022-07-29T01:57:13Z2022-07-29T01:57:13ZHari Harimau Sedunia: Pengukuran populasi harimau tidaklah mudah, bukan cuma perkara jumlah<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/474793/original/file-20220719-26-oyfnrb.JPG?ixlib=rb-1.1.0&rect=6%2C145%2C4610%2C2921&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">(sumber: BKSDA Sumatera Barat, SINTAS Indonesia, San Diego Zoo Wildlife Alliance)</span></span></figcaption></figure><p>Menurut tanggalan <em>shio</em>, 2022 merupakan <a href="https://tigers.panda.org/our_work/about_tx2_public/">tahun harimau</a>. Pada tahun ini, 13 negara habitat harimau berkomitmen untuk melipatgandakan populasi harimau menjadi dua kali dari populasi tahun 2010. Ini merupakan salah satu komitmen terbesar dalam konservasi spesies maupun sejarah pelestarian harimau.</p>
<p>Indonesia pernah menjadi rumah bagi <a href="https://rimbakita.com/harimau-di-indonesia/">tiga subspesies harimau (harimau sumatra, jawa, dan bali)</a>. Sayangnya, harimau jawa dan bali sudah punah, hanya harimau sumatra yang tersisa.</p>
<p>Populasi harimau di alam terus mengalami tekanan. Harimau sumatra terancam dengan jumlah saat ini <a href="https://www.iucnredlist.org/species/15955/214862019">diperkirakan sebanyak 393 individu dewasa</a>, menurun 10% dibandingkan tahun 2008 yakni 439 harimau.</p>
<p>Kerusakan dan fragmentasi habitat, perdagangan bagian tubuh harimau untuk obat dan ornamen, perburuan satwa mangsa (rusa, kijang, dan babi), dan konflik manusia-harimau menjadi <a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749-4877.2010.00219.x">empat ancaman utama bagi harimau</a>. </p>
<p>Ancaman lainnya meliputi penyakit satwa seperti <em>Canine Distemper Virus</em> yang menyerang harimau dan <a href="https://www.mongabay.co.id/2021/08/01/virus-menular-asf-ancaman-serius-populasi-satwa-liar-dilindungi/"><em>Asian Swine Fever</em> yang menyerang satwa mangsa babi hutan</a>. </p>
<p>Padahal, keberadaan harimau bernilai penting bagi ekosistem. Satwa ini merupakan pemangsa puncak yang mengendalikan populasi satwa-satwa mangsanya, seperti babi hutan, <a href="https://doi.org/10.1016/j.biocon.2018.01.015">yang dapat menjadi hama pertanian</a>. Masyarakat di Sumatra Barat, misalnya, menghormati harimau karena memiliki <a href="https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/02/17/mitologi-inyiak-balang-budaya-menghormati-harimau-oleh-masyarakat-minang">nilai kultural sebagai penjaga hutan</a>. </p>
<p>Menyambut Hari Harimau Sedunia pada tanggal 29 Juli, sudah saatnya kita merefleksikan upaya mengetahui status populasi harimau sebagai bagian penting dalam pelestariannya. Pertanyaan besar yang paling sering ditanyakan adalah:</p>
<p>“Ada berapa jumlah harimau saat ini?”</p>
<p>Meski tampak sederhana, pencarian jawaban atas pertanyaan ini tidaklah mudah. Tulisan ini akan menjabarkan tentang cara menghitung ukuran populasi harimau di alam.</p>
<h2>Menghitung populasi harimau</h2>
<p>Saat ini metode ilmiah utama untuk menghitung jumlah harimau adalah <a href="https://books.google.co.uk/books?id=Yrg7DwAAQBAJ&source=gbs_similarbooks"><em>Capture-Mark-Recapture</em> atau Tangkap-Tandai-Tangkap Kembali (CMR)</a>. Metode CMR memperkirakan kepadatan harimau dengan mengambil sampel populasi harimau, tanpa harus mendata seluruh harimau yang tinggal di dalam suatu wilayah.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/474794/original/file-20220719-24-cwugg5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/474794/original/file-20220719-24-cwugg5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/474794/original/file-20220719-24-cwugg5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/474794/original/file-20220719-24-cwugg5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/474794/original/file-20220719-24-cwugg5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/474794/original/file-20220719-24-cwugg5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/474794/original/file-20220719-24-cwugg5.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Tim pemantau sedang memasang kamera pengintai.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: BKSDA Sumatra Barat, SINTAS Indonesia, San Diego Zoo Wildlife Alliance)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Metode ini mensyaratkan agar harimau dapat ditemukan (tangkap), tiap individu bisa diidentifikasi dengan benar (tandai), dan ditemukan kembali di lokasi yang sama atau berbeda (tangkap kembali).</p>
<p>Berkembangnya teknologi turut membuat metode CMR semakin populer. Kamera pengintai (<em>camera trap</em>) menjadi alat utama ‘menangkap’ harimau dalam bingkai foto. Metode ini jauh lebih mudah dibanding menangkap langsung harimau.</p>
<p>Setiap individu harimau memiliki pola loreng unik sama seperti sidik jari manusia. Loreng ini menjadi identitas harimau yang membedakannya satu sama lain.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/474796/original/file-20220719-18-rxg66l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/474796/original/file-20220719-18-rxg66l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=578&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/474796/original/file-20220719-18-rxg66l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=578&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/474796/original/file-20220719-18-rxg66l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=578&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/474796/original/file-20220719-18-rxg66l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=726&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/474796/original/file-20220719-18-rxg66l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=726&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/474796/original/file-20220719-18-rxg66l.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=726&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Ilustrasi loreng individu harimau yang sama di dua lokasi berbeda.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: BKSDA Sumatra Barat, SINTAS Indonesia, San Diego Zoo Wildlife Alliance/diolah oleh Robby Maqoma)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Selain peralatan, CMR juga membutuhkan desain studi yang baik. Misalnya kamera pengintai dipasang di lokasi yang optimal untuk mendeteksi harimau. Lokasi tersebut bisa berupa jalur harimau (di mana terdapat tapak atau kotoran harimau) atau jalur satwa mangsanya. </p>
<p>Distribusi kamera juga harus merata untuk menjamin setiap individu harimau memiliki peluang yang sama untuk ‘tertangkap’. Di Sumatra, survei harimau biasa menggunakan <a href="https://www.cambridge.org/core/product/identifier/S0030605317001144/type/journal_article">sistem <em>grid</em> atau petak</a>, di mana satu stasiun kamera (biasa berpasangan untuk mendapatkan foto kedua sisi harimau) dipasang dalam <em>grid</em> ukuran 3x3 kilometer (km). </p>
<p>Survei juga dilakukan dalam periode waktu terbatas, umumnya 90 hari. Angka ini menjadi <a href="https://books.google.co.uk/books?id=Yrg7DwAAQBAJ&source=gbs_similarbooks">acuan asumsi populasi tertutup harimau</a> di mana tidak terjadi proses kelahiran, kematian, imigrasi, dan emigrasi yang dapat mengubah angka populasi harimau di area kajian selama survei.</p>
<p>Syarat di atas terlihat sederhana. Tapi, penerapannya di lapangan bisa lebih menantang, terutama karena keterbatasan sumber daya. Jika kita ingin melakukan survei kamera di area yang luas, maka dibutuhkan lebih banyak kamera pengintai dan tim lapangan. Tentunya ini akan berdampak pada periode survei yang panjang dan biaya operasional yang tinggi.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/474798/original/file-20220719-24-t9jm4w.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/474798/original/file-20220719-24-t9jm4w.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/474798/original/file-20220719-24-t9jm4w.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/474798/original/file-20220719-24-t9jm4w.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/474798/original/file-20220719-24-t9jm4w.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/474798/original/file-20220719-24-t9jm4w.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/474798/original/file-20220719-24-t9jm4w.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Perjuangan tim lapangan yang sedang mendaki bukit.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: BKSDA Sumatra Barat, SINTAS Indonesia, San Diego Zoo Wildlife Alliance)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Oleh karena itu, studi populasi harimau biasanya dilakukan di wilayah prioritas seperti area inti kawasan konservasi. Namun, angka kepadatan yang dihasilkan di suatu lokasi (misalnya di habitat pergunungan) tidak dapat digunakan untuk prediksi kepadatan harimau area lain (contoh di rawa gambut). </p>
<p>Keterbatasan luasan area survei menjadi tantangan dalam menentukan jumlah harimau di wilayah besar seperti taman nasional. Idealnya, survei dilakukan di semua tipe habitat di suatu kawasan (misalnya Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh yang memiliki habitat rawa gambut, dataran rendah, perbukitan, sub-pegunungan, dan pegunungan) agar estimasi kepadatan harimau bisa merepresentasikan wilayah tersebut.</p>
<p>Walaupun menghadapi tantangan, kita patut berbangga karena peneliti Indonesia telah menghasilkan beragam publikasi ilmiah tentang kepadatan populasi harimau dengan metode CMR yang menjadi basis pengelolaan konservasi.</p>
<p>Beberapa diantaranya dilakukan <a href="https://www.cambridge.org/core/product/identifier/S0030605317001144/type/journal_article">di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Lampung</a>, <a href="https://threatenedtaxa.org/JoTT/article/view/6271">Taman Nasional Berbak-Sembilang di Sumatra Selatan</a>, <a href="https://www.cambridge.org/core/journals/oryx/article/assessing-the-sumatran-tiger-panthera-tigris-sumatrae-population-in-batang-gadis-national-park-a-new-protected-area-in-indonesia/B16A232E133D2A70D76EC5CAB9C38D1E">Taman Nasional Batang Gadis di Sumatra Utara</a>, dan <a href="http://dx.doi.org/10.1038/s41467-017-01656-4">Pegunungan Bukit Barisan di sepanjang Pulau Sumatra</a>.</p>
<h2>Bukan sekadar angka</h2>
<p>Informasi kepadatan harimau tidak selalu tersedia karena keterbatasan sumber daya untuk melakukan survei lapangan dan analisis.</p>
<p>Menjawab pertanyaan “Ada berapa populasi harimau?” memang penting untuk menyusun strategi konservasi harimau ke depannya. Namun informasi populasi harimau tidak harus dalam jumlah ekor. </p>
<p>Selain “Ada berapa harimau?”, kita juga bisa bertanya:
- Apakah terdapat harimau di kawasan ini?
- Bagaimana pola sebaran harimau di wilayah ini?
- Bagaimana perbandingan rasio jantan-betina dan kelas umur mereka?</p>
<p>Pertanyaan-pertanyaan tersebut penting untuk dijawab. Misalnya, informasi seputar ada atau tidaknya harimau di suatu kawasan menjadi sangat penting ketika kita menilai habitat yang kritis. </p>
<p>Informasi mengenai pola sebaran harimau juga vital dalam penetapan skala prioritas kegiatan pengamanan suatu kawasan. Sedangkan, kita memerlukan informasi rasio jantan-betina untuk mengetahui kesehatan populasi harimau di suatu kawasan.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/474799/original/file-20220719-18-yl9hf8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/474799/original/file-20220719-18-yl9hf8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/474799/original/file-20220719-18-yl9hf8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/474799/original/file-20220719-18-yl9hf8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/474799/original/file-20220719-18-yl9hf8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/474799/original/file-20220719-18-yl9hf8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/474799/original/file-20220719-18-yl9hf8.JPG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Petugas sedang memeriksa tanda keberadaan harimau.</span>
<span class="attribution"><span class="source">(Sumber: BKSDA Sumatra Barat, SINTAS Indonesia, San Diego Zoo Wildlife Alliance)</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Pemerintah Indonesia bersama para mitra telah melakukan pemantauan berkala terkait populasi harimau, baik pada tingkat bentang alam maupun skala pulau. Pada tingkat bentang alam, misalnya, pemerintah telah melakukan pemantauan berkala dengan kamera pengintai pada kawasan-kawasan prioritas. </p>
<p>Sementara, pada tingkat pulau, pemerintah telah melaksanakan survei deteksi/non-deteksi di 60% habitat harimau sumatra di seluruh Pulau Sumatra <a href="https://journals.plos.org/plosone/article/file?id=10.1371/journal.pone.0025931&type=printable">pada 2007-2009</a>. Survei tersebut sedang diulang dengan target cakupan yang lebih luas, <a href="http://www.catsg.org/index.php?id=710">yaitu 100% habitat harimau sumatra di seluruh Pulau Sumatra</a>.</p>
<p>Tujuan utama perlindungan harimau adalah mempertahankan atau bahkan meningkatkan jumlah dan sebaran harimau. Oleh karena itu, walaupun membutuhkan keterampilan khusus, pemantauan status populasi merupakan komponen penting dan seyogianya diterapkan di dalam pengelolaan harimau. </p>
<p>Berbagai pilihan metode ilmiah telah memberikan cukup ruang bagi pihak pengelola untuk melakukan pemantauan populasi harimau sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Hanya melalui kegiatan pemantauan populasi secara berkala, efektivitas upaya perlindungan harimau dapat diukur – apakah populasinya meningkat, stabil, atau justru menurun.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/187264/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Para penulis tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi di luar afiliasi akademis yang telah disebut di atas.</span></em></p>Menjawab pertanyaan “Ada berapa populasi harimau?” memang penting untuk menyusun strategi konservasi harimau ke depannya. Namun informasi populasi harimau tidak harus dalam jumlah ekor.Ardiantiono, PhD Student, University of KentHariyo T. Wibisono, PhD on Wildlife Ecology, University of DelawareLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1836052022-05-24T03:51:59Z2022-05-24T03:51:59ZNasib Indonesia: titik panas ancaman populasi satwa, tapi kekurangan data untuk mengukurnya<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/464925/original/file-20220524-25-si6a37.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C1%2C1022%2C662&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Kuskus Waigeo, satwa asli Papua.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.inaturalist.org/photos/93568341?size=large">Charleyhesse/iNaturalist</a></span></figcaption></figure><p>Baru-baru ini ramai berita <a href="https://akurat.co/tiga-harimau-sumatra-ditemukan-mati-di-aceh-timur">kematian tiga ekor harimau terjerat di Aceh </a>. Kasus ini menarik perhatian publik, hingga ramai pernyataan seorang Youtuber yang menyatakan bahwa <a href="https://www.merdeka.com/jatim/sebut-alam-sedang-tidak-baik-baik-saja-alshad-ahmad-tuai-kritik.html">hutan sedang tidak baik-baik saja</a>. </p>
<p>Sebenarnya, bagaimana kondisi satwa liar kita di alam? </p>
<p>Negeri kita menempati <a href="https://www.researchgate.net/publication/287195479_Conservation_Challenges_in_Indonesia#:%7E:text=Indonesia%20faces%20many%20challenges%20in,the%20misuse%20of%20natural%20resources.">peringkat pertama dunia</a> untuk keanekaragaman spesies endemik, dan peringkat kedua untuk keanekaragaman spesies setelah Brasil. Indonesia menjadi <a href="http://ksdae.menlhk.go.id/assets/publikasi/Buku_IBSAP%202015-2020.pdf">rumah bagi 10% spesies vertebrata dunia: 13% mamalia, 16% burung, 7% reptil, 6% amfibi, dan 9% ikan air tawar </a>. </p>
<p>Namun, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara acap kali diidentifikasi sebagai <a href="https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.3000158">pusat terjadinya</a> penurunan populasi atau kepunahan satwa. Fenomena tersebut dikenal sebagai <a href="https://www.science.org/doi/10.1126/science.1251817"><em>defaunation</em> atau defaunasi</a>. </p>
<p>Argumen ini dilatari oleh beragam faktor. Konversi hutan primer (hutan alami) di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Sebanyak <a href="https://journals.plos.org/plosone/article/peerReview?id=10.1371/journal.pone.0266178">9,79 juta hektare hutan hilang antara 2001-2019</a>. </p>
<p>Negara ini juga menjadi <a href="https://library.forda-mof.org/libforda/koleksi-621-potret-perdagangan-ilegal-satwa-liar-di-indonesia-.html">pusat perdagangan satwa liar</a> dengan estimasi kerugian mencapai US$ 600 juta tiap tahunnya.</p>
<p>Kendati begitu, pengukuran defaunasi di Indonesia bukanlah hal yang sederhana karena informasi populasi seperti distribusi dan kelimpahan satwa amat terbatas. Indonesia juga tidak memiliki basis data populasi untuk seluruh satwa di tanah air, tren populasinya, dan seberapa besar dampak tekanan yang ada terhadap satwa.</p>
<h2>Sudah terbatas, timpang pula</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/464927/original/file-20220524-22-bwq5uy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/464927/original/file-20220524-22-bwq5uy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/464927/original/file-20220524-22-bwq5uy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/464927/original/file-20220524-22-bwq5uy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/464927/original/file-20220524-22-bwq5uy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/464927/original/file-20220524-22-bwq5uy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/464927/original/file-20220524-22-bwq5uy.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Peneliti senior Stasiun Riset Soraya, Ibrahim (kanan), mendampingi mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry saat melakukan penelitian, di Stasiun Riset Soraya, Kota Subulussalam, Aceh.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Syifa Yulinnas/Antara</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kami mengulas lebih dari 300 publikasi ilmiah dengan topik populasi kelompok mamalia darat yang berukuran sedang dan besar (berat badan >1 kg), mulai dari musang hingga gajah. </p>
<p>Hasilnya (yang belum dipublikasi karena masih dalam tahap penulisan), kami mendapati informasi populasi satwa liar di Indonesia secara umum masih diambil dari area yang terbatas dan di satu titik waktu. Misalnya, <a href="https://media.neliti.com/media/publications/261168-demography-population-of-sumatran-surili-ccd9f179.pdf">estimasi populasi simpai (langur)</a> (<em>Presbytis melalophos</em>) di kawasan Geopark Mengkarang Purba, Jambi, hanya berbasiskan data yang dikumpulkan selama sekitar tiga bulan dari survei di tepi sungai. Luasan area surveinya pun hanya 0,48% dari total kawasan.</p>
<p>Contoh lainnya, <a href="https://eprints.umm.ac.id/83728/18/Azmi%20Chanan%20Aryanti%20-%20Population%20Javan%20Lutung%20Habitat%20Forest%20Park%20R.%20Soerjo%20East%20Java.pdf">penelitian estimasi populasi lutung jawa</a> (<em>Trachypithecus auratus</em>) di Hutan Raya R. Soerjo hanya berdasarkan survei di kawasan wisata. </p>
<p>Padahal, guna mengetahui tren populasi satwa, Indonesia membutuhkan penelitian yang dilakukan secara berkala di area survei yang mewakili habitat (atau titik-titik populasi) satwa di suatu kawasan tertentu. Survei sebaran harimau sumatra dapat menjadi contoh. Penelitian ini dilakukan dari Aceh hingga Lampung pada 2007-2009. Survei kemudian diulang pada <a href="https://www.researchgate.net/publication/339439643_The_second_collaborative_Sumatra-wide_Tiger_Survey">10 tahun kemudian</a>. </p>
<p>Riset juga semestinya didesain untuk pemantauan populasi jangka panjang agar informasi yang diperoleh lebih akurat, khususnya untuk melihat bagaimana satwa merespons tekanan ancaman. Sejauh ini, tidak banyak kajian di Indonesia yang dilakukan dengan desain jangka panjang. </p>
<p><a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0006320713000797">Studi mamalia di Amazon yang dilakukan selama tujuh tahun dapat menjadi contoh.</a>. Riset ini dilakukan tim peneliti dari Towson University, Amerika Serikat, di berbagai titik habitat di Taman Nasional Manu, Peru.</p>
<p>Selain data yang terbatas, ada juga kesenjangan publikasi berdasarkan kepopuleran satwa dan distribusi regionalnya. Spesies yang dianggap karismatik—umumnya satwa besar seperti gajah dan harimau— atau yang sering berinteraksi dengan manusia seperti monyet ekor panjang, dan berada di Indonesia bagian barat lebih banyak dikaji dalam publikasi. </p>
<p>Sebaliknya, informasi populasi mamalia yang berada di bagian tengah dan timur Indonesia masih terbatas. Misalnya, tidak ada satupun publikasi mengenai populasi tiga spesies landak semut atau ekidna : <em>Tachyglossus aculeatus</em>, <em>Zaglossus attenboroughi</em>, dan <em>Zaglossus bartoni</em>. Padahal, sebagian spesies ini merupakan <a href="https://www.newscientist.com/definition/echidnas/">satwa endemik pulau Papua.</a> </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/464926/original/file-20220524-30932-oxf6yh.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Foto landak semut spesies Achyglossus aculeatus.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.inaturalist.org/photos/12813862?size=medium">Simon Grove/iNaturalist</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Contoh lainnya adalah <a href="https://www.iucnredlist.org/species/136218/21949526">kuskus talaud, satwa asli Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, yang berstatus kritis.</a> Satwa ini hanya tercatat di <a href="https://smujo.id/biodiv/article/view/6833">satu publikasi</a> yang memuat informasi kepadatan dan sebarannya. </p>
<p>Informasi status dan tren populasi satwa perlu terus digali dengan metode ilmiah yang kuat, khususnya untuk satwa terancam yang kurang mendapatkan perhatian.</p>
<h2>Riset populasi satwa perlu diperbanyak</h2>
<p>Defaunasi dapat mempengaruhi struktur ekosistem di alam dan mengganggu jasa ekosistem (manfaat alam kepada manusia), yang berdampak negatif pada kehidupan manusia. Misalnya, hilangnya mamalia pemakan buah dapat menghambat regenerasi hutan sehingga turut <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-019-12539-1">berkontribusi pada perubahan iklim</a>. </p>
<p>Contoh lainnya adalah, peningkatan drastis populasi satwa generalis (yang mampu beradaptasi di berbagai tempat) seperti tikus dan babi karena kepunahan predator alami dikaitkan dengan penyebaran penyakit zoonosis (penyakit manusia yang berawal dari satwa) dan <a href="https://www.annualreviews.org/doi/abs/10.1146/annurev-ecolsys-112414-054142">kerusakan hasil pertanian</a>.</p>
<p>Untuk menghadapi risiko tersebut, pemerintah dapat memperkuat upaya konservasi dengan data satwa yang memadai di seluruh kawasan. Kerja sama perlu dibangun lebih erat dengan akademisi, pegiat konservasi, dan masyarakat setempat untuk memperkuat basis data satwa di Indonesia. </p>
<p>Riset ini diperlukan untuk mengetahui apa saja ancaman bagi populasi satwa di tanah air, ataupun melihat satwa yang paling terancam. Data yang kuat juga dibutuhkan agar upaya konservasi tepat sasaran, demi memperlambat dan menghentikan laju kepunahan satwa.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/0nDWAYhlJ7o?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Video tentang komodo dari organisasi nirlaba Komodo Survival Program.</span></figcaption>
</figure>
<p>Sebenarnya, tidak sedikit cerita sukses konservasi satwa liar yang dapat menjadi inspirasi dan pembelajaran. Misalnya, <a href="https://news.mongabay.com/2015/12/komodo-dragon-one-of-indonesias-rare-conservation-success-stories/">kondisi populasi Komodo yang stabil karena perlindungan masif</a> di Taman Nasional Komodo.</p>
<p>Aksi konservasi eks-situ (di luar habitat aslinya) juga berhasil meningkatkan jumlah populasi spesies satwa yang sudah amat terancam di alam. Sebagai contoh, <a href="http://ppid.menlhk.go.id/berita/siaran-pers/6483/badak-sumatera-kembali-lahir-di-tn-way-kambas">kelahiran anak badak di Suaka Rhino Sumatera, Lampung.</a></p>
<p>Keberhasilan tindakan tersebut masih dapat diperluas seiring dengan data satwa yang semakin memadai. Harapannya, upaya konservasi tak berkutat pada spesies karismatik saja, tapi juga satwa-satwa lainnya guna menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/183605/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Irene Margareth Romaria Pinondang menerima dana dari University of Kent. </span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Ardiantiono tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Indonesia tidak memiliki basis data seluruh populasi satwa. Riset yang dilakukan juga masih jarang menyentuh satwa di kawasan Indonesia tengah maupun timur.Ardiantiono, PhD Student, University of KentIrene Margareth Romaria Pinondang, Mahasiswa doktoral, University of KentLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1796702022-03-25T03:49:55Z2022-03-25T03:49:55ZPenelitian genomik jadi salah satu bekal terbaik pelestarian satwa Indonesia<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/453758/original/file-20220323-23-12jrcxn.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Harimau Sumatera (Phantera Tigris Sumatrae) bernama Sean bersama dua dari tiga anaknya yang berumur sekitar dua bulan saat mulai dilatih naluri berburunya di Bali Zoo, Gianyar, Bali</span> <span class="attribution"><span class="source">(Nyoman Budhiana/Antara)</span></span></figcaption></figure><p>Seiring dengan <a href="https://theconversation.com/sequencing-your-genome-is-becoming-an-affordable-reality-but-at-what-personal-cost-36720">ongkos perunutan gen (<em>genomic sequencing</em>) yang semakin murah</a>, penelitian genomik semakin banyak dilakukan pada berbagai jenis hewan.</p>
<p>Sebelumnya, data genomik dan penelitian genetika hanya umum dilakukan untuk manusia, mencit (tikus), dan lalat buah. Saat ini, kita mulai banyak melihat data genom utuh untuk badak, komodo, dan harimau.</p>
<p>Kini, data genomik sangat penting untuk menghadapi tantangan global berupa kepunahan biodiversitas dan perubahan iklim.</p>
<p>Kemampuan satwa liar beradaptasi dengan perubahan lingkungan, misalnya, sangat tergantung dengan variasi genetik yang mereka miliki. <a href="https://theconversation.com/mengapa-satwa-langka-rentan-punah-begini-kata-genetika-129145">Agar satwa liar terjaga dari kepunahan</a>, kita perlu menjaga variasi genetik spesiesnya tetap tinggi. Variasi genetik yang tinggi dapat memperluas spektrum kerja sistem imun tubuh.</p>
<p>Selain itu, perubahan-perubahan genetika juga perlu diketahui untuk melihat sejauh mana tantangan-tantangan yang ada telah mengubah ukuran populasi mereka. </p>
<p>Nah, penelitian genomik menjadi pilihan peneliti untuk menilik sejarah evolusi hewan yang terancam punah. Sebab, aktivitas <a href="https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/whole-genome-sequencing">perunutan genom utuh (<em>whole genome sequencing</em>)</a> mampu mengungkap jutaan penanda genetik dari beberapa individu saja.</p>
<h2>Mengungkap sejarah hewan endemik Indonesia</h2>
<p><a href="https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/mec.16121">Penelitian genomik komodo</a> yang dipublikasikan oleh Alessio Iannucci dari University of Florence, Italia, dan koleganya pada tahun 2021 menemukan bahwa spesies tersebut pernah mengalami penurunan ukuran populasi yang cukup drastis sekitar satu juta tahun yang lalu.</p>
<p>Setelah itu, ukuran populasi komodo sempat meningkat sesaat, lalu stabil pada kira-kira 400-100 ribu tahun silam. Dinamika tersebut berdasarkan penurunan variasi genetik yang dapat dihitung dari keragaman genomik suatu populasi.</p>
<p>Perubahan iklim global yang terjadi akibat <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B978012823498300039X">periode glasial maksimum terakhir (LGM)</a> – ketika Bumi memiliki lapisan es terluas pada sekitar 20 ribu tahun yang lalu – diperkirakan mengubah habitat komodo secara drastis. Perubahan itu kemudian menyebabkan penurunan ukuran populasi komodo yang berlangsung hingga kira-kira beberapa ribu tahun yang lalu, sebelum keragaman genomik komodo tampak stabil.</p>
<p>Kisah serupa juga diperoleh dari penelitian genomik terhadap keluarga badak (Rhinoceratidae). Dalam studi yang diterbitkan di <a href="https://www.cell.com/cell/fulltext/S0092-8674(21)00891-6">jurnal Cell pada 2021</a>, peneliti membandingkan genom spesies badak yang punah melalui fosilnya dengan genom spesies badak yang masih hidup.</p>
<p>Hasilnya, keragaman genomik yang rendah memang merupakan fitur hasil ’warisan’ dari keluarga badak.</p>
<p>Riset genomik pernah dilakukan kepada harimau di seluruh dunia oleh peneliti genetika Yue-Chen Liu bersama timnya yang <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960982218312144">diterbitkan di jurnal Cell pada 2018</a>. Dari studi ini, harimau-harimau dari berbagai lokasi di Asia didapati mengalami penurunan keragaman genomik sejak 100 ribu tahun yang lalu, termasuk harimau sumatera.</p>
<p>Berbagai penelitian genomik di atas menunjukkan bahwa satwa yang terancam punah memang memiliki keragaman genomik yang relatif rendah. Hal tersebut adalah hasil adaptasi terhadap perubahan iklim global yang terjadi ratusan ribu tahun silam. Karena itu, aspek genetik mereka sebenarnya tidak akan menjadi faktor yang menyebabkan kepunahannya. </p>
<p>Kendati demikian, seiring perubahan iklim dan gangguan habitat yang semakin intens, pemantauan berkala lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui apakah kecenderungan ini akan terus berlaku.</p>
<h2>Informasi genomik untuk menjaga keanekaragaman hayati</h2>
<p>Penelitian genomik memperkaya sejarah alam spesies-spesies selama ratusan ribu tahun. Dengan mengapresiasi sejarah populasi spesies, masyarakat dan pembuat kebijakan dapat semakin memahami pentingnya menjaga habitat mereka. </p>
<p>Selain itu, melalui pengungkapan berapa lama keragaman genetik yang dimiliki suatu populasi spesies, kita dapat memetakan risiko kepunahan populasinya.</p>
<p>Banyak negara berlomba menghasilkan sebanyak mungkin data genomik berbagai spesies yang mereka miliki dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Di Inggris, misalnya, ada proyek ambisius <a href="https://www.darwintreeoflife.org/">Darwin Tree of Life</a>, kolaborasi berbagai institusi untuk merunut genom 70,000 spesies eukariotik (organisme dengan sel berinti) di seluruh Inggris dan Irlandia.</p>
<p>Eropa pun memiliki dokumen referensi genom berbagai macam spesies bernama <a href="https://www.erga-biodiversity.eu/">European Reference Genome Atlas</a>. Baru-baru ini, sejumlah ilmuwan menginisiasi proyek pengurutan genom lebih dari 105 ribu spesies asli Afrika melalui <a href="https://africanbiogenome.org/">African BioGenome Project (AfricaBP)</a>.</p>
<p>Dalam tulisan yang terbit <a href="https://www.nature.com/articles/d41586-022-00712-4">di jurnal terkemuka Nature pada Maret 2022</a> tentang AfricaBP, peneliti Afrika menegaskan pentingnya sumber daya genomik untuk membantu upaya konservasi biodiversitas, peningkatan kualitas pangan, dan meningkatkan praktik berbagi data dan manfaat yang lebih berkeadilan. Konsorsium ini menginvestasikan ratusan juta dolar per tahun untuk mengembangkan sumber daya mereka. </p>
<p>Semakin banyak genom makhluk hidup yang kita ketahui, <a href="https://www.pnas.org/content/115/17/4325.full">semakin banyak informasi tentang bagaimana kehidupan bekerja</a>, termasuk di dalamnya gen, protein, dan jalur metabolisme lainnya. Aspek-aspek ini dapat bermanfaat bagi kesehatan, pangan, dan ekosistem secara umum.</p>
<p>Mengingat sumber daya perunutan genom yang timpang secara global, kolaborasi internasional yang seimbang diperlukan jika kita ingin memastikan perolehan sumber daya genomik untuk biodiversitas di seluruh dunia.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/179670/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sabhrina Gita Aninta menerima beasiswa studi PhD dari Queen Mary University of London.</span></em></p>Semakin banyak genom makhluk hidup yang kita ketahui, semakin banyak kita memperoleh informasi tentang bagaimana kehidupan bekerja serta mengantisipasi risiko yang .Sabhrina Gita Aninta, PhD Student, Queen Mary University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1774622022-03-02T05:16:36Z2022-03-02T05:16:36ZSawit mendukung satwa liar? Logika keliru naskah akademik sawit sebagai tanaman hutan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/448505/original/file-20220225-27-1crqmtf.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=14%2C0%2C4800%2C2749&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">BKSDA Aceh mengerahkan lima ekor gajah jinak untuk memindahkan gajah betina liar yang terjebak di kawasan perkebunan sawit selama lima tahun.</span> <span class="attribution"><span class="source">(Irwansyah Putra/Antara)</span></span></figcaption></figure><p>Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University bersama dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) <a href="https://drive.google.com/file/d/1hDrQze9nbIdLLWXspgv4MSpM8qMKbbbu/view?usp=sharing">menerbitkan naskah akademik</a> yang merekomendasikan kelapa sawit sebagai tanaman yang cocok untuk hutan terdegradasi (rusak).</p>
<p>Naskah ini menilik berbagai aspek mulai dari bioekologi sawit, penggunaan lahan, laju serapan karbon, dampak sosial-ekonomi, hingga keanekaragaman hayati dalam kebun sawit.</p>
<p>Dalam salah satu <a href="https://www.youtube.com/watch?v=5AnjLu-EoKs&t=21365s">pemaparannya</a>, penyusun mengatakan: </p>
<blockquote>
<p>“Kebun kelapa sawit dapat menjadi habitat dari berbagai taksa satwa liar (mamalia, burung, amfibi dan reptil). Perubahan tutupan berupa hutan sekunder menjadi kebun sawit pada umumnya menurunkan keanekaragaman jenis (spesies) mamalia, sedangkan untuk taksa-taksa lainnya terjadi peningkatan. Perubahan tutupan bukan hutan menjadi kebun kelapa sawit cenderung meningkatkan keanekaragaman jenis hampir semua taksa.”</p>
</blockquote>
<p>Kesimpulan di atas memberikan narasi bahwa kelapa sawit mendukung keanekaragaman satwa liar.</p>
<p>Temuan ini secara umum berseberangan dengan <a href="https://www.nature.com/articles/s41477-020-00813-w">kajian literatur global</a> yang melaporkan bahwa kelapa sawit masih menjadi ancaman bagi 321 spesies satwa terancam. Angka ini merupakan yang tertinggi di antara spesies tanaman minyak lainnya (kelapa, jagung, dan zaitun).</p>
<p>Sebagai peneliti satwa liar, saya bersama Herdhanu Jayanto, mahasiswa pascasarjana New Mexico Highlands University di Amerika Serikat (AS), membaca hasil kajian tersebut secara rinci dan memeriksa argumentasi serta publikasi ilmiah yang diacu di dalam naskah – khususnya Bab V tentang keanekaragaman hayati.</p>
<p>Kami mencatat ada empat poin dalam naskah akademik tersebut yang patut kita perhatikan.</p>
<h2>1. Satwa liar hanya dijadikan sekadar angka</h2>
<p>Naskah akademik menyatakan bahwa kebun sawit merupakan habitat satwa liar. Sejumlah penelitian mendukung bahwa satwa liar dapat hidup di kebun sawit. </p>
<p>Namun, kita perlu mencatat bahwa keberadaan satwa liar <a href="https://www.nature.com/articles/s41477-020-00813-w">dipengaruhi</a> oleh keberagaman tanaman penyusun habitat (kebun monokultur atau campuran). Jarak serta konektivitas dengan hutan sebagai habitat inti juga menjadi faktor yang berpengaruh. </p>
<p>Nyatanya, alih-alih menganalisis hal tersebut, naskah akademik cenderung mereduksi keberadaan spesies satwa liar menjadi sebatas angka. Penulis hanya memaparkan data-data spesies sesuai taksanya dalam jumlah tertentu, lalu membandingkannya dengan kawasan lainnya seperti hutan tanaman industri (HTI), ataupun kawasan terdegradasi (seperti area semak belukar ataupun bekas kebun).</p>
<p>Anda tidak akan menemukan pembahasan komposisi keragaman spesies satwa liar bernilai ekologi ataupun konservasi tinggi di dalam naskah secara komprehensif. </p>
<p>Padahal, setiap spesies makhluk hidup, terkhusus satwa liar, memiliki <a href="https://doi.org/10.1016/j.tree.2018.08.013">berbagai fungsi unik</a> yang tidak tergantikan dalam menopang kesehatan dan keberlanjutan layanan ekosistem.</p>
<p>Naskah akademik juga masih kurang menjelaskan, apakah spesies di dalam komparasi merupakan satwa umum di hutan (babi, tikus, kodok) atau spesies terancam yang bernilai tinggi seperti owa, orang utan, dan harimau.</p>
<p>Selain itu, tak ada keterangan lebih lanjut seputar keberadaan spesies-spesies yang dimaksud: mereka menggunakan kebun sawit sebagai habitat utama atau hanya melintas saja? </p>
<h2>2. Argumen tidak berimbang, tidak lengkap, dan kontradiktif</h2>
<p>Naskah akademik membandingkan keanekaragaman satwa dalam kebun sawit dengan kawasan HTI ataupun lahan terdegradasi.</p>
<p>Menurut kami, perbandingan tersebut tidak berimbang karena penulis tidak menampilkan data detail terkait penurunan keanekaragaman satwa ketika hutan alam (primer) dikonversi menjadi perkebunan sawit.</p>
<p>Penulis naskah juga menggunakan sekitar 34 publikasi ilmiah rujukan untuk menyatakan bahwa peralihan hutan sekunder menjadi kebun sawit menaikkan keanekaragaman dan kelimpahan satwa liar, kecuali mamalia. </p>
<p>Kami menelaah seluruh publikasi rujukan tersebut. Hasilnya, sekitar 16 dari 34 publikasi rujukan tersebut justru menyatakan sebaliknya.</p>
<p>Penulis naskah juga menggunakan dua studi untuk perbandingan keanekaragaman spesies di perkebunan sawit dan HTI:</p>
<p>1) <a href="https://www.angloeastern.co.uk/%7E/media/Files/A/Anglo-Eastern/Sustainability/Environment/HCV%20and%20HCS/Final%20Report%20HCV%20PT%20Kahayan%20Agro%20Plantation-dikompresi.pdf">Kajian identifikasi nilai konservasi tinggi</a> di perkebunan sawit PT Kahayan Agro Plantation di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, dan</p>
<p>2) <a href="https://kajietik.fkm.unsri.ac.id/biov/article/download/16/81">Survei cepat populasi burung</a> di kawasan konservasi dalam konsesi HTI PT Bumi Mekar Hijau di Sumatera selatan.</p>
<p>Kami menganggap penggunaan publikasi tersebut kurang tepat. Sebab, studi pertama dilakukan sebelum kawasan hutan beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Sedangkan studi kedua membandingkan kebun sawit dengan area konservasi dalam konsesi HTI – tidak di dalam area produksi.</p>
<h2>3. Praktik petik ceri</h2>
<p>Naskah akademik menyatakan bahwa kebun sawit cenderung meningkatkan keanekaragaman spesies dengan diperkuat oleh sejumlah publikasi ilmiah. </p>
<p>Setelah menelaah naskah yang dijadikan acuan tersebut, kami justru menemukan sang penyusun memilah-milah fakta ilmiah dari sejumlah publikasi acuan untuk mendukung argumennya. Tindakan ini merupakan <a href="https://iep.utm.edu/fallacy/#Cherry-Picking">aksi petik ceri (<em>cherry-picking</em>)</a> yang termasuk dalam kesesatan berpikir.</p>
<p>Misalnya, penulis naskah mengombinasikan publikasi tahun 2010 karya peneliti konservasi <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10531-010-9936-4">Leah L. Bremer dan Kathleen A. Valey)</a> serta kajian tahun 2016 karya konsultan ekologi <a href="https://theicct.org/publication/ecological-impacts-of-palm-oil-expansion-in-indonesia/">Chelsea Petrenko dan tim</a> untuk mendukung pernyataan tersebut. </p>
<p>Padahal, jika karya Bremer dan Valey dikutip secara lengkap, maka publikasi ini mengatakan bahwa konversi perkebunan dari lahan bukan hutan (misalnya lahan terdegradasi) hanya dapat berkontribusi positif terhadap keanekaragaman hayati bila ditanam dengan tanaman asli, bukan eksotis (bukan jenis asli suatu daerah). </p>
<p>Naskah akademik juga melakukan bias interpretasi dari studi Petrenko dan timnya. Publikasi ini menyebutkan bahwa pembukaan perkebunan kelapa sawit dari lahan terdegradasi hanya mengurangi dampak terhadap keanekaragaman hayati, bukan berkontribusi besar meningkatkan keanekaragaman seperti seperti yang disampaikan di dalam naskah.</p>
<p>Penggunaan studi tahun 2008 dari peneliti biodiversitas <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10531-008-9380-x">Eckehard G. Brockerhoff dan tim</a> sebagai acuan pun tidak tepat karena substansi utama publikasi ini justru tidak tercantum dalam naskah akademik.</p>
<p>Tiga substansi yang terkait manajemen agroforestri yang harusnya ada antara lain: pengelolaan perkebunan untuk keberlanjutan keanekaragaman hayati dengan mempertimbangkan keanekaragaman spesies tumbuhan yang ditanam (polikultur), memperpanjang rotasi penanaman, dan mengadopsi berbagai macam pendekatan pemanenan.</p>
<h2>4. Referensi tanpa penilaian sejawat</h2>
<p>Naskah akademik ini juga menggunakan referensi yang tidak terpublikasi melalui tinjauan sejawat (<em>peer review</em>).</p>
<p>Di antaranya adalah publikasi berjudul <a href="https://www.bpdp.or.id/sejarah-perkembangan-status-penggunaan-lahan-dan-keanekaragaman-hayati-kebun-kelapa-sawit-indonesia">“Sejarah perkembangan status, penggunaan lahan dan keanekaragaman hayati kebun kelapa sawit Indonesia”</a>, karya tahun 2016 dari tim Yanto Santosa, akademisi dari IPB, yang diacu sebanyak 30 kali. </p>
<p>Ada juga karya Yanto Santosa dan tim lainnya (terbit pada 2018) berjudul <a href="https://drive.google.com/file/d/1-l6TVCtd5N4SKtBT2PU-98k5KpVbqpQ1/view">“Sejarah asal usul status, riwayat penggunaan lahan, keanekaragaman hayati kebun kelapa sawit di Sulawesi Barat dan Kalimantan Barat”</a> yang diacu sebanyak 28 kali. </p>
<p>Kami mencoba mengakses kedua publikasi berbentuk laporan tersebut melalui internet. Sayangnya, karya Yanto tahun 2016 hanya bisa diakses dalam bentuk ringkasan eksekutif. Kami pun tidak mendapatkan akses terhadap publikasi karya Yanto tahun 2018. </p>
<p><a href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4975196/">Tinjauan sejawat</a> penting dalam dunia akademik untuk menjaga kualitas produk ilmiah. Melalui penilaian sejawat, kesalahan proses ilmiah, interpretasi dan klaim yang tidak tepat, atau bias individu dapat dicegah. </p>
<h2>Harapan perbaikan</h2>
<p>Perubahan status sawit menjadi tanaman hutan dapat berdampak besar bagi keanekaragaman hayati. Status tersebut <a href="https://theconversation.com/apa-untung-rugi-jika-sawit-ditetapkan-menjadi-tanaman-hutan-175990?utm_medium=ampwhatsapp&utm_source=whatsapp">dapat menjadi dalih</a> untuk melegalkan kebun-kebun yang sudah “terlanjur” di dalam hutan, dan membuka peluang untuk pembukaan hutan di masa depan.</p>
<p>Menghilangnya hutan tentu berdampak pada satwa liar dan juga terhadap kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, penurunan satwa kunci penyebar biji seperti owa dapat memperlambat proses <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-019-12539-1">regenerasi hutan</a>.</p>
<p>Dampak lainnya adalah peningkatan populasi satwa umum seperti <a href="https://www.nature.com/articles/s41467-017-01920-7#:%7E:text=Subsidy%20cascades%2C%20the%20indirect%20change,areas%20through%20a%20shared%20enemy.">babi hutan</a> yang justru menjadi hama pertanian. Penurunan luasan habitat dapat mendorong satwa seperti orang utan, harimau, dan gajah keluar dari hutan dan <a href="https://ojs.berkalahayati.org/index.php/jurnal/article/view/599/501">berkonflik dengan masyarakat</a>. </p>
<p>Kami berharap tulisan ini dapat menjadi masukan agar tim penyusun memperkuat standar ilmiah dalam naskah akademik, khususnya BAB V mengenai keanekaragaman hayati. </p>
<p>Kami juga mendorong komunitas ilmiah untuk terus melakukan pemeriksaan dan peninjauan sejawat agar sebuah naskah akademik yang berdampak pada kebijakan publik dapat bersifat objektif, komprehensif, dan tidak petik ceri untuk membangun narasi tertentu.</p>
<hr>
<p><em><a href="https://www.linkedin.com/in/herdhanuj/?originalSubdomain=id">Herdhanu Jayanto</a> (Mahasiswa pascasarjana jurusan Sains Alam, New Mexico Highlands University) turut berkontribusi terhadap penulisan artikel ini.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/177462/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Ardiantiono tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Berdasarkan telaah naskah akademik, kami menemukan penyusun memilah-milah fakta ilmiah dari sejumlah publikasi acuan untuk mendukung argumen sawit mendukung keanekaragaman hayatiArdiantiono, PhD Student, University of KentLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1732482021-12-07T09:11:11Z2021-12-07T09:11:11ZDari gajah hingga rusa: bagaimana herbivora berperan besar menyelamatkan iklim bumi?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/435835/original/file-20211206-15-1wwoonk.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C3994%2C2658&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/herd-elephants-africa-walking-through-grass-1480282913">Hansen.Matthew.D/Shutterstock</a></span></figcaption></figure><p>Bayangkan Anda berada di balon udara yang terbang di atas sabana Afrika di ujung musim hujan. Di bawah sana, tampak sejumlah kawanan gajah, zebra, <em>gnu</em> (antelop besar mirip bison), dan badak. Mereka berkeliaran di suatu bentang alam yang dihiasi pohon-pohon yang tumbuh jarang dan juga kumpulan pepohonan di atas kanvas rumput berwarna kuning kecokelatan.</p>
<p>Para herbivora ini lapar dan gaduh. Mereka melahap serta menginjak-injak hamparan tumbuhan yang berfungsi menyimpan karbon dan mencegahnya memanaskan atmosfer.</p>
<p>Anda bisa saja berpikir bahwa kerakusan dan pijakan mereka akan mengganggu dan melepaskan karbon yang tersimpan di ekosistem sabana – seperti pelepasan karbon melalui kebakaran hutan. </p>
<p>Tapi, yang luar biasa, cara herbivora ‘merusak’ hamparan tumuhan justru membantu tanah menyimpan lebih banyak karbon. Pijakan-pijakan mereka membuat karbon tidak mudah bocor ke langit. </p>
<p>Dalam sebuah <a href="https://doi.org/10.1016/j.tree.2021.09.006">artikel terbaru</a> berbasis bukti dari beragam penelitian, kami menemukan bagaimana herbivora besar dapat membantu memperlambat perubahan iklim.</p>
<p>Hutan sering dianggap sebagai wadah utama penyimpan karbon. Tetapi karbon di kulit kayu dan daun pohon rentan terhadap penebangan, serangan hama, maupun kebakaran yang dapat melepaskan karbon – yang telah tersimpan puluhan tahun – hanya dalam hitungan jam. </p>
<p>Bahkan di hutan yang sehat, sebagian besar karbon yang tersimpan dalam vegetasi di atas tanah akan tetap terurai lalu naik ke atmosfer sebagai gas rumah kaca dalam waktu <a href="https://bg.copernicus.org/articles/17/3961/2020/">kurang dari satu abad</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A forest fire at night in California." src="https://images.theconversation.com/files/432424/original/file-20211117-21-1hw31o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432424/original/file-20211117-21-1hw31o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432424/original/file-20211117-21-1hw31o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432424/original/file-20211117-21-1hw31o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432424/original/file-20211117-21-1hw31o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432424/original/file-20211117-21-1hw31o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432424/original/file-20211117-21-1hw31o8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Karbon yang tersimpan di pohon dilepaskan selama kebakaran hutan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/night-forest-fire-california-734504473">Mikhail Roop/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Sementara, kawasan sabana dan padang rumput yang jarang ditumbuhi pepohonan – dengan populasi herbivora yang melimpah – justru mampu menyimpan karbon di bawah tanah selama ribuan bahkan <a href="https://www.nature.com/articles/s41561-020-0596-z">puluhan ribu tahun.</a> </p>
<p>Bagaimana ini bisa terjadi?</p>
<p><a href="https://journals.plos.org/plosbiology/article?id=10.1371/journal.pbio.1000210">Penelitian pada tahun 2009</a> menunjukkan bagaimana <em>gnu</em> yang ‘pulang kampung’ ke Sabana Serengeti di Afrika Timur pada 1960 setelah virus sempat mengoyak populasi mereka, jutru menurunkan angka kebakaran hutan. </p>
<p>Hal ini terjadi karena, sepeninggal <em>gnu</em>, tidak ada lagi makhluk yang menginjak dan memakan vegetasi di Sabana Serengeti. Vegetasi yang terus bertumbuh menjadi semakin rentan terbakar. </p>
<p>Nah, kembalinya populasi gnu pada tahun 1960an memberikan kesempatan pada tumbuhan di Serengeti untuk kembali pulih dan jumlahnya melimpah. Imbasnya, jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah juga bertambah. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/hewan-laut-sebagai-penyerap-karbon-lautan-apakah-melindungi-mereka-dapat-membantu-memperlambat-perubahan-iklim-120090">Hewan laut sebagai penyerap karbon lautan - apakah melindungi mereka dapat membantu memperlambat perubahan iklim?</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ini mungkin terdengar aneh. Tapi, herbivora besar dan kobaran api musiman memang menjadi elemen alami dalam ekosistem padang rumput. Tanpa gnu yang ‘mengamankan’ semua bahan bakar itu, si jago merah rentan mengamuk dan menghabiskan segalanya.</p>
<p>Apakah peran herbivora atau kebakaran yang menghabiskan tumbuhan penting bagi iklim? </p>
<p>Jika Anda berasumsi bahwa 100% karbon dalam tumbuhan yang dilepaskan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca berasal dari kebakaran atau pencernaan gajah, jawabannya tentu tidak.</p>
<p>Tapi yang terjadi bukan demikian.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="A dung beetle maneuvers a giant ball of elephant poo." src="https://images.theconversation.com/files/432422/original/file-20211117-21-nhrtgx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/432422/original/file-20211117-21-nhrtgx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/432422/original/file-20211117-21-nhrtgx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/432422/original/file-20211117-21-nhrtgx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/432422/original/file-20211117-21-nhrtgx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/432422/original/file-20211117-21-nhrtgx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/432422/original/file-20211117-21-nhrtgx.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Melakukan bagian mereka untuk iklim.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://www.shutterstock.com/image-photo/dung-beetle-on-his-ball-impress-1855944472">Henk Bogaard/Shutterstock</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karbon terbakar (disebut sebagai karbon hitam) yang tersisa di tanah setelah kebakaran sangat sulit terurai oleh mikroba.</p>
<p>Sementara, lebih dari separuh komponen tumbuhan yang dimakan oleh herbivora besar terbuang menjadi kotoran dan urin. Keduanya justru mempermudah proses penguraian oleh kumbang, cacing tanah, jamur, dan bakteri di dalam tanah. </p>
<p>Lain halnya dengan penguraian serasah atau sisa organik tanaman (daun mati, batang kayu yang tumbang). Para ilmuwan pernah berasumsi bahwa komponen tumbuhan yang langsung dimakan oleh mikroba atau hewan dapat hilang dari tanah. Namun, penemuan terbaru justru menunjukkan gambaran sebenarnya tidak sesederhana itu.</p>
<p>Sebagian dari komponen yang diurai oleh organisme terlepas sebagai CO₂ ke atmosfer. Sementara mayoritasnya terbenam sebagai karbon dalam tanah. Cara efektif untuk menyimpan karbon jangka panjang di bawah tanah adalah dengan memberi makan tanah dengan bahan organik yang mudah terurai.</p>
<p>Hewan besar justru lebih mahir mengatur ulang tempat ekosistem menyimpan karbon. Mereka mengarahkan karbon yang lebih besar ke tempat penampungan yang tahan lama dan stabil di bawah tanah. </p>
<p>Hal ini menunjukkan peran penting komunitas satwa liar yang terhubung ke habitatnya. Hal tersebut semestinya mendorong kita untuk melindungi beberapa ekosistem herbivora yang tersisa di Bumi, seperti sabana Afrika. </p>
<p>Kita bisa lebih membantu memulihkan bumi dengan mengembalikan lebih banyak ‘insinyur ekosistem’ berkaki empat di tempat di mana mereka telah hilang.</p>
<hr>
<p><em>Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/173248/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Jeppe Aagaard Kristensen menerima dana dari The Carlsberg Foundation.</span></em></p>Upaya untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan memperlambat perubahan iklim akan menciptakan istirahat alami.Jeppe Aagaard Kristensen, Carlsberg Foundation Visiting Postdoctoral Fellow at Oxford Ecosystems Lab, University of OxfordLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1515842020-12-08T07:21:49Z2020-12-08T07:21:49ZMengapa harimau memiliki belang? Ini kata ahli<p>Saat harimau mengintai mangsa, biasanya saat senja atau fajar, mereka hampir tidak terlihat. Baik tinggal di padang rumput atau hutan, harimau liar memiliki warna oranye terang dengan garis-garis hitam. </p>
<p>Bagaimana hewan dengan warna terang ini bisa bersembunyi dengan baik untuk berburu? </p>
<p>Jawabannya : kamuflase!</p>
<h2>Harimau hijau?</h2>
<p>Dalam <a href="https://scholar.google.com/citations?user=UlHC7aIAAAAJ&hl=en">pekerjaan saya</a> sebagai seorang dokter hewan, saya memperhatikan bagaimana beragam kulit, bulu, warna, bintik dan belang telah berevolusi, baik untuk membantu memikat pasangan atau menyembunyikan keberadaan mereka</p>
<p><a href="https://www.plt.org/educator-tips/camouflage-nature-examples">Kamuflase</a> – atau “menyamarkan warna” – membuat mereka bisa bersembunyi, tanpa terdeteksi. </p>
<p>Harimau adalah <a href="https://sciencing.com/role-tigers-ecosystem-7638501.html">predator utama</a> dan peringkat atas dalam rantai makanan, mereka tidak perlu bersembunyi dari hewan lain yang ingin memangsa mereka. </p>
<p>Mereka adalah karnivora – pemakan daging – dan bergantung kepada kemampuan bersembunyi untuk berburu. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="foto harimau bagaimana manusia melihatnya dan rusa melihatnya" src="https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=197&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=197&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=197&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=247&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=247&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/368672/original/file-20201110-15-u0lvtw.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=247&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Mata manusia bisa memproses merah, hijau, dan biru, sehingga bagi kita, harimau terlihat oranye (kanan). Rusa hanya memproses hijau dan biru, yang membuat mereka buta warna (kiri).</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://doi.org/10.1098/rsif.2019.0183">J. G. Fennell et al, _Journal of The Royal Society Interface_</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Harimau terbantu oleh terbatasnya pandangan mangsa mereka. Rusa dan satwa lainnya <a href="https://www.nhm.ac.uk/discover/how-do-other-animals-see-the-world.html">tidak bisa melihat banyak warna</a>, mirip seperti manusia yang buta warna. </p>
<p>Karena mereka hanya melihat sedikit warna, mereka mampu melihat lebih baik dalam keadaan redup, tapi ini juga membuat mereka sangat rentan terhadap serangan predator. </p>
<p>Di mata mereka, kulit harimau tidak terlihat berwarna oranye menyala, tapi berwarna hijau dan menyatu dengan alam. </p>
<h2>Bersembunyi secara terbuka</h2>
<p>Belang-belang pada harimau juga memiliki peran yang penting. Garis atau belang vertikal yang mereka miliki, dalam warna cokelat hingga hitam, merupakan contoh dari apa yang disebut oleh para ahli biologi sebagai gangguan pewarnaan. </p>
<p>Garis-garis ini membantu harimau menyaru dengan pohon-pohon dan rerumputan yang tinggi. </p>
<p>Ini penting karena predator ini tidak berburu dalam kelompok seperti singa, atau memiliki kecepatan tinggi seperti cheetah. Harimau merupakan kucing yang penyendiri dan mengandalkan kemampuan bersembunyi dan kamuflase untuk bertahan hidup. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/368690/original/file-20201110-21-11jcsb8.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=502&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Harimau Bengal berkamuflase di antara pohon-pohon dan foliage di Taman Nasional Kanha, India.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/w/index.php?title=Special:Search&limit=50&offset=0&profile=default&search=tiger+camouflage&advancedSearch-current=%7B%7D&ns0=1&ns6=1&ns12=1&ns14=1&ns100=1&ns106=1#/media/File:Tiger-India.jpg">Kailash Kumbhkar/Wikimedia Commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Bentuk belang ini juga bervariasi di antara 6 subspesies harimau. Harimau Sumatra memiliki belang lebih kecil dan banyak ketimbang yang lain. Ini membantu mereka untuk tetap tersembunyi di belantara hutan. </p>
<h2>Unik seperti sidik jari</h2>
<p>Kalau kita melihat harimau yang berbeda dengan lebih dekat, kita akan menyadari bahwa pola belang mereka sangat unik, sama seperti pola belang di zebra.
Tidak ada yang sama, mirip seperti sidik jari manusia. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/369711/original/file-20201117-23-1t628a9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/369711/original/file-20201117-23-1t628a9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/369711/original/file-20201117-23-1t628a9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/369711/original/file-20201117-23-1t628a9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=397&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/369711/original/file-20201117-23-1t628a9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/369711/original/file-20201117-23-1t628a9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/369711/original/file-20201117-23-1t628a9.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=499&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Setiap harimau memiliki pola belang yang unik – dan tidak ada yang berukuran sama pada dua sisi!</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tiger_Stripes_(29808869755).jpg">Mathias Appel/Wikimedia Commons</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Ini membuat para peneliti yang mempelajari mereka di habitat asli bisa mengidentifikasi dan menghitung harimau. Mereka menggunakan kamera jarak jauh untuk mengambil foto hewan saat mereka melintas. </p>
<p>Dengan menggunakan metode ini, para ahli harimau memprediksi hanya ada 3.400 harimau liar yang kini berada di Asia. </p>
<p>Bukan hanya kulit harimau yang dihiasi dengan belang hitam. Saat kami harus membius harimau untuk merawat luka atau memeriksa gigi mereka, kami harus mencukur bulu mereka. </p>
<p>Kami selalu terkejut melihat kulit mereka, mereka memiliki pola yang sama di kulit seperti warna bulu mereka; seakan-akan mereka memiliki tato!</p>
<h2>Harimau putih</h2>
<p>Jadi, apabila belang membantu harimau berkamuflase dari mangsa, kenapa ada yang berwarna putih? Bukankah mereka akan menjadi sangat menonjol di hutan, apalagi dengan bulu putih dan belang hitam?</p>
<p>Iya, ini benar! </p>
<p>Harimau putih atau harimau putih dengan belang terlihat umum karena mereka sering muncul di TV atau di atraksi wisata. Padahal warna ini sebenarnya jarang di alam liar. </p>
<p>Mutasi genetis pada Harimau Bengal membuat warna mereka seputih susu. Kedua induk membawa gen yang langka untuk menghasilkan bayi harimau berwarna putih. </p>
<p>Harimau putih dikembangbiakkan dengan kerabat dalam penangkaran untuk menarik wisatawan – dan hasil ini memproduksi keturunan yang tidak sehat. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/368931/original/file-20201111-19-ni96bi.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Warna putih pada harimau disebabkan oleh mutasi genetis yang langka. Dalam penangkaran, kebun binatang membiakkan harimau-harimau ini, memproduksi keturunan yang terlihat cantik tapi sakit untuk menarik wisatawan.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/w/index.php?search=white+tiger&title=Special:Search&profile=advanced&fulltext=1&advancedSearch-current=%7B%7D&ns0=1&ns6=1&ns12=1&ns14=1&ns100=1&ns106=1&searchToken=5pfeoj2liliglbbehtzhn7ca6#%2Fmedia%2FFile%3AStanding_white_tiger.jpg">Basile Morin/Wikimedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Hanya ada sedikit harimau putih di alam liar; terakhir kali terlihat sekitar 60 tahun lalu. </p>
<p>Ini masuk akal dalam konteks evolusi. Harimau putih dan hitam lebih mudah terlihat ketimbang harimau oranye, jadi akan lebih sulit bagi mereka untuk menangkap mangsa. </p>
<p>Belang-belang yang unik dari harimau membantu mereka berburu, tapi juga menjadi alasan ancaman kepunahan mereka. </p>
<p><a href="https://kids.kiddle.co/Poaching">Manusia membunuh harimau</a> karena kulit mereka yang indah, harganya cukup tinggi di <a href="https://www.independent.co.uk/voices/comment/save-tiger-poaching-facts-9630722.html">lingkaran perdagangan ilegal satwa liar</a>, terutama di Asia. </p>
<p>Penjaga hutan dan grup konservasi terus bekerja bersama untuk melindungi hewan ikonik ini: harimau adalah yang terbesar dari semua kucing besar. </p>
<hr>
<p><em>Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/151584/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Andrew Cushing tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Bagaimana harimau – predator puncak – berhasil berburu mangsa mereka meski memiliki bulu berwarna oranye terang? Rahasianya berada pada belang mereka!Andrew Cushing, Assistant Professor in Zoological Medicine, University of TennesseeLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1502912020-11-20T06:39:41Z2020-11-20T06:39:41ZMengapa kampanye anti-konsumsi daging satwa liar di era COVID-19 gagal?<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/370029/original/file-20201118-19-1eyfc92.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C1024%2C768&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Babi hutan yang baru saja diburu dan dibawa pulang ke desa di Kalimantan.</span> <span class="attribution"><span class="source">Paul Hasan Thung</span>, <span class="license">Author provided</span></span></figcaption></figure><p>COVID-19 kemungkinan berasal dari virus yang berpindah <a href="https://theconversation.com/heres-how-scientists-know-the-coronavirus-came-from-bats-and-wasnt-made-in-a-lab-141850">dari binatang liar ke manusia</a>. </p>
<p>Sehingga, beberapa organisasi konservasi menggunakan pandemi ini sebagai bagian kampanye melawan perburuan dan konsumsi satwa liar untuk mencegah transmisi penyakit zoonosis di masa depan.</p>
<p>Namun, riset kami dengan masyarakat adat di Indonesia menemukan bahwa beberapa kampanye anti-konsumsi satwa liar saat ini mengacuhkan satu persoalan utama. </p>
<p>Banyak masyarakat adat melihat COVID-19 sebagai isu baru dan modern, yaitu sebuah masalah yang berhubungan dengan kehidupan baru dan tidak terkait perburuan tradisional. </p>
<p>Atas alasan ini, pesan anti-satwa liar yang terinspirasi dari fenomena COVID-19 tidak bisa meyakinkan kelompok tersebut, dan sangat mungkin tidak berhasil. </p>
<p>Salah satu peneliti dari tim kami, Paul Thung, sedang melakukan studi lapangan bersama dengan masyarakat adat Dayak di pulau Kalimantan, sejak akhir 2019. </p>
<p>Organisasi konservasi di daerah tersebut mencoba membujuk masyarakat pedesaan menghentikan perburuan dan konsumsi satwa liar seperti babi hutan, rusa, luwak, landak atau bahkan orang utan.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Poster berbahasa Indonesia dengan kartun orang gua makan daging." src="https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=800&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/364535/original/file-20201020-13-1gc2i8j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1005&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Poster peringatan bahaya mengonsumsi daging liar.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Paul Hasan Thung</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Poster ini adalah contoh yang baik. </p>
<p>Dimulai dengan peringatan soal virus corona (“WASPADA terhadap penularan penyakit coronavirus [COVID-19]”), lalu adanya bahaya umum tentang penyakit zoonosis (“Apakah Anda tahu ada banyak penyakit yang menular ke manusia melalui konsumsi hewan liar? Salah satunya CORONAVIRUS”), lalu saran untuk berhenti makan satwa liar (“Dengan semua risiko ini, apakah Anda masih ingin mengonsumsi daging hewan liar?”).</p>
<p>Contoh <a href="https://www.wildlifealliance.org/stopeatingwildlife/">serupa</a> dapat dilihat pula di tempat lain di Kalimantan dan di seluruh dunia.</p>
<p>Saat ini, belum banyak informasi tentang efek dari COVID-19 yang berhubungan dengan kampanye konservasi di lapangan. </p>
<p>Akan tetapi, di beberapa tempat di Kalimantan setidaknya, pesan ini tidak berpengaruh. </p>
<p>Sebaliknya, masyarakat dan penjaga hutan di tempat Paul meneliti melaporkan peningkatan perburuan beberapa bulan belakangan. </p>
<p>Untuk memahami hal ini, kita harus menganalisa persepsi lokal terhadap COVID-19.</p>
<h2>Percakapan tentang pandemi</h2>
<p>Selama observasi lapangan, Paul berpartisipasi dan merekam berbagai percakapan tentang asal dari coronavirus. </p>
<p>Secara mengejutkan, ia menemukan bahwa argumen zoonosis –COVID-19 berasal dari satwa liar– disambut dengan keraguan. </p>
<p>Sebaliknya, narasumber yang berasal dari suku Dayak banyak yang beranggapan bahwa virus ini dibuat oleh manusia, yaitu misalnya oleh ahli yang mengembangkan senjata biologis.</p>
<p>Mungkin mudah menyatakan klaim tersebut sebagai <a href="https://theconversation.com/coronavirus-conspiracy-theories-are-dangerous-heres-how-to-stop-them-spreading-136564">teori konspirasi</a>. </p>
<p>Meski demikian, sebagai ahli antropologi, kami berusaha memahami logika lokal. </p>
<p>Dengan melakukan itu, kami dapat menemukan beberapa ketidakcocokan antara argumen zoonosis yang dipakai para konservasionis dan pengalaman pedesaan Dayak dan persepsi tentang COVID-19.</p>
<p>Pertama, argumen zoonosis menempatkan <a href="https://www.kitlv.nl/nl/product/deadly-dances-in-the-bornean-rainforest-hunting-knowledge-of-the-penan-benalui/%22%22">praktik tradisional</a> suku Dayak sebagai sebuah permasalahan. </p>
<p>Argumen ini menyatakan bahwa satwa liar yang diburu Dayak selama berabad-abad mengandung banyak penyakit yang dapat membahayakan orang yang memakannya. </p>
<p>Namun, kesimpulan bahwa masyarakat Dayak harus berhenti berburu dan mengonsumsi satwa liar tidak sejalan pengalaman mereka yang lebih panjang dan nampaknya tidak pernah mengalami masalah. </p>
<p>Hal ini juga bersinggungan dengan mata pencaharian mereka karena daging satwa liar adalah sumber penting <a href="https://forestsnews.cifor.org/64855/covid-19-led-ban-on-wild-meat-could-take-protein-off-the-table-for-millions-of-forest-dwellers?fnl=en">protein dan pendapatan</a>.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="Seorang pria memotong daging di pinggir sungai ditemani oleh anjing dan ayam." src="https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/365782/original/file-20201027-23-e5gn0j.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Porsi tangkapan setelah perjalanan berburu.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Paul Hasan Thung</span>, <span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kedua, beberapa penduduk di area ini melihat COVID-19 sebagai fenomena modern yang berpusat di daerah urban dan lebih makmur. </p>
<p>Masyarakat di <a href="https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/00141844.2020.1743337%22%22">Kalimantan</a>, dan tempat lainnya, sangat peka akan manfaat dan kerugian dari “kemajuan” dan modernitas.</p>
<p>Meskipun semua orang ingin kemajuan –untuk mendapatkan uang, menikmati fasilitas dan infrastruktur “modern”–, perubahan seperti ini membawa masalah dan risiko. </p>
<p>Infrastruktur transportasi, misalnya, meningkatkan mobilitas pengusaha dan wisatawan, tapi juga mengundang pengerukan sumber daya alam yang berlebihan, pencuri dan virus. </p>
<p>Seperti yang dikatakan seorang narasumber kepada Paul: “Corona naik pesawat juga.”</p>
<p>Maka, ketika pandemi terjadi, banyak masyarakat Dayak pedesaan menanggapinya dengan kembali ke tradisi, bukan meninggalkannya. Banyak orang yang telah bekerja atau belajar di kota-kota kembali ke desa mereka. </p>
<p>Pekerjaan fisik di hutan dan lahan dan mengkonsumsi makanan alami, termasuk satwa liar, digambarkan sebagai cara untuk menjaga kesehatan. </p>
<p>Dari beberapa orang yang berbicara dengan Paul, mereka berargumen bahwa virus, yang tampaknya berkembang di tempat lebih dingin dan kota-kota dengan AC, akan mati di luar ruangan di bawah Matahari. </p>
<h2>Mengubah pembicaraan</h2>
<p>Kegagalan penerjemahan ini memberikan pelajaran penting bagi para konservasionis. </p>
<p>Yang krusial, ini mengingatkan kita bahwa konservasi harus dipandu oleh pihak dan pengalaman lokal di lapangan. </p>
<p>Ketimbang sekadar mengedukasi orang lain, pihak konservasi perlu lebih dahulu mendidik diri sendiri tentang kondisi dan perhatian spesifik masyarakat lokal. </p>
<p>Ini berarti mencari tahu apa yang masyarakat lokal menganggap sebagai masalah (COVID-19 sebagai penyakit urban dan modern, misalnya) sebelum bekerja bersama mereka untuk menemukan solusi melalui pendekatan yang lebih sesuai. </p>
<p>Dalam kasus ini, konservasionis mungkin bisa mengubah perhatian dari asal COVID-19 ke kekhawatiran masyarakat lokal tentang kondisi (modern) yang membuatnya menular. </p>
<p>Mereka juga bisa menentukan cara untuk memitigasi dampak yang timbul, misalnya kesulitan ekonomi. </p>
<p>Upaya tersebut tidak akan mencapai tujuan langsung untuk mengurangi perburuan dan konsumsi satwa liar. Tapi, mereka bisa saja memiliki dampak jangka panjang yang lebih produktif. </p>
<p>Di pedesaan Kalimantan, konservasionis terkadang <a href="https://www.nature.com/articles/454159b">disebut-sebut lebih peduli terhadap satwa ketimbang manusia</a>. Masyarakat bisa mengenali kampanye konservasi oportunis dengan sangat mudah. </p>
<p>Namun, pandemi COVID-19 ini menjadi peluang bagi konservasionis untuk membuktikan komitmen mereka pada kesejahteraan masyarakat lokal. </p>
<p>Membangun hubungan jangka panjang berbasis rasa saling percaya dan menghormati membuat konservasi punya peluang yang jauh lebih besar untuk berhasil dalam jangka panjang.</p>
<hr>
<p>Artikel ini diadaptasi dari <a href="https://pokokborneo.wordpress.com/2020/10/02/why-education-about-zoonotic-diseases-is-not-reducing-hunting-a-view-from-rural-borneo/"><em>Pokok</em></a>, sebuah blog tentang konflik manusia-orangutan di Kalimantan.</p>
<hr>
<p><em>Wiliam Reynold menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/150291/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Paul Hasan Thung menerima dana dari The Arcus Foundation</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Liana Chua menerima dana dari the Arcus Foundation dan the European Research Council (No. 758494).</span></em></p>Masyarakat adat di Kalimantan mengaitkan virus corona dengan kehidupan modern, bukan dengan perburuan tradisional mereka.Paul Hasan Thung, PhD Student in Social Anthropology, Brunel University LondonLiana Chua, Reader in Anthropology, Brunel University LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1365112020-06-05T02:04:24Z2020-06-05T02:04:24ZPembatasan fisik akibat pandemi turunkan polutan udara, bebaskan gerak satwa dan tumbuhan<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/339443/original/file-20200603-130903-17sp2p5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C5431%2C3607&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Pembatasan fisik ketat karena pandemi di Wuhan, Cina, bantu turunkan polutan udara. </span> <span class="attribution"><span class="source">www.shutterstok.com</span></span></figcaption></figure><p><em>Artikel ini merupakan bagian untuk merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni.</em></p>
<hr>
<p>Virus Sars-CoV-2 telah menginfeksi lebih dari <a href="https://www.worldometers.info/coronavirus/">enam juta orang</a> karena penularannya yang sangat cepat.</p>
<p>Banyak negara yang melakukan <em>lockdown</em>–membatasi pergerakan warga, mengurangi kegiatan perindustrian, transportasi dan menutup tempat wisata–untuk mencegah penularan yang lebih luas.</p>
<p>Ini memberikan dampak langsung secara ekonomi dan sosial, terutama bagi <a href="https://theconversation.com/masyarakat-miskin-paling-terdampak-seiring-dengan-merebaknya-covid-19-di-negara-negara-miskin-134131">masyarakat miskin dan terpinggirkan</a>, yang rentan dengan risiko kehilangan penghasilan. </p>
<p>Namun, dari segi lingkungan, <a href="https://doi.org/10.1101/2020.03.29.20046649">penelitian</a> yang dilakukan di kota Wuhan di Cina, sebagai negara pertama yang terkena pandemi COVID-19 dan menerapkan kebijakan <em>lockdown</em> secara ketat menunjukkan adanya penurunan kadar polutan udara, seperti <a href="https://theconversation.com/ada-cara-baru-menghilangkan-polutan-berbahaya-dari-bensin-dan-batu-bara-dengan-murah-ini-temuan-ahli-126738">SO₂ (sulfur dioksida)</a> dan <a href="https://theconversation.com/wuhans-lockdown-cut-air-pollution-by-up-to-63-new-research-138084">NO₂ (nitrogen dioksida)</a> yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dari aktivitas rumah tangga, transportasi, dan industri.</p>
<p>Penurunan kadar polutan udara tidak hanya terjadi di Cina, namun juga diikuti oleh <a href="https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2020.138878">India</a>, <a href="https://www.preprints.org/manuscript/202004.0069/v1">Italia, Prancis,dan Amerika Serikat.</a>.</p>
<p>Menurunnya kadar polutan udara ini berdampak kepada keberlangsungan hidup satwa dan tumbuhan liar.</p>
<h2>Dampak pembatasan fisik bagi lingkungan</h2>
<p>Hingga kini, penurunan polusi udara belum terjadi di Indonesia selama pembatasan sosial berskala besar atau PSBB diterapkan. Walaupun sumber polusi dari aktivitas transportasi menurun, namun konsumsi energi dari sumber tak bergerak seperti <a href="https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/30/19474211/greenpeace-sebut-kualitas-udara-di-jakarta-belum-membaik-selama-psbb">PLTU dan pabrik-pabrik masih terus berjalan</a>.</p>
<p>Namun, di Cina, selama <em>lockdown</em> terjadi penurunan kadar polutan udara (SO₂ dan NO₂) dan PM2.5 (partikel udara sangat halus dengan ukuran 2,5 mikrometer) hingga 25% menurut <a href="https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2020.03.29.20046649v2">temuan awal para peneliti Hong Kong</a>. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=271&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328362/original/file-20200416-192725-1polnv0.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=341&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 1. Perbandingan penurunan polutan NO2 (A) di Wuhan antara awal tahun 2019 dengan awal tahun 2020 (selama lockdown) (sumber: foto satelit NASA) dan (B) di seluruh Cina antara sebelum dan selama lockdown. Warna jingga menggambarkan semakin tingginya kadar NO2 di udara. (sumber: penelitian <em>Air Pollution Reduction and Mortality Benefit during the COVID-19 Outbreak in China</em>, oleh Kai Chen, Meng Wang, Conghong Huang, Patrick L. Kinney, dan Anastas T. Paul).</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Polutan SO2 (sulfur dioksida) dan NO2 (nitrogen dioksida) mempengaruhi keseimbangan ekosistem di permukaan dan dalam tanah. Karena polutan tersebut menghasilkan hujan asam ketika hujan turun. </p>
<p>Hujan asam mengandung nitrogen yang tinggi. Kadar nitrogen yang berlebihan akan menurunkan laju pertumbuhan tumbuhan di permukaan tanah dan mampu membunuh banyak jenis cacing di dalam tanah. Cacing memiliki peran penting dalam ekosistem, yaitu sebagai <a href="https://web.extension.illinois.edu/worms/live/">penggembur tanah</a>. </p>
<p><a href="http://agris.fao.org/agris-search/search.do?recordID=SE882017288">Di Skandinavia</a>, hanya tiga jenis cacing yang mampu bertahan di kondisi tanah yang asam.</p>
<p>Tahun 1995, organisasi pembela lingkungan global, <a href="https://books.google.co.id/books/about/Acid_Rain_and_Nature_Conservation_in_Eur.html?id=12ggAAAACAAJ&redir_esc=y">WWF</a> menerbitkan buku <em>Acid Rain and Nature Conservation in Europe: A Preliminary Study of Protected Areas at Risk from Acidification</em> yang menyebutkan bahwa polutan yang terbawa ke tanah dan air tersebut berdampak kepada 11 jenis mamalia, 29 jenis burung, 10 jenis amfibi, 398 jenis tumbuhan, 305 jenis jamur, 238 jenis lumut, dan 65 jenis invertebrata (hewan tidak bertulang belakang).</p>
<p>Dampak yang terjadi kepada satwa dapat berupa menurunnya laju reproduksi dan meningkatnya kematian satwa yang tidak tahan terhadap polutan.</p>
<p>Dampak lainnya adalah pengurangan keanekaragaman hayati hewan dan tumbuhan.</p>
<p>Salah satu <a href="https://books.google.co.id/books?id=dDbzCAAAQBAJ&pg=PA78&lpg=PA78&dq=Acidification+and+changes+in+benthic+fauna+in+Sweden&source=bl&ots=murLuYu0o8&sig=ACfU3U0pHGseQZAYXuhrYojNuPK98b8SXw&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjW4aGzq8TpAhUTdCsKHQKhA5sQ6AEwAHoECAcQAQ">penelitian</a> di Swedia oleh Eva Engblom dan Pär-Erik Lingdell pada tahun 1991 menunjukkan bahwa terdapat pengurangan keragaman fauna bentos (satwa yang hidup di wilayah bentik atau dasar perairan seperti danau, sungai atau estuari) sebanyak 40% setiap penurunan satu unit pH.</p>
<p>Pengurangan fauna bentos di perairan juga berakibat kepada berkurangnya sumber makanan bagi ikan dan hilangnya indikator perairan, karena bentos bisa menjadi indikator perairan bersih dan tercemar.</p>
<p>Pada tumbuhan, terdapat pengurangan diversitas hingga 25% pada kondisi yang sama. Pengurangan ini merupakan kerugian besar bagi manusia, karena hilangnya sumber daya alam yang kemungkinan belum diketahui potensinya bagi manusia.</p>
<p>Polusi udara juga berdampak besar kepada serangga hama.</p>
<p>Sebagai contoh, hama <a href="http://www.apis.ac.uk/node/840">kutu daun</a> (<em>aphid</em>) yang terpapar gas SO2 dan NO2 akan berkembang lebih cepat dan sulit dikendalikan.</p>
<p>Perkembangan hama ini akan berdampak pada berkurangnya produksi pertanian dan mengakibatkan kerugian secara ekonomi.</p>
<p>Hal ini karena pengendalian hama biasanya menggunakan insektisida.</p>
<p>Pemakaian insektisida secara berlebihan menyebabkan resistensi pada hama dan menimbulkan residu di lingkungan. Residu insektisida juga akan menjadi polutan di tanah dan air yang menyebabkan masalah baru terhadap satwa dan tumbuhan lainnya.</p>
<h2>Bumi memulihkan diri</h2>
<p>Ketika <em>lockdown</em> di kota-kota besar di dunia tidak lagi diberlakukan, manusia harus mempertimbangkan gaya hidup sebelum wabah COVID-19 yang mempunyai jejak emisi yang besar.</p>
<p>Manusia perlu mengurangi gaya hidup yang berlebihan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga kita bisa memberi Bumi waktu untuk memperbaiki dirinya sendiri dari kerusakan yang telah ditimbulkan.</p>
<p><a href="https://cires.colorado.edu/news/international-ozone-treaty-stops-changes-southern-hemisphere-winds">Antara Banerjee, peneliti ozon dari University of Colorado</a> menyatakan bahwa berkurangnya emisi akan semakin membantu ozon untuk terus memperbaiki diri. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=344&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328363/original/file-20200416-192689-13kjj90.PNG?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=433&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Gambar 2. Lubang ozon di atas langit antartika terus memperbaiki dirinya (Sumber foto: NASA)</span>
</figcaption>
</figure>
<p>Setelah pandemi, kita bisa menerapkan pola hidup yang lebih berpihak kepada lingkungan seperti mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, menggunakan kendaraan yang mempunyai emisi rendah atau bahkan tanpa emisi, dan mengonsumsi buah dan sayuran lokal. </p>
<p>Keberlanjutan dan kelestarian Bumi tergantung kepada manusia sebagai spesies dominan. Bisa jadi suatu saat setelah pandemi, satwa liar bisa hidup berdampingan dengan manusia di lingkungan urban atau biasa disebut dengan <em><a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Urban_wildlife">urban wildlife</a></em>.</p>
<p>Contoh <em>urban wildlife</em> di dunia sekarang ini seperti rusa sika di Taman Nara Jepang, macan tutul di Mumbai India, alap-alap kawah (peregrine falcon) di London, Chacma baboon di Cape Town, <a href="https://www.getaway.co.za/wildlife/animals-living-in-cities/">dan banyak binatang lainnya</a>.</p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/136511/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Robby Jannatan tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Turunnya polutan udara karena pembatasan aktivitas manusia membuat Bumi bernapas lagi.Robby Jannatan, Lecturer of Biology, Universitas AndalasLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1400622020-06-05T01:59:19Z2020-06-05T01:59:19Z6 cara mudah menghentikan polusi cahaya berbahaya bagi satwa liar<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/339690/original/file-20200604-67372-1f4zl4z.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=8%2C0%2C5590%2C3732&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">
</span> <span class="attribution"><span class="source">Shutterstok</span></span></figcaption></figure><p>Saat musim dingin tiba, <a href="https://www.environment.gov.au/system/files/resources/2eb379de-931b-4547-8bcc-f96c73065f54/files/national-light-pollution-guidelines-wildlife.pdf">banyak</a> penyu laut akan bersarang di pantai utara Australia.</p>
<p>Ketika tukik-tukik menetas saat malam hari, mereka menggunakan cahaya alami dan kelandaian pantai sebagai pemandu alami untuk merangkak dari pasir ke laut. </p>
<p>Tapi, ketika cahaya buatan mengalahkan terang bulan dan laut, mereka menjadi kehilangan arah. Ini membuat mereka sangat rentan terhadap predator, kelelahan, dan bahkan lalu lintas kendaraan ketika mereka mengambil jalan yang keliru. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/perdagangan-ilegal-kura-kura-mengapa-saya-menyimpan-rahasia-86683">Perdagangan ilegal kura-kura: mengapa saya menyimpan rahasia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Cerita tukik ini merupakan bagian kecil dari masalah lebih besar, tapi terlupakan, tentang bagaimana polusi cahaya berbahaya bagi satwa liar baik <a href="https://theconversation.com/getting-smarter-about-city-lights-is-good-for-us-and-nature-too-69556">di daratan</a> dan <a href="https://theconversation.com/bright-city-lights-are-keeping-ocean-predators-awake-and-hungry-68965">bawah laut</a>. </p>
<p>Saat ini, lebih dari 80% manusia - dan 99% populasi Amerika Utara dan Eropa - tinggal di bawah <a href="https://advances.sciencemag.org/content/2/6/e1600377">langit yang terkena polusi cahaya</a>. </p>
<p>Kita telah mengubah lingkungan saat malam hari demi bagian substansial dari permukaan Bumi untuk waktu singkat, dibandingkan dengan skala waktu evolusioner. Kebanyakan satwa liar tidak memiliki waktu untuk beradaptasi dengan perubahan ini. </p>
<p>Bulan Januari, Australia merilis panduan terkait polusi cahaya bagi satwa liar yaitu <a href="https://www.environment.gov.au/biodiversity/publications/national-light-pollution-guidelines-wildlife"><em>National Light Pollution Guidelines for Wildlife</em></a>. </p>
<p>Panduan ini menyediakan kerangka kerja untuk mempelajari dan mengelola dampak dari cahaya buatan. </p>
<p>Selain itu, panduan ini mengidentifikasi solusi praktis yang bisa digunakan untuk kelola polusi cahaya secara global, bagi pengelola dan praktisi, dan siapapun yang memiliki akses pada tombol lampu. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/waspada-riset-tunjukkan-paparan-polusi-cahaya-pada-malam-hari-dapat-picu-obesitas-dan-kanker-120348">Waspada! Riset tunjukkan paparan polusi cahaya pada malam hari dapat picu obesitas dan kanker</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Ada enam cara mudah dalam panduan ini yang bisa diikuti oleh siapa saja untuk meminimalisir polusi cahaya tanpa mengorbankan keselamatan kita. </p>
<p>Meskipun polusi cahaya merupakan masalah global dan kegelapan total sulit untuk diterima, kita masih bisa memegang peran untuk mengurangi dampak terhadap satwa liar dengan mengubah cara kita menggunakan atau berpkir tentang cahaya di malam hari. </p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/338480/original/file-20200529-51509-19jacml.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Polusi cahaya dapat menganggu siklus reproduksi dari ikan badut.</span>
<span class="attribution"><span class="source">Shutterstock</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>1. Mulai dengan gelap alami. Hanya tambah lampu untuk kebutuhan tertentu</h2>
<p>Gelap seharusnya wajar terjadi saat malam hari. Cahaya buatan hanya digunakan untuk kebutuhan tertentu, dan dinyalakan hanya pada rentang waktu tertentu. </p>
<p>Artinya, tidak masalah bila menyalakan lampu beranda untuk mencari kunci, tapi lampu ini tidak perlu menyala sepanjang malam. </p>
<p>Pencahayaan dalam ruangan juga bisa berkontribusi terhadap polusi cahaya, sehingga mematikan lampu di gedung-gedung yang kosong di malam hari, atau di rumah sebelum tidur, juga sangat penting. </p>
<h2>2. Gunakan pengatur pencahayaan pintar</h2>
<p>Perkembangan teknologi kontrol pintar memudahkan kita mengatur berapa banyak cahaya yang digunakan dan pengontrolan yang adaptif membuat tujuan dari Langkah 1 bisa tercapai.</p>
<p>Berinvestasi ke dalam teknologi pintar dan LED berarti kita bisa mengelola cahaya dari jarak jauh, menentukan pengatur waktu atau peredupan lampu, mengaktifkan pencahayaan berdasarkan sensor gerakan, dan bahkan mengatur cahaya lampu yang dikeluarkan.</p>
<p>Teknologi semacam ini bisa digunakan untuk cahaya buatan di malam hari ketika dibutuhkan dan meminimalisir cahaya ketika tidak dibutuhkan. </p>
<h2>3. Pastikan cahaya dekat tanah, terarah dan terlindungi</h2>
<p>Cahaya apapun yang bocor keluar dari area spesifik yang ingin diterangi merupakan cahaya yang tidak perlu. </p>
<p>Kebocoran cahaya ini berkontribusi langsung terhadap kilau langit buatan - kilau yang biasa kita lihat di area urban dari kumpulan sumber cahaya. Baik kilau angkasa dan cahaya bocor di permukaan bisa menganggu satwa liar. </p>
<p>Memasang <a href="https://www.ledlightexpert.com/Light-Shields-Explained--Outdoor-Parking-Lot-Light-Shielding_b_42.html">pelindung cahaya</a> membuat kita bisa mengarahkan cahaya ke bawah, yang akan mengurangi kilau langit secara signifikan, dan mengarahkan ke area yang menjadi target. </p>
<p>Pelindung cahaya direkomendasikan bagi semua pemasangan di luar ruangan. </p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=963&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=963&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=963&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=1210&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=1210&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/320694/original/file-20200316-18028-4x6rbh.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=1210&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Langkah 3 : Pastikan cahaya dekat tanah (a) dan gunakan pelindung agar hanya menerangi daerah yang diinginka (b)</span>
<span class="attribution"><span class="source">_National Light Pollution Guidelines for Wildlife Including Marine Turtles, Seabirds and Migratory Shorebirds, Commonwealth of Australia 2020_</span></span>
</figcaption>
</figure>
<h2>4. Gunakan pencahayaan dengan intensitas terendah</h2>
<p>Ketika memutuskan berapa cahaya yang dibutuhkan, pertimbangkan pula intensitas cahaya yang dikeluarkan (lumen), ketimbang berapa energi yang dibutuhkan (watt). </p>
<p>Contohnya, LED yang dianggap sebagai pilihan “ramah lingkungan” karena efisiensi energi. Tapi, karena efisiensi ini, LED menghasilkan cahaya dua dan lima kali lebih terang dari lampu bohlam untuk konsumsi energi yang sama. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-efisiensi-energi-hindari-pembangunan-50-pembangkit-listrik-baru-di-indonesia-136839">Riset: efisiensi energi hindari pembangunan 50 pembangkit listrik baru di Indonesia</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Jadi, ketika lampu LED menyimpan energi, intensitas cahaya yang tinggi bisa memberikan dampak besar bagi satwa liar, apabila tidak dikelola dengan baik. </p>
<h2>5. Gunakan permukaan yang tidak memantulkan cahaya, gelap</h2>
<p>Kilau langit telah <a href="https://www.nature.com/articles/srep01722">menutupi ritme cahaya bulan</a> dari satwa liar, mengganggu navigasi perbintangan dan migrasi <a href="https://science.sciencemag.org/content/313/5788/837">burung</a> dan <a href="https://www.nature.com/articles/424033a">serangga</a>. </p>
<p>Permukaan yang terlalu dipoles, mengkilat atau berwarna terang - seperti cat putih atau marmer yang dipoles - dapat memantulkan cahaya dan bisa berkontribusi terhadap kilau langit ketimbang permukaan yang lebih gelap, tidak memantulkan cahaya. </p>
<p>Memilih cat atau bahan material yang lebih gelap untuk luar ruangan bisa membantu menurunkan kontribusi kita terhadap polusi cahaya. </p>
<h2>6. Gunakan cahaya dengan mengurangi filter atau berwarna biru, gelombang violet dan ultra-violet</h2>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=370&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/320691/original/file-20200316-18017-1bfvpma.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=465&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption">Persepsi gelombang pada satwa liar - kebanyakan hewan sensitif terhadap gelombang cahaya pendek (biru/violet)</span>
<span class="attribution"><span class="source">_National Light Pollution Guidelines for Wildlife Including Marine Turtles, Seabirds and Migratory Shorebirds, Commonwealth of Australia 2020_</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kebanyakan hewan sensitif terhadap cahaya gelombang pendek, yang menciptakan warna biru dan violet. Gelombang pendek ini dikenal bisa menekan produksi melatonin yang diketahui bisa menganggu tidur dan mengacaukan ritme sirkadian dari banyak hewan, <a href="https://www.mdpi.com/2071-1050/11/22/6400/htm">termasuk manusia</a>. </p>
<p>Memilih pencahayaan dengan sedikit atau bukan gelombang pendek (400-500 nanometer) violet atau biru membantu untuk menghindari dampak berbahaya bagi satwa liar. </p>
<p>Misalnya, lampu neon dan LED memiliki jumlah gelombang cahaya pendek lebih tinggi dibanding lampu sodium tekanan rendah atau tinggi, logam halida dan lampu halogen. </p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/sparkling-dolphins-swim-off-our-coast-but-humans-are-threatening-these-natural-light-shows-131388">Sparkling dolphins swim off our coast, but humans are threatening these natural light shows</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<hr>
<p><em>Fidelis Eka Satriastanti menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/140062/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Katherine Dafforn menerima dana dari Lendlease, Lake Macquarie City Council, Department of Agriculture and the Australian Research Council. Ia terafiliasi dengan Sydney Institute of Marine Science.
</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Mariana Mayer-Pinto menerima dana dari Lendlease and Lake Macquarie Council. Ia terafiliasi dengan Sydney Institute of Marine Sciences.</span></em></p><p class="fine-print"><em><span>Emily Fobert tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kita telah mengubah lingkungan saat malam hari dengan singkat, dibandingkan skala waktu evolusioner. Satwa liar tidak punya waktu beradaptasi dengan ini.Emily Fobert, Research Associate, Flinders UniversityKatherine Dafforn, Senior Lecturer in Environmental Sciences, Macquarie UniversityMariana Mayer-Pinto, Senior Research Associate in marine ecology, UNSW SydneyLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1338042020-04-30T09:29:53Z2020-04-30T09:29:53ZPenjelasan di balik foto orangutan yang viral: menolong atau minta makan?<p>Foto jepretan hasil fotografer lepas asal India, Anil Prabhakar, yang memperlihatkan orang utan betina berusia 25 tahun, Anih, mengulurkan tangan kepada seorang pria yang sedang terendam di air menjadi viral di media sosial sekitar Februari lalu.</p>
<p>Aksi mengulurkan tangan orang utan itu menimbulkan perdebatan. Ada yang melihatnya karena orang utan ingin menolong orang yang terendam. Namun tidak sedikit melihatnya sebagai upaya orang utan untuk meminta makan kepada orang tersebut. </p>
<p><div data-react-class="InstagramEmbed" data-react-props="{"url":"https://www.instagram.com/p/B85v2B9ngcJ","accessToken":"127105130696839|b4b75090c9688d81dfd245afe6052f20"}"></div></p>
<p>Pandangan saya sebagai peneliti yang melakukan studi terkait perilaku hewan selama 30 tahun, besar kemungkinan Anih ingin menolong karena ada kedekatan dengan staf tersebut selama puluhan tahun, ketimbang hanya meminta makan seperti yang dilontarkan beberapa komentar. </p>
<p>Menurut <a href="https://www.thejakartapost.com/life/2020/02/10/more-than-meets-the-eye-in-photo-of-orangutan-offering-help-to-man.html">informasi dari media</a>, Anih dan Syahrul, pengasuhnya (pria yang berada di dalam air) sudah berinteraksi sejak tahun 1990an sehingga pasti sudah ada kedekatan antara keduanya. </p>
<h2>Gestur pada hewan</h2>
<p>Manusia bukan satu-satunya spesies yang menggunakan anggota tubuh atau gestur sebagai cara berkomunikasi. </p>
<p>Hewan seperti Anih juga mempunyai <a href="https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/gesture">gerakan tertentu</a> untuk mengekspresikan niat atau perasaan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/bagaimana-kami-menemukan-spesies-orang-utan-baru-di-tapanuli-87026">Bagaimana kami menemukan spesies orang utan baru di Tapanuli</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Anih mengulurkan tangan kepada Syahrul yang terjebak di air merupakan bentuk altruisme atau keinginan untuk menolong tanpa memikirkan diri sendiri. Ia tidak peduli dengan bahaya berdiri di pinggir kali yang penuh dengan ular.</p>
<p>Anih menganggap Syahrul sebagai salah satu “kerabatnya”, sama seperti manusia yang cenderung ingin menolong apabila ada keluarga atau teman terdekat yang mengalami kesulitan.</p>
<p>Interpretasi manusia terhadap gestur ‘mengulurkan tangan’ yang dilakukan oleh Anih disebut sebagai antropomorfisme atau atribusi karakter manusia pada makhluk bukan manusia, misalnya hewan. Dan, ini sering terjadi.</p>
<p>Misalnya, burung berkicau diartikan sama dengan manusia yang bernyanyi. Padahal artinya belum tentu demikian.</p>
<p>Penelitian di lapangan menjelaskan seperti kicauan burung bisa berarti upaya <a href="https://www.nationalgeographic.com/animals/2020/01/nuthatches-chickadees-communication-danger/">memberikan sinyal komunikasi untuk tanda bahaya</a>, menarik perhatian lawan jenis, hingga memberi sinyal <a href="https://www.livescience.com/934-birds-cut-rivals-mating-songs.html">tidak ingin ada rival sesama jantan</a> dalam menarik perhatian betina. </p>
<h2>Altruisme pada hewan</h2>
<p>Aksi Anih tersebut menunjukkan sikap altruisme pada hewan.</p>
<p>Istilah <a href="https://science.jrank.org/pages/7481/Altruism.html">altruisme</a> ini dicetuskan pertama kali oleh <a href="https://plato.stanford.edu/entries/comte/">Auguste Comte</a>, filsuf asal Prancis, pada abad ke-19. </p>
<p>Altruisme, dalam bidang sosiologi, adalah suatu aksi kepedulian tanpa pamrih untuk kesejahteraan orang lain. Ini kebalikan dari egoisme, yang artinya menguntungkan diri sendiri.</p>
<p>Sementara, dalam bidang Zoologi (ilmu yang mempelajari soal hewan?), <a href="https://www.google.com/search?q=atruism&oq=a&aqs=chrome.0.69i59l2j35i39j69i60l4j5.2549j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8">altruisme</a> berarti perilaku hewan yang bermanfaat bagi individu lain atas kerugian diri sendiri. </p>
<p>Artinya, hewan juga memiliki rasa tidak memikirkan diri sendiri demi keselamatan individu lainnya atau kelompoknya agar generasi spesies tersebut dapat bertahan hidup di masa depan.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/tantangan-konservasi-orang-utan-spesies-dilindungi-habitatnya-tidak-91071">Tantangan konservasi orang utan: spesies dilindungi, habitatnya tidak</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Hasil <a href="https://www.karger.com/Article/Abstract/156506">penelitian</a> saya di Pusat Penelitian Ketambe, di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh, tahun 1990-an, terhadap satu kelompok <a href="http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/94240">monyet ekor panjang</a> menunjukkan salah satu individu mendeteksi keberadaan ular piton di hadapannya, lalu langsung menyuarakan peringatan. </p>
<p>Suara ini mengundang seluruh anggota kelompok berkumpul dan mengusir ular tersebut bersama-sama. </p>
<p>Individu monyet yang melihat pertama ular dan memberikan peringatan telah berperilaku altruistik untuk keselamatan individu lain dalam kelompoknya.</p>
<p><a href="https://www.rd.com/culture/orangutans-just-like-humans/">Hasil penelitian</a> lain juga memperlihatkan orang utan akan mengeluarkan suara yang disebut sebagai “<em>Kiss Squeak</em>” untuk memperingatkan akan adanya bahaya, misalnya harimau. </p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/3hfkDJ-r3DQ?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption">Video dari <em>National Geographic</em> ini memperlihatkan kebiasaan orang utan, termasuk mengeluarkan suara “<em>Kiss Squeak</em>” saat merasa terancam.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Belajar dari hewan</h2>
<p>Persepsi dan interpretasi berbeda terhadap hasil jepretan Anil Prabhakar berujung kepada perdebatan pendapat khayalak umum. </p>
<p>Namun perlu kita ingat, hasil foto merupakan salah satu karya seni. Kita seharusnya tidak perlu berdebat tentang interpretasi yang muncul. Kita perlu memaknai berdasarkan sumber ilmu perilaku hewan dari sumber ilmiah yang ada.</p>
<p>Pembelajaran yang diambil dari foto tersebut adalah bahwa hewan sebagai mahluk hidup juga memiliki berbagai perilaku unik dalam berinteraksi intra dan antar spesies agar mereka bisa bertahan di alam, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi generasinya. </p>
<p>Perilaku altruistik hewan tidak hanya ditujukan kepada hewan semata, manusia pun bisa mendapatkan manfaat ini. Selain contoh Anih dan Syahrul, ada juga anjing penuntun bagi tuna netra.</p>
<p>Mereka tidak hanya bertugas <a href="https://www.four-paws.org/campaigns-topics/topics/companion-animals/adoption/animals-help-humans">membantu menuntun pemilik mereka</a>, tapi juga akan memberitahukan adanya bahaya. </p>
<p>Jika kita menghargai, melindungi dan mempelajari kehidupan hewan, maka semakin banyak kita tahu bahwa hewan, secara prinsip, memiliki beberapa perilaku yang mirip dilakukan manusia agar bisa bertahan hidup.</p>
<hr>
<p>Catatan Editor : Nantikan Tatang Mitra Setia dalam serial <em>podcast</em>, <strong>Sains Sekitar Kita</strong>, kerjasama antara The Conversation Indonesia dengan KBR. </p>
<hr>
<p><em>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/133804/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Tatang Mitra Setia tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Manusia bukan satu-satunya spesies yang menggunakan anggota tubuh atau gestur sebagai cara berkomunikasi.Tatang Mitra Setia, Lecturer of Faculty of Biology, Universitas NasionalLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1350412020-04-18T05:19:04Z2020-04-18T05:19:04ZSemakin banyak kita membabat hutan, semakin tinggi risiko muncul penyakit baru bagi manusia<p>Saat virus corona mulai mewabah di Wuhan, Cina, akhir tahun 2019, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa <a href="https://news.mongabay.com/2020/03/conservationists-set-the-record-straight-on-covid-19s-wildlife-links/">distribusi satwa liar dalam jalur perdagangan ilegal</a> menjadi salah satu penyebab kemunculannya. </p>
<p>Namun, kemunculan wabah adalah proses yang kompleks.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/saat-kita-sibuk-menghadapi-wabah-covid-19-bumi-bisa-saja-menghadapi-kepunahan-massal-berikutnya-136190">Saat kita sibuk menghadapi wabah COVID-19, Bumi bisa saja menghadapi kepunahan massal berikutnya</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Sebagai peneliti dalam bidang biologi konservasi, kami menganalisis hubungan munculnya <em>emerging diseases</em>, atau penyakit baru <a href="https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pegari">pegari</a>, seperti COVID-19, bagi manusia dengan pengelolaan satwa dan habitat yang tidak benar. </p>
<p>Penyakit baru pegari hampir selalu bermula dari perambahan habitat dan praktik pertanian yang tidak ramah lingkungan yang dilakukan oleh manusia.</p>
<p><a href="https://www.pnas.org/content/110/21/8399">Kajian yang dilakukan terhadap penyakit baru pegari yang muncul pada 2010-2011 di seluruh dunia</a> menemukan bahwa peternakan dengan populasi hewan yang terlalu padat atau daerah yang mengalami aktivitas pembangunan yang tidak ramah lingkungan kerap berujung kepada penyebaran penyakit.</p>
<h2>Pembangunan tidak ramah lingkungan dapat memunculkan penyakit baru</h2>
<p><a href="https://news.stanford.edu/2020/04/08/understanding-spread-disease-animals-human/">Penelitian terbaru dari Stanford University, Amerika Serikat</a> menemukan bahwa berkurangnya luasan hutan di Uganda berisiko <a href="https://link.springer.com/article/10.1007/s10980-020-00995-w">meningkatkan interaksi manusia dengan primata liar</a>, meningkatkan risiko kontak manusia dengan virus yang ada pada primata liar tersebut.</p>
<p>Beberapa wabah penyakit zoonosis, penyakit yang ditularkan melalui satwa liar, tercatat terjadi di Uganda, seperti virus <a href="https://www.who.int/csr/don/13-june-2019-ebola-uganda/en/">Ebola</a> dan virus <a href="https://www.who.int/csr/don/25-october-2017-marburg-uganda/en/">Marburg</a>. Kedua virus ini dapat menginfeksi baik manusia maupun kera, menyebabkan pengidapnya mengalami <a href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1198743X14613744">demam yang diikuti oleh pendarahan dalam</a>.</p>
<p>Singkatnya, semakin banyak manusia membabat hutan untuk bertani atau membangun infrastruktur, semakin tinggi risiko manusia berinteraksi dengan hewan yang membawa virus.</p>
<p>Analisis terhadap kemunculan penyakit baru pegari di seluruh dunia dari tahun 1940 hingga 2004 juga sudah menunjukkan adanya <a href="https://www.nature.com/articles/nature06536">kecenderungan penyakit baru pegari di daerah dengan kepadatan manusia yang tinggi</a>.</p>
<p>Area padat permukiman manusia dan pembukaan lahan belakangan diketahui turut bertanggung jawab terhadap insiden luapan infeksi <a href="https://www.nature.com/articles/srep41613">virus Ebola di Afrika</a> dan <a href="https://www.nature.com/articles/s41598-017-08065-z">virus Hendra di Australia</a>. </p>
<p>Selain praktik pengelolaan lahan yang tidak ramah lingkungan, manajemen satwa liar juga memiliki andil terhadap munculnya penyakit baru pegari.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/riset-mengelola-hutan-alam-lebih-menguntungkan-dibanding-perkebunan-kelapa-sawit-134042">Riset: mengelola hutan alam lebih menguntungkan dibanding perkebunan kelapa sawit</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<p>Umumnya, organisme patogen yang dibawa oleh satu spesies tertentu dan meloncat ke spesies lain tidak akan langsung menimbulkan penyakit baru pegari. Kemunculan penyakit baru pegari sangat bergantung kepada kecocokan organisme patogen dengan inang baru dan <a href="https://theconversation.com/coronavirus-where-do-new-viruses-come-from-136105">kesempatannya menyebar ke banyak individu dari inang tersebut</a>. </p>
<p>Peluang organisme patogen untuk menyebabkan penyakit baru pegari akan semakin tinggi jika inang asalnya mengalami stres berlebih. Ketika hewan mengalami stres berlebih, <a href="https://was-research.org/paper/parasite-load-disease-wild-animals/">sistem imun akan melemah sehingga meningkatkan jumlah patogen yang dia bawa</a>. </p>
<p><a href="https://theconversation.com/coronavirus-live-animals-are-stressed-in-wet-markets-and-stressed-animals-are-more-likely-to-carry-diseases-135479">Stres pada hewan liar</a> bisa terjadi karena pengelolaan hewan yang tidak benar.</p>
<p>Kesalahan kelola bisa berupa penempatan hewan dalam kondisi yang tidak nyaman dalam pasar, transportasi yang tidak higienis dalam jalur perdagangan, atau polusi dari perluasan pemukiman ke habitat mereka.</p>
<h2>Membasmi satwa liar bukan cara yang tepat</h2>
<p>Cara manusia mengendalikan penularan penyakit pegari dengan memusnahkan satwa liar pembawa virus bisa berisiko mengganggu struktur populasi. </p>
<p>Ketika <em>badger</em> (sejenis luak Eropa) di Inggris diketahui membawa bakteri tuberkulosis yang sama dengan yang ada di sapi, sekelompok peneliti setempat menguji <a href="https://webarchive.nationalarchives.gov.uk/20081107201935/http://www.defra.gov.uk/animalh/tb/abouttb/badgers.htm">apakah membasmi <em>badger</em> dapat mengurangi persebaran penyakit tuberkulosis</a> pada hewan-hewan ternak.</p>
<p>Hasilnya, ketika satu atau lebih anggota kelompok <em>badger</em> mati, maka struktur sosial mereka berubah dengan berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain. Pergerakan individu semacam ini justru <a href="https://www.nature.com/articles/nature02192">meningkatkan laju infeksi penyakit</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328422/original/file-20200416-192703-h2dtz5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328422/original/file-20200416-192703-h2dtz5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328422/original/file-20200416-192703-h2dtz5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328422/original/file-20200416-192703-h2dtz5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=450&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328422/original/file-20200416-192703-h2dtz5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328422/original/file-20200416-192703-h2dtz5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328422/original/file-20200416-192703-h2dtz5.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=566&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"><em>Badger</em> atau sejenis luak di Eropa menjadi sasaran manusia untuk pengendalian tuberkulosis.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/10/Badger-badger.jpg">wikipedia commons</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Karena itu, <a href="https://www.kotasubang.com/17992/terkait-corona-bupati-subang-himbau-masyarakat-basmi-kelelawar-di-lingkungannya">imbauan Bupati Subang, Jawa Barat</a> kepada masyarakat untuk membasmi kelelawar mungkin ide yang buruk.</p>
<p>Sebagai perbandingan, pembasmian kelelawar di Amerika Latin <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rspb.2012.0538">tidak terbukti mengurangi insiden rabies</a> dan di Uganda justru <a href="https://wwwnc.cdc.gov/eid/article/20/10/14-0696_article">memunculkan kembali virus Marburg</a>.</p>
<p>Sebagaimana yang terjadi pada para <em>badger</em>, <a href="https://royalsocietypublishing.org/doi/full/10.1098/rspb.2011.0522">gangguan terhadap struktur populasi kelelawar dapat memperparah insiden wabah</a>.</p>
<p>Menghentikan penyebaran penyakit baru dengan memusnahkan spesies tidak menyelesaikan masalah karena malah akan menyebabkan ketidakseimbangan alam. Karena itu, manusia harus paham bahwa perubahan dan pengelolaan ekosistem akan berdampak pada kesehatan manusia.</p>
<hr>
<p>
<em>
<strong>
Baca juga:
<a href="https://theconversation.com/jangan-salahkan-kelelawar-atas-merebaknya-coronavirus-135204">Jangan salahkan kelelawar atas merebaknya coronavirus</a>
</strong>
</em>
</p>
<hr>
<h2>Kesehatan ekosistem berarti kesehatan manusia</h2>
<p>Kesadaran untuk memandang kesehatan manusia dan alam sekitarnya sebagai satu kesatuan sesungguhnya <a href="https://academic.oup.com/ilarjournal/article/51/3/193/678647">sudah ada sejak awal abad ke-19</a>.</p>
<p>Konsep kesatuan ini sekarang dikenal sebagai <a href="https://www.who.int/features/qa/one-health/en/"><em>One Health</em></a>, atau pendekatan lintas disiplin untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi manusia, hewan, dan lingkungan atau ekosistem.</p>
<p><em>One Health</em> muncul kembali pada awal tahun 2000-an <a href="https://www.who.int/bulletin/volumes/89/12/11-031211/en/">ketika dunia berhadapan dengan wabah SARS yang berasal dari satwa liar</a>.</p>
<figure class="align-center ">
<img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/328426/original/file-20200416-192725-x068mr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/328426/original/file-20200416-192725-x068mr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=574&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/328426/original/file-20200416-192725-x068mr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=574&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/328426/original/file-20200416-192725-x068mr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=574&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/328426/original/file-20200416-192725-x068mr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=721&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/328426/original/file-20200416-192725-x068mr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=721&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/328426/original/file-20200416-192725-x068mr.png?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=721&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px">
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="source">wikimedia commons</span>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Praktisi <em>One Health</em> Indonesia dinaungi Indohun (<em>Indonesia One Health University Network</em>) dan <a href="https://indohun.org/news/collaboration-between-indonesia-and-the-united-states-in-increasing-the-capacity-in-managing-threats-of-emerging-infectious-diseases-and-pandemic-in-indonesia/">berkolaborasi dengan USAID</a> untuk mengembangkan pangkalan data untuk mendeteksi penyakit baru pegari yang disebabkan oleh virus dari hewan (<em>zoonosis</em>), <a href="https://ohi.vetmed.ucdavis.edu/programs-projects/predict-project">PREDICT</a>.</p>
<p>Penerapan <em>One Health</em> dalam pemerintahan Indonesia sendiri masih sangat baru. Sejak <a href="https://www.thejakartapost.com/news/2016/09/22/indonesia-welcomes-one-health-concept.html">diadopsi pada tahun 2016</a>, penerapannya masih <a href="https://ghsaindonesia.files.wordpress.com/2016/03/1-3-kemenko-pmk-pendekatan-one-health.pdf">terbatas kepada penyakit-penyakit <em>zoonosis</em> dalam hewan domestik dan pertanian</a>. Selain itu, sistem berbagi informasi terkait penyakit baru pegari secara nasional <a href="http://rri.co.id/post/berita/783913/info_publik/deteksi_infeksi_baru_lewat_pendekatan_one_health.html">baru akan diuji coba di empat kabupaten percontohan</a>.</p>
<p>Mengingat penyakit baru pegari kerap muncul bersama perusakan habitat, kami menyarankan mengintegrasikan pendekatan <em>One Health</em> ke dalam kebijakan lingkungan, misalnya analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), hingga pemberian izin usaha dan pembukaan lahan. </p>
<p>Selengkap apapun sistem pengawasan kita, semaju apapun ilmu pengetahuan dalam memetakan risiko, dan sebanyak apapun informasi yang kita punya, jika pemerintah <a href="https://www.thejakartapost.com/academia/2020/04/08/jokowi-vs-the-scientists.html">masih menganaktirikan proses ilmiah</a> dan <a href="https://nasional.tempo.co/read/1314243/peneliti-eijkman-sebut-ada-ego-sektoral-di-indonesia-soal-corona">mengutamakan ego sektoral</a>, kita tidak akan ke mana-mana.</p>
<hr>
<p><em>drh. Irhamna Putri Rahmawati, M.Sc., penasihat bidang konservasi di Wildlife Rescue Centre Jogja - Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta, turut berkontribusi terhadap penulisan artikel ini.</em> </p>
<hr>
<p>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/135041/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sabhrina Aninta menerima dana dari Queen Mary University of London untuk menyelesaikan studi doktoralnya. Ia terafiliasi dengan Tambora Muda Indonesia, perkumpulan konservasionis muda Indonesia. </span></em></p>Mengingat kemunculan wabah melibatkan interaksi berbagai elemen alam, kebijakan yang memungkinkan integrasi berbagai sektor diperlukan untuk menjaga kesehatan masyarakat dan alam.Sabhrina Gita Aninta, Postgraduate Research Student, Queen Mary University of LondonLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/1352042020-04-08T04:35:59Z2020-04-08T04:35:59ZJangan salahkan kelelawar atas merebaknya coronavirus<figure><img src="https://images.theconversation.com/files/324829/original/file-20200402-23100-1w0jy09.jpg?ixlib=rb-1.1.0&rect=0%2C0%2C2000%2C1395&q=45&auto=format&w=496&fit=clip" /><figcaption><span class="caption">Koloni kecil kalelawar bertelinga besar di Lava Beds National Monument, Calif.</span> <span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/CCGniR">Shawn Thomas, NPS/Flickr</a></span></figcaption></figure><p>Penelitian genom yang menunjukkan kecenderungan <a href="https://doi.org/10.1038/s41591-020-0820-9">asal muasal COVID-19 dari kelelawar</a> menyedot <a href="https://www.thedailybeast.com/fox-news-host-jesse-watters-claims-chinese-people-eating-raw-bats-to-blame-for-coronavirus">perhatian media</a> serta kekhawatiran publik. </p>
<p>Ketakutan masyarakat dan misinformasi ini berbahaya karena mereka mencoba mencegah penyebaran virus dengan <a href="https://www.youtube.com/watch?v=VqfNSx8O0wg">membasmi</a> satwa yang menakjubkan ini, meskipun <a href="http://dx.doi.org/10.1007/s10393-015-1075-7">usaha sebelumnya juga gagal</a>. </p>
<p>Pemusnahan kelelawar juga terjadi pada <a href="https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200314153513-20-483413/cegah-corona-pasar-depok-solo-musnahkan-ratusan-kelelawar">beberapa daerah</a> di Indonesia.</p>
<p>Sebagai <a href="https://www.researchgate.net/profile/Peter_Alagona2">sejarawan lingkungan</a> dengan fokus kepada spesies langka dan keanekaragaman hayati, saya memahami jasa penting kelelawar bagi manusia dan bahkan satwa ini perlu kita lindungi.</p>
<p>Kita perlu mengenal lebih jauh tentang satwa ini sebelum menyalahkan mereka atas pandemi yang sedang terjadi. </p>
<p>Tulisan ini memberikan penjelasan mengapa kelelawar membawa banyak virus, dan mengapa bisa pindah ke manusia, terutama bagi mereka yang suka berburu atau merusak tempat hidup mereka. </p>
<h2>Kesulitan hidup kelelawar</h2>
<p>Tidak mudah menjadi satu-satunya mamalia terbang di dunia. </p>
<p>Terbang menghabiskan banyak energi, sehingga kelelawar perlu makanan bergizi, seperti buah-buahan dan serangga. </p>
<p>Sambil mencari makanan, kelelawar juga membantu proses <a href="http://dx.doi.org/10.1093/aob/mcp197">penyerbukan sekitar 500 spesies tumbuhan</a>, termasuk mangga, pisang, jambu, dan agave (bahan dasar tequila). </p>
<p>Konsumsi kelelawar pemakan serangga bisa setara dengan berat tubuh mereka tiap malam – termasuk memangsa nyamuk-nyamuk pembawa penyakit seperti Zika, dengue, dan malaria.</p>
<figure class="align-right zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=400&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/322086/original/file-20200321-22610-5l8t0o.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=503&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Kelelawar berkepala abu-abu (<em>Pteropus poliocephalus</em>) sedang menyedot sari bunga di Queensland, Australia. Mukanya dipenuhi dengan sari bunga berwarna kuning yang akan menyebar ke bunga lainnya.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Grey-headed_Flying_Fox_(IMG0526).jpg">Andrew Mercer/Wikipedia</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Kotoran Kelelawar, atau dikenal sebagai <em>guano</em>, menjadi nutrisi bagi keseluruhan ekosistem. Manusia juga memanfaatkan kotoran ini sebagai <a href="https://homeguides.sfgate.com/benefits-bat-guano-fertilizer-71115.html">pupuk</a> alami, dan bahkan menjadi bahan pembuatan <a href="http://dx.doi.org/10.1128/CMR.00017-06">sabun dan antibiotik</a>.</p>
<p>Sebagian besar jenis kelelawar menyesuaikan waktu hibernasi mereka dengan pangan mereka, yaitu buah-buahan dan tumbuhan. Di masa tidur yang cukup lama ini, suhu tubuh kelelawar akan turun hingga 6 derajat Celsius. </p>
<p>Untuk menyimpan panas, mereka akan berkumpul di tempat tertutup, seperti gua, dan menggunakan sayap mereka sebagai selimut dan tidur bersama dalam koloni. </p>
<p>Kelelawar akan bangun dan terbang dari gua tersebut ketika musim buah dan serangga sudah datang. </p>
<p>Masalahnya, terbang membutuhkan banyak energi sehingga laju metabolisme mereka akan meningkat 34 kali lipat daripada saat mereka tidur. Dan, suhu tubuh kelelawar melonjak hingga 40 derajat Celsius. </p>
<p>Demi menjaga temperatur tubuh, sayap kelelawar memiliki aliran darah yang mampu mengeluarkan panas. </p>
<p>Kelelawar juga menjilat tubuh mereka dan terengah-engah mirip yang dilakukan anjing untuk mengeluarkan panas tubuh. </p>
<p>Mereka beristirahat di siang hari dan berburu makanan di tengah suhu dingin malam, ketika kemampuan <a href="https://www.britannica.com/science/echolocation">ekolokasi</a> (pemantulan suara) mereka akan sangat berguna.</p>
<figure>
<iframe width="440" height="260" src="https://www.youtube.com/embed/YwWGvf38TVM?wmode=transparent&start=0" frameborder="0" allowfullscreen=""></iframe>
<figcaption><span class="caption"><em>Congress Avenue Bridge</em> di Austin, Texas, menjadi rumah bagi koloni kelelawar terbesar di dunia.</span></figcaption>
</figure>
<h2>Beragam dan unik</h2>
<p>Manusia lebih <a href="https://research.amnh.org/paleontology/perissodactyl/node/55">berkerabat</a> dekat dengan kelelawar, dibandingkan dengan anjing, sapi, atau paus. Meski begitu, kelelawar terlihat lebih aneh, membuat manusia sulit mau memahami mereka.</p>
<p>Kelelawar merupakan jenis yang paling unik dari 26 <a href="https://www.ck12.org/c/life-science/classification-of-mammals/lesson/Mammal-Classification-MS-LS/">ordo mamalia</a>, yang mencakup kelompok besar hewan seperti pengerat dan karnivora.</p>
<p>Mereka merupakan satu-satunya jenis mamalia darat yang memiliki kemampuan ekolokasi, serta benar-benar mampu terbang.</p>
<p>Banyak jenis kelelawar bertubuh kecil dan bermetabolisme dengan cepat, namun mereka lambat bereproduksi dan hidup lebih lama. Ciri-ciri ini lebih banyak kita temukan pada jenis hewan besar seperti hiu dan gajah.</p>
<p>Selain itu, suhu tubuh kelelawar mampu berubah dalam rentang lebih dari 15 derajat Celsius, sebagai reaksi terhadap keadaan sekitar.</p>
<p>Kemampuan ini dimiliki oleh satwa berdarah dingin lainnya, seperti penyu dan kadal.
Kelelawar menjadi pembawa berbagai virus yang bisa membuat mamalia lainnya menjadi sakit ketika berpindah antar spesies.</p>
<p>Penyakit ini termasuk setidaknya 200 jenis virus corona, beberapa di antaranya menyebabkan gangguan pernafasan seperti <a href="http://dx.doi.org/10.3201/eid1212.060401">SARS</a> dan <a href="http://dx.doi.org/10.3201/eid1911.131172">MERS</a>.</p>
<p>Kelelawar juga bisa menjadi inang beberapa <a href="https://www.cdc.gov/vhf/virus-families/filoviridae.html">filovirus</a>, termasuk yang menyebabkan demam hemoragik para manusia, seperti <a href="https://doi.org/10.1038/s41564-018-0328-y"><em>Marburg</em> dan bahkan Ebola</a>.</p>
<p>Umumnya, virus-virus ini tersembunyi di tubuh kelelawar dan ekosistem tanpa menularkan kepada manusia. </p>
<p>Manusia sendiri yang meningkatkan risiko tertular transmisi spesies, dengan <a href="https://doi.org/10.1038/s41598-017-08065-z">mengganggu habitat kelelawar</a> atau <a href="https://doi.org/10.1007/978-3-319-25220-9_12">berburu kelelawar untuk obat-obatan atau makanan</a>. </p>
<p>Manusia seringkali <a href="https://theconversation.com/re-creating-live-animal-markets-in-the-lab-lets-researchers-see-how-pathogens-like-coronavirus-jump-species-130773">mengurung kalelawar ke dalam kondisi yang tidak sehat</a> dengan satwa liar lain yang menjadi inang sementara.</p>
<p>Hal ini yang terjadi di pasar tradisional Wuhan, tempat <a href="https://doi.org/10.3390/v12020135">COVID-19 muncul untuk pertama kali</a>.</p>
<p>Dengan beberapa pengecualian, seperti rabies, kelelawar menjadi <a href="https://theconversation.com/why-dont-viruses-make-their-original-hosts-sick-5-questions-answered-131030">inang pathogen penyakit tanpa menjadi sakit</a>. </p>
<p>Beberapa liputan media terbaru berusaha menjelaskan fenomena ini berdasarkan pada sebuah penelitian tahun 2019 yang memperkirakan bahwa kelelawar membawa gen mutasi dan membuat mereka <a href="https://doi.org/10.1038/s41586-020-2012-7">tetap sehat walau membawa banyak virus</a>.</p>
<p>Namun, walau argumen mutasi tersebut bisa menarik dari perspektif kesehatan masyarakat, untuk memahami asal COVID-19 ini juga perlu memerlukan pemahaman tentang kelelawar itu sendiri.</p>
<figure class="align-center zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=338&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/322087/original/file-20200321-22618-1on44nr.jpg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=424&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption">Pembuluh darah pada sayap kelelawar (gambar: kelelawar pemakan buah di daerah utara Australia) yang akan mengeluarkan semacam panas saat terbang.</span>
<span class="attribution"><a class="source" href="https://flic.kr/p/9UYR9M">shellac/Flickr</a>, <a class="license" href="http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/">CC BY</a></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Mengapa kelelawar membawa begitu banyak penyakit tanpa menunjukkan tanda-tanda sakit? </p>
<p>Mutasi genetik mungkin telah meningkatkan sistem imun mereka. Namun, jawaban yang lebih sesuai adalah kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang.</p>
<p>Gua kelelawar merupakan tempat ideal pengembangan dan perpindahan bibit penyakit dengan ribuan kelelawar berkerumun bersama, menjilati badan, bernafas, dan mengeluarkan sisa makanan di antara satu sama lain.</p>
<p>Tapi, menurut banyak ilmuwan, saat terbang, mereka menghasilkan begitu banyak panas sehingga membuat tubuh mereka melawan bibit penyakit yang mereka bawa. Teori ini banyak dikenal sebagai “<em><a href="http://dx.doi.org/10.3201/eid2005.130539">flight as fever hypothesis</a></em>” (hipotesis terbang dengan demam).</p>
<h2>Risiko yang dihadapi kelelawar</h2>
<p>Kelelawar mungkin tidak akan selalu ada untuk memakan hama serangga, membantu penyerbukan tanaman, dan menyediakan pupuk. </p>
<p>Menurut <em><a href="https://www.iucn.org/">International Union for the Conservation of Nature</a></em> (IUCN) dan <em><a href="http://www.batcon.org/why-bats/bats-are/bats-are-threatened">Bat Conservation International</a></em>, setidaknya ada 24 spesies kelelawar berada di status terancam kritis punah (<em>critically endangered</em>) dan 104 spesies yang rentan punah (<em>vulnerable</em>).</p>
<p>Peneliti masih kekurangan data untuk menentukan status kerentanan sekitar 224 spesies kelelawar lain.</p>
<p>Perburuan berlebihan, penyiksaan, dan kerusakan habitat merupakan ancaman berat bagi kelelawar. Namun, mereka juga memiliki penyakit sendiri.</p>
<p>Sebuah kasus tahun 2007 di utara Kota New York, mencatat adanya patogen jamur <em>Pseudogymnoascus destructans</em> (Pd), yang menyebabkan <a href="https://www.whitenosesyndrome.org/">sindrom hidung putih</a> (<em>white-nose syndrome</em>) pada kelelawar. </p>
<p>Penyakit ini telah menginfeksi 13 spesies kelelawar di Amerika Utara, termasuk dua jenis yang berstatus terancam punah (<em>endangered</em>).</p>
<p><div data-react-class="Tweet" data-react-props="{"tweetId":"1235582947182473216"}"></div></p>
<p>Belum ada yang bisa menjelaskan asal penyakit Pd ini. </p>
<p>Meski begitu, fakta yang menunjukkan bahwa beberapa spesies kelelawar belum pernah menderita penyakit ini menandakan kemungkinan bahwa manusia sebagai penyebab atau penyebar penyakit ini ke kelelawar. </p>
<p>Jamur akan cepat berkembang di keadaan dingin dan lembap seperti gua saat kelelawar hibernasi dan menyebabkan iritasi. </p>
<p>Ketika ini terjadi, mereka akan menjadi gelisah, membuang energi berharga yang seharusnya bisa dipakai untuk mencari makan. </p>
<p>Sindrom hidung putih sudah membunuh jutaan kelelawar, termasuk <a href="http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0038920">lebih dari 90%</a> kelelawar dalam beberapa populasi.</p>
<p>Kelelawar merupakan makhluk luar biasa yang memiliki berbagai manfaat bagi manusia. Bumi kita mungkin menjadi lebih miskin, menjemukan, dan berbahaya tanpa kehadiran kelelawar. </p>
<p>Mereka sangat membutuhkan perlindungan dari perlakuan keji serta eksploitasi, yang dalam waktu sama juga mengancam kesehatan manusia.</p>
<hr>
<p><strong>Catatan Editor : Konteks Indonesia telah ditambahkan ke dalam artikel ini dengan persetujuan penulis</strong>. </p>
<hr>
<p><em>Stefanus Agustino Sitor menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris.</em></p>
<hr>
<p>Dapatkan kumpulan berita lingkungan hidup yang perlu Anda tahu dalam sepekan. Daftar di <a href="https://theconversation.com/id/newsletters/sepekan-lingkungan-66">sini</a>.</p><img src="https://counter.theconversation.com/content/135204/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Peter Alagona menerima dana dari National Science Foundation, Mellon Foundation, Haynes Foundation, National Oceanic and Atmospheric Administration, dan Universitas California.
</span></em></p>Kalelawar lebih berperan dalam membantu penyerbukan tanaman dan memakan hama serangga dibandingkan untuk menyebarkan berbagai virus - yang sebenarnya terjadi karena ulah manusia sendiri.Peter Alagona, Associate Professor of History, Geography and Environmental Studies, University of California, Santa BarbaraLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.tag:theconversation.com,2011:article/910712018-02-19T08:59:03Z2018-02-19T08:59:03ZTantangan konservasi orang utan: spesies dilindungi, habitatnya tidak<p>Pertengahan Januari, <a href="http://www.mongabay.co.id/2018/01/16/menyedihkan-satu-individu-orangutan-ditemukan-mengambang-tanpa-kepala/">jasad orang utan jantan tanpa kepala ditemukan terapung</a> di sungai di Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah. Laporan media menyebutkan orang utan di Barito itu diduga dibunuh oleh <a href="http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/01/31/benarkah-orangutan-dibunuh-karena-menyerang-ini-pengakuan-pelaku-pembantaian-satwa-dilindungi-itu">pekerja perkebunan karet</a>. </p>
<p>Menyusul temuan jasad tersebut Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wiratno <a href="http://ksdae.menlhk.go.id/info/2558/kerja-bersama-perlindungan-dan-penyelamatan-orangutan.html">mengeluarkan surat edaran</a> menyerukan semua pemangku kepentingan—seperti pemilik konsesi, LSM, pemerintah, serta akademisi—untuk melindungi populasi orang utan di Sumatra dan Kalimantan. </p>
<figure class="align-left zoomable">
<a href="https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=1000&fit=clip"><img alt="" src="https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=237&fit=clip" srcset="https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=1 600w, https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=2 1200w, https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=600&h=424&fit=crop&dpr=3 1800w, https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=45&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=1 754w, https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=30&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=2 1508w, https://images.theconversation.com/files/206117/original/file-20180213-44660-11gqs2h.jpeg?ixlib=rb-1.1.0&q=15&auto=format&w=754&h=533&fit=crop&dpr=3 2262w" sizes="(min-width: 1466px) 754px, (max-width: 599px) 100vw, (min-width: 600px) 600px, 237px"></a>
<figcaption>
<span class="caption"></span>
<span class="attribution"><span class="license">Author provided</span></span>
</figcaption>
</figure>
<p>Surat edaran tersebut mengimbau masyarakat dan pemilik perkebunan untuk menghubungi <em>call center</em> jika menemukan orang utan di luar habitatnya atau jika terlibat konflik dengan orang utan atau satwa liar lainnya.</p>
<p>Terbitnya surat edaran tersebut menunjukkan pemerintah tanggap mengendalikan kasus kekerasan terhadap satwa liar. Ini langkah yang penting, terutama karena ada banyak tantangan terhadap konservasi orang utan di Indonesia. </p>
<h2>Tantangan konservasi orang utan</h2>
<p>Di Indonesia, meski spesies orang utan dilindungi, habitatnya tidak dilindungi. Habitat orang utan adalah hutan hujan tropis yang luasnya di dunia terus menyusut. </p>
<p>Saat ini orang utan hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatra dan Borneo (Kalimantan dan teritori negara Malaysia yaitu Serawak dan Sabah). </p>
<p>Di Borneo, 78% sebaran orang utan ada di luar kawasan konservasi. Habitatnya, di pulau ini dan di Sumatra, terfragmentasi, terpisahkan oleh adanya konsesi perkebunan atau infrastruktur lain seperti jalan. </p>
<p>Baik di Indonesia maupun Malaysia, habitat orang utan terancam ekspansi perkebunan kelapa sawit. Indonesia dan Malaysia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. </p>
<p>Kasus pembunuhan orang utan di perkebunan komoditas komersial seperti karet dan kepala sawit sudah banyak terjadi. Bahkan, tahun lalu ada laporan bahwa pelaku memakan binatang yang dilindungi tersebut.</p>
<p>Selain itu orang utan diburu dan <a href="https://www.theguardian.com/environment/2017/aug/22/uk-charity-helps-rescue-two-orangutans-in-borneo-from-illegal-sale">diperdagangkan di pasar online</a>. Lemahnya penegakan hukum membuat kejahatan-kejahatan ini terus berlangsung. </p>
<p>Sulit memperkirakan tingkat kekerasan manusia terhadap orang utan yang disebabkan konflik dengan manusia. Sebuah <a href="https://www.researchgate.net/publication/51808660_Quantifying_Killing_of_Orangutans_and_Human-Orangutan_Conflict_in_Kalimantan_Indonesia">survei yang dilakukan di Kalimantan pada 2011</a>, yang menggunakan metode wawancara orang lokal, memperkirakan sekitar 1.950 hingga 3.100 orang utan dibunuh dalam setahun dalam jangka waktu usia responden. Penelitian ini mewawancarai 6.983 responden di 687 desa sehingga bisa terjadi bias dari responden. </p>
<h2>Kera besar penyendiri</h2>
<p>Hanya ada sekitar 71.000 ekor orang utan yang tersisa di Bumi, dan angka ini terus menurun. </p>
<p>Dahulu, mereka tersebar dari Himalaya hingga Cina. Meski dari penelitian morfologi fosil orang utan yang hidup di Himalaya hingga Cina berukuran jauh lebih besar dari orang utan yang hidup saat ini. </p>
<p>Sekitar 10.000-12.000 tahun yang lalu, orang utan juga tersebar di Pulau Jawa. Batasnya adalah sungai Bengawan Solo. </p>
<p>Orang utan termasuk kera besar, primata non-manusia yang memiliki kekerabatan terdekat dengan manusia. </p>
<p>DNA kita berbagi 96,4% dengan orang utan dan 99% dengan simpanse. Artinya, penularan penyakit, baik dari manusia ke satwa atau sebaliknya, dapat terjadi dengan mudah. Namun, kita juga dapat belajar tumbuhan obat dari mereka. </p>
<p>Tidak seperti simpanse atau bonobo yang tinggal berkelompok dalam ikatan sosial yang erat, orang utan senang hidup menyendiri. Masing-masing orang utan menjelajah wilayah yang luas. Peluang mereka untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang utan lain minim. Orang utan jantan yang memiliki pipi lebar adalah yang paling penyendiri. Mereka biasanya bersosialiasi untuk kawin dengan betina dewasa atau remaja. </p>
<p>Orang utan betina mulai bereproduksi pada usia 14-15 tahun. Mereka mengandung selama sembilan bulan, dan mengasuh anaknya selama 6-7 tahun. Jarak antarkelahiran 7-8 tahun. Usia mereka biasanya hingga 50 tahun ke atas. </p>
<h2>Apa yang bisa kita lakukan?</h2>
<p>Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melindungi orang utan perlu ditingkatkan. </p>
<p>Masyarakat umum dapat mendukung program konservasi baik yang langsung maupun tidak langsung. Misalnya, jika mendapati iklan di media sosial yang menawarkan orang utan atau satwa liar lainnya, segera lapor ke pihak berwenang. Jangan membeli satwa liar yang dilindungi. </p>
<p>Sebagai konsumen, masyarakat bisa memilih untuk hanya membeli produk-produk yang ramah orang utan dan biodiversitas lain yang dilindungi. Ini memang tidak mudah. Untuk melakukan ini konsumen bisa cek situs lembaga-lembaga konservasi seperti Greenpeace dan memeriksa informasi dalam kemasan. </p>
<p>Masyarakat umum juga dapat menyumbang dana atau program untuk masyarakat yang hidup di sekitar habitat orang utan agar mereka tidak berburu. </p>
<p>Jika ingin berwisata melihat orang utan, pilih destinasi tempat orang utan tinggal di habitat alaminya. Wisatawan tidak boleh mengganggu orang utan. Jangan memberi makan, menggendong atau berfoto dengan jarak yang sangat dekat. Karena orang utan berbagi 96,4% DNA manusia, mereka bisa tertular penyakit yang sedang diderita pengunjung. </p>
<p>Untuk pengusaha perkebunan, hindari pemilihan lokasi yang tumpang tindih dengan habitat sebaran orang utan dan biodiversitas lain yang dilindungi. </p>
<p>Pemerintah perlu <a href="http://www.mongabay.co.id/2017/11/03/penyusunan-satu-peta-masih-berjalan-lamban-mengapa/">memaksimalkan kebijakan satu peta</a>. Dengan kebijakan satu peta ini, maka rencana tata ruang dan tata wilayah (RTRW), konsesi wilayah perkebunan dan pertambangan, serta wilayah konservasi orang utan dan keanekaragaman hayati lain yang dilindungi akan mengacu pada satu peta. Ini diharapkan dapat menghindari tumpang tindih kepentingan, termasuk antara konservasi dan ekonomi, agar dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik. </p>
<hr>
<p><em>Jika menemukan orang utan di luar habitatnya atau terjadi konflik dengan satwa liar hubungi call center Ditjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem 0822 9935 1705.</em></p><img src="https://counter.theconversation.com/content/91071/count.gif" alt="The Conversation" width="1" height="1" />
<p class="fine-print"><em><span>Sri Suci Utami Atmoko tidak bekerja, menjadi konsultan, memiliki saham, atau menerima dana dari perusahaan atau organisasi mana pun yang akan mengambil untung dari artikel ini, dan telah mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki afiliasi selain yang telah disebut di atas.</span></em></p>Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyerukan pemilik konsesi, LSM, pemerintah, dan akademisi untuk bekerja sama melindungi orang utan. Apa ini cukup?Sri Suci Utami Atmoko, Lecturer in Biology, Universitas NasionalLicensed as Creative Commons – attribution, no derivatives.